percobaan kardio

30
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Farmakologi mempelajari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh termasuk menentukan toksisitasnya. Jalur pemakaian obat yang meliputi secara oral, rektal, dan parenteral serta yang lainnya harus ditentukan dan ditetapkan sebagai petunjuk tentang dosis-dosis yang dianjurkan bagi pasien dalam berbagai umur, berat dan status penyakitnya serta teknik penggunaannya atau petunjuk pemakaiannya. Bentuk sediaan dan cara pemberian merupakan penentu dalam memaksimalkan proses absorbsi obat oleh tubuh karena keduanya sangat menentukan efek biologis suatu obat seperti absorpsi, kecepatan absorpsi dan bioavailabilitas (total obat yang dapat diserap), cepat atau lambatnya obat mulai bekerja (onset of action), lamanya obat bekerja (duration of action), intensitas kerja obat, respons farmakologik yang dicapai serta dosis yang

Upload: ryainaira

Post on 14-Dec-2014

94 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Percobaan kardio

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Farmakologi mempelajari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh

termasuk menentukan toksisitasnya. Jalur pemakaian obat yang meliputi

secara oral, rektal, dan parenteral serta yang lainnya harus ditentukan dan

ditetapkan sebagai petunjuk tentang dosis-dosis yang dianjurkan bagi pasien

dalam berbagai umur, berat dan status penyakitnya serta teknik

penggunaannya atau petunjuk pemakaiannya.

Bentuk sediaan dan cara pemberian merupakan penentu dalam

memaksimalkan proses absorbsi obat oleh tubuh karena keduanya sangat

menentukan efek biologis suatu obat seperti absorpsi, kecepatan absorpsi

dan bioavailabilitas (total obat yang dapat diserap), cepat atau lambatnya

obat mulai bekerja (onset of action), lamanya obat bekerja (duration

of action), intensitas kerja obat, respons farmakologik yang dicapai serta

dosis yang tepat untuk memberikan respons tertentu. Setiap cara pemberian

obat memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing yang dimana

tujuannya obat dapat mencapai reseptor kerja yang diinginkan setelah

diberikan melalui rute tertentu yang nyaman dan aman.

Tubuh manusia tersusun atas berbagai organ penting yang saling

berhubungan dan melakukan fungsinnya masing – masing. Salah satunya

adalah jantung.  Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi tubuh

karena jantung membawa bahan-bahan yang mutlak dibutuhkan oleh sel-sel

Page 2: Percobaan kardio

seluruh tubuh melalui medium darah, sehingga jantung berperan penting

dalam sistem sirkulasi.

Dalam praktikum ini dilakukan percobaan obat kardiovaskular yakni

golongan obat kardiovaskular.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud

I.2.2 Tujuan

Page 3: Percobaan kardio

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Sistem kardiovaskular (sirkulasi) adalah sistem transportasi tubuh yang

memiliki tekanan dan resistensi yang tinggi yang berfungsi untuk

mempertahankan kuantitas dan kualitas dari cairan yang ada di seluruh

tubuh.  Sistem ini dimulai dari jantung yang kemudian darah dipompa ke

berbagai organ seperti ginjal, otot, otak, dsb.  Sistem ini mengangkut bahan-

bahan yang sangat mutlak dibutuhkan oleh sel-sel tubuh (Sherwood, 2001).

Sistem sirkulasi berkontribusi terhadap homeostasis dalam tubuh. Sistem

ini berfungsi sebagai perangkat untuk pemindahan dan penyaluran berbagai

bahan dari suatu bagian tubuh ke bagian lain dengan cepat.  Tanpa sistem

sirkulasi ini, zat-zat yang berguna bagi tubuh akan sampai dengan waktu

yang relatif lebih lama.  Namun dengan sistem transportasi ini hanya perlu

beberapa detik untuk  sampai ke tujuan melalui kerja pompa cepat jantung

secara difusi sehingga organ-organ didalam tubuh akan tetap bekerja secara

normal (Sherwood, 2001).

