perumahan mbr.doc
TRANSCRIPT
13
PERUMAHAN UNTUK MBR (MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH)
2.1.1 Pengertian Perumahan dan Permukiman
Definisi perumahan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 mengenai perumahan dan
permukiman adalah perumahan didefinisikan sebagai kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,
baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan kawasan permukiman diartikan
sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sehingga, perumahan dan kawasan permukiman
dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan
perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan
dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
Hampir sama dengan definisi yang telah dipaparkan menurut ketetapan dan peraturan
perundang-undangan. Menurut Pedoman Perencanaan Lingkungan Perumahan, (1983 : 24) Perumahan
merupakan salah satu bentuk sarana hunian yang memiliki kaitan yang sangat erat dengan
masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di suatu lokasi sedikit banyak mencerminkan karakteristik
masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut. Pendapat para ahli juga berpendapat yang sama dan
saling mneguatkan definisi perumahan. Definisi perumahan menurut (Abrams, 1964 : 7) merupakan
tempat tiap individu yang ada saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain serta memiliki sense
of belonging atas lingkungan tempat tinggalnya.
Diperkuat dengan beberapa pendapat para ahli yang menerangkan definisi dari permukiman.
Menurut Kuswartojo dan Salim, (1997 : 21) permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan
kegiatan yang ada di dalamnya. Permukiman memiliki arti lebih luas daripada perumahan yang hanya
merupakan wadah fisiknya saja, sedangkan permukiman merupakan perpaduan antara wadah (alam,
lindungan, dan jaringan) dan isinya (manusia yang hidup bermasyarakat dan berbudaya di dalamnya).
Menurut (Kamus Tata Ruang, 1997) permukiman merupakan tempat atau daerah untuk
bertempat tinggal dan menetap. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang
perumahan dan kawasan permukiman terdapat pengertian-pengertian sebagai berikut:
1. Pengertian rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga.
2. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun
perdesaan, yang dilengkapi dengan prasaran, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni.
3. Sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung (kota dan
desa) yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
13
Menurut Doxiadis (1968), human settlement atau permukiman terdiri dari 5 elemen yang daat
dikelompokkan sebagai content (pengisi/manusia) dan container (wadah). Adapun keliman elemen
tersebut sebagai berikut :
a. Shells atau ruang bangunan dari bangunan gedung hingga kelompok yang mencapai skala
permukiman, kampung, kota dan aglomerasi fisik wilayah dan tempat tinggal manusia
b. Network atau jaringan, yang meliputi prasarana tempat manusia berkomunikasi dan jaringan
utilitas.
c. Nature atau alam sebagai natural environment yang terdiri atas elemen biotik dan abiotik.
d. Man atau manusia sebagai individu dengan segala kepribadian dan identitasnya.
e. Society atau masyarakat, adalah kumpulan manusia dari keluarga, neighborhood, dan warga
dunia yang kompleks dalam kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik.
dari kelima elemen tersebut, shells, network dan nature dikelompokkan sebagai container
(wadah) sedangkan man dan society dikelompokkan sebagai content.
2.1.2 Pengertian Perumahan Tidak Layak Huni
Rumah tidak layak huni pada umumnya erat kaitannya dengan pemukiman kumuh dan banyak
dijumpai masyarakat miskin atau masyarakat yang kurang mampu. Rumah tidak layak huni adalah suatu
hunian atau tempat tinggal yang tidak layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik
secara teknis maupun non teknis. Selain itu, menurut salah satu pengamat masalah mengenai
permukiman memberikan pemahamannya ada tiga kriteria rumah layak huni, antara lain aman terhadap
gangguan sosial lingkungan, nyaman mencakup aspek kesehatan, dan terjangkau dalam arti sesuai
kemampuan daya beli.
