perumusan strategi kemitraan muthos dengan petani pada...
TRANSCRIPT
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Perumusan Strategi Kemitraan Muthos dengan Petani pada Rantai Pasok Beras
Organik di Mojokerto Menggunakan Metode Quantitative Strategic Planning Matrix
(QSPM)
Ika Atsari Dewi*, Retno Astuti, Muhamad Samsul Hadi**
, Nurwinda Levitasari
Jurusan Teknologi Industri Pertanian – FTP – Universitas Brawijaya
Jl. Veteran – Malang 65145
email: *[email protected], **[email protected]
ABSTRAK
Pada saat ini, permintaan beras organik mengalami peningkatan. Manajemen Usaha Tani dan Hasil Organik
Seloliman (MUTHOS) merupakan badan usaha yang memproduksi beras organik. MUTHOS mengadakan
kerjasama kemitraan dengan petani sebagai pemasok bahan baku beras organik namun masih terjadi banyak
kendala. Pelaksanaan kemitraan rantai pasok produk organik dipengaruhi oleh faktor internal maupun
eksternal. Tujuan penelitian adalah menentukan alternatif mekanisme kemitraan yang mungkin dilakukan
dan strategi mekanisme kemitraan yang efektif pada rantai pasok beras organik antara MUTHOS dan petani.
Penelitian ini menggunakan metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) yang terdiri atas tahap
pemasukan, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa matriks IE terletak
pada sel V, yang berarti kemitraan berada pada posisi rata-rata sehingga belum dapat dikembangkan secara
signifikan karena masih ada beberapa keterbatasan. Strategi yang sesuai untuk kemitraan adalah stability
strategy. Matriks SWOT menggabungkan antara faktor internal dengan faktor eksternal sehingga diperoleh
sepuluh alternatif strategi kemitraan. Hasil dari matriks QSPM menunjukkan strategi yang paling efektif
untuk dilakukan adalah strategi menjaga stabilitas kinerja MUTHOS untuk menjaga loyalitas petani mitra.
Strategi tersebut dilakukan melalui perbaikan aktivitas produksi yang mengarah pada peningkatan
kemampuan penjaminan pasar sehingga dapat meningkatkan loyalitas petani mitra.
Kata kunci : beras organic; loyalitas petani; stabilitas kinerja
ABSTRACT
The demand for organic rice is increasing continuously. “Manajemen Usaha Tani Hasil Organik Seloliman
(MUTHOS)” is organic rice producent that has partnership with farmers as suppliers but there are still a lot
of problems. Implementation of partnership in organic products supply chain is influenced by various factors
internaly and externaly. The research was to determine alternative of partnership mechanisms and most
effective partnership strategy mechanisms between MUTHOS and farmers in the rice organic supply
chain.The method used was QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) which consists of input stage,
matching stage, and decision stage. This research showed that IE matrix on cell V, it means that a
partnership was at the average position and therefore it had not developed significantly because there were
still some obstacles. Suitable strategy for this partnership was stability strategy. There was ten strategy
alternatives obtain by combining internal factor and external factor using SWOT matrix. QSPM showed the
most effective strategy is maintain stability of MUTHOS performance for keeping the loyalty of farmers. The
strategy could be carried out by the improvement of production activity that leads to increase the ability of
marketing guarantee so that will increase the loyalty of farmers as partners
Keywords :organic rice, loyalty of farmers, performance stability
PENDAHULUAN
Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang tidak menggunakan pupuk kimia dan
pestisida kimia (Risty et al., 2006) yang menjadi salah satu metode produksi yang ramah
lingkungan. Keuntungan pertanian organik antara lain produk lebih bermutu, ongkos produksi lebih
murah, dan mampu menjaga kelestarian lingkungan. Program ini berkembang seiring dengan
B-103
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
perubahan gaya hidup masyarakat yang mulai mengkonsumsi produk-produk organik termasuk
beras organik. Hal ini mendorong peningkatan permintaan produk beras.
Manajemen Usaha Tani Hasil Organik Seloliman (MUTHOS) terletak di Desa Seloliman,
Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto yang memproduksi beras organik untuk wilayah
pemasaran Mojokerto dan Surabaya.MUTHOS bermitra dengan 25 orang petani yang terbagi
dalam 3 kelompok tani. Petani berperan sebagai pemasok dengan cara bercocok tanam padi secara
organik mulai dari periode penyebaran hingga pemanenan. MUTHOS melakukan proses-proses
tertentu untuk meningkatkan nilai tambah produk dan pembinaan agar beras organik yang
dihasilkan sesuai dengan standar sertifikasi organik.