Sistem ini akan terus berfungsi seumur hidup.  Sistem sirkulasi terdiri

atas 3 komponen dasar, yaitu (Sylvia Prince,2006):

a. Jantung

1. Anatomi jantung,

Jantung terletak di rongga toraks sekitar garis tengah antara

sternum di sebelah anterior dan vertebra di sebelah posterior. Posisi

jantung tepat berada di tengah. Namun bagian apexnya terletak di

Page 4: Percobaan kardio

sebelah kiri, sehingga pada waktu berkontraksi kita dapat merabanya

pada dada bagian kiri.

Jantung terbagi menjadi 2 atrium (atrium dextra dan atrium

sinistra) dan 2 ventrikel (ventrikel dextra dan ventrikel sinistra). 

Ruangan jantung bagian atas (atrium) dan pembuluh darah besar

(arteria pulmonalis dan aorta) membentuk dasar jantung.  Secara

anatomi, atrium terpisah terpisah dari ruangan jantung sebelah bawah

(ventrikel) oleh suatu annulus fibrosus (tempat terletaknya keempat

katup jantung dan tempat meletaknya keempat katup jantung dan

tempat melekatnya katup maupun otot.

2. Fisiologi jantung

Jantung dibagi menjadi 2 pompa yang terpisah yaitu bagian pompa

sisi kanan dan sisi kiri.  Bagian dextra memompa darah dari seluruh

tubuh menuju pulmo untuk dibersihkan. Namun bagian sinistra

memompa darah dari pulmo menuju seluruh tubuh.

Jantung dibagi menjadi 4 ruang. 2 atrium, 2 ventrikel. Diantara

atrium sinistra dan ventrikel sinistra ada sekat atrioventrikel

(bikuspidal). Sedangkan antara atrium dextra dan ventrikel dextra

sekatnya trikuspidal. Diantara 2 belahan jantung agar darah arterial

dan venosa tidak tercampur juga ada sekat yang dinamakan septum.

3. Histologi Jantung

Jantung terdiri atas 3 lapisan dari dalam ke luar yaitu endokardium,

miokardium, dan epikardium dan terdiri dari 3 tipe otot yang utama,

yakni otot atrium, otot ventrikel, dan serabut otot khusus penghantar

Page 5: Percobaan kardio

rangsangan. Otot jantung bergaris-garis dengan pola yang sama

dengan pola yang terdapat pada otot rangka yang khas. Otot jantung

memiliki miofibril-miofibril yang mengandung aktin dan myosin.

Jantung terdiri dari 2 sinsisium; sinsisium atrium dan sinsisium

ventrikel. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh jaringan fibrosa.

(Guyton, et al 2001).

b. Pembuluh Darah

Pembuluh darah merupakan saluran untuk mendistribusikan darah dari

jantung ke seluruh tubuh. Pembuluh darah meliputi (Sherwood, 2001):

Arteri, yaitu pembuluh darah yang sangat elastis, mengangkut darah

dari jantung ke jaringan.

Vena, pembuluh darah yang sangat lentur, mengembalikan darah dari

jaringan ke jantung.

Kapiler, pembuluh berdinding tipis dan berpori-pori, tempat

pertukaran darah dengan jaringan di sekitarnya.

Arteriol, pembuluh yang banyak mengandung otot.

c. Darah

Darah adalah medium transportasi bagi bahan-bahan yang akan

disalurkan, dilarutkan, atau diendapkan dari dan ke jantung. (Sherwood,

2001) Darah dibagi menjadi:

Eritrosit (sel darah merah). Suatu kantung hemoglobin yang

terbungkus membran plasma yang mengangkut O2 dan CO2.

Leukosit (sel darah putih). Unit yang dapat bergerak dalam sistem

pertahanan tubuh.

Page 6: Percobaan kardio

Trombosit (keping darah). Jenis ketiga yang terdapat dalam darah.

Trombosit berupa fragmen/potongan kecil sel.

Diuretika dalam arti sempit adalah senyawa yang dapat menyebabkan

ekskresi urin yang lebih banyak. Jika pada peningkatan ekskresi garam-

garam, maka diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika

(Mutschler, 1991).

Walaupun kerjanya pada ginjal, diuretika bukan ‘obat ginjal’, artinya

senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit

ginjal,demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal jika diperlukan

dialysis,tidak dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini.

