perkembangan inflasi bab 2 : perkembangan inflasi · 2013-10-12 · bab 2 perkembangan inflasi bank...

24
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 19 BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2011 sebesar 4,08% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,27% (y.o.y), namun lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,43% (y.o.y). Meningkatnya tekanan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya merupakan akibat dari mulai menipisnya stok dan penurunan produksi komoditas bahan makanan akibat faktor cuaca. Di sisi lain, secara tahunan inflasi Gorontalo melambat dibandingkan tahun sebelumnya disebabkan oleh relatif terjaganya gejolak inflasi volatile food sepanjang tahun laporan. Beberapa harga komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang merah dalam kondisi rendah-stabil sepanjang tahun 2011 karena adanya panen raya di beberapa sentra produksi dan kebijakan impor. 2.1 INFLASI GORONTALO Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2011 sebesar 4,08% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,27% (y.o.y), namun lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,43% (y.o.y). Meningkatnya tekanan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya merupakan akibat dari melonjaknya harga komoditas volatile food terutama beras dan sayur. Faktor cuaca dan menipisnya stok menjadi penyebab utama kenaikan harga komoditas yang gampang busuk (parishable) pada akhir tahun. Di sisi lain, secara tahunan inflasi Gorontalo melambat dibandingkan tahun sebelumnya karena terjaganya gejolak inflasi volatile food sepanjang tahun 2011. Kelompok komoditas volatile food pada akhir tahun 2011 mengalami deflasi sebesar 0,74% (y.o.y) jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 16,30% (y.o.y). Rendah dan stabilnya harga komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan cabe menjadi salah satu faktor utama rendahnya tekanan inflasi volatile food pada tahun 2011. Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah) DES JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OKT NOV DES Total Inflasi 7.43% 7.13% 5.28% 5.77% 6.17% 6.69% 7.11% 6.91% 3.92% 3.27% 5.04% 4.00% 4.08% Core Inflation 2.68% 2.79% 3.43% 3.53% 4.23% 4.27% 4.64% 4.50% 5.47% 6.44% 6.82% 7.13% 7.23% Volatile Food 16.30% 15.41% 8.40% 8.57% 8.69% 11.35% 12.07% 12.46% 1.55% -0.90% 2.29% -1.04% -0.74% Administered Price 5.25% 4.90% 4.69% 6.52% 6.75% 5.30% 5.47% 4.26% 4.25% 2.96% 5.42% 5.15% 4.93% Total Inflasi 0.59% 0.10% -0.07% -0.01% -0.50% 0.92% 0.60% 1.26% 0.84% -0.27% 0.55% -0.06% 0.66% Core Inflation 0.19% 0.56% 0.55% 0.20% 0.56% 0.12% 0.59% 1.18% 1.60% 0.95% 0.10% 0.33% 0.28% Volatile Food 1.22% -0.32% -0.83% -1.56% -2.49% 2.68% 0.94% 2.00% -0.15% -2.20% 0.50% -0.70% 1.52% Administered Price 0.46% -0.21% -0.20% 1.92% 0.21% 0.08% 0.14% 0.33% 0.71% -0.01% 1.62% 0.01% 0.25% 2010 Disagregasi 2011 Inflasi Bulanan (mtm)

Upload: buithuy

Post on 20-May-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 19

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2011 sebesar 4,08% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,27% (y.o.y), namun lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,43% (y.o.y). Meningkatnya tekanan inflasi

dibandingkan triwulan sebelumnya merupakan akibat dari mulai menipisnya stok dan

penurunan produksi komoditas bahan makanan akibat faktor cuaca. Di sisi lain, secara

tahunan inflasi Gorontalo melambat dibandingkan tahun sebelumnya disebabkan oleh relatif

terjaganya gejolak inflasi volatile food sepanjang tahun laporan. Beberapa harga komoditas

bumbu-bumbuan seperti bawang merah dalam kondisi rendah-stabil sepanjang tahun 2011

karena adanya panen raya di beberapa sentra produksi dan kebijakan impor.

2.1 INFLASI GORONTALO

Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2011 sebesar 4,08% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,27% (y.o.y), namun lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,43% (y.o.y). Meningkatnya tekanan inflasi

dibandingkan triwulan sebelumnya merupakan akibat dari melonjaknya harga komoditas

volatile food terutama beras dan sayur. Faktor cuaca dan menipisnya stok menjadi

penyebab utama kenaikan harga komoditas yang gampang busuk (parishable) pada akhir

tahun. Di sisi lain, secara tahunan inflasi Gorontalo melambat dibandingkan tahun

sebelumnya karena terjaganya gejolak inflasi volatile food sepanjang tahun 2011. Kelompok

komoditas volatile food pada akhir tahun 2011 mengalami deflasi sebesar 0,74% (y.o.y) jauh

lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 16,30%

(y.o.y). Rendah dan stabilnya harga komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan

cabe menjadi salah satu faktor utama rendahnya tekanan inflasi volatile food pada tahun

2011.

Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)

DES JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OKT NOV DES

Total Inflasi 7.43% 7.13% 5.28% 5.77% 6.17% 6.69% 7.11% 6.91% 3.92% 3.27% 5.04% 4.00% 4.08%

Core Inflation 2.68% 2.79% 3.43% 3.53% 4.23% 4.27% 4.64% 4.50% 5.47% 6.44% 6.82% 7.13% 7.23%

Volatile Food 16.30% 15.41% 8.40% 8.57% 8.69% 11.35% 12.07% 12.46% 1.55% -0.90% 2.29% -1.04% -0.74%

Administered Price 5.25% 4.90% 4.69% 6.52% 6.75% 5.30% 5.47% 4.26% 4.25% 2.96% 5.42% 5.15% 4.93%

Total Inflasi 0.59% 0.10% -0.07% -0.01% -0.50% 0.92% 0.60% 1.26% 0.84% -0.27% 0.55% -0.06% 0.66%

Core Inflation 0.19% 0.56% 0.55% 0.20% 0.56% 0.12% 0.59% 1.18% 1.60% 0.95% 0.10% 0.33% 0.28%

Volatile Food 1.22% -0.32% -0.83% -1.56% -2.49% 2.68% 0.94% 2.00% -0.15% -2.20% 0.50% -0.70% 1.52%

Administered Price 0.46% -0.21% -0.20% 1.92% 0.21% 0.08% 0.14% 0.33% 0.71% -0.01% 1.62% 0.01% 0.25%

2010Disagregasi

2011

Inflasi Bulanan (mtm)

Page 2: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA

Sementara itu, inflasi inti sebesar 7,23% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 3,27% (y.o.y) dan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

2,68% (y.o.y). Inflasi inti terus meningkat sepanjang tahun seiring dengan naiknya harga-

harga kebutuhan sandang, kesehatan dan pendidikan. Tren kenaikan komoditas

internasional seperti emas juga turut mempengaruhi kenaikan inflasi inti pada tahun 2011.