Kemitraan (contract farming/partnership) merupakan kerjasama dengan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan (Hafsah, 2006). Kemitraan
diharapkan dapat mengatasi kendala yang dihadapi pada masing-masing pihak, yaitu MUTHOS
dengan petani. Petani umumnya memiliki kendala berupa keterbatasan permodalan, teknologi,
informasi pasar dan keterbatasan pengetahuan sistem organik. MUTHOS sebagai prosesor
memerlukan kontinuitas pasokan bahan bakuberas organik dalam menghadapi dinamika yang
tinggi dari pasar produk organik.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana strategi mekanisme koordinasi kemitraan
yang efektif untuk diterapkan antara MUTHOS dengan petani. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Metode ini terdiri atas
tahap pemasukan, pencocokan, dan pengambilan keputusan. Tahap pemasukan dilakukan dengan
analisis Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) untuk mengetahui
faktor internal dan eksternal bisnis (David, 2009). Tahap pencocokan dilakukan dengan analisis
Strength-Weakness-Opportunity-Treath (SWOT) untuk mengidentifikasi alternatif strategi spesifik
yang mungkin dilakukan berdasarkan faktor internal dan eksternal (Pearce, 2008). Tahap keputusan
dilakukan dengan QSPM untuk mengevaluasi strategi paling efektif berdasar nilai daya tarik tiap
alternatif strategi (Agus dan Hassan, 2012). Kemitraan dalam bidang pertanian organik relatif
kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhi baik dari segi internal maupun eksternal. Oleh
karena itu, metode QSPM sangat cocok digunakan karena mampu memilih strategi yang paling
efektif berdasar lingkungan internal dan eksternal dengan runtut dan sistematis.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Manajemen Usaha Tani Hasil Organik (MUTHOS) Seloliman,
Mojokerto. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2015. Batasan masalah
dalam penelitian ini yaitu responden yang digunakan hanya responden pakar, yaitu pihak yang
mengetahui dengan pasti kondisi internal dan eksternal kemitraan MUTHOS dan petani. Prosedur
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Identifikasi Variabel
Variabel dari lingkungan dalam penelitian ini adalah lingkungan internal dan eksternal
kemitraan MUTHOS dan petani. Faktor internal yaitu kelebihan dan kelemahan, dan faktor
eksternal yaitu peluang dan ancaman. Kemitraan MUTHOS dan petani memiliki kelemahan
berupa: 1) Kemampuan manajerial petani mitra yang masih rendah; 2) Petani mitra tidak mampu
memenuhi kualitas yang ditetapkan MUTHOS; 3) Pelanggaran prosedur pertanian organik oleh
petani; 4) Penurunan kinerja MUTHOS yang mengarah pada ketidakpuasan terhadap kinerja
kemitraan; dan 5) Keterbatasan sarana dan prasarana. Kemitraan MUTHOS dan petani memiliki
kekuatan antara lain: 1) Adanya jaminan penyediaan bibit kepada petani; 2) Kelancaran
penyampaian informasi pasar kepada petani mitra; dan 3) Peran kelompok tani yang tinggi.
Peluang dari pelaksanaan kemitraan antara lain: 1) Himbauan pemerintah dalam pelaksanaan
program pertanian organik; 2) Dukungan masyarakat lokal; 3) Perubahan gaya hidup masyarakat;
4) Peluang ekspansi pasar; dan 5) Kebijakan pembatasan impor beras. Ancaman bagi
pelaksanaan kemitraan berupa: 1) Tawaran bermitra dari pesaing lain; 2) Harga pasar yang tidak
stabil; 3) Faktor alam yang menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas; dan 4) Penurunan
minat petani untuk bertani.
B-104
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Gambar 1. Prosedur Penelitian
Penentuan Responden
Responden dalam penelitian ini adalah responden pakar (expert) dari pihak-pihak yang
terlibat kemitraan, yaitu pihak petani dan pihak MUTHOS. Responden dari pihak perusahaan
berjumlah 2 (dua) orang, yaitu manajer perusahaan dan bagian produksi. Responden dari pihak
petani berjumlah 3 (tiga) orang sebaga perwakilan dari kelompok tani yang bermitra dengan jangka
waktu bermitra minimal selama 3 (tiga) tahun.
