perkola si
DESCRIPTION
Don't want to upload?Get unlimited access as a subscriberSign up nowTRANSCRIPT
PERKOLASIPerkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena tenaga gravitasi. Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Daya Perkolasi adalah laju perkolasi yaitu laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan dengan besar yang dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam daerah tak jenuh. Perkolasi tidak mungkin terjadi sebelum daerah tak jenuh mencapai daerah medan. Istilah daya perkolasi tidak mempunyai arti penting pada kondisi alam karena adanya stagnasi dalam perkolasi sebagai akibat adanya lapisan-lapisan semi kedap air yang menyebabkan tambahan tampungan sementara di daerah tak jenuh.
Perkolasi, disebut juga peresapan air ke dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tekstur tanah dan permeabilitasnya. Untuk daerah irigasi waduk Gondang termasuk tekstur berat, jadi perkolasinya berkisar 1 sampai dengan 3 mm/hari. Dengan perhitungan ini nilai perkolasi diambil sesuai eksisting sebesar 2 mm/hari. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka diperlukan penyelidikan kelulusan tanah.
Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk menentukan Iaju perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya. Sedangkan rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. Perkolasi juga dapat disimpulkan sebagai gerakan air kebawah dan zone yang jenuh kedalam daerah jenuh (antara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah).Diposkan oleh Yoga Sugama di 5:36 AM Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebookhttp://yogasugamaobamaindonesia.blogspot.com/2011/04/perkolasi.html
Laporan Tes PerkolasiI. Tujuan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat:- Mengetahui daya resap tanah dilapangan secara manual - Menganalisa hasil praktikum dengan mengunakan rumus yang berlaku
II. Teori Singkat
Air kotor yang keluar dari tangki septik melalui pipa penyalur atau pipa pelimpah masih mengandung bakteri dan kotoran yang dapat membahayakan kesehatan. Untuk menghindari penyebaran penyakit dan pencemaran lingkungan disekitar tangki septik tersebut masih diperlukan suatu proses lebih lanjut.Pemrosesan air atau “efluen” yang keluar dari tangki septik dapat dilakukan dengan pembuatan suatu bidang resapan. Sebelum pembuatan bidang resapan atau sumur resapan, kita perlu mengetahui daya resap tanah disekitar bangunan tersebut akan dibuat, agar “efluen” yang masuk ke dalam bidang resapan tidak mencemari tanah sekitarnya.
III.Gambar Kerja
Tes Perkolasi
Downloads : Tes PerkolasiMinta Password Kirim ke Email [email protected]
Diposkan oleh tekniksipilunp.blogspot.com di 07.29 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Fhttp://home-civil.blogspot.com/2011/06/laporan-tes-perkolasi.html
1. Judul Laporan
ISOLASI ETIL P-METOKSISINAMAT
1. II. Tujuan
Memperoleh etil p-metoksisinamat dari rimpang kencur
1. III. Alat dan Bahan
Alat :
© Selang
© Botol kaca/ botol syrup
© Panci kecil
© Toples kaca
© Baskom
© Aluminium foil
© Isolasi/ lakban
© Es batu
© Labu ukur
© Pembakar spiritus
© Kaki tiga
© Kasa
© Erlenmeyer
© Kertas saring
© Corong
Bahan :
© Rimpang kencur
© Alkohol 96%
Alur Cara kerja ISOLASI ETIL P_METOKSISINAMAT
1. IV. Hasil Percobaan
No
. Perlakuan Sebelum Sesudah
1
Rimpang kencur
dicuci bersih,
Dengan air
yang mengalir
Rimpang
kencur bersih
Iris tipis dan
keringkan
Tipis dan
bentuk sesuai
dengan aslinyaBerbentuk
simplisia kering
Serbukan
Bentuk simplisia
kering
Warna krem
Tepi melingkar
ke dalam Serbuk kencur
2 Timbang - 47.400 mg
Masukan toples ®
rendam dengan
alkohol 96%
Berbentuk
serbuk seberat
47.400 mg
Serbuk
terendam oleh
alkohol yang
telah di
lebihkan 1 cm
dari batas
serbuk kencur
Tunggu 1×24 jam
Saring rendaman
kencur dan tampung
dalam bekor gelas
dan ukur
Rendaman
kencur
Ektrak kencur
cair
Lakukan rendaman
hingga 3x
penaringan
Volume akhir
ektrak kencur
±150 ml
3
Ektrak kencur cair di
tim untuk
memisahkan alkohol
dengan ektrak
kencur Volume 150 ml
Alkohol
terpisah dari
ektrak kencur
sehingga
diperoleh
ektrak kencur
kental
4 Masukan dalam Berbentuk Terdapat
bekor gelas, tutup
dengan aluminium
foil. Masukan lemari
es ektrak kental
sedikit serbuk
dalam ektrak
kencur yang
kental
Hasil Analisa
Pada hasil analisa ini ada bebrapa yang mempengaruhi
proses pembuatan ektraksi alami atau ektraksi kencur. Yaitu :
1. Jenis pelarut
Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran
yang berbeda. Hal ini disebabkan kandungan kimia dari suatu
tumbuhan hanya dapat terlarut pada pelarut yang sama kepolarannya,
sehingga suatu golongan senyawa dapat dipisahkan dari senyawa
lainnya (Sumarnie et al, 2005).
Pelarut yang digunakan pada proses isolasi EPMS menggunakan
Etanol 96% yang bersifat agak polar sedangkan pelarut yang baik
untuk menarik EPMS adalah heksana yang bersifat polar. Sehingga
hasil yang didapatkan kutang maksimal.
