perdamaian dalam pandangan buddhisme ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan...

97
PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME NICHIREN (Studi Atas Pemikiran Dan Gerakan Perdamaian Daisaku Ikeda) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Ahmad Daenuri NIM: 1113032100013 PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKUTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN

BUDDHISME NICHIREN

(Studi Atas Pemikiran Dan Gerakan Perdamaian

Daisaku Ikeda)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :

Ahmad Daenuri

NIM: 1113032100013

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKUTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 2: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup
Page 3: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup
Page 4: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup
Page 5: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

i

ABSTRAK

Ahmad Daenuri

Perdamaian Dalam Pandangan Buddhisme Nichiren (Studi Atas Pemikiran

dan Gerakan Perdamaian Daisaku Ikeda)

Umat manusia di seluruh penjuru dunia kini dihadapkan pada dilema yang

tidak terelakkan : ancaman senjata nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya,

pertikaian etnis, perusakan lingkungan hidup akibat efek pemanasan global dan

penghancuran lapisan ozon, serta merebaknya kejahatan yang brutal.

Di abad milenium ketiga ini, harus dipastikan dapat terhapusnya

penderitaan yang tidak perlu di planet bumi ini. Dalam upaya mewujudkan tujuan

ini, untuk memulai suatu era baru pedamaian dan harapan, maka melalui ajaran

Buddhisme Nichiren, Daisaku Ikeda mencoba menerapkan tiga konsep utama

yang digagasnya yaitu penguasaan diri, dialog peradaban dan kewarganegaraan

global.

Menurutnya, untuk dapat menjadi warga dunia yang baik tergantung pada

tarap penguasaan diri yang dapat dicapai. Kemampuan untuk melihat menembus

ke dalam diri sendiri akan memungkinkan kita untuk melepaskan ikatan-ikatan

kebangsaan dan garis-garis keturunan etnis. Kemudian jalur dialog, jalur dialog

ini menurut Ikeda sangat penting sekali dalam menciptakan perdamaian, karena

kecenderungan pada logika dan diskusi adalah salah satu bukti kemanusiaan.

Selanjutnya dalam hal ini Ikeda berupaya menyadarkan seluruh manusia

dengan kesadaran kewarganegaraan global. Menurutnya kesadaran ini sangat

penting demi menciptakan perdamaian yang abadi. Untuk meletakkan fondasi

bagi perdamaian abadi, tentu harus menghapuskan perang, mendorong peralihan

dari budaya perang ke budaya damai. Bila semua manusia bergabung sebagai

mitra sejajar untuk menciptakan kebudayaan damai, maka dapat disaksikan

terbitnya suatu zaman ketika kebahagiaan dapat dinikmati setiap orang.

Penelitian ini secara sistematis membahas pemikiran perdamaian Daisaku

Ikeda yang mengacu pada ajaran-ajaran Buddhisme Nichiren dengan

memfokuskan pada analisa mengapa pemikiran ini kemudian timbul, dasar apa

yang menjadi pijakan atas pemikirannya dan bagaimana pemikiran tersebut dapat

diimplementasikan melalui gerakannya dan apakah pemikiran tersebut relevan

diterapkan pada zaman sekarang ini. Dalam penulisan ini menggunakan model

library research, dengan membaca buku-buku karya Daisaku Ikeda dan buku-

buku penunjang lainnya.

Page 6: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat ilahi rabbi dengan segala karunia dan

nikmat yang diberikan kepada umat manusia, hingga sebahagian kecil dari sebuah

perjalanan hidup yang diarungi oleh salah seorang hamba-Nya, tak pernah luput

dari pantauan dan perhatian-Nya. Penulis persembahkan syukur yang tak terbilang

kepada-Nya. Tuhanku dan tuhan semesta alam karena kesehatan fisik dan mental

yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat merampungkan penulisan

skripsi ini sebagai bagian dari tugas akademis di Program Studi Agama-agama

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Shalawat dan salam semoga tercurah selalu kepada nabi akhir zaman dan

kekasih Allah, Muhammad saw, sang peletak dasar prinsip pendidikan Islam yang

sekaligus menjadi suri tauladan bagi umatnya hingga akhir zaman.

Selama proses penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan

yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu,

pengumpulan bahan-bahan, maupun biaya yang dibutuhkan dan lain sebagainya.

Namun berkat kesungguhan hati dan doa serta kerja keras, dorongan dan bantuan

dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan

sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan, bantuan bimbingan, dan

motivasi dari semua pihak, penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik.

Maka sudah sepatutnya penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-

besarnya dan rasa hormat yang mendalam ditujukan kepada:

1. Bapak Dr. Hamid Nasuhi, M.A sebagai pembimbing dalam penulisan

skripsi ini yang di tengah kesibukannya masih berkenan meluangkan

Page 7: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

iii

waktu dan tenaganya serta kesabaran memberikan arahan dan bimbingan

kepada penulis sehingga membuka cakrawaala berpikir dan nuansa

keilmuan yang baru. Hanya Allah yang dapat membalas semua kebaikan

Bapak, dan semoga Bapak beserta keluarga selalu dikaruniai kesehatan,

umur panjang, kelancaran rizki dan bahagia dunia maupun akhirat kelak.

2. Ibu Hermawati. M.Ag, selaku penasihat akademi penulis, yang telah

memberikan nasihat-nasihatnya.

3. Ketua Jurusan Studi Agama-agama, Dr. Media Zainul Bahri, MA yang

selalu menyenangkan ketika menyampaikan materi, semoga bapak selalu

diberi kesehatan dan umur yang berkah.

4. Para dosen Fakultas Ushuluddin terutama dosen Jurusan Studi Agama-

agama yang telah mentransfer ilmunya kepada penulis, semoga bapak dan

ibu dosen selalu diberikan kesehatan dan ilmu yang telah diberikan kepada

penulis dapat bermanfaat.

5. Pemimpin beserta Staf Perpustakaan Utama dan Staf Perpustakaan

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam memenuhi studi pustaka.

6. Pengurus Organisasi Soka Gakkai Indonesia, terutama Kepada Kak Kiki

Tanzil, Pak Ayong, dan Ibu Evi yang bersedia membantu penulis dalam

mencari informasi mengenai kajian skripsi penulis, dan terima kasih atas

buku-buku referensi yang telah diberikan kepada penulis, penulis merasa

senang atas perlakuan yang telah diberikan.

7. Kedua orang tua tercinta yakni Ayahanda Sambani dan Ibunda Sunari

yang selalu memberikan do’a restu dan dukungannya berupa materi,

Page 8: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

iv

motivasi, nasihat, serta kasih sayang yang tiada tara bagi penulis, munajat

do’anya disetiap waktu telah memberikan kekuatan lahir dan batin dalam

mengarungi bahtera kehdupan. Ka Nurdin, Teh Rohimah, Ka Jejen, Teh

Pidoh, Teh Nur, Teh Rosidah terimakasih atas segala nasihat dan

perhatiannya kepada adekmu ini, semoga kalian selalu diberikan

kesehatan, keberkahan rizki. Dan untuk Adeku Syamsul, maafkan

kakakmu yang selalu marah marah, itu karena kecintaanku kepadamu,

semoga kamu selalu diberikan ketabahan dalam menjalani hidup ini, terus

semangat dan jangan lupa solat dan sabar. Kepada kakak-kakak ipar,

keponakan dan semua keluargaku terima kasih atas dukungan dan do’anya

semoga keluarga besar kita akan terus terjaga dengan bimbingan dan

rahmat Allah swt.

8. Kepada Pengurus Mushola Nurul Huda Mabad dan para jamaahnya yang

sangat perhatian kepada penulis, terimakasih banyak atas nasihat-nasihat

dan kebaikannya, semoga bapak-bapak dan ibu-ibu para jamaah

mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

9. Kepada teman-teman seperjuanganku yang tidak bisa disebutkan satu-

persatu terimakasih atas canda tawanya dan kegilaan kalian sehingga

terkadang hidup ini menjadi lebih segar dan hangat. Semoga kalian

menjadi orang-orang sukses yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan doa ke hadirat

Allah SWT. Semoga amal baik semua pihak yang telah membimbing,

mengarahkan, memperhatikan dan membantu penulis dicatat oleh Allah

Page 9: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

v

sebagai amal soleh dan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Dan

mudah-mudahan apa yang penulis usahakan dapat bermanfaat. Amiin

Jakarta, 29 Maret 2018

Penulis

Ahmad Daenuri

Page 10: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 11

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 11

E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 11

F. Metode Penelitian......................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan .................................................................. 14

BAB II BIOGRAFI DAISAKU IKEDA

A. Riwayat Hidup Daisaku Ikeda .................................................... 16

B. Karir dan karya Intlektualnya....................................................... 25

BAB IV PEMIKIRAN DAN GERAKAN PERDAMAIAN

DAISAKU IKEDA

A. Reformasi Manusia ..................................................................... 33

1. Kondisi Jiwa Manusia ........................................................... 33

2. Sepuluh Alam Hidup Dan Sepuluh Faktor .......................... 39

3. Agama dan Revolusi Manusia: Sumber Penciptaan Nilai .... 49

B. Dialog Peradaban ....................................................................... 53

1. Budhisme dan Kekuatan Dialog ........................................... 53

2. Kristalisasi Ciri-ciri Demokratis ........................................... 55

Page 11: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

vii

C. Kewarganegaraan Global ........................................................... 58

1. Ciri-ciri dan Karakter Warga Negara Global ........................ 58

2. Kompetisi Kemanusiaan ....................................................... 61

3. Jalur Kesadaran Global ......................................................... 64

BAB IV IMPLEMENTASI DAN RELEVANSI KONSEP PERDAMAIAN

DAISAKU IKEDA

A. Perdamaian dan Perlucutan Senjata ........................................... 67

B. Bantuan Kemanusiaan ............................................................... 72

C. Pendidikan Hak Asasi Manusia ................................................. 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 80

B. Saran .......................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82

Page 12: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara fitrah manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini.

Manusia diberi akal pikiran yang dapat membedakan dengan makhluk

lainnya sehingga dalam setiap diri manusia mengalir rasa kasih sayang dan

perdamaian. Manusia senantiasa selalu memberikan kebebasan terhadap

manusia lainnya untuk melakukan hal-hal positif dan bukan menjadikan

manusia sebagai tumbal untuk memenuhi hawa nafsunya.

Kemajuan manusia dari waktu ke waktu terus meningkat, bahkan

ada sebuah keyakinan bahwa kemajuan manusia tidak terbatas. Namun

sejak permulaan abad ke- 20 tujuan luhur dalam mengembangkan kemajuan

dan peradaban tersebut telah dipudarkan oleh ideologi kaum ekstrimis yang

pada akhirnya mengakibatkan pembantaian manusia secara besar besaran.

Anggapan akan adanya prospek masa depan umat manusia yang jauh lebih

cerah setelah berakhirnya perang dingin pada tahun 1989, itu hanyalah

isapan jempol semata. Harapan itu segera sirna saat dunia dicabik-cabik

oleh berbagai konflik regional dan internal, dalam maupun luar negeri.

Sekitar kurang lebih 50 bangsa bergumul dalam konflik kekerasan,

perpecahan sehingga telah banyak menelan jutaan jiwa manusia.1

Akhir- akhir ini di seluruh penjuru dunia, umat manusia dihadapkan

dengan berbagai dilema: ancaman senjata nuklir, perusakan lingkungan,

merebaknya kejahatan, pertikaian etnis bahkan dalam hubungannya dengan

1 Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global (Jakarta: PT

Bhuana Ilmu Populer, 2008), h. 1.

Page 13: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

2

keagamaan sekalipun. Hal ini mengindikasikan telah terjadi pertentangan

menyangkut berbagai kepentingan di antara berbagai kelompok baik di

tingkat regional, nasional maupun internasional. Dalam berbagai

pertentangan dan konflik itu, isu suku, agama, ras dan antar golongan

(SARA) begitu cepat menyebar ke berbagai lapisan sehingga tercipta

suasana konflik yang cukup berbahaya dalam kehidupan masyarakat.

Eskalasi pertentangan yang dilapisi baju SARA seringkali menciptakan

konflik kekerasan yang lebih menegangkan dan meresahkan. Dalam suasana

seperti ini agama seringkali menjadi titik singgung paling sensitif dan

eksklusif dalam pergaulan masyarakat yang beragam. Masing-masing pihak

mengklaim bahwa dirinyalah yang paling benar, sedangkan pihak lain

adalah yang salah. Persepsi bahwa perbedaan adalah sesuatu yang buruk,

suatu hal yang menakutkan, sudah begitu rupa mendarah daging dalam jiwa

manusia terutama umat beragama.

Akibat dari perseteruan tersebut adalah kesengsaraan semua pihak,

yang bertikai maupun yang tidak mengetahui apa-apa. Pada dasarnya akibat

dari konflik adalah kerugian yang menyeluruh di berbagai pihak. Rakyat

kecil lagi-lagi menjadi korban dan harus menanggung akibat-akibat yang

ditimbulkan oleh konflik tersebut. Berbagai peristiwa itu telah memberi

gangguan cukup serius terhadap tekad bersama untuk menciptakan dunia

yang damai, yang toleran dalam kehidupan antar pemeluk agama, toleran

dalam kebudayaan, toleran dalam politik, dan toleran dalam aspek-aspek

kehidupan lainnya.

Page 14: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

3

Berbicara tentang perdamaian dunia, Daisaku Ikeda mengatakan

bahwa ada beberapa kendala dalam menciptakan perdamaian dunia,

diantaranya; (1) Paham Menolak Relasi Internasional, (2) Kerakusan (3)

Kemiskinan (4) Pengabaian Masalah Lingkungan Hidup.

Menurut Ikeda manusia harus merasa berkepentingan tidak saja

terhadap negerinya sendiri, tetapi juga terhadap kondisi internasional.

Banyak orang merasa tidak nyaman bila berhadapan dengan arus

internasionalisasi sehingga menarik diri ke wilayah atau negara dan ke

dalam tradisi mereka sendiri atau disebut dengan isolationism. Kendala

lain bagi perdamaian berakar pada motivasi dasar keserakahan terhadap

kekuasaan yang saling incar, tanpa malu-malu dan secara keji siap merebut

hak orang lain ketika mendapat kesempatan. Selain itu berbagai konflik

terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau

kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

yang mengakibatkan rusaknya lingkungan seperti polusi udara, air dan

tanah, pembalakan hutan, penggurunan, kerusakan lapisan ozon dan

berbagai dampak pemanasan global.2

Tentu semua permasalahan-permasalahan di atas harus disingkirkan

dan dicarikan solusinya. Pada permulaan abad ketiga ini seseorang harus

memiliki komitmen untuk menghapuskan penderitaan tersebut dari muka

bumi dan harus menemukan kunci untuk menjamin bahwa pada abad baru

ini penderitaan yang telah terjadi tidak akan terulang lagi. Dengan kembali

2 Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 3-6

Page 15: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

4

memusatkan perhatian pada kesakralan hidup, maka harapan terhadap

perdamaian akan segera tercapai.

Kaitannya dengan hal ini tentunya upaya-upaya untuk menuju

perdamaian harus terus dipromosikan baik di tingkat nasional maupun

internasional. Upaya-upaya dalam mempromosikan perdamaian tersebut

telah banyak dilakukan oleh para tokoh-tokoh perdamaian dunia, sebut saja

misalkan Mahatma Gandi, Nelson Mandela, Bunda Teresa, Marthin Luther,

Syech Abdul Halim Mahmoud, Anwar Al-Sadat, Abdurrahman Wahid dan

tokoh-tokoh lainnya. Mereka terus menggaungkan ide-ide pemikirannya

untuk mengupayakan perdamaian dunia dan mengimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari baik itu melalui kebudayaan, pendidikan dan lain

sebagainya. Senada dengan hal tersebut, penulis tertarik dengan pemikiran

dan gerakan perdamaian yang dipelopori oleh seorang tokoh perdamaian,

Daisaku Ikeda, Presiden Soka Gakkai Internasional (SGI).

Di mata para penggagas perdamaian, Ikeda sangat dihormati dan

dibanggakan seperti apa yang pernah dikatakan oleh Abdurrahman Wahid

(Gusdur) ”Orang yang saya hormati adalah orang yang memiliki semangat

pantang menyerah walau apapun yang terjadi. Bagi saya Bapak Ikeda adalah

salah seorang yang saya hormati sebagaimana sosok orang tersebut”. Ini

merupakan suatu ungkapan dan pujian yang luar biasa. Arnold Toynbee

sebagai rekan dialognya memberi penilaian kepada Ikeda dengan nilai A,

setelah Ikeda menanyakan nilai apa yang akan diberikan kepadanya sebagai

murid. Setelah mendapatkan nilai A dari Toynbee, Ikeda semakin bertekad

Page 16: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

5

untuk melawan semua kekuatan negatif yang berusaha membawa

penderitaan bagi kemanusiaan.3

Ikeda adalah penggiat perdamaian yang telah diakui oleh dunia. Ide-

idenya dalam mewujudkan perdamaian telah banyak dipublikasikan di

seluruh dunia baik melalui buku, jurnal maupun seminar. Ia juga melakukan

dialog dengan berbagai cendikiawan maupun pemimpin negara di dunia.

Disamping itu ia merupakan Presiden organisasi Bhuddhis terbesar dunia

yang memiliki kurang lebih 90 organisasi konsisten dan 12 juta anggota di

192 negara termasuk Indonesia.4 Ia menerima gelar Doktor Honoris Causa

lebih dari 260 universitas/lembaga pendidikan di dunia, diantaranya

Universitas Moskow, Universitas Glasgow, Universitas Beijing dan

Universitas Buenos Aires.5

Ia terus mempromosikan perdamaian melalui pemikiran-

pemikirannya yang kemudian dimplementasikan dalam kehidupan nyata.

Dasar pemikiran yang mendorongnya untuk terus mengembangkan

pemikirannya terutama dalam hal perdamaian dan kemanusiaan adalah

falsafah hidup Budhisme. Hal tersebut terbukti melalui penulisan proposal

perdamaian yang diajukannya kepada PBB sejak tahun 1981 hingga

sekarang. Sejak tahun 1983, Ikeda dianugrahi “Penghargaan Perdamaian”,

“Penghargaan Kemanusiaan” dan “Duta Perdamaian” oleh PBB.6

3 The Heart of Dialog, 45 Years since the Toynbee-Ikeda Dialog, artikel diakses pada 15

Juli 2018 dari www.worldtribune.org 4 Daisaku Ikeda, Ikrar Perdamaian untuk Masa Depan yang lebih Manusiawi:

Menghapus Kesengsaraan dari Bumi (Japan: The Soka Gakai, 2015), h. 78. 5 Abdurrahman Wahid, Daisaku Ikeda, Dialog Peradaban untuk Toleransi dan

Perdamaian (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. Ix. 6 Abdurrahman Wahid, Daisaku Ikeda, Dialog Peradaban untuk Toleransi dan

Perdamaian, h. Ix.

Page 17: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

6

Dalam hal ini, ada tiga pemikiran Daisaku Ikeda dalam mewujudkan

perdamaian dunia ; (1) Transformasi Manusia, (2) Dialog Peradaban, dan

(3) Kewargaan Global (Global Citizenship).7

Pertama, Transformasi Manusia. Berdasarkan falsafah hidup

Budhisme tentang penguasaan diri, Nichiren Daishonin menularkan

kepercayaan terhadap Gohonzon8 dan pembacaan berulang dari Nam-

myoho-renge-kyo9, yang kemudian kepercayaan tersebut dipercaya oleh

pengikutnya secara turun temurun hingga saat ini. Daisaku Ikeda sebagai

pengikut Budhaisme Nichiren mempercayai ajaran tersebut sehingga ia

menjadikannya sebagai pokok dasar dalam merevolusi individu manusia,

mengubah hidup untuk perbaikan diri sendiri dan seluruh umat manusia

serta membersihkan dari karma yang menyedihkan. Nichiren Daishonin

meramalkan bahwa di masa yang akan datang kegiatan manusia baik itu

politik, ekonomi, diplomatik, industri dan lainnya, harus dimulai dengan

revolusi dalam hati manusia individual yang dicapai melalui kepercayaan

Buddhis.10

Revolusi manusia merupakan gagasan utama Ikeda dalam

mewujudkan perdamaian dunia, menurutnya perdamaian tidak hanya

7 Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 9-10.

8 Sutra Teratai mengajarkan bahwa Buddha Shakyamuni tidak lain adalah perwujudan

dari Buddha Abadi: sifat abadi Buddha yang ada di semua kehidupan dan semua makhluk yang

ditakdirkan untuk mewujudkan sebagai sifat mereka sendiri yang sebenarnya. Gohonzon

menggambarkan wawasan ini melalui penggunaan kaligrafi Cina dan mewakili kehidupan

mencakup semua Buddha Abadi, bukan obyek atau sesuatu.Gohonzon merupakan istilah yang

dipakai oleh ajaran Agama Budha Nichiren yang diistilahkan kepada Budha Sakyamuni.

Gohonzon artinya “ Yang Maha Mulia di Dunia ini”. 9 Nam-myoho-renge-kyo adalah hukum pokok alam semesta dan jiwa yang dapat

mengatasi penderitaan dari dasar, membuka kebahagiaan dan mencapai kesadaran Budha. Nam-

myoho-renge-kyo merupakan nama lengkap dari sutra bunga teratai yang diajarkan oleh Nichiren

Daisonin. 10

Daisaku Ikeda, Budhisme: Falsafah Hidup (Jakarta: PT Intermasa, 1988), h. 58.

Page 18: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

7

ditandai dengan ketiadaan perang, melainkan terciptanya kondisi jiwa damai

yang berdampak positif bagi peningkatan martabat manusia sebagai

makhluk beradab. Perdamaian abadi diibaratkan sebuah garis lurus yang

dipertahankan secara sadar melalui interaksi individu-individu yang mampu

mengendalikan diri di dalam suatu masyarakat yang mampu menguasai

diri.11

Dalam ajaran Budhisme Nichiren terdapat istilah “Sepuluh Alam

Hidup” dalam hati manusia, Empat diantaranya merupakan alam kejahatan

yang memuat alam terendah; neraka (alam derita), kelobaan (alam yang

menguasai orang dengan kerakusan), kebinatangan (alam yang

menyebabkan orang dikuasai oleh naluri-nalurinya) dan keberangan (alam

yang menguasai orang dengan sifat persaingan). Keempat alam ini tidak

dipungkiri keberadaannya pada setiap individu manusia sebelum merevolusi

dirinya untuk mencapai martabat yang lebih tinggi. Reformasi internal

berarti proses tranformasi dari alam rendah itu naik ke alam mulia dan

tinggi; seperti alam kemanusiaan atau ketentraman, alam sorga atau

sukacita, alam kesarjanaan atau kebahagiaan berilmu, alam penciptaan atau

menghargai karya penciptaan, alam bodhisattwa dan kemudian terakhir

alam kebudhaan.12

Menurut hemat penulis, para pelaku teror dan konflik adalah orang

yang berada di dalam empat alam kejahatan tersebut di atas. Karena pada

dasarnya konflik dan teror merupakan bentuk kejahatan yang dilandasi

dengan hati yang kotor yang dikuasai oleh keinginan-keinginan materialistis

11

Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 13. 12

Ikeda, Budhisme: Falsafah Hidup, h. 36-38.

Page 19: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

8

untuk mencapai kekayaan, kemashuran, dan keuntungan non spiritual.

Sehingga martabatnya merosot seperti binatang, meninggalkan akal dan

etika dan mengikuti naluri buasnya kemudian hukum rimbapun berkuasa.

Kedua, Dialog Peradaban, Upaya-upaya lain Daisaku Ikeda dalam

mempromosikan perdamaian adalah dengan melalui dialog, hal ini telah

dilakukannya dengan berbagai cendekiawan dan pemimpin negara di dunia,

dan telah mengarang lebih dari 50 buku dialog, di antaranya Dialog

Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian dengan KH. Abdurrahman

Wahid (Gusdur), Dialog Menuju Abad ke 21 dengan Arnold Joseph

Toynbee, Pelajaran Moral di Abad ke-20 dengan Mikhail Gorbachev,

Menuju Abad Kemanusiaan yang Agung dengan John Kenneth Galbraith,

Sebuah Pencarian untuk Perdamaian Global dengan Joseph Rotblat,

Perjalanan Ke-Kebudayaan dan Kesenian dengan Jao Tsung-I.13

Dialog merupakan langkah yang konkrit untuk dilakukan sebagai

prinsip-prinsip penyelesaian konflik secara damai. Dialog seperti ini sudah

diajarkan oleh Budha Sakyamuni kepada murid-muridnya, ia terus

mendorong mereka untuk menanyakan padanya persoalan apa saja, dalam

kedudukannya sebagai teman. Dari gambaran ini dapat dipahami bahwa

dialog semata-mata untuk menyelesaikan masalah dan merekatkan tali

persaudaraan bukan malah sebaliknya. Dalam hal ini Ikeda percaya dengan

kekuatan akal budi –melalui dialog- dapat menepis perbedaan dan

merekatkan persatuan. Menurutnya dialog merupakan senjata paling ampuh

diantara senjata-senjata orang moderat, dialog hanya dapat dihidupkan

13

Wahid dan Ikeda, Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian,h. Ix.

Page 20: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

9

dengan sumberdaya energi dan kekuatan spiritual, hal ini jauh lebih baik

daripada orang-orang yang selalu menggunakan kekerasan.14

Ketiga, Kewarganegaraan global,15

Atas dasar prinsip

kemanusiaan, Ikeda terus berupaya mendorong warga dunia berkomitmen

pada kesejahteraan dan solidaritas seluruh umat manusia, ini merupakan

teransformasi dari kebangsaan kepada kemanusiaan yang dapat membawa

kepada persoalan tentang bagaimana mengembangkan sumberdaya dan

karakter yang dengan berani mampu menentang dan menjinakan penguasa

yang melampaui batas.

Ikeda berkeyakinan, bahwa pernyataan-pernyataan yang mengangkat

kemuliaan manusia akan meresap ke dalam hati para warga dunia saat

menciptakan peradaban global. Ia terus menyeru dan mengajak seluruh umat

manusia agar menjadi warga global, dengan tujuan untuk memantapkan

kepedulian terhadap perdamaian dunia. Melihat situasi saat ini persoalan

manusia bukan hanya pada persoalan lokal dan nasional melainkan sudah

sampai pada persoalan global yang perlu diselesaikan bersama.

Dari ketiga konsep Daisaku Ikeda yang dijelaskan di atas tentu hal

ini tidak lepas dari tiga golongan nilai yang diperkenalkan oleh Soka Gakkai

yaitu keuntungan atau laba (ri), kepuasan hati akan keinginan-keinginan

material; keindahan sejati (bi), atau kepuasan hati akan keinginan-keinginan

14

Ikeda, Demi Perdamaian, hal. 33. 15

Kewarganegaraan global ini merujuk pada identitas seseorang sebagai masyarakat

global di atas identitasnya sebagai warga negara. Identitas ini sudah melintasi batas geografi atau

politik dan tanggungjawab beserta haknya yang merupakan bukti keanggotaan sebagai umat

manusia. Namun tidak berarti menolak atau mencabut identitas kebangsaan dan identitas lokalnya

identitas ini merupakan identitas kedua dalam keanggotaannya di komunitas global. Lihat Ronald

C Israel, What Does it Mean to be a Global Citizen, artikel jurnal diakses pada 14 Juli 2018 dari

www.kosmosjournal.org

Page 21: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

10

spiritual; dan kebaikan (zen), kepuasan hati akan keinginan-keinginan

altruistis untuk membagi keuntungan dan keindahan dengan orang-orang

lain. Jenis kebaikan ini membebaskan manusia dari ke-akuan (egoisme) dan

menolongnya untuk melampaui egonya sendiri. Dalam falsafah Soka

Gakkai, jika ada konflik antara tiga nilai itu maka nilai kebaikanlah yang

harus didahulukan dari kedua nilai lainnya. Sesuai dengan ajaran Buddhis

bahwa hidup tak dapat dipahami sebagai budi semata-mata atau sebagai zat

semata-mata tetapi harus dipahami sebagai kedua-duanya, nilai-nilai

kebaikan, keindahan dan keuntungan tidak semata-mata bersifat

materialistis ataupun bersifat semata-mata spiritual. Nilai-nilai tersebut

bersifat kedua-duanya dan memang benar bahwa umat manusia memerlukan

kedua jenis nilai bagi kebahagiaannya. Menurut Daisaku Ikeda nilai-nilai

tersebut bukanlah hasil rangsangan dari luar tetapi dari diri setiap individu

yang telah memahami kebenaran dari ajaran-ajaran Buddhisme.16

Berangkat dari uraian diatas, maka penulis memandang bahwa

penelitian mengenai konsep perdamaian sebagai bentuk pemikiran Daisaku

Ikeda berlandaskan filsafat hidup Budhisme tersebut perlu untuk dibahas

lebih lanjut dikarenakan mengandung relevansi yang baik terhadap

kenyataan manusia saat ini. Bahwa berbagai ide untuk menjunjung

perdamaian dan keadilan diantara umat manusia sangatlah layak untuk

dikaji dan disampaikan kepada khalayak. Hal tersebut kemudin menjadi

latar belakang penulisan skripsi yang berjudul “Perdamaian dalam

16

Ikeda, Budhisme: Falsafah Hidup, h. 94

Page 22: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

11

Pandangan Budhaisme Nichiren : Studi Pemikiran dan Gerakan Perdamaian

Daisaku Ikeda”

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pembahasan, penulis hanya

membatasi pembahasan seputar perdamaian Daisaku Ikeda, dengan fokus

pada gagasan perdamaian dan jalur menuju keharmonisan global.

Sedangkan rumusan masalah, penulis hanya terfokus kepada 2 masalah

yaitu:

1. Bagaimana Konsep Perdamaian Daisaku Ikeda?

2. Bagaimana Implementasi Konsep dan Gerakan Perdamaian Daisaku

Ikeda?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui Konsep Perdamaian Daisaku Ikeda

b. Untuk Melihat dan Mengetahui Implementasi Konsep dan Gerakan

Perdamaian Daisaku Ikeda

D. Kajian Pustaka

Sejauh ini penulis belum menemukan kajian mengenai konsep

perdamaian dalam pandangan Buddhisme Nichiren, studi atas pemikiran

dan gerakan perdamaian Daisaku Ikeda ataupun karangan lainnya yang

membahas hal tersebut.

E. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu penulis

perhatikan, diantaranya :

Page 23: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

12

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian perpustakaan atau

library research, yaitu suatu cara kerja yang digunakan untuk memperoleh

data dengan mempelajari buku-buku di perpustakaan yang merupakan hasil

dari karya-karya Daisaku Ikeda.17

2. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

filosofis dan historis. Pendekatan filosofis digunakan untuk merumuskan

secara jelas hakikat yang mendasari konsep-konsep pemikiran.18

Sedangkan pendekatan historis dimaksudkan untuk mengkaji,

mengungkap latar belakang Daisaku Ikeda, karyanya serta corak

perkembaangan pemikirannya dari kecamata kesejarahan, yakni dilihat dari

kondisi sosial politik dan budaya pada masanya.

3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang bersifat kualitatif,

sehingga data yang digunakan diperoleh dari dokumen-dokumen atau

transkip yang telah ada. Data penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Data primer, yaitu data yang berupa pemikiran-pemikiran Daisaku

Ikeda secara langsung yang tertuang dalam bentuk tulisan-tulisan, baik

berupa buku yang ia tulis sendiri, maupun hasil dialog dengan para

tokoh terkemuka, proposal-proposal perdamaian, artikel-artikel,

makalah dan tulisan ilmiah lainnya. Misalnya; 1) Demi Perdamaian,

Tujuh Jalur Menuju Keharmonisan Global, 2) Dialog Peradaban untuk

17

Paul A. Partanto & M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, h. 461. 18

Anton Baker, Metode Filsafat (Jakarta: Galia Indonesia, 1996), h.10.

Page 24: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

13

Toleransi dan Perdamaian 3) Jalan Sutra Baru, Dialog Kreatif Islam-

Budha, 4) Penghormatan Universal untuk Martabat Manusia: Jalan

Luhur Menuju Perdamaian (Proposal Perdamaian 2016), 4) Penciptaan

Nilai untuk Perubahan Global (Proposal 2014), 5) Ikrar Bersama untuk

Masa Depan yang Lebih Manusiawi: Menghapus Kesengsaraan dari

Bumi (Proposal Perdamaian 2015)

b. Data sekunder, yaitu data yang berupa bahan pustaka yang memiliki

kajian yang sama yang dihasilkan oleh pemikir lain, baik yang

berbicara tentang gagasan Daisaku Ikeda maupun gagasan mereka

sendiri yang membicarakan masalah yang terkait dalam penelitian ini.

Sehingga dapat membantu memecahkan permasalahan yang menjadi

fokus penelitian skripsi ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode dokumentasi,

yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-

hal atau variabel yang berupa teks, catatan transkip, bahan-bahan dan

lain sebagainya.19

4. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini ialah Content

Analysis (analisis isi), yaitu upaya menafsirkan ide atau gagasan

“perdamaian” dari seorang tokoh Daisaku Ikeda, kemudian ide-ide tersebut

dianalisa secara mendalam dan seksama guna memperoleh nilai positif

untuk menjawab masalah krusial perdamaian dunia saat ini. Dengan

19

Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.5.

Page 25: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

14

menggunakan metode content analysis maka prosedur kerja yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a. Menentukan karakteristik pesan, maksudnya adalah pesan dari ide

konsep perdamaian yang digagas oleh Daisaku Ikeda. Selanjutnya,

mencoba melakukan pemahaman yang mendalam apakah dari konsep

itu berimplikasi terhadap kehidupan yang damai dalam masyarakat

global.

b. Penelitian ini dilakukan secara sistematis, artinya dilakukan tidak saja

melihat ide pemikiran Daisaku Ikeda, tetapi juga melihat kondisi

masyarakat ketika ide itu muncul. Oleh karena itu untuk masuk kepada

konsep “perdamaian”, perlu bagi penulis untuk melihat secara

kronologis munculnya ide “perdamaian” yang digagas oleh Daisaku

Ikeda tentunya dengan tidak mengabaikan latar belakang kehidupan

serta pendidikan yang ditempuh oleh seorang Daisaku Ikeda.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini akan dirumuskan

sebagai berikut:

Bab I membahas tentang latar belakang masalah yang di dalamnya

memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting serta

memuat alasan pemilihan masalah tersebut sebagai judul. Bab ini juga berisi

rumusan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk

mempermudah penulis mengkaji dan mengarahkan pembahasan, tujuan

penulisan, tinjauan pustaka, metode dan teknik penulisan, dan sistematika

penulisan.

Page 26: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

15

Bab II , membahas biografi Daisaku Ikeda, menjelaskan hasil karya-

karya intlektual yang dihasilkan oleh-Nya. Bagaimana Ikeda berjuang

melawan ketidakadilan yang disebabkan Perang Dunia II. Dengan tekad

yang kuat dalam mewujudkan perdamaian akhirnya Ikeda beserta gurunya,

Josei Toda melakukan perlawanan kepada pemerintahan Jepang pada masa

itu, terutama perlawanan secara pemikiran.

Bab III membahas tentang konsep dan gerakan perdamaian Daisaku

Ikeda, yang dituangkan dalam beberapa gagasan dan dihimpun menjadi tiga

gagasan utama yaitu, revolusi manusia, dialog peradaban, dan kewargaan

global. Selanjutnya gagasan-gagasan tersebut diimplementasikan dalam

kehidupan nyata dengan melalui gerakannya, SGI (Soka Gakkai

Internasional). Gerakannya fokus pada tiga aspek yaitu pendidikan,

kebudayaan dan perdamaian.

Bab IV Implementasi Konsep Perdamaian Daisaku Ikeda, meliputi

pembahasan Perdamaian dan Perlucutan Senjata, Bantuan Kemanusiaan dan

Pendidikan Hak Asasi Manusia

Bab V membahas kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis

peneliti terhadap masalah-masalah secara keseluruhan. Hasil temuan akhir

ini merupakan pandangan dan interpretasi tentang inti dari pembahasan

penulisan.

Page 27: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

16

Page 28: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

16

BAB II

BIOGRAFI DAISAKU IKEDA

A. Biografi Daisaku Ikeda

1. Dinamika Intlektual dan Spiritual Daisaku Ikeda

Daisaku Ikeda lahir di Tokyo pada tahun 1928 merupakan anak ke

lima dari delapan bersaudara. Semasa mudanya, Ikeda menderita sakit,

badannya kurus dan lemah, ia diagnosis mengidap penyakit tuberklosis

sehingga dokter memprediksi hidupnya tidak lebih dari tiga puluh tahun.

Namun Ikeda memiliki semangat yang kuat dalam menjalani hidupnya dan

tetap terus berkarya.1

Ikeda dibesarkan di Tokyo, pada masa perang antara Jepang dan

China yang kemudian menuju Perang Dunia II. Pada masa itu, rezim militer

Jepang mendorong masyarakat Jepang untuk ikut serta dalam peperangan,

hampir setiap orang dalam aspek kehidupan di Jepang ditekan untuk ikut

berperang tanpa terkecuali. Akibat pererangan itu, kediaman Ikeda hancur

dalam serangan udara sehingga ia dan orang tuanya terpaksa tinggal di tempat

penampungan. Sementara keempat saudara laki-lakinya dipaksa menjadi

militer dan terlibat dalam perang. Ikeda merasa tersiksa setelah mendengar

berita tentang kematian kakak paling tuanya, Kiichi. Peperangan inilah yang

kemudian mendorong semangat Ikeda dalam menegakkan dan

mempromosikan perdamaian ke seluruh dunia, dan memicu pencariannya

1 Soka Gakkai Indonesia, Kisah Kaneko: Sebuah Obrolan dengan Kaneko Ikeda, (Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), h. 33.

Page 29: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

17

untuk menyelesaikan penyebab mendasar konflik manusia. Mulai saat itu

kebenciaan Ikeda terhadap perang semakin mendalam.2

Dampak terbesar dari peperangan itu membuat mayoritas anak-anak

muda termasuk Ikeda jatuh ke dalam keadaan skeptisisme yang membuat

putus asa, tersiksa akan kehampaan rohani. Namun Ikeda merasa beruntung,

karena di masa yang paling sulit itu dapat betemu dengan Josei Toda3 yang

bersedia untuk terlibat dengan penyelesaian masalah yang dihadapinya dan

masalah anak-anak muda lainnya. Pertemuan itu tepatnya pada bulan Agustus

1947 dalam acara diskusi Buddhis. Sebagai hasil dari pertemuan itu, Ikeda

mulai mempelajari ajaran Buddhisme Nichiren4 dan bergabung dengan Soka

Gakkai. Dia menjadi anggota piagam divisi pemuda kelompok tersebut dan

menganggap Toda sebagai mentor spiritualnya, yang kemudian menyatakan

bahwa Toda mempengaruhinya melalui belas kasih yang mendalam yang

mencirikan setiap interaksinya.5

Toda sangat yakin bahwa filosofi Buddhisme Nichiren yang fokus

pada pembentukan karakter pada setiap diri manusia akan menjadi kunci

untuk mewujudkan transformasi sosial di Jepang. Gagasan dan pengaruhnya

kemudian mengilhami Ikeda untuk terus mendukung Toda dan visinya, tentu

saja memainkan peran sentral dalam pengembangan Soka Gakkai. Pengaruh

2 Biografi Daisaku Ikeda, artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2018 dari

www.daisakuikeda.org 3 Josei Toda (1900-58) adalah seorang pendidik, dan presiden kedua Soka Gakkai, yang

hidupnya diabdikan untuk memulihkan dan merevilatisasi semangat Budhisme di zaman sekarang.

Ia pernah dipenjara bersama bersama gurunya, Presiden Soka Gakkai pertama,Tsunesaburo

Makiguchi, selama Perang Dunia II, kemudian mengembangkan Soka Gakkai menjadi salah satu

perhimpunan Buddhis awam paling signifikan di Jepang sebagai presiden keduanya. 4 Buddhisme Nichiren adalah Tradisi Buddhis Mahayana yang dilandasi Sutra Bunga

Teratai dan mendorong penyebutan frasa Nam-myoho-renge-kyo sebagai pelaksanaan harian. 5 Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Budhisme, (Jakarta, Soka Gakkai Indonesia,

2015), h. 75

Page 30: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

18

kuat Ikeda dalam memperjuangkan perdamaian tidak terlepas dari apa yang

telah diajarkan Josei Toda kepadanya tentang Tiga Ajaran Budhisme

Nichiren. Nichiren Daishonin mengajarkan semua orang dengan cara untuk

memahami dan mempraktekkan semangat sejati ajaran Shakyamuni. Dia

mengajarkan tiga prinsip dasar yang yang didasarkan pada kebenaran utama

dari Sutra Teratai yang disebut Tiga Ajaran Besar Tersembunyi. Ketiga ajaran

itu sebagai berikut:

1. Nam-myoho-renge-kyo

Nam-myoho-renge-kyo berarti “Aku mengabdikan diriku terhadap

kebenaran falsafah hidup yang tak terkatakan kedalam dan keindahannya yang

dijelaskan di dalam Sutra Teratai yang mengandung ajaran Buddhisme yang

paling luhur”. Dengan kata lain kata-kata itu menyatakan pengabdian dirinya

kepada realitas hidup semesta terhadap hidup yang ada dimana-mana dalam

alam semesta. Nichiren Daishonin berpendapat bahwa hanya bilamana

manusia menjadi satu dengan hidup dari alam semesta dia benar-benar

mencapai kebahagiaan mutlak, yang tak tergoncangkan (alam ke-Buddha-an).6

2. Gohonzon

Sutra Teratai mengajarkan bahwa Buddha Shakyamuni tidak lain

adalah perwujudan dari Buddha Abadi: sifat abadi Buddha yang ada di semua

kehidupan dan semua makhluk yang ditakdirkan untuk mewujudkan sebagai

sifat mereka sendiri yang sebenarnya. Gohonzon menggambarkan wawasan

6 T Suwarto, Buddha Dharma Mahayana,( Jakarta, Majelis Agama Buddha Mahayana

Indonesia,tt), hal 521.

