perjalanan yang tak terduga (laporan perjalanan)

8
Irene Witanto Perjalanan yang tak Terduga Aku tak pernah menyangka perjalanan itu akan menjadi perjalanan yang panjang. Di dalam benakku, mungkin itu hanya akan menjadi suatu perjalanan pengambilan nilai yang seperti biasanya. Namun, tebakanku benar-benar salah. Hari itu benar-benar menguras tenaga. Walaupun hanya berjalan selama beberapa jam, atau tepatnya 4 jam, namun perjalanan itu memang sangat melelahkan. Well, kami juga mendapatkan banyak manfaat dari perjalanan itu. Pada siang itu, aku menunggu jemputanku dengan gelisah. Bagaimana tidak? Setengah jam lagi ujian akhir kelas di tempat lesku akan dilaksanakan. Dan yang lebih buruk lagi, aku belum mempersiapkan apa pun. Bukan persiapan yang rumit sih, tapi tetap saja. Ping! Ponselku berbunyi, tanda adanya pesan baru. Aku membaca pesan itu dengan sebuah senyum –mengetahui penjemputku sudah datang. Di perjalanan, aku menerima pesan dari seorang temanku, mengatakan bahwa dia sudah berada di tempat itu. Ini buruk, bagaimana jika aku

Upload: irene-witanto

Post on 15-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tugas Bahasa IndonesiaLaporan perjalanan

