perpustakaan dan pusat informasi dengan …
TRANSCRIPT
PERPUSTAKAAN DAN PUSAT INFORMASI DENGANPENDEKATAN GREEN ARCHITECTURE
SKRIPSI PERANCANGAN
SEBAGAI PERSYARATAN UNTUK UJIAN SARJANA
ARSITEKTUR
Disusun Oleh :
AHMAD BUDHI S
D511 11 105
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ABSTRACT
Perpustakaan dan Pusat Informasi di Makassar dengan pendekatan Green Architecture
adalah Lembaga tempat menyimpan, mengolah dan menyajikan koleksi buku-buku dan
bahan pustaka lainnya yang secara efektif dan efisien dapat melayani masyarakat yang
membutuhkan sumber bacaan, demi meningkatkan minat baca masyarakat dan dilengkapi
juga sebuah Pusat Informasi bagi masyarakat atau siapa saja yang membutuhkan
informasi cepat, yang sedang berlangsung, dan informasi lainya mengenai kota Makassar
dan Sulawesi selatan. Dirancang dengan proses perancangan dengan mengurangi dampak
lingkungan yang kurang baik, meningkatkan kenyamanan manusia dengan efisiensi dan
pengurangan penggunaan sumber daya energi, pemakaian lahan dan pengelolaan sampah.
Kata Kunci : Perpustakaan, Pusat Informasi, Green, Architecture
ABSTRACT
Library and Information Center in Makassar with Green Architecture approach is an
Institution for storing, processing and presenting collections of books and other literature
that effectively and efficiently serve the people who need reading resources, in order to
increase the reading interest of the community and also has an Information Center for the
community or anyone who needs immediate, ongoing information, and other information
about the city of Makassar and southern Sulawesi. Designed with the design process by
reducing adverse environmental impacts, improving human comfort with efficiency and
reduced use of energy resources, land use and waste management.
Key Word : Library, Center of Information, Green, Architecture
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’alayang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapatmenyelesaikan Skripsi Perancangan Tugas Akhir Sarjana Arsitektur yangberjudul ”PERPUSTAKAAN DAN PUSAT INFORMASI DENGANPENDEKATAN GREEN ARCHITECTURE”.
Selama penulisan skripsi ini tentunya penulis mendapat banyak bantuan dariberbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis. Kasih yangtulus serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ayahanda tercinta Imam Sunyoto dan ibunda tercinta Sulwardati yangtelah mendidik dengan sabar serta memberikan kasih sayang yang besar.
2. Ibu Dr. Eng. Rosady Mulyadi, ST., MT selaku pembimbing 1 dan IbuImriyanti, ST., MT selaku pembimbing 2 yang memberikan dukungankepada sang penulis dalam menyelesaikan tugas ini
3. Bapak Dr. Eng. Rosady Mulyadi ST., MT selaku ketua DepartemenTeknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
4. Pak Dr. Eng. Nasruddin, ST., MT sebagai penasehat akademik yangdengan ikhlas memberikan konsultasi akademik selama ini.
5. Bapak Abdul Mufti Radja, ST., MT., Ph. D. selaku pengelola StudioTugas Akhir Departemen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik UniversitasHasanuddin
6. Teman – Teman KKN Tematik Bantaeng 92 sekaligus supervisor kamiBapak Ir. Samsuddin Amin, MT yang telah memberikan motivasi kepadakami selama ini.
7. Teman – teman seperjuangan kami di Studio Perancangan Tugas AkhirPeriode IV tahun 2017-2018
8. Keluarga besar Angkatan 2011 Prodi Teknik Arsitektur yang tidakdapat kami sebutkan satu persatu
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telahmembantu dalam penyelesaian penulisan naskah skripsi ini.
Rasa hormat dan terimakasih bagi semua pihak atas segala dukungan dandoanya semoga Allah Subhanahu wa ta’ala, membalas segala kebaikan yangtelah mereka berikan kepada penulis, Amin.Akhir kata penulis ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telahmembantu dan semoga Allah Subhanahu wa ta’ala melimpahkan karunianyadalam setiap amal kebaikan kita dan diberikan balasan. Amin.
Makassar, Juli 2018
AHMAD BUDHI SD51111105
v
DAFTAR GAMBAR
BAB II
Gambar 2.1 Skema Struktur Organisasi Perpustakaan umum..........................26
Gambar 2.2 Dimensi Minimal Ruang dan Meja Baca........................................39
Gambar 2.3 Dimensi minimal rak penyimpanan koleksi....................................40
Gambar 2.4 Dimensi minimal meja baca............................................................41
Gambar 2.5 Dimensi minimal untuk carrel.........................................................41
Gambar 2.6 Skema Struktur organisas perpustakaan sulses............................46
Gambar 2.7 skema akses pencayahaan alami..................................................50
Gambar 2.8 cross ventilation..............................................................................53
Gambar 2.9 stack ventilation..............................................................................54
Gambar 2.10 earth cooling tube.........................................................................54
Gambar 2.11 earth sheltering.............................................................................55
Gambar 2.12 photovoltaic...................................................................................55
Gambar 2.13 wind turbines.................................................................................56
Gambar 2.14 microhydro turbines......................................................................56
Gambar 2.15 rainwater harvesting.....................................................................57
Gambar 2.16 bagian dalam perpustakaan nasional singapura..........................66
Gambar 2.17 bagian dalam perpustakaan nasional singapura..........................66
Gambar 2.18 bagian dalam perpustakaan nasional singapura..........................67
Gambar 2.19 bagian dalam perpustakaan nasional singapura..........................67
Gambar 2.20 bagian luar perpustakaan nasional singapura.............................68
Gambar 2.21 bagian luar perpustakaan nasional singapura.............................68
Gambar 2.22 bagian luar perpustakaan nasionak singapura............................69
Gambar 2.23 bagian luar perpustakaan nasional singapura.............................69
Gambar 2.24 bagian luar perpustakaan nasional singapura.............................70
Gambar 2.25 bagian luar perpustakaan nasional singapura.............................70
Gambar 2.26 bagian luar perpustakaan nasional singapura.............................71
Gambar 2.27 bagian luar perpustakaan universitas Indonesia..........................75
Gambar 2.28 bagian luar perpustakaan universitas Indonesia..........................75
Gambar 2.29 ruang auditorium perpustakaan universitas Indonesia.................76
Gambar 2.30 ruang baca perpustakaan universitas Indonesia..........................76
Gambar 2.31 ruang internet perpustakaan universitas Indonesia.....................77
Gambar 2.32 Gedung Beitou Public Library.......................................................79
Gambar 2.33 Ruang buku Beitou Public Library................................................79
Gambar 2.34 Ruang buku Beitou Public Library................................................80
Gambar 2.35 Ruang buku Beitou Public Library................................................80
Gambar 2.36 Area santai Beitou Public Library..................................................81
Gambar 2.37 Area baca santai Beitou Public Library.........................................81
BAB III
Gambar 3.1 peta kota Makassar........................................................................86
Gambar 3.2 rencana struktur ruang kota Makassar...........................................89
Gambar 3.3 pola sirkulasi grid..........................................................................128
Gambar 3.5 pola sirkulasi linear.......................................................................128
BAB IV
Gambar 4.1 peta kota Makassar .....................................................................147
Gambar 4.2 peta kecamatan panakukkang Makassar ....................................149
Gambar 4.3 tapak alternative 1........................................................................151
Gambar 4.4 tapak alternative 2........................................................................152
Gambar 4.5 luasan tapak.................................................................................154
Gambar 4.6 orientasi matahari dan angina pada tapak...................................154
Gambar 4.7 tingkat kebisingan pada tapak......................................................155
Gambar 4.8 penempatan vegetasi sebagai pereduksi kebisingan..................156
Gambar 4.9 pembagian zoning dalam tapak....................................................158
Gambar 4.10 sirkulasi pada tapak....................................................................158
Gambar 4.11 view pada tapak..........................................................................159
DAFTAR TABEL
BAB II
Tabel 2.1 Mengakses Cahaya Alami...................................................................50
Tabel 2.2 Refleksi Beberapa Material Bangunan...............................................51
Tabel 2.3 Refleksi Beberapa Warna Cat.............................................................52
Tabel 2.4 Studi Literatur......................................................................................82
BAB III
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kota Makassar......................................................92
Tabel 3.2 Besaran Ruang..................................................................................115
BAB IV
Tabel 4.1 Tabel Pembobotan Kriteria Lokasi ...................................................149
Tabel 4.2 Tabel Pembobotan Kriteria Lokasi Tapak..........................................152
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dan informasi merupakan dua hal yang tak bisa
dipisahkan dari kebutuhan manusia, atau merupakan dua hal yang
penting. Bangsa Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang yang
sedang berjuang untuk meningkatkan perkembangan intelektual dan
keterampilan. Pemerataan kesempatan belajar bagi semua lapisan
masyarakat, baik melalui pendidikan formal dan non-formal, merupakan
langkah awal yang harus ditempuh untuk menciptakan generasi berwatak
mandiri, kreatif, kritis, dan produktif. Sama halnya dengan pendidikan,
Informasi juga hal tak bisa lepas dari pendidikan, tanpa adanya informasi
maka pendidikan tak bisa berkembang. Oleh karena itu salah satu bentuk
peduli terhadap pendidikan dan informasi di dalam masyarakat yang
tertata dengan diwujudkan melalui sebuah Perpustakaan dan pusat
informasi, di mana tidak hanya digunakan sebagai sarana pendidikan tapi
dapat juga digunakan sebagai pusat informasi di Makassar bagi warga,
wisatawan, pendatang yang datang berkunjung ke kota Makassar.
Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia
dan terbesar di Kawasan Indonesia Timur memiliki luas arela 175,77 km2
dengan penduduk 1.449.401 (Makassar dalam Angka 2016), sehingga
kota Makassar sudah menjadi kota metropolitan. Sebagai pusat
pelayanan di KTI, Kota Makassar berperan sebagai pusat perdagangan
dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, simpul
jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut, maupun udara
dan pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan.
2
Akan tetapi berdasarkan fakta yang ada, kualitas sumber daya
manusia Kota Makassar yang tercermin dari parameter bidang
pendidikan dan informasi masih jauh tertinggal disbandingkan dengan
kota-kota lain di Indonesia. Dapat dilihat dari indikator kependudukan
strategis sector pendidikan, Kota Makassar hanya menduduki peringkat
ke-50 dari 60 kota di Indonesia. Bahkan dari tingkat region Sulawesi
berdasarkan indikator tersebut, Kota Makassar berada pada urutan
terbawah dari empat ibukota propinsi. (sumber: Buku Saku Kota
Makassar). Selain sektor pendidikan, informasi kota juga menjadi
masalah yang cukup serius bagi wisatawan atau para pendatang yang
datang ke Kota Makassar karena tak adanya tempat informasi bagi
mereka terhadap Kota Makassar itu sendiri.
Beranjak dari fakta ini, perlu adanya penuntasan permasalahan
pendidikan dan informasi bagi masyarakat Kota Makassar maupun para
pendatang yang lebih serius dengan melibatkan semua unsur terkait,
termasuk salah satunya dengan meningkatkan sarana/prasarana dalam
hal ini adalah Perpustakaan Kota dan Pusat Informasi Kota Makassar.
Adapun yang menjadi penekanan, dilihat dari isu pemanasan
global yang sedang marak diperbincangkan tentunya sebagai arsitek
salah satu hal yang bisa dilakukan adalah berperan dalam
menyelamatkan bumi dan menghemat energi melalui perancangan
arsitektur berkonsep Green Architecture atau biasa kita kenal dengan
nama Arsitektur Ramah Lingkungan. Perlu diperhatikan dalam konsep ini
adalah sejauh mana bangunan dapat melakukan efisiensi energi,
bagaimana pengoperasian dan pemeliharaanya.
3
B. Pengertian Judul
Perpustakaan dan Pusat Informasi di Makassar dengan
pendekatan Green Architecture adalah Lembaga tempat menyimpan,
mengolah dan menyajikan koleksi buku-buku dan bahan pustaka lainnya
yang secara efektif dan efisien dapat melayani masyarakat yang
membutuhkan sumber bacaan, demi meningkatkan minat baca
masyarakat dan dilengkapi juga sebuah Pusat Informasi bagi masyarakat
atau siapa saja yang membutuhkan informasi cepat, yang sedang
berlangsung, dan informasi lainya mengenai kota Makassar dan Sulawesi
selatan. Dirancang dengan proses perancangan dengan mengurangi
dampak lingkungan yang kurang baik, meningkatkan kenyamanan
manusia dengan efisiensi dan pengurangan penggunaan sumber daya
energi, pemakaian lahan dan pengelolaan sampah.
C. Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam pengadaan
Perpustakaan dan Pusat Informasi di Makassar adalah sebagai berikut:
1. Non Arsitektural
a. Bagaimana peran perpustakaan dalam meningkatkan minat baca
pada masyarakat.
b. Bagaimana menciptakan perpustaakan umum menjadi pusat
informasi bagi masyarakat yang membutuhkan informasi.
c. Bagaimana menciptakan suasana perpustakaan yang nyaman,
tenang, dan membuat pengunjung betah.
d. Bagaimana mengolah dan memanfaatkan teknologi atau fasilitas
dalam perpustakaan guna membantu masyarakat untuk mencari
infromasi.
4
2. Arsitektural
a. Bagaimana menentukan lokasi dan site Perpustakaan dan Pusat
Informasi di Makassar yang sesuai dengan tata guna lahan Kota
Makassar dan mudah dicapai oleh masyarakat dari permukiman
dan pusat-pusat pendidikan.
b. Bagaimana menata dan mengolah tapak yang optimal agar
terhindar dari kebisingan yang dapat menganggu kenyamanan
para pengunjung dan menunjang kegiatan di dalam dan di luar
bangunan, dan sesuai dengan konsep Green Architecture.
c. Bagaimana menentukan jenis kebutuhan ruang, jumlah ruang,
besaran ruang, pola sirkulasi dan persyaratan ruang sebuah
perpustakaan umum dan pusat informasi kota.
d. Bagaimana pengkondisian ruang sebuah perpustakaan dari segi
penghawaan, pencahayaan, akustik ruang, ketahanan serta
perawatan pustaka yang sesuai dengan konsep Green
Architecture.
e. Bagaimana mendesain eksterior dan interior yang menarik dan
menyenangkan dari bangunan perpustakaan agar masyarakat
tertarik untuk datang ke tempat tersebut yang sesuai dengan
konsep Green Architecture.
f. Bagaimana menentukan sistem struktur dan material yang dapat
menunjang ketahanan perpustakaan.
D. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Menyusun konsep perencanaan fisik Perpustakaan dan Pusat
Infromasi di Makassar yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat kota Makassar, melalui desain yang ramah lingkungan
5
dengan menekankan pada keramahan lingkungan dan pemanfaatan
energi.
2. Sasaran
a. Non Fisik
Membangun Perpustakaan dan Informasi di Makassar sebagai
wadah pelayanan bagi masyarakat akan bacaan dan menjadi pusat
informasi bagi masyarakat yang bersifat edukatif, infromatif,
komunikatif, rekreatif, dan kreatif.
b. Fisik
Mengemukakan variable perencanaan secara spesifik untuk
penataan ekstra dan intra fungsi yang di dukung oleh penyelesaian
secara arsitektural. Memahami dasar-dasar perancangan dengan
pendekatan Green Architecture serta penerapannya pada fisik
bangunan yang tanggap akan iklim yang ada sehingga ramah
terhadap lingkungan dan mampu memanfaatkan energi yang ada
dari alam.
E. Lingkup Pembahasan
1. Pembahasan yang dilakukan ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur dan
disiplin ilmu lainnya yang dapat melengkapi perencanaan standar yang
ada.
2. Pembahasan diarahkan dengan tuntutan dibutuhkannya wadah
perpustakaan dan pusat informasi bagi masyarakat kota Makassar dan
sekitarnya.
6
F. Metode dan Sistematika Pembahasan
1. Metode Pembahasan yang Digunakan
a. Studi Literatur
Dilakukan untuk lebih mengenal dan mendalami masalah yang
terkait perpustakaan dan pusat informasi kota, kebutuhan-
kebutuhan akan berbagai kepentingan di dalamnya dan factor-faktor
pendukung persyaratan teknis bangunan. Sumber infromasi dari
buku-buku, brosur, dan situs di internet yang berhubungan dengan
perpustakaan.
b. Wawancara
Dilakukan dengan pihak-pihak instansi yang berkompeten agar
dapat mengetahui struktur kelembagaan, ekbutuhan, dan tuntutan,
yang dapat menjadi masukan bagi perencanaan bangunan
perpustakaan dan pusat informasi kota.
c. Pengamatan Lapangan
Berupa survey atau studi banding terhadap fasilitas dan kegiatan
pada perpustakaan, agar dapat diperoleh data lapangan mengenai
permasalahan teknis yang terjadi. Pengamatan mengenai potensi
lingkungan agar mendapat data fisik yang menunjang perencanaan
dan perancangan bangunan.
Ketiga komponen perolehan data di atas kemudian dianalisis
dan merupakan landasan konsepsual yang ditransformasikan ke
dalam suatu konsep dasar perencanaan sesuai dengan tujuan
pembahasan.
2. Sistematika Pembahasan
Tahap I Merupakan tahap pendahuluan yang
memaparkan latar belakang, pengertia judul,
7
rumusan masalah, tujuan, dan sasaran
lingkup pembahasan, metode dan
sistematika.
Tahap II Membahas tinjauan umum tentang
perpustakaan umum dan pusat informasi
kota berdasarkan studi literature dan studi
banding terhadap bangunan sejenis.
Tahap III Merupakan tinjauan khusus dan analisis
mengenai perpustakaan umum di Makassar,
yang meliputi analisis pendekatan program
non arsitektural yang terdiri dari tinjauan
umum kota Makassar dan prospek
pengembangan perpustakaan umum dan
pusat informasi kota dan analisis pendekatan
program arsitektural termasuk di dalamnya
pendekatan makro dan mikro.
Tahap IV Merupakan konsep dasar perancangan yang
terdiri dari konsep perancangan makro
meliputi: konsep penentuan lokasi dan tapak,
serta pengolahan tapak dan konsep
perancangan mikro meliputi: kebutuhan dan
besaran ruang, pola sirkulasi dan organisasi
ruang, bentuk dan penampilan bangunan,
sistem struktur dan pengkondisian bangunan,
serta utilitas dan perlengkapan bangunan.
8
BAB II TINJAUAN UMUM PERPUSTAKAAN
DAN PUSAT INFORMASI DI MAKASSAR DENGAN PENDEKATAN GREEN ARCHITECTURE
A. Tinjauan Perpustakaan dan Pusat Informasi Secara Umum
1. Faktor Fisik
a. Pengertian Perpustakaan
Berikut ini adalah pengertian perpustakaan dari berbagai pihak yang
memberikan pengertian, yang menekankan dari segi koleksi, dari
sebuah gedung maupun kedua-duanya.
1) Pustaka artinya kitab, buku (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta, 1988, hal:713).
2) Pustaka atau buku atau kitab, yaitu kumpulan atau bahan berisi
hasil tulisan atau cetakan, dijilid menjadi satu agar mudah di
baca yang berjumlah sedikitnya 48 halaman. (Syihabuddin
Qalyubi dkk, 2003, hal:3).
3) Perpustakaan yaitu sebuah ruangan yang digunakan untuk
menyimpan buku dan terbitan lainnya yang di simpan menurut
tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca. (Basuki
Sulistiyo).
4) Menurut Taslimah Yusuf (1996:7) bahwa perpustakaan umum
adalah perpustkaan yang seluruh atau sebahagian dananya
disediakan oleh masyarakat dan penggunanya tidak terbatas
pada kelompok orang tertentu.
5) Menurut Sutarno NS (2006:43) perpustakaan umum merupakan
lembaga pendidikan bagi masyarakat umum dengan
menyediakan berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan budaya sebagi sumber belajar memperoleh dan
9
meningkatkan ilmu pengetahuan bagi seluruh lapisan
masyarakat.
b. Pengertian Pusat Informasi
1) Pusat, [n] (1) tempat yg letaknya di bagian tengah: Istana
Merdeka letaknya di -- kota Jakarta; (2) titik yg di tengah-tengah
benar (dl bulatan bola, lingkaran, dsb): -- bumi; -- lingkaran; (3)
pusar; (4) pokok pangkal atau yg menjadi pumpunan (berbagai-
bagai urusan, hal, dsb): perguruan tinggi harus menjadi --
berbagai ilmu pengetahuan; (5) orang yg membawahkan
berbagai bagian; orang yg menjadi pumpunan dr bagian-bagian.
(Kamus Bahasa Indonesia Online).
2) Abdul Kadir (2002: 31) mendefinisikan informasi sebagai data
yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan
pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut.
3) Azhar Susanto (2004:46) dalam bukunya Sistem Informasi
Akuntansi, menyatakan bahwa informasi adalah hasil
pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat.
4) George R. Terry berpendapat bahwa informasi adalah data
yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna.
5) Jogianto (2004:8) dalam bukunya yang berjudul Analisis dan
Desain Sistem Informasi, berpendapat bahwa informasi adalah
data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang
menerimanya.
6) Pusat Informasi adalah suatu tempat atau wadah yang
mengolah seluruh informasi yang ada di dalamnya. (Secara
Umum).
Dari berbagai uraian pengertian di atas, Perpustakaan dan
Pusat Informasi Kota adalah lembaga tempat menyimpan,
10
mengolah, dan menyajikan koleksi buku-buku dan bahan
pustaka lainnya yang secara efektif dapat melayani masyarakat
umum akan sumber bacaan, selain itu dilengkapi juga dengan
fasilitas-fasilitas informasi bagi masyarakat,pendatang,
wisatawan, yang ingin mengetahui atau membutuhkan informasi
mengenai berbagai hal seputar kota Makassar baik itu tempat
wisata, sejarah kota, pusat kuliner, dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan kota Makassar.
c. Jenis-jenis Perpustakaan dan Pusat Informasi
Ada beberapa jenis perpustakaan yang ada di Indonesia antara lain
:
1) Perpustakaan Nasional
Perpustakaan Nasional adalah lembaga pemerintah non
departemen (LNDP) yang melaksanakan tugas pemerintah
dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai
perpustakaan Pembina. Perpustakaan rujukan, perpustakaan
deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan
pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota
Negara. (UU RI Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan).
2) Perpustakaan Provinsi
Perpustakaan Provinsi adalah lembaga teknis daerah bidang
perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
provinsi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
pengembangan perpustakaan di wilayah provinsi serta
melaksanakan layanan perpustakaan kepada masyarakat.
(http://warintek08.wordpress.com/)
3) Perpustakaan Umum
11
Perpustakaan umum mempunyai tugas mengumpulkan,
menyimpan, mengatur dan menyajikan bahan pustakanya untuk
masyarakat umum atau semua anggota lapisan masyarakat
tanpa memandang latar belakang, pendidikan, agama, adat
istiadat, umur, jenis, dan lain sebagainya, maka koleksi
perpustakaan umum pun terdiri dari beranekaragam bidang dan
pokok masalah sesuai dengan kebutuhan informasi dari
pemakainya.
4) Perpustakaan Wilayah
Perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan
berkedudukan di setiap ibu kota provinsi, bertugas
mengumpulan serta melestarikan semua penerbitan daerah
yang bersangkutan.
5) Perpustakaan Sekolah
Dasar pembentukan perpustakaan sekolah di Indonesia adalah
undang-undang sistem pendidikan nasional no. 2 tahun 1989
yang isinya menyatakan bahwa setiap sekolah harus
menyediakan sumber belajar (perpustakaan). Penekanan tujuan
keberadaan perpustakaan sekolah adalah pada aspek edukatif
dan reaktif (kultural).
6) Perpustakaan Khusus
Perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas secara
terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga pemerintah,
lembaga masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga pendidikan
agama, rumah ibadah, atau organisasi lain. (UU RI Nomor 43
Tahun 2007 tentang perpustakaan)
7) Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan yang diselenggarakan untuk mengumpulkan,
memelihara, menyimpan, mengatur, mengawetkan, dan
12
mendaya gunakan bahan pustakanya untuk menunjang
pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.
(Nasrul Makdis, S.Pdl.,A.Md dalam blognya “jenis-jenis
perpustakaan)
8) Perpustakaan Keliling
Pada prinsipnya merupakan perluasan dari pelayanan
perpustakaan umum. Perpustakaan keliling adalah jenis
perpustakaan yang dalam memberikan pelayanan bergerak dari
suatu tempat ke tempat yang lain dengan tujuan mengunjungi
pemakai. (Nasrul Makdis, S.Pdl.,A.Md dalam blognya “jenis-
jenis perpustakaan)
9) Perpustakaan Digital
Perpustakaan yang mempunyai sebagian besar dalam bentuk
format digital dan yang bisa diakses dengan komputer.
Contohnya : Buku atau informasi dalam format electric book,
piringan, pita magnetic, CD atau DVD Rom. Isi dari
perpustakaan digital berada dalam suatu computer server yang
bisa ditempatkan secara local, maupun di lokasi yang jauh,
namun dapat diakses dengan cepat dan mudah lewat jaringan
computer. (Wikipedia)
10) Pusat Informasi di Museum
Menjadi salah satu media informasi bagi para wisatawan atau
pengunjung untuk mengetahui sesuatu atau hal-hal yang
terdapat dalam museum
11) Pusat Informasi Kota
Menjadi sarana bagi masyarakat kota untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan.
13
d. Fungsi perpustakaan dan Pusat Informasi
1) Fungsi penyimpanan, bertugas menyimpan koleksi (informasi)
karena tidak mungkin semua koleksi dapat dijangkau oleh
perpustakaan biasa.
2) Fungsi informasi, menyediakan berbagai informasi untuk
masyarakat, baik itu wisatawan, pendatang, atau masyarakat
yang membutuhkan informasi tersebut.
3) Fungsi pendidiakan, menjadi tempat dan menyediakan sarana
untuk belajar baik dilingkungan formal maupun non formal.
4) Fungsi rekreasi, masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural
atau wisata kultural dengan membaca dan mengakses berbagai
sumber informasi seperti, hiburan, novel, sejarah, cerita rakyar,
dan sebagainya.
5) Fungsi kultural, untuk mendidik dan mengembangkan
apreasiasi budaya masyarakat melalui berbagai aktifitas,
seperti; pameran, pertunjukkan, bedah buku, dan sebagainya.
6) Fungsi landmark, dapat menjadi landmark bagi kota tersebut,
atau menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi ketika
berada atau ada di kota tersebut.
e. Peran dan Tugas Perpustakaan dan Pusat Informasi
Peran perpustakaan dan pusat informasi adalah sebagai agen
perubahan, agen pembangunan, agen pemberi informasi, agen
budaya, dan agen pengembangan ilmu pengtahuan dan teknologi.
Di mana perubahan selalu terjadi dari waktu ke waktu sesuai
dengan perubahan zaman seiring dengan sifat manusia yang selalu
ingin tahu, explorer, haus akan informasi, dan berbudaya sehingga
dalam hal ini perana perpustakaan dan pusat informasilah yang
dapat mendukung perubahan tersebut.
14
Tugas perpustakaan dan pusat informasi sebagai berikut :
1) Tugas menghimpun informasi, mencari, menyeleksi, mengisi,
perpustakaan dan pusat informasi dengan sumber informasi
yang memadai, lengkap, atau yang dibutuhkan baik dalam arti
jumlah, jenis maupun mutu yang disesuaikan dengan kebijakan,
dana, dan kebutuhan pemakai.
2) Tugas mengelola meliputi proses pengolahan, penyusunan,
penyimpanan, pengemasan agar tersusun rapi, mudah
ditelusuri, ditemukan kembali, diakses oleh pemakai. Pekerjaan
pengolahan mencakup pemeliharaan dan perawatan agar
seluruh koleksi informasi tetap dalam kondisi baik. Sedangkan
kegiatan pelestarian adalah dalam rangka preservasi dan
konservasi karena untuk menjaga nilai-nilai sejarah dan
dokumentasi.
3) Tugas pemberdayaan dan memberikan layanan secara optimal
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, teknologi
dan budaya msayarakat di sekitarnya. Termasuk didalam tugas
ini adalah upaya promosi dab publikasi serta sosialisasi agar
masyarakat di sekitar perpustakaan dan pusat informasi
mengetahui dengan jelas apa yang ada dan dapat
dimanfaatkan dari perpustakaan dan pusat informasi ini.
f. Ciri – ciri Perpustakaan dan Pusat Informasi
1) Terbuka untuk umum, terbuka bagi siapa saja tanpa
memandang perbedaan jenis kelamin, agama, kepercayaan,
ras, pandangan politik, dan pekerjaan.
2) Dibiayai oleh dana umum, dana yang berasal dari masyarakat,
biasanya melalui pajak, dikelola oleh pemerintah daerah serta
dana dari pemerintah pusat.
15
3) Jasa yang diberikan pada hakekatnya bersifat Cuma-Cuma.
Jasa yang diberikan mencakup jasa federal, jasa yang
memberikan informasi, peminjaman, konsultasi studi.
g. Status Kelembagaan dan Pengelolaan Perpustakaan dan Pusat
Informasi
1) Status Kelembagaan, perpustakaan dan pusat informasi berada
di bawah pemerintah daerah kota, yang merupakan Unit
Pelaksana Daerah (UPD) sebagaimana di atur dalam SK
Mendagri 362/77 (Soenarso HS, 1980, hal:13).
2) Perpustakaan dan Pusat Informasi dikelola pemerintah
daerah/kota bekerjasama dengan Depdikbud. Pemerintah
daerah/kota bertanggung jawab dalam menyediakan tanah,
gedung, perlengkapan, biaya operasional dan pengelolaannya.
Depdikbud bertanggung jawab atas pembinaan teknis
pengelolaan perpustakaan dan pusat informasi, pendidikan,
enaga dan penyediaan koleksi. Sedangkan masyarakat
setempat sebagai pemakai juga bertanggung jawab dengan
memberikan partisipasi dalam memelihara dan memanfaatkan
perpustakaan dan pusat informasi semaksimal mungkin.
h. Layanan Perpustakaan dan Pusat Informasi
1) Waktu Pelayanan
Waktu pelayanan perpustakaan umum dan pusat informasi
adalah setiap hari selama jam kerja sekurang-kurangnya 8 jam
per hari (SNP 003:2011). Setelah jam kerja masih bisa
mengakses informasi yang dinginkan melalu situs website yang
disediakan.
2) Sistem Pelayanan
16
Layanan perpustakaan dan pusat informasi merupakan tujuan
akhir semua kegiatan yang dilakukan oleh semua pengelola
perpustakaan dan pusat infromasi yang diarahkan pada
terciptanya suasa yang kondusif sehingga layanan
perpustakaan dan pusat informasi dapat dilaksanakan dengan
semaksimal dan seefisien mungkin. Pemilihan sistem layanan
perpustakaan dan pusat informasi perlu memperhitungkan dan
mempertimbangkan beberapa hal sebelum menerapkan sistem
tersebut karena sangat berpengaruh terhadap mekanisme kerja
perpustakaan dan pusat informasi. Menurut Darmono
(2001:137) ada 5 pertimbangan dalam menentukan layanan
yang akan digunakan, yaitu :
a) Pertimbangan keselamatan koleksi perpustakaan.
b) Pertimbangan jenis koleksi dan sifat rentan dari koleksi, dan
pertimbangan jenis informasi yang ingin disediakan.
c) Perbandingan antara jumlah staf, jumlah pemakai dan jumlah
koleksi. Jika jumlah pemakai sangat besar maka cenderung
akan memilih sistem terbuka.
d) Luas gedung perpustakaan dan pusat informasi. Pada
umumnya perpustakaan dan pusat informasi menempati
gedung yang sangat luas dengan tenaga pengelola yang
relative terbatas cenderung menggunakan sistem terbuka
dan sebaliknya.
e) Rasio antara jam layanan dengan jumlah staf perpustakaan
dan pusat informasi. Setiap sistem layanan memiliki
beberapa kekurangan dan kelebihan.
17
Adapun sistem pelayanan yang digunakan dalam perpustakaan
dan pusat informasi adalah sebagai berikut :
a) Sistme Pelayanan Manual
1) Sistem Tertutup
Sistem pelayanan tertutup adalah sitem layanan pada
perpustakaan yang tidak memungkinkan pemakai
perpustakaan dan pusat infromasi mengambil sendiri atau
mencari informasi sendiri. Untuk itu disediakan pelayan
atau petugas yang tugasnya menolong atau mencarikan
atau membantu mengambil atau mencari informasi yang
dinginkan.
Kelebihan :
(a) Susunan buku/peralatan/informasi dapat terjaga atau
terpelihara
(b) Mudah dikontrol dan diawasi
(c) Factor kehilangan buku dapat ditekan
(d) Mendapatkan informasi yang dinginkan menjadi lebih
cepat dengan adanya petugas yang membantu.
(e) Petugas layanan sedikit
Kelemahan :
(a) Rangsangan untuk memilih koleksi tidak ada
(b) Timbulnya rasa bosan pada pengunjung dalam
menggunakan katalog dan kesenangan memlih tidak
ada
(c) Katalog harus lengkap
2) Sistem terbuka
Sistem layanan terbuka adalah sistem layanan yang
memungkikan para penggunan atau pengunjug dapat
memilih secara langsung, menentukan, mengambil sendiri
18
bahan pustaka atau mencari langsung informasi yang
diinginkan.
Kelebihan :
(a) Pemakai bebas memilih bahan/materi pustaka yang
dinginkan
(b) Pemakai atau pengunjung bebas mencari informasi
yang dibutuhkan
(c) Menimbulkan rangsangan memilih yang seterusnya
merangsang minat baca
(d) Menghemat tenaga layanan petugas
(e) Kelancaran dalam pelayanan
Kelemahan :
(a) Rak rak buku dan peralatan kurang dapat terpelihara
susunannya
(b) Peralatan untuk mencari informaasi seperti komputer
atau alat lainnya menjadi cepat rusak karena sering
terpakai
(c) Kemungkinan buku hilang sangat besar
(d) Membutuhkan banyak petugas
(e) Terjadi perubahan sususnan bahan pustaka di rak,
sehingga perlu pembenahan terus menerus.
3) Sistem layanan campuran
Sistem layanan campuran menerapkan dua sistem
pelayanan sekaligus yaitu layaan terbuka dan layanan
tertutup. Penggunaan sistem layanan campuran biasanya
memberikan layanan secara tertutup untuk koleksi ksripsi,
koleksi referensi, tesis atau koleksi yang bersifat tidak
umum. Sedangkan untuk koleksi lainnya menggunakan
layanan terbuka.
19
Sistem layanan campuran ini biasanya diterapkan di
perguruan tinggi dan sekolah.
Kelebihan :
(a) Pemakai dapat langsung menggunakan koleksi
referensi dan koleksi umum secara bersamaan.
(b) Tidak memerlukan ruang baca khusus untuk referensi.
(c) Menghemat tenaga layanan.
Kelemahan :
(a) Petugas sulit mengontrol pemakai yang menggunakan
koleksi referensi dan koleksi umum sekaligus
(b) Ruang koleksi umum dan referensi menjadi stu.
(c) Perlu pengawasan yang lebih ketat
b) Sistem Pelayanan Komputer
Pelayanan dengn komputer memanfaatkan komputer sebagai
sarana pelayanan. Komputer dapat digunakan pada
pelayanan pencarian informasi, peminjaman, penelurusan
pustaka.
1) Tujuan pemanfaatan komputer :
(a) Mempermudah, mempercepat pelayanan
(b) Pencarian informasi menjadi lebih mudah dan cepat
(c) Memperluas jangkauan kepada sumber informasi yang
beragam
2) Macam pemanfaatan komputer :
Komputer dapat dimanfaatkan pada pelayanan
peminjaman dan penelurusan informasi.
(a) Pelayanan peminjaman
Agar proses pelayanan lancer komupter harus
dilengkapi dengan :
(1) Berkas peminjaman : data lengkap peminjaman.
20
(2) Berkas pustaka : data lengkap pustaka yang
dipinjamkan.
(3) Sistem kalender untuk menunjukkan pustaka yang
dikembalikan atau terlambat dikembalikan.
(4) Alat perekam data
(5) Alat pembacaan data
(6) Fasilitas data cadangan (back-up)
(7) Sistem yang dapat menampung data dengan
kapasitas tinggi
(b) Pelayanan penelurusan informasi
Penelurusan informasi dengan komputer atau alat
semacamnya adalah kegiatan menemukan informasi
data atau hal lainnya yang diperlukan oleh pengunjung
melalui jaringan komputer atau internet.
(c) Sistem katalog dan pengadaan
Sistem ini berkaitan dengan pengatalogan, pengadaan,
OPAC. Ada link diantara modul-modul secara praktis,
sehingga pengunjung perpustakaan dan pusat informasi
dapat mengidentifikasi buku atau informasii yang ada
dalam koleksi atau data base yang tersedia.
(d) Pengawasan buku
Salah satu ciri dasar sistem berbasis komputer adalah
pencatatan secara rinci terhadap peminjaman dan item
atau koleksi yang sedang dipinjam.
3) Jenis-jenis Pelayanan
a) Pelayanan sirkulasi
Merupakan kegiatan peminjaman bahan pustaka kepada
anggota perpustakaan yang memang sudah terdaftar untuk
melakukan peminjaman buku.
21
b) Pelayanan referensi/rujukan
Kegiatan melayani koleksi perpustakaan terutama koleksi
pustaka acuan/referensi atau koleksi yang tidak boleh dibawa
pulang oleh anggota perpustakaan. Buku referensi tidak
dimaksudkan untuk dibaca dari halaman pertama hingga akhir,
melainkan khsusu digunakan untuk mencari keterangan
tertentu. Maka buku referensi semacam ini tidak dipinjamkan
tetapi hanya digunakan di perpustakaan. Terdiri dari :
(1) Pelayan langsung
(a) Pelayanan informasi.
(b) Bimbingan cara menggunakan bahan-bahn referensi.
(2) Pelayanan tidak langsung
(a) Pemilihan bahan-bahan referensi.
(b) Organisasi bahan-bahan referensi.
(c) Menambah bahan-bahan referensi.
(3) Pelayanan membaca di perpustakaan
Bagi pengunjung yang tidak bermaksud meminjam buku,
hanya ingin membaca, maka disediakan layanan
membaca di perpustakaan, berupa penyediaan meja kursi
baca yang ada di setiap ruangan.
(4) Pelayanan pencarian informasi
Bagi pengunjung yang ingin mencari informasi, disediakan
fasilitas untuk mencari informasi yaitu berupa komputer
dan alat lainnya.
(5) Layanan bercerita
Layanan ini bermaksud memperkenalkan bahan pustaka
yang ada di perpustakaan dengan menyajikan cerita.
(6) Layanan pemutaran film
22
Layanan ini berupa pemutaran film atau slide. Film-film
yang diputar berupa film-film documenter, cerita rakyat,
pengetahuan, sejarah, dan lain-lain.
(7) Layanan jasa dokumentasi
Layanan ini berupa penyediaan bahan-bahan documenter
yang diperlukan oleh pengunjung seperti, peraturan-
peraturan pemerintah serta peraturan perundangan yang
dikumpulkan dan diarsipkan oleh perpustakaan.
(8) Layanan jasa terjemahan
Bagi perpustakaan yang memiliki para pustakawan yang
cukup banyak dapat pula memberikan layanan terjemahan
bagi pengunjung yang memerlukan.
(9) Layanan literature sekunder
(a) Layanan pembuatan abstrak
Perpustakaan dapat pula menyelenggarakan layanan
pembuatan sari karangan bagi pengunjung yang
memerlukan. Selaian itu dapat juga membuat
bibliografi, menyusun data tertentu yang dimintai leh
pengunjung yang memerlukan.
(b) Layanan indeks
Indeks ada;ah daftar sunjek atau topic yang terdapat
dalam buku, majalah, surat kabar, dan CD. Indeks
terbagi dalam dua bagian yaitu topic dan lokasi. Topic
merupakan subyek yang berisi berbagai artikel,
sedangkan lokasi merupakan petunjuk tempat artikel.
(c) Layanan bibliografi
Bibliografi merupakan daftar buku yang membantu
peningkatan pendayagunaan bahan pustaka. Melalui
bibliografi dapat diketahui buku-bukuapa saja yang
23
terdapat dalam suatu perpustakaan. Memudahkan
penggunan atau pemakai mencari bahan yang
diperlukan.
(d) Layanan informasi terseleksi
Layanan ini adalah sarana untuk memberitahukan
kepada seseorang atau kelompok orang tentang butir-
butir dalam literature yang mutakhir secara langsung
dan jelas sesuai dengan pusat perhatian
pekerjaannya. Tujuan layanan ini agar para pemakai
menerima informasi literature baru yang khusus ada
hubungannya dengan bidang yang dimintai dan
pekerjaannya.
(e) Layanan informasi kilat
Merupakan layanan yang diberikan kepada pemakai
jasa perpustakaan dalam bentuk kumpulan fotocopy
daftar isi majalah dalam bentuk subjek tertentu
yangdilanggan perpustakaan. Selain itu, layanan ini
dapat juga berupa fotocopy judul-judul buku terbaru
yang dimiliki perpustakaan.
(10) Layanan silang layan
Pengunjung yang tidak dapat memperoleh informasi yang
diperlukan, maka perpustakaan dapat menghubungi
perpustakaan lain untuk mencari informasi yang
dibutuhkan dengan melakukan silang layan.
(11) Layanan perpustakaan keliling
Layanan ini berupa penyajian bahan pustaka pada
masyarakat terpencil, sekolah di daerah terpencil.
(12) Layanan bentuk paket
24
Layanan ini berupa peminjaman satu set buku-buku
perpustakaan untuk periode waktu tertentu kepada
sekolah/kelurahan.
i. Ruang Lingkup Pelayanan
Lingkup atau obyek pelayanan perpustakaan dan pusat
infromasi adalah masyarakat umum. Siapapun dapat menggunakan
layanan ini yang diperuntukkan bagi semua lapisan dan golongan
masyarakat.
Anggota masyarakat yang secara potensial diharapkan
berkunjung secara teratur ke layanan ini perlu dibina sesuai
kelompoknya masing-masing, yaitu :
1) Pelajar dan mahasiswa
2) Dewasa
3) Anak-anak
4) Orang usia lanjut
5) Penyandang cacat
6) Kelompok-kelompok masyarakat, kelompok putus sekolah,
kelompok ilmiah remaja, kelompok pengabdian masyarakat,
kelompok mahasiswa universitas terbuka, dan kelompok wanita.
j. Mekanisme Kegiatan
1) Pelaku Kegiatan
a) Pengunjung perpustakaan dan pusat informasi
b) Pengelola perpustakaan dan pusat informasi dibedakan atas :
(1) Pengelola yang melayani pengunjung dan selalu
bertatapan langsung dengan pengunjung di tempat
pelayanan meja peminjaman, meja pemandu, meja
25
layanan koleksi cadangan, meja layanan pustaka, bagian
pelayanan pencarian informasi.
(2) Pengelola bagian pengolahan administrasi biasanya
bekerja di belakang layar dan hubungan dengan
pengunjung terbatas.
2) Identifikasi Kegiatan
Kegiatan perpustakaan dan pusat informasi lahir dari fungsi
pelayanan dan tujuan pengadaannya. Berdasarkan hal tersebut,
kegiatan perpustakaan dan pusat informasi dapat
diidentifikasikan dengan meninjau unsur pemakai perpustakaan
yakni, pengunjung dan pengelola yang secara umum dibagi atas
tiga kelompok kegiatan, yakni :
a) Kegiatan pengunjung
(1) Pengunjung dewasa/utama
(a) Mendapatkan informasi
(b) Menitipkan barang
(c) Meminjam dan mengembalikan barang
(d) Membaca buku/koleksi
(e) Membaca koleksi digital
(f) Membaca biasa individual dan grup
(g) Diskusi dan menulis
(h) Mengamati
(2) Pengunjung anak-anak
(a) Mendapatkan informasi
(b) Menitipkan barang
(c) Meminjam dan mengembalikan barang
(d) Membaca individual
(e) Membaca informal
(f) Bermain, mengamati, dan story telling
26
b) Kegiatan pengelola
Gambar 2.1. Skema Struktur Organisasi Perpustakaan umum Sumber: SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1990
Kepala
Perpustakaan Wakil kepala
B. tata usaha
Sub bagian
umum
kepegawaian
keuangan
Urusan dalam
B. pengadaan
Registrasi dan
distribusi
Pengadaan
dalam negeri
Pengadaan luar
negeri
Bidang koleksi
Koleksi umum
Koleksi deposit
Koleksi khusus
Bidang
reprpografi
Bidang reproduksi
Bidang
konservasi
penerbitan
Bidang Bibliografi
Bidang
penyuntingan
Bidang
katalogisasi
Bidang PTII
Pemilihan bahan
pustaka
Pengolahan
teknis
Jasa informan
27
(1) Bidang tata usaha/administrasi
(a) Sub bagian umum melakukan urusan surat menyurat,
kerasipan, dokumentasi dan penyusunan laporan.
(b) Sub bagian kepegawaian melakukan urusan
penyiapan penyusunan rencana formasi pegawai,
penyusunan pola pengembangan karier dan penilaian
jabatan, pelaksanaan urusan kepangkatan,
pengankatan, dan pemindahan dalam jabatan
structural dan jabatan fungsional, pelaksanaan urusan
pemberhentian, pensiunan, dan penyelesaian
pelanggaran disiplin pegawai, pengembangan dan
pemeliharaan basis data kepegawaian dan penataan
kearsipan dan tata naskah dokumen pegawai, serta
pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan.
(c) Sub bagian keuangan membuat pengajuan anggaran,
mengatur sirkulasi keuangan, membuat laporan
keuangan tiap bulan dan tahunan.
(d) Sub bagian urusan dalam mengerjakan urusan
perlengkapan, rumah tangga, kendaraan, perjalanan
dinas di lingkungan Departemen.
(2) Bidang pengadaan
(a) Seksi pengadaan bahan pustaka dalam negeri
melakukan pengadaan semua terbitan Indonesia untuk
keperluan deposit, peminjaman umum dan jasa
referensi.
(b) Seksi pengadaan bahan pustaka luar negeri
melakukan pengadaan terbitan luar negeri utuk
keperluan deposit, peminjaman umum dan jasa
referensi.
28
(c) Seksi registrasi dan distribusi melakukan inventarisasi
dan distribusi bahan pustaka tercetak dan digital.
(3) Bidang koleksi
(a) Seksi koleksi tercetak mengatur pemanfaatan koleksi
bahan pustaka berbagai bidang ilmu pengetahuan.
(b) Seksi koleksi informasi mengatur berbagai informasi
yang masuk atau yang akan masuk di data base
informasi.
(c) Seksi koleksi digital mengatur pemanfaatan koleksi
bahan pustaka digital.
(d) Seksi koleksi khusus mengatur pemanfaatan koleksi
bahan pustaka khusus non buku.
(4) Bidang reprografi
(a) Seksi repografi melakukan pemotretan dan
pengolahan dalam bentuk mikro.
(b) Seksi konservasi dan penjilidan melakukan penjilidan,
pengawetan dan fumigasi bahan pustaka.
(c) Seksi penerbitan melakukan penerbitan bibliografi
nasional Indonesia dan penyusunan statistic.
(5) Bidang pengolahan teknis dan jasa infromasi
(a) Melakukan pemilihan bahan pustaka.
(b) Melakukan pengolahan teknis bahan pustaka.
(c) Melakukan jasa informasi bahan pustaka.
c) Kegiatan Penunjang
(1) Kegiatan internet
(a) Kegiatan diskusi.
(b) Kegiatan santai.
(c) Kegiatan menelepon.
(d) Kegiatan audio visual.
29
(e) Kegiatan ibadah.
d) Kegiatan Servis
(1) Pengadaan rak buku.
(2) Pengadaan komputer dan alat-alat penunjang pencarian
informasi bagi para pengunjung yang membutuhkan.
(3) Penataan audiovisual dan microfilm.
(4) Keamanan.
(5) Toilet.
(6) Parker kendaraan staf.
(7) Parkir kendaraan pengunjung
k. Pengadaan dan pengolahan koleksi pustaka
1) Pengadaan koleksi perpustakaan
Menurut penyelengaraan perpustakaan umum (1992:34)
dijelaskan bahwa pengadaan bahan pustaka dapat ditempuh
melalui lima jalan, yaitu :
a) Membeli
b) Membuat sendiri
c) Sumbangan atau bantuan
d) Menrima titipan
e) Tukar-menukar
2) Pengolahan bahan koleksi pustaka
a) Pemberian tanda
Semua bahan pustaka yang diterima perpustakaan akan
menjadi koleksi sehingga perlu diberi tanda kepemilikan
berupa pengecatan, penulisan, dan pemberian stempel.
b) Klasifikasi
Untuk memudahkan pengunjung, maka semua koleksi yang
dimiliki perpustakaan dikelompokkan menurut subyek. Sistem
30
pengelompokan subyek ini terdiri dari, DDC (Dewey Decimal
Clasification), UDC (Universal Decimal Clasification), BC (
Bibliografic Clasification), CC (Colon Clasification), dan
klasifikasi Islam. Sistem klasifikasi yang banyak digunakan di
Indonesia adalah DDC (Dewy Decimal Clasification).
c) Pencacatan
Semua bahan informasi yang diputuskan untuk menjadi milik
perpustakaan hendaknya dicatat pada buku kartu atau
komputer. Lalu dipisahkan menurut jenis informasi yaitu, buku,
majalah, CD, film, peta, gambar arsitek, sejarah, dan lainnya.
d) Pengkatalogan
Pembuatan daftar pustaka milik perpustakaan. Daftar ini
berfungsi untuk memcatat koleksi yang dimiliki, membantu
proses pencarian, dan mengembangkan standar-standar
bibliografi internasional.
l. Pengawetan dan pelestarian bahan pustaka
Bahan pustaka yang terdiri dari bahan kertas dan non kertas
perlu dijaga keawaetannya. Penjagaan dimaksudkan agar nilai
infromasinya tetap lestari dan dapat dimanfaatkan sepanjang masa.
Adapun penyebab kerusakan bahan pustaka, yakni :
1) Faktor biologi
Indonesia merupakan daerah tropis, factor ini ikut mendorong
kerusakan bahan pustaka. Factor ini antara lain serangga, jamur,
dan lumut. Namun kerusakan oleh factor ini dapat dicegah
dengan pencegahan berikut :
a) Mengurangi kelembaban.
b) Mengindari adanya debu, kotoran, minyak atau bahan organic
lainnya.
31
c) Tidak menggunakan perekat yang mengandung omylum untuk
menjilid.
d) Suhu ruangan diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu
tinggi.
e) Menggunakan fungisida untuk membasmi cendawan dan
sebaiknya dengan bantuan para ahli.
f) Menggunakan larutan kimia yang tidak berbahaya bagi
manusia.
2) Factor fisika
Kerusakan bahan pustaka leh factor ini antara lain, cahaya,
panas, uap air. Namun kerusakan oleh factor ini dapat dicegah
melalui pencegahan berikut ini :
a) Memperlakukan bahan pustaka dengan lebih hati-hati terutama
saat pengiriman, pengambilan pad arak, pengembalian ke rak,
membaca, membuka atau menutupnya.
b) Bahan pustaka kertas yang mudah rusak hendaknya dijilid
terlebih dahulu.
c) Menjaga kebersihan ruang perpustakaan.
3) Factor kimiawi
Kekuatan kertas dan tinta secara perlahan memang akan
menurun karena adanya gas alam, debu, dan asap yang
terkandung oleh udara.
Di samping pencegahan keruskan, diperlukan juga adanya
pemeliharan bahan pustaka seperti berikut ini :
a) Pemeliharaan bahan kertas
(1) Reproduksi
Koleksi langka, penting, dan lainnya perlu direproduksi,
reproduksi ini dapat dilakukan dengan cara fotocopy,
pembuatan bentuk mikro, dan pembuatan duplikasinya.
32
(2) Penjilidan
Bahan-bahan yang perlu dijilid antara lain sampul yang
mudah rusak, sampul terlalu tipis, jilidan yang terlepas, dan
majalah yang terlepas.
(3) Laminasi
Laminasi dengan cara memberikan pelindung plastic atau
bahan lain agar bahan pustaka tidak sobek atau hancur,
dan terlihat rapi.
(4) Penyiangan
Mengeluarkan jajaran koleksi buku suatu perpustakaan
yang didasarkan atas pertimbangan koleksi buku sudah
tidak diminati lagi, sudah ada edisi baru, atau bertentangan
dengan kebijakan pemerintah dan etika masyarakat.
(5) Fumigasi
Fumigasi aau pengasapan bertujuan untuk membunuh
jamur maupun serangga yang tumbuh pada bahan kertas.
Dapat dilakukan di dalam kotak, ruang, ruang penyimpanan
arsip, ruang perpustakaan, maupun ruang deposit. Bahan
berbentuk cairan, padat, atau gas.
b) Pemeliharaan bahan non kertas
Penyimpanan untuk kategori ini dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu disimpan dalam ruangan atau dalam kantong
aluminium. Namun apabila disimpan di dalam ruangan makas
harus memenuhi syarat berikut :
(1) Bebas dari debu
(2) Tidak terkena sinar matahari langsung
(3) Kelembaban udara hendaknya dijaga antara 20-40%.
(4) Suhu ruangan hendaknya dijaga tidak lebih dari 210.
33
(5) Sirkulasi udara dalam ruangan dapat berjalan dengan
lancer.
(6) Ruangan harus tertutup rapat, terbebas dari debu luar,
terhindar dari kontasminasi zat kimia.
(7) Memiliki alat untuk menjaga keamanan dari bahan
kebakaran dan pencurian.
(8) Penyimpnanan bahan pada rak yang antikarat dan
dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari plastic
maupun fiberglass.
(9) Penjagaan kelembaban dan suhu ruangan hendaknya
disesuaikan dengan jenis bahan dan jangka waktu
penyimpanan.
m. Pengamanan bahan pustaka
1) Barcode
Barcode dapat diartikan sebagai sekumpulan kode yang
berbbentuk garis-garis dan spasi, di mana masing-masing
ketebalan setiap garis dan spasinya berbeda sesuai dengan isi
kode tersebut. Fungsi barcode adalah sebagai sarana untuk
mempermudah kita dalam menginput data di mana cara kerjanya
input data otomatis. Barcode dibuat berdasarkan nomor
invetarisasi dengan menggunakan angka sebanyak 10 digit.
Empat digit pertama menunjukkan tahun pencacatan buku, tiga
digit berikutnya menunjukkan kepemilikan bahan pustaka, dan
tiga digit akhir menunjukkan jumlah koleksi. Penulisan angka
barcode sebagai berikut :
2013520201
Keterangan:
2013 tahun pencacatan buku
34
520 kepemilikan bahan pustaka
201 jumlah koleksi unit
2) Alat sensor
Alat sensor adalah pintu yang dipasang pada pintu keluar
perpustakaan yang berfungsi sebagai pengontrol bahan pustaka
jika ada yang membawa buku keluar dari ruang perpustakaan
tanpa izin petugas.
Karakteristik alat sensor ini sebagai berikut :
a) Tinggi minimal 160 cm.
b) Lebar area deteksi minimal 75 cm.
c) Volume suara dan periode alarm dapat di atur sesuai
kebutuhan.
d) Dapat dikembangkan dengan peralatan keamanan lain seperti
CCTV atau voice alarm.
e) Mudah dipindahkan.
f) Frekuensi kerja maksimal 220Hz, untuk menghindari interfemsi
dan mengurangi terjadinya false alarm.
g) Dapat menghitung jumlah pengunjung perpustakaan dan pusat
infromasi.
3) Alat keamanan bahan pustaka
Bahan pustaka yang teridir dari bahan kertas dan bahan non
kertas yang dipinjamkan keluar, perlu diberi tatle tape sistem
sebagai alat keamanan. Alat ini memeliki karakteristik sebagai
berikut :
a) Bentuknya tipis, bening, dan transparan sehingga sulit dikenal.
b) Menggunakan teknologi elektromagnetik yang mudah
diterapkan ke permuakaan bahan pustaka.
4) Alat aktifasi-dekatifasi
35
Alat ini memiliki kemampuan aktifasi dan deaktifasi secara cepat,
kira-kira dua detik dan dapat dilakukan dari dua arah yang
berlawanan. Alat ini juga memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Memiliki interfence ke barcode sistem sehingga mengakses
infromasi dari data base.
b) Memiliki indikator yang mudah dibaca pada saat aktifasi atau
deaktifasi.
c) Dapat melakukan aktifasi atau deaktifasi beberapa buku
sekaligus.
d) Dapat digunakan untuk bahan non buku seperti film, kaset, CD,
dan lainnya.
2. Faktor Non Fisik
a. Materi Koleksi
Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP), materi
koleksi adalah semua infromasi dalam bentuk karya cetak dan karya
rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan
yang dihimpun, diolah, dan dilayankan. Adapun bahan informasi
yang diterima perpustakaan terdiri dari:
1) Bahan buku
a) Buku teks
Buku teks adalah lembaran tercetak berisi ilmu pengetahuan
atau bidang tertentu dan biasanya digunakan sebagai bahan
pelajaran, penataran, kuliah dan dapat dipelajari secara
mandiri. Terbitan ini tidak berkala dan ditulis oleh seseorang
atau lebih atas nama pribadi atau atas nama lembaga terdiri
minimal 48 halaman.
b) Koleksi bahan rujukan
36
Buku ini disusun untuk memberikan informasi tetang kata
subjek masalah, nama orang, nama tempat, peristiwa,
pustaka, angka. Waktu, ukuran, dan lainnya. Buku-buku yang
disusun dan disediakan untuk memberi informasi khusus ini
memiliki karakterisktik :
(1) Disusun untuk keperluan khusus, misalnya untuk
kepentingan konsultasi, memberi keterangan singkat, atau
memberikan data yang akurat.
(2) Disusun dengan sistem tertentu misalnya sistem abjad,
angka kronologis, geografis, dan lainnya.
(3) Jenis koleksi ini tidak perlu dipelajari keseluruhan.
(4) Pada umumnya di susun oleh banyak orang.
Jenis buku ini meliputi kamus, ensiklopedia, handbook,
buku pegangan, direktori, bibliografi, buku tahunan, sumber-
sumber biografi, indeks, abstrak, dan almanac.
c) Buku fiksi
Kata fiksi berasal dari kata fictio (bahasa latin) yang berarti
bentukan atau rekaan. Buku fiksi adalah buku karya tulis
berupa rekaan atau karya imajinatif yang berdasarkan
khayalan belaka. Bentuk ini misalnya novel, roman, drama,
puisi, pantun, dan lainnya.
d) Teribitan berkala
Publikasi yang direncanakan terbit secara terus menerus tanpa
dibatasi waktu, berisi informasi baru yang menraik, dan ditulis
oleh beberapa orang. Publikasi ini diterbitkan oleh lembaga,
sekelompok orang, yayasan, organisasi profesi yang
membentuk sususnan redaksi sebagai penanggungjawab.
Publikasi ini terbit harian, mingguan, bulanan, kuartalan,
semesteran bahkan tahunan.
37
2) Bahan non buku
Sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi,
maka koleksi perpustakaan dan pusat informasi tidak hanya
berupa buku atau bahan pustaka lainnya. Bahan-bahan itu antara
lain berupa sebagai berikut :
a) Mikrofis
Film yang berukuran kecil, tembus cahaya, dan berisi infromasi
dalam bentuk tulisan, gambar, maupun grafis yang diatur pada
selembar film secara berbanjar horizontal maupun vertical.
b) Film mikro
Film yang sangat kecil, digunakan untuk menyimpan,
memunculkan kembali, atau mempublikasikan duplikat
dokumen, cetakan, gambar studio, atau foto.
c) Kaset
Berasal dari kata dalam bahsa inggris “cassete” yang berarti
peti kecil yang terbuat dari kayu atau logam yang dihiasi
dengan hiasan yang indah. Biasanya kaset diisi dengan lagu
atau gambar/video.
d) Piringan hitam
Terbuat dari bahan ebonite berwarna hitam dan berbentuk
bulat pipih. Pada kedua permukaannya terdapat lekukakan
halus berbentuk spiral yang menyebabkan jarum piringan
hitam yang melaluinya bergetar dan menimbulkan suara.
e) CD-room
Alat yang berfungsi sebagai wadah penyimpanan informasi
berbentuk lempengan kecil berdiameter kurang dari 5 inchi
yang mampu meyimpan data hingga 550 megabite sampai 1
gigabite. Kemampuan simpan ini sama dengan 200.000-
38
400.00 halaman teks atau 125 kg kertas atau 74 menit
rekaman music atau 4.500 jam suara digital.
f) E-books dan E-journal
Pada dasarnya merupakan distribusi muatan isi buku dalam
bentuk dgital. Dalam hal ini, internet bertindak sebagai jantung
pada sistem pelayanan e-books dengan berbagai kemudahan
dan kecepatan aksesnya.
b. Perabot
Sebagai sarana layanan dan sarana kerja, perpustakaan dan pusat
informasi menyediakan saran perpustakaan dan pusat informasi
meliputi:
1) Rak buku
2) Rak majalah
3) Komputer
4) Rak audio visual
5) Rak buku referensi
6) Meja baca
7) Meja kerja
8) Kursi baca
9) Kursi dan meja komputer
10) Alat baca bagi tunanetra
11) Ac
12) Rak display buku
13) Rak surat kabar
14) Jaringan internet (berguna untuk mencari informasi)
15) Lemari penitipan tas
Pemanfaatan perabotan seperti ini sebagai fasilitas pengunjung
sangat menentukan dalam mendukung fungsi kegiatan pelayanan.
39
Bila didasarkan pada penggunaannya maka perabot dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Perabot bagi pengunjung
Perbaot yang dipakai pengunjung untuk mendukung fungus
kegiatan misalnya: membaca, belajar, diskusi.
Gambar 2.2. Dimensi Minimal Ruang dan Meja Baca
Sumber: Data Arsitek Jilid 2
2) Perabot bagi Pengelola
Perabot yang digunakan pengelola dalam menunjang operasional
kegiatan dalam perpustakaan dan pusat informasi baik secara
administrasi maupun pada fungsi pelayanan. Perabot yang
digunakan untuk koleksi dan pelayanannya dapat dibedakan
yaitu:
a) Rak penyimpanan
Perabot ini adalah elemen utama untuk perpustakaan. Ukuran,
desain, dan kontruksinya dapat berbeda-beda tergantung jenis
40
yang diperagakan seperti, buku, peta, majalah, film, piringan
hitam, surat kabar, dan lainnya.
Gambar 2.3. Dimensi Minimal Rak Penyimpnanan Koleksi Sumber: Data Arsitek Jilid 2
b) Meja
Meja yang digunakan baik bentuk aupun ukurannya harus
menunjang kegiatan perpustakaan di mana kesan hangat dan
dinamis merupakan kriteria utama di dalam pemilihan material
yang digunakan. Beberapa jenis meja yang digunakan antara
lain:
(1) Meja biasa untuk belajar.
(2) Meja dengan permukaan miring.
(3) Meja untuk pertemuan/seminar.
(4) Meja atlas.
(5) Meja kerja untuk staf.
(6) Meja komputer.
41
Gambar 2.4. Dimensi Minimal Meja Baca Sumber: Data Arsitek Jilid
c) Carrel (tempat untuk belajar satu orang)
Merupakan meja baca yang tertutup bagian depan kiri dan
kanan, yang khusus untuk dipakai satuu orang kebutuhan
akan tempat ini dapat berupa ruang tersendiri maupun
menyatu dengan ruang baca umum maupun ruang referensi.
Gambar 2.5. Dimensi Minimal untuk carrel Sumber: Data Arsitek Jilid 2
42
d) Kursi
Kursi dapat terbuat dari bahan logam atau kayu. Pemakaian
bahan kayu memiliki daya tarik dan memberikan perasaan
hangat dan nyaman.
e) Meja sirkulasi
Meja sirkulasi digunakan untuk melayani peminjaman dan
pengembalian buku.
f) Lemari katalog
Dibuat khusus menyimpan dan menyususn kartu katalog.
Banyaknya kartu dalam laci lemari katalog tergantung dari
banyaknya judul-judul bahan pustaka yang menjadi koleksi
perpustakaan. Setiap judul buku biasanya memerlukan 3-6
kartu katalog berukuran standar. Setiap laci katalog dapat
menyimpan kartu katalog sekitar 1.000 lembar.
g) Rak untuk pameran dan peragaan
h) Perabotan lain
Meliputi, kereta buku, mesin fotocopy, rak kerja petugas, meja
kerja petugas, komputer, dan lainnya.
c. Standar persyaratan ruang
1) Standar temperature tuang
a) Standar temperature dalam ruang perpustakaan adalah 190-
230C dan kelembaban 40%-50%.
b) Untuk lokasi langkah dan khusus standar suhu 170-190C dan
kelembaban 49%-55%.
2) Standar kebutuhan cahaya
a) Ruang baca = 200lux-400lux
b) Ruang baca referensi = 600lux
c) Ruang konter = 600lux
43
d) Ruang buku = 100lux
e) Penjilidan = 600lux
f) Ruang katalog = 400lux
g) Ruang informasi (komputer) = 600lux
3) Pengolompokan tingkat kebisingan
a) Area tenang 30-35 db
b) Area kurang tenang 40-50db
c) Area bising 50-60db
4) Standar akustik
Rumus :
RT =
RT = reverbation time
Keterangan
V= volume ruang ft
A= otal serapan dalam ruang ft
1 ft = 0,48 cm
Sistem akustik diterapkan pada ruang untuk pelayanan
pembacaan yang bersifat tenang.
d. Standar Persyaratan Gedung
1) Luas gedung sekurang-kurangnya 0,008 m2 per kapita dikalikan
jumlah penduduk.
2) Memenuhi standar kesehatan, keselamatan, kenyaman,
ketenangan, keindahan, pencahayaan, keamanan, dan sirkulasi
udara.
3) Perencanaan gedung memungkinkan pengembangan fisik.
4) Memenuhi aspek teknologi, konstruksi, lingkungan, efektifitas,
efesiensi, dan kecukupan.
5) Berbentuk permanen.
44
6) Memperhatian kekuatan dan memenuhi persyaratan konstruksi
lantai untuk ruang koleksi perpustakaan (minimal 400 kg/m2).
7) Dilengkapi dengan sarana kepentingan umum seperti toilet,
mushola, area parker.
e. Standar Persyaratan Lokasi
Menurut Standar Nasional Perpustakaan Umum, syarat lokasi
gedung perpustakaan dan pusat informasi, yaitu:
1) Berada pada lokasi yang mudah dilihat, dikenal, dan dapat
dijangkau masyarakat.
2) Berada di lokasi pusat kota.
3) Memiliki status hukum yang jelas
B. Tinjauan Khusus Perpustakaan dan Pusat Informasi di Makassar
1. Tinjauan Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Propinsi
Sulawesi Selatan
Perarturan Daerah Sulawesi Selatan No. 30 tahun 2001 tentang
pembentukan organisasi dan tata kerja.
1) Sistem pelayanan
a) Sistem pelayanannya adalah pelayanan terbuka (open acces),
dan pelayana tertutup (close acces).
b) Sasaran pelayanan adalah masyarakat umum dengan berbagai
tingkatan umum dan tingkatan pendidikan mulai dari SD, SMP,
SMA, Mahasiswa dan Pegawai.
c) Jenis pelayanan yang diberikan:
(1) Layanan perpustakaan
(2) Layanan informasi
(3) Layanan rujukan
(4) Layanan bibliografi
45
(5) Layanan audio visual
(6) Layanan deposit
(7) Layanan auromatisasi
(8) Layanan internet
(9) Layanan perpustakaan keliling
d) Dari data yang didapat, jumlah pengunjung perhari kurang lebih
700 orang. Koleksi yang terbaca/hari 2.500 eksemplar, dengan
koleksi terbaca/hari adalah ilmu social, ilmu terapan, dan fiksi.
e) Lingkup pelayanannya adalah masyarakat umum di kota
Makassar dan daerah sekitarnya.
2) Struktu organisasi
Jumlah pegawai pada badan arsip dan perpustakaan daerah prop.
Sulawesi selatan adalah sebanyak 124 orang yang terdiri dari
structural 10 orang, pustakawan 68 orang, staf 46 orang.
46
Gambar 2.6. Skema struktur organisasi perpustakaan daerah Sulawesi selatan Sumber: arisp perpustakaan daerah sulsel
Ke
pala b
adan
Ke
l. Jabatan
fu
ngsio
nal
Sekretaris
Bid
ang p
engelo
laan
arsip in
aktif
sub
bid
pelayan
a arsip
in aktif
Sub
bid
p
eyimp
anan
an arsip
Sub
bid
pen
golah
an
arsip
Sub
bid
akulasi arsip
Bid
ang p
engelo
laan
arsip statis
Sub
bid
pelayan
an
dan
pen
ebitan
n
askah
Sub
bid
pelestarian
arsip
Sub
pen
golah
an arsip
statis
Sub
bid
pen
ilaian d
an
akuisi arsip
Bid
ang layan
an
pelestarian
Sub
bid
pelayan
an
perp
ustakaan
Sub
bid
pelestarian
b
ahan
pu
staka
Sub
bid
oto
risasi p
erpu
stakaan
Su b
id jasa tekn
is dan
ke
lemb
agaan
Bid
dep
osit
pen
gemb
angan
dan
p
engo
lahan
Sub
dep
osit karya
cetak
Sub
bid
kelemb
agaan
perp
ustakaan
Sub
bagian
um
um
Su
b b
agian p
rogram
Sub
bag kep
egawaian
Sub
bag keu
angan
47
C. Tinjauan Konsep Green Architecture
1. Latar Belakang
Pada mulanya kehidupan manusia dengan alamnya berada dalam
keadaan yang selaras. Segala kebutuhan manusia dapat terpenuhi
dan kelestarian alam pun dapat terjaga. Namun seiring dengan
perkembangan zaman, kebutuhan manusia semakin meningkat
seingga terjadilah ekspoitasi besar-besaran terhadap bumi.
Akibatnya rusaklah keseimbangan alam yang berdampak pada
kecauan sistem alam semesta, misalnya terjadi bencana alam dan
fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali.
Isu ini dikenal dengan nama Global Warning yang menjadi
perbincangan di masyarakat dan memicu timbulnya gerakan dan
gagasan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia,
termasukdalam dunia arsitektur.
Gerakan hijau yang tengah berkembang pesat saat ini tidak hanya
bertujuan untuk melindungi sumber daya alam, tetapi juga
diimplemetasikan sebagai upaya efisiensi penggunaan energy serta
meminimalisir kerusakan lingkungan sekitar. Hal ini tentu sangat
bermanfaat apabila dilakukan secara merata dan berkelanjutan,
khususnya di Indonesia yang merupakan Negara yang sedang
berkembang.
Sosialisasi terhadap upaya-upaya adaptasi dan mitigasi terhadap
perubahan iklim terus dilakukan pemerintah Indonesia, tetapi ternyata
tidak semua elemen masyarakat sudah mengetahui dan paham
mengenai kedua hal tersebut. Terbukti dari merebaknya Sick Building
Syndrome pada bangunan-bangunan di Indonesia. Bentuk solusi yang
menjadi pilihan adalah dengan menerapkan konsep Arsitektur Hijau
yang kini sudah mulai dijalankan oleh pemerintah.
48
2. Pengertian Konsep Green Architecture
Green Architecture adalah sebuah konsep yang berusaha
meminimalkan pengaruh terhadap bentuk lingkungan alam maupun
manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih sehat dan lebih
baik, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan
sumber daya alam secara efisien dan optimal.
Green Architecture muncul untuk mengurangi dampak keruskan
lingkungan yang mulai terjadi akibat penggunaan fisik yang menguras
sumber daya alam serta isu Pemanasan Global yang saat ini dihadapi.
Arsitek sebagai pelaku utama dalam merancang bangunan dan
kawasan harus memikirkan kaidah-kaidah yang meminimalkan
konsumsi sumber daya alam dan dampak negatifnya terhadap alam
dan lingkungannya. Seorang arsitek juga harus memperhatikan
pelestarian lingkungan alam dengan meminimalkan pengubahan
kondisi tapak awal, rancang bangunan dan kawasan yang
menggunakan bangunan renewable, reuses, recycle dan rendah
kandungan energi, serta memperhitungkan pengolahan dan
pemanfaatam limbah.
3. Prinsip-prinsip Green Architecture
Prinsip-prinsip Green Architecture menurut Brenda dan Robert Vale
(1991), adalah :
a. Hemat energy
Di mana pengoperasian bangunan harus meminimalkan
penggunaan bahan bakar atau energy listrik dan sebisa mungkin
memaksimalkan energy alam sekitar lokasi bangunan.
b. Memperhatikan kondisi iklim
Dalam mendesain bangunan harus memperhatiakan kondisi iklim
yang berlaku di lokasi tapak.
c. Meminimalkan penggunaan sumber daya baru
49
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan sumber
daya yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru
agar sumber daya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di
masa mendatang.
d. Menanggapi keadaan tapak bangunan
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan
tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadaan bangunan baik dari segi
konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan
sekitar.
e. Memperhatikan pengguna bangunan
Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua
penggunan bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya.
f. Holistic
Dalam mendesain bangunan menerapkan 5 poin di atas menjadi
satu dalam proses perancangan bangunan seusai potensi yang ada
di dalam site.
4. Penerapan Green Architecture
a. Dalam efisiensi penggunaan energi
Ditempuh dengan langkah-langkah :
1) Memaksimalkan cahaya alami
a) Memanfaatkan sebanyak-banyaknya cahaya alami sebagai
sumber utama penerangan dengan memaksimalkan cahaya
matahari. Adapun startegi pencahayaan alami, yaitu :
(1) Peletakan lubang masuk cahaya di atas
50
Gambar 2.7. Skema akses pencahayaan alami Sumber: http://esbentstudio.blogspot.co.id/2011_01_01_archive.html
(2) Peletakan lubang masuk cahaya di samping
Berikut ini tabel perbandingan akses cahaya alami :
Tabel 2.1. Mengakses cahaya alami
METODE PENERANGAN ATAS PENERANGAN
SAMPING
Cara akses Kemampuan distribusi cahaya
Kaca atap horizontal Wilayah interior yang lebih luas
Jendela vertical Penetrasi interior terbatas
Factor utama
Ketidaknyamanan visual yang lebih tinggi Ketidaknyamanan termal lebih tinggi
Ketidaknyamanan visual lebih rendah Ketidaknyamanan termal lebih rendah
Jenis glazing kaca Tingkat kompleksitas
Diffused glazing Kurang kompleks
Glazing kosong/berwarna/reflektif Lebih kompleks
Factor yang dipertimbangkan
Terbuka langsung ke langit
Ukuran glazing Lokasi Transmitteance visual kaca Performa termal kaca
Penerangan listrik yang perlu ditambah
Tidak ada Dibutuhkan dalam jarak tertentu dari kaca
Sumber : Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di
Indoensia Jilid 2
51
(3) Mendesain permukaan yang digunakan untuk
mendistribusikan dan mengurangi penerangan berlebih
dari cahaya matahari yang masuk dari slideghting
(4) Pemilihan material yang digunakan untuk memantulakn
cahaya yang ada atau masuk dalam ruang. Permukaan
material ini akan mempengaruhi kualitas pencahayaan
dalam ruang.
Berikut ini nilai reflektansi beberapa material bangunan :
Tabel 2.2. Refleksi beberapa material bangunan
MATERIAL REFLECTANCE
Aluminium 85%
Asphalt 5-10%
Brick 10-30%
Concrete 20-30%
Gravei 20%
Plaster white 40-80%
Water 30-70%
Vegetation 5-25%
Sumber : http://kampus-sipil.blogspot.co.id/2013/02/sifat-sifat-bahan-bangunan.html
52
Beriku ini nilai refleksi beberapa warna cat :
Tabel 2.3. Refleksi beberapa warna cat
COLOR REFLECTANCE
White 80-90%
Pale blue 80%
Canary yellow 75%
Lemon yellow 65%
Dark cream 60%
Light blue 55%
Light green 50%
Light brown 50%
Apricot 45%
Apple green 40%
Medium brown 35%
Red orange 30%
Dark red, blue, gray 15%
Black 5% Sumber : http://kampus-sipil.blogspot.co.id/2013/02/sifat-sifat-bahan-bangunan.html
b) Hanya menggunakan lampu elektrikal di tempat di mana
cahaya alami tidak cukup, dan selanjutnya memilih lampu
artifisial yang efisien dan sesuai.
c) Pengelompokan ruangan dengan kebtuhan penerangan yang
sama. Efeknya adalah pada penempatan posisi ruang
terhadapa sumber cahaya.
2) Memaksimalkan penghawaan alami
Sebagai ganti pengkondisian udara buatan. Menggunakan
ventilasi dan bukaan penghawaan silang, serta cara-cara inovatif
lainnya. Berikut adalah beberapa teknik sederhana yang dapat
digunakan untuk mendapatkan penghawaan alami dalam
bangunan :
a) Pengurangan energy surya yang terkait dengan :
(1) Orientasi bangunan gedung
53
(2) Bayangan yang diciptakan bangunan gedung yang
berdampingan
(3) Lanskap
(4) Perlengkapan peneduh jendela, misalnya kanopi
(5) Lapisan penutup permukaan
b) Pengurangan transmisi panas dalam bangunan melalui :
(1) Isolasi termal
(2) Rongga udara
Adapaun aplikasi yang bisa diterapkan pada bangunan untuk
memaksilkan penghawaan alami adalah :
a) Cross ventilation
Aliran udara dingin dari luar ruangan ke dalam ruang dan
membawa udara panas keluar.
Gambar 2.8. cross ventilation Sumber: http://articles.extension.org/pages/30976/passive-solar-cooling-for-homes
b) Stack ventilation
Sistem ventilasi yang bekerja berdasarkan sifat udara terhadap
temperature. Prinsip dasarnya yaitu :
(1) Udara panas punya kerapatn redah, bersifat ringan dan
bergerak ke atas.
54
(2) Udara lain yang lebih dingin akan mengisis ruang kosong
yang ditinggalkan udara panas yang bergerak ke atas.
Gambar 2.9. Stack ventilation Sumber: https://sustainabilityworkshop.autodesk.com/buildings/stack-ventilation-and-
bernoullis-principle
c) Earth cooling tubes
Pendinginan ruangan menggunaan udara yang dilewatkan di
bawah tanah selama perjalanan di bawah tanah udara
didinginkan sesuai suhu tanah.
Gambar 2.10. Earth cooling tube Sumber: https://www.pinterest.com/ii4him/earth-tube-cooling-heating/
d) Earth shelterin
Pendingin ruangan yang menggunakan suhu tanah karena
sebagian pelingkup ruang langsung berbatasan dengan tanah.
55
Gambar 2.11. Earth sheltering Sumber: https://id.pinterest.com/rashamatata/заглубленные-дома/
3) Penggunaan energy alternative (solar sel, turbin air, angin,
tekanan udara, dll). Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan
dengan aenergi alternative adalah :
a) Photovoltaics
Sel untuk mengkonversi energy sinar matahari menjadi energy
listrik. Pemasangan sel surya bisa dilakukan pada atap, fasad,
sebagai sun shading dan bisa di ruang terbuka.
Gambar 2.12. photovoltaic Sumber: http://northpower.com/about/community/photovoltaics
b) Wind turbines
56
Alat untuk mengkoversi energy angina menjadi energy listrik.
Gambar 2.13. wind turbines Sumber: http://www.digitaltrends.com/cool-tech/mega-wind-turbine/
c) Microhydro turbines
Alat untuk mengkonversi energy aliran air menjadi energy
listik.
Gambar 2.14. microhydro turbines Sumber: http://maverickenergy.co.nz/2013/10/off-grid-micro-hydro-waikato/
4) Penggunaan teknologi untuk mencapai bangunan yang hemat
energi, seperti teknologi control pencahayaan, penggunaan
control gerak dan penggunan teknologi VRF.
57
b. Dalam efisiensi penggunaan air
Ditempuh dengan langkah-langkah :
1) Memanfaatkan air hujan dalm cara-cara inovatif untuk
menampung dan mengolah air hujan untuk keperluan domestic.
Ada 2 skala penggunaan air hujan yaitu :
a) Sistem kecil, menampung air hujan pada atap untuk
penggunaan domestic.
b) Sistem besar, menggunakan penyaring bear untuk keperluan
pengairan tanaman.
Gambar 2.15. rainwater harvesting Sumber: http://byjus.com/biology/rainwater-harvesting/
Beberapa factor perlu dipertimbangkan saat mengumpulakn air
hujan :
a) Lebih baik membuang air hujan dari 20 menit pertama untuk
menghindari kandungan asam dalam hujan.
b) Sebaiknya diadakan proses untuk mengontrol fouling biologis.
c) Penyimpanan air hujan sebaiknya dikalkulasi berdasarkan
jumlah yang direncanakan akan dipakai dan sangat
bergantung pada ketersediaan ruang.
d) Peraturan local yang mencegah panen air hujan.
58
2) Pengolahan kembali grey water (air bekas KM, dapur, cucian, dll(
dan menggunakan STP (Siwage treatment plant) untuk mendaur
ulang air dan limbah rumah tangga sehingga bisa digunakan
kembali untuk tangki toilet, penyiraman tanaman, dan lain
sebagainya sehingga dapat mengurangi konsumsi air bersih.
Pendauran ulang air umumnya meliputi tiga tahap yaitu :
a) Perawatan primer untuk sementara, letakkan pembuangan
kotoran dalam kolam tidak aktif di mana padatan-padatan yang
berat dapat menuju bawah kolam sementara minyak, oli, dan
padatan yang lebih ringan akan mengambang ke permukaan.
Bahan yang telah berada di bawah dan yang mengambang
dihilangkan dan sisa cairan dapat disalurkan ke perawatan
sekunder.
b) Perawatan sekunder menghilangkan bahan organic yang telah
larut. Perawatan sekunder umunya dilakukan oleh
mikroorganisme yang terdapat dalam air dalam akwasan
lingkungan yang terawat. Perawatan sekunder mungkin
mebutuhkan proses terpisah untuk menghilangkan
mikroorganisme dari air yang sudah terawatt sebelum
penyaluran ke perawatan tersier.
c) Perawatan tersier dapat didefinisikan sebagai apapun yang
meleihi perawatn primer dan sekunder untuk memungkinkan
pencegahan eksosistem yang sangat sensitive atau sangat
rapuh (muara air, suangai beraliran rendah, terumbu karang).
Air yang sudah terawatt adakalanya diinfeksi dengan bahan
kimia atau secara fisik (contohnya danau di pinggir laut dan
filtrasi-mikro) sebelum disalurkan ke dalam aliran sungai,
danau di pinggir laut atau sawah, atau dapat juga digunakan
untuk irigasi lapangan golf, jalan hijau atau taman. Apabila
59
sudah cukup bersih, air ini dapat digunakan untuk
menghidupkan kembali air tanah atau untuk tujuan pertanian.
3) Menggubakan peralatan hemat air, seperti shower bertekanan
rendah, kran otomatis, tangki toilet yang low-flush toilet/dual flush
toilet, serta pemasangan water fixture efisiensi tinggi, yang intinya
mengatur penggunaan air dalam bangunan sehemat mungkin.
4) Menutup permukaan tanah yang memungkinkan air masuk dan
mengalir ke lapisan yang lebih bawah.
5) Penanaman tumbuhan pada aliran air dangkal terbuka yang
bergunan sebagai penyaring dan memperlambat aliran air
permuakaan.
6) Pembuatan kolam yang digunakan untuk mengontrol dan
menghilangkan polutan dari air dalam site. Fungsi umum adalah
mengangkap, menyimpan, membersihkan, memperlambat aliran
air dan memungkinkan meresap ke dalam tanah.
c. Dalam efisiensi penggunaan lahan
1) Sesuai dengan peraturan gubernur DKI no. 38 tahun 2012
tentang bangunan hijau di mana fungsi social dan budaya,
bangunan gedung pelayanan pendidikan, dengan luas batasan
seluruh lantai bangunan lebih 10.000 m2.
2) Menggunakan lahan seperlunya yang ada, tidak semua lahan
harus dijadika bangunan atau ditutupi dengan bangunan karena
demikian lahan yang ada tidak memiliki cukup lahan hijau dan
aman. Menggunakan lahan secara efisien, kompak, dan terpadu.
3) Untuk bangunan dengan jumlah lantai di bawah 5, luas
penanaman vegetasi alami kurang lebih 15% dari luas lantai
dasar (pergub DKI no. 38 tahun 2012/.
4) Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau
dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan
60
tama di atas banguan (taman atap), taman gantung (dengan
menggunakan pot-pot tanaman pada sekitar bangunan), pagar
tanaman atau yang dapat diisi dengan tanaman, tanaman pada
dinding, dan sebagainya.
5) Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan dengan tidak
mudah menebang pohon-pohon, sehingga tumbuhan yag ada
dapat menjadi bagian untuk berbagi dengan bangunan.
6) Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman
dapat menjadi inovasi untuk mengintegrasikan luar dan dalam
bangunan dengan memberikan fleksibilitas ruang yang lebih
besar.
7) Dalam perencanaan desain perlu mempertimbangkan berbgaia
hal yang dapat menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai
potensi lahan, seperti luas lahan dan jumlah ruang yang
diperlukan, letak lahan (di kota atau desa) dan konsekuensinya
terhadap desain, bentuk site dan pengaruhnya terhadap desain
ruang-ruang serta jumlah potensi cahaya dan penghawaan alami
yang dapat digunakan.
d. Dalam efisiensi penggunaan material
1) Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam
pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya
kayu sisa bekisting dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.
2) Memanfaatkan material bekas untuk bangunan dari komponen
bangunan lama yang masih bisa digunakan.
3) Menggunakan material yang ramah lingkungan dan tidak
berpotensi merusak ozon pada seluruh sistem gedung (greenship
NB versi 1.1).
Berikut ini adalah kriteria pertimbangan dalam meilih material
bangunan :
61
1) Jumlah sumber material yang ada.
2) Material yang dapat didaur ulang. Banyak produk pintu, lemari,
dan beberapa material dari logam ataupun kaca dapat didaur
ulang dan digunakan kembali.
3) Bahan daur ulang
4) Material yang dapat diperbaharui, seperti kayu, serat tanaman,
serat wol dan jenis material lain yang dapat diperbaharui setelah
masa panen.
5) Material yang digunakan berdasarkan kondisi lingkungan
setempat.
6) Peluang material untuk didaur ulang atau digunakan kembali :
a) Logam dapat digunakan kembali jika dipisahkan sesuai
jenisnya. Elemen bangunan dari logam seperti baja dan
aluminium memiliki potensi untuk didaur ulang yang tinggi.
Sekitar 50-70% penghematan energy dan polusi dari produksi
baja dapat dihindari dengan jalan menfaur ulang. Sedangkan
untuk aluminium, lebih dari 85% energy dapat dihemat dan
polusi dapat dihindari dalam produksinya dengan mendaur
ulang.
b) Sebagian besar plastic dapat didaur ulang, namun tingkat
kemapuan daur ulangnya tidak terlalu tinggi dikarenakan jenis
penggunaannya yang beragam sehingga sulit dipisahkan.
Beberapa jenis plastic, seperti polyvinyl chloride murni akan
mudah didaur ulang jika didesain agar mudah diuraikan.
c) Bahan kaca dapat didaur ulang jika dipisahkan dari unsur lain
yang dapat mengkontaminasinya.
d) Beton dan jenis produk mansory yang lain serta keramik
adalah contoh material yang biasanya sulit untuk dihancurkan
dan digunakan kembali. Beberapa contoh hasl daur ulang dari
62
material ini adalah penghancurannya hingga berbetuk kerikil-
kerikil kecil yang dipakai dalam pembuatan jalan.
e. Dalam manajemen limbah
1) Pengadaan instalasi atau fasilitas untuk memilah dan
mengumpulakn sampah sejenis sampah rumah tangga
berdasarkan jenis organic dan anorganik (greenship NB versi
1.1).
2) Membuat sistem pengolahan limbah domestic seperti air kotor
yang mandiri dan tidak membebani aliran air kota.
3) Cara-cara inovatif yang patut dicoba seperti membuat sistem
dekomposisi limbah organic agar terurai secara alami dalam
lahan, membuat benda-benda yang biasa menjadi limbah atau
sampah domestic dari bahan-bahan yang dapat didaur ulang
atau dapat dengan mudah terdekomposisi secara alami.
f. Peningkatan kualitas lingkungan dalam ruang
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh menurut tolak ukur
greenship NB versi1.1 yaitu :
1) Memantau konsentrasi karbondioksida dalam mengatur udara
segar dengan pemasangan instalasi sensor gas karbondioksida.
2) Memasang tanda “dilarang merokok di seluruh area gedung” dan
tidak menyediakan bangunan area khusus untuk merokok di
dalam gedung.
3) Mengurangi polusi udara ruang dari emisi material bangunan
yang dapat menggangu kenyamanan dan kesehatan pekerja
konstruksi dan pengguna gedung.
4) Mencegah terjadinya gangguan visual akibat tingkat
pencahayaan yang tidak sesuai dengan daya akomodasi mata.
5) Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum
pada suhu 250C dan kelembaban relative 60%.
63
6) Menjaga tingkat kebisingan di dalam ruangan pada tingkat yang
optimal.
D. Studi literature Perpustakaan dan Pusat Informasi
1. Singapore National Library
Bangunan ini dirancang oleh arsitek Ken Yang, yang
mengaplikasikan konsep Green and Smart Building.
Singapore National Library pernah dianugerahi top ranking
dalam kategori “energy Efficiency and Conversation Best Practices
Competition for Energy Efficient Buildings: New Existing pada ASEAN
Energy Awards di singapura, 23 agustus 2007.
Bangunan ini terdiri dari 16 lantai dengan luas tiap lantai kira-
kira 58,000 m2 dan dengan ketinggian 102, 8 m terbentang antara dua
blok utama yang dihubungkan dengan jembatan gantung.
Kira-kira 6,000-8,000 m2 dirancang sebagai Green Spaces.
Kehadiran landskap yang teduh, telah mengurangi temperature
permukaan bangunan. Panas diteruskan ke udara bebas sehingga
meningkatkan kondisi termal dalam ruangan.
The Event Plaza, untuk outdoor events seperti pameran terletak
di lantai dasar, dengan sisem penghawaan alami dan dapat diakses
umum setiap saat.
Fasilitas yang tersedia pada Singapore National Library ini
adalah :
1. Central landing library
2. Plaza
3. Drama centre
4. The courtyard study lounge
5. The reatreat
6. Lee kong chian reference library
7. National library board corporate office
64
Bangunan ini mengusung konsep green, smart, and windy
building yang sangat bersahabat dengan lingkungan sekitarnya
yang ditandai dengan :
1. Orientasi utara-selatan yang diterapkan pada bangunan ini
dapat meminimalisasikan panas pada bangunan.
2. Ruang atrium dan ruang-ruang lain memiliki bukaan yang
cukup besar sehingga dapat menciptakan pengahwaaan
alami yang membuat udara dalam bangunan menjadi sejuk.
3. Penghematan energi dengan menggunakan teknologi kanopi
yang lebar dan kaca double pada eksterior bangunan untuk
mengurangi panas matahri yang masuk ke dalam bangunan.
4. Sensor cahaya pada bangunan yang secara otomatis
menyalakan dan menatikan lampu ketika cahaya alami sudah
cukup dalam ruangan.
5. Sensor cahaya matahari yang terletak di lantai Sembilan
mampu menggerakkan roller blinds dan vice versa secara
otomatis untuk mengurangi cahaya yang menyilaukan pada
siang hari.
6. Sensor gerak, berfungsi untuk menggerakkan ekskalator
secara otomatis dan menghentikannya bila tidak ada yang
menggunakan.
7. Sensor hujan, merupakan bagian dari sistem irigasi yang
secara otomastis tidak aktif ketika hujan dan akan kembali
beroperasi setelah delapan jam.
8. Terdapat 14 taman dan vegetasi yang mencapau 35% total
area site yang membantu untuk menurunkan temperature
daerah sekitar.
Kantor pusat badan perpustakaan nasional terdapat di lantai 14
dan bernama The Pod. Panorama cityscape berada di lantai 16.
65
Terdapat the Lee Kong Chian Reference Library yang memiliki koleksi
referensi lebih dari 600.000 item dalam berbgai format dan mata
pelajaran.
Desain yang unik dari gedung perpustakaan nasional
membuatnya menjadi tugu terkenal di singapura. Bangunan ini
melambangkan aspirasi bangsa untuk menjadi pusat global informasi,
pengetahuan, dan teknologi serta invigorates imajinasi dari orang-
orang dengan kemungkinan kreatif dan desain yang bagus.
Bangunan ini dibentuk sedemikian rupa agar sebagian besar
ruang dalam terlindung dari radiasi langsung sinar matahari. Factor
lain seperti sun shading, penghawaan alami, desain fasad yang
responsive, pewarnaan bangunan dan pemanfaatan ruang luar
dikombinasikan sebagai strategi kolektif untuk pengehematan energy
tanpa mengurangi kenyamanan.
66
Bagian Interior :
Gambar 2.16. Bagian dalam Perpustakaan Nasional Singapura Sumber: http://riskyrock666.blogspot.co.id
Gambar 2.17 . Bagian dalam Perpustakaan Nasional Singapura
67
Sumber: http://riskyrock666.blogspot.co.id
Gambar 2.18. Bagian dalam Perpustakaan Nasional Singapura Sumber: http://riskyrock666.blogspot.co.id
Gambar 2.19. Bagian dalam Perpustakaan Nasional Singapura Sumber: http://riskyrock666.blogspot.co.id
68
Bagian Eksterior :
Gambar 2.20. Bagian Luar Perpustakaan Nasional Singapura Sumber: http://riskyrock666.blogspot.co.id
Gambar 2.21. Bagian Luar Perpustakaan Nasional Singapura Sumber: http://riskyrock666.blogspot.co.id
69
Gambar 2.22. Bagian Luar Perpustakaan Nasional Singapura Sumber: http://riskyrock666.blogspot.co.id
Gambar 2.23. Bagian Luar Perpustakaan Nasional Singapura
70
Sumber: http://riskyrock666.blogspot.co.id
Gambar 2.24. Bagian Luar Perpustakaan Nasional Singapura Sumber: http://riskyrock666.blogspot.co.id
71
Gambar 2.25. Bagian Luar Perpustakaan Nasional Singapura Sumber: http://riskyrock666.blogspot.co.id
Gambar 2.26. Bagian Luar Perpustakaan Nasional Singapura Sumber: http://riskyrock666.blogspot.co.id
2. Perpustakaan Universitas Indonesia
Perpustakaan ini berada di dalam lokasi kampus Universitas
Indonesia dekat gedung rektorat UI dengan luas bangunan mencapai
30.000 m2 atau sekitar 3 hektar yang terdiri dari 8 lantai. Perpustakaan
ini merupakan pengembangan dari perpustakaan pusat yang dibangun
pada tahun 1986-1987. Bangunan perpustakaan ini dirancang dengan
konsep building yang ramah lingkungan, di mana kebutuhan energi
menggunakan sumber energi terbarukan, yakni energi matahari.
Perpustakaan ini mampu menampung sekitar 10.000 orang
pengunjung dalam waktu bersamaan.
Visi Perpustakaa UI :
Menjadi perpustakaan universitas riset kelas dunia
Misi Perpustakaan UI :
72
1. Menyelenggrakan pendidikan tinggi berbasis riset untuk
pengembangan ilmu, teknologi, seni dan budaya.
2. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf dan kualitas kehidupan
masyarakat Indonesia serta kemanusiaan.
3. Menjadikan perpustakaan UI sebagai perpustakaan bertaraf
internasional yang menjadi acuan pertama dan utama dalam
pelayanan informasi demi pengembangan ilmu dan kemajuan
peradaban bangsa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan
budaya, serta menjadi model dalam pengembangan perpustakaan
berbasis teknologi komunikasi dan informasi.
4. Meningkatkan mutu koleksi, layanan, prasarana dengan
memanfaatkan teknologi terkini.
5. Mewujudkan lingkungan akademik yang sehat dan memikat.
6. Menyediakan layanan dan akses ke sumber informasi bagi warga UI
khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.
7. Menjadi model dalam pengembangan perpustakaan digital.
Fungsi Perpustakaan UI :
1. Pusat Informasi
Perpustakaan berfungsi sebagai tempat menyimpan karya manusia,
khususnya karya cetak sepertu buku, majalah, dan sejenisnya serta
karya rekaman seperti kaset, piringan hitam, dan sejenisnya. Dalam
kaitannya dengan fungsi simpan, perpustakaan bertugas
menyimpna khazanah budaya hasil masyarakat.
2. Sarana pendidikan dan pembelajaran
Perpustakaan merupakan sarana pendidikan non formal dan
informal, artinya perpustakaan merupakan tempat belajar di luar
bangku sekolah maupun juga tempat belajar dalam lingkungan
pendidikan sekolah.
73
3. Penelitian
Peprustakaan sebagai penunjang penelitian dalam rangka fungsi Tri
Darma pepruguruan tinggi, perpustakaan menjadi sumber informasi
yang menjadi acuan dalam mencari literature.
4. Pengabdian masayarakat
Perpustakaan menjadi srana pendukung dalam pelaksanaan salah
satu fungsi Tri Darma Perguruan Tinggi.
5. Rekreasi
Peprustakaan sebagai tempat untuk menikmati rekreasi kultural
dengan cara membaca dan bacaan ini disediakan oleh pihak
perpustakaan. Fungsi rekreasi ini tampaj nyata pada perpustakaan
umum.
Konstruksi :
1. Model bangunan menghadirkan bangunan masa depan dengan
mengambil sisi danau sebagai orientasi perancangan. Penggunaan
bukit buatan sebagai potensi pemanfataan atap untuk fungsi
penghijauan, sedangkan pencahayaan alam dilakukan melalui
beberapa skylight.
2. D pungung bukit bangunan di timbun tanah dan ditanami
rerumputan yang berguana sebagai pendingin suhu ruangan yang
ada di dalamnya, sehingga dapat mereduksi fungsi alat pendingin
udara.
3. Di antara punggung rerumpuan itu terdapat jaringan-jaringan
selokan yang ada di sampingnya terdapat kaca tebal bening selebar
50 cm. selokan itu untuk mengalirkan air hujan ke tanah resapan,
sedangkan fungsi kaca sebagai sistem pencahayaan.
4. Interior bangunannya didesain terbuka dan menyambung antara
satu ruang dan ruang yang lain melalui sistem void. Dengan begitu
penggunaan sirkulasi udara alam menjadi maksimal.
74
5. Penggunaan energy matahri dilakukan melaui solar cell yang
dipasang di atap bangunan.
6. Bangunan juga dilengkapi sistem pengolahan limbah, karena itu air
buangan toilet dapat digunakan untuk menyiram di punggung
bangunan. Dengan diproses terlebih dahulu melalui pengolahan
limbah.
7. Terdiri dari delapan lantai, yaitu :
a. Lantai dasar berisi pusat kegiatan an bisnis mahasiswa yang
teridri dari took buku, took cendramata, ruang internet, serta
ruang music dan TV. Ada juga restoran dan café, pusat
kebugaran, ruang pertemuan, ruang pameran, dan bank.
b. Lantai 2 hingga 6 dilengkapi dengan fasilitas ruang tamu, ruang
pelayanan umum dan koleksi, ruang baca, ruang teknologi
informasi, serta unit pelayanan teknis.
c. Sedangkan di lantai 7 ruang siding dan ruang diskusi. Gedung
perpustakaan juga dilengkapi plaza dan ruang pertemuan yang
menjorok ke danau.
d. Dinding pada pintu masuk ke ruangan di beri tulisan dari berbagai
bahasa.
75
Foto Perpustakaan Universitas Indonesia :
Gambar 2.27. Bagian Luar /Depan Perpustakaan Universitas Indonesia Sumber: http://www.masnamedia.com/2016/09/konsep-green-building-di-perpustakaan-
universitas-indonesia.html
Gambar 2.28. Bagian punggung rerumputan Perpustakaan Universitas Indonesia Sumber: http://www.masnamedia.com/2016/09/konsep-green-building-di-perpustakaan-
universitas-indonesia.html
76
Gambar 2.29. Ruang Auditorium Perpustakaan Universitas Indonesia
Sumber: http://www.masnamedia.com/2016/09/konsep-green-building-di-perpustakaan-universitas-indonesia.html
Gambar 2.30. Ruang Baca Perpustakaan Universitas Indonesia
Sumber: http://www.masnamedia.com/2016/09/konsep-green-building-di-perpustakaan-universitas-indonesia.html
77
Gambar 2.31. Ruang Internet Perpustakaan Universitas Indonesia
Sumber: http://www.masnamedia.com/2016/09/konsep-green-building-di-perpustakaan-universitas-indonesia.html
3. Beitou Public Library, Taipei, Taiwan
Selama ini orang-orang hanya mengenal Beitou sebagai surga
pemandian air panas. Padahal, selain berendam di kolam, banyak
tempat yang bisa Anda kunjungi selama di Beitou. Beberapa di
antaranya adalah Guandu Temple, Ketagalan Cultural Center dan satu
lagi Beitou Public Library. Beitou Public Library merupakan cabang
dari Taiwan Public Library. Lokasinya ada di tengah-tengah taman di
distrik Beitou yang ada di bagian utara Taiwan. Sekilas mungkin
membosankan bagi Anda untuk datang ke perpustakaan di tengah-
tengah waktu liburan. Akan tetapi tidak demikian jika Anda
mengunjungi perpustakaan umum di Beitou.
Yang menarik dari perpustakaan di Beitou ini adalah arsitektur
dan sistem operasinya. Gedung perpustakaan yang dibuka pada tahun
78
2006 ini mendapat penghargaan sebagai salah satu gedung terindah
yang ada di dunia. Gedung perpustakaan ini juga menarik karena
dibangun dengan mengusung konsep “Go Green.” Dibangun sebagai
bangunan tiga lantai, perpustakaan ini juga mempunyai desain interior
yang tidak kalah menarik.
Keistimewaan lainnya adalah, gedung perpustakaan di Beitou
ini adalah gedung dengan konsep ramah lingkungan yang pertama
didirikan di Taiwan. Seluruh bagian dibangun menggunakan bahan
kayu dan didesain atraktif juga multifungsi. Sebagian atapnya
dipasang panel tenaga surya sebagai sumber energi yang dapat
digunakan untuk penerangan dan kebutuhan lain di perpustakaan.
Sebagian lainnya dilapisi dengan lapisan tanah setebal 20 cm yang
berfungsi sebagai penahan panas dikala musim dingin. Di bagian
atapnya juga ditanam beberapa tanaman yang berfungsi
meningkatkan kualitas udara di sekitar.
Perpustakaan juga didesain untuk dapat menampung air hujan.
Hal tersebut dapat dilakukan melalui atap bangunan yang didesai
miring ke satu arah. Air hujan yang ditampung digunakan untuk
kebutuhan menyiram toilet. Jendela-jendelanya dibuat menggunakan
kaca dari bawah sampai ke atas. Hal tersebut bertujuan supaya sinar
matahari dapat masuk sehingga menugrangi konsumsi listrik untuk
pencahayaan. Selain itu pengunjung dapat menikmati indahnya
pemandangan taman di sebelah selatan atau aliran sungai di sebelah
utara. Ruang baca dibuat nyaman bagi pengunjung. Selain itu,
terdapat pula ruang baca di area terbuka yang berlokasi di balkon
perpustakaan. Public Library di Beitou ini mempunyai koleksi
sebanyak 63.000 (per 2012) eksemplar yang terdiri dari koleksi-koleksi
berbahasa Inggris dan Cina.
79
Foto Beitou Public Library :
Gambar 2.32. Gedung Beitou Public Library, Taipei, Taiwan
Sumber: http://cina.panduanwisata.id/taiwan/kegiatan-dan-aktivitas-taiwan/beitou-public-library-perpustakaan-%E2%80%9Chijau%E2%80%9D-pertama-di-taiwan/
Gambar 2.33. Rak Buku Beitou Public Library, Taipei, Taiwan
Sumber: http://cina.panduanwisata.id/taiwan/kegiatan-dan-aktivitas-taiwan/beitou-public-
library-perpustakaan-%E2%80%9Chijau%E2%80%9D-pertama-di-taiwan/
80
Gambar 2.34. Ruang Baca Beitou Public Library, Taipei, Taiwan
Sumber: http://cina.panduanwisata.id/taiwan/kegiatan-dan-aktivitas-taiwan/beitou-public-
library-perpustakaan-%E2%80%9Chijau%E2%80%9D-pertama-di-taiwan/
Gambar 2.35. Ruang Baca Beitou Public Library, Taipei, Taiwan
Sumber: http://cina.panduanwisata.id/taiwan/kegiatan-dan-aktivitas-taiwan/beitou-public-
library-perpustakaan-%E2%80%9Chijau%E2%80%9D-pertama-di-taiwan/
81
Gambar 2.36. Area Santai Beitou Public Library, Taipei, TaiwanSumber:
http://cina.panduanwisata.id/taiwan/kegiatan-dan-aktivitas-taiwan/beitou-public-library-
perpustakaan-%E2%80%9Chijau%E2%80%9D-pertama-di-taiwan/
Gambar 2.37. Area Santai Baca Beitou Public Library, Taipei, TaiwanSumber:
http://cina.panduanwisata.id/taiwan/kegiatan-dan-aktivitas-taiwan/beitou-public-library-
perpustakaan-%E2%80%9Chijau%E2%80%9D-pertama-di-taiwan/
82
STUDI BANDING LOKASI BENTUK BANGUNAN FASILITAS KEUNGGULAN
Singapore National Library
Desain memiliki bentuk yang unik membuatnya menjadi tugu terkenal di Singapura.
Bangunan ini melambangkan aspirasi bangsa untuk menjadi pusat global
informasi, pengetahuan, dan teknologi serta invigorates imajinasi dari orang-orang
dengan kemungkinann kreatif dan desain yang bagus.
Bangunan ini secara keseluruhan terdiri dari 14 lantai
dengan fasilitas yang tersedia antara lain :
Central landing library Plaza
Drama centre The courtyard study
lounge The reatreat
Lee kong chian reference
National library board corporate
office
Selain memiliki fasilitas yang lengkap bangunan
ini juga memiliki keunggulan dengan mengusung konsep
green, smart, and windy building yang sangat bersahabat dengan
lingkungan sekitarnya.
Kampus Universitas Indonesia,
Depok, Jawa Barat
Model bangunan menghadirkan bangunan
masa depan dengan mengambil sisi danau
sebagai orientasi perancangan.
Luas bangunan mencapai sekitar 30.000 m
2 atau 3
hektar yang teridir dari 8 lantai dengan fasilitas antara lain : Ruang pelayanan
umum Ruang pusat
informasi Ruang teknologi
plaza Ruang diskusi Ruang siding Area usaha
Bangunan perpustakaan dirancang dengan konsep sustainable building yang
ramah lingkungan. Penggunaan bukit buatan
sebagai potensi pemanfaatan atap untuk
fungsi penghijauan.
83
mahasiswa
Beitou Public
Library, Taipei, Taiwan
Model bangunan berbentuk rumah atau bangunan
tradisional Taiwan dengan mengambil sisi edukasi dan pariwisata karena banguna
terletak di kawasan pariwisata
Mempunyai koleksi sekitar 63.000
ekslempar yang terdiri dari buku-buku berbahasa
inggris dan mandarin.
Ruang baca Ruang diskusi
Ruang baca santai
Bangunan mengusung konsep Go Green yang
ramah lingkungan pertama di Taiwan. Seluruh bangunan
menggunakan bahan kayu dan didesain atraktif
dan juga multifungsi. Bagian atap dipasang panel surya dan juga
dilapisis tanah sebagai penahan panas di kala musim dingin. Dapat menampung air hujan
yang digunakan kembali sebagai air menyiram toilet dan tanaman. Terletak di kawasan pariwisata sehingga terdapat taman yang
mengelilingi
84
E. Kesimpulan Studi Literatur dan Penerapan Konsep Desain
Berdasarkan beberapa studi literature di atas, kita dapat menarik
kesimpulan yang dapat diterapkan dalam prenecanaan Perpustakaan dan
Pusat Informasi dengan Pendekatan Green Architecture adalah sebagai
berikut :
1. Telah menyediakan fasilitas internet dan wifi gratis dalam perpustakaan.
2. Telah adanya fasilitas pusat informasi yang dapat menunjang
kebutuhan pengunjung.
3. Perpustkaan sudah memiliki laman.
4. Bahan koleksi pustaka dala bentuk tercetak dan bentuk digital.
5. Menyediakan fasilitas bagi yang berkemampuan terbatas untuk mencari
informasi.
Penerapan dalam Konsep Desain :
1. Efisiensi energy
a. Memaksimalkan cahaya alami.
b. Memaksimalkan penghawaan alami.
c. Pengguanaan teknologi untuk mencapai bangunan yang hemat
energy, seperti teknologi control pencahayaan.
2. Efisiensi penggunaan air
a. Memanfataakan air hujan dengan cara-cara inovatif untuk
menampung dan mengolah air hujan untuk keperluan domestic.
b. Pengolahan kemabli grey water (air bekas KM, dapur, cucian, dll) dan
menggunakan STP (Siwage Treatment Plant) untuk mendaur ulang
air dan limbah rumah tangga sehingga bisa digunakan kembali untuk
tangki toilet, penyiraman tanaman, dan lain sebagainya sehingga
dapat mengurangi konsumsi air bersih.
c. Menggunakan peralatan hemat air, seperti shower bertekanan
rendah, kran otomatis, tangki toilet yang low-flush toilet/dual flush
85
toilet, yang intinya mengatur penggunaan air dalam bangunan
sehemat mungkin.
3. Efisiensi penggunaan lahan
a. Mengunakan seperlunya lahan yang ada.
b. Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau
dimaksimalkan dengan berbgaia inovasi.
c. Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak
mudah menebang pohon-pohon.
d. Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman untuk
mengintegrasikan luar dan dalam bangunan dengan memberikan
fleksibilitas ruang yang lebih besar.
e. Mempertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi tolak ukur
dalam menggunakan berbagai potensi lahan, seperti luas lahan dan
jumlah ruang yang diperlukan, letak lahan dan konsekuensinya
terhadap desain, bentuk site dan pengaruhnya terhadap desain
ruang-ruang serta jumlah potensi cahaya dan penghawaan alami
yang dapat digunakan.
4. Efisiensi penggunaan material
a. Mengunakan material yang ramah lingkungan.
5. Manajemen limbah
a. Membuat sistem pengolahan limbah domestic seperti air kotor yang
mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.
b. Menggunakan cara-cara inovatif seperti membuat sistem
dekomposisi limbah organic agar terurai secara alami dalam lahan,
membuat benda-benda yang biasa menjadi limbah atau sampah
domestic dari bahan-bahan yang dapat di daur ulang atau dapat
denga mudah terdekomposisi secara alami.
86
BAB III
TINJAUAN KHUSUS PERPUSTAKAAN DAN PUSAT INFORMASI DENGAN PENDEKATAN GREEN ARCHITECTURE
A. Analisis Pendekatan Non Arsitektural
1. Tinjauan Umum Kota Makassar
a. Kondisi Fisik Kota Makassar
1) Keadaan Geografi
Menurut badan Pusat Statistik (2016) Kota Makassar
terletak antara 119024’17’38” Bujur Timur dan 508’6’19” Lintang
Selatan yang berbatasan:
a) Sebelah Utara bersebelahan dengan Kabupaten Maros
b) Sebelah Selatan bersebelahan dengan Kabupaten Gowa
c) Sebelah Timur bersebelahan dengan Kabupaten Maros
d) Sebelah Barat bersebelahan dengan Selat Makassar
Gambar 3.1. Peta Kota Makassar Sumber: http://makassartabagus.blogspot.co.id/2013/11/peta-kota-makassar.html
87
Luas wilayah Kota Makassar adalah 175,77 km2. Secara
administrasi pemerintah, kota Makassar terbagi menjadi 14
kecamatan dan 143 kelurahan.
2) Keadaan Iklim
Berdasarkan pencacatan Stasiun Meteorologi Maritim
Paotere (Makassar Dalam Angka 2016), secara rata-rata
kelmbaban udara sekitar 81 perse, temperature udara sekitar
23,50-33,20 C, dan rata-rata- kecepatan angin 4,6 knot.
3) Rencana Umum Tata Ruang Kota Makassar
Peraturan daerah Kota Makassar nomor 6 tahun 2006 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Terpadu Makassar tahun
2010-2030. Kawasan Pengembangan Terpadu Kota Makassar
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, terdiri atas :
a. Kawasan pusat kota, yang berada pada bagian tengah
barat dan selatan kota mencakup wilayah kecamatan wajo,
bontoala, ujung pandang, mariso, Makassar, ujung tanah,
dan tamalate.
b. Kawasan permukiman terpadu, yang berada pada bagian
tengah pusat dan timur kota, mencakup wilayah kecamatan
manggala, panakkukang, rappocini, dan tamalate.
c. Kawasan riset dan pendidikan tinggi terpadu, yang berada
pada bagian tengah timur kota, mencakup wilayah
kecamatan panakkukang, tamalanrea, dan tallo.
d. Kawasan bandara terpadu, yang berada pada bagian
tengah timur kota, mencakup wilayah kecamatan
biringkanaya dan tamalnrea.
88
e. Kawasan industri terpadu, yang berada pada bagian tengah
timur kota, mencakup wilayah kecamatan tamalanrea dan
biringkanaya.
f. Kawasan pergudangan terpadu, yang berada pada bagian
utara kota, mencakup wilayah kecamatan tamalnrea,
biringkanaya, dan tallo.
g. Kawasan maritim terpadu, yang berada pada bagian utara
kota, mencakup wilayah kecamatan tamalanrea.
h. Kawasan pelabuhan terpadu, yang berada pada bagian
tengah barat dan utara kota, mencakup wilayah kecamatan
ujung tanah dan wajo.
i. Kawasan bisnis global terpadu, yang berada pada bagian
tengah barat kota, mencakup wilayah kecamatan tamalate.
j. Kawasan bisnis pariwisata terpadu, yang berada pada
bagian tengah barat kota, mencakup wilayah kecamatan
tamalate.
k. Kawasan budaya terpadu, yang berada pada bagian selatan
kota, mencakup wilayah kecamatan tamalate.
l. Kawasan bisnis olahraga terpadu, yang berada pada bagian
selatan kota, mencakup wilayah kecamatan tamalate.
m. Kawasan lindung lakkang, yang berada pada bagian tengah
timur kota, mencakup wilayah kecamatan tallo.
89
89
Gambar 3.2. Peta Rencana Struktur Ruang Kota Makassar Tahun 2010-2030 Sumber: http://darimakassar.com/rtrw-kota-makassar-2010-2030-2/
90
Berdasarkan pola pengembangan kawasan kota Makassar tahun
2010-2030, kawasan yang mendukung pengadaan perpustakaan dan
pusat informasi kota Makassar yaitu riset dan pendidikan tinggi terpadu
yang berada pada bagian tengah timur kota.
Berdasarkan gambaran umum kota Makassar baik fisik maupun
noon fisik serta tinjauan terhadap kondisi perpustakaan dan pusat
informasi sebagai fasilitas pelayanan jasa untuk masayarakat umum
khususnya kota Makassar, dapat ditentukan lokasi yang mampu
mewadahi kegiatan perpustakaan dengan dasar pertimbangan :
a. RUTRK
Perpustakaan dan Pusat Informasi di Makassar sebagai fasilitas
dalam pelayanan jasa, maka tata letaknya hendaknya
disesuaikan dengan rencana fungsi tata ruang bagian wilayah
kota Makassar.
b. Eksisting kondisi lingkungan
1) Sebagai fasilitas pendidikan non formal dan informasi kota
Makassar. Hendaknya berada di pusat permukiman, pusat
pelayanan jasa, kegiatan pendidikan, dan berada pada posisi
yang strategis.
2) Tersedianya lahan yang cukup luas sehingga masih
memungkinkan untuk diadakan pengembangan apabila
diperlukan.
3) Tingkat kebisingan pada lokasi hendaknya dapat diminimalkan
sebaik-baik mungkin sehingga dapat menciptakan sistem
akustik yang baik yang pada akhirnya dapat membawa pada
suasana yang nyama dalam bangunan.
c. Sarana dan prasarana kota
Di dalam mendukung operasional perpustakaan dibutuhkan
sarana dan prasarana kota yaitu :
91
1) Jalur transportasi kendaraan pribadi dan angkutan umum
yang mudah diakses dari berbagai arah kota.
2) Jaringan utilitas kota yaitu :
Jaringan listrik (PLN)
Jaringan telepon (TELKOM)
Saluran air bersih (PAM) dan drainase kota
b. Kondisi Non Fisik Kota Makassar
1) Keadaan masyarakat kota makassar
Sesuai hasil pendataan penduduk yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar, Jumlah
penduduk Kota Makassar Tahun 2015 tercatat sebanyak
1.449.401 jiwa yang terdiri dari 717.047 laki-laki dan
732.354 perempuan, rasio jenis kelamin laki-laki terhadap
perempuan di Kota Makassar sebesar 97,91% dan yang
terbesar terdapat di Kecamatan Makassar dan Kecamatan
Tamalanrea.
92
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kota Makassar
NO Kecamatan Penduduk LPP
(%) 2013 2014 2015
1. Mariso 57.790 58.327 58.815 0,88
2. Mamajang 60.236 60.537 60.779 0,45
3. Tamalate 183.039 186.921 190.694 2,07
4. Rappocini 158.325 160.499 162.539 1,32
5. Makassar 83.550 84.014 84.396 0,51
6. Ujung Pandang 27.802 28.053 28.278 0,85
7. Wajo 30.258 30.505 30.722 0,76
8. Bontoala 55.578 55.937 56.243 0,60
9. Ujung Tanah 48.133 48.531 48.882 0,78
10. Tallo 137.260 137.997 138.598 0,49
11. Panakkukang 145.132 146.121 146.968 0,63
12. Manggala 127.915 131.500 135.049 2,75
13. Biringkanaya 185.030 190.829 196.612 3,08
14. Tamalanrea 108.024 109.471 110.826 1,29
Jumlah 1.408.072 1.429.242 1.449.401 1,46
Sumber: Makassar Dalam Angka, 2016
2) Kondisi pendidikan
Pada tahun 2014/2015 di kota Makassar, jumlah sekolah
dasar (SD) sebanyak 489 unit dengan jumlag guru
sebanyak 6.865 orang, dan jumlah murid sebanyak 145.300
orang. Jumlah SMP sebanyak 192 unit dengan jumlah guru
sebanyak 3.984 orang dan jumlah murid sebanyak 62.758
orang. Jumlah SMA sebanyak 262 unit dengan jumlah guru
sebanyak 3.772 orang dan jumlah murid sebanyak 73.367
orang. Jumlah perguruan tinggi sebanyak 54 unit dengan
jumlah dosen sebanyak 4.800 orang dan jumlah mahasiswa
sebanyak 101.095 orang.
93
3) Kondisi perpustakaan dan pusat informasi
Kota Makassar saat ini memiliki dua perpustakaan yang
bersifat umum yaitu Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah
Sulawesi Selatan dan Perpustakaan Umum Makassar,
namun belum memiliki fasilitas Pusat Informasi yang dapat
digunakan masyarakat. Selain itu, terdapat beberapa
perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan sekolah
yang sifatnya khusus melayani civitas academia masing-
masing dan sekolah-sekolah di Makassar. Kondisi fasilitas
perpustakaan yang ada di Makassar belum mempunyai
sarana perpustakaan yang dapat berfungsi secara
memadai dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan
informasi masyarakat. Perpustakaan yang ada juga masih
merupakan perpustakaan konvensional yaitu bahan
koleksinya masih dalam bentuk tercetak dan peminjaman
koleksinya masih manual serta belum mempunyai webstie
yang dapat di akses oleh masyarakat secara mudah, lalu
juga belum adanya fasilitas berupa Pusat Informasi yang
menjadi pusat dari segala informasi yang ada di Makassar
demi memudahkan kebutuhan masyarakat, wisatawan,
pendatang akan kebutuhan informasi mengenai kota
Makassar itu sendiri.
2. Prospek Pengembangan Perpustakaan dan Pusat Informasi
dengan Pendekatan Green Architecture
a. Potensi Pengembangan
1) Kota Makassar sebagai studi kasus pengembangan belum
mempunyai sarana perpustakaan dan pusat informasi yang
dapat berfungsi secara maksimal dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. Kondisi fasilitas kurang fungsional
di mana besaran ruang, materi koleksi, sistem pencapain,
94
interior, dan daya tarik sangatlah kurang, sedangkan
perpstakaan dan pusat informasi merupakan fasilitas
pendidikan yang bersifat umum.
2) Kebutuhan informasi bagi masyarakat pendatang dan
wisatawan yang membutuhkan informasi mengenai kota
Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan.
3) Masih kurangnya bangunan yang menerapkan konsep
Arsitektur Hiaju di kota Makassar. Diharapakan dengan
adanaya perpustakaan dan pusat informasi dengan
pendekatan Arsitektur Hijau ini akan memacu munculnya
bangunan-bangunan Hijau lainya yang akan membantu
mengurangi dampak global warning.
Oleh karena itu, dengan kondisi tersebut perlus suatu
perencanaan Perpustakaan dan Pusat Informasi yang
memiliki daya tarik dan bersifat rekreatif, serta mampu
mewujudkan suatu bangunan yang ramah terhadap
lingkungan sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
umum yang tidak dibatasi oleh usia, latar belakang
pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, dan nantinya akan
memberikan kontribusi dalam menhana laju pemanasan
global.
b. Lingkup Pelayanan
Lingkung pelayanan perpustakaan dan pusat informasi
dengan pendekatan arsitektur hijau di Makassar sebagai jasa
pelayanan masyarakat dalam penyediaan sumber informasi
bagi masyarakat kota Makassar, daerah, pendatang,
wisatawan, dan siapa saja dari segala lapisan tanpa
membedakan usia, jenis kelamin, ras, agama, pekerjaan, dan
lainnya.
95
c. Tujuan Pengembangan
1) Menyediakan informasi bagi masyarakat di kota Makassar
dan sekitarnya yang lebih fungsional sebagai bagian dari
pengembangan perpustakaan yang sudah ada yang
jondisinya sudah tidak memadai lagi.
2) Menyediakan fasilitas sarana sumber bacaan, bahan acuan
dan sumber informasi serta pengetahuan dalam bentuk
digital yang dapat diakses melalui internet dengan laman
yangt telah disediakan sehingga mempermudah
masyarakat mengaksesnya kapan pun dan di mana pun.
3) Menyediakan sarana edukatif untuk masyarakat dengan
bangunan yang bertanggungjawab atas aspek social, dan
lingkungan.
d. Fungsi dan Peranan
1) Fungsi, sebagai wadah penyimpanan dan penyajian
sumber bacaan dan informasi kepada masyarakat umum.
2) Peranan, merupakan gudang ilmu pengetahuan tempat
menyimpan hasil karya dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan dengan cara meminjamkan buku-buku yang
dimilikinya pada masyarakat umum.
e. Status Kelembagaan dan Pengelolaan
1) Status kelembagaan, perpustakaan dan pusat informasi
secara administrasi berada di bawah yudisi pemerintah
kabupaten/kota yang merupakan Unit Pelaksanaan Daerah
(UPD)
2) Pengelolaan, dikelola oleh pemerintah daerah bekerja
sama dengan Depdikbud. Pemerintah daerah bertanggung
jawab dalam penyediaan tanah, gedung, perlengkapan,
biaya operasional dan pengelolaannya. Depdikbud
bertanggung jawab atas pembinaan teknis pengelolaan
perpustakaan, pendidikan, tenaga dan penyediaan koleksi.
96
B. Analisis Pendekatan Arsitektural
1. Pendekatan Perancangan Makro
a. Pendekatan Pemilihan Lokasi
Lokasi memegang peranan penting dalam menentukan
keberhasilan perpustakaan dan pusat informasi yang akan
direncanakan. Adapun dasar pertimbangan dalam penetuan
lokasi Perpustakaan dan Pusat Informasi yaitu :
1) Perpustakaan dan pusat informasi merupakan bangunan
fasilitas umum.
2) RUTRK kota Makassar atau peruntuhan lahan
3) Pencapaian ke lokasi
4) Kondisi lingkungan
5) Jaringan utilitas dan sarana penunjang infrastruktur
Berdasarkan pertimbangan di atas maka yang menjadi kriteria
dalam pemilihan lokasi bangunan adalah :
1) Lokasi harus sesuai dengan peruntuhan lahan yaitu berada
pada kawasan pendidikan tinggi dan permukiman karena
fungsi perpustakaan dan pusat informasi sebagai sarana
pendidikan non formal dan sarana pencarian informasi bagi
masyarakat.
2) Berada di wilayah yang strategis yang dilalui berbagai
kendaraan umum sehingga dapat dicapau dari berbagai
arah.
3) Selain itu berada pada lokasi yang mudah berhubungan
dengan tempat-tempat disekitar lokasi yang dapat
mendukung keberadaan bangunan.
4) Kondisi lingkungan di sekitar tapak mendukung adanya
pengadaan bangunan.
5) Sudah tersedianya saranan utilitas kota yang mampu
memenuhi kebutuhan perpustakaan dan pusat informasi.
97
b. Pendekatan Pemilihan Tapak
Sesuai dengan kriteria-kriteria dalam penentuan lokasi
bangunan Perpustakaan dan Pusat Informasi, maka dalam
penentuan site dipergunakan pendekatan yang diarahkan
untuk memperoleh suatu area yang mampu memberi suatu
fungsi yang maksimal terhadap pemakai terutama pencapaian
dari area Kota Makassar.
a. Dasar pertimbangan pemilihan tapak, yaitu:
1) Luasan dan kondisi tapak
2) Kondisi lingkungan di sekitar tapak
3) Sarana transportasi dari dan menuju tapak
4) Jaringan utilitas kota dan lokasi yang terpilih
5) Tingkat kebisingan
6) Kondisi topografi
b. Kriteria-kriteria dalam pemilihan tapak, yaitu:
1) Luas area mendukung besaran/luasan bangunan yang
direncanakan, serta kemungkinan pengembangan di
massa yang akan datang
2) Mudah dicapai baik dalam tapak maupun luar tapak.
3) Dilalui oleh sarana transportasi kota berupa jalan dan
kendaraan umum.
4) Terdapat jaringan utilitas kota berupa air bersih, listrik,
telepon, drainase dan sanitasi.
5) Kondisi lingkungan dengan tingkat kenyamanan yang
memadai. Seperti tingkat kebisingan, populasi, dan
getaran yang rendah atau sedang, serta bebas banjir.
6) Kondisi topografi, berupa daya dukung tanah yang harus
memadai untuk pelaksanaan teknis bangunan.
98
c. Pendekatan pengolahan tapak
Dalam pengolahan tapak. Terdapat beberapa faktor
pertimbangan yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Tingkat kebisingan
Standar kebisingan yang diperbolehkan yaitu:
1) Area tenang (quite areas) 30-35 dB (decibel)
2) Area agak tenang (low noise areas) 40-50 dB (decibel)
3) Area bising 50-60 dB (decibel)
Sedang standar kebisingan dalam perpustakaan adalah 35-
45 dB. Jadi perpustakaan termaksud dalam area tenang
dan agak tenang.
b. Sistem sirkulasi pada tapak
Sistem sirkulasi pada tapak didasarkan atas pertimbangan:
1) Aktivitas pelaku kegiatan
2) Perletakan main entrance dan side entrance
3) Pencapaian ke dalam bangunan
Sirkulasi yang terjadi dalam site terdiri atas:
a) Sirkulasi kendaraan
(1) Dibuat sebaik mungkin dan jelas agar tidak terjadi
crossing dan meninggalkan area.
(2) Dapat direncanakan satu dua arah
(3) Penempatan area parkir diusahakan dekat dari jalan
masuk kendaraan dan entrance bangunan. Parkir
terdiri dari area untuk kendaraan pengunjung,
pengelola, dan servis.
b) Sirkulasi pejalan kaki
(1) Memberikan kenyamanan bagi para pejalan kaki
(2) Mengarahkan pejalan kaki ke area bangunan agar
tidak terjadi crossing dengan kendaraan.
c) Sirkulasi barang
99
Sirkulasi barang dipisah dari sirkulasi pejalan kaki. Demi
kelancaran arus datang dan keluarnya barang yang
diangkut oleh kendaraan. Pendekatan pencapaian
adalah untuk memperoleh arahan penentuan masuk dan
pintu keluar. Entrance pada bangunan terdiri atas:
(1) Main entrance
Main entrance merupakan pencapaian umum bagi
pengunjung yang difungsikan sebagai jalan masuk
dari luar ke dalam site dengan persyaratan:
(a) Mudah terlihat oleh pengunjung dengan membuat
ruangan penerimaan.
(b) Dekat dengan arah datangnya pengunjung
(c) Tidak mengganggu arus sirkulasi di sekitarnya
(d) Dirancang seindah mungkin agar dapat menarik
pengunjung.
(2) Side entrance
Side entrance merupakan alternatif pencapaian bagi
pengunjung yang difungsikan sebagai jalan dalam ke
luar site. Penempatan side entrance dipertimbangkan
agar:
(a) Kejelasan dan kemudahan masuk dan keluar.
(b) Menghindari terjadinya crossing sirkulasi dalam
site.
(3) Service entrance
Service entrance merupakan pencapaian bagi
sirkulasi kegiatan servis.
d. Penzoningan Tapak
Pada perpustakaan dan pusat informasi ini zoning kegiatan
dilakukan berdasar empat hirarki sifat kegiatan, yaitu :
1) Zona publik
100
Merupakan daerah yang dapat dicapai dengan bebas oleh
publik, ditempatkan fasilitas-fasilitas yang bersifat umum
seperti area parkir, pos jaga, entrance, dan hall.
2) Zona semi public
Merupakan zona peralihan antara publik dan privat yang
tenang dan nyaman, termasuk dalam area ini adalah ruang-
ruang dalam perpustakaan itu sendiri seperti ruang koleksi
dan ruang baca.
3) Zona privat
Merupakan zona bagi fasilitas yang bersifat khusus dan
tidak berhubungan langsung dengan kegiatan publik.
Termasuk dalam zona ini adalah area pengelolaan dan
parkir untuk mobil Perpustakaan.
4) Zona service
Merupakan zona untuk kegiatan penunjang seperti
mushallah, gudang, mekanikal dan elektrikal, perawatan
bangunan, pantry dan lain-lain.
e. Pola tata massa
Tata massa bangunan berdasarkan kebutuhan
pembentukan ruang-ruang luar bangunan, ukuran, wujud, dan
terpenting adalah citra yang akan ditampilkan dari bangunan.
Komposisi tata massa dan bentuk bangunan dengan
memperhatikan kriteria sebagai berikut :
1) Pemisahan kegiatan berdasarkan karakteristik kegiatan
yang ada dengan pengelompokan kegiatan berdasarkan
fungsinya.
2) Efisiensi dan efektifitas dalam pencapaian sebagai
konsekuensi dari sistem pelayanan open access yang
diterapkan.
3) Luas dan kondisi site.
4) Memiliki nilai estetika.
101
Gubahan massa untuk bangunan perpustakaan yang
mewadahi fungsi pendidikan dan hiburan memiliki pola tata
massa yang dibagi menjadi dua bentuk, yaitu :
1) Massa banyak
a) Keuntungan :
(1) Pemisahan kegiatan berdasarkan pada tingkat
kegiatan yang berbeda, sehingga kegiatan tidak saling
mengganggu.
(2) Dapat terjadi bentuk-bentuk yang dinamis
(3) Pengaturan sirkulasi dapat lebih tearah
(4) Pemanfaatan pengkondisian secara alamiah yang
lebih efektif
(5) Penggunaan sistem struktur yang sederhana
b) Kerugian
(1) Membutuhkan areal yang cukup luas
(2) Pencapaian dari berbagai kegiatan yang relative jauh
(3) Membutuhkan lebih banyak karyawan dalam kegiatan
pelayanannya
2) Massa tunggal
a) Keuntungan
(1) Efisien dalam pemanfaatan areal
(2) Pencapaian relative dekat dari berbagai kegiatan
yang ada
(3) Pengawasan lalu lintas koleksi dapat lebih efektif
b) Kerugian
(1) Pemisahan kegiatan kurang Nampak
(2) Pemakaian sistem struktur membutuhkan
penyelesaian yang lebih baik
(3) Memerlukan perlengkapan mesin di dalam
pengkondisian ruang
f. Orientasi bangunan
102
1) Orientasi terhadap sinar matahari dan angin
Tata letak bangunan diusahakan agar sinar matahari
langsung tidak masuk ke dalam ruang perpustakaan,
khususnya ruang penyimpanan koleksi yang dapat
mempengaruhi ketahanan koleksi yang ada. Langkah yang
dapat dilakukan adalah:
a) Menempatkan sumbu utama bangunan pada arah utara
dan selatan untuk menghindari sinar matahari langsung
dari arah timur (terbit) dan barat (terbenam).
b) Tidak memberikan bukaan yang berlebihan pada sisi
bangunan yang menerima sinar matahari langsung.
c) Dengan membuat penahan sinar matahari berupa leufel
beton atau sunscreen pada bukaan yang menerima sinar
matahari langsung.
2) Orientasi terhadap view
Bangunan Perpustakaan dapat dilihat pengunjung dari
berbagai arah yang memungkinkan.
3) Orientasi terhadap lingkungan sekitar
Bangunan perpustakaan dan pusat informasi yang akan
direncanakan hendaknya menyatu dengan bangunan
sekitarnya.
g. Tata ruang luar
Penentuan tata ruang luar bangunan perpustakaan
merupakan salah satu daya tarik bagi pengunjung, disamping
untuk memberikan kesan, indah, segar, dan tidak
membosankan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penataan ruang luar adalah:
1) Ruang luar harus dapat mendukung penampilan bangunan.
2) Sebagai pengarah dalam mempertegas sirkulasi jalan bagi
pejalan kaki dan kendaraan.
103
3) Sebagai penyaring terhadap sinar matahari dan pemantul
cahaya ke dalam bangunan
4) Sebagai pelindung, peneduh, mereduksi suara, polusi
udara dan debu dari kendaraan di sekitar tapak.
Adapun unsur-unsur ruang luar antara lain :
1) Taman, sebagai unsur yang terdiri atas :
(1) Jalur hijau, dasar pertimbangan dalam pemilihan
elemen penghijau adalah :
(1) Pengarahan sirkulasi
(2) Barrier, yaitu peredam suara, penetrasi, polusi udara,
pengendali radiasi matahari, erosi oleh air.
(3) Peneduh/pohon pelindung
(4) Estetika
(5) Harmonisasi dan unity dengan lingkungan
(6) Tidak mengganggu view bangunan
(2) Penerangan luar, dengan pertimbangan :
(1) Penerangan malam hari
(2) Keamanan lingkungan
(3) Memperindah taman
(3) Ground cover, dengan dasar pertimbangan:
(1) Dapat menyerap panas dan silau matahari
(2) Tidak menimbulkan genangan air
(3) Awet dan pemeliharaannya
2) Area parkir, menambung aktivitas perparkiran dari seluruh
unsur pelaku kegiatan.
3) Plaza sebagai unsur pengikat
4) Jalan penghubung, dapat berupa jalan, pedestrian, dll
104
2. Pendekatan Perancangan Mikro
a. Pendekatan Program Ruang
Program ruang diawali dengan menganalisa kegiatan yang
terjadi di perpustakaan dan pusat informasi. Jenis dan
kegiatan pelaku yang berlangsung dalam perpustakaan dan
pusat informasi akan memperoleh kebutuhan ruang.
1) Pelaku kegiatan
a) Pengunjung perpustakaan dan pusat informasi terbagi
atas :
(1) Golongan balita, usia 3 – 5 tahun
(2) Golongan anak-anak, usia 5 – 11 tahun
(3) Golongan remaja, usia 10 – 19 tahun
(4) Golongan dewasa, yakni maksyarakat umum usai 19
tahun ke atas, contohnya mahasiswa, pegawai,
dosen, wisatawan, pendatang, dan lain-lain.
b) Pengelola perpustakaan terdiri atas :
(1) Kepala perpustakaan dan pusat informasi, bertugas
memimpin dan merumuskan kebijakan-kebijakan
teknis perpustakaan dan pusat informasi.
(2) Bagian administrasi/tata usaha, bertugas
menyelenggarakan tugas koordinasi dalam lembaga
perpustakaan dan pusat informasi.
(3) Seksi pelayan umum, bertugas memberikan
pelayanan, mendayagunakan bahan pustaka dan
menyelenggrakan pelayanan referensi.
(4) Seksi pelayanan teknis, bertugas mengumpulkan,
mengolah, mencetak, menyusun, mendigitalkan dan
memlihara bahan pustaka.
(5) Seksi bimbingan penyuluhan, bertugas memberikan
bimbingan, penyuluhan dan publikasi kepada
masyarakat pemakai perpustakaa dan pusat informasi
105
di dalam memanfaatkan materi perpustakaan dan
informasi sesuai kebutuhan.
2) Jenis kegiatan
Kegiatan yang berlangsung dalam perpustakaan dan pusat
informasi di Makassar, yaitu :
a) Kegiatan pelayanan umum, terdiri dari kegiatan
perpustakaan yang dilaksanakan pengunjung.
b) Kegiatan pengelola, meliputi kegiatan administrasi, yakni
kegiatan yang menyangkut tata usaha dan pengelolaan.
c) teknis kepada pengunjung baik secara langsung maupun
tidak langsung.
d) Kegiatan penunjang, meliputi kegiatan seminar, kegiatan
pameran dan kegiatan lainnya.
e) Kegiatan servis, meliputi kegiatan pemeliharaan
bangunan.
f) Kegiatan pencarian informasi, meliputi kegiatan
pencarian informasi dibagian pusat informasi bagi
masyarakat yang membutuhkan seperti pendatang atau
wisatawan
3) Spesifikasi pelayanan
a) Sistem pelayanan
Sistem pelayanan dalam perpustakaan dan pusat
informasi menggunakan sistem komputer, dikarenakan
beberapa koleksi sudah dibuat dalam bentuk digital dan
juga memudahkan bagi para pengunjung yang ingin
mencari informasi tentang kota Makassar.
b) Waktu pelayanan
Waktu pelayanan perpustakaan dimulai setengah jam
waktu kerja dan selesai setengah jam sebelum waktu
kerja berakhir. Hal ini dilakukan agar pengelola memiliki
kesempatan untuk mengatur materi koleksi yang telah
106
digunakan dan khusus untuk bagian pusat informasi
waktu pelayanan selama 24 jam menggunakan sistem
komputer. Hal ini dilakukan guna membantu masyarakat
yang membutuhkan informasi yang mereka butuhkan.
Waktu pelayanan adalah sebagai berikut :
Perpustakaan Umum
(1) Senin – kamis
Pagi : jam 08.00 – 12.00
Siang : jam 13.00 – 16.00
(2) Jumat
Pagi : jam 09.00 – 11.30
Siang : jam 13.00 – 16.30
(3) Pada hari minggu dan hari raya libur
Bagian pusat informasi
(4) Senin – minggu
Beroperasi 24 jam
(5) Pada hari minggu dan hari raya libur
c) Besaran layanan
(1) Pengunjung
Dalam penentuan pengunjung yang diperkirakan akan
memanfaatkan perpustakaan dan pusat informasi
dapat diperoleh melalui kriteria penentu yaitu :
(a) Jumlah populasi penduduk
Berdasarkan jumlah populasi penduduk kota
Makassar tahun 2015 sebesar 1.449.401 jiwa
dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,46
% (bps kota Makassar). Penduduk Kota Makassar
bila dilihat dari kelompok umur dan kelamin,
kelompok terbesar adalah usia 20-24 Tahun
sebesar 189.472 jiwa (Makassar Dalam Angka
107
2015), yang didominasi oleh kaum laki-laki sebesar
95.687 jiwa.
Untuk proyeksi 10 tahun yang akan datang, maka
jumlah populasi penduduk kota Makassar dihitung
dengan menggunakan rumus :
Pt = P0 + (1 + r)10
Di mana :
Pt = jumlah penduduk yang diproyeksikan
P0 = jumlah penduduk yang akan diproyeksikan
n = jangka waktu proyeksi
r = rata-rata presentase tambahan jumlah
penduduk
Maka jumlah populasi penduduk prediksi tahun
2015-2025 adalah
Pt = 1.449.401+ (1+1,46)10
= 1.675.472 jiwa
(b) Jumlah populasi pengunjung
Berdasarkan data yang diperoleh dari kunjungan ke
Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawei Selatan
pada tahun 2015 terdapat pengunjung sebanyak
327.121 orang atau sekitar 22,5 % dari populasi
penduduk Kota Makassar. Pengunjung terdiri dari
orang dewasa 140.340 orang dan anak-anak
130.593 orang. jumlah koleksi buku yang tersedia
pada tahun 2015 adalah 335.517 eksemplar yang
terdiri dari 38.422 judul buku. Diperkirakan untuk 10
tahun kemudian (2025) jumlah pengunjung
perpustakaan adalah sebanyak.
L = jumlah pengunjung perpustakaan
108
L = Pt x presentase pertambahan jumlah
pengunjung
= 1.675.472 orang x 22,5 %
= 376.981 orang
Dari jumlah tersebut maka diperkirakan jumlah
pengunjung pada waktu terpadat tiap jam dapat
diperkirakan dengan perkiraan :
P = L x n / r x h
Di mana:
P = pengunjung tiap jam, L = proyeksi
pengunjung/tahun, n = indeks tiap jam (1,5), r = hari
kerja setahun (340), h = waktu pelayanan/hari (7
jam)
P = 376.981 x 1,5 / 340 x 7 = 237 orang
(2) Pengelola
Dalam menentukan jumlah pengelola perpustakaan
digunakan ratio perbandingan antara pengeloala
dengan jumlah populasi pengunjung, yaitu
perbandingan 1 : 2500. (IFLA, 1973, hal: 36).
Berdasarkan data di atas maka diperoleh jumlah
pengelola, yaitu :
L = 376.981 : 2.500
= 150 orang
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI tahun 1980 dan dengan
mempertimbangkan tugas dan fungsi tiap bidang serta
perkembangan dibidang informasi, maka diperoleh
pembagian staf sebagai berikut:
(3) Unsur pimpinan :
Kepala perpustakaan dan pusat informasi = 1 orang
109
Wakil kepala perpustakaan dan pusat informasi = 1
orang
(4) Unsur pengelola :
Kabag tata usaha/administrasi = 1 orang
Sub bagian umum = 4 orang
Sub bagian urusan dalam = 4 orang
Sub bagian keuangan = 4 orang
Sub bagian kepegawaian = 4 orang
Kabag Pengadaan Materi = 1 orang
Seksi registrasi dan distribusi = 3 orang
Seksi pengadaan bahan pustaka = 5 orang
Kabag Koleksi = 1 orang
Seksi koleksi digital = 20 orang
Seksi koleksi tercetak = 15 orang
Seksi koleksi microfilm = 5 orang
Seksi koleksi kartografi dan grafika = 5 orang
Kabag Reprografi = 1 orang
Seksi penerbitan = 4 orang
Seksi reprografi = 4 orang
Seksi konservasi = 6 orang
Kabag Pengolahan Teknis dan
Jasa infromasi = 1 orang
Seksi pemilihan bahan pustaka = 4 orang
Seksi pengolahan bahan pustaka
Tercetak = 4 orang
Seksi pengolahan bahan pustaka digital = 6 orang
Seksi pengiolahan non buku = 3 orang
Seksi informasi bahan pustaka 4 orang
(5) Jumlah Koleksi
Perbandingan buku desawa dengan anak-anak
adalah volume buku anak-anak 1/3 dari volume buku
110
keseluruhan dan volume buku dewasa adalah 2/3 dari
volume buku keseluruhan (Allan Konya, 1986). Untuk
materi koleksi perpustakaan digunakan standar
sebagai berikut (IFLA, 1973;36) :
2 Volume Buku Tiap Pengunjung
Berdasarkan data di atas, maka junlah koleksi yang
sama harus disediakan sebesar :
L x 2 Volume = 376.981 x 2
= 753.962 Volume
Dengan ratio perbandingan judul buku dengan volume
buku = 1 : 3, maka 753.962 volume setara dengan
251.320 judul buku. Diasumsikan 70% dari jumlah
koleksi diformat dalam digital sedangkan 30% dalam
bentuk tercetak. Koleksi yang digitalkan adalah koleksi
umum, referensi, cadangan, dan langka. Sedangkan
untuk koleksi tercetak adalah koleksi umum, referensi
dan periodical.
(a) Volume koleksi berkala 1/2.000 dari total
keseluruhan (bentuk tercetak) 1/2.000 x 251.320 =
125 judul, 375 volume
(b) Volume koleksi referensi cadangan 1/1.000 dari
total keseluruhan (bentuk digital) 1/1.000 x
251.320 = 251 judul
(c) Volume koleksi referensi 20% dari total
keseluruhan (Allan Konya, 1986) : 20/100 x
251.320 = 50.264 judul
Koleksi digital = 70% x 50.264
= 35.184 judul
Koleksi tercetak = 30% x 50.264
= 15.079 judul, 45.237
volume
111
(d) Volume koleksi dewasa (umum) 2/3 dari total
keseluruhan (Allan Konya, 1986)
2/3 x 251.320 = 167.546 judul
Koleksi digital = 70% x 167.546
= 117.282 judul
Koleksi tercetak = 30% x 167.546
= 50.263 judul, 150.789 volume
(e) Volume buku anak-anak adalah 1/3 dari total
keseluruhan
1/3 x 251.320 = 83.773 judul
Koleksi digital = 70% x 83.773
= 58.641 judul
Koleksi tercetak = 30% x 83.773
= 25.131 judul, 75.393 volume
(6) Kapasitas kursi pengunjung (IFLA, 1974)
Diasumsikan 70% jumlah pengunjung koleksi digital dan
70% jumlah pengunjung koleksi tercetak dari keseluruhan
jumlah pengunjung.
(a) Kursi dewasa pengunjung tercetak
1,5/1000 x (40% x 376.981) = 226 kursi
(4) Kuris ruang baca referensi
Jumlah kursi = 25/100 x 226 = 56 kursi
Studi carrel = 5/100 x 226 = 11 kursi
(5) Kursi ruang baca umum
Jumlah kursi = 55/100 x 226 = 124 kursi
Studi carrel = 5/100 x 226 = 11 kursi
(6) Kursi ruang baca periodical/berskala
Jumlah kursi = 10/100 x 226 = 22 kursi
(b) Kursi anak-anak
112
Diasumsikan 10% dari keseluruhan pengunjung adalah
anak-anak.
1/1000 x (10% x 376.981) = 37 kursi
4) Kebutuhan Ruang
Kebutuhan ruang untuk perpustakaan dan pusat informasi
adalah sebagai beriku :
a) Pelayanan Umum
entrance
tempat parkir
hall
Ruang Pusat Informasi
Tempat penitipan barang
Ruang registrasi
Ruang katalog
Ruang koleksi digital
Ruang koleksi umum
Ruang koleksi referensi
Ruang koleksi periodicak
Counter desk
Raung diskusi
Ruang koleksi anak
Raung audiovisual
Ruang microfilm
Ruang teleconference
Ruang internet
Ruang laptop
Musholla
Cafeteria
Lavatory
113
b) Pengelola administrasi
Entrance
Tempat parikir
Ruang tunggu
Ruang pimpinan
Ruang wakil pimpinan
Ruang rapat
Ruang adm
Ruang bagian umum
Ruang bagian kepegawaian
Ruang bagian keuangan
Ruang bagian intern
Raung arsip
Ruang seminar
Ruang koleksi kartografi
Ruang koleksi grafika
Ruang display
Mushollah
Cafeteria
Lavatory
c) Pengelola teknis
Ruang bagian pengadaan
Ruang bagian registrasi
Ruang pengelolaan materi digital
Ruang pengelolaan materi tercetak
Ruang perawatan materi
Ruang trolly
Ruang bimbingan dan penyuluhan
Pantry
Ruang makan
Mushollah
114
Lavatory
d) Pengelola
Gudang
Ruang parkir
Pos jaga
Ruang ME
Ruang AHU
b. Pendekatan besaran ruang
Pendekatan besaran ruang perpustakaan berdasarkan pada:
a. Jenis kegiatan yang berlangsung
b. Kapasitas pelaku kegiatan yang ditampung
c. Jenis ruang yang dibutuhkan
d. Jumlah, jenis dan ukuran perabot yang digunakan
e. Standar-standar ruang gerak pelaku kegiatan yang
berdasarkan atas:
Ernst Neufert, data arsitek, jilid 1 dan 2 (DA)
Joseph de Chiara dan John Hancock Callender, Time
Saver Standards for Building Types (TSS)
IFLA, International Federation of Library Association
Julius Panero dan Martin Zeink, Dimensi Manusia dan
Ruang Interior (HD)
Asumsi
115
KEBUTUHAN RUANG KAPASITAS STANDAR RUANG SUMB
ER ANALISIS LUAS
SIRKULASI
BESARAN RUANG
Pelayanan Umum
Hall/Lobby 237 orang 0,9 m2/orang TSS 237 x 0,9= 213,3m2 30% 277,3 m2
Tempat Penitipan Barang
2 orang petugas 159 kotak
(70% pengunjung terpadat)
2,2 m2/orang 0.3 x 0,46/6 = 0.023
DA 2 x 2,2 = 4,4 m2
159 x 0,023 = 3,65 m2 30% 10,5 m2
Conter desk
Rg. Kerja
b. Rg. Penyimpanan
3 orang pekerja 2 unit
2,2 m 2/orang 1,08 m2/orang
IFLA 3x 2,2 = 6,6 m2
2x 1,08 = 2,16 m2 30% 11,38 m2
Rg. Registrasi 2 orang 2,2 m2/orang DA 2x 2,2 = 4,4 m2 30% 5,72 m2 Rg. Pusat informasi 30 orang 2,2 m2/orang A 30 x 2,2 m2= 66 m 2 30% 85,8 m2 Rg. Katalog 3 unit computer 2,4 m2/orang IFLA 3x 2,4 = 7,2 m2 30% 9,36 m2 Rg. Koleksi referensi
Rg. Penyimpanan
Rg. Baca
Study carrell
45.237 volume
56 kursi 11 kursi
1/1000 x vol 2,5m2/orang 2,5m2/orang
IFLA 45,23m2
56 x 2,5 = 140 m2 11 x 2,5 = 27,5 m2
30% 276,54 m2
Rg. koleksi Umum
Rg. Penyimpanan
Rg. Baca
Rg. study carrel
150.789 volume 124 kursi 11 kursi
1,5 m2/1000 2,5m2/orang 2,5m2/orang
IFLA 226,18 m2
124 x 2,5 = 310 m2 11 x 2,5 = 27.5 m2
30% 732,78 m2
Rg. Koleksi periodical/berskala
Rg. Penyimpanan
Rg. Baca
375 volume 22 kursi
1/10 periodical 3,00 m2/orang
IFLA
37,5 m2 22 x 3,00 = 66 m2
30% 134,55 m2
116
KEBUTUHAN RUANG KAPASITAS STANDAR RUANG SUMB
ER ANALISIS LUAS
SIRKULASI
BESARAN RUANG
Rg. Koleksi anak
Rg. Penyimpanan
Rg. Baca
c. Rg. multimedia
75.393 volume 37 kursi
10% x 237 orang= 24 anak (waktu terpadat)
40% x 24 = 10 unit komputer
1,5/1000 volume 2,5 m2/orang
2,4 m2/unit komputer IFLA
113,08 m2 37 x 2,5 = 92,5 m2
10 x 2,4 = 24 m2 30% 298,45 m2
Rg. Koleksi digital (Umum, Referensi, Cadangan, Langka)
60% x 237 orang = 142 unit computer 4 orang petugas
2,4 m2/unit 2,2 m2/orang
IFLA 142 x 2,4 = 340,8 m2
4 x 2,2 = 8,8 m2 30% 454,48 m2
Rg. Grafika 30 orang 2,5 m2/orang A 30 x 2,5 = 75 m2 30% 97,5 m2 Rg. Kartografi 30 orang 3 m2/orang A 30 x 3 = 90 m2 30% 117 m2 Rg. Audiovisual 20 orang 1,5 m2/orang TSS 20 x 1,5 = 30 m2 30% 39 m2
Rg. Microfilm 2 orang
3 rak penyimpanan 3,4 m2/orang 1,08 m2/unit
TSS 2 x 3,4 = 6,8 m2
3 x 1,08 = 3,24 m2 30% 13,05 m2
Rg. Penyimpanan CD/DVD dan koleksi digital
2 orang 2 unit komputer
2 rak penyimpanan
3,4 m2/orang 2,4 m2/unit kom
1,08 m2/unit TSS
2 x 3,4 = 6,8 m2 2 x 2,4 = 4,8 m2
2 x 1,08 = 2,106 m2 30% 17,88 m2
Ruang diskusi 20 orang 1,68 m2 DA 20 x 1,68 = 33,6 m2 30% 43,68 m2
Rg. teleconference 10 unit kompi
1 orang petugas 2,4 m2/unit kompi
2,2 m2/orang IFLA
10 x 2,4 = 24 m2
1 x 2,2 = 2,2 m2 30% 34,06 m2
Ruang Multimedia 20 unit kompi
2 orang petugas 2,4 m2/unit kompi
2,2 m2/orang IFLA
20 x 2,4 = 48 m2 2 x 2,2 = 4,4 m2
30% 68,12 m2
Ruang laptop 30 orang 2,5 m2/orang A 30 x 2,5 = 75 m2 30% 97,5 m2
117
KEBUTUHAN RUANG KAPASITAS STANDAR RUANG SUMB
ER ANALISIS LUAS
SIRKULASI
BESARAN RUANG
Pengelola Administrasi
Ruang Tunggu 10 orang 1,2 m2 DA 10 x 1,2 = 12 m2 30% 15,6 m2
Ruang pimpinan
Ruang kerja
Ruang tamu
toilet
1 pipmpinan 2 rak buku
1 filling kabinet 6 orang 1 orang
4,5 m2/orang 1,44 m2/unit 1,20 m2/unit 1,2 m2/orang 3 m2/orang
HD
DA A
1 x 4,5 = 4,5 m2 2 x 1,44 = 2,88 m2 1 x 1,20 = 1,20 m2 6 x 1,2 = 7,2 m2
1 x 3 = 3 m2
30% 24,41 m2
Ruang sekretaris 1 orang
1 filling kabinet 4,5 m2/orang
1,20 m2/orang HD
1 x 4,5 = 4,5 m2 1 x 1,20 = 1,20 m2
30% 7,41 m2
Ruang wakil pimpinan
1 wakil 1 rak lemari buku 1 filling cabinet 2 orang tamu
4,5 m2/orang 1,44 m2/unit 1,20 m2/unit 1,2 m2/orang
HD
1 x 4,5 = 4,5 m2 1 x 1,44 = 4,4 m2
1 x 1,20 = 1,20 m2 2 x 1,2 = 2,4 m2
30% 12,40 m2
Ruang kabag. adm
1 orang 1 rak lemari buku 1 filling cabinet 2 orang tamu
4,5 m2/orang 1,44 m2/unit 1,20 m2/unit 1,2 m2/orang
HD
1 x 4,5 = 4,5 m2 1 x 1,44 = 1,44 m2 1 x 1,20 = 1,20 m2 2 x 1,2 = 2,4 m2
30% 12,40 m2
Ruang bag. Umum 4 orang
1 rak lemari buku 4 filling kabinet
4,5 m2/orang 1,44 m2/unit 1,20 m2/unit
HD 4 x 4,5 = 18 m2
1 x 1,44 = 1,44 m2 4 x 1,20 = 4,80 m2
30% 31,51 m2
Ruang bag. Keuangan
4 orang 1 rak lemari buku 4 filling kabinet
4,5 m2/orang 1,44 m2/unit 1,20 m2/unit
HD 4 x 4,5 = 18 m2
1 x 1,44 = 1,44 m2 4 x 1,20 = 4,80 m2
30% 31,51 m2
Ruang bag. Urusan dalam
4 orang 1 rak lemari buku 4 filling kabinet
4,5 m2/orang 1,44 m2/unit 1,20 m2/unit
HD 4 x 4,5 = 18 m2
1 x 1,44 = 1,44 m2 4 x 1,20 = 4,80 m2
30% 31,51 m2
118
Ruang bag. kepegawaian
4 orang 1 rak lemari buku 4 filling kabinet
4,5 m2/orang 1,44 m2/unit 1,20 m2/unit
HD 4 x 4,5 = 18 m2
1 x 1,44 = 1,44 m2 4 x 1,20 = 4,80 m2
30% 31,51 m2
KEBUTUHAN RUANG KAPASITAS STANDAR RUANG SUMB
ER ANALISIS LUAS
SIRKULASI
BESARAN RUANG
Ruang rapat intern 15 orang 2 m2/orang HD 15 x 2 = 30 m2 30% 39 m2
Ruang arsip 1 orang
5 unit lemari 4,5 m2/orang 1,08 m2/unit
HD 1 x 4,5 = 4,5 m2 5 x 1,08 = 5,4 m2
30% 12,87 m2
Pantry 2 orang
1 kitchen set A 9 m2
Gudang A 9 m2
Pengelola Teknis
Rg. Kabag. Pengadaan materi
1 orang 1 rak lemari buku 1 unit komputer
4,8 m2/orang 1,44 m2/unit 2,4 m2/unit
TSS 1 x 4,8 = 4,8 m2
1 x 1,44 = 1,44 m2 1 x 2,4 = 2,4 m2
30% 11,23 m2
Ruang pengadaan materi
5 orang 2 unit lemari
3 unit komputer
4,8 m2/orang 1,44 m2/unit 2,4 m2/unit
TSS 5 x 4,8 = 24 m2
2 x 1,08 = 2,16 m2 3 x 2,40 = 7,20 m2
30% 43,36 m2
Ruang kabag. Koleksi 1 orang
1 rak lemari buku 1 unit komputer
4,8 m2/orang 1,44 m2/unit 2,4 m2/unit
TSS 1 x 4,8 = 4,8 m2
1 x 1,44 = 1,44 m2 1 x 2,4 = 2,4 m2
30% 11,23 m2
Rg. Registrasi & distribusi
3 orang 4,8 m2/orang TSS 3 x 4,8 = 14,4 m2 30% 18,72 m2
Ruang seleksi 4 orang
2 unit perabot 4,8 m2/orang 3,15 m2/unit
TSS 4 x 4,8 = 19,2 m2 2 x 3,15 = 6,3 m2
30% 33,15 m2
Ruang kabag. Reprogarfi
1 orang 1 rak/lemari buku
4,8 m2/orang 1,44 m2/unit
TSS 1 x 4,8 = 4,8 m2
1 x 1,44 = 1,44 m2 30% 11,23 m2
119
1 unit komputer 2,4 m2/unit 1 x 2,4 = 2,4 m2
Ruang penerbitan 4 orang 4,8 m2 TSS 4 x 4,8 = 19,2 m2 30% 24,96 m2
Ruang reprografi 4 orang 4,8 m2 TSS 4 x 4,8 = 19,2 m2 30% 24,96 m2
Ruang konservasi 6 orang 4,8 m2 TSS 6 x 4,8 = 28,8 m2 30% 37,44 m2
Rg. Kabag. Pengolahan teknis
1 orang 1 rak/lemari buku 1 unit komputer
4,8 m2/orang 1,44 m2/unit 2,4 m2/unit
TSS 1 x 4,8 = 4,8 m2
1 x 1,44 = 1,44 m2 1 x 2,4 = 2,4 m2
30% 11,23 m2
KEBUTUHAN RUANG KAPASITAS STANDAR RUANG SUMB
ER ANALISIS LUAS
SIRKULASI
BESARAN RUANG
Rg. Pengolahan koleksi tercetak
4 orang 2 unit perabot
4,8 m2/orang 3,15 m2/unit
TSS 4 x 4,8 = 19,2 m2 2 x 3,15 = 6,3 m2
30% 33,15 m2
Rg. Pengolahan koleksi digital
6 orang 6 unit komputer
4,8 m2/orang 2,40 m2/unit
TSS 6 x 4,8 = 28,8 m2
6 x 2,40 = 14,4 m2 30% 56,16 m2
Rg. Pengolahan koleksi non buku
3 orang 1 unit perabot
4,8 m2/orang 3,15 m2/unit
TSS 3 x 4,8 = 14,4 m2
1 x 3,15 = 3,15 m2 30% 22,81 m2
Rg. Duplikasi & penjilidan
3 orang 1 unit fotocopy 1 unit komputer
4,8 m2/orang 4 m2/unit
2,40 m2/unit TSS
3 x 4,8 = 14,4 m2 1 x 4 = 4 m2
1 x 2,40 = 2,40 m2 30% 27,04 m2
Rg. fumigasi 2 orang 2,2 m2/orang
15 m2/1000 vol TSS
2 x 2,2 = 4,4 m2 1 x 15 = 15 m2
30% 22,40 m2
Ruang otomasi 2 orang
1 unit perabot 4,8 m2/orang 3,15 m2/unit
TSS 2 x 4,8 = 9,6 m2
1 x 3,15 = 3,15 m2 30% 16,57 m2
Ruang perawatan/teknisi 2 orang
2 unit perabot 4,8 m2/orang 3,15 m2/unit
TSS 5 x 4,8 = 24 m2
2 x 3,15 = 6,30 m2 30% 39,39 m2
Ruang kontrol 2 orang
3 unit layar tv 2,2 m2/unit 2,4 m2/unit
DA 2 x 2,2 = 4,4 m2 3 x 2,4 = 7,2 m2
30% 15,08 m2
Ruang trolley A 30% 9 m2
120
Ruang bimbingan & penyuluhan
1 orang 5 tamu
4,8 m2/orang 2,2 m2/orang
DA 1 x 4,8 = 4,8 m2 5 x 2,2 = 11 m2
30% 20,54 m2
Ruang makan/pantry 30 orang 1,24 m2/orang DA 30 x 1,24 = 37,2 m2 30% 48,36
Mushollah pengelola Jumlah pengelola = 150 orang, 95% beragama islam 142 orang dengan perbandingan pria dan wanita 60% : 40%, 85 pria dan 57 wanita
Musholla pria 15 orang
Tempat wudhu 4 orang
Mushollah wanita 15 orang
Tempat wudhu 4 orang
1,2 m2/orang
0,42 m2/orang
1,2 m2/orang 0,42 m2/orang
DA A
DA A
15 x 1,2 = 18 m2
4 x 0,42 = 1,68 m2
15 x 1,2 = 18 m2 4 x 0,42 = 1,68 m2
30%
25,58 m2
25,58 m2
KEBUTUHAN RUANG KAPASITAS STANDAR RUANG SUMB
ER ANALISIS LUAS
SIRKULASI
BESARAN RUANG
Toilet pengelola Jumlah pengelola = 150 orang, jumlah pemakai toilet 30% (45 orang) dengan perbandingan pria dan wanita 60%,40% 27 pria dan 18 wanita
Toilet Pria 1 wc untuk 13 orang
1urinoir untuk 7 orang 1 wastafel untuk 13
orang
1 wc = 0,9 x 1,5 = 1,35
1 urinoir = 0,6 x 0,9 = 0,54 m2
1 wastafel = 0,62 x 0.9 = 0,56 m2
DA (27:13) = 2 unit x 1,35 = 2,70 m2 (27:7) = 4 unit x 0,54 = 2,16 m2 (27:13) = 2 unit x 0,56 = 1,12 m2
30% 7,77 m2
Toilet wanita 1 wc untuk 8 orang 1 wastafel untuk 8
orang
1 wc = 0,9 x 1,5 = 1,35 m2
1 wastafel = 0,62 x 0,9 = 0,56 m2
DA (18:8) = 2 unit x 1,35 = 2,70 m2 (18:8) = 2 unit x 0,56 = 1,12 m2
30% 4,49 m2
Ruang Penunjang Umum
Ruang seminar
ruang duduk
ruang proyektor
100 orang 2 orang 2 orang
1,68 m2/orang
DA A A
100 x 1,68 = 168 m2
9 m2
9 m2
30 % 253,5 m2
121
rg. Penata suara & lampu
Gudang
2 orang
A
9 m2
Ruang display 50 orang 1,68 m2/orang DA 50 x 1,68 = 84 m2 30% 109,2 m2
Tempat fotocopy 3 orang
2 unit fotocopy 4,8 m2/orang 3,15 m2/unit
DA 2 x 4,8 = 14,4 m2 2 x 3,15 = 6,3 m2
30% 26,91 m2
Mushollah pengunjung
Mushollah pria 20 orang
Tempat wudhu 4 orang
1,2 m2/orang
0,42 m2/orang
DA A
20 x 1,2 = 24 m2
4 x 0,42 = 1,68 m2 30% 33,38 m2
KEBUTUHAN RUANG KAPASITAS STANDAR RUANG SUMB
ER ANALISIS LUAS
SIRKULASI
BESARAN RUANG
Mushollah pengunjung
Mushollah wanita 20 orang
Tempat wudhu 4 orang
1,2 m2/orang
0,42 m2/orang
DA A
20 x 1,2 = 24 m2
4 x 0,42 = 1,68 m2
30%
33,38 m2
Toilet pengunjung Jumlah pengunjung terpadat = 237 orang. jumlah pemakai 30% (71 orang) dengan perbandingan pria dan wanita 60% dan 40% 43 pria dan 28 wanita
Toilet pria 2 wc 15 orang
2 urinoir untuk 7 orang
2 wastafel unutk 15 orang
1 wc = 0,9 x 1,5 =
1,35 m2 1 urinoir = 0,6 x 0,9 =
0,54 m2 1 wastafel = 0,62 x
0,9 = 0,56 m2
DA
(43:15) = 3 unit x 1,35 = 4,05 m2 (43:7) = 6 unit x 0,54 = 3,24 m2 (43:15) = 3 unit x 0,56 = 1,68 m2
30%
11,66 m2
Toilet wanita 1 wc untuk 10 orang 1 wastafel untuk 10
orang
1 wc = 0,9 x 1,5 =
1,35 m2 1 wastafel = 0,62 x
0,9 = 0,56 m2
DA
(28:10) = 3 unit x 1,35 = 4,05 m2 (28:10) = 3 unit x 0,56 = 1,68 m2
30%
7,44 m2
122
Café Pengunjung Jumlah pengunjung terpadat = 237 orang. jumlah pemakai 15 % ( 35 orang) ATM Center
35 orang
3 unit
2,4 m2/orang
1,0 m2/unit
A
TSS
2,4 x 35 = 84 m2
1,0 x 3 = 3 m2
30%
30%
109,2 m2
3,9 m2
Servis
Ruang jaga 2 orang 4,8 m2/orang DA 2 x 4,8 = 9,6 m2 30% 11,52 m2
Gudang A 12 m2
Ruang ME Ruang pompa Ruang reservoir Ruang genset Ruang AHU Ruang panel Ruang PABX
A A A A A A
9 m2
9 m2
9 m2 9 m2
9 m2
9 m2
Jumlah 14.540 m2
123
Sirkulasi dalam bangunan 20 % = 3.635 m2
Total luas bangunan = 18.176 m2
Penentuan luas site bangunan
Jumlah lantai perpustakaan yang direncanakan adalah sebanyak 3 lantai
Luas lahan terbangun = 18.176 m2 : 3 = 6.400 m2
Building coverage = 30 : 70
Open space = 70/30 x 6.400 m2 = 14.933 m2
Luas site = luas area terbangun + open space
= 6.400 + 14.933
= 21.333 m2
Total luas site bangunan = 2,1 Ha
124
Perhitungan kebutuhan parkir
a) Parkir mobil pengunjung
Asumsi 20% dari jumlah pengunjung terpadat adalah 237 orang
Jumlah mobil = 20% x 237 = 47 mobil
Standar luas mobil = 13,2 m2/mobil x 47
Luas parkir mobil = 620,4 m2
b) Parkir motor pengunjung
Asumsi 30% dari jumlah pengunjung terpadat adalah 237 orang
Jumlah motor = 30% x 237 = 71 motor
Standar luas motor = 2 m2/motor x 71
Luas parkir motor = 142 m2
c) Parkir mobil pengelola
Asumsi 10% dari jumlah pengelola adalah 150 orang
Jumlah mobil = 10% x 150 orang = 15 mobil
Standar luas mobil = 13,2 m2 x 15
Luas parkir mobil pengelola = 198 m2
d) Jumlah mobil perpustakaan = 2 mobil
Standar = 24 m2/mobil
Luas parkir = 48 m2
e) Parkir motor pengelola
Asumsi 30% dari jumlah pengelola adalah 150 orang
Jumlah motor = 30% x 150 = 45 motor
Standar motor = 2 m2/motor x 45
Luas parkir motor = 90 m2
Total luas parkir = 620,4 + 142 + 198 + 48 + 90
= 1.098,4 m2
125
c. Pendekatan Pola Tata Ruang
1) Hubungan Ruang
Pola hubungan ruang merupakan perwujudan daei hubungan
kegiatan yang ada pada ruang tersebut. Pola hubungan ruang
kegiatan yang ada pada ruang tersebut. Pola hubungan ruang
berfungsi untuk menganalisa tingkat keeratan ruang satu
dengan ruang lainnya.
Tingkat keeratan hubungan ruang dapat dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu :
a) Hubungan erat, yaitu hubungan ruang yang tanpa melalui
hambatan-hambatan atau ruang perantara.
b) Hubungan kurat erat, yaitu hubungan kegiatan yang melalui
kegiatan lainnya.
c) Tidak ada hubungan, yaitu tidak terdapat kaitan/hubungan
kegiatan antara satu ruang dengan ruang lainnya.
2) Ruang dalam
Pendekatan ruang dalam pada bangunan perpustakaan dan
pusat informasi yang direncanakan dilakukan dengan tujuan
agar ruang dapat berfungsi dengan baik sesuai fungsi, sifat,
dan karakter ruang yang diciptakan, yang dipengaruhi oleh
variable :
a) Sirkulasi dan orientasi yang udah
b) Memungkinkan pengawasaan visual
126
c) Batas-batas pembentuk ruang dasar (dasar, sisi)
berhubungan dengan skala ruang yang diciptakan
d) Cahaya berpengaruh besar dalam penciptaan ruang
tertentu
e) Pemakain bahan ekonomis, keindahan dan kekuatan serta
keamanan
f) Pemilihan perabot ruang yang sesuai dengan kebutuhan
Penataan ruang dalam suatu bangunan, khususnya
bangunan perpustakaan, juga harus memperhatikan
pemilihan warna pada setiap sisi bangunan. Menurut
desainer interior Maya Pangestu (okezone.com), warna
dapat memberikan efek tertentu secara emosional. Masing-
masing warna memiliki arti tersendiri dan memberikan efek
psikologis bagi pengguna ruang, antara lain :
(1) Warna merah memberi dampak dinamis. Cenderung
mendatangkan energy, aktif, suasana hangat dan
komunikatif, optimis, antusias, dan bersemangat. Warna
merah juga dapat meningkatkan aliran darah tubuh.
(2) Warna kuning memberi kesan kehangatn, bercahaya,
dan cerah dalam ruangan.
(3) Warna oranye memberikan efek energik, fit, ramah, dan
kreatif. Warna ini melambangkan sosialisasi, penuh
harapan, dan percaya diri, juga dapat menimbulkan
perasaan positif, senang, senang, gembira, optimis,
penuh energy, dan bisa mengurangi depresi atau
127
perasaan tertekan. Namun bila berlebihan justru akan
merangsang perilaku hiperaktif.
(4) Warna coklat merupakan warna netral yang natural,
hangat hati, mengahadirkan kenyamanan, dan memberi
kesan anggun dan elegan.
(5) Warna biru mengesankan sesuatu yang konstan,
keharmonisan kebenaran, ketenangan dan kesan lapang.
Pemakaian warna biru dapat menimbulkan perasaan
(6) Warna hijau memberikan kesan alamiah dan kesan
segar dalam ruangan. Ruangan akan terasa lebih segar,
tenang, dan sejuk.
(7) Warna ungu mampu menarik perhatian orang. Warna ini
sensual, feminism, antic, anggun dan hangat.
(8) Warna putih memancarkan kesan kemurinan, ringan,
polos, tentram, nyaman dan terang. Terlalu banyak
warna putih bisa menimbulkan perasaan dingin, steril,
kaku, dan terisolir.
(9) Warna hitam memancarkan kekuatan, misterius, klasik
dan elegan.
(10) Warna abu-abu termasuk warna netral yang dapat
menciptakan kesan serius, juga menentramkan dan
menimbulkan perasaan damai.
Dari uraian di atas, warna-warna yg cocok digunakan
untuk sebuah bangunan perpustakaan dan informasi
antara lain warna putih, abu-abu, dan coklat.
3) Sirkulasi Ruang dalam
Ada dua alternative sirkulasi ruang dalam sebagai berikut :
128
a) Pola sirkulasi bentuk grid yang sifatnya:
Mempunyai pola sirkulasi jelas dan teratur
Pemanfaatan ruang kurang efisien karena membutuhkan
jalur sirkulasi yang mekanan banyak luasan
Pencapaian tiap sudut ruang cukup efektif
Gambar 3.4. Pola Sirkulasi Bentuk Grid Sumber: Bahan Kuliah Perancangan Permukiman
b) Pola sirkulasi bentuk linear yang sifatnya:
Pola sirkulasi sederhana dan efisien dalam peruangan
Pemanfataan ruang kurang efisien, namun mudah dalam
pengawasan dan pencahayaan
Pencapaian tiap sudut ruang efektif
Gambar 3.5. Pola Sirkulasi Bentuk Linear Sumber: Bahan Kuliah Perancangan Permukiman
d. Pendekatan Pola Organisasi Ruang
129
Konsep organisasi ruang pada perpustakaan dan pusat informasi
di Makassar ini dibagi dua, yaitu vertical dan horizontal konsep
organisasi didasari atas:
1) Proses kegiatan yang terjadi pada masing-masing kelompok
kegiatan dan antar kelompok kegiatan.
2) Hirarki atau tingkatan kepentingan ruang dan fungsi ruang.
3) Kedekatan ruang, dekat tidaknya, penting tidaknya antar
kedua kegiatan, pemisahan-pemisahan yang perlu, dan
pemisahan-pemisahan yang penting.
Ada beberapa bentuk pola ruang yg diterapkan daam membentuk
suatu ruang, yaitu:
1) Memusat, suatu pusat ruang dominan, di mana sejumlah
ruang sekunder dikelompokkan.
2) Radial, sebuah ruang pusat di mana organisasi-organisasi
ruang liner berkembng menurut jari-jari.
3) Linear, suatu urutan linear dari ruang-ruang yang dapat
berulang.
4) Cluster, ruang-ruang dikelompokkan oleh letaknya atau secara
bersama-sama memenpati letak visual yang berhubungan.
5) Grid, ruang-ruang diorganisasikan dalam kawasan struktur grid
tiga dimensi lainnya.
e. Pendekatan bentuk ruang
1) Bentuk ruang
Bentuk ruang yang ingin dicapai melalui kriteria:
Mempunayi kesan dinamis
Efektifitas dalam pemakaian ruang
Fleksibilitas ruang
130
Karakter ruang yang jelas
2) Alternative bentuk dasar ruang (Francis D.K.Ching:1984)
a) Segi empat, karakter ruang:
- Kesan mengarahkan kuat
- Kurang dinamis
- Daya visual yang kuat
- Tidak mempunyai sumbu
- Maksimal dalam penggunaan ruang
- Kesan kaku
b) Segi tiga, karakter ruang:
- Penyederhanaan dari bentuk segi empat
- Dinamis
- Bersudut tajam
- Eksperimental
- Daya visual baik
- Tidak feketif dalam penggunaan ruang
c) Lingkaran, karakter ruang:
- Kurang mengarahkan
- Intim
- Mempunya sumbu
- Mempunyai area sudut pandang yang bebas karena tidak
ada sudut akhir
- Efek akustik negative
d) Bentuk gabungan, karakter ruang:
- Dinamis
- Efektifitas ruang tinggi
- Mudah dalam pelaksanaan
- Flektibilitas tinggi terhadap fungsi ruang
131
Berdasarkan hasil analisa bentuk dasar ruang untuk suatu
bangunan perpustakaan dan pusat informasi, maka bentuk
ruang yang sesuai adalah segi empat karena mudah dalam
pengaturan ruang maksimal dalam penggunaan ruang.
f. Pendekatan struktur bangunan
1) Sistem struktur
Dalam memnentukan struktur bangunan yang akan
dipergunakan, perlu mempertimbangkan factor-faktor sebagai
berikut:
a) Jenis dan bahan struktur
b) Kuat
c) Memiliki kelenturan yang stabil
d) Tidak terjadi penurunan pada bagian struktur yang
direncanakan
e) Dapat menahan beban, antara lain angina, gempa, arus,
dan sebagaianya
f) Dimensi dari kolom ditentukan berdasarkan:
- Ketinggian bangunan
- Jarak bentangan
- Daya dukung tanah
Dengan berdasarkan pertimbangan tersebut, maka struktur yang
dapat dipergunakan adalah sebagai berikut:
a) Struktur atas (upper struktur)
132
Terdapat beberapa alternative bentuk upper struktur:
Rangka baja
- Mudah dalam pengerjaan
- Tahan terhadap perubahan cuaca
- Efisiensi terhadap bentangan lebar
- Mudah dalam pemeliharaan
Plat beton
- Digunakan untuk bangunan sedang
- Kuat menahan bentangan
- Tahan terhadap perubahan cuaca
- Mudah dalam pelaksanan dan pemeliharaan
- Efisien terhadap bangunan
Space frame
b) Struktur pendukung (super struktur)
Berdasarkan darsar pertimbangan di atas, maka dapat
diusulkan beberapa alternative sistem super struktur seperti:
Sistem bearing wall
Sistem shear wall
Sistem rigid frame
c) Struktur bawah (sub struktur)
Terdapat beberapa alternative untuk struktur bawah antara
lain:
Pondasi tiang pancang
Keuntungan:
- Pelaksanaannya mudah
- Kualitas lebih terjaga, sebab merupakan produk pabrik
- Untuk pondasi dengan kedalam maksimal
133
- Stabil terhadap bebab
- Memungkinkan bentangan lebar
- Ekonomis untuk bangunan tinggi
Kerugiannya:
- Pada pelaksanaannya menimbulkan suara bising dan
getaran yang terkadang merusak bangunan lain.
- Perlu ruang yang besar untuk alat berat yang idguakan
pada pemasangan.
Pondasi rakit
Keuntungannya:
- Pelaksanaannya tidak bising
- Struktur pondasi dapat digunakan sebagai tiang
- Efektif bila permuakaan air cukup tinggi
- Kekuatan besar
- Dapat digunakan pada kondisi tanah rawa/gembur
Kerugiannya:
- Pemakaian bahan boros
- Sulit dalam pelaksanaan
Pondasi sumuran (caisson)
Keuntungannya:
- Struktur pondasi dapat digunakan sebagai tiang
- Efektif bila kerapatan tanah kurang
Kerugiannya:
- Pemakaian bahan boros
- Sulit dalam pelaksanaan
Pondasi setempat:
Keuntunganya:
- Pelaksanaannya tidak bisisng
134
- Struktur pondasi dapat digunakan sebagai tiang
- Efektif bila permukaan air cukup tinggi
- Kekuatan besar
- Dapat digunakan pada kondisi tanah rawa
Keruagiannya:
- Pemakaian bahan boros
- Sulit dalam pelaksanaan
2) Modul struktur
Modul adalah ukuran dasar yang dipergunakan untuk
menentuan dimensi bangunan dan bagian-bagiannya. Modul
sangat memegang peranan dalam perancangan bangunan,
terutama untuk bangunan berukuran besar. Selain itu, modul
juga meningkatkan nilai fleksibilitas ruang.
Modul dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a) Modul dasar, ditetapkan 10 cm.
b) Modul perancangan, yaitu kelipatan dari modul dasar
dengan pertimbangan:
Aktifitas dan ruang gerak manusia
Besaran dan tata letak perabot
Ukuran standar bahan bangunan yang ada
Besaran modul perancangan diambil 20-30 cm, sehingga
modul yang umum dipergunakan adalah kelipatan dari
angka tersebut (n x 20 cm atau n x 30 cm)
c) Modul struktur merupakan kelipatan dari modul
perancangan, berhubungan dengan struktur bangunan,
bertujuan menentukan jarak kolom, bentangan dan jarak ke
lantai.
135
3) Material
Bahan material, yang teridir dari:
a) Bahan lantai, material yang digunakan yaitu:
Lantai granit memberikan kesan mewah.
Pemeliharaannya mudah dan awet. Jenis lantai ini biasa
digunakan pada hall atau lobby utama dan main
entrance.
Lantai parket, menambah kehangatan dan artistic bagi
interior. Bamboo merupakan tanaman yang tumbuh
dengan cepat dan membutuhkan area yang lebih sedikit
sehingga mengurangi dampak lingkungan dari
perkebunan dan penggunaan lahan. Jenis lantai ini
digunakan pada ruang diskusi, ruang laptop dan ruang
pimpinan.
Lantai keramik, memberikan kesan sederhana, bersih,
dan rapi. Pemeliharaannya mudah dan awet. Jenis lantai
ini biasa digunakan pada ruang baca, ruang koleksi,
ruang pameran dan ruang kantor.
Lantai karpet, memberikan kesan keramahan, keakraban
dan ketenangan dalam ruang. Jenis lantai ini biasa
digunakan pada ruang baca anak-anak, dan ruang
multimedia.
b) Bahan dinding
Dinding partisi transparan. Penggunaannya memberikan
keleluasaan memandang ke segala arah. Material ini bisa
diterapkan pada area retail.
136
Dinding massif dilapisi wallpaper. Jenis material ini bisa
diterapan pada ruang kantor karena penggunaannya
memberikan kesan formal pada ruang.
Dinding massif dilapisi akustik. Jenis material ini
diterapkan pada ruang seminar, ruang baca, ruang
multimedia, dan ruang audiovisual karena dapat
meredam suara bising.
c) Bahan plafond
Eternity, bersifat formal, kokoh dan menciptakan kesan
ketenangan. Jenis ini bisa digunakan pada ruang yang
formal seperti ruang kantor.
Skylight, memberikan kesan atraktif, menarik, dan
fleksibel. Diguakan untuk memasukkan cahaya dari luar
ke dalam bangunan. Biasanyanya digunakan pada ruang
public yang luas seperti hall, atrium, dan koridor
bangunan.
Acostic lambersering, digunakan khusus pada ruang
yang membutuhkan fungsi akustik seperti pada ruang
seminar, ruang audio visual, ruang rapat.
g. Pendekatan pengkondisian bangunan
1) Sistem pengkondisian ruang
a) Pencahyaan
(1) Pencahayaan alami
Sistem ini memanfaatkan sinar matahari, pengaturan
cahaya yang masuk ke dalam ruangan dengan
137
mempertimbangkan segi kenyaman dan keamanan bagi
pengunjung dan materi koleksi.
Pencahayaan alami pada bangunan dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu:
Pencahayaan langsung
- Sinar matahari langsung mengenai bangunan
- Menimbulakan silau dan panas
Pencahayaan tidak langsung
- Pencahayaan dari hasil pemantulan dan bidang
bangunan atau elemen setempat.
- Merupakan cahaya baur sehingga silau dan panas
dapat direduksi.
Dari kedua pembagian pencahayan tersebut, pencahayaan
tidak langsung yang paing banyak dimanfaatkan untuk
penerangan alami pada bangunan Perpustakaan dan Pusat
Informasi ini karena dengan pencahayaan langsung dapat
merusak bahan pustaka, dan memberikan ketidaknyaman
bagi pengunjung.
Faktor – factor yang perlus diperhatikan dalam sistem
penvahayaan alami, yaitu:
Kebutuhan tingkat penerangan ideal untuk ruang baca
perpustakaan (standar 200 lux)
Cahaya efektid yang masuk ke dalam ruangan adalah
maksimal 2,5 – 3 kali bukaan jendela dengan kaca
bening.
Penyelesaian bukaan bangunan yang dapat mengatasi
efek sialu dan kontras.
138
(2) Pencahayaan buatan
Digunakan pada pelayanan malam hari dan siang hari
juka penerangan alami tidak berfungsi seperti cuaca
mendung. Digunakan juga pada ruang penyimpanan
koleksi.
Standar kebutuhan cahay (Thompson G. 1976, hal;40)
Ruang baca periodical = 200 lux
Ruang baca umum = 400 lux
Ruang baca referensi = 600 lux
Ruang counter = 600 lux
Ruang koleksi = 100 lux
Penjilidan = 600 lux
Ruang pusat informasi = 500 lux
Katalog, ruang seleksi, gudang = 400 lux
Dalam perencanaan sistem pencahayaan ybuatan yang
perlu diperhatikan adalah:
Jenis lampu dan peletakannya
Dalam menentukan jenis lampu, khusus untuk ruang
baca perpustakaan, perlu diperhatikan efek silau dan
pembayangan yang ditimbulkan di meja yang dapat
mengganggu aktivitas membaca untuk jangka waktu
yang lama.
Adapun alternative lampu yang digunakan adalah
lampu TL (Fluorescent) dan lampu pijar
(Incandescent). Berdasarkan pertimbangan lampu TL
dan lampu pijar, maka jenis lampu yang digunakan
adalah lampu TL.
139
Adapun posisi perletakan titik lampu TL untuk ruang
baca, dibagi menjadi 2 yaitu:
Ceiling Mounting (keluar dari Plafond)
- Memberikan pencahayaan ke segala arah, tidak
langsung ke ruang baca.
- Bila memakai penggantung, tidak bileh terlalu
panjang.
- Dapat menimbulkan efek sialu pada ruang baca,
bila jarak lampu dengan meja terlalu pendek.
- Dalam ruang baca, penempatana lampu
demikian akan terasa dominan, sehingga cahaya
pantul menjadi terhalang dan membuat
konsentrasi membaca terhalang.
Ceiling box (ditanam pada lampu)
- Penyebaran siar dibatasi dan dipengaruhi oleh
besar dan kedalaman box.
- Penempatan lampu perlu memperhatiakan
kemungkinan timbulnya silau.
Kuat penerangan (intensity)
Kuta penerangan suatu ruang tergantung pada jenis
aktivitas yang dilakukan pada ruang tersebut.
Kualitas cahaya
Kualitas cahaya tergantung pada sumber cahaya dan
silau kontras.
b) Penghawaan
140
Sistem penghawaan alami secara menyeluruh pada setiap
ruang dengan memperhatikan radiasi sinar matahri. Sistem
penghawaan dapat dilakukan dengan mengadakan bukaan
terhadao udara luar dengan pengadaan jendela dan
ventilasi. Namun penghawaan buatan juga diadakan pada
semua ruang pekayanan umum dan ruang pengelolaan.
Untuk ruang pelayanan umum menggunakan AC central
sedangkan untuk ruang pngelola yang bersifat privasi
menggunakan AC unit.
c) Akustik
Sistem akustik terutama diterapkan pada ruang untuk
pelayanan pembacaan yang sifatnya tenang.
Sistem pengendalian akustik, yaitu:
Pemakaian bentuk ruang yang tiak memgkinkan
tejadinya gema dan resonansi.
Pemakaian dan penerapan elemen ruang dan bahan
finishing yang bisa menyerap suara
Pengendalian akustik dapat pula dengan akustik
lingkungan dengan pemanfaatan elemen lansekap
sebagai komponen pengendali kebisingan lingkungan.
h. Pendekatan utilitas bangunan
1) sistem sirkulasi vertical
141
sistem sirkulasi yang digunakan adalag tangga. Perletakannya
harus memperhitungkan kemudahan dan kejelasan.
a) Tangga biasa
Lebar tangga yang memenuhi standar
Tiak licin
Nyaman dan tidak melelahkan
Dilengkapi dengan pengaman, seperti pegangan dan
tiang blaster.
b) Tangga darurat
Lebar pintu minimum 90 cm dan mempunyai penerangan
darurat.
Pada lantai dasar langsung berhubungan dengan udara
bebas dengan pintu terbua keluar.
c) Lift, memudahka pengunjung naik atau turun ke lantai
atas/bawah, serta memudahka dalam pengankutan barang
koleksi.
d) Ekskalatir ramp dan ekskalator tangga, menghubungkan
lantai dengan lantai dengan pertimbangan transportasi
pengguna perpustakaan dan pusat informasi.
2) Sistem elektrikal
a) Pemanfaatn sumber listrik yang diperoleh dari PLN.
b) Saluran-saluran listrik diletakkan dalam kedadaan
tersembunyi.
c) Penyediaan ruang bagi saluran – saluran listrik dalam
bangunan, agar mudah dilakukan perbaikan.
142
d) Menyiapkan generator cadangan untuk emergency lighting
yag secara otomatis akan menyala apabila sewaktu – waktu
terjadi gangguan listrik.
e) Peletakan generator pada ruang khusus
3) Sistem komunikasi
Komunikasi ke dala dan keluar bangunan menggunakan
saluran langsung jaringan telepon kota, sedangkan untuk
komunikasi dalam bangunan dilakukan memlalui intercom.
Komunikasi satu arah (pengumuman, pemberitahuan,
pemutaran instrument lembut) dapat dilakukan melalui sistem
suara operator.
4) Sistem pengadaan air bersih
a) Sumber utama air bersih berasal dari PDAM kemudian
ditampung pada reservoir bawah lalu dipompa ke reservoir
atas dan didistribusikan ke ruangan.
b) Pengadaan sumber air tanah
c) Pemanfaatan kembali air hujan melalu proses ultarfiltasi dan
strerilisasi.
5) Sistem pembuangan air kotor
a) Air kotor dari kamar mandi, urinoir, westafel, dan lain – lain
dialirkan melalui pipa tertutup ke bak clorisasi yang
kemudian ditampung da dijernihkan untuk digunakan
kembali untuk hidran dan menyiram tanaman.
b) Air hujan langsung dialirkan untuk ditampubg dan
digunakan untuk membilas kloset dan urinoir juga untuk
hidran dan menyiram tanaman. Pada perencanaan air kotor
yang perlu diperhatikan adalah sistem pemipaan. Dengan
adanya bak control pada jarak-jarak tertentu untuk
143
memudahkan pengontrolan dan pembersihan jika terjadi
kemacetan saluran.
c) Air kotoran dan kotoran padat dari kloset dibuang memalui
pipa khusus yang terpisah pada shaft menuju septitank.
6) Sistem pembuangan sampah
Penempatan tempat pembuangan sampah
mempertimbangkan:
Letak penempatan
Sirkulasi penghuni bangunan
Jarak pandang
Jenis sampah
a) Di dalam bangunan
Menempatkan tempat-tempat pembuangan sampah pada
daerah-daerah tertentu secara horizontal kemudian secara
vertical melalui lift barang. Untuk kemudian dibuang keluar
bangunan dengan menggunakan truk pengangkut sampah
ke tempat pembuangan akhir atau TPA.
b) Di luar bangunan
Menyediakan tempat pembuangan sampah utama di luar
bangunan yang dibedakan atas sampah kering dan sampah
baah, yang nantinya akan dapat diangkut oleh petugas
kebersihan kota kemudian di bawa ke tempat pembuangan
akhir atau TPA.
7) Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran diperlukan
beberapa siste, antara lain:
a) Sistem pasif, yaitu sistem pengendalian sebelum kebakaran
dengan mempertimbangkan perancangan bangunan.
144
Misalnya dengan memasang sistem deteksi yang
memberikan suatu sistem alarm jika terjadi asap dalam
ruangan, penggunana bahan bangunan yang tahan api atau
panas mengisolir jaringan penyebab api, seperti instalasi
listrik pada tempat yang dianggap aman.
b) Sistem aktif, sistem pengendalian setelah kebakaran
dengan mepertimbangakan kelengkapan bangunan.
Misalnya dengan merencanakan pintu-pintu yang mudah
dicapai dan dilihat dari dalam ruang, menyediakan tangga
darurat diletakkan pada bagian yang langsung berhubungan
dengan udara luar, meneydiakan jalan kendaraaan
pemadam kebakaran, dan menyediakan alat pemadam
kebakaran.
Pengendalian bahaya kebakaran dengan alat-lat pemadam
kebakaran antara lain:
Sistem pemadam portable
Sistem pengamanan khusus untuk benda-benda koleksi
yang tidak terkena air.
- CO2 sistem yaitu dengan mengguakan zat karkon
dioksida.
- Sistem serbuk kering yaitu dengan menggunakan
senyawa P2O2 yang mempunyai daya lekat yang kuat,
dapat menyerap panas sekaligus mendinginkan serta
mengahalangi proses terjadinya oksida pada bahan
yang terbakar.
Hydrant sistem
Sistem ini terdiri dari pipa yang dihubungkan dengan
pompa air bertekanan tinggi.
Springkler head system
145
Sistem pemadaman kebakaran otomatis berupa
springkler yang menyemburkan air apabila suhu dalam
suatu ruangan mencapai 600-700 C. teridiri dari jaringan
pipa di mana pada ujungnya terdapat alat diffuser yang
berfungsi sebgaia penyebar air, yang biasanya dipasang
di plafond. Untuk bangunan dengan resiko kebakaran
kecil, tiap springkler melayani area seluas kurang 196
sqft atau kurang 20 m2.
8) Sistem penangkal petir
Sistem yang dipakai untuk penangkalpetir dipertimbangkan
terhadap:
Ketinggian bangunan
Segi estetika, terutama pada penampilan bangunan
Dari segi pemeliharaan yang efisien
Dengan pertmbangan kemungkinan adanya bahaya petir
terhadap bangunan, maka dapat diajukan usul pengadaan
sistem penangkal petir:
a) Sistem tongkat franklin
Sistem ini menggunakan head (25 cm -90 cm) yang
diletakkan pada puncak bangunan. Sudut perlindungan
yang diberikan berkisar 450.
b) Sistem sangkar faraday
Sistem ini merupakan pengembangan sistem tongkat
franklin dengan menambahkan konduktor horizontal.
c) Sistem preventor
146
Sistem penangkal petir dengan menggunakan radio aktif
pada terminal udara. Preventor yang terpasang pada
antenna dengan bahan radio aktif terkonduktifasi dengan
baik tanpa menerima arus + dari bumi, sehingga dengan
keadaan demikian hanya membutuhkan satu konduktor
pertanahan yang berfungsi megalirkan arus petir ke dalam
tanah. Jarak jangkauan preventor tergantung dari
kemampuan bahan radio aktif berbentuk lingkaran ½ bola.
9) Sistem keamanan
Keamanan koleksi dan peralatan perpustakaan dan pusat
informasi yang dimaksud kemanan adalah keamana terhadap
pengrusakan buku secara sengaja dengan jalan menyobek
dan pencurian buku serta peralatan komputer, maka perlu
adanya:
a) Sistem keamanan manual, yaitu dengan menggunakan
petugas dalam mengawasi lalu lintas koleksi, pengunjung,
dan perakatan perpustakaan dan pusat informasi.
b) Ruang penitipan barang atau tas yang berfungsi sebagai
tempat control pengunjung.
c) Sistem elektronik yang menggunakan CCTV.
BAB IV
KONSEP DASAR PERANCANGAN
A. KONSEP PERANCANGAN MAKRO
147
1. Konsep Penentuan Lokasi
Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi yaitu :
a. Rencana umum tata ruang kota (RUTRK) kota Makassar dan
pembagian wilayah kota Makassar.
b. Ketersediaan lahan pada lokasi.
c. Sarana dan prasarana yang mendukung perpustakaan dan pusat
informasi.
d. Pencapaian.
e. Kondisi topografi.
Berdasarkan pertimbangan lokasi tersebut, maka yang menjadi kriteria
penentuan lokasi adalah :
a. Lokasi yang direncanakan sesuai dengan RURTK kota Makassar
yaitu kawasan pendidikan.
b. Lokasi yng direncanakan menyediakan lahan yang memadai untuk
pengadaan bangunan peprustakaan yang membutuhkan luas lahan
yang cukup.
c. Lokasi berada pada daerah yang memiliki kelengkapan unsur-unsur
penunjang seperti sarana dan prasarana transportasi dan utilitas
kota.
d. Pencapaian lokasi yang mudah dan dapat dijangkau oleh pejalan
kaki, kendaraan roda dua, dan roda empat.
e. Kondisi topografi yang mendukung dan bebas banjir.
147
Gambar 4.1 Peta wilayah kota Makassar
Sumber : http://makassartabagus.blogspot.co.id/2013/11/peta-kota-makassar.html
148
Berdasarkan pertimbangan dan kriteria tersebut, maka diperoleh dua
alternative lokasi diantaranya :
a. Alternative 1
Terletak pada wilayah kecamatan Tamalanrea. Wilayah dengan
fungsi utama pendidikan tinggi dan permukiman dengan fungsi
penunjang jasa social, industry, perdagangan, dan kesehatan.
Kelebihan dan kekurangan lokasi alternative 1 :
1) Berada pada kawasan pendidikan dan permukiman dengan fungsi
jasa social dan perdagangan sebagai penunjang.
2) Terjangkau sarana trasportasi dan utilitas kota.
3) Tingkat kebisingan tinggi.
4) Konsentrais kegiatan social dan pendidikan cukup tinggi
5) Pencapaian dari luar kota mudah karena dilalui oeh jalan protocol.
b. Alternative 2
Terletak pada kecamatan Panakukkang. Wilayah dengan fungsi
utama pusat perdagangan, jasa social, dan pendidikan dengan fungsi
penunjang yaitu permukiman, pendidikan tinggi, perkantoran,
transportasi darat.
Kelebihan dan kekurangan lokasi alternative 2 :
1) Berada pada kawasan pusat perdagangan, jasa social dan
pendidikan.
2) Transportasi kota dan utilitas kota.
3) Pencapaian mudah dari luar kota karena dilalui oleh jalan protocol.
4) Tingkat kebisingan sedang.
Untuk menentukan lokasi yang tepat berrdasarkan kriteria dan
alternative di atas maka dilakukan pembobotan seperti pada tabel
berikut.
149
Sumber : Analisa Penulis
Keterangan :
Nilai 4 = baik
Nilai 3 = cukup baik
Nilai 2 = kurang baik
Nilai 1 = tidak baik
Berdasarkan penilaian di atas, maka lokasi yang terpilih adalah
lokasi alternative 2 yang berada pada kecamatan Panakukkang.
Gambar 4.2 Peta Kecamatan Panakukkang Makassar Sumber :https://syafraufgisqu.wordpress.com/2013/09/26/peta-kecamatan-
makassar/
No. Kriteria Penilaian Alt. 1
Alt. 2
1 Sesuai dengan RURTK kota Makassar 4 4
2 Memungkinka dekat dengan sasaran pemakai 4 4
3 Tersedia jariangn utilitas kota 4 4
4 Strategis dan mudah dalam pencapaian 4 4
5 Kondisi lingkungan yang mendukung lokasi 3 4
Jumlah 19 20
150
2. Konsep Penentuan Tapak
Pemilihan tapak didasarkan oleh pertimbangan terhadap ;
a. Kondisi topografi
b. Jaringan jalan dan transportasi
c. Utilitas kota
d. Luasan dan bentuk tapak
e. Kondisi lingkungan
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka yang menjadi kriteria
penentuan tapak adalah :
a. Tapak yang direncanakan memiliki struktur tanah yang relative datar.
b. Dialui jalan dan transportasi kota.
c. Dilalui oleh utilitas kota.
d. Luas lahan pada tapak mencukupi untuk pengadaan bangunan
Perpustakaan dan Pusat Informasi.
e. Tapak yang direncanakan mudah dalam pencapaian.
f. Kondisi tapak termasuk suasana tenang, luas site, potensi tapak,
sehingga memberikan kenyamanan.
Berdasarkan pertimbangan kriteria tersebut, maka diambil 2 alternatif
site yang memungkinkan pengadaan Perpustakaan dan Pusat
Informasi, yaitu :
a. Alternative tapak 1
Terletak di jalan urip sumohardjo (depan kampus universitas bosowa)
1) Luas lahan mencukupi
2) Tingkat kebisingan sedang
3) Dilalui transportasi kota
4) Tersedia jaringan utilitas kota
5) Kondisi topografi tapak rata
151
Gambar 4.3 Tapak alternative 1 Sumber : Google Earth
b. Alternative 2
Terletak di jalan urip sumohardjo (samping kantor gubernur Sulawesi
selatan)
1) Luas lahan mencukupi
2) Tingkat kebisingan sedang
3) Dilalui transportasi kota
4) Tersedia jaringan utilitas kota
5) Kondisi topografi tidak terlalu rata
152
Gambar 4.4 Tapak alternative 2 Sumber : Google Earth
Untuk menentukan tapak yang tepat berdasarkan kriteria dan alternative
di atas, maka diadakan pembobotan sebagai berikut :
Tabel 12. Analisa Penulis
No. Kriteria Penilaian Alt. 1
Alt. 2
1 Luas tapak mendukung luas bangunan 4 4
2 Mudah pencapaian dalam dan dari luar tapak 4 4
3 Dilalui oleh transportasi kota 4 4
4 Tersedia jaringan utilitas kota 4 4
5 Tingkat kebisingan tenang 4 4
6 Kondisi topografi tapak yang rata 4 3
Jumlah 24 23
Sumber : Analisa Penulis
Keterangan :
Nilai 4 = baik
Nilai 3 = cukup baik
Nilai 2 = kurang baik
Nilai 1 = tidak baik
153
Berdasarkan analisis terhadap 2 alternatif tapak di atas, maka
tapak yang terpilih adalah Tapak Alternatif 1 yang terletak di jalan
Urip Sumoharjo, tepatnya depan Kampus Universitas Bosowa.
3. Data Existing Tapak dan Potensi Tapak Terpilih
a. Potensi lingkungan sekitar tapak
1) Sebelah Utara Tapak
a) Lahan kosong
b) Permukiman penduduk
2) Sebelah Selatan Tapak
a) Jalan raya protocol Urip Sumohardjo
b) Kampus Universitas Bosowa
3) Sebelah Barat Tapak
a) Kantor BPJS Tenaga Kerja
4) Sebelah Timur Tapak
a) Sungai
b) Kampus Universitas Muslim Indonesia Makassar
4. Pengolahan Tapak
a. Luasan Tapak
1) Luas tapak : ± 2,2 Ha
2) Luas area terbangun : 6.400 m2
3) Luas area tak tebangun : 15.600 m2, dimanfaatkan untuk
sempadan bangunan, parkiran, sirkulasi, dan area hijau.
4) Sempadan bangunan direncanakan sekitar 40 meter jika ke
depannya terjadi pelebaran jalan di sekitar lokasi.
154
jam 18.00
jam 12.00
jam 06.00
Angin laut
Angin darat
Gambar 4.5 Luasan Tapak Sumber : Analisa Penulis
b. Orientasi terhadap matahari dan angina
Gambar 4.6 Orientasi Matahari dan Angin pada Tapak Sumber : Analisa Penulis
155
1) Tata letak bangunan diusahakan agar sinar matahari masuk
secara optimal terhadap ruang-ruang yang membutuhkan cahaya
alami matahari dan tidak masuk pada ruang penyimpanan koleksi
yang mudah rusak oleh sinar matahari langsung.
2) Ruang yang terkena matahari langsung dioptimalkan dengan
menggunakan bahan buffer seperti vegetasi, sunscreen, untuk
menghindari sinar matahari langsung dengan intensitas tinggi.
3) Meletakkan massa bangunan dengan sisi bukaa sesuai arah
datangnya angina agar terjadi pengaliran udara dalam ruang.
c. Tingkat Kebisingan
Gambar 4.7. Tingkat Kebisingan Pada Tapak Sumber : Analisa Penulis
1) Area tenang 30-35 dB meliputi :
Ruang baca, ruang koleksi, dan rultimedia.
2) Area bising 40-50 dB meliputi :
Ruang kegiatan, ruang pusat informasi, ruang administrasi, ruang
kegiatan penunjang.
3) Area bising sekali 50-60 dB meliputi :
Parkir, lobby, ruang kegiatan servis.
156
Tingkat kebisingan tertinggi pada tapak terletak pada Jalan Urip
Sumoharjo yang berbatasan dengan depan tapak. Area ini termasuk
tingkat kebisingan tinggi karena merupakan jalan arteri yang dilalui
banyak kendaraan. Pada area samping kanan dan kirik tapak tingkat
kebisingan sedanf karena berbatasan dengan kantor dan rumah, oleh
karena areanya tingkat kebisingan sedang. Sedangkan area
belakang tapak tingkat kebisingan kecil dikarenakan area belakang
tapak merupakam tanah kosong, sehingga tidak akan menimbulkan
kebisingan yang tinggi.
Di sekitar tapak diberi vegetasi berupa pohon yang dapat berfungsi
sebagai pelindung dari sinar matahari dan dapat mengurangi
kecepatan angin. Pada bagian tapak dekat dengan jalan raya diberi
lebih banyak vegertasi sebagai pereduksi kebisingan dan sebagai
filter asap dan debu dari kendaraan yang lewat.
Gambar 4.8. Penempatan Vegetasi Sebagai Pereduksi Kebisingan Sumber : Analisa Penulis
d. Penzoningan Tapak
Zoning dalam tapak dipertimbangkan terhadap :
Pemasangan vegetasi sebagai untuk mengurangi kebisingan
157
Sirkulasi, View Terbaik, Orientasi dan Sudut Pandang, Urutan
Kegiatan, Keadaan Tapak.
Pembagian zona dalam tapak yaitu :
1) Zona public
Terletak pada area dengan tingkat kebisingan yang tinggi,
berada pada posisi terdepan di dalam area tapak.
Meliputi area parkir, entrance, taman.
2) Zona semi public
Berada pada posisi tengah dalam area tapak.
Termasuk dalam area ini adalah bangunan perpustakaan.
3) Zona privat
Berada pada posisi paling belakang dari tapak. Jauh dari
kebisingan karena sifatnya yang privat.
Menyatu dengan zona servis dalam tapak, termasuk dalam zoa
privat adalah area servis, ruang staff,
Zona PublikZona Semi PublikZona Privat
158
Gambar 4.9. Pembagian Zoning dalam Tapak Sumber : Analisa Penulis
e. Sirkulasi
Gambar 4.10. Sirkulasi Pada Tapak Sumber : Analisa Penulis
Sirkulasi terbagi dua, yaitu sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi
kendaraan. Perlu perbedaan ketinggian antara jalur pejalan kaki
dengan jalur kendaraan. Kedua jalur tersebut terpisah dan di
arahkan secara jelas sehingga tidak terjadi persilangan jalan.
Jalur pintu masuk pada tapak diletakkan disebelah kiri tapak dan
pintu keluar diletakkan di sebelah kanan tapak (lihat gambar 4.10).
Area Publik :Area parkir pengunjung
pengelola, dan akses masuk/keluar tapak
Area Privat :Menjadi area bangunan
Area semi publik :menjadi area transisi antarapublik dan privat
Arah masuk Arah keluar
bangunan
159
f. View dari dan luar tapak
Gambar 4.11. View pada tapak Sumber : Analisa Penulis
View dari luar dan dalam tapak bisa dilihat pada gambar 4.11.
g. Pola tata massa
Berdasarkan analisis pendekatan tata massa pada bab 3 maka
untuk perencaaan bangunan peprustakaan dan pusat informasi ini
dipilih pola tata massa tunggal, karena tata massa tunggal efisien
dalam pemanfaatan areal dikarenakan lahan tidak begitu luas dan
perencanaan nantinya hanya 4 lantai.
Orientasi dan tata letak massa bangunan ini berdasar konsep :
pandangan mengarahke arah kantor bpjs
pandangan ke arah sungaidan kampus umi
pandangan mengarah ke arahjalan urip sumohardjo
pandangan ke arah pemukiman warga
Arah pandang/view bangunanakan mengarah ke jalanutama yaitu jalan urip sumohardjo
160
1) Orientasi ke tapak sekitar. Hal ini membentuk kesan bahwa
bangunan menyatu dengan lingkungan sekitar.
2) Banyak bukaan-bukaan untuk menjadikan bangunan tidak
terlalu formal.
3) Membuat penahan sinar matahari berupa sunscreen.
h. Tata ruang luar
Tata ruang luar akan diselesaikan dengan :
1) Pemisahan area sirkulasi untuk pengunjung dan untuk
pengelola.
2) Menata massa bangunan dan elemen pembentuk ruang luar
untuk menciptakan ruang yang berfungsi sebagai ruang
penerima.
3) Memanfaatkan elemen tata ruang luar untuk mendukung pola
tata ruang.
4) Ruang luar berupa taman/plaza berfungsi sebagai space
peralihan ruang luar dengan ruang dalam, yang sekaligus juga
merupakan barrier kebisingan dari luar bangunan. Dapat
dimanfaatkan sebagai sarana yang sifatnya rekreatif dengan
penataan yang menarik dan digunakan sebagai media penarik
yang sifatnya mengundang.
Adapun elemen pembentuk lansekap, yaitu :
1) Elemen lunak
Meliputi penataan lanskap dan pepohonan untuk fungsi-fungsi
seperti :
a) Sebagai peneduh, penyaring polusi, dan pereduksi
kebisingan.
b) Sebagai pengarah, ditempatkan pada daerah main entrance
dan jalan masuk.
161
c) Sebagai tanaman hias dengan penataan khusus misalnya
tanaman perdu.
d) Jenis rerumputan sebagai bahan penutup.
Berkut ini jenis pohon yang dapat dipakai :
a) Peneduh
Bentuk dan jenis : kiara paying, tanjung, angsana.
b) Pengarah pandang
Bentuk dan jenis : cemara, mahoni, hujan mas, kembang
merak.
c) Pembentuk pandangan
Bentuk dan jenis : cemara, bamboo
d) Penyerap polusi
Bentuk dan jenis : bougenvil, angsana
e) Penyerap kebisingan
Bentuk dan jenis : kiara paying, tanjung, kembang sepatu.
2) Elemen keras
a) Elemen keras, seperti selasar atau jalan setapak yang
fungsinya sebagai pengarah, pembatas, pelindung, pengkat
unit-unit bangunan dan area untuk aktivitas ruang, diberi
perkerasan dengan menggunakan pavingblock atau batuan-
batuan alam.
b) Plaza sebagai pengikat dan pengarah. Unsur penunjanganya
yaitu jenis tanaman, batuan dan lampu.
c) Elemen penerang seperti lampu penerang ruang luar yaitu :
(1) Lampu di sepanjang tapak, tinggi maksimum 5,00 m.
(2) Lampu jalan setapak tinggi 2,00-4,00 m.
(3) Penunjuk jalan untuk memberi kejelasan.
(4) Untuk menerangi bangunan, lampu taman yang
digunakan hamper menyentuh tanah dan cahaya yang
162
diarahkan ke bangunan dapat diletakkan di taman-taman
dalam tapak.
i. Utilitas
Jaringan utilitas yang digunakan pada bangunan perpustakaan
dan pusat informasi ini adalah :
Pencahayaan, penghawaan, akustik, sistem elektrikal dan
telekomunikasi, sistem pembuangan air kotor, sistem pembuangan
sampah, sistem pemadam kebakaran, sistem transportasi, sistem
keamanan dan pengawasan, sistem penangkal petir.
Jaringan utilitas ditempatkan pada ruang terttentu agar fungsi dan
kegiatan dalam bangunan tidak terganggu.
Jaringan listik, telepon, dan air, sumbernya diletakkan di pinggir
jalan agar bila terjadi kerusakan kabel telepon dan listrik mudah
diperbaiki. Begitu juga dengan perpipaan air bersih.
163
B. KONSEP PERANCANGAN MIKRO
a. Pola Hubungan Ruang
1) Pola hubungan ruang secara makro
2) Pola hubungan ruang secara mikro
a) Kegiatan penunjang umum
Pelayanan Umum
Pengelola Administrasi
Pengelola Teknis
Penunjang Umum
Servis
Rg. Seminar
Rg. Display
Cafeteria
Rg. Fotocopy
Mushollah
Toilet umum
164
b) Kegiatan servis
c) Kegiatan pelayanan umum
Rg. Jaga
Gudang
Rg. ME
Rg. Pompa
Rg. Genset
Rg. AHU
Rg. Panel
Rg. PABX
Hall
Tempat penitipan barang
Rg. Registrasi
Rg. Pusat infromasi
Rg. Katalog
Counter desk
Rg. Koleksi referensi tercetak
Rg. Koleksi umum tercetak
Rg. Koleksi digital
Rg. Koleksi anak
Rg. Audiovisual
Rg. Microfilm
Rg. Diskusi
Rg. Multimedia
Rg. Grafika
Rg. kartografi
165
d) Kegiatan pengeolal teknis
Keterangan :
Hubungan Erat
Hubungan Kurang Erat
Tidak Berhubungan
Rg. Kabag. Pengadaan materi
Rg. Pengadaan materi
Rg. Registrasi dan distribusi
Rg. Kabag. Koleksi
Rg. Kabag. Reprografi
Rg. Kabag. Penerbitan
Rg. Reprografi
Rg. Konservasi
Rg. Kabag. Pengolahan teknis
Rg. Seleksi
Rg. Pengolahan koleksi tercetak
Rg. Pengolahan koleksi digital
Rg. Pengolahan koleksi non buku
Rg. Dupliaksi dan penjilidan
Rg. Fumigasi
Rg. Otomasi
Rg. Perawatan
Rg. Control
Rg. Bimbingan dan penyuluhan
Rg. Trolley
Mushollah
Rg. Makan/pantry
Toilet pengelola
166
b. Pola Sirkulasi
1) Pola sirkulasi pengunjung
PARKIR
PENGUNJUNG
MAIN
ENTRANCE
RG.
PENUNJANG
RG. PUSAT
INFORMASI
HALL/LOBBY
RG.
REGISTRASI
RG.
MULTIMEDIA
T. PENITIPAN
BARANG
COUNTER
DESK
RUANG
KOLEKSI
DIGITAL RG. KATALOG
RUANG
KOLEKSI
CETAK
RG. BACA
167
2) Sirkulasi pengelola
MAIN
ENTRANCE
PARKIR
PENGELOLA
HALL/LOBBY
LOKER TIME KEEPER
AREA
PENGELOLA
SERVIS
AREA
PENGELOLA
ADMINISTRASI
AREA
PENGELOLA
TEKNIS
RG
MAKAN/PANT
RY
MUSHOLLAH
TOILET
PENGELOALA
168
c. Penzoningan dalam bangunan
Penzoningan dalam bangunan yang direncanakan adalah sebagai
berikut :
Ruang baca anak-anak di tempatkan di lantai 1 dikarenakan demi
keselamatan bagi anak-anak itu sendiri.
Ruang baca umum dan lainnya, di tempatkan di lantai 2 dan 3
bangunan.
Ruang staff dan administrasi, di tempatkan di tiap lantai bangunan.
d. Pola Organisasi Ruang
Berdasarkan pola tata letak ruang maka diperoleh tata pengoperasian
ruang, yaitu :
e. Konsep Bentuk dan Penampilan bangunan
1) Konsep bentuk
RUANG PENUNJANG UMUM
HALL/LOBBY ENTRANCE PELAYANAN
UMUM
RG. PENGELOLA
ADMINISTRASI
RG. PENGELOLA
TEKNIS SERVICE
169
Bentuk dasar massa bangunan Perpustakaan dan Pusat Informasi ini
mengikuti bentuk site, dengan mempertimbangkan sirkulasi dan
efiseinsi program ruang. Pola tata ruang digunakan untuk denahnya
adalah bentuk gabungan yang mana menggabungkan beberapa
bentuk seperti bentuk persegi dan lingkaran agar mendukung fungsi
ruang yang ada.
2) Pemanpilan bangunan
Bentuk penampilan bangunan merupakan media komunikasi awal
secara visual antara bangunan dan pengamat, maka tampilan bentuk
bangunan diharapkan akan mempunyai daya tarik.
Ada beberapa pendekatan yang dapat di lakukan agar dapat tercapai
bentuk visual fisik bangunan yang sesuai dengan keinginan :
1) Fungsi bangunan yang dapat menentukan tema desain yang
mempengaruhi perancangan fisik bangunan.
2) Bentuk yang berbeda, yang menimbulkan ketergungahan,
diungkapkan melalui penampilan yang kontras dengan sekitarnya.
3) Bentuk terbuka, menimbulkan kesan menundang dan mendorong
pengunjung untuk masuk ke dalamnya.
4) Mempertimbangkan kondisi iklim dan cuaca.
5) Desain eksterior dan interior yang menarik.
Dari dasar pendekatan tersebut dan di gabungkan dengan bentuk
denah diharapakan dapat menghasilkan penampilan bangunan yang
mampu mewujudkan fungsinya sebagai Perpustakaan dan Pusat
Informasi.
Sedangkan Filosofi bangunan dapat diambil pendekatan sebagai
berikut:
1) Terbuka dan mengundang agar masyarakat (orang) berminat
untuk datang ke Perpustakaan.
2) Mempunyai entrance yang terbuka dan mengundang.
170
3) Mempunyai bukaan-bukaan yang banyak di bagian Barat-Timur
bangunan agar mendapatkan penerangan dan penghawaan yang
optimal terhadap bangunan.
4) Bersih dan sederhana,
f. Sistem Struktur Bangunan
a) Sistem struktur
a) Sub struktur
Sub struktur menggunakan pondasi Bored Pile dengan
mempertimbangkan:
(1) Pelaksanaannya mudah
(2) Kualitas lebih terjaga, sebab merupakan produk pabrik
(3) Untuk pondasi dengan kedalaman maksimal
(4) Stabil terhadap beban
(5) Memungkinkan bentang lebar
(6) Ekonomis untuk bangunan tinggi
b) Super struktur
Jenis super struktur yang sesuai untuk bangunan bentang lebar
adalah jenis struktur rangka. Struktur rangka, merupakan struktur
bangunan yang bertumpu pada tiang dan balok. Balok merupakan
bagian pertama yang menerima beban bangunan dari lantai yang
bersangkutan, kemudian beban tersebut diteruskan ke bawah
melalui tian-tiang. Sedangkan sistem balok dan kolomnya
menggunakan sistem slab dengan pertimbangan efektif dan efisien
serta antisipasi segala arah gaya horizontal.
c) Upper Struktur
Menggunakan atap kombinasi struktur Beton dengan
pertimbangan:
(1) Fungsi atap sebagai isolasi panas
171
(2) Pelaksanan mudah
(3) Dapat mencapai bentang lebar
Seluruh bangunan mengunakan atap struktur beton baik bangunan
utamanya, entrance, pos jaga, maupun ruang service.
b) Material
Bahan material, yang digunakan terdiri dari :
a) Bahan lantai
(1) Lantai mengunakan tegel keramik dikombinasikan dengan
granit bertekstur kasar 60cm X 60cm pada hall/loby dan
entrance. Lantai kera,il juga digunakan pada ruangan yang
berukuran besar seperti ruang koleksi dan ruang baca, dan
ruang diplay, dan ruang pusat informasi
(2) Lantai marmer ukuran 30cm X 30cm digunakan pada ruang
pengelola administrasi dan teknis, ruang penunjang dan
service.
(3) Lantai karpet digunakan pada ruang baca anak-anak, ruang
multimedia, ruang seminar, ruang audiovisual, ruang
microfilm/CD-DVD, ruang pimpinan, dan mushollah.
b) Bahan dinding
Material dinding terbuat dari batu bata, partisi dari kayu dan kaca,
acoustic board dan gypsumboard. Khusus pada ruang yang
menimbulkan suara gaduh dilapisi dengan bahan kedap suara dari
karprtet dan kayu.
c) Bahan plafond
Plafond pada setiap ruangdan koridor-koridor menggunakan
bahan-bahan yang dapat menyerap bunyi seperti gypsumboard.
d) Bukaan
172
Untuk pintu dan jendela menggunakan bahan alumunium dengan
daun jendela kaca transparan untuk memaksimalkan cahaya alami
ke dalam ruang-ruang dan mencapai kesan terbuka.
e) Tata lampu
Lampu-lampu yang digunakan adalah jenis lampu tanam (down
light), kecuali pada area void menggunakan lapu gantung.
f) Warna
(1) Pada ruang yang membutuhkan suasana terang terutama pada
area koleksi dan bacaan dewasa di gunakan warna-warna
lembut misalnya warna putih, hijau, kuning, dank rem.
Disamping memberikan perasaan tenang juga memberi
perarasaan gembira.
(2) Pada ruang koleksi anak-anak digunakan warna terang/cerah
agar dapat merangsang kreativitas dan imajinasi anak tanpa
merasa jenuh dan bosan. Warna yang sesuai adalah merah,
kuning, jingga, merupakan warna yang menantang dan cepat
menarik perhatian.
c) Modul
a) Modul dasar adalah modul yang didasarkan pada ukuran tubuh
dan area gerak tubuh. Untuk mendapatkan besarannya terlebih
dahulu diketahui unit dasar kemudian ditetapkan dimensinya yang
mewakilinya.
b) Modul fungsi merupakan modul ruang yang didasarkan pada
fungsi ruang yang direncanakan. Terlebih dahulu diketahui unit
fungsi, selanjutnya ditetapkan dimensi yang mewakili. Dari luasan
unit terkecilyang dapat menjadi interval dari besaran 60, 90, 120,
150, 180, dan seterusnya. Dengan demikian modul dasar yang
dapat diwakili adalah ukuran 30 cm atau 0,3 m.
173
c) Modul perancangan merupakan kelipatan modul fungsi, dimana
harga dasarnya ditetapkan dengan satuan m (meter). Bentuk
kelipatannya biasanya mencapai 0,9 m; 1,8 m; 2,7 m; 3,6 m; 7,2
m; 8,1 m; 9 m; 12 m dan seterusnya.
g. Sistem Pengkodisian Bangunan
1) Pencahayaan
a) Sistem pencahayaan yang digunakan adalah mengoptimalkan
pencahayaan alami pada pagi dan siang hari.
Mengoptimalkan pencahayaan alami pada ruangan yang
membutuhkan pencahayaan alami yaitu, mengoptimalkan
pencahayaan alami pada ruang baca sehingga dapat mengurangi
opsi pencahayaan buatan. Pencahayaan alami tidak boleh
digunakan pada ruang koleksi buku ditakutkan akan merusak
buku, sehingga ruang koleksi tidak cocok mendapatkan
pencahayaan alami.
Adapun stategi dalam penerapan konsep Green Architecture
sebagai berikut :
(1) Pemasangan sunscreen pada jendela bangunan yang dapat
mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan.
(2) Penggunaan tirai berlubang pada jendela untuk mengatur
cahaya alami yang masuk.
(3) Meletakkan lubang di atas atau di samping bangunan (top
lighting/side lighting)
b) Pencahayaan buatan :
(1) PLN sebagai sumber utama, dan sel surya sebagai energy
tambahan.
(2) Genset sebagai sumber cadangan yang akan bekerja secara
otomatis saat pasokan listrik dari PLN padan dengan
menggunakan Automatic Transfer Switch (ATS).
174
2) Penghawaan
a) Penghawaan alami
(1) Udara masuk ke dalam bangunan melalui ventilasi dan bukaan
pada bangunan.
(2) Bukaan pada bangunan diletakkan pada daerah-daerah
tertentu.
(3) Penghawaan alami dapat dilakukan dengan vegetasi di sekitar
bangunan.
(4) Keberadaan pohon di sekitar banguan selain sebagai unsur
estetika juga sebagai filter udara.
b) Penghawaan buatan
Sistem penghawaan buatan yang digunakan adalah AC sentral
yang didistribusikan ke seluruh ruangan, khusus untuk ruang
pengelola digunakan AC split, sementara untuk ruang servis
menggunakan exhaust fan.
(1) AC window, alat penyegar udara ruang berukuran kecil dengan
kapasitas 0,4-2,2 KW di mana 1 ton refrigerant (TR) = 1,25 KW.
(2) Alat penyegar udara kecil sering disebut indoor unit. Unit mesin
dapa dipasang dilantai, di dinding, dan langit-langit, unit lainnya
disebut outdoor unit yang dihubungkan dengan indorr, disebut
AC split dan AC multisplit.
(3) Mesin penyegar udara yang sedang, unit indoornya untuk
menyalurkan udara dingin ke tempat yang jauh dibantu dengan
ducting.
(4) Alat penyegar udara sentarl, suatu sistem penyegar udara untuk
mendinginkan udara pada ruangan yang besar, sehingga unit
memerlukan ruangan sendiri.
c) Akustik
175
Untuk mencegah kebisingan dalam ruang digunakan bahan-bahan
akustik pada finishing lantai, dinding dan plafond. Bahan tersebut
berupa gypsum board, bahan kayu dan karpet. Selain itu
mencegah kebisingan dari luar dan dalam bangunan dengan
memanfaatkan pepohonan sebagai peredam.
h. Sistem Utilitas dan kelengkapan Bangunan
1) Sistem transportasi
Sebagai alat transportasi vertical digunakan alat transportasi berupa
tangga normal dan tangga darurat, ekskalator, serta disediakan lift
barang untuk mengangkut materi pustaka atau peralatan lainnya.
2) Sistem jaringan elektrikal
Sumber daya listrik pada bangunan ini berasal dari PLN yang
didistribusikan ke seluruh bangunan. Sebagai cadangan dipakai
sumber tenaga dari genset yang ditempatkan pada ruang mekanikal.
Genset akan berkerja secara otomatis apabila listrik padam dalam
waktu 5 detik. Genset untuk keadaan darurat yang dilengkapi dengan
system uninterrupted power supply (UPS) atau persediaan daya beba
gangguan terutama untuk melayani ruang-ruang di dalam bangunan
seperti ruang digital, multimedia, ruang control, kantor pengelola, dan
lain-lain. Hal ini dimaksudkan apabila listrik padam, 70% dari sirkuit
listrik bangunan tetap berfungsi.
3) Sistem jaringan telekomunikasi
a) Saluran telepon, diperlukan sistem panel-panel terminal telepon
melalui penggunaan PABX (Private Automatic Branch Exchange),
penggunaan terminal utama menuju titik-titik yang diperlukan
dengan menuju titik-titik yang diperlukan dengan mempersiapkan
panel distribusi saluran telepon dan kabel telepon dalam bangunan
b) Telepon umum untuk pengunjung perpustakaan.
176
c) Sistem lain yang berhubungan dengan jaringan telepon, seperti
terminal computer lewat modern, faximili dan telex.
4) Sistem komputerisasi
Sistem Jaringan Komputerisasi yang digunakan adalah sistem
jaringan Lokal Area Network (LAN) yang merupakan suatu sistem
komunikasi data yang menghubungkan computer atau peralatan
komunikasi data dengan kecepatan transmisi yang tinggi.
5) Sistem pengadaan air bersih
Air bersih diperoleh dari PDAM yang kemudian ditampung dalam
reservoir bawah kemudian melalui pompa naik ke atas untuk
ditampung dalam reservoir atas kemudian disalurkan secara grafitasi
melalui pipa air besih yang ada dalam shaft plumbing ke unit-unit
yang membutuhkan.
6) Sistem pembuangan air kotor
a) Air hujan disalurkan melalui talang pipa langsung dibuang melalui
saluran terbuka dan tertutup kemudian diteruskan ke saluran roil
kota.
b) Air berlemak dari dapur, dibuang melewati bak peresapan untuk
membuang lemaknya, kemudian diteruskan ke roil kota.
c) Air Kotor dari lavatory disalurkan melalui pipa-pipa di atas plafond
yang diteruskan ke shaft vertical dan selanjutnya ke lantai dasar
untuk disalurkan ke bak penampungan, kemudian ke tempat
clorisasi dilanjutkan ke roil kota.
7) Sistem pembuangan disposal padat
Kotoran dari closet kamar mandi/WC disalurkan ke septic tank dan
peserapan, kemudian di angkut ke tempat pembuangan limbah
terakhir
8) Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran
a) Sistem pencegahan pasif
177
(1) Tangga darurat :
Jarak tangga dari setiap titik efektif tanpa ruang sirkulasi
maksimal 25 m.
Lebar tangga minimal 120 cm.
Pintu kebakaran dengan lebar minimal 90cm dan indeks
tahan api 2-3 jam.
(2) Penerangan darurat :
Menggunakan sumber daya batrei
Adanya lampu indicator dan penerangan pada pintu keluar
tangga kebakaran dan kridor sebagai alat bantu evakuasi.
b) Sistem pencegahan aktif (Smoke detector)
(1) Alat deteksi asap pada ruang-ruang yang jarang dimasuki
seperti gudang sehingga dapat menanggulangi kebakaran
secara dini dan tidak ditempatkan pada ruang yang
kemungkinan terdapat asap seperti dapur.
(2) Alat deteksi panas
Dapat membedakan adanya suatu bahaya kebakaran dengan
kenaikan temperature. Panas pada ruang tertentu yang kurang
terawasi dapat dideteksi saat panasnya meningkat.
(3) Sprinkle
Alat akan menyemburkan air secara otomatis apabila katup
pengamannya pecah akibat meningkatnya suhu (60°-70°c)
dalam ruangan. Jarak antara sprinkler ± 5 m. untuk ruang
koleksi, sprinkle yang digunakan tidak menggunakan media air
karena akan merusak koleksi. Tetapi menggunakan gas asam-
arang (CO2), argon (Ar), atau high-expansion busa sehingga
tidak akan merusak koleksi apabila terjadi kebakaran.
(4) Fire hydrant
178
Sebagai sumber pemadaman sementara menunggu
pemadaman kebakaran tiba di lokasi. Terdiri atas selang air
dengan panjang 25 m dan diletakkan pada area tiap lantai
dengan jarak 25-30 m.
(5) Tabung portable
Sifatnya independent, berisi pemadaman aktif CO2,
ditempatkan pada daerah-daerah yang mudah dijangkau
misalnya tangga.
(6) Pemadam Api dengan kabut dan bahan kimia
Pemadaman api dengan kabut dan bahan kimia untuk
menghindari kerusakan bahan-bahan bangunan yang mudah
terbakar, maka perlu dipergunakan pemadaman kebakaran
dengan kabut kimia, yaitu bahan kimia kering (Power dry
chemical), untuk menghindari kerusakan bahan-bahan koleksi
dan perlengkapan bangunan yang mudah terbakar ditempatkan
pada ruang koleksi dan ruang baca.
9) Sistem pembuangan sampah
a) Secara horizontal sampah dikumpulkan dari tiap-tiap unit dan
selanjutnya diangkut dengan mobil sampah dan di buang ke
tempat pembuangan akhir.
b) Secara vertical sampah dibuang melalui shaft sampah dari tiap
lantai. Sampah ditampung pada bak sampah di lantai dasar
bangunan, kemudian diangkut mobil sampah.
10) Sistem penangkal petir
Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sangkar faraday.
Sistem ini merupakan pengembangan sistem tongkat Franklin
dengan menambahkan Konduktor horizontal. Pada prinsipnya
seperti faraday tetapi dibuat memanjang atau berbentuk sangkar
sehingga jangkauan lebih luas. Sistem ini dipakai pada bangunan
179
yang punya atap luas. Dalam satu bangunan menggunakan lebih
dari 4 spit sebagai penangkal petir.
11) Sistem keamanan
Penjegahan terhadap kriminalitas dalam bangunan dilakukan
dengan menyediakan fasilitas pengamatan dan pencegahan:
a) Meletakan lubang ventilasi yang sukar dijangkau.
b) Menerapkan sistem perencanaan satu pintu keluar masuk, pintu
lain digunakan untuk staf dan bongkar muat barang.
c) Menempatkan alarm system dan alat pendeteksi dekat dengan
meja sirkulasi, di mana jika buku keluar melewati alat ini tanpa
ada catatanya di computer, maka akan mengaktifkan alarm.
(Thompson godfrey, 1976)
d) Sistem CCTV, untuk memonitor segala penjuru bangunan yang
diperkirakan dapat menjadi tempat terjadinya kriminalitas seperti
pencurian dan sebagainya. Peralatan yang diperlukan adalah
kamera, monitor televise, kabel koaksial, timelaps video records,
dan ruangan security.
e) Sistem alarm, yang diaktifkan pada waktu-waktu tertentu untuk
melindungi barang dan dokumen berharga yang mungkin
disimpan atau dipamerkan dalam gedung.
f) Satuan pengamanan (Satpam) yang bertugas 24 jam serta
menggunakan petugas perpustakaan dalam mengawasi lalu
lintas koleksi dan penunjang.
180
BAB V
KESIMPULAN
C. Kesimpulan
a. Kawasan yang mendukung pengadaan bangunan perpustakaan
dan pusat informasi yaitu kawasan riset dan pendidikan terpadu dan
berada pada daerah yang diperuntukkan sebagai daerah pelayanan
social.
b. Tapak yang sesuai untuk pengadaan bangunan ini yaitu tapak yang
memiliki struktur tanah yang relative datar dan tidak berkontur, dan
terletak di lokasi yang strategis dan mudah dicapai.
c. Perencanaan tata ruang luar pada bangunan diharapakan mampu
mendukung aktivitas dalam bangunan menambah daya tarik bagi
pengunjung, mendukung penampilan bangunan, pengarah dalam
mempertegas sirkulasi jalan, penyaring terhadap sinar matahari dan
pemantul cahaya ke dalam bangunan serta menjadi pelindung,
peneduh, mereduksi suara, polusi udara dan debu dari kendaraan di
sekitar tapak.
d. Sistem pencahayaan pada bangunan menggunakan sistem
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan, begitupun dengan
sistem penghawaannya menggunakan sistem penghawaan alami
dan penghawaan buatan.
e. Aliran listirk pada bangunan perpustakaan dan pusat informasi
bersumber dari PLN sebagai sumber utama dan genset sebagai
sumber cadangan.
f. Bangunan perpustakaan dan pusat informasi menggunakan sarana
komunikasi intercom sound system, telepon, dan email.
g. Sistem jaringan air bersih dan air kotor pada bangunan
direncanakan sedemikian rupa guna penyaluran yang efektif.
181
h. Sistem sirkulasi pada bangunan dibedakan atas dua, yaitu sirkulasi
horizontal (koridor, selasar, hall, dan pedestrian) dan sirkulasi
vertical berupa tangga dan lift.
i. Sistem pencegahan kebakaran pada bangunan menggunakan
sistem pencegahan pasif dan aktif.
j. Sistem penangkal petir yang digunakan dalam perencanaan
bangunan yaitu sistem penangkal petir tongkat franklin.
k. Sistem pembuangan sampah pada bangunan dibedakan atas dua,
yaitu pembuangan sampah kering dan pembuangan sampah basah.
66
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, Dexa, 2013. Penataan Ruangan di Perpustakaan Umum Kota Solok,
Journal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 1 No. 2 Maret
2013, Seri A.
Arian, Ayu Septi, 2012. Pengelolaan Perpustakaan Sekola di Sekolah Dasar Negeri
Mangkukusuman I Kota Tegal, Indonesian Journal of Curriculum and
Educational Technology Studies,
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jktp
Asemi, Asefeh, Zahra Kazempour, Hasan Ashrafi Rizi, 2010. “Using LibQUAL+TM
to improve services to libraries: A report on academic libraries of Iran
experience” Journal: The Electronic Library , vol. 28, no. 4, pp. 568-579,
2010
Berger dan Smith, 2008. “The Role of Historically Black Colleges and Universities
in Faculty Diversity” African Journal of Marketing Management Vol. 1(1)
pp. 001-009 April, 2008. Available online
http://www.academicjournals.org/ajmm ©2008 Academic Journals
Bustari, Meilina, Dkk, 2009. Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Bagi
Guru-Guru Sekolah Dasar di Lingkungan UPT PPD Kecamatan Berbah
Sleman
Darmono, 2007. Pengembangan Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Belajar,
Jurnal Perpustakaan Universitas Negeri Malang, Tahun 1 Nomor 1, April
2007
F. Rahayuningsih, 2008. Pengelolaan Perpustakaan, Yogyakarta : Graha Ilmu.
67
Fahimeh Babalhavaeji, Alireza Isfandyari-Moghaddam, Seyed Vahid Aqili, Ali
Shakooii, 2010. “Quality assessment of academic libraries' performance
with a special reference to information technology-based services:
Suggesting an evaluation checklist” Journal: The Electronic Library , vol.
28, no. 4, pp. 592-621, 2010
Ishak, 2008. Pengelolaan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi, Jurnal
Study Perpustakaan dan Informasi, Vol. 4 No. 2, Desember 2008
Mehrjerdi, Yahia Zare, Hossein Sayyadi Toranlo, Reza Jamali, 2009. “Measuring
academic libraries service quality in fuzzy environment” Journal:
Performance Measurement and Metrics , vol. 10, no. 2, pp. 94-115, 2009
Mempersiapkan Bekal Menuju Perpustakaan Sekolah Ideal,
http://perpustakaan.teratama.com/?p=194
Moleong, Lexy, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. 13. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Nadiri, Halil, Seyed Muhammad Ali Mayboudi, 2010. “Diagnosing university
students' zone of tolerance from university library services” Malaysian
Journal of Library & Information Science, Vol.15, no.1, April 2010: 1-21
Nusantari, Anita, 2012. Strategi Pengembangan Perpustakaan, Jakarta : Prestasi
Pustaka Publisher.
Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO, Available online
http://www.ifla.org/VII/s11/pubs/school-guidelines.htm
Prasetyo, P. Eko, Hari Muliadi, 2008. Pengaruh Disiplin Siswa dan Fasilitas
Perpustakaan Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi,
Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol. 3 No. 2 Juli, Tahun 2008.
68
Prastowo, Andi, 2012. Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional, Yogyakarta
: DIVA Press
Purwono, Sri Suharmini, 2009. Perpustakaan dan Kepustakawanan Indonesia,
Jakarta : Universtas Terbuka
Rahardja, Setya, 2008. Peningkatan Kemampuan Guru dalam Pengelolaan
Perpustakaan dan Pembinaan Minat Baca Siswa di Sekolah Dasar,
Mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan FIP UNY, 2008.
Rano, Kelaus, 2012. Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah oleh Siswa pada Mata
Pelajaran Sosiologi di SMA Negeri 1 Bonti, Mahasiswa Pendidikan
Sosiologi, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak, 2012.
Rowley, Jennifer, 2008. “Making sense of the quality maze: perspectives for
public and academic libraries” Journal: Library Management , vol. 26, no.
8/9, pp. 508-518, 2008
Saleh, Abdurahman, Rita Komalasari, 2010. Manajemen Perpustakaan, Jakarta :
Universitas Terbuka.
Santoso, Hari, 2009. Promosi Sebagai Media Pemberdayaan Perpustakaan
Sekolah, Perpustakaan Universitas Negeri Malang, Jurnal Perpustakaan
Sekolah Tahun 1, Nomor 1 – April 2007
Saputra, RM Chandra Deni, 2013. Persepsi Guru dalam Pengelolaan
Perpustakaan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Tulungagung
Subrata, Gatot, S.Kom. 2009. Automasi Perpustakaan, Jurnal Pustakawan
Perpustakaan UM, Oktober 2009
Sugiyono, Prof. Dr. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung : Penerbit Alfabeta
69
Sulistyo, Basuki, 2009. Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta: Universitas
Terbuka.
Surialaga, Tjetjep S, 2008. Kompetensi Sumber Daya Perpustakaan Pertanian,
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 17 Nomor 1 2008
Suryantini, Heryanti, 2007. Efektivitas Pola Pembinaan Sumberdaya
Perpustakaan, Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 16 Nomor 1, 2007.
Sutama, M.Pd., Prof. Dr., 2012. Metode Penelitian Pendidikan, Kartasura :
Penerbit Fairuz Media
Widiasa, I Ketut, 2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah, Journal Perpustakaan
Sekolah Tahun I Nomor 1 – April 2007, Perpustakaan Universitas Negeri
Malang.
Yektiningsih, Sri Endang, 2008. Peranan Pustakawan dalam Mewujudkan Kinerja
Perpustakaan di Perpustakaan PPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta
Yudi, Teguh, 2009. Peran Perpustakaan Sekolah dalam Mencetak Siswa
Berprestasi, Jurnal Pustakawan Perpustakaan Universitas Negeri Malang