Perumahan tidak layak huni adalah kondisi dimana rumah beserta lingkungannya tidak
memenuhi persyaratan yang layak untuk tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan maupun sosial,
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Luas lantai perkapita, di kota kurang dari 4 m2 sedangkan untuk di desa kurang dari 10 m2.
2. Jenis atap rumah terbuat dari daun dan lainnya.
3. Jenis dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang belum diproses.
4. Jenis lantai terbuat dari tanah
5. Tidak mempunyai fasilitas umum misalnya untuk kamar mandi atau MCK.
2.1.3 Kriteria dan Standar Permukiman Layak Huni
Rumah atau Hunian sebagai kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan hunian akan terus
berkembang seiring perkembangan kehidupan. Permasalahan perumahan adalah permasalahan yang
multi dimensi (sosial, politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan). Fungsi dasar rumah adalah
untuk melindungi diri dari berbagai ancaman bahaya. Persoalan yang biasanya terjadi dalam rumah
adalah ukuran rumah yang sempit tidak sesuai dengan kebutuhan penghuni yang ada di dalamnya.
13
Penyediaan perumahan bersifat inelastis dalam jangka waktu yang lama (O’Sullivan, 2000:400)
sebab untuk menyediakan rumah (housing stock) sangat tergantung sekali oleh banyak faktor, antara lain:
faktor harga, variasi substitusi rumah di pasar formal, ketersediaan lahan dan kemampuan membangun itu
sendiri (Hoag dan Hoag, 1991:61-66). GNPSR (2003) dan RPJPN Bidang Perumahan (2010-2025)
menyebutkan ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi sisi penyediaan perumahan yakni penyediaan
tanah, penyediaan infrastruktur, pembiayaan, dan kelembagaan.
Kepmen Kesehatan No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal
dan Kepmen Kimpraswil No.403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah yaitu:
1. Bangunan Fisik Rumah:
a. Bahan bangunan. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan. Bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi
tumbuh dan berkembangnya mikro organisme patogen.
b. Atap berfungsi untuk menahan panas, debu, dan air hujan. Penutup atap sebaiknya
merupakan bidang datar dan sudut kemiringan atap tergantung dari jenis bahan penutup atap
yang dipakai. Bumbungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir.
c. Dinding berfungsi untuk menahan angin dan debu, serta dibuat tidak tembus pandang. Bahan
dinding dapat berupa batu bata, batako, bambu, papan kayu. Dinding dilengkapi dengan
sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara. Dinding kamar mandi dan tempat cuci
harus kedap air dan mudah dibersihkan.
d. Jendela dan pintu berfungsi sebagai lubang angin, jalan udara segar dan sinar matahari serta
sirkulasi. Letak lubang angin yang baik adalah searah dengan tiupan angin.
Ochieng (2007:140–152) menyatakan
bahwa pemenuhan kebutuhan perumahan saat ini
bukan lagi dengan pendekatan tradisional dengan
menghitung berapa jumlah rumah yang akan
disediakan dalam pasar perumahan tetapi dengan
melihat pada besaran rumah tangga, subsidi
pemerintah, pengentasan kemiskinan, dan
kehidupan yang lebih baik bagi individu maupun
komunitas yang lebih luas. Sehingga kualitas akan
mempengaruhi kuantitas dalam pasar perumahan.
Pembangunan perumahan ditujukan untuk
menanggulangi kemiskinan juga sudah mulai
diimplementasikan di kawasan perkotaan
(Bappenas, 2009).
Komponen dan Pelaku Perumahan
13
2. Fasilitas Kelengkapan Bangunan Rumah:
a. Sarana Air Bersih, tersedia sarana air bersih dengan kapasitas 120 liter/hari/orang. Kualitas
air bersih harus memenuhi persyaratan kesehatan. Sekeliling sumur dangkal (gali) diberikan
pengerasan dan selokan air agar tempat sekitarnya tidak tergenang air (becek). Jarak sumur
terhadap resapan/septik tank harus mencukupi syarat kesehatan.
b. Limbah dan drainase rumah, air kotor atau air buangan dari kamar mandi, cuci dan dapur
disalurkan melalui drainase rumah (selokan) terbuka atau tertutup di dalam pekarangan
rumah ke (drainase) selokan air di pinggir jalan. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak
mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap permukaan
tanah serta air tanah.
c. Fasilitas Listrik. Sebagai pencahayaan buatan mutlak diperlukan pada sebuah hunian.
