pharmaceutical care

14
PENGERTIAN PHARMACEUTICAL CARE (PC) Menurut Linda Strand : Pharmaceutical care (PC) adalah sebuah praktek dimana praktikan langsung mengambil tanggung jawab pengobatan pasien dan memegang kebutuhan tanggung jawab untuk komitmen ini. Menurut Hepler and strand : Pharmaceutical care (PC) adalah tanggung jawab dari terapi obat untuk mendapatkan outcome yang pasti yaitu peningkatan hidup pasien. Menurut ASHP : Pharmaceutical care (PC) adalah menunjukkan fungsi dari apoteker dalam penggunaan obat yang optimal untuk mendapatkan outcome yaitu peningkatan kualitas hidup pasien Menurut Cipolle : Pharmaceutical Care adalah sebuah komponen dari praktek kefarmasian yang mensyaratkan interaksi langsung antara apoteker dan pasien dengan tujuan untuk membantu melayani permasalahan pasien mengenai masalah terkait obat. ELEMEN DARI PHARMACEUTICAL CARE : 1. Tanggung jawab bertanggung jawab penuh, menganggap pasien yang datang adalah pasien ku 2. Interaksi langsung fokus, kontak dan berinteraksi langsung dengan pasien 3. Kepedulian menunjukkan rasa kepedulian terhadap apa yang dialami pasien, menganggap mereka adalah orang yang kita sayangi, dan menerapkan patient oriented (orientasi terhadap pasien), untuk menerapkan patient oriented ini kita harus terus mengupdate skill./keterampilan, pengetahuan dan komunikasi 4. Mendapatkan tujuan positif (outcome) : penyembuhan penyakit, mengurangi dan menghilangkan penyakit dan gejala, mencegah gejala, dan mencegah perkembangan penyakit. 5. Meningkatkan kualitas hidup pasien 6. Resolusi dari medication-related problem (MRP's) DRP seperti : dosis terlalu besar/kecil, obat yang salah, obat tanpa indikasi, ADR, IO, kegagalan menerima obat dll. PERBEDAAN PHARMACEUTICAL CARE DAN FARMASI KLINIK : Pharmaceutical care : - patient oriented - berinteraksi langsung dengan pasien - berdasarkan kepedulian - kualitas hidup

Upload: irsan-fahmi-a

Post on 11-Nov-2015

66 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Berisi pejelasan mengenai konsep Pharmaceutical Care dan terapannya dalam praktek kefarmasian

TRANSCRIPT

PENGERTIAN PHARMACEUTICAL CARE (PC)Menurut Linda Strand : Pharmaceutical care (PC) adalah sebuah praktek dimana praktikan langsung mengambil tanggung jawab pengobatan pasien dan memegang kebutuhan tanggung jawab untuk komitmen ini.Menurut Hepler and strand : Pharmaceutical care (PC) adalah tanggung jawab dari terapi obat untuk mendapatkan outcome yang pasti yaitu peningkatan hidup pasien.Menurut ASHP : Pharmaceutical care (PC) adalah menunjukkan fungsi dari apoteker dalam penggunaan obat yang optimal untuk mendapatkan outcome yaitu peningkatan kualitas hidup pasienMenurut Cipolle : Pharmaceutical Care adalah sebuah komponen dari praktek kefarmasian yang mensyaratkan interaksi langsung antara apoteker dan pasien dengan tujuan untuk membantu melayani permasalahan pasien mengenai masalah terkait obat.ELEMEN DARI PHARMACEUTICAL CARE :1. Tanggung jawab bertanggung jawab penuh, menganggap pasien yang datang adalah pasien ku2. Interaksi langsung fokus, kontak dan berinteraksi langsung dengan pasien3. Kepedulian menunjukkan rasa kepedulian terhadap apa yang dialami pasien, menganggap mereka adalah orang yang kita sayangi, dan menerapkan patient oriented (orientasi terhadap pasien), untuk menerapkan patient oriented ini kita harus terus mengupdate skill./keterampilan, pengetahuan dan komunikasi4. Mendapatkan tujuan positif (outcome) : penyembuhan penyakit, mengurangi dan menghilangkan penyakit dan gejala, mencegah gejala, dan mencegah perkembangan penyakit.5. Meningkatkan kualitas hidup pasien6. Resolusi dari medication-related problem (MRP's) DRP seperti : dosis terlalu besar/kecil, obat yang salah, obat tanpa indikasi, ADR, IO, kegagalan menerima obat dll.PERBEDAAN PHARMACEUTICAL CARE DAN FARMASI KLINIK :Pharmaceutical care :- patient oriented- berinteraksi langsung dengan pasien- berdasarkan kepedulian- kualitas hidup- diterapkan pada semua tatanan- harus dilakukan semua APTFarmasi klinik :- drug oriented- tidak berinteraksi langsung dengan pasien- berdasarkan kompetensi- kualitas dari siklus kepedulian- diterapkan pada kasus kronik- dilakukan hanya oleh sebagian APTReferensi : Pharmaceutical Care FFUPDEFINISI PHARMACEUTICAL CARE