perilaku sehat-sakit

Upload: ayu-pramudita-wardani

Post on 05-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

perilaku sehat dan sakit

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangPandangan sebagian masyarakat mengenai kesehatan dan pelayanan kesehatan yang rendah mempengaruh perilaku sehat dan sakit. Sebagian masyarakat ada yang belum mendapatkan pelayanan kesehatan karena pelayanan kesehatan yang belum merata. Hal ini bisa ditemukan pada daerah yang belum dijangkau oleh para tenaga kesehatan. Selain itu masalah biaya juga menjadi alasan bagi masyarakat untuk tidak mencari pelayanan kesehatan medis. Namun di lain pihak, bagi beberapa individu, kesehatan merupakan hal yang sangat penting sehingga mere mengeluarkan banyak uang untuk kesehatannya.Perilaku sehat-sakit dari setiap individu tentunya akan berbeda. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana individu dalam sebuah kelompok sosial menjalankan pola hidupnya. Pola hidup dari setiap kelompok sosial akan berbeda sesuai dengan kebiasaan yang dianut oleh setiap individu tersebut. Pola hidup yang menjadi kebiasaan dalam sebuah kelompok sosial, akan berkembang menjadi sebuah budaya. Pengaturan pola hidup yang baik dari setiap individu harus berasal dari kesadaran dalam diri individu itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan menjaga pola hidup yang baik untuk dirinya dan tidak melakukan pola hidup yang merugikan bagi individu itu sendiri maupun individu sekitarnya.1.2Rumusan masalah1. Apa yang dimaksud dengan perilaku sehat dan periaku sakit?2. Bagaimana peranan orang sakit ?3. Apa saja hak dan kewajiban orang sakit?

1.3Tujuan1. Mengetahui maksud dari perilaku sehat dan sakit2. Mengetahui peranan orang sakit3. Mengetahui hak dan kewajiban orang sakit

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Keadaan Sehat dan Sakit2.1.1. SehatLatar belakang yang penting dalam mengupayakan kesehatan adalah pengetahuan tentang apa yang disebut dengan keadaan sehat,keadaan sakit,apa saja hal yang membuat orang tetap sehat dan apa yang menyebabkannya sakit. Sehat telah dirumuskan dalam Undang-undang kesehatan No.36 Th 2009 sebagai berikut : Keadaan sempurna baik fisik,mental dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat,serta produktif secara ekonomi dan sosial. Ekonomi, seseorang yang sudah produktif (dewasa). Seseorang yang produktif adalah seseorang yang memilki kegiatan yang dapat menghasilkan dan menyokong kehidupannya maupun kehidupan keluarganya secara finansial. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Maka dari itu perbaikan status ekonomi sangat berpengaruh dalam peningkatan kesehatan seseorang terutama dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang cukup. Sosial, berkaitan denganhubungan seseorang terhadap orang disekitarnya secara baik tanpa perbedaan ras, suku, kepercayaan, status sosial dan sebagainya. Oarng yang tidak berhubungan atau berkomunikasi dengan masyarakat sekitar dengan baik akan mendapatkan tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain. Spiritual, sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang dalam menjalankan ibadah dan semua aturan aturan agama yang dianutnya.

Berikut adalah latihan dasar di bidang kesehatan yang dapat membahayakan kesehatan bagi kita yaitu : Benda Hidup, merupakan jasad renik seperti bakteri,jamur,cacing dan amoeba dapat memasuki tubuh manusia melalui kontak langsung,penelanan,pernafasan,atau melalui gigitan dan goresan serangga dan makhluk hidup lainnya yang dapat menimbulkan penyakit. Benda Mati, merupaka menyetuh,menelan atau menghirup berbagai bahan seperti minyak tanah,insektisida,bensin,pupuk,timah dan asam dapat meracuni atau merusak tubuh kita. Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari adalah seperti alkohol,rokok,obat terlarang, bahkan obat medis (jika dipergunakan secara salah) dapat mengganggu kesehatan jasmani dan rohani. Peristiwa Alam, seperi gempa bumi,gunung meletus,hujan angin, dan beberapa kejadian serupa dapat menimbulkan cedera dan kematian. Dalam proses menua dan tubuh melemah maka akan cepat terjadinya penyakit. Faktor Lingkungan dan Buatan Manusia, seperti api kompor, perumahan yang terlalu padat, selokan yang terbuka, pecahan botol, silet, serta kontruksi rumah dan jalan yang buruk dapat mengundang kecelakaan. Keturunan, terjadi pada penyakit tertentu seperti anemia sickle cell, diabetes, dan beberapa bentuk keterbelakangan mental.2.1.2. SakitRendahnya utilisasi (penggunaan) fasilitas kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, dan sebagainya seringkali kesalahan atau penyebabnya dilemparkan kepada faktor jarak antara fasilitas tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh (baik jarak fisik maupun secara sosial), tarif yang tinggi, pelayanan yang kurang memuaskan dan sebagainya.Pada kenyataannya di dalam masyarakat masih terdapat beraneka ragam konsep sehat-sakit yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak penyelenggara kesehatan atau pelayanan kesehatan. Hal ini terdapat perbedaan persepsi yang berkisar antara penyakit (disease) dengan rasa sakit (illness). Penyakit (disease) adalah suatu bentuk reaksi biologis terhadap suatu organisme,benda asing atau luka (injury). Hal ini adalah suatu fenomena yang objektif yang ditandai dengan penuaan fungsifungsi sebagai organisme biologis tubuh manusia. Sedangkan sakit (illness) adalah penilaian seseorang terhadap penyakit sehubungan dengan pengalaman ditandai dengan perasaan tidak enak (feeling unwell).Dari batasan tersebut kedua pengertian atau istilah yang berbeda tersebut tampak adanya perbedaan konsep sehat-sakit yang kemudian akan menimbulkan seseorang terkena penyakit,salah satu organ tubuhnya terganggu fungsinya namun tidak merasa sakit atau sebaliknya seseorang merasa terganggu fisiknya tetapi dari hasil pemeriksaan klinik tidak terbukti bahwa ia sakit. Berikut adalah tabel yang menunjukkan keadaan tersebut :Penyakit (disease)

Sakit (illness)Tak Hadir (not present)Hadir (present)

Tak dirasa (not perceived)12

Dirasakan (perceived)34

Tabel 2.1 Penyakit dan Sakit Kombinasi Alternatif

Area 1 (satu) menggambarkan bahwa seseorang tidak menggambarkan seseorang bahwa seseorang tidak mengandung atau menderita penyakit juga tidak merasakan sakit (no disease and illness). Dalam keadaan demikian maka orang tersebut sehat menurut konsep kita (dari kacamata petugas kesehatan).Area 2 (dua) menggambarkan seseorang mendapat serangan penyakit (secara klinis), tetapi orang itu sendiri tidak merasa sakit atau mungkin tidak dirasakan sebagai sakit (disease but no illness). Dalam keadaan demikian merupakan anggota-anggota masyarakat yang secara klinis maupun labolatoris menunjukkan gejala klinis bahwa mereka tidak merasakan sakit. Oleh karena itu mereka tetap menjalankan kegiatannya sehari-hari sebagaimana orang sehat.Area 3 (tiga) menggambarkan penyakit yang tidak hadir pada seseorang tetapi orang tersebut merasa sakit atau tidak enak badan (illness but no disease). Pada kenyataannya kondisi ini hanya sedikit di dalam masyarakat. Orang merasa sakit padahal setelah pemeriksaan baik secara klinis maupun lab oratoris tidak terbukti bahwa ia mengalami suatu penyakit. Hal ini mungkin dikarenakan gangguan psikis saja.Area 4 (empat) menggambarkan adanya suatu penyajian yang sama. Seseorang memang menderita sakit dan ia juga merasakan sebagai rasa sakit (illness with disease). Hal inilah yang sebenarnya dapat dikatakan benar-benar sakit. Dalam kondisi ini pelayanan yang diprogamkan akan bertemu dengan kebutuhan masyarakat. Untuk meningkatkan daerah ke 4 ini diperlukan suatu koreksi terhadap masyarakat tentang sakit-sakit.selama masih ada perbedaan konsep-konsep yang salah ini maka peningkatan utilisasi fasilitas-fasilitas kesehatan akan berjalan lamban dan bahkan macet sama sekali.2.2. Perilaku Sehat dan Perilaku Sakit2.2.1. Perilaku SehatMenurut Ensiklopedi Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya (Novia Luthviatin dkk:129). Berdasarkan batasan pengertian di atas, perilaku lebih luas pengertiannya karena setiap reaksi yang diberikan terhadap rangangan disebut perilaku, tanpa ada syarat lainnya. Perilaku baru akan terjadi apabila ada sesuatu yang dapat menimbulkan reaksi organisme, yang disebut rangsangan atau stimulus. Dengan demikian, suatu stimulus akan menimbulkan reaksi atau perilaku tertentu. Menurut Kwick (1974), perilaku diartikan sebgai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap hanyalah merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang meyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap merupakan bagian dari perilaku.Dalam suatu pembentuan dan atau perubahan, perilaku dipengeruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor tersebut antara lain susunan saraf pusat, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya. Susunan saraf pusat penting dalam timbulnya perilaku karena merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjad perbuatan atau tindakan. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Dalam hal ini, terdapat dua unsur dalam batasan pengertian perilaku kesehatan di atas, yaitu stimulus atau rangsangan dan respon. Rangsangan dapat berupa sakit dan penyakit, pelayanan kesehatan, makanan maupun lingkungan. Sedangkan respon dapat berupa respon yang bersifat aktif, yaitu tindakan nyata/practice manusia atau respon yang bersifat pasif, yaitu pengetahuan, persepsi dan sikap. Secara lebih rinci, perilaku kesehatan mencakup :a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana seseorang merespon terhadap sakit dan penyakit, baik berupa respon pasif maupun respon yang bersifat aktif. Respon pasif yaitu tentang bagaimana seseorang mengetahui, bersikap dan mempersepsikan sakit dan penyakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya. Sedangka respon aktif yaitu tentang tindakan yang dilakukan seseorang untuk mengatasi rasa sakit dan penyakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini sesuai dengan tingkatan pencegahan penyakit yaitu :1. Perilaku promosi kesehatan (Health Promotion Behaviour) yaitu perilaku yang terkait dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan. Contohnya yaitu makan makanan bergizi, istirahat yang cukup, olahraga dan lain sebagainya.2. Perilaku pencegahan penyakit (Health Prevention Behaviour) yaitu perilaku terkait dengan mencegah terjadinya suatu penyakit termasuk mencegah penularan penyakit dari satu orang pada orang lainnya. Contohnya tidur dengan memakai kelambu dan lotion anti-nyamuk untuk menghindari gigitan nyamuk Anopheles, imunisasi dan lain sebagainya. 3. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (Health Seeking Behaviour) yaitu perilaku yang terkait dengan melakukan atau mencari pengobatan, dapat berupa usaha untuk mengobati penyakitnya sendiri, mencari pengobatan ke tempat pelayanan kesehatan modern (puskesmas, rumah sakit, dokter praktek dan sebagainya) maupun mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe dan lain sebagainya). 4. Perilaku sehubungan dengan pemulihan dari suatu penyakit (Health Rehabilitation Behaviour) yaitu perilaku terkait dengan usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Contohnya melakukan anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit. b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan yaitu respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan, baik sistem kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini terkait dengan segala sesuatu yang menyusun sistem pelayanan kesehatan termasuk petugas kesehatan, tempat pelayanan kesehatan, obat-obatan dan lain sebagainya yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, persepsi dan pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut.c. Perilaku terhadap makanan (Nutrition Behaviour) yaitu respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital tubuh. Perilaku tersebut dapat berupa pengetahuan, sikap, persepsi dan praktek seseorang terhadap makanan dan segala unsur yang terkandung dalam makanan, pengolahan makanan, penyimpanan dan penyajian makanan.d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (Environmental Health Behaviour) yaitu respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan mencakup :1. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk komponen, manfaat dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan. Dalam hal ini termasuk respon seseorang berupa pengetahuan, sikap dan persepsi seseorang tentang syarat air bersih dan peranan air dalam hal kesehatan seperti air sebagai sarang vektor penyebab penyakit, water-borne disease dan peran air lainnya yang mempengaruhi kesehatan manusia.2. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi higiene, pemeliharaan teknik dan penggunaannya.3. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk di dalamnya pembuangan limbah yang sehat dan dampak limbah terhadap kesehatan apabila perilaku terhadap limbah ini tidak sesuai dengan konsep kesehatan.4. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yaitu meliputi syarat rumah yang sehat baik dari segi fisik, psikis dan biologis. Syarat rumah sehat diantaranya ventilasi dan pencahayaan yang cukup, terhindar dari vektor penyakit, konstruksi bangunan yang kuat dan lain sebagainya.5. Peilaku sehubungan dengan pembersihan sarang nyamuk (vektor) dan lain sebagainya.Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku terkait dengan kesehatan (health related behaviour) yang meliputi :a. Perilaku kesehatan (health behaviour) yaitu perilaku terkait usaha-usaha meningkatkan dan memelihara kesehatan, termasuk tindakan pencegahan penyakit, sanitasi makanan, higiene perorangan dan lain sebagainya.b. Perilaku sakit (illness behaviour) yaitu segala tindakan atau kegiatan seseorang yang merasa sakit untuk mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakitnya. Termasuk di dalamnya pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit dan usaha pencegahannya. c. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour) yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Selain berpengaruh terhadap diri sendiri, perilaku ini juga berpengaruh terhadap anak-anak khususnya yang belum dapat memelihara kesehatannya sendiri.Kosa dan Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang dipengaruhi oleh pengetahuan biologi. Hal tersebut sesuai dengan apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Konsep sehat yang berkembang di masyarakat saat ini berbeda antara individu satu dengan individu lainnya. Hal ini menyebabkan perbedaan tindakan dalam pencegahan dan penanganan terhadap gangguan kesehatan antar individu walau gangguan kesehatan yang terjadi sama. Umumnya tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian individu terhadap gangguan kesehatan tersebut dan kadang disertai pengaruh dari orang lain. Penilaian seperti ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses ini menggambarkan berbagai usaha yang dilakukan penderita mengenai gangguan yang dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya.Proses tersebut mengikuti suatu keteraturan tertentu yang diklasifikasikan menjadi 4 bagian seperti di bawah :a. Adanya penilaian orang yang bersangkutan terhadap gangguan kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu tersebut atau orang lain terhadap gangguan tersebut berperan. Selanjutnya, gangguan yang dialami tersebut dikomunikasikan kepada orang lain unttuk kemudian dinilai dengan kriteria subjektif orang yang memperoleh informasi tersebut.b. Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan kesehatan tersebut. Setiap adanya gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan bagi orang yang bersangkutan atau orang lain terhadap dampak gangguan kesehatan yang dialami, baik dampak yang ringan bahkan hingga kematian. Adanya kecemasan ini menimbulkan suatu tindakan atau respon terhadap gangguan kesehatan tersebut, dalam hal ini berusaha mengatasi gangguan tersebut.c. Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah kesehatan. Perilaku merupakan cerminan dari penerapan pengetahuan seseorang baik dalam menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara pencegahan dan cara mengatasi gangguan kesehatan tersebut. Pengetahuan tersebut umumnya diperoleh individu dari hasil menghimpun membaca keadaan di lingkungannya, baik berupa gangguan kesehatan yang biasa terjadi dan cara mengatasi dan mencegah gangguan kesehatan tersebut muncul.d. Dilakukannya tindakan manipulatif untuk menghilangkan atau mengatasi kecemasan dan gangguan kesehatan yang dialami. Dalam hal ini orang awam maupun tenaga profesional melakukan manipulasi tertentu, dalam arti melakukan sesuatu untuk mengatasi gangguan kesehatan tersebut. Dari sinilah lahir pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.2.2.2. Perilaku SakitA. Teori Perilaku Sakit 1) Teori MechanicsMechanics melakukan pendekatan sosial untuk mempelajari perilaku sakit. Pendekatan ini dihubungkan dengan teori konsep diri,definisi situasi, efek dari anggota grup dalam kesehatan dan efek birokrasi. Teori ini menekankan pada dua faktor, yaitu:a) Persepsi atau definisi oleh individu pada suatu situasi.b) Kemampuan individu melawan keadaan yang berat.Faktor diatas digunakan untuk menjelaskan mengapa seseorang dengan kondisi sakit dapat mengatasinya tetapi orang lain dengan kondisi yang lebih ringan justru mengalami kesulitan sosial dan psikologis. Mechanics menjelaskan variasi-variasi dalam perilaku sakit,yaitu perilaku yang berhubungan dengan kondisi yang menyebabkan seseorang menaruh perhatian terhadap gejala-gejala pada dirinya dan kemudian mencari pertolongan. Jadi teori ini difokuskan pada pengertian proses perilaku yang tampak sebelum individu mencari pengobatan.Di dalam mempelajari perilaku sakit, ada tiga tujuan yang ingin dicapai, yaitu:a) Agar dapat menjelaskan perilaku sakit, maka seseorang harus dapat mengerti faktor-faktor fisik,sosial, dan mental yang mengakibatkan sakit.b) Menentukan faktor yang bertaggung jawab terhadap variasi.c) Penerimaan gejala penyakit yang mengikuti gejala-gejala ini dengan sakitnya dan reaksi terhadap penyakit.Menurut banyak faktor atau variabel atau variabel yang menyebabkan seseorang bereaksi terhadap sakit ,yaitu :1. Dapat dilihat,dikenali, atau dirasakan.2. Banyaknya gejala-gejala yang dianggap serius3. Banyaknya gejala yang menyebabkan putusnya hubungan keuarga.4. Frekuensi dari gejala dan tanda-tanda yang tampak dngan frekuensi yang timbul.5. Nilai ambang dari mereka yang terkena6. Informasi, penegtahuan, dan asumsi budaya dan pengertian dari yang menilai.7. Kebutuhan dasar yang menyebabkan perilaku.8. Kebutuhan yang bersaing dengan respon sakit.9. Perbedaan interpretasi yang mungkin terhadap gejala yang