perilaku pedagang menjual produk makanan kemasan …repository.iainbengkulu.ac.id/496/1/nanda...
TRANSCRIPT
i
PERILAKU PEDAGANG MENJUAL PRODUK MAKANAN KEMASAN
YANG KADALUWARSA DITINJAU DARI ETIKA BISNIS ISLAM
(Studi Pasar Tradisioal Sore kel Pematang Gubernur )
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
OLEH:
Nanda Syatria Utama
NIM 131 613 0205
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
BENGKULU 2017 M/1438 H
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah
kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka Sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”
(Luqman: 12)
“When action is equivalent to success”
Kesuksesan berbanding lurus pada tindakan yang dilakukan
(Nanda Syatria Utama)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan ridho Allah SWT. Dan kasih sayang orang tua ku yang selalu senantiasa memberikan
doa serta cinta disetiap langkahku. Segala cinta dan ketulusan kupersembahkan .....
Kedua orang tua saya ayahanda Sulihan dan ibunda Emierti yang senantiasa memberikan
doa, semangat, nasehat, dukungan, kasih sayang, serta pengorbanan yang luar biasa. Tiada
kata yang dapat saya gambarkan kepada ayah dan ibu.
Adik ku sayang Titin Agustin terima kasih telah menjadi adik yang selalu memberikan saya
semangat untuk berjuang demi keberhasilan saya.
Datuk Inul dan Nenek Wati terima kasih telah menyayangi saya dan membesarkan saya
dengan penuh kasih sayang dan tak pernah henti mendukung saya untuk mencapai
keberhasilan saya.
Keluarga besar dari pihak ayahanda dan keluarga besar ibunda saya, ( Asmidi Hadi, Eflan
Suhadi, Zondri, Tiawan) dan seluruh keluarga yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
terima kasih telah menyayangi saya dan dengan penuh semangat memberiku motivasi dan
dukungan untuk terus maju tanpa lelah demi keberhasilan saya.
Teman Istimewa saya Oci Kurnia Wati yang selalu mendampingi, menemani saya dalam
berjuang, terima kasih telah memberikan dukungan dalam kesusahan saya, perhatian, dan
semangat penuh kasih sayang sehingga dapat mencapai gelar Sarjana Ekonomi sampai seperti
ini.
Gusmian dan Ruwaida terimah kasih telah menyayangiku dengan penuh kasih sayang dan
tak pernah henti mendukung untuk mencapai keberhasilan saya.
vii
Pembimbing Akademik saya Ibu Alm Khusnul Khotimah yang selalu memberikan nasehat
dan bimbingan agar saya menjadi orang yang lebih baik.
Teman Seperjuangan (Rahmad Chandra, Vibi Kridalaksana dan Nanda Sang Saputra) yang
selalu memberikan keceriaan dan semangat untuk keberhasilan saya.
Seluruh teman-teman seperjuanganku EKIS A,B,dan D di IAIN Bengkulu, serta mahasiswa
Jurusan Ekonomi Syariah yang telah menemani, suka dan duka selama menimba ilmu dan
tidak akan pernah ku lupakan atas kenang-kenangan kita lewati bersama.
Alumni SMAN 09 Bengkulu Selatan Jurusan IPA 1 Tahun 2013 yang selalu memberikan
keceriaan dan semangat untuk keberhasilan saya.
Agama, Bangsa, Kampus IAIN Bengkulu, Fakultas FEBI, serta Almamater kebanggaan
yang menempahku.
viii
ABSTRAK
Perilaku Pedagang Menjual Produk Makanan Kemasan yang Kadaluwarsa Ditinjau
dari Etika Bisnis Islam
(Studi Pasar Tradisional Sore Kelurahan Pematang Gubernur)
oleh Nanda Syatria Utama, NIM 1316130205.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui praktek penjual produk
makanan kemasan kadaluwarsa di pasar tradisonal sore Kel Pematang Gubernur,
mengetahui faktor yang melatar belakangi perilaku pedagang menjual produk
makanan kadaluwarsa dan pandangan etika bisnis Islam terhadap produk makanan
kemasan kadaluwarsa. Untuk mengungkap persoalan tersebut secara mendalam dan
menyeluruh, peneliti menggunakan pendekatan deskriftif kualitatif dengan teknik
pengumpulan data primer dan sekunder berupa wawancara kepada penjual dan
pembeli sebanyak 8 orang responden yang terdiri dari 6 orang penjual dan 2 pembeli.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik random sampling. Kemudian data
direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan (pengkajian) data dalam
bentuk uraian singkat, dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
terjadi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa 6 orang pedagang yang menjual
produk makanan kemasan kadaluwarsa di pasar tradisional sore kel Pematang
Gubernur, sedangkan latar belakang para pedagang menjual produk makanan
kemasan kadaluwarsa karena dapat mengurangi risiko kerugian, permintaan pembeli
dan ketidak tahuan tentang kadaluwarsa. Berdasarkan pandangan etika bisnis Islam
perilaku pedagang menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa adalah perbuatan
yang dilarang karena di dalam etika bisnis Islam telah diajarkan dalam berdagang
hendaklah berlaku jujur, amanah, adil, dan tidak boleh ada yang dirugikan antara
penjual dan pembeli.
Kata Kunci: Perilaku Pedagang, Kadaluwarsa, Etika Bisnis Islam
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Pedagang
Menjual Produk Makanan Kemasan yang Kadaluwarsa Ditinjau dari Etika Bisnis
Islam (Studi Pasar Tradisional Sore Kel Pematang Gubernur)”. Shalawat dan salam
semoga senantiasa dilimpahkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW
yang menjadi uswatun hasanah bagi kita semua. Amin.
Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat guna untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E) pada Program Studi Ekonomi
Syariah, Jurusan Ekonomi Islam pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini izinkan penulis
mengucapkan rasa terima kasih teriring doa semoga menjadi amal ibadah dan
mendapat balasan dari Allah SWT, kepada:
1. Prof. Dr. H. Sirajuddin M, M.Ag. M.H, selaku Rektor IAIN Bengkulu yang telah
memberikan fasilitas kepada penulis.
2. Dr. Asnaini, MA, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Bengkulu, yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
3. Desi Isnaini, MA, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu, yang telah
memberikan masukan dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
4. Drs. Khairuddin Wahid, M. Ag selaku pembimbing I, yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, semangat, dan arahan dengan penuh kesabaran.
5. Desi Isnaini, MA selaku selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, semangat, dan arahan dengan penuh kesabaran.
x
6. Kedua orang tuaku Sulihan dan Emierti yang selalu mendo’akan kesuksesan
penulis.
7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu yang
mengajar dan membimbing serta memberikan berbagai ilmunya dengan penuh
keiklasan.
8. Staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Bengkulu yang telah memberi pelayanan dengan baik dalam hal
adminitrasi.
9. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kelemahan
dan kekurangan dari berbagai sisi. Oleh karena ini, penulis mohan maaf dan
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
penulis ke depan.
Bengkulu 2017 M
1438 H
Nanda Syatria Utama
NIM 131 613 0205
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN .............................................................................................. ix
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian............................................................................. 6
E. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 7
F. Metode Penelitian................................................................................. 12
G. Sistematika Penuisan ............................................................................ 16
BAB II KAJIAN TEORI
A. Jual Beli dalam Islam
1. Pengertian Jual Beli........................................................................ 18
xii
2. Dasar Hukum Jual Beli .................................................................. 20
3. Macam-macam Jual Beli ................................................................ 23
4. Rukun dan Syarat Jual Beli ............................................................ 26
5. Praktek Jual Beli dalam Islam ........................................................ 29
B. Etika Bisnis dalam Islam
1. Pengertian Etika Bisnis dan Etika Bisnis Islam ............................. 30
2. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam ................................................... 34
3. Etika Bisnis Rasullulah .................................................................. 36
4. Prinsip Etika Bisnis Islam .............................................................. 42
C. Kadaluwarsa
1. Pengertian Kadaluwarsa ................................................................. 44
2. Fatwa MUI Tentang Kadaluwarsa ................................................. 48
3. Zat kimia yang Terkandung Serta Efek Negatif ............................ 49
BAB III GAMBAAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Letak Geografis Pasar .......................................................................... 52
B. Sejarah Singkat Pasar ........................................................................... 52
C. Keadaan Padagang ............................................................................... 55
D. Pedagang Makanan Kemasan di Pasar ................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Praktek Penjual Makanan Kadaluwarsa yang Dilakukan Oleh Pedagang
di Pasar Tradisional Sore Kelurahan Pematang Gubernur ................... 58
xiii
B. Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Perilaku Pedagang Menjual
Produk Makanan Kemasan Kadaluwarsa............................................. 63
C. Pandangan Etika Bisnis Islam Terhadap Produk Makanan Kemasan
Kadaluwarsa ........................................................................................ 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 68
B. Saran ..................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Jumlah Bangunan di Pasar ................................................................. 54
Tebel 2: Jumlah Pedagang di Pasar .................................................................. 55
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pengajuan Judul Proposal
Lampiran 2 : Bukti Menghadiri Seminar Proposal
Lampiran 3 : Catatan Perbaikan Proposal Skripsi
Lampiran 4 : Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran 5 : Halaman Pengesahan
Lampiran 6 : Pedoman Wawancara
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 : Surat Rekomendasi DPM_PTSP Provinsi Bengkulu
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian DPM_PTSP Kota Bengkulu
Lampiran 10 : Surat Keterangan Izin Penelitian Pasar
Lampiran 11 : Surat Keterangan Selesai Penelitian Pasar
Lampiran 12 : Catatan Perbaikan Bimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan jual-beli, banyak masalah yang kadang-kadang muncul
begitu saja.1 Jual dalam bahasa Arab (al-bai) sedangkan beli (asy-syira).
definisi lain yang dikemukakan ulama Malikiyah, syafiiyah, dan Hanabilah
jual beli merupakan saling tukar menukar harta dalam bentuk pemindahan
milik dan kepemilikan.2 Persaingan dalam kegiatan usaha senapas dengan
kegiatan usaha itu sendiri. Pada prinsipnya, setiap orang berhak menjual atau
membeli barang atau jasa ‘apa’, ‘dengan siapa’, ‘berapa banyak’ serta
“bagaimana cara” produksi, inilah apa yang disebut dengan ekonomi pasar.
Sejalan dengan itu, perilaku dan struktur pasar terkadang tidak dapat
diprediksi, sehingga tidak jarang menimbulkan kecurangan.3
Permasalahan yang dihadapi konsumen Indonesia, seperti juga yang
dialami konsumen di negara-negara berkembang lainnya, tidak hanya sekedar
bagaimana memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks dari itu yaitu
menyangkut kesadaran semua pihak, baik itu pengusaha, pemerintah, maupun
konsumen sendiri tentang pentingnya perlindungan konsumen.4
1 Zaeni Asyadie, Hukum Bisnis (Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia), (Jakarta:
RajaGrafindo, 2005), h. 103 2 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h. 111 3 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha (Teori dan Praktiknya di indonesia),
(RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2010), h. 1 4 Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaiaan Sengketa Konsumen Ditinjau Dari Hukum
Acara serta Kendala Implementasinya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 6
2
Salah satu bentuk kejahatan bisnis yang dilakukan oleh sebagian
pengusaha yang tidak bertanggung jawab adalah memproduksi, mengedarkan,
menawarkan produk-produk yang berbahaya bagi kesehatan manusia tanpa
memperhatikan akibat bagi konsumen tersebut telah menelan banyak korban.
Persaingan global yang terjadi membuat produsen menghalalkan segala cara
untuk meraup keuntungan. Akibatnya, berbagai cara dilakukan untuk
mengelabui konsumen.
Beberapa jenis produk pangan pada dasarnya bukan produk yang
membahayakan, tetapi mudah tercemar atau mengandung racun, yang apabila
lalai atau tidak berhati-hati pembuatannya, atau memang lalai untuk tetap
mengedarkan, atau sengaja tidak menarik produk pangan yang sudah
kadaluwarsa. Kelalaian tersebut erat kaitannya dengan kemajuan dibidang
industri yang menggunakan proses produksi dan distribusi barang yang
semakin kompleks. Dalam sistem mekanisme yang demikian, produk yang
bukan tergolong produk berbahaya, dapat saja membahayakan keselamatan
dan kesehatan konsumen, sehingga diperlukan instrumen yang membuat
standar perlindungan hukum yang tinggi dalam proses dan distribusi produk.5
Kebanyakan orang sekarang ini tidak begitu peduli dengan tanda
expired atau tanggal kadaluarsa dari produk-produk yang akan dibeli atau
yang telah dibeli, baik itu berupa produk yang bersifat primer atau pun
sekunder. Padahal dengan kita memperhatikan tanda expired atau tanggal
kadaluwarsa tersebut kita akan terhindar dari berbagai kerugian, baik itu
5 Yusuf Sofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen, (Jakarta:Pelangi
Cendika 2007), h. 69
3
kerugian material ataupun kerugian batin, seperti daya tahan tubuh kita
menjadi menurun dikarenakan keracunan makanan yang sudah kadaluwarsa
atau expired, karena kita tidak mengamati dengan jelas kapan produk dari
makanan ini sudah tidak layak kita konsumsi lagi atau sudah kadaluwarsa
atau expired. Adapun, ciri-ciri dari produk makanany ang sudah kadaluwarsa
atau expired itu terlihat dari bentuk kemasan yang sudah berubah seperti:6
1. Kalengnya sudah mengembung.
2. Makanan sudah berubah warna dikarenakan sudah berjamur.
3. Rasanya tidak seperti yang dipromosikan di kaleng.
4. Menimbulkan bau yang tidak sedap ketika di buka.
5. Terus bisa jadi kemasan produknya bukan kemasan terbaru tapi masih
dengan kemasan model yang lama.