Inflasi harga barang yang ditentukan oleh pemerintah (administered price) sebesar 4,93%

(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,96% (y.o.y), namun lebih

rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,25% (y.o.y). Secara

keseluruhan tahun, pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah tidak

melakukan kebijakan untuk merubah harga BBM bersubsidi. Tekanan inflasi administered

price pada tahun 2011 muncul dari kenaikan cukai rokok dan tarif listrik.

Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)

Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo

2.1.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Core inflation atau inflasi inti pada triwulan IV-2011 sebesar 7,23% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,44% (y.o.y) dan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 2,68% (y.o.y) seiring dengan meningkatnya berbagai tekanan faktor

fundamental terutama output gap, ekspektasi inflasi, dan imported inflation. Output gap

negatif diperkirakan memberi tekanan inflasi terkait dengan meningkatnya permintaan

masyarakat seiring dengan perkembangan ekonomi Gorontalo, namun belum dapat

diimbangi dengan kemampuan produksi yang mencukupi.

Sementara itu, ekspektasi inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan

meningkatnya ekspektasi konsumsi masyarakat. Moment dan event perayaan akhir tahun

menjadi faktor pendorong utama peningkatan ekspektasi konsumsi masyarakat. Hasil

survey konsumen menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada Indeks Keyakinan

Konsumen Triwulan IV-2011 sebesar 151,25 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

Page 3: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 21

sebesar 112,92 maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 134,58.

Peningkatan indeks ini terutama dipicu oleh persepsi masyarkat bahwa pada akhir tahun

merupakaan saat yang tepat untuk melakukan pembelian barang-barang tahan lama

disamping adanya tambahan penghasilan (bonus) akhir tahun.

Sumber : SKDU, Bank Indonesia Gorontalo

Grafik 2.2 Kapasitas Produksi

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Gorontalo

Grafik 2.3 Indeks Keyakinan Konsumen

Faktor kenaikan harga-harga barang yang diimpor (imported inflation) dari luar

daerah atau luar negeri turut mempengaruhi pergerakan tingkat inflasi inti di Gorontalo. Tren

kenaikan harga komodtias internasional seperti emas ikut memberi sumbangan kepada

kenaikan core inflation, karena harga emas lokal mengikuti pergerakan harga emas

internasional. Sepanjang tahun 2011, harga emas internasional mengalami pertumbuhan

yang sangat signifikan hingga puncaknya mencapai sebesar 60%. Hal ini menyumbang

terhadap kenaikan harga emas lokal yang termasuk dalam komoditas inflasi inti.

Page 4: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA

2.1.2 FAKTOR NON – FUNDAMENTAL

Faktor non-fundamental merupakan penyebab utama terjaganya inflasi Gorontalo

yang rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Komponen volatile food pada tahun 2011

menunjukkan deflasi sebesar 0,74% (y.o.y) jauh lebih rendah dibandingkan tahun

sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 16,30% (y.o.y). Pergerakan harga kelompok

bahan makanan terutama komoditas bumbu-bumbuan berperan besar dalam penurunan

inflasi volatile food.

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi kelompok Bahan makanan

Beberapa harga komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang merah dalam kondisi rendah-

stabil sepanjang tahun 2011.

Sumber : SITC, 5 Digit

Grafik 2.5 Perkembangan Impor Bumbu-bumbuan

Panen raya bawang merah di beberapa sentra seperti di Brebes dan di Bima menyebabkan

turunnya harga bawang merah di Gorontalo yang merupakan net importir (antar pulau)

Page 5: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 23

bawang merah. Seiring dengan menguatnya nilai tukar rupiah dan menurunnya harga

beberapa komoditas pangan dunia, Pemerintah Pusat juga telah melakukan impor bawang

merah sehingga harga bawang merah di seluruh wilayah Indonesia termasuk Gorontalo

relatif rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu, administered price relatif terjaga karena belum terdapat kebijakan

strategis pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Hal ini didukung oleh

peningkatan pada anggaran subsidi energi oleh Pemerintah Pusat dari Rp139,9 triliun

(2010) menjadi Rp195,3 triliun (2011) antara lain untuk peningkatan kuota BBM bersubsidi

dari 38,5 juta kilo liter pada APBN 2011 menjadi 40,5 juta kilo liter pada APBNP 2011 senilai

sekitar Rp33,8 triliun. Dampak dari kenaikan anggaran subsidi energi tersebut mendorong

pemerintah menunda implementasi kenaikan harga BBM bersubsidi maupun pembatasan

BBM bersubsidi di tahun 2011 sehingga inflasi kelompok administered price tercatat cukup

rendah. Kebijakan pemerintah yang tercatat memberikan dampak kenaikan inflasi relatif

minimal meliputi kenaikan cukai rokok sebesar 5% pada Januari 2011 yang jauh lebih

rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 15%.

2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA

2.2.1 INFLASI TAHUNAN (y.o.y)

Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan IV-2011 sebesar 4,08% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,27% (y.o.y) namun lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,43% (y.o.y). Melemahnya tekanan inflasi

IHK dibandingkan tahun sebelumnya terutama disebabkan oleh deflasi kelompok bahan

makanan.

Tabel 2.2

Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Ditengah meningkatnya tren kenaikan inflasi pada kelompok barang non-pangan,

pergerakan harga-harga komoditas kelompok bahan makanan cenderung mengalami

penurunan yang tercermin dari deflasi bahan makanan sebesar 0,62% (y.o.y) pada 2011

lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 16,20%

12 3 6 7 8 9 10 11 12

Inflasi Umum 7.43% 5.77% 7.11% 6.91% 3.92% 3.27% 5.04% 4.00% 4.08%

1 Bahan makanan 16.20% 8.50% 12.04% 12.49% 1.74% -0.70% 2.40% -0.92% -0.62%

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 13.43% 8.32% 7.44% 4.65% 4.37% 4.82% 7.52% 7.89% 7.69%

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 12.53% 4.21% 5.05% 5.64% 5.92% 6.58% 7.06% 7.62% 7.85%

4 Sandang 6.39% 4.14% 5.12% 6.61% 12.51% 12.33% 11.38% 10.72% 9.78%

5 Kesehatan 2.32% 2.22% 3.43% 3.75% 3.39% 3.50% 3.63% 3.93% 4.64%

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.51% 1.18% 0.60% 0.42% 0.48% 3.88% 3.77% 3.96% 3.96%

