piineapple mealybug wilt-associated virus/pmwav pada ... fileanal (pi di ke c prog r isis e k...
TRANSCRIPT
ANAL
(Pi
DI KEC
PROGR
LISIS EK
ineapple M
PADA T
CAMATAN
AC
RAM STU
INS
KONOMI S
Mealybug W
TANAMAN
N JALAN
JAW
CEU WUL
UDI HAM
FAKULT
SITUT PE
SERANGA
Wilt-associ
N NANAS
NCAGAK,
WA BARA
LANDARI
MA DAN PE
TAS PERT
ERTANIA
2008
AN PENY
iated Viru
S: STUDI K
KABUPA
AT
I AMALIA
ENYAKIT
TANIAN
AN BOGO
YAKIT LA
s/PMWaV
KASUS
ATEN SUB
A
T TUMBU
OR
AYU
V)
BANG,
UHAN
ABSTRAK
ACEU WULANDARI AMALIA. Analisis Ekonomi Serangan Penyakit Layu (Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus/PMWaV) Pada Tanaman Nanas: Studi Kasus Di Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Dibimbing oleh ALI NURMANSYAH dan GEDE SUASTIKA. Penelitian ini bertujuan menentukan kejadian penyakit yang merugikan secara ekonomi (Tingkat Kerusakan Ekonomi, TKE), melakukan analisis dampak ekonomi dan menentukan ambang tindakan pengendalian penyakit layu nanas. Penelitian ini diharapkan agar petani dapat mengambil tindakan pengendalian secara dini berdasarkan informasi-informasi di dalam penelitian ini.
Penelitian dilaksanakan di lahan nanas milik rakyat yang terletak di Kabupaten Subang dan dilakukan pengamatan pada bulan Oktober 2007 sampai Desember 2007. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan gejala PMW pada tanaman nanas yang dilakukan pada 53 lahan dengan luas lahan dan umur tanaman yang berbeda serta melakukan survei kepada 25 petani responden. Teknik pengamatan gejala dilakukan dengan menentukan kejadian penyakit pada masing-masing lahan. Kejadian penyakit dibagi ke dalam lima kategori tingkat serangan yaitu sangat ringan, ringan, sedang, berat dan sangat berat. Penentuan kategori kejadian penyakit tersebut bertujuan mendapatkan keragaman data. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis terhadap : (1) profil usaha tani, (2) tingkat kerusakan ekonomi penyakit layu nanas, (3) dampak ekonomi serangan penyakit layu nanas, dan (4) ambang tindakan pengendalian penyakit layu nanas.
Dari hasil pengamatan dan pengujian, diperoleh tingkat kerusakan ekonomi (TKE) dari PMW adalah pada saat KP > 40 dengan rataan tingkat kejadian penyakit kritis sebesar 38,24% dan kisarannya 37% - 40%. Kerusakan yang ditimbulkan oleh PMW ini dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori tingkat kerusakan yaitu: (1) aman (0 < KP < 37%), (2) relatif aman (37 ≤ KP ≤ 40%), dan (3) rugi (KP > 40%). Dampak ekonomi yang dialami petani adalah ketika tingkat serangan kurang dari 37% keuntungan petani berkurang sebesar 5%, tingkat serangan antara 37 sampai 40% menyebabkan keuntungan berkurang 52% dan tingkat serangan diatas 40% mengakibatkan kerugian sebesar 45%. Dan ambang tindakan (AT) yang disebabkan oleh PMW adalah pada saat KP sebesar 32,59%.
ANAL
(Pi
DI KEC
Sebagai
PROGR
LISIS EK
ineapple M
PADA T
CAMATAN
i salah satu
A
RAM STU
INS
KONOMI S
Mealybug W
TANAMAN
N JALAN
JAW
syarat untu
pada Fa
Institut
ACEU WU
A
UDI HAM
FAKULT
SITUT PE
SERANGA
Wilt-associ
N NANAS
NCAGAK,
WA BARA
Skripsi
uk mempero
akultas Pert
t Pertanian
ULANDARI
A44104037
MA DAN PE
TAS PERT
ERTANIA
2008
AN PENY
iated Viru
S: STUDI K
KABUPA
AT
oleh gelar S
tanian
Bogor
AMALIA
ENYAKIT
TANIAN
AN BOGO
YAKIT LA
s/PMWaV
KASUS
ATEN SUB
Sarjana Pert
T TUMBU
OR
AYU
V)
BANG,
tanian
UHAN
Judul skripsi : Analisis Ekonomi Serangan Penyakit Layu (Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus/PMWaV) Pada Tanaman Nanas: Studi Kasus Di Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat
Nama Mahasiswa : Aceu Wulandari Amalia
NIM : A44104037
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Ali Nurmansyah, MSi Dr. Ir. Gede Suastika, MSc
NIP. 131 879 333 NIP. 131 669 946
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 10 April 1986. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Ahmad Husen dan Ibu Tutin Suryatin.
Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di SDN Kebon Pedes I. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SLTPN I Bogor dan menyelesaikan masa belajarnya pada tahun 2001, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan belajarnya ke SMUN 2 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan.
Selama menjalani pendidikan di Institut Pertanian Bogor, pada tahun 2004 sampai sekarang penulis aktif di kepengurusan organisasi METAMORFOSA Departemen Proteksi Tanaman, pada tahun 2006 sampai sekarang aktif dalam Unit Kerja Mahasiswa MAX (Music Agriculture Expression) IPB, dan pada tahun 2007 aktif dalam kepengurusan organisasi BEM Faperta (Badan Eksekutif Mahasiswa) IPB.
PRAKATA
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Analisis Ekonomi Serangan Penyakit Layu (Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus/PMWaV) Pada Tanaman Nanas: Studi Kasus Di Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: Mama, Papap, A Feri, De Fajar, Bi Susan, Bi Amah serta seluruh keluarga besar H. Furqon (Alm.) dan H. Nawi (Alm.) dan Ibu Dewi yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan doanya kepada penulis. Bapak Dr. Ir. Ali Nurmansyah, MSi. sebagai dosen pembimbing I dan Dr. Ir. Gede Suastika, MSc. sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan segenap bimbingan dan kesabarannya kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, serta Bapak Prof. Dr. Utomo, MSi sebagai dosen penguji tamu. Bapak Dr. Ir. Dadang, MSc. selaku pembimbing akademik penulis selama menjalani pendidikan di Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman HPT khususnya HPT’41 dan HPT’39 terlebih lagi kepada saudara-saudaraku Isma, Dwi, Uthe, Icha, Mika, Alfi, Deri, Siti, Arun, Nyoi, Budi, David, Bowo. Kepada Subangers yang selalu semangat. Kepada Aby Galih Santri yang selalu memberikan motivasi dan dorongan serta mendampingi penulis selama belajar di Institut Pertanian Bogor. Pak Hendy, pak Mantri dan pak Narli yang mendampingi penulis di lapangan. Para Fistokers, Nematers, Virologers, dan Labers yang selalu bersedia menampung penulis di kala tiada tempat berteduh. MELATI, METAL, SMUNDA, SONGGOMS FAMILY, BEM dan MAXqu yang tetap dihati serta masa lalu yang terus memberi tetesan air mata yang membuat penulis tersadar akan makna hidup. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan kenangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Akhirnya penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi para petani di Indonesia terutama di perkebunan nanas Subang serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis juga berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan, rahmat dan ridha-Nya.
