pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas uts bestfy.doc · web viewsetiap 6 menit terdapat...
TRANSCRIPT
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
A Mobile Wearable Wireless Fetal Heart Monitoring System(System Monitor Detak Jantung Janin Berbasis Nirkabel)
Universitas Indonesia
Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Disusun Oleh :
BESTFY ANITASARI1006748450
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN MATERNITASFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIATAHUN 2011
A Mobile Wearable Wireless Fetal Heart Monitoring System
(System Monitor Detak Jantung Janin Berbasis Nirkabel)
ABSTRAK
Pemantauan kesejahteraan janin merupakan hal penting dalam pengawasanjanin terutama pada
akhir trimester ketiga dan dalam masa persalinan. Dukungan teknologi sangat berperan dalam
kemajuan pemantauan janin. Asuhan antenatal modern memerlukan tatalaksana yang efisien,
efektif, handal dan komprehensif. Pemantauan kesejahteraan janin sudah merupakan suatu
kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga medis dan paramedic yang melakukan asuhan
antenataldan asuhan persalinan.
Sebuah sistem nirkabel dan mobile untuk pemantauan noninvasif kesejahteraan janin yaitudenyut
jantung janin dan kontraksi uterus secara bersamaan dikembangkan. Sistem end-to-end terdiri
dari Doppler ultrasound dan penginderaan front-end bertekanan yang dilengkapi dengan
jangkauan radio singkat, gerbang seluler bergerak untuk jangkauan komunikasi yang luas, web
server, dan browser berbasis pengguna interface untuk pemantauan jarak jauh dan diagnostik.
Sistem ini telah diimplementasikan, diuji dan digunakan dalam tes benchtop. Ini juga telah
digunakan untuk memantau wanita hamil dalam masa percobaan kelayakan dalam lingkup klinis.
Dalam percobaan in vivo untuk mengukur detak jantung janin dan kontraksi rahim yang
digunakan secara bersamaan dengan perangkat pemantauan janin standar menghasilkan koefisien
korelasi konkordansi masing-masing 88% dan 94%.
Kata kunci: pemantauan jantung janin, kardiotokografi, sensor nirkabel, kesehatan
LATAR BELAKANG
Tujuan utama pemantauan janin intrapartum adalah untuk mendeteksi stress dan kegawatan pada
janin dengan demikian tindakan yang tepat dapat dilakukan oleh tim prenatal. Tindakan yang
dilakukan tepat waktu selama proses persalinan sangat penting sekali untuk pelahiran seorang
bayi baru lahir yang utuh secara fisik dan neurologis (Golebiewski K, 2004).
Berdasarkan WHO, setiap tahun terdapat kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal (Birtlipsycbology, 2004). Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa bayi baru lahir (usia
di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi baru lahir yang meninggal. Penyebab
kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%).
Asfiksia intrapartum merupakan 1% dari komplikasi kehamilan, mengakibatkan kematian janin
pada 0,5 per 1000 kehamilan (Riskesdas, 2010). Asfiksia yang terjadi disebabkan oleh sindrom
distress pada janin yaitu kondisi abnormal selama kehamilan atau pada saat kelahiran, ditandai
dengan denyut jantung atau ritme berubah dan menyebabkan aliran darah terganggu atau
menyebabkan perubahan dalam kimia darah (Dastur. A, 2005)
Kardiotokografi adalah teknik diagnostik non-invasif umum yang digunakan dalam obstetri
untuk mendeteksi dan menentukan tingkat sindrom gawat janin. Deteksi sindrom gawat janin di
keperawatan dilakukan dengan pemantauan jantung janin, yang terdiri dari pengukuran secara
bersamaan denyut jantung janin dan rahim kontraksi. Selama beberapa tahun, kekuatan
persalinan dan kesejahteraan janin dievaluasi hanya dengan mempalpasi abdomen ibu dan
dengan pengambilan sampel denyut jantung janin (DJJ) melalui auskultasi secara berkala. Semua
metode ini adalah pemantauan utama pada janin di masa intrapartum sampai munculnya
pemantauan denyut jantung janin dan aktivitas uterus secara elektronik dan kontinu 30 tahun
yang lalu (Reeder, 2010). Pemantauan jantung janin untuk menilai kesejahteraan janin dan telah
terbukti efektif dalam mencegah kematian janin.
Saat ini perangkat pemantauan janin bentuknya besar, mahal, dan yang menggunakannya khusus
pada klinik tertentu atau rumah sakit. Oleh karena itu, pasien obstetri risiko tinggi yang
membutuhkan pemantauan janin harus dikirim ke rumah sakit atau klinik rawat jalan dimana
pemantauan dilakukan oleh seorang teknisi atau perawat. Salah satu kelemahan dari proses ini
adalah bahwa wanita hamil (bukan perangkat monitoring) harus datang ke klinik atau rumah
sakit untuk sesi monitoring yang berpotensi mahal (dalam waktu dan biaya) dan berisiko untuk
janin dan ibu. Oleh karena itu, pemantauan pasien, yang tidak dikategorikan sebagai risiko
tinggi, saat ini terbatas hanya beberapa kali selama kehamilan dan persalinan yang dapat
mengurangi kemanjuran pemantauan sehingga menyebabkan kejadian penting mungkin
terlewatkan karena tidak terdeteksi pada saat sesi monitoring. Disamping itu, ibu hamil yang
berada di daerah terpencil atau terlayani dengan akses kesehatan terbatas tidak dapat menerima
pemantauan janin selama kehamilan karena tidak tersedianya fasilitas pemantauan (Young P,
2001).
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka diciptakan suatu system nirkabel end-to-end yang
murah dan sistem pemantauan janin mobile yang dikenakan di tubuh. Perangkat pemantauan
janin yang menggunakan teknologi jaringan nirkabel merupakan sebuah paradigma baru
perawatan yang memungkinkan pemantauan dilakukan kapan / di mana saja. Hal ini dapat
digunakan oleh teknisi yang terlatih atau perawat untuk memantau pasien (misalnya, di rumah
atau klinik lokal) sementara diagnosa dilakukan oleh spesialis yang bisa terletak jauh (misalnya,
di sebuah rumah sakit daerah). Dengan demikian perangkat ini sangat menguntungkan bagi
pasien dan penyedia layanan terutama di daerah geografis yang secara tradisional memiliki
tingkat kehamilan yang tinggi tanpa pengawasan dan outcome janin & ibu yang buruk karena
perawatan ante partum yang tidak memadai.
KAJIAN LITERATUR
Penemuan alat pendeteksi denyut jantung janin di mulai sejak tahun 1816 oleh Rene-Theophile-
Hyacinthe Laennec seorang professor dari Perancis yang menggunakan kayu lurus berbentuk
tabung untuk mendengar bunyi jantung yang kemudian berkembang menjadi stetoskop
monaural. Di tahun 1818, Francois Pinardin pertama kali mendeskripsikan tentang bunyi jantung
bayi, dilanjutkan dengan penemuan klinis penting dari Jean de Kergaredec pada tahun 1822
mengenai tanda klinis dari bunyi jantung bayi. Baru pada tahun 1950-an, monitor detak jantung
janin elektronik ditemukan oleh Dr. Edward H. Hon. Monitor ini menggunakan ultrasound untuk
merekam detak jantung janin dan kontraksi uterus ibu yang dapat digunakan secara intermitten
atau berterusan hanya pada saat usia gestasi 32 minggu yaitu saat system syaraf bayi telah
matang (Talon W.R, 2006).
Alat pemantauan janin elektronik (EFM) standar pada umumnya berupa bangku - pusat unit,
yang terdiri atas transduser USG Doppler untuk mengukur denyut jantung janin,
tocodynamometer (Toco) untuk menilai kontraksi uterus, pengeras suara, dan printer. Sensor
yang ditempelkan ke perut ibu, dan kabel ke unit pusat melalui kabel penghubung. Jika terpasang
dengan alat ini maka mobilisasi ibu terbatas hanya di tempat tidur saja (Vardhan et al, 2006).
Gambar 1: EFM standar
A. Cara Kerja EFM System Berbasis Nirkabel
Gambar.2
System ini terdiri atas penginderaan nirkabel interface, gerbang transmisi data, penyimpanan
data, dan pengguna interface melalui internet. Sesuai dengan bagan kerja di atas dijelaskan
bahwa hasil perekaman detak jantung janin dan kontraksi uterus akan ditransmisikan melalui
gerbang transmisi data untuk selanjutnya melalui internet akan dikirim ke web server dan ke
web pengguna interface yaitu petugas kesehatan dalam hal ini perawat maternitas atau teknisi
untuk diinterpretasikan dan kemudian dikolaborasikan dengan dokter obstetrik untuk
menentukan tindakan selanjutnya (M. Roham et al, 2011).
B. Transmisi Data Dalam System
Gambar. 3 Waktu transmisi data dalam system
Bagan di atas menggambarkan waktu untuk transmisi data dalam sistem. Register internal
hardware untuk denyut jantung diperbarui setiap detaknya dan kontraksi pada tingkat 10Hz.
Transmisi antara gerbang transmisi data dan pusat unit diprakarsai dan dinilai melalui respon
dari unit pusat yang terdiri dari denyut jantung, informasi kontraksi, dan kode kesalahan pada
tingkat 2-10 Hz (A. Fanelli M et al, 2010).
C. Komponen Alat
1. Penginderaan perangkat keras Front-end dari sistem monitoring detak jantung janin
nirkabel meliputi USG Doppler untuk detektor detak jantung dan sensor tekanan Toco,
menyerupai sistem pemantauan standar janin namun bersifat niekabel dan mobile
sehingga pasien tidak harus berbaring di tempat tidur atau ke pusat kesehatan untuk
pemantauan kesejahteraan janin. Alat ini terdiri atas dua setengah disk 2MHz PZ-27
keramik USG transduser bersama dengan rak elektronik digunakan untuk mendeteksi
detak jantung janin, dan memberikan umpan balik audio untuk memastikan posisi
perangkat USG selama proses pemantauan. Sebuah mikrokontroler berkekuatan 8-bit
digunakan untuk sistem kontrol, konversi analog ke digital melalui on-chip10-bit ADC,
pengolahan sinyal onboard, dan komunikasi menggunakan modul Bluetooth (M. Roham
et al, 2011).
Prinsip kerja alat
a) Untuk detektor detak jantung yaitu jika terdapat pergerakan alat dan /atau posisi
transduser yang tidak tepat pada perut ibu, detektor detak jantung sering melewatkan
satu atau lebih detak jantung. Algoritma untuk konversi detak jantung ke denyut
jantung, tertanam pada mikrokontroler, untuk menghilangkan kekeliruan pengukuran
yaitu dengan cara membandingkan detak jantung masukan dengan nilai yang telah
disimpan. Jika nilai bacaan baru di luar dari ± 25% dari nilai yang disimpan,
algoritma akan memilih bacaan baru. Jika 6 bacaan yang berurutan terus-menerus
keluar dari kisaran tersebut, menunjukkan bahwa rata-rata nilai detak jantung
sebelumnya tidak berlaku lagi, pembacaan baru akan disimpan sebagai hasil
pengukuran terbaru (Chieh-Yuan Tsai et al, 2006).
b) Untuk Toco digunakan sensor sekali pakai yang terdiri dari transduser tekanan
dikonfigurasi dalam sebuah jembatan Wheatstone digunakan untuk pemantauan
kontraksi. Sebuah penguat instrumentasi dengan daya 100 menguatkan sinyal ke
berbagai masukan ADC. Selanjutnya dasar pengurangan dan penyesuaian daya
diimplementasikan dalam perangkat lunak gateway (M. Roham et al, 2011).
c) Perangkat membuat link dengan gateway menggunakan modul Bluetooth
(dikonfigurasi dalam Serial Port Profile). Modul untuk output daya RF dapat
diprogram untuk kelas I, II atau III. Sebuah Bluetooth eksternal opsional dalam
bentuk kalung dirancang sehingga ketika terhubung ke unit digunakan sebagai
pengganti Bluetooth internal (M. Roham et al, 2011).
d) Konsumsi arus dari modul ini didominasi oleh elektronik kristal ultrasound dan
modul Bluetooth, diukur pada 60mA dan 25mA, masing-masing dengan pasokan
3.3V. Perangkat ini didukung oleh dua Baterai AAA standar yang bertahan ~ 8 jam
(M. Roham et al, 2011).
Gambar. 4
Gambar di atas menunjukkan letak dan fungsi berbagai komponen dari penginderaan
front-end. Unit pusat mengintegrasikan transduser USG, pengolahan dan kontrol sirkuit,
dan modul Bluetooth komunikasi internal. Sabuk yang terpisah digunakan untuk
menahan unit pusat dan Toco sensor sehingga selama operasi, posisi sensor dapat
dioptimalkan secara independen (M. Roham et al, 2011).
2. Gateway (gerbang transmisi data).
Sebuah gerbang transmisi data digunakan untuk penyimpanan data lokal, visualisasi dan
untuk berkomunikasi dengan jaringan data mobile untuk mengirimkan data ke server.
Salah satu keuntungan yang signifikan dari menggunakan gerbang transmisi data dalam
hubungannya dengan sensor tubuh nirkabel adalah mengurangi paparan janin dan ibu
hamil ke radiasi RF monitor janin nirkabel (Lee Su C et al, 2009).
Gerbang transmisi data nirkabel dan modul Bluetooth memancarkan radiasi nonionisasi
pada frekuensi mulai 1-2.5GHz. FCC membatasi Specific Absorption Rate (SAR), yaitu
mengukur tingkat penyerapan energi oleh tubuh saat terkena medan RF, untuk telepon
seluler adalah 1,6 W / kg.Tingkat SAR gerbang transmisi data sebanding dengan
smartphone, di kisaran 0,5-1,5 W / kg. Sebuah modul Bluetooth yang dikonfigurasi di
kelas II menghasilkan tingkat SAR ~ 0,01 W / kg. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan
gerbang transmisi data dan ditempatkan relatif jauh dari wanita hamil maka tingkat SAR
dapat dikurangi. Menggunakan kalung bluetooth eksternal opsional jika dibandingkan
dengan modul built-in mengurangi paparan emisi RF yang tidak diinginkan terhadap
janin (Lee Su C et al, 2009).
3. Web Server dan User Interface
Data yang telah disanitasi ditransmisikan melalui transfer file ke server tujuan. Server
mendukung API web, seperti yang ditunjukkan pada gambar, untuk data remote browsing
dari web browser (Chieh-Yuan Tsai et al, 2006).
Gambar.5
PEMBAHASAN
Sistem yang lengkap telah melewati tes yang ekstensif menggunakan simulator yang
dikembangkan untuk mensimulasikan detak jantung janin dan kontraksi uterus. Sistem ini juga
telah diuji pada pasien prenatal dan ibu bersalin. Perangkat ini telah dilakukan uji kelayakan
untuk menunjukkan kemampuan untuk menilai secara akurat, pencatatan, dan mengirimkan data
denyut jantung janin dan kontraksi rahim. Pengujicobaan system ini dilakukan dengan
membandingkannya dengan kardiotokografi standar yang dipasang bersamaan di tubuh ibu hamil
inpartu (M. Roham et al, 2011). Dalam satu studi kasus pada wanita hamil 37 tahun dengan usia
gestasi 38 minggu inpartu didapatkan nilai Koefisien Korelasi Lin’s Concordance untuk detak
jantung janin dan kontraksi uterus ditemukan 0.89 berbanding 0.95 yang menunjukkan fungsi
dari kedua alat tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (M. Roham et al, 2010).
System monitoring janin berbasis nirkabel memberikan manfaat kepada ibu hamil karena
pemantauan yang konsisten dapat menilai kondisi janin. Pada penelitian yang dilakukan terhadap
30 ibu hamil beresiko dengan rata-rata usia gestasi 37-40 minggu menunjukkan respon yang
cepat dari petugas kesehatan terhadap kondisi janin yang bermasalah, pada penelitian ini 2 ibu
menjalani operasi seksio emergensi akibat detak jantung janin menunjukkan non-reassuring 1
jam setelah informasi detak jantung janin sampai ke server. Hal ini menunjukkan tindakan yang
tepat karena informasi cepat didapatkan (M. Roham et al, 2010). Sesuai dengan rekomendasi
yang diberikan oleh perkumpulan dokter ahli kebidanan di luar negeri terhadap penggunaan
kardiotokografi adalah tidak menggunakan kardiotokografi untuk pemantauan janin secara rutin
pada wanita-wanita hamil tanpa komplikasi. Alasan yang diajukan adalah kecenderungan
persalinan yang dipantau dengan kardiotokografi untuk berakhir dengan penggunaan alat
(forseps, ekstraksi vakum) atau seksio sesarea. (Alfirevic Z et al, 2006)
Pemasangan alat ini dapat dimulai pada saat usia 32 minggu. Pada waktu ibu hamil beresiko
datang untuk memeriksakan kehamilannya maka perawat akan membekali klien dengan alat ini.
Sebelumnya klien akan di USG untuk menentukan posisi janin dan juga diajarkan bagaimana
cara untuk mempalpasi perut untuk menempatkan alat pada perut yaitu untuk toco pada fundus
untuk menilai kontraksi uterus sedangkan sense4baby diletakkan di perut diantara punggung dan
kepala bayi untuk menilai detak jantung janin dan juga cara mengaktifkan Bluetooth (M. Roham
et al, 2011).
KELEBIHAN
System monitoring janin berbasis nirkabel merupakan perangkat berteknologi canggih yang
sesuai untuk abad 21ini. Keberadaan system ini memungkinkan adanya respon tindakan yang
cepat dari petugas kesehatan jika kondisi ibu hamil dan janinnya bermasalah karena cepatnya
transmisi data ke petugas. Ibu tidak harus rutin datang ke pusat layanan kesehatan untuk
memeriksakan kondisi janinnya. Perangkat ini ringan, dan sederhana disamping itu tidak
mengharuskan ibu dalam posisi berbaring pada saat pemantauan.
KEKURANGAN
Permasalahan terbesar dari penerapan alat ini adalah ketersediaan jaringan internet untuk
mendukung pengiriman hasil perekaman ke server, jika jaringan internet memiliki kapasitas yang
besar maka data akan cepat diterima namun akan bermasalah jika sebaliknya. Permasalahan lain
adalah terkait penempatan alat di perut ibu karena posisi bayi kadang berubah-ubah sehingga ibu
hamil harus memiliki keterampilan dalam menentukan posisi alat. Hal lain yang mungkin terjadi
adalah ketidaknyamanan karena alat akan dipasang berterusan di perut sehingga dapat
mengganggu aktivitas ibu, kemungkinan alergi pada kulit perut ibu akibat pemasangan sabuk
yang menahan toco dan sensor bayi mengelilingi perut ibu. Menurut penulis asli bahwa
pengadaan alat hanya membutuhkan biaya yang sedikit namun tidak dijelaskan berapa rincian
harga dari alat-alat yang digunakan sehingga untuk penerapannya di Indonesia mungkin akan
terkendala dari segi finansial disamping itu untuk pengaplikasian di daerah terpencil yang pusat
kesehatannya jauh akan terkendala dari segi penyediaan jaringan internet.
KESIMPULAN
Sistem nirkabel ini memperkenalkan sebuah paradigma baru perawatan ibu hamil. Sistem ini
memungkinkan ibu untuk melakukan proses perekaman di mana saja sementara hasilnya dapat
dilihat pada perangkat berbasis web browser termasuk smartphone, tablet, atau laptop. Sehingga
diagnosis, dan perawatan dapat dilakukan dengan cepat jika kondisi ibu bermasalah.
Hal ini sangat bermanfaat untuk perawatan pra-natal di mana beberapa ibu hamil memeiliki
keterbatasan untuk melakukan kunjungan rutin ke rumah sakit atau pusat pelayanan kesehatan
baik itu karena masalah biaya atau lokasi yang jauh.
REKOMENDASI
Pemantauan intensif dengan menggunakan kardiotokografi tidak hanya dilakukan pada ibu hamil
beresiko tetapi juga pada ibu hamil tanpa masalah untuk memastikan bahwa proses kehamilan
dan persalinan akan berjalan dengan lancar.
Bagi para perawat perlu mendapatkan pelatihan interpretasi rekaman kardiotokografi yang
berkesinambungan dan terbaru untuk memastikan bahwa interpretasi hasil rekaman yang dibuat
tidak salah sehingga tindakan yang diberikan kepada klien tepat dan cepat.
Untuk dapat mengimplementasikan perangkat nirkabel ini di Indonesia perlunya ketersediaan
sarana dan prasarana penunjang dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait seperti Dinas
Kesehatan, Badan Teknologi Informatika, perusahaan penyedia alat perekaman, dll. Ataukah
adanya modifikasi perangkat nirkabel ini sehingga yang digunakan adalah peralatan yang sudah
tersedia di Indonesia sehingga dapat mengurangi biaya.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Pemantauan janin, baik dengan auskultasi ataupun dengan alat elektronik telah memperluas
peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga selama persalinan dan
kelahiran. Perluasan peran ini menimbulkan tambahan tanggungjawab dalam pemberian
penyuluhan pada orang tua, konseling, perawatan klien dan pengawasan terhadap janin dan ibu.
Perawat diharapkan tidak hanya mengkaji ketidaknormalan pada klien dan janin, tetapi juga
memberikan intervensi yang tepat. Pengetahuan mengenai pemantauan janin secara elektronik
memungkinkan perawat memberi perawatan yang lebih komprehensif terhadap klien. Disamping
itu diperlukan keterampilan kolaborasi perawat dengan tim medis (dokter kebidanan dan
kandungan) untuk menentukan tindakan yang sesuai dengan hasil perekaman yang diterima.
Selain dari segi fisik, perawat maternitas harus memiliki tanggungjawab untuk membantu ibu
mengatasi aspek psikologis dari pemantauan janin. Perawat harus kompeten, penuh perhatian
dan mampu bertindak tangkas dalam keadaan kegawatan dan tetap dapat mempertahankan
kepercayaan diri klien dan mengurangi ketakutannya. Sebuah diskusi yang menyeluruh bersama
klien dan pasangannya mengenai manfaat dan resiko teknik pemantauan sangat penting
dilakukan oleh perawat.,
DAFTAR PUSTAKA
A. Fanelli M., Ferrario, L., Piccini, G., Andreoni, G., Matrone, G., Magenes .,& M.G. Signorini. (2010).“Prototype of a Wearable Sistem For Remote Fetal Monitoring During
Pregnancy,” IEEE 2010 Intl. Conf. Engineering in Medicine and Biology Society (EMBC),23(6)156-160.
Alfirevic, Z., Devane, D. & Gyte, G. M. (2006) Continuous Cardiotocography (CTG) as a Form of Electronic Fetal Monitoring (EFM) for Fetal Assessment During Labour. Cochrane Database of Systematic Reviews, (3).
Birtlipsycbology (2004) External Electric Fetal Monitor download from Error! Hyperlink reference not valid.. diunduh tanggal 2 November 2011 pukul 10.00 WIB
Chieh-Yuan Tsai, Chuang-Cheng Chiu, Shin-Min Chao.(2006). A Real-time Mobile System for Fetal Heart Rate Monitoring and Fetal Distress Detection.. Proceedings of the 7th International Conference on Mobile Data Management (MDM'06) Department of Industrial Engineering and Management, Yuan-Ze University, Taiwan, R.O.C.
Dastur, A. (2005). Intrapartum fetal distress. Journal Obstet Gynecol India, 55(2) 115-117.
Golebiewski K (2004). Fetal Heart Rate Monitoring In laboring Patients download fromError! Hyperlink reference not valid.. diunduh tanggal 3 November 2011 pukul 13.00 WIB.
Lee Su C., Masek M., Lam Peng C.,& Tan T.(2009). Advances In Fetal Heart Rate Monitoring Using Smart Phones. IEEE International Conference TENCON. Engineering In Medicine and Biology Society, 34 (5)156-162.
M. Roham,.,J Mack.,& M. Mehregany. (2010). Comparison Between A Mobile Wearable Wireless Fetal Heart Monitoring System and Standard Fetal Heart Monitoring System. Engineering In Medicine and Biology Society, 25(7)30-39
M. Roham, E. Saldivar, S. Raghavan, M. Zurcher.,J Mack.,& M. Mehregany. (2011). “Sense4Baby: A Mobile Wearable Wireless Fetal Heart Monitoring System. IEEE 5th Intl. Symp. On Medical Information and Communication Tech (ISMICT 2011). Engineering In Medicine and Biology Society, 22(7)145-156
Reeder., Martin., Koniak. (2010). Keperawatan Maternitas:Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga. Volume 2. Edisi 18. Jakarta: EGC.
Riskesdas. (2010). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Talon W.R. (2006). Electronic Fetal Monitoring. Nursing Management. Vol 2 (6): 49-51
Vardhan, L., Bhattacharyya, C., Kathplaia, C. & Kochar, C. (2006). Intrapartum Electronic Foetal Monitoring; does it lead or mislead? MJAFI, 62(1)51-55.
Young P, Hamilton R, Hodget S, Moss M. Jones P,Johaiison R. (2001) Reediting Risk by Implementing Standar of Intrapartal Monitoring'. Journal of Royal Society of Medicine 94:226-251