Page 31: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

19

ini melalui penggunaan kaligrafi Cina dan mewakili kehidupan mencakup

semua Buddha Abadi, bukan obyek atau sesuatu.7

3. Teori Kaidan

Kaidan dianggap tempat di mana seseorang melantunkan Odaimoku,

demikian mendasarkan hidup seseorang pada semangat sejati ajaran Buddha

Shakyamuni. Nichiren Daishonin, menguniversalkan konsep Kaidan sehingga

semua orang bisa menegakkan ajaran dan praktik penting Sutra Teratai setiap

saat melalui lantunan Namu Myoho Renge Kyo.8

Dengan setia mengikuti ajaran dan praktek ini, ajaran Buddha dari

Nichiren mampu menciptakan penyebab yang akan memungkinkan mereka

mewujudkan kebijaksanaan sempurna dan kasih sayang yang besar dari Sang

Buddha dalam segala situasi dan mengubah tidak hanya kehidupan mereka

tetapi bahkan kehidupan orang lain, sehingga dunia ini tidak lagi menjadi

dunia penderitaan dan menjadi tanah murni perdamaian dan ketenangan.

Tiga Ajaran Budhisme Nichiren yang diajarkan Josei Toda kepada

Daisaku Ikeda merupakan salah satu kiprah perjuangan Tsunesaburo

Makiguchi dalam mengenalkan pendidikan penciptaan nilai. Hal ini bermula

setelah Ia menjadi pengikut ajaran Budhisme Nichiren Daishonin pada tahun

1928. Kemudian pada tahun 1930 Tsunesaburo Makiguchi, Josei Toda dan

satu kelompok anggota awam dari Nichiren Shoshu mendirikan Soka Kyoiku

Gakkai (Persatuan untuk pengembangan penelitian, pendidikan dan

pembentukan nilai-nilai baru), pelopor dari Soka Gakkai sekarang. Pada

7 Daisaku Ikeda, Mengungkap Misteri Hidup dan Mati, (Jakarta, PT Ufuk Publishing

House, 2011), h. 261 8 T Suwarto, Buddha Dharma Mahayana, hal 522.

Page 32: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

20

mulanya Soka Kyoiku Gakkai merupakan sebuah organisasi pendidik yang

bersimpati dengan teori pendidikan penciptaan nilai. Kemudian orang yang

bukan pendidik pun mulai mengikuti, sehingga menjadi organisasi yang

melaksanakan Budhisme Nichiren Daishonin yang merupakan inti pokok dari

penciptaan nilai. Tsunesaburo Makiguchi memimpin pengikut-pengikutnya

dalam satu gerakan pendakwahan dengan menggunakan teknik yang

dinamakan shakubuku. Soka Kyoiku Gakkai secara aktif melaksanakan

shakubuku di luar daerah maupun pertemuan diskusi, sehingga berkembang

di seluruh Jepang dengan mencapai sekitar 3000 anggota.9

Pada tanggal 6 Juli tahun 1943, Tsunesaburo Makiguchi dan Josei

Toda ditangkap oleh pemerintahan jepang dengan alasan keduanya telah

berkhianat terhadap negara dan tidak mau mengikuti ajaran agama Shinto

yang menjadi agama nasional di Jepang. Pada tanggal 18 November 1944,

Makiguchi Sensei meninggal dunia di dalam Rumah Tahanan Tokyo karena

sakit akibat usia tua dan kurang gizi. Ia meninggal dunia pada hari yang sama

dengan 'hari berdirinya Soka Kyoiku Gakkai' di atas 73 tahun. Kehidupan

beliau adalah kehidupan agung sebagai perintis yang meneruskan

pelaksanaan dengan mengorbankan jiwa raga yang sesuai dengan apa yang

diucapkan di dalam Gosho, sehingga menghidupkan kembali semangat

Nichiren Daishonin untuk menyelamatkan umat manusia dan menyebarkan

Hukum Gaib pada masa sekarang ini.10

9 Daisaku Ikeda, Budhisme: Falsafah Hidup, (Jakarta : PT Indira, 1988), h. 90

10 Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Budhisme, (Jakarta : Soka Gakkai indonesia,

2015), h.70-71

Page 33: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

21

Sejak awal tahun 1944, Josei Toda menyebut daimoku sungguh-

sungguh di dalam penjara, juga membaca Sutra Bunga Teratai serta sering

merenungkannya. Pada suatu hari, Ia mendapat kesadaran bahwa Buddha

adalah jiwa. Ketika meningkatkan penyebutan daimoku dan perenungan,

Josei Toda memperoleh keyakinan bahwa ia sendiri telah mengikuti upacara

angkasa yang dibabarkan di dalam Sutra Bunga Teratai sebagai seorang

Bodhisatwa muncul dari bumi, dan diberikan tugas jiwa untuk melaksanakan

kosenrufu Sutra Bunga Teratai setelah kemoksaan Buddha Sakyamuni,

sehingga ia mendapat keyakinan bahwa ia adalah bodhisatwa Muncul Dari

Bumi. Hal itu terjadi pada bulan November 1944.11

Melalui kesadaran di dalam penjara, Josei Toda telah mewujudkan

keyakinan yang kokoh terhadap Buddhisme Nichiren Daishonin, dan

menyadari tugas jiwanya sendiri untuk melaksanakan kosenrufu. Kesadaran

Josei Toda di dalam penjara ini telah menjadi titik tolak perkembangan Soka

Gakkai setelah perang dunia kedua. Pada tanggal 3 Juli 1945, Toda Sensei

dibebaskan dari kehidupan penjara setelah dua tahun. Dengan mewarisi cita-

cita Tsunesaburo Makiguchi, dia bangkit seorang diri demi kosenrufu, dan

sebagai direktur umum mulai membangun kembali Gakkai yang saat itu

hancur. Pertama-tama, ia mengubah nama organisasi menjadi Soka Gakkai

(Perhimpunan Penciptaan Nilai), untuk menyesuaikan tujuan Gakkai yang

tidak hanya merevolusi pendidikan, akan tetapi mewujudkan kebahagiaan

seluruh umat manusia dan perdamaian dunia yaitu kosenrufu serta

melaksanakan kembali pertemuan diskusi maupun gerakan shakubukhu di

11

Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Budhisme, h. 73

Page 34: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

22

luar daerah. Akhirnya ia bertemu dengan Daisaku Ikeda pada tahun 1947 dan

kemudian mengajarkan tentang penciptaan nilai berlandaskan ajaran

Budhisme Nichiren.12

Di samping berguru kepada Josei Toda, Ikeda pun mulai bekerja di

perusahaan penerbitan milik Josei Toda. Ia mulai mengembangkan bakat

sastranya sebagai editor majalah anak laki-laki. Selain menjadi seorang

pendidik, Josei Toda adalah seorang pengusaha yang sangat kreatif dan

sukses. Sebelum terjadi perang di Jepang, Toda memiliki sekolah kursus yang

sangat sukses dan membuka penerbitan buku terutama buku tentang

matematika, dan juga berhasil mengelola sejumlah bisnis lain. Namun, pada

akhir tahun 1949, ia mengalami serangkaian kemunduran besar akibat

hiperinfllasi pasca perang yang membawanya ke ambang kehancuran sosial

dan finansial. Karyawannya meninggalkannya satu demi satu akibat tidak

mendapatkan gaji. Namun, Ikeda tetap setia, bertahan, dan melakukan tugas

menegosiasikan dengan kreditur perusahaan. Selama enam bulan Ikeda tidak

mendapatkan gaji, pada saat itu ia tidak punya pakaian layak dan

kesehatannya pun buruk, tapi atas kesetiaannya terhadap Toda, ia rela

menderita di dunia bahkan kelaparan demi melindungi Toda. Sedikitpun tak

ada penyesalan bagi Ikeda.13

Di tengah perjuangan melawan kebangkrutan dan kegagalan, Josei

Toda bersama Daisaku Ikeda memutuskan untuk mendirikan sebuah sekolah

dan universitas yang berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip filsafat

pendidikan penciptaan nilai (soka) yang pernah digagas oleh mentornya,

12

Daisaku Ikeda, Budhisme: Falsafah Hidup, h. 92 13

Soka Gakkai Indonesia, Dasar-dasar Budhisme, h. 76

Page 35: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

23

Tsunesaburo Makiguci (1871-1944). Ide semacam itu pasti tampak aneh pada

saat yang ekstrim saat itu, namun keseriusan tertinggi yang ditunjukan oleh

Ikeda menunjukan betapa besar ikatannya dengan Toda. Dua dekade

kemudian ia membawa visi tersebut kepada kenyataan sehingga terwujudlah

Sekolah dan Universitas Soka.14

Dengan bantuan Ikeda, Toda akhirnya bisa melunasi hutangnya dan

menyelesaikan urusan keuangannya. Untuk menyelamatkan mentornya dari

kehancuran, Ikeda membutuhkan perjuangan yang sangat melelahkan

sehingga ia harus melepaskan pendidikannya. Namun Toda berjanji untuk

memberi Ikeda sebuah pendidikan tingkat universitas yang menyeluruh.

Pelajaran ini-apa yang sekarang disebut Ikeda sebagai “Universitas Toda”-

dilakukan di pagi hari sebelum bekerja dan pada akhir pekan. Pendidikannya

bersama Toda berlanjut sampai tahun 1957, tahun sebelum kematian Toda.

Setiap hari sebelum bekerja Jossei Toda mengajarkan Ikeda sebuah

kurikulum teori sejarah, sastra, filsafat, ekonomi, sains dan organisasi. Toda

sering bertanya perihal bacaan dan buku apa yang telah dibaca oleh Daisaku

Ikeda. Hal pokok yang Ikeda dapatkan dari Josei Toda ialah studi tentang

kemanusiaan sehingga membentuk kepribadiannya menjadi welas asih dan

penyayang terhadap manusia.15

Perjuangan Josei Toda bersama Daisaku Ikeda dalam menyebarkan

ajaran Budhaisme Nichiren menghadapi banyak rintangan, fitnah dan hasutan

dari berbagai pihak, seperti halnya Toda, Ikeda pun sempat ditangkap oleh

14

Biografi Daisaku Ikeda, artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2018 dari

www.daisakuikeda.org 15

Biografi Daisaku Ikeda, artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2018 dari

www.daisakuikeda.org

Page 36: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

24

kepolisian prefektur Osaka dengan tanpa alasan. Ia diinterogasi secara

mendalam selama 15 hari, bahkan diancam oleh Jaksa untuk mengakui

kesalahan, jika tidak ia akan ditangkap. Ikeda memutuskan untuk mengakui

kesalahan yang tidak pernah dilakukannya demi menjaga nyawa gurunya.

Namun ia akan membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah di dalam

persidangan berikutnya. Akhirnya Ia dibebaskan dari Rumah Tahanan Osaka.

Sejak itu, Ikeda terus berjuang di pengadilan selama empat setengah tahun,

dan pada tanggal 25 Januari 1962, Ia menerima vonis tidak bersalah.16

Melalui kedekatan seorang guru terhadap muridnya, Pada tahun 1952,

Toda menjodohkan Ikeda dengan seorang wanita bernama Kaneko Shiraki

yang kemudian dikaruniai tiga anak laki-laki, Hiromasa, Shirohisa dan

Takahiro. Sebelum menikah, Ikeda sesekali mengantarnya pulang setelah

pertemuan dalam acara yang diselenggarakan Soka Gakkai. Sesekali bila

bertemu, mereka berjalan bersama menusuri tepian Sungai Tama dan

berbincang tentang segala macam hal. Termasuk membicarakan keadaan

Soka Gakkai dan rencana masa depan organisasi tersebut. Kaneko menyadari

bahwa Ikeda adalah pria muda yang romantis yang memiliki impian-impian

besar dan karakter yang bisa dipercaya. Begitupun Ikeda menyadari kualitas-

kualitas pada diri Kaneko. Pernikahan mereka akan berdampak besar pada

masa depan Soka Gakkai.17

16

Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Budhisme, h. 79 17

Soka Gakkai Indonesia, Kisah Kaneko: Sebuah Obrolan dengan Kaneko, h. 35.

Page 37: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

25

4. Karir dan Karya Intlektualnya

Daisaku Ikeda adalah filsuf Buddha, tokoh perdamaian, pendidik,

penulis sekaligus penyair. Dia merupakan presiden ketiga Soka Gakkai

Internasional (SGI), Salah satu organisasi Buddha terbesar di dunia. Lembaga

ini didirikan pada 26 Januari 1975 dan sudah memiliki anggota lebih dari 12

juta orang yang konsisten mempromosikan pengembangan karakter dan

perdamaian. Sejak tahun 1983, PBB menganugrahkan “Penghargaan

Perdamaian”, “Penghargaan Kemanusiaan,” dan “Duta Perdamaian” kepada

Ikeda atas kontribusinya dalam mempromosikan perdamaian.18

Ia juga

mendirikan banyak institusi, di antaranya adalah Institut Filosofi Oriental

(Institute of Oriental Philosophy), Pusat Ikeda untuk Perdamaian,

Pembelajaran dan Dialog (Ikeda Center for Peace, Learning and Dialogue),

Institut Toda untuk Penelitian Perdamaian dan Kebijakan Global (Toda

Institut for Global Peace and Policy Research) dan sistem pendidikan

komprehensif Soka.19

Pada tanggal 2 Oktober 1960, ia memulai langkah pertama menuju

benua Amerika Utara dan Selatan dalam melakukan kosenrufu dunia.20

Kemudian pada tahun berikutnya, untuk yang pertama kalinya ia

mengunjungi Hongkong, India dan beberapa negeri di Asia, pada tahun yang

sama ia mengunjungi Eropa. Kunjungannya pada waktu itu merupakan

18

Daisaku Ikeda, Mengungkap Misteri Hidup dan Mati, (Jakarta: PT. Ufuk Publishing

House, 2011), h. 289 19

Daisaku Ikeda, Ikrar Bersama untuk Masa Depan yang lebih Manusiawi: Menghapus

Kesengsaraan dari Bumi, (Tokyo: The Soka Gakkai, 2015), h. 78. 20

Konsenrufu, bahasa Jepang, secara harfiah adalah mengumumkan dan menyebarkan

secara luas ajaran Budhisme, terutama menyebarkan ajaran Nam-myoho-renge-kyo secara luas

pada Masa Akhir Dharma. Dalam SGI, konsenrufu merupakan pengembangan sebuah dunia yang

damai dan manusiawi. Lihat Daisaku, Ikeda, (Discussion on Youth, (Jakarta: Soka Gakkai

Indonesia, 2015), h.544

Page 38: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

26

langkah pertama untuk menjalin hubungan dan membangun fondasi

konsenrufu dunia dengan tujuan mewujudkan “Budhisme kembali ke arah

barat, Eropa” maupun “kosenrufu Jambudipa”. Hal ini merupakan wasiat

Nichiren Daisonin yang mulai dijalankannya.21

Sejak tahun 1983, tepat pada tanggal 26 Januari sebagai peringatan

Hari Soka Gakkai Internasional (SGI), setiap tahun Ikeda mengajukan

„proposal perdamaian‟ kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sehingga

mendapat perhatian dunia. Selain itu, ia telah melakukan dialog perdamaian

dengan berbagai intelektual dan pemimpin negara sebanyak 1.600 kali dan

menghasilkan buku dialog sekitar kurang lebih 60 buku, di antaranya adalah

buku dialog dengan Arnold Toynbee.22

Ia menerima gelar Doktor Honoris Causa lebih dari 260

universitas/lembaga pendidikan di dunia, diantaranya Universitas Moskow,

Universitas Glasgow, Universitas Beijing dan Universitas Buenos Aires. Ia

pun mendapatkan hadiah kemanusiaan dari UNHCR dan berbagai

penghargaan lain.23

Daisaku Ikeda banyak berkontribusi dalam memajukan dan

mensejahterakan masyarakat, baik melalui pendidikan, ekonomi, kebudayaan

dan perdamaian. Iapun banyak mendirikan berbagai lembaga, seperti

misalnya lembaga penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian dan

lain-lain. Disamping itu ia juga aktif dalam menulis karya ilmiah seperti

buku, jurnal, proposal perdamaian dan buku hasil dialog. Adapun tulisan-

21

Soka Gakkai Indonesia, Dasar- Dasar Budhisme, h. 81. 22

Abdurrahman Wahid, Daisaku Ikeda, Dialog Peradaban untuk Toleransi dan

Perdamaian (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. Ix. 23

Abdurrahman Wahid, Daisaku Ikeda, Dialog Peradaban untuk Toleransi dan

Perdamaian, h. Ix.

Page 39: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

27

tulisan yang banyak ia angkat yaitu mengenai tema perdamaian. Berikut ini

adalah karya tulis dan pemikirannya melalui berbagai dialog yang telah

dipublikasikan, di antaranya:24

1. A Dialogue Between East and West: Looking to a Human Revolution,

Buku ini merupakan hasil dialog Ikeda dengan Ricardo Diez-

Hochlietner, seorang reformis, ekonom dan intlektual. Dalam dialog

tersebut Ikeda membahas masalah yang dihadapi oleh manusia di

zaman globalisasi ini. Ia menyadari permasalahan yang sering terjadi

di masyarakat adalah kurang adanya rasa saling menghormati di

tengah-tengah keanekaragaman budaya, penyalahgunaan sumber daya

alam dan kekacauan spiritual. Buku ini mencontohkan jenis dialog

yang mendorong orang untuk berprilaku baik, mengormati sesama

demi menjunjung tinggi martabat kemanusiaan. Selain itu buku ini

menyajikan sebuah inspirasi dan mendorong penggambaran pola pikir

dan prilaku manusia untuk mempertahankan keberlangsungan

koeksistensi dunia dan kemanusiaan.

2. A Lifelong Quest for Peace, Buku ini hasil dari dialog Ikeda dengan

Linus Pauling, penerima dua Hadiah Nobel tahun 1945 untuk bidang

kimia dan 1962 untuk perdamaian. Keduanya ini sangat berkomitmen

terhadap perdamaian dan perlucutan senjata. Secara garis besar buku

ini mengeksplorasi hipotesis tentang kehidupan di luar bumi dan juga

jangkauan manusia, selalu kembali ke implikasinya –apakah kemajuan

24

Biografi Daisaku Ikeda, artikel diakses pada tanggal 14 Juli 2017 dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Daisaku_Ikeda

Page 40: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

28

atau kemunduran- untuk tujuan mencapai perdamaian dan perlucutan

senjata global.

3. A Passage to Peace: Global Solutions from East and West, (Dialog

Ikeda dan Nur Yalman), dialog yang tercatat dalam buku ini dapat

dicirikan sebagai jembatan vital seperti Jalan Sutra Kuno, yang

menghubungkan peradaban timur dan barat di Asia. Ikeda mengajak

agar manusia mengevaluasi berbagai disiplin ilmu, termasuk sejarah,

sains, teknologi dan politik. Menurut Nur Yalman, kontribusi dalam

berbagai disiplin ilmu dapat menjadi pendorong untuk mengatasi masa

masa sulit, mengatasi perbedaan budaya dan menciptakan dunia

manusia yang simpatik, dengan catatan tidak mengesampingkan tradisi

keagamaan.

4. A Quest for Global Peace: Rotblat and Ikeda on War, Ethics, and the

Nuclear Threat, buku ini hasil dialog Ikeda dengan Joseph Rotblat,

keduanya berbicara tentang “kesetiaan pada umat manusia” sebagai

bagian integral dari jenis kesadaran dan sentimen populer yang dapat

membedakan jalan yang berbahaya dari kekuasaan otoritas yang tidak

diragukan.

5. A Youthful Diary: One Man's Journey from the Beginning of Faith to

Worldwide Leadership for Peace, Dalam buku catatan harian ini, Ikeda

menuliskan frustasi dan aspirasi dalam drama kehidupan, pekerjaan,

keluarga, kepercayaan dan teman-teman secara tepat. Ia banyak

mengutip pelajaran yang ia dapatkan dari Toda atau dari ajaran

Page 41: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

29

Nichiren, madzhab pemikiran Buddhis yang menjadi dasar Gerakan

Soka Gakkai.

6. Before It Is Too Late, Sebuah dialog bersama Aurelio Peccei, (1985),

Dalam buku ini, Peccei mengemukakan bahwa keamanan nasional dan

perlucutan senjata nuklir, misalnya tidak secara pasti mengarah pada

perdamaian, karena perdamaian lebih dari sekedar dunia tanpa perang.