1. Temperatur
Beberapa zat dalam larutan akan rusak atau terurai dan menguap
dengan pemanasan sehingga suhu ekstraksi harus diperhatikan agar
senyawa yang diharapkan tidak rusak. Oleh karena itu ekstraksi etil p-
metoksi sinamat dari kencur tidak boleh menggunakan suhu yang
lebih dari titik lelehnya yaitu 48 – 50 C.⁰
Dalam proses isolasi yang digunakan pada praktikum ini
pemanasannya menggunakan kompor yang suhunya cenderung lebih
tinggi daripada menggunakan pembakar spiritus sehingga EPMS
yang di hasilkan kurang maksimal karena banyak yang ikut menguap
bersama dengan minyak atsiri.
1. V. Kajian Teori
MASERASI
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya
merendam) : adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara
mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut
bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer,
selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku
resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia, 1995). Apa yang disebut
“bahan nabati”, dalam dunia farmasi lebih dikenal dengan istilah
“simplisia nabati”.
Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah
menggunakan pelarut penyari tertentuk selama beberapa hari sambil
sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya.
Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif
dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang
cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat “bisa campur air”
(contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang
bersifat “tidak campur air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut
pelarut non polar atau pelarut organik). Metode Maserasi umumnya
menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar.
Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam
pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan
zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu
terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga
penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan
mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada
di luar sel belum terisi zat aktif (nol%) akibat adanya perbedaan
konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya
difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha
mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di
luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi
keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”).
Keuntungan dari metode ini :
1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana
perendam
2. Beaya operasionalnya relatif rendah
3. Prosesnya relatif hemat penyari
4. Tanpa pemanasan
Kelemahan dari metode ini :
1. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya
mampu terekstraksi sebesar 50% saja
2. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari
PERKOLASI
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan
yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan,
daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler
dan daya geseran (friksi). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan
dengan cara maserasi karena:
a.Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang
terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
b.Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran
tempat mengalir cairan penyari.karena kecilnya saluran kapiler
tersebut,maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan
batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan
sari,maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada
perkolasi dilakukan pemekatan sari dengan pemanasan pada
reperkolaso tidak dilakukan pemekatan. Reperkolasi dilakukan
dengan cara sinplisia dibagi dalam beberapa percolator.
Perkolasi Bertingkat.
Dalam proses perkolasi biasa,perkolat yang dihasilkan tidak dalam
kadar yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian
serbuk simplisia , maka terjaji aliran melalui lapisan serbuk dari atas
sampai ke bawah disertai pelarutan zat aktifnya. Proses poenyaringan
tersebut aakan menghasilkan perkolat yang pekat pada tetesanm
pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer.
Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dialkukan cara perkolasi
bertingkat. Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna sebelum
dibuang ,disari dengan cairan penyari ang baru. Hal ini diharapkan gar
serbuk simplisia tersebut dapat tersari sempurna. Sebaliknya sewrbuk
simplisia yang baru disari dengan perkolat yang hampir jenuh, dengan
denikian akan diperoleh perkolat akhir yang jernih. Perkolat
dipisahkan dan dipekatkan.
Cara ini cocok bila digunakan untuk perusahaan obat
tradisional,termasuk perusahaan yang memproduksi sediaan galenik.
Agar dioperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan
pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan :
1.Jumlah percolator yang diperlukan.
2.Bobot serbuk simplisia untuk tiap kali perkolasi.
3.Jenis cairan penyari.
4.Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi.
5.Besarnya tetesan dan lain-lain.
ETIL P-METOKSISINAMAT
Masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah memanfaatkan
berbagai jenis tumbuhan untuk bahan obat tradisional baik sebagai
tindakan pencegahan maupun pengobatan terhadap berbagai jenis
penyakit. Salah satu tanaman yang dijadikan sebagai obat tradisional
adalah Kencur (Kaemeria galangal L.). Ekstrak kencur didapatkan
dengan cara perkolasi serbuk rimpang kencur (Kuswahyuning dan
Soebagyo, 2005).
Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional akan terus berlangsung
terutama sebagai obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat
daerah yang sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan modern. Dalam
masa krisis ekonomi seperti saat ini, penggunaan obat tradisional
lebih menguntungkan karena relatif lebih mudah didapat, lebih murah
dan dapat diramu sendiri, selain itu bahan bakunya dapat ditanam di
halaman rumah sebagai penghias taman ataupun peneduh halaman
rumah (Sulianti et al, 2005)
Dalam ekstrak kencur terdapat senyawa sinamat. Sinamat adalah
salah satu senyawa yang berpotensi sebagai senyawa tabir surya.
Oktil sinamat contohnya saat ini cukup populer dalam industri
kosmetika karena memiliki aktivitas perlindungan yang tinggi dan tidak
memiliki efek samping. Senyawa turunan alkil sinamat lain diharapkan
juga dapat menyerupai sifat dari oktil sinamat tersebut (Wahyuningsih
et al., 2002).
Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran
yang berbeda. Hal ini disebabkan kandungan kimia dari suatu
tumbuhan hanya dapat terlarut pada pelarut yang sama kepolarannya,
sehingga suatu golongan senyawa dapat dipisahkan dari senyawa
lainnya (Sumarnie et al, 2005).
Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi
rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) yang merupakan bahan
dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar
matahari. EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang
mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat
nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat
sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan
pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil
asetat, metanol, air, dan heksana.
Senyawa Etil p-metoksi Sinamat adalah berfasa padat dan berukuran
sangat kecil, sehingga untuk memisahkannya dari tanaman kencur,
kita harus menggunakan teknik pemisahan ekstraksi padat-cair.
Ada tiga pilihan yang dapat digunakan untuk teknik ekstraksi padat
cair; maserasi, perkolasi dan sokletasi. Jika kita melihat dari senyawa
yang akan diisolasi, maka cara perkolasi-lah yang dianggap lebih
tepat untuk digunakan. Karena suhu yang tidak terlalu tinggi pada
cara perkolasi tidak akan membuat rusak senyawa Etil p-metoksi
Sinamat. Sebenarnya cara maserasi juga dapat digunakan, namun
waktu yang diperlukan jauh lebih lama dan isolat yang didapatkan
juga tidak banyak.
Prinsip kerja dari ekstraksi adalah memisahkan 2 komponen
berdasarkan pelarut dan perbedaan konsentrasi, sehingga untuk
memisahkan suatu senyawa dari tumbuhan, harus digunakan pelarut
yang kepolarannya sejenis dan memiliki konsentrasi yang rendah.
Senyawa Etil p-metoksi Sinamat bersifat nonpolar, sehingga
digunakan pelarut n-heksan yang bersifat nonpolar pula.
1. VI. KESIMPULAN
Untuk mengisolasi etil p-metoksi sinamat seharusnya menggunakan
pelarut heksana yang bersifat polar, tetapi pada praktikum ini isolasi
etil p-metoksi sinamat menggunakan pelarut etanol 96% yang bersifat
agak polar .
Selain itu suhu yang digunakan pada praktikum ini suhunya lebih dari
50°C .
Sehingga hasil etil p-metoksi sinamat yang di dapat tidak maksimal di
karenakan etil p-metoksi sinamat ikut menguap bersama minyak
atsiri .
http://shaniamuzammil.wordpress.com/2012/12/18/contoh-laporan-praktikum-epms/
Vortex selama 15 menit
Saring, tambahkan pelarut lagi sampai bening
Catat volume penambahan pelarut
Uapkan filtrat hingga diperoleh ekstrak kental
Hitung Rendemen
c. Perkolasi
100 gram serbuk sambiloto dibasahi dengan 50 ml cairan penyari lalu dimasukkan bejana tertutup selama 3 jam
Siapkan Perkolator bersih, bagian bawah diberi kapas dan kertas saring
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator
sambil ditekan hati-hati, tambahkan kertas saring diatasnya
Tuangi cairan penyari, perkolator ditutup dan biarkan selama 24 jam
Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml/menit dan tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas serbuk
Perkolat yang keluar ditampung hingga 80 ml, sisihkan
Dilanjutkan hingga 500 ml perkolat yang terakhir diuapkan tidak meninggalkan sisa, perkolasi dihentikan
Perkolat yang diperoleh selanjutnya diuapkan dengan penguangan tekanan hingga tinggal 20 ml, dicampur dengan perkolat pertama
½ bagian masukan ke botol tertutup ½ bagian uapkan hingga kental
Timbang
Hitung Rendemen
d. Infundasi
44,99 gram bahan ,masukkan kedalam panci A, tambah 1L aquadest
Panci bag. Bawah ( B ) ditambah air ledeng, hingga panci A terendam sebagian, lalu tutup panci A
Panaskan selama 15 menit, dihitung mulai suhu didalam panci A mencapai 90oC ( panci B mendidih sesekali diaduk )
Diserkai selagi panas melalui kain flanel
Infusa diuapkan diatas penanangas air dengan bantuan kipas angin
Timbang ekstrak kental
½ bag. Ekstrak kental ditambah 5 bag. Etanol 96%
Divortex selama 15 menit, kemudian disaring
Lakukan berulang – ulang hingga filtrat yang diperoleh tidak berwarna lagi
Kumpulkan filtrat yang diperoleh, lalu diuapkan lagi sampai diperoleh ekstrak kental
Timbang ekstrak kental yang diperoleh dan hitung rendemen ekstrak kental tersebut.
2. Kontrol Kualitas Ekstraka. Rendemen
Rendemen (%) = b. Organoleptis : warna, bau, rasa dan konsistensi
c. Susut pengeringan
Timbang 1 gram ekstrak kental
Masukkan ke dalam botol timbang yang sudah memenuhi bobot tetap (dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit)
Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5-10 m
Masukkan dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu 105oC selama 5 jam
Setelah 5 jam ekstrak dikeluarkan dan didinginkan dalam eksikator, selanjutnya ditimbang kembali
Pengerjaan dilakukan setiap kali dengan lama pemanasan 30 menit sampai tercapai bobot tetap konstan (selisih 2 kali penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%)
Dihitung susut pengeringannya
d. Profil KLT
100 mg ekstrak dilarutkan dengan 5 ml etanol 96%
Vortex hingga larutTotolkan 2 µl pada fase diam yang sesuai
Kembangkan dengan fase gerak pada bejana yang telah dijenuhkan sebelumnya Sistem kromatografi yang digunakan : Fase diam : Silika gel F254
Fase gerak : Kloroform : Metanol (9:1) Pembanding : Andrografolid standar (2mg/2,5ml ; 1mg/2,5ml ; 0,5mg/2,5ml) Sampel : 50mg/ml (2 µl) Deteksi : Tampak, UV254, Uv366, densitometer
BAB IIIDATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
A. Rendemen Ekstrak Sambiloto
Rendemen (%) = a. Maserasi
Berat serbuk awal(g) Berat ekstrak kental(g) Rendemen500 16,43 3,286% b/b
Perhitungan :
Rendemen : b/bb. Perkolasi
Berat serbuk awal(g) Berat ekstrak kental(g) Rendemen100 3,4 3,4 % b/b
Perhitungan :
Rendemen : b/bc. Infundasi
Berat serbuk awal(g) Berat ekstrak kental(g) Rendemen44,99 13,56 30,14 % b/b
Perhitungan :
Rendemen : b/b
d. Ekstrak terpurifikasiEkstrak awal(g) Berat ekstrak kental(g) Rendemen
10,00 1,6 16 % b/b
Perhitungan :
Rendemen : b/bB. Susut Pengeringana. Penaraan bobot botol timbang
Metode Pemanasan ke
Bobot awal (g)
Bobot tetap akhir (g)
Selisih (%)
Maserasi I 1 18,0546 18,0501 0,02Maserasi II 1 17,7303 17,7268 0,0019
Infundasi I1 19,3375
2 19,3340 19,3327 0,007
Infundasi II1 18,09652 18,0903 18,0899 0,002
b. Bobot botol timbang dan ekstrak sebelum dipanaskanMetode Bobot botol timbang +
Ekstrak (gram)Bobot Ekstrak (gram)
Maserasi I 19,0501 1,0000Maserasi II 18,7268 1,0000Infundasi I 20,3328 1,0000Infundasi II 19,0965 1,0067
c. Bobot tetap ekstrakMetode Perlakuan Bobot
wadah + simplisia
Bobot Wadah
Bobot Simplisia
Awal (gram)
Susut pengeringan(%
)
Infundasi I
Bobot awal (g)
20,3328
19,3327 1,0067
Pemanasan I (g)
19,9824
Pemanasan II (g)
19,9804
Pemanasan III (g)
19,9779 35,91
Infundasi II
Bobot awal (g)
19,096518,0899 1,0000
Pemanasan I (g)
18,5846
Pemanasan II (g)
18,7336
Pemanasan III (g)
18,7335 35,64
Maserasi I
Bobot awal (g)
19,0501
18,0501 1,0000
Pemanasan I (g)
18,9145
Pemanasan II (g)
18,9164
Pemanasan III (g)
18,9159 13,42
Maserasi II
Bobot awal (g)
18,7268
17,7268 1,0000
Pemanasan I (g)
18,5832
Pemanasan II (g)
18,5846
Pemanasan III (g)
18,5841 14,27
C. Penentuan Kadar AndrografolidProfil KLT :
Fase diam : Silika gel F254
Fase gerak : Kloroform : Metanol (9:1)Sampel : Sambiloto
: Andrografolid standar (2mg/2,5ml ; 1mg/2,5ml ; 0,5/2,5ml)Jarak pengembangan : 8 cmDeteksi : Tampak, UV254, Uv366, densitometer
Gambar KLT :
Tampak UV 254
UV 366 nm
P ET M 0,5 1 2 Inf EK Cam
Kromatogram
No RfWarna sebelum disemprot
Tampak UV 254 UV 366
1
0,2 - ungu -0,75 kuning ungu ungu0,875 - ungu ungu
2
0,375 - ungu -0,625 - Ungu
0,85 kuning Kuning ungu
3
0,625 - ungu -0,6875 - kuning -0,775 kuning Ungu ungu0,8125 - ungu -
4 0,475 - ungu - 5 0,475 - Ungu -
6 0,475 - Ungu - 7 - - - -8 - - - -
9
0,5625 - kuning hijau0,6875 Kuning Kuning hijau0,75 kuning Kuning kuning0,875 kuning - -0,85 - Ungu -
http://togaapoteker.blogspot.com/2011/04/praktikum-fitofarmasetika-1.html
EKSTRAKSI MENGGUNAKAN METODE PERKOLASI
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan.
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang. Sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat pada tetesan perkolat yang sudah tidak berwarna.
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Perkolasi Bertingkat
Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia, maka terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas
sampai ke bawah disertai pelarutan zat aktifnya. Proses poenyaringan tersebut akan menghasilkan perkolat yang pekat pada tetesan pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer.
Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dialkukan cara perkolasi bertingkat. Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna sebelum dibuang, disari dengan cairan penyari yang baru. Hal ini diharapkan agar serbuk simplisia tersebut dapat tersari sempurna. Sebaliknya serbuk simplisia yang baru disari dengan perkolat yang hampir jenuh, dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir yang jernih. Perkolat dipisahkan dan dipekatkan.Cara ini cocok bila digunakan untuk perusahaan obat tradisional, termasuk perusahaan yang memproduksi sediaan galenik. Agar dioperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan :
1.Jumlah percolator yang diperlukan
2.Bobot serbuk simplisia untuk tiap kali perkolasi
3.Jenis cairan penyari
4.Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi
5.Besarnya tetesan dan lain-lain.
Percolator yang digunakan untuk cara perkolasi ini agak berlainan dengan percolator biasa. Percolator ini harus dapat diatur, sehingga:
1.Perkolat dari suatu percolator dapat dialirkan ke percolator lainnya
2.AmpAs dengan mudah dapat dikeluarkan.
Percolator diatur dalam suatu deretan dan tiap percolator berlaku sebagai percolator pertama.
Perkolasi
Daun Kumis Kucing
Alat dan Bahan
Alat :
1. Tabung perkolator
2. Corong pisah 250 ml
3. Batang pengaduk
4. Gelas ukur 50 ml
5. Cawan penguapan
6. Erlenmeyer 250 ml
7. Gelas kimia 300 ml
8. Sendok tanduk
Bahan :
1. Serbuk simplisia kumis kucing sebanyak 20 gram
2. Cairan penyari etanol 50% sebanyak 150 ml
3. Glas wool secukupnya
Cara Kerja
1. Buatlah cairan penyari etanol 50% sebanyak 150 ml dari etanol 70% dengan cara menghitung terlebih volume etanol 70% dan volume aquades yang harus dikonsentrasikan.
C etanol yang tersedia x V etanol yang dibutuhkan = C alkohol diinginkan x V alkohol diingikan
70 x V etanol yang dibutuhkan = 50 x 150
V etanol yang dibutuhkan = 50 x 150
70
V etanol yang dibutuhkan = 107 ml
V aquades yang ditambahkan = 150 ml – 107 ml
= 53 ml
Dari hasil perhitungan diatas, yang harus lakukan untuk membuat etanol 50% sebanyak 50 ml adalah dengan cara mengkonsentrasikan atau mencapur sebanyak 107 ml etanol 70% dengan aquades sebanyak 53 ml dalam gelas kimia yang tersedia.
2. Timbang 20 gram serbuk simplisia kumis kucing dan masukkan ke dalam gelas kimia.
3. Serbuk bahan dibasahi dengan cairan penyari sebanyak 50 ml.
4. Tutup rapat dan diamkan selama 1jam.
5. ditempatkan pada bejana silinder. Bagian bawah bejana diberi sekat berpori untuk menahan serbuk. Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel yang dilalui sampai keadaan jenuh.
http://narfina.blogspot.com/2011/11/ekstraksi-menggunakan-metode-perkolasi.html
TEKNOLOGI OBAT HERBAL IA. PENDAHULUAN
Tujuan :
Memahami cara melakukan ekstraksi dengan metode perkolasi.
Memahami tentang pengaruh waktu ekstraksi daun teh terhadap kadar kafein yang ditetapkan secara KLT-Densitometri.
Memahami cara melakukan ekstraksi dengan metode ultrasonik serta membandingkan kromatogram dari ekstrak secara kualitatif.
Praktek Ekstraksi. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi
Antara lain : Tipe persiapan sampel, Waktu ekstraksi, Kuantitas pelarut, Suhu pelarut dan Tipe pelarut.
Pada praktikum ini ekstraksi dilakukan dengan Metode Perkolasi. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu perkolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia di tempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang. Sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat pada tetesan perkolat yang sudah tidak berwarna.
Pengujian Pengaruh waktu Ekstraksi Terhadap Mutu Ekstrak.Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom. Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis tipis (KLT) adalah yang paling cocok untuk analisis obat di laboratorium, karena cara ini khas dan mudah dilakukan untuk pelarut dan cuplikan yang jumlahnya sedikit,. Selain itu penggunaannya yang relatif cepat serta harga alat yang tidak terlalu mahal merupakan kelebihan metode ini.
Adapun prinsip kerjanya yaitu memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fasa diam pada KLT sering disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistem kromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan selulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT.
Praktek Ekstraksi Ultrasonik. Metode ekstraksi ultrasonik adalah metode yang menggunakan gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Gelombang ultrasonik ini dihasilkan oleh transmitter ultrasonic magnetostrictive atauplezoelectric. Beberapa keunggulan pada panggunaan teknologi ultrasonik dalam aplikasinya antara lain prosesnya yang cepat, mudah, tidak memerlukan biaya tinggi, tidak membutuhkan penambahan bahan kimia dan bahan tambahan lain, tidak menyebabkan perubahan yang signifikan pada struktur kimia, partikel, dan senyawa-senyawa bahan yang digunakan, serta dapar meningkatkan kualitas ekstraksi.
Penggunaan ultrasonik pada dasarnya menggunakan menggunakan prinsip dasar yaitu dengan mengamati sifat akustik gelombang ultrasonik yang dirambatkan melalui medium yang dilewati. Pada saat gelombang merambat, medium yang dilewatinya akan mengalami getaran. Getaran akan memberikan pengadukan yang intensif terhadap proses ekstraksi. Pengadukan akan meningkatkan kemampuan penetrasi pelarut ke dalam sel bahan sehingga meningkatkan proses ektraksi. Dengan adanya gelombang ultrasonik juga meningkatkan permeabilitas dinding sel, menimbulan gelembung spontan (cavitation) sebagai stres dinamik serta menimbulkan fraksi interfase. Cara kerja metode
ultrasonik dalam mengekstraksi adalah sebagai berikut : gelombang ultrasonik terbentuk dari pembangkitan ultrason secara lokal dari kavitasi mikro pada sekeliling bahan yang akan diekstraksi sehingga terjadi pemanasan pada bahan tersebut, sehingga melepaskan senyawa ekstrak. Terdapat efek ganda yang dihasilkan, yaitu pengacauan dinding sel sehingga membebaskan kandungan senyawa yang ada di dalamnya dan pemanasan lokal pada cairan dan meningkatkan difusi ekstrak. Energi kinetik dilewatkan ke seluruh bagian cairan, diikuti dengan munculnya gelembung kavitasi pada dinding atau permukaan sehingga meningkatkan transfer massa antara permukaan padat-cair. Hal-hal yang mempengaruhi kemampuan ultrasonik untuk menimbulkan efek kavitasi antara lain karakteristik ultrasonik seperti frekuensi getaran, intensitas getaran, kapasitas alat, proses ultrasonik dan kondisi sekitar seperti suhu dan tekanan. Selanjutnya efek mekanik yang ditimbulkan adalah meningkatkan penetrasi dari cairan menuju dinding membran sel, mendukung pelepasan komponen sel, dan meningkatkan transfer massa (Keil, 2007). Liu et al. (2010), menyatakan bahwa kavitasi ultrasonik menghasilkan daya patah yang akan memecah dinding sel secara mekanis dan meningkatkan transfer material.
B.METODE PRAKTIKUM
Alat :
Perkolator, Kapas, Botol penampung, Spektrofotometri, Timabangan Analitik, Pipet Volume, Pipet Filler, Corong Pisah, Lempeng Klt Silica Gel 60 F254, Kertas Saring,Waterbath, Vial, KLT chamber, Peralatan
ekstraksi ultrasonic, dan Alat
Glass, Pengaduk Gelas, Corong Gelas, Labu Ukur).
Bahan :
Rimpang Temulawak, Etanol 96%, Daun Teh, Pembanding Kafein, Kalsium Karbonat, Kloroform, Toluen, Etil Asetat, Dietil Amin, Pereaksi Dragendorf, Rimpang Kunyit, Benzena, Naoh 5%.
C. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN1. Ekstraksi dengan Metode Perkolasi.
• Bahan yang digunakan: Rimpang temulawak, Etanol 96% sebagai menstrum• Hasil : - Volume : 200ml - Warna : Coklat kekuningan - Larutan tampak jernih
Pada praktikum ini simplisia yang digunakan adalah rimpang kunyit dengan menggunakan cairan penyari etanol 96%. Pertama-tama serbuk simplisia dibasahi dengan etanol 96 % sampai serbuk simplisia terbasahi semua. Tujuan pembasahan serbuk simplisia adalah agar serbuk simplisia yang mau di ekstraksi tidak mengalami pembengkakkan sel secara tiba-tiba di dalam alat perkolator (dapat menyebabkan menstrum sulit mengalir), menjaga keseragaman kelembapan simplisia sehingga mencegah pembentukan saluran-saluran, meningkatkan porositas dinding sel sehingga meningkatkan difusi substansi terekstraksi dari sel ke dalam menstrum atau penembusan sel oleh menstrum. Selanjutnya Perkolator yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan diberi kapas yang dibasahi etanol pada bagian bawah perkolator agar serbuk simplisia tidak keluar melalui bagian bawah perkolator. Jika ada serbuk simplisia yang keluar maka akan menyebabkan perkolat menjadi keruh. Serbuk simplisia yang telah terbasahi semua dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator yang telah disiapkan, sambil ditambahkan etanol 96%, kemudian letakkan kertas saring di atas serbuk simplisia. Kertas saring berfungsi agar pada saat penambahan menstrum, serbuk simplisia tidak bertebaran ke dinding perkolator. Setelah itu ditambahkan menstrum etanol 96% secara perlahan-lahan melewati dinding perkolator sampai tinggi menstrum 1 – 1,5 cm di atas simplisia. Kemudian perkolator ditutup dengan aluminium foil untuk mencegah etanol menguap. Setelah itu ditunggu selama 30 menit untuk memberikan waktu simplisia berdifusi ke dalam menstrum. Perkolat diteteskan dengan kecepatan 1tetes/detik sampai diperoleh volume 200 ml (sambil dijaga menstrum selalu berada di atas simplisia). Dari hasil praktikum kami, perkolat yang didapatkan jernih dan berwarna coklat kekuningan.
1. Pengujian Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Mutu Ekstrak Perhitungan Kadar Kafein Kadar kafein = 10 mg / 10 ml= 10 mg / 0.01 L= 1000 mg / L= 1000 bpj Perhitungan pengenceran Kafein- 1 ml 50 bpj diambil dari x µL (1000 bpj)
V1 . Kadar = V2 . Kadar1 ml . 50 bpj = x . 1000 bpj
X = 0.05ml = 50 µL(Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 950 µL)
- 1 ml 100 bpj diambil dari x µL (1000 bpj)V1 . Kadar = V2 . Kadar
1 ml . 100 bpj = x . 1000 bpjX = 0.1ml = 100 µL
(Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 900 µL)- 1 ml 200 bpj diambil dari x µL (1000 bpj)
V1 . Kadar = V2 . Kadar1 ml . 200 bpj = x . 1000 bpj
X = 0.2ml = 200 µL(Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 800 µL)
- 1 ml 300 bpj diambil dari x µL (1000 bpj)V1 . Kadar = V2 . Kadar
1 ml . 300 bpj = x . 1000 bpjX = 0.3ml = 300 µL
(Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 700 µL)- 1 ml 400 bpj diambil dari x µL (1000 bpj)
V1 . Kadar = V2 . Kadar1 ml . 400 bpj = x . 1000 bpj
X = 0.4ml = 400 µL(Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 600 µL)
- 1 ml 500 bpj diambil dari x µL (1000 bpj)V1 . Kadar = V2 . Kadar
1 ml . 500 bpj = x . 1000 bpj X = 0.5ml = 500 µL
(Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 500 µL)
Bobot kafein = 10.7 mg Kadar Kafein = 10.7 mg / 10 ml= 10.7 mg / 0.01 L= 1070 mg / L = 1070 bpj
Perhitungan Kafein ( yang dipakai )- Kadar Kafein 50 bpj
50µL . 1070 bpj = 1000 µL . x bpjX = 53.5 bpj
- Kadar Kafein 100 bpj100µL . 1070 bpj = 1000 µL . x bpj
X = 107 bpj- Kadar Kafein 200 bpj
200µL . 1070 bpj = 1000 µL . x bpjX = 214 bpj
- Kadar Kafein 300 bpj300µL . 1070 bpj = 1000 µL . x bpj
X = 321 bpj- Kadar Kafein 400 bpj
400µL . 1070 bpj = 1000 µL . x bpjX = 428 bp
I. Bobot serbuk daun teh penimbangan awalA. ( 5 menit ) = 1.0346 g = 1034.6 mgB. (10 menit) = 1.0405 g = 1040.5 mgC. (15 menit) = 1.0106 g = 1010.6 mg
II. Kadar yang diperoleh dari penimbangan awal (bpj) 5 menit 1034.6 mg/50 ml = 1034.6 mg / 50 x 10-3
= 1034.6 mg / 0.05 L = 20692 mg / L = 20692 bpj 10 menit 1040.5 mg/50 ml = 1040.5 mg / 50 x 10-3
= 1040.5 mg / 0.05 L = 20810 mg / L = 20810 bpj 15 menit 1010.6 mg/50 ml = 1010.6 mg / 50 x 10-3
= 1010.6 mg / 0.05 L = 20212 mg / L = 20212 bpj
III.
