perkembangan inflasi bab 2 - bi.go.id · bab 2 perkembangan inflasi 20 kajian ekonomi regional...
TRANSCRIPT
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 17
BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 3,59% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,18% (y.o.y). Penurunan inflasi
pada triwulan II-2013 terutama disokong oleh deflasi yang terjadi selama dua bulan berturut-
turut yaitu di bulan April sebesar -0,16% dan bulan Mei sebesar -0,42% seiring
berkurangnya tekanan inflasi inti dan volatile foods.
2.1 INFLASI GORONTALO
Penurunan harga-harga komoditas pada triwulan II-2013 tampaknya memberikan
pengaruh yang baik terhadap angka inflasi dimana pada periode laporan tercatat sebesar
3,59% (y.o.y) jauh lebih rendah dibandingkan triwulan I-2013 yang tercatat sebesar 5,18%
(y.o.y). Menurunnya inflasi pada triwulan II-2012 lebih disebabkan oleh berkurangnya
tekanan pada inflasi inti (core inflation) dan inflasi volatile foods..
Disagregasi inflasi Gorontalo pada triwulan II-2013 menunjukkan adanya penurunan
pada kelompok inflasi volatile foods dari 9,70% (y.o.y) menjadi 3,31% (y.o.y). Penurunan
inflasi volatile foods dikarenakan pasokan komoditas khususnya hortikultura dan perikanan
tangkap dapat tercukupi pada triwulan laporan. Komoditas volatile foods yang mengalami
penurunan adalah bawang putih, bawang merah, cabe rawit, kunyit, buah-buahan, ikan
segar seperti ikan cakalang dan ikan ekor kuning.
Core inflation yang tercatat pada triwulan laporan juga mengalami penurunan, yaitu
sebesar 3,14% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
3,18% (y.o.y). Hal ini dapat terlihat dari komoditas emas perhiasan yang mengalami
penurunan harga.
Sementara itu, inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) mengalami
peningkatan dari 3,06% (y.o,y) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,99% (y.o.y) pada
triwulan II-2013. Peningkatan inflasi administered price disebabkan karena pemberlakukan
kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi pada tanggal 22 Juni 2013, yang mengubah
harga premium dari semula Rp4.500,- menjadi Rp6.500,- dan solar yang semula Rp4.500,-
menjadi Rp5.500,- .
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013| BANK INDONESIA
Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS & Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)
Sumber : BPS & Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)
Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo
2.1.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Core Inflation atau inflasi inti mengalami penurunan tekanan pada triwulan II-2013.
Pada triwulan laporan, inflasi core inflation tercatat sebesar 3,14% (y.o.y) menurun
dibandingkan triwulan I-2013 yang tercatat sebesar 3,18% (y.o.y). Penurunan ini terutama
dipicu oleh menurunnya inflasi pada kelompok yang tergolong core inflation seperti
kelompok sandang yang mengalami inflasi 1,47% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,92% (y.o.y).
Adapun komoditas yang mengalami penurunan pada triwulan laporan adalah emas
perhiasan yang pada triwulan laporan sempat terkoreksi tajam hingga di bawah level
Rp505.000,- per gramnya. Penurunan ini disinyalir karena imbas harga emas internasional
yang semakin terkoreksi hingga memasuki triwulan III-2013.
JUNI SEP DES MAR JUN
Total Inflasi 5.95% 5.40% 5.31% 5.18% 3.59%
Core Inflation 8.44% 5.64% 5.47% 3.18% 3.14%
Volatile Food 3.50% 6.07% 6.61% 9.70% 3.31%
Administered Price 4.31% 3.89% 3.03% 3.06% 4.99%
Total Inflasi 0.32% -1.18% 0.54% 1.07% 0.11%
Core Inflation 0.16% 0.03% 0.23% 1.04% -0.01%
Volatile Food 0.67% -3.48% 1.12% 1.67% -0.84%
Administered Price 0.15% -0.28% 0.35% 0.22% 1.80%
Disagregasi2012 2013
Inflasi Tahunan (yoy)
Inflasi Bulanan (mtm)
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
FEB APR JUNI AUG OCT DEC FEB APR JUNI AUG OCT DEC FEB APR JUN
2012 2013
year
on
ye
ar
Core Inflation
Volatile Food
Administered Price
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 19
Di sisi lain, faktor fundamental lainnya seperti ekspektasi inflasi dunia usaha ternyata
lebih tinggi dari kondisi inflasi pada triwulan II-2013, sebagaimana ditunjukkan dalam grafik
2.3 berikut:
Sumber : SKDU, Bank Indonesia Gorontalo
Grafik 2.2 Perbandingan Indeks Rata-rata Tertimbang Inflasi SKDU dan Inflasi Aktual
2.1.2 FAKTOR NON – FUNDAMENTAL
Inflasi pada kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods)
juga mengalami penurunan pada triwulan II-2013. Tercatat pada triwulan laporan, kelompok
volatile foods mengalami inflasi sebesar 3,31% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan I-
2013 yang tercatat 9,70% (y.o.y).
Penurunan inflasi kelompok volatile foods pada triwulan laporan disebabkan
melimpahnya pasokan komoditas hortikultura setelah keran impor kembali normal yang
berdampak pada penurunan harga, khususnya pada komoditas bumbu-bumbuan seperti
bawang putih, bawang merah, dan cabe rawit. Komoditas perikanan tangkap yang dominan
menyumbang inflasi Gorontalo juga mengalami penurunan harga karena melimpahnya
pasokan, terutama untuk komoditas ikan segar seperti ikan cakalang dan ikan ekor kuning.
Sejalan dengan hal tersebut, panen raya terjadi pada triwulan II-2013 sehingga harga beras
berangsur turun pada triwulan laporan. Pada Bulan April-Mei 2013 pun terjadi deflasi di
Gorontalo.
Sementara itu kelompok administered price mengalami lonjakan inflasi pada triwulan
II-2013. Inflasi pada kelompok ini tercatat sebesar 4,99% (y.o.y) naik dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 3,06% (y.o.y). Peningkatan terjadi pada kelompok
perumahan, air, listrik gas dan bahan bakar yang mengalami peningkatan dari 1,70% (y.o.y)
menjadi 2,82% (y.o.y) pada triwulan II-2013. Sejalan dengan hal itu kelompok transpor,
5.024.74
4.164.59
5.51
4.27 4.163.88 3.94
4.22
5.77
7.11
3.27
4.08
5.90 5.95
5.40 5.31 5.18
3.59
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
Tw
.I-11
Tw
.II-1
1
Tw
.III-
11
Tw
.IV-1
1
Tw
I-12
Tw
II-1
2
Tw
III-
12
Tw
. IV
-12
Tw
I-13
Tw
II-1
3
IRT SKDU
Inflasi (y.o.y.)
(dalam %)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013| BANK INDONESIA
komunikasi dan jasa keuangan mengalami peningkatan inflasi menjadi 3,92% (y.o.y) pada
triwulan II-2013 jauh melampaui inflasi pada triwulan I-2013 yang tercatat sebesar 1,21%
(y.o.y),
Peningkatan inflasi kelompok administered price disebabkan karena kebijakan
penyesuaian harga BBM bersubsidi yang diimplementasikan pada tanggal 22 Juni 2013,
dimana terdapat penyesuaian harga premium dari Rp4.500,- per liter menjadi Rp6.500,- per
liter. Sementara itu harga solar bersubsidi meningkat dari Rp4.500,- per liter menjadi
Rp5.500,- per liter. Kebijkakan yang diterapkan pemerintah berdampak langsung pada
peningkatan harga BBM besrsubsidi dan berdampak tidak langsung terhadap kenaikan
biaya transportasi yang tergolong dalam kelompok administered price.
2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA
2.2.1 INFLASI TAHUNAN (y.o.y)
Gorontalo mengalami inflasi sebesar 3,59% (y.oy) pada triwulan II-2013 lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2013 yang tercatat inflasi sebsar 5,18% (y.o.y). Penurunan ini
terutama disebabkan karena berkurangnya tekanan pada sebagian komponen kelompok
pengeluaran kecuali pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, kelompok
kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dan kelompok transpor, komunikasi
dan jasa keuangan yang mengalami kenaikan disebabkan karena kebijakan penyesuaian
harga BBM bersubsidi.