Beberapa diuertika pada awal pengobatan justru memperkecil ekskresi zat-

zat penting urin dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus sehingga

memperburuk insufisiensi ginjal (Mutschler, 1991).

Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak kemih (diuresis)

melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang

menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung

tidak termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat yang memperkuat

kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah

(dekstran), atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol).

Diuretika meningkat pengeluaran garam dan air oleh ginjal hingga

volume darah dan tekanan darah menurun. Disamping itu, diperkirakan

berpengaruh langsung terhadap dinding pembuluh, yakni penurunan kadar

Natrium membuat dinding lebih kebal terhadap noradrenalin, hingga daya

Page 7: Percobaan kardio

tahnannya berkurang efek hipotensifnya relatife ringan dan tidak meningkat

dengan memperbesar dosis (sebagaimana halnya dengan reserpin).

Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu (Tan Hoan Tjay & Kirana

Rahardja, 2007):

1. Diuretik osmotik

Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja:

a. Tubuli proksimal

Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara

menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotik.

b. Ansa henle

Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara

menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas

daerah medula menurun.

c. Duktus Koligentes

Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara

menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash

out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor-faktor lain

yang mempengaruhi. Istilah diuretik osmotik biasanya dipakaiuntuk

zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oeh ginjal.

Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan

isisorbid.

2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase

Page 8: Percobaan kardio

Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat

reabsorpsi bikarbonat. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah

asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.

3. Diuretik golongan tiazid.

Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan

cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Obat-obat diuretik yang

termsuk golongan ini adalah klorotiazid, hidroklorotiazid,

hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid,

metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.

4. Diuretik hemat kalium

Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus

koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium

dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton)

atau secara langsung (triamteren dan amilorida).

5. Diuretik kuat.

Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian

dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium,

kalium, dan klorida. Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat,

furosemid dan bumetamid.

Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine,

disebut diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transport ion yang

menurunkan reabsorbsi Na+ pada begian-bagian nefron yang berbeda.

Akibatnya, Na+ dan ion lain seperti Cl- memasuki urine dalam jumlah yang

lebih banyak dibandingkan bila keadaan normal bersama-sama air, yang

Page 9: Percobaan kardio

mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik.

Jadi, diuretik meningkatkan volume urine dan sering mengubah pH-nya

serta komposisiion dirancang dalam urine dan darah. Efektifitas berbagai

kelas diuretik yang berbeda sangat bervariasi dari kurang 2 % untuk “loop

diuretik” yang poten. Penggunaan klinis utama ialah dalam menangani

kelainan yang melibatkan retensi cairan (edema) atau penurunan volume

darah, sehingga terjadi penurunan tekanan darah.

1. Mekanisme Kerja Obat Diuretik

Kebanyakan diuretika bekerrja dengan mengurangi reabsorbsi

natrium, sehingga pengeluaranya lewat kemih- dan demikian juga dari

air-diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga

ditempat lain, yakni (mariska syafri ; 2011):

Tubuli proksimal, ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam

yang disini direabsorbsi secara aktif untuk kurang lebih 70%, antara

lain ion-Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorbsi

berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah

dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmosis (manitol,

sorbitol) bekerja di sini dengan merintangi reabsorbsi air dan juga

natrium.

Lengkungan henle. Dibagian menaik dari Henle’s loop ini k,l.

25% bsorbsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa hingga filtrat menjadi

hipotonis. Diuretika lengkungan seperti furosemida, bumetamida

dan etakrinat, bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl-

Page 10: Percobaan kardio

dan demikian reabsorbsi Na+. pengeluaran K+ dan air juga

diperbanyak.

Tubuli distal. Dibagian pertama segmen ini, Na+ direabsorbsi secara

aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih

hipotonis.sentawa thiazida dan  klortalidon bekerja di tempat ini

dengan memperbanyak eksreksi Na+ dan Cl – sebesar 5-10%. Dibagian

kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K + atau –NH4+;

proses ini dikendalikan oleh hormon anak-ginjal aldosteron antagonis

aldosteron (spirolacton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida,

triateren) bertitik kerja disini dengan mengekibatkan ekskresi Na+

(5%) dan retensi- K+.