6. Kemasan produk tidak berdebu itu bukanlah suatu jaminan bahwa produk
tersebut masih layak atau tidak untuk dikonsumsi.
Dalam upaya penyelesaian kasus-kasus konsumen tersebut, sering kali
YLKI berhadapan dengan tidak adanya peraturan atau tidak diawasinya
pelaksanaan suatu peraturan sehingga pengusaha dapat bersikap masa bodoh.
Perlindungan konsumen di Indonesia berdasar pada Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang dianggap dapat
memperjuangkan hak-hak konsumen dalam Undang-Undang No. 8 Tahun.
6 Adela Melista Putri, Ciri-Ciri Produk Produk Bahan Kadaluwarsa, dikutif dari
http://mediaindo.co.id/default.asp?page=371. Pada Tanggal 07 Februari 2017 Jam 01:51 WIB
4
Terkait persoalan perilaku pedagang yang menjual produk makanan
kadaluwarsa, Islam telah mengatur jual beli yang benar, hal ini dijelaskan
dalam (QS Al-Baqarah/2:188) Allah berfirman:
Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu Mengetahui” (QS Al-Baqarah/2: 88).7
Adapun dalam (QS Al-An'am/6:152) Allah berfirman :
Artinya: “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan
sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya.
Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun
ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat” (QS Al-An'am/6:152).8
Persoalan perilaku pedagang yang menjual produk makanan
kadaluwarsa dijelaskan juga oleh (HR. Ibnu Hibban 2: 326. Hadits ini
shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1058).
نا ف ليس منا، والمكر والداع ف النار من غش
7 Anggota IKAPI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Bandung: Cv Penerbit J-ART, 2014), h. 29 8 Anggota IKAPI, Al-Qur’an ..., h.149
5
Artinya: Barang siapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan
kami. Orang yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka”
(HR. Ibnu Hibban).9
Beban konsumen bertambah berat di masa krisis ekonomi ini, dengan
harga-harga yang tinggi, walaupun kualitasnya masih dipertanyakan, adanya
penipuan ukuran, berat kg, penggantian tanggal kadaluwarsa, pemalsuan,
serta beredarnya produk-produk luar negeri ilegal di pasaran.
Peredaran makanan yang telah memasuki tanggal kadaluwarsa ini juga
dapat ditemui peredarannya di pasar-pasar tradisional, modern seperti
supermarket atau swalayan serta warung-warung kios produk bahan, seperti
yang ditemukannya kasus peredaran makanan kemasan yang telah memasuki
tanggal kadaluwarsa ini beredar di pasar tradisonal sore yang terdapat di
kelurahan pematang Gubernur oleh seorang pembeli bernama Desi
menemukan beberapa makanan kemasan yakni mie instan yang kadaluwarsa.
Pedagang kios tersebut berkilah, mengaku tidak mengetahui jika ada barang-
barang yang tak layak jual.
Dengan adanya pedagang yang belum sesuai dengan etika bisnis Islam,
maka penulis tertarik untuk membahas dan menjadikan skripsi dengan Judul
“Perilaku Pedagang Menjual Produk Makanan Kemasan Yang
Kadaluwarsa Ditinjau Dari Etika Bisnis Islam” (Studi Pasar Tradisional
Sore Kel Pematang Gubernur).
9 Lidwa Pusaka I-Software, Syaikh Al Albani Dalam Ash Shahihah, (www.lidwapusaka)
No 1058
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian adalah:
1. Bagaimana praktek penjualan makanan kemasan kadaluwarsa dilakukan
oleh pedagang di pasar tradisional sore kel Pematang Gubernur ?
2. Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku pedagang menjual
produk makanan kemasan kadaluwarsa ?
3. Bagaimana pandangan etika bisnis Islam terhadap produk makanan
kemasan kadaluwarsa ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui praktek penjualan makanan kemasan kadaluwarsa
dilakukan oleh pedagang di pasar tradisional sore kel Pematang Gubernur.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku pedagang
menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa.
3. Untuk mengetahui pandangan etika bisnis Islam terhadap produk makanan
kemasan kadaluwarsa.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pengetahuan
bagi para penulis (pencari ilmu), serta para pedagang yang selama ini telah
melakukan praktek menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa
tinjauan etika bisnis Islam.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi
hukum pada umumnya guna memahami dasar dari pada peraturan
7
perundang-undangan yang ada di Indonesia. Dan diharapkan dapat
memberi masukan pada para pihak pedagang yang menjual produk
makanan kemasan kadaluwarsa, agar para pihak mengetahui, memahami
dan mengerti akan bahayanya mengkonsumsi produk makanan yang telah
kadaluwarsa bagi kesehatan konsumen.
E. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian mengenai
perilaku pedagang yang menjual produk makanan kemasan yang sudah
kadaluwarsa. Namun sebelumnya sudah ada penulis yang melakukan
penelitian berkaitan dengan perlindungan konsumen dalam Islam maupun
hukum positif yang berupa jurnal maupun skripsi dan berikut beberapa
penelitian tersebut.
1). Sevila Apriolem, 2013 Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Hukum Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dalam skripsinya yang berjudul
“Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Makanan
Dalam Kemasan Yang Telah Kadauwarsa dikota PekanBaru (Studi di Kel.
Sukaramai Kec. Pekanbaru Kota)”.10
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)
dengan mengunakan pendekatan kualitatif. Permasalahan pokok penelitian ini
yaitu pertama apa bentuk perlindungan hukum bagi konsumen terhadap
makanan dalam kemasan yang telah kadaluwarsa di kota Pekanbaru, kedua
Bagaimanakah tanggung jawab pelaku usaha dan upaya penyelesaian
10 Sevila Apriolem, “Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap
Makanan Dalam Kemasan Yang Telah Kadauwarsa dikota Pekan Baru (Studi di Kel. Sukaramai
Kec. Pekanbaru Kota)”. ( UIN Sultan Syarid Karim PekanBaru: Skripsi Sarjana, FEBI. 2013)
8
hukumnya jika terjadi perselisihan antara konsumen dan pelaku usaha
terhadap makanan dalam kemasan yang telah kadaluwarsa, serta ketiga
apakah penanganannya sudah terlaksana dengan baik oleh pihak-pihak
penegak hukum terhadap pelaku usaha yang nakal. Adapun metode yang
dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan sudut pandang yuridis
empiris, sedangkan dalam menetapkan sampel menggunakan teknik random
sampling yang mana respondennya ditetapkan secara acak, sementara
pengambilan data dilakukan dengan cara menelitian langsung kemudian
menanyakan langsung kepada pihak-pihak yang terkait serta dari buku-buku
literatur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta pendapat para
ahli.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa, pelaksanaan perlindungan
terhadap konsumen atas makanan dalam kemasan yang telah kadaluwarsa
yang dijual pedagang di kota Pekanbaru adalah dilakukan pedagang dengan
memberikan pengganti rugian dan agar pelaksanaan perlindungan konsumen
itu dapat terlaksana dengan baik dilakukan pengawasan oleh pemerintah.
Perbedaan pembahasan Sevila Apriolem dengan penulis adalah penulis
lebih menjelaskan dan fokus pada perilaku pedangan yang melakukan
kecurangan pada penjualan produk makanan kemasan yang kadaluwarsa
sedangkan penulis menjelaskan perilaku konsumen dalam menghadapi
perilaku pedagang yang melakukan kecurangan berdagang produk kemasan
kedaluwarsa.
9
Persamaannya pembahasan Sevila Apriolem dengan penulis adalah
sama-sama mengkaji hukum perilaku bagi para pedagang yang melakukan
kecurangan dalam menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa di tinjau
dari hukum etika bisnis Islam.
2). Irsyad Santoso, 2014 mahasiswa S1 Jurusan Ekonomi Islama Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam skripsinya yang berjudul
“Perlindungan Konsumen Terhadap Produk makanan dan Minuman Menurut
MUI dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen Persefektif Bisnis Islam”.11
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)
dengan mengunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menganalisis mengenai
bentuk perlindungan konsumen terhadap produk makanan dan minuman
menurut MUI dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 serta dampak
apabila tidak ada perlindungan konsumen terhadapmakanandan minuman.
Hasil dari penelitian tersebut adalah pemberian sanksi sebagai akibat
hukum dari pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha. Selain itu,
menurut MUI bentuk perlindungan konsumen mengeluarkan fatwa tentang
pedoman produk halal dengan penekanan pada produk-produk yang
terkandung pada produk makanan dan diberlakukannya sanksi perdata,
pidana, dan administratif.
11 Isyad Santoso, “Perlindungan Konsumen Terhadap Produk produk bahan dan
Minuman Menurut MUI dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen Persefektif Bisnis Islam”, (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Skripsi Sarjana, FEBI.
2014)
10
Perbedaan pembahasan Irsyad Santoso dengan penulis adalah penulis
lebih mengkaji perlindungan konsumen terhadap produk makanan dan
minuman MUI dan UUN.
Persamaannya pembahasan Irsyad Santoso dengan penulis adalah sama-
sama mengkaji produk yang dijual dengan keadaan sudah tidak layak atau
kadaluwarsa dalam tinjauan persefektif bisnis Islam.
3). Nurhayati tahun, 2015 mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Islam Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam skripsinya yang berjudul
“Tinjauan Hukum Bisnis Islam Terhadap Produsen makanan ringan Kepada
Konsumen di Dukuh Karangnongko Desa Jarum Kecamatan Bayat
Kabupaten Klaten”.12
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)
dengan mengunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menganalisis tanggung
jawab produsen makanan ringan kepada konsumen di Dukuh Karangnongko
dan pandangan hukum Islam mengenai tanggung jawab produsen makanan
ringan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 telah mengatur mengenai
tanggung jawab produsen kepada konsumen, sehingga produsen harus
mematuhi aturan tersebut, serta dalam Islam tanggung jawab produsen
terletak pada sifat makanan tersebut harus membawa kemaslahatan bagi
konsumen
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 83% para pedagang di Dukuh
Karangnongko sudah menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis Islam dalam
12 Nurhayati, “Tinjauan Hukum Bisnis Islam Terhadap Produsenproduk bahan ringan
Kepada Konsumen di Dukuh Karangnongko Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten “
,(UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Skripsi Sarjana, FEBI. 2015)
11
menjalankan usahanya. Di dalam kegiatan produksi hampir seluruh pedagang
di Dukuh Karangnongko, yakni sebesar 96% Untuk sistem harga, sebanyak
78% pedagang di Dukuh Karangnongko sudah menerapkan sistem harga
sesuai yang disyariahkan sudah menjalankan sesuai syariat Islam serta tidak
ditemukan persaingan yang tidak sehat antar pedagang. Selain itu, manajemen
secara syariah Islam sudah diimplementasikan oleh sekitar 80% dari para
pedagang di Dukun Karangnongko.
Perbedaan pembahasan Nurhayati dengan penulis adalah penulis lebih
fokus pada prinsip-prinsip etika bisnis Islam dalam menjalankan usahanya
seperti prinsip etika sistem harga dan barang yang dijual sebagai
permasalahannya.
Persamaannya pembahasan Nurhayati dengan penulis saya adalah
sama-sama mengunakan prinsip-prinsip etika bisnis Islam sebagai pedoman
dalam mengkaji dari setiap perilaku para pedagang dalam berjualan.
Kesimpulan skripsi ini menganalisis mengenai perilaku pedagang yang
menjual produk makanan kemasan yang kadaluwarsa oleh pemilik kios-kios
warung di pasar tradisional sore kel Pematang Gubernur. Penelitian
menggunakan metode field research (penelitian lapangan) dengan teknik
observasi dan wawancara. Fokus penelitian ada pada praktek jual beli
makanan kemasan di pasar tradisonal sore kel pematang gubernur, Kec Muara
Bangkahulu, kota Bengkulu.
12
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
a. Jenis
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), di
mana peneliti mengamati dan berpartisipasi secara langsung . Dalam
penelitian lapangan, peneliti secara individu berbicara dan mengamati
secara langsung orang-orang yang sedang ditelitinya. Melalui interaksi
selama beberapa bulan atau tahun mempelajari tentang mereka, sejarah
hidup mereka, kebiasaan mereka, harapan, ketakutan, dan mimpi
mereka. Peneliti bertemu dengan orang atau komunitas baru,
mengembangkan persahabatan, dan menemukan dunia sosial baru, hal
ini sering dianggap menyenangkan. Akan tetapi, penelitian lapangan
juga memakan waktu, menguras emosional, dan kadang-kadang secara
fisik berbahaya. Penelitian yang dilakukan yang berkaitan dengan
perilaku pedagang yang menjual produk makanan kemasan yang sudah
kadaluwarsa.
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, fungsi
kajian teori adalah sebagai pedoman atau kerangka acuan, yaitu
dengan cara memaparkan data tentang suatu masalah yang
berhubungan dengan praktek perilaku pedagang yang menjual produk
makanan kemasan yang sudah kadaluwarsa.
13
2. Waktu dan lokasi Penelitian
a. Waktu
Waktu penelitian dimulai dari tanggal 10 Juli 2017 sampai dengan 10
Agustus 2017
b. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di pasar tradisional sore kel Pematang Gubernur Kec
Muara Bangkahulu Kota Bengkulu karena di pasar tersebut masih
banyak ditemukan para pedagang yang menjual produk makanan
kemasan yang sudah kadaluwarsa tanpa memperhatikan bahaya dari
produk yang dijual.
3. Subjek/Informan penelitian
Subjek penelitian ini adalah Para pelaku pedagang pasar tradisonal
sore kel pematang gubernur yang menjual produk makanan kemasan
kadaluwarsa sebanyak 6 (enam) pedagang dan diambil secara acak 2 (dua)
pembeli produk makanan kemasan kadaluwarsa.
4. Sumber Teknik Pengumpulan Data
a. Sumber data penelitian dalam penulisan ini adalah:
1. Sumber data primer ialah data yang diperoleh dari penelitian
langsung melalui wawancara serta menanyakan langsung terhadap
para pedagang yang menjual produk makanan dalam kemasan yang
telah kadaluwarsa.
14
2. Sumber data sekunder ialah data yang diperoleh dari buku-buku
literatur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
pendapat para ahli.
b. Teknik pengumpulan data:
Untuk mendapatkan data yang relevan dan akurat dalam
memberikan jawaban permasalahan dalam penelitian ini maka
teknikpengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Observasi
Observasi ialah metode atau cara-cara yang menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan cara melihat dan mengamati langsung objek penelitian.
Dari observasi masih banyak ditemukan pedagang menjual produk
makanan kemasan yang kadaluawarsa.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
cara mengadakan komunikasi langsung dengan sumber data.
Wawancara ini dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait seperti
pemilik kios yang kedapatan menjual produk makanan
kadaluwarsa di kel Pematang Gubernur.
3. Studi Pustaka
Dilakukan dengan cara memperdalam berbagai literatur yang
terkait dengan perlindungan konsumen seperti peraturan
15
perundang-undangan, dan teori-teori sebagai tambahan dalam
penulisan skripsi.
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tekhnik analisis data
interaktif Miles dan Huberman. Yaitu menganalisis data dengan cara
reduksi data, penyajian data dan kemudian penarikan kesimpulan dan
verifikasi.13
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, mempokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.14
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah
menyajikan data. Menyajikan data dalam penelitian kualitatif bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sebagainya. Miles dan Huberman menyatakan:
“The most form of display data for qualitative research data in the pas
has been narative tex” artinya yang paling sering digunakan untuk
13 Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas FEBI IAIN Bengkulu,
(Bengkulu, IAIN, 2016), h. 19 14 Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Skripsi ..., h. 20
16
menyajikan data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat
naratif. Selain dalam bentuk naratif, display data dapat juga berupa
grafik, matriks, jejaring kerja.
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah kesimpulan awal yang
dikemukakan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredible (dapat
dipercaya).15
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian merupakan salah satu syarat dalam
penulisan karya ilmiah, untuk memudahkan penelitian dalam penulisan
skripsi ini maka penulis menyatakan penulisan sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, tujuan, kegunaan, penelitian terdahulu, kajian teori, metode
penelitian, dan sisitematika penulisan.
Bab kedua kajian teori jual beli meliputi pengertian jual beli dalam
Islam, dasar hukum jual beli dalam Islam, macam-macam jual beli dalam
Islam, syarat dan rukun jual beli dalam Islam, praktek jual beli dalam Islam.
Teori etika bisnis Islam pengertian etika bisnis dan etika bisnis Islam, dasar
15 Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Skripsi..., h. 21
17
hukum etika bisnis Islam, etika bisnis Rasullulah, prinsip etika bisnis Islam
dan Teori kadaluwarsa meliputi pengertian kadaluwarsa, zat kimia yang
terkandung serta efek yang ditimbulkan, dan penanganan dan tips aman
membeli produk makanan.
Bab ketiga gambaran umum objek penelitian yang meliputi letak
geografis pasar tradisional sore Kel Pematang Gubernur, sejarah singkat pasar
tradisional sore Kel Pematang Gubernur.
Bab keempat hasil penelitian dan pembahasan meliputi:
1) Praktek pedagang pasar tradisional sore Kel Pematang Gubernur,
2) Latar belakang praktek perilaku pedagang pasar tradisional sore Kel
Pematang Gubernur yang menjual produk makanan kemasan yang
kadaluwarsa,
3) Pandangan etika bisnis Islam terhadap praktek pedagang pasar tradisional
sore Kel Pematang Gubernur yang menjual produk makanan kemasan
yang kadaluwarsa.
Bab kelima adalah penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
18
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Jual Beli dalam Islam
1. Pengertian Jual beli
Jual beli atau perdagangan dalam etimologi berarti menjual atau
mengganti. Wahbah al-Zuhaily mengartikan secara bahasa dengan
menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kata al-Ba.i dalam Arab
terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata al-Syira (beli).
Dengan demikian, kata al-ba’I berarti jual, tetapi sekalius juga berarti
beli.1
Secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang
masing definisi sama.
Sebagian ulama lain memberi pengertian :
a. Sayyid Sabiq
Ia mendefinisikan bahwa jual beli ialah pertukaran harta dengan
harta atas dasar saling merelakan atau memindahkan milik dengan
ganti yang dapat dibenarkan. Dalam definisi tersebut harta dan, milik,
dengan ganti dan dapat dibenarkan.Yang dimaksud harta harta dalam
definisi diatas yaitu segala yang dimiliki dan bermanfaat, maka
dikecualikan yang bukan milik dan tidak bermanfaat.Yang dimaksud
dengan ganti agar dapat dibedakan dengan hibah (pemberian),
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia,ed.IV, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.
418
19
sedangkan yang dimaksud dapat dibenarkan (ma’dzun fih) agar dapat
dibedakan dengan jual beli yang terlarang.
b. Ulama hanafiyah
Ia mendefinisikan bahwa jual beli adalah saling tukar harta dengan
harta lain melalui Cara yang khusus. Yang dimaksud ulama hanafiyah
dengan kata-kata tersebut adalah melalui ijab qabul, atau juga boleh
melalui saling memberikan barang dan harga dari penjual dan pembeli.
c. Ibnu Qudamah
Menurutnya jual beli adalah saling menukar harta dengan harta
dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan.Dalam definisi ini
ditekankan kata milik dan pemilikan, karena ada juga tukar menukar
harta yang sifatnya tidak haus dimiliki seperti sewa menyewa.2
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli ialah
suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai
secara ridha di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda
dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang
telah dibenarkan syara’ dan disepakati. Inti dari beberapa pengertian
tersebut mempunyai kesamaan dan mengandung hal-hal antara lain :
a. Jual beli dilakukan oleh 2 orang (2 sisi) yang saling melakukan tukar
menukar.
b. Tukar menukar tersebut atas suatu barang atau sesuatu yang dihukumi
seperti barang, yakni kemanfaatan dari kedua belah pihak.
2 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h. 112
20
c. Sesuatu yang tidak berupa barang/harta atau yang dihukumi sepertinya
tidak sah untuk diperjualbelikan.
d. Tukar menukar tersebut hukumnya tetap berlaku, yakni kedua belah
pihak memilikisesuatu yang diserahkan kepadanya dengan adanya
ketetapan jual beli dengan kepemilikan abadi.
2. Dasar hukum Jual Beli
Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat
manusia mempunyai landasan yang kuat dalam al-quran dan sunah
Rasulullah saw. Terdapat beberapa ayat al-quran dan sunah Rasulullah
saw, yang berbicara tentang jual beli, antara lain :
a. Al-Quran
1) Allah berfirman (QS Al-Baqarah/2:275) Allah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah
21
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang Telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya” (QS Al-Baqarah/2:275).3
2) Allah berfirman (QS Al-Baqarah/2:198) Tidak ada dosa bagimu
untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.
Artinya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki
hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu Telah
bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam.
dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang
ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu
benar-benar termasuk orang-orang yang sesat” (Al-
Baqarah/2:198).4
3) Allah berfirman (QS An-Nisa/4:29) “…kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu…”
3 Anggota IKAPI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Bandung: Cv Penerbit J-ART, 2014), h.47 4 Anggota IKAPI, Al-Qur’an ..., h. 31
22
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS An-Nisa/4:29).5
b. Hadist
Abu Hurairah radhiallahu‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah
saw bersabda:
لحعة مححقة للحب ركة قة للس لف من ف الح
Artinya: “Sumpah itu (memang biasanya) melariskan dagangan
jual beli namun bisa menghilangkan berkahnya” (HR. Al-Bukhari
no. 1945 dan Muslim no. 1606).6
Dari kandungan ayat-ayat Al-quran dan sabda-sabda Rasul di atas,
para ulama fiqh mengatakan bahwa hukum asal dari jual beli yaitu mubah
(boleh). Akan tetapi, pada situasi-situasi tertentu. Menurut Imam Al-
Syathibi, pakar Fiqh Maliki, hukumnya boleh berubah menjadi wajib.
Imam Al-Syathibi memberi contoh ketika terjadi praktik ihtikar
(penimbunan barang sehingga stok hilang dari pasar dan harga melonjak
naik). Apabila seorang melakukan ihtikar dan mengakibatkan melonjaknya
harga barang yang ditimbun dan disimpan itu, maka menurutnya, pihak
pemerintah boleh memaksa pedagang untuk menjual barangnya itu sesuai
dengan harga sebelum terjadinya pelonjakan harga. Dalam hal ini
menurutnya, pedagang itu wajib menjual barangnya sesuai dengan
5 Anggota IKAPI, Al-Qur’an ..., h. 83 6 Lidwa Pusaka I-Software, Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, (www.lidwapusaka) No.
1945 dan No. 1606
23
ketentuan pemerintah. Hal ini sama prinsipnya dengan Al-Syathibi bahwa
yang mubah itu apabila ditinggalkan secara total , maka hukumnya boleh
menjadi wajib. Apabila sekelompok pedagang besar melakukan boikot
tidak mau menjual beras lagi, pihak pemerintah boleh memaksa mereka
untuk berdagang beras dan pedagang ini wajib melaksanakannya
.demikian pula, pada kondisi-kondisi lainnya.7
3. Macam-macam Jual Beli
Jual beli dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu:
a. Ditinjau dari segi bendanya dapat dibedakan menjadi:
1) Jual beli benda yang kelihatan, yaitu jual beli yang pada waktu
akad, barangnya ada di hadapan penjual dan pembeli.
2) Jual beli salam, atau bisa juga disebut dengan pesanan. Dalam jual
beli ini harus disebutkan sifat-sifat barang dan harga harus
dipegang ditempat akad berlangsung.
3) Jual beli benda yang tidak ada, Jual beli seperti ini tidak
diperbolehkan dalam agama Islam.
b. Ditinjau dari segi pelaku atau subjek jual beli:
1) Dengan lisan, akad yang dilakukan dengan lisan atau perkataan.
Bagi orang bisu dapat diganti dengan isyarat.
2) Dengan perantara, misalnya dengan tulisan atau surat menyurat.
Jual beli ini dilakukan oleh penjual dan pembeli, tidak dalam satu
majlis akad, dan ini dibolehkan menurut syara’.
7 Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah,. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 26.
24
3) Jual beli dengan perbuatan, yaitu mengambil dan memberikan
barang tanpa ijab kabul. Misalnya seseorang mengambil mie instan
yang sudah bertuliskan label harganya. Menurut sebagian ulama
syafiiyah hal ini dilarang karena ijab kabul adalah rukun dan syarat
jual beli, namun sebagian syafiiyah lainnya seperti Imam Nawawi
membolehkannya.
c. Dinjau dari segi hukumnya
Jual beli dinyatakan sah atau tidak sah bergantung pada
pemenuhan syarat dan rukun jual beli yang telah dijelaskan di atas.
Dari sudut pandang ini, jumhur ulama membaginya menjadi dua,
yaitu:
1) Shahih, yaitu jual beli yang memenuhi syarat dan rukunnya.
2) Ghairu Shahih, yaitu jual beli yang tidak memenuhi salah satu
syarat dan rukunnya.
Sedangkan fuqaha atau ulama Hanafiyah membedakan jual beli
menjadi tiga, yaitu:
1) Shahih, yaitu jual beli yang memenuhi syarat dan rukunnya
2) Bathil, adalah jual beli yang tidak memenuhi rukun dan syarat jual
beli, dan ini tidak diperkenankan oleh syara’. Misalnya:
a) Jual beli atas barang yang tidak ada (bai’ al-ma’dum), seperti
jual beli janin di dalam perut ibu dan jual beli buah yang tidak
tampak.
25
b) Jual beli barang yang zatnya haram dan najis, seperti babi,
bangkai dan khamar.
c) Jual beli bersyarat, yaitu jual beli yang ijab kabulnya dikaitkan
dengan syarat-syarat tertentu yang tidak ada kaitannya dengan
jual beli.
d) Jual beli yang menimbulkan kemudharatan, seperti jual beli
patung, salib atau buku-buku bacaan porno.
e) Segala bentuk jual beli yang mengakibatkan penganiayaan
hukumnya haram, seperti menjual anak binatang yang masih
bergantung pada induknya.8
3) Fasid yaitu jual beli yang secara prinsip tidak bertentangan dengan
syara’ namun terdapat sifat-sifat tertentu yang menghalangi
keabsahannya. Misalnya :
a) jual beli barang yang wujudnya ada, namun tidak dihadirkan
ketika berlangsungnya akad.
b) Jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota atau pasar,
yaitu menguasai barang sebelum sampai ke pasar agar dapat
membelinya dengan harga murah
c) Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun,
kemudian akan dijual ketika harga naik karena kelangkaan
barang tersebut.
d) Jual beli barang rampasan atau curian.
8 Thauam Marufah, Jual Beli dan Khiyar, di kutip pada situs: http://bolo-
kiyai.blogspot.com/2011/11/makalah-jual-beli-dan-khiyar.html. Diunduh pada tanggal 01 Agustus
2017, 20.38 WIB.