Bogor, Maret 2008
Aceu Wulandari Amalia
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3
Nanas (Ananas comosus) (L.) Merr.) ...................................................... 3 Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus (PMWaV) ............................. 3
Ambang Ekonomi dan Tingkat Kerusakan.................................................6 Rasio Biaya-Keuntungan............................................................................8
BAHAN DAN METODE ................................................................................ 10
Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................10 Metode Penelitian .................................................................................10
Analisis Data ..........................................................................................10 Profil usaha tani..........................................................................10 Tingkat kerusakan ekonomi penyakit layu nanas.......................11
Dampak ekonomi serangan penyakit layu nanas ......................12 Ambang tindakan penyakit layu nanas .....................................12 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................13
Profil Usaha Tani ....................................................................................13 Tingkat Kerusakan Ekonomi ..................................................................16 Dampak Ekonomi Penyakit Layu Nanas ...............................................19
Ambang Tindakan .................................................................................. 20 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... ....24
Kesimpulan ............................................................................................ .24 Saran ....................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... .25
LAMPIRAN .................................................................................................... 29
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Analisis ragam model regresi antara keuntungan dan kejadian penyakit
PMW.......................................................................................................17
2. Pengujian parameter model antara keuntungan (Rp/ha) dan kejadian
penyakit PMW (%)..................................................................................17
3. Kisaran tingkat kerusakan ekonomi dari selang kepercayaan 95%.........18
4. Kategori tingkat kerusakan akibat PMW.................................................19
5. Rata-rata dan simpangan baku rasio B/C per kategori kerusakan............20
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Ujung daun mati (leaf-tip die back) dan memerah sepanjang daun tapi
tidak melengkung..................................................................................5
2. Warna daun dengan cepat dari merah menjadi merah jambu
(reddening), ujung daun kecoklatan dan daun
keriting (curling)...................................................................................5
3. Daun melengkung ke bawah.................................................................5
4. Daun berwarna coklat dan akan kehilangan ketegarannya hingga
patah yang kemudian diikuti oleh roboh atau matinya tanaman
dewasa dan tanaman yang terinfeksi pada awal
fase vegetatif.........................................................................................5
5. Hubungan antara nisbah kerusakan tanaman dan biaya pengendalian
dengan populasi OPT ......................................................................... 7
6. Persentase pengalaman bertani nanas ............................................ ....13
7. Persentase luas lahan yang dimiliki petani.........................................14
8. Persentase pola tanam…………………………………………….....14
9. Persentase biaya produksi dalam usahatani nanas..............................15
10. Persentase pendapatan petani nanas....................................................15
11. Pencaran titik antara kejadian penyakit dan keuntungan....................17
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Daftar kuisioner tentang usahatani nanas dan serangan penyakit
layu.........................................................................................................30
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu faktor penghambat utama dalam produksi tanaman nanas di dunia
termasuk Indonesia saat ini adalah serangan penyakit layu, dikenal dengan nama
Pineapple Mealybugs Wilt (PMW) (Sether et al. 2005). Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi Pineapple Mealybug WilT-associated Virus (PMWaV), walaupun dahulu
hanya diasosiasikan dengan keberadaan kutuputih (mealybugs), Dysmicoccus
brevipes dan Dysmicoccus neobrevipes di pertanaman (Gunasinghe dan German
1989). Disamping itu, penyebaran penyakit layu ini dipertanaman dipengaruhi
dengan keberadaan semut yang memungkinkan penyakit ini menyebar kebeberapa
tanaman disekitar pusat serangan (Rohrbach et al. 1988). Gejala penyakit ini
dicirikan dengan ujung daun mati (leaf-tip die back), daun memerah, melengkung ke
bawah (curling), dan daun layu yang kemudian diikuti oleh roboh atau matinya
tanaman dewasa (Sether dan Hu 2002a).
Tanaman nanas yang terserang penyakit layu ini tidak dapat produksi secara
normal dan bahkan tidak dapat menghasilkan buah yang layak untuk dijual. Buah
menjadi kecil sehingga bobotnya berkurang 55% dari buah normal (Sether dan Hu
2002a). Di Cuba, penyakit PMW ini dapat menurunkan produksi nanas sebesar 40%
(Borroto et al. 1998). Sementara itu, di Indonesia, informasi tentang seberapa besar
pengaruh serangan penyakit ini dalam menurunkan produksi belum terdokumentasi
dengan baik. Berdasarkan informasi dari petani, setahun yang lalu sebagian besar
petani nanas di Desa Bunihayu, Kecamatan Jalan Cagak, kabupaten Subang tidak
dapat memanen produksinya akibat serangan penyakit ini dan terpaksa mengganti
tanaman nanas ini dengan menanam tanaman singkong di kebunnya.
Untuk membantu petani dalam melakukan upaya-upaya pengendalian untuk
mengurangi kerugian akibat serangan penyakit PMW ini, diperlukan informasi
tentang seberapa besar tingkat serangan (kejadian penyakit) PMW yang secara
ekonomi merugikan petani. Disamping itu, untuk menentukan kapan saat yang tepat
untuk melakukan pengendalian diperlukan informasi tentang tingkat kerusakan
2
sebelum mencapai kerugian ekonomi tersebut (ambang tindakan). Kedua informasi di
atas sampai saat ini di Indonesia masih belum tersedia. Begitu pula, dengan dampak
ekonomi dari serangan penyakit ini belum banyak dianalisis.
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, penelitian tentang aspek ekonomi
dari serangan penyakit layu nanas ini dilakukan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menentukan kejadian penyakit yang merugikan secara
ekonomi (Tingkat Kerusakan Ekonomi, TKE), melakukan analisis dampak ekonomi
serangan penyakit layu nanas dan menentukan ambang tindakan pengendaliannya.
.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan pengendalian penyakit PMW oleh petani atau pemerintah
dalam meningkatkan produksi nanas di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.)
Tanaman nanas termasuk dalam family Bromeliaceae (family terbesar dari
buah Amerika tropis) (Samson 1980). Secara taksonomis, nanas dapat dibedakan atas
dua genera yaitu genus Ananas dan genus Pseudananas (Anonim 2006). Jenis nanas
yang paling banyak dikembangkan di Indonesia adalah Queen (diantaranya ialah
nanas Bogor dan Palembang) dan Smooth Cayene (misalnya nanas Subang) (Dirjen
BPH 2003).
Menurut Sipes (2000) nanas tumbuh pada ketingian sampai dengan 800 meter
diatas permukan laut (mdpl) dengan temperatur antara 18,5°C sampai dengan 26°C.
Tanaman ini tumbuh pada hampir semua tipe tanah (Sipes 2000), akan tetapi tanaman
ini lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur (porous) dan
banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah dengan pH tanah
berkisar 4,5-6,5 (Morton 1987). Penyakit-penyakit yang timbul di dalam tanah dapat
dikurangi jika kondisi pH tanah antara 4,5-5,5 (Sipes 2000). Pada umumnya tanaman
nanas ini toleran terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas
sekitar 1000-1500 mm/tahun (Prihatman 2000). Kedalaman air tanahnya sekurang-
kurangnya 60 cm dan tidak lebih dari 150 cm (Morton 1987).
Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus (PMWaV)
PMWaV termasuk dalam famili Closteroviridae dan genus Closterovirus
(Gunasinghe & German 1989; Melzer et al. 2001) dan merupakan penghambat utama
dalam produksi nanas segar (Ploetz 2003). Pineapple Mealybug Wilt (PMW) pertama
kali ditemukan di Hawaii pada tahun 1990 (Borroto et al. 1998). Penyakit ini
berasosiasi dengan kutuputih sehingga disebut Pineapple Mealybug Wilt (PMW)
(Gunasinghe dan German 1989). Rohrbach et al. (2003) mengemukakan bahwa
PMW adalah penyakit yang umum ditemukan di dunia terkecuali di beberapa daerah
di Thailand. Selain kutuputih, faktor-faktor yang mempengaruhi epidemik penyakit
layu yang komplek adalah meliputi multi interaksi antara semut, predator, parasit,
4
virus, tanaman lain seperti Agavae Americana sebagai inang alternatif kutuputih dan
gulma Paspalum sp. (Rohrbach et al. 1988).
Menurut Beardsley et al. (1982), jumlah investasi kutuputih berkolerasi
positif dengan jumlah semut di lahan sehingga tingkat penyebaran kutuputih lebih
tinggi bila berasosiasi dengan semut. Akan tetapi PMWaV dapat disebarkan oleh
kutuputih dengan ada atau tidak adanya semut (Beardsley et al. 1982). Illingworth
(1931) mengemukakan bahwa penyakit layu dapat dikendalikan melalui pengendalian
semut. Hal ini juga disampaikan oleh Rohrbach et al. (2003) yang berpendapat bahwa
ketika pengendalian biologi terhadap semut telah cukup memadai maka kutuputih
pun akan terkendali.
