documentpk

35
Pengertian Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147). Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di elakkan dan sering menimbulkan suatu tekanan. 2. Rentang Respon Adaptif Maladaptif Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan (Stuart dan Sundeen, 1995) a. Respon marah yang adaptif meliputi : 1. Pernyataan (Assertion) Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan kelegaan. 2. Frustasi Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain. b. Respon marah yang maladaptif meliputi : 1. Pasif Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.

Upload: eric-juan-maldini

Post on 28-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Pengertian

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan

yang dirasakan sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang baik secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147).

Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di

elakkan dan sering menimbulkan suatu tekanan.

2.        Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

(Stuart dan Sundeen, 1995)

a.     Respon marah yang adaptif meliputi :

1.             Pernyataan (Assertion)

Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa

marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya

akan memberikan kelegaan.

2.    Frustasi

Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau rasa

aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.

b.    Respon marah yang maladaptif meliputi :

1.    Pasif

Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang

sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.

2.    Agresif

Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut suatu

yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.

3.    Amuk dan kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu dapat

merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

3.        Etiologi

Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa

disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian

individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan

ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif

terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

4.        Tanda dan Gejala

1.    Muka merah

2.    Pandangan tajam

3.    Otot tegang

4.    Nada suara tinggi

5.    Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak

6.    Memukul jika tidak senang

Proses Kemarahan

Stress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan kemarahan. Respons

terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.

a.    Eksternal yaitu konstruktif, agresif.

b.    Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.

Modul ekspresi marah

Rendah diri

Rasa bersalah Kecemasan

Bermusuhan

Ekspresi Eksternal Ekspresi Internal

c.         Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata

yang dapt di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan

perasaan lega, keteganganpun akan menurun dan perasaan marah teratasi.

d.        Marah di ekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan

individu karena ia merasa kuat. Cara ini tidak menyelesaikan masalah bahkan dapat

menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dandapat menimbulkan tingkah laku yang

destruktif, amuk yang ditujukan pada orang lain maupun lingkungan.

e.         Perilaku tidak asertif seperti menekan perasaan marah atau melarikan diri dan rasa

marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang

lama dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan pada

diri sendiri.

5. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi

Faktor Predisposisi

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya

mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut di alami oleh individu :

  Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang kemudian dapat

timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan di

tolak, di hina, di aniyaya atau saksi penganiayaan.

  Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering

mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi

individu mengadopsi perilaku kekerasan.

  Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif) dan control

social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan diterima (permissive)

  Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus frontal, lobus

temporal dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku

kekerasan.

Faktor Presipitasi

Factor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.

Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan, ketidak berdayaan,

percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula

dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,

kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab

yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

1.        Tingkah Laku

a.    Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar.

b.    Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang perilaku yang

berkaitan dengan marah antara lain :

1.    Menyerang atau menghindar (flight or fight)

Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin

menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual,

sekresi HCL meningkat, peristaltik usus menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat,

konstipasi, kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatub,

tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.

2.    Menyatakan dengan jelas (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu

dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk

mengekspresikan marah disamping dapat dipelajari juga akan mengembangkan

pertumbuhan diri pasien.

3.    Memberontak (acting out)

Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out untuk menarik

perhatian orang lain.

4.    Amuk atau kekerasan (violence)

Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada diri sendiri, orang lain maupun

lingkungan.

2.        Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress,

termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang

digunakan untuk melindungi diri (tuart dan sundeen, 1998 hal : 33)

Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara

lain :

a)      Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat

untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya

seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti

meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk

mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

b)      Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik,

misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual

terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu,

mencumbunya

c)      Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam

sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya.

Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci

orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci

itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.

d)     Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan

melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai

rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan

orang tersebut dengan kuat.

e)      Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada obyek

yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.

Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari

ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan

temanya.

Sumber Koping

Menurut Suart Sundeen 1998 :

1.         Aset ekonomi

2.         Kemampuan dan keahlian

3.         Tehnik defensif

4.         Sumber sosial

5.         Motivasi

6.         Kesehatan dan energi

7.         Kepercayaan

8.         Kemampuan memecahkan masalah

9.         Kemampuan sosial

10.     Sumber sosial dan material

11.     Pengetahuan

12.     Stabilitas budaya

3.        Penatalaksanaan Umum

a.    Farmakoterapi

Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun

pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya

Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat

digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga

maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi

meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.

b.   Terapi Okupasi

Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian pekerjaan

atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan

kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan

tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran, main catur dapat pula dijadikan

media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi

tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal

yangb harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan

ditentukan program kegiatannya.

c.    Peran serta keluarga

Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada

setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan lima

tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan

kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga

yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang

mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive

(pencegahan primer), menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan skunder) dan

memulihkan perilaku maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat

kesehatan klien dan kieluarga dapat ditingkatkan secara opti9mal. (Budi Anna Keliat,1992).

d.      Terapi somatic

Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang diberikan

kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif

menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindankan yang ditunjukkan pada kondisi fisik

klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien

e.       Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi kepada

klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui

elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya untukmenangani

skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari

sekali (seminggu 2 kali).

4. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiriOrang lain atau lingkungan. E

 

Perlaku kekerasan CP 

Mekanisme koping individu in efektif C

Gambar 1 : pohon masalah PK ( Budi Anna Keliat )

5.      Diagnosa Keperawatan

1.         Resiko menciderai ndiri dan orang lain atau lingkungan b.d perilaku kekerasan.

2.         Perilaku kekerasan b.d Mekanisme koping individu in efektif.

6. Fokus Intervensi

1.         Resiko menciderai diri dan orang lain b.d perilaku kekerasan.

TUM : Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.

TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria hasil :

Klien mau menjawab salam

Klien mau menjabat tangan

Klien mau menyabutkan nama

Klien mau tersenyum

Ada kontak mata

Mau mengetahui nama perawat

Mau menyediakan waktu untuk kontak

Intervensi :

a.    Memberi salam atau panggil nama klien

b.    Sebutkan nama perawat sambil menjabat tangan

c.    Jelaskan tujuan interaksi

d.   Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat

e.    Beri sikap aman dan empati

f.     Lakukan kontrak singkat tapi sering

TUK 2 : Klien dapat mengnidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

Kriteria Evaluasi :

Klien dapat mengungkapkan perasaannya

Klien dapat mengungkapkan penyebab marah, baik dari diri sendiri nmaupun orang lain

dan lingkungan.

Intervensi :

a.     Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.

b.     Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.

c.     Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

Kriteria Evaluasi :

Klien dapat mengunngkapkan yang dialami saat marah.

Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami.

Intervensi :

a.    Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.

b.    Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.

c.    Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Kriteria evaluasi :

      Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

      Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

      Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak.

Intervensi :

a.    Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

b.    Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

c.    Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.

TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.

Intervensi :

a.     Berbicara akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.

b.    Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.

c.    Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.

TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Kriteria evaluasi :

Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.

Intervensi :

a.    Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.

b.    Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.

c.    Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :

a.         Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal atau kasur atau

olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.

b.        Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal atau tersinggung atau jengkel (saya

kesal Anda berkata seperti itu : saya marah karen mami tidak memenuhi keinginan saya).

c.         Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat ; latihan asertif.

d.        Secar spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain meminta pada

Tuhan untuk beri kesabaran, mengadu pada Tuhan kekerasan atau kejengkelan.

TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi :

Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.

Fisik : tarik nafas dalam olahraga menyiram tanaman,

Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.

Spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah klien.

Intrevensi :

a.    Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.

b.    Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.

c.    Bantu klien untuk memaksimulasi cara tersebut (role play).

d.   Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien mensimulasi cara tersebut.

e.    Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.

Tanggal Pengkajian : 15 Januari 2013

Tanggal Masuk : 26 Desember 2012

Ruang : Perkasa

I.              PENGKAJIAN

1.        Identitas Klien

Nama : Tn. H

Alamat : Jombor, Ceper, Klaten

Umur : 25 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMP (Putus Sekolah)

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

No. CM : 01 13 28

2.        Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. W

Umur : 57 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jombor, Ceper, Klaten

Hubungan dengan Klien : Ayah Kandung

II.           KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan tidak bisa tidur akibat tidak minum obat, mondar mandir, dan suka mengancam. Klien

mengatakan masih merasa jengkel dan marah jika keinginanya tidak terpenuhi, saat marah atau jengkel pasien

mengamuk dan memukul pintu / jendela.

Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan

III.        ALASAN MASUK

±4 hari sebelum masuk rumah sakit klien dirumah bingung, agresif, labil, gelisah dan tidak

mengontrol diri. Klien juga marah marah dan memukul ayahnya karena klien merasa

dibohongi dan keinginanya tidak dipenuhi. Kemudian oleh keluarga, klien dibawa ke RSJD Klaten untuk

kembali di rawat inap.

Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan

IV.        FAKTOR PREDISPOSISI

1.        Klien mengalami gangguan jiwa sejak 11 tahun yang lalu dan pernah masuk rumah sakit

jiwa klaten >35x.

2.        Tidak mau kontrol, dan putus obat selama 1 minggu.

3.        Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan

jiwa.

4.        Klien mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu masuk penjara selama 3

minggu karena mencoba membobol ATM.

V.           PEMERIKSAAN FISIK

1.        Tanda – tanda Vital :

1)        Tekanan darah : 120 / 80 mmHg

2)        Nadi : 78 x/menit

3)        Suhu badan : 36.4 0C

4)        Respirasi : 23 x/menit

2.        Ukuran

1)        Tinggi Badan : 168 cm

2)        Berat badan : 70 Kg

3.        Kondisi Fisik

Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik – baik saja dan tidak ada keluhan fisik.

VI.        PSIKOSOSIAL

1.        Genogram

 

Keterangan :

Laki – laki Satu Rumah

Perempuan Garis Perkawinan

Meninggal Garis Keturunan

Klien

2.    Konsep diri

a.    Citra tubuh

Klien memandang terhadap dirinya ada bagian tubuh yang paling istimewa atau yang paling disukainya adalah

bagian wajah, karena klien merasa wajahnya tampan..

b.    Identitas diri

Klien mempersepsikan dirinya sebagai laki – laki dewasa dan belum menikah dan klien anak ke dua dari lima

bersaudara.

c.    Peran

Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya adalah anak yang di saying dilingkungan masyarakat. klien juga aktif

mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong, pengajian, pemuda dll.

d.   Ideal diri

Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin cepat pulang dan bebas biar bisa bekerja dan

menjadi orang kaya.

e.    Harga diri

Klien mengatakan hubungan yang paling dekat, di sayang dan dapat di percaya adalah ayah dan adiknya.

Masalah Keperawatan : - Koping Individu Tidak Efektif

3.    Hubungan Sosial

a.    Orang yang terdekat

Klien mengatakan mengatakan mempunyai orang yang berarti yaitu ayah dan adiknya,

apabila ada masalah klien memilih diam diri dan memendamnya. Didalam keluarganya ayah

dan adik adalah orang yang dipercaya oleh klien.

b.    Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat

Klien mengatakan dalam masyarakat klien sering mengikuti kegiatan gotong royong, pengajian, arisan, pemuda,

setelah dirumah sakit klien juga mengikuti kegiatan sosial seperti bersosialisasi dengan teman-teman satu

bangsalnya.

c.    Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Kien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, setelah di rumah sakit hubungan klien

dengan klien yang satu tidak ada masalah.

4.    Spiritual

Klien mengatakan beragama islam dan klien mengatakan saat di rumah tidak rutin beribadah dan saat di rumah sakit

klien tidak beribadah karena merasa kalau doanya tidak pernah di kabulkan dan semua itu sia-sia.

Masaalah Keperawatan : Distres spiritual

VII.     STATUS MENTAL

1.    Penampilan

      Klien tampak agak rapi, rambutnya jarang disisir, gigi kuning, kulit bersih.

      Cara berpakaian sudah rapi, baju dan celana tidak terbalik.

      Klien menggunakan sandal.

Masalah Keperawatan :

2.    Pembicaraan

Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema yang

dibicarakan dan dapat berkomunikasi dengan lancar.

Masalah Keperawatan : -

3.    Aktifitas Motorik

Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak tenang, diam, tiduran, untuk saat ini klien sudah

mampu mengendalikan emosinya yang labil.

Masalah Keperawatan : -

4.    Alam Perasaan

Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan, saat gembira pasien tampak gembira, saat sedih klien tampak sedih.

Masalah Keperawatan : -

5.    Afek

Afek klien datar mempunyai emosi yang stabil.

Masalah Keperawatan : Resiko Tinggi Cidera

6.    Interaksi selama wawancara

Saat diwawancara klien kooperatif, cenderung selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.

Masalah Keperawatan : -

7.    Persepsi

Sampai saat dikaji klien mengatakan tidak mendengarkan suara-suara.

8.    Proses pikir

Pembicaraan klien normal biasa tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat dan sampai tujuan

karena dapat kooperatif.

Masalah Keperawatan : -

9.    Tingkat Kesadaran

           Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan benar dan jelas yang

ditandai dengan klien mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun yang benar pada saat

wawancara.

           Klien dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan klien bias

menyebutkan beberapa nama temannya.

Masalah Keperawatan : -

10.    Memori

Klien dapat mengingat kejadian saat dibawa rumah sakit dengan diantar oleh ayahnya. Dan

klien dapat mengingat nama mahasiswa saat berkenalan dengan benar.

Masalah Keperawatan : -

11.    Tingkat Konsentrasi Berhitung

Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 2x5 = 10, 5+5 = 10, Klien dapat memfokuskan konsentrasi dengan

baik

Masalah Keperawatan : -

12.    Kemampuan Penilaian

Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil keputusan sesuai tingkat atau

mana yang lebih baik untuk dikerjakan pertama kali.

Masalah Keperawatan : -

13.    Daya Tilik Diri

Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap penyakitnya karena

klien mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini dan penyebab mengapa klien bisa

sakit jiwa seperti ini.

Masalah Keperawatan : -

VIII.  KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1.        Makan

Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya, klien makan 3x sehari, pagi, siang dan

sore, minum ±6 gelas sehari.

2.        BAB/BAK

Klien BAB 1x sehari, BAK ±5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan baik, menjaga kebersihan setelah

BAB dan BAK dengan baik.

3.        Mandi

Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, menyikat gigi saat mandi, kebersihan tubuh baik.

4.        Berpakaian

Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan rumah sakit, klien dapat memilih dan

mengambil pakaian dengan baik dan sudah sesuai dengan aturan rumah sakit.

5.        Pola Istirahat Tidur

Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur dengan kualitas 6-8 jam perhari, baik

malam maupun siang.

6.        Penggunaan Obat

Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat.

7.        Aktivitas di dalam rumah

Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll.

8.        Aktivitas diluar rumah

Klien mengatakan bekerja sehari-hari sebagai buruh.

IX.        MEKANISME KOPING

  Klien mampu berkomunikasi dengan orang lain.

  Klien mampu mengatasi masalah ringan seperti menjaga kebersihan diri dan menyiapkan

makanan.

X.           MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

1.        Masalah dengan dukungan kelompok (-)

2.        Masalah berhubungan dengan lingkungan klien agak menarik diri dengan lingkungan.

MK : Harga Diri Rendah

3.        Masalah dengan kesehatan (-)

4.        Masalah dengan perumahan, klien tinggal dengan ayah dan adiknya.

5.        Masalah dengan ekonomi, kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.

XI.        ASPEK MEDIK

Terapi obat :

  Inj. Lodomer : 1amp IM extra

  Trihexiyl Phenidyl : 3 x 2 mg

  Haloperidol : 3 x 5 mg

  Resperidon : 2 x 2 mg

XII.     MASALAH KEPERAWATAN

1.        Prilaku kekerasan

2.        Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

3.        Harga diri rendah

4.        Disstres spiritual

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 DS : klien mengatakan dirumah

marah-marah kepada ayahnya

karena keinginanya tidak

dipenuhi dan merasa dibohongi.

Serta klien memukul ayahnya

sampai berdarah.

DO : face tegang, mudah

Perilaku Kekerasan Resiko mencederai diri

sendiri, orang lain dan

lingkungan

tersinggung saat di ajak bicara,

tatapan mata tajam, muka

tampak merah.

2 DS : klien mengatakan saat

mempunyai masalah dipendam

sendiri, tidak mau bercerita.

DO : pasien tidak banyak

bicara, pasien berdiam diri

Koping Individu Tidak Efektif Perilaku Kekerasan

XIV. 

( Efek )

( Core Problem )

( Causa /

Penyebab )

POHON MASALAH Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan

Perilaku Kekerasan

Koping Individu Tidak Efektif

XV.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.        Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan Perilaku

Kekerasan

2.        Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Koping Individu Tidak Efektif

XVI.  RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Criteria hasil IntervensiResiko menciderai

diri sendiri, orang

TUM:

Kliendapat

1.    klien mau membalas 1.         ber salam

lain dan lingkungan melanjutkan peran

sesuai dengan

tanggung jawab.

TUK 1:

Klien dapat

membina hubungan

saling percaya.

TUK 2:

Klien dapat

mengidentifikasi

kemampuan

penyebab

kekerasan

TUK 3 :

Klien dapat

mengidentifikasi

tanda-tanda

perilaku kekerasan

TUK 4;

salam

2.    klien mau menjabat

tangan

3.    klien mau menyebut

nama

4.    klien mau tersenyum

5.    klien mau kontak mata

6.    klien mau mengetahui

nama perawat

1.    klien mengungkapkan

perasaanya

2.    klien dapat

mengungkapkan penyebab

perasaan marah dari

lingkungan atau orang lain

1.      klien mampu

mengungkapkan perasaan

saat marah/jengkel

2.      klien dapat

menyimpulkan tanda-tanda

marah yang dialami.

1.    Klien dapat

mengungkapkan perilaku

kekerasan yang biasa

dilakukan

2.    Klien dapat bermain

panggil nama

2.        sebutkan nama

perawat sambil jabat

tangan

3.        jelaskan

maksud hubungan

interaksi

4.        jelaskan

kontrak yang akan

dibahas

5.        beri rasa aman

dan simpati

6.        lakukan kontak

mata singkat tapi

sering

1.     beri kesempatan

untuk

mengungkapkan

perasaan

2.     bantu klien

untuk

mengungkapkan

penyebab perasaan

jengkel/kesal

1.      Anjurkan klien

mengungkapkan apa

yang dialami dan

Klien dapat

mengidentifikasi

perilaku kekerasan

yang biasa

dilakukan

TUK 5;

Klien dapat

mengidentikasi

akibat perilaku

kekerasan

TUK 6 :

Klien dapat

mendemonstrasikan

cara mengontrol

perilaku kekerasan

peran dengan perilaku

kekerasan yang biasa

dilakukan

3.    Klien dapat mengetahui

cara yang biasa dilakukan

untuk menyelesaikan

masalah

1.    Klien dapat menjelaskan

akibat dari cara yang

digunakan

      Akibat pada klien sendiri

      Akibat pada orang lain

      akibat pada lingkungan

1. klien dapat menyebutkan

contoh pencegahan perilaku

kekerasan secara :

- Fisik: Tarik nafas dalam ,

olah raga, memukul bantal

- Verbal: Mengatakan secara

langsung dengan tidak

menyakiti.

2. klien dapat

mendemonstrasikan cara

fisik (memukul bantal) untuk

mencegah perilaku

kekerasan.

dirasakan saat

marah

2.      Observasi

tanda-tanda perilaku

kekerasan pada klien

3.      Simpulkan

bersama klien tanda

dan gejala kesal

yang di alami

1.   Anjurkan klien

untuk

mengungkapkan

perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan

klien .

2.   Bantu klien

bermain peran

sesuai dengan

perilaku kekerasan

yang biasa

dilakukan.

3.   Bicarakan dengan

klien apakah dengan

cara yang dilakukan

klien masalahnya

selesai

1.   bicarakan akibat

dan cara yang

dilakukan klien

TUK 7 :

Klien dapat

menggunakan obat

dengan benar

( sesuai dengan

program )

1.    Klien dapat menyebut

kan obat – obat yang di

minum dan kegunaanya

( jenis ,waktu,dosis,dan efek

)

2.    Klien dapat minum obat

sesuai program pengobatan

2.   bersama klien

menyimpulkan

akibat cara yang

digunakan oleh klien

3.   Tanya pada klien

apakah ia ingin

mempelajari cara

yang baru dan yang

sehat.

1.    Bantu klien

memilih cara yang

paling tepat untuk

klien

2.    Bantu klien

mengidentifikasi

manfaat cara yang

telah dipilih

3.    Bantu klien

untuk

menstimulasikan

cara tersebut atau

dengan role play

4.    Beri

reinforcement positif

atas keberhasilan

klien

menstimulasikan

cara tersebut

5.    Anjurkan klien

untuk menggunakan

cara yang dipelajari

saat jengkel atau

marah.

1.Jelaskan jenis-jenis

obat yang di minum

pada klien dan

keluarga.

2.Diskusikan

manfaat minum obat

dan kerugian

berhenti minum obat

tanpa seijin dokter

3.Jelaskan prinsip

benar minum

obat(baca nama yg

tertera pd botol

obat,dosis

obat ,waktu dan cara

minum)

1.Anjurkan klien

minum obat tepat

waktu

2.Anjurkan klien

melaporkan pada

perawat atau dokter

jika merasakan efek

yang tidak

menyenang kan

3.Beri pujian jika

klien minum obat

dengan benar.

XVII.    IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Waktu Dx SP IMPLEMENTASI EVALUASISelasa

15/01/13

17.00

17.00

1 SP 1

SP 2

1.     Membina

hubungan saling

percaya dengan

mengungkapkan

komunikasi

terapeutik

2.     Menyapa klien

dengan ramah,baik

verbal maupun non

verbal.

3.     Memperkenal

diri dengan sopan.

4.     Menjelaskan

tujuan pertemuan

dengan lengkap

5.     Menanyakan

nama klien dengan

lengkap.

6.     Mengatakan

dengan jujur dan

menepati janji

7.     Menunjukkan

rasa empati dan

menerima klien apa

adanya.

8.     Memberikan

perhatian kepada

klien dan perhatikan

kebutuhan dasar

S : Klien senang

karena disapa oleh

perawat.

O :

      Klien mau berjabat

tangan

      Klien mau bercerita

tentang diri nya

      Kontak mata cukup

A : Klien mampu

membina hubungan

saling percaya, SP 1

tercapai.

P : Lanjutkan SP

2,klien dapat

mengidentifikasi

penyebab marah.

K : Klien di minta

untuk mencari

penyebab marah.

S : Klien marah apabila keinginannya tidak terpenuhi

klien

1. Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku kekerasan dan penyebab. 2. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab perilaku kekerasan 3. Memberikan pujian terhadap kemampuan klien memngungkap kan persaan nya.

O :• Klien dapat mengungkapkan perasaan marah atau jengkel.• Klien tampak tegang tegangan dan tatapan mata tajam.A : Klien mampu mengungkapkan penyebab marah atau jengkel,SP 2 tercapai.P : Lanjutkan SP 3, klien dapat mengontrol dan penanganan perilaku kekerasan dengan cara sholat dan berdoa. K : Klien diminta untuk mencari penyebab dan tanda marah yang belum di ungkapkan

Rabu

16/01/2013

12.30

SP 3 1. Mendiskusikan bersama klien tentang apa yang dirasakan saat klien marah2. Mendiskusikan bersama klien tentang tanda-tanda perilaku kekerasan.

S : klien saat marah akan berbicara dengan nada tinggi, tangan mengepal, matanya menatap tajam, wajahnya tampak merah. O : pasien menunjukkan tanda-tanda :a. Nada suara tinggib. Mata menatap tajamc. Tangan mengepal. A : klien mampu mengidentifikasi

tanda dan gejala saat marah atau jengkel. SP 3 tercapai. K : klien diminta untuk mengidentifikasi perilaku kekerasan yang sering dilakukan.

SP 4 1.     Menganjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang bias dilakukan. 2.     Membantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan. 3.     Membicarakan dengan klien apakah dengan cara yang dilakukan oleh klien masalah akan teratasi.

S : klien akan marah-marah apabila keinginanya tidak dipenuhi dan memukul pintu / jendela.O : klien tampak :Tegang, tangan mengepal, mata menatap tajam, wajah memerah. A : klien mampu mengungkapkan perilaku kekerasan yang bisa dilakukan. SP 4 tercapai. P : lanjutkan SP 5, klien dapat mengungkapkan perilaku yang sering dilakukan saat marah. K :klien diminta untuk mengingat kembali akibat yang akan ditimbulkan.

Kamis18/01/2013

11.15

SP 5 1.    Membicarakan akibat atau kerugian dan cara yang dilakukan kilen pada saat marah2.    Menyimpulkan bersama klien akibat dari cara yang digunakan oleh klien3.    Menanyakan kepada klien apakah klien mau mempelajari cara-cara

S : klien sangat menyesal dan ingin minta maaf setelah dirinya marah – marah dan memukul ayahnya. O : klien tampak : sedih, ingin menangis, mata menatap tajam, wajah memerah. A : klien mampu mengungkapkan akibat

yang baru dan sehat atau kerugian dari perilaku kekerasan yang dilakukannya, SP 5 tercapai. P : lanjutkan SP 6, klien dapat mengontrol perilaku yang sering dilakukan saat marah. K : klien diminta untuk berlatih mengontrol marah dengan cara sholat dan berdoa.

12.00 SP 6 1.    Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dan penanganan dengan cara sholan dan berdoa2.    Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan.

S : Klien mengatakan jarang sholat dan merasa doa nya tidak dikabulkan.O : Klien tidak melaksanakan sholat dan berdoa.A : SP 6 belum tercapaiP : Ulangi dan Pertahankan SP 6,K : Klien diminta berlatih untuk meminum obat secara teratur

SP 7 1.    Melatih klien minum obat dengan teratur2.    menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan

S : Klien mengatakan minum obat secara teratur setelah makan.O : Klien mau minum obat tanpa paksaan perawat.A : SP 7 tercapaiP : Ulangi SP 6, dan pertahankan SP 1 – SP 7.K : Klien diminta untuk mempertahankan apa yang telah dilakukan tadi.