persiapan akademik lbk f klasikal
TRANSCRIPT
PERSIAPAN AKADEMIK MAHASISWA UNTUK LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING FORMAT KLASIKAL
Oleh: NEVIYARNI S.JURUSAN BK FIP UNP
ABSTRAK
Tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan dilihat dari kemampuan, keterampilan, sikap, dan perilaku siswa yang sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Berbagai tantangan harus diantisipasi melalui penyiapan mahasiswa sebagai calon pendidik (calon guru) sehingga mereka belajar, dan memiliki berbagai pengalaman dalam proses pendidikannya untuk memperoleh berbagai kompetensi pelayanan bimbingan dan konseling, terutama layanan format klasikal .
Keberhasilan pencapaian kompetensi pembelajaran sangat tergantung kepada berbagai aspek yang saling bersinergi, di antaranya; pendidik, peserta didik/mahasiswa, modalitas gaya mengajar dan belajar, berbagai keterampilan belajar, metode dan media pembelajaran, suasana pembelajaran, pengelolaan pembelajaran yang efektif dan produktif.
Pelayanan bimbingan dan konseling berfungsi untuk membantu klien atau kelompok individu peserta didik (KIPD) melalui format kegiatan individual, kelompok, klasikal, lapangan, serta kolaborasi. Berbagai kendala dihadapi konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling format klasikal di sekolah
Mata kuliah Pengajaran Psikologi dan Bimbingan Konseling (PPBK) merupakan salah satu mata kuliah pada jurusan BK yang diperkirakan dapat mengantisipasi berbagai permasalahan konselor dengan keterampilan penyusunan satuan acara pembelajaran/layanan dalam materi psikologi dan BK sesuai kebutuhan berbagai KIPD dengan mempertimbangkan metoda, media, rencana penilaian, dan memanfaatkan bantuan tutor yang mengacu kepada terselenggaranya pembelajaran yang efektif.
A. Pendahuluan
Dewasa ini tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan semakin meningkat. Hal
ini sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, baik dalam bidang agama,
ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, seni, dan budaya (AIPTEKSOSBUD) yang semakin
maju. Indikator mutu pendidikan tidak hanya dilihat dari nilai yang diperoleh siswa melalui
buku laporan nilai atau Nilai Evaluasi Murni (NEM), melainkan juga dari tercapainya
rumusan tujuan umum pendidikan nasional yang mengandung tiga aspek, yakni aspek: (1)
kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor. Dengan demikian, proses pembelajaran hendaklah
dapat mengembangkan ketiga aspek tersebut. Proses pembelajaran dilaksanakan agar siswa
memiliki kemampuan, keterampilan, sikap, dan perilaku yang sesuai dengan norma dan
1
aturan yang berlaku. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 yaitu:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan Undang-undang tersebut, pendidikan sangat berperan dalam
meningkatkan kualitas kehidupan manusia sebagai pribadi yang matang, positif, inovatif,
bertanggungjawab dan mengembangkan potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin.
Untuk mengembangkan potensi diri, siswa perlu memahami dirinya, mengetahui apa
kelebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya. Ketika remaja gagal menentukan identitas
dirinya, dia akan mengalami krisis identitas sehingga dapat menimbulkan masalah dalam
menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.
Sumber daya manusia yang berkualitas perlu diantisipasi melalui pendidikan.
Berbagai tantangan harus dihadapi dalam pendidikan seperti membantu peserta didik
untuk mencapai pengembangan potensinya secara optimal; penguasaan IPTEK dan
IMTAQ; apresiasi seni, sosial dan budaya; transformasi ke arah masyarakat industri;
berpikir logis, kreatif dan sistematis; serta mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur. Dalam pelaksanaan pendidikan di LPTK, dosen mendidik mahasiswa sebagai
calon pendidik (calon guru) dengan memberi motivasi untuk meraih prestasi, punya
keinginan untuk menang, punya cita-cita dan berupaya untuk mencapainya. Dengan
demikian, mahasiswa harus belajar, punya rasa ingin tahu yang tinggi, dan memiliki
berbagai pengalaman dalam proses pendidikannya untuk memperoleh berbagai
kompetensi yang diharapkan.
Keberhasilan pencapaian kompetensi pembelajaran sangat tergantung kepada
berbagai aspek yang saling bersinergi. Salah satu aspek yang sangat berpengaruh
tersebut adalah bagaimana cara seorang pendidik melaksanakan pembelajaran.
Pengelolaan pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk terlibat dan mengekspresikan segala potensinya, merupakan salah satu cara yang
2
dapat ditempuh oleh dosen dalam menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki
oleh mahasiswa (TOT Nasional-Ekspansi 2010). Berkaitan dengan pernyataan tersebut,
menurut Silberman (2006:9) proses belajar memerlukan keterlibatan peserta didik
secara fisik dan mental, dimana penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan
membuahkan hasil yang efektif tanpa adanya keaktifan dari diri peserta didik sendiri
(siswa/mahasiswa).
Sesuai dengan perkembangan dewasa ini, sebagian besar pendidik telah
menyadari terdapatnya berbagai perbedaan gaya belajar yang dimiliki oleh individu.
Menurut Andri Hakim (2010:84) dalam proses pembelajaran, modalitas seseorang
sangat erat kaitannya dengan modalitas gaya mengajar seorang pendidik. Seseorang
yang gaya belajarnya lebih mengutamakan visual akan cenderung menggunakan
metode mengajar secara visual. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, tentu saja
pendidik berinteraksi dengan individu-individu yang memiliki beragam gaya belajar.
Dalam hal ini, Andri Hakim (2010:84) memaparkan bahwa minimal setiap orang
memiliki salah satu dari tiga modalitas belajar dalam proses pembelajarannya, yaitu
modalitas visual, auditori, dan kinestetik. Perbedaan-perbedaan yang ada ini menuntut
pendidik untuk mampu secara aktif menerapkan berbagai pendekatan yang bervariasi
guna mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif.
Moh. Uzer Usman (1995:4) memaparkan bahwa proses pembelajaran merupakan
inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, dengan pendidik sebagai pemegang
peranan utama. Dalam belajar, mahasiswa harus belajar dalam mencari ilmu, cara
menggunakannya sehingga mereka punya dasar untuk ketenteraman dalam hidup. Agar
terjadi proses pembelajaran pada mahasiswa sebagai peserta didik, dosen perlu
menciptakan kondisi yang sesuai dengan tujuan belajar yang diharapkan. Dosen dan
mahasiswa harus selalu mencari ilmu, karena ilmu senantiasa harus diperbaharui.
Mahasiswa harus berlatih berbagai keterampilan, menyimpan berbagai informasi
dengan cepat dan mengingat kembali dengan teliti sewaktu diperlukan, untuk mencapai
tujuan belajar sesuai dengan harapan, perlu peningkatan kualitas pembelajaran.
Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, di
antaranya menurut Imam Maliki (2008:13) penyajian metode belajar yang bervariasi
3
perlu diberikan kepada peserta didik untuk menghindari kejenuhan dalam belajar dan
perasaan terbebani dengan berbagai materi. Perasaan senang dapat timbul seiring
dengan tujuan pendidikan yang dapat diserap dengan baik dan mudah. Hal tersebut
dapat terjadi karena seseorang yang berada dalam kondisi yang menyenangkan tahan
dan sigap dalam menghadapi beragam bentuk tantangan. Penyajian materi dengan
menggunakan metoda yang memanfaatkan media dalam proses pembelajaran sangat
penting sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Agus Irianto (2010:57) mengemukakan bahwa penggunaan media pembelajaran akan
menumbuhkan kebermaknaan belajar agar peserta didik lebih tertarik, merasa senang,
dan termotivasi untuk belajar, serta tumbuh rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang
dipelajarinya.
Salah satu unsur paradigma baru pengelolaan pendidikan tinggi di Indonesia
dikenal dengan peningkatan kualitas pembelajaran yang berisi atribut pokok, yaitu
relevan dengan kebutuhan masyarakat dan pemakai lulusan, memiliki suasana
akademik dalam penyelenggaraan program studi, adanya komitmen kelembagaan dari
para pimpinan dan staf terhadap pengelolaan organisasi yang efektif dan produktif,
keberlanjutan program studi, serta efisiensi program secara selektif berdasarkan
kelayakan dan cakupannya. Aspek-aspek tersebut mempunyai nilai yang strategis
untuk pengembangan upaya pelaksanaan pendidikan yang berorientasi pada
peningkatan kualitas (Depdiknas, 2004:6).
Indikator kualitas pembelajaran di LPTK dapat dilihat antara lain dari
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen, perilaku dan dampak belajar
mahasiswa calon guru, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran,
dan sistem pembelajaran yang berkualitas. Selanjutnya (Depdiknas, 2004:7)
mengemukakan bahwa peningkatan kualitas pembelajaran diperlukan karena beberapa
alasan berikut:
1. Lembaga pendidikan akan berkernbang secara konsisten dan mampu bersaing di era informasi dan globalisasi dengan meletakkan aspek kualitas secara sadar dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
2. Kualitas perlu diperhatikan dan dikaji secara terus menerus, karena substansi kualitas pada dasarnya terus berkernbang secara interaktif dengan tuntutan
4
kebutuhan masyarakat dan pekembangan teknologi.3. Aspek kualitas perlu mendapat perhatian karena terkait bukan saja pada kegiatan
sivitas akademika dalam lingkungan kampus, tetapi juga pengguna lain di luar kampus sebagai "stake-holders"
4. Suatu bangsa akan mampu bersaing dalarn percaturan international jika bangsa tersebut memiliki keunggulan (excellence) yang diakui oleh bangsa-bangsa lain.
5. Kesejahteraan masyarakat dan/atau bangsa akan terwujud jika pendidikan dibangun atas dasar keadilan sebagai bentuk tanggung jawab sosial masyarakat bangsa yang bersangkutan.
Pelayanan bimbingan dan konseling berfungsi untuk membantu klien atau siswa asuh
atau kelompok individu peserta didik (KIPD) memahami diri dan lingkungannya, mencegah
berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya, mengentaskan masalahnya,
memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya, serta
mengadvokasi KIPD dalam membela hak dan kepentingannya yang kurang mendapat
perhatian. Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling memerlukan perencanaan khusus
(program), guna memenuhi kebutuhan KIPD dalam format individual, kelompok dan atau
klasikal. Berbagai kebutuhan KIPD dapat diketahui melalui penyelenggaraan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling (need assessment).
Pelayanan bimbingan dan konseling terdiri dari berbagai jenis layanan yaitu layanan:
orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan,
bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi, mediasi dan advokasi. Didukung oleh
kegiatan aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah,
tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus (Prayitno, 2004). Semua jenis dan kegiatan
pendukung layanan bimbingan dan konseling tersebut hendaklah dituangkan terlebih dahulu
dalam bentuk program (dapat dalam bentuk program harian, mingguan, bulanan, semesteran
dan tahunan). Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi format kegiatan individual,
kelompok, klasikal, lapangan, serta kolaborasi (Prayitno, 2010).
Format kegiatan individual dapat dilakukan untuk jenis layanan orientasi, informasi,
penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, dan konsultasi.
Format kegiatan kelompok dapat dilakukan untuk jenis layanan orientasi, informasi,
penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, bimbingan kelompok, konseling kelompok,
konsultasi, dan mediasi. Format kegiatan klasikal dapat dilakukan untuk jenis layanan
5
orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, serta penguasaan konten. Format kegiatan
lapangan dapat dilakukan untuk jenis layanan informasi, dan penguasaan konten tertentu.
Format kolaborasi dapat dilakukan untuk membangun kerjasama antara guru bimbingan dan
konseling/ konselor dengan berbagai pihak terkait untuk membantu KIPD (Neviyarni, 2009).
B. Berbagai Kendala yang Dihadapi Konselor dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling Format Kegiatan Klasikal di Sekolah
Menurut PP no. 74 tahun 2008 tentang guru, Konselor/guru pembimbing dituntut
melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling minimal 24 jam pelajaran per minggu
untuk 150 orang siswa asuh. Setiap kegiatan yang dilaksanakan konselor/guru pembimbing
dihargai setara dengan dua jam pelajaran. Jadi, konselor/guru pembimbing perlu membuat,
melaksanakan, mengevaluasi, dan menganalisis hasil evaluasi, serta menindaklanjuti 12
satuan layanan (Satlan) setiap minggu. Bahkan menurut Permen no. 30 tahun 2011 tentang
beban mengajar guru, guru dituntut untuk melaksanakan beban mengajar minimal 27,5 jam
seminggu. Tuntutan ini tentu lebih berat lagi bagi guru dari beban sebelumnya. Setelah
pelaksanaan satlan, konselor/guru pembimbing juga harus membuat laporan pelaksanaan
program (Lapelprog) yang telah dilakukan.
Dari pengalaman sebagian besar konselor/guru pembimbing di sekolah, masih banyak
sekolah tidak memberikan alokasi waktu untuk masuk kelas bagi konselor/guru pembimbing.
Sebetulnya, waktu untuk masuk kelas bagi konselor/guru pembimbing sangat diperlukan
sehingga berbagai layanan bimbingan dan konseling format klasikal dapat dilaksanakan.
Seorang konselor/guru pembimbing bertanggung jawab atas 150 orang siswa asuh,
berarti siswa asuh itu berada dalam empat atau lima kelas. Apabila ia masuk kelas
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling format klasikal satu kali untuk masing-
masing kelas setiap minggu, artinya konselor/guru pembimbing melaksanakan lima kegiatan
layanan. Sementara tujuh kegiatan lainnya dapat dilaksanakan di luar kelas, sesuai dengan
kesepakatan dan rencana yang telah disepakati dalam pertemuan /layanan format klasikal
dalam kelas.
Kerjasama antara konselor/guru pembimbing dengan personil sekolah yang lain tidak
banyak. Hal ini juga mungkin disebabkan oleh persepsi dan pemahaman masing-masing
personil berbeda mengenai pelayanan bimbingan dan konseling.
6
Kendala lainnya berkaitan dengan berbagai keterampilan konselor/guru pembimbing.
Diantara keterampilan yang dibutuhkan; keterampilan untuk menemukan need assessment,
keterampilan konseling, baik itu format individual, format kelompok, ataupun format
klasikal. Keterampilan membangun kerjasama dan mengadakan pendekatan tertentu dengan
berbagai pihak terkait dengan pelayanan kepada siswa asuh. Untuk ini, diperlukan bantuan
para profesional dari Perguruan Tinggi.
Berdasarkan laporan peserta Diklat Sertifikasi Guru Bimbingan dan Konseling tahun
2011 angkatan I tanggal 10 Juni 2011, dan angkatan II tanggal 25 Juni 2011 di Rayon 06,
bahwa mereka sukar sekali untuk mengembangkan/ mempersiapkan layanan BK format
klasikal. Menurut mereka banyak sekali materi yang harus dipersiapkan, untuk satu semester
16 kali pertemuan. Sehingga banyak di antara Guru Bimbingan dan Konseling yang
berkeberatan untuk mengisi jam pelajaran BK yang telah tersedia.
C. Mata Kuliah Pengajaran Psikologi dan Bimbingan Konseling (PPBK)
Mata kuliah Pengajaran Psikologi dan BK merupakan salah satu mata kuliah pada
jurusan BK yang termasuk ke dalam kelompok mata kuliah Perilaku Berkarya I. Sinopsis
mata kuliah ini berkaitan dengan penyusunan satuan acara pembelajaran dengan materi
psikologi dan BK sesuai kebutuhan berbagai kelompok indvidu peserta didik (siswa,
mahasiswa, pemuda, dan orang dewasa atau peserta program pendidikan /pelatihan) yang
mencakup metoda, media dan rencana penilaian yang mengacu kepada terselenggaranya
pembelajaran yang efektif. Melalui mata kuliah ini diharapkan mahasiswa memiliki: (a)
wawasan dan pengetahuan tentang teknik penyusunan satuan acara pembelajaran/satuan
layanan (SATLAN) dengan materi Psikologi dan BK sesuai dengan kelompok individu
peserta didik, (b) keterampilan dalam menyusun satuan acara pembelajaran/satuan layanan
(SATLAN) dengan materi Psikologi dan BK sesuai dengan kelompok individu peserta didik,
(c) keterampilan dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan disain dalam satuan
acara pembelajaran/(SATLAN).
Penguasaan yang baik terhadap konten perkuliahan Pengajaran Psikologi dan BK
serta keterampilan yang memadai untuk mengaplikasikan materi perkuliahan dalam
penyelenggaraan pembelajaran di sekolah dan luar sekolah sangat diperlukan dalam
7
melaksanakan tugas sebagai Guru bimbingan dan konseling/Konselor kelak. Selama
perkuliahan materi yang dibahas adalah sebagai berikut :
a. klasifikasi individu peserta didik (KIPD)
b. konsep-konsep psikologi dan BK
c. analisis kebutuhan KIPD
d. analisis kesesuaian konsep psikologi dan BK dengan KIPD
e. analisis GBPP Pengajaran Psikologi dan BK setting sekolah dan setting luar sekolah
f. penyusunan GBPP Pengajaran Psikologi dan BK dengan materi psikologi dan BK
sesuai dengan KIPD
g. penetapan indikator dan tujuan pembelajaran
h. penyusunan rancangan materi/bahan ajar
i. pemilihan metode dan media pembelajaran sesuai dengan materi untuk KIPD setting
sekolah dan luar sekolah
j. pengaturan kegiatan/langkah-langkah pembelajaran
k. penyusunan format penilaian hasil belajar sesuai dengan materi bahasan
l. penyusunan rancangan materi bahasan dalam SAP/SATLAN sesuai dengan mata
kuliah Pengajaran Psikologi dan BK untuk setting sekolah dan luar sekolah
m. pelaksanaan simulasi pengajaran psikologi dan BK di sekolah dan luar sekolah.
Salah satu bentuk pelayanan bimbingan dan konseling format klasikal yang dapat
dilakukan guru bimbingan dan konseling/ konselor sebagai pendidik mendasari pembahasan
dengan konsep Khalifah fil Ardh disingkat dengan KFA (Neviyarni S., 2010) sebagai berikut:
Prosedur pelaksanaan model bimbingan dan konseling berorientasi KFA untuk mengembangkan perilaku KFA pada siswa antara lain sebagai berikut: (1) guru pembimbing/konselor mengadakan silaturrahim dengan siswa dapat melalui: permainan, cerita, fantasi, menggambar, ekspresi diri, pembahasan data siswa, (2) pengungkapan perasaan/ide/pemikiran siswa, (3) penjelajahan perasaan/ide/pemikiran siswa, (4) pembahasan perasaan/ide/pemikiran siswa, (5) pendalaman perasaan/ide/pemikiran siswa dalam kaitannya dengan konsep KFA yang didasari ajaran agama Islam, dan (6) perencanaan untuk masa yang akan datang.
Prosedur pelaksanaan bimbingan dan konseling model bimbingan dan konseling
berorientasi KFA terdiri dan enam tahapan, dengan penekanan model bimbingan dan
konseling berorientasi KFA ini pada tahapan 5, yaitu tahap pendalaman, dengan
8
mengkomunikasikan ajaran agama Islam sesuai dengan ayat-ayat Allah dan sunnah Rasul
sehubungan dengan persoalan yang dibahas. Tahap pendalaman dilaksanakan dalam semua
bidang dan jenis layanan bimbingan dan konseling.
Kekhasan lainnya dalam proses pembelajaran terutama dalam pelayanan bimbingan
dan konseling format kegiatan klasikal, guru bimbingan dan konseling/ konselor sebagai
pendidik diharapkan menggali aspek-aspek iman & takwa, inisiatif, industrius, individu,
interaksi (lima-I), sehubungan dengan materi yang dibahas. Prayitno, (2009) menekankan
lagi aspek-aspek lima-I sebagai berikut ini:
a. Iman dan takwa. Tuhan Yang Maha Kuasa menghendaki agar semua orang mengembangkan kemampuan setinggi tingginya untuk kebahagiaan kehidupannya di dunia dan akhirat. Salah satu cara paling mendasar untuk mengembangkan kemampuan itu adalah dengan mengikuti program-program kegiatan sekolah secara penuh dan tepat waktu (terjadwal). Pengingkaran terhadap terlaksananya program-program tersebut dengan baik berarti pelanggaran terhadap apa yang mestinya diperbuat sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Orang-orang yang beriman dan bertakwa akan menepati program-program yang dibuat dan disepakati untuk dijalankan. Dengan pembahasan tentang materi yang telah direncanakan akan meningkatkan kesadaran dan perilaku siswa asuh sehari-hari dalam melaksanakan program kegiatan sekolah sebagai bagian dari keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Inisiatif. Berarti bahwa dengan memahami seluk beluk materi yang dibahas, siswa asuh tergerak dan berinisiatif untuk meningkatkan frekwensi dan mutu kesertaannya dalam program-program kegiatan yang telah direncanakan sesuai jadwal.
c. Industrius. Berarti bahwa dengan terjalaninya program-program kegiatan di sekolah dengan sebaik-baiknya keberhasilan program-program tersebut terjamin untuk tercapainya produktivitas tinggi dan kesuksesan akan diraih oleh siswa asuh yang mampu melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan ditambah kegiatan lain di luar sekolah yang jadwalnya tersinkronisasikan dengan kegiatan sekolah.
d. Individu. Berarti bahwa dengan memahami seluk beluk materi yang sedang dibahas, siswa asuh dapat mengenal mengukur dan menguatkan diri terkait dengan untung/rugi melaksanakan atau menghindari hal tersebut serta upaya meningkatkan kegiatan-kegiatan pengembangan pribadi untuk mencapai keberhasilan yang lebih tinggi. Untung/rugi ditinjau dari nilai dan norma yang berlaku pada masyarakat tempat individu itu berada.
e. Interaksi. Berarti bahwa dengan memahami seluk beluk materi yang sedang dibahas, siswa asuh mampu berinteraksi dengan orang lain dalam suasana dan tujuan yang lebih menguntungkan, sehingga kegiatan yang telah direncanakan itu terwujud dan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan lain yang relevan dan positif dapat ditingkatkan.
Demikianlah kekhususan pembelajaran mata kuliah PPBK agar calon guru BK/konselor
dapat melaksanakan tugasnya secara profesional.
9
D. Penyelenggaraan Perkuliahan PPBK
Berdasarkan pengalaman membina perkuliahan PPBK, prasyarat penguasaan materi
yang dimiliki mahasiswa masih kurang. Mereka masih belum mengerti cara memanfaatkan
berbagai data yang mereka pelajari pada mata kuliah instrumentasi, mereka belum mengikuti
latihan micro teaching dan mereka juga belum mengetahui bagaimana cara mengatasi
kesulitan-kesulitan belajar yang mereka hadapi. Oleh karena itu, diperlukan latihan tambahan
di luar jam perkuliahan dengan memanfaatkan tutor kakak kelas.
Mata kuliah Pengajaran Psikologi dan Bimbingan Konseling (PPBK) merupakan mata
kuliah yang membina wawasan, pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan mahasiswa
dalam melaksanakan layanan BK format kegiatan klasikal. Dengan mempelajari mata kuliah
Pengajaran Psikologi dan BK, diharapkan mahasiswa memiliki wawasan, pengetahuan dan
keterampilan tentang bagaimana membelajarkan peserta didik yang menjadi sasaran
pembelajaran (subyek layanan kegiatan bimbingan dan konseling) baik di sekolah maupun di
luar sekolah (Silabus Pengajaran Psikologi dan BK, 2010). Berdasarkan synopsis mata kuliah
PPBK 2010, tujuan mata kuliah ini mencakup penyusunan, pelaksanaan, dan penilaian
rencana pembelajaran (satuan layanan) dalam materi Psikologi dan BK sesuai dengan
kebutuhan berbagai KIPD seperti siswa, mahasiswa, pemuda, orang tua/ dewasa dan peserta
suatu program pendidikan/ latihan.
Penyelenggaraan mata kuliah Pengajaran Psikologi dan BK dilaksanakan oleh tim
dosen mata kuliah dengan perkuliahan tatap muka yang berlangsung sebagaimana biasanya,
belum optimal menggunakan berbagai media pembelajaran seperti e-learning dan tutorial
untuk pengoptimalan hasil belajar mahasiswa. Perkuliahan yang diselenggarakan lebih
berorientasi kepada bagaimana mahasiswa memahami materi-materi perkuliahan sesuai
dengan pokok bahasan dalam minggu-minggu pertemuan melalui sajian dosen. Di samping
itu dosen menugaskan mahasiswa untuk mendalami materi yang telah dibahas dalam
pertemuan tatap muka di rumah dan membahasnya dalam pertemuan kuliah berikutnya.
Mahasiswa juga dituntut untuk mensimulasikan kegiatan pembelajaran dalam perkuliahan
untuk pokok bahasan yang telah didisainnya. Pada gilirannya mahasiswa mengikuti ujian
tengah semester dan ujian semester. Dalam praktek perkuliahan seperti itu, kelemahan-
10
kelemahan mahasiswa, baik kelemahan dalam mengikuti kegiatan belajar maupun kelemahan
dalam menguasai konten kuliah kurang dapat dideteksi. Upaya mengetahui kemajuan belajar
mahasiswa dari waktu ke waktu dilakukan dengan memperhatikan kesesuaian tugas
perkuliahan dengan tuntutan perkuliahan dan keaktifan mahasiswa dalam mengikuti kuliah.
Untuk masa yang akan datang diupayakan agar lebih bervariasi menggunakan media dan
metode pembelajaran, serta memanfaatkan bantuan tutor kakak kelas.
E. Metode Pembelajaran dalam Pelaksanaan Layanan Konseling Format Kegiatan Klasikal
Macam-macam metode pembelajaran dapat digunakan guru bimbingan dan konseling
dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Ada metode-metode yang cocok dengan
siswa yang dominan otak kiri dan ada metode-metode yang cocok dengan siswa yang
dominan otak kanannya. Guru bimbingan dan konseling perlu memahami kecenderungan
dominasi otak siswanya, dan metode-metode yang cocok untuk setiap kecenderungan
tersebut, serta terampil menggunakan metode-metode itu. Pada sekolah-sekolah dewasa ini
guru sering menggunakan metode yang cocok untuk siswa yang dominan otak kiri,
sedangkan menurut penelitian di Amerika dan Inggris (David Lewis alih bahasa Padji,
1992:34) bahwa siswa yang dominan otak kanan (47,5%) lebih banyak jumlahnya dan siswa
yang dominan otak kiri (28,5%) dan siswa yang memiliki kecenderungan yang seimbang
antara otak kiri dan otak kanan (24%). Konsep dominasi belahan otak kanan dan otak kiri
juga mempengaruhi cara belajar seseorang. Orang yang dominan otak kanan (belajar secara
global), sedangkan orang yang dominan otak kiri (belajar secara spesifik). Di samping itu,
ada juga orang yang seimbang dominasi kedua belahan otaknya (bisa belajar secara global
ataupun secara spesifik).
Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa tanpa disadari guru telah merugikan
siswa yang dominan otak kanannya. Apabila metode yang digunakan tidak cocok dengan
karakteristik dominasi otak siswa, tentu hal ini akan merugikan siswa. Kemungkinan guru
akan menyimpulkan bahwa siswa tidak dapat memahami dan menangkap materi pelajaran,
siswa lemah dalam belajar dan sebagainya. Akan tetapi, sebenarnya kesalahan berada di
“tangan” guru yang belum terampil menggunakan media pendidikan dan metode
pembelajaran yang cocok dengan karakteristik dominasi otak siswa, siswa tidak mendapat
11
pelayanan yang cocok sehingga tidak dapat menerima dan mengolah materi pelajaran yang
dibahas.
Selain dominasi otak, para ahli pembelajaran telah mengidentifikasi tiga gaya belajar
yang berbeda yaitu gaya belajar: (1) Visual adalah; belajar dengan melihat sesuatu, (2)
Auditori adalah; belajar melalui mendengar sesuatu, dan (3) Kinestetik adalah; belajar
melalui kegiatan fisik dan keterlibatan langsung. Guru perlu menyesuaikan metode dan
media pembelajaran sesuai dengan modalitas belajar siswa. Pada waktu-waktu tertentu orang
memanfaatkan ketiga gaya belajar tersebut. Tetapi kebanyakan orang lebih suka gaya belajar
tertentu dibanding dengan dua gaya belajar lainnya. Guru BK diharapkan dapat
mengidentifikasi gaya belajar siswa asuhnya, sehingga ia dapat merancang pembelajaran
inovatif (PAKEM) sesuai dengan gaya belajar yang disenangi siswa asuhnya.
Berbagai macam pendekatan atau metode pembelajaran yang mendukung
pengembangan pembelajaran inovatif (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM), yaitu pendekatan atau metode pembelajaran: (1) Kontekstual, (2)
partisipatori, (3) konstruktivistik, (4) kuantum, (5) tematik, (6) langsung, (7) integratif, (8)
represif & produktif, (9) audiolingual, (10) kooperatif, (11) komunikatif (Agus Irianto, 2010).
Pada pelayanan format kegiatan klasikal, guru bimbingan dan konseling/konselor diharapkan
dapat menerapkan pendekatan atau metode tersebut.
Salah satu komponen yang tidak boleh terlupakan oleh para guru adalah agar mereka
dapat memilihkan atau menciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk belajar bagi
siswa asuh, sehingga siswa asuh menjadi senang dan betah untuk belajar di sekolah.
Lingkungan tersebut mungkin berupa lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan
budaya yang dapat membantu terciptanya suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa
asuh. Sehubungan dengan penciptaan lingkungan belajar yang menyenangkan, Ellis (dalam
Dedi Supriadi, 1997:24) mengemukakan sebagai berikut: Guru yang efektif memiliki
kemampuan untuk berempati kepada siswa, sabar dan fleksibel, memiliki keterampilan antar
pribadi yang baik, terbuka terhadap ide-ide baru, menyadari adanya perbedaan individu,
dapat membentuk interaksi kelompok yang positif di kelasnya, dan mengembangkan
hubungan yang membantu dengan siswa dan para orang tua. Dengan demikian diharapkan
tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa. Lingkungan belajar yang tidak
12
memadai akan berpengaruh negatif terhadap hasil belajar, karena akan menyebabkan
pemborosan tenaga, waktu, dana, dan tidak mendukung secara produktif terhadap pencapaian
hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu dikatakan bahwa pemilihan dan penciptaan
lingkungan belajar ini sangat penting untuk menentukan proses belajar siswa asuh. Guru
pembimbing perlu memiliki kesadaran dan kemampuan dalam menciptakan berbagai
kegiatan pembelajaran dalam penjabaran program sehingga siswa asuh menjadi kaya dengan
pengalaman belajar.
Dalam proses pembelajaran, yaitu dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan
dan konseling sebaiknya guru bimbingan dan konseling melaksanakan kombinasi dari ketiga
gaya belajar tersebut, misalnya dengan meminta siswa asuh membaca dan
memvisualisasikannya, dia telah melihatnya. Meminta siswa asuh menyusun pertanyaan dan
menjawabnya keras-keras, dia telah mendengarnya. Meminta siswa asuh menulis butir-butir
penting suatu subjek pada kartu-kartu indeks dan menyusunnya dalam urutan yang logis, dia
telah melakukannya secara fisik. Seorang pakar pendidikan mengemukakan ungkapan, “ saya
dengar, saya lupa; saya lihat, saya ingat; saya lakukan, saya paham”. Jadi, dalam
pembelajaran hendaklah sampai pada tingkat pemahaman. Oleh karena itu, pembelajaran
tidak mungkin dilakukan hanya dengan mendengarkan ceramah dari guru. Pembelajaran
perlu mengaktifkan multi sensori. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam kegiatan proses
pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan merupakan bagian yang sangat penting,
karena siswa asuh akan senang belajar bila proses pembelajaran yang dijalaninya sesuai
dengan gaya belajarnya masing-masing. Oleh karena itu, guru pembimbing perlu
memvariasikan metode dan strategi pembelajarannya agar masing-masing siswa asuh dapat
diakomodir dalam proses pembelajaran. Misalnya dalam layanan informasi atau penguasaan
konten, guru pembimbing tidak cukup hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab
saja.
Dalam satu kali layanan yang direncanakan guru pembimbing dapat memilih
beberapa metode pembelajaran yang menarik bagi siswa asuh sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Pada bahan ajar pengembangan pembelajaran inovatif (PAKEM) telah
dikemukakan berbagai metode pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan tujuan
layanan. Dengan metode yang sesuai dan menarik, suasana yang nyaman, siswa asuh akan
selalu menunggu setiap layanan yang akan dilaksanakan oleh guru pembimbing.
13
F. Media Pembelajaran dalam Pelaksanaan Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Guru BK perlu memiliki keterampilan dalam mempersiapkan dan memilih media
pembelajaran untuk pelaksanaan pelayanan konseling format kegiatan klasikal. KIPD akan
lebih mudah memahami materi pelajaran yang sedang dibahas, apabila guru bimbingan dan
konseling menggunakan media pendidikan yang menarik, sesuai dengan pengalaman belajar
yang diberikan dan topik yang sedang dibahas. Berbagai macam media pendidikan telah
dikembangkan dewasa ini, mulai dari model, media cetak, media elektronik/ e-learning
dalam berbagai dimensi, termasuk internet. Guru bimbingan dan konseling dapat
menggunakan media yang sesuai dengan keadaan yang ada di sekolahnya secara optimal.
Suatu hal yang penting adalah bahwa media itu dapat menarik perhatian siswa, dan sesuai
dengan materi yang dibahas. Perlu diingat bahwa satu jenis media dapat dipakai dalam
berbagai mata pelajaran. Guru bimbingan dan konseling dan guru mata pelajaran dapat
membuat koleksi media pendidikan dan menyimpannya dengan baik di suatu tempat,
sehingga sewaktu-waktu media pendidikan tersebut dapat digunakan saling bergantian dan
saling bertukaran dengan guru-guru lain. Kreativitas guru dalam penggunaan media
pendidikan agar proses pembelajaran menarik dan materi pelajaran mudah dipahami siswa
sangat diperlukan.
Guru bimbingan dan konseling perlu memahami bahwa setiap media yang digunakan
memiliki karakteristik tersendiri. Setelah mempelajari kelebihan dan kelemahan masing-
masing media tersebut, barulah dapat memilih media mana yang akan digunakan sesuai
dengan tujuan pembelajaran, materi yang akan dibahas, metode pembelajaran yang akan
dipakai, waktu yang tersedia, ketersediaan media itu sendiri, kemampuan guru dalam
menggunakannya, dan tingkat perkembangan KIPD sesuai dengan keadaan yang ada di
sekolahnya secara optimal. Sekali lagi dikemukakan bahwa yang penting media itu dapat
menarik perhatian siswa, dan sesuai dengan materi yang dibahas. Perlu diingat bahwa satu
jenis media dapat dipakai dalam berbagai mata pelajaran.
Keefektifan penggunaan media pembelajaran tergantung pada kreativitas guru
bimbingan dan konseling dalam mengemas, mengkombinasikan media apa yang cocok
14
digunakan untuk pelayanan tertentu. Pemanfaatan media selain berfungsi sebagai alat bantu
guru bimbingan dan konseling dalam proses pemberian pembelajaran juga merupakan cara
untuk meningkatkan kualitas layanan yang diberikan. Dengan menggunakan beragam media
pembelajaran guru bimbingan dan konseling dapat memilih media yang paling mungkin
digunakan disesuaikan dengan situasi serta kondisi yang dihadapi. Dalam rangka menjaga
kerapian, dan keawetan media tersebut, perlu diatur, diadministrasikan, diperhatikan cara
penyimpanan, tempat atau ruangan untuk menyimpan berbagai media. Bila media dipakai
untuk bersama perlu diatur sirkulasi dan jadwal pemakaiannya sehingga dapat dimanfaatkan
secara efektif. Contoh pada SAP/SATLAN dalam kegiatan belajar 4 misalnya, dapat dilihat
media yang direncanakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut
(Neviyarni, 2009:53):
Hand out tentang kualitas pribadi Kertas (untuk menuliskan kekuatan dan kelemahan) Isolasi band Gunting Kertas berwarna-warni (untuk membuat gambar deskripsi sosok idola) Spidol (4 warna) Contoh SATLAN Bahan ajar penerapan proses pembelajaran dalam layanan bimbingan dan konseling
Media yang telah disediakan itu dapat membantu proses pembelajaran apabila
digunakan secara tepat, yaitu tepat sesuai dengan materi, tepat sasaran (KIPD), tepat waktu,
dan tepat caranya. Materi pelajaran yang sedang dibahas lebih mudah dipahami oleh KIPD
apabila guru bimbingan dan konseling menggunakan media pembelajaran yang menarik,
sesuai dengan topik. Berbagai macam media telah dibahas pada mata kuliah Alat
Pembelajaran. Penggunaan media memerlukan kreativitas guru bimbingan dan konseling
agar media tersebut dapat menarik perhatian KIPD dan sesuai dengan materi yang sedang
dibahas.
Media pembelajaran sangat penting dalam keseluruhan proses pembelajaran karena
dapat membantu KIPD dalam memahami hal-hal yang abstrak menjadi lebih konkrit.
Pembelajaran akan lebih bermakna bila media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan
materi yang dibahas. KIPD akan tertarik, meningkatkan minat, merasa senang, dan
termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Semua jenis media pembelajaran, media
15
visual, media audio, dan media audio visual dapat digunakan dalam pelaksanaan program
pelayanan Bimbingan dan konseling. Dengan demikian ketepatan memilih media dalam
pembelajaran sangat bergantung pada pengetahuan dan pengalaman guru bimbingan dan
konseling tentang ragam media, mulai dari media yang sederhana sampai pada media yang
canggih.
G. Penilaian Keberhasilan Mahasiswa
Nilai akhir mahasiswa dalam mata kuliah Pengajaran Psikologi dan BK ditetapkan tim
dosen dengan mempertimbangkan aspek kehadiran mahasiswa, partisipasi mahasiswa dalam
mengikuti perkuliahan, hasil penyelesaian terhadap tugas-tugas yang dikerjakan mahasiswa,
hasil ujian tengah semester dan hasil ujian akhir semester. Penilaian tersebut baru sekedar
menampilkan nilai-nilai akhir, yang besar kemungkinan kurang atau bahkan tidak
mencerminkan penguasaan sebenarnya atas keseluruhan konten kuliah. Dengan
mengintegrasikan berbagai media pembelajaran dan tutorial akademik dalam perkuliahan
PPBK, diharapkan hasil belajar mahasiswa peserta kuliah meningkat ke arah yang lebih
optimal.
Sehubungan dengan perkembangan aspek psikologis siswa, dalam rangka
peningkatan mutu, efisiensi, relevansi dan peningkatan daya saing secara nasional sekaligus
internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, telah ditetapkan pentingnya
penyelenggaraan pendidikan bertaraf Internasional baik untuk sekolah negeri maupun swasta.
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 50 Ayat 3 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang berbunyi: “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang
pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”.
Salah satu upaya yang ditempuh sekolah adalah dengan menjadi rintisan sekolah
bertaraf internasional (RSBI). Forum RSBI (2009:9) menyatakan bahwa:
a. Pendidikan bertaraf Internasional yang bermutu adalah pendidikan yang mampu mencapai standar mutu nasional dan Internasional
b. Pendidikan bertaraf Internasional yang efisien adalah pendidikan yang menghasilkan standar mutu lulusan optimal (berstandar nasional dan Internasional) dengan pembiayaan yang minimal
16
c. Pendidikan bertaraf Internasional juga harus relevan, yaitu bahwa penyelenggaraan pendidikan harus disesuaikan denga kebutuhan peserta didik, orangtua, masyarakat, kondisi lingkungan, kondisi sekolah, dan kemampuan pemerintah daerahnya (Kabupaten/Kota dan Provinsi)
d. Pendidikan bertaraf Internasional harus memiliki daya saing yang tinggi dalam hal hasil-hasil pendidikan (output dan outcomes), proses, dan input sekolah baik secara nasional maupu Internasional.
Berdasarkan hasil penelitian “Alternatif Program Layanan Format Klasikal dalam
Pembinaan Berbagai Aspek Psikologis Siswa SMP N 12 Padang”, penulis temukan bahwa
walaupun SMP N 12 merupakan sekolah RSBI masih ditemukan hal-hal yang perlu
dikembangkan atau ditingkatkan pada berbagai aspek psikologia siswanya. Hal ini
membutuhkan tenaga guru BK/Konselor yang profesional untuk membantu siswanya dalam
meningkatkan potensi dirinya melalui layanan bimbingan dan konseling format klasikal.
e. Tutorial dalam Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan membelajarkan peserta didik yang diawali dengan
membuat perencanaan belajar, melaksanakan kegiatan belajar dan melakukan evaluasi
terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Merencanakan pembelajaran merupakan
kegiatan penting yang dapat dijadikan acuan dalam kegiatan belajar mengajar yang
dituangkan dalam satuan acara pengajaran (SAP/SATLAN). Keberhasilan belajar mahasiswa
di perguruan tinggi ditentukan oleh kemampuan mahasiswa tersebut melakukan kegiatan
belajar secara mandiri di luar jam perkuliahan dengan dosen. Salah satu kegiatan yang dapat
mendorong mahasiswa belajar mandiri yaitu melalui bantuan tutorial. Melalui kegiatan
tutorial mahasiswa akan termotivasi untuk belajar mandiri serta dapat mengatasi kesulitan
belajarnya, sehingga mereka dapat terbantu untuk menguasai materi mata kuliah dengan baik
(Ranak Lince, 2006). Pengetahuan mahasiswa sebelum kegiatan perkuliahan, akan
dimantapkan melalui tutorial tatap muka melalui penjelasan atau penyajian konsep esensial,
diskusi, praktek dan pengerjaan tugas akademik dengan tutor kakak kelas.
Tutorial adalah pelayanan bantuan akademik dalam bentuk pembelajaran dan
bimbingan belajar lainnya. Tutorial dalam bentuk pengajaran khusus diberikan kepada
mahasiswa yang penguasaannya terhadap materi perkuliahan rendah. Penyelenggaraannya
bisa secara individual, kelompok maupun klasikal. Tutorial dalam bentuk bimbingan belajar
adalah memberikan berbagai pengetahuan tentang keterampilan belajar yang harus dikuasai
17
mahasiswa untuk memudahkannya dalam mengikuti pembelajaran di kelas atau belajar di
luar kelas. Beberapa jenis keterampilan belajar yang harus dikuasai mahasiswa adalah;
keterampilan dalam mengikuti perkuliahan, keterampilan dalam mencatat pelajaran,
keterampilan dalam berdiskusi, keterampilan dalam bertanya dan keterampilan dalam
mengikuti ujian.
Tutorial merupakan bimbingan belajar yang disampaikan melalui tatap muka untuk
membantu mahasiswa menguasai materi dan diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kemampuan dan kualifikasi sebagai calon guru, dapat memperluas visi,
serta memupuk kemandirian dalam belajar. Dalam kegiatan tutorial ini mahasiswa tidak
hanya membahas materi, tetapi juga mengerjakan tugas secara mandiri yang diberikan pada
setiap akhir pertemuan, sehingga mahasiswa akan memiliki peluang yang sangat besar untuk
mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan perkuliahannya.
Dalam kegiatan tutorial tugas tutor adalah membantu mahasiswa memecahkan masalah
belajar yang dihadapi, dengan demikian titik sentral kegiatan tutorial adalah mahasiswa, dan
tutor mempunyai peran sebagai pembimbing proses belajar, nara sumber, fasilitator, dan
pengelola kegiatan belajar. Kemampuan tutor dalam mengelola kegiatan tutorial merupakan
salah satu faktor yang dapat memotivasi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan belajar
mandiri sehingga materi yang disajikan dapat dipahami dan pada akhirnya hasil belajar
mereka dapat meningkat.
Tutorial akademik perlu diaplikasikan ke dalam perkuliahan mengingat nilai yang
dicapai oleh mahasiswa selama ini agaknya masih belum optimal, dalam arti belum
menggambarkan penguasaan mahasiswa terhadap konten kuliah yang diikuti oleh mahasiswa
yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena tidak dilaksanakannya kegiatan tutorial
terhadap mahasiswa yang memerlukan bantuan. Dalam keadaan seperti itu, mahasiswa
tampaknya dibiarkan begitu saja, tidak diukur kemajuannya, tidak pula dibimbing untuk
dapat lebih maju, sedangkan perkuliahan yang menyelenggarakan tutorial akademik,
memungkinkan siswa secara kelompok bahkan individual bisa diketahui kemajuan
belajarnya.
I. Kesimpulan
18
Tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan semakin meningkat, indikator mutu
pendidikan dilihat dari kemampuan, keterampilan, sikap, dan perilaku siswa yang sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku. Berbagai tantangan harus diantisipasi melalui
pendidikan. Dalam pelaksanaan pendidikan di LPTK, dosen mendidik mahasiswa
sebagai calon pendidik (calon guru) sehingga mereka belajar, punya rasa ingin tahu
yang tinggi, dan memiliki berbagai pengalaman dalam proses pendidikannya untuk
memperoleh berbagai kompetensi yang diharapkan.
Keberhasilan pencapaian kompetensi pembelajaran sangat tergantung kepada
berbagai aspek yang saling bersinergi, di antaranya; pendidik, peserta
didik/mahasiswa, modalitas gaya mengajar dan belajar, berbagai keterampilan
belajar, metode dan media pembelajaran, suasana pembelajaran, pengelolaan
pembelajaran yang efektif dan produktif.
Pelayanan bimbingan dan konseling berfungsi untuk membantu klien atau
kelompok individu peserta didik (KIPD) memahami diri dan lingkungannya, mencegah
berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya, mengentaskan
masalahnya, memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang
dimilikinya, serta mengadvokasi KIPD dalam membela hak dan kepentingannya yang
kurang mendapat perhatian. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui
format kegiatan individual, kelompok, klasikal, lapangan, serta kolaborasi.
Berbagai kendala yang dihadapi konselor dalam pelayanan bimbingan dan
konseling format kegiatan klasikal di sekolah antara lain dalam; melaksanakan beban
mengajar minimal 27,5 jam seminggu, masih banyak sekolah tidak memberikan alokasi
waktu untuk masuk kelas bagi konselor/guru BK, bertanggung jawab minimal
membimbing 150 orang siswa asuh, keterampilan guru BK dalam penyelenggaraan
layanan format individual, kekompok, dan klasikal.
Mata kuliah Pengajaran Psikologi dan Bimbingan Konseling (PPBK) merupakan
salah satu mata kuliah pada jurusan BK yang termasuk ke dalam kelompok mata kuliah
Perilaku Berkarya I. Mata kuliah ini berkaitan dengan penyusunan satuan acara
pembelajaran dalam materi psikologi dan BK sesuai kebutuhan berbagai KIPD dengan
19
mempertimbangkan metoda, media, rencana penilaian, dan memanfaatkan bantuan tutor
yang mengacu kepada terselenggaranya pembelajaran yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Irianto. 2010. Bahan Ajar Proses Pembelajaran. Padang: UNP-Kemendiknas.
Andri Hakim. 2010. Hipnosis in Teaching: Cara Dahsyat Mendidik & Mengajar. Jakarta:Visimedia.
Depdiknas. 2004. Pengembangan Silabus: Sosialisasi KTSP. Jakarta: Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Depdiknas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. 2008. Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional (SMP-SB).
Depdiknas. 2003. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2005. Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2008. Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional. Jakarta: Dirjen Dikti.
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2008. Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional (SMP-BI). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
Ditjen PMPTK Depdiknas. 2008. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Konseling. Jakarta: Depdiknas.
Jurusan BK. 2004. Pengajaran Psikologi dan BK (Silabus) . FIP UNP Padang.
Moh. Uzer Usman. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Permendiknas no. 30 tahun 2011 tentang Beban Mengajar Guru.
PP no. 74 tahun 2008 tentang Guru.
Prayitno. 2009. Arah, Ranah, Jelajah, dan Kancah Materi Pembelajaran. Padang: UNP.
Prayitno. 2004. Seri Layanan Konseling: Layanan L1 – L9. Padang: BK FIP UNP.
Ranak Lince. 2006. Implementasi Pendekatan Struktural dalam Tutorial Tatap Muka Bagi Mahasiswa S1 PGSD (Jurnal Pendidikan, Volume 7 Nomor 1 Maret). Universitas Terbuka.
TOT Nasional 2010. Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi Panduan untuk Fasilitator.
20