pertimbangan hakim dalam memberikan dispensasi...
TRANSCRIPT
PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMBERIKAN
DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN AGAMA SENGETI KELAS 1B
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1)
Dalam ilmu hukum Keluarga Islam
Pada Fakultas Syariah
MILA MERTIANA
SHK. 162117
PEMBIMBING:
Drs. IBNU KASIR.,MHI
RASITO., SH., M.Hum.
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 1442H/2020 M
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mila Mertiana
NIM : SHK.162117
Jurusan : Hukum Keluarga Islam
Fakultas : Syariah
Alamat : Jln. Lorong Melati, RT/RW 008/003, Kelurahan Pijoan,
Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi
Jambi.
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang berjudul: “Pertimbangan
Hakim Memberikan Izin Dispensasi Kawin di Bawah Umur di Pengadilan
Agama Sengeti Kelas 1B” adalah hasil karya pribadi yang tidak mengandung
plagiarisme dan tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis orang lain,
kecuali kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang
dibenarkan secara ilmiah.
Apabila pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap mempertanggung
jawabkanya sesuai hukum yang berlaku dan ketentuan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh dari skripsi ini.
Jambi, 2020
Yang Menyatakan
Mila Mertiana
NIM. SHK.162117
iii
Pembimbing I : Drs. H. Ibnu Kasir.,M. Hi
Pembimbing II : Rasito.,SH.,M.Hum
Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi
Jl. Jambi- Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren
Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021
Jambi, 2020
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di-
JAMBI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Assalamualaikum wr wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi
saudara Mila Mertiana, SHK. 162117 yang berjudul:
“Pertimbangan Hakim Dalam Memberikan Dispensasi Nikah di Pengadilan
Agama Sengeti Kelas 1B.”
Telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi
syarat-syarat memperoleh gelar sarjana starata satu (S1) dalam jurusan Hukum
Keluarga Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi
kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.
Wassalamualaikum wr wb.
iv
v
MOTTO
ذ الأصهخ ا الأخز تانجذ ى انصانخ نذافظح عه انقذ “Memelihara hal-hal lama yang bagus dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik”
1
1 Moh Adib Bisri, Terjemah Al Faraidul Bahiyah Risalah Qowaid Fiqih, (Kudus: Menara
Kudus, 1977), hal. 17
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakann pedoman
tranliterasi berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543
b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Adapun secara garis besar uraiannya sebagai
berikut:
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab
Nama Huruf Latin Keterangan
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا
Ba´ B Be ة
Ta´ T Te ت
Sa´ Ṡ Es (dengan titik di atas) ث
Jim J Je ج
Ha´ Ḥ Ha (dengan titik di bawah) ح
Kha´ KH Ka dan Ha خ
Dal D De د
Źal Ż Zat (dengan titik di atas) ذ
Ra´ R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
Syin SY Es dan Ye ش
Sád Ṣ Es (dengan titik di bawah) ص
Dad Ḍ De (dengan titik di bawah) ض
Ta´ Ṭ Te (dengan titik di bawah) ط
Za´ Ẓ Zet (dengan titik di bawah) ظ
Ain ´ Koma terbalik di atas ع
Gain G Ge غ
Fa F Ef ف
Qāf Q Qi ق
Kāf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em و
Nun N En
Wawu W We و
Ha´ H Ha
Hamzah ' Apostrof ء
Ya´ Y Ye ى
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah di tulis Rangkap
Ditulis Muta„adiddah يتعد دة
Ditulis „Iddah عدة
vii
C. Ta„ Marbutah di Akhir Kata
1. Bila dimatikan tulis h
Ditulis Hikmah حكة
Ditulis „illah عهة
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang
sudah terserap kedalam bahasa Indonesia, seperti sholat, zakat,dan
sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya.
2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis dengan h.
‟Ditulis Karamatul al-auliya كر ية الأ و نيب ء
Bila ta’ marbutha hidup atau harakat, fathah, kasrah dan dommah ditulis t Ditulis Zakatul fitri ز كبة انفطر
D. Vokal Pendek
Ditulis A
Ditulis I
Ditulis U
E. Vokal Panjang
Fathah alif
جب ههية
Ditulis
Ditulis
Ā
Jāhiliyyah
Fathah ya‟ mati
يسعي
Ditulis
Ditulis
Ā
yas‟ā
Kasrah ya‟ mati
كريى
Ditulis
Ditulis
Ĭ
Karĭm
Dammah wawu mati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ũ
furũd
F. Vokal Rangkap
Fathah alif
بيكى
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Fathah wawu mati
قول
Ditulis
Ditulis
Au
Qaul
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan
Apostrof
Ditulis A‟antum ااتى
Ditulis U‟iddat اعد ت
Ditulis La‟in syakartum نئ شكرتى
H. Kata Sandang Alif Lam
1. Bila diikuti Huruf Qamariyyah
viii
Ditulis Al-Qur‟an انقر ا
Ditulis Al-Qiyas انقيب س
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkankan huruf/ (el)
nya
‟Ditulis As-Sama انسبء
Ditulis Asy-Syams انشس
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
Ditulis Zawi al-furud ذو انفروض
Ditulis Ahl as-sunnah اهم انسة
ix
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pertimbangan Hakim Dalam Memberikan Izin
Dispensasi Kawin di Bawah Umur di Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B.”
Dalam perkara-perkara yang menjadi wewenang Peradilan Agama, ada beberapa perkara
yang sangat berkaitan erat dengan hak-hak anak, diantaranya adalah perkara permohonan
dispensasi kawin. Dispensasi kawin adalah perkara voluntair berupa kelonggaran yang
diberikan oleh Pengadilan kepada calon suami isteri yang belum mencapai batas umur
terendah yaitu 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita agar dapat melangsungkan
perkawinan. Perkawinan dibawah umur memiliki dampak negatif dan menimbulkan
permasalahan baru, seperti perceraian, rawan terjadi kematian bagi ibu dan anak, dan
akan muncul kemiskinan. Selain itu, di dalam Pasal 7 ayat (2) Undang- undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak dijelaskan yang dimaksud dengan penyimpangan
itu apa sehingga dalam hal ini hakim harus menafsirkan sendiri isi dari pasal tersebut
dalam penetapan permohonan dispensasi kawin yang diajukan. Penelitian ini merupakan
penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode penelitian kualitatif
pendekatan yuridis empiris. Jenis dan sumber data yang digunakan yaitu data primer
berupa putusan pengadilan agama sengeti dan data sekunder berupa buku-buku, karya
ilmiah, dan lainnya. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability
sampling dengan jenis teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display), dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Adapun hasil dari penelitian ini.
Pertama, bagaimana prosedur pengajuan dispensasi kawin di Pengadilan Agama
Sengeti?, kedua, Bagaimana pertimbangan hakim dalam memberikan izin dispensasi
kawin di bawah umur di Pengadilan Agama Sengeti pada tahun 2018?
Kata Kunci: Dispensasi Kawin, Pertimbangan Hakim.
x
KATA PENGANTAR
انذذ الله انز أض ل انذ ف قه ب انعهى. انصلا ج انغلا و عه
اششف الا ثا ء انش عه عذ ا يذذ عه ان صذث انتا تع
نى تا دغا ان و انذ . أشذ ا لا ان الا الله أشذ ا عذ ا
يذذا عثذ سع ن.Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula diringan shalawat
serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini diberi judul “Pertimbangan Hakim Dalam Memberikan Izin
Dispensasi Kawin di Bawah Umur di Pengadilan Agama Sengeti.” merupakan
suatu penelitian terhadap pertimbangan hakim Pengadilan Agama Sengeti. yang
memberikan izin dispensasi kawin terhadap anak di bawah umur agar dapat
melangsungkan perkawinan.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis dapatkan baik dalam mengumpulkan data
maupun dalam penyusunannya, dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih
kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama
sekali kepada Yang Terhormat:
xi
1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asy‟ari, MA., Ph.D, sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Sayuti,S.Ag,M.H sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Agus Salim, M.A.,M.IR.,Ph.D, sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik, Bapak Ruslan Abdul Ghani,SH,M.Hum, sebagai Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan, Bapak Dr.
H.Ishaq,S.H.,M.HUM, sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama.
4. Ibu Mustiah RH, S. Ag., M.Sy Sebagai Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam,
dan Bapak Irsardunas, S.H.,M.H, Sekretaris Prodi Hukum Keluarga Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Drs. H. Ibnu Kasir.,MHi sebagai Pembimbing I.
6. Bapak Rasito.,SH.,Mhum, sebagai Pembimbing II.
7. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Bapak dan Ibuk Karyawan/Karyawati Perpustakan Fakultas Syariah dan
Perpustakan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Di samping itu, penulis sadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT
xii
kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.
Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Jambi, 2020
Penulis
Mila Mertiana
SHK. 162117
xiii
PERSEMBAHAN
Ya Allah, Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia,
dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah
memberi warna-warni kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu, Engaku berikan aku kesempatan untuk bisa sampai
Di penghujung awal perjuanganku Segala Puji bagi Mu ya Allah,
Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan
Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau
jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar
dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah
awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.
Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih,
menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu.
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Bapak dan Mamak tercinta, yang
tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat
dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu
kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.,, Bapak,..
Mamak...terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas
semua pengorbananmu.. dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas
mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh
nyawa hingga segalanya.. Maafkan anakmu Bapak,,, Mamak,, masih saja
ananda menyusahkanmu..
Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam.. seraya
tangaku menadah”.. ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau
tempatkan aku diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas
menjagaku,, mendidikku,, membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah
balasan setimpal syurga firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari
panasnya sengat hawa api nerakamu..
Untukmu Bapak (Junaidi),,,Mamak (Nurwakidah)...Terimakasih.... ... ( ttd.Anakmu)
xiv
Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang kalian impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih’ insyallah atas dukungan doa dan restu semua mimpi itu kan terjawab di masa
penuh kehangatan nanti. Untuk itu kupersembahkan ungkapan terimakasihku kepada kakak ku (Hendi Saputra) terimaksih telah
merawatku dan selalu membimbing ku sejak kecil hingga usia ku saat ini terimakasih telah banyak mengorbankan segala hal yang bahkan belum aku mengerti dahulu terimakasih telah memberikan kasih sayang tulus
tak terhingga. “Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan
bantuan Tuhan dan orang lain. Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama saudara-suadaraku.”
Terimakasih juga kuucapkan Kepada Teman sejawat Saudara seperjuangan HKI „16‟
kususnya HK B „16‟ serta saudara ku posko 31 gel III Lubuk Benteng “Tanpamu teman aku tak pernah berarti,,dan tanpamu aku bukan siapa-siapa yang
takkan jadi apa-apa”
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk
sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup tanpa mimpi ibarat arus
sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk
menggapainya.
Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.
Never give up!
Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”
Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat
kupersembahkan kepada kalian semua,, Terimakasih beribu terimakasih kuucapkan..
Atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku,
kurendahkan hati serta diri menjabat tangan meminta beribu-ribu kata maaf tercurah.
Skripsi ini kupersembahkan. -by” mila mertiana
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................
LEMBARAN PERNYATAAN .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ........................................................................................ xi
PERSEMBAHAN ............................................................................................. xiv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xviii
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
C. Batasan Masalah ............................................................................... 8
D. Tujuan penelitian .............................................................................. 8
E. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 9
F. Kerangka Teori ................................................................................ 9
G. Kerangka Konseptual ..................................................................... 15
xvi
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 23
B. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 24
C. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 25
D. Unit Analisis ..................................................................................... 26
E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 27
F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 28
G. Jadwal Penelitian ............................................................................ 30
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis ............................................................................... 31
B. Sejarah Pengadilan Agama Sengeti ............................................... 32
C. Visi Misi Pengadilan Agama Sengeti ............................................. 36
D. Keuasaan Peradilan Agama ........................................................... 37
E. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sengeti ......................... 39
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Prosedur Pengajuan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama
Sengeti Kelas 1B .............................................................................. 42
B. Pertimbangan Hakim Terhadap Penetapan Dispensasi Nikah Di
Pengadilan Agama Sengeti Kelas ................................................... 46
C. Dampak Negatif Dan Positif Pernikahan Di Bawah Umur ......... 68
xvii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 73
DATA INFORMAN .......................................................................................... 79
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 80
CURRICULUM VITAE ................................................................................. 105
xviii
DAFTAR SINGKATAN
1. Hlm : Halaman
2. KHI : Kompilasi Hukum Islam
3. UU : Undang-undang
4. UIN : Universitas Islam Negeri
5. Q.S : Al-Qur’an Surah
6. SWT : Subhanahu Wata’ala
xix
DAFTAR TABEL
Tabel I Jadwal Penelitian .................................................................................. 30
Tabel II Nama-Nama Kepala Pengadilan Agama ............................................. 34
Tabel IV Daftar Informan ................................................................................ 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan sunnatullâh yang umum dan berlaku pada
semua makhluknya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.
Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT. sebagai jalan
bagi makhluknya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya.
Pernikahan akan berperan setelah masing-masing pasangannya sudah
melakukan perannya masing-masing yang positif dalam mewujudkan
pernikahan tersebut.2
Bagi umat manusia, pernikahan merupakan fondasi masyarakat.
Dengannya dapat dibentuk keluarga yang memberikan rasa kasih sayang
dan pemeliharaan kepada anak-anaknya, melahirkan anggota keluarga yang
saleh yang mentransfusikan darah baru pada urat nadi masyarakat sehingga
dapat tumbuh, kuat, berkembang dan maju. Jadi pernikahan bukan hanya
pilihan individu, tetapi juga tanggu jawab sosial.3
Perkawinan merupakan satu hal yang dilakukan dengan serius yang
mengakibatkan seseorang akan terikat seumur hidup dengan pasangannya.
Oleh karena itu perkawinan membutuhkan persiapan yang matang, yaitu
kematangan fisik dan kedewasaan mental. Pada dasarnya kematangan
jiwalah yang sangat berarti untuk memasuki gerbang rumah tangga.
Perkawinan pada usia muda di saat seseorang belum siap fisik maupun
2 Slamet Aminuddin, Fiqh Munkahat (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), hlm . 9.
3 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara), hlm. 7.
2
2
mental sering menimbulkan masalah di kemudian hari, bahkan tidak
sedikit berantakan di tengah jalan4
Perkawinan Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 1 tahun
1974 tentang Perkawinan. Undang-undang tersebut merupakan salah satu
unifikasi hukum di Indonesia yang menampung aspirasi masyarakat yang
merupakan sumber hukum materil perkawinan.5 Berdasarkan pasal 1
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dijelaskan bahwa
“ perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”.6
Sedangkan pengertian perkawinan dalam ajaran agama Islam
mempunyai nilai ibadah, sehingga pasal 2 Kompilasi Hukum Islam (KHI)
yang merumuskannya bahwa
“ Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad
yang sangat kuat atau mitsaqan ghalan ghalizan untuk mentaati perintah
Allah dan melaksanaknnya merupakan ibadah”.7
Tujuan pernikahan secara jelas dijabarkan dalam Al-Qur‟an dan hadist
Nabi, yaitu di dalam surat Al-Rum ayat 21
جعم ا اجا نتغكا إن فغكى أص أ خهق نكى ي أ آات ي
ش و تفك اخ نق نك ف ر ح إ سد ج د كى ي ت
4 A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan: Nikah, Talak, Cerai dan
Rujuk (Bandung: al-Bayan, 1995), hlm . 18. 5 Ibid.,hlm.19.
6 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974.
7 Kompilasi Hukum Islam pasal 2.
3
Artinya: :“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
meciptakan untuk mu isteri-isteri dari jenis mu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diataramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.8
Surat Al-Nisa ayat 1
تث جا ا ص خهق ي ادذج فظ ا اناط اتقا ستكى انز خهقكى ي ا أ
كا الله الأسداو إ ت انز تغاءن اتقا الله غاء ا سجالا كثشا ي
كى سقث اعه
Artinya: “Hai sekalian Manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silahturahmi. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dang mengawasi kamu.” 9
Dan pendewasaan diri bagi pasangan suami isteri. Untuk mencapai
tujuan yang mulia tersebut, maka dibutuhkan persiapan yang matang bagi
calon suami dan isteri yang hendak membina keluarga.
Dalam perkara-perkara yang menjadi wewenang Pengadilan Agama
ada beberapa perkara yang sangat berkaitan erat dengan hak-hak anak,
diantaranya adalah perkara permohonan dispensasi kawin. Permohonan
dispensasi nikah adalah sebuah perkara permohonan yang diajukan oleh
8 Al-Qur‟an Surah AL-Rum Ayat 21.
9 Al-Qur‟an Surat An-Nisa Ayat 1.
4
pemohon perkara agar pengadilan memeberikan izin kepada yang
dimohonkan dispensasi untuk bisa melangsungkan pernikahan, karena
terdapat syarat yang tidak terpenuhi oleh calon pengantin tersebut, yaitu
pemenuhan batas usia perkawinan.10
Pengertian dispensasi nikah adalah suatu upaya kelonggaran yang
diberikan oleh pengadilan kepada calon suami isteri yang belum mecapai
batas umur terendah agar dapat melangsungkan perkawinan. Permohonan
dispensasi nikah bersifat voluntair produknya berbentuk penetapan. Yang
disebut dengan penetapan adalah putusan pengadilan atas perkara
permohonan. Dan tujuannya hanya untuk menetapkan suatu keadaan atau
status tertentu bagi diri pemohon. Dalam memeriksa dan mengadili perkara
dispensasi kawin hakim harus benar-benar memiliki dan
mempertimbangkan perkara dari berbagai segi, baik itu keadilan, maslahat
dan manfaat untuk anak jauh ke masa depannya.11
Penentuan batas umur anak untuk melangsungkan perkawinan
sangatlah penting sekali. Karena suatu perkawinan disamping menghendaki
kematangan biologis juga psikologis. Maka dalam penjelasan Umum
Undang-undang Perkawinan menyatakan, bahwa calon suami isteri itu harus
telah masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan secara
10
Muhammad Amin Sunma, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm 46. 11
Wawancara dengan Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Sengeti. Pada Tanggal
21 agustus 2019.
5
baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan
sehat.12
Untuk itu harus dicegah adanya perkawinan antar calon suami isteri
yang masih di bawah umur. Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Perkawinan
menetapkan pria harus sudah mencapai umur 19 tahun dan wanita harus
sudah mencapai umur 16 belas tahun, baru diizinkan untuk melangsungkan
perkawinan. Dan di dalam Pasal 7 ayat (2) dijelaskan, apabila belum
mencapai umur tersebut untuk melangsungkan perkawinan maka diperlukan
suatu dispensasi dari Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua
orang tua pihak pria maupun pihak wanita.13
Pada zaman yang sekarang semakin maju dan berkembang terutama di
bidang teknologi, sehingga memudahkan siapa saja termasuk anak-anak
untuk mengakses segala sesuatu dengan mudah dan cepat. Apabila hal ini
tidak ada pengawasan dari orang tua, pengetahuan agama yang kurang, dan
faktor keluarga, lingkungan dan teman yang tidak mendukung dan tidak
dibentengi denga hal-hal positif maka akan berdampak buruk kepada anak-
anak. Sehingga mereka akan masuk ke dalam pergaulan bebas dan
mengakibatakan sering terjadinya kehamilan sebelum adanya pernikahan.14
Dispensasi nikah merupakan salah satu ranah Hukum Perdata yaitu
masuk dalam hal perkawinan. Sehingga permohonnnya diajukan kepada
Pengadilan Agama yang memiliki kewenangan menerima, memutus dan
menyelesaikan perkara-perkara bagi orang-orang yang bergama Islam.
12
https://journal.uny.ac.id, diakses 22 Oktober 2019. 13
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia,(Jakarta: Rajawali Pers) hlm 59-61 14
Muhamad Ngafifi, “kemajuan teknologi dan pola hidup manusia”
6
Permohonan tersebut dapat dikabulkan maupun ditolak, sesuai dengan
pertimbangan hakim yang telah diberi kewenangan untuk mengadili perkara
tersebut.15
Dalam hal ini salah satunya adalah Pengadilan Agama Sengeti Kelas
1B yang berada di Kabupaten Muaro Jambi. Dalam perkara dispensasi
kawin penulis mendapatkan jumlah pengajuan yang diterima oleh
Pengadilan Agama Sengeti bahwa dalam tahun 2018 ada sebanyak 37
pengajuan dispensasi nikah yang diterima.16
Dari perkara ini pemulis
melihat bahwa memang benar adanya penyimpangan dan pengajuan
permohonan dispensasi kawin untuk anak yang umurnya masih dibawah 19
tahun bagi laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan dan pertimbangan-
pertimbangan hakim sebagai penentu apakah kasus itu ditolak atau
dikabulkan. Penulis sangat tertarik dengan pertimbangan hakim yang
mengabulkan permohonan tersebut yang padahal di undang-undang tidak
mengizinkan perkawinan di usia muda.
Perkawinan dibawah umur memiliki dampak negatif dan
menimbulkan permasalahan baru. Pertama, suami isteri yang menikah
dibawah umur rawan akan terjadinya perceraian. Sebelum menikah calon
suami isteri diperlukan kesiapan mental dari sisi lahir dan batin, termasuk di
dalamnya kematangan usia. Kedua, dari sisi kesehatan reproduksi rawan
terjadinya kematian pada anak dan ibu. Dalam kesehatan dikatakan bahwa
perempuan dibawah 21 tahun, seluruh organ reproduksinya belum siap
15
Wawancara dengan Panitera Muda Permohonan Pengadilan Agama Sengeti.pada
tanggal 19 Agustus 2019.. 16
http//.www.Pa.sgt.com, diakses pada tanggal 25 Agustus 219..
7
untuk dipakai mengandung dan melahirkan anak. Ketiga, akan muncul
kemiskinan karena secara ekonomi mereka belum siap bekerja. Keempat,
terjadinya eksploitasi anak yang karena menikah akhirnya mereka harus
bekerja dan merawat anak. Selain itu dalam pasal 7 ayat (2) Undang-undang
Nomor 1 tahun1974 tentang Perkawinan tidak dijelaskan yang dimaksut
dengan penyimpangan itu apa sehingga dalam hal ini hakim harus
menafsirkan sendiri isi dari pasal tersebut dalam penetapan permohonan
dispensasi nikah yang diajukan.17
Maka dari itu kebijaksanaan dan kehati-hatian dari pihak Pengadilan
sangat berperan dalam menetapkan permohonan dispensasi kawin baik
dalam mengabulkan maupun menolak yang harus sesuai dengan alasan yang
kuat, sehingga jumlah laju permohonan dispensasi kawin dapat ditekan.18
Berangkat dari uraian tersebut diatas peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai “ Pertimbangan Hakim Dalam Memberikan Dispensasi
nikah di Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B”.
17
Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Sengeti. 18
Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika).hlm.204.
8
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis ceritakan diatas, maka
muncul pokok permasalahan yang akan dikemukakan dalam penelitian
proposal skripsi ini sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur pengajuan permohonan izin dispensasi nikah di
Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B?
2. Apa saja yang menjadi pertimbangan hakim dalam memberikan izin
dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B?
3. Apa saja dampak negatif dan positif pernikahan di bawah umur?
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistematika
penulisan skripsi ini, sehingga membawa hasil yang diharapkan, maka
penulis membahas permasalahan yang akan dibahas, sehingga tidak keluar
dari topik pembahasan penelitian ini, penulis hanya membahas tentang
pertimbangan hakim dalam memberikan izin dispensasi kawin dibawah
umur di kantor Pengadilan Agama Sengeti kelas 1B pada tahun 2018.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui prosedur pengajuan permohonan izin dispensasi
nikah di Pengadilan Agama Sengeti.
9
b. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memberikan izin
dispensasi nikah di bawah umur.
c. Untuk mengetahui dampak negatif dan positif pernikahan di bawah
umur.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Akademis
1) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran yang berarti bagi peradilan agama dan semoga dapat
digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut oleh penelitian lainnya.
b. Kegunaan Praktis
1) Hasil dari penelitian ini diharpkan mampu memberikan deskripsi yang
jelas tentang pertimbangan hakim dalam penetapan dispensasi kawin
di Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B.
2) Sebagai bahan wacana, diskusi dan informasi bagi mahasiswa
Fakultas Syari‟ah program studi Hukum Keluarga Islam.
3) Sebagai pengetahuan oleh masyarakat khalayak umum khususnya
para remaja dalam berperilaku sehari-hari agar tidak terjerumus
kedalam kemaksiatan
10
E. Kerangka Teori dan Konseptual
a. Kerangka Teori
1. Maslahah Mursalah
Secara etimologi, kata " انصم ح" , "انصهذح" berarti sesuatu yang
baik, yang bermanfaat, dan ia merupakan lawan dari keburukan atau
kerusakan dan di dalam bahasa Arab sering pula disebut dengan انخش"
.yaitu yang baik dan benar , انصاب"19
Maslahah Mursalah ialah kebaikan yang tidak ada dalam nash Al-
Qur‟an maupun assunnah. Menurut ushul fiqh, maslahah murssalah adalah
menetapkan ketentuan-ketentuan hukum yang tidak disebutkan sama sekali
dalam Al-Qur‟an As sunnah karena pertimbangan kebaikan dan kerusakan
dalam kehidupan bermasyarakat. 20
Menurut bahasa maslahah mursalah artinya kebaikan yang dikirimkan
atau kebaikan yang terkandung. Mashalah mursalah yang dimaksudkan
oleh ahli uhsul fiqh adalah:
“bahwa terdapat suatu makna yang dirasa ketentuan itu cocok dengan
akal sedang dalil yang disepakati tentang (hal tersebut) tidak terdapat”.21
Pendapat Imam al-Ghazali Dalam menjelaskan pengertian al-
maslahah beliau mengemukakan bahawa al-maslahah pada dasarnya adalah
suatu gambaran dari pada meraih manfaat atau menghindarkan mudarat
yaitu ke arah memelihara tujuan syarak. Oleh itu dapat difahami bahawa
19 Romli, Pengantar Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 188.
20 Masruk Zuhdi, Pengatar Hukum Syariah, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1990),hlm:83.
21 Ibid. Hlm.85.
11
yang dimaksudkan dengan al-maslahah adalah meraih manfaat dan menolak
mudarat dalam rangka memelihara tujuan syarak, yang meliputi lima
perkara, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Jadi,
kemaslahatan menurut al-Ghazali harus sejajar dengan hukum syarak,
meskipun bertentangan dengan kepentingan. Hal ini disebabkan tidak
selamanya kemaslahatan manusia didasarkan pada kehendak syarak,
bahkan sering kali didasarkan kepada kemampuan akal yang terbatas dan
kadang- kadang pula didasarkan pada kehendak hawa nafsunya. Maka
dengan demikian, jika sesuatu keperluan manusia bertentangan dengan
syarak tidak dapat disebut dengan al-maslahah, tetapi sebaliknya hal itu
disebut al-mafsadah. Dalam hal ini beliau berkata: “Semua yang
mengandungi pemeliharaan tujuan syarak yang lima ini adalah al-maslahah
dan semua yang mengabaikan tujuan ini adalah al-mafsadah.22
Hakim mengedepankan konsep maslahah murshalah yaitu
pertimbangan kebaikan dan menolak kerusakan dalam masyarakat serta
upaya mencegah kemudharatan. Maslahat mursalah itu adalah maslahah
yang hakiki dan bersifat umum, dalam arti dengan dikabulkannya dispensasi
usia perkawinan terhadap anak yang belum cukup usia untuk melakukan
perkawinan dapat diterima oleh akal sehat bahwa ia betul-betul
mendatangkan manfaat bagi kedua calon mempelai serta keluarga masing-
masing mempelai dan menghindarkan mudharat dari perbuatan- perbuatan
22
H. Said Agil Husin Al-Munawar, Konsep al-Maslahah Sebagai Salah Satu Sumber
Perundangan Islam, ISLAMIYYAT 18 & 19 (1998),hlm. 62.
12
dosa yang dilakukan pasangan muda-mudi diluar perkawinan. Yang dinilai
akal sehat sebagai suatu maslahah yang hakiki betul-betul telah sejalan
dengan maksud dan tujuan syara‟ (membangun rumah tangga yang utuh)
dalam menetapkan setiap hukum, yaitu mewujudkan kemaslahatan bagi
umat manusia. Yang dinilai akal sehat sebagai suatu maslahah yang hakiki
dan telah sejalan dengan tujuan syara‟ dalam menetapkan hukum itu tidak
bertentangan dengan dalil syara‟ yang telah ada, baik dalam bentuk nash Al-
Quran dan sunnah, maupun ijma‟ ulama‟terdahulu. Maslahah mursalah itu
diamalkan dalam kondisi yang memerlukan dalam hal ini hakim
mengabulkan dispensasi usia perkawinan, yang seandainya maslahatnya
tidak diselesaikan dengan cara ini, maka umat akan berada dalam
kesempitan hidup, dengan arti harus ditempuh untuk menghindarkan umat
dari kesulitan dalam penyaluran nafsu biologis sehingga terhindar dari
perangkap perbuatan mesum diluar pagar pernikahan.23
2. Teori Penemuan Hukum
Teori penemuan hukum yang dilakukan oleh hakim sebagaimana yang
dikemukakan oleh J.J.H. Brungink, Achmad Ali, Curzon, dan B. Arif
Sidharta, biasanya menggunakan metode intrepetasi hukum atau kontruksi
hukum. Kontruksi hukum terjadi apabila tidak ditemukan ketentuan
Undang-Undang yang secara langsung
23 Skripsi Hasriani,” Dispensasi Pernikahan Di Bawah Umur Pada Masyarakat Islam Di
Kabupaten Bantaeng(Studi Kasus Pada Pengadilan Agama Kelas 2 Bantaeng Tahun 2013-
2015)”, Fakultas Syari‟ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri (Uin) Alauddin Makassar
2016.
13
Penemuan hukum merupakan konsep atau teori yang memberikan
arah bagaimana hakim menemukan aturan yang sesuai dengan peristiwa
atau fakta hukum yang terungkap di persidangan. Penemuan hukum
dilakukan dengan penyelidikan yang sistematis dan komprehensif terhadap
sekalian perundang-undangan dan sumber hukum lainnya yang relevan
dengan peristiwa atau fakta hukum tersebut.24
Kegiatan kehidupan manusia itu sangat luas, tidak terhitung jumlah
dan jenisnya, sehingga tak mugkin tercakup dalam satu peraturan
perundang-undangan yang dapat mencakup keseluruhan kegiatan kehidupan
manusia, sehingga tak ada peraturan perundang-undangan yang dapat
mencakup keseluruhan kegiatan kehidupan manusia, sehingga tidak ada
perturan perundang-undangan yang lengkap selengkap-lengkapnya dan jelas
sejelas-jelasnya. Oleh karena hukumnya tidak lengkap dan tidak jelas, maka
harus dicari dan diketemukan.25
Sekalipun benar undang-undang itu tidak lengkap, namun undang-
undang masih dapat menutupi kekurangan-kekurangannya sendiri, karena
undang-undang meiliki daya meluas, dan hukum sebagai sistem tertutup.
Kekurangan undang-undang menurut aliran penemuan hukum oleh hakim
hendaknya diisi oleh hakim dengan penggunaan hukum-hukum logika
(silogisme) sebagai dasar utamanya dan memperluas undang-undang bukan
rasio sesuai dengan perkembangan teori hukum berupa sistem pengertian-
24
Jaenal Aripin, Peradilan Agama Dalam Bingkai Reformasi hukum di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2008), hlm. 126. 25
Sudikno Mertokusumo, Penemuan hukum (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
2010), hlm.48.
14
pengertian hukum (konsep-konsep yuridis) sebagi tujuan hukum sebagi
saran sehingga hakim dapat mewujudkan kepastian hukum.26
Secara yuridis hakim tidak boleh untuk menolak suatu kasus atau
perkara dengan alasan tidak ada hukum, dengan kata lain hakim harus
menerima semua kasus/perkara meskipun belum ada hukumnya dan di sini
hakim harus beerperan untuk mengisin kekosongan hukum, berusaha untuk
menafsirkan suatu ketentuan hukum atau kaidah perundang-undangan yang
tidak ada atau kurang jelas. Hakim harus berusaha menemukan hukumnya.27
Ketentuan undang-undang yang berlaku umum dan bersifat abstrak,
tidak dapat diterapkan begitu saja secara langsung pada peristiwa konkret,
oleh karena itu, ketentuan undang-undang harus diberi arti, dijelaskan atau
ditafsirkan dan disuaikan dengan peristiwanya untuk diterapkan pada
peristiwanya itu. Peristiwa hukumnya harus dicari lebih dahulu dari
peristiwa konkretnya, kemudian undang-undang ditafsirkan untuk dapat
diterapkan.28
Penemuan hukum merupakan proses pembentukan hukum oleh
subyek atau pelaku penemuan hukum dalam upaya menerapkan peraturan
hukum umum terhadap peristiwanya berdasarkan kaidah-kaidah atau
metode-metode tertentu yang dapat dibentuk dalam ilmu hukum. Kaidah-
kaidah atau metode-metode tersebut digunakan agar penerapan aturan
26
Achmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif hukum Progresif ,(Jakarta:
Sinar Grafika, 2011).hlm.1. 27
Zaeni Asyahadie & Arief Rahman, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014. Hlm. 203. 28
Achmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif...,..,hlm.
4.
15
hukumnya terhadap peristiwa atas peristiwanya tersebut dapat dilakukan
secara tepat dan relevan menurut hukum, sehingga hasil yang diperoleh dari
proses tersebut juga dapat diterima dan dipertanggung jawabkan dalam ilmu
hukum.29
b. Kerangka Konseptual
1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan adalah perilaku mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan bukan saja
terjadi di kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tanaman, tumbuhan dan
hewan. Perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan yang
mengikuti perkembangan budaya manusia dalam kehidupan masyarakat.
Dalam masyarakat sederhana budaya perkawinannya sederhana, sempit dan
tertutup, dalam masyarakat yang maju (modern) budaya perkawinannya
maju, luas dan terbuka. Aturan tertib perkawinan sudah ada sejak dulu yang
dipertahankan anggota-anggota masyarakat dan para pemuka masyarakat
adat dan atau para pemuka agama. Aturan tata tertib itu terus berkembanmg
maju dalam masyarakat yang mempunyai kekuasaan pemerintah dan di
dalam suatu negara.30
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menentukan
batas usia nikah bagi pihak yang akan melangsungkan perkawinan dan
menjadikannya sebagai salah satu syarat perkawinan. Ketentuan tersebut
29
Ibid..hal. 5 30
Hilman Hadikmmusuma, Hukum Perkawinan Indonesia (Bandung: CV. Mandar Maju,
2007), hlm.1.
16
dijalaskan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan
bahwa:
“Perkawinan hanya diizinkan jika pria sudah mencapai umur 19
tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 tahun”31
Aturan batas usia tersebut kemudian dikuatkan dalam Kompilasi
Hukum Islam yaitu pasal 15 ayat (1)
“Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya
boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan
dalam pasal 7 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 yakni calon suami
sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-
kurangnya berumur 16 tahun”.32
Perkawinan memiliki tujuan yang sangat penting didalamnya yaitu
untuk mendapatkan keturunan yang sah bagi melanjutkan generasi yang
akan datang dan untuk mendapatkan keluarga bahagia yang penuh
ketenangan hidup dan rasa kasih sayang. Selain tujuan perkawinan,
perkawinan memiliki hikmah yang bisa kita temukan yaitu mengahalangi
mata dari melihat kepada hal-hal yang tidak dizinkan syara‟ dan menjaga
kehormatan diri dari terjatuh pada kerusakan seksual.33
2. Pertimbangan Hakim
Pertimbangan hakim adalah salah satu aspek yang sangat penting
untuk mewujudkan nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung
keadilan dan mengandung kepastian hukum, disamping itu terdapat juga
manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga pertimbangan hakim
ini harus disikapi dengan teliti, baik dan cermat. Jika pertimbangan hakim
31
Undang-undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 32
Kompilasi Hukum IslamP asal 15 Ayat 1. 33
Abdul Aziz Muahammad Azzam, Fiqh Muanakahat, (jakarta: Amzah), hlm. 7.
17
tidak teliti, baik dan cermat maka putusan hakim yang berasal dari
pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan.34
3. Dispensasi Nikah
Penentuan batas umur untuk melangsungkan perkawinan sangatlah
penting sekali. Karena suatu perkawinan disamping menghendaki
kematangan biologis juga psikologis. Maka dalam penjelasan umum
Undang-undang perkawinan dinyatakan, bahwa calon suami isteri itu harus
telah masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan agar
supaya dapat mewujudkan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada
perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. Untuk itu harus
dicegah adanya perkawinan antara calon suami isteri yang masih dibawah
umur.35
Dispensasi nikah adalah suatu kelonggaran atau keringanan yang
diberikan oleh pengadilan kepada calon suami isteri yang belum memenuhi
syarat materil dalam perkawinan yaitu belum mencapai batas umur
minimal.36
Dispensasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah pengecualian
dari aturan umum untuk keadaan yang khusus, pembebasan dari suatu
34
Mukti Aro, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet. V. Yogyakarta .
Pustaka Pelajar 2004. Hlm.140. 35
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1976),
Hlm. 26. 36
Ibid.hal.27.
18
kewajiban atau larangan.37
Dikatakan juga oleh Subekti dan Tjitrosubodo,
dispensasi artinya penyimpangan atau pengecualian dari suatu perintah.38
Dalam hal mendesak dan amat penting adakalanya dirasa perlu untuk
mempersamakan seorang anak yang masih di bawah umur dengan seorang
yang sudah dewasa, agar anak tersebut dapat bertindak sendiri dalam hal-hal
tertentu. Oleh karena itu dalam masalah pernikahan diadakan peraturan
tentang proses persamaan status bagi anak yang masih di bawah umur
dengan orang yang sudah dewasa yaitu melalui proses “Dispensasi Nikah”.
Dispensasi nikah itu sendiri mempunyai kekuatan hukum sesuai dengan UU
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 7 ayat (2);
“Dalam Hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat
meminta dispensasi nikah ke Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk
oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita.”39
Mengenai penerapan umur bagi calon pengantin Kompilasi Hukum
Islam mempertimbangkan kemaslahatan keluarga dan rumah tangga
perkawinan. Kompilasi dalam pasal 15 ayat (1) jo pasal 7 ayat (9) Undang-
undang Nomor 1 taun 1974 menetapkan bahwa umur calon laki-laki 19
tahun dan perempuan 16 tahun. Penetapan umur ini tidak disinggung dalam
fiqh , jadi merupakan hasil ijtihadiyah para perumus KHI. Dasar yang
digunakan adalah surat An-Nisa‟: 940
37
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta :
Balai Pustaka, 1995), Hlm. 238. 38
Subekti, dkk, Kamus Hukum. cet ke-4 (Jakarta: Pramita, 1979), Hlm. 40. 39
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 7 ayat (2). 40
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia. .. .,hlm . 78.
19
ى فهتقا الله ح ضعافا خافا عه ى رس خهف تشكا ي ن نخش انز
لا عذذا نقنا ق Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka”41
Ayat diatas bersifat umum, tetapi secara tidak langsung menunjukkan
perkawinan yang dilakukan pasangan usia muda akan menghasilkan
keturunan yang dikhawatirkan kesejahteraannya.42
Undang-undang Perkawinan ini menetapkan dengan bertujuan untuk
mencegah terjadinya perkawinan anak-anak, agar pemuda pemudi yang
akan menjadi suami isteri benar-benar telah masak jiwa dan raganya dalam
membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal. Begitu pula
dimaksudkan untuk dapat mencegah terjadinya perceraian muda dan agar
dapat membenihkan keturunan yang baik dan sehat, serta tidak berakibat
laju kelahiran yang lebih tinggi sehingga mempercepat pertambahan
penduduk. Selain itu bahwa batas umur yang lebih rendah bagi wanita untuk
kawin mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi dan berakibat pula
pada kematian ibu hamil yang relatif tinggi, pengaruh buruk lainnya adalah
kesehatan reproduksi wanita jadi terganggu.43
Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
terkandung beberapa asas-asas untuk menjamin cita-cita luhur perkawinan,
yaitu asas sukarela, partisipasi keluarga, poligami dibatasi secara ketat, dan
kematangan fisik dan mental calon mempelai. asas kematangan fisik dan
41
Al-Quran Surah An-Nisa ayat 49. 42
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia. .. .,hlm 78. 43
Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia. .. .,hlm. 205.
20
mental calon mempelai merupakan manifestasi dari ketentuan batas minimal
usia dapat melansungkan perkawinan.44
4. Peradilan Agama
Peradilan Agama adalah sebutan (titelateur) resmi bagi salah satu
diantara empat lingkungan Peradilan Negara atau Kekuasaan Kehakiman
yang sah di Indonesia. Tiga Peradilannya Adalah Peradilan Umum,
Peradilan Militer, Dan Peradilan Tata Usaha Negara.45
Bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan kekuasaan yang merdeka yang
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan Peradilan Umum,
lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi, untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.46
Pengadilan Agama menurut bahasa dewan atau majelis yang
mengadili perkara, mahkamah, proses mengadili keputusan hakim ketika
mengadili perkara (bangunan tempat mengadili perkara).47
Berdasrkan Pasal 49 UU No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, bahwa
Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang berAgama
44
Kustini, Menelusuri Makna Di Balik Fenomena Perkawinan Di Bawah Umur Dan
Perkawinan Tidak Tercatat, (Jakarta : Badan Litbang Dan Diklat,2013).Hlm. 5. 45
Roihan A Rasyid, Hukum Peradilan Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013),
Hlm. 5. 46
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Huruf .a,Tentang Kekuasaan Kehakiman. 47
https://kbbi.web.id, diakses pada tanggal 20 Oktober 2019.
21
Islam di bidang: Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah,Wakaf, Zakat, Infak,
Shadaqah, Dan Ekonomi Syariah.48
F. Tinjauan Pustaka
Pembahasan tentang dispensasi kawin banyak diteliti dan dikaji dalam
berbagai bentuk karya tulis baik dalam bentuk buku, skripsi, atau yang
lainnya dengan berbagai judul dan permasalahan yang bisa dijadikan
sumber informasi dari sekian banyak karya tulis ilmiah mengenai dispensasi
nikah ini ada beberapa pembahasan yang berhubungan terhadap topik yang
akan diteliti penulis. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Firman
Hadiyanto dengan judul skripsi “Dispensasi Nikah Dengan Pemeriksaan
Setempat (studi Analisis Perkara No. 079/pdt. P/PA.BL. Tentang Dispensai
Nikah)” .49
Penelitian kedua, yang dilakukan oleh Hartini, ia mengambil judul
tentang “Dispensasi Perkawinan di Bawah Umur di Pengadilan Agama
Kabupaten Madiun Perspektif Undang-undang No. 1 tahun 1974.50
Penelitian ketiga, Khoirin Nisa tentang “Pertimbangan Hukum
Dispensasi Nikah Oeh Hakim Pengadian Agama Sengeti (Analisis
Penetapan Perkara Nomor:46/PDT.P/2015/PA.SGT)”.51
48
Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Dan Mahkamah Syariah, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2017), Hlm. 53. 49
Firman Hadiyanto, “Dispensasi Nikah Dengan Pemeriksaan Setempat (studi Analisis
Perkara No. 079/pdt. P/PA.BL. Tentang Dispensai Nikah), Skripsi Sarjana, STAIN
Ponorogo,2013. 50
Hartini, “Dispensasi Perkawinan di Bawah Umur di Pengadilan Agama Kabupaten
Madiun Perspektif Undang-undang No. 1 tahun 1974”, (skripsi Sarjana, STAIN Ponorogo, 2008)
22
Penelitian keempat, Danu Aprilianto dengan judul “Dispensasi Nikah
dalam Perspektif Fikih dan Hukum Positif (Studi Putusan Pengadilan
Agama Purbalingga Tahun 2007-2008).52
Dari keempat penelitian terdahulu maka berbeda dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti. Karena dalam penelitian ini berangkat
dari permasalahan-permashan yang ada mengenai dispensasi kawin di
Pengadilan Agama Sengeti yang jumlah perkara dispensasi di Pengadilan
tersebut bisa dikatakan banyak pada tahun 2018. Dan peneliti akan lebih
menekankan pada bagaimana prosedur pengajuan dispensasi nikah di
Pengadilan Agama Sengeti kemudian mengenai pertimbangan hakim
memberikan izin dispensasi pernikahan dibawah umur di Pengadilan
Agama Sengeti Kelas 1B Kabupaten Muaro Jambi pada tahun 2018.
51
Khoirin Nisa, “Pertimbangan Hukum Dispensasi Nikah Oeh Hakim Pengadian Agama
Sengeti (Analisis Penetapan Perkara Nomor:46/PDT.P/2015/PA.SGT)”, (skripsi Sarjana, UIN
STS Jambi, 2018). 52
Danu Aprilianto dengan judul “Dispensasi Nikah dalam Perspektif Fikih dan Hukum
Positif (Studi Putusan Pengadilan Agama Purbalingga Tahun 2007-2008), (skripsi Sarjana, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).
23
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten
Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut
dapat memperoleh data yang diperlukan untuk menyusun serta
menyelesaikan proposal skripsi ini.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada tangga 5 sampai dengan oktober 2019.
a. Jenis Penelitian
Penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) yang
berlokasi di Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B Kabupaten Muaro Jambi.
Dalam penulisan ini permasalahan utama yang ingin diteliti dalam
penelitian ini adalah “ Perimbangan hakim Dalam Memberikan Izin
Dispensasi kawin Di Bawah Umur “
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif
yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma
hukum yang ada dalam masyarakat. Selain itu, dengan melihat singkronisasi
suatu aturan dengan aturan lainnya secara hierarki.
24
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan sendiri
oleh peneliti. Data primer adalah data yang berasal dari data lapangan dan
diperoleh dari pada responden.53
Jadi, semua keterangan untuk pertama
kalinya dicatat oleh peneliti. Dari Al-Quran, Al-Hadist, Kitab-Kitab dan
data primer ini di dapatkan juga dari salinan putusan atau berkas perkara
Dispensasi Kawin Pengadilan Agama Sengeti. Dan informasi dari hakim
atau panitera yang menangani perkara Dispensasi Kawin di Pengadilan
Agama Sengeti. Kemudian data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan
dan menghubungkan dengan masalah yang dikaji. Sumber data primer yang
diperoleh dari Pengadilan Agama Sengeti, adalah sebagai berikut:
1. Ketua Pengadilan Agama Sengeti
2. Hakim Pengadilan Agma Sengeti
3. Panitera Permohonan Pengadian Agama Sengeti
4. Panitera Muda Pengadilan Agama Sengeti
5. Panitera Pengganti Pengadilan Agama Sengeti
b. Data Sekunder,
53
Ishaq, metode Penelitian hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis serta Disertasi, (Bandung:
Alfabeta, 2017), Hlm. 71.
25
data sekunder adalah data yang diperoleh sumber perantara dan
diperoleh dengan cara mengutip dari sumber lain.54
Data sekunder yang
dimaksud adalah, Undang-Undang, kompilasi hukum Islam, buku, jurnal,
website, karya ilmiah dan peraturan-peraturan lainnya, serta buku-buku
lainnya yang berkaitan dengan masalah ini.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian. Untuk penelitian kualitatif, alat
yang digunakan adalah si peneliti itu sendiri (human instrument).55
Instrumen pengumpulan data juga termasuk cara mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian
jenis lapangan ini (field research), penulis menggunakan dua instrumen data
berupa dokumentasi dan wawancara.
1. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen. Metode dokumentasi dilakukan
dengan cara memperoleh data dengan menelusuri data-data mengenai
jumlah permohonan dispensasi yang masuk di pengadilan Agama Sengeti
pada tahun 2018, serta salinan penetapan hakim yang berhubungan dengan
54
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syariah Press dan fakultas
Syariah STS Jambi, 2014), Hlm. 34-35. 55
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertas,
(Bandung: Alfabeta, 2017), Hlm. 37.
26
penetapan dispensasi nikah di Pengadilan agama Sengeti pada tahun 2018.
Serta dokumen lainnya yang mendukung data primer peneliti.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu alat pengumpulan data yang
dilakukan dengan berhadapan laangsung dengan yang diwawancarai.56
Wawancara berguna untuk memperoleh informasi langsung dari responden
yang dilakukan secara sistematis serta memiliki nilai validitas dan
realibitas.57
Wawancara ini dilakukan bertujuan untuk mendaptkan
informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan
pada para informan. Dalam melakukan penelitian ini peneliti melakukan
wawancara langsung dengan informan yaitu hakim Pengadilan Agama
Sengeti dan Panitera muda Permohonan. Wawancara ini digunakan untuk
mengadili data dari sumber aslinya yakni hakim pengadilan Agama sengeti
mengenai pertimbangan hakim dalam menetapkan dispensasi nikah di
wilayah Pengadilan Agama Sengeti selama tahun 2018.
D. Unit Analisis
Unit analisis dalam penulisan skripsi perlu dicantumkan apabila
penelitian tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan
populasi dan sampel, baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi
swasta atau sekelompok orang. Unit analisis juga menjelaskan kapan waktu
(Tahun berapa, atau bulan apa) penelitian dilakukan, jika judul penelitian
56
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah,
(jakarta: Kencana, 2012), Hlm. 138. 57
Ishaq, Metode Penelitian Hukum. . .. . ., Hlm. 115.
27
tidak secara jelas menggambarkan mengenai batasan waktu tersebut.58
Dalam penelitian ini, unit analisisnya adalah Kantor Pengadilan Agama
Sengeti Kelas 1B Kabuapten Muaro Jambi. Penetapan unit analisis tersebut,
karena penelitian yang dilakukan tidak menggunakan populasi dan sampel,
namun hanya menggunakan dokumen-dokumen yang berasal dari Kantor
Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B Kabuapten Muaro Jambi dan
informasi-informasi yang berasal dari aparat-aparatnya saja.
Maka yang menjadi informannya adalah: tiga Hakim Pengadilan
Agama Sengeti, Panitera Muda Permohonan, dan Panitera Muda Hukum .
Jadi, keseluruhan informannya berjumlah 5 orang.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan data dalaam
periode tertentu. Menurut Miles dan Hbermaan analisis data kualitatif
adalah suatu proses analisis yang terdiri dri tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan, yitu daata reduction, data display dan conclusion.59
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data reduction adalah merangkum, memilih data-data yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya.
Artinya data-data umum yang diperoleh selama penelitian di Pengadilan
Agama Sengeti. Data-data penelitian dirangkum dan diambil bagian yang
58
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syariah Press, 2012), hlm. 62. 59
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (jakarta:
Bumi Aksara, 2008), Hlm. 85.
28
pokok supaya dapat memberi gambaran yang jelas, sehingga
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya.60
2. Penyajian data atau data display
Penyajian Data (Data Display) adalah pendeskripsian sekumpulan
informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat juga
berbentuk matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang
guna menggabungkan informasi tersusun dalam bentuk yang padu dan
mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan di akhir
penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan
melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran
kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitian itu
dilaksanakan. 61
F. Sistematika Penulisan
Penyusuan skripsi ini terbagi dalam lima bab, dan setiap bab terdiri
dari beberapa sub-bab yang membahas permasalahan-permasalahan
tersendiri tetapi tetap saling berkaitan. Hasil penelitian yang diperoleh
setelah dilakukan analisis, kemudian disusun dalam bentuk laporan akhir
dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
60
Sugiyono, Metode Peneletian Pendidikan (pendekatan kualitatif), (Bandung:
Alfabet,2016), Hlm. 338. 61
Sugiyono, Metode penelitian,. . .. ., Hlm. 345.
29
Bab Pertama, berisi tentang pendahuluan yang membahas mengenai
latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, kerangka teori, dan tinjauan pustaka.
Bab Kedua, berisi tentang metode penelitian yang membahas
mengenai lokasi penelitian, jenis dan pendekatan penelitian, jenis dan
sumber data, instrumen pengumpulan data, unit analisis, teknik analisis data,
sistematika penulisan, dan jadwal penelitian.
Bab Ketiga, penulis membahas mengenai gambaran umum pengadilan
Agama Sengeti. Bab ini terdiri dari sub-sub sebagai berikut: sejarah
Pengadilan Agama Sengeti, Letak geografis Pengadilan Agama Sengeti,
tugas dan wewenang Pengadilan Agama Sengeti, Struktur organisasi
Pengadilan Agama Sengeti.
Bab keempat pula menyentuh tentang Pertimbangan Hakim dalam
Menberikan Izin Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Sengeti. Bab ini
terdiri dari sub-bab sebagai berikut: Prosedur pengajuan dispensasi kawin di
Pengadilan Agama Sengeti, pertimbangan hakim terhadap penetapan
dispensasi kawin di bawah umur di Pengadilan Agama Sengeti.
Bab kelima, adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran
dan kata penutup
G. Jadwal Penelitian
Untuk mempermudah langkah-langkah didalam penelitian ini maka
30
Tabel I
Jadwal Penelitian
No
. Kegiatan
Tahun 2019
Feb
ruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustu
s
1 1 2 3 1 1 2 3 4 1 2 4
1. Pengajuan
Judul
X
2. Pembuatan
Proposal
x X
3. Penunjukan
Dosen
Pembimbing
x
4. Keluar Jadwal
Seminar
X
5. Ujian Seminar
Proposal
X
6. Pengesahan
Judul
X
7. Surat Izin
Riset
X
8. Pengumpulan
Data
X x x x
9. Pengelolaan
dan Analisis
Data
X
10. Bimbingan dan
perbaikan
Skripsi
X
11. Agenda dan
Ujian Skripsi
12. Perbaikan dan
Penjilidan
31
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis
Berdasarkan Undang Undang Nomor 54 Tahun 1999 sebagai daerah
pemekaran dari Kabupaten Batang Hari, secara resmi Pemerintah
Kabupaten Muaro Jambi mulai dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 1999.
Pusat Pemerintahan di Kota Sengeti sebagai ibu Kota Kabupaten Muaro
Jambi dengan Pusat Perkantoran di Bukit Baling Kecamatan Sekernan.
Luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi ± 5.246 KM2, secara
administrasi mempunyai batas-batas wilayah, sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Secara Geografis Kabupaten Muaro Jambi terletak antara 10 511
Lintang Selatan sampai dengan 20 011 Lintang Selatan dan diantara 1030
151 Bujur Timur sampai dengan 1040 301 Bujur Timur. Kabupaten Muaro
Jambi merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan
laut, antara lain:62
a. 0 – 10 Meter = 11,80%
b. 11 – 100 Meter = 23,70%
62
Dokumentasi Di Kantor Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 20
Agustus 2019.
32
c. 101- 300 Meter = 4,50%
Secara Administratif Kabupaten Muaro Jambi terdiri dari 11 (sebelas)
Kecamatan, 5 Kelurahan, dan 146 Desa.63
B. Sejarah Pengadilan Agama Sengeti
Eksitensi Peradilan Agama sudah ada sebelum Indonesia merdeka.
Namun kewenangannya hanya sebatas mengadili Perkara dalam ruang
lingkup Hukum Keluarga diantara orang-orang pribumi yang beragama
islam. Eksitensi Peradilan Agama yang tercantum dalam Undang-Undang
nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menegaskan bahwa
kedudukanan tugas. Peradilan Agama sebagai Kekuasaan Kehakiman
sejajar dengan Pengadilan lain yang ada, dikarenakan Peradilan Agama
sebagai salah satu Badan Peradilan Negara disamping tiga Badan Peradilan
lainnya (Peradilan Umum, Militer, dan Tata Usaha Negara) di negara
Republik Indonesia ini.
Pengadilan Agama Sengeti yang berada di wilayah Yuridiksi
Pengadilan Tinggi Agama Jambi yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1957 tentang Pembentukan Pengadilan Agama
atau Mahkamah Syar‟iah diluar jawa dan madura yang kemudian diringi
dengan Penetapan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
1957 Tanggal 13 November 1957 tentang Pembentukan Pengadilan Agama
atau Mahkamah Syar‟iyah di Sumatera. Eksistensi Pengadilan Agama
63
Dokumentasi Di Kantor Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 20
Agustus 2019.
33
Sengeti didasarkan pada Keputusan Presiden Indonesia Nomor 62 Tahun
2002 tanggal 28 Agustus 2002 . Pengadila Agama Sengeti sebelumnya
merupakan bagian dari Pengadilan Agama Muara Bulian. Pengadilan
Agama Sengeti diresmikan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggaraan Haji rs. H. Taufiq Kamil pada tanggal 23 April
2003 di Kantor Bupati Muaro Jambi. Pada periode awal Kantor Pengadilan
Agama Sengeti menempati rumah penduduk Desa Sengeti yang bernama
Drs. Thohri Yasin dan Endrawati. Pada tahun 2004 Kantor Pengadilan
Agama pindah dan memakai gedung Dinas Perkebunan Kabupaten Muaro
Jambi.
Pada tahun 2005 mulailah dibangun Gedung Pengadilan Agama
Sengeti yang permanen dan selesai pada tahun itu. Gedung Pengadilan
Agama Sengeti terletak di komplek perkatoran Bukit Cinto Kenang
Pemerintahan Daerah Kabupaten Muaro Jambi yang diresmikan pada hari
Senin tanggal 20 Februari 2006 M bertepatan dengan tanggal 21 Muharram
1427 H oleh Wakil Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Bidang
Non Yudisial dan ditanda tangani oleh Drs. H. Syamsuhadi Irsyad, SH.,MH.
Pada saat yang sama diresmikan pula Gedung Pengadilan Agama Tebo dan
Sabak yang juga masuk Wilayah Pengadilan Tinggi Agama Jambi.64
Ketua Pengadilan Agama Sengeti yang pertama dijabat oleh Drs.
Usman Karim dan wakilnya adalah Drs. H. Wachid Ridwan.
Panitera/Sekretaris dijabat oleh Drs. Thohri Yasin. Setelah Ketua memasuki
64
Dokumentasi Di Kantor Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 20
Agustus 2019.
34
masa purnabakti tahun 2004, jabatan Ketua dilaksanakan oleh wakil ketua
sebagai PLH Ketua Pengadilan Agama Sengeti. Berikut nama-nama Ketua
Pengadilan Agama Sengeti dari masa kemasa :65
Tabel II
Nama-Nama Kepala Pengadilan Agama Sengeti66
No Nama Masa Jabatan
1. DRS. USMAN KARIM 2003-2004
2. DRS. SYEKHAN AL JUFRI 2005-2009
3. DRS. AZWAR, S.H. 2009-2013
4. DRA. HJ. SARTINI,S.H. MH 2014-2016
5. DRS.M. JHON AFRIJAL, SH.,M.H 2016-2017
6. DRS. H. ABDAN KHUBBAN, S.H. M.H 2018-2019
7. Dra. Ma’ripah 2020
Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang
Peradilan Agama merupakan Pengakuan akan eksitensi dan keberadaan
Peradilan Agama di Indonesia. Undang-undang ini tidak saja mengatur
kedudukan, kewenangan, dan hukum acara Peradilan Agama secara
eksplisit, tetapi juga telah mengangkat kedudukan aparatur Peradilan Agama
65
Dokumentasi Di Kantor Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 20
Agustus 2019. 66
Nama-Nama Kepala Pengadilan Agama Sengeti Tahun 2019
35
setara dengan aparatur peradilan lainnya.67
Bahkan terobosan lain yang
dianggap fenomenal dibawa oleh undang-undang ini adalah trkait
dihapusnya keberadaan fiat eksekusi, sehingga Pengadilan Agama diberi
kewenangan penuh mengeksekusi putusannya sendiri. Sampai kemudian
lahir undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sebagai perubahan atas
Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan
Kehakiman yang mengahruskan penyatuatapan lembaga peradilan (one roof
system) di bawah Mahkamah Agung.
Disamping Undang-undang tersebut diatas, keberadaanya yang terkait
dengan fungsinya yaitu memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara
keluarga telah dimuat juga dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
tentang Perkawinan. Upaya untuk selalu menjadikan Peradilan Agama tetap
eksis sebagai lembaga Peradilan tidak cukup disini, maka untuk
memperkuat cita-cita tersebut diwujudkan pula dalam bentuk lahirnya
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yamg telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 yang didalamnya
memuat kewenangan Pengadilan Agama tidak sebatas dalam bidang Hukum
Keluara saja tetapi termasuk didalamnya bidang Ekonomi Syari‟ah.68
Dengan bertambahnya kewenangan ini menunjukkan bahwa Peradilan
Agama sebagai pelaku Kekuasaan Kehakiman telah diakui oleh Negara dan
Masyarakat. Disamping itu berdasarkan tuntutan masyarakat akan
keberadaan dan kedudukannya ini yaitu untuk memperkuat prinsip dasar
68 Dokumentasi Di Kantor Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 20
Agustus 2019.
36
dalam penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman. Maka telah dilakukan
perubahan yang kedua terhadap Undang-Undang tersebut yaitu Undang-
Undang Nomor 50 Tahun 2009.
1. Visi
Visi Pengadilan Agama Sengeti adalah adalah “ Terwujudnya
Pengadilan Agama Sengeti Yang Agung”
Visi Pengadilan Agama Sengeti tersebut merupakan kondisi yang
diharapkan dapat memotivasi seluruh karyawan-karyawati Pengadilan
Sengeti dalam menjalankan aktivitas. Pernyataan visi Pengadilan Agama
Sengeti tersebut memiliki pokok pengertian sebagai berikut : Bahwa yang
ingin dicapai melalui visi ini adalah menjadikan Pengadilan Agama Sengeti
sebagai lembaga peradilan yang di kelola dan diawasi oleh hakim dan
pegawai yang memiliki kemuliaan, kebesaran dan keluhuran sikap dan jiwa
dalam melaksanakan tugas pokoknya memutus perkara.69
2. Misi
Berdasarkan visi Pengadilan Agama Sengeti yang telah ditetapkan
tersebut, maka ditetapkan beberapa misi Pengadilan Agama Sengeti sebagai
fokus program kerja untuk mewujudkan visi tersebut. Misi Pengadilan
Agama Sengeti tersebut adalah :
1. Menjaga kemandirian lembaga peradilan,
2. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan
3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan,
69
Dokumentasi Di Kantor Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 20
Agustus 2019.
37
4. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan
C. Kekuasan Peradilan Agama
Kekuasaan kehakiman di Lingkungan Badan Peradilan Agama
dilaksanakan oleh Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama dengan
tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Pengadilan ini
berpuncak kepada Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi.
Berbicara tentang kekuasaan Peradilan dalam kaitanya dengan Hukum
Acara Perdata, biasanya menyangkut dua hal, yaitu tentang “Kekuasaan
Absolut” dan “Kekuasaan Relatif”.
1. Kekuasaan Absolut
Kekuasaan absolut adalah kekuasaan badan pengadilan dalam
memeriksa jenis perkara tertentu yang secara mutlak tidak dapat diperiksa
oleh badan pengadilan dalam lingkungan pengadilan lain. Kekuasaan
absolut ini memberikan jawaban atas pertanyaan: apakah peradilan tertentu
itu pada umumnya berwenang memeriksa jenis perkara tertentu yang
diajukan kepadanya dan bukan wewenang pengadilan lain.70
Kekuasaan absolut pengadilan dalam lingkungan pengadilan agama
diatur dalam pasal 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006, atas asas
personalisasi Keislaman, dalam pasal 2 disebutkan bahwa peradilan agama
70
Dokumentasi Di Kantor Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 20
Agustus 2019.
38
merupakan salah satu pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara-perkara perdata
tertentu yang diatur dalam pasal 49 ayat (1) undang-undang Nomor 3 Tahun
2006, yaitu bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq,
shadaqah dan ekonomi syariah.
2. Kekuasaan Relatif
Kekuasaan relatif adalah untuk menjawab pertanyaan kepada
pengadilan dimanakah gugatan atau tuntutan harus diajukan. Kekuasaan
relatif diartikan sebagai kekuasaan pengadilan yang satu jenis dan satu
tingkatan lainnya, misalnya antar Pengadilan Agama Jambi dengan
Pengadilan Agama Sengeti. Kekuasaan relatif ini pada dasarnya berkaitan
dengan wilayah hukum suatu pengailan. Pasal 4 Undang-undang Nomor 7
Tahun 1989 ayat (1) menyebutkan:
“Pengadilan Agama Berkedudukan di Kotamadya atau ibukota
Kabupaten dan darah hukumnya meliputi wilayah Kotamadya atau
kabupaten”.71
Adapun kekuasaan relatif Pengadilan Agama Sengeti adalah
a. Kecamatan Jambi Luar Kota
b. Kecamatan Mestong
c. Kecamatan Sekernan
d. Kecamatan Maro Sebo
e. Kecamatan Kumpeh
f. Kecamatan Sungai Bahar
71
Dokumentasi Di Kantor Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 20
Agustus 2019.
39
g. Kecamatan Sungai Gelam
h. Kecamatan Taman Rajo
i. Kecamatan Sungan Bahar Utara
j. Sungai Bahar Selatan72
D. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sengeti
Struktur organisasi adalah bagian yang memuat aturan kedudukan atau
jabatan dan para personilnya serta gambaran hubungan dari masing-masing
kedudukan atau jabatan, sehingga dapat diketahui tugas dan tanggung jawab
para pemegang kedudukan atau jabatan tersebut. Struktur Organisasi
Pengadilan Agama Sengeti telah tersusun sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-undang Nomor 50 tahin 2009 tentang Petubahan
Kedua atas Undang-undangNomor 7 tahun 1989 tentang Perailan Agama
serta Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : KMA /
004/SK/I/1992 tentang susunan Organisasi dan Tata kerja Kepaniteraan
Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama.
Setelah Ketua Mahkamah Agung menandatangani peraturan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tanggal 7
Oktober 2015, maka struktur Organisasi di Pengadiolan Agama Sengeti
mengalami perubahan. Diantara hal yang membedakannya adalah adanya
pemisahan anatara Panitera dan Sekretaris serta terdapat nomenklatur baru
pada jabatan di bagian Kesekretariatan. Adapun struktur Organisasi
72
Dokumentasi Di Kantor Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 20
Agustus 2019.
40
Pengadilan Agama Sengeti pasca peraturan mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor7 Tahun 2015 adalah sebagai berikut:73
73
Dokumentasi Di Kantor Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 20
Agustus 2019.
41
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Dispensasi Nikah
Dispensasi nikah diperlukan bagi calon pengantin pria yang belum
berumur 19 tahun dan calon pengantin wanita belum berumur 16 tahun.
Sebagaimana ditentukan dalam undang-undang Perkawinan hanya diizinkan
jika pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai
umur 16 tahun Undang-undang Nomor 1 1974 pasal 7 ayat (1). Dalam hal
penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada
pengadilan atau pejabat lain, yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria
maupun pihak wanita Undang-undang Nomor 1 1974 pasal 7 ayat (2).
Bentuk perkara di Pengadilan Agama ada 2 (dua) macam, yaitu;
perkara gugatan (kontentius) dan perkara permohonan (voluntair). Prosedur
pengajuan perkara permohonan sama dengan prosedur mengajukan
gugatan.74
Adapun mekanisme pengajuan perkara permohonan di
Pengadilan Agama Sengeti adalah sebagai berikut:
1. Meja 1, menerima surat permohonan yang berisi, Identitas para pihak,
fundamentum petendi/posita, petitum, menaksir panjar biaya perkara
dan menuliskannya pada Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). Bagi
yang tidak mampu dapat diijinkan secara prodeo (cuma-cuma).
74 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama.
(Jakarta:Yayasan Al-Hikmah, 2000), Hlm. 8.
43
2. Kasir, pemohon menyerahkan surat permohonan dan SKUM. Kasir
kemudian; menerima uang tersebut dan mencatat jurnal perkara,
menandatangani dan memberi nomor perkara serta tanda lunas pada
SKUM, mengembalikan surat permohonan dan SKUM kepada
pemohon.
3. Meja 2, mendaftar permohonan dalam register, memberi nomor
perkara dengan nomor SKUM, menyerahkan kembali kepada
penggugat atau pemohon satu lembar surat gugatan atau permohonan
yang telah terdaftar, mengatur berkas perkara dan menyerahkannya
pada wakil panitera untuk disampaikan ke Ketua Pengadilan Agama
melalui Panitera.
4. Ketua Pengadilan Agama, mempelajari berkas dan Membentuk PMH
(Penetapan Majelis Hakim).
5. Panitera, menunjuk panitera sidang dan menyerahkan berkas
permohonan/gugatan ke majelis.
6. PMH (Penetapan Majelis Hakim), membuat PHS (Penetapan Hari
Sidang), memanggil para pihak melalui juru sita dan menyidangkan
perkara.
7. Meja 3, menerima berkas dari majelis hakim, memberitahukan isi
putusan kepada pihak-pihak lewat jurusita, memberitahukan ke meja II
dan kasir yang bertalian dengan tugas mereka, menetapkan kekuatan
hakim, menyerahkan salinan putusan kepada pemohon dan instansi
terkait, menyerahkan berkas kepada panitera muda.
44
8. Panitera Muda Permohonan, mendata perkara, melaporkan dan
mengarsipkan75
.
Proses penyelesaian perkara permohonan dispensasi kawin di
Pengadilan Agama, Ketua Majelis Hakim setelah menerima berkas
perkara, bersama-sama hakim anggotanya mempelajari berkas perkara.
Kemudian menetapkan hari dan tanggal serta jam kapan perkara itu
disidangkan serta memerintahkan agar para pihak dipanggil untuk datang
menghadap pada hari, tanggal, dan jam yang telah ditentukan. Kepada para
pihak diberitahukan pula bahwa mereka dapat mempersiapkan bukti- bukti
yang diajukan dalam persidangan.
Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum
oleh Ketua Majelis, maka para pihak berperkara dipanggil ke ruang
persidangan. Kemudian ketua majelis membacakan surat permohonan
pemohon yang telah didaftarkan di kepaniteraan pengadilan agama.
Selanjutnya ketua majelis memulai pemeriksaan dengan pertanyaan
pertanyaan yang diajukan kepada pemohon, anak pemohon dan calon anak
pemohon secara bergantian. Kemudian Ketua Majelis melanjutkan
pemeriksaan bukti surat, dan pemohon menyerahkan bukti surat.
a. Foto copy surat kelahiran atas nama anak pemohon yang dikeluarkan
oleh kepala desa atau kelurahan.
b. Surat pemberitahuan penolakan melangsungkan pernikahan Model N-
9 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama.
75
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, ( Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2007), hlm. 61.
45
Selanjutnya Ketua Majelis menyatakan sidang diskors untuk
musyawarah. Pemohon, anak pemohon dan calon anak pemohon
diperintahkan ke luar dari ruang persidangan. Setelah musyawarah selesai,
skors dicabut dan pemohon dipanggil kembali masuk ke ruang
persidangan, kemudian dibacakan penetapan yang amarnya sebagai berikut
mengadili.
1) Mengabulkan permohonan pemohon.
2) Menetapkan memberi Dispensasi kepada pemohon untuk menikahkan
anaknya bernama xx dengan xxx.
3) Membebankan biaya perkara sebesar Rp. … (…) kepada pemohon
Setelah membacakan penetapannya, Ketua Majelis menyatakan
sidang ditutup. Jika pemohon tidak puas dengan penetapan hakim,
pemohon bisa langsung kasasi, bukan banding.76
Setelah penetapannya dibacakan biasanya majelis hakim akan
memberikan sedikit masukan dan pencerahan kepada para pemohon
dispensasi kawin tentang dampak yang akan terjadi dari permohonannya.77
76
Departemen Agama RI, Bahan Penyuluhan Hukum, (Jakarta: Direktorat Jendral
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1999/2000), hlm. 188. 77
Wawancara dengan hakim pengadilan agama Sengeti kelas 1 B Ibu siti Patimah pada tanggal 21 Agusutus 2019.
46
B. Pertimbangan Hakim
Bagian ini terdiri dari alasan memutus (pertimbangan) yang biasanya
dimulai dengan kata “menimbang” dan dari dasar memutus yang biasanya
dimulai dengan kata mengingat”.78
Peradilan Agama adalah salah satu peradilan Negara Indonesia yang
sah, yang bersifat khusus, yang berwenang dalam jenis perkara perdata
Islam bagi orang Islam di Indonesia.79
Pengadilan Agama Sengeti sebagai
pengadilan tingkat pertama mempunyai tugas pokok dan fungsi memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara
orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat,
hibah, wakaf, shadaqoh dan ekonomi syari‟ah.80
Di tahun 2018 pengadilan Agama Sengeti telah menyelesaikan
sebanyak 621 Perkara hingga akhir tahun 2018 salah satunya ialah perkara
dispensasi nikah. Berikut tabel perkara yang diputus berdasarkan jenis
perkara, adalah sebagai berikut81
Salah satu bidang perkawinan yang menjadi wewenang Peradilan
Agama Sengeti adalah perkara dispensasi kawin.82
Asas yang terkandung
dalam Undang-undang Perkawinan adalah kedewasaan usia perkawinan,
artinya bahwa calon suami dan calon isteri harus telah matang jiwa dan
78
Roihan A. Rasyid,Hukum Acara Peradilan Agama,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1991), hlm. 214. 79
Ibid, hlm. 6. 80
Mardani, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2017), Hlm.
119. 81
Laporan Tahunan Pengadilan Agama Sengeti 2018 82 Dokumentasi Di Kantor Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 20
Agustus 2019.
47
raganya dalam melaksanakan perkawinan itu.83
Untuk mencapai maksud
agar pernikahan itu dilakukan oleh orang-orang dewasa, maka para ahli
menentukan batas usia perkawinan melalui Undang-undang perkawinan
Pasal 7 ayat (1) yang berbunyi:
“perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur
19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
(enam belas) tahun”. 84
Kemudian di dalam UU 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UU 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa batas usia perkawinan yaitu untuk
melangsungkan perkawinan pria dan wanita minimal berusia 19 tahun.
Namun dalam hal mendesak dan amat penting adakalanya dirasa perlu
untuk mempersamakan seorang anak yang masih di bawah umur dengan
seorang yang sudah dewasa, agar anak tersebut dapat bertindak sendiri
dalam hal-hal tertentu. Oleh karena itu dalam masalah pernikahan diadakan
peraturan tentang proses persamaan status bagi anak yang masih di bawah
umur dengan orang yang sudah dewasa yaitu melalui proses “Dispensasi
Nikah”.85
Dispensasi nikah itu sendiri mempunyai kekuatan hukum sesuai
dengan UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 7 ayat (2);
83 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam,( Jakarta: PT Bumi Aksara), hlm. 10. 84
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 7 ayat (1). 85
Sri Ahyani, Pertimbangan Pengadila Agama Atas Dispensasi Pernikahan Usia Dini
Akibat Kehamilan di Luar Nikah, jurnal wawasan hukum , vol . 34 No. 1, febuari 2016.
48
“Dalam Hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta
dispensasi nikah ke Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua
orang tua pihak pria maupun wanita.”86
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dispensasi berarti pengecualian
dari peraturan umum untuk suatu keadaan khusus, pembebasan dari suatu
kewajiban atau larangan. Dalam hal dispensasi biasanya dibenarkan apa-apa
yang biasanya dilarang oleh pembuat Undang-Undang.87
Permohonan dispensasi nikah sebagai perkara permohonan karena
dalam perkara ini tidak mengandung sengketa dan oleh hakim diterima dan
diputus dengan membuat penetapan yang mengabulkan atau menolak
permohonan tersebut.88
Untuk penetapan mengabulkan atau menolak
permohonan dispensasi kawin, hakim dengan kemerdekaan yang
dimilikinya akan melakukan penggalian hukum terhadap alasan
permohonan sekaligus melakukan penerjemahan, penafsiran, memilah dan
mmemilih aturan yang paling tepat dan relevan dengan dispensasi kawin
yang sedang dihadapi. Dasar hukum yang digunakan dalam setiap putusan
berisi tentang dasar hukum hakim dalam memutuskan perkara. Karena
Pengadilan agama adalah Pengadilan Islam, maka dasar hukum putusannya
adalah segala peraturan perundang-undangan negara yang berlaku dan
relevan, disusun menurut herarkinya/urutannya derajatnya dan urutan
86
Undang-undang No 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan Pasal 7 ayat (2). 87
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia...hlm. 245 88
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia... Hlm. 63.
49
terbitnya kemudian berdasarkan Hukum Islam dan hukum yang tidak
tertulis lainnya.89
Pasal 15 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam menegaskan bahwa
“untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya
boleh dilakukan jika calon mempelai yang telah mencapai umur yang
ditetapkan pasal 7 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yakni calon suami
sekurang-kurang nya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-
kurangnya berumur 16 tahun.90
namun dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan diatur bahwa penyimpangan terhadap ketentuan
tersebut dapat dilakukan dengan mengajukan dispensasi nikah ke
Pengadilan.
Menikah sebelum cukup usia ternyata masih banyak terjadi di kota
maupun di daerah-daerah di Indonesia. Budaya perjodohan bahkan sejak
anak perempuan belum lulus SD atau SMP, masih dilakukan banyak
orangtua, terutama yang tinggal di Pedesaan. Perkawinan di bawah umur
yang dilakukan anak-anak usia sekolah masih terbilang tinggi. Perkawinan
di bawah umur tidak hanya terjadi di desa-desa, tetapi juga di kota-kota
dengan sebab yang sama. Terlebih lagi di kota besar sekarang ini sering
terjadi perkawinan di bawah umur karena kecelakaan (zinâ) atau si gadis
89
Ari Rahman, Dispensasi Nikah Anak Di Bawah Umur (Analisis Penetapan
Perkara Nomor: 124/Pdt.P/2010/Pa.Srg.Di Pengadilan Agama Serang), Skripsi Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Tahun 2011. 90
Kompilasi Hukum Islam Pasal 15.
50
dilarikan oleh pacarnya. Jadi perkawinan hanya sebagai usaha untuk
menutup tantangan dan aneka macam kebebasan pergaulan.91
Dari beberapa dampak negatif mengenai dispensasi kawin ternyata
hakim tidak menjadikannya sebagai pertimbangan dalam menetapkan
sebuah permohonan dispensasi kawin. Ibu Emaneli menyatakan Hakim
dalam menetapkan mempertimbangkan beberapa hal yaitu salah satu
mengenai alasan prosedural dimana terkait didalamnya.
“Hakim dalam persidangan akan meneliti apakah yang mengajukan
perkara permohonan dispensasi kawin orangtuanya atau tidak.
Karena Pemohon dalam hal ini adalah orang tua dari laki-laki atau
perempuan. Yang kedua mengenai alasan pengajuan permohonan
dispensasi kawin, alasan dispensasi kawin memang tidak diatur di
dalam Undang-undang akan tetapi hakim perlu menanyakan alasan
pengajuan dispensasi kawin kepada anak dan orang tua apakah
antara alasan anak dan orang tua sama atau tidak dengan bukti-bukti
yang ada. Yang ketiga hakim harus mempertimbangkan ada larangan
perkawinan atau tidak, pertimbangan ini yang selalu diterapkan
sebelum melaksanakan perkawinan.”92
Hakim adalah salah satu predikat yang melekat pada seseorang yang
memiliki pekerjaan dengan spesifikasi khusus dalam bidang hukum dan
peradilan sehingga banyak bersinggungan dengan masalah mengenai
kebebasan dan keadilan secara legal dalam konteks putusan atas perkara
yang di buat.93
Hakim dalam memberikan suatu penetapan wajib menggali nilai-nilai
keadilan yang hidup di dalam masyarakat, begitu pula hakim dalam
91
Syukron Kamil, “Penyebab Pernikahan di Bawah Umur”. Diakses pada 24 Juni 2019
diakses dari http://www.kainsutera-penyebab-pernikahan-di-bawah-umur.html. 92
Wawancara Dengan Hakim Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B ibu Emaneli. Pada
Tanggal 21 Agustus 2019. 93 Ahmad Kamil, “Filsafat Kebebasan Hakim”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012),
Hlm.169.
51
menetapkan terhadap permohonan seseorang yang hendak mengajukan
dispensasi kawin sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang
perkawinan Pasal 7 ayat (2) dengan bunyi
“Dalam hal penyimpangan terhadap ayat 1 Pasal ini dapat meminta
dispensasi kepada Pengadilan dan pejabat lain, yang ditunjuk oleh orang
tua pihak laki-laki atau perempuan”.94
Dalam sebuah putusan bagian pertimbangan adalah bagian yang
dimulai dengan “Tentang Pertimbangan hukumnya atau Tentang
Hukumnya” yang memuat:
1. Gambaran tentang bagaimana hakim mengkualifikasi, yaitu mencari
dan menemukan hukum yang harus diterapkan pada suatu fakta dan
kejadian yang diajukan.
2. Penilaian Hakim tentang fakta-fakta yang diajukan
3. Pertimbangan Hakim secara kronologis dan rinci setiap item, baik dari
pihak pemohon maupun termohon.
4. Dasar hukum yang digunakan Hakim dalam menilai fakta dan memutus
perkara, hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.95
Hakim Pengadilan Agama Sengeti dalam penetapan dispensasi nikah
harus menggali berdasarkan keterangan dari bukti-bukti dan keterangan dari
saksi-saksi kemudian keterangan saksi-saksi tersebut dicocokkan dengan
keterangan dari pemohon, saksi yang bisa dihadirkan dalam persidangan
adalah dua orang. Dan pertimbangan hakim dalam perkara dispensasi kawin
Majelis Hakim akan lebih mengutamakan atau mempertimbangkan
94
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat (2). 95
Siti Rohmatilah tentang, “Analisa Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Magetan
Tentang Izin Poligami”, (Skripsi Sarjana, STAIN, Ponorogo, 2016), hlm. 10.
52
kemaslahatannya dan menghindari zina dan dosa yang lebih dalam. Hakim
berpendapat bahwa menghindari kemudharatan yang lebih besar harus
didahulukan daripada menarik kemaslahatan.
Ibu Siti Hairiah selaku Panitera Muda Permohonan mengatakan: ada
terdapat 71 kasus permohonan pada tahun 2018 dan 37 perkara pengajuan
permohonan dispensasi kawin. Perkara dispensasi rata-rata dikabulkan
karena sifatnya permohonan dan yang tidak dikabulkan biasanya karena
pihak pemohon tidak hadir atau saksi nya tidak terpenuhi, maka perkara
tersebut bisa ditolak.96
Tidak sedikit dari perkara yang diatur dalam Undang-undang, maka
dari itu hakim harus berusaha menggali fakta-fakta tentang perkara yang
akan diputuskan melaui alat bukti yang ada dan menemukan hukumnya
dengan sebaik-baiknya dalam penemuan hukum yang belum diatur didalam
undang-undang maupun yang sudah diatur tetapi belum jelas sehingga
membutuhkan penafsiran lagi. Hakim dalam hal ini harus menyesuaikan
Undang-undang dengan hal-hal yang konkrit, oleh karena peraturan-
peraturan tidak dapat mencakup segala peristiwa hukum yang timbul di
dalam masyarakat. Selain itu, apabila suatu undang-undang isinya tidak
jelas, maka Hakim berkewajiban untuk menafsirkannya sehingga dapat
diberikan keputusan yang sungguh-sungguh adil dan sesuai dengan maksud
hukum, yakni mencapai kepastian hukum.
96
Wawancara Dengan Panitera Muda Permohonan Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B
ibu Siti Hairian. Pada Tanggal 21 Agustus 2019.
53
Sebelum Pengadilan menetapkan permohonan a quo, terlebih dahulu
hakim perlu menimbang fakta-fakta di persidangan. Setelah memperoleh
fakta-fakta di dalam persidangan apabila fakta-fakta tersebut dibiarkan
dengan alasan belum memenuhi batas minimal usia untuk melangsungkan
perkawinan, maka dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif atau
kemudharatan yang lebih besar, oleh sebab itu dalam menimbang perkara
ini Majelis Hakim melakukan penafsiran terhadap rumusan Pasal 15 ayat (1)
Kompilasi Hukum Islam yang menegaskan bahwa untuk kemaslahatan
keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan jika calon
suami minimal berumur 19 tahun dan calon istri minimal berumur 16 tahun,
namun dalam perkara ini Majelis Hakim berpendapat bahwa menghindari
kemudharatan yang lebih besar harus didahulukan dari pada menarik
kemaslahatan.
Maka penafsiran yang digunakan hakim dalam perkara permohonan
dispensasi kawin ini adalah Argumen a‟Contrario dimana disini hakim
melakukan penalaran terhadap ketentuan undang-undang pada peristiwa
hukum tertentu dengan kata lain ketentuan tersebut tidak boleh diberlakukan
pada hal-hal atau kasus-kasus lain. Metode ini dilakukan bukan merupakan
argumentasi untuk membenarkan rumusan peraturan tertentu, tetapi untuk
mengisi kekosongan atau ketidak lengkapan undang-undang.97
97
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Hlm.91
54
Ibu siti patimah selaku hakim Pengadilan Agama Sengeti ikut
memaparkan mengenai pertimbangannya dalam mengabulkan permohonan
dispensasi nikah yaitu
“Apabila permohonan tersebut tidak dikabulkan akan di khawatirkan
terjadi hal-hal atau kemudharatan yang lebih besar seperti terjadi
pernikahan siri atau pernikahan dibawah tangan yang akan
mengakibatkan kekacauan nasab”. 98
Dari beberapa pernyataan dari para Hakim di Pengadilan Agama
Sengeti maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang melatarbelakangi
dispensasi nikah ada dua hal yaitu sebagai berikut:
1. Hamil di Luar Nikah
Dalam permohonan pengajuan dispensasi nikah yang diajukan di
Pengadilan Agama Sengeti selama tahun 2018 kebanyakan dilatarbelakangi
oleh beberapa faktor dan salah satu nya dikarenakan hamil di luar nikah Hal
ini disampaikan oleh hakim Pengadilan Agama Sengeti.
Pergaulan bebas dan pengaruh-pengaruh media elektronik yang
semakin maju dan semakin canggih sehingga untuk siapapun termasuk
anak-anak dapat mengakses berbagai hal dari media elektronik tersebut, dari
hal-hal yang positif yang dapat membantu dalam hal pendidikan sampai
dengan hal-hal yang negatif yang sangat berpengaruh atau berdampak buruk
terhadap pendidikan, psikologis dan kehidupan masyarakat terutama anak-
anak. Dari hal tersebut mengakibatkan sering terjadinya kehamilan sebelum
adanya pernikahan.
98
Wawancara Dengan Hakim Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B ibu Siti Patimah.
Pada Tanggal 21 Agustus 2019.
55
Ibu Emaneli memaparkan mengenai faktor yang melatarbelakangi
diajukan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Sengeti salah
satunya adalah hamil diluar nikah.
“Selama 2018 di Pengadilan Agama Sengeti dalam perkara
permohonan dispensasi kawin terdapat 37 pengajuan permohonan
dispensasi kawin dan penyebabnya dikarenakan hamil diluar nikah
dan menghindari fitnah. Hamil diluar nikah merupakan faktor yang
mendominasi terjadinya dispensasi kawin di tahun 2018, karena
dispensasi kawin dijadikan jembatan untuk menutupi aib
keluarga dan juga untuk mencegah kerusakan yang lebih jika
tidak di nikahkan. Hal ini dipengaruhi dikarenakan semakin
berkembangnya zaman semakain mudah pula seseorang menjalin
suatu hubungan dan semakin mudah hubungan antara lawan jenis
tanpa ada batasan sehingga mengakibatkan pergaulan bebas
kemudian terjadilah kehamilan di luar pernikahan”99
Kemudian ibu siti patimah menyatakan pertimbangannya dalam
mengabulkan permohonan dispensasi nikah ialah
“hakim dalam pengabulannya juga mempertimbangkan karena telah
terjadi hamil diluar nikah, dengan pertimbangan karena perempuan
yang hamil diluar nikah akan dihina dan dikucilkan oleh masyarakat.
Dan ini akan berdampak pada diri perempuan tersebut dan anak yang
akan dilahirkannya.”100
Di zaman yang serba canggih saat ini dimana anak-anak sekolah
sudah sangat dengan mudah untuk mengakses hal-hal yang menyimpang
disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengurangi pemakaian
media elektronik dan lebih mendampingi anak-anak tersebut karena diusia
tersebut anak-anak masih butuh bimbingan dan dampingan dari orang tua.
Dari hasil wawancara yang di lakukan penulis mengenai faktor
pengajuan dispensasi kawin, juga dipaparkan oleh Ketua Pengadilan Agama
Sengeti yaitu bapak Abdan Khubban yang menjelaskan, bahwa hal ini
99
Wawancara Dengan Hakim Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B ibu Emaneli. Pada
Tanggal 21 Agustus 2019. 100
Wawancara Dengan Hakim Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B ibuSiti Patimah.
Pada Tanggal 21 Agustus 2019.
56
dipengaruhi juga dengan perkembangan zaman yang semakin maju
sehingga memudahkan orang dalam berbagai hal, berikut penjelasan bapak
hakim:
“Dizaman yang sekarang semakin maju dan berkembang yang penuh
dengan era globalisasi terutama di bidang teknologi, sehingga
memudahkan siapa saja termasuk anak-anak untuk mengakses segala
sesuatu dengan mudah dan cepat. Apabila hal ini tidak ada
pengawasan dari orang tua, pengetahuan agama yang kurang, dan
faktor keluarga, lingkungan dan teman yang tidak mendukung dan
tidak dibentengi dengan hal-hal positif maka akan berdampak buruk
kepada anak-anak. Sehingga mereka akan mudah terpengaruh dan
masuk ke dalam pergaulan bebas yang mengakibatkan terjadinya hal-
hal negatif yang dapat mengkahwatirkan seperti hamil diluar
nikah.”101
Dalam Kompilasi Hukum Islam secara tersirat tidak melarang
menikahkan seseorang yang melakukan hubungan luar nikah, apalagi
hingga mengakibatkan kehamilan. Hal ini terdapatdalam Pasal 53 yang
berbunyi.102
(1) Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria
yang menghamilinya.
(2) Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat
dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya.
(3) Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak
diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir.103
2. Khawatir Timbulnya Fitnah
Pelaksanaan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Sengeti salah
satunya disebabkan khawatir timbulnya fitnah, orang tua merasa khawatir
terhadap anakanya yang sudah berpacaran cukup lama dan mereka sering
kumpul bersama sehingga dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak
101
Wawancara Ketua Pengadilan Agama Sengetin Kelas 1B Bapak Abdan Khubban.
Pada Tanggal 21 Agustus 2019. 102
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan AgamaIslam, Bahan PenyuluhanHukum,
(Jakarta: Departemen Agama RI, 2001), Hlm 117. 103
Undang-undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 Pasal 53.
57
diinginkan. Hal tersebut menyebabkan akan muncul pikiran negatif apabila
ada sepasang laki-laki dan perempuan dalam suatu lokasi. Pandangan
masyarakat yang tidak memperbolehkan seseorang yang belum muhrim
untuk berdekatan dan berpergian setiap waktu dengan lawan jenis. Sehingga
persepsi masyarakat dalam menghindari fitnah agar mereka bisa selalu dekat
dan tidak melakukan hubungan zina adalah dengan menikahkannya.
Walaupun hal tersebut dilakukan terhadap anak yang masih dibawah umur
19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Tetapi karena
ketakutan orang tua yang melihat anaknya selalu berpergian bersama
dengan lawan jenisnya tersebut maka untuk menjaga nama baik keluarga,
yakni menghindari fitnah diambil jalan untuk menikahkan mereka dengan
mengajukan permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama Sengeti.
Hal ini disebabkan anak-anak pada zaman sekarang apabila dekat
dengan lawan jenis tidak begitu memperhatikan batasan-batasan yang
dilarang dari agama, mereka mengikuti hawa nafsu yang ada. Sehingga para
orang tua khawatir dengan perbuatan anak-anaknya dan memilih untuk
menikahkan anaknya, karena apabila tidak dinikahkan ditakutkan akan
menambah dosa. Hal ini dipaparkan oleh ibu Siti Patimah mengatakan:
“Dalam hal permohonan dispensasi nikah, orang tua selalu merasa
khawatir terhadap anaknya. Karena apabila anak sudah berpacaran
cukup lama dan mereka sering kumpul bersama sehingga
dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi
ada sebagian orang tua yang tidak melarang atau malah mengizinkan
seorang anak untuk menginap di rumah pasangannya sehingga hal itu
akan menyebabkan hal negatif terjadi. Apabila hal tersebut sudah
terjadi maka tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan fitnnah
58
dimana-mana baik dari lingkungan keluarga, teman maupun
masyarakat”.104
Ibu emaneli hakim Pengadilan Agama Sengeti memberi penjelasan
bahwa anak-anak tersebut kebanyakan sudah putus sekolah dan sering
berpergian dengan lawan jenis nya sehingga menimbulkan ketakutan
terhadap orang tua.
“Dalam beberapa kasus terdapat juga alasan yang diajukan karena
takut menimbulkan fitnah meski tidak sebanyak alasan pengajuan
karena hamil diluar nikah. Anak-anak tersebut sering berpergian dan
berdua-duaan dengan lawan jenis nya anak-anak tersebut pula
kebanyakan sudah putus sekolah padahal orang tua telah
mengingatkan dan saat di sidang anak tersebut telah dinasehati oleh
hakim untuk mengakhiri hubungan mereka tetapi dari mereka tetap
ingin melanjutkan hubungan tersebut maka untuk menghindar
kemungkinan-kemungkina terburuk dari itu hakim mempertimbangkan
perkara pengajuan permohonan dispensasi kawin tersebut”.105
Dalam pelaksanaan tugasnya hakim Pengadilan Agama Sengeti selalu
berpedoman pada Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, terutama dalam menetapkan perkara permohonan
dispensasi kawin. Karena di Undang- undang tersebut mengatur mengenai
segala hal mengenai bagaimana hakim dalam memutuskan dan menetapkan
perkara yang masuk di Pengadilan Agama Sengeti. Hakim sebelum
memutuskan dan menetapkan sudah menyampaikan pertimbangan atau
pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa sehingga
semuanya memiliki dasar dan alasan hukum yang tepat.
Pengadilan Agama Sengeti telah memutus atau menetapkan
Permohonan Dispensasi Nikah yang mana sudah sesuai dengan peraturan-
104
Wawancara Dengan Hakim Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B ibuSiti Patimah.
Pada Tanggal 21 Agustus 2019. 105
Wawancara Dengan Hakim Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B ibu Emaneli. Pada
Tanggal 21 Agustus 2019.
59
peraturan yang berlaku di Negara Indonesia. Dimana dalam hal ini para
hakim Pengadilan Agama Sengeti dalam menetapkan sudah berpedoman
pada Undang-undang nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman
dan hakim dalam menetapkan mengambil sumber hukum dari Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974, Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun
2007 tentang Pencatatan Nikah dan Kompilasi Hukum Islam.
Hakim tidak hanya berpacu pada undang-undang karena apabila
hakim menggunakan pendekatan metodologi dalam pengkajian hukum
Islam (fiqh) mengenai permohonan usia nikah, perlu dipertimbangkan
maslahat mursalah.106
Dalam permohonan dispensasi usia perkawinan, hakim lebih
mengedepankan asas kemanfaatan hukum. Dari sudut pandang sosiologi
hukum, tujuan hukum dititik beratkan pada segi kemanfaatan. Asas
kemanfaatan hukum lebih melihat kepada manusia dan bukan manusia ada
untuk hukum.107
Orang tua yang mengajukan permohonan dispensasi ke
Pengadilan Agama dikabulkan oleh hakim karena dianggap lebih besar
mudharatnya dari pada apabila tidak dikabulkan.
Majelis hakim memberikan dasar pertimbangan sebagai berikut
1. Pertimbangan Secara Yuridis
Pertimbangan secara yuridis ini Majelis Hakim menimbang, bahwa
berdasarkan ketentuan Pasal 7 Ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
106
Zainuddin Ali,Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm.
14 107
M. Yahya Harahap,Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama,(Jakarta:
Sinar Grafika, 2003), hlm 132-133.
60
Perkawinan, untuk melangsungkan pernikahan seorang laki-laki minimal
telah berumur 19 tahun dan perempuan berumur 16 tahun. Sedangkan jika
hal itu belum terpenuhi, berdasarkan Pasal 7 Ayat (2) UU Nomor Tahun
1974 Tentang Perkawinan untuk melangsungkan pernikahannya harus
mendapatkan dispensasi dari pengadilan Agama.
2. Pertimbangan Secara Sosiologis
Majelis Hakim menimbang bahwa pasal 26 Ayat (3) UU Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
“mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak”108
Dalam hal ini terlihat tidak dapat lagi mencegah keinginan anaknya
menikah walaupun belum cukup umur karena selain anak pemohon merasa
telah mampu menjadi kepala keluarga, dan mereka ada juga yang telah
hamil diluar nikah.
Menurut definisi yang ada dalam ilmu pengetahuan teristimewa di
jerman, hukum adalah peraturan tentang tingkah laku manusia dan peraturan
menurut mana hakim memberikan putusan mungkin sesuai bagi 2 (dua) hal
yang berbeda-beda, karena mungkin orang tidak selalu bertingkah laku
sesuai dengan peraturan yang sama yang ditetapkan bagi putusan perkara-
perkara.109
Dalam memutuskan perkara oleh hakim dalam upaya menerapkan
peraturan hukum terhadap peristiwanya berdasarkan kaidah-kaidah atau
metode tertentu, yang digunakan agar dalam mencantumkan dasar
108
pasal 26 Ayat (3) UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. 109
Lili Rasjidi Dan Thania Rasjidi, Teori Sosiologi Hukum, (Jakarta: Citra Aditya Bakti,
2007), Hlm. 119.
61
pertimbangannya terhadap peristiwa tersebut dilakukan secara tepat dan
relevan menurut hukum, sehingga hasil yang diperoleh dari proses perkara
itu dapat diterima dan dipertanggungjawabkan dalam ilmu hukum dan
masyarakat.110
Penekanan pada asas kepastian hukum lebih bernuansa pada
terciptanya keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat. Penekanan pada
asas keadilan, berarti hakim harus mempertimbangkan hukum yang hidup
dalam masyarakat, yang terdiri atas kebiasaan dan ketenteuan hukum yang
tidak tertulis. Dalam hal ini harus dibedakan rasa keadilan menurut individu,
kelompok, dan masyarakat. Selain itu, keadilan dari suatu masyarakat
tertentu, belum tentu sama dengan rasa keadilan masyarakat tertentu yang
lainnya. Jadi dalam pertimbangan putusannya, hakim harus menggambarkan
hal itu semua, manakala hakim memilih asas keadilan, misalnya, sebagai
dasar untuk menjatuhkan putausan. Penekanan pada asas kemanfaatan lebih
bernuansa kepada segi ekonomi, dengan dasar pemikiran bahwa hukum itu
ada untuk manusia. Sehingga tujuan hukum itu harus berguna bagi
masyarakat banyak.111
3. Pertimbangan Psikologis
Psikologi hukum sebagai penstudi atau pengamat hukum (bukan
partisipan) melihat hukum dari kacamata psikologi. Hakim yang ditinjau
dari kondisi psikologisnya, berarti keadaan jiwa atau mental yang
mempengaruhi hakim dalam pembuatan putusan (decision making) atau
110
Zainuddin Ali,Hukum Perdata Islam di Indonesia, , 2006), Hlm.25. 111
Ibid, Hlm. 135.
62
melaksanakan kebijakan (policymaking) yang telah ditetapkan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan. Menurut Pontier bahwa mustahil penemuan
hukum oleh hakim selalu bersifat perspektivistis tapi dia selalu bersifat
subjektif, dalam hal ini oleh Cardozo membenarkan jika hakim dalam
putusannya tidak semata-mata berdasarkan hukum, melainkan selalu
merupakan kombinasi antara ramuan hukum dan ramuan nonhukum.
Terjadinya diskriminasi dapat dikaji melalui faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi hakim dalam menerapkan hukum dan menjatuhkan putusan
di ruang persidangan. Disparitas bisa terjadi antara beberapa putusan yang
berbeda dalam perkara yang sama pada situasi dan kondisi yang. Salah satu
unsur psikologis yang mempegaruhi terjadinya disparitas adalah
pengalaman”bahwa hakim yang melihat orang-orang yang dituduh pelbagai
kejahatan yang mengerikan dari hari kehari, mereka semakin lama semakin
keras dan kurang bersimpati kepada terdakwa.”
Faktor-faktor psikologis tersebut dapat dianalisis melalui struktur
sikap (kognitif, afektif, dan perilaku) serta interaksi dengan komponen-
komponen sikap yang membentuk sikap (pengalaman, media massa,
kebudayaan, pendidikan dan faktor-faktor emosional). Di dalam struktur
sikap dan pembentuk sikap tersebut erat kaitannya dengan faktor
kecerdasan, usia, jenis kelamin, pengalaman dan kepribadian, yang akan
mempengaruhi hakim dalam menjatuhkan putusan atau menerapkahukum.
Disisi lain hakim cenderung bersikap konservatif dalam pencapaian
keputusan. Menurut Bartol hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor;
63
Dibawah ini dikemukakan beberapa hal dalam diri hakim yang
berpengaruh dalam persidangan antara lain:
a) Kemampuan berpikir logis
Kemampuan berpikir logis merupakan kemampuan kognitif yang
dimiliki oleh hakim, yang akan melahirkan persepsi atau pernyataan dalam
bentuk pertimbangan-pertimbangan yang tertera di dalam putusan.
Kemampuan berpikir logis dipengaruhi oleh kecerdasan hakim yang
diperoleh sejak menempuh pendidikan seperti kebiasaan melakukan
penalaran hukum, merancang surat-surat pengadilan, dan analisis terhadap
putusanpengadilan.
Dalam kaitannya dengan kemampuan berpikir logis terdiri atas
penalaran hukum deduktif dan penalaran hukum induktif. Penalaran hukum
deduktif yaitu hakim akan melihat suatu perbuatan hukum/peristiwa hukum
dalam suatu kesimpulan khusus berdasarkan pernyataan yang berlaku
umum. Sebaliknya penalaran induktif merupakan proses penarikan
kesimpulan yang berlaku umum (universal) dari rangkaian kejadian yang
bersifat khusus (partikular).
Adapun penalaran yang lain yaitu penalaran abduktif dan penalaran
evaluatif. Charlers Pierce mendefenisikan penalaran abduktif sebagai
penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis berdasarkan
kemungkinan adanya korelasi antara dua peristiwa yang sebelumnya sudah
diketahui. Sedangkan penalaran evaluatif yaitu penalaran yang didasarkan
pada kemampuan berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya
64
suatu gagasan, dalam hal ini tidak menambah atau mengurangi gagsan, kita
menilainya menurut kriteria tertentu.
b) Kepribadian
Dalam terminology kepribadian terdapat berbagai istilah, seperti motif
sifat dan tempramen, yang menunjukan kekhasan permanen pada
perseorangan. Kepribadian merupakan organisasi dinamis dari sistem-sistem
psikofisik dalm individu yang turut menentukan cara-caranya yang
unik/khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Hakim sebagai pribadi penegak hukum memilki kepribadian otoritarian dan
kepribadian demokratis (kepribadian berempati tinggi) yang memungkinkan
berpengaruh dalam menjatuhkan putusan. Menurut Alteyemer, hakim yang
menjatuhkan putusan dalam kaitannya dengan kepribadian hakim tidak
terlepas dari pengaruh otoritas yang ada, cara berpikir konvensionalisme,
kesetian pada otoritas dan agresi otoritarian.112
Pernikahan untuk usia muda yang di bawah ketentuan peraturan
perundang- undangan memang dibolehkan demi kemaslahatan. Secara
metodologis, langkah penentuan usia kawin didasarkan kepada metode
maslaha mursalah. Namun demikian, karena sifatnya yang ijtihad, yang
kebenarannya relatif, ketentuan tersebut tidak bersifat kaku. Artinya, apabila
karena sesuatu dan lain hal perkawinan dari mereka yang usianya dibawah
112
Damang Averroes Al-Khawarizmi,Aspek psikologis terhadap hakim
65
21 tahun atau sekurang-kurangnya 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk
wanita, undang-undang tetap memberi jalan keluar.113
Menurut kesimpulan penulis pertimbangan hakim Pengadilan Agama
Sengeti dalam mengabulkan permohonan dispensasi kawin ialah setelah
hakim mendengar keterangan orang tua, keterangan anak dari pihak laki-
laki maupun perempuan kemudian keterangan saksi disitu hakim melihat
apakah anak tersebut sudah mampu dari segi ekonomi, jika sudah tetapi
penghasilannya tersebut belum mencukupi hakim akan menanyakan dari
pihak orang tua apakah mereka mau membantu kebutuhan dari anak
tersebut atau tidak. 114
Kemudian hakim juga melihat dari sisi psikologis anak-anak tersebut.
Hakim akan menanyakan kesiapan orang tua untuk mebantu, mengayomi
dan membimbing anak-anak tersebut dalam rumah tangganya. Dengan
mempertimbangan itu hakim mengatakan jika dibiarkan anak ini tidak
dinikahkan maka akan berulang-ulang melakukan zina dan dapat
menimbulkan kemudharatan yang lebih besar.115
Kemudian di dalam
Kompilasi Hukum Islam pasal 186 yang berbunyi:
“perempuan yang hamil diluar perkawinan dapat dikawinkan dengan
laki-laki yang menghamilinya.”116
Kemudian Pasal 53 ayat (1) Kompilasi hukum Islam berbunyi:
113
Drs. Ahmad Rofiq, M.A, Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1998), Hlm l. 78. 114
Wawancara dengan hakim Pengadilan Agama Sengeti kelas 1B, 20 Agustus 2019. 115
Nur Aisyah, Dispensasi pernikahan di Bawah Umur Pada Masyarakat Islam,
Jurisprudenmtie,vol. 4 Nomor 2, Desember 2017, Hlm. 177. 116
Kompiilasi hukum Islam pasal 186.
66
“ perkawinan wanita yang hamil di luar nikah dengan pria yang
menghamilinya dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu
kelahiran anaknya.”117
Maka hakim memberikan pertimbangannya dalam perkara dispensasi
kawin tersebut dan mengabulkannya agar dapat menghindari anak-anak
tersebut dari dosa jika terus melakukan zina.118
Dasar hukum yang menjadi pertimbangan hakim Pengadilan Agama
Sengeti dalam memutus perkara dispensasi nikah adalah berdasarkan bukti-
bukti serta dalil-dalil pemohon. Dan selain menggunakan dasar hukum yang
terdapat dalam Undang-Undang, majelis hakim juga menggunakan dasar
hukum dari sumber hukum Islam.
Berdasarkan syarat-syarat untuk melaksanakan pernikahan baik
menurut hukum Islam maupun perundang-undangan telah terpenuhi.
Dalam perkara tersebut majelis hakim memberikan penetapannya
berdasarkan bahwa pernikahan mereka dapat segera dilaksanakan
berhubung karena di antara para pemohon telah suka sama suka dan selalu
bersama dan dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam
Agama maupun Undang-Undang.
Bahwasannya majelis hakim telah menasehati pemohon agar
pernikahan anaknya ditunda menunggu cukup umur (19) tahun, akan tetapi
tidak berhasil, karena pemohon tetap pada pendiriannya yang didukung
dengan keterangan pemohon dan diperkuat anak kandung pemohon serta
terdapat keterangan dari para saksi yang bersesuaian dengan dengan dalil-
117
Kompiilasi hukum Islam Pasal 53 ayat (1). 118
Wawancara dengan hakim Pengadilan Agama Sengeti kelas 1B, 20 Agustus 2019.
67
dalil permohonan, majelis hakim memandang mereka patut dinikahkan
untuk menghindari atau mencegah terhadap perbuatan yang tercela dan
melanggar agama di mana keduanya sering bersama, maka dengan prinsip
menutup pintu kejahatan (Saddu Zar‟iyyah), maka majelis hakim patut
memberikan dispensasi nikah kepada anak kandung pemohon agar dapat
melaksanakan pernikahan yang sah di mata agama dan negara sehingga
dapat tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA).
Hakim tidak kuasa menolak keadaan pemohon karena hakim lebih
memperhatikan kemanfaamtan hukum bagi pembangunan masyarakat dan
mengedepankan masalah kemaslahatan demi kepentingan umum.
Dikhawatirkan lebih besar mudharatnya jika permohonan dispensasi nikah
perkawinan ditolak.
C. Dampak Negatif Dan Positif Pernikahan di Bawah Umur
1. Dampak Negatif Pernikahan di Bawah Umur
Dispensasi kawin memiliki beberapa dampak negatif yang akan
ditimbulkan yaitu:
a. suami istri yang menikah dibawah umur rawan akan terjadinya
perceraian. Sebelum menikah calon suami isteri diperlukan kesiapan
mental dari sisi lahir dan batin, termasuk di dalamnya kematangan usia.
b. Dari sisi kesehatan reproduksi rawan terjadinya kematian pada anak dan
ibu. Dalam kesehatan dikatakan bahwa perempuan berusia dibawah 21
68
tahun, seluruh organ reproduksinya belum siap untuk dipakai
mengandung dan melahirkan anak.119
c. Akan muncul kemiskinan biasanya pernikahan dibawah umur sangat
rentan terhadap kemiskinan karena secara ekonomi mereka belum siap
bekerja.
d. Terjadi eksploitasi anak yang karena menikah akhirnya mereka harus
bekerja dan merawat anak.120
Jika dilihat dari tujuan dispensasi pernikahan adalah untuk
melegalkan sesuatu hubungan agar tidak terjadi hal-hal yang menimbulkan
kemudharatan dalam suatu hubungan tersebut, namun realita yang terjadi
dimasyarakat praktek dispensasi nikah ini menimbulkan dampak yang
berpengaruh terhadap kesakralan sebuah pernikahan, yang dimana karena
keinginan melangsungkan pernikahan namun belum mencapai kematangan
psikis atau bisa dikatakan kedewasaan sebelum waktunya menyebabkan
kelabilan dalam ber rumah tangga dan menimbulkan ketidak seriusan dalam
melangsungkan pernikahan tersebut. Hingga marak terjadi perceraian yang
dilakukan oleh mereka yang melakukan pernikahan dini yang dimana
hubugan pernikahan mereka masih dalam jangka pernikahan yang masih
sangat pendek.
119
Kompas.com, “Batas Usia Minimal Pernikahan 21Tahun”, diakses pada 20 Agustus
2019 diakses dari kompas.com. 120
Berita satu, “Beragam Efek Buruk Pernikahan Dini”, diakses pada tanggal 6 agustus
2019, diakses di www.beritasatu.com.
69
2. Dampak Positif Pernikahan di Bawah Umur
Pernikahan dalam Islam tidaklah semata-mata sebagai hubungan
atau kontrak keperdataan semata, akan tetapi mempunyai nilai ibadah4, dan
mendatangkan kemaslahatan atau kebaikan yang sangat besar, diantanya
sebagai berikut.
1. Berguna untuk meneruskan mata rantai keturunan manusia di muka
bumi, memperbanyak jumlah kaum muslimin..
2. Dapat memelihara dan menjaga kemaluan, serta jangan sampai
menikmati hal-hal yang diharamkan syariat, yang bisa merusak struktur
kehidupan masyarakat.
3. Dapat menjadikan kaum muslim lebih bertanggung jawab melindungi
dan berusaha untuk menafkahi istrinya, sebagaimana firma Allah SWT,
dalam surat An-Nisaa ayat 34.
ى ان أي ا أفقا ي ت م الله تعضى عه تعض ا فض عه انغاء ت اي جال ق انش
فعظ شص انلات تخاف ا دفظ الله ة ت انذاخ قاتاخ دافظاخ نهغ فانص
جش ا الله كا عثلا إ أطعكى فلا تثغا عه فإ اضشت ضاجع ف ان
عها كثشا
Artinya: kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah SWT telah melebihkan sebahagian mereka(laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka.121
121
Al-Qur‟an Surah An-Nisaa Ayat 34
70
4. Tercapainya ketenangan dan ketentraman antara suami dan istri serta
terwujudnya perdamaian jiwa.
5. Pernikahan sangat berperan dalam membantu menjaga pola hidup
masyarakat dari tindak kekejian yang bisa menghancurkan akhlak
manusia dan menjauhkannya dari kemaluan.
6. Mampu menjaga dan melestarikan keturunan, serta menguatkan tali
kekeluargaan dan persaudaraan antar satu sama lainnya.
7. Pernikahan akan mengangkat manusia dari kehidupan seperti binatang ke
derajat kemanusia yang sangat mulia.122
122
Ika Novitasari, Dampak Psikis Pernikahan Dini Dan Pentingnya Bimbingan Pra
Nikah,Universitas Islam Negeri Walisongo Searang:2015, hlm.66.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dengan judul
“Pertimbangan Hakim Dalam Memberikan Izin Dispensasi kawin di Bawah
Umur di Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B)”, serta penelitian yang
penulis lakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Prosedur pelaksanaan Dispensasi Kawin pada Pengadilan Agama Sengeti
sama dengan prosedur berperkara pada umumnya. Permohonan
Dispensasi Kawin diajukan oleh orang tua pria mupun wanita kepada
pengadilan agama yang mewilayahi tempat tinggalnya. Kemudian berkas
perkara diperiksa oleh Majelis Hakim, ketua majelis memulai
pemeriksaan dengan pertanyaan pertanyaan yang diajukan kepada
pemohon, anak pemohon dan calon anak pemohon secara bergantian.
Kemudian Ketua Majelis melanjutkan pemeriksaan bukti surat dan
sidang di skors. Setelah musyawarah selesai, skors dicabut dan pemohon
dipanggil kembali masuk ke ruang persidangan, kemudian dibacakan
penetapannya
2. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab diajukan dispensasi
perkawinan antara lain karena Faktor Hamil sebelum melangsungkan
perkawinan, dan khawatir timbu fitnah. Dasar pertimbangan hakim
dalam mengabulkan dipensasi usia perkawinan yaitu hakim tidak hanya
72
berpacu pada Undang – Undang, disinilah diperlukan ijtihad hakim
dalam menetapkan sesuatu berdasarkan maslahat mursalah. Hakim harus
memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan oleh sesuatu yang telah
ditetapkannya.
71
DAFTAR PUSTAKA
A. Kitab dan Buku/Literatur
Muhdlor A. Zuhdi , Memahami Hukum Perkawinan: Nikah, Talak,
Cerai dan Rujuk (Bandung: al-Bayan, 1995).
Azzam Abdul Aziz Muahammad, Fiqh Muanakahat, (jakarta: Amzah
Manan Abdul, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan
Agama. (Jakarta:Yayasan Al-Hikmah, 2000).Mukti Arto, Praktek
Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, ( Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2007).
Kamil Ahmad, “Filsafat Kebebasan Hakim”, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2012).
Rofiq Ahmad, Hukum Perdata Islam Di Indonesia,(Jakarta: Rajawali Pers).
Kharlie Ahmad Tholabi, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika).
Departemen Agama RI, Bahan Penyuluhan Hukum, (Jakarta: Direktorat
Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1999/2000).
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia(Jakarta : Balai Pustaka, 1995).
Al-Munawar Said Agil Husin, Konsep al-Maslahah Sebagai Salah Satu
Sumber Perundangan Islam, ISLAMIYYAT 18 & 19 (1998).
Hadikmmusuma Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia (Bandung: CV.
Mandar Maju, 2007)
72
https://kbbi.web.id, diakses pada tanggal 20 Oktober 2019.
Usman Husaini dan Akbar Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial,
(jakarta: Bumi Aksara, 2008).
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta
Disertas, (Bandung: Alfabeta, 2017).
Noor Juliansyah, Metodologi Penelitian: skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya
Ilmiah, (jakarta: Kencana, 2012).
Saleh K. Wantjik, Hukum Perkawinan Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1976).
Kompas.com, “Batas Usia Minimal Pernikahan 21Tahun”, diakses pada 20
Agustus 2019 diakses dari kompas.com
Laporan Tahunan Pengadilan Agama Sengeti 2018
Rasjidi Lili Dan Thania Rasjidi, Teori Sosiologi Hukum, (Jakarta: Citra
Aditya Bakti, 2007).
Harahap M. Yahya,Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan
Agama,(Jakarta: Sinar Grafika, 2003).
Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Dan Mahkamah Syariah,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2017).
Masruk Zuhdi, Pengatar Hukum Syariah, (Jakarta: CV Haji Masagung,
1990).
Ramulyo Mohd. Idris, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: PT Bumi
Aksara).
Ngafifi Muhamad, “kemajuan teknologi dan pola hidup manusia”
73
Sunma Muhammad Amin, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2004).
Aro Mukti, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet. V.