Kebutuhan minimal daya listrik untuk rumah sederhana 900 watt/rumah artinya bahwa setiap
rumah harus tersedia listrik dengan daya yang mencukupi.
3. Penataan Bangunan Rumah:
a. Perancangan Ruang, Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi/cuci/Wc, ruang bermain
anak yang letaknya terpisah satu sama lain. Luas ruang sekurang kurangnya 9 m² per orang,
bukaan ventilasi 1/9 luas lantai atau minimal 1 m² atau lebih dari 11% luas ruang. Lebih lanjut,
parameter yang harus diperhatikan dalam perancangan rumah adalah: kepadatan hunian
terutama kamar tidur, pencahayaan terutama dari sinar matahari, penghawaan, jenis lantai,
jenis dinding serta jenis bahan bakar yang digunakan dalam rumah tangga.
b. Kepadatan Hunian Ruang Tidur. Luas ruang tidur minimal 9 m² dan tidak dianjurkan
digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah 5 tahun.
c. Kepadatan hunian. Satu keluarga yang terdiri dari 5 orang, minimum luas rumah adalah 50
m². Untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3 m²/orang dan untuk mencegah
penularan penyakit (misalnya penyakit pernapasan) jarak antara tepi tempat tidur yang satu
dengan yang lain minimum 90 cm. Apabila ada anggota yang menderita penyakit pernapasan
sebaiknya tidak tidur sekamar dengan anggota yang lain.
d. Pencahayaan. Untuk memperoleh cahaya yang cukup pada siang hari, diperlukan luas
jendela kaca minimum 20 % luas lantai. Kamar tidur sebaiknya diletakkan di sebelah timur
untuk memberi kesempatan masuknya sinar ultraviolet yang ada dalam sinar matahari pagi.
Jika perletakan jendela kurang leluasa, dapat dipasang genteng kaca karena semua jenis
cahaya dapat mematikan kuman, hanya berbeda satu sama lain dari segi lamanya proses
mematikan kuman. Agar cahaya matahari tidak terhalang masuk ke dalam rumah, maka jarak
rumah yang satu dengan yang lain paling sedikit sama dengan tinggi rumahnya.
e. Penghawaan. Untuk memungkinkan pergantian udara secara lancar diperlukan minimum luas
lubang ventilasi tetap 5% luas lantai, dan jika ditambah dengan luas lubang yang dapat
13
memasukkan udara lainnya (celah, pintu,jendela, lubang anyaman bambu dan sebagainya)
menjadi berjumlah 10% luas lantai. Udara yang masuk sebaiknya udara yang bersih dan
bukan udara yang mengandung debu atau bau.
f. Binatang Penular Penyakit. Tidak ada tikus, kecoa atau binatang pembawa / vektor penyakit
bersarang di dalam rumah
2.1.4 Bentuk Penanganan Permukiman bagi Masyarakat Kurang Mampu
Rumah bagi MBR merupakan hasil dari suatu proses keputusan yang mempertimbangkan
berbagai kebutuhan dan kemampuan baik secara ekonomi, sosial dan fisik. Rumah harus memenuhi
syarat dekat dengan tempat kerja atau berlokasi di tempat yang berpeluang dalam mendapatkan
pekerjaan. MBR tidak terlalu mementingkan kualitas fisik rumah asalkan tetap menjamin kelangsungan
kehidupannya, dan juga tidak memandang pentingnya hak–hak penguasaan atas tanah dan bangunan
karena rumah dianggap suatu fasilitas (Jo Santoso, et.al, 2002:41). Prioritas utama MBR adalah jarak
rumah dengan tempat kerja (lokasi) baru status kepemilikan dan lahan serta kualitas adalah prioritas
berikutnya (Turner (1971) dalam Panudju (1999:9–12).
Menurut Downs (ed. 2004:1-2) rumah tangga mengeluarkan lebih dari 30% bagian
pendapatannya untuk perumahan. Inilah yang dikatakan sebagai masalah afordabilitas/kemampuan
dalam perumahan yang diartikan tidak punya kemampuan untuk mengisi tempat tinggal yang kualitasnya
layak dengan upaya yang lebih besar dalam pemenuhannya. Sehingga kemampuan perumahan
(affordable housing) didefinisikan sebagai perumahan dengan kualitas layak dimana rumah tangga
berpenghasilan rendah dapat memperolehnya tanpa membelanjakan lebih dari 30% pendapatan mereka.
Hal yang sama diemukakan O’Sullivan (2000:413) bahwa harga sewa rumah tidak boleh melebihi 30%
pendapatan rumah tangga.
Di Indonesia telah diaplikasikan bentuk penanganan bagi permukiman kurang mampu, yang
terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
a. Perbaikan Permukiman
Perumahan kurang mampu identik dengan kondisi permukiman kumuh yang tidak memenuhi
standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Masyarakat yang memiliki permukiman kurang
mampu berusaha untuk dapat memenuhi standar sesuai dengan norma yaitu sumber daya fisik,
sosial dan ekonomi. Dalam hal ini dapat dilakukan dua tindakan yang berupa housing adjustment
dan housing adaptation. Housing adjustment memiliki pengertian bahwa penghuni secara aktif
menimbulkan perubahan terhadap keadaan rumahnya sebagai usaha memenuhi kebutuhan
ketika penghuni merasakan kekurangan pada rumahnya. Sedangkan untuk housing adaptation
merupakan perubahan pada diri penghuni tanpa merubah rumahnya sebagai usaha atas
tekanan akibat berbagai kerkurangan yang terdapat pada rumahnya.
b. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman
Berdasarkan penetapan Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya terdapat beberapa bentuk
usaha dalam melakukan perbaikan permukiman, sebagai berikut :
13
Pemugaran fisik rumah seperti semula
Program perbaikan kampong atau Kampung Improvement Program (KIP) bertujuan untuk
perbaikan kesehatan lingkungan dengan komponen dasar berbaikan infrastruktur seperti
jaringan jalan, saluran drainase dan sanitasi.
Perbaikan lingkungan kawasan pasar atau MIP bertujuan untuk perbaikan permukiman disekitar
pasar menjadi dampak pasar yang tidak memiliki sarana pendukung, seperti saluran
drainase, parkir, dan sampah.
Konsolidasi lahan merupakan kegiatan terpadu untuk menata kembali pola kepemilikan tanah
pada wilayah yang kurang teratur.
Pengembangan lahan terkendali sebagai upaya penatan lanjut dalam pengembangan tata
ruang kota. Hal ini bertujuan untuk membangun kondisi iklim partisipatif melibatkan potensi
masyarakat terutama pihak swasta.
Pembangunan rumah susun yang bertujuan untuk menata kembali suatu kawasan kota baik
secara fisik maupun fungsional dan keuntungan ekonomisnya.
2.1.5 Standar Rumah Sehat dan Rumah Inti
Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002
Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat), rumah sehat didefinisikan
sebagai rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang
wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan,
sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan rumah inti
diartikan sebagai rumah yang terdiri atas ruangan inti rumah seperti ruang yang terpenting atau hanya
atap dan lantai, sedangkan pengembangan selanjutnya diserahkan kepada penghuni.
