perilaku konsumen terhadap pembelian produk kamera dslr

15
PERILAKU KONSUMEN PENGGUNA KAMERA DIGITAL SLR Deodotus Alvika Yeno Magta 05120345 Asian Banking Finance and Informatics Institute Perbanas Jalan Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan 12940 [email protected] ABSTRAK Kebutuhan akan kamera dslr terpaku hanya pada beberapa orang, atau bisa dibilang peminat kamera dslr merupakan lingkup para pehobi fotografi serta professional. PENDAHULUAN Fotografi merupakan cara yang paling konvensional dalam mengabadikan suatu momen yang telah dipakai sejak di temukannya camera obscura oleh Joseph Nicephore Niepce, pada tahun 1826 (Davenport, 1991). Cara konvensional ini merupakan cara yang paling mudah dalam mendokumentasikan momen. Seiring dengan perkembangan teknologi, semakin memudahkan untuk mereka atau mendokumentasikan segala peristiwa penting mereka. Kelahiran kamera digital single lens reflex diawali dengan munculnya kamera single lens reflex yang pencitraan gambarnya belum menggunakan sensor digital. Seiring perjalanan teknologi kamera pun berkembang pesat, penggunaan kamera yang semakin mudah kini pun menjadi gaya hidup para kaum sosialitas menengah. Kehadiran ditambah lagi dengan situs-situs pertemanan yang memungkinkan untuk masukan banyak foto ke dalam akun. Tidak heran maka kalau permintaan terhadap kamera pun semakin marak. Industri

Upload: deodotus-alvika

Post on 24-Jun-2015

516 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Kamera Dslr

PERILAKU KONSUMEN PENGGUNA KAMERA DIGITAL SLR

Deodotus Alvika Yeno Magta05120345

Asian Banking Finance and Informatics Institute PerbanasJalan Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan 12940

[email protected]

ABSTRAK

Kebutuhan akan kamera dslr terpaku hanya pada beberapa orang, atau bisa dibilang peminat kamera dslr merupakan lingkup para pehobi fotografi serta professional.

PENDAHULUAN

Fotografi merupakan cara yang paling konvensional dalam mengabadikan suatu momen yang telah dipakai sejak di temukannya camera obscura oleh Joseph Nicephore Niepce, pada tahun 1826 (Davenport, 1991). Cara konvensional ini merupakan cara yang paling mudah dalam mendokumentasikan momen. Seiring dengan perkembangan teknologi, semakin memudahkan untuk mereka atau mendokumentasikan segala peristiwa penting mereka.

Kelahiran kamera digital single lens reflex diawali dengan munculnya kamera single lens reflex yang pencitraan gambarnya belum menggunakan sensor digital. Seiring perjalanan teknologi kamera pun berkembang pesat, penggunaan kamera yang semakin mudah kini pun menjadi gaya hidup para kaum sosialitas menengah. Kehadiran ditambah lagi dengan situs-situs pertemanan yang memungkinkan untuk masukan banyak foto ke dalam akun. Tidak heran maka kalau permintaan terhadap kamera pun semakin marak. Industri kamera pun saling berlomba mengeluarkan produk baru dengan fasilitas dan feature yang lengkap.

Selain dorongan dari penjual, permintaan juga datang dari lingkungan para konsumen yang berada pada lingkup pecinta atau kelompok fotografi. Dari sisi inilah para pelaku konsumen memiliki motivasi untuk memiliki dan yang pada akhirnya membeli barang tersebut. Istilah perilaku konsumen sendiri merupakan proses pengambilan keputusan dan aktifitas fisik dalam menggunakan dan menghabiskan barang dan jasa (Della Bitta dkk, dalam Sumarwan, 2004:25 )

Di dalam makalah ini penulis akan menjelaskan perilaku konsumen terhadap pembelian kamera dslr yang diakui dapat memberikan hasil dan kualitas yang jauh lebih baik dari kamera saku maupun kamera ponsel yang dalam penggunaannya lebih praktis. Dalam hal ini perilaku konsumen yang hanya membutuhkan kamera sebagai

Page 2: Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Kamera Dslr

foto dokumentasi biasa atau sebagai koleksi data bentuk dijital, namun penulis mengamati hal ini menjadi semakin marak ketika para penjual memanaskan dengan hasil dan kualitas yang lebih baik dari kamera saku, dengan motivasi tersebut maka keinginan akan kualitas gambar yang lebih baik pun semakin membangkitkan gairah para konsumen untuk memiliki barang tersebut.

Dalam makalah ini terdapat penjelasan penulis mengenai bagaimana cara-cara individu dalam suatu kelompok membeli, menggunakan, dan melepaskan kamera dslr. Penulis juga akan menjelaskan bagaimana pengaruh konsumen dan pengaruh organisasi dalam perilaku konsumen kamera dslr.

Kelompok yang akan diuji adalah anggota Slide fotografi yang merupakan organisasi unit kegiatan mahasiswa dalam bidang fotografi yang ada di ABFII Perbanas. Dimana dalam perilakunya anggota Slide Perbanas beraktivisasi menggunakan kamera dlsr.

Tujuan pembuatan makalah ini untuk mengetahui perilaku konsumen dalam membeli, menggunakan, dan melepaskan suatu produk. Serta mengetahui bagaimana pengaruh consumer influences dan organizational influences terhadap perilaku konsumen.

Page 3: Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Kamera Dslr

LANDASAN TEORI

Perilaku KonsumenIstilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari , membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman dkk dalam Sumarwan, 2002:25 )

Karakteristik yang mempengaruhi tingkah laku konsumenPembelian konsumen amat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Berikut ini dipaparkan menurut (Kotler dkk, 1996:144-154)

BudayaKumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. (Kotler dkk,1996)Latar belakarng budaya konsumen akan mempengaruhi keputusan kamera yang dibelinya.

Sub-budayaSekelompok orang yang mempunyai system nilai sama berdasarkan pengalaman hidup dan situasi. (Kotler dkk, 1996:145)Tingkah laku membeli konsumen dipengaruhi oleh identifikasi subbudayanya, hal ini dapat mempengaruhi minat konsumen pada kamera dan merek yang dibelinya (Kotler dkk, 1996:145)

Kelas sosial Divisi masyarakat yang relative permanent dan terartur dengan para anggotanya mewnganut nilai-nilai, minat dan tingkah yang serupa. Kelas social buakn ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.Kelas sosial konsumen dapat mempengaruhi keputusannya membeli kamera, bila dia berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi, keluarganya mungkin akan akan membelikan kamera mahal dan memasukannya dalam kelompok fotografi.

KelompokDua orang atau lebih yang berinteraksi untuk memperoleh sasaran individu atau bersama.Pentingnya pengaruh kelompok bervariasi untuk produk dan merek. Pengaruh itu cenderung paling kuat kalau produk itu terlihat oleh orang lain yang dihargai oleh pemiliknya.keputusan konsumen dalam membeli kamera serta pilihan merek mungkin amat dipengaruhi oleh kelompoknya, seperti teman teman dari klub fotografi.

KeluargaOrganisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan telat diteliti secara mendalam.Anggota keluarga konsumen mungkin memegang peran pemberi pengaruh dalam keputusannya membeli kamera. Mereke mungkin memiliki pendapat mengenai

Page 4: Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Kamera Dslr

pembelian kameranya dan mengenai jenios kamera yang mau dibeli. Pada waktu yang sama, konsumen merupakan pengambil keputusan, pembeli dan pengguna primer.

Perilaku konsumsi terhadap kamera digital dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Kepribadian individu merupakan salah satunya, banyak konsumen yang dalam prilakunya memiliki barang tidak berdasarkan akan kebutuhan. Dimana kebutuhan yang dirasakan konsumen (felt needed) bisa dimunculkan oleh diri konsumen sendiri (fisiologis) (Sumarwan, 2004).

Menurut teori Freud mengenai Teori kepribadian, kebutuhan yang tidak disadari (unconscious needs) atau dorongan dalam diri manusia (drive), seperti dorongan seks dan kebutuhan biologis adalah inti dari motivasi dan kepribadian manusia. Mengutip pendapat para peneliti yang menggunakan teori freud dalam studi perilaku konsumen dengan mengatakan bahwa motivasi (human drive) manusia sebagian besar tidak disadari, sehingga konsumen seringkali tidak menyadari atau tidak tahu alasan sesungguhnya mereka membeli suatu produk (Schiffman dkk, dalam Sumarwan, 2004:50).

Untuk mendukung faktor kepribadian yang merupakan pengaruh perilaku konsumen, terdapat juga gaya hidup (life sytle). Gaya hidup adalah pola dimana orang menghabiskan atau menggunakan uang dan waktunya (Blackwell dalam sumarwan, 2004:56).

Maka tidak salah jika orang yang hidup atau sering bersinggungan dengan komunitas hobi tertentu (interest) maka akan memiliki motivasi untuk memiliki barang yang sama.

Page 5: Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Kamera Dslr

PROFIL RESPONDEN

Penulis meneliti beberapa responden yang berasal dari UKM Slide Fotografi Perbanas, dimana responden melakukan aktivitas perilaku konsumen terhadap produk kamera dslr.

Sejarah singkat mengenai Slide Fotografi Perbanas, dibentuk pada tanggal 14 Mei 1994 oleh beberapa mahasiswa pencinta fotografi. Pada awalnya bernama Slide Fotografi Club (SFC) hingga pada tanggal 11 september 2001 berganti nama menjadi Slide Fotografi. Slide sendiri merupakan organisasi dibawah naungan ABFII Perbanas yang mengorganisir sebagian kelompok untuk mendapatkan pelatihan dan pendidikan Fotografi serta organisasi . Dalam perjalanannya sampai sekarang telah beregenerasi sebanyak 18 angkatan dan telah melahirkan beberapa fotografer pada beberapa media elektronik dan cetak lokal.

Berikut adalah nama beberapa responden yang penulis pilih acak berdasarkan nama pangilan mereka.

Adji, 21 tahun, Mahasiswa S1 Akuntansi Perbanas, telah 2 tahun masuk dalam UKM Slide, bertempat tinggal di Rempoa, Jakarta Selatan. Dalam kesehariannya Adji selalu menggunakan kendaraan bermotor menuju kampus. Uang saku Adji perbulan kurang lebih Rp. 900.000,00. Selain uang saku, Adji jarang diberi uang tambahan kecuali untuk membeli peralatan kuliah. Namun Adji terkadang membantu mengerjakan pekerjaan foto yang didapat dari seniornya, satu pekerjaan terkadang mendapat ongkos sekitar Rp. 300.000,00 dalam satu bulan kira-kira Adji dapat membantu seniornya sebanyak 2 kali. Dari uang tabungannya adji beberapa bulan lalu dapat memiliki kamera dslr bekas pakai Nikon D80. menurutnya membeli bekas tidak menjadi masalah, asal kita pintar memilih. Arif, 22 tahun, Mahasiswa S1 Akuntansi Perbanas, telah 3 tahun masuk dalam UKM Slide, bertempat tinggal di Komplek Taman Galaxy, Bekasi. Terkadang Arif menggunakan mobil menuju kampus. Uang saku Arif perbulan kira kira Rp. 1.500.000,00. Selain uang saku, Arif terkadang mendapat tambahan uang saku dari pendapatan Band nya, terkadang arif juga mengerjakan pekerjaan foto pra nikah. Dari uang tabungannya serta tambahan dari orang tua Arif sekarang memiliki kamera kamera dslr Canon 30D bekas, dimana sebelumnnya arif menggunakan Kamera dslr Canon 350D.

Dani, 22 tahun, Mahasiswa S1 Akuntansi Perbanas, telah 4 tahun masuk dalam UKM Slide, bertempat tinggal di Cijantung, Jakarta Timur. Dani berangkat kekampus menggunakan motor. Uang saku Dani perbulan kurang lebih 1.200.000,00 dengan tambahan uang bensin sebesar Rp. 240.000,00 perbulan. Selain dari uang sakunya dani tidak mendapat tambahan uang saku, namun ketika ingin membeli barang apapun Dani selalu bilang kepada orang tuannya untuk mendapat tambahan. Saat ini dani menggukan Kamera dslr Canon 30D beserta Flash Speed Light 580 EX II

Dhemas, 22 tahun, Mahasiswa S1 Manajemen Perbanas, telah 3 tahun masuk dalam UKM Slide, bertempat tinggal di Pekayon, Bekasi. Dhemas menggunakan motor

Page 6: Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Kamera Dslr

dalam perjalanan menuju kampus. Sudah Hampir 2 tahun Dhemas sudah tidak meminta uang saku kepada orang tuanya, penghasilannya di dapat dari pekerjaanya menjadi Fotografer Majalah Budaya Batak “Tapian” yang berkantor di sekitar Jalan Matraman. Gajinya kurang lebih Rp. 1.500.000,00 per bulan belum termasuk uang transportasi dan makan. Pada saat ini Dhemas menggunakan Canon 40D lengkap dengan assesoris tambahan, sebelumnya Dhemas mengunakan Nikon D80 dan Nikon D70

Hafiz, 23 tahun, Mahasiswa S1 Akuntansi Perbanas, telah 4 Tahun masuk dalam UKM Slide, Bertempat Tinggal di Depok, Jawa Barat. Sehari-harinya menggunakan kendaraan bermotor. Sama seperti Dhemas, Hafiz sudah hampir 2 tahun tidak meminta uang saku kepada orang tuanya. Uang sakunya ia dapat dari penghasilannya menjadi fotografer freelance pada sebuah perusahaan Even Organizer “Maximedia” yang kini menangani majalah internal Bank BII. Tiap event, Hafiz mendapat ongkos sebesar Rp.300.000,00 dan dalam satu bulan Hafiz minimal mengerjakan 10 event tiap bulannya. Terkadang Hafiz juga mengerjakan pekerjaan foto pada salah satu manajemen artis ibukota, juga sempat menjadi fotografer freelance menangangi perusahaan Unilever, Indonesia. Dari hasil fotonya tersebut Hafis memiliki kamera dslr Nikon D200 beserta assesoris dimana sebelumnya menggunakan Nikon D70s. Selain membeli kamera Hafiz juga telah mencicil kendaraan bermotornya sendiri serta membantu orang tua membayar uang internet dirumah.

PERILAKU KONSUMEN

Para responden yang penulis pilih tersebut melakukan kegiatan perilaku konsumen. Yaitu mendapatkan, menggunakan sampai pada melepas produk kamera dslr.

Mendapatkan Produk

Dalam mendapatkan produk kamera dslr, responden selalu mencari informasi terlebih dahulu. Banyak cara mencari informasi produk kamera dslr tersebut, misalnya dari brosur-brosur produk, toko penjual produk, situs-situs internet serta dari pengguna yang lebih dahulu menggunakan produk tersebut.Setelah mendapat informasi yang cukup para renponden biasanya menyocokan sesuai dengan budget dan kebutuhan yang mereka miliki. Pembelian kamera dslr yang dilakukan responden berbeda beda, ada yang dating langsung ke toko, ada pula yang mencari lewat situs jual beli di internet.

Untuk membeli Kamera Nikon D80 bekas, Adji memerlukan waktu yang lama untuk menabung dan dengan tambahan dari orang tuanya. Adji, mencari produk yang dia inginkan lewat situs jual beli di internet, pembeliannya dilakukan secara Cash On Delivery (COD) yaitu bertemu dengan penjual, mencoba dan membayarnya melalui tunai sejumlah Rp. 6.500.000,00.

Arief, dalam mendapatkan Canon 30D Arief tidak terlalu lama, karena arief memiliki tambahan tabungan yang cukup ditambah hasil penjualan kamera terdahulunya yaitu Canon 350D. Sama halnya seperti Adji, Arief mendapatkan kamera Canon 30Dnya dari situs Jual-beli Online di internet, pembeliannya dilakukan secara bertemu, namun dalam hal pembayaran Arief melakukannya dengan ATM, sejumlah Rp. 6.700.000,00

Page 7: Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Kamera Dslr

Dani, membeli kameranya pada awal dia masuk UKM Slide, dalam pembeliannya Dani mengeluarkan seluruh tabungannya dan meminta tambahan dari orang tuanya, lalu terkumpul sebesar Rp. 10.000.000,00. Setelah banyak bertanya pada beberapa pengguna dan mendapat informasi yang tepat, akhirnya Dani memutuskan untuk membeli kamera dslr Canon 30D baru seharga Rp. 9.900.000 di toko kamera di daerah Mangga Dua, Jakarta Barat.

Dhemas, pada awal pembelian kamera dslrnya, Dhemas menggunakan seluruh tabungannya, menjual kamera slr filmnya dan meminjam uang dari orang tuannya. Kamera dslr pertamanya didapat dari salah seorang kenalannya yang ingin menjual kamera Nikon D70 seharga Rp. 5.000.000, selang beberapa bulan Dhemas menjual kameranya dan dengan tambahan tabungannya lagi dhemas membeli baru Nikon D80 seharga Rp. 8.000.000 di Pusat Jual Beli Kamera di daerah Kemang. Selang beberapa bulan kemudian dia menjual lagi kameranya dan berganti menjadi Canon 40D beserta assesoris yang di dapat dari situs jual beli kamera online di internet seharga Rp. 9.900.000,00. Menurut Dhemas, pergantian kameranya itu memang diperlukan dalam menunjang pekerjaannya sebagai fotografer, dan tiap kamera dslr memiliki karakteristik dan keunggulan tersendiri saat ditanya mengenai pergantian merek kameranya.

Hafiz memiliki kameranya dslr pertamanya sekitar 3 tahun lalu yang dia dapat dari tabungannya serta tambahan dari orang tua. Dia membeli kamera dslr pertamanya yaitu Nikon D70s di toko kamera di daerah Mangga Dua, Jakarta Barat, yang merupakan distributor resmi di Indonesia. Untuk kamera barunya tersebut Hafiz mengeluarkan uang sebanyak Rp. 6.000.000,00. Cukup lama Hafiz memakai kamera tersebut sampai pada beberapa bulan lalu dia mengganti kameranya Nikon D200 bekas yang dia dapat dari situs jual beli online di internet seharga Rp. 9.000.000,00

Menggunakan Produk

Mengapa mereka memilih kamera dslr? Terdapat beberapa perbedaan antara kamera saku yang kecil, ringan dan kompak dengan kamera dslr. Perbedaan kamera dlsr dengan kamera digital saku adalah sensor/media rekamnya yang berukuran besar yang memungkinkan dicetak dalam ukuran yang lebih besar. Ketepatan (shutter lag) nya adalah 0, dimana diperlukan apabila untuk menangkap gambar yang bergerak cepat. Kecepatannya (continous of frame per second) adalah kecepatan kamera menangkap beberapa frame dalam satu detik. Para responden kebanyakan hanya percaya pada 2 merek kamera dslr yaitu Canon dan Nikon dimana mereka menganggap hanya kedua merek tersebut yang mereka percaya (trust). Dan tiap merek dan jenis memiliki keunggulan nya masing masing.

Dalam menggunakan kamera dslr nya, para responden seperti Adji, Dani dan Arief lebih sering menggunakannya secara jarang, dengan kata lain ketiga responden tersebut menggunakannya ketika mereka mengerjakan pekerjaan fotografi dan ketika mereka ingin menggunakaannya secara pribadi untuk mengoleksi fotonya.

Berbeda dengan kedua responden yang lain, yaitu dhemas dan Hafiz yang menggunakan kamera dslrnya secara sering, yang dengan kata lain menggunakan kameranya hampir setiap hari untuk pekerjaannya ataupun hanya digunakan untuk mengoleksi foto untuk kebutuhan pribadi.

Page 8: Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Kamera Dslr

Melepaskan Produk

Produk Kamera dslr merupakan barang elektronik yang pada suatu saat memiliki kemungkina untuk rusak dan dapat tergantikan. Dalam melepaskan produknya, biasanya para responden melihat kinerja kameranya yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhannya, produknya sudah mulai menurun kinerjanya atau rusak.

Beberapa responden yang telah mengganti produk kamera dslrnya adalah Arief, Dhemas dan Hafiz.Arief mengganti kameranya berdasar pada kebutuhannya dari kamera dslr Canon 350D yang merupakan produk low end berganti menjadi kamera dslr Canon 30D yang merupakan produk kamera semi pro.

Dhemas mengganti kameranya berdasar kebutuhannya pada pekerjaannya sebagai Fotografer Majalah Budaya dimana harus selalu up to date agar hasilnya gambar yang dihasilkan juga dapat maksimum. Dhemas berganti dari Nikon D70 yang merupakan semi pro level menjadi Nikon D80 semi pro level juga namun dengan level yang lebih baru dan kini Canon 40D ditingkat semi pro camera level . Mengomentarinya tentang perpindahan mereknya dia berkata, tiap merek kamera memiliki keunggulan tersendiri.

Hafiz, memiliki kebutuhan akan mengganti kameranya dikarenakan kamera lamanya Nikon D70s yang telah lama dia pakai mengalami beberapa kerusakan dan memang sudah waktunya harus diganti, maka itu Hafiz mengganti kamera dslrnya menjadi Nikon D200 yang semi pro level.

Page 9: Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Kamera Dslr

METODOLOGI PENELITIAN

Penulis menggunakan metode kualitatif, yang merupakan metedologi yang subyektif dimana peneliti itu sendiri yang menjadi instrument (Panuti Sudjiman dkk, 2002:21). Dalam pelaksaannya peneliti dilengkapi dengan rambu-rambu observasi, interview dan analisis dokumen. Rambu-rambu tersebut dapat berubah di lapangan sesuai dengan keadaan yang ada. Hal ini dapat dilakukan apabila peneliti berperan sebagai instrument penelitian.

Ada tiga macam teknik pengumpulan data penelitian (Panuti Sudjiman dkk., 2002:21) :

1. Observasi berperan serta.Penelitian kualitatif menggunakan observasi berperan serta sebagai tehnik pengumpulan data yang utama.

2. Interview.Interview digunakan untuk menggali informasi-informasi secara lebih mendalam. Informasi tersebut ditetapkan berdasarkan hasil observasi berperan serta.

3. Analisis Dokumen.Analisis dokumen dilakukan berdasarkan kebutuhan untuk memperdalam informasi yang berkaitan dengan hasil observasidan hasil interview.

Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan cara observasi berperan serta dan interview. Dalam hal ini saya tidak mengambil jarak dengan yang saya teliti karena hubungan kami adalah teman dekat. Dengan demikian digunakan observasi berperan serta. Penelitian yang dikenal dengan baik oleh semua anggota kelompok, melakukan pembicaraan-pembicaraan, bergaul dan berpartisipasi dalam kegoatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Dalam interview, pertanyaan diajukan secara tidak formal tetapi dalam hubungan akrab dan semata-mata percakapan sebagai teman. Interview ini saya lakukan dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal yang belum saya ketahui tentang mereka.

Page 10: Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Kamera Dslr

KESIMPULAN

Dalam mendapat kan produk kamera dslr para responden mencari banyak informasi dari beberapa tempat dari brosur iklan, toko yang bersangkutan, media internet dan para pengguna sebelummnya. Dalam menggunakan produk kamera dslr ini para responden kebanyakan hanya sebatas pada pemakai hobi fotografi meskipun ada beberapa responden yang menggunakannya sebagai mesin pencari nafkahnya. Dalam melespaskan produknya para responden biasanya melepas ketika produk kameranya tidak sesuai lagi dengan kebutuhan para responden, selain itu ketika produk tersebut sudak tidak dapat dipakai lagi, periode melepas produk rata rata cukup lama kira kira satu tahun pemakaian.

Dalam perilaku konsumen para responden di pengaruhi oleh Consumer Influences : kebutuhan, gaya hidup dan juga kepribadian kami. Selain itu responden juga dipengaruhi oleh Organizational Influences : keluarga, kelas sosial, kelompok acuan dan pengaruh perorangan.

Page 11: Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Kamera Dslr

DAFTAR PUSTAKA

Davenport, Alma. 1991. The History of Photography. University of New Mexico Press.

Panuti Sudjiman dkk. 2002. Pedoman Penyusunan dan Pengujian Skripsi Program Sarjana. Jakarta: ABFII Perbanas.

Kotler, Philip & Amstrong, Garry. 1997. Dasar-dasar Pemasaran, Principle of Marketing 7e. Jakarta: Prenhallindo

Ujang Sumarwan. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: MMA IPB dan Ghalia Indah