plagiarism checker x originality...

102
Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 23% Date: Tuesday, May 05, 2020 Statistics: 6119 words Plagiarized / 26740 Total words Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement. ------------------------------------------------------------------------------------------- MENGGAGAS MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN Penulis : Kadek Aria Prima Dewi PF Editor : I Ketut Sudarsana Penerbit: Yayasan Gandhi Puri ISBN : 978-623-93011-6-3 Edisi Pertama : 5 Mei 2020 PENGANTAR Isu krisis lingkungan masih menjadi topik yang hangat di berbagai belahan dunia. Pemerintah membangun beragam strategi untuk mengurangi kerusakan lingkungan dengan memberdayakan semua sektor pembangunan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan peran serta sekolah untuk melakukan edukasi dan langkah kongkrit guna mengintervensi perilaku-perilaku yang diperlukan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pada Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Nasional tahun 2010, karakter peduli lingkungan merupakan salah satu karakter yang wajib dikembangkan dan diinternalisasi melalui program sekolah, yang tidak hanya diaktualisasikan dalam program pembelajaran, namun juga dikembangkan untuk meningkatkan peran masyarakat dan keluarga dalam pendidikan formal. Untuk itu digagas sebuah penelitian yang berupaya untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan dengan memberdayakan peran masyarakat di dalamnya, dengan harapan model ini tidak hanya dapat mengintervensi para peserta didik untuk berlaku bijak terhadap lingkungan, namun juga mampu menggerakan keluarga untuk berperan dalam pembentukan karakter peserta didik. Semoga karya ini dapat menjadi referensi dalam pengembangan pendidikan karakter lingkungan pada Lembaga Pendidikan Formal. Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI v URGENSI PEMBUDAYAAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DI SEKOLAH 1 PENDIDIKAN NILAI BERBASIS KOMUNITAS 9 A. DEFINISI NILAI 9 B. PENDIDIKAN NILAI 17 C. PENDIDIKAN BERBASIS

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 23%

Date: Tuesday, May 05, 2020

Statistics: 6119 words Plagiarized / 26740 Total words

Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.

-------------------------------------------------------------------------------------------

MENGGAGAS MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN Penulis : Kadek

Aria Prima Dewi PF Editor : I Ketut Sudarsana Penerbit: Yayasan Gandhi Puri ISBN :

978-623-93011-6-3 Edisi Pertama : 5 Mei 2020 PENGANTAR Isu krisis lingkungan masih

menjadi topik yang hangat di berbagai belahan dunia. Pemerintah membangun

beragam strategi untuk mengurangi kerusakan lingkungan dengan memberdayakan

semua sektor pembangunan.

Salah satunya adalah dengan meningkatkan peran serta sekolah untuk melakukan

edukasi dan langkah kongkrit guna mengintervensi perilaku-perilaku yang diperlukan

untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pada Kerangka Acuan Pendidikan Karakter

Nasional tahun 2010, karakter peduli lingkungan merupakan salah satu karakter yang

wajib dikembangkan dan diinternalisasi melalui program sekolah, yang tidak hanya

diaktualisasikan dalam program pembelajaran, namun juga dikembangkan untuk

meningkatkan peran masyarakat dan keluarga dalam pendidikan formal.

Untuk itu digagas sebuah penelitian yang berupaya untuk mengembangkan karakter

peduli lingkungan dengan memberdayakan peran masyarakat di dalamnya, dengan

harapan model ini tidak hanya dapat mengintervensi para peserta didik untuk berlaku

bijak terhadap lingkungan, namun juga mampu menggerakan keluarga untuk berperan

dalam pembentukan karakter peserta didik. Semoga karya ini dapat menjadi referensi

dalam pengembangan pendidikan karakter lingkungan pada Lembaga Pendidikan

Formal.

Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI v URGENSI PEMBUDAYAAN

KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DI SEKOLAH 1 PENDIDIKAN NILAI BERBASIS

KOMUNITAS 9 A. DEFINISI NILAI 9 B. PENDIDIKAN NILAI 17 C. PENDIDIKAN BERBASIS

Page 2: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

KOMUNITAS 20 D. PENDIDIKAN NILAI BERBASIS KOMUNITAS 25 PENDIDIKAN NILAI

DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM TERSEMBUNYI (HIDDEN CURRICULUM ) 27 A. IKLIM

SEKOLAH 29 B.

KEKUATAN DAN PERAN PADA SISTEM INFORMAL 31 C. SISWA DAN SISTEM INFORMAL

32 D. GURU DAN SISTEM INFORMAL 33 PENDIDIKAN NILAI DALAM PERSPEKTIF

PERKEMBANGAN DAN PENDIDIKAN MORAL 35 PENDIDIKAN MORAL EMILE DURKHEIM

35 PERKEMBANGAN MORAL PIAGET 37 STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

41 A. PEMBELAJARAN DI KELAS 42 B. HABITUASI 44 C. EKTRAKURIKULER 45 D.

KETERLIBATAN/PARTISIPASI MASYARAKAT 46 MODEL PENDIDIKAN NILAI BERBASIS

KOMUNITAS 50 PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN NILAI BERBASIS KOMUNITAS

50 ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN NILAI BERBASIS KOMUNITAS 77

PENUTUP 100 REFERENSI 105 BAB I URGENSI PEMBUDAYAAN KARAKTER PEDULI

LINGKUNGAN DI SEKOLAH Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang

utuh, manusia sebagian besar menggantungkan hidupnya pada lingkungan, demikian

pula sebaliknya kelestarian lingkungan juga sangat tergantung pada perilaku manusia

terhadap, seringkali kecerdasan manusia tidak dipergunakan dengan baik dalam

pengelolaan lingkungan.

Sehingga memasuki abad 21, isu krisis lingkungan semakin merebak. Berdasarkan hasil

survey Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2012, Indonesia terkategori sebagai

negara yang memiliki tingkat kepedulian terhadap lingkungan yang masih rendah

sejumlah 57% (Kementerian Lingkungan Hidup, 2013).

Dilakukan berbagai cara untuk merubah perilaku manusia, agar semakin bijak dalam

mengelola lingkungan, sehingga program pembudayaan kepedulian masyarakat

terhadap lingkungan menjadi salah satu prioritas utama di berbagai negara sebagai

usaha untuk menjaga perilaku manusia agar tetap bijak mengelola lingkungan, salah

satunya adalah sector pendidikan.

Beberapa program yang dikembangkan pada sektor Pendidikan seperti program

sekolah Adi Wiyata, penambahan mata pelajaran Pendidikan Lingkungan, Penguatan

Pendidikan Karakter serta program-program serupa lainnya. Akan tetapi strategi yang

dikembangkan pada sektor Pendidikan, utamanya pada Lembaga pendidikan formal

belum dapat merubah kondisi tersebut secara signifikan, salah satu penyebab program

tersebut tidak berjalan dengan lancer adalah kurangangnya dukungan dan konsistensi

segenap anggota sekolah dalam menyelenggarakan program-program peduli

lingkungan. Sekolah menjadi salah satu sektor yang penentu dalam merubah sikap atau

perilaku individu yang peduli lingkungan.

Page 3: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Sekolah diharapkan mengupayakan program yang mampu merekayasa tindakan

individu dalam berperilaku moral. Upaya tersebut bertujuan merubah perilaku siswa

lebih peduli kepada lingkungannya. Pendekatan yang dapat dilaksanakan melalui

pengembangan peran dan nilai-nilai masyarakat ke dalam program-program

pendidikan formal.

Salah satunya dengan meningkatkan pola hubungan sekolah dan keluarga sebagai

sebuah sistem sosial dalam pendidikan. Sekolah sebagai institusi pendidikan adalah

sebuah bentuk dari sistem sosial. Sekolah memiliki sifat terbuka dalam arti senantiasa

menerima masukan (input) lingkungan, dan juga memberikan out put kepada

lingkungannya.

Secara logika keberhasilan sebuah lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan,

dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan yang ada di sekelilingnya, sehingga

diperlukan kompetensi guru yang memiliki kemampuan memahami lingkungan serta

memanfaatkan lingkungan tersebut sebagai sumber belajar, agar dapat memberikan

kontribusi terhadap keberhasilan pendidikan (Robandi, 2007,hlm 171).

Dalam hubungan dengan lingkungan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan nasional

secara sistemik memiliki tiga jalur pendidikan yang meliputi jalur pendidikan formal,

pendidikan non-formal dan jalur pendidikan informal. Kondisi ini terurai dalam pasal 1

Undang-Undang No. 20 tahun 2003. Pendidikan formal adalah jalur Pendidikan yang

terstuktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan pendidikan

tinggi.

Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan yang dapat diselenggarakan secara

terstruktur dan berjenjang di luar Pendidikan formal, dan pendidikan informal

merupakan jalur pendidikan yang diselenggarakan dalam lingkungan keluarga.

Pendidikan dapat dilaksanakan pada tiga jenis lingkungan. Pada hakekatnya ketiga jenis

lingkungan pendidikan tersebut bermuara pada sebuah tujuan nasional yakni “berupaya

mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam

mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan para

warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun

rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Kemudian oleh Ki Hajar Dewantara diungkapkan terdapat tiga jenis lingkungan

pendidikan sebagai tempat terjadinya pendidikan disebut Tri Pusat pendidikan yaitu

alam keluarga, alam perguruan dan alam pemuda. Kemudian dari konsep tripusat

pendidikan inilah lahir konsep pendidikan formal, informal dan nonformal (Robandi,

Page 4: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

2007, hlm. 173).

Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat, dan dalam keluargalah individu

memperoleh pendidikan pertamanya. Keluarga menjalin hubungan dengan anggotanya

menggunakan interaksi yang bersifat hubungan interpersonal (Khairuddin, 2008, hlm. 4).

Jika ditinjau dari sudut pandang paedagogis, keluarga diharapkan menjalankan

fungsi-fungsinya.

Fungsi tersebut antara lain: (1) fungsi biologik merupakan fungsi keluarga sebagai

tempat lahirnya anak-anak. (2) fungsi afeksi pada keluarga nampak dari jalinan

hubungan sosial yang penuh dengan cinta kasih, dan (3) fungsi sosialisasi, menunjukkan

peran keluarga dalam membentuk kepribadian anak.

Pada interaksi sosial, anak dapat mempelajari pola tingkah laku, sikap keyakinan,

cita-cita dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat untuk perkembangan

kepribadiannya (Khairudin, 2008, hlm. 14). Jadi jelas sekali bahwa keluarga memiliki

peranan yang amat penting dalam mengembangkan kepribadian utamanya yang

nantinya berhubungan dengan sikap, keyakinan juga cita-cita dan nilai-nilai masyarakat.

Terkait dengan isu krisis lingkungan, masyarakat dalam kondisi ini mengharapkan

anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga memiliki kepekaan terhadap

masalah lingkungan. Idealnya keluarga sebagai lembaga pendidikan utama dan pertama

mampu menjalankan fungsinya tersebut. Tujuannya agar anak berkembang menjadi

pribadi atau memiliki karakter yang diharapkan oleh masyarakat khususnya dalam usaha

pemeliharaan lingkungan.

Keluarga dewasa ini menyerahkan segala proses pendidikan pada lembaga pendidikan

formal, hampir mengabaikan fungsinya sebagai lembaga pendidikan utama dan

pertama. Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan di sekolah sebagai lembaga

pendidikan formal. Sekolah kurang memperhatikan nilai-nilai budaya masyarakatnya

dalam usaha mengembangkan program pendidikan di sekolah.

Jika dihubungkan kepada peran sekolah sebagai alat transmisi kebudayaan (Nasution,

2011, hlm. 15), maka sekolah dapat dikatakan gagal menjalankan peran tersebut.

Sekolah lebih berorientasi pada materi pelajaran yang mengacu pada konsep dalam

takaran teoretis. Akibatnya, banyak materi pelajaran yang dipelajari siswa di sekolah

kurang fungsional ketika mereka berada di luar lingkungan sekolah (Alwasilah, 2009: 43).

Idealnya sebuah pengembangan pendidikan mengacu atau disesuaikan dengan budaya,

agama dan nilai-nilai yang berkembang dan yang sedang ingin dikembangkan oleh

Page 5: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

masyarakat. Pendidikan memegang peranan penting pada masyarakat yang baru

berkembang. Fungsi pendidikan adalah untuk mempertahankan ketertiban dalam

masyarakat dan mensosialisasikan manusia (Durkheim dalam Blackledge dan Hunt ,

2001, hlm. 38).

Sekolah dalam proses pembelajaran masih terpaku pada strategi pengembangan

karakter anak didiknya melalui pendekatan moral knowing. Nampak lembaga

pendidikan kurang cermat menangkap isu yang berkembang di masyarakat. Sekolah

kurang memberikan nilai aksiologi dari pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas.

Nilai aksiologi ini dapat menjadi solusi yang tepat untuk menanggapi masalah yang

sedang dihadapi masyarakat. Berkaitan dengan isu krisis lingkungan/ekologi. Individu

sebagai bagian dari masyarakat sudah mulai kehilangan pegangan atau kehilangan

nilai-nilai. Utamanya nilai yang berkaitan dengan tindakan individu sebagai usaha untuk

memelihara lingkungan. Kondisi seperti ini dapat disebut dengan anomie.

Anomie adalah suatu keadaan dimana individu kehilangan pegangan apapun dalam

menjalani kehidupannya pada masyarakat (Ritzer, 2013, hlm. 92). Untuk dapat

mengatasi krisis lingkungan yang terjadi, pengendalian tindakan individu menjadi ranah

yang cukup penting untuk diteliti. Dewasa ini telah dilakukan kajian untuk mengatasi

masalah tersebut. Utamanya kajian dari perspektif pendidikan khususnya pendidikan

lingkungan.

Usaha lain untuk mengendalikan perilaku kurang peduli lingkungan nampak dari

kebijakan pengembangan kurikulum 2013. Pada kurikulum ini mensyaratkan atau

menekankan karakter peduli lingkungan sebagai salah satu karakter yang harus

dikembangkan melalui lembaga pendidikan formal dari jenjang pendidikan dasar

sampai pada jenjang pendidikan tinggi. Strategi pengembangannya telah diuraikan

dalam Kerangka Acuan Pendidikan Karakter 2010.

Strategi pengembangan pendidikan karakter menekankan pentingnya peran sekolah,

keluarga dan masyarakat secara bersama-sama dalam usaha mengembangan karakter

positif siswa di sekolah. Dalam konteks mikro pengembangan nilai/karakter merupakan

latar utama yang harus difasilitasi bersama oleh Pemerintah Daerah dan Kementerian

Pendidikan Nasional (Kemediknas, 2010, hlm. 28). Pada program Adi Wiyata sekolah

dituntut menyediakan suasana sekolah/iklim sekolah yang peduli lingkungan.

Nampaknya program ini belum dapat direalisasikan oleh semua sekolah mengingat

banyak indikator-indikator yang harus dipenuhi, disisi lain sekolah lebih menekankan

pengembangan aspek kognitif dibandingkan pengembangan karakter siswanya. Praktik

Page 6: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

pendidikan pada pendidikan dasar mengalami persoalan orientasi taksonomi yang

dalam praktiknya cenderung terpeleset pada pengembangan aspek kognitif, sehingga

praktek pendidikan terlalu overkognitif (Akbar, 2011, hlm. 4-5).

Berkaitan dengan pengembangan karakter peduli lingkungan yang dicanangkan

kedalam kurikulum 2013, maka secara tidak langsung sekolah harus mempersiapkan

sebuah strategi guna mencapai tujuan yang dimaksud. Sejatinya, tanpa mengikuti

program adiwiyata, sekolah wajib mengembangkan karakter peduli lingkungan baik

melalui program kurikuler, kokurikuler maupun ektrakurikuler.

Upaya untuk dapat mengembangkan karakter peduli lingkungan di sekolah, tidak dapat

dilepaskan dari peran sekolah dan masyarakat dalam proses habituasi maupun

intervensi pengembangan karakternya (Budimansyah, 2011, hlm. 4). Namun pada

kenyataannya, dalam proses pendidikan karakter di sekolah kurang didukung oleh

lingkungan keluarga dan masyarakat, demikian pula sekolah kurang mampu menangkap

potensi nilai-nilai peduli lingkungan yang dikembangkan oleh masyarakatnya serta

masalah lingkungan yang terjadi di sekitarnya.

Kondisi yang sama juga terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, demikian pula di

daerah Bali. Bali merupakan daerah dengan penduduk yang sebagian besar

menggantungkan hidupnya pada sector pariwisata. Sehingga kelestarian alam menjadi

faktor pendukung utama bagi wisatawan, sedangkan usaha untuk menjaga kelestarian

lingkungan utamanya yang disebabkan oleh sampah masih kurang mendapat dukungan

dari masyarakat.

Untuk menanggulangi masalah tersebut, pemerintah Kota Denpasar melakukan

kerjasama dengan sebuah komunitas peduli lingkungan. Komunitas tersebut adalah

komunitas Bank Sampah. Komunitas ini bergerak sejak tahun 2013. Tujuannya merubah

cara pandang masyarakat terhadap sampah, sehingga sampah tidak menjadi momok

bagi masyarakat.

Secara jangka panjang, komunitas ini juga memiliki tujuan untuk menyediakan sumber

daya manusia yang berkualitas dan memiliki karakter tanggungjawab dan peduli pada

lingkungann sekitar. Gerakan ini juga merupakan implementasi dari gerakan Clean and

Green yang sedang didengung-dengungkan di kota Denpasar. Kepedulian masyarakat

tentang sampah sesungguhnya dapat ditumbuhkembangkan sejak dini, dimulai dari

keluarga, kemudian sekolah dan masyarakat.

Untuk itu perlu kiranya pihak sekolah mengembangkan sebuah model pendidikan

lingkungan yang nantinya dapat menumbuhkan kepedulian peserta didik terhadap

Page 7: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

lingkungan utamanya cinta lingkungan dengan peduli terhadap bahaya sampah

terhadap ekosistem. Terkait dengan hal tersebut diperlukan model pendidikan yang

merupakan sinergi antara program pemerintah, lembaga pendidikan dan peran serta

dari seluruh masyarakat, salah satunya program Bank Sampah. Program ini mengajak

masyarakat untuk mencintai sampahnya, karena sampah yang dimiliki bisa ditabung

menjadi uang.

Mengingat demikian pentingnya program ini, maka keterlibatan orang dewasa saja tidak

cukup, namun juga memerlukan keterlibatan anak-anak sebagai generasi muda pewaris

bangsa. Untuk itu dikembangkan sebuah model pendidikan yang berupaya untuk

mengajak dan membiasakan anak mencintai serta menyayangi lingkungan juga peduli

dengan berbagai masalah yang membahayangan lingkungan utamanya yang

disebabkan oleh sampah plastik.

Model yang ingin dikembangkan merupakan kajian mengenai usaha enkulturasi nilai

peduli lingkungan di sekolah dengan mengembangkan sebuah model pendidikan yang

berusaha melibatkan peran serta keluarga dan masyarakat dalam mengembangkan

kepedulian siswa terhadap lingkungan. Dengan asumsi bahwa sikap kurang peduli

terhadap lingkungan yang kini sedang dialami oleh siswa sekolah, dapat disebabkan

oleh kondisi lingkungan, baik itu lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat

yang kurang peduli terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Siswa dalam hal ini senantiasa belajar dan mengimitasi perilaku yang dilakukan oleh

orang dewasa di sekitarnya. Kecenderungan siswa untuk bersikap tidak peduli terhadap

lingkungannya merupakan sebuah warisan dari nilai-nilai yang diperoleh oleh siswa,

baik itu di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakatnya. Seyognyanya, siswa

memperoleh contoh positif dari lingkungan tempatnya berinteraksi.

Orang tua atau keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi sekolah

anak. Utamanya jika orangtua melibatkan diri secara langsung terhadap pendidikan dan

memantau kegiatan anak setelah bekerja. Hal ini bermakna pentingnya keterlibatan

orang tua dalam membimbing anak untuk membantu mencapai tujuan pendidikan yang

telah ditentukan oleh sekolah.

Sikap orang tua dan gaya memiliki dampak yang kuat terhadap anak. Prestasi siswa bisa

tercermin sikap dan gaya orang tua mereka. Oleh karena itu, ketidakseimbangan pola

pendidikan antara anggota keluarga dapat membuat masalah bagi siswa, utamanya

untuk remaja dan anak-anak. Mengingat demikian pentingnya peran orang tua dalam

pendidikan anak.

Page 8: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Maka sekolah dapat mengembangkan sebuah program pendidikan untuk mefasilitasi

hubungan antara sekolah dan keluarga dalam pengembangan pendidikan. Dewasa ini,

banyak praktisi pendidikan membuat upaya untuk membangkitkan keterlibatan orang

tua dalam lokakarya orangtua, sukarelawan dalam kegiatan kelas, atau berbagai

kesempatan lainnya (Chang etc, 2009, hlm. 156).

Upaya tersebut lebih banyak diwujudkan dalam kegiatan seminar yang bertujuan untuk

menyamakan visi antara sekolah dan masyarakat. Pada sekolah umum di Indonesia,

keterlibatan orang tua diwujudkan dengan mengembangkan organisasi komite sekolah,

yang beranggotakan tokoh masyarakat serta seluruh orang tua siswa. Usaha melibatkan

orang tua secara langsung untuk dapat datang ke sekolah ataupun ke kelas memiliki

kelemahan.

Kelemahannya adalah rendahnya partisipasi orangtua, mengingat kegiatan yang

dilaksanakan biasanya mengambil waktu efektif orang tua dalam bekerja. Dari uraian

tersebut maka diperlukan sebuah kajian pengembangan model pendidikan nilai

alternatif teoritik. Model tersebut adalah model Pendidikan yang memberdayakan peran

komunitas yang disinergikan pada program sekolah dengan meningkatkan keterilabatn

orang tua.

Model ini mengakomodasi komunikasi dan kerjasama antara tiga lingkungan

pendidikan, khususnya sekolah dan keluarga. Model tersebut dapat dijadikan acuan

bagi pemegang kebijakan, praktisi pendidikan dan stakeholder pendidikan dalam

melakukan pembudayaan nilai peduli lingkungan pada siswa di sekolah.

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Padangsambian karena pada Kelurahan BAB II

PENDIDIKAN NILAI BERBASIS KOMUNITAS Untuk dapat menjabarkan dan merumuskan

konsep pendidikan nilai berbasis komunitas, maka akan diuraikan terlebih dahulu

konsep nilai, pendidikan nilai dan pendidikan berbasis komunitas. Kemudian baru

dirumuskan menjadi sebuah konsep model pendidikan nilai berbasis komunitas. A.

DEFINISI NILAI Terdapat banyak definisi tentang nilai dari beberapa ahli, dengan

menggunakan sudut pandang ilmu atau teori tertentu dalam pengembangan definisnya.

Erwing & Moore mendefinisikan nilai sebagai kualitas empiris yang tidak dapat

didefinisikan (dalam Kattsoft, 1986, hlm. 334). Nietzche mengartikan nilai sebagai

sebuah kreativitas dan imajinasi yang diciptakan manusia dari ketiadaan (dalam Ibrahim,

1978, hlm. 26).

Kupperman mendefinisikan nilai sebagai patokan normatif yang mempengaruhi

manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif, yang

Page 9: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

menjadi penekanan adalah norma sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku

manusia. Sebagai seorang sosiolog, Kupperman memandang norma sebagai salah satu

bagian terpenting dari kehidupan sosial, oleh karena itu, salah satu bagian terpenting

dalam proses pertimbangan nilai (value judgement) adalah pelibatan nilai-nilai normatif

yang berlaku di masyarakat (dalam Mulyana, 2004, hlm. 9).

Kemudian Kluckhohn (Brameld, 1957) mendefinisikan nilai sebagai konsepsi (tersirat

atau tersurat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang

diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir

tindakan. Menurut Brameld, pandangan Kulchohn tersebut memiliki banyak implikasi

terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya dan sesuatu itu dipandang bernilai apabila

dipersepsi sebagai sesuatu yang diinginkan.

Makanan, uang, rumah, memiliki nilai karena memiliki persepsi sebagai sesuatu yang

baik dan keinginan untuk memperolehnya memiliki mempengaruhi sikap dan tingkah

laku seseorang. Namun tidak hanya materi yang memiliki nilai, gagasan dan konsep

juga dapat menjadi nilai, seperti: kejujuran, kebenaran dan keadilan. Kejujuran misalnya,

akan menjadi sebuah nilai bagi seseorang apabila ia memiliki komitmen yang dalam

terhadap nilai itu yang tercermin dalam pola pikir, tingkah laku dan sikap (Mulyana,

2004, hlm, 10).

Dalam kajian sosiologi yang mengacu pada pandangan Durkheim, nilai merupakan fakta

social, fakta sosial merupakan cara bertindak, baik tetap maupun tidak, yang dapat

memberikan pengaruh atau hambatan eksternal bagi seorang individu. Jadi fakta social

ini dapat berupa cara bertindak, berfikir, ada sebelum individu itu ada, berada diluar

individu dan memiliki sifat memaksa serta terbentuk karena adanya pola di dalam

masyarakat.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa sejak manusia dilahirkan secara tidak langsung

ia diharuskan untuk bertindak sesuai dengan lingkungan sosial dimana ia dididik dan

sangat sukar baginya untuk melepaskan diri dari aturan tersebut (dalam Ritzer, 2013,

hlm. 89). Adapun yang bisa dimaksudkan sebagai contoh dari fakta social adalah:

hokum, bahasa, nilai, kesepakatan social lainnya dapat digolongkan sebagai sebuah

fakta social.

Nilai menurut Durkheim merupakan sebuah konsep kebaikan yang dapat diterima

secara umum atau sebuah keyakinan yang menyepakati keberadaan dan pentingnya

struktur social serta perilaku tertentu yang terdapat dalam struktur social tersebut

(Kahmad, 2002, hlm. 58-59). Nilai sebagai fakta social memberikan sebuah kemungkinan

untuk dilakukan kajian, bagaimana nilai-nilai tersebut dienkulturasikan dan mampu

Page 10: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

menjadikan individu tersebut dapat menjadi anggota masyarakat yang diinginkan.

Nilai dijadikan sebuah acuan dalam interaksi atau tindakan social yang dilaksanakan

oleh individu sehingga, tindakan tersebut memiliki nilai positif atau negative tergantung

dari nilai yang dijadikan acuan oleh masyarakat. Nilai agama merupakan salah satu

acuan yang dipergunakan oleh masyarakat, demikian pula yang terjadi pada masyarakat

Indonesia.

Segala tingkah laku masyarakatnya diukur dari nilai yang diajarkan oleh ajaran agama

yang dianutnya. Agama menurut Durkheim muncul karena manusia hidup di dalam

masyarakat, dengan mengembangkan kebutuhan dasar yang sesuai dengan kehidupan

kolektif mereka, agama ada karena dapat memenuhi fungsi social tertentu yang tidak

dapat dipenuhi oleh fungsi social lainnya, agama berperan mengikat dan

mempersatukan masyarakat dalam kepercayaan, nilai dan ritual bersama, jadi agama

memiliki fungsi memelihara masyarakat atau kelompok sebagai suatu komunitas moral

(Ishomuddin, 2002, hlm. 38).

Dalam ajaran agama Hindu, implementasi dari nilai diwujudkan kedalam sebuah ajaran

yang bernama Tri Kaya Parisudha (Sarasamuscaya 73-76), yang terdiri atas 1) Manacika

Parisudha (Menjaga kesucian pikiran), 2) Wacika Parisudha (menjaga kesucian

perkataan), dan 3) Kayika Parisudha (menjaga kesucian perbuatan). Berdasarkan konsep

ajaran Tri Kaya Parisudha ini, diketahui bahwa dalam usaha mewujudkan perilaku yang

baik, maka harus dikembangkan pola pemikiran yang baik, dari pikiran yang baik akan

melahirkan perkataan atau ucapan yang baik (santun), kemudian keduanya akan

bermuara kepada kayika parisudha yakni perbuatan yang baik.

Untuk dapat menyucikan pikiran, pikiran harus disucikan atau dibersikan dengan satya

(kebenaran), hal ini terurai dalam kitab Manawa Dharmasastra Bab V sloka 109. Secara

harfiaf isinya menguraikan tentang pikiran, agar manusia menjadi memiliki nilai dalam

hidupnya, manusia harus mempu mengendalikan perkataanya. Usaha untuk

mengendalikan perkataan diuraikan dalam kitab Sarasamuscaya.

Hal-hal yang harus dikendalikan yakni 1) tidak berkata jahat, 2) tidak berkata kasar, 3)

tidak memfitnah, 4) tidak mengeluarkan kata-kata bohong. Dalam kaitannya dengan

kayika parisudha kitab Sarasamuschaya sloka 76 menguraikan bahwa perbuatan yang

tidak patut dilakukan, membunuh, mencuri, berbuat zina, ketiganya itu jangan

hendaknya dilakukan terhadap siapapun, baik secara berolok-olok, bersenda gurau, baik

dalam keadaan dirundung malang, keadaan darurat dalam khayalan sekalipun,

hendaknya dihindari saja ketiganya itu.

Page 11: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Untuk dapat mengembangkan analisis, dilakukan klasifikasi nilai yang oleh Spranger

dibagi menjadi enam orientasi nilai yang dibagi berdasarkan pertimbangan nilai dalam

bidang kehidupan manusia dan karakteristik jenis nilai berdasarkan hirearkis. Dengan

uraian sebagai berikut. 1) Nilai teoretik: Nilai ini melibatkan pertimbangan logis dan

rasional dalam memikirkan dan membuktikan kebenaran sesuatu.

2) Nilai ekonomis: Nilai ini terkait dengan pertimbangan nilai yang berkadar

untung-rugi. 3) Nilai estetik: Nilai estetik menempatkan nilai tertingginya pada bentuk

dan keharmonisan. Apabila nilai ini ditilik dari subyek yang memiliknya, maka akan

muncul kesan indah-tidak indah.

4) Nilai sosial: Nilai tertinggi dari nilai ini adalah kasih sayang di antara manusia. 5) Nilai

politik: Nilai tertinggi dalam nilai ini adalah kekuasaan. Karena itu, kadar nilainya akan

bergerak dari intensitas pengaruh yang rendah sampai pengaruh yang tinggi (otoriter).

6) Nilai agama: Secara hakiki sebenarnya nilai ini merupakan nilai yang memiliki dasar

kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai sebelumnya.

Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan. Nilai tertinggi

yang harus dicapai adalah kesatuan (unity) (dalam Mulyana, 2004, hlm. 32-35). Klasifikasi

nilai yang sedikit berbeda diuraikan oleh Sanusi (2013, hlm. 2), pengelompokan nilai ini

dilakukan oleh Sanusi atas dasar perhatiannya terhadap kondisi kehidupan yang

sedemikan kompleks tersebut, dalam menghadapi kehidupan yang kompleks.

Untuk itu individu perlu memperhatikan enam sistem nilai kehidupan yang terdiri atas:

1) Nilai Teologi, 2) Nilai Logik, 3) Nilai Etik, 4) Nilai Fisiologi, 5) Nilai Estetika, dan 6) Nilai

Teleologi. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan definisi nilai sebagai

acuan dari individu dalam mengambil keputusan, yang bersumber dari luar diri individu.

Keputusan diambil dengan melakukan pertimbangan dari sudut nilai teologi, logic, etik,

fisiologi, estetika dan teleology. Hasil pertimbangan dicerminkan kepada pikiran yang

baik, perkataan yang baik dan perbuatan yang baik. Nilai yang ingin dikembangkan

melalui Model Pendidikan Nilai Berbasis Komunitas adalah Nilai Peduli Lingkungan.

Pembudayaan nilai untuk mewujdukan karakter peduli lingkungan dapat dikembangkan

melalui tiga tahapan, yakni (1) moral knowing, (2) moral feeling (3) Moral action. Ketiga

tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut ini a. Pengetahuan Moral. Pengetahuan

moral tak lepas dari pengetahuan tentang nilai-nilai. Nilai moral yang baik harus dengan

tepat dipisahkan dan diketahui oleh anak dengan nilai moral yang tidak baik.

Lickona menyatakan bahwa ada banyak pengetahuan moral yang ada di sekitar kita dan

Page 12: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

terus berubah sesuai dengan perubahan moral kehidupan. Adapun aspek-aspek yang

ditonjolkan sebagai tujuan pendidikan karakter yang diinginkan adalah 1) kesadaran

moral dengan menggunakan pemikiran mereka untuk melihat situasi yang memerlukan

penilaian moral serta memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan.

2) Pengetahuan nilai moral, mengetahui sebuah nilaiberarti memahami bagaimana nilai

yang bersangkutan diterrapkan dalam berbagai macam situasi, untuk itu ditekankan

pada strategi guru dalam menerjemahkan nilai-nilai abstark ke hal yang lebih konkrit. 3)

Penentuan perspektif, merupakan kemampuan individu untuk mengambil lanskap orang

lain, melihat situasi secara alami, membayangkan kecenderungan seseorang untuk

berpikir, merespon dan merasakan masalah yang ada. 4) Pemikiran moral meliputi

kemamapuan memahami sudut pandang moral kehidupan.

5) Pengambilan keputusan, hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pertimbangan

mengenai konsekuiensi yang diakibatkan akibat keputusan yang diambil. 6)

Pengetahuan pribadi, merupakan salah satu jenis pengetahuan moral yang cukup sulit

untuk dimiliki, namun menjadi salah satu indicator penting dalam pengembangan

karakter. b. Perasaan moral. Sisi emosional karakter yang diabaikan dalam pembahasan

nilai moral, yang sesungguhnya memiliki peranan yang sangat penting.

Hanya memiliki pengetahuan hal yang benar dan salah bukanlah merupakan jaminan

dapat melakukan tindakan moral yang baik. Sisi emosional karakter ini, seperti sisi

intelektualnya terbuka terhadap pengembangan yang dapat dilakukan oleh keluarga

dan sekolah. Aspek-aspek dari perasaan moral adalah: 1) Hati Nurani, memiliki empat

sisi yaitu sisi kognitif (mengetahui apa yang benar dan salah), sisi emosional

(berkewajiban untuk melakukan apa yang benar dan tidak melakukan apa yang salah).

2) Harga Diri, harga diri semestinya diukur dengan standar yang sehat, ketika individu

memiliki harga diri tindakannya tidak akan bergantung pada persetujuan orang lain.

Anak yang memiliki harga diri tinggi lebih tahan terhadap tekanan teman sebayanya

dan lebih mampu untuk mengikuti penilaian mereka sendiri dari pada anak-anak yang

memiliki harga diri yang rendah. 3) Empati, merupakan identifikasi dengan atau

pengalaman yang seolah-olah terjadi dalam, keadaan orang lain.

Empati merupakan kondisi untuk keluar dari diri sendiri dan masuk ke dalam diri orang

lain. 4) Mencintai hal yang baik, ini merupakan bentuk karakter yang tertinggi yakni

mengikutsertakan sifat yang benar-benar tertarik pada hal yang baik. 5) Kenali diri,

aspek ini diperlukan untuk menahan diri agar tidak memanjakan diri kita sendiri,

idelaisme yang tinggi merupakan faktor menyebab kegagalan dalam menghadapi pola

ini. 6) Kerendahan hati, merupakan kebaikan moral yang diabaikan akan tetapi

Page 13: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

merupakan bagian mendasar dari karakter yang baik.

Kerendahan hati merupakan sisi afektif pengetahuan pribadi, sifat yang senantiasa

terbuka terhadap kebenaran sejati dan keinginan untuk bertindak memperbaiki

kegagalan. c. Tindakan Moral. Tindakan moral merupakan hasil dari dua sapek karakter

yang lain. Orang yang memiliki kualitas pengetahuan dan emosi moral yang baik

kemungkinan melakukan apa yang mereka ketahui dan apa yang dirasakan benar.

Aspek-aspek yang terkait dengan tindakan moral ini yakni 1) Kompetensi, kompetensi

moral merupakan kemampuan untuk mengubah penilaian dan perasaan moral ke dalam

tindakan moral yang efektif. Kemampuan untuk menyelesaikan konflik secara adil dalam

situasi moral tertentu. 2) Keinginan, menjadi orang yang baik seringkali memerlukan

tindakan keinginan yang baik, suatu penggerakan energi untuk melakukan apa yang

dipikirkan.

Diperlukan keinginan untuk menjaga emosi di bawah kendali pemikiran, melihat dan

berpikir melalui seluruh dimensi moral dalam suatu situasi. Diperlukan keinginan untuk

melaksanakan tugas sebelum memperoleh kesenangan. Keinginan berada pada inti

dorongan moral. 3) Kebiasaan pelaksanaan tindakan moral memperoleh manfaat dari

kebiasaan.

Untuk itu dalam pendidikan moral perlu disediakan kesempatan untuk

mengembangkan kebiasaan yang baik, banyak praktik dalam hal menjadi orang yang

baik. Dengan uraian tersebut sesungguhnya Lickona ingin menegaskan bahwa karakter

merupakan nilai operatif, nilai dalam tindakan, jadi individu berproses dalam

karakternya masing-masing, seiring nilai tersebut dikembangkan menjadi kebaikan,

dalam sebuah keadaan batin yang telah siap dalam menanggapi sebuah situasi dengan

melewati proses pertimbangan moral (2012, hlm. 81).

Kepedulian berasal dari kata peduli, peduli menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan, sedangkan kepedulian adalah

perihal sangat peduli, sikap mengindahkan, sikap memperhatikan. Dalam kurikulum

2013 karakter peduli lingkungan mendapatkan penekanan khusus, peduli lingkungan

didefinisikan sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan

pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk

memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Pada survey yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2012, diuraikan

indeks perilaku masyarakat peduli lingkungan, untuk mengukur sikap peduli lingkungan

hidup, digunakan 15 variabel yakni: “1) Saya senang membakar sampah yang telah

Page 14: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

menumpuk, 2) saya menikmati menanam tanaman, 3) saya merasa bahwa peningkatan

suhu bumi adalah hal yang perlu diwaspadai, 4) air mengalir tanpa digunakan membuat

saya risau, 5) saya merasa lebih nyaman bila rumah saya memiliki area resapan air, 6)

saya lebih senang bila saya berupaya menghemat listrik dan bahan bakar, 7) mematikan

alat elektronik jika tidak digunakan adalah langkah menghemat listrik, 8) saya lebih

nyaman menggunakan kendaraan umum ketika bepergian dibandingkan dengan

kendaraan pribadi, 9) saya senang bila saya dapat merawat kendaraan saya, 10) saya

merasa hal yang wajar bila satwa langka dipelihara perorangan dan bagian tubuhnya

diperjualbelikan, 11) saya merasa hal yang wajar bila satwa langka dipelihara

perorangan dan bagian tubuhnya diperjualbelikan, 12) saya lebih senang

mengkonsumsi bahan makanan yang diproduksi lokal, 13) saya senang memelihara,

memiliki dan memperjualbelikan tumbuhan yang dilindungi, 14) saya suka memilah

sampah plastik, sampah makanan, sampah kertas dan sampah lainnya sebelum dibuang,

serta saya senang bila sampah yang mengandung bahan kimia dikubur”(KLH, 2013, hlm.

50-51).

Konsep karakter peduli lingkungan dalam ajaran agama Hindu terurai dalam ajaran Sad

Kertih yang diuraikan dalam Lontar Purana Bali. Didalamnya disebutkan enam usaha

yang harus dilakukan oleh serorang raja bersama rakyatnya untuk kesejahteraan hidup

manusia (dalam Wiana, 1998, hlm. 23). 1) Atma kertih, yaitu upaya untuk menyucikan

atma, yang dapat dilakukan dengan melaksanakan tapa brata, makna ini dapat

ditafsirkan dengan membangun lingkungan rokhnai agar setiap orang mampu

menegakkan hati nuraninya dalam hidup dan tidak dipengaruhi oleh hawa nafsu.

Atma dapat disucikan dengan kebijaksanaan yang diperoleh dari pengetahuan. 2) Danu

kertih, yaitu upaya dalam menjaga kelestarian danau sebagai sumber air dan sumber

kehidupan. 3) Wana kertih, yaitu upaya untuk menjaga kelestarian hutan sebagai

sumber hidup seluruh mahluk hidup.

4) Samudra kertih, yakni upaya menjaga kelestarian laut sebagai sumber mata

pencaharian dan tempat hidup berbagai mahluk hidup. 5) Jagat kertih, yaitu upaya

untuk menjaga kelestarian alam semesta sebagai satu kesatuan lingkungan hidup. 6)

Jana kertih, yaitu upaya mengembangkan kepribadian manusia yang utuh, sehat lahir

dan bathin.

Keenam ajaran di atas meposisikan konsep pengembangan karakter peduli lingkungan

sangat holistic dan terpadu, lingkungan dalam konsep Hindu merupakan totalitas

keberadaan. Manusia sebagai individu yang utuh dan merupakan bagian dari

masyarakat, bagian dari alam semesta senantiasa berinteraksi dalam lingkungan rohani,

lingkungan social dan lingkungan alam.

Page 15: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, jika dihubungkan dengan teori pengembangan

moral Lickona yang menguraikan tiga komponen karakter yang harus diperhatikan

dalam pengembangan karakter. Titik temu dari ajaran Sad Kertih dengan teori karacter

Lickona adalah upaya membangun karakter manusia dalam konsep jana kertih dengan

mengembangkan pengetahuan yang baik (moral knowing), kemudian mengembangkan

perasaan moral dan tindakan moral, dalam ajaran sad kertih dapat dikembangkan

melalui empat usaha pembiasaan (moral acting) seperti yang terurai dalam konsep danu

kertih, wana kertih, samudra kertih, dan jagat kertih.

Kelima usaha tersebut membantu manusia memiliki kepribadian yang utuh, yakni

individu yang memiliki kepekaan terhadap lingkungan social, rohani serta lingkungan

alam yang disebut jana kertih. Kesimpulannya adalah, upaya untuk mengembangkan

individu yang paripurna dan utuh, diperlukan pembangunan kepekaan terhadap

lingkungan merupakan factor yang tidak bisa diabaikan, karena manusia memiliki

ketergantungan hidup terhadap lingkungan sekitarnya.

Pada penelitian ini, fokus pengembangan karakter peduli lingkungan ditekankan kepada

tiga komponen karakter menurut Lickona yakni pengetahuan moral, perasaan moral dan

tindakan moral, yang dihubungkan kedalam upaya mewujudkan perilaku kepedulian

siswa terhadap sampah. Kesalahan dalam penanganan sampah memberikan dampak

yang sangat banyak ke beberapa sektor, seperti bencana banjir, pencemaran air, udara

dan tanah juga kebersihan.

Dalam survei yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup 2012 diketahui bahwa

perilaku rumah tangga dalam menangani sampah rumah tangga memiliki kontribusi

besar terhadap kesehatan, kebersihan dan pencemaran lingkungan. Untuk itu

diperlukan sebuah gerakan yang bersifat pencegahan ataupun penanggulangan untuk

meningkatkan kesadaran pelaku rumah tangga dalam mengelola sampah.

Adapun sasaran penelitiannya adalah anak-anak dalam hal ini siswa SD di yang

merupakan generasi penerus pembangunan, dan wajib dibekali dengan kompetensi dan

sikap peduli terhadap lingkungan. Untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan

pada siswa SD di Kelurahan Padangsambian, maka dirumuskan beberapa indikator

dalam pengukurannya yakni: 1) seberapa sering siswa membuang sampah pada

tempatnya, 2) seberapa sering siswa membuat sampah, 3) seberapa sering siswa

melakukan pemilahan sampah sebelum dibuang, 4) perlakuan anak terhadap barang

bekas layak pakai, dihitung secara nominal, 5) perilaku anak dalam membuang sampah

ketika tidak terdapat tempat sampah di sekitarnya, 6) Keikutsertaan murid pada

program peduli lingkungan (khususnya Bank Sampah). B. PENDIDIKAN NILAI Pendidikan

Page 16: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

nilai merupakan bagian dari sebuah proses pendidikan.

Jika ditinjau dari definisi pendidikan menurut Undang Undang Sisdiknas No. 20 Tahun

2003, disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu

mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan dan

keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat.

Nampak jelas bahwa tujuan dari pendidikan tersebut adalah mengembangkan semua

kapasitas yang dimiliki oleh individu agar memiliki kemampuan yang mencakup

kecerdasan spiritual, kecerdasan social dan kecerdasan kognitif. Berkembangnya istilah

pendidikan nilai merupakan sebuah kritik dari pelaksanaan pendidikan itu sendiri, yang

ternyata belum mampu mencapai tujuan yang diinginkan.

Inti dari sebuah pendidikan adalah terjadinya perubahan perilaku, perilaku yang

dimaksud adalah perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Akan tetapi, pada

kenyataannya proses pendidikan yang dilaksanakan dewasa ini hanya mampu

mengembangkan kapasitas individu pada wilayah kognitif saja. Jelas sekali hal ini

mencederai konsep pendidikan itu sendiri.

Pendidikan yang dilaksanakan khususnya pendidikan persekolahan telah direduksi

menjadi konsep pengajaran, sekolah hanya difungsikan sebagai tempat untuk

mentransfer ilmu pengetahuan. Kembali kepada konsep pendidikan nilai, para ahli telah

banyak menguraikan definisi dari pendidikan nilai itu sendiri. Dalam beberapa litelatur,

pendidikan nilai dan pendidikan moral sering dipergunakan untuk kepentingan yang

sama, pendidikan nilai merupakan pendidikan yang mempertimbangkan objek dari

sudut pandang moral dan sudut pandang non moral, yang meliputi estetika yaitu

menilai objek dari sudut pandang keindahan dan selera pribadi dan etika yaitu menilai

benar atau salahnya dalam hubungan antar pribadi (Hakam, 200, hlm. 5).

Pendidikan nilai dalam definisi ini dipergunakan sebagai sebuah usaha dalam

membantu siswa mengembangkan nilai melalui sebuah pemikiran kritis untuk dapat

memperbaiki kualitas berfikir dan perasaannya. Pendidikan Nilai menurut Kohlberg

adalah rekayasa ke arah: (a) Pembinaan dan pengembangan struktur dan

potensi/komponen pengalaman afektual (affective component & experiences) atau “jati

diri” atau hati nurani manusia (the consiense of man) atau suara hati (al-qolb) manusia

dengan perangkat tatanan nilai-moral-norma.

(b) pembinaan proses pelakonan (experiencing) dan atau transaksi/interaksi dunia

Page 17: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

afektif seseorang sehingga terjadi proses klarifikasi niai-moral-norma, ajuan

nilai-moral-norma (moral judgment) atau penalaran nilai-moral-norma (moral

reasoning) dan atau pengendalian nilai-moral-norma (moral control) (dalam Djahiri,

1996, hlm. 27). Sementara itu, Soelaeman dan Hasan menambahkan bahwa Pendidikan

Nilai adalah bentuk kegiatan pengembangan ekspresi nilai-nilai yang ada melalui proses

sistematis dan kritis sehingga mereka dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas

kognitif dan afektif peserta didik, konsep pendidikan yang memiliki konsep umum,

atribut, fakta dan data keterampilan antara suatu atribut dengan atribut yang lainnya

serta memiliki label (nama diri) yang dikembangkan berdasarkan prinsip pemahaman,

penghargaan, identifikasi diri, penerapan dalam perilaku, pembentukan wawasan dan

kebiasaan terhadap nilai dan moral. (1988, hlm.14; 1996, hlm. 250).

Kemudian menurut Sumantri memahami Pendidikan Nilai sebagai suatu aktivitas

pendidikan yang penting bagi orang dewasa dan remaja, baik di dalam sekolah maupun

di luar sekolah, karena “penentuan nilai” merupakan suatu aktivitas penting yang harus

kita pikirkan dengan cermat dan mendalam (2009, hlm. 16). Sehingga dalam pendidikan

nilai ini merupakan tugas pendidikan (masyarakat didik) untuk berupaya meningkatkan

nilai-moral individu dan masyarakat.

Pendidikan nilai sebagai sebagai sebuah proses pendidikan memiliki tujuan. Adapun

tujuan Pendidikan Nilai adalah menjadikan manusia berbudi pekerti. Hakam (2000, hlm.

8) dan Mulyana (2004, hlm. 119) menambahkan bahwa pendidikan nilai bertujuan untuk

membantu peserta didik mengalami dan menempatkan nilai-nilai secara integral dalam

kehidupan mereka.

Dalam proses Pendidikan Nilai, tindakan-tindakan pendidikan yang lebih spesifik

dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang lebih khusus. Seperti dikemukakan komite

APEID (Asia and The Pasific Programme of Education Innovation for Development),

Pendidikan Nilai secara khusus ditujukan untuk: (a) menerapkan pembentukan nilai

kepada anak, (b) menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan,

dan (c) membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut.

Dengan demikian tujuan Pendidikan Nilai meliputi tindakan mendidik yang berlangsung

mulai dari usaha penyadaran nilai sampai pada perwujudan perilaku-perilaku yang

bernilai (UNESCO, 1994). Berdasarkan uraian di atas maka pendidikan nilai yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah proses pendidikan yang membantu

individu untuk mengambil keputusan moral, dengan melakukan pertimbangan dari

sudut nilai teologi, logic, etik, fisiologi, estetika dan teleology, dimana hasil

pertimbangan dicerminkan kepada pikiran yang baik, perkataan yang baik dan

perbuatan yang baik. C.

Page 18: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

PENDIDIKAN BERBASIS KOMUNITAS Terdapat beberapa definisi dari masyarakat,

menurut Ogburn & Nimkoff, komunitas dapat dianggap sebagai sebuah system

organisasi kehidupan social dalam wilayah yang terbatas. Kemudian menurut K. Davis,

komunitas diartikan sebagai kelompok individu yang tinggal di dalam wilayah territorial

yang kecil yang memiliki aspek kehidupan social yang sama (dalam Sharma, 2003, hlm.

241).

Dengan demikian, komunitas dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal

bersama di wilayah geografis tertentu, dengan label yang sama, yang memiliki

kebiasaan umum, tradisi dan hal-hal lain yang bersifat mengikat antar anggotanya.

Contohnya pada masyarakat seperti di India terdiri atas komunitas Hindu dan komunitas

Muslim. Meskipun syarat utama sebuah komunitas adalah menempati wilayah geografis

yang sama, namun perbedaan adat, tradisi dari sekelompok manusia tersebut

merupakan unsure yang amat penting yang bertindak sebagai kekuatan kohesif yang

menciptakan identitas atau identifikasi diri yang berbeda antar kelompok yang satu

dengan lainnya.

Identitas ini dapat menyebabkan rasa kerelaan untuk berkorban untuk membela

kepentingan komunitasnya. Mengingat demikian eratnya hubungan setiap individu

(anggota komunitas) dalam sebuah komunitas, maka penting sekali memasukkan peran

komunitas dalam pendidikan. Masyarakat dapat menjadi media dalam proses

pendidikan untuk mengubah perilaku individunya (Sharma, 2004, hlm.242).

Oleh sebab itu maka, pendidikan dapat dikembangkan dengan melibatkan partisipasi

masyarakat di dalamnya. Partisipasi pada konteks ini berupa kerja sama antara warga

dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, menjaga, dan

mengembangkan aktivitas pendidikan. Sebagai sebuah kerjasama, maka masyarakat

diasumsi mempunyai aspirasi yang harus diakomodasi dalam perencanaan dan

pelaksanaan suatu program pendidikan.

Secara konseptual, pendidikan berbasis komunitas adalah model penyelenggaraan

pendidikan yang bertumpu pada prinsip “dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk

masyarakat”. Pendidikan “dari masyarakat” artinya pendidik memberikan jawaban atas

kebutuhan masyarakat. Pendidikan “oleh masyarakat” artinya masyarakat ditempatkan

sebagai sujbyek/pelaku pendidikan.

Pada konteks ini, masyarakat dituntut peran dan partisipasi akifnya dalam setiap

program pendidikan, terutama pada saat pelaksanaannya. Adapun pengertian

pendidikan “untuk masyarakat” artinya masyarakat diikutsertakan dalam semua program

Page 19: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

yang dirancang untuk menjawab kebutuhan mereka. Secara singkat dikatakan

masyarakat perlu diberdayakaan, diberi peluang dan kebebasan untuk mendesain,

merencanakan, membiayai, mengelola dan menilai sendiri apa yang diperlukan secara

spesifik di dalam, untuk dan oleh masyarakat sendiri (Sihombing, 1999, hlm. 134).

Di dalam Undang-undang No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat

16, arti pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan

berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi dan potensi masyarakat sebagai

perwujudan pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat. Dengan demikian nampak

bahwa pendidikan berbasis komunitas pada dasarnya merupakan suatu pendidikan

yang memberikan kemandirian dan kebebasan pada masyarakat untuk menentukan

bidang pendidikan yang sesuai dengan keinginan masyarakat itu sendiri.

Konsep Pendidikan berbasis komunitas kemudian dibatasi sebagai proses pendidikan

yang memberdayakan individu atau orang dewasa untuk lebih berkompeten dalam

ketrampilan, sikap dan konsep mereka dalam upaya untuk hidup dan mengontrol

aspek-aspek lokal dari masyarakatnya melalui partisipasi demokratisSementara itu di

lingkungan akademik para ahli juga memberikan batasan pendidikan berbasis

komunitas Galbraith (1992).

Selanjutanya Smith (2008) mengemukakan bahwa pendidikan berbasis komunitas

adalah proses yang disusun untuk meningkatkan kualitas kehidupan individu dan

kelompok dengan memberdayakan perang masyarakat atau kelompok masyarakat di

wilayahnya, atau berbagi kemanfaatan untuk kepentingan umum, dengan

mengembangkan secara sukarela tempat belajar, tindakan dan kesempatan refleksi

yang ditentukan oleh pribadi, sosial, ekonomi dan kebutuhan politik mereka.

Dengan demikian, pendekatan pendidikan berbasis komunitas adalah sebuah

pendekatan yang melihat masyarakat sebagai wakil sekaligus tujuan, yang melihat

pendidikan sebagai proses dan masyarakat itu sendiri adalah fasilitator yang dapat

menyebabkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik. Sehingga Pendidikan

dipahami berbasis komunitas jika seluruh bentuk tanggung jawab mulai dari

perencanaan sampai pada pelaksanaan berada di tangan masyarakat.

Asumsi dari penyelenggaraan Pendidikan berbasis komunitas jika setiap masyarakat

secara alami memiliki kemampuan dalam mengatasi masalahnya sendiri. Pendidikan ini

dapat terselenggara pada masyarakat kota ataupun desa, potnesi yang mereka miliki

telah terlatih untuk mengatasi masalah yang timbul dari lingkungan mereka endiri

berdasarkan atas sumber daya yang tersedia serta dapat menggerakkan aksi untuk

memecahkan masalah yang dihadapi bersama-sama.

Page 20: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 di dalam pasal 55 tentang

Pendidikan Berbasis Masyarakat/Komunitas disebutkan sebagai berikut: 1. Masyarakat

berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis komunitas pada pendidikan formal dan

nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial dan budaya untuk

kepentingan masyarakat. 2.

Pelaksana pendidikan berbasis komunitas mengacu pada standar nasional Pendidikan

dalam mengembangkan dan melaksanakan kurikulum, evaluasi pendidikan, serta

manajemen dan pendanaan. 3. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis komunitas

dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah

dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. 4.

Lembaga pendidikan berbasis komunitas dimungkinkan untuk memperoleh bantuan,

baik itu bantuan teknis, tambahan dana dan sumber daya lain dengan prinsip adil dan

merata dari pemerintah. 5. Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah.

Berdasarkan kutipan di atas, pendidikan berbasis komunitas bias dilaksanakan pada jalur

formal ataupun nonformal, dan pondasi dari pendidikan berbasis masyarakat adalah

kebutuhan dan kondisi masyarajat, serta kewenangan yang diperoleh dari masyarakat

untuk mengelola. Oleh karenanya penyelenggaraan Pendidikan berbasis komunitas ini

perlu memperhatikan tujuan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Dalam hubungan ini, pendidikan nonformal berbasis komunitas adalah pendidikan

nonformal yang diselenggarakan oleh warga masyarakat yang memerlukan layanan

pendidikan dan berfungsi sebagai pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan

formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal

berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pengetahuan dan

ketrampilan fungsional.

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,

pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan

keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta

pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok

belajar, pusat kegiatan belajar masyarajat, majelis taklim serta satuan pendidikan yang

sejenis (Dihombing, 1999, hlm. 140).

Page 21: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Tujuan pendidikan berbasis komunitas dapat berupa isu-isu masyarakat yang spesifik

seperti perhatian terhadap lingkungan, budaya dan sejarah etnis, kebijakan pemerintah,

pendidikan politik dan kewarganegaraan, pendidikan keagamaan, pendidikan bertani,

penanganan masalah kesehatan seperti korba narkotika, HIV/AIDS dan sejenisnya

(Sudjana, 2000).Pendidikan berbasis komunitas memiliki prinsip-prinsip seperti Galbraith

(1992), Self determination (bias menentukan sendiri).

Semua bagian dari masyarakat memiliki hak dan tanggungjawab dalam menentukan

kebutuhan masyarakat serta mengidentifikasi sumber daya masyarakat yang dapat

digunakan dalam merumuskan kebutuhan. Self help (dapat menolong diri sendiri).

Anggota masyarakat dapat dilayani dengan baik saat mereka memiliki kemampuan

untuk menolong diri mereka sendiri berkembang.

Leadership development (pengembangan kepemimpinan). Para pemimpin wilayah wajib

memperoleh pelatihan untuk mengembangkan keterampilan dalam memecahkan

masalah, merumuskan keputusan dan proses kelompok sebagai cara untuk menolong

diri mereka sendiri secara terus menerus dan sebagai upaya mengembangkan

masyarakat. Localization (lokalisasi).

Potensi terbesar untuk tingkat partisipasi masyarakat tinggi terjadi ketika masyarakat

diberi kesempatan dalam pelayanan, program dan kesempatan terlibat dekat dengan

kehidupan tempat masyarakat hidup. Intergrated delivery of service (keterpaduan

pemberian layanan). Terdapat hubungan antargensi di antara masyarakat dan

agen-agen yang menjalankan pelayanan publik dalam memenuhi tujuan dan pelayanan

publik yang lebih baik.

Reduce duplication of service. Pelayanan Masyarakat seharusnya memanfaatkan secara

penuh sumber-sumber fisik, keuangan dan sumber daya manusia dalam lokalitas

mereka dan menordinir usaha mereka tanpa duplikasi pelayanan. Accept diversity

(menerima perbedaan).

Menghindari pemisahan masyarakat berdasarkan usia, pendapatan, kelas sosial, jenis

kelamin, ras, etnis, agama atau keadaan yang menghalangi pengembangan masyarakat

secara menyeluruh. Ini berarti pelibatan warga masyarakat dapat dilaksanakan secara

luas dan distimulasi untuk berperan aktif dalam pengembangan, perencanaan dan

pelaksanaan program pelayanan dan aktifitas-aktifitas kemasyarakatan. Institutional

responsiveness (tanggungjawab kelembagaan).

Pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat secara terus menerus akan berubah, sebagai

Page 22: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

kewajiban dari lembaga publik untuk melayani masyarakat. Lembaga harus tanggap

merespon beragam perubahan yang terjadi dalam masyarakat sehingga manfaat

lembaga akan terus dapat dirasakan. Lifelong learning (pembelajaran seumur hidup),

kesempatan pembelajaran dalam lingkungan formal dan informal harus tersedia bagi

anggota masyarakat di segala usia dan beragam latar belakang masyarakat (Sudjana,

2000, hlm. 134).

Dalam perkembangannya, commonuty-based education merupakan sebuah gerakan

nasional di negara berkembang seperti Indonesia. Commonuty-based education

diharapkan menjadi salah satu upaya mendasar dalam mewujudkan masyarakat

sejahtera (civil siciety). Manajemen pendidikan yang berdasarkan pada

community-based education secara alamiah akan menampilkan wajah sebagai institusi

pendidikan dari masyarakat (Sudjana, 2000, hlm. 122).

Berdasarkan kajian di atas, pendidikan berbasis komunitas didefinisikan sebagai gerakan

pendidikan yang melibatkan partisipasi masyarakat dengan menganut prinsip dari

masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan tujuan untuk mewujudkan

masyarakat madani. D. PENDIDIKAN NILAI BERBASIS KOMUNITAS Berdasarkan uraian

tersebut diatas, maka akan dibangun sebuah konsep baru tentang pendidikan nilai

berbasis komunitas.

Pendidikan nilai sendiri didefinisikan sebagai proses pendidikan yang membantu

individu untuk mengambil keputusan moral, dengan melakukan pertimbangan dari

sudut nilai teologi, logic, etik, fisiologi, estetika dan teleology, dimana hasil

pertimbangan dicerminkan kepada pikiran yang baik, perkataan yang baik dan

perbuatan yang baik.

Sedangkan pendidikan berbasis komunitas didefinisikan sebagai gerakan pendidikan

yang melibatkan partisipasi masyarakat dengan menganut prinsip dari masyarakat, oleh

masyarakat dan untuk masyarakat dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat

madani. Dari kedua definisi tersebut disusun sebuah definisi pendidikan nilai berbasis

komunitas sebagai sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu individu

dalam mengambil keputusan moral, dengan melibatkan partisipasi masyarakat untuk

mewujudkan masyarakat madani.

Berkaitan dengan definisi pendidikan berbasis komunitas di atas, maka dapat dilihat

bahwa model pendidikan yang ingin dikembangkan amat berkaitan dengan nilai yang

dikembangkan oleh budaya dan masyarakat tempat dilaksanakannya pendidikan.

Adapun tempat dilaksanakannya pendidikan dalam penelitian ini berada di wilayah

Kelurahan Padangsambian, dimana mayoritas masyarakatnya memeluk agama Hindu.

Page 23: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Maka nuansa nilai yang dikembangkan akan cenderung bernuansa nilai-nilai agama

Hindu, dipadukan dengan nilai yang dikembangkan oleh komunitas Bank Sampah

sebagai sebuah komunitas cinta lingkungan yang sedang berkembang di wilayah

Kelurahan Padangsambian. BAB III PENDIDIKAN NILAI DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM

TERSEMBUNYI (HIDDEN CURRICULUM ) Berbagai penelitian telah dilakukan dalam

penelaahan teori kurikulum tersembunyi, karya Dreeben (1968), Lynch (1989), Margolis

(2001) dan Giroux (2001) berupaya menjelaskan lingkup kurikulum tersembunyi.

Kurikulum tersembunyi diakui sebagai proses sosialisasi sekolah (Kentli, 2009: 83).

Drebeen (1968) berpendapat bahwa setiap siswa memiliki latar belakang orang tua yang

berbeda dan ketika masing mengikuti ke sekolah, para siswa bertemu norma-norma

sekolah yang akan mempersiapkan mereka untuk terlibat dalam kehidupan

public/masyarakat luas.

Dia mendefinisikan norma ini sebagai "kemerdekaan", "prestasi", "universalisme", dan

"kekhususan" dan menyarankan bahwa norma-norma yang dipergunakan untuk

mengajar berkolaborasi dengan masyarakat industri modern. Lynch (1989 ) berpendapat

bahwa sekolah memiliki aspek-aspek tersembunyi yang universal dan partikular yang

memungkinkan terciptanya lingkungan yang tidak sama bagi siswa.

Walaupun aspek-aspek yang terlihat seperti silabus, waktu sekolah dan prosedur ujian

yang mungkin diterima sebagai aspek yang universal, ada beberapa hal yang bersifat

tersembunyi seperti kegiatan sosial, sistem penghargaan yang mungkin diterima

sebagai partikularistik. Giroux (200) mengidentifikasi kurikulum tersembunyi seperti apa

yang diajarkan dan bagaimana kita belajar di sekolah karena ia juga menunjukkan

bahwa sekolah tidak hanya memberikan instruksi tetapi juga lebih seperti norma dan

prinsip-prinsip yang dialami oleh siswa sepanjang hidup pendidikan mereka.

Margolis (2001 berpendapat bahwa kurikulum tersembunyi, sekolah dan kehidupan

kelas, adalah reproduksi sekolah yang memungkinkan untuk memahami sekolah

dengan fungsi hegemoni, yang juga mempertahankan kekuasaan Negara atau nilai-nilai

yang diinginkan oleh negara. Emile Durkheim mengamati bahwa lebih banyak yang

diajarkan dan dipelajari di sekolah-sekolah dari yang ditentukan dalam kurikulum

maupun buku teks dan instruksional guru. Hal tersebut merupakan "kurikulum

tersembunyi".

Dalam Moral Pendidikan Durkheim (1961 ) menulis: "Bahkan, ada sistem seluruh aturan

di sekolah yang mentakdirkan perilaku anak. Ia harus datang ke kelas secara teratur, ia

harus tiba pada waktu tertentu dengan sikap yang tepat. Dia tidak boleh mengganggu

Page 24: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

hal-hal dalam kelas (dalam Kentil, 2009, hlm. 83-84).

Kegiatan dalam kurikulum tersembunyi misalnya belajar untuk menunggu dengan

tenang, belajar menahan diri, menyelesaikan pekerjaan, bekerja sama, proses interaksi

dengan guru dan teman sebaya, penampilan rapi dan tepat waktu, dan kesopanan,

kurikulum tersembunyi membantu murid untuk membentuk hubungan sosial

sementara, menenggelamkan banyak identitas pribadi mereka, dan menerima legitimasi

perbaikan kategoris.

Dalam hal ini sekolah tidak sebagai badan mobilitas sosial tetapi mereproduksi struktur

kelas yang ada, mengirim pesan secara diam-diam, namun bersifat kuat yang berkaitan

dengan kemampuan intelektual mereka, sifat-sifat pribadi, dan pilihan pekerjaan yang

tepat, kurikulum tersembunyi merupakan struktur sekolah yang paling penting dalam

menentukan reproduksi hubungan kelas di sekolah-sekolah, dalam kurikulum

tersembunyi terjadi persiapan diam-diam yang berkaitan dengan proses produksi

dengan cara tertentu.

Sangat berbeda dengan kegiatan kurikuler, pedagogis, dan praktek murid, dimana

evaluasi menekankan keterampilan kognitif dan perilaku yang berbeda di setiap

lingkungan sosial dan dengan demikian memberikan kontribusi untuk pembangunan

anak dalam mengembangkan hubungan potensial tertentu untuk modal fisik dan

simbolik, pada otoritas, dan proses kerja, kurikulum tersembunyi melibatkan berbagai

kepentingan, bentuk-bentuk budaya, perjuangan, perjanjian, dan kompromi yang dapat

berupa norma-norma tak tertulis, nilai-nilai, dan keyakinan dan ditularkan kepada siswa

melalui aturan yang mendasari bahwa struktur rutinitas dan hubungan sosial di sekolah

dan kelas (P.Jackson,1968; R.Dreeben; 1967; S.Bowles and H.Gintis: 1976; P.Willis: 1977;

J.Anyon: 1980; M.Apple: 1982; H.Giroux: 1983).

Singkatnya, kurikulum tersembunyi merupakan kegiatan sosialisasi sekolah yang

diidentifikasikan dengan interaksi sosial dalam lingkungan. Oleh karena itu, dalam

proses kesehariannya memiliki fungsi untuk mengirimkan pesan secara diam-diam

kepada siswa tentang nilai-nilai, sikap dan prinsip-prinsip. Kurikulum tersembunyi dapat

diungkap melalui evaluasi lingkungan dan tak terduga, interaksi yang tidak disengaja

antara guru dan siswa yang mengungkapkan pedagogi kritis.

Jika dikaitkan dengan penelitian ini, kurikulum tersembunyi yang dimaksud adalah

sebuah upaya membudayakan nilai peduli lingkungan secara diam-diam melalui

kelompok teman sebaya maupun interaksi antara guru dengan siswa maupun

komponen sekolah lainnya, seperti melakukan pengkondisian lingkungan yang kondusif

dalam mengembangkan karakter yang diharapkan.

Page 25: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Konsep Kurikulum tersembunyi dikembangkan oleh Benson Snyder pada tahun 1971

dan digunakan oleh para pendidik, sosiolog dan psikolog dalam menggambarkan

sistem informal. Hal ini mengacu pada tuntutan implisit (yang bertentangan dengan

kewajiban eksplisit dari kurikulum terlihat). Prinsip dari Hidden Curuculum meliputi 3 R

(rules, regulations, dan routines) dimana semua anggota sekolah harus beradaptasi

pada hal tersebut.

Sistem internal sekolah memiliki dua aspek formal yakni aspek peran dan struktur dan

aspek informal, yang meliputi kurikulum tersembunyi seperti: suasana atau iklim

sekolah, relasi kekuasaan, dan konsekuensi tak terduga atas struktur sekolah formal. Hal

lain yang mempengaruhi lingkungan sekolah dapat berupa ukuran komunitas, tingkat

aktivitas orang tua, latar belakang siswa, layanan dan dukungan sekolah, dukungan

legislatif dan keuangan dan lain sebagainya Sistem pendidikan yang terjadi di sekolah

juga dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan terhadap sekolah.

Lingkungan sekolah meliputi komposisi dan ukuran komunitas, tingkat aktivitas orang

tua, latar belakang siswa, layanan dukungan sekolah, dukungan legislatif dan keuangan,

kelompok penekan politik dan lainnya, dan banyak pengaruh lain yang unik untuk setiap

sistem individu. A. IKLIM SEKOLAH Upaya untuk mengembangkan kapasitas siswa wajib

didukung oleh iklim sekolah yang positif.

Sehingga pengembangan iklim sekolah harus memperhatikan: 1) Nilai dari iklim,

maksudnya adalah sekolah merupakan lingkungan belajar yang terdiri atas siswa

dengan perbedaan latar belakang baik itu lingkungan keluarga, ras dan status sosial dan

semua hal tersebut memiliki kaitan terhadap motivasi dan perbedaan prestasi siswa, dan

sekolah idealnya membentuk iklim sekolah yang lebih bernilai guna membantu semua

siswa untuk meningkatkan motivasi dan prestasinya.

2) Iklim sekolah yang membangun konsep diri, konsep diri mengacu pada cara individu

memandang dirinya dalam peran tertentu. Dalam hal ini pengaruh teman sebaya

memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan konsep diri, oleh karenanya

sekolah perlu mengembangkan iklim sekolah yang memberdayakan peran teman

sebaya memperbaiki konsep dirinya.

3) Iklim sekolah yang berwawasan prestasi siswa, prestasi akademik siswa dipengaruhi

oleh empat jenis persepsi 1) persepsi siswa saat ini dengan harapan orang lain, 2)

persepsi siswa dari masa depan orang lain di sekolah atau sistem sosial, 3) persepsi

siswa tentang tingkat perasaan dalam menyerap sistem sosial di sekolah, 4) persepsi

siswa terhadap norma-norma akademik yang menekankan prestasi akademik, sehingga

Page 26: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

sikap dan peran guru membantu membangun persepsi yang baik.

Guna dapat merubah iklim sekolah ke arah yang lebih positif, terdapat variable yang

menentukan perubahan iklim sekolah (Edward McDill dan Leo Rigsby) yakni: 1)

Nilai-nilai dijadikan landasan dalam pengembangan akademik siswa, 2) Terdapat

jenjang akuisi pengetahuan dan pembelajaran dihargai, 3) terdapat kriteria-kriteria

tertentu seperti kriteria intelektual sebagai status siswa, 4) Penekanan ilmu di sekolah, 5)

Penekanan seni, humaniora, ilmu sosial dan isu-isu sosial, dan 6) Orientasi siswa

terhadap kegiatan akademis dan ektrakurikuler Iklim sekolah yang membangun konsep

diri akan berkaitan dengan harapan guru dan siswa dalam interaksi di sekolah.

Harapan guru diwujudkan dalam membentuk perilaku anak-anak dalam situasi kelas.

Harapan ini akan didukung oleh budaya masing-masing sekolah yang isebut dengan

iklim sekolah, yang bersifat unik. Pada kenyataanya, tidak semua sekolah bisa

menciptakan iklim sekolah yang baik. Hal ini dapat dilihat dari interaksi yang dibangun

antar warga sekolah.

Terdapat fenomena guru yang senantiasa menjaga jarak dengan warga sekolah lainnya,

hal ini menunjukkan terdapat tanda otoritas dalam pola interaksi. Iklim kelas yang baik,

juga tidak sepenuhnya didapatkan pada setiap kelas. Kelas umumnya dipandang

sebagai suatu sistem mandiri, tertutup dari lingkungan luar. Iklim kelas tersebut akan

berdampak terhadap beragamnya sikap siswa yang ditunjukkan oleh siswa terhadap

sekolah dan pembelajaran, bahkan dapat menghasilkan sikap antisekolah.

Proses utama dari sistem sekolah adalah interaksi, yang membawa pesan tentang

harapan, hubungan kekuasaan dan sikap terhadap orang lain dan proses pembelajaran

yang melewati isyarat verbal dan non verbal. Interaksi di kelas, interaksi guru sehari-hari

dan hubungan interpersonal menentukan suasana kelas. Guru yang hangat cenderung

lebih efektif.

Persahabatan siswa dan pola interaksi di kelas (pola persahabatan dan interaksi siswa

bervariasi tergantung bagaimana kelas tersebut disusun), keramahan dan popularitas

berkolerasi dengan kecerdasan, daya tarik fisik dan kesadaran sosial semakin besar

ukuran kelas, semakin tinggi sosialisasi. Acara-acara khusus atau perubahan organisasi

dapat mengubah rutinitas kelas dan mempengaruhi partisipasi kelas.

Pengaturan tempat duduk, suhu, perlengkapan dan susunanya mempengaruhi interaksi

di kelas. Kemudian ukuran dan arsitektur sekolah, pada kelas yang kecil lebih baik,

karena mudah mengontrolnya, dan memungkinkan lebih banyak interaksi antara guru

dan siswa B.

Page 27: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

KEKUATAN DAN PERAN PADA SISTEM INFORMAL Setiap individu senantiasa

berkembang dan mengembangkan teknik untuk mengatasi masalah yang dihadapi

dalam hari ke hari hubungan. Dinamika kekuasaan masuk ke dalam sebagian besar

hubungan. Aturan dan peraturan dapat memberitahu individu mengenai siapa yang

memegang otoritas, namun pada kenyataanya sering disalahgunakan.

Berikut akan diuraikan dinamika kekuatan atau otoritas yang berkaitan dengan sekolah.

atau bagaimana mereka bawahan figur otoritas mengatasi. Dinamika yang terjadi dan

berkaitan dengan sekolah, dijelaskan dalam Teoritis Daya Dinamika Dalam Ruang Kelas,

Di dalam kelas ada keseimbangan antara harapan formal dan proses informal. Terdapat

aturan yang berkaitan dengan perilaku formal dalam sekolah informal ditransmisikan.

Beberapa berpendapat bahwa informalitas ini melayani sekolah dan juga kelas, kelas

memiliki sedikit gambaran mengenai pelaksanaan aturan daripada organisasi formal,

yang idealnya adalah kondisi transisi dari rumah ke tempat kerja. Ketika siswa tidak

terhambat oleh aturan formal ini berarti siswa memiliki asimilasi kesadaran terhadap

aturan.

Sokolah dalam hal ini juga kelas belajar merupakan tempat untuk siswa dalam

mendamaikan kedua dimensi kehidupan (harapan formal dan proses informal dalam

semua organisasi formal). Pendekatan teoritis yang dipergunakan dalam diskusi

dinamika kekuasaan yaitu teori fungsional. Teori fungsional menekankan konsensus

yang dihasilkan dari fungsi sosialisasi kelas karena mempersiapkan siswa untuk

menjalankan perannya dalam masyarakat.

Fungsi utama lainnya adalah bahwa seleksi dan alokasi, yang dimulai di kelas SD dan

berlanjut sepanjang sekolah. Tidak hanya prestasi tetapi juga ketaatan dan kerjasama

merupakan aspek penting dari sekolah. Anak-anak belajar dengan cepat apa yang

diharapkan dari mereka, dan kerjasama mereka dalam sistem sekolah.

Mereka yang paling berhasil dalam memenuhi prestasi dan mewujudkan perilaku yang

diharapan melakukan dalam sistem sekolah merupakan siswa yang terpilih/dipilih. Siswa

"dipilih" sesuai dengan seberapa sukses mereka telah disosialisasikan ke dalam sistem

dan seberapa baik mereka bekerja sama dengan mereka yang berkuasa. C. SISWA DAN

SISTEM INFORMAL Pengaruh kelompok sebaya, subkultur siswa memiliki pengaruh

yang kuat dalam menentukan interaksi yg terjadi di sekolah, yang terpisah dengan

norma, harapan atau strategi untuk menghadapi tuntutan tersebut. Kekuatan subkultur

terletak pada anggotanya, penolakan dari teman sebaya menyulitkan interaksi siswa.

Page 28: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Teman sebaya memberikan referensi tentang pakaian, tingkah laku, pola bicara,

sepanjang perjalanan hidupnya. Kadang ada siswa yg ingin nampak tidak cerdas akibat

dari ketakutan kehilangann pengakuan dari teman sebaya. Sekolah dapat berfungsi

untuk mengalihkan fokus sehingga norma-norma (sosial remaja) dapat memperkuat

tujuan pendidikan mereka.

Hambatannya adalah kadang lingkungan persahabatan mereka terjadi semenjak sekolah

dasar, yg memiliki sedikit hubungan dengan aspek akademik sekolah. Dalam penelitian

Hargreaves ditemukan bahwa kelompok siswa yg memiliki nilai subkultul yg bersesuaian

dengan nilai-nilai positif di sekolah memiliki nilai yg lebih baik dari kelompok siswa dgn

subkultur yg negatif. D. GURU DAN SISTEM INFORMAL Guru memiliki strategi yg

berbeda disesuaikan dengan situasi yg dihadapi.

Martyn Hammersley menguraikan beberapa teknik alternatif atau strategi yang dapat

digunakan oleh guru untuk menangani kelas: 1. Organisasi formal (guru sebagai pusat

kegiatan), organisasi informal (guru berperan untuk meningkatkan kerjasama dan

interaksi siswa) 2. Guru sebagai pengawas atas aksi menyimpang dari siswa dan

melakukan intervensi atas penyimpangan tersebut. 3.

Guru dapat menggunakan perintah atau tuntutan dengan otoritas yang dimiliki. 4. Tes

kelas atau tes sekolah, alat untuk membandingkan kinerja siswa. Pengambilan

keputusan di dalam kelas, kebanyakan pengambilan keputusan guru terhadap situasi

kelas bersifat naluriah (pengalaman). Namun sesungguhnya guru memiliki strategi yg

disadari ataupun tidak disadari berdasarkan pendekatan situasionisme dan negosiasi.

Guru hendaknya memiliki strategi dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan. Tujuan dan

strategi terus berubah sesuai dengan situasi kelas. Guru harus mengerahkan segala

kemampuannya untuk terus dapat mengontrol situasi kelas. Dalam kaitanya dengan

kontrol dan strategi disiplin dalam kelas, guru memiliki strategi pengendalian selain

kekuatan fisik (penggunaan langsung kekuasaan, struktur sosial, intelektual dan

manipulasi fisik kelas), guru dpt menggunakan pengaruh atau manipulasi atau akhirnya

paksaan.

Pujian, penghargaan verbal, teguran, pengingat juga dapat dijadikan sebagai alat

control. Pada penelitian ini, prinsip kurikulum tersembunyi yang berupa rule, regulation

dan routinities dijadikan sebagai dasar dalam menganalisa kondisi objektif pelaksanaan

pendidikan nilai peduli lingkungan di sekolah.

Prinsip tersebut juga dijadikan acuan dalam menyusun MPNBK berkaitan dengan proses

pengaturan habituasi dan intervensi pada kegiatan kurikuler, kokurikuler dan

Page 29: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

ektrakurikuler. Upaya membangun penguatan dilaksanakan melalui pengembangan

iklim sekolah peduli lingkungan sebagai salah satu aspek kurikulum tersembunyi. Usaha

meliputi penyediaan sarana dan prasarana pendukung baik itu tempat sampah, slogan,

pengembangan pengaruh teman sebaya, interaksi guru yang lebih intensif serta

dukungan seluruh komponen sekolah yang peduli lingkungan. BAB IV PENDIDIKAN

NILAI DALAM PERSPEKTIF PERKEMBANGAN DAN PENDIDIKAN MORAL A.

PENDIDIKAN MORAL EMILE DURKHEIM Pendidikan didefinisikan sebagai pengaruh

yang dilakukan oleh orang dewasa pada mereka yang belum siap untuk membantu

beradaptasi dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu pendidikan harus senantiasa

melihat perkembangan masyarakat dan menentukan pendidikan yang cocok sesuai

dengan kondisi masyarakat. Fungsi utama dari pendidikan bukanlah untuk

mengembangkan kemampuan yang terbagi terbagi dalam potensi-potensi untuk

kepentingan mereka sendiri.

Namun untuk mengembangkan kemampuan mereka dan kapasitas yang dibutuhkan

masyarakat. Fungsi umum pendidikan idealnya dapat membangkitkan potensi anak.

Setiap masyarakat membutuhkan beberapa kesamaan dasar pemikiran, nilai-nilai dan

norma-norma di antara para anggotanya, tetapi juga memerlukan beberapa spesialisasi,

untuk pembagian kerja dalam rangka menjaga ketertiban masyarakat. Pendidikan

idelanya bisa memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.

Untuk dapat memuaskan masyarakat pendidikan membantu menciptakan generasi baru

bagi masyarakat, pendidikan meletakkan kondisi masyarakat untuk membantu individu

mengabadikan dirinya sendiri. Dalam pengertian ini, pendidikan memiliki fungsi

pelestarian dan pengembangan masyarakat. Fungsi Pendidikan yang sesungguhnya

adalah membantu proses sosialisasi individu terhadap masyarakat.

Durkheim menegaskan, bahwa meskipun sosialisasi dari sudut pandang individu

diperlukan dan diinginkan juga merupakan alternative yang harus disosialisasikan dalam

negara yang tanpa norma (anomie). Gagasan 'anomi' terutama dikembangkan dalam

penelitian Durkheim's of Sucide. Durkheim menjelaskan bahwa stabilitas kepribadian

individu tergantung pada stabilitas masyarakat, dalam masa pertumbuhan ekonomi

tiba-tiba, kendala datang dari masyarakat yang tiba-tiba maju, aspirasi berkembang ke

tingkat yang tidak pernah dapat dipuaskan dan kehidupan mulai menjadi tidak

memuaskan dan tidak berguna.

Untuk menjalani kehidupan yang memuaskan, untuk menemukan tujuan hidupnya,

manusia harus memiliki keinginan yang terbatas. Jadi pendidikan dalam hal ini berfungsi

untuk mensosialisasikan kebutuhan masyarakat terhadap individu, menyediakan

Page 30: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

nilai-nilai dan norma-norma. Pendidikan harus memberikan norma-norma dan nilai-nilai

yang dibutuhkan oleh anak.

Hal ini yang menyebabkan Durkheim berpikir untuk memberikan kerangka kognitif

kepada anak dapat memahami dunia dan memperoleh pengetahuan. Durkheim

menentang pandangan bahwa pendidikan harus mengembangkan potensi anak, kecuali

sejauh ini diperlukan oleh masyarakat. Bagi Durkheim, fungsi pendidikan adalah untuk

menjaga masyarakat, untuk bersosialisasi dan memanusiakan manusia dengan

menyediakan kerangka kerja normatif dan kognitif.

Gagasan anomi yang terjadi dalam kajian ini adalah sebuah kondisi dimana masyarakat

Kelurahan Padangsambian kehilangan nilai-nilai seiring berubahnya kondisi masyarakat

di wilayah Padangsambian, dari masyarakat yang terikat pada nilai masyarakat agraris

tradisional ke masyarakat indsutri modern. Pendidikan Moral Pendidikan memegang

peranan penting pada masyarakat yang baru berkembang.

Fungsi pendidikan adalah untuk mempertahankan ketertiban dalam masyarakat dan

mensosialisasikan manusia. Untuk mewujudkan hal tersebut, Durkheim mencoba untuk

memecahkan masalah bagaimana manusia bisa diselamatkan dari kemungkinan anomie,

dalam suatu masyarakat di mana kendala tradisional dan moralitas agama yang mati,

menuntut individu bertindak sendiri untuk menerapkan prinsip-prinsip moral umum

untuk kehidupan sehari-hari.

Penerapan Moralitas dalam Pendidikan. Setelah meletakkan elemen dasar moralitas,

Durkheim mencoba untuk menerapkan ide-idenya ke sekolah. Sementara anak-anak

sering menunjukkan perubahan suasana hati, mereka juga sangat rentan terhadap

ide-ide dan perintah. Sekolah harus membangun kerentanan ini untuk mengembangkan

semangat disiplin.

Ketika seorang anak memasuki sekolah, ia dihadapkan dengan aturan yang mengikat

dirinya dan orang lain sama. Aturan-aturan yang lebih umum daripada yang ia alami di

rumah. Disiplin sekolah berfungsi untuk mengembangkan disiplin diri yang diperlukan

dalam masyarakat modern. Hukuman adalah penting, itu menunjukkan anak bahwa

aturan-aturan yang mengikat semua dan patut dihormati.

Hukuman fisik tidak diperlukan karena bertentangan dengan prinsip dasar moral

modern yang menghormati martabat manusia. Sekolah harus diatur sehingga anak

dapat menjalani hidup komunal. Sekolah harus memberikan anak gambar dari

kelompok mana dia berada, setiap kelas memiliki kepribadian sendiri, guru, sebagai

direktur kelas, harus mengembangkan persatuan dan solidaritas. Hukuman kolektif dan

Page 31: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

manfaat dapat digunakan untuk tujuan ini, dari waktu ke waktu.

Kepala sekolah harus mengatur sekolah sedemikian rupa sehingga anak mengakui

bahwa kelas sendiri merupakan bagian dari keseluruhan yang lebih besar. Dengan ini

proses identifikasi dengan kelompok, anak dituntun untuk melampirkan dirinya ke

masyarakat luas. Pendidikan Moral, tentang elemen ketiga dari moralitas. Hal ini jelas

bahwa Durkheim merasa bahwa anak-anak perlu tahu alasan untuk bertindak secara

moral, mereka harus, karena itu, memiliki harus memiliki pemahaman tentang

masyarakat mereka sendiri dan kebutuhannya. Cara terbaik untuk mengembangkan

pemahaman ini adalah melalui ilmu pengetahuan.

Dalam upaya mengembangkan kapasitas siswa untuk peduli terhadap lingkungan maka

siswa diajak untuk mengetahui alasan bertindak untuk senantiasa memelihara

lingkungan. Alasan tersebut terurai dalam nilai-nilai yang dikembangkan oleh komunitas

masyarakat, serta dampak dari diabaikannya nilai-nilai tersebut terhadap kehidupan

masyarakat. B.

PERKEMBANGAN MORAL PIAGET Perkembangan moral berkaitan dengan aturan-aturan

dan ketentuan-ketentuan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh orang untuk

berinteraksi dengan individu lainnya. Pakar perkembangan anak melakukan kajian untuk

tentang bagaimana proses anak-anak berpikir, pola tingkah laku dan menyadari tentang

aturan-aturan dalam lingkungannya.

Perkembangan moral yang dialami oleh anak berbeda dengan orang dewasa, sehingga

Piaget melakukan mengobservasi secara intensif serta melakukan wawancara dengan

anak usia 4-12 tahun. Ada dua macam studi yang dilakukan oleh Piaget mengenai

perkembangan moral anak dan remaja: 1. Melakukan pengamatan terhadap anak yang

bermain kelereng, dan mennganalisis proses bermain serta memikirkan aturan-aturan

permainan. 2.

Menanyakan kepada anak dengan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan

aturan-aturan etis, misalnya mencuri, berbohong, hukuman dan keadilan. Dari hasil studi

yang telah dilakukan tersebut, Piaget menyimpulkan bahwa anak-anak berpikir dengan

2 cara yang sangat berbeda tentang moralitas, tergantung pada kedewasaan

perkembangan mereka. Antara lain: Heteronomous Morality 1.

Merupakan tahap pertama perkembangan moral menurut teori Piaget yang terjadi

kira-kira pada usia 4-7 tahun. Keadilan dan aturan-aturan dibayangkan sebagai

sifat-sifat dunia yang tidak boleh berubah, yang lepas dari kendali manusia. 2. Pemikir

Heteronomous menilai kebenaran atau kebaikan perilaku dengan mempertimbangkan

Page 32: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

akibat dari perilaku itu, bukan maksud dari pelaku.

Misal: memecahkan 12 gelas secara tidak sengaja lebih buruk daripada memecahkan 1

gelas dengan sengaja, ketika mencoba mencuri sepotong kue. 3. Pemikir Heteronomous

yakin bahwa aturan tidak boleh berubah dan digugurkan oleh semua otoritas yang

berkuasa. 4. Ketika Piaget menyarankan agar aturan diganti dengan aturan baru (dalam

permainan kelereng), anak-anak kecil menolak.

Mereka bersikeras bahwa aturan harus selalu sama dan tidak boleh diubah. 5. Meyakini

keadilan yang immanen, yaitu konsep bahwa bila suatu aturan dilanggar, hukuman akan

dikenakan segera. 6. Yakin bahwa pelanggaran dihubungkan secara otomatis dengan

hukuman. Autonomous Morality 1.

Tahap kedua perkembangan moral menurut teori Piaget, yang diperlihatkan oleh

anak-anak yang lebih tua (kira-kira usia 10 tahun atau lebih). Anak menjadi sadar bahwa

aturan-aturan dan hukum-hukum diciptakan oleh manusia dan dalam menilai suatu

tindakan, seseorang harus mempertimbangkan maksud-maksud pelaku dan juga

akibat-akibatnya 2. Bagi pemikir Autonomos, maksud pelaku dianggap sebagai yang

terpenting. 3.

Anak-anak yang lebih tua, yang merupakan pemikir Autonomos, dapat menerima

perubahan dan mengakui bahwa aturan hanyalah masalah kenyamanan, perjanjian yang

sudah disetujui secara sosial, tunduk pada perubahan menurut kesepakatan. 4.

Menyadari bahwa hukuman ditengahi secara sosial dan hanya terjadi apabila seseorang

yang relevan menyaksikan kesalahan sehingga hukuman pun menjadi tak terelakkan.

Piaget berpendapat bahwa dalam berkembang anak juga menjadi lebih pintar dalam

berpikir tentang persoalan sosial, terutama tentang kemungkinan-kemungkinan dan

kerja sama. Pemahaman sosial ini diyakini Piaget terjadi melalui relasi dengan teman

sebaya yang saling memberi dan menerima. Dalam kelompok teman sebaya, setiap

anggota memiliki kekuasaan dan status yang sama, merencanakan sesuatu dengan

merundingkannya, ketidaksetujuan diungkapkan dan pada akhirnya disepakati.

Relasi antara orang tua dan anak, orang tua memiliki kekuasaan, sementara anak tidak,

tampaknya kurang mengembangkan pemikiran moral, karena aturan selalu diteruskan

dengan cara otoriter. Secara garis besar, tahap-tahap perkembangan itu dapat

dituliskan dengan ciri-cirinya yang khusus dalam sebuah skema pada tabel berikut:

Tabel 1 Tahap-Tahap Perkembangan Moral Piaget TAHAP SENSORIMOTOR

PRAOPERASI OPERASI KONKRET OPERASI FORMAL Umur 0-2 tahun 2-7 tahun 7-11

tahun 11 tahun keatas Dasar Pemikiran Tindakan dan meniru Simbolis/bahasa dan

Page 33: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

intuitif, imaginal Transformasi reversibel dan kekekalan, masih konkret Deduktif

hipotesis dan induktif, abstrak Saat Pemikiran Sekarang Mulai yang “tidak sekarang”

Masih terbatas kekonkretan Meninggalkan yang sekarang dan memulai yang

mendatang Ciri-ciri Lain Refleks, kebiasaan, pembedaan sarana dan hasil Egosentris

Pembendaan, seriasi, klasifikasi, konsep bilangan, waktu, probabilitas, kausalitas

Kombinasi, proposi, refrensi ganda, dua reversibel, fleksibel (Adisusilo, 2013, hlm. 19)

Pengetahuan pada anak usia sekolah dasar memasuki tahap perubahan pada aspek

kognitif.

Pada masa ini, terjadi perkembangan daya berpikir ke arah konkrit, rasional serta

objektif, oleh Piaget tahapan ini disebut pemikiran operasional kongkrit yaitu aktvitas

mental yang difokuskan pada obyek-obyek yang konkrit. Dalam masa ini terjadi 3

macam proses yakni 1) negasi (negation): anak memahami hubungan antara benda atau

keadaan yang satu dengan benda atau keadaan yang lain, 2) hubungan timbal balik:

anak memahami hubungan sebab akibat dalam suatu keadaan, 3) identitas: anak sudah

mengenal obyek yang ada disekitarnya.

Untuk itu maka pelibatan anak dalam kegiatan bank sampah melalui klub daur ulang

yang diperkuat dengan pendidikan dalam keluarga sesungguhnya tepat dilaksanakan

karena pada usia ini, anak SD sedang dalam kondisi pemikiran operasional kongkrit

dengan harapan dapat membantu perolehan pengetahuan yang lebih baik yang

nantinya memberikan dampak terhadap karakter yang diinginkan.

BAB V STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Pendidikan dalam Sisdiknas

Tahun 2003 didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pemelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara .

Pendidikan memiliki makna dan tujuan untuk mengembangkan kepribadian yang

menjadi tuntutan dalam kebijakan pengembangan pendidikan karakter. Hal ini tertuang

dalam Grand Desain Pendidikan Karakter Kemendiknas tahun 2010. Proses

pengembangan karakter dapat dilakukan dalam sebuah suasana belajar dan proses

pembelajaran.

Ini berarti bahwa dalam setiap proses pembelajaran harus melibatkan upaya

pengembangan karakter di dalamnya yang dapat dilakukan secara sengaja dan

terstruktur ataupun sifatnya penguatan melalui iklim sekolah, kegiatan ektrakurikuler

dan kokurikuler di sekolah. Secara prinsipil, pengembangan karakter tidak dimasukkan

Page 34: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi kedalam mata pelajaran, pengembangan diri

dan budaya satuan pendidikan (Kemendiknas, 2010, hlm. 11). Nilai-nilai dapat

diintegrasikan dan dikembangkan kedalam kurikulum ataupun silabus yang telah ada.

Nilai diperkenalkan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Dalam Grand Desain Pendidikan Karakter Kemendiknas tahun 2010 menguraikan 4

(empat) prinsip dalam pengembangan pendidikan karakter (2010, hlm.11-13), yakni: 1)

Berkelanjutan Pengembangan karakter memerlukan sebuah proses yang panjang, oleh

sebab itu pelaksanaan pendidikan karakter dalam pendidikan formal dilaksanakan mulai

jenjang TK, SD, SMP, SMA sampai ke perguruan tinggi.

Pendidikan karakter pada perguruan tinggi lebih bersifat pada penguatan dari

pendidikan yang diperoleh dari tingkat pendidikan sebelumnya. 2) Melalui semua mata

pelajaran, pengembangan diri dan budaya satuan pendidikan Pengembangan karakter

dapat dilakukan melalui mata pelajaran/kurikuler, kokurikuler maupun ektrakurikuler.

Penguatan dapat dilaksanakan melalui pengembangan diri dan budaya satuan

pendidikan/sekolah.

3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan melalui proses belajar Nilai dalam proses

pembelajaran tidak dijadikan sebagai pokok bahasan. Materi pelajaran dipergunakan

sebagai media untuk mengembangkan nilai karakter pada peserta didik. Oleh sebab itu

pendidik tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada tetapi menggunakan

materi pokok bahasan untuk mengembangkan nilai karakter.

4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan Pendidikan

karakter diawali dengan perkenalan terhadap pengertian ilai yang dikembangkan,

kemudian pendidik menuntun peserta didik agar secara aktif mrnumbuhkan nilai-nilai

karakter pada diri peserta didik melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas,

satuan pendidikan dan tugas-tugas di luar satuan pendidikan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam

berbagai proses pendidikan di sekolah seperti: 1) pembelajaran di kelas; 2) habituasi; 3)

Ektrakurikuler dan 4) keterlibatan masyarakat dalam pengembangan program

pendidikan. A. PEMBELAJARAN DI KELAS Berdasarkan desain pendidikan karakter 2010,

pembangunan karakter bangsa dapat dilakukan melalui pendidikan, pembangunan

karakter dalam konteks makro dan mikro. Dalam konteks makro melibatkan seluruh unit

utama di lingkungan pemangku kepentingan pendidikan nasional.

Dalam konteks mikro merupakan penyelenggaraan pendidikan pada tingkat sekolah,

pendidikan pada konteks mikro dibagi menjadi empat pilar yakni belajar mengajar di

Page 35: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

kelas, keseharian dalam bentuk pengembangan budaya sekolah; kokurikoler dan

ekstrakurikuler; serta keseharian di rumah dan masyarakat (Sulistyowati, 2012, hlm.

11-12). Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan meliputi a) memasukkan atau

mengintegrasikan karakter tertentu ke dalam kegiatan pembelajaran dengan uraian

sebagai berikut: 1) menanamkan nilai kebaikan kepada anak (knowing the good), 2)

menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan atau keinginan berbuat baik

(desiring the good), 3) mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik (loving the

good), 4) melaksanakan perbuatan yang baik (acting the good).

Selanjutnya b) membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam

segala tingkah laku masyarakat sekolah, dan c) pemantauan secara kontinyu yang

merupakan wujud dari pelaksanaan pembangunan karakter, adapun hal-hal yang perlu

dipantau adalah 1) kedisiplinan masuk sekolah, 2) kebiasaan saat di kantin, 3) kebiasaan

di kelas, 4) kebiasaan dalam berbicara, 5) kebiasaaan ketika di tempat ibadah, dan 6)

kebiasaan lainnya (Suwito, 2012, hlm. 7-8).

Berkaitan dengan pengintegrasian karakter dalam pembelajaran di kelas, maka tidak

dapat dilepaskan dengan peran RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter di setiap teknik pembelajaran mulai dari

pendahuluan (apersepsi, motivasi), kegiatan inti (meliputi tahap elaborasi, eksplorasi,

dan konfirmasi), dan pada tahap penutup (kesimpulan, pemberian tugas terstruktur dan

tugas mandiri) (Suwito, 2012, hlm. 10).

Upaya pengintegrasian nilai-nilai karakter ke dalam pembelajaran diuraikan secara lebih

spesifik oleh Ghufron (2010, hlm. 5-12). Pemikiran Ghufron beranjak dari definisi

pembelajaran yang diuraikan oleh Saylor (1981, hlm 258), yang menyatakan bahwa

pembelajaran merupakan bentuk implementasi kurikulum sebagai dokumen tertulis.

Sehingga pembahasan tentang pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari persoalan

implementasi kurikulum yang berlaku.

Sehingga pembelajaran menjadi indicator penting dari kesuksesan pelaksanaan

kurikulum. Integrasi nilai-nilai karakter bangsa pada kegiatan pembelajaran dapat

dilakukan melalui tahap-tahap; perencanaan, implementasi dan evaluasi. Perencanaan

pembelajaran berkaitan dengan apa dan bagaimana pembelajaran dilaksanakan di

dalam dan luar kelas, produknya berupa RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran).

Upaya lain dalam perencanaan adalah penataan lingkungan belajar yang memiliki

tujuan untuk mengatur berbagai situasi dan kondisi (fisik dan non fisik) yang dapat

mengembangkan rasa kepekaan, fleksibilitas, demokratisasi dan rasa tanggap peserta

didik terhadap berbagai kebutuhannya. Integrasi nilai karakter dalam pelaksanaan

Page 36: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

pembelajaran dilakukan pada setiap mata pelajaran, dan terumuskan dalam tahap

pendahuluan, inti dan penutup.

Dengan demikian pada setiap tahap pembelajaran akan diiringi dengan pesan moral

atau nilai karakter bangsa yang relevan dengan materi pokok mata pelajaran yang

sedang dibahas. Salah satu strategi dalam mengatur intergasi tersebut adalah dengan

membagi waktu tahap pelaksanaan pembelajaran dan menguraikan nilai-nilai tersebut

sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan.

Komponen lain yang memikili peran penting dalam proses integrasi nilai pada proses

pelaksanaan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan

kelas serta pemberian layanan belajar sebagai bimbingan akademik. Tahap akhir dari

kegiatan integrasi adalah melakukan penilaian, yang memiliki tujuan untuk mengetahui

keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar yang dilakukan

pada saat proses maupun akhir pembelajaran.

Adapun komponen yang menetukan nilai akhir adalah jumlah tatap muka, penyelesaian

tugasm nilai ujian tengah semester dan nilai akhir semester, yang dikemas dalam bentuk

laporan hasil belajar peserta didik yang diberikan kepada orangtua setiap akhir

semester. B. HABITUASI Dalam kerangka acuan pendidikan karakter Kemendiknas 2010,

habituasi didefinisikan sebagai penciptaan situasi dan kondisi serta penguatan yang

memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, rumahnya, dan lingkungan

masyarakatnya.

Habituasi menurut Hakam adalah pembiasaan, dimana perilaku baik perlu dibiasakan,

bukan merupakan pilihan tetapi menjadi keharusan. Pembiasaan perbuatan baik harus

terus menerus bukan situasional. Terjadinya inkonsistensi perbuatan moral, sering

mendorong anak untuk memilih tindakan immoral. Untuk itulah diperlukan adanya

suasana kondusif di sekolah agar nilai moral dapat teraplikasikan dalam setiap

tindakan.Upaya pembiasaan harus menjadi bagian integral dari kepribadian para

pendidik. (tt, hlm. 10).

Penciptaan situasi dan kondisi dalam upaya proses habituasi memerlukan kepekaan

sekolah dalam menciptakan sebuah iklim sekolah yang membuat siswa terbiasa untuk

berperilaku sebagai wujud dari karakter positif. Sebagai contoh, dalam upaya

mengembangkan karakter peduli lingkungan, maka untuk membiasakan siswa

membuang sampah sebagai salah satu indicator dalam kegiatan peduli lingkungan,

maka sekolah harus menyiapkan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan karakter

tersebut.

Page 37: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

seperti tempat sampah di berbagai sudut sekolah dan ruang kelas, serta kebiasaan

positif guru yang dapat dijadikan contoh baik bagi siswa dalam pengembangan karakter

peduli lingkungan. C. EKTRAKURIKULER Kegiatan ekstrakurikuler menjadi bagian yang

amat penting dalam system pendidikan di Amerika, hal ini diuraikan oleh Lunenburg

dalam sebuah jurnal dengan judul Extracurricular Activities.

Kegiatan ektrakurikuler memegang bagian yang amat penting dalam tujuan pendidikan,

kegiatan ektrakurikuler dapat mengembangkan kapasitas siswa untuk belajar bekerja

dalam kelompok (teamwork), mengembangkan hobi dan minat baik yang berkaitan

dengan bidang seni ataupun olahraga. Secara tidak langsung, pengembangan minat

siswa merupakan sebuah metode pembelajaran nilai yang bersifat rekreatif.

Akan tetapi tidak meninggalkan fungsi utama pendidikan sebagai pengembangan

nilai-nilai dan kebajikan. Selama ini, kegiatan ektrakurikuler disadari sebagai upaya

melayani kebutuhan siswa dalam pengembangan minat dan bakat. Jika kegiatan

ektrakurikuler dikembangkan secara baik dan utuh dapat memperkuat pembelajaran

yang dilaksanakan di kelas, melengkapi program yang dikembangkan dalam kurikulum,

mengintegrasikan pengetahuan yang diperoleh di kelas serta mengembangkann

kemampuan siswa untuk dapat hidup berdemokrasi.

Adapun contoh dari peran kegiatan ektrakurikuler dalam memperkuat pembelajaran di

kelas seperti Klub Bahasa Inggris, dalam kegiatan klub ini siswa mempelajari bahasa

Inggris secara mengkhusus tidak hanya dalam konteks empat ketrampilan berbahasa

seperti membaca, menulis, mendengar dan menyimak. Akan tetapi lebih kepada konteks

budaya bahasa yang dipelajari seperti cara berpakaian, makanan, etika dan lain

sebagainya.

Yang secara tidak langsung mendukung keempat ketrampilan atau kemampuan sebagai

indicator dalam mata pelajaran bahasa Inggris. Fungsi lain dari kegiatan ektrakurikuler

adalah melengkapi program yang dikembangkan dalam kurikulum. Dengan kata lain,

kegiatan ektrakurikuler memiliki fungsi untuk memberikan pengalaman yang tidak

diperoleh siswa dalam pembelajaran di kelas.

Seperti kegiatan organisasi, publikasi dan juga olahraga. Fungsi berikutnya adalah

mengintegrasikan pengetahuan. Dalam sebuah proses belajar, khususnya proses belajar

yang dilaksanakan secara sengaja dalam lembaga pendidikan, memiliki tujuan penting

untuk mengintegrasikan pengetahuan ke alam sekitar atau masyarakat.

pembelajaran di kelas seringkali memberikan gambaran-gambaran abstrak, dan untuk

mengkonkritkan gambaran tersebut diperlukan sebuah situasi kehidupan yang nyata.

Page 38: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Kegiatan ektrakurikuler dapat menjadi media dalam mengembangkan gambaran

abstrak situasi kehidupan menjadi nyata. Fungsi ektrakurikuler dalam pengembangan

hidup demokrasi dapat dilihat dari kegiatan ektrakurikuler yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan OSIS, tim basket,

pramuka, yang mengajarkan siswa untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama

dalam sebuah tim, dan mewujudkan cita-cita yang telah dirumuskan (Lunenburg, 2010,

hlm. 1-4). D.

KETERLIBATAN/PARTISIPASI MASYARAKAT Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter

dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan pembudayaan sebagaimana digariskan

sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses tersebut

berlangsung dalam 1) sekolah, 2) keluarga, dan 3) masyarakat. Proses pemberdayaan

dan pembudayaan yang dilaksanakan pada masyarakat dilaksanakan melalui usaha

intervensi dengan memberikan contoh pembelajaran melalui perilaku terpuji dan

karakter yang baik (Sulistyowati, 2012, hlm, 11).

Pelibatan masyarakat dalam dunia pendidikan nampak dari posisi dan peran komite

dalam lembaga pendidikan formal. Segala program pendidikan yang ingin

dikembangkan sekolah idealnya dilakukan bersama dengan komite. Komite merupakan

perpanjangan peran masyarakat di dalam sekolah. Ada beberapa teknik partisipasi\\

masyarakat dalam sekolah yang diwujudkan kepada sebuah kerjasama.

Adapun teknik kerjasama yang dapat dilakukan adalah a) melalui badan pembantu

penyelenggaraan pendidikan (BP3), b) melalui konsultasi, c) melalui surat menyurat, d)

melalui rapat bersama, e) melalui bazaar sekolah, f) melalui penyusunan program

bersama, g) melalui ceramah, serta h) melalui radio dan televise (Suryosubroto, 2012,

hlm. 65-66).

Kerangka pemikiran Davis mengandung tiga pokok pikiran yakni 1) adanya keterlibatan

mental dan pikiran, 2) adanya kemampuan bertindak dan bekerja, dan 3) adanya

tanggung jawab terhadap permasalahan kelompok dalam mencapai tujuan.. Kohen

mengemukanan bahwa partisipasiadalah keterlibatan di dalam proses pembuatan

keputusan pelaksanaan program, pengambilan manfaat dan pengevaluasian hasil (1977,

hlm. 7).

Berdasarkan uraian tersebut hal-hal yang harus diperhatikan masyarakat dalam

berpartisipasi terhadap suatu program adalah a) partisipasi dalam proses perencanaan

atau pembuatan keputusan, b) partisipasi dalam pelaksanaan program, c) partisipasi

dalam pemanfaatan hasil dan d) partisipasi dalam pengevaluasian program (Suryobroto,

2012, hlm. 75).

Page 39: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Adapun klasifikasi masyarakat yang ikut berpartisipasi adalah a) masyarakat setempat

seperti penduduk dan pelajar setempat, b) pegawai pemerintahan, c) instansi swasta

dan d) kelompok-kelompok yang mewakili masyarakat. Dalam upaya masyarakat

mewujudkan partisipasinya, terdapat beberapa prasyarat yang harus diperhatikan

seperti a) tersedianya waktu yang cukup untuk mengadakan partisipasi karena

partisipasi sulit dilaksanakan dalam keadaan serba darurat, b) pembiayaan partisipasi

hendaknya tidak melebihi hasil-hasil yang akan diperoleh serta memperhatikan

segi-segi penghematan, c) pelaksana partisipasi harus memandang pentingnya

keberadaan kelompok kerja yang akan dipartisipasinya, d) peserta partisipasi harus

mempunyai kemampuan khusus sehingga efektif untuk dipartisipasikan, e) pelaku

partisipasi harus dapat berhubungan secara timbale balik sehingga dapat saling

bertukar ide dengan pengertian dan bahasa yang sama, f) tidak ada pihak-pihak yang

merasa bahwa posisinya terancam akibat adanya partisipasi, dan g) partisipasi akan

lebih efektif jika didasarkan atas azas kebebasan kerja (Wstra, 1977, hlm. 16).

Partisipasi masyarakat memiliki dampak positif berupa keuntungan yakni a)

memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar, 2) memungkinkan para pekerja

menggunakan kemampuan berpikir secarakreatif, c) mengembalikan nilai-nilai martabat

manusia, dorongan serta membangun kepentingan bersama, d) mendorong orang

untuk bertanggung jawab, e) memperbaiki semangat kerja sama serta menimbulkan

kesatuan kerja dan f) memungkinkan untuk mengikuti perubahan-perubahan (Westra,

1977, hlm. 18).

Dalam pengembangan model pendidikan nilai berbasis komunitas untuk

mengembangkan karakter peduli lingkungan di SD. Teknik partisipasi yang dilakukan

melalui komite sekolah dalam pengembangan dan penyusunan program, dan

pemberian ceramah melalui program parenting. Adapun klasifikasi masyarakat yang

dilibatkan adalah kelompok masyarakat yang mewakili konsep pewarisan nilai peduli

lingkungan (Bank Sampah), instansi pemerintah dalam hal ini kepala kelurahan

Padangsambian, serta kontribusi Unilever dalam pengadaan sarana administrasi

pendukung dalam kegiatan Bank Sampah di sekolah seperti Buku Tabungan, Buku Kas

dan sebagainya. Berkaitan dengan usaha mengintegrasikan nilai peduli lingkungan ke

dalam proses pembelajaran karakter.

Hal tersebut dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas. Mengacu pada konsep

pengembangan nilai peduli social, peduli lingkungan, rasa ingin tahu dan kreatif.

Berdasarkan Grand Desain Pendidikan Karakter Kemendiknas 2010 memerlukan upaya

pengkondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan

perilaku yang menunjukkan nilai tersebut.

Page 40: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Pengembangan model pendidikan nilai berbasis komunitas, dalam upaya

mengembangkan karakter peduli lingkungan pada siswa SD dilaksanakan melalui

pengkondisian lingkungan sebagai media dalam proses pengembangan karakter.

Peserta didik dituntun untuk memahami lingkungan alamnya serta dampaknya yang

berpengaruh terhadap lingkungan social, demikian pula sebaliknya bagaimana tindakan

social manusia memiliki dampak terhadap lingkungan alam dan manusia lainnya. BAB VI

MODEL PENDIDIKAN NILAI BERBASIS KOMUNITAS A.

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN NILAI BERBASIS KOMUNITAS Pengembangan

Model Pendidikan nilai berbasis komunitas dibangun atas rasionalisasi, analisis

kebutuhan, analisis SWOT, dan analisis nilai, yang kemudian digunakan untuk untuk

mengembangkan karakter peduli lingkungan. Model ini dirancang dan dikembangkan

secara umum dengan menerapkan tiga langkah pokok penyelenggaraan, yakni:

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. a.

Perencanaan Perencanaan merupakan tahap awal dalam tahapan pengembangan

model MPNBK ini. Pada tahap ini dilakukan proyeksi mengenai apa yang akan dilakukan

pada tahap pelaksanaan. Pada tahapan ini akan diuraikan hal-hal yang dibutuhkan

dalam pelaksanaan MPNBK yang terdiri atas komponen-komponen yang dibagi menjadi

empat kegiatan pokok dalam pengembangan karakter peduli lingkungan pada siswa SD

Kelurahan Padangsambian: kegiatan pembelajaran di dalam kelas, kegiatan

ekstrakurikuler, iklim sekolah dan kemitraan sekolah dengan rumah.

Kemudian empat kegiatan tersebut dikoordinasikan kedalam komponen-komponen

utama antara lain tujuan, materi, metode, media serta evaluasi. Komponen tujuan

memiliki fungsi untuk menentukan arah juga sebagai panduan dalam pengaplikasian

kegiatan di lapangan, materi memiliki fungsi untuk memberikan makna dari tujuan,

metode derta media memiliki fungsi sebagai cara serta alat bantu untuk mencapai

tujuan kemudian yang terkahir evaluasi berguna untuk mengukur pencapaian tujuan

serta umpan balik Implementasi MPNBK mengembangkan pendekatan dalam

menyusun program pembelajaran yang berdasarkan kepentingan masyarakat,

kebutuhan orang tua dan guru.

Untuk itu dalam perumusan tujuan yang dalam hal ini adalah mengembangkan karakter

peduli lingkungan didasarkan atas analisis kebutuhan yang telah dilakukan pada

masyarakat, kepala sekolah serta guru. Adapun langkah-langkah dalam perencanaan

meliputi: a) Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan karakter peduli lingkungan

Idealnya pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan dari masyarakat, yang nantinya

diharapkan dapat mengisi kesenjangan antara harapan dengan fakta di lapangan.

Page 41: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Kegiatan mengidentifikasi kebutuhan ini dilakukan bersama dengan orang tua,

masyarakat, guru beserta kepala sekolah. Kebutuhan pengembangan karakter peduli

lingkungan dilakukan melalui pengumpulan data dengan prinsip pendekatan kualitatif.

b. Menetapkan Tujuan MPNBK Pengembangan model ini memiliki tujuan untuk

menawarkan sebuah model pendidikan nilai peduli lingkungan yang dilaksanakan

secara terpadu dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat bagi siswa Sekolah

Dasar.

Model ini merupakan sebuah model yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan dari

sekolah, keluarga dan masyarakat dalam mengembangkan nilai/karakter peduli

lingkungan sejak usia dini yang berbasiskan komunitas dalam masyarakat. Model ini

penting untuk dikembangkan karena berdasarkan hasil penelitian terdahulu dalam

proses internalisasi nilai-nilai melalui pendidikan formal di sekolah dalam upaya

pengembangan karakter anak didik utamanya karakter peduli lingkungan belum

menunjukkan manfaat yang benar-benar diharapkan oleh masyarakat secara umum

utamanya jika dikaitkan dengan masalah krisis lingkungan yang sedemikian parah.

Model ini juga berupaya memberikan alternatif strategi pembelajaran bagi guru dalam

aplikasi penerapan kurikulum 2013 baik itu di kelas maupun penguatannya di luar kelas

yang menggunakan paradigma pendekatan tematik integratif. Kemudian secara khusus,

Model Pendidikan Nilai Berbasis Komunitas (MPNBK) ini memiliki tujuan: a.

Memperkenalkan konsep Model Integratif (sekolah, rumah dan masyarakat) pada

pendidikan di Sekolah Dasar. b.

Menekankankan pentingnya peran kemitraan sekolah-rumah dalam upaya internalisasi

nilai-nilai peduli lingkungan dalam pendidikan. c. Menekankan pentingnya penguatan

nilai-nilai peduli lingkungan melalui program ekstra kurikuler. d. Menguatkan peran

iklim sekolah dalam pendidikan nilai peduli lingkungan. e. Mendorong integrasi konsep

pendidikan nilai (utamanya nilai peduli lingkungan) dalam proses pembelajaran di kelas

melalui mata pelajaran agama Hindu.

c) Penentuan Tenaga Guru dan Pelatih Klub Daur Ulang Agar pelaksanaan MPNBK dapat

berjalan dengan baik, diperlukan tenaga guru dan pelatih klub daur ulang yang

menguasai materi dan strategi pelaksanaan MPNBK. Adapun kriteria guru adalah guru

agama Hindu dengan persyaratan sebagai berikut. (1) Menguasai materi yang akan

disampaikan. (2) Mampu menggunakan alat bantu mengajar. (3) Mampu mengevaluasi

hasil proses pembelajaran. (4) Mampu bekerjasama dalam tim (team teaching).

(5) Siap mendampingi siswa dalam studi lapangan. (6) Kemudian untuk tenaga pelatih

Page 42: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

klub daur ulang harus memenuhi kriteria sebagai berikut. (1) Tergabung dalam

komunitas Bank Sampah. (2) Memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam

melaksanakan prinsip 3 R. (3) Mampu bekerjasama dalam tim (team teaching. 4) Mampu

membangun komunikasi yang menyenangkan kepada peserta klub daur ulang. b.

Pelaksanaan Pelaksanaan model pendidikan nilai berbasis komunitas ini dilaksanakan

pada tiga lingkungan pendidikan yakni sekolah, rumah dan masyarakat (melalui Klub

Daur Ulang bekerja sama dengan komunitas Bank Sampah). a) Membangun kemitraan

antara sekolah dan rumah Langkah-langkah yang dilakukan dalam membangun

kemitraan antara sekolah dan rumah dalam rangka mengembangkan karakter peduli

lingkungan mengikuti acuan strategi Membangun Kemitraan Sekolah-Rumah Yang Kuat

dari Lickona (2012, hlm. 79-105).

Strategi ini terdiri atas 20 langkah, namun aplikasinya dalam penelitian ini tidak

mengikuti 20 langkah tersebut, 20 langkah ini diadaptasi menjadi 7 langkah, adapun

langkah-langkah yang dilakukan dalam membangun kesepakatan antara sekolah dan

rumah dalam mengembangkan karakter peduli lingkungan dalam penelitian ini adalah:

1. Menegaskan keluarga sebagai pendidik karakter yang paling utama.

Penegasan ini dilakukan dalam pertemuan antara orangtua murid, komunitas Bank

Sampah dan pihak sekolah yang diadakan oleh sekolah, dimana sekolah yang menjadi

media dalam pertemuan tiga pihak ini. Jadi pada pertemuan ini dilakukan diskusi dan

perbincangan untuk menyamakan persepsi dari tiga pihak tersebut dalam

mengembangkan karakter peduli lingkungan yang ditinjau dari perilaku siswa terhadap

sampah. 2.

Meminta orang tua untuk berpartisipasi Dalam upaya pengembangan karakter peduli

lingkungan, orang tua diminta untuk berpartisipasi, dengan meminta menjadi

sukarelawan dalam kelas/kegiatan ekstrakurikuler dua kali seminggu dengan waktu

kurang lebih selama dua jam pelajaran (90 menit). 3. Menyediakan program tentang

parenting dan berusaha untuk meningkatkan tingkat partisipasi Program yang

disediakan dalam langkah keempat ini adalah menjadwalkan orang tua murid bertemu

dengan pihak sekolah untuk membicarakan program bersama dalam usaha

mengembangkan karakter peduli lingkungan. 4.

Menetapkan PR Keluarga PR keluarga merupakan pekerjaan rumah-tugas yang

berkaitan dengan pengembangan karakter peduli lingkungan siswa SD Kelurahan

Padangsambian. Siswa membawa PR untuk dikerjakan dengan orangtua mereka, jika

orang tua tidak ada, maka siswa dapat mengerjakan PR tersebut dengan anggota

keluarga yang lebih tua atau dewasa.

Page 43: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Salah satu PR Kelurga yang dilakukan adalah melakukan pemilahan sampah organik dan

anorganik di rumah, membuat kompos, membuat produk recycle (daur ulang), serta

membuat biopori. 5. Menguatkan peran komite orang tua dalam pengembangan

pendidikan karakter Komite orang tua yang telah dibentuk di sekolah, akan diperkuat

perannya dalam pengembangan pendidikan karakter. 6.

Membuat perjanjian moral dengan orang tua Untuk menghindari rusaknya pola

hubungan antara orang tua dan guru di sekolah, maka orang tua diminta untuk

menandatangani perjanjian moral, yang dalam hal ini merupakan perjanjian yang

berkaitan dengan pengembangan karakter peduli lingkungan. Perjanjian ini juga

meliputi kegiatan ekstrakurikuler, perang terhadap sampah, serta memerangi dampak

negatif media. 7.

Responsif terhadap Keluhan Orang Tua Sekolah harus menunjukkan komitmennya

dalam upaya membangun kemitraan sekolah dan rumah yang kuat, salah satunya

dengan cara senantiasa responsive terhadap keluhan orang tua yang nantinya akan

ditindaklanjuti dengan memberikan perhatian dan mengatasi keluhan orang tua

tersebut. b) Membangun kesepakatan antara sekolah dan masyarakat Kegiatan yang

dilakukan dalam membangun kesepakatan antara sekolah dan masyarakat dilaksanakan

dengan mengefektifkan interaksi antara warga sekolah dengan masyarakat. Masyarakat

disini diwakili oleh komunitas Bank Sampah.

Upaya dalam meningkatkan interaksi antara warga sekolah dengan komunitas Bank

Sampah melalui sistem learning communities atau komunitas belajar, jadi siswa diajak

berperan aktif dalam kegiatann komunitas Bank Sampah melalui kegiatan

ekstrakurikuler Klub Daur Ulang yang akan dibentuk di sekolah. Tenaga pengajardengan

mengapada Klub Daur Ulang diambil dari komunitas Bank Sampah.

Jadi disini akan terlihat upaya saling membantu antara komunitas Bank Sampah dengan

sekolah. c) Membangun kesepakatan antara sekolah dan pemerintah (kelurahan)

Langkah yang dilakukan dalam upaya membangun kesepakatan antara sekolah dan

pemerintah (kelurahan) adalah pemerintah diajak untuk ikut serta mengembangkan

program-program yang dapat menstimulasi anak dalam mengikuti gerakan peduli

lingkungan.

Salah satunya seperti lomba menabung sampah, gerakan memungut sampah plastik,

serta memberikan reward kepada sekolah yang memiliki komitmen tinggi dalam upaya

menjaga kebersihan lingkungan. d) Perumusan materi pelajaran di kelas Pengembangan

karakter peduli lingkungan akan diintegrasikan dalam pelajaran agama Hindu dengan

Page 44: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

pokok bahasan Tri Hita Karana (bisa dikembangkan melalui pokok bahasan lain). Materi

ini akan dirumuskan dan diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat dengan

mudah dipahami oleh siswa.

Format yang dipergunakan dalam merumuskan materi pelajaran MPNBK (terlampir) e)

Perumusan ekstrakurikuler klub daur ulang Klub Daur Ulang merupakan kegiatan

ekstrakurikuler baru yang akan dikembangkan di SDN Kelurahan Padangsambian dalam

upaya untuk memberikan pengalaman belajar yang kontekstual terhadap siswa

sehingga dapat mempermudah upaya enkulturasi karakter peduli lingkungan di

lingkungan sekolah.

Kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa program yang berupa pengayaan dan perbaikan

yang berkaitan dengan kegiatan intrakurikuler. Pendidikan Nilai dalam Kegiatan

Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler itu penting dapat diartikulasikan kedalam 3

lingkup pendidikan nilai (Taylor dalam Sukardi, 1990. Hlm. 105), yaitu: 1.

Pendidikan nilai adalah cara terencana yang melibatkan sejumlah pertimbangan

nilai-nilai edukatif, baik yang tercakup dalam manajemen pendidikan maupun dalam

kurikulum pendidikan.Dari hal yang paling luas sampai yang paling sempit. Cara dapat

diwakili oleh pencapaian visi dan misi untuk pengembangan nilai, moral, etika, dan

estetika sebagai keseluruhan dimensi pendidikan sampai pada tindakan guru dalam

melakukan penyadaran nilai-nilai pada peserta didik. 2.

Pendidikan nilai adalah situasi yang berpengaruh tehadap perkembangan pengalaman

dan kesadaran nilai pada peserta didik. Situasi dapat berupa suasana yang nyaman,

harmonis, teratur, akrab dan tenang. Sebaliknya, situasi dapat berupa suasana yang

tidak mendukung perkembangan peserta didik, misalnya suasana konfil, berantakan,

acuh tak acuh, dan lainnya.

Semua situasi pendidikan tersebut berpengaruh terhadap pengembangan kesadaran

moral siswa, karena hal itu melibatkan pertimbangan-pertimbangan psikologis seperti

persepsi, sikap, kesadaran dan keyakinan mereka. 3. Pendidikan nilai adalah peristiwa

seketika yang dialami peserta didik. Artinya pendidikan nilai dapat berlangsung pada

sejumlah kejadian yang sifatnya spontan, tak terduga, dan sukarela.

Terdapat kondisi yang segalanya tidak ada dalam perencanaan, tidak dikondisikan

secara sengaja dan dapat terjadi kapanpun. Penggalan-penggalan peristiwa seperti itu

merupakan hidden curriculum yang dalam kasus pengalaman tertentu dapat berupa

suatu kejadian kritis (critical incident) yang mampu mengubah tatanan nilai dan perilaku

seseorang (peserta didik).

Page 45: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Berkaitan dengan tiga lingkup pendidikan nilai tersebut di atas, maka inti dari Kegiatan

Ekstrakurikuler adalah pengembangan kepribadian peserta didik. Karena itu, gambaran

kepribadian yang matang adalah tujuan utama dari aktivitas yang disediakan dalam

ekstrakurikuler. Pengembangan kepribadian yang matang tetap memperhatikan

tahapan perkembangan kemampuan peserta didik.

Mereka dituntut untuk memiliki kematangan dan keutuhan dalam kehidupan sebagai

anak yang tengah belajar. Mereka mampu mengembangkan bakat dan minat, bias

menghargai orang lain, memiliki sikap kritis, terhadap suatu kesenjangan, berani

mencoba hal-hal positif yang menantang, peduli terhadap lingkungan, sampai pada

melakuan kegiatan-kegiatan intelektual dan ritual keagamaan.

Klub Daur Ulang yang dikembangkan di SDN sekolah, dikembangkan dengan mengikuti

prinsip kegiatan manajemen ekstrakurikuler dengan kegiatan perencanaan yang

meliputi: A. Perencanaan Kegiatan Klub Daur Ulang mengacu pada jenis-jenis kegiatan

yang memuat unsur-unsur: 1. Sasaran kegiatan Sasaran utama kegiatan dalam kegiatan

ekstrakurikuler Klub Daur Ulang ini adalah anak-anak kelas 5 SD di Kelurahan

Padangsambian, dengan tujuan agar anak mengetahui bahaya sampah dalam usaha

menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, serta mengembangkan soft skill dalam

mengelola sampah anorganik dan organik. Sasaran lainnya adalah kepala sekolah, guru

dan orang tua siswa yang merupakan subjek pendukung dari sasaran utama dalam

penelitian ini. 2.

Substansi kegiatan Substansi dari kegiatan Klub Daur Ulang ini adalah mengembangkan

pola pikir siswa bahwa sampah bukanlah bahan buangan, bukan musuh namun sahabat

yang jika diperlakukan dengan baik akan memiliki nilai ekonomi dan manfaat yang luar

biasa. Selain itu anak dikembangkan untuk memiliki soft skill dalam mengelola sampah

anorganik dan organik.

Sampah anorganik dipilah menurut jenisnya, kemudian ditabung di Bank Sampah,

didaur ulang menjadi benda-benda dan hasilnya dipergunakan di sekolah, dijadikan

bahan prakarya yang dipajang dalam display kelas, serta setiap bulannya diberikan

reward bagi anak yang memiliki perkembangan yang lebih dari rekannya yang lain.

Sampah organik, didaurulang menjadi kompos yang dapat dimanfaatkan di sekolah

juga dapat dimanfaatkan di rumah.

Jika kompos yang dihasilkan cukup banyak, maka akan dijual kepada Bank Sampah yang

merupakan mitra dari kegiatan Klub Daur Ulang. Tabungan di Bank Sampah bukan

diatasnamakan Klub Daur Ulang, namun diatasnamakan kepada masing-masing peserta

Page 46: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Klub Daur Ulang. 3. Pelaksana kegiatan dan pihak-pihak yang terkait.

Pelaksana kegiatan dari Klub Daur Ulang sekolah dari Komunitas Bank Sampah

Kelurahan Padangsambian dan pemerintah Kelurahan Padangsambian. 4. Waktu dan

tempat Kegiatan rutin dilakukan dua minggu sekali yang mengajarkan pengetahuan dan

ketrampilan secara bertahap. Kegiatan insidental dilakukan pada saat ada kegiatan

sekolah, kegiatan kelurahan dan kegiatan komunitas Bank Sampah. 5.

Sarana Adapun sarana yang dipergunakan adalah sampah-sampah yang dihasilkan di

lingkungan sekolah dan rumah. B. Pelaksanaan Kegiatan selanjutnya adalah

penyelenggaraan program ekstrakurikuler dengan prosedur sebagai berikut: 1. Ekstra

kurikuler yang diselenggarakan bersifat rutin, spontan dan keteladanan dilaksanakan

secara langsung oleh guru, instruktur dan tenaga kependidikan di sekolah..

2. Kegiatan ekstra kurikuler yang terencana dilaksanakan sesuai dengan tujuan,

substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pelaksana sebagaimana telah

direncanakan. C. Pengawasan Ketika pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, tentu

dibutuhkan pengawasan, oleh karenanya perlu ada pengawasan sebagi berikut: a)

Kegiatan ekstra kurikuler di sekola dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan

pengawasan.

b) Pengawasan kegiatan ekstra kurikuler dilakukan secara: - intern, oleh kepala sekolah -

ekstern, oleh pihak yang secara struktural/fungsional memiliki kewenangan membina

kegiatan ekstra kurikuler yang dimaksud, seperti komunitas Bank Sampah dan Lurah

Padangsambian c) Hasil pengawasan didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti

untuk peningkatan mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler di

sekolah. D.

Evaluasi Hal terakhir yang dilakukan dalam manajemen kegiatan ekstrakurikuler adalah

kegiatan pengevaluasian berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang telah dilaksanakan.

Pengevaluasian ini berfungsi untuk memantau apakah kegiatan berjalan sesuai dengan

prosedur atau tidak. Selain itu, kegunaan evaluasi adalah untuk mengetahui berbagai

kekurangan kegiatan sebelumnya, sehingga dapat dijadikan pengalaman agar kegiatan

yang akan datang bisa berjalan lebih baik lagi.

f) Pengembangan Iklim Sekolah Dalam upaya membangun dan mengembangkan

karakter peduli lingkungan pada anak SD di Kelurahan Padangsambian, hal terpenting

yang tidak dapat diabaikan adalah iklim sekolah. Iklim sekolah tentunya harus dibentuk

sedemikian rupa untuk dapat mengembangkan karakter yang ingin dikembangkan.

Iklim sekolah yang tepat akan membantu transformasi siswa dalam mengembangkan

Page 47: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

karakter peduli lingkungan.

Hal-hal yang dapat dilakukan terkait dengan pengembangan iklim sekolah yang

berkaitan dengan usaha mengembangkan karkter peduli lingkungan adalah: 1)

Membuat dan melaksanakan tata tertib kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah.

2) Mengembangkan kecintaan dan kepedulian siswa terhadap lingkungan sekolah

melalui berbagai lomba peduli lingkungan, seperti lomba kebersihan antar kelas,

menulis, menggambar, atau aneka kreativitas lain yang bersifat ramah lingkungan. 3)

Mengadakan pengawasan dan penegakan kedisiplinan.

4) Mengadakan gerakan cinta kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah 5)

Memanipulasi lingkungan dalam upaya pengembangan karakter peduli lingkungan

seperti penyediaan tempat sampah yang sesuai dengan jenis sampah, mengurangi

penggunaan bahan plastik 6) Memanfaatkan hari-hari besar nasional untuk gerak peduli

lingkungan 7) Menciptakan satu hari dalam enam hari sekolah sebagai hari cinta

lingkungan.

g) Memilih media dan alat belajar Media dan alat belajar merupakan faktor penting

dalam pencapaian tujuan dari pengembangan model MPNBK ini dalam

mengembangkan karakter peduli lingkungan. Media dan alat belajar dalam model ini

diambil dari lingkungan dimana proses pengembangan karakter itu dilakukan. Salah

satu media belajar yang dipergunakan adalah media Bank Sampah yang mengajak siswa

untuk belajar kontekstual dalam upaya pengembangan karakter peduli lingkungan.

Selain itu media dan alat belajar yang isiapkan berupa keranjang sampah organik dan an

organik, keranjang takakura, komposter, sampah dan alat pendukung lainnya. h)

Penetapan Waktu, Tempat dan Jadwal Pelaksanaan MPNBK Pelaksanaan

pengembangan model integratif pendidikan nilau berbasis komunitas untuk

mengembangkan kepedulian siswa terhadap lingkungan dilaksanakan dalam 2 kali uji

coba model, uji coba model tahap pertama akan dilakukan pada 10 Juli s/d 2 Agustus

2014 kemudian uji coba model tahap kedua akan dilaksanakan pada 7 s/d 30 Agustus

2014. c.

Evaluasi Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan

sebagai pertimbangan untuk menentukan efektivitas pembelajaran yang telah

dilakukan. Rumusan tersebut memberikan gambaran bahwa inti dari evaluasi adalah

penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

mengambil keputusan. Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan MPNBK, akan

dilaksanakan evaluasi, yaitu dengan mengetahui reaksi siswa, hasil uji coba model, dan

dampaknya.

Page 48: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Menurut Kamil (2010:65), instrumen untuk mengetahui reaksi anak didik dapat berupa

wawancara, lembar pertanyaan, kesan dan pesan anak didik/peserta dan analisis

laporan. Sementara instrumen yang dapat digunakan untuk mengetahui dampak

pelaksanaan MPNBK adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan kuesioner.

Evaluasi yang dilaksanakan dalam pengembangan MPNBK ini dibagi menjadi 2 (dua),

yakni (1) evaluasi peserta, yang datanya akan disajikan dalam uji efektifitas model, dan

(2) evaluasi model, yang lebih diarahkan kedalam evaluasi proses pelaksanaan MPNBK.

Alat evaluasi peserta yang dipergunakan adalah instrumen dalam bentuk nontest

(kuesioner) dengan posttest kepada siswa baik siswa yang berada pada kelas control

maupun kelas eksperimen. Posttest merupakan test yang diberikan pada akhir

pelaksanaan model. Selain evaluasi siswa, juga dilaksanakan evaluasi MPNBK yang

bertujuan untuk melihat kesesuaian MPNBK yang dilaksanakan.

Sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan posttest, baik pada uji coba model tahap

pertama atau kedua, kuesioner terlebih dahulu di uji validitasnya oleh para ahli. Selain

posttest, untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai dampak

pelaksanaan MPNBK ini, akan ditriangulasi dengan hasil observasi dan wawancara yang

dilakukan kepada orang tua murid.

Evaluasi prosesnya dilaksanakan dengan melakukan pencatatan dan observasi dari

aplikasi model, observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran lain di sekolah.

Pengembangan MPNBK merupakan implementasi Grand Desain Pendidikan Karakter

Tahun 2010. Sehingga secara garis besar MPNBK lebih banyak mengikuti pola

pengembangan tersebut, baik itu dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

MPNBK berusaha mengaktualisasikann pemikiran atau gagasan pengembangan

karakter dalam Grand Desain tersebut menjadi sebuah langkah yang lebih praktis.

Dengan harapan, panduan ini dapat mempermudah sekolah dalam melakukan

pengembangan karakter siswanya, utamanya yang berkaitan dengan usaha melibatkan

peran keluarga sebagai instutusi terkecil dari masyarakat. Berikut disampikan tahapan

implementasi Model Pendidikan Nilai Berbasis Komunitas.

TAHAP 1 USAHA PENYAMAAN PERSEPSI DALAM USAHA PENGEMBANGAN KARAKTER

PEDULI LINGKUNGAN DI SEKOLAH Tujuan : 1. Memberikan gambaran mengenai

pentingnya guru dan anggota sekolah lainnya dalam menangkap isu yang berkembang

di masyarakat utamanya isu kebersihan, bahaya sampah dan krisis lingkungan kemudian

mengembangkannya dalam pokok-pokok bahasan pelajaran. 2.

Page 49: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Mengajak guru-guru untuk bisa menjadi teladan dalam usaha pengembangan karakter

peduli lingkungan pada siswa di sekolah 3. Menyampaikan program pengembangan

karakter peduli lingkungan yang berbasis komunitas dengan berpedoman pada Buku

MPNBK (format Powerpoint 2) Waktu : 2 x 60 menit Alat dan Media : Powerpoint 1 dan

2 dengan handout powerpoin 1 dan 2, video 1, video 2, video 3, video 4, LCD, pointer

Teknik : Presentasi dan Tanya jawab Sasaran : Komite, guru, tata usaha, pegawai kantin,

satpam dan tenaga kebersihan Kegiatan : 1.

Kepala sekolah mengucapkan salam “Om Swastyastu” memperkenalkan dirinya sendiri

menyampaikan maksud dari pertemuan yang dilakukan pada jam tersebut. 2.

Selanjutnya kepala sekolah menyampaikan isu krisis lingkungan yang terjadi secara

global juga permasalahan lingkungan yang terjadi di kelurahan Padangsambian dengan

mempergunakan powerpoin 1 dan video 1, video 2, video 3 dan video 4 yang telah

disiapkan. 3.

Menyampaikan kepada komite sekolah untuk meningkatkan kerjasama antara sekolah

dengan pihak orang tua dalam usaha pengembangan karakter peduli lingkungan di

sekolah yang kemudian diperkuat di lingkungan keluarga. 4. Menyampaikan program

pengembangan karakter peduli lingkungan yang berbasis komunitas dengan

berpedoman pada Buku MPNBK (format Powerpoint 2) 5.

Tanya jawab antara kepala sekolah dengan guru dan anggota sekolah lainnya. 6. Acara

ditutup dengan ucapan terimakasih dan paramasanthi TAHAP 2 USAHA PENCARIAN

INFORMASI SIKAP PEDULI LINGKUNGAN ORANGTUA SISWA Tujuan : Untuk

memperoleh informasi mengenai pemahaman dan perilaku orantua siswa dalam

pemeliharaan lingkungan rumah.

Waktu : 1 hari Alat dan Media : Instrumen yang dilengkapi dengan identitas orang tua

murid berupa nama, alamat, jenis kelamin, pendidikan serta pekerjaan (Format 1),

Bolpoin Sasaran : Orang tua siswa Kegiatan : 1. Angket format 1 dibagikan oleh wali

kelas kepada siswa untuk diisi di rumah oleh orang tua siswa yang bersangkutan

dengan limit waktu pengembalian angket yaitu 1 hari. 2. Wali kelas memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pertanyaan terkait dengan angket yang

harus diisi oleh orang tua siswa yang bersangkutan.

TAHAP 3 PARENTING SESSION Tujuan : 1. membina hubungan antara sekolah dengan

orang tua siswa dalam usaha mengembangkan karakter peduli lingkungan. 2.

Menyampaikan dasar pemikiran pentingnya peran orangtua dalam usaha

mengembangkan karakter anak dengan mengefektifkan komunikasi orangtuasiswa

dengan sekolah. 3. Mempertegas peran orang tua dalam usaha pengembangan karakter

Page 50: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

peduli lingkungan. 4.

Menyampaikan program pengembangan karakter peduli lingkungan yang berbasis

komunitas dengan berpedoman pada Buku MPNBK (format Powerpoint 3) 5.

Penandatangan ikrar orangtua dengan sekolah dalam usaha pengembangan karakter

peduli lingkungan (format 2) Teknik : Presentasi dan Tanya Jawab Waktu : 2 x 60 menit

Alat dan Media : Powerpoint 3 dengan handout powerpoint 3, video 1, video 2, video 3,

video 4, LCD, Laptop Sasaran : Orangtua siswa Kegiatan : 1.

Kepala sekolah mengucapkan salam “Om Swastyastu” kemudian memperkenalkan

dirinya, serta memperkenalkan kedua pembicara lainnya yakni Kepala Kelurahan

Padangsambian serta Komunitas Bank Sampah yang akan menyampaikan pentingnya

pengembaangan karakter peduli lingkungan dilakukan pada siswa di lingkungan

sekolah dan ruma. 2. Kepala sekolah menayangkan powerpoint 3 dengan tema

parenting session serta menjelaskan apa yang dimaksud dalam powerpint tersebut. 3.

Selanjutnya kepala kelurahan Padangsambian menyampaikan permasalahan lingkungan

yang terjadi di kelurahan Padangsambian dengan menyampaikan bukti-bukti berupa

foto, serta mengajak para orangtua bersama siswa untuk berkontribusi menjaga

kelestarian lingkungan di kelurahan Padangsambian. 4. Setelah Kepala Kelurahan

menyampaikan materi serta data-data tentang kerusakan lingkungan di kelurahan

Padangsambian, Komunitas Bank Sampah memperkenalkan dirinya kembali,

memperkenalkan apa itu Bank Sampah, pentingnya peran keluarga dalam pemilahan

sampah di rumah, prinsin 3-R (re-use, re-duse, re-cycle). 5.

Tanya jawab antara kepala sekolah, kepala kelurahan, komunitas Bank Sampah dengan

orang tua siswa. 6. Orang tua menandatangani Ikrar Orang tua untuk pengembangan

karakter peduli lingkungan. TAHAP 4 PERTEMUAN KEPALA KELURAHAN, KOMUNITAS

BANK SAMPAH DENGAN SELURUH SISWA Tujuan : Menjelaskan kepada siswa

mengenai krisis lingkungan, bahaya sampah plastik dan solusinya.

Teknik : Ceramah dan Tanya Jawab Alat dan media: LCD, laptop, bahan pemilahan

sampah, komposter, video 1, video 2, video 3, video 4, bibit tanaman, media tanam

Waktu : 90 menit Sasaran : Siswa Sekolah Dasar Padangsambian Aktivitas : 1. Kepala

sekolah menyampaikan salam “Om Swastyastu” dan memperkenalkan Kepala Kelurahan

serta komunitas Bank Sampah yang akan menjelaskan program peduli lingkungan.

2. Kepala Kelurahan menyampaikan keinginnanya agar anak-anak ikut berkontribusi

dalam usaha kelestarian lingkungan melalui penanggulangan sampah dengan ikut aktif

dalam kegiatan di Bank Sampah. 3. Komunitas Bank Sampah menayangkan video 1,

Page 51: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

sampai dengan video 4 sembari menjelaskan mengenai bahaya sampah terhadap

kelestarian lingkungan.

4. Komunitas Bank Sampah mengajarkan kepada siswa mengenai cara untuk melakukan

pemilahan sampah. 5. Komunitas Bank Sampah mengajarkan siswa cara memperlakukan

sampah organik dengan memasukkannya ke komposter agar bias menjadi pupuk. 6.

Komunitas mengajak anak-anak untuk menabung sampah pada acara Jumat bersih,

dengan mengumpulkan sampah di sekolah dan membawa sampah yang sudah terpilah

dari rumah.

7. Komunitas mengajarkan anak-anak untuk membuat taman gantung dengan

menggunakan bahan-bahan bekas sebagai medianya dan dipajang di sekolah. 8.

Setelah komunitas memberikan edukasi lingkungan, Kepala Sekolah mempertegas

penyampaian dari komunitas Bank Sampah untuk membawa sampah setiap hari jumat

untuk ditabung, kemudian anak-anak diminta ikut serta dalam kegiatan ekstrakurikuler

klub Daur Ulang setiap hari Rabu pukul 15.00 wita. 9.

Acara ditutup dengan ucapan terimakasih dan paramasanti “Om Santhi Santhi Santhi

Om” TAHAP 5 KEGIATAN PEMBELAJARAN AGAMA HINDU DI KELAS SEBAGAI SUMBER

NILAI PEDULI LINGKUNGAN Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan

Pendidikan : Sekolah Dasar Negeri 1 Padangsambian Kelas/Semester : V/1 (Ganjil) Mata

Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Topik : Tri Hita Karana Pertemuan

ke- : 1, 2, dan 3 Alokasi Waktu : 3 X pertemuan A.

Kompetensi Inti KI 1 : Menerima dan menjalankan nilai-nilai dalam ajaran Tri Hita Karana

KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, dan percaya diri dalam

hubungan di pawongan, palemahan dan parahyangan KI 3 : Memahami pengetahuan

faktual mengenai ajaran Tri Hita Karana, fungsi mahluk ciptaan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa dalam lingkungan tersebut serta benda-benda dalam ajaran Tri Hita Karana KI 4 :

Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dalam sebuah karya

impelemtasi dari ajaran Tri Hita Karana. B. Kompetensi Dasar 1. Menerima konsep Tri

Hita Karana dalam kehidupan 2.

Memiliki perilaku peduli sesuai ajaran Tri Hita Karana dalan kehidupan sehari-hari C.

Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan pengertian ajaran Tri Hita Karana 2.

Menjelaskan bagian-bagian dari ajaran Tri Hita Karana 3. Menguraikan contoh-contoh

ajaran Tri Hita Karana 4. Menunjukkan perilaku peduli dan santun sesuai dengan ajaran

Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari D. Tujuan Pembelajaran Agar siswa dapat:

1.

Page 52: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Menjelaskan pengertian ajaran Tri Hita Karana 2. Menjelaskan bagian-bagian dari ajaran

Tri Hita Karana 3. Menguraikan contoh-contoh ajaran Tri Hita Karana 4. Menunjukkan

perilaku peduli dan santun sesuai dengan ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan

sehari-hari E. Bahan Ajar (terlampir) F. MetodePembelajaran 1. Studi Lapangan 2.

Ceramah 3. Diskusi 4. Modeling G. SumberBelajar 1. Buku Pegangan Agama Hindu kelas

V/1 2. Video H. Media Pembelajaran 1. LCD 2. Laptop 3.

Papantulis I. Kegiatan Inti Pertemuan 1 (3x40 menit) A. Pendahuluan (15 menit) a.

Mengucapkan salam “Om Swastyastu” b. Berdoa sebelum belajar dengan mengucapkan

mantra “Om Awignam Astu Nama Sidam” “Om Sidirastu Tat Astu Swaha” c. Mengabsen

kehadiran siswa d. Apersepsi e. Memaparkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai f.

Menjelaskan manfaat kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan 15 Menit B. Kegiatan

Inti (90 menit) a.

Guru mempersilahkan siswa untuk membaca materi pelajaran tentang Tri Hita Karana

dalam buku teks Pendidikan Agama Hindu untuk siswa kelas V. b. Selanjutnya gur

memberikan uraian untuk memperjelas pemahaman siswa mengenai ajaran Tri Hita

Karana. c. Untuk memperkuat pemahaman siswa serta menyentuh perasaan siswa agar

peduli terhadap lingkungan sekitar, guru menayangkan gambar-gambar kondisi

lingkungan yang mengalami krisis serta bahayanya bagi kehidupan umat manusia. d.

Siswa diberikan kesempatan untuk memberi tanggapan mengenai tayangan yang telah

ditampilkan. e.

Guru memberikan PR Keluarga dengan mengerjakan tugas (terlampir) C. Penutup (10

menit) a. Siswa diminta membuat kesimpulan dan refleksi dari materi yang disampaikan

b. Guru menyampaikan garis besar materi yang akan disampaikan minggu depan c.

Bersama-sama menutup pelajaran denganmengucapkan paramasanthi Om Santhi

Santhi Santhi Om. Pertemuan 2 (3x40 menit) A. Pendahuluan (15 menit) a.

Mengucapkan salam “Om Swastyastu” b. Berdoa sebelum belajar dengan mengucapkan

mantra “Om Awignam Astu Nama Sidam” “Om Sidirastu Tat Astu Swaha” c. Mengabsen

kehadiran siswa d. Memaparkan kembali tujuan dan manfaat pembelajaran yang ingin

dicapai e. Guru meminta para siswa mengumpulkan PR keluarga yang telah dibuat; B.

Kegiatan Inti (90 menit) a.

Guru mempersilahkan siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

b. Menyeleksi tugas yang telah dibuat sesuai topic yang dipilih c. Mengumpulkan topic

yang sama serta memilih satu topic yang paling banyak dipilih oleh siswa untuk dibahas

bersama-sama d. Guru memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya untuk

menanyakan masalah berkaitan dengan tema yang dipilih. e.

Page 53: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Guru menjawab pertanyaan siswa dan memberikan penjelasa berkaitan dengan

pertanyaan yang dipilih. f. Guru meminta siswa membuat catatan berkaitan dengan

diskusi yang telah dibuat, dan mengemukakann perasaan berkaitan dengan topic yang

dibahas bersama. g. Guru meminta siswa mengumpul catatan hasil diksusi C. Penutup

(10 menit) a. Guru memperkuat hasil diskusi dengan menyampaikan kesimpulan b.

Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya dan

mempersiapkan perlengkapan yang harus dibawa pada pertemuan berikutnya. c.

Bersama-sama menutup pelajaran denganmengucapkan paramasanthi Om Santhi

Santhi Santhi Om. Pertemuan 3 (3x40 menit) A. Pendahuluan (15 menit) a.

Mengucapkan salam “Om Swastyastu” c. Berdoa sebelum belajar dengan mengucapkan

mantra “Om Awignam Astu Nama Sidam” “Om Sidirastu Tat Astu Swaha” c.

Mengabsen kehadiran siswa f. Mengajak siswa berbaris di lapangan sekolah persiapan

studi lapangan g. Membagikan format tugas lapangan D. Kegiatan Inti (90 menit) a.

Siswa sampai di sumber belajar b. Guru memberikan pengantar mengenai apa yang

harus dilakukan dalam kegiatan lapangan c. Guru memberikan kesempatan untuk

bertanya kepada siswa mengenai hal yang kurang jelas d. Siswa diperkenankan

berkeliling dengan kelompoknya. e.

Siswa melakukan pencatatan sesuai dengan format lapangann yang telah dibuat. f.

Ssetelah siswa melakukan pengamatan, siswa diminta memberikan penjelasan mengenai

apa yang telah diamati tersebut. g. Siswa diminta menghubungkan apa yang dilihat di

lapangan dengan materi yang diperoleh pada pertemuan inti pertama (1). h.

Guru meminta siswa mengumpul hasil studi lapangan. i. Guru memperkuat pemahaman

siswa dengan memberikan pemahaman-pemahaman mengenai studi yang dilakukan E.

Penutup (10 menit) a. Guru memperkuat hasil diskusi dengan menyampaikan

kesimpulan b. Guru menyampaikan gambaran umum materi yang akan dilakukan pada

pertemuan berikutnya. c. Bersama-sama menutup pelajaran denganmengucapkan

paramasanthi Om Santhi Santhi Santhi Om.

TAHAP 6 KLUB DAUR ULANG Klub Daur Ulang merupakan ektrakurikuler yang

dilaksanakan setiap dua minggu sekali di luar pembelajaran. Kegiatan: A. Pembukaan:

Kegiatan senantiasa diawali dengan salam Om Swastyastu Tepuk 3 R : plok plok

plok….kurangi…. plok plok plok…pakai ulang… plok plok plok…daur ulang… lingkungan

bersih Lagu : minggir dong minggir dong minggir dong, anak peduli lingkungan mau

lewat, jangan di tengah jalan nanti bisa ketabrak minggir dong minggir dong minggir

dong, jangan dong jangan dong jangan dong, kita membuang sampah sembarangan,

Page 54: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

buanglah ditempatnya jagalah kebersihan, agar lingkungan asri dan sehat Kemudian

dilanjutkan dengan senam otak B. Kegiatan Inti No KEGIATAN JULI AGUSTUS MK3 MK4

MK1 MK2 MK3 MK4 1.

Daur ulang tutup botol menjadi pembatas buku ? 2 Membuat pupuk kompos dengan

media komposter ? 3. Daur ulang botol minum menjadi pot gantung dan tempat pensil

? 4. Membuat bibit tanaman ? 5. Daur ulang gelas plastik menjadi ingka plastik ? 6. Daur

ulang bungkus kopi menjadi dompet ? ? 7 Evaluasi ? C. Penutup Tepuk 3 R : plok plok

plok….kurangi….

plok plok plok…pakai ulang… plok plok plok…daur ulang… lingkungan bersih Lagu :

minggir dong minggir dong minggir dong, anak peduli lingkungan mau lewat, jangan di

tengah jalan nanti bisa ketabrak minggir dong minggri dong minggir dong, jangan

dong jangan dong jangan dong, kita membuang sampah sembarangan, buanglah

ditempatnya jagalah kebersihan, agar lingkungan asri dan sehat Kemudian dilanjutkan

dengan senam otak, dan mencuci tangan.

Kegiatan mencuci tangan dipandu dengan singkatan TEPUNG SELACI PUPUT (telapak

tangan. Punggung tangan, sela jari, kunci, putar, putar). Kegiatan senantiasa ditutup

dengan salam Om Santhi Santhi Santhi Om TAHAP 7 KOMUNITAS MENABUNG Siswa

diminta bergabung dalam komunitas Bank Sampah dengan cara menabung di Bank

Sampah. Buku tabungan atas nama kelompok kelas. Satu kelas dibagi menjadi 4

kelompok.

Sampah yang telah dipilah berupa sampah organik ditampung ke dalam komposter,

sampah anorganik disimpan dalam kantong plastik besar untuk ditimbang pada jumat

pagi. Selain sampah di sekolah, siswa diminta membawa sampah dari rumah sebagai PR

bersama anak dengan orang tua, sampah yang dibawa sudah terpilah menurut jenisnya

seperti gelas plastik bening, botol plastik bening, kresek, kemasan makanan, dan

sebagainya.

Sampah yang dibawa dari rumah di tabung dengan buku tabungan berbeda dengan

nama dari siswa yang bersangkutan. TAHAP 8 USAHA PENCARIAN INFORMASI PEDULI

LINGKUNGAN PADA SISWA (post-test) Tujuan : Untuk memperoleh informasi mengenai

pemahaman dan perilaku siswa dalam pemeliharaan lingkungan rumah.

Waktu : 30 menit Alat dan Media : Instrumen yang dilengkapi dengan identitas siswa

berupa nama, jenis kelamin, (Format 2), Bolpoin Sasaran : Siswa Kegiatan : 1. Angket

format 1 dibagikan oleh walikelas kepada siswa untuk diisi di sekolah oleh siswa yang

bersangkutan dengan limit penyelesaian 30 menit. 2. Wali kelas memberikan

Page 55: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pertanyaan terkait dengan angket yang

harus diisi oleh orang tua siswa yang bersangkutan. B.

ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN NILAI BERBASIS KOMUNITAS Model

pendidikan nilai berbasis komunitas dikembangkan atas dasar teori moral Emile

Durkheim, yang menekankan kepada pengembangan kompetensi peseta didik kepada

kebutuhan masyarakat. Model ini merupakan sebuah model integratif, yang

mensinergikan peran sekolah, keluarga dan masyarakat dalam usaha mengembangkan

karakter peduli lingkungan, dimana nilai yang dikembangkan adalah nilai komunitas

Bank Sampah di Kelurahan Padangsambian.

Pendidikan berbasis komunitas dewasa ini lebih dikembangkan pada pendidikan non

formal. Pendidikan berbasis masyarakat juga dapat diselenggarakan melalui pendidikan

formal atau lembaga pendidikan formal seperti sekolah. Pada Undang-Undang No. 20

Tahun dua ribu tiga (2003) pada ayat 1 disebutkan bahwa “Jalur Pendidikan terdiri atas

pendidikan formal, nonfromal dan informal yang dapat saling melengkapi dan

memperkaya”, sehingga dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan

berbasis masyarakat dalam hal ini pendidikan berbasis komunitas dapat juga

mengambil ketiga jalur tersebut. Gilbraith dalam Sunarto (2005 hlm.

332), menguraikan bahwa pendidikan berbasis masyarakat yang diselenggarakan dalam

lembaga formal biasanya diselenggarakan oleh organisasi formal seperti sekolah.

Pendidikan berbasis masyarakat jika ditinjau dari sudut pandang sosiologis, merupakan

hal yang berbeda dengan pendidikan masyarakat yang dalam hal ini diselenggarakan

oleh Negara.

Jika pendidikan masyarakat diterjemahkan sebagai sebuah upaya pendidikan dalam

membangun partisipasi serta potensi masyarakat dalam sebuah proses pengambilan

keputusan secara local, maka pendidikan berbasis masyarakat diterjemahkan sebagai

sebuah tanggapan masyarakat dari ketidakberdayaan Negara dalam melayani

masyarakatnya untuk menyelesaikan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang

ekonomi, kesehatan, perumahan maupun pendidikan.

Jadi pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan yang tak bisa dilepaskan dari

budaya dan masyarakat tempat pendidikan itu dilaksanakan (Cunningham dalam Husen

dan Postlethwaite, 1994 hlm 900-901). Pada prinsip pendidikan berbasis masyarakat

terdapat konsep community. Dalam persepektif geografis sosiologis, komunitas yang

dihubungkan dengan pendidikan berbasis masyarakat didefinisikan sebagai sebuah

konfigurasi dari individu yang hidup didalamnya dengan berbagai ikatan baik itu ikatan

umum, pekerjaan, ideology, bakat, agama, budaya, gerakan sejarah dan sebagainya

Page 56: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

(Cunningham dalam Husen dan Postlethwite, 1994 hlm 900). Dalam model konseptual

ini, dilakukan sebuah pengembangan model pendidikan nilai berbasis komunitas.

Komunitas yang dimaksud adalah komunitas Bank Sampah yang merupakan sebuah

komunitas yang bergerak pada usaha menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan

utamanya yang berkaitan dengan masalah sampah sebagai salah satu penyebab dari

rusaknya lingkungan. Bank Sampah merupakan sebuah komunitas yang mengumpulkan

masyarakat dengan persamaan kepentingan dalam usaha menjaga kelestarian

lingkungan.

Program ini diwujudkan dalam sebuah gerakan peduli dan cintai sampah. Bank Sampah

merupakan sebuah upaya untuk merubah cara pandang masyarakat, yang sebelumnya

memandang sampah sebagai bahan buangan atau musuh, menjadi benda yang

memiliki nilai ekonomi serta menjadikan sampah itu menjadi sahabat.

Bank Sampah meyakini, dengan merubah cara pandang masyarajat terhadap

sampahnya, maka masalah lingkungan yang disebabkan oleh sampah akan dapat

diatasi. Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang

tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal

dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006, hlm. 23).

Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah

adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk

padat. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste)

adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang

dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena

sudah tidak berguna. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut :

1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat 2. Adanya hubungan langsung/tidak

langsung dengan kegiatan manusia 3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi

(Notoatmojo, 2003, hlm.

44) Faktanya tidak semua sampah merupakan benda buangan yang tidak memiliki

kegunaan lagi. Berdasarkan pada fakta tersebut, muncul prinsip 3-R yang berkembang

menjadi 4-R kemudian 5-R. Upaya ini merupakan penanganan sampah yang tidak

semuanya merupakan benda tak berguna atau buangan.

Sehingga sampah tidak lagi dapat didefinisikan sebagai bahan buangan yang tidak

berguna. Pergeseran definisi mengenai sampah ini diakibatkan oleh kondisi masyarakat

Page 57: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

yang semakin sejahtera dan pendapatan yang semakin meningkat , sehingga

meningkatkan perilaku konsumtif di kalangan masyarakat (KLH, 2012, hlm. 17).

Masyarakat mengganti barang-barang yang belum tentu tidak berguna lagi, mengganti

dengan barang baru, kemudian barang yang lama dibuang dan anggap sebagai

sampah. Sampah pada prinsipnya masih memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Untuk

mengetahui jenis sampah yang masih memiliki nilai ekonomis, maka akan diuraikan

jenis-jenis sampah sebagai berikut: a.

Sampah anorganik terbagi menjadi tiga, yaitu: sampah plastik, kertas, dan logam.Plastik,

kertas dan,logam dapat di daur ulang menjadi bahan baku industri. Sampah anorganik

seperti baju bekas, karet, pempers dan lainnya yang tidak dapat di daur ulang dapat di

bakar dengan menggunakan incenerator. Incenerator yaitu mesin pembakar sampah.

Arangnya dapat di gunakan sebagai campuran kompos. Arang dapat menyerap B3

(bahan beracun berbahaya).

Sampah anorganikmemerlukan waktu yang lama untuk terurai.Sampah kertas dapat

terurai selama 2-5 bulan.Sampah organik dapat terurai selama 1-6 bulan.Sampah plastik

dapat terurai selama 50-80 tahun.Sampah kaleng dapat terurai selama 80-100 tahun.

Bahkan styrofoam tidak dapat dihancurkan. b. Sampah organik terdiri atas sampah

dapur yaitu sisa makanan,bagian sayuran yang tidak digunakan, kulit buah dan

sebagainya.

Sampah organik dapat membusuk apabila dibiarkan terlalu lama dalam tempat terbuka.

Maka dari itu sampah organik dapat dijadikan pupuk kompos. Baik sampah organik

maupun sampah anorganik keduanya memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi,

contohnya sampah anorganik dapat didaurulang kembali menjadi benda yang lebih

berguna. Namun diperlukan teknologi yang tinggi untuk mewujudkan hal tersebut.

Hal yang dapat dilakukan untuk merubah sampah anorganik ini memiliki nilai ekonomis

adalah dengan memilah berdasarkan jenisnya, seperti kertas, kaleng dan plastik, yang

kemudian dapat dijual atau di tabung melalui Bank Sampah. Bank Sampah sebagai

media penghubung dari rumah tangga dengan pihak pengelola sampah berteknologi

tinggi.

Setelah sampah terkumpul, Bank Sampah akan membawa atau mengolah menjadi

barang-barang berharga lainnya. Sebagai warga masyarakat, dimana masyarakat rumah

tangga dikatakan sebagai bagian dari masyarakat yang berkontribusi besar dalam

menimbulkan sampah, cukup melakukan penanggulangan sampah melalui prinsip 3 R

dan memanfaatkan media Bank Sampah.

Page 58: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Pada tahap apa dan mau diapakan sampah tersebut, Bank Sampah akan memediasi

kondisi tersebut, membawa sampah yang terkumpul kepada perusahaan pengelola

sampah dalam skala yang besar, yang nantinya dapat dirubah menjadi barang baru

yang lebih berguna. Jadi sampah disini bukan lagi sebuah barang buangan atau tidak

berguna, namun barang jika diolah memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan dapat

meningkatkan pendapatan keluarga. Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam

penanganan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R.

Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce

(mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang sampah),

sedangkan 4-R ditambah Replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain

4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan Replant (menanam kembali).

Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan

sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat

mengurangi biaya pengelolaan sampah. a. Reduce Prinsip Reduce dilakukan dengan

cara sebisa mungkin melakukan minimalisasi barang atau material yang digunakan.

Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

Menurut Suyoto (2008, hlm 12) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan

program reduce: a) Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan

sampah dalam jumlah besar, b) Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang

sama atau fungsi lain, c) Gunakan baterai yang dapat di charge kembali, d) Jual atau

berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan, e) Ubah pola makan

(pola makan sehat : mengkonsumsi makanan segar, kurangi makanan kaleng/instan), f)

Membeli barang dalam kemasan besar (versus kemasan sachet), g) Membeli barang

dengan kemasan yang dapat di daur ulang (kertas, daun dan lain-lain), h) Bawa

kantong/tas belanja sendiri ketika berbelanja, i) Tolak penggunaan kantong plastik, j)

Gunakan rantang untuk tempat membeli makanan, k) Pakai serbet/saputangan kain

pengganti tisu, l) Kembali kepemakaian popok kain bagi para ibu b. Reuse Prinsip reuse

dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih barang-barang yang bisa dipakai

kembali.

Dan juga menghindari pemakaian barang-barang yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat

memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Menurut Suyoto

(2008, hlm. 12) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program reuse: a) Pilih

produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang Gunakan produk yang dapat diisi

ulang (refill), b) Kurangi penggunaan bahan sekali pakai, c) Plastik kresek digunakan

untuk tempat sampah, d) Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau

tempat sampah, e) Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-macam

Page 59: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

kerajinan, f) Bekas kemasan plastik tebal isi ulang digunakan sebagai tas, g) Styrofoam

digunakan untuk alas pot atau lem, h) Potongan kain/baju bekas untuk lap, keset, dan

lain-lain, i) Majalah atau buku untuk perpustakaan, j) Kertas koran digunakan untuk

pembungkus c. Recycle Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin,

barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang.

Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal

dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Menurut

Suyoto (2008, hlm. 13) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program

recycle: a) Mengubah sampah plastik menjadi souvenir b) Lakukan pengolahan sampah

organik menjadi kompos c) Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan

miniatur Dalam ajaran agama Hindu, upaya menjaga lingkungan diuraikan dalam ajaran

Tri Hita Karana, yang diuraikan dalam tiga bagian pokok yakni (1)Parahyangan,

(2)Pawongan dan (3)Palemahan.

Dalam ajaran Tri Hita Karana disebutkan bahwa dalam upaya menjaga keharmonisan

hidup manusia maka manusia senantiasa menjaga hubungan yang harmonis dengan

Tuhannya dalam hal ini Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Parahyangan), menjaga hubungan

yang harmonis antara manusia dengan manusia lainnya (pawongan), serta hubungan

yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya (palemahan).

Implementasi dari ajaran ini diterjemahkan oleh sebuah komunitas yakni Bank Sampah

dalam upaya mewujudkan apa yang telah diuraikan dalam ajaran agama. Untuk

mewujudkan Tri Hita Karana, maka manusia diisyaratkan untuk berperilaku Sad Kertih.

Dengan kata lain bahwa dalam upaya membangun atau menjaga hubungan harmonis,

maka harus dibangun individu yang memiliki kemampuan atau karakter positif dalam

mendukung upaya tersebut, yakni (Wiana, 1999 hlm 48) 1) upaya menjaga

keharmonisan hubungan sosial yang produktif dengan dasar dharma (jagat kertih).

2) Upaya untuk menjaga kesucian atma sebagai bagian dari paramatma yang berada

pada bhuwana alit (atma kertih). 3) Upaya untuk menjaga kelestarian sumber daya yang

berada di laut (samudra kertih). 4) Upaya menjaga kelestarian hutan karena hutan

memiliki tiga fungsi utama yakni maha wana (hutan sebagai sumber hayati, tapa wana

(hutan sebagai tempat melakukan pertapaan orang suci), serta sri wana (hutan sebagai

sumber untuk membangun perekonomian).

5) Upaya menjaga kelsetarian sumber air tawar yang berada di wilayah daratan (danu

kertih). 6) Upaya meningkatkan kualitas individu yang ideal yang akan dapat

dikembangkan jika manusia bertumbuh dan berkembang kedalam sebuah wadah

lingkungan alam dan sosial yang kondusif (jana kertih). Berkaitan dengan ajaran

Page 60: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

tersebut, jelas dalam proses pendidikan tidak bisa dilepaskan dari lingkungan alam dan

sosialnya.

Individu yang cerdas adalah individu yang memiliki kecerdasan sosial dan ekologi.

Untuk itu penting mengembangkan karakter peduli lingkungan sebagai upaya dalam

mewujudkan manusia yang paripurna atau jika dianalogikan dengan ajaran dalam

agama hindu adalah individu yang jana kertih.

Untuk mewujudkan hal tersebut, model pendidikan nilai berbasis komunitas dirumuskan

dengan melakukan perbagai pertimbangan dan melihat potensi dari masyarakat dalam

hal ini komunitas bank sampah untuk mewujudkan individu yang jana kertih. Surakhmad

(2002 hlm 20) menyebutkan terdapat enam kondisi yang mendukung terlaksananya

konsep pendidikan berbasis masyarakat yakni (1) masyarakat peka dan peduli terhadap

pendidikan, (2) memiliki kesadaran bahwa pendidikan memiliki arti penting dalam

kemajuan masyarakat, (3) masyarakat memiliki pendidikan sebagai potensi dari

kemajuan mereka, (4) mayarakat memiliki kemampuan dalam menetapkan tujuan

pendidikan yang sesuai dengan mereka, (5) masyarakat aktif dalam penyelenggaraan

pendidikan, dan (6) masyarakat dapat menjadi pendukung dalam pembiayaan dan

pengadaan sarana pendidikan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Bank Sampah sudah memenuhi enam

kondisi dalam menentukan terlaksananya konsep pendidikan berbasis masyarakat.

Hanya perlu dikembangkan formula yang tepat, sehingga model ini nantinya akan dapat

terlaksana dengan baik dalam sebuah lembaga pendidikan formal dalam hal ini di

tingkat sekolah dasar pada Kelurahan Padangsambian.

Komunitas Bank Sampah yang berkembang di wilayah Padangsambian memiliki strategi

pendekatan dalam menjaga atau mengendalikan jumlah sampah sebagai usaha untuk

menjaga kelestarian lingkungan, dengan memegang prinsip 3R (reuse, reduse, recycle).

Reuse merupakan prinsip pengelolaan sampah dengan menggunakan kembali benda

yang hendak dibuang, reduse merupakan prinsip untuk mengurangi jumlah sampah,

misalnya dengan membawa pembungkus atau tas barang dari rumah ketika berbelanja,

dan yang terakhir adalah recycle merupakan mendaur ulang sampah menjadi benda lain

yang memiliki daya manfaat yang berbeda. Ketiga prinsip ini dibawa kedalam proses

habituasi dalam usaha mengembangkan karakter peduli lingkungan.

Pada implementasi proses habituasi pelaksanaan prinsip 3R sebagai sebuah usaha

mekondisikan siswa untuk senantiasa berperilaku peduli lingkungan (tindakan moral),

sekolah membutuhkan intervensi dari pihak orangtua untuk dapat menciptakan sebuah

kebiasaan yang bersigat berkelanjutan. Usaha mengintervensi disepakati dalam sebuah

Page 61: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

perjanjian moral oleh sekolah bersama orang tua.

Hasil dari proses ini memberikan pengaruh yang berbeda kepada orang tua, dalam

proses ini terjadi situasi timbale balik yakni siswa melakukan intervensi untuk ikut serta

peduli terhadap masalah-masalah lingkungan. Hal ini disebabkan oleh dampak

komunitas menabung yang diikuti oleh siswa, yang menyebabkan siswa senantiasa

berkompetisi untuk memperoleh atau memiliki saldo tabungan yang lebih tinggi.

Hubungan intervensi lebih kuat terjadi pada siswa yang berasal dari keluarga RTM

(Rumah Tangga Miskin), lingkungan atau daerah yang dijadikan sebagai wilayah untuk

mngumpulkan sampah tidak saja berasal dari rumah,namun juga wilayah lain yang

memiliki sampah yang masih memiliki nilai guna atauu nilai jual. Jika sebelumnya pada

siswa masih memiliki rasa malu untuk mengumpulkan barang bekas, setelah

implementasi model ini terbentuk, konsep memulung yang sebelumnya merupakan

sebuah kegiatan yang bersifat memalukan untuk dilakukan, kini hal tersebut tidak terjadi

lagi, mengingat semua siswa di sekolah yang terdiri atas berbagai status sosial telah

bergabung dalam komunitas yang sama.

Berbicara tentang sampah yang selama ini dipandang sebagai momok utamanya di

kota-kota besar atau kota metropolitan, yang akibatnya dari pandangan tersebut

melahirkan sebuah konsep bahwa sampah itu adalah musuh, sampah harus dibuang

dan sampah harus disingkirkan dari lingkungan. Pada kenyataanya, perlakuan

masyarakat terhadap sampah ternyata hanya terbatas pada usaha menyingkirkan

sampah tersebut dari manusia atau indiviu,kemudian menimbunnya di tempat lain yang

kemudian menyisakan masalah yang berbeda, seperti perusakan terhadap lingkungan

sebagai habitat dari manusia.

Yang sesungguhnya, sikap ini memiliki arti bahwa manusia sedang merusak dirinya

sendiri. Sebab manusia tidak bisa lepas dari alam, manusia senantiasa membutuhkan

alam, dan jika alam rusak, maka manusia tidak akan bisa memenuhi semua kebutuhan

hidunya. Dalam ajaran agama Hindu, dalam lingkaran proses kehidupan ada yang

dinamakan dengan Tri Kona. Dalam Pustaka Bhuwana Kosa IV.33, disebutkan Ida Sang

Hyang Widhi Wasa menciptakan alam semesta dan menciptakan kekuatan Tri Kona,

yang terdiri dari Utpati, sthiti, dan praline.

Segala ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa tidak luput dari hokum Tri Kona ini. Proses

penciptaan atau kemunculan alam dengan segala isinya disebut dengan utpati, proses

keberadaan atau eksistensinya disebut sthiti dan proses hilangnya atau leburnya disebut

dengan praline. Segala ciptaan Tuhan tidak bisa lepas dari ketiga hokum ini.

Page 62: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Sehingga alam semesta ini senantiasa berada dalam posisi keseimbangan, ada lahir, ada

hidup dan ada mati. Namun, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi, manusia sebagai mahluk berpikir, senantiasa berproses dalam usahanya

beradaptasi dengan lingkungannya. Seiring dengan proses tersebut, manusia melakukan

proses penciptaan benda-benda yang memiliki tujuan untuk mempermudah segala

proses hidupnya di dunia.

Namun pada kenyataanya, benda yang diciptakan oleh manusia tidak memenuhi hokum

Tri Kona, sehingga benda yang diciptakan, dan kemudian tidak memiliki nilai guna

menjadi bertumpuk dan berpotensi untuk merusak alam sehingga dapat menjadi

penyebab ketidak seimbangan alam dan kerusakan alam. Nilai ini dienkulturasi melalui

pembelajaran agama Hindu di kelas, melalui proses intervensi pembelajaran yang

dilaksanakan di kelas oleh guru agama Hindu.

Gambar 1 Bagan proses intervensi nilai agama dalam pembelajaran agama Hindu Untuk

itu, agar ciptaan manusia tersebut tidak merusak alam, maka manusia harus

menciptakan sebuah sistem yang bisa mengatasi bahan buangan yang telah

ditimbulkan, dalam hal ini seperti sampah plasti yang sampai ratusan tahun tidak bisa

diurai oleh alam, dan berpotensi tinggi merusak lingkungan.

Bank Sampah dalam kapasitas ini berada dalam posisi praline atau penghancuran benda

yang berpotensi merusak lingkungan, yang dalam hal ini adalah sampah-sampah plastik

yang tidak bisa diurai oleh alam. Nilai ini yang akan dikembangkan dalam pendidikan

berbasis komunitas, sebagai usaha manusia untuk tetap menjaga keseimbangan alam

semesta beserta isinya.

Pendidikan berbasis komunitas yang dikembangkan adalah sebuah strategi pendidikan

berbasis komunitas dengan tujuan untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan

siswa sekolah dasar. Mengingat pendidikan berbasis komunitas ini dikembangkan pada

pendidikan formal, maka dalam pelaksanaannya memperhatikan pola pendukung

keberhasilan sistem pendidikan di sekolah formal.

Secara umum, kesuksesan pelaksanaan pendidikan utamanya pendidikan nilai atau

karakter di sekolah disebabkan oleh berbagai faktor pendukung, utamanya dukungan

orang tua, strategi penerapan pembelajaran baik kurikuler, kokurikuler maupun

ektrakurikuler, iklim sekolah dan sebagainya. Dalam upaya pelaksanaan model

pendidikan nilai berbasis komunitas ini, dikembangkan sebuah upaya sekolah

mengintervensi keluarga dalam pengembangan karakter peduli lingkungan. Model

pendidikan seperti ini sering disebut sebagai istilah pendidikan interventif.

Page 63: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Intervensi adalah sebuah proses dalam pendidikan karakter yang dilakukan secara

formal, dan kemudian dikemas kedalam sebuah interaksi belajar dan pembelajaran

secara sengaja dan terstruktur untuk mencapai pengembangan karakter tertentu, proses

ini dapat dilakukan oleh semua subjek pembelajaran dengan kondisi penekanan yang

berbeda (Budimansyah, 2011 hlm. 4).

Upaya sekolah dalam mengembangkan pendidikan interventif ini dilakukan dengan

mengacu pada langkah pembelajaran nilai moral yang dikembangkan oleh Thomas

Lickona, yakni mengembangkan kemitraan sekolah dan rumah. Pengembangan

kemitraan sekolah dan rumah yang dikembangkan olah Thomas Lickona mengacu

kepada 20 (duapuluh) langkah, yang kemudian dalam penelitian ini direduksi menjadi 7

(tujuh) langkah saja yakni: 1) Menegaskan keluarga sebagai pendidik karakter yang

paling utama. 2) Meminta orang tua untuk berpartisipasi.

3) Menyediakan program tentang parenting dan berusaha untuk meningkatkan tingkat

partisipasi. 4) Menetapkan PR Keluarga 5) Menguatkan peran komite orang tua dalam

pengembangan pendidikan karakter 6) Membuat perjanjian moral dengan orang tua

dan 7) Responsif terhadap Keluhan Orang Tua.

Selain melakukan proses intervensi dalam pengembangan model pendidikan nilai

berbasis komunitas ini, proses yang tidak kalah penting yang perlu dilaksanakan dalam

upaya mengembangkan karakter peduli lingkungan pada siswa sekolah dasar yakni

proses habituasi, proses ini merupakan sebuah proses penciptaan atau pengkondisian

sebuah situasi yang merupakan upaya penguatan yang dapat dilakukan oleh peserta

didik pada satuan pendidikannya, di rumah ataupun dalam lingkungan masyarakatnya,

upaya ini bertujuan membiasakan siswa berperilaku sesuai dengan nilai atau karakter

yang ingin dikembangkan (Budimansyah, 2011 hlm 3-7).

Kegiatan habituasi dalam pengembangan MPNBK ini dilaksanakan di dalam kelas dalam

bentuk piket kelas, kemudian penguatan melalui kegiatan ektrakurikuler Klub Daur

Ulang, serta memberikan PR bersama yang harus dikerjakan oleh siswa dan orangtuanya

di rumah. Guna lebih mengefektifkan proses intervensi dan habituasi yang

dikembangkan dalam MPNBK ini maka dikembangkan buku sambung yang dinamakan

dengan Jana Kertih Pariksa, yang berisikan tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan

oleh siswa bersama orang tua di rumah.

Penguatan juga harus didukung oleh semua komponen di sekolah, oleh sebab itu maka

pada pengembangan dan pelaksanaan MPNBK ini, slogan-slogan tentang kebersihan

dan pelestarian lingkungan akan dibuat dalam bentuk dan ukuran yang lebih besar serta

menarik. Di lingkungan sekolah disiapkan sarana pendukung berupa tempat sampah

Page 64: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

yang terdiri atas tempat sampah yang terpisah antara sampah organik dan an organik,

komposter, pengkondisian kantin sekolah yang menyediakan jajanan dengan kemasan

ramah lingkungan, serta pengumpulan sampah melalui strategi Bank Sampah masuk

sekolah.

Sarana pendukung tersebut disediakan oleh komunitas Bank Sampah bekerjasama

dengan Kepala Kelurahan serta sponsor atau donator yang memiliki kepentingan yang

sama dalam usaha mengembangkan karakter peduli lingkungan pada masyarakat.

Pelaksanaan model pendidikan nilai berbasis komunitas ini terdiri atas delapan tahap

atau langkah pelaksanaan yakni: Tahap 1, Usaha Penyamaan Persepsi Dalam Usaha

Pengembangan Karakter Peduli Lingkungan Di Sekolah, tahapan ini memiliki tujuan

untuk menyamakan persepsi semua komponen yang berkaitan dalam pelaksanaan atau

implementasi MPNBK, mengingat masuknya nilai-nilai yang dikembangkan oleh Bank

Sampah ke sekolah merupakan hal yang baru, sehingga diperlukan penyamaan persepsi

ini guna mempermudah pelaksanaan model dalam mencapai tujuan yng diinginkan,

dalam hal ini adalah mengembangkan karakter peduli lingkungan pada siswa SD di

Kelurahan Padangsambian.

Pada tahapan ini, semua komponen sekolah dilibatkan tanpa kecuali, baik itu tenaga

pendidik, tenaga administrasi, satpam atau penjaga keamanan sekolah sampai tenaga

kantin sekolah. Semua komponen ini secara tidak langsung memiliki fungsi untuk

memberikan penguatan dalam proses intervensi dan habituasi pengembangan karakter

peduli lingkungan.

Pada tahapan ini merupakan usaha mewujudkan sekolah yang beriklim peduli

lingkungan. Aturan disosialisasilan kepada seluruh anggota sekolah, dan mengajak para

anggota sekolah ikut berkontribusi dalam mewujudkan iklim sekolah yang diinginkan.

Pengaturan letak tempat sampah berdasarkan jenisnya (organik dan anorganik)

diletakkan pada depan masing-masing kelas.

Pengaturan letak slogan yang indah dan mudah dibaca (slogan kebersihan), pengaturan

pembagian tugas yang harus dilakukan oleh guru beserta wali kelas. Usaha ini

merupakan implementasi pengkondisian kurikulum tersembunyi dalam pengembangan

karakter peduli lingkungan. Emile Durkheim mengamati bahwa lebih banyak yang

diajarkan dan dipelajari di sekolah-sekolah dari yang ditentukan dalam kurikulum

maupun buku teks dan instruksional guru. Hal tersebut merupakan "kurikulum

tersembunyi".

Dalam Moral Pendidikan Durkheim (1961 ) menulis: "Bahkan, ada sistem seluruh aturan

di sekolah yang mentakdirkan perilaku anak. Ia harus datang ke kelas secara teratur, ia

Page 65: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

harus tiba pada waktu tertentu dengan sikap yang tepat. Dia tidak boleh mengganggu

hal-hal dalam kelas (dalam Kentil, 2009, hlm. 83-84).

Hal ini berarti, ketika sekolah menetapkan karakter sebagai tujuan akhir dari sebuah

proses pendidikan, maka strategi pengembangan kurikulum tersembunyi tidak dapat

diabaikan. Proses atau sistem sekolah yang diatur merupakan sebuah kondisi untuk

memperkenalkan nilai-nilai masyarakat terhadap siswa. Demikian pula dalam usaha

mengembangkan karakter peduli lingkungan, yang merupakan sebuah kondisi yang

menjadi harapan masyarakat global dalam usaha menjaga kelestarian bumi sebagai

tempap hidup manusia.

Diperlukan usaha yang serius dari pihak sekolah, mewujudkan sekolah yang berkarakter

melalui penerapan aturan, pengaturan dan routinitas yang menjadi implementasi atau

muara dari praktek pengembangan karakter. Tahap usaha pencarian informasi sikap

peduli lingkungan orang tua siswa, merupakan tahapan kedua yang bertujuan untuk

memperoleh gambaran informasi mengenai pehamanan serta perilaku orang tua dalam

kegiatan pemeliharaan lingkungan.

Hasil dari usaha pencarian informasi ini akan menentukan materi yang akan

disampaikan pada kegiatan atau tahapan berikutnya. Informasi dijadikan dasar dalam

kegiatan parenting session yang merupakan tahapan keempat dalam penelitian ini. Pada

sekolah dasar di Padangsambian melaksanakan program pendidikan yang dari tahun

ketahun cenderung sama.

Tidak nampak usaha sekolah untuk melihat latar belakang keluarga siswa yang

berbeda-beda, dimana hal ini akan berdampak pada proses pendidikan yang

dilaksanakan di kelas. Terdapat ketimpangan yang cukup tinggi dari kondisi/latar

belakang siswa di SD Kelurahan Padangsambian, ada yang berasal dari keluarga modern

(mewarsikan nilai-nilai modern), ataupun dari latar belakang siswa yang sangat

tradisional, baik itu pewarisan tradisi, nilai-nilai agama, maupun pola interaksi

(pergaulan).

Jika hal ini dilakukan, maka pola pendidikan yang diimplementasikan tidak serta merta

diseragamkan dari tahun ke tahun atau pada kelas-kelas tertentu. Sebagai contoh, pada

kelas V di SDN 1 Padangsambian, siswa kelas VA lebih banyak berasal dari penduduk

asli PAdangsambian, yang masing memegang nilai-nilai tradisional dalam lingkungan

yang telah modern.

Anak-anak diasuh oleh ibu yang masih terikat dengan kewajiban-kewajiban agama dan

adat pada masing-masing pura paibon ataupun banjar. Anak yang merupakan

Page 66: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

penduduk asli Padangsambian, lebih banyak berinteraksi dan diasuh bersama dalam

keluarga besar. Dalam keluarga besar dapat terdiri atas 1-2 pasang kakek dan nenek,

sepasang ayah ibu kandung, lebih dari dua pasang paman atau bibi, serta kakak sepupu.

Nilai-nilai tidak sedemikian rupa diwariskan melalui ayah dan ibu. Inipun berlaku pada

ibu-ibu yang tidak bekerja, walaupun nampaknya ibu tidak bekerja memiliki banyak

waktu untuk berinteraksi di rumah, hal ini tidak demikian adanya. Ibu-ibu tidak bekerja

justru menjadi motor penggerak kegiatan adat dan agama.

Pada anak/siswa kelas VB lebih heterogen, siswa kelas ini memiliki jumlah siswa yang

memiliki perbandingan yang hampir sama, antara siswa yang merupakan penduduk asli

dan siswa yang berasal dari orang tua/penduduk pendatang. Pada siswa/anak yang

berasal dari keluarga pendatang, pengasuhan dilakukan oleh orang tua kandung, yang

masa balitanya dibebankan pada tenaga pengasuh, baik itu pengasuh pribadi ataupun

pengasuh di TPA.

Namun, masih lebih banyak diasuh oleh ibu dan ayah kandungnya sendiri bekerja,

dengan mengatur jadwal kerja pada masing-masing lokasi pekerjaan. Perbedaan pola

pengasuhan akan berdampak kepada nilai yang diinternalisasikan kepada anak.

Demikian pula pada usaha pencarian informasi mengenai kepedulian orang siswa

terhadap lingkungan (khususnya tata kelola sampah/pengendalian sampah di rumah).

Siswa yang merupakan warga asli/penduduk asli, dibagi menjadi dua kategori, yakni 1)

masyarakat biasa dan 2) masyarakat priyayi. Masyarakat biasa maksudnya siswa yang

berasal dari golongan waisya dan sudra pada pengelompokan wangsa di Bali.

Sedangkan kelompok priyayi merupakan kelompok masyarakat yang berasal dari

wangsa ksatriya.

Pola pengasuhan pada keluarga dari masyarakat priyayi cenderung diasuh oleh keluarga

yang sangat besar. Mereka hidup dalam satu lingkungan puri yang dapat terdiri atas

empat pasang kakek nenek, lebih dari sepuluh pasang orang tua, dan belasan kakak

sepupu. Pada pola pengasuhan seperti ini, nilai-nilai yang cenderung diikuti merupakan

nilai yang sudah diaplikasikan oleh keluarga puri.

Pada keluarga ini, masih terdapat penyeroan (pembantu), yang tidak dibayar karena ada

ikatan hutang budi leluhur. Pada anak/siswa yang diasuh dalam kondisi di atas,

cenderung mewariskan nilai peduli lingkungan yang diacu oleh keluarga besarnya. Anak

kurang dilibatkan pada usaha pelestarian lingkungan demikian pula dalam

pengendalian sampah keluarga.

Page 67: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Masih terdapat rasa arogan, rasa malu yang menganggap bahwa pekerjaan memilah

sampah bukanlah pekerjaan mereka. Posisi penyeroan inilah yang diberdayakan dalam

usaha menjaga kebersihan lingkungan. Setiap harinya, di depan puri (jeroan), nampak

pemandangan tumpukan sampah yang sangat tinggi, yang berasal dari sampah

keluarga puri/jeroan tersebut.

Berdasarkan penggalian informasi yang diberikan melalui instrument, 85% siswa yang

berasal dari keluarga puri mewariskan nilai yang kurang baik dalam pengembangan

karakter peduli lingkungan. Sisanya yang berjumlah 15% mewariskan nilai yang jauh

lebih baik. Saat dilakukan survey kepada masing-masing siswa, diketahui bahwa orang

tua siswa tersebut sudah tidak tinggal dalam keluarga besar puri.

mereka sudah tinggal terpisah, bermigrasi dari puri dan tinggal bersama keluarga kecil

yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Ada juga beberapa siswa yang orang tuanya tidak

bertempat tinggal di puri, namun masih bersama kakek dan neneknya. Kondisi yang

berbeda nampak dari siswa yang berasal dari masyarakat biasa.

Pada masyarakat biasa siswa lebih banyak diasuh oleh keluarga kecil, dan lebih sedikit

diasuh dalam keluarga yang cukup besar. Namun tidak sebesar keluarga yang berasal

dari puri. Namun warisan nilai peduli lingkungan cenderung sama, kurang melakukan

pengelolaan sampah di tingkat keluarga, namun tingkat peran aktif orang tua dan siswa

pada kegiatan kebersihan pada lingkungan tempek atau banjar lebih tinggi dari siswa

yang berasal dari masyarakat priyayi.

Namun secara umum, nilai peduli lingkungan yang diwariskan dalam keluarga masih

kurang. Untuk itu dikembangkan program parenting, dengan pemberian materi lebih

ditekankan pada isu-isu kerusakan lingkungan serta peran keluarga dalam mengatasi isu

tersebut. Tahap parenting session merupakan tahap awal yang dilakukan oleh sekolah

dalam upaya mengintervensi orang tua untuk mendukung usaha sekolah dalam

mengembangkan karakter peduli lingkungan. Pada tahapan ini, sekolah menyampaikan

pentingnya dukungan orangtua dalam membantu mengembangkan karakter peduli

lingkungan pada anak di sekolah.

Dukungan tersebut disepakati dan ditandatangi oleh orang tua dalam sebuah perjanjian

moral/ikrar antara sekolah dan orang tua. Melalui perjanjian tersebut, orang tua dituntut

komitmennya untuk melaksanakan berbagai dukungan yang nanti diinstruksikan oleh

sekolah melalui beberapa tugas yang harus dikerjakan bersama oleh orang tua bersama

anak.

Mengenai tugas yang dikerjakan oleh anak bersama orang tua, merupakan upaya

Page 68: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

menghabituasi anak agar memiliki atau terbiasa melakukan tindakan moral (moral

acting). Sehingga pengetahuan moral (moral knowing) yang dimiliki dapat

diimplementasikan, kemudian setelah siswa mengetahu manfaat dari tindakan yang

dilakukan, anak akan memiliki moral feeling yang baik. Parenting dalam pandangan

Lickona merupakan salah satu strategi pengembangan program kemitraan sekolah dan

rumah.

menurut Lickona keterlibatan orang tua adalah indicator utama bagi kesuksesan sekolah

(2012, hlm. 79). Sekolah yang berkomitmen dengan pendidikan karakter dapat

membangunnya melalui strategi membangun hubungan kemitraan sekolah dan rumah.

melalui program tersebut, sekolah dapat menjangkau orangtua untuk terlibat bersama

dalam proses pendidikan di sekolah.

Tahap pertemuan kepala kelurahan, komunitas bank sampah dengan seluruh siswa

merupakan sebuah usaha dari pihak sekolah bersama dengan tokoh masyarakat beserta

komunitas Bank Sampah untuk membuka wawasan siswa mengenai krisis lingkungan,

dampak serta upaya yang dapat dilakukan oleh siswa sejak dini. Usaha sekolah

mengajak tokoh masyarakat yang dalam hal ini adalah kepala kelurahan Padangsambian

merupakan upaya memberikan penekanan serta tauladan bagi siswa agar siswa tertarik

melakukan kegiatan peduli lingkungan.

Tahapan ini merupakan tahap awal dari pengembangan MPNBK yang bertujuan

membangun atau mendorong pengembangan kesadaran siswa untuk peduli kepada

lingkungan melalui dorongan ekternal. Proses ini sejalan dengan fungsi pendidikan yang

diuraikan oleh Durkheim, bahwasannya pendidikan itu memiliki fungsi untuk

mensosialisaikan apa yeng menjadi kebutuhan masyarakat, mengenkulturasi nilai dan

norma yang dibutuhkan oleh anak dalam upaya penyesuaian dirinya di masyarakat.

Jadi pendidikan haru smemiliki upaya untuk mewujudkan hal tersebut, dengan tujuan

untuk menjaga anak agar bisa mengikuti kebutuhan masyarakat. Durkheim

menguraikan bahwa tindakan moral adalah keterlibatan atau kecenderungan individu

untuk bertindak di dalam masyarakat. Jadi kecenderungan tindakan tersebut berkaitan

dengan kepentingan kolektif.

Jika tindakan yang dilaksanakan hanya untuk memajukan sendiri individu bukanlah

sebuah tindakan moral. Demikian pula tindakan yang dilaksanakan yang hanya

bertujuan untuk menguntungkan individu lain juga merupakan tindakan non-moral.

Tindakan moral adalah sebuah tindakan yang bermanfaat bagi realitas yang disebut

masyarakat.

Page 69: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Pada pertemuan ini, kepala kelurahan akan mengajak siswa untuk melakukan tindakan

moral yang bermanfaat secara kolektif bagi masyarakat di kelurahan Padangsambian.

Proses internalisasi nilai menurut Hakam pada hakikatnya sebuah upaya menghadirkan

sesuatu (nilai) yang asalnya ada pada dunia eksternal menjadi milik internal baik bagi

seseorang ataupun lembaga.

Untuk itu dipandang perlu adanya pewarisan nilaiyaitu pewarisan nilai luhur yang

dijunjung tinggi masyarakat kepada anggota masyarakat tersebut termasuk pada

generasi berikutnya. Adapun salah satu proses dalam internalisasi nilai meliputi 1)

penyampaian informasi, pada tahapan penyampaian informasi yang sarat akan nilai

untuk dapat berterima, tidak hanya ditentukan oleh muatan nilai, akan tetapi sering juga

dipengaruhi oleh agen si pembawa atau si penyampai informasi.

Kualitas agen akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas nilai itu dapat

berterima bagi individu. Kredibilitas dan kewibawaan agen juga menjadi salah satu

faktor penentu sebesar apa informasi tersebut dapat berterima (Hakam, 2012, hlm,5-7).

Berdasarkan atas teori tersebut, maka menghadirkan kepala kelurahan bersama Bank

Sampah di sekolah merupakan upaya agar penyampaian informasi tentang pentingnya

menjaga kebersihan lingkungan dengan mengelola sampah dapat lebih berterima pada

siswa.

Tahap berikutnya berupa kegiatan pembelajaran agama hindu di kelas sebagai sumber

nilai peduli lingkungan, kegiatan ini memiliki tujuan untuk mengembangkan nilai peduli

lingkungan yang bersumber dari ajaran agama Hindu. Agama merupakan salah satu dari

sumber nilai-nilai ataupun norma yang dapat mengatur tingkah laku manusia menjadi

lebih positif.

Dalam pembelajaran agama, siswa akan diajarkan mengenai nilai peduli lingkungan

beserta dampak dari sikap atau perilaku manusia jika tidak peduli terhadap lingkungan.

Pengembangan nilai peduli lingkungan melalui pembelajaran agama sesungguhnya

memiliki maksud bahwa menjaga kelestarian lingkungan sama artinya menjaga diri

manusia itu sendiri. Merusak lingkungan berarti merusak diri individu itu sendiri,

sehingga hokum karmaphala akan berlaku bagi manusia jika manusia merusak

lingkungan.

Siswa dalam ajaran agama Hindu disebut sedang memasuki tahap Brahmacari seperti

yang terurai dalam ajaran Catur Asrama. Agar manusia dalam hal ini siswa yang sedang

memasuki tahap Brahmacari memiliki tugas untuk belajar, baik itu belajar di lembaga

pendidikan formal maupun di lingkungan masyarakat.

Page 70: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Secara umum, di era globalisasi ini siswa dikatakan belajar jika siswa masuk atau

menempuh pendidikan di dalam lembaga pendidikan formal, pada hakekatnya jika

dihubungkan dengan ajaran Panca Yajna, belajar itu harus dikaitkan kepada lima

persembahan/pengorbanan suci secara tulus ikhlas hal ini terurai dalam Rg Weda VIII,

40.4. Sebagai siswa/Brahmacarin, segala tingkah laku nya dilaksanakan semata sebagai

bentuk yajna dalam hal ini lima yajna yang disebut dengan ajaran panca yajna tersebut,

yang terdiri atas 1) Dewa Yajna (persembahan atau pengorbanan yang ditujukan kepada

Ida Sang Hyang Widhi Wasa, 2) Rsi Yajna (persembahan atau pengorbanan terhadap

pendeta), 3) Pitra Yajna (persembahan kepada leluhur), 4) Manusa Yajna (persembahan

atau pengorbanan terhadap manusia atau sesama manusia dan 5) Bhuta Yajna yang

merupakan persembahan atau pengorbanan terhadap tumbuh-tumbuhan, lingkungan

alam dan isinya.

Sebagai seorang Brahmacari dalam usaha menuntut ilmu, segala sesuatunya hendaknya

dikerjakan secara tulus ikhlas, dan segalanya dikerjakan untuk kepentingan yajna.

Dewasa ini, yajna dimaknai secara sempit, yajna hanya dilakukan dalam kegiatan

upacara yajna, dan harus didukung oleh sarana upakara. Dalam pembelajaran agama

Hindu melalui pengembangann model PNBK ini, siswa sebagai seorang Brahmacari,

diajarkan untuk melakukan kegiatan yajna yang tidak semata melihat yajna sebagai

kegiatan upacara yang harus didukung oleh sarana upakara.

Pembelajaran agama Hindu dalam pengembangan MPNBK ini mengajak siswa untuk

melakukan yajna sebagai sebuah persembahan dan pengorbanan dalam usaha menjaga

kelestarian lingkungan, yang memiliki keterkaitan dalam menjaga keharmonisan seperti

yang diuraikan dalam ajaran Tri Hita Karana. Siswa diajarkan untuk melakukan yajna

yang berbentuk bhuta yakna, yang selama ini dimaknai sebagai yajna yang

diperuntukkan untuk Sang Hyang BUtha, yang jika dimaknai secara dangkal, Bhuta

dimaknai sebagai roh-roh halus yang menguasai alam bawah atau swah loka.

Bhuta yang sesungguhnya akan menjadi kala, jika manusia tidak mampu dan tidak mau

menjaga lingkungan sekitarnya. Bhuta akan menjadi kala (bencana), jika manusia

memaknai lingkungan sebagai sesuatu yang berbeda dengan dirinya. Oleh sebab itu,

melalui pembelajaran agama Hindu ini, siswa akan diajak untuk merubah pandangan

bahwa yajna tidak hanya melalui upacara dan upakara, namun juga dapat dilaksanakan

dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Merusak alam sebagai bhuwana agung,

berarti manusia sedang merusak dirinya sendiri sebagai bhuwana alit.

Untuk merealisasikan hal tersebut, maka siswa dalam pembelajaran agama Hindu ini,

dihadapkan kepada sebuah masalah, sehingga siswa memiliki kebebasan dalam

menginterpretasikan sebuah fenomena, dibawah bimbingan guru. Siswa diajak

Page 71: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

mengujungi tempat atau daerah lingkungannya, yang sudah mulai rusak. Edgar Dale

berpendapat bahwa yang disebut sumber belajar itu pengalaman.

Siswa diberikan pengalaman awal mengenai dampak dari perilaku membuang sampah

dengan melihat kondisi alam lingkungan yang rusak akibat oleh sampah. Dalam prinsip

pengembangan pembelajaran, maka strategi inilah yang disebut dengan pendidikan

hadap masalah (problem-posing) (Freire, 2008: hlm.65). Dalam prinsip pendidikan ini,

individu dapat mengembangkan kemampuannya untuk memahami secara kritis realita

kehidupan manusia.

Melalui strategi ini guru dan murid bersama sama bisa melakukan refleksi sehingga

terbangun sebuah tindakan yang sejati. Pembelajaran agama Hindu dalam

pengembangan model PNBK ini lebih bertujuan untuk membangun siswa, siswa diajak

untuk melihat fenomena dan melakukan diskusi dan berpartisipasi dalam gerakan cinta

lingkungan. Gambar.

2 Bagan implementasi pengalaman sebagai sumber belajar Tahap Klub Daur Ulang,

pada tahapan pengembangan MPNBK ini, merupakan tahap penguatan karakter peduli

lingkungan melalui kegiatan ektrakurikuler. Dalam upaya mengembangkan karakter

positif menurut Thomas Lickona,akan memperoleh hasil yang maksimal jika meliputi

pengembangan melalui wilayah pengembangan moral knowing, moral feeling dan

moral acting. Dalam kegiatan Klub Daur Ulang ini, lebih menekankan kepada moral

acting dan moral feeling.

Seperti yang telah diuraikan di atas, dalam upaya pengembangan karakter, dapat

dilaksanakan melalui proses intervensi dan habituasi. Pelaksanaan Klub Daur Ulang ini

merupakan usaha dalam mengimplementasikan proses pengembangan karakter melalui

habituasi, siswa akan dibiasakan untuk melakukan kegiatan mencintai sampah, dengan

prinsip 3-R (re use, reduse, dan rycykle).

Pelaksana dari kegiatan Klub Daur Ulang ini adalah komunitas Bank Sampah, baik dari

tenaga pendukung dan sarana dalam kegiatan Klub Daur Ulang. Materi yang

disusunpun merupakan materi yang diarahkan oleh komunitas dari Bank Sampah,

mengingat Bank Sampah sudah memiliki pemahaman yang lebih baik dalam usaha

mengembangkan karakter peduli lingkungan melalui kegiatan cintai sampahmu.

Pembentukan Klub Daur Ulang di sekolah juga merupakan sebuah upaya untuk

membentuk komunitas peduli lingkungan di sekolah. Komunitas yang terdiri atas siswa

usia kelas V ini berupaya mengoptimalkan peran teman sebaya sebagai salah satu

implementasi dari prinsip pengembangan kurikulum tersembunyi.

Page 72: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Pada siswa kelas V, siswa merupakan individu atau anak yang jika dihhubungkan dalam

tahap perkembangan moral Piaget, memasuki tahap berpikir Autonomous Morality,

pada tahap ini anak telah memiliki kesadaran mengenai aturan dan hokum yang ada

merupakan ciptan dari manusia, yang memiliki tujuan untuk menilai sebuah tindakan,

sehingga dalam bertingkah laku penting melakukan pertimbangan berdasarkan maksud

atau tujuan serta akibat yang dapat ditimbulkan dari tindakan tersebut.

pada tahap beripikir ini, maksud tindakan dari pelaku merupakan hal yang terpenting.

Pada tahap ini anak sudah lebih pintar dalam mengamati dan menyelesaikan persoalan

sosial, mereka sudah belajar tentang kemungkinan dan kerjasama atau manfaat

membangun sebuah relasi melalui teman sebaya.

Melalui komunitas peduli lingkungan yang dibentuk dalam Klub Daur Ulang ini, siswa

dibantu untuk menemukan konsep diri, dalam rangka memandang diri dan

lingkungannya. Siswa diajak untuk melakukan pilihan mengenai tata cara atau perilaku

yang dapat menjaga atau merusak lingkungan. Tahap berikutnya adalah tahapan

menabung sampah (komunitas menabung).

Jika dihubungkan dengan proses pengembangan karakter, dalam kegiatan menabung

sampah ini merupakan perpaduan dari usaha interventif sekolah bersama orang tua

serta proses habituasi agar anak memiliki perilaku positif, serta memiliki ruang gerak

dalam melakukan kegiatan cinta lingkungan. Tabungan sampah yang dikumpulkan

merupakan kumpulan sampah yang dikumpulkan di sekolah selama satu minggu, serta

sampah yang memiliki nilai jual yang dikumpulkan di rumah bersama orang tua.

Penguatan yang dilaksanakan dalam gerakan menabung sampah ini adalah sebuah

upaya mendekatkan anak kepada nilai peduli lingkungan dengan pendekatan material

(uang). Tahapan terakhir dari penerapan MPNBK ini adalah tahap usaha pencarian

informasi peduli lingkungan pada siswa (post-test). Tahapan ini akan mengukur sejauh

mana perkembangan karakter peduli lingkungan ini berkembang setelah ujicoba ini

dilaksanakan.

Model pendidikan nilai berbasis komunitas (MPNBK) yang dikembangkan merupakan

sebuah model yang disusun dalam kerangka teori pendidikan umum. Model ini

berupaya untuk menjawab masalah yang terjadi dalam masyarakat, dalam pandangan

Newton substansi pengembangan model ini merupakan pengembangan

pengetahuan/ketrampilan vital untuk hidup dan meningkatkan kelayakan masyarakat

modern dalam isu krisis lingkungan (tt, hlm.10).

Page 73: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Substansi ini jika diidentifikasi kepada tiga pendekatan model pendidikan umum,

termasuk kedalam model effective citizen. MPNBK lenih menekankan pada tindakan

sebagai usaha dalam menjawab masalah lingkungan. Model ini dikembangkan pada

siswa Sekolah Dasar, dengan harapan dapat membekali lulusan dengan keterampilan,

pengetahuan yang bertumbuh dalam krisis lingkungan.

Orientasi yang ingin dikembangkan adalah pengembangan alat dan komitmen siswa

dalam menjawab isu kriris lingkungan di wilayahnya. Kedepan siswa tidak hanya

bergerak dalam lingkungan rumahnya saja, namum juga bertindak/bersikap peduli

lingkungan pada setiap interaksi sosial yang dilakukan. MPNBK sebagai salah satu

bentuk Effective citizen model, dikembangkan pada lembaga pendidikan formal

(Sekolah Dasar), dan bekerjasama dengan komunitas masyarakat (Bank Sampah), untuk

menjawab masalah lingkungan yang sedang dihadapi pada wilayah sekolah itu berada

yakni Kelurahan Padangsambian.

BAB VII P E N U T U P Model pendidikan nilai khususnya dalam pengembangan karakter

peduli lingkungan yang dipergunakan dewasa ini belum sepenuhnya dapat

menyelesaikan tantangan masyarakat, yakni dapat membentu anak didik yang memiliki

kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya. Emile Durkheim menyatakan pendidikan

harus senantiasa melihat perkembangan masyarakat dan menentukan pendidikan yang

cocok sesuai dengan kondisi masyarakat.

Fungsi utama dari pendidikan bukanlah untuk mengembangkan kemampuan yang

terbagi terbagi dalam potensi-potensi untuk kepentingan mereka sendiri. Namun untuk

mengembangkan kemampuan mereka dan kapasitas yang dibutuhkan masyarakat

(dalam Blackledge & Hunt, 1985, hlm. 32). Kondisi masyarakat saat ini membutuhkan

anak didik yang peka dan peduli terhadap masalah krisis lingkungan yang sedang

mengglobal.

Untuk itu perlu dikembangkan model pendidikan nilai berbasis komunitas yang bersifat

integrative dalam mengembangkan karakter peduli lingkungan, dengan melibatkan

peran sekolah, keluarga dan masyarakat secara bersama-sama untuk mencapai tujuan

tersebut. Dalam pengembangan model integratif di sekolah, untuk dapat mencapai hasil

yang maksimal maka akan dilakukan dengan pendekatan pada kegiatan kurikuler,

ekstrakurikuler dan hidden kurikulum.

Dalam kegiatan ekstrakurikuler akan diujicobakan sebuah kegiatan ekstrakurikuler yang

baru yakni Klub Daur Ulang, yang tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan dari

pengkodisian kurikulum tersembunyi. Kurikulum tersembunyi yang dimaksud adalah

sebuah upaya membudayakan nilai peduli lingkungan secara diam-diam melalui

Page 74: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

kelompok teman sebaya maupun interaksi antara guru dengan siswa maupun

komponen sekolah lainnya seperti iklim sekolah.

Beberapa pakar telah mengembangkan pembelajaran nilai moral, dengan tujuan

membentuk watak atau karakteristik anak. Lickona memiliki pandangan dalam usaha

pengembangan karakter yang dikenal dengan educating for character atau pendidikan

karakter/watak untuk membangun karakter atau watak anak.

Dalam hal ini, Lickona mengacu pada pemikiran filosofi Michael Novak yang

berpendapat bahwa watak/ karakter seseorang dibentuk melalui tiga aspek yaitu, moral

knowing, moral feeling, dan moral behavior, yang satu sama lain saling berhubungan

dan terkait. Lickona menggarisbawahi pemikiran Novak tentang pembentukan

karakter/watak anak dapat dilaksanakan dalam tiga kerangka pikir, yaitu konsep moral

(moral knowing), sikap moral (moral feeling), dan prilaku moral (moral behavior).

Dengan demikian, hasil pembentukan sikap karekter anak pun dapat dilihat dari tiga

aspek, yaitu konsep moral, sikap moral, dan tindakan moral. Berkaitan dengan hal

tersebut, diperlukan sebuah strategi pendekatan penanaman ataupun pembudayaan

nilai moral yang idealnya dilakukan semenjak usia dini dan usia SD, karena pada periode

atau tahap perkembangan inilah dikatakan sebagai periode kehidupan yang memiliki

peranan penting untuk pembinaan moralitas individu.

Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang pertama yang sangat

menentukan potensi peserta didik. Oleh karena itu kekelirun metodologis dalam

pendidikan nilai moral di Sekolah Dasar akan berdampak panjang pada kehidupan

moral individu (Kama, 2011, hlm. 165). Dalam konteks ini D. Purpel da K. Ryan (1976), W.

Puspoprodjo (1999), Hakam (2000) dan Abdullah (2005) menyatakan bahwa kegagalan

pendidikan nilai (agama dan moral) karena sekolah masih terbatas pada penyampaian

moral knowing dan moral training tapi tidak menyentuh moral being yaitu

membiasakan anak untuk terus menerus melakukan perbuatan moral. Agar tercipta

moral being siswa tentu dibutuhkan suasana kelas dan sekolah yang kondusif agar nilai

moral tersebut teraplikasikan.

Tugas seperti itu menuntut sekolah untuk menuntut sekolah untuk menjadi lembaga

pembudayaan nilai-moral, bukan hanya sebagai lembaga pengajaran moral dan

lembaga pelatihan moral (Simon, Rath & Herminn, 1978; dan Kohlberg, 1981 dan 1984

dalam Hakam, 2011, 165). Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Akbar (2011),

bahwa diperlukan revitalisasi pendidikan karakter pada Sekolah Dasar karena dalam

proses pendidikan di sekolah, praktek pendidikan mengalami persoalan orientasi

Page 75: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

taksonomi, yang mana proses pendidikan mata pelajaran agama, PKn, Budi Pekerti

cenderung overkognitif.

Dengan praktik pendidikan yang cenderung overcognitive itu, maka menjadikan dunia

pendidikan lebih bermodus “memiliki” dari pada bermodus “menjadi”. Padahal,

seharusnya pendidikan itu lebih bermodus “menjadi” dari pada sekadar “memiliki”.

Ketika pendidikan bermodus “memiliki” maka seluruh energy pendidikan diarahkan

pada “agar siswa memiliki pengetahuan yang banyak”.

Pengetahuan yang berasal dari guru, buku-buku pelajaran, dan sumber lainnya dipindah

ke peserta didik agar mereka memiliki pengetahuan yang banyak. Persoalannya adalah

“milik” itu bisa hilang, seperti kita memiliki uang bisa hilang dan lepas dari diri kita.

Pengetahuan yang memenuhi kepala siswa-siswi kita bisa saja hilang tidak membekas.

Hal ini berbeda jika kita menjadikan pendidikan lebih bermodus “menjadi”.

Seluruh proses pendidikan diupayakan untuk menjadikan peserta didik menjadi dirinya

sendiri. Apa yang dipelajari peserta didik menjadi bagian kepribadiannya. Proses

pendidikan dilakukan dalam rangka menghadirkan nilai-nilai, internalisasi nilai,

menyemaikan dan mengembangkan nilai-nilai kebaikan dari berbagai dunia nilai

sehingga teraktualisasi pada perilaku baik peserta didik.

Dari uraian tersebut maka diperlukan sebuah kajian pengembangan model pendidikan

nilai alternatif teoretik yang nantinya dapat dijadikan acuan bagi pemegang kebijakan,

praktisi pendidikan dan stakeholder pendidikan dalam melakukan pembudayaan nilai

moral guna dapat mengembangkan karakter anak didik di sekolah yang bersesuaian

dengan tujuan pendidikan nasional. Model Pendidikan Nilai Berbasis Komunitas dikaji

berdasarkan penelitian pengembangan di Kelurahan Padangsambian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menanamkan karakter peduli

lingkungan sejak dini, sehingga diambil sampel penelitian anak usia Sekolah Dasar, hal

ini dianggap bersesuaian dengan apa yang telah diuraikan oleg Piaget mengenai tahap

perkembangan moral anak yang sesungguhnya mengikuti tahap perkembangan pribadi

anak tersebut berdasarkan usinya.

Berdasarkan asumsi Hakam dan Akbar mengenai Revitalisasi pendidikan karakter pada

Sekolah Dasar maka dirasakan perlu mengembangkan model teoretik ini dengan

menggunakan media belajar Bank Sampah. Teori yang dipergunakan dalam kajian ini

adalah teori kerucut pengalaman Edgar Dale (1964) yang berpendapat bahwa yang

disebut sumber belajar itu pengalaman.

Page 76: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Ia juga mengklasifikasikan pengalaman yang dapat dipakai sebagai sumber belajar

menurut jenjang tertentu yang berbentuk cone of experience (kerucut pengalaman)

yang disusun dari yang konkret sampai dengan yang abstrak yang tercantum di dalam

audio visual methods in teaching. Pengalaman akan diberikan melalui media Bank

Sampah yang akan diujicobakan sebagai model pendidikan integratif yang baru.

Bank Sampah merupakan media yang jika dianalisa dalam klasifikasi media belajar Dale

masuk kepada kategori media yang dapat memberikan pengalaman langsung,

aPengalaman Langsung (Direct Purposeful Experiences) Dasar dari pengalaman kerucut

Dale ini adalah merupakan penggambaran realitas secara langsung sebagai pengalaman

yang kita temui pertama kalinya. Ibarat ini seperti fondasi dari kerucut pengalaman ini,

dimana dalam hal ini masih sangat konkrit.

Dalam tahap ini pembelajaran dilakukan dengan cara memegang, merasakan atau

mencium secara langsung materi pelajaran. Maksudnya seperti anak Taman

Kanak-Kanak yang masih kecil dalam melakukan praktik menyiram bunga. Disini anak

belajar dengan memegang secara langsung itu seperti apa, kemudian menyiramkannya

kepada bunga.

Demikian pula dalam mewujudkan siswa yang memiliki kepekaan terhadap masalah

lingkungan, maka siswa akan diajak terjun langsung ke dalam masalah tersebut.

Pemilihan media Bank Sampah dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan Teori

Pengalaman Dale tersebut di atas serta dianggap memenuhi syarat dalam upaya

memberikan pengalaman langsung dalam pengembangan karakter peduli lingkungan

pada siswa.

Selain itu, dari dua buah kajian penelitian yang relevan mengenai Bank Sampah, media

ini dianggap layak untuk dipergunakan dalam kegiatan pengembangan Model teoritik

ini, karena media ini dianggap layak dalam membantu proses pembudayaan nilai peduli

lingkungan pada masyarakat dewasa, kemudian untuk dapat memberikan dampak yang

lebih konservatif maka media ini perlu dikembangkan dalam pembudayaan nilai peduli

lingkungan di Sekolah Dasar.

Kemudian guna dapat memperkuat hasil yang diharapkan, model teoretik ini akan

diterapkan di sekolah dengan dukungan lingkungan keluarga dan sekolah. Dalam upaya

memperoleh dukungan dari keluarga, penelitian ini akan mencoba strategi Character

Matters dari Lickona dengan meliputi 20 tahapan yang telah terurai dalam bab

sebelumnya.

Kemudian dukungan masyarakat dilakukan oleh Komunitas Bank Sampah bersama

Page 77: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

tokoh masyarakat di kelurahan Padangsambian, upaya ini dilakukan guna melakukan

pendidikan integratif yang dilakukan oleh tiga lingkungan Tri Pusat Pendidikan yakni

sekolah, keluarga dan masyarakat dengan menciptakan iklim sekolah yang sesuai

dengan karakter yang ingin dikembangkan yaitu karakter peduli REFERENSI A. Buku

Abdullah, Idi.

(2010), Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo

Perkasa. Adisusilo, Sutarjo. (2012). Pembelajaran Nilai-Karakter, Jakarta: PT. Grafindoraja

Perkasa. Adiwikarta. S. (1988). Sosiologi Pendidikan: Isyu dan Hipotesis tentang

Hubungan Pendidikan dengan Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Ali, Mohammad, (2011), Memahami Riset Prilaku dan Sosial, Pustaka Cendikia Utama.

Anonimous. (2008). Dari Non Vitae sed Scholae Discimus Menuju Non Scholae sed Vitae

Ballantine J. H. (1983). The Sociology of Education A Sistematic Analysis, USA:

Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs. Barbara, B, Seels & Rita CRickey. (1994). Teknologi

Pembelajaran. Pustaka Teknologi No 12. Borg, W.R. & Gall,M.D. (1989).

Educational Research An Introduction Fifth Edition. New York: Longman Group Borg,

W.R. & Gall,M.D. (2003). Educational Research. London: Longman Group Blackledge D. &

Barry H. (1985), Sociological Interpretations of Education (Sosial Analysis), USA: Croom

Helm, 51 Washington Street, Dover New Hampshire.

Budimansyah, Dasim, (2011), Handout Ceramah Greenhill, tp. Budimansyah, Dasim,

(2010), Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa,

Bandung: Widya Aksara Press. Cresswell, J.W. (1994). Qualitative & Quantitative

Approach. London New Delhi: SAGE Publications. Copi, I.M., (1978). Introduction to

Logic Fifth Edition.

New York : Macmillan Publishing Co., Inc. Cunningham.P,M,(1994),Community

Educationand Community Development” dalam The International Enctclopedia of

Education editor kepala Toersten Husen dan T. Neville Postlethwaite, Vol.II, Oxford:

Pentagon. Dahlan,M.D, (2004),Pendidikan Agama dan Perkembangan Kepribadian Siswa

Dalam 50 Tahun Kiprah Mencerdaskan Bangsa, Pemikiran-Pemikiran dari Bumi Siiwangi

(S.

Hamid Hasan,ed) Bandung: UPI Press. Dale, Edgar. (1969). Audio-visual methods in

teaching. New Yoek : Rinehart and Winston Djahiri, K, (1996), Menelusur Dunia Afektif,

Pendidikan Nilai dan Moral, Bandung: Lab, Pengajaran PMP IKIP Bandung. Donder.

Ketut. (2006). Brahmavidya: Teologi Kasih Semesta & Kritik Terhadap Epistemologi

Page 78: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Teologi, Klaim Kebenaran, Program Misi, Komparasi Teologi, Dan Konversi. Surabaya:

Paramitha.

Duska R & Mariellen W. 1982, Perkembangan Moral Perkenalan Dengan Piaget dann

Kohlberg, Yogyakarta: Kanisius. Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai.

Bandung: Alfabeta. Freire, Paulo. (2013), Pendidikan Kaum Tertindas, Jakarta: LP3S.

Fulya.D.K. (2009). Comparison Of Hidden Curriculum Theories. Europan Journal for

Educational Studies. George F. K. tt. Introduction to The Philosophy of Education. John

Wiley & Sons, Inc. New York. Gorton, R. A. (1996).

School Administration. Dubuque, Lowa: Wm C. Brown Company Publisher. Gregory, R.

(2000). Psyhological Testing History, Principles, and Application, Singapore: Allyn &

Bacon. Inc. Hakam, K. A. (2000). Pendidikan Nilai. Bandung: Value Press. Henslin. M. J.

(2007). Down to Earth Sociology Introductory Readings. USA. Hoy, W. K. & Miskel, C. C.

(1987). Educational Administration: Theory, Research & Practices.

New York: Random House. Ibrahim, M.D. (1993). Teknologi, Emansipasi dan Transedensi.

Bandung: Mizan Indrafachrudi, S. (1994). Bagaimana Mengakrabkan Sekolah dengan

Orangtua Murid dan Masyarakat. Malang: IKIP Malang. Kementerian Lingkungan Hidup.

(2013). Perilaku Masyarakat Peduli Lingkungan Survei KLH 2012. Jakarta: Kementerian

Lingkungan Hidup RI.

Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat

Kurikulum Dan Perbukuan . (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta:

Kementerian Pendidikan Nasional. Kattsoft. Louis. (1986). Pengantar Filsafat. Yogyakarta:

