documentpk
TRANSCRIPT
Pengertian
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang baik secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147).
Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di
elakkan dan sering menimbulkan suatu tekanan.
2. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan
(Stuart dan Sundeen, 1995)
a. Respon marah yang adaptif meliputi :
1. Pernyataan (Assertion)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa
marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya
akan memberikan kelegaan.
2. Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau rasa
aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.
b. Respon marah yang maladaptif meliputi :
1. Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang
sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.
2. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut suatu
yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.
3. Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
3. Etiologi
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa
disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
4. Tanda dan Gejala
1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
6. Memukul jika tidak senang
Proses Kemarahan
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan kemarahan. Respons
terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.
a. Eksternal yaitu konstruktif, agresif.
b. Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.
Modul ekspresi marah
Rendah diri
Rasa bersalah Kecemasan
Bermusuhan
Ekspresi Eksternal Ekspresi Internal
c. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata
yang dapt di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan
perasaan lega, keteganganpun akan menurun dan perasaan marah teratasi.
d. Marah di ekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan
individu karena ia merasa kuat. Cara ini tidak menyelesaikan masalah bahkan dapat
menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dandapat menimbulkan tingkah laku yang
destruktif, amuk yang ditujukan pada orang lain maupun lingkungan.
e. Perilaku tidak asertif seperti menekan perasaan marah atau melarikan diri dan rasa
marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang
lama dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan pada
diri sendiri.
5. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya
mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut di alami oleh individu :
Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan di
tolak, di hina, di aniyaya atau saksi penganiayaan.
Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi
individu mengadopsi perilaku kekerasan.
Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif) dan control
social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan diterima (permissive)
Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan.
Faktor Presipitasi
Factor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan, ketidak berdayaan,
percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab
yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
1. Tingkah Laku
a. Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar.
b. Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang perilaku yang
berkaitan dengan marah antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (flight or fight)
Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual,
sekresi HCL meningkat, peristaltik usus menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat,
konstipasi, kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatub,
tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan dengan jelas (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu
dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk
mengekspresikan marah disamping dapat dipelajari juga akan mengembangkan
pertumbuhan diri pasien.
3. Memberontak (acting out)
Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out untuk menarik
perhatian orang lain.
4. Amuk atau kekerasan (violence)
Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.
2. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri (tuart dan sundeen, 1998 hal : 33)
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain :
a) Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti
meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b) Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik,
misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual
terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya
c) Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam
sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya.
Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci
orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci
itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.
d) Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan
melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai
rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kuat.
e) Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari
ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan
temanya.
Sumber Koping
Menurut Suart Sundeen 1998 :
1. Aset ekonomi
2. Kemampuan dan keahlian
3. Tehnik defensif
4. Sumber sosial
5. Motivasi
6. Kesehatan dan energi
7. Kepercayaan
8. Kemampuan memecahkan masalah
9. Kemampuan sosial
10. Sumber sosial dan material
11. Pengetahuan
12. Stabilitas budaya
3. Penatalaksanaan Umum
a. Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun
pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya
Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat
digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga
maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi
meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
b. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian pekerjaan
atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan
kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan
tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran, main catur dapat pula dijadikan
media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi
tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal
yangb harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan
ditentukan program kegiatannya.
c. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada
setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan lima
tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan
kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga
yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang
mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive
(pencegahan primer), menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan skunder) dan
memulihkan perilaku maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat
kesehatan klien dan kieluarga dapat ditingkatkan secara opti9mal. (Budi Anna Keliat,1992).
d. Terapi somatic
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang diberikan
kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif
menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindankan yang ditunjukkan pada kondisi fisik
klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien
e. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi kepada
klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui
elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya untukmenangani
skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari
sekali (seminggu 2 kali).
4. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiriOrang lain atau lingkungan. E
Perlaku kekerasan CP
Mekanisme koping individu in efektif C
Gambar 1 : pohon masalah PK ( Budi Anna Keliat )
5. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko menciderai ndiri dan orang lain atau lingkungan b.d perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan b.d Mekanisme koping individu in efektif.
6. Fokus Intervensi
1. Resiko menciderai diri dan orang lain b.d perilaku kekerasan.
TUM : Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.
TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil :
Klien mau menjawab salam
Klien mau menjabat tangan
Klien mau menyabutkan nama
Klien mau tersenyum
Ada kontak mata
Mau mengetahui nama perawat
Mau menyediakan waktu untuk kontak
Intervensi :
a. Memberi salam atau panggil nama klien
b. Sebutkan nama perawat sambil menjabat tangan
c. Jelaskan tujuan interaksi
d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
e. Beri sikap aman dan empati
f. Lakukan kontrak singkat tapi sering
TUK 2 : Klien dapat mengnidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat mengungkapkan perasaannya
Klien dapat mengungkapkan penyebab marah, baik dari diri sendiri nmaupun orang lain
dan lingkungan.
Intervensi :
a. Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.
b. Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
c. Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.
TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat mengunngkapkan yang dialami saat marah.
Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami.
Intervensi :
a. Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.
b. Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
c. Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.
TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak.
Intervensi :
a. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
Intervensi :
a. Berbicara akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.
c. Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.
Intervensi :
a. Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
b. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
c. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :
a. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal atau kasur atau
olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal atau tersinggung atau jengkel (saya
kesal Anda berkata seperti itu : saya marah karen mami tidak memenuhi keinginan saya).
c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat ; latihan asertif.
d. Secar spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain meminta pada
Tuhan untuk beri kesabaran, mengadu pada Tuhan kekerasan atau kejengkelan.
TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Fisik : tarik nafas dalam olahraga menyiram tanaman,
Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
Spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah klien.
Intrevensi :
a. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
b. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.
c. Bantu klien untuk memaksimulasi cara tersebut (role play).
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien mensimulasi cara tersebut.
e. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.
Tanggal Pengkajian : 15 Januari 2013
Tanggal Masuk : 26 Desember 2012
Ruang : Perkasa
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. H
Alamat : Jombor, Ceper, Klaten
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP (Putus Sekolah)
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
No. CM : 01 13 28
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. W
Umur : 57 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jombor, Ceper, Klaten
Hubungan dengan Klien : Ayah Kandung
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan tidak bisa tidur akibat tidak minum obat, mondar mandir, dan suka mengancam. Klien
mengatakan masih merasa jengkel dan marah jika keinginanya tidak terpenuhi, saat marah atau jengkel pasien
mengamuk dan memukul pintu / jendela.
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan
III. ALASAN MASUK
±4 hari sebelum masuk rumah sakit klien dirumah bingung, agresif, labil, gelisah dan tidak
mengontrol diri. Klien juga marah marah dan memukul ayahnya karena klien merasa
dibohongi dan keinginanya tidak dipenuhi. Kemudian oleh keluarga, klien dibawa ke RSJD Klaten untuk
kembali di rawat inap.
Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Klien mengalami gangguan jiwa sejak 11 tahun yang lalu dan pernah masuk rumah sakit
jiwa klaten >35x.
2. Tidak mau kontrol, dan putus obat selama 1 minggu.
3. Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan
jiwa.
4. Klien mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu masuk penjara selama 3
minggu karena mencoba membobol ATM.
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda – tanda Vital :
1) Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
2) Nadi : 78 x/menit
3) Suhu badan : 36.4 0C
4) Respirasi : 23 x/menit
2. Ukuran
1) Tinggi Badan : 168 cm
2) Berat badan : 70 Kg
3. Kondisi Fisik
Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik – baik saja dan tidak ada keluhan fisik.
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
Laki – laki Satu Rumah
Perempuan Garis Perkawinan
Meninggal Garis Keturunan
Klien
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien memandang terhadap dirinya ada bagian tubuh yang paling istimewa atau yang paling disukainya adalah
bagian wajah, karena klien merasa wajahnya tampan..
b. Identitas diri
Klien mempersepsikan dirinya sebagai laki – laki dewasa dan belum menikah dan klien anak ke dua dari lima
bersaudara.
c. Peran
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya adalah anak yang di saying dilingkungan masyarakat. klien juga aktif
mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong, pengajian, pemuda dll.
d. Ideal diri
Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin cepat pulang dan bebas biar bisa bekerja dan
menjadi orang kaya.
e. Harga diri
Klien mengatakan hubungan yang paling dekat, di sayang dan dapat di percaya adalah ayah dan adiknya.
Masalah Keperawatan : - Koping Individu Tidak Efektif
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang terdekat
Klien mengatakan mengatakan mempunyai orang yang berarti yaitu ayah dan adiknya,
apabila ada masalah klien memilih diam diri dan memendamnya. Didalam keluarganya ayah
dan adik adalah orang yang dipercaya oleh klien.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Klien mengatakan dalam masyarakat klien sering mengikuti kegiatan gotong royong, pengajian, arisan, pemuda,
setelah dirumah sakit klien juga mengikuti kegiatan sosial seperti bersosialisasi dengan teman-teman satu
bangsalnya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Kien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, setelah di rumah sakit hubungan klien
dengan klien yang satu tidak ada masalah.
4. Spiritual
Klien mengatakan beragama islam dan klien mengatakan saat di rumah tidak rutin beribadah dan saat di rumah sakit
klien tidak beribadah karena merasa kalau doanya tidak pernah di kabulkan dan semua itu sia-sia.
Masaalah Keperawatan : Distres spiritual
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien tampak agak rapi, rambutnya jarang disisir, gigi kuning, kulit bersih.
Cara berpakaian sudah rapi, baju dan celana tidak terbalik.
Klien menggunakan sandal.
Masalah Keperawatan :
2. Pembicaraan
Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema yang
dibicarakan dan dapat berkomunikasi dengan lancar.
Masalah Keperawatan : -
3. Aktifitas Motorik
Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak tenang, diam, tiduran, untuk saat ini klien sudah
mampu mengendalikan emosinya yang labil.
Masalah Keperawatan : -
4. Alam Perasaan
Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan, saat gembira pasien tampak gembira, saat sedih klien tampak sedih.
Masalah Keperawatan : -
5. Afek
Afek klien datar mempunyai emosi yang stabil.
Masalah Keperawatan : Resiko Tinggi Cidera
6. Interaksi selama wawancara
Saat diwawancara klien kooperatif, cenderung selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
Masalah Keperawatan : -
7. Persepsi
Sampai saat dikaji klien mengatakan tidak mendengarkan suara-suara.
8. Proses pikir
Pembicaraan klien normal biasa tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat dan sampai tujuan
karena dapat kooperatif.
Masalah Keperawatan : -
9. Tingkat Kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan benar dan jelas yang
ditandai dengan klien mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun yang benar pada saat
wawancara.
Klien dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan klien bias
menyebutkan beberapa nama temannya.
Masalah Keperawatan : -
10. Memori
Klien dapat mengingat kejadian saat dibawa rumah sakit dengan diantar oleh ayahnya. Dan
klien dapat mengingat nama mahasiswa saat berkenalan dengan benar.
Masalah Keperawatan : -
11. Tingkat Konsentrasi Berhitung
Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 2x5 = 10, 5+5 = 10, Klien dapat memfokuskan konsentrasi dengan
baik
Masalah Keperawatan : -
12. Kemampuan Penilaian
Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil keputusan sesuai tingkat atau
mana yang lebih baik untuk dikerjakan pertama kali.
Masalah Keperawatan : -
13. Daya Tilik Diri
Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap penyakitnya karena
klien mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini dan penyebab mengapa klien bisa
sakit jiwa seperti ini.
Masalah Keperawatan : -
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya, klien makan 3x sehari, pagi, siang dan
sore, minum ±6 gelas sehari.
2. BAB/BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ±5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan baik, menjaga kebersihan setelah
BAB dan BAK dengan baik.
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, menyikat gigi saat mandi, kebersihan tubuh baik.
4. Berpakaian
Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan rumah sakit, klien dapat memilih dan
mengambil pakaian dengan baik dan sudah sesuai dengan aturan rumah sakit.
5. Pola Istirahat Tidur
Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur dengan kualitas 6-8 jam perhari, baik
malam maupun siang.
6. Penggunaan Obat
Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat.
7. Aktivitas di dalam rumah
Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll.
8. Aktivitas diluar rumah
Klien mengatakan bekerja sehari-hari sebagai buruh.
IX. MEKANISME KOPING
Klien mampu berkomunikasi dengan orang lain.
Klien mampu mengatasi masalah ringan seperti menjaga kebersihan diri dan menyiapkan
makanan.
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dengan dukungan kelompok (-)
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan klien agak menarik diri dengan lingkungan.
MK : Harga Diri Rendah
3. Masalah dengan kesehatan (-)
4. Masalah dengan perumahan, klien tinggal dengan ayah dan adiknya.
5. Masalah dengan ekonomi, kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.
XI. ASPEK MEDIK
Terapi obat :
Inj. Lodomer : 1amp IM extra
Trihexiyl Phenidyl : 3 x 2 mg
Haloperidol : 3 x 5 mg
Resperidon : 2 x 2 mg
XII. MASALAH KEPERAWATAN
1. Prilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3. Harga diri rendah
4. Disstres spiritual
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : klien mengatakan dirumah
marah-marah kepada ayahnya
karena keinginanya tidak
dipenuhi dan merasa dibohongi.
Serta klien memukul ayahnya
sampai berdarah.
DO : face tegang, mudah
Perilaku Kekerasan Resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan
lingkungan
tersinggung saat di ajak bicara,
tatapan mata tajam, muka
tampak merah.
2 DS : klien mengatakan saat
mempunyai masalah dipendam
sendiri, tidak mau bercerita.
DO : pasien tidak banyak
bicara, pasien berdiam diri
Koping Individu Tidak Efektif Perilaku Kekerasan
XIV.
( Efek )
( Core Problem )
( Causa /
Penyebab )
POHON MASALAH Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan
Perilaku Kekerasan
Koping Individu Tidak Efektif
XV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan Perilaku
Kekerasan
2. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Koping Individu Tidak Efektif
XVI. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Criteria hasil IntervensiResiko menciderai
diri sendiri, orang
TUM:
Kliendapat
1. klien mau membalas 1. ber salam
lain dan lingkungan melanjutkan peran
sesuai dengan
tanggung jawab.
TUK 1:
Klien dapat
membina hubungan
saling percaya.
TUK 2:
Klien dapat
mengidentifikasi
kemampuan
penyebab
kekerasan
TUK 3 :
Klien dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda
perilaku kekerasan
TUK 4;
salam
2. klien mau menjabat
tangan
3. klien mau menyebut
nama
4. klien mau tersenyum
5. klien mau kontak mata
6. klien mau mengetahui
nama perawat
1. klien mengungkapkan
perasaanya
2. klien dapat
mengungkapkan penyebab
perasaan marah dari
lingkungan atau orang lain
1. klien mampu
mengungkapkan perasaan
saat marah/jengkel
2. klien dapat
menyimpulkan tanda-tanda
marah yang dialami.
1. Klien dapat
mengungkapkan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan
2. Klien dapat bermain
panggil nama
2. sebutkan nama
perawat sambil jabat
tangan
3. jelaskan
maksud hubungan
interaksi
4. jelaskan
kontrak yang akan
dibahas
5. beri rasa aman
dan simpati
6. lakukan kontak
mata singkat tapi
sering
1. beri kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaan
2. bantu klien
untuk
mengungkapkan
penyebab perasaan
jengkel/kesal
1. Anjurkan klien
mengungkapkan apa
yang dialami dan
Klien dapat
mengidentifikasi
perilaku kekerasan
yang biasa
dilakukan
TUK 5;
Klien dapat
mengidentikasi
akibat perilaku
kekerasan
TUK 6 :
Klien dapat
mendemonstrasikan
cara mengontrol
perilaku kekerasan
peran dengan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan
3. Klien dapat mengetahui
cara yang biasa dilakukan
untuk menyelesaikan
masalah
1. Klien dapat menjelaskan
akibat dari cara yang
digunakan
Akibat pada klien sendiri
Akibat pada orang lain
akibat pada lingkungan
1. klien dapat menyebutkan
contoh pencegahan perilaku
kekerasan secara :
- Fisik: Tarik nafas dalam ,
olah raga, memukul bantal
- Verbal: Mengatakan secara
langsung dengan tidak
menyakiti.
2. klien dapat
mendemonstrasikan cara
fisik (memukul bantal) untuk
mencegah perilaku
kekerasan.
dirasakan saat
marah
2. Observasi
tanda-tanda perilaku
kekerasan pada klien
3. Simpulkan
bersama klien tanda
dan gejala kesal
yang di alami
1. Anjurkan klien
untuk
mengungkapkan
perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
klien .
2. Bantu klien
bermain peran
sesuai dengan
perilaku kekerasan
yang biasa
dilakukan.
3. Bicarakan dengan
klien apakah dengan
cara yang dilakukan
klien masalahnya
selesai
1. bicarakan akibat
dan cara yang
dilakukan klien
TUK 7 :
Klien dapat
menggunakan obat
dengan benar
( sesuai dengan
program )
1. Klien dapat menyebut
kan obat – obat yang di
minum dan kegunaanya
( jenis ,waktu,dosis,dan efek
)
2. Klien dapat minum obat
sesuai program pengobatan
2. bersama klien
menyimpulkan
akibat cara yang
digunakan oleh klien
3. Tanya pada klien
apakah ia ingin
mempelajari cara
yang baru dan yang
sehat.
1. Bantu klien
memilih cara yang
paling tepat untuk
klien
2. Bantu klien
mengidentifikasi
manfaat cara yang
telah dipilih
3. Bantu klien
untuk
menstimulasikan
cara tersebut atau
dengan role play
4. Beri
reinforcement positif
atas keberhasilan
klien
menstimulasikan
cara tersebut
5. Anjurkan klien
untuk menggunakan
cara yang dipelajari
saat jengkel atau
marah.
1.Jelaskan jenis-jenis
obat yang di minum
pada klien dan
keluarga.
2.Diskusikan
manfaat minum obat
dan kerugian
berhenti minum obat
tanpa seijin dokter
3.Jelaskan prinsip
benar minum
obat(baca nama yg
tertera pd botol
obat,dosis
obat ,waktu dan cara
minum)
1.Anjurkan klien
minum obat tepat
waktu
2.Anjurkan klien
melaporkan pada
perawat atau dokter
jika merasakan efek
yang tidak
XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Waktu Dx SP IMPLEMENTASI EVALUASISelasa
15/01/13
17.00
17.00
1 SP 1
SP 2
1. Membina
hubungan saling
percaya dengan
mengungkapkan
komunikasi
terapeutik
2. Menyapa klien
dengan ramah,baik
verbal maupun non
verbal.
3. Memperkenal
diri dengan sopan.
4. Menjelaskan
tujuan pertemuan
dengan lengkap
5. Menanyakan
nama klien dengan
lengkap.
6. Mengatakan
dengan jujur dan
menepati janji
7. Menunjukkan
rasa empati dan
menerima klien apa
adanya.
8. Memberikan
perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar
S : Klien senang
karena disapa oleh
perawat.
O :
Klien mau berjabat
tangan
Klien mau bercerita
tentang diri nya
Kontak mata cukup
A : Klien mampu
membina hubungan
saling percaya, SP 1
tercapai.
P : Lanjutkan SP
2,klien dapat
mengidentifikasi
penyebab marah.
K : Klien di minta
untuk mencari
penyebab marah.
S : Klien marah apabila keinginannya tidak terpenuhi
klien
1. Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku kekerasan dan penyebab. 2. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab perilaku kekerasan 3. Memberikan pujian terhadap kemampuan klien memngungkap kan persaan nya.
O :• Klien dapat mengungkapkan perasaan marah atau jengkel.• Klien tampak tegang tegangan dan tatapan mata tajam.A : Klien mampu mengungkapkan penyebab marah atau jengkel,SP 2 tercapai.P : Lanjutkan SP 3, klien dapat mengontrol dan penanganan perilaku kekerasan dengan cara sholat dan berdoa. K : Klien diminta untuk mencari penyebab dan tanda marah yang belum di ungkapkan
Rabu
16/01/2013
12.30
SP 3 1. Mendiskusikan bersama klien tentang apa yang dirasakan saat klien marah2. Mendiskusikan bersama klien tentang tanda-tanda perilaku kekerasan.
S : klien saat marah akan berbicara dengan nada tinggi, tangan mengepal, matanya menatap tajam, wajahnya tampak merah. O : pasien menunjukkan tanda-tanda :a. Nada suara tinggib. Mata menatap tajamc. Tangan mengepal. A : klien mampu mengidentifikasi
tanda dan gejala saat marah atau jengkel. SP 3 tercapai. K : klien diminta untuk mengidentifikasi perilaku kekerasan yang sering dilakukan.
SP 4 1. Menganjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang bias dilakukan. 2. Membantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan. 3. Membicarakan dengan klien apakah dengan cara yang dilakukan oleh klien masalah akan teratasi.
S : klien akan marah-marah apabila keinginanya tidak dipenuhi dan memukul pintu / jendela.O : klien tampak :Tegang, tangan mengepal, mata menatap tajam, wajah memerah. A : klien mampu mengungkapkan perilaku kekerasan yang bisa dilakukan. SP 4 tercapai. P : lanjutkan SP 5, klien dapat mengungkapkan perilaku yang sering dilakukan saat marah. K :klien diminta untuk mengingat kembali akibat yang akan ditimbulkan.
Kamis18/01/2013
11.15
SP 5 1. Membicarakan akibat atau kerugian dan cara yang dilakukan kilen pada saat marah2. Menyimpulkan bersama klien akibat dari cara yang digunakan oleh klien3. Menanyakan kepada klien apakah klien mau mempelajari cara-cara
S : klien sangat menyesal dan ingin minta maaf setelah dirinya marah – marah dan memukul ayahnya. O : klien tampak : sedih, ingin menangis, mata menatap tajam, wajah memerah. A : klien mampu mengungkapkan akibat
yang baru dan sehat atau kerugian dari perilaku kekerasan yang dilakukannya, SP 5 tercapai. P : lanjutkan SP 6, klien dapat mengontrol perilaku yang sering dilakukan saat marah. K : klien diminta untuk berlatih mengontrol marah dengan cara sholat dan berdoa.
12.00 SP 6 1. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dan penanganan dengan cara sholan dan berdoa2. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan.
S : Klien mengatakan jarang sholat dan merasa doa nya tidak dikabulkan.O : Klien tidak melaksanakan sholat dan berdoa.A : SP 6 belum tercapaiP : Ulangi dan Pertahankan SP 6,K : Klien diminta berlatih untuk meminum obat secara teratur
SP 7 1. Melatih klien minum obat dengan teratur2. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
S : Klien mengatakan minum obat secara teratur setelah makan.O : Klien mau minum obat tanpa paksaan perawat.A : SP 7 tercapaiP : Ulangi SP 6, dan pertahankan SP 1 – SP 7.K : Klien diminta untuk mempertahankan apa yang telah dilakukan tadi.