26
e) Menawar barang yang sedang ditawar orang lain.9
4. Rukun dan Syarat Jual Beli
Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi,
sehingga jual beli itu dpat dikatakan sah oleh syara’.Dalam menentukan
rukun jual beli terdapat perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan
jumhur ulama. Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu, yaitu
ijab qabul, ijab adalah ungkapan membeli dari pembeli, dan qabul adalah
ungkapan menjual dari penjual. Menurut mereka, yang menjadi rukun
dalam jual beli itu hanyalah kerelaan (ridha) kedua belah pihak untuk
melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu
merupakan unsur hati yang sulit untuk diindra sehingga tidak kelihatan,
maka diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan itu dari kedua belah
pihak. Indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak yang
melakukan transaksi jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam ijab
dan qabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga
barang.10
Akan tetapi jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu
ada empat, yaitu :
a. Ada orang yang berakad (penjual dan pembeli).
b. Ada sighat (lafal ijab qabul).
c. Ada barang yang dibeli (ma’qud alaih)
d. Ada nilai tukar pengganti barang.
9 Mardana, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012). h. 102 10 Nasrun Haroen, fiqh muamalah, h. 7
27
Menurut ulama Hanafiyah, orang yang berakad, barang yang
dibeli, dan nilai tukar barang termasuk kedalam syarat-syarat jual beli,
bukan rukun jual beli.
Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang
dikemukakan jumhur ulama diatas sebagai berikut :
a. Syarat-syarat orang yang berakad
Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli
itu harus memenuhi syarat, yaitu :
1) Berakal sehat, oleh sebab itu seorang penjual dan pembeli harus
memiliki akal yang sehat agar dapat meakukan transaksi jual beli
dengan keadaan sadar. Jual beli yang dilakukan anak kecil yang
belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah.
2) Atas dasar suka sama suka, yaitu kehendak sendiri dan tidak
dipaksa pihak manapun.
3) Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda, maksudnya
seorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan
sebagai penjual sekaligus sebagai pembeli.
b. Syarat yang terkait dalam ijab qabul
1) Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal.
2) Qabul sesuai dengan ijab. Apabila antara ijab dan qabul tidak
sesuai maka jual beli tidak sah.
28
3) Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis. Maksudnya kedua
belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan
topik yang sama.11
4) Syarat-syarat barang yang diperjual belikan
Syarat-syarat yang terkait dengan barang yang diperjualbelikan
sebagai berikut :
1) Suci, dalam islam tidak sah melakukan transaksi jual beli barang
najis, seperti bangkai, babi, anjing, dan sebagainya.
2) Barang yang diperjualbelikan merupakan milik sendiri atau diberi
kuasa orang lain yang memilikinya.
3) Barang yang diperjualbelikan ada manfaatnya. Contoh barang yang
tidak bermanfaat adalah lalat, nyamauk, dan sebagainya. Barang-
barang seperti ini tidak sah diperjualbelikan. Akan tetapi, jika
dikemudian hari barang ini bermanfaat akibat perkembangan
tekhnologi atau yang lainnya, maka barang-barang itu sah
diperjualbelikan.
4) Barang yang diperjualbelikan jelas dan dapat dikuasai.
5) Barang yang diperjualbelikan dapat diketahui kadarnya, jenisnya,
sifat, dan harganya.
6) Boleh diserahkan saat akad berlangsung .12
11 Nasrun Haroen, fiqh ..., h. 9 12 MS. Wawan Djunaedi, Fiqih, (Jakarta : PT. Listafariska Putra, 2008), h. 98
29
c. Syarat-syarat nilai tukar (harga barang)
Nilai tukar barang yang dijual (untuk zaman sekarang adalah uang)
tukar ini para ulama fiqh membedakan Al-tsaman dengan Al-si’r.
Menurut mareka, Al-tsaman adalah harga pasar yang berlaku di
tengah-tengah masyarakat secara actual, sedangkan Al-si’r adalah
modal barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual
ke konsumen (pemakai). Dengan demikian, harga barang itu ada dua,
yaitu harga antar pedagang dan harga antar pedagang dan konsumen
(harga dipasar).
Syarat-syarat nilai tukar (harga barang) yaitu :
1) Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.
2) Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukumseperti
pembayaran dengan cek dan kartu kredit. Apabila harga barang itu
dibayar kemudian (berutang) maka pembayarannya harus jelas.
3) Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan
barang maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang
diharamkan oleh syara’, seperti babi, dan khamar, karena kedua
jenis benda ini tidak bernilai menurut syara’.13
5. Praktek Jual Beli dalam Islam
Jual beli merupakan transaksi yang paling banyak dilakukan oleh
masyarakat, dibandingkan dengan transaksi-transaksi lainnya, maka sudah
sepantasnya transaksi tersebut harus mendapat legalitas dari syara'.
13 Ghufron Ihsan. MA, Fiqh Muamalat, (Jakarta : Prenada Media Grup, 2008), h. 35
30
Karena dengan legalitas dari syara', kita akan aman dari permasalahan
yang akan timbul di kemudian hari.
Praktek jual beli itu diperbolehkan dalam Islam. Hal ini
dikarenakan jual beli adalah sarana manusia dalam mencukupi kebutuhan
mereka, dan menjalin silaturahmi antara mereka. Namun demikian, tidak
semua jual beli diperbolehkan. Ada juga jual beli yang dilarang karena
tidak memenuhi rukun atau syarat jual beli yang sudah disyariatkan.
Rukun jual beli adalah adanya akad (ijab kabul), subjek akad dan objek
akad yang kesemuanya mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi, dan
itu semua telah dijelaskan di atas. Walaupun banyak perbedaan pendapat
dari kalangan ulama dalam menentukan rukun dan syarat jual beli, namun
pada intinya terdapat kesamaan, yang berbeda hanyalah perumusannya
saja, tetapi inti dari rukun dan syaratnya hampir sama.
B. Etika Bisnis Dalam Islam
1. Pengertian Etika Bisnis dan Etika Bisnis Islam
a. Pengertian Etika Bisnis
Etika Bisnis sebagai seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar,
dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas.
Dalam arti lain Etika Bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma dimana
para pelaku bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi, berperilaku,
dan berelasi guna mencapai ‘daratan’ atau tujuan-tujuan bisnisnya dengan
selamat. Selain itu, etika bisnis juga dapat berarti pemikiran atau refleksi
tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis, yaitu refleksi tentang
31
perbuatan baik, buruk, terpuji, tercela, benar, salah, wajar, tidak wajar,
pantas, tidak pantas dari perilaku seseorang dalam berbisnis atau bekerja.14
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani Kuno ethos yang
berarti sikap, cara berpikir, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, watak
kesusilaan. Etika adalah prinsip, norma, dan standar perilaku yang
mengatur individu maupun kelompok yang membedakan apa yang benar
dan apa yang salah.15
Secara terminologis arti etika sangat dekat pengertiannya dengan
istilah Al quran Al khuluq. Untuk mendeskripsikan konsep kebajikan, Al
quran menggunakan sejumlah terminologi sebagai berikut: Khair, Bir,
Qist, Adl, Haqq, Maruf, dan Taqwa.16
Definisi etika Menurut Ahmad Amin memberikan batasan bahwa
etika atau akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti yang baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada
lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
harus diperbuat.
Menurut K. Bertens dalam buku Etika, merumuskan pengertian etika
kepada tiga pengertian juga; Pertama, etika digunakan dalam pengertian
nilai-niai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika dalam
14 Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, cet.I, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005), h. 13 15 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,2011), h. 35 16 Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam ..., h. 5
32
pengertian kumpulan asas atau nilai-nilai moral atau kode etik. Ketiga,
etika sebagai ilmu tentang baik dan buruk.
Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (Akhlak).17
Ethics (Etika) menurut Kamus Ekonomi Uang dan Bank adalah
disiplin pribadi seseorang dalam hubungannya dengan lingkungan, lebih
dari yang sekedar ditentukan oleh undang-undang. Misalnya yang ada di
bidang akuntansi di Indonesia, yakni Kode Etik Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) yang terbentuk pada tahun 1972.18
Menurut Prof. Owen Bisnis ialah suatu perusahaan yang berkaitan
dengan produksi dan distribusi barang untuk dijual kembali ke pasaratau
memberikan harga dalam setiap barang ataupun jasa. Sedangkan menurut
Urwick dan Hunt Bisnis ialah setiap perusahan yang memproduksi dan
mendistribusikan serta menyediakan barang atau jasa yang diperlukan
masyarakat dan atas dasar kesediaannya dalam membeli atau membayar.
Bisnis menurut KBBI adalah usaha komersial dalam dunia
perdagangan; bidang usaha; usaha dagang; bekerja di bidang.19
Bisnis menurut Kamus Ilmiah Serapan Disertasi Entri Tambahan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah adalah bidang usaha; yang sifatnya
mencari keuntungan; usaha di bidang komersial; usaha dagang.
17 Kamus Besar Bahasa Indonesia,ed.IV, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008),
h. 383 18 Sudarsono dan Edilius, Kamus Ekonomi Uang dan Bank,cet.III, (Jakarta: PT RINEKA
CIPTA, 2007), h. 110 19 Sudarsono dan Edilius, Kamus Ekonomi Uang dan Bank ..., h. 200
33
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan Etika bisnis adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan bisnis yang
mencakup seluruh aspek yang masih berkaitan dengan personal,
perusahaan ataupun masyarakat. atau bisa juga diartikan pengetahuan
tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal secara
ekonomi maupun sosial.
b. Pengertian Etika Bisnis Islam
Etika dalam pemikiran Islam dimasukkan dalam filsafat praktis (Al
hikmah al amaliyah) bersama politk dan ekonomi. Berbicara tentang:
sebagaimana seharusnya. Moral merupakan nilai baik dan buruk dari
setiap perbuatan manusia sedangkan Etika merupakan ilmu yang
mempelajari tentang baik dan buruk . Dalam disiplin filsafat, Etika sering
dinamakan dengan Filsafat Moral.20
Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan Al-tijarah,
Al-bai’, Radayantum, dan Isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu
al-tijarah dan dalam bahasa arab Tijaraha, berawal dari kata dasar t-j-r,
tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang atau berniaga. At-
tijaratun walmutjar yaitu perdagangan, perniagaan (menurut kamus al-
munawwir).
20 Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam ..., h. 31
34
Menurut Ar-Raghib al-Asfahani dalam Al-mufradat fi gharib al-
Qur’an , At-Tijarah bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari
keuntungan.
Menurut Ibnu Farabi, yang dikutip ar-Raghib , Fulanun tajirun bi
kadza, berarti seseorang yang mahir dan cakap yang mengetahui arah dan
tujuan yang diupayakan dalam usahanya.
Secara sederhana mempelajari etika bisnis dalam Islam berarti
mempelajari tentang mana yang baik/buruk, benar/salah dalam dunia
bisnis berdasarkan kepada prinsip-prinsip moralitas. Moralitas disini,
sebagaimana disinggung di atas berarti: aspek baik/buruk, terpuji/tercela,
benar/salah, wajar/tidak wajar, pantas/tidak pantas dari perilaku manusia.
Kemudian dalam kajian etika bisnis Islam susunan adjectivedi atas
ditambah dengan halal-haram (degrees of lawful and lawful), menurut
Husein Sahatah seperti dikutip oleh Faisal Badroen, dkk, menyatakan
bahwa sejumlah perilaku etis bisnis (Akhlaq al Islamiyah) yang dibungkus
dengan dhawabith syariah (batasan syariah) atau general guideline.21
2. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam
Terdapat beberapa ayat al-quran dan sunah Rasulullah saw, yang
berbicara tentang Etika Bisnis Islam, antara lain :
a. Al quran
Allah berfirman (QS At Tawbah/9: 24):
21 Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, h. 62
35
Artinya: “Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya
dan dari berjihad di jalan nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan Keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik” (QS At Taubah/9: 24).22
Terdapat juga dalam firman Allah (QS As Shaff/59:10):
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku
tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab
yang pedih?” (QS As Shaff/59:10).23
b. Hadits
Abu Hurairah radhiallahu‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لحعة مححقة للحب ركة قة للس لف من ف الح
Artinya: “Sumpah itu (memang biasanya) melariskan dagangan
jual beli namun bisa menghilangkan berkahnya” (HR. Al-Bukhari
no. 1945 dan Muslim no. 1606).24
22 Anggota IKAPI, Al-Qur’an..., h. 190 23 Anggota IKAPI, Al-Qur’an ..., h. 552
36
3. Etika Bisnis Rasullulah
Ajaran etika dalam Islam pada prinsipnya manusia dituntut untuk
berbuat baik pada dirinya sendiri, kepada manusia dan lingkungan alam di
sekitarnya, dan kepada Tuhan selaku penciptaNya. Terdapat lima prinsip
yang mendasari etika Islam:
a. Unity (Kesatuan)
Merupakan refleksi konsep tauhid yang memadukan seluruh
aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya
menjadi keseluruhan yang homogen, konsisten dan teratur. Adanya
hubungan yang vertikal atau horizontal yaitu hubungan antar sesama
manusia maupun manusia dengan penciptanya.25
b. Equilibrium (Keseimbangan)
Konsep ini hampir sama dengan konsep adil, berdimensi
horizontal yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada alam
semesta. Maka, keseimbangan, kebersamaan, kemoderatan merupakan
prinsip etis yang harus diterapkan dalam aktivitas maupun entitas
bisnis. Praktik konsep ini dalam etika bisnis misalnya berlaku lurus
dalam takaran atau timbangan.26
Dalam beraktifitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan
untuk berbuat adil, tak terkecuali kepada pihak yang tidak disukai.