7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 2.53% 2.44% 3.36% 2.34% 2.94% 1.38% 3.07% 2.46% 2.44%

NoInflasi Tahunan 20112010

Page 6: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA

(y.o.y). Sub kelompok bumbu-bumbuan merupakan komponen yang mengalami deflasi

paling dalam sebesar 43,19% (y.o.y), jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya

yang mengalami inflasi hingga 77,12% (y.o.y). Pada tahun 2010, inflasi sub kelompok

bumbu-bumbuan sangat tinggi akibat dari kenaikan harga cabe dan bawang merah secara

nasional (terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia) karena cuaca yang kurang

mendukung. Sebaliknya, pada tahun 2011 harga komoditas cabe dan bawang merah

terbilang murah sepanjang tahun 2011 karena produksi yang melimpah. Khusus untuk

komoditas bawang merah, kondisi harga rendah terjadi sepanjang tahun mengingat terdapat

panen raya di sentra produksi seperti Brebes dan Bima. Pemerintah Pusat juga melakukan

impor bawang merah sehingga harga komoditas tersebut relatif murah di sebagian besar

wilayah Indonesia, termasuk Gorontalo sebagai net importir (antar pulau) bawang merah.

Tabel 2.3

Inflasi Tahunan Sub-kelompok Bahan Makanan (y.o.y)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (q.t.q)

Secara triwulanan, perkembangan harga-harga di Gorontalo pada triwulan IV-2011

mengalami inflasi sebesar 1,16% (q.t.q) sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 1,84% (q.t.q). Penurunan inflasi secara triwulanan terutama

disebabkan oleh deflasi pada kelompok sandang.

Tabel 2.4 Kelompok Barang dan Jasa (q.t.q)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

DEC MAR JUNI JULI AUG SEPT OCT NOV DEC

UMUM 7.43 5.77 7.11 6.91 3.92 3.27 5.04 4.00 4.08

BAHAN MAKANAN 16.20 8.5 12.04 12.49 1.74 -0.70 2.40 -0.93 -0.62

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 20.20 8.41 13.18 11.18 -0.70 1.67 1.64 0.25 2.44

Daging dan Hasil-hasilnya 6.19 3.88 6.68 9.84 5.16 7.30 2.85 4.91 4.51

Ikan Segar 8.83 -1.17 9 17.55 3.10 0.56 5.80 8.84 4.77

Ikan Diawetkan 6.86 2.46 8.67 15.70 21.37 19.90 13.16 10.48 11.43

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 3.27 5.21 5.74 8.17 6.03 2.96 0.60 3.30 2.56

Sayur-sayuran -0.96 0.86 -17.05 7.91 9.38 -11.79 9.31 8.77 51.81

Kacang - kacangan 14.95 16.27 13.74 15.50 14.96 14.66 12.53 6.22 -1.80

Buah - buahan 9.93 -20.58 34.39 22.80 8.77 -7.71 9.20 6.52 5.06

Bumbu - bumbuan 77.12 97.34 45.46 5.01 -15.27 -14.33 -16.55 -39.68 -43.19

Lemak dan Minyak -3.42 -4.95 8.38 8.93 7.40 7.84 5.82 4.10 1.85

Bahan Makanan Lainnya 4.37 4.78 5.25 4.29 7.05 7.05 9.11 6.91 5.14

2011

Kelompok / Sub kelompok

2010

12 3 6 7 8 9 10 11 12

Umum 0.36 0.02 1.01 2.81 2.73 1.84 1.12 0.22 1.16

1 Bahan makanan 1.12 -2.66 1.12 5.78 2.93 -0.23 -1.83 -2.46 1.20

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau -0.29 2.61 0.74 1.03 2.13 1.69 3.42 3.23 2.44

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar -0.11 1.73 1.23 2.43 3.26 3.60 2.02 1.17 1.08

4 Sandang 1.58 0.18 2.28 2.07 8.09 7.93 5.91 -0.45 -0.73

5 Kesehatan 0.03 1.57 1.11 1.36 0.75 0.76 0.42 0.53 1.13

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.11 0.62 -0.38 -0.45 0.03 3.52 3.56 3.69 0.19

7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -0.21 -0.04 0.69 0.40 1.16 0.94 1.32 0.45 0.83

NoInflasi Triwulanan

2010 2011

Page 7: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 25

Secara triwulanan, subkelompok sandang pada triwulan IV-2011 mengalami deflasi

sebesar 0,73% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami

inflasi sebesar 7,93% (q.t.q). Deflasi ini terutama disebabkan oleh penurunan harga emas

lokal yang pergerakannya sejalan dengan harga emas internasional yang mengalami tren

penurunan pada triwulan laporan.

Sumber : Data Diolah

Grafik 2.6

Perkembangan Harga Emas Internasional

Tabel 2.5

Survei Pemantauan Harga

Sumber : Bank indonesia

No Komoditas Satuan 11 okt 25 okt 7-Nov 28-Nov 23-Des 28-Des

1 Beras Super Win kg 7500 8000 8000 8500 8500 8500Beras Ciheran kg 7000 7500 7500 8000 8000 8000Beras IR 64 kg 7000 7000 7000 7500 7500 7500

2 Minyak grg Bimoli liter 15000 15000 15000 15000 15000 15000

Minyak grg Curah kg 12000 11000 11000 11000 11000 11000

3 Daging Sapi kg 65000 70000 70000 70000 70000 70000

4 Daging Ayam ekor/kg 45000 45000 40000 42500 37500 40000

5 Telur Ayam Ras butir 1250 1250 1250 1250 1250 1200

6 Cabe Rawit kg 30000 30000 25000 15000 20000 15000

Cabe Keriting kg 18000 20000 17500 12000 20000 25000

7 Bawang Merah kg 30000 15000 15000 16500 16000 16000

Bawang Putih kg 25000 13000 12000 12000 12000 12000

8 Tomat kg 3000 8000 8000 8000 10000 8000

9 Ekor Kuning kg 20000 21000 18000 20000 15000 20000

Tude/Oci kg 25000 20000 17000 18000 10000 25000

Malalugis kg 18000 15000 11000 15000 7500 20000

Cakalang Kg 25000 13000 10000 13000 8500 12500

Mujair Kg 35000 35000 35000 32500 32500 32500

10 Gula Pasir kg 12000 12000 12000 12000 11000 11000

Page 8: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA

Di sisi lain, sub kelompok bahan makanan cenderung mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Inflasi bahan makanan pada triwulan laporan sebesar 1,20% (q.t.q)

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 1,83%

(q.t.q). Naiknya inflasi komoditas bahan makanan tak lepas dari adanya kenaikan harga

komoditas utama bahan makanan diantaranya sayur, cabe keriting, tomat, dan beras.

