perilaku masyarakat urban dalam...

139
PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMA MEGA,MEGA KARYA ARIFIN C. NOER DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Yunia Ria Rahayu 1110013000078 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: truonganh

Post on 02-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMA

MEGA,MEGA KARYA ARIFIN C. NOER DAN IMPLIKASINYA

PADA PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Yunia Ria Rahayu

1110013000078

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan
Page 3: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan
Page 4: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan
Page 5: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

i

ABSTRAK

Yunia Ria Rahayu, 1110013000078, “Perilaku Masyarakat Urban dalam

Drama Mega,mega Karya Arifin C.Noer Implikasinya pada Pembelajaran Sastra di

SMA”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing:

Rosida Erowati, M.Hum.

Drama Mega,mega karya Arifin C.Noer merupakan salah satu drama yang

menggambarkan perilaku yang terjadi pada masyarakat urban. Penelitian ini

bertujuan mendeskripsikan perilaku masyarakat urban dalam drama Mega,mega

karya Arifin C.Noer dan implikasinya pada pembelajaran sastra di SMA. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan

pendekatan antar disiplin ilmu, yakni sosiologi dan sastra yang memfokuskan

penelitiannya pada hubungan manusia dengan semesta.

Perilaku masyarakat urban pada tahun 1966 dapat digambarkan melalui

masyarakat dalam drama Mega,mega berdasarkan perilaku yang dihadirkan para

tokoh. Analisis drama Mega,mega ini dapat memenuhi kompetensi dasar dalam

pemebelajaran sastra yakni untuk mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog

naskah drama. Melalui pembelajaran ini siswa diharapkan dapat saling menghargai

antar sesama dan mau berusaha untuk mencapai impian.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukan

bahwa kemiskinan sangat berpengaruh terhadap prilaku masyarakat urban.

Kemiskinan tersebut disebabkan dari berbagai unsur antara lain: kemiskinan yang

disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang, kemiskinan yang disebabkan oleh

bencana alam dan kemiskinan buatan serta kemiskinan struktural. Akibat kemiskinan

tersebut maka muncullah perilaku-perilaku negatif masyarakat urban disebabkan

tekanan untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka, akan tetapi kesempatan untuk

mendapat pekerjaan tidak ada. Perilaku negatif tersebut antara lain: menjadi

pengemis, mencuri dan menjadi wanita tunasusila.

Kata kunci: Perilaku masyarakat urban, kemiskinan, Drama Mega,mega

Page 6: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

ii

ABSTRACT

Yunia Ria Rahayu, 1110013000078 “Behavior Urban Society in Drama

Mega,mega Work of Arifin C.Noer and its Implications on Learning Literature in

SMA ” Majors Language Education and Indonesian Literature, Science Faculty

Tarbiyah and Teacher Training, Jakarta Islamic State University. Advisor Rosida

Erowati, M.Hum.

Drama Mega,mega work of Arifin C.Noer is one of the drama depicting the

behavior occurs in urban society. This study aims to describe behavior of urban

society in the drama Mega,mega work of Arifin C.Noer and its implications in the

lessons literature in high school. The method used in this research is descriptive

qualitative approach between disciplines, which is Sociology and Literature focused

research on human relationships end the universe.

Behavior urban society in 1966 can be described though the community in the

drama Mega,mega-based on the behavior presented by figures. Analysis of drama

Mega,mega this can meet basic competence in learning literature that is to describe

human behavior through dialog plays. Through this learning students are expected to

respect between fellow and want to seek to reach the dream.

Based on analysis has been done, these result showed that poverty very effect

on the behavior of urban society. Poverty the resulting from various elements include:

poverty caused aspects of physical or mental, poverty caused natural disasters and

poverty made as well as structural poverty. As a result of poverty is then came the

bahaviors negative urban society due to pressure to meet the needs of their lives, but

the opportunity to get a job does not exist. Behavior negative include: a beggar,

thieves and become prostitutes.

Keywords: Behavior urban society, Poverty, Drama Mega, mega

Page 7: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil „alamin segala puji bagi Allah atas segala yang ada di

semesta jagad raya dan telah memberi limpahan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah

limpahkan untuk Nabi besar Muhammad S.A.W, keluarga, para sahabat, dan

umatnya.

Penulis menyusun penelitian ini guna memenuhi salah satu syarat

mendapatkan gelar sarjana pendidikan program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dalam penulisan penelitian ini

penulis banyak mendapat masukan, bimbingan, saran, dorongan, dan semangat dari

berbagai pihak. Semua itu tak lain untuk menjadikan penulis menjadi pribadi yang

lebih baik dan kaya informasi, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Nurlena Rifa‟i, M.A.,Ph.D., dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah.

2. Mohamad Komarudin dan Sumirah selaku orang tua penulis dan adik tercinta

Ahmad Ahzam Rozaq yang senantiasa memberikan kasih sayang, dorongan

moral dan moril, serta mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan

penelitian ini.

3. Rosida Erowati, M.Hum., dosen pembimbing skripsi yang telah memberi

bimbingan, semangat, motivasi, dan ilmu kesabaran serta memberi izin

meminjam buku pribadinya guna menunjang selesainya penulisan penelitian

ini.

4. Dosen-dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

membagi ilmunya selama masa perkuliahan.

5. Embi C.Noer yang telah berkenan meluangkan waktu untuk diwawancarai

penulis, guna memberikan informasi sebagai data penunjang penelitian ini.

Page 8: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

iv

6. Keluarga besar POSTAR (Pojok Seni Tarbiyah) yang telah banyak

memberikan inspirasi, bertukar ilmu dan berbagi semangat serta tempat

menuangkan keluh kesah dalam kegelisahan hidup melalui kesenian.

7. Keluarga kecil tercinta LST (Lingkar Sastra Tarbiyah) yang telah banyak

memberi penulis pelajaran untuk menjadi pribadi lebih baik dan berbagi keluh

kesah.

8. Teman-teman PBSI seperjuangan angkatan 2010, khususnya kelas B yang

senantiasa memberi kebahagiaan selama masa-masa kuliah, memberi

informasi dan semangat dalam menyelesaikan penellitian.

9. Teman-teman kosan Dwina Agustin dan Ade Fauziah yang telah merelakan

kosannya menjadi tempat bernaung kami. Serta teman-teman penyemangat

diantaranya: Mabrurroh, Aisatul Fitriah, Kurnia Dewi N, Aulia Herdiana, Fitri

Khoiriani, Mawaddah, Tazka Adiati, Risqia Auliani, Ade Rufaida, Nurul

Innayah, yang telah memberi pengalaman dan berbagi semangat untuk

menyelesaikan penelitian.

10. Salman Abdurrahman yang senantiasa memberi semangat penulis dari

kejauhan dan mengajari ilmu sabar dalam menyelesaikan penelitian.

11. Teman alumni MAN 1 Pekalongan yang telah menginspirasi dan memberi

semangat penulis untuk dapat segera menyelesaikan penelitian.

Terimakasih pula untuk seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam

proses penyelesaian penelitian ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian

semua. Penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk

menjadikan penelitian ini lebih baik lagi. Besar harapan penulis agar penelitian

ini dapat bermanfaat, baik untuk penulis pribadi maupun pembaca.

Jakarta, Oktober 2014

Penulis

Page 9: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. i

ABSTRACT ........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 5

C. Batasan Masalah.................................................................................... 6

D. Rumusan Masalah ................................................................................. 6

E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6

F. Manfaat Peneliian.................................................................................. 6

G. Metode Penelitian.................................................................................. 7

1. Objek Penelitian .............................................................................. 7

2. Data dan Sumber Data Penelitian ................................................... 7

3. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 8

4. Teknik Analisis Data ....................................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 10

A. Teori Perilaku ........................................................................................ 10

1. Paradigma Perilaku ......................................................................... 10

B. Hakikat Masyarakat .............................................................................. 13

1. Pengertian Masyarakat ................................................................... 13

2. Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Makhluk Individu ............. 15

C. Urbanisasi .............................................................................................. 17

1. Penyebab Terjadinya Urbanisasi ..................................................... 17

Page 10: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

vi

2. Akibat Urbanisasi ............................................................................ 18

D. Teori Kemiskinan .................................................................................. 19

E. Hakikat Drama ...................................................................................... 21

1. Pengertian Drama ............................................................................ 21

F. Unsur Intrinsik Drama........................................................................... 22

G. Hakikat Sosiologi Sastra ....................................................................... 27

1. Pengertian Sosiologi Sastra ........................................................ 27

2. Sastra Sebagai Cermin Masyarakat ............................................ 28

H. Pembelajaran Sastra ............................................................................. 29

I. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 30

BAB III PROFIL ARIFIN C. NOER .................................................................. 33

A. Biografi Arifin C. Noer ......................................................................... 33

B. Karya Arifin C.Noer.............................................................................. 36

C. Pemikiran Arifin C.Noer ....................................................................... 38

BAB IVANALISIS DAN PEMBAHASAN DRAMA MEGA,MEGA ............... 41

A. Deskripsi Data ....................................................................................... 41

1. Unsur Intrinsik Drama Mega,mega Karya Arifin C.Noer............... 41

B. Perilaku Masyarakat Urban ................................................................... 83

C. Masyarakat Miskin ................................................................................ 94

D. Implikasi Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah ............................ 102

BAB V PENUTUP105

A. Simpulan ............................................................................................... 104

B. Saran ...................................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 107

Page 11: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra adalah artefak; adalah benda mati, baru mempunyai makna

dan menjadi objek estetik bila diberi arti oleh manusia sebagai pembaca

sebagaimana artefak peninggalan manusia purba mempunyai arti bila diberi

makna oleh arkeolog. 1 Drama merupakan salah satu cabang karya sastra yang di

dalamnya menggambarkan kehidupan yang terjadi di masyarakat lewat dialog

oleh para tokohnya. Drama juga dapat digunakan sebagai sarana untuk

berkomunikasi dengan masyarakat, baik dalam bentuk pertunjukan maupun teks.

Drama merupakan salah satu hasil pengarang dalam berkarya menggunakan

imajinasinya. Namun, meskipun menggunakan unsur imajinatif dalam proses

kreatifnya isi yang terkandung dalam drama bukan hanya sekedar khayali, tetapi

dapat berlandaskan kehidupan yang sebenarnya.

Pada tahun 1968 kompleks kesenian Jakarta yang pembangunannya

diprakarsai oleh Gubernur DKI Ali Sadikin memiliki peran dan fungsi yang

sangat penting dalam perkembangan kesenian di Indonesia.2 Pembangunan

kompleks tersebut digunakan sebagai wadah untuk menuangkan kegelisahan

kehidupan melalui pertunjukan. Pada tahun tersebut merupakan tahun pemerintah

Orde Baru memiliki wewenang mutlak untuk mengatur kehidupan

masyarakatnya.

Perhatian kepada rakyat kecilpun ditunjukan Arifin C. Noer dalam drama

Mega,mega. Arifin menggambarkan sambil memberikan komentar atas apa yang

digambarkan sendiri; dan cara memberi komentar itulah yang lebih penting dari

1 Rachmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, metode kritik dan penerapannya,

(Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 106. 2 Sapardi Djoko Damono, Drama Indonesia, (Ciputat: Editum, 2010), h. 70

Page 12: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

2

yang digambarkannya.3 Melalui dialog dan adegan yang susul-menyusul dengan

tangkas tidak mudah dipahami apabila tidak diselenggarakan dengan

pementasan. Arifin tidak lagi menghadirkan drama hanya sebagai tontonan

melainkan gambaran peristiwa yang terjadi sesuai zamannnya.

Pada kenyataannya drama merupakan alat yang digunakan pengarang

untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam masyarakat pada masa tertentu.

Termasuk drama karya Arifin yang sering dianggap sebagai kritik sosial dengan

melihat apa yang terjadi pada masyarakat golongan “cilik” di Indonesia. Hal

tersebut dapat terlihat dari sampul depan naskah drama Arifin Mega,mega yang

bertuliskan “salah satu naskah penting karya Arifin C.Noer”, sedangkan tahun

kemunculan drama Mega,mega yaitu tahun 1966 yang merupakan tahun

terjadinya pergolakan politik di Indonesia. Dari situlah dapat terlihat bahwa

drama Mega,mega merupakan cara yang digunakan Arifin untuk

menggambarkan situasi dan keadaan masyarakat pada tahun 1966 tersebut

terutama kaum urban golongan miskin yang tinggal di Yogyakarta. Pada masa itu

merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat

memanfaatkan lahan-lahan kosong yang belum berpenghuni untuk mengurangi

kepadatan penduduk di wilayah Jawa. Selain itu, pada masa 60-an sedang terjadi

perkembangan industrialisasi secara besar-besaran menjadi salah satu faktor

pendorong terjadinya urbanisasi, sebab masyarakat menginginkan ekonomi yang

mereka miliki dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Perilaku yang terbentuk

dalam masyarakat urban juga dapat menjadi salah satu faktor pendorong keadaan

sosial mereka dalam bertahan hidup.

Teknik Arifin membuat Mega,mega digunakan sebagai usahanya

menggambarkan nasib manusia terutama menyangkut orang kecil. Seperti dalam

drama Mega,mega yang meggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat urban

yang tergolong miskin menopangkan nasibnya dengan bekerja serabutan, namun

3 Sapardi Djoko Damono, Op.Cit., h. 71.

Page 13: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

3

hasil yang mereka dapatkan jauh dari cukup. Melalui drama Mega,mega Arifin

menumpahkan simpatinya terhadap kaum miskin serta menggambarkan adanya

ketimpangan sosial. Mega,mega menyodorkan kehidupan sekelompok

“gelandangan” yang tidak tau lagi apa yang harus dikerjakan untuk bertahan

hidup. Mega,mega menciptakan suasana dan pandangan yang tidak memisahkan

mimpi dari kenyataan. Masalah utama yang terdapat dalam Mega,mega adalah

masalah uang. Lewat Mega,mega Arifin juga menyuguhkan bagaimana tataran

masyarakat urban yang miskin mencoba bertahan hidup di tengah keterbatasan

ekonomi dan memiliki impian-impian yang ingin mereka wujudkan.

Menengok kembali terhadap dampak revolusi kemerdekaan bisa berbagai

macam bentuknya; pandangan negatif terhadap politisi, kemunafikan, dan

ketimpangan sosial. Dalam hal ini, Arfiin menuangkan gagasannya terhadap

kehidupan masyarakat urban miskin yang mengalami ketimpangan sosial

digambarkan melalui Mega,mega yang berlatar tempat di Yogyakarta. Melalui

drama ini digambarkan bagaimana kehidupan masyarakat urban tahun 1960-an

khususnya di Yogyakarta yang mengalami kemiskinan, yakni kemiskinan

finansial maupun mental. Yogyakarta-yang pasca kemerdekaan-pernah menjadi

Ibu kota Republik Indonesia dan simbol gelora nasionalisme yang sangat

penting, menumbuhkan asumsi masyarakat bahwa kota tersebut akan

menumbuhkan mobilitas ekonomi yang menjanjikan di masa depan. Awal masa

Orde Baru pada pertengahan tahun 1960-an banyak pekerja yang menumpukan

nasibnya di Yogyakarta dan mencari nafkah di sana. Para pekerja kebanyakan

berasal dari daerah dekat Yogya seperti Solo, mereka berangkat dan pulang

dengan mengendarai sepeda secara ramai-ramai saat berangkat maupun usai

kerja. Sehingga pada tahun itu Yogya dikenal dengan kota sepeda, hal tersebut

dikarenakan pada masa itu sepeda adalah alat transportasi utama bagi hampir

Page 14: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

4

semua orang, mulai pegawai kantor, Guru, pedagang, Dosen, dan pelajar.4

Melaui aktivitas tersebut dapat terlihat bagaimana kota Yogya merupakan salah

satu kota yang sangat menggiurkan untuk masyarakat urban.

Fenomena tersebut merupakan salah satu bentuk manusia sebagai makluk

sosial, tujuan terjadinya fenomena di Yogyakarta saat itu juga merupakan salah

satu fungsi perlunnya sebuah dukungan sosial. Dukungan sosial juga berfungsi

untuk mencegah terjadinya konflik sosial. Bahkan semakin tinggi nilai sumber

yang diperebutkan dan kondisinya terbatas, maka konflik sosial yang terjadi akan

semakin intensif dan keras. Dalam situasi demikian, dampak konflik secara

psikologis sangat mencekam masyarakat dan secara sosial-ekonomi

memberatkan masa depan kehidupan mereka yang terlibat konflik. Seperti

Tukijan yang merasa perlu mengubah nasibnya sehingga merantau ke Sumatera.

Terwujudnya masyarakat urban dapat disebabkan subtansi berdemokrasi belum

memberikan keuntungan bagi rakyat dan kebijakan-kebijakan publik yang di

hasilkan oleh negara juga belum memihak pada kepentingan rakyat.5 Sehingga

beban kehidupan rakyat semakin berat khususnya untuk memenuhi kebutuhan

primernya.

Terjadinya urbanisasi ini juga dianggap menjanjikan bagi masyarakat untuk

dapat memiliki hidup yang lebih baik daripada tetap tinggal di daerah asalnya,

akan tetapi dalam kenyataannya tidak semua orang dapat berhasil di daerah

perantauan. Masyarakat yang tergolong berhasil menjadi manusia urban ialah

mereka yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya lebih dari cukup. Sedangkan

masyarakat miskin sangat jauh dari hidup berkecukupan. Dari perbedaan status

sosial itu pula yang nantinya dapat mempengaruhi perilaku masyarakat urban.

Selain itu, kemiskinan mental dan moral yang menggerogoti masyarakat urban

juga bisa berpengaruh terhadap perilaku yang terbentuk. Perilaku yang terbentuk

4 Tim Peneliti Kalangan Anak Zaman, “Laporan penelitian Existing Documentation dalam

Perkembangan Teater Kontemporer di Yogyakarta periode 1950-1990 Kepingan Riwayat Teater

Kontemporer”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 104. 5 Rusmin Tumanggor, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 135.

Page 15: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

5

pada masyarakat urban dalam drama Mega,mega merupakan gambaran

bagaimana besarnya pengaruh kemiskinan terhadap perilaku yang terbentuk. Di

tengah ekonomi yang melilit para tokoh, mereka harus tetap mencari uang untuk

memenuhi kebutuhan hidup sedangkan pekerjaan serabutan yang mereka lakukan

belum cukup menutupi kebutuhan sehari-hari, di sisi lain kemiskinan mental dan

moral juga berpengaruh terhadap perilaku yang terbentuk sehingga muncullah

perilaku-perilaku negatif.

Sehubungan dengan permasalahan yang telah diuraian di atas, peneliti

tertarik untuk meneliti masyarakat dalam drama Mega,mega karya Arifin C.Noer

yang menggambarkan kondisi masyarakat urban golongan miskin dengan

mengambil judul “Perilaku Masyarakat Urban dalam Drama Mega,mega karya

Arifn C.Noer dan Implikasinya pada Pembelajaran Sastra di SMA.” Melalui

penelitian ini peneliti akan mencari tahu bagaimana kehidupan masyarakat urban

pada tahun 1966 ke atas yang nantinya dapat berpengaruh terhadap perilaku

mereka dalam menjalani hidup di kota perantauan. Drama ini juga dinilai sebagai

potret masyarakat Indonesia di masa tahun 1966, sehingga diharapkan dapat

memberikan pembelajaran berkenaan dengan masyarakat sosial, unsur intrinsik

dan unsur ekstrinsik dalam drama.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang menjadi pembahasan mencakup seluruh variabel

sastra yang memungkinkan untuk diteliti, meliputi:

1. Drama dapat dijadikan objek untuk mengetahui keadaan masyarakat pada

tahun 1966.

2. Keadaan sosial masyarakat urban pada tahun 1966 dalam drama Mega,mega

karya Arifin C.Noer.

3. Pengaruh kemiskinan terhadap perilaku masyarakat urban dalam drama

Mega,mega karya Arifin C.Noer.

4. Naskah drama Mega,mega karya Arifin C.Noer dapat dijadikan bahan pada

pembelajaran sastra di SMA.

Page 16: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

6

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, agar ruang lingkup

pembatasan lebih terkonsentrasi maka penulis merasa perlu untuk membatasi

masalah dengan lebih difokuskan kepada “Pengaruh kemiskinan terhadap

perilaku yang terbentuk pada masyarakat urban dalam drama Mega,mega karya

Arifin C.Noer”.

D. Rumusan Masalah

Agar penelitian lebih terfokus dan terarah maka penulis merumuskan

masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perilaku masyarakat urban dalam drama Mega,mega karya Arifin

C.Noer?

2. Bagaimana implikasi pembahasan perilaku masyarakat urban dalam drama

Mega,mega karya Arifn C.Noer pada pembelajaran sastra di SMA?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan perilaku masyarakat urban dalam drama Mega,mega Karya

Arifn C. Noer.

2. Mendeskripsikan implikasi pembahasan perilaku masyarakat urban dalam

drama Mega,mega karya Arifn C.Noer pada pembelajaran sastra di SMA.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik manfaat dari segi

teori maupun praktik. Manfaat teori dari penelitin ini diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan dan memperkaya wawasan terkait sastra Indonesia,

khususnya pembelajaran sastra di sekolah. Penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran terkait peneltian lintas ilmu yakni Sosiologi

sastra serta memberi sumbangan dalam mengkaji drama Mega,mega karya Arifin

C.Noer.

Page 17: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

7

Sedangkan manfaat secara praktik, diharapakan penelitian ini dapat

membantu pembaca untuk lebih memahami isi cerita dalam drama Mega,mega

karya Arifin C.Noer terutama menguraikan cara pandang pengarang yang

terdapat dalam karya terkait prilaku masyarakat dengan menggunakan lintas

disiplin ilmu, yaitu sastra dan sosiologi.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yakni

penelitian akan menjelaskan secara deskriptif terhadap objek penelitian tanpa

menggunakan angka-angka. Penelitian kualitatif bertujuan membangun persepsi

alamiah sebuah objek, jadi peneliti mendekatkan diri kepada objek secara utuh.6

Penelitian kualitatif juga cenderung menekankan pada kontekstual, penelitian ini

mengandung keseksamaan dan kesungguhan, dilakukan secara terus menerus dan

berkepanjangan, yang kemudian membuat seseorang memiliki ciri-ciri perilaku

tertentu sebagai bagian dari sebuah kelompok akademisi:

1. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini yaitu naskah drama Mega,mega karya Arifin

C.Noer dengan mengkaji “Perilaku Masyarakat Urban dalam Drama

Mega,mega Karya Arifin C.Noer dan Implikasinya pada Pembelajaran

Sastra di SMA.”

2. Data dan Sumber Data Penelitian

a. Data

Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan

informasi atau keterangan.7 Data merupakan keterangan yang telah

dikumpulkan oleh peneliti guna mempermudah proses analisis. Data

penelitian ini berupa kutipan kata, kalimat serta dialog yang terdapat

dalam drama Mega,mega karya Arifin C.Noer.

6 Rachmat Djoko Pradopo, dkk, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Hanindita Graha

Widya, 2002), h. 32. 7 Riduwan. Metode dan Teknik Manyusun Tesis. (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 106.

Page 18: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

8

b. Sumber Data

Sumber data penelitian terbagi menjadi dua, yakni sumber data primer

dan sumber data sekunder.

1) Sumber data primer

Sumber data primer penelitian ini adalah naskah drama Mega,mega

karya Arifin C.Noer yang diterbitkan oleh Pustaka Firdausi

bekerjasama dengan yayasan ADIKARYA IKAPI dan THE FORD

FOUNDATION.

2) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder penelitian ini yaitu buku maupun artikel yang

berkaitan dengan penelitian dan karya-karya Arifin C.Noer serta

wawancara dengan Embi C.Noer mengenai naskah drama

Mega,mega.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk pengumpulan data

dari drama Mega,mega karya Arifin C.Noer yaitu:

a. Membaca secara cermat naskah drama Mega,mega karya Arifin C.Noer

b. Menandai bagian kalimat yang menggambarkan perilaku masyarakat

urban dalam drama Mega,mega karya Arifin C.Noer

c. Hasil dari poin b digunakan sebagai data untuk analisis perilaku

masyarakat urban dalam Mega,mega karya Arifin C.Noer

d. Hasil dari poin c digunakan sebagai data untuk mengimplementasikan

perilaku masyarakat urban dalam Mega,mega karya Arifin C.Noer pada

pemebelajaran sastra.

Page 19: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

9

4. Teknik Analisis Data

Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisis data adalah:

a. Menganalisis data yakni drama Mega,mega karya Arifin C.Noer

berdasarkan struktur naskah meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur,

latar cerita, dan gaya bahasa.

b. Analisis dalam penelitian ini menggunakan tinjauan ilmu sosiologi

sastra. Analisis ini dilakukan dengan membaca dan memahami buku

yang berkaitan dengan penelitian dan mengumpulkan berbagai teks dan

wawancara berkaitan dengan perilaku masyarakat urban kemudian

menganalisisnya sesuai rumusan yakni perilaku masyarakat urban dalam

Mega,mega karya Arifin C.Noer.

c. Mengimplikasikan drama Mega,mega karya Arifin C.Noer dalam

pembelajaran sastra di SMA dilakukan dengan cara menghubungkannya

dengan materi pembelajaran sastra di sekolah.

Page 20: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Perilaku

1. Paradigma Perilaku

Arti perilaku dalam KBBI (kamus besar bahasa indonesia) adalah

wujud yang mantap dari suatu rangkaian perilaku manusia atau segolongan

orang sehingga tampak dan dapat dideskripsi. Sedangkan perilaku sosial

adalah segala rangkaian berbagai unsur tertentu yang sudah mantap yang

terdapat dalam suatu gejala masyarakat.1 Sedangkan menurut Kusmiati secara

umum perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu

dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati diri bahwa dia adalah

makhluk Hidup.

Paradigma ini memusatkan perhatian kepada tingkah laku individu

yang berlangsung dalam lingkungan yang menimbulkan akibat atau

perubahan terhadap tingkah laku berikutnya.2 Bagi paradigma perilaku sosial

ini tingkah laku manusia itulah yang penting. Karena tindakan yang terjadi

oleh perilaku seseorang diwujudkan melalui tingkah lakunya dalam

lingkungan.

Peran diwujudkan dalam perilaku oleh aktor. Berbeda dengan norma,

wujud perilaku ini adalah nyata, bukan sekedar harapan. Berbeda pula dari

norma, perilaku yang nyata ini bervariasi, berbeda-beda dari satu aktor ke

aktor yang lain.3 Lingkungannya terdiri atas berbagai macam-macam objek

sosial dan objek non sosial. Teori yang termasuk dalam paradigma sosial ini

1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:

Pusat Bahasa, 2008), h. 1198. 2 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004), h. 92. 3 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, ( Jakarta; Rajawali, 1984), h. 237.

Page 21: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

11

adalah teori sosiologi perilaku (behavioral sosiologi), dan teori pertukaran

(exchange theory). Teori perilaku sosial menitikberatkan pada hubungan

antara tingkah laku aktor dengan tingkah laku lingkungannya.

Adapun asumsi-asumsi yang mendasari teori tingkah laku sosial antara

lain:

a. Manusia pada dasarnya tidak mencari keuntungan maksimum, tetapi

mereka senantiasa ingin mendapatkan keuntungan dari adanya interaksi

yang mereka lakukan dengan manusia lain.

b. Manusia tidak bertindak secara rasional sepenuhnya, tetapi dalam setiap

hubungan dengan manusia lain mereka senantiasa berpikir untung rugi.

c. Manusia tidak memiliki informasi yang mencakup semua hal sebagai dasar

untuk mengembangkan elternatif, tetapi mereka ini paling tidak memiliki

informasi meski terbatas yang bisa untuk mengembangkan alternatif guna

memperhitungkan untung rugi tersebut.

d. Manusia senantiasa berada pada serba keterbatasan, tetapi mereka ini tetap

berkompetisi untuk mendapatkan keuntungan dalam transaksi dengan

manusia lain.

e. Meski manusia senantiasa berusaha mendapatkan keuntungan dari hasil

interaksi dengan manusia lain, tetapi mereka dibatasi oleh sumber-sumber

yang tersedia.

f. Manusia berusaha memperoleh hasil dalam ujud material, tetapi mereka

juga akan melibatkan dan menghasilkan sesuatu yang bersifat non-material,

misalnya emosi, perasaan suka dan sentimen.4

Adapun bentuk-bentuk perilaku sosial menurut para pakar dalam teori

paradigma perilaku sosial ini antara lain:

a. Proposisi keberhasilan

4 Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992), h. 66.

Page 22: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

12

Dalam segala hal yang dilakukan oleh seseorang, semakin sering sesuatu

tindakan mendapatkan ganjaran(mendatangkan respon yang positif dari

orang lain), maka akan semakin sering pula tindakan dilakukan oleh orang

yang bersangkutan.

b. Proposisi stimulus

Jika suatu stimulus tertentu telah merupakan kondisi di mana tindakan

seseorang mendapatkan ganjaran, maka semakin serupa stimulus yang ada

dengan stimulus tersebut akan semakin besar kemungkinannya bagi orang

itu untuk mengulang tindakannya seperti yang ia lakukan pada waktu yang

lalu.

c. Proposisi nilai

Semakin bermanfaat hasil tindakan seseorang bagi dirinya maka akan

semakin besar kemungkinan tindakan tersebut diulangi. Proposisi

rasionalitas yang merupakan kombinasi tiga proposisi yang ada

menyatakan bahwa di dalam memilih suatu tindakan di antara alternatif

tindakan yang mungkin dilaksanakan, maka seorang akan memilih

tindakan yang paling menguntungkan, dilihat dari segi waktu, nilai hasil,

dan perkembangan berdasar berbagai kemungkinan pencapaian hasil.

d. Proposisi kejenuhan-kerugian

Semakin sering seseorang menerima ganjaran yang istimewa maka

ganjaran tersebut akan menjadi kurang bermakna.

e. Proposisi persetujuan-perlawanan

1) Jika seseorang tidak mendapat ganjaran seperti yang ia inginkan, atau

mendapat hukuman yang tidak diharapkan, ia akan menjadi marah dan

akan semakin besar kemungkinan bagi orang tersebut untuk

mengadakan perlawanan atau menentang, dan hasil dari tingkah laku

semacam ini akan menjadi lebih berharga dari dirinya.

