placenta previa

34
BAB I REKAM MEDIS 1.1. IDENTIFIKASI Nama : Ny. Ririn Umur : 26 tahun Alamat : Jln. Sukaraja Sp. Padang, OKI, Sumsel Suku Bangsa : WNI Agama : Islam Pendidikan : SLTP Status Pernikahan : Menikah Pekerjaan : Ibu rumah tangga MRS : 18 Mei 2013 1.2. ANAMNESIS Anamnesis Umum (tanggal 18 Mei 2013 pukul 13.40 WIB) Riwayat Obstetri : G3P1A1 No Tempat Bersali n Tahu n Hasil Kehamil an Jenis Persali nan ANAK Kelamin Berat Keadaan 1 Mantri 2001 Aterm Spontan Perempua n 3400 gr Baik 2 Abortus 2005 3 Hamil 2013 1

Upload: pietra-jaya

Post on 14-May-2017

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Placenta Previa

BAB I

REKAM MEDIS

1.1. IDENTIFIKASI

Nama : Ny. Ririn

Umur : 26 tahun

Alamat : Jln. Sukaraja Sp. Padang, OKI, Sumsel

Suku Bangsa : WNI

Agama : Islam

Pendidikan : SLTP

Status Pernikahan : Menikah

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

MRS : 18 Mei 2013

1.2. ANAMNESIS

Anamnesis Umum (tanggal 18 Mei 2013 pukul 13.40 WIB)

Riwayat Obstetri : G3P1A1

No Tempat

Bersalin

Tahun Hasil

Kehamilan

Jenis

Persalinan

ANAK

Kelamin Berat Keadaan

1 Mantri 2001 Aterm Spontan Perempuan 3400 gr Baik

2 Abortus 2005

3 Hamil ini 2013

Riwayat Kehamilan Lalu

Preeklampsi-eklampsia/hiperemesis : (-)

Perdarahan post partum : (-)

Penyakit-penyakit lain : (-)

Trauma (kecelakaan lalu lintas) : (-)

Operasi yang lalu : (-)

1

Page 2: Placenta Previa

Riwayat kehamilan sekarang

Haid : Teratur, siklus 28 hari

Lamanya : 7 hari

Banyaknya : Biasa

HPHT : 10/9/2012

Taksiran persalinan : 17/6/2013

Lama Hamil : 34-35 minggu

Nafsu makan : Baik

Miksi : Normal

Defekasi : Normal

Gerakan anak dirasakan : 3 bulan yang lalu

Periksa hamil : Periksa ke bidan

Riwayat Persalinan

Dikirim oleh : RSUD Kayu Agung

His mulai sejak tanggal : -

Darah lendir sejak : -

Rasa Mengedan : -

Ketuban sudah pecah sejak : -

Riwayat Perkawinan : 2 kali, lama perkawinan pertama 12 tahun, lama

perkawinan kedua 1 tahun

Riwayat Sosial ekonomi : Sedang

Riwayat gizi : Sedang

Anamnesis Khusus

Keluhan Utama : Hamil kurang bulan dengan keluar darah dari kemaluan dan

anak letak lintang

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Os datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak ±1 bulan yang lalu,

banyaknya ±2 kali ganti pembalut, lalu os control ke RSUD di Bangka dan

2

Page 3: Placenta Previa

dirawat ±2 hari. Riwayat perut mules yang menjalar ke pinggang (-). Riwayat

keluar air-air (-). Riwayat trauma (-). Riwayat perut diurut-urut (-). ±2 minggu

SMRS os mengeluh keluar darah lagi dari kemaluannya, berwarna merah,

banyaknya ±2 kali ganti pembalut, lalu os periksa kembali ke RSUD Kayu

Agung dan dirawat selama ±3 hari. ±1 minggu SMRS os mengeluh keluar darah

lagi dari kemaluannya berwarna merah kecokelatan banyaknya ±3 kali ganti

pembalut dan disertai gumpalan darah, lalu os dirawat selama ±7 hari di RSUD

Kayu Agung dan dikatakan hamil kurang bulan dengan keluar darah dari

kemaluan dan disarankan untuk operasi melahirkan, karena tempat operasi tidak

bias dipakai lalu os dirujuk ke RSMH. Os mengaku hamil kurang bulan dan

gerakan anak masih dirasakan.