Musim hujan yang sangat dominan pada triwulan laporan menyebabkan produktivitas dari

sayur menurun. Para pedagang menuturkan bahwa musim hujan di penghujung tahun

menyebabkan gagal panen pada pertanaman sayur disamping mempercepat terjadinya

kebusukan pada stok sayur yang ada. Hal serupa terjadi pada komoditas cabe keriting dan

tomat yang merupakan komoditas berkategori parishable (cepat membusuk). Di sisi lain,

stok beras juga sudah mulai berkurang sehingga memberikan dorongan kenaikan harga di

tingkat pedagang.

Page 9: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 27

BOX 2 : PROYEKSI INFLASI GORONTALO TAHUN 2012

Evaluasi Perkembangan Inflasi Gorontalo 2011

Gambar 2.1 Proyeksi Inflasi Gorontalo

Realisasi inflasi Gorontalo tahun 2011 sebesar 4,08% (y.o.y) sejalan dengan proyeksi

Bank Indonesia Gorontalo pada kisaran 4,25% ± 1% (y.o.y). Inflasi Gorontalo 2011 lebih

rendah dibandingkan tahun 2010 sebesar 7,43% (y.o.y). Adapun beberapa faktor utama

yang menyebabkan inflasi Gorontalo 2011 dalam kondisi yang relatif rendah dan stabil

adalah sebagai berikut:

• Terjaganya pasokan bahan makanan sehingga harga komoditas bahan makanan

relatif rendah sepanjang tahun.

• Faktor cuaca yang mendukung sehingga produksi bahan makanan mencukupi

kebutuhan masyarakat.

• Masuknya impor (antar pulau) komoditas bahan makanan sehingga harga lokal

menjadi relatif murah, Contoh: Bawang Merah dan Beras.

• Tidak adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi

(Bensin).

Perkembangan Inflasi Gorontalo 2012

Faktor Cuaca

Kondisi cuaca diperkirakan akan mempengaruhi perkembangan inflasi Gorontalo

tahun 2012 terutama untuk komoditas bahan makanan. Berdasarkan pergerakan data

sebelumnya, inflasi Gorontalo sangat dipengaruhi oleh perkembangan inflasi kelompok

bahan makanan yang sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca. Sebagai gambaran, pada tahun

2011 inflasi Gorontalo dalam posisi relatif rendah terutama disebabkan oleh deflasi

kelompok bahan makanan walaupun inflasi kelompok lainnya mengalami kenaikan.

Page 10: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA

Grafik 2.7 Inflasi IHK dan Inflasi Bahan Makanan

Faktor cuaca dapat mempengaruhi perkembangan harga komoditas bahan makanan dari

dua sisi yaitu sisi produksi dan sisi distribusi. Cuaca yang kurang mendukung seperti

kekeringan atau hujan yang ekstrim dapat mempengaruhi produktivitas dari pertanaman

komoditas bahan makanan. Hasil survey Bank Indonesia Gorontalo (2010) bahwa faktor

cuaca merupakan permasalahan utama yang dapat menghambat produksi hortikultura

setelah faktor hama. Sementara itu, cuaca hujan yang ekstrim juga dapat menghambat

faktor distribusi barang terutama yang melalui moda angkutan laut.

Grafik 2.8 Permasalahan Produksi Bahan Makanan

Page 11: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 29

Faktor Harga Internasional

Perkembangan kondisi perekonomian global diperkirakan dapat memberikan

dampak kepada perkembangan inflasi nasional dan daerah. Ketidakpastian

perekonomian global diperkirakan akan terus terjadi pada tahun 2012 sejalan dengan

eskalasi krisis keuangan di Amerika Serikat dan Eropa. Perekonomian negara maju

cenderung terkoreksi dan perekonomian dunia cenderung mengandalkan ketahanan

ekonomi dari negara-negara berkembang. Namun, permasalahan krisis global yang belum

kunjung usai diperkirakan akan semakin memburuk dan menjalar ke negara berkembang

termasuk Indonesia.

Grafik 2.9 PDB Dunia 2012

Harga komoditas internasional diperkirakan mulai menurun sejalan dengan melemahnya

permintaan global. Menurunnya harga komoditas internasional dapat berdampak langsung

kepada penurunan harga barang lokal di Gorontalo seperti emas.

Grafik 2.10 Harga Emas, Minyak dan Euro

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

180

Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11

Gold

WTI

Euro

Dow Jones

Rebased 1 Jan 2010 = 100Sumber: Bloomberg

Index

Page 12: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA

Harga komoditas lokal juga dapat mengalami penurunan jika pemerintah pusat melakukan

impor luar negeri komoditas bahan makanan (Bawang Merah, Beras) seperti yang telah

dilakukan pada tahun 2011.

Grafik 2.11 Impor Bahan Makanan 2011

Proyeksi Inflasi Gorontalo 2012

Gambar 2.2 Proyeksi Inflasi Gorontalo 2012

Bank Indonesia Gorontalo memperkirakan bahwa inflasi Gorontalo pada tahun 2012

berada pada kisaran 5 ± 1% (y.o.y). Perkiraan inflasi ini dapat berubah bila pemerintah

melakukan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi. Adapun beberapa pertimbangan

proyeksi inflasi dimaksud adalah sebagai berikut:

Downward Risk

• Produksi dan pasokan bahan makanan masih melimpah yang diikuti oleh cuaca yang

mendukung produksi.

• Perbaikan infrastruktur yang dapat mengurangi biaya produksi dan transportasi.

• Kebijakan impor pemerintah pusat (karena harga dunia cenderung menurun)

sehingga mendorong penurunan harga lokal.

Upward Risk

• Faktor cuaca yang dapat menurunkan produksi dan pasokan bahan makanan.

• Kebijakan Pemerintah terkait komoditas dan energi (BBM, aturan impor, TTL).

Page 13: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 31

BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Beberapa indikator perbankan hingga triwulan IV-2011 masih menunjukkan

peningkatan yang cukup baik.Dana Pihak Ketiga (DPK)yang berhasil dihimpun oleh bank

umum adalah sebesar Rp2,72 trilliun atau secara tahunan (y.o.y) tumbuh sebesar 24,38%,

sementara DPK yang berhasil dihimpun BPR sebesar Rp15,66 milliar atau secara y.o.y

tumbuh 12,27%. Penyaluran kredit bank umum tercatat sebesar Rp4,44 trilliun atau tumbuh

y.o.y sebesar 22,08%, sementara pada BPR tercatat Rp19,93 milliar atau tumbuh -

10,47%(y.o.y). Dilihat dari angka tersebut di atas, terlihat bahwa permintaan kredit di

Gorontalo masih cukup tinggi seperti ditunjukkan oleh angka LDR yang mencapai 162,98%

pada bank umum dan 127,25% pada BPR. Untuk kredit bermasalah, hal yang perlu

mendapat perhatian adalah pada kredit bermasalah Bank Perkreditan Rakyat karena

walaupun telah mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya namun jumlahnya

masih cukup tinggi yaitu 14,30%, sedangkan kredit bermasalah bank umum masih terjaga

pada level wajar yaitu sebesar 2,75%.

