pkp qu.pdf

Upload: redo-saputra

Post on 08-Jul-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    1/75

     

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pengajaran bahasa Indonesia perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak

     baik oleh guru bidang studi bahasa Indonesia, keluarga, maupun masyarakat.

    Kedudukan dan peranan bahasa Indonesia marupakan keberhasilan dalam setiap

    aspek pendidikan.

    Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diharapkan mampu

    mengembangkan dan mengarahkan siswa dengan segala potensi yang dimilikinya

    secara optimal, yaitu guru dapat mendorong siswa untuk berpikir secara kritis.

    Keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran dikelas, terkait dengan kemampuan

    guru, baik sebagai perancang pembelajaran maupun sebagai pelaksana dilapangan.

    Selain itu,guru dituntut mampu melakukan pembaharuan khususnya dalam

     pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu dengan merancang pembelajaran berdasarkan

     pengalaman belajar siswa sehingga menghasilkan pembelajaran yang

     bermakna(Wahab. A dalam Winihasih 2006).

    Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa simbol bunyi

    yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia (Keraf, 1979:16).Tanpa adanya suatu

     bahasa, manusia tidak bisa berkomunikasi, apalagi mengungkapkan ide-ide atau

    konsep-konsep yang ada dalam pikirannya kepada orang lain. Oleh karena itu, bahasa

    dipandang sebagai hal yang pertama dan utama dalam kehidupan manusia untuk

    mengadakan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat berkomunikasi,

    manusia memakai sistem tanda-tanda atau lambang-lambang bunyi yang dinyatakan

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    2/75

     

    dengan sadar. Bunyi-bunyi disusun menjadi kata dan kata-kata disusun menjadi

    kalimat berdasarkan peraturan-peraturan tertentu. Dengan adanya kalimat-kalimat

    itulah manusia bisa berkomunikasi dengan orang lain.

    Pada umumnya bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi antar anggota

    masyarakat. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan

    kepentingan yang beraneka ragam. Untuk itu, para pemakai bahasa komunikatif

    memerlukan pengetahuan dan keterampilan menggunakan berbagai ragam bahasa

    yang dapat mendukung pengembangan pengetahuan keterampilan berkomunikasi.

    Penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari ada secara lisan, dan

    ada juga secara tertulis. Pemakaian bahasa secara lisan dapat dijumpai dalam siaran

    televisi, siaran radio, dan dalam percakapan, baik secara formal maupun non formal.

    Sedangkan pemakaian bahasa secara tertulis dapat dijumpai dalam kegiatan surat-

    menyurat, karang-mengarang, mencatat dan pembuatan laporan-laporan. Bahasa

    memegang peran penting sebagai alat perhubungan antar anggota masyarakat, dengan

    demikian menentukan pula pergaulan di masyarakat.

    Menyadari akan pentingnya fungsi bahasa dengan ruang lingkup yang luas, dari

     pergaulan masyarakat sampai pada pemanfaatan ilmu pengetahuan, artinya bahwa

     bahasa Indonesia dipergunakan di segala bidang pendidikan. Di samping itu, fungsi

     bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi mendapat tanggapan dalam pikiran

    manusia, disusun, dan diungkapkan kepada orang lain sebagai bahan komunikasi.

    Pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan bahwa : “Kami Putra dan Putri

    Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia”. Dalam perkembangannya

     bahasa Indonesia telah diresmikan menjadi bahasa negara berdasarkan UUD RI

    Tahun 1945, Bab XV, Pasal 36 yang berbunyi : “ Negara ialah bahasa Indonesia”.

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    3/75

     

    Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, baik seebagai bahasa nasional

    maupun sebagai bahasa negara sangat strategis dalam kehidupan berbangsa dan

     bernegara. Bahasa Indonesia mendukung seluruh aktivitas di segala segi kehidupan

     bangsa dan negara Indonesia. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam

    kaitannya dengan kehidupan warga negara Indonesia secara individual juga sangat

     penting.

    Sehubungan dengan hal itu, sekolah sebagai lambang pendidikan formal

    mempunyai peran yang cukup besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan

     bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Karena pada dasarnya tujuan pengajaran bahasa

     pada setiap jenjang pendidikan adalah untuk meningkatkan keterampilan be mampu

    menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

    Pengajaran kalimat merupakan salah satu pembelajaran yang terdapat dalam

    kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia mulai tingkat Sekolah Dasar sampai dengan

    Sekolah Menengah. Pengajaran menganalisis kalimat majemuk berupa penggunaan

    kalimat tunggal, pengembangan serta penggabungan kalimat.

    Pengajaran tata kalimat di SMP oleh guru bahasa Indonesia disesuaikan dengan

    kurikulum yang berlaku. Pengajaran kalimat diberikan secara terpadu dengan unsu-

    unsur kebahasaan yaitu struktur dan kosa kata, dalam aspek keterampilan yang ada

    yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. .

    Dalam penggunaan bahasa Indonesia kalimat merupakan unsur terkecil utama

    yang mendukung terbentuknya sebuah paragraph-wacana dan menjadi baik apabila

    kalimat-kalimat pendukungnya tersusun secara baik pula. Dan apabila kita memegang

     peranan penting dalam pemakian bahasa Indonesia sehari-hari, baik lisan maupun

    tulisan.

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    4/75

     

    Dengan menggunakan kalimat majemuk bertingkat biasanya siswa dapat

    menyusun suatu paragraf atau wacana. Tidak hanya dengan menggunakan kalimat

    tunggal saja. Kalimat majemuk bertingkat bagian-bagian kalimat seperti subjek,

     predikat, objek dan keterangan (adverbal), yang dapat diperluas menjadi pola kalimat

     baru. Dan bisa juga dengan menghubungkan beberapa kalimat tunggal, yang

    dihubungkan dengan kata penghubung. Unsur-unsur kalimat yang digunakan tidak

    sederajat atau sejajar.

    Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam menganalisis kalimat

    majemuk masih banyak menemui suatu hambatan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya

     perhatian siswa dalam menerima pembelajaran, siswa tidak memperhatikan pada saat

    guru menjelaskan (bermain-main). Kurangnya perhatian guru terhadap siswa, karena

    guru juga manusia biasa pasti ada saja kekurangan yang harus disempurnakan lagi

    sehingga menjadi lebih baik. Solusi yang harus ditingkatkan adalah membaca buku

    lebih rajin dan yang paling utama adanya minat belajar siswa harus dibangkitkan.

    Untuk kriterian ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai siswa adalah 8,0.

    Bagi siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 8,0 akan melakukan remidi

    (mengulang) samapai siswa itu memang benar-benar mengerti terhadap materi yang

    diajarkan.

    Adapun tahapan yang harus diterapkan dalam strategi pembelajaran

    konstruktivisme yaitu: orientasi, eksplorasi, interpretasi, rekreasi, dan evaluasi. Maka

     peneliti memilih objek seperti ini, karena peneliti ingin menggali potensi siswa

    mengenai kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat dengan penerapan

    strategi pembelajaran konstruktivisme dan nantinya hasil penelitian ini dapat

    memberikan sumbangan pada dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    5/75

     

     bahasa Indonesia. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian

    dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Menganalisis Kalimat Majemuk Bertingkat

    dengan Penerapan Strategi Pembelajaran Konstruktivisme pada Siswa Kelas VIII.1

    SMP Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013.

    1.2 Rumusan Masalah

    Sehubungan dengan pemaparan pada bagian latar belakang di atas, maka

    masalah yang dibahas dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

    1.  Apakah penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan

    kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat siswa kelas VIII.1 SMP

     Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013?

    2.  Bagaimanakah langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penerapan strategi

     pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan menganalisis

    kalimat majemuk bertingkat siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung Tahun

    Pelajaran 2012/2013?

    1.3 Tujuan Penelitian 

    Segala sesuatu yang dilakukan pasti mempunyai tujuan. Dalam hal ini ada

    tujuan yang ingin dicapai.

    1.3.1 Tujuan Umum

    -  Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang

    selengkap-lengkapnya dan ikut menyumbangkan pikiran dalam rangka

     pembinaan dan perkembangan bahasa Indonesia.

    -  Sebagai umpan balik bagi guru dalam proses mengajar bahasa Indonesia. 

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    6/75

     

    1.3.2 Tujuan Khusus

    -  Untuk mendapatkan informasi yang pasti dalam strategi pembelajaran

    konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan menganalisis kalimat

    majemuk bertingkat siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua.

    -  Untuk menemukan langkah-langkah apa saja yang di tempuh untuk

    meningkatkan kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat

    melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme pada siswa kelas

    VIII.1 SMP Nusa Dua.

    1.4 Ruang Lingkup

    Penelitian ini memfokuskan pada :

    1.  Peningkatan kemampuan menganalisis kalimat majemuk.

    2.  Menerapkan strategi pembelajaran konstruktivisme.

    1.5 Mamfaat Penelitian

    Setiap bentuk usaha yang dilakukan pasti memiliki harapan-harapan yang

    dicapai sehingga hasilnya bisa bermanfaat. Demikian halnya pada penelitian ini yang

    memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu sebagai berikut:

    1.5.1 Mamfaat Teoritis

    -  Diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan terhadap

    keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menganalisis kalimat

    majemuk.

    -  Dapat memberikan masukan kepada guru bidang studi bahasa Indonesia di

    SMP Nusa Dua.

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    7/75

     

    1.5.2 Manfaat Praktis

    -  Guru

    Penelitian ini akan bermamfaat bagi guru sebagai masukan untuk lebih

    kreatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam

    menganalisis kalimat majemuk.

    -  Bagi Siswa

    Hasil penelitian ini akan bermamfaat bagi siswa kelas VIII.1 di SMP Nusa

    Dua, karena dengan metode konstruktivisme kemampuan siswa dalam

    menganalisis kalimat majemuk dapat ditingkatkan.

    -  Bagi Peneliti

    Hasil penelitian ini akan bermamfaat bagi peneliti karena peneliti sebagai

    calon guru yang nantinya dapat menerapkan media gambar dalam

     pengajaran menganalisis kalimat majemuk.

    -  Bagi lembaga

    Bagi lembaga, tempat penelitian menempuh pendidikan hasil penelitian ini

    dapat di manfaatkan sebagai referensi serta digunakan sebagai bahan

     pengajaran mata kuliah penulisan karya ilmiah.

    1.6 Asumsi

    Rencana penelitian ini berdasarkan seperangkat asumsi. Adapun yang dimaksud

    asumsi adalah anggapan dasar yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan. Hal ini

    merupakan suatu pegangan yang sangat penting dalam mengadakan suatu penelitian.

    Seperangkat asumsi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    8/75

     

    1.  Semua siswa memiliki fasilitas yang sama dalam mengikuti proses

     pembelajaran.

    2.  Pengajaran tentang kalimat majemuk di kelas VIII.1 SMP Nusa Dua telah

    sesuai dengan berdasarkan kurikulum yang berlaku.

    3.  Guru yang mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas VIII.1 SMP Nusa

    Dua memiliki kewenangan mengajarkan bahasa Indonesia .

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    9/75

     

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu

     pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

    dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan.

    Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk

    meningkatkan berpikir dan bernalar serta memperluas wawasan.

    Untuk menyampaikan ide atau gagasan, kita hendaknya mendalami penggunaan

     bahasa Indonesia terutama penggunaan struktur kalimat tunggal maupun kalimat

    majemuk. Kalimat majemuk dalam bahasa Indonesia ada tiga jenis, yaitu : kalimat

    majemuk rapatan, kalimat majemuk setara (koordinator) dan kalimat majemuk

     bertingkat (sub ordinatif).

    Dari bentuk kalimat majemuk yang ada, penulis hanya membahas kalimat

    majemuk bertingkat (sub ordinatif) saja, namun kiranya penulis singgung sedikit

     pengertian kalimat, pengertian kalimat majemuk, pengertian kalimat majemuk

    rapatan dan pengertian kalimat majemuk setara. 

    2.1 Pengertian kalimat

    Kalimat adalah kesatuan ujaran yang terkecil, berintonasi dan mengandung

     pikiran serta didukung dengan situasi (Zainuddin,1991:59).Menurut Keraf,

    (1970:154) kalimat adalah suatu kumpulan kata-kata yang terkecil yang mengandung

     pikiran yang lengkap. Kalimat juga didefinisikan sebagai suatu bahasa yang relatif

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    10/75

     

    10 

    dapat berdiri sendiri yang mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri dari klausa

    (Tarigan,1985:5).

    Mencermati pendapat diatas, maka dapat dikemukakan bahwa kalimat

    mengandung nilai-nilai makna, perasaan dan dapat dipahami oleh kontribusi

     pemikiran yang mampu melahirkan suasana komunikasi yang berkesinambungan.

    Berdasarkan pernyataan diatas dapat penulis simpulkan bahwa kalimat adalah

    suatu bahasa yang mengandung makna, pesan yang digunakan untuk mengutarakan

    isi pikiran atau perasaan dalam situasi tertentu yang relatif berdasarkan pada unsur

    alphabet kata, intonasi, frase dan klausa yang dapat dipahami oleh orang lain baik

    dalam bentuk lisan maupun tulisan.

    2.2 Pengertian Kalimat Majemuk

    Sebelum penulis menguraikan lebih lanjut mengenai kalimat majemuk, perlu

    kiranyaa disinggung sedikit penjelasan kalimat tunggal. Kalimat tunggal adalah suatu

    kalimat yang hanya terdiri dari dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau

    lebih unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola

    yang baru (Keraf,1978:169).

    Contoh :Anak itu menendang bola 

    Kalimat diatas adalah sebuah kalimat tunggal, kalimat tunggal ini bisa dirubah

    menjadi kalimat majemuk. Cara mengubahnya ada bermacam-macam, ada dengan

     jalan memperluas salah satu unsurnya.

    Contoh: Anak yang kau sebut kemarin itu, menendang bola.

    Bentuk kalimat semacam ini disebut kalimat majemuk.

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    11/75

     

    11 

    Jadi kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas

    sedemikian rupa sehingga perluasannya itu membentuk satu atau lebih pola kalimat

    yang baru disamping pola yang sudah ada (Keraf, 1978: 187)

    2.3 Pembagian Kalimat Majemuk

    Menurut Heru Suparman (1981:23) kalimat majemuk dapat dibagi menjadi tiga,

    yaitu : a) kalimat majemuk rapatan, b) kalimat majemuk setara, dan c) kalimat

    majemuk bertingkat.

    2.3.1 Kalimat Majemuk Rapatan

    Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur,

    maka kalimat-kalimat itu dapat digabungkan menjadi kalimat majemuk dengan

    menuliskan atau menyebutkan satu kali unsur-unsur yang sama itu atau merapatkan

    unsur-unsur lain.

    2.3.2 Kalimat Majemuk Setara 

    Kalimat majemuk setara adalah kalimat tunggal yang digabungkan menjadi

    sebuah kalimat yang lebih besar, dan tiap-tiap kalimat tunggal yang digabungkan itu

    tidak kehilangan unsur-unsurnya(Herusantosa,1981:133).

    2.3.3 Kalimat Majemuk Bertingkat

    Kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan kalimat majemuk rapatan dan

    kalimat majemuk setara. Kalimat majemuk bertingkat seluk-beluk yang cukup

     banyak variasinya. Pada kalimat majemuk bertingkat terdapat istilah induk kalimat,

    anak kalimat dan bahkan kadang-kadang ada cucu kalimat dan cicit kalimat. Istilah

    induk kalimat memberitahukan kepada kita bahwa pada kalimat majemuk bertingkat

    terdapat kalimat yang tidak sederajat kedudukannya.

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    12/75

     

    12 

    Selanjutnya akan dijelaskan pengertian kalimat majemuk bertingkat: kalau

    sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentuk menjadi sebuah kalimat

    dan kalimat bentuknya ini digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, maka akan

    terbentuklah kalimat majemuk bertingkat dengan ketentuan:

    1.  Sisa kalimat sumber disebut induk kalimat

    2.  Kalimat bentuknya disebut anak kalimat

    3.  Anak kalimat diberi nama sesuai dengan sumber yang akan

    digantinya.(Herusantosa,1981:56)

    Contoh : Kedatangannya disambut oleh rakyat kemarin.

    Kalau kalimat tunggal diatas kita analisis menurut jabatannya akan terjadi

    -  Kedatangannya = Subjek

    -  Disambut = Predikat

    -  Oleh rakyat = Objek pelaku

    -  Kemarin = Keterangan tempat

    Ternyata kalimat diatas terdiri dari empat unsur, tiap unsur yang ada dapat

    diganti atau dikembangkan dengan kalimat.

     Misalnya :

    -  Unsur kemarin diganti dengan ketika matahari mulai condong ke barat

     Penjelasan :

    1) Induk kalimat

    -   Kedatangan disambut oleh rakyat

    2) Anak kalimat :

    -   Ketika matahari mulai condong ke barat

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    13/75

     

    13 

    Dalam tata bahasa Indonesia juga dijelaskan pengertian kalimat majemuk

     bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat, salah satu pola

    atau lebih menduduki fungsi tertentu dari pola yang lain. Bagian yang lebih tinggi

    kedudukannya disebut induk kalimat sedangkan bagian yang lebih rendah

    kedudukannya disebut anak kalimat (Keraf,1978:189).

    Begitu juga dalam tata bahasa Indonesia dikatakan pengertian kalimat majemuk

     bertingkat adalah kalimat yang dibangun oleh beberapa pola kalimat atau klausa

     bebas. Hubungan antarklausa bersifat koordinatif, atau secara popular disebut

    hubungan setara. Karena itu, ada pustaka yang menyebutnya kalimat majemuk setara

    (Mulyono,2002:110).

    Berdasarkan ketiga pendapat diatas kita tidak menemukan suatu perbedaan

     prinsip, tetapi cara penyampaiannya yang berbeda sehingga dengan demikian dapat

     penulis simpulkan bahwa kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang salah satu

    unsur kalimat tunggal yang diperluas dan hasil perluasannya membentuk pola kalimat

     baru. Pola kalimat yang kedudukannya lebih tinggi disebut induk kalimat, sedangkan

     pola kalimat yang kedudukannya lebih rendah disebut anak kalimat atau pola kalimat

    yang digabungkan tidak sederajat atau setara.

    Perlu juga diketahui hubungan kalimat majemuk bertingkat ada secara ekslisit

    dan implisit.

    1) 

    Kalimat majemuk yang berhubungan secara eksplisit adalah hubungan anatara

    anak kalimat dan induk kalimat yang ditandai dengan adanya kata penghubung:

    karena, jika, oleh karena, kecuali dan sebagainya. Semua kata sambung yang

    mendahului anak kalimat langsung menjadi tanda atau jenis anak kalimat

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    14/75

     

    14 

    tersebut. Kata tugas : agar, supaya menunjukkan bahwa anak kalimat tersebut

     pengganti keterangan tujuan.

    Contoh : 

    a. 

     Agar Ayah tetap sehat, saya memberikan obat ini kemarin.

    b.   Jika ia menepati janjinya, aku akan memberikan hadiah.

    2)  Kalimat majemuk bertingkat yang berhubungan secara implisit adalah apabila

    hubungan antara anak kalimat dan induk kalimat tanpa menggunakan kata

    sambung, melainkan hanya ada jeda atau hubungan batin.

    Contoh :

    a.   Habis manis sepah dibuang.

    b.   Ia menepati janjinya, aku akan member hadiah

    2.4 Unsur-Unsur Kalimat Majemuk Bertingkat

    Unsur yang terdapat pada kalimat majemuk bertingkat meliputi unsur subjek,

    objek, dan keterangan (adverbal). Tiap-tiap unsur dapat diganti dengan kalimat.

    1)  Kalimat Majemuk Bertingkat Pengganti Anak Kalimat Subjek

    Contoh :

    1) Kalimat tunggal : Gadis sedang naik ke atas panggung

    2) Kalimat majemuk bertingkat : Gadis yang menjadi juara naik ke atas

     panggung

     Penjelasan :

    1) Induk Kalimat (IK) : Gadis sedang naik ke atas panggung

    2) Anak Kalimat (AK) : yang menjadi juara

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    15/75

     

    15 

    2)  Kalimat Majemuk Bertingkat Pengganti Anak Kalimat Predikat

    Contoh :

    1) Kalimat tunggal : Mereka belajar

    2) Kalimat majemuk bertingkat : Mereka adalah anak-anak yang mempelajari

     puisi

     Penjelasan :

    1) Induk Kalimat(IK) : Mereka belajar

    2) Anak kalimat : Anak-anak yang mempelajari puisi

    3) 

    Kalimat Majemuk Bertingkat Pengganti Anak Kalimat Objek

    Contoh :

    1) Kalimat tunggal : Guru menasehati anak kemarin

    2) Kalimat Majemuk bertingkat : Guru menasehati murid yang tidak pernah

    masuk

     Penjelasan :

    1) Induk kalimat (IK) : Guru menasehati anak kemarin

    2) Anak kalimat (AK) : Murid yang tidak pernah masuk kemarin

    4)  Kalimat Majemuk Berttingkat Pengganti Anak Kalimat Keterangan

    (Adverbal).

    Contoh :

    1) Kalimat tunggal : Ayah menulis surat tadi pagi

    2) Kalimat majemuk bertingkat : Ayah menulis surat ketika ibu membaca

     Koran

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    16/75

     

    16 

     Penjelasan :

    1) Induk kalimat (IK) : Ayah menulis surat tadi pagi

    2) Anak kalimat (AK) : ketika ibu membaca Koran

    5) Pengembangan Unsur-Unsur Kalimat Menjadi Kalimat Majemuk

    Bertingkat

    Unsur yang dapat dikembangkan pada kalimat majemuk bertingkat meliputi

    unsur, 1) subjek, 2) predikat, 3) objek dan 4) keterangan (adverbal).

    1. 

    Pengembangan subjek memiliki empat cara yaitu:

    a)  Menggunakan kata ganti penghubung

     b)  Anak kalimat didahului oleh kata penghubung

    c)  Anak kalimat berbentuk kalimat langsung

    d)  Anak kalimat menggunakan struktur kalimat Tanya

    2.  Pengembangan Predikat (Sebutan)

    Pengembangan Predikat mempunyai dua cara yaitu:

    a)  Anak kalimat terletak di belakang titik dua.

     b)  Anak kalimat berbentuk kalimat langsung.

    3.  Pengembangan Objek

    a)  Anak Kalimat Objek Penderita

     b) 

    Anak Kalimat Objek Pelaku

    c)  Anak KalimatObjek Penyerta atau Objek Berkepentingan

    d)  Objek Berkata Depan

    4.  Pengembangan Keterangan (Adverbal)

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    17/75

     

    17 

    a)  Anak Kalimat Keterangan Waktu

     b)  Anak Kalimat Keterangan Tempat

    c)  Anak Kalimat Keterangan Sebab

    d) 

    Anak Kalimat Keterangan Akibat

    e)  Anak Kalimat Keterangan Syarat

    f)  Anak Kalimat Keterangan Tujuan

    g)  Anak Kalimat Keterangan Perlawanan

    h)  Anak Kalimat Keterangan Perbandingan

    i)  Anak Kalimat Keterangan Alat

     j)  Anak Kalimat Keterangan Keadaan

    k)  Anak Kalimat Keterangan Perwatasan

    l)  Anak Kalimat Keterangan Jumlah

    m)  Anak Kalimat Keterangan Asal

    n)  Anak Kalimat Keterangan Modalitas

    o) 

    Anak Kalimat Keterangan Derajat

    2.5  Konstruktivisme

    2.5.1 Pengertian Konstruktivisme

    Konstruktivisme pada dasarnya merupakan sebuah teori tentang proses orang

     belajar. Teori ini memandang seseorang sebagai makhluk yang aktif dalam

    mengonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan. Di dalam

    konteks pembelajaran, siswa dipandang sebagai individu yang aktif membangun

     pemahamannya sendiri dan pengetahuan dunia sekitarnya dengan mengalami sendiri

    dan merefleksikan pengalaman tersebut. Dalam konstruktivisme, guru berperan

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    18/75

     

    18 

    sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran konstruktivisme,

     penambahan pengetahuan baru dilakukan oleh siswa sendiri. Pengembangan

     pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan berupa masalah-

    masalah dari dunia nyata yang relevan dengan kebutuhan siswa,untuk dibahas dan

    dicari jalan keluarnya ( Oliver dalam Mudjiman, 2008: 25). Trianto (2009:106)

    mengatakan bahwa dalam pembelajaran kontruktivisme, siswa harus menemukan

    sendiri dan mentranformasikan informasi kompleks, menyesuaikan informasi baru

    dengan aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Dalam hal ini siswa harus benar-benar

    memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus belajar bekerja mengerjakan

    dan mencari solusi yang terbaik.

    2.5.2 Karakter Strategi Pembelajaran Konstruktivisme

    Wena (2009:140) mengungkapkan karakter strategi pembelajaran

    konstruktivisme sebagai berikut :

    a.  Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran.

     b. 

    Siswa didorong untuk menemukan / mengfontruksi sendiri konsep yang

    sedang dikaji.

    c.  Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya jawab menyelesaikan tugas

     bersama.

    d.  Pada dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras.

    2.5.3 Model Pembelajaran Berdasarkan Konstruktivisme

    Prisip-prisip pembelajaran dengan strategi pembelajaran konstruktivisme telah

    melahirkan berbagai macam model pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan

    model pembelajaran yang menekannkan bahwa proses belajar siswa adalah pelaku

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    19/75

     

    19 

    aktif kegiatan belajar dengan membangun sendiri pengetahuan berdasarkan

     pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Baharudin dan Esa (2008:128-139)

    memaparkan beberapa model pembelajaran yang didasarkan kontruktivisme anatara

    lain discovery learning,reception learning, aisted learning, active learning, the

    accelerated learning, quantum learning, dan contextual teaching and learning.

    Dari tujuh model pembelajar tersebut, peneliti hanya menggunakan model

     pembelajaran reception learning karena model pembelajaran ini mempunyai

    karakteristik tersendiri, yaitu menekankan keaktifan siswa dalam belajar dan

    menekankan cara-cara siswa mengkonstruksi pengetahuan yang sudah ada, agar dapat

    menjadi bagian dari pengetahuan yang baru. Selain itu, model pembelajaran ini

    menekankan beberapa tahap yang dapat memotivasi siswa dalam belajar, di

    antarannya melalui diskusi, observasi, eksperimen/percobaan, pemutaran film-film,

    atau tugas-tugas belajar. Melalui eksperimen yang dilakukan, siswa dapat menunjang

    sistematika berpikir dalam menuangkan idenya. Desain Pembelajaran

    Konstruktivisme. Unsur-unsur desain menurut Mudjiman (2008:30) yaitu:

    a.  Penetapan masalah, utamanya oleh guru, tetapi sejauh mungkin melibatkan

    siswa.

     b.  Pengelompokan siswa dengan mempertimbangkan berbagai faktor

    sehingga kelompok tersebut dapat produktif.

    c. 

    Upaya menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan

     pengetahuan yang akan dicari, sesuai dengan pemahaman kostruktivisme.

    d.  Pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kegiatan menjawab masalah.

    e.  Pengomunikasian hasil kerja kelompok dengan kelompok lain; dan

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    20/75

     

    20 

    f.  Refleksi terhadap kegiatan yang telah dijalankan dalam upaya memecahkan

    masalah.

    2.5.4 Prinsip-prinsip Pembelajaran Konstruktivisme

    Konstruktivisme seperti yang dinyatakan oleh Thansoulos (dalam Mudjiman

    2008:28) memiliki beberapa prinsip antara lain:

    a.  Lebih berkepentingan dengan belajar bukan mengajar.

     b.  Mendorong insiatif pembelajaran dalam melakukan kegiatan belajar.

    c.  Menganggap pembelajaran sebagai penentu keterlaksanaan rencana untuk

    mencapai tujuan belajar.

    d.  Lebih mendorong munculnya rasa keingintahuan secara ilmiah, tidak

     buatan.

    e.  Memperhitungkan kepercayaan sikap dan motivasi pembelajaran dalam

    mendorong mereka belajar.

    f.  Menganggap belajar sesuatu yang tidak mungkin terpisah dengan segala

    sesuatu yang telah diketahui pembelajaran.

    g.  Belajar adalah aktif dan memerlukan orang lain dalam pelaksanaannya.

    2.5.5 Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Konstruktivisme

    Menurut Wena (2009:140-143) terdapat 5 tahapan strategi pembelajaran

    konstruktivisme adalah: orientasi, eksplorasi, interprestasi, rekreasi, dan evaluasi.

    1. 

    Orientasi

    Tahap ini diawali dengan orientasi untuk menyepakati tugas dalam langkah

     pembelajaran. Dalam hal ini guru mengomunikasikan tujuan, materi, waktu langkah-

    langkah pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan dari siswa, serta penilaian yang

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    21/75

     

    21 

    diterapkan. Menurut Borich (dalam Wena, 2009:140) “ tahap orientasi sangat penting

    dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat memberikan arah atau petunjuk bagi

    siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan”. 

    2.  Eksplorasi

    Dalam tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah/konsep yang

    dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca,

    melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet,

    dan sebagainya. Melakukan kegiatan eksplorasi, siswa dirangsang untuk

    meningkatkan rasa ingin tahunya (curiosity) dan hal tersebut dapat memacu kegiatan

     belajar selanjutnya. 

    3.  Interpretasi

    Dalam hal ini hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis,

    diskusi,tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali, jika memang hal itu

    diperlukan kembali. Tahap interpretasi sangat penting dilakukan dalam kegiatan

     pembelajaran karena melalui tahap interpretasi siswa didorong untuk berpikir tingkat

    tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi) sehingga terbiasa dalam memecahkan masalah

    meninjau dari berbagai aspek.

    4.  Rekreasi

    Dalam tahap ini siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang

    mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji menurut

    kreasinya masing-masing. Menurut Clegg dan Berch (dalam Wena,2009:141) “ pada

    setiap akhir suatu pembelajaran, sebaiknya siswa dituntut untuk mampu

    menghasilkan sehingga informasi yang telah dipelajari menjadi bermakna, lebih-lebih

    untuk memecahkan masalah yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari”. 

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    22/75

     

    22 

    5.  Evaluasi

    Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.

    Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan

    kemampuan berpikir siswa. Hal-hal yang dinilai selama proses pembelajaran adalah

    kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan

    logis dalam memberikan pandangan/argumentasi, kemampuan untuk bekerja sama

    dan memikul tanggung jawab bersama, sedangkan evaluasi pada akhir pembelajaran

    adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa. Kriteria penilaian

    dapat disepakati bersama pada waktu orientasi.

    2.5.6 Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM).

    2.5.7 Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses Belajar.

    1. Makna Belajar

    Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar

    mengkonstruksikan arti sebuah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar

     juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau

     bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga

     pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut:

    1)  Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa

    yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu

    dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.

    2)  Konstruksi arti adalah proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan

    dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik

    secara kuat maupun lemah.

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    23/75

     

    23 

    3)  Belajar bukanlah kegiatan mengumpulan fakta, melainkan lebih suatu

     pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar

     bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu

    sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan

    kembali pemikiran seseorang.

    4)  Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam

    keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut situasi

    ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk

    memacu belajar.

    5)  Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan

    lingkungan.

    6)  Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pelajar

    konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan

     bahan yang dipelajari (Paul Suparno 2001:61).

    2. Peran Pelajar

    Bagi kaum konstrutivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana pelajar

    membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari arti sendiri apa yang mereka

     pelajari. Pelajar sendirilah yang bertanggungjawab atas hasil belajarnya. Mereka

    membawa pengertiannya yang lama dalam situasi belajar yang baru. Mereka sendiri

    yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan cara mencari makna,

    membandingkannya dengan apa yang telah ia ketahui serta menyelesaikan

    ketegangan antara apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam

     pengalaman yang baru (Paul Suparno, 2001:62).

    Belajar merupakan proses organik untuk menemukan sesuatu bukan suatu proses

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    24/75

     

    24 

    mekanik untuk mengumpulkan fakta. Belajar itu suatu perkembangan pemikiran

    dengan membuat kerangka. Pengertian yang berbeda. Pelajar harus punya

     pengalaman dengan membuat hipotesis, mengetes hipotesis, memanipulasi objek,

    memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog,

    mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dan

    lain-lain untuk membentuk konstruksi yang baru. Pelajar harus membentuk

     pengetahuan mereka sendiri dan guru membentuk sebagai mediator dalam proses

     pembentukan itu. Menurut Fosnot (1989) dalam Paul Suparno (2001:62) belajar

     berarti terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian, dan dalam proses

    selalu memperbaiki tingkat pemikiran yang tidak lengkap.

    3. Makna Mengajar

    Bagi kaum konstruktivis menurut Bettencourt (1989) dalam Paul

    Suparno(2001:65) mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru

    ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri

     pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk

     pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan

     justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri.

    4. Fungsi dan Peran Pelajar

    Pengajar sebagai mediator dan fasilitator, menurut prinsip konstruktivis, seorang

     pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar

     proses belajar murid berjalan dengan baik. Tekanan ada pada siswa yang belajar dan

     bukan pada disiplin ataupun guru yang mengajar. Fungsi mediator dan fasilitator

    dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    25/75

     

    25 

    a)  Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung

     jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian. Oleh karena itu

     jelas memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.

     b) 

    Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang

    keigintahuan murid dan membantu mereka mengekspresikan gagasannya

    dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Menyediakan sarana yang

    merangsang siswa berpikir secara produktif. Menyediakan kesempatan dan

     pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa. Guru harus

    menyemangati siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik.

    c)  Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran murid

     jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah

     pengetahuan murid itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang

     berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid

    (Paul Suparno, 2001:66).

    Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan optimal, diperlukan beberapa

    kegiatan yang dikerjakan dan juga beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh

     pengajar yaitu:

    a)  Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa

    yang sudah mereka ketahui dan pikirkan

     b) 

    Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama

    sehingga sungguh terlibat.

    c)  Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan

    kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar

     juga di tengah pelajar.

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    26/75

     

    26 

    d)  Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan

    kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.

    e)  Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan

    menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir bedasarkan

     pengandaian yang tidak diterima guru (Paul Suparno, 2001: 66).

    2.5.8 Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstruktivisme

    1. Kelebihan

    1)  Berpikir :Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk

    menyelesaikan masalah, menjana ide dan membuat keputusan.

    2)  Faham :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina

     pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan boleh mengapliksikannya

    dalam semua situasi.

    3)  Ingat :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka

    akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin murid melalui pendekatan ini

    membina sendiri kepahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin

    menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.

    4) Kemahiran sosial :Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan

    rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.

    http//strategipembelajarankonstruktivisme.wordpress.com/2012/12/09/met

    ode-konstruktivisme/.(strategi pembelajaran).

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    27/75

     

    27 

    2. Kelemahan

    1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil

    konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah

    ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi,

    2) Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya

    sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa

    memerlukan penanganan yang berbeda-beda,

    3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah

    memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas

    siswa, dan yang kebih penting lagi, dan

    4) Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses

     belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus

    memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga

    dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai

    kemanusiaan.http//strategipembelajarankonstruktivisme.wordpress.com/20

    12/12/09/metode-konstruktivisme/.(strategi pembelajaran)

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    28/75

     

    28 

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Di dalam mengadakan suatu penelitian, peneliti harus menggunakan sebuah

    metode. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam kegiatan

    mengadakan penelitian dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan (Netra, 1974:1).

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quozi eksperimen. Quozi

    eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan tindakan kepada

    siswa dan semua populasi atau siswa digunakan sebagai subjek eksperimen data

    (Satyasa, 2008:24).

    Sehubungan dengan pernyataan di atas, maka dalam penelitian ini metode yang

    sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu: (1) jenis penelitian, (2) subjek,

    objek, dan tempat penelitian, (3) rancangan penelitian, (4) prosedur penelitian, (5)

     pengumpulan data, dan (6) analisis data.

    3.1  Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Istilah dalam bahasa

    inggrisnya adalah Classroom Action Research (CAR) yaitu sebuah kegiatan penelitian

    yang dilakukan di kelas. Menurut Caar dan Kemmis (Wardani 2007:1-3) penelitian

    tindakan kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial yang menggunakan refleksi

    diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya,serta

     bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek.

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    29/75

     

    29 

    PTK sebagai penelitian dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat

    memperbaiki dan dapat meningkatkan pembelajaran di kelas. Dalam penelitian

    tindakan kelas memiliki tiga pengertian yaitu:

    1. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan

    menggunakan cara dan aturan metodelogi tertentu untuk memperoleh data atau

    informasi yang bermamfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik

    minat dan penting bagi peneliti.

    2. Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan

    tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan siswa.

    3. Kelas dalam hal ini terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian

    yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan

    dan pengajaran yang dimaksud dengan istilah kelas adalah kelompok siswa

    dalam kurun waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang

    sama pula (Arikunto, 2010:1).

    3.2  Subjek, Objek, Tempat Penelitian

    Subjek penelitian adalah orang yang dikenai tindakan (Wendra,2007:53). Dalam

     penelitian ini yang menjadi subjek penelitian atau individu yang akan diteliti adalah

    siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung yang jumlah siswa laki-laki 15 orang dan

     jumlah siswa perempuan 19 orang dengan jumlah seluruhnya 34 orang dalam satu

    kelas. Objek yang mencerminkan proses mencakup tindakan yang dilakukan dan

    materi yang digunakan. Objek yang mencerminkan produk mencakup yang

    diharapkan mengalami perbaikan respon siswa (Wendra,2007:54). Yang menjadi

    objek dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan menganalisis kalimat

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    30/75

     

    30 

    majemuk bertingkat melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme pada

    siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013. Sedangkan

    lokasi/tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Nusa Dua

    Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.

    3.3 Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Kunandar

    (2008:45) menjelaskan penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan penelitian

    ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis, terhadap berbagai tindakan yang

    dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti. Sejak disusunnya suatu

     perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan-tindakan nyata di dalam kelas yang

     berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi

     pembelajaran yang dilakukan. Penelitian tindakan kelas lebih diarahkan pada praktik

     pemecahan masalah yang terjadi dalam proses belajar-melajar. Untuk memecahkan

    masalah tersebut diperlukan suatu tindakan secara bertahap (bersiklus). Berdasarkan

    refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini dengan

     prosedur sebagai berikut.

    1.  Perencanaan atau Planning

    adalah tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

    menganalisis kalimat majemuk.

    2.  Tindakan atau acting

    adalah pembelajaran seperti apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya

    meningkatkan kemampuan menganalisi kalimat majemuk bertingkat.

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    31/75

     

    31 

    3.  Pengamatan atau observing

    adalah pengamatan penelitian terhadap peran serta siswa selama pembelajaran

    dan pengamatan terhadap hasil kerja siswa dan;

    4. 

    Refleksi atau reflecting  

    adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari

     pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar-mengajar

    selanjutnya.

    Skema 01. Sik lus atau Langkah  –  langkah Rancangan Peneli tian Menur ut Kurt

    Lewin

    .

    `

    Siklus I diawali dengan melakukan refleksi awal, setelah refleksi awal

    dilaksanakan, langkah selanjutnya adalah merumuskan rencana tindakan I. Apabila

     perumusan rencana tindakan I sudah mantap, barulah diadakan pelaksanakan

    tindakan I dengan memberikan siswa contoh kalimat majemuk bertingkat untuk

    memberikan gambaran tentang menganalisis kalimat majemuk bertingkat, kemudian

    Pelaksanaan tindakan IRencana tindakan IRefleksi awal

    Pelaksanaan

    tindakan 

    IIRencana

    tindakan II

    Refleksi

    tindakan I

    Observaesi dan

    evaluasi I

    Rencana tindakan IIIRefleksi

    tindakan II

    Observasi dan

    evaluasi II

    Penentuan

    tindakan terbaik

    Observasi dan

    evaluasi III

    Pelaksanaan tindakan III

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    32/75

     

    32 

    diadakan observasi dan evaluasi terhadap tindakan I. Langkah selanjutnya

    melaksanakan refleksi tindakan I. Apabila pelaksanaan tindakan I belum optimal

    maka perlu dilakukan perancanaan tindakan II. Setelah perancanaan tindakan II sudah

    selesai, kemudian diadakan pelaksanaan tindakan II. Selanjutnya diadakan observasi

    dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan II. Setelah proses belajar mengajar

    selesai, kemudian diadakan refleksi terhadap tindakan II. Selanjutnya sampai

    menemukan peningkatan di siklus III. Demikian seterusnya, sampai ditemukan

    keputusan tindakan terbaik.

    3.4 Prosedur Penelitian

    Dalam penelitian tindakan kelas, kegiatan penelitian tidak hanya dilakukan sekali

    tetapi secara multisiklus. Oleh karena, dalam melakukan suatu tindakan

     pembelajaran, selalu ada kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan yang

    dikehendaki. Oleh karena itu, perubahan atau peningkatan dapat diikuti dari waktu ke

    waktu selama tindakan dilaksnakan. Namun, jika hasilnya belum sesuai dengan

    harapan berarti perlu dilakukan perbaikan pada tahap siklus berikutnya. Perbaikan

    akan terus dilakukan sampai diperoleh hasil yang diinginkan. Dengan demikian,

    tahap siklus akan ditentukan oleh tercapainya tujuan penelitian tindakan kelas secara

    optimal.

    3.4.1 Refleksi Awal 

    Refleksi awal bertujuan untuk mengumpulkan data  –   data awal mengenai

     permasalahan serta kendala –  kendala yang dialami siswa dalam proses pembelajaran.

    Pada tahapan ini peneliti melakukan pra tes untuk mengetahui kemampuan dasar

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    33/75

     

    33 

    yang dimiliki oleh siswa, hasil pra tes ini digunakan sebagai titik tolak untuk

    menentukan kemajuan yang dicapai pada pelaksanaan penelitian.

    3.4.2 Perencanaan Tindakan

    Supaya penelitian ini dapat berlangsung dengan baik, maka diperlukan

     penyusunan perencanaan yang matang.

    Tahap perencanaan tindakan disusun sebagai berikut :

    1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

    2. Menyusun skenario pembelajaran

    3. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipakai dalam kegiatan prates.

    3.4.3 Pelaksanaan Tindakan

    Tindakan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan menganalisis

    kalimat majemuk bertingkat siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua adalah dengan

    menggunakan penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme. Adapun skenario

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Tabel 02. Skenario kerj a dalam penelitan tindakan kelas (PTK)

    NO PENELITI SISWA

    (1) (2) (3)

    Kegiatan Awal 

    1. - Membuka pelajaran dan

    melakukan absensi

    -  Memberitahukan siswa yang

    tidak hadir

    2. -  Memberikan apersepsi tentang

     pelajaran yang akan dibahas

    -  Menyimak apersepsi dengan

    seksama

    3. - 

    Menginformasikan tujuan

     pembelajaran- 

    Menyimak dengan kosentrasi

    4. - Menyampaikan indikator

     pembelajaran yang akan

    dilakukan

    -  Menyimak sambil mencatat

    seperlunya

    Kegiatan Inti 

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    34/75

     

    34 

    (1) (2) (3)

    5.  Eksplorasi

    -  Guru bertanya tentang materi

    kalimat majemuk bertingkat-  Guru menjelaskan materi

    kalimat majemuk bertingkat

    -  Siswa menjawab batas

    yangmereka ketahui

    - Mencatat hal-hal penting dan

     bertanya terhadap hal yang

    kurang dipahami 

    6. - Guru menjelaskan cara

    menganalisis kalimat majemuk bertingkat melalui penerapan

    strategi pembelajaran

    konstruktivisme

    -  Menyimak penjelasan guru

    dengan baik

    7. -  Guru menyuruh siswa untuk

    mengamati sebuah teks

    wacana dalam buku pelajaran

    -  Siswa mencermati teks wacana

    dalam buku pelajaran.

    8. Elaborasi

    Guru meminta siswa untukmencari sebuah teks wacanayang bertema objek wisata bali

    Siswa menganalisis kalimatmajemuk bertingkat dalam teks

    wacana yang dibawanya

    9. - Guru menyuruh siswa untuk

    menganalisis teks wacana yangdibawa oleh masing-masing

    siswa

    -  Siswa lain membuat komentar

    tentang menganalisis teks wacana

    yang dibacakan oleh temannya

    10. Konfirmasi

    -  Guru memberikan komentar

    salah satu siswa terhadap hasil

    Menganalisis kalimatmajemuk bertingkat

    dalam teks wacana 

    -  Mendengarkan komentar guru

    dengan baik

    11. -  Guru memberikan kesempatan

    kepada siswa untuk bertanya

    terkait materi kalimatmajemuk bertingkat

    -  Siswa yang kurang paham

     bertanya dengan sopan

    12. - Guru menjawab pertanyaansiswa dengan informasi yang

    tepat dan benar

    - Guru menyimpulkan hasil

     pembelajaran

    - Siswa mencatat jawaban dari

     pertanyaan yang diajukan

    - Siswa mendengarkan dengan

    seksama

    Penutup 

    13. - Guru menutup pembelajaran

    dan mengucapkan salam

     penutup

    -  Membalas salam.

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    35/75

     

    35 

    3.4.4 Observasi dan Evaluasi

    Observasi dan Evaluasi dilaksanakan untuk mendapatkan data yang akurat

    mengenai pelaksanaan tindakan dan mengetahui keberhasilan tindakan. Observasi

    dilakukan oleh peneliti dengan mencatat semua kegiatan yang terjadi selama tindakan

     berlangsung.

    Evaluasi dilaksanakan setelah satu siklus dilaksanakan secara tuntas. Pemberian

    yang diberikan berupa tes untuk mendapatkan data tentang kemampuan setiap siswa

    mengenai menganalisis kalimat majemuk bertingkat melalui penerapan strategi

     pembelajaran konstruktivisme.

    3.4.5 Refleksi

    Berdasarkan hasil analisis data observasi dan evaluasi pada siklus I dilakukan

    refleksi yang bertujuan untuk menganalisis kelemahan-kelemahan tindakan pada

    siklus I. Kelemahan tersebut dilihat dari masalah-masalah dialami siswa pada saat

     pelaksanaan kegiatan menganalisis kalimat majemuk bertingkat dengan penerapan

    strategi pembelajaran konstruktivisme.

    3.5  Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

    Metode pengumpulan data sangat erat hubungannya dengan data yang

    dikumpulkan. Apabila dalam penelitian diperlukan data yang bermacam-macam

    maka yang dipakai untuk mengumpulkan data berbeda-beda pula sesuai dengan jenis

    data yang hendak dikumpulkan. Untuk mencari data yang diharapkan, maka

    dalam penelitian ini, digunakan metode tes. Metode tes digunakan untuk

    mengumpulkan data utama (data primer). Mengenai kemampuan siswa dalam

    menganalisis unsur-unsur kalimat majemuk bertingkat.

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    36/75

     

    36 

    3.5.1 Metode Wawancara 

    Wawancara adalah salah satu cara mendapatkan informasi mengenai suatu hal,

    Wirajaya (2008:10). Informasi ini diperoleh dari guru mata pelajaran Bahasa

    Indonesia tentang kesulitan dan kendala dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

    3.5.2 Metode Observasi

    Metode observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk

    mengetahui seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pengamatan sangat

    cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya prilaku, dan proses lainnya, Kunandar

    (2008:143). Observasi atau pengamatan bagaimana siswa mempersiapkan diri

    menerima pelajaran, bagaimana sikap siswa ketika mengerjakan tugas, bagaimana

    sikap siswa saat melakukan latihan menulis eksposisi.

    3.5.3 Metode Tes

    Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk suatu tugas

    atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak

    sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut,

    yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan

    nilai standar yang ditetapkan (Nurkencana, 1992:34). Dalam penelitian ini, penulis

    menggunakan siswa untuk mendengarkan dengan seksama menggunakan tes untuk

    memperoleh data primer yang menyangkut kemampuan menganalisis kalimat

    majemuk bertingkat. Tes yang dapat dipakai adalah tes yang berbentuk objektif

     berjumlah 20 soal yang mempunyai bobot masing-masing adalah 1. SMI= 1x20= 20.

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    37/75

     

    37 

     Norma absolut skala sebelas adalah suatu susunan atau tingkatan yang terdiri dari

    kategori. Masing - masing dinyatakan dari 0 sampai dengan 10. Angka 0 menyatakan

    kategori terendah dan angka 10 menyatakan kategori tertinggi.

    Tabel 03. Acuan lengkapnya pedoman konversi skala sebelas adalah sebagai

    berikut.

    No Tingkat Kesukaran Skor Standar

    (1) (2) (3)

    01.

    02.

    03.

    04.

    05. 

    06.

    07.

    08.

    09.

    10.

    11.

    95% - 100%

    85% - 94%

    75% - 84%

    65% - 74%

    55% - 64% 

    45% - 54%

    35% - 44%

    25% - 34%

    15% - 24%

    5% - 14%

    0% - 4% 

    10

    9

    8

    7

    5

    4

    3

    2

    1

    Dengan demikian selanjutnya akan diperoleh skor mentah dengan kriteria

     penguasaan yang dapat dicari sebagai berikut :

    Penguasaan 95% = 95 x 20 = 19

    100

    Penguasaan 85% = 85 x 20 = 17

    100

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    38/75

     

    38 

    Penguasaan 75% = 75 x 20 = 15

    100

    Penguasan 65% = 65 x 20 = 13100

    Penguasaan 55% = 55 x 20 = 11100

    Penguasaan 45% = 45 x 20 = 9100

    Penguasaan 35% = 35 x 20 = 7

    100

    Penguasaan 25% = 25 x 20 = 5

    100

    Penguasaan 15% = 15 x 20 = 3

    100

    Penguasaan 5% = 5 x 20 = 1

    100

    Penguasaan 0% = 0 x 20 = 0

    100

    Berdasarkan perhitungan konversi tersebut diatas, maka pedoman konversinya

    adalah sebagai berikut.

    Tabel 04. Pedoman perhitungan konversi menganalisis kalimat majemuk

    bertingkat

    No Skor Mentah Skor Standar

    (1) (2) (3)

    01.

    02.

    03.

    04.

    19 -20

    17 -18

    15 -16

    13 -14

    10

    9

    8

    7

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    39/75

     

    39 

    (1) (2) (3)

    05.

    06.

    07.

    08.

    09.

    10.

    11.

    11 –  12

    9 –  10

    7  - 8

    4 - 6

    3 - 4

    1 - 2

    0

    6

    5

    4

    3

    2

    1

    0

    (Nurkancana, 1992 : 98)

    Contoh :

     Jika seorang siswa dalam mengerjakan soal dengan memperoleh skor sebanyak

    20, maka siswa tersebut akan meperoleh nilai 10 dengan predikat istimewa, demikian

     juga apabila meperoleh skor mentah 3, maka nilainya adalah 2 dengan predikat

    buruk sekali.

    Selanjutnya ditentukan predikat nilai standar yang dimulai dari 1  –  10. Predikat

    tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

    Tabel 05. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Menganalisis Kalimat Majemuk

    Berti ngkat melalui Strategi Pembelajaran Konstruktivisme.

    Normal Absolut Skala 11 Nilai Kriteria

    (1) (2) (3)

    87 –  100

    79 - 86

    71 –  78

    10

    9

    8

    Istimewa

    Baik sekali

    Baik

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    40/75

     

    40 

    (1) (2) (3)

    62 –  70

    54 –  61

    46 –  53

    38 –  45

    29 –  37

    21 –  28

    12 –  20

    7

    6

    5

    4

    3

    2

    Lebih dari cukup

    Cukup

    Hampir cukup

    Kurang

    Kurang sekali

    Buruk

    Buruk sekali 

    (Depdikbud, 1980 : 10)

    3.6  Analisis Data

    Setelah pengumpulan data, data yang terkumpul dianalisis. Analisis data yang

    digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif yaitu dimana data

    yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut

    kategori untuk memperoleh simpulan. Data yang diperoleh pada pelaksanaan siklus

    ke-N. Data yang harus dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif adalah hasil

     penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat majemuk

     bertingkat melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme.

    Untuk mendapat gambaran secara umum tentang kemampuan menganalisis

    kalimat majemuk bertingkat kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung, tahun pelajaran

    2012/2013 maka perlu dicari nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Untuk memperoleh

    nilai rata-rata digunakan rumus seperti berikut :

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    41/75

     

    41 

    Keterangan :

    M = Mean (angka rata-rata)

    ∑fx  = jumlah skor standar

     N = jumlah individu yang diteliti atau banyak siswa

    (Nurkancana, 1986:152)

    M = ∑fx

    N

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    42/75

     

    42 

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 

    Hasil Penelitian

    Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini disesuaikan dengan tahap-tahap

     pembelajaran serta prosedur yang sudah ditentukan dalam rencana tindakan. Dari

     pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut, diperoleh data yang diperlukan untuk

    dievaluasi. Data yang diperoleh berupa hasil observasi terhadap siswa selama

     pelaksanaan tindakan kelas dan data hasil tes kemampuan menganalisis kalimat

    majemuk bertingkat pada siswa kelas VIII.1 setiap akhir pelaksanaan tindakan.

    4.1.1 Observasi Awal

    Berdasarkan pengamatan langsung yang penulis lakukan di kelas VIII.1 SMP

     Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013, dapat penulis catat tetang beberapa

    hal yaitu: (1) jumlah siswa dalam satu rombongan dikatan tidak gemuk dan tidak

    kurus artinya sudah memenuhi syarat dalam satu ruangan, (2) pengembangan bahan

    ajar oleh guru masih kurang, sehingga guru terkesan kurang kreatif, (3) pendekatan

     pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan tidak diterapkan oleh guru,

    sehingga siswa menjadi pasif dan tidak bersemangat dalam pelajaran menganalisis

    kalimat majemuk bertingkat, (4) guru cenderung menggunakan metode ceramah, dan

    (5) siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, ide, bakat dan

    kreatifitasnya dalam bentuk berdiskusi kelompok kecil.

    4.1.2 Hasil Tes Awal

    Pada pelaksanaan tes awal, peneliti tidak memberikan penjelasan lengkap

    tentang materi yang akan diberikan kepada siswa, peneliti hanya memberikan

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    43/75

     

    43 

    gambaran tentang materi menganalisis kalimat majemuk bertingkat. Penelitian ini

    dilakukan pada hari Jumat tanggal 15 Maret 2013. Peneliti memperoleh data yang

    diperlukan dengan memberikan tes soal menganalisis kalimat majemuk.

    Hasil dari penelitian tes awal ini, hanya mendapatkan data dari hasil tes

    menjawab soal menganalisis kalimat majemuk bertingkat, tanpa memberikan materi

    tentang cara menganalisis kalimat majemuk bertingkat. Adapun data tes awal dari

    hasil tes menganalisis kalimat majemuk bertingkat yang berjudul “ Tanah Lot”

    http//strategipembelajarankonstruktivisme.wordpress.com/2012/12/09/metode-

    konstruktivisme/.(strategi pembelajaran)

    Tabel 06. Hasil Tes Awal Peningkatan Kemampuan Menganal isis Kal imat

    Majemuk Bertingkat melalui Penerapan Strategi Pembelajaran

    Konstruktivisme pada Siswa Kelas VI I I .1 SMP Nusa Dua Badung Tahun

    Pelajar an 2012/2013.

    No Nama Siswa Skor

    Mentah

    Skor

    Standar

    Keterangan

    (1) (2) (3) (4) (5)

    01. Agni Manik Sriasih 12 6 Cukup

    02. Agus Ryan K. 10 5 Hampir Cukup

    03. Agus Suardana 11 6 Cukup

    04. Agus Surya Aristin 8 4 Kurang

    05. Ayu Pradnya, IGst. 10 5 Hampir Cukup

    06. Ayu Thesya J. 11 6 Cukup

    07. Buma Dyatmika 10 5 Hampir Cukup

    08. Bayu Setyo Nugroho 11 6 Cukup

    09. Deby Choiriah 11 6 Cukup

    10. Devi Kusuma Wati 10 5 Hampir Cukup

    11. Ega Aprilia Wati, A.A 11 6 Cukup

    12. Elisabeth W. 11 6 Cukup

    13. Faradyla Putri Vidy 11 6 Cukup

    14. Feny Damayanti D. 11 6 Cukup

    15. Candle Yuniko Dewi 11 6 Cukup

    16. Guntur Kresta Putra 14 7 Lebih dari Cukup

    17. Irvan P.W., I Pt 13 7 Lebih dari Cukup

    18. Nadila Ayu Pertiwi 9 5 Hampir Cukup

    19. Oki Krisnayanthi 11 6 Cukup

    20. Safaico Churotul A. 10 5 Hampir Cukup

    21. Sariani 11 6 Cukup

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    44/75

     

    44 

    (1) (2) (3) (4) (5)

    22. Sendy Nia Faleh 10 5 Hampir Cukup

    23. Septiari 8 4 Kurang

    24. Silviana 11 6 Cukup

    25. Suarta 8 4 Kurang

    26. Suwantika 10 5 Hampir Cukup

    27. Trisna Sari 11 6 Cukup

    28. Vinesy Indah Kesia 8 4 Kurang

    29. Wahyu Budi S. 11 6 Cukup

    30. Widya Adnyana 8 4 Kurang

    31. Wisnu Bayu Bianggi 8 4 Kurang

    32. Yudi Antara Widya 11 6 Cukup

    33. Yudi Ardita 11 6 Cukup

    34. Yuni Nuryanti P. 7 4 Kurang

    Jumlah - 184

    Rata-rata - 5,41

    4.1.3 Analisis Data Tes Awal

    Dari pengelompokan prestasi yang diperoleh siswa serta persentasinya dapat

    dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 07. Pengelompokan Prestasi Siswa Kelas VI I I .1 SMP Nusa Dua Badung

    Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam Peningkatan Kemampuan

    Menganal isis Kal imat Majemuk Bertingkat melalui Penerapan Strategi

    Pembelajaran Konstruktivisme pada Tes Awal.

    No Kategori Rentangan

    skor

    X F FX Persen

    (%)

    Nilai rata-

    rata

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

    1. Istimewa 87-100 10 0 0 0

    2. Baik Sekali 79-86 9 0 0 0

    3. Baik 71-78 8 0 0 0

    4. Lebih dari

    Cukup

    62-70 7 2 14 5,89%

    5. Cukup 54-61 6 17 102 50%

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    45/75

     

    45 

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

    6. Hampir

    Cukup

    46-53 5 8 40 23,52%

    184

    34

    = 5,41

    (Cukup)7. Kurang 38-45 4 7 28 20,59%

    8. Kurang

    Sekali

    29-37 3 0 0 0

    9. Buruk 21-28 2 0 0 0

    10. Buruk

    Sekali

    13-20 1 0 0 0

    Jumlah 34 184 100%

    Berdasarkan tabel di atas, tes menganalisis kalimat majemuk bertingkat yang

    diikuti oleh 34 siswa, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 5,41

    dengan rincian, siswa yang memperoleh nilai 7 sebanyak 2 orang (5,89%), siswa

    yang memperoleh nilai 6 sebanyak 17 orang (50%), siswa yang memperoleh nilai 5

    sebanyak 8 orang (23,52%), dan siswa yang memperoleh nilai 4 sebanyak 7 orang

    (20,59%), sehingga kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat pada tes

    awal dikelompokkan dengan kategori cukup. Oleh karena itu, perlu dilakukan

     peningkatan hasil belajar dengan melanjutkan ke tahap berikutnya.

    4.1.4 Refleksi

    Berdasarkan hasil tes awal pada tabel 09 diketahui bahwa skor standar siswa 184

    dengan nilai rata-rata 5,41 berkategori cukup. Hasil tes tersebut belum memenuhi

    target yang ditentukan oleh peeneliti yaitu 8. Dari hasil yang diperoleh siswa masih

     banyak ditemukan masalah, hal ini disebabkan karena: (1) siswa kurang

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    46/75

     

    46 

    memperhatikan penjelasan mengenai tes, (2) siswa menganggap tes awal tida serius,

    (3) beberapa siswa mengerjakan tes awal dengan seadanya atau tidak serius, (4) siswa

    sungkan untuk bertanya, (5) beberapa siswa belum memahami pengertian kalimat

    majemuk bertingkat.

    4.1.5 Siklus I

    4.1.5.1 Perencanaan

    Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,

    dimulai pada hari Kamis tanggal 21 Maret 2013 untuk materi, hari Jumat tanggal 22

    Maret 2013 untuk evaluasi. Dalam perencanaanya, ada beberapa hal yang perlu

    dipersiapkan oleh peneliti yaitu:

    1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

    2. Menyiapkan format observasi kegiatan siswa dan teks kalimat majemuk

     bertingkat.

    3. Menyiapkan tes untuk menguji pemahaman materi pada siswa.

    4. Menjelaskan materi dengan lebih sabar berdasarkan hasil refleksi.

    5. Mengaktifkan keingintahuan siswa melalui berbagai pertanyaan.

    6. Mengurangi metode ceramah dan memperbanyak latihan pada siswa.

    4.1.5.2 Pelaksanaan

    Tabel 08. Skenario Tindakan Sik lus I

    No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa(1) (2) (3)

    1. Pembukaan

    Absensi

    Apersepsi

    Menyampaikan pembahasanmateri

    Menyampaiakan tujuan. 

    Siswa merespon sesuai absen

    Siswa memperhatikan. 

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    47/75

     

    47 

    (1) (2) (3)

     pembelajaran.

    2. Inti

    a. Orientasi

    Guru memperkenalkan dan

    menjelaskan materi yaitumenganalisis kalimat majemuk bertingkat

    Guru memunjukkan. 

    a. Orientasi

    Siswa mendengarkan dengan

    seksama penjelasan dari guruSiswa memperhatikan

    Beberapa sisw mencobamenunjukkan contoh kalimat

    majemuk bertingkat. 

    b. Eksplorasi

    Guru meminta siswamenjawab pertanyaan dari

    rumusan masalah.

    b. Eksplorasi

    Masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari rumusan

    masalah.

    c. Interpretasi

    Guru meminta siswamengumpulkan hipotesis dimeja guru agar tidak diubah

    lagi.

    c. Interpretasi

    Masing-masing siswamengumpulkan hipotesis dimeja guru agar tidak diubah

    lagi.

    d. Rekreasi

    Guru meminta siswa mendatafakta-fakta yang mendukungataupun yang berentangan

    dengan jawaban hipotesis

    mereka.

    d. Rekreasi

    Siswa mendata fakta-fakta yangmendukung ataupun bertentangan dengan jawaban

    atau hipotesis masing-masing.

    e. Evaluasi

    Guru mengembalikan jawabanyang dibuat oleh siswa.

    Guru membimbing siswauntuk menemukan jawaban

    yang benar atau dapat diterima

    sesuai dengan data atau

    informasi yang diperoleh berdasarkan data yang

    dikumpulkan

    Guru merumuskan simpulandari temuan hipotesis dan

     jawaban yang benar berdasarkan data yang relevan. 

    e. Evaluasi

    Masing-masing siswa menerima jawaban

    Dengan bimbingan guru, siswamencoba menemukan jawaban

    yang benar sesai dengan data

    yang diperoleh

    Siswa bersama guru,merumuskan simpulan dri

    temuan hipotesis. 

    3. Penutup

    Mengadakan refleksi tentangmateri yang telah diberikan

    Memberikan penguatan pada

    tugas yang telah  dikerjakan

    siswa

    Mengadakan refleksi tentangmateri yang telah berlangsung

    Siswa menyimak penjelasan

    guru tentang hasil pekerjaannya 

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    48/75

     

    48 

    (1) (2) (3)

    Mempersiapkan scenariotindakan untuk pertemuan

     berikutnya

    Siswa sebagai upayamemperbaiki kekurangan. 

    4.1.5.3 Observasi

    Pada kegiatan observasi dapat diketahui bahwa prilaku siswa sudah mendapatkan

    hasil yang lebih baik atau tidak. Adapun hal-hal yang diamati yaitu: (1) siswa sudah

    mulai aktif mengikuti proses pembelajaran dengan tekun, (2) siswa lebih

    mendengarkan penjelasan guru, (3) apabila belum mengerti, siswa sudah percaya diri

    untuk bertanya.

    4.1.5.4 Hasil Tes Siklus I 

    Adapun hasil tes yang duperoleh siklus I dengan tes objektif sebanyak 20 butir

    soal dalam buku LKS (Ayo Belajar Bahasa Indonesia ) SMP semester 2 kelas VIII.1

    adalah sebagai berikut.

    Tabel 09. Hasil Peneli tian Siklus I Peningkatan Kemampuan Menganal isis

    Kal imat Majemuk Bertingkat melalui Penerapan Strategi Pembelajaran

    Konstrukt ivisme pada Siswa Kelas VI I I .1 SMP Nusa Dua BadungTahun Pelajaran 2012/2013.

    No Nama Siswa Skor

    Mentah

    Skor

    Standar

    Keterangan

    (1) (2) (3) (4) (5)

    01. Agni Manik Sriasih 14 7 Lebih dari Cukup

    02. Agus Ryan K. 12 6 Cukup

    03. Agus Suardana 12 6 Cukup

    04. Agus Surya Aristin 11 6 Cukup

    05. Ayu Pradnya, IGst. 12 6 Cukup

    06. Ayu Thesya J. 13 7 Lebih dari Cukup07. Buma Dyatmika 12 6 Cukup

    08. Bayu Setyo Nugroho 12 6 Cukup

    09. Deby Choiriah 13 7 Lebih dari Cukup

    10. Devi Kusuma Wati 11 6 Cukup

    11. Ega Aprilia Wati, A.A 13 7 Lebih dari Cukup

    12. Elisabeth W. 12 6 Cukup

    13. Faradyla Putri Vidy 13 7 Lebih dari Cukup

    14. Feny Damayanti D. 13 7 Lebih dari Cukup

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    49/75

     

    49 

    (1) (2) (3) (4) (5)

    15. Candle Yuniko Dewi 12 6 Cukup

    16. Guntur Kresta Putra 14 7 Lebih dari Cukup

    17. Irvan P.W., I Pt 14 7 Lebih dari Cukup

    18. Nadila Ayu Pertiwi 11 6 Cukup

    19. Oki Krisnayanthi 13 7 Lebih dari Cukup

    20. Safaico Churotul A. 11 6 Cukup

    21.  Sariani  14  7  Lebih dari Cukup 

    22. Sendy Nia Faleh 13 7 Lebih dari Cukup

    23. Septiari 12 6 Cukup

    24. Silviana 13 7 Lebih dari Cukup

    25. Suarta 8 4 Kurang

    26. Suwantika 12 6 Cukup

    27. Trisna Sari 14 7 Lebih dari Cukup

    28. Vinesy Indah Kesia 10 5 Hampir Cukup

    29. Wahyu Budi S. 12 6 Cukup

    30. Widya Adnyana 12 6 Cukup31. Wisnu Bayu Bianggi 12 6 Cukup

    32. Yudi Antara Widya 13 7 Lebih dari Cukup

    33. Yudi Ardita 10 5 Hampir Cukup

    34. Yuni Nuryanti P. 7 4 Kurang

    Jumlah - 215

    Rata-rata - 6,32

    4.1.5.5 Analisis Data Siklus I

    Dari pengelompokan prestasi yang diperoleh siswa serta persentasenya, dapat

    dilihat pada tabel berikut. 

    Tabel 10. Pengelompokan Prestasi Siswa Kelas VI I I .1 SMP Nusa Dua Badung

    Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam Peningkatan Kemampuan

    Menganalisis Kalimat Majemuk Bertingkat melalu i Strategi

    Pembelajaran Konstruktivisme pada Sik lus I

    No. Kategori Rentan

    ganSkor

    X F FX Persen

    (%)

    Nilai rata-

    rata

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

    1. Istimewa 87-100 10 0 0 0

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    50/75

     

    50 

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

    2. Baik Sekali 79-86 9 0 0 0 215

    34

    = 6,32(Lebih dari

    Cukup)

    3. Baik 71-78 8 0 0 0

    4. Lebih dari

    Cukup 62-70 7 15 105 44,11%

    5. Cukup 54-61 6 16 96 47,06%

    6. Hampir Cukup 46-53 5 2 10 5,89%

    7. Kurang 38-45 4 1 4 2,94%

    8.Kurang Sekali 29-37 3 0 0 0

    9. Buruk 21-28 2 0 0 0

    10. Buruk Sekali 13-20 1 0 0 0

    Jumlah34 215 100%

    Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui nilai rata-rata kelas VIII.1 adalah 6,32

    dengan rincian siswa yang memperoleh nilai 7 sebanyak 15 orang (44,11%), siswa

    yang memperoleh nilai 6 sebanyak 16 orang (47,06%), siswa yang memperoleh nilai

    5 sebanyak 2 orang (5,89%), dan siswa yang memperoleh nilai 4 sebanyak 1 orang

    (2,94%) sehingga kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat

     pada siklus I dikategorikan lebih dari cukup.

    4.1.5.6 Refleksi 

    Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tindakan I, diketahui bahwa nilai rata-rata

    dari 34 siswa adalah 6,32 dengan kategori lebih dari cukup. Prestasi siswa meningkat,

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    51/75

     

    51 

    tetapi nilai tersebut belum memenuhi target yang ditentukan oleh peneliti, yaitu 8,0.

    Untuk memperoleh simpulan tentang hasil tindakan yang dilakukan, maka secara

    rutin peneliti menganalisis hasil tindakan tersebut dengan menggunakan metode

    analisis deskriptif kualitatif. Analisis pertama untuk pelaksanaan tindakan yang

    diambil, bahwa pelaksanaan sesuai atau tidak dengan rencana. Analisis kedua

    tersebut kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat.

    Pada penelitian tindakan I ini, ditentukan beberapa kelemahan, baik di penelitian

    maupun masalah yang dihadapi siswa, yang harus diperbaiki lagi dalam tindakan II.

    Kelemahan penelti dalam tindakan I adalah: (1) pemberian materi yang agak cepat,

    (2) ceramah yang terlalu banyak mendominasi, (3) peneliti belum memberikan

     pertanyaan yang memancing keingintahuan siswa secara maksimal.

    Adapun masalah yang dihadapi siswa adalah: (1) siswa kurang memperhatikan

    materi yang telah dijelaskan, (2) siswa belum dapat memanfaatkan waktu yang

    tersedia untuk megerjakan tes, (3) sebagian besar siswa masih ada yang malu untuk

     bertanya.

    Semua kelemahan dan masalah yang dalam tindakan I akan diperbaiki dengan

    mengadakan tindakan II. Diharapkan dengan memperbaiki kelemahan dan mengatasi

    masalah yang terjadi, akan meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis

    kalimat majemuk bertingkat melalui strategi pembelajaran konstruktivisme.

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    52/75

     

    52 

    4.1.6 Siklus II 

    4.1.6.1 Perencanaan

    Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 11

    April 2013 untuk materi dan Jumat tanggal 12 April 2013 untuk evaluasi. Dalam

     perencanaannya, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti yaitu:

    1.  Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    2.  Menyiapkan format observasi kegiatan siswa dan teks objektif

    3.  Menyiapkan tes untuk menguji pemahaman materi pada siswa

    4. 

    Memperbaiki cara penyampaian materi.

    5.  Menjelaskan materi dengan lebih sabar.

    6.  Mengaktifkan keingintahuan siswa melalui berbagai pertanyaan.

    7.  Mengurangi metode ceramah dan memperbanyak latihan pada siswa.

    8.  Memberikan penjelasan pada siswa bahwa selain kalimat tunggal, kalimat

    majemuk bertingkat dalam menganalisis sebuah wacana dan kemampuan

    mengutarakan pendapat tentang kalimat majemuk betingkat juga sangat

     penting.

    4.1.6.2 Pelaksanaan

    Tabel 11. Skenario Tindakan Siklus II

    No. Kegiatan Guru Kegiatan siswa

    1. Pembukaan

    Absensi

    Aprsepsi

    Menyampaikan pokok bahasan

    materi

    Menyampaikan tujuan pembelajaran.

    Siswa merespon sesuai absen

    Siswa memperhatikandengan seksama.

    2. Inti

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    53/75

     

    53 

    (1) (2) (3)

    a. Orientasi

    Guru memperkenalkan dan

    menjelaskan materi kembali

    Guru menunjukkan contoh

    kalimat majemuk bertingkatyang berbeda dari pertemuan

    sebelumnya.

    a. Orientasi

    Siswa mendengarkan dengan

    seksama penjelasan dari guru

    Siswa memperhatikan

    b. Eksplorasi

    guru meminta beberapa siswa,menunjukkan kalimat majemuk

     bertingkat seperti SPOK  

    Guru memancing keaktifansiswa untuk bertanya mengenai

    kegiatan tersebut.

    b. Eksplorasi

    Beberapa siswa mencobamenunjukkan contoh kalimat

    majmeuk bertingkat

    Siswa mulai aktif bertanyaagar lebih memahami

    c. InterpretasiGuru membimbing siswa untukmenentukan rumusan masalah

    dalam kegiatan menganalisiskalimat majmeuk bertingkat

    untuk dipecahkan. 

    c. InterpretasiSiswa dengan bimbinganguru, menentukan rumusan

    masalah yang akandipecahkan. 

    d. Rekreasi

    Guru meminta siswa menjawab pertanyaan dari rumusan

    masalah

    Guru meminta masing-masing

    siswa mengumpulkan hipotesisdi meja guru agar tidak diubah

    lagi 

    Guru meminta siswa mendatafakta-fakta yang mendukung

    ataupun yang bertentangan

    dengan jawaban atau hipotesismereka

    d. Rekreasi

    Masing-masing siswamenjawab pertanyaan dari

    rumusan masalah 

    Masing-masing siswa

    mengumpulkan hipotesis dimeja guru agar tidak diubah

    lagi 

    Siswa mendata fakta-faktayang mendukung ataupun

     bertentangan dengan jawaban

    atau hipotesis masing-masing. 

    e. Evaluasi

    Guru mengembalikan jawaban

    yang dibuat oleh siswaGuru membimbing siswa untukmenentukan jawaban yang benar

    atau dapat diterima sesuaidengan data atau informasi yang

    diperoleh berdasarkan data yng

    dikumpulkan

    Guru merumuskan simpulandari temuan hipotesis dan

    e. Evaluasi

    Masing-masing siswa

    menerima jawabannyaDengan bimbingan guru,siswa mencoba menemukan

     jawaban yang benar sesuaidengan data yang diperoleh 

    Siswa bersama guru,merumuskan simpulan dari

    temuan hipotesis dan jawaban yang benar.

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    54/75

     

    54 

    (1) (2) (3)

     jawaban yang benar berdasarkan data

    yang relevan

    3. Penutup

    Mengadakan refleksi tentang

    materi yang telah diberikanMember penguatan pada tugasyang telah dikerjakan siswa

    Mempersiapkan scenariotindakan untuk pertemuan berikutnya.

    Mengadakan refleksi tentang

    materi yang telah berlansung Siswa upaya memperbaikikekurangan.

    4.1.6.3 Observasi

    Pada kegiatan observasi dapat diketahui bahwa perilaku siswa sudah

    mendapatkan hasil yang lebih baik atau tidak. Adapun hal-hal yang diamati yaitu: (1)

    siswa sudah aktif mengikuti proses pembelajaran dengan tekun, (2) siswa lebih

    mendengarkan penjelasan guru, (3) apabila belum mengerti siswa sudah percaya diri

    untuk bertanya.

    4.1.6.4 Hasil Tes Siklus II

    Adapun hasil tes yang diperoleh dari pelaksanaan siklus II dengan soal objektif

    sebanyak 20 butir soal adalah sebagai berikut. 

    Tabel 12. Hasil Penelitian Siklus I I Peningkatan Kemampuan Menganali sis

    Kalimat Majemuk Bertingkat melalui Penerapan Strategi

    Pembelajaran Konstrukti visme pada Siswa Kelas VI I I .1 SMP Nusa

    Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013.

    No Nama Siswa Skor

    Mentah

    Skor

    Standar

    Keterangan

    (1) (2) (3) (4) (5)

    01. Agni Manik Sriasih 15 8 Lebih dari Cukup

    02. Agus Ryan K. 15 7 Cukup

    03. Agus Suardana 15 7 Cukup

    04. Agus Surya Aristin 12 6 Cukup

    05. Ayu Pradnya, IGst. 14 7 Cukup

    06. Ayu Thesya J. 15 8 Lebih dari Cukup

    07. Buma Dyatmika 13 7 Cukup

    08. Bayu Setyo Nugroho 14 7 Cukup

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    55/75

     

    55 

    (1) (2)  (3) (4) (5)

    09. Deby Choiriah 14 7 Lebih dari Cukup

    10. Devi Kusuma Wati 12 6 Cukup

    11. Ega Aprilia Wati, A.A 15 8 Lebih dari Cukup

    12. Elisabeth W. 14 7 Cukup

    13. Faradyla Putri Vidy 15 8 Lebih dari Cukup

    14.  Feny Damayanti D.  14  7  Lebih dari Cukup 

    15. Candle Yuniko Dewi 14 7 Cukup

    16. Guntur Kresta Putra 15 8 Lebih dari Cukup

    17. Irvan P.W., I Pt 14 7 Lebih dari Cukup

    18. Nadila Ayu Pertiwi 14 7 Cukup

    19. Oki Krisnayanthi 14 7 Lebih dari Cukup

    20. Safaico Churotul A. 13 7 Cukup

    21.  Sariani  14  7  Lebih dari Cukup 

    22. Sendy Nia Faleh 14 7 Lebih dari Cukup

    23. Septiari 13 6 Cukup

    24. Silviana 14 7 Lebih dari Cukup25. Suarta 13 7 Kurang

    26. Suwantika 14 7 Cukup

    27. Trisna Sari 14 7 Lebih dari Cukup

    28. Vinesy Indah Kesia 13 7 Hampir Cukup

    29. Wahyu Budi S. 13 7 Cukup

    30. Widya Adnyana 13 7 Cukup

    31. Wisnu Bayu Bianggi 13 7 Cukup

    32. Yudi Antara Widya 14 7 Lebih dari Cukup

    33. Yudi Ardita 15 8 Hampir Cukup

    34. Yuni Nuryanti P. 13 7 Kurang

    Jumlah - 242Rata-rata - 7,11

    4.1.6.5 Analisis Data Siklus II

    Dari pengelompokan prestasi yang diperoleh siswa serta persentasenya, dapat

    dilihat pada table berikut.

    Tabel 13. Anali sis Data Hasil Sikl us II

    NoKategori Rentangan

    skor

    X F FX Persen

    (%)

    Nilai rata-

    rata

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

    1. Istimewa 87-100 10 0 0 0

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    56/75

     

    56 

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

    2. Baik Sekali 79-86 9 0 0 0

    242

    34= 7,11

    (Baik)

    3. Baik 71-78 8 6 48 17,64%

    4. Lebih dari

    Cukup 62-70 7 26 182 76,47%

    5. Cukup 54-61 6 2 12 5,89%

    6. Hampir

    Cukup

    46-53 5 0 0 0

    7. Kurang 38-45 4 0 0 0

    8. Kurang

    Sekali

    29-37 3 0 0 0

    9. Buruk 21-28 2 0 0 0

    10.Buruk

    Sekali 13-20 1 0 0 0

    Jumlah 34 242 100%

    Berdasarkan tabel diatas, maka diketahui nilai rata-rata kelas adalah 7,11 dengan

    rincian siswa yang memperoleh nilai 8 sebanyak 6 orang (17,64%), siswa yang

    memperoleh nilai 7 sebanyak 26 orang (76,47%), dan siswa yang memperoleh nilai 6

    sebanyak 2 orang (5,89%) sehingga kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat

    majemuk bertingkat dalam soal objektif pada siklus II diketegorikan baik.

    4.1.6.6 Refleksi

    Setelah diadakan penelitian siklus II, maka diketahui nilai rata-rata dari 34 siswa

    adalah 7,11 dengan kategori baik. Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes perlu

    diadakan refleksi untuk menegtahui bahwa tindakan yang dilakukan sudah tepat atau

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    57/75

     

    57 

     belum. Pada saat proses pembelajaran, peneliti melihat antusias siswa dalam

    mengikuti pelajaran dan mencoba menemukan jawaban dengan panduan pertanyaan

     pemancingan keaktifan dari peneliti, hasil tes siswa pun semakin meningkat, akan

    tetapi setelah dikoreksi masih terdapat sedikit kekurangan yaitu siswa lebih

    mempioritaskan kosa kata, padahal dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat

    siswa juga perlu memperdalam kemampuan untuk memahami maksud yang ingin

    disampaikan oleh cerita lewat wacana dan memberikan pendapat tentang wacana

    tersebut.

    Mengetahui kekurangan tersebut, peneliti berupaya memperbaiki penyampaian

    materi agar lebih diserap oleh siswa dan menyempurnakan kemampuan mereka

    dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat. Peneliti juga harus memberikan

     pertanyaan pemancing keaktifan siswa secara lebih teratur melelui penelitian

     berikutnya. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti akan mengadakan tindakan III

    sebagai upaya memperbaiki kekurangan pada tindakan II.

    4.1.7 Siklus III

    4.1.7.1 Perencanaan

    Pelaksanaan pembelajaran siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,

     pada hari kamis tanggal 18 April 2013 untuk materi dan evaluasi dilaksanakan pada

    hari jumat tanggal 19 April 2013.

    Adapun hal-hal yang dipersiapkan peneliti dalam perencanaan pembelajaran adalah:

    1.  Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    58/75

     

    58 

    2.  Menyiapkan format observasi kegiatan siswa dan tek kalimat majemuk

     bertingkat. 

    3.  Menyiapkan tes untuk menguji pemahaman materi pada siswa. 

    4. 

    Memperbaiki cara penyampaian materi. 

    5.  Menjelaskan materi dengan lebih sabar.

    6.  Mengaktifkan keingintahuan siswa melalui berbagai pertanyaan.

    7.  Mengurangi metode ceramah dan memperbanyak latihan pada siswa.

    8.  Memberikan penjelasan pada siswa bahwa selain, kalimat tunggal, kalmia

    majemuk dalam menganalisis dan kemampuan mengutarakan pendapat

    tentang menganalisis kalimat majemuk bertingkat juga sangat penting.

    4.1.7.2 Pelaksanaan

    Pada tahap pelaksanaan, peneliti menyiapkan skenario tindakan yang digunakan

    saat pelaksanaan tindakan siklus III. Diharapkan dengan adanya susunan tindakan

    yang teratur, dapat memudahkan peneliti saat mengajar di dalam kelas.

    Tabel 14. Skenario Tindakan Siklus I I I

    No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

    (1) (2) (3)

    1. Pembukaan

    Absensi

    Apersepsi

    Menyampaikan pokok materi

    Menyampaikan tujuan

     pembelajaran.

    Siswa merespon sesuai absen

    Siswa memperhatikan denganseksama. 

    2. Inti

    a. Orientasi

    Guru memperkenalkan danmenjelaskan materi yaitu

    menganalisis kalimat majemuk

     bertingkat

    Guru menunjukkan sebuah 

    a. Orientasi

    Siswa mendengarkan secaraseksama penjelasan dari guru 

    Siswa memperhatikan

    Beberapa siswa mencobamenunjukkan anak kalimat 

  • 8/19/2019 pkp qu.pdf

    59/75

     

    59 

    (1)

    (2) (3)

    contoh kalimat majemuk dalam

     bentuk cerita rakyat. 

    dan induk kalimat dalam cerita

    rakyat tersebut.

    b. Eksplorasi

    Guru meminta beberapa siswa,menunjukkan anak kalimat daninduk kalimat dalam cerita

    rakyat tersebut 

    Guru memancing keaktifansiswa untuk bertanyamengenai kegiatan tersebut 

    Guru membimbing siswauntuk menentukan rumusan

    masalah dalam kegiatan

    menganalisis kalimat majemuk bertingkat untuk dipecahkan.

    b. Eksplorasi

    Siswa mulai aktif bertanyaagar lebih memahami

    Siswa dengan bimbinganguru, menentukan rumusan

    masalah yang akan

    dipecahkan.

    c. Interpretasi

    Guru meminta siswamenjawab pertanyaan dari

    rumusan masalah. 

    c. Interpretasi

    Masing-masing siswamenjawab pertanyaan

    darirumusan masalah. 

    d. Rekreasi

    Guru meminta masing-masing

    siswa mengumpulkan hipotesis

    di meja guru agar tidak diubahlagi 

    Guru meminta siswa mendatafakta-fakta yang mendukungataupun yang bertentangan

    dengan jawaban atau hipotesis

    mereka. 

    d. Rekreasi

    Masing-masing siswa

    mengumpulkan hipotesis di

    meja guru agar tidak diubahlagi

    Siswa mendata fakta-faktayang mendukung ataupun bertentangan dengan jawaban

    atau hipotesis masing-

    masing.

    e. Evaluasi

    Guru mengembalikan jawabanyang dibuat oleh siswa

    Guru membimbing siswauntuk menentukan jawaban

    yang benar atau dapat diterima

    sesuai dengan data atau

    informasi yang dip