peta foto udara.pdf

15
1 EVALUASI PEMBUATAN MOSAIK FOTO UDARA FORMAT KECIL TIDAK TERKONTROL MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK DESAIN GRAFIS KOMERSIAL Subaryono 1 , Harintaka 2 , Endras Kurniawan 3 ABSTRACT Aerial photographs acquired using small format photogrammetric method generally do not have homogenous quality. These photos require specific threatments if they are to be used to generate mosaic. On the other hand, design graphic software are widely available. While this software does not specifically designed for mapping processes, it has the potential to be used for image processing including aerial photos. This research aims at evaluating uncontrolled mosaic generated using design graphic software. The evaluation including flight line construction, cutting photos and adjusting their contrasts, mosaicking process, partial and global photo enhancement. The results show that the mosaic generated using small format aerial photos and processed using design graphic software has a very good visual quality. It is generated in relatively fast and easy. However, the use of the mosaic for geometric extraction have to be done cerefully, due to inherent characteristic on uncontrolled mosaic. Key words: uncontrolled mosaic, small format aerial photography, design graphic software. A. PENDAHULUAN Latar Belakang Wolf (1983) menyebutkan ada tiga jenis mosaik, yaitu mosaik terkontrol, tidak terkontrol, dan semi terkontrol. Mosaik terkontrol dan semi terkontrol memerlukan persyaratan ketersediaan titik kontrol tanah dan perangkat lunak fotogrametri, yang menyebabkan biaya produksi menjadi mahal (pengadaan dan pemrosesan titik kontrol tanah, pembelian perangkat lunak, dan biaya produksi) serta durasi produksi yang relatif lama. Di satu sisi, seringkali diperlukan suatu mosaik foto secara cepat, murah, dan tidak mementingkan akurasi posisi, misalnya untuk keperluan rapid assesment bencana alam. Penelitian ini mengkaji alternatif pembuatan mosaik Foto Udara Format Kecil (FUFK) dengan menggunakan perangkat lunak desain grafis dan mengevalusi kelemahan dan keunggulannya sehingga dapat direkomendasikan penggunaanya secara proporsional. 1 Ir. Subaryono, MA, Ph.D., Dosen di Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT-UGM 2 Harintaka, ST, MT., Dosen di Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT-UGM. E-mail: [email protected] 3 Endras Kurniawan, ST. Alumni Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT-UGM

Upload: budi-etom-cokro

Post on 24-Sep-2015

80 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

  • 1

    EVALUASI PEMBUATAN MOSAIK FOTO UDARA FORMAT KECIL TIDAK

    TERKONTROL MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK DESAIN GRAFIS

    KOMERSIAL

    Subaryono1, Harintaka2, Endras Kurniawan3

    ABSTRACT

    Aerial photographs acquired using small format photogrammetric method generally do not have homogenous quality. These photos require specific threatments if they are to be used to generate mosaic. On the other hand, design graphic software are widely available. While this software does not specifically designed for mapping processes, it has the potential to be used for image processing including aerial photos. This research aims at evaluating uncontrolled mosaic generated using design graphic software. The evaluation including flight line construction, cutting photos and adjusting their contrasts, mosaicking process, partial and global photo enhancement. The results show that the mosaic generated using small format aerial photos and processed using design graphic software has a very good visual quality. It is generated in relatively fast and easy. However, the use of the mosaic for geometric extraction have to be done cerefully, due to inherent characteristic on uncontrolled mosaic. Key words: uncontrolled mosaic, small format aerial photography, design graphic

    software. A. PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Wolf (1983) menyebutkan ada tiga jenis mosaik, yaitu mosaik terkontrol, tidak

    terkontrol, dan semi terkontrol. Mosaik terkontrol dan semi terkontrol memerlukan

    persyaratan ketersediaan titik kontrol tanah dan perangkat lunak fotogrametri, yang

    menyebabkan biaya produksi menjadi mahal (pengadaan dan pemrosesan titik kontrol

    tanah, pembelian perangkat lunak, dan biaya produksi) serta durasi produksi yang relatif

    lama. Di satu sisi, seringkali diperlukan suatu mosaik foto secara cepat, murah, dan tidak

    mementingkan akurasi posisi, misalnya untuk keperluan rapid assesment bencana alam.

    Penelitian ini mengkaji alternatif pembuatan mosaik Foto Udara Format Kecil

    (FUFK) dengan menggunakan perangkat lunak desain grafis dan mengevalusi kelemahan

    dan keunggulannya sehingga dapat direkomendasikan penggunaanya secara proporsional.

    1 Ir. Subaryono, MA, Ph.D., Dosen di Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT-UGM 2 Harintaka, ST, MT., Dosen di Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT-UGM. E-mail: [email protected] 3 Endras Kurniawan, ST. Alumni Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT-UGM

  • 2

    Perangkat lunak desain grafis dalam konteks pembuatan mosaik mempunyai keunggulan

    sebagai berikut: (a). harga perangkat lunak yang sangat murah dibandingkan dengan

    perangkat lunak fotogrametri, (b). kelengkapan algoritma penajaman citra dan filtering,

    (c). tanpa memerlukan perangkat keras khusus, seperti halnya pada perangkat lunak

    fotogrametri, dan (d). pengoperasiannya yang sangat mudah.

    Tujuan Penelitian

    Melakukan kajian pembuatan mosaik foto udara format kecil tidak terkontrol

    menggunakan perangkat lunak desain grafis komersial dan diidentifikasi kelemahannya,

    keunggulan, serta batasan penggunaanya.

    Tinjauan Pustaka

    Beberapa penelitian yang menggunakan FUFK untuk menghasilkan mosaik

    FUFK antara lain telah dilakukan oleh Harintaka, dkk (1996 a,b), Jauregui, et. al. (2004),

    Slaymaker, et. al (1998), Schultz, et al (1999), dan Silva (2006). Harintaka, dkk (2006a)

    melakukan otomatisasi pembuatan mosaik FUFK menggunakan teknik korelasi silang.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik korelasi silang untuk

    otomatisasi pembuatan mosaik FUFK masih memerlukan pengawasan operator untuk

    memastikan sambungan antar foto.

    Harintaka, dkk (2006b) mengkaji ketelitian mosaik ortofoto FUFK. Hasil kajian

    menunjukkan mosaik ortofoto yang dihasilkan sangat seamless dan memiliki akurasi

    posisi yang cukup baik, meskipun nilai parameter kalibrasi kameranya diabaikan. Tetapi

    teknik pembuatan mosaik ini memerlukan ketersediaan minimal 3 titik kontrol tanah tiga

    dimensi untuk setiap foto, sehingga dalam pekerjaan lapangan akan meningkatkan biaya

    produksi.

    Jauregui, et. al. (2004) melakukan pemotretan FUFK untuk keperluan interpretasi

    situs arkeologi di daerah pegunungan Venezuela. Pemrosesan data menggunakan

    perangkat lunak fotogrametri untuk menghasilan data DTM, ortofoto, dan mosaik FUFK.

    Pemrosesan data membutuhkan waktu yang cukup lama.

    Slaymaker, et. al (1998) dan Schultz, et. al (1999) menggunakan FUFK,

    videografi, dan laser profiling untuk menghitung volum biomassa hutan di Bolivia untuk

    keperluan pemantauan lingkungan. Sistem tersebut dipergunakan untuk menentukan

  • 3

    jenis, jumlah, ukuran, dan kondisi kesehatan tanaman di hutan. FUFK dipergunakan

    untuk membentuk DTM dan pada akhirnya ditujukan untuk membantu meningkatkan

    ketelitian klasifikasi jenis tanaman. Videografi dipergunakan untuk membuat mosaik dan

    mengidentifikasi jenis spesies pohon, dan laser profiling dipergunakan untuk menentukan

    tinggi pohon.

    B. LANDASAN TEORI

    Foto Udara Format Kecil (FUFK)

    Warner, et. al (1996) menyatakan bahwa FUFK adalah foto yang dihasilkan dari

    pemotretan yang menggunakan kamera dengan ukuran film atau frame sekitar 24 mm x

    36 mm dengan panjang fokus 35 mm. Kamera tersebut sistem lensanya tidak didesain

    untuk keperluan pemetaan (tidak dilengkapi fiducial mark dan nilai orientasi dalamnya

    seperti koordinat fiducial mark, panjang fokus terkalibrasi, lokasi titik utama tidak

    diketahui) dan dapat berupa kamera analog atau digital.

    Gambar 1. Pesawat Ultra light Jenis Trike (www.rewaco-trikes.com)

    Gambar 2. Mouting dan instrumen pemotretan konvensional (www.xitek.com)

    Keunggulan FUFK adalah mudah dalam pengoperasian karena dapat

    memanfaatkan peralatan fotografi non metrik, skala foto dapat dibuat sangat besar

    dengan tinggi terbang yang cukup rendah, diperoleh informasi terbaru dari daerah yang

    dipotret, harga kamera dan sewa pesawat yang cukup murah, dan peralatan cukup mudah

    diperoleh di pasaran. Contoh pesawat trike yang dapat dimanfaatkan untuk pemotretan

    udara yang dapat mengangkut 2 orang dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan sistem

  • 4

    mounting kamera pada pesawat dapat dilihat pada Gambar 2. Tetapi, FUFK juga

    memiliki kelemahan kualitas geometrik foto yang tidak stabil karena menggunakan

    kamera non metrik.

    Penyeragaman Kontras

    Salah satu teknik penyeragaman kontras warna yang cukup sederhana dan

    hasilnya sangat baik adalah dengan penajaman kontras. Rumus penajaman kontras secara

    linier adalah (Harintaka, 2006):

    kkk

    kinout Quant

    BVBV

    =

    minmaxmin _____________________________________ (1)

    dalam hal ini: BVout : nilai keabuan piksel yang baru BVin : nilai keabuan piksel asli maxk : nilai keabuan piksel tertinggi mink : nilai keabuan piksel terendah Quantk : derajat keabuan piksel maksimal yang dapat ditampilkan

    Transformasi Koordinat

    Transformasi koordinat dua dimensi dapat dimanfaatkan untuk menggabungkan

    beberapa foto menjadi sebuah mosaik. Prinsipnya adalah obyek-obyek yang sama dan

    dapat diidentifikasi pada setiap foto dipakai sebagai titik sekutu untuk melakukan

    transformasi. Beberapa persamaan transformasi koordinat dua dimensi yang umumnya

    dimanfaatkan adalah Affine, Polinomial, dan Proyektif. Bentuk persamaan transformasi

    Affine adalah (Harintaka dan Sumarto, 2002):

    ybxbbyyaxaax

    210

    210

    ''

    ++=++=

    ______________________________________________ (2)

    Persamaan Polinomial orde dua adalah (Toutin, 1994 dalam Pohl, 1996):

    254

    23210

    254

    23210

    ''

    ybxybxbybxbbyyaxyaxayaxaax

    +++++=+++++= _____________________________ (3)

    dalam hal ini: x', y' : Posisi obyek dalam sistem koordinat baru x, y : Posisi obyek dalam sistem koordinat lama ao,,a5 dan b0, ,b5 : Parameter transformasi

  • 5

    Transformasi proyektif merupakan bentuk sederhana dari persamaan kolinier dengan

    tinggi permukaan tanahnya tetap (JARS, 1996). Moffitt dan Mikhail (1980) dan Wolf

    (1984) menyatakan bentuk persamaan transformasi proyektif adalah:

    133111

    ++++=

    vbuacvbuaX

    133222

    ++++=

    vbuacvbua

    Y ______________________________________________ (4)

    dalam hal ini: X, Y : Sistem koordinat citra baru u, v : Sistem koordinat citra lama a1, ,c2 : Parameter transformasi

    Jika dicermati, persamaan transformasi Affine, Polinomial orde dua, dan Proyektif

    merupakan persamaan yang telah linier dan masing-masing membutuhkan minimal 3, 6,

    dan 8 titik sekutu. Jika jumlah titik sekutu melebihi jumlah minimal kebutuhan titik

    sekutu, maka umumnya diselesaikan dengan estimasi kuadrat terkecil.

    Mosaik Foto Udara Format Kecil

    Untuk dapat melihat daerah yang dipotret secara keseluruhan maka dibuat mosaik

    baik dari foto asli atau foto yang telah direktifikasi. Berbagai definisi mosaik foto udara

    dapat dilihat pada Avery (1989), Paine (1992), Wolf (1983), Lillesand and Kiefer (2000).

    Secara detil Wolf (1983) menyatakan mosaik foto udara merupakan gabungan dari dua

    atau lebih foto udara yang saling bertampalan sehingga terbentuk paduan citra (image)

    yang berkesinambungan dan menampilkan daerah yang lebih luas. Ditinjau dari teknik

    pembuataanya, Wolf (1983) menyebutkan ada tiga jenis mosaik, yaitu mosaik terkontrol,

    tidak terkontrol, dan semi terkontrol. Mosaik terkontrol adalah mosaik yang dibuat dari

    foto yang telah direktifikasi sehingga semua foto telah mempunyai skala yang sama.

    Mosaik tidak terkontrol adalah mosaik yang dibuat dari foto yang belum direktifikasi

    serta belum diseragamkan skalanya. Mosaik semi terkontrol adalah mosaik yang disusun

    dengan menggunakan foto udara yang mempunyai beberapa titik kontrol, tetapi foto

    tersebut tidak terektifikasi dan dapat mempunyai skala yang tidak seragam.

  • 6

    Dari 3 jenis mosaik tersebut, mosaik terkontrol dan semi terkontrol memiliki

    kesamaan, yaitu memerlukan ketersediaan titik kontrol. Keharusan untuk tersedianya titik

    kontrol tersebut mempunyai konsekuensi waktu pemrosesan yang lama, yaitu saat

    identifikasi titik kontrol pada setiap foto, dan biaya yang relatif mahal untuk

    penyediaan/pengadaan titik kontrol setiap foto.

    C. BAHAN DAN ALAT PENELITIAN

    Bahan yang diperlukan pada penelitian ini adalah:

    1. Foto Udara Format Kecil (FUFK) daerah kampus Universitas Gadjah Mada hasil

    pemotretan dengan fokus 35 mm dengan tinggi terbang 800 m,

    2. Peta situasi kampus UGM skala 1 : 250, hasil kompilasi tahun 2003.

    Alat yang diperlukan pada penelitian ini adalah:

    1. Perangkat lunak desain grafis yang bekerja dalam sistem operasi Windows,

    2. Komputer dengan prosesor Intel Core 2 Duo T5200, memori 512 MHz dan

    kapasistas hard disk 80 Gbyte.

    D. CARA PENELITIAN

    Tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian terlihat pada diagram alir

    pada Gambar 3. Rekonstruksi jalur terbang sangat penting untuk menentukan posisi suatu

    foto terhadap foto lainnya, baik dalam maupun antar jalur terbang. Selain itu, juga untuk

    mengenali obyek yang terpotret dan penyesuaian kontras antar foto yang saling

    bertampalan. Proses rekonstruksi jalur terbang akan sangat terbantu jika ada peta flight

    plan.

    Pembuatan mosaik secara tidak terkontrol dilakukan dengan cara registrasi citra

    ke citra, menggunakan transformasi 2D, dengan salah satu citra dijadikan sebagai acuan

    untuk citra lainnya. Umumnya foto acuan dipilih yang berada di tengah proyek

    pemotretan. Untuk foto yang mempunyai pertampalan cukup besar (lebih besar dari 25%)

    sebaiknya dilakukan pemotongan.

    Salah satu tahapan yang penting dalam pembuatan mosaik adalah adalah

    penajaman dan perbaikan foto yang kurang jelas (under exposed) atau terlalu jelas (over

    exposed). Sinkronisasi kontras dan warna antar foto diperlukan untuk menghasilkan

  • 7

    mosaik foto yang seragam. Jika pada foto diidentifikasi terdapat derau (noise), baik yang

    berupa bintik atau strip, dapat direduksi menggunakan teknik filtering.

    Teknis penyambungan antar foto pada perangkat tertentu dapat dilakukan secara

    manual ataupun otomatis. Teknik manual adalah mengidentifikasi obyek (atau titik) yang

    sama pada daerah pertampalan, sedangkan teknik otomatis adalah dipergunakan

    algoritma untuk deteksi daerah yang sama antar foto. Salah satu algoritma pada teknik

    otomatis adalah menggunakan korelasi silang (Harintaka, et.al, 2006). Teknik yang mirip

    pada perangkat lunak tertentu adalah photomerge. Dalam photomerge, penggabungan

    foto dilakukan secara bertahap, yaitu proses penggabungan tidak langsung keseluruhan

    foto tetapi perbagian dari foto yang bertampalan. Cara ini sangat membantu proses

    pembuatan mosaik, tetapi harus tetap dikontrol secara manual.

    Gambar 3. Pelaksanaan penelitian

    Persiapan

    Foto Udara Format Kecil

    Rekonstruksi Jalur Terbang

    Mosaicking

    Editing Foto Pemotongan Penyesuaian kontras antar foto

    Identifikasi dan penentuan titik sekutu antar foto yang bertampalan

    sambungan sesuai?

    Transformasi 2D antar foto

    Penajaman foto

    Evaluasi Hasil

    Ya

    Tidak

  • 8

    Untuk mengatasi kenampakan batas persambungan antar foto dan kekontrasan

    antar foto yang tidak seimbang, maka diperlukan penyeragaman kontras dan penajaman

    foto. Pada daerah yang cukup gelap, misal bayangan awan, dapat dilakukan segmentasi

    dan disesuaikan derajad kecerahannya dengan foto yang sudah baik.

    Proses akhir dari penelitian ini adalah desain kartografis dan dapat pula diberikan

    toponimi. Survei toponimi ditujukan untuk mengidentifikasi nama-nama administratif

    dan geografis wilayah yang dikaji, sedangkan desain kartografis adalah penerapan kaidah

    kartografis sehingga penampilan mosaik FUFK menjadi baik dan mudah diinterpretasi

    oleh pengguna.

    E. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Penajaman foto

    Penajaman foto perlu dilakukan dengan melihat kondisi setiap foto. Gambar 4

    menyajikan 3 kondisi kekontrasan foto, yaitu kontras rendah untuk keseluruhan foto,

    kondisi sebagain daerah tertutup bayangan awan, dan kekontrasan ideal. Pada Gambar

    4.(a) dapat diterapkan penajaman foto global, Gambar 4.(b) dengan melokalisir daerah

    yang tertutup bayangan awan (daerah dengan elips warna merah), kemudian ditajamkan

    pada bagian tersebut saja, dan Gambar 4 (c) tidak perlu ditajamkan karena sudah baik

    kekontrasan dan ketajaman fotonya.

    (a). Kontras rendah (b). Sebagian tertutup bayangan awan (c). Kontras ideal

    Gambar 4. Variasi kekontrasan FUFK

    Pada Gambar 5 disajikan foto asli dengan kekontrasan rendah beserta histogramnya. Jika

    dicermati foto tersebut memiliki nilai kecerahan piksel minimal 20 dan maksimal 200.

  • 9

    Dengan penajaman linier secara global (keseluruhan foto), maka diperoleh foto yang

    lebih jelas seperti ditampilkan pada Gambar 6.

    Gambar 5. Foto asli dengan histogramnya.

    Gambar 6. Foto hasil penajaman dan histogram pengaturan

    Penyusunan dan penyambungan foto (mosaicking)

    Pembuatan mosaik harus mempertimbangkan dimensi obyek yang akan dipakai

    untuk penyambungan foto. Idealnya, obyek yang sama pada daerah pertampalan harus

    memiliki ukuran yang sama. Tetapi, seringkali pada saat pemotretan terjadi perbedaan

    kemiringan dan tinggi kamera untuk setiap foto yang akan menyebabkan perbedaan skala

    antar foto. Untuk mengatasinya seringkali harus dilakukan proses rotasi, pergeseran, dan

    penyamaan skala. Gambar 7 menunjukkan ilustrasi pengaruh transformasi scale, rotate,

    skew, distort, dan perspective. Setiap jenis transformasi tersebut harus dipergunakan

    secara tepat. Hasil kajian menunjukkan sebaiknya menggunakan jenis transformasi scale

  • 10

    dan rotate dengan acuan obyek yang dapat diidentifikasi dengan jelas di daerah

    pertampalan antar foto, misal bangunan gedung atau segmen jalan raya.

    Proses photomerge dilakukan dengan dua tahap, yaitu proses photomerge untuk

    pengecekan setelah foto mengalami proses editing seperti penyamaan skala, penyesuaian

    warna dan pemotongan foto. Pada tahap pertama ini, proses photomerge dilakukan secara

    bertahap. Tahap kedua adalah proses photomerge untuk keseluruhan foto. Untuk

    mengecek kondisi persambungan, dapat diatur tingkat transparansi setiap foto dalam

    setiap layer foto.

    Gambar 7. Ilustrasi pengaruh berbagai model transformasi pada perangkat lunak desain grafis

    Prinsip penyusunan mosaik FUFK tidak terkontrol dengan perangkat lunak grafis

    sebenarnya menggunakan konsep penyambungan berdasar feature. Harintaka (2006)

    menyebutkan, pada mosaik berdasarkan feature prinsipnya adalah menyambung foto

    udara dengan mengidentifikasi obyek yang sama antar dua foto yang bersebelahan. Jika

    perspective distord skew

    FOTO ASLIscale

    rotate

  • 11

    foto kiri tampak kenampakan jalan atau bangunan maka pada foto kanan dicari

    kenampakan yang sama kemudian ditandai sebagai acuan penyambungan. Tetapi perlu

    diperhatikan, teknik penyambungan ini menyebabkan perambatan kesalahan. Semakin

    jauh letak foto yang disambungkan dengan foto yang pertama kali disambung, maka

    kesalahan posisinya semakin besar. Indikasi ini dapat dilihat dari kondisi sambungan

    antar foto di tengah dan di pinggir mosaik.

    Penajaman mosaik foto

    Meskipun setiap foto disamakan tingkat kekontrasannya sebelum dilakukan

    penyembungan, seringkali ditemukan kondisi sambungan foto yang masih memiliki

    perbedaan kontras. Contoh perbedaan kontras pada mosaik foto dapat dilihat pada

    Gambar 8.a, sedangkan hasil penyamaan kontras dapat dilihat pada Gambar 8.b. Proses

    penyamaan kontras ini dapat dilakukan secara lokal, yaitu melakukan delineasi deerah

    mana yang akan disamakan kekontrasannya tanpa mengganggu daerah lainnya

    (perhatikan daerah elip pada Gambar 8.a dan b).

    (a). Sebelum penyeragaman (b). Setelah penyeragaman

    Gambar 8. Penyeragaman kontras untuk memperhalus sambungan antar foto

    Proses penyamaan kontras ini dapat diterapkan juga untuk menghilangkan

    bayangan awan (Gambar 9). Prosesnya adalah melakukan delineasi daerah bayangan

    awan kemudian melakukan perentangan kontras histogram pada daerah tersebut. Gambar

    8. b dan 9.b. menyajikan hasil penyamaan kontras yang menghasilkan mosaik yang

    seamless dan bayangan awan yang telah dihilangkan.

  • 12

    (a). Sebelum penyeragaman (b). Setelah penyeragaman

    Gambar 9. Penyeragaman kontras untuk menghilangkan bayangan awan.

    Gambar 10. Hasil mosaik FUFK

    Hasil akhir sebagian mosaik FUFK yang cukup baik dapat dilihat pada Gambar

    10. Pada Gambar tersebut tidak terlihat adanya sambungan. Semua obyek (antara lain

    jalan dan gedung) dapat tersambung secara seamless, baik untuk warna maupun

    bentuknya. Berdasarkan kajian terhadap keseluruhan proses pembuatan mosaik tidak

  • 13

    terkontrol pada FUFK menggunakan perangkat grafis komersial, maka dapat

    diidentifikasi aspek keunggulannya dan kelemahannya yang dirangkum dalam Tabel 1.

    Tabel 1. Rangkuman keunggulan dan kelemahan pembuatan mosaik FUFK menggunakan perangkat lunak desain grafis.

    No Aspek Keunggulan Kelemahan 1 Kualitas

    radiometrik Penyesuaian kontras dapat dilakukan pada sebagian foto (misal pada bagian foto yang tertutup bayangan awan) atau keseluruhan foto.

    Ekstraksi informasi tematik hanya dapat dilakukan secara interpretasi visual, tidak dapat dilakukan dengan cara klasifikasi digital. Hal ini disebabkan telah dilakukan proses penyamaan kontras secara lokal.

    2 Kualitas geometrik

    Transformasi 2D untuk proses mosaicking dilakukan dalam sistem koordinat lokal citra (foto) sehingga tidak memerlukan ketersediaan titik kontrol tanah.

    Secara geometrik, dimensi dan posisi obyek pada mosaik tidak dapat ditentukan secara pasti,

    Tidak dapat dilakukan proses georeferencing.

    3 Proses mosaicking

    Proses identifikasi titik sekutu antar foto yang saling pertampalan dapat dilakukan secara otomatis sehingga dapat mempercepat proses mosaik,

    Dapat dilakukan pengaturan tingkat transparansi setiap foto sehingga sangat memudahkan dalam pengecekan sambungan antar foto,

    File hasil mosaik masih menyimpan karakteristik dasar setiap foto, sehingga jika diperlukan editing, tidak perlu dilakukan untuk keseluruhan foto.

    Untuk memastikan ketepatan sambungan antar foto, masih diperlukan pengecekan secara visual antar foto.

    Berdasarkan keunggulan dan kelemahan mosaik FUFK yang dibuat dengan

    memanfaatkan perangkat lunak desain grafis, maka aplikasi yang sesuai adalah yang

    bersifat penyadapan informasi tematik semata dan dilakukan secara visual, dimensi dan

    posisi obyek tidak dapat dipakai sebagai acuan, dan untuk rapid assessment. Bidang

    aplikasi potensial yang sesuai dengan karakteristik mosaik FUFK antara lain rapid

    assessment untuk identifikasi dan estimasi informasi tematik daerah terkena bencana,

    yaitu:

  • 14

    Banjir, daerah berbentuk koridor sepanjang sungai, cocok dengan teknik pemotretan FUFK,

    Longsor, daerah yang sulit dijangkau secara darat, misal di punggung bukit, Gempa bumi, asessment daerah dengan kerusakan bangunan dan infrastruktur,

    untuk alokasi logistik secara darurat.

    F. KESIMPULAN

    Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah mosaik FUFK yang

    dibuat dengan perangkat lunak desain grafis sesuai digunakan untuk aplikasi yang

    bersifat rapid assessment, penyadapan informasi tematik semata dan dilakukan secara

    visual, dan dimensi dan posisi obyek (pada mosaik) tidak dapat dipakai sebagai acuan.

    G. UCAPAN TERIMAKSIH

    Penulis mengucapkan terimakasih kepada Lab. Fotogrametri dan Penginderaan

    Jauh di Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT-UGM untuk penyediaan FUFK.

    H. DAFTAR PUSTAKA

    Adobe, 2002, Adobe-Photoshop New Features, http://www.adobe.com/adobe-photoshop new features.html, diakses tanggal 10 Januari 2008.

    Avery, E, 1989, Penafsiran Potret Udara, Akademika Pressindo, Jakarta. Silva, D. C., 2006, Non-Metric Digital Camera Images Versus High Resolution Satellite

    Images in Regions with High Cloudiness, XXIII FIG Congress, Munich, Germany, October 8-13, 2006.

    Eurimage, 2006, Eurimage Price List 2006, www.eurimage.com/products/ docs/eurimage_price_list.pdf , diakses tgl 15 Desember 2007.

    Harintaka dan Sumarto, I., 2002, Kajian Beberapa Metode Transformasi Dua Dimensi untuk Koreksi Geometrik Citra Satelit, Media Teknik, Edisi Mei 2002.

    Harintaka, 2006, Pemanfaatan Teknologi Foto Udara Format Kecil untuk Penyediaan Data Sumber Daya Lahan Secara Cepat dan Murah, Makalah FIT ISI 2006, Balikpapan, Kalimantan Timur.

    Harintaka, Susanto, E.W, dan Thobibah, T., 2006a, Otomatisasi Pembuatan Mosaik Menggunakan Teknik Korelasi Silang pada Foto Udara Format Kecil, Prosiding PIT (Pertemuan Ilmiah Tahunan) III Geomatika Teknik Geomatika ITS tanggal 7 Desember 2006, Surabaya.

  • 15

    Harintaka, Kartini. C.N., dan Hairunida, 2006b, Kajian Ketelitian Mosaik Ortofoto pada Foto Udara Format Kecil dengan Pengabaian Parameter Kalibrasi Kamera, Prosiding PIT XV dan Kongres IV MAPIN 2006 tanggal 13-14 Desember 2006 di Hotel Jayakarta, Bandung.

    JARS, 1993, Remote Sensing Note, Japan Association on Remote Sensing, Nihon Printing Co. Ltd, Japan

    Jensen, J. R., 1996, Introductory Digital Image Processing A Remote Sensing Perspective, 2nd Edition, Prentice Hall Inc, New York.

    Jauregui, M., Jauregui, L., Chacon, L., and Vilchez, J., 2004, Digital Stereo Orthophotos of Archeological Sites from Small Format Aerial Photographs, Seminar Internasional pada Komisi V, Kelompok Kerja V/4 International Society of Photogrammetry and Remote Sensing (ISPRS), Turki, http://www.isprs.org/istanbul2004/comm5/ papers/598.pdf, diakses tanggal 10 Januari 2008.

    Lillesand, T.M. and Kiefer, 2000, Remote Sensing and Image Interpretation, Fourth Edition, John Willey and Son, New York.

    Moffitt, F. H. and Mikhail, E. M., 1980, Photogrammetry, 2nd Edition, Harper and Row Publisher, New York

    Paine, D, 1992, Fotografi Udara dan Penafsiran Citra Untuk Pengelolaan Sumber Daya, Penerj. Imam Abdul Rochman, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

    Pohl, C., 1996, Geometric Aspects of Multisensor Image Fusion for Topographic Map Updating in The Humid Tropics, Ph.D. Dissertation, ITC Publication No. 39, ITC

    Schultz, H., Slaymaker, D., Holmes, C., Stolle, F., Hanson, A., and Riseman, E., 1999, Integrating Small Format Aerial Photography, Videography, and Laser Profiler for Environmental Monitoring, http://www.winrock.org/ ecosystems/ files/ 1999-integrating%20small%20format%20aerial%20 photography.pdf, diakses tanggal 10 Januari 2008.

    Slaymaker, D., Schultz, H., Hanson, A, Riseman, E., Holmes, C., Powell, M., Delaney, M., 1998, Calculating Forest Biomass with Small Format Aerial Photography, Vedeography, and A Profiling Laser, http://www.winrock.org/ ecosystems/ files/ 1998-calculating% 20forest% 20biomass.pdf diakses tanggal 10 Januari 2008.

    Wolf, P.R., 1983, Elements of Photogrammetry, 2nd edition, McGraw-Hill Book Company, USA