placer mining

52
DRAFT LAPORAN BAB. IV Penambangan Emas di Bombana : Tipologi dan Dampaknya Eko Tri Sumarnadi Agustinus 1. Latar Belakang Logam emas merupakan salah satu komoditi bahan tambang yang mempunyai nilai jual tinggi, sehingga menarik banyak orang untuk mengusahakannya. Karena disamping mudah dan sederhana cara mendapatkannya, juga mudah dan cepat untuk menjual produk yang dihasilkannya. Tidak heran jika semenjak dilakukannya penambangan emas di Bombana pada pertengahan Mei 2008 dan menjadi ramai dipenuhi oleh masyarakat yang menambang sejak awal September 2008. Lokasi penambangan mencakup beberapa tempat diantaranya di sungai Tahi Ite, sungai Wububangka, dan juga diketemukan di Satuan Pemukiman (SP-8), Satuan Pemukiman (SP-9) serta Satuan Pemukiman (SP-6). Lokasi tersebut berjarak sekitar 40 km dari Rumbia, yakni ibu kota Kabupaten Bombana. Semenjak berita penemuan emas tersebut menyebar luas ke masyarakat, lebih dari 20.000 orang datang dari berbagai pelosok, tidak hanya dari masyarakat Kabupaten Bombana saja melainkan juga dari daerah luar Provinsi Sulawesi Tenggara seperti dari Sulawesi Selatan, Kalimantan dan bahkan ada yang berasal dari Jawa dan Papua. Para penambang datang dengan menggunakan angkutan umum, kendaraan bermotor (pribadi) bahkan

Upload: afrina-wulan-munir-sikumbang

Post on 03-Jul-2015

904 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Placer Mining

DRAFT LAPORAN

BAB. IV

Penambangan Emas di Bombana : Tipologi dan Dampaknya

Eko Tri Sumarnadi Agustinus

1. Latar Belakang

Logam emas merupakan salah satu komoditi bahan tambang yang mempunyai nilai jual tinggi,

sehingga menarik banyak orang untuk mengusahakannya. Karena disamping mudah dan

sederhana cara mendapatkannya, juga mudah dan cepat untuk menjual produk yang

dihasilkannya. Tidak heran jika semenjak dilakukannya penambangan emas di Bombana pada

pertengahan Mei 2008 dan menjadi ramai dipenuhi oleh masyarakat yang menambang sejak

awal September 2008. Lokasi penambangan mencakup beberapa tempat diantaranya di sungai

Tahi Ite, sungai Wububangka, dan juga diketemukan di Satuan Pemukiman (SP-8), Satuan

Pemukiman (SP-9) serta Satuan Pemukiman (SP-6). Lokasi tersebut berjarak sekitar 40 km

dari Rumbia, yakni ibu kota Kabupaten Bombana. Semenjak berita penemuan emas tersebut

menyebar luas ke masyarakat, lebih dari 20.000 orang datang dari berbagai pelosok, tidak

hanya dari masyarakat Kabupaten Bombana saja melainkan juga dari daerah luar Provinsi

Sulawesi Tenggara seperti dari Sulawesi Selatan, Kalimantan dan bahkan ada yang berasal

dari Jawa dan Papua. Para penambang datang dengan menggunakan angkutan umum,

kendaraan bermotor (pribadi) bahkan dengan berjalan kaki, tidak heran jika jalur lalu lintas

anatara Kolaka – Bombana dan Kendari – Bombana menjadi ramai1. Kedatangan mereka tidak

hanya sekedar untuk bertamasya atau membuktikan berita tersebut, melainkan dengan satu

tujuan, yaitu ikut mendulang emas (menambang). Dengan bekal peralatan sederhana seperti

wajan, sekop, cangkul dan tenda dengan antusias mendulang emas dengan harapan akan

mendapatkan hasil yang memuaskan 2.

1 http://korpcitaka.wordpress.com/2008-09-22/tambang emas diketemukan di bombana.

2. http: //www.majalah tambang.com/2008-11-19/merebut rezeki emas bombana.

Page 2: Placer Mining

Secara umum, keterdapatan emas di alam bisa berupa sebagai ‘cebakan emas primer’

dan / atau ‘endapan emas sekunder’3. Cebakan emas primer di alam terbentuk akibat adanya

aktivitas magma di dalam perut bumi yang menerobos lapisan kulit bumi melalui bidang

lemah atau mengisi rekahan yang disebut sebagai vein atau berupa vein let. Berbagai faktor

yang berpengaruh terhadap proses pembentukan ‘cebakan emas primer’ ini, disamping

dipengaruhi oleh jenis magma yang mengandung unsur logam emas juga dipengaruhi oleh

lingkungan pembentukannya seperti struktur batuan maupun jenis batuannya. Keberadaan

logam emas dalam batuan bisa berbentuk nuggets berupa logam emas murni (native gold) bisa

juga berupa butiran emas yang sangat halus yang terjebak di dalam mineral sulfida, atau

mineral oksida lainnya. Sedangkan terbentuknya ‘endapan emas sekunder’ diakibatkan oleh

adanya proses pelapukan batuan (cebakan emas primer) baik secara fisik maupun kimia dan

tertranportasi baik oleh air sungai maupun ‘gletzer’ serta diendapkan sebagai ‘endapan

eluvial’ atau ‘endapan aluvial’. Keterdapatan emas di alam demikian ini sering disebut sebagai

‘cebakan emas sekunder’ atau lebih dikenal sebagai ‘cebakan emas letakan’ (placer gold

deposit)4 seperti yang terdapat di daerah Bombana, Sulawesi Tenggara.

Teknik penambangan emas pada umumnya tergantung dari kondisi dan karakter

cebakan emas yang meliputi jenis cebakan, ketebalan cebakan yang mengandung emas dan

kedalaman atau ketebalan tanah penutup. Cebakan emas primer, yang pada umumnya terdapat

didalam perut bumi berupa urat-urat kuarsa yang mengandung emas (vein) disamping masih

bercampur dengan mineral asosiasinya5, dan juga batuan samping yang pada umumnya

bersifat keras. Penambangan untuk tipe ‘cebakan emas primer’ dapat dilakukan dengan sistem

tambang bawah tanah (underground mining), namun dapat juga dilakukan penambangan 3 Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya

Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008, hal 61

4 http: //www.dim.esdm.go.id/2005-04-05/endapan placer. Nuggets adalah butiran logam emas dengan bentuk tidak beraturan yang terdapat di alam yang relatif murni dan dapat dilihat secara kasat mata. Endapan elluvial adalah endapan yang hasil pelapukan yang tertransportasi tetapi masih dekat dengan sumbernya. Sedangkan alluvial yang tertransportasi oleh air tetapi relatif sudah jauh dengan sumbernya. Sementara placer gold deposit adalah cebakan emas letakan yang terdapat pada kedua tipe endapan tersebut.

5 Suratman, dkk, Pelindian Bijih Emas dengan Larutan Amonia Tiosulfat (Batch Scale), tekMIRA,2006. Sebagai ilustrasi dijelaskan pada identifikasi minerolgi dan karakterisasi percontoh bijih emas hasil analisis mikroskopis bijih menunjukkan bahwa cebakan emas yang beraosiasi dengan urat kuarsa digolongkan menjadi empat macam, yakni : fasies karbonan- kuarsa, mangan oksida-kuarsa, kuarsa opal berlapis dan kuarsa bersulfida. Beberapa jenis mineral yang berasosiasi dengan emas diantaranya pirit, galena, sfalerit, kalkopirit, silikat ( plagioklas, klorit, dll) bersama material karbonan.

Page 3: Placer Mining

dengan sistem tambang terbuka (surface mining), tergantung sistem mana yang

menguntungkan berdasarkan pada nilai stripping ratio6. Karena batuannya bersifat keras,

maka penambangannya dilakukan dengan berbagai metoda penambangan dengan

menggunakan alat gali yang paling sederhana (cangkul, paju, palu, ganco) hingga

menggunakan alat berat (excavator) bahkan sering dibantu dengan menggunakan bahan

peledak atau peledakan7. Sedangkan teknologi pengolahan hasil tambang dapat dilakukan

melalui proses benefisasi mineral dan ekstraksi logam baik berdasarkan sifat-sifat fisik, sifat-

sifat kimia maupun kombinasinya. Beberapa metoda pengolahan yang berdasarkan perbedaan

berat jenis (graviti), perbedaan sifat permukaan mineral (flotasi), perbedaan sifat kemagnitan

(dengan menggunakan magnetic separator) dan perbedaan sifat kelarutan oleh bahan kimia

(amalgamasi, sianidasi, dan tioureasi) 8 dan lain sebagainya. Berbeda dengan ‘cebakan emas

sekunder’, yang pada umumnya terdapat pada permukaan bumi, yakni berupa endapan

‘eluvial’ dan / atau ‘aluvial’ dan komponen materialnya bersifat lepas (gravel, pasir, lanau),

walaupun kadangkala cebakan tersebut tertutup oleh lapisan tanah yang cukup tebal. Oleh

karena itu, penambangan pada umumnya dilakukan dengan sistem tambang terbuka (surface

mining), meskipun pada kasus tertentu ada kalanya dikombinasikan dengan sistem tambang

bawah tanah (underground mining). Metoda penambangan dapat dilakukan baik secara

mekanis (menggunakan alat berat), semi mekanis (pompa, ‘monitor’) maupun dengan cara

konvensional, yakni dengan menggunakan peralatan sederhana seperti cangkul dan sekop.

Sedangkan pemisahan mineral berharga terhadap mineral pengotornya dapat dilakukan dengan

memanfaatkan perbedaan berat jenis masing-masing mineralnya dengan menggunakan media

6 Stripping ratio : adalah perbandingan antara volume atau berat material tanah penutup terhadap volume atau berat bahan galian atau bijih yang akan ditambang. Stripping ratio merupakan salah satu faktor dalam pemilihan sistem penambangan. Semakin besar nilai stripping ratio pada umumnya diatas (>5) lebih cocok untuk ditambang dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining) disamping faktor-faktor lainnya.

7 Teknik peledakan biasa digunakan dalam teknologi penambangan terutama untuk batuan yang bersifat keras,

baik untuk sistem penambangan bawah tanah (Pongkor) maupun untuk tambang terbuka (Batu hijau, Garsberg) dan quarry industri semen (Cibinong, Palimanan).

8 Amalgamasi adalah proses pengikatan logam emas (Au) dan perak (Ag) oleh air raksa (Hg), sedangkan sianidasi adalah pelarutan (pelindian) logam emas (Au) dan perak (Ag) oleh bahan sianida (KCN, NaCN), lihat juga dalam : Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya Tambang yang Berkelanjutan, Sedangkan tioureasi adalah pelarutan (pelindian) logam emas (Au) dan perak (Ag) ataupun logam dasar seperti tembaga (Cu) oleh amonium tiourea atau amonium tiosulfat, dapat dilihat juga pada Suratman, dkk, Pelindian Bijih Emas dengan Larutan Amonia Tiosulfat (Batch Scale), tekMIRA, 2006.

Page 4: Placer Mining

aliran air atau air bertekanan tinggi (hydrolic mining). Seperti dari metoda pengolahan yang

paling sederhana pendulangan (panning), dan atau menggunakan alat seperti ‘rocker’ atau

(sluice box ), palong (long tom), jig, humprey spiral dan meja goyang (shaking table) hingga

peralatan yang lebih modern seperti fine material separator, knelson concentrator 9.

Keberadaan cebakan emas di Bombana pada umumnya terdapat pada sungai maupun

anak sungai (creak)10, termasuk tipe ‘endapan emas placer’ dengan ketebalan endapan yang

diduga mengandung emas sekitar 1 meter, dan ketebalan tanah penutup bervariasi dari 1 – 15

meter dari permukaan tanah. Potensi yang menyangkut jumlah cadangan emas (kuantitas)

belum terukur, namun menurut informasi penambang menyebutkan bahwa hasil penambangan

baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh perusahaan swasta kini diperkirakan lebih

dari ratusan kg emas (tidak tercatat). Sedangkan potensi yang menyangkut kualitas atau kadar

logam emas termasuk kualifikasi kadar emas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan oleh nilai

harga beli yang ditawarkan oleh pengumpul berkisar antara Rp 175.000,- hingga Rp 200.000,-

per gram 11.

Ketika masyarakat ramai menambang (booming), sekitar pertengahan tahun 2008

jumlah para penambang (pendulang) tercatat sekitar 60.000 orang. Namun kini, dengan

semakin terbatasnya areal yang bisa ditambang dan semakin menipisnya jumlah cadangan,

pada pertengahan tahun 2009 warga masyarakat yang menambang jumlahnya sudah jauh

berkurang. Teknik penambangan yang dilakukan oleh masyarakat penambang yang paling

sederhana dan banyak dilakukan adalah dengan cara pendulangan, pada awalnya seorang

pendulang bisa memperoleh sekitar 1-5 gram per hari bahkan pernah ada yang memperoleh 78

gram butiran emas/hari, tetapi kini hanya mampu memperoleh beberapa mili gram (kaca)12,

bahkan kadangkala tidak memperoleh butiran emas sama sekali. Dengan adanya para

penambang pendatang (dari luar Bombana), maka teknik penambangan yang diterapkan oleh

9 Michael Silva, Placer Gold Recovery Methods, California Department of Concervation Division of Mines and Geology, 1986. Berbagai peralatan konsentrasi emas berdasarkan perbedaan berat jenis (graviti) dengan media dan aliran air, diantaranya adalah ‘pans’, ‘rocker’ atau (sluice box ), palong (long tom), jig, humprey spiral dan shaking table hingga peralatan yang lebih modern seperti fine material separator, knelson concentrator.

10 Creak, cabang sungai kering, atau hanya berair ketika hujan turun (musim hujan).

11 http://korpcitaka.wordpress.com/2008-09-22/tambang emas diketemukan di bombana.

12 Kaca, merupakan istilah setempat, yang menunjukkan ukuran besar butir emas setara dengan mgram.

Page 5: Placer Mining

para penambang mulai berkembang, yang tadinya hanya melakukan pendulangan di badan

sungai, kini penambangan dimulai dengan cara membuat sumuran. Jika sumuran tersebut

mencapai lapisan cebakan emas, baru dilakukan penggalian ke arah mendatar dan / atau

dengan cara membuat terowongan mendatar pada cebakan yang diduga mengandung emas.

Penambangan atau pembuatan sumuran dilakukan secara tidak beraturan, karena memang

tidak terlihat adanya koordinasi. Sehingga baik jarak antar lubang maupun arah penambangan

juga tidak beraturan. Hasil penggalian dari lapisan yang diduga mengandung emas tersebut

diangkut keatas atau dikeluarkan dari lubang sumuran maupun terowongan untuk dilakukan

pendulangan untuk memisahkan emas dari mineral atau pasir lainnya. Permasalahan yang

timbul dari cara penambangan demikian ini, tidak hanya hasil yang mulai berkurang namun

seringkali terjadi kecelakaan tambang, yakni tertimbun akibat runtuhnya tanah penutup yang

relatif kurang stabil. Penyebab terjadinya kecelakaan tambang terlebih disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan penambang disamping sarana yang tidak memadai sehubungan

dengan minimnya modal kerja.

Persaingan diantara para penambangpun menjadi semakin ketat, terutama pengaruh

dari cara penambangan yang dilakukan oleh masyarakat pendatang, maka cara

penambangannyapun berkembang lagi menjadi penambangan dengan cara semi mekanis

(hydrolic mining)13, yakni menggunakan palong atau ‘sluice box’ yang didukung dengan

penggunaan pompa air dan ‘monitor’ sehingga menghasilkan semburan air bertekanan tinggi.

Penambangan dengan cara demikian dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 5 – 10

orang. Meskipun pada awal tahun 2009 penambangan dengan cara ini mampu menghasilkan

lebih dari 30 gram butiran emas per hari, tetapi kini dengan menipisnya jumlah cadangan pada

umumnya masing-masing kelompok tersebut hanya mampu memperoleh butiran emas kurang

dari 15 gram per hari 14.

Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh adanya penambangan emas oleh rakyat, mulai

dari pemborosan sumberdaya tambang, kesehatan dan keselamatan kerja, kerusakan fisik

lingkungan dan perubahan sosial ekonomi masyarakat di Bombana. Disamping karena faktor-

13 Hydrolic mining, adalah salah satu jenis tambang dimana dalam pengoperasiannya dengan memanfaatkan media dan aliran air. Berbagai jenis tipe penambangan ini, misalnya tambang semprot dan / atau pengoperasian kapal keruk (dredging) yang umum digunakan pada tambang timah di P. Bangka.

14 Hasil wawancara dengan para penambang di lokasi Tahi ite.

Page 6: Placer Mining

faktor tersebut diatas, juga disebabkan oleh semakin sulitnya untuk mengatur para penambang

yang dilakukan oleh rakyat, maka kebijakan pemerintahpun juga mulai berubah. Semula

pemerintah daerah Bombana lebih memperhatikan kepentingan rakyat sebagai penambang,

namun kini cenderung mulai memberikan perhatian kepada para pemodal atau investor. Hal

ini ditandai dengan diberikannya izin penambangan atau Kuasa Pertambangan (KP) kepada

pihak swasta yang bergerak dibidang pertambangan, seperti diantaranya kepada PT. Panca

Logam Makmur, PT. Tiram Indonesia, PT. Sumber Alam Mega Karya dan PT. Talenta untuk

melakukan aktivitas pertambangan di Kabupaten Bombana.

Kasus penambangan emas di Bombana menjadi penting (urgen) untuk diungkap

mengingat bahwa kasus penambangan untuk tipe ‘cebakan emas placer’ di lingkungan batuan

metamorphik masih jarang diketemukan di Indonesia. Berbagai permasalahan dalam bentuk

pertanyaan, diantaranya tipologi penambangan apa saja yang dilakukan oleh masyarakat

penambang di Bombana ?. Apakah penambangan tersebut cukup efisien (ekonomis) ?, dan

bagaimana teknis penambangan yang membedakan antara perusahaan dan masyarakat ?

Kerusakan lingkungan apa saja yang terjadi dan bagaimana analisis dampak penambangan

ketika menggunakan teknik penambangan tersebut dan bagaimana kemungkinan

meminimalisirnya ? Disamping permasalahan tersebut, berbagai permasalahan lainnya yang

timbul akibat penambangan emas oleh rakyat di Kabupaten Bombana, tidak hanya

menyangkut aspek teknologi penambangan yang diterapkan dan dampak yang ditimbulkannya

tetapi juga menyangkut aspek-aspek lainnya, sehingga menarik untuk ditulis sebagai suatu

studi kasus.

Analog dengan permasalahan tersebut, tujuan dari tulisan ini antara lain untuk

memberikan gambaran tentang bagaimana kegiatan penambangan emas yang dilakukan oleh

rakyat di Bombana, ditinjau dari aspek teknologi penambangan yang meliputi tipologi dan

dampaknya terhadap lingkungan. Bahan tulisan ini selain diperoleh dari data sekunder juga

diperoleh dari hasil peninjauan lapangan, identifikasi dan analisis secara kualitatif untuk

memperoleh solusi alternatifnya. Tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan

bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bombana khususnya dalam menyelesaikan permasalahan

tersebut dan masyarakat pada umumnya.