dikenalnya.10. Tersedianya sumberdaya, keadaan fisik, sosial-ekonomi.Ada dua tingkat analisisteori mechanics, yaitu:1. Tingkat pertamaBatasan dari orang lain yang merefensikan kepada proses dimana orang lain selain orang yang sakit mengenal gejala sakit dari individu dan mengatakan bahwa orang tersebut sakit dan perlu perawatan.2. Tingkat keduaBatasan sendiri, mengenal gejala penyakitnya dan menentukan pencarian pertolongan sendiri. Menurut mechanics dengan orang-orang diluar dirinya, yaitu dengan orang lain, cenderung menentang definisi bahwa orang lain berusaha memaksa dirinya dan menyebabkan perlu adanya dorongan untuk mencari pengobatan.Kelemahan dari teori ini adalah meskipun teori ini telah mengebangan scope perilaku sakit, termasuk individu yang sakit tetapi tidak mencari pengobatan, dan mengidentifikasi sepuluh faktor pengambilan keputusan dalam proses mencari pertolongan. Kelemahan-kelemahan lain teori ini adalah :1. Tentang nature/sifat ketergantungan antara 10 variabel ebelum dispesifikasikan.2. Teori ini belum di uji secara keseluruhan sehingga hasilnya tidak mungkin untuk di jajgi validitas empirisnya meskipun kualitasnya beralasan.3. Meskipun teori mencari pengobatan telah dikembangkan pada perilaku sehat, terutama pada segi pencegahan.4. Terkonsentrasi kepada proses pembuatan keputusan untuk mencari /tidak mencari pengobatan tetapi tidak terhadap proses kontak pertama individu dengan petugas.Elemen-elemen pokok perilaku:1. Empat elemen yang merupakan komponen dasar dalam perilaku sakita) Content (isi)b) Squence (urut-urutannya)c) Spacing (jarak)d) Variability (variabilitas) perilaku sakit.2. Lima konsep analisis perilaku sakitDari empat elemen tersebut dapat dikembangkan 5 konsep yang berguna untuk analisis perilaku sakit.a) Shopping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care untuk satu persoalan atau yang lain meskipun tujuannya biasanya adalah untuk mencari dokter yang akan mendiagnosa dan mengobati sesuai dengan harapan.b) Fragmentation atau proses pengobatan oleh bebrapa fasilitas kesehatan pada okasi yang sama.c) Procrastination atau proses pemindahan pencarian pengobatan sewaktu gejala dirasakan.d) Selfmendication atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau membelinya di warung obat.e) Discontinuity atau proses tidak melanjutkan (menghentikan) pengobatan.Menurut Twoddle, apa yang sehat bagi seseorang bisa saja tudak sehat bagi orang ain. Ada dua hal yang timbul dari usaha untuk menjelaskan kesehatan dan atau penyakit, yaitu:a) Karena terpaksa membicarakan kesehatan normal dengan kesehatan sempurna, kesehatan lebih dikenal sebagai norma sosialb) Definisi kesehatan dilihat dari sudut sosial lebih khas daripada bila dilihat dari sudut biologis.2) Model SuchmanYang terpenting dalam model suchman adalah menyangkut pola sosial dari yang tampak pada cara orang mencari, menemukan dan menemukan perawatan medis. Pendekatan yang digunakan berkisar pada 4 unsur yang merupakan faktor utama dalam perilaku sakit, yaitu :a) Perilaku itu sendirib) Sekuensinyac) Tempat atau ruang lingkup, dan d) Variasi perilaku selama tahap-tahap perawatan medis.Dari keempat unsur tersebut dapat dikembangkan menjadi lima konsep dasar ynag berguna dalam menganalisis perilaku sakit, yaitu:a) Mencari pertolongan dmedis dari berbagai sumber atau pemberi layanan.b) Fragmentasi perawatan medis disaat orang menerima pelayanan dari berbagai unit, tetapi pada lokasi yang sama,c) Menangguhkan (pricasnitation) atau menangguhkan supaya mencari pertolongan meskipun gejala sudah dirasakan.d) Melakukan pengobatan sendiri (self medication)e) Membatalkan atau menghentikan pengobatan (discontinuity)Menurut paradigma suchman, setiap tahapan individu memiliki kesadaran terhadap diri, persepsi dan tindakan pengambilan keputusan tertentu yang berkaitan dengan kesehatan. Berikut adalah penjelasan dari tiap tahapan :a) Tahap pengenalan terhadap gejala penyakit, pada tahap ini, individu memutuskan bahwa dirinya dalam keadaan sakit yang ditandai dengan rasa tidak enak dan keadaan itu dianggapnya dapat membahayakan diri.b) Tahap asumsi terhadap perana sakit. Karena merasa sakit dan memerlukan pengobatan, individu mulai mencari pengakuan dari kelompok, baik dilingkungan keluarga, tempat kerja, masyarakat, atau pihak-pihak lain yang terkait dengan pengakuan terhadap sakit ini diharapkan dirinya dapat diberi peran sesuai dengan kondisi yang sedang dialaminya saat ini.c) Kontak dengan pelayanan kesehatan. Pada tahap ini, individu sudah mulai mencari dan menemukan tempat layanan kesehatan, baik yang modern maupun tradisional.d) Tahapan menjadi pasien. Pada tahap ini, ada ketergntungan dari pasien terhadap seseorang pelayanan tenaga medis. Pada diri pasien muncul pengertian, bahwa pelayanan medis memiliki kemampuan untuk memberikan layanan dan tindakan yang sesuai dengan yang diharapkan.e) Tahap penyembuhan dan rehabilitasi . pada tahap ini, seorang individu akan mengevaluasi ulang mengenai perannya selama ini. Bila berbagai aktivitas dan peran sosialnya dapat dilakukan kembali dengan baik, maka kualitas dan derajat kesehatannya sudah membaik dan dapat dikatakan sehat. Sementara jika kondisinya semakin memburuk, bisa jadi individu tersebut sampai tahap akut atau bisa jadi meninggal dunia.3) Model AndersonAnderson (1974) termasuk salah seorang yang mengembangkan model sistem sosial kesehatan (health system model) berupa model kepercayaan kesehatan. Model ini menggambarkan suatu sekuensi determinan individu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga dan dinyatakan bahwa hal itu bergantung pada :a. Predisposisi keluarga untuk mengunakan jasa pelayanan kesehatan misalnya variabel demografi (umur, jumlah, status perkawinan), variabel struktur sosial (pendidikan, pekerjan, suku bangsa), kepercayaan terhadap medis.b. Kemampuan untuk melaksanakannya, yang terdiri atas persepsi terhadap penyakit serta evaluasi klinis.c. Kebutuhan terhadap jasa pelayanan. Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwuud didalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan.4) Model Keyakinan Sehat (Health Believe Model/HBM)Model ini berfokus pada sejumlah alasan mengapa masyarakat menerima perilaku yang disarankan, seangkan yang lain tidak. Pada awalnya, model ini diterapkan pada permasalahan respon masyarakat terhadap program preventif kesehatan (Abraham dan Shanley, 1997). Model ini dikembangkan oleh Rosenstowck. Empat keyakinan utama yang dapat diidentifikasikan dalam model HBM, yaitu :a. Keyakinan tentang kerentangan kita terhadap keadaan sehat.b. Keyakinan tentang keseriusan atau keganasan penyakit.c. Keyakinan tentang kemungkinan biaya.d. Keyaknan tentang efektifitas tindakan ini sehubungan dengan adanya kemungkinan tindakan alternatif.Menurut Becker dan Maiman (1995:50-52), model ini terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut :a. Kesiapan seseorang untuk melakukan suatu tindakan ditentukan oleh pandangan orang itu terhadap bahaya penyakit tertentu dan persepsi mereka terhadap kemungkinan akibat (fisik dan sosial) bila terserang penyakit tersebut.b. Penilaian seseorang terhadap perilaku kesehatan tertentu, dipandang dari sudut kebaikan dan kemanfaatan, kemudian dibandingkan dengan ersepsi terhadap pengorbanan(fisik, uang, dll) yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan tindakan tersebut.c. Suatu kunci untuk melakukantindakan kesehatan yang tepat harus ada, baik dari sumber internal (misalnya gejala penyakit) maupun eksternal (misalnya interaksi interpersonal, komunikasi massa).5) Model Kurt LewinLewin (1970) berpandangan bahwa individu hidup di lingkungan masyarakat. Di dalam kehidupan ini individu akan bernilai, baik positif maupun negatif, disuatu daerah atau wilayah tertentu. Apabila seseorang dalam keadaannya positif atau berada pada daerah positif, maka berarti dia ditolak dari daerah negatif. Implikasinya di dalam kesehatan adalah penyakit atau sakit adalah suatu daerah negatif sedangkan sehat adalah positif.Empat variabel yang terlibat ketika seseorang bertindak untuk melawan atau mengatasi masalah penyakit, yaitu :a) Kerentanan yang dirasakan (perceived suspectibility). Suatu tindakan yang ditunjukkan oleh individu, jika dirinya atau keluarganya sudah menunjukkan persepsi yang sama mengenai suatu gejala yang dirasakan dan dia mengkategorikan bahwa dirinya dan keluarganya atau lingkungannya rentan terhadap satu penyakit.b) Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness). Persepsi mengenai kerentanan ini dipengaruhi oleh persepsi mengenai tingkat keparahan atau kesungguhan suatu penyakit.c) Manfaat dan rintangan rintangan yang dirasakan (perceived benefit and barriers). Usaha untuk mencari dan mengatasi penyakit tersebut, diperkuat dengan adanya persepsi akan manfaat yang di dapat dari usaha tersebut, sehingga individu memiliki kemauan untuk menghadapi rintangan rintangan yang adad) Isyarat atau tanda tanda (clues). Tindakan individu akan lebih dirasakan tepat adanya, bila dia mendapat dukungan lain dari sisi eksternal, misalnya informasi dari media massa, keluarga, pesan, dan nasihat orang lain, dan sebagainya.6) Model Pengambilan KeputusanDalam model ini terjadi beberapa kondisi sosial yang khas , yakni :a) Realitas sosial adanya perbedaan pemahaman dan sikap antara pasien dan anggota keluarganyab) Perbedaan pemahaman dan sikap pasien tersebut diwujudkan dalam bentuk persepsi atau respon terhadap penyakit (sakit)c) Setiap diantara mereka memiliki akses informasi ke pihak lain mengenai persepsi penyakitd) Adanya komunikasi atau interaksi antara pasien dengan orang laine) Dari interaksi ini melahirkan dua kemungkinan akhir, yaitu masih tetapnya persepsi masing masing terhadap penyakit (de kolektivasi refleksi) dan kolektivasi persepsif) Pada saat ada kolektivas persepsi posisi pasien ada dua kemungkinan, yaitu sebagai posisi aktif atau pasifg) Terjadilah sebuah tindakan yang menunjukkan perilaku kesehatan dari seseorangDorongan utama seseorang bersedia melakukan praktik pengobatan yaitu adanya need for health ( n- health). Tingginya dorongan untuk sehat yang ada dalam diri ini, menyababkan dapat mengabaikan masalah hambatan ekonomi, sosial maupun yang lainnya. Ada dua kemungkinan dari hasil komunikasi dan atau interaksi yaitu terbentuknya persepsi yang sama mengenai status sakit pasien.B. Peranan Orang SakitOrang yang berpenyakit (having a disease) dan orang yang sakit (having a illness) adalah dua hal yang berbeda. Berpenyakit adalah suatu kondisi patologis yang objektif, sedangkan sakit adalah evaluasi atau persepsi individu terhadap konsep sehat-sakit. Orang yang berpenyakit belum tentu akan mengakibatkan berubahnya peran orang tersebut dalam masyarakat. Sedangkan orang yang sakit akan menyebabkan perubahan peranannya didalam masyarakat maupun di lingkungan keluarga. Jelasnya, orang yang sakit memasuki posisi baru, dan posisi baru ini menurut peranan yang baru pula. Peranan baru orang sakit (pasien) harus mendapat pengakuan dan dukungan dari anggota masyarakat dan anggota keluarga yang sehat secara wajar. Kadang-kadang peranan orang sakit tersebut demikian luasnya sehingga peranan yang ditinggalkannya tidak mungkin digantikan oleh satu orang saja.C. Hak-Hak Orang SakitSudikno Mertokusumo menyatakan bahwa dalam pengertian hukum, hak adalah kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum. Kepentingan sendiri berarti tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hak adalah suatu tuntutan yang pemenuhannya dilindungi oleh hukum. Berbicara bidang pelayanan kesehatan, maka bidang ini mempunyai ciri khas serta dianggap lebih mendasar, yang berbeda dengan pelayanan jasa atau produk lainnya, yaitu seperti ketidaktahuan konsumen, konsumen tidak memiliki daya tawar atau daya pilih, produk pelayanan kesehatan bukan konsep homogen, pembatasan terhadap kompetisi, ketidakpastian tentang sakit, serta kesehatan sebagai hak asasi.Dalam hal ini pasien harus dipandang sebagai subjek yang memiliki pengaruh besar atas hasil akhir layanan yang bukan sekedar objek. Hak-hak pasien harus dipenuhi mengingat kepuasan pasien menjadi salah satu barometer mutu layanan sedangkan ketidakpuasan pasien dapat menjadi pangkal tuntutan hukum.Hak orang sakit yang pertama dan yang utama adalah bebas dari segala tanggung jawab sosial yang normal. Artinya, orang yang sedang sakit mempunyai hak untuk tidak melakukan pekerjaan sehari-hari yang bisa dia lakukan. Hak yang kedua dari orang sakit adalah hak untuk menuntut (mengklaim) bantuan atau perawatan kepada orang lain. Dari itu dia berhak untuk dibantu dan dirawat agar cepat sembuh. Didalam hal ini anggota keluarga dan masyarakat yang tidak sakit berkewajiban untuk membantu dan