3.1 FUNGSI INTERMEDIASI

Fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Gorontalo pada dasarnya cukup baik

sebagaimana tercermin dari angka Loan to Deposit Ratio (LDR). Hingga triwulan IV-

2011indikator Loan to Deposit Ratio (LDR)pada bank umum tercatat sebesar

162,98%,sementara pada BPR tercatat sebesar 127,25%, artinya bahwa dana yang berhasil

dihimpun oleh perbankan di Gorontalo seluruhnya telah disalurkan kepada masyarakat

Gorontalo.Namun demikian, satu hal yang mungkin menjadi catatan adalah

bahwapenyaluran kredit bank umum masih didominasi oleh kredit konsumsi, yakni sebesar

51,27% dari total kredit yang disalurkan, sedangkan untuk BPR terlihat bahwa pangsa

terbesar penyaluran kredit adalah untuk kredit modal kerjayakni 51,65% dari total kredit

yang disalurkan.Sementara itu jika dilihat secara sektoral,kredit terbesar disalurkan untuk

sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 30,03%pada bank

umum dan37,78%pada BPR.

3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Jumlah bank di Gorontalo hingga triwulan IV-2011tercatat sebanyak 17 Bank Umum

Konvensional, 3 Bank Umum Syariah dan 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jumlah bank

tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya karena adanya pembukaan kantor

baru, yakni Bank Panin Kantor Cabang Gorontalo.

Dari jumlah bank tersebut, jaringan kantor Bank umum di Provinsi Gorontalo terdiri

dari 17 kantor cabang, 31 kantor cabang pembantu, 2 kantor fungsional, 13 kantor kas serta

Page 14: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA

22kantor unit.Sementara itu, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang

dan 1 kantor kas.

3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT

Hingga triwulan III-2011 dana yang dihimpun bank umum di Gorontalo tercatat

sebesar Rp2,72 triliun atautumbuh sebesar 24,38% (y.o.y). Pertumbuhan DPK tersebut

lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar

19,10% (y.o.y). Pertumbuhan jumlah DPK tersebut terutama bersumber dari deposito dan

tabungan yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 25,97% dan 25,84%

(y.o.y). Dari series data terlihat bahwa share tabungan terhadap pembentukan DPK pada

triwulan laporanmasih sangat tinggi (61,75%), danmengalami peningkatan dibandingkan

triwulan III-2011 yang tercatat sebesar 53,48%.Sementara itu simpanan giro masih memiliki

share terhadap DPK terkecil yaitusebesar 11,49%, dengan pertumbuhansebesar

13,93%(y.o.y).

Komponen pembentuk DPK lainnya yaitu deposito, pada triwulan laporan

menunjukkan pelambatan pertumbuhan, yaitu tumbuh sebesar 25,97% (y.o.y), lebih rendah

dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 28,46% (y.o.y). Share

deposito terhadap pembentukan DPK juga menunjukkan penurunan yaitu menjadi sebesar

26,77% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 30,84%.

Grafik 3.1 Grafik 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Komposisi Dana Pihak Ketiga

Untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR), penghimpunan DPK hingga triwulan IV-2011

tercatat sebesar Rp.15,66 milliar atau tumbuh sebesar 12,27% (y.o.y), namun

pertumbuhannya relatif lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 14,61% (y.o.y). Peningkatan jumlah penghimpunan dana BPR

terutama terjadi karena adanya peningkatan jumlah deposito sebesar 13,81% (y.o.y) yakni

-60.00%

-40.00%

-20.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

JAN MAR MEI JUL SEP NOV JAN MAR MEI JUL SEP NOV

2010 2011

DPK Giro Deposito Tabungan

11%

27%62%

Giro Deposito Tabungan

Page 15: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 33

dari Rp8,74 milliar menjadi Rp9,23 milliar. Hal yang sama juga terjadi pada tabungan

yangmeningkat dari Rp6,08 milliar menjadi Rp6,43 miliiar atau tumbuh 10,13% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Angka statistik dana pihak ketiga tersebut di atas, menunjukkan bahwa

penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan di Gorontalo sudah cukup baik dan perlu

terus diupayakan mendorong kesadaran masyarakat untuk menabung atau menyimpan

uang di perbankan. Khusus untuk dana dalam bentuk deposito dan giro perlu terus

ditingkatkan untuk membantu perbankan dalam menjaga keseimbangan likuiditas keuangan

dalam rangka menunjang pertumbuhan kredit yang masih cukup tinggi di Gorontalo. Untuk

itu, perlu terus digalakkan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat, hingga ke daerah-daerah

kabupaten dan kecamatan.

Khusus untuk penghimpunan dana pihak ketiga dari produk tabungan Tabungan-ku,

hasil eveluasi hingga akhir tahun 2011 menunjukkan bahwa respons masyarakat Gorontalo

terhadap produk tabungan tersebut masih cukup baik yang tercermin dari jumlah rekening

dan nominal dana yang berhasil dihimpun menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.

Data statistiksementara hingga September 2011 tercatat sebanyak 20.561 rekening dengan

nominal dana terhimpun sebesar Rp61,82 milliar. Jumlah ini diharapkan akan terus

meningkat pada setiap tahunnya dengan terus mengintensifkan sosialisasi kepada

masyarakat khususnya pelajar antara lain melalui penyediaan layanan bank mini pada

sekolah tertentu di Gorontalo dalam rangka memberikan kemudahan akses bagi siswa untuk

menabung.

3.1.3 PENYALURAN KREDIT

Aktivitas penyaluran dana dalam bentuk kredit/pembiayaan pada bank umum di

Gorontalo hingga triwulan IV-2011 masih cukup baik yang tercermin dari jumlah

kredit/pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp4,44 triliun atau mengalami pertumbuhan

sebesar 22,08% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun

demikian angka pertumbuhan kredit tersebut lebih rendah dibanding triwulan III-2011 yang

tercatat sebesar 28,39% (y.o.y).

Pertumbuhan kredit pada triwulan ini terutama bersumber dari produktif, salah

satunya kredit investasi yang tercatat tumbuh Rp752,89 milliar atau sebesar 110,18%(y.o.y).