Uji Validitas
Validasi isi kuesioner dilakukan oleh pihak yang mengetahui dengan pasti kondisi kemitraan
antara MUTHOS dan petani yaitu manajer MUTHOS dan satu orang dari pihak petani. Face
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Penentuan Sumber Data
Uji Validitas Kuesioner Tahap 1
Tahap Pemasukan
Kesimpulan dan Saran
ValidTidak
63,00
4,0
Ya
63,0
0
4,0
Identifikasi Variabel Penelitian
Penentuan Responden
Penyusunan Kuesioner Tahap 1
(Penilian Bobot dan Rating)
Pengumpulan Data Tahap 1
Tahap Pencocokan
Penyusunan Kuesioner Tahap 2
((Pembobotan Matriks QSPM)
)
Uji Validitas Kuesioner Tahap 2
ValidTidak
63,00
4,0
Ya
63,0
0
4,0 Tahap Keputusan
Pengumpulan Data Tahap 2
B-105
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
(1)
(2)
validity adalah uji validitas mengenai kemampuan sebuah pertanyaan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Face validity mudah dilakukan dan validasi dilakukan dengan kesepakatan
penilaian subjektif para pakar (Prasetyo dan Jannah, 2010).
Pengolahan Data
Menurut Garthinda dan Aldianto (2012), metode QSPM terdiri atas tiga tahap utama yaitu
tahap pemasukan, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Setiap tahap menggunakan matriks dan
pembobotan.
Tahap Pemasukan (Input Stage)
Tahap pemasukan dilakukan dengan analisis matriks IFE dan EFE untuk mengetahui faktor
internal dan eksternal kemitraan MUTHOS dengan petani. Langkah-langkah dalam penyusunan
matriks IFE dan EFE sebagai berikut (David, 2009):
1. Membuat daftar faktor internal dan eksternal yang diidentifikasi.
2. Penentuan bobot faktor internal dan eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan Key
Succes Factor (KSF) seperti pada Tabel 1. Pemberian bobot oleh pakar bagi setiap faktor
kunci sukses internal dan eksternal yang telah ditentukan sebelumnya (Yoshida, 2006).
Kriteria penilaian ini menggunakan skala Likert 1 = sangat tidak penting, 2 = tidak penting, 3
= cukup penting, 4 = penting, dan 5 = sangat penting
Tabel 1. Penentuan Bobot Faktor Interal/Eksternal
Faktor Internal/
Eksternal Skala Bobot
Rata-Rata Bobot
1 2 3 4 5
A V W X Y Z Ra Xa
B
Rb Xb
…
… …
N
Rn Xn
Jumlah
R 1 Keterangan:
A, B,…, n = faktor internal/ eksternal (ke-1, ke-2, …, ke-n)
V,W,X,Y,Z = jumlah responden (yang memberikan nilai 1, 2, 3, 4, 5) Ra, Rb,…, Rn=rata-rata bobot faktor internal/eksternal (ke-1,ke-2,…, ke-n)
R= jumlah keseluruhan rata-rata bobot internal/ eksternal
Xa, Xb,…, Xn = bobot faktor internal/eksternal (ke-1, ke-2,…, ke-n)
Sumber : Yoshida (2006)
3. Menentukan rating setiap faktor berdasarkan pada keterangan berikut:
Untuk kriteria kekuatan (S) adalah:
1=kekuatan kecil berpengaruh kecil
2=kekuatan kecil
3=kekuatan utama berpengaruh kecil
4=kekuatan utama berpengaruh besar
Untuk kriteria kelemahan (W) adalah:
1=kelemahan utama berpengaruh besar
2=kelemahan utama berpengaruh kecil
3=kelemahan kecil berpengaruh besar
4=kelemahan kecil berpengaruh kecil
B-106
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Untuk kriteria peluang (O) adalah:
1=peluang sulit diraih
2=peluang cukup mudah diraih
3=peluang mudah diraih
4=peluang sangat mudah diraih
Untuk kriteria ancaman (T) adalah:
1= pengaruh ancaman sangat kuat
2=pengaruh ancaman kuat
3=pengaruh ancaman lemah
4=pengaruh ancaman sangat lemah
4. Mengalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan skor pembobotan.
5. Menjumlahkan semua skor pembobotan untuk mendapatkan skor total. Skor total 4,0
mengidentifikasi bahwa kemitraan mampu merespon dengan sangat baik faktor strategis
internal/eksternal. Skor total 1,0 menunjukkan kemitraan tidak merespon dengan baik faktor
strategis internal/eksternal. Nilai 2,5 menunjukkan bahwa kemitraan mampu merespon secara
rata-rata faktor strategis internal/eksternal.
Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Matriks IE
Matriks IE merupakan gabungan dari kedua matriks IFE dan EFE (Ningrum, 2010). Matriks
IE terdiri atas sembilan sel yang berisi sembilan strategi yang dapat dikelompokkan dalam tiga
strategi utama:
a. Strategi tumbuh dan membangun (Growth & Build Strategy)(sel I,II, dan IV). Strategi
kemitraan yang paling tepat adalah dengan mengembangkan kemitraan yang dilakukan.
b. Strategi pertahankan dan pelihara (Hold & Maintain/Stability Strategy)(sel III, V, dan VII).
Kemitraan belum dapat dikembangkan secara luas karena masih ada faktor-faktor yang
membatasi seperti keterbatasan dalam penguasaan teknologi dan adanya kebijakan daya
tampung petani mitra.
c. Strategi mengambil hasil (Harvest & Divest/Retrechment Strategy)(sel VI, VII, dan IX).
Strategi yang perlu diterapkan adalah mengembangkan pola kemitraan yang dapat
memberikan solusi dari berbagai masalah yang ada karena kemitraan yang dijalankan saat ini
menunjukkan banyak kegagalan.
Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan matching tool untuk membantu mengembangkan alternatif
strategi yang dapat dilakukan (Ningrum, 2010). Alternatif strategi tersebut terbagi menjadi empat
tipe strategi yaitu strategi S-O (Strengths-Opportunities), S-T (Strengths-Threats), strategi W-O
(Weaknesses-Opportunities), dan strategi W-T (Weaknesses-Threats) (Purwanto, 2008).
Tahap Keputusan (Decision Stage)
Pada tahap keputusan (decision stage) digunakan matriks QSPM dengan tujuan untuk
mengevaluasi strategi terbaik secara objektif berdasarkan faktor-faktor kritis internal dan eksternal
yang telah diidentifkasi pada tahap input dan pencocokan (David, 2004).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Rantai Pasok Beras Organik
Pada rantai pasok beras organik pihak yang terlibat yaitu petani, MUTHOS, distributor, dan
peritel. Petani berperan sebagai pemasok bahan baku (gabah), MUTHOS sebagai pengolah bahan
baku menjadi beras organik, distributor sebagai penyalur beras organik dari MUTHOS ke peritel,
dan peritel sebagai pengirim beras organik ke konsumen akhir.
Berdasarkan ketersediaan dan kepemilikan benih, petani dapat dibagi menjadi petani
pemasok gabah dan petani pemasok benih dan gabah. Petani pemasok gabah hanya bertugas
memasok gabah sesuai dengan kontrak kemitraan karena umumnya belum mampu menghasilkan
B-107
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
benih secara mandiri. Petani pemasok benih dan gabah merupakan petani yang selain memasok
gabah juga memasok benih kepada MUTHOS karena sudah mampu menyediakan benih secara
mandiri sehingga tidak memerlukan benih yang disediakan MUTHOS.
MUTHOS melakukan proses penggilingan gabah dari petani menjadi beras organik dalam
kemasan. MUTHOS melakukan pengawasan kualitas terhadap produk mulai dari sebelum proses
budidaya di lahan. MUTHOS harus menjamin bahwa produk yang dihasilkan dan dipasarkan
sesuai standar sertifikasi organik.
Gambaran Umum Kemitraan
Pada saat ini, MUTHOS bermitra dengan petani di daerah Trawas dan Ngoro untuk
memenuhi permintaan konsumen. Beras yang dipasarkan MUTHOS merupakan beras organik
bersertifikat di bawah Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS). Ada tiga kelompok tani
yang bermitra dengan MUTHOS yaitu, kelompok tani Rejo, kelompok tani Sri Rejeki, dan
kelompok tani Jampang Bersemi (Sumber Makmur).
Kemitraan yang terjalin antara MUTHOS dan petani merupakan pola kemitraan KOA
(Kerjasama Operasional Agribisnis). MUTHOS memiliki kewajiban untuk menyediakan
kemampuan manajemen, mengembangkan teknologi, dan menyediakan biaya atau modal.
MUTHOS menyediakan kemampuan manajemen terutama pemasaran beras organik dari petani
mitra agar sampai ke tangan konsumen. MUTHOS juga menyediakan teknologi untuk produksi dan
budidaya komoditas padi organik. Petani organik yang bermitra dengan MUTHOS memperoleh
banyak keuntungan, antara lain:
a. Jaminan Pembelian Pasokan
MUTHOS selalu membeli gabah dari petani dengan kuantitas 80% dari hasil panen,
sedangkan 20% untuk konsumsi petani sendiri.
b. Kestabilan Harga Beli
MUTHOS membeli gabah dari petani dengan harga 10% lebih tinggi dari harga gabah
anorganik. Penentuan kesepakatan harga beli diakukan sebelum musim panen tiba karena
harga gabah sangat fluktuatif.
c. Kebijakan Penyediaan Benih
Benih disediakan kepada petani dengan kualitas yang baik melalui pengawasan sejak di
lahan, untuk meningkatkan potensi keberhasilan proses budidaya. Benih disediakan dengan harga
yang lebih terjangkau.
Tahap Pemasukan (Input Stage)
Analisis Matriks IFE
Analisis matriks IFE digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor internal terhadap
kemitraan antara MUTHOS dan petani yang dapat dilihat pada Tabel 2. Kekuatan dengan skor
pembobotan tertinggi (0,460) adalah kelancaran penyampaian informasi pasar kepada petani mitra.
Pada saat ini, MUTHOS selalu mengadakan pertemuan rutin dengan petani sebagai salah satu
media tukar menukar informasi pasar dan kendala di lahan agar produk yang dihasilkan petani
mitra sesuai dengan permintaan konsumen. Kekuatan dengan skor pembobotan terendah (0,317)
adalah peran kelompok tani yang tinggi. Peran kelompok tani yang tinggi diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan tingkat pertukaran informasi namun pada saat ini
masih memiliki pengaruh yang rendah sehingga perlu ditingkatkan agar kemitraan dapat
berkembang.
Kelemahan dengan skor pembobotan tertinggi (0,335) adalah kemampuan manajerial petani
mitra yang masih rendah. Kelemahan ini memiliki pengaruh kecil namun memiliki tingkat
kepentingan yang tinggi sehingga harus terus diminimalisir melalui pembinaan yang intensif. Pada
saat ini varietas yang ditanam petani seringkali tidak mematuhi saran yan diberikan MUTHOS
karena lebih mempertimbangkan pengalaman di lahan. Hal ini dapat mengakibatkan gabah yang
dipasok petani tidak sesuai permintaan konsumen atau tidak terpenuhinya permintaan.
B-108
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Tabel 2. Matriks IFE
Faktor Internal Bobot Rating Skor pembobotan
(Bobot x Rating)
Kekuatan
Adanya penyediaan benih kepada petani 0,128 3,200 0,409
Kelancaran penyampaian informasi pasar kepada petani
mitra*
0,128 3,600 0,460
Peran kelompok tani yang tinggi** 0,122 2,600 0,317
Kelemahan
Kemampuan manajerial petani mitra yang masih
rendah*
0,140 2,400 0,335
Petani mitra tidak mampu memenuhi kualitas yang
ditetapkan MUTHOS
0,093 2,400 0,223
Pelanggaran prosedur pertanian organik oleh petani** 0,140 1,000 0,140
Penurunan kinerja MUTHOS yang mengarah pada
ketidakpuasan terhadap kinerja kemitraan
0,128 2,200 0,281
Keterbatasan sarana dan prasarana 0,122 2,600 0,317
TOTAL 1,000 0.000 2,484
Kelemahan adanya pelanggaran prosedur pertanian organik oleh petani memiliki skor
pembobotan terkecil (0,140). Kelemahan ini memiliki pengaruh besar dan tingkat kepentingan
yang tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya pelanggaran prosedur organik berupa pemakaian pupuk
kimia oleh hampir 30 orang petani mitra pada awal tahun 2014 yang berakibat pada berkurangnya
pasokan gabah bagi MUTHOS.
Analisis Matriks EFE
Analisis matriks EFE digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor eskternal terhadap
kemitraan yang terjalin antara MUTHOS dan petani yang dapat dilihat pada Tabel 3. Peluang
dengan skor pembobotan terbesar (0,414) adalah perubahan gaya hidup masyarakat. Peluang ini
merupakan peluang penting dan sudah mampu diraih melalui pembinaan secara intensif dan
menambah jumlah petani yang bermitra dengan MUTHOS.
Peluang kebijakan pembatasan impor beras memiliki skor pembobotan terkecil (0,145)
yangsaat ini belum mampu diraih. Pembatasan impor akan mampu meningkatkan permintaan pasar
bagi pasar domestik, akan tetapi pada saat ini MUTHOS bersama petani belum mampu
meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan tersebut.
Ancaman dengan skor pembobotan terbesar (0,290) adalah tawaran bermitra pesaing lain.
Ancaman tersebut memberikan pengaruh yang lemah dengan kepentingan yang relatif rendah.
Banyak pedagang besar dan produsen beras organik yang mulai menawarkan untuk membeli gabah
dari petani dengan harga yang lebih tinggi dari MUTHOS. Keberadaan pesaing
tersebutmemberikan pengaruh yang rendah karena petani ternyata masih loyal untuk terus
memasok gabah hanya kepada MUTHOS.
Ancaman denganskor pembobotan terkecil (0,166) adalah harga pasar yang tidak
stabil.MUTHOS dan petani memiliki kesepakatan yang tertuang dalam kontrak bahwa MUTHOS
akan membeli gabah dari petani dengan harga beli 10% di atas harga pasar. Kebijakan ini
mencerminkan bahwa harga pasar yang tidak stabil merupakan ancaman yang tidak mempengaruhi
kemitraan MUTHOS dan petani.
B-109
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Tabel 3. Matriks EFE
Faktor Eksternal Bobot Rating Skor pembobotan
(Bobot x Rating)
Peluang
Himbauan pemerintah dalam pelaksanaan
program pertanian organik
0,131 2,600 0,341
Dukungan masyarakat lokal 0,138 2,600 0,359
Perubahan gaya hidup masyarakat* 0,138 3,000 0,414
Peluang ekspansi pasar 0,097 1,600 0,154
Kebijakan pembatasan impor beras** 0,103 1,400 0,145
Ancaman
Tawaran bermitra dari pesaing lain* 0,097 3,000 0,290
Harga pasar yang tidak stabil** 0,055 3,000 0,166
Faktor alam yang menyebabkan penurunan
kualitas dan kuantitas
0,103 2,600 0,269
Penurunan minat petani untuk bertani 0,138 1,800 0,248
TOTAL 1,000 0.000 2,385
Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Matriks IE
Analisis Matriks Internal Eksternal (IE) dilakukan untuk mengetahui posisi kemitraan antara
MUTHOS dan petani sehingga dapat dirumuskan strategi yang sesuai. Matriks IE disusun
menggunakan nilai total skor pembobotan dari matriks IFE dan matriks EFE. Gambar 2
menunjukkan kemitraan terletak pada sel ke-V. Posisi kemitraan antara MUTHOS dan petani
berada pada posisi rata-rata sehingga belum dapat dikembangkan secara signifikan karena masih
ada beberapa keterbatasan. Kemitraan belum sepenuhnya berjalan sesuai keinginan kedua belah
pihak. Strategi yang tepat adalah strategi yang berorientasi pada pembenahan dan perbaikan
kondisi kemitraan yang sedang dilaksanakan.
I
4,0
II III
IV
3,0
V VI
VII
2,0
VIII IX
1,0
3,0 2,0 1,0
Kuat (3,0-4,0) Rata-Rata (2,0-2,9) Lemah (1,0-1,9)
Kuat (3,0-4,0)
Rata-Rata (2,0-
2,9)
Lemah (1,0-1,9)
Total Skor Pembobotan IFE (2,484)
Total Skor
Pembobotan
EFE (2,385)
Gambar 2. Matriks IE
Matriks SWOT
Matriks SWOT digunakan untuk menentukan alternatif strategi kemitraan yang mungkin
dilakukan antara MUTHOS dengan petani. Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 4.
B-110
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Tahap Keputusan (Decision Stage)
Pada tahap keputusan digunakan matriks QSPM untuk menentukan strategi yang efektif.
Alternatif strategi dari matriks SWOT ditentukan nilai Attractive Score (AS) oleh responden. Nilai
AS dikalikan dengan bobot tiap faktor strategis kemudian diperoleh TotalAttractive Score (TAS)
sebagai dasar untuk menentukan prioritas strategi. Strategi dengan jumlah TAS tertinggi memiliki
prioritas utama untuk dilakukan. Rangkuman nilai TAS matriks QSPM pada kemitraan antara
MUTHOS dan petani dapat dilihat pada Tabel 5.
Strategi dengan nilai TAS terbesar adalah strategi menjaga stabilitas kinerja MUTHOS untuk
menjaga loyalitas petani mitra (5,422). MUTHOS berperan sebagai perusahaan mitra memiliki
kewajiban utama untuk memberikan penjaminan pembelian pasokan dan memberikan kemudahan
bagi petani mitra dalam memasarkan produk namun MUTHOS pada saat ini mulai mengalami
penurunan kinerja. Penurunan kinerja MUTHOS terjadi akibat aktivitas produksi yang kurang
lancar, misal: adanya penundaan pengolahan komoditas akibat sarana yang kurang memadai dalam
memproses pasokan gabah yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan produk mengalami penurunan
kualitas, dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kemampuan penjaminan pemasaran produk.
