pertamina hulu energi kinerja keuangan kian...
TRANSCRIPT
Energizing Asia
Edisi Januari - Maret 2019PERTAMINA HULU ENERGI
KINERJA KEUANGAN KIAN PRIMA
phe.pertamina.comphe.pertamina.com
COVER STORYTidak Hanya Karena Harga Minyakh. 6
INOVASIBARACUDA, Penangkal Korosi Anti Maling h. 34
LEISUREPaket Lengkap Wisata Sedari h. 54
VP Relations
Menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia.
Melaksanakan pengelolaan operasi dan portofolio usaha sektor minyak dan gas bumi secara profesional dan berdaya laba tinggi yang memberikan nilai tambah bagi stakeholders.
VISI
MISI
VISI & MISI PHE
BANGKITKANENERGI NEGERI
PENGARAH Ifki Sukarya PEMIMPIN REDAKSI Agus Sudaryanto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Widya Gustiani REDAKTUR PELAKSANA Ardianti KOORDINATOR LIPUTAN Putri Sutriany, Novian Kusmana TIM REDAKSI Widya Gustiani, Ardianti, Aditya Julianto LAYOUTER & ILLUSTRATOR Syaiful A. FOTOGRAFER Novian Kusmana, Tatan Agus RST SIRKULASI Maya Dwi Kurniasari, Marsela Wajong KONTRIBUTOR Ekhsan Nulhakim, Hanna Prabandari, Kurniawan Adi Cahyono, Aditya Julianto, Asep Abiyoga, Iman Teguh, Agung Tri Mulyono, Annisa Ratri Utami, Mira Tyas Annisa, Asep Prasetya, Ika Sulviany Rachman
ALAMAT REDAKSI PT Pertamina Hulu Energi, PHE Tower Lantai 11Jl. TB Simatupang Kav.99, Jakarta Selatan 12520Telp. (+62) 21 2954 7056 / 7337Email: [email protected]
Catatan positif ditorehkan oleh PT Pertamina Hulu
Energi (PHE) sepanjang 2018. Maklum, saat itu PHE
membukukan kinerja di atas target, terutama di sek-
tor keuang an. Betapa tidak, perusahaan berhasil
membukukan pendapatan US$2,528 miliar, naik
126,26% dibandingkan 2017 yang tercatat US$1,5
miliar. Sedang kan laba bersih meroket 190,02% dari
US$250,87 juta pada 2017 menjadi US$476,73 juta
pada 2018.
Faktor penopang utama kinerja keuangan PHE pada
2018 adalah peningkatan harga dan hak atas (enti-
tlement) minyak dan gas. Tak hanya itu, upaya men-
jaga tingkat produksi serta sejumlah langkah efisien-
si membuat kinerja 2018 makin prima.
Laporan utama Energia PHE edisi kuartal I 2019
mengupas soal performa positif PHE. Selain ke-
Dari Redaksi
berhasilan memukau dari sisi keuangan, kontribusi
ope rasi dan produksi anak-anak usaha PHE sela-
ma 2018 juga patut diapresiasi. Sepanjang 2018,
realisasi produksi migas mencapai 206 ribu BOEPD
atau 101% dari target RKAP 203,5 ribu BOEPD. Pro-
duksi migas mencakup 69 ribu BOPD minyak dan
794 MMSCFD gas. Pencapaian produksi migas ta-
hun lalu bisa melebihi target terutama disebabkan
produksi minyak dari BOB CPP dan PHE OKA yang
melebihi target, serta produksi gas yang melebihi
target dari PHE Jambi Merang di Sumatera Selatan
dan PHE Tomori di Sulawesi Tengah.
Keberhasilan melewati target 2018, tentunya menjadi
tantangan sekaligus penyemangat bagi pekerja PHE
untuk terus meningkatkan kinerja memasuki 2019.
Apalagi target produksi migas tahun ini meningkat
dibandingkan tahun lalu. Begitu pula proyeksi capai-
an bottom line yang lebih tinggi dibandingkan tahun
lalu.
Selain laporan utama, beberapa artikel menarik
lainnya tampil pada Energia PHE kali ini, di antara-
nya rubrik “Sosok” yang mengupas GM PHE NSO/
NSB yang hobi bersepeda dan fotografi serta keliling
mesjid di sekitar Jadebotabek untuk shalat Subuh.
Pada rubrik “Hobi”, Anda dapat membaca bagaima-
na Sekretaris pribadi Direktur Utama PHE (peker-
ja PHE)melakoni hobi Zumba. Artikel lain yang tak
kalah menarik adalah soal pelaksanaan tanggung-
jawab sosial perusahaan (CSR) PHE yang dilaku-
kan oleh anak perusa haan.
Selamat membaca!
Agus Sudaryanto, Pemimpin Redaksi
COVER STORY
LOCAL HERO
WAWANCARA
SOSOKINOVASI
Tidak Hanya Karena Harga Minyak
BARACUDA, Penangkal Korosi Anti Maling
“Kami Berupaya Selalu Lebih Baik”
“Fokus Menjaga Produksi Tapi Tak Alpa akan Hobi”)
6
58
34
30
38Menjaga Kontribusi ONWJ Tetap Andal
“Mandiri dengan GreenThink”
Asa Baru Meningkatkan Cadangan Migas
DAFTAR ISI
CSR
62
4
MeiDAwATi,Direktur Utama PHE..
AKHMAD MiFTAH, General Manager PHE NSO-NSB.
ARUji KARTAwinATA. jawara Subang,
Sebuah energi Menjaga Kehidupan
PERISTIWA
RAGAM
KOMUNITAS HOBI
Pertamina Siap eksplorasi di Timur indonesia melalui Blok Maratua
Demi pekerja bekerja dengan aman42
46 50PHE dan Migas Hulu Jabar Tandatangani Addendum Pengalihan PI 10% Blok ONWJ
Anjungan YYA Meluncur, Produksi Minyak PHE ONWJ akan Bertambah 4.065 BOPD
Tingkatkan Sinergitas, PHE Gandeng Kodam Bukit Barisan
Tingkatkan Skill dan Kompetensi Pekerja, PHE Gelar Pelatihan ADR
LEISURE
Paket Lengkap wisata Sedari
54
66
5
Badminton Bukan Sekadar Mencari Keringat Zumba Menambah Percaya Diri
COVER STORY
TIDAK HANYA KARENA HARGA MINYAK
Kenaikan harga minyak dunia berimbas positif bagi kinerja keuangan PHE. Namun tidak hanya itu, upaya menjaga tingkat produksi serta sejumlah langkah efisiensi membuat kinerja 2018 makin prima.
Foto
: Dok
. PH
E
7
Wajah Huddie Dewanto, Direktur
Keuangan dan Dukungan Bisnis
PHE, tampak semringah saat
ditemui Energia PHE di ruang
kerjanya, Lantai 25, PHE Tower, siang itu. Betapa
tidak, kinerja keuangan PHE yang berada di
bawah tanggung jawabnya, sepanjang 2018
menunjukkan peningkatan signifikan, baik dari sisi
pendapatan maupun laba.
PHE tercatat membukukan pendapatan
US$2,528 miliar pada tahun lalu atau 126,26%
pendapatan 2017. Kenaikan pendapatan diikuti
dengan kenaikan laba bersih menjadi US$476,73
juta atau 190,02% raihan laba bersih tahun
sebelumnya sebesar US$250,87 juta.
Faktor penopang utama kinerja keuangan PHE
2018 adalah peningkatan harga dan hak atas
(entitlement) minyak dan gas yang berpengaruh
positif terhadap peningkatan pendapatan
perusahaan sebesar US$529 juta.
Kontribusi dari kenaikan entitlement sebesar 49,138
MBOE menjadi 54,52 MBOE, telah menambah
pendapatan sebesar US$215 juta. Sedangkan
kenaikan harga jual rata-rata minyak dari US$51,68
per barel menjadi US$67,11 per barel serta
harga rata-rata gas dari US$6,03 per MMBTU
menjadi US$6,23 per MMBTU telah meningkatkan
pendapatan perusahaan sebesar US$313,21 juta.
“Pada 2018, target yang ditetapkan mengacu pada
penyusunan RKAP yang pada saat itu harga minyak
di bawah tekanan dan mengikuti asumsi harga
APBN sebesar US$48 per barel. Ternyata realisasi
sepanjang 2018, hampir di atas US$60 per barel.
COVER STORY
Foto
: Dok
. PH
E
8
Kinerja keuangan yang positif juga tidak terlepas
dari upaya operasional untuk mencapai target
produksi yang untuk minyak berhasil mencapai
99% dari target, dan gas melampaui target.
“Produksi minyak sedikit di bawah target, tapi bisa
dikompensasi dengan harga minyak,” kata Huddie.
Selain itu, tidak bisa diilupakan faktor efisiensi
biaya yang dilakukan ikut memberikan kontribusi
terhadap peningkatan laba bersih PHE. Untuk
efisiensi, yang dilakukan adalah melakukan
efektivitas biaya. Biaya yang dikeluarkan harus bisa
menghasilkan pendapatan lebih besar.
PHE, kata Huddie, tidak memotong rencana-
rencana kerja yang ada, namun bagaimana
rencana kerja tersebut dilaksanakan dengan
lebih optimal dari sisi pembiayaan. Itulah yang
menyebabkan anggaran biaya bisa disisir dan
terealisasi 92% dari target.
Efisiensi biaya-biaya terealisasi, baik biaya operasi
maupun biaya administrasi. Untuk penurunan pada
biaya umum dan administrasi, manajemen telah
berupaya untuk mengurangi kegiatan-kegiatan
yang tidak berhubungan dengan produksi dan
lebih memaksimalkan aset yang dimiliki PHE
dalam menunjang kegiatan perusahaan. Adapun
penurunan biaya depresiasi dan amortisasi,
dipengaruhi oleh peningkatan jumlah cadangan
minyak dan gas bumi sesuai validasi yang dilakukan
tim reservoar.
Huddie mengatakan anak perusahaan yang
memberikan kontribusi terbesar dari sisi keuangan
2018 adalah PHE Tomori Sulawesi dan PHE
Offshore North West Java (ONWJ).
“Kontribusi keduanya terhadap laba perusahaan
adalah US$174,92 juta dan US$174,55 juta, Saat ini
PHE menguasai 50% PI di Tomori dan 90% di Blok
ONWJ,” kata dia.
Ini salah satu faktor yang mendorong peningkatan
laba cukup besar,” ujar Huddie yang sempat didapuk
menjadi pelaksana tugas Direktur Utama PHE pasca
Gunung Sardjono Hadi pensiun awal Juni 2018.
Huddie mengatakan faktor pertama tentu dampak
dari harga minyak yang adorable untuk PHE.
Bahkan, semua industri migas menikmati harga
minyak yang sangat menguntungkan sepanjang
2018.
9
COVER STORY
Tak hanya itu, ada tambahan produksi dan
pendapatan yang berasal dari peningkatan hak
partisipasi (Participating Interest/PI) sejumlah blok
terminasi. Sejak Mei 2018, PHE resmi mengelola
dan menguasai 100% PI Blok Tuban East Java
dan Ogan Komering, meningkat dari sebelumnya
yang masing-masing menguasai 50% PI. Namun
khusus untuk Blok Tuban, kontribusi produksinya
menurun dibanding sebelumnya karena pengelolaan
Lapangan Sukowati diserahkan ke PT Pertamina EP.
Pada 2018, PHE juga mulai mengelola dan
menguasai 100% PI Blok Southeast Sumatra
(SES). PHE yang sebelumnya menjadi perusahaan
non-operator di Blok SES hanya menguasai 20%
PI. Namun kontribusi PHE OSES baru dimulai pada
kuartal IV 2018 karena proses alih kelolanya baru
resmi direalisasikan pada September 2018.
Ekariza, Direktur Operasi dan Produksi PHE,
mengatakan realisasi produksi migas 2018
mencapai 206 ribu BOEPD atau 101% dari
target RKAP 203,5 ribu BOEPD. Produksi
migas mencapai 69 ribu BOPD minyak dan 794
MMSCFD gas.
Pencapaian produksi migas 2018 bisa melebihi
target terutama disebabkan produksi minyak dari
PHE Coastal Plain Pekanbaru (CPP) dan PHE OK
yang melebihi target. Produksi yang positif juga
berasal dari gas yang melebihi target, yakni PHE
Jambi Merang dan PHE Tomori di Sulawesi Tengah.
“PHE NSO dan PHE Corridor yang membuat
produksi kondensat juga melebihi target,” kata
Ekariza.
Jika dibanding realisasi 2017, produksi migas PHE
tahun 2018 lalu naik. Peningkatan produksi terutama
disebabkan kenaikan produksi minyak di PHE OK,
kenaikan produksi gas di PHE WMO, PHE Jambi
Merang, PHE OK dan PHE Jabung yang membuat
produksi kondensat juga naik. Belum lagi dari
dikuasainya 100% hak partisipasi Blok SES oleh PHE.
Ekariza mengatakan peningkatan produksi migas
PHE bukan hanya dari blok-blok terminasi, tapi
juga dari usaha-usaha dalam rangka produksi,
terutama menjaga kehandalan fasilitas produksi
untuk mendapatkan kondensat. Kondensat inilah
yang kemudian di-treatment sebagai pendapatan
dari minyak.
Untuk produksi minyak, PHE mendapatkan dalam
jumlah besar dari PHE ONWJ dan PHE OSES.
Selain itu, PHE juga mendapat minyak dari PHE
Tomori Sulawesi dan PHE Jambi Merang. Serta
dari PHE NSB dan PHE NSO.
“Jadi, total 2018 itu produksi minyak kami, 69 ribu
BOPD dan gas 774 MMSCFD. Kalau gas 103% dari Foto
: Dok
. PH
E
10
2017 tersebut telah ikut memberikan tambahan
produksi gas sebesar 30 MMSCFD sejak 20
September 2018.
“Untuk konteks fasilitas produksi, kami bisa
selesaikan Proyek SP sesuai jadwal pada
September,” kata Afif Saifudin, Direktur
Pengembangan PHE.
BLoK TeRMinASiSetelah meraih kinerja yang prima pada 2018, kini
PHE mematok target pendapatan sebesar US$2,62
miliar dan laba bersih sebesar US$592 juta untuk
2019. Target tersebut dengan asumsi harga minyak
sebesar US$70 per barel.
“Kami upayakan untuk selalu lebih baik lagi dari
tahun-tahun sebelumnya,” kata Meidawati, Direktur
Utama PHE.
target, minyak 98% dari target,” kata Ekariza.
Kinerja produksi sebenarnya juga dibayangi dengan
tingginya tingkat penurunan produksi alamiah (decline
rate). Rata-rata penurunan alamiah pada 2018 mencapai
18% dan paling tinggi adalah PHE WMO hingga
mencapai 30%. Untuk itu, PHE melakukan pekerjaan
well service, workover, selain tentu saja pengeboran.
“Yang paling penting menjaga kehandalan fasilitas
produksi. Kami menjaga kahandalan fasilitas agar
bisa disampaikan ke konsumen untuk dimonetisasi,”
kata Ekariza.
Selain dari Direktorat Operasi dan Produksi,
kinerja Direktorat Pengembangan juga tidak bisa
dipandang sebelah mata. Pada 2018, PHE berhasil
menyelesaikan Proyek SP Field Development di
Blok ONWJ. Proyek yang dimulai sejak Februari
11
COVER STORY
Meidawati mengatakan produksi minyak ditargetkan
naik menjadi 79 ribu BOPD dan gas 804 MMSCFD.
Kenaikan tidak semata-mata dari kontribusi PHE
OSES dan PHE Jambi Merang, tapi juga dari
lapangan-lapangan lain di PHE Tomori Sulawesi
dan PHE ONWJ yang produksinya meningkat.
PHE sejak 10 Februari 2019 resmi mengelola
penuh Blok Jambi Merang sekaligus menguasai
90% PI. Sisanya, 10% merupakan hak pemerintah
daerah yang melalui Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) yang akan ditunjuk.
PHE sebelumnya memiliki 50% PI. Sisanya,
Talisman Energy (sekarang Repsol) 25% dan
sisanya Pacific Oil & Gas (Jambi Merang) Limited.
Adapun, operatornya adalah Joint Operating Body/
JOB Pertamina–Talisman Jambi Merang.
Dengan PI 50%, PHE mendapat bagian produksi
45 MMSCFD gas dan 2.500 barel per hari
kondensat. Setelah diambil alih, PHE menargetkan
produksi PHE Jambi Merang sebesar 80-100
MMSCFD untuk gas dan 5.000 barel per hari
kondensat
Selain PHE Jambi Merang, PHE akan mengelola
Blok Raja Tempirai yang kontraknya berakhir pada
Juli 2019. Saat ini pengelolaan Raja Tempirai
dioperasikan JOB Pertamina - Golden Spike
Indonesia Ltd (PGSIL) dengan hak partisipasi
masing-masing sebesar 50%.
Selain dari blok terminasi, PHE menyiapkan rencana
kerja operasi dengan tiga sasaran, tinggi, menengah
dan rendah. Untuk sasaran rendah, PHE melakukan
pekerjaan well service untuk menjaga kehandalan
fasilitas dalam rangka menyalurkan minyak dan gas.
Sasaran menengah, melakukan workover.
“Itu semua untuk mendapatkan minyak sebesar
79.400 BOPD dan 804 MMSFCD gas sesuai
RKAP,” kata Ekariza.
Hingga Maret 2019, rata-rata produksi minyak PHE
mencapai 79.900 BOPD atau 101% dari target
12
dan gas 800 MMSCFD. Namun, ada anak-anak
perusahaan yang kinerja produksinya di bawah
target, misalnya PHE OSES sekitar 96% dari target.
“Kinerja PHE OSES bisa dikompensasi dari
PHE Jambi Merang, PHE Tomori Sulawesi, PHE
CPP, PHE NSB dan PHE NSO, serta PHE Ogan
Komering,” tukas Ekariza.
Selain kinerja operasi dan produksi, untuk
mencapai target pendapatan dan laba 2019,
PHE juga menyiapkan sejumlah strategi, salah
satunya dengan mengoptimalkan pengawasan
atas penggunaan anggaran, baik anggaran
operasi maupun investasi sesuai dengan rencana
kerja yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
ekspektasi hasil pencapaian atas rencana-rencana
kerja tersebut dapat terealisasi dan memberikan
kontribusi positif terhadap kinerja keuangan.
Menurut Huddie, manajemen juga akan terus
mengevaluasi efektivitas penerapan Share Service
Organization (SSO) untuk melihat permasalahan
yang ada maupun potensi efisiensi yang masih
dapat dioptimalkan.
“Upaya evaluasi tersebut dilakukan sebagai
peningkatan efektivitas SSO yang sedang berjalan dan
sebagai persiapan PHE dalam menerima beberapa
wilayah kerja yang akan datang,” kata Huddie.
Foto
: Dok
. PH
E
Kinerja produKsi 2013 - 2018
13
COVER STORY
Bertempat di Handil-1 Fabrication
Yard, Kutai Kartanegara, Kalimantan
Timur, Senin (25/3), Anjungan YYA
diberangkatkan “Sail Away” menuju lepas
Pantai Utara Jawa Barat yang menjadi wilayah kerja
PHE Offshore North West Java (ONWJ). Sebelum
itu, sejak Januari hingga Februari 2019, dilakukan
pemasangan pipa penyalur bawah laut sepanjang
13,5 km dari lokasi rencana Anjungan YYA ke
Anjungan KLB.
14
MENJAGA KONTRIBUSI ONWJ TETAP ANDAL
Pipa bawah laut tersebut akan digunakan untuk
menyalurkan minyak dan gas ke Anjungan KLB yang
selanjutnya minyak akan dialirkan ke central plant
untuk pemrosesan dan dialirkan ke FSO Arco Arjuna.
Sedangkan gas akan disalurkan ke Anjungan Mike-
Mike dan kemudian ke Muara Karang, Jakarta Utara
untuk didistribusikan ke konsumen.
Afif Saifuddin, Direktur Pengembangan PHE,
mengatakan Anjungan YYA merupakan bagian
dari pengembangan Lapangan YY untuk
mengejar target produksi. Anjungan YYA yang
direncanakan terdiri atas tiga sumur dan slot
dua sumur tambahan untuk mengantisipasi
kegiatan pengeboran di masa mendatang. Proyek
pengembangan Lapangan YY dengan biaya
investasi US$85,4 juta ditargetkan berproduksi
akhir September 2019.
“Lapangan YY diharapkan memberikan tambahan Foto
: Dok
. PH
E
15
COVER STORY
produksi minyak sebesar 4.065 BOPD dan gas
bumi mencapai 25,5 MMSCFD,” kata Afif.
PHE sebelumnya juga telah menyelesaikan
Proyek SP Field Development pada September
2018. Proyek yang dikembangkan sejak Februari
2017 memberikan tambahan produksi gas bagi
PHE ONWJ sebesar 30 MMSCFD. Selain SP dan
YY, PHE di Blok ONWJ juga mengembangkan
Proyek KLD. Proyek tersebut ditargetkan bisa mulai
berproduksi pada 2020.
PHE ONWJ memiliki wilayah operasi mencakup
area sekitar 8.300 kilometer persegi di Laut Jawa
yang terletak di sebelah utara Cirebon, Jawa Barat
hingga Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Afif mengatakan komposisi reserve development
atau P1 dan P2 hasil pengeboran 2C di Blok ONWJ
masih besar dibandingkan aset-aset PHE lainnya
sehingga konsentrasi pun ditujukan kesana. “Kalau
development tidak melihat besarnya produksi, tapi
mana remaining reserve yang masih besar, itu
yang kami jadikan fokus,” katanya.
Dari sisi produksi, kontribusi PHE ONWJ juga
masih dominan. Pada 2018, produksi minyak
mencapai 26.400 BOPD dan 99 MMSCFD gas.
Kontribusi tersebut jauh di atas anak usaha PHE
lainnya, seperti PHE WMO dan PHE CPP (BOB)
yang masing-masing memproduksi minyak 5.921
BOPD dan 5.800 BOPD. PHE WMO juga mencatat
produksi gas sebesar 93 MMSCFD. Untuk PHE
OSES yang baru bergabung pada September
2018, baru tercatat memberikan kontribusi sebesar
13.858 BOPD dan 29 MMSCFD gas.
Menurut Afif, proyek pengembangan di Blok ONWJ
merupakan salah satu upaya agar tingkat produksi
tetap terjaga di tengah laju penurunan produksi
alamiah (decline). Seiring masuknya produksi
Lapangan YY, decline PHE ONWJ tentu bisa
diantisipasi. Berdasarkan RKAP 2019, produksi
minyak gross ONWJ sebesar 28.093 BOPD dan nett
sebesar 25.284 BOPD. Serta produksi gas untuk
gross 97,8 MMSCFD dan nett sebesar 88 MMSCFD.
Selain proyek pengembangan, upaya lain untuk
mengerem decline adalah langkah-langkah yang
dilakukan di Direktorat Operasi dan Produksi
melalui kegiatan maintenance, replacement pipa,
hingga mengurangi low and off atau unplanned
shutdown.
“Kalau decline rate bisa kami perkecil, artinya hasil
pengeboran bisa kelihatan. Ini yang perlu kami
lihat, tidak hanya satu sisi development, tapi dari
eksisting menjaga biar tidak ada masalah,” ungkap
Afif.
Menurut Ekariza, Direktur Operasi dan Produksi
PHE, decline rate anak-anak perusahaan PHE
16
Foto
: Dok
. PH
E
17
bervariasi antara 6%-30% dan rata-rata
decline rate 2018 sebesar 18%. Upaya yang
dilakukan untuk menahan laju penurunan dengan
optimasi.
“Baik di subsurface dan surface dengan melakukan
optimasi well service, artificial lift, fasilitas produksi,
scale cleaning dan menaikkan jumlah sumur yang
online,” kata dia.
Huddie Dewanto, Direktur Keuangan dan
Dukungan Bisnis PHE, menjelaskan PHE ONWJ
masih menjadi pilar utama bagi kinerja PHE.
Selain PHE ONWJ, kontributor lainnya adalah
PHE Tomori Sulawesi, PHE Jambi Merang dan
PHE WMO. Ke depan, PHE OSES akan mulai
memberikan kontribusi yang signifikan bagi PHE.
“Produksi maupun keuangan otomatis mengikuti.
Produksi masih signifikan tentu menghasilkan
revenue yang besar juga,” kata Huddie.
GRoSS SPLiTSetelah menjadi yang pertama menjalankan skema
kontrak gross split melalui PHE ONWJ, kini PHE
memiliki enam kontrak gross split. Selain PHE
ONWJ, lima lainnya adalah PHE Tuban East Java,
PHE Ogan Komering, PHE NSO, PHE OSES dan
PHE Jambi Merang.
Huddie mengatakan skema gross split membuat
PHE lebih leluasa dalam menjalankan rencana
kerja, seperti dari sisi pengadaan. Kini PHE
mempunyai kebebasan untuk menunjuk langsung,
dan bisa bebas untuk bersinergi dengan
perusahaan services yang ada di Grup Pertamina.
“Kami juga bisa melakukan pengadaan bersama,
misalnya kontrak-kontrak yang memang
dibutuhkan. Jadi kuncinya di gross split adalah
kecepatan,” katanya.
Implementasi dari kecepatan proses yang dilalui,
tentunya on stream dari suatu proyek bisa lebih
cepat. Ini tentu membantu keekonomian juga.
Disisi lain, perusahaan juga harus lebih perhatian
terhadap biaya. Pasalnya, setiap biaya akan
ditanggung sendiri, tidak ada penggantian dari
negara seperti skema kontrak cost recovery.
“Izin juga lebih ke internal. Jadi kami tidak bisa cari
kambing hitam lagi di luar sana. Tantangannya,
kami harus berubah juga untuk menyesuaikan
skema yang baru,” kata Huddie.
Meidawati, Direktur Utama PHE, menambahkan
gross split membuat alur birokrasi yang harus
dilalui menjadi lebih pendek. Dengan begitu akan
tercipta efisiensi dari sisi waktu maupun biaya.
“Jelas lebih efisien, birokrasi lebih pendek. Bagi
kami yang terpenting adalah PHE dapat lebih
meningkatkan sinergi dengan anak perusahaan
hulu dan Pertamina Group,” tandas Meidawati.
COVER STORY
Kawasan Sungai Kenawang Gas Plant,
Sabtu pagi (9/2) itu semarak. Tidak
hanya pekerja Joint Operating Body
(JOB) Pertamina-Talisman Jambi
Merang, direksi PT Pertamina Hulu Energi (PHE),
perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas)
dan manajemen Repsol hadir di acara seremoni
alih kelola Blok Jambi Merang di kawasan yang
berada di Desa Kali Berau, Kecamatan Bayung
Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera
Selatan.
ASA BARU MENINGKATKAN CADANGAN MIGAS
18
Foto
: Dok
. PH
E
19
bawah PHE adalah amanah dari pemerintah
yang harus dilaksanakan. Dengan sumber
daya manusia yang dimiliki Pertamina dan
dukungan pemangku kepentingan, pengelolaan
Jambi Merang diharapkan akan berdampak
positif untuk mendukung ketahanan energi
nasional.
“Saat ini bagian Pertamina 45 MMSCFD untuk
gas dan 2.500 BOPD kondensat. Ke depan, target
kami 80-100 MMSCFD untuk gas dan 5.000 BOPD
kondensat,” kata Meidawati.
PT Pertamina (Persero) melalui PHE efektif
mengambilalih pengelolaan Jambi Merang per
10 Februari 2019 dengan menguasai 100% hak
partisipasi. Sebelum alih kelola, PHE memiliki
hak partisipasi 50%, Talisman Energy (sekarang
Repsol) 25% dan sisanya Pacific Oil & Gas (Jambi
Merang) Limited. Adapun operatornya adalah
Badan Usaha Bersama (Joint Operating Body/JOB)
Pertamina–Talisman Jambi Merang.
Meidawati, Direktur Utama PHE, yang hadir saat
itu mengatakan pengelolaan Blok Jambi Merang di
COVER STORY
Jafee Suardin, Deputi Perencanaan SKK Migas,
yang ikut hadir dalam acara tersebut meyakini
pengelolaan Blok Jambi Merang oleh Pertamina
dapat berlangsung secara berkelanjutan dalam
rangka mendukung pencapaian target produksi
migas nasional.
“Di samping itu, potensi pengembangan Blok
Jambi Merang cukup menjanjikan yang diharapkan
dapat memberikan nilai tambah bagi industri dan
masyarakat sekitar,” kata Jafee.
Dalam kurun waktu empat tahun, pada 2014 produksi
gas PHE Jambi Merang mencapai 100% dari target
dan terus berlanjut hingga 2017. Pada
2018, sebanyak 101% target terlampaui dengan lifting
untuk kondensat sebesar 4.191,87 barel per hari dan
gas sebesar 88,49 MMSCFD. Hal ini menunjukkan
komitmen dalam mendukung peningkatan produksi
nasional dengan melaksanakan teknik peningkatan
produksi dengan hasil yang baik.
“Kami targetkan bisa mempertahankan produksi
gas sebesar 100 MMSCFD. Saat ini produksinya
sudah mencapai 100 MMSCFD,” ujar Ekariza,
Direktur Operasi dan Produksi PHE.
Produksi PHE Jambi Merang berasal dari dua
lapangan operasi, yakni Sungai Kenawang dan
Pulau Gading yang terletak di Bayung Lencir, Musi
Banyuasin. Produksi pertama Blok Jambi Merang
dimulai pada April 2011.
Menurut Ekariza, produksi gas Jambi Merang
semuanya sudah terkontrak. Sebagian besar
diserap PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
dan PT PLN (Persero). Sebagian juga dialokasikan
untuk gas rumah tangga.
“Kami juga mengalokasikan untuk jargas. Namun
porsinya relatif kecil, sekitar 0,5 MMSCFD,” kata
Ekariza.
Proses alih kelola Blok Jambi Merang menjadi
istimewa karena tidak hanya sekedar menyangkut
wilayah kerjanya. Baru kali inilah, komitmen kerja
pasti yang disepakati juga mencakup alokasi biaya
untuk eksplorasi di luar wilayah kerja.
Pertamina melalui komitmen kerja pasti Blok Jambi
Merang sebesar US$239,3 juta juga akan melakukan
perluasan kegiatan eksplorasi di luar wilayah kerja
PHE Jambi Merang untuk mencari cadangan baru.
PHE Jambi Merang menjadi salah satu andalan
Pertamina dalam mengisi produksi migas
nasional. PHE komitmen untuk menjaga, bahkan
meningkatkan produksi dari dua lapangan yang ada
di blok tersebut, yakni Lapangan Sungai Kenawang
dan Pulau Gading.
Adapun cadangan gas di Blok Jambi Merang
tercatat sekitar 388 BCF dan cadangan kondensat
sebanyak 14,41 MMSTB. Cadangan tersebut
berpotensi meningkat seiring kegiatan eksplorasi
yang terus dilakukan.
Jaffe mengatakan Komitmen Kerja Pasti (KKP) PHE
Jambi Merang menjadi salah satu yang terbesar.
20
Hal tersebut sangat positif guna mendorong
pengembangan Blok Jambi Merang, termasuk
kegiatan eksplorasi di luar blok tersebut.
“Total KKP di Indonesia sekarang US$1,3 miliar.
Mudah-mudahan dana tersebut bisa dipakai untuk
mendapatkan giant discovery dan ditemukan
lapangan yang lebih besar dari Blok Jambi Merang,”
katanya.
KKP Blok Jambi Merang nantinya dibagi dua,
sebagian besar US$196,5 juta untuk kegiatan
eksplorasi di luar wilayah Blok Jambi Merang.
Sisanya, US$42,8 juta untuk kegiatan di Blok Jambi
Merang, yakni untuk pemboran sumur eksplorasi,
seismik dan studi G&G selama lima tahun multiyear.
“Yang diluar Blok Jambi Merang itu, Direktorat Hulu
Pertamina yang menentukan. Untuk survei seismik
itu di wilayah kami, PHE,” kata Abdul Mutalib
Masdar, Direktur Eksplorasi PHE saat ditemui
Energia PHE.
PHE menargetkan untuk survei seismik bisa selesai
tahun ini. Setelah 2019 selesai survei, pada 2020
mulai dilakukan pengeboran.
Mutalib mengatakan KKP efektif untuk menemukan
cadangan, apalagi kalau melihat shortage
cadangan nasional saat ini. Tidak ada pilihan,
selain eksplorasi yang masif.
Kegiatan eksplorasi masif itu beragam, mulai dari
studi G&G, kemudian survei, hingga pengeboran.
Jika tidak dilakukan, susah untuk menaikkan
cadangan nasional. Ini menjadi kunci untuk
menaikkan cadangan nasional. Apalagi dengan
kondisi lapangan migas yang didominasi lapangan
mature. Ditambah data-data yang digunakan relatif
lama.
“Untuk meningkatkan confidence level dari
misalnya lapangan yang belum matang, kami perlu
data tambahan, studi. Nah dengan adanya itu justru
bisa meningkatkan confidence level kita. Sekarang
mana yang menjadi fokus area, seperti di PHE, kan
Blok Jambi Merang,” ungkap Mutalib.
Menyangkut definisi open area, Mutalib
mengatakan hingga kini masih dalam tahap diskusi.
Namun yang pasti, hal itu akan menjadi tanggung
jawab Direktorat Hulu Pertamina.
“Jadi hanya portofolio budget saja sih. Sampai
sekarang masih dibahas mengenai mekanisme untuk
yang open area. Untuk yang ada saat ini sudah jelas,
kami sudah buat program dan anggarannya. Tinggal
pelaksanaannya saja,” ujar Mutalib.
Menurut Meidawati, eksplorasi di luar wilayah kerja
tetap akan menguntungkan PHE Jambi Merang
karena jika berhasil akan meningkatkan asset value
di Blok Jambi Merang dan sekitarnya.
“Keberhasilan eksplorasi di luar wilayah kerja
pada akhirnya akan meningkatkan peluang
bisnis bagi PHE Jambi Merang karena akan
menarik bagi investor yang ingin bergabung,”
tandas Meidawati. Foto
: Dok
. PH
E
21
COVER STORY
22
Hingga Maret 2019 produksi
minyak rata-rata 79.900
BOPD atau 101% dan gas
800 MMSCFD. Ada anak-anak
perusahaan yang produksinya
di bawah target. Misalnya, PHE
OSES baru sekitar 96%, tapi
secara keseluruhan produksi
PHE bisa tertutup, yakni dari
PHE Jambi Merang, PHE Tomori
Sulawesi, PHE CPP, PHE NSB
dan PHE NSO serta PHE OK.
Agar target produksi diakhir 2019
bisa tercapai, yang harus dilakukan
adalah menjaga keandalan fasilitas
produksi, seperti PHE OSES. Ada
sekitar 400 sumur menggunakan
Electric Submersible Pump (ESP)
yang sudah tua. Fasilitas itu yang
harus diperbaiki sedikit demi
sedikit. Tentu harus ada skala
prioritas, terutama fasilitas pipa,
jangan sampai terjadi kebocoran
sehingga harus menutup sumur.
Kami juga segera melakukan well
intervention yang baik. Semakin
banyak sumur, semakin banyak
yang bisa diproduksi. Yang harus
dikelola sekarang itu air.
Produksi PHE OSES sekitar 29
ribu-30 ribu BOPD, sebanyak 1,8
juta barel itu air atau rata-rata
di atas 97% kadar airnya. Satu
sumur 5 ribu-10 ribu barel, tapi
airnya sampai 97%. Dan air itu
harus di bawah baku mutu yang
sudah ditetapkan Kementerian
LHK. Ini yang menjadi concern.
Air itu menjadi perhatian agar
jangan sampai menjadi isu
lingkungan. Apalagi kalau di
darat, itu harus diinjeksikan ke
dalam sumur. Sekarang produksi
misalnya seribu barel, 800
barelnya air.
Masalah lain PHE OSES adalah
upaya efisiensi. Gas PHE OSES
30 MMSCFD itu dikirim ke PT
PLN (Persero) untuk dijual, 40
MMSCFD lainnya untuk tenaga
ESP. Sekarang tengah dipikirkan
efisiensi gas.
Karena ESP itu lama semua,
jadi lebih boros. Itu yang harus
dilakukan sekarang, evaluasi
dan studi bagaimana melakukan
efisiensi pemakaian gas terhadap
ESP. Itu skala prioritas.
Selain PHE OSES, yang perlu
diperhatikan juga adalah PHE
Jambi Merang. Saat masih JOB
(Joint Operation Body), kami
memiliki 50% hak partisipasi,
sekarang 100%, tapi ada 10%
untuk BUMD. PHE Jambi Merang
menjadi andalan kami dalam
produksi gas dan minyak. Yang
harus dijaga adalah menjaga
realibility keandalan fasilitas di
sana. Perawatan sumur tidak ada,
sekarang tinggal di sisi fasilitas.
Produksi saat ini sekitar 90
MMSCFD, itu bergantung pada
kebutuhan konsumen. Gas
sekarang untuk PLN, PT Chevron
eKARiZA, Direktur Operasi dan Produksi PHE
Mengelola Air dan Perawatan Fasilitas Agar
Produksi Tetap Terjaga
BIODATATempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 23 September 1964
Pendidikan: Jurusan Teknik
Pertambangan, Universitas
Sriwijaya
Karir: • Manager Business
Support di Prabumulih
(2009-2011)
• Manager Perencanaan
dan Anggaran (2011-
2013)
• Planning, Portfolio and
Budgeting Manager
(2013)
• Pendopo Field Manager
(2013-2015)
• Asset 2 General
Manager Pertamina EP
(2015-2017)
• Direktur Operasi dan
Produksi (Februari 2018
– Sekarang)
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
23
Pacific Indonesia, PT Perusahaan
Gas Negara (Persero) Tbk. Paling
besar PLN dan Chevron.
Tidak hanya PHE Jambi Merang,
PHE Tomori Sulawesi, PHE
ONWJ, dan PHE WMO, kami
juga punya PHE Siak dan PHE
Kampar, walaupun nett-nya
1.300-1.800 BOPD, jadi sekitar
3.000 BOPD. Kami juga punya
gas dari Blok Corridor (non-
operator), 130 MMSCFD jatah
PHE 10%, produksi gas itu besar
di sana.
Kami juga dapat dari Blok
Jabung minyak sekitar 2.300
BOPD dan gas 40 MMSCFD. Di
Blok Jabung kami punya 14,28%
hak partisipasi. Itu yang paling
besar dari non-operator.
Total PHE memiliki 15 blok
produksi operator, disamping itu
juga dapat dari CPP BOB dan
produksi BOB BSP-Pertamina itu
10.500 BOPD, kami dapat 50%.
Lima besar blok produksi sebagai
kontributor PHE untuk minyak,
pertama PHE OSES 29 ribu
BOPD dari target RKAP sebesar
27,9 ribu BOPD. PHE ONWJ 25
ribu BOPD, PHE WMO target 3,4
ribu BOPD, dan PHE CPP target
produksi diatas 4 ribu BOPD.
Serta PHE Jambi Merang dan
PHE Tomori Sulawesi untuk gas.
Tantangan utama untuk mengejar
target produksi adalah ketepatan
waktu dalam pengeboran.
Pengeboran pengembangan lagi
berjalan di PHE ONWJ, PHE
OSES di Juli mulai kami siapkan
rig dulu. Ini harus disiapkan
melalui tender sekarang yang bor
ini di luar eksplorasi, termasuk
juga pengeboran PHE OSES
dengan PHE ONWJ.
Kami juga harus melakukan
monitor di non-operator. Di Blok
Jabung kami dapat minyak
karena mempunyai PI di sana.
Kami berharap dari mereka
4.000 BOPD minyak, itu dari
non-operator, khususnya Blok
Corridor dan Jabung.
COVER STORY
24
Antisipasi Harga Minyak
Asumsi harga minyak
dalam RKAP 2019 cukup
tinggi. Untuk itu kami harus
mengantisipasi pada saat harga
minyak di bawah asumsi RKAP
US$70 per barel. Tentunya kami
harus review terus bagaimana
kompensasi seandainya harga
minyak di harga itu dengan
efisiensi biaya dan review
rencana kerja agar target profit
tetap bisa tercapai.
Harga minyak hingga kini sulit
diproyeksikan, tapi kalau harapan
kami level di atas US$65-
US$70 per barel masih bisa
kami capai. Jika harga minyak
di bawah asumsi US$70 per
barel, secara teori target bisa
tidak tercapai. Tapi kami harus
tetap effort untuk menjaga target
tetap tercapai. Kami antisipasi
penurunan harga minyak,
efisiensi tetap harus dijalankan.
Kami tetap monitor
perkembangan harga dan
menyesuaikan apabila diperlukan
penyesuaian terhadap rencana
kerja. Tentu balik lagi pada
keekonomian saat membuat
rencana kerja. Rencana kerja
itu memiliki asumsi-asumsi.
Apabila asumsi-asumsi tersebut
berubah, kami akan revisi
lagi keekonomian yang ada
di rencana kerja itu. Apakah
ditunda, dikerjakan sebagian, itu
yang harus diputuskan.
Efisiensi biaya tetap menjadi
concern. Apalagi kami sadar
harga minyak masih cukup tinggi,
tidak ada kata lain harus aware,
terutama pada biaya-biaya yang
tidak terkait langsung dengan
produksi. Kami akan coba kontrol
secara ketat.
Sebetulnya skema gross split
ada positifnya. Sekarang kami
punya keleluasaan dalam
menjalankan rencana kerja.
Dari sisi operasional misalnya,
pengadaan, kami mempunyai
kebebasan untuk menunjuk
langsung. Kami juga mempunyai
kebebasan untuk bersinergi
dengan perusahaan services
yang ada di Pertamina Group.
Kami juga bisa melakukan
pengadaan bersama, misalnya
kontrak-kontrak yang memang
dibutuhkan diantara blok-blok
yang menggunakan skema gross
split itu. Jadi kuncinya di-gross
split adalah kecepatan dalam
mengimplementasikan. Dengan
kecepatan tersebut tentunya
onstream dari proyek itu bisa
lebih cepat dan tentu membantu
keekonomian juga.
Di sisi lain, kami juga harus
meningkatkan konsistensi
terhadap biaya karena setiap
biaya akan ditanggung sendiri
tanpa ada penggantian lagi dari
negara.
HUDDie DewAnTo, Direktur Keuangan dan
Dukungan Bisnis
BIODATATempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 11 Desember 1963
Pendidikan: • Jurusan Ekonomi
Akuntansi, Universitas
Gadjah Mada
• Jurusan Ekonomi
Akuntansi, Cast
Western Resert
University
Karir: • Manajer Pendanaan
Pertamina (2007)
• Manager Corporate
Financing Pertamina
(2011)
• Vice President
Financing
(2011-2013)
• Director Finance and
Commercial PIEP
(2016-2017)
• Direktur Keuangan
dan Dukungan
Bisnis PHE (Februari
2018-sekarang)
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
25
Perizinan juga lebih ke internal,
tak bisa cari kambing hitam di
luar sana. Jadi ini lebih otonomis.
Tantangannya kita harus berubah
juga untuk menyesuaikan skema
yang baru itu.
Saat ini keekonomian proyek
ada di tangan kita sendiri. Setiap
dolar yang dikeluarkan harus
ditanggung sendiri. Ini tentu harus
kami sosialisasikan, efektivitas dari
setiap dolar AS yang dikeluarkan
harus tetap atau harus ditingkatkan.
Jadi jika 2018 performance
sangat baik, 2019 kami optimistis
bisa lebih baik lagi. Kami
masih punya potensi untuk
meningkatkan produksi.
Backbone kami fokus
mengembangkan di daerah yang
menjadi fokus utama, yakni di
lima atau tujuh blok yang menjadi
tumpuan untuk meningkatkan
produksi.
Capex 2019 dianggarkan
US$ 448 juta dan Opex
US$1,2 miliar. Jadi tahun ini
kami banyak merencanakan
pengeboran, baik eksplorasi
maupun pengembangan untuk
mempertahankan produksi.
Untuk eksplorasi sekarang fokus
di PHE Nunukan dan PHE NSO.
Untuk pengembangan, PHE
ONWJ masih banyak.
Terobosan-terobosan dari sisi
operasi juga lebih banyak.
Kami lihat di Continous
Improvement Program (CIP)
banyak anak muda yang
mengeluarkan inovasi-inovasi
untuk meningkatkan produksi
hingga efisiensi yang diharapkan
bisa direplikasi di segala tempat
sehingga efeknya bisa terasa
secara korporasi.
COVER STORY
26
Steamflood di Lapangan
Batang Mulai 2020
PHE memiliki banyak
lapangan yang sudah di
waterflood, di Ogan Komering
dan Southeast Sumatra (SES),
hanya kadang tidak optimal.
Sekarang kami konsentrasi di
lapangan waterflood dengan
implementasi yang baik dan
benar, sehingga menjadi
optimal. Kalau itu sudah optimal,
kami akan evaluasi dilanjutkan
atau tidak. Jika diteruskan,
misalnya EOR, akan dilihat
reserve-nya.
Kami telah mengindentifikasi
beberapa lapangan yang
berpotensi untuk pengaplikasian
teknologi EOR, di antaranya di
ONWJ pada Lapangan E-main
dan Zulu. Selain itu, kegiatan
EOR juga akan dilakukan di
SES pada Lapangan Rama.
Potensi lainnya di Siak,
Lapangan Batang dengan
rencana melakukan metode
steamflood pada 2020.
Di Siak sebetulnya dari sisi
reserve, masih ada. Itu lapangan
tua yang tidak terlalu besar,
dari konteks remaining masih
memungkinkan bisa di EOR.
Bukan berarti mulai dari Siak, yang
mana saja bisa jalan, ya jalan.
Kalau studi, Siak sudah mulai,
kemudian Zulu, PHE OSES juga
sudah studi, tapi skalanya Siak
kecil, jadi bisa cepat untuk jalan.
Pada 2019 kegiatan EOR
masih dalam tahap studi
GGRP (Geophysic, Geology,
Reservoir, Production) dan studi
laboratorium. Pembahasan
intensif terkait kemajuan EOR
telah dilakukan antara PHE,
AP PHE dan Direktorat Hulu
Pertamina. Kami harapkan pada
2020 dapat dilakukan on stream
pilot project dan pengawasan
kinerja EOR di Lapangan
Batang.
Full scale EOR diharapkan
dapat diimplementasikan pada
2024 di Lapangan Batang dan
setahun kemudian di Lapangan
E-main. Serta Lapangan Zulu
pada 2026 dan Lapangan Rama
pada 2027.
Penerapan EOR tidak boleh
telat. Pada saat primary itu
seharusnya sudah bicara EOR,
harus berpikir komprehensif.
Maka seperti Chevron, langsung
bisa steamflood, itu bisa
menguras hingga 80%.
Jadi pada saat bicara
lapangan-lapangan marginal,
waktu mengoperasikan dan
mengembangkannya, butuh
investasi dan biaya signifikan,
sehingga laba yang diperoleh
tipis. Untuk itu harus melihatnya
sejak primary, secondary hingga
tertiary recovery, bisa ekonomis
atau tidak.
AFiF SAiFUDin, Direktur Pengembangan
BIODATATempat/Tanggal Lahir: Sidoarjo, 27 Oktober 1964
Pendidikan: Jurusan Teknik Kimia,
Institut Teknologi Surabaya
Karir: • General Manager JOB
Pertamina-PetroChina
Salawati (2009-2013)
• VP Operation &
Production PHE (2013-
2017)
• VP Production Asset
Management (2017-
2018)
• Direktur Pengembangan
(Februari
2018-sekarang)
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
27
Saya melihat sekarang
pemerintah, SKK Migas sudah
mulai ke arah sana melihatnya.
Kalau dulu primary selesai,
kemudian dapat indikator
keekonomian bagus, misalnya
rate of return bisa 50%,
selesai primary saja. Waktu mau
EOR, enggak ekonomis, karena
butuh teknologi dan lain-lain,
hanya dapat 10%-11%, kami
tidak ingin seperti itu.
Berbeda jika kemudian ini di-
bundling dengan yang tadi dapat
50% dengan tertiary recovery, kan
ekonomis harusnya jalan. Kalau
tidak ekonomis, enggak ada
tambahan recovery factor.
Untuk 2019, proyek
pengembangan yang akan
terealisasi adalah YY. Secara
fisik, YY itu platform baru.
Sebetulnya bicara year to
date, proyek YY lebih cepat.
Rencananya itu Mei, Maret kami
sudah bisa sail away. Setelah itu,
tentu pengeboran disesuaikan.
Nanti selesai, proyek YY akan
memberi tambahan produksi
minyak sekitar 4.000-an BOPD
minyak dan 20 MMSCFD gas.
Untuk tantangan di Direktorat
Pengembangan, salah satunya
proses FID (Final Investment
Decision). Itu merupakan
tantangan, karena melibatkan
Direktorat Hulu Pertamina, jadi
tidak hanya untuk PHE saja.
Artinya sense of belonging juga
beda, harus benar-benar bisa
well prepare.
Harga minyak di atas US$50
per barel sudah cukup untuk
menggerakkan pengembangan
proyek, tapi tergantung reserve.
Sifat lapangan marginal atau
tidak, kalau reserve besar
mungkin harga US$50 bisa, tapi
kalau kecil berarti umurnya tidak
panjang.
COVER STORY
28
Kami Tetap
Agresif Eksplorasi
PHE pada 2019 akan
tetap agresif di kegiatan
eksplorasi. Ada beberapa
sumur yang pada tahun lalu
tidak bisa dieksekusi sehingga
harus di carry over pada 2019.
Sekarang 13 sumur, dua kali
lipat, karena beberapa hal,
produksi menurun, kemudian
banyak juga komplimen yang
harus dipenuhi.
Pada 2018, target pengeboran
eksplorasi 10 sumur, lalu
direvisi jadi tujuh karena alihan
(carry over) karena masalah
ketersediaan rig. Di Nunukan,
problemnya masalah harga.
Harga yang sudah ditetapkan
SKK Migas ternyata di pasar di
atas itu, karena perubahan harga
minyak sehingga kemudian
ditender ulang.
Pada kasus PHE NSO, butuh rig
khusus karena kedalamannya
lebih dari 100 meter sehingga
tak bisa menggunakan rig jack
up, seperti yang biasa digunakan
di PHE ONWJ atau PHE WMO.
Jarang yang punya di Asia.
Sebetulnya waktu itu sudah
ada konsorsium antara PDSI
(PT Pertamina Drilling Service
Indonesia) dengan pihak
ketiga, tapi karena provider ada
masalah finansial segala macam,
kemudian tidak jadi. Padahal
sudah di ujung waktu itu. Dan
itu semata faktor eksternal,
masalah rig.
Tahun ini NSO-NSB mudah-
mudahan aman karena kami
sudah bentuk konsorsium antara
PDSI dan salah satu perusahaan
di luar (luar negeri). Jadi isu-isu
soal rig sudah selesai dibahas,
tinggal finishing.
Kami harapkan sekitar satu
setengah sampai dua sumur
bisa diselesaikan dari NSO-NSB,
ABDUL MUTALiB MASDAR,
Direktur Eksplorasi
BIODATATempat/Tanggal Lahir: Pangkal Pinang, 24 Mei 1966
Pendidikan: Jurusan Geofisika, Institut
Teknologi Bandung
Karir: • Area Manager, Asia
Overseas Asset,
International Venture of
PHE (2009-2011)
• Senior Asset Manager,
Asia-Australia Overseas
Asset (2010-2013)
• General Manager
Randugunting (2013-2017)
• Direktur Eksplorasi
(Februari 2018-Sekarang)
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
29
dari rencana tiga sumur. Tidak
semua, karena satu sumur itu
butuh waktu sekitar 100 hari
atau sekitar tiga bulan. Kalau
dua sumur saja sudah enam
bulan. Kalau kami starting Juni,
enam bulan itu, Juni-Desember.
Itu kalau normal, jadi kalau
terealisasi sampai dua sumur, itu
hebat.
Fokus eksplorasi 2019 dibagi per
cluster. Jadi yang untuk big fish,
kemudian yang berhubungan
dengan firm commitment,
penambahan 2C, serta yang
berhubungan dengan produksi
dan segala macam.
Kami akan mengebor di ONWJ
dan NSO, ada big fish disana.
Lalu untuk monetisasi aset,
komersialisasi, fokus di Nunukan
dan Parang. Ada juga rencana di
Simenggaris 2.
Ketiga, untuk production
sustainability, di BOB CPP.
Kami sudah
mengebor, dapat satu,
Benewangi.
Pada 2019, kami juga
fokus di komitmen
kerja pasti, KKP. Ada
potensi di PHE OSES,
big fish, besar. Tapi
kembali lagi masalah
rig, harus dipikirkan
matang-matang. Rig
terbatas, sementara
kami punya banyak
cadangan yang
harus di-eksplor, jadi
fokusnya disitu. ONWJ
fokus di big fish,
Parang dan NSO-
NSB, cukup banyak,
13 sumur.
Kendala di eksplorasi
sebetulnya masih
di eksternal. Rig
akan berpotensi
mengganggu jika tidak
diselesaikan semester I. Karena
itu, kegiatan eksplorasi ditarik
ke depan semua. Kami harap
semester I atau pertengahan
kuartal II semua persiapan
selesai.
Kami akan coba semaksimal
mungkin. Masalahnya, seiring
menggeliatnya kegiatan
pengeboran, harga rig akan
ikut naik, sesuai supply and
demand.
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
WAWANCARA
adanya kenaikan harga yang
memberikan pengaruh positif
terhadap pendapatan Perusahaan
sebesar US$529 juta. Kontribusi
kenaikan entitlement sebesar
49.138 MBOE menjadi 54.528
MBOE, telah menambah
pendapatan sebesar US$215,79
juta. Sedangkan kenaikan
harga rata-rata minyak dari
US$51,68 per barel menjadi
US$67,11 per barel serta harga
rata-rata gas dari US$6,03 per
MMBTU menjadi US$6,23 per
MMBTU telah meningkatkan
pendapatan perusahaan sebesar
US$313,21juta. Selain dari
peningkatan penjualan dan PHE
melakukan efisiensi biaya-biaya
baik biaya operasional maupun
biaya administrasi sehingga
menghasilkan laba setelah pajak
(Income after tax) perusahaan
sebesar US$476,73 juta.
jika dilihat dari sisi produksi
yang tidak naik signifikan,
795 MSCFD, atau 103% dari
target yang ditetapkan sebesar
771 MMSCFD. Kinerja produksi
migas 2018 lebih baik dari 2017
yang tercatat 723,5 MMSCFD
gas dan 69,3 ribu BOPD minyak.
Apa rahasia PHE bisa mencapai
level produksi migas yang
meningkat dan keuangan yang
meroket dibandingkan tahun
lalu serta bagaimana proyeksi
2019? Berikut petikan wawancara
Energia PHE dengan Meidiawati,
Direktur Utama PHe.
Kinerja keuangan PHe tercatat
naik signifikan pada 2018, baik
dari pendapatan dan juga laba
bersih. Faktor apa saja yang
menopang peningkatan kinerja
keuangan PHe sehingga
positif pada tahun lalu?
Faktor penopang utama kinerja
keuangan 2018 dibandingkan
2017 adalah peningkatan
entitlement minyak dan gas serta
KAMI BERUPAYA SELALU LEBIH BAIK
30
PPHE, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas, mencatatkan kinerja positif
sepanjang 2018. Hal itu ditunjukkan oleh pencapaian kenaikan signifikan pada pendapatan dan
laba bersih perusahaan. Sepanjang tahun lalu, PHE membukukan pendapatan US$2,52 miliar,
naik dari 2017 sebesar US$1,99 miliar maupun 2016 yang tercatat sebesar US$1,5 miliar.
Laba setelah pajak (Income
after tax) juga meroket menjadi
US$476,73 Juta tahun 2018,
US$250,88 Juta Tahun 2017 dan
US$191 juta pada 2016.
Meidawati, Direktur Utama
PHE, mengatakan melonjaknya
pendapatan dan laba bersih
PHE sepanjang 2018 selain
karena efisiensi, juga didorong
peningkatan kinerja operasi
seiring masuknya beberapa blok
terminasi yang dikelola PHE mulai
2018. “Salah satu blok terminasi
yang menyumbang kontribusi
besar bagi peningkatan produksi
PHE adalah Blok SES yang
dikelola, PHE OSES,” katanya.
Sepanjang 2018, produksi migas
PHE meningkat 101% dari target
204 ribu BOEPD tercapai 206
ribu BOEPD. Ini terdiri atas
produksi minyak sebesar 69 ribu
BOPD atau 99% dari target 70
ribu BOPD dan produksi gas
31
BIODATA
Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 29 Mei 1964
Pendidikan: S1 Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya
Karir: • Asisten Manager
Perencanaan Pertamina EP
(2005-2009)
• Manager Perencanaan
Anggaran Manajemen
Risiko (2009-2011)
• Vice President Strategic
Planning Risk Management
(2011-2014)
• Vice President Planning
Project Risk Management
(2014-2015)
• Senior Vice President
Upstream Strategic
Planning&Operation
Evaluation Direktorat Hulu
Pertamina (2015-2018)
• Direktur Utama
Pertamina Hulu Energi
(2018-sekarang)
MeiDAwATi, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi
apakah artinya kinerja
keuangan lebih banyak
ditopang faktor harga dan
kebijakan efisiensi?
Dari segi produksi memang tidak
naik signifikan, untuk produksi
minyak betul tidak signifikan
tetapi gas sedikit kenaikan
serta ada beberapa faktor yang
memengaruhi seperti efisiensi
dari beberapa anak perusahaan.
Berdasarkan hasil evaluasi,
apa yang menjadi fokus
perhatian manajemen di 2018?
HSSE, peningkatan produksi
serta cost efficiency di semua lini
serta sinergi anak perusahaan
PHE.
Bagaimana dengan dampak
masuknya blok-blok terminasi
sepanjang 2018?
Blok terminasi sedikit membantu
karena belum full setahun serta
banyak melakukan perbaikan.
Masuknya blok terminasi
menambah kenaikan produksi
PHE, fasilitas sudah tua, dan
perlu banyak perbaikan untuk
menjaga produksi sampai 2018.
Apakah pada 2019 kinerja
produksi akan naik signifikan
seiring dengan penguasaan
penuh Blok SeS dan jambi
Merang?
Naik signifikan seperti target
produksi PHE tahun ini untuk
minyak 79 ribu BOPD dan
gas 804 MMSCFD. Kenaikan
produksi tidak semata-mata dari
OSES dan Jambi Merang, kami
juga memiliki lapangan-lapangan
lain seperti Tomori dan ONWJ
yang memberikan produksi
cukup meningkat. Kami juga
fokus melakukan pengembangan
lapangan lain seperti ONWJ,
Senoro, dan Nunukan.
PHe juga menjadi yang
pertama memiliki komitmen
kerja pasti (KKP), yakni jambi
Merang, yang sebagian di
antaranya digunakan untuk
kegiatan eksplorasi di
luar wK. Seperti apa nanti
implementasinya?
PHE sebagai pionir atau operator
KKP yang pertama, maka segera
mempersiapkan beberapa
langkah. Pertama, komitmen
KKP dengan biaya US$239,3
juta, dibagi menjadi US$42,8 juta
(PHE Jambi Merang) dan sisanya
US$ 196,5 juta untuk Direktorat
Hulu Pertamina, selama lima
tahun multiyears. Kedua,
komitmen RKAP PHE Jambi
Merang sebesar $42.8 juta untuk
pemboran sumur eksplorasi,
seismik, dan study G&G,
selama lima tahun multiyears.
Saat ini PHE Jambi Merang
dan Direktorat Hulu Pertamina
sudah menyampaikan surat
permohonan kepada Menteri
ESDM, agar usulan pemisahan
komitmen KKP antara PHE Jambi
Merang dan Direktorat Hulu
Pertamina dapat segera disetujui Foto
: Dok
. PH
E
WAWANCARA
32
dengan target akhir Maret 2019.
Sebagai catatan, karena baru
yang pertama PHE sebaiknya
selalu dikawal oleh legal untuk
menghindari adanya dispute
dikemudian hari. STTK, STO, JOA
segera diselesaikan sebagai back
up legalitas OPS.
Bagaimana pengaruhnya
alokasi KKP untuk eksplorasi
di luar wK itu ke PHe?
Secara legalitas, PHE Jambi
Merang hanya dapat melakukan
pekerjaan di dalam PHE Jambi
Merang sedangkan di luar WK
sebaiknya porsi PTM Hulu.
Eksplorasi di luar WK (karena
adanya penambahan data),
akan meningkatkan status level
konfiden sebelum eksekusi
pemboran, atau meningkatkan
status lead menjadi prospek,
prospek menjadi PSB. Sementara
itu, eksplorasi di luar blok tetap
akan menguntungkan bagi PHE
Jambi Merang. Jika berhasil
akan meningkatkan asset value
di Blok PHE Jambi Merang
maupun di sekitar PHE Jambi
Merang. Keberhasilan Eksplorasi
di luar blok, pada akhirnya akan
meningkatkan peluang bisnis bagi
PHE Jambi Merang karena akan
menarik bagi para investor yang
ingin bergabung dengan PHE
Jambi Merang.
Apakah dengan proyeksi
kinerja produksi tahun ini naik,
kinerja keuangan juga bisa
naik sebesar tahun lalu?
Kami upayakan untuk selalu
lebih baik lagi dari tahun-tahun
sebelumnya.
Berapa target bottom line
untuk 2019?
Untuk bottom line 2019, kami
proyeksikan US$ 592 juta,
proyeksi tersebut lebih dari 100%
target laba pada 2018 yakni
sebesar US$211,2 juta.
Apa upaya manajemen untuk
mencapai target tersebut?
Fokus pada 10 Prioritas Strategis
PHE. Kami perlu menggenjot
kegiatan produksi dan eksplorasi.
Kami mengalokasikan dana
investasi (capital expenditure/
capex) sebesar US$448 juta.
Dana tersebut akan digunakan
untuk berbagai kegiatan, seperti
peningkatan HSSE, pemboran,
hingga perbaikan fasilitas.
Untuk anggaran biaya operasi
(operational expenditure/opex)
sebesar US$1.243 juta
Seiring masuknya blok-blok
terminasi, PHe kini memiliki
enam blok yang menggunakan
skema kontrak gross split. Apa
dampak skema kontrak gross
split terhadap operasi dan
kinerja PHe ke depan?
Jelas lebih efisien, birokrasi lebih
pendek yang terpenting kami
atau dalam hal ini PHE dapat
lebih meningkatkan sinergi anak
perusahaan hulu dan Pertamina
Group.
Bagaimana dampak penerapan
skema kontrak gross split
terhadap blok terminasi yang
dikelola PHe?
Penerapan skema kontrak
gross split akan berpengaruh
pada operasi dan kinerja PHE
ke depan. Kegiatan operasi
dan produksi jelas akan lebih
efisien, birokrasi lebih pendek.
Dan yang terpenting, kami atau
dalam hal ini PHE, dapat lebih
meningkatkan sinergi APH dan
Pertamina Group. PHE juga
menjadi yang pertama memiliki
komitmen kerja pasti (KKP),
yakni Jambi Merang, yang
sebagian di antaranya digunakan
untuk kegiatan eksplorasi di luar
wilayah kerja.
33
INOVASI
ONWJ karena berfungsi sebagai
junction yang mengalirkan
produksi gas dari seluruh
anjungan di Lapangan KLA
sebesar 34.12 MMSCFD gas dan
3.621 BOPD pada 2016.
Selain itu aliran gas dari
Lapangan KLA merupakan
salah satu sumber energi untuk
Pembangkit listrik Jawa-Bali di
Muara Karang yang menjadi
salah satu sumber listrik
utama DKI Jakarta. Hal inilah
yang membuat permasalahan
korosi di Anjungan KLXB
ONWJ. Wilayah operasi PHE
ONWJ membentang dari
Kepulauan Seribu hingga
sebelah utara Cirebon, Jawa
Barat.
Berdasarkan hasil pemeriksaan
diketahui salah satu Anjungan,
KLXB, telah mengalami
penurunan nilai proteksi katodik
hingga di bawah standar. Ini
artinya struktur anjungan tidak
terproteksi dari korosi.
Anjungan KLXB merupakan
salah satu aset penting bagi PHE
Kasus pencurian seakan
tak mengenal waktu
dan tempat. Tak hanya
di darat, di laut pun pencuri
tetap beraksi. Akses menuju
lokasi yang tidak mudah dicapai,
karena berada di kedalaman laut
hingga 40 meter pun seakan tak
menjadi kendala bagi pencuri
menjalankan aksinya.
Inilah masalah yang ditemukan
saat dilakukan inspeksi berkala
pada struktur anjungan lepas
pantai tetap (fix offshore
platform) yang dikelola PHE
34 BARACUDA, Penangkal koRosi ANTI MALING
Foto
: Dok
. PH
E
tinggi menimbulkan keinginan
orang untuk mencuri.
Inilah yang kemudian dicoba
untuk mengganti kabel
tembaga dengan batang
baja sederhana, sehingga
lahir nama BARACUDA, dari
BAtang, penghantaR, CUrrent,
seDerhanA.
Setelah menggunakan
batang baja, masalah tidak
otomatis selesai. Berdasarkan
perhitungan, dengan mengganti
sistem yang lama menjadi batang
baja masih akan tetap kurang
arusnya, karena resistensi
kabel baja lebih tinggi dibanding
kabel tembaga. Akhirnya, tim
mendesain ulang anode pod-nya
dan didapatkan bahwa anode
pod delapan kaki adalah yang
paling optimum.
“Iya penghantar yang tadinya
menggunakan kabel tembaga
kami ganti dengan batang baja
sederhana yang banyak dijual di
pasaran. Ternyata batang baja
pun enggak bisa dan enggak
cukup. Untuk itu, model anode
pod yang lama kami ganti, jadi
harus desain ulang,” ungkap
Daniel, Subsea Project Engineer
PHE ONWJ.
Batang baja dengan anode pod
delapan kaki ini kemudian mulai
dipasang pada April-Mei 2017.
Setelah dilakukan monitoring
satu tahun kemudian, tepatnya
pada Maret 2018 terbukti tidak
dibentuk untuk mencari tahu
penyebab tidak terproteksinya
struktur anjungan dari korosi.
Setelah dicari tahu,
permasalahannya ternyata
pada sistem anoda korban yang
digunakan untuk melindungi
struktur bawah laut. Pada
inspeksi rutin yang dilakukan,
ditemukan bahwa anoda korban
yang terpasang pada struktur
anjungan saat instalasi sudah
habis terpakai, sehingga pada
2014 dilakukan pemasangan
anoda korban berupa anode
pod empat kaki berbahan
material aluminium oksida
yang dihubungkan ke struktur
anjungan menggunakan kabel
penghantar berbahan tembaga.
Sistem tersebut ternyata kurang
efektif, kabel tembaga yang
digunakan ternyata rawan dicuri.
Karena dicuri, struktur anjungan
tidak terlindungi dari korosi.
Menurut Reza, jika dibiarkan
tanpa proteksi, anjungan akan
semakin masif tergradasi hingga
struktur anjungan bisa bolong-
bolong. Apabila terus dibiarkan
dapat menyebabkan anjungan
roboh.
Untuk itu, harus dilakukan
upaya mencari inovasi yang bisa
melindungi struktur anjungan dari
korosi. Masalahnya alat untuk
memproteksi rawan dicuri. Kabel
tembaga yang bernilai ekonomis
menjadi penting untuk segera
diselesaikan.
Hal ini diungkapkan Daniel
Leonardus Arifin yang bersama
Army Laksana, Reza Respati
Arga, Dupanus Salazar dan Agri
Iomy Henda tergabung dalam
Gugus FT-Prove BARACUDA
kepada Energia PHE di Lantai 11
PHE Tower, Kamis (14/3).
Cikal bakal BARACUDA berawal
pada Januari 2016. Tim yang
berasal dari Divisi Engineering
and Integrity PHE ONWJ itu
35
ada kasus pencurian. Anjungan
yang dipasang BARACUDA
masih bagus dan terlindungi dari
korosi.
TAHAn LAMAMenurut Army Laksana, karena
berada dibawah air, pemasangan
batang baja tidak mudah. Jika
sebelumnya dengan bentuk
kabel, pemasangan tinggal
menarik saja, maka dengan
batang baja yang kaku dan
berat, butuh kerja ekstra. Untuk
itu kemudian dibuat model
modular dengan panjang 2
meter dengan terlebih dulu
menentukan anjungan dan lokasi
pemasangan anode pod.
“Kami pun juga ada deck training
supaya diver lebih familiar dan
hasilnya bisa sesuai dengan
model yang lama. Jadi tidak
ada pengaruh ke pemasangan
menjadi lebih lama, malah
bisa lebih cepat 10%-20% saat
instalasi,” ungkap Army.
Pada pekerjaan-pekerjaan
di offshore, umumnya biaya
instalasi lebih besar daripada
biaya material. Apalagi karena
menggunakan kapal diving,
biaya yang dibutuhkan menjadi
lebih mahal dibanding harga
material anode pod beserta
asesorisnya.
Disisi lain, hasil desain ulang
anode pod dari yang awalnya
empat kaki menjadi delapan kaki
anjungan lepas pantai dengan
penggunaan kapal serta tim
diving. Selain itu, instalasi desain
anode pod delapan kaki ini dapat
membuat umur proteksi korosi
anjungan lepas pantai menjadi
lebih lama, dari lima tahun
menjadi 10 tahun. Belum lagi jika
merujuk pada kasus pencurian
yang membuat umur proteksi
sistem anode pod yang lama
menjadi lebih singkat dari lima
tahun menjadi 1-2 tahun saja.
“Sistem yang lama itu lima tahun.
Namun jika diasumsikan 1-2
tahun harus ganti karena kasus
pencurian, maka artinya ada
pembengkakan hingga lima kali
dari biaya pemasangan,” ungkap
Agri.
Menurut Army, umur proteksi
yang tadinya lima tahun, dengan
batang baja dan anode pod
INOVASI
36
Foto
: Dok
. PH
E
tentu saja menambah volume
aluminium yang digunakan dan
berimbas pada penambahan
biaya material. Namun menurut
Agri, penambahan biaya bahan
baku ini tidak lebih besar
dibanding biaya pemasangan
ulang akibat pencurian yang bisa
dihindari. Biaya instalasi jauh
lebih mahal dari biaya material.
“Kalau dibandingkan sama
sebelumnya, dengan analisa
Cost benefit, penambahan biaya
material yang sedikit itu dapat
menghasilkan penghematan
biaya instalasi yang cukup besar
dengan pemasangan ulang
akibat pencurian yang bisa
dihindari,” kata Agri.
Menurut Agri, perhitungan
dari biaya instalasi tidak jauh
berbeda, yakni sekitar Rp1,2
miliar untuk instalasi di satu
8 kaki menjadi lebih panjang
hingga 10 tahun. Dengan begitu,
menggunakan biaya instalasi
yang kurang lebih sama namun
bisa mendapatkan umur proteksi
yang lebih lama.
“Jadi kalau tadinya tidak hilang,
5 tahun ganti. Sekarang dengan
alat BARACUDA bisa 10 tahun
baru ganti,” tukasnya.
TiDAK HAnyA onwjBARACUDA kini tidak hanya
digunakan di anjungan PHE
ONWJ karena telah direplikasi
di tempat lain. Di Pertamina EP
Jatibarang dan Subang pun telah
terpasang di 10 anjungan lepas
pantai.
Di PHE ONWJ ada 39 anjungan
yang sudah dipasang alat
BARACUDA, ditambah 10
anjungan PHE PEP. Bahkan
37
tahun 2019 ini rencananya alat
BARACUDA akan dipasang lagi
di 6-7 anjungan lepas pantai di
PHE ONWJ.
“Jadi kami sudah membuat
standarisasi untuk dapat
diterapkan di tempat lainnya.
Kami sudah buat TKI-nya untuk
pemasangan. Salah satunya,
kedalaman lautnya lebih dalam
dari 10 meter dan menggunakan
kapal diving dengan spesifikasi
crane yang mampu mengangkat
anode pod seberat 3 ton,” kata
Dupanus.
Untuk pemasangan di PEP,
tim BARACUDA melakukan
sharing material dan membuat
semacam kontrak bersama.
Kontrak tersebut meliputi
penggunaan kapal diving dan tim
diving dimana gugus Baracuda
mendukung penuh, termasuk
saat instalasi dari atas kapal
diving.
Menurut Daniel, dengan telah
membuat standar input dan
validasi, maka BARACUDA
bisa direplikasi di tempat lain.
Asal memenuhi syarat, seperti
kedalaman laut lebih dari 10
meter. Alat BARACUDA pun
telah dibuat secara modular,
sehingga jumlah anode pod
disesuaikan dengan luas
permukaan anjungan lepas
pantai yang perlu diproteksi
terhadap korosi.
Untuk di PHE sendiri,
BARACUDA dapat direplikasi
di PHE Offshore Southeast
Sumatra (OSES), West Madura
Offshore (WMO), bahkan di anak
usaha Pertamina lainnya, yakni
di Pertamina Hulu Mahakam
yang berada di offshore dan
dekat pesisir pantai.
“Jadi kasus-kasus pencurian
biasanya terjadi pada anjungan
yang tidak terlalu jauh dari pesisir
pantai. Kalau yang terlalu dalam
mungkin tidak efektif. Mungkin
kalau sudah 100 meter, orang
mau curi juga susah,” ungkap
Daniel.
BARACUDA yang telah
diaplikasikan di 39 anjungan
PHE ONWJ dengan real value
creation sebesar Rp37,8 miliar
dan potensi value creation
sebesar Rp168,5 miliar.
Inovasi alat BARACUDA pun
telah menghantarkan tim FT-
Prove Baracuda yang difasilitatori
oleh Azis Pekih Soegiri ini
menyabet berbagai penghargaan
Continous Innovation Programe
(CIP), mulai dari penghargaan
Gold pada tingkat PHE ONWJ
dan PHE, penghargaan Platinum
dan Best Innovation 2 pada
ajang Upstream Improvement
and Innovation Awards (UIIA)
Direktorat Hulu Pertamina hingga
penghargaan Platinum pada
forum Annual Pertamina Quality
Awards (APQA) Pertamina
(Persero).
SOSOK
38
Biodata
Akhmad Miftah
General Manager PHE NSO/NSB
Lahir:
Tegal, Jawa Tengah, 6 Juni 1966
Pendidikan:
Teknik Geologi, Institut Teknologi
Bandung
Pengalaman Kerja:
• 1991-Rio Tinto Indonesia/junior
geologist
• 1993-Pertamina DOH Sumatera
Utara/Ahli Teknik Lapangan
• 1999-Pertamina EP Prabumulih/
Ahli Teknik Geologi
• 2003-BOB BSP-Pertamina Hulu
(Senior Geologist)
• 2007-Mobil Cepu Limited (As
Secondee/Development)
• 2010-Pertamina EP Cepu
(Manager Engineering,
Manager Subsurface, Manager
Geoscience)
• 2015-Pertamina (Persero)
(Manager Upstream Operation/
Evaluation)
• USPOE-Direktorat Hulu
• 2018-PHE NSB/NSO (General
Manager)
Hobi:
Fotografi, Bersepeda
FOKUS MENJAGA PRODUKSI TAPI TAK ALPA AKAN HOBI
Ruangan berukuran 20
meter persegi di lantai
delapan Gedung
D Menara Arkadia Jalan TB
Simatupang, Jakarta Selatan,
Rabu (20 Maret 2019) tampak
asri. Karpet abu-abu menutup
seluruh ruangan berpendingin
tersebut. Satu set kursi tamu dari
kulit imitasi berkelir krem ada di
dalam ruangan dengan warna
senada. Tampak pula komputer
jinjing hitam berikut proyektor
LCD di atas meja kerja yang
punya ruangan.
Mengenakan kemeja jins biru
lengan panjang—belakangan
diganti kemeja merah lengan
pendek—General Manager PHE
Blok North Sumatera B (NSB)
dan Blok North Sumatra
Offshore (NSO) Akhmad
Miftah menerima Energia
PHE pada pagi hari nan cerah
itu. Wajahnya tampak segar.
Pembawaannya yang kalem plus
murah senyum pasti membetot
impresi orang bahwa pria
kelahiran Tegal, Jawa Tengah,
53 tahun silam itu adalah sosok
yang ramah. Dan kesan itu
memang benar adanya!
Selama 92 menit, Miftah bercerita
panjang lebar soal posisinya
39
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
target 55 MMSCfFD dan produksi
kondensat mencapai 171% dari
target 61 BOPD menjadi menjadi
104 BOPD.
“Berhubung fasilitasnya sudah
tua dan kandungan H2S sangat
tinggi, untuk tahun ini produksi
gas NSB kami proyeksikan 32,34
MMSCFD dan kondensat 828,3
BOPD. Sedangkan NSO gas
sebesar 72,54 MMSCFD dan
kondensat 69 BOPD dan gas,”
katanya.
Demi menjaga level produksi,
manajemen PHE NSO dan NSB
memproyeksikan belanja operasi
NSB sebesar US$ 28,07 juta.
Ini dialokasikan untuk eksplorasi
US$ 1,6 juta, biaya produksi
langsung US$ 21,34 juta, dan
biaya lain-lain US$ 5,12 juta.
“Untuk PHE NSO kami alokasikan
belanja modal US$ 37,27 juta
untuk pemboran sumur eksplorasi
dengan mem-book 1,5 sumur dari
tiga sumur yang direncanakan.
Sementara untuk belanja operasi,
diproyeksikan US$ 48,73 juta,
terdiri atas biaya eksplorasi US$
4,8 juta, biaya produksi langsung
US$ 36,4 juta, dan biaya lain-lain
US$ 7,52 juta,” ujar Miftah.
Dia berharap, dengan berbagai
upaya, termasuk melakukan
eksplorasi tiga sumur pemboran
yang akan diikuti 10 sumur
pengembangan pada 2022,
produksi NSO dan NSB dapat
terjaga. Rencana Repsol
sebagai orang nomor satu di PHE
NSO/NSB. Jabatan itu diemban
anak kedelapan dari sembilan
bersaudara pada awal Mei 2018.
Miftah dilantik jadi GM PHE NSO/
NSB oleh R Gunung Sardjono
Hadi, Dirut PHE saat itu.
Miftah menjelaskan Blok
NSO dan NSB diakuisisi oleh
Pertamina lewat kebijakan
anorganik pada 2015 dari
pengelola awal ExxonMobil Oil
Indonesia Incorporation (EMOI).
Blok NSB terletak di Kabupaten
Aceh Utara, Nanggroe Aceh
Darussalam sedangkan Blok
NSO berlokasi di kawasan lepas
pantai Bireun, Lhoukseumawe
(Aceh Utara), dan Aceh Timur,
berbatasan dengan Malaysia.
Dalam pengelolaan NSO/
NSB, PHE memiliki dua “bos”
(bouwheer). Untuk NSO,
karena kontraknya habis
Oktober 2018 dan kemudian
diperpanjang 20 tahun ke depan,
menggunakan skema gross
split. Kegiatan operasi produksi
bertanggungjawab kepada SKK
Migas. Sedangkan untuk NSB,
karena ada PP No 23 Tahun 2015
terkait pengelolaan migas hingga
12,5 mil, tanggungjawabnya
kepada PPMA.
Miftah mengakui pengelolaan
Blok NSO dan NSB perlu effort
khusus. Maklum, usia lapangan
mulai uzur sehingga produksi
juga terus tergerus. Bayangkan,
NSB mulai berproduksi pada
1977 dengan puncak produksi
3.400 MMSCFD. Sedangkan Blok
NSO berproduksi sejak 1996
dengan puncak produksi 400
MMSCFD. Pada 2018, realisasi
produksi gas NSB mencapai
66 MMSCFD dari target 53
MMSCFD. Sedangkan produksi
kondensat 1.762 BOPD, di bawah
target 1.798 BOPD. Sementara
itu, produksi gas NSO mencapai
90 MMSCFD atau 163% dari
untuk eksplorasi di Kepulauan
Andaman menambah semangat
Miftah dan insan pekerja PHE
NSO dan NSB. “Ibarat gajah,
Aceh sempat punya Arun yang
produksinya besar. Mungkin ada
gajah-gajah lain, atau anak gajah
yang masih luput. Pekerjaan
mencari minyak sekarang kan
ada di otak kita,” katanya.
BeRSePeDA DAn FoToGRAFi
Kendati kesehariannya super
sibuk, toh Miftah masih bisa
melakoni hobi yang telah dijalani
beberapa tahun lalu, yaitu
bersepeda dan fotografi. Hobi
tersebut dijalani secara paralel.
Aktivitas bersepeda sangat
intens saat Miftah bekerja di
Direktorat Hulu Pertamina. Dia
lazim bersepeda dari rumahnya di
bilangan Pondok Ranji, Tangerang
Selatan menuju kantor di bilangan
Gambir, Jakarta Pusat. Sepeda
yang digunakan merk Brompton.
Miftah pun masuk ke dalam
komunitas sepeda Perta Bike.
Periode berikutnya Miftah membeli
sepeda MTB. Ada dua sepeda
MTB yang dimiliki, yaitu Intens dan
Scott. Miftah rutin bersepeda pada
akhir pekan dengan sepeda jenis
itu. Jalur yang dilewati biasanya
adalah jalur pipa gas Serpong-
Bintaro. “Setelah MTB, saya punya
sepeda yang ringan, sepeda lipat,”
ujarnya.
Saat ini Miftah memiliki empat
setengah sepeda. Sebanyak 1,5
unit sepeda dirakit sendiri dan
setengah lagi belum. “Yang satu
beli frame-nya dari Amerika,”
ujarnya.
Di antara koleksi sepeda yang
dimiliki, Miftah paling pas
mengunakan Brompton. Dia
bercerita, pada suatu saat ada
event boysell 100 km di Solo, Jawa
Tengah. Peserta mencapai 750
orang, dari berbagai kota di Tanah
Air, bahkan dari sejumlah negara.
“Kegiatan mulai jam 6 pagi
sampai 6 sore. Itu dibagi lima
etape, masing-masing 20 km.
Pada Etape 80 km ke atas
banyak yang bertumbangan. Itu
saya sempat 80 sudah mulai
kram dan dehidrasi. Disuruh
minum banyak, jalan lagi,”
katanya.
Untuk sepeda MTB, Miftah
biasanya menggunakannya
bersama kawannya sesama
komunitas pesepeda lulusan
Geologi ITB. Dalam kegiatan
komunitas sepeda itu, Miftah
mengikuti tiga hingga empat
event terakhir. Foto
: Dok
. PH
E
SOSOK
40
“Yang paling suka saat sepeda
itu pas ketemu orang. Saya saat
di Bintaro ketemu orang atau di
Sudirman. Kring, bel dibunyikan.
Langsung ngobrol. Padahal
nggak kenal,” ujar pria yang
mengaku bisa menurunkan bobot
tubuh lima kg dari 72kg menjadi
67 lantaran hobi sepeda.
BAGAiMAnA DenGAn
FoToGRAFi?
Miftah mengaku hobi ini mulai
digeluti secara intens pada 2015
kendati mulai menggunakan
kamera awal 2000-an. Awalnya,
Miftah memakai kamera merek
Nikon D10. Beakangan, dia
mengoleksi Sony A6500 dan
Sony A7 RM3. “Sony pas untuk
baliho, lebih bright. Cuma berat di
lensa, mahal,” katanya tergelak.
Miftah mengaku lebih tertarik
pada foto potret. Dia menyukai
pemotret Don Hasman, fotografer
etnik.
“Saya suka motret orang yang
sudah berumur. Yang kerutnya
cukup banyak. Lebih ke human
karena di situ melibatkan
komunikasi, tak tiba-tiba ambil
gambar dia,” ujarnya.
Ada pengalaman berkesan Miftah
terkait hobi ini. Pada Februari
2019 dia sengaja cuti dari kantor
demi liburan ke Nepal. Miftah
membawa banyak lensa dan
menyambangi sejumlah kota di
Nepal. “Di sana saya bertemu
banyak orang Nepal. Ngobrol dan
mengambil gambar yang unik.
Saya lagi mencari bentuk, lebih
ke arah mana gaya memotret
saya ini. Kecenderungannya
memang potret orang,” ujarnya.
Saat ini, Miftah memiliki dua
kamera Sonny, tapi koleksi
lensanya bejibun. Ada belasan
lensa yang dimiliki. Mulai yang
termurah kelas Rp25 jutaan,
hingga termahal lensa ukuran
70-200mm seharga Rp41juta.
Semua lensa tersebut produksi
Sony. “Total aset kamera dan
lensa saya bisa seharga satu
mobil lah,” ujarnya tertawa.
KeLiLinG MeSjiD SAAT SUBUH
Di luar bersepeda dan fotografi,
ada lagi “hobi” Miftah yang
relatif sangat jarang dilakukan
kebanyakan orang, yaitu shalat
subuh berjamaah di berbagai
mesjid. Pengalaman ini dilakoni
lebih dari separuh hidupnya.
Aktivitas mengunjungi dan shalat
subuh di berbagai mesjid sudah
dilakukan sejak Miftah kuliah di
ITB.
“Saya dulu aktif di Mesjid Salman.
Aktivitas keliling mesjid untuk
shalat Subuh terilhami oleh salah
satu sahabat nabi. Dia selalu
duduk di pojok depan saat shalat
Subuh. Padahal dia bukan warga
dari lingkungan sekitar,”ujarnya.
Cerita itulah yang kemudian
memengaruhi pikiran Miftah. Tak
heran bila dia kerap hadir pada
shalat Subuh di berbagai tempat.
Pada hari kerja, Miftah biasanya
shalat Subuh di mesjid-mesjid
yang tak jauh dari kediamannya.
Untuk akhir pekan, banyak
mesjid di Jadebotabek yang
sudah disinggahi untuk shalat
Subuh.
“Kalau boleh saya cerita, di
Jadebotabek ini saya baru
menjumpai mesjid solat subuh
hanya dua tempat. Rata-rata
paling 1-3. Yang ramai itu hanya
ada dua. Satu di Mesjid Raya
Sektor 9 Bintaro, Tangerang
Selatan dan satu lagi di Mesjid
Al-Ikhlas Perumahana Tamansari
Persada, Kelurahan Cibadak,
Tanah Sereal, Bogor,” katanya.
Hebatnya lagi, kegiatan shalat
subuh berjamaah dengan
menyambangi mesjid juga
dilakukan saat Miftah dinas
luar kota. Hampir pada semua
kota yang disinggahi, Miftah
menyediakan waktu untuk shalat
Subuh di mesjid yang ada di
sekitar tempat menginap.
Miftah sadar bahwa hidup di dunia
tidak kekal. Karena itu, selain
menjaga kesehatan, dia pun
berupaya tetap bahagia. “Karena
itu, motto saya adalah healhty,
happy. Terjemahannya itu adalah
saya mencoba meningkatkan
konten dari filosofi hidup. Kerja
keras tapi jangan lupa pada Yang
Di Atas,” ujarnya.
41
RAGAM
42
PRioRitas tinggi KEAMANAN PEKERJA
Perhatian terhadap
aspek keamanan dan
keselamatan kerja
menjadi prioritas yang tidak
bisa ditawar dalam operasi
sebuah perusahaan. Apalagi,
perusahaan yang bergerak di
sektor minyak dan gas (migas),
yang setiap detik berdekatan
dengan risiko dan bahaya.
Membangun kesadaran
terhadap aspek keamanan
dan keselamatan bukan
pekerjaan mudah. Perusahaan
Foto
: Dok
. PH
E; T
atan
Agu
s Ru
stan
di
43
Hulu PT Pertamina (Persero)
dan Lelin Apriyanto, SVP HSSE
Pertamina. Mereka bersama
Meidawati, Direktur Utama PHE
menjadi pembicara diskusi
yang membahas kegiatan
HSSE di lingkungan kerja,
khususnya Pertamina dan anak
perusahaannya (AP).
Antusiasme pekerja dan tamu
yang hadir dalam diskusi
sangat tinggi. Pertanyaan demi
pertanyaan muncul saat sesi tanya
jawab. Dalam diskusi tersebut
dapat ditarik benang merah bahwa
para narasumber sepakat bahwa
implementasi HSSE di Pertamina
dan AP harus lebih dari sekadar
budaya (beyond culture).
Diskusi dan opening ceremony
tersebut merupakan langkah
awal dari rangkaian kegiatan
Bulan K3 2019 PHE dengan tema
“Wujudkan HSSE Beyond Culture
untuk Business Sustainability”.
Rio Dasmanto, VP QHSSE
PHE, menuturkan bulan K3 diisi
dengan agenda kegiatan yang
sangat beragam, mulai dari
aneka lomba bulan K3,
talkshow, bedah film, kegiatan
PHE Peduli yang melibatkan
masyarakat di dua lokasi,
PHE WMO dan PHE OK,
penyuluhan ke masyarakat terkait
occupational health and safety.
hingga survei K3 di lingkungan
kerja PHE.
Kegiatan Bulan K3 PHE sangat
penting untuk mengukur
kesiapan pekerja dalam
menghadapi situasi emergency.
Panitia mengadakan challenge,
seperti melakukan fire fighting,
first aid, dan rescue. Aktivitas
yang dilaksanakan di Plumpang
dan bekerja sama dengan
Marine Training Center Pertamina
itu bukan hanya dilombakan
saja, tetapi lebih pada sharing
knowledge.
wajib membangun kesadaran
pekerja terhadap aspek tersebut
secara bertahap melalui proses
sosialisasi yang terus menerus.
Itulah yang dilakukan PHE
yang melalui fungsi QHSSE
menggelar kegiatan Opening
Ceremony QHSSE FEST
2019, di kantor pusat PHE,
Rabu (16/1).
Acara yang diikuti para pekerja,
direksi, dan jajaran manajement
PHE ini, turut pula dihadiri
Dharmawan H. Samsu, Direktur
Rio DASMAnTo, VP QHSSE PHE
Selanjutnya, panitia menyediakan
acara perlombaan yang dikemas
dalam Olimpiade HSSE dan
cerdas cermat tapi terkait HSSE.
Uniknya, peserta lomba adalah
pekerja nondepartemen HSSE di
anak perusahaan.
Selain itu, untuk meningkatkan
promosi kampanye, panitia
mengadakan lomba poster,
video, dan wallpaper terkait tema
Bulan K3. Rencananya, setelah
ada pemenang, poster-poster
itu akan disebarkan ke seluruh
AP sebagai bahan kampanye
keselamatan kerja. Pemenang
lomba video dikumpulkan dan
diputar dalam acara Movie Day.
Erman Haris, Process Safety
Assistant Manager QHSSE
PHE, menambahkan ini kali
pertama bagi PHE mengadakan
Bulan K3. Panitia mengundang
para pimpinan tim agar
mereka berbicara langsung di
depan semua pekerja bahwa
perusahaan sangat berkomitmen
untuk melaksanakan QHSSE.
“Itu kami gabungkan di rangkaian
acara pembukaan. Ada juga
survei K3, melibatkan semua
pekerja lewat online dan WA grup.
Dari partisipasi pekerja, kami
ingin mendapat feedback yang
akan digunakan untuk perbaikan
program. Kami juga ingin melihat
pengetahuan mereka tentang K3,”
tuturnya, kepada Energia PHE,
beberapa waktu lalu.
Program PHE Perduli yang
dilakukan PHE WMO di Madura
juga menjadi bagian dari
program lingkungan. Menurut
Erman, sampah plastik sangat
mengkhawatirkan dan sudah
menjadi isu dunia. “Kemarin
kami melibatkan anak-anak,
kelompok dewasa, memberikan
pemahaman betapa bahayanya
sampah plastik yang sudah
menjadi concern, bukan hanya
di Indonesia tapi dunia. Kami
ajak mereka memungut sampah,”
katanya.
Rio Dasmanto menuturkan
pada tahun ini PHE terus
memperbaiki program K3.
Berdasarkan evaluasi tahun lalu,
kejadian illness insident cukup
tinggi sehingga pada 2019 PHE
membuat program yang fokusnya
di occupational health.
“Bukan berarti occupational
safety kami tinggalkan. Ketika
ada review, yang sudah bagus
tetap dijalankan, dan ketika ada
yang bolong fokus programnya
di situ. Sebagai contoh, pada
2018 kejadian kecelakaan kerja
bisa di-reduce cukup besar, dari
allowable korporat 35 kasus, PHE
hanya lima kasus. Kami allowable-
nya 1,01 dan tahun kemarin
hanya 0,16. Angka 1,01 itu kalau
ada 35 kasus kecelakaan, dan
tahun kemarin tercatat lima kasus
kecelakaan. Jadi occupational
safetynya PHE menuju ke arah
yang bagus,” terangnya.
Tapi, pada 2018 diketahui
kejadian pekerja yang sakit
bertambah. Beberapa kejadian
yang terkait dengan illness
bertambah sehingga tidak bisa
dibiarkan. “Kami tidak ingin ada
kejadian illness bahkan sampai
fatality illness di tahun berikutnya.
Makanya kami membuat program
yang fokus ke illness,” kata Rio.
Masalah illness itu banyak
yang grey area. Contoh, di
pencatatan seorang pekerja Foto
: Dok
. PH
E; T
atan
Agu
s Ru
stan
di
RAGAM
44
berada di tempat kerja, offshore,
tapi dia tidak sedang melakukan
pekerjaan. Ketika sedang istirahat
kemudian dia sakit atau bahkan
meninggal.
“Secara pencatatan itu tidak
masuk dalam recordable insident.
Tapi tetap itu tidak bisa dibiarkan.
Kalau illness itu ada preventifnya
ada kuratifnya. Jangan kuratifnya,
nanti orang keburu sakit atau
bahkan meninggal. Justru kami
bikin preventifnya supaya tidak
terjadi lagi di tahun berikutnya,”
ungkap Rio.
Pekerja yang sakit, tambah
Rio, kadang sakitnya dibawa
dari rumah. Misalnya penyakit
endemik demam berdarah. Bisa
jadi pekerja tersebut tergigit
nyamuk di rumah tetapi kejadian
sakitnya di tempat kerja. “Jadi
sebenarnya untuk occupational
illness itu banyak grey area, ini
sebenarnya terkait pekerjaan
atau bukan. Treatment-nya sama
untuk kecelakaan kerja ataupun
sakit,” katanya.
Setiap tahun, perusahaan
mencatat kejadian-kejadian
kecelakaan yang terjadi di PHE.
Macam-macam korelasinya yang
dilihat dari sisi usia, jam kerja,
kelompok pekerjaan, kemudian
dari anggota tubuh apa yang
paling banyak kena. Pada 2018,
paling banyak di seputaran
tangan atau wajah.
“Kecelakaan kerja itu ada
klasifikasinya, mulai dari first aid.
Bahkan, kami bukan hanya dari
first aid, near missed pun yang
tidak ada lukanya kami catat
sebagai insiden,” ungkap Rio.
Kategori first aid kalau tidak
ada tindakan dokter. Jika
hanya dikasih obat merah atau
tensoplast, itu belum masuk
dalam recordable insident.
Di atas first aid ada medical
treatment case, kalau sudah
ada misalnya suntikan, infus,
dijahit, dioperasi. Di atas medical
treatment case adalah restricted
work case.
Pekerja itu setelah diberikan
tindakan dokter dia bisa kembali
kerja, tapi sementara dia tidak
bisa pada keahliannya, itu masuk
kategori restricted work date
case (RWDC).
“Di atasnya lagi, kalau orang itu
memang harus di opname, ini
namanya lost time. Opname
dua hari pun sudah masuk lost
time, ketika dia tidak bisa kembali
ke tempat kerjanya. Di atasnya
baru fatality meninggal,” terang
Rio.
Pada 2018, PHE memiliki lima
kasus yang masuk recordable.
Kasus-kasus itu yang masuk
kategori medical treatment case,
restricted work date case, dan
lost time. “Alhamdulillah yang
fatality tidak ada,” kata Rio.
45
eRMAn HARiS, Process Safety Assistant Manager QHSSE PHE
KOMUNITAS
46
BADMINTON Bukan sekaDaR MENCARI KERINGAT
Keasyikan bekerja kadang
membuat orang lupa
berolahraga. Padahal,
sesuai moto yang sering
terdengar bahwa: di dalam tubuh
yang sehat terdapat jiwa yang
sehat. Bagi pekerja, berolahraga
bisa membuat badan mereka
lebih bugar. Kondisi fisik seperti
itu tentu sangat menunjang sikap
mental positif yang berujung
pada kesuksesan seorang
pekerja. Bahkan, jika dilakukan
bersama-sama, olahraga
bisa menjadi jembatan untuk
berkomunikasi.
PHE sangat mendukung
aktivitas olahraga yang
dilakukan pekerjanya. Salah
satu komunitas olahraga yang
popular adalah bulu tangkis
atau badminton. “Awalnya dari
hobi kemudian ingin nambah
skill. Kadang ikut turnamen di
luar, kadang ada sparring juga
dengan instansi yang lain,”
tutur Andi Yuli W, pengagas
Foto
: Dok
. PH
E
47
Bahkan, mereka yang tidak
memiliki raket akan dipinjamkan,
sementara sepatunya bisa
menyewa. “Pekerja yang sudah
pensiun, alau memang punya
keinginan tetap bergabung di
komunitas ini, kami welcome,”
tutur pekerja di Departement
Facility Engineering & Integrity
(FEI) PHE WMO tersebut.
Monica Sari Alfianti, sekretaris
komunitas badminton,
menuturkan sejak kecil sudah
menyukai olahraga ini. “Saya
dulu tinggal di Pondok Kelapa.
Saat SMP, saya sering main
di kantor mamah, kebetulan
mamah kerja di BUMN juga suka
ada latihan badminton. Sempat
berhenti main sewaktu kuliah
dan aktif lagi di sini saat bekerja,”
tuturnya.
Dia mengaku aktif mengajak
pekerja lain untuk bergabung
dengan komunitas badminton.
Peminatnya makin banyak
sehingga setiap mau latihan
pengurus harus mem-broadcast
pesannya lewat email, atau
komunitas badminton PHE, saat
berbincang dengan Energia
PHE, di Lantai 11 PHE Tower
Jakarta, beberapa waktu lalu.
Andi menuturkan awalnya
muncul komunitas badminton di
masing-masing anak perusahaan
PHE. Pada 2018-2019, kelompok
penggemar olahraga tepok bulu
ini dikumpulkan dalam sebuah
wadah Bapor PHE. Komunitas
ini sudah memiliki struktur
organisasi khusus. Manajemen
PHE mengeluarkan surat
penunjukkan bagi ketua dan
wakil ketua. Mereka kemudian
bertugas membentuk struktur
organisasinya.
“Dari saya sudah dibuat
bagannya seperti apa. Jadi, nanti
ada ketua, wakil, bendahara,
sekertaris, bagian publikasi,
dokumentasi, kordinator
turnamen. Ini kan baru pertama
juga untuk Bapor PHE. Paling
tidak, kami sudah punya
bentuk struktur seperti apa dan
programnya seperti apa,” tutur
Andi yang didapuk menjadi ketua
komunitas badminton PHE.
Sebelum digabungkan, tiap anak
perusahaan (AP) mengeluarkan
dana untuk komunitas bulu
tangkis ini. Saat ini, pendanaan
untuk kegiatan olahraga ini
ditanggung sepenuhnya oleh
PHE. Namun, apabila akan
menghadapi latihan tanding
dengan pihak lain, atau
turnamen, komunitas badminton
boleh mengajukan proposal
pendanaan tambahan pada
perusahaan.
Setiap Senin dan Kamis, anggota
klub berlatih di Bapra Cilandak,
Jakarta Selatan. Adapun yang
berlatih pada Selasa, biasanya
menggunakan lapangan di GCT
Jati Padang, Jakarta Selatan.
Latihan dimulai setelah jam
kantor, antara pukul 17.00-20.00
WIB. Sekali latihan hadir sekitar
10-14 orang sehingga dibutuhkan
dua lapangan.
Pekerja yang ikut komunitas ada
laki-laki maupun perempuan.
Jumlahnya sekitar 40 orang,
mayoritas laki-laki. Usia anggota
komunitas bervariasi antara
25-54 tahun. Namun, mayoritas
anggota yang aktif latihan
usianya antara 30-40 tahun.
Tidak ada syarat khusus untuk
menjadi anggota. Calon anggota
yang belum bisa bermain
badminton boleh bergabung
karena akan disediakan pelatih
yang berasal dari PB Jaya Raya.
Foto
: Dok
. PH
E
48
WA grup. “Di ONWJ dan WMO
banyak peminat badminton,” tutur
Monica yang mengaku belum
pernah ikut turnamen.
Monica, yang kebetulan satu
departemen dengan Andi di
WMO, menuturkan anggota
paling banyak berlatih pada hari
Selasa. Mungkin lantaran lokasi
di GCT Jati Padang yang
dekat kantor PHE. “Kalau
latihan Kamis lebih sedikit
mungkin efek jauhnya
di Cilandak, sementara
jalannya macet. Faktor
tempat menentukan,”
katanya.
Anggota komunitas
diprediksi bertambah seiring
dengan maraknya turnamen
internal maupun eksternal.
Dalam waktu dekat, tutur
Andi, akan ada turnamen
antarlantai PHE. Sebanyak
19 tim sudah mendaftar
untuk turnamen ini. Satu
tim biasanya terdiri atas 10
orang. “Dari sini saja ada sekitar
190 orang. Jadi kalau yang tadi
saya sebut 40 orang itu mereka
yang biasa hadir rutin,” katanya
Turnamen antarlantai PHE
berlangsung pada 25 Maret
hingga 11 April 2019, digelar
di tiga lokasi latihan. Mereka
memanfaatkan fasilitas yang ada
KOMUNITAS
untuk event internal. Dengan
mengusung slogan “from us to us
to get the knees will come true”
komunitas menyelenggarakan
turnamen dengan prinsip ‘dari
kita, kita atur sendiri. Aturannya
kita sepakati bersama’.
“Tiap lantai ada perwakilan,
meskipun tiap lantai yang bisa
main badminton hanya dua
orang tidaklah mengapa.
Yang penting meriah. Bahkan
karena kantor PHE menyebar
di seluruh Indonesia. Jika
mereka mau ikut turnamen
silakan saja,” tutur Andi.
Turnamen internal lain
dalam waktu dekat adalah
turnamen antar AP, dan
Fun Games HUT PHE.
Pengurus juga bakal
menggelar coaching clinic
dengan menghadirkan atlet
Pelatnas. “Kebetulan pelatih
punya kontak ke pelatnas.
Harapannya kami bisa
mengetahui sebenarnya
49
SKK Migas, pebulu tangkis
mewakili ONWJ atau WMO.
“Kalau dulu ada kompetisi yang
dikoordininasikan oleh SKK
Migas namanya Petro Cup,
tetapi lama vakum. Turnamen
terakhir itu 2014-2015. Baru ada
lagi namanya PetroChina yang
dikoordinasi oleh internalnya
bukan SKK Migas karena
presdirnya suka badminton.
Pendanaan dari PetroChina
dengan mengundang semua
KKKS. Ada 15 tim yang ikut,”
tambah Monica.
Biasanya, kata Andi, pengurus
sudah memiliki bayangan
para pemain yang layak
disertakan dalam turnamen
eksternal. Pelatih yang biasa
mendampingi pemain akan
bertugas melakukan seleksi
berdasarkan skill permainan
dan aspek lain. “Kalau untuk
turnamen, dilakukan pengecekan
khusus. Screening awal kami
meminta ada klarifikasi dari
peserta tentang riwayat penyakit.
pemain nasional porsinya
seperti apa, jadi bisa sharing
di komunitas. Kita kebanyakan
main di ganda putra, ganda
campuran,” ungkap Andi.
Program lainnya adalah event
khusus bulanan seperti latih
tanding dengan KKKS lain.
Pada Februari lalu, tim PHE
bertanding melawan tim
badminton ConocoPhillips, dan
Maret dengan BP. “Bulan depan
sudah memasuki bulan puasa,
kami berhenti dulu. Pada Mei
atau Juni sudah ada program
lain. Rencananya ada empat
kali jadwal latih tanding dengan
KKKS lain,” kata Andi.
Tim badminton PHE juga kerap
mengikuti turnamen eksternal.
Pada 2018, berpartisipasi di
PetroChina Cup, tapi hanya
sampai perdelapan final. Momen
ini merupakan kali pertama
mereka membawa bendera PHE.
Sebelumnya, saat mengikuti
Petro Cup yang diselenggarakan
Kemudian disiapkan tim medis
untuk persiapan turnamen,”
ungkapnya.
Banyak manfaat yang dirasakan
Andi maupun Monica setelah
bergabung dengan komunitas
pehobi badminton ini, baik untuk
kesehatan atau mendukung
kelancaran bekerja. “Secara
pekerjaan saya merasakan
misalnya lagi butuh dengan
departemen lain jadi lebih cair
komunikasinya, Kalau belum
kenal orangnya jadi rada
canggung. Ada juga di sela-
sela bermain badminton kami
ngobrolin pekerjaan,” kata Andi.
Monica merasa badannya
lebih segar setelah bermain
badminton. “Keringat keluar,
nyemes, tertawa-tawa. Kami
merasa fresh saja. Mungkin
ada efek jarang sakit karena
bawaannya senang. Kalau
Selasa itu biasanya habis main
ada acara makan-makan,”
katanya.
HOBI
50
gerakan sang instruktur
yang belakangan diketahui
bernama lengkap Andreas Rian
Pranayuda.
Arifah Romadhania, 35 tahun,
Sekretaris Direktur Utama
PT Pertamina Hulu Energi
(PHE), tampak serius dan
ZumBa tingkatkan kePeRcayaan DiRi DALAM BERSOSIALISASI
Suara musik genre hip
hop R&B mengalun
agak keras di ruangan
berukuran 18 X 18 meter di
lantai dua PHE Tower Jalan
TB Simatupang, Jakarta
Selatan, Selasa (19/3). Saat itu
jarum jam menunjukkan pukul
setengah lima sore. Seorang
pria berperawakan sedang
mengenakan kaos putih berada
di depan ruangan. Dia memandu
beragam gerakan selama satu
jam lebih diselingi istirahat.
Dua belas perempuan cantik
mengenakan kaos warna merah
jambu (pink)-- hampir seluruhnya
di bawah 40 tahun--mengikuti
Marsela Wayong (staf relation),
Dewi (staf finance), dan Kinanti
(staf exploration).
Menurut Arifah, senam zumba
sengaja dipilih oleh para
sekretaris di lingkungan Grup
PHE pada enam tahun silam.
Apalagi frekuensi dan intensitas
gerakan pada zumba tidak
terlalu berat dibandingkan
olahraga lain, termasuk aerobik.
“Seperti gerakan senam biasa,
cenderung santai, tapi kita
berkeringat dan bermanfaat bagi
kesehatan,” ujarnya.
Para peserta senam zumba
merasakan betul manfaat
zumba. Arifah misalnya. Dia
merasa segar (fresh) dan daya
tahan tubuhnya meningkat
sejak menekuni hobi zumba.
Perpaduan berbagai gerakan
zumba, mulai dari hip-hop,
cha-cha, salsa, hingga tari
perut dapat membentuk tubuh
menjadi lebih ideal. “Melakukan
olahraga yang menyenangkan
sejak 2013,” ujar Arifah kepada
Energia PHE.
Tak seperti biasa, sore itu tak
terlalu banyak peserta latihan
zumba. Lazimnya, menurut
Arifah, yang berlatih sekitar
20-30 orang. Mereka umumnya
adalah sekretaris di lingkungan
Grup PHE seperti Alvi Dwitami
dan Peni Anggraeni. “Mayoritas
yang hadir biasanya sekretaris
VP (Vice President) atau GM
(General Manager) dan manajer,”
ujarnya.
Beberapa sekretaris di
lingkungan PHE ikut dalam
kegiatan zumba. Selain Arifah,
ada Alvi Dwitami (sekretaris
dirut), Peni Anggraeni
(sekretaris VP Controller),
Farissa (sekretaris SCM), Citra
(sekretaris GM PHE WMO), Lina
(sekretaris VP Development),
dan Tita (sekretaris PAM) serta
Adis (sekretaris VP Commercial).
Di luar itu ada juga Dhevina
(resepionis), Tika (staf treasury),
51
bersemangat mengikuti
gerakan Andreas. Arifah dan 11
teman perempuannya saat itu
mengikuti zumba, salah satu
olahraga senam yang cukup
populer. Setiap Selasa sore,
selepas pulang kerja, mereka
berlatih di ruangan tersebut.
“Zumba rutin kami lakukan di sini Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
seperti zumba membuat percaya
diri, hati senang, dan merasa
berenergi,” ujarnya.
Menurut Arifah, zumba yang
dilakukan secara bersama-sama,
menjadikan lebih aktif dalam
bersosialisasi dan bertemu
teman baru. Frekuensi dan
intensitas gerakan pada zumba
tidak terlalu berat dibandingkan
olahraga lain, termasuk aerobik.
Apalagi, Arifah harus sampai di
kantor pukul setengah tujuh pagi
dan baru pulang sekira pukul
setengah tujuh malam.
“(Zumba) Ini sangat berguna bagi
kami sebagai sekretaris yang
mayoritas waktunya duduk di
kursi dan membantu Ibu (Direktur
Utama PHE Meidawati, red),” ujar
perempuan yang murah senyum,
ramah, dan supel serta selau
menjaga penampilannya di setiap
kesempatan.
Arifah menjelaskan, tugas
sebagai sekretaris direksi
memang tidak mudah. Dia harus
menjadwalkan pertemuan bagi
orang nomor satu di PHE, baik
pertemuan internal maupun
eksternal. Perempuan yang
tinggal di Tanjung Priok, Jakarta
Utara itu mesti menyiapkan
sarapan untuk CEO, menyiapkan
dokumen yang diperlukan, dan
mengecek berbagai jadwal
perjalanan dinas direksi. “Saya
juga terkadang ikut Dirut untuk
perjalanan dinas,” ujar Arifah
yang menjadi sekretaris dirut
PHE sejak zaman Dwi Martono,
Salis S Aprilian, Teny Wibowo,
Gunung Sarjono Hadi, dan kini
Meidawati.
DUKUnGAn MAnAjeMen
Seperti sejumlah hobi lain para
pekerja PHE, kegiatan senam
zumba mendapatkan dukungan
dari manajemen PHE. Hal itu
dibuktikan dari pemberian dana
tahunan dari manajemen. Badan
Pengurus Olahraga (Bapor)
PHE dari berbagai cabang
olahraga, termasuk senam
zumba, mendapatkan bantuan
anggaran. “Untuk Bapor Zumba
kami mendapatkan bantuan
sebesar Rp 50 juta per tahun,
mayoritas digunakan untuk
HOBI
52
honorarium instruktur senam.
Tempat untuk zumba, gratis,”
ujar Arifah yang menjabat Ketua
Bapor Zumba sejak 2013 hingga
sekarang.
Instruktur zumba di PHE
memang sungguh beruntung.
Betapa tidak, setiap pertemuan
sang instruktur mendapatkan
honorarium sebesar Rp1 juta.
Artinya, dalam satu bulan
instruktur mendapatkan fee
melatih zumba bagi karyawan
PHE sebesar Rp4 juta-Rp5juta.
“Mas Andreas ini pelatih
keempat. Sebelumnya kami
bergonta-ganti pelatih,” katanya.
Di luar aktivitas latihan, Bapor
Zumba juga kerap menggelar
kejuaran. Salah satunya saat
ulang tahun PHE. Bapor Zumba
menyelenggarakan lomba zumba
antar-anak perusahaan (APH)
PHE. Minimal peserta untuk
satu APH PHE lima orang dan
maksima 10 orang.
“Lomba ini menarik, hampir
semua APH ikut. Bahkan pada
2016 kami juga menggelar event
zumba yang diikuti 100 orang.
Penilaian secara individu. Karena
perlu tempat yang lapang, kami
menggunakan lahan di Arkadia,”
katanya.
Zumba sejatinya bukan
sekadar hobi. Zumba juga bisa
meningkatkan kepercayaan diri
dan bersosialisasi.
53
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
SEKILAS TENTANG ZUMBA
Zumba berasal dari kata dalam bahasa Kolombia yang berarti
bersenang-senang dan bergerak cepat. Senam Zumba adalah
rangkaian olahraga atau senam jantung yang menyenangkan
dan mudah diikuti. Gerakan aerobik berbasis tarian ini diiringi
paduan musik Latin dan internasional, dengan kombinasi irama
yang cepat dan pelan.
Senam Zumba diketahui ternyata diciptakan tanpa sengaja oleh
Alberto Perez, instruktur aerobik yang lupa membawa musik yang
biasa digunakan. Perez kemudian memutar musik dansa yang
biasa dimanfaatkannya untuk menari. Saat melakukan senam
aerobik dengan musik tersebut, ternyata peserta sangat suka.
Menggandeng pengusaha, pada 2002, Perez mulai menjual DVD
senam dengan musik Latin yang mereka namakan Zumba.
Senam tersebut menjadi mendunia ketika Perez mulai menulis
panduan dan memberikan pelatihan Zumba. Kini, Zumba telah
dipraktikkan di lebih dari 40 negara. Selain dengan iringan musik
Latin, musik Zumba menjadi lebih beragam dengan diiringi jenis
musik lainnya, seperti hip-hop. Gerakan senam Zumba dirancang
untuk dilakukan berulang kali dengan menggerakkan sebagian
besar otot tubuh sehingga bermanfaat melancarkan peredaran
darah dan oksigen ke seluruh tubuh dan meningkatkan detak
jantung. Melakukan senam Zumba selama 60 menit dapat
membakar sekitar 450 kalori.
yang mulus. Sebelumnya warga
Sedari bisa menempuh jalan
darat dengan menyusuri Pantai
Pisangan, Kecamatan Pedes.
Namun, pantai itu tergerus
abrasi, sehingga jalan setapak
yang semula bisa dilalui sepeda
motor, sejak beberapa tahun
lenyap berubah menjadi lautan.
“Desa Sedari dikenal karena
jalan yang buruk, tidak layak dan
sering banjir,” kata Bisri.
Ya, sejak 16 Februari 2017,
akses menuju Pantai Sedari
sudah sudah bebas hambatan.
Jalan sepanjang 2,4 kilometer
dan dua jembatan, diresmikan.
Pembangunan jalan dan jembatan
itu merupakan kontribusi PHE
ONWJ. Anak perusahaan
Pertamina Hulu Energi itu
Bagi Anda yang pernah
mengunjungi Pantai
Sedari di Desa Sedari,
Cibuaya, Kabupaten Karawang
lima tahun lalu, mungkin anda
akan berpikir berkali-kali untuk
kembali mengunjungi pantai itu.
Pasti yang anda bayangkan,
akses menuju pantai itu
membuat anda tidak langsung
mengangguk ketika diajak
bertandang lagi ke sana. Ya, jika
tiga atau lima tahun lalu, akses
menuju Pantai Sedari sangat
buruk. Setelah melalui jalur
darat, berganti menggunakan
perahu. Atau jika menggunakan
kendaraan roda dua, benar-benar
akan menguji adrenalin. Pilihan
lainnya, berjalan kaki sejauh
lebih dari dua kilometer melalui
pematang- pematang tambak.
Dulu dari pusat kota Karawang
membutuhkan waktu lebih dari
dua jam untuk sampai ke Pantai
Sedari. Kini, tidak lebih dari
sejam, sudah bisa menikmati
LEISURE
anugerah Tuhan di Pantai
Sedari, mengecap mentari
pagi atau senja yang romantis
di Tanjung Sedari. Jalan beton
yang kokoh kini sudah sampai
di bibir pantai, dengan dua
jembatan penghubung, sehingga
tidak perlu berganti perahu
untuk sampai ke tempat tujuan.
Kendaraan roda dua atau empat,
kini bebas hambatan melintas
sampai ke pantai.
Pantai Sedari yang berada
di utara Jawa itu kini sedang
menari menikmati pertumbuhan
ekonomi. Nelayan dan petani kini
tidak lagi kesulitan membawa
hasil produksi mereka. Pariwisata
Pantai Sedari kini menjadi tulang
punggung perekonomian. Kunci
utamanya adalah perbaikan
infrastruktur.
Bisri Mustopa, Kepala Desa
Sedari mengatakan, sudah lama
masyarakat Sedari terisolasi dan
tidak pernah menikmati jalan
PAKET LENGKAP WISATA SEDARI
54
BiSRi MUSToPA,Kepala Desa Sedari
Foto
: Dok
. PH
E
pada pertengahan Maret 2019
lalu, memang tidak banyak
pengunjung. Maklum saat itu
bukan hari kerja. Hanya ada
beberapa pasang remaja yang
sedang berenang. Beberapa
anak sekolah dasar bermain, di
pasir di dekat warung- warung
yang berjejer menghadap pantai.
Di dekat muara di sisi barat,
bersebelahan dengan MB2,
fasilitas 0nshore milik PHE
ONWJ, puluhan remaja saling
berhadap mengadu ketangkasan
bermain si kulit bundar. Mereka
memanfaatkan tanah lapang di
samping MB2 untuk berolahraga.
Lokasi tempat anak- anak
bermain bola juga berdekatan
dengan muara sungai. Itu adalah
spot terbaik untuk menikmati
senja, menikmati jingga langit
di ufuk barat. Sayang, sore itu,
langit sedikit tertutup mendung,
namun romansa senja tetap ada,
tetap memikat.
Selain menikmati pantai yang
landai atau ingin melihat matahari
terbit atau terbenam, Sedari
memiliki beberapa keunggulan
lain yang membuat pengunjung
harus menyambangi tempat
ini. Sebelum sampai ke bibir
pantai, pemandangan sepanjang
jalan juga memanjakan mata.
Di sebelah kiri jalan ada
sungai – masyarakat setempat
menamainya Sungai Bandeng-
yang pinggirnya ditumbuhi
tanaman mangrove setinggi lebih
dari lima meter.
mengeluarkan anggaran sekitar
Rp 14 miliar untuk pembangunan
jalan dan dua jembatan tersebut.
Sedaripun—kini sudah ditetapkan
sebagai desa wisata di Kabupaten
Karawang. Momentum penetapan
Sedari sebagai desa wisata
dilakukan pada akhir Desember
2017, pada malam pergantian
tahun.
Malam tahun baru 2018, menjadi
malam yang akan terus dikenang
oleh warga desa Sedari. Sejak
siang 31 Desember 2017,
puluhan kendaraan roda dua
dan empat memasuki kawasan
pantai. Semakin sore, volume
kendaraan semakin banyak
dan padat. Ribuan orang mulai
menikmati senja terakhir 2017 itu.
Ratusan pedagang memenuhi
lapak- lapak yang disediakan.
Pedagang asongan hilir mudik di
antara ribuan pengunjung.
Selepas maghrib, antrian
kendaraan menuju pantai mulai
55
terjadi. Semakin malam, jalanan
dari sebelum batas wilayah Desa
Sedari sudah tidak bisa dilalui
kendaraan. Ribuan kendaraan
tidak bisa menuju pantai. Tapi
untuk memutar haluan kembali
ke arah Rengasdengklok atau
Karawang, tidak bisa. Panitia
penyelenggara bahkan harus
berkoordinasi dengan desa-desa
tetangga yang memiliki akses
ke Sedari, agar menahan laju
kendaraan yang akan menuju ke
sana.
Di bibir pantai, sebuah panggung
cukup besar didirikan. Alunan
musik mengiringi ribuan
manusia yang ingin menikmati
malam pergantian tahun itu.
Seorang penyanyi lokal namun
sudah tampil dalam ajang
pencarian bakat menyanyi
di sebuah televisi swasta,
menghibur masyarakat. Ribuan
orang hadir, ribuan kendaraan
datang. Malam itu juga, ratusan
juta transaksi terjadi melalui
aktivitas ekonomi.
Malam pergantian tahun baru
2017 ke 2018, sengaja disiapkan
oleh Pemerintah Kabupaten
Karawang juga aparatur desa
Sedari, untuk mempromosikan
Sedari sebagai desa wisata,
sebuah destinasi wisata di
wilayah Karawang yang patut
untuk dikunjungi.
***
Saat tim Energia PHE
menyambangi Pantai Sedari
Di kanan jalan, terhampar
tambak-tambak dengan
beberapa tanaman mangrove
yang masih tumbuh dan
bertahan di pinggir dan tengah
tambak. Refleksi yang terpancar
dari tanaman mangrove di air
tambak, merupakan keindahan
alamiah yang layak untuk
dinikmati.
Sebelum sampai ke bibir pantai,
ada wisata alam mangrove
Sedari. Wisata alam mangrove
ini dikelola oleh Perhutai BPKH
Cikiong KPH Purwakarta. Di
sini terdapat sebuah prasasti
tertanggal 16 Oktober 1991
yang ditandatangani oleh
Presiden Soeharto dalam
rangka hari pangan sedunia
dan penanaman pohon secara
massal untuk pelestarian hutan
dan swasembada pangan. Lokasi
ini merupakan pelestarian hutan
mangrove terbesar dan pertama
di Indonesia.
Saat di pantai, selain terdapat
MB2, beberapa mil dari bibir
pantai nampak dan terlihat
jelas anjungan pengeboran
lepas pantai (offshore) milik
PHE ONWJ. Bagi masyarakat
kebanyakan yang tidak
mengetahui industri migas,
keberadaan platform dan
fasilitas onshore tentu
menjadi daya tarik dan
membangkitkan rasa
ingin tahu. Ini juga
bisa dimanfaatkan
menjadi sebuah media edukasi
bagi masyarakat tentang industri
migas.
Di bagian timur dari pintu
gerbang Pantai Sedari, terdapat
hutan mangrove yang mulai
ditanam sejak 2011. Kegiatan
penanaman mangrove yang kini
sudah mencapai lima–kilometer
sepanjang Pantai Sedari itu,
diinisiasi oleh karyawan PHE
ONWJ melalui program OTAP
(orang tua asuh pohon). Pada
awal program ini berjalan,
karyawan ONWJ menyisihkan
gaji mereka saban bulan, untuk
kegiatan penanaman pohon
mangrove tersebut.
Kehadiran pohon mangrove yang
kini sudah tumbuh besar menjadi
tembok terdepan mengatasi
abrasi dan air pasang. Petani
tambak juga terbantu. Hutan
mangrove mampu menghadang
laju air menuju tambak mereka.
“Sekarang, pengunjung di Pantai
Sedari juga bisa ikut terlibat
dalam kegiatan OTAP, tidak
hanya karyawan PHE. Mereka
menanam pohon mangrove,
nama mereka ada di situ,”
demikian dijelaskan Esan,
warga lokal pionir penanaman
mangrove.
Sedari juga merupakan
tempat petilasan
penyebar Islam
di wilayah utara
Karawang, Syeikh Kudus
Jana Pura. Syeikh Jana Pura
merupakan murid Sunan Gunung
Jati, salah seorang dari sembilan
Wali, penyebar agama Islam
pada abad 16. Saat menjalankan
misi penyebaran Islam, Syeikh
Jana Pura yang berasal dari
Kudus, membuat permukiman
di hutan belantara dekat laut
yang kini dikenal dengan Sedari.
Sebelumnya, daerah ini bernama
di Tanjung Suwung. Konon nama
Sedari diambil dari nama salah
seorang putri Syeikh Jana Pura,
Dewi Sondari. Makam Syeikh
Jana Pura ada di Sedari dan
selalu ramai didatangi peziarah
dari berbagai daerah.
“Jadi selain wisata alam, di
Sedari juga ada wisata religi.
Ini akan menjadi bagian dari
pengelolaan Sedari sebagai
Desa Wisata,” demikian
disampaikan Samtani, Ketua
BumDes Sedari, pengelola
wisata di Sedari.
***
Samtani menjelaskan, untuk
melihat geliat wisatawan ke
LEISURE
56
SAMTAni, Ketua BumDes Sedari
pantai Sedari, akhir pekan
adalah waktu yang tepat. Atau
saat liburan lebaran atau tahun
baru. Saat malam tahun baru
2018, lebih dari Rp 150 juta
didapatkan dari tiket kendaraan
pengunjung. Bahkan saat lebaran
2018 dengan jangka waktu
sampai sepuluh hari, mampu
menghasilkan pendapatan
sampai Rp 500 juta. Sementara
di luar libur hari raya—hari raya,
pada setiap hari Sabtu, rerata
pendapatan yang didapatkan
dari tiket kendaraan sebesar tiga
juta rupiah. Sementara di hari
Minggu, bisa mencapai enam
juta rupiah.
“Untuk tiket masuk, motor
sepuluh ribu plus sebuah teh
kotak sementara untuk mobil
dua puluh ribu rupiah dapat teh
botol,’’demikian jelas Samtani.
Namun pada malam pergantian
tahun baru 2018-2019 lalu, tidak
sebanyak sebelumnya, bahkan
jauh dari harapan. Isu tsunami
di Selat Sunda menjadi salah
satu penyebabnya. Apalagi
ada himbauan dari pemerintah
daerah untuk tidak melakukan
perayaan besar besaran sebagai
bentuk empati terhadap korban
tsunami Selat Sunda.
“Banyak yang rugi juga. Misalnya,
sudah pesan alat musik serta
hiburan lainnya. Karena ada
informasi sehari sebelumnya
untuk tidak merayakan, akhirnya
dibatalkan. Tetapi kita harus tetap
bayar alat musik dan hiburan,
karena sudah terlanjur pesan,”
jelasnya.
Multiplier effect penetapan Sedari
sebagai desa wisata dengan
sokongan infrastruktur yang baik,
membuat perekonomian di Sedari
tumbuh. Pendapatan warga
bertambah dengan ikut membuka
warung makan atau minuman.
Nelayan dan pedagang ikan Foto
: Dok
. PH
E
57
juga ikut merasakan manfaat.
Saat ini pihak BumDes tengah
melakukan penataan kembali
terhadap warung- warung yang
berjualan di wilayah Pantai Sedari
sehingga tetap tertata rapi dan
tidak kumuh.
Ke depan, beberapa fasilitas
seperti outbond atau arena
permainan lainnya akan
disiapkan. Sehingga nanti
sumber pendapatan, tidak
hanya mengandalkan dari
tiket kendaraan yang masuk.
Untuk memuluskan rencana
pengembangan tersebut, tanah
milik perorangan dibeli oleh pihak
desa.
Sedari kini bukan lagi desa
terisolasi, Ia kini menjadi sebuah
daerah yang disiapkan untuk
menyambut banyak orang yang
akan menyambanginya. Sedari
menyiapkan sebuah paket
lengkap. Sekali berkunjung,
banyak destinasi yang bisa
dilihat. Wisata alam, dan juga
wisata religi. bahkan ke depan,
Sedari disiapkan menjadi
Ancolnya Karawang.
LOCAL HERO
Transaksi ekonomi terjadi di
sini. Mulai dari kegiatan wisata
edukasi, ada kegiatan budidaya
kambing, ikan,kepiting, jamur,
pengelolaan kompos dan
aneka jenis tanaman
sayuran. Ada juga diorama
yang menyuguhkan film-film
tentang lingkungan hidup
juga pembangkit listrik energi
terbarukan, solar cell dan
pembangkit listrik tenaga angin.
“GreenThink adalah tempat
belajar, wisata edukasi, tempat
mengembalikan ekosistem
dan lingkungan dan menjaga
keanekaragaman hayati. Ini
adalah wisata edukasi,” demikian
jelas Aruji.
58
Setiap hari sejak pagi
hingga petang bahkan
malam, Aruji Kartawinata
(46) sudah berada di lokasi
GreenThink. Bersama tiga
puluhan orang lainnya, lokasi
seluas 2,5 hektare tersebut
sudah menjadi rumah kedua
mereka, tempat mereka
belajar, berinteraksi dengan
banyak orang dan juga tempat
mereka mengembangkan
perekonomian secara mandiri
dan berkelanjutan.
Dahulu, lokasi yang kini lebih
dikenal dengan nama Kapal
Kehati GreenThink tersebut
merupakan wilayah “merah”,
tempat pendaratan barang
barang hasil curian dari lokasi
pengeboran lepas pantai.
Lokasinya terisolasi, tanahnya
gersang tak banyak tanaman
yang tumbuh. Setiap air laut
pasang atau hujan deras yang
menyebabkan air sungai meluap,
lokasi ini digenangi air.
Kini, Kapal Kehati GreenThink
yang berlokasi di Desa Cilamaya
Girang, Kecamatan Blanakan,
Kabupaten Subang, Jawa Barat,
menjadi lokasi yang banyak
disambangi warga, mulai pelajar,
mahasiswa hingga peneliti.
Puluhan jenis tanaman, kini
tumbuh di sini. Menjadi tempat
aneka jenis satwa hidup.
Local Hero: Aruji Kertawinata
MANDIRI Dengan GREENTHINK
Foto
: Dok
. PH
E
melihat ada manfaat ekonomi
yang bisa mereka dapatkan.
Awalnya cukup banyak yang
terlibat, tetapi secara alamiah
banyak yang berhenti. Yang
tersisa hanya hanya 22 orang,
tujuh orang diantaranya
perempuan, sisanya kaum lelaki
termasuk dirinya.
“Kalau cemoohan sudah banyak
saya dapatkan, tetapi saya tidak
peduli. Yang saya pikirkan adalah
nasib dan masa depan anak-
anak Blanakan dan sekitarnya,”
terang dia.
Keprihatinan terhadap
masa depan anak-anak di
sekitarnyalah yang membuatnya
terus bertahan, mengabaikan
segala cemoohan dan
pandangan sebelah mata. Ia
tetap fokus pada apa yang
menjadi harapan dan tujuannya.
Setiap bulan, lebih dari dua
ribu pengunjung mendatangi
GreenThink. GreenThink
sudah masyhur di masyarakat
Subang maupun Karawang.
Hasil penjualan ikan, ternak
seperti ayam, jamur dan aneka
jenis sayuran sudah bisa
dirasakan manfaatnya oleh
anggota kelompok. Mereka
tidak kerepotan mencari pasar,
pembeli sudah bisa hadir di
lokasi. Berapa pun produk yang
dijual, sudah pasti terserap pasar.
Multiplier effect kehadiran
Greenthink juga dirasakan oleh
Ia tahu betul cerita setiap pohon
yang ditanam di GreenThink.
Proses tumbuhnya tanaman tentu
tak gampang. Selain gersang
dan tandus , kadar garamnya
juga tinggi. Air laut tergenang
saat laut pasang. “Prosesnya
memang tidak mudah, kita
harus menggali parit sekeliling
lokasi, tanah yang akan ditanami
pohon harus ditinggikan, untuk
menghilangkan kadar garam,”
katanya mengenang.
Selain usaha untuk memulihkan
tanah di lokasi yang memang
tandus dan susah ditanami
berbagai jenis tanaman, hal
lain yang tidak kalah susahnya
adalah mengajak masyarakat
ikut terlibat kegiatan di lokasi.
Pertama, mayoritas masyarakat
sekitar adalah nelayan. Mereka
tidak terbiasa bertani. Mengubah
kebiasaan dari melaut ke
pertanian tidaklah mudah.
Selain itu, ketika memulai
kegiatan ini, masyarakat belum
GreenThink telah melalui
perjalanan panjang sejak 2011,
sebuah kerja kolaborasi dan
sinergi antara kelompok tani
yang dinahkodai Aruji dan juga
PHE ONWJ. Bupati Subang,
Ruhimat pada pertengahan
Maret 2019, telah menetapkan
Kapal Kehati GreenThink
sebagai Jawara Wisata
Kabupaten Subang.
***
Aruji, kini bisa tersenyum
gembira, sebab usaha yang
dilakukannya bersama kelompok
tani sudah memberikan hasil.
Label “lokasi merah” yang
dulu disematkan di lokasi
ini, kini sudah tidak ada lagi.
Penerangan dari sumber energi
terbarukan menjadikan lokasi
ini seperti kota kecil di tengah
kehidupan desa pesisir Jawa
Barat ini. Kehadiran Kapal
Kehati GreenThink, tidak bisa
dilepaskan dari Aruji, bapak dua
anak yang hanya menamatkan
pendidikan SMP ini.
59
masyarakat sekitar. Pada akhir
pekan dan hari libur, banyak
pedagang yang menjajakan
aneka makanan di sekitar
lokasi. Kegiatan usaha seperti
tambal ban dan sebagainya juga
bertumbuh seiring aktivitas yang
terus ada.
“PHE (ONWJ) punya peran yang
sangat besar, menyediakan
berbagai fasilitas, memberikan
bimbingan, pendampingan dan
pelatihan, sampai saat ini,”
ujarnya.
Saat memasuki lokasi
GreenThink, ada sebuah
bangunan berlantai dua,
menyerupai sebuah kapal. Para
pengunjung yang menyambangi
lokasi ini, diharuskan masuk
ke dalam. Ada diorama yang
memutar film-film tentang
keanekaragaman hayati, tentang
flora dan fauna juga gambaran
tentang lokasi GreenThink.
Sebagai lokasi penyelamatan
lingkungan, sumber energi di
GreenThink juga berbasis energi
yang ramah lingkungan, energi
terbarukan. Angin dan matahari
sebagai sumber utama. Terdapat
panel surya dengan kapasitas
4x250, juga pembangkit listrik
tenaga angin dengan kapasitas
generator 2xPMA 1 KW. Selain
itu ada juga sepeda goes. Saat
digoes, menghasilkan listrik.
Listrik yang dihasilkan dari
energi terbarukan tersebut,
dipakai untuk menggerak air
empang dan kolam, sehingga
perkembangan ikan lebih baik
juga untuk menerangi lokasi
GreenThink.
“Kepada pengunjung kita
jelaskan bahwa matahari
dan angin juga bisa
menghasilkan listrik. Jadi
GreenThink ini menjadi tempat
untuk belajar banyak hal,”
terangnya lagi.
***
Aruji, pria yang dulu juga adalah
nelayan di wilayah Blanakan
ini bercerita, dulu anak anak-
anak di wilayahnya kalau akan
melakukan kegiatan kamping
pramuka, selalu ke arah gunung
yang jaraknya lebih dari 60
kilometer dari Blanakan.
Ia berharap ada lokasi
perkemahan yang tidak jauh dari
pantai. Sebagai ketua komite
sekolah dasar ia mengusulkan
agar lokasi ini dijadikan sebagai
lokasi bumi perkemahan.
Usulannya disetujui komite
pemberdayaan masyarakat.
Pada 2011, jadilah lokasi ini
menjadi lokasi bumi perkemahan
di bawah pengelolaan Kwartir
Ranting Blanakan.
Sebagai orang yang
memiliki gagasan awal untuk
memanfaatkan lokasi tersebut,
Pria kelahiran Karawang tahun
1973 ini kemudian membentuk
Kelompok Tani GreenThink.
Ia mengajak masyarakat
sekitar untuk memanfaatkan
lokasi tersebut untuk kegiatan
pertanian juga agar tetap
Foto
: Dok
. PH
E
LOCAL HERO
60
dipakai untuk bumi perkemahan.
Anggota kelompok tani tersebut
berjumlah 22 orang yang hingga
kini tetap menjadi anggota
pengelola GreenThink. Sebagai
inisiator, Aruji ditunjuk sebagai
ketua.
Belajar dari pengelaman awal,
ia pun terus menguatkan
kelembagaan organisasi
kelompok tani. Sampai kemudian
pada 2015, PHE ONWJ melihat
bahwa kelompok tani yang
dibentuk Aruji sudah cukup kuat.
Sinergi pun dilakukan.
Nama GreenThink, menurut Aruji
juga merupakan upaya yang
dilakukan kelompok tani dan PHE
untuk tetap menjaga identitas
lokal. Dusun tempat lokasi dulu
diberi nama Grinting, karena
banyak tumbuh rumput grinting.
Sejenis rumput yang biasa
dimakan oleh hewan ternak.
“Akhirnya dipelesetkan menjadi
GreenThink, berpikir hijau,
supaya tidak menghilangkan
identitas yang sudah ada di sini,”
ceritanya seraya tertawa.
Dulu, lanjutnya GreenThink
tidak ada apa-apanya. Sekarang
menjadi tempat yang disambangi
orang. Bantuan yang diberikan
PHE ONWJ sudah sangat besar.
Ia sadar, PHE tidak mungkin
selamanya terus melakukan
pendampingan. Bantuan
pendampingan serta segala
fasilitas yang diberikan selama
ini sudah cukup bagi ia dan
kelompoknya untuk mandiri dan
bisa berkembang.
“Insya Allah kita sudah siap
untuk mandiri dan berkembang,”
ucapnya percaya diri.
Saat ini upaya yang dilakukannya
adalah memperluas jangkauan
GreenThink, tidak hanya di
lokasi yang ada saat ini saja,
tetapi mencoba merambah ke
lokasi bibir pantai. Langkah
ini juga sebagai upaya untuk
menjaga sabuk pantai yang
saat ini mengalami kerusakan,
akibat penebangan yang tidak
terkendali. Pengembangan ke
bibir pantai ini juga sekaligus
mensinergikan dengan
wisata susur pantai yang juga
menjadi salah satu primadona
pengunjung di GreenThink.
“Nanti kita akan libatkan nelayan
yang sudah pensiun, bisa bawa
perahu, membawa pengunjung
menyusuri sungai sampai ke bibir
pantai juga melihat anjungan
milik PHE,” ujarnya bersemangat.
Sekedar informasi, bagi
pengunjung GreenThink
dikenakan biaya Rp 5.000. Dari
jumlah tersebut, Rp 1.000 untuk
asuransi, sementara Rp 4.000
untuk operasional. Termasuk untuk
pengelolaan lingkungan, tambal
sulam pohon yang mati. Jumlah
itu juga dibagi untuk Perhutani,
LMDH juga Kwartir Ranting
sebagai pemilik hak guna usaha
.Sementara untuk wisata susur
pantai, tiap pengunjung dikenakan
biaya Rp 15.000.
61
CSR
62
keresahan dan kepedulian
masyarakat terhadap kondisi
lingkungan, berusaha melakukan
kegiatan yang bermanfaat dan
bersinergi dengan perusahaan
yang juga memiliki komitmen
kuat terhadap lingkungan dan
keanekaragaman hayati.
Pada kesempatan siang itu,
Ruhimat memberikan apresiasi
dan ucapan terima kasih
kepada PHE ONWJ yang sudah
Pertengahan Maret
2019, Bupati Subang,
Ruhimat mengunjungi
lokasi GreenThink Kapal Kehati
di Desa Cilamaya Girang,
Kecamatan Blanakan, Kabupaten
Subang, Jawa Barat. Pada
kesempatan peringatan Hari
Hutan Sedunia itu, orang nomor
satu di Kabupaten Subang
itu menetapkan Kapal Kehati
GreenThink sebagai Jawara
Wisata Kabupaten Subang.
Dalam sambutannya, bupati
yang belum genap tiga bulan
dilantik itu memberi apresiasi
terhadap keberadaan Kapal
Kehati GreenThink. Keberadaan
GreenThink merupakan bentuk
partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan visi Kabupaten
Subang yang bersih, maju,
sejahtera dan berkarakter.
GreenThink, menurut Ruhimat
adalah sesuatu yang lahir dari
JAWARA SUBANG, seBuah eneRgi menjaga kehiDuPan
63
Foto
: Dok
. PH
E
bisa diserahkan hanya pada satu
kelompok saja, tetapi semua
pihak harus turut serta.
“Untuk itu diperlukan kesadaran
dan peran dari semua pihak
untuk menjaga kelestarian
lingkungan,” ungkapnya.
Terkait infrastruktur yang
kurang memadai menuju lokasi
GreenThink Kapal kehati,
Ruhimat berjanji dalam dua
tahun kepemimpinannya, jalan
menuju lokasi sudah di beton.
Bahkan dua pekan setelah
kunjungannya, dia berjanji
sudah ada perbaikan sementara
terhadap kondisi jalan yang
tidak rata yang dapat berakibat
kecelakaan bagi pengguna jalan.
Komitmen terhadap perbaikan
infrastruktur jalan menuju
lokasi GreenThink, menurut
Ruhimat, adalah bagian dari
sinergi Pemerintah Kabupaten
Subang terhadap keberadaan
GreenThink yang disokong
sepenuhnya oleh PHE ONWJ
melalui program Corporate Social
Responsibility (CSR).
Lokasi GreenThink seluas 2,5
hektare merupakan lokasi yang
dimiliki oleh Perhutani dan
dijadikan sebagai kawasan
perkemahan dibawah koordinasi
Kwartir Ranting Blanakan juga
LMDH Cilamaya Girang.
Sejak 2011, lokasi itu
dimanfaatkan kelompok tani
alam maupun wisata edukasi.
Sebuah tempat yang layak untuk
diduplikasi di banyak lokasi
lainnya di Kabupaten Subang.
“Hutan merupakan mesin sirkulasi
air paling canggih yang tidak
dapat digantikan dengan apapun.
Hutan menghasilkan air dan
oksigen sebagai komponen yang
sangat diperlukan bagi kehidupan
manusia, demikian juga dengan
hasil hutan lainnya memberikan
berbagai manfaat bagi kehidupan
masyarakat,” demikian ucap
Ruhimat dalam sambutannya.
Pada kesempatan tersebut,
Ruhimat juga menyarankan
kepada masyarakat wilayah
Blanakan dan sekitarnya,
agar ikut serta dalam menjaga
eksistensi Kapal Kehati
GreenThink. Sebab, saat ini
hutan telah menjadi wahana bagi
para pelajar, mahasiswa dan
juga peneliti untuk melakukan
penelitian. Selain itu, hutan juga
menjadi lokasi rekreasi alam
berbasis pendidikan lingkungan
yang sedang digemari
masyarakat.
Sinergi yang baik dari
masyarakat, pemerintah maupun
mitra lainnya seperti perusahaan
menjadi sebuah keharusan, dari
hulu hingga hilir, jika melihat
bagaimana fungsi hutan yang
demikian besar. Bagi dia,
menjaga lingkungan, hutan
berarti menjaga kehidupan.
Untuk menjaga kehidupan, tidak
bersinergi dengan masyarakat
yang diwakili oleh Kelompok
Tani GreenThink di wilayah
Cilamaya Girang, sehingga
daerah yang sebelumnya tidak
terawat, tandus, kini menjadi
sebuah kawasan dengan ribuan
pohon dari berbagai jenis, tempat
ekosistem kembali berfungsi
sebagaimana mestinya. Tempat
ekonomi bergeliat dan tumbuh,
serta sebuah tempat yang
layak menjadi tujuan wisata
CSR
64
2xPMA 1 KW. Listrik yang
dihasilkan dari energi terbarukan
untuk menggerakan air, agar
sirkulasi air empang kolam
bagus. Ada juga sepeda goes,
saat dikayuh, menghasilkan
energi listrik.
Aruji menyampaikan, saat
menemani orang nomor
satu di Subang, ia sempat
menyampaikan keinginan
untuk memperluas wilayah
lokasi GreenThink, khususnya
di wilayah pesisir. Tujuannya
menyelamatkan sabuk
pantai dari abrasi sekaligus
mengoptimalkan wisata susur
pantai. Bupati setuju dengan
usulan tersebut dan langsung
berkomunikasi dengan kepala
Perhutani setempat sebagai
pemilik lahan.
“Alhamdulillah, Pak
Bupati setuju untuk
perluasan lokasi di
wilayah pantai,” ujar Aruji
sumringah.
Sebelum meninggalkan
lokasi GreenThink,
Ruhimat kembali
menyampaikan
apresiasi atas
program Kapal
Kehati GreenThink
yang diinisiasi oleh
PHE ONWJ. Ia
bahkan berniat untuk
menduplikasi program
tersebut di wilayah lain
GreenThink yang kemudian
bersinergi dengan PHE ONWJ
menjadi sebuah kawasan
Ecoedutourisme dengan manfaat
ekonomi yang berkelanjutan bagi
masyarakat sekitar.
Janji Bupati Ruhimat untuk
mewujudkan infrastruktur menuju
lokasi GreenThink dalam masa
dua tahun kepemimpinannya,
menjadi momentum bagaimana
sinergi yang terjadi di sana. PHE
ONWJ mewujudkan GreenThink
menjadi sebuah lokasi
eduecotourisme dan Pemerintah
Kabupaten Subang mewujudkan
infrastruktur menuju lokasi.
Apalagi, kendala infrastruktur
selama ini menjadi salah satu
kendala besar para pengunjung
untuk sampai di lokasi. Selama
ini, untuk menuju GreenThink,
pengunjung lebih memilih
melalui Karawang,
kemudian menyeberang
menggunakan perahu
menuju lokasi. Jalan di
wilayah Karawang, jauh
lebih baik dibandingkan
melalui Subang.
Usai menyampaikan
sambutan, bupati dan
rombongan mengelilingi
lokasi seluas 2,5 hektare
itu. Mulai melihat
peternakan kambing,
jamur, pembibitan
sayuran, jamur, kepiting
soka maupun kolam
ikan. Bupati yang didampingi
istri juga tak lupa melihat
diorama yang berada di dalam
bangunan berbentuk kapal.
Diorama tersebut menampilkan
film-film tentang lingkungan dan
keanekaragaman hayati.
Bupati didampingi Aruji
Kartawinata, Ketua Kelompok
Tani GreenThink yang sejak
awal terlibat dalam upaya
memanfaatkan lokasi untuk
kegiatan perkemahan juga untuk
kegiatan ekonomi produktif.
Bupati juga sempat mengunjungi
pembangkit listrik energi
terbarukan yang juga tersedia di
lokasi.
Ada panel surya dengan
kapasitas 4x250 KW dan juga
pembangkit listrik tenaga angin
dengan kapasitas generator
Foto
: Dok
. PH
E
Apalagi, PHE ONWJ
tidak selamanya terus ikut
mendampingi pengelolaan
GreenThink. Ada masa
pengelolaan sepenuhnya
diserahkan kepada warga dan
juga pemerintah setempat.
Tanpa ada kesadaran warga
untuk menjaga dan merawat
GreenThink, maka harapan
untuk menjadikannya sebagai
laboratorium belajar lingkungan
dan keanekaragaman hayati dan
juga lokasi wisata edukasi,tidak
akan berjalan. Poin utamanya,
sinergi harus tetap dirawat,
manfaatnya akan terus dirasakan.
“Kami Insya Allah sudah siap
untuk mandiri,” demikian ungkap
Aruji.
sebagai sumber ekonomi dari
sektor wisata edukasi tidak akan
terwujud.
Multiplier effect kehadiran
GreenThink sudah dirasakan
masyarakat sekitar. Pada
hari-hari libur dimana jumlah
pengunjung lebih banyak dari
biasanya, banyak masyarakat
sekitar yang ikut berjualan di
sekitar lokasi masuk. Bengkel
motorpun kini banyak hadir, baik
di sekitar lokasi atau jalanan
yang mengarah ke lokasi
GreenThink. Warga sekitar yang
sudah pensiun dari nelayan
pun kini ambil bagian dalam
pengelolaan GreenThink melalui
keikutsertaan dalam kelompok
tani.
di Kabupaten Subang, sehingga
manfaat lingkungan dan juga
manfaat ekonomi bisa dirasakan
oleh lebih banyak masyarakat di
wilayah Subang.
Masyarakat Subang, khususnya
Blanakan dan Cilamaya Girang
diharapkan ikut berpartisipasi
dalam merawat dan menjaga
lokasi Kapal Kehati GreenThink
yang kini sudah ditetapkan
menjadi Jawara Wisata Subang.
Konsekuensinya, lokasi
GreenThink akan menjadi tempat
banyak orang berkunjung, tidak
hanya dari wilayah Subang
tetapi juga wilayah lainnya.
Tanpa kepedulian masyarakat
untuk menjaga wilayah ini, maka
harapan menjadikan daerah ini
65
PT Pertamina (Persero) melalui
anak usahanya PT Pertamina
Hulu Energi bersama Satuan
Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi (SKK Migas) melaksanakan
penandatanganan Kontrak Kerja
Sama Bagi Hasil (KBH) atas
Wilayah Kerja (WK) Maratua yang
berlokasi di Kabupaten Berau,
Provinsi Kalimantan Timur di
Kantor Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM)
Jakarta, Kamis (18/2).
Penandatanganan dilakukan Dwi
Soetjipto, Kepala SKK Migas;
PERISTIWA
Meidawati, Direktur Utama
PHE, dan disaksikan Ignasius
Jonan, Menteri ESDM; Arcandra
Tahar, Wakil Menteri ESDM;
Dharmawan Samsu, Direktur
Hulu Pertamina.
Wilayah Kerja Maratua memiliki
potensi yang baik untuk
dikembangkan, dan dapat
berkontribusi untuk menambah
produksi migas Pertamina.
Skema pengelolaan sama
dengan wilayah kerja lain,
yakni gross split. Total investasi
sebesar US$7,75 juta yang
meliputi komitmen kerja pasti dan
signature bonus.
Pengelolaan blok eksplorasi ini
mendukung komitmen Pertamina
dalam kegiatan eksplorasi di
Indonesia. Pertamina pada 2018
sangat aktif menambah wilayah
eksplorasi, melakukan joint
study dan melakukan kegiatan
pemboran sumur eksplorasi.
Komitmen kerja pasti dialokasikan
untuk studi geologi & geofisika
(G&G) dan seismik 3D sejauh
500 km2 di wilayah tersebut.
Meidawati mengatakan, Blok
Maratua akan dioperasikan PHE
Lepas Pantai Bunyu.
“Program pengelolaan blok
ini telah kami siapkan dalam
jangka panjang untuk menjaga
kesinambungan pasokan gas
untuk kebutuhan domestik
Indonesia,” katanya.
Saat ini Blok Maratua adalah
wilayah kerja migas seluas
7.835,07 kilometer persegi
yang terletak di Cekungan
Tarakan. Area Kalimantan Utara
(Kaltara) yang merupakan
lokasi Cekungan Tarakan
memiliki kumulatif produksi yang
potensial. Di sekitar wilayah
tersebut, Pertamina juga memiliki
4 wilayah kerja aktif di area
Kaltara yaitu Pertamina EP
Aset 5 di Bunyu, PHE Nunukan
Company, JOB Pertamina –
Medco EP Simenggaris, dan
PHE East Ambalat.
Berdasarkan potensi yang
dimiliki cekungan Tarakan di
area Kaltara serta potensi
bisnis terintegrasi dengan
kilang Methanol, PLN, Jargas
Kota Tarakan dan Bunyu serta
pengembangan kawasan industri
lain di Kaltara maka penambahan
wilayah kerja di area Kaltara
melalui Wilayah Kerja Maratua
akan berpotensi menambah
cadangan dan produksi
serta memperkuat eksistensi
Pertamina di Kaltara.
66
Pertamina Siap eksplorasi di Timur indonesia melalui Blok Maratua
Foto
: Dok
. PH
E
67
PHe dan Migas Hulu jabar Tandatangani Addendum Pengalihan Pi 10% Blok onwj
PHE ONWJ, kontraktor di
bawah pengawasan dan
pengendalian SKK Migas, telah
menandatangani perjanjian
pengalihan dan pengelolaan 10%
hak partisipasi (Participating
Interest/PI) pada Wilayah Kerja
ONWJ dengan PT Migas Hulu
Jabar ONWJ.
Penandatanganan addendum
perjanjian pengalihan PI 10%
WK ONWJ adalah tindak lanjut
dari penandatanganan perjanjian
pengalihan dan pengelolaan
yang dilaksanakan di Bandung,
Jawa Barat pada Desember 2017.
Penandatanganan dilakukan
Meidawati, Direktur Utama
PHE dan Ryan Alfian Noor,
Direktur Utama MUJ ONWJ,
dan disaksikan Dharmawan
H.Samsu, Direktur Hulu PT
Pertamina (Persero), dan Yerry
Yanuar, Plt Kepala Dinas ESDM
Jawa Barat di Kantor Pusat
Pertamina Jakarta, Rabu (6/2).
Dharmawan mengatakan
penandatanganan addendum
merupakan komitmen bersama
untuk melaksanakan peraturan
perundang-undangan. Tujuan
akhirnya adalah kemitraan yang
sustainable antara industri
dengan daerah.
“Kami berharap mendapat
dukungan dari semua pihak,
khususnya mitra dari daerah
sebagai salah satu sistem
pendukung. Dengan adanya
kemitraan-kemitraan ini, semoga
bisa bersinergi dan menjadi
opportunity di lapangan sekaligus
sebagai upaya memajukan
perusahaan,” kata Dharmawan.
Menurut Meidawati, dalam
kegiatan pengelolaan wilayah
kerja, PHE selalu menjalankan
peraturan-peraturan sesuai
dengan GCG, termasuk
diantaranya Permen ESDM
Nomor 37 Tahun 2016.
“PHE ONWJ mendukung penuh
penyertaan Participating Interest
10% kepada pemerintah daerah.
Penandatanganan addendum ini
diharapkan menjadi awal baik
untuk bersama-sama memajukan
industri migas di Jawa Barat dan
DKI Jakarta guna mendukung
kebutuhan energi nasional dan
kebutuhan pelaku industri,” kata
Meidawati.
Ryan mengatakan layaknya
hubungan kakak dan adik,
BUMD dan BUMN bisa saling
bersinergi agar lebih maju dan
mendapatkan hasil maksimal.
Kami percaya bahwa untuk
mencapai kemandirian energi,
diawali dari kemandirian daerah.
Kami juga berharap PI ini
menjadi gerbang untuk sinergi
bisnis lainnya,” kata Ryan.
Produksi minyak dan gas bumi
PHE ONWJ disalurkan seluruhnya
untuk kebutuhan strategis nasional
seperti BBM, pembangkit listrik
dan bahan baku pembuatan
pupuk. Keterlibatan BUMD MUJ
ONWJ juga merupakan partisipasi
pertama dalam skema kontrak
gross split. Dengan pengalihan
PI, sinergi antara PHE ONWJ
dengan MUJ ONWJ serta
Pemerintah Daerah Jawa Barat
dan DKI Jakarta diharapkan dapat
memperlancar kegiatan operasi di
Blok ONWJ.
PERISTIWA
68 Tingkatkan Skill dan Kompetensi Pekerja, PHe Gelar Pelatihan ADR
PHE melalui Fungsi Relations
menggelar kegiatan
pelatihan Alternative Dispute
Resolution (ADR) bagi para
pekerja di lingkungan relations.
Pelatihan digelar dalam
rangka meningkatkan skill dan
kompetensi para pekerja PHE,
baik di kantor pusat maupun
anak perusahaan.
Kegiatan in house training ini
melibatkan pekerja PHE yang
kesehariannya berhubungan
langsung dengan para
stakeholder. PHE bekerja sama
dengan Universitas Diponegoro
mengundang Profesor Sudharto
P. Hadi, Ketua Dewan Proper,
Kementerian Lingkungan Hidup,
sebagai narasumber utama.
Pelatihan yang dibuka langsung Ifki
Sukarya, Vice President Relations
PHE ini dilaksanakan selama dua
hari, 21 hingga 22 Februari 2018 di
Gedung Antam, Jakarta.
Ifki berharap agar seluruh insan
PHE yang bertugas menghadapi
beragam permasalahan yang
terjadi di lapangan berkaitan
dengan stakeholder di area
kerja masing-masing, mampu
menerapkan insight yang
didapat dari pelatihan ADR ini.
Selama in house training ADR
berlangsung, peserta sangat
antusias dan beberapa diskusi
terjadi. Pada hari ke-2, peserta
melakukan praktek role play
dengan materi atau studi kasus
yang telah dipersiapkan para
penguji.
Dengan terlaksananya pelatihan
ADR ini, diharapkan para
peserta dapat memahami dan
mempunyai keterampilan tentang
ADR, mampu meningkatkan
peran serta dunia usaha
dalam penyelesaian masalah
lingkungan, meningkatkan
kinerja perusahaan, dan yang
paling utama adalah terciptanya
corporate sustainability.
Foto
: Dok
: PH
E
69
Tingkatkan Sinergitas, PHe Gandeng Kodam Bukit Barisan
Dalam rangka meningkatkan
sinergitas dan koordinasi
dengan Komando Daerah
Militer I Bukit Barisan, PHE
menandatangani kerja sama
pelaksanaan pekerjaan
infrastruktur di Wilayah Kerja
Kampar dan Wilayah Kerja Siak,
sekaligus bersilaturahmi dengan
TNI.
Penandatanganan kerja sama
dilakukan Meidawati, Direktur
Utama PHE dan Mayor Jenderal
TNI MS. Fadhilah, Panglima
Komando Daerah Militer I/Bukit
Barisan di Markas Komando
Daerah Militer I/Bukit Barisan,
Senin (4/3).
Meidawati didampingi Ekariza,
Direktur Operasi dan Produksi
PHE dan jajaran manajemen
PHE dan Manajemen PHE Siak/
Kampar, juga memaparkan
kondisi terkini terkait wilayah
operasi anak perusahaan
PHE yang masuk dalam
wilayah Kodam I Bukit Barisan,
diantaranya PHE Siak
& PHE Kampar, sekaligus
menyampaikan apresiasi
terhadap dukungan keamanan
dari TNI.
“Kami sangat menyadari
dukungan dari TNI sangat
penting, terutama dalam
mengamankan kegiatan operasi
PHE dan AP PHE, khususnya di
Sumatera Bagian Utara. Karena
itu, kami memandang koordinasi
dan perjanjian ini sangat penting.
Apalagi sebentar lagi kita akan
menghadapi periode pemilihan
umum serentak yang cukup
panjang,” kata Meidawati.
Fadhilah menegaskan sesuai
aturan yang berlaku, Kodam
Bukit Barisan akan mendukung
serta bekerja sama dengan
Pertamina, agar operasi berjalan
dengan lancar. “Sinergi dan
koordinasi yang baik menjadi
kunci kesuksesan dalam
kesiapan dan pencegahan
berbagai hal negatif yang
mungkin terjadi,” kata Fadhilah.
Pangdam juga mengapresiasi
kerja sama dengan Pertamina
selama ini yang sudah terjalin
sangat baik. Dukungan dari
Pertamina sudah sangat optimal
dalam menunjang kebutuhan
operasional TNI.
PERISTIWA
70
BERDIRI untuk NEGERI
Community Involvement & Development
Sebagai upaya peningkatan
produksi migas nasional,
PHE ONWJ sebagai kontraktor
kontrak kerja sama di bawah
pengawasan SKK Migas,
melakukan percepatan
pengembangan Lapangan
YY. Setelah selesai tahap
pabrikasi Anjungan YYA yang
dilakukan kontraktor EPCI PT
Meindo Elang Indah di Handil-1
Fabrication Yard, akhirnya
Senin (25/3) Anjungan YYA
diberangkatkan “Sail Away”
menuju lepas Pantai Utara Jawa
Barat.
Anjungan yyA Meluncur, Produksi Minyak PHe onwj akan Bertambah 4.065 BoPD
Luky Agung Yusgiantoro, Kepala
Divisi Manajemen Proyek dan
Pemeliharaan Fasilitas SKK
Migas, mengatakan Proyek YY
adalah salah satu proyek yang
secara ketat dipantau SKK Migas
karena akan on stream tahun
ini dan memberikan kontribusi
dalam mencapai target produksi.
“Apabila dimungkinkan kita akan
mendukung dan mendorong agar
proyek ini dapat selesai lebih
cepat,” tegas Luky saat Seremoni
Sail Away Anjungan YYA di
Handil, Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur.
Sejak dimulainya tahap pabrikasi
di Agustus 2018, milestone
pengembangan Lapangan
YY diharapkan memenuhi
OTOBOSOR (on time, on budget,
on scope and on return) dan
tentunya tetap mengedepankan
aspek keselamatan, kesehatan
dan lindung lingkungan dalam
pelaksanaanya.
Afif Saifudin, Direktur
Pengembangan PHE,
mengatakan aging facilities
adalah tantangan tersendiri dan
mengurangi natural decline
tentunya membutuhkan strategi
khusus. Pengembangan lapangan
YY adalah langkah nyata PHE,
khususnya PHE ONWJ untuk
mengejar target produksi
“Anjungan YYA yang direncanakan
terdiri dari tiga sumur dan slot
dua sumur tambahan untuk
antisipasi drilling pada masa
mendatang,” kata Afif.
Perjalanan menuju lokasi
pemasangan akan memakan
waktu selama sekitar 7-9 hari,
sehingga diperkirakan di awal
April, pemasangan Anjungan YYA
yang terdiri atas pile, jacket, dan
topside termasuk boat landing
anjungan sudah dapat dilakukan.
“Kami berharap pengembangan
lapangan YY sesuai dengan
time line,” kata Siswantoro M.
Prasodjo, General Manager PHE
ONWJ.
Proyek dengan alokasi biaya
US$85,4 juta dengan potensi
cadangan minyak dan gas
yang cukup besar mencapai
4 MMBO dan gas 21,2 BSCF
direncanakan berproduksi pada
akhir September 2019. Nantinya
Lapangan YY diharapkan akan
menyumbang tambahan produksi
minyak sebesar 4.065 BOPD
dan gas bumi mencapai 25,5
MMSCFD.
VP Relations
BERDIRI untuk NEGERI
Community Involvement & Development
Tata nilai PHE
BangkitkanenerGi neGeri
PT Pertamina Hulu EnergiJl. Letjen TB. Simatupang Kav. 99 Jakarta 12520T: +62 21 2954 7000 phe.pertamina.com
6C CLEAN (BERSIH)Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
COMPETITIVE (KOMPETITIF)Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
CONFIDENT (PERCAYA DIRI)Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
CUSTOMER FOCUS (FOKUS PADA PELANGGAN)Berorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
COMMERCIAL (KOMERSIL)Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
CAPABLE (BERKEMAMPUAN)Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun riset dan pengembangan.