2) Bila tindakan seseorang mendatangkan ganjaran seperti yang ia

harapkan bahkan berlebihan, atau tindakan tersebut tidak

Page 23: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

13

mendatangkan hukuman seperti keinginannya, maka ia akan merasa

senang dan akan semakin besar kemungkinannya bagi orang tersebut

untuk menunjukan tingkah laku persetujuan terhadap tingkah laku

yang dilakukan, dan hasil tingkah laku semacam ini akan menjadi

semakin berharga dari dirinya.5

B. Hakikat Masyrakat

1. Pengertian Masyarakat

R. Linton berpendapat dalam Ahmadi, masyarakat adalah setiap

kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga

mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya

sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.6 Sedangkan menurut

Hassan Shadily dalam Ahmadi, ia menyebutkan bahwa masyarakat adalah

golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau karena

sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu

sama lain.7

Dipandang dari cara terbentuknya, masyarakat dapat dibagi dalam:

a. Masyarakat paksaan misalnya, negara dan masyarakat tawanan

b. Masyarakat merdeka, yang terbagi pula dalam:

1) Masyarakat nature, yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya,

seperti gerombolan(horde), suku(stam), yang bertalian karena

hubungan darah atau keturunan. Dan biasanya masih sederhana sekali

kebudayaannya.

2) Masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan

keduniaan atau kepercayaan, misalnya: koprasi, kongsi perekonomian,

gereja.8

5 Ibid., h. 67.

6 Abu Ahmadi, Pengantar Sosiologi, (Solo: Ramadhani), h. 35.

7 Ibid., h. 36

8 Ibid.,

Page 24: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

14

Faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat

karena adanya dorongan atau hasrat yang merupakan unsur kerohanian, unsur

kejiwaan atau faktor yang mempengaruhi hidup manusia dalam pergaulan

dengan manusia lainnya dalam hidup bermasyarakat. Hasrat yang

mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan tersebut antara lain:

a. Hasrat sosial, yaitu hasrat yang menghubungkan individu lainnya

dengan kelompok.

b. Hasrat untuk mempertahankan diri, yaitu hasrat untuk mempertahankan

diri dari pengaruh luar yang mungkin datang kepadanya. Hasrat ini

merupakan hasrat organik yang timbul bila ada bahaya dari luar.

c. Hasrat berjuang, hasrat ini dapat terlihat pada saat ada persaingan,

keinginan membantah pendapat orang lain, saling kejar mengejar guna

memperoleh kemenangan.

d. Hasrat harga diri, merupakan hasrat pada seseorang untuk menganggap

atau bertindak atas dirinya sendiri lebih tinggi daripada orang lain.

Hasrat ini terlihat pada manusia saat situasi seseorang ingin mendapat

penghargaan dari orang lain, pujian atau kehormatan dari masyarakat.

hasrat inilah yang menimbulkan rasa congkak dan sombong pada

manusia.

e. Hasrat meniru, yaitu hasrat untuk menyatakan secara diam-diam atau

terang-terangan sebagian dari salah satu gejala atau tindakan. Hasrat

meniru ini mempunyai dua arti penting yaitu:

1) Dapat menghemat tenaga atau waktu, misalnya bagaimana pakaian

yang pantas kita pakai, bentuk rumah masa kini, memecahkan

masalah yang sama seperti masalah yang pernah dialami

sebelumnya.

Page 25: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

15

2) Dapat mempertahankan bentuk-bentuk kebudayaan atau adat

istiadat dari satu generasi kepada generasi berikutnya secara

perlahan sehingga tidak terasa.

f. Hasrat bergaul, yaitu hasrat untuk bergabung dengan orang-orang

tertentu, kelompok tertentu atau dengan masa tertentu.

g. Hasrat untuk mendapatkan kebebasan, hasrat ini akan terlihat pada saat

tindakan-tindakan manusia bila mendapat kekangan atau pembatasan.

Misalnya, pelanggaran terhadap peraturan hidup, terhadap norma

agama, dan norma masyarakat.

h. Hasrat untuk memberitahukan, yaitu hasrat untuk menyampaikan

perasaan-perasaan kepada orang lain; biasanya disampaikan dengan

suara atau isyarat dan lambang-lambang tertentu. Misalnya, dengan

bintang jasa, pakaian tanda berkabung, dan cincin pertunangan.

i. Hasrat tolong-menolong dan simpasi. Simpasi adalah kesanggupan

untuk dengan langsung turut merasakan barang sesuatu dengan orang

lain. Simpasi merupakan pembawaan dari lahir, bersifat murni, karena

perasaan yang tidak sadar yang berkuasa. Misalnya, orang yang hendak

menolong seseorang. 9

2. Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Makhluk Individu

Manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitikberatkan pada

pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Yakni memiliki unsur

keharusan biologis, yang terdiri dari:

a. Dorongan untuk makan

b. Dorongan untuk mempertahankan diri

c. Dorongan untuk melangsungkan hubungan beda jenis.10

9 Ibid., h. 41-45

10 Rusmin Tumanggor,dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2010), h. 55.

Page 26: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

16

Selain faktor biologis banyak faktor yang mendorong manusia secara

individual membutuhkan dirinya sebagai makhluk sosial sehingga terbentuk

interaksi sosial manusia satu dengan manusia lainnya. Secara garis besar

faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga

hal, yakni:

a. Tekanan emosional. Kondisi psikologis seseorang sangat mempengaruhi

bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain, apakah sedang bahagia,

senang atau sebaliknya sedih, berduka, dan seterusnya.

b. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi

yang direndahkan, maka ia akan memiliki hasrat yang tinggi untuk

berhubungan dengan orang lain. Karena ketika seseorang merasa

direndahkan dengan secara spontan ia membutuhkan kasih sayang dari lain

pihak atau dukungan moral untuk membentuk kondisi psikologis kembali

seperti semula.

c. Isolasi sosial. Orang yang merasa atau dengan sengaja terisolasi oleh

komunitasnya atau pihak-pihak tertentu, maka ia akan berupaya melakukan

interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk

sebuah interaksi yang harmonis.11

Sekurang-kurangnya ada enam nilai yang amat menentukan wawasan

etika dan kepribadian manusia sebagai individu maupun sebagai masyarakat,

yaitu ekonomi, solidaritas, agama, seni, kuasa, dan teori.

a. Nilai teori. Ketika manusia menentukan dengan objektif identitas benda-

benda atau kejadian-kejadian, maka dalam prosesnya hingga menjadi

pengetahuan, manusia mengenal adanya teori yang menjadi konsep dalam

proses penilaian atas alam sekitar.

11

Ibid., h.57.

Page 27: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

17

b. Nilai ekonomi. Ketika manusia bermaksud menggunakan benda-benda

atau kejadian-kejadian, maka ada proses penilaian ekonomi atau

kegunaan, yakni dengan logika efisiensi untuk memperbesar kesenangan

hidup. Kombinasi antara nilai teori dan nilai ekonomi yang senantiasa

maju disebut aspek progresif dari kebudayaan.

c. Isolasi sosial. Orang yang merasa atau sengaja terisolasi oleh

komunitasnya atau pihak-pihak tertentu, maka ia akan berupaya

melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar

terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.12

C. Urbanisasi

Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau

dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat

perkotaan.13

Urbanisasi juga dapat dikatakan proses perpindahan keramaian dari

desa ke kota. Proses urbanisasi terjadi pada negara-negara yang sudah maju

industrinya maupun yang secara relatif belum memiliki industri. Urbaniasai

memiliki akibat negaif terutama di negara agraris seperti Indonesia, hal ini

disebabkan karena pada umumnya produksi pertanian sangat rendah apabila

dibandingkan dengan jumlah manusia yang dipergunakan dalam produksi tersebut.

1) Penyebab terjadinya Urbanisasi

Sehubungan dengan proses tersebut, maka ada beberapa sebab yang

melibatkan suatu daerah tempat tinggal mempunyai penduduk yang banyak

dikarenakan daerah tersebut memiliki daya tarik. Sebab tersebut antara lain

adalah:

Daerah yang termasuk menjadi pusat pemerintahan atau menjadi ibu kota

Tempat tinggal tersebut letaknya sangat strategis sekali untuk usaha-usaha

perdagangan/perniagaan, seperti misalnya sebuah kota pelabuhan atau

12

Ibid., h. 57. 13

Hartomo dan Arnicun, Ilmu Sosiologi Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008). h, 248.

Page 28: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

18

sebuah kota yang letaknya sangat dekat dengan sumber-sumber bahan

mentah

Timbulnya industri di daerah itu, yang memproduksikan barang-barang

maupun jasa-jasa.14

2) Akibat Urbanisasi

Proses urbanisasi akan menimbulkan akibat lebih jauh lagi, antara lain:

Terbentuknya suburb, tempat-tempat pemukiman baru di pinggiran kota,

yang terjadi akibat perluasan kota karena pusat kota tidak mampu lagi

menampung arus perpindahan penduduk desa yang begitu banyak.

Makin meningkatnya tuna karya, yaitu orang-orang yang tidak mempunyai

pekerjaan tetap. Tuna karya ini terdiri dari orang desa yang tidak segera

memperoleh pekerjaan di kota, ataupun orang kota sendiri tidak berhasil

dalam persaingan memperebutkan kesempatan kerja yang sangat terbatas.

Persoalan tuna karya ini akan menimbulakn berbagai kerawanan sosial,

misalnya saja makin tajamnya perbedaan antara golongan kaya-miskin (yang

tidak begitu terasakan di desa) meningkatnya pelacuran dan kriminalitas.

Kriminalitas semua timbul karena dorongan rasa lapar, kemudian berubah

menjadi pekerjaan tetap karena dianggap sebagai cara yang mudah untuk

menumpuk kekayaan dalam waktu yang singkat.

Pertambahan penduduk kota yang pesat menimbulkan masalah perumahan.

Orang terpaksa tinggal dalam rumah-rumah yang sempit dan tidak

memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini akan menimbulkan masalah yang

lebih jauh lagi, yaitu kerusakan lingkungan hidup karena kota dipaksa untuk

menampung penduduk yang melebihi daya tampungnya.

Lingkungan hidup yang tidak sehat, apalagi ditambah dengan adanya

berbagai kerawanan sosial memberi pengaruh yang negatif terhadap

pendidikan generasi muda.15

14

Ibid.,

Page 29: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

19

D. Teori Kemiskinan

Pengertian dasar mengenai kemiskinan adalah tidak tercukupinya

kebutuhan mendasar seperti pangan, sandang, dan papan. Suparlan dalam

Tumanggor menyatakan kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup

yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau

segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku

dalam masyarakat bersangkutan.16

Standar kehidupan yang rendah ini secara

langsung nampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan

moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.

Klasifikasi atau penggolongan seseorang atau masyarakat itu dikatakan

miskin, ditetapkan dengan manggunakan tolok ukur yang umumnya dipakai adalah

sebagai berikut:

a. Tingkat pendapatan

b. Kebutuhan relatif

Di Indonesia, tingkat pendapatan digunakan untuk waktu kerja sebulan.

Dengan adanya tolok ukur ini, maka jumlah dari siapa yang tergolong sebagai

orang miskin dapat diketahui. Tolok ukur yang dibuat dan digunakan untuk

menentukan besarnya jumlah orang miskin ialah batasan tingkat pendapatan per

waktu kerja (Rp30.000 perbulan atau lebih rendah) yang dibuat pada tahun

1976/1977; di samping itu juga tolok ukur yang dibuat berdasarkan atas batas

minimal jumlah yang dikonsumsi yang diambil bersamaannya dalam beras, di

mana dinyatakan batas minimal kemiskinan adalah mereka yang makan di warung

kurang dari 320kg beras di desa dan 420kg di kota pertahunnya.

Tolok ukur yang lain ialah yang dinamakan tolok ukur kebutuhan relatif

per keluarga, yang batasan-batasannya dibuat berdasarkan atas kebutuhan minimal

yang harus dipenuhi guna sebuah keluarga dapat melangsungkan kehidupannya

15

Abu Ahmadi, Op.cit., h. 248. 16

Ibid., h. 309.

Page 30: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

20

secara sederhana tapi memadai sebagai warga masyarakat yang layak.

Tercukupinya tolok ukur ini adalah kebutuhan-kebutuhan yang berkenaan dengan

biaya sewa rumah dan mengisi rumah dengan peralatan rumah tangga yang

sederhana tapi memadai, biaya untuk memelihara kesehatan dan untuk

pengobatan, biaya untuk menyekolahkan anak-anak, biaya untuk sandang dan

pangan sederhana tapi mencukupi dan memadai.

Kemiskinan menurut pendapat umum dapat dikategorikan dalam tiga

unsur, yaitu:

a. Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang.

b. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam.

c. Kemiskinan buatan.

Kemiskinan disebabkan aspek badaniah biasanya orang tersebut tidak bisa

berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmaniah. Karena

cacat badaniah misalnya, dia lantas berbuat atau bekerja secara tidak wajar,

seperti: menjadi pengemis atau meminta-minta. Menurut ukuran produktifitas

kerja, maka tidak bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal malah lebih bersifat

konsumtif, sedangkan yang menyangkut aspek mental, biasanya mereka disifati

oleh sifat malas bekerja secara wajar, sebagaimana manusia lainnya.

Kemiskinan yang disebabkan karena bencana, apabila tidak segera diatasi

sama saja halnya dengan menimbulkan beban bagi masyarakat umum lainnya.

Mereka yang kena bencana alam, umumnya tidak memiliki tempat tinggal bahkan

sumber-sumber daya alam yang mereka miliki sebelumnya habis oleh pengikisan

bencana alam, biasanya pihak pemerintah mengambil atau menempuh dua cara,

pertama sebagai pertolongan sementara diberikan bantuan secukupnya dan

tindakan berikutnya mentransmigrasikan mereka ke tempat-tempat lain yang lebih

aman dan memungkinkan mereka bisa hidup layak.

Kemiskinan buatan disebut juga kemiskinan struktural, ialah kemiskinan

yang ditimbulkan oleh dan dari struktur-struktur ekonomi, ekonomi dan kultur

Page 31: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

21

serta politik. Kemiskinan struktur ini selain ditimbulkan oleh struktur penenangan

atau nrimo memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai takdir

Tuhan.17

Kemiskinan juga di antaranya dapat disebabkan oleh struktur ekonomi,

yakni realisasi hubungan antara suatu objek dan objek, dan antara subyek-subyek

komponen-komponen yang merupakan bagian dan suatu sistem.18

E. Hakikat Drama

1. Pengertian Drama

Drama atau sandiwara adalah seni yang mengungkapkan pikiran atau

perasaan orang dengan mempergunakan laku jasmani, dan ucapan kata-kata.19

Pendapat mengenai pengertian drama di atas sejalan dengan pendapat

Sidjiman dalam Siswanto yang menuliskan drama adalah karya sastra yang

bertujuan menggambarkan kehiduapan dengan mengemukakan tikaian dan

emosi lewat lakuan dan dialog.20

Melalui dialog itulah yang membedakan

antara drama dengan karya sastra lainnya, sebab pada karya sastra lain seperti

novel dan cerpen bentuk yang digunakan adalah menggunakan narasi.

Kata drama berasal dari bahasa Yunani dram yang berarti gerak.

Sedangkan dari segi etimologisnya, drama mengutamakan perbuatan, gerak,

yang merupakan inti hakikat setiap karangan yang bersifat drama.21

Jadi,

drama berarti perbuatan atau tindakan. Sedangkan menurut Moulton dalam

Karmini drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak.22

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia drama adalah komposisi syair

atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak

melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan; cerita atau kisah,

terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk

pertunjukan teater. Jika dalam novel, watak maupun konflik dipaparkan

17

Ibid., h. 312. 18

Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 313. 19

Rendra, Seni Drama untuk Remaja, (Jakarta: Burungmerak Press) h. 73 20

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008) h. 163 21

NI Nyoman Karmini, Op.cit., h. 142. 22

Ibid.,

Page 32: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

22

melalui narasi yang dibuat oleh pengarang, maka dalam drama-watak maupun

konflik dijelaskan melalui dialog-dialog para tokoh.

Meskipun berbentuk dialog, dilihat dari kemungkinan untuk

dipentaskan ada naskah yang dapat dan akan menarik perhatian orang jika

dipentaskan yang disebut sebagai drama pentas atau drama saja, dan banyak

pula yang tidak memberikan kemungkinan untuk dipentaskan dan disebut

sebagai drama baca.23

Drama dikelompokan kedalam karya sastra karena

media yang digunakan untuk menyampaikan gagasannya atau pikiran

pengarangnya adalah bahasa. Sehingga dengan mudah dapat dijumpai adanya

karya drama yang sarat dengan dialek, bahasa sehari-hari, atau bahasa formal.

Dipakainya ragam bahasa tersebut tentu berdasarkan sejumlah alasan yang

secara sosiologis dapat mejelaskan banyak hal.24

Misalnya pengarang ingin

menunjukan latar tempat yang digunakan dalam drama adalah di daerah Jawa

maka bahasa yang ia gunakan pada dialog tokohnya tentunya menggunakan

bahasa Jawa.

F. Unsur Intrinsik Drama

Unsur yang membangun seni drama sebagai pertunjukan berbeda dengan

teks drama.25

Unsur drama sebagai seni pertunjukan adalah plot, karakterisasi,

dialog, tata artistik, dan gerak. Sedangkan unsur-unsur teks drama hampir sama

dengan prosa rekaan yakni:

a. Tema

Tema adalah gagasan sentral yang menjadi dasar tolak penyusunan dan

yang sekaligus menjadi sasaran atau tujuan karangan itu.26

Dalam tema, boleh

dikatakan belum terlihat kecenderungan pengarang untuk memihak. Oleh

23

Melani Budianta,dkk, Membaca Sastra Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan

Tinggi, (Magelang: Indonesia Tera, 2006), h. 112. 24

Ibid., 25

Wahyudi Siswanto, Op.Cit., h. 163. 26

NI Nyoman Karmini, Op.cit., h. 45.

Page 33: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

23

karena itu, masalah apa saja dapat dijadikan tema dalam cerita atau karya

sastra.27

Kategori tema berdasarkan tingkat keutamaannya, yaitu ada tema utama

dan tema tambahan.28

Sebuah karya (drama) memungkinkan memiliki tema

lebih dari satu atau lebih dari satu interpretasi. Menentukan tema pokok

merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan, dan menilai, di antara

sejumlah makna yang ditafsirkan ada dalam karya sastra bersangkutan.

Makna cerita pada bagian tertentu dapat dikatakan sebagai makna bagian

atau makna tambahan. Makna-makna tambahan inilah yang disebut sebagai

tema tambahan atau tema minor. Tema tambahan ini merupakan tema yang

medukung dan mempertegas eksistensi makna utama sebuah cerita atau tema

utama merangkum berbagai makna tambahan dalam sebuah cerita.29

Seperti

dalam drama Mega,mega karya Arifin memiliki tema utama dan tambahan,

yang akan dijelaskan lebih rinci dalam bab analisis.

b. Tokoh dan penokohan

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan

sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan

menampilkan tokoh disebut penokohan.30

Menurut definisinya, tokoh adalah

individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan dalam berbagai

peristiwa dalam cerita.31

Berdasarkan peran dan pentingnya seorang tokoh dalam cerita fiksi secara

keseluruhan, dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan.32

Tokoh

utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya. Ia merupakan

tokoh yang paling banyak diceritakan. Baik sebagai pelaku kejadian maupun

27

Wahyudi Soswanto, Op.Cit., h. 169. 28

NI Nyoman Karmini, Op.Cit., h. 51. 29

Ibid 30

Wahyudi Sisiwanto, Op.cit., h. 143. 31

Melani Budianta,dkk, Op.cit., h. 83. 32

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

2013) h. 258

Page 34: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

24

yang dikenai kejadian, sedangkan tokoh yang dianggap tidak mendominasi

namun masih memiliki andil yang besar dalam jalannya cerita disebut tokoh

tambahan. Pembedaan itu lebih bersifat gradasi karena kadar keutamaan tokoh-

tokoh itu bertingkat: tokoh utama (yang) utama, tokoh utama tambahan, tokoh

tambahan (pariferal) utama, dan tokoh tambahan (yang memang) tambahan.33

c. Alur(Plot)

Abrams dalam Melani Budianta mengatakan alur ialah rangkaian cerita

yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita

yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. 34

Alur adalah sambung

sinambung peristiwa berdasarkan sebab akibat. Alur tidak hanya

mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting adalah menjelaskan

mengapa hal itu terjadi sedangkan menurut Karmini dalam bukunya

mengatakan plot merupakan cerminan, bahkan berupa perjalanan tingkah laku

para tokoh dalam bertindak, berfikir, berasa, dalam bersikap menghadapi

berbagai masalah kehidupan.35

Jadi, dapat dikatakan bahwa alur merupakan

serangkaian peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita.

Tasrif dalam Nurgiantoro mengklasifikasikan tahapan plot menjadi lima

bagian. Kelima tahapan itu antara lain:

a. Tahap Situation: tahap penyituasian, yaitu pengarang mulai melukiskan

suatu keadaan, berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh

cerita. Tahap ini merupakan tahap pemberian informasi awal, dan lainnya

terutama berfungsi untuk melandastumpui cerita.

b. Tahap Generation cicumstances: tahap pemunculan konflik. Masalah-

masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai

dimunculkan. Jadi, tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik dan

33

Ibid., h.260 34

Melani Budianta. Op. Cit., h.159. 35

NI Nyoman Karmini, Op.cit., h. 53.

Page 35: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

25

konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi

konflik-konflik pada tahap berikutnya.

c. Rising action: tahap peningkatan konflik. Konflik yang telah dimunculkan

pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar

intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita

semakin mencekam dan menegangkan. Konflik-konflik yang terjadi,

internal, eksternal, atau keduanya, pertentangan-pertentangan, benturan-

benturan antar kepentingan masalah dan tokoh yang mengarah ke klimaks

semakin tidak dapat dihindari.

d. Climax: tahap klimaks. Konflik dan pertentangan yang terjadi, yang

dilakukan dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik

intensitas puncak. Klimaks cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama

yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadi konflik utama. Sebuah

fiksi yang panjang mungkin saja memiliki lebih dari satu klimaks.

e. Tahap Denoument: tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai

klimaks diberi jalan keluar, cerita diakhiri. Adapun jika dijadikan bagan

akan terlihat seperti gambar di bawah ini.36

Klimaks

Inciting Forces Denouement,

Pelarian

d. Latar cerita

Abrams dalam Nurgiantoro menyebutkan bahwa latar atau setting atau

yang disebut juga dengan landas tumpu, menunjuk pada pengertian tempat,

36

Burhan Nurgiantoro, Op.Cit., h. 209-210

Page 36: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

26

hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan.37

Latar memberikan pijakan secara jelas. Hal ini

penting untuk memberikan kesan realitas kepada pembaca, menciptakan

suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.38

Unsur

latar dalam Nurgiantoro dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu,

dan sosial.

Latar tempat

Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin

berupa nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama

jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah

mencerminkan, atau paling tidak, tidak bertentangan dengan sifat dan

keadaan geografis tempat yang bersangkutan.

Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Latar sosial-budaya

Latar sosial budaya menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan

dalam karya fiksi.39

e. Gaya bahasa

Bahasa adalah bahan mentah sastrawan.40

Persoalan gaya bahasa sastra

bukanlah tentang efisiensi dan efektifitas penggunaan bahasa, melainkan

tentang cara penggunaan bahasa untuk menghasilkan efek tertentu. Gaya

bahasa sastra tidak saja dalam arti keindahan, melainkan juga dalam arti

kemantapan pengungkapan. Efektivitas dan efisiensi berkaitan dengan tata

37 Ibid., 302

38 Ibid., h. 303

39 Ibid., h. 314-322

40 Wellek dan Warren, Op.Cit., h. 217

Page 37: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

27

bahasa. Dalam analisis sastra, unsur fonetik bahasa tidak dapat dipisahkan dari

makna.41

Sastra dikatakan ingin menyampaikan sesuatu, mendialogkan

sesuatu, dan sesuatu tersebut hanya dapat dikomunikasikan lewat sarana

bahasa. 42

G. Hakikat Sosiologi Sastra

1. Pengertian Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra.43

Dari segi

etimologi, sosiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata „sosio‟ (Socius

berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) yang bermakna masyarakat dan

„logi‟ atau logos yang artinya ilmu.44

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa

sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam

masyarakat; telaah tentang lembaga dan proses sosial.45

Jadi, sosiologi adalah

ilmu yang mempelajari tentang kehidupan masyarakat.

Sastra dari akar kata „sas’ (Sanskerta) berarti mengarahkan, mengajar,

memberi petunjuk, dan instruksi. Akhiran „tra’ berarti alat, sarana. Sastra

dapat dikatakan kumpulan alat untuk mengajar atau buku petunjuk. Maka

kesusastraan artinya kumpulan hasil karya yang baik.

Sesungguhnya antara sosiologi dan sastra merupakan dua ilmu yang

memiliki objek yang sama yaitu manusia dalam masyarakat.46

Hakikat

sosiologi adalah objektivitas, sedangkan hakikat karya sastra adalah

objektivitas dan kreativitas sesuai dengan pandangan masing-masing

pengarang. Jadi, dasar pemikiran yang mengitari konsep sosiologi sastra

adalah keterkaitan sastra dengan masyarakat.

41

Ibid., h.220 42

NI Nyoman Karmini, Op.cit., h. 72. 43

Nyoman Kutha Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) h. 1. 44

Ekarini Saraswati, Sosiologi Sastra Sebuah Pemahaman Awal, (Malang: UMM Press) h. 2. 45

Sapardi Djoko Damono, Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas, (Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979) h. 7 46

Nyoman Kutha Ratna, Op.cit., h. 2.

Page 38: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

28

Munculnya sebuah karya sastra merupakan gambaran dari masyarakat

itu sendiri, sebab sastra merupakan refleksi hubungan seseorang dengan orang

lain atau dengan masyarakat.47

Dalam konteks ini, sastra bukanlah sesuatu

yang otonom, berdiri sendiri, melainkan sesuatu yang terikat erat dengan

situasi dan kondisi lingkungan tempat karya itu dilahirkan.48

Untuk meneliti sebuah karya sastra dalam penelitian ini khususnya

drama sangat berkaitan dengan masyarakat, sehingga untuk mendeskripsikan

sosial yang terjadi dalam masyarakat dibutuhkan ilmu sosial. Lagi pula sastra

“menyajikan kehidupan”, dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari

kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga “meniru” alam dan dunia

subjektif manusia. 49

Dengan demikian, penelitian sosiologi sastra, baik dalam

bentuk penelitian ilmiah maupun aplikasi praktis, dilakukan dengan cara

mendeskripsikan, memahami, dan menjelaskan unsur-unsur karya sastra

dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan struktur sosial yang terjadi di

sekitarnya.50

2. Sastra Sebagai Cermin Masyarakat

Karya sastra adalah sebuah struktur tanda yang bermakna. Di samping

itu, karya sastra adalah karya yang ditulis oleh pengarang. Pengarang tidak

terlepas dari sejarah sastra dan latar belakang sosial budayanya. Maka semua

itu tercermin dalam karya sastranya. Oleh karena itu, seluruh situasi yang

berhubungan dengan karya sastra itu haruslah diperhatikan dalam konkretisasi

atau pemaknaan karya sastra.

Hill dalam Pradopo menyebutkan karya sastra adalah sebuah struktur

yang kompleks, oleh karena itu untuk memahaminya haruslah karya sastra

47

Rachmat Djoko Pradopo, dkk, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Hanindita Graha

Widya, 2002), h. 151. 48

Ibid., 49

Wellek dan Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 109. 50

Nyoman Kutha Ratna, Op.cit., h. 25.

Page 39: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

29

dianalisis.51

Sedangkan Goldman dalam Faruk mengemukakan dua pendapat

mengenai karya sastra pada umumnya yaitu, (1) bahwa karya sastra

merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner, dan (2) bahwa dalam

usahanya mengekspresikan pandangan dunia itu, pengarang menciptakan

semesta tokoh, objektif, dan relasi secara imajiner.52

Konsep tersebut menandai bahwa sosiologi sastra akan meneliti sastra

sebagai (1) ungkapan historis, ekspresi suatu waktu, sebagai sebuah cermin,

(2) karya sastra memuat aspek sosial budaya, yang memiliki fungsi siosial

berharga. Aspek fungsi sosial sastra berkaitan dengan cara manusia hidup

bermasyarakat.

H. Pembelajaran Sastra

Pembelajaran sastra dapat diterapkan disemua jenjang sekolah mulai dari

SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi yang tentunya harus disesuaikan dengan

kompetensi yang hendak dicapai. Pendidikan sastra adalah pendidikan yang

mencoba mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses

kreatif sastra.53

Dalam pembelajaran sastra peserta didik dapat diajak untuk

terlibat langsung dalam proses pembelajaran seperti, membaca, memahami,

menganalisis, dan menikmati karya sastra secara langsung. Sastra sesungguhnya

dapat memperhalus perasaan dan jiwa para siswa. Lewat sastra, mereka akan

mengenal hidup, toleran, dan anti kekerasan.54

“Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan

mengapresiasi sastra berkaitan erat dengan latihan mempertajam

perasaan, penalaran, dan daya khayal, serta kepekaan terhadap

masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Siswa diharapkan

mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan

51

Rachmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya,

(Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 108. 52

Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 71. 53

Wahyudi Siswanto, Op.cit., h. 168. 54

Taufik Ismail, “Pelajaran Bahasa Indonesia Harus Tekankan Apresiasi Sastra”,

(Kompas,2001) h. 9

Page 40: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

30

karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas

wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa”.55

Ketepatan dalam pengajaran sastra tersebut dapat membantu pendidikan

secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu

keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan

cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.56

I. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan digunakan untuk menghindari adanya praktik

plagiarisme. Untuk menghindari hal tersebut penulis akan paparkan beberapa

penelitian sebelumnya untuk dijadikan perbandingan dan penelitian relevan.