Tabel 2.2
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Kelompok / Sub kelompok MAR JUNI SEPT DES MAR JUN
UMUM 5.91 5.95 5.40 5.30 5.18 3.59
BAHAN MAKANAN 1.90 3.58 6.02 6.66 9.62 3.32
MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 6.01 7.04 7.11 5.48 7.91 6.37
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 12.67 10.47 7.59 7.05 1.70 2.82
SANDANG 9.44 7.11 0.44 1.83 1.92 0.90
KESEHATAN 3.81 2.92 2.83 5.02 5.10 6.39
PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 3.72 4.26 0.88 0.61 -0.14 0.04
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 3.18 3.00 2.18 1.74 1.21 3.92
Kelompok / Sub kelompok MAR JUNI SEPT DES MAR JUN
UMUM -0.57 0.32 -1.18 0.54 1.07 0.11
BAHAN MAKANAN -2.77 0.67 -3.47 1.14 1.63 -0.83
MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 0.62 0.39 -0.17 0.37 1.83 -0.04
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 0.69 -0.07 0.07 0.26 0.65 -0.03
SANDANG 0.08 0.33 0.37 0.40 0.11 -0.23
KESEHATAN 0.00 0.18 0.36 0.66 0.56 0.50
PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 0.00 0.02 0.00 0.00 0.02 0.02
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.28 0.24 -0.47 0.04 0.40 3.07
2012 2013
Bulanan (m.t.m)
2013
Tahunan (y.o.y)
INFLASI GORONTALO TAHUN 2012-2013
DIRINCI MENURUT KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK PENGELUARAN
(%)
2012
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 21
Inflasi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau dan kelompok sandang yang mengalami penurunan pada triwulan II-2013
menjadi masing-masing sebesar 3,32% (y.o.y), 6,37% (y.o.y) dan 0,90% (y.o.y). Penurunan
inflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau disebabkan karena penurunan harga komoditas akibat pasokan beras setelah
musim panen raya dan terbukanya (kembali) kran impor hortikultura. Disamping itu,
tersedianya pasokan ikan tangkap juga menyebabkan harga ikan di pasaran ikut menurun
pada triwulan laporan. Penurunan harga emas internasional juga berkontribusi terhadap
berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok sandang, dimana pada triwulan laporan,
berdasarkan pemantauan Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia harga emas
perhiasan sempat turun hingga dibawah Rp505.000,- per gramnnya.
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, kelompok kesehatan,
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan mengalami lonjakan inflasi pada triwulan laporan masing-masing menjadi sebesar
2,82% (y.o.y), 6,39% (y.o.y), 0,04% (y.o.y) dan 3,92% (y.o.y).
Peningkatan tersebut dipicu oleh kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi yang
pada tanggal 22 Juni 2013 lalu ditetapkan oleh pemerintah. Adanya kenaikan harga BBM
bersubsidi berpengaruh langsung pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar pada subkelompok bahan bakar, penerangan dan air dimana terdapat penyesuaian
harga premium dari Rp4.500,- per liter menjadi Rp6.500,- per liter dan harga solar
bersubsidi meningkat dari Rp4.500,- per liter menjadi Rp5.500,- per liter. Sementara itu,
pada kelompok lainnya, dampak tidak langsung akibat kenaikan harga BBM menyebabkan
kenaikan pada tarif transportasi baik darat maupun laut.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013| BANK INDONESIA
BOKS 2 : REVIEW INFLASI GORONTALO SEMESTER II-2013
Inflasi Gorontalo hingga semester I-2013 relatif terkendali, masih sejalan dengan target
inflasi Gorontalo akhir tahun 2013 sebesar 4,79 +1% (y.o.y).
Secara tahunan, inflasi Gorontalo semester I-2013 sebesar 3,59% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan Desember 2012 sebesar 3,59% (y.o.y). Pergerakan inflasi Gorontalo terutama
dipengaruhi oleh pergerakan inflasi kelompok bahan makanan. Sepanjang semester I-2013,
inflasi Gorontalo selalu berada di bawah inflasi nasional. Bila dibandingkan dengan provinsi
lain di wilayah Indonesia Timur, inflasi tahunan Gorontalo merupakan ketiga terendah
setelah Ternate.
Grafik 2.3 Tabel 2.3 Inflasi Nasional dan Gorontalo Inflasi Per Provinsi
Secara bulanan, tekanan inflasi pada semester-I 2013 terutama terjadi pada bulan Maret
(1,07%, mtm). Sementara itu, pada semester laporan juga terjadi deflasi bulanan yaitu pada
bulan Februari (-0,06%, mtm), April (-0.16%, mtm), dan Mei (-0,42%, mtm). Lonjakan harga
bahan makanan terutama bawang merah dan bawang putih (volatile food) merupakan
penyebab utama tingginya inflasi bulan Maret. Hal tersebut sebagai dampak dari penerapan
kebijakan pembatasan impor holtikultura sehingga ketersediaan stok di pasar berkurang.
Grafik 2.4 Grafik 2.5 Inflasi Bulanan (m.t.m) Disagregasi Inflasi
Tahunan (yoy) Bulanan (mtm)
1 Ambon 1,70 -0,15
2 Ternate 2,93 0,22
3 Gorontalo 3,59 0,11
4 Kendari 3,76 1,19
5 Palu 3,89 0,88
6 Makassar 4,36 0,56
7 Manado 4,95 0,21
8 Jayapura 6,07 0,52
Inflasi Semester I-2013ProvinsiNo
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 23
Secara year to date, inflasi semester I-2013 sebesar 1,17% (ytd) masih sejalan dengan
target inflasi akhir tahun 2013 yaitu sebesar 4,79 + 1% (y.o.y). Walaupun bergejolak, inflasi
bahan makanan sempat mengalami deflasi tajam pada bulan April dan Mei karena setelah
adanya kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah distribusi holtikultura terutama
bawang putih. Memasuki akhir triwulan II-2013, adminstered price mengalami lonjakan yang
cukup signifikan terkait kenaikan BBM sehingga mempengaruhi kestabilan harga terutama
bahan makanan.
Grafik 2.6 Inflasi Tahunan (y.o.y)
Upside risk
Memasuki awal semester II-2013 diperkirakan akan terjadi lonjakan inflasi yang cukup
tinggi. Lonjakan inflasi diperkirakan tidak hanya dialami oleh administered price tetapi
juga volatile foods. Faktor penyebab seperti kenaikan BBM dan masuknya bulan
Ramadhan serta Hari Raya Idul Fitri 1434H sangat berpengaruh dalam mendorong
kenaikan harga.
Memasuki Juli 2013 curah hujan tinggi diperkirakan masih akan dialami oleh Gorontalo
sehingga berpengaruh pada produksi panen hasil pertanian. Pada periode ini kondisi
cuaca yang relatif buruk juga akan mempengaruhi produksi komoditas ikan akibat
menurunnya aktivitas nelayan.
Harga daging sapi terus melonjak dan harga pasar telah terbentuk akibat kebijakan
pemerintah dalam membatasi impor daging sapi dan ketidakmampuan pasokan sapi
lokal. Sampai dengan akhir semester I-2013 harga daging sapi terus naik dan
diperkirakan masih akan terus naik menjelang Hari Raya Idul Fitri 1434H. Beberapa
langkah seperti impor dan distribusi akan terus diupayakan pemerintah dalam
membentuk segmentasi harga yang stabil di pasar.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013| BANK INDONESIA
Downside risk
Diharapkan shock kenaikan inflasi akibat kenaikan harga BBM bersifat temporer dengan
puncaknya di semester II-2013 adalah pada bulan Agustus 2013. Bila hal ini terjadi
diperkirakan masih terdapat keleluasaan penurunan tingkat inflasi (terjadi deflasi
bulanan) pada rentang waktu 4 bulan berikutnya. Ekspektasi inflasi yang cenderung
meningkat juga perlu dicermati karena dapat meningkatkan inflasi inti ke depan.
Pemerintah akan tetap melakukan impor bahan makanan guna memeuhi ketersediaan
stok domestik dan menjaga stabilitas harga. Akan tetapi, berbagai bauran kebijakan
akan terus dilakukan agar ketergantungan terhadap impor dapat dikurangi demi
memperbaiki defisit NPI (Neraca Perdagangan Internasional) dan mendorong
pertumbuhan ekonomi. Dari sisi moneter, Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga
stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai kondisi fundamentalnya untuk meminimalkan dampak
imported inflation.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 25
BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Pada triwulan II-2013, indikator perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan
perkembangan yang baik. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada bank umum
tercatat sebesar Rp.3,23 triliun atau tumbuh sebesar 7,39% (y.o.y) dari Triwulan II-2012
yang sebesar Rp. 3,01 triliun. Pada BPR, pengimpunan DPK adalah sebesar Rp18,66
milyar atau tumbuh 10,72% (yoy) dari triwulan II-2012 yang tercatat sebesar Rp.16,85
milyar. Sementara itu penyaluran kredit yang menggambarkan fungsi intermediasi
perbankan, tercatat sebesar Rp.6,31 triliun pada bank umum atau tumbuh sebesar 25,64%
(y.o.y) dari triwulan II-2012 yang tercatat sebesar Rp. 5,02 triliun. Pada BPR, kredit yang
disalurkan mencapai Rp.28,07 milyar atau tumbuh sebesar 22,73% (y.o.y) dari triwulan II-
2012 yang tercatat sebesar 22,87 milyar.
