pkmp dm laporan akhir
Embed Size (px)
DESCRIPTION
DMTRANSCRIPT

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
EVALUASI RUTINITAS MENGIKUTI SENAM DIABETES MELLITUS
TERHADAP KEKUATAN OTOT, FLEKSIBILITAS SENDI DAN WAKTU
REAKSI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
DI YOGYAKARTA
BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN (PKM-P)
Disusun oleh :
Ketua :
Agus Susanto (NIM 20080310035 – 2008)
Anggota :
Caesar Togana (NIM 20080310061 – 2008)
Mirza Sanjaya (NIM 20080310051 – 2008)
Wulan Amalia Kumara (NIM 20090310087 – 2009)
Estianna Khoirunnisa (NIM 20090310108 – 2009)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2011

HALAMAN PENGESAHANPROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
1. Judul Kegiatan : Evaluasi Rutinitas Mengikuti Senam Diabetes Mellitus terhadap Kekuatan Otot, Fleksibilitas Sendi dan Waktu Reaksi pada penderita Diabetes Mellitus di Yogyakarta.
2. Bidang Kegiatan : ( X ) PKM-P ( ) PKM-K ( ) PKM-T ( ) PKM-M
3. Bidang Ilmu : ( X ) Kesehatan ( ) Pertanian ( ) MIPA ( ) Teknologi dan Rekayasa ( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora ( ) Pendidikan
4. Ketua Pelaksanaan Kegiatan / Penelitian Utamaa. Nama Lengkap : Agus Susantob. NIM : 20080310035c. Jurusan : Pendidikan Dokterd. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Muhammadiyah Yogyakartae. Alamat Rumah dan No.Telp/HP: Dsn/Ds Jerukagung RT.20 RW.06
Srumbung, Magelang, Jawa Tengah085729620203
f. Alamat Email : [email protected] 5. Anggota Pelaksanaan Kegiatan : 4 orang6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : drh. Hj. Zulkhah Noor, M.Kesb. NIK : 173.014c. Alamat Rumah dan No.Telp/HP: Jl. Asri Harjo 07 Bangunjiwo Kasihan
Bantul / 081568573107. Biaya Kegiatan Total
a. Dikti : Rp. 8.098.500,00b. Sumber Lain : Rp. -
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 bulanYogyakarta, 14 Mei 2012
Menyetujui,Kepala Prodi Pendidikan Dokter Ketua Pelaksana
(dr. Alfaina Wahyuni, Sp. OG., M.Kes) (Agus Susanto)NIK. 173 027 NIM. 20080310035
Pembantu Rektor III Dosen Pendamping
(Sri Atmaja P. Rosyidi, ST, M. Sc, Ph. D) (drh. Hj. Zulkhah Noor , M.Kes) NIK. 123 046 NIK. 173 014

1
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Anggota I1) Nama : Mirza Sanjaya2) NIM : 200803100573) Fakultas/Prodi : Kedokteran/Pendidikan Dokter 4) Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta5) Tempat, Tanggal Lahir : Tanjungpandan, 20 Oktober 19906) E-mail : [email protected] 7) No. Telp / Hp : 081328267777
Anggota I
Mirza SanjayaAnggota II
1) Nama : Caesar Togana2) NIM : 200803100613) Fakultas/Prodi : Kedokteran/Pendidikan Dokter4) Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta5) Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 29 September 19896) E-mail : [email protected] 7) No. Telp / Hp : 085729363070
Anggota II
Caesar ToganaAnggota III
1) Nama : Wulan Amalia Kumara2) NIM : 200903100873) Fakultas/Prodi : Kedokteran/Pendidikan Dokter4) Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta5) Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 19 Maret 19916) E-mail : [email protected] 7) No. Telp / Hp : 083869048697
Anggota III
Wulan Amalia KumaraAnggota IV
1) Nama : Estianna Khoirunnisa2) NIM : 200903101083) Fakultas/Prodi : Kedokteran/Pendidikan Dokter 4) Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta5) Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 5 Februari 19926) E-mail : [email protected] 7) No. Telp / HP : 081904200903
Anggota IV
Estianna Khoirunnisa

2
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang menandatangani Surat Pernyataan ini:
Nama : Agus Susanto
NIM : 20080310035
1. Mengatakan bahwa PKM-AI yang saya tuliskan bersama anggota tim lainya
benar bersumber dari kegiatan yang telah dilakukan dalam bentuk Tugas
kelompok yang telah dilakukan sendiri oleh penulis bukan oleh pihak lain,
dengan topik “Evaluasi Rutinitas Mengikuti Senam Diabetes Mellitus
terhadap Kekuatan Otot, Fleksibilitas Sendi dan Waktu Reaksi pada
Penderita Diabetes Mellitus di Yogyakarta”, tahun 2012, di Yogyakarta.
2. Naskah ini belum pernah diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk prosiding
maupun jurnal sebelumnya.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan
pihak manapun juga untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 14 Mei 2012
Mengetahui/menyetujui, Yang Membuat Pernyataan,Ketua Jurusan/Kaprodi Ketua pelaksana kegiatan
(dr. Alfaina Wahyuni, Sp. OG., M.Kes) (Agus Susanto)NIK. 173 027 NIM. 20080310035

3
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT karena hanya oleh Rahmat dan Hidayah-Nya
penulis berhasil menyelesaikan artikel ilmiah ini. Artikel ilmiah ini dibuat sebagai
hasil Progam Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang bertujuan mengevaluasi dan
memantau kekuatan otot, fleksibilitas sendi, dan waktu reaksi berdasarkan
rutinitas mengikuti senam diabetes mellitus. Diabetes ellitus merupakan salah satu
penyakit kronis yang masih banyak terjadi di Indonesia dan banyak menimbulkan
komplikasi serta kematian.
Berbagai cara untuk mengevaluasi dan memantau keparahan DM telah
dilakukan seperti, cek gula darah puasa maupun sewaktu dan test HbA1C.
Pengukuran kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi juga dapat
dilakukan untuk mengevaluasi dan memantau tingkat keparahan atau komplikasi
yang diakibatkan oleh penyakit DM.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis ingin membuat artikel
ilmiah mengenai “Evaluasi Rutinitas Mengikuti Senam Diabetes Mellitus
terhadap Kekuatan Otot, Fleksibilitas Sendi dan Waktu Reaksi pada Penderita
Diabetes Mellitus di Yogyakarta”. Perkenankanlah penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. drh. Zulkhah Noor, M. Kes., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan.
2. Komunitas Senam DM RS PKU Muhammadiyah, RSU Kota Yogyakarta
serta komunitas DM di puskesmas sedayu 1 yogyakarta atas kerjasama dan
partisipasinya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun artikel ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran terhadap artikel ini akan diterima
dengan senang hati.
Akhir kata semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca
umumnya.
Yogyakarta, 14 Mei 2012 Penulis

1
Evaluation of Routinity Following Diabetes Mellitus Gymnastic to Muscle Strength, Joint Flexibility and Reaction Time in Patients with Diabetes
Mellitus in Yogyakarta
Agus Susanto1, Mirza Sanjaya1, Caesar Togana1, Wulan Amalia K.1, Estianna Khoirunnisa1
1Medical Study Programe, Faculty of Medicine and Healt Science, Muhammadiyah University of Yogyakarta
AbstractDiabetes Mellitus (DM) can cause variety of complications such as
complication in the nerve, muscle and skeletal. This study aims to determine differences in muscle strength, joint flexibility and reaction time in patients with DM who did and did not do gymnastic DM.
This study uses observational analytic study methods with cross sectional study design. The study subjects were 37 people with DM including 20 people who followed gymnastics and 17 people who did not follow gymnastics DM. The research data obtained through questionnaires and measurements of muscle strength, joint flexibility and reaction time. Statistical tests used independent t test or Mann Whitney test.
The highest muscle strength in men and women respondents were in the gymnasctic group which value was 29.50 ± 4.98 kg (p = 0.437) and 19.74 ± 8.98 kg (p = 0.26). The highest joint flexibility in men respondents was in the gymnasctic group which value was 25.33 ± 2.22 cm (p = 0.289) and the highest joint flexibility in women respondents was in the non gymnastic group which value was 33.50 ± 12.36 cm (p = 0.006 ). The fastest reaction time was in the gymnastic group which value was 396.45 ± 201.7 ms (p = 0.02).
The conclusion from the research that there was no significant difference for muscle strength and joint flexibility but there was significant difference for reaction time between people with DM who did and did not do gymnastic DM.
Keywords: Diabetes Mellitus, muscle strength, joint flexibility, reaction time

2
Evaluasi Rutinitas Mengikuti Senam Diabetes Mellitus terhadap Kekuatan Otot, Fleksibilitas Sendi dan Waktu Reaksi pada Penderita Diabetes Mellitus
di Yogyakarta Agus Susanto1, Mirza Sanjaya1, Caesar Togana1, Wulan Amalia K.1, Estianna Khoirunnisa1
1Program Study Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Inti SariPenyakit DM dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti komplikasi
pada saraf, otot dan skeletal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi pada penderita DM yang senam dan tidak senam.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional study. Subyek penelitian berjumlah 37 orang pasien DM yang meliputi 20 orang yang mengikuti senam DM dan 17 orang yang tidak mengikuti senam DM. Data penelitian diperoleh melalui kuisioner dan pengukuran kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi. Uji statistik yang digunakan yaitu uji independent t test atau mann whitney.
Kekuatan otot tertinggi pada responden laki-laki dan perempuan terdapat pada kelompok senam dengan nilai berturut-turut yaitu 29,50 ± 4,98 kg (p=0,437) dan 19,74 ± 8,98 kg (p=0.26). Fleksibilitas sendi tertinggi pada responden laki-laki terdapat pada kelompok senam dengan nilai 25,33±2,22 cm (p=0,289) dan fleksibilitas sendi tertinggi pada responden perempuan terdapat pada kelompok tidak senam dengan nilai 33,50±12,36 cm (p=0,006). Waktu reaksi visual tercepat terdapat pada kelompok senam dengan nilai 396,45 ± 201,7 ms (p=0,02).
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk kekuatan otot dan fleksibilitas sendi tetapi terdapat perbedaan waktu reaksi visual yang signifikan antara pasien DM yang senam maupun yang tidak senam DM.
Kata kunci : Diabetes Mellitus, kekuatan otot, fleksibilitas sendi, waktu reaksi

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid
dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (World Health
Organization/WHO, 1999).
Penderita DM di Indoneisa saat ini berada diurutan ke-4 setelah
Negara India, China, dan Amerika (Wild et al., 2004). Berdasarkan Data
Badan Pusat Statistik, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang berusia
di atas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa, dengan prevalensi DM pada
daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2 %. Pada tahun 2030
diperkirakan ada 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di
daerah rural (Soegondo et al., 2006).
Penyakit DM merupakan penyakit seumur hidup dan tidak dapat
disembuhkan, akan tetapi dapat dikendalikan dengan cara mengontrol gula
darah (Tandra, 2007). Diabetes Mellitus yang tidak dikelola dengan baik
seringkali mengakibatkan berbagai macam komplikasi kronik. Komplikasi
kronik pada DM dapat dibagi menjadi komplikasi vascular dan non vascular
(Fauci et al., 2008).

4
Komplikasi vascular diabetes meliputi penyakit jantung koroner,
penyakit pembuluh darah otak, penyakit pembuluh darah perifer, retinopati,
nefropati, dan neuropati (Depkes RI, 2005). Komplikasi DM non vascular
dapat berupa penyakit gastrointestinal, genitourinaria, dermatologi, infeksi
dan sistem muskuloskeletal (Fauci et al., 2008). Komplikasi yang lain
muncul secara kronik yaitu timbul secara perlahan, kadang tidak diketahui,
tetapi akhirnya berangsur menjadi makin berat dan membahayakan.
Beberapa hal yang sering dilupakan oleh penderita DM dalam upaya
mencegah berbagai macam komplikasi tersebut yaitu kurangnya kesadaran
dalam melakukan kontrol gula darah secara berkala, pengaturan diet
makanan, dan kurangnya berolahraga yang nantinya dapat memperparah
kondisi penderita, sehingga bisa mengganggu aktivitas fisik sehari-hari.
Pengelolaan DM terdiri dari empat pilar, yaitu edukasi, perencanaan
makan, olahraga dan intervensi farmakologis. Sebagai usaha pencegahan DM,
banyak orang berolahraga untuk menjaga kesehatannya. Olahraga telah
menjadi bagian dari kehidupan manusia dari zaman dahulu. Namun tujuan
dan tipe otot mana yang melakukan olahraga telah mengalami perubahan
yang mencolok. Pada zaman sekarang latihan olahraga lebih dibutuhkan pada
reaksi dan meningkatkan kualitas hidup (Nugrahini, 2010).
Keempat pilar tersebut bisa dikatakan saling berhubungan dan akan
memberikan hasil yang maksimal jika dilakukan dengan berkesinambungan.
Pengelolaan DM membutuhkan suatu kerjasama tim yang terdiri dari 3
perawatan primer, yaitu endocrinologist atau diabetologist, diabetes educator,

5
serta ahli gizi. Namun fokus dari pengelolaan DM adalah pasien DM itu
sendiri, jadi berhasil atau tidaknya pengelolaan penyakit ini sangat tergantung
pada partisipasi pasien, sedangkan tim medis hanya perantara. Aktivitas fisik
atau latihan sangat penting dalam pengelolaan DM karena efeknya dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler. Namun pada beberapa keadaan, aktivitas penderita DM perlu
adanya pembatasan dikarenakan penyakitnya yang sudah berkomplikasi
keberbagai organ sehingga dapat memperparah keadaan penderita.
Khusus bagi penderita DM yang sudah sangat parah, misalnya saraf
kakinya terganggu, dipilih olahraga (aktivitas) yang ringan. Selain itu, pada
penderita dengan kadar gula yang terlalu rendah juga dilarang melakukan
latihan dikarenakan dapat menimbulkan efek hipoglikemi. Olahraga pada
penderita DM mampu mengontrol kadar gula dalam darah dan membantu
kerja dari insulin dalam mengubah gula darah di sel otot menjadi energi
sehingga kadar gula didalam darah akan menurun yang nantinya meringankan
kerja dari insulin.
Berolahraga secara rutin dapat membuat badan tetap bugar dan
menjaga alat-alat gerak agar berfungsi secara optimal. Olahraga yang
dianjurkan untuk penderita diabetes adalah olahraga aerobic low impact dan
rithmis seperti senam, berenang dan naik sepeda, sedangkan latihan yang
tidak dianjurkan seperti jogging, jalan terlalu lama, angkat beban, dll.,
(American Diabetes Association/ADA, 2003).

6
Di beberapa tempat di Indonesia telah dikenal senam untuk penderita
Diabetes yaitu senam Diabetes. Gerakan senam diabetes dirancang khusus
oleh para spesialis yang berkaitan dengan diabetes, diantaranya dokter
spesialis penyakit dalam, rehabilitasi medis, olahragawan dan praktisi
kesehatan lainya. Senam diabetes ini tidak hanya diperuntukkan bagi
penderita diabetes saja akan tetapi juga diperuntukkan untuk orang yang
bukan diabetes dengan tujuan mencegah terjadinya diabetes.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai evaluasi rutinitas mengikuti senam Diabetes Mellitus
terhadap kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi pada penderita
Diabetes Mellitus di Yogyakarta.
B. PERUMUSAN MASALAH
Apakah rutinitas mengikuti senam Diabetes Mellitus bermanfaat
mempertahankan kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi pada
penderita Diabetes Mellitus di Yogyakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui perbedaan kekuatan otot pada penderita Diabetes Mellitus
yang mengikuti senam Diabetes dan tidak di Yogyakarta.
2. Mengetahui perbedaan fleksibilitas sendi pada penderita Diabetes Mellitus
yang mengikuti senam Diabetes dan tidak di Yogyakarta.
3. Mengetahui perbedaan waktu reaksi pada penderita Diabetes Mellitus yang

7
mengikuti senam Diabetes dan tidak di Yogyakarta.
D. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Terbentuknya artikel ilmiah yang akan dipublikasikan di jurnal nasional
maupun internasional, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pustaka
bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang berminat dengan penelitian serupa.
E. KEGUNAAN
Hasil penelitian digunakan untuk:
1. Pengetahuan dan pengembangan ilmu kedokteran, hasil penelitian dapat
digunakan dalam pencegahan atau preventif terhadap komplikasi penyakit
diabetes mellitus.
2. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menentukan penanganan atau
penatalaksanaan lebih lanjut pada penyakit diabetes mellitus supaya tidak
menimbulkan komplikasi lebih lanjut.
3. Masyarakat, hasil penelitian dapat memberikan informasi tentang bahaya
komplikasi penyakit diabetes mellitus.
4. Peneliti lainnya, penelitian ini dapat menjadi trigger atau dorongan,
referensi dan pelengkap untuk dapat melakukan penelitian sejenis tetapi
dalam variable yang berbeda.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR TEORI
Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi glukosa dalam darah (Price & Wilson, 2005). Keluhan klasik DM
berupa poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain dapat berupa lemah badan,
kesemutan, gatal, mata kabut dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
vulvae pada wanita (Soegondo et al., 2006).
Etiologi DM bermacam-macam, akan tetapi biasanya mengarah pada
insufisiensi insulin (Price & Wilson, 2005). DM tipe I disebabkan oleh
destruksi sel β pulau Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan DM tipe
II disebabkan kegagalan relative sel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati
(Mansjoer et al., 2000).
Salah satu kunci untuk penanganan DM yaitu dengan cara mengontrol
kadar gula darah, karena penyakit DM ini adalah penyakit yang tidak dapat di
sembuhkan akan tetapi dapat di minimalisir keparahannya. Hiperglikemia
berkepanjangan juga akan menyebabkan terbentuknya advance glycosilation
end products (AGEs). AGEs bersifat sangat toksik dan mampu merusak

9
seluruh protein tubuh, termasuk sel saraf. Dengan terbentuknya sorbitol dan
AGEs, maka sintesis dan fungsi Nitrit Oxide (NO) akan menurun yang secara
bersamaan mioinositol di dalam sel saraf menjadi rendah sehingga terjadilah
Neuropati Diabetik (Subekti, 2006).
Neuropati sensorik terjadi kerusakan serabut saraf sensorik akan
menyebabkan gangguan sensasi rasa getar, rasa sakit, rasa kram, semutan,
rasa tebal, rangsang termal/suhu, dan hilangnya refleks tendo pada kaki
sehingga akan menyebabkan gangguan mekanisme protektif pada kaki. Saraf
sensorik ini merupakan system saraf yang pertama kali terganggu pada
penderita DM sebelum system saraf motorik otonom (Yunir, 2005).
Neuropati motorik ditandai dengan kelemahan system otot, otot
mengecil, mudah lelah, kram otot, deformitas kaki (charchot), ibu jari seperti
palu (hammer toe), sulit mengatur keseimbangan tubuh (Monalisa, 2004).
Deformitas pada jari biasanya karena neuro pati saraf yang mempersarafi otot
intrinsik. Kontraksi otot menyebabkan jari menjadi hammer toe.
Neuropati otonom merupakan kerusakan pada system saraf otonom
akan menyebabkan kerusakan saraf sudomotor yang mengatur produksi
kelenjar keringat, sehingga akan mengakibatkan kulit kaki akan terlihat
kering, pecah dan tidak ada keringat. Gangguan mikrosirkulasi akan
menyebabkan berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut
saraf yang kemudian menyebabkan degenerasi dari serabut saraf (Monalisa,
2004).

10
Komplikasi neuropati dapat terjadi jika kontrol glukosa darah yang
buruk. Untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya komplikasi DM perlu
upaya mengontrol kadar glukosa darah semaksimal mungkin, supaya tidak
terjadi komplikasi DM dan atau apabila sudah terkena komplikasi DM dapat
memperlambat terjadinya perburukan komplikasi (Yunir, 2005).
Berdasarkan American Diabetes Association (ADA) (2003), terdapat
beberapa rekomendasi mengenai target kadar gula darah yang harus dicapai untuk
mencegah neuropati. Misalnya, menyarankan pada pasien DM tipe 1, rata-rata kadar
gula darah 155 mg/dL dan HbA1C 7,2%. Sementara pasien DM tipe 2, HbA1C
dibawah 7%, dan kadar gula darah postprandial kurang dari 180 mg/dL. Di pihak
lain, American Association of Clinical Endocrinologist (AACE) merekomendasikan
HbA1C kurang dari 6,5% baik pada DM tipe 1 dan 2.Selain mengontrol gula darah
dan HbA1C, perlu pula pengendalian faktor metabolik lain seperti hemoglobin,
albumin, dan lipid.
Berdasarkan penelitian Andarwanti (2009), diketahui bahwa terdapat
pengaruh senam kaki DM terhadap gangguan sensasi pada kaki pasien DM, dengan
hasil semakin sering latihan maka gangguan sensasi kaki akan semakin menurun.
Selain itu pada penelitian sebelumnya juga menyebutkan latihan jasmani
merupakan salah satu dari empat pilar utama penatalaksanaan diabetes mellitus.
Salah satu latihan jasmani dengan melakukan senam diabetes. Senam diabetes
bermanfaat untuk mengontrol kadar gula darah, mencegah terjadinya komplikasi
lanjut ke jantung, menurunkan berat badan, menurunkan kebutuhan akan
pemakaian terhadap obat oral atau insulin dan mencegah terjadinya DM yang
dini terutama bagi yang mempunyai riwayat keluarga dengan DM (Ariani, 2011).

Diabetes Mellitus
Kadar Glukosa Darah
Neuropati
Kekuatan Otot
Waktu ReaksiPeningkatan Pemasukan
Glukosa dalam Sel
Fleksibilitas Sendi
Senam Diabetes Melitus
11
Pada Study Kohort kebiasaan senam aerobik dapat mengurangi angka
kejadian penyakit kardiorespiratori, hiperkolesterol, hipertrigliserid, dan
hipertensi (Sigal et al., 2006). Fungsi senam DM yaitu meningkatkan
kepekaan insulin pada otot-otot dan hati yang bisa menyebabkan penurunan
pada dosis obat-obat hipoglisemia oral atau insulin yang dibutuhkan orang
tersebut. Juga, profil lipid juga cenderung diperbaiki. Lebih khusus lagi,
kadar kolesterol HDL yang sangat membantu makin bertambah dan mungkin
penurunan trigliserida, sehingga mengurangi resiko aterosklerosis. Diduga
bahwa kurangnya olahraga bisa merupakan faktor yang memiliki resiko
langsung bagi perkembangan resistensi terhadap insulin pada diabetes tipe 2,
dan kemampuan fisik yang tetap aktif selama hidup merupakan salah satu
sarana bagi perlindungan dan pencegahan penyakit (Nugrahini, 2010).
B. KERANGKA KONSEP

12
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain
cross sectional study. Responden hanya diobeservasi satu kali saja dan
pengukuran variabel responden dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.
Penelitian tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang
dilakukan.
2. Variabel dalam Penelitian
a. Variabel Bebas : Rutinitas mengikuti senam DM
b. Variabel Terikat : Pengukuran kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan
waktu reaksi
c. Variabel Terkendali : Penderita DM rentan usia 45-65 tahun
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian ini adalah antara 5 maret sampai dengan 30 April 2012.
Lokasi penelitian dilakukan di RS PKU Muhammadiyah kota Yogyakarta,
Persatuan Senam Diabetes (PERSADIA) di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta dan PERSADIA RS Kota Yogyakarta, serta di PUSKESMAS
Sedayu 1 Yogyakarta.
4. Besar Sample
Besar sampel pada penelitian ini adalah 37 responden, dibagi menjadi 2 yaitu
20 penderita diabetes mellitus yang mengikuti senam diabetes dan 17

13
penderita diabetes mellitus yang tidak mengikuti senam diabetes. Cara
pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling.
5. Instrumen Penelitian
a. Kuesioner : data responden penelitian
b. Handgrip dynamometer : untuk mengukur kekuatan otot
c. Fleksometer : untuk mengukur fleksibilitas sendi.
d. WRV (Waktu Reaksi Visual) : untuk mengukur waktu reaksi visual.
e. Glukometer : untuk mengukur kadar gula darah
f. Tensimeter & stethoscope : untuk mengukur tekanan darah
g. Alat tulis
6. Prosedur Penelitian
Tahap penelitian dirancang utuk pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Perijinan.
b. Menetapkan responden/sampel.
c. Sosialisasi program.
d. Penandatanganan persetujuan oleh pasien yang akan dijadikan
responden.
e. Pengambilan data dengan cara mengukur kekuatan otot, fleksibilitas
sendi dan waktu reaksi responden.
f. Melakukan pengolahan dan analisis data.
g. Penyusunan laporan.
h. Persentasi hasil penelitian.

14
7. Analisis Data
Setelah didapatkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran kekuatan otot,
fleksibilitas sendi dan waktu reaksi pada semua subjek penelitian selanjutnya
dianalisis secara sistematik. Uji analisa data dalam penelitian ini
menggunakan uji beda yaitu dengan jenis uji t tidak berpasangan
(independent t test) jika distribusi data normal dan dengan mann whitney jika
distribusi data tidak normal

15
8. Jadwal Kegiatan
Tabel 1. Jadwal KegiatanNo Nama Kegiatan
Penanggung Jawab
Feb Mar Apr Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Persiapan Pelaksanaan
Rapat pembagian tugas Agus
Perizinan peminjaman alat
Mirza
Perizinan ke Lokasi I Togana Perizinan ke Lokasi II AgusPerizinan ke Lokasi III WulanSosialisasi Penelitian Lokasi I
Estiana
Sosialisasi Penelitian Lokasi II
Wulan
Sosialisasi Penelitian Lokasi III
Togana
2 Pengambilan DataPengambilan data Lokasi I (senam)
Togana
Pengambilan data Lokasi II (senam)
Mirza
Pengambilan data Lokasi I (non senam)
Estiana
Pengambilan data Lokasi III (non senam)
Agus
3 Pengolahan Data Agus,Togana4 Penyusunan Laporan Mirza,Wulan
& EstianaKeterangan:Lokasi I : RS PKU Muhammadiyah kota YogyakartaLokasi II : RS Kota YogyakartaLokasi III : Puskesmas Sedayu I Bantul Yogyakarta

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Subjek
Penelitian ini mengambil data secara primer atau secara langsung kepada
subjek sebanyak 37 orang yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi
kriteia inklusi serta kriteria eksluksi yang telah ditetapkan.
Tabel 4.1 merupakan gambaran karakteristik subjek penelitan yang telah
mengikuti jalannya penelitian hingga akhir.
Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian
Karakteristik N %Kelompok Senam diabetes Tidak Senam diabetes
2017
54,145,9
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
730
18,981,1
Durasi DM tipe II 1 – 5 tahun 6 – 10 tahun 11 – 15 tahun 16 – 20 tahun
22852
59,521,613,55,4
Kadar GDS Terakhir (mg/dl) ≤90 90-199 ≥200
-1819
-48,651,4
Total 37 100
Tabel 4.1 menunjukkan subjek pada penelitian ini berjumlah 37 orang
yang terdiri dari 20 orang penderita Diabetes Mellitus (DM) mengikuti senam
diabetes dan 17 orang penderita DM tidak mengikuti senam diabetes. Subjek pada
penelitian ini lebih banyak perempuan. Durasi penderita DM pada penelitian ini

17
antara 1 sampai 18 tahun. Subjek yang menderita DM terbanyak yaitu antara 1-5
tahun. Kelompok responden yang paling banyak yaitu kelompok yang memilik
kadar glukosa darah sewaktu sebesar ≥200 mg/dl.
Penelitian ini mengambil data secara primer atau secara langsung kepada
subjek sebanyak 37 orang yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi
kriteia inklusi serta kriteria eksluksi yang telah ditetapkan. Subjek pada penelitian
ini terdiri dari 20 orang penderita Diabetes Mellitus (DM) yang mengikuti senam
diabetes dan 17 orang tidak mengikuti senam diabetes dengan rentang usia 45-62
tahun. Subjek pada penelitian ini lebih banyak perempuan (n=30).
Hasil pengukuran kekuatan otot pada penderita diabetes mellitus tipe II
yang mengikuti senam diabetes dan yang tidak senam diabetes pada laki-laki
maupun perempuan bisa diamati dari tabel berikut :
Tabel 1 Perbedaan kekuatan otot antara penderita yang senam dengan penderita yang tidak senam pada pasien DM tipe II laki-laki
Kelompok NKekuatan Otot
(Kg)Mean ± 2SD
Klasifikasi Kekuatan otot
Uji BedaIndependent t test
Senam 3 29,50 ± 4,98 Cukup lemah p= 0,437Tidak Senam 4 25,02 ± 19,63 Cukup lemah
Tabel 1 menunjukan bahwa kelompok penderita DM tipe II laki-laki yang
senam memiliki rata-rata kekuatan otot yang lebih tinggi dibandingkan kelompok
yang tidak senam dengan klasifikasi kekuatan otot untuk kedua kelompok sama
yaitu cukup lemah. Hasil uji beda Independent t test didapatkan nilai p>0,05 yang
berarti tidak terdapat perbedaan kekuatan otot yang signifikan antara kelompok
yang senam dengan kelompok yang tidak senam pada penderita DM tipe II laki-
laki.

18
Tabel 2 Perbedaan kekuatan otot antara penderita yang senam dengan penderita yang tidak senam pada pasien DM tipe II perempuan
Kelompok NKekuatan Otot
(Kg)Mean ± 2SD
Klasifikasi Kekuatan otot
Uji BedaIndependent t test
Senam 17 19,74 ± 8,98 Cukup lemah p= 0,260Tidak Senam 13 17,93 ± 8,01 Cukup lemah
Tabel 2 menunjukan bahwa kelompok penderita DM tipe II perempuan
yang senam memiliki rata-rata kekuatan otot yang lebih tinggi dibandingkan
kelompok yang tidak senam dengan klasifikasi kekuatan otot untuk kedua
kelompok sama yaitu cukup lemah. Hasil uji beda Independent t test didapatkan
nilai p>0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan kekuatan otot yang signifikan
antara kelompok yang senam dengan kelompok yang tidak senam pada penderita
DM tipe II perempuan.
Hasil pengukuran fleksibilitas sendi pada penderita diabetes mellitus tipe
II yang mengikuti senam diabetes dan yang tidak senam diabetes pada laki-laki
maupun perempuan bisa diamati dari tabel berikut :
Tabel 3 Perbedaan Fleksibilitas Sendi antara penderita yang senam dengan penderita yang tidak senam pada pasien DM tipe II laki-laki
Kelompok NFlesibilitas Sendi
(cm)Mean±2SD
KlasifikasiFlesibilitas
Sendi
Uji BedaMann Whitney
SenamTidak Senam
34
25,33±2,2215,87±7,18
BaikBuruk
p=0,289
Tabel 3 menunjukkan rata-rata fleksibilitas sendi kelompok senam lebih
tinggi dari pada yang tidak senam. Hasil uji beda Independent t test didapatkan
nilai p>0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan fleksibilitas sendi yang
signifikan antara kelompok yang senam dengan kelompok yang tidak senam pada
penderita DM tipe II laki-laki.

19
Tabel 4 Perbedaan Fleksibilitas Sendi antara penderita yang senam dengan penderita yang tidak senam pada pasien DM tipe II perempuan
Kelompok NFlesibilitas Sendi
(cm)Mean±2SD
KlasifikasiFlesibilitas
Sendi
Uji BedaIndependent t test
SenamTidak Senam
1713
26,94±11,8633,50±12,36
BaikBaik
p=0,006
Tabel 4 menunjukkan rata-rata fleksibilitas sendi kelompok senam lebih
rendah dari pada kelompok tidak senam. Hasil uji beda Independent t test
didapatkan nilai p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan fleksibilitas sendi yang
signifikan antara kelompok yang senam dengan kelompok yang tidak senam pada
penderita DM tipe II perempuan. Klasifikasi fleksibilitas sendi pada kedua
kelompok umur tergolong baik.
Hasil pengukuran waktu reaksi visual pada penderita diabetes mellitus tipe
II yang mengikuti senam diabetes dan yang tidak senam diabetes pada laki-laki
maupun perempuan bisa diamati dari tabel berikut :
Tabel 5 Perbedaan waktu reaksi visual antara penderita yang senam dengan penderita yang tidak senam pada pasien DM tipe II
Kelompok NWaktu Reaksi Visual (ms)
Mean ± 2SDUji Beda
Independent t testSenam
Tidak senam2017
396,45 ± 201,7492,00 ± 273,8
p= 0,02
Tabel 5 menunjukan bahwa rata-rata waktu reaksi visual kelompok
penderita DM tipe II yang senam lebih cepat dibandingkan rata-rata kelompok
yang tidak senam. Hasil uji beda Independent t test didapatkan nilai p<0,05 yang
berarti terdapat perbedaan waktu reaksi visual yang signifikan antara kelompok
yang senam dengan kelompok yang tidak senam pada penderita DM tipe II.
PEMBAHASAN

20
Penelitian ini mengambil sampel sejumlah 37 orang yang diukur kekuatan
otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi visual. Sampel tersebut terdiri dari 20
orang penderita DM yang mengikuti senam diabetes dan 17 orang penderita DM
yang tidak mengikuti senam diabetes. Subjek penelitian perempuan lebih banyak
ditemukan dibandingkan subjek penelitian laki-laki dimungkinkan perempuan
lebih menyukai aktivitas aerobik atau senam, sehingga komunis senam sebagian
besar diikuti oleh perempuan. Studi epidemiologi yang dilakukan oleh World
Health Organization (WHO) (1999) menyebutkan kebanyakan penderita DM
adalah perempuan. Kadar glukosa darah sewaktu terakhir dibedakan menurut
patokan penyaring dan diagnosis DM (Soegondo, et al., 2006). Kelompok
responden yang paling banyak yaitu kelompok yang memilik kadar glukosa darah
sewaktu sebesar ≥200 mg/dl.
Kelompok penderita DM tipe II dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan
jenis kelamin, yaitu penderita laki-laki sebanyak 7 orang dan penderita perempuan
sebanyak 30 orang. Pengelompokan ini didasarkan atas klasifikasi kekuatan otot
genggam tangan yang diukur dengan menggunakan Handgrip Dynamometer dan
perbedaan massa otot antara laki-laki dengan perempuan yang berdampak pada
perbedaan kekuatan ototnya. Kekuatan otot perempuan hanya 2/3 dari kekuatan
otot laki-laki (Parahita, 2009).
Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan kekuatan
otot yang signifikan secara statistik antara penderita yang senam dengan penderita
yang tidak senam pada pasien DM tipe II baik pada laki-laki maupun perempuan,
namun hasil penelitian menunjukan penderita yang senam memiliki kekuatan otot

21
yang lebih tinggi daripada penderita yang tidak senam. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya faktor lain yang mempengaruhi kekuatan otot seperti, usia, berat
badan, dan durasi menderita penyakit kronik.
Berat badan yang rendah dapat menunjukan massa otot yang rendah,
sehingga metabolisme penghasil energi di otot akan lebih sedikit. Hal ini
menyebabkan cadangan energi untuk aktivitas menjadi lebih kecil (Parahita,
2009).
Durasi menderita penyakit kronik yaitu penyakit DM tipe II pada
penelitian ini memiliki peranan penting terhadap terjadinya penurunan kekuatan
otot. Penyakit kronik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan
kekuatan fisik (Utomo, 2010).
Pengukuran fleksibilitas sendi dilakukan dengan menggunakan alat
flexometer, yaitu dengan mengukur range of motion (ROM) sendi tulang
belakang dengan metode standar sit and reach. Pemilihan pengukuran dengan
flexometer dan metode sit-and-reach ini di karenakan metode ini lebih umum,
aman, dan mudah dilakukan untuk subyek penelitian. Flexometer dapat mengukur
fleksibilitas dengan cara stand-and-reach test, standard active sit-and-reach,
standard passive sit-and reach, modifikasi aktif sit-and-reach dengan rotator
eksternal mengendur, modiikasi passive sit-and-reach dengan rotator eksternal
mengendur, modifikasi active sit-and-reach dengan otot hamstring,
gastrocnemius, dan rotator eksternal mengendur, dan modifikasi passive sit-and-
reach dengan otot hamstring, gastrocnemius, dan rotator eksternal mengendur
(Laurance, 1999).

22
Tabel 3 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
fleksibilitas sendi Kelompok laki-laki senam dan tidak senam, hal tersebut
berbeda dengan penelitian yang dilakukan Lewis (2007) bahwa latihan ROM
dikatakan dapat mencegahterjadinya penurunan fleksibilitas sendi dan kekakuan
sendi (Lewis, 2007).
Tabel 4 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada kelompok
perempuan senam dengan tidak senam. Rata-rata fleksibilitas sendi perempuan
senam lebih rendah dari pada yang senam, hal ini dimungkinkan karena pada
kelompok perempuan tidak senam rata-rata mempunyai latar belakang pekerjaan
sebagai petani yang aktif dan rutin beraktivitas fisik. Penelitian sebelumnya
membuktikan bahwa kelompok penari mempunyai fleksibilitas lebih baik dari
pada yang bukan penari (Nancy, 2005).
Tabel 5 menunjukan bahwa terdapat perbedaan waktu reaksi visual yang
signifikan antara kelompok yang mengikuti senam dengan kelompok yang tidak
senam pada penderita DM tipe II. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
penderita yang melakukan senam lebih cepat waktu reaksi visualnya daripada
penderita yang tidak senam. Hal ini sesuai dengan teori mengenai waktu reaksi
akan semakin cepat apabila sering melakukan olah raga/latihan (Konsinski, 2010).
Penyakit DM dapat berpengaruh ke sistem saraf terbukti dengan tingginya
kadar glukosa darah (hiperglikemia) memiliki efek samping neurologis yang dapat
mempengaruhi sistem saraf perifer (Richerson et al., 2005). Terganggunya
transduki sinyal pada saraf menyebabkan waktu reaksi meningkat atau waktu
reaksinya semakin lambat (Niruba & Maruthy, 2011).

23
Menurut American Diabetes Association (2004), komplikasi diabetes
dapat dicegah, ditunda dan diperlambat dengan mengendalikan kadar glukosa
darah. Pengelolaan diabetes yang bertujuan untuk mempertahankan kadar glukosa
darah dalam rentang normal dapat dilakukan secara nonfarmakologis dan
farmakologis. Pengelolaan nonfarmakologis meliputi pengendalian berat badan,
olah raga/latihan jasmani dan diet. Terapi farmakologis meliputi pemberian
insulin dan/atau obat hiperglikemia oral (Medicastore, 2007; Smeltzer&Bare,
2008).
Latihan jasmani merupakan salah satu dari empat pilar utama
penatalaksanaan diabetes mellitus. Latihan jasmani dapat menurunkan kadar
glukosa darah karena latihan jasmani akan meningkatkan pemakaian glukosa oleh
otot yang aktif (Yunir&Soebardi, 2006).

24
BAB V
KESIMPULAN
1. Hasil pengukuran kekuatan otot pada responden laki-laki dan perempuan
yang senam diabetes dan yang tidak senam diabetes tidak terdapat perbedaan
yang signifikan.
2. Hasil pengukuran fleksibilitas sendi pada responden laki-laki yang senam
diabetes dan yang tidak senam diabetes tidak terdapat perbedaan yang
signifikan tetapi pada responden perempuan yang senam diabetes dan yang
tidak senam diabetes terdapat perbedaan yang signifikan. Penderita diabetes
mellitus pada responden perempuan yang senam diabetes mempunyai
fleksibilitas sendi lebih rendah daripada yang tidak senam diabetes
(berbanding terbalik).
3. Hasil pengukuran waktu reaksi visual pada responden yang senam diabetes
dan yang tidak senam diabetes terdapat perbedaan yang signifikan, yaitu
penderita diabetes mellitus yang mengikuti senam diabetes mempunyai waktu
reaksi visual yang lebih cepat daripada yang tidak senam diabetes.

25
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. (2003, January). Physical Activity/Exercise and Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 26(Suppl 1): S73-S77.
American Diabetes Association. (2011, January). Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care. 34(Suppl 1):S62-S69.
Andarwanti, L. (2009). Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Neuropathy Sensorik pada Kaki Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Ariani, Y. (2011). Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Sumatra Utara, Sumatra Utara.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L. et al. (2008). Harrison's Principles of Internl Medicine (17th ed.). United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc, (338).
Mansjoer, A., Tritanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W. et al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran (Ed. 3). Jakarta: Media Aesculapius, 580.
Monalisa, T. (2004). Perawatan Kaki Diabetes. Dalam: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Nugrahini, F. (2010). Pengaruh Lama Senam Diabetes Melitus (DM) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Penderita DM Tipe II. Karya Tulis Ilmiah Diploma IV, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Price, S.A. & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Jilid 2 (Ed. 6). Jakarta: EGC, 1260-1261.
Sigal, R.J., Kenny, G.P., Wasserman, D.H., Sceppa, C.C., White, R.D. (2006, June). Physical Activity/Exercise and Type 2 Diabetes. Diabetes Care. 29(6): 1433-1438.

26
Soegondo, S., Rudianto, A., Manaf, A., Subekti, I., Pranoto., et al. (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
Subekti, I. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi IV: Neuropati Diabetik. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1902-1904.
Tandra, H. (2007). Segala Sesuatu yang harus Anda Ketahui tentang Diabetes, Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cepat dan Mudah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., King, H. (2004). Global Prevalence of Diabetes. Diabetes Care. Original Article, 27 (5). 1047-1053.
Worth Health Organization (WHO). (1999). Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its Complications. Report of a WHO Consultation Part 1: Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Department of Noncommunicable Disease Surveillance Geneva.
Yunir, E. (2005). Deteksi Dini dan Pencegahan Komplikasi Kaki Diabetik. Disampaikan pada 3rd National Diabetes Educators Traning Camp. Bandung 18-20 Maret 2005.