pimnas 07 naskah ugm hari efektivitas ekstrak bunga karang

28
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah laut meliputi dua pertiga bagian luas permukaan bumi. Luas laut di Asia Tenggara sebesar 2,5% luas seluruhnya tetapi terumbu karang dunia sebesar 25-30% terdapat di wilayah ini sehingga daerah ini merupakan salah satu pusat terumbu karang dunia. Sebagian terumbu karang terdapat di wilayah Indonesia dan Filipina. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya perairan sehingga menyimpan potensi sumberdaya hayati laut yang sangat besar baik dalam jumlah maupun jenisnya (biodivesity) tetapi kondisi terumbu karang di Indonesia sangat memprihatinkan yaitu sekitar 31,7% mengalami kerusakan parah dan hanya sekitar 6,1% dalam keadaaan sangat bagus (Supriyono, 2000). Bunga karang merupakan salah penyusun terumbu karang. Bunga karang merupakan bentuk primitif hewan karang yang sangat sederhana dengan hidup melekat secara permanen pada suatu lokasi di laut (sessile) dan salah satu komponen biota penyusun terumbu karang yang mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan. Terdapat sebanyak 5.000 - 10.000 spesies bunga karang yang menghuni dari lautan dalam hingga tepi laut (Anonim, 2006a). Bunga karang tidak mempunyai alat untuk bergerak atau berpindah tempat untuk menghindari predator. Umumnya bunga karang mempertahankan diri dengan menggunakan zat kimia yang dihasilkan dari tubuhnya. Zat kimia ini diduga sebagai bahan penolak terhadap serangan mikrobia atau parasit yang mengelilingi tubuhnya (Hooper, 2000). Bunga karang mengandung senyawa aktif yang aktivitasnya lebih besar dibandingkan senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan darat (Munarsih dan Rachmaniar, 1999). Bunga karang laut menghasilkan ekstrak kasar dan fraksi yang bersifat antibakteri, anti jamur, antibiofouling, menghambat aktivitas enzim dan ichtyotoksik (Suparno, 2006). Bioaktivitas antibakteri ekstrak kasar bunga karang laut terdapat pada beberapa jenis seperti: Halichondria sp, Callyspongia pseudoreticulata, Callyspongia sp. dan Auletta sp. (Parenrengi et al., 1999). Bunga karang Parahigginsia sp. mampu menghambat pertumbuhan sel kanker (P-388), sel penyebab kanker mulut (KB16), sel penyebab kanker paru-paru (A549) dan sel penyebab kanker usus besar (HT-29) (Chen, 2000).

Upload: setiawanhn

Post on 09-Jun-2015

2.543 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah laut meliputi dua pertiga bagian luas permukaan bumi. Luas laut di Asia

Tenggara sebesar 2,5% luas seluruhnya tetapi terumbu karang dunia sebesar 25-30%

terdapat di wilayah ini sehingga daerah ini merupakan salah satu pusat terumbu karang

dunia. Sebagian terumbu karang terdapat di wilayah Indonesia dan Filipina. Indonesia

merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya perairan sehingga

menyimpan potensi sumberdaya hayati laut yang sangat besar baik dalam jumlah maupun

jenisnya (biodivesity) tetapi kondisi terumbu karang di Indonesia sangat memprihatinkan

yaitu sekitar 31,7% mengalami kerusakan parah dan hanya sekitar 6,1% dalam keadaaan

sangat bagus (Supriyono, 2000).

Bunga karang merupakan salah penyusun terumbu karang. Bunga karang merupakan

bentuk primitif hewan karang yang sangat sederhana dengan hidup melekat secara

permanen pada suatu lokasi di laut (sessile) dan salah satu komponen biota penyusun

terumbu karang yang mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan.

Terdapat sebanyak 5.000 - 10.000 spesies bunga karang yang menghuni dari lautan dalam

hingga tepi laut (Anonim, 2006a). Bunga karang tidak mempunyai alat untuk bergerak atau

berpindah tempat untuk menghindari predator. Umumnya bunga karang mempertahankan

diri dengan menggunakan zat kimia yang dihasilkan dari tubuhnya. Zat kimia ini diduga

sebagai bahan penolak terhadap serangan mikrobia atau parasit yang mengelilingi tubuhnya

(Hooper, 2000).

Bunga karang mengandung senyawa aktif yang aktivitasnya lebih besar dibandingkan

senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan darat (Munarsih dan Rachmaniar, 1999).

Bunga karang laut menghasilkan ekstrak kasar dan fraksi yang bersifat antibakteri, anti

jamur, antibiofouling, menghambat aktivitas enzim dan ichtyotoksik (Suparno, 2006).

Bioaktivitas antibakteri ekstrak kasar bunga karang laut terdapat pada beberapa jenis

seperti: Halichondria sp, Callyspongia pseudoreticulata, Callyspongia sp. dan Auletta sp.

(Parenrengi et al., 1999). Bunga karang Parahigginsia sp. mampu menghambat

pertumbuhan sel kanker (P-388), sel penyebab kanker mulut (KB16), sel penyebab kanker

paru-paru (A549) dan sel penyebab kanker usus besar (HT-29) (Chen, 2000).

Page 2: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

2

Parahigginsia sp. juga memiliki aktivitas antibakteri dan antijamur yang sangat potensial

untuk dikembangkan sebagai sumber antibiotik (Isnansetyo et al., 2005).

Streptococcicosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus sp. yang banyak

menyerang ikan air tawar terutama ikan nila (Oreochromis sp.), katak (Rana sp.) dan ikan-

ikan air laut seperti ikan kerapu macan, kerapu tikus, ikan sidat (Anquilla sp.) (Anonim,

2006d), ikan kakap merah, beronang (Anonim, 2006b). Penyakit ini mengakibatkan

meningoencephalitic otak, di bagian luar terdapat luka seperti hemorrhagic dan luka

congestive, petechia di bagian dalam operkulum, congestion di bagian pektoral dan sirip

ekor serta mulut, eksoptalmia, distensi bagian perut, nanah tumbuh disekitar orbit dan

operkulum. Pada bagian dalam Streptococcus menimbulkan luka antara lain ascites atau

peritonitis, seringkali menimbulkan warna merah atau fibrinous, jika berasosiasi dengan

peritonitis, hemorrhage sering terdapat di dalam usus, focal necrosis di lemak atau hati

berwarna pucat, congestion dan hemorrhage pada hati, spleen, ginjal, otak dan usus dengan

karakteristik hemorrhagic enteritis di dalam enterococcosis (Anonim, 2006e).

Di Indonesia, streptococcicosis banyak menyerang ikan-ikan yang dibudidayakan

(Widiyati et al., 2004). Daerah persebaran Streptococcicosis ialah pulau Jawa, Sumatera

dan Sulawesi (Anonim, 2006d). Streptococcus iniae adalah contoh spesies patogen dari

genus Streptococcus dengan dosis 1011 cfu/ikan dapat mematikan ikan nila budidaya dalam

waktu singkat (Widiyati et al., 2004). S. iniae mulai menyerang ikan yang beratnya mulai

dari 10-3000 gram dan menimbulkan kematian hingga 70% dalam beberapa hari. Gejala

penyakit ini ditandai dengan cara berenang ikan yang tidak normal (sekarat), mata

berselaput, luka berwarna merah dikulit dan internal septicemia (Komar et al., 2006).

Streptococcicosis tergolong ke dalam golongan II yang artinya penyakit yang dapat

disembuhkan sehingga perlu dicari antibiotik untuk dapat menanggulanginya (Anonim,

2006d). Biasanya penyakit ini diamati melalui pemeriksaan laboratorium. Pencegahan dan

pengobatan yang telah dilakukan yaitu dengan tes sensitivitas antibiotik dengan

penambahan Amphicilin 0,5 gram per kg makanan ikan untuk 2 hari, Oxytetracycline 0,5

gram per kg makanan ikan untuk 7 hari, Erythromycin estolate 1,0 gram per kg makanan

untuk 5 hari atau dengan menggunakan penicilin 3.000 unit per kg berat ikan yang disuntik

secara intramascullar (Anonim, 2006b).

Ikan nila (Oreochromis sp.) dipilih sebagai ikan uji karena banyak terserang

streptococcicosis. Penggunaan antibiotik sering digunakan tetapi menimbulkan dampak

negatif terhadap lingkungan budidaya maupun terhadap ikan yaitu menyebabkan akumulasi

Page 3: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

3

residu dalam daging, resistensi pada mikroba patogen serta menghambat perkembangan

organisme non target seperti plankton dan bakteri pengurai sehingga mengganggu

keseimbangan ekosistem dalam lingkungan budidaya.

Berdasarkan penapisan dan uji pendahuluan, diketahui bahwa ekstrak metanol (MeOH)

beberapa bunga karang yang dikoleksi dari pantai Wediombo, Yogyakarta memiliki daya

hambat yang besar terhadap bakteri Streptococcus sp.. Salah satunya yaitu bunga karang

yang diindentifikasi sebagai Parahigginsia sp. (Isnansetyo et al., 2005).

B. Perumusan Masalah

Salah satu kendala dalam kegiatan budidaya perikanan adalah timbulnya serangan

penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri Streptococcus sp. banyak menyerang ikan

nila atau keluarga ikan tilapia sehingga merugikan pebudidaya ikan air tawar khususnya.

Selain itu, Streptococcicosis juga menyerang ikan air laut seperti pada ikan kakap merah

dan baronang (Anonim, 2006b). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengobati

timbulnya Streptococcicosis yang ditimbulkan tetapi hasilnya belum memuaskan.

Penggunaan antibiotik sering digunakan tetapi menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan budidaya maupun terhadap ikan yaitu menyebabkan akumulasi residu dalam

daging, resistensi pada mikroba patogen serta menghambat perkembangan organisme non

target seperti plankton dan bakteri pengurai sehingga mengganggu keseimbangan

ekosistem dalam lingkungan budidaya. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif lain untuk

mengganti antibiotik dengan bahan alami yang ramah lingkungan dan mudah terurai.

Bunga karang merupakan komunitas terumbu karang yang mengandung bahan aktif

yang banyak digunakan dalam industri farmasi obat-obatan untuk hewan dan manusia.

Belum banyaknya penelitian tentang pemanfaatan bunga karang sebagai sumber senyawa

antibakteri khususnya dalam bidang perikanan, maka perlu dilakukan penelitian tentang

penggunaan senyawa bioaktif yang terkandung dalam bunga karang untuk menggali potensi

bahan alami yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti obat-obatan yang beredar

saat ini.

C. Tujuan Program

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anti-Streptococcus sp. ekstrak

MeOH bunga karang Parahigginsia sp. secara in vitro dan pengaruhnya terhadap

Page 4: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

4

kelulushidupan (survival rate) ikan nila (Oreochromis sp.) yang terserang

Streptococcicocis.

D. Luaran Yang Diharapkan

Penelitian ini diharapkan menemukan alternatif cara penanggulangan Streptococcicosis

pada ikan nila dengan pemanfaatan bahan aktif dari bunga karang yang dapat diterapkan

di masyarakat. Selain itu, penelitian ini juga dapat menyumbangkan ilmu pengetahuan

terutama dalam pemanfaatan bioaktif dari bunga karang yang dapat dikembangkan sebagai

produk farmasi.

E. Kegunaan Program

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat diterapkan sebagai teknologi tepat guna

untuk mengobati Streptococcicosis terutama pada ikan nila.

Page 5: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

5

II. TINJUAN PUSTAKA

A. Bunga Karang (Parahigginsia sp.)

A.1 Sifat dan Morfologi

Gambar 1. Parahigginsia sp.

Bunga karang Parahigginsia sp. memiliki bentuk tubuh yang terdiri dari lembaran

(lamella) yang tidak beraturan (Hooper, 2000) dan mempunyai bentuk tubuh yang tetap

(Wallace and Taylor, 1997). Penyusun tubuhnya tidak memiliki perbedaan yang jelas yaitu

fiber atau spongin kolagen (Hooper, 2000). Bunga karang ini memiliki rangka luar yang

berfungsi sebagai kerangka penyokong (Wallace and Taylor, 1997). Spesies ini memiliki

bentuk permukaan yang disebut honeycombed polygonal surface (seperti sarang lebah) dan

rangka axial bagian luar tidak sejelas rangka axis. Spesies ini terdiri atas cabang primer dan

choanosoma sekunder yang tidak beraturan (Hooper, 2000). Lapisan sel terluar

(pinacoderm) tersusun atas sel-sel pipih yang disebut pinacocyte sedangkan lapisan dalam

terdiri atas sel-sel leher yang mempunyai flagel yang disebut choanocyte atau collar cell

(Wallace and Taylor, 1997). Jenis-jenis spikula yang ditemukan yaitu oxeas (diactinal

megasclere), subtylostyle dan tylostyle (monactinal megasclere) sedangkan

microscleresnya berupa acanthose (Hooper, 2000).

Parahigginsia sp. termasuk ke dalam kelas Demospongia dan familia Desmoxyidae.

Bunga karang ini tumbuh dengan cara menempel serta membuat kerak pada batu,

cangkang, tonggak atau tumbuh-tumbuhan. Kebanyakan Parahigginsia sp. hidup

di perairan dangkal (intertidal) dan tidak muncul ke permukaan (Hooper, 2000).

Page 6: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

6

Klasifikasi bunga karang Parahigginsia sp., yaitu:

Kingdom : Invertabrata

Phylum : Porifera

Class : Demospongia

Subclass : Cecactinomorpha

Ordo : Halichondrida

Famili : Desmoxyidae

Genus : Parahigginsia

Spesies : Parahigginsia sp. (Hooper, 2000)

A.2 Sistem Metabolisme

Fungsi tubuh pada bunga karang Parahigginsia sp. dilakukan oleh jaringan atau organ

sedangkan semua aktivitas dalam tubuh bunga karang dilakukan oleh sel-sel secara

individual. Bunga karang jenis ini termasuk hewan non-selective particle feeders karena

mampu hidup dengan memanfaatkan makanan yang berada disekelilingnya dengan cara

menyaring partikel dari aliran air. Sistem saluran (canal system) berfungsi untuk

pemasukan makanan ke dalam tubuh dan untuk pengangkutan zat buangan ke luar dari

tubuh. Bunga karang Parahigginsia sp. memiliki sistem leuconoid yaitu tipe sistem saluran

yang paling kompleks dengan pemisahan choanoderm dan mesophyl secara luas

(Anderson, 1998).

A.3 Sistem Reproduksi

Bunga karang Parahigginsia sp. mampu bereproduksi secara aseksual dengan

fragmentasi atau pembentukan tunas yang dapat terlepas dan membentuk koloni tersendiri.

Bunga karang ini juga dapat bereproduksi secara seksual. Gamet bunga karang ini, tidak

dihasilkan oleh gonad melainkan oleh sel khusus yaitu collar cell atau choanocyte pada

lapisan gelatin. Gamet bunga karang ini terdiri atas telur yang kaya akan nutrisi dan sel

sperma berflagella. Kebanyakan bunga karang bersifat monoecious (mempunyai sel

kelamin jantan dan betina dalam satu individu). Bunga karang ini, biasanya mengeluarkan

gamet ke dalam air disebut spawning, sedangkan telurnya disimpan dalam tubuh.

Pembuahan terjadi secara internal setelah sperma masuk dalam tubuh bunga karang. Tahap

berikutnya perkembangan zigot terjadi dalam tubuh bunga karang. Kemudian zigot tersebut

akan menjadi larva berflagella yang akan dikeluarkan ke dalam air. Larva planktonik

Page 7: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

7

(parenchymula larva) akan terbawa arus air hingga menetap di dasar dan berkembang

menjadi dewasa (Castro and Huber, 2003).

B. Senyawa Bioaktif dari Bunga Karang

Senyawa bioaktif merupakan hasil metabolit sekunder dari organisme hidup yang

memiliki struktur kimia khas. Senyawa hasil metabolit sekunder merupakan unsur yang

dipakai oleh organisme tersebut sebagai penangkal serangan penyakit sekaligus sebagai

sarana untuk mempertahankan hidup dari serangan organisme lain atau lingkungan

(Anonim, 2006a). Perbedaan kondisi lingkungan seperti tingginya kekuatan ionik pada air

laut, intensitas cahaya yang kecil, rendahnya temperatur, tekanan dan struktur tubuh yang

berbeda dengan organisme darat memungkinkan bunga karang menghasilkan metabolit

yang mempunyai struktur kimia yang spesifik dan bervariasi. Hal ini sangat berpengaruh

terhadap bioaktivitasnya. Berbagai macam senyawa telah berhasil diisolasi dari bunga

karang diantaranya adalah alkaloid, terpenoid, acetogenin, senyawa nitrogen, halida siklik,

peptida siklik dan lain-lain (Murniasih, 2003).

C. Ikan nila (Oreochromis sp.)

Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang

dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan

danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua

yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila

tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan

tebal seperti daging ikan kakap merah (Anonim, 2006c).

Secara umum, ciri-ciri ikan nila adalah badannya pipih, berbentuk lonjong, pada badan

terdapat sirip ekor (pinna caudalis), sirip punggung (pinna dorsalis) dan sirip perut (pinnae

ventrales), organon visus menonjol dan bagian tepinya berwarna putih, daging cukup tebal

dan tidak terdapat duri-duri halus di dalamnya, kepala (caput) besar, mulut (rima oris)

lebar, bibir tebal, sisik (squama) besar-besar dan kasar, sirip punggung dan sirip anus

(pinna analis) memiliki beberapa jari-jari yang tajam seperti duri. Ikan nila terkenal sebagai

ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan hidup. Ikan nila dapat hidup pada pH

berkisar antara 6-8,5 ppm dengan suhu optimal 25o-30oC. Habitat ikan nila adalah

Page 8: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

8

lingkungan tertentu yang cocok dan bisa beradaptasi serta dapat dijadikan tempat untuk

hidup dan berkembangbiak (Cahyono, 2000).

Klasifikasi ikan nila (Oreochromis sp.), yaitu:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Osteichytes

Classis : Pisces

Sub Classis : Acanthopthorigrii

Ordo : Pericomorphi

Sub ordo : Pericoidea

Familia : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Species : Oreochromis sp. (Saanin, 1968)

D. Streptococcus sp.

Streptococcus sp. merupakan bakteri Gram-positif yang berbentuk bulat dengan

karakteristik membentuk pasangan atau rantai selama pertumbuhannya. Beberapa

Streptococcus memiliki kapsul polisakarida (Brooks et al., 2001). Bakteri ini tidak bersifat

hemolitik serta termasuk serologi ke dalam kelompok B (Scharperclaus, 1992).

Kebanyakan Streptococcus dapat tumbuh pada media yang padat dan tampak sebagai

koloni discoid, biasanya berdiameter 1-2 mm. Pertumbuhan Streptococcus cenderung

lambat pada media padat atau pada media cair kecuali jika diperkaya dengan cairan darah

atau cairan jaringan (Brooks et al., 2001).

Bakteri dari genus Streptococcus ini menyebabkan Streptococcicosis pada ikan air

tawar dan laut yang dibudidayakan, seperti ikan nila, kakap merah dan ikan beronang.

Tanda-tanda dari infeksi penyakit ini biasanya tidak jelas, namun ikan terkadang terlihat

lesu, tidak sehat, berenang tidak teratur dan pendarahan pada kornea. Biasanya penyakit ini

diamati lewat pemeriksaan laboratoris. Streptococcus sp. termasuk salah satu bakteri yang

resisten terhadap berbagai antibiotik yang secara terus menerus dipergunakan untuk

mengobati infeksi bakteri yang lain (Anonim, 2006b). Streptococcus iniae adalah contoh

spesies patogen dari genus Streptococcus dengan dosis 1011 cfu/ikan dapat mematikan ikan

nila budidaya dalam waktu singkat (Widiyati et al., 2004). S. iniae mulai menyerang ikan

Page 9: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

9

yang beratnya mulai dari 10-3000 gram dan menimbulkan kematian hingga 70% dalam

beberapa hari. Gejala penyakit ini ditandai dengan cara berenang ikan yang tidak normal

(sekarat), mata berselaput, luka berwarna merah dikulit dan internal septicemia

(Komar et al., 2006).

Page 10: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

10

III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental untuk menentukan

aktivitas anti-Streptococcus sp. dan Minimum Inhibitor Concentration (MIC)

anti-Streptococcus sp. dari ekstrak MeOH bunga karang Parahigginsia sp. dan Brine

Shrimp Lethality Test (BST) dari ekstrak MeOH bunga karang Parahigginsia sp. yang telah

dilarutkan dalam EtOH dan Lethal Dose 50 (LD50). Uji tantang untuk mengetahui

efektivitas ekstrak MeOH bunga karang Parahigginsia sp. yang telah dilarutkan dengan

EtOH terhadap ikan nila yang terserang Streptococcicosis menggunakan rancangan

percobaan acak lengkap dengan 5 perlakuan dengan 3 ulangan. Hasil uji tantang diamati

dari nilai survival rate (SR) ikan nila yang telah disuntik dengan ekstrak MeOH bunga

karang Parahigginsia sp. yang telah dilarutkan dengan EtOH. Nilai SR dianalisis dengan

uji sidik ragam dilanjutkan dengan uji Jarak Ganda Duncan pada tingkat kepercayaan 95%

untuk mengetahui dosis ekstrak MeOH bunga karang Parahigginsia sp. yang telah

dilarutkan dengan EtOH yang optimal untuk mengobati Streptococcicosis.

Page 11: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

11

IV. PELAKSANAAN PROGRAM

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Tanggal Kegiatan Tempat

5 Maret 200719 Maret 2007

20 Maret 2007

20-23 Maret200721 Maret 200723 Maret 2007

24 Maret 200725 Maret 200727 Maret 2007

5 April 2007

7 April 20078 April 200722 April 200723 April 200724 April 200725 April 200726 April 200729 April 200730 April 20071-4 Mei 20075 Mei 2007

6-13 Mei 200713 Mei 200714 Mei 200718 Mei 2007

19 Mei 2007

20 Mei –3 Juni 200730 Mei 20073-4 Juni 20075 Juni 2007

Pengumuman didanainya PKMPPengambilan bunga karang Parahigginsiasp. ke pantai Wediombo, Gunungkidul,Yogyakarta.

- Pembelian ikan nila (150 ekor)- Membersihkan bunga karangAklimatisasi ikan nila

- Mengekstrak bunga karangReinfeksi bakteri Streptococcus sp. keikan nila (pengganasan bakteri)Kontrol reinfeksi ikanUji aktivitas Anti-Streptococcus sp- Menghitung zona hambat uji aktivitas- Menentukan berat kering ekstrak MeOHUji MIC Ekstrak Me-OH terhadapStreptococcus sp.Menetaskan Atemia salinaUji Brine Shrimp Letality Test (BST)Pengamatan hasil BSTMenetaskan ArtemiaMonitoring IUji Brine Shrimp Letality Test (BST)Pengamatan hasil BSTPenentuan Lethal Dose 50Pembelian ikanAklimatisasi ikanReinfeksi ikan dengan bakteri Streptococcussp. (penentuan Lethal Dose 50)Kontrol penentuan Lethal Dose 50Pembelian ikan nilaAklimatisasi ikanReinfeksi ikan dengan bakteri Streptococcussp.- Pengamatan hasil reinfeksi- PengobatanPengamatan pengobatan

Persiapan dan evaluasi monitoringPembuatan laporanMonitoring II

Pantai Wediombo,Gunungkidul,Yogyakarta

Lab Hama dan PenyakitLab. Basah (HPI)

Lab Hama dan PenyakitLab. Basah (HPI)

Lab. Hama dan Penyakit

Lab NutrisiLab. Hama dan PenyakitLab. Hama dan Penyakit

Auditorium MIPALab. Hama dan Penyakit

Lab. Basah (HPI)Cangkringan, SlemanLab. Basah (HPI)Lab. Basah (HPI)

Lab. Basah (HPI)Cangkringan, SlemanLab. Basah (HPI)Lab. Basah (HPI)

Lab. Basah (HPI)

Lab. Basah (HPI)

University Center UGM

Grha Sabha Pramana

Page 12: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

12

2. Tahapan Pelaksanaan

a. Pembuatan Ekstrak MeOH

Sampel bunga karang dicuci dengan air tawar kemudian dikering anginkan. Setelah

dilakukan penimbangan berat, sampel dipotong-potong dan dicacah, kemudian

ditambah pelarut metanol (MeOH) dengan perbandingan berat bunga karang : volume

MeOH (1:4). Selanjutnya sampel tersebut dihomogenizer selama 10 menit, kemudian

hasilnya disentrifuse dengan kecepatan 4500 rpm selama 20 menit. Supernatan dan

endapan bunga karang kemudian dipisahkan. Supernatan tersebut ditampung dalam

falkon, kemudian endapan bunga karang diekstrak kembali dengan pelarut MeOH

sebanyak 2 kali. Supernatan hasil sentrifuse pertama dan kedua digabungkan sebagai

ekstrak MeOH bunga karang yang akan digunakan dalam uji aktivitas anti-

Streptococcus sp. setelah dilakukan pemekatan 20 kali dengan rotary evaporator pada

suhu 40oC.

b. Pengujian Aktivitas Anti-Streptococcus sp.

Uji aktivitas bunga karang anti-Streptococcus sp. dilakukan dengan metode disk

diffusion pada agar lapis ganda (double layers agar) (Horikawa et al., 1999).

Streptococcus sp. dikultur dalam media TSB dan diinkubasi selama ± 24 jam. Kultur

tersebut diinokulasikan pada medium TSA 0,7% agar dengan kepadatan akhir 106

sel/ml kemudian dituang pada petridisk yang telah berisi medium TSA 1,5% agar.

Ekstrak MeOH bunga karang sebanyak 50 μl dimasukkan ke paperdisk steril.

Selanjutnya, paper disk dikeringkan dalam inkubator pada suhu 30oC selama ± 1 jam

untuk menguapkan MeOH. Kontrol positif yang digunakan adalah oxytetracycline

dengan konsentrasi 10 ppm, sedangkan MeOH digunakan sebagai kontrol negatif.

Inkubasi dilakukan pada suhu 30oC selama ± 24 jam. Setelah inkubasi, zona

penghambatan diamati dan diukur diameternya untuk mengetahui intensitas

penghambatannya.

c. Pengujian Minimum Inhibitor Concentration (MIC)

Uji MIC dilakukan dengan metode disk diffusion pada agar lapis ganda (double

layers agar) (Horikawa et al., 1999). Langkah pertama menentukan konsentrasi dengan

metode thermogravimetrik. Setelah konsentrasi ekstrak diketahui, diencerkan dengan

pengenceran berseri sebanyak enam kali pengenceran. Pelarut yang digunakan dalam

Page 13: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

13

pengenceran tersebut adalah MeOH. Kemudian ekstrak bunga karang yang telah

diencerkan tersebut digunakan untuk mengetahui konsentrasi terkecil yang masih

mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus sp..

d. Brine Shrimp Lethality Test (BST)

Brine shrimp lethality test (BST) adalah salah satu metode pelacakan senyawa

bioaktif yang terdapat didalam bahan alam dengan menggunakan larva Artemia salina.

Sifat toksisitas diketahui berdasarkan jumlah kematian larva (Rumiyati et al., 2002).

Metode ini menggunakan artemia berumur 48 jam sebanyak 10 ekor yang diambil

secara acak. Artemia tersebut dimasukkan dalam erlenmeyer yang telah diisi dengan

sampel ekstrak bunga karang Parahigginsia sp. dengan konsentrasi masing-masing

0 x MIC, 1 x MIC, 2 x MIC, 4 x MIC sebanyak 2 kali ulangan. Ekstrak MeOH bunga

karang Parahigginsia sp. dipekatkan dengan rotary evaporator hingga kering kemudian

dilarutkan dengan EtOH. Kemudian ditambah air laut hingga volume mencapai 10 ml.

Jumlah Artemia yang mati tiap erlenmeyer dihitung setelah 24 jam.

e. Penentuan Lethal Dose 50 (LD50) Streptococcus sp. terhadap ikan nila

Streptococcus sp. yang digunakan berasal dari koleksi laboratorium Hama Penyakit

Ikan Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Bakteri tersebut

direinfeksi ke ikan nila dengan tujuan untuk memulihkan keganasan bakteri tersebut

setelah lama disimpan.

Penentuan LD50, isolat bakteri Streptococcus sp. dilakukan dengan menyuntikkan

bakteri tersebut pada dosis 102, 104, 106 dan 108 sel/ml serta kontrol untuk setiap ikan

sebanyak 0,1 ml. Kontrol disuntik dengan larutan Phosphate Buffer Saline (PBS)

dengan pH = 7,0. Setiap perlakuan diulang dua kali, masing-masing dengan 10 ekor

ikan nila dengan ukuran + 5-7 cm per ekor. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan 3

kali sehari dan aerasi selama 7 hari.

LD50 dihitung dengan Dragstedt-Behrens Method. Dosis (x) dalam metode ini

ditentukan sebagai dosis yang akan diteliti nilai LD50 yang dapat menyebabkan

populasi ikan nila mati sebanyak 50% (Hubert, 1980).

f. Pengujian Ekstrak Bunga karang ke Ikan Nila dengan Penyuntikan (Uji Tantang)

Rancangan percobaan terdiri dari 5 perlakuan yaitu kontrol dan 4 dosis ekstrak

bunga karang Parahigginsia sp., masing-masing dengan 3 kali ulangan. Setiap unit

Page 14: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

14

percobaan terdiri dari 10 ekor ikan nila. Ikan dipelihara selama 14 hari dalam ember

ukuran 10 liter yang diberi aerasi. Ikan diberi pakan 2% dari berat tubuh ikan total

sebanyak 2 kali sehari. SR ikan nila dihitung pada akhir pengamatan. Ikan nila

(5-7cm) diinfeksi dengan Streptococcus sp. sesuai LD50.

Ekstrak bunga karang disuntikkan pada ikan nila (Oreochromis sp.). Pada dosis

2 x MIC, 4 x MIC, 6 x MIC, 8 x MIC dan kontrol. Penyuntikan ekstrak bunga karang

dilakukan setelah ikan nila menunjukkan gejala streptocociccosis.

g. Analisis Data

Data yang diperoleh dari Uji Tantang kemudian dianalisis dengan uji sidik ragam

dilanjutkan dengan uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) dengan tingkat kepercayaan 95%,

untuk mengetahui perlakuan yang mampu mengobati Streptocociccosis pada ikan nila.

3. Instrumen Pelaksanaan

a. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : plastik, kertas label, cool box,

pinset, skalpel, gunting, sarung tangan, homogenizer, sentrifuse (Eppendorf 5810 R),

rotary evaporator (Heidolph Laborota 4000), inkubator (Memmert), injection,

autoclave, oven (Eyela NDO-451 SD), timbangan digital (Shimadzu BX 320D), beaker

glass, gelas ukur, pipet ukur, pipet tetes, batang pengaduk, erlenmeyer, petridisk,

tabung reaksi, vortex (Thermolyne), mikropipet, jarum ose, bunsen, rotator (DSR 2800

V), hot stirer plate (Thermolyne Nuova), spektrofotometer, water bath, crus porselin,

ensikator, timer, bak, slang air, aerator, yellow tip dan blue tip.

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga karang Parahigginsia sp.,

biakan murni Streptococcus sp., falkon, MeOH, ikan nila, pellet ikan, aquades, media

TSB, media TSA, disk blank, alumunium foil, kapas, tissue, kertas kopi, kertas saring,

spiritus, LPG dan etanol.

Page 15: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

15

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel Bunga karang Parahigginsia sp. diambil dari pantai Wediombo,

Gunungkidul, Yogyakarta pada tanggal 19 Maret 2007. Lokasi bunga karang

Parahigginsia sp. hidup dibagian intertidal. Sampel yang telah terkumpul dimasukkan

ke dalam cool box yang di dalamnya telah diberi es. Es tersebut diberikan untuk mencegah

kerusakan sampel karena suhu selama perjalanan.

A. Pembuatan Ekstrak MeOH

Sampel bunga karang Parahigginsia sp. dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat

dengan menggunakan air bersih. Setelah sampel bersih, sampel yang akan diekstrak

dipisahkan dengan sampel yang akan disimpan. Sampel yang akan diekstrak, dipotong

kecil-kecil kemudian dikering anginkan. Sampel yang akan diekstraksi dipotong kecil-kecil

agar luas permukaan kontak antara bahan dengan cairan penyari lebih besar sehingga

proses ekstraksi menjadi lebih efektif. Selain itu, untuk mempermudah pengeluaran hasil

metabolit sekunder yang larut dengan pelarut organik. Sebelum diekstrak, sampel

ditimbang. Jika berat telah diketahui maka jumlah pelarut yang digunakan sebanyak 4 kali

berat sampel (1 : 4 (b/v)). Pelarut yang digunakan ialah metanol (MeOH). Alasan

penggunaan MeOH karena MeOH memiliki sifat semipolar yang cenderung ke senyawa

yang bersifat polar sehingga dapat mengikat senyawa berpolaritas rendah hingga

berpolaritas tinggi.

Sampel bunga karang Parahigginsia sp. yang digunakan sebanyak 50 gram dalam

pelarut (MeOH) sebanyak 200 ml. Sampel bunga karang Parahigginsia sp. yang sudah

dicampur dengan Me-OH diblender selama 15 menit. Hasil pemblenderan disaring dengan

kertas saring dan residu disentrifuse untuk mengoptimalkan jumlah ekstrak. Hasil ekstrak

yang diperoleh sebanyak 500 ml digabungkan, kemudian dievaporasi dengan mengunakan

rotary evaporator sebanyak 20 kali pemekatan sehingga diperoleh ekstrak pekat sebanyak

25 ml.

B. Pengujian Aktivitas Anti-Streptococcus sp.

Uji aktivitas bunga karang anti-Streptococcus sp. dilakukan dengan metode disk

diffusion pada agar lapis ganda (double layers agar) (Horikawa et al., 1999). Streptococcus

sp. dikultur dalam media TSB dan diinkubasi selama ± 24 jam. Kultur tersebut

Page 16: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

16

diinokulasikan pada medium TSA 0,7% agar dengan kepadatan akhir 106 sel/ml kemudian

dituang pada petridisk yang telah berisi medium TSA 1,5% agar. Ekstrak MeOH bunga

karang sebanyak 20 μl dimasukkan ke paperdisk steril. Selanjutnya, paper disk dikeringkan

dalam inkubator pada suhu 30oC selama ± 1 jam untuk menguapkan MeOH yang masih

tersisa. Kontrol positif yang digunakan adalah Oxytetracycline dengan konsentrasi 10 ppm,

sedangkan MeOH digunakan sebagai kontrol negatif. Inkubasi dilakukan pada suhu 30oC

selama ± 24 jam. Setelah inkubasi, zona penghambatan diamati dan diukur diameternya

untuk mengetahui intensitas penghambatannya.

Hasil uji aktivitas ekstrak bunga karang Parahigginsia sp. sebagai anti-Streptococcus

sp. menunjukkan hasil posistif. Zona hambat yang dihasilkan sebesar 26,7 mm pada

ulangan 1 dan 27,6 mm pada ulangan 2. Kontrol positif (Oxytetracycline) memberikan zona

hambat sebesar 8,9 mm dan negatif (MeOH) tidak menghasilkan zona hambat. Hasil

pengujian dapat dilihat pada Gambar 1. Zona jernih pada lapisan media agar terbentuk

karena senyawa antibakteri berdifusi ke dalam lapisan tersebut dan menghambat

pertumbuhan mikroorganisme, sedangkan lapisan media agar yang ditumbuhi

mikroorganisme akan tampak keruh (Zweig and Whitaker, 1971). Senyawa bioaktif yang

dihasilkan bunga karang Parahigginsia sp. bersifat bakterisidal karena zona hambat yang

terbentuk disekeliling paper disk yang diberi ekstrak kasar berwarna jernih. Menurut

Parenrengi dkk. (1999), senyawa bioaktif bunga karang bersifat bakterisidal karena mampu

mengiritasi dinding sel, mengkoagulasi protein dan menghidrolisis sel. Tinggi rendahnya

kemampuan daya hambat senyawa bioaktif hasil metabolit sekunder yang dihasilkan

organisme dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi semua

kondisi lingkungan yang dominan sedangkan faktor internal meliputi tingkat perkembangan

organisme dan reproduksi (Husni, 2006). Menurut Wright (1998), senyawa bioaktif yang

dihasilkan oleh bunga karang disebabkan oleh assosiasi dengan mikroorganisme lain

penghasil senyawa bioaktif, habitatnya terutama letak geografi dan faktor musim. Interaksi

simbiotik mutualisme antara bunga karang dan simbion mikroorganisme membantu bunga

karang proses memperoleh nutrien (terutama dalam fiksasi karbon dan nitrogen), penstabil

kerangka bunga karang, proses ekskresi dan proses produksi metabolit sekunder (Hentscel

et al. (2002) cit Murniasih (2004). Sebagian kecil invertebrata laut menghasilkan sendiri

substansi kimia untuk pertahanan diri. Sebagian besar hewan kelompok ini memanfaatkan

zat kimia yang dihasilkan oleh organisme lain, atau mengembangkan hubungan simbiotik

dengan organisme penghasil senyawa aktif (defensive compound) (Murniasih, 2005).

Page 17: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

17

Gambar 1. uji aktivitas anti Streptococcus sp. (A =Oxytetracyline; B = Metanol;C = Ekstrak Parahigginsia sp. ul 1; D = Ekstrak Parahigginsia sp. ul 2)

Dilihat dari hasil yang diperoleh, ekstrak bunga karang Parahigginsia sp. memiliki

daya hambat yang lebih besar dari antibiotik Oxytetracycline yang selama ini digunakan

dalam menghambat dan mengobati penyakit ikan akibat serangan bateri. Hasil ini

menunjukkan adanya peluang penggunaan ekstrak bunga karang Parahigginsia sp. sebagai

pengganti antibiotik buatan dalam mengobati penyakit ikan akibat serangan bakteri

Streptococcus sp.

C. Pengujian Minimum Inhibitor Concentration (MIC)

Uji MIC dilakukan dengan metode disk diffusion pada agar lapis ganda (double layers

agar) (Horikawa et al., 1999). Langkah pertama menentukan konsentrasi dengan metode

thermogravimetrik. Sampel yang digunakan untuk penimbangan sebanyak 0,5 ml dengan

2 ulangan.

Rata-rata berat kering dari dua ulangan yaitu 21,3 mg. Konsentrasi yang diperoleh dari

ekstrak bunga karang Parahigginsia sp. sebesar 21,3 mg/0,5 ml atau 42,6 mg/ml. Hasil

penimbangan ekstrak bunga karang Parahigginsia sp. dapat dilihat pada Tabel 2.

Konsentrasi 42,6 mg/ml kemudian dikonversi menjadi 800 µg/disk. Setelah 800 µg/disk

diketahui kemudian diencerkan sebanyak enam kali. Pelarut MeOH digunakan untuk

pengenceran sehingga diperoleh konsentrasi 800 µg/disk, 400 µg/disk, 200 µg/disk,

100 µg/disk, 50 µg/disk dan 25 µg/disk.

Berdasarkan uji Minimum Inhibitor Concentration (MIC) terhadap Streptococcus sp.

semua konsentrasi memiliki daya hambat dan daya hambat terendah ditunjukkan

A

B

C

D

Page 18: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

18

konsentrasi 25 µg/disk dengan zona hambat sebesar 9,8 mm. Uji MIC ekstrak MeOH bunga

karang yang berasal dari perairan Bunaken mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus pada dosis 1000 g/ml (Astuti et al., 2003). Hasil uji dapat dilihat

pada Gambar 2 dan Tabel 3. Konsentrasi terendah ini kemudian dijadikan standar dalam

menentukan konsentrasi terendah untuk digunakan dalam uji tantang.

Tabel 2. hasil penimbangan ekstrak MeOH bunga karang

Parahigginsia sp.Uraian

Ulangan 1 Ulangan 2

Berat crus (gram) (A) 11,8328 12,0126Berat crus+ekstrak (gram) 12,2786 12,4769Berat crus+ekstrak (penimbangan 1) 11,8538 12,0346Berat crus+ekstrak (penimbangan 2) 11,8539 12,0345Berat crus+ekstrak (penimbangan 3) 11,8537 12,0344Berat crus+ekstrak (penimbangan 4) (B) 11,8536 12,0344Berat kering ekstrak (gram) (B-A) 0,0208 0,0218

Berat rata-rata (gram/0,5 ml) 0,0213Konsentrasi ekstrak (mg/ml atau μg/μl) 42,6

Bunga karang dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena kandungan bioaktif yang

dapat merusak pembentukan sel bakteri, menggumpalkan protein bakteri karena perbedaan

derajat keasaman serta hidrolisis dan difusi cairan sel bakteri karena perbedaan tekanan

osmosis (Alam et al., 2003). Struktur dinding sel bakteri Gram posistif (Streptococcus sp.)

yang sangat sederhana sangat memungkinkan masuknya senyawa dengan molekul besar

seperti halnya senyawa yang berasal dari bunga karang (Astuti et al., 2003). Dinding sel

bakteri Gram posistif hanya terdiri dari lapisan peptidoglikan dan asam teikoat (Pelczar et

al., 1988).

Penentuan MIC berguna untuk mencegah timbulnya resistensi bakteri. Penggunaan

antibiotik pada kadar rendah dapat menyebabkan peningkatan strain-strain bakteri patogen

yang resisten terhadap antibiotik (Irianto, 2005). Sebaliknya, penggunaan antibiotik dengan

dosis yang berlebihan akan membahayakan ikan yang dipelihara (Rasyid, 2007). Efek letal

suatu ekstrak bunga karang pada suatu kultivan dapat disebabkan oleh aktivitas

biologikbioaktif yang tersubstansi dalam ekstrak bunga karang (Parenrengi et al., 1999).

Page 19: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

19

Gambar 2. uji MIC ekstrak kasar Parahigginsia sp. terhadap Streptococcus sp.

Bakterisida maupun bakteristatik suatu antibiotik terhadap suatu bakteri dipengaruhi

oleh konsentrasi antibiotik yang digunakan untuk menghambat bakteri. Semakin rendah

konsentrasi yang digunakan maka antibiotik bersifat bakteristatik dan semakin tinggi

konsentrasi antibiotik yang digunakan maka antibiotik bersifat bakterisida.

Tabel 3. hasil uji MIC ekstrak MeOH bunga karang Parahigginsia sp terhadapStreptococcus sp.

Konsentrasi Daya hambat (mm)800 μg/disk 19,7400 μg/disk 18,5200 μg/disk 17,3100 μg/disk 15,350 μg/disk 12,225 μg/disk 9,8

D. Brine Shrimp Lethality Test (BST)

Brine Shrimp Lethality test (BST) adalah salah satu metode pelacakan senyawa bioaktif

yang terdapat didalam bahan alam dengan menggunakan larva Artemia salina. Menurut

hasil penelitian Alam et al. (2003), ekstrak aseton bunga karang Petrosia sp. menyebabkan

kematian 100% terhadap Artemia salina pada konsentrasi terkecil 100 g/ml. Sedangkan

hasil penelitian Setyowati et al. (2003) menunjukkan ekstrak kloroform bunga karang

Stylissa flabelliformis menyebabkan kematian terhadap Artemia salina sebesar 100% pada

dosis 25 g/ml dan ekstrak MeOH bunga karang Stylissa flabelliformis menyebabkan

kematian Artemia salina sebesar 76% pada dosis 200 g/ml.

Page 20: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

20

Hasil pengujian BST pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kontrol 0, 1 dan 2 MIC (etanol)

tidak bersifat toksik terhadap larva Artemia, sedangkan untuk ekstrak etanol dengan

konsentrasi 4 MIC dapat dikatakan toksik karena membunuh larva artemia > 50%.

Berdasarkan hasil uji tersebut diketahui bahwa semakin tinggi MIC, maka tingkat kematian

larva Artemia juga semakin tinggi.

Tabel 3. jumlah larva A. salina yang mati/10 larva karena ekstrak MeOH yangdilarutkan dalam EtOH

Jumlah larva A. salina yangmatiNo Konsentrasi

Ulangan 1 Ulangan 2

rerata (%)

1 0 MIC (EtOH) 0 0 02 1 MIC (EtOH) 0 0 03 2 MIC (EtOH) 0 1 54 1 MIC (ekstrak) 2 4 305 2 MIC (ekstrak) 4 4 406 4 MIC (ekstrak) 6 5 557 Kontrol (air laut) 0 0 0

Nilai rerata LC50 dari ekstrak MeOH bunga karang Parahigginsia sp. yang telah

dilarutkan dengan EtOH terhadap larva Artemia salina ialah sebesar 2,63 MIC. Jadi,

konsentrasi ekstrak MeOH bunga karang Parahigginsia sp. yang telah dilarutkan dengan

EtOH tidak bersifat toksik jika konsentrasinya kurang dari 65,75 g/ml dan akan

menyebabkan kematian sebesar 50% dari jumlah populasi. Nilai LC50 menunjukkan

konsentrasi suatu senyawa atau bahan uji yang menyebabkan kematian hingga 50% pada

hewan uji. Semakin besar nilai LC50 berarti toksisitasnya semakin kecil, dan sebaliknya

semakin kecil nilai LC50 maka toksisitasnya semakin besar (Alam et al., 2003).

E. Penentuan Lethal Dose 50 (LD50) Streptococcus sp. terhadap ikan nila

LD50 Streptococcus sp. merupakan dosis kepadatan Streptococcus sp. yang mampu

menyebabkan kematian 50% dari jumlah populasi ikan nila yang diinfeksi bakteri tersebut.

Penentuan LD50 bertujuan untuk menentukan kepadatan bakteri Streptococcus sp. yang

akan digunakan untuk menginfeksi ikan nila. Hasil penentuan LD50 diperoleh bahwa dosis

yang dapat menyebabkan populasi ikan nila mati sebesar 50 % ialah 1,8395 105 sel/ml

dalam waktu 48 jam. Streptococcus iniae dengan dosis sebesar 1011 cfu/ikan dapat

mematikan ikan nila dalam waktu singkat (Widiyati et al., 2004). Data ikan yang mati

dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai LD50 yang diperoleh tersebut digunakan sebagai dosis

untuk penyuntikan pada uji tantang.

Page 21: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

21

Tabel 4. ikan nila yang mati setelah diinfeksi Streptococcus sp. pada konsentrasi102 – 108 sel/ml

Ikan yang matiJumlah sel

Ulangan 1 Ulangan 2102 2 2104 4 3106 6 7108 8 7

Kontrol 0 0

LD50 (Ulangan 1) = 1 105 sel/ml

LD50 (Ulangan 2) = 2,679 x 105 sel/ml

LD50 rerata=2

10679,2101 55 =1,8395 105 sel/ml

F. Uji Tantang (Challange Test) Pada Ikan Nila yang diinfeksi Streptococcus sp.

Pengamatan akhir terhadap tingkat kelulushidupan (SR) pada ikan nila dengan uji

tantang yang telah dilakukan dengan perlakuan 2 MIC, 4 MIC, 6 MIC, 8 MIC dan kontrol

(tanpa pemberian obat) memberikan nilai SR sebesar 53,33; 56,66; 63,33; 76,67 dan 0%.

Data SR yang diperoleh, diuji dengan Uji F untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap

hasil. Grafik SR ikan nila yang diamati setiap harinya dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.

Hasil uji tantang menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis ekstrak yang diberikan, SR ikan

nila yang diinfeksi dengan Streptococcus sp. juga semakin tinggi.

Grafik SR Ikan Nila

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Hari ke-

Su

rviv

alR

ate

(%)

2 MIC

4 MIC

6 MIC

8 MIC

Kontrol

Gambar 3. Survival Rate (SR) ikan nila yang diobati dengan ekstrak bunga karangParahigginsia sp. pada konsentrasi 2, 4, 6, 8 MIC setelah diinfeksi denganStreptococcus sp.

Page 22: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

22

0

53.3360

66.67

76.67

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0 50 100 150 200

Dosis Ekstrak

%R

PS

Nilai RelativePercent Survival

Gambar 4. Relative Percent Survival (RPS) ikan nila yang diobati dengan ekstrak bungakarang Parahigginsia sp. pada konsentrasi 2, 4, 6, 8 MIC pada akhirpengamatan

Berdasar grafik di atas, maka dapat diketahui bahwa ekstrak MeOH bunga karang

Parahigginsia sp. yang dilarutkan dalam EtOH dengan konsentrasi 2 MIC (50 g/ml),

4 MIC (100 g/ml), 6 MIC (150 g/ml) dan 8 MIC (200 g/ml) yang disuntikkan pada ikan

nila mampu mengobati streptococcicosis dengan nilai Relative Percent Survival (RPS)

di akhir pengamatan >50%, sedangkan ikan nila yang tidak disuntik dengan ekstrak MeOH

bunga karang Parahigginsia sp. yang telah dilarutkan dengan EtOH menunjukkan nilai

RPS 0% atau ikan mati semua dalam kurun waktu 3 hari.

Berdasarkan pengetahuan penulis sampai penulisan ini publikasi tentang ekstrak bunga

karang Parahigginsia sp. untuk mengobati streptococcicosis pada ikan nila belum ada.

Ekstrak bunga karang Parahigginsia sp. yang telah diketahui memiliki kemampuan

menghambat pertumbuhan sel kanker (P-388), sel penyebab kanker mulut (KB16), sel

penyebab kanker paru-paru (A549) dan sel penyebab kanker usus besar (HT-29) (Chen,

2000).

Umumnya, pencegahan dan pengobatan streptococcicosis yang telah dilakukan ditempat

budidaya ikan yaitu dengan menambahkan Amphicilin 0,5 gram per kg makanan ikan untuk

2 hari, Oxytetracycline 0,5 gram per kg makanan ikan selama 7 hari, Erythromycin estolate

1,0 gram per kg makanan selama 5 hari atau menggunakan penicilin 3.000 unit per kg berat

ikan yang disuntik secara intramascullar (Anonim, 2006b). Penelitian yang telah dilakukan

menunjukkan hasil yang baik yaitu ekstrak bunga karang Parahigginsia sp. mampu

mengobati ikan nila yang terserang streptococcicosis.

Page 23: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

23

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ekstrak bunga karang Parahigginsia sp. memiliki daya hambat terhadap Streptococcus

sp.

2. Minimum Inhibitor Concentration ekstrak bunga karang Parahigginsia sp. terhadap

Streptococcus sp. sebesar 25 μg/disk dengan zona hambat sebesar 9,8 mm.

3. LD50 Streptococcus sp. terhadap ikan nila yaitu 1,8395 105 sel/ml.

4. Ekstrak kasar bunga karang Parahigginsia sp. sangat berpotensi dalam mengobati

streptococcicosis pada ikan nila karena menunjukkan nilai Relative Percent Survival

(RPS) dengan dosis 2 MIC, 4 MIC, 6 MIC dan 8 MIC yaitu 53,33; 60; 66,67 dan

76,67 %.

B. Saran

1. Perlunya ada penelitian tentang pemurnian senyawa bioaktif bunga karang

Parahigginsia sp sebagai anti-Streptococcus sp.

2. Perlunya eksplorasi biota laut khusus bunga karang untuk dijadikan bahan obat-obatan

yang bermanfaat bagi manusia di masa depan

Page 24: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

24

DAFTAR PUSTAKA

Alam, G., D. Sari dan P. Astuti. 2003. Fraksinasi dan Uji Toksisitas Ekstrak Aseton SponsPetrosia sp. Asal Taman Laut Bunaken Terhadap Larva Artemia salina Leach.Majalah Obat Tradisional VIII (25) : 20-24.

Anderson, D.T. 1998. Invertebrate Zoology. Oxford University Press. Australia. pp. 12-14.

Anonim. 2006a. Mencari Obat Mujarab dari Laut. http://www.forek.or.id. Diakses pada 18Februari 2006.

Anonim. 2006b. Pedoman Teknis Penanggulangan Penyakit Ikan Budidaya Laut.http://www.ristek.go.id. Diakses pada 28 September 2006.

Anonim. 2006c. Oreochromis niloticus. http://www.ikan-online.com/index.php. Diaksespada 20 September 2006.

Anonim. 2006d. Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, MediaPembawa dan Sebarannya. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan.No. Kep.17/MEN/2006 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit IkanKarantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya.

Anonim. 2006e. Bacterial Disease .http://www.lib.noaa.gov/korea/diseases/bacterial.html.Diakses 29 September 2006.

Astuti, P., Alim, G., Pratiwi, S.U.T., Hertiani, T dan Wahyuono, S. 2003. SkriningSenyawa Antiinfeksi, dari sponge yang dikoleksi dari Bunaken, Manado. Biota. 8(47-52).

Brooks, G. F., Butel, J. S. and Morse, S. A.. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. PenerbitSalemba Medika. Jakarta. (327-328).

Cahyono, B., 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Cetakan I. Kanisius, Yogyakarta.

Castro, P. and Huber, M.E. 2003. Marine Biology. McGraw-Hill Companies. New York.

Chen, C. Y. 2000. Studies on Bioactive Constituents From Selected Taiwanese MarineSponges. Doctoral Dissertation. Abstr. p. 1

Gaspar, H., Feio, S.S., Rodrigues, A.I. and Soest, R.V. 2004. Antifungal activity of (+)-curcuphenol, a metabolite from the marine sponge Didiscus oxeata. Marine Drugs.2: 8-14.

Hooper, J. N. A. 2000. ‘Sponguide’ Guide to Sponge Collection and Identification. QldMuseum. Australia. 67-68p.

Hubert, J. J. 1980. Bioassay. Kendal/Hunt Publishing Company. Dubuque, Iowa, USA,pp : 60-62.

Horikawa, M., Noro, T and Kamei, Y. 1999. In vitro Anti-Methicillin ResistantStaphylococcus aureus Activity Found in Extract of Marine Algae Indigenous toThe Coastline of Japan. J. Antibiotics, 52, 186-189.

Husni, A. 2006. Identifikasi dan Uji Antibakteri Rumput Laut dari Pantai Gunungkidul.Prosiding Tahunan Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan : 552-556.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.pp: 131-159.

Page 25: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

25

Isnansetyo, A., Trijoko., dan E. P. Setyowati. 2005. Skrining, Isolasi dan PemurnianSenyawa Anti-bakteri dan Anti-Jamur dari Rumput Laut dan Sponge. LaporanHasil Penelitian Hibah Bersaing XIII/1 Tahun Anggaran 2005. Lembaga PenelitianUniversitas Gadjah Mada. Yogyakarta, 12-24.

Komar, C., Tan, Z. L., Labrie, G. L., Ho, E., Wahjudi, B. and Mitchel, A. 2006. Diseasesand Vaccination Strategies in Asian Sea Bass. Intervet Norbio. Singapura.

Muniarsih, T dan Rachmaniar, R. 1999. Isolasi Substansi Bioaktif Antimikrobia dariSponge Asal Pulau Pari Kepulauan Seribu. Prosiding Semininar BioteknologiKelautan Indonesia I ’98. Jakarta 14-15 Oktober 1998. Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia. Jakarta : 151-158.

Murniasih, T. 2003. Metabolit Sekunder dari Bunga karang Sebagai Bahan Obat-Obatan.Oseana. XXVIII(3): 27-33.

Murniasih, T. 2004. Potensi Mikroorganisme Sebagai sumber bahan obat-obatan dari lautyang dapat dibudidayakan. Oseana, Vol XXIX (1) : 1-7.

Murniasih, T. 2005. Substansi Kimia untuk Pertahanan Diri Dari Hewan Laut TakBertulang Belakang. Oseana, Vol XXX (2) : 19-27.

Parenrengi A, Suryati E, Dalfiah dan Rosmiati. 1999. Studi Toksisitas Ekstrak SpongeAuletta sp., Callyspongia sp. dan C. Pseudoreticulata terhadap Nener Bandeng(Chanos chanos). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. V (4).

Pelczar, M. J dan E. C. S. Chan. 1988. Element of Microbiology. 2nd ed (Dasar-DasarMikrobiologi, alih bahasa : Ratna Siri Hadioetomo, Teja Imas, S. SutarmiTjitrosomo dan Sri Lestari Angka). Jilid kedua. Universitas Indonesia Press.Jakarta. pp : 555-558, 698.

Rasyid, J. 2007. Aktivitas Anti bakteri in vitro Ekstrak Metanol Bunga Karang Geodia sp.Terhadap Streptococcus sp. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. Skripsi.

Rumiyati, Sismindari dan Widyastuti, S.M. 2002. Toksisitas ekstrak air tubuh buahGanoderma sp. terhadap larva udang Artemia salina Leach. Majalah FarmasiIndonesia XIII (1) : 44-49.

Saanin, H., 1968. Identifikasi dan Taksonomi Ikan. Vol I. Bina Cipta. Bandung.

Scharperclaus, W. 1992. Fish Disease. Vol I. A. A. Barlkema. Rotterdam.

Suparno. 2006. Kajian Bioaktif Sponge Laut (Porifera: Demospongiae) Suatu PeluangAlternatif Pemanfaatan Ekosistem Karang Indonesia Dalam Bidang Farmasi.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Supriyono, A. 2000. Isolasi dan Elusidasi Struktur Senyawa Hymenidin dan Oroidin dariSponge Axinella carteri yang Berpotensi Sebagai Antibakteri. Jurnal Sains danTeknologi Indonesia. II (2) : 43-47.

Suryati E, Parenrengi, A., dan Rosmiati. 2000. Penapisan serta Analisis KandunganBioaktif Sponge Clathria sp. yang Efektif Sebagai Antibiofouling pada Teritif(Balanus amphitrit). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. V (3).

Wallace, R.L. and W.K. Taylor. 1997. Invertebrate Zoology a Laboratory Manual. 5th

edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey, pp: 35-40.

Page 26: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

26

Widiyati, A., Rudhy, G., Pipik, T., Hambali, S., Yanti, S., dan Ani, W. 2004. PeningkatanProduktivitas Budidaya Ikan Nila Melalui Perbaikan Mutu Genetik, PencegahanPenyakit, Pengelolaan Pakan dan Lingkungan. http://www.brkp.dkp.go.id/Laporan.Diakses pada 29 September 2006.

Wright, A. E. 1998. Isolation of Marine Natural Products. In : Cannell, R. J. P. NaturalProducts Isolation. Humana Press. Totowa, New Jersey, pp: 365-408.

Zweig, G., and J.R., Whitaker. 1971. Paper Chromatography and Electrophoresis.Academic Press. London, pp : 45-47.

Page 27: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

27

LAMPIRAN

A. Nama dan Biodata Ketua serta Anggota

1. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Hari Nugroho Setiawan

b. NIM : 03/166353/PN/09620

c. Fakultas/Program Studi : Pertanian/Teknologi Hasil Perikanan

d. Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

e. Waktu Untuk Kegiatan PKM : 40 jam/Minggu

2. Anggota Pelaksana

a. Nama Lengkap : Mgs. M. Prima Putra

b. NIM : (03/166075/PN/09602)

c. Fakultas/Program Studi : Pertanian/Teknologi Hasil Perikanan

d. Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

e. Waktu Untuk Kegiatan PKM : 40 jam/Minggu

a. Nama Lengkap : Erik Subastian

b. NIM : (03/166251/PN/09612)

c. Fakultas/Program Studi : Pertanian/Teknologi Hasil Perikanan

d. Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

e. Waktu Untuk Kegiatan PKM : 40 jam/Minggu

a. Nama Lengkap : Asmita Nafiati

b. NIM : (04/177932/PN/10096)

c. Fakultas/Program Studi : Pertanian/Budidaya Perikanan

d. Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

e. Waktu Untuk Kegiatan PKM : 40 jam/Minggu

a. Nama Lengkap : Leksi Prihati Fatmasari

b. NIM : (04/178176/PN/10172)

c. Fakultas/Program Studi : Pertanian/Budidaya Perikanan

d. Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

e. Waktu Untuk Kegiatan PKM : 40 jam/Minggu

Page 28: Pimnas 07 Naskah UGM Hari Efektivitas Ekstrak Bunga Karang

28

B. Nama dan Biodata Dosen Pendamping

1. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc

2. Golongan Pangkat dan NIP : III B/132 067 339

3. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

4. Jabatan Struktural : Kepala Laboratorium Hama dan Penyakit Ikan

5. Fakultas/Program Studi : Pertanian/Budidaya Perikanan

6. Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada

7. Bidang Keahlian : Penyakit Ikan dan Marine Natural Product

8. Waktu Untuk Kegiatan PKMP : 10 jam/Minggu