Dalam mewujudkan lingkungan permukiman yang mampu meningkatkan kehidupan
penghuninya, maka diperlukan suatu kriteria standar permukiman. Berikut ini merupakan persyaratan
permukiman dikatakan sehat menurut Kusnoputranto dalam Budiharjo, (1998: 67-68) sebagai berikut :
a. Harus memenuhi kebutuhan fisiologis
Yang meliputi suhu optimal di dalam rumah, pencahayaan, perlindungan terhadap kebersihan,
dan ketersediaan ruang tempat bermain anak.
b. Harus memenuhi kebutuhan psikologis.
Meliputi jaminan privasi yang cukup, kesempatan dan kebebasan untuk kehidupan keluarga
secara normal, hubungan serasi antara orang tua dan anak, terpenuhinya persyaratan sopan
santun pergaulan, dan sebagainya
c. Dapat memberikan perlindungan terhadap penularan penyakit dan pencemaran.
Meliputi penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan, adanya failitas pembuangan air
kotor, fasilitas menyimpan makanan, terhindar dari hama-hama lainnya yang mungkin berperan
dalam penyebaran penyakit.
d. Dapat memberikan pencegahan atau perlindungan terhadap bahaya kecelakaan dalam rumah.
13
Meliputi konstruksi yang kuat karena dapat menghindarakan dari bahaya kebakaran dan
pencegahan kemingkinan jatuh atau kecelakaan mekanis.
Berikut ini merupakan fasilitas yang perlu disediakan di suatu lingkungan permukiman, yaitu :
a. Penyediaan Air Bersih
Penyediaan fasilitas air bersih dapat dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta, berupa
sambungan langsung ke rumah atau ke kran umum. Bagi permukiman di luar daerah pelayanan
dapat menggunakan sumur air tanah dan PAM. Jumlahnya kurang lebih 65 liter per orang per
hari (minimal).
b. Penyaluran Air Kotor
Penyaluran dapat melalui saluran kota ke instalasi pengolahan air limbah atau diolah secara
individual dengan sistem cubluk atau septictank. Ketiadaan fasilitas penyaluran air kotor dapat
menimbulkan kerawanan terhadap penyakit.
c. Pembuangan Limbah Padat
Limbah padat yaitu berupa sampah rumah tangga, terutama berasal dari kegiatan dapur. Bahan
organik cukup dominan jumlahnya dalam sampah, sehingga bentuk sampah umumnya basah
dengan sifat mudah busuk. Penanganan sampah harus dilakukan secara rutin dengan kapasitas
operasional sebanding dengan jumlah sampah yang harus ditangani.
d. Drainase
Perlu adanya fasilitas drainase atau penyaluran air hujan mutlak pada suatu kawasan terbangun
karena tingkat penyerapan air hujan oleh tanah yang relatif kecil.
e. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan sangat dibutuhkan sebagai sarana hubungan lokal antar warga masyarakat.
Selain itu, penting juga sebagai penghubung dengan daerah luar.
Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) yaitu rumah yang dibangun dengan menggunakan bahan
bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi masih memenuhi standar kebutuhan minimal dari aspek
kesehatan, keamanan, dan kenyamanan, dengan mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi lokal
meliputi potensi fisik seperti bahan bangunan, geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya
seperti arsitektur lokal, dan cara hidup. Sasaran penyediaan Rumah Sederhana Sehat yaitu bagi
kelompok masyarakat yang berpenghas ilan rendah.
Menurut Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002
Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat), standar rumah sehat
sebagai berikut :
1. Kebutuhan Minimal Masa (penampilan) dan Ruang (luar-dalam)
Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah.
Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan
masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2
13
dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m. Rumah sederhana sehat
memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan kegiatan hidup sehari-hari
secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan
beberapa ketentuan sebagai berikut:
Kebutuhan luas per jiwa
Kebutuhan luas per kepala keluarga (KK)
Kebutuhan luas bangunan per kepala keluarga (KK)
Kebutuhan luas lahan per unit bangunan
Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan untuk Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat)
Sumber : Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat)
2. Kebutuhan Kesehatan dan Kenyamanan
Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi
oleh 3 aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam ruangan.
Aspek-aspek tersebut merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah sehat dan nyaman.
a. Pencahayaan
Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan alami pada
siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan terang langit, dengan ketentuan
sebagai berikut:
Cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan,
Ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya,
Ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata.
13
Sedangkan untuk kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan
ditentukan oleh:
Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),
Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),
Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan,
Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan,
Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap hari,
Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.
Tata letak perabotan rumah tangga, seperti lemari, meja tulis atau meja makan,
Bidang pembatas ruangan, seperti partisi, tirai masif.
a. Penghawaan
Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang hidupnya. Udara
akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan
akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila
terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruangan- ruangan, serta lubang-
lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi. Agar diperoleh kesegaran
udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan
memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai
berikut:
Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan.
Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir keluar ruangan.
Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC.
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC, yang memerlukan
peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan disekitarnya.
Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan dalam
bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.
b. Suhu udara dan kelembaban
Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban udara
ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan
sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak
lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan
kelembaban tinggi dalam ruangan.
Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan penghuni dalam
melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan:
Keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar.
Pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak.
13
Menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan.
c. Kebutuhan Minimal Keamanan dan Keselamatan
Pada dasarnya bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah tinggal sederhana
adalah: pondasi, dinding (dan kerangka bangunan), atap serta lantai. Sedangkan bagian-bagian
lain seperti langit-langit, talang dan sebagainya merupakan estetika struktur bangunan saja.
d. Pondasi
Sistem pondasi yang digunakan pada Rumah Inti Tumbuh (RIT) dan pengembangannya
dalam hal ini Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) ini adalah sistem pondasi setempat dari bahan
pasangan batu kali atau pasangan beton tanpa tulangan dan sistem pondasi tidak langsung dari
bahan kayu ulin atau galam.
e. Dinding
Bahan dinding yang digunakan untuk RIT dan pertumbuhannya adalah conblock, papan,
setengah conblock dan setengah papan atau bahan lain seperti bambu tergantung pada potensi
bahan yang dominan pada daerah dimana rumah ini akan dibangun. Ukuran conblock yang
digunakan harus memenuhi SNI PKKI NI-05.
Untuk dinding papan harus dipasang pada kerangka yang kokoh, untuk kerangka
dinding digunakan kayu berukuran 5/7 dengan jarak maksimum 100 cm. Kayu yang digunakan
baik untuk papan dan balok adalah kayu kelas kuat dan awet II. Apabila untuk kerangka
digunakan kayu balok berukuran 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran
sepadan. Jarak tiang rangka kurang lebih 150 cm. Papan yang digunakan dengan ketebalan
minimal 2 cm setelah diserut dan sambungan dibuat alur lidah atau sambungan lainnya yang
menjamin kerapatan.
Ring-balok dan kolom dari kayu balok berukuran 5/10 atau yang banyak beredar
dipasaran dengan ukuran sepadan. Hubungan antara kolom dengan ringbalok dilengkapi dengan
sekur-sekur dari kayu 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan.
Panjang sekur maksimum 50 cm.
f. Kerangka bangunan
Rangka dinding untuk rumah tembok dibuat dari struktur beton bertulang. Untuk rumah
setengah tembok menggunakan setengah rangka dari beton bertulang dan setengah dari rangka
kayu. Untuk rumah kayu tidak panggung rangka dinding menggunakan kayu. Untuk sloof
disarankan menggunakan beton bertulang. Sedangkan rumah kayu panggung seluruhnya
menggunakan kayu, baik untuk rangka bangunan maupun untuk dinding dan pondasinya.
g. Kuda-kuda
Rumah sederhana sehat ini menggunakan atap pelana dengan kuda- kuda kerangka
kayu dengan kelas kuat dan awet II berukuran 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan
ukuran sepadan. Disamping sistem sambungan kuda-kuda tradisional yang selama ini sudah
digunakan dan dikembangkan oleh masyarakat setempat. Dalam rangka mempercepat
pelaksanaan pemasangan kerangka kuda-kuda disarankan menggunakan sistem kuda-kuda
13
papan paku, yaitu pada setiap titik simpul menggunakan klam dari papan 2/10 dari kayu dengan
kelas yang sama dengan rangka kuda-kudanya.