Gejala Pineapple Mealybug Wilt (PMW)
Menurut Samson (1980), gejala awal PMW ini adalah pertumbuhan akar
berhenti, mati dan kemudian busuk. Matinya akar ini akan menyebabkan tanaman
menjadi layu. Titik awal infeksi di pertanaman biasanya dimulai dari tanaman yang
ada di pinggir pertanaman dan menyebar ke lokasi bagian dalam (Beardsley et al.
2003). Gejala penyakit adalah ujung daun mati (leaf-tip die back) dan memerah
sepanjang daun tapi tidak melengkung (Gambar 1), kemudian diikuti dengan
perubahan warna daun dengan cepat dari merah menjadi merah jambu (reddening),
ujung daun kecoklatan dan daun keriting (curling) (Gambar 2), setelah itu daun
melengkung ke bawah (Gambar 3) dan pada akhirnya daun berwarna coklat dan akan
kehilangan ketegarannya hingga patah yang kemudian diikuti oleh roboh atau
matinya tanaman dewasa dan tanaman yang terinfeksi pada awal fase vegetatif
(Gambar 4). Demikian pula pada akar, pertumbuhannya terhenti dan mengakibatkan
tanaman layu. Tanaman terhenti pertumbuhannya, tidak menghasilkan buah atau
menghasilkan buah kecil. Pada beberapa tanaman ada yang dapat mengalami
penyembuhan dan dapat tumbuh normal hingga menghasilkan buah dan mahkota
yang sehat (CABI 2002).
5
Gambar 1 Ujung daun mati (leaf-tip die back) dan memerah sepanjang daun tapi tidak melengkung
Gambar 2 Warna daun dengan cepat dari merah menjadi merah jambu (reddening), ujung daun kecoklatan dan daun keriting (curling)
Gambar 3 Daun melengkung ke bawah
Gambar 4 Daun berwarna coklat dan akan kehilangan ketegarannya hingga patah yang kemudian diikuti oleh roboh atau matinya tanaman dewasa dan tanaman yang terinfeksi pada awal fase vegetatif
6
Kerugian Infeksi PMWaV
Pineapple mealybug wilt (PMW) adalah penyebab utama dari kehilangan
produksi nanas dan dapat menyebabkan kehilangan bobot buah rata-rata sebesar 55%
(Sether dan Hu 2002a). Pada tahun 1920-an, hampir seluruh kebun nanas hancur
diakibatkan oleh PMW (Illingworth 1931). Di Hawaii dan kebanyakan negara di
dunia, nanas sulit untuk tumbuh jika terserang penyakit ini (Beardsley et al., 2003).
Borroto et al. (1998) melaporkan penurunan angka hasil panen sebanyak 40% terjadi
di Cuba. Perkebunan nanas yang terserang di hampir seluruh negara di dunia juga
mengalami penurunan produksi sampai 35% (Sether and Hu 2002b). Pada
keseluruhan kebun, sampai dengan 50% produksi dapat hilang apabila pengendalian
terhadap PMW tidak dilaksanakan (Sipes 2000).
Ambang Ekonomi dan Tingkat Kerusakan ekonomi
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sebagai kebijakan pemerintah dalam
perlindungan tanaman telah menjadi bagian penting dalam sejarah perlindungan
tanaman sejak dekade 1980-an (DEPTAN 2004). Terdapat dua komponen dasar yang
sangat menentukan keberhasilan program tersebut, yaitu pendugaan kepadatan atau
tingkat serangan dan pengambilan keputusan pengendalian (Pedigo 2006). Untuk
menetapkan pengambilan keputusan yang tepat diperlukan suatu kaidah keputusan
yang disebut dengan istilah tingkat kerusakan ekonomi (TKE) dan ambang ekonomi
(AE).
Stern et al. (1959) mengemukakan bahwa tindakan pengendalian organisme
pengganggu tanaman (OPT) dilakukan dengan cara menurunkan dan
mempertahankan populasi OPT di bawah tingkat kerusakan ekonomi (TKE) atau
economic injury level (EIL), yaitu tingkat kepadatan populasi OPT terendah yang
dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi (economic damage) pada tanaman. Stern et
al. (1959) juga mengemukakan bahwa kerusakan ekonomi ialah tingkat kerusakan
tanaman yang pada tingkat tersebut pengeluaran biaya untuk pelaksanaan
pengendalian OPT dapat dibenarkan. Tindakan pengendalian tersebut dimulai pada
saat populasi OPT telah melampaui ambang ekonomi (AE) atau economic threshold
7
(ET) yaitu tingkat kepadatan populasi OPT yang harus segera dilakukan tindakan
pengendalian untuk mencegah meningkatnya populasi OPT mencapai TKE pada
tanaman sehingga kedudukan AE lebih rendah daripada TKE.
Berbeda dengan Stern et al. (1959), Headley (1975) tidak membedakan antara
AE dan TKE sehingga TKE atau AE didefinisikan sebagai kepadatan populasi OPT
terendah yang pada keadaan tersebut, nilai kerusakan tanaman yang diakibatkan oleh
populasi OPT setara dengan biaya pengendalian (Gambar 5).
Gambar 5 Hubungan antara nisbah kerusakan tanaman dan biaya pengendalian dengan populasi OPT (Headley 1975)
dimana :
P = populasi OPT
M/B = nisbah kerusakan tanaman dan biaya pengendalian OPT
(M/B = 1) = nilai kerusakan tanaman yang dapat diselamatkan setara
dengan biaya pengendalian yang dibutuhkan untuk mencegah
kerusakan tersebut
P0 P1 P2 = TKE P3
M/B > 1 M
B
Populasi OPT (ekor/unit tanaman)
Nilai uang (Rp.)
M/B = 1
M/B < 1
8
Menurut Pedigo & Rice (2006), jika terdapat tingkat serangan atau gejala OPT yang
sulit dihitung, maka dilakukan penghitungan dengan rumus yang didapatkan dari
hasil analisis regresi antara Y sebagai hasil panen per hektar dan X sebagai jumlah
serangga per hektar, yaitu:
.......... (1)
Dimana b menyatakan laju kehilangan hasil per satu satuan perubahan kepadatan atau
tingkat serangan OPT.
TKE ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
.......... (2)
dimana :
C adalah biaya pengendalian per hektar
V adalah nilai jual per unit produksi
b adalah koefisien regresi linier
Nilai AE bersifat dinamis bergantung kepada waktu, tempat dan kondisi
ekosistem dimana nilai AE ditentukan dan perlu dikembangkan sesuai dengan
berbagai keadaan komponen ekosistem yang beragam (Untung 1992). Hal ini karena
dipengaruhi oleh faktor ekonomi yakni harga komoditas dan biaya pengendalian,
faktor biologi yakni pertumbuhan tanaman dan populasi hama, serta faktor ekologi
yakni faktor yang mempengaruhi tanaman dan populasi hama (Andow & Kiritani
1983).
Rasio Biaya-Keuntungan
Studi kelayakan merupakan suatu kegiatan pengkajian secara sistematis dari
suatu rencana usaha, baik baru maupun rencana pengembangan usaha yang sudah ada
untuk menentukan apakah usaha layak dilaksanakan atau tidak (Puslata 2007).
Kegunaan studi kelayakan antara lain untuk mengetahui apakah usaha mempunyai
manfaat (benefit) dan keuntungan (profit) (Puslata 2007).
Ŷ = a + bX
TKE (AE) = C V x b
9
Salah satu aspek yang sangat penting untuk studi kelayakan yaitu analisis
aspek finansial. Ruang lingkup aspek finansial terdiri atas tujuan analisis (likuiditas
dan pencapaian laba), taksiran dana (biaya investasi dan modal kerja), dan sumber
pendanaan. Modal kerja dapat dilihat dari 2 pendekatan yaitu pendekatan neraca dan
pendekatan biaya/pengeluaran. Perhitungan yang perlu dilakukan terdiri atas
komposisi pembiayaan, proyeksi penjualan/penerimaan, pengeluaran biaya, arus kas,
dan laba rugi (Puslata 2007).
Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk perhitungannya, yaitu
perhitungan yang tidak memperhatikan nilai uang karena faktor waktu yang terdiri
atas Revenue-Cost ratio (R/C), Periode pengembalian investasi (Payback period), dan
Break Event Point (BEP). Sedangkan untuk analisis yang memperhatikan nilai uang
karena faktor waktu digunakan terdiri atas Net Present Value (NPV), Benefit Cost
ratio (B/C), dan Internal Rate of Return (IRR) (Puslata 2007).
Analisis yang biasa dilakukan untuk cepat mencapai sasaran yang diinginkan
yaitu analisis biaya-manfaat (B/C ratio) yang dikembangkan untuk memberi sebuah
cara sistematik untuk membandingkan keuntungan serta kerugian ekonomi dari
berbagai alternatif proyek (Yogi 2006). Dalam bentuknya yang paling sederhana,
analisis biaya manfaat meliputi identifikasi semua keuntungan dan kerugian selama
jangka waktu proyek. Umumnya, para penganalisa dan perencana hanya tertarik pada
alternatif yang mempunyai rasio lebih besar dari satu. Dengan kata lain agar secara
ekonomi layak, sebuah usaha diharapkan memberikan lebih banyak untung daripada
rugi (Pareglio 1996 dalam Hendartomo 2003 ). B/C ratio dihitung sebagai suatu
pembanding apakah usaha tersebut layak atau tidak. B/C ratio menggambarkan
seberapa besar bagian biaya usaha, yang setiap tahunnya tidak dapat tertutup oleh
manfaat usaha (Anonim 2007). Dengan perhitungan bahwa:
Jika B/C ratio > 1 menunjukkan bahwa usaha layak untuk dilaksanakan
Jika B/C ratio < 1 menunjukkan bahwa usaha tidak layak usaha tidak layak untuk
dilaksanakan (Anonim 2007).
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Bunihayu, Kecamatan Jalancagak, yang
merupakan sentra produksi nanas di Kabupaten Subang, Jawa Barat, dari bulan
Oktober sampai Desember 2007.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan melakukan wawancara langsung terhadap
petani pemilik kebun nanas. Pemilihan petani ditentukan berdasarkan hasil
pengamatan penyakit PMW di kebun. Ada sebanyak 53 kebun yang diamati dengan
tingkat serangan PMW berkisar dari ringan (0,73%) sampai berat (98,67%).
Penghitungan tingkat serangan penyakit ditentukan berdasarkan rumus
kejadian penyakit (KP) sebagai berikut :
%100tan
tanx
diamatiyangamanbergejalaaman
KPΣ
Σ=
Wawancara dilakukan secara perorangan terhadap petani dengan mengajukan
beberapa pertanyaan yang telah tersusun dalam suatu paket kuisioner (Lampiran 3).
Analisis Data
Terdapat empat hal yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu : (1) profil
usahatani, (2) tingkat kerusakan ekonomi penyakit layu nanas, (3) dampak ekonomi
serangan penyakit layu nanas, dan (4) ambang tindakan pengendalian penyakit layu
nanas.
Profil Usaha Tani Nanas
Bagian ini untuk mendapatkan gambaran umum usahatani nanas yang
meliputi luas lahan, pola tanam, lama berusaha tani, biaya produksi dan hasil panen.
11
Hal ini diperoleh dengan menghitung nilai rata-rata dan simpangan baku untuk
keenam peubah di atas.
Tingkat Kerusakan Ekonomi Penyakit Layu Nanas
Penentuan tingkat serangan penyakit yang dapat mengakibatkan kerusakan
ekonomi dilakukan melalui analisis regresi linear antara laba dengan tingkat serangan
PMWaV, dengan model regresi sebagai berikut :
.......... (3)
dengan Y = keuntungan yang diperoleh petani
X = kejadian penyakit
a = intersep, yaitu menyatakan besarnya keuntungan pada kondisi tidak ada
serangan PMW
b = koefisien regresi yang menyatakan tingkat perubahan keuntungan bila
terjadi peningkatan 1% serangan PMW
Dari model regresi yang telah didapatkan kemudian dilakukan pengecekan asumsi
yang terdiri dari galat (sisaan), pengujian faktor kenormalan, pengujian kehomogenan
ragam dan data pencilan. Selanjutnya dari model tersebut ditentukan nilai X pada saat
Y = 0 untuk mendapatkan rata-rata nilai TKE. Kisaran nilai TKE ditentukan dengan
menghitung selang kepercayaan 95% bagi Y dengan rumus sebagai berikut :
2
20
025,002
20
025,00 )1()(1
)1()(1
0i
eXYi
e snxx
nsty
snxx
nsty
−−
++<<−−
+− )) μ .......... (4)
Nilai-nilai X yang menghasilkan selang Y yang mengandung nilai nol adalah nilai-
nilai kisaran TKE.
Berdasarkan kisaran nilai TKE yang diperoleh di atas, kemudian dilakukan
pengelompokan tingkat kerusakan akibat serangan PMW ini menjadi 3 kategori, yaitu
(1) aman, (2) relatif aman dan (3) rugi.
Ŷ = a + bX
12
Dampak Ekonomi Serangan Penyakit Layu Nanas
Untuk mlengetahui seberapa besar serangan penyakit layu nanas ini
memberikan pengaruh negatif terhadap keuntungan yang diperoleh petani maka
dilakukan analisis rasio biaya-keuntungan (B/C) baik untuk keseluruhan lahan secara
umum maupun per kategori kerusakan. Dampak ekonomi secara umum ditentukan
dengan menghitung rata-rata dan simpangan baku rasio B/C dari seluruh lahan yang
dianalisis, sedangkan untuk dampak ekonomi per kategori serangan dilakukan
analisis serupa untuk lahan-lahan per kategori kerusakan.
Ambang Tindakan Penyakit Layu Nanas
Tingkat kejadian penyakit yang berada sedikit di bawah tingkat kerusakan
ekonomi atau yang disebut ambang tindakan ditentukan dengan menggunakan rumus
Pedigo :
)5(..........VxbCAT =
dimana C adalah biaya pengendalian (Rp/ha), V adalah harga jual nanas per kilogram
(Rp/kg), dan b merupakan laju kehilangan hasil per tingkat kejadian penyakit yang
diperoleh dari persamaan regresi antara persentase kehilangan hasil dengan tingkat
kejadian penyakit. Karena dalam mengelola pertanaman nanas ini, petani tidak
menggunakan pestisida sama sekali dan hanya memberikan zat pengatur tumbuh
disamping pupuk NPK dan penyiangan gulma untuk meningkatkan produksi
tanamannya, maka biaya pengendalian dalam kasus ini adalah biaya pemupukan
ditambah biaya pemeliharaan. Juga, karena asumsi yang digunakan dalam analisis ini
adalah setiap tanaman yang terserang penyakit layu ini tidak dapat menghasilkan
buah yang layak dikonsumsi, maka persentase kehilangan hasil berbanding lurus
dengan kejadian penyakit. Dengan demikian, koefisisen regresi (b) akan sama dengan
satu. Sebagai akibatnya, rumus ambang pengendalian diatas menjadi :
)6(..........VCAT =
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Usahatani Nanas
Desa Bunihayu, Kecamatan Jalan Cagak merupakan salah satu desa di
Kabupaten Subang yang sangat berpotensi dalam memproduksi nanas berkualitas.
Desa ini berada pada ketinggian 5,50 meter diatas permukaan laut dengan curah
hujan 23.466 mm per tahun dan suhu rata-rata harian 24,27°C yang memungkinkan
tanaman nanas untuk berkembang baik (BPMD 2006). Lebih dari separuh (66%)
rumah tangga dari sebanyak 2.374 rumah tangga yang ada di desa ini memiliki tanah
perkebunan dengan luas umumnya kurang dari 0,5 hektar (ha).