Penelitian relevan tersebut antara lain:

Skripsi berjudul “Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama

Umang-umang Atawa Orkes Madun II Karya Arifin C.Noer dan Implikasinya

terhadap Pembelajaran Sastra di SMA”, ini karya Yunita Mahasiswa Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia pada tahun 2014. Penelitian tersebut mendeskripsikan pandangan hidup

seorang tokoh dalam drama Umang-umang atawa Orkes Madun II Karya Arifin

C.Noer. Hasil penelitian tersebut meliputi: pertama, ia menganggap bahwa di

dunia ini tidak lagi diperlukan cinta kasih, semua hal itu malah akan membuat

lemah dan tidak bergairah dalam hidup. Kedua, pandangannya tentang penderitaan

berubah, menurutnya, penderitaan adalah ketika ia menikah dan memiliki

keluarga. Ketiga, pandangan Waska tentang tanggung jawab yang bagianya itu

kekokohan hidup, tanggung jawab yang ia miliki adalah tanggung jawab terhadap

waktu jika ingin menjadi orang besar. Keempat, adalah pandangan hidupnya

tentang harapan. Harapan baginya adalah omong kosong, berharap sama saja

55

Martono, “Pembelajaran Sastra Sebagai Media Pendidikan Multikultural”; Sastra dan Budaya

Urban dalam Kajian Lintas Media; Prosiding Konferensi Internasional Kesusastraan XXI Himpunan

Sarjana Kesusatraan Indonesia(Surabaya: Unair, 2010), h. 458. 56

B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, ( Yogyakarta: Kanisius, 1988), h. 16.

Page 41: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

31

menjatuhkan diri ke dalam lubang ketakutan.57

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan oleh Yunita dan dibandingkan dengan penelitian yang penulis lakukan

memiliki perbedaan dari segi objek yang dikaji.

Selanjutnya penelitian dari skripsi berjudul “Nilai Akhlak Karimah dalam

Naskah Drama Telah Pergi Ia Telah Kembali Ia Karya Arifin C.Noer dan

Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”, karya Nandya Ratna

Prihatiningsih Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2013. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi nilai akhlak

karimah yang ada dalam naskah drama Telah Pergi Ia Telah Kembali Ia karya

Arifin C. Noer yang diharapkan digunakan sebagai bahan pembelajaran di sekolah

nantinya. Hasil dari penelitian tersebut meliputi: 1) akhlak terhadap Allah,

meliputi: cinta dan rida, tawakal, dan bertaubat. 2) akhlak terhadap Rasulullah

Saw, meliputi: mengucapkan salawat dan salam, mencintai dan memuliakan rasul,

dan mengikuti dan mentaati rasul. 3) akhlak terhadap manusia, meliputi: jujur,

tawaduk, sabar, penolong, berani, sederhana, dermawan, dan istikamah. 4) akhlak

bernegara, meliputi: musyawarah, adil, dan hubungan pemimpin dan yang

dipimpin.58

Penelitian ini juga memiliki berbedaan dari penelitian yang penulis

lakukan yakni, memiliki objek yang berbeda dalam analis.

Penelitian ketiga yang dijadikan sebagai penelitian relevan berjudul “Watak

dan Perilaku Tokoh Jumena Martawangsa dalam Naskah Drama Sumur Tanpa

Dasar Karya Arifin C.Noer” karya Muhammad Imam Turmudzi. Tujuan

penelitian ini untuk mendeskrripsikan watak dan perilaku tokoh Jumena yang

menjadi pematik konflik, faktor yang mempengaruhi perilaku tokoh Jumena fungsi

tokoh sebagai pematik konflik. Hasil penelitian menunjukan berbagai macam

57

Yunita, Skripsi berjudul; “Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama Umang-

umang Atawa Orkes Madun II Karya Arifin C.Noer dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di

SMA, 2014, h. i. 58

Nandya Ratna Prihatiningsih, skripsi berjudul “Nilai Akhlak Karimah dalam Naskah Drama

Telah Pergi Ia Telah Kembali Ia Karya Arifin C.Noer dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di

SMA”, 2013, h. i.

Page 42: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

32

watak dan perilaku tokoh Jumena yang menjadi pematik konflik, faktor yang

mempengaruhi perilaku tokoh Jumena, dan fungsi Jumena sebagai pematik konflik

dalam naskah drama Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C.Noer.59

Meskipun

memiliki kesamaan dalam objek, akan tetapi sumber data yang digunakan berbeda.

Berdasarkan beberapa penelitian relevan tersebut dapat diketahui adanya

perbedaan dan kesamaan dari hasil analisis yang telah dilakukan dari masing-

masing penulis. Perbedaan terletak pada masing-masing objek yang dianalisis oleh

para penulis dan sumber data yang digunakan. Sedangkan persamaannya yaitu

para penulis menganalisis karya sastra dari pengarang yang sama yakni drama

karya Arifin C.Noer.

59

Muhammad Imam Turmudzi, Jurnal Sastra Indonesia vol. 2 no. 1 “Watak dan perilaku tokoh

Jumena Martawangsa dalam Naskah Drama Sumur Tanpa Dasar Karya Arifin C.Noer”

Page 43: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

33

BAB III

PROFIL ARIFIN C. NOER

A. Biografi Arifin C. Noer

Arifin memiliki nama lengkap Arifin Chairin Noer, lahir di Cirebon Jawa

Barat 10 Maret 1941.1 Ia meninggal di Jakarta, pada 28 Mei 1995 diusia yang ke

54 tahun. Ayahnya merupakan seseorang yang berprofesi sebagai tukang sate dan

gulai, meskipun terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, akan tetapi ia

memiliki semangat yang tinggi untuk menimba ilmu.

Pendidikan pertama yang ditempuhnya di sekolah SD Taman Siswa,

Cirebon, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Muhammadiyah, Cirebon.

Tak lama setelah lulus dari SMP ia melanjutkan ke sekolah tingkat atas di SMA

Negeri Cirebon, meskipun tidak diselesaikan. Lalu mencoba melanjutkan

kembali pendidikannya di Sekolah Jurnalistik, Solo. Setelah lulus, pada tahun

1967 masuk ke perguruan tinggi dan mengambil pendidikan di Fakultas Sosial

Politik Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta. Serta International Writing

Program, Universitas Iowa, AS pada tahun 1972.2

Sejak SLP Arifin sudah giat bermain sandiwara, karyanya yang pertama

kali berjudul Dunia Yang Retak, ia menulis sekaligus menyutradarai pementasan

tersebut.3 Saat masih sekolah di Solo, ia bergabung dengan Himpunan Peminat

Sastra Surakarta(HPSS) sambil mencanangkan hari puisi.4 Pada tahun 1960-an

Arifin menikah dengan Nurul Aini dan tinggal di Yogyakarta. Semenjak pindah

ke Yogyakarta pada tahun 1960-an ini kreativitasnya dibidang penulisan puisi

1 Hardo S, “Arifin C.Noer, Sineas Lengkap”, Jakarta: Suara Karya Minggu, no. 1073, Minggu

ketiga Agustus 1992, h.3 2 Puji Sentosa.“Biografi Arifin C.Noer”, http://pujies pujies.blogspot.com/2010/01/arifin-c-

noer.html. Diunduh Senin, 27-1-2014 3 Hardo S, Op.Cit.,

4 Ibid.,

Page 44: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

34

dan drama semakin berkembang.5 Sebelum akhirnya Arifin menekuni dunia

Tetaer, pertama kali ia bergabung dengan sebuah teater bernama "Teater

Muslim" pimpinan Mohammad Diponegoro kemudian bergabung dengan

"Bengkel Teater" pimpinan W.S. Rendra. Pada tahun 1968 dengan modal

kreativitasnya yang tinggi dalam dunia teater kemudian pindah ke Jakarta dan

mendirikan sebuah teater yang diberi nama “Teater Kecil”, teater ini pun

dijadikan sebagai wadah untuk mengekspresikan kreatifitas seni khususnya teater

di Indonesia.6 Melalui teater kecil ini Arifin memiliki harapan agar kesenian di

Indonesia dapat dikembangkan agar memiliki kualitas yang lebih baik.

Semenjak memiliki “Teter Kecil” ia mulai memikirkan kebutuhan finansial

untuk dapat menujang proses kreatifitas teaternya dalam berkesenian agar

kehidupan berteater dapat berjalan terus, kemudian ia mulai bekerja sebagai

manajer pengelola Balai Bimbingan dan Latihan Kerja di Kawasan Industri

Pulogadung, Jakarta Timur. Namun karena merasa kreativitas seninya tidak

terasah saat bekerja sebagai Manager, ia pun memilih untuk berhenti dan

menjabat menjadi Ketua Dewan Kesenia Jakarta. Ia juga pernah diundang ke

sebuah akademi teater di Amerika Serikat untuk menjadi dosen tamu di sana.

Selain itu Arifin juga pernah menjabat sebagai kepala humas majalah Sarinah.

Merasa tidak dapat mengembangkan kreativitasnya dibidang seni, pada akhirnya

untuk kesekian kalinya Arifin keluar dari pekerjaannya untuk menekuni dunia

perfilman dan teater.

Arifin mulai terjun ke dunia film pada tahun 1971. Berkat kegigihannya

dan konsistensinya dalam dunia seni, lewat film karyanya berjudul Pemberang,

ia dapat menyabet piala The Golden Harvest pada Festival Film Asia (1972),

film berjudul Melawan Badai pun tak luput mendapat penghargaan sebagai

sekenario terbaik, film Suci Sang Primadona juga menjadi film terbaik dalam

Festival Film Indonesia (1973, 1974, 1990), pada tahun 1982 film Serangan

5 Ibid.,

6 Puji Sentosa, Op.Cit.,

Page 45: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

35

Fajar menyabet 5 piala Citra, dan film yang dibintangi oleh Meriam Bellina

dengan Rano Karno berjudul Taksi menjadi film terbaik dalam Festival Film

Indonesia pada tahun 1990 dan meraih 7 piala citra, selain itu Arifin juga

mendapat piala Vidia dalam Festival Sinetron Indonesia (1995). Lebih hebatnya

lagi melalui film hasil garapannya yang mendapat penghargaan terbesar selama

pemerintahan Orde Baru adalah film "Pengkhianatan G.30.S/PKI" yang

dibintangi Umar Kayam, keberhasilan kembali diraihnya dengan gelar sebagai

penulis sekenario terbaik. Film ini selalu diputar setiap tahun melalui TVRI

dalam memperingati "Hari Kesaktian Pancasila" dan baru diberhentikan setelah

pemerintahan Orde Baru tumbang.

Selain film-film karyanya, beberapa naskah drama Arifin pun tak luput dari

kemenangan, karya drama tersebut yaitu: drama Mega,Mega, menjadi pemenang

kedua sayembara naskah drama Badan Pembinaan Teater Nasional

Indonesia(BPTNI) tahun 1967, naskah drama Kapai-kapai memenangkan Hadiah

I sayembara penulisan lakon DKJ. Sebagai sastrawan yang unggul dan kreatif, ia

juga sering mendapat hadiah sastra, antara lain, Pemenang Sayembara Penulisan

Naskah Lakon dari Teater Muslim, Yogyakarta (1963) atas karyanya "Matahari

di Sebuah Djalan Ketjil" dan "Nenek Tertjinta", Anugerah Seni dari Pemerintah

Republik Indonesia (1972) atas jasanya dalam mengembangkan kesenian di

Indonesia, Hadiah Sastra ASEAN dari Putra Mahkota Thailand (1990) atas

karyanya Ozon, dan Hadiah Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa (1990). Dramanya Kapai-Kapai diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris

oleh Harry Aveling dengan judul Moths dan diterbitkan di Kuala Lumpur,

Malaysia.7

7 Ibid.,

Page 46: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

36

B. Karya Arifin C.Noer

Arifin digolongkan oleh Abdul Hadi WM sebagai sastrawan besar untuk

bidang teater sebagai tokoh angkatan 70-an yang lakon sandiwaranya bernada

surealis.8 Sastrawan yang disebut sebagai Sineas Lengkap dalam sebuah Majalah

Suara Karya Minggu ini telah banyak melahirkan karya, dikatakan sebagai

Sineas Lengkap sebab ia bukan hanya menyutradari, tetapi juga menulis cerita

dan skenario. Dengan menulis sendiri cerita dan skenario kemudian

menyutradarinya, maka apa yang ingin disampaikan kepada penonton bisa utuh.9

Kelancaran bertutur dan penyelesaian konflik yang tidak bertele-tele menjadi ciri

khas dan sekaligus kekuatan film-film Arifin. Namun untuk menikmati hasil film

garapan Arifin juga tidak mudah, sebab diperlukan sebuah kecermatan mengikuti

alur cerita dan membedah dialog-dialognya.10

Seperti Film karya Arifin yang

berjudul Bibir Mer, film ini dapat dikatakan sebagai refleksi kegelisahan

terhadap kehidupan sosial dan perilaku umum yang sudah demikian absurd.

Menurut Arifin dalam sebuah wawancaranya kepada sebuah surat kabar Suara

Karya Minggu mengatakan “Pokoknya film ini bercerita tentang bibir di

Indonesia”. Berdasrkan hasil wawancara tersebut, Arifin menjelaskan bahwa inti

isi dari film Bibir Mer tersebut adalah tentang cara bersikap masyarakat

Indonesia.

Menurut kritisi sastra dan drama menilai Arifin sebagai salah satu

pembaharu dunia drama di Indonesia. Karya-karya drama dan puisinya

mempunyai jalinan yang kuat dramatik, sedangkan drama-dramanya puitis

sekali. Kritikus Film Dr. Salim Said juga menuliskan pendapatnya tentang karya

Arifin,“sebuah skenario yang plastis dan memberi kesempatan sebesar-basarnya

kepada penonton. Tanpa perlu menceritakan semuanya, penonton bisa tahu jalan

cerita…dengan sedikit menggunakan sedikit pikiran dan perasaannya”.

8 Anonim, Arifin C.Noer: “Sutradara Boleh Mati”, Mengapa Teater Koma Laris?, (Jakarta:

Mingguan Pikiran Rakyat, edisi Minggu 8 April 1990), h. 6. 9 Hardo S, Op.Cit.,

10 Ibid.,

Page 47: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

37

Sedangkan menurut penilaian Rendra, Arifin merupakan orang yang serius

menggulati teater, sehingga bisa kita lihat bagaimana karya-karya Arifin

meninggalkan gema yang panjang untuk disimak.11

Selain menulis sajak dan naskah lakon, Arifin berhasil menulis banyak

skenario film dan sinetron serta kritik dan esai drama dan seni pentas yang lain.12

Adapun buku kumpulan sajak karyanya adalah: Nurul Aini (1963), Siti Aisah

(1964), Puisi-Puisi yang Kehilangan Puisi (1967), Selamat Pagi, Jajang (1979),

dan Nyanyian Sepi (1995). Buku dramanya adalah Lampu Neon (1960),

Matahari di Sebuah Djalan Ketjil (1963), Nenek Tertjinta (1963), Prita Istri Kita

(1967), Mega,mega (1967), Sepasang Pengantin (1968), Kapai-Kapai (1970),

Sumur Tanpa Dasar (1971), Kasir Kita (1972), Tengul (1973), Orkes Madun I

atawa Madekur dan Tarkeni (1974), Umang-Umang (1976), Sondek, Pemuda

Pekerja (1979), Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi I (1984), Ari-Ari

atawa Interograsi II (1986), dan Ozon atawa Orkes Madun IV (1989).

Selain itu, ia juga menyutradarai banyak film dan sinetron serta menulis

skenarionya, antara lain, "Pemberang" (1972), "Rio Anakku" (1973), "Melawan

Badai" (1974), "Petualang-Petualang" (1974), "Suci Sang Primadona" (1978),

"Harmoniku" (1979), "Lingkaran-Lingkaran" (1980), "Serangan Fajar"

(1981),"Pengkhianatan G.30 S/PKI" (1983), "Matahari-Matahari" (1985),

"Sumur Tanpa Dasar" (1989), "Taksi" (1990), dan "Keris" (1995).

11

Anonim, Op.Cit., 12

Puji Sentosa, Biografi Arifin C.Noer. http://pujies-pujies.blogspot.com/2010/01/arifin-c-

noer.html.diunduh di Perpustakaan Utama UIN Senin, 27-1-2014

Page 48: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

38

C. Pemikiran Arifin C.Noer

Arifin C.Noer merupakan salah satu sastrawan yang karyanya banyak

mencerminkan atau berkaca melalui kehidupan yang terjadi di Indonesia. Baik

dalam karya filmnya maupun drama ia lebih condong mengangkat permasalahan

di Indonesia, sehingga seluruh karyanya dapat dirasakan sebagai karya

keIndonesiaan. Menurut Arifin, sastra merupakan hasil karya seni yang

cenderung angkuh karena mau mengungkapkan segalanya secara utuh. Namun

tanpa membaca sastra manusia tidak bisa berkaca diri untuk mengungkapkan

kenyataan.13

Sebuah karya sastra bukanlah semata-mata produk khyalan, tetapi

juga hasil produk pengalaman dan berpikir. Semua pengarang harus mampu

menangkap segala pengalaman yang ada pada dirinya, kemudian pengarang pula

yang menuangkan kedalam bentuk karya sastra untuk menghadirkan kenyataan

yang ada melalui keindahan penggunaan bahasa.14

Berdasarkan pengalaman pribadi yang dialami langsung oleh Arifin, bekal

yang ia bawa bukanlah hanya kemauan untuk melahirkan imajinasi melalui

bahasa, tetapi yang sangat penting juga adalah bekal pengalaman sebagai seorang

manusia. Pengalaman tersebut diperoleh dari yang pernah dirasakan, dilihat,

didengar, diketahui pada sepanjang perjalanan hidup sebagai seorang manusia.

“Pengalaman tersebut adalah pertemuan saya dengan realitas atau

seluruh kenyataan yang dapat disentuh, diindrai dengan kesadaran saya

atau katakanlah bekal pengalaman itu merupakan potret jiwa saya atas

segala sesuatu yang saya alami ketika bersentuhan dengan peristiwa-

peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini. Persepsi yang saya peroleh

dari pengelam itu sangat mewarnai tulisan-tulisan saya”.15

Dari pengalaman itulah, Arifin merasa menemukan atau mendapatkan

banyak nilai kehidupan. Lewat drama „Mega,mega’-nya, Arifin C.Noer berbicara

mengenai kehidupan masyarakat glandangan atau kaum masyarakat urban yang

13

Sardjono Maria A, “Tanpa Seni Manusia Tak Dapat Berkaca Diri”, (Jakarta: Media

Indonesia, 1990). h. 1. 14

Ibid., 15

Ibid.,

Page 49: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

39

miskin. Cerita yang berlatar belakang kehidupan senin kamis ini, banyak

mengungkap optimisme yang timbul dari suatu keputusasaan.

Sedangkan dari segi penilaian masyarakat terhadap seni, menurut Arifin

perhatian masyarakat terhadap seni akting tercermin diberbagai macam tulisan

koran maupun majalah. Sedangkan dari segi kualitas teater sesungguhnya dapat

terlihat dari aktornya, seperti diketahui melalui wawancara Arifin dengan sebuah

surat kabar tahun 90-an Mingguan Pikiran Rakyat, Arifin mengemukakan

pernyataan “Sutradara boleh mati, tapi aktor tidak, maksud dari pernyataannya

tersebut ialah bahwa dalam sebuah seni pertujukan atau akting bahwa yang harus

benar-benar hidup adalah aktor sebab jika aktor tersebut mati, maka teaterpun

akan ikut mati. Sedangkan kalau aktor mati niscaya masyarakat akan kesepian

dan menjadi gila. Dan jika masyarakat menjadi gila, teater palsu akan merajalela.

Akibatnya yang paling parah adalah semua warga masyarakat akan ramai-ramai

bermain teater. Para ilmuan bermain teater dan lupa dengan ilmunya. Sehingga

nantinya dapat bermunculan teater ilmu, Teater Agama, Teater Politik dan

sejumlah teater palsu lainnya, sementara itu teater sejati menjadi mati. Jika

situasi tersebut terjadi maka masyrakat akan bingung membedakan mana pemain

dan penonton.16

Menurut Arifin seni akting sebagai bahan telaah, baik dari segi kesenian

maupun dari segi sosiologi ataupun dari segi lainnya sungguh sangat kaya dan

sangat menantang, terlebih lagi di Indonesia sebab akan membawa seseorang ke

dalam hutan pengetahuan yang wilayahnya banyak bersampiran dengan wilayah

ilmu-ilmu sosial yang selalu bikin penasaran. Sebab seni akting itu lahir tidak

sendirian, ia berdampingan dengan berbagai macam ragam pengetahuan,

terutama psikologi.

16

Anonim, Op.Cit.,

Page 50: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

40

Setiap pembuatan karyanya Arifin selalu menangkap realitas yang ada di

sekitar, menurutnya dengan cara tersebut ia dapat mendekatkan masyarakat

Indonesia dengan realitas di sekitarnya. Meskipun begitu, ia juga menemui

banyak kesulitan dalam menemukan karya yang memiliki identitasnya sendiri,

tidak kebarat-baratan maupun tidak terlalu ketimuran akan tetapi tetap

mencerminkan keIndonesiaan itu sendiri. Hal lain yang tidak kalah penting yang

diperlukan dalam menciptakan sebuah karya adalah menanamkan budaya

Planning, tidak dapat dipungkiri pula budaya planning tersebut dapat

mencerminkan bagaimana sikap manusia Indonesia menghadapi masa depan dan

mengurus dirinya. Sikap yang-apa boleh buat-merupakan sikap yang

mencemaskan, karena masa depan kemudian menjadi hal yang sulit diramalkan.

Gencarnya arus informasi yang dihasilkan teknologi komunikasi, antara lain ikut

mempersulit ketepatan prediksi manusia.

Page 51: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

41

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1) Unsur Instrinsik Drama

a. Tema

Setiap karya sastra selalu memiliki tema yang merupakan pangkal

dari isi cerita yang dipaparkan. Tema adalah ide yang mendasari suatu

cerita-gagasan penulis melalui karya. Sehingga dapat dikatakan bahwa yang

disebut tema yaitu pangkal atau inti dari seluruh isi cerita dalam suatu karya

sastra.

Tema utama yang diangkat dalam drama Mega,mega karya Arifin

C.Noer menggambarkan kehidupan masyarakat urban yang miskin.

Masyarakat urban merupakan segolongan orang yang telah merantau ke

suatu daerah tertentu dan menetap di kota perantauan tersebut. Masyarakat

urban yang terdapat dalam drama Mega,mega merupakan segolongan orang

yang merantau dari berbagai daerah di pulau Jawa yang datang dan tinggal

di Yogyakarta. Banyaknya masyarakat yang datang dari luar provinsi

disebabkan letak Yogyakarta yang berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah

yang berpenduduk sangat padat.1 Yogyakarta juga merupakan salah satu

pusat kota yang sudah maju di Indonesia dan pernah menjadi Ibu Kota

negara Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut tidak diragukan lagi banyak

pendatang dari berbagai daerah untuk mengadukan nasibnya dengan tujuan

agar keadaan ekonomi mereka lebih baik dari sebelumnya, sehingga mereka

mencari pencaharian di kota tersebut.

1 Anne Booth dan Peter McCawley, Ekonomi Orde Baru, (Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan

Penerangan Ekonomi Sosial, 1990) h. 392

Page 52: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

42

Akan tetapi konsekuensi yang sulit dihindarkan akibat terjadinya

urbanisasi adalah munculnya pemukiman baru di pinggirian kota akibat

perluasaan kota karena pusat kota tidak mampu lagi menampung arus

perpindahan penduduk dari desa ke kota.2 Selain itu muncullah orang-orang

tuna karya yang merupakan orang desa yang tidak segera mendapat

pekerjaan maupun orang kota itu sendiri yang tidak berhasil dalam bersaing

memperebutkan pekerjaan. Munculnya tuna karya inilah yang dapat

menyebabkan timbulnya kerawanan sosial seperti kriminalitas dan pelacuran

sehingga dapat berpengaruh terhadap perilaku yang terbentuk dalam

masyarakat. Seperti pada kutipan berikut ini,

Panut:Itu sudah cukup. Namanya berhasil Mae. Besok pagi saya

akan mulai.

Mae:Mulai apa?

Panut:Ngemis. Pura-pura bisu.

Mae:Astaga.

Panut:Apa salah?

Mae :Kalau kau anak saya, kupingmu saya jewer. Urat uratmu

masih keras dan bulat. Tubuhmu masih utuh. Kau akan meminta-

minta serupa si tua bangka yang tersia sebatang kara. Panut,

Panut. Astaga. Dagingmu akan busuk kalau tak kau manfaatkan

dengan kerja.

Panut:Ngemis juga kerja, „kan? Dikiranya ngemis itu enteng? Kan

makan tenaga dan perasaan juga? Soalnya bukan itu. soalnya sial

saya ini. Dan lagi soal makan, bukan soal perasaan.

Mae :ya, tapi kau masih kuat untuk bekerja. Bekerja baik-baik

maksud mae. Tidak mencelakakan. Nguli misalnya. Kau bisa seperti

tukijan. Begitu rajin dia bekerja di pasar. Tapi dasar orang suka

2 Abu Ahmadi, Pengantar Sosiologi, (Solo: Ramadhani), h. 248

Page 53: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

43

bekerja. Ia malah mengimpikan tanah. Dia berani dan rajin. Tadi

pagi-pagi benar ia pergi ke Sumatrah.3

Dari dialog tersebut dapat terlihat bagaimana kehidupan Mae dan

Panut bersama tokoh lain yang tinggal di tengah kota Yogyakarta dengan

segala kekurangan yang mereka miliki. Mereka merupakan sebagian kecil

masyarakat yang dapat dikatakan “gagal” menuai sukses di kota perantauan.

Hal tersebut dapat diakibatkan karena bertambahnya jumlah penduduk dan

semakin menyempitnya lapangan pekerjaan. Selain itu perilaku yang

terbentuk merupakan akibat dari kerawanan sosial dan kemalasan untuk

mencari pekerjaan yang layak, sehingga mereka sulit lepas dari kemiskinan.

Sedangkan Panut merupakan salah satu dari bagian tuna karya yang

belum mendapatkan kesempatan bekerja, sehingga dapat dikatakan ia

sebagai pengangguran bahkan disebutkan secara terang-terangan sebagai

gelandangan karena tidak memiliki tempat tinggal dan kerjanya tidak

menentu.

Pada drama Mega,mega karya Arifin ini menceritakan bagaimana

keadaan sosial golongan masyarakat urban yang termasuk “gagal”

memperjuangkan hidupnya di kota besar. Drama ini juga menceritakan

bagaimana perjuangan segolongan masyarakat urban tersebut yang

mempertaruhkan hidupnya untuk dapat bertahan hidup di tengah-tengah

keadaan kota besar yang keras. Namun tidak dibarengi dengan usaha untuk

mendapat pekerjaan layak. Keadaan sosial dalam drama ini bisa dilihat dari

segi penghasilan ekonomi yang berdampak terhadap status sosial masyarakat

serta pergaulannya, yakni sebagai gelandangan di kota besar yang bergaul

dengan sesama gelandangan pula hingga membentuk sebuah komunitas

tersendiri dan menganggap satu sama lain sebagai keluarga meskipun

mereka sama sekali tidak memiliki hubungan kekerabatan sedarah.

3 Arifin C.Noer, Mega,mega, ( Pustaka Firdausi, Jakarta: 1999), h.9

Page 54: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

44

Mae : tidak kalah dibanding srimulat. Tambahan dia cantik. Seperti

aku! Percis. (diam) cantik dan tersia. (tiba-tiba seperti mencari

sesuatu di sekelilingnya, tapi ia pun tersenyum apabila sadar yang

dicarinya itu sebenarnya tidak ada. lalu ia berseru keras) Retno!

Suaramu merdu!.4

Pada dialog Mae terdapat kata „cantik dan tersia‟ memiliki makna

bahwa seorang yang selalu dikagumi pun pada akhirnya akan tersia, seperti

pernyataan Embie C. Noer yang mengatakan:

“Cantik dan tersia diibaratkan seperti gadis cantik yang dipuja

tetapi disia-siakan. Mengisahkan orang kecil(miskin) yang disia-

siakan. Hal ini terjadi akibat empasis budaya politik yang

menggeliat dan dipicu oleh kondisi ekonomi yang sangat kering

pada pertengahan tahun ‟60-an.”5

Mengacu kepada pernyataan Embie C.Noer tersebut dapat

dikatakan bahwa pada pemaparan awal drama Mega,mega sudah mulai

terlihat apa yang ingin Arifin sampaikan dan kisahkan melalui Mega,mega

yakni mengenai ketimpangan sosial dalam masyarakat antara yang miskin

dan yang kaya. Di sini disebutkan bahwa masyarakat miskin pada tahun

1960-an meskipun sering elu-elukan sebagai masyarakat yang harus

diperjuangkan oleh pemerintah pada akhirnya mereka juga disia-siakan

guna kepentingan berbagai pihak. Seperti itulah gambaran dari dialog yang

diucapkan Mae.