Saluran pengumpul. Hormon antidiuretika ADH (vasoprin) dari

hipofisis bertitik kerja disini dengan jalan memengaruhi permeabilitas

bagi air dari sel-sel saluran ini.

2. Pemilihan Diuretik

Diuretik thiazide tepat untuk digunakan pada sebagian besar pasien

dengan hipertensi ringan atau sedang serta dengan fungsi jantung dan

ginjal normal. Diuretik yang lebih kuat (misalnya, diuretik yang bekerja

pada loop of henle) diperlukan untuk hipertensi parah,  apabila digunakan

pada kombinasi obat yang menyebabkan retensi natrium. Pada

insufisiensi ginjal,  bila tingkat filtrasi glumeruler kurang dari 30 atau 40

mL/menit. Pada gagal jantung atau sirosis, ketika terdapat retensi

natrium.

Diuretik hemat-kalium (potassium-sparing) berguna untuk

menghindari terjadinya deplesi kalium yang berlebihan, khususnya pada

Page 11: Percobaan kardio

pasien yang menggunakan digitalis dan untuk memperkuat efek

natriuretik diuretik lainnya (Katzung, 1986).

3. Toksisitas Diuretik

Pada pengobatan hipertensi, sebagian besar efek samping yang lazim

terjadi adalah deplesi kalium. Walaupun hipokalemia ringan dapat

ditoleransi oleh banyak pasien , hipokalemia dapat berbahaya pada

pasien yang menggunakan digitalis, pasien dengan aritmia kronis, pada

infarktus miokardium akut atau disfungsi ventrikel kiri. Kehilangan

kalium diimbangi dengan reabsorpsi natrium. Oleh

karenanya ,pembatasan asupan natrium dapat meminimalkan kehilangan

kalium. Diuretik glukosa, dan peningkatan konsentrasi lemak serum.

Diuretik dapat meningkatkan konsentrasi uric acid dan menyebabkan

terjadinya  gout (pirai). Penggunaan dosis rendah dapat meminimalkan

efek metabolik yang tidak diinginkan tanpa mengganggu efek

antihipertensinya. (Katzung, 1986).

II.2 Uraian Hewan Uji

1. Mencit (Mus musculus) (Malolle, 1989)

- Klasifikasi

Kingdom  : Animalia

Philum  : Chordata

Class  : Mamalia

Ordo  : Rhodentia

Family  : Muridae

Genus  : Mus

Spesies  : Mus musculus

Page 12: Percobaan kardio

- Morfologi

Bulu mencit putih dan berwarna sedikit lebih pucat, mata berwarna

hitam dan kulit berpigmen. Berat badan pada 4 minggu mencapai 10-

20 gr. Berat dewasa sekitar 25-40 gr.

- Karakteristik

Lama Hidup  : 1-2 tahun atau 3 tahun

Lama Bunting  : 19-21 hari

Umur disapih  : 21 hari

Umur dewasa  : 35 hari

Siklus kelamin : Poliestrus

Siklus estrus  : 4-5 hari

Lama estrus  : 2-24 hari 

Berat dewasa  : 20-40 gr

Jumlah anak  : Rata-rata 6 bisa sampai 15

Suhu (Rektal)  : 35o - 39oC (rata-rata 37,4oC)

Perkawinan  : 4 betina 1 jantan

Aktifitas  : Nocturnal (malam)

II.3 Uraian Bahan

1. Air suling (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi   : Aqua destillata

Sinonim    : Aquades, Air suling

RM / BM  : H2O/18,02

Page 13: Percobaan kardio

Pemerian       : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

2. Furosemid (Dirjen POM, 1995)

Nama Resmi : Furosemidum, Furosemida

Sinonim : Asam-4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoilantranilat

RM/BM : C12H11ClN2O5S/330,74

Pamerian : Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak berbau;

hampir tidak berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform P,

larut dalam 75 bagian etanol (95%) P dan dalam 850

bagian eter P; larut dalam larutan alkali hidroksida.

Khasiat : Diuretikum

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya.

3. Na CMC (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Natrium carboksimetilselulosa

Sinonim : Natrium karboksil metil selulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau kering gading tidak

berbau atau hampir tidak berbau hidrofobik.

Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk seperti

koloidal, tidak larut dalam etanol 95% p dalam eter p

dan dalam organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai kontrol.