Dari sebanyak 25 petani responden, sebagian besar (44%) petani telah
melaksanakan usahataninya antara 10 sampai 20 tahun, 32% petani melaksanakan
usahataninya paling banyak selama 10 tahun, dan sisanya 24% diatas 20 tahun
(Gambar 6). Secara rata-rata pengalaman berusahatani nanas adalah 14 tahun dengan
simpangan baku 6,1 tahun.
Gambar 6 Persentase pengalaman bertani nanas
Luas lahan nanas yang dimiliki petani berkisar antara 500 m2 sampai 3.000 m2
dengan rata-rata 1.497 m2 dan simpangan baku 1.136 m2. Secara detail, distribusi luas
lahan nanas tersebut adalah : sebanyak 12% petani memiliki luas lahan 300-500 m2,
>5-10 th32%
>10-15 th28%
>20 th24%
>15-20 th16%
2-5 th0%
14
40% petani memiliki luas lahan 500-1.000 m2 dan 1.100-3.000 m2. Sisanya, sebanyak
8% petani memiliki luas lahan 3.100-5.000 m2 (Gambar 7).
Gambar 7 Persentase luas lahan yang dimiliki petani
Rata-rata luas lahan nanas yang digunakan untuk bercocok tanam berkisar antara 0,1
sampai dengan 0,5 ha. Lahan nanas tersebut umumnya merupakan lahan sewaan dari
penduduk setempat atau orang luar desa. Sistem penyewaan lahan menggunakan
satuan yang disebut bata. Ukuran satu bata yaitu 14 m2 yang dihargai sebesar
Rp. 1300,- per bata. Selain penyewa lahan, terdapat juga petani yang memiliki lahan
sendiri dan merupakan lahan warisan leluhurnya.
Sebanyak 56% petani menggunakan pola tanam tumpangsari dalam sistem
budidayanya (Gambar 8).
Gambar 8 Persentase pola tanam
1100-3000 m²40% 500-1000 m²
40%
5100 m- 1 ha0% 300-500 m²
12%
>1 ha0%
3100-5000 m²8%
campuran dgn tnmn
20%
monokultur24%
tumpangsari 56%
15
Tanaman yang dipakai untuk tumpangsari merupakan tanaman dengan hasil panen
berharga jual tinggi seperti tanaman singkong (Engkus & Hendy, komunikasi
pribadi). Sisanya, sebanyak 24% petani menggunakan pola tanam monokultur dan
20% petani menggunakan pola tanam campuran (20%) dengan kunyit dan kencur
(Gambar 8).
Gambar 9 Persentase biaya produksi dalam usahatani nanas
Sebagian besar atau 68% petani mengeluarkan biaya produksi di atas
Rp. 11 juta per hektar. Di urutan kedua atau sebesar 28% petani mengeluarkan biaya
produksi berkisar diatas Rp. 7 juta sampai dengan Rp. 9 juta per hektar (Gambar 9).
Secara rata-rata, biaya produksi nanas per hektar adalah sebesar Rp. 10.618.691
dengan simpangan baku Rp. 1.797.861.
Gambar 10 Persentase pendapatan petani nanas
>11 juta68%
>7-9 juta28%
>9-11 juta4%
>3-5 juta0%
>5-7 juta0%
>5-10 juta24%
>15 juta56% >10-15
juta12%
>2-5 juta8%
>0-2 juta0%
16
Secara rata-rata, pendapatan yang diperoleh petani adalah sebesar
Rp. 12.882.167 dengan simpangan baku Rp. 4.596.734. Rincian hasil panen yang
diperoleh yaitu lebih dari setengahnya (56%) petani berpenghasilan di atas
Rp. 15 juta. Dilanjutkan oleh persentase jumlah petani berpenghasilan di atas Rp. 5
juta sampai Rp. 10 juta rupiah adalah sebesar 24%. Sisanya adalah petani
berpenghasilan di atas Rp. 10 sampai Rp. 15 juta (12%) dan petani berpenghasilan di
atas Rp. 2 juta sampai Rp. 5 juta (8%) (Gambar 10).
Panen buah nanas dilakukan pada 12 sampai 14 bulan setelah tanam karena
bibit umumnya berasal dari tunas anakan. Buah yang dihasilkan mempunyai berat
rata-rata sebesar 1,5 kg dengan harga jual per kilogramnya Rp. 750. Hasil panen
kemudian dijual kepada tengkulak. Pemanenan yang terdiri dari pemetikan buah,
pembungkusan buah ke dalam karung sampai dengan pengangkutan hasil panen ke
tengkulak dilakukan dalam satu paket oleh tenaga kerja dengan upah angkut sebesar
Rp. 50 per kg.
Tingkat Kerusakan Ekonomi
Grafik pencaran titik memperlihatkan bahwa hubungan antara keuntungan
yang diperoleh petani dengan kejadian penyakit PMW adalah linear negatif
(Gambar 11). Ini berarti bahwa keuntungan yang diperoleh petani berbanding terbalik
dengan tingkat kejadian penyakit, yaitu semakin tinggi kejadian penyakit
mengakibatkan keuntungan yang diperoleh petani nanas semakin menurun. Dari
analisis regresi, diperoleh model hubungan antara keuntungan (Y) dan kejadian
penyakit PMW (X) tersebut adalah :
Y = 7.736.571 – 202.339 X
dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 95.2% menunjukan bahwa kelayakan
model di atas untuk menggambarkan hubungan antara keuntungan usahatani nanas
dan kejadian penyakit PMW sangat tinggi.
17
Gambar 11 Pencaran titik antara kejadian penyakit (%) dan keuntungan (Rp)
Dengan kata lain, ini berarti bahwa tingkat serangan PMW mampu menerangkan
95% besarnya keuntungan usahatani nanas sedangkan sisanya (5%) disebabkan oleh
faktor yang tidak diamati dalam penelitian ini dan bersifat acak. Fakta ini diperkuat
dengan hasil analisis ragam untuk menguji kelayakan model dan uji parameter model
yang menghasilkan nilai P = 0,0001 (Tabel 1 dan 2). Ini menunjukkan bahwa model
tersebut sangat nyata dan layak untuk digunakan sebagai penduga besarnya
keuntungan berdasarkan besarnya tingkat serangan PMW.
Tabel 1 Analisis ragam model regresi antara keuntungan dan kejadian penyakit PMW
Sumber DB JK KT F hitung Nilai-p Model 1 1,47 x 1015 1,47 x 1015 866,515 0,0001 Sisaan 44 7,47 x 1013 1.69 x 1012
Total 45 1,55 x 1015
Tabel 2 Pengujian parameter model antara keuntungan (Rp/ha) dan kejadian penyakit PMW (%)
Peubah DB Penduga Parameter Simpangan baku t hitung Nilai-p
INTERCEP 1 7.736.571 295.136,88203 26,214 0,0001
X 1 -202.339 6.873,7279912 -29,437 0,0001
K e jadian pe nyak it (% )
Keu
ntun
gan
(Rp)
100806040200
10000000
5000000
0
-5000000
-10000000
18
Dugaan bagi koefisien kejadian penyakit (X) pada Tabel 2 bernilai negatif, yaitu
-202.339 dan nyata pada taraf 1% (nilai-p = 0,0001). Nilai ini mengindikasikan
bahwa peningkatan kejadian penyakit sebesar 1% akan mengurangi keuntungan
sebesar Rp. 202.339/ha.
Berdasarkan model diatas, tingkat kerusakan ekonomi penyakit layu nanas
ditentukan dengan terlebih dahulu menentukan tingkat kejadian penyakit kritis.
Tingkat kejadian penyakit kritis adalah besarnya kejadian penyakit layu nanas yang
mengakibatkan keuntungan yang diperoleh petani sama dengan nol (Break Even
Point). Tingkat kerusakan ekonomi merupakan tingkat kejadian penyakit yang berada
diatas tingkat kejadian penyakit kritis. Tingkat kejadian penyakit kritis ini dihitung
dengan menentukan nilai X pada saat Y sama dengan nol (keuntungan sama dengan
nol). Pada saat Y sama dengan nol, diperoleh X sama dengan 38,24%, yang berarti
bahwa dengan kejadian penyakit sebesar 38% rata-rata petani tidak mengalami
untung dan rugi (impas).
Tabel 3 memperlihatkan penentuan kisaran nilai-nilai X yang menyebabkan
nilai Y sama dengan nol yang dihitung dengan menggunakan selang kepercayaan
95%. Nilai-nilai X yang menghasilkan selang nilai Y yang mengandung nol adalah
tingkat kejadian penyakit kritis. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai-nilai X yang
menghasilkan selang nilai Y yang mengandung nol adalah 37, 38, 39, dan 40%. Ini
berarti bahwa tingkat kejadian penyakit kritis berada pada kisaran dari 37% sampai
dengan 40%.
Tabel 3 Kisaran tingkat kerusakan ekonomi dari selang kepercayaan 95%
Pengamatan Dugaan Simpangan Selang kepercayaan 95% X (%)
baku untuk median
1 654.692 192.854 (266.020 ; 1.043.364) 35
2 452.353 193.565 (62.247 ; 842.458) 36
3 250.013 194.517 (-142.010 ; 642.037) 37
4 47.674 195.706 (-346.745 ; 442.093) 38
5 -154.666 197.127 (-551.949 ; 242.618) 39
19
6 -357.005 198.776 (-757.612 ; 43.602) 40
7 -559.344 200.647 (-963.722 ; -154.967) 41
Berdasarkan hasil diatas dapat dibuat kategori tingkat kerusakan akibat
PMWaV sebagai berikut :
Tabel 4 Kategori tingkat kerusakan akibat PMW
Kategori Kejadian Penyakit (%)
Aman 0 < KP < 37
Relatif aman 37 ≤ KP ≤ 40
Rugi KP > 40
Dengan demikian, dengan tingkat keyakinan 95% dapat ditentukan besarnya
kejadian penyakit layu yang dapat merugikan petani adalah diatas 40%.
Dampak Ekonomi Penyakit Layu Nanas
Dari perhitungan rasio biaya keuntungan untuk keseluruhan lahan diperoleh
rata-rata nilai rasio 0,078 dengan simpangan baku 0,59. Ini menunjukkan bahwa
dengan rata-rata kejadian penyakit sebesar 31,8%, petani masih mendapatkan
keuntungan dari usahatani nanas sebesar 7,8% selama kurang lebih 1 tahun, yang
berarti kurang dari 1% dalam sebulan. Secara ekonomi, hal ini menunjukkan bahwa
usahatani nanas yang dijalankan oleh petani Desa Bunihayu ini termasuk ke dalam
golongan usaha yang tidak layak. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya
segera untuk menyelamatkan kebangkrutan usahatani nanas ini. Salah satu usaha
terpenting dan mendesak adalah menangani serangan penyakit layu nanas secara
serius karena faktor inilah yang menjadi penyebab utama kegagalan usahatani nanas
tersebut.
Analisis rasio B/C per kategori tingkat kerusakan memperlihatkan bahwa
pada tingkat serangan (kejadian penyakit) dibawah 37%, secara rata-rata petani
20
mendapatkan keuntungan sebesar 61% ± 32% per tahun (Tabel 5). Keuntungan ini
akan semakin turun dengan semakin meningkatnya tingkat serangan PMWaV. Pada
tingkat kerusakan relatif aman yaitu berkisar 37% sampai 40%, keuntungan menurun
menjadi rata-rata 14% ± 22% per tahun. Dan pada tingkat kerusakan diatas 40%,
petani mengalami kerugian sebesar 45% ± 32% per tahun (Tabel 5).
Dengan mengasumsikan potensi produksi nanas per hektar sebesar 23.500 kg,
maka rasio biaya-keuntungan tanpa serangan penyakit layu adalah sebesar 66%, yang
berarti potensi keuntungan yang diperoleh petani nanas jika tidak mendapat serangan
penyakit layu adalah sebesar 66% per tahun atau 5,5% per bulan. Secara ekonomi, ini
termasuk usaha yang cukup layak. Dengan demikian, dari rasio biaya-keuntungan per
kategori kerusakan didapatkan besarnya nilai ekonomi dari serangan penyakit layu
nanas sebagai berikut : pada tingkat serangan kurang dari 37% keuntungan petani
berkurang sebesar 66 – 61 = 5%, tingkat serangan antara 37 sampai 40%
menyebabkan keuntungan berkurang 66 – 14 = 52% dan tingkat serangan diatas 40%
mengakibatkan keuntungan berkurang 66 – (-45) = 111% atau rugi sebesar 45%.
Tabel 5 Rata-rata dan simpangan baku rasio B/C per kategori kerusakan
Kategori Aman Relatif aman Rugi Total
Ratio B/C
Rata-rata 0,605 0,144 -0,447 0,078 Standar deviasi (σ) 0,324 0,224 0,317 0,59
Ambang Tindakan
Dengan menggunakan rumus Pedigo yang dimodifikasi (Persamaan 6),
ambang tindakan (AT) penyakit layu nanas dihitung dan diperoleh nilai sebesar :
Rata-rata biaya pengendalian (C) = Rp. 5.743.452/ha
Rata-rata harga nanas (V) = Rp. 750/kg
maka :
21
AT = Rp. 5.743.452/ha
Rp. 750/kg x 1
= 7.657,936 kg/ha
Nilai ini setara dengan tingkat kejadian penyakit sebesar :
= 7.657,936 kg/ha x 100%
23.501 kg/ha
= 32,59%
Hal ini berarti pada tingkat kejadian penyakit sebesar itu (33%), petani perlu
melakukan tindakan penyelamatan agar tidak mengalami kerugian. Tindakan
penyelamatan tersebut diantaranya adalah pengendalian budidaya, pengendalian fisik
dan mekanik, pengendalian biologi, pengendalian kultur jaringan, dan pengendalian
kimiawi. Pengendalian budidaya adalah melalui penggemburan tanah secara berkala
dengan kedalaman tanah tidak lebih dari 150 cm dan mengatasi vegetasi yang dapat
memberikan sebuah reservoir (saluran air) untuk kutuputih dan semut menyebar
(Rohrbach et al. 2003). Mengurangi kehadiran gulma (sebagai inang dari kutuputih)
secara mekanik juga dapat mengurangi reservoir (Rohrbach et al. 2003).
Pengendalian secara biologi menggunakan predator alami dari kutuputih (Sipes
2000). Nephus bilucernarius Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae) dan Lobodiplosis
pseudococci (Felt.) (Diptera: Cecidomyiidae) adalah predator yang sangat potensial
dalam pengendalian kutuputih (Gonzalez 1995). Selain itu, menurut Illingworth
(1931) pengendalian biologi dengan cara mengendalikan populasi semut akan
mengurangi populasi kutuputih. Tindakan pengendalian yang ketiga ialah
pelaksanaan pengendalian secara kultur dengan pengelolaan terhadap bibit nanas
bebas dari OPT yang sangat penting untuk mencegah terbentuknya serangga dan
pathogen di dalam areal tanaman baru (Rohrbach et al. 2003). Penghilangan virus
dari tanaman nanas dengan perlakuan panas juga telah dicoba (Ullman et al. 1993
dalam Rohrbach et al. 2003).
22
Nilai AT tidak bersifat statis, yaitu dapat berubah dengan berubahnya harga
komoditas dan biaya pengendalian. Simulasi penghitungan AT dibawah ini
menunjukkan pengaruh kenaikan harga nanas sebesar 100% atau Rp. 1.500/kg.
C (Rata-rata dari Biaya Pemeliharaan/ha) = Rp. 5.743.452/ha
V (Rata-rata harga nanas/kg saat naik 100%) = Rp. 1.500/kg
maka :
AT = 3.829 kg/ha
atau setara dengan tingkat kejadian penyakit sebesar 16,29%.
AT = 3.839 x 100%
23.501 kg/ha
= 16,29%
yang berarti terjadi penurunan AT sebesar :
33-16 x 100% = 51,5%
33
Hasil ini mengindikasikan bahwa pada saat harga nanas tinggi, petani berusaha
meningkatkan produksi nanas agar diperoleh keuntungan yang tinggi yaitu dengan
meningkatkan intensitas pengendalian, atau dengan kata lain menentukan ambang
tindakan pengendalian.
Sementara itu, pengaruh kenaikan biaya pengendalian dapat dilihat pada
simulasi berikut ini :
Biaya pengendalian (C) naik sebesar 100% menjadi Rp. 11.486.904/ha dan harga
komoditas tetap, maka :
AT = 11.486.904
750
= 15.316 kg/ha
yang setara dengan tingkat kejadian penyakit sebesar
AT = 15.316 x 100%
23.501
= 65,17%
23
Dengan demikian, terjadi peningkatan nilai AT sebesar
65 – 33 x 100% = 97%
33
Hasil ini memperlihatkan bahwa bila biaya pengendalian naik, petani akan
menurunkan intensitas pengendalian (AT meningkat) untuk mengurangi beban
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mengendalikan serangan penyakit layu
nanas ini.
Hasil ini merupakan kegiatan pendahuluan dari penentuan-penentuan
tingkat kerusakan ekonomi dan ambang tindakan pengendalian di berbagai daerah
produksi nanas lainnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tingkat kerusakan ekonomi (TKE) dari PMW adalah pada saat KP > 40
dengan rataan tingkat kejadian penyakit kritis sebesar 38,24% dan kisarannya 37% -
40%. Kerusakan yang ditimbulkan oleh PMW ini dapat dikelompokkan ke dalam 3
kategori tingkat kerusakan yaitu: (1) aman (0 < KP < 37%), (2) relatif aman (37 ≤ KP
≤ 40%), dan (3) rugi (KP > 40%).
Dampak ekonomi yang dialami petani adalah ketika tingkat serangan kurang
dari 37% keuntungan petani berkurang sebesar 5%, tingkat serangan antara 37 sampai
40% menyebabkan keuntungan berkurang 52% dan tingkat serangan diatas 40%
mengakibatkan kerugian sebesar 45%.
Ambang tindakan (AT) yang disebabkan oleh PMW adalah pada saat KP
sebesar 32,59%.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan analisis ekonomi serangan PMW yang
dilakukan di berbagai lokasi lain khususnya di daerah sentra produksi nanas.
DAFTAR PUSTAKA
Andow DA and K Kiritani. 1983. The Economic injury level and the control threshold. Japan Pesticide ainformation. 43: 3-9.
Aunudin. 1988. Rancangan dan Ananlisis Data. Jurusan Statistika IPB. Bogor.
Anonim. 2006. Pineapple. http://en.wikipedia.org/wiki/Pineapple. [03 Juni 2007].
Anonim. 2007. Keragaan Ekonomi dan Teknis Unit Penangkapan http://www.damandiri.or.id/file/julianiipbbab2.pdf. [16 Februari 2008].
Beardsley JW. 1993. The pineapple mealybug complex, taxonomi, distribution, and host relationships. In: First International Pineapple Symposium. International Society for Horticultural Science, Honolulu, Hawaii, pp.383-386.
Beardsley JW, Jahn GC, Hernandez HG. 2003. A review of the association of ants with mealybug wilt disease of pineapple. Proc. Hawaiian Entomol. Soc. 36:9-28.
Beardsley JW, Su TH, McEwen FL, and Gerling D. 1982. Field interrelationship of the big-headed ant, the gray pineapple mealybug, and pineapple mealybug wilt disease in Hawaii. Proceedings of the Hawaiian Entomological Society. 24:51-67.
Borroto E G, Cintra M, Gonzalez J, Borroto C, Oramas P. 1998. First report of a closterovirus-like particle associated with pineapple plants (Ananas comosus cv. Smooth Cayenne) affected with pineapple mealybug wilt in Cuba. Plant Disease. 82 (2): 263. Vol: 415.
BPPT. 2003. Nanas Subang. http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_
pangan/index.php?mnu=2&i119. [05 Juni 2007].
CABI [Central for Agricultural and Biosciences Internacional]. 2002. Crop protection compendium. Wallingford: CAB Internacional.
Cook RD and S. Weisberg. 1982. Residual and influence in Regression. Chapman & Hall. London.
Cochran WG. 1991. Teknik penarikan sampel. Ed ke-3. Rudiansyah, penerjemah. Jakarta: UI Press.
Departemen Pertanian. 2004. Pengendalian hama terpadu (PHT). http://[email protected]. [29 Mei 2007].
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2003. Buku tahunan hortikultura tahun 2003 (Horticulture Year Book) seri tanaman buah. Jakarta: Departemen Pertanian.
Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2000. Metode pengamatan OPT tanaman buah. [email protected]. [29 Mei 2007].
26
Draper NR and H Smith. 1966.Applied regression analysis. New York: John Willey & Sons, Inc.
Gunasinghe UB, German TL. 1989. Purification and partial characterization of a virus from pineapple. Phytopathology. 79(12):1337-1341.
Gomez, KA and AA Gomez. 1984. Statistical Procedures for Agriculture Research. 2nd ed. John Wilwy & Sons. New York.
Gonzalez Hernandez, H. 1995. In: The Status of the Biological Control of Pineapple Mealybugs in Hawaii [128 pp.]. Hawaii: University of Hawaii.
Headley JC. 1975. The economics of pest management decisions by individual growers. Iowa States J. Res. 49: 623-8.
Headley JC. 1972. Defining The Economic Threshold. The Pest Control Stategies for the Fulture. National Academy of Science. Washington DC.
Hendartomo Tomi. 2003. Analisis Efisiensi dan Benedit Cost Ratio Pengoperasian Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Industri Penyamakan Kulit (Studi Kasus PT. Budi Makmur Jayamurni Yogyakarta Tahun 2002). [tesis]. Yogyakarta. Jurusan Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Gajah Mada.
Hidayat Deni. 2006. Respon lima varietas nanas terhadap infeksi Pineapple mealybug wilt-associated virus melalui vektor Dysmicoccus brevipes (Cockerell) (Hemiptera: Pseudococcidae). [skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Hutahayan Arta J. 2006. Peranan Pineapple mealybug wilt-association virus (PMWaV) dan kutu putih dalam menginduksi gejala layu pada tanaman nanas. [skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Facultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Illingworth, J.F. 1931. Preliminary report on evidence that mealy bugs are an important factor in pineapple wilt. J. Econ. Entomol. 24: 877–889.
IPM World Textbook. 1996. Economic threshold and economic injury levels. http://ipmworld.umn.edu/chapters/pedigo.htm. [03 Juni 2007].
Juarsa AK. 2005. Pola penyebaran penyakit layu dan kutu putih pada perkebunan nanas (Ananas comosus) (Linn.) Merr.) PT. Great Giant Pineapple Coy Lampung [skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kleinbaum DG and LL Kupper. 1978. Applied regression analysis and other multivariable methods. Duxbury Press. Massachusetts.
Lee WF, Michael DB, Aaron GN, and William GM. 1988. Agricultural Finance eight edition. Iowa : Iowa States University Press.
McCullagh and Nelder. 1990. Generalized linier model. John Wiley & Sons. New York.
27
Melzer MJ, Karasev AV, Sether DM and Hu JS. 2001. Nucleotide sequence, Genom organization, and phylogenetic of Pineapple mealybug wilt-associated virus-2. General Virology. 82:1-7.
Muljohardjo Muchji. 1984. Nanas dan teknologi pengolahannya. Yogyakarta: Lyberty Yogyakarta.
Morton, J. 1987. Pineapple. p. 18–28. In: Fruits of warm climates. Miami : Julia F. Morton.
Mumford JD and GA Norton. 1984. Economics of Decision making in Pest Management. Ann. Rev. Entomol. 29:157-74.
Pedigo Larry P and Marlin E Rice. 2006. Entomology and pest management. Ohio: Pearson Education.
PKBT [Pusat Kajian Buah-buahan Tropika]. 2005. Deskripsi Plasma Nutfah; Koleksi Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (Hasil Kegiatan RUSNAS Buah). Bogor: LPPM IPB.
Prihatman Kemal. 2000. Ananas comosus. Sistim informasi manajemen pembangunan di pedesaan. Jakarta: BAPPENAS.
Pramono Eko Joko. 2004. Analisis break even point untuk memaksimalkan
keuntungan pada bengkel Las Bang Ali Kata Kunci : Memaksimalkan keuntungan. Ix: 29 + Lampiran.
Purnamawati H dan Purwono. 2007. Budidaya delapan jenis tanaman pangan unggul. Depok: Penebar Swadaya.
Puslata [Pusat Layanan Pustaka]. 2007. Studi kelayakan agribisnis.
http//:pustaka.ut.ac.id. Tangerang: Puslata Universitas Terbuka Indonesia Press.
Rans. 2005. Analisis ekonomi budidaya tanaman. http://warintek.progressio.or.id/. [29 Mei 2007].
Rohrbach KG, Beardsley JW, German TL, Reimer NJ, and Sanford WG. 1988. Mealybug wilt, mealybugs, and ants of pineapple. Plant Disease. 72:558-565.
Rohrbach KG, Schmitt D. 2003. Diseases of pineapple. Di dalam: Ploetz RC, CAB International. Diseases of Tropical Fruit Crop. USA: Tropical Research and Education Center Homestead.
Ruesink W. 1975. Analysis and modeling in pest management. Introduction to pest management. RL Metcalf and WH Luckman (eds). John Wiley & Sons. New York.
Samson JA. 1980. Tropical Fruits. London, UK: Longman Press.
Sembiring, R.K. 1995. Analisis regresi. Bandung: ITB Press.
28
Sether, D.M. and J.S. Hu. 2002a. Closterovirus infection and mealybug exposure are both necessary factors for the development of mealybug wilt disease. Phytopathology 92: 928–935.
Sether DM, Hu JS. 2002b. Yield impact and spread of Pineapple mealybug wilt associated virus-2 and mealybug of pineapple in Hawaii. Plant Disease. 86:867-874.
Sether, D.M., Melzer, M.J., Busto, J., Zee, F. & Hu, J.S. 2005. Diversity and mealybug transmissibility of ampeloviruses in Pineapple. Plant Disease 89(5): 450-456. [SetherMeBu2005].
Sipes, Brent S. 2000. Crop profile for pineapples in Hawaii. http://www.ipmcenters.org/cropprofiles/docs/hipineapples.html. [03 Juni 2007].
Stern VM, RF Smith, R van den Bosch, and KS Hagen. 1959. The Integrated Control Concept. Hilgardia. 29: 81-101.
Supranto J. 2001. Statistik teori dan aplikasinya. Jakarta: Erlangga.
Suwardiwijaya Edi. 2004. Pedoman pengamatan dan pelaporan perlindungan tanaman pangan. http://[email protected]. [29 Mei 2007].
Untung K. 1992. Dasar-dasar pengelolaan hama terpadu. Simposium Penerapan PHT. PEI Cabang Bandung. Sukamandi, 3-4 September 1992.
Untung K. Teori ambang ekonomi hama dan penerapannya. Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Usman H, Akbar RPS. 2003. Pengantar statistika. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Walpole, R.E. 1982. Pengantar statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Yogi MS. 2006. Ekonomi manajerial. Pendekatan analisis praktis. Jakarta: Prenada Media Group.
LAMPIRAN
30
Lampiran 1 Daftar kuisioner tentang usahatani nanas dan serangan penyakit layu
SURVEI PETANI TANAMAN NANAS DI DESA BUNIHAYU, KECAMATAN JALAN
CAGAK, KABUPATEN SUBANG Kabupaten : ………………………… Pewawancara : …………………..
Kecamatan : ………………………… Tanggal wawancara : …………….
Desa : ………………………… Tempat wawancara : Kebun/Rumah
Kampung: …………………………. Waktu wawancara : pk. …. s/d ……
Karakteristik Petani
1. Nama : ………………………………….
2. Umur : …………………………………. tahun
3. Pekerjaan utama :
[ ] petani
[ ] petani penggarap
[ ] buruh tani
[ ] pedagang
[ ] karyawan
4. Pekerjaan sampingan :
[ ] petani
[ ] buruh
[ ] pedagang
[ ] lainnya.......
4. Pendidikan terakhir :
[ ] tak tamat SD
[ ] SD
[ ] SMP
[ ] SMU
[ ] PT
5. Pengalaman berusahatani nanas:
[ ] < 2 tahun
[ ] 2-5 tahun
[ ] > 5-10 tahun
[ ] >10-15 tahun
[ ] >15- 20 tahun
31
[ ] > 20 tahun
Lahan
5. Luas kebun nanas yang diusahakan: ............... ha
Ket: ..........................................................
6. Status kepemilikan lahan:
[ ] pemilik dan penggarap
[ ] penyewa
[ ] penggarap
[ ] lainnya ……………….
Jika menyewa, berapa biaya yang dikeluarkan: Rp. ...........
Ket: ......................
Budidaya Nanas
7. Klon/varietas nanas yang ditanam: ……………………………….
8. Asal bibit:
[ ] membeli dari perusahaan pembibitan
[ ] diberikan oleh dinas atau instansi pemerintah
[ ] membeli dari petani lain
[ ] lainnya ……………………………
Jika membeli,berapa biaya yang dikeluarkan:
Σ bibit = .............
Harga/bibit = Rp. ......................
Total Biaya = Rp. …………….
9. Umur tanaman saat ini:
[ ] 0-11 bulan
[ ] <2 tahun
[ ] 2-5 tahun
[ ] >5-15 tahun
[ ] >15 tahun
10. Σ tanaman : ...................pohon, jarak tanam …. m x …..m
11. Pola tanam:
[ ] monokultur dengan penaung tanaman …………..
[ ] campuran dengan tanaman ……………
[ ] tumpangsari dengan tanaman.........................
[ ] lainnya ………………
12. Persiapan lahan:
32
Kegiatan ..........................
Σ HOK = ........................
Upah/HOK =Rp. ............
13. Penanaman nanas:
Σ HOK = ........................
Upah/HOK =Rp. ............
14. Pemupukan:
Jenis pupuk Intensitas/tahun Waktu pemupukan Dosis(kg) Harga/Kg
Kandang
Urea
TSP
KCL
NPK
…………..
Σ HOK = ........................
Upah/HOK =Rp. ............
Ket: .............................................
15. Pestisida:
Jenis pestisida Frekuensi per tahun Waktu (bulan) Dosis (botol) Harga/botol
………..
………..
Σ HOK = ........................
Upah/HOK =Rp. ............
Ket: .............................................
16. Pengendalian gulma/penyiangan:
Cara pengendalian Frekuensi/tahun Waktu (bulan) Jenis alat/herbisida
Mekanik
Kimiawi/Herbisida
Σ HOK = ........................
33
Upah/HOK =Rp. ............
Ket: .............................................
17. Waktu dan frekuensi panen:
Upah/angkut =Rp. ............
Ket: .............................................
18. Perlakuan Pascapanen buah hasil panen:
[ ] buah dijual sendiri ke pasar
[ ] buah dijual ke tengkulak
[ ] keduanya
Harga buah = Rp. ………….
Ket: …………..........................................
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
19. OPT yang paling merugikan menurut Bapak?
…………………….
20. Bagaimana Bapak mengendalikan OPT tersebut?
..................................
21. Menurut pengalaman Bapak berapa persen kehilangan produksi buah nanas akibat serangan OPT
tersebut?
[ ] < 20%
[ ] 20-40%
[ ] 40-60%
[ ] 60-80%
[ ] > 80%
Ket: ..................
22. Dari luas lahan di atas berapa kg produksi buah nanas yang Bapak dapatkan selama 1 (satu) kali
panen biasanya? …………….. kg, dan berapa rata-rata berat 1 buah ? ………..kg dan berapa
rata-rata harga jualnya per kg?
Rp ………………