percobaan 1 - 3
DESCRIPTION
Pak HudionoTRANSCRIPT
LAPORAN
PERCOBAAN 1-3
PRAKTIKUM KOMUNIKASI FIBER OPTIK
Disusun Oleh
Eki Fakhruddin (11)
KELOMPOK 1
Kelas:
JTD-4C
JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2015
PERCOBAAN 1
COMPARATOR EXPERIMENT
I. Tujuan
Percobaan fungsi dari komparator yang menyediakan kompensasi
terhadap daya yang hilang selama transmisi pada kabel fiber optic.
II. Alat dan Bahan
E/O converter (U-2980A) 1 buah
O/E converter (U-2980B) 1 buah
Power Suply DC (U-2980P) 1 buah
Osiloskop 2 channel 1 buah
Osilator LF 1 buah
Kabel Fiber Optik 1 buah
Multimeter Digital 1 buah
III. Dasar Teori
A. Aplikasi E/O Konverter
E/O Converter U-2980A adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengkonversi sinyal elektrik menjadi sinyal optik. LED infrared digunakan
sebagai elemen penkonversi, dengan rentang arus mencapai 50 mA.
Intensitas cahaya dimodulasi oleh sinyal DC atau sinyal AC yang besarnya
0-5V atau oleh sinyal TTL. Sinyal modulasi kemudian dipancarkan
sepanjang kabel Fiber Optik, kemudian hasil dari sinyal optik tersebut akan
diterima dan dikonversikan menjadi sinyal elektrik oleh E/O converter, Hal
tersebut adalah contoh dari sistem komunikasi fiber optik secara sederhana.
Penkonversi sinyal elektrik menjadi sinyal cahaya (Modulasi Intensitas
Cahaya)
Sebaiknya, pengatur LED ini dapat menghasilkan kedalam modulasi
intensitas cahaya di dalam LED.
Karakteristik modulasi tersebut diindikasikan pada gambar di bawah ini
Kedua tipe modulasi ditunjukkan pada gambar diatas menggunakan
metode digital ke analog. Di dalam modulasi digital, 0 Volt artinya LED
tersebut mati, dan 5V berarti LED tersebut menyala. Kondisi nyala atau
mati nya LED digunakan untuk merepresentasikan nyala/tidaknya sebuah
sinyal elektrik, atau bisa juga menggunakan logika 0 dan 1. Pasangan dari
input langsung dapat diterima untuk tipe dari modulasi. Modulasi analog
digunakan untuk sebuah sinyal AC.
Ketika sinyal AC digunakan pada sebuah LED untuk membangkitkan
cahaya oleh jalur LED dengan variasi waktu dari sinyal AC sehingga
menjadi linier antara arus dan intensitas cahaya dari perangkat. Sebagian
kecil dari arus bias diperkirakan sekitar 25 mA mungkin lebih baik untuk
mencegah distorsi dari sinyal input kotak. Gabungan sinyal AC dibutuhkan
untuk tipe dari modulasi.
B. Aplikasi O/E Konverter
Fungsi dari O/E converter U-2980B adalah untuk mengkonversikan/
merubah sinyal optik menjadi sinyal optik. Foto transistor berkecepatan
tinggi digunakan sebagai elemen pengkonversi. Foto transistor mampu
untuk menghasilkan arus dan yang kemudian dikonfigurasi untuk
mengurangi impedansi dari rangkaian.
Dengan menambahkan kemampuan mengkonversi ke sinyal analog,
converter memiliki nilai tegangan varibel threshold untuk mendapatkan
tampilan sinyal digital yang baik. Hasil dari konversi pada pulsa optik
digital adalah output level TTL.
Karakteristik Konversi pada phototransistor
Perbandingan karakteristik arus dan sinar iluminasi pada phototransistor
digambarkan pada gambar 4-13. Dan juga respon spectral pada
phototransistor digambarkan pada gambar 4-14.
Loss karakteristik pada kabel fiber optik digunakan pada panjang
gelombang seperti yang tertera pada gambar 4-15.
Penguat Arus DC pada Sinyal
Arus sinyal dari phototransistor dikonversikan kedalam sinyal tegangan
melalui resistor 100ohm pada emitter. Sinyal tegangan akan dikuatkan oleh
operasional amplifier.
Rangkaian Komparator
Modulasi pulsa atau modulasi sinyal digital akan dihasilkan pada penerima
akhir oleh rangkaian komparator. Ranggkaian komparator diperlukan untuk
menngganti rugi-rugi daya sepanjang transmisi. Level threshold pada
komparator diatur mulai dari 0 sampai 5V. Terminal monitor diberikan
untuk tegangan monitor threshold.
Contoh proses memancarkan dan menerima pada level data TTL
digambarkan pada gambar 4-17. Pada proses transmisi perlu diingat bahwa
sinyal data digital dikonversikan kedalam sinyal cahaya oleh infrared
emitting LED yang dimodulasi oleh rangkaian control logic positif.
Pengukuran level threshold pada komparator perlu dilakukan
untuk menjaga kualitas data yang telah dihasilkan. Informasi lebih jelas
diberikan pada gambar 4-18 untuk membantu mengetahui fungsi dari
tegangan threshold.
IV. Langkah Percobaan
1. Memastikan tegangan pada Power supply pada posisi off dan
hubungkan kabel seperti pada gambar dibawah ini
Skema Komparator
Rangkaian Komparator
2. Menghubungkan power supply dengan U-2980B
3. Mengatur selector switch pada posisi AC kopling dan merubah arus
bias LED pada posisi minimum
4. Menyalakan Power
5. Menghubungkan output osilator RF dengan TTL atau terminal output
analog pada U-2980A.
6. Mengatur output LF osilator sebesar 1Hz gelombang kotak
7. Menghubungkan CH 1 pasa osiloskop dengan terminal monitor pada U-
2980A
8. Mengatur output LF osilator seperti pada gelombang output, yaitu 4mA
dan 0,4 Vpeak yang diamati pada minitor terminal(U-2980A)
9. Menghubungkan U-2980A dan U-2980B dengan Kabel fiber optic
10. Menghubungkan multimeter digital dengan terminal monitor (U-
2980B)
11. Dengan menggunakan CH2 pada osiloskop, mengamati sinyal analog
dan output gelombang TTL. Mengatur level threshold untuk
menghasilkan output TTL yang stabil. Mencari nilai minimum
threshold, Vth min dan nilai threshold maksimal dan Vth max.
12. Mencari nilai Vth min yang baru dan nilai Vth max, sementara arus
LED dirubah seperti nilai yang tertera pada tabel dan kemudian,
mengisi table
V. Hasil Percobaan
1. Tabel Hasil Percobaan
VEI (V) LED Current (mA) VAO (V) VTH Min (V) VTH Max (V) ½ VAO (V)
0,4 V 40 mA 2 Vpp 0,4 Vpp 0,4 Vpp 1 Vpp
0,3 V 30 mA 2 Vpp 0,4 Vpp 0,4 Vpp 1 Vpp
0,2 V 20 mA 2 Vpp 0,4 Vpp 0,3 Vpp 1 Vpp
0,1 V 10 mA 2 Vpp 0,2 Vpp 0,1 Vpp 1 Vpp
0,05 V 5 mA 0,4 Vpp 0,3 Vpp 0,3 Vpp 0,2 Vpp
0,1 V
0,05 V
VI. Analisa
Berdasarkan hasil praktikum comparator dapat diketahui :
1. Alat comparator mengubah gelombang kotak VEI (LED driver current)
menjadi bentuk gelombang sinus VAO (Analog Output Voltage).
2. Nilai dari tegangan VEI berpengaruh terhadap tegangan VAO, yaitu semakin
kecil tegangan inputnya, maka nilai tegangan VAO juga akan semakin kecil
pula.
3. Pada tegangan VTH MIN dan VTH MAX dipengaruhi oleh pengaturan threshold
voltage.
Untuk mengetahui nilai dari 1/2VAO dapat diketahui sebagai berikut :
Untuk VEI = 0,4 V
½ VAO = ½ x 2 V
= 1 V
Untuk VEI = 0,3 V
½ VAO = ½ x 2 V
= 1 V
Untuk VEI = 0,2 V
½ VAO = ½ x 2 V
= 1 V
Untuk VEI = 0,1 V
½ VAO = ½ x 2 V
= 1 V
Untuk VEI = 0,05 V
½ VAO = ½ x 0,4 V
= 0,2 V
VII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai tegangan input VEI sebanding dengan nilai VAO, semakin kecil
nilai tegangan input VEI, maka semakin kecil pula nilai tegangan dari
VAO.
2. Nilai frekuensi sebanding dengan nilai tegangannya. Semakin besar
frekuensi yang diberikan maka semakin besar pula perubahan nilai
tegangannya.
3. Nilai tegangan yang hilang pada percobaan comparator ini ditunjukkan
dari nilai-nilai VAO, VTH MIN, VTH MAX dan ½ VAO.
PERCOBAAN 2
MENGUKUR KARAKTERISTIK DIODE Si DAN Ge,
KOMPONEN ELECTRO OPTICAL CONVERSION
LED DAN LD MENGGUNAKAN OSCILLOSCOPE
I. Tujuan
Mengerti prinsip kerja diode, LED, dan LD (Laser Diode)
Mengerti karakteristik semikonduktor Si dan Ge, warna LED, dan Laser
Mengerti dan gambar kurva karakteristik arus-tegangan
Membandingkan emisi LED dan LD
II. Alat dan Bahan
Oscilloscope
Optical Communication board
III. Dasar Teori
A. Diode
Diode adalah komponen aktif dua kutub yang pada umumnya bersifat
semikonduktor, yang memperbolehkan arus listrik mengalir ke satu arah
(kondisi panjar maju) dan menghambat arus dari arah sebaliknya (kondisi
panjar mundur). Diode dapat disamakan sebagai fungsi katup di dalam
bidang elektronika. Diode sebenarnya tidak menunjukkan karakteristik
kesearahan yang sempurna, melainkan mempunyai karakteristik hubungan
arus dan tegangan kompleks yang tidak linier dan seringkali tergantung
pada teknologi atau material yang digunakan serta parameter penggunaan.
Beberapa jenis diode juga mempunyai fungsi yang tidak ditujukan untuk
penggunaan penyearahan. Awal mula dari diode adalah peranti kristal
Cat's Whisker dan tabung hampa(juga disebut katup termionik). Saat ini
diode yang paling umum dibuat dari bahan semikonduktor
seperti silikon atau germanium.
Ahli-ahli fisika terutama yang menguasai fisika quantum pada masa itu
mencoba memberikan doping pada bahan semikonduktor ini. Pemberian
doping dimaksudkan untuk mendapatkan electron valensi bebas dalam
jumlah lebih banyak dan permanen, yang diharapkan akan dapat
menghantarkan listrik.
1. Semikonduktor TIPE-N
Misalnya pada bahan silicon diberi doping phosphorus atau arsenic
yang pentavalen yaitu bahan Kristal dengan inti atom memiliki 5
elektron valensi. Dengan doping, ilikon yang tidak lagi murni ini
(impurity semiconductor) akan memiliki kelebihan electron.
Kelebihan electron membentuk semikonduktor tipe-n. Semikonduktor
tipe-n disebut juga donor yang siap melepaskan electron.
2. Semikonduktor TIPE-P
Kalau silicon diberi doping Boron, Gallium atau Indium, maka akan
didapat semikonduktor tipe-p. Untuk mendapatkan silicon tipe-p,
bahan dopingnya adalah bahan trivalent yaitu unsure dengan ion yang
memiliki 3 elektron pada pita valensi. Karena ion silicon memiliki 4
elektron, dengan demikian ada ikatan kovalen yang bolong (hole).
Hole ini digambarkan sebagai akseptor yang siap menerima electron.
Dengan demikian, kekurangan electron menyebabkan semikonduktor
ini menjadi tipe-p.
B. LED
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah
komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik
ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang
terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna cahaya yang dipancarkan
oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang
dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang
tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote
Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.
Saat ini, LED telah memiliki beranekaragam warna, diantaranya
sepertin warna merah, kuning, biru, putih, hijau, jingga dan infra merah.
Keanekaragaman warna pada LED tersebut tergantung pada wavelength
(panjang gelombang) dan senyawa semikonduktor yang dipergunakannya.
Berikut ini adalah Tabel Senyawa semikonduktor yang digunakan untuk
menghasilkan variasi warna pada LED:
Tabel 2.1 Tabel senyawa semikonduktor
Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil
dan dapat dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat
elektronika. Berbeda dengan lampu pijar, LED tidak memerlukan
pembakaran filamen sehingga tidak menimbulkan panas dalam
menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED (Light Emitting Diode)
yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang
dalam LCD TV yang mengganti lampu tube.
Gambar 2.1 Bentuk dan Simbol Elektronik LED
C. LD
Diode laser (Light Amplification by Stimulated Emmission of
Radiation) adalah sumber gelombang elektromagnetik koheren yang
memancarkan gelombang pada frekuensi inframerah dan cahaya tampak.
Koheren dalam hal ini adalah berfrekuensi tunggal, seface, dan terpolarisasi.
Diode laser adalah sejenis diode dimana media aktifnya menggunakan
sebuah semikonduktor persimpangan p-n yang mirip dengan yang terdapat
pada diode pemancar cahaya. Diode laser kadang juga disingkat LD atau
ILD.
Gambar 2.2 Bentuk dari diode laser
Diode laser baru ditemukan pada akhir abad ini oleh ilmuwan
Universitas Harvard. Prinsip kerja diode ini sama seperti diode lainnya yaitu
melalui sirkuit dari rangkai elektronika, yang terdiri dari jenis p dan n. pada
kedua jenis ini sering dihasilkan 2 tegangan, yaitu:
1. Biased forward, arus dihasilkan searah dengan nilai 0,707 untuk
pembagian tegangan puncak, bentuk gelombang diatas (+)
2. Backforward biased, ini merupakan tegangan berbalik yang dapat
merusak suatu komponen elektronika.
D. Osiloskop
Osiloskop adalah alat ukur elektronika yang berfungsi
memproyeksikan bentuk sinyal listrik agar dapat dilihat dan dipelajari.
Osiloskop dilengkapi dengan tabung sinar katode. Peranti pemancar
elektron memproyeksikan sorotan elektron ke layar tabung sinar katode
orotan elektron membekas pada layar. Suatu rangkaian khusus dalam
osiloskop menyebabkan sorotan bergerak berulang-ulang dari kiri ke
kanan. Pengulangan ini menyebabkan bentuk sinyal kontinyu sehingga
dapat dipelajari.
Osiloskop biasanya digunakan untuk mengamati
bentuk gelombang yang tepat dari sinyal listrik. Selain amplitudo sinyal,
osiloskop dapat menunjukkan distorsi, waktu antara dua peristiwa (seperti
lebar pulsa, periode, atau waktu naik) dan waktu relatif dari dua sinyal
terkait..
Semua alat ukur elektronik bekerja berdasarkan sampel data, semakin
tinggi sampel data, semakin akurat peralatan elektronik tersebut. Osiloskop,
pada umumnya juga mempunyai sampel data yang sangat tinggi, oleh
karena itu osiloskop merupakan alat ukur elektronik yang mahal. Jika
sebuah osiloskop mempunyai sampel rate 10 Ks/s (10 kilo sample/second =
10.000 data per detik), maka alat ini akan melakukan pembacaan sebanyak
10.000 kali dalam sedetik. Jika yang diukur adalah sebuah gelombang
dengan frekuensi 2500Hz, maka setiap sampel akan memuat data 1/4 dari
sebuah gelombang penuh yang kemudian akan ditampilkan dalam layar
dengan grafik skala XY.
IV. Langkah Percobaan
A. MENGUKUR KARAKTERISTIK DIODE Si DAN GR
1. Hubungkan oscilloscope ke terminal input [X] signal dan ke terminal
output [Y] signal pada Optical Communication board
2. Atur oscilloscope sehingga tampil bentuk gelombang yang
menunjukkan sinyal input [X] dan sinyal output [Y] pada saat yang
sama
3. Atur tombol “Freq. Range” ke posisi low frequency LF dan atur
tombol “Select S/T” ke posisi bentuk gelombang sinus ~
4. Atur “Input Select Switch” ke Function dan atur “Output Select
Switch” ke Si dan atur juga “Display Select Switch” ke NC
5. Atur “Oscillation Frequency” ke skala (9.5) dan “Amplitudo of
Function” ke skala (0.1) dan “Bias Current” ke skala (1.8)
6. Hubungkan power supply DC ke body bagian transmitter (pojok kiri
atas)
7. Atur tombol “Amplitudo Function” dan “Bias Current” untuk
membuat hasil tampilan sinyal input [X] pada oscilloscope adalah
gelombang sinus tanpa distorsi dengan tegangan maksimum yang
dihasilkan adalah 2 Volt dan tegangan minimum-nya adalah -2 Volt.
Kemudian bandingkan dan gambar grafik sinyal input [X] dan sinyal
output [Y].
8. Gambar kurva tegangan-arus untuk diode Si dengan mengatur
tampilan oscilloscope pada mode XY.
9. Atur tombol selector “Output Select Switch” ke posisi Ge
(Germanium Semiconductor) dan ulangi langkah 7 dan 8.
B. KOMPONEN ELECTRO OPTICAL CONVERSION LED
1. Hubungkan oscilloscope ke terminal input [X] signal dan ke terminal
output [Y] signal pada Optical Communication board
2. Atur oscilloscope sehingga tampil bentuk gelombang yang
menunjukkan sinyal input [X] dan sinyal output [Y] pada saat yang
sama
3. Atur tombol “Freq. Range” ke posisi low frequency LF dan atur
tombol “Select S/T” ke posisi bentuk gelombang sinus ~
4. Atur “Input Select Switch” ke Function dan atur “Output Select
Switch” ke LED(R) dan atur juga “Display Select Switch” ke NC
5. Atur “Oscillation Frequency” ke skala (9.5) dan “Amplitudo of
Function” ke skala (0.1) dan “Bias Current” ke skala (1.0)
6. Hubungkan power supply DC ke body bagian transmitter (pojok kiri
atas)
7. Atur tombol “Amplitudo Function” dan “Bias Current” untuk
membuat hasil tampilan sinyal input [X] pada oscilloscope adalah
gelombang sinus tanpa distorsi dengan tegangan maksimum yang
dihasilkan adalah 3.8 Volt dan tegangan minimum-nya adalah -3.8
Volt. Kemudian bandingkan dan gambar grafik sinyal input [X] dan
sinyal output [Y].
8. Gambar kurva tegangan-arus untuk red LED dengan mengatur
tampilan oscilloscope pada mode XY.
9. Atur tombol selector “Output Select Switch” ke posisi LED(W) dan
ulangi langkah 7 dan 8.
10. Atur tombol selector “Output Select Switch” ke posisi LED(G) dan
ulangi langkah 7 dan 8.
C. KOMPONEN ELECTRO OPTICAL CONVERSION LD
1. Hubungkan oscilloscope ke terminal input [X] signal dan ke terminal
output [Y] signal pada Optical Communication board
2. Atur oscilloscope sehingga tampil bentuk gelombang yang
menunjukkan sinyal input [X] dan sinyal output [Y] pada saat yang
sama
3. Atur tombol “Freq. Range” ke posisi low frequency LF dan atur
tombol “Select S/T” ke posisi bentuk gelombang sinus ~
4. Atur “Input Select Switch” ke Function dan atur “Output Select
Switch” ke LED(W) dan atur juga “Display Select Switch” ke NC
5. Atur tombol switch “Select LD” ke posisi LD
6. Atur “Oscillation Frequency” ke skala (9.5) dan “Amplitudo of
Function” ke skala (0.1) dan “Bias Current” ke skala (1.0)
7. Hubungkan power supply DC ke body bagian transmitter (pojok kiri
atas)
8. Atur “Output Select Switch” ke posisi LD
9. Atur tombol “Amplitudo Function” dan “Bias Current” untuk
membuat hasil tampilan sinyal input [X] pada oscilloscope adalah
gelombang sinus tanpa distorsi dengan tegangan maksimum yang
dihasilkan adalah 3.8 Volt dan tegangan minimum-nya adalah -3.8
Volt. Kemudian bandingkan dan gambar grafik sinyal input [X] dan
sinyal output [Y].
10. Gambar kurva tegangan-arus untuk red LED dengan mengatur
tampilan oscilloscope pada mode XY.
11. Atur tombol switch “Select S/T ke posisi gelombang segitiga
12. Ulangi langkah 9 dan 10
V. Hasil Percobaan
A. MENGUKUR KARAKTERISTIK DIODE Si DAN GR
B. KOMPONEN ELECTRO OPTICAL CONVERSION LED
C. KOMPONEN ELECTRO OPTICAL CONVERSION LD
PERCOBAAN 3
KOMBINASI RESPON FREKUENSI DARI
CONVERTER E/O DAN O/E
I. Tujuan
Untuk mengetahui keseluruhan karakteristik frekuensi bandwith ketika
E / O dan O / E converter dihubungkan bersama
II. Alat dan Bahan
E / O converter ( U - 2980A )
O / E converter ( U - 2980B )
DC power supply ( U - 2980P )
Osiloskop
Kabel serat optic
Osilator LF
Digital multimeter
III. Dasar Teori
EO / OE Converter berguna untuk melakukan pengamatan gelombang tak
berjangka panjang yang diciptakan oleh debit petir yang memerlukan isolasi optik
sinyal analog selama beberapa bulan. Unit EO membagi sinyal positif dan sinyal
negatif menjadi elemen pemancar cahaya terpisah sehingga pengamatan jangka
panjang bertenaga baterai dapat dilakukan. Konsumsi arus terendah yakni 20mA.
EO Converter tidak tergantung pada variasi suhu sebagai output cahaya
terus disesuaikan sesuai dengan sinyal input. Membutuhkan kalibrasi eksternal
pada saat setup. Dua serat optik (200um inti) yang digunakan bersama-sama
KARAKTERISTIK E/O CONVERTER
1. EO Converter
Impedansi Input 50 ohm
Tegangan Masukan 4Vpp-max
Konektor Input BNC
Konektor Output FC connector x 2CH
Power Supply DC12 to 18V (external lithium battery)
Konsumsi Arus 20mA (with quiescent current )100mA (at maximum amplitude signal input)
2. OE Converter
Impedansi Output 50 ohm
Tegangan Masukan 4Vpp
Konektor Input BNC
Konektor Output FC connector x 2CH
Power Supply DC ±12V
Konsumsi Arus ± 80mA
3. EO/OE Converter
Rasio Pentransmisian Sinyal
1 vs.1
Rentang Dinamis 15mVpp to 4Vpp
Noise 15mVpp
Frekuensi 1Hz to 5MHz
Operasi Batas Suhu 0 to 40℃IV. Langkah Percobaan
1. Hubungkan perangkat seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.23 .
Power Supply tetap dalam keadaan off.
Gambar 4-23 diagram pengkabelan for E / O dan O / E gabungan percobaan
2. Hubungkan daya dari U - 2980P ke U- 2980A dan U - 2982B
3. Atur Selektor SW ( U - 2980a ) ke AC coupling dan mengubah Bias
LED saat ini untuk posisi minimum
4. Nyalakan . Hubungkan multimeter digital untuk memantau terminal
(U-2980A)
5. Hubungkan osilator LF untuk TTL / terminal input Analog ( U -
2980A )
6. Hubungkan CH1 dari osiloskop untuk TTL / terminal input analog
7. Sesuaikan keluaran osilator LF 1,5 Vrms
8. Sesuaikan E / O mengkonversi ( U - 2980A ) bias 25 mA
9. Connect ( U - 2980A ) dan ( U - 2980B ) dengan serat optik optik
10. Sesuaikan frekuensi osilator LF dari 100 Hz 10 10 Khz dan mengukur
output analog di terminal outut analog ( U - 2980B ) dan plot hasilnya
pada gambar 4-24
Gambar 4-24 gabungan karakteristik
frekuensi E / O dan O / E converter
V. Hasil Percobaan
Frekuensi
(Hz)
Vrms
Output
100 Hz 5 V
200 Hz 4.8 V
300 Hz 5 V
400 Hz 4.9 V
500 Hz 4.8 V
1 KHz 4.8 V
2 KHz 4 V
3 KHz 3.2 V
4 KHz 2.9 V
5 KHz 2.3 V
6 KHz 2.1 V
7 KHz 1.9 V
8 KHz 1.8 V
9 KHz 1.5 V
10 KHz 1.2 V
100200
300400
5001000
20003000
40005000
60007000
80009000
100000
1
2
3
4
5
6
Grafik diagram
Tegangan (V)
VI. Analisa
………….
Untuk mengetahui nilai cut off dengan menggunakan rumus:
Vmax = 5 Volt
Cut off = Vmax – 0,707
= 5 – 0,707
= 4,293 V
Hz
V