Sebenarnya dapat dikatakan bahwa perlucutan senjata secara sempit

bertujuan untuk menyingkirkan dunia dari tumpukan stok nuklir yang

ada bahkan menghalangi pembuatan alat perang yang lebih hebat.

Ikeda berpendapat, bahwa upaya perlucutan senjata gagal, disebabkan

dangkalnya jiwa orang yang bersangkutan dan tidak ada upaya dalam

merevolusinya secara mendasar. Kemudian keduanya berpendapat

bahwa solusi untuk masalah global pada akhirnya dapat terbagi dalam

bentuk kerjasama yang lebih kreatif di luar kerangka negara-bangsa.

Ikeda menyerukan tindakan-tindakan dari solidaritas dan integritas

tujuan, bukan dari sinkretisme kepercayaan, sebagai kontribusi

terhadap kemajuan semua umat manusia.

7. Choose Peace: A Dialogue Between Johan Galtung and Daisaku

Ikeda, Dalam pertemuannya ini mereka mengenang teragedi yang

menimpa keluarganya saat Perang Dunia II, keduanya berbagi aspirasi

dan informasi dari tragedi itu untuk perdamaian global dan membahas

peran Buddhisme dalam merumuskan solusi damai.

8. Buddhism: the First Millennium, (1977), dalam buku ini Ikeda

menggabungkan keseluruhan rangkaian pristiwa dari masa lalu yang

Page 42: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

30

jauh dengan dugaan mendalam untuk membawa ke permukaan pola

dasar bagaimana dan mengapa Buddhisme menjadi agama dunia besar

-menyebar ke Asia Tenggara, China, Korea dan Jepang- dibantu oleh

penguasa luar biasa seperti raja India Ashoka dan filsuf Yunani-raja

Menander, biarawan dan orang awam seperti Vimalakirti, Nagarjuna,

dan Vasubandhu.

9. Choose Hope: Your Role in Waging Peace in the Nuclear Age with

David Krieger, Santa Monica, California: Middleway Press, 2002,

10. Choose Life: A Dialogue with Arnold J. Toynbee, London: Pluto

Press, 1999, Keduanya menyetujui bahwa dilema yang dihadapi setiap

individu dan masyarakat adalah penguasaan diri atau penghancuran

diri sendiri. Tantangan ini mendasari tugas kemanusiaan dalam

menanggapi banyak keprihatinan global yang dihadapi, yang meliputi

pertumbuhan penduduk, berkurangnya sumber daya alam, konflik

bersenjata dan kehidupan dengan teknologi.

11. Compassionate Light in Asia with Jin Yong, London and New York:

I.B. Tauris & Co Ltd., 2013,

12. Creating Waldens: An East-West Conversation on the American

Renaissance with Ronald A. Bosco and Joel Myerson, Cambridge,

Massachusetts: Dialogue Path Press, 2009,

13. Dawn After Dark with René Huyghe, (1991), Weatherhill, Inc London

and New York: I.B. Tauris & Co Ltd., Reprint edition, 2008,

Page 43: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

31

14. Dialogue of World Citizens with Norman Cousins, (tentative

translation from Japanese), Sekai shimin no taiwa, Paperback edition,

Tokyo, Japan: Seikyo Shimbunsha, 2000,

15. Discussions on Youth, Santa Monica, California: World Tribune Press,

2010,

16. Embracing the Future, Tokyo: The Japan Times, Ltd., 2008,

17. Fighting for Peace, Berkeley, California: Creative Arts Book

Company, 2004,

18. For the Sake of Peace: A Buddhist Perspective for the 21st Century,

Santa Monica, California: Middleway Press, 2001,

19. Glass Children and Other Essays, Tokyo: Kodansha International,

1979,

20. Global Civilization: A Buddhist-Islamic Dialogue With Majid

Tehranian, London and New York: I.B. Tauris & Co Ltd, 2008,

21. Human Rights on the 21st Century with Austregesilo de Athayde,

London and New York: I.B. Tauris & Co Ltd., 2009,

22. Human Values in a changing world with Bryan Wilson Reprint

edition, London and New York: I.B.Tauris & Co Ltd., 2008,

23. Humanity at the Crossroads: An Intercultural Dialogue with Karan

Singh, New Delhi: Oxford University Press India, 1988,

24. Into Full Flower: Making Peace Cultures Happen with Elise

Boulding, Cambridge, Massachusetts: Dialogue Path Press, 2010,

25. Journey of Life: Selected Poems of Daisaku Ikeda, London and New

York: I.B. Tauris & Co Ltd., 2014,

Page 44: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

32

26. Kanta and the Deer (children's book), New York: Weatherhill, 1997,

'La fuerza de la Esperanza; Reflexiones sobre la paz y los derechos

humanos en el tercer milenio' (dialogue between Argentine Nobel

Peace laureate Dr. Adolfo Pérez Esquivel and Daisaku Ikeda), Buenos

Aires: Emecé Editores,2011,

27. Life: An Enigma, a Precious Jewel, 1st edition, New York: Kodansha

America, Inc., 1982,

28. Moral Lessons of the Twentieth Century: Gorbachev and Ikeda on

Buddhism and Communism with Mikhail Gorbachev, London and New

York: I.B. Tauris & Co Ltd., 2005,

29. My Recollections, Santa Monica, California: World Tribune Press,

1980,

30. New Horizons in Eastern Humanism Buddhism, Confucianism and the

Quest for Global Peace with Tu Weiming, London and New York:

I.B. Tauris & Co Ltd., 2011,

31. Ode to the Grand Spirit: A dialogue Ode to the Grand Spirit: A

Dialogue (Echoes and Reflections)" — with Chingiz Aitmatov, London

and New York: I.B. Tauris & Co Ltd., 2009,

32. On Being Human: Where Ethics, Medicine, and Spirituality Converge

with René Simard and Guy Bourgeault, Santa Monica, California:

Middleway Press, 2003.

Selain karya tulis yang disebut di atas, masih banyak karya tulisnya

terutama membahas tentang kebudayaan, pendidikan, kemanusiaan dan

perdamaian. Semuanya itu berdasarkan filsafat Budhisme.

Page 45: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

33

BAB III

PEMIKIRAN PERDAMAIAN DAISAKU IKEDA

A. Reformasi Manusia

1. Kondisi Jiwa Manusia

Berbicara tentang kondisi jiwa manusia, maka hal ini erat

hubungannya dengan lima falsafah hidup yang diajarkan oleh Nichiren

Daishonin terutama tentang teori “tiga ribu gagasan dalam satu saat

tunggal” atau diistilahkan dengan Ichinen-Sanzen. Kelima falsafah itu

menitikberatkan terhadap etika dan moral, atau dikenal sebagai aksiologi,

salah satu kategorisasi filsafat Yunani. Dalam ajarannya Nichiren

menjelaskan tentang filsafat hidup manusia, lebih jelasnya tentang jalan

yang harus ditempuh manusia untuk dapat terlepas dari karma dan bisa

mencapai nibbana. Adapun lima falsafah Budhisme Nichiren sebagai

berikut: (1) Hubungan antara budi dan zat dalam Jasad, (2) Hubungan antara

lingkungan dan jasad, (3) Roh semesta meresapi segala sesuatu dalam alam

semesta (4) Kesadaran manusia dalam melihat dunia, dan (5) Ichinen -

Sanzen1

Pertama, Hubungan antara budi dan zat dalam jasad, Nichiren

Daishonin mengembangkan suatu teori terperinci tentang hubungan antara

budi dan zat dalam jasad hidup dengan istilah-istilah khas dalam

menerangkan teorinya salah satunya adalah kata shikiho yang berarti semua

zat atau semua penomena fisik. Yang kedua adalah kata shimpo yang berarti

kerja pikiran atau cara berpikir. Yang ketiga adalah kata funi yang berarti

1 Daisaku Ikeda, Budhisme : Falsafah Hidup, (Jakarta, PT Indira, 1988), h. 19

Page 46: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

34

kedua hal itu (zat dan kerja pikiran) tak dapat dipisahkan. Dan kata yang

keempat adalah sikhisin yang artinya gabungan antara bagian pertama shiki-

ho dan shim-po funi, dengan kata lain bahwa teori tersebut bermaksud untuk

menjelaskan adanya keutuhan dari budi dan zat. Dari sini dapat disimpulkan

bahwa gagasan umum dari teori ini adalah “jiwa itu ada dan meresapi segala

sesuatu”. Dengan kata lain, bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki

jiwa.2

Kedua, Hubungan antara lingkungan dan jasad, teori ini

menggunakan istilah shoho dan eho. Shoho berarti pokok, kedudukan

subyektif, atau jasad sedangkan eho adalah obyek atau lingkungan. Nichiren

Daishonin menerangkan bahwa shoho dan eho atau jasad dan lingkungan

adalah dua bagian namun juga merupakan satu kesatuan yang tak

terpisahkan. Karena Shoho tak dapat merupakan shoho tanpa adanya eho

begitupun sebaliknya, ibarat adanya bayangan karena adanya badan tidak

mungkin ada bayangan tanpa adanya badan. Inti dari teori yang

dikembangkan ini adalah bahwa manusia tidak dapat terpisah dari

lingkungan yang dapat mempengaruhinya. Manusia harus menjalani

hidupnya dengan menyelaraskan diri dengan alam, merawat dan

menjaganya bukan merusaknya. Karena keduanya merupakan satu kesatuan

nyata yang tak dapat dipisahkan.3

Ketiga, Roh semesta meresapi segala sesuatu dalam alam semesta,

dalam teori ini Nichiren Daishonin membagi segala sesuatu di alam semesta

ke dalam ujo (wujud yang memiliki rasa atau kesadaran) dan hijo (bentuk

2 Daisaku Ikeda, Budhisme : Falsafah Hidup, h. 24.

3 Daisaku Ikeda , Mengungkap Misteri Hidup dan Mati, (Jakarta, PT. Ufuk Publishing

House, 2011) h, 197

Page 47: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

35

tanpa rasa atau tanpa kesadaran). Ujo dapat mengandung hijo; ialah

makhluk-makhluk perasa mengandung unsur-unsur tanpa rasa. Dan hijo

dapat menampilkan sifat perasa; meskipun emosi-emosi dan kesadaran

masih dalam keadaan tidur, apabila diberi syarat yang tepat, makhluk-

makhluk tanpa rasa dapat berkembang menjadi perasa. Karena wujud hayati

(kehidupan) dan nirhayati (tanpa kehidupan) adalah wujud sementara.

Kesadaran seorang Budhis akan peresapan roh semesta pada semua

perwujudan baik yang perasa maupun tanpa rasa, akan menuntunnya

menuju kesadaran akan kehidupan yang kekal. Dalam teori ini Nichiren

Daishoni mengajarkan bahwa roh semesta meresapi segala sesuatu yang ada

di dalamnya.4

Keempat, Kesadaran manusia dalam melihat dunia, dalam hal ini

Nichiren Daishonin mengolongkan pada tiga macam cara yang harus

dicapai manusia dalam memandang dunia : Ketai yaitu pengamatan akan

betuk-bentuk sementara atau fenomena material, Kutai yakni pengamatan

akan kehampaan atau fenomena spiritual, dan chutai yaitu pengamatan akan

sifat hakiki benda-benda atau fenomena esensial. Ketai adalah pada

dasarnya mengenai usaha untuk memperoleh pengetahuan tentang benda-

benda tersendiri dan hubungan dengan lingkungannya; ketai bersifat

intlektual dan konseptual yang berhubungan dengan fisika, matematika dan

penalaran-penalaran yang serupa. Kutai adalah intuitif dan sukar sekali

dipahami, tak dapat dimengerti dalam kata-kata yang melambangkan

eksistensi maupun noneksistensi. Chutai berjuang untuk mengetahui sifat

4 Daisaku Ikeda, Budhisme : Falsafah Hidup, h. 24.

Page 48: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

36

hidup sesungguhnya. Hidup bukan hanya suatu gabungan semata-mata dari

unsur-unsur material dan spiritual. Hidup mempuyai sifatnya sendiri, yang

menyingkapkan dirinya dalam kedua aspek material dan spiritual. Hidup

tidak mencurahkan perhatian yang lebih besar kepada salah satu dari dua

jenis pengamatan itu. Teori ini dikenal dengan teori en’yu-no-santai atau

“jenis-jenis pengamatan, yang saling mengisi dan melengkapi” secara

ringkas menyatakan maksud kesatuannya. Teori ini dikembangkan oleh

bikkhu China Chih-i (538-597), yang mendirikan T‟ientai-t‟ai (bahasa

Jepang Tendai) Budhisme.5

Kelima, Ichinen-Sanzen, Kata-kata Ichinen-Sanzen adalah suatu

ungkapan yang sangat padat arti dari pandangan T‟ien‟t‟ai tentang

organisasi hidup. Secara harfiah kata Ichinen berarti mikrokosmos

sedangkan Sanzen dapat menunjang kepada banyak aspek yang berlainan,

tapi arti yang dimaksudkan disini adalah totalitas dari semua fenomena atau

makrokosmos. Dengan kata lain Ichinen-Sanzen ialah “tiga ribu gagasan

dalam satu saat tunggal”. Artinya bahwa semua aspek dan realitas adalah

begitu rapatnya terjalin sehingga aspek-aspek itu tetap ada dalam satu saat.

Jadi menurut teori ini, segala sesuatu dalam alam semesta saling berkaitan;

mikrokosmos memenuhi makrokosmos, dan makrokosmos tersirat dalam setiap

mikrokosmos.6

Teori ini berasal dari sekte Tendai yang diadopsi dan dikembangkan

oleh Nichiren Daishonin beberapa dekade kemudian. Teori ini membahas

tentang “tiga ribu gagasan dalam satu saat tunggal” yaitu gagasan tentang

5 Daisaku Ikeda, Budhisme : Falsafah Hidup, h. 34.

6 Daisaku Ikeda, Budhisme : Falsafah Hidup, h. 35

Page 49: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

37

terdapatnya sepuluh alam eksistensi yang harus dilalui oleh semua makhluk

hidup di setiap masa kehidupannya. kesepuluh alam tersebut, antara satu

dengan lainnya memiliki keterkaitan. Masing-masing mengandung hakikat

dirinya dan 9 alam yang lain. Terdapat 10 faktor pokok yang memberi ciri

kepada setiap makhluk. Dan setiap makhluk dapat berhubungan dengan 3

lingkungan. Ketika dikalikan jumlah keseluruhannya (10x(1+9)x10x3)

menjadi 3000. Jadi di dunia ini terdapat 3000 alam ekstensi. Dari

perhitungan itulah tercetus teori tentang “3000 gagasan”. 7

Teori Ichinen-Sanzen ini yang kemudian menjadi dasar bagaimana

seseorang mengetahui kondisi jiwanya dari kesepuluh alam eksistensi

tersebut. Reformasi manusia merupakan suatu latihan penguasaan diri dalam

menumbuhkan kesadaran atas kondisi jiwa yang harus terus diasah secara

tekun dan rutin. Hal ini yang menjadi titik sentral Ikeda dalam menjalankan

misinya terhadap perdamaian dunia, karena inti ajaran filosofi Buddha

berkaitan langsung dengan masalah pembentukan karakter. Dalam sebuah

ayat Budhisme dikatakan “Engkau adalah penguasa atas dirimu sendiri.” Di

bagian kedua berbunyi “Jadilah pelita bagi dirimu sendiri, andalkanlah diri

sendiri, peganglah erat-erat pada hukum tersebut sebagai pelita, dan jangan

bergantung pada apapun juga.” Demikianlah ajaran dan filosofi hidup

Buddha yang selalu menekankan penguasaan diri dalam menumbuhkan

kesadaran atas kondisi jiwa.8

Atas dasar filosofi Budha tersebut, Ikeda menekankan pentingnya

reformasi di dalam diri tiap-tiap individu dan mewujudkan keyakinan ke

7 Daisaku Ikeda , Mengungkap Misteri Hidup dan Mati, h.142

8 Daisaku Ikeda, Demi Perdamaiaan : 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, (Jakarta:

PT Bhuana Ilmu Populer, 2001), h. 29.

Page 50: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

38

dalam tindakan. Sejalan dengan prinsip ini, Ikeda mendukung Perserikatan

Bangsa-Bangsa dalam mendorong berbagai kegiatan demi menuju

perdamaian. Melalui upaya-upaya itu Ikeda memberikan sumbangsih

kepada masyarakat sebagai satu kesatuan.

Berbicara tentang reformasi manusia, Buddhaisme menggolongkan

kondisi jiwa manusia ke dalam istilah “Sepuluh Dunia.” Sepuluh dunia

adalah sebuah teori yang membagi suasana jiwa ke dalam sepuluh

klasifikasi sebagai dasar pandangan kejiwaan Budhdhaisme. Dengan

mempelajari teori Sepuluh Dunia ini, kita bisa memahami suasana jiwa dan

mendapatkan pengarahan agar setiap orang bisa mewujudkan reformasi

manusia. Sepuluh Dunia tersebut ialah : 1. Dunia Neraka, 2. Dunia

Kelaparan, 3. Dunia Kebinatangan, 4. Dunia Amarah atau Keberangan, 5.

Dunia Kemanusiaan, 6. Dunia Kebahagiaan, 7. Dunia Kecendikiaan, 8.

Dunia Penciptaan, 9. Dunia Alam Bodhisattva, dan 10. Dunia Alam Ke-

Buddha-an.9

Kondisi jiwa setiap manusia selalu berubah-ubah dijelaskan oleh

Nichiren Daishonin dalam “The True Object of Worship”, sebagai berikut:10

“Bila kita mengamati wajah seseorang pada waktu berlainan, kita

mendapatkan bahwa orang itu terkadang penuh kegembiraan,

terkadang marah, dan terkadang tenang. Kadang kala keserakahan

muncul di wajah orang itu, kadang kala kebodohan dan sekali waktu

kejahatan. Kegilaan adalah Alam Neraka, keserakahan adalah Alam

Kelaparan, kebodohan adalah Alam Kebinatangan, kejahatan adalah

Alam Amarah, kegembiraan adalah Alam Kebahagiaan dan

ketenangan adalah Alam Kemanusiaan.”

9 Daisaku Ikeda, Hidup, Mutiara Penuh Rahasia, (Jakarta: PT. Indira, 1990), h. 109

10 Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Buddhisme, (Jakarta: Soka Gakkai Indonesia,

2015), h.25

Page 51: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

39

Dari pernyataan di atas jelas bahwa setiap manusia memiliki kondisi

jiwa yang selalu berubah-ubah. Daisonin melihat betapa pun seseorang

menampakkan diri dengan wajah berseri-seri, mungkin sesungguhnya ia

berada dalam alam neraka meskipun tampak menguasai dirinya, atau

mungkin berada dalam kelaparan rohaniah.

Sepuluh Dunia di atas merupakan kesimpulan-kesimpulan yang pada

umumnya ditarik dari pengalaman manusia. Dengan memperhitungkan

semua macam keadaan yang mungkin dialami oleh setiap diri manusia.

Sepuluh Dunia yang mendasari hidup ini telah disimpulkan oleh para filsuf

Buddhis.11

Sepuluh dunia atau alam hidup yang tertera di atas merupakan

falsafah Budhisme Nichiren tentang teori “tiga ribu gagasan dalam satu saat

tunggal” yang diistilahkan dengan Ichinen-Sanzen.

2. Sepuluh Alam Hidup dan Sepuluh Faktor

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa Sepuluh Dunia adalah

teori yang membagi suasana jiwa ke dalam sepuluh klasifikasi. Kesepuluh

Dunia ini kemudian dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok, yaitu

“Enam Dunia Pertama” dan “Empat Dunia Suci”. Di bawah ini penulis akan

menjelaskannya sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

Enam Dunia Pertama dari Sepuluh Dunia adalah Dunia Neraka,

Dunia Kelaparan, Dunia Kebinatangan, Dunia Kemarahan, Dunia

Kemanusiaan dan Dunia Kebahagiaan. Penjelasannya sebagai berikut:

11

Daisaku Ikeda, Hidup, Mutiara Penuh Rahasia,h. 110

Page 52: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

40

Pertama, Dunia Neraka. Arti kata neraka (bahasa Jepang: Jigoku)

pada awalnya memiliki arti „penjara di bawah tanah‟. Namun neraka yang

dimaksud di sini adalah suasana jiwa paling rendah yang diikat dengan

kesengsaraan. Ji berarti paling rendah, goku berarti ketidakbebasan karena

diikat atau ditahan. Dengan kata lain dunia neraka adalah suasana jiwa yang

merasakan hidup itu sendiri merupakan kesengsaraan atau melihat apapun

merasakan kemalangan.12

Niciren Daishonin mengatakan bahwa Neraka adalah tempat api

yang mengerikan (Writing Nichiren Daishonin -1, h. 1026). Dunia neraka

adalah suasana jiwa yang merasa semua lingkungan memberikan

kesengsaraan seperti kobaran api, sehingga keadaan jiwanya penuh dengan

kegersangan dan kemarahan. Kemarahan itulah yang dimaksud Nichiren

sebagai dunia neraka. Kemarahan merupakan rasa benci yang disebabkan

oleh hal-hal yang tidak berjalan sesuai dengan keinginan sendiri.13

Penulis beranggapan bahwa konflik dan perseteruan yang terjadi

baik di kancah nasional ataupun internasional itu diakibatkan adanya

kondisi jiwa seperti dikatakan di atas. Sesuatu yang tidak sejalan dengan

keinginan hati selalu ditentang tanpa memikirkan efek negatifnya.

