perlak klas
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Perlak Klas
1/20
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan dunia industri terutama yang berhubungan dengan
masalah pemilihan bahan dan penggunaannya. Untuk penggunaan sebagai bahan
industri sifat-sifat khas dari material logam harus diketahui, sebab logam tersebut
akan digunakan untuk berbagai macam keperluan dan berbagai macam keadaan.
Sifat logam tersebut meliputi sifat mekaniknya, sifat termal, sifat kimia,
kemampuan di mesin, kemampuan kekerasan dan lain-lain. Adapun dalam
percobaan ini yang akan diuji adalah sifat mekanik dari logam terutama sifat
kekerasannya.
Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan yang dilakukan oleh bahan
terhadap desakan kedalam yang tetap yang disebabkan oleh sebuah alat pendesak
dengan bentuk tertentu di bawah pengaruh gaya tertentu., suat hasil desakan yang
kecil menunjukkan kekerasan yang besar. Dengan mengetahui tingkat kekerasan
logam maka dapat diketahui suatu logam yang memiliki nilai ekonomis yang
tinggi atau nilai ekonomis yang rendah, dalam industri juga sangat diperlukan
untuk menghemat biaya pemeliharaan bahan atau penggantian bahan.
Kekerasan suatu bahan erat hubungannya dengan kekuatan bahan.
Hubungan keduanya yaitu semakin keras suatu bahan tersebut akan semakin kuat,
demikian pula sebaliknya. Untuk mengetahui suatu kekerasan bahan atau logam
sebagai ukuran ketahanan logam tersebut terhada deformasi plastik maka
dilakukanlah suatu pengujian kekerasan yang ditunjukkan dengan angka Brinell,
Rockwel, dan Vickers.Sedangkan untuk mengetahui kemampuan pengerasan
logam (baja) dengan menentukan ketebalan dan distribusi kekerasan yang dicapai
bila diberikan perlakuan panas tertentu, maka dilakukanlah pengujian Jominy test.
I. 2 Tujuan PercobaanAdapun tujuan dari praktikum Heat Treatment ini adaalah
1. Mengetahui hardenability baja VCL 140 dengan metode Jominy2. Mengetahui struktur mikro yang terdapat pada baja VCL 140
-
7/22/2019 Perlak Klas
2/20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Perlakuan Panas
Perlakuan panas atau heat treatment dapat didefinisikan sebagai kombinasi
antara operasi pemanasan dan pendinginan terhadap logam dalam keadaan padat
dengan waktu tertentu dengan maksud memperoleh sifat tertentu. Langkah
pertama dalam setiap perlakuan panas adalh memanaskan logam itu sampai ke
suatu temperatur tertentu, lalu menahan beberapa saat pada temperatur tersebut,
dan kemudian mendinginkannya dengan laju pendinginan tertentu. Selama
pemanasan dan pendinginan ini akan terjadi beberapa perubahan struktur mikro,
dapat juga peruterjadi perubahan fase dan atau bentuk atau ukuran butiran
kristalnya. ( Wahid Suherman, 2001)
Tujuan dari proses perlakuan panas ini pada umumnya ialah untuk
memperbaiki sifat mekanik dari suatu material, misalnya untuk menaikkan
kekuatan dan kekerasan pada logam. Selain untuk menaikkan kekerasan dan
kekuatan, proses perlakuan panas juga ditujukan untuk menghilangkan tegangan
sisa pada suatu logam akibat proses produksi yang telah dialami, misalnya proses
rolling.
II.2.2 Diagram Transformasi
Diagram fase memang suatu dasar yang sangat penting bagi proses
perlakuan panas. Akan tetapi diagram tersebut hanya menunjukkan perubahan
fase pada saat kondisi yang equilibrium atau pada saat proses pemanasan atau
pendinginan dari suatu baja tersebut berjalan secara sangat lambat sehingga
dimungkinkan suatu pendinginan yang setimbang. Sedangkan untuk proses
perlakuan panas yang digunakan menggunakan suatu proses pendinginan yangcepat atau dapat dikatakan pendinginan yang terjadi merupakan pendinginan non-
equilibrium. Oleh karena itu dibuatlah diagram lain yang dapat
merepresentatifkan suatu perubahan non equilibrium. Diagram ini dinamkan
diagran transformasi, diagram ini menunjukkan perkembangan transformasi
terhadap waktu dan temperatur.
-
7/22/2019 Perlak Klas
3/20
Gambar 2.3 Diagram Isotermal Transformation untuk Baja Eutektoid
(Callister, 2007)
Diagram di atas merupakan isothermal transformation diagram atau biasa
disebut juga time-temperature-transformation diagram (TTT diagram). Dapat
dilihat pada diagram tersebut bahwa seiring dengan perlakuan yang diterima, baja
akan mengalami perubahan struktur. Selanjutnya akan dibahas struktur apa saja
yang akan terbentuk dan bagaimana mekanisme pembentukannya sesuai dengan
diagram transformasi di atas.
II.2.2.1 Pembentukan Pearlite
Bila austenit didinginkan di bawah temperatur A1 maka setelah beberapa
saat austenit akan mengalami tranformasi. Pembentukan perlite dimulai dengan
inti sementit di batas butir austenit. Atom karbon dari austenit di sekitar inti
sementit akan berdifusi keluar dengan inti sementit yang sudah terbentuk. Dengan
keluarnya atom karbon dari austenit maka kadar karbon austenit yang berada
disekitar sementit akan sangat sedikit sehingga austenit akan bertransformasi
menjadi ferit. Keluarnya karbon dari austenit ini berlangsung secara terus menerus
sehingga diperoleh struktur yang berlapis-lapis (lamelar) yang terdiri dari lamel-
lamel ferit dan sementit. (Wahid Suherman, 2001)
-
7/22/2019 Perlak Klas
4/20
Gambar. 2.4Mekanisme Transformasi Austenit Menjadi Pearlite (Callister,2007)
Dari gambar 2.4 dapat dilihat bahwa dengan pendinginan agak cepat,
strultur pearlite yang akan dihasilkan adalah perlite dengan ketebalan lamel yang
cukup tebal (Coarse Pearlite). Hal ini dapat terjadi karena dengan pendinginan
yang agak lambat maka waktu untuk karbon berdifusi akan semakin lama yang
mengakibatkan lamel-lamel pearlite akan menjadi tebal. Apabila pendinginannyaagak dipercepat maka yang akan terbentuk adalah lamel-lamel pearlite yang
cukup tipis (fine pearlite).
Gambar 2.5 (a) Coarse Pearlite, (b)Fine Pearlite (Callister, 2007)
-
7/22/2019 Perlak Klas
5/20
II.2.2 Pembentukan Martensite
Struktur martensit dapat terbentuk karena proses pendinginan yang sangat
cepat pada austenit. Pada diagram transformasi pada gambar 2.3 dapat dilihat
apabila pendinginan dilakukan sangat cepat dan mencapai temperatur Ms maka
martensit akan mulai terbentuk.
Pendinginan yang sangat cepat pada austenit ini akan menyeabkan austenit
akan mengalami driving force yang sangat besar untuk berubah dari FCC menjadi
BCC. Driving force ini akan menimbulkan shear stress terhadap atomatom pada
FCC. Shear force ini yang menyebabkan atom-atom FCC akan sedikit tergeser
berupaya untuk membentuk BCC, akan tetapi karena didalam sistem kristal
tersebut masih banyak karbon yang seharusnya berdifusi keluar akan tetapi sudah
tidak bisa berdifusi karena temperatur sudah terlalu rendah maka struktur BCC
tidak akan bisa tercapai, salah satu rusuh dari sel tersebut akan lebih panjang dari
pada yang lain. Sel tersebut akan menjadi BCT (Body Centered Tetragonal).
Gambar 2.7 Struktur BCT dari Martensit (Callister, 2007)
Struktur BCT yang terbentuk akan sangat tegang akibat dari perubahan
struktur yang terjadi secara dipaksakan. Karena strukturnya sangat tegang inilah
yang menyebabkan martensit menjadi sangat keras, kuat, dan getas. Di bawah
mikroskop optik martensit tampak seperti jarum-jarum yang tersebar.
Gambar 2.8 Struktur Martensit yang Berbentuk Seperti Jarum
-
7/22/2019 Perlak Klas
6/20
Kekerasan pada martensit bergantung pada kadar karbon yang berada pada
autenitnya. Semakin tinggi kadar karbon karbon martensit yang terbentuk akan
semakin keras. Kadar karbon juga mempengaruhi Ms dan Mf. Kadar karbon yang
tinggi akn menyebabkan temperatur Ms dan Mf turun sehingga akan
menyebabkan akan semakin banyak austenit sisa yang terbentuk.
II.4 Pengujian Hardenabiliti Jominy
Pengujian ini disebut juga end quench hardenability test karena pada pengujian ini
digunakan spesimen yang berbentuk batang silindrik berdiameter 1 (25 mm)
dengan panjang 4 (100 mm) yang didinginkan pada salah satu ujungnya. Unt uk
test ini digunakan alat dengan lubang tempat spesimen pada puncaknya. Tepat di
bawah spesimen terdapat nozzle berdiameter (12,5 mm) umtuk
menyemprotkan air pendingin dengan tinggi pancaran bebas 2 (65 mm). Jarak
antara ujung spesimen dengan nozzle sebesar (12,5 mm).
Spesimen dipanaskan pada temperatur asutenisasinya dengan waktu tahan
biasanya 20 menit, lalau diambil cepat dan dimasukkan ke dalam lubang jominy
untuk dilakukan pengujian.
Gambar 2.9 Standard Pengujian Jominy (Totten, 2006)
Setalah dilakukan proses pendinginan sisi silinder diratakan laludiukur kekerasannya sepanjang sisi tersebut ( setipa jarak 1/16, titik
jominy) dan hasilnya di plot pada grafik kekerasan jarak dari ujung
jominy (Jominy Distance)
-
7/22/2019 Perlak Klas
7/20
Gambar 2.10 Cara Memperoleh Kurva Jominy (Totten, 2006)
Kurva Jominy dapat diperkirakan dengan perhitungan berdasarkankomposisi kimia. Field mengembangkan metoda berdasarkan asumsi
bahwa: (1) kekerasan di titik jominy pertama (1/16 dari ujung),
dinamakan initial hardness (IH), hanya tergantung pada kadar karbon,
(2) kekerasan pada titik jominy selanjutnya, dinamakan Distance
Hardness (DH), adalah fungsi dari DI, dan perbandingan IH/DH,
dinamakan faktor pembagi (DF, harganya dicari dari gambar ), adalah
fungsi konstan dari diameter kritis ideal.
Untuk kekerasanJominy dengan jarak 0-6 mm :HRC20C60J 60
Untu kekerasanJominy dengan jarak 6-80 mm :
HRC13s9.0s12K8.0P96V39Si6Ni6Mn14Mo38Cr20Cs0028.0C95J
2806
dimana J =JominyHardness (HRC) S = JarakJominy(mm) K = ASTM grain size number Simbol unsur menunjukkan persentase kadar unsur tersebut. (Wahid
Suherman, 2001)
-
7/22/2019 Perlak Klas
8/20
BAB III
METODOLOGI
III.1 Diagram Alir Percobaan
III.2 Alat dan Bahan Percobaan
III.2.1 Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai berikut :
1. Alat pengujian Jominy 1 buah
2. Baja VCL 140 2 buah
3. Gerinda mesin 1 buah
4. Polisher 1 buah
5. Kikir 1 buah
6.Kain bludru secukupnya
Start
Preparasi spesimen
Spesimen diuji Jominy
Spesimen diuji
Hardness
Rockwell C
Struktur
mikrospesimen diamati
Hasil dibandingkan
dengan perhitungan
teori
End
-
7/22/2019 Perlak Klas
9/20
7. Hand grinding dengan grade 100, 200, 400, 600, 800, 1000, 1200, 1500, 2000
8. Rockwell C 1 buah
10. Mikroskop optik 1 buah
III.1.2 Bahan percobaan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah sebagai berikut :
1. Air secukupnya
2. Alkohol 96% 96 ml
3. HNO368% 4 ml
4. Autosol mesin poles secukupnya
5. Sodium Metabisulfat
III.3 Prosedur Percobaan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam percobaan adalah sebagai berikut :
1. Memotong specimen baja VCL 140 menjadi tiga (3) bagian yaitu spesimen
yang digunakan untuk jominy3. Untuk spesimen yang digunakan untuk jominy
berbentuk bantang silindrik berdiameter 25 mm dengan panjang 100 mm.
4. Dalam jominy test, specimen dipanaskan hingga temperature 860 C, diholding
selama 30 menit dan didinginkan dengan air.
5. Meratakan sisi dari specimen yang telah diuji jominy dan memberi tanda
sebanyak 22 titik untuk dilakukan uji hardness.
6. Menguji kekerasan dengan mesin Hardness Rockwell C di setiap titik yang
telah ditandai pada sisi specimen dan membuat grafik dari hasil uji kekerasan.
8. Melakukan pengujian metalografi
-
7/22/2019 Perlak Klas
10/20
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
IV.1 Analisa Data
Berikut tabel hardness untuk baja VCL 140;
Pengujian Jarak dari
Ujung (Inch)
HRC
1 1/16 57
2 2/16 56,8
3 3/16 55,1
4 4/16 42,7
5 5/16 33
6 6/16 31
7 7/16 30
8 8/16 30
9 9/16 29
10 10/16 27
11 11/16 27
12 12/16 26
13 13/16 22
14 14/16 18
15 15/16 15
Dari hasil tabel hasil hardness untuk baja VCL 140, lalu di plot ke dalam grafik
hubungan kekerasan terhadap jarak dari ujung quench :
0
10
20
30
40
50
60
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1HardnessofNumber
Distance of Quench End
-
7/22/2019 Perlak Klas
11/20
Metode Pengujian Jominy
Kurva Jominy dapat diperkirakan dengan perhitungan berdasarkan komposisi
kimia. Untuk kekerasanJominy dengan jarak 0-6 mm :
HRC20C60J 60
Untuk kekerasanJominy dengan jarak 6-80 mm :
HRC13s9.0s12K8.0
P96V39Si6Ni6Mn14Mo38Cr20Cs0028.0C95J2
806
Perhitungan :
Baja VCL 140 memiliki komposisi kimia sebagai berikut :
C = 0.4 % Mn = 0.7% Si = 0.3% Cr = 1,1% Ni= 0.2% Mo=
0.2%
Perhitungan dengan metoda Just :
Untuk jarak 1 mmJo = 60 x c + 20 HRC
= 60 x+ 20 HRC = 57,8 HRc
Untuk jarak 9.5 mmJ6-80 = 95 C 0.0028
2
s C +20 Cr + 38 Mo + 14 Mn + 6 Ni + 6
Si + 38 V + 96 P0.8 K12 s + 0.9 s 13 HRC
= 95 0.0028 (9.5)2+ 38(0,2) + 14 (0.7) + 6(0.2) + 6
(0.3)12 9.5 + 0.9 (9.5) 13 HRC
= 58,850.1592 + 7.6 + 9,8 + 1.2 +1.836.984 + 8.5513 HRC
= 37,65 HRC
Untukjarak 17.5 mmJ6-80 = 95 C 0.0028
2
s C +20 Cr + 38 Mo + 14 Mn + 6 Ni + 6
Si + 38V +96 P0.8 K12 s + 0.9 s 13 HRC
= 95 0.0028 (17.5)2+ 38(0,2) + 14 (0.7) + 6(0.2) + 6
(0.3)12 + 0.9 (17.5) 13 HRC
-
7/22/2019 Perlak Klas
12/20
=58,850,54 + 7,6 + 9,8 + 1,2 +1,850,19 + 15,7513 HRC
= 31,27 HRC
Untuk jarak 21.5 mmJ6-80 = 95 C 0.0028
2
s C +20 Cr + 38 Mo + 14 Mn + 6 Ni + 6
Si + 38V +96 P0.8 K12 s + 0.9 s 13 HRC
= 95 0.0028 (21.5)2+ 38(0,2) + 14 (0.7) + 6(0.2) + 6
(0.3)12 + 0.9 (21.5) 13 HRC
= 58,851,9243 + 7,6 + 9,8 + 1,2 +1,855,56 + 19,3513 HRC
= 28,12 HRC
Untuk jarak 32.5 mmJ6-80 = 95 C 0.0028
2
s C +20 Cr + 38 Mo + 14 Mn + 6 Ni + 6
Si + 38V +96 P0.8 K12 s + 0.9 s 13 HRC
= 95 0.0028 (32.5)2+ 38(0,2) + 14 (0.7) + 6(0.2) + 6
(0.3)12 + 0.9 (32.5) 13 HRC
=58,851,86 + 7,6 + 9,8 + 1,2 +1,8 68,4 + 29,25 13 HRC =
=25,24 HRC
Untuk jarak 39.5 mmJ6-80 = 95 C 0.0028
2
s C +20 Cr + 38 Mo + 14 Mn + 6 Ni + 6
Si +
38V +96 P0.8 K12 s + 0.9 s 13 HRC
= 95 0.0028 (39.5)2+ 38(0,2) + 14 (0.7) + 6(0.2) + 6
(0.3)12 + 0.9 (39.5) 13 HRC=58,852,75 + 7,6 + 9,8 + 1,2 +1,875,36 + 35,5513 HRC =
= 23,69 HRC
Untuk jarak 45.5 mmJ6-80 = 95 C 0.0028
2
s C +20 Cr + 38 Mo + 14 Mn + 6 Ni + 6
Si + 38V +96 P0.8 K12 s + 0.9 s 13 HRC
-
7/22/2019 Perlak Klas
13/20
= 95 0.0028 (45.5)2+ 38(0,2) + 14 (0.7) + 6(0.2) + 6
(0.3)12 + 0.9 (45.5) 13 HRC
=58,853,65+ 7,6 + 9,8 + 1,2 +1,881 + 40,9513 HRC
= 22,55 HRC
Gambar kurva hardenability dengan menggunakan jominy test
Metode Pengujian Hardenabillity Grossman dan Field
Pada metode grossman terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan
untuk memperoleh besar nilai Ideal Critical diameter, namun secara garis besar
diketahui bahwa hal mendasar pada penelusuran besar nilai diameter kritisnya
adalah penggunaan tabel pengali untuk pengaruh masing-masing unsur paduan
yang ada pada baja (spesimen) dan juga faktor pengali berupa nilai Ideal diameter
akibat dari kadar karbon. Adapun langkah-langkahnya akan dijelaskan sebagaiberikut.
Penelusuran data-data awal Kadar karbon (% C), berdasarkan referensi yang kami dapatkan
diketahui bahwa kadar karbon pada baja AISI 1050 adalah sebesar
0,5%
Ukuran butir yang diperoleh pada pengujian ini ditampilkan padaanalisa data sebelumnya tentang ASTM Grain Size Number dengan
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
1 9.5 17.5 21.5 32.5 39.5 45.5
HRc vs distance
HRc
-
7/22/2019 Perlak Klas
14/20
metode Heyn Intercept, dan diperoleh besarnya ASTM grain sizenya
adalah 7.
Nilai kadar dari unsur paduan diambil dari beberapa referensi.BajaAISI 4140/ VCL 140 memiliki komposisi kimia sebagai berikut :
C = 0.4 % Mn = 0.7% Si = 0.3% Cr = 1,1% Ni= 0.2% Mo=
0.2%
Menentukan besar Ideal diameter dengan menggunakan hubungannilai kadar karbon dan ukuran ASTM grain size dari spesimen AISI
4140/ VCL 140 yang kemudian memanfaatkan bantuan grafik.
Gambar Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit
Dari grafik tersebut dapat diperoleh besar ideal diameternya yakni 0,221
Menentukan nilai faktor pengaliNilai faktor pengali dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan grafik ini.
-
7/22/2019 Perlak Klas
15/20
Gambar Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit dari baja
karbon
Maka diperoleh hasil sebagai berikut
C = 0,216
Mn = 3,333
Si = 1,2
Cr = 3,376
Mo = 1,6
Menentukan besar Ideal Critical Diameter (DI)Langkah terakhir ini dilakukan dengan melakukan perkalian ideal diameter
dengan faktor pengali unsur paduan sehingga diperoleh hasil sebagai berikut.
Diameter (DI) = 0,216 x 3,33 x 1,2 x 3,376 x 1,6
= 4,66
Maksimum Hardness
0,41% Carbon 57 HRc
J1=
=
= 57 HRc
J6=
=
= 54,8 HRc
J7=
=
= 53,7 HRc
J8=
=
= 51,8 HRc
J9=
=
= 50,9 HRc
J10=
=
= 49,13 HRc
-
7/22/2019 Perlak Klas
16/20
J12=
=
= 46,7 HRc
J14=
=
= 44,53 HRc
J16= =
= 41,9 HRc
J18=
=
= 40.7 HRc
J20=
=
= 39,8 HRc
J24=
=
= 38 HRc
J28=
=
= 35,6 HRc
J32= =
= 33,9 HRc
Gambar kurva hardenability berdasarkan perhitungan grossman
STRUKTUR MIKRO
20
25
30
35
40
45
50
55
60
1 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 24 28 32
HRc
HRc
FERIT
PERLIT
martensite
-
7/22/2019 Perlak Klas
17/20
Dari serangkaian percobaan, proses etsa sangat menentukan hasil dari
praktikum ini, karena keberhasilan dari proses etsa akan menjadikan foto mikro
yang didapat menjadi bagus dan ketika proses etsa yang dilakukan tidak
sempurna, maka hasil dari foto mikropun akan menjadi kurang baik. Percobaan
ini dilakukan dengan menggunakan dua larutan etsa, yaitu : 1.Glyceregia dan
2.Nital.
Pembahasan yang pertama yaitu akan dibahas hasil fotomikro hasi etsa
dengan nital. Pada Gambar 1 menunjukan adanya struktur ferit dan perlit,
selainitu juga terdapat martensitakibat dari prose pendinginan dengan media air
melalui jominy test
Pembahasan yang kedua yaitu akan dibahas hasil fotomikro hasi etsa dengan
Glyceregia. Pada Gambar 2 menunjukan adanya bintik hitam yang merupakan
karbida chromium walaupun pada baja ini telah diberi heat treatment yaitu full
annealed. Hal ini bisa terjadi dikarenakan adanya unsur Mn (mangan) yang juga
berfungsi sebagai penstabil karbida (Wahid Suherman, Ilmu Logam II, 1999).
IV. 2 Pembahasan
Setelah menyelesaikan pengujian, data didapatkan dan dianalisa hasilnya.
Dari hasil uji kekerasan setelah jominy, pada baja VCL 140 dapat diketahui
bahwa nilai kekerasan tertinggi adalah 57 HRC dan kekerasan terendah adalah 15
HRC. Dari hasil tersebut terlihat bahwa terjadi selisih yang cukup jauh antara
kekerasan tertinggi dan terendah. Hal tersebut bila dibandingkan dengan teori
-
7/22/2019 Perlak Klas
18/20
perhitungan hardenability dengan menggunakan metode perhitungan jominy,
menunjukkan bahwa perbedaan antara teori dan hardenability yang didapatkan
dengan eksperimen tidak begitu jauh. Baja VCL merupakan baja karbon medium
yang memiliki sedikit unsure paduan, sehingga pada dasarnya baja ini memiliki
kekerasan yang tidak begitu tinggi. Akan tetapi apabila diberikan perlakuan dapat
menyebabkan hardenabilitynya meningkat tajam sampai membentuk martensit
pada ujung quench jominy.
-
7/22/2019 Perlak Klas
19/20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.I Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan analisa yang dilakukan terhadap percobaan
Jominy Test baja VCL 140 / AISI 4140, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
nilai kekerasan tertinggi adalah 57 HRC dan kekerasan terendah adalah15 HRC.
Hasil struktur mikro menunjukkanadanya struktur perlit, ferit, martensit
-
7/22/2019 Perlak Klas
20/20
DAFTAR PUSTAKA
Callister, D William, Material Science and Engineering An Introduction-7th
ed.New York:John Wiley & Sons, Inc.2007
Suherman, Ir. Wahid, Perlakuan Panas.Surabaya: Jurusan Teknik Mesin FTI-
ITS.2001
Totten, E George, Steel and Heat Treatment: Metallurgy and Technologies. New
York: Taylor and Francais Group.2006