Page 14: Percobaan kardio

4. Spironolakton (Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : Spironolactonum

Sinonim : Spironolakton

RM/BM : C24H32O4S/416,60

Pemerian : Serbuk, kuning tua, tidak berbau atau

berbau atau berbau asam tiosetat lemah,

rasa agak pahit.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 80

bagian etanol (95%) p, dalam 3 bagian

kloroform P dan dalam 100 bagian eter P.

Khasiat : Diuretikum.

Penyimpanan : Dalam wadah terlindung dari cahaya.

Page 15: Percobaan kardio

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

- Dispo

- Kandang metabolisme (loyang)

III.1.2 Bahan

- Aquadest

- Furosemid

- Mencit

- Na CMC

- Spironolakton

III.2 Cara Kerja

a. Mencit 1

1. Diberikan aquadest dengan perlahan-lahan secara oral

2. Diletakkan dalam kandang metabolisme (loyang)

3. Dicatat volume urin selama 30 menit dan 60 menit.

b. Mencit 2

1. Diberikan suspensi Furosemid per oral secara perlahan-lahan, dengan

dosis sesuai berat badan

2. Diletakkan kedalam kandang metabolisme (loyang)

3. Dicatat volume urin selama 30 menit dan 60 menit.

Page 16: Percobaan kardio

c. Mencit 3

1. Diberikan suspensi Spironolakton per oral secara perlahan-lahan,

dengan dosis sesuai berat badan

2. Dimasukkan kedalam kandang metabolisme (loyang)

3. Dicatat volume urin selama 30 menit dan 60 menit.

Page 17: Percobaan kardio

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

IV.2 Pembahasan

Hewan Berat Badan Obat Dosis

Mencit 1 Aquadest

Mencit 2 Furosemid

Mencit 3 Spironolakton

Page 18: Percobaan kardio

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

V.2 Saran

Disarankan untuk laboratorium farmakologi dan toksikologi kedepannya

untuk lebih dilengkapi baik dari segi alat maupun bahan agar tercapainya

praktikum yang efisien.

Page 19: Percobaan kardio

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi keempat. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Katzung, B.G. 1986. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika

Guyton, N.H. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Malolle, M. 1989. Penanganan Hewan-Hewan Percobaan. Bandung: ITB

Mutschaler, E. 1991. Dinamika obat Farmakologi dan Tonsikologi. Bandung: ITB

Syafri, M. 2011. Mekanisme Kerja Obat Diuretika. Surakarta: UNS Press

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Tjay, T.H. 2007. Obat-obat Penting. PT Gramedia: Jakarta.

Page 20: Percobaan kardio
Page 21: Percobaan kardio

Daftar Pustaka

Katzung, Bertram G., 1986, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika ;

Jakarta.

Anonym,2006,Obat-obat Penting, Laboratorium Manajemen Farmasi dan

Farmasi Masyarakat bagian Farmasetika Fakultas Farmasi UGM ; Jogjakarta

Syafri, Mariska, 2011, mekanisme kerja obat diuretika,

http://mariskasyafri.blogspot.com/2011/03/mekanisme-kerja-obat-

diuretika.html diakses pada tanggal 5 mei 2012

Mutschaler,Ernst.1991.Dinamika obat Farmakologi dan Tonsikologi.bandung ;

ITB

Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja, 2007, Obat-obat Penting, PT Gramedia ;

Jakarta.

Guyton, N Hall.2001.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGCSetiowati, Tetty. Furqonita, Deswanty. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka PressSnell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa. Jakarta: EGCSherwood, L.2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGCAsisten Anatomi FK UNS 1999-2000. 2003. Guidance to Anatomy II. Surakarta: UNS Presshttp://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081224203633AAxOK0Bhttp://medicastore.com/penyakit/3177/Sistem_Kekebalan_Tubuh_2.htmlhttp://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Ilmu%20Kedokteran%20Terintegrasi%20-%20PBL/anamnesa_pemfisik-kardio-budiarief.pdfhttp://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/06/25/1325/13/Sehat-dengan-Terapi-Tertawa

Page 22: Percobaan kardio

http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=206&Itemid=3www.jantungku.comPrice, Sylvia. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC