peritonitis generalisata

22
PERITONITIS GENERALISATA I. PENDAHULUAN Peritonium merupakan mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epithelial. Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu coelom. Dari kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding enteron. Enteron didaerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal dan ventral usus saling mendekat, sehingga mesoderm tersebut kemudian menjadi peritoneum. Peritonium merupakan rongga tempat melekatnya organ-organ dalam khususnya organ-organ pencernaan. Berdasarkan sifat (vaskularisasi) dan fungsi dari peritonium, maka dengan adanya kelainan pada organ-organ yang terdapat pada rongga peritonium, akan mempengaruhi dinding atau rongga peritonium itu sendiri, seperti pada apendisitis perforasi, perdarahan intraabdomen, obstruksi dan strangulasi jalan cerna. Pada keadaan atau penyakit tersebut, sering menampakkan adanya gejala akut yang sering disebut gawat abdomen, keadaan ini memerlukan penaggulangan segera yang sering berupa tindakan pembedahan. Peritonitis merupakan peradangan peritonium, selaput tipis yang melapisi dinding abdomen dan meliputi organ- organ dalam, peradangan sering disebabkan oleh bakteri atau infeksi jamur membran ini. Peritonium primer disebabkan oleh penyebaran infeksi dari darah atau kelenjar getah bening ke peritonium, pada kasus primer

Upload: tudhe-sii-rajapala

Post on 05-Aug-2015

1.396 views

Category:

Documents


94 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peritonitis Generalisata

PERITONITIS GENERALISATA

I. PENDAHULUAN

Peritonium merupakan mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epithelial.

Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu coelom.

Dari kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding enteron. Enteron

didaerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal dan ventral usus

saling mendekat, sehingga mesoderm tersebut kemudian menjadi peritoneum.

Peritonium merupakan rongga tempat melekatnya organ-organ dalam khususnya organ-

organ pencernaan. Berdasarkan sifat (vaskularisasi) dan fungsi dari peritonium, maka

dengan adanya kelainan pada organ-organ yang terdapat pada rongga peritonium, akan

mempengaruhi dinding atau rongga peritonium itu sendiri, seperti pada apendisitis

perforasi, perdarahan intraabdomen, obstruksi dan strangulasi jalan cerna. Pada keadaan

atau penyakit tersebut, sering menampakkan adanya gejala akut yang sering disebut

gawat abdomen, keadaan ini memerlukan penaggulangan segera yang sering berupa

tindakan pembedahan.

Peritonitis merupakan peradangan peritonium, selaput tipis yang melapisi dinding

abdomen dan meliputi organ-organ dalam, peradangan sering disebabkan oleh bakteri

atau infeksi jamur membran ini. Peritonium primer disebabkan oleh penyebaran infeksi

dari darah atau kelenjar getah bening ke peritonium, pada kasus primer ini, 90% kasus

infeksi disebabkan oleh mikroba, 40% oleh bakteri gram negative, E.Coli 7%,

Klebsiela, pneumonia, spesies pseudomonas, proteus dan gram negatif lain sebanyak

20%, sementara bakteri gram positif yakni 15%, jenis steptococus, dan golongan

stapylococus 3%. Jenis yang lebih umum dari peritonitis, yang disebut peritonitis

sekunder, disebabkan oleh infeksi gastrointestinal (apendisitis perforasi, perforasi ulkus

peptikum, dan duodenum, perforasi kolon) atau saluran bilier, kedua kasus peritonitis

sangat serius dan dapat mengancam kehidupan jika tidak dirawat dengan cepat.

Pada keadaan normal, peritonium resisten terhadap infeksi bakteri, tetapi adanya

keadaan seperti kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulen, resistensi yang

menurun dan adanya benda asing atau enzim pecerna aktif, merupakan faktor yang

mempermudah terjadinya peritonitis. Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus

segera diambil karena setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat

meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penaggulangan

Page 2: Peritonitis Generalisata

tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang.

II. PENGERTIAN

Peritonitis merupakan keradangan akut maupun kronis pada

peritoneum parietale, dapat terjadi secara lokal (localized peritonitis)

ataupun menyeluruh (general peritonitis). Pe r i t oneum sebena rnya t ahan

t e rhadap i n f eks i , b i l a keda l am rongga  peritoneum disuntikkan kuman

maka dalam waktu yang cepat akan diceranakan o l eh f agos i t dan akan

s ege ra d ibuang . Juga b i l a d i sun t i kkan s e jumlah bak t e r i subku t an

a t au r e t rope r i t onea l maka akan t e r j ad i pemben tukan abse s a t aupu

selulitis. Suatu peritonitis dapat terjadi oleh karena kontaminasi yang terus

menerusoleh kuman, kontaminasi dari kuman dengan strain yang ganas,

adanya benda asing ataupun cairan bebas seperti cairan ascites akan

mengurangi daya tahan peritoneum terhadap bakteri. Omentum juga

merupakan jaringan yang penting dalam pengontrolan infeksi dalam rongga perut.

Perinonitis Generalisata adalah suatu proses inflamasi local atau menyeluruh

pada peritoneum ( membrane serosa yang melapisi rongga abdomen dan menutupi

visera abdomen ) yang terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi

saluran cerna, atau dari luka tembus abdomen yang tersebar luas pada permukaan

peritoneum.

III. PATOFISIOLOGI

Reaksi awal keradangan peritoneum adalah keluarnya eksudat fibrinosa

diikuti terbentuknya nanah dan perlekatan-perlekatan fibrinosa untuk

melokalisisr infeksi. Bila infeksi mereda, perlekata akan menghilang, tetapi

bila proses akan berlanjut terus maka pita-pita perlengketan peritoneum

akan sampai ke bagian l engkung u sus a t aupun o rgan -o rgan . Eksudas i

c a i r an dapa t be r l eb ihan h ingga menyebabkan dehidrasi yang terjadi

penumpukan cairan di rongga peritoneal. C a i r a n d a n e l e k t r o l i t t a d i

a k a n m a s u k k e d a l a m l u m e n u s u s d a n menyebabkan

terbentuknya sekuestrasi. Dengan disertai perlekatan-perlekatan u sus ,

maka d ind ing u sus men j ad i a t on i a . A ton i a d ind ing u sus

menyebabkan  permeabilitas dinding usus terganggu mengakibatkan

Page 3: Peritonitis Generalisata

dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, oliguri. Sedangkan perlekatan-

perlekatan menyebabkan ileus paralitik  atau obstruksi. Ileus menyebabkan

kembung, nausea, vomitting, sedangkan reaksi inflamasi menyebabkan febris.

Keluarnya eksudat fibrinosa. Terbentuk kantong-kantong nanah (abses) diantara

perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya

sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang,

tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrinosa, yang kelak dapat menyebabkan

terjadinya obstruksi usus. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan

peritoneum atau bila infeksi menyebar akan menyebabkan timbulnya peritonitis

generalisata.

IV. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI

Pe r i t on i t i s dapa t d igo longkan men jad i 2 ke lompok be rda sa rkan

da r i  penyebabnya:

1 . Pe r i t on i t i s P r ime r (Spon t aneus )

Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ peritoneal yang langsung

dari rongga peritoneum. Banyak terjadi pada penderita :

- sirosis hepatis dengan asites

- nefrosis

- SLE

- bronkopnemonia dan TBC paru

- pyelonefritis

- benda asing dari luar 

2 . P e r i t o n i t i s S e k u n d e r  

Disebabkan oleh infeksi akut dari organ intraperitoneal seperti :

a. Iritasi Kimiawi\

Perforasi gaster, pankreas, kandung empedu, hepar, lien, kehamilan

extra tuba yang pecah.

b. Iritasi Bakteri

Perforasi kolon, usus halus, appendix, kista ovari pecah, ruptur buli dan ginjal.

c. Iritasi tersier 

Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat, superinfeksi kuman,

danakibat tindakan operasi sebelumnya

Page 4: Peritonitis Generalisata

V. MANIFESTASI KLINIS

P a d a g e j a l a a k a n d i d a p a t k a n b e r u p a n y e r i p e r u t h e b a t

( n y e r i a k a n menyeluruh pada seluruh lapangan abdomen bila terjadi peritonitis

generalisata), mual muntah, dan demam. Namun gejala yang timbul pada

setiap orang dapat sangat bervariasi. Pada gejala lanjutan, maka perut

menjadi kembung, terdapat tanda-tanda ileus sampai dengan syok. Serta

hipotensi.

Nyeri abdomen kuat

Nyeri tekan (+)

Sakit berat (toksis)

Demam tinggi

Kedaan umum jelek.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

leukositosis

hematokrityang meningkat (hemokonsentrasi)

metabolic asidosis

2. Foto sinar x

Adanya dilatasi usus halusdan usus besar. Udara bebas dapat terlihat pada kasus

perforasi

LAPARATOMI

Pengertian

Pembedahan perut sampai membuka selaput perut.

Ada 4 cara, yaitu;

1. Midline incision

2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5 cm).

3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya

pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah 4 cm

di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendictomy.

Page 5: Peritonitis Generalisata

Indikasi

1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam) / Ruptur Hepar.

2. Peritonitis

3. Perdarahan saluran pencernaan.(Internal Blooding)

4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.

5. Masa pada abdomen

Page 6: Peritonitis Generalisata

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

PADA Tn. KD ( No.CM 01.60.10.51)

Selasa, 21 November 2012

Kamar OK I, Ruang OK IRD

I. PRE OPERATIF

A. Pengkajian

Pukul : 22.50 WITA

1. Breating

Pernafasan pasien spontan tanpa alat bantu

Laju pernafasan : 20 x/menit

Saturasi O2: 94%

2. Blood

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Denyut nadi : 84x/menit

Suhu : 360C

3. Brain

Kesadaran : compos mentis

Status emosi : cemas

Penilaian nyeri : nyeri akut dengan intensitas 5 dari 0-10 skala nyeri yang

diberikan.

4. Bladder

Pasien tidak menggunakan dower kateter

5. Bowel

BB : 65 kg

TB : 160 cm

Pasien melaksanakan puasa sebelum pembedahan

6. Bone

Integritas kulit pasien tidak utuh. Tulang patah pada bagian mandibula dan

terbuka.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Cemas b/d ancaman terhadap status kesehatan

2. Nyeri berhubungan dengan cedera

C. Rencana Tindakan

Page 7: Peritonitis Generalisata

1. Laksanakan protap interaksi sosial

2. Cek kelengkapan dokumen pre op

3. Laksanakan orientasi pre op

4. HE prosedur tindakan

5. Observasi vital sign dan keadaan umum pasien

6. Berikan posisi nyaman (supine)

7. Siapkan mesin anastesi

8. Siapkan alat dan obat anastesi

9. Kolaborasi pemberian premedikasi

10. Monitor efek pemberian premedikasi

11. Siapkan alat dan obat sesuai pembedahan

12. Lakukan sign in

13. Kolaborasi pemberian antibiotika

D. Tindakan Keperawatan

Implementasi Evaluasi Formatif

1. Memperkenalkan kenalan diri petugas OK ke

pasien.

2. Melakukan operan pasien dan mengobservasi

pasien serta kelengkapan dokumen.

3. Memberikan orientasi dan informasi tentang

lingkungan dan proses operasi.

4. Mengobservasi vital sign dan keadaan umum

pasien.

5. Memberikan posisi yang nyaman.

Sudah dilakukan.

Dokumen telah lengkap.

Pasien telah mengerti.

Hasil stabil. Kesadaran : compos

mentis, TD: 110/70 mmHg, RR:

20x/menit, N: 84x/menit, temp: 360C,

Sp O2: 94%

Posisi yang diberikan: supine

Page 8: Peritonitis Generalisata

6. Menyiapkan mesin anastesi.

7. Menyiapkan alat dan obat anastesi.

8. Membantu pemberian premedikasi dan

mengobservasi efeknya.

9. Memonitor efek pemberian premedikasi.

10. Menyiapkan alat dan obat sesuai pembedahan

.

11. Melakukan sign in.

12. Memberikan antibiotika sesuai instruksi dokter

Mesin telah siap.

Alat dan obat siap.

Terlaksana, premedikasi per IV

Pasien kooperatif, premedikasi telah

masuk, tidak ada reaksi alergi.

Alat dan obat sudah siap.

Sign in telah dilakukan.

Sudah dilaksanakan, antibiotika sudah

masuk.

Page 9: Peritonitis Generalisata

II. INTRA OPERATIF

A. Pengkajian

Waktu masuk OK : 10.40 WITA

Waktu keluar OK : 13.05 WITA

Anastesi mulai pukul : 10.45 WITA

Selesai pukul : 13.00 WITA

Jenis anastesi : GA

Nama tindakan operasi : Laparatomi explorasi

Mulai pukul : 11. 05 WITA

Selesai pukul : 13.00 WITA

1. Breating

Pernafasan pasien dibantu.

Laju pernafasan : 18x/menit

Saturasi O2: 100%

2. Blood

Tekanan darah : 111/77 mmHg

Denyut nadi : 95x/menit

Suhu : 360C

Kondisi sirkulasi : stabil

3. Brain

Kesadaran : compos mentis

Status emosi : tenang

4. Bladder

Pasien menggunakan dower kateter dengan jumlah urine 150cc.

5. Bowel

BB : 65kg

TB : 160 cm

6. Bone

Integritas kulit utuh

Tulang tidak ada yang patah.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko infeksi b/d daya tahan tubuh primer tidak adekuat

Page 10: Peritonitis Generalisata

2. Risiko injury b/d penggunaan diathermy

3. Risiko hipotermi b/d pemajanan pada lingkungan yang dingin

C. Rencana Tindakan

1. Siapkan lingkungan kamar op

2. Pasang alat penghangat

3. Siapkan pasien di meja operasi

4. Observasi vital sign

5. Siapkan instrument dan linen

6. Asistensi dokter anastesi untuk GA/RA

7. Posisikan pasien sesuai dengan pembedahan

8. Laksanakan standar precaution pembedahan (scrubbing, gowning, gloving)

9. Lakukan perhitungan alat instrument, gaas, dan kelengkapannya

10. Pasang diatermy dan awasi kondisi kulit tempat pemasangan

11. Lakukan skin preparation (providine iodine, alkohol)

12. Lakukan time out

13. Monitor intake output

14. Cuci luka

15. Lakukan penghitungan akhir instrumen, gaas, dan kelengkapannya

16. Lakukan sign out

17. Rawat luka

18. Asistensi pengakhiran anastesi

19. Rapikan alat anastesi

20. Cek bahan spesimen

D. Tindakan Keperawatan

Implementasi Evaluasi Formatif

1. Menyiapkan lingkungan kamar operasi.

2. Pasang alat penghangat

3. Menyiapkan pasien di meja operasi

Lingkungan kamar pasien telah siap

Memasang alat penghangat

Pasien siap di meja operasi

Page 11: Peritonitis Generalisata

4. Memasang alat pantau vital sign

5. Menyiapkan instrumen dan linen

6. Mengasistensi anaesthetist untuk GA/RA

7. Memposisikan pasien

8. Melakukan standar precaution pembedahan

9. Melakukan penghitungan awal instrumen,

gaas, dan kelengkapan lainnya

10. Memasang diathermy dan mengobservasinya

11. Melakukan skin preparation

12. Melakukan time out

13. Memonitor intake output

14. Mencuci luka

15. Melakukan penghitungan akhir instrumen,

BP: 111/77 mmHg, Nadi: 96x/menit,

RR: 18x/menit, temp: 360C,

Saturasi O2: 100%

Sudah siap

Sudah. Teknik anastesi yang

digunakan adalah GA

Pasien dalam posisi telentang/supine

Sudah dilakukan.