Selain memiliki tema utama yang membicarakan kehidupan

masyarakat urban yang miskin, akibat kehidupan yang “gagal” di kota besar.

Drama Mega,mega ini juga menggambarkan bagaimana status sosial

golongan bawah dalam masyarakat dapat mempererat ikatan kekeluargaan

satu sama lain yang menganggap diri mereka sebagai satu seperjuangan

ditanah perantauan. Hal tersebut dapat digambarkan lewat tokoh Mae yang

4 Ibid.,h.1

5 Wawancara pada Embie C. Noer tentang drama Mega,mega karya Arifin C.Noer. bertempat di

depan Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta tanggal 31 Mei 2014.

Page 55: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

45

menggambarkan sebagai sosok orang tua yang memiliki perhatian dan kasih

sayang serta mengasuh anak-anaknya dan mengayomi mereka. Ia selalu

menasehati tokoh-tokoh lain untuk tidak melakukan sesuatu yang buruk atau

merugikan diri mereka sendiri meskipun sesungguhnya mereka bukan anak

kandung Mae, namun sosok Mae selalu memberikan nasehat dan kasih

sayangnya terhadap tokoh-tokoh lain selayaknya ibu kandung.

Retno : (memotong) Mae

Mae : Retno, Mae sayang sekali padamu. pada Hamung, pada

Tukijan, pada Koyal, pada Panut, dan pada siapa saja yang

menganggap Mae sebagai ibunya. Seperti juga Mae sangat sayang

pada Mas Ronggo. (diam) ia kena lahar. (diam) Retno, diam-diam

perasaan Mae remuk waktu Tukijan Pamit tadi pagi. Tambah lagi

Hamung dan Panut.

Retno : sudahlah Mae.

Hamung : ya, Mae. Retno akan tinggal di sini dan akan selalu

bersama Mae.

Mae : keinginan Mae memang begitu juga, tapi sebaliknya bagi

Retno…

Hamung :setidak-tidaknya dia tidak akan melupakan

Mae.(menguap)

Retno : Percayalah, Mae. Kami tak akan begitu saja melupakan

Mae. Kami juga menganggap diri kami sebagai putra-putri Mae

yang nakal-nakal. Bukan saja Panut dan Koyal yang nakal tapi

kami semua juga nakal-nakal. (tersenyum menghibur)dan

kenakalan kami tidak mengurangi cinta kami pada Mae.6

Pada kutipan tersebut, dapat terlihat bagaimana sosok Mae yang

menyayangi semua tokoh dan menganggap mereka anaknya sendiri. Hal ini

terlihat dari dialog Mae yang menyamakan sayangnya terhadap para tokoh

dengan suaminya yang telah meninggal. Selain itu, rasa sayang kepada Mae

juga ditunjukkan tokoh Hamung dan Retno yang mencoba mengalihkan

kesedihan Mae.

6 Ibid.,h.6

Page 56: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

46

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa

terkadang apa yang dapat dikatakan sebagai keluarga belum tentu mereka

yang memiliki hubungan darah, akan tetapi intensitas pertemuan yang lebih

intim, hubungan batin serta adanya timbal balik juga dapat dikatakan sebagai

kumpulan keluarga, selain itu hal yang lebih penting lagi adalah kesepakatan

masing-masing anggota yang menganggap satu sama lain sebagai saudara

atau keluarga. Hal tersebutlah yang dapat terlihat dalam kondisi masyarakat

drama Mega,mega karya Arifin ini.

b. Plot/ Alur

Cerita drama Mega,mega karya Arifin C.Noer sangat singkat, yakni

peristiwa terjadi hanya dalam kurun waktu satu malam saja akan tetapi alur

yang digunakan dalam drama Mega,mega karya Arifin C. Noer

menggunakan alur maju. Rangkaian peristiwa cerita yang ditampilkan

dimulai dari percakapan antara Mae dengan Retno di malam hari kemudian

ditutup dengan waktu fajar saat Mae mulai tertidur di bawah pohon beringin.

Tahapan alur tersebut akan dipaparkan sesuai pendapat Tasrif

dalam Nurgiantoro yang terbagi menjadi lima tahapan. Kelima tahapan alur

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tahap Situation

Tahap yang memberi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan

tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita dan

pemberian informasi awal yang berfungsi melandastumpui cerita yang

dikisahkan pada tahap berikutnya.

Tahap situasi dalam drama Mega,mega karya Arifin C.Noer ini

dimulai dari pembukaan bagian pertama. Pada tahap awal ini dibuka

dengan menceritakan dua tokoh wanita yang dimunculkan pertama kali,

yakni tokoh Mae dan Retno.

Page 57: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

47

Di Bawah Mega

Beberapa saat sebelum layar disingkapkan, kedengaran seorang

perempuan muda menyanyikan sebuah tembang jawa. Kemudian

penonton akan menyaksikan perempuan muda itu menyanyi

dengan gairah sekali. Ia berdiri dan bersandar pada batang

beringin yang tua berkeriput itu. Di antara jemari tangannya

terselip sebatang rokok kretek. Ia biasa dipanggil kawan-

kawannya dengan panggilan Retno.

Sementara itu di sebelahnya seorang perempuan tua bersandar.

Ia adalah seorang perempuan tua dengan bentuk bibir yang

selalu nampak tersenyum dan dengan kelopak matanya yang

biru. Senyum itu rupanya ditujukan pada suatu harapan yang

telah lama dinantikannya; tak kunjung tiba. Adapun malam yang

selalu ia isi dengan perhatian itu agaknya hanya memberikan

warna gelap pada sekeliling matanya. Ia biasa dipanggil Mae.7

Kutipan tersebut menggambarkan perbedaan yang terjadi di

antara dua tokoh wanita yang diceritakan, yaitu Retno dan Mae. Retno

digambarkan sebagai wanita muda yang masih bergairah, sedangkan Mae

merupakan sosok orang tua yang sedang menantikan sesuatu yang tak

kunjung datang. Situasi pun dimulai dari percakapan antara Mae dan

Retno yang membicarakan tentang mbarang dengan tidak saling

memandang satu sama lain.

Situasi selanjutnya terjadi saat kemunculan Panut. Ia datang

dengan berpura-pura bisu hingga membuat Mae panik. Akan tetapi

seketika Mae kesal setelah tahu ia dibohongi oleh Panut. Pada tahap

situasi ini beberapa tokoh mulai muncul, baik melalui dialog disertai

kemunculannya maupun melalui perantara dialog tokoh lain terlebih

dahulu. Seperti tokoh Tukijan dan Koyal, diketahui ada tokoh yang

bernama Tukijan dan Koyal melalui dialog tokoh Panut, Hamung, Retno

dan Mae yang membicarakan mereka sebelum kemunculannya.

7 Ibid., h.1

Page 58: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

48

2) Tahap Generation cicumstances

Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik kemudian

konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi

konflik-konflik pada tahap selanjutnya. Tahap pemunculan konflik yang

terjadi dalam drama Mega,mega karya Arifin adalah saat satu per satu

tokoh mulai mengetahui Tukijan menunda keberangkatannya ke

Sumatera.

Panut : siapa?

Mae : Tukijan. Pagi tadi ia naik kereta api ke Jakarta. Dari sana

nanti ia menyebrang ke Sumatrah.

Panut : mulut rusak! Baru saja saya lihat dia sedang nongkrong

dekat bioskop indra.

Mae : siapa?

Panut : Tukijan.

Mae : kau salah lihat pasti. Bukan Tukijan yang kudisan.

Tukijan yang bersih ganteng.

Panut : ya, Tukijan yang gandrung pada si Retno kemayu itu.

Mae : kau sngguh-sungguh?

Panut : Biar buta mata saya kalau saya bohong. Kemaren

Tukijan memang bilang begitu pada semua orang. Tadi saya

lihat sendiri ia sedang nongkrong dekat bioskop indra.8

Konflik mulai terlihat saat membicarakan Tukijan yang menunda

kepergiannya. Melalui kutipan di atas dapat terlihat kekecewaan Mae saat

mengetahui Tukijan tidak jadi pergi hari itu. Pada saat itu mulai

berjalannya program pemerintah yang menganjurkan warganya untuk

membuka lahan yang masih kosong di pulau-pulau tertentu salah satunya

Sumatera, untuk menanggulangi masalah padat penduduk. Selain itu

dengan program membuka lahan diharapkan masyarakat dapat

memanfaatkan lahan tersebut sehingga dapat memberikan pemenuhan

kehidupan yang lebih baik. Sama halnya dengan keinginan Mae, maka

kekecewaan Mae muncul karena Mae menginginkan agar Tukijan jadi

8 Ibid., h.9

Page 59: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

49

pergi dan memulai kehidupan yang lebih baik di tempat lain dan dapat

mengatasi kemiskinan yang sedang dialami.

Pada tahap ini pemunculan konflik juga ditunjukan melalui

dialog Hamung yang membicarakan Tukijan. Pada dialog ini Hamung

seolah meluapkan kekesalannya dengan Tukijan yang menunda

keberangkatan ke Sumatera.

Hamung : maunya kita sama-sama, tapi si Tukijan itu plintat-

plintut seperti orang banci. Saya kira dia sudah sedang tidur di

Senen dan niat saya pagi nanti akan menyusulnya. Setidaknya

saya tidak langsung ke Sumatera. Saya memang belum berniat

kesana. E, tahu-tahu, baru saja keluar dari Stasiun Tugu sore

tadi, keluar dengan karcis di tangan, nyelonong hidungnya.

Retno : hidung siapa?

Hamung : Tukijan.

Mae : betul, Retno. Panut juga bilang begitu.9

Keberangkatan Tukijan dianggap menjadi titik tolak di mana

akan dimulainya kehidupan untuk memperbaiki kemiskinan yang mereka

alami. Pemikiran Tukijan yang realistis serta kegigihannya mencoba

berjuang melawan kemiskinan merupakan salah satu contoh agar tokoh

lain mau melakukan hal yang sama dengan Tukijan. Begitupun Hamung

yang juga berniat akan pergi menyusul Tukijan demi mencari penghasilan

yang lebih baik.

3) Rising action

Tahap ini merupakan tahap peningkatan konflik di mana

peristiwa yang muncul sebelumnya semakin berkembang intensitasnya.

Cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik yang terjadi bisa

9 Ibid., h.19

Page 60: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

50

dari segi eksternal, internal maupun keduanya hingga mengarah ke

klimaks.

Peningkatan konflik terlihat setelah membicarakan Tukijan yang

menunda keberangkatannya. Hal tersebut terlihat melalui dialog Mae

dengan Retno, saat Mae mulai mencurahkan isi hatinya kepada Retno.

Retno : Mae tak usah khawatir. Saya tak akan meninggalkan

Mae.

Mae : semua akan meninggalkan Mae pada akhirnya. Suamiku

yang pertama pun berkata begitu dulu tapi akhirnya ia pun

mengusirku juga. Dan kemudian suamiku yang bernama Sutar

meninggalkan aku. Malah suamiku yang paling setia dan paling

tua pergi juga, dimakan gunung Merapi.

Retno : tidak, Mae. Saya juga sebatang kara saya juga tersia.

Sebab itu saya lebih senang dengan Mae. Berkumpul sangat

membantu mengurangi kesusahan.

Mae : tidak. Kau tidak tersia, kau masih muda. Belum masanya

kau berputus asa. Sekiranya kau menurut nasehat Mae dan tak

usah menjadi…10

Kutipan tersebut menunjukan tahap situasi mulai terasa rumit,

baik dari segi keadaan maupun perasaan yang sedang dirasakan tiap

tokoh. Masing-masing tokoh mulai dihadapkan dengan situasi yang

mengharuskan mereka menerima keadaan yang tidak mereka inginkan.

Mereka harus rela jauh dengan orang-orang yang mereka sayangi demi

mencari kehidupan yang lebih baik agar dapat keluar dari kemiskinan.

Selain itu, Mae juga berusaha memberi nasehat pada Retno bahwa orang

yang lebih muda sudah seharusnya bisa mendapatkan kebahagiaan yang

selayaknya. Orang muda juga sudah seharusnya menggunakan

kemampuannya untuk mewujudkan impian-impiannya agar mendapatkan

kehidupan yang lebih baik.

10

Ibid., h.25-26

Page 61: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

51

4) Climax

Pada tahap ini konflik yang telah terjadi pada tokoh cerita

mencapai titik intensitas puncaknya. Klimaks sebuah cerita akan dialami

oleh totoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita

terjadinya konflik utama.

Mae yang merupakan tokoh utama yang utama, pada tahapan ini

sedang mengalami konflik batin dengan keadaan yang harus ia hadapi.

Gejolak perubahan sikap Mae pun terlihat di sini.

Mae : Ya, saya harap begitu. Saya harus merebutnya. Oh, saya

tiba-tiba takut sekali. Hamung sebentar lagi pergi. Sebentar lagi.

Semuanya akan kembali sepi. Kenapa jantung saya? Saya

gemetar sekali.

Pluit kereta api sayup-sayup

Mae : (sekonyong-konyong menubruk dan memeluk Tukijan)

Jan!(dalam isak) Jan. kenapa sama sekali kau tak punya rasa

terimakasih?...Kau tak melihat saya dalam memandang saya.

Sebab itu kau gampang saja akan tinggalkan ibumu sendiri di

alun-alun ini, di tanah bebas yang tak bebas ini.(melepaskan diri

dari Tukijan dan duduk menunduk) kalau saya muda pasti saya

tak akan mengucapkan kata-kata ini.

Hamung, sekalipun cintamu samar-samar tapi pasti

kepergianmu nanti akan melengkapi kesepian saya. (setelah

mengosongkan dirinya) tapi sebagai orang tua, sebagai seorang

ibu yang tabah tentu saja saya harus melepaskan kalian berdua

dengan doa restu, dan saya akan menyertai kepergian kalian

dengan keprihatinan saya.11

Kesedihan Mae yang merupakan sosok wanita tua tidak

terbendung lagi ditahapan ini. Satu sisi Mae merasa sedih karena akan

ditinggalkan anak-anaknya, namun di sisi lain Mae harus mencoba

menerima apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Hal yang ditunggu-

tunggu Mae di masa tuanya yaitu mengharapkan orang-orang yang ia

11

Ibid., h.103

Page 62: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

52

kasihi dapat berkumpul dan dapat menemaninya. Ia tidak lagi

menginginkan hidup sendirian dan tentunya saat anak-anaknya pergi ia

akan merindukan sikap menghargai para tokoh terhadap dirinya sebagai

lambang bahwa ia merupakan sosok yang dituakan dalam keluarga

tersebut.

5) Tahap Denouement

Pada tahap ini konflik yang telah mancapai klimaks diberi jalan

keluar dan cerita diakhiri. Mae yang sejak awal tidak siap ditinggal

sendirian oleh anak-anaknya, kini mulai melepaskan egonya dan

memberikan izin Retno untuk pergi bersama Tukijan.

Mae : kau memang anak perempuan saya. Kau cantik dan baik

budi. Itulah yang sebenarnya. Sayang, kau sendiri tak tahu.

(diam) sekarang sebagai anak yang baik turutlah apa kata Mae:

pergilah dengan Tukijan.

Retno : (menangis dan memeluk) Tidak, Mae. Saya tidak bisa.

Mae : tentu kau tidak bisa. Dan siapa ynag suka akan ajal?Tidak

ada. Tapi siapa yang bisa menolaknya? Juga tidak ada. Dan

apakah kau mengira Mae mengharap kau pergi meninggalkan

Mae? (Retno menggeleng-geleng kepala) tidak, bukan? Mae

juga tidak mau kau tinggalkan…tapi apakah kau berpikir Mae

juga ingin mempertahankan kau tetap di sini terus menjual

diri?.12

Pada tahap sebelumnya Mae mengalami kegelisahan dengan

dirinya sendiri untuk menahan Retno agar tidak pergi, namun dilain sisi

Mae harus merelakan kepergian Retno demi masa depannya. Pada tahap

inilah sikap Mae terlihat mulai mengosongkan dirinya untuk dapat

kembali berpikir realistis bahwa suatu saat orang yang datang pasti

dikemudian hari akan pergi juga, seperti halnya kehidupan manusia yang

suatu saat akan mati.

12

Ibid., h.119

Page 63: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

53

c. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan dua unsur yang saling

berkaitan, sebab melalui dua unsur tersebut dapat diketahui bagaimana

peranan tiap tokoh dalam setiap cerita. Tokoh biasanya ditandai dengan

nama sedangkan penokohan atau karakter biasanya ditandai dengan sikap

dan watak. Terdapat enam tokoh dalam cerita drama Mega,mega karya

Arifin C. Noer ini yaitu: Mae, Retno, Panut, Hamung, Koyal, Tukijan

serta beberapa tokoh yang hanya disebutkan namanya saja oleh keenam

tokoh tersebut, akan tetapi tidak ditampilkan bagaimana karakter mereka

dalam tiap cerita. Tokoh tersebut diantaranya adalah Pemuda, Abah toko

Kim Sin, Penjaga warung, pemilik bioskop Indra, penjual jeruk dan

penyewa kuda.

Keenam tokoh pada kelompok pertama merupakan tokoh yang

mempengaruhi jalannya cerita dalam drama Mega,mega. Masing-masing

tokoh dari keenam tokoh tersebut memiliki peranan yang berbeda serta

karakter yang kuat dalam setiap cerita yang ditampilkan. Selain itu,

karakter dari masing-masing tokoh merupakan salah satu hal yang

memperkuat jalannya cerita disetiap babaknya. Inilah yang membuat

drama Mega,mega karya Arifin menarik.

Berdasarkan peran dan pentingnya seorang tokoh dalam cerita

secara keseluruhan, tokoh dibedakan ke dalam tokoh utama; tokoh utama

yang utama dan tokoh utama tambahan serta tokoh tambahan; tokoh

tambahan utama dan tokoh tambahan yang tambahan.

1) Mae

Dilihat dari awal kemunculannya tokoh Mae masuk ke dalam

tokoh utama yang utama. Sebab tema-tema yang ingin disampaikan

banyak terlihat melalui dialog Mae pada setiap peristiwa. Selain itu

peristiwa yang dialami Mae disampaikan secara tuntas. Dimulai dari

Page 64: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

54

pengenalan dirinya secara narasi diawal cerita sekaligus sebagai pembuka

cerita, hingga peristiwa-peristiwa yang dialami Mae menciptakan

pergolakan batin kemudian cerita ditutup dengan peristiwa yang dialami

tokoh Mae.

Makna kata “Mae” berasal dari bahasa Jawa memiliki makna

sebagai seorang ibu. Berdasarkan makna tersebut karakter tokoh Mae

dalam drama Mega,mega karya Arifin memiliki sifat mengayomi,

penyayang, dan pasrah atau nrimo (konsep masyarakat Jawa untuk

menerima dengan lapang dada menghadapi apa yang terjadi). Namun

dilain sisi tokoh Mae memiliki sebuah harapan dalam menjalani sisa

hidupnya sebagai orang tua. Harapan-harapan tersebut ingin ia dapatkan

melalui para tokoh yang sudah ia anggap sebagai anaknya.

Tokoh Mae merupakan representasi sosok ibu (orang tua) yang

merawat dan mengasuh anak-anaknya. Mulai dari tokoh Retno, Koyal,

Panut, Hamung hingga Tukijan, Mae selalu mengajarkan mengenai baik

dan buruk. Selai itu melalui keberadaan para tokoh yang sudah Mae

anggap sebagai anak, Mae pun memiliki harapan-harapan dan ia berharap

anak-anaknya dapat mewujudkannya.

Mae : apa kata Mae? Nguli saja, nguli saja. kau nekat coba-

coba nyopet. Nguli lebih baik dari apapun yang dapat kau

lakukan. Mae juga ingin nguli saja kalau ada orang yang

suka…percayalah Panut. Kalau nguli kau bisa merasa senang.

Panut : saya tidak akan mencopet lagi.

Mae : nah, itu baik sekali. Mae percaya kau memang anak yang

baik…13

Memiliki kesamaan nasib sebagai orang-orang yang tinggal di

perantauan dalam keadaan ekonomi yang tergolong rendah membuat

13

Ibid., h.7

Page 65: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

55

mereka dekat satu sama lain. Melalui dialog di atas menggambarkan

tokoh Mae yang menginginkan Panut untuk melakukan pekerjaan yang

lebih baik daripada mencopet. Layaknya seorang ibu, Mae menganggap

anaknya orang-orang yang baik. Hal tersebut terlihat pada dialog Mae

yang mengatakan “Mae percaya kau memang anak yang baik”.14

Secara

psikologis jika seseorang dikatakan sebagai orang baik maka otaknya

akan merespon bahwa dirinya memang orang baik sehingga tingkah laku

yang dilakukan cenderung ke hal yang baik-baik begitupun sebaliknya.

Tujuan dari upacan Mae tidak lain agar Panut mau melalukan pekerjaan

yang baik sehingga ia akan senang dan mendapat kepuasan tersendiri saat

mendapatkan hasilnya.

Mae: (makin reda tangisnya) Saya kesepian. Saya sungguh-

sungguh kesepian sebagai perempuan. Tidak itu saja. bahkan

saya sangat kesepian sebagai manusia. Sampai-sampai saya

sangsi pada diri saya sendiri. sampai-sampai saya tidak tahu

lagi di mana saya ini berada. Betul-betul seperti mimpi. Mimpi

yang sangat buruk. Kalau sampai pada temapt itu alangkah

ngerinya. Saya tidak lagi dapat melihat apa-apa. Saya mulai

menyangsikan semuanya. Saya sangsi apakah saya ada atau

tidak ada…segala yang hidup disibuki oleh tugas kewajibannya

masing-masing. Tapi saya…perempuan kertas yang dipinjami

nyawa Cuma. Tersia dan disingkirkan.15

Melalui dialog ini sisi sensitif Mae sebagai seorang perempuan

mulai terlihat. Mae yang tidak memiliki anak dan keluarga merasa

kesepian, ia menganggap bahwa dirinya tidak memiliki arti apa-apa

dalam kehidupannya sendiri. Seorang wanita normal akan merasa lebih

berharga sebagai seorang wanita jika ia bisa melahirkan seorang anak

dalam menjalani sebuah kehidupan berkeluarga, akan tetapi sosok Mae

yang mandul menganggap dirinya tidak memiliki makna karena tidak

14

Ibid., 15

Ibid., h.19

Page 66: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

56

dapat melahirkan anak hingga masa tua. Meskipun ia menganggap para

tokoh adalah anaknya namun, pada kenyataannya yang melahirkan

mereka bukan Mae.

Mae :(sekonyong-kongong) menubruk dan memeluk Tukijan.

Jan!(dalam isak) Jan. (dalam isak)kenapa sama sekali kau tak

punya rasa terimakasih ? tapi siapa yang memilikinya? Tapi kau

anakku…sebab itu kau gampang saja kau tinggalkan ibumu

sendiri di alun-alun ini, di tanah bebas yang tidak bebas

ini…kalau saya muda pasti saya tak akan mengucapkan kata-

kata itu…16

Pada dialog ini semakin terlihat bagaimana sikap Mae di tengah

keberadaan para tokoh. Mae merupakan sosok orang tua yang mengayomi

para tokoh yang lebih muda, seolah-olah mulai ingin memetik buahnya.

Mae yang tidak bisa memiliki anak dan menganggap mereka anaknya

mulai menunjukan rasa ingin dihormati oleh para tokoh. Meskipun Mae

mengasuh mereka dengan kasih sayang yang ia berikan, namun tidak

dipungkiri sebagai seorang ibu(orang tua) ia tetap menginginkan rasa

hormat para tokoh terhadapnya seperti halnya seorang anak yang

mengormati ibunya.

Mae : tentu kau tidak bisa. Dan siapa yang suka akan ajal? tidak

ada. Tapi siapa yang bisa menolaknya? Juga tidak ada. Dan

apakah kau mengira Mae mengharap kau pergi meninggalkan

Mae? (Retno menggelang kepala) Tidak, bukan? Mae juga tidak

mau kau tinggalkan. Mae sangat mencintai kau lantaran kau

anak perempuanku satu-satunya. Kalau kau pergi Mae tidak

akan pernah mempunyai nak secantik dan sebaik kau lagi. Tapi

apakah kau berpikir Mae akan mempertahankanmu tetap di sini

dan terus menjual diri?.17

Pada tahapan peristiwa ini Mae mulai mencoba untuk bisa

bersikap menerima apa yang terjadi, meskipun yang terjadi itu sesuatu

16

Ibid., h.103 17

Ibid., h. 119-120

Page 67: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

57

yang tidak ia inginkan. Pada peristiwa ini terlihat bagaimana sikap Mae

yang mulai kembali menginginkan Retno untuk mendapatkan kehidupan

yang lebih baik. Meskipun sebelumnya Mae pernah merasa ketakutan

akan ditinggalkan, namun ditahapan ini Mae mulai menghilangkan

egonya. Secara tidak langsung Mae juga mengajarkan Retno untuk dapat

berbuat sesuatu yang lebih baik meskipun pada awalnya itu sulit. Seperti

halnya berhenti menjadi seorang pelacur.

Mae : Gusti pangeran. (anaknya bangun) Kau bangun, sayang.

Kau tertawa, sayang. (memainkan anak itu) Nah, cah bagus.

Kita tak pernah mendapatkan tapi selalu merasa kehilangan.

(memejamkan mata) tak ada. Sama saja.—Gustiku Cuma kita

berdua.18

Tahapan terakhir ini adalah peristiwa di mana Mae benar-benar

sudah sendirian. Hamung, Tukijan dan Retno pergi ke perantauan, Panut

pergi, dan Koyal semakin menggila. Peristiwa ini merupakan penutup

cerita yang menggambarkan kesendirian tokoh Mae. Hingga tahap akhir

ini sosok Mae digambarkan seolah-olah masih mengharapkan sesuatu,

namun harapan itu tetap menjadi harapan yang belum terwujud.

2) Koyal

Koyal adalah salah satu tokoh yang memiliki kebiasaan

berkhayal serta memiliki ambisi untuk mendapatkan uang banyak. Di

antara keenam tokoh hanya Koyal yang merupakan tokoh gila. Ia tidak

lagi berpikir rasional, melainkan dengan khayalan-khayalan untuk

memenuhi kepuasan keinginannya. Tokoh Koyal dalam drama

Mega,mega merupakan representasi orang yang mengukur segala

sesuatunya dengan uang. Ia memiliki ambisi untuk menjadi kaya raya

secara instan. Koyal sama sekali tidak memikirkan bagaimana proses

untuk mencapai sebuah keberhasilan.

18

Ibid., h.123

Page 68: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

58

Tokoh Koyal dalam drama Mega,mega merupakan tokoh utama

tambahan dalam peristiwa ditiap bagian, terutama dibabak kedua tokoh

Koyal memegang peranan penting dalam menjalankan seluruh peristiwa

dan kejadian. Koyal dapat mengendalikan seluruh kegiatan para tokoh

lain untuk mengikuti apa yang ia kehendaki. Pada babak kedua juga ia

menjadi poros dan mengontrol terlaksananya seluruh aktifitas para tokoh

untuk ikut dalam permainan yang seolah-olah nyata.

Meskipun seluruh tokoh memiliki andil yang cukup besar dalam

berlangsungnya setiap peristiwa, akan tetapi tokoh Koyal menjadi fokus

cerita setelah tokoh Mae. Dalam drama, Koyal merupakan tokoh yang

dominan karena tahapan peristiwa yang dialami Koyal diceritakan secara

tuntas. Berawal dari dialog para tokoh yang membicarakan kegilaan

Koyal untuk mendapatkan uang, lalu Koyal datang dengan membawa

sobekan koran yang terpasang dimuka gedung Agung dan lembaran lotre

yang telah ia beli hingga seluruh tokoh masuk dan turut andil dalam

khayalan Koyal yang memenangkan lotre. Klimaksnya saat Koyal

dipukul Tukijan karena cemburu dan diakhiri dengan kegilaan Koyal

yang merasa kepalanya dipukul beberapa orang hingga berdarah.

Selain rangkaian peristiwa yang dialami Koyal disampaikan

secara tuntas. Koyal juga menjadi tokoh yang menggambarkan isi dari

judul Mega,mega itu sendiri, yakni uang menjadi sesuatu yang samar-

samar dan sulit digapai. Penyampaian tersebut terlihat melalui dialog

Koyal maupun sifat yang dimiliki Koyal. Tahapan-tahapan peristiwa yang

dialami Koyal dapat dilihat melalui kutipan dialog berikut ini:

Mae : memang. Biasanya Koyal terus saja nyelonong kalau kita

sedang asyik-asyikmya ngobrol.

Hamung : yakin saya. Dia bisa gila. setengah mati ia ingin jadi

orang kaya.

Panut : impiannya selangit.

Page 69: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

59

Hamung : lucunya dia cuma ingin punya uang bertumpuk. Tapi

sintingnya sedikit pun ia tidak mau bekerja. Ia Cuma ngemis.19

Melalui dialog tersebut dapat kita ketahui karakter tokoh Koyal

terlebih dahulu sebelum ia dimunculkan sosoknya. Pada kutipan tersebut

juga terlihat bagaimana respon para tokoh terhadap keinginan Koyal

untuk menjadi orang kaya.

Koyal : Betul! Malam berkah melimpah. (tertawa menang)

Lihatlah kedua tanganku. Ditangan kiri: lembaran lotre.

Ditangan kanan sobekan koran! Kalian tahu? Aku telah

menyobek koran yang terpasang di muka gedung Agung. Aku

terlalu girang. Aku sobek saja koran itu tak peduli!(tertawa).

Retno dan Hamung : (hampir bersamaan)kau menang?

Koyal : (tersenyum bangga)Hampir!

Retno : Ha?.20

Pada tahapan ini, peristiwa yang dialami Koyal berawal dari

kedatangan Koyal ke warung Mae yang merupakan tempat berkumpulnya

para tokoh. Pada dialog tersebut menggambarkan bahwa tokoh Koyal

tidak dapat mengontrol luapan emosinya saat mengetahui dirinya hampir

menang lotre hingga menyobek koran yang terpasang di gedung Agung.

Peristiwa yang terjadi melalui dialog tersebut tentunya membuat Hamung

dan Retno merasa heran dengan kelakuan Koyal dan dianggap mereka

semakin menggila. Melalui dialog di atas juga dapat terlihat bagaimana

sikap Koyal yang masa bodoh terhadap anggapan orang-orang sekitar

terhadap kegilaannya.

Kutipan selanjutnya adalah menceritakan percapakan Koyal

bersama Hamung yang menceritakan bahwa Koyal „hampir‟ menang

lotre. Meskipun baru hampir menang, akan tetapi kegilaan Koyal semakin

19

Ibid., h.23 20

Ibid., h. 28

Page 70: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

60

bertambah hingga datang ke ahli nujum dan mempercayai bahwa sebentar

lagi dirinya akan menang lotre.

Koyal : Kau lihat, Mung. Pada koran ini tertulis: “Hadiah

seratus juta jatuh pada nomer 432480, Solo”, sedangkan

punyaku 432488. Ha, beda satu,‟kan? (tertawa senang) Hampir

aku menang. Betul tidak?...

Koyal : tak ambil pusing aku. Yang terang aku hampir

menang. Artinya tak lama lagi aku pasti menang. Kau

lihat, Mung. (menunjukan lot yang lain)Nih, aku sudah

beli lagi. Tidak cuma itu malah. Barusan aku tanya pada

tukang nujum. Burung gladik yang cerdik itupun

menjajikan kemenangan itu. satu kartu dengan gambar

bunga mawar, satu kartu dengan gambar sapi, satu kartu

dengan gambar rumah. Kau mesti tidak percaya?.21

Kutipan dialog Koyal pada drama Mega,mega di atas

menunjukan sifat Koyal yang beranggapan untuk menjadi kaya

atau berhasil hanya membutuhkan angan-angan yang tinggi dan

jalan pintas dengan meyakini ahli nujum yang belum tentu

kebenarannya. Sifat Koyal yang seperti itu dapat dikatakan tidak

meggunakan rasionalitas dalam bertindak, sebab Koyal merupakan

tokoh yang sudah gila. Suatu tindakan dikatakan rasional apabila

tindakan itu dimaksudkan secara sadar untuk mencapai tujuan

tertentu dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya tujuan-

tujuan yang lain dan alat atau cara yang dianggap paling efisien

dan efektif untuk mencapai tujuan.22

Sedangkan tindakan Koyal

dianggap tidak rasional sebab tidak ada pertimbangan tentang

kemungkinan yang akan ia hadapi bahwa ia sebenarnya belum

menang lotre.

21

Ibid., h. 28 22

Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 31.

Page 71: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

61

Kutipan selanjutnya adalah percakapan Koyal yang

menceritakan khayalannya kepada Hamung jika ia menang lotre.

Dalam percakapan ini Koyal menjadi bahan lelucon Hamung

bersama Retno saat mendengarkan percakapan Koyal yang tidak

masuk akal, akan tetapi Koyal tidak menghiraukannya dan semakin

tenggelam dalam khayalannya sendiri.

Koyal : (tidak peduli) Lalu saya pikir saya harus punya

banyak uang dulu. Malah akhir-akhir saya mencintai

uang. Mengapa tidak? Saya telah melihat rumah yang

bagus-bagus. Saya telah melihat mobil yang bagus-bagus.

Saya telah melihat segala apa saja yang hanya didapat

dengan uang. Lalu

Hamung :…….ngemis (tertawa bersama Retno)

Koyal : lalu saya mengumpulkan uang. Tapi pasti terlalu lama.

Lalu saya belikan lotre. Dan baru saja saya hampir menang.

(tertawa) tandanya tidak lama lagi saya akan menang. Dan

kalau saya menang dan menang…..dan menang lagi…oh uang

saya bertumpuk setinggi merapi…..23

Berdasarkan kutipan dialog di atas terlihat bahwa tokoh Koyal

beranggapan untuk menjadi sukses hanya dibutuhkan jalan pintas tanpa

mementingkan proses. Berdasarkan dialog di atas juga dapat

menggambarkan bahwa Koyal merupakan seorang yang malas untuk

berusaha keras. Ia hanya mengkhayalkan lotre yang sebenarnya hanya

membohongi dirinya sendiri. Ia selalu berkhayal bahwa dirinya

memenangkan lotre dan ia menjadi orang yang disegani padahal pada

kenyataannya ia belum memenangkan lotre. Kemalasannya untuk

mencari pekerjaan yang layak dan tidak mau berpikir maju itulah yang

menyebabkan ia tidak dapat bangkit dari kemiskinan.

23

Arifin C.Noer, Op.Cit., h.35

Page 72: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

62

Jika dilihat dari segi bahasa Jawa, makna kata Koyal

disandingkan dengan kata Royal memiliki arti orang yang suka

bermegah-megahan atau berhura-hura, menyukai sesuatu yang lebih

besar dari hal lain. Mengacu pada makna tersebut, maka dapat dikatakan

makna nama Koyal sendiri mencerminkan orang yang royal atau suka

berlebih-lebihan, serta mengukur segala sesuatunya dengan uang. Ia

beranggapan bahwa bahagia itu dengan menjadi orang kaya, akan tetapi

khayalan yang ia lakukan sudah di luar batas kewajaran dan tentunya

tidak sesuai dengan realitas kehidupan Koyal sendiri yang merupakan

seorang pengemis, malas bekerja, dan gila.

Dilihat dari cara Koyal menyikapi kehidupan juga tidak terlepas

dari latar belakang sosial pendidikan. Ia yang tidak mengecam bangku

sekolah sehingga tidak dapat berpikir sebagaimana mestinya untuk dapat

bertahan hidup dengan layak, tentunya dengan pekerjaan yang lebih baik

daripada seorang pengemis. Serta dapat dikatakan pula Koyal adalah

salah satu korban dari meningkatnya jumlah penduduk yang

mengakibatkan bertambahnya masyarakat tuna karya yang menyebabkan

kerawanan sosial salah satunya menjadi pengemis.

Mae : (setelah meraba) Tidak ada.

Koyal : Tadi ada. (tiba-tiba) Mae! Mereka mengejar

saya!mereka mengejar saya!

Mae : mana mereka? Mana?

Koyal : Mereka!Mereka datang!mereka!Mae!Masing-masing

membawa kayu sangat besar. Tolong, Mae. Tolong! Kayu itu

sangat besar!.24

Pada tahapan akhir, perilaku Koyal yang meggambarkan sebagai

orang gila tidak berubah. Ia tetap menjadi orang gila yang

24

Ibid., h. 123

Page 73: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

63

mengkhayalkan uang dengan mengatakan bahwa ia akan diberi upah jika

ia menyobek koran di mading gedung. Akan tetapi Koyal malah

mengatakan pada Mae ia dipukul oleh orang yang menyuruhnya. Padahal

pada peristiwa sebelumnya saat Tukijan menyobek lot lotre Koyal,

Tukijan mengharapkan agar Koyal dapat sembuh. Berdasarkan jalannya

peristiwa tersebut menunjukan bahwa tokoh Koyal merupakan tokoh

yang tidak bisa disembuhkan dari kegilaannya terhadap uang.

3) Tukijan

Arifin menempatkan tokoh Tukijan dalam drama Mega,mega

sangat berbeda dengan Koyal. Berdasarkan rangkaian peristiwa yang

terjadi dalam drama ini Tukijan masuk ke dalam tokoh tambahan yang

utama, sebab kehadiran Tukijan disetiap peristiwa berpengaruh terhadap

tokoh-tokoh utama, yakni Mae dan Koyal. Bersama tokoh Mae, Tukijan

merupakan salah satu tokoh yang bisa membuat pergolakan batin pada

tokoh Mae, sedangkan dengan Koyal ia merupakan tokoh yang sangat

bertolak belakang dengan sifat Koyal.

Tukijan merupakan tokoh yang memiliki pemikiran realistis

dalam menyikapi hidup dan optimis menjalaninya. Ia lebih percaya

bahwa kesuksesan dapat diraih dengan cara bekerja keras. Peristiwa yang

menggambarkan watak Tukijan tersebut dapat dilihat dalam kutipan

dialognya bersama Retno di bawah ini:

Tukijan : impian itu meski diwujudkan,barulah ada artinya.

Retno : (Cuma memandang laki-laki itu. itupun Cuma beberapa

saat)

Tukijan :Saya juga tidak suka menjanjikan apa-apa. Semua

masih bakal. Yang saya miliki hanya kemauan. Dan lagi kita

hanya mendengar bahwa tanah di seberang penuh kekayaan

yang masih terpendam. Sangat luas. Segalanya masih

Page 74: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

64

terpendam. Segalanya. Di dalam tanah dan di dalam diri kita.

Kalau kita sungguh-sungguh menghendaki, kita harus

mengangkatnya kepermukaan hidup kita. Saya kira begitu.25

Dari dialog tersebut terlihat bagaimana pemikiran Tukijan

menilai sebuah kehiduapan yang penuh dengan impian. Akan tetapi

impian tersebut tidak akan memiliki arti apabila tidak dapat

merealisasikannya. Sedangkan impian Tukijan adalah ingin memiliki

tanah, namun di sisi lain ia juga ingin memperistri Retno maka iapun

mencoba membujuk Retno melalui dialog di atas. Selain itu Tukijan juga

mempercayai bahwa baik harta maupun kesuksesan dalam bentuk lain

dapat dicapai oleh siapapun, asalkan orang tersebut mau untuk berusaha

keras dan percaya bahwa apa yang menjadi impian semua orang dapat

diwujudkan melalui proses yang tidak singkat.

Tokoh Tukijan merupakan tokoh yang sangat bertolak belakang

(berlawanan) dengan tokoh utama tambahan, yakni Koyal. Setiap tahapan

peristiwa yang dialami tokoh Tukijan sering terlihat bahwa ia tidak suka

dengan kegilaan Koyal. Tahapan peristiwa yang menunjukan adanya

pertentangan antara keduanya dapat terlihat melalui kutipan dialog di

bawah ini:

Koyal : Jan.

Tukijan : (sekonyong meletus) Diam anjing!

Koyal : Tentu aku akan diam nanti setelah kau bilang aku

menang.

Koyal : Jan, tolong. Tolonglah. Katakan aku menang lotre.

Tukijan : diam tidak?.26

Dari kelima tokoh hanya Tukijan yang menolak untuk

mengucapkan bahwa Koyal menang lotre, maka dapat terlihat bagaimana

Tukijan menanggapi khayalan Koyal dengan sinis. Ia ingin meyadarkan

25

Ibid., h. 41 26

Ibid., h. 46

Page 75: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

65

Koyal, akan tetapi Koyal sudah masuk terlalu dalam kedalam

kegilaannya untuk berkhayal.

Tukijan : kalau begitu mari ramai-ramai kita bakar saja

kerajaan ini

Koyal : (murka) mau berontak?

Mae : (semangat) pemberontakan?

Hamung : pemberontakan?

Retno : pemberontakan?

Tukijan : (meledak) cape! Kita nanti jadi sinting semua!.27

Pada babak dua meskipun tokoh Koyal berperan sebagai sentral

yang mengendalikan cerita, akan tetapi dengan kehadiran Tukijan semua

yang dikhayalkan Koyal terganggu oleh pendapatnya. Tukijan tidak

mudah masuk ke dalam khayalan yang Koyal ciptakan seperti halnya

tokoh lain. Berbeda dengan babak kedua, peritiwa yang terjadi pada awal

babak ketiga ini adalah perkelahian Koyal dengan Tujikan saat Koyal

ingin memegang betis Retno.

Peristiwa selanjutnya yang menunjukan bahwa Tukijan sangat

bertentangan dengan Koyal yaitu saat Tukijan menyobek seluruh lot lotre

milik Koyal. Peristiwa tersebut dapat terlihat dalam kutipan berikut:

Tukijan : kau ingin menang?

Koyal : yang banyak.

Tukijan : kau bisa mendapatkannya lebih banyak tanpa kertas

ini.

Koyal : kali ini saya pasti menang.

Tukijan : saya kira kau akan sembuh kalau saya berani

melakukan sesuatu. betul kau ingin uang banyak?

Koyal : betul.

27

Ibid., h. 85

Page 76: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

66

Tukijan : pasti suatu ketika kau akan menjadi orang kaya, kaya

harta dan kaya segalanya. (disobeknya lot itu).

Koyal : (jangan) Mae, dia menyobek uang saya.28

Kutipan dialog di atas adalah percakapan Tukijan dengan Koyal

setelah peristiwa pemukulan Koyal oleh Tukijan. Pada peristiwa ini

Tukijan mencoba menasehati Koyal agar tidak hidup dalam khayalan

yang menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam sesuatu yang tidak nyata.

Pada tahapan peristiwa ini Tukijan mencoba menyadarkan Koyal dari

kegilaannya terhadap uang. Tukijan menginginkan agar Koyal dapat

berpikir realistis bahwa untuk mendaptkan uang dibutuhkan usaha yang

besar.

Berdasarkan rangkaian peristiwa pada tokoh Tukijan, maka

sangat terlihat bahwa tokoh yang bertolak belakang dengan pemikiran

tokoh Koyal yaitu Tukijan. Sedangkan berdasarkan nama Jawa yang

digunakan pada nama Tukijan terdiri dari dua suku kata yakni tuk dan jan

yang mendapat sisipan fonem i. Tuk memiliki makna „sumber atau mata

air‟, dan jan memiliki makna „(walah-walah bermakna kagum) di luar

pemikiran awal atau di luar kewajaran pada umumnya‟. Mengacu pada

makna tersebut tokoh Tukijan memiliki arti seseorang yang memiliki

sumber pemikiran yang positif terhadap kehidupan yang ia jalani. Selain

rangkaian peristiwa yang terjadi pada Tokoh Tukijan, makna nama

Tukijan pula sangat berpengaruh terhadap karakter yang dihadirkan pada

tokoh Tukijan.

Tukijan merupakan salah satu gambaran masyarakat urban

miskin namun memiliki tekad kuat untuk bekerja. Watak keras dan ulet

yang dimiliki Tukijan pula yang mendorong keinginannya untuk dapat

hidup lebih baik dan layak. Ia salah satu orang yang tidak mengenal kata

28

Ibid., h. 98

Page 77: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

67

menyerah dalam mewujudkan impiannya. Keinginan Tukijan adalah bisa

memiliki sebidang tanah dan mendapatkan Retno sebagai seorang istri.

Hingga tahapan akhir cerita tetap memperlihatkan konsistensi

sikap Tukijan sebagai tokoh yang teguh pendirinya terhadap apa yang dia

inginkan sejak awal. Pada akhirnya sikap konsisten Tukijan pun dapat

menghantarkan kepada terwujudnya impian-impian yang telah ia susun

sejak awal, meskipun dalam pencapaian tersebut tidak berjalan mulus.

Tokoh Tukijan juga dihadirkan Arifin untuk tetap menjadi tokoh yang

konsisten dalam menjalani hidup secara realistis dari awal cerita hingga

akhir.

4) Retno

Berbeda dengan tokoh Mae yang keibuan dan pasrah. Retno

cenderung lebih sinis dalam menghadapi hidup. Sikap sinisnya terlihat

melalui setiap peristiwa yang ia hadapi. Retno cenderung menunjukan

amarahnya disetiap peristiwa. Hal tersebut disebabkan oleh

kekecewaannya terhadap masa lalunya. Ia memiliki kenangan buruk

terhadap rumah tangganya dan itu yang membuat hidupnya penuh dengan

rasa penyesalan akan kematian anaknya yang masih kecil. Hingga

akhirnya ia memilih untuk menjalani hidupnya sebagai seorang pelacur.

Berdasarkan peristiwa yang terjadi, tokoh Retno masuk ke dalam

tokoh tambahan yang utama. Retno merupakan salah satu tokoh yang

memiliki pengaruh terhadap rangkaian peristiwa yang terjadi kepada

Mae, sebab mereka memiliki kedekatan karena sama-sama seorang

perempuan yang hidup sendiri dan harus berjuang untuk menghidupi

dirinya.

Retno : Banci sinting, banci sinting, banci sinting! Uuuuu!

(meludah) pasti mahasiswa dia. Nafsu melimpah uang serupiah.

Page 78: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

68

Panut : ngaku santri lagi.

Retno : tahu saya. Kita sering lihat dia lewat. Rumahnya pasti

dekat rumah Haji Bilal. Kalau saya sedang mencuci ia selalu

lewat. Kalau siang ia buang mukanya jauh-jauh dari

saya(meludah). Tapi kalau malam naik turun nafsunya melihat

kecantikan saya. (tertawa) besok malam saya peluk dia dari

belakang (meludah) pura-pura.29

Dialog tersebut menunjukan bagaimana Retno bersikap tiap

harinya. Pekerjaannya sebagai seorang pelacur membuatnya bicara secara

blak-blakan meski ia seorang perempuan. Selain itu Retno cenderung

terlihat lebih menggunakan emosi dalam setiap peristiwa yang terjadi.

Retno :sejak gadis dulu aku mengidamkan dapat melahirkan

anak laki-laki. Anak itu laki-laki dengan mata yang teduh seperti

kolam. Hatiku selalu bergetaran menyanyi setiap kali bertemu

dengan mata itu. tapi makin lama mata itu makin kering sembab

bapaknya tidak pernah melakukan apa-apa. Suatu ketika aku

sakit. (lama diam) Anak itu sakit. Kelaparan. Ia mati. Sejak itu

aku hampir gila oleh perasan kecewa dan sesal. (diam) suatu

hari suamiku pulang setelah menuntaskan bergelas-gelas arak.

Bukan main aku marah. Dan sekonyong nasib turut campur.

Rumah itu terbakar. (gerahamnya merapat ketat) Setan!

Setan!.30

Kehadiran tokoh Retno dalam drama Mega,mega

merepresentasikan sosok wanita yang sinis, ia cenderung menggunakan

emosi dan mudah meluapkan perasaannya menanggapi peristiwa yang

terjadi baik pada dirinya sendiri maupun di lingkungannya. Namun di sisi

lain Retno merupakan tokoh yang mewakili sosok wanita yang tegar dan

tangguh menghadapi kehidupannya yang serba kekurangan dan berusaha

untuk dapat menyenangkan dirinya sendiri. Ia juga menggambarkan

wanita urban miskin yang cacat moral, pekerjaannya merupakan cara

29

Ibid., h. 12 30

Ibid., h. 17

Page 79: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

69

untuk bertahan hidup akan tetapi usahanya untuk bertahan hidup

melanggar norma masyarakat.

Retno : (bangkit marah)Apa kau pikir kau juga mencintai saya?

Omong kosong!kau Cuma mencintai dirimu sendiri. saya akui

yang paling saya cintai tentu diri saya sendiri, sebab tak ada

orang yang mencintai orang lain lebih daripada mencintai

dirinya sendiri.

Tukijan : kenapa kau jadi marah-marah begitu?

Retno : (marah) siapa yang mulai?

Tukijan : saya marah karena kau berubah sikap lagi.

Retno : saya marah karena aku marah. Belum apa-apa sudah

berani marah-marah. Akan kau jadikan apa saya di tanah

seberang sana? Jadi babu? Seenaknya saja. apa kau pikir saya

akan mati kelaparan kalau tetap tinggal di sini?(tiba-tiba

menangis) saya jadi bingung.31

Melalui dialog yang dihadirkan, Retno juga mencoba melawan

apa yang akan terjadi. Ia mewakili sebagian wanita yang tetap

memperjuangkan kebahagiaan dirinya dengan caranya sendiri. Meskipun

sensitivitasnya sebagai seorang wanita terkadang muncul, akan tetapi ia

selalu memiliki cara sendiri untuk keluar dari masalah yang sedang ia

hadapi.

Retno : saya bingung karena terlampau banyak orang yang saya

cintai. Dan, O Gusti, saya tidak bisa melupakannya. Saya sangat

mencintai perempuan tua itu.32

Retno yang memiliki kedekatan dengan Mae karena sama-sama

sebagai seorang perempuan yang hidup dan berjuang untuk dirinya

sendiri merasa tidak tega meninggalkan Mae. Sisi sensitifnya sebagai

seorang perempuan sekaligus sebagai anak muncul disaat-saat

31

Ibid., h. 117 32

Ibid.,

Page 80: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

70

kepergiannya bersama Tukijan. Berdasarkan tahapan peristiwa yang

dialami Retno sejak awal kemunculannya, Retno merupakan tokoh yang

tidak berubah. Ia tetap mudah meluapkan emosi yang ia rasakan saat itu

juga disetiap peristiwa yang sedang ia alami.

5) Hamung

Berdasarkan jenisnya, Hamung masuk ke dalam tokoh tambahan

(yang memang) tambahan. Nama Hamung diambil dari dua kata yakni

„ha‟ dan „mung‟. „Ha‟ dalam bahasa Jawa seolah tidak memiliki makna

dan biasanya dijadikan bahasa umpatan sedangkan kata „mung‟ memiliki

makna „hanya/cuma‟ sehingga jika digabungkan kata „Hamung‟ memiliki

makna „ah hanya/Cuma‟. Dalam bahasa Jawa kata Hamung jika

dilafalkan menjadi Ha-mung ini biasanya digabungkan dengan kata

„ngono‟ sehingga menjadi kalimat „ha mung ngono‟ memiliki makna

„Cuma/hanya seperti itu, jadi jangan diambil pusing‟. Hal tersebut sesuai

dengan watak Hamung yang tidak mengambil pusing perihal hidupnya.

Hamung : kau sendiri percaya?

Koyal : tentu saja. sudah bayar.

Hamung : ya. Sudah. Sama saja.

Koyal : apanya yang sama?

Hamung : ya, kalau kau sendiri percaya pada tukang nujum itu

saya ya turut-turut percaya. Biar kau senang. Kau „kan selalu

ingin senang?

Koyal : (tertawa) bagaimana kau ini. Senang itu „kan tujuan

semua orang?.33

33

Ibid., h. 29

Page 81: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

71

Meskipun Hamung merupakan salah satu tokoh yang terlihat

tidak cocok dengan pemikiran Koyal, akan tetapi ia berbeda dengan

Tukijan yang secara terang-terangan menyakiti Koyal dengan

tindakannya menyobek lot lotre. Di sini Hamung mencoba masuk ke

dalam pemikiran Koyal dan terlihat mengikuti kemana arah pembicaraan

mereka tanpa adanya perlawanan pemikiran yang terang-terangan

menolak Koyal dan membuatnya sakit hati. Bahkan dalam rangkaian

peristiwa yang terjadi hingga babak terakhir Hamung masih terlihat

menahan diri untuk tidak menyakiti Koyal karena khayalannya yang

mustahil.

Tokoh Hamung merupakan tokoh yang sudah memiliki

pemikiran sebagai seorang laki-laki dewasa. Hal tersebut pula yang dapat

menjadikan Hamung tidak terlihat membenci atau menentang tokoh

Koyal. Ia merupakan salah satu tokoh yang dapat menahan egonya

terhadap orang lain. Ia juga memiliki sisi kebapakan. Hamung yang

mengajarkan Panut untuk dapat menjadi laki-laki dewasa dan tidak

cengeng menghadapi kehidupan mereka yang keras dan serba terbatas,

meski mereka berada dalam kemiskinan.

Hamung :barangkali saya akan nguli di sana. Atau kembali ke

pekerjaan lama; becak. Tapi saya akan berusaha jadi calo. Kau

harus membesarkan otot di Sumatra. Musuhmu bukan saja

binatang tapi batang pohon raksasa. Kau pernah dengar cerita

mbah Wirjo tentang sebuah keluarga yang habis musnah karena

didatangi seekor ular? Saya tidak punya apa-apa tapi saya ingin

punya apa-apa kalau sudah lama saya tinggal di Jakarta. Saya

kira saya harus banyak belajar pada orang-orang Batak…Saya

harus seprti mereka. Kalau ukuran meraka mati saya pun harus

demikian…”.34

34

Ibid., h. 104

Page 82: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

72

Selain Tukijan, Hamung juga tokoh yang memiliki rasa optimis

terhadap masa depan. Ia menjalani hidup dengan realita yang ada di

sekelilingnya serta mau mencoba belajar dari lingkungan yang ia tinggali.

Rangkaian peristiwa yang dialami Hamung menunjukan bahwa ia

konsisten terhadap sikapnya yang selalu memiliki tekad kuat untuk

bekerja demi kehidupannya yang lebih baik. Tokoh Hamung juga

merupakan salah satu tokoh yang mampu mengendalikan egonya

menyikapi setiap peristiwa yang terjadi.

6) Panut

Tokoh Panut masuk ke dalam tokoh tambahan (yang memang)

tambahan. Meskipun ia berperan sebagai tokoh tambahan, akan tetapi

Panut memiliki andil yang besar terhadap tema yang ingin disampaikan

mengenai kemiskinan pada masyarakat urban. Tokoh Panut dikatakan

sebagai tokoh yang lugu dikarenakan terlihat dari bagaimana cara Panut

mengikuti orang disekitarnya untuk dapat bertahan dalam kehidupan

sosial kalangan bawah. Rangkaian peristiwa yang menunjukan bagaimana

peran dan watak Panut dapat terlihat dalam kutipan di bawah ini:

Panut : soal baik tidaknya saya tidak peduli. Soalnya tangan ini.

Sial. Setengah tahun sudah latihan tapi sekalipun tak pernah

saya berhasil. Bagaimana saya tidak jengkel?

Mae : jengkel pada siapa?

Panut : pada diri saya sendiri. coba di pasar pringharjo. Jelas

laki-laki itu orang yang ceroboh. Artinya kalau saya pinter dan

cekat tentu vulpennya sudah saya dapatkan. Tapi kaki saya

gemetar. Karena gemetar rusak segalanya. Vulpen itu sudah di

tangan, tapi kaki sukar dilangkahkan. Terpaksa saya berikan

lagi vulpen itu ketika mata laki-laki itu melotot dan segera saya

menghilang.35

Pada dialog ini menjelaskan bagaimana pekerjaan Panut yang

tidak menentu dan tidak jelas. Ia hanya mengikuti apa yang dilakukan

35

Ibid., h. 30

Page 83: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

73

oleh orang terdekatnya agar dapat uang untuk makan dan bertahan hidup.

Ia tidak lagi memikirkan bagaimana bekerja yang baik dan buruk sebab

yang ia pikirkan bukan soal menaikkan statusnya dari miskin ke kaya

akan tetapi yang ia pikirkan hanyalah bagaimana mendapat uang untuk

makan. Ia juga cenderung malas untuk mencari pekerjaan lain yang lebih

layak untuk bertahan hidup.

Tokoh Panut dihadirkan sebagai representasi karakter orang yang

lugu dan suka mengikuti orang terdekatnya, hal tersebut terlihat saat

Panut menjawab pertanyaan dari Mae mengenai Tuhan.

Mae : Nah, itu baik sekali. Mae percaya kau memang anak yang

baik. Kau pernah dengar suara adzan tidak?

Panut : setiap kali saya dengar.

Mae : maksudku kau percaya Tuhan tidak?

Panut : seperti setiap orang. Tapi mas Woto bilang Tuhan itu

tidak ada. Tuhan itu racun. Tuhan itu arak. Candu. Tuhan itu

asap rokok. Kata mas Marwoto.

Mae : itu tidak perlu. Kau sendiri percaya tidak?kalau kau

percaya memang tak layak kau mencopeti barang milik orang

lain.36

Dialog Panut dengan Mae menggambarkan bagaimana cara

Panut bertingkah laku dalam kesehariannya dan cara pandang panut

mengenai sesuatu. Tanggapan Panut terhadap pertanyaan Mae

menggambarkan bagaimana pemikiran Panut tentang Tuhan yang ia

ketahui melalui pendapat Mas Woto. Ia hanya mengikuti apa yang biasa

orang sekelilingnya lakukan tanpa memikirkannya kembali dan

cenderung tidak memiliki pendirian sendiri terhadap kehidupannya.

Panut : tapi kau seharusnya menerangkan semua itu. saya ingin

menjadi laki-laki yang jantan.

Hamung : betul?

36

Ibid., h. 7

Page 84: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

74

Panut : betul. Bagaimana?

Hamung : itu gampang.

Panut : bagaimana?

Hamung : kalau saya berangkat nanti, tepat sewaktu saya

melangkah kaki ke sana kau harus membenci saya. Setidak-

tidaknya kau boleh menyimpan perasaan apapun karena

peristiwa itu. Sekalipun kita sudah lama sekali bergaul.37

Pada peristiwa keberangkatan Hamung yang diantar oleh Panut,

Hamung mengajarkan kepada Panut agar menjadi laki-laki jantan. Pada

saat itu juga setelah kepergian Hamung, Panut menuruti apa yang telah

Hamung ajarkan kepada dirinya. Melihat peristiwa ini menujukan bahwa

tokoh Panut tetap menjadi tokoh yang belum bisa melakukan sesuatu

sesuai dengan keyakinannya sendiri ia masih mudah menuruti orang lain,

meskipun di sisi lain keinginan Panut menuruti Hamung adalah agar ia

bisa menjadi laki-laki dewasa.

d. Latar

Latar merupakan lingkungan. Latar berkaitan dengan penokohan

dan alur. Latar harus saling menunjang dengan alur dan penokohan dalam

membangun permasalahan dan konflik. Latar cerita adalah tempat umum

(general locale), waktu kesejarahan (historical time ), dan kebiasaan

masyarakat (social circuntances) dalam setiap episode atau bagian-bagian

tempat.