Penentangan-penentangan ini sejatinya bukan berlandaskan kemarahan yang

sifatnya membangun tetapi sebaliknya. Kemarahan seperti itu tentunya

didasari dengan emosi yang menggebu-gebu yang melahirkan kebencian.

Kedua, Dunia Kelaparan. Dunia Kelaparan adalah suasana jiwa

yang sengsara karena keinginannya tidak terpenuhi, suasana jiwa yang

12

Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Buddhisme, h. 25 13

Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Buddhisme, h. 26

Page 53: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

41

dikuasai keserakahan atau hawa nafsu yang tak terhingga sehingga hatinya

tidak bebas dan menimbulkan kesengsaraan. Hal ini sesuai dengan

perkataan Nichiren dalam Gosho14

“Keserakahan adalah dunia kelaparan,

dunia kelaparan adalah tempat menyedihkan di mana mereka menyantap

anak meraka sendiri karena kelaparan.” Di dalam dunia kelaparan ini, hawa

nafsu tidak bisa dimanfaatkan untuk menciptakan sesuatu, bahkan manusia

dapat dijadikan budak hawa nafsu dan selalu menderita.15

Tidak dapat dipungkiri, bahwa setiap manusia pasti mengalami

jiwa seperti ini. Hal itu merupakan tabiat dari setiap manusia yang hidup di

muka bumi ini. Ini adalah ujian yang harus dilewati, karena jika dibiarkan

kondisi jiwa seperti ini akan berdampak negatif bagi lingkungan. Biasanya

orang lemahlah yang ujung-ujungnya menjadi sasaran dari keserakahan ini.

Jiwa seperti ini dapat diminimalisir dengan pendidikan karakter seperti yang

telah diajarkan oleh Budhisme. Pendidikan karakter sangat dibutuhkan

sekali dalam menumbuhkan sifat welas asih. Jika sifat welas asih sudah

tertanam maka martabat setiap orang akan dihargai dan dihormati.16

Menurut Ikeda, keserakahan adalah salah satu ciri dari Dunia

Kelaparan yang seolah-olah tanpa batas, berkobar dahsyat, memangsa

jasmani dan rohani. Setiap manusia rentan terhadapnya, karena keserakahan

menurutnya bentuk ekstrim dari hasrat, sedangkan manusia dilahirkan

dengan banyak hasrat atau nafsu naluriah, termasuk hasrat untuk tetap

14

Gosho adalah tulisan Nichiren Daisonin dalam bentuk lepas maupun kumpulan.

Termasuk di dalamnya adalah surat-surat yang mendorong secara pribadi uraian tentang

Buddhisme dan ajaran lisan yang dcatat. Lihat Daisaku Ikeda, Hidup, Mutiara Penuh Rahasia, h.

294 15

Daisaku Ikeda, Hidup, Mutiara Penuh Rahasia, h. 117 16

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 27

Page 54: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

42

hidup. Karena hasrat tersebut diperlukan untuk pemeliharaan hidup, maka

menurut Ikeda hasrat dalam arti itu sangat bermanfaat. Sebaliknya mengejar

nafsu tanpa tujuan yang lebih luhur sama dengan menjadi budak nafsu dan

hanya akan menjurus pada kemalangan bagi diri sendiri dan orang lain.17

Ketiga, Dunia Kebinatangan. Dunia ini disebut dengan dunia

kebinatangan karena dunia ini diistilahkan terhadap binatang yang memiliki

sifat kebodohan. Seseorang yang berada dalam kondisi jiwa kebinatangan

akan terlihat bodoh, dalam artian tidak dapat membedakan yang benar dan

yang salah, dan bertindak berdasarkan naluri. Di samping itu jiwanya terikat

dengan kepentingan sesaat dan memiliki akal budi yang tidak berjalan

dengan baik.18

Nichiren menyebut bahwa sifat alamiah hewan buas adalah

mengancam yang lemah dan takut pada yang kuat. Di samping itu binatang

biasanya mengandalkan kekuatan, hanya ada istilah membunuh atau

dibunuh. Jiwa seperti ini sangat berbahaya jika hinggap dalam diri

seseorang, karena suasana jiwa seperti ini akan lupa pada akal budi dan hati

nurani, dapat merugikan orang lain demi kehidupan diri sendiri, selalu

menghabiskan waktu dalam persaingan hidup.19

Keempat, Dunia Kemarahan. Dunia Kemarahan, dalam bahasa

Jepang disebut dunia shura, yang berasal dari kata asura, yaitu sebutan

untuk dewa India yang suka berperang. Dunia kemarahan memiliki ciri khas

tersendiri yaitu suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan

selalu mempunyai keinginan untuk mengalahkan orang lain. Manusia yang

17

Daisaku Ikeda, Hidup, Mutiara Penuh Rahasia, h. 117 18

Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Buddhisme, h. 27 19

Daisaku Ikeda, Hidup, Mutiara Penuh Rahasia, h. 120

Page 55: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

43

berada dalam kondisi jiwa seperti ini merasa dirinya lebih unggul,

meremehkan orang lain dan berpura-pura sebagai orang arif atau orang baik,

padahal di dalam jiwanya penuh dengan iri hati terhadap orang yang lebih

unggul dari dirinya. Daishonin mengatakan bahwa orang yang berada dalam

kondisi jiwa seperti ini memiliki pikiran bengkok dalam artian tidak

memperhatikan isi hati yang sesungguhnya dan berpura-pura setia kepada

orang lain.20

Kelima, Dunia Kemanusiaan. Nichiren Daisonin menjelaskan bahwa

dunia kemanusiaan merupakan suasana jiwa yang tenang, tentram, dan

mempertahankan kemanusiaan. Di samping itu ia mengatakan bahwa orang

arif dapat disebut manusia sedangkan yang tidak berakal budi tidak lebih

dari binatang. Maksud dari perkataan ini adalah bahwa dunia kemanusiaan

memiliki ciri khas tersendiri yaitu kekuatan akal budi untuk

mengidentifikasikan yang baik dan yang buruk dan dapat membedakan

keduanya sehingga dapat mengontrol diri sendiri dengan patokan tersebut.21

Dunia kemanusiaan ini harus dipertahankan oleh setiap orang

dengan usaha yang maksimal, karena dunia kemanusiaan ini dapat

dikatakan langkah pertama dari suasana jiwa yang dapat mengendalikan

hawa nafsu. Di samping itu dunia kemanusiaan dapat menjadi wadah yang

benar untuk mencapai kesadaran Buddha. Besar kemungkinan dunia

kemanusiaan ini jatuh ke jalan buruk karena berjodoh buruk, tetapi di lain

20

Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Buddhisme, h. 28 21

Daisaku Ikeda, Hidup, Mutiara Penuh Rahasia, h. 127

Page 56: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

44

pihak memiliki kemampuan untuk maju ke jalan empat dunia suci dengan

upaya untuk melaksanakan pertapaan Buddhisme.22

Keenam, Dunia Surga. Dunia Surga diposisikan sebagai salah satu

suasana jiwa kegembiraan yang dirasakan pada saat keinginan atau hawa

nafsu terpenuhi. Daishonin mengatakan bahwa kegembiraan adalah dunia

surga. Suasana jiwa dunia surga adalah keadaan di mana hawa nafsu

sesungguhnya tersebut terpenuhi dan terpendam pada kegembiraan. Akan

tetapi, kegembiraan itu tidak bertahan lama, oleh karena itu, dunia surga

bukan suasana jiwa kegembiraan sebagai tujuan manusia.23

Keenam dunia yang dijelaskan diatas dapat dipengaruhi oleh hal-hal

di luar itu. Seseorang dapat menikmati kegembiraan dunia surga ketika

kebetulan hawa nafsunya terpenuhi atau bisa menikmati ketenangan dunia

ketika lingkungan tentram. Akan tetapi begitu syarat itu hilang, secara

otomatis akan langsung jatuh ke dalam suasana jiwa yang sengsara seperti

dunia neraka atau dunia kelaparan. Keenam dunia yang disebutkan di atas

bukanlah suasana jiwa yang sungguh-sungguh bebas dan mandiri.

Seseorang dapat berupaya mengatasi hal tersebut dengan melakukan

pertapaan Buddhisme. Di samping itu bertujuan untuk mendirikan suasana

jiwa yang mandiri dan bahagia tanpa dipengaruhi oleh lingkungan luar.

Pertapaan Buddhisme yang dimaksud di sini adalah empat dunia suci, yakni

dunia pendengar ajaran, dunia kesadaraan, dunia bodhisatwa, dan dunia

Buddha.24

22

Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Buddhisme, h. 29 23

Daisaku Ikeda, Hidup, Mutiara Penuh Rahasia, h. 131 24

Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Buddhisme, h. 30

Page 57: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

45

Ketujuh dan Kedelapan, Dunia Pendengar Ajaran atau Dunia

Kecendikiaan dan Dunia Penciptaan. Dunia Kecendikiaan adalah keadaan

shravaka, seorang murid yang telah memperoleh pengertian dengan

mendengarkan ajaran-ajaran Sang Buddha secara langsung. Sedangkan

Dunia Penciptaan adalah keadaan Pratyeka Buddha, seorang manusia yang

telah memperoleh pencerahan dengan pengetahuan Dua Belas Sebab yang

saling bergantung. Kedua Dunia ini merupakan Dunia yang luhur, namun

tidak digolongkan sebagai bentuk hidup yang paling mulia, dalam artian

dunia ini merupakan peroses pencapaian pencerahan yang baru yang bersifat

khusus atau pencerahan belum lengkap. Kendatipun demikian, kedua dunia

ini jauh lebih unggul dibanding keenam dunia yang telah disebutkan

sebelumnya.25

Ikeda beranggapan bahwa sang diri di dalam kedua dunia ini sebagai

diri yang bertafakur, diri yang berhenti menengok ke belakang dan berusaha

memahami makna segala hal. Proses tersebut dapat meliputi mawas diri

yang merupakan proses merenungkan hidup batin dan hubungannya dengan

kosmos. Kedua dunia ini berbeda dengan keenam dunia sebelumnya yang

secara khas memusatkan perhatian pada lingkungan, sedangkan kedua dunia

ini berfokus pada batin dan kepada makna yang lebih dalam dari hidup

manusia secara menyeluruh.26

Kesembilan, Dunia Bodhisatwa. Bodhhisatwa merupakan perjuangan

manusia untuk memperoleh kesadaran Buddha. Suasana jiwa seperti ini

adalah menjalankan pelaksanaan mencari kebenaran yang menuju suasana

25

Daisaku Ikeda, Hidup, Mutiara Penuh Rahasia, h. 131 26

Daisaku Ikeda, Hidup, Mutiara Penuh Rahasia, h. 141

Page 58: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

46

yang tertinggi yaitu dunia Buddha. Di samping itu, memberikan manfaat

terhadap orang lain, menebar kebaikan yang telah diperoleh dari pertapaan

Budhis. Dunia bodhisatwa ini merupakan suasana jiwa yang memiliki rasa

tugas jiwa demi manusia dan dharma yang didasarkan pada sifat welas asih.

Daishonin berkata, “Seorang penjahat kejam sekalipun mencintai istri dan

anak-anaknya. Ia pun memiliki bagian dari dunia bodhisatwa dalam

dirinya.”27

Kesepuluh, Dunia Kebuddhaan. Dunia ini adalah Dunia yang paling

tertinggi di antara kesembilan dunia lainnya dan tidak dapat dituliskan

selengkapnya dengan kata-kata. Nichiren Daishonin menulis, “Kebuddhaan

adalah yang paling sulit diperagakan”. Tetapi setiap manusia harus percaya

bahwa dirinya mampu mencapai dunia kebuddhaan ini. Dunia Buddha

adalah suasana jiwa luas dan kaya raya yang akan dibuka jika seseorang

menyadari bahwa sumber pokok dari jiwa diri sendiri adalah Hukum Gaib.28

Buddha yang telah membuka suasana jiwa tersebut mewujudnyatakan welas

asih dan kearifan yang tak terhingga, dan terus berjuang agar seluruh umat

manusia dapat memperoleh suasana jiwa dunia Buddha yang sama dengan

dirinya.29

Buddhisme menawarkan Dunia Kebudhaan ini sebagai eksistensi

ideal kehidupan manusia. Emosi seperti kegembiraan dan kesedihan,

kesenangan dan kemarahan hanya sekedar benang-benang untuk menenun

27

Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Buddhisme, h. 33 28

Hukum Gaib adalah hukum pokok kehidupan dan alam semesta. Hukum Nam-myoho-

renge-kyo. Arti dari myoho dalam Myoho-renge-kyo, disebut “Hukum Penuh Kegaiban”. Lihat

Daisaku Ikeda, Discussion on youth,(Jakarta: Soka Gakkai Indonesia, 2015), h. 544 29

Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Buddhisme, h. 34

Page 59: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

47

lembaran kehidupan, dan suatu pengalaman hidup. Namun itu semua dapat

dibentuk dan diarahkan oleh Dunia Kebuddhaan itu sendiri.30

Menurut Ikeda kesepuluh dunia yang telah disebutkan di atas

bukanlah alam yang berbeda sebagaimana yang kita pahami, tetapi

kesepuluh dunia ini adalah mencerminkan kondisi jiwa seseorang yang silih

berganti, apakah jiwa yang dikendalikan oleh nafsu hati, diri yang terjerat

egoisme, diri yang tidak dikendalikan oleh penalaran atau hati nurani,

ataukah diri yang penuh kegembiraan dan gairah hidup. Dalam pandangan

Buddhisme kondisi jiwa seperti itu dapat dimaklumi dan dimengerti.

Kesepuluh Alam tersebut mengandung sepuluh alam lainnya dalam dirinya.

Ini berarti bahwa setiap alam, disamping semua alam lainnya mengandung

alam ke-Buddha-an. Dengan kata lain bahwa semua orang dari semua jenis

dan derajat mempunyai benih-benih Buddha untuk mencapai Cita Buddha.31

Sepuluh faktor (syarat bereksistensi bagi semua makhluk dan tersirat

pada semua benda) sebagai berikut:

1. Faktor Nyoze-so (bentuk),

2. Faktor Nyoze-sho (naluri),

3. Faktor Nyoze-tai (wujud),

4. Faktor Nyoze-riki (daya),

5. Faktor Nyoze-sa (kegiatan),

6. Faktor Nyoze-in (faktor penyebab dalam),

7. Faktor Nyoze-en (faktor penyebab luar),

8. Faktor Nyoze-ka (efek terpendam; latent),

9. Faktor Nyoze-ho (efek nyata),

30

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h.28 31

Daisaku Ikeda , Mengungkap Misteri Hidup dan Mati, h. 173

Page 60: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

48

10.Faktor Nyoze-honmatsu-kukyoto (perpaduan dari sembilan faktor

lainnya).

Faktor satu, dua, dan tiga melukiskan realitas-realitas jasmaniah dan

rohaniah dari hidup. Faktor empat sampai dengan sepuluh menjelaskan cara

bagaimana hidup itu berlangsung.

Sepuluh alam hidup dan sepuluh faktor tersebut di atas berhubungan

dengan tiga lingkungan atau dunia (san-ken):

1. Go-on Seken (dunia kesatuan; lingkungan Panca-Skandha),

2. Shujo-Seken (dunia dari makhluk hidup),

3. Kokudo-Seken (dunia dari lingkungan).

Jadi 10 Alam Hidup x 10 alam lainnya dalam dirinya x 10 faktor x 3

lingkungan/dunia = 3000 dari alam-alam ini ada pada satu saat eksistensi.

Oleh karena itu setiap individu akan mampu untuk mencapai ke-Buddha-

an.32

Menurut Ikeda tidaklah mustahil perdamaian dunia dapat tercapai,

namun menurutnya perdamaian itu adalah perdamaian yang sifatnya

eksternal yang dangkal, rapuh dan akan goyah dengan adanya sedikit

gangguan. Pondasi yang kokoh bagi tercapainya perdamaian yang

sesungguhnya dan tak dapat dihancurkan adalah membangun perdamaian di

dalam hati setiap orang, dengan istilah “revolusi manusia”. Orang yang tak

memiliki perdamaian batin tidak mungkin dapat memberikan perdamian

32

Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Buddhisme, h. 41

Page 61: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

49

kepada orang lain. Oleh karena itu Ikeda mengistilahkan perdamaian

menjadi dua kategori yaitu perdamaian internal dan perdamaian eksternal.33

3. Agama dan Revolusi Manusia: Sumber Penciptaan Nilai

Nur Yalman34

(1931) meyakini bahwa “tantangan yang terus

menerus bagi kehidupan manusia adalah sumber penciptaan nilai. Menurut

Ikeda maksud dari pernyataan “tantangan yang terus menerus” adalah setiap

orang harus menyuarakan kearifan untuk membangun jaringan solidaritas di

antara orang yang ingin bangkit dari keterpurukan. Menurutnya tanpa

adanya gerakan untuk melakukan sesuatu, mustahil sesuatu yang diharapkan

akan terwujud. Seperti halnya keinginan untuk tercapainya perdamaian akan

menjadi impian hampa tanpa adanya gerakan untuk menentang

ketidakadilan dan keserakahan para elite penguasa; tragedi perang tidak

serta merta berhenti tanpa adanya persatuan untuk menghentikannya.35

Penciptaan perdamaian abadi bergantung pada sejauh mana setiap

individu mampu menguasai diri yang dapat dibentuk melalui praktik

keagamaan. Bila agama semulia namanya, dan bila agama dapat

menanggapi kebutuhan zaman kontemporer, agama mestinya sudah mampu

menumbuhkan dasar spiritual untuk menjadi warga dunia di kalangan para

penganutnya. Dalam pandangan Budhisme, persoalan tentang bagaimana

menciptakan “pertahanan perdamaian” dalam setiap individu, merupakan

faktor yang mesti mendahului berbagai faktor sistemik eksternal, dan

33

Daisaku Ikeda, Majid Tehranian, Jalan Sutra Baru, Dialog kreatif Islam dan Buddha,

(Jakarta:PT Mizan Pustaka, 2010), h. 231. 34

Nur Yalman adalah antropolog sosial terkemuka Turki di Harvad University, di mana

ia menjabat sebagai Profesor Riset Senior bidang Antropologi Sosial dan Studi Timur Tengah. 35

Daisaku Ikeda, Majid Tehranian, Jalan Sutra Baru, Dialog kreatif Islam dan Buddha,

h. 39.

Page 62: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

50

merupakan buah sekaligus inti dari setiap upaya untuk membangun dunia

yang damai.36

Jelas peran agama sangat penting sekali dalam menciptakan suatu

perdamaian dunia. Agama menjadi pijakan penting bagi setiap individu

dalam mengarungi kehidupan terutama dalam mengembangkan moral yang

baik. Hal ini sejalan dengan filsafat hidup Budhisme yang menekankan pada

penguasaan dan pengendalian diri, sifat welas asih dalam kaitannya dengan

kemanusiaan yang ditampilkan melalui perilaku dan tindakan. Di dalam

pandangan Budhisme, pertumbuhan dan penyempurnaan karakter

merupakan tujuan pelatihan religius yang sesungguhnya. Sebagaimana

dikatakan Ikeda, bahwa norma-norma yang tidak dihasilkan dari dalam dan

tidak mendorong perkembangan karakter individu akan melemah dan tidak

efektif. Hanya bila norma-norma eksternal dan nilai-nilai internal berfungsi

secara timbal balik dan saling mendukung, maka keduanya memungkinkan

umat manusia melawan kejahatan dan dapat hidup sebagai teladan sejati dan

pahlawan hak asasi manusia.37

Setiap orang ditekankan untuk menumbuhkan kesadaran atas kondisi

jiwa serta mengasahnya secara tekun dan rutin agar kondisi jiwanya

meningkat dari kondisi jiwa terendah sampai kondisi jiwa tertinggi,

sebagaimana telah dijelaskan di atas. Hal ini merupakan latihan penguasaan

diri yaitu suatu latihan dalam me-revolusi manusia.

Menurut Ikeda, jika seseorang dapat menguasai diri, ia tidak akan

memaksakan nilai-nilai dirinya pada orang lain, serta tidak pula menginjak-

36

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h.19 37

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 19

Page 63: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

51

injak adat istiadat dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh orang lain.

Begitu pula halnya, penguasaan diri ini tidak hanya mengamini adat-istiadat

dan nilai-nilai yang ada pada diri orang lain, tapi juga dapat mencegah

penilaian terhadap kondisi ekonomi, pemahaman dan konsekuensi terhadap

orang lain.

Pernyataan Ikeda ini mengajarkan kita untuk saling menghormati

sesama, selama kita disebut sebagai “manusia” tanpa memandang perbedaan

suku, ras, agama dan golongan. Jadi ia menegaskan bahwa setiap manusia

tidak boleh diremehkan dan harus mendapatkan penghormatan tertinggi

sebagai manusia. Di dalam Sutra Bunga Teratai, ada seorang bodhisatva

yang digelari sebagai “Yang Tidak Pernah Meremehkan”. Bodhisatva ini

percaya bahwa setiap manusia itu memiliki sifat Buddha. Pernah suatu

ketika ada orang yang berbuat jahat dan mengganggunya, tapi ia tidak

menghiraukan perbuatan jahat itu, ia tidak membalasnya dengan perbuatan

yang sama, ia tetap menolak untuk meremehkannya karena ia percaya

meremehkan seseorang sama saja meremehkan Buddha. Ia terus

menyampaikan ajarannya ini hingga saat-saat terakhir, memberikan

penghormatan pada semua manusia melalui setiap kata dan perbuatannya.38

Dari prinsip boddhisatwa yang tidak tergoyahkan ini kita dapat

mengambil pelajaran darinya sebagai teladan dalam menumbuhkan

penguasaan diri di dalam diri kita. Hal ini merupakan disiplin utama

Buddhisme yang menggambarkan pentingnya penguasaan diri sebagai

38

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h.30

Page 64: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

52

kebijakan universal seluruh umat manusia serta persyaratan pertama untuk

sebuah dunia tanpa perang.

Disiplin utama Buddhisme ini sejalan dengan pandangan Sokrates

mengeni etik yang bersifat intelektuil dan rasionil yang menekankan pada

pencapaian budi baik. Budi ialah tahu, jadi orang yang berpengetahuan

dengan sendirinya berbuat baik. Kebaikan seseorang harus mencapai

terlaksananya keadilan dalam pergaulan hidup. Apa yang baik bagi

seseorang baik bagi masyarakat, begitu pun sebaliknya. Jadi antara

kepentingan seseorang tidak boleh bertentangan dengan kepentingan

masyarakat. Siapa yang mengetahui hukum mestilah bertindak sesuai

dengan penngetahuannya itu. Tak mungkin ada pertentangan antara

keyakinan dan perbuatan. Budi berdasar atas pengatahuan, maka budi dapat

dipelajari.39

“Lampauilah kecemasan dan penderitaan pribadi anda, dan ubahlah

diri anda sedemikian rupa demi mengontribusikan diri untuk masyarakat

dan kemanusiaan “ demikianlah moto gerakan SGI untuk

mengkampanyekan revolusi manusia.40

Pernyataan di atas sangat tepat sekali, bahwa setiap individu dituntut

untuk terus memperbaiki diri, memiliki kemauan dan disiplin yang kuat.

Kesengsaraan orang lain tidak dapat kita atasi jika kesengsaraan pada diri

sendiri masih melekat. Tentunya ini sejalan dengan ajaran Buddhisme

mengenai “penciptaan nilai” yang mengedepankan kedisiplinan yang baik

dalam menjalani hidup.

39

Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, (Jakarta:UI-Press, 2006), h. 83. 40

Daisaku Ikeda, Majid Tehranian, Jalan Sutra Baru: Dialog Kreatif Islam- Budha , h.

38.

Page 65: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

53

B. Dialog Peradaban

1. Budhisme dan Kekuatan Dialog

Dalam memperjuangkan pedamaian dunia, Ikeda memiliki

komitmen teguh terhadap dialog. Gerakan dialog tersebut berfokus pada

perdamaian, pendidikan dan kebudayaan, baik dialog antar peradaban atau

antar agama yang dilakukannya telah membangun solidaritas kebaikan yang

memperdalam pemahaman bersama dan menyambung pertukaran umat

manusia. Hal ini dibuktikan melalui kunjungannya ke berbagai negara untuk

melakukan dialog dengan para pemimpin negara dan tokoh intlektual.

Melalui dialog ia dapat bertukar pendapat dan memberikan masukan

terhadap pentingnya memperjuangkan perdamaian dunia. Upaya-upaya

inilah yang terus dilakukan, karena ia menganggap dialog adalah senjata

paling ampuh bagi orang-orang moderat. Menurutnya dialog dapat

dihidupkan dengan melalui sumberdaya energi dan kekuatan spiritual.41

Ikeda menekankan dan menganjurkan untuk melakukan dialog

terbuka, tanpa memandang siapa dan apa setatus orang yang diajak

berdialog. Menurutnya orang yang tertutup seolah-olah ia bunuh diri

terhadap spiritualnya, dalam artian tidak mengenali diri sendiri secara utuh

tanpa melibatkan kontak dengan orang lain. Dialog dapat melatih diri

seseorang menjadi manusia, manusia yang penuh kasih sayang, berhati

mulia, serta dapat mengetahui dan merasakan kebahagiaan dan penderitaan

orang lain. Tanpa adanya dialog itu semua tidak akan pernah terlibat dalam

pikiran seseorang, karena menurutnya tanpa adanya kontak dengan orang

41

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h.33

Page 66: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

54

lain -melalui dialog- kita tidak dapat menguasai ketegangan-ketegangan

dalam diri seseorang sehingga dapat menyebabkan keraguan terhadap orang

lain, menaruh curiga dan akhirnya mudah terjebak oleh kekuatan yang

memecah belah.42

Ia memandang, bahwa orang yang menolak dialog yang damai dan

memilih kekerasan adalah salah satu ciri orang yang menyerah pada

kelemahan manusiawi dalam artian mengakui kekalahan spiritual manusia.

hal ini didasarkan pada filosofi Buddhisme yang sejak awal sudah berkaitan

dengan penolakan terhadap kekerasan dan memiliki prinsip penyelesaian

konflik secara damai dengan melalui dialog. Kehidupan Sakyamuni secara

keseluruhan tidak tersentuh dengan dogma, dan interaksi dengan para

pengikutnya menekankan pentingnya dialog.43

Ikeda mengatakan bahwa saat ini kita telah memasuki suatu tahap

sejarah di mana “ dialog” setara pentingnya dengan “kehidupan” dan

“perdamaian”. Dari pernyataan ini kita dapat menyimpulkan bahwa dialog

merupakan langkah yang amat penting dalam menyelesaikan masalah yang

ada. Karena dengan dialog lah titik temu permasalahan dapat dicarikan

solusinya sekaligus dapat diselesaikan dengan mudah. Karena di dalam

dialog kita dituntut untuk mengemukakan pendapat, menganalisis pendapat

orang lain dan mencari jalan keluar demi menyelesaikan permasalahan yang

ada. Hal ini sejalan dengan apa yang selalu sang Buddha Sakyamuni

lakukan terhadap murid-muridnya. Sekalipun kondisi fisiknya tidak

42

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 34 43

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 35.

Page 67: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

55

memungkinkan untuk berdialog, tapi ia terus memberi peluang kepada

murid-muridnya.

2. Kristalisasi Ciri-ciri Demokratis

Ikeda Mengatakan, “Bagaimana manusia abad ke-21 mengatasi

krisis yang dihadapi ? Tentu saja, tidak ada solusi sederhana, tidak ada

„tongkat sihir‟ yang bisa kita gunakan untuk membuat semuanya menjadi

lebih baik. Inti dari usaha semacam itu harus menghasilkan potensi dialog

yang maksimal. Selama sejarah manusia berlanjut, kita akan menghadapi

tantangan abadi untuk mewujudkan, memelihara dan memperkuat

perdamaian melalui dialog.”44

Gagasan-gagasan Ikeda mengenai dialog tidak hanya isapan jempol

tanpa adanya tindakan yang nyata. Ikeda membuktikan gagasan itu secara

langsung dengan mengadakan kunjungan ke berbagai negara di belahan

dunia ini. Kurang lebih 40 puluh tahun ia terus mempromosikan perdamaian

dunia melalui dialog. Ia mengadakan dialog dengan ratusan individu dari

berbagai budaya, tradisi iman dan jalan hidup, seperti dengan mantan

Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, aktivis hak sipil Rosa Parks,

profesor Harvad University dan lainnya. Inti dari diadakannya dialog

tersebut ialah untuk menemukan landasan bersama dan mengidentifikasi

cara memecahkan masalah kompleks yang dihadapi umat manusia.45

Ikeda memberi penegasan mengenai dogmatis yang terkungkung

dalam diri seseorang yang diakibatkan oleh kehidupan yang tidak

44

Daisaku Ikeda, Daisaku Ikeda: A Biographical Sketch, artikel diakses pada tanggal 18

Juli 2017 dari www.daisakuikeda.org 45

Daisaku Ikeda, Daisaku Ikeda: A Biographical Sketch, artikel diakses pada tanggal 18

Juli 2017 dari www.daisakuikeda.org

Page 68: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

56

mengedepankan dialog, ia akan merasa benar sendiri dan mengakibatkan

tindakan yang radikal secara fatal. Dengan dialoglah kegelapan dapat

dihilangkan sebagai penerang dan menuntun langkah di depan seperti

halnya sebuah lampu yang dapat menerangi kegelapan. “Without dialogue,

humans are fated to walk in the darkness of their own dogmatic self-

righteousness. Dialogue is the lamp by which we dispel that darkness,

lighting and making visible for each other our steps and the path ahead.”46

Ikeda menegaskan bahwa ajaran Budhaisme memiliki prinsip

beradaptasi dengan adat istiadat setempat, prinsip ini merupakan pola pikir

yang mengormati setinggi-tingginya budaya dan kebiasaan serta adat

istiadat di setiap wilayah, selama tidak menyimpang dari makna inti ajaran

Budhhisme. Prinsip itu juga menganjurkan agar tanggap menerima ciri khas

lingkungan setempat dan memenuhi kebutuhan zaman. Dari sebuah prinsip

ini Ikeda kemudian memfokuskan aktivitas pertemuan kecil di berbagai

wilayah yang disebut pertemuan dialog (zadankai). Pertemuan tersebut

dihadiri penduduk setempat tanpa memendang perbedaan usia, jenis

kelamin, pekerjaan, kedudukan atau pendidikan. Dalam pertemuan itu

mereka saling bertukar pendapat mengenai kehidupan yang dialami baik itu

berupa penderitaan ataupun kebahagian yang kemudian saling memberi dan

mendapat semangat dari satu sama lain. Berbicara dari hati ke hati dan

semua peserta memiliki keterbukaan.47

46

Daisaku Ikeda, Words of Wisdom Buddhist Inspiration for Daily Living, artikel diakses

pada tanggal 10 September 2017 dari www.ikedaquotes.org 47

Abdurrahman Wahid, Daisaku Ikeda, Dialog Peradaban untuk Toleransi dan

Perdamaian (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 159

Page 69: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

57

Pertemuan dialog seperti itu merupakan sumber demokrasi, karena

pada hakikatnya demokrasi bermula dari adanya saling mengakui dan

menghormati kepribadian atau watak masing-masing orang sebagai sesama

manusia. Tentu pertemuan dialog tersebut padat dengan idealisme

demokrasi.

Ikeda kembali menegaskan bahwa “bukti manusia itu manusiawi

terletak pada spirit dialog” hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh

Jalal ad-Diin Muhammad Rumi, Sastrawan besar Persia pada abad ke-13

sebagaimana dikutip “Manusia itu lebih unggul daripada binatang buas

karena dapat berbicara, tetapi jika manusia tidak berbicara tentang hal-hal

baik, binatang buaslah yang lebih unggul”. Disamping itu Majid Tehranian,

Direktur Toda Institute for Global Peace and Policy Research,

mengungkapkan pendapat akan pentingnya dialog dalam kondisi kekerasan

dan penguasaan. Terlebih dengan kondisi globalisasi pasar dan masyarakat,

berbagai bangsa, kebudayaan, dan peradaban menjalin kontak yang dekat

pada skala yang masif yang kemungkinan besar dapat menimbulkan

munculnya formasi politik dan ekonomi yang kompetitif dan kooperatif,

konflik persepsi dan minat, juga konversasi dan negosiasi. Kesemuanya itu

menurut Tehranian perlu adanya dialog antar kedua belah pihak yang

bersangkutan. Jika tidak dilakukan maka dalam kondisi kekerasan dan

penguasaan seperti ini benih permusuhan akan terus terjadi sampai masa

yang akan datang.48

48

Daisaku Ikeda, Majid Tehranian, Jalan Sutra Baru: Dialog Kreatif Islam- Budha, h.

41.

Page 70: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

58

Penekanan terhadap dialog ini persis apa yang dilakukan oleh

Sokrates dalam memperbaiki dan membangun moral masyarakat, orang

diajak memperhitungkan tanggung jawabnya. Ia selalu berkata, yang ia

ketahui cuma satu, yaitu bahwa ia tak tahu. Sebab itu ia bertanya. Tanya

jawab adalah jalan baginya untuk memperoleh pengetahuan. Inilah awal

mula adanya dialektik atau dialog, bersoal jawab antara dua orang.49

C. Kewarganegaraan Global

1. Ciri-ciri dan Karakter Warga Negara Global

Ikeda memiliki keinginan yang kuat untuk terus berkunjung ke berbagai

belahan dunia, ia meyakini kunjungan yang dilakukannya sangat penting

demi menjalin hubungan baik dan memperluas persahabatan dengan bangsa-

bangsa lain untuk menegakkan perdamaian. Pada tahun 1962, setelah dilantik

sebagai presiden ke tiga Soka Gakkai, Ikeda berkunjung ke Iran, Irak, Turki,

Mesir dan negara-negara lainnya, padahal kondisi masyarakat Jepang ketika

itu masih belum mengijinkan orang-orang Jepang dapat pergi bebas ke luar

negeri.50

Ikeda terus mengupayakan persahabatan seperti ini terjalin dengan

baik terutama bagi generasi-generasi muda. Hal ini telah dibuktikan melalui

pertukaran mahasiswa Universitas Soka dengan lebih dari 100 universitas

dari 44 negara dan wilayah termasuk negara-negara yang memiliki budaya

Islam. Menurutnya hubungan pertukaran persahabatan seperti ini baik dalam

bidang pendidikan, akademik ataupun kebudayaan akan dapat memperluas

solidaritas umat manusia secara universal tanpa mengenal batas perbedaan

49

Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, h. 75. 50

Daisaku Ikeda, Abdurrahman Wahid, Dialog Peradaban untuk toleransi dan

perdamaian, h. 37.

Page 71: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

59

bangsa dan agama. Pertukaran persahabatan seperti ini sudah diajarkan oleh

Buddha Sakyamuni sekitar abad ke-6 SM dengan mengutus misi ke negara-

negara wilayah barat seperti Yunani, Makedonia, Anatolia, Syiria, Mesir dan

negara-negara lainnya.51

Menurut Ikeda seseorang dapat dikatakan sebagai warga negara

global jika memiliki jiwa lapang dalam menerima suatu perbedaan, misalnya

mudah berteman dengan orang dari negara-negara lain sekalipun dengan

orang yang berbeda suku, ras, agama dan golongan. Selain itu sebagai warga

negara global seseorang harus mampu mampu menganut perspektif global,

yang memandang melampaui batas-batas keetnisannya dan juga tidak

beranggapan bahwa nilai-nilai di negaranya sendiri berlaku di tempat lain di

dunia ini. Orang yang memiliki kepercayaan diri dan mampu memandang

persoalan secara adil dan obyektif. Ikeda juga menambahkan bahwa warga

negara global adalah semua orang yang bekerja untuk menciptakan sebuah

dunia yang damai dan manusiawi yang dibangun di atas aktivitas, kontribusi,

dan keteladanan melalui ajaran Buddhisme.52

Hal ini dibuktikan Ikeda dalam kunjungannya ke Uni Soviet pada

tahun 1974, saat Perang Dingin di negara-negara timur dan barat bergejolak.

Namun kunjungannya tersebut mendapat berbagai keritikan dan cacian dari

berbagai pihak baik dalam maupun luar organisasi. Karena Unisoviet

merupakan negara yang tidak mengakui kehadiran agama, sedangkan Ikeda

sendiri adalah seorang agamwan. Ikeda pun menjawab keritikan itu secara

51

Daisaku Ikeda, Abdurrahman Wahid, Dialog Peradaban untuk toleransi dan

perdamaian, h. 40-41 52

Daisaku Ikeda, Untuk Pemimpin Masa Depan, Discussion on Youth, (Jakarta: Soka

Gakkai Indonesia, 2015), h. 107

Page 72: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

60

tegas “Karena di negara itu ada manusia maka Saya pergi untuk bertemu

dengan manusia”. Menurutnya persahabatan adalah hal yang patut

dibanggakan sebagai manusia.53

Sebagai manusia diperlukan rasa bangga pada kemenangan yang

diraih oleh sahabatnya. Justru manusialah yang merupakan tolok ukur

bersama berbagai bangsa dan ras maupun suku. Manusia adalah fondasi

kebersamaan dan bibit kemenangan. Pernyataan seperti ini jelas bahwa yang

perlu di junjung tinggi adalah sisi kemanusiaan. Jika ini dilakukan, sebesar

apapun perbedaan yang ada maka akan mudah diatasi. Manusia dapat

memperluas solidaritas persahabatan sebagai manusia dengan cara mengatasi

semua perbedaan.

Ikeda mengutip dari Antoine de Saint-Exupery (1967) “Mereka akan

bertambah besar dan berkembang dengan menghargai orang lain. Sebagai

manusia diperlukan rasa bangga pada kemenangan yang diraih oleh

sahabatnya. Justru manusialah yang merupakan tolok- ukur bersama berbagai

bangsa dan ras maupun suku. Manusia adalah fondasi kebersamaan kita.

Manusia adalah bibit kemenangan kita.” Pernyataan seperti ini jelas bahwa

yang perlu di junjung tinggi adalah sisi kemanusiaan. Jika ini dilakukan,

sebesar apapun perbedaan yang ada maka akan mudah diatasi. Manusia dapat

memperluas solidaritas persahabatan sebagai manusia dengan cara mengatasi

semua perbedaan.

53

Daisaku Ikeda, Abdurrahman Wahid, Dialog Peradaban untuk toleransi dan

perdamaian, h. 60

Page 73: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

61

2. Kompetisi Kemanusiaan

Penguasaan diri dan dialog peradaban memiliki efek positif bagi

kehidupan setiap individu untuk melangkah lebih jauh dalam merekatkan tali

persaudaraan yang diistilahkan oleh Ikeda sebagai kewarganegaraan global.

Kedua hal itu juga dapat memberikan pengaruh terhadap nilai-nilai yang

mendasari sistem ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan dan agama.

Tsunesaburo Makiguchi di dalam bukunya The Geography of

Human Life yang diterbitkan pada awal abad ke -20, menggambarkan

pergeseran modus kompetisi nasional dari militer ke politik dan ekonomi, ia

mencanangkan suatu visi yang disebutnya “kompetisi kemanusiaan” yang

menggambarkan suatu transformasi kualitatif yang mendalam mengenai

kompetisi itu sendiri, ke arah model yang mengakui keserbaterpautan dan

menekankan aspek-aspek kerjasama dalam hidup. Ia membayangkan suatu

masa ketika rakyat dan negara bersaing dalam pengertian berjuang bersama

dalam rangka memberikan sumbangan tertinggi pada kebahagiaan dan

kesejahteraan manusia.54

Dari konteks ini, Makiguci menegaskan bahwa tujuan tertinggi suatu

negara terletak pada pencapaian kemanusiaan. Tidak ada rumus sederhana

bagi faham kemanusiaan. Seluruh aktivitas, entah itu bidang politik atau

ekonomi, harus dilakukan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan, yang

terpenting adalah menghindari tindakaan mementingkan diri sendiri, tetapi

juga kehidupan orang lain. Orang harus melakukan segala sesuatu demi orang

lain, karena dengan memberikan manfaat bagi orang lain, kita sendiri akan

54

Tsunesaburo Makiguchi, Makiguchi Tsunesaburo zenzhu, (Tokyo: Daisan Bunmeisha,

1983), h. 14-15

Page 74: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

62

mendapatkan manfaatnya. Dengan kata lain, ini berarti menjalani kehidupan

kolektif secara sadar.

Dalam hal ini Ikeda menanggapi, bahwa kompetisi kemanusiaan

akan mempengaruhi bentuk kompetisi lainnya, yang akhirnya akan

memunculkan pergeseran kesadaran di dalam diri manusia dari kompetisi

menuju kehidupan berdampingan dan kerjasama.