2. Tipologi Penambangan Emas di Bombana

Page 7: Placer Mining

Penambangan ‘cebakan emas placer’ pada umumnya tergantung pada kondisi keberadaan

cebakan emas yang meliputi jenis cebakan, ketebalan cebakan yang mengandung emas dan

kedalaman atau ketebalan tanah penutup. Kondisi cebakan emas di daerah Bombana yang

pada umumnya berupa endapan sungai atau jenis ‘cebakan emas placer’, dengan ketebalan

endapan yang diduga mengandung emas kurang lebih 1 meter, dengan ketebalan tanah

penutup bervariasi dari 1 – 15 meter dari permukaan tanah. Dengan demikian, sistem

penambangan yang cocok untuk diterapkan adalah sistem tambang terbuka (surface mining),

walaupun pada kasus tertentu tidak tertutup kemungkinan untuk dikombinasikan dengan

sistem tambang bawah tanah (underground mining). Berbagai metoda penambangan yang

dapat diterapkan untuk tipe ‘cebakan emas placer’, yakni penambangan secara manual

(cangkul, sekop), tambang semprot (memerlukan air bertekanan tinggi atau dengan

‘monitor’15), perpaduan tambang semprot dengan peralatan mekanis (alat berat) dan

penggunaan kapal keruk (penambangan bawah air). Sedangkan metoda pemisahan

(pengolahan) mineral yang umum diterapkan adalah dengan cara konsentrasi graviti, yakni

pemisahan mineral berharga (emas) atau disebut consentrate terhadap mineral pengotornya

(tailing) berdasarkan perbedaan berat jenis (specific gravity) dan media aliran air. Pemisahan

secara konsentrasi gravimetri pada umumnya diawali dengan cara pemisahan berdasarkan

perbedaan ukuran butir screnning (screen, grizly) yaitu pemisahan antara butiran kasar dengan

butiran halus. Selanjutnya baru dilakukan baik dengan cara pendulangan (panning), maupun

dengan cara jigging (menggunakan jig), shaking table (menggunakan meja goyang) dan

sluicing (menggunakan sluice box), semua proses tersebut selalu membutuhkan media air atau

aliran air. Cara penambangan demikian, selain diterapkan untuk bahan tambang dari ‘cebakan

emas placer’, sering pula diterapkan untuk bahan tambang lainnya di Indonesia, seperti timah

yang terdapat di P. Bangka dan P. Belitung dan intan di Martapura (Kalimantan Selatan)16.

Hingga kini, metoda penambangan dan pengolahan yang paling sederhana dan murah

serta mudah untuk diterapkan pada ‘cebakan emas placer’ adalah penambangan secara manual

15 Monitor adalah bagian alat dari tambang semprot yang membentuk kerucut memanjang dimana diameter ujung ‘outlet’ lebih kecil ’inlet’ yang dipasang pada ujung pipa air pada sebuah pompa air, sehingga dapat menghasilkan air bertekanan tinggi, dan biasanya dilengkapi dengan sebuah handle sebagai pengatur (buka/tutup).

16 Iskandar Zulkarnain, dkk, Dinamika dan Peran Pertambangan Rakyat di Indonesia, LIPI Press, 2007.

Page 8: Placer Mining

dengan cara pendulangan (artisanal mining)17 yang dapat dilakukan secara perorangan.

Metoda berikutnya adalah tambang semprot dan pemisahan dengan menggunakan ‘sluice box’

yang dilakukan secara kelompok, seperti yang lazim dijumpai pada tambang-tambang lainnya

di Indonesia. Demikian pula halnya dengan penambangan emas yang dijumpai di Bombana,

terdapat berbagai tipologi penambangan, yang pada prinsipnya merupakan kombinasi dari

proses konsentrasi gravimetri dalam memperoleh logam emas. Berikut ini adalah gambaran

atau diskripsi tentang tipologi penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat di

Bombana sebagaimana disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Tipologi penambangan emas oleh masyarakat di Bombana

No. Tipologi Peralatan Keterangan

1

Penambangan dan perolehan konsentrasi emas dengan cara pendulangan (panning)

Dulang (pan) terbuat dari kayu, wajan (logam)

Pendulangan (panning) dilakukan pada badan sungai. (perorangan)

2

Penambangan dengan cara penggalian (sumuran, paritan) perolehan konsentrasi emas dengan mini ‘sluice box’ dan pendulangan (panning)

Cangkul, linggis dan sekopMini ‘sluice box’ Dulang (pan) terbuat dari kayu, wajan (logam)

Pembuatan sumuran, paritan untuk memperoleh umpan mini ‘sluice box’ pendulangan. (kelompok : 3-5 orang)

3

Penambangan dengan cara tambang semprot, perolehan konsentrasi emas dengan ‘sluice box’ dan pendulangan

Pompa air, selang air dan ‘monitor’‘sluice box’ , Long toms Dulang (pan) terbuat dari kayu, wajan (logam)

Penyemprotan dengan air bertekanan tinggi untuk memperoleh umpan ‘sluice box’ dan pendulangan. (kelompok : 5-10 orang)

4

Penambangan dengan cara tambang mekanis, perolehan konsentrasi emas dengan penyemprotan dan multi ‘sluice box’ dan pendulangan

Alat berat (excavator)Alat semprot (pompa, selang dan ‘monitor’)multi ‘sluice box’ Dulang (pan) terbuat dari kayu,

Penggalian dan pengangkutan dengan alat berat. Penyemprotan untuk pemberaian dan pencucian.Perolehan konsentrasi emas melalui multi ‘sluice box’ dan pendulangan(kelompok : 10 - 25 orang)

Guna keperluan analisis kualitatif tentang tipologi penambangan emas di Bombana

dikemukakan 2 (dua) konsep sebagai indikator atau tolok ukur dalam analisis ini. Pertama

17 Artisanal mining, merupakan istilah umum untuk penambangan dengan cara pendulangan (panning). Lihat juga dalam : Iskandar Zulkarnain, dkk, Dinamika dan Peran Pertambangan Rakyat di Indonesia, LIPI Press, 2007

Page 9: Placer Mining

adalah konsep pertambangan, yakni :“Good Mining Practice” Konsep tentang Pengelolaan

Pertambangan yang Baik dan Benar (Suyartono, 2003)18 dan yang ke-dua adalah konsep

tentang bagaimana perolehan konsentrasi bijih emas placer (Michael Silva, 1986) 19.

Good mining practice adalah kaidah-kaidah yang harus dijalankan dalam melakukan

proses penambangan agar memberikan keuntungan maksimal dengan dampak minimal.

Kegiatan pertambangan skala besar dituntut dan diawasi untuk selalu melakukan

penambangan dengan menerapkan kaidah-kaidah tersebut, terutama untuk menghindari

kerugian lingkungan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja dalam usaha mereka

mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun dalam skala masyarakat yang

menambang, prinsip-prinsip ini masih sulit untuk diterapkan kerena keterbatasan modal dan

keahlian yang mereka miliki20.

Sebagaimana diungkapkan oleh Suyartono, 2003, paradigma pengelolaan kegiatan

usaha pertambangan yang baik dan benar (good mining practice) yang membangun peradaban

didefinisikan sebagai suatu kegiatan usaha pertambangan yang memenuhi ketentuan-

ketentuan, kriteria, kaidah dan norma-norma yang tetap sehingga pemanfaatan sumberdaya

mineral memberikan hasil yang optimal dan dampak buruk yang minimal. Semua itu meliputi

perizinan, teknis penambangan, keselamatan dan kesehatan kerja (K-3) , lingkungan,

keterkaitan hulu-hilir/konservasi, nilai tambah dan pengembangan masyarakat/wilayah di

sekitar lokasi kegiatan, serta mempersiapkan penutupan dan pasca tambang, dalam bingkai

kaidah peraturan perundangan dan standar yang berlaku, sesuai tahap-tahap kegiatan

pertambangan (Gambar 1). Secara umum, konsep tersebut didasarkan pada prinsip bahwa

industri pertambangan umum, yakni industri pertambangan mineral yang menghasilkan

logam, non-logam dan energi (batubara) dan panas bumi mempunyai titik berat pada isu

‘demokrasi, keadilan dan pemerataan’ yang harus melibatkan antar dan inter generasi. Konsep

tersebut hanya dapat terlaksana dengan baik jika melibatkan para pemangku kepentingan

(stakeholder) secara optimal dalam bentuk kemitraan. Sementara pola pikir yang

18 Suyartono, 2003, “Good Mining Practice” Konsep tentang Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan Benar, Studi Nusa, 2003.

19 Michael Silva, Placer Gold Recovery Methods, California Department of Concervation Division of Mines and Geology, 1986.

20 Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008.

Page 10: Placer Mining

mendasarinya adalah ‘social justice and equity’, pendekatan holistik, komprehensif, terpadu,

menghargai keanekaragaman atau pluralisme serta berwawasan jangka panjang 21.

Gambar 1. Konsep pertambangan yang baik dan benar (good mining practice)

Melalui tata cara pengelolaan pertambangan yang baik dan benar, diharapkan dapat

dihindari terjadinya pemborosan sumberdaya mineral, tercapainya optimalisasi sumber daya,

terlindunginya fungsi-fungsi lingkungan serta terlindunginya keselamatan dan kesehatan para

pekerja. Oleh karena itu, dalam praktek pengelolaan pertambangan perlu dilakukan :

Penerapan teknik pertambangan yang tepat.

Peduli lingkungan

Peduli keselamatan dan kesehatan kerja.

Penerapan prinsip konservasi.

Memiliki nilai tambah.

Optimalisasi manfaat bagi masyarakat.

Standardisasi pertambangan.

Secara konseptual metoda dan peralatan yang digunakan untuk meperoleh emas dari

‘cebakan emas placer’ adalah konsentrasi graviti (gravity concentration)22. Pemisahan secara

21 Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008.

22 Gravity concentration, adalah konsentrasi bijih emas dengan menggunakan prinsip perbedaan berat jenis (specific gravity).

Page 11: Placer Mining

graviti ini paling sering atau banyak digunakan dalam metoda perolehan emas. Berbagai

peralatan perolehan emas melalui metoda gravimetri, termasuk pans (dulang), sluicebox, long

toms, jigs, 23 disamping itu juga termasuk peralatan amalgamasi yang telah lama digunakan di

California (Silva, 1986). Metoda konsentrasi gravimetri ini menggunakan media aliran air,

sementara butiran emas yang sangat halus yang disinyalir sebagai ‘flour’, ‘fload’ atau

‘colloidal gold’24 sebagian besar hilang dalam proses. Awalnya penambang hanya mampu

memperoleh tidak lebih dari 60 % kandungan emas, dan sejak 1945 perolehan emas bisa

mencapai 70 – 75 % (Spiller, 1983) 25. Kini dengan adanya sejumlah perubahan dan disain

baru, perolehan pemisahan emas secara gravimetri telah meningkat. Beberapa tipe peralatan

tampil untuk mengefisiensikan perolehan emas placer, namun tidak semua peralatan tersebut

efektif digunakan karena adanya perbedaan kondisi cebakan emas placer. Banyak faktor yang

berpengaruh, seperti ukuran besar butir, kandungan lempung (clay), distribusi ukuran emas,

metoda penambangan yang diterapkan, karakter air pencuci, dan akan berpengaruh terhadap

jumlah perolehan emas. Untuk operasional penggunaan metoda tersebut, perlu dilakukan

percobaan secara intensif dan pengujian sebagai persyaratan untuk perencanaan dan sistem

perolehan emas yang optimal.

Konsep konsentrasi bijih (ore) emas letakan (gold placer) terdiri dari 3 (tiga)

kombinasi dari 3 (tiga) tahap, yakni ‘roughing’, ‘cleaning’ dan ‘scavengeng’ (Gambar 2).

Sebagai objek konsentrasi adalah untuk memisahkan bijih (ore) sebagai umpan (feed) proses

kedalam 2 (dua) jenis produk, yakni konsentrat (concentrate) dan ampas (tailing). Secara

ideal, bahwa tingkat perolehan emas placer tinggi, dalam arti bahwa semua atau sebanyak

mungkin emas dalam umpan (feed) akan masuk atau berada dalam konsentrat, sedangkan

mineral lainnya akan berada dalam ampas (tailing). Walaupun dalam kenyataannya (praktek),

proses pemisahan tidak pernah sempurna, dimana sebagian mineral tidak berharga masuk ke 23 Sluice box, adalah alat alat konsentrasi graviti yang berbentuk kotak memanjang (artificial channel) pada

bagian alas dipasang ’riffles’ untuk membentuk aliran turbulensi sehingga butiran material yang berat jenisnya tinggi dapat terperangkap dan / atau dilapisi dengan ‘karpet’ yang berfungsi untuk menjebak butiran emas yang lewat melalui media aliran air. Long toms, merupakan gabungan beberapa ‘sluice box’ yang dipasang secara bertingkat dengan arah memanjang. Jigs, termasuk juga alat konsentrasi graviti, namun arah gerakan secara vertikal, disamping menggunakan media air juga digunakan media material dengan berat jenis menengah yakni diantara berat jenis material yang akan dipisahkan (ringan dan tinggi).

24 Flour, fload, coloidal gold, merupakan bentuk ukuran butiran emas yang relatif halus dari yang berbentuk tepung hingga berbentuk koloidal.

25 Spiller D.E, Gravity Separation of Gold –then and now, Denver, Colorado, 1983.

Page 12: Placer Mining

dalam konsentrat sementara sebagian emas masuk ke dalam tailing. Dengan demikian,

ternyata bahwa produk yang dihasilkan akan selalu berkomplikasi dengan situasi dan kondisi.

Gambar 2. Bagan alir konsep metoda konsentrasi graviti

Keterangan :

Tahap 1 (Roughing) :

Merupakan tahap peningkatan bijih emas atau disebut sebagai umpan (Feed) dalam

proses konsentrasi untuk menghasilkan emas kadar rendah terutama consentrate (C)

untuk diolah kembali dan tailing (T), yakni yang mengandung material yang tidak

diperhitungkan pada tahap awal. Peralatan yang digunakan dalam tahap ini disebut

sebagai ‘roughers’. Roughers ini, kemungkinan dapat menghasilkan sejumlah besar

konsentrat tetapi dengan syarat bahwa perolehan emas dalam concentrate harus >

kandungan emas dalam umpan (feed), atau menghasilkan tailing yang relatif bersih

(bebas emas), atau kombinasi dari kedua-duanya.

Tahap 2 (Cleaning) :

Merupakan proses mengolah kembali konsentrat yang diperoleh dari roughers untuk

menghilangkan mineral pengotor (impurities) yangpada umumnya berupa pasir

berwarna hitam (black sand). Proses ini mungkin sangat sederhana sekali, yakni berupa

Feed

Roughing

Cleaning

Scavengingg

C

T

T

Concentrate

Tailing

Page 13: Placer Mining

pencucian dan pemisahan butiran emas dari pasir hitam (black sand) di dalam pans

(dulang). Namun bisa juga bila kadar emas dalam konsentrat masih rendah, sehingga

perlu dilakukan konsentrasi mineral melalui beberapa tahapan pencucian sebelum

diperoleh konsentrat akhir. Dalam kasus ini, peralatan yang digunakan dalam pencucian

sama dengan peralatan yang digunakan dalam roughers. Sluice box dapat juga

digunakan untuk mencuci konsentrat yang mengandung pasir berwarna hitam (black

sand), sebagai salah satu contoh alat roughing yang juga bisa digunakan dalam proses

cleaning. Peralatan lainnya, seperti shaking tables sangat cocok untuk digunakan

sebagai roughers dan khususnya digunakan dalam proses cleaning. Konsentrat akhir

dicuci hingga diperoleh kadar konsentrasi bijih yang optimal.

Tahap 3 (Scavenging) :

Merupakan tahap akhir, yaitu tahap dalam memproses material tailing baik yang berasal

dari roughing maupun cleaning sebelum dibuang ke disposal (tempat penampungan

akhir dari tailing). Scavenging dioperasikan hanya dalam jumlah produksi yang besar.

Indikator keberhasilan dalam proses konsentrasi graviti ini biasanya dinyatakan sebagai

tingkat perolehan (recovery) yang merupakan prosentase emas dalam bijih yang diperoleh

melalui konsentrat. Kadar konsentrat adalah prosentase emas dalam konsentrat, kadar

konsentrat 10 % artinya mengindikasikan bahwa konsentrat mengandung emas sebesar 10 %

dari berat emas. Indikator lainnya adalah nilai ratio of concentration yang merupakan

perbandingan antara (berat x kadar) konsentrat dengan (berat x kadar ) umpan (feed). Jika nilai

ratio of concentration = 1,00, ini menunjukkan bahwa proses pengolahan tidak berhasil. Nilai

ratio of concentration pada umumnya akan meningkat sesuai dengan meningkatnya kadar

konsentrat. Pada umumnya semakin tinggi kadar konsentrat, akan semakin rendah jumlah

perolehan. Sejumlah material akan hilang dalam memperoleh kadar konsentrat yang tinggi.

Seperti dalam kasus tertentu, semakin tinggi kadar konsentrat maka akan lebih baik dari pada

mengambil kembali butiran halus dari konsentrat kadar rendah, ini berarti akan mengurangi

biaya pengambilan butiran halus (refinery).

Berikut ini adalah analisis kualitatif untuk tipologi penambangan emas yang dilakukan

oleh masyarakat di Bombana :

Page 14: Placer Mining

1. Penambangan dan perolehan konsentrasi emas dengan cara pendulangan (panning)

Pertama kali emas diketemukan di daerah Bombana berada di sepanjang badan sungai-sungai,

sehingga cara penambangan yang paling cepat, mudah dan sederhana adalah dengan cara

pendulangan (Lihat Foto Gambar 3). Pendulangan dilakukan dengan menggunakan ‘pans’

(dulang) yang terbuat dari kayu bahkan ada yang menggunakan wajan (kuali). Pendulangan

dilakukan di badan sungai atau pada ceruk yang ada airnya, disamping lokasi keterdapatan

emas juga karena air menjadi faktor utama dalam proses pemisahan ini. Butiran emas yang

terdapat di sungai bercampur dengan lumpur, pasir, dan kerikil dikeruk dan langsung

didulang.

Mekanisme dasar pemisahan emas dari material pengotornya adalah perbedaan berat

jenis (specifig gravity) dan aliran atau putaran air ketika dulang digoyang-goyangkan dengan

arah memutar. Material pengotor dengan berat jenis lebih ringan dibandingkan butiran emas

(berat jenis:14 – 19) akan terlempar keluar, sedangkan butiran emas tetap tertinggal pada dasar

dulang (pan). Kelemahan cara ini adalah tingkat perolehan yang masih rendah, walaupun

proses ini sangat ditentukan oleh ketrampilan pendulang. Namun demikian, pada umumnya

masih banyak butiran emas yang halus dan berbentuk pipih ikut terbuang dengan material

pengotornya. Cara penambangan ini dapat dilakukan baik secara individu maupun secara

berkelompok, yang pada umumnya dilakukan oleh masyarakat setempat.

Gambar.2. Foto kegiatan pendulangan emas oleh masyarakat penambang di Bombana

Analisis kualitatif terhadap tipologi penambangan dalam rangka perolehan emas

menunjukkan bahwa penambangan dengan cara pendulangan (panning) pada umumnya

Page 15: Placer Mining

mempunyai kapasitas rendah dan kurang efisien dalam menangkap emas berbutir halus. Hanya

dalam pengoperasiannya sangat sederhana (simple), tidak mahal (murah) biayanya dan praktis

konstruksinya. Pendulangan (panning) secara luas digunakan sebagai metoda perolehan utama

dalam awal penambangan. Namun dalam pengoperasiannya sangat terbatas, karena hanya

emas berbutir kasar saja yang dapat diperoleh, sedangkan partikel emas yang sangat halus

pada umumnya lolos bersama gravel. Hanya sejumlah gravel yang mengandung emas dapat

diproses, ini juga tergantung pengalaman pendulang (panners). Pans (dulang) sesungguhnya

hanya cocok untuk digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan : prospecting

(pencarian emas awal dalam penyelidikan umum), proses cleaning terhadap konsentrat hasil

roughing, atau untuk mengerjakan cebakan eluvial yang kaya akan emas berbutir kasar atau

cebakan yang lokasinya memang terisolasi. Pada awal penambangan di Bombana,

pendulangan masih relevan untuk diterapkan bagi para penambang secara perseorangan,

walaupun secara konseptual masih jauh untuk memenuhi syarat konsep pengelolaan

pertambangan yang baik dan benar. Seperti telah dijelaskan bahwa konsep pengelolaan

pertambangan tersebut hanya cocok bagi level perusahaan yang bermodal besar. Namun

demikian, secara organisatoris (level perusahaan) dibandingkan dengan konsep konsentrasi

graviti menjadi tidak relevan lagi, karena tanpa perencanaan dan koordinasi yang baik dan

benar, masalahnya muncul ketika ribuan orang mendulang pada area yang relatif terbatas,

sehingga tingkat perolehan (recovery) menjadi semakin rendah atau perolehan yang tidak

merata, diantaranya disebabkan oleh:

Peralatan yang digunakan oleh para penambang berupa dulang (pans) yang terbuat

dari kayu dan bahkan menggunakan wajan (kuali) tentunya belum atau tidak

memenuhi standar. Walaupun bentuk dan ukuran bisa bervariasi, namun sebagai

pembanding bahwa standar ‘gold pans’ di Amerika misalnya, mempunyai ukuran

standar sebagai berikut : diameter bagian atas 15 -18 inci, kedalaman lekukan (depth) :

2 – 2,5 inci serta sudut kemiringan sisi-sisinya 30 – 45o dan bahan ‘pans’ bisa terbuat

dari logam atau plastik.

Para penambang yang pada umumnya tidak memiliki ketrampilan dan pengalaman

mendulang, meskipun dasar pengoperasian dulang (pans) relatif sederhana. Perolehan

pendulangan akan menjadi optimal jika material yang akan didulang berbutir relatif

seragam disamping dibutuhkan pengalaman dan ketrampilan pendulang (penambang),

Page 16: Placer Mining

walaupun sesungguhnya dalam pengoperasiannya ketrampilan mendulang bisa

dipelajari dari para pendulang yang telah berpengalaman.

Berikut ini merupakan tahapan cara pendulangan yang mudah dan praktis untuk dapat

digunakan sebagai acuan teknis atau petunjuk yang bagi masyarakat yang akan mendulang:

Tahap pertama : masukkan setengah dari volume ‘pan’ (dulang) dengan bijih atau konsentrat.

Tambahkan ‘pan’ dengan air atau dicelupkan ke dalam air sungai atau kolam

pencucian, campurkan dan aduk material dengan tangan, secara otomatis lumpur (clay)

akan terangkat atau naik ke permukaan air dan cuci beberapa batuan (gravel) yang ada

dan sekaligus untuk memberaikan butiran halus yang menempel pada grevel.

Selanjutnya angkat pan dari permukaan air sungai atau kolam pencucian dan ditiriskan

secara hati-hati.

Tahap ke dua : isi kembali ‘pan’ dengan air (tetapi tidak dibawah permukaan air) dan

pindahkan batuan (gravel, pable) 26 periksa sebelum dibuang. Goyangkan ‘pan’ dari

sisi ke sisi ‘pan’ secara perlahan-lahan dengan gerakan memutar sedemikian rupa

sehingga isi ‘pan’ tidak tumpah ke permukaan air. Diusahakan hanya material dengan

berat jenis ringan saja yang bisa keluar karena goyangan memutar tersebut, yang

secara perlahan-lahan material ringan akan menempati pinggir pan dan keluar ke

permukaan air lewat bibir ‘pans’.

Tahap ke tiga : ‘pan’ secara periodik dicelupkan kembali ke air dan goyangkan kembali

dengann gerakan memutar secara perlahan-lahan dengan putaran yang sama untuk

mengumpulkan konsentrat. Pable yang besar diperiksa dan pindahkan secara periodik

dengan tangan. Butiran emas akan diperoleh berupa konsentrat yang berada pada dasar

pan bersama butiran dengan berat jenis tinggi material lainnya (pasir hitam). Emas

kasar berbentuk ‘nuggets’ dapat langsung dipindahkan, sedangkan emas berbutir halus

mungkin bisa diperoleh atau dipisahkan dengan cara amalgamasi.

2. Penambangan dengan cara penggalian (sumuran, paritan) dan perolehan konsentrasi emas dengan mini ‘sluice box’ dan pendulangan (panning) :

Ketika butiran emas mulai sulit diperoleh pada badan sungai, para penambang mulai

menggali hingga batuan dasar pada tepi sungai dan mengais tebing-tebing sungai. Mengingat

26 Gravel, merupakan salah satu hasil klasifikasi ukuran besar butir material dengan bentuk sudut meruncing (kasar), sedangkan ‘pablle’ dengan bentuk sudut membulat (halus).

Page 17: Placer Mining

cebakan emas yang berada pada lapisan tersebut ditutupi oleh tanah penutup yang cukup tebal,

untuk memperoleh material yang mengandung emas maka para penambang melakukan dengan

cara penggalian. Teknik penggalian yang diterapkan oleh para penambang pada umumnya

dengan cara membuat sumuran atau paritan (Lihat Foto 2, Gambar 4), dan jika penggalian

telah mencapai kedalaman cebakan emas baru dilakukan penggalian ke arah mendatar dan /

atau dengan cara membuat lobang mendatar pada cebakan yang diduga mengandung emas.

Penggalian yang dilakukan secara tidak beraturan, karena tidak terkoordinasi, sehingga

mengakibatkan baik jarak antar lubang maupun arah penambangan juga tidak beraturan. Hasil

penggalian lapisan yang diduga mengandung emas tersebut diangkut keatas atau dikeluarkan

dari lubang sumuran maupun lobang mendatar ke suatu lokasi yang terdapat air, untuk

dilakukan pemberaian dan pendulangan guna memisahkan emas dari material pengotornya.

Cara penambangan demikian ini, pada umumnya dilakukan secara berkelompok, dimana

setiap kelompok terdiri dari 3 – 5 orang. Cara penambangan ini dilakukan oleh masyarakat

setempat yang telah berbaur dengan masyarakat pendatang, khususnya masyarakat penambang

yang berasal dari Menado dan Jawa Barat. Permasalahan yang timbul dari cara penambangan

demikian ini adalah pemborosan sumberdaya mineral, karena sebagian lapisan antara belum

terambil dan sering terjadi kecelakaan tambang, yakni akibat runtuhnya tanah penutup yang

relatif kurang stabil.

Mengingat semakin sulit untuk memperoleh butiran emas yang cukup besar, maka para

penambang berupaya melakukan proses pemisahan untuk memperoleh butiran emas yang

halus. Pemisahan butiran emas dilakukan dengan menggunakan mini ‘sluice box’, terbuat dari

kerangka dan anyaman bambu berbentuk empat persegi panjang yang berukuran panjang (1, 5

m) dan lebar (0,5 m) yang dilapisi karpet. Salah satu bagian ujung dikombinasikan dengan

sebuah kotak terbuka yang dilengkapi dengan jaring yang berfungsi untuk pemberaian dan

menyaring material berbutir kasar (kerikil). Mini ‘sluice box’ tersebut dipasang miring atau

membentuk sudut kecil, sehingga air yang dituangkan secara manual dengan menggunakan

ember kedalam kotak tersebut dapat mengalir diatas karpet (Lihat Foto 3, Gambar 4).

Setelah beberapa kali penuangan (proses), karpet dilepas dan dicuci dalam baskom atau ember

selanjutnya dilakukan pendulangan.

Page 18: Placer Mining

Gambar 4. Penambangan dengan cara membuat sumuran (foto. 2) dan pengoperasian mini

‘sluice box’ (foto. 3).

Analisis kualitatif terhadap tipologi penambangan ini menunjukkan bahwa metoda

penambangan yang dilakukan telah berupaya untuk mengkombinasikan antara sistem tambang

terbuka (surface mining) dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining),

walaupun dilakukan tanpa perencanaan dengan baik dan benar. Permasalahan yang dihadapi

adalah biaya operasional yang tinggi, disamping terbatasnya pengetahuan dan pengalaman

tentang penambangan bawah tanah yang hanya mengadopsi teknologi penambangan dari para

penambang pendatang. Cara penambangan demikian ini pada umumnya dilakukan oleh

masyarakat setempat secara berkelompok yang terdiri 3 – 5 orang dengan modal kecil.

Pengetahuan penambangan tersebut diperoleh setelah mereka berbaur dengan masyarakat

penambang dari luar Bombana, khususnya para penambang yang berasal dari Menado, Jawa

Barat, Kalimantan Selatan, P. Bangka dan P. Belitung. Tipologi penambangan ini dengan

modal dan pengetahuan yang minim jelas tidak akan dapat memenuhi konsep pengelolaan

pertambangan yang baik dan benar.

Sedangkan secara konseptual tentang metoda perolehan konsentrasi graviti prinsipnya

tidak jauh berbeda dengan tipologi penambangan sebelumnya (tipe pertama). Perbedaannya

bahwa dalam tipologi ini ada proses pemilihan, pencucian dan pemberaian material sebagai

umpan (feed) proses pendulangan (panning) atau sudah dilakukan proses ‘roughing’ walaupun

dilakukan secara manual (hand picking) dan proses ‘cleaning’ yang dilakukan secara

Page 19: Placer Mining

bersamaan dengan proses roughing. Perbedaan lainnya yang menojol pada upaya penerapan

konsep perolehan konsentrasi gravimetri, dimana proses ‘roughing’ dan ‘cleaning’ dilakukan

secara terpisah, walaupun dalam pengoperasian kedua tahap tersebut belum memadai.

Terutama dalam tahap ‘roughing’ dimana peralatan yang digunakan masih sangat sederhana ,

yakni berupa mini ‘sluice box’. Kelemahan cara ini, walaupun dapat menangkap butiran emas

yang halus namun kapasitas produksi masih relatif rendah. Karena aliran air yang diskontinyu

atau tidak tetap dan aliran air tidak merata bahkan kadang-kadang aliran air terlalu besar,

sehingga kemungkinan besar masih banyak butiran emas berbutir halus terbuang bersama

aliran air.

Secara konseptual, sesungguhnya peralatan lainnya selain ‘pans’ adalah ‘rocker’27.

disamping cukup sederhana, efektif dan relatif murah biaya pengoperasiannya dan dapat

digunakan secara berkelompok. Alat konsentrasi ini terbuat dari kayu, yakni terdiri dari

sebuah ‘sluice box’, yang dilengkapi dengan ‘screen’ dan ‘apron’ 28. Pada bagian dasar atau

lantai ‘sluice box’ dipasang ‘rifflers’ untuk membentuk aliran air secara turbulensi sehingga

dapat menangkap atau menjebak butiran emas yang terbawa oleh aliran air. Saringan (screen)

dapat berperan untuk memotong material kasar tetapi cukup lunak, sehingga memberi

kesempatan lempung (clay) dapat terberai secara lebih sempurna, dengan demikian semua

partikel emas berbutir halus dapat terlepas (bebas) dari ikatan lempung. Saringan berukuran

(16 – 20 ) inci dengan lebar lubang bukaan (opening) sekitar 0,5 inci. Material halus yang

tercuci akan jatuh dan lolos melalui lubang bukaan, selanjutnya akan terbawa aliran air serta

jatuh diatas ‘apron’ yang dipasang miring (menyudut). ‘Apron’ berperan untuk mengarahkan

atau membawa semua material ke ujung atas ‘rocker’.

Walaupun bentuk dan ukuran ‘rocker’ bisa bervariasi, tetapi konstruksi secara umum

tergantung dari material yang ada, ukuran butir emas yang akan diperoleh, dan ditentukan oleh

pengalaman penambang. Namun konstruksi pada umumnya mempunyai panjang (24 – 60)

inci, lebar (12 – 25) inci dan tinggi (6 – 14) inci, sebagaimana diilustrasikan pada skema

gambar berikut ini (Gambar 5).

27 Rockers, adalah sejenis alat konsentrasi graviti atau sama dengan ‘sluice box’ tetapi dtlengkapi dengan ‘screen’ dan ‘apron’.

28 Screen, adalah saringan yang terbuat dari kawat atau plat yang dilubangi. ‘Apron’ terbuat dari kanvas yang dilubangi secara mendatar (strip) yang berfungsi untuk mengarahkan material ke ujung atas ‘rockers’.

Page 20: Placer Mining

Gambar 5. Skema sederhana sebuah ‘rocker washer’ (Sweef, 1980 dalam Silva, 1986)

Bagian terpenting dari sebuah ‘rocker’ adalah ‘sluice box’, yang secara umum

didefinisikan sebagai ‘artificial channel’ yang dikontrol oleh sejumlah aliran air. ‘Sluice box‘

dengan ‘riffles’ merupakan salah satu bentuk alat pemisahan secara graviti tertua yang masih

digunakan hingga kini. Berbagai macam bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan ‘sluice

box’ ini, bisa terbuat dari kayu, aluminium, plastik dan baja. ‘Slice box’ yang berukuran kecil

terbuat dari aluminium atau baja dan mudah diangkut (portable), biasa digunakan untuk

‘prospecting’ 29. Walaupun ukuran panjang ‘sluice box’ bisa mencapai ratusan feet yang

dipasang secara bertingkat dan biasa disebut sebagai ‘long toms’, namun pada umumnya

mempunyai panjang 12 feet dan lebar 1 feet. ‘Sluice box’ yang berukuran panjang lebih efisien

dari pada ‘sluice box’ yang berukuran pendek tetapi lebar. Kemiringan sudut pemasangan

berkisar (4 – 18 inci) untuk setiap panjang 12 feet atau (1-1/6 hingga 1- ¾) inci untuk setiap

29 Prospecting, merupakan tahap penyelidikan awal dari tahapan pertambangan

Page 21: Placer Mining

panjang 1 foot. Kondisi tersebut tergantung pada jumlah air yang tersedia, ukuran material

yang diproses serta ukuran partikel emas yang akan diperoleh. ‘Sluice box’ dalam

pengoperasiannya memerlukan sejumlah air pencuci, namun jika terlalu besar air yang

dialirkan ke dalam umpan (feed) dapat mengakibatkan lapisan pasir yang mengandung emas

hilang keluar dari dasar ‘sluice box’. Oleh karena itu, penggunaan ‘riffles’ menjadi penting,

karena ‘riffles’ di dalam ‘sluice’ dapat memutar kembali material-material di dalam aliran air

terperangkap membentuk lapisan pasir berupa partikel dengan berat jenis tinggi dan

terbentuknya gaya putaran (turbulance). Gerakan putaran ini lah yang menyebabkan partikel

berat jatuh terguling dan dengan cepat terperangkap oleh media lekukan (Gambar 6). ‘Riffles’

ini bisa terbuat dari kayu, batu, besi atau baja dan pada umumnya berukuran tinggi 0,5 -1 inci

Disamping ‘riffles’, material lainnya berupa karpet (carpet), ‘courdoroy’, ‘burlap’ dan

digunakan pada dasar ‘sluice’ untuk meningkatkan perolehan emas berbutir halus.

Gambar 6. Ilustrasi peran pemisahan ‘riffles’ dalam sebuah ‘sluice’ (Modifikasi Silva, 1986 dari Pryer, 1963)

Tingkat perolehan emas dari ‘sluice box’ bisa bervariasi yang tergantung dari sejumlah

faktor. Oleh karena itu, untuk mengatasi kehilangan emas dapat dilakukan dengan cara

pencucian kembali dengan frekuensi lebih dari satu kali, mengurangi kecepatan aliran lumpur

(slurry) hingga kecepatan alir 2-3 feet per menit, dan / atau mengurangi jumlah umpan (feed)

dan biasanya dilakukan dengan menggunakan saringan. Sebagai ilustrasi tentang gambar

teknik secara detil yang dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pembuatan sebuah

‘rocker’ disajikan pada gambar 7.

Page 22: Placer Mining

Gambar 7. Gambar teknik dan bagian dari sebuah ‘rocker’ (Silva, 1986)

Keterangan :

Page 23: Placer Mining

A. Ujung (end), 1 buah, berukuran : (tebal x lebar x panjang) = (1 x 14 x 16) inci.

B. Sisi (sides), 2 buah, berukuran : (tebal x lebar x panjang) = (1 x 14 x 48) inci.

C. Bawah (bottom), 1 buah, berukuran : (tebal x lebar x panjang) = (1 x 14 x 44) inci.

D. Middle spreader, 1 buah, berukuran : (tebal x lebar x panjang) = (1 x 6 x 16) inci.

E. End spreader, 1 buah, berukuran : (tebal x lebar x panjang) = (1 x 6 x 16) inci.

F. Rockers, 2 buah, berukuran : (tebal x lebar x panjang) = (2 x 6 x 17) inci. (berlapis)

H. Screen, luas dimensi luar bottom screen, sekitar 16 inci 2. 4 buah, berukuran : (tebal x

lebar x panjang) = (1 x 4 x 15 1/4) inci dan 1 buah screen dengan luas16 inci 2 atau

lubang bukaan ½ inci atau lapisan logam yang dilobangi sesuai dengan lobang

bukaan (opening)

K. Apron, terbuat dari canvas (1 x 2) inci strips covered loosely. Untuk cleadts dan

apron, dll, 27 feet (1 x 2) inci. 5 buah iron rod : 3/8 inci x 19 inci (panjang).

I. Handle, yang ditempatkan pada screen.

3. Penambangan dengan cara tambang semprot dengan ‘sluice box’ dan pendulangan

Mengingat cara penambangan sebelumnya secara acak dan tingkat perolehan yang masih

rendah, dimana masih banyak butiran emas yang tertinggal maka para penambang menerapkan

tambang semprot. Penambangan tersebut dilakukan pada area bekas penambangan

sebelumnya (tailing). Teknik penambangan ini dilakukan seperti halnya yang diterapkan pada

tambang timah di Bangka – Belitung maupun pada tambang intan di Martapura (Kalimantan

Selatan). Penambangan dimulai dengan penyemprotan melalui alat penyemprot (monitor) pada

tumpukan material (tailing) pada area bekas penambangan terdahulu untuk memberaikan

material, selanjutnya material dalam bentuk pulp disedot dan di alirkan menuju palong (sluice

box). Untuk keperluan tersebut, minimal diperlukan dua buah pompa (4 PK) dan selang air (1

inci) untuk ukuran sluice box kecil serta pompa (24 PK) dan selang air (3 inci) untuk ukuran

sluice box besar, dan juga tergantung dari jauh dekatnya lokasi penambangan dengan sumber

air. Palong (sluice box) terbuat dari kerangka kayu dan papan berbentuk kotak empat persegi

panjang berukuran panjang (3 m), lebar (1 m) dan tinggi (0,3 m), yang alasnya dilapisi

dengan karpet dan riffle (Lihat Foto Gambar 8). Ujung atas palong dipasang kotak terbuka

Page 24: Placer Mining

(feeder) yang dilengkapi dengan saringan (grizly) untuk menyaring material yang berukuran

kasar (gravel). Satu unit palong bisa terdiri dari 1-3 rangkaian ‘sluice box’ yang dipasang

secara bertingkat dengan arah memanjang. Palong dipasang diatas penyangga dengan sudut

kemiringan tertentu, sehingga pulp bisa mengalir ke bawah. Pada waktu tertentu, karpet

dilepas dan ditampung dalam baskom pencuci untuk melepaskan material yang mengandung

emas yang terperangkap dalam karpet, selanjutnya dilakukan pendulangan guna memisahkan

butiran emas dari material pengotornya.

Penambangan dengan cara ini yang dilakukan di daerah Tahi ite, tidak hanya pada

sungai utama, tetapi kini sudah merambah pada cabang-cabang sungai kering (intermiten) 30 ke

arah hulu sungai. Permasalahan yang dihadapi adalah masalah ketersediaan air, penyemprotan

dilakukan pada tebing-tebing sungai yang terjal, sehingga besar kemungkinan terjadinya

longsoran. Cara penambangan ini dilakukan secara berkelompok (5-10 orang) oleh anggota

masyarakat yang cukup modal (pemodal), dan salah satu anggotanya biasanya berasal dari luar

Bombana, khususnya dari P. Bangka atau Martapura (Kalimantan Selatan) yang telah

berpengalaman dalam tambang semprot.

Gambar 8. Foto kegiatan tambang semprot

Analisis kualitatif untuk tipologi penambangan ini menunjukkan bahwa secara

konseptual tambang semprot sesuai dengan teknik penambangan yang lazim digunakan untuk

30 Intermeten, adalah tidak tetap, misalnya sungai yang berair hanya ketika musim hujan.

Page 25: Placer Mining

tipe ‘cebakan emas placer’ pada umumnya. Kondisi demikian dapat dipahami, mengingat

pengoperasiannya dikoordinir oleh penambang yang berpengalaman dari luar Bombana. Pada

umumnya koordinator direkrut dari kalimantan Selatan, P. Bangka dan P. Belitung yang telah

berpengalaman dalam tambang semprot dan didukung oleh para pemodal. Walaupun secara

teknis dapat diklasifikasikan sebagai kategori ‘pertambangan rakyat’, namun secara umum

belum bisa dikatakan demikian, karena pengelolaan penambangannya belum memenuhi syarat

atau sesuai dengan kaidah-kaidah pertambangan yang baik dan benar.

Sedangkan secara konseptual tentang metoda perolehan konsentrasi graviti pada

prinsipnya bahwa proses pemberaian dilakukan secara terpisah, yakni melalui penyemprotan

dengan air yang bertekanan tinggi dengan menggunakan pompa air dan ‘monitor’. Proses

‘roughing’ dilakukan dengan sebuah ‘sluice box’ atau 3 (tiga) buah ‘sluice box’ yang dipasang

secara bertingkat. Sementara untuk proses ‘cleaning’ dilakukan secara terpisah dengan proses

‘roughing’ melalui pendulangan (panning). Beberapa kelemahan yang terlihat, diantaranya

pada sudut kemiringan terlalu besar (> 5 o) dan lapisan aliran air (slury) terlalu besar, sehingga

kemungkinan partikel emas halus lolos bersama aliran air.

4. Penambangan dengan cara kombinasi tambang mekanis, semprot dan multi ‘sluice box’ dan pendulangan.

Lokasi penambangan dilakukan secara terpisah dengan unit pengolahan. Penambangan dengan

cara ini dilakukan secara mekanis dengan menggunakan peralatan berat seperti ‘buldozer’

berfungsi untuk pengupasan tanah penutup dan meratakan tanah dan ‘back hoe’ berfungsi

sebagai alat gali dan alat muat, serta ‘dump truck’ berfungsi sebagai alat angkut hasil

penggalian. Material hasil penambangan diangkut ke lokasi pengolahan, yang pada umumnya

dekat dengan sumber air. Unit pengolahan terdiri beberapa unit ‘sluice box’ yang terbuat dari

papan yang dilapisi karpet tetapi tanpa menggunakan penyangga dan dipasang sejajar dengan

arah memanjang dengan kemiringan tertentu. Pada ujung atas ‘sluice box’ dibangun landasan

yang terbuat dari beton dengan kemiringan hampir sama dengan kemiringan ‘sluice box’.

Landasan tersebut berperan sebagai tempat pemberaian material hasil penambangan yang

dilakukan dengan menggunakan alat seprot (monitor), hasil penyemprotan berupa lumpur

(slury) yang mengalir kedalam unit ‘sluice box’ menuju tempat penampungan tailing (Lihat

Foto Gambar 9). Untuk keperluan pengolahan tersebut, diperlukan beberapa unit pompa dan

Page 26: Placer Mining

selang air dengan kapasitas yang besar. Pada unit pengolahan dilengkapi dengan beberapa

kolam penampung air dan dan kolam penampungan limbah (tailing). Cara penambangan ini

dilakukan oleh pemodal besar atau perusahaan tambang swasta (PT. Panca Logam Makmur)

yang bermitra dengan masyarakat penambang dengan sistem bagi hasil.

Gambar 9. Foto kegiatan penambangan semi mekanis

Analisis kualitatif untuk tipologi penambangan ini menunjukkan bahwa secara

konseptual penambangan secara mekanis dengan menggunakan peralatan berat (excavator)

lazim digunakan pada tipe ‘cebakan bijih placer’ seperti yang dilakukan pada tambang timah

di P. Bangka. Tipologi penambangan ini dilakukan oleh perusahaan swasta (PT. Panca Logam

Makmur) yang bermitra dengan masyarakat setempat. Baik secara teknis maupun

organisatoris menunjukkan bahwa tipologi penambangan tersebut dapat diklasifikasikan

sebagai ‘pertambangan rakyat’, karena relatif memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan

pertambangan yang baik dan benar.

Sedangkan secara konseptual tentang metoda perolehan konsentrasi graviti pada

prinsipnya bahwa proses pemberaian dilakukan secara terpisah, yakni melalui penyemprotan

dengan air bertekanan tinggi dengan menggunakan pompa air dan ‘monitor’. Proses

‘roughing’ dilakukan dengan multi ‘sluice box’ yang dipasang pada beberapa tempat di lokasi

unit pengolahan. Sementara untuk proses ‘cleaning’ dilakukan secara terpisah dengan proses

‘roughing’, yaitu melalui proses pendulangan (panning). Beberapa kelemahan yang terlihat,

diantaranya bahwa pada saat pemberaian material sebagai umpan (feed) semburan air masih

terlalu besar (kurang kontrol) sehingga lapisan aliran air (slury), sehingga kemungkinan

Page 27: Placer Mining

partikel emas halus masih bisa lolos bersama aliran air walaupun pada sudut kemiringan relatif

kecil (< 5 o). Proses pemisahan yang dilakukan oleh perusahaan yang bermitra dengan

masyarakat penambang untuk sementara ini terkesan hanya untuk mengejar produksi dengan

cepat, walaupun dikemudian hari ampas (tailing) ditampung dan bisa di olah kembali pada

masa mendatang. Seharusnya opada tataran perusahaan, secara konseptual mampu untuk

menerapkan metoda konsentrasi graviti secara lengkap, dimana konsentrasi graviti dapat

dilakukan kombinasi dari ketiga tahapan, yakni ‘roughing’, ‘cleaning’ dan ‘scavenging’.

Sementara peralatan yang digunakan masih terlalu sederhana, seharusnya peralatan pemisahan

metode graviti yang lebih modern dapat diterapkan pada level perusahaan ini, sehingga

perolehan emas menjadi lebih optimal.

Diantara ke-empat tipologi penambangan emas di Bombana nampak bahwa 3 (tiga)

tipologi penambangan yang dilakukan oleh masyarakat di Bombana (tipe 1, 2 dan 3) pada

umumnya kurang sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan pertambangan yang baik dan

benar. Walaupun secara konseptual perolehan emas melalui konsentrasi graviti antara proses

‘roughing’ dan ‘cleaning’ telah dilakukan, namun karena keterbatasan modal dan pengetahuan

maka perolehan emas belum optimal. Sementara penambangan yang dilakukan oleh

masyarakat yang bermitra dengan perusahaan (tipe 4) relatif lebih memenuhi syarat

pengelolaan pertambangan yang baik dan benar dibandingkan tipologi sebelumnya. Namun

secara konseptual, belum dilakukan konsentrasi graviti secara lengkap, yaitu belum

dilakukannya tahapan ‘scavenging’. Seharusnya untuk level perusahaan yang bermitra dengan

masyarakat penambang ini mampu melakukannya dengan peralatan konsentrasi graviti yang

lebih modern, sehingga perolehan emas menjadi lebih optimal.

Analisis Dampak Teknik Penambangan Emas di Bombana

1. Dampak penambangan dan perolehan emas dengan cara pendulangan

Penambangan dengan cara pendulangan, secara umum tidak menimbulkan kerusakan

lingkungan yang cukup berarti karena hanya menggunakan peralatan sederhana, dan secara

fisik hanya nampak penurunan kualitas air seperti meningkatnya tingkat kekeruhan air. Namun

ketika jumlah pendulang mencapai ribuan orang, dampak penambangan yang ditimbulkan

Page 28: Placer Mining

menjadi penting untuk diperhatikan. Tidak hanya faktor perubahan fisik lingkungan yang

berubah, tetapi juga faktor dampak turunannya seperti : kebersihan dan kesehatan lingkungan

yang cenderung menurun. Karena para penambang juga membawa keluarganya, tinggal di

lokasi penambangan dengan mendirikan tenda di sekitar sungai (Gambar 10).

Gambar 10. Foto kondisi fisik lingkungan penambangan

Disamping air sungai menjadi lebih keruh dan kental atau berupa lumpur, juga tidak

terdapat fasilitas yang mendasar seperti kebutuhan air untuk MCK dan lain-lainya, sehingga

lingkungan menjadi rawan akan terjangkitnya penyakit muntaber. Meningkatnya jumlah

penambang tersebut juga mengakibatkan penambangan (pendulangan) menjadi tidak efektif,

karena disamping penambang tidak terampil juga wilayah penambangan yang diacak atau

menjadi tidak beraturan. Hasil pendulangan menjadi jauh berkurang, disamping semakin

menipisnya jumlah cadangan juga banyak butiran emas halus yang tidak terambil. Kondisi

seperti itu cenderung mengakibatkan pemborosan sumberdaya mineral.

2. Dampak penambangan dengan cara penggalian (sumuran, paritan) dan perolehan emas dengan mini ‘sluice box’ pendulangan (panning)

Semakin meningkatnya jumlah penambang, terutama dengan masuknya para penambang dari

luar Kabupaten Bombana yang memberikan pengalaman cara menambang dari tempat

asalnya, diantaranya melakukan penggalian dengan cara membuat sumuran atau paritan

disekitar badan sungai. Penggalian tersebut bertujuan untuk memperoleh lapisan tanah yang

diduga mengandung emas, pemisahan butiran emas dari material pengotornya dilakukan

Page 29: Placer Mining

dengan cara pendulangan di sungai yang ada airnya. Dampak perubahan fisik di sekitar badan

sungai semakin penting untuk diperhatikan. Lubang bukaan (sumuran, paritan) yang dibuat

tidak beraturan disamping merusak bentang alam juga terjadinya longsoran yang berpotensi

terjadinya kecelakaan tambang dan bahkan mengakibatkan kematian. Aliran sungai menjadi

semakin tidak jelas, terutama diakibatkan oleh tanah buangan hasil penggalian, dan juga tidak

semua lapisan yang diduga mengandung emas dapat terambil. Proses pemisahan butiran emas

dari mineral pengotornya, yakni dengan menggunakan peralatan tambahan berupa mini ‘sluice

box’ dan pendulangan tetapi tidak dilakukan dengan baik dan benar, karena terbatasnya

pengetahuan dan peralatan serta kecilnya modal kerja. Melalui proses tersebut butiran emas

yang relatif halus dapat ditangkap, walaupun hasil yang diperoleh masih belum optimal.

3. Dampak penambangan dengan cara tambang semprot dan perolehan konsentrasi graviti dengan menggunakan ‘sluice box’ dan pendulangan (panning).

Semakin terbatasnya area yang dapat ditambang, beberapa upaya yang dilakukan oleh para

penambang yang didukung oleh pemodal teknik penambangan berkembang, yakni

menerapkan tambang semprot seperti yang dilakukan baik pada tambang timah di Bangka dan

Belitung maupun pada tambang intan di Martapura. Penerapan tambang semprot ini

menempati bekas area penambangan sebelumnya, bertujuan untuk mengambil atau

memanfaatkan tailing dan lapisan tanah yang diduga masih mengandung emas yang masih

tersisa. Pemisahan butiran emas terhadap material pengotornya dilakukan dengan

menggunakan palong (sluice box), beberapa kelemahan yang nampak di lapangan adalah

kemiringan palong dengan sudut kemiringan lebih besar dari 5o dan aliran air masih terlalu

deras, sehingga butiran emas halus kemungkinan besar terbawa oleh aliran air bersama-sama

dengan tailing. Dampak penambangan ini cenderung menimbulkan kerusakan fisik

lingkungan yang semakin parah, tidak hanya permukaan tanah yang tidak merata tetapi juga

terbentuk ceruk atau semacam kubangan lumpur yang cukup dalam. Kondisi tersebut juga

dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, yang merupakan sumber penyakit.

Walaupun demikian, tailing yang terbuang disamping lumpur terdapat juga pasir dan kerikil

yang terkonsentrasi yang sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan sebagai

hasil sampingan. Kini dengan semakin terbatasnya area penambangan, tambang semprot

tersebut tidak hanya menempati bekas penambangan sebelumnya, tetapi juga sudah merambat

Page 30: Placer Mining

ke tebing anak sungai intermiten. Disamping berpotensi terjadinya longsoran, juga dapat

mengakibatkan badan sungai menjadi semakin melebar.

4. Dampak penambangan dengan cara kombinasi tambang mekanis, semprot dan perolehan konsentrasi graviti dengan multi ‘sluice box’ dan pendulangan.

Penambangan dengan cara ini dilakukan oleh masyarakat penambang yang bermitra dengan

perusahaan swasta (PT. Panca Logam Makmur) yang telah mempunyai izin eksploitasi.

Dampak penambangan ini belum nampak begitu kelihatan nyata, karena masih baru

berlangsung sambil melakukan tahap penyiapan (development), tetapi yang jelas lebih baik

dari cara penambangan sebelumnya karena sebelum tambang beroperasi telah dilakukan studi

kelayakan terlebih dahulu. Dengan semakin menumpuknya ‘tailing’, lambat laun akan

menimbulkan permasalahan baru, untuk itu sedang dipikirkan tentang bagaimana cara

memanfaatkan ‘tailing’ tersebut menjadi produk sampingan (by product). Sebagian dari

pengolahan hasil penambangan ini dilakukan bermitra dengan masyarakat penambang dengan

sistem bagi hasil, mayarakat yang mengolah mendapat bagian 24 %. Menurut masyarakat

penambang, walaupun hasilnya sedikit, tetapi ada kepastian pendapatan dan memperoleh

jaminan kesehatan maupun kecelakaan. Bagi masyarakat penambang, yang penting dapat

bekerja dengan tenang atau tidak digusur, meskipun kini belum adanya kepastian jaminan

masa depan.

Kesimpulan :

Hasil analisis secara kualitatif menunjukkan bahwa tipologi penambangan emas oleh

masyarakat di Bombana ada 4 tipe, yakni :

Tipe 1: penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat secara perseorangan dengan cara

pendulangan (panning) tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penambangan yang baik dan

benar. Walaupun secara konseptual masih relevan dengan konsep metoda perolehan

secara konsentrasi graviti untuk penambangan awal, namun penerapan metoda

pendulangan (panning) ini menjadi bermasalah ketika penambang jumlahnya ribuan

pada lokasi yang relatif terbatas dan sebetulnya metoda pendulangan (panning) ini

hanya cocok untuk pekerjaan ‘prospecting’. Dampak penambangan tipologi ini pada

Page 31: Placer Mining

awalnya kerusakan lingkungan tidak cukup berarti, namun dengan bertambahnya

ribuan penambang maka kerusakan lingkungan menjadi penting untuk diperhatikan.

Tipe 2:penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat secara berkelompok, namun

karena kekurangan modal dan pengetahuan dan belum terorganisir dengan baik dan

benar, sehingga masih jauh dari persyaraan pengelolaan pertambangan yang baik dan

benar. Walaupun secara konseptual perolehan konsentrasi graviti telah diterapkannya

tahap ‘roughing’ dan ‘cleaning’ secara terpisah, namun karena peralatan kurang

memadai sehingga perolehan emas menjadi kurang optimal. Dampak akibat kegiatan

penambangan ini selain terjadinya pemborosan sumber daya mineral, juga terjadinya

kerusakan secara fisik menjadi semakin parah karena tanpa adanya perencanaan yang

baik dan benar.

Tipe 3:penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat secara berkelompok dengan

dukungan penyandang dana dan koordinator berpengalaman, tetapi karena tidak

dilakukan perencanaan yang baik dan bahkan cenderung sebagai petualang. Tipologi

penambangan ini jelas tidak memenuhi persyaratan pengelolaan pertambangan yang

baik dan benar. Secara konseptual perolehan konsentrasi graviti relatif lebih baik

dibandingkan dengan tipologi penambangan sebelumnya (tipe 1 dan 2), tetapi karena

tanpa perencanaan dengan baik dan benar mengakibatkan kerusakan fisik lingkungan

akibat penerapan teknik penambangan ini menjadi semakin parah.

Tipe 4:penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat dengan bermitra perusahaan

swasta dimana masyarakat hanya melakukan pemisahan atau pengolahan saja,

sementara penambangannya dilakukan oleh perusahaan secara tambang mekanis.

Tipologi penambangan ini relatif lebih memenuhi persyaratan pengelolaan

pertambangan yang baik dan benar ketimbang tipologi sebelumnya (tipe 1, 2 dan 3).

Karena disamping adanya dukungan modal, juga didukung oleh peralatan dan

pengetahuan yang lebih memadai. Walaupun secara konseptual perolehan konsentrasi

graviti belum dilakukannya tahap ‘scavenging’ dan seharusnya mampu menggunakan

peralatan konsentrasi graviti yang lebih modern sehingga perolehan emas menjadi

lebih optimal. Tipologi penambangan ini lebih menjanjikan, karena telah dilakukan

perencanaan penambangan dengan baik sehingga kerusakan lingkungan dapat

diminimalisir.

Page 32: Placer Mining

Daftar Pustaka

http://korpcitaka.wordpress.com/2008-09-22/tambang emas diketemukan di bombana.

http: //www.majalah tambang.com/2008-11-19/merebut rezeki emas bombana.

http: //www.dim.esdm.go.id/2005-04-05/endapan placer.

Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008.

Iskandar Zulkarnain, dkk, Dinamika dan Peran Pertambangan Rakyat di Indonesia, LIPI Press, 2007

Suyartono, 2003, “Good Mining Practice” Konsep tentang Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan Benar, Studi Nusa, 2003.

Michael Silva, Placer Gold Recovery Methods, California Department of Concervation Division of Mines and Geology, 1986.

Spiller D.E, Gravity Separation of Gold –then and now, Denver, Colorado, 1983

Page 33: Placer Mining

Bab IV.

Penambangan Emas Di Bombana: Tipologi dan Dampaknya

1. Latar Belakang

- Jenis cebakan emas dan teknik penambangan secara umum

- Potensi emas di Bombana dan teknik penambangan emas oleh masyarakat

- Mengapa hal itu menjadi untuk ditulis:

a. Penambangan emas placer (letakan) di Indonesia relatif jarang case study penting

b. Teknik penambangan tidak efisien, tidak efektif dan berbahaya

2. Tipologi Penambangan Emas di Bombana:

- Data empiris yang ada di Bombana

- Dianalisis dengan menggunakan konsep yang ada

a. tunjukkan perbedaan kegiatan di level perusahaan dengan masyarakat

b. mengapa perbedaan itu terjadi?

3. Analisis Dampak Teknik Penambangan Emas Di Bombana:

- Analisis teknik yang digunakan masyarakat tidak efisien

- Apa dan bagaimana yang harus dilakukan untuk membawa teknik penambangan masyarakat tersebut menuju kondisi yang diinginkan konsep tersebut. (perbaikan teknologi penambangan)

4. Kesimpulan: (Kesimpulan di Bombana lho!!!! View dan solusi alternatif)