Latar Tempat

Secara garis besar latar tempat yang digunakan dalam drama

Mega,mega adalah di kota Yogyakarta. Meskipun pada babak kedua

terdapat beberapa tempat yang dikunjungi para tokoh, akan tetapi tempat

37

Ibid., h. 111

Page 85: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

75

tersebut hanya merupakan hasil dari khayalan Koyal semata dan bukan

tempat sesungguhnya. Tempat-tempat khayalan Koyal tersebut antara

lain: Gedung Bank, Tawangmangu, Rumah makan, Toko pakaian, dan

Kerajaan. Adapun tempat yang bukan merupakan hasil khayalan Koyal

dan merupakan tempat yang dijadikan mereka untuk tinggal adalah

sebagai berikut:

Yogyakarta

Retno : lama-lama aku jadi ingin pergi dari Yogya ini

Mae : kemana?

Retno : kemana saja. (tiba-tiba) Aduuuuuh!

Mae : kalau kau bilang begitu pada Tu….

Retno : diam! Si banci itu lewat lagi.38

Kutipan tersebut menggambarkan bahwa tokoh Retno

sebebnarnya menginginkan untuk pergi dari Yogya. Pada tahun 1960-

an, kota Yogyakarta merupakan salah satu pusat kota di Indonesia

yang ramai didatangi oleh pendatang dari luar daerah Yogya. Tujuan

mereka tentu saja untuk mengadu nasib di kota tersebut dan mencari

kerja agar memiliki penghasilan yang memadai bagi kehidupan

mereka. Seperti halnya Mae, setelah ia ditinggal meninggal suaminya,

ia datang dari Tegal ke Yogyakarta untuk mengadu nasib menjadi

penjual nasi. Akan tetapi berbanding terbalik dengan Mae yang

berjuang dengan cara jualan makanan demi memenuhi kehidupannya,

tokoh Retno yang tidak memiliki jenjang pendidikan tinggi disertai

tidak memiliki keterampilan untuk mencari pekerjaan ia malah

memilih pekerjaan sebagai wanita tunasusila di kota tersebut.

Berdasarkan kutipan dialog di atas terlihat bagaimana Retno

mulai jenuh tinggal di kota Yogya. Kota yang semakin padat penduduk

38

Ibid., h. 11

Page 86: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

76

dan belum dapat menjamin kehidupannya menjadi lebih baik. Akan

tetapi keinginan Retno yang mengatakan ingin pergi seperti berlalu

begitu saja saat kemunculan pemuda yang menarik perhatiannya.

Di bawah tiang listrik

Mae, Retno, dan Hamung sudah nyenyak tidur. Tukijan

terbaring gelisah setengah tidur di atas tikar. Sedangkan

Koyal asyik masyuk di tengah impian-impiannya dengan

serulingnya duduk di bawah tiang listrik.39

Latar tempat di tiang listrik ini sering digunakan untuk

menggambarkan tokoh Koyal saat ia semakin gila dengan

khayalannya. Jika dilihat melalui peristiwa yang berlangsung, maka

tempat tiang listrik ini merupakan tempat yang biasa Koyal gunakan

untuk menumpahkan segala keinginan dan tempat berkhayalnya.

Di bawah tiang listrik Koyal berjongkok membelakangi

penonton. Ia menangis.

Koyal : Semua tahu kalau Koyal menang lotre. Kau juga

sudah tahu. Kelalawar juga sudah tahu, saya telah menjadi

orang yang terkaya. Kau juga, rumput. Kau juga maklum,

beringin tua. Lebih-lebih kau bulan….40

Di bawah tiang listrik juga digunakan Koyal sebagai tempat

untuk menumpahkan segala yang sedang ia rasakan. Tidak hanya saat

ia girang karena Hampir menang lotre, tetapi tiang listrik ia jadikan

tempat untuk mengadu.

Alun-alun

Mae : Tidak baik. Apalagi untuk malam ini. Aku bilang

senang. Malam ini malam terang bulan. Sangat

menyenangkan tidur di alun-alun ini. Di muka pegelaran.

39

Ibid., h. 43 40

Ibid., h. 84

Page 87: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

77

Berkat. Sinuwun itu sakti. Alangkah segarnya. Kita boleh

melamun dengan sempurna di sini.

Panut : Tidak bau air kencing seperti di Musium.41

Alun-alun merupakan tempat yang dijadikan untuk berkumpul

orang-orang atau hanya sekedar ngobrol. Sedangkan dalam drama

Mega,mega karya Arifin ini latar tempat utama yang digunakan yaitu

alun-alun, sebab lokasi warung Mae yang menjadi tempat

berkumpulnya semua tokoh adalah di tempat ini. Alun-alun juga dapat

menggambarkan bagaimana keadaan dan situasi orang-orang yang

bertahan hidup di tempat tersebut, sebab emperan alun-alun

merupakan tempat mereka untuk tidur dan bertahan hidup.

Latar waktu

Latar waktu yang terdapat dalam drama Mega,mega merupakan

latar waktu yang sangat singkat, sebab seluruh peristiwa hanya

berlangsung dalam satu malam saja. Latar waktu yang terjadi dalam

drama ini hanya dua, yakni malam hari dan subuh.

Malam hari

Koyal :(berhenti bermain suling) Uuuuu.Uuuu!Uuuuu!!

(melepas nafas kepada beringin) Selamat malam, beringin

tua. (kepada bulan) Selamat malam, bulan gendut. (kepada

rumputan) Selamat malam, rumput. (memandang keliling)

selamat malam semuanya. Huh malam!...42

Latar dan peristiwa yang terjadi dalam dialog di atas yaitu

malam hari saat Koyal akan memulai khayalannya. Malam hari

merupakan waktu yang sering digunakan manusia untuk bermimpi,

dan Koyal pun memanfaatkan waktu tersebut dengan baik, yakni

41

Ibid., h. 13 42

Ibid., h. 43

Page 88: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

78

bermimpi melalui khayalan. Ia sedang menikamti kemenangan

lotrenya dan ingin mengajak semua menikmati kemenangannya, tak

terkecuali malam hari saat bulan masih menunjukan bentuknya.

Jika manusia umumnya akan melakukan segala aktivitasnya

pada siang hari untuk memenuhi kebutuhannya, maka Koyal

melakukannya pada malam hari. Dalam drama Mega,mega ini Arifin

menampilan bagaimana proses Koyal menikmati khayalannya pada

malam ini. Hal tersebut dapat diartikan bahwa khayalan Koyal

merupakan representasi dari mimpi-mimpi setiap orang di malam hari

dan memiliki arti bahwa khayalan Koyal adalah peristiwa yang

absurd(tidak nyata).

Subuh

Azan subuh berkumandang di udara di sela-sela garis cahaya

fajar yang lembut. Lalu Mae muncul lagi.

Mae : Gusti pangeran. (anaknya bangun) Kau bangun,

sayang. Kau tertawa, sayang. (memainkan anak itu) Nah, cah

bagus. Kita tak pernah mendapatkan tapi selalu merasa

kehilangan. (memejamkan mata) Tak ada. Sama saja—

Gustiku, Cuma kita berdua.43

Waktu subuh di sini merepresentasikan bahwa waktu subuh

merupakan awal manusia untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari.

Melalui dialog ini juga menggambarkan selesainya kegiatan bermimpi

manusia saat terlelap tidur malam dan kembali bangun untuk

melanjutkan kehidupan yang sebenarnya.

Latar sosial-budaya

Latar sosial budaya menunjuk pada hal yang berhubungan

dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat. Latar sosial yang terdapat

dalam Mega,mega menggambarkan kehidupan masyarakat Jawa yang

43

Ibid., h. 123

Page 89: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

79

hidup di kota Yogyakarta. Hal tersebut dapat terlihat melalui penggunaan

nama-nama tokoh serta bahasa yang digunakan.

Mae : Sinuwun! Sinuwun! Malam lagi! Ini malam syura.

Malam syura! Apa? (menggeleng-geleng dengan sedih. Ia

menangis tapi ia sudah capek)…

Mae : Gustiku. Gusti Pangeran. Kenapa? Gusti. Kenapa kau

jadi bisu.44

Dari diaog di atas terlihat bagaimana penggunaan nama tokoh

mencerminkan sosok orang Jawa. Seperti nama Mae merupakan nama

panggilan masyarakat Jawa yang digunakan untuk memanggil seorang

ibu. Seperti tokoh Tukijan, Koyal, Retno, Hamung, dan Panut merupakan

nama-nama yang diambil dari nama Jawa. Sedangkan kata „Sinuwun‟ dan

„Gusti‟ merupakan ungkapan yang biasa digunakan masyarakat Jawa

untuk menyebut atau memanggil Tuhan dengan rasa kepasrahan diri. Hal

lain yang menunjukan bahwa drama ini merupakan gambaran masyarakat

Jawa adalah terlihat melalui keadaan lingkungan.

Samar-samar dari kejauhan kedengaran orkes jalanan sedang

memainkan kroncong langgam Jawa tema cinta.45

Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana suasana yang

terjadi dalam drama yang bertempat di alun-alun Yogyakarta yang

merupakan tempat keramaian di kota tersebut sangat bernuansa

keJawaan. Hal tersebut terlihat melalui lagu yang dinyayikan orkes

jalanan digunakan sebagai back sound cerita.

d. Gaya bahasa

Terdapat beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam

Mega,mega antara lain: metafora, pars prototo, simile, antonomasia.

44

Ibid., h. 4 45

Ibid., h. 40

Page 90: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

80

Metafora

Majas ini berfungsi untuk menggambarkan suasana kejiwaan

tokoh, yakni saat Hamung meluapkan kekesalannya terhadap Tukijan.

Majas metafora ini terdapat pada bagian pertama yakni dalam dialog

Hamung yang tiba-tiba datang dan mengajak berbicara dengan Retno,

Panut dan Mae.

Hamung : Maunya kita sama-sama, tapi si Tukijan itu plintat-

plintut seperti orang banci…46

Berdasarkan kutipan tersebut terlihat bagaimana warga yang

tinggal di Yogya mulai jenuh dengan kondisi ekonomi di tempat tersebut.

Keadaan ini digambarkan melalui dua tokoh yaitu Tukijan dan Hamung.

Mereka pada awalnya beranggapan bahwa Yogyakarta merupakan kota

besar yang dapat mengubah nasib menjadi lebih baik. Tapi pada

kenyataannya penghasilan yang mereka dapatkan tidak dapat memenuhi

kebutuhan mereka, sehingga munculah kekecewaan dan merekapun ingin

mengubah hidupnya di tempat lain yang lebih menjanjikan yakni

Sumatera, yang pada saat itu masih besar kemungkinan untuk

mensejahterakan kehidupan dengan kekayaan alamnya.

Pars prototo

Dalam drama Mega,mega juga terdapat majas pars prototo yang

terdapat dalam dialog Hamung. Majas ini digunakan untuk

menggambarkan suasana hati tokoh Hamung terhadap tokoh Tukijan.

Dialog tersebut adalah sebagai berikut:

Hamung : …E, tau-tau, baru saja keluar dari stasiun Tugu

sore tadi, keluar dengan karcis di tangan, nyelonong

hidungnya.

46

Ibid., h. 19

Page 91: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

81

Retno: hidung siapa?

Hamung : Tukijan.47

Dialog di atas menggambarkan bagaimana kekesalan Hamung

terhadap Tukijan yang menunda keberangkatannya ke Sumatera tanpa

alasan yang ia ketahui. Pada dialog di atas Hamung menggunakan majas

pars prototo tersebut untuk menyebut tokoh Tukijan.

Simile

Majas simile terdapat pada dialog Hamung saat sedang mengejek

Panut dan menyamakan kegilaan Panut dengan Koyal. Berikut

kutipannya,

Hamung : habis kau seperti orang yang kehilangan kepala.

Kalau terus begitu kau bisa sinting. Tapi ya bagus juga.

Kalau kamu miring, si Koyal ada kawannya. Ya, tentu ada

bedanya. Kalau Koyal ke sana kemari pamer bahwa dia anak

kumico dan bangga akan badannya yang jangkung seperti

opsir Belanda, sebaliknya tentu kamu gembar gembor bilang

masih keturunan Jepang.(tertawa).48

Berdasarkan kutipan di atas terlihat bagaimana perilaku

masyarakat berpengaruh terhadap cara hidup mereka. Tokoh Hamung

menggambarkan bagaimana cara guyonan orang pinggiran yang

ditanggapi dengan santai oleh Panut dan tokoh lain. Hamung mengatakan

bahwa Panut sinting karena kelakuannya yang berpura-pura menjadi bisu

dan Panut melakukan bisu-bisuan itu untuk mengemis. Perilaku Panut

sendiri tentunya yang menyebabkan keadaan sosial ekonominya tidak

berubah. Keterampilan yang ia miliki sangat terbatas akan tetapi

kebutuhan ekonomi menuntutnya untuk terus dapat bertahan hidup

sehingga berbagai cara ia lakukan untuk mendapat uang, salah satunya

47

Ibid., 48

Ibid., h. 22

Page 92: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

82

dengan mengemis. Perilaku Panut tersebut merupakan gambaran akibat

dari terjadinnya tuna karya yang tidak dapat bersaing untuk mendapatkan

pekerjaan disertai sikap malas untuk berusaha menjadi pekerjaan yang

lebih baik.

Antonomasia

Majas ini digunakan sebagai penghargaan kepada tokoh Koyal

yang menjadi Raja dalam kerajaan khayalannya. Majas antonomasia

terdapat dalam bagian kedua, yakni dalam dialog Tukijan saat memanggil

Koyal sebagai Rajanya.

Tukijan : ampuni hamba, Sinuwun Gusti. Sehubungan dengan

kuwajiban hamba, perkenankanlah hamba bertanya bukankah

tatkala paduka berkenaan belanja di toko Kim sin paduka

telah hilap, maksud hamba paduka belum bayar.49

Pada masyarakat Jawa, khususnya keluarga kerajaan panggilan

seorang raja merupakan salah satu hal yang sangat penting. Melalui nama

yang digunakan akan terlihat tingkat strata sosial seseorang. Selain itu

tentunya panggilan tersebut berpengaruh terhadap perlakuan istimewa

masyarakat kepada orang yang memiliki gelar tersebut. Sama seperti

halnya nama panggilan yang akan Koyal gunakan merupakan tanda

kedudukannya dalam kerajaan khayalannya.

e. Amanat

Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra; pesan yang

ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya atau pendengar.50

Setiap pengarang memiliki tujuan atau pesan tersendiri yang ingin

49

Ibid., h. 84 50

Wahyudi Sisiwanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT.Grasindo, 2008). h. 162.

Page 93: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

83

disampaikan kepada para pembacanya melalui karya yang mereka buat,

baik dalam bentuk pertunjukan maupun naskah drama.

Pertunjukan maupun naskah drama selalu berisi pesan yang

disampaikan melalui dialog-dialog tiap tokoh, sehingga diharapkan pesan

yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pembaca maupun

penonton. Begitupun Arifin C. Noer dengan drama Mega,mega-nya.

Berkaitan dengan situasi atau keadaan sosial yang terjadi dalam

masyarakat, banyak pesan yang dapat diambil melalui drama tersebut.

Seperti drama Mega,mega yang menghadirkan cara masyarakat urban di

tengah kemiskinan. Dengan demikian dapat diambil kesimmpulan bahwa

amanat dari drama Mega,mega yaitu menyikapi hidup di tengah kondisi

ekonomi miskin.

B. Perilaku Masyarakat Urban

Analsis perilaku dapat diketahui melalui analisis intrinsik yang telah

dilakukan, yakni analisis mengenai tokoh dan penokohan. Analisis tersebut telah

menjelaskan bagaimana perilaku tiap tokoh dalam menyikapi hidup mereka

sehingga berpengaruh terhadap kemiskinan yang mereka alami. Sedangkan

analisis selanjutnya menekankan pada perilaku yang terbentuk dalam masyarakat

urban menggunakan teori paradigma perilaku dalam buku Zamroni, berikut

bentuk-bentuk perilaku masyarakat urban dalam drama Mega,mega.

1. Proposisi keberhasilan

Semakin sering suatu tindakan mendapatkan ganjaran, maka akan

semakin sering pula tindakan dilakukan oleh orang yang bersangkutan.

Mengacu pada teori tersebut maka yang masuk ke dalam proposisi ini adalah

Koyal. Meskipun Koyal dikenal sebagai orang yang gila dan cenderung

disepelekan, akan tetapi apa yang dilakukan oleh Koyal juga sering mendapat

respon positif dari orang sekitarnya. Respon positif yang selalu diberikan

Page 94: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

84

adalah dari Mae. Mae selalu memanjakan Koyal dan memberi perhatian lebih

pada Koyal. Hal tersebut terlihat melalui kutipan berikut,

Retno & Hamung: (hampir bersamaan) Kau menang?

Koyal : (tersenyum bangga) hampir!

Retno : ha?

Koyal : (tersenyum bangga) Hampir! Cuma beda sedikit. Beda satu

(tertawa).

Retno : edan.

Hamung : Biasa. Kepala penjol otaknya ya penjol.

Mae : (riang) anakku dapat lotre!

Koyal : (bangga) hampir Mae.

Mae : Syukur. Syukurlah. Hampir.51

Berdasarkan kutipan tersebut dapat terlihat bagaimana respon yang

diberikan Mae sangat berbeda dengan lainnya. Hamung dan Retno cenderung

menganggap Koyal benar-benar sudah edan karena uang. Sehingga semua

yang dilakukan Koyal berpusat kepada uang untuk menjadi kaya akan tetapi

usahanya mustahil menjadikannya kaya, sedangkan Mae cenderung

mendukung apapun yang Koyal lakukan. Respon dari Mae ini dapat

menyebabkan tindakan Koyal kembali diulang, sebab ia merasa bahwa yang

ia lakukan bukanlah tindakan yang salah, justru ia merasa bahwa tindakannya

ini merupakan cara yang tepat untuk dapat menjadi kaya secara cepat.

Panut : Makan pun tak mau ia urunan seperti kita-kita ini. Dia cuma

makan. Bayar tidak mau.

Retno : (tertawa) Dan edannya uang hasil minta-mintanya ia belikan

lotre. Entah sudah berapa puluh lembar lotre dibelinya. Satu kalipun

belum pernah ia menang.

Mae : biarkan ia tidak urunan. Ini permintaan Mae. Mae bilang, kalau

kalian semua yang Mae masakkan boleh Mae anggap sebagai anak-

anak Mae…52

Sikap Mae yang selalu memanjakan Koyal merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan Koyal semakin malas untuk bekerja. Selain itu

51

Arifin, Op.Cit., h. 28 52

Ibid., h. 23

Page 95: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

85

respon yang sering Mae tunjukan kepada tindakan Koyal yang selalu

memimpikan uang menunjukan bahwa apa yang Koyal lakukan merupakan

hal yang wajar. Mae juga justru cenderung mengingatkan yang lainnya agar

sama-sama menghargai apa yang Koyal lakukan, meski pada kenyataannya

Koyal merupakan orang yang gila.

Perilaku yang terjadi pada Koyal ini merupakan bentuk perilaku

negatif dari masyarakat urban yang tidak mau berusaha untuk mengubah

hidupnya melalui cara bersaing dengan lainnya untuk mendapat pekerjaan.

Perilaku Koyal juga cenderung dilakukan secara berulang untuk mencapai

kepuasaan bagi dirinya sendiri.

2. Proposisi stimulus

Proposisi ini menekankan jika stimulus tertentu merupakan kondisi di

mana tindakan mendapat ganjaran, maka jika muncul stimulus yang serupa

makin besar kemungkinannya untuk mengulang tindakan seperti sebelumnya.

Perilaku ini digambarkan oleh Retno, ia merupakan seorang wanita yang

bekerja sebagai wanita tunasusila. Tindakan bekerja sebagai wanita tunasusila

tidak akan diulangi jika ia tidak mendapat respon yang menguntungkan

dirinya, yakni mendapat respon dari laki-laki dan ganjaran berupa uang atas

apa yang telah dilakukan.

Retno : (tertawa lalu meludah). Hanya orang banci saja yang lewat

sini tanpa sekerlingpun melihat pinggang saya.

Mae : Memang kau cantik.

Retno : Tidak Cuma itu. montok. (tertawa lalu meludah). Kadang-

kadang saya ingin berpodato di alun-alun ini. pidato di hadapan

berjuta-juta laki-laki. Telanjang. Kalau tidak-sebentar! Pemuda itu

berdiri saja di pojok di jalan itu. (membetulkan letak kutangnya)

rejeki tidak boleh terbang percuma begitu saja. (pergi menyusup

gelap).53

Meskipun tindakan yang dilakukan sering mendapat stimulus respon

yang menguntungkan baginya, akan tetapi perilaku Retno ini dapat dikatakan

53

Ibid., h. 3

Page 96: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

86

sebagai perilaku negatif, sebab melanggar norma yang berlaku dalam

masyarakat secara umum. Perilaku Retno juga dapat dikatakan sebagai

perilaku yang cacat moral.

Pekerjaan yang Retno lakukan pada dasarnya untuk mendapatkan uang

demi mencukupi kehidupannya, akan tetapi perilaku yang terbentuk tidak

dapat mendorong perubahan ekonominya menjadi lebih baik. Ia juga tidak

memiliki pemikiran untuk mencari pekerjaan lain yang lebih menguntungkan

dirinya dan mendapat penghasilan lebih baik dan banyak.

Perilaku Retno ini menggambarkan bagaimana kemiskinan moral dan

mental seseorang dapat membentuk perilaku negatif. Selain itu rendahnya

pendidikan yang didapat dan minimnya keterampilan juga menyebabkan

sulitnya seseorang bersaing dalam masyarakat untuk memperoleh pekerjaan.

3. Proposisi nilai

Menurut proposisi ini jika seseorang dihadapkan pada alternatif

beberapa pilihan, maka seseorang akan memilih tindakan yang paling

menguntungkan, dilihat dari segi waktu, nilai hasil, dan berdasar berbagai

kemungkinan pencapaian hasil. Seperti halnya yang dipikirkan Tukijan dan

Hamung, kemudian merekapun dihadapkan pada pilihan untuk tetap tinggal di

Yogyakarta dengan kemiskinan yang terus melilitnya atau pergi ke Sumatera

yang menjajikann lahan untuk dapat mereka olah guna mendapat penghasilan.

Meskipun Tukijan mengambil pilihan untuk menunda keberangkatan ke

Sumatera dengan alasan untuk membujuk Retno, tetapi Tukijan tetap pada

pilihan awalnya untuk pergi ke Sumatera bersama Retno.

Tukijan : Saya juga tidak suka menjanjikan apa-apa. Semuanya masih

bakal. Yang saya miliki hanya kemauan. Dan lagi kita hanya

mendengar bahwa tanah di seberang penuh kekayaan yang masih

terpendam. Sangat luas. Segalanya masih terpendam. Segalanya. Di

dalam tanah dan di dalam diri kita. Kalau kita sungguh-sungguh

Page 97: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

87

menghendaki, kita harus mengangkatnya ke permukaan hidup kita.

Saya kira begitu.54

Dari kutipan tersebut Tukijan mengatakan bahwa apa yang benar-

benar kita yakini kelak sesuatu itu akan terwujud melalui tekad dan kerja

keras. Tukijan merasa usahanya hidup di Yogyakarta belum dapat memenuhi

kebutuhan, maka iapun harus berpikir kembali bagaimana caranya agar ia bisa

mendapat kehidupan yang layak. Jalan yang harus ia tempuh untuk

mewujudkannya adalah dengan cara merantau ke tempat lain. Ia berharap

dengan bekal tekad yang dimiliki dan kesungguhan untuk ingin berusaha

mengubah hidupnya, maka semua dapat terwujud.

Hamung : barangkali saya akan nguli di sana. Atau kembali ke

pekerjaan lama. Lama. Tapi saya akan berusaha jadi calo. Kau harus

membesarkan otot di Sumatera. Musuhmu bukan saja binatang tapi

juga batang pohon raksasa…saya tak punya apa-apa tapi saya ingin

punya apa-apa kalau sudah lama saya tinggal di Jakarta. Saya kira

saya harus banyak belajar pada orang-orang batak…Saya pikir

begitu. Saya harus seperti mereka. Kalau ukuran mereka mati saya

pun harus demikian. Saya tidak punya apa-apa.55

Sama halnya dengan Tukijan yang merasa perlu mengubah hidupnya

dengan pergi ke daerah lain untuk mendapat penghasilan yang lebih dari

cukup. Hamung juga memiliki pemikiran demikian. Jika dengan bekerja

apapun bisa menguntungkan dan dapat memenuhi kebutuhanya, maka

Hamung akan bekerja semampunya untuk bisa mendapat apa-apa yang ia

inginkan. Keuntungan yang dihasilkan dari kerja serabutannya di Yogya

belum di rasa cukup untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga ia merasa perlu

mencari pilihan lain supaya dapat memberikannya keuntungan yang lebih

besar, salah satunya dengan merantau ke Jakarta.

Perilaku yang ditunjukan Hamung dan Tukijan merupakan salah satu

wujud semangat dan tekad untuk dapat memanfaatkan sesuatu yang ada.

54

Ibid., h. 41 55

Ibid., h. 104

Page 98: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

88

Hamung yang selalu berusaha mencari pekerjaan apapun untuk memenuhi

hidupnya agar bisa mendapatkan apa-apa yang ia inginkan selama ini meski

dengan kondisi fisik yang cacat. Dan Tukijan merupakan salah satu gambaran

dari masyarakat tuna karya yang memiliki keyakinan bahwa apabila kita ingin

mendapatkan sesuatu untuk kebutuhan hidup yang lebih baik, dapat dengan

cara memanfaatkan alam yang ada dengan sebaik-baiknya.

4. Proposisi kejenuhan-kerugian

Semakin sering seseorang menerima ganjaran yang istimewa maka

ganjaran tersebut akan menjadi kurang bermakna.

Tukijan : Saya mengerti. Bukan kau saja yang mencintainya. Banyak

orang mencintainya. Kita semua berhutang budi kepada Mae. Dengan

sayang ia mengurus kita. Paling tidak saya tidak bisa melupakan

masakannya. Kita selalu tidak percaya bahwa dengan bahan-bahan

yang kacau kita dapat menikmati makanan yang luar biasa

lezatnya…tapi apa kau pikir demikian picik Mae sehingga Mae

mengharapkan balasan dari setiap yang dilakukannya untuk kita?

Mae orang tua. Orang tua tidak pernah mengharapkan apa-apa.

Mereka Cuma mengharapkan anak-anaknya senang dan bahagia.

Jauh lebih senang daripada dirinya.

Tukijan: betul-betul kau tidak punya kepala. Apa kau akan makan

tanah karena perempuan tua bangka itu?.56

Kutipan tersebut menggambarkan bahwa ganjaran istimewa yang

sering kita dapatkan akan menjadi kurang bermakna jika ganjaran tersebut

sering diberikan. Seperti sikap Tukijan yang merasa bahwa tindakan Mae

menyayangi dan mengurus mereka merupakan tindakan wajar yang sudah

seharusnya dilakukan orang tua terhadap anaknya. Padahal pada kenyataannya

Tukijan dan yang lain bukan anak kandung Mae, akan tetapi Mae mengurus

mereka dengan kasih sayang bagai anaknya sendiri. Dalam hal ini dapat

terlihat bagaimana Tukijan menganggap bahwa tindakan Mae bukanlah

sesuatu yang istimewa lagi, sebab tindakan istimewa Mae sering diberikan

kepada mereka yang Mae anggap anaknya, termasuk Tukijan.

56

Ibid., h. 118

Page 99: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

89

Mae : (sekonyong-konyong menubruk dan memeluk Tukijan)Jan!

(dalam isak) Jan! (dalam isak) kenapa sama sekali kau tudak punya

rasa terima kasih? Tapi siapa yang memilikinya? Tapi kau anakku.

Kalau sama sekali kau tak punya apa-apa namun paling sedikit kau

harus punya rasa terima kasih. Sekarang kau diam saja serupa

patung-patung di musium. Kau tak melihat saya dalam memandang

saya. Sebab itu gampang kau tinggalkan ibumu sendiri di alun-alun

ini.57

Sesuatu yang menambah rasa sedih Mae adalah karena Tukijan tidak

memperlihatkan kasih sayangnya kepada Mae, meskipun itu hanya

diwujudkan lewat ucapan terima kasih. Pada akhirnya kekecewaan Mae ia

sembunyikan melalui caranya sendiri dengan mengucapkan kalimat “kalau

saya muda pasti saya tak akan mengucapkan kata-kata itu”58

Perilaku tersebut menandakan bahwa hubungan kasih sayang antara

anak dan orang tua tidak hanya diwujudkan lewat tindakan saja, akan tetapi

ucapan singkat pun dapat menunjukan bentuk perhatihan seseorang kepada

orang lain. Seperti halnya ucapan terima kasih yang Mae tunggu dari Tukijan.

Gambaran kasih sayang Mae dengan Tukijan dan Tukijan kepada Mae

tersebut seolah-olah menunjukan bahwa kualitas hubungan berkomunikasi

dalam sebuah keluarga dan ajaran yang diberikan dapat membentuk perilaku

seseorang.

Mae : kalau kau anak say, kuping mu saya jewer. Urat-uratmu masih

keras dan bulat. Tubuh masih utuh. Kau akan meminta-minta serupa

si tua-bangka yang tersia sebatang kara. Panut, Panut. Astaga.

Dagingmu akan busuk kalau tak kau manfaatkan dengan kerja.

Panut : ngemis juga kerja kan? Dikiranya ngemis itu enteng? Kan

makan tenaga juga? Soalnya bukan itu. soalnya sial saya ini. dan lagi

soal makan, bukan soal perasaan.59

Sedangkan kutipan di atas menunjukan ajaran dalam keluarga dapat

berpengaruh dalam pembetukan perilaku seseorang. Mae mencoba

memberikan nasehat kepada Panut, akan tetapi dalam pikiran Panut telah

57

Ibid., h. 103 58

Ibid., h. 103 59

Ibid., h. 8-9

Page 100: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

90

tertanam bahwa Mae bukanlah orang tua yang melahirkannya, sehingga ia

merasa tidak punya kuwajiban untuk menuruti nasehatnya. Seperti terlihat

pada kutipan berikut,

Panut : Mae juga saya beri

Mae : jangan.