Pengertian adil diarahkan agar hak orang lain, hak lingkungan sosial, hak
24 Lidwa Pusaka I-Software, Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, (www.lidwapusaka)
No. 1945 dan No. 1606 25 A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah Teori dan
Praktik The Celestial Management, (Jakarta: Salemba Empat, 2010), h. 34 26 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis ..., h. 37
37
alam semesta dan hak Allah dan Rasulnya berlaku sebagai stakeholder
dari perilaku adil seseorang. Semua hak-hak tersebut harus ditempatkan
sebagaimana mestinya (sesuai aturan syariah). Tidak mengakomodir salah
satu hak diatas, dapat menempatkan seseorang tersebut kepada kezaliman,
karenanya orang yang adil akan lebih dekat kepada ketakwaan.27 Allah
berfirman dalam (QS. Al-Maaidah/5:8):
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”(QS. Al-Maaidah/5:8).28
c. Free Will (Kebebasan)
Konsep ini berarti bebas memilih atau berkehendak sesuai etika
atau sebaliknya. Ayat Al Qur’an yang merupakan dasar dari konsep ini
adalah Dan katakanlah (Muhammad) kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu.29 Jadi, saat seseorang menjadi muslim, ia harus
menyerahkan kehendaknya kepada Allah dalam (QS Al-Kahfi/18:2):
27 Faisal Badoren, dkk, Etika Bisnis ..., h.78 28 Anggota IKAPI, Al-Quran ..., h. 108 29 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis ..., h. 43
38
Artinya: “Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami
Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka
akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek” (QS Al-Kahfi/18:29).30
d. Responsibility (Tanggung Jawab)
Adalah bentuk pertanggungjawaban kepada setiap tindakan.
Menurut Sayid Quthb seperti dikutip oleh A. Riawan Amin dan Tim
PEBS FEUI, menyatakan bahwa prinsip pertanggung jawaban Islam
adalah tanggung jawab yang seimbang dalam segala bentuk dan ruang
lingkupnya, antara jiwa dan raga, antara orang dan keluarga, antara
individu dan masyarakat, serta antara masyarakat dengan masyarakat
lainnya.31
e. Benevolence (Kebenaran)
Kebenaran dalam konsep ini juga meliputi kebajikan dan
kejujuran. Dalam bisnis, kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap,
dan perilaku benar, yang meliputi proses transaksi, proses memperoleh
komoditas, proses pengembangan produk, serta proses pengolahan
30 Anggota IKAPI, Al-Quran ..., h. 297 31 A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen ..., h. 35
39
keuntungan kebajikan merupakan sikap ihsan, tindakan yang dapat
memberi keuntungan terhadap orang lain.32
Menurut Yusuf Qardawi, dalam bukunya norma dan etika ekonomi
Islam sebagaimana dikutif oleh Muhammad Nejatullah Siddiqi secara
tegas telah memisahkan antara nilai-nilai dan perilaku dalam perdagangan.
Di antara norma-norma atau nilai-nilai syariah itu adalah sebagai berikut33:
Menegakkan larangan memperdagangkan barang-barang yang
diharamkan. Perilaku yang muncul dari memahami nilai ini adalah
larangan mengedarkan barang- barang haram, baik dengan cara membeli,
menjual, memindahkan, atau cara apa saja untuk memudahkan
peredarannya.
a. Bersikap benar, amanah, dan jujur.
Perilaku yang dimaksud benar adalah ruh keimanan, ciri utama
orang mukmin, bahkan ciri para nabi. Tanpa kebenaran, agama tidak
akan tegak dan tidak akan stabil. Sebaliknya, bohong dan dusta adalah
bagian dari pada sikap munafik. Bencana terbesar di dalam pasar saat
ini adalah meluasnya tindakan dusta dan batil, misalnya berbohong
dalam mempromosikan barang dan menetapkan harga. Amanat adalah
mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil
sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik
berupa harga atau upah. Jujur, selain benar dan memegang amanat,
seorang pedagang harus berlaku jujur, dilandasi keinginan agar orang
32 A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen ..., h. 36 33 Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1996), h. 5
40
lain mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan sebagaimana ia
menginginkannya dengan cara menjelaskan cacat barang dagangan
yang dia ketahui dan yang tidak terlihat oleh pembeli.
b. Menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga.
Perilaku dari nilai ini diantaranya adalah tidak melakukan bai’y
gharar (jual beli yang mengandung ketidak jelasan), tidak bertransaksi
dengan lembaga riba, menyempurnakan timbangan dan takaran, tidak
melakukan penimbunan barang dengan tujuan mempermainkan harga,
bersegera dalam membayar hutang kalau sudah tiba waktunya,
melakukan pencatatan terhadap semua transaksi usaha, dan membayar
gaji karyawan tepat waktu.
c. Menerapkan kasih sayang dan mengharamkan monopoli.
Kasih sayang dijadikan Allah lambang dari risalah Muhammad
SAW. Islam ingin menegakkan dibawah naungan norma pasar.
Kemanusiaan yang besar menghormati yang kecil, yang kuat
membantu yang lemah, yang bodoh belajar dari yang pintar, dan
manusia menentang kezaliman. Oleh sebab itu, Islam mengharamkan
monopoli, satu unsur yang berlaku dalam paham kapitalis disamping
riba yang dimaksud monopoli ialah menahan barang dari perputaran di
pasar sehingga harganya naik. Diantara perilaku yang berhubungan
dengan nilai ini adalah tidak menggusur pedagang lain, tidak
monopoli, dan tidak menjelek-jelekkan bisnis orang lain.
d. Menegakkan toleransi dan persaudaraan.
41
Salah satu moral terpuji ialah sikap toleran dan menjauhkan
faktor eksploitasi. Tindakan eksploitasi banyak mewarnai dunia
perdagangan, terutama perdagangan yang berada dibawah naungan
kapitalis. Salah satu etika yang harus dijaga adalah menjaga hak-hak
orang lain demi terpeliharanya persaudaraan. Jika individu dalam
sistem kapitalis tidak mengindahkan hal-hal yang berkaitan dengan
etika seperti tidak mengindahkan perasaan orang lain, tidak mengenal
akhlak dalam bidang ekonomi, dan hanya mengejar keuntungan, maka
sebaliknya, Islam sangat memperhatikannya. Islam menganjurkan
kepada pedagang agar mereka bersedekah semampunya untuk
membersihkan pergaulan mereka dari tipu daya, sumpah palsu dan
kebohongan.
e. Berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal menuju
akhirat.
Bekal Pedagang Menuju Akherat, salah satu moral yang juga tidak
boleh dilupakan ialah, meskipun seorang muslim telah meraih keuntungan
jutaan dolar lewat perdagangan dan transaksi, ia tidak lupa kepada Tuhannya.
Ia tidak lupa menegakkan syariat agama, terutama shalat yang merupakan
hubungan abadi antara manusia dan Tuhannya. Perilaku yang berhubungan
dengan nilai ini diantaranya adalah tidak bertransaksi pada waktu shalat jumat,
tidak meninggalkan shalat/tidak melalaikan diri dari ibadah, niat yang lurus,
selalu ingat kepada Allah dalam berdagang, mengukur waktu berdagang dan
42
puas dengan keuntungan yang diperoleh, menghindari syubhat, dan
membayarkan zakat.
4. Prinsip Etika Bisnis Islam
Karakter ini suka atau tidak suka dan mau tidak mau, harus dimiliki
oleh setiap pebisnis apalagi pebisnis Muslim/Muslimat yang menghendaki
kesuksesan dalam berbisnis. Diantara tiang pancang etika bisnis yang
dimaksudkan ialah.34
a. Iktikad baik
Iktikad artinya kepercayaan; keyakinan yang teguh (kuat). Juga
bisa diartikan dengan kemauan dan maksud. Dengan demikian maka
yang dimaksud dengan iktikad baik dalam tulisan ini ialah kemauan,
maksud atau tepatnya keyakinan yang baik.
b. Kejujuran
Setiap akad (transaksi) dalam bisnis pasti dibangun oleh dua
pihak atau malahan lebih. Akad itu sendiri terlahir atas persetujuan-
persetujuan yang disepakati para pihak, baik dalam bentuk tertulis
maupun tidak tertulis. Jujur adalah lurus hati; tidak berbohong
(misalnya dengan berkata apa adanya); tidak curang; tulus; ikhlas.
Kejujuran adalah sifat (keadaan) jujur; ketulusan (hati); kelurusan
(hati); atau sifat yang suka akan kebenaran.
34 Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam, cet.I, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 309-314
43
c. Kesetiaan/Kepatuhan
Setia artinya berpegang teguh (pada janji, pendirian dan
sebagainya); patuh; taat. Kesetiaan maksudnya keteguhan hati,
ketaatan (dalam persahabatan, perhambaan dan sebagainya); taat (pada
perintah, aturan dan sebagainya); berdisiplin; sedangkan kepatuhan
artinya sifat patuh; keadaan patuh; atau ketaatan.
Kesetiaan dan kepatuhan dini menjadi sangat penting dalam dunia
bisnis. Lebih-lebih dunia bisnis Islami. Kesetiaan dipentingkan daripada di
dunia barat sekarang ini. Kesetiaan itu mencakup hubungan antara suatu
perusahaan dengan para pelanggannya dan perusahan lain, serta hubungan
antara majikan dengan karyawannya dan hal ini berlaku secara timbal
balik. Dalam hubungan dagang (bisnis), kesetiaan timbal balik antara
pelanggan dengan para pemasok (supplier) langganannya sangat jelas. Di
pasar eceran (sekalipun) para pelanggan tidak bisa berkeliling mencari
barang (shopping around) mereka mendatangi toko langganannya, dengan
demikian lebih baik untuk dapat mengenal pedagang langganannya itu.
Suatu hal yang patut diingatkan disini ialah bahwa khusus dalam
hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, misalnya
perjanjian yang mengharamkan yang halal atau sebaliknya menghalalkan
yang haram, etika bisnis Islam tidak membenarkan untuk
melangsungkannya walaupun dengan dalih kejujuran dan kepatuhan.
44
C. Kadaluwarsa
1. Pengertian Kadaluwarsa
Menurut BPOM, makanan dinyatakan mengalami kerusakan (telah
kadaluwarsa) jika telah terjadi perubahan–perubahan yang tidak
dikehendaki dari sifat asalnya. Kerusakan pada makanan dapat terjadi
karena kerusakan fisik, kimia atau enzimatis. Minsalnya kerusakan pada
susu yang ditandai dengan pembentukan gas, penggumpalan, lendir, tengik
dan perubahan rasa. Penggumpalan dan pembentukan lendir serta asam
pada susu disebabkan oleh bakteri. Bakteri juga menjadi penyebab
rusaknya makanan kaleng yang dapat ditandai dengan bau busuk dan
warna hitam ketika dibuka. Rusaknya makanan kaleng juga dapat
diperhatikan, apakah kaleng menggembung atau tidak. Biasanya jika
sudah lewat tanggal kadaluarsa, bakteri mengakibatkan terbentuknya gas
pada makanan kaleng sehingga kaleng menggembung.35
Bahaya makanan kadaluarsa bisa mengakibatkan kematian, jika
tidak segera tertangani. Oleh karena itu, lebih baik mencegah secara dini
agar tidak kena dampak makanan tidak sehat atau kadaluarsa. Selain
pengawasan dari pemerintah, masyarakat juga perlu lebih teliti dalam
membeli. Apalagi saat bulan puasa hingga hari raya, toko-toko
memberikan harga murah untuk produk makanan yang tanggal
kadaluwarsa sudah mendekati jatuh tempo. Tanpa bermaksud meracuni
35 F. G. Winarno, Penentuan Waktu Kadaluwarsa Bagi Makanan dan Minuman, (Jakarta:
YLKI, 1985), h. 29
45
konsumen, produk makanan yang dijual tetap rawan kerusakan karena
telah lama berada di toko, sehingga perlu diwaspadai.
Setiap produsen biasanya memberikan informasi tanggal produksi
dan masa kadaluwarsanya di setiap label produk makanan yang diedarkan
di pasaran. Infromasi tersebut memang sudah ketentuan agar konsumen
dapat mengkonsumsi produk makanan pada saat yang tepat.
Sebagai informasi dalam memilih dan membeli suatu produk,
konsumen hendaknya harus memperhatikan beberapa informasi penting
tentang referensi apakah suatu produk berada dalam tenggang waktu
masuk kadaluarsa atau tidak. Berikut informasi terkait pertimbangan untuk
terhindar dari makanan kadaluarsa, sbb:
a. Label.
Pertama kali yang harus dilihat konsumen sebelum
mengkonsumsi makanan dan minuman dalam kemasan harus
memperhatikan informasi pada kemasan atau label produksi yang
harus meliputi nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat atau
isi bersih, nama dan alamat produsen dan tanggal kadaluwarsa.
Pemberian label pada makanan kemasan itu bertujuan agar konsumen
mendapatkan informasi yang benar dan jelas tentang produk tersebut.
b. Kemasan dan perubahan fisik.
Produk makanan dengan kemasan yang sudah rusak tidak layak
menjadi ciri khas yang mudah dikenali untuk dikonsumsi
Kemungkinan isinya pun sudah rusak karena telah terkontaminasi.
46
Untuk itu perhatikan jika mencium bau yang tidak sedap, perubahan
warna, bentuk, dan rasa merupakan tanda-tanda makanan dalam
kemasan telah rusak.
c. Batas Kadaluwarsa.
Pada setiap label produk kemasan harus mencantumkan tanggal
“kadaluwarsa/exp. Date/best before”. Artinya, makanan dan minuman
mempunyai batas akhir yang aman untuk dapat dikonsumsi dan
dijamin mutunya, dengan penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk
yang diberikan oleh produsen. Makanan kadaluwarsa adalah makanan
yang telah lewat tanggal kadaluwarsa. Makanan dan minuman yang
sudah rusak, sebelum atau sesudah lewat tanggal kadaluwarsa
dinyatakan sebagai bahan berbahaya.
d. Makanan dalam kaleng.
Untuk mengkonsumsi makanan dan minuman kaleng, pilihlah
kaleng yang baik, tidak penyok, tidak berkarat dan tidak cembung.
Setelah mengenali ciri fisik produk dari pengemasannya yang harus
dikenali berikutnya adalah membaca informasi produk apakah sudah
terdaftar di Departemen Kesehatan (MD/ ML DepKes RI No xxxxxx)
termasuk juga harus memerhatikan tanggal kadaluwarsanya.
Hindarilah membeli produk yang tidak mencantumkan nama dan
alamat produsen secara jelas, seperti produk impor yang hanya
bertuliskan bahasa negara produsen. Tidak lupa juga harus
47
diperhatikan lagi bahan baku dan bahan tambahan yang dipergunakan
serta gunakan dan simpanlah sesuai petunjuk.
Konsumen harus membekali dirinya dengan pengetahuan
seputar produk makanan yang aman dikonsumsi baik bagi dirinya
maupun lingkungan sekitarnya. Pengetahuan cukup dari konsumen
menjadikan dirinya sebagai konsumen pintar, cerdas dan selektif serta
sadar terhadap bahaya yang diakibatkan dalam mengkonsumsi
makanan tidak sehat. Kesehatan suatu bangsa berawal dari kesehatan
diri sendiri, keluarga, masyarakat yang berdampak bagi ketahanan
nasional suatu bangsa. Oleh karena itu, masyarakat sebagai konsumen
harus mendapatkan informasi cukup, salah satunya mengetahui istilah
yang terdapat dalam produk makanan sebagai bekal dalam berbelanja
makanan agar aman dan sehat.
Berikut istilah-istilah yang biasanya tertera pada label produk
makanan, dan perlu diperhatikan diantaranya:
a. Baik digunakan sebelum (best before) menunjukkan batas suatu
produk masih terjamin kualitasnya. Kualitas dan kandungan
nutrisinya akan turun setelah tanggal tersebut terlewati, namun
belum tentu membahayakan kesehatan selama kemasan masih
utuh.
b. Gunakan sebelum (use by atau expired date) digunakan untuk
produk yang menyebabkan resiko kesehatan secara langsung ketika
sudah melewati tanggal yang tercantum. Biasanya dicantumkan
48
pada produk-produk yang mudah rusak dalam penyimpanan jangka
panjang misalnya daging dan beberapa jenis keju.
c. Batas sebelum penarikan (pull date) adalah tanggal terakhir yang
dianjurkan bagi konsumen untuk membeli produk tersebut
sehingga masih punya jangka waktu untuk mengkonsumsi tanpa
mulai mengalami kerusakan.
d. Tanggal dikemas (pack date) merupakan informasi mengenai
tanggal pada saat produsk dikemas, baik pengemasan oleh
produsen maupun pengecer.
e. Tanggal masuk toko (sell by date) adalah tanggal pada saat produk
memasuki gudang penyimpanan di toko atau tempat penjualan
lainnya.
f. Tanggal pemajangan (display date) menunjukkan tanggal pada saat
produk mulai dipajang di rak-rak atau display toko atau tempat
penjualan lainnya.
2. Fatwa MUI Tentang Kadaluwarsa
Ketidakbolehan mengkonsumsinya mengacu pada Fatwa MUI no 4
tahun 2003: "Tidak boleh mengkonsumsi dan menggunakan
makanan/minuman yang menimbulkan rasa/aroma (flavor) benda-benda
atau binatang yang diharamkan". Hal ini lebih pada efek mencegah
(preventive) untuk menyukai sesuatu yang haram, sebagai mana yang
disampaikan oleh ketua komisi Fatwa MUI, KH Ma'ruf Amin; Al
washilatu ilal haram haramun; segala sesuatu jalan menuju haram adalah
49
haram. So inilah perbedaan kita sebagai orang muslim, memiliki jati diri
untuk tidak ikut-ikutan pada suatu yang mendatangkan ketidakbaikan.
3. Zat Kimia yang Terkandung Serta Efek yang Ditimbulkan
Kerusakan-kerusakan yang dapat terjadi pada produk makanan dan
berpotensi menimbulkan keracunan. Kerusakan produk dalam kaleng
memang sukar terlihat, tetapi dapat terdeteksi dengan adanya kerusakan
pada badan kaleng itu sendiri. Penyimpangan pada kaleng misalnya adalah
berkarat. Kaleng yang berkarat dapat menandakan waktu penyimpanan
yang lama, selain itu kondisi penyimpanannya juga mungkin tidak sesuai,
misalnya udara yang terlalu lembab.36
Kaleng yang berkarat pada bagian luarnya mungkin juga telah
berkarat pada bagian dalamnya. Karat atau biasa disebut korosi merupakan
reaksi oksidasi besi (Fe) yang melepaskan besi oksida (FeO2). Besi oksida
dapat bereaksi dengan bahan yang dikemas dalam kaleng. Reaksi
umumnya menghasilkan perubahan warna pada pangan.
Jika pangan termasuk berasam tinggi atau mengandung belerang
(sulfida), perubahan warnanya akan mengarah kehitaman karena terbentuk
besi sulfida (FeS). Perubahan lain yang terjadi akibat reaksi besi oksida
dengan pangan adalah perubahan aroma dan kekentalan. Aroma pangan
akan berubah menjadi aroma busuk dan agak berbau besi.
Kaleng yang gembung mengandung potensi bahaya mikrobiologis.
Umumnya disebabkan oleh kurang sempurnanya proses exhausting
36 I ketut Sudiana,. Patobiologi Molekuler, (Jakarta: Salemba Medika, 2008), h. 14
50
(proses penghampaan), penyegelan dan sterilisasi. Hal ini berarti terdapat
udara di dalam kaleng dan kondisi kaleng tidak vakum.
Udara yang terdapat di dalam kaleng kemungkinan masih
mengandung mikroba yang dapat mengkontaminasi pangan karena bersifat
patogen. Udara tersebut juga dapat menyebabkan perkaratan kaleng dari
bagian dalam. Kevakuman kaleng sangat berpengaruh terhadap
sterilitasnya. Sterilitas berkaitan langsung dengan umur simpan.
Kevakuman kaleng menandakan kondisi hampa udara pada bagian
dalam kaleng. Hampa udara artinya tekanan udara dalam kaleng amat
rendah. Jika terjadi benturan yang menyebabkan kaleng penyok,
kemungkinan kaleng tersebut mengandung bahaya mikrobiologis. Bahaya
dapat terjadi apabila penyok membentuk lekukan bersudut dalam.37
Kaleng merupakan bahan yang tidak fleksibel. Oleh karena itu,
lekukan dapat menyebabkan retakan atau lubang kecil. Lubang atau
retakan tersebut merupakan jalan masuk yang sangat baik bagi udara serta
mikroba patogen dan pembusuk.38
Udara dan mikroba mudah masuk karena tekanan udara di luar
kaleng lebih tinggi daripada tekanan udara di dalam kaleng. Udara yang
masuk dapat menyebabkan korosi dan mikroba (seperti Eschericia coli,
Staphylococcus aureus) dapat menyebabkan kebusukan dan penurunan
mutu pangan.
37 I ketut Sudiana,. Patobiologi Molekuler..., h. 19 38Apriliasari Ekasaputri, Dampak Makanan Kadaluwarsa, dikutif dari
http://melukisasa.blogspot.co.id/2014/04/makalah-makanan kadaluarsa.html. Diunduh 23 Juli
2017 Jam 19:19 WIB.
51
Penyok pada bagian luar kaleng juga dapat menyebabkan keretakan
pada enamel. Keutuhan enamel sangat penting karena enamel merupakan
bahan pelapis pada bagian dalam kaleng yang menghambat reaksi kaleng
dengan bahan pangan. Apabila enamel retak atau terkelupas, reaksi antara
kaleng dan bahan pangan dapat terjadi. Reaksi tersebut juga dapat
menimbulkan korosi kaleng.
Kerusakan produk susu masih dapat dideteksi dengan pemantauan
visual. Produk susu segar (umumnya dikemas plastik atau karton), apabila
kadaluwarsa, akan menimbulkan aroma yang agak masam.
Untuk susu segar yang dikemas plastik, akan terlihat adanya
pemisahan emulsi dan perubahan warna. Lemak susu akan mengapung,
terdapat gumpalan-gumpalan protein, dan akan terlihat pemisahan air.
Susu kadaluwarsa sering juga disebut sebagai susu basi yang ditandai oleh
kenaikan viskositas (kekentalan) susu.
Secara fisik, kemasan susu juga akan tampak kembung karena
diproduksinya gas oleh mikroba-mikroba patogen sebagai hasil samping
fermentasi. Fermentasi yang terjadi pada susu segar bukanlah reaksi yang
menguntungkan, melainkan akan menyebabkan rasa dan aroma masam
yang dapat menyebabkan diare. Mikroba yang mungkin merusak susu
adalah Escherichia coli, Streptococcus dan Staphylococcus.
52
52
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Letak Pasar Tradisional Sore Kel Pematang Gubernur
Pasar Tradisional Sore Kel Pematang Gubernur atau sering disebut
warga sekitar pasar Kaget. Pasar Kaget secara administratif terletak di
kecamatan Muara Bangkahulu yang berada di bagian pinggiran kota
Bengkulu. Pasar Kaget berada di pinggir jalan raya Bengkulu-Bengkulu
Tengah, yang jauhnya hanya 400 meter dari kantor kecamatan Muara
Bangkahulu, sehingga menjadi sentral ekonomi utama disana. Kecamatan
Muara Bangkahulu mempunyai posisi yang strategis karena menjadi
penghubung antara kabupaten Bengkulu Tengah. Kecamatan Muara
Bangkahulu bisa di bilang mempunyai fasilitas umum yang relatif baik.
Mulai dari sekolah Negeri dan umum, pusat perkantoran pelayanan
masyarakat seperti Capil, kantor pemerintahan, bank, sarana beribadahan
(Masjid dan Gereja), perumahan, dan pasar tradisional.
B. Sejarah Singkat Pasar Kaget
Pada awalnya pasar kaget terbentuk karena adanya masyarakat lokal
yang berjualan di pinggiran jalan, namun kegiatan jual beli tersebut
menyebabkan banyaknya konflik seperti macet dan keresahan masyarakat
sekitar dimana banyaknya yang mendirikan bangunan pondok jualan tanpa
izin. Permintaan akan peminat pembeli dan penjual yang semakin banyak,
secara pribadi agus menyediakan tempat untuk Pasar Kaget yang terletak di
53
53
jalan Wr Supratman kelurahan pematang gubernur. Tanah seluas 100x80m2
milik Agus sekaligus yang menjadi penggeola pasar. Pada tahun 2012 tanah
tersebut menjadi pusat perbelanjaan masyarakat kecamatan Muara
Bangkahulu sekitar dan mulai banyak kios-kios di dirikan.
Mayoritas pedagang di pasar kaget tersebut adalah masyarakat sekitar.
Letak yang strategis berada di Jalur Regional yang menghubungkan Kota
Bengkulu-Kabupaten Bengkulu Tengah memberikan pengaruh besar terhadap
perkembangan kawasan perdagangan Pasar Kaget. Semakin banyaknya
pergerakan penduduk di Jalur Regional tersebut tentunya akan semakin
meramaikan kegiatan perdagangan yang terjadi di kawasan perdagangan
Pasar Kaget. Pasar Kaget berada di Jl. Raya Bengkulu Kel Pematang
Gubernur, Kec. Muara Bangkahulu , Kota Bengkulu.
Pasar kaget bukanlah pasar yang digolongkan sebagai UPTD daerah
Wilayah I seperti Pasar Minggu, Pasar Panorama. Pasar Kaget merupakan
pasar yang didirikan secara pribadi atas permintaan masyarakat sekitar. Pasar
ini buka mulai siang sampai sore hari. Barang-barang yang dijual beraneka
ragam diantaranya kebutuhan pokok, sayur mayur, ikan, bumbu, buah-
buahan, peralatan rumah tangga, dan pakaian. Penjual yang berdagang disini
cukup banyak untuk mengetahui lebih rinci dapat dilihat keterangan di bawah
ini:1
1 Agus pengelola pasar Kaget Kel Pamatang Gubernur, wawancara, 1 juni 2017
54
54
Tabel 1
Jumlah Bangunan di Pasar Kaget2
1 Los non permanen 32 petak ukuran 3x4 m2
2 Los baru 18 petak ukuran 3x4 m2
3 Los mini 45 petak ukuran 3x2 m2
4 Los Blok A 26 petak ukuran 3x3 m2
5 Los blok B 34 petak ukuran 4x1 m2
6 Los blok C 41 petak ukuran 3x3 m2
7 Los blok D 43 petak ukuran 3x2 m2
8 Los blok E 27 petak ukuran 3x2 m2
9 Los blok F 23 petak ukuran 3x2 m2
10 Los blok G 19 petak ukuran 3x2 m2
11 Los blok H 32 petak ukuran 3x2 m2
12 Luar los pasar 25 petak ukuran 2x1,5 m2
Sumber:Pengelola Pasar Tradisional Sore Kelurahan Pematang Gubernur
Tabel 2
Jumlah pedagang pasar Kaget3
1 Los non permanen 32 Orang aktif
2 Los baru 18 pedagang Aktif 5 tutup
3 Los mini 45 pedagang Aktif 6 tutup
4 Los Blok A 26 pedagang aktif
5 Los blok B 34 pedagang aktif
2 Agus pengelola pasar Kaget Kel Pamatang Gubernur, wawancara 3 Agus pengelola pasar Kaget Kel Pamatang Gubernur, wawancara
55
55
6 Los blok C 41 pedagang aktif
7 Los blok D 43 pedagang aktif
8 Los blok E 27 pedagang aktif
9 Los blok F 23 pedagang aktif
10 Los blok G 19 pedagang aktif
11 Los blok H 32 pedagang aktif
12 Luar los pasar 57 pedagang aktif
Sumber:Pengelola Pasar Tradisional Sore Kelurahan Pematang Gubernur
Data dari Agus sebagai pengelolah pasar Kaget, mengenai ukuran dan
jumlah pedagang. Tahun 2017 Sesuai yang tertera di atas jumlah pedagang
adalah 386 pedagang. dan 11 tutup dikarenakan rusaknya tempat perdagangan.
C. Keadaan Pedagang
Pedagang yang berjualan di pasar tradisional sore (pasar Kaget)
melakukan kegiatan jual beli dengan suasana senang dan damai. Selain orang
asli Bengkulu yang berdagang, ada juga dari daerah lain yang berdagang.
Mareka berasal dari berbagai macam daerah diantaranya suku Jawa, suku
Minang, suku Serawai, suku Batak, tetapi mayoritas pedagang yang ada di
pasar kaget kel Pematang Gubernur kebanyakan berasal dari masyarakat
sekitar kel Pematang Gubernur.4
Pedagang yang berjualan di pasar Kaget 386 pedagang dengan berbagai
macam bentuk bangunan. Pedagang pasar Kaget mayoritas beragama Islam
disamping itu ada pula yang beragama Kristen, Protestas dan sebagainya.
4 Agus pengelola pasar Kaget Kel Pamatang Gubernur, wawancara
56
56
Dapat dipersentasekan jumlah pedagang muslim sekitar 91,6% dan pedagang
non muslim sekitar 8,4%, meskipun berbeda-beda agama, mareka tetap rukun
dan damai. Sementara itu bagi pedagang muslim, mareka dapat menjalankan
ibadahnya setiap hari khususnya shalat wajib yaitu Zhuhur dan Asar, mareka
dapat menjalankannya di mushola yang jaraknya tidak jauh dari pasar
tersebut.
Dari segi kebersihan lingkungan, pasar Kaget ke Pematang Gubernur
saat ini mulai bersih dikarekan sudah ada pihak kebersihan yang setiap pagi
sebelum pasar rame pihak kebersihan telah membersihkan kawasan pasar
Kaget. Dengan menyapu, membersihkan selokan, dan mengambil sampah
yang berserakan.5 Saat ini, pasar Kaget kel Pematang Gubernur sudah
semakin tertata rapi dalam mengelompokkan pedagang berdasarkan barang-
barang yang ingin dibelinya. Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa
masih ada pedagang yang berjualan tidak pada tempat pengelompokkannya
seperti pedagang sayur yang berjualan dikelompok pedagangan sembako,
mainan dan sebagainya.
D. Pedagang Makanan Kemasan di Pasar Tradisional Sore Kel Pematang
Gubernur
Pedagang yang ada di pasar Kaget kel Pematang Gubernur kota
Bengkulu pada umumnya ialah pedagang eceran. Di pasar Kaget ini
menyediakan berbagai macam kebutuhan masyarakat seperti sandang,
pangan, dan kebutuhan lainnya. Kebutuhan akan sandang sangat banyak
5 David pihak kebersihan, wawancara pribadi, 2 juni 2017
57
57
tersedia mulai dari pakaian bayi, anak-anak, remaja dan orang dewasa yang
biasa didatangkan langsung dari luar Kota Bengkulu. Tetapi penulis meneliti
pedagang makanan kemasan eceran yang ada di pasar Kaget kel Pematang
Guberbnur, berdasarkan data dari pengelola pasar Kaget, ada 7 pedagang
sembako eceran yang berjualan.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Praktek Penjual Makanan Kadaluwarsa yang Dilakukan Oleh Pedagang
di Pasar Tradisional Sore Kelurahan Pematang Gubernur
Pasar Tradisional Sore Kel Pematang Gubernur adalah salah satu pasar
yang ada di kota Bengkulu tepatnya Kel Pematang Gubernur, pasar Kel
Pematang Gubernur ini menjadi tempat transaksi bertemunya penjual dan
pembei. Salah satu transaksi tersebut ialah jual-beli produk makanan
kemasan.
Dalam praktek, menurut penulis berdasarkan hasil wawancara dan
pengamatan atas perilaku pedagang produk makanan kemasan di pasar kel
Pematang Gubernur Kota Bengkulu, penulis membuktikan bahwa di antara
pedagang tersebut ada yang tidak jujur dalam kualitas barang yaitu masih ada
pedagang yang menjual produk makanan kemasan tidak layak untuk di
perjual belikan, dibuktikan dengan cara penulis membeli langsung produk
makanan kemasan ke bebeapa kios pedagang, setelah dilakukan pemiksaan
kembali produk makanan kemasan tersebut memasuki tanggal kadaluwarsa
dan tidak layak konsumsi.
Pedagang produk makanan kemasan di kel Pematang Gubernur
memiliki cara tersendiri untuk menarik perhatian pembeli. Barang-barang
produk makanan kemasan yang sudah kadaluwarsa dipisah dari produk
makanan kemasan lainnya. Produk makanan kemasan yang kadaluwarsa
59
memiliki meja tersendiri yang sudah di kelompokkan dan di kemas rapi serta
telah di beri label harga yang harganya di bawah harga normal pasar. Hampir
semua perilaku tersebut telah di lakukan oleh pedagang produk makanan
kemasan di kel Pematang Gubernur.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Jayariya beralamat di
Rawa Makmur.
“Saya mengetahui apa itu kadaluwarsa dan bahaya bagi kesehatan
mengkonsumsi produk makanan kemasan kadaluwarsa, saya disini berjualan
untuk mendapatkan keuntungan, apabila saya tidak menjual dengan seperti ini
saya akan rugi”.1
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Jayariya dapat disimpulkan
bahwa ibu Jayariya mengetahui produk kadaluwarsa seperti apa namun
keuntungan ekonomi (frofit) menjadi alasan utama ibu jayariya tetap menjual
produk makanan kemasan. Jawaban serupa yang disampaikan oleh bapak
Junari beralamat di Bentiring.
“Saya mengetahui apa itu kadaluwarsa namun permintaan akan produk
tersebut banyak diminati seperti para pedagang bakso dan mie ayam keliling,
mareka membeli mie kuning, saos, dan kecap. Kalau saya tidak menjualnya
dan saya buang begitu saja jelas saya akan rugi, karena produk makanan
kemasan seperti ini masanya tidak lama dan penjualannya juga lama laku”.2
Wawancara selanjutnya dengan Ibu Samin beralamat di Pinang Mas
mengatakan bahwa:
“Saya mengetahui kalau dagangan saya telah kadaluwarsa, daripada
saya buang dan mengalami kerugian oleh karena itu saya menjual produk
1 Jayariya, Pedagang, Wawancara Pribadi, 10 juli 2017, di Pasar Sore Kel Pematang
Gubernur. 2 Junari, Pedagang, Wawancara Pribadi, 10 juli 2017, di Pasar Sore Kel Pematang
Gubernur.
60
makanan kemasan tersebut dengan harga murah, permintaan akan barang
tersebut juga banyak diminati. Lagipula selama ini belum ada yang
mengkritik atau pengembalian barang. Namun apabila ada dinas kesehatan
melakukan kunjungan pasar, saya tidak akan menjual produk makanan
kemasan kadaluwarsa”.3
Wawancara selanjutnya dengan bapak Agus Salim beralamat di Tugu
Hiu selaku pedagang produk makanan kemasan mengatakan bahwa:
“Saya menjual produk makanan kemasan minsalnya sarden, mie instan,
susu, bumbu kemasan dan lain-lainnya. Menurut saya, saya tidak menjual
produk makanan kemasan yang kadaluwarsa karena dua minggu sebelum
memasuki tanggal kadaluwarsa habis saya telah menjual produk tersebut
secara harga murah. Penjualan yang saya lakukan seperti ini sangat diminati
oleh pembeli di pasar ini”.4
Jawaban serupa yang disampaikan oleh Ibu Yanar beralamat di Medan
Baru yang mengatakan:
“Seminggu sebelum memasuki tanggal kadaluwarsa telah saya jual
dengan harga murah seperti produk makanan kemasan mie instan, sarden, dan
lain-lain. Saya tidak berani menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa
karena ada penegak hukum walaupun pasar tradisional sore ini bukan pasar
dari pemerintah tetapi tetap akan ada hukuman bagi pelaku yang menjual
produk makanan kemasan kadaluwarsa”.5
Dapat disimpulkan bahwa pedagang Agus Salim dan ibu Yanar tidak
begitu mengerti apa itu kadaluwarsa, yang apabila dikonsumsi makanan
tersebut dapat membahayakan bagi kesehatan yang mengkonsumsinya. Toko-
toko memberikan harga murah untuk produk makanan yang tanggal
kadaluwarsa sudah mendekati jatuh tempo. Tanpa bermaksud meracuni
konsumen, produk makanan yang dijual tetap rawan kerusakan karena telah
lama berada di toko, sehingga perlu diwaspadai. Jangan terkecoh dengan
3 Samin, Pedagang, Wawancara Pribadi, 10 juli 2017, di Pasar Sore Kel Pematang
Gubernur. 4 Agus Salim, Pedagang, Wawancara Pribadi, 10 juli 2017, di Pasar Sore Kel Pematang
Gubernur. 5
61
harga murah dengan kualitas yang tidak terjamin. Tidak jauh berbeda dengan
pernyataan ibu Yuni beralamat di Kandang Limun yang menyatakan:
“Kadaluwarsa itu menurut saya kalau masa yang tertera di tanggal telah
habis, apalagi bentuknya belum sama sekali berubah berarti belum
kadaluwarsa, lagi pula selama saya berjualan di sini belum ada yang
mengalami keracunan membeli produk makanan kemasan di tempat saya”.6
Dari pernyataan ibu Yuni dapat disimpulkan bahwa pedagang tidak
mengetahui apa itu kadaluwarsa dan rasa aman dari konsumen yang secara
langsung belum menimbulkan efek negatif mengkonsumsi produk makanan
kemasan kadaluwarsa tersebut. Sebaiknya pilihlah produk yang belum
melampaui tanggal kadaluarsa.
Wawancara selanjutnya yang sama disampaikan oleh ibu Rahimila
pembeli produk makanan kemasan tersebut.
“Saya sudah biasa membeli produk makanan kemasan seperti ini, harga
produk makanan kemasan disini jauh lebih murah dibandingkan saya
membeli produk makanan kemasan di warung. Disini harganya murah, susu
kaleng seperti ini di warung biasanya Rp 10.500 sedangan di sini dapat Rp
9.000. Rasa dan bentuknya juga sama sekali belum berubah”.7
Dari pernyataan ibu Rahimila dapat disimpulkan bahwa ibu Rahimila
lebih memilih kuantitas dari pada kualilitas barang, ekonomi dijadikan alasan
ibu Rahimila tetap membeli produk makanan kemasan yang tidak layak
konsumsi atau kadaluwarsa.
6 Yuni, Pedagang, Wawancara Pribadi, 10 juli 2017, di Pasar Sore Kel Pematang
Gubernur. 7 Rahimila, Pembeli, Wawancara Pribadi, 11 juli 2017, di Pasar Sore Kel Pematang
Gubernur.
62
Wawancara selanjutnya kepada pedagang bakso keliling bapak Wendi
yang kebetulan sedang menjajakan jualannya di tengah keramaian pasar
tradisinal sre Kel pematang Gubernur menyatakan.
“Saya berjualan bakso keliling, pagi-pagi hari saya berjualan di
perumahan warga sekitar Kec Muara Bangkahulu, siang harinya berjualan di
sekolah dasar di dekat sini, sore hari saya buka lapak di pasar Kel Pamatang
Gubernur. Pendapatan saya tidaklah bayak perharinya, karena uang yang
didapat akan terpotong untuk keperluan seperti bensin, uang lapak perharinya
di pasar ini, dan untuk modal selanjutnya, apalagi saya menjual bakso
tersebut tidak di tentukan harganya sesuai keinginan pembeli saja dari harga
permintaan Rp 2000. Dengan keadaan penjualan saya seperti ini saya
tentunya harus mengatur modal seperti pembelian bahan memasak bakso,
mie, kecap. Saya mendapatkan bahan-bahan tersebut di kios langganan saya
dengan harga yang murah, ini semua demi penghematan modal dan
kelangsungan saya berjualan”.8
Lagi-lagi ekonomi menjadi faktor penyebab pedagang dan pembeli
tetap menjual dan mengkonsumsi produk makanan kemasan kadaluwarsa,
bahaya akan mengkonsumsi produk makanan kemasan kadaluwarsa sama
sekali tidak diindahkan oleh para pelaku. Kerusakan-kerusakan yang dapat
terjadi pada produk makanan dan berpotensi menimbulkan keracunan.
Kerusakan produk dalam kaleng memang sukar terlihat, tetapi dapat
terdeteksi dengan adanya kerusakan pada badan kaleng itu sendiri.
Penyimpangan pada kaleng misalnya adalah berkarat. Kaleng yang berkarat
dapat menandakan waktu penyimpanan yang lama, selain itu kondisi
penyimpanannya juga mungkin tidak sesuai, misalnya udara yang terlalu
lembab.
8 Wendi, Pedagang Bakso Keliling, Wawancara Pribadi, 12 juli 2017, di Pasar Sore Kel
Pematang Gubernur.
63
B. Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Perilaku Pedagang Menjual
Produk Makanan Kemasan Kadaluwarsa
Kesimpulan berdasarkan wawancara penulis dengan para pedagang
produk makanan kemasan kadaluwarsa di Kel Pematang Gubernur serta
pembeli produk makanan kemasan, faktor yang melatarbelakangi perilaku
pedagang menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa ialah karena
1. Faktor ekonomi
2. Ketidak tahuan apa itu kadaluwarsa
3. Belum adanya pengawasan dari pemerintah setempat
4. Tidak mengetahui dampak bahaya mengonsumsi produk makanan
kemasan kadaluwarsa
5. Kebiasan permintaan konsumen membeli produk makanan kemasan harga
murah.
C. Pandangan Etika Bisnis Islam Terhadap Perilaku Pedagang Menjual
Produk Makanan Kemasan Kadaluwarsa
Etika Islam menuntut manusia untuk berbuat baik pada dirinya sendiri,
kepada manusia dan lingkungan alam di sekitarnya, dan kepada Tuhan selaku
penciptaNya. Terdapat lima prinsip yang mendasari etika Islam:
a. Unity (Kesatuan)
Merupakan refleksi konsep tauhid yang memadukan seluruh aspek
kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya menjadi
keseluruhan yang homogen, konsisten dan teratur. Adanya hubungan yang
64
vertikal atau horizontal yaitu hubungan antar sesama manusia maupun
manusia dengan penciptanya.9
Berdasarkan tinjuan Etika bisnis Islam terhadap perilaku pedagang
menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa belum sesuai dengan
prinsip Unity (kesatuan) karena masih banyak para pedagang melakukan
penimbun kekayaan dengan penuh keserakahan dan tidak amanah dalam
kualitas barang yang dijual. Padahal Allah telah mengatur setiap rezeki
umat_Nya dan sadar bahwa semua harta dunia bersifat sementara dan
harus dipergunakan secara bijaksana.
b. Equilibrium (Keseimbangan)
Dalam beraktifitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan
untuk berbuat adil, tak terkecuali kepada pihak yang tidak disukai.
Pengertian adil diarahkan agar hak orang lain, hak lingkungan sosial, hak
alam semesta dan hak Allah dan Rasulnya berlaku sebagai stakeholder
dari perilaku adil seseorang. Semua hak-hak tersebut harus ditempatkan
sebagaimana mestinya (sesuai aturan syariah). Tidak mengakomodir salah
satu hak diatas, dapat menempatkan seseorang tersebut kepada kezaliman,
karenanya orang yang adil akan lebih dekat kepada ketakwaan.10 Allah
berfirman dalam (QS. Al-Maaidah/5:8):
9 A A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah Teori dan
Praktik The Celestial Management, (Jakarta: Salemba Empat, 2010), h. 34 10 Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, cet.I, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005), h.78
65
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-
Maaidah/5:8).11
Berdasarkan tinjuan Etika bisnis Islam terhadap perilaku pedagang
menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa belum sesuai dengan
prinsip Equilibrium (Keseimbangan) karena para pedagang menjual
produk makanan kemasan kadaluwarsa dapat menimbulkan bahaya
kesehatan konsumen. Maka ada pihak yang dirugi dan perilaku tersebut
tidak adil.
c. Free Will (Kebebasan)
Konsep ini berarti bebas memilih atau berkehendak sesuai etika
atau sebaliknya. Ayat Al Qur’an yang merupakan dasar dari konsep ini
adalah Dan katakanlah (Muhammad) kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu.12 Jadi, saat seseorang menjadi muslim, ia harus
menyerahkan kehendaknya kepada Allah dalam (QS Al-Kahfi/18:29)
Allah berfirman:
11 Anggota IKAPI, Al-Quran dan Tafsiranya, (Bandung: Cv Penerbit J-ART, 2014), h.
108 12 A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen ..., h. 35
66
Artinya: “Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami Telah
sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung
mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi
minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.
Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”
(QS Al-Kahfi/18:29).13
Berdasarkan tinjuan Etika bisnis Islam terhadap perilaku pedagang
menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa belum sesuai dengan
prinsip Free Will (Kebebasan) karena para pedagang dengan bebas
menjual produk makanan kadaluwarsa di pasar, banyak pihak tidak
mengetahui bahaya mengkonsumsi produk makanan kadaluwarsa karena
para pedagang tidak jujur dalam kualitas barang yang dijual.
d. Responsibility (Tanggung Jawab)
Adalah bentuk pertanggungjawaban kepada setiap tindakan.
Menurut Sayid Quthb seperti dikutip oleh A. Riawan Amin dan Tim PEBS
FEUI, menyatakan bahwa prinsip pertanggung jawaban Islam adalah
tanggung jawab yang seimbang dalam segala bentuk dan ruang
lingkupnya, antara jiwa dan raga, antara orang dan keluarga, antara
individu dan masyarakat, serta antara masyarakat dengan masyarakat
lainnya.14
13 Anggota IKAPI, Al-Quran ..., h. 297 14 A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen ..., h. 35
67
Berdasarkan tinjuan Etika bisnis Islam terhadap perilaku pedagang
menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa belum sesuai dengan
prinsip Responsibility (Tanggung Jawab) karena para pedagang sama
sekali tidak bertangung jawab apabila konsumen mengalami keracunan
makanan, terlebih lagi konsumen tetap membeli produk makanan
kadaluwarsa dan tidak begitu mengerti bahaya mengkonsumsi produk
makanan kemasan kadaluwarsa.
e. Benevolence (Kebenaran)
Kebenaran dalam konsep ini juga meliputi kebajikan dan
kejujuran. Dalam bisnis, kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap, dan
perilaku benar, yang meliputi proses transaksi, proses memperoleh
komoditas, proses pengembangan produk, serta proses pengolahan
keuntungan kebajikan merupakan sikap ihsan, tindakan yang dapat
memberi keuntungan terhadap orang lain.15
Dalam pelaksanaan jual-beli menurut ekonomi Islam ada beberapa
prinsip yang harus dianut oleh pelaku bisnis. Seperti tidak boleh
mengandung Riba, adanya faktor penipuan minsalnya menjual barang
yang tidak sesuai dengan spesifikasin, yang kemudian harus sesuai dengan
norma dan kecenderungan alamiah tentang kodrat manusia yang
mempunyai watak kreatif dan keinginan untuk berkembang sebagai
makhluk sosail maka prinsip-prinsip tersebut ditemui penulis dilapangan
tidak sesuai dengan teori yang dijelaskan.
15 A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen ..., h. 36
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Dari kegiatan penelitian yang penulis lakukan di Pasar Tradisional Sore
Kel Pematang Gubernur Kota Bengkulu, diperoleh hasil penelitian mengenai
perilaku pedagang menjual produk makanan kemasan yang kadaluwarsa
ditinjuau dari etika bisnis Islam di Pasar Tradisional Sore Kel Pematang
Gubernur Kota Bengkulu.
1. Praktek penjualan makanan kadaluwarsa di Pasar Tradisiona Sore Kel
Pematang Gubernur Kota Bengkulu ditemukan masih banyak dilakukan
para pedagang dengan berbagai strategi untuk menarik pembeli seperti
pemisahan dan memiliki meja tersendiri untuk produk makanan kemasan
kadaluwarsa dengan harga di bawah normal.
2. Faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku pedagang menjual produk
makanan kadaluawarsa adalah faktor ekonomi, ketidak tahuan konsumen
apa itu kadaluwarsa, belum adanya pengawasan dari pemerintah setempat,
tidak mengetahui dampak bahaya mengonsumsi produk makanan kemasan
kadaluwarsa, permintaan konsumen membeli produk makanan kemasan
harga murah.
69
3. Pandangan etika bisnis Islam terhadap produk makanan kemasan
kadaluwarsa di Pasar Tradisional Sore kel Pematang Gubernue Kota
Bengkulu jika ditinjau dari etika bisnis Islam terhadap lima prinsip yang
mendasari Unity (kesatuan), Equilibrium (keseimbangan), Free wiil
(kebebasan), Responsibility (tanggung jawab), Benevolence (kebenaran)
masih belum sesuai, karena di dalam etika bisnis Islam telah diajarkan
bahwa dalam berdagang hendaklah berlaku jujur, amanah, adil, dan tidak
boleh ada yang dirugikan antara penjual dan pembeli.
Tetapi pada kenyataannya di Pasar Tradisional Sore kel Pematang
Gubernue Kota Bengkulu tersebut tetap terdapat pedagang produk
makanan kemasan yang berlaku curang dalam berdagang. Padahal
pedagang produk makanan kemasan di Pasar Tradisional Sore kel
Pematang Gubernur Kota Bengkulu tersebut rata-rata beragama Islam dan
hampir rata-rata mengetahui bahwa berdagang dalam Islam tidak boleh
berlaku curang dalam berdagang, marekapun mengetahui akibat dan
dosanya jika berlaku curang daam berdagang.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis maka dapat penulis
sarankan kepada pihak-pihak terkait di antaranya:
1. Praktek Penjualan Produk Makanan Kadaluwarsa.
Diharapkan para pedagang tidak lagi menjual produk makanan
kadaluwarsa karena perilaku menjual produk makanan kadaluwarsa
70
termasuk perbuatan curang dalam berbisnis dan sangat membahayakan
kesehatan bagi yang mengkonsumsi produk kadaluwarsa.
2. Faktor latar belakang perilaku pedagang menjual produk makanan
kemasan kadaluwarsa.
Diharapkan para pedagang lebih pandai dalam menjajakan jualannya agar
jualan tersebut cepat terjual dan tidak banyak mengalami kerugian dan
pedagang memahami produk makanan kemasan seperti apa yang memiliki
batasan kadaluwarsa serta pedagang mengerti produk kadaluwarsa sangat
membahayakan kesehatan konsumen.
3. Pandangan Etika Bisnis Islam Terhadap Produk Kadaluwarsa.
Diharapkan penjual produk makanan kemasan di Pasar Tradisional Sore
Kel pematang Gubernur Kota Bengkulu dapat lebih mengetahui berdagang
dalam tinjaun etika bisnis Islam agar tidak ada yang dirugikan antara
penjual dan pembeli dan tidak ada yang terzolimi.
DAFTAR PUSTAKA
Adela, Melista Putri. ciri-ciri Produkproduk bahan Kadaluwarsa. dikutid dari
http://mediaindo.co.id/default.asp?page=371. Pada tanggal 07 Februari
2017 Jam 01:51 WIB.
Anggota IKAPI. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Bandung: Cv Penerbit J-ART. 2014.
Ahmad, Mustaq. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta:Pustaka Al-Kautsar. 2011.
Amin, Riawan. Menggagas Manajemen Syariah: Teori dan Praktik The Calestial
Management. Jakarta: Salemba Empat, 2010.
Apriolem, Sevila. “Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap
Makanan Dalam Kemasan Yang Telah Kadauwarsa dikota PekanBaru
(Studi di Kel. Sukaramai Kec. Pekanbaru Kota)”. UIN Sultan Syarid
Karim PekanBaru: Skripsi Sarjana. FEBI. 2013.
Asyadie, Zaeni. Hukum Bisnis (Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia). Jakarta:
RajaGrafindo Zaeni. 2005.
Buku PedomanPenulisan Skripsi Fakultas FEBI IAIN Bengkulu Tahun 2016.
Badroen, Faisal. dkk. Etika Bisnis dalam Islam. cet.I. Jakarta: UIN Jakarta Press.
2005.
Ekasaputri, Apriliasari, Dampak Makanan Kadaluwarsa, dikutif dari
http://melukisasa.blogspot.co.id/2014/04/makalah-makanan
kadaluarsa.html. Pada tanggal 23 Juli 2017 Jam 19:19 WIB.
Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2000.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Etika
Jusmaliani. dkk. Bisnis Berbasis Syariah. cet.I. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.ed.IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
2008.
Nawawi, Imam. Syarah dan Terjemah Riyathus Shalihin. Jakarta Timur: Al
I’tishom. 2012.
Nugroho, Susanti Adi. Proses Penyelesaiaan Sengketa Konsumen Ditinjau Dari
Hukum Acara serta Kendala Implementasinya. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. 2008.
Nurhayati. “Tinjauan Hukum Bisnis Islam Terhadap Produsen produk bahan
ringan Kepada Konsumen di Dukuh Karangnongko Desa Jarum
Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten “ . UIN Sunan Kalijaga: Skripsi
Sarjana. FEBI. 2015.
Rokan, Mustafa Kamal. Hukum Persaingan Usaha (Teori dan Praktiknya di
indonesia). RajaGrafindo Persada: Jakarta. 2010.
Santoso, Isyad. “Perlindungan Konsumen Terhadap Produk produk bahan dan
Minuman Menurut MUI dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen Persefektif Bisnis Islam”. UIN Sunan
Kalijaga: Skripsi Sarjana. FEBI. 2014.
Siddiqi, Muhammad Nejatullah. Kegiatan Ekonomi Dalam Islam. Jakarta: Bumi
Aksara. 1996.
Sofie, Yusuf. Perlindungan Konsumen dan instrumen-instrumen. Jakarta:Pelangi
Cendika 2007.
Sudarsono, Edilius. Kamus Ekonomi Uang dan Bank.cet.III. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA. 2007 http://id.wikipedia.org/wiki/Etika.
Sudiana, I ketut. Patobiologi Molekuler.Jakarta: Salemba Medika. 2008.
Suma, Muhammad Amin. Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan
Keuangan Islam. cet.I. Jakarta: Kholam Publishing. 2008.
Untung, Budi. Hukum dan Etika Bisnis. Yogyakarta: ANDI OFFSET. 2012.
DOKUMENTASI