y = a + bxa = 372.4012195b = 0.432482334r = 0.845168901r2 = 0.714310471
Tabel Kadar vs kurva penimbangan Kafein
IV. Kadar Kafein dan hasil Pengamatan
Waktu ekstraksi (sampel) Luas area (y)5 menit (A) 77.510 menit (B) 111.315 menit (C) 88.9
Perhitungan:A. Waktu ekstraksi 5 menit y = a + bx
Kadar (bpj) Luas area53.5 359.5107 417.3214 536.4321 498.6428 536.1
77.5 = 372.4012195 + 0.432482334 x-294.9012199 = 0.432482334 x
X = -681.8803826 bpj
B. Waktu ekstraksi 10 menity = a + bx
111.3 = 372.4012195 + 0.432482334 x-261.1012195 = 0.432482334 x
X = -603.7269014 bpjC. Waktu ekstraksi 15 menit
y = a + bx77.5 = 372.4012195 + 0.432482334 x
-283.5012195 = 0.432482334 xX = -655.5209245bpj
V. Kadar Kafein dalam masing-masing sampelA. Sampel dengan waktu ekstraksi 5 menit Kk = Kadar Perhitungan x 100%
Kadar Penimbangan = -681.8803826 bpj x 100%
20692 = - 3.295381706 %B. Sampel dengan waktu ekstraksi 10 menit Kk = Kadar Perhitungan x 100%
Kadar Penimbangan = -603.7269014 bpj x 100%
20810 = - 2.901138402 %C. Sampel dengan waktu ekstraksi 15 menit Kk = Kadar Perhitungan x 100%
Kadar Penimbangan = -655.5209245bpj x 100%
20212 = - 3.243226422 %
Pengaruh waktu ekstraksi dilakukan berdasarkan perbedaan lamanya waktu pemanasan daun teh. Lama ekstraksi berhubungan dengan waktu kontak antara bahan dan pelarut. Semakin lama waktu ekstraksi maka kesempatan untuk bersentuhan antara bahan dan pelarut semakin besar sehingga kelarutan komponen solut dalam larutan akan meningkat. Kestabilan bahan juga mempengaruhi waktu ekstraksi yaitu jika bahan aktif dari suatu simplisia relatif stabil terhadap pemanasan maka tidak akan mempengaruhi waktu ekstraksi. Sebaliknya, jika bahan aktif suatu simplisia tidak stabil terhadap pemanasan maka akan waktu ekstraksi akan mempengaruhi kadar ekstrak (semakin lama waktu pemanasan, kadar ekstrak akan semakin menurun). Kafein hasil ekstraksi daun teh bersifat stabil terhadap pemanasan, sehingga semakin lama ekstraksi maka kadarnya akan tetap (konstan) dan bahkan cenderung naik. Percobaan dilakukan dengan pemanasan pelarutan daun teh ditambah dengan CaCO3 dalam 5 menit, 10 menit dan 15 menit dengan pengadukan konstan untuk meningkatkan hasil ekstraksi. Tujuan penambahan CaCO3 adalah untuk mengeluarkan bahan-bahan yang terkandung dalam teh kering
secara keseluruhan (salah satunya adalah kafein yang merupakan alkaloid yang mengandung nitrogen dan memiliki properti basa amina organik). Hal ini mengakibatkan kafein keluar dari teh dan ikut larut dalam air. Sedangkan kandungan teh yang lain seperti pigmen flavanoid dan klorofil yang tidak larut dalam CaCO3 dapat larut dalam air. Pada saat teh dan CaCO3 tercampur dalam satu wadah, kedua zat tersebut tidak menyatu, hal ini dikarenakan CaCO3 adalah senyawa organik sedangkan teh adalah senyawa anorganik. Kemudian larutan didinginkan dan disaring dengan penambahan kloroform pada corong pisah. Tujuan penambahan kloroform adalah untuk mengikat kafein dari larutan agar kafein benar-benar terpisah dari zat-zat lain dalam larutan. Setelah dipisahkan, ditambahkan Natrium Sulfat Eksikatus yang berfungsi untuk menarik air yang masih tertinggal pada larutan fase kloroform agar tidak terjadi kesalahan saat penetapan kadar sampel secara KLT-Densitometri. Hasil ekstraksi yang telah di dapat, ditentukan kadarnya dengan metode KLT-densitometri. Pada metode ini, digunakan fase diam yaitu silika gel 60 F254 dan fase geraknya adalah toluene-etil asetat-dietil amin (7:2:1). Dibuat baku primer sebanyak 1000 bpj dan pada silika gel ditotolkan sampel yang akan di hitung kadarnya yaitu pengenceran 50,100,200,300,dan 400 bpj. Silika gel bersifat polar sehingga dipakai pelarut non polar agar lebih lama berada pada fase gerak dan jarak yang ditempuh merupakan jarak terjauh dari kondisi awal sebelum dielusi. Jarak migrasi senyawa pada plat silika gel tergantung pada polaritasnya. Senyawa yang paling polar bergerak naik dengan jarak paling dekat dari titik awal penotolan, sedangkan senyawa dengan polaritas paling kecil bergerak paling jauh dari titik awal penotolan. Selanjutnya, untuk mengetahui kadar kafein dari hasil ekstraksi maka dianalisis dengan densitometry dengan lamda 276 nm. Data ini digunakan untuk perhitungan kadar kafein dalam masing-masing sampel. Pada kelompok kami, hasil perhitungan kadar kafein pemanasan selama 5 menit adalah -3,295381706%. Hasil perhitungan kadar kafein pemanasan selama 10 menit adalah -2,901138402%. Hasil perhitungan kadar kafein pemanasan selama 15 menit adalah -3,243226422%. Hasil yang kami dapatkan ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya konstan atau cenderung naik. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam melakukan prosedur kerja (penimbangan, pengocokan, waktu yang kurang tepat, kesalahan penotolan), pencucian alat, dan kurangnya ketelitian praktikan saat praktikum.