TRANSCRIPT

Irene WitantoPerjalanan yang tak TerdugaAku tak pernah menyangka perjalanan itu akan menjadi perjalanan yang panjang. Di dalam benakku, mungkin itu hanya akan menjadi suatu perjalanan pengambilan nilai yang seperti biasanya. Namun, tebakanku benar-benar salah. Hari itu benar-benar menguras tenaga. Walaupun hanya berjalan selama beberapa jam, atau tepatnya 4 jam, namun perjalanan itu memang sangat melelahkan. Well, kami juga mendapatkan banyak manfaat dari perjalanan itu. Pada siang itu, aku menunggu jemputanku dengan gelisah. Bagaimana tidak? Setengah jam lagi ujian akhir kelas di tempat lesku akan dilaksanakan. Dan yang lebih buruk lagi, aku belum mempersiapkan apa pun. Bukan persiapan yang rumit sih, tapi tetap saja. Ping! Ponselku berbunyi, tanda adanya pesan baru. Aku membaca pesan itu dengan sebuah senyum mengetahui penjemputku sudah datang. Di perjalanan, aku menerima pesan dari seorang temanku, mengatakan bahwa dia sudah berada di tempat itu. Ini buruk, bagaimana jika aku ditinggalkan? Aku segera membalas pesan itu dengan bertanya bagaimana dengan teman yang lainnya. Pesanku tak dibalas membuatku semakin gelisah, aku tidak mungkin mengulang kelas itu lagi.Sesampai di rumah, aku segera mandi dan menyiapkan alat-alatku buku, pulpen,dan lain-lain. sementara menyiapkan alat-alat tersebut, ponselku kembali berbunyi. Sebuah pesan masuk, membuatku dapat bernapas dengan lega. Teman-temanku yang lain serta ibu guruku juga belum tiba di tempat itu. Aku melanjutkan aktivitasku dengan sedikit lebih santai.Setelah itu, aku segera menuju pantai losari. Ya, kami akan mengikuti ujian akhir di sana. Entahlah, aku juga tak tahu ujian seperti apa, ini pertama kalinya bagiku. Berada dekat dengan tempat tujuan, aku segera menyadari suatu hal. Anjungan pantai losari itu luas. Aku pun segera menelepon temanku. Menurut temanku, kita berkumpul di dekat patung becak. Dan bagiku yang tidak akrab dengan lingkungan ini, mencari patung bacak itu susah, sangat susah. Setelah beberapa saat dengan tidak melepaskan sambungan teleponku, aku pun menemukan teman-temanku.Dan di sinilah kami sekarang. Berjalan dengan tas di punggung kami, menelusuri pinggirin pantai Losari. Sepuluh menit yang lalu guruku tiba dan membagi kami menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok beranggotakan dua orang. Lalu kami diberikan tugas untuk mencadi wisatawan asing alias bule. Lalu bule tersebut akan kami tanyai beberapa pertanyaan. Satu jam lagi, kami akan bertemu di Benteng Rotterdam.Mataku terus bergerak menyapu daerah sekitar pantai ini. Dari sini dapat terlihat beberapa penjual pisang epe. Air di lautan terlihat bagaikan berlian yang berkilau terkena sinar matahari. Set! Aku terhenti di tempat itu. Aku segera mencolek temanku, membuatnya berbalik padaku dengan pandangan penuh tanya. Aku segera melihat ke arah seberang jalan. Temanku pun mengikuti arah pandanganku.Bagaimana? Yang itu saja?, tanyaku padanya. Ia memandangku sejenak lalu berkata,Kau serius? Sepertinya mereka terlihat sangat sibuk. Kami sangat sibuk berdebat hingga akhirnya kami menyadari target yang sedang kami perdebatkan itu telah menghilang. Kami pun kembali melanjutkan perjalanan.Hup! Kaki kami telah menginjak tanah depan Benteng Rotterdam namun tak ada satu pun dari kami yang telah menemukan narasumber yang tepat. Dengan harapan dapat menemukan bule di dalam salah satu tempat bersejarah itu, kami pun memasukinya.Saat memasuki gerbangnya, kami langsung disambut dengan bangunan bergaya kuno. Kami pun memulai perjalanan secara terpisah ke seluruh bagian benteng tersebut. Aku dan teman kelompokku berjalan di koridor sebelah kanan. Kami mengambil kesempatan melihat setiap ruangan yang ada. Semua ruangan tersebut memang terlihat sangat kuno dan gelap. Untuk diriku yang memang penakut, ini mulai terasa sedikit menakutkan. Kami terus berjalan hingga kami memasuki sebuah lorong. Lorong itu sangat sunyi. Di samping kanan dan kiri hanya terlihat tembok tinggu yang sudah tua. Woosh~ Angin berhembus dengan kencang. Hal ini sudah cukup membuat bulu kudukku berdiri. Sebuah suara aneh yang menyerupai rintihan mulai terdengar samar-samar. Walaupun tak dapat melihatnya, namun aku yakin wajahku pasti sudah pucat pasi sekarang. Aku menoleh ke kanan dan kiri bermaksud mencari temanku. Mataku pun terhenti pada satu titik di mana temanku berada beberapa langkah di belakangku. Ternyata karena ketakutan, aku berjalan lebih cepat. Dari sini, aku bisa melihat temanku juga berwajah kurang baik, antara gelisah dan takut. Dengan langkah kecil yang banyak, ia berjalan lebih cepat untuk menyamai langkahnya denganku.Kau dengar itu? bisiknya. Membuatku menyadari bahwa suara itu bukanlah ilusiku semata. Daripada menjawab pertanyaannya, aku hanya menarik tangannya ke tempat lain yang lebih terang dan banyak orang.Setelah melihat teman-temanku yang lain, aku mulai memperlambat langkahku dan memjawab pertanyaan tadi,Iya, aku dengarSetelah peristiwa aneh itu, aku pun mulai lagi pencarian bule. Karena menurut data yang ada, pada hari ini tidak ada wisatawan asin g yang datang di benteng ini, kami kembali berjalan di sekitar pantai Losari. Kakiku sudah mulai terasa sakit karena berjalan dengan jauh. Setelah mencari selama beberapa puluh menit, kami pun menemukan sepasang orang asing dari Polandia. Kami menanyakan beberapa hal yang terkait dengan Polandia dan Makassar. Dan satu yang paling berkesan adalah mereka mengatakan bahwa di Makassar mereka naik pete-pete tapi di Polandia tidak ada pete-pete.Aku dan temanku dengan senyuman di wajah kami masing-masing kembali ke tempat berkumpul kami benteng Rotterdam. Akhirnya penderitaan kami dapat selesai juga. Kami tidak perlu berjalan kaki terus menerus.Setelah menyelesaikan laporanku kepada guruku, aku kembali berpetualang di benteng itu. Menurut perkataan temanku, tadi dia melihat seorang model asing yang sedang melakukan pemotretan di benteng ini. Kami aku dan beberapa temanku pun bermaksud untuk melihatnya. Kami sekarang sedang menaiki tangga tua. Tangga ini dapat membawa kami ke bagian teratas dari benteng ini. Tangga ini juga sedikit mengerikan. Setiap anak tangganya memiliki luas yang kecil sehingga dapat berbahaya bagi orang yang memakai sepatu berhak tinggi. Selain itu, tidak terdapat pegangan tangga sehingga benar-benar dapat berbahaya. Setelah sampai di atas, kami dibuat terpukau dengan pemandangan sekitar. Dari sini, kami dapat melihat bangunan-bangunan lain. Selain itu, banyak orang yang berfoto di tempat ini karena pemandangannya yang indah. Kami pun kembali mencari model tadi. Kami berjalan mengelilingi tempat yang bisa disebut atap benteng ini namun tak ada tanda-tanda kehadirannya. Karena lelah, kami pun duduk di salah satu batu di situ. Dan akhirnya memutuskan untuk mengabadikan momen-momen ini. Kami pun menghabiskan sore itu dengan berfoto di tempat bersejarah ini. Pada pukul enam sore, kami semua pulang ke rumah kami masing-masing.