Rasio penyaluran kredit terhadap DPK atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada
triwulan II-2013mencapai 195,11% pada bank umum dan 150,42% pada BPR. Sementara
itu rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) pada bank umum masih relatif
terjaga dengan persentase 3.10%, sedangkan pada BPR tercatat pada angka 10,89%.
3.1 FUNGSI INTERMEDIASI
Pada triwulan II-2013, fungsi intermediasi yang dilakukan oleh industri perbankan di
Provinsi Gorontalo berjalan dengan baik yang tercermin dari indikator Loan to Deposit Ratio
(LDR) bank umum sebesar 195,11% dan BPR sebesar 150,42%. Namun demikian,
tingginya angka LDR tersebut harus diwaspadai oleh pihak perbankan karena dalam
menyalurkan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dimiliki oleh bank tidak mencukupi untuk
menjadi modal kredit, sehingga bank biasanya meminjam dana dari pihak lain untuk
menutupi kekurangan dana. Menggunakan dana pinjaman dari pihak lain membuat biaya
dana semakin tinggi dan pada akhirnya dapat merugikan pihak bank maupun nasabah.
Tingkat LDR yang tinggi juga dapat meningkatkan resiko likuiditas apabila terjadi krisis
ekonomi. Selain itu, tingkat LDR yang tinggi di Gorontalo mencerminkan bahwa
kecenderungan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank masih relatif rendah,
dibandingkan dengan pemanfaatan kredit/pembiayaan dari bank.
Dilihat dari sisi penggunaan kredit bank umum, sebagian besar penggunaan kredit
masih didominasi oleh kredit konsumsi yang mencapai Rp. 3,85 triliun dengan share
sebesar 61,10% dari total kredit yang tercatat sebesar Rp. 6,31 triliun, sementara pada BPR
jenis penggunaan kredit lebih di dominasi oleh kredit modal kerja yang mencapai Rp. 14,85
milyar dengan share sebesar 52,90% dari total kredit yang tercatat sebesar Rp. 28,07
milyar. Sedangkan apabila dilihat secara sektoral, kredit pada sektor perdagangan besar
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013| BANK INDONESIA
dan eceran masih mendominasi penyaluran kredit secara sektoral, yang tercatat pada bank
umum dan BPR dengan porsi masing-masing sebesar 28,81% dan 34,55%.
3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK
Data perkembangan jumlah bank di Provinsi Gorontalo hingga triwulan II-2013
adalah sebanyak 20 bank, dengan rincian sebagai berikut : bank umum konvensional
sebanyak 13 bank, bank umum syariah sebanyak 3 bank dan BPR sebanyak 4 bank.
Sementara itu, jaringan kantor bank umum di Provinsi Gorontalo hingga triwulan laporan
antara lain 20 kantor cabang, 35 kantor cabang pembantu, 2 kantor fungsional, 11 kantor
kas serta 24 kantor unit. Sedangkan jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor
cabang dan 1 kantor kas.
3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil diserap oleh perbankan dari masyarakat
pada triwulan II-2013 tercatat sebesar Rp.3,23 triliun atau tumbuh sebesar 7,39% (y.o.y) dari
sebelumnya Rp. 3,01 triliun di triwulan II-2012. Namun growth DPK di triwulan II-2013 hanya
meningkat 0,53% dari jumlah DPK di triwulan I-2013 yang tercatat sebesar Rp. 3,21 triliun.
Di lihat dari komponen DPK, pangsa tabungan dalam keseluruhan DPK masih
sangat tinggi yaitu mencapai 55,95% pada periode laporan. Graifik 3.2 menunjukkan
komposisi pembentuk DPK pada triwulan IV-2012. Sementara itu pertumbuhan DPK
ditunjukkan oleh Grafik 3.1.
Grafik 3.1 Grafik 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK)
Sumber : Bank Indonesia
14.95%
29.11%55.95%
Giro
Deposito
Tabungan
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
JAN
FE
B
MA
R
AP
R
ME
I
JUN
JULI
AG
T
SE
P
OK
T
NO
V
DE
S
JAN
FE
B
MA
R
AP
R
MA
Y
JUN
E
JULY
Au
g
Se
pt
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
i
2011 2012 2013
Giro
Tabungan
Deposito
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 27
Tabel 3.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum
Sementara itu, penghimpunan DPK pada BPR pada triwulan II-2013 tercatat sebesar
Rp.18,66 milyar atau tumbuh sebesar 22,73% (yoy) dari sebelumnya Rp. 16,85 milyar di
triwulan II-2012.
Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR
3.1.3 PENYALURAN KREDIT
Kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan kepada masyarakat pada
triwulan II-2013 mencapai Rp.6,31 triliun atau tumbuh sebesar 25,64% (y.o.y) dari
sebelumnya Rp. 5,02 triliun di triwulan II-2012. Pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan
II-2013 terutama ditopang oleh kredit konsumsi, dimana pada periode laporan, baki debet
kredit konsumsi tercatat sebesar Rp.3,85 triliun atau memiliki share sebesar 61,10% dari
total kredit yang ada. Sementara kredit investasi sebesar Rp.1,87 triliun dan kredit modal
kerja sebesar Rp. 1,87 triliun.
IndikatorTw II - 2013
(miliar)
Tw I - 2013
(miliar)
Tw II - 2012
(miliar)
Growth Tw-II
2013 (yoy)
Dana Pihak ketiga 3,236.81 3,219.89 3,013.99 7.39%
Giro 483.81 564.10 464.44 4.17%
Deposito 942.09 895.68 824.37 14.28%
Tabungan 1,810.91 1,760.11 1,725.18 4.97%
Sumber : Bank Indonesia
IndikatorTw II - 2013
(Juta)
Tw I - 2013
(Juta)
Tw II - 2012
(Juta)
Growth Tw-II
2013 (yoy)
Dana Pihak ketiga 18,665.10 18,195.87 16,857.97 10.72%
Deposito 11,319.33 10,898.83 9,495.45 19.21%
Tabungan 7,345.77 7,297.05 7,362.52 -0.23%
Sumber : Bank Indonesia
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013| BANK INDONESIA
Pertumbuhan kredit penggunaan dan pangsa masing-masing jenis kredit terhadap
total kredit di Gorontalo, dapat dilihat pada grafik 3.3 dan 3.4 berikut ini.
Grafik 3.3 Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan
Sumber : Bank Indonesia
Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum
Sejalan dengan hal tersebut, penyaluran kredit BPR pada triwulan II-2013 telah
mencapai Rp.28,07 milyar atau tumbuh sebesar 22,73% (y.o.y). Peningkatan penyaluran
kredit BPR ditopang oleh peningkatan komponen penggunaan kredit untuk modal kerja
yang mencapai Rp. 14,85 milyar dengan share mencapai 52,90% dari baki kredit BPR.
Peningkatan juga terjadi pada penggunaan kredit konsumsi yang naik sebesar 26,12% (yoy)
dari semula Rp. 10,23 milyar di triwulan II-2012 menjadi Rp. 12,91 milyar di triwulan II-2013.
Adanya peningkatan kredit konsumsi BPR pada triwulan II-2013 mengindikasikan bahwa
kecenderungan masyarakat untuk konsumsi masih diimbangi dengan kecenderungan untuk
menjalankan usaha/bisnis.
Secara sektoral, penyaluran kredit bank umum masih didominasi oleh sektor
perdagangan besar dan eceran dengan baki kredit sebesar Rp.1,81 triliun, dengan pangsa
kredit 28,81% terhadap total kredit. Kredit pada sektor tersebut tumbuh sebesar 6,46%
(y.o.y) dibandingkan triwulan II-2012 yang sebesar Rp. 1,70 triliun. Di sisi lain, pada sektor
lainnya yang mengalami perlambatan adalah pada sektor perantara keuangan yang
mengalami perlambatan sebesar 98,91% (y.o.y) dari semula Rp. 62,34 milyar di triwulan II-
IndikatorTw II - 2013
(miliar)
Tw I - 2013
(miliar)
Tw II - 2012
(miliar)
Growth Tw-II
2013 (yoy)
Kredit Penggunaan 6,315.48 8,096.97 5,026.65 25.64%
Modal Kerja 581.01 555.52 642.48 -9.57%
Investasi 1,875.99 1,748.57 1,992.15 -5.83%
Konsumsi 3,858.48 5,792.89 2,392.02 61.31%
Sumber : Bank Indonesia
-30.00%
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
JAN
FEB
MA
R
APR MEI
JUN
JULI
AG
T
SEP
OKT
NO
V
DES
JAN
FEB
MA
R
APR
MA
Y
JUN
E
JULY
Aug
Sept
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May
Juni
2011 2012 2013
Investasi
Modal Kerja
Konsumsi 9.20%
29.70%
61.10%
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 29
2012 menjadi Rp. 0,67 milyar di triwulan II-2013, perlambatan ini dikarenakan menurun nya
kinerja lembaga non bank seperti leasing, asuransi, dan dana pensiun.
Grafik 3.5
Pertumbuhan Kredit Sektoral Bank Umum
Sumber : Bank Indonesia
Sejalan dengan bank umum, sektor utama penyaluran kredit pada BPR adalah sektor
perdagangan besar dan eceran dimana pada triwulan II-2013 tercatat sebesar Rp.9,7 milyar
dengan pangsa sebesar 34,55% terhadap baki kredit BPR. Sementara dari segi growth,
sektor tersebut tumbuh sebesar 12,67% (y.o.y) dari sebelumnya Rp.8,6 milyar di triwulan II-
2012.
Dilihat dari segi kategori debiturnya, kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
pada bank umum hingga triwulan II-2013 tercatat sebesar Rp.2,21 triliun atau turun sebesar
6,98% (y.o.y) dibanding dengan triwulan II-2012 yang tercatat sebesar Rp. 2,38 triliun.
Pangsa kredit UMKM pada bank umum adalah sebesar 35,11% dari total kredit di
Gorontalo, turun 12,31% dari triwulan II-2012 yang memiliki pangsa kredit hingga 47,42%.
Dilihat dari komposisinya, kredit skala kecil memiliki outstanding terbesar diantara skala
kredit lainnya dengan nilai Rp.962,6 milyar dengan share sebesar 43,41%, kemudian diikuti
dengan kredit skala menengah sebesar Rp. 783,62 Milyar (35,34%) dan kredit skala mikro
sebesar Rp. 471,17 Milyar (21,25%). Grafik 3.7 menunjukkan pertumbuhan kredit UMKM.
-60.00%
-40.00%
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
140.00%
160.00%
JAN
FEB
MAR AP
R
MEI
JUN
JULI
AGT
SEP
OKT
NOV
DES
JAN
FEB
Mar Ap
r
May
June July
Augu
st
Sept Ok
t
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar Ap
r
May Juni
2011 2012 2013
Pertanian & Kehutanan
Perikanan
Industri Pengolahan
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran
Bukan Lapangan Usaha
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013| BANK INDONESIA
Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit UMKM
Sumber : Bank Indonesia
Data Kredit Usaha Raktyat (KUR) dari Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian menunjukkan bahwa outstanding KUR hingga posisi triwulan II-2013 tercatat
sebesar Rp.168,9 milyar tumbuh sebesar 15,12% (y.o.y) dibandingkan triwulan II-2012 yang
tercatat sebesar Rp.146,7 Milyar. Sementara itu, jumlah debitur yang memperoleh KUR
sejak awal penyalurannya di Gorontalo telah mencapai 56.519 debitur dengan nilai nominal
(komulatif) penyaluran mencapai Rp.596,5 milyar. Adapun bank penyalur KUR di Provinsi
Gorontalo pada saat ini adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Tabungan
Negara, Bank Negara Indonesia, Bank Sulut dan Bank Syariah Mandiri. Pertumbuhan Kredit
Usaha Rakyat (KUR) di Gorontalo ditunjukan sebagaimana grafik 3.8 berikut.
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Sumber : Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
-100.00%
-50.00%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
250.00%
300.00%
350.00%
400.00%
JAN
…
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
…
MA
R
MA
Y
Jul
Sep
t
No
v
Jan
…
Mar
May
Mikro
Kecil
Menengah
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
Juli
Aug
Sept Oct
Nov Dec Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni Juli
Aug
Sept Oct
Nov Dec Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni Juli
Aug
Sept Oct
Nov Dec Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
2010 2011 2012 2013
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 31
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan tercermin dari indikator yang menggambarkan risiko kredit
antara lain rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum
dan risiko likuiditas yang dicerminkan oleh jangka waktu Dana Pihak Ketiga (DPK)
perbankan dan angka rasio kredit/pembiayaan terhadap dana pihak ketiganya (LDR). Rasio
NPL bank umum pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 3,10% sementara LDR tercatat
sebesar 195,11%.
3.2.1 RISIKO KREDIT
Risiko kredit perbankan sebagaimana tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non
Performing Loans (NPLs) pada triwulan II-2013 tercatat membaik dengan nilai NPLs
sebesar 3,10% atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan I-2013 yang tercatat
sebesar 3,17%. Walaupun mengalami perbaikan, tingkat NPLs pada industri perbankan
Gorontalo tetap perlu diwaspadai karena sejak akhir Desember 2012 mengalami tren yang
meningkat.
Dilihat secara sektoral, rasio kredit bermasalah mengalami lonjakan yang tajam pada
sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan angka NPLs sebesar 26,91% pada
triwulan II-2013 jauh meningkat dibandingkan triwulan II-2012 yang hanya sebesar 1,41%.
Peningkatan rasio NPLs pada sektor Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan ini disumbang
oleh meningkatnya kredit macet pada bidang pertanian padi, perkebunan kelapa, dan
pembibitan budi daya sapi potong.
Sementara itu sektor konstruksi juga mengalami kenaikan rasio kredit bermasalah
(NPLs) dari 15,52% pada triwulan II-2012 menjadi 20,39% pada triwulan II-2013.
Peningkatan rasio NPLss pada sektor konstruksi terutama di sumbang oleh proyek
konstruksi bangunan sipil dan proyek konstruksi perumahan sederhana. Grafik 3.9 dan 3.10
menunjukkan perkembangan NPL bank umum dan NPL bank umum dilihat dari masing-
masing sektornya
Grafik 3.8 Grafik 3.9 Perkembangan NPL Bank Umum NPL Bank Umum Per Sektor
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
4.00%
JAN
MAR MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MAR MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MAR
MAY Ju
l
Sept
Nov Ja
n
Mar
May
2010 2011 2012 20130.00% 10.00% 20.00% 30.00%
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
4. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. LISTRIK, GAS DAN AIR
6. KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN…
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
10. PERANTARA KEUANGAN
11. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
12. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN…
13. JASA PENDIDIKAN
14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN…
16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA…
18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013| BANK INDONESIA
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPLs) untuk BPR tercatat sebesar 10,89%,
atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
10,62%. Pada kredit sektoral BPR, sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan mengalami
peningkatan sebesar 77,37% dimana pada triwulan II-2012 kredit sektor tersebut tercatat
sebesar Rp. 571,03 juta menjadi Rp. 1,01 milyar pada triwulan II-2013.
Grafik 3.10 Konsentrasi Kredit Sektoral BPR
Sumber : Bank Indonesia
Data dalam Juta Rupiah
3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS
Indikator risiko likuiditas yang diindikasikan dari jangka waktu komposisi Dana Pihak
Ketiga (DPK) serta Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan tendensi peningkatan yang
tercermin dari meningkatnya pangsa komposisi dana jangka pendek perbankan (tabungan)
dan meningkatnya indikator Loan to Deposit Ratio (LDR). Dari komposisi DPKnya, terlihat
bahwa komposisi dana jangka menengah-panjang (giro-deposito) relatif lebih sedikit bila
dibandingkan dengan dana jangka pendeknya (tabungan). Pada triwulan II-2013, pangsa
tabungan atas DPK menempati urutan pertama dengan pangsa sebesar 55,59%, menurun
dibandingkan triwulan II-2012 yang memiliki pangsa sebesar 57,24%. Sementara itu, dana
jangka menengah-panjang (giro dan deposito) memiliki pangsa masing-masing sebesar
14,95% dan 29,11%. Berkurangnya proporsi dana jangka pendek dan penambahan share
dana jangka menengah panjang akan mengurangi potensi risiko likuiditas yang dihadapi
oleh perbankan. Namun, industri perbankan perlu senantiasa meningkatkan porsi
penghimpunan dana jangka menengah-panjang seperti giro dan deposito, untuk
mengurangi resiko likuiditas apabila terjadi krisis ekonomi. Grafik 3.12 menunjukkan
perkembangan portofolio DPK bank umum.
- 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000
- Pertanian, Perburuan & Kehutanan
- Industri Pengolahan
- Perdagangan Besar & Eceran
- Transportasi, Pergudangan, &…
- Perantara Keuangan
- Jasa Kemasyarakatan, Sosial…
- Badan Internas. & Badan Ekstra…
- Kegiatan yg Belum Jelas Batasannya
- Bukan Lapangan Usaha
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 33
Grafik 3.11 Perkembangan Portofolio DPK
Sumber : Bank Indonesia
Rasio kredit/pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan atau lebih
dikenal dengan rasio LDR merupakan indikator risiko likuiditas yang perlu diwaspadai oleh
perbankan. Pada triwulan II-2013, tercatat LDR bank umum sebesar 195,11% meningkat
dibandingkan triwulan II-2012 yang tercatat sebesar 166,78%. Peningkatan rasio LDR
perbankan di Provinsi Gorontalo tentu meningkatkan risiko likuiditas yang dihadapi
perbankan apabila terjadi krisis ekonomi. Untuk mengimbangi ekspansi kreditnya yang
begitu progresif, perbankan mau tak mau harus mendapatkan dana dari luar wilayah
Gorontalo. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian lebih, sebab untuk menjaga
keseimbangan operasional, perbankan tidak hanya dituntut untuk menyalurkan pembiayaan,
namun juga harus mempertimbangkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) agar rasio
LDR tetap terjaga. Kegiatan-kegiatan untuk mengedukasi masyarakat agar gemar
menabung agaknya perlu dikampanyekan kembali oleh perbankan dan pihak terkait agar
dapat menurunkan rasio LDR perbankan di Gorontalo yang sudah terlalu tinggi. Grafik 3.13
berikut menunjukkan perkembangan LDR perbankan gorontalo.
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00%
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JULI
AGT
SEP
OKT
NOV
DES
JAN
FEB
MAR
APR
MAY
JUN
JUL
AGS
SEPT
OKT
NOV
DES
JAN
FEB
MAR
APR
MAY
JUN
2011
2012
2013
- Tabungan
- Deposito
- Giro
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013| BANK INDONESIA
Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %)
Sumber: Bank Indonesia
3.2.3 RISIKO PASAR
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan, tercermin dari indikator pergerakan suku
bunga dan kurs rupiah. Pada triwulan II 2013, tercatat dua kali perubahan BI Rate yang
dilakukan oleh Bank Indonesia. Yang pertama pada tanggal 13 Juni 2013 BI Rate naik
sebesar 25 bps (basis poin) dari 5,75% menjadi 6,00%. Kenaikan kedua terjadii pada
tanggal 11 Juli 2013 dimana BI Rate kembali naik sebesar 50 bps dari sebelumnya 6,00%
menjadi 6,50%. Kebijakan tersebut ditempuh untuk memastikan inflasi yang meningkat
pasca kenaikan harga BBM bersubsidi dapat segera kembali ke dalam lintasan sasaran
inflasi yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Sementara itu, kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika hingga akhir triwulan II-2013
terus mengalami pelemahan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada akhir Bulan Juli 2013
tercatat kurs tengah Rupiah terhadap Dollar Amerika sebesar Rp.10.263,- melemah hingga
5,49% atau sebesar 535 poin dibandingkan posisi akhir Bulan Maret 2013 yang tercatat
sebesar Rp.9.728,-. Pelemahan nilai mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika di akhir
triwulan II-2013 didorong oleh meningkatnya inflasi dalam negeri dan membaiknya
pertumbuhan ekonomi Amerika. Grafik 3.14 menunjukkan perkembangan kurs rupiah
terhadap USD dan BI rate.
150%
155%
160%
165%
170%
175%
180%
185%
190%
195%
200%
JAN
FEB
MAR AP
R
MEI
JUN
JULI
AGT
SEP
OKT
NOV
DES
JAN
FEB
MAR AP
R
MAY JUN
JUL
AGS
SEPT OK
T
NOV
DES
JAN
FEB
MAR AP
R
MAY Ju
n
2011 2012 2013
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 35
Grafik 3.13
Perkembangan Kurs Rupiah terhadap USD dan BI-Rate
Sumber: Bank Indonesia
Rp8,000.00
Rp8,200.00
Rp8,400.00
Rp8,600.00
Rp8,800.00
Rp9,000.00
Rp9,200.00
Rp9,400.00
Rp9,600.00
Rp9,800.00
Rp10,000.00
Rp10,200.00
Rp10,400.00
5.50%
5.75%
6.00%
6.25%
6.50%
6.75%
7.00%
BI RATE (%)
KURS TENGAH
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013| BANK INDONESIA
BOX 3 : PERKEMBANGAN INKLUSI KEUANGAN di GORONTALO
Isu peningkatan akses masyarakat miskin kepada sistem keuangan formal menjadi
topik utama yang terus dicari solusinya di banyak negara. Survei Bank Dunia pada tahun
2010 mencatat bahwa hampir separuh dari 234,2 juta penduduk di Indonesia tidak memiliki
akses atas layanan lembaga keuangan formal. Dari jumlah tersebut, sekitar 35 juta orang
hanya terlayani lembaga keuangan non-formal seperti koperasi simpan-pinjam. Akan tetapi
sekitar 40 juta orang yang sama sekali tidak tersentuh layanan jasa keuangan dalam bentuk
apapun.
Di Gorontalo jumlah masyarakat yang mengakses sistem keuangan formal belum
dihitung secara pasti. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah mengukur akses
masyarakat terhadap perbankan (mengingat perbankan merupakan sistem keuangan formal
terbesar yang ada). Dari total ±1 juta penduduk Gorontalo pada tahun 2012 tercatat hanya
38% diantaranya yang telah memiliki rekening simpanan di Bank, serta 8% memiliki akses
pinjaman ke perbankan. Dibandingkan kondisi di kawasannya sendiri (Sulawesi-Maluku-
Papua) acces to finance masyarakat Gorontalo relatif lebih rendah. Bandingkan dengan
kondisi kawasan regional Sulampua (Sulawesi Maluku dan Papua) dimana tercatat 46%
penduduknya sudah memiliki rekening di bank serta 9% telah memiliki akses pinjaman ke
bank.
Penduduk Gorontalo memiliki jumlah pinjaman perkapita jauh diatas simpanan
perkapitanya, sementara untuk Sulampua relatif seimbang. Hasrat masyarakat untuk
meminjam kepada perbankan kurang diikuti oleh kemauan untuk meningkatkan simpanan.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 37
Tercatat jumlah simpanan perkapita penduduk Gorontalo mencapai Rp 2,7 Juta sementara
kredit perkapita penduduk mencapai Rp 4,7 Juta. Kondisi ini masih lebih rendah
dibandingkan wilayah Sulampua secara umum dimana simpanan perkapita penduduk
mencapai Rp 7,5 Juta sementara kredit perkapita penduduk mencapai Rp 8,2 juta.
Indikator Keuangan Inklusi Gorontalo Vs Sulampua
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013| BANK INDONESIA
Meskipun relatif lebih rendah dibandingkan kondisi di kawasan Sulampua, namun
akses keuangan masyarakat kepada perbankan baik dalam hal simpanan maupun pinjaman
menunjukkan peningkatan. Demikian halnya share kredit dan simpanan pihak ketiga
terhadap PDRB mengalami kenaikan. Optimisme tersebut
Untuk terus meningkatkan akses masyarakat kepada perbankan, Bank Indonesia
bersama Pemerintah terus menekankan pentingnya inklusi keuangan dengan mengurangi
hambatan terhadap hal-hal yang menyulitkan masyarakat mengakses keuangan di
perbankan. Beberapa program yang saat ini terus digalakkan antara lain : Kredit Usaha
Rakyat (KUR), Program TabunganKu (tabungan bebas bea administrasi), dan kebijakan
branchless banking yang mulai diujicobakan di bulan Juli 2013.
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 39
BAB 4 : KEUANGAN DAERAH
Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan II-2013
lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya persentase
realisasi dimaksud disebabkan oleh Belanja Tidak Langsung terutama Belanja Pegawai,
akan tetapi belanja modal mengalami peningkatan demi pembangunan daerah. Sementara
untuk realisasi penerimaan APBD relatif sama dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Pada triwulan II-2013, kenaikan penerimaan masih kurang diimbangi
penyerapan belanja sehingga mendorong terjadinya kontraksi fiskal terhadap jumlah uang
beredar di masyarakat.
4.1 PENDAPATAN DAERAH
Persentase realisasi terhadap target anggaran pendapatan APBD Pemerintah
Provinsi pada triwulan II-2013 mencapai 50,45% lebih rendah daripada periode yang sama
tahun sebelumnya yang mencapai 54,71%
Apabila dilihat dari strukturnya, persentase realisasi terbesar terjadi pada Dana
Perimbangan (51,09%) yang didominasi oleh realisasi dana alokasi umum. Sementara untuk
persentase realisasi Pendapatan Asli Daerah mencapai 50,30%.
Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Dilihat dari pangsanya, komposisi dana perimbangan masih mendominasi APBD
triwulan II-2013 sebesar 70,77% lebih rendah dibanding pangsa dana perimbangan pada
triwulan II-2012 sebesar 72,04%. Sementara pangsa pembiayaan mandiri dari PAD tercatat
18,32% meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 16,38%.
Nominal Pencapaian
(%)Nominal
Pencapaian
(%)
Pendapatan Asli Daerah 161,639,396,184 81,860,329,562 50.64 190,742,155,014 95,938,876,495 50.30
Pajak daerah 150,012,733,985 76,844,475,035 51.23 176,259,292,815 92,049,498,574 52.22
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - - -
Retribusi Daerah 100,000,000 - - 275,000,000 97,102,367 35.31
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11,526,662,199 5,015,854,527 43.52 14,207,862,199 3,792,275,554 26.69
Dana Perimbangan 630,131,540,835 360,014,346,441 57.13 725,527,944,314 370,639,177,009 51.09
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 23,983,008,835 13,230,003,441 55.16 30,230,153,314 12,236,909,009 40.48
Dana Alokasi Umum 582,140,302,000 339,581,844,000 58.33 652,284,261,000 326,142,120,000 50.00
Dana Alokasi Khusus 24,008,230,000 7,202,499,000 30.00 43,013,530,000 32,260,148,000 75.00
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 121,630,890,000 57,841,926,000 47.56 121,930,890,000 57,165,003,000 46.88
Jumlah Pendapatan 913,401,827,019 499,716,602,003 54.71 1,038,200,989,328 523,743,056,504 50.45
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
II-2013
APBD 2013
II-2012
APBD 2012 Pendapatan Daerah
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 | BANK INDONESIA
Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %)
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
4.2 BELANJA DAERAH
Pada triwulan II-2013, persentase realisasi terhadap target anggaran belanja APBD
Pemerintah Provinsi mencapai 39,25% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 38,97%.
Dilihat dari strukturnya, persentase realisasi Belanja Tidak Langsung mencapai
43,84%. Sementara itu, kenaikan persentase realisasi terbesar terjadi pada Belanja
Langsung (35%) yang disumbang oleh kenaikan persentase realisasi belanja modal.
Sementara untuk 43,84%. Kenaikan belanja modal ini adalah sebagai upaya percepatan
pembangunan infrastruktur di Gorontalo.
Tabel 4.3
Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Dilihat dari pangsanya, komposisi terbesar penyerapan belanja daerah masih terjadi
pada Pos Belanja Tidak Langsung sebesar 53,75% dengan persentase penyerapan
terbesar pada belanja pegawai (24%) dan belanja hibah (20%). Yang patut mendapat
perhatian adalah komposisi belanja modal yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Nominal Komposisi
(%)Nominal
Komposisi
(%)
Pendapatan Asli Daerah 161,639,396,184 81,860,329,562 16.38 190,742,155,014 95,938,876,495 18.32
Pajak daerah 150,012,733,985 76,844,475,035 15.38 176,259,292,815 92,049,498,574 17.58
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - - -
Retribusi Daerah 100,000,000 - - 275,000,000 97,102,367 0.02
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11,526,662,199 5,015,854,527 1.00 14,207,862,199 3,792,275,554 0.72
Dana Perimbangan 630,131,540,835 360,014,346,441 72.04 725,527,944,314 370,639,177,009 70.77
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 23,983,008,835 13,230,003,441 2.65 30,230,153,314 12,236,909,009 2.34
Dana Alokasi Umum 582,140,302,000 339,581,844,000 67.95 652,284,261,000 326,142,120,000 62.27
Dana Alokasi Khusus 24,008,230,000 7,202,499,000 1.44 43,013,530,000 32,260,148,000 6.16
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 121,630,890,000 57,841,926,000 11.57 121,930,890,000 57,165,003,000 10.91
Jumlah Pendapatan 913,401,827,019 499,716,602,003 100.00 1,038,200,989,328 523,743,056,504 100.00
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
II-2013
APBD 2013
II-2012
APBD 2012 Pendapatan Daerah
Nominal Pencapaian
(%)Nominal
Pencapaian
(%)
Belanja Tidak Langsung 466,387,095,206.40 229,067,484,499.00 49.12 519,125,857,305 227,591,858,983 43.84
Belanja Pegawai 241,569,991,136.40 112,437,574,242.00 46.54 275,667,239,585 101,853,278,080 36.95
Belanja Subsidi 4,500,000,000.00 - - 4,500,000,000 - -
Belanja Hibah 139,830,890,000.00 85,888,557,798.00 61.42 138,710,890,000 85,905,637,800 61.93
Belanja Bantuan Sosial 5,600,000,000.00 - - 1,000,000,000 273,500,000 27.35
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 54,676,214,070.00 25,186,862,799.00 46.07 74,705,181,720 34,247,400,815 45.84
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 15,210,000,000.00 5,460,502,660.00 35.90 18,210,000,000 4,980,689,288 27.35
Belanja Tidak Terduga 5,000,000,000.00 93,987,000.00 1.88 6,332,546,000 331,353,000 5.23
Belanja Langsung 472,014,731,812.80 136,653,834,839.00 28.95 559,676,063,689 195,864,879,994 35.00
Belanja Pegawai 36,893,361,512.00 11,958,579,747.00 32.41 37,762,107,500 12,892,278,036 34.14
Belanja Barang dan Jasa 289,417,165,499.80 92,417,345,633.00 31.93 331,298,951,796 112,344,752,574 33.91
Belanja Modal 145,704,204,801.00 32,277,909,459.00 22.15 190,615,004,393 70,627,849,384 37.05
Jumlah Belanja 938,401,827,019.20 365,721,319,338.00 38.97 1,078,801,920,994 423,456,738,977 39.25
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
II-2013
APBD 2013
II-2012
APBDP 2012 Belanja Daerah
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 41
Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
4.3 KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN
UANG BEREDAR
Kinerja fiskal selama triwulan II-2013 belum menunjukkan perubahan yang signifikan
terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa
12,60%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 2,52%. Pangsa konsumsi
pemerintah terhadap sektor riil mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2012, terkait
penurunan belanja Pegawai Pemerintah.
Sementara untuk pangsa Belanja Modal terhadap sektor riil pada triwulan II-2013
mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini
berimplikasi pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi triwulan II-2013.
Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Di sisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo
sampai dengan akhir triwulan II-2013 menunjukkan kontraksi. Kontraksi terjadi karena
realisasi dari penerimaan APBD lebih besar dibandingkan penyerapan belanja APBD.
Nominal Komposisi
(%)Nominal
Komposisi
(%)
Belanja Tidak Langsung 466,387,095,206.40 229,067,484,499.00 62.63 519,125,857,305 227,591,858,983 53.75
Belanja Pegawai 241,569,991,136.40 112,437,574,242.00 30.74 275,667,239,585 101,853,278,080 24.05
Belanja Subsidi 4,500,000,000.00 - - 4,500,000,000 - -
Belanja Hibah 139,830,890,000.00 85,888,557,798.00 23.48 138,710,890,000 85,905,637,800 20.29
Belanja Bantuan Sosial 5,600,000,000.00 - - 1,000,000,000 273,500,000 0.06
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 54,676,214,070.00 25,186,862,799.00 6.89 74,705,181,720 34,247,400,815 8.09
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 15,210,000,000.00 5,460,502,660.00 1.49 18,210,000,000 4,980,689,288 1.18
Belanja Tidak Terduga 5,000,000,000.00 93,987,000.00 0.03 6,332,546,000 331,353,000 0.08
Belanja Langsung 472,014,731,812.80 136,653,834,839.00 37.37 559,676,063,689 195,864,879,994 46.25
Belanja Pegawai 36,893,361,512.00 11,958,579,747.00 3.27 37,762,107,500 12,892,278,036 3.04
Belanja Barang dan Jasa 289,417,165,499.80 92,417,345,633.00 25.27 331,298,951,796 112,344,752,574 26.53
Belanja Modal 145,704,204,801.00 32,277,909,459.00 8.83 190,615,004,393 70,627,849,384 16.68
Jumlah Belanja 938,401,827,019.20 365,721,319,338.00 100.00 1,078,801,920,994 423,456,738,977 100.00
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
II-2013
APBD 2013
II-2012
APBDP 2012 Belanja Daerah
Nominal %PDRB Nominal %PDRB
Konsumsi Pemerintah 792,697,622,218 333,443,409,879 14.09 888,186,916,601 352,828,889,593 12.60
Belanja Pegawai 278,463,352,648 124,396,153,989 5.25 313,429,347,085 114,745,556,116 4.10
Belanja Subsidi 4,500,000,000 - - 4,500,000,000 - -
Belanja Hibah 139,830,890,000 85,888,557,798 3.63 138,710,890,000 85,905,637,800 3.07
Belanja Bantuan Sosial 5,600,000,000 - - 1,000,000,000 273,500,000 0.01
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 54,676,214,070 25,186,862,799 1.06 74,705,181,720 34,247,400,815 1.22
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 15,210,000,000 5,460,502,660 0.23 18,210,000,000 4,980,689,288 0.18
Belanja Tidak Terduga 5,000,000,000 93,987,000 0.00 6,332,546,000 331,353,000 0.01
Belanja Barang dan Jasa 289,417,165,500 92,417,345,633 3.90 331,298,951,796 112,344,752,574 4.01
Pembentukan Modal Tetap Bruto 145,704,204,801 32,277,909,459 1.36 190,615,004,393 70,627,849,384 2.52
Belanja Modal 145,704,204,801 32,277,909,459 1.36 190,615,004,393 70,627,849,384 2.52
II-2013 APBDP 2013
II-2012 APBDP 2012 Belanja Daerah
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 | BANK INDONESIA
Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Realisasi %PDRB Realisasi %PDRB
Pendapatan 913,401,827,019.20 499,716,602,002.94 21.11 1,038,200,989,328.20 523,743,056,504.45 18.36
Pendapatan Asli Daerah 161,639,396,184.20 81,860,329,561.94 3.46 190,742,155,014.20 95,938,876,495.45 3.36
Dana Perimbangan 630,131,540,835.00 360,014,346,441.00 15.21 725,527,944,314.00 370,639,177,009.00 12.99
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 23,983,008,835.00 13,230,003,441.00 0.56 30,230,153,314.00 12,236,909,009.00 0.43
Dana Alokasi Umum 582,140,302,000.00 339,581,844,000.00 14.35 652,284,261,000.00 326,142,120,000.00 11.43
Dana Alokasi Khusus 24,008,230,000.00 7,202,499,000.00 0.30 43,013,530,000.00 32,260,148,000.00 1.13
Dana Darurat - -
Dana Penyesuaian 121,630,890,000.00 57,841,926,000.00 2.44 121,930,890,000.00 57,165,003,000.00 2.00
Belanja 938,401,827,019.20 365,721,319,338.00 15.45 1,078,801,920,994.20 423,456,738,977.00 14.84
Belanja Pegawai 278,463,352,648.40 124,396,153,989.00 5.25 313,429,347,085.27 114,745,556,116.00 4.02
Belanja Subsidi 4,500,000,000.00 - - 4,500,000,000.00 - -
Belanja Hibah 139,830,890,000.00 85,888,557,798.00 3.63 138,710,890,000.00 85,905,637,800.00 3.01
Belanja Bantuan Sosial 5,600,000,000.00 - - 1,000,000,000.00 273,500,000.00 0.01
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 54,676,214,070.00 25,186,862,799.00 1.06 74,705,181,719.70 34,247,400,815.00 1.20
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 15,210,000,000.00 5,460,502,660.00 0.23 18,210,000,000.00 4,980,689,288.00 0.17
Belanja Tidak Terduga 5,000,000,000.00 93,987,000.00 0.00 6,332,546,000.00 331,353,000.00 0.01
Belanja Barang dan Jasa 289,417,165,499.80 92,417,345,633.00 3.90 331,298,951,796.23 112,344,752,574.00 3.94
Belanja Modal 145,704,204,801 32,277,909,459 1.36 190,615,004,393 70,627,849,384 2.48
Surplus/Defisit (25,000,000,000) 133,995,282,665 5.66 (40,600,931,666) 100,286,317,527 3.52
II-2013 APBDP 2013
II-2012 APBDP 2012 APBD
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 43
BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN
Aliran uang kartal dari kas titipan BI di Bank Mandiri Gorontalo pada triwulan II-2013
menunjukkan net outflow sebesar Rp.64.730 miliar. Di sisi lain, pertumbuhan kliring dan
RTGS dari sisi nilai mengalami peningkatan pada triwulan lII-2013 sebesar 12,52% (q.t.q)
dan 13,97% (q.t.q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu pada triwulam II-2013
tidak ditemukan adanya laporan temuan uang palsu di wilayah Provinsi Gorontalo.
5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI
5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW)
Perkembangan transaksi pembayaran tunai dilihat dari aliran uang kartal pada posisi
triwulan II-2013 mengalami net outflow sebesar Rp.64,37 miliar yang berarti jumlah uang
yang masuk dalam khasanah kas titipan Bank Indonesia (Rp.660,21 miliar) lebih kecil
dibandingkan uang yang keluar dari khasanah kas titipan (Rp.724,58 miliar). Grafik 5.1
menggambarkan hal tersebut.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.1 Net inflow/Outflow Kas Titipan Gorontalo Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan
Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Gorontalo cenderung membelanjakan
uang yang dimiliki daripada menyimpan uang di bank.
5.1.2 PERKEMBANGAN UANG PALSU YANG DITEMUKAN
Pada triwulan II-2013 tidak ditemukan adanya laporan uang palsu dari masyarakat,
namun pada triwulan I-2013 ditemukan adanya laporan temuan uang palsu dari masyarakat
Gorontalo hingga sebanyak 142 lembar. Temuan ini merupakan yang terbesar dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir.
(200,000)
(150,000)
(100,000)
(50,000)
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
Jan
Mar
Me
i
Jul
Sep
t
No
v
Jan
Mar
Me
i
Jul
Sep
t
No
v
Jan
Mar
May
2011 2012 2013
Ne
tflo
w (
Rp
.Ju
ta)
Seto
ran
-Bay
aran
(R
p.J
uta
)
Setoran
Bayaran
Net Flow
(250,000)
(200,000)
(150,000)
(100,000)
(50,000)
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012 2013
Rp
. Ju
ta
Net Flow
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA
Tabel 5.1 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI
5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO
Perputaran warkat kliring non BI dilihat dari pertumbuhan jumlah warkatnya
mengalami peningkatan yang cukup pesat pada triwulan II-2013yang tercatat sebesar 9.7%
(q.t.q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat -5.89% (q,t,q). Sejalan dengan itu,
dari segi pertumbuhan nominalnya mengalami peningkatan sebesar 12.52% (q.t.q)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -3.20% (q.t.q). Grafik 5.3 dan 5.4
menunjukkan perputaran kliring di Gorontalo dan rata-rata perputaran kliring per hari.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari
Sementara itu, persentase rata-rata penolakan cek & bilyet giro kosong per hari
terrlihat membaik, dimana terjadi penurunan dari sisi jumlah lembaran cek/bilyet giro yang
ditolak pada triwulan II-2013 sebesar 0.81% (q,t,q) menurun dibandingkan triwulan I-2013
yang tercatat sebesar 1,33%. Penurunan jumlah warkat yang ditolak tersebut sejalan
dengan jumlah nominal warkat yang ditolak yang turun 0,3% dari semula 1,40% di
triwulan I-2013 menjadi sebesar 1,10% (q.t.q) di triwulan II-2013. Grafik 5.5 menunjukkan
persentase rata-rata penolakan cek & bilyet giro kosong per hari dari sisi jumlah lembaran
dan nominalnya.
Pecahan / Th. Emisi Temuan Uang Palsu Pecahan / Th. Emisi Temuan Uang Palsu Pecahan / Th. Emisi Temuan Uang Palsu
100.000 / 2004 9 100.000 / 2004 142 100.000 / 2004 0
100.000 / 1999 0 100.000 / 1999 0 100.000 / 1999 0
50.000 / 2005 6 50.000 / 2005 0 50.000 / 2005 0
50.000 / 1999 0 50.000 / 1999 0 50.000 / 1999 0
50.000 / 1993 0 50.000 / 1993 0 50.000 / 1993 0
20.000 / 2004 0 20.000 / 2004 0 20.000 / 2004 0
10.000 / 2005 0 10.000 / 2005 0 10.000 / 2005 0
Jumlah 15 Jumlah 142 Jumlah 0
Periode Triwulan I-2013Tahun 2012 Periode Triwulan II-2013
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
180000
200000
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
Apr Jun agu Okt Des Feb Apr Jun agu Okt Des Feb Apr Jun
2012 2013
No
min
al (
Rp
.Ju
ta)
Lem
bar
Nominal (Kanan)
Lembar (Kiri)
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
0
50
100
150
200
250
300
350
Ja
n
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Ju
n
Ju
li
ag
u
se
pt
Ok
t
No
v
De
s
Ja
n
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Ju
n
Ju
li
ag
u
se
pt
Ok
t
No
v
De
s
Ja
n
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Ju
n2011 2012 2013
No
min
al
(Rp
.Ju
ta
)
Le
mb
ar
Nominal (Kanan) Lembar (Kiri)
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 45
Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS)
Transaksi yang dilakukan melalui RTGS pada triwulan II-2013 memiliki nilai rata-rata
sebesar Rp.816.92 miliar atau sebesar 13,97% (q.t.q) meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar -24,42% (q.t.q). Sementara itu, bila dilihat dari volumenya, rata-rata
transaksi RTGS pada triwulan II-2013 adalah sebanyak 1728 kali, dengan pertumbuhan
sebesar 26,53% (q.t.q) jauh meningkat dibandingkan triwulan I-2013 yang tercatat sebesar -
32,77% (q.t.q). Peningkatan transaksi melalui RTGS pada triwulan II-2013 ini diperkirakan
karena siklus ekonomi pada triwulan II relatif lebih bergairah, hal ini didorong karena
meningkatnya gaji PNS, tahun ajaran baru, dan datangnya bulan ramadhan, sehingga
transaksi melalui RTGS baik nilai maupun volumenya meningkat.
Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
Apr
Jun
agu
Okt
Des
Feb
Apr
Jun
agu
Okt
Des
Feb
Apr
Jun
2012
2013
Nominal (%)
Lembar (%)
Nilai Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Januari 246.38 779 467.16 471 62.43 127 775.97 1377
Februari 211.56 728 406.90 471 57.64 154 676.10 1353
Maret 208.43 717 448.34 500 41.54 150 698.31 1367
Rata-rata tw I-2013 222.12 741 440.80 481 53.87 144 716.79 1366
Pertumbuhan (qtq) -34.04% -27.72% -13.41% -31.72% -47.47% -52.38% -24.42% -32.77%
April 245.00 932 448.32 622 57.76 198 751.08 1752
Mei 313.55 956 460.26 665 88.43 230 862.24 1851
Juni 289.44 823 478.65 583 69.35 175 837.44 1581
Rata-rata tw IV-2012 282.66 904 462.41 623 71.85 201 816.92 1,728
Pertumbuhan (qtq) 27.26% 21.90% 4.90% 29.68% 33.37% 39.91% 13.97% 26.53%
FROM TO FROM - TO Total Transaksi
Volume Volume Volume VolumeBulan
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013| BANK INDONESIA
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB 6 KESEJAHTERAAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 47
BAB 6 : KESEJAHTERAAN
Tingkat pengangguran terbuka di provinsi Gorontalo tercatat mengalami penurunan
dari 4,36% pada Agustus 2012 menjadi 4,31% pada Februari 2013. Sementara itu, angka
kemiskinan pada posisi Maret 2013 tercatat sebanyak 192.584 jiwa meningkat dibandingkan
posisi September 2012 yang tercatat sebesar 187.732 jiwa.
6.1. PENGANGGURAN
Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di provinsi Gorontalo pada bulan
Februari 2013 tercatat sebanyak 480.382 jiwa atau meningkat dibanding angkatan kerja
pada periode Agustus 2012 yang tercatat hanya 466.073 jiwa. Meskipun jumlah angkatan
kerja meningkat, namun seiring meningkatkannya kegiatan perekonomian yang menyerap
tenaga kerja baik di sektor formal maupun informal, telah mengurangi jumlah tingkat
pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi Gorontalo.
Pada bulan Februari 2013 jumlah tingkat pengangguran tercatat sebesar 4,31%,
menurun dibandingkan TPT posisi Agustus 2012 yang tercatat 4,36%. Di sisi lain, Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami kenaikan dari 63,08% pada Agustus 2012
menjadi 64,33% pada Februari 2013. Hal tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh jumlah
penduduk Angkatan Kerja yang meningkat sebesar 3,07%, sementara jumlah penduduk
Bukan Angkatan Kerja menurun sebesar 2.38%.
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Jika dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian
terlihat masih mendominasi sebagian besar penduduk Provinsi Gorontalo yaitu 161.467
orang (Februari 2013). Jumlah tersebut menurun 4% jika dibandingkan dengan Agustus
2012. Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah
sektor jasa kemasyarakatan yaitu 105.067 jiwa atau sebesar 22% dari total tenaga kerja.
Februari Agustus Februari Agustus Februari
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas 717.600 725.153 732.021 738.885 746.698
Angkatan Kerja 458.579 465.027 471.128 466.073 480.382
Bekerja 437.459 445.210 448.489 445.729 459.689
Tidak Bekerja 21.120 19.817 22.639 20.344 20.693
Bukan Angkatan Kerja 259.021 260.126 260.893 272.812 266.316
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 63,90 64,13 64,36 63,08 64,33
Tingkat Pengangguran Terbuka 4,61 4,26 4,81 4,36 4,31
20132011 2012Ketenagakerjaan
BAB 6 KESEJAHTERAAN
48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013| BANK INDONESIA
Tenaga kerja sektor ini tumbuh 24,5% dibandingkan bulan Agustus 2012. Mengingat sektor
pertanian sangat besar dalam menyerap tenaga kerja, untuk itu pengembangan sektor
pertanian harus mendapat perhatian yang lebih besar dari pemerintah.
Tabel 6.2.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
6.2. KEMISKINAN
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo hingga Maret 2013 tercatat sebanyak
192.584 jiwa (17,51% dari jumlah penduduk), mengalami kenaikan dibandingkan posisi
September 2012 yang tercatat sebanyak 187.732 jiwa (17,22% dari jumlah penduduk).
Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan Maret 2013 sebesar
Rp221.457 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp8.981 perkapita per
bulan dibandingkan dengan bulan September 2012 yang tercatat sebesar Rp212.476
perkapita per bulan.
Salah satu faktor pendorong meningkatnya prosentase penduduk miskin adalah
meningkatnya harga barang dan jasa, yang pada gilirannya mendorong menurunnya daya
beli masyarakat. Untuk itu menjaga stabilitas harga harus menjadi fokus pemerintah daerah
yang antara lain dapat dilakukan melalui optimalisasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID).
Tabel 6.3.
Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
Februari Agustus Februari Agustus Februari
Pertanian 179.933 158.973 163.806 168.496 161.467
Industri 40.584 44.015 37.619 37.986 24.092
Perdagangan 64.022 65.851 61.079 67.142 80.068
Jasa Kemasyarakatan 87.087 91.393 91.741 84.390 105.067
Lainnya 65.833 84.978 94.244 87.715 88.995
Total 437.459 445.210 448.489 445.729 459.689
201320122011Ketenagakerjaan
Maret September Maret
Jumlah Penduduk Miskin 186,907 187,732 192,584
Persentase 17.33 17.22 17.51
Garis Kemiskinan Rp203,907 Rp212,476 Rp221,457
Perkotaan Rp209,422 Rp217,073 Rp224,622
Pedesaan Rp201,065 Rp210,101 Rp219,827
20132012Kemiskinan
BAB 6 KESEJAHTERAAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013 49
6.3. RASIO GINI
Pada tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks
gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini menunjukkan kesenjangan
pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat. Namun demikian berdasarkan
strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan
tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Fenomena yang menarik
adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke
bawah dan 20% teratas. Hal inilah yang menyebabkan “jurang” kesenjangan kesejahteraan
antar penduduk semakin lebar.
Tabel 6.4.
Rasio Gini Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
6.4. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
Seiring dengan terus bertumbuhnya perekonomian Provinsi Gorontalo, Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo, yang terdiri dari indeks daya beli, indeks
pendidikan dan indeks kesehatan, juga menunjukan tren peningkatan dimana pada tahun
2011 tercatat sebesar 70,82. Meskipun demikian IPM Gorontalo masih relatif lebih rendah
dibandingkan provinsi lainnya di wilayah Sulawesi kecuali terhadap Provinsi Sulawesi
Tenggara dan Provinsi Sulawesi Barat.
Sementara itu, dilihat berdasarkan kabupaten dan kota di Provinsi Gorontalo, IPM
tertinggi berada di Kota Gorontalo. Hal ini tidak terlepas dari posisi kota Gorontalo yang
merupakan ibukota provinsi dan pusat pemerintahan sehingga masyarakatnya lebih banyak
tersentuh kegiatan pembangunan.
BAB 6 KESEJAHTERAAN
50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2013| BANK INDONESIA
Tabel 6.5.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Tabel 6.6
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kab/Kota
Tahun 2008-2011
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Indeks Pembangunan Manusia 2008 2009 2010 2011
Sulawesi Barat 68,55 69,18 69,64 70,11
Sulawesi Tenggara 69,00 69,52 70,00 70,55
Gorontalo 69,29 69,79 70,28 70,82
Sulawesi Tengah 70,09 70,70 71,14 71,62
Sulawesi Selatan 70,22 70,94 71,62 72,14
Sulawesi Utara 75,16 75,68 76,09 76,54
Indeks Pembangunan Manusia 2008 2009 2010 2011
Provinsi 69,29 69,79 70,28 70,82
Kab. Boalemo 67,75 68,03 68,89 69,16
Kab. Gorontalo 68,94 69,55 70,07 70,63
Kab. Pohuwato 68,93 69,43 69,77 70,36
Kab. Bone Bolango 70,50 71,19 71,77 72,22
Kab. Gorontalo Utara 68,14 68,41 68,81 69,37
Kota Gorontalo 72,12 72,44 73,67 73,67