PHARMACEUTICAL PUBLIC HEALTH Menurut American Society of Hospital Pharmacists (1993), asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care) merupakan tanggung jawab langsung apoteker pada pelayanan yang berhubungan dengan pengobatan pasien dengan tujuan mencapai hasil yang ditetapkan yang memperbaiki kualitas hidup pasien. Asuhan kefarmasian tidak hanya melibatkan terapi obat tapi juga keputusan tentang penggunaan obat pada pasien. Termasuk keputusan untuk tidak menggunakan terapi obat, pertimbangan pemilihan obat, dosis, rute dan metode pemberian, pemantauan terapi obat dan pemberian informasi dan konseling pada pasien. Asuhan kefarmasian adalah konsep yang melibatkan tanggung jawab farmasis yang menuju keberhasilan outcome tertentu sehingga pasien membaik dan kualitas hidupnya meningkat (Heppler and Strand, 1990).Outcome yang dimaksud adalah (Heppler and strand, 1990) : Merawat Penyakit Menghilangkan atau menurunkan gejala Menghambat atau memperlama proses penyakit Mencegah penyakit atau gejalaDEFINISI PHARMACEUTICAL PUBLIC HEALTH Pharmaceutical Public Health didefinisikan bahwa apoteker dapat menerapkan ketrampilan farmasi, pengetahuan dan sumber daya untuk mendukung data-data objektif dengan tujuan menetapkan, menangani dan memantau kebutuhan kesehatan yang nyata dari populasi. (Armstrong dkk,2005)Pharmaceutical Public Health juga didefinisikan sebagai penerapan dari pengetahuan, ketrampilan dan sumber daya dari ilmu pengetahuan dan seni dalam pencegahan penyakit, memperpanjang hidup, mendukung, melindungi dan memperbaiki kesehatan dalam suatu komunitas (WHO, 2006)Tanggung Jawab Apoteker dalam Ruang Lingkup Pharmaceutical Care Fungsi dari asuhan kefarmasian adalah (Heppler and strand, 1990) :1. Identifikasi aktual dan potensial masalah yang berhubungan dengan obat.2. Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan obat / Drug Related Problem (DRP).3. Mencegah terjadinya masalah yang berhubungan dangan obat.Berdasarkan hasil kongres WHO di New Delhi (1988), maka pada tahun 1990, badan dunia di bidang kesehatan tersebut mengakui/merekomendasi/menetapkan kemampuan untuk diserahi tanggung jawab kepada farmasis yang secara garis besar adalah sebagai berikut (Anonim, 1990) :1. Memahami prinsip-prinsip jaminan mutu (quality assurance) obat sehingga dapat mempertanggung jawabkan dan fungsi kontrol.2. Menguasai masalah-masalah jalur distribusi obat (dan pengawasannya), serta paham prinsip-prinsip penyediaannya.3. Mengenal dengan baik struktur harga obat (sediaan obat).4. Mengelola informasi obat dan siap melaksanakan pelayanan informasi.5. Mampu memberi advice yang informatif kepada pasien tentang penyakit ringan (minor illnesses), dan tidak jarang kepada pasien dengan penyakit kronik yang telah ditentukan dengan jelas pengobatannya.6. Mampu menjaga keharmonisan hubungan antara fungsi pelayanan medik dengan pelayanan farmasiManajemen risiko adalah bagian yang mendasar dari tanggung jawab apoteker. Dalam upaya pengendalian risiko, praktek konvensional farmasi telah berhasil menurunkan biaya obat tapi belum menyelesaikan masalah sehubungan dengan penggunaan obat. Pesatnya perkembangan teknologi farmasi yang menghasilkan obat-obat baru juga membutuhkan perhatian akan kemungkinan terjadinya risiko pada pasien.Apoteker berada dalam posisi strategis untuk meminimalkan medication errors, baik dilihat dari keterkaitan dengan tenaga kesehatan lain maupun dalam proses pengobatan. Kontribusi yang dimungkinkan dilakukan antara lain dengan meningkatkan pelaporan, pemberian informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan lain, meningkatkan keberlangsungan rejimen pengobatan pasien, peningkatan kualitas dan keselamatan pengobatan pasien di rumah. Data yang dapat dipaparkan antara lain dari menurunnya (46%) tingkat keseriusan penyakit pasien anak, meningkatnya insiden berstatus nyaris cedera (dari 9% menjadi 8-51%) dan meningkatnya tingkat pelaporan insiden dua sampai enam kali lipat. (effect of pharmacist-led pediatrics medication safety team on medication-error reporting (Am J Health-Sist Pharm, 2007, vol64;1422-26)).Apoteker berperan utama dalam meningkatkan keselamatan dan efektifitas penggunaan obat. Dengan demikian dalam penjabaran, misi utama Apoteker dalam hal