Hal tersebut berarti pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan pada triwulan sebelumnya

yang tercatat Rp752,34 milliar atau 227,55% (y.o.y). Kredit produktif lainnya yaitu kredit

modal kerja juga menunjukkan pertumbuhan yang positif yaitu tercatat sebesar Rp1,41

trilliun atau tumbuh 17,35% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Namun

demikian, seperti halnya kredit investasi, angka pertumbuhan kredit tersebut relatif

Page 16: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA

melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar

21,78%(y.o.y).Sementara itu, kredit konsumsi walaupun pertumbuhannya relatif rendah

dibandingkan kredit modal kerja dan investasi, namun pertumbuhan kredit ini pada triwulan

laporan sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit konsumsi hingga

triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp2,28 trilliun dengan pertumbuhan sebesar 9,62% (y.o.y)

lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2011 yang tercatat sebesar 9,26(y.o.y).

Ditinjau dari pangsa penggunaan kredit, pangsa terbesar kredit/pembiayaan di

Gorontalo hingga triwulan IV-2011 masih didominasi oleh kredit konsumsi yang tercatat

sebesar Rp2,28 trilliun,dengan pangsa sebesar 51,28%. Selanjutnya adalah share kredit

modal kerja, yang tercatat sebesar 31,77% dari total kredit di Gorontalo,sedangkan share

kredit investasi terhadap total kredit/pembiayaanmasih yang terendah yaitu sebesar 16,95%

dari total kredit perbankan di Gorontalo.

Walaupun sharenya masih relatif kecil, namun dengan kondisi pertumbuhan positif

kredit investasi sepanjang tahun 2011 diharapkan menjadi sinyal adanya peningkatan

aktivitas sektor riil di Gorontalo serta menjadi sinyal meningkatnya peran perbankan dalam

menstimulus percepatan pembangunan ekonomi di Provinsi Gorontalo. Pertumbuhan kredit

penggunaan dan share masing-masing jenis kredit terhadap total kredit di Gorontalo, dapat

dilihat pada grafik berikut ini.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.3 Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Pertumbuhan Kredit Penggunaan

Untuk BPR, jumlah kredit yang disalurkan hingga triwulan IV-2011 tercatat sebesar

Rp19,93 milliar atau tumbuh negatif sebesar 2,04% (y.o.y), mengalami penurunan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat hanya -0,26%(y.o.y). Walaupun

pangsa terbesar kredit BPR adalah untuk modal kerja (51,65% dari total kredit), namun

penyumbang pertumbuhan kredit BPR tertinggi adalah kredit konsumsi di mana pada

triwulan laporan tercatat Rp9,31 milliar,tumbuh sebesar 20,05% yang diperkirakan

dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan kredit yang sifatnya musiman antara lain untuk

kebutuhan akhir tahun antara lain biaya sekolah. Sedangkan pertumbuhan kredit modal

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

200.00%

250.00%

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JUL

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JUL

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

2010 2011

Pe

rtu

mb

uh

an (

yoy)

(%

)

Investasi Modal Kerja Konsumsi

17%

32%

51%

Investasi Modal Kerja Konsumsi

Page 17: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 35

kerja dan kredit investasi, secara y.o.y pertumbuhannya negatif yaitu masing-masing

tercatat sebesar -15,69% untuk kredit modal kerja dan sebesar -14,63% untuk kredit

investasi.

Secara sektoral, sektor usaha yang banyak menerima penyaluran kredit Bank umum

di Gorontalo adalah pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hingga triwulan IV-2011,

kredit sektor ini tercatat sebesar Rp1,33 trilliun atau 30,03% dari total kredit perbankan.

Kredit tersebut tumbuh sebesar 32,18% (y.o.y), relatif lebih rendahdibandingkan

pertumbuhan kredit triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 46,79%(y.o.y). Permintaan

kredit sektor perdagangan ini searah dengan peran sektor PHR sebagai salah satu sektor

penyumbang pembentukan PDRB yang cukup besar. Peningkatan kredit sektor ini juga

diperkirakan karena adanya peningkatan permintaan terkait dengan faktor musiman yaitu

akhir tahun (natal dan pergantian tahun ajaran) seperti yang terjadi pada tahun-tahun

sebelumnya.Sektor lainnya juga tumbuh positif kecuali sektor industri. Sektor industri pada

triwulan laporan merupakan satu-satunya sector yang mengalami pertumbuhan kredit

negatif yaitu sebesar -1,16%. Penurunan jumlah kredit pada sektor tersebut diperkirakan

karena adanya penurunan jumlah produksi sehubungan dengan kekurangan bahan

baku.Adapun rincian pertumbuhan dan komposisi kredit sektoral pada triwulan III-2011,

dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.5 Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Sektoral Komposisi Kredit Sektoral

Untuk BPR, dari total kredit sebesar Rp.19,93 milliar, kredit terbesar disalurkan ke

sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar Rp7,53 milliar atau 37,78% dari total

kredit. Sektor perdagangan, hotel dan restoran nampaknya masih menjadi sektor yang

mendominasi kredit/pembiayaan dari perbankan di Gorontalo. Sedangkan sektor pertanian,

meskipun menjadi penyumbang terbesar bagi pembentukan PDRB Gorontalo, namun

jumlah kredit sektor ini masih relatif kecil yaitu hanya sebesar 2,06%dari total kredit BPR.

-200.00%

0.00%

200.00%

400.00%

600.00%

800.00%

1000.00%

JAN

FEB

MA

R

AP

R

ME

I

JUN

JUL

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DE

S

JAN

FEB

MA

R

AP

R

ME

I

JUN

JUL

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DE

S

2010 2011

Pe

rtu

mb

uh

an

(y

oy

) (%

)

Pertanian Industri

Konstruksi Perdagangan

Angkutan

- 500,000 1,000,000 1,500,000

Pertanian

Industri

Konstruksi

Perdagangan

Angkutan

Kredit Sektoral - Outstanding (Jutaan Rp)

Page 18: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA

Untuk kredit UMKM pada bank umum, hingga triwulan IV-2011, kredit yang disalurkan

tercatatsebesar Rp1,92 triliun atau mengambil pangsa sebesar 43,26% dari total kredit di

Gorontalo. Jumlah kredit UMKM tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat Rp1,85 trilliun dengan pangsa sebesar 42,95% dari total kredit.