Tabel 4. Matriks SWOT
KEKUATAN (S)
S1, S2, S3 KELEMAHAN (W)
W1, W2, W3, W4, W5
PELUANG (O)
O1, O2, O3,
O4,
O5
Strategi SO
1. Pelaksanaan rapat koordinasi
terjadwal antara MUTHOS dan
petani untuk meningkatkan potensi
pemasaran produk (S2, O3,O4, O5)
2. Menjaga kontinuitas ketersediaan
benih dan menjaga eksistensi
kelompok tani agar terjalin
kemitraan jangka panjang (S1, S3,
O1, O2)
Strategi WO
1. Program pelatihan dan pembinaan
petani mitra dilaksakana secara
berkala untuk meningkatkan
kemampuan memenuhi
permintaan pasar (W1, W2, W3,
O3, O4, O5)
2. Menjalin kerjasama yang baik
dengan pemerintah dan
masyarakat untuk mendukung
kinerja kemitraan (terutama
MUTHOS) (W4, W5, O1, O2)
ANCAMAN (T)
T1, T2, T3,
T4
Strategi ST
1. Menjaga ketersediaan benih dalam
jumlah yang memadai untuk
menjaga loyalitas petani mitra (S1,
T1, T4)
2. Menjaga kestabilan proses
pertukaran informasi untuk
mengantisipasi fluktuasi harga(S2,
T2)
3. Mengembangkan kemampuan
petani melalui eksistensi peran
kelompok tani sebagai antisipasi
berbagai faktor alam yang
berpengaruh pada kualitas dan
kuantitas produk (S3, T3)
Strategi WT
1. Menjaga stabilitas kinerja
MUTHOS untuk menjaga loyalitas
petani mitra (W4, T1, T4)
2. Rapat koordinasi untuk
meningkatkan pemahaman
pentingnya prosedur organik dan
standar kualitas produk untuk
menghadapi harga produk yang
fluktuatif (W2, W3, T2)
3. Peningkatan pengetahuan,
kemampuan manajerial, dan
optimalisasi penggunaan sarana
prasarana untuk menghadapi
ancaman faktor alam melalui
pelatihan(W1, W5, T3)
B-111
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Tabel 5. Rangkuman Nilai TAS Matriks QSPM
Strategi Jumlah
TAS
Prioritas
Pelaksanaan rapat koordinasi terjadwal antara MUTHOS dan
petani untuk meningkatkan potensi pemasaran produk
4,988 2
Menjaga kontinuitas ketersediaan benih dan menjaga eksistensi
kelompok tani agar terjalin kemitraan jangka panjang
4,577 5
Program pelatihan dan pembinaan petani mitra dilaksakan
secara berkala untuk meningkatkan kemampuan memenuhi
permintaan pasar
4,380 6
Menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah dan
masyarakat untuk mendukung kinerja kemitraan (terutama
MUTHOS)
3,844 9
Menjaga ketersediaan benih dalam jumlah yang memadai untuk
menjaga loyalitas petani mitra
3,532 10
Menjaga kestabilan proses pertukaran informasi untuk
mengantisipasi fluktuasi harga
4,166 7
Mengembangkan kemampuan petani melalui eksistensi peran
kelompok tani sebagai antisipasi berbagai faktor alam yang
berpengaruh pada kualitas dan kuantitas produk
4,719 4
Menjaga stabilitas kinerja MUTHOS untuk menjaga loyalitas
petani mitra
5,422 1
Rapat koordinasi untuk meningkatkan pemahaman pentingnya
prosedur organik dan standar kualitas produk untuk
menghadapi harga produk yang fluktuatif
4,797 3
Peningkatan pengetahuan, kemampuan manajerial, dan
optimalisasi penggunaan sarana prasarana untuk menghadapi
ancaman faktor alam melalui pelatihan
3,891 8
Penundaan pengolahan komoditas juga dapat menyebabkan terjadinya penumpukan
persediaan bahan baku (gabah). Beras organik yang seharusnya sudah sampai di tangan konsumen
masih tersimpan di gudang MUTHOS dalam bentuk gabah sehingga aliran finansial dari konsumen
ke MUTHOS menjadi terlambat. Hal ini tentu saja akan berakibat pada terlambatnya pembayaran
pasokan gabah petani mitra oleh MUTHOS. Menurut Ardianto (2009), loyalitas petani mitra sangat
dipengaruhi oleh kepuasan yang diperoleh seperti adanya penawaran harga beli hasil panen yang
sesuai harapan petani, pembelian pasokan yang lancar,dan kemudahan pemasaran produk.
Menurut Prasvita (2013), salah satu kunci sukses dalam suatu kemitraan adalah loyalitas dari
petani mitra. Pada kemitraan MUTHOS dan petani, terdapat ancaman berupa tawaran bermitra dari
pesaing dan penurunan minat petani untuk bermitra. Tawaran bermitra pesaing lain dengan
kebijakan yang lebih baik dapat mengancam hubungan kemitraan (Zaelani, 2008). Penurunan
minat petani untuk bertani adalah bentuk dari perkembangan sektor industri yang semakin pesat
sehingga menggeser sektor pertanian.
MUTHOS perlu untuk menjaga kinerjanya tetap stabil melalui perbaikan aktivitas produksi
agar berjalan lebih lancar sehingga pemasaran produk lebih lancar dan petani memperoleh
kepuasan yang tinggi. Kepuasan yang tinggi dicerminkan melalui adanya pembayaran pasokan
gabah dengan harga sesuai perjanjian (10% lebih tinggi dari harga gabah anorganik di Mojokerto)
dan pembayaran dilakukan tepat waktu (3 hari setelah panen). Perbaikan aktivitas produksi
dilakukan melalui penambahan sarana dan mesin produksi, perawatan mesin penggiling, dan
penambahan tenaga kerja terlatih.