Tsunesaburo Makiguchi55

dan Josei Toda (1900-1958) menyatakan

bahwa diri mereka adalah seorang warga negara global, walaupun mereka

belum pernah meninggalkan Jepang. Pada 1950-an, Toda, ketika mengarahkan

perhatian pada masa depan Asia dan seluruh dunia, menyebut umat manusia

sebagai satu “keluarga global”. Pernyataan seperti ini diperkuat oleh Ikeda

melalui pendapatnya bahwa seseorang itu tidak ada bedanya dengan yang lain

walaupun berbeda kebangsaan, pada intinya sebagai warga negara global

sejati seseorang dapat merasakan penderitaan, kesedihan, kebahagiaan dan

kegembiraan yang dirasakan orang lain. Dapat bersatu dengan orang lain

untuk mendukung kepentingan manusia bersama.56

Untuk mewujudnyatakan gagasan Tsunesaburo Makiguchi dan Josei

Toda, Ikeda mengembangkan gerakan perdamaian, kebudayaan dan

pendidikan dengan berdasarkan Budhisme. Gerakan Dialog Ikeda yang

berfokus pada perdamaian, kebudayaan dan pendidikan telah tersebar luas ke

seluruh dunia. Dialog Ikeda dengan tokoh dunia semakin berkembang. Sampai

55

Tsunesaburo Makiguchi (1871-1944), pendiiri dan presiden pertama Soka Gakkai,

yang awalnya disebut Soka Kyoiku Gakkai (Masyarakat Pendidikan yang Menciptakan-Nilai). Ia

seorang pendidik berpikiran maju, ahli geografi, dan reformis agama yang hidup dan bekerja

selama dasawarsa awal era modern Jepang yang penuh gejolak. Karena menentang militerisme

dan ultranasionalisme Jepang, ia dipenjara dan meninggal dalam Perang Dunia II. Lihat Daisaku

Ikeda, Discussion on Youth, (Jakarta: Soka Gakkai Indonesia, 2015), h. 553 56

Daisaku Ikeda, Untuk Pemimpin Masa Depan, Discussion on Youth, h. 113

Page 75: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

63

sekarang telah dilaksanakan dialog dengan pemimpin negara, budayawan,

rektor universitas dan lain-lain sebanyak lebih dari 1.600 kali. Dialog antar

peradaban maupun dialog antar agama yang dilakukannya telah membangun

solidaritas kebaikan yang memperdalam pemahaman bersama dan

menyambung pertukaran umat manusia.57

Shariputra, seorang murid Buddha dalam hal ini menganalogikan dengan

dua ikatan batang gelagah. “Mari kita andaikan ada dua ikatan gelagah,

sepanjang keduanya saling bersandar satu sama lain, mereka akan berdiri

tegak, begitu pula karena ada yang “ini”, maka ada yang “itu”, dan karena ada

yang “itu”, maka ada yang “ini”. Namun, bila kita ambi salah satu ikatan

tersebut, yang lain akan roboh.

Perumpamaan semacam ini sejalan dengan konsep Buddhisme tentang

kesalingtergantungan yang mengajarkan keberadaan bersama semua isi alam

semesta, termasuk manusia dan alam, dalam hubungan-hubungan yang saling

bergantung. Kesalingbergantungan ini menggambarkan simbiosis

mikrokosmos dan makrokosmos yang berpadu sebagai satu organisme.58

Setiap manusia, tidak bisa eksis sendiri-sendiri tanpa adanya bantuan dari

orang lain dan tentu saling membutuhkan satu sama lainnya. Begitu pula

halnya dengan penciptaan komunitas dunia, peradaban global yang

berkeadilan, penuh cinta kasih dan harapan, harus dimulai dengan berpaling

dari etos kompetisi “memangsa atau dimangsa” dan menggantikannya dengan

sebuah etos bersama akan kerjasama dan keberadaan yang saling

57

Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Buddhisme, h. 81-82 58

Daisaku Ikeda, Sang Buddha Shakyamuni, Biografi Tafsir , ( Jakarta : PT Indira, 1989),

h. 77

Page 76: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

64

bergantungan. Ini sesungguhnya lebih dekat dengan makna asli dari kata

kompetisi.

3. Jalur Kesadaran Global

Berbicara tetang kewarganegaraan global, Ikeda mengatakan bahwa kita

harus mengubah orientasi perspektif dengan menyadari bahwa saat ini seluruh

umat manusia tidak perlu memikirkan kepentingan dan tanggungjawab yang

dibatasi oleh garis batas negara berdasarkan motif-motif tidak pasti dan

sempit.

Menurut pengamatan Ikeda bahwa globalisasi telah membawa ke

permukaan berbagai masalah yang mudah sekali melintas batas-batas negara,

seperti kerusakan lingkungan, kemiskinan, pertumbuhan penduduk dan

peningkatan jumlah pengungsi dan makin banyaknya orang-orang yang terusir

dari tempat tinggalnya. Ini semua membutuhkan tindakan untuk

mengatasinya. Dalam kerangka sistem negara yang berdaulat, berbagai krisis

sudah lama didefinisikan sebagai masalah teritorial, dan karenanya banyak

negara telah memfokuskan upaya pada penguatan militer. Namun menurut

Ikeda persoalan global yang kini mengancam kita tidak dapat diatasi dengan

pendekatan konvensional. Sehingga bila hal tersebut dibiarkan berlarut-larut,

bakal terjadi konflik dan perang di berbagai wilayah regional.

Kerusakan lingkungan secara global , kemiskinan, pertumbuhan penduduk

merupakan persoalan yang sangat rumit dan sulit untuk menemukan solusi

yang simultan dan komprehensif. Masalah kemiskinan dapat diminimalisir

dengan adanya bantuan dari negara industri, namun hal itu dikembalikan

Page 77: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

65

kepada upaya internal negara-negara miskin untuk mengembangkan diri. Dan

menurut Ikeda kunci utamanya adalah terletak pada pendidikan.59

Dalam hal menjaga pertumbuhan penduduk maka sangat penting untuk

memberikan pendidikan mengenai keluarga berencana. Perlu ditemukan cara

untuk meningkatkan kesempatan pendidikan umum bagi semua orang di

negara berkembang. Secara statistik sudah ditunjukan bahwa menyediakan

kesempatan pendidikan bagi perempuan dapat mempercepat kemajuan dan

mengurangi jumlah anak yang dilahirkan.

Persoalan global lainnya yang sangat kerusial yaitu mengenai peningkatan

pengungsi yang jumlahnya semakin membengkak. Pada tahun 2014, Jumlah

pengungsi yang menghindari perang, konflik, atau penganiayaan di dunia

telah mencapai 60 juta jiwa. Menurut sebuah laporan PBB, jumlah tersebut

merupakan rekor tertinggi.60

Untuk menjadikan manusia di dunia ini sebagai warga dunia dan

mengakui setiap individu sebagai warga dunia, Ikeda menyarankan untuk

menyusun Piagam Warga Dunia sebagai dasar pendididkan warga dunia.

Piagam ini menjadi piagam pendidikan perdamaian yang secara komprehensif

membahas tentang lingkungan, pembangunan, perdamaian dan hak asasi

manusia. Namun menurut Ikeda, kesadaran manusia bahwa mereka adalah

bagian dari satu dunia yang utuh masih terhitung rendah rendah, masih ada

konflik di seluruh dunia yang berakar pada prasangka rasial dan agama.

Ikeda menambahkan, mukodimah dari Piagam Warga Dunia harus

menyatakan bahwa segenap perbedaan diantara manusia di bidang

59

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 131 60

Kompas, PBB: Jumlah Pengungsi Dunia Catat Rekor Tertinggi, artikel diakses pada

tanggal 18 Juli 2017 dari www.kompas.com

Page 78: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

66

kebudayaan, agama, dan bahasa itu serupa dengan keberanekaragaman spesies

yang berakar di tanah bumi yang sama, bahwa semua manusia di muka bumi

adalah warga dunia, dan bahwa perdamaian dan kebahagiaan umat manusia

harus dicapai dari titik pandang yang universal.61

Eksistensi warga dunia dan kebebasan kebangsaan tentu saja tidak

bertentangan satu sama lain. Di dunia zaman sekarang, sudah terbuka

sepenuhnya kemungkinan untuk mendalami identitas kebangsaan dan

kebudayaan tiap orang dan memandang dunia secara luas seraya melakuakan

tugas-tugas kemanusiaan. Menurut Ikeda untuk mengatasi berbagai krisis

yang terpampang di hadapan kita, kita tidak hanya harus mengatasi masalah-

masalah yang mendesak di depan mata, tetapi harus menggali ke kedalaman

waktu dan sejarah supaya mendapatkan visi yang menjangkau jauh ke masa

depan, berabad-abad, atau bahkan bermilenium ke depan. Ikeda memberi

peringatan agar setiap manusia menyadari misi unik sebagai aktor-aktor dalam

sejarah transformasi dalam naungan warga negara global dan terus berusaha

bersatu dalam perjuangan bersama melawan dan menyelesaikan berbagai

permasalahan yang mengancam di planet ini.

61

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 145

Page 79: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

67

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN RELEVANSI KONSEP PERDAMAIAN

DAISAKU IKEDA

A. Perdamaian dan Perlucutan Senjata

Presiden Soka Gakkai ke-dua, Josei Toda menyeru kepada kaum muda

tentang hak eksistensi bagi seluruh umat manusia di dunia, seruannya sebagai

berikut:1

“Kita warga dunia, memiliki hak untuk hidup yang tidak dapat diganggu-

gugat. Siapa pun yang mencoba merampas hak ini adalah setan, monster.

Kendati suatu negara dapat menaklukkan dunia dengan menggunakan

senjata nuklir, para penakluk harus dianggap sebagai iblis, sebagai

inkarnasi makhluk keji. Saya yakin sudah menjadi misi generasi muda

Jepang untuk menyemai gagasan ini ke seluruh dunia”.

Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh Nichiren

Daisonin tentang hak hidup. Setiap individu, tidak peduli apapun ras, jenis

kelamin, kapasitas atau kedudukan sosialnya, memiliki kekuatan untuk mengatasi

tantangan yang tak terelakkan dalam kehidupan, kekuatan untuk mengembangkan

kehidupan yang berdaya cipta dan bernilai tinggi, dan kekuatan untuk

memberikan pengaruh positif pada komunitas, masyarakat dan dunia. Senada

dengan apa yang dicita-citakan Nichiren, Daisaku Ikeda terus mengupayakan

langkah-langkah menuju perdamaian, tidak hanya dengan menghindarkan

manusia dari tragedi perusakan senjata nuklir, tetapi juga dari penderitaan yang

disebabkan perang. Ia terus mendorong para generasi muda untuk melaksanakan

perjuangan tanpa kompromi melawan sisi-sisi kehidupan manusia yang keji.

1 Daisaku Ikeda, Demi Perdamaian : 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, (Jakarta: PT

Bhuana Ilmu Populer, 2001), h. 147

Page 80: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

68

Selama bertahun-tahun, Ikeda telah berdialog dengan banyak pemikir

ternama dunia, berpidato di lebih dari lima puluh negara, menulis secara ekstensif

tentang hal-hal yang berkaitan dengan perdamaian dan keamanan kemanusiaan.

Proposal tahunannya untuk perdamaian diterbitkan setiap tahunnya pada hari

berdirinya SGI 26 Januari 1975, mengulas keadaan dunia dan menawarkan usul-

usul inisiasi praktis sebagai respon penuh semangat berdasarkan filosofi

Buddhisme.2

Dalam proposalnya, Ikeda mengusulkan kepada lembaga-lembaga yang

bersangkutan untuk memperkuat kerangka kerjanya dalam mencegah proliferasi

senjata konvensional yang menyebabkan insiden terorisme di seluruh dunia. Sejak

24 Desember 2014, Traktat Perdagangan Senjata sudah mengatur perdagangan

senjata konvensional dari mulai senjata kecil sampai tank dan misil. Namun,

traktat itu baru diratifikasi oleh 79 negara, dan belum ada kesepakatan yang

dicapai mengenai masalah-masalah utama seperti mekanisme pelaporan untuk

transfer senjata internasional. Para peserta traktat gagal dalam merumuskan

laporan, apakah laporan harus tersedia bagi publik dan senjata mana yang harus

dilaporkan.3

Kemudian ia mengusulkan agar perdagangan internasional senjata

konvensional diatur dengan ketat dan komunitas internasional harus

memanfaatkan Traktat Perdagangan Senjata untuk memutus siklus kebencian dan

kekerasan di seluruh dunia. Karena menurutnya dampak dari proliferasi senjata

kecil sangat berbahaya. Senjata kecil dapat dengan mudah dibawa dan

2 Daisaku Ikeda, Penghormatan Universal untuk Martabat Manusia: Jalan Luhur

Menuju Perdamaian, (Jakarta, Soka Gakkai Indonesia, 2016), h. 102 3 Daisaku Ikeda, Penghormatan Universal untuk Martabat Manusia: Jalan Luhur

Menuju Perdamaian, h. 67

Page 81: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

69

dioperasikan, hingga memudahkan pemaksaan terhadap anak-anak untuk menjadi

serdadu. Ada kurang lebih 300.000 serdadu anak-anak di seluruh dunia, yang

menghadapi risiko cedera fisik, trauma psikologi, dan kematian. Di samping itu,

Ikeda berencana untuk memasukkan persoalan aliran uang dan senjata gelap, ia

mendesak negara-negara untuk segera meratifikasi Traktat Perdagangan Senjata

sebagai bukti komitmen terhadap persoalan tersebut. Agenda pengurangan aliran

itu secara signifikan pada tahun 2030 adalah salah satu target Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (SDG, Sustainable Development Goals) yang

diadopsi pada September 2015.4

Dalam proposalnya pada tahun 2016, di samping usulannya tentang

peraturan perdagangan senjata konvensional, Ikeda juga menyinggung tentang

pelarangan dan penghapusan senjata nuklir. Ia menghimbau kepada Kelompok

Kerja Terbuka (OEWG, open-ened Working Group) Majelis Umum PBB agar

mempertimbangkan tiga poin penting yang digagasnya. Pertama, Mencabut

pasukan yang membalas serangan nuklir dari status siaga tinggi; kedua, Mundur

dari kebijakan yang menaungi nuklir; dan ketiga, menghentikan modernisasi

senjata nuklir. 5

Ikeda menyarankan kedua poin pertama, harus segera dilakasanakan.

Karena menurutnya sifat senjata nuklir tampak jelas tidak ada manfaatnya setelah

mengetahui konsekuensi terhadap kemanusiaan. Hal ini telah dialami langsung

oleh korban serangan bom atom di Hirosima dan Nagasaki. Pada 6 dan 9 Agustus

1945. Dampak buruk dari bom atom itu sendiri bukan hanya kepada orang-orang

4 Daisaku Ikeda, Penghormatan Universal untuk Martabat Manusia: Jalan Luhur

Menuju Perdamaian, h. 68 5 Daisaku Ikeda, Penghormatan Universal untuk Martabat Manusia: Jalan Luhur

Menuju Perdamaian, h. 80

Page 82: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

70

di sekitar kejadian tetapi lebih daripada itu. Sehingga rahim yang ada di dalam

perut orang yang terkena radius bom atom mendapatkan efek buruknya.

Senada dengan Ikeda, Dokumen Final Konferensi Tinjauan NPT 2010

menghimbau kepada negara-negara senjata nuklir agar segera mengurangi peran

dan signifikansi senjata nuklir dalam semua konsep, doktrin, serta kebijakan

militer dan keamanan. Ikeda meyakini bahwa Jepang harus memimpin dalam

upaya mengubah rezim keamanannya, yang sekarang mengandallkan perluasan

strategi penangkalan dalam kebijakan Amerika Serikat yang menaungi nuklir.

Poin terakhir yang diajukan Ikeda adalah menghentikan modernisasi

senjata nuklir. Artinya bahwa segala hal yang menyangkut pemeliharaan dan

pengembangan senjata nuklir harus dihentikan. Hal ini sudah diperingatkan

olehnya pada Proposal Perdamaian tahun 2015 lalu. Karena menurutnya biaya-

biaya untuk kepentingan pemeliharaan nuklir yang digelontorkan secara besar-

besaran dan terus menerus mengakibatkan pada pembiaran ketimpangan di dunia

sehingga mengakar kuat.6

Dalam hal ini, melalui Soka Gakai Internasional yang dipimpinnya, Ikeda

mendorong anggotanya untuk ikut andil dalam KTT (Konferensi Tingkat Tinggi)

Generasi Muda Internasional untuk penghapusan senjata nuklir yang diadakan di

Hirosima pada Agustus 2015 lalu. Dalam konferensi tersebut, enam kelompok

termasuk SGI mengucapakan ikrar sebagai berikut :

“Senjata nuklir adalah simbol sebuah zaman yang silam; sebuah simbol yang

menjadi ancaman besar terhadap realitas kita sekarang ini dan tidak punya

tempat dalam masa depan yang sekarang kita ciptakan, Menghapus senjata nuklir

6 Daisaku Ikeda, Ikrar Bersama untuk Masa Depan yang Lebih Manusiawi : Menghapus

Kesengsaraan Dari Bumi, (Soka Gakkai, Tokyo, 2015), h. 48

Page 83: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

71

adalah tanggung jawab kami, hak kami. Kami tidak akan lagi berdiam diri

sementara peluang penghapusan senjata nuklir disia siakan. Kami, pemuda-

pemudi dengan semua keragaman kami dan dalam solidaritas mendalam,berikrar

akan mewujudkan sasaran ini. Kami adalah generasi perubahan”.7

Menurut Ikeda, jika ikrar ini terus diselenggarakan oleh generasi muda

dari seluruh dunia maka akan mengakar dalam hati setiap manusia di dunia ini

sehingga tidak ada rintangan yang tidak dapat diatasi, tidak ada tujuan yang tidak

dapat dicapai.

Hal ikrar semacam ini sudah menjadi komitmen teguh anggota SGI untuk

memberikan dukungan bagi upaya penghapusan senjata nuklir dan tercapainya

Tujuan-Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang didasari solidaritas kaum muda,

generasi perubahan. Dengan cara ini akan terwujud sebuah dunia, masyarakat

global, tempat tak seorang pun menderita.

SGI Divisi Mahasiswa Korea Selatan meluncurkan sebuah universitas

yang fokus dalam mewujudkan sebuah perdamaian dunia melalui kegiatan-

kegiatannya seperti promosi perdamaian melalui seminar, pameran foto hak asasi

manusia, pertunjukan film dan loka karya. Kegiatan ini biasa dilakukan setiap satu

tahun sekali dengan mengangkat tema berbeda yang dipilih dari proposal

perdamaian tahunan yang diterbitakan oleh Ikeda.8

Menurut hemat penulis, komitmen-komitmen anggota SGI untuk

mewujudkan perdamaian dunia merupakan buah dari pada ajaran mendalam yang

melekat di hati mereka tentang revolusi jiwa yang sesuai dengan pondasi

7 Soka Gakkai Internasional, Internasional Youth Summit for Nuclear Abolition ,

Generation of Change, artikel diakses 07 Desember, 2017 dari www.sgi.org 8 Soka Gakkai Internasional, South Korea: Conversation for Peace, artikel diakses 07

Desember, 2017 dari www.sgi.org

Page 84: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

72

Budhisme dalam memuliakan martabat inheren setiap manusia. Dengan kata lain,

titik tolak Budhisme adalah impuls manusia di seluruh dunia untuk menghindari

penderitaan atau bahaya, dan perasaan yang tak bisa disangkal tentang keunikan

dari keberadaan setiap individu. Impuls ini telah menyadarkan bahwa orang lain

pastilah merasakan hal yang sama. Kita akan memperoleh perasaan yang nyata

tentang realitas penderitaan orang lain sejauh kita dapat menempatkan diri di

posisi orang tersebut.

Nichiren (1222-1282), biksu Budhis abad ke-13 yang ajarannya menjadi

dasar gerakan SGI, menekankan prinsip bahwa semua mahluk hidup dapat

mencapai Kebudhaan; bahwa semua orang memiliki martabat bawaan dan dapat

mewujudkan kemungkinan yang tak terbatas, memiliki tekad membantu orang

lain, penuh keramahan, kasih sayang dan penuh kesukacitaan. Prinsip ini

merupakan intisari Sutra Bunga Teratai yaitu Nam-myoho-renge-kyo, bahwa

semua makhluk hidup sadar atau tidak sadar memiliki kapasitas untuk menjadi

tercerahkan sehingga menjadi orang yang bijaksana dengan sempurna dan

memiliki kasih sayang besar terhadap sesama di kedalaman hidup. Sebagaimana

yang bersemayam di inti terdalam dari ajaran-ajaran Buddhis.9

B. Bantuan Kemanusiaan

Buddha Sakyamuni mengajarkan tentang pemuliaan atas martabat yang

melekat pada seluruh manusia, Ia menjelaskan sebagai berikut:

“Semua gemetar di hadapan kekejaman; nyawa sangat berharga bagi

semua. Dengan menempatkan diri sendiri di posisi orang lain, siapapun

tidak boleh membunuh atau menyebabkan orang lain membunuh”.10

9 Daisaku Ikeda, Hidup Mutiara Penuh Rahasia (Jakarta : PT INDIRA, 1990), h. 155

10 h. 20

Page 85: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

73

Dari pernyataan ini jelas bahwa Sakyamuni mengajak seluruh manusia

memandang dunia ini dengan pandangan yang empatik, memiliki perasaan

terhadap penderitaan yang dihadapi orang lain. Jika kita memiliki perasaan yang

nyata tentang realitas penderitaan orang lain dan memposisikan diri pada orang

tersebut, dengan sendirinya sifat altruisme akan melekat pada diri kita dan dengan

demikian mengikatkan diri ke suatu cara hidup yang melindungi semua manusia

dari kekejaman dan diskriminasi.

Dalam hal ini, melalui SGI, Ikeda mengilhami anggota-anggotanya untuk

selau berempati terhadap penderitaan dan kebahagiaan seluruh manusia, dan maju

bersama-sama dalam sebuah ikatan jiwa dengan jiwa. Ikeda tidak mengukur nilai

atau potensi seseorang berdasarkan penampilannya, tapi lebih memusatkan pada

martabat yang melekat pada setiap individu sebagai manusia yang perlu dijunjung

tinggi.

Josei Toda selalu mengatakan “ Bangsa apa pun tidak boleh dikorbankan,

Kita harus menghapuskan kata “sengsara” dari muka bumi ini”. Sebenarnya ide

dari perkataan ini bermula dari konsep Makiguchi tentang “kompetisi

kemanusiaan” yang menggambarkan suatu cita-cita untuk memperoleh

kebahagiaan dan kebaikan bersama dalam kehidupan seluruh umat manusia.11

Melalui prinsip ini, Ikeda menetapkan suatu tujuan untuk mensejahterakan dan

melindungi seluruh rakyat termasuk diri seseorang, bukan hanya meningkatkan

kepentingan pribadi semata. Dengan adanya komitmen seperti ini, melalui

berbagai cara dan usaha, Ikeda berusaha melakukan perbaikan dan kemajuan

untuk kesejahteraan orang lain sehingga tercipta suatu kehidupan yang harmonis.

11

Daisaku Ikeda, Majid Tehranian, Jalan Sutra Baru: Dialog Kreatif Islam- Budha,

(Bandung: Mizan, 2010) , h. 229

Page 86: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

74

Adapun implementasi dari ajaran Budhisme terhadap kegiatan

kemanusiaan yang telah dilakukan oleh anggota SGI misalnya penggalangan dana

untuk para korban bencana alam, pengungsi, pendidikan publik, pemberantasan

buta aksara dan lain-lain.

SGI banyak berperan dalam kegiatan kemanusiaan, tercatat sejak tahun

1973, SGI sudah mengumpulkan beberapa juta dolar untuk membantu para

pengungsi melalui Kantor Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi, UNHCR. 22

bantuan kemanusiaan bersekala besar telah dilakukan oleh SGI seperti perawatan

medis, pengadaan makanan, pendidikan, dan layanan lainnya melalui kerjasama

dengan organisasi terkait.12

Pada September 2015, PBB merumuskan sebuah kerangka kerja baru

untuk melanjutkan Tujuan Pembangunan Milenium (MDG, Millenium

Development Goals) yang diadopsi pada tahun 2000 dengan sasaran meringankan

beban dunia seperti kemiskinan dan kelaparan. Tujuan-tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (SDG, Sustainable Development Goals) tersebut ditetapkan dalam

agenda Mengubah Dunia Kita: Agenda 2030 untuk Pembangunan

Berkelanjutan.13

Dalam proposal perdamaian tahun 2016, Ikeda mendesak SDG,

Sustainable Development Goals, untuk memuat perlindungan terhadap martabat

anak-anak dan hak-hak mendasar para pengungsi dan migran internasional.

Karena menurutnya, kita tidak bisa bergerak maju menuju masa depan yang lebih

baik tanpa menjawab tantangan yang dihadapi oleh orang-orang yang rentan.

12

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global (Jakarta:

PT Bhuana Ilmu Populer, 2008), h. 19 13

Daisaku Ikeda, Penghormatan Universal untuk Martabat Manusia: Jalan Luhur

Menuju Perdamaian, h. 14

Page 87: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

75

Salah satu upaya untuk mendorong pelaksanaan SDG adalah KTT kemanusiaan

Dunia, dimana persoalan pengungsi menjadi fokus pembahasan.

Pada tahun 1998, anggota SGI menyumbangkan peralatan medis untuk

membantu kamp-kamp pengungsi di bagian timur Nepal. Longsor di Peru juga

mendapatkan perhatian berupa bantuan kemanusiaan dengan memberikan obat-

obatan, pakaian, air bersih, selimut dan hal-hal yang dibutuhkan oleh korban

longsor. Selain itu SGI berperan memberikan bantuan kemanusiaan terhadap

korban banjir Argentina dan China, korban angin puyuh di India, korban gempa

bumi di Bolivia dan Iran, serta korban gempa bumi dan tsunami di Indonesia.

Selain penggelontoran dana bantuan untuk para pengungsi, Pada tahun

1993, anggota SGI mengumpulkan 300.000 radio dan menyumbangkannya

melalui Otoritas Transisional PBB di Kamboja untuk rakyat Kamboja. Karena

pada waktu itu Kamboja membutuhkan informasi terkait pemilu demokratis yang

pertama kali diadakan. Masih bantuan untuk rakyat Kamboja, pada tahun 1997

anggota SGI menyumbangkan dana pembangunan sekolah dasar tepatnya di Desa

Chheu Teal, Kamboja.14

Dan masih banyak bantuan kemanusiaan lainnya yang

dilakukan oleh gerakan SGI.

Selain bantuan kemanusiaan berupa materi, SGI juga berperan dalam

masalah pendidikan. Di Amerika Serikat, Komisi Perdamaian Kaum Muda yang

merupakan binaan SGI Amerika Serikat menyelenggarakan serangkaian

konferensi untuk meneliti berbagai permasalahan masyarakat seperti AIDS dan

aksi kekerasan anak muda. Pada tahun 1998 di Philadelphia, SGI bekerjasama

dengan intstansi lain seperti psikolog, pekerja sosial, dan pakar penegak hukum

14

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 176

Page 88: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

76

untuk mendiskusikan masalah kekerasan dalam masyarakat setempat. Selain itu di

Singapura, SGI memberikan kursus bulanan kepada khalayak terkait dengan

beragam persoalan, misalnya penuaan dan kehidupan setelah masa pensiun15

.

C. Pendidikan Hak Asasi Manusia

Warisan tertinggi yang diterima oleh keturunan adalah pendidikan,

walaupun memang kemakmuran materi juga penting. Namun sebagai orang tua

misi untuk mengajarkan kemakmuran batiniah dalam jiwa manusia sangatlah

penting. Pendidikan yang membangun setiap moral manusia inilah yang dimaksud

dengan pendidikan kemanusiaan yang sesungguhnya. Karena menurut Ikeda jiwa

itu merupakan pusaka yang paling mulia. Secara otomatis baik dan tidaknya

kehidupan dunia ini sebagian besar ditentukan oleh setiap jiwa manusia.

Kecintaan terhadap orang lain, pebuatan darma bakti atau pengorbanan

untuk masyarakat sekitar, kebijaksanaan mulia, keberanian memerangi

ketidakbenaran, ketabahan, ini semua merupakan sesuatu yang bersumber dari

jiwa yang baik, jiwa yang selalu diasah dengan melalui pendidikan moral

sehingga secara otomatis akan berdampak pada kehidupan yang bijaksana dalam

menyikapi suatu keadaan. Karena setiap manusia memiliki kekuatan agung dan

kebaikan di dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ikeda bahwa akhlak

adalah misi pendidikan dan agama.16

Pada Juni 1996, Ikeda melakukan kunjungan ke Simon Wiesebthal Centre

di Los Angeles, Amerika Serikat . Ikeda dalam ceramahnya memperkenalkan

15

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 1778 16

Daisaku Ikeda dan Abdurahman Wahid, Dialog Peradaban untuk toleransi dan

Perdamaian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 115

Page 89: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

77

suatu keyakinan dan perbuatan Presiden Makiguchi17

, yaitu sikap menyingkirkan

kejahatan dan menerima kebaikan. Menurut Ikeda keduanya itu merupakan dua

sisi satu keping logam. Ikeda menekankan supaya setiap manusia menjadi seorang

pemberani yang bersemangat dan aktif untuk menegakkan perbuatan baik tanpa

memuaskan diri pada kebaikan pasif.18

Memperjuangkan hak asasi manusia berarti sebuah perjuangan dalam

menghadapi suatu perbedaan sehingga setiap individu dituntut untuk

meningkatkan keberanian dalam menerima, menghormati dan menghargai

perbedaan dari berbagai aspek kehidupan. Dalam hal ini Ikeda terus berupaya

mendorong anggota SGI terlibat dalam menuntaskan dan menemukan solusi bagi

permasalahan yang sedang dihadapi oleh setiap manusia baik secara lokal maupun

internasional. Upaya-upaya tersebut dilakukan melalui diskusi kelompok kecil

dan dalam kegiatan pertukaran kebudayaan dengan orang-orang dari berbagai

latar belakang. Sealin kegiatan kemasyarakatan seperti itu, SGI mensponsori

kegiatan pendidikan publik pada tingkat nasional dan regional untuk

meningkatkan kesadaran hak asasi manusia di seluruh dunia.19

Pada tahun 1993, SGI bekerja sama dengan Komisi Hak Asasi Manusia

PBB dalam rangka merayakan hari peringatan ke 45 penerapan Deklarasi

Universal Hak Asasi Manusia, SGI mennyelenggarakan pameran bertajuk

“Toward a Century of Humanity: An Overview of Human Rights in Today’s

17

Makiguchi adalah pendiri sekolah penciptaan nilai, Soka Kyo Iko Gakkai yang

kemudian berganti menjadi Soka Gakkai sebuah organisasi keagamaan buddhisme di Jepang,

kemudian perjuangannya dilanjutkan oleh muridnya Josei Toda. Makiguchi lahir pada tanggal 6

Juni 1871 di Kashiwazaki, Jepang. 18

Daisaku Ikeda dan Abdurahman Wahid, Dialog Peradaban untuk toleransi dan

Perdamaian, h.121 19

Sokka Gakkai Internasional, Transforming Lives : The Power of Human Rights

Education, artikel diakses pada tanggal 7 Desember 2107 dari www.sgi.org

Page 90: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

78

World (Menuju Abad Kemanusiaan: Sebuah Tinjauan Hak Asasi Manusia di

Dunia Masa Kini)”. Pameran ini menggambarkan ringkasan evolusi haka asasi

manusia dan berbagai tantangan perwujudannya di masa kini. Sedangkan pada

tahun 1994, Soka University bekerjasama dengan Simon Wiesenthal Center, yaitu

sebuah organisasi independen Amerika Serikat pendukung hak asasi manusia,

dengan mengadakan pameran pertama di Jepang tentang Holocaust yang berjudul

“The Courage to Remember (Keberanian untuk Mengingat)”. Kemudian

sepanjang tahun 1998, pameran tersebut dilakukan secara bergantian di 40 kota

dan disaksikan lebih dari 1 juta orang.20

Selain agenda di atas, SGI berupaya memberikan pendidikan tentang hak

asasi manusia melalui ceramah, seminar dan pertukaran pelajar. Di Jepang,

Komisi Kebudayaan dan Perdamaian Divisi Pemudi SGI, mengadakan rangkaian

ceramah bertajuk “Journalism and Human Rights (Jurnalisme dan Hak Asasi

Manusia)”. Pameran ini digelar untuk meninjau peran media masa dalam

mendukung hak asasi manusia dan perlindungan terhadap warga negara. SGI

Italia mensponsori kegiatan seminar hak asasi manusia dengan menampilkan para

ilmuan dan aktivis Eropa ternama. Soka University menyelenggarakan rangkaian

ceramah panjang tentang hak asasi manusia selama setahun dengan menampilkan

para pembicara terkemuka.21

Dalam melakukan kegiatan kemanusiaan SGI melibatkan upaya kolektif

masyarakat sipil, pemerintah dan organisasi lainnya. Sebuah pameran dengan

mengangkat tema “Transforming Lives: The Power of Human Right Education”

adalah sebuah upaya SGI untuk mengkontribusikan masyarakat dalam

20

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 180 21

Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 180

Page 91: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

79

mempromosikan martabat manusia dan bekerja untuk merangkul kesetaraan,

inklusi dan menghormati keberagaman. Kegiatan-kegiatan seperti ini terus

dilakukan oleh SGI dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan peran penting

pendidikan hak asasi manusia dalam mempromosikan martabat, kesetaraan dan

perdamaian serta mencegah pelanggaran hak asasi manusia. Melalui SGI ini Ikeda

tidak hanya melengkapi pembelajaran dengan pengetahuan tentang hak asasi

manusia, tetapi juga memiliki tujuan yang sangat penting yaitu mengembangkan

nilai, sikap dan prilaku yang memberdayakan masyarakat untuk mengambil

tindakan dalam membela dan memajukan hak asasi manusia, demokrasi dan

supermasi hukum serta mengeksplorasi konsep dan pendidikan hak asasi

manusia.22

22

Sokka Gakkai Internasional, Transforming Lives : The Power of Human Rights

Education, artikel diakses pada tanggal 7 Desember 2107 dari www.sgi.org

Page 92: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

80

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Daisaku Ikeda tidak saja memahami dan mempraktikkan idiom-idiom

kebuddhaan secara kritis-transformatif, tetapi ia juga memahami dan

mempraktikkan idiom-idiom modernitas secara kritis-strategis. Hal ini

dikarenakan kesungguhannya dalam mencari solusi bagi permasalahan yang

dihadapi umat manusia demi menciptakan perdamaian dunia. Sebagai bagian

penutup dalam penulisan ini, ada beberapa kesimpulan yang bisa dijelaskan

dari beberapa bab penulisan di atas :

1. Bahwa revolusi manusia merupakan suatu proses perubahan mendasar

dalam menghilangkan ego dan kepentingan pribadi dengan tumbuh

mementingkan orang lain. Daisaku Ikeda mengatakan bahwa revolusi

manusia adalah revolusi yang mendasar dari segala revolusi. Melalui

pengetahun terhadap kondisi jiwa manusia yang diistilahkan dengan

sepuluh alam hidup beserta sepuluh faktornya dan mengamalkan ajaran

sutra bunga teratai dan terus menyebut Nam-myoho-re-nge-kyo maka

perubahan dalam diri seseorang dapat menjadi lebih positif, dari ketakutan

menjadi keyakinan, dari penghancuran menjadi daya cipta, dari kebencian

menjadi welas asih. Revolusi manusia ini merupakan konsep perdamaian

yang digagas oleh Daisaku Ikeda dalam pemikirannya yang terpenting

dalam proses terbentuknya dunia yang damai, jauh dari keterpurukan

Page 93: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

81

diakibatkan kemiskinan, konflik, perang dan penganiayaan dan

diskriminasi.

2. Dialog merupakan konsep perdamaian yang digagas oleh Daisku Ikeda

baik dialog antar peradaban atau antar agama. Menurutnya dialog dapat

melatih diri seseorang menjadi manusia, manusia yang penuh kasih

sayang, berhati mulia, serta dapat mengetahui dan merasakan kebahagiaan

dan penderitaan orang lain. Dialog yang digagas Daisaku Ikeda merupakan

dialog yang universal tanpa memandang siapa dan apa setatus orang yang

diajak berdialog. Dialog menurut Ikeda tidak hanya melulu membicarakan

hal-hal yang krusial dan terkonsep tapi masalah kehidupan sehari-hari pun

perlu didialogkan ia menyebutnya dengan istilah zandakai (perkumpulan

kecil).

3. Kewarganegaraan global. Menurut Ikeda untuk mengatasi berbagai krisis

yang terpampang di hadapan kita, kita tidak hanya harus mengatasi

masalah-masalah yang mendesak di depan mata, tetapi harus menggali ke

kedalaman waktu dan sejarah supaya mendapatkan visi yang menjangkau

jauh ke masa depan, berabad-abad, atau bahkan bermilenium ke depan.

Ikeda mengatakan bahwa kita harus mengubah orientasi perspektif dengan

menyadari bahwa saat ini seluruh umat manusia tidak perlu memikirkan

kepentingan dan tanggungjawab yang dibatasi oleh garis batas negara

berdasarkan motif-motif tidak pasti dan sempit. Seluruh umat manusia

harus bersatu dalam mempererat tali persaudaraan, menciptakan hidup

damai, saling mengasihi, saling mengayomi, saling menghargai secara

Page 94: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

82

berdampingan tanpa adanya sesuatu yang membatasi sekalipun batas

negara, yang diistilahkannya sebagai warga negara global.

4. Menurut Daisaku Ikeda, ada beberapa point yang menjadi kendala

terciptanya perdamaian di antaranya menolak paham relasi internasional,

kerakusan, kemiskinan, dan pengabaian masalah lingkungan. Ini semua

dapat dikendalikan dengan mengaplikasikan ketiga konsep yang

digagasnya yaitu revolusi manusia, dialog peradaban dan

kewarganegaraan global. Karena perdamaian merupakan anugrah atas

pengendalian diri dan dialog yang tulus, suatu pengungkapan rasa hormat

yang paling tinggi. Perdamaian harus dimulai di tingkat individu, barulah

kemudian menyebar ke sendi-sendi masyarakat yang terdalam.

B. Saran-saran

Sebagai bagian terakhir dalam penulisan ini, maka ada beberapa hal

yang menjadi penting bagi penulis sendiri dan seluruh umat manusia pada

umumnya, sebagai catatan terakhir dalam karya ilmiah ini :

1. Persoalan kemiskinan, kelaparan, kebodohan, penindasan dan lainnya

bukanlah persoalan individul, tetapi persoalan umat seluruhnya. Oleh

karena itu, agar kemiskinan, kelaparan, kebodohan dan penganiayaan

dapat dihapuskan dan umat manusia terlepas dari permasalahan

tersebut perlu kiranya umat manusia bersatu menghapuskannya tanpa

memandang suku, ras, agama, dan golongan.

2. Dalam rangka untuk menciptakan rasa saling mengerti dan memahami

dibutuhkan dialog yang berkelanjutan, sehingga tidak hanya sebatas

mengerti tapi tidak memahami segala jenis perbedaan yang ada.

Page 95: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

83

3. Menyelenggarakan kerjasama baik melalui jalur komunitas, bangsa-

bangsa, ataupun kebudayaan sampai ke tingkat internasional supaya

terjadi sikap saling menghargai dan toleransi. Karena secara otomatis,

ketika kerjasama selau diupayakan dalam berbagai hal, maka akan

tercipta rasa saling memiliki dan mengasihi antara umat manusia.

Page 96: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

84

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifudin . Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Baker, Anton. Metode Filsafat. Jakarta: Galia Indonesia, 1996.

Hatta, Mohammad. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: UI-Press, 2006

Ikeda, Daisaku dan Tehranian, Majid. Jalan Sutra Baru, Dialog kreatif Islam dan

Buddhisme. Jakarta: PT Mizan Pustaka, 2010.

Ikeda, Daisaku. Budhisme: Falsafah Hidup. Jakarta: PT Intermasa, 1988.

. Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global.

Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2008.

. Penciptaan Nilai untuk Perubahan Global Membangun

Masyarakat yang Berdaya Lenting dan Berkelanjutan. Japan: The Soka

Gakai, 2014.

. Ikrar Perdamaian untuk Masa Depan yang lebih Manusiawi:

Menghapus Kesengsaraan dari Bumi. Japan: The Soka Gakai, 2015.

. Untuk Pemimpin Masa Depan, Discussion on Youth. Jakarta:

Soka Gakkai Indonesia, 2015.

. Sang Buddha Shakyamuni, Biografi Tafsir. Jakarta : PT Indira,

1989.

. Penghormatan Universal untuk Martabat Manusia: Jalan Luhur

Menuju Perdamaian. Jakarta: Soka Gakkai Indonesia, 2016.

. Mengngkap Misteri Hidup dan Mati. Jakarta: PT. Ufuk

Publishing House, 2011.

. The Word Yours To Change, Kisah-kisah Tokoh Dunia yang

Menginspirasi Jutaan Orang. Jakarta: Ufuk Press, 2013.

Page 97: PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup

85

. Rainbow Smiles Await Photographs and Poems by Daisaku

Ikeda. Tokyo: Soka Gakkai, 2017

Makiguchi Tsunesaburo. Makiguchi Tsunesaburo zenzhu. Tokyo: Daisan

Bunmeisha, 1983.

Partanto, Paul A & Al Barry, M Dahlan. Kamus Ilmiah Populer.

Soka Gakkai Indonesia, Kisah Kaneko: Sebuah Obrolan dengan Kaneko Ikeda.

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015.

. Profil Soka Gakkai Indonesia: Mengejar Perdamaian, Jakarta:

Soka Gakkai Indonesia, tt.

. Dasar-Dasar Budhisme. Jakarta: Soka Gakkai Indonesia, 2015.

Soka Gakkai Internasional. From War to Peace. Tokyo: Soka Gakkai

Internasional, 2015.

Wahid, Abdurrahman dan Ikeda, Daisaku. Dialog Peradaban untuk Toleransi

dan Perdamaian. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Sumber Internet

https://id.wikipedia.org/wiki/Daisaku_Ikeda/

www.daisakuikeda.org

www.ikedaquotes.org

www.kompas.com