Angka tersebut tentunya cukup menggembirakan karena dengan peningkatan penyaluran

kredit UMKM kepaada pengusaha UMKM merefleksikan adanya upaya mendorong

keberpihakan perbankan terhadap perkembangan UMKM di Provinsi Gorontalo. Dari ketiga

jenis kredit UMKM (mikro, kecil, menengah), share terbesar diberikan oleh kredit skala kecil

di mana pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,04trilliun atau 54,26% dari total kredit

UMKM yang disalurkan, lebih tinggi dibanding triwulan III-2011 yang tercatat sebesar

Rp1,02trilliun. Sedangkan untuk kredit skala mikro, jumlahnya tercatat sebesar Rp403,63

milliar atau 21,01% dari total kredit UMKM. Kualitas kredit UMKM yang tercermin dari rasio

kredit UMKM bermasalah (NPLs) juga masih cukup terjaga yaitu total sebesar 3,87%.

Kualitas kredit skala mikro dan skala kecil cukup baik sebagaimana tercermin dari angka

NPLs dari kedua jenis kredit tersebut yaitu masing-masing 3,32% dan 2,98%.Sedangkan

kredit skala menengah memiliki kredit bermasalah (NPLs) sebesar 6,29%. Kualitas kredit

UMKM yang cukup baik tersebut tentunya menjadi pertimbangan tersendiri bagi perbankan

untuk terus menyalurkan kredit/pembiayaan kepada UMKM khususnya skala mikro dan kecil

sehingga unit usaha ini dapat berkembang seiring dengan usaha menengah dan besar yang

ada di Gorontalo. Adapun gambaran perkembangan penyaluran kredit UMKM pada bank

umum, secara ringkas dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM

Untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), data menunjukkan bahwa outstanding skim kredit

tersebut hingga triwulan IV-2011 mencapai Rp138,22 milliar, meningkat sebesar 26,32%

dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp109,43 milliar.

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JUL

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JUL

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

2010 2011

Per

tum

bu

han

Kre

dit

UM

KM

(%

)

Kredit UMKM -Plafon s.d.5 M (Jutaan Rp)

Page 19: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 37

Adapun jumlah penerima skim kredit tersebut adalah sebanyak 41.480 debitur. Sejak

digulirkan sebagai salah satu skim kredit program oleh pemerintah, jumlah penyaluran KUR

menunjukkan peningkatan yang cukup baikdengan kualitas kredit yang juga terjaga baik.

Grafik 3.8 Oustanding KUR

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Hingga triwulan laporan, risiko kredit Bank Umum masih terkendali sebagaimana

tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loanss/NPLs)hingga triwulan IV-

2011 yang tercatat sebesar 2,75%. Sedangkan risiko likuiditas yang tercermin dariLoan to

Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 162,98%.

3.2.1 RISIKO KREDIT

Secara umum hingga triwulan IV-2011, kredit bermasalah atau Non Performing Loans

(NPLs) pada bank umum masih berada pada level wajar yaitu 2,75% (bruto) yang tercatat

mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

3,33%.Rasio NPLs tersebut merefleksikan bahwa penyaluran kredit di Gorontalo masih

tetap memperhatikan faktor risiko dan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian seperti

tercermin dari kredit bermasalah masih terjaga pada level wajar sesuai yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia yaitu 5% (bruto). Secara sektoral, kredit pada sektor konstruksi dan industry

masih perlu mendapat perhatian mengingat hingga posisi Desember 2011 rasio NPLskedua

sektor tersebut tercatat masih cukup tinggi dimana yaitu masing-masing sebesar 19,57%

dan 10,04%. Sementara itu, untuk BPR, rasio kredit bermasalah (NPLs) hingga triwulan IV-

2011 adalah sebesar 14,30%, mengalami perbaikan (lebih rendah) dibanding triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 17,91%. Penurunan NPLs pada BPR tersebut

merupakan tindak lanjut dari upaya BPR untuk menjaga kondisi keuangan bank dan

138,221.64

-

50,000.00

100,000.00

150,000.00

200,000.00

250,000.00

300,000.00

350,000.00

400,000.00

450,000.00

Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11

OUSTANDING KUR

OUSTANDING KUR

Page 20: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA

diharapkan angka NPLs tersebut akan terus diperbaiki hingga berada pada level dibawah

5%.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.9 Grafik 3.10 Perkembangan NPL NPL per Sektor

Untuk konsentrasi penyaluran kredit pada bank umum, terlihat bahwa kredit ke sektor

lainnya (konsumsi) masih cukup dominan yaitu diatas 50% dari total kredit,seperti tampak

pada grafik di bawah ini. Namun demikian, dalam rangka mendorong pertumbuhan sektor

riil perbankan dihimbau untuk memperhatikan keseimbangan penyaluran kredit pada sektor

produktif.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.11 Konsentrasi Kredit

3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS

Indikator risiko likuiditas perbankan antara lain tercermin dari komposisi jangka waktu

dana dan Loan Deposit Ratio(LDR) walaupun menunjukkan penurunan namun masih perlu

mendapat perhatian. Untuk dana terlihat bahwa komposisi dana jangka menengah panjang

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MA

R

MEI

JUL

SEP

NO

V

2009 2010 2011

NPLs Gross (%)

NPLs Gross (%)

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Pe

rta

nia

n

Pe

rta

mb

an

ga

n

Ind

ust

ri

Lis

trik

, G

as

& A

ir

Ko

nst

ruksi

Pe

rda

ga

ng

an

An

gku

tan

Jasa

Du

nia

Usa

ha

Jasa

So

sia

l

La

inn

ya

(K

on

sum

si)

NP

L (%

)

Rasio NPLs Gross sektoral (%)

2%0%1%

0% 3%

30%

1%

0%

4%

59%

Pertanian

Pertambangan

Industri

Listrik, Gas & Air

Konstruksi

Perdagangan

Angkutan

Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial

Lainnya (Konsumsi)

Page 21: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 39

relatif lebih kecil dibanding dana jangka pendek/tabungan pada triwulan IV-2011. Komposisi

dana jangka panjang yaitu deposito pada triwulan laporan tercatat mencapai 26,77% dari

total DPK,relative menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

30,84% dari total DPK. Sementara itu, dana jangka pendek khususnya tabungan mencapai

61,75% dalam struktur dana pihak ketiga. Hal tersebut menunjukkan bahwa dana pihak

ketiga di Gorontalo masih likuid sehingga masih berpotensi mengganggu likuiditas bank.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.12 Perkembangan Portofolio DPK

Dari aspek kemandirian pembiayaan, terlihat bahwa sebagian kredit/pembiayaan

yang disalurkan oleh perbankan di Gorontalo berasal dari kantor bank dari luar wilayah

Gorontalo. Hal tersebut tercermin dari rasio kredit terhadap dana simpanan pihak ketiga