1.3. PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Gizi : Sedang

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 88x/mnt

Frekuensi pernafasan : 20x/mnt

Suhu : 36,5°C

Berat badan : 70 kg

Tinggi badan : 169 cm

Bentuk badan : piknikus

Konjungtiva palpebra : Pucat +/+

Sklera : Ikterik -/-

Gizi : Baik

Payudara hiperpigmentasi : (+/+)

Jantung : Gallop (-), murmur (-)

3

Page 4: Placenta Previa

Paru-paru : Vesikular (+), wheezing (-), ronki (-)

Hati dan lien : Sulit dinilai

Edema pretibial : (-/-)

Varices : (-/-)

Refleks fisiologis : (+/+)

Refleks patologis : (-/-)

Status Obstetri

Pemeriksaan luar: Tanggal : 18 Mei 2013 pukul 13.40 WIB

TFU 4 jbpx (26 cm), melintang, punggung dorso superior, his (-), DJJ 138x/m,

TBJ 2015 g.

Pemeriksaan Dalam:

Tidak dilakukan

Inspekulo : Tanggal 18 Mei 2013 pukul 13.40 WIB

Portio livide, OUE tertutup, flour (-), fluxus (+), darah tidak aktif E/L/P (-),

ketuban dan penunjuk belum dapat dinilai.

Pemeriksaan panggul:

Tidak dilakukan

1.4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hb : 9,7 gr/dl

Leukosit : 10.200/mm3

LED : 26 mm/jam

Trombosit : 288.000/mm3

Diff. Count : 0/0/1/70/26/3 %

1.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG :

Janin tunggal, hidup, intrauterin

Biometri : BPD 80,8 mm

AC 300 mm

FL 59,9 mm

4

Page 5: Placenta Previa

EFU 2130 g

Ketuban cukup SP 5,2 cm

Plasenta korpus posterior menutupi OUI

Kesimpulan : Usia kehamilan 34-35 minggu dengan PPT JTH letak lintang

1.6. DIAGNOSIS KERJA

G3P1A1 hamil 34-35 minggu dengan HAP e.c PPT dengan perdarahan aktif +

anemia sedang belum inpartu, JTH letak lintang.

1.7. PROGNOSIS

Ibu : dubia

Janin : dubia

1.8. PENATALAKSANAAN

1. Rencana terminasi perabdominal

2. Observasi tanda vital, DJJ, his, perdarahan

3. Ekspektatif

4. IVFD RL gtt xx/m

5. Injeksi Cefotaxime 2x1 gram IV, skin test

6. Nifedipine 3x10 mg

7. Cek laboratorium (darah rutin, urin rutin)

5

Page 6: Placenta Previa

BAB II

PERMASALAHAN

2.1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

2.2. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat?

2.3. Apakah penyebab terjadinya plasenta previa pada penderita ini?

2.4. Bagaimana prognosis ibu untuk kehamilan selanjutnya?

6

Page 7: Placenta Previa

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi dan Klasifikasi

Plasenta previa adalah suatu keadaan dimana plasenta

berimplantasi pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi

sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang

normal ialah pada dinding depan, dinding belakang rahim, atau di daerah

fundus uteri (Ohio State University, 2003)

Gambar 1. Implantasi normal plasenta

Plasenta previa dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Hanafiah,

2004) :

a. Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4-5 cm :

1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm

teraba plasenta menutupi OUI

2. Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian

pembukaan ditutupi oleh plasenta

- Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian plasenta

menutupi OUI bagian belakang

- Plasenta previa lateralis anterior, bila sebagian plasenta

menutupi OUI bagian depan

7

Page 8: Placenta Previa

3. Plasenta previa marginalis, bila sebagian kecil atau hana pinggir

OUI yang ditutupi plasenta

b. Menurut Cunningham (2007) :

1. plasenta previa totalis, yaitu seluruh ostium uteri internum tertutupi

oleh plasenta

2. plasenta previa parsialis, yaitu sebagian ostium uteri internum

tertutupi oleh plasenta

3. plasenta previa marginalis, yaitu bila pinggir plasenta tepat berada

di pinggir ostium uteri internum

4. Low-laying plasenta (plasenta letak rendah), yaitu tepi plasenta

terletak pada 3-4 cm dari tepi ostium uteri internum

Gambar 2. Klasifikasi Plasenta previa. A. Implantasi plasenta yang normal. B. Low-laying placenta (Plasenta letak rendah) C. Plasenta parsialis D. Plasenta

previa totalis

3.2. Epidemiologi

Plasenta previa terjadi sekitar 1 dalam 200 kelahiran, tetapi hanya

20% termasuk dalam plasent aprevia totalis. Insiden meningkat 20 kali pada

grande multipara. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa

merupakan penyebab yang terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian

perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa harus difikirkan lebih

dahulu (Miller, 2009)

8

Page 9: Placenta Previa

3.3. Etiologi

Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang

endometriumnya kurang baik, misalnya arena atrofi endometrium atau

kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada :

1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek

2. Mioma uteri

3. Kuretase yang berulang

4. Usia lanjut

5. Bekas seksio sesarea

6. Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau

pemakai kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan

dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada

perokok berat (lebih dari 20 batang sehari) (Martaadisoebrata, 2005)

Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus

tumbuh menjadi luas untuk memenuhi kebutuhan janin. Plasenta yang

tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostium uteri internum.

Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari

tempat implantasi yang lebih baik, yaitu tempat yang rendah di dekat ostium

uteri internum (Martaadisoebrata, 2005). Plasenta previa juga dapat terjadi

pada plasenta yang besar dan luas seperti pada eritroblastosis, diabetes

mellitus atau kehamilan multiple (Stoppler, 2005)

Menurut Sarwono (2005), plasenta previa tidak selalu terjadi pada

penderita dengan paritas yang tinggi akibat vaskularisasi yang berkurang

atau terjadinya atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau. Plasenta

yang letaknya normal dapat memperluas permukaannya sehingga menutupi

sebagian atau seluruh ostium uteri internum, seperti pada kehamilan kembar.

3.4. Patofisiologi

Menurut DeChemey dan Nathan (2003), perdarahan pada plasenta

previa mungin berhubungan dengan beberapa mekanisme sebagai berikut :

9

Page 10: Placenta Previa

a. Pelepasan plasenta dari tempat implantasi selama pembentukan segmen

bawah rahim atau selama terjadi pembukaan ostium uteri internum atau

sebagai akibat dari manipulasi intravagina (Vaginal Toucher)

b. Infeksi pada plasenta

c. Rupture vena desidua basalis

3.5. Gejala Klinik

1. Perdarahan tanpa nyeri

Perdarahan pada plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh,

tetapi tidak menutup kemungkinan perdarahan dapat terjadi sebelum

bulan ketujuh dan perdarahan sebelum bulan ketujuh member gambaran

yang tidak berbeda dari abortus. Perdarahan pada plasenta previa

disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding rahim. Setelah bulan

ke-4 terjadi regangan pada dinding rahim karena isi rahim lebih cepat

tumbuhnya dari rahim sendiri. Akibatnya ismus uteri tertarik menjadi

bagian dinding korpus uteri yang disebut segmen bawah rahim

(Martaadisoebrata, 2005).

Dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan

perdarahan. Sementara dalam persalinan, his pembukaan menyebabkan

perdarahan karena bagian plasenta diatas atau didekat ostium akan

terlepas dari dasarnya. Perdarahan pada plasenta previa bersifat

berulang-ulang karena setelah terjadi pergeseran antara plasenta dan

diding rahim akan menyebabkan reganan dinding rahim dan tarikan pada

serviks akan berkurang dan dengan bertambahnya usia kehamilan

regangan akan bertambah dan menimbulkan perdarahan baru

(Martaadisoebrata, 2005).

2. Bagian terendah anak masih tinggi karena plasenta terletak pada kutub

bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas

panggul (Martaadisoebrata, 2005)

3. Pada plasenta previa, ukuran rahim berkurang sehingga sering disertai

dengan kelainan letak (Martaadisoebrata, 2005)

10

Page 11: Placenta Previa

4. Perdarahan pasca persalinan

Pada plasenta previa mungkin sekali terjadi perdarahan pasca

persalinan karena kadang-kadang plasenta lebih erat melekat pada

dinding rahim (plasenta akreta), daerah perlekatan luas dan kontraksi

segmen bawah rahim kurang sehingga mekanisme penutupan pembuluh

darah pada insersi plasenta tidak baik.

5. Infeksi Janin

Selain itu, kemungkinan infeksi janin besar karena luka plasenta

lebih dekat pada ostium dan merupakan port d entrée yag mudah tercapai

dan pasien biasnaya akan mengalami anemia karena perdarahan

sehingga daya tahan tubuhpun akan berkurang.

3.6. Diagnosa

Diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik serta

pemeriksaan penunjang (Wiknjosastro, 2005) :

o Anamnesa yang sesuai dengan gejala klinis, yaitu terjadi perdarahan

spontan dan berulang melalui jalan lahir tanpa ada rasa nyeri.

o Pemeriksaan fisik :

- Inspeksi : telihat perdarahan pervaginam berwarna merah segar

- Palpasi abdomen : janin sering belum cukup bulan sehingga fundus

uteri masih rendah, sering disertai kelainan letak janin, bagian

terbawah janin belum turun, pada presentasi kepala, biasanya kepala

masih dapat digoyang atau terapung, bila pemeriksa sudah cuku

pengalaman dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah

rahim, terutama pada ibu yang kurus.

- Inspekulo : Pada pemeriksaan inspekulo dengan hati-hati dapat

diketahui asal perdarahan, apakah dari dalam uterus, vagina, varisen

yang pecah dan lain-lain. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri

eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai (Johnson, 2003).

- Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan karena dapat menyebabkan

perdarahan pervaginam yang lebih deras

11

Page 12: Placenta Previa

o Pemeriksaan Penunjang :

- Plasenta previa hampir selalu dapat didiagnosa dengan menggunakan

USG abdomen.

3.7. Diagnosa Banding

Gejala dan tandaFaktor

predisposisiPenyulit lain Diagnosis

- Perdarahan tanpa nyeri

- Usia gestasi > 22

minggu

- Darah segar arau

kehitaman dngan

bekuan

- Perdarahan dapat

terjadi setelah miksi

atau defekasi, aktifitas

fisik, koitus

- Multipara

- Mioma uteri

- Usia lanjut

- Kuretase

berulang

- Bekas SC

- Merokok

- Syok

- Perdarahan setelah

koitus

- Tidak ada

kontraksi uterus

- Bagian terendah

janin tidak masuk

PAP

- Bisa terjadi gawat

janin

Plasenta

previa

- Perdarahan dengan

nyeri intermitten atau

menetap

- Warna darah kehitaman

dan cair, tapi mungkin

ada bekuan jika solusio

relative baru

- Jika ostium terbuka,

terjadi perdarahan

berwarna merah segar

- Hipertensi

- Versi luar

- Trauma

abdomen

- Polihidrambion

- Gemeli

- Defisiensi gizi

- syok yang tidak

sesuai dengan

jumlah darah

(tersembunyi)

- anemia berat

- melemah atau

hilangnya denyut

jantung janin

- gawat janin

- uterus tegang dan

nyeri

Solusio

plasenta

- perdarahan - Riwayat seksio - Syok atau Ruptur

12

Page 13: Placenta Previa

intraabdominal dan atau

vaginal

- nyeri hebat sebelum

perdarahan dan syok

yang kemudian hilang

setelah terjadi regangan

hebat pada perut bawah

(kondisi ini tidak kas)

sesarea

- Partus lama

atau kasep

- Disproporsi

kepala panggul

- Kelainan

letak/presentasi

- Persalinan

traumatik

takikardia

- Adanya cairan

bebas

intraabdominal

- Hilangnya gerak

atau DJJ

- Bentuk uterus

abnormal atau

konturnya tidak

jelas

- Nyeri raba/tekan

dinding perut dan

bagian-bagian

janin mudah

dipalpasi

uteri

- perdarahan berwarna

merah segar

- uji pembekuan darah

tidak menunjukkan

adanya bekuan darah 7

menit

- rendahnya factor

pembukan darah,

fibrinogen, trombosit,

fragmentasi sel darah

- solusio plasenta

- janin mati

dalam rahim

- eklampsia

- emboli air

ketuban

- perdarahan gusi

- gambaran memar

bawah kulit

- perdarahan dari

tempat suntikan

jarum infus

Gangguan

pembekuan

darah

3.8. Tatalaksana

Setiap ibu hamil dengan perdarahan antepartum harus segera dirujuk

ke rumah sakit yang memiliki fasilitas transfusi darah dan operasi, tanpa

dilakukan pemeriksaan dalam terlebih dahulu. Perdarahan yang pertama kali

jarang mengakibatkan kematian. Bila pasien dalam keadaan syok karena

13

Page 14: Placenta Previa

perdarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan ummnya dengan

pemberian infus atau transfusi darah (Hanafiah, 2005)

Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :

- Keadaan umum pasien, kadar Hb

- Jumlah perdarahan yang terjadi

- Umur kehamilan/taksiran BB janin

- Jenis plasenta previa

- Paritas dan kemajuan persalinan

Penanganan pasien dengan plasenta previa ada 2 macam, yaitu :

1. Penanganan Pasif/ Ekspektatif

Kriteria penanganan ekspektatif :

- Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

- Perdarahan sedikit

- Belum ada tanda-tanda persalinan

- Keadaan umum baik, kadar Hb 8% atau lebih

- Janin masih hidup

Perdarahan pada plasenta previa pertama kali terjadi biasanya

sebelum paru-paru janin matur sehingga penanganan pasif ditujukan untuk

meningkatkan survival rate janin. Langkah awal adalah transfusi untuk

mengganti kehilangan darah dan penggunaan agen tokolitik untuk mencegah

persalinan prematur sampai usia kehamilan 36 minggu. Sesudah kehamilan

36 minggu, penambahan maturasi paru-paru janin dipertimbangkan dengan

beratnya resiko perdarahan mayor. Sekitar 75% kasus plasenta previa

diterminasi pada umur kehamilan 36-38 minggu (Hanafi, 2005).

Penderita dengan usia kehamilan antara 24-34 minggu diberikan

preparat tunggal betamethason (12 mg im 2x1) untuk meningkatkan

maturasi paru janin. Pada terapi ekspektatif, pasien dirawat dirumah sakit

sampai berat anak ± 2500 gram atau kehamilan sudah sampai 37 minggu.

Selama ekspektatif diusahakan untuk menentukan lokasi plasenta dengan

pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan umum ibu. Penderita plasenta

14

Page 15: Placenta Previa

previa juga harus diberikan antibiotik mengingat kemungkinan terjadinya

infeksi yangdisebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterin.

Setelah kondisi stabil dan terkontrol, penderita diperbolehkan pulang dengan

pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan berulang

(Nathan, 2003)

2. Penanganan Aktif/ Terminasi kehamilan

Terminasi kehamilan dilakukan jika janin yang dikandung telah

matur, IUFD atau terdapat anomali dan kelainan lain yang dapat

mengurangi kelangsungan hidupnya, pada perdarahan aktif dan banyak

Keriteria penanganan aktif/terminasi kehamilan :

- Umur kehamilan >/= 37 minggu, BB janin >/= 2500 gr

- Perdarahan banyak 500 cc atau lebih

- Ada tanda-tanda persalinan

- Keadan umum pasien tidak baik, ibu anemis Hb < 8 gr% (Hanafi,

2005)

Pada wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam

yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa

memandang maturitas janin.

Ada 2 pilihan cara persalanan, yaitu persalinan pervaginam dan seksio

sesarea. Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin

menekan bagian plasenta yang berdarah selama peralinan berlangsung,

sehingga perdarahan berhenti. Seksio sesarea bertujuan mengangkat sumber

perdarahan, memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi

mengentikan perdarahannya dan mengindari perlukaan serviks dan segmen

bawah uterus yang rapuh apabila dilakukan persalinan pervaginam

(Wiknjosastro, 2005)

15

Page 16: Placenta Previa

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.

Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

A. Amniotomi dan akselerasi

Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis

dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah

ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh

kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah,

akselerasi dengan infus oksitosin

B. Versi Braxton Hicks

Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan

tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks

tidak dilakukan pada janin yang masih hidup

C. Traksi dengan Cunam Willet

Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri

beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang

efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan pendarahan

pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah

meninggal dan perdarahan tidak aktif.

Pemecahan selaput ketuban merupakan cara pilihan untuk

melangsungkan persalinan pervaginam, karena (1) bagian terbawah janin

akan menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah; dan (2) bagian

plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti regangan segmen bawah

uterus, sehingga pelepasan plasenta dari segmen bawah uterus lebih lanjut

dapat dihindarkan (Wiknjosastro, 2005)

Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio

sesarea. Plasenta previa parsialis pada primigravida sangat cenderung untuk

seksio sesarea. Perdarahan banyak dan berulang merupakan indikasi mutlak

seksio sesarea. Multigravida dengan plasenta letak rendah, plasenta previa

marginalis atau plasenta previa parsialis pada pembukaan lebih dari 5 cm

dapat ditanggulangi dengan pemecahan selaput ketuban. Tetapi jika dengan

16

Page 17: Placenta Previa

pemecahan selaput ketuban tidak mengurangi perdarahan yang timbul, maka

seksio sesaria harus segera dilakukan (Hanafiah, 2004)

Persiapan untuk resusitasi janin perlu dilakukan. Kemungkinan

kehilangan darah harus dimonitor sesuadah plasenta dilahirkan. Penurunan

hemoglobin 12 mg/dl dalam 3 jam atau sampai 10 mg/dl dalam 24 jam

membtuhkan transfusi segera. Komplikasi post operasi yang paling sering

dijumpai adalah infeksi masa nifas dan anemia. Tindakan seksio sesarea

pada plasenta previa, selain dapat mengurangi kematian bayi, terutama jga

dilakukan untuk kepentingan ibu. Oleh karena itu, seksio sesaria jga

dilakukan pada plasenta previa walaupun anak sudah mati (Nathan, 2003)

3.9. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan plasenta previa,

adalah:

1. Perdarahan antepartum

2. Perdarahan post partum

3. Syok hipovolemik

4. Infeksi

5. Abortus

6. Prolaps plasenta

7. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu

dibersihkan dengan kerokan

8. Robekan jalan lahir

9. Bayi prematur atau lahir mati (Peediacayil, 1992)

3.10. Prognosis

Dengan penanggulangan yang tepat kematian ibu karena plasenta previa

seharusnya dapat ditanggulangi. Sejak dilakukan penangan pasif pada tahun

1945, kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang

peran utama. Dengan persalinan seksio sesarea, fasilitas transfusi darah, dan

metode anestesi yang benar kematian ibu dapat diturunkan sampai kurang

17

Page 18: Placenta Previa

dari 1%. Sedangkan kematian perinatal yang dihubungkan dengan plasenta

previa sekitar 10% (Peedicayil, 1992)

18

Page 19: Placenta Previa

BAB IV

ANALISA KASUS

Pada tanggal 18 Mei 2013, Ny. R berusia 26 tahun, alamat dalam kota,

kebangsaan Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga datang ke RSMH dengan

keluhan keluar darah dari kemaluan sejak +1 bulan yang lalu, banyaknya ±2 kali

ganti pembalut, lalu os kontrol ke RSUD di Bangka dan dirawat ±2 hari. Riwayat

perut mules yang menjalar ke pinggang (-). Riwayat keluar air-air (-). Riwayat

trauma (-). Riwayat perut diurut-urut (-). ±2 minggu SMRS os mengeluh keluar

darah lagi dari kemaluannya, berwarna merah, banyaknya ±2 kali ganti pembalut,

lalu os periksa kembali ke RSUD Kayu Agung dan dirawat selama ±3 hari. ±1

minggu SMRS os mengeluh keluar darah lagi dari kemaluannya berwarna merah

kecokelatan banyaknya ±3 kali ganti pembalut dan disertai gumpalan darah, lalu

os dirawat selama ±7 hari di RSUD Kayu Agung dan dikatakan hamil kurang

bulan dengan keluar darah dari kemaluan dan disarankan untuk operasi

melahirkan, karena tempat operasi tidak bisa dipakai lalu os dirujuk ke RSMH. Os

mengaku hamil kurang bulan dan gerakan anak masih dirasakan.

Berdasarkan anamnesis, adanya keluhan keluar darah dari kemaluan pada

masa kehamilan dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti plasenta previa,

solusio plasenta, ruptura uteri dan kelainan pembekuan darah. Akan tetapi adanya

perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22 minggu, darah yang keluar merupakan

darah berwarna merah dan kadang kecokelatan disertai dumpalan darah dapat

menyingkirkan diagnosis solusio plasenta, ruptura uteri dan gangguan pembekuan

darah.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran

kompos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernafasan

20x/menit, suhu 36,5 0C, konjungtiva palpebra kanan dan kiri pucat, dan keadaan

organ lainnya dalam batas normal. Secara umum pasien dalam kondisi baik dan

Palpebra pucat pada pasien ini kemngkinan disebabkan oleh perdarahan yang

19

Page 20: Placenta Previa

dialaminya.

Pemeriksaan luar didapatkan TFU 4 jbpx (26 cm), melintang, punggung

dorso superior, his (-), DJJ 138x/m, TBJ 2015 g. Pemeriksaan inspekulo

didapatkan Portio livide, OUE tertutup, flour (-), fluxus (+), darah tidak aktif

E/L/P (-), ketuban dan penunjuk belum dapat dinilai. Pemeriksaan dalam dan

pemeriksaan panggul tidak dilakukan untuk mengindari terjadinya perdarahan

yang lebih banyak dan komplikasi lainnya. Tinggi fundus uteri 4 jari dibawah

procecus xhypoideus menunjukan usia kehamilan pasien berkisar antara 34-35

minggu dengan janin melintang. Secara umm janin dalam kondisi baik yang

terlihat dari denyut jantung janin 138x/menit yang masih berada dalam batas

normal.

Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan ginekologi, diagnosis

banding seperti solusio plasenta dapat disingkirkan karena pada solusio plasenta

perdarahan disertai dengan nyeri yang intermittent dan menetap, warna

perdarahan pun biasanya lebih gelap. Diagnosis banding ruptura uteri juga dapat

disingkirkan dengan hal yang serupa, yaitu pada pasien perdarahan tidak disertai

dengan nyeri.

Dari anamnesis, pemeriksaan ginekologi serta pemeriksaan penunjang yang

didapatkan maka pasien ini didiagnosa plasenta previa.

Dalam menangani kasus plasenta previa kondisi ibu dan janin harus sangat

diperhatikan. Pada kasus ini penatalaksanaan yang perlu dilakukan adalah

observasi keadaan ibu dan janin yang meliputi tanda vital ibu, His, denyut jantung

janin dan perdarahan yang dialami oleh pasien, pemberian IVFD RL gtt xx/menit,

injeksi cefotaxime 2x1 gr IV, nifedipine 3x10 mg dan merencanakan tindakan

terminasi kehamilan perabdominal.

Plasenta previa dapat terjadi pada keadaan-keadaan endometrium yang

kurang baik dan keadaan ini bisa ditemukan pada kondisi multipara terutama jika

jarak antara kehamilan pendek, mioma uteri, kuretase berulang, usia lanjut, bekas

seksio sesarea dan perubahan akibat inflamasi dan atrofi yang dapat terjadi pada

wanita perokok atau pemakai kokain. Pada kasus ini penyebab plasenta previa

belum dapat ditentukan.

20

Page 21: Placenta Previa

Prognosis ibu dan janin quo ad vitam dan functionam adalah dubia. Secara

umum prognosis ibu dan janin ditentukan oleh seberapa hebat perdarahan dan

seberapa cepat penanganan awal terhadap kasus plasenta previa ini. Dengan

persalinan seksio sesarea, fasilitas transfusi darah, dan metode anestesi yang benar

kematian ibu dapat diturunkan sampai kurang dari 1%.

21

Page 22: Placenta Previa

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yaitu adanya tanda-

tanda plasenta previa

5.2. Penyebab plasenta previa berhubungan dengan kondisi endometrium

yang kurang baik. Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian ini

adalah peningkatan usia ibu (>35 tahun), multiparitas, riwayat kuretase

berulang, bekas seksiosesarea dan merokok.

5.3. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat yaitu dengan observasi

keadaan ibu dan janin yang meliputi tanda vital ibu, His, denyut

jantung janin dan perdarahan yang dialami oleh pasien, pemberian

IVFD RL gtt xx/menit, injeksi cefotaxime 2x1 gr IV, nifedipine 3x10

mg dan merencanakan tindakan terminasi kehamilan perabdominal

5.4. Prognosis ibu dan janin quo ad vitam dan functionam adalah dubia.

Secara umum prognosis ibu dan janin ditentukan oleh seberapa hebat

perdarahan dan seberapa cepat penanganan awal terhadap kasus

plasenta previa ini. Dengan persalinan seksio sesarea, fasilitas

transfusi darah, dan metode anestesi yang benar kematian ibu dapat

diturunkan sampai kurang dari 1%.

22

Page 23: Placenta Previa

DAFTAR PUSTAKA

Cunningam, F. Gary; Gant, Norman F; Leveno Md. 201. Williams Obstetrics. 21st.

McGraw-Hill Professional

Hanafiah, T.M, 2004. Plasenta Previa, online,

(http:/www.Library.usu.ac.id/download/fk/obstetri-tmhanafiah2.pdf, diakses

tanggal 26 Mei 2013)

Johnson LG, Sergio F and Lorenzo G. 2003. The relationship of placenta previa and

history of induced abortion. International Journal of Gynaecology and

Obstetrics. 81(2): 191–198.

Lestari, W. 2007. Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Perdarahan

Antepartum. Universitas Indonesia.

Martaadisoebrataa Djamhoer, Wijayanegara Hidayat, dkk. 2005. Obstetri Patologi.

Jakarta. EGC.

Ohio State university, 203. Placenta Previa. Online,

http://medicalcenter.osu.edu/PatientEd/Materials/PDFDocs/women-in

pregnancy/placent.pdf, diakses tanggal 26 Mei 2013

Sumapraja S dan Rachimhadi T. 2005. Perdarahan Antepartum dalam: Wiknjosastro

H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp:

365-85.

Wardana GA dan Karkata MK. 2007. Faktor Risiko Plasenta Previa . CDK 34: 229-

32.

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiharjo. Jakarta

23