keselamatan pasien adalah memastikan bahwa semua pasien mendapatkan pengobatan yang optimal. Hal ini telah dikuatkan dengan berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa kontribusi Apoteker dapat menurunkan medication errors.Dalam relasi antara dokter sebagai penulis resep dan apoteker sebagai penyedia obat (pelayanan tradisional farmasi), dokter dipercaya terhadap hasil dari farmakoterapi. Dengan berubahnya situasi secara cepat di sistem kesehatan, praktek asuhan kefarmasian diasumsikan apoteker bertanggung jawab terhadap pasien dan masyarakat tidak hanya menerima asumsi tersebut.Peran apoteker dalam mewujudkan keselamatan pasien meliputi dua aspek yaitu aspek manajemen dan aspek klinik. Aspek manajemen meliputi pemilihan perbekalan farmasi, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, alur pelayanan, sistem pengendalian (misalnya memanfaatkan IT). Sedangkan aspek klinik meliputi skrining permintaan obat (resep atau bebas), penyiapan obat dan obat khusus, penyerahan dan pemberian informasi obat, konseling, monitoring dan evaluasi. Kegiatan farmasi klinik sangat diperlukan terutama pada pasien yang menerima pengobatan dengan risiko tinggi. Keterlibatan apoteker dalam tim pelayanan kesehatan perlu didukung mengingat keberadaannya melalui kegiatan farmasi klinik terbukti memiliki konstribusi besar dalam menurunkan insiden/kesalahan.Dengan demikian apoteker bertanggung jawab langsung pada pasien tentang biaya, kualitas, hasil pelayanan kefarmasian.IMPLEMENTASI ASUHAN KEFARMASIAN Pelaksanaan dan Tanggung Jawab Pharmacetical care meliputiAssesment Bertemu dengan pasien Menetapkan hubungan terapi Memperoleh informasi yang relevan dari pasien Menetapkan siapa pasien anda dengan cara mempelajari alasan untuk menemui, demografi pasien, pengobatan dan informasi klinis yang lainnya. Menetapkan kebutuhan obat pasien yang dijumpai (indikasi,efektifitas,keamanan,kepatuhan), identifikasi DRP.Care plan Menetapkan tujuan terapi Negosiasi dan and agree upon endpoints and timeframe for pharmacotherapies with the patient Memilih intervensi yang tepat untuk : resolusi DRP Menghargai goal terapi Mencegah masalah terapi obat Mempertimbangkan alternative terapi Memilih Farmakoterapi yang specifik untuk pasien Memilih intervensi tanpa obatEdukasi pasien Membuat jadwal follow-up evaluation Menetapkan jadwal secara tepat dan sesuai secara klinis untuk pasienFollow-up evaluation Menetapkan bukti klinis/ lab pasien outcome terbaru dan mebandingkan terhadap tujuan terapi yang ditetapkan sebagai efektifitas terapi obatEvaluasi efektifitas farmakoterapi Menetakan bukti klinis/lab adverse effect untuk mnetapkan keamanan terapi obat Evaluasi keamanan farmakoterapi Menetapkan kepatuhan pasien Status dokumen klinis dan perubahan dalam farmakoterapi yang diperlukan Membuat keputusan sebagai yang diatur dengan terapi obat. Menilai pasien untuk DRP terbaru Identifikasi DRP yang baru dan penyebabnya Jadwalkan evaluasi selanjutnya Sediakan perawatan lanjutan(Cippole dkk, 1998)ASUHAN KEFARMASIAN SEBAGAI RUH GOOD PHARMACY PRACTICE (GPP) WHO & FIP telah menerbitkan panduan Good Pharmacy Practice (GPP) dan menghimbau semua negara untuk mengembangkan standar minimal praktik farmasi. Apoteker sebagai bagian dari tenaga kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian yg berkualitas.Good Pharmacy Practice (GPP) atau Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) adalah cara untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian yang baik secara komprehensif, berupa panduan yang berisi sejumlah standar bagi para Apoteker dalam menjalankan praktik profesinya di sarana pelayanan kefarmasian. Good Pharmacy Practice (GPP) merupakan praktek kefarmasian yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat yang menggunakan jasa apoteker untuk memberikan pelayanan yang optimal, asuhan berbasis bukti.Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik [CPFB] (=Good Pharmacy Practice [GPP]) adalah suatu pedoman, sebagai perangkat untuk memastikan Apoteker dalam memberikan setiap pelayanan kepada pasien di Apotek, Puskesmas, Klinik maupun Rumah Sakit agar memenuhi standar mutu dan merupakan cara untuk menerapkan Pharmaceutical Care (Asuhan Kefarmasian).Pelaksanaan konteks Good Pharmacy Practice (GPP) yang berlandaskan konsep asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) memerlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Sudjaswadi, 2001):1. GPP mensyaratkan bahwa perhatian pertama dan utama seorang apoteker di semua aspek adalah mengenai kesejahteraan pasien.2. GPP mensyaratkan bahwa inti dari kegiatan farmasi adalah untuk membantu pasien menggunakan obat-obatan terbaik, meliputi persediaan obat dan produk perawatan kesehatan lainnya dengan kualitas terjamin, menyediakan informasi dan saran yang tepat, pemberian obat, kapan saat membutuhkan obat, dan pemantauan efek penggunaan obat-obatan.3. GPP mensyaratkan bahwa bagian integral dari kontribusi apoteker adalah mempromosikan peresepan yang rasional dan ekonomis, termasuk proses dispensing.4. GPP mensyaratkan bahwa tujuan dari setiap elemen pelayanan kefarmasian relevan dengan pasien, didefinisikan secara jelas dan dikomunikasikan secara efektif pada semua yang terlibat. Kolaborasi multidisiplin antara kesehatan-asuhan secara professional adalah faktor kunci untuk keberhasilan meningkatkan keselamatan pasien.

OBAT Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi . (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).Sesuai Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi. yang dimaksud dengan golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek (obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter diapotek, diserahkan oleh apoteker), obat keras, psikotropika dan narkotika. Untuk obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter maka pada kemasan dan etiketnya tertera tanda khusus.Penggolongan Jenis Obat berdasarkan berbagai undang undang dan peraturan menteri kesehatan dibagi menjadi :Obat BebasObat bebas sering juga disebut OTC (Over The Counter) adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol, vitaminObat bebas ini dapat diperoleh di toko/warung, toko obat, dan apotik.Obat Bebas Terbatas (Daftar W: Warschuwing)Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. disertai tanda peringatan dalam kemasannya:P1. Awas! Obat Keras. Bacalah Aturan Memakainya.P2. Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelanP3. Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dan badan.P4. Awas! Obat Keras. Hanya Untuk Dibakar.P5. Awas! Obat Keras. Tidak Boleh Ditelan.P6. Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan.Contoh obat : CTM, Antimo, nozaObat bebas terbatas dan obat bebas disebut juga OTC (over the counter)Obat bebas terbatas ini dapat diperoleh di toko obat, dan apotik tanpa resep dokter.Obat Keras (Daftar G : Gevarlijk : berbahaya)Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat, semua obat antibiotik (ampisilin, tetrasiklin, sefalosporin, penisilin, dll), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat diabetes, obat penenang, dll) Obat keras ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter.Obat Psikotropika dan Narkotika (Daftar O)a. PsikotropikaObat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital, ekstasi, sabu-sabu Obat psikotropika ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter.b. NarkotikaObat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, PetidinNarkotika digolongkan menjadi 3 golongan :Narkotika golongan I : Contohnya : Tanaman Papaver Somniferum L kecuali bijinya, Opium mentah, Opium masak, candu, jicing, jicingko, Tanaman koka, Daun koka, Kokain mentah, dllNarkotika golongan II : Contohnya : Alfasetilmetadol, Alfameprodina, Alfametadol, Alfaprodina, dllNarkotika golongan III : Contohnya : Asetildihidrokodeina, Dekstropropoksifena, Dihidrokodeina, Etilmorfina, dllObat narkotika ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokterLebih jelasnya lihat 5 artikel Narkotika, Penggolongan Narkotika, dan Narkotika golongan I, II, III dan UU Narkotika No. 35 thn 2009 di : LABEL NARKOTIKANARKOTIKAMenurut UU No.22 tahun 1997, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.Narkotika digolongkan menjadi 3 golongan :Golongan I : Hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, Tidak digunakan dalam terapi, Potensi ketergantungan sangat tinggi. Contoh : Heroin (putauw), kokain, ganjaGolongan II : Untuk pengobatan pilihan terakhir, Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, Potensi ketergantungan sangat tinggi. Contoh : fentanil, petidin, morfinGolongan III : Digunakan dalam terapi, Potensi ketergantungan ringan. Contoh : kodein, difenoksilatPSIKOTROPIKAMenurut UU No.5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah atau sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan aktivitas mental dan perilaku.Psikotropika digolongkan menjadi 4 golongan :Golongan I : Hanya untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, Tidak digunakan dalam terapi, Potensi sindrom ketergantungan amat kuat. Contoh : LSD, MDMA/ekstasiGolongan II : Untuk pengobatan, Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, Potensi sindrom ketergantungan kuat. Contoh : metamfetamin (shabu), sekobarbitalGolongan III : Untuk pengobatan atau terapi, Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, Potensi sindrom ketergantungan sedang, Contoh : amobarbital, pentazosineGolongan IV : Untuk pengobatan atau terapi, Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, Potensi sindrom ketergantungan ringan. Contoh : diazepam, halozepam, triazolam, klordiazepoksida

OWASelain memproduksi obat generik, untuk memenuhi keterjangkauan pelayanan kesehatan khususnya akses obat, pemerintah mengeluarkan kebijakan Obat Wajib Apoteker (OWA). OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pasien.Disini terdapat daftar obat wajib apotek yang dikeluarkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan. Sampai saat ini sudah ada 3 daftar obat yang diperbolehkan diserahkan tanpa resep dokter. Peraturan mengenai Daftar Obat Wajib Apotek tercantum dalam :1. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No. 12. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 23. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3Dalam peraturan ini disebutkanbahwa untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional. Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional dapat dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan disertai dengan informasi yang tepat sehingga menjamin penggunaan yang tepat dari obat tersebut.Oleh karena itu, peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada persayaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA.Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita.Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube.Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra-indikasi, cara pemakain, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin timbul serta tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.JENIS OWATujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masayrakat, maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat ang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal.Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan:Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.1NAMA OBAT & JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER PASIENAminofilin Supp. maks 3 supp.Asam Mefenamat maks 20 tab sirup 1 botolAsetilsistein maks 20 dusAstemizoleBetametason maks 1 tubeBisakodil Supp. maks 3 suppBromhexin maks 20 tab sirup 1 botolDesoksimetason maks 1 tubDexchlorpheniramine maleatDifluocortolon maks 1 tubeDimethinden maleatEkonazol maks 1 tubeEritromisin maks 1 botolFramisetna SO4 maks 2 lembarFluokortolon maks 1 tubeFopredniliden maks 1 tubeGentamisin SO4 maks 1 tubeGlafenin maks 20 tabHeksakklorofene maks 1 botolHexetidine maks 1 botolHidrokortison maks 1 tubeHidroquinon maks 1 tubeHidroquinon dgn PABA maks 1 tubeHomochlorcyclizin HClKarbosistein maks 20 tab sirup 1 botolKetotifen maks 10 tab sirup 1 botolKloramfenikol maks 1 tubeLidokain HCl maks 1 tubeLinestrenol 1 siklusMebendazol maks 6 tab sirup 1 botolMebhidrolin maks 20 tabMetampiron maks 20 tab sirup 1 botolDAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.2NAMA OBAT & JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER PASIENAlbendazol tab 200mg, 6 tab tab 400mg, 3 tabBacitracin 1 tubeBenorilate 10 tabletBismuth subcitrate 10 tabletCarbinoxamin 10 tabletClindamicin 1 tubeDexametason 1 tubeDexpanthenol 1 tubeDiclofenac 1 tubeDiponium 10 tableFenoterol 1 tabungFlumetason 1 tubeHydrocortison butyrat 1 tubeIbuprofen tab 400 mg, 10 tab tab 600 mg, 10 tabIsoconazol 1 tubeKetokonazole kadar