merawatnya.Oleh karena itu tugas penyembuhan dan perawatan itu memerlukan suatu keterampilan khusus maka didelegasikan kepada lembaga-lembaga masyarakat atau individu tertentu, seperti dukun, dokter, dll. Sebenarnya hal yang menjadi harapan konsumen terhadap pemberi layanan kesehatan atau harapan pasien sebagai konsumen pelayanan medis meliputi:a. Pemberian pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.b. Membantu dan memberikan pelayanan dengan tanggap tanpa membedakan unsur sara (suku, agama, ras dan antar golongan).c. Jaminan keamanan, keselamatan dan kenyamanan.d. Komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pasien.Selanjutnya hak-hak pasien juga dijelaskan pada Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dimana dalam Pasal 4 menyatakanbahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Maksud dari hak atas kesehatan tersebut adalah hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pasal 56 menyebutkan bahwa setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap, Pasal 57 menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan. Pasal 58 menyatakan bahwa setiap berhak orang menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.Apabila dirumuskan maka hak pasien sebagai konsumen pelayanan medis yang ditentukan dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan antara lain:a. Memperoleh informasi yang benar dan lengkap tentang keadaan dirinya.b. Memberikan persetujuan ataupun penolakan terhadap terapi yang dilakukan atas dirinya.c. Menjaga rahasia kedokteran terkait dengan kondisi dan layanan medis lainnya.d. Memperoleh ganti rugi sebagai akibat dari adanya kesalahan.e. Kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.D. Kewajiban-Kewajiban Orang SakitOrang yang sedang sakit juga mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi disamping haknya yang dapat dituntut. Pertama, orang yang sedang sakit mempunyai kewajiban untuk sembuh dari penyakit. Memperoleh kesembuhan bukanlah hak penderita, tetapi kewajiban penderita. Karena manusia diberi kesempurnaan dan kesehatan oleh Tuhan. Secara alamiah manusia itu sehat. Adapun menjadi sakit sebenarnya merupakan kesalahan manusianya sendiri. Oleh karena itu, bila ia jatuh sakit, maka berkewajiban untuk mengembalikan posisinya kedalam keadaan sehat.Seperti telah diuraikan diatas bahwa orang sakit itu lemah sehingga didalam melakukan kewajibannya untuk sembuh memerlukan bantuan orang lain. Dalam hal ini si sakit dapat menjalankan kewajibannya mencari penyembuh sendiri, atau minta bantuan orang lain. Apabila prinsip ini diterapkan didalam masyarakat maka kewajiban tersebut ada pada masyarakat. Para petugas kesehatan dalam usahanya ikut melibatkan masyarakat didalam pelayanan kesehatan masyarakat, sebenarnya hanya sekedar membantu masyarakat tersebut dalam rangka menjalankan kewajibannya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.Berdasarkan Pasal 5 UUPK seorang konsumen juga mempunyai kewajiban, sebagai berikut:a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/ atau jasa, demi keamanan dan keselamatan. b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang atau jasa. c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.Keempat kewajiban konsumen tersebut dimaksudkan agar konsumen dapat memperoleh hasil yang optimal atas perlindungan atau kepastian hukum bagi dirinya. Pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari kemungkinan upaya pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab seperti penelantaran. Pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan dan kenyamanan terhadap pelayanan dan jasa kesehatan yang diterimanya. Adanya hak tersebut menjadikan konsumen akan terlindungi dari praktek profesi yang mengancam keselamatan atau kesehatannya.Seperti telah kita sepakati bersama bahwa masyarakat, dalam pendekatan pelayanan kesehatan masyarakat sebagai objek sekaligus sebagai subjek, dan juga konsumer sekaligus sebagai provider, maka dalam konteks peranan sakit orang yang sakit juga sebagai anggota masyarakat dapat menuntut haknya sekaligus menjalankan kewajiban orang sakit. Jelasnya, memperoleh kesembuhan adalah ha dan kewajiban orang sakit.Pertama, orang yang sedang sakit mempunyai kewajiban untuk sembuh dari penyakitnya, seperti telah diuraian bahwa orang sakit itu lemah sehingga didalam melakukan kewajibannya untuk sembuh memerlukan bantuan orang lain. Kewajiban orang sakit yang kedua adalah mencari pengakuan, nasihat-nasihat, dan kerja sama dengan para ahli (petugas kesehatan) yang ada didalam masyarakat. Kewajiban orang sakit untuk mencari pengakua ini sangat penting agar anggota yang lain dapat menggantikan posisinya dan melakukan peranan-peranannya selama ia dalam keadaan sakit. Pengakuan ini misalnya dapat diwujudkan dengan pemberian cuti sakit atau ijin tidak masuk kerja, baik secara formal maupun informal. Sedangkan pentingnya mencari nasihat dan kerja sama oleh orang sakit kepada anggota masyarakat lain adalah dalam rangka kewajibannya yang pertama, yakni agar memperoleh kesembuhan yang secepat mungkin.Suchman (1965) dari segi sosiologi mencoba mengembangkan suatu skema, dan menelusuri proses pengambilan keputusan seseorang didalam menghadapi sakit melalui 5 fase seperti skema. Dari skema tersebut kita lihat bahwa fase pertama, ketika gejala sakit mulai terasa, si penderita mencoba mengatasinya dengan obat atau cara-cara yang diketahuinya dari orang tuanya atau orang lain. Misalnya denan kerokan bila merasa pusing, atau minum jamu bila badan terasa meriang, dan sebagainya. Apabila tidak sembuh maka ia mencari nasihat kepada orang-orang awam sekitar. Hal ini telah memasuki tahap kedua, tahap pelayanan sistem kesehatan keluarga / berobat.Apabila belum sembuh juga, si penderita memutuskan bahwa ia memasuki tahap ketiga, yakni memasuki golongan orang sakit, menerima peranan sebagai orang sakit. Ia kemudian mencari nasihat kepada pemberi pelayanan kesehatan profesional, baik modern (dokter, mantri, dan sebagainya) maupun pelayanan kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya). Jika tidak cocok maka ia beralih ke fasilitas-fasilitas yang lain. Tahap keempat perilaku penderita ini adalah menerima dan melakukan prosedur pengobatan, dan akhirnya kembali ke peran normal apabila ia sembuh dari penyakitnya (tahap kelima).Tabel 2.2 Tahap-tahap Pengalaman SakitIIIIIIIVV

Pengalaman gejala sakitMenerima peranan orang sakitMenghubung-kan pemberi pelayanan kesehatanPeranan pasien yang tergantung (dependet)Pemulihan dan rehabilitasi

KeputusanAda sesuatu yang tidak beresMelepas-kan peranan orang normalMencari nasihat profesionalMenerima pelayanan /pengoba-tan profesi-onalMelepas-kan peranan orang sakit

PerilakuPenggunaan obat warisan orang tua (folk medicine) pengobatan diri sendiriMohon dibenarkan menaikkan peranan orang sakit dari orang awam, menerus-kan pengguna-an obat-obat orang awamMencari pembenaran yang berwenang dalam bidang kesehatan mengenai peranan orang sakit, membicarakan cara-cara pengobatanMenerima prosedur pengobat-an untuk penyakit, mengikuti instruksiKembali keperanan orang normal

HasilMenolak (dari keadaan sehat) menunda

MenerimaMenolak

MenerimaMenolak

Mencari nasihat profesionalKepastianMenolak

MenerimaMenolak (peranan orang sakit kronis) pura-pura sakit

Menerima

Sumber :Suchman (1965)

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1Perilaku Sehat Sakit di Pondok Pesantren Al Fithrah SurabayaMasih banyaknya pesantren yang melestarikan kultur tradisional dimana satri di pesantren di tuntut untuk berperilaku sesuai life style tradisional. Dan perilaku santri dalam pemeliharaan kesehatan masih kurang jika dipandang dari sudut medis modern. Karena pesantren memiliki kultur yang berbeda dengan masyarakat diluar pesantre. Dalam jurnal sosial dan politi yang berjudul Perilaku Kesehatan Santri : (Studi Deskriptif Perilaku Pemeliharaan Kesehatan, Pencarian, Dan Penggunaan Sistem Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Lingkungan Di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, Surabaya) oleh AliM Ikhwanudin menunjukkan bahwa perilaku hidup sehat di PAF yakni dalam pemenuhan gizi santri makan menu seimbang dirasa masih kurang jika melihat standart makan menu seimbang. Untuk mempertahankan kesehatannya yaitu dengan mengkonsumsi suplemen makanan. Jika dalam pemenuhan gizi santri ini tercukupi maka konsumsi suplemen dirasa tidak perlu. Makanan yang disediakan pondok adalah makanan yang sederhana dengan tahu dan tempe, sayuran dan santri tidak bisa memilih menu makanan setiap harinya. Pengetahuan santri tentang makanan yang bergizi dan cara menjaga perilaku hidup sehat juga masih kurang. Tidak hanya dalam pemenuhan gizi santri perilaku merokok yang sangat disayangkan terjadi di kawasan pondok pesantren terjadi karena ustad atau santri senior secara tidak langsung memberikan contoh dalam perilaku tidak sehat yakni merokok. Para santri di PAF menjaga dan memelihara kesehatan, santri mempertahankan diri dari penyakit dengan cara yang sederhana, dengan hanya beristirahat ketika mulai merasakan kondisi tubuhnya menurun, dan mencari pengobatan hanya di sekitar pondok pesantren dan masih sangat jarang mencari pengobatan pada tenaga medis yang lebih professional.Para santri putra serta santri putrid di PAF tidak ada yang ketahuan menkonsumsi minuman keras.Karena pondok pesantren membentengi diri santri dari pengaruh negative pergaulan di masyarakat umum baik pengaruh rokok, minuman keras, narkoba dan pergaulan bebas. Dengan aktivitas pesantren yang padat dengan jadwal kegiatan agama membuat santri kurang mendapatkan istirahat yang cukup. Hal ini dapat membahayakan bagi kondisi kesehatan para santri. Tidak hanya itu Gaya hidup positif seperti penyesuaian lingkungan, kebersihan dan kesehatan lingkungan haruslah baik. Kebersihan lingkunagan di PAF Surabaya dilakukan oleh pengurus pondok pesantren yang telah di tunjuk untuk bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan seluruh area pesantren.Perilaku sakit di PAF Surabaya peneliti melakukan teori perilaku sakit model Mechanics bertujuan untuk melakukan pendekatan sosial untuk mempelajari perilaku sakit yang terdiri dari 10 variabel yang digunakan untuk membahas perilaku sakit santri di PAF Surabaya1. Penyakit dapat dilihat, dirasakan, dapat dikenali, dirasakan dan tanda-tanda yang menyimpang. Penyakit yang menyerang santri dengan tanda-tanda sebagai berikut pucat, santri lemas, tempratur tubuh santri panas, terdapat luka luar, mengekuarkan ingus, batuk, bercak atau benjol pada penyakit kulit, dan bisa hingga mengeluarkan lendir2. Banyaknya gejala-gejala yang dianggap serius (perakiraan kemungkinan bahayanya). Jika ciri-ciri dari tanda fisik masih berlanjut maka atau banyak dan parah maka resiko yang ditimbulkan lebih besar. Santri MRH pernah mengakami gatal hingga setengah tubuh terdapat benjolan dan terasa gatal, segera MRH mencari pengobatan.3. Banyaknya gejala menyebabnya putusnya hubungan keluarga, pekerjaan dan aktivitas sosial lainnya. Dengan mengalami sakit tersebut sehingga parah sehingga tidak dapat mengerjakan rutinitas di pesantren, santri juga ketika sakit parah tidur diruang isolasi dan mendapat pengobatan dari poskestren 4. Frekuensi dari gejala-gejala yang tampak, presistensinya dan frekuensi yang timbul. Penyakit yang dirasa ringan akan tetapi intensitasnya sering perlu diperiksakan lebih lanjut kemungkinan penyakit itu semakin parah. Menurut dr. E penyakit yang di alami santri adalah penyakit yang ringan , disebabkan karena PHBS santri yang kurang.5. Nilai ambang dari santri yang terkena, batas toleransi atau orang menilai tanda-tanda itu menyimpang. Santri memandang bahwa seorang yang sakit itu santri tidur lama, tidak mengikuti aktivitas pondok itu sudah dikatakan sakit. dan sudah mendapatkan perhatian dari santri yang lain apalagi hingga gejala yang diperlihatkan lebih berat maka santri tersebut akan dicarikan pengobatan. Ketika penelitian ini berlangsung, dalam suatu kesempatan didapati santri melakukan aksi solidaritas dengan meminta sumbangan kepada santri lain di setiap kamar dan meminta sumbangan kepada ustad untuk menyumbang temannya yang sedang dirawat karena penyakit kanker darah.6. Informasi, pegetahuan dan asumsi budaya dan pengertian-pengertian dari yang menilai, sangat sedikit sekali santri yang mengerti tentang perilaku hidup bersih dan sehat, dikarenakan juga sumber informasi yang masuk kedalam pesantren terbatas, dibutuhkan buku bacaan dan sosialisasi tentang perilaku kesehatan dan kebersihan di PAF terutama pada santri putra. Pada santri putri sudah ada santri Husada, yang berfungsi sebagai agen sosialisasi kepada santri lainnya tentang PHBS dan pemeriksaan awal atau deteksi penyakit untuk mencari pengobatan selanjutnya7. Kebutuhan dasar yang menyebabkan perilaku, ketika sakit santri, mengambil keputusan berobat atau malah mengabaikan pengobatan ketika sakit, karena adanya kebutuhan dasar lain seperti santri tidak ingin terlewatkan ritual yang ada di pesantren, sehingga ketika sakit santri mengabaikan untuk berobat demi menjalankan kegiatan tersebut.8. Adanya kebutuhan lain yang lebih utama dipenuhi dibandingkan dengan mengabaikan terlebih dahulu gangguan penyakitnya, bagi sebagian orang gejala penyakit lebih utama untuk mencari pengobatan, akan tetapi sebagian orang termasuk santri memilih untuk mengabaikan atau menunda mencari pengobatan seperti santri PAF dari data yang ditemukan, santri MRH pernah menunda untuk mencari pengakuan bahwa santri sakit9. Perbedaan interpretasi yang mungkin terhadap gejala yang dikenalnya, seseorang yang merasakan sakit akan tetapi sakit tersebut tidak dihiraukan karena sudah menjadi bagian dari pekerjaan atau kegiatan tersebut. sesuai dari data yang ada santri di PAF sudah mengangap penyakit gatal-gatal itu merupakan bagian dari pesantren, ibaratnya jika tidak pernah sakit gatal-gatal tidak (afdol:Arab) dalam menempuh pendidikan di pondoknya. Santri menyikapi penyakit gatal-gatal itu sudah lumrah bahkan seolah-olah sudah menjadi budaya jika seorang santri harus pernah terkena penyakit gatal-gatal.10. Tersedianya sumber daya, kedekatan fisik, biaya dan sebagainya, di PAF sudah tersedia fasilitas koperasi yang menjual obat-obat rumahan dan Poskestren untuk pemeriksaan dan pengobatan santri, ketika santi memeriksakan dirinya dan mendapatkan obat cukup membayar dengan biaya Rp 3000,00, nominal yang murah untuk pemeriksaan dan pengobatan, karena sebagian pembiayaan pengobatan telah di subsidi dari pondok. Jika santri tidak puas bisa meminta izin ke pondok untuk berobat keluar pesantren jika dirasa penyakitnya itu parah.