Yogyakarta . Pustaka Pelajar 2004.
Rasyid Roihan A Rasyid, Hukum Peradilan Agama, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2013).
Romli, Pengantar Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017).
Una Sayuti (ed), Pedoman Penulisan Skripsi,. .
Aminuddin Slamet, Fiqh Munkahat (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999).
Subekti, dkk, Kamus Hukum. cet ke-4 (Jakarta: Pramita, 1979).
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan AgamaIslam, Bahan
PenyuluhanHukum, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2001).
Sugiyono, Metode Peneletian Pendidikan (pendekatan kualitatif),
(Bandung: Alfabet,2016).
Ali Zainuddin Ali,Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2006).
B. UU/ Peraturan-peraturan
Kompilasi Hukum Islam
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
74
C. Karya Ilmiah, Skripsi, Dan Jurnal
Rahman Ari Rahman, Dispensasi Nikah Anak Di Bawah Umur (Analisis
Penetapan Perkara Nomor: 124/Pdt.P/2010/Pa.Srg.Di Pengadilan
Agama Serang), Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Tahun 2011.
aprianto Danu, “Dispensasi Nikah Dalam Perspektif Fikih Dan Hukum
Positif (Studi Putusan Pengadilan Agama Purbalingga Tahun 2007-
2008), Skripsi Mahasiswa Jurusan Akhwal Al- Syahsiyyah, UIN
Syarif Hidayatuah Jakarta, 2011.
Hadiyanto Firman, “Dispensasi Nikah Dengan Pemeriksaan Setempat
(studi Analisis Perkara No. 079/pdt. P/PA.BL. Tentang Dispensai
Nikah, Skripsi Mahasiswa Jurusan Akhwal Al- Syahsiyyah, STAIN
Ponorogo,2013.
Hartini, “Dispensasi Perkawinan di Bawah Umur di Pengadilan Agama
Kabupaten Madiun Perspektif Undang-undang No. 1 tahun 1974”,
Skripsi Mahasiswa Jurusan Akhwal Al-Syahsiyyah, STAIN Ponorogo,
2008.
Hasriani,” Dispensasi Pernikahan Di Bawah Umur Pada Masyarakat Islam
Di Kabupaten Bantaeng(Studi Kasus Pada Pengadilan Agama Kelas 2
Bantaeng Tahun 2013-2015)”, Fakultas Syari‟ah Dan Hukum
Universitas Islam Negeri (Uin) Alauddin Makassar 2016.Jaenal
Aripin, Peradilan Agama Dalam Bingkai Reformasi hukum di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 126.Sudikno Mertokusumo,
75
Penemuan hukum (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
2010).
Ahyani Sri, Pertimbangan Pengadila Agama Atas Dispensasi Pernikahan
Usia Dini Akibat Kehamilan di Luar Nikah, jurnal wawasan hukum ,
vol . 34 No. 1, febuari 2016.
Arifin Ja‟far, “Dispensasi Nikah Di Bawah Umur Menurut Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Atas
Penetapan Pengadilan Agama Sleman Tahun 2007-2009”, Skripsi
Mahasiswa Jurusan Akhwal Al-Syahsiyyah Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.
Nisa Khairun, Pertimbangan Hukum Dispensasi Nikah Oeh Hakim
Pengadian Agama Sengeti (Analisis Penetapan Perkara
no.46/PDT.P/2015/PA.SGT), Skripsi Mahasiswa Jurusan Akhwal Al-
Syahsiyyah, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2018.
Aisyah Nur, Dispensasi pernikahan di Bawah Umur Pada Masyarakat
Islam, Jurisprudetie,vol. 4 Nomor 2, Desember 2017.
Rohmatilah Siti tentang, “Analisa Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama
Magetan Tentang Izin Poligami”, (Skripsi Sarjana, STAIN, Ponorogo,
2016).
D. Dan lain-lain
http//.www.Pa.sgt.com
Syukron Kamil, “Penyebab Pernikahan di Bawah Umur”. Diakses pada
76
24 Juni 2019 diakses dari http://www.kainsutera-penyebab-
pernikahan-di-bawah-umur.html.
https://journal.uny.ac.id, diakses 22 Oktober 2019
Berita satu, “Beragam Efek Buruk Pernikahan Dini”, diakses pada tanggal
6 agustus 2019, diakses di www.beritasatu.com.
77
Tabel. IV
DAFTAR INFORMAN123
No. Nama Jabatan
1. Abdan Khubban Ketua
2. Emaneli Majelis Hakim
3. Siti Patimah Majelis Hakim
4. Siti Khairiah Panitera Muda Permohonan
5. Romi Herusman Panitera Muda Hukum
123
. Data Informat Tahun 2019.
78
LAMPIRAN
A. Salinan Penetapan Dispensasi Kawin
1. Contoh Kasus 1
PENETAPAN
Nomor 63/Pdt.P/2018/PA.SGT
PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud tujuan permohonan Pemohon adalah
sebagaimana diuraikan diatas;
Menimbang sebelum mempertimbangkan pokok permohonan, Majelis
akan terlebih dahulu mempertimbangkan kewenngan Pengadilan Agama
dalam memeriksa, mengadili dan memutus permohonan a qua dan legal
standing Pemohon dalam mengajukan perkara aquo;
Menimbang, bahwa Permohonan ini merupakan permohonan
penetapan dispensasi kawin hal mana Pemohon telah mndallilkan bahwa
Pemohon beragama Islam, maka berdasarka ketentuan Pasal 49 ayat 1 huruf
(b) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-undang Nomor 50
Tahun 2009 Pengadilan Agama Sengeti kompetensi untuk mengadili
permohonan a quo;
Menimbang bahwa perkara ini adalah permohonan (voluntair) dan
Pemphpn telah mendalilkan bahwa Pemohon memiliki domisili hukum di
79
dalam wilayah yurisdiksi Pengadilan Agama Sengeti, sehingga berdasarkan
hal tersebut Pengadilan Agama sengeti memiliki kompetensi relatif untuk
mengadili permohonan a quo;
Menimbang bahwa berkaitan dengan legal standing, pemohon dalam
permohonannya mendalilkan bahwa Pemohon adalah orang tua kandung
dari anak yang dimohonkan dispensasi kawinnya, sehingga berdasarkan
dalil tersebut Majelis hakim berpendapat bahwa Pemohon memiliki legal
standing untuk mengajukan permohonan a quo;
Menimbang, bahwa dalil yang diajukan oleh Pemohon tersebut pada
pokonya bahwa Pemohon bermaksud menikahkan anaknya yang bernama
Angga Prasetyo bin So‟im, dengan Riskiana binti Harun, namun usia anak
Pemohon tersebut belum cukup umur sehingga tidak memenuhi syarat usia
calon pengantin sebagaimana ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
sedang pernikahan tersebut sangat mendesak karena keduanya telah
menjalin hubungan sejak satu tahun yang lalu dan hubungan mereka telah
sedemikian eratnya, dan pemohon sangat khawatir akan terjadi hal yang
lebih mudharat apabila tidak segera dinikahkan;
Menimbang bahwa perkara yag diajukan Pemohon termasuk perkara
voluntair maka sesuai ketentuan pasal 283 Rbg. Maka Pemohon dibebani
bukti untuk membuktikan seluruh dalil permohonannya;
80
Menimbang bahwa untuk membuktikan dalil permohonannya,
pemohon mengajukan bukti surat P.1 dan P.2 serta dua orang saksi, Majelis
Hakim akan mempertimbangkan sebagai berikut;
Menimbang bahwa bukti P.1 yang asli nya akta otentik (autentik
akte). Quod est Pasal 285 R.Bg. jo. Pasal 870 KUH Perdata, alat bukti
tersebut memiliki kekuatan pembuktian yang mengikat dan semprna,
sehingga patut dinyatakan terbukti bahwa anak pemohon yang dimohonkan
dispensasi yang bernama Angga Prasetyo bin so‟im belum ukup umur untuk
menikah karena lahir pada tanggal 13 Agustus 2000.
Menimbang bahwa kedua saksi yang diajukan oleh Pemohon pada
pokonya telah memberikan keterangan baha maksud Pemohon datang ke
Pengadilan Agama adalah untuk mengajukan dispensasi kawin untuk
anakanya yang bernama Angga Prasetyo bin So‟im yang akan
melangsungkan perkawinan dengan seorang wanita bernama Riskiana binti
Bahrun, namun anak Pemohon yang bernama Angga Prasetyo bin so‟im
belum ukup umur untuk melangsungkan perkawinan. Anak Pemohon yang
bernama Angga Prasetyo bin so‟im dengan Riskiana binti Bahrun tidak ada
larangan untuk melangsungkan perkawinan. Anak Pemohon sudah bekerja
dan sudah berpenahasilan;
Menimbang, bahwa dua orang saksi yang diajukan Pemohon telah
memberikan keterangan dibawah sumpahnya yang didasarkan pada
pengetahuan, penglihatan dan pendengaran sendiri. Kedua orang saksi
81
tersebut adalah orang yang dekat dengan Pemohon, serta keterangan para
saksi tidak bertentangan satu sama lain telah bersesuaian dengan dalil
permohonan Pemohon. Berdasarkan hal tersebut Majelis Hakim menilai
keterangan para saksi telah memenuhi syarat formil dan materil
sebagaimana ketentuan Pasal 171 ayat (1), 308 dan 309 R.Bg.jo Pasal 1907
KUH Perdata, sehingga dapat dijadikan sebagai bukti yang memperkuat
dalil permohonan Pemohon;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti surat dan saksi-saksi di
persidangan yang dihubungkan dengan dalil permohonan Pemohon
ditemukan fakta hukum sebagai berikut:
1. Bahwa Pemohon adalah orang tua kandung dari Angga Prasetyobin
So‟im;
2. Bahwa anak Pemohon yang bernama Angga Prasetyo bin So‟im akan
melangsungkan perkawinan dengan seorang wanita yang bernama
Riskiana binti Bahrun, namun usia ngga Prasetyo bin So‟im belum
cukup umur (18 tahun);
3. Bahwa keinginan anak Pemohon yang bernama Angga Prasetyo bin
So‟im untuk menikah dengan Riskiana binti Bahrun ditolak Kantor
Urusan Agama Kecamatan Jambi Luar Kota;
4. Bahwa tidak ada larangan perkaeinan antara anak Pemohon yang
bernama Angga Prasetyo bin So‟im dengan Riskiana binti Bahrun;
5. Bahwa pihak keluarga sepakat untuk menikahkan anak Pemohon
dengan calon istrinya;
82
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis hakim akan menjawab
petitum permohona Pemohon berdasarkan fakta-fakta dan bukti yang telah
diterangkan diatas, dengan pertimbangan sebagai berikut;
Menimbang, nahwa petitum permohonan pemohon berkaitan dengan
petitum selanjutnya yang akan di jawab setelah Majelis Hakim
mempertimbagak petitum selanjutnya;
Menimbang, bahwa dalam menjawab petitum permohonan Pemohon
angka 2, Majelis hakim mengemukakan pertimbanga sebagai berikut;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta diatas maka menurut Majelis
Hakim anak Pemohon telah memenuhi syarat-syarat perkawinan sesuai
ketentuan pasal 66 dan 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974,
kecuali syarat usia perkawinan dalam pasal 7 ayat (1) Undang-undang
tersebut;
Menimbang, bahwa oleh karena anak Pmohon dan calon istrinya telah
bertekat bulat untuk melangsiungkan pernikahan, maka Majelis Hakim
berpendapataa bahwa jika menunda perkawinan tersebut hingga anak
Pemohon berusia 18 tahun, kerusakan/mudharat akan lebih besar daripada
,manfaatnya karna penolakan pernikahan oleh KUA Kecamatan Jambi Luar
Kota, tersebut harus dikesampingkan;
Menimbang, bahwa memperhatikan ketentuan tentang umur anak
Pemohon menurut hukum belu patut untuk dinikahkan sedangkan hubngan
sudah diluar batas norma agama dan norma kesusilaan, maka majelis hakim
sependapat dengan dalil fiqhiyah sebagai berikut:
83
“menolak kerusakan haruslah diahulukan dari pada menarik
kemaslahatan”
Menimbang bahwa pemohon telah setuju anak Pemohon yang
bernama Agangga Prasetyo bin so‟im menikah dengan calon isterinya yang
bernama Riskina bij Bahrun. Anak Pemohon dan alon ister8inya juga sudah
mempunyai persiapan untuk menjalankan rumah tangga. Anak Pemohon
terbukti telah mempunyai pekerjaan dan penghasilan dan caalon isterinya
juga bisa melakukan pekerjaan rumah tangga masing-masing juga telah
mngerti tugas dan tanggung jawabnya sebagai suami isteri serta tekad
keduaanya untuk saling menyayangi. Dngan demikian Majelis hakim
menilai ketentuan dalam pasal 6 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 1
tahun 1974.jo. Pasal 15 ayat (2) dan pasdal 6 ayat (1) Kompilasi Hukum
Islam telah terpenuhi;
Menimbang, bahwa antara anak Pemohon bernama Angga Prasetyo
bin So‟im dengan calon isterinya bernama Riskina bin Bahrun tidak terapat
halangan untuk menikah, sebagaimana yang diatur dalam ketentuan pasal 8,
9 dan 10 Undang- Nomor 1 Tahun 1974, serta ketentuan poasal 39 sampai
44 Kompilasi Hukum Islam (KHI), maka perkawinan anatara anak
Pemohon dan alon isterinya dapat dialangsingkan;
Menimbang, baahwa dari uraian pertimbangan tersebut diatas, harus
dinyatakan bahwa permohonan Pemohon agar pengadila Majelis hakim
memberikan dispensasi kepada anak Pemophon untuk menikah telah cukup
beralasan, sebagaimana maksud pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nonor 1
84
Tahun 1974 jo. Pasal 15 KHI, sehingga permohonan tersebut bisa
dikabulkan;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan Majelis hakim atas
ptitum permohonan Pemohon dan menjawab petitum permohonan angka 1,
permohonan pemohon dikabulkan seluruhnya;
Mengingat, pasal 49 UU Nomor 7 1989 yang telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-undang Nomor 50 tahun
2009, serta segala ketentuan peraturan perundangn-undnagan yang berlaku
dan hukum Islam yangberkaitan demngan perkara ini.
MENETAPKAN
1. Mengabulakan Permohonan pemohon;
2. Memberikan dispensasi kepada anak pemohon yang bernama Angga
Prasetyo bin So‟im untuk menikah dengan seorang wn aita bernama
Riskiana binti bahrun;
3. Membebankan pemohon untuk membayar biaya perkara sejuimlah
Rp.391.000,00 (tiga ratus sembilan puluh satu ribu rupiah)
Demikian ditetapkan dalam musyawartah majelis hakim Pengadilan Agama
Sengeti bpada hari Rabu, tanggal 21 Nove,mber 2018 Masehi bertepatan
dengan tanggal 13 rabiul awwal 1440 Hijriyah oleh kami Dra. Siti Patimah,
M.sy., sebaga Ketua Majelis, Yunizar Hidayati, S.H.I., dan Rahmatullahj
ramadan ., S.H.I., masing-masing sebagai Hakim Anggota tersebut, dan
didampingi oleh Arief Mustaqim, S.E.I., M.Sy. sebaga Panitera Pengganti
dengan dihadiri oleh Pemohon;
85
2. Contoh Kasus 2
P E N E T A P A N
Nomor 48/Pdt.P/2018/PA.Sgt.
PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa adapun maksud dan tujuan permohonan para
Pemohon adalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas;
Menimbang, bahwa pemanggilan terhadap para Pemohon telah
dilaksanakan sesuai ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 Tentang Peradilan Agama Jo. Pasal 145 ayat (1) dan (2) R.Bg. para
Pemohon telah datang sendiri menghadap dan telah mengemukakan haknya;
Menimbang, bahwa pokok masalah dalam perkara ini adalah para
Pemohon mengajukan izin (dispensasi) dari pengadilan terhadap anaknya
yang belum cukup umur bernama Hendriansyah bin Sudaryadi untuk
menikah dengan calon istrinya bernama Irma Safitri binti Hasnawi;
Menimbang, bahwa oleh Majelis hakim telah dilakukan penasihatan
agar para Pemohon dapat mengurungkan niatnya untuk menikahkan
anaknya yang bernama Hendriansyah bin Sudaryadi dan Irma Safitri binti
Hasnawi sampai batas usia yang ditentukan oleh undang-undang, sehingga
tidak perlu lagi penetapan dari Pengadilan Agama Sengeti, namun tidak
berhasil dan para Pemohon tetap dengan permohonannya;
86
Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil permohonannya,
para Pemohon telah mengajukan bukti-bukti, yaitu berupa bukti surat P.1,
P.2, P.3, P.4 dan P.5 serta bukti dua orang saksi;
Menimbang, bahwa bukti surat P.1, P.2, P.3, P.4 dan P.5, merupakan
akta otentik yang dibuat oleh pejabat yang berwenang untuk itu, maka
sesuai dengan ketentuan Pasal 285 R.Bg juncto Pasal 1870 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata alat bukti tersebut memiliki kekuatan pembuktian
yang mengikat (bindende) dan sempurna (volledig) serta dapat diterima
sebagai alat bukti, sedangkan mengenai subtansinya akan dipertimbangkan
selanjutnya;
Menimbang, bahwa bukti P.1 dan P.2, membuktikan para Pemohon
adalah penduduk Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi,
merupakan wilayah yurisdiksi pemerintahan Kabupaten Muaro Jambi dan
masuk dalam wilayah hukum Pengadilan Agama Sengeti;
Menimbang, bahwa bukti P.3 adalah Kutipan Akta Kelahiran atas
nama Hendriansyah, yang lahir tanggal 24 Juni 2000, membuktikan
Hendriansyah berumur 18 tahun 2 bulan atau belum mencukupi syarat batas
minimal untuk melaksanakan pernikahan;
Menimbang, bahwa bukti P.4 adalah Kutipan Akta Kelahiran atas
nama Irma Safitri, yang lahir tanggal 07 Desember 2002, membuktikan
Irma Safitri berumur 15 tahun 9 bulan atau belum mencukupi syarat batas
minimal untuk melaksanakan pernikahan;
87
Menimbang, bahwa bukti P.5 adalah penolakan pernikahan yang
dikeluarkan oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Sungai Gelam,
membuktikan para Pemohon telah mendaftarkan kehendak pernikahan anak
kandungnya yang bernama Hendriansyah dan Irma Safitri, akan tetapi
ditolak oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten
Muaro Jambi, karena anak para Pemohon belum cukup umur untuk
menikah;
Menimbang, bahwa saksi pertama adalah adik ipar Pemohon II dan
saksi kedua adalah tetangga Pemohon I, keduanya juga tidak terhalang
hukum untuk menjadi saksi dan telah memberikan keterangan di bawah
sumpah, materi kesaksiannya saling mendukung antara satu dengan yang
lainnya yaitu mengenai tujuan para Pemohon, hubungan antara anak
Pemohon I dengan calon istrinya anak Pemohon II yang telah menjalin
cinta, telah siapnya anak Pemohon I menjadi kepala rumah tangga dan telah
siapnya anak Pemohon II menjadi ibu rumah tangga, anak Pemohon I dan
anak Pemohon II sama-sama beragama Islam serta tidak ada pertalian darah
atau sesusuan yang menghalangi pernikahan mereka;
Menimbang, bahwa bukti saksi yang diajukan para Pemohon telah
memenuhi syarat formil bukti sesuai Pasal 171, 172, 175 dan 309 R.Bg dan
telah memenuhi syarat materil saksi sesuai Pasal 307 dan 308 R.Bg, dengan
demikian Majelis Hakim menilai kesaksian para saksi para Pemohon patut
untuk dijadikan sebagai alat bukti dalam perkara ini;
88
Menimbang, bahwa berdasarkan dalil-dalil para Pemohon yang
dihubungkan dengan bukti surat dan keterangan saksi di persidangan,
Majelis Hakim telah menemukan fakta hukum sebagai berikut:
1. Bahwa anak Pemohon I yang bernama Hendriansyah bin Sudaryadi
belum cukup umur untuk menikah (lahir tanggal 24 Juni 2000) dan
anak Pemohon II yang bernama Irma Safitri binti Hasnawi juga belum
cukup umur untuk menikah (lahir tanggal 07 Desember 2002);
2. Bahwa anak Pemohon I sudah siap menjadi suami, sudah bekerja
sebagai Petani karet dengan penghasilan rata-rata sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap bulan dan sudah siap menjadi
kepala rumah tangga;
3. Bahwa anak Pemohon II sebagai calon istri sudah siap menjadi istri
dan ibu rumah tangga, dan siap menjalani kehidupan rumah tangga
sebagaimana layaknya istri terhadap suaminya;
4. Bahwa antara anak Pemohon I dan anak Pemohon II tidak ada
halangan menikah, sama-sama beragama Islam, tidak mempunyai
hubungan darah dan sesusuan;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Peradilan Agama, untuk
melangsungkan pernikahan pihak laki-laki minimal telah mberumur 19
tahun, sedangkan anak Pemohon I belum mencapai usia dimaksud karena
lahir pada tanggal 24 Juni 2000, dan untuk pihak perempuan minimal telah
berumur 16 tahun, sementara anak Pemohon II belum mencapai usia
89
dimaksud karena lahir pada tanggal 07 Desember 2002, untuk itu
berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Peradilan Agama, untuk melangsungkan pernikahannya,
harus mendapatkan dispensasi dari Pengadilan Agama;
Menimbang, bahwa dengan mencermati fakta hukum yang telah
terbukti di atas, Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa patut diduga
akan menimbulkan mudharat yang lebih besar bagi anak Pemohon I
(Hendriansyah bin Sudaryadi) dan anak Pemohon II (Irma Safitri binti
Hasnawi) dan mereka akan terjerumus melakukan perbuatan yang
melanggar norma agama jika tidak segera dinikahkan, maka akan lebih baik
untuk menghalalkan bagi keduanya untuk bergaul lebih intim, terlebih
kedua calon mempelai telah saling mencintai dan siap secara mental untuk
menanggung segala resiko;
Menimbang, bahwa anak kandung para Pemohon yang bernama
Hendriansyah bin Sudaryadi dan Irma Safitri binti Hasnawi telah sepakat
untuk melangsungkan pernikahan, namun rencana pernikahan secara resmi
tersebut terhalang karena anak kandung para Pemohon belum mencapai
batas usia minimal untuk menikah. Sehingga apabila dispensasi nikah tidak
diberikan dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif oleh kedua
belah pihak pada masa yang akan datang, oleh karena itu Majelis Hakim
berpendapat solusi hukum yang terbaik adalah memberikan dispensasi nikah
tersebut;
Menimbang, bahwa dispensasi nikah yang diberikan Pengadilan
90
Agama kepada pencari keadilan adalah untuk menghindari terjadinya
mudharat yang lebih besar daripada mashlahatnya, sesuai dengan kaidah
fiqih yang selanjutnya diambil-alih sebagai pertimbangan hukum sebagai
berikutm:
دفع انضاس يقذو عه جهة انافع
Artinya: “Mencegah yang membahayakan itu lebih diprioritaskan dari
pada
Menimbang, bahwa para Pemohon telah sepakat untuk menikahkan
anak para Pemohon. Anak para Pemohon juga sudah mempunyai persiapan
untuk menjalankan rumah tangga. Anak Pemohon I juga terbukti telah
mempunyai pekerjaan dan penghasilan, masing-masing juga telah mengerti
tugas dan tanggung jawabnya sebagai suami istri serta tekad keduanya
untuk saling menyayangi. Dengan demikian Majelis Hakim menilai
ketentuan dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Jo. Pasal 15 ayat (2) dan Pasal 16 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam
telah terpenuhi;
Menimbang, bahwa antara anak Pemohon I nama Hendriansyah bin
Sudaryadi dengan calon istrinya bernama Irma Safitri binti Hasnawi tidak
terdapat halangan untuk menikah, sebagaimana yang diatur dalam ketentuan
Pasal 8, 9, dan 10 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
serta ketentuan Pasal 39 sampai 44 Kompilasi Hukum Islam, maka pernikahan
antara anak Pemohon I dengan calon istrinya anak Pemohon II dapat
91
dilangsungkan;
Menimmbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas, Majelis Hakim berkesimpulan permohonan para Pemohon
terbukti dan beralasan hukum, untuk itu patut dikabulkan dengan memberi
izin (dispensasi) kepada anak Pemohon I Hendriansyah bin Sudaryadi untuk
menikah dengan calon istrinya anak Pemohon II yang bernama Irma Safitri
binti Hasnawi;
Menimbang, bahwa oleh karena perkara ini termasuk dalam bidang
perkawinan, maka sesuai Pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun
1989 Tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, seluruh
biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada para Pemohon
untuk membayarnya;
Mengingat, semua peraturan perundang-undangan dan ketentuan
hukum lain serta dalil-dalil syara‟ yang berhubungan dengan perkara ini;
MENETAPKAN
1. Mengabulkan permohonan para Pemohon;
2. Memberikan dispensasi kepada anak Pemohon I yang bernama
Hendriansyah bin Sudaryadi untuk menikah dengan seorang perempuan
anak Pemohon II bernama Irma Safitri binti Hasnawi;
3. Membebankan para Pemohon untuk membayar biaya perkara sejumlah
Rp441.000,00 (empat ratus empat puluh satu ribu rupiah).
92
Demikian penetapan ini dijatuhkan dalam rapat permusyawaratan
Majelis Hakim Pengadilan Agama Sengeti pada hari Senin, tanggal 03
September 2018 Masehi, bertepatan dengan tanggal 22 Dzulhijjah 1439
Hijriyah, oleh kami Rijlan Hasanuddin, LC., sebagai Ketua Majelis, Apit
Farid, S.H.I., dan Mhd. Syukri Adly, S.H.I., M.A., masing-masing
sebagai Hakim Anggota. Penetapan tersebut diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum pada hari Kamis, tanggal 06 September 2018 Masehi,
bertepatan dengan tanggal 25 Dzulhijjah 1439 Hijriyah, oleh Ketua Majelis,
dengan didampingi Hakim Anggota yang sama, dibantu oleh Siti Azizah,
S.H.I., sebagai Panitera Pengganti, dengan dihadiri oleh para Pemohon.
3. Contoh Kasus 3
P E N E T A P A N
Nomor 38/Pdt.P/2018/PA.Sgt.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa adapun maksud dan tujuan permohonan Pemohon
adalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas;
Menimbang, bahwa pemanggilan terhadap Pemohon telah
dilaksanakan sesuai ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
93
1989 Tentang Peradilan Agama Jo. Pasal 145 ayat (1) dan (2) R.Bg.
Pemohon telah datang sendiri menghadap dan telah mengemukakan haknya;
Menimbang, bahwa pokok masalah dalam perkara ini adalah
Pemohon mengajukan penetapan izin (dispensasi) dari pengadilan kepada
anaknya yang belum cukup umur bernama Andi Kurniawan bin Mujali
untuk menikah dengan calon istrinya bernama Azmi Nurlaili binti Abidin;
Menimbang, bahwa oleh Majelis hakim telah dilakukan penasihatan
agar Pemohon dapat mengurungkan niatnya untuk menikahkan anaknya
yang bernama Andi Kurniawan bin Mujali sampai batas usia yang
ditentukan oleh undang-undang, sehingga tidak perlu lagi penetapan dari
Pengadilan Agama Sengeti, namun tidak berhasil dan Pemohon tetap
dengan permohonannya;
Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil permohonannya,
Pemohon telah mengajukan bukti-bukti, yaitu berupa bukti surat P.1, P.2,
dan P.3, serta bukti dua orang saksi;
Menimbang, bahwa bukti surat P.1, P.2, dan P.3, merupakan akta
otentik yang dibuat oleh pejabat yang berwenang untuk itu, maka sesuai
dengan ketentuan Pasal 285 R.Bg juncto Pasal 1870 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata alat bukti tersebut memiliki kekuatan pembuktian yang
mengikat (bindende) dan sempurna (volledig) serta dapat diterima sebagai
alat bukti, sedangkan mengenai subtansinya akan dipertimbangkan
selanjutnya;
Menimbang, bahwa bukti P.1 adalah fotokopi Kartu Tanda Penduduk
atas nama Mujali, membuktikan bahwa Pemohon bertempat tinggal di
Wilayah Hukum Pengadilan Agama Sengeti;
Menimbang, bahwa bukti P.2 adalah fotokopi Kutipan Akta Kelahiran
atas nama Andi Kurniawan bin Mujali, yang lahir tanggal 07 Juni 2000,
membuktikan Andi Kurniawan bin Mujali belum mencukupi syarat batas
minimal untuk melaksanakan pernikahan;
94
Menimbang, bahwa bukti P.3 adalah fotokopi Surat Penolakan
Pernikahan atas nama Andi Kurniawan, yang dikeluarkan oleh Kepala
Kantor Urusan Agama Kecamatan Sungai Gelam, membuktikan Pemohon
telah mendaftarkan kehendak pernikahan anak kandungnya yang bernama
Andi Kurniawan, akan tetapi ditolak oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan
Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi, karena anak Pemohon belum
cukup umur untuk menikah;
Menimbang, bahwa saksi pertama Pemohon adalah tetangga calon
istri anak Pemohon dan saksi kedua Pemohon adalah tetangga Pemohon,
keduanya juga tidak terhalang hukum untuk menjadi saksi dan telah
memberikan keterangan di bawah sumpah, materi kesaksiannya saling
mendukung antara satu dengan yang lainnya yaitu mengenai tujuan
Pemohon, hubungan antara anak Pemohon dengan calon istrinya yang telah
berpacaran, telah siapnya anak Pemohon menjadi kepala rumah tangga dan
calon istri anak Pemohon telah siap menjadi ibu rumah tangga, anak
Pemohon dan calon istrinya sama-sama beragama Islam serta tidak ada
pertalian darah atau sesusuan antara anak Pemohon dengan calon istrinya
tersebut. Juga tidak ada yang keberatan dengan rencana pernikahan anak
Pemohon dengan calon istrinya;
Menimbang, bahwa bukti saksi yang diajukan Pemohon telah
memenuhi syarat formil bukti sesuai Pasal 171, 172, 175 dan 309 R.Bg dan
telah memenuhi syarat materil saksi sesuai Pasal 307 dan 308 R.Bg, dengan
demikian Majelis Hakim menilai kesaksian para saksi Pemohon patut untuk
dijadikan sebagai alat bukti dalam perkara ini;
Menimbang, bahwa berdasarkan dalil-dalil Pemohon yang
dihubungkan dengan bukti surat dan keterangan saksi di persidangan,
Majelis Hakim telah menemukan fakta hukum sebagai berikut:
1. Bahwa anak Pemohon yang bernama Andi Kurniawan bin Mujali belum
cukup umur untuk menikah (lahir tanggal 07 Juni 2000) dengan calon
istrinya yang bernama Azmi Nurlaili binti Abidin;
95
2. Bahwa anak Pemohon sudah siap untuk menikah dan menjalankan
kewajiban sebagai seorang suami. Anak Pemohon sudah mengerti hak
dan kewajiban seorang kepala rumah tangga, sudah bekerja sebagai buruh
tani di kebun sawit, dengan penghasilan sekitar Rp2.000.000,00 (dua juta
rupiah) perbulan, dan juga membantu di kebun sawit milik orang tuanya;
3. Bahwa calon istri anak Pemohon sudah siap menjadi seorang istri dan
akan berusaha untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik;
4. Bahwa anak Pemohon dan calon istrinya telah lama berpacaran;
5. Bahwa antara anak Pemohon dan calon istrinya tidak ada halangan
menikah, sama-sama beragama Islam, tidak mempunyai hubungan darah
dan sesusuan;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan menjawab
petitum permohonan Pemohon berdasarkan fakta hukum yang telah
dikemukakan di atas, dengan pertimbangan sebagai berikut;
Menimbang, bahwa petitum permohonan Pemohon poin 1 berkaitan
dengan petitum selanjutnya, maka petitum tersebut akan dijawab setelah
Majelis Hakim mempertimbangkan petitum selanjutnya;
Menimbang, bahwa dalam menjawab petitum permohonan Pemohon
poin 2 tentang pemberian dispensasi kawin kepada anak Pemohon dengan
calon istrinya, Majelis Hakim mengemukakan pertimbangan sebagai
berikut;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Peradilan Agama, untuk
melangsungkan pernikahan pihak laki-laki minimal telah berumur 19 tahun,
sedangkan anak Pemohon belum mencapai usia dimaksud karena lahir pada
tanggal 16 Agustus 2000, untuk itu berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Peradilan Agama, untuk
melangsungkan pernikahannya, harus mendapatkan dispensasi dari
Pengadilan Agama;
96
Menimbang, bahwa dengan mencermati fakta hukum yang telah
terbukti di atas, Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa patut diduga
akan menimbulkan mudharat yang lebih besar bagi anak Pemohon (Andi
Kurniawan bin Mujali) dan calon istri anak Pemohon (Azmi Nurlaili binti
Abidin) dan mereka akan terjerumus melakukan perbuatan yang melanggar
norma agama jika tidak segera dinikahkan, maka akan lebih baik untuk
menghalalkan bagi keduanya untuk bergaul lebih intim, terlebih kedua calon
mempelai telah saling mencintai dan siap secara mental untuk menanggung
segala resiko, bahkan telah lama berpacaran;
Menimbang, bahwa anak kandung Pemohon yang bernama Andi
Kurniawan bin Mujali dengan calon istrinya yang bernama Azmi Nurlaili
binti Abidin telah sepakat untuk melangsungkan pernikahan, namun rencana
pernikahan secara resmi tersebut terhalang karena Andi Kurniawan bin
Mujali belum mencapai batas usia minimal untuk menikah. Sehingga
apabila dispensasi nikah tidak diberikan dikhawatirkan akan menimbulkan
dampak negatif oleh kedua belah pihak pada masa yang akan datang, oleh
karena itu Majelis Hakim berpendapat solusi hukum yang terbaik adalah
memberikan dispensasi nikah tersebut;
Menimbang, bahwa dispensasi nikah yang diberikan Pengadilan
Agama kepada pencari keadilan adalah untuk menghindari terjadinya
mudharat yang lebih besar daripada mashlahatnya, sesuai dengan kaidah
fiqih yang selanjutnya diambil-alih sebagai pertimbangan hukum sebagai
berikut:
دفع انضاس يقذو عه جهة انافع
Artinya: “Mencegah yang membahayakan itu lebih diprioritaskan daripada
meraih keuntungan”. („Abdul Wahhab Khallaf, Kitab „Ilmu Ushul
al-Fiqh, 1977, halaman 208).
97
Menimbang, bahwa Pemohon telah setuju anak Pemohon yang
bernama Andi Kurniawan bin Mujali menikah dengan calon istrinya yang
bernama Azmi Nurlaili binti Abidin. Anak Pemohon dan calon istrinya juga
sudah mempunyai persiapan untuk menjalankan rumah tangga. Anak
Pemohon juga terbukti telah mempunyai pekerjaan dan penghasilan,
masing-masing juga telah mengerti tugas dan tanggung jawabnya sebagai
suami istri serta tekad keduanya untuk saling menyayangi. Dengan
demikian Majelis Hakim menilai ketentuan dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Jo. Pasal 15 ayat (2) dan Pasal 16
ayat (1) Kompilasi Hukum Islam telah terpenuhi;
Menimbang, bahwa antara anak Pemohon nama Andi Kurniawan bin
Mujali dengan calon istrinya bernama Azmi Nurlaili binti Abidin tidak
terdapat halangan untuk menikah, sebagaimana yang diatur dalam ketentuan
Pasal 8, 9, dan 10 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
serta ketentuan Pasal 39 sampai 44 Kompilasi Hukum Islam, maka pernikahan
antara anak Pemohon dengan calon istrinya dapat dilangsungkan;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut
di atas, Majelis Hakim berkesimpulan permohonan Pemohon terbukti dan
beralasan hukum, untuk itu patut dikabulkan dengan memberi izin
(dispensasi) kepada anak Pemohon yang bernama Andi Kurniawan bin
Mujali untuk menikah dengan calon istrinya yang bernama Azmi Nurlaili
binti Abidin;
Menimbang, bahwa petitum permohonan Pemohon poin 3, tentang
pembebanan biaya perkara, oleh karena perkara ini termasuk dalam bidang
perkawinan, maka sesuai pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 Tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor
50 Tahun 2009, petitum permohonan tersebut patut dikabulkan dengan
membebankan biaya perkara kepada Pemohon;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim atas
masing-masing petitum permohonan Pemohon di atas, maka menjawab
98
petitum permohonan Pemohon poin 1, permohonan Pemohon dikabulkan
seluruhnya;
Mengingat, pasal 49 UU Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan
Agama yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan
Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, serta segala ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan hukum Islam yang berkaitan dengan
perkara ini.
MENETAPKAN
1. Mengabulkan permohonan Pemohon;
2. Memberikan dispensasi kepada anak Pemohon yang bernama Andi
Kurniawan bin Mujali untuk menikah dengan seorang perempuan bernama
Azmi Nurlaili binti Abidin;
3. Membebankan Pemohon untuk membayar biaya perkara sejumlah
Rp266.000,00 (dua ratus enam puluh enam ribu rupiah).
Demikian penetapan ini dijatuhkan dalam rapat permusyawaratan
Majelis Hakim Pengadilan Agama Sengeti pada hari Senin, tanggal 23 Juli
2018 Masehi, bertepatan dengan tanggal 10 Zulkaidah 1439 Hijriyah, oleh
kami Yunizar Hidayati, S.H.I., sebagai Ketua Majelis, Rahmatullah
Ramadan D., S.H.I. dan Mhd. Syukri Adly, S.H.I., M.A., masing-masing
sebagai Hakim Anggota. Penetapan tersebut diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis, dengan
didampingi Hakim Anggota yang sama, dibantu oleh Haristo, S.H. sebagai
Panitera Pengganti, dengan dihadiri oleh Pemohon.
99
B. Daftar Gambar
Wawancara dengan Bapak Abdan Khubban, Ketua Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi.
100
Wawancara dengan Ibu Emaneli, Majelis Hakim Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi.
Wawancara dengan Ibu Siti Patimah, Majelis Hakim Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi.
101
Wawancara dengan Ibu Siti Khairiah Panitera Muda Permohonan Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi.
Wawancara dengan Romi Herusman, Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi.
102
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
SD/MI, Tahun Lulus : SDN /X Simpang Setiti, 2010
SMP/MTs, Tahun Lulus : MTSN Pijoan, 2013
SMA/MA, Tahun Lulus : MAS Ainul Yaqin, 2016
C. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Tahun 2016-
2017.
2. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Tahun 2017-
2018.
3. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Tahun 2018-
2019.
Nama : Mila Mertiana
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Singkut, 15 Februari 1997
Alamat Sekarang : Lr. Melati, Rt/Rw 008/003, Kelurahan
Pijoan, Kecamatan Jambi Luar Kota,
Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
No. Telp/HP : 0896-1767-0659
Nama Ayah : Junaidi
Nama Ibu : Nurwakidah
103
104