Posted by AnAn Charmachameleon at 08:10 Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookLabels: TOHhttp://lobakwortel.blogspot.com/2013/07/teknologi-obat-herbal-i.html
Latar Belakang
Mencari angka peresapan dan percobaan perkolasi ( percolation test ), dalam bidang resapan atau
rembesan, perlu diadakan pengukuran tingkatan tanah untuk dapat mengetahui daya resap tanah
terhadap air ( Degree Of Permeability Of The Soil ) dengan mengadakan percobaan pengukuran
percolation maka daya resap tanah terhadap air dapat diketahui pada suatu daerah karena setiap
jenis tanah mempunyai daya resap yang berbeda. Cara melakukan percobaan percolasi banyak
digunakan untuk membuat septik tank agar agar dalam pembuatan sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan.
Tujuan
1. Dapat mengetahui cara pengukuran daya resap tanah
2. Dapat menghidung angka percolation.
Manfaat
1. Dapat mengetahui sejau mana tingkat daya resap tanah pada lokasi- lokasi tertentu.
2. Dapat mengetahui angka percolation.
Alat dan Bahan
- Cangkul
- Meter
- Parang
- Water pas
- Ember
- Air
- Kerikil
- Pasir
- Alat percolation
Waktu Dan Lokasi
Hari / tanggal : kamis, 28 juli 2011
Pukul : 14,00 wit
Tempat : ----------------------------
Cara Kerja
Berikut ini diterangkan cara – cara percobaan perkolasi :
1. Banyaknya dan lokasi percobaan 6 atau lebih percobaan – percobaan harus dilakukan dengan
bentuk lubang yang sama ( uniform ) dalam beberapa tempat sepanjang jalur tanah yang akan di
pakai sebagai bidang peresapan.
2. Tipe lubang percobaan , lubang galih , atau pengoboran, dengan ukuran horizontal 10 – 30 cm
dengan kedalaman – kedalaman jalur bidang peresapan yang diusulkan akan dibangun. Agar
supaya penghematan waktu , pekerjaan, dan volume air yang dibutuhkan pada setiap lubang
percobaann, dapat di buat lubang – lubang dengan pengoboran yang berdiameter 10 cm. Tetapi
umumnya berbentuk persegi 30 cm x 30 cm.
3. Mempersiapkan lubang percobaan. Setelah lubang terbentuk, sisi –sisi dan dasar lubang di garuk
– garuk dengan alat seperti sisir secara berhati – hati, dengan maksud agar supaya lapisan tanah
pada tepian dinding sisi – sisi dan dasarnya lubang yang telah tergantung dari keadaan semula
akibat pengoboran yang mungkun pori – porinya tersumbat, dapat kembalikan lagi sebagai mana
seperti keadaan semula. Demikian pula harus hilang dari adanya benda – benda yang lepas dan
halus dari lubang percobaan tersebut, juga pada dasar lubang di dasar pasir kasar atau kerikil halus
setebal 5 cm . Hal ini dilakukan agar pada waktu air dituangkan kedalaman lubang percobaan
tersebut yang dengan sendirinya harus secara berhati – hati. Tidak merusak struktur tanah yang
sudah di usahakan seperti keadaan semula. Dimana air merembes tanpa atau tiada gangguan
adanya kemungkinan endapan – endapan yang terjadi. Jadi proses perembesan air dari lubang
percobaan tersebut dapat diperoleh seperti merembesnya air melalui pori – pori alami dalam tanah
yang akan dipergunakan sebagai jalur bidang rembesan.
4. sebelum dilakukan pengukuran menggunakan alat percolation lubang harus disiram dan di
biarkan jenuh selama 24 jam dengan tujuan agar tanah menjadi jenuh dan daya resap tanah bisa
dapat diketahui secara maksimal
Hasil Praktikum
Contoh perhitungan angka perkolasi
Waktu ( setelah 1 malam pemekaran ) = 30 Menit
Turunnya Air = - 6 cm
Maka angka rembesan = 6 cm / 30 menit = 2 mm / menit
Kesimpulanadapun kesimpulan yang dapat di ambil yaitu: percolation text adalah suatu alat yang diguanakan dalam mengukur daya resapan tanah, dengan adanya alat ini, kita dapat mengetahui berapa besar daya resapan tanah dalam suatu wilyah/daerah dengan bermacam-macam jemis tanah yang berda pada lokasi tersebut.http://cai-sl.blogspot.com/2012/07/laporan-praktiku-mengukur-daya.html