Dalam pelaksanaannya pemenuhan penyediaan Rumah Sederhana Sehat masih menghadapi
kendala berupa rendahnya tingkat kemampuan masyarakat, mengingat harga Rumah Sederhana Sehat
masih belum memenuhi keterjangkauan secara menyeluruh. Untuk itu perlu disediakan disain rumah
antara yang pertumbuhannya diarahkan menjadi Rs Sehat. Rumah antara yang dimaksud adalah Rumah
Inti Tumbuh (RIT), yaitu rumah yang hanya memenuhi standar kebutuhan minimal rumah, dengan kriteria
sebagi berikut:
RIT memiliki ruang paling sederhana yaitu sebuah ruang tertutup dan sebuah ruang terbuka
beratap dan fasilitas MCK.
RIT memiliki bentuk atap dengan mengantisipasi adanya perubahan yang bakal dilakukan yaitu
dengan memberi atap pada ruang terbuka yang berfungsi sebagai ruang serba guna.
Bentuk generik atap pada RIT selain pelana, dapat berbentuk lain (limasan, kerucut, dll) sesuai
dengan tuntutan daerah bila itu ada.
Penghawaan dan pencahayaan alami pada RIT menggunakan bukaan yang memungkinkan
sirkulasi silang udara dan masuknya sinar matahari.
Dalam proses pengembangan RIT menjadi Rs Sehat, memberi peluang peran calon penghuni/penghuni
dalam mengekspresikan kebutuhan pengungkapan jati diri. Sehingga akan mengurangi peluang terhadap
pembongkaran bagian-bagian bangunan secara besar-besaran.
Rancangan RIT memenuhi tuntutan kebutuhan paling mendasar dari penghuni untuk
mengembangkan rumahnya, dalam upaya peningkatan kualitas kenyamanan, dan kesehatan penghuni
dalam melakukan kegiatan hidup sehari-hari, dengan ruang-ruang yang perlu disediakan sekurang-
kurangnya terdiri dari:
Satu ruang tidur yang memeuhi persyaratan keamanan dengan bagianbagiannya tertutup oleh
dinding dan atap serta memiliki pencahayaan yang cukup berdasarkan perhitungan serta
ventilasi cukup dan terlindung dari cuaca. Bagian ini merupakan ruang yang utuh sesuai dengan
fungsi utamannya.
Satu ruang serbaguna merupakan ruang kelengkapan rumah dimana di dalamnya dilakukan
interaksi antara keluarga dan dapat melakukan aktivitas-aktivitas lainnya. Ruang ini terbentuk
dari kolom, lantai dan atap, tanpa dinding sehingga merupakan ruang terbuka namun masih
memenuhi persyaratan minimal untuk menjalankan fungsi awal dalam sebuah rumah sebelum
dikembangkan.
Satu kamar mandi/kakus/cuci merupakan bagian dari ruang servis yang sangat menentukan
apakah rumah tersebut dapat berfungsi atau tidak, khususnya untuk kegiatan mandi cuci dan
kakus.
Ketiga ruang tersebut diatas merupakan ruang-ruang minimal yang harus dipenuhi sebagai
standar minimal dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Selain itu, sebagai cikal bakal rumah sederhana
sehat. Konsepsi cikal bakal dalam hal ini diwujudkan sebagai suatu Rumah Inti yang dapat tumbuh
13
menjadi rumah sempurna yang memenuhi standar kenyamanan, kemanan, serta kesehatan penghuni,
sehingga menjadi rumah sederhana sehat.