Instrumen lengkap. Terdiri dari:

- Gausa kecil : 40

- Gausa Besar : 2

- Scalpel blade : 1

- Needles atraumatik : 3

Sudah, kulit utuh dengan Monopolar,

Pada lengan kiri.

Dengan menggunakan povidine

iodine dan alkohol

Sudah

Sudah dilakukan.

Intake: Kristaloid

Output: Perdarahan

Sudah.

Sudah, Telah dilakukan, jumlah

Page 12: Peritonitis Generalisata

gaas, dan kelengkapan lainnya

16. Melakukan sign out

17. Merawat luka

18. Mengasistensi pengakhiran anastesi

19. Merapikan peralatan anastesi

20. Melakukan cek bahan spesimen

instrumen lengkap sesuai dengan

jumlah sebelum digunakan.

Sudah.

Sudah dilakukan.

Sudah.

Sudah.

Bahan spesimen ada: appendic

Page 13: Peritonitis Generalisata

III. POST OPERATIF

A. Pengkajian

Masuk ruang pemulihan :

Tanggal 25 Oktober 2012, pukul 13.10 WITA

Keluar ruang pemulihan :

Tanggal 31 Oktober 2012, pukul 22.00 WITA

1. Breating

Pernafasan pasien dibantu dengan sungkup O2

Laju pernafasan : 18x/menit

Saturasi O2: 99%

2. Blood

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Denyut nadi : 88x/menit

Suhu : 360C

3. Brain

Kesadaran : compos mentis

Status emosi : cemas

Penilaian nyeri : nyeri akut dengan intensitas 3 dari 0-10 skala yang diberikan

4. Bladder

Pasien menggunakan dower kateter dengan jumlah urine 200cc

5. Bowel

BB : 65 kg

TB : 160 cm

6. Bone

Integritas kulit utuh

Tulang tidak ada yang patah

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b/d cedera post operasi

2. Cemas b/d ancaman terhadap status kesehatan.

Page 14: Peritonitis Generalisata

C. Rencana Tindakan

1. Kaji skala nyeri

2. Observasi vital sign

3. Beri posisi nyaman

4. Observasi kondisi luka op

5. Beri selimut hangat

6. Observasi intake dan output

7. Kolaborasi pemberian terapi O2

8. Kolaborasi pemberian analgetik

D. Tindakan Keperawatan

Implementasi Evaluasi Formatif

1. Mengkaji skala nyeri

2. Mengobservasi vital sign

3. Memposisikan pasien

4. Mengobservasi kondisi luka operasi

5. Memberi selimut hangat

6. Mengukur intake output

7. Melakukan kolaborasi pemberian O2

8. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik

Skala nyeri 3 dari 0-10 rentang

yang diberikan

BP: 110/70 mmHg,Nadi: 80x/menit

RR: 18x/menit, temp: 360C

Saturasi O2: 99%

Pasien dalam posisi telentang

Tidak adanya perdarahan pada luka

operasi dan sudah ditangani di

ruang operasi

Sudah. Pasien tidak tampak

menggigil

Sudah

Pemberian O2 per sungkup

Sudah

Page 15: Peritonitis Generalisata

Denpasar, 31 Oktober 2012

Pembimbing Praktek Mahasiswa

(______________________) ( Ni Made Desiana Dewi )NIP. NIM. P07120011037

Mengetahui

Pembimbing Akademik

( I. G. A. Ari Rasdini )NIP. 195910151986302001

Page 16: Peritonitis Generalisata

LAPORAN RESUM

PERITONITIS GENERALISATA

Di Ruang OK IRD RSUP Sanglah

OLEH:

Nama : Ni Made Desiana Dewi

NIM : P07120011037

Kelas : II.2 Reguler

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

2012/2013