pkl

110
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas biasanya berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota. Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan dan merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Upaya pelayanan yang diselenggarakan adalah : a. Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. b. Pelayanan medik dasar yaitu upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga melalui upaya perawatan yang tujuannya untuk menyembuhkan penyakit untuk kondisi tertentu. 7 Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu. Program Puskesmas merupakan program kesehatan dasar, meliputi : a. Promosi kesehatan b. Kesehatan Lingkungan c. KIA & KB d. Perbaikan gizi e. Pemberantasan penyakit menular

Upload: farmasi

Post on 27-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hjfjhgbklnbvkcjjvhkkjkkfhjbkjbbbjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyfffffffffffffffff

TRANSCRIPT

Page 1: Pkl

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsionalyang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktifmasyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan danteknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah danmasyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkankepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yangoptimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaanpuskesmas biasanya berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan danmerupakan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Dinas KesehatanKabupaten/Kota. Upaya pelayanan yang diselenggarakan adalah :a. Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif padamasyarakat di wilayah kerja Puskesmas.b. Pelayanan medik dasar yaitu upaya kuratif dan rehabilitatif denganpendekatan individu dan keluarga melalui upaya perawatan yang tujuannyauntuk menyembuhkan penyakit untuk kondisi tertentu.7Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yangmenyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu. Program Puskesmasmerupakan program kesehatan dasar, meliputi :a. Promosi kesehatanb. Kesehatan Lingkunganc. KIA & KBd. Perbaikan gizie. Pemberantasan penyakit menularf. Pengobatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik(laboratorium dan farmasi)B. Pelayanan PuskesmasPelayanan puskesmas dibagi menjadi dua, yaitu puskesmas rawat jalan danpuskesmas rawat inap.a. Pelayanan rawat jalanRawat Jalan merupakan salah satu unit kerja di puskesmas yangmelayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan,termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pada waktu yangakan datang, rawat jalan merupakan bagian terbesar dari pelayanankesehatan di Puskesmas. Pertumbuhan yang cepat dari rawat jalanditentukan oleh tiga faktor yaitu:i. Penekanan biaya untuk mengontrol peningkatan harga perawatankesehatan dibandingkan dengan rawat inap,8ii. Peningkatan kemampuan dan sistem reimbursement untukprosedur di rawat jalan,iii. Perkembangan secara terus menerus dari teknologi tinggi untukpelayanan rawat jalan akan menyebabkan pertumbuhan rawat jalanTujuan pelayanan rawat jalan diantaranya untuk menentukandiagnosa penyakit dengan tindakan pengobatan, untuk rawat inap atauuntuk tindakan rujukan.Tenaga pelayanan di rawat jalan adalah tenaga yang langsungberhubungan dengan pasien, yaitu:

Page 2: Pkl

i. Tenaga administrasi (non medis) yang memberikan pelayananpenerimaan pendaftaran dan pembayaran,ii. Tenaga keperawatan (paramedis) sebagai mitra dokter dalammemberikan pelayanan pemeriksaan / pengobatan,iii. Tenaga dokter (medis) pada masing-masing poliklinik yang ada .Tujuan pelayanan rawat jalan di antaranya adalah untukmemberikan konsultasi kepada pasien yang memerlukan pendapat dariseorang dokter spesialis, dengan tindakan pengobatan atau tidak dan untukmenyediakan tindak lanjut bagi pasien rawat inap yang sudah diijinkanpulang tetapi masih harus dikontrol kondisi kesehatannya.Rawat Jalan hendaknya memiliki lingkungan yang nyaman danmenyenangkan bagi pasien. Hal ini penting untuk diperhatikan karena darirawat jalanlah pasien mendapatkan kesan pertama mengenai puskesmastersebut. Lingkungan rawat jalan yang baik hendaknya cukup luas dan9memiliki sirkulasi udara yang lancar, tempat duduk yang nyamanperabotan yang menarik dan tidak terdapat suara-suara yang mengganggu.Diharapkan petugas yang berada di rawat jalan menunjukkan sikap yangsopan dan suka menolong.b. Pelayanan rawat inapPuskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahanruangan dan fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupatindakan operatif terbatas maupun asuhan keperawatan sementara dengankapasitas kurang lebih 10 tempat tidur. Rawat inap itu sendiri berfungsisebagai rujukan antara yang melayani pasien sebelum dirujuk ke institusirujukan yang lebih mampu, atau dipulangkan kembali ke rumah.Kemudian mendapat asuhan perawatan tindak lanjut oleh petugas perawatkesehatan masyarakat dari puskesmas yang bersangkutan di rumah pasien.Pendirian puskesmas harus memenuhi kriteria sebagai berikut : (1)puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit, (2) puskesmasmudah dicapai dengan kendaraan bermotor dari puskesmas sekitarnya, (3)puskesmas dipimpin oleh seorang dokter dan telah mempunyai tenagayang memadai, (4) jumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang perhari, (5) penduduk wilayah kerja puskesmas dan penduduk wilayah 3puskesmas disekelilingnya minimal rata-rata 20.000 orang/Puskesmas, (6)pemerintah daerah bersedia untuk menyediakan anggaran rutin yangmemadai (Depkes RI, 2009).10Puskesmas rawat inap diarahkan untuk melakukan kegiatankegiatansebagai berikut :i. Melakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawatdarurat antara lain; kecelakaan lalu lintas, persalinan denganpenyulit, penyakit lain yang mendadak dan gawat.ii. Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasipenderita dalam rangka diagnostik dengan rata-rata hari perawatantiga (3) hari atau maksimal tujuh (7) hari.iii. Melakukan pertolongan sementara untuk mempersiapkanpengiriman penderita lebih lanjut ke Rumah Sakit.iv. Melakukan metoda operasi pria dan metoda operasi wanita untukkeluarga berencana.

Page 3: Pkl

Selain itu ruang rawat inap dilengkapi dengan fasilitas tambahanberupa :i. Ruangan tambahan seluas 246 meter persegi yang terdiri dariruangan perawatan, operasi sederhana, persalinan, perawat jaga,pos operasi, kamar linen, kamar cuci, dapur, laboratorium.ii. Peralatan medis dan perawatan berupa peralatan operasi terbatas,obstetric patologis, resusitasi, vasektomi, dan tubektomi, tempattidur dan perlengkapan perawatan.iii. Tambahan tenaga meliputi seorang dokter yang telah mendapatpelatihan klinis di Rumah sakit selama 6 bulan (dalam bidangkebidanan, kandungan, bedah, anak dan penyakit dalam), 2 orang11perawat/bidan yang diberi tugas secara bergiliran dan seorangpetugas kesehatan untuk melaksanakan tugas administratif di ruangrawat inap.Pendirian puskesmas rawat inap didasarkan pada kebijaksanaan :i. Puskesmas dengan ruang rawat inap sebagai pusat rujukan antaradalam sistem rujukan, berfungsi untuk menunjang upayapenurunan kematian bayi dan ibu maternal, keadaan-keadaangawat darurat serta pembatasan kemungkinan timbulnya kecacatan.ii. Menerapkan standar praktek keperawatan yang bertugas di ruangrawat inap puskesmas sesuai dengan prosedur yang diterapkan.iii. Melibatkan pasien dan keluarganya secara optimal dalammeningkatkan pelaksanaan asuhan keperawatan (Depkes RI, 2009)

A. PENGERTIAN PUSKESMASPuskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsionalyang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membinaperan serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh danterpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian darikecamatan. Faktor kepadatan penduduk,luas daerah,keadaan geografis dankeadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukanwilayah kerja puskesmas.Sasaran penduduk yang dilayani kesehatan oleh puskesmas rata-rata30.000.penduduk. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan makapuskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhanayaitu Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas adalah pelayanankesehatan yang meliputi pelayanan pengobatan (kuratif),upaya pencegahan(preventif),peningkatan kesehatan (promotif), dan pemulihan (rehabilitatif) yangditujukan kepada semua pendudukan dan tidak dibedakan jenis kelamin dangolongan umur,sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.B.TUGAS POKOK DAN FUNGSITugas Pokok PuskesmasMenyediakan data dan informasi mutasi obat dan perbekalan kesehatan sertakasus penyakit dengan baik dan akurat.a. Setiap akhir bulan menyampaikan laporan pemakaian obat dan perbekalankesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.b. Bersama Tim Perencana Obat Terpadu membahas rencana kebutuhan

Page 4: Pkl

Pukesmas.c. Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada DinasKesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.3d. Melaporkan dan mengirim kembali semua jenis obat rusak/kadaluwarsakepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.e. Melaporkan kejadian obat dan perbekalan kesehatan yang hilang kepadaKepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Fungsi Puskesmasa. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.b. Membina peran serta masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangkameningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepadamasyarakat diwilayah kerjanya.C. MANFAATSISTEM RUJUKANRujukan menurut SK Menteri Kesehatan RI Nomor 032/Birhup/72 tahun1972,yakni melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadapkasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yangberkemampuan kurang kepada unit yang berkemampuan cukup, atau secarahorizontal dalam arti sesame unit yang setingkat kemampuannya.Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yangmemungkinkan terjadinya tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnyamasalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat,baik secara verticalmaupun horizontal,kepada yang lebih kompeten,terjangkau dan dilakukan secararasional.Jenis Rujukan:a) Rujukan Medis: Konsultasi penderita,untuk keperluan diagnotik,pengobatan,tindakanoperatif dan lain-lain. Pengiriman bahan (spesiemen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebihlengkap.4 Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih ahli atau untukmeningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.b) Rujukan KesehatanRujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yangbersifat preventif dan promotif,yang antara lain meliputi bantuan : Survey epidemologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasaatau berjangkitnya penyakit menular. Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan disuatu wilayah. Penyidikan obat-obatan atas terjadinya keracunan massal. Pemberian makanan,tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atasterjadinya bencana alam. Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekuranganair bersih bagi masyarakat umum. Pemeriksaan spesiemen air di laboratorium kesehatan dan sebagainya.KEGIATAN POKOK PUSKESMASSesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbedabeda,maka kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah Pukesmasakan berbeda-beda pula. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yangseharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Page 5: Pkl

1) Kesejahteraan ibu dan anak2) Keluarga berencana3) Usaha peningkatan gizi4) Kesehatan lingkungan5) Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular6) Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan7) Penyuluhan kesehatan masyarakat8) Kesehatan sekolah9) Kesehatan olahraga10) Perawatan kesehatan masyarakat11) Kesehatan kerja12) Kesehatan gigi dan mulut13) Kesehatan jiwa514) Kesehatan mata15) Laboratorium sederhana16) Pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan17) Kesehatan lanjut usia18) Pembinaan pengobatan tradisionalPelaksanaan kegiatan pokok pukesmas diarahkan kepada keluargasebagai satuan masyarakat terkecil. Setiap pokok puskesmas dilaksanakandengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa.FASILITAS PENDUKUNG1. Puskesmas PembantuAdalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsimenunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam ruanglingkup wilayah yang lebih kecil.2. Puskesmas KelilingUnit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengankendaraan bermotor roda 4 atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan,peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas.Fungsinya menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatanpuskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanankesehatan.Kegiatan puskesmas keliling adalah: Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerahterpencil yang tidak terjangkau oleh pelayanan puskesmas ataupuskesmas pembantu, 4 hari dalam satu minggu. Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa. Dipergunakan sebagai alat transpor penderita dalam rangka rujukanbagi kasus gawat darurat. Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual.3. Bidan Desa4. Posyandu6Merupakan kegiatan keterpaduan antara puskesmas danmasyarakat di tingkat desa yang di wujudkan dalam bentuk Pos PelayananTerpadu. Semula Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimanamasyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan kesehatan.Dalam pengembangan Posyandu dapat dibina menjadi forumkomunikasi dan pelayanan di masyarakat,antara sector yang memadukankegiatan pembangunan sektoralnya dengan kegiatan masyarakat,untuk

Page 6: Pkl

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalahmelalui alih teknologi. Satu Posyandu sebaiknya melayani sekitar 100balita (120 kepala keluarga), atau sesuai dengan kemampuan petugas dankeadaan setempat.Tujuan Posyandu: Mempercepat penurunan angka kematian bayi,balita dan angkakelahiran. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia danSejahtera (NKKBS). Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk kegiatan kesehatan dankegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan.Sasaran Posyandu: Ibu hamil berisiko tinggi Ibu menyusui Bayi Balita Pasangan Usia Subur (PUS)Pelaksanakan PosyanduPosyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader kesehatandesa bersama Kepala Pembina LKMD Tingkat Kecamatan.Penyelenggarakan dilakukan oleh kader-kader terlatih di bidang KBKes,berasal dari PKK, tokoh masyarakat ,pemuda dan lain-lain denganbimbingan Tim Pembina LKMD tingkat Kecamatan.7Posyandu dapat melayani semua anggota masyarakat, terutama Ibuhamil,ibu menyusui, bayi dan balita serta Pasangan Usia Subur (PUS).Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangimasyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikiankegiatan Posyandu dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada, rumahpenduduk, balai desa, tempat pertemuan RT/RW atau di tempat khususyang di bangun masyarakat.Penyelenggaraan PosyanduPosyandu di selenggarakan dengan pola lima meja sebagaimana diuraikansebagai berikut:MEJA 1 PendaftaranMEJA 2 Penimbangan Bayi dan BalitaMEJA 3 Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)MEJA 4 Penyuluhan Perorangan:a. Mengenai Balita berdasarkan hasilpenimbangan berat badannya naik/tidaknaik,diikuti dengan pemberian makanantambahan (PMT),oralit dan vitamin A dosistinggi.b. Terhadap ibu hamil dengan resikotinggi,diikuti dengan pemberian tablet besi.c. Terhadap PUS agar menjadi peserta KBlestari diikuti dengan pemberian Kondom,pilatau tablet busa.MEJA 5 Pelayanan Profesional:a. Immunisasib. KBc. Pengobatan tradisional

Page 7: Pkl

8ORGANISASI DAN ADMINITRASI PUKESMASSebagai konsekwensi dari UU Pokok Pemerintahan di Daerah (UUNo.5 tahun 1974) maka tanggung jawab pengelolaan Puskesmas berada ditangan pemerintah daerah. Pelimpahan tanggung jawab ini mengikuti azasdesentralisasi,yaitu Pelimpahan tanggung jawab dalam bidangperencanaan,pelaksanaan dan pembiayaan kepada pemerintah daerah. Untukitu setiap tingkat pemerintah daerah dibentuk suatu institusi khusus yangmenangani masalah kesehatan yakni Dinas Kesehatan Dati II pada tingkatkabupaten yang merupakan pembantu Kepala Daerah Tingkat II,serta DinasKesehatan Dati I pada tingkat propinsi yang merupakan kepala daerah tingkatII.Organisasi PuskesmasSusunan organisasi Puskesmas terdiri dari:1. Unsur pimpinan : Pimpinan Puskesmas2. Unsur pembantu pimpinan : Urusan Tata Usaha3. Unsur pelaksana :a. Unit yang terdiri dari tenaga dalam jabatan fungsionalb. Jumlah unit tergantung pada kegiatan tenaga dan fasilitas daerahmasing-masing,yaitu:Unit 1 Melaksanakan kegiatan Kesejahteraan ibu dan anak,KB danPerbaikan gizi.Unit 2 Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasanpenyakit menular (khususnya imunisasi), kesehatanlingkungan dan laboratorium sederhana.Unit 3 Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut,kesehatankerja dan kesehatan lanjut usia.Unit 4 Melaksanakan kegiatan perawatan kesehatanmasyarakat,kesehatan sekolah, kesehatan olah raga,kesehatan jiwa, kesehatan mata,dan kesehatan khususlainnya.9Unit 5 Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembanganupaya kesehatan masyarakat dan penyuluhan kesehatanmasyarakat.Unit 6 Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawatinap.Unit 7 Melaksanakan kegiatan kefarmasian.Adapun struktur organisasi Pukesmas disesuaikan dengan keadaanmasing-masing daerah berkaitan dengan UU otonomi daerah,sebagai contohadalah di bawah ini:(ilmu kesehatan masyarakat jilid I (untuk kelas I) cetakan ketiga)KEPALAURUSAN TUUNIT11UNIT2 UNIT3PUKESMASPEMBANTUUNIT4 UNIT5 UNIT6 UNIT710Pengelolaan obat di Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)

Page 8: Pkl

Pengelolaan obat pada dasarnya mencakup kegiatan perencanaan,penyimpanan, distribusi, penggunaan, pencatatan dan pelaporan, demikian pulayang terdapat pada Puskesmas dan Balai Pengobatan.a) PerencanaanDalam penyusunan kebutuhan obat di Puskesmas baik untuk pelayananrutin,program-program,PHB,dan lain-lain yang bersumber dariINPRES,APBD,PHB,program lain yang harus didasarkan pada buku pedomanPengobatan,Pedoman Pengelolaan Obat di Pukesmas,serta didasarkan padaDaftar Obat Esensial (DOEN). Daftar kebutuhan obat puskesmas dikirim keDinas Kesehatan Dati II,oleh Dati II daftar ini menjadi masukan penyusunankebutuhan obat Dati II.b) PengadaanPada dasarnya untuk pelayanan pengobatan di Puskesmas tidak mengadakanobat sendiri tetapi menerima obat-obatan dari Dinas Kesehatan Dati II sesuaidengan pengajuan frekuensi penerimaan disesuaikan kesepakatan daerah.c) PenggunaanUntuk pelayanan penderita umum maupun gigi digunakan obat-obat yangditerima dari Dati II. Dalam memudahkan monitoring pelayanan obatdilakukan melalui satu pintu (kamar obat) baik untuk penderita umum,gigi,danlain-lain. Pelayanan obat menggunakan resep sesuai jenis obat yang akandiambil di kamar obat.d) Pencatatan dan PelaporanSemua penggunaan obat dicatat sesuai dengan pedoman pengelolaan obatpada akhir bulan penggunaan obat baik jenisnya maupun jumlahnyadilaporkan ke Dinas Kesehatan Dati II. Laporan harus dilampiri daftarresep,nama obat,jumlah masing-masing obat serta nama dokter yang menulis

resep keluar.

2.1 Puskesmas

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya

dalam bentuk kegiatan pokok.

2.1.1 Wilayah Puskesmas

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor

kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis, dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan

bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.

Page 9: Pkl

Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II sehingga pembagian wilayah kerja

Puskesmas ditetapkan oleh Walikota dengan sarana teknis dari Kepala Suku Dinas Kesehatan

Masyarakat yang telah disetujui oleh Kepala Dinas Provinsi untuk perluasan jangkauan pelayanan

kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana

yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.

Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta lebih, wilayah kerja Puskesmas bisa

meliputi satu kelurahan. Puskesmas kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih

merupakan “Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan

dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

2.1.2 Pelayanan Kesehatan Menyeluruh

Pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi

pelayanan :

a. Promotif (peningkatan kesehatan)

b. Preventif (upaya pencegahan)

c. Kuratif (pengobatan)

d. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

Semuanya ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan

golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.

2.1.3 Pelayanan Kesehatan Integrasi (Terpadu)

Sebelum Puskesmas ada, pelayanan kesehatan di dalam kecamatan terdiri dari balai pengobatan,

balai kesejahteraan ibu dan anak, usaha higienis sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit

menular dan lain sebagainya. Usaha-usaha tersebut masing-masing bekerja sendiri dan langsung

melapor kepada suku dinas kesehatan kota madya. Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan

melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), maka berbagai kegiatan pokok Puskesmas

dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi dan pimpinan.

Page 10: Pkl

2.2 Fungsi Puskesmas

Puskesmas memiliki fungsi antara lain :

1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan

untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat wilayah kerjanya.

2.3 Kegiatan Pokok Puskesmas

Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda, maka kegiatan pokok

yang dapat dilaksanakan oleh sebuah Puskesmas akan berbeda-beda. Namun, kegiatan pokok

Puskesmas yang seharusnya dilaksanakan yaitu :

1. Klinik Ibu dan Anak (KIA)

2. Keluarga Berencana (KB)

3. Usaha Peningkatan Gizi

4. Kesehatan Lingkungan

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat karena Kecelakaan

7. Penyuluhan Kesehatan kepada Masyarakat

8. Kesehatan Olahraga

9. Perawatan Kesehatan Masyarakat

10. Kesehatan Kerja

11. Kesehatan Gigi dan Mulut

12. Kesehatan Jiwa

13. Kesehatan Mata

Page 11: Pkl

14. Laboratorium Sederhana

15. Pencatatan dan Pelaporan dalam Rangka Sistem Informasi Kesehatan

16. Kesehatan Usia Lanjut

17. Pembinaan Pengobatan Tradisional

Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat

terkecil. Kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian

dari masyarakat wilayah kerjanya.

2.4 Konsep Puskesmas

2.4.1 Konsep Wilayah

Puskesmas membawahi suatu wilayah tertentu, minimal tiap kecamatan mempunyai satu

Puskesmas. Bahkan saat ini satu kecamatan dapat mempunyai beberapa Puskesmas

kelurahan.

2.4.2 Konsep Penduduk

Sesuai konsep penduduk maka tiap 30 ribu penduduk dapat didirikan sebuah Puskesmas. Apabila

ditinjau dari konsep tersebut maka masih banyak Puskesmas harus dibangun oleh pemerintah

terutama di perkotaan karena pertumbuhan penduduk kota bertambah dengan cepat. Untuk

perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan

kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Kelurahan dan Puskesmas Keliling. Oleh

karena itu lebih menguntungkan jika meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan

Puskesmas tertentu daripada menambah jumlah Puskesmas baru.

2.5 Puskesmas di Perkotaan

Page 12: Pkl

2.5.1 Gedung Puskesmas

Sulitnya mendapatkan lahan untuk pengembangan Puskesmas, perluasan gedung Puskesmas

dapat dilakukan dengan membangun gedung bertingkat. Prioritas pengembangan diberikan kepada

Puskesmas Pembina. Pengembangan gedung Puskesmas dilakukan secara bertahap dan disesuaikan

dengan kemampuan negara.

2.5.2 Pelayanan Kesehatan

Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, yaitu promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif dalam bentuk upaya kesehatan pokok. Pelayanan kesehatan lain yang perlu

dipertimbangkan adalah :

a. Pelayanan gawat darurat

b. Pelayanan dokter spesialis

c. Pengembangan inovasi program kesehatan

Contoh : program imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat, peningkatan gizi dan

keluarga berencana.

2.5.3 Peralatan medis Kesehatan

Peralatan medis standar ditingkatkan dengan peralatan medis tertentu untuk mendukung

pelayanan kesehatan khusus yang diberikan, misalnya pertolongan gawat darurat, peralatan

kebidanan (USG), peralatan EKG, alat rontgen. Peralatan lain yang harus ditingkatkan adalah

peralatan penunjang berfungsinya laboratorium di Puskesmas.

2.5.4 Fasilitas Penunjang Lain

Puskesmas diharapkan dengan :

Page 13: Pkl

a. Daya listrik yang cukup baik untuk kebutuhan penerangan dan menjalankan peralatan

yang ada.

b. Persediaan air yang cukup dan telepon.

2.5.5 Ketenagaan di Puskesmas

Di Puskesmas diperlukan minimal 1 orang dokter umum untuk memberikan pelayanan kesehatan

dan kegiatan manajemen. Bagi Puskesmas yang ramai dengan pengunjung, jumlah dokter dapat

menjadi 3 – 5 orang tergantung dari beban kerja.

2.5.6 Peningkatan Mutu Pelayanan

Puskesmas diharapkan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan melaksanakan

pelayanan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah diterapkan.

2.5.7 Menjaga kebersihan

Dengan meningkatkan kebersihan dan kepedulian setiap petugas terhadap Puskesmas maka citra

Puskesmas di hadapan masyarakat akan meningkat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Puskesmas Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 2.2. Manajemen Puskesmas Manajemen puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara senergik, sehingga menghasilkan keluaran yang efisien dan efektif. Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan diatas merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan (Depkes RI, 2006). 1. Perencanaan Puskesmas

Page 14: Pkl

Arah perencanaan puskesmas adalah mewujudkan kecamatan sehat 2010. Dalam perencanaan puskesmas hendaknya melibatkan masyarakat sejak awal sesuai kondisi kemampuan masyarakat di wilayah kecamatan. Universitas Sumatera Utara

Page 15: Pkl

Pada dasarnya ada 3 langkah penting dalam penyusunan perencanaan yaitu : (a) identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan tentang cakupan dan mutu pelayanan, (b) identifikasi potensi sumber daya masyarakat dan provider, dan (c) menetapkan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan masalah. Hasil perencanaan puskesmas adalah Rencana Usulan Kegiatan (RUK) tahun yang akan datang setelah dibahas bersama dengan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Setelah mendapat kejelasan dana alokasi kegiatan yang tersedia selanjutnya puskesmas membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Proses perencanaan dapat menggunakan instrumen Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) yang telah disesuaikan dengan kondisi setempat atau dapat memanfaatkan instrument lainnya. 2. Penggerakkan Pelaksanaan

Puskesmas melaksanakan serangkaian kegiatan yang merupakan penjabaran lebih rinci dari rencana pelaksanaan kegiatan. Penyelenggaraan penggerakan pelaksanaan puskesmas melalui instrumen lokakarya mini puskesmas yang terdiri dari : a. Lokakarya mini bulanan adalah alat untuk penggerakan pelaksanaan kegiatan bulanan dan juga monitoring bulanan kegiatan puskesmas dengan melibatkan lintas program intern puskesmas.

b. Lokakarya mini tribulanan dilakukan sebagai penggerakan pelaksanaan dan monitoring kegiatan puskesmas dengan melibatkan lintas sektoral, Badan

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Pkl

Penyantun Puskesmas atau badan sejenis dan mitra yang lain puskesmas sebagai wujud tanggung jawab puskesmas perihal kegiatan.

3. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian

Untuk terselenggaranya proses pengendalian, pengawasan dan penilaian diperlukan instrumen yang sederhana. Instrumen yang telah dikembangkan di puskesmas adalah: a. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

b. Penilaian/Evaluasi Kinerja Puskesmas sebagai pengganti dan stratifikasi.

2.3. Penyakit Berbasis Lingkungan Lingkungan tidak mungkin mampu mendukung jumlah kehidupan yang tanpa batas dengan segala aktivitasnya. Karena itu, apabila lingkungan sudah tidak mampu lagi mendukung kehidupan manusia, manusia akan menuai berbagai kesulitan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berdampak pada kualitas daya dukung lingkungan, yang pada akhirnya akan merusak lingkungan itu sendiri. Eksploitasi sumberdaya yang berlebihan akan berdampak buruk pada manusia (Anies, 2006). Pengaruh lingkungan dalam menimbulkan penyakit pada manusia telah lama disadari, seperti dikemukakan Blum dalam Planing for health, development and applicationof social change theory, bahwa factor lingkungan berperan sangat besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kondisi kesehatan masyarakat yang buruk, termasuk timbulnya berbagai penyakit juga dipengaruhi oleh lingkungan yang buruk (Anies, 2006). Universitas Sumatera Utara

Page 17: Pkl

Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara kuman dengan manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal ditubuh host kemudian berpindah kemanusia karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan lingkungannya. Hal ini tercermin dari tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia. Beberapa penyakit yang timbul akibat kondisi lingkungan yang buruk seperti ISPA, diare, DBD, Malaria dan penyakit kulit (Depkes RI, 2002). 2.3.1. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari, yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah mulai dari hidung sampai gelembung paru beserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (Depkes RI, 2001). ISPA disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia, hemophilhillus influenza, asap dapur, sirkulasi udara yang tidak baik, tempat berkembang biaknya disaluran pernapasan, ISPA dapat ditularkan melalui udara yang terkontaminasi dengan bakteri ketika penderita batuk yang terhirup oleh orang sehat masuk kesaluran pernafasannya (Depkes RI, 2001). ISPA dapat dicegah dengan cara menjaga sirkulasi udara dalam rumah dengan membuka jendela setiap hari, menghindari polusi udara di dalam rumah seperti asap dapur dan asap rokok, tidak padat penghuni di kamar tidur, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya (Depkes RI, 2001). 2.3.2. Diare Universitas Sumatera Utara

Page 18: Pkl

Diare adalah buang air besar lembek sampai encer yang lebih dari 3 kali dalam satu hari. Diare dapat disebabkan oleh bakteri/virus seperti : Rotavirus, Escherrichia Coli Enterotoksigenik (ETEC), Shigella, Compylobacter Jejuni, Cryptospondium (Depkes RI, 2001). Diare karena bakteri Escherrichia Coli (E.Coli) disebabkan oleh bakteri E.Coli , tempat berkembang biak bakteri ini adalah dalam tinja manusia, cara penularan melalui makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat yang hinggap pada tinja yang dibuang sembarangan, melalui minum air yang terkontaminasi bakteri E.Coli yang tidak dimasak sampai mendidih, melalui tangan yang terkontaminasi bakteri E.Coli karena sudah buang air besar tidak mencuci tangan dengan sabun (Depkes RI, 2001). Cara pencegahan diare dapat dilakukan antara lain : menutup makanan agar tidak dihinggapi lalat, tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar, mencuci bahan makanan dengan air bersih, memasak air sampai mendidih dan menggunakan air bersih yang memenuhi syarat (Depkes RI, 2001). 2.3.3. Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara seseorang yang dalam darahnya mengandung virus Dengue bila digigit nyamuk akan terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk dan berkembang biak, kemudian masuk ke dalam kelenjar air liur nyamuk setelah satu minggu di dalam tubuh nyamuk, bila nyamuk menggigit orang sehat akan Universitas Sumatera Utara

Page 19: Pkl

menularkan virus Dengue, virus ini tetap berada di dalam tubuh nyamuk sehingga dapat menularkan kepada orang sehat lainnya (Depkes RI, 2001). Nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di dalam dan di luar rumah seperti ember, drum, tempayan, tempat penampungan air bersih, vas bunga, kaleng bekas yang berisi air bersih bak mandi, lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu yang dapat menampung air (Depkes RI, 2001). Upaya praktis yang dapat dilakukan dalam pengendalian vector dan pemberantasan penyakit DBD adalah sebagai berikut (Anies, 2006) : 1. Menguras tempat penyimpanan air seperti bak mandi, drum, gantilah air di vas bunga serta di tempat minum burung sekurang-kurangnya seminggu sekali.

2. Menutup rapat tempat penampungan air seperti drum dan tempayan agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak.

3. Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, ban bekas, botol bekas.

4. Tutuplah lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau adukan semen.

5. Jangan meletakkan pakaian digantungan di tempat terbuka misalnya di belakang pintu kamar agar nyamuk tidak hinggap.

6. Untuk tempat penampungan air yang sulit dikuras taburkan bubuk abate ke dalam genangan air tersebut, untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali. Takaran penggunaan bubuk abate, untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk abate.

7. Perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk misalnya dengan menggunakan anti nyamuk dan memakai kelambu yang diberi intektisida pada saat tidur.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Pkl

2.3.4. Malaria Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa, yang penularannya melalui vector nyamuk Anopheles spp, dengan gejala demam, pening, lemas, pucat, nyeri otot, menggigil, suhu bias mencapai 40ºC terutama pada infeksi Plasmodium falcifarum. Di Indonesia terdapat 4 spesies Plasmodium yaitu (Achmadi 2008) : 1. Plasmodium vivax, memiliki distribusi geografis terluas, termasuk wilayah beriklim dingin, subtropik hingga daerah tropic. Demam terjadi setiap 48 jam atau setiap hari ketiga, pada waktu siang atau sore. Masa inkubasi Plasmodium vivak antara 12 hingga 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa atau splenomegali. 2. Plasmodium falciparum, merupakan penyebab malaria tropika secara klinik berat dan dapat menimbulkan berupa malaria cerebral dan fatal. Masa inkubasi malaria tropika sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal. 3. Plasmodium ovale, masa inkubasi malaria dengan penyebab Plasmodium ovale adalah 12 hngga 17 hari, dengan gejala setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh sendiri. 4. Plasmodium malariae merupakan penyebab malaria guartana yang memberikan gejala demam setiap 72 jam, malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah gunung dataran rendah pada daerah tropic. Biasanya berlangsung tanpa gejala dan ditemukan secara tidak sengaja namun malaria jenis ini sering mengalami kekambuhan.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Pkl

Beberapa faktor ligkungan sangat berperan dalam berkembangbiaknya nyamuk sebagai vector penular malaria, faktor-faktor tersebut antara lain, lingkungan fisik seperti suhu udara, suhu udara mempengaruhi panjang pendeknya masa inkubasi ekstrinsik yaitu pertumbuhan fase sporogoni dalam perut nyamuk. Kelembaban udara yang rendah, akan memperpendek umur nyamuk, hujan yang diselingi panas semakin besar kemungkinan perkembangbiakannya (Achmadi, 2008). Tempat berkembangbiak nyamuk Anopheles antara lain : kolam ikan yang tidak dipakai lagi, bekas galian tanah atau pasir yang terisi air hujan, batang bambu yang dapat menampung air hujan, kaleng bekas, ban bekas yang dapat menampung air hujan serta saluran air yang tidak mengalir (Depkes RI, 2001). Lingkungan biologi juga berperan dalam perkembangbiakan vector penular malaria, misalnya ada lumut, ganggang berbagai tumbuhan air yang membuat Anopheles sundaicus merasa nyaman untuk membesarkan anak keturunannya berupa telur dan larva (Achmadi, 2008). Penyakit malaria dapat menular dengan cara nyamuk malaria menggigit dan menghisap darah orang yang sakit malaria, parasit di dalam tubuh manusia masuk ke dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembangbiak dalam tubuh nyamuk dan menjadi matang dalam waktu 10-14 hari, setelah parasit matang, jika nyamuk menggigit manusia sehat maka parasit malaria akan masuk ke dalam tubuh orang yang sehat, maka orang yang sehat akan menjadi sakit (Depkes RI, 2001). Malaria dapat dicegah dengan membasmi tempat perindukan nyamuk seperti menyebarkan ikan pemakan jentik, membersihkan semak belukar di sekitar rumah, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan, membersihkan Universitas Sumatera Utara

Page 22: Pkl

tempat air minum burung dan vas bunga secara teratur, menimbun atau mengalirkan air yang tergenang, membersihkan tambak, empang serta saluran irigasi dari tumbuhan air (Depkes RI, 2001). Pencegahan malaria juga dapat dilakukan dengan memasang kasa nyamuk dan jendela, memasang kelambu yang berinsektisida waktu tidur pada malam hari, menggunakan anti nyamuk, jangan bergadang pada malam hari serta menutup seluruh badan jika diluar rumah pada malam hari (Depkes RI, 2001). 2.3.5. Penyakit Kulit Penyakit kuliat atau sering disebut dengan kudis/scabies/gudik/budukan yang disebabkan oleh tungau atau sejenis kutu yang sangat kecil (Sarcoptes Scabies), tempat berkembangbiaknya adalah dilapisan tanduk kulit dan membuat terowongan dibawah kulit sambil bertelur. Penularannya dapat melalui kontak langsung dengan penderita dan dapat pula ditularkan melalui perantara seperti baju, handuk, sprei yang digunakan penderita kemudian digunakan oleh orang sehat, pencegahan dapat dilakukan dengan menghindar menukar baju, handuk, lingkungan tidak terlalu padat, menjaga kebersihan lingkungan dan personal hygiene (Depkes RI, 2001). 2.4. Upaya Kesehatan Lingkungan Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula (Soekidjo, 2007). Adapun tujuan dilakukannya upaya kesehatan lingkungan adalah untuk menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga Universitas Sumatera Utara

Page 23: Pkl

faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor resiko timbulnya penyakit menular dimasyarakat (Muninjaya, 2004). Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat telah dipilih beberapa indikator, yaitu persentase rumah sehat, persentase keluarga yang memiliki akses air bersih dan air minum, jamban sehat, saluran pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah serta Tempat-Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TTUPM). Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh berbagai instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan (Dinkes Dumai, 2008). 2.4.1. Perumahan Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Perumahan yang baik terdiri dari kumpulan rumah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air bersih, lampu jalan, dan lain-lain. Standar arsitektur bangunan terutama untuk perumahan umum pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak dan luas ruangan, serta fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat dan menyenangkan (Budiman, 2006). Universitas Sumatera Utara

Page 24: Pkl

Adapun kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential Environment dari WHO (1974) antara lain : 1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin dan berfungsi sebagai tempat istirahat.

2. Mempunyai tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus dan kamar mandi.

3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.

4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.

5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh, dan dapat melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan dan penyakit menular.

6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang asri.

Sementara itu, kriteria rumah menurut Winslow antara lain : 1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis.

Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan didalam pemenuhan kebutuhan fisiologis yang berkaitan dengan perumahan, diantaranya : a. Suhu ruangan. Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah. Suhu sebaiknya tetap berkisar antara 18-20ºC. Suhu ruangan ini sangat dipengaruhi oleh : suhu udara luar, pergerakan udara, kelembaban udara, suhu benda-benda yang ada disekitarnya.

b. Penerangan. Rumah harus cukup mendapatkan penerangan baik pada siang maupun malam hari. Idealnya, penerangan didapat dengan bantuan listrik. Setiap ruangan diupayakan mendapat sinar matahari terutama dipagi hari.

c. Ventilasi. Pertukaran udara yang cukup menyebabkan udara tetap segar (cukup mengandung oksigen). Dengan demikian, setiap rumah harus memiliki

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Pkl

jendela yang memadai. Luas jendela secara keseluruhan kurang dari 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir bebas jika jendela dan pintu dibuka.

d. Jumlah ruangan atau kamar. Ruang atau kamar diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni atau jumlah orang yang tinggal bersama didalam satu rumah atau sekitar 5 m per orang.

2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis.

Disamping kebutuhan fisiologis, terdapat kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi dan diperhatikan berkaitan dengan sanitasi rumah. Kebutuhan tersebut, antara lain : a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa keindahan sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.

b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota keluarga yang tinggal dirumah tersebut.

c. Untuk setiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa, harus memiliki ruangan sendiri sehingga privasinya tidak terganggu.

d. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, seperti ruang untuk menerima tamu.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Pkl

3. Dapat menghindarkan dari terjadinya kecelakaan atau kebakaran.

Ditinjau dari faktor bahaya kecelakaan ataupun kebakaran, rumah yang sehat dan aman harus dapat menjauhkan penghuninya dari bahaya tersebut. Adapun kriteria yang harus dipenuhi dari perspektif ini, antara lain : a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak mudah runtuh.

b. Memiliki sarana pencegahan kasus kecelakaan di sumur, kolam dan tempat-tempat lain terutama untuk anak-anak.

c. Bangunan diupayakan terbuat dari material yang tidak mudah terbakar.

d. Memiliki alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan gas.

e. Lantai tidak boleh licin dan tergenang air.

4. Dapat menghindarkan dari terjadinya penularan penyakit.

Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan, seperti : infeksi saluran nafas, infeksi pada kulit, infeksi saluran pencernaan, kecelakaan, dan gangguan mental. 2.4.2. Penyediaan Air Bersih Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia selama hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk dan laju pertumbuhannya semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang semakin meningkat diperlukan industrialisasi yang dengan sendirinya akan meningkatkan lagi aktivitas penduduk serta beban penggunaan sumber daya air. Beban pengotoran air juga akan Universitas Sumatera Utara

Page 27: Pkl

bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai akibatnya saat ini sumber air minum dan air bersih semakin langka (Soemirat, 2007). Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit dimasyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat. Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama, manusia mengunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci, kakus, produksi pangan, papan dan sandang. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia pada saat memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air minum/bersih bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit bawaan air. Dengan demikian diharapkan, bahwa semakin banyak liputan masyarakat dengan air bersih, semakin turun morbiditas penyakit bawaan air ini (Soemirat, 2007). Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai waterborne disease atau water-related disease. Berdasarkan cara penularannya, mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat, yaitu : 1. Waterborne mechanism, didalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Pkl

2. Waterwashed mechanism, mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu : (a) infeksi melalui alat pencernaan, (b) infeksi melalui kulit dan mata dan (c) penularan melalui binatang pengerat. 3. Water-based mechanism, penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya didalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup didalam air. 4. Water-related insect vector mechanism, agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak didalam air.

Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidak-tidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut : 1. Syarat fisik. Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah tidak berwarna, tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.

2. Syarat bakteriologis. Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara ini untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen, adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut.

3. Syarat kimia. Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Pkl

Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standart, maka seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standart air minum (Soemirat, 2007). Pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks, tergantung dari kualitas air bakunya. Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminasi kuman, maka desinfeksi saja cukup. Dan apabila air baku semakin jelek kualitasnya maka pengolahan harus lengkap, yakni melalui proses koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi (Soemirat, 2007). Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis (Soemirat, 2007). 2.4.3. Jamban Sehat Ekskreta manusia yang terdiri atas feses dan urine merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh tersebut berbentuk tinja dan air seni (Budiman, 2007). Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi Universitas Sumatera Utara

Page 30: Pkl

kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (feses) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks (Soekidjo, 2007). Peranan tinja di dalam penyebaran penyakit sangat besar, disamping dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya, juga air, tanah, serangga dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja-tinja tersebut (Soekidjo, 2007). Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit yang ditularkan melalui tinja. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tifus, disentri, kolera, schistosomiasis dan sebagainya (Soekidjo, 2007). Untuk mencegah dan mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Soekidjo, 2007) : 1. Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut

2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya

3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya

4. Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang-binatang lainnya

5. Tidak menimbulkan bau

6. Mudah digunakan dan dipelihara

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Pkl

7. Sederhana desainnya

8. Murah

9. Dapat diterima oleh pemakainya

Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu berbeda dengan teknologi jamban di daerah perkotaan. Oleh karena itu, teknologi jamban di daerah pedesaan disamping harus memenuhi persyaratan jamban sehat juga harus didasarkan pada sosiobudaya dan ekonomi masyarakat pedesaan (Soekidjo, 2007). Pengelolaan tinja manusia dapat dilakukan didalam septik tank. Di dalam septik tank tinja akan dikonversi sacara anaerobik menjadi biogas (campuran gas Carbindioksida dan gas Metan). Diharapkan dengan penyedian jamban yang sehat dan pengelolaan tinja secara tepat, angka kejadian penyakit bawaan air dapat diminimalkan (Ricki, 2005). 2.4.4. Pengelolaan air limbah Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Kusnoputranto, 1985). Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang sisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti Universitas Sumatera Utara

Page 32: Pkl

industri, perhotelan dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola atau diolah secara baik (Soekidjo, 2007). Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi : 1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga, yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.

2. Air buangan industri, yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri. Oleh sebab itu pengolahan jenis air limbah ini agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.

3. Air buangan kotapraja, yaitu air buangan yang berasal dari daerah : perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah dan sebagainya. Pada umumnya zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut Universitas Sumatera Utara

Page 33: Pkl

antara lain : gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan, gangguan terhadap keindahan dan gangguan terhadap kerusakan benda (Ricki, 2005). Pada awalnya tujuan dari pengolahan air limbah adalah untuk menghilangkan bahan-bahan tersuspensi dan terapung, pengolahan bahan organik biodegradable serta mengurangi organisme patogen. Namun sejalan dengan perkembangannya, tujuan pengelolaan air limbah sekarang ini juga terkait dengan aspek estetika dan lingkungan (Ricki, 2005). Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi. Kolam stabilisasi sangat direkomendasikan untuk pengolahan air limbah di daerah tropis dan negara berkembang sebab biaya yang diperlukan untuk membuatnya relatif murah tetapi membutuhkan area yang luas. Kolam stabilisasi yang umumnya digunakan adalah kolam anaerobik (anaerobic pond), kolam fakultatif (facultative pond) dan kolam maturasi (aerobic/maturation pond). Kolam anaerobik biasanya digunakan untuk mengolah air limbah dengan kandungan bahan organik yang sangat pekat, sedangkan kolam maturasi biasanya digunakan untuk memusnahkan mikroorganisme patogen di dalam air limbah (Ricki, 2005). Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Di dalam IPAL, biasanya proses pengolahan dikelompokkan sebagai pengolahan pertama (primary treatment), pengolahan kedua (secondary treatment) dan pengolahan lanjutan (tertiary treatment) (Ricki, 2005). Universitas Sumatera Utara

Page 34: Pkl

2.4.5. Pengelolaan Sampah Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat membuat batasan sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Soekidjo, 2007). Agar dapat mempermudah pengelolaannya, sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sebagai berikut (Soemirat, 2006): 1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun, pertanian dan lainnya.

2. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam dan lainnya.

3. Sampah yang berupa debu atau abu.

4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasalkan industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya.

Sampah ini dalam bahasa inggris disebut garbage, yaitu yang mudah membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam pembuangannya. Bagi lingkungan sampah jenis ini relatif kurang berbahaya karena dapat terurai dengan sempurna menjadi zat-zat organik yang berguna bagi fotosintesa tumbuh-tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

Page 35: Pkl

Sampah yang tidak membusuk, dalam bahasa inggris disebut refuse. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran. Sampah berupa debu atau abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar ataupun sampah tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang beracun, maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan masyarakat. Yang dimaksud dengan sampah berbahaya (B3) adalah sampah yang karena jumlahnya, atau konsentrasinya, atau karena sifat kimiawi, fisika dan mikrobiologinya dapat (a) meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara bermakna atau menyebabkan penyakit yang tidak reversible, (b) berpotensi menimbulkan bahaya sekarang maupun di masa yang akan datang terhadap kesehatan ataupun lingkungan apabila tidak diolah, ditransport, disimpan dan dibuang dengan baik. Sampah, baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain adalah: 1. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

2. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Pkl

ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan.

3. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam.

Penyakit bawaan sampah sangat luas dan dapat berupa penyakit menular dan tidak menular, dapat juga berupa akibat kebakaran, keracunan dan lain-lain. Oleh sebab itu dapat dipahami bahwa pengelolaan sampah perlu didasarkan atas berbagai pertimbangan, yaitu : untuk mencegah terjadinya penyakit, konservasi sumber daya alam, mencegah gangguan estetika, memberi intensif untuk daur ulang atau pemanfaatan, dan bahwa kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat (Soemirat, 2006). Untuk dapat mengatasi dan mengurangi produksi sampah kita dapat melakukan teknik pembuangan sampah. Teknik pembuangan sampah dapat dilihat mulai dari sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Baik dari segi kualitas maupun kuantitas dengan : meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi sampah, meningkatkan efisiensi pengunaan bahan baku, dan meningkatkan pengunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah. Semua usaha ini memerlukan kesadaran masyarakat serta peran sertanya (Soemirat, 2006). Selanjutnya pengelolaan ditujukan pada pengumpulan sampah mulai dari produsen sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA) dengan membuat tempat penampungan sampah sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan dan Universitas Sumatera Utara

Page 37: Pkl

pengelolaan pada TPA. Sebelum dimusnahkan, sampah dapat pula diolah dahulu baik untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali. 2.4.6. Sanitasi Tempat-Tempat Umum Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan dan pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Budiman, 2006). Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat umum semacam itu meliputi hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan pertokoan, bioskop, objek wisata dan lain-lain (Budiman, 2006). Tujuan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, antara lain adalah untuk memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkala serta untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di tempat-tempat umum (Budiman, 2006). 2.4.7. Sanitasi Pengelolaan Makanan Makanan merupakan salah satu bagian yang penting untuk kesehatan manusia mengingat setiap saat dapat saja terjadi penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh makanan. Kasus penyakit bawaan makanan (foodborne disease) dapat dipengaruhi Universitas Sumatera Utara

Page 38: Pkl

oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain kebiasaan mengolah makanan secara tradisional, penyimpanan dan penyajian yang tidak bersih dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi. Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia. Dengan demikian, tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan antara lain : menjamin keamanan dan kebersihan makanan, mencegah penularan wabah penyakit. Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor, yakni faktor fisik, faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik, temperatur ruangan yang panas dan lembab, dan sebagainya. Untuk menghindari kerusakan makanan yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu diperhatikan susunan dan konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan (Ricki, 2005). Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor kimia karena adanya zat-zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan, penggunaan wadah bekas obat-obat pertanian untuk kemasan makanan, dan lain-lain. Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor mikrobiologis karena adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Akibat buruknya sanitasi makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang yang mengkonsumsi makanan tersebut. Universitas Sumatera Utara

Page 39: Pkl

Gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu : keracunan makanan dan penyakit bawaan makanan (Slamet, 2002). Keracunan makanan dapat disebabkan oleh racun asli yang berasal dari tumbuhan atau hewan itu sendiri maupun oleh racun yang ada di dalam panganan akibat kontaminasi. Makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai racun yang dapat berasal dari tanah, udara, manusia dan vector. Penyakit bawaan makanan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan secara nyata dari penyakit bawaan air. Yang dimaksud penyakit bawaan makanan adalah penyakit umum yang dapat diderita seseorang akibat memakan sesuatu makanan yang terkontaminasi mikroba patogen, kecuali keracunan. 2.5. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat. Ruang lingkup Kesehatan lingkungan adalah : 1. Menurut WHO

a. Penyediaan air minum

b. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran

c. Pembuangan sampah padat

d. Pengendalian vektor

e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

f. Higiene makanan, termasuk higiene susu

Universitas Sumatera Utara

Page 40: Pkl

g. Pengendalian pencemaran udara

h. Pengendalian radiasi

i. Kesehatan kerja

j. Pengendalian kebisingan

k. Perumahan dan pemukiman

l. Aspek kesling dan transportasi udara

m. Perencanaan daerah dan perkotaan

n. Pencegahan kecelakaan

o. Rekreasi umum dan pariwisata

p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.

q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

2. Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3), ruang lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut :

a. Penyehatan air dan udara

b. Pengamanan Limbah padat/sampah

c. Pengamanan Limbah cair

d. Pengamanan limbah gas

e. Pengamanan radiasi

f. Pengamanan kebisingan

g. Pengamanan vektor penyakit

Universitas Sumatera Utara

Page 41: Pkl

3. Menurut Kepmenkes RI Nomor HK.03.01/160/I/2010, ruang lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut :

a. Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas

b. Persentase kualitas air minum yang memenuhi syarat

c. Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat

d. Persentase cakupan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat

e. Persentase cakupan tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat

f. Persentase cakupan rumah yang memenuhi syarat

g. Persentase penduduk stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

h. Cakupan daerah potensial yang melaksanakan strategi adaptasi dampak kesehatan akibat perubahan iklim

i. Persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan STBM sebesar 100% Kab/Kota

j. Persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan kota sehat yang sesuai standart 50%

k. Persentase Kab/Kota Kawasan yang telah melaksanakan Kab/Kota/Kawasan sehat

2.6. Tujuan Program Kesehatan Lingkungan 2.6.1.Tujuan secara umum 1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia. 2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia. Universitas Sumatera Utara

Page 42: Pkl

3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular. 2.6.2. Tujuan secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa: 1. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan. 2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat. 3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem. 4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain 5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya. 6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan. 7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja. 8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan. Universitas Sumatera Utara

Page 43: Pkl

2.7. Sumber Daya Program Kesehatan Lingkungan Dalam melaksanakan program-program kesehatan lingkungan diperlukan sumber daya untuk mencapai tujuan program, sumber daya program kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut : 2.7.1. Tenaga Pelaksana Adapun tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan program kesehatan lingkungan adalah terdiri dari tenaga inti dibidang kesehatan lingkungan seperti sanitarian atau diploma III kesehatan lingkungan. Disamping itu dalam pelaksanaan program kesehatan lingkungan ini juga dibutuhkan tenaga pendukung yang telah ditunjuk oleh pimpinan puskesmas dalam pelaksanaan program. 2.7.2. Sarana dan Prasarana Program Kesehatan Lingkungan Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program kesehatan lingkungan adalah ruangan sebagai tempat petugas kesehatan lingkungan melakukan kegiatan-kegiatan penyuluhan, konsultasi, konseling, demonstrasi, pelatihan atau perbaikan sarana sanitasi dasar dan penyimpanan peralatan kerja. Peralatan-peralatan kesehatan lingkungan berupa alat-alat peraga penyuluhan, cetakan sarana air bersih dan jamban keluarga, alat pengukur kualitas lingkungan (air, tanah dan udara), lembar chek list untuk inspeksi pada tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan serta alat transportasi untuk mendukung kegiatan program kesehatan lingkungan yang dilaksanakan. Alat peraga dan media penyuluhan yang digunakan dalam melaksanakan program kesehatan lingkungan antara lain berupa maket, media cetak, sound system, media elektronik dan formulir untuk pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan. Universitas Sumatera Utara

Page 44: Pkl

2.7.3. Sumber Dana Program Kesehatan Lingkungan Untuk mendukung tercapainya cakupan program kesehatan lingkungan dibutuhkan dana, adapun dana ini diperoleh dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, BLN (Bantuan Luar Negeri), kemitraan dan swadaya masyarakat. Besarnya dana yang dibutuhkan sangat berbeda dimasing-masing puskesmas, tergantung masalah kesehatan lingkungan yang ditangani di wilayah kerja puskesmas (Depkes RI, 2000). 2.8.Kegiatan Program Kesehatan Lingkungan 2.8.1. Penyehatan Air

Secara umum Program Penyehatan Air bertujuan untuk meningkatkan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia untuk seluruh penduduk baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan dan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam memakai air. Secara khusus program penyehatan air bertujuan meningkatkan cakupan air bersih pada masyarakat dan meningkatkan kualitas air yang aman untuk konsumsi masyarakat. Kegiatan upaya penyehatan air meliputi : Surveilans kualitas air; Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih; Pemeriksaan kualitas air; Pembinaan kelompok pemakai air. Kegiatan dilaksanakan dengan strategi terpadu pengawasan, perbaikan dan pembinaan pemakai air. Target Program Penyehatan Air yang ingin dicapai yaitu : Cakupan air bersih perkotaan 100% dan pedesaan 85% dan Memenuhi syarat kimia dan bakteriologis 70%. Universitas Sumatera Utara

Page 45: Pkl

Kegiatan surveylance kualitas air terdiri dari observasi sarana air bersih dan observasi penduduk yang menggunakan sarana air bersih dan bukan sarana air bersih. Kegiatan pengawasan kualitas air secara umum bertujuan mengetahui gambaran keadaan sanitasi sarana dan kualitas air sebagai data dasar dan penyediaan informasi pengamanan kualitas air sehingga tersedia rekomendasi tindak lanjut dalam upaya perlindungan pencemaran dan perbaikan kualitas air. Pengawasan kualitas air dilakukan dengan upaya inspeksi sanitasi sarana air bersih. 2.8.2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman Penyelenggaraan upaya penyehatan lingkungan permukiman, dilaksanakan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup serasi dengan lingkungan dan dapat mewujudkan kualitas lingkungan permukiman yang bebas dari risiko yang membahayakan kesehatan pada berbagai substansi dan komponen lingkungan, yaitu meliputi jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan pengelolaan sampah. 2.8.3. Penyehatan Tempat -Tempat Umum (TTU) Program Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU) bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan tempat-tempat umum dan sarana kemasyarakatan lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga dapat melindungi masyarakat dari penularan penyakit, keracunan, kecelakaan, pencemaran lingkungan serta gangguan kesehatan lainnya. Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya. Selain itu juga dilakukan Universitas Sumatera Utara

Page 46: Pkl

upaya pembinanan institusi yang meliputi : Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan, dan perkantoran. Target program penyehatan tempat-tempat umum yaitu: memenuhi syarat kesehatan 76%. 2.8.4. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)

Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan & minuman, kesiapsiagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan. Target program TPM memenuhi syarat sehat sebesar 55 % dengan upaya kegiatan antara lain melaksanakan pengawasan higiene dan sanitasi TPM pada restoran, rumah makan, jasa boga, industri rumah tangga, dan depot air minum isi ulang. 2.9. Kriteria Keberhasilan Program Kesehatan Lingkungan

Lingkungan mempunyai dua unsure pokok yang sangat erat kaitannya satu sama lain yaitu unsure fisik dan social, lingkungan fisik dapat mempunyai hubungan langsung dengan kesehatan dan perilaku sehubungan dengan kesehatan seperti akibat pengelolaan limbah yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan penyakit antara lain ISPA, DBD, Diare, Malaria, Penyakit Kulit. Lingkungan social seperti ketidakadilan social yang menyebabkan kemiskinan yang berdampak terhadap status kesehatan masyarakat yang mengakibatkan timbulnya penyakit berbasis lingkungan (Depkes RI, 2001). Universitas Sumatera Utara

Page 47: Pkl

Keberhasilan program kesehatan lingkungan ini dapat ditunjukan dengan : 1. Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan 75%, persentase keluarga menggunakan air bersih menjadi 62%, persentasi keluarga menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan menjadi 64% dan persentase tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan minuman yang sehat menjadi 76 dan 55%.

2. Penurunan angka kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA, DBD, diare, penyakit kulit, malaria.

3. Terciptanya hubungan kerjasama yang baik antara lintas program dan lintas sector diwilayah kerja puskesmas

2.1 Konsep Puskesmas 2.1.1 Pengertian Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004). 2.1.2 Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2004). 2.1.3 Visi Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Page 48: Pkl

yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2004). Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni: (1) Lingkungan sehat, (2) Perilaku sehat, (3) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, (4) Derajat kesehatan penduduk kecamatan (Depkes RI, 2004). Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat (Depkes RI, 2004). 2.1.4 Misi Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah: 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,

Universitas Sumatera Utara

Page 49: Pkl

melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan (Depkes RI, 2004).

2.1.5 Fungsi Adapun fungsi dari puskesmas ialah : 1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah Universitas Sumatera Utara

Page 50: Pkl

kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. 2. Pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. 3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi: a. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan Universitas Sumatera Utara

Page 51: Pkl

kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2004). 2.1.6 Upaya Penyelenggaraan Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni: 1. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya Universitas Sumatera Utara

Page 52: Pkl

ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: (1) Upaya Promosi Kesehatan, (2) Upaya Kesehatan Lingkungan, (3) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, (4) Upaya Perbaikan Gizi, (5) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, (6) Upaya Pengobatan (Depkes RI, 2004). 2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni: (1)Upaya Kesehatan Sekolah, (2) Upaya Kesehatan Olah Raga, (3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat, (4) Upaya Kesehatan Kerja, (5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, (6) Upaya Kesehatan Jiwa, (7) Upaya Kesehatan Mata, (8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut, (9) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (Depkes RI, 2004). Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan, padahal menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggunjawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya. Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat inap. Untuk Universitas Sumatera Utara

Page 53: Pkl

ini di puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut, yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana dan prasarana sesuai standar yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2004). Lebih lanjut, di beberapa daerah tertentu telah muncul pula kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan medik spesialistik. Dalam keadaan ini, apabila ada kemampuan, di puskesmas dapat dikembangkan pelayanan medik spesialistik tersebut, baik dalam bentuk rawat jalan maupun rawat inap. Keberadaan pelayanan medik spesialistik di puskesmas hanya dalam rangka mendekatkan pelayanan rujukan kepada masyarakat yang membutuhkan. Status dokter dan atau tenaga spesialis yang bekerja di puskesmas dapat sebagai tenaga konsulen atau tenaga tetap fungsional puskesmas yang diatur oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat (Depkes RI, 2004). 2.1.7 Puskesmas Rawat Inap Puskesmas dengan tempat tidur atau ruang rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien - pasien gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun asuhan keperawatan sementara dengan kapasitaas kurang lebih 10 tempat tidur. Puskesmas dengan ruang rawat inap berfungsi sebagai pusat rujukan antara yang melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang lebih mampu atau dipulangkan kembali ke rumahnya dan kemudian mendapat asuhan keperawatan tindak lanjut oleh petugas perawatan kesehatan masyarakat dari puskesmas yang bersangkutan di rumah pasien. Universitas Sumatera Utara

Page 54: Pkl

Kebijaksanaan puskesmas dengan ruang rawat sebagai pusat rujukan antara dalam sistem rujukan, berfungsi untuk menunjang upaya penurunan kematian bayi dan ibu maternal, keadaan-keadaan gawat daruratan serta pembatasan kemungkinan timbulnya kecacatan (Depkes RI, 1991). Strategi dalam meningkatkan kemampuan puskesmas dengan ruang rawat inap yakni puskesamas harus dapat menangani kasus-kasus yang potensial menimbulkan kematian pada bayi, ibu martenal dan gawat darurat lainnya dengan pembatasan hari rawat 3- 7 hari. Dari jumlah puskesmas rawatan yang ada saat ini, sebagian berasal dari rumah sakit pembantu sebelum ditetapkan klasifikasi rumah sakit yang statusnya diubah dan sebagian lainnya merupakan peningkatan puskesmas menjadi puskesmas dengan ruang rawat inap (Depkes RI, 1991). Puskesmas yang ditingkatkan dari puskesmas tanpa rawat inap menjadi puskesmas dengan rawat inap diberi tambahan fasilitas berupa: 1. Ruang tambahan seluas 246m2 diatas tanah seluas 600m2 yang terdiri dari: (1) Ruang perawatan untuk 10 tempat tidur, (2) Ruang operasi sederhana, (3) Ruang persalinan, (4) Ruang perawat jaga, (5) Ruang post operatif, (6) Kamar Linen, (7) Kamar cuci, (8) Dapur, (9) Laboratorium (Depkes RI, 1991). 2. Peralatan medis dan perawatan yang terdiri dari : (1) Peralatan operasi terbatas, (2) Peralatan obstetri patologis, (3) Peralatan Resutasi, (4) Peralatan vasektomi dan tubektomi, (5) Tempat tidur dengan kelengkapannya, (6) Perlengkapan perawatan (Depkes RI, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Page 55: Pkl

3. Tambahan tenaga yang terdiri dari : (1) 1 (satu) orang dokter yang telah mendapatkan pelatihan klinis di rumah sakit selama 6 bulan dalam bidang kebidanan dan kandungan, bedah, anak dan penyakit dalam, (2) 2 (dua) orang perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang kebidanan dan kandungan, bedah, anak dan penyakit dalam, (3) 3 (tiga) orang perawat kesehatan/ perawat/bidan yang diberi tugas secara bergiliran, (4) 1 (satu) orang prakarya kesehatan untuk melaksanakan administrasi di ruang rawat inap puskesmas terutama pencatatan dan pelaporan (Depkes RI, 1991).

2.1.8 Jenis Kasus di Puskesmas Rawat Inap Berbagai jenis kasus mungkin ditemui di puskesmas dengan ruang rawat inap dengan tingkat kegawat daruratan yang masih mampu ditangani oleh sumber daya yang tersedia di puskesmas tersebut. Beberapa contoh kasus yang bisa di temui di puskesmas dengan ruang rawat inap adalah kasus ibu martenal yang meliputi: kelainan karena komplikasi kehamilan seperti hiperemisi gravidarum,pendarahan pervaginam, keracunan kehamilan, kelainan dan komplikasi pada persalinan seperti keluarnya air ketuban pada pemeriksaan inspekulo osteum uteri pembukaan kecil, kontraksi rahim lemah, persalinan lama, gawat janin, uri tidak lahir, dan lainya. Selain kasus ibu martenal kasus neonatal dan kasus lainnya juga bisa saja ditemui di puskesmas dengan ruang rawat inap. Kasus lainnya yang mungkin di temui meliputi: diare, pneumonia, malaria, demam berdarah, pendarahan, luka bakar, keracunan makanan, syok, dan lainnya (Depkes RI, 1991). Universitas Sumatera Utara

Page 56: Pkl

Sesuai dengan tujuan puskesmas menjadi puskesmas dengan rawat inap sebagai tempat rujukan antara, maka pasien yang dirawat terutama adalah pasien gawat darurat yang dapat ditangani di puskesmas dengan fasilitas yang ada atau yang memerlukan observasi untuk kemudian dirujuk ke institusi lebih mampu, atau dapat dipulangkan dan dilakukan perawatan dan pengobatan di rumah pasien. Kasus-kasus yang sejak awal kedatangan tidak mungkin ditangani di puskesmas misalnya kasus- kasus yang perlu tindakan spesialistis serta kasus lain yang perlu perawatan dan pengobatan lama, harus segera dirujuk ke institusi yang lebih mampu atau rumah sakit setelah sebelumnya dilakukan tindakan atau pertolongan pertama terhadap keadaan kedaruratannya (Depkes RI, 1991). 2.2 Hukum Permintaan 2.2.1 Definisi Demand Masyarakat harus selalu membuat keputusan dalam mengelolah sumber-sumber dayanya yang terbatas atau langka dalam upaya pemenuhan kebutuhan maupun keinginannya (Mankiw, 2000) atas dasar keinginan dan kebutuhan maka timbulah demand (permintaan) dari pernyataan tersebut menunjukan bahwa keinginan dengan permintaan adalah dua hal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Namun tidak dapat diingkari bahwa keduanya berhubungan erat (Rosyidi, 2002). Demand (Permintaan) adalah keinginan yang disertai dengan ketersediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan (Rosyidi, 2002). Kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan mengartikan pada harga yang Universitas Sumatera Utara

Page 57: Pkl

ditetapkan untuk barang atau jasa yang ditawarkan dalam pasar dan ini akan memengaruhi jumlah permintaan sesuai dengan hukum dari permintaan dimana apabila hal lainnya sama, harga meningkat maka jumlah demand akan turun dan sebaliknya apabila harga turun maka jumlah demand akan meningkat hukum ini sering di kenal dengan sebutan ceteris paribus (Mankiw, 2000). Hubungan antara harga barang atau jasa dengan kuantitas yang diminta di perlihatkan dalam sebuah tabel yang di sebut skedul permintaan atau demand schedul (Mankiw, 2000). Selanjutnya apa yang digambarkan dalam demand skedul dapat dilukiskan dalam sebuah grafik yang disebut kurva demand (Rosyidi, 2002). Kurva demand bisa saja berubah miring ke kiri atau ke kanan ketika terjadi perubahan harga yang mengakibatkan perubahan kuantitas demand atau jumlah yang diminta. Ada satu hal yang penting untuk diperhatikan, yaitu perbedaan antara istilah demand dengan istilah kuantitas demand. Hal ini sering sekali menimbulkan kesalahpahaman, sebab kebanyakan orang menggangapnya sama. Sampai saat ini masih sering terdengar orang yang mengatakan, bahwa naiknya harga sesuatu barang atau jasa akan menurunkan demand orang akan barang atau jasa tersebut. Pernyataan tersebut salah, sebab dalam persoalan seperti itu bukanlah demand yang berubah namun kuantitas demand (Rosyidi, 2002). Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya terhadap perubahan permintaan suatu komoditas. Secara umum elastisitas permintaan dapat Universitas Sumatera Utara

Page 58: Pkl

dibedakan menjadi elastisitas permintaan terhadap harga (price elasticity of demand), elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand), dan elastisitas permintaan silang (cross price elasticity of demand). Elastisitas permintaan terhadap harga, mengukur seberapa besar perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila harganya berubah. Jadi elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah komoditas yang diminta terhadap perubahan harga komoditas tersebut dengan asumsi ceteris paribus. Nilai elastisitas permintaan terhadap harga merupakan hasil bagi antara persentase perubahan harga. Nilai yang diperoleh tersebut merupakan suatu besaran yang menggambarkan sampai berapa besar-kah perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila dibandingkan dengan perubahan harga (Sugiarto, 2005). Ada beberapa faktor yang memengaruhi elastisitas demand yaitu (1) ada tidaknya barang pegganti. Semakin banyak serta baik suatu barang memiliki barang pegganti maka semakin elasti permintaannya dan sebaliknya. (2) Luas atau sempitnya kemungkinan penggunaan barang yang bersangkutan. Apabila suatu barang mampu memenuhi banyak kebutuhan yang bermacam- macam atau memiliki kemungkinan banyak pengguna maka barang tersebut akan semakin elastis dan sebaliknya. (3) Pentingnya bagi kehidupan. Jika suatu barang memiliki arti yang penting bagi kehidupan maka akan semakin inelastislah demand-nya. (4) sifat tahan lamanya suatu barang, barang yang tahan lama (durable goods) dan barang yang tidak tahan lama (non- durable goods atau perishable goods). Semakin tahan lama Universitas Sumatera Utara

Page 59: Pkl

suatu barang maka akan semakin elastislah permintaan terhadapnya dan sebaliknya. Kemudian (5) harga barang dibandingkan dengan pendapatan konsumen. Semakin mahal harga suatu barang makan akan semakin elastislah demand-nya dan sebaliknya. (Rosyidi, 2002) 2.2.2 Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan Menurut Santerre dan Neun (2000) dalam Murti bahwa Pelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan pelayanan ekonomi lainya. Pelayanan kesehatan atau pelayanan medis sangat heterogen, terdiri atas banyak sekali barang dan pelayanan yang bertujuan memelihara, memperbaiki, memulihkan kesehatan fissik dan jiwa seorang. Karena sifat yang sangaat heterogen, pelayaanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Beberapa karakteristik khusus pelayanan kesehatan sebagai berikut : 1. Intangibility. Tidak seperti mobil atau makanan, pelayanan kesehatan tidak bisa dinilai oleh panca indera. Konsumen (pasien) tidak bisa melihat, mendengar, membau, merasakan, mengecap pelayanan kesehatan. 2. Inseparability. Produksi dan konsumsi pelayanan kesehatan terjadi secara simultan (bersama). Makanan bisa dibuat dulu, untuk dikonsumsi kemudian. Tindakan operatif yang dilakukan dokter bedah pada saat yang sama digunakan oleh pasien. 3. Inventory. Pelayanan kesehataan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat dibutuhkan oleh pasien nantinya.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: Pkl

4. Inkonsistensi. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima pasien dari seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun pelayanan kesehatan yang digunakan antar pasien, bervariasi.

Jadi pelayanaan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Biasanya pelayanan kesehatan diukur berdasarkan ketersediaaan atau penggunaan. Adanya demand terhadap pelayanan kesehatan menurut Grossman (1972) karena kesehatan merupakan komoditas yang harus dibeli (consumption commodity) sebab dapat membuat pembelinya merasa dirinya lebih baik dan nyaman. Kesehatan dianggap sebagai barang yang tidak habis dalam sekejap (durable good) dan merupakan suatu investasi (investment commodity) artinya bila keadaan sehat maka semua waktu yang tersedia dapat digunakan secara produktif sehingga secara tidak langsung merupakan investasi sedangkan menurut Amran Razak (2000) dalam Haeruddin (2007), Demand terhadap pelayanan kesehatan timbul akibat adanya permintaan kesehatan yang baik, dimana meningkatnya umur seseorang bisa merupakan mulai menurunnya kondisi kesehatan yang lebih baik. Secara umum keadaan demand dan need jasa pelayanan kesehatan dapat dilukiskan dalam suatu konsep yang disebut fenomena gunung es atau ice-berg phenomenon. Konsep ini mengacu pada pengertian bahwa demand yang benar seharusnya merupakan bagian dari need. Secara konseptual, need akan jasa pelayanan kesehatan dapat berwujud suatu gunung es yang hanya sedikit puncaknya terlihat sebagai demand (Pallutturi, 2005). Universitas Sumatera Utara

Page 61: Pkl

Menurut Mills dan Gilson (1990) dalam Andhika (2010) kesehatan merupakan suatu kebutuhan (need) yang diartikan secara umum yang merupakan perbandingan antara situasi nyata dan standart teknis tertentu yang telah disepakati. Selain itu juga kesehatan merupakan kebutuhan yang dirasakan (felt need) yaitu kebutuhan yang dirasakan sendiri oleh individu. Sehingga keputusan untuk memanfaatkan suatu jasa pelayanan kesehatan merupakan pencerminan kombinasi normatif dan kebutuhan yang dirasakan. Bila ditelaah dari pernyataan tersebut, dapat dikategorikan maka kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis sesuai dengan konsep kebutuhan Maslow. Menurut Kasali (2000) dalam Laij (2012) terdapat dua konsep yang sangat mendasar yaitu kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Kebutuhan adalah hal-hal yang mendasar yang dibutuhkan makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya. Tanaman membutuhkan air, tanah, pupuk dan udara untuk hidup. Manusia tidak hanya membutuhkan makanan dan minuman, tetapi juga cinta, penghargaan, persaudaraan, pengetahuan dan sebagainya. Kalau kebutuhan itu tidak terpenuhi, mereka akan merasa tidak bahagia, ada yang dirasakan kurang dalam kehidupannya. Kebutuhan manusia amat bervariasi dan kompleks. Sedangkan keinginan adalah pernyataan manusia terhadap kebutuhan-kebutuhannya yang dipertajam oleh budaya dan kepribadiannya. perbedaannya dengan kebutuhan terletak pada barang-barang yang dipilih untuk melangsungkan kehidupannya. Universitas Sumatera Utara

Page 62: Pkl

Ada 3 situasi yang dapat diperhatikan atas tingkat persoalan kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh seorang individu. Permintaan pelayanan kesehatan timbul melalui proses perubahan persoalan kesehatan menjadi persoalan kesehatan yang dirasakan, dilanjutkan dengan merasa dibutuhkannya pelayanan kesehatan dan akhirnya dinyatakan dengan permintaan aktual. Dalam upayanya mengubah kebutuhan pelayanan yang dirasakan menjadi suatu bentuk permintaan yang efektif, konsumen harus memiliki kesediaan (willingness) dan kemampuan (ability) untuk membeli atau membayar sejumlah jenis pelayanan kesehatan yang diperlukan (Andhika, 2010). Hubungan antara keinginan kesehatan permintaan akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja yang sederhana, namun sebenarnya sangat kompleks. Penyebab utamanya karena persoalan kesenjangan informasi. Menerjemahkan keinginan sehat menjadi konsumsi pelayanan kesehatan melibatkan berbagai informasi tentang berbagai hal, antara lain : aspek status kesehatan saat ini, informasi status kesehatan yang lebih baik, informasi tentang macam pelayanan yang tersedia, tentang kesesuaian pelayanan tersebut, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena permintaan pelayanan kesehatan mengandung masalah uncertainty (ketidakpastian), sakit sebagai ciri-ciri persoalan kesehatan merupakan suatu ketidakpastian. Keduanya, imperfect information dan uncertainty merupakan karakteristik umum dari permintaan pelayanan kesehatan dan kesehatan (Laij, 2012). Universitas Sumatera Utara

Page 63: Pkl

2.2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Demand terhadap Pelayanan Kesehatan Demand terhadap pelayanan kesehatan mempunyai faktor-faktor eksogen antara lain ketidaktahuan pasien-pasien sehingga penderita mendelegasikan keputusannya kepada petugas kesehatan (dokter/paramedik), faktor penghasilan pemakai jasa pelayanan dan sebagainya; dan demand terhadap pelayanan kesehatan melibatkan banyak hal, antara lain penyediaan dan tingkat keterampilan petugas kesehatan yang ada, dimana peran ganda yang dimilikinya (penyedia layanan medis dan wakil pasien) dapat menciptakan motif ekonomi berupa pelayanan kesehatan yang berlebih-lebihan (unnecessary procedure) Amran Razak (2000) dalam Haeruddin (2007). Beberapa faktor yang memengaruhi demand pelayanan kesehatan yaitu faktor kebutuhan yang berbasis pada aspek fisiologis, penilaian pribadi akan status kesehatannya, variabel-variabel ekonomi seperti : tarif, ada tidaknya sistem asuransi, dan penghasilan, serta variabel-variabel demografis dan organisasi. Disamping faktor-faktor tersebut masih ada faktor lain misalnya: pengiklanan, pengaruh jumlah dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta pengaruh inflasi, Dunlop dan Zubkoff (1981) dalam Pallutturi (2005). Menurut Santerre dan Neun (2000) dalam Andhika (2010), ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap jumlah permintaan pemeliharaan pelayanan kesehatan (Quantity demanded) seperti harga pembayaran secara langsung oleh rumah tangga, pendapatan bersih (real income), biaya waktu (time cost), termasuk di Universitas Sumatera Utara

Page 64: Pkl

dalamnya adalah biaya (uang) untuk perjalanan termasuk muatan bis atau bensin di tambah biaya pengganti untuk waktu, harga barang substitusi dan komplementer, selera dan preferensi, termasuk di dalamnya status pernikahan, pendidikan dan gaya hidup, phisik dan mental hidup, status kesehatan serta kualitas pelayanan (quality of care). Menurut Mills & Gilson (1990) dalam Andhika (2010), hubungan antara teori permintaan dengan pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang sangat dipengaruhi oleh pendapatan, sarana dan kualitas pelayanan kesehatan. Pendapatan memiliki hubungan (asosiasi) dengan besarnya permintaan akan pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern. Harga berperan dalam menentukan permintaan terhadap pemeliharaan kesehatan. Meningkatnya harga mungkin akan lebih mengurangi permintaan dari kelompok yang berpendapatan rendah dibanding dengan kelompok yang berpendapatan tinggi. Sulitnya pencapaian sarana pelayanan kesehatan secara fisik akan menurunkan permintaan. Kemanjuran dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk meminta pelayanan dan pemberi jasa tertentu. Menurut teori laissez- faire demand didasarkan atas individual dan harapan masyarakat sehingga faktor-faktor yang memengaruhi demand menurut teori ini adalah faktor individual seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat sosial, faktor lingkungan seperti ekonomi, masyarakat sekitar, faktor penyedia jasa pelayanan kesehatan seperti akses, jarak, penawaran, pelayanan dan faktor Universitas Sumatera Utara

Page 65: Pkl

pembayaran seperti asuransi kesehatan yang dimiliki, pajak dari asuransi, cara pembayaran dan sebagainya (Tulchinsky and Elena Varavikova, 2009). Menurut Grossman (1972) kerangka kerja dari proses produksi kesehatan terdiri dari 2 yaitu: input dan output, dimana output yang di hasilkan merupakan kesehatan itu sendiri. Sedangkan untuk input atau masukan, kesehatan di pengaruhi oleh faktor individual, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Faktor individual meliputi sosial ekonomi, pendidikan, faktor budaya, pendapatan, perbedaan usia, gender, dan status kesehatannya. Faktor pelayanan kesehatan akan meliputi organisasi pelayanan kesehatan itu sendiri dimana penyedia pelayanan kesehatan harus mampu menawarkan pelayanan berkualitas sesuai dengan permintaan dan tujuan pelayanan tersebut, kepuasan pelanggan akan menjadi tolak ukurnya. Faktor lingkungan yang memengaruhi permintaan kesehatan meliputi pengaruh-penggaruh lingkungan yang mendukung seseorang dalam memutuskan permintaan akan pembelian pelayanan kesehatan baik berdasarkan sumber informasi yang diterima maupun kelompok-kelompok yang menjadi referensi dalam menentukan keputusan pembelian (Tulchinsky and Elena Varavikova, 2009). Universitas Sumatera Utara

Page 66: Pkl

2.3 Hubungan antara Jenis kelamin, Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan, Pengetahuan, Kebutuhan, Jarak, Sumber Informasi, Kelompok Referensi dan Persepsi terhadap Demand Pelayanan Rawat Inap 2.3.1 Pengaruh Jenis kelamin, Umur, Kebutuhan, Pekerjaan dan Pendapatan Terhadap Permintaan pelayanan rawat inap Menurut Scheiber (1990) dalam Laij (2012) menyebutkan bahwa permintaan untuk pelayanan kesehatan bergantung pada status usia, pendapatan, pendidikan dan kesehatan itu sendiri. Pada status usia sesuai dengan bertambahnya usia maka vitalitas tubuh akan menurun yang mengakibatkan akan meningkatnya kebutuhan pelayanan kesehatan dan menjadikan permintaan pelayanan kesehatan akan meningkat pula. Perbedaan jenis kelamin juga memengaruhi perbedaan akan permintaan pelayanan kesehatan. Theodore schultz (1985) dalam Elfindri (2003) berhasil menyebarluaskan pemikiran bahwa masalah gender akan menjadi bagian kajian dari masalah ekonomi dimana keterkaitan gender dengan reproduksi seperti fertility, mortality dan family planning akan memengaruhi kebutuhan permintaan pelayanan kesehatan Selain itu kemampuan dan kemauan wanita yang terbatas untuk mencari pelayanan, terutama jika sarana transportasi yang tersedia terbatas, komunikasi sulit dan di daerah tersebut tidak tersedia tempat pelayanan. Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang dan pendapatan sangat tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang. Perubahan pendapatan selalu Universitas Sumatera Utara

Page 67: Pkl

menimbulkan perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang. Ada hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan besarnya permintaan akan pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern. Jika pendapatan meningkat maka garis pendapatan akan bergeser kekanan sehingga jumlah barang dan jasa kesehatan meningkat. Pada masyarakat berpendapatan rendah, akan mencukupi kebutuhan barang terlebih dahulu, setelah kebutuhan akan barang tercukupi akan mengkonsumsi kesehatan (Andersen et al, 1975; Santerre & Neun, 2000; Mills & Gilson,1990 dalam Laij,2012). 2.3.2 Pengaruh Jarak terhadap Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan

Jarak antara tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan berpengaruh negatif terhadap jumlah pelayanan kesehatan. Hal ini dapat dipahami karena semakin jauh tempat tinggal dari tempat pelayanan kesehatan akan semakin mahal. Ini telah sesuai dengan teori permintaan yaitu jika barang yang diminta semakin mahal, maka jumlah barang yang dibeli akan semakin sedikit (Andersen et al, 1975; Santerre & Neun, 2000; Mills & Gilson,1990 dalam Laij,2012). 2.3.3 Pengaruh Pendidikan, Pengetahuan, Sumber Informasi, Kelompok Referensi dan Persepsi terhadap Pelayanan Rawat Inap

Faktor sosial dan budaya akan memengaruhi persepsi masyarakat terhadap pentingnya kesehatan. Sebagai contoh faktor tingkat pendidikan dan pengetahuan memengaruhi nilai pentingnya kesehatan. Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi Universitas Sumatera Utara

Page 68: Pkl

cenderung untuk meningkatkan kesadaran status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi menganggap penting nilai kesehatan, sehingga akan mengkonsumsi jasa kesehatan lebih banyak dibandingkan masyarakat yang pendidikan dan pengetahuannya lebih rendah. Faktor budaya setempat juga sangat menentukan konsumsi kesehatan (Joko, 2005 dalam Laij, 2012). Grossman mengembangkan model dimana kesehatan dipandang sebagai stok modal yang menghasilkan output kehidupan yang sehat. Individu dapat mengadakan investasi pada kesehatan yang dikombinasikan dengan waktu (kunjungan dokter) dengan membeli input (jasa medis). Status pendidikan seseorang berpengaruh terhadap pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, karena status pendidikan memengaruhi kesadaran dan pengetahuan seseorang tentang kesehatan. Hal yang sering menjadi penghambat bagi pemanfaatan jasa pelayanan tersebut adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan seseorang tentang hal-hal yang berkaitan dengan perilaku kesehatan. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan seseorang sangat bervariasi, mulai dari tidak mengetahui tempat jasa pelayanan kesehatan yang tersedia hingga kurangnya pemahaman tentang manfaat pelayanan, tanda-tanda bahaya atau kegawatan yang memerlukan pelayanan (Joko, 2005 dalam Laij, 2012). Sumber informasi dan kelompok referensi akan memengaruhi keputusan pembelian seseorang akan permintaan pelayanan kesehatan dimana hal ini berkaitan erat dengan peningkatan pengetahuan yang diterima oleh seseorang mengenai jasa Universitas Sumatera Utara pelayanan kesehatan tertentu dan memengaruhi persepsi seseorang terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Semakin banyak sumber informasi dan kelompok referensi yang bernilai positif akan semakin baik pula persepsi seseorang berkaitan dengan pelayanan kesehatan tersebut.

2.1. PuskesmasPuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kotayang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatuwilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatankabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian daritugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unitpelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia(Sulastomo, 2007).Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunankesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuaitdengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalahsatu kecamatan. Tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas,maka tanggung jawab wilayah keja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikankeutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan, RW), dan masing-masing puskesmas

Page 69: Pkl

tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada dinas kesehatankabupaten/ kota (Sulastomo, 2007).Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalahtercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehatadalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melaluipenbangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup didalam lingkungan denganperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yangUniversitas Sumatera Utarabermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya(Sulastomo, 2007).Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalahmendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional, yaitu :1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayahkerjanya.3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanankesehatan yang diselenggarakan puskesmas.4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan per orangan, keluarga, dan masyarakat,serta lingkungannya (Depkes RI, 2003).2.2. PersepsiPersepsi merupakan proses akal manusia yang sadar yang meliputi prosesfisik, fisiologis, dan psikologi yang menyebabkan berbagai macam input, lalu diolahmenjadi suatu penggambaran lingkungan. Persepsi merupakan perlakuan yangmelibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, dengar,alami atau dibaca, sehingga persepsi bisa mempengaruhi tingkah laku, percakapan,serta perasaan seseorang (Ahmadi, 1992).Persepsi juga dapat diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa,atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menampilkanpesan. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda meskipun objeknya sama.Studi tentang persepsi sangat berkaitan dengan studi kognitif, seperti ingatan danUniversitas Sumatera Utaraberfikir, disamping itu praktik dan pengalaman juga mempengaruhi persepsi(Ahmadi, 2002).Persepsi diyakini sebagai proses dan hasil. Dua hal ini biasa dikenal dengansebutan penghayatan dan pemahaman berturut-turut. Penghayatan didasarkan pada

Page 70: Pkl

kondisi tertentu, merupakan proses kognitif, seperti ingatan, pernyataan berfikir(Ahmadi, 1992). Pada dasarnya persepsi merupakan pemahaman terhadap apa yangterjadi di lingkungan masyarakat.Menurut Rahmat (1992), persepsi merupakan pengalaman tentang objek,peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasidengan menafsirkan pesan. Proses terbentuknya persepsi melalui tiga tahap, yaitufisik, fisiologik, dan psikologik. Adanya objek menimbulkan stimulus lalu stimulusmengenai alat indra. Stimulus yang diterima alat indra, dilanjutkan oleh alat sensoriske otak sehingga terjadi suatu proses di otak mengakibatkan individu dapatmenyadari apa yang diterimanya. Proses ini disebut proses pengamatan. Setelahterjadi proses pengamatan, maka akan terbentuklah persepsi tentang objek (Ahmadi,1992).2.3. Faktor- Faktor Yang Memengaruhi PersepsiPersepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tetapi ada faktor yangmempengaruhinya. Persepsi seseorang ada kaitannya dengan pengambilan keputusanuntuk bertindak. Menurut Siagian (1995), ada 3 faktor yang mempengaruhi persepsiseseorang, yaitu :Universitas Sumatera Utara1. Diri orang yang bersangkutanApabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentangapa yang dilihatnya, orang tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individual yangturut berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, danharapan.2. Sasaran persepsi tersebutSifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yangmelihatnya.3. Faktor situasiSituasi merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsiseseorang.Menurut Sarwono (1993), yang mengutip pendapat Jordan dan sudartimenyebutkan bahwa persepsi masyarakat tentang sehat dan sakit sangat dipengaruhioleh pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial dan budaya. Sebaliknya, petugaskesehatan sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif berdasarkansimtom untuk mendiagnosa pasien. Masyarakat mulai menghubungi sarana kesehatansesuai dengan pengalamannya atau dari informasi yang diperoleh dari orang lain

Page 71: Pkl

karena disadari atas kepercayaan dan keyakinan akan kemajuan sarana kesehatantersebut.2.4. Mutu Pelayanan KesehatanMutu pelayanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaianbaik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, wujud serta ciri-ciri pelayanan kesehatan,Universitas Sumatera Utaradan ataupun terhadap kepatuhan standar pelayanan. Menurut Donabedian yangdikutip oleh Azwar (1996), mutu pelayanan kesehatan merupakan produk akhir dariinteraksi dan ketergantungan yang rumit antara komponen dan aspek rumah sakitsebagai suatu sistem. Masalah mutu akan muncul apabila unsur masukan, proses,lingkungan, dan keluaran menyimpang dari standar yang telah ditetapkan. Standar itusendiri mengacu pada tingkatan ideal yang diinginkan yang belum dicapai, danberkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.Sesuai dengan peranan yang dimiliki oleh masing-masing unsur pelayanankesehatan, standar dalam menjaga program mutu pelayanan secara umum dapatdibedakan menjadi 2 macam, yaitu :1. Standar persyaratan minimalYang dimaksud dengan standar persyaratan minimal disini adalah yang menunjukpada keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk dapat menjaminterselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu. Standar persyaratanminimal ini dibedakan menjadi 3 macam, yaitu yang pertama standar masukan,yang mengacu pada unsur masukan yang diperlukan untuk dapatmenyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bemutu yakni jenis, jumlah dankualifikasi tenaga pelaksana, jenis, jumlah dan spesifikasi sarana, serta jumlahdana (modal). Yang kedua adalah standar lingkungan, yang mengacu pada unsurlingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatanyang bemutu, yakni garis-garis besar kebijakan, pola organisasi serta sistemmanajemen yang harus dipatuhi oleh setiap pelaksana pelayanan kesehatan. Yangketiga adalah standar proses, yang mengacu pada unsur proses yang diperlukanUniversitas Sumatera Utarauntuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bemutu, yakni tindakanmedis dan tindakan non medis pelayanan kesehatan (Azwar, 1996).2. Standar Penampilan Minimal

Page 72: Pkl

Yang dimaksud dengan standar penampilan minimal adalah yang menunjukkanpada penampilan pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar inimenunjuk pada unsur keluaran (standar keluaran). Untuk mengetahui apakahmutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan masih dalam batas-batas yangwajar atau tidak, perlulah ditetapkan standar keluaran (Azwar, 1996).2.4.1. Dimensi Mutu Pelayanan KesehatanMenurut Azwar (1996), yang mengutip pendapat Robert dan Prevostmengatakan bahwa dimensi mutu pelayanan kesehatan adalah :1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatanMutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas dalammemenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien,keprihatinan serta keramah-tamahan petugas dalam melayani pasien, dan ataukesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien.2. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatanMutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yangdiselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi mutakhir dan atauotonomi profesi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengankebutuhan pasien.Universitas Sumatera Utara3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatanMutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efisiensi pemakaian sumberdana, kewajaran pembiayaan kesehatan, dan atau kemampuan pelayanankesehatan mengurangi kerugian penyandang dana pelayanan kesehatan.Menurut Azwar (1996) yang mengutip penelitian Smith dan Metzner (1970),juga melakukan penelitian yang sama. Untuk para dokter sebagai penyelenggarapelayanan kesehatan, dimensi mutu pelayanan kesehatan yang dipandang palingpenting adalah pengetahuan yang dimiliki oleh dokter (80%), kemudian barumenyusul perhatian dokter secara pribadi kepada pasien (60%), keterampilan yangdimiliki ole dokter (50%), efisiensi pelayanan kesehatan (45%), serta kenyamananpelayanan yang dirasakan oleh pasien ( 8%). Sedangkan untuk pasien sebagaipengguna jasa pelayanan kesehatan, dimensi mutu pelayanan kesehatan yangdianggap paling penting adalah efisiensi pelayanan kesehatan (45%), kemudian barumenyusul perhatian dokter secara pribadi kepada pasien (40%), pengetahuan ilmiahyang dimiliki dokter (40%), keterampilan yang dimiliki dokter (35%), sertakenyamanan pelayanan yang dirasakan oleh pasien (35%).

Page 73: Pkl

Untuk mengatasi perbedaan ini, disepakati bahwa mutu pelayanan kesehatandikaitkan dengan aspek kepuasan, sehingga disepakati bahwa mutu pelayanankesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan,yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengantingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara penyelenggaraaannyasesuai dengan kode etik dan standar profesi yang ditetapkan.Universitas Sumatera UtaraMenurut Lupyoadi (2001) yang mengutip pendapat Parasuraman (1988), untukdapat mengukur mutu pelayanan kesehatan, ada lima dimensi SERVQUAL (servicequality) yaitu :1. Bukti langsung (tangible) yang meliputi keadaan fisik, misalnya kebersihanruangan tunggu, kamar periksa, kamar mandi, peralatan medis dan non medis, dankerapian petugas kesehatan.2. Kehandalan (reliability) yaitu kemampuan untuk memberi pelayanan yangdijanjikan dengan segera dan memuaskan, misalnya kecekatan dalam memberikanpelayanan, ketersediaan petugas pelayanan dan ketepatan waktu pelayanan.3. Ketanggapan (responsiveness) yaitu keinginan para petugas dalam memberikanpelayanan kepada pasien dengan tanggap, cepat dan tepat, misalnya menanggapikeluhan pasien, membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.4. Jaminan (assurance) yaitu jaminan yang mencakup kemampuan, keterampilan,kesopanan, dan sifat yang dipercaya (kejujuran), bebas dari bahaya, resiko ataukeragu-raguan dalam bertindak5. Empati (empathy) yaitu kemudahan dalam melakukan komunikasi, perhatian,keramahan, dan memahami kebutuhan pasien.Keberhasilan pelayanan kesehatan di Puskesmas sangat dipengaruhi oleh mutupelayanan. Peningkatan mutu pelayanan merupakan faktor yang sangat pentingkarena mutu pelayanan berakaitan langsung dengan kepuasan pasien dan minatpasien untuk berkunjung kembali ke Puskesmas. Mutu pelayanan yang baik adalahsarana pelayanan penting untuk menarik pasien (Adikoesoemo, 1994).Universitas Sumatera Utara2.5. KepuasanMenurut Azwar (1996), yang mengutip pendapat Kotler mengatakan bahwakepuasan adalah perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja dengan harapan

Page 74: Pkl

atau hasil yang diberikan dengan harapannya. Kepuasan pasien dapat dilihat dari sisipersepsi pasien atau keluarganya terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diberikan.Tingkat kepuasan ini berorientasi pada individual, sehingga yang digunakan adalahkepuasan rata-rata pasien (Soedjadi, 1996).Kepuasan adalah sesuatu yang bersifat relatif dan subjektif sehingga sulit diukur.Tidak mungkin untuk memberi kepuasan pada pasien harus mengabaikanpertimbangan kode etik dan standar pelayanan profesi, karena pelayanan yangdemikian itu akan merugikan pasien pada akhirnya.2.5.1. Dimensi Kepuasan PasienDimensi kepuasan pasien sangat bervariasi sekali. Menurut Azwar, (1996),dimensi kepuasan pasien dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :1. Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan standar dan kode etik profesi.Ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu hanya mengacu pada penerapanstandar serta kode etik profesi yang baik saja, yaitu mengenai :a. Hubungan Dokter dengan Pasien (Doctor-patient relation), yaitu terbinanyahubungan dokter dengan pasien yang baik adalah salah satu dari kewajibanetik. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutuhubungan dokter dengan pasien yang baik ini harus dapat dipertahankan.Setiap dokter diharapkan dapat memberikan perhatian yang cukup kepadaUniversitas Sumatera Utarapasien secara pribadi, menampung dan mendengarkan semua keluhan, sertamenjawab dan memberikan keterangan yang jelas tentang segala hal yangingin diketahui pasien.b. Kenyamanan (Amenities), yaitu mengupayakan terselenggaranya pelayananyang nyaman. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yangbermutu, suasana yang nyaman tersebut harus dapat dipertahankan.Kenyamanan tersebut menyangkut fasilitas yang disediakan, sikap dantindakan para pelaksana ketika menyelenggarkan pelayanan kesehatan.c. Kebebasan Melakukan Pilihan (Choice), yaitu memberikan kebebasan padapasien untuk memilih serta menentukan pelayanan kesehatan, dan apabilakebebasan memilih ini diberikan, maka harus dapat dilaksanakan oleh setiappenyelenggara pelayanan kesehatan.d. Pengetahuan dan Kompetensi Teknis (Scientific Knowledge and TechnicalSkill), yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan harus didukung olehpengetahuan dan kompetisi teknis bukan saja merupakan bagian darikewajiban etik, tetapi juga merupakan prinsip pokok penerapan standarpelayanan profesi. Makin tinggi tingkat pengetahuan dan kompetensi teknistersebut, maka makin tingi pula mutu pelayanan kesehatan.e. Efektifitas Pelayanan (Effectiveness), yaitu efektifitas pelayanan jugamerupakan bagian dari kewajiban etik serta prinsip pokok penerapan standarpelayanan profesi. Secara umum disebutkan makin tinggi pelayanan kesehatantersebut, makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan.Universitas Sumatera Utaraf. Keamanan Tindakan (Safety), yaitu untuk dapat menyelenggarakan pelayanan

Page 75: Pkl

kesehatan yang bermutu, aspek keamanan tindakan ini harus diperhatikan.Pelayanan kesehatan yang membahayakan pasien bukanlah pelayanankesehatan yang baik, dan karena itu tidak boleh dilakukan.3. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanankesehatan.Ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan dikaitkan dengan semuapersyaratan pelayanan kesehatan. Suatu pelayanan kesehatan dikatakan bermutuapabila penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan dapat memuaskan pasien,sehingga mudahlah dipahami bahwa ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu lebihbersifat luas, karena didalamnya tercakup penilaian terhadap kepuasan pasienmengenai :a. Ketersediaan Pelayanan Kesehatan (Available)b. Kewajaran Pelayanan Kesehatan (Appropriate)c. Kesinambungan Pelayanan Kesehatan (Continue)d. Penerimaan Pelayanan Kesehatan (Acceptable)e. Ketercapaian Pelayanan Kesehatan (Accesiblle)f. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (Affordable)g. Efisiensi Pelayanan Kesehatan (Eficient)h. Mutu Pelayanan Kesehatan (Quality)Universitas Sumatera Utara2.6. Cara Pengukuran KepuasanPenyelenggara pelayanan kesehatan menggunakan berbagai metode untukmengukur kepuasan konsumen berdasarkan pelayanan yang sudah diberikan.Menurut Health Care Organisation cara pengukurannya sebagai berikut :1. Sales related methode, yaitu pengukuran kepuasan berdasarkan aktivitaspenjualan. Apabila penjualan meningkat pihak manajemen mengambilkesimpulan bahwa penyelenggara kesehatan telah memuaskan konsumen. Carapengukuran ini tidaklah cukup. Konsumen tetap menggunakan sebuah jasapelayanan walaupun tidak merasa puas kemungkinan karena tiga alasan yaitu :a. Konsumen tetap menggunakan pelayanan tersebut karena tidak ada alternatiflain atau tidak ada pesaing.b. Pelayanan yang tidak memuaskan dapat bertahan dalam jangka pendek,karena tidak mampu mempertahankan pelayanan yang memuaskan akansegera ditinggalkan. Tapi ada kecendrungan konsumen untuk melihatapakah pelayanan yang diberikan bisa kembali seperti semula sebelumakhirnya memutuskan untuk mencari alternatif pelayanan yang lain.c. Penyelenggara pelayanan kesehatan merupakan tempat rujukan. Selalu adakemungkinan pasien merasa tidak puas tetapi tetap memanfaatkanpelayanan tersebut karena merupakan tempat rujukan. Tetapi hal ini tidakakan menjadi masalah selama pelayanannya memuaskan, dan pelayanantesebut akan terus digunakan oleh konsumen.2. Complaint and Sugestion System, yaitu pengukuran kepuasan menggunakan

Page 76: Pkl

sistem kritik dan saran jika konsumen merasa tidak puas atau kecewa denganUniversitas Sumatera Utarapelayanan yang diberikan. Tapi metode ini memiliki kelemahan sepertikonsumen yang chronic complainers yang memberikan kritik dan saran terlaluberlebihan, atau konsumen yang acuh. Bagi sebagian konsumen lebih memilihmengganti pelayanan yang digunakan dari pada memberi kritik dan saran jikamereka tidak puas dengan pelayanan.3. Consumers Panels, yaitu cara pengukuran kepuasan dengan memberikanpelayanan call center dengan layanan bebas pulsa agar konsumen dapatmenyampaikan rasa tidak puas atau rasa kecewa terhadap pelayanan yangditerimanya.4. Consumers Satisfaction Survey.Kepuasan adalah sesuatu yang dirasakan oleh seseorang melalui pengalamanyang dapat memenuhi harapannya. Kepuasan mempunyai tingkatan yang berbedapada setiap orang. Jika performa sebuah pelayanan kesehatan melebihi apa yangdiharapkannya, maka performa tersebut sangat memuaskan. (fully satisfied). Apabilaperforma sebuah pelayanan kesehatan sama dengan harapan pasien, maka performatersebut memuaskan (satisfied). Tetapi apabila performa sebuah pelayanan kesehatandibawah harapan pasien, maka performa tersebut tidak memuaskan(dissatisfied).Untuk memahami tingkat kepuasan terhadap pelayanan kesehatan,terlebih dulu kita harus memahami apa harapannya terhadap sebuah pelayanankesehatan. Harapan dibuat berdasarkan pengalaman sebelumnya atau situasi yangsama, pernyataan yang dibuat oleh orang lain, dan pernyataan yang dibuat olehpenyedia jasa pelayanan kesehatan (Health Care Organization).Universitas Sumatera UtaraCara mengukur kepuasan dengan metode ini adalah dengan menghitungselisih antara nilai kenyataan yang diterimanya dikurang dengan nilai harapannya.Sebagai contoh :Kualitas pelayanan yang diberikan perawat :a. Bagaimana penilaian anda?(min) 1 2 3 4 5 (max)b. Bagaimana dengan harapan anda?(min) 1 2 3 4 5 (max)Jika responden menjawab 2 dari pertanyaan (a), dan 5 dari pertanyaan (b),maka kita akan menemukan kesenjangan antara kenyataan dengan harapan (needdeficiency) sebesar (-3), maka responden tidak puas (dissatisfied).2.7. Minat Berkunjung Kembali

Page 77: Pkl

Dalam menentukan tingkat kepuasan pasien terdapat faktor-faktor yang harusdiperhatikan, yaitu (a) kualitas pelayanan, pasien akan merasa puas bila merekamendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan, (b)harga, produk jasa yang sama kualitasnya tetapi mempunyai harga yang lebih murahakan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pasien, (c) biaya, pasien tidak perlumengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkansuatu pelayanan cenderung puas terhadap pelayanan tersebut (Lupyoadi, 2007)Pada dasarnya kepuasan dan ketidakpuasan pasien atas mutu pelayanankesehatan berpengaruh pada pola perilaku selanjutnya. Hal ini ditunjukkan pasiensetelah berkunjung ke pelayanan kesehatan (Kottler, 1997). Apabila pasien merasaUniversitas Sumatera Utarapuas, maka pasien tersebut akan menunjukkan besarnya kemungkinan untuk kembaliberkunjung ke pelayanan kesehatan. Pasien yang puas, cenderung memberikanreferensi yang baik terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya kepada oranglain. Tetapi, tidak demikian oleh pasien yang tidak puas (disatisfied). Pasien yangtidak puas dapat melakukan tindakan tidak akan memanfaatkan lagi pelayanankesehatan tersebut.Kepuasan dan ketidakpuasan pasien akan suatu pelayanan kesehatan,merupakan akhir dari proses pemberian pelayanan kesehatan yang memberikandampak tersendiri kepada perilaku pasien akan pelayanan yang diterimanya.Pembentukan sikap dan perilaku pasien terhadap pelayanan yang diterimanyaberdasarkan hasil pengalaman sebelumnya. Pasien yang merasa puas akan pelayananmungkin akan mengembangkan sikap yang mendukung, misalnya akan berkatapositif tentang pelayanan kesehatan yang diterimanya. Sebaliknya, pemberipelayanan kesehatan gagal memenuhi fungsinya sebagaimana yang diharapkan, danpasien merasa tidak puas, maka pasien dapat menimbulkan sikap negatif denganmudah, seperti berkata negatif tentang pelayanan yang diterimanya, pindah kepelayanan kesehatan lain, dsb (Lupiyoadi, 2001).

Page 78: Pkl

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1        Definisi puskesmas      

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)  adalah Organisasi Fungsional

yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,

terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan

peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang yang

dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Puskesmas merupakan

unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung

jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja

( Anonim, 2006 ).

Pembangunan kesehatan adalah penyenggaraan upaya kesehatan oleh

Bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang  agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal. Penanggung jawab utama

penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah

Kabupaten / Kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan

kemampuannya.

Pelayanan yang diberikan  di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan

yang meliputi :

1. Pelayanan pengobatan (Kuratif) yaitu merupakan suatu rangkaian

dari pengelolaan obat yang merupakan tahapan akhir dari suatu

pelayanan kesehatan yang akan ikut menentukan efektifitas upaya

pengobatan oleh tenaga medis kepada pasien.

2. Upaya pemulihan kesehatan (Rehabilitatif) yaitu merupakan suatu

kegiatan dalam upaya pemulihan kesehatan.

3.

3

Page 79: Pkl

Upaya pencegahan (Preventif) yaitu merupakan rangkaian kegiatan

dalam rangka pencegahan suatu penyakit dengan memelihara kesehatan

lingkungan maupun perorangan.

1. Upaya peningkatan kesehatan (Promotif) yaitu merupakan kegiatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan

untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan merupakan

konsep kesatuan upaya kesehatan.

Hal tersebut menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas

kesehatan termasuk Puskesmas yang merupakan unit pelaksana

kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat pokok yang

sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat termasuk didalamnya

pelayanan kefarmasian di Puskesmas yang ditujukan kepada semua

penduduk dan tidak membedakan jenis kelamin dan umur.

Secara Nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu

Kecamatan, dengan beberapa faktor yaitu, Kepadatan Penduduk, Luas

Daerah, Keadaan Geografi, dan Keadaan Infra Struktur lainnya yang

merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja

Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas

dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah Desa atau Kelurahan,

Dusun atau Rukun Warga.

Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu

ditunjang dengan unit pelayanan yang lebih sederhana diantaranya, yaitu

:

1. Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan tempat pelayanan

pengobatan dibawah Puskesmas induk yang pelayanannya

dilakukan oleh seorang perawat yang bertempat disuatu Desa jauh

dari Puskesmas induk.

2. Puskesmas Keliling (Pusling) kegiatannya dilakukan sama seperti

didalam Puskesmas, hanya saja Puskesmas Keliling dilakukan oleh

seorang Dokter, Bidan, Gizi, dan Asisten Apoteker (AA).

3. Posyandu, terbagi 2 yaitu :

A. Posyandu untuk kesehatan Ibu dan Balita, terutama pelayanan

Imunisasi dan Gizi terhadap Ibu hamil, Bayi, dan Balita.

B. Posyandu Lansia (Lanjut Usia) untuk pelayanan kesehatan bagi

usia lanjut.

Page 80: Pkl

4. Posyandu Kesehatan Desa (Poskesdes) disediakan untuk pelayanan

kesehatan yang sifatnya mendasar.

5. Pondok Bersalin Desa (Polindes) yaitu suatu pelayanan yang

dilakukan oleh seorang Bidan yang ditempatkan di suatu Desa jauh

dari Puskesmas induk. (Anonim, 2003)

 

2.2        Tugas Puskesmas

Tugas Puskesmas tercermin dari Visi dan Misi seperti yang tertulis dalam

Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas oleh Direktorat Bina

Farmasi Komunitas dan Klinik dibawah Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI Tahun 2006

yaitu sebagai berikut :

1. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4

indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan

pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan

penduduk. Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan

perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu

ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

2. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas

adalah mendukung tercapainya Misi Pembangunan Kesehatan

Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam

hidup sehat. Misi tersebut adalah sebagai berikut :

A. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan

sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar

memperhatikan aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak

menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-

tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku sehat masyarakat.

B. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan

masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu

berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat

tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,

Page 81: Pkl

melalui peningkatan pengetahuan dan kemandirian untuk hidup

sehat.

C. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan. Puskesmas akan selalu

berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan

pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi

pengelolaan dana sehingga dapat terjangkau oleh seluruh

anggota masyarakat.

D. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga

dan masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu

berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah,

dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan

bertempat tinggal di wilayah kerjanya tanpa diskriminasi,

dengan menerapkan kemajuan dan ilmu teknologi kesehatan

yang sesuai, termasuk aspek lingkungannya.

 

 

2.3        Fungsi Puskesmas

Fungsi puskesmas, Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

RINo.128/Menkes/SK/II/2004  adalah :

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan oleh sektor lain, masyarakat dan dunia

usaha di wilayah kerjanya, serta secara aktif melaporkan dampak dari

penyelenggaraan pembangunan di wilayah kerjanya terhadap kesehatan.

Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan

Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan pencegahan

penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan.

1. Pusat Pemberdayaan Masyarakat.

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan, keluarga dan masyarakat

termasuk dunia usaha untuk memiliki kesadaran, kemauan dan

Page 82: Pkl

kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,

berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk

sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan

memantau pelaksanaan program kesehatan.

Pemberdayaan ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan

situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

1. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama.

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan,

meliputi :

1. Pelayanan kesehatan perorangan (Private Goods) adalah pelayanan

yang bersifat pribadi, dengan tujuan utama menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, tanpa

mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Pelayanan kesehatan perorangan mencakup rawat jalan dan rawat

inap.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat (Public Goods) adalah pelayanan

bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan

kesehatan publik, mencegah penyakit tanpa mengabaikan upaya

penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Contoh pelayanan publik

adalah Promosi Kesehatan, Pemberantasan Penyakit, Penyehatan

Lingkungan, Perbaikan Gizi, Peningkatan Kesehatan Keluarga,

Keluarga Berencana, Kesehatan Jiwa Masyarakat serta berbagai

program kesehatan masyarakat lainnya.

 

2.4         Tujuan Puskesmas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128/Menkes/SK/II/2004,

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. Yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat setiap

orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan

Indonesia sehat 2012.

 

Page 83: Pkl

2.5         Pelayanan Farmasi di Puskesmas

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas digolongkan menjadi 2 yaitu

Pengelolaan Sumber Daya dan Pelayanan Farmasi Klinik.

2.5.a    Pengelolaan sumber daya

2.5.a.1 Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber Daya Manusia (SDM) untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di

Puskesmas adalah Apoteker (UU RI No. 23 Tahun 1992 Tentang

Kesehatan).

Kompetensi Apoteker di Puskesmas adalah sebagai berikut :

1.Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang

bermutu.

2.Mampu mengambil keputusan secara profesional.

3.Mampu berkomunikasi baik dengan pasien maupun profesi kesehatan

lainnya dengan baik.

4.Selalu belajar sepanjang karir baik pada jalur formal maupun informal,

sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (Anonim,

2006).

Seorang Asisten Apoteker (AA) hendaknya dapat membantu pekerjaan

Apoteker  dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut, dan

kompetensi seorang Asisten Apoteker di Puskesmas adalah sebagai

berikut :

1. Pelayanan resep, meliputi :

A. Mengidentifikasi resep

B. Melakukan konsultasi

C. Memastikan resep dapat dilayani

D. Menyiapkan atau meracik sediaan farmasi

E. Memeriksa hasil akhir

Page 84: Pkl

F. Menyerahkan sediaan farmasi kepada pasien sesuai resep

disertai informasi yang diperlukan.

i. Pengelola sediaan farmasi, meliputi :

2. Menyusun perencanaan pemasaran dan menerima sediaan obat di

Puskesmas

3. Memeriksa stok sediaan farmasi yang hampir habis atau menipis

4. Memeriksa dan mengendalikan sediaan farmasi yang mendekati

waktu kadaluarsa.

5. Menyimpan sediaan farmasi sesuai dengan golongannya.

6. Pengelolaan Dokumen, meliputi :

A. Melaksanakan tata cara penyimpanan resep

B. Pencatatan sediaan farmasi

C. Mengerti cara pembuatan LPLPO (Laporan Pemakaian Dan

Lembar Permintaan Obat)

D. Ikut serta dalam pencatatan dan penyimpanan laporan narkotika

dan psikotropika, serta obat generik berlogo.

Secara umum, petugas kamar obat Puskesmas mempunyai tugas sebagai

berikut :

1. Menyimpan, memelihara, dan mencatat mutasi obat serta

perbekalan kesehatan yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh

kamar obat Puskesmas dalam bentuk baku catatan mutasi obat.

2. Membuat laporan pemakaiaan dan permintaan obat dan perbekalan

kesehatan.

3. Menyerahkan obat sesuai resep kepada pasien.

4. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat

kepada pasien.

5. Menyerahkan kembali obat-obat rusak atau kadaluarsa kepada

petugas Gudang obat dengan menyertakan berita acara.

 

2.5.a.2 Sarana dan Prasarana

Sarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara langsung

terkait dengan kegiatan kefarmasian, Sedangkan Prasarana adalah

tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung

pelayanan. Sarana dan prasarana yang perlu dimiliki oleh Puskesmas

untuk meningkatkan kualitas pelayanan adalah sebagai berikut :

Page 85: Pkl

1. Papan Nama “ Apotek ” yang terlihat jelas oleh pasien.

2. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

3. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain timbangan

gram dan milligram, mortir-stamper, gelas ukur, corong, rak alat

dan lain – lain.

4. Tersedia alat dan tempat untuk mendisplai informasi obat bebas

dalam upaya penyuluhan pasien, misalnya untuk memasang poster,

tempat brosur, leaflet, booklet dan majalah kesehatan.

5. Tersedia sumber informasi dan literatur obat memadai untuk

pelayanan informasi obat, antara lain Farmakope Indonesia edisi

terakhir, Informasi Spesialis Obat Indonesia ( ISO ) dan Informasi

Obat Nasional Indonesia ( IONI ).

6. Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang

memadai.

7. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk

suppositoria, serum dan vaksin, dan lemari terkunci untuk

penyimpanan Narkotika sesuai dengan peraturan            perundang

– undang yang berlaku.

8. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat untuk

pemasukan dan pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa

obat, agar dapat dipantau dengan baik.

9. Tempat penyerahan obat, yang memungkinkan untuk melakukan

pelayanan informasi obat ( Anonim, 2006 ).

 

2.5.a.3 Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik.

Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan

yang diperlukan untuk menyelenggarakan kesehatan. Ruang lingkup

pengelolaan farmasi di Puskesmas mencakup :

1. Perencanaan

Perencanaan adalah proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan

kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan

kebutuhan Puskesmas. Perencanaan kebutuhan untuk Puskesmas setiap

periode dilaksanakan oleh pengelola obat dan perbekalan kesehatan di

Puskesmas. Data mutasi obat yang dihasilkan oleh Puskesmas

Page 86: Pkl

merupakan salah satu faktor utama dalam mempertimbangkan

perencanaan kebutuhan obat tahunan.

Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, Puskesmas

diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO

fungsinya yaitu Analisis Penggunaan, Perencanaan Kebutuhan,

Pengendalian Persediaan Dan Pembuatan Laporan Pengelolaan Obat.

Selanjutnya UPOPPK       (Unit Pengelola dan Perbekalan Kesehatan)

yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat

Puskesmas di wilayah kerjanya.

Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :

1. Perkiraan jenis dan jumlah obat serta perbekalan kesehatan yang

mendekati kebutuhan

2. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

3. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan

obat di tiap unit pelayanan kesehatan adalah :

1. Metode Konsumsi

Dengan menganalisis data konsumsi obat tahun sebelumnya. Hal yang

perlu diperhatikan adalah pengumpulan data dan pengolahan data,

analisis data untuk informasi dan evaluasi, dan perhitungan perkiraan

kebutuhan obat.

 

 

1. Metode Epidemiologi

Dengan menganalisis kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.

Langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan jumlah penduduk

yang akan dilayani, menentukan jumlah                       kunjungan kasus

berdasarkan frekuensi penyakit, menyediakan pedoman pengobatan,

menghitung perkiraan kebutuhan obat, dan penyesuaian dengan alokasi

dana yang tersedia.

Page 87: Pkl

1. Metode Campuran

Metode campuran merupakan gabungan dari metode konsumsi dan

metode epidemiologi.

 

1. Permintaan Obat atau Pengadaan

Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu proses pengumpulan

dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi

kebutuhan pelayanan di Puskesmas.

Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat dimasing-

masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit di wilayah

kerjanya ( Anonim, 2003 ).

Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan

di Puskesmas adalah obat Esensial yang jenis dan itemnya ditentukan

setiap tahun oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar

Obat Esensial  Nasional. Selain itu sesuai dengan kesepakatan global

maupun keputusan Menteri Kesehatan No. 085 tahun 1989 tentang

kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik di

Pelayanan kesehatan milik pemerintah, maka hanya obat generik saja

yang diperkenankan tersedia di Puskesmas.

Adapun beberapa dasar pertimbangan dari Kepmenkes tersebut adalah :

1. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan

diseluruh dunia bagi pelayanan kesehatan publik.

2. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar

pengobatan.

3. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi

masyarakat.

4. Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik

5. Meningkatkan efekivitas dan efisensi alokasi dana obat di

pelayanan kesehatan publik.

Berdasarkan UU No.23 tahun 1992 Tentang Kesehatan dan

PP No.72 tahun 1999 tentang Pengamanan sediaan Farmasi dan Alat

Page 88: Pkl

Kesehatan, yang diperkenankan untuk melakukan penyediaan obat

adalah Apoteker.  Puskesmas tidak diperkenankan melakukan pengadaan

obat secara sendiri-sendiri. Permintaan obat untuk mendukung

pelayanan obat dimasing-masing Puskesmas diajukan oleh kepala

Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke

Kepala Puskesmas dilakukan secara Periodik menggunakan LPLPO sub

unit (Anonim, 2003).

Untuk pengadaan, pada awalnya dibuat surat pesanan oleh Asisten

Apoteker atau Apoteker berupa LPLPO, yang kemudian ditanda tangani

oleh kepala Puskesmas yang bersangkutan. LPLPO dibuat sebanyak 4

rangkap, 1 lembar untuk Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat, 2

lembar untuk Gudang Farmasi dan 1 lembar sebagai Arsip. LPLPO

dikirimkan pada setiap akhir bulan dan permintaan barang akan diterima

pada setiap awal bulan.

Adapun macam – macam permintaan obat, sebagai berikut :

1. Permintaan rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2. Permintaan khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin

apabila : kebutuhan meningkat, menghindari kekosongan,

penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluarsa.

3. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan

Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

4. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan selanjutnya diproses oleh UPOPPK

Kabupaten/Kota.

Menentukan jumlah  permintaan obat, yaitu dengan menggunakan

Formulir LPLPO. Data yang diperlukan yaitu data pemakaian obat

periode sebelumnya, jumlah kunjungan resep, data penyakit, dan

frekuensi distribusi obat oleh UPOPKK.

Adapun cara menghitung kebutuhan obat :

Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan

pemakaian pada periode sebelumnya.

Page 89: Pkl

 

SO =  (SK + SWK + SWT + SP) – SS

Keterangan :

SO          =  Stok Optimum

SK          =  Stok Kerja (Stok Pada Periode Berjalan)

SWK      =  Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat

SWT       =  Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (Lead Time)

SP          =  Stok Penyanggaa

SS          = Sisa Stok

 

1. Penerimaan Obat

Penerimaan obat adalah suatu  kegiatan  dalam menerima          obat-

obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit

pengelola dibawahnya.

Tujuan penerimaan obat adalah agar obat yang diterima sesuai dengan

kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas

(Anonim, 2003).

 

 

 

 

Alur penerimaan obat :

Setiap penyerahan obat oleh UPOPPK, kepada Puskesmas dilaksanakan setelah

Page 90: Pkl

mendapat persetujuan dari Kepala Dinas kabupaten / Kota.

 

Barang atau obat yang datang akan diperiksa oleh Asisten Apoteker atau Apoteker dan disesuaikan dengan LPLPO

 

Petugas penerima obat wajib melakukan pemeriksaan, mencakup jumlah kemasan, jenis obat, bentuk sediaan, serta pemeriksaan lain yang diperlukan. Jika terdapat

kekeliruan,wajib menuliskan jenis yang keliru (rusak, jumlah kurang, dan lain – lain).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 91: Pkl

 

Keluar masuknya barang dicatat dalam buku pemasukkan barang dan kartu stok masing – masing, Kemudian barang (obat) disimpan dan disusun secara alfabet, jenis

sediaan, dengan sistem FIFO dan FEFO.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

d. Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap       obat –

obatan yang diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun

kimia dan mutunya tetap terjamin.

Tujuan penyimpanan adalah agar obat yang tersedia di unit pelayanan

kesehatan mutunya dapat dipertahankan.

Page 92: Pkl

Gudang obat Puskesmas merupakan tempat yang digunakan untuk

menyimpan semua perbekalan farmasi untuk kegiatan yang dilakukan di

puskesmas.

Adapun persyaratan gudang obat puskesmas sebagai berikut :

1. Cukup luas minimal 3×4 M

2. Ruangan kering tidak lembab.

3. Adanya ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab atau

panas.

4. Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai

Pelindung untuk menghindarkan adanya cahaya langsung.

5. Lantai dibuat dari semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya

debu atau kotoran lain, bila perlu dibuat alas papan.

6. Dinding dibuat licin

7. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam

8. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.

9. Mempunyai pintu yang di lengkapi kunci ganda.

10. Tersedia lemari atau laci khusus untuk narkotik dan psikotropik

yang selalu terkunci.

11. Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan. (Anonim, 2005)

Pengaturan penyimpanan obat :

1. Obat di susun secara alfabetis.

2. Obat dirotasi dengan system FIFO dan FEFO

3. Obat disimpan pada rak

4. Obat yang disimpan pada lantai harus sesuai dengan petunjuk

5. Cairan dipisahkan dari padatan

6. Sera, vaksin, suppositoria disimpan dalam lemari pendingin

e.Distribusi

Distribusi adalah kegiatan pengeluaran obat dan penyerahan obat secara

merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan

kesehatan seperti kamar obat, laboratorium, pustu, pusling, dan

posyandu.

Page 93: Pkl

Tujuan distribusi adalah memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan

kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu,

jumlah, dan tepat waktu.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan frekuensi distribusi,

yaitu :

1. Jarak Sub Unit Pelayanan.

2.  Biaya Distribusi yang tersedia.

Dalam menentukan jumlah obat perlu diperhatikan :

1. Pemakaian rata – rata tiap jenis obat.

A. Sisa stok.

B. Pola penyakit.

C. Jumlah kunjungan dimasing – masing sub unit pelayanan

kesehatan.

Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara :

1. Gudang obat menyerahkan / mengirimkan obat dan diterima di unit

pelayanan.

A. Penyerahan di gudang Puskesmas diambil sendiri oleh sub unit

pelayanan. Obat diserahkan  bersama – sama dengan formulir

LPLPO dan lembar pertama disimpan sebagai tanda bukti

penerimaan obat.

 

1. Pengendalian

Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya

sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah

ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau

kekosongan obat diluar pelayanan kesehatan dasar.

Tujuan pengendalian agar tidak terjadi kelebihan atau kekosongan obat

di unit kesehatan pelayanan dasar ( Anonim, 2003 ).

Kegiatan pengendalian adalah :

Page 94: Pkl

1. Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode

tertentu di Puskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stok ini

disebut stok kerja.

2. Menentukan :

a)      Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada unit

pelayanan agar tidak mengalami kekurangan atau kekosongan.

b)      Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk

mencegah terjadinya suatu hal yang tidak terduga, misalnya

keterlambatan pengiriman dari UPOPPK

.

1. Menentukan waktu tunggu ( Leadtime ), yaitu waktu yang

diperlukan dari mulai pemesanan sampai obat diterima.

 

Pengendalian obat terdiri dari :

1. Pengendalian persediaan

Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan

terhadap stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Agar

tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka perlu

diperhatikan hal – hal berikut :

1. Cantumkan jumlah stok pada kartu stok.

2. Laporkan segera kepada UPOPPK, jika terdapat pemakaian yang

melebihi rencana karena keadaan yang tidak terduga.

3. Buat laporan sederhana secara berkala kepada kepala puskesmas

tentang pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat jenis

lainnya yang masih mempunyai persediaan banyak.

 

 

1. Pengendalian penggunaan

Tujuan pengendalian persediaan adalah untuk menjaga kualitas

pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.

Page 95: Pkl

Pengendalian penggunaan meliputi presentase penggunaan antibiotik,

presentase obat penggunaan obat generik, kesesuaian dengan pedoman.

 

1. Penanganan obat hilang

Tujuan penanganan obat hilang sebagai bukti pertanggung jawaban

kepala puskesmas sehingga diketahui persediaan obat saat itu. Untuk

menangani kejadian obat hilang, perlu dilakukan langkah – langkah

sebagai berikut :

1. Petugas pengelola obat yang mengetahui kejadian obat hilang

segera menyusun daftar jenis dan jumlah obat hilang, serta

melaporkan kepada kepala puskesmas. Daftar obat hilang tersebut

nantinya akan digunakan sebagai lampiran dari berita cara obat

hilang yang diterbitkan oleh kepala puskesmas.

2. Kepala puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan kejadian

tersebut, serta menerbitkan berita acara obat hilang.

3. Kepala puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, disertai berita acara obat

hilang.

4. Petugas pengelola obat selanjutnya mencatat jenis dan jumlah obat

yang hilang tersebut pada masing-masing kartu stok.

5. Apabila jumlah obat yang tersisa diperhitungkan tidak lagi

mencukupi kebutuhan  pelayanannya, segera disiapkan LPLPO

untuk mengajukan tambahan obat.

6. Apabila hilangnya obat karena pencurian maka dilaporkan kepada

kepolisian dengan membuat berita acara.

7. Penyimpanan obat

Obat disimpan dalam lemari atau kotak – kotak tertentu. Untuk obat-

obatan Narkotik, Psikotropik hendaknya ditempat dalam lemari yang

terkunci. Tempatkan obat secara terpisah berdasarkan bentuk seperti

kapsul, tablet, sirup, salep, injeksi dan lain-lain. Vaksin dan serum

ditempatkan dalam lemari pendingin. Susunan obat berdasarkan

alfabetis dan diterapkan sistem FIFO dan FEFO.

 

Page 96: Pkl

1. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian

kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik

obat – obatan yang diterima, disimpan, didistribusi dan digunakan di

puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya.

Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu

kegiatan yang telah dilakukan, sumber data untuk melakukan

pengaturan dan pengendalian, sumber data dalam pelaporan. Selain itu,

pencatatan stok obat juga bertujuan untuk mengetahui pengeluaran dan

pemasukan obat, sehingga mudah dimonitor.

Pencatatan stok obat meliputi keluar masuknya obat, baik obat narkotik,

psikotropik ataupun jenis obat lain yang dicatat dalam kartu stok masing

– masing. Pencatatan stok dapat dilakukan untuk periode tertentu, baik

per hari, per minggu atau pun per bulan. Pencatatan pada buku

pemasukan, hanya dilakukan pada waktu barang masuk ke apotek di

puskesmas.

Penyelengaraan pencatatan :

1. Gudang Puskesmas

A. Penerimaan dan pengeluaran obat gudang dicatat dalam kartu

stok.

B. LPLPO dibuat berdasarkan kartu stok obat dan catatan harian

penggunaan obat.

 

 

1. Kamar Obat

A. Jumlah obat yang dikeluarkan untuk pasien dicatat pada buku

pengeluaran harian.

B. LPLPO ke gudang obat dibuat berdasarkan catatan pemakaian

harian dan sisa stok.

C. Kamar Suntik

Setiap hari pemakaian obat dicatat pada buku penggunaan obat suntik

dan menjadi sumber data untuk permintaan tambahan obat.

Page 97: Pkl

 

1. Puskesmas Keliling

Pencatatan dilaksanakan seperti pada kamar obat.

LPLPO dibuat 3 rangkap yaitu rangkap untuk Dinkes

Kabupaten/Kota melalui UPOPPK, untuk diisi jumlah yang diserahkan.

Setelah ditanda tangani disertai 1 rangkap lainnya disimpan LPLPO dan

1 rangkap lainnya disimpan UPOPPK. 1 rangkap untuk Arsip Puskesmas.

Pelaporan dilakukan secara periodik, setiap awal bulan. Untuk

puskesmas yang mendapatkan distribusi LPLPO dikirim setiap awal

bulan begitu juga untuk puskesmas yang mendapatkan distribusi setiap

triwulan.

2.5.b Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan

Non Teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter

sampai penyerahan obat kepada pasien. Tujuan pelayanan obat yaitu

agar pasien mendapat obat sesuai dengan resep dokter dan mendapat

informasi bagaimana menggunaknanya. Semua resep yang telah dilayani

oleh puskesmas harus dipelihara dan disimpan minimal 3 tahun dan pada

setiap resep harus diberi tanda :

1. Umum, yaitu resep pasien umum

2. Askes, yaitu untuk resep pasien yang diterima oleh peserta asuransi

kesehatan.

3. Jamkesmas, yaitu untuk resep yang diberikan kepada pasien yang

dibebaskan dari pembiayaan retribusi.

Untuk menjamin keberlangsungan pelayanan obat dan kepentingan

pasien maka obat yang ada di puskesmas tidak dibeda-bedakan sumber

anggarannya. Semua obat yang ada di puskesmas pada dasarnya dapat

digunakan melayani semua pasien yang datang ke puskesmas.

Semua jenis obat yang tersedia di unit – unit pelayanan kesehatan yang

berasal dari berbagai sumber anggaran dapat digunakan untuk melayani

semua kategori pengunjung puskesmas dan puskesmas pembantu.

Page 98: Pkl

1. Penerimaan resep

Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal – hal berikut :

1. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep.

A. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis,

stabilitas, cara dan lama penggunaannya.

B. Pertimbangan klinik seperti alergi, efek samping, interaksi dan

kesesuaian dosis.

C. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada

resep atau obat tidak tersedia.

D. Peracikan obat

Setelah memeriksa resep, dilakukan hal – hal sebagai berikut :

1. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan

menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal

kadaluarsa, dan keadaan fisik obat.

A. Peracikan obat

B. Pemberian etiket putih untuk obat oral dan biru untuk obat luar,

serta label “ kocok dahulu ” pada sediaan obat dalam bentuk

larutan.

C. Memasukan obat dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk

obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan

yang salah.

D. Penyerahan obat

Setelah peracikan, dilakukan hal – hal sebagai berikut :

1. Sebelum obat diserahkan, lakukan pemeriksaan kembali mengenai

penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan, jenis, dan

jumlah obat.

A. Penyerahan obat harus dilakukan dengan baik dan sopan,

mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat.

B. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau

keluarganya.

C. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang

terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan

dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping,

cara penyimpanan obat, dan lain – lain.

D. Pelayanan Informasi Obat

Page 99: Pkl

Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,

bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat

yang rasional oleh pasien. Petugas sangat perlu menyadari bahwa pasien

berhak menerima informasi yang menyangkut efek samping serta

keadaan atau tingkat keparahan penyakit pasien hendaknya disampaikan

secara hati – hati dan agar kerahasiaan penyakitnya dapat dijaga dengan

sebaik – baiknya.

Sebab utama mengapa penderita tidak menggunakan obat dengan tepat

adalah karena penderita tidak mendapatkan kejelasan yang cukup dari

yang memberikan pengobatan atau yang menyerahkan obat, oleh karena

itu sangatlah penting memberikan waktu untuk memberikan penyuluhan

kepada penderita tentang obat yang diberikan.

 

 

 

 

Informasi yang perlu diberikan kepada pasien adalah :

1. Waktu penggunaan obat

2. Lama penggunaan obat

3. Cara penggunaan obat yang benar

4. Efek samping obat

5. Cara penyimpanan obat.