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanAdapun kesimpulan dari makalah ini adalah :1. Sehat telah dirumuskan dalam Undang-undang kesehatan No.36 Th 2009 adalah keadaan sempurna baik fisik,mental dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat,serta produktif secara ekonomi dan sosial.2. Penyakit (disease) adalah suatu bentuk reaksi biologis terhadap suatu organisme,benda asing atau luka (injury).3. Sakit (illness) adalah penilaian seseorang terhadap penyakit sehubungan dengan pengalaman ditandai dengan perasaan tidak enak (feeling unwell).4. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.5. Perilaku sakit dijelaskan dalam teori mechanics, Model Suchman, Model Anderson, Model Keyakinan Sehat (Health Believe Model/HBM), Model Kurt Lewin, Model Pengambilan Keputusan.6. Orang yang berpenyakit belum tentu akan mengakibatkan berubahnya peran orang tersebut dalam masyarakat. Sedangkan orang yang sakit akan menyebabkan perubahan peranannya didalam masyarakat maupun di lingkungan keluarga.7. Hak-hak pasien juga dijelaskan pada Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 4.8. Kewajiban orang sakit sebagai konsumen dalam bidang kesehatan diatur dalam pasal 5 UUPK.

4.2 SaranPerilaku sehat-sakit dari setiap individu tentunya akan berbeda. Pengaturan pola hidup yang baik dari setiap individu harus berasal dari kesadaran dalam diri individu itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan menjaga pola hidup yang baik untuk dirinya dan tidak melakukan pola hidup yang merugikan bagi individu itu sendiri maupun individu sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Heri D.J maulana, D.Sos, M.kes. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC Luthviatin, Novia dkk. 2012. DasarDasar Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jember : University Press. Notoatmodjo,Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT Rineka Cipta : Jakarta.Anggraeni.http://www.aifis-digilib.org/uploads/1/3/4/6/13465004/5._anggraeni.pdf (diakses pada tanggal 21 Oktober 2014)Alim Ikhwanudin :http://journal.unair.ac.id/filerPDF/JURNAL%20PERILAKU%20KESEHATAN%20SANTRI.docx (diakses pada tanggal 23 Oktober 2014)

LAMPIRANJURNAL SOSIAL DAN POLITIK

Perilaku Kesehatan Santri : (Studi Deskriptif Perilaku Pemeliharaan Kesehatan , Pencarian Dan Penggunaan Sistem Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan Lingkungan Di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, Surabaya)

Alim IkhwanudinDepartemen Sosiologi, FISIP, Universitas Airlangga

ABSTRAK

Dewasa ini pesantren berlomba-lomba memiliki infrastruktur modern, tetapi hanya beberapa pesantren yang menerapkan life-stlye modern. Masih banyak pesantren yang melestarikan kultur tradisional dimana santri di pesantren tersebut dituntut untuk berperilaku sesuai life-style tradisional demi melestarikan kultur tersebut. studi ini dimaksudkan memahami perilaku kesehatan di pesantren, yang berfokuskan tentang bagaimana memahami perilaku pemeliharaan kesehatan santri, memahami perilaku pencarian dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan santri, memahami perilaku kesehatan lingkungan, dan rasionalisasi, tindakan sosial terhadap perilaku hidup sehat dan bersih santri di pondok pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya.Menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan teori perilaku kesehatan Notoatmodjo, yang didalamnya juga terdapat model perilaku sakit dan model pencarian kesehatan, serta menggunakan teori tindakan sosial Weber. Studi ini menggunakan metode dan prosedur kualitatif, dengan pendekatan kualitatif deskriptif menggunakan tipe pemilihan informan dengan teknik purposive dan pengumpulan data dengan pengamatan langsung serta melakukan wawancara secara mendalam.Dari hasil studi didapatkan, bahwa respon santri terhadap perilaku kesehatan masih kurang dipandang dari sudut pandang medis modern, karena pesantren memiliki kultur yang berbeda dengan masyarakat diluar pesantren terlihat dari pertama, dalam memelihara kesehatan, santri masih mempertahankan diri dari penyakit dan menjaga kesehatan masih dengan cara yang sederhana. Kedua, dalam usaha memanfaatkan sistem kesehatan, santri mengacu pada pengetahuan kesehatan yang santri pahami. Ketiga, perilaku kesehatan lingkungan santri dipengaruhi erat struktur dan nilai-nilai budaya serta nilai-nilai religi yang ada dipesantren. Keempat, usaha rasionalisasi PHBS, dengan menyesuaikan dengan nilai-nilai kultural dan religi di pesantren guna meningkatkan derajat kesehatan santri.

Keyword :Health Behaviour, Santri, Rasionalisasi

ABSTRACT

Nowadays pesantren compete to has a modern infrastructure, but it just only a few of pesantren that applied as life-style modern. There are so many pesantren that stil used traditional culture which the santri inside must be following the bahavior of traditional become everlasting. The purpose of this research are to understood the healthy life at pesantren, that focused about how to understood the culture of healthy life santri, to understood the action of santri to looking for healthy facilities, to understood healthy environment, and rasionalitation, the social action of santri to have a healthy life and clean at pondok pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya.To answering that problem, the researcher used the theory of healthy life behavior from Notoatmodjo, which inside it also include sicked behavior model and looking for healthy, also used the theory of social action from Weber. This research used method and procedure of qualitative, with ualitative descriptive approaching and purposive technique and collecting data with direct observation and indepth interview.As a result of this research, that the responses of santris healthy life are not good enough if we see it from modern medical perspective, because pesantren has a different culture with the environment at the outside, we can see it from first, from the maintenance of health, santri still used a konvensional treatment tokeep their life. Second, the effort to used the medical facilities, santri will used their knowledge of medicine. Third, the healthy life at the environment of the santri interrupted by the structure and histories value also religion value at pesantren. Fourth, the rasionalitation of PHBS, combaining with cultural value and religion at pesantren to increase the degrees of healthy live of santri.

Keyword :Health Behaviour, Santri, Rationalitation

27