B-112
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
KESIMPULAN
Hasil evaluasi lingkungan internal dan eksternal menunjukkan bahwa kemitraan MUTHOS
dan petani berada pada sel V. Hal ini berarti kemitraan antara MUTHOS dan petani berada pada
posisi rata-rata, yaitu kemitraan belum dapat dikembangkan secara signifikan karena masih ada
keterbatasan.
Alternatif strategi yang dapat disusun ada sepuluh alternatif yaitu, 1) Pelaksanaan rapat
koordinasi terjadwal antara MUTHOS dan petani untuk meningkatkan potensi pemasaran produk;
2) Menjaga kontinuitas ketersediaan benih dan menjaga eksistensi kelompok tani; 3) Program
pelatihan petani mitra dilaksanakan secara berkala; 4) Menjalin kerjasama yang baik dengan
pemerintah dan masyarakat; 5) Menjaga ketersediaan benih dalam jumlah yang memadai; 6)
Menjaga kestabilan pertukaran informasi untuk mengantisipasi fluktuasi harga; 7)
Mengembangkan kemampuan petani melalui eksistensi peran kelompok tani sebagai antisipasi
berbagai faktor alam; 8) Menjaga stabilitas kinerja MUTHOS untuk menjaga loyalitas petani mitra;
9) Rapat koordinasi untuk meningkatkan pemahaman prosedur organik dan kualitas produk; 10)
Peningkatan pengetahuan, kemampuan manajerial, dan penggunaan sarana melalui pelatihan.
Strategi yang paling efektif dilakukan adalah menjaga stabilitas kinerja MUTHOS melalui
perbaikan aktivitas produksi yang mengarah pada peningkatan kemampuan penjaminan pasar.
MUTHOS disarankan untuk melakukan penambahan sarana dan produksi, penjadwalan
perawatan mesin produksi, dan peningkatan aktivitas pembinaan kepada petani. Saran untuk petani
adalah lebih meningkatkan pemahaman pentingnya pelaksanaan proses budidaya sesuai prosedur
organik dan pemenuhan standar kualitas produk. Untuk penelitian selanjutnya, pengukuran kinerja
MUTHOS perlu dilakukan untuk mengetahui indikator kinerja kunci MUTHOS.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan pada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan melalui DIPA Universitas Brawijaya dengan judul besar “Pemodelan
Kinerja dan Risiko Rantai Pasok Produk Organik Menggunakan Fuzzy-Failure Mode Effect
Analysis (Fuzzy FMEA) dalam Upaya Menghadapi Dinamika Usaha Serta Sertifikasi Produk
Organik” pada tahun anggaran 2014.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, A., dan Hassan, Z. 2008. The Strategic Supplier Partnership in a Supply Chain Management
with Quality and Business Performance. International Journal Business and Management
Science, 1(2): 129-145
Ardianto, Y.T. 2009. Analisis Harga Pasok, Kualitas Layanan, dan Kemudahan Terhadap
Loyalitas Petani Tebu Gondanglegi Kabupaten Malang. Skripsi. Universitas Merdeka.
Malang.
David, F. R. 2004. Manajemen Strategis (Terjemahan). PT Prenhallindo, Jakarta
David, F. R. 2009. Manajemen Strategis. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Garthinda, D. and Aldianto, L. 2012. Business Strategy Recommendation for Warung Lepak
Restaurant Using Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Indonesian Journal
Business Administration, 1(3) :137-145
Hafsah, M.J. 2000.Kemitraan Usaha : Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Ningrum, P.A.H. 2010.Analisis Strategi Pemasaran Usaha Jasa Pembuatan dan Perbaikan
Furniture UD. Suryani Furniture, Bogor, Jawa Barat. Skripsi.IPB. Bogor.
Pearce , J.A dan Robinsonar, R.B. 2008. Manejemen Strategis : Formulasi, Implementasi, dan
Pengendalian ed 10. Salemba Empat, Jakarta.
Prasetyo, B dan Jannah, L. M. 2010.Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Rajawali
Pers, Jakarta.
Prasvita, L. 2013. Bermitra Dengan Petani Kecil Untuk Ketahanan Pangan Yang Lestari. PISAgro,
Jakarta.
B-113
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Purwanto, A. 2008.On Competition. Boston: Harvard Business School Publishing, Inggris.
Risty, C.,Iskandarini., dan Ginting, R. 2011. Elastisitas Permintaa Beras Organik di Kota Medan.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan
Yoshida, D.T. 2006. Arsitektur Strategik : Sebuah Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia yang
Senantiasa Berubah. PT.Elex Media Komputindio, Jakarta.
B-114