(LDR) pada triwulan laporan sebesar 162,98%relatif menurun dibanding triwulan III-2011

yang tercatat sebesar 165,65%. Data series yang ada menunjukkan bahwa selama dua

tahun terakhir, angka LDR perbankan (khususnya bank umum) di Gorontalo rata-rata

berada diatas 130% yang menunjukkanbahwa likuiditas Perbankan Gorontalo masih sangat

ketat, juga merefleksikan masih perlunya upaya peningkatan kemandirian penyaluran

kredit/pembiayaan perbankan di Gorontalo. Angka tersebut merefleksikan bahwa terdapat

sekitar 62% kebutuhan kredit masyarakat yang dananya bersumber dari perbankan di luar

Gorontalo (antar kantor bank umum). Untuk itu perlu mendapat perhatian serta upaya

optimal untuk mendorong penghimpunan dana sehingga perbankan di Gorontalo lebih

mandiri dalam memberikan pembiayaan kepada dunia usaha maupun masyarakat secara

umum, dan pada akhirnya tercapai tingkat LDR yang dinilai wajar/optimal yaitu berada pada

kisaran tidak jauh dari 90%.Secara ringkas, gambaran kondisi LDR perbankan di Gorontalo

dapat dilihat pada grafik berikut ini.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MA

R

MEI

JUL

SEP

NO

V

JAN

MA

R

MEI

JUL

SEP

2009 2010 2011

Giro Deposito Tabungan

Page 22: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA

Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.13

Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo

3.2.3 RISIKO PASAR

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas

suku bunga dan kurs. Suku bunga acuan (BI Rate) menunjukkan penurunan di mana pada

posisi Desember 2011 BI Rate ditetapkan sebesar 6,00% mengalami penurunan sebesar 75

basis point dibandingkan posisi September 2011 yang ditetapkan sebesar 6,75%.

Penurunan suku bunga acuan tersebut menjadi sinyal ekpektasi ekonomi yang optimis di

masa mendatang. Hal serupa juga terjadi pada suku bunga perbankan yang relative stabil

dan bahkan cenderung menurun sehingga memberikan akses kredit yang lebih besar

kepada masyarakat. Sementara itu, sepanjang tahun 2011 kurs rupiah terhadap dollar

mengalami fluktuasi. Pada posisi Desember 2011 kurs tengah rupiah terhadap mencapai

Rp9.068per dollar Amerika atau melemah dibanding September 2011 yang tercatat sebesar

Rp8.823 per dollar sebagaimana ditunjukkam grafik di bawah ini.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate

166.06% 165.65%162.98%

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

200.00%

DES FEB APR JUN AGT OKT DES FEB APR JUN AGT OKT DES

2010 2011

L D R (%)

L D R (%)

5.40%

5.60%

5.80%

6.00%

6.20%

6.40%

6.60%

6.80%

7.00%

8000

8200

8400

8600

8800

9000

9200

9400

9600

Jan-

10

Feb-

10

Mar

-10

Apr

-10

May

-10

Jun-

10

Jul-1

0

Aug

-10

Sep-

10

Oct

-10

Nov

-10

Dec

-10

Jan-

11

Feb-

11

Mar

-11

Apr

-11

May

-11

Jun-

11

Jul-1

1

Aug

-11

Sep-

11

Oct

-11

Nov

-11

Dec

-11

KURS TENGAH BI RATE (%)

Page 23: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 41

BOX 3: FESTIVAL KARAWO 2011 DAN BAZAR INTERMEDIASI

PERBANKAN UNTUK PENINGKATAN KINERJA SEKTOR RIIL

Kerawang atau karawo dalam bahasa Gorontalo adalah sebuah produk kerajinan

tradisional yang sejak turun-temurun telah diwariskan menjadi sebuah keahlian kaum

perempuan Gorontalo. Seiring dengan perkembangan zaman, karawo mulai „terlupakan‟

bahkan oleh masyarakat Gorontalo sendiri. Berbagai hal yang dipekirakan menjadi

penyebabnya antara lain semakin berkurangnya pengrajin, motif/desain yang kurang variatif.

Berbagai kondisi tersebut jika dibiarkan akan menyebabkan hilangnya salah satu warisan

budaya serta sumber penghasilan rumah tangga/pengrajin.

Beranjak dari hal tersebut, dipandang perlu untuk melakukan upaya aktif untuk

kembali „menghidupkan‟ karawo baik dari aspek produksi maupun pemasaran. Untuk itu,

sejak awal 2011 Bank Indonesia bekerjasama dengan pemerhati karawo dan pemerintah

daerah melakukan berbagai kegiatan pengembangan sulaman karawo antara lain pelatihan

pengrajin dan penyelenggaraan festival karawo 2011 yang dilaksanakan pada bulan

Desember 2011.

Rangkaian pengembangan karawo Gorontalo diawali dengan pelatihan bagi

pengrajin pada beberapa kabupaten/kota di Gorontalo. Pelatihan dimaksud meliputi

pelatihan desain motif, mengiris, dan menyulam. Kegiatan yang dilaksanakan bukan hanya

kepada pengrajin yang telah ada, namun juga kepada pelajar dengan harapan terjadi

regenerasi dan penambahan jumlah masyarakat Gorontalo yang mampu mengelola

kerajinan karawo ini. Selanjutnya, untuk membuka akses pemasaran bagi kerajinan karawo,

penyelenggaraan festival karawo pada akhir tahun 2011 lalu diharapkan menjadi pintu

masuk untuk lebih mengenalkan karawo kepada masyarakat luas, bukan hanya Gorontalo

namun juga luar Gorontalo bahkan dunia internasional.

Upaya yang dilakukan tersebut di atas memberikan dampak yang cukup besar bagi

perekonomian Gorontalo. Seperti disampaikan PBI Gorontalo dalam sambutan pembukaan

Festival Karawo bahwa “rangkaian kegiatan festival karawo membawa dampak cukup

signifikan terhadap pergerakan perekonomian Gorontalo. Tercatat lebih dari Rp.1 Miliar

telah dibukukan dalam transaksi keuangan terkait penyelenggaraan Bazar Intermediasi dan

Festival Karawo 2011”.

Kondisi tersebut merefleksikan bahwa pengembangan karawo ternyata tidak hanya

berdampak pada aspek sosial budaya namun juga aspek ekonomi masyarakat karena

dengan permintaan yang cukup besar maka akan memberikan penghasilan dan

peningkatan taraf hidup khususnya bagi para pengrajin. Di masa mendatang, karawo

diharapkan mampu menyulam perekonomian Gorontalo menjadi lebih lengkap dan lebih

baik dengan keterlibatan seluruh pihak.

Page 24: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI · 2013-10-12 · BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA ... pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan