pkmp dm laporan akhir

49
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA EVALUASI RUTINITAS MENGIKUTI SENAM DIABETES MELLITUS TERHADAP KEKUATAN OTOT, FLEKSIBILITAS SENDI DAN WAKTU REAKSI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI YOGYAKARTA BIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN (PKM-P) Disusun oleh : Ketua : Agus Susanto (NIM 20080310035 – 2008) Anggota : Caesar Togana (NIM 20080310061 – 2008) Mirza Sanjaya (NIM 20080310051 – 2008) Wulan Amalia Kumara (NIM 20090310087 – 2009) Estianna Khoirunnisa (NIM 20090310108 – 2009)

Upload: niddy-rohim-febriadi

Post on 13-Aug-2015

146 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

DM

TRANSCRIPT

Page 1: PKMP DM Laporan Akhir

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

EVALUASI RUTINITAS MENGIKUTI SENAM DIABETES MELLITUS

TERHADAP KEKUATAN OTOT, FLEKSIBILITAS SENDI DAN WAKTU

REAKSI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS

DI YOGYAKARTA

BIDANG KEGIATAN :

PKM PENELITIAN (PKM-P)

Disusun oleh :

Ketua :

Agus Susanto (NIM 20080310035 – 2008)

Anggota :

Caesar Togana (NIM 20080310061 – 2008)

Mirza Sanjaya (NIM 20080310051 – 2008)

Wulan Amalia Kumara (NIM 20090310087 – 2009)

Estianna Khoirunnisa (NIM 20090310108 – 2009)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: PKMP DM Laporan Akhir

HALAMAN PENGESAHANPROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

1. Judul Kegiatan : Evaluasi Rutinitas Mengikuti Senam Diabetes Mellitus terhadap Kekuatan Otot, Fleksibilitas Sendi dan Waktu Reaksi pada penderita Diabetes Mellitus di Yogyakarta.

2. Bidang Kegiatan : ( X ) PKM-P ( ) PKM-K ( ) PKM-T ( ) PKM-M

3. Bidang Ilmu : ( X ) Kesehatan ( ) Pertanian ( ) MIPA ( ) Teknologi dan Rekayasa ( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora ( ) Pendidikan

4. Ketua Pelaksanaan Kegiatan / Penelitian Utamaa. Nama Lengkap : Agus Susantob. NIM : 20080310035c. Jurusan : Pendidikan Dokterd. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Muhammadiyah Yogyakartae. Alamat Rumah dan No.Telp/HP: Dsn/Ds Jerukagung RT.20 RW.06

Srumbung, Magelang, Jawa Tengah085729620203

f. Alamat Email : [email protected] 5. Anggota Pelaksanaan Kegiatan : 4 orang6. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : drh. Hj. Zulkhah Noor, M.Kesb. NIK : 173.014c. Alamat Rumah dan No.Telp/HP: Jl. Asri Harjo 07 Bangunjiwo Kasihan

Bantul / 081568573107. Biaya Kegiatan Total

a. Dikti : Rp. 8.098.500,00b. Sumber Lain : Rp. -

8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 bulanYogyakarta, 14 Mei 2012

Menyetujui,Kepala Prodi Pendidikan Dokter Ketua Pelaksana

(dr. Alfaina Wahyuni, Sp. OG., M.Kes) (Agus Susanto)NIK. 173 027 NIM. 20080310035

Pembantu Rektor III Dosen Pendamping

(Sri Atmaja P. Rosyidi, ST, M. Sc, Ph. D) (drh. Hj. Zulkhah Noor , M.Kes) NIK. 123 046 NIK. 173 014

Page 3: PKMP DM Laporan Akhir

1

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Anggota I1) Nama : Mirza Sanjaya2) NIM : 200803100573) Fakultas/Prodi : Kedokteran/Pendidikan Dokter 4) Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta5) Tempat, Tanggal Lahir : Tanjungpandan, 20 Oktober 19906) E-mail : [email protected] 7) No. Telp / Hp : 081328267777

Anggota I

Mirza SanjayaAnggota II

1) Nama : Caesar Togana2) NIM : 200803100613) Fakultas/Prodi : Kedokteran/Pendidikan Dokter4) Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta5) Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 29 September 19896) E-mail : [email protected] 7) No. Telp / Hp : 085729363070

Anggota II

Caesar ToganaAnggota III

1) Nama : Wulan Amalia Kumara2) NIM : 200903100873) Fakultas/Prodi : Kedokteran/Pendidikan Dokter4) Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta5) Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 19 Maret 19916) E-mail : [email protected] 7) No. Telp / Hp : 083869048697

Anggota III

Wulan Amalia KumaraAnggota IV

1) Nama : Estianna Khoirunnisa2) NIM : 200903101083) Fakultas/Prodi : Kedokteran/Pendidikan Dokter 4) Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta5) Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 5 Februari 19926) E-mail : [email protected] 7) No. Telp / HP : 081904200903

Anggota IV

Estianna Khoirunnisa

Page 4: PKMP DM Laporan Akhir

2

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang menandatangani Surat Pernyataan ini:

Nama : Agus Susanto

NIM : 20080310035

1. Mengatakan bahwa PKM-AI yang saya tuliskan bersama anggota tim lainya

benar bersumber dari kegiatan yang telah dilakukan dalam bentuk Tugas

kelompok yang telah dilakukan sendiri oleh penulis bukan oleh pihak lain,

dengan topik “Evaluasi Rutinitas Mengikuti Senam Diabetes Mellitus

terhadap Kekuatan Otot, Fleksibilitas Sendi dan Waktu Reaksi pada

Penderita Diabetes Mellitus di Yogyakarta”, tahun 2012, di Yogyakarta.

2. Naskah ini belum pernah diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk prosiding

maupun jurnal sebelumnya.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan

pihak manapun juga untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 14 Mei 2012

Mengetahui/menyetujui, Yang Membuat Pernyataan,Ketua Jurusan/Kaprodi Ketua pelaksana kegiatan

(dr. Alfaina Wahyuni, Sp. OG., M.Kes) (Agus Susanto)NIK. 173 027 NIM. 20080310035

Page 5: PKMP DM Laporan Akhir

3

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT karena hanya oleh Rahmat dan Hidayah-Nya

penulis berhasil menyelesaikan artikel ilmiah ini. Artikel ilmiah ini dibuat sebagai

hasil Progam Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang bertujuan mengevaluasi dan

memantau kekuatan otot, fleksibilitas sendi, dan waktu reaksi berdasarkan

rutinitas mengikuti senam diabetes mellitus. Diabetes ellitus merupakan salah satu

penyakit kronis yang masih banyak terjadi di Indonesia dan banyak menimbulkan

komplikasi serta kematian.

Berbagai cara untuk mengevaluasi dan memantau keparahan DM telah

dilakukan seperti, cek gula darah puasa maupun sewaktu dan test HbA1C.

Pengukuran kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi juga dapat

dilakukan untuk mengevaluasi dan memantau tingkat keparahan atau komplikasi

yang diakibatkan oleh penyakit DM.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis ingin membuat artikel

ilmiah mengenai “Evaluasi Rutinitas Mengikuti Senam Diabetes Mellitus

terhadap Kekuatan Otot, Fleksibilitas Sendi dan Waktu Reaksi pada Penderita

Diabetes Mellitus di Yogyakarta”. Perkenankanlah penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. drh. Zulkhah Noor, M. Kes., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengarahan.

2. Komunitas Senam DM RS PKU Muhammadiyah, RSU Kota Yogyakarta

serta komunitas DM di puskesmas sedayu 1 yogyakarta atas kerjasama dan

partisipasinya.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun artikel ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran terhadap artikel ini akan diterima

dengan senang hati.

Akhir kata semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca

umumnya.

Yogyakarta, 14 Mei 2012 Penulis

Page 6: PKMP DM Laporan Akhir

1

Evaluation of Routinity Following Diabetes Mellitus Gymnastic to Muscle Strength, Joint Flexibility and Reaction Time in Patients with Diabetes

Mellitus in Yogyakarta

Agus Susanto1, Mirza Sanjaya1, Caesar Togana1, Wulan Amalia K.1, Estianna Khoirunnisa1

1Medical Study Programe, Faculty of Medicine and Healt Science, Muhammadiyah University of Yogyakarta

AbstractDiabetes Mellitus (DM) can cause variety of complications such as

complication in the nerve, muscle and skeletal. This study aims to determine differences in muscle strength, joint flexibility and reaction time in patients with DM who did and did not do gymnastic DM.

This study uses observational analytic study methods with cross sectional study design. The study subjects were 37 people with DM including 20 people who followed gymnastics and 17 people who did not follow gymnastics DM. The research data obtained through questionnaires and measurements of muscle strength, joint flexibility and reaction time. Statistical tests used independent t test or Mann Whitney test.

The highest muscle strength in men and women respondents were in the gymnasctic group which value was 29.50 ± 4.98 kg (p = 0.437) and 19.74 ± 8.98 kg (p = 0.26). The highest joint flexibility in men respondents was in the gymnasctic group which value was 25.33 ± 2.22 cm (p = 0.289) and the highest joint flexibility in women respondents was in the non gymnastic group which value was 33.50 ± 12.36 cm (p = 0.006 ). The fastest reaction time was in the gymnastic group which value was 396.45 ± 201.7 ms (p = 0.02).

The conclusion from the research that there was no significant difference for muscle strength and joint flexibility but there was significant difference for reaction time between people with DM who did and did not do gymnastic DM.

Keywords: Diabetes Mellitus, muscle strength, joint flexibility, reaction time

Page 7: PKMP DM Laporan Akhir

2

Evaluasi Rutinitas Mengikuti Senam Diabetes Mellitus terhadap Kekuatan Otot, Fleksibilitas Sendi dan Waktu Reaksi pada Penderita Diabetes Mellitus

di Yogyakarta Agus Susanto1, Mirza Sanjaya1, Caesar Togana1, Wulan Amalia K.1, Estianna Khoirunnisa1

1Program Study Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Inti SariPenyakit DM dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti komplikasi

pada saraf, otot dan skeletal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi pada penderita DM yang senam dan tidak senam.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional study. Subyek penelitian berjumlah 37 orang pasien DM yang meliputi 20 orang yang mengikuti senam DM dan 17 orang yang tidak mengikuti senam DM. Data penelitian diperoleh melalui kuisioner dan pengukuran kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi. Uji statistik yang digunakan yaitu uji independent t test atau mann whitney.

Kekuatan otot tertinggi pada responden laki-laki dan perempuan terdapat pada kelompok senam dengan nilai berturut-turut yaitu 29,50 ± 4,98 kg (p=0,437) dan 19,74 ± 8,98 kg (p=0.26). Fleksibilitas sendi tertinggi pada responden laki-laki terdapat pada kelompok senam dengan nilai 25,33±2,22 cm (p=0,289) dan fleksibilitas sendi tertinggi pada responden perempuan terdapat pada kelompok tidak senam dengan nilai 33,50±12,36 cm (p=0,006). Waktu reaksi visual tercepat terdapat pada kelompok senam dengan nilai 396,45 ± 201,7 ms (p=0,02).

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk kekuatan otot dan fleksibilitas sendi tetapi terdapat perbedaan waktu reaksi visual yang signifikan antara pasien DM yang senam maupun yang tidak senam DM.

Kata kunci : Diabetes Mellitus, kekuatan otot, fleksibilitas sendi, waktu reaksi

Page 8: PKMP DM Laporan Akhir

3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit atau gangguan

metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya

kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid

dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (World Health

Organization/WHO, 1999).

Penderita DM di Indoneisa saat ini berada diurutan ke-4 setelah

Negara India, China, dan Amerika (Wild et al., 2004). Berdasarkan Data

Badan Pusat Statistik, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang berusia

di atas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa, dengan prevalensi DM pada

daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2 %. Pada tahun 2030

diperkirakan ada 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di

daerah rural (Soegondo et al., 2006).

Penyakit DM merupakan penyakit seumur hidup dan tidak dapat

disembuhkan, akan tetapi dapat dikendalikan dengan cara mengontrol gula

darah (Tandra, 2007). Diabetes Mellitus yang tidak dikelola dengan baik

seringkali mengakibatkan berbagai macam komplikasi kronik. Komplikasi

kronik pada DM dapat dibagi menjadi komplikasi vascular dan non vascular

(Fauci et al., 2008).

Page 9: PKMP DM Laporan Akhir

4

Komplikasi vascular diabetes meliputi penyakit jantung koroner,

penyakit pembuluh darah otak, penyakit pembuluh darah perifer, retinopati,

nefropati, dan neuropati (Depkes RI, 2005). Komplikasi DM non vascular

dapat berupa penyakit gastrointestinal, genitourinaria, dermatologi, infeksi

dan sistem muskuloskeletal (Fauci et al., 2008). Komplikasi yang lain

muncul secara kronik yaitu timbul secara perlahan, kadang tidak diketahui,

tetapi akhirnya berangsur menjadi makin berat dan membahayakan.

Beberapa hal yang sering dilupakan oleh penderita DM dalam upaya

mencegah berbagai macam komplikasi tersebut yaitu kurangnya kesadaran

dalam melakukan kontrol gula darah secara berkala, pengaturan diet

makanan, dan kurangnya berolahraga yang nantinya dapat memperparah

kondisi penderita, sehingga bisa mengganggu aktivitas fisik sehari-hari.

Pengelolaan DM terdiri dari empat pilar, yaitu edukasi, perencanaan

makan, olahraga dan intervensi farmakologis. Sebagai usaha pencegahan DM,

banyak orang berolahraga untuk menjaga kesehatannya. Olahraga telah

menjadi bagian dari kehidupan manusia dari zaman dahulu. Namun tujuan

dan tipe otot mana yang melakukan olahraga telah mengalami perubahan

yang mencolok. Pada zaman sekarang latihan olahraga lebih dibutuhkan pada

reaksi dan meningkatkan kualitas hidup (Nugrahini, 2010).

Keempat pilar tersebut bisa dikatakan saling berhubungan dan akan

memberikan hasil yang maksimal jika dilakukan dengan berkesinambungan.

Pengelolaan DM membutuhkan suatu kerjasama tim yang terdiri dari 3

perawatan primer, yaitu endocrinologist atau diabetologist, diabetes educator,

Page 10: PKMP DM Laporan Akhir

5

serta ahli gizi. Namun fokus dari pengelolaan DM adalah pasien DM itu

sendiri, jadi berhasil atau tidaknya pengelolaan penyakit ini sangat tergantung

pada partisipasi pasien, sedangkan tim medis hanya perantara. Aktivitas fisik

atau latihan sangat penting dalam pengelolaan DM karena efeknya dapat

menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko

kardiovaskuler. Namun pada beberapa keadaan, aktivitas penderita DM perlu

adanya pembatasan dikarenakan penyakitnya yang sudah berkomplikasi

keberbagai organ sehingga dapat memperparah keadaan penderita.

Khusus bagi penderita DM yang sudah sangat parah, misalnya saraf

kakinya terganggu, dipilih olahraga (aktivitas) yang ringan. Selain itu, pada

penderita dengan kadar gula yang terlalu rendah juga dilarang melakukan

latihan dikarenakan dapat menimbulkan efek hipoglikemi. Olahraga pada

penderita DM mampu mengontrol kadar gula dalam darah dan membantu

kerja dari insulin dalam mengubah gula darah di sel otot menjadi energi

sehingga kadar gula didalam darah akan menurun yang nantinya meringankan

kerja dari insulin.

Berolahraga secara rutin dapat membuat badan tetap bugar dan

menjaga alat-alat gerak agar berfungsi secara optimal. Olahraga yang

dianjurkan untuk penderita diabetes adalah olahraga aerobic low impact dan

rithmis seperti senam, berenang dan naik sepeda, sedangkan latihan yang

tidak dianjurkan seperti jogging, jalan terlalu lama, angkat beban, dll.,

(American Diabetes Association/ADA, 2003).

Page 11: PKMP DM Laporan Akhir

6

Di beberapa tempat di Indonesia telah dikenal senam untuk penderita

Diabetes yaitu senam Diabetes. Gerakan senam diabetes dirancang khusus

oleh para spesialis yang berkaitan dengan diabetes, diantaranya dokter

spesialis penyakit dalam, rehabilitasi medis, olahragawan dan praktisi

kesehatan lainya. Senam diabetes ini tidak hanya diperuntukkan bagi

penderita diabetes saja akan tetapi juga diperuntukkan untuk orang yang

bukan diabetes dengan tujuan mencegah terjadinya diabetes.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai evaluasi rutinitas mengikuti senam Diabetes Mellitus

terhadap kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi pada penderita

Diabetes Mellitus di Yogyakarta.

B. PERUMUSAN MASALAH

Apakah rutinitas mengikuti senam Diabetes Mellitus bermanfaat

mempertahankan kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi pada

penderita Diabetes Mellitus di Yogyakarta?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui perbedaan kekuatan otot pada penderita Diabetes Mellitus

yang mengikuti senam Diabetes dan tidak di Yogyakarta.

2. Mengetahui perbedaan fleksibilitas sendi pada penderita Diabetes Mellitus

yang mengikuti senam Diabetes dan tidak di Yogyakarta.

3. Mengetahui perbedaan waktu reaksi pada penderita Diabetes Mellitus yang

Page 12: PKMP DM Laporan Akhir

7

mengikuti senam Diabetes dan tidak di Yogyakarta.

D. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Terbentuknya artikel ilmiah yang akan dipublikasikan di jurnal nasional

maupun internasional, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pustaka

bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang berminat dengan penelitian serupa.

E. KEGUNAAN

Hasil penelitian digunakan untuk:

1. Pengetahuan dan pengembangan ilmu kedokteran, hasil penelitian dapat

digunakan dalam pencegahan atau preventif terhadap komplikasi penyakit

diabetes mellitus.

2. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menentukan penanganan atau

penatalaksanaan lebih lanjut pada penyakit diabetes mellitus supaya tidak

menimbulkan komplikasi lebih lanjut.

3. Masyarakat, hasil penelitian dapat memberikan informasi tentang bahaya

komplikasi penyakit diabetes mellitus.

4. Peneliti lainnya, penelitian ini dapat menjadi trigger atau dorongan,

referensi dan pelengkap untuk dapat melakukan penelitian sejenis tetapi

dalam variable yang berbeda.

Page 13: PKMP DM Laporan Akhir

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DASAR TEORI

Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara

genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya

toleransi glukosa dalam darah (Price & Wilson, 2005). Keluhan klasik DM

berupa poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak

dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain dapat berupa lemah badan,

kesemutan, gatal, mata kabut dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus

vulvae pada wanita (Soegondo et al., 2006).

Etiologi DM bermacam-macam, akan tetapi biasanya mengarah pada

insufisiensi insulin (Price & Wilson, 2005). DM tipe I disebabkan oleh

destruksi sel β pulau Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan DM tipe

II disebabkan kegagalan relative sel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin

adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa

oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati

(Mansjoer et al., 2000).

Salah satu kunci untuk penanganan DM yaitu dengan cara mengontrol

kadar gula darah, karena penyakit DM ini adalah penyakit yang tidak dapat di

sembuhkan akan tetapi dapat di minimalisir keparahannya. Hiperglikemia

berkepanjangan juga akan menyebabkan terbentuknya advance glycosilation

end products (AGEs). AGEs bersifat sangat toksik dan mampu merusak

Page 14: PKMP DM Laporan Akhir

9

seluruh protein tubuh, termasuk sel saraf. Dengan terbentuknya sorbitol dan

AGEs, maka sintesis dan fungsi Nitrit Oxide (NO) akan menurun yang secara

bersamaan mioinositol di dalam sel saraf menjadi rendah sehingga terjadilah

Neuropati Diabetik (Subekti, 2006).

Neuropati sensorik terjadi kerusakan serabut saraf sensorik akan

menyebabkan gangguan sensasi rasa getar, rasa sakit, rasa kram, semutan,

rasa tebal, rangsang termal/suhu, dan hilangnya refleks tendo pada kaki

sehingga akan menyebabkan gangguan mekanisme protektif pada kaki. Saraf

sensorik ini merupakan system saraf yang pertama kali terganggu pada

penderita DM sebelum system saraf motorik otonom (Yunir, 2005).

Neuropati motorik ditandai dengan kelemahan system otot, otot

mengecil, mudah lelah, kram otot, deformitas kaki (charchot), ibu jari seperti

palu (hammer toe), sulit mengatur keseimbangan tubuh (Monalisa, 2004).

Deformitas pada jari biasanya karena neuro pati saraf yang mempersarafi otot

intrinsik. Kontraksi otot menyebabkan jari menjadi hammer toe.

Neuropati otonom merupakan kerusakan pada system saraf otonom

akan menyebabkan kerusakan saraf sudomotor yang mengatur produksi

kelenjar keringat, sehingga akan mengakibatkan kulit kaki akan terlihat

kering, pecah dan tidak ada keringat. Gangguan mikrosirkulasi akan

menyebabkan berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut

saraf yang kemudian menyebabkan degenerasi dari serabut saraf (Monalisa,

2004).

Page 15: PKMP DM Laporan Akhir

10

Komplikasi neuropati dapat terjadi jika kontrol glukosa darah yang

buruk. Untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya komplikasi DM perlu

upaya mengontrol kadar glukosa darah semaksimal mungkin, supaya tidak

terjadi komplikasi DM dan atau apabila sudah terkena komplikasi DM dapat

memperlambat terjadinya perburukan komplikasi (Yunir, 2005).

Berdasarkan American Diabetes Association (ADA) (2003), terdapat

beberapa rekomendasi mengenai target kadar gula darah yang harus dicapai untuk

mencegah neuropati. Misalnya, menyarankan pada pasien DM tipe 1, rata-rata kadar

gula darah 155 mg/dL dan HbA1C 7,2%. Sementara pasien DM tipe 2, HbA1C

dibawah 7%, dan kadar gula darah postprandial kurang dari 180 mg/dL. Di pihak

lain, American Association of Clinical Endocrinologist (AACE) merekomendasikan

HbA1C kurang dari 6,5% baik pada DM tipe 1 dan 2.Selain mengontrol gula darah

dan HbA1C, perlu pula pengendalian faktor metabolik lain seperti hemoglobin,

albumin, dan lipid.

Berdasarkan penelitian Andarwanti (2009), diketahui bahwa terdapat

pengaruh senam kaki DM terhadap gangguan sensasi pada kaki pasien DM, dengan

hasil semakin sering latihan maka gangguan sensasi kaki akan semakin menurun.

Selain itu pada penelitian sebelumnya juga menyebutkan latihan jasmani

merupakan salah satu dari empat pilar utama penatalaksanaan diabetes mellitus.

Salah satu latihan jasmani dengan melakukan senam diabetes. Senam diabetes

bermanfaat untuk mengontrol kadar gula darah, mencegah terjadinya komplikasi

lanjut ke jantung, menurunkan berat badan, menurunkan kebutuhan akan

pemakaian terhadap obat oral atau insulin dan mencegah terjadinya DM yang

dini terutama bagi yang mempunyai riwayat keluarga dengan DM (Ariani, 2011).

Page 16: PKMP DM Laporan Akhir

Diabetes Mellitus

Kadar Glukosa Darah

Neuropati

Kekuatan Otot

Waktu ReaksiPeningkatan Pemasukan

Glukosa dalam Sel

Fleksibilitas Sendi

Senam Diabetes Melitus

11

Pada Study Kohort kebiasaan senam aerobik dapat mengurangi angka

kejadian penyakit kardiorespiratori, hiperkolesterol, hipertrigliserid, dan

hipertensi (Sigal et al., 2006). Fungsi senam DM yaitu meningkatkan

kepekaan insulin pada otot-otot dan hati yang bisa menyebabkan penurunan

pada dosis obat-obat hipoglisemia oral atau insulin yang dibutuhkan orang

tersebut. Juga, profil lipid juga cenderung diperbaiki. Lebih khusus lagi,

kadar kolesterol HDL yang sangat membantu makin bertambah dan mungkin

penurunan trigliserida, sehingga mengurangi resiko aterosklerosis. Diduga

bahwa kurangnya olahraga bisa merupakan faktor yang memiliki resiko

langsung bagi perkembangan resistensi terhadap insulin pada diabetes tipe 2,

dan kemampuan fisik yang tetap aktif selama hidup merupakan salah satu

sarana bagi perlindungan dan pencegahan penyakit (Nugrahini, 2010).

B. KERANGKA KONSEP

Page 17: PKMP DM Laporan Akhir

12

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain

cross sectional study. Responden hanya diobeservasi satu kali saja dan

pengukuran variabel responden dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.

Penelitian tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang

dilakukan.

2. Variabel dalam Penelitian

a. Variabel Bebas : Rutinitas mengikuti senam DM

b. Variabel Terikat : Pengukuran kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan

waktu reaksi

c. Variabel Terkendali : Penderita DM rentan usia 45-65 tahun

3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian ini adalah antara 5 maret sampai dengan 30 April 2012.

Lokasi penelitian dilakukan di RS PKU Muhammadiyah kota Yogyakarta,

Persatuan Senam Diabetes (PERSADIA) di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta dan PERSADIA RS Kota Yogyakarta, serta di PUSKESMAS

Sedayu 1 Yogyakarta.

4. Besar Sample

Besar sampel pada penelitian ini adalah 37 responden, dibagi menjadi 2 yaitu

20 penderita diabetes mellitus yang mengikuti senam diabetes dan 17

Page 18: PKMP DM Laporan Akhir

13

penderita diabetes mellitus yang tidak mengikuti senam diabetes. Cara

pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling.

5. Instrumen Penelitian

a. Kuesioner : data responden penelitian

b. Handgrip dynamometer : untuk mengukur kekuatan otot

c. Fleksometer : untuk mengukur fleksibilitas sendi.

d. WRV (Waktu Reaksi Visual) : untuk mengukur waktu reaksi visual.

e. Glukometer : untuk mengukur kadar gula darah

f. Tensimeter & stethoscope : untuk mengukur tekanan darah

g. Alat tulis

6. Prosedur Penelitian

Tahap penelitian dirancang utuk pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Perijinan.

b. Menetapkan responden/sampel.

c. Sosialisasi program.

d. Penandatanganan persetujuan oleh pasien yang akan dijadikan

responden.

e. Pengambilan data dengan cara mengukur kekuatan otot, fleksibilitas

sendi dan waktu reaksi responden.

f. Melakukan pengolahan dan analisis data.

g. Penyusunan laporan.

h. Persentasi hasil penelitian.

Page 19: PKMP DM Laporan Akhir

14

7. Analisis Data

Setelah didapatkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran kekuatan otot,

fleksibilitas sendi dan waktu reaksi pada semua subjek penelitian selanjutnya

dianalisis secara sistematik. Uji analisa data dalam penelitian ini

menggunakan uji beda yaitu dengan jenis uji t tidak berpasangan

(independent t test) jika distribusi data normal dan dengan mann whitney jika

distribusi data tidak normal

Page 20: PKMP DM Laporan Akhir

15

8. Jadwal Kegiatan

Tabel 1. Jadwal KegiatanNo Nama Kegiatan

Penanggung Jawab

Feb Mar Apr Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Persiapan Pelaksanaan                                

Rapat pembagian tugas Agus                            

Perizinan peminjaman alat

Mirza                                

Perizinan ke Lokasi I Togana    Perizinan ke Lokasi II AgusPerizinan ke Lokasi III WulanSosialisasi Penelitian Lokasi I

Estiana

Sosialisasi Penelitian Lokasi II

Wulan

Sosialisasi Penelitian Lokasi III

Togana

2 Pengambilan DataPengambilan data Lokasi I (senam)

Togana

Pengambilan data Lokasi II (senam)

Mirza

Pengambilan data Lokasi I (non senam)

Estiana

Pengambilan data Lokasi III (non senam)

Agus

3 Pengolahan Data Agus,Togana4 Penyusunan Laporan Mirza,Wulan

& EstianaKeterangan:Lokasi I : RS PKU Muhammadiyah kota YogyakartaLokasi II : RS Kota YogyakartaLokasi III : Puskesmas Sedayu I Bantul Yogyakarta

Page 21: PKMP DM Laporan Akhir

16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Subjek

Penelitian ini mengambil data secara primer atau secara langsung kepada

subjek sebanyak 37 orang yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi

kriteia inklusi serta kriteria eksluksi yang telah ditetapkan.

Tabel 4.1 merupakan gambaran karakteristik subjek penelitan yang telah

mengikuti jalannya penelitian hingga akhir.

Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik N %Kelompok Senam diabetes Tidak Senam diabetes

2017

54,145,9

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

730

18,981,1

Durasi DM tipe II 1 – 5 tahun 6 – 10 tahun 11 – 15 tahun 16 – 20 tahun

22852

59,521,613,55,4

Kadar GDS Terakhir (mg/dl) ≤90 90-199 ≥200

-1819

-48,651,4

Total 37 100

Tabel 4.1 menunjukkan subjek pada penelitian ini berjumlah 37 orang

yang terdiri dari 20 orang penderita Diabetes Mellitus (DM) mengikuti senam

diabetes dan 17 orang penderita DM tidak mengikuti senam diabetes. Subjek pada

penelitian ini lebih banyak perempuan. Durasi penderita DM pada penelitian ini

Page 22: PKMP DM Laporan Akhir

17

antara 1 sampai 18 tahun. Subjek yang menderita DM terbanyak yaitu antara 1-5

tahun. Kelompok responden yang paling banyak yaitu kelompok yang memilik

kadar glukosa darah sewaktu sebesar ≥200 mg/dl.

Penelitian ini mengambil data secara primer atau secara langsung kepada

subjek sebanyak 37 orang yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi

kriteia inklusi serta kriteria eksluksi yang telah ditetapkan. Subjek pada penelitian

ini terdiri dari 20 orang penderita Diabetes Mellitus (DM) yang mengikuti senam

diabetes dan 17 orang tidak mengikuti senam diabetes dengan rentang usia 45-62

tahun. Subjek pada penelitian ini lebih banyak perempuan (n=30).

Hasil pengukuran kekuatan otot pada penderita diabetes mellitus tipe II

yang mengikuti senam diabetes dan yang tidak senam diabetes pada laki-laki

maupun perempuan bisa diamati dari tabel berikut :

Tabel 1 Perbedaan kekuatan otot antara penderita yang senam dengan penderita yang tidak senam pada pasien DM tipe II laki-laki

Kelompok NKekuatan Otot

(Kg)Mean ± 2SD

Klasifikasi Kekuatan otot

Uji BedaIndependent t test

Senam 3 29,50 ± 4,98 Cukup lemah p= 0,437Tidak Senam 4 25,02 ± 19,63 Cukup lemah

Tabel 1 menunjukan bahwa kelompok penderita DM tipe II laki-laki yang

senam memiliki rata-rata kekuatan otot yang lebih tinggi dibandingkan kelompok

yang tidak senam dengan klasifikasi kekuatan otot untuk kedua kelompok sama

yaitu cukup lemah. Hasil uji beda Independent t test didapatkan nilai p>0,05 yang

berarti tidak terdapat perbedaan kekuatan otot yang signifikan antara kelompok

yang senam dengan kelompok yang tidak senam pada penderita DM tipe II laki-

laki.

Page 23: PKMP DM Laporan Akhir

18

Tabel 2 Perbedaan kekuatan otot antara penderita yang senam dengan penderita yang tidak senam pada pasien DM tipe II perempuan

Kelompok NKekuatan Otot

(Kg)Mean ± 2SD

Klasifikasi Kekuatan otot

Uji BedaIndependent t test

Senam 17 19,74 ± 8,98 Cukup lemah p= 0,260Tidak Senam 13 17,93 ± 8,01 Cukup lemah

Tabel 2 menunjukan bahwa kelompok penderita DM tipe II perempuan

yang senam memiliki rata-rata kekuatan otot yang lebih tinggi dibandingkan

kelompok yang tidak senam dengan klasifikasi kekuatan otot untuk kedua

kelompok sama yaitu cukup lemah. Hasil uji beda Independent t test didapatkan

nilai p>0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan kekuatan otot yang signifikan

antara kelompok yang senam dengan kelompok yang tidak senam pada penderita

DM tipe II perempuan.

Hasil pengukuran fleksibilitas sendi pada penderita diabetes mellitus tipe

II yang mengikuti senam diabetes dan yang tidak senam diabetes pada laki-laki

maupun perempuan bisa diamati dari tabel berikut :

Tabel 3 Perbedaan Fleksibilitas Sendi antara penderita yang senam dengan penderita yang tidak senam pada pasien DM tipe II laki-laki

Kelompok NFlesibilitas Sendi

(cm)Mean±2SD

KlasifikasiFlesibilitas

Sendi

Uji BedaMann Whitney

SenamTidak Senam

34

25,33±2,2215,87±7,18

BaikBuruk

p=0,289

Tabel 3 menunjukkan rata-rata fleksibilitas sendi kelompok senam lebih

tinggi dari pada yang tidak senam. Hasil uji beda Independent t test didapatkan

nilai p>0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan fleksibilitas sendi yang

signifikan antara kelompok yang senam dengan kelompok yang tidak senam pada

penderita DM tipe II laki-laki.

Page 24: PKMP DM Laporan Akhir

19

Tabel 4 Perbedaan Fleksibilitas Sendi antara penderita yang senam dengan penderita yang tidak senam pada pasien DM tipe II perempuan

Kelompok NFlesibilitas Sendi

(cm)Mean±2SD

KlasifikasiFlesibilitas

Sendi

Uji BedaIndependent t test

SenamTidak Senam

1713

26,94±11,8633,50±12,36

BaikBaik

p=0,006

Tabel 4 menunjukkan rata-rata fleksibilitas sendi kelompok senam lebih

rendah dari pada kelompok tidak senam. Hasil uji beda Independent t test

didapatkan nilai p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan fleksibilitas sendi yang

signifikan antara kelompok yang senam dengan kelompok yang tidak senam pada

penderita DM tipe II perempuan. Klasifikasi fleksibilitas sendi pada kedua

kelompok umur tergolong baik.

Hasil pengukuran waktu reaksi visual pada penderita diabetes mellitus tipe

II yang mengikuti senam diabetes dan yang tidak senam diabetes pada laki-laki

maupun perempuan bisa diamati dari tabel berikut :

Tabel 5 Perbedaan waktu reaksi visual antara penderita yang senam dengan penderita yang tidak senam pada pasien DM tipe II

Kelompok NWaktu Reaksi Visual (ms)

Mean ± 2SDUji Beda

Independent t testSenam

Tidak senam2017

396,45 ± 201,7492,00 ± 273,8

p= 0,02

Tabel 5 menunjukan bahwa rata-rata waktu reaksi visual kelompok

penderita DM tipe II yang senam lebih cepat dibandingkan rata-rata kelompok

yang tidak senam. Hasil uji beda Independent t test didapatkan nilai p<0,05 yang

berarti terdapat perbedaan waktu reaksi visual yang signifikan antara kelompok

yang senam dengan kelompok yang tidak senam pada penderita DM tipe II.

PEMBAHASAN

Page 25: PKMP DM Laporan Akhir

20

Penelitian ini mengambil sampel sejumlah 37 orang yang diukur kekuatan

otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi visual. Sampel tersebut terdiri dari 20

orang penderita DM yang mengikuti senam diabetes dan 17 orang penderita DM

yang tidak mengikuti senam diabetes. Subjek penelitian perempuan lebih banyak

ditemukan dibandingkan subjek penelitian laki-laki dimungkinkan perempuan

lebih menyukai aktivitas aerobik atau senam, sehingga komunis senam sebagian

besar diikuti oleh perempuan. Studi epidemiologi yang dilakukan oleh World

Health Organization (WHO) (1999) menyebutkan kebanyakan penderita DM

adalah perempuan. Kadar glukosa darah sewaktu terakhir dibedakan menurut

patokan penyaring dan diagnosis DM (Soegondo, et al., 2006). Kelompok

responden yang paling banyak yaitu kelompok yang memilik kadar glukosa darah

sewaktu sebesar ≥200 mg/dl.

Kelompok penderita DM tipe II dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan

jenis kelamin, yaitu penderita laki-laki sebanyak 7 orang dan penderita perempuan

sebanyak 30 orang. Pengelompokan ini didasarkan atas klasifikasi kekuatan otot

genggam tangan yang diukur dengan menggunakan Handgrip Dynamometer dan

perbedaan massa otot antara laki-laki dengan perempuan yang berdampak pada

perbedaan kekuatan ototnya. Kekuatan otot perempuan hanya 2/3 dari kekuatan

otot laki-laki (Parahita, 2009).

Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan kekuatan

otot yang signifikan secara statistik antara penderita yang senam dengan penderita

yang tidak senam pada pasien DM tipe II baik pada laki-laki maupun perempuan,

namun hasil penelitian menunjukan penderita yang senam memiliki kekuatan otot

Page 26: PKMP DM Laporan Akhir

21

yang lebih tinggi daripada penderita yang tidak senam. Hal ini disebabkan oleh

banyaknya faktor lain yang mempengaruhi kekuatan otot seperti, usia, berat

badan, dan durasi menderita penyakit kronik.

Berat badan yang rendah dapat menunjukan massa otot yang rendah,

sehingga metabolisme penghasil energi di otot akan lebih sedikit. Hal ini

menyebabkan cadangan energi untuk aktivitas menjadi lebih kecil (Parahita,

2009).

Durasi menderita penyakit kronik yaitu penyakit DM tipe II pada

penelitian ini memiliki peranan penting terhadap terjadinya penurunan kekuatan

otot. Penyakit kronik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan

kekuatan fisik (Utomo, 2010).

Pengukuran fleksibilitas sendi dilakukan dengan menggunakan alat

flexometer, yaitu dengan mengukur range of motion (ROM) sendi tulang

belakang dengan metode standar sit and reach. Pemilihan pengukuran dengan

flexometer dan metode sit-and-reach ini di karenakan metode ini lebih umum,

aman, dan mudah dilakukan untuk subyek penelitian. Flexometer dapat mengukur

fleksibilitas dengan cara stand-and-reach test, standard active sit-and-reach,

standard passive sit-and reach, modifikasi aktif sit-and-reach dengan rotator

eksternal mengendur, modiikasi passive sit-and-reach dengan rotator eksternal

mengendur, modifikasi active sit-and-reach dengan otot hamstring,

gastrocnemius, dan rotator eksternal mengendur, dan modifikasi passive sit-and-

reach dengan otot hamstring, gastrocnemius, dan rotator eksternal mengendur

(Laurance, 1999).

Page 27: PKMP DM Laporan Akhir

22

Tabel 3 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

fleksibilitas sendi Kelompok laki-laki senam dan tidak senam, hal tersebut

berbeda dengan penelitian yang dilakukan Lewis (2007) bahwa latihan ROM

dikatakan dapat mencegahterjadinya penurunan fleksibilitas sendi dan kekakuan

sendi (Lewis, 2007).

Tabel 4 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada kelompok

perempuan senam dengan tidak senam. Rata-rata fleksibilitas sendi perempuan

senam lebih rendah dari pada yang senam, hal ini dimungkinkan karena pada

kelompok perempuan tidak senam rata-rata mempunyai latar belakang pekerjaan

sebagai petani yang aktif dan rutin beraktivitas fisik. Penelitian sebelumnya

membuktikan bahwa kelompok penari mempunyai fleksibilitas lebih baik dari

pada yang bukan penari (Nancy, 2005).

Tabel 5 menunjukan bahwa terdapat perbedaan waktu reaksi visual yang

signifikan antara kelompok yang mengikuti senam dengan kelompok yang tidak

senam pada penderita DM tipe II. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

penderita yang melakukan senam lebih cepat waktu reaksi visualnya daripada

penderita yang tidak senam. Hal ini sesuai dengan teori mengenai waktu reaksi

akan semakin cepat apabila sering melakukan olah raga/latihan (Konsinski, 2010).

Penyakit DM dapat berpengaruh ke sistem saraf terbukti dengan tingginya

kadar glukosa darah (hiperglikemia) memiliki efek samping neurologis yang dapat

mempengaruhi sistem saraf perifer (Richerson et al., 2005). Terganggunya

transduki sinyal pada saraf menyebabkan waktu reaksi meningkat atau waktu

reaksinya semakin lambat (Niruba & Maruthy, 2011).

Page 28: PKMP DM Laporan Akhir

23

Menurut American Diabetes Association (2004), komplikasi diabetes

dapat dicegah, ditunda dan diperlambat dengan mengendalikan kadar glukosa

darah. Pengelolaan diabetes yang bertujuan untuk mempertahankan kadar glukosa

darah dalam rentang normal dapat dilakukan secara nonfarmakologis dan

farmakologis. Pengelolaan nonfarmakologis meliputi pengendalian berat badan,

olah raga/latihan jasmani dan diet. Terapi farmakologis meliputi pemberian

insulin dan/atau obat hiperglikemia oral (Medicastore, 2007; Smeltzer&Bare,

2008).

Latihan jasmani merupakan salah satu dari empat pilar utama

penatalaksanaan diabetes mellitus. Latihan jasmani dapat menurunkan kadar

glukosa darah karena latihan jasmani akan meningkatkan pemakaian glukosa oleh

otot yang aktif (Yunir&Soebardi, 2006).

Page 29: PKMP DM Laporan Akhir

24

BAB V

KESIMPULAN

1. Hasil pengukuran kekuatan otot pada responden laki-laki dan perempuan

yang senam diabetes dan yang tidak senam diabetes tidak terdapat perbedaan

yang signifikan.

2. Hasil pengukuran fleksibilitas sendi pada responden laki-laki yang senam

diabetes dan yang tidak senam diabetes tidak terdapat perbedaan yang

signifikan tetapi pada responden perempuan yang senam diabetes dan yang

tidak senam diabetes terdapat perbedaan yang signifikan. Penderita diabetes

mellitus pada responden perempuan yang senam diabetes mempunyai

fleksibilitas sendi lebih rendah daripada yang tidak senam diabetes

(berbanding terbalik).

3. Hasil pengukuran waktu reaksi visual pada responden yang senam diabetes

dan yang tidak senam diabetes terdapat perbedaan yang signifikan, yaitu

penderita diabetes mellitus yang mengikuti senam diabetes mempunyai waktu

reaksi visual yang lebih cepat daripada yang tidak senam diabetes.

Page 30: PKMP DM Laporan Akhir

25

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2003, January). Physical Activity/Exercise and Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 26(Suppl 1): S73-S77.

American Diabetes Association. (2011, January). Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care. 34(Suppl 1):S62-S69.

Andarwanti, L. (2009). Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Neuropathy Sensorik pada Kaki Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Ariani, Y. (2011). Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Sumatra Utara, Sumatra Utara.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L. et al. (2008). Harrison's Principles of Internl Medicine (17th ed.). United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc, (338).

Mansjoer, A., Tritanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W. et al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran (Ed. 3). Jakarta: Media Aesculapius, 580.

Monalisa, T. (2004). Perawatan Kaki Diabetes. Dalam: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Nugrahini, F. (2010). Pengaruh Lama Senam Diabetes Melitus (DM) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Penderita DM Tipe II. Karya Tulis Ilmiah Diploma IV, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Price, S.A. & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Jilid 2 (Ed. 6). Jakarta: EGC, 1260-1261.

Sigal, R.J., Kenny, G.P., Wasserman, D.H., Sceppa, C.C., White, R.D. (2006, June). Physical Activity/Exercise and Type 2 Diabetes. Diabetes Care. 29(6): 1433-1438.

Page 31: PKMP DM Laporan Akhir

26

Soegondo, S., Rudianto, A., Manaf, A., Subekti, I., Pranoto., et al. (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Subekti, I. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi IV: Neuropati Diabetik. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1902-1904.

Tandra, H. (2007). Segala Sesuatu yang harus Anda Ketahui tentang Diabetes, Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cepat dan Mudah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., King, H. (2004). Global Prevalence of Diabetes. Diabetes Care. Original Article, 27 (5). 1047-1053.

Worth Health Organization (WHO). (1999). Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its Complications. Report of a WHO Consultation Part 1: Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Department of Noncommunicable Disease Surveillance Geneva.

Yunir, E. (2005). Deteksi Dini dan Pencegahan Komplikasi Kaki Diabetik. Disampaikan pada 3rd National Diabetes Educators Traning Camp. Bandung 18-20 Maret 2005.