Panut : ini uang saya. Uang saya sendiri

Mae : tapi kau anak saya

Panut : tapi kau bukan ibu saya.60

Dalam kutipan tersebut dapat dilihat bagaimana Panut sangat tidak

menghormati kehadiran Mae yang telah mengurus dan memberinya makan.

Paling tidak, meskipun ia tidak dilahirkan dari rahim Mae sendiri tapi Panut

juga harus menjaga perasaan Mae dan menghormati Mae sebagai orang tua

yang telah mengurusnya. Dari perilaku Panut tersebut menunjukan rendahnya

kualitas moral yang ia miliki dikarenakan kurangnya pendidikan dari keluarga

inti yang ia dapatkan dan rendahnya pendidikan formal yang bisa memberikan

pelajaran dalam bersikap.

5. Proposisi persetujuan-perlawanan

Apabila tindakan seseorang mendatangkan ganjaran yang ia inginkan,

maka ia akan merasa senang dan menimbulkan persetujuan terhadap sikap

tersebut Namun, jika seseorang tidak mendapat ganjaran seperti yang ia

inginkan, maka besar kemungkinan ia akan menjadi marah dan menimbulkan

perlawanan.

Sikap yang muncul pada Retno merupakan bentuk persetujuan yang ia

terima dari permohonan Tukijan untuk mengajaknya merantau dan

memperistrinya. Persetujuan sikap Retno ini juga dilatarbelangi oleh

dorongan Mae yang mengizinkannya pergi bersama Tukijan. Selain itu

munculnya asumsi dari Mae yang mengatakan bahwa ia akan dapat

memperbaiki hidup dengan cara menjadi istri Tukijan dan berhenti menjadi

60

Ibid., h. 113

Page 101: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

91

wanita tunasusila menyebabkan munculnya keputusan untuk menerima ajakan

Tukijan. Sebagai wanita urban yang termasuk dalam golongan tuna karya

karena wujud dari kerawanan sosial sehingga ia memilih bekerja sebagai

wanita tunasusila, maka Retno merasa perlu kualitas hidupnya harus berubah

dengan cara yang menurutnya tidak akan merugikannya, yakni menjadi istri

Tukijan.

Tukijan : Kau telah menghina saya, Yal. Kamu telah mengejek saya.

Berapa kali telah saya katakan tentang ini semua? Kamu boleh, boleh,

boleh melakukan apa saja dengan dia. Siapa bisa melarang? Memang

dia lonte. Saya tahu, Yal. Dia lonte. Karena itu tidak ada yang bisa

melarang kau berbuat apa saja dengan dia. Tidak peduli kau tidak

waras. Tapi jangan di depan muka saya. Berapa kali telah saya

katakan? Jangan di muka saya. Semua kawan mengerti. Tapi diam-

diam rupanya kamu memancing-mancing amarah saya.61

Dari kutipan di atas terlihat adanya perlawanan dari Tukijan melihat

tindakan Koyal yang ia anggap sebagai bentuk penghinaan Koyal terhadap

dirinya. Bentuk perlawanan tersebut ditunjukan Tukijan melalui ucapan dan

tindakan. Ia memarahi Koyal karena Koyal berusaha melampiaskan nafsunya

kepada Retno meski tanpa sepengetahuan Retno. Tukijan juga menempeleng

Koyal hingga menyebabkan Koyal meraung kesakitan. Bentuk perlawanan

yang ditunjukan Tukijan merupakan gambaran seseorang yang tidak bisa

mengontrol pikirannya untuk menerima setiap tindakan yang tidak ia sukai.

Tukijan : Jangan menangis. Kau bukan anak kecil. Kalau kau tetap

menangis kau tak akan pernah mendapatkan uang yang banyak itu

kecuali angka-angka.

Koyal :Kau jahat. (bangkit takut-takut mengancam Tukijan).62

Meskipun ia terlihat keras dalam menyikapi segala sesuatu yang

terjadi, tetapi Tukijan merupakan seseorang yang sangat realistis dalam

menjalani kehidupan. Bentuk perlawanan sikap Tukijan terhadap Koyal ini

61

Ibid., h. 93 62

Ibid., h. 98

Page 102: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

92

seolah ingin menunjukan bahwa ia ingin mengubah pemikiran Koyal, bahwa

untuk mendapatkan uang dan kekayaan bukan dengan cara membeli angka-

angka akan tetapi diwujudkan dengan kerja keras dari diri sendiri.

Pemikirannya realistis yang bertentangan dengan Koyal inilah yang terkadang

menimbulkan persepsi orang lain bahwa tindakannya terlihat keras dan kasar.

Tukijan : Kenapa kau jadi marah-marah?

Retno : (marah) siapa yang mulai?

Tukijan : Saya marah karena kau berubah sikap lagi.

Retno : Saya marah karena saya ingin marah. Belum apa-apa sudah

berani marah-marah. Akan kau jadikan apa aku ini di tanah seberang

sana jadi babu? Seenaknya saja. Apa kau pikir saya akan mati

kelaparan kalau tetap tinggal di sini? (tiba-tiba menangis) Saya jadi

bingung.

Tukijan : Tentu saja kau bingung. Sudah saya bilang yang harus kau

lakukan sekarang adalah berpikir bukan merasakan.63

Tukijan cenderung mudah menunjukan bentuk sikapnya terhadap

sesuatu yang bersangkutan dengan dirinya. Hal tersebut terlihat salah satunya

saat ia menyuruh Retno untuk memikirkan apa yang seharusnya ia pikirkan

untuk langkah hidupnya ke depan. Menurut Tukijan dalam menghadapi

kehidupan yang penuh dengan pertimbangan, yang harus dilakukan adalah

berpikir untuk menemukan pilihan sebagai jalan keluar, bukan sekedar

menghayati melalui perasaan-perasaan yang tidak menghasilkan keputusan.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diketahui

perilaku yang muncul dari masyarakat urban dalam Mega,mega. Perilaku

tersebut antara lain ditunjukkan oleh Koyal, yakni melalui proposisi

keberhasilan, perilaku negatif Koyal bermain lotre dan menjadi pengemis

cenderung tidak berubah. Hal tersebut salah satunya dikarenakan respon dari

Mae yang cenderung membiarkan perilaku Koyal tersebut sebagai bentuk

kasih sayangnya terhadap Koyal. Selain itu tidak adanya usaha Koyal untuk

63

Ibid., h. 117

Page 103: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

93

berpikir agar ia bisa keluar dari kemiskinannya melalui bekerja dengan

memanfaatkan kemampuan dirinya.

Perilaku lain ditunjukan oleh Retno yang bekerja sebagai wanita

tunasusila. Ia mendapatkan stimulus respon dari orang lain yang menurutnya

dapat menguntungkan bagi dirinya. Akan tetapi pada kenyataannya dari

respon yang ia dapatkan tidak bisa mengubah keadaan ekonomi Retno. Faktor

lain yang menyebabkan Retno masih hidup dengan kemiskinan adalah

kualitas moral yang rendah dan tidak adanya usaha Retno untuk berpikir

mencari kerja yang lebih menjanjikan demi mendapat kualitas hidup yang

lebih baik.

Berdasarkan proposisi nilai dapat terlihat melalui Hamung dan

Tukijan. Mereka sama-sama memiliki pandangan hidup yang realistis

sehingga muncullah rasa ingin yang kuat untuk dapat memiliki apa-apa untuk

pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Keinginan kuat tersebut mendorong

adanya pilihan alternatif untuk pergi merantau ke daerah lain.

Secara garis besar perilaku yang muncul dalam masyarakat

Mega,mega adalah perilaku negatif, yaitu menjadi pengemis, pencuri, dan

wanita tunasusila. Munculnya perilaku tersebut diakibatkan oleh beberapa

faktor diantaranya: akibat dari urbanisasi itu sendiri yang memunculkan

masyarakat tuna karya akibat gagalnya mereka dalam bersaing untuk

mendapatkan pekerjaan di kota, sehingga muncullah kerawanan sosial yakni

kesenjangan sosial sebagai masyarakat miskin. Faktor lain yaitu tidak adanya

tekad mereka yang kuat guna memperbaiki kualitas hidup dengan cara

menghasilkan pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup

mereka. Selain itu rendahnya kualitas moral akibat kurangnya pendidikan

yang didapat baik pendidikan dalam keluarga maupun pendidikan formal,

sehingga mereka tidak memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi

persaingan hidup yang keras.

Page 104: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

94

C. Masyarakat Miskin

Masyarakat miskin merupakan masyarakat yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya baik dari segi sandang, pangan, dan papan sesuai standar. Jika

elemen wajib yang harus dipenuhi untuk kebutuhan hidup manusia tersebut

terpenuhi dengan standar rendah maka dapat berpengaruh terhadap kesehatan,

moral, dan rasa harga diri mereka.

a. Klasifikasi atau penggolongan seseorang maupun masyarakat dikatakan

miskin dengan dua tolok ukur, yakni:

Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan ini dihitung melalui pendapatan per waktu kerja

dalam sebulan. Dalam drama Mega,mega karya Arifin ini masalah tingkat

pendapatan tampak pada ciri sosial tokoh, yaitu tidak ada yang memiliki

pekerjaan tetap dan kehidupan mereka jauh dari kata cukup. Semua tokoh

tidak memiliki pekerjaan yang dapat diandalkan untuk mencukupi kebutuhan

sehari-hari. Pekerjaan yang mereka geluti merupakan pekerjaan serabutan

yang tidak tentu pendapatan dan jenis pekerjaannya.

Seperti halnya Panut, ia tidak memiliki pekerjaan seperti orang-

orang pada umumnya. Ia bekerja sebagai pencopet dan juga ingin menjadi

pengemis agar dapat membeli makan. Menurut Panut menjadi seorang

pengemis juga merupakan sebuah pekerjaan.

Mae :…Kau akan meminta-minta serupa si tua bangka yang

tersia sebatang kara. Panut, Panut. Astaga. Dagingmu akan

busuk kalau tak kau manfaatkan dengan kerja.

Panut : Ngemis juga kerja „kan? Dikiranya ngemis itu

enteng? Kan makan tenaga dan perasaan juga? Soalnya bukan

itu. soalnya sial saya ini. Dan lagi soal makan, bukan soal

perasaan.64

Untuk bisa makan dan bertahan hidup, Panut menghalalkan

segala cara untuk bisa mendapatkan uang. Tidak hanya Panut, Koyal juga

64

Ibid., h. 9

Page 105: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

95

demikian ia melakukan segala cara untuk mendapatkan uang. Sama seperti

Panut, Koyal juga menjadi seorang pengemis. Diketahui pekerjaan yang

Koyal lakukan terlihat melalui dialog Hamung dengan Panut.

Hamung: Lucunya dia(Koyal) Cuma ingin punya uang

setumpuk. Tapi sintingnya sedikitpun ia tidak mau bekerja. Ia

Cuma ngemis.

Panut: makanpun tak mau ia urunan seperti kita-kita ini. Dia

Cuma makan. Bayar tak mau.65

Pendapatan Koyal dari hasil mengemis jauh dari cukup untuk

menutupi kebutuhannya dalam sebulan meskipun untuk kehidupan

sederhana yang layak. Uang yang ia hasilkan tidak menentu dan kalaupun

mendapat uang dalam kerjanya sebagai pengemis, Koyal menggunakannya

untuk membeli lotre. Karena kegemarannya membeli lotre yang belum

tentu kemenangannya, ia juga harus merelakan untuk tidak membeli

makan.

Dari pekerjaan sebagai seorang pengemis tersebut mereka tidak

memiliki penghasilan tetap tiap harinya. Mereka hanya mengandalkan

pendapatan yang didapat hari itu untuk membeli makan hari itu saja tanpa

memikirkan kebutuhan dihari berikutnya.

- Kebutuhan relatif

Kebutuhan relatif merupakan kebutuhan minimal yang harus

dipenuhi untuk melangsungkan kehidupan secara sederhana tetapi

memadai sebagai masyarakat yang layak. Kebutuhan yang harus dipenuhi

berupa tempat tinggal sederhana namun kelengkapan memadai, biaya

untuk sandang panganpun sederhana tapi memadai.

65

Ibid., h. 23

Page 106: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

96

Pada drama Mega,mega karya Arifin C.Noer tampak pada ciri

sosial tokoh, yaitu tidak ada yang memiliki rumah atau tempat tinggal yang

layak disebut sebagai tempat tinggal. Mereka tidur bersama dalam satu

tempat yakni di pinggiran alun-alun dengan beralaskan tikar.

Bersamaan dengan makin terangnya cahaya pentas, terdengar

suara seruling Koyal yang sumbang itu menyusup di sela-sela

angin malam yang bergemuruh. Mae, Retno, dan Hamung sudah

nyenyak tidur. Tukijan terbaring gelisah setengah tidur di atas

tikar. Sedangkan Koyal masih asyik masyuk di tengah impian-

impiannya dengan serulingnya duduk di bawah tiang listrik.66

Meskipun mereka menganggap satu sama lain sebagai anggota

keluarga ekstensi (keluarga yang tidak memiliki ikatan darah), tetapi

mereka tidak memiliki peralatan rumah tangga yang layak yang seharusnya

dimiliki oleh anggota keluarga pada umumnya untuk keperluan dan

kebutuhan keluarganya, seperti kasur, tempat tidur dan peralatan makan.

Satu-satunya barang yang mereka miliki dan sering mereka gunakan untuk

tidur adalah tikar.

Lama-lama Mae tertidur bersandar pada batang beringin.

Warna fajar. Lalu beragam warna waktu berputar.67

Tidak hanya barang rumah tangga yang tidak mereka miliki,

rumah untuk dijadikan tempat tinggal pun mereka tak punya. Mereka

hanya mengandalkan kawasan pinggiran alun-alun untuk tempat mereka

berkumpul dan berteduh.

Berdasarkan perhitungan tingkat pendapatan dan kebutuhan

relatif tersebut, maka dapat dikatakan pendapatan yang mereka peroleh

disertai dengan kebutuhan minimal rumah tangga yang harus dimiliki guna

66

Ibid., h. 43 67

Ibid., h. 123

Page 107: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

97

kelangsungan hidup sederhana dan layak tidak memenuhi kriteria sehingga

mereka dikatakan miskin.

b. Kemiskinan menurut pendapat umum dapat dikategorikan dalam tiga unsur,

yaitu:

- Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang yakni

kemiskinan yang disebabkan seseorang memiliki anggota tubuh cacat

sehingga harus bekerja sebagai pengemis selain itu bisa juga karena malas.

Yang termasuk miskin karena aspek ini yaitu tokoh Koyal, Hamung, dan

Panut.

Panut : Soalnya memang tangan ini. Sial. Tapi nanti dulu.

Mae tadi mengira betul-betul bisu „kan?.

Mae : Hampir Mae tidak bisa bernafas tadi. Kaget bukan

kepalang. Tiba-tiba kau bisu padahal kau adalah anak yang

palinng cerewet dan suka…

Panut : itu sudah cukup. Namanya berhasil Mae besok pagi

saya akan mulai.

Mae : mulai apa?

Panut :ngemis. Pura-pura bisu.68

Dalam kutipan tersebut, Panut yang sehat jasmaninya menjadi

pura-pura bisu untuk menjadi pengemis. Aksinya ini dilarang oleh Mae

namun Panut tetap menjalankan aksinya sebagai pengemis dengan alasan

agar bisa mendapatkan uang untuk makan. Sedangkan Koyal menjadi

pengemis dengan tujuan agar bisa menjadi kaya, namun uang yang ia

peroleh dari kegiatan mengemisnya selalu ia gunakan untuk membeli lotre,

sehingga ia tak bisa menikmati uangnya untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Koyal: (tidak peduli) lalu saya berpikir saya harus punya banyak

uang dulu. Malah akhir-akhirnya saya mencintai uang…saya

telah melihat segala apa saja yang hanya didapat dengan uang.

Lalu

68

Ibid., h. 8

Page 108: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

98

Hamung : ….ngemis (tertawa bersama Retno)

Koyal: … lalu saya mulai mengumpulkan uang, tapi pasti terlalu

lama. Lalu saya belikan lotre. Dan baru saja saya hampir

menang (tertawa). Tandanya tidak lama lagi saya akan

menang….apa yang saya perbuat.

Hamung : ngemis (tertawa bersama Retno).69

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Koyal tidak mau

mengandalkan kemampuan badannya yang masih sehat untuk bekerja. Ia

hanya mengandalkan lotre untuk dijadikan panutan menjadi orang kaya.

Koyal menjadi malas bekerja namun memiliki keingingan yang tinggi

terhadap kekayaan. Meskipun ingin menjadi kaya akan tetapi ia hanya

mengandalkan badannya menjadi seorang pengemis untuk mencapai

kekayaan tersebut tanpa bekerja seperti orang-orang pada umumnya dan

mendapat upah yang layak sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup.

Kegilaan Koyal pula yang menyebabkan ia hanya bisa berangan-angan

menjadi orang kaya tanpa berpikir bagaimana mendapatkan pekerjaan

untuk mencukupi hidupnya.

Berbeda dengan Koyal dan Panut yang mengandalkan badan

sehatnya menjadi seorang pengemis, Hamung seorang yang kakinya cacat

tetapi ia masih mau bekerja, meskipun pekerjaan serabutan. Ia juga pernah

menjadi tukang becak dan niatnya ia pergi ke Jakarta untuk menjadi calo

atau kuli. Pekerjaan-pekerjaan tersebut ia jalani dengan tujuan agar dapat

mengubah hidupnya menjadi lebih baik lagi.

Hamung : barangkali saya akan nguli di sana. Atau kembali

kepekerjaan lama; becak. Tapi saya akan berusaha menjadi

calo…70

69

Ibid., h. 35 70

Ibid., h. 104

Page 109: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

99

Berbanding terbalik dengan Koyal dan Panut, Hamung yang

memiliki cacat fisik namun masih sangat bersemangat untuk mencari

pekerjaan yang dapat mensejahterakan hidupnya. Ia lebih realistis

ketimbang dua tokoh sebelumnya yang malas dan gila. Hamung cenderung

memiliki pendapat bahwa untuk menjadi orang yang memiliki hidup yang

layak, dibutuhkan kerja keras meskipun dalam keterbatasan sekalipun.

- Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam.

Bencana merupakan sesuatu yang menyebabkan kesusahan,

kerugian atau penderitaan. 71

Yang termasuk dalam golongan ini adalah

tokoh Mae. Suami Mae meninggal karena terkena lahar gunung merapi

dan sekarang ia hanya hidup seorang diri hingga pada akhirnya bertemu

dengan yang lainnya.

Mae: semua meninggalkan Mae pada akhirnya. Suamiku yang

pertamapun berkata begitu dulu tapi akhirnya ia mengusirku

juga. Dan kemudian suamiku yang bernama Sutar

meninggalkan aku. Malah suamiku yang paling setia dan

paling tua pergi juga, dimakan gunung merapi.72

Kepergian suami-suami Mae juga berpengaruh terhadap

kemiskinan yang dialami Mae. Mae kini hanya hidup sendiri dan tanpa

ditemani seorang suami. Padahal seyogyanya seorang suami dalam

keluarga berperan sebagai pencari nafkah untuk kebutuhan keluarga,

akan tetapi disebabkan Mae tidak memiliki suami lagi sehingga ia harus

banting tulang menafkahi dirinya sendiri. Selain itu faktor usia dan

minimnya keterampilan yang dimiliki membuat Mae tidak bisa

mendapat pekerjaan yang lebih baik.

71

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:Pusat Bahasa.2008),

h. 171. 72

Arifin, Op.Cit., h. 25

Page 110: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

100

Kesendirian dalam kemiskinan yang dialami Mae juga

berpengaruh terhadap pola pikir Mae. Ia menjadi sensitif setiap

menemui permasalahan yang muncul. Ia juga cenderung ingin selalu

memiliki teman untuk menemaninya di masa tua.

- Kemiskinan buatan

Kemiskinan buatan disebut juga kemiskinan struktural.

Kemiskinan yang ditimbulkan oleh dan dari struktur-struktur ekonomi,

dan kultur serta politik. Kemiskinan struktur ini selain ditimbulkan oleh

struktur penenangan atau nrimo memandang kemiskinan sebagai nasib,

malahan menganggap yang terjadi sebagai takdir Tuhan.

Tokoh yang digolongkan miskin dalam kriteria “nrimo” adalah

Mae. Mae merupakan orang yang paling tua dan dituakan di antara

anggota lainnya. Mae juga berusaha menyikapi kemiskinan dengan

sabar selain karena sudah tua, ia menganggap semua yang terjadi karena

takdir.

Mae : …Hamung, meskipun cintamu samar-samar tapi pasti

kepergianmu nanti akan melengkapi kesepian saya. (setelah

mengosongkan dirinya) tapi sebagai orang tua, sebagai

seorang ibu yang tabah tentu saja saya harus melepaskan

kalian berdua dengan doa restu, dan saya akan menyertai

kalian berdua dengan doa restu, dan saya akan menyertai

kalian dengan keprihatinan saya. Ikhtiar. (tersenyum

sementara air mata itu masih kemerlap pada bulu matanya

yang kelabu itu ) Nah, beginilah memang kesudahannya.73

Dalam kutipan di atas menggambarkan sikap Mae yang tidak

hanya menerima nasibnya sebagai seorang wanita miskin dan ditinggal

mati suaminya, tetapi ia mencoba sabar menerima segala sesuatu yang

menimpa dirinya. Termasuk berusaha sabar menerima kenyataan bahwa

73

Ibid., h. 103

Page 111: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

101

orang-orang yang ia sayangi juga akan meninggalkannya demi

mendapatkan hidup yang lebih baik lagi di tempat lain.

Mae: Tentu kau tidak bisa. Dan siapa yang suka akan

ajal?tidak ada. Tapi siapa yang bisa menolaknya? Juga tidak

ada. Dan apakah kau mengira Mae mengharap kau pergi

meninggalkan Mae?(Retno menggeleng kepalanya) tidak,

bukan?Mae juga tidak mau kau tinggalkan. Mae sangat

mencintai kau lantaran kau anak perempuanku satu-satunya.

Kalau kau pergi Mae tidak akan pernah mempunyai anak

secantik dan sebaik kau lagi. Tapi apakah kau berpikir Mae

juga ingin mempertahankan kau tetap di sini dan terus menjual

diri?74

Berdasarkan kutipan di atas juga dapat menggambarkan

bagaimana sikap Mae yang selalu berusaha menerima setiap kejadian

yang menimpa dirinya. Faktor usia yang sudah tua juga berpengaruh

terhadap caranya menyikapi sesuatu, selain itu juga keadaan dan

lingkungan di sekitarnya yang memaksa Mae harus selalu bisa

menerima dengan sabar terhadap setiap peristiwa yang terjadi baik

untuk dirinya maupun untuk orang-orang di sekelilingnya.

Kemiskinan buatan ini tidak hanya kemiskinan atas dasar sikap

“nrimo”, akan tetapi kemiskinan yang disebabkan oleh struktur

ekonomi, kultur, dan politik. Kemiskinan buatan dapat terlihat dari

sektor ekonomi. Tokoh dalam drama Mega,mega ini merupakan

sekelompok orang yang mengalami kemiskinan struktural. Kemiskinan

yang mereka alami merupakan efek dari struktur sistem yang kurang

bekerja dengan efisien. Salah satunya dari sektor ekonomi dan lapangan

pekerjaan yang kurang memberikan ruang terhadap masyarakat tuna

karya.

Mae : berapa kali Mae bilang? Tidak usah kau belajar

mencopet. Tidak baik.

74

Ibid., h. 119

Page 112: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

102

Panut : soal baik-tidaknya saya tidak peduli. Soalnya tangan

ini. Sial. Setengah tahun sudah latihan tapi sekalipun tak

pernah saya berhasil. Bagaimana saya tidak jengkel.75

Akibat penanganan yang kurang serius terhadap masyarakat

tuna karya ini menyebabkan mereka mengambil pilihan untuk

melakukan apapun demi mendapatkan uang. Tokoh Panut

menggambarkan sebagian kecil masyarakat yang memiliki pemikiran

tersebut. Ia tidak memiliki keterampilan yang dapat digunakan untuk

pekerjaan dibidang industri, sekaligus kurangnya kepedulian pemerintah

untuk memberikan bekal keterampilan kepada masyarakat seperti

dirinya.

Interaksi antara pemimpin unit ekonomi sektor negara

dengan golongan menengah disektor swasta dan

kolaborasi terbentuk oleh kedua belah pihak telah

menjadi penyebab mengalirnya sumber-sumber ekonomi

nasional ke arah tujuan yang bukan menjadi kepentingan

rakyat. Sumber-sumber kembali dikelola secara

menyimpang dari arah kepentingan nasional.76

Hal tersebut menyebabkan kemiskinan digolongan

bawah yang semakin bertambah karena tidak terpenuhinya hak-

hak mereka. Sedangkan golongan menengah semakin meroketkan

pendapatan dari hasil-hasil yang tidak seharusnya miliki. Tanpa

disadari tindakan korupsi menjadi salah satu bentuk bukti

terjadinya kemiskinan secara struktural.

D. Implikasi Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah

Analisis Perilaku Masyarakat Urban dalam drama Mega,mega karya

Arifin C.Noer, dapat diimplikasikan ke dalam pembelajaran sastra di sekolah yaitu

melalui materi unsur intrinsik dan ekstrinsik drama serta materi menulis drama.

75

Ibid., h. 6 76

Sritua Arif, Etika dan Moral Bisnis(1) Perilaku Golongan Menengah di Indonesia, (Jawa

Pos, 2 May 2000), h. 4.

Page 113: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

103

Dengan mempelajari unsur-unsur tersebut maka siswa akan mempelajari apa saja

yang terdapat di dalam drama.

Pembelajaran sastra dengan mengapresiasikan karya sastra dapat

mengembangkan kompetensi siswa untuk memahami setiap unsur dalam karya

sastra. Dengan menghargai keindahan yang tercermin dalam setiap unsur drama,

seperti unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya siswa akan mengetahui apa pesan

yang ingin disampaikan oleh pengarang. Siswa juga tidak hanya diajak untuk

membaca dan menganalisis karya sastra saja, akan tetapi siswa diajak untuk

menanamkan sikap positif terhadap karya sastra sehingga dapat mengembangkan

kemampuan berpikir, sikap, dan keterampilan siswa.

Melalui pembelajaran sastra, siswa akan belajar percaya diri untuk

tampil di depan publik dan mengasah kemampuan dari berbagai aspek, baik dari

segi kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Guru juga dapat memposisikan

dirinya sebagai guru bahasa Indonesia yang dapat mentransfer ilmu melalui

pengalaman dan pendekatan yang menyenangkan terhadap siswa. Selain itu dapat

membantu siswa untuk menggali potensi yang dimiliki. Sehingga siswa dapat

lebih bijaksana menghargai dirinya sendiri dan lingkungan. Selain itu siswa dapat

menanamkan nilai-nilai positif dalam hubungan bermasyarakat dan menjadi insan

yang saling menghargai serta memiliki semangat untuk memperjuangkan hidup

sejahtera.

Jika dikaitkan dengan kompetensi dasar, drama Mega,mega karya

dapat dijadikan bahan untuk mengetahui perilaku manusia melalui dialog yang

dihadirkan tiap tokoh. Selain itu, drama Mega,mega karya Arifin ini juga

menceritakan masyarakat golongan miskin, sehingga diharapkan siswa dapat

saling membantu dan menolong sesama yang masih kekurangan. Siswa juga dapat

belajar agar bekerja keras terlebih dahulu untuk mendapatkan sesuatu, agar tidak

hanya memimpikan sesuatu tanpa adanya usaha dan tekad yang kuat.

Guru juga harus dapat menggunakan metode pembelajaran bervariatif

agar siswa tidak merasa bosan disetiap pertemuan. Dengan adanya variasi metode

Page 114: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

104

ini diharapkan siswa dapat lebih nyaman dan antusias dalam menerima pelajaran,

sehingga pesan yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran dapat ditangkap

dengan baik oleh siswa. Selain itu diharapkan siswa akan lebih menghayati di

setiap proses pembelajaran.

Selain unsur ekstrinsik dan intrinsik drama, jika naskah drama

Mega,mega karya Arifin ini dijadikan sebagai buku sumber untuk pembelajaran

drama di SMA kelas XI maka guru dapat menggunakannya untuk

mendeskripsikan perilaku tokoh. Materi tersebut terdapat dalam pembahasan unsur

intrinsik. Guru dapat mengajarkan bagaimana perilaku masyarakat urban dalam

memenuhi kebutuhan hidup. Guru juga dapat mengajarkan kepada peserta didik

bahwa dalam hidup bermasyarakat di kota besar tidaklah mudah, banyak terjadi

kesenjangan sosial. Maka sebagai seorang guru sudah seharusnya memberi

semangat siswa untuk terus berusaha mewujudkan setiap mimpi yang telah

ditentukan, agar dapat menuai sukses di tengah kota yang ganas. Melalui naskah

drama Mega,mega ini guru dapat menceritakan bagaimana keadaan masyarakat di

kota Yogyakarta pada tahun „60an khususnya perilaku masyarakat urban.

Page 115: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

105

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah melakukan analisis terhadap naskah drama Mega,mega karya

Arifin C.Noer maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perilaku negatif yang terbentuk pada masyarakat urban dalam drama

Mega,mega merupakan akibat dari kemiskinan. Bentuk kemiskinan

tersebut meliputi kemiskinan finansial dan kemiskinan mental serta moral

akibat rendahnya pendidikan yang didapat. Perilaku yang terjadi akibat

kemiskinan ini dapat terlihat melalui beberapa tokoh yang dihadirkan

dalam Mega,mega seperti Mae, Panut, Hamung, Koyal, Tukijan, dan

Retno. Perilaku negatif tersebut antara lain menjadi pencuri, pengemis, dan

wanita tunasusila. Selain itu, Mega,mega juga menggambarkan

kebimbangan sikap hidup masyarakat urban dalam kemiskinan di kota

perantauan, sehingga perilaku yang muncul akibat kemiskinan berpengaruh

terhadap cara mereka untuk bertahan hidup sebagai masyarakat urban.

2. Implikasi pembelajaran sastra di sekolah melalui drama Mega,mega karya

Arifin berkaitan dengan kompetensi dasar untuk mendeskripsikan perilaku

manusia melalui dialog naskah drama. Melalui Mega,mega siswa dapat

mengetahui bagaimana perilaku yang terjadi pada masyarakat urban yang

ikut dipengaruhi oleh kemiskinan. Selain dapat menulis teks drama sesuai

kompetensi dasar yang harus terpenuhi, siswa juga dapat mengetahui

unsur-unsur drama. Melalui drama Mega,mega siswa diharapkan dapat

menghargai sesama yang masih kekurangan tanpa memandang sebelah

mata. Selain itu, siswa dapat diajarkan untuk tidak bermalas-malasan dalam

Page 116: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

106

mencapai impiannya serta mampu menggali, mengembangkan dan

memanfaatkan potensi yang dimiliki.

B. Saran

1. Naskah drama Mega,mega dapat digunakan sebagai bahan untuk

pembelajaran sastra di sekolah oleh guru, baik dalam pembelajaran

menulis maupun pementasan drama.

2. Melalui pembelajaran sastra, siswa dapat menanamkan sikap positif

terhadap karya sastra sehingga dapat mengembangkan kemampuan

berpikir, sikap, dan keterampilan siswa.

3. Melalui pembelajaran perilaku masyarakat urban yang telah didapat

melalui drama Mega,mega diharapakan peserta didik dapat belajar untuk

dapat berperilaku baik dalam keseharian dengan tetap menanamkan

norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Page 117: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

107

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bina Aksara.1988

----------------. Pengantar Sosiologi. Solo: Ramadhani. 1975

Anonim. Arifin C.Noer:“Sutradara Boleh Mati”, Mengapa Teater Koma Laris?.

Bandung: Mingguan Pikiran Rakyat. Edisi Minggu 8 April 1990

Arief, Sritua. Etika Moral Bisnis (1) Perilaku Golongan Menengah di Indonesia.

Jawa Pos. 2 Mei 2000

Bayan, Saiful. Arifin C.Noer: Sutradara Kita Sering Remehkan Perencanaan.

Semarang: Suara Merdeka. Edisi Sabtu 28 November 1992

Berita Resmi Statistik. Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2014. No. 52/07/Th.XVII, 1

Juli Badan Pusat Statistik. 2014

Booth, Anne dan Peter Mc.Cawley. Ekonomi Orde Baru. Lembaga Penelitian,

Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi Sosial. 1990

Budianta, Melani dkk. Membaca Sastra Pengantar Memahami Sastra untuk

Perguruan Tinggi. Magelang: Indonesia Tera. 2006

Damono, Sapardi Djoko. Drama Indonesia. Ciputat: Editum. 2010

----------------------------. Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. 1979

Dokumentasi Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tahun 1961-1968

Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013

Hartomo dan Aziz, Arnicun. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. 2008

Ismail, Taufiq. Pelajaran Bahasa Indonesia Harus Tekankan Apresiasi Sastra.

Jakarta: Kompas. Edisi 3 April 2001

Page 118: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

108

Karmini, Ni Nyoman. Teori Pengkajian Prosa Fiksi dan Drama. Bali: Pustaka

Larasan.2011

Pradopo, Rachmat Djoko. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.

Jogjakarta: Pustaka Pelajar. 2007

----------------------------. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha

Widya. 2002

Maria A, Sardjono. “Tanpa Seni Manusia Tak Dapat Berkaca Diri”. Jakarta: Media

Indonesia. 12 Oktober 1990

Martono, “Pembelajaran Sastra Sebagai Media Pendidikan Multikultural”; Sastra dan

Budaya Urban dalam Kajian Lintas Media; Prosiding Konferensi Internasional

Kesusastraan XXI Himpunan Sarjana Kesusatraan Indonesia. Surabaya: Unair.

2010

Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press.2013

Prihatiningsih, Nandya Ratna. Skripsi berjudul “Nilai Akhlak Karimah dalam Naskah

Drama Telah Pergi Ia Telah Kembali Ia Karya Arifin C.Noer dan Implikasinya

dalam Pembelajaran Sastra di SMA”. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2013

Ratna, Nyoman Kutha Paradigma Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2013

Rendra, W.S. Seni Drama untuk Remaja. Jakarta: Burungmerak Press. 2009

Riduwan. Metode dan Teknik Manyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. 2010

Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:

PT.Grafindo Persada. 2004

Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. 1988

Saraswati, Ekarini. Sosiologi Sastra Sebuah Pemahaman Awal. Malang: UMM Press

Page 119: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

109

Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali. 1984

S, Hardo. “Arifin C.Noer Sineas Lengkap”. Jakarta: Suara Karya Minggu. Edisi

Minggu ketiga Agustus 1992

Sentosa,Puji.“BiografiArifinC.Noer”.http://pujies pujies.blogspot.com/2010/01/arifin-

c-noer.html. Di unduh Senin, 27-1-2014

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT.Grasindo. 2008

Teeuw, A. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta:Pustaka Jaya.1984

Tim Peneliti Kalangan Anak Zaman. “Laporan penelitian Existing Documentation

dalam Perkembangan Teater Kontemporer di Yogyakarta periode 1950-1990

Kepingan Riwayat Teater Kontemporer”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000

Tumanggor, Rusmin, dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.2012

Turmudzi, Muhammad Imam. Jurnal Sastra Indonesia vol 2. No 1: “Watak dan

perilaku tokoh Jumena Martawangsa dalam Naskah Drama Sumur Tanpa Dasar

Karya Arifin C.Noer”.

Wellek, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. 1993

W.S, Hasannudin. Drama Dua Dimensi. Bandung: Angkasa. 2009

Yoganingrum, Ambar, dkk. Merajut Makna: Penelitian Kualitatif Bidang

Perpustakaan dan Informasi. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri. 2009

Yunita. Skripsi berjudul; “Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama

Umang-umang Atawa Orkes Madun II Karya Arifin C.Noer dan Implikasinya

terhadap Pembelajaran Sastra di SMA”. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Zamroni. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana Yoga.

1992

Page 120: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

Lampiran 1

Sinopsis drama Mega-mega karya Arifin C.Noer

Cerita drama Mega,mega karya Arifin C. Noer diawali dari bagian

pertama. Narator menceritakan seorang tokoh perempuan sedang

menyanyikan lagu jawa dengan gairah yang bersandar dibawah pohon sambil

menikmati sebatang rokok, ia dipanggil Retno. Selanjutnya narator

menceritakan tokoh kedua yang biasa di panggil dengan sebutan Mae. Mereka

sedang membicarakan suara Retno yang merdu kemudian Mae menyuruh

Retno untuk mbarang, tetapi Retno menolaknya. Retno pun membanggakan

kelebihan dirinya yang dibilang montok, seketika ia pergi menyusul pemuda

yang lewat didepannya. Mae dicekam sepi. Tak selang berapa lama muncul

tokoh Panut yang berlaga seperti orang bisu. Mae yang panik mengira Panut

benar-benar bisu hingga akhirnya ia pun menangis. Tetapi Panut malah

tertawa melihatnya. Mae pun kesal dibohongi Panut lalu Mae memarahi

Panut dengan megacung-acungkan kayu mengiringi kepergian Panut.

Percakapan kembali terjadi antara Panut dengan Mae membicarakan

pekerjaan Panut sebagai seorang pengemis. Mae yang tidak suka dengan

pekerjaan itu pun menasehati Panut agar mencari pekerjaan lain, tetapi Panut

tidak pernah mengindahkan larangan Mae itu. Ia tetap kekeh akan melakukan

pekerjaan sebagai pengemis untuk mendapatkan uang. Pembicaran berganti

topik saat Retno kembali datang dan mereka membicarakan kehamilan. Mae

yang tidak bisa melahirkan anak marah dan kecewa saat Retno mengatakan

Mae mandul. Mae kecewa kepada Retno yang mengatakan secara terang-

terangan Mae mandul dihadapan Mae. Retno yang merasa bersalah pun

akhirnya meminta maaf kepada Mae. Retno kemudian menceritakan

bagaimana peristiwa yang ia alami pada saat kematian anaknya, Mae

memarahi Retno karena menganggap Retno tidak bisa mengurus anak dengan

biak, lalu Retno menjelaskan bahwa saat itu ia sedang bertengkar dengan

suaminya yang suka mabuk. Mendengarkan cerita Retno, Mae kembali

merasa sedih karena dirinya tidak bisa melahirkan anak ditambah lagi ia hidup

sendiriam sekarang, merasa tersia dan tersingkirkan. Saat Retno mencoba

menenangkan Mae, Hamung datang dengan ngedumel. Hamung kesal

lantaran Tukijan mengundur keberangkatannya ke Sumatera karena alasan

yang tak jelas menurutnya. Mae yang mendengar kabar tersebut kaget dan tak

Page 121: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

mengira bahwa Tukijan akan mengundur keberangkatannya, sebab pagi tadi

Tukijan telah pamit dengan Mae. Hamung, Panut, Retno, dan Mae pun

membicarakan Tukijan, namun tiba-tiba Koyal datang dengan berteriak-teriak

mengatakan bahwa ia menang lotre(padahal sebenernya belum menang, baru

hampir menang). Berbeda dengan Mae yang menyambut kedatangan Koyal

dengan senang, tokoh lain malah mengolok-mengolok Koyal yang semakin

gila karena ingin menang lotre agar menjadi orang kaya. Koyal mengatakan

pada semua tokoh bahwa lot yang ia beli cuma beda satu angka, sehingga

dapat dikatakan bahwa ia hampir menang meskipun belum menang.

Obrolannya dengan Hamung juga semakin ngawur, Koyal lalu menceritakan

impian-impiannya menjadi orang kaya namun ceritanya hanya menjadi

ledekan Retno dengan Hamung. Koyal pun diajak Panut untuk ikut

dengannya, tapi Koyal menolak, kemudian datanglah Tukijan. Melihat

kedatangan Tukijan Koyal menjadi panik dan ikut pergi bersama Hamung.

Tukijan kemudian menceritakan maksud kedatangannya. Pada bagian pertama

ini, cerita ditutup dengan dialog Tukijan bersama Retno dan Mae yang

mengatakan alasannya menunda keberangkatannya dan membujuk Retno agar

mau ikut ke Sumatera dengannya.

Pada bagian kedua merupakan puncak kegilaan Koyal. Koyal melihat

angka pada lot yang ia beli memiliki angka yang sama dengan lot yang

terpasang di gedung(padahal angka di lot masih berbeda) sehingga ia merasa

bahwa ia telah memenangkan lotre. Ia pun mengajak semua tokoh untuk turut

andil menikmati khayalannya menjadi orang kaya karena menang lotre dan

mau mengakui bahwa ia menang lotre. Lot lotre yang sudah dibeli kemudian

akan ditukar dengan uang di bank, akan tetapi menurut petugas bank mereka

hanya perlu menunjukan lot untuk bisa membeli apapun. Mereka pun

gembira. Selain pergi ke bank, Koyal mengajak semua tokoh untuk makan,

belanja, dan jalan-jalan. Semua itu mereka bayar hanya dengan menunjukan

lot lotre. Setelah selesai jalan-jalan mereka seolah-olah beradegan layaknya

keluarga kerajaan dan Koyal menjadi Rajanya. Tukijan yang tidak suka

dengan kegilaan Koyal menjadi kesal dan timbullah perselisihan di dalam

istana khayalan Koyal.

Pada awal bagian tiga, Koyal menangis di bawah pohon beringin dan

ingin semuanya mengakui bahwa dirinya memang menang lotre. Setelah

berhenti dari tangisnya, ia mencoba memegang betis Retno gadis yang dia

sukai, namun ketahuan oleh Tukijan yang juga menyukai Retno. Tukijan lalu

Page 122: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

memukul Koyal hingga baju yang dikenakan Koyal sobek. Mendengar

keributan ini Mae dan tokoh lain terbangun dan kaget menyaksikan Tukijan

memukul Koyal. Mae mencoba melerai namun sia-sia. Tukijan semakin kesal

dengan Koyal karena merasa tidak dihargai Koyal, sebab Koyal tahu Tukijan

juga suka Retno tetapi Koyal malah ingin memegang betis Retno didepan

Tukijan. Lot lotre yang Koyal beli pun disobek Tukijan hingga membuat

Koyal semakin terluka hatinya. Melihat hal itu Mae pun memarahi Tukijan.

Hamung juga memarahi Tukijan, sebab mereka tahu bahwa Koyal itu gila

tetapi Tukijan malah meladeninya. Tukijan mengatakan bahwa ia hanya ingin

Koyal sadar maka lot lotre ia sobek. Mae melihat kejadian tersebut merasa

marah terhadap Tukijan, namun ia tidak bisa melakukan apa-apa lalu Koyal

pergi sambil mengejar sobekan-sobekan kertas lot lotrenya. Setelah kepergian

Koyal, Hamung menasehati Tukijan bahwa yang Tukijan benci sesungguhnya

Retno akan tetapi ia melampiaskannya pada Koyal. Pada bagian ini juga

menceritakan sikap Hamung yang mengajari Panut menjadi pria dewasa dan

untuk menjadi pria tidak boleh mudah menangis. Pada bagian ini juga

menceritakan perjuangan Tukijan untuk bisa mendapatkan tanah dan

mengajak Retno untuk ikut serta dengannya ke Sumatera serta meminangnya

sebagai istri. Meskipun membutuhkan kesabaran menghadapi penolakan

Retno namun pada akhirnya Tukijan dapat mengajak Retno serta Mae pun

merestuinya. Pada bagian tiga ini merupakan bagian akhir cerita drama yang

ditutup dengan dialog Mae dengan kesendiriannya di waktu fajar dibawah

pohon beringin sebab para tokoh telah pergi untuk mencari pekerjaannya

masing-masing.

Page 123: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

Lampiran 2

Sekuen (rangkaian peristiwa) Drama Mega,mega

1. Bagian pertama narator mengenalkan dua tokoh perempuan, yakni Mae dan

Retno

2. Mae dengan Retno berbincang-bincang tanpa memandang satu sama lain

3. Mae menanyakan kenapa Retno tidak mau „mbarag‟

4. Muncul tokoh Panut yang berpura-pura bisu sehingga membuat Mae panik

5. Panut tertawa melihat kepanikan Mae, Mae pun memarahi Panut dengan

mengacungkan kayu hingga Panut pergi

6. Retno kembali muncul dengan memaki-maki sendirian

7. Retno dan Mae membicarakan perihal melahirkan, Mae tersinggung

mendengar Retno mengatakan Mae wanita mandul

8. Hamung datang dengan memaki-maki Tukijan yang menunda

keberangkatannya ke Sumatera

9. Mae, Hamung, Panut, dan Retno membicarakan Tukijan yang menunda

keberangkatanya dan Koyal yang gila membeli lotre

10. Koyal datang dengan berteriak mengatakan dirinya menang lotre dan

membacakan no lotnya

11. Retno dan Hamung mengolok-olok kegilaan Koyal saat bercerita menjadi

orang kaya

12. Obrolan Koyal dengan Hamung semakin menjadi-jadi mengikuti kegilaan

Koyal

13. Tukijan datang dengan muka yang kusam, Koyal menjadi panik melihat

kedatangan Tukijan

14. Koyal kemudian pergi bersama Hamung

15. Tukijan membujuk Retno untuk ikut merantau dengannya dan mengatakan

alasan ia menunda keberangkatan karena Retno

16. Bagian kedua, puncak kegilaan Koyal dalam berkhayal

17. Koyal mengajak semua tokoh untuk ikut andil menikmati khayalannya

18. Semua tokoh diajak Koyal untuk makan, belanja, dan jalan-jalan

19. Tukijan tidak mematuhi apa yang Koyal katakan

20. Koyal meminta dicarikan nama panggilan untuk menjadi seorang Raja di

kerajaan khayalannya

Page 124: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

21. Babak ketiga, Koyal menangis di bawah pohon beringin dan menyuruh

semuanya untuk mengakui Koyal menang lotre

22. Koyal memegang betis Retno, Tukijan marah saat melihatnya

23. Tukijan memukul Koyal karena Tukijan merasa diremehkan saat Koyal

memegang betis Retno di depannya

24. Mae bangun dan menyuruh Tukijan berhenti memukul Koyal

25. Tukijan mengintrogasi Koyal hingga Koyal ketakutan

26. Hamung menasehati Tukijan untuk menahan diri

27. Mae kembali merasa kesepian akan ditinggal anak-anaknya

28. Hamung menasehati Panut untuk menjadi laki-laki dewasa dan tidak boleh

menangis

29. Panut menghantarkan Hamung ke stasiun untuk pergi merantau

30. Tukijan kembali membujuk Retno untuk ikut dengannya ke Sumatera

31. Retno bingung menentukan pilihan untuk ikut Tukijan atau menjaga Mae

32. Tukijan memarahi Retno yang tidak konsisten

33. Mae menasehati Retno untuk pergi dengan Tukijan

34. Retno menentukan pilihan untuk ikut Tukijan

35. Retno dan Tukijan pergi ke Sumatera

36. Koyal datang dengan meraung-raung kesakitan pada kepalanya

37. Mae panik melihat Koyal meraung-raung

38. Koyal mengatakan telah dipukul di orang hingga kepelanya berdarah

39. Mae tidak menemukan darah di kepala Koyal

40. Koyal kembali pergi dengan berteriak-teriak minta tolong

41. Mae kembali sendirian di bawah pohon beringin

Page 125: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

Lampiran 3

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Satuan pendidikan : SMA

Mata pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/Semester : XI(sebelas)/ 2(dua)

Standar Kopetensi : Menulis naskah drama

Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog

naskah drama

Alokasi Waktu : 5X45 Menit

Indikator : Mampu menulis teks drama dengan menggunakan

bahasa yang sesuai untuk:

Mendeskripsikan perilaku tokoh melalui

dialog

Menghidupkan konflik

A. Tujuan Pembelajaran

Agar siswa dapat menjelaskan perilaku tokoh yang terdapat dalam teks

drama

B. Materi Pokok

Teks drama

Deskripsi watak tokoh-tokoh dalam teks drama

Menulis teks drama dengan bahasa bahasa sendiri

Unsur intrinsik drama (tema, penokohan, konflik)

Cara mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog dalam drama

C. Nilai Budaya dan Karakter Bangsa

Bersahabat/ komunikatif

Mandiri

D. Nilai Kewirausahaan/Ekonomi

Kedisiplinan

Kepemimpinan

E. Metode dan skeneario Pembelajaran

Ceramah

Diskusi kelompok

Presentasi

Page 126: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

F. Kegiatan Belajar Mengajar

1. Kegiatan Awal

a. Guru mengucapkan salam saat memasuki ruang kelas dan mengajak

berdoa sebelum pembelajaran dimulai

b. Guru mengabsen siswa yang tidak hadir

c. Guru mengkordinasikan siswa agar siap menerima pelajaran

d. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan standar kompetensi

2. Kegiatan Inti

a. Eksplorasi

Guru meminta kepada peserta didik untuk menyebutkan unsur-

unsur intrinsik drama

Guru meminta siswa membaca teks drama yang sudah disediakan

secara bergilir

Guru meminta siswa untuk mendeskripsikan watak tokoh dari

naskah yang telah dibaca

b. Elaborasi

Guru meminta siswa untuk membuat kelompok diskusi terdiri dari

3-4 siswa

Guru menjelaskan bagaimana trik menulis teks drama

Siswa berdiskusi dan menulis teks drama dengan menggunakan

bahasa mereka sendiri

Siswa berdiskusi untuk mendeskripsikan perilaku manusia melalui

dialog teks drama yang telah mereka buat

Siswa berdiskusi untuk menemukan cara menghidupkan konflik

dalam teks drama

Siswa berdiskusi untuk menentukan unsur intrinsik drama(tema,

penokohan, konflik) dari teks yang telah mereka buat

Salah satu siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

Siswa lain memberikan tanggapan terhadap hasil didkusi

kelompok yang sedang presentasi

c. Konfirmasi

Guru memberikan kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal

yang belum diketahui

Guru menjelaskan hal-hal yang belum diketahui

Page 127: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

3. Kegiatan Akhir

a. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari

pembelajaran yang telah dilakukan

b. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucap salam

G. Sumber Belajar

a. Drama Mega,mega Karya Arifin C.Noer

b. Teknik penulisan naskah drama

c. Buku paket Bahasa Indonesia siswa kelas XI

H. Penilaian

1. Teknik

a. Tes (PG, isian, uraian)

b. Penugasan mendeskripsikan perilaku manusia dalam teks drama

2. Instrumen soal

a. Apa yang disebut unsur intrinsik drama?

b. Sebutkan unsur intrinsik(tema, penokohan, konflik) dalam drama

Mega,mega?

c. Jelaskan perilaku tokoh dalam drama Mega,mega?

Page 128: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

PENILAIAN DESKRIPSI WATAK PADA DIALOG NASKAH DRAMA

Kompetensi Dasar :Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog

naskah drama

Nama Siswa :

Kelas/Nomor Absen :

Tanggal Penilaian :

ASPEK YANG DINILAI SKOR

1 2 3 4 5

1. Ketepatan diksi dengan watak yang dideskripsikan

2. Ketepatan jenis kalimat dengan watak yang dideskripsikan

3. Ketepatan struktur kalimat dengan watak yang dideskripsikan

4. Ketepatan isi kalimat dengan watak yang dideskripsikan

5. Ketepatan isi dialog dengan watak yang dideskripsikan

6. Ketepatan isi monolog dengan watak yang dideskripsikan

7. Penulisan kostum pendukung deskripsi watak

8. Penulisan latar pendukung deskripsi watak

9. Penulisan tata lampu pendukung deskripsi watak

10 Penulisan tata panggung pendukung deskripsi watak

JUMLAH SKOR

Mengetahui :

Kepala SMA/MA……

Abdurrahman

Jakarta,

Guru Mata Pelajaran

Yunia Ria Rahayu

Page 129: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

Lampiran 4

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Yunia Ria Rahayu

Nim : 1110013000078

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul : Perilaku Masyarakat Urban dalam Drama Mega-mega Karya Arifin.

C.Noer dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah

No. Daftar Referensi Paraf

Pembimbing

1. Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bina Aksara.1988

2.

Ahmadi, Abu. Pengantar Sosiologi. Solo: Ramadhani

3.

Anonim. Arifin C.Noer:“Sutradara Boleh Mati”, Mengapa

Teater Koma Laris?. Bandung: Mingguan Pikiran

Rakyat. Edisi Minggu 8 April 1990

4. Arief, Sritua. Etika Moral Bisnis (1) Perilaku Golongan

Menengah di Indonesia. Jawa Pos. 2000

5. Bayan, Saiful. Arifin C.Noer: Sutradara Kita Sering

Remehkan Perencanaan. Semarang: Suara Merdeka.

Edisi Sabtu 28 November 1992

6. Berita Resmi Statistik. Profil Kemiskinan di Indonesia Maret

2014. No. 52/07/Th.XVII, 1 Juli Badan Pusat Statistik.

2014

7. Booth, Anne dan Peter Mc.Cawley. Ekonomi Orde Baru.

Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan

Ekonomi Sosial. 1990

Page 130: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

8. Budianta,Melani dkk. Membaca Sastra Pengantar

Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi.

Magelang: Indonesia Tera. 2006

9. Damono, Sapardi Djoko. Drama Indonesia. Ciputat: Editum.

2010

10. Damono, Sapardi Djoko. Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar

Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Depdikbud

11. Dokumentasi Data Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional tahun 1961-1968

12. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. 2013

13. Hartomo dan Aziz, Arnicun. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta:

Bumi Aksara. 2008

14. Ismail, Taufiq. Pelajaran Bahasa Indonesia Harus Tekankan

Apresiasi Sastra. Jakarta: Kompas. Edisi 3 April 2001

15. Karmini, Ni Nyoman

16. Pradopo, Rachmat Djoko. Beberapa Teori Sastra, Metode

Kritik, dan Penerapannya. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

2007

17. Pradopo, Rachmat Djoko. Metode Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Hanindita Graha Widya. 2002

18. Maria A, Sardjono. Tanpa Seni Manusia Tak Dapat Berkaca

Diri. Jakarta: Media Indonesia. 1990

Page 131: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

19. Martono, “Pembelajaran Sastra Sebagai Media Pendidikan

Multikultural”; Sastra dan Budaya Urban dalam Kajian

Lintas Media; Prosiding Konferensi Internasional

Kesusastraan XXI Himpunan Sarjana Kesusatraan

Indonesia. Surabaya: Unair. 2010

20. Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press. 2013

21. Prihatiningsih, Nandya Ratna. skripsi berjudul “Nilai Akhlak

Karimah dalam Naskah Drama Telah Pergi Ia Telah

Kembali Ia Karya Arifin C.Noer dan Implikasinya

dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah. 2013

22. Ratna, Nyoman Kutha Paradigma Sosiologi Sastra,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013

23. Rendra, W.S. Seni Drama untuk Remaja. Jakarta:

Burungmerak Press. 2009

24. Riduwan. Metode dan Teknik Manyusun Tesis. Bandung:

Alfabeta. 2010

25. Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma

Ganda. Jakarta: PT.Grafindo Persada. 2004

26 Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta:

Kanisius. 1988

27. Saraswati, Ekarini. Sosiologi Sastra Sebuah Pemahaman

Awal. Malang: UMM Press

28. Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-teori Psikologi Sosial.

Jakarta: Rajawali. 1984

Page 132: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

29. S, Hardo. Arifin C.Noer Sineas Lengkap. Jakarta: Suara

Karya Minggu. Edisi Minggu ketiga Agustus 1992

30. Sentosa,Puji.Biografi Arifin C.Noer.http://pujies-

pujies.blogspot.com/2010/01/arifin-c-noer.html. Diunduh di

Perpustakaan Utama UIN Senin, 27-1-2014

31. Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT.

Grasindo. 2008

32. Teeuw, A. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori

Sastra.Jakarta: Pustaka Jaya.1984

33. Tim Peneliti Kalangan Anak Zaman. Laporan penelitian

Existing Documentation dalam Perkembangan Teater

Kontemporer di Yogyakarta periode 1950-1990

Kepingan Riwayat Teater Kontemporer. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 2000

34. Tumanggor, Rusmin, dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.

Jakarta: Kencana. 2012

35. Turmudzi, Muhammad Imam. Jurnal Sastra Indonesia vol 2.

No. 1: “Watak dan perilaku tokoh Jumena

Martawangsa dalam Naskah Drama Sumur Tanpa

Dasar Karya Arifin C.Noer”.

36. Wellek, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1993

37. W.S, Hasannudin. Drama Dua Dimensi. Bandung: Angkasa.

2009

Page 133: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

38. Yoganingrum, Ambar, dkk. Merajut Makna: Penelitian

Kualitatif Bidang Perpustakaan dan Informasi.

Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri. 2009

39

Yunita. Skripsi berjudul; “Pandangan Hidup Tokoh Waska

dalam Naskah Drama Umang-umang Atawa Orkes

Madun II Karya Arifin C.Noer dan Implikasinya

terhadap Pembelajaran Sastra di SMA. Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah

40. Zamroni. Pengantar Pengembangan Teori Sosial.

Yogyakarta: Tiara Wacana Yoga. 1992

Jakarta, 16 Oktober 2014

Pembimbing,

Rosida Erowati, M.Hum.

NIP. 197710302008012009

Page 134: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan
Page 135: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan
Page 136: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan
Page 137: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan
Page 138: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan
Page 139: PERILAKU MASYARAKAT URBAN DALAM DRAMArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26308/1/RIA... · merupakan masa terjadinya transmigrasi penduduk, dengan tujuan dapat memanfaatkan

BIOGRAFI PENULIS

YUNIA RIA RAHAYU, lahir di Pekalongan 10 Juni 1992.

Penulis memulai pendidikan formalnya disebuah TK Pertiwi, Kwasen, Kesesi,

meskipun tidak selesai. Kemudian menyelesaikan pendidikan dasar di SD N Kwasen

01, lalu melanjutkan pendidikan menengahnya di SMP N 01 Kesesi. Setelah lulus, ia

kembali menempuh pendidikan di sekolah menengah atas MAN 1 Pekalongan, lulus

tahun 2010. Ditahun yang sama ia meneruskan belajarnya di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

Anak pertama dari M. Komarudin dengan Sumirah ini tinggal bersama orang

tua tercinta di jalan Angsana 1 no. 7D, Gaplek, Pamulang Timur, Tangerang, Banten.

Sejak kecil penulis menyukai hal-hal yang bernuansa seni, terutama dibidang tari.

Semasa sekolah dasar penulis juga aktif mengikuti ajang pementasan tari bersama

kawan sepermainan dan mengikuti lomba vokal ditingkat SMP. Selama menjadi

mahasiswa, selain menjalani tugas sebagai mahasiswa, penulis juga aktif mengikuti

kegiatan organisasi seni kampus Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR) dalam elemen

Lingkar Sastra Tarbiyah (LST). Untuk menyalurkan hobi seninya kini penulis

menjadi pelatih tari di SMP Dharma Karya, Pondok Cabe dan menjadi staf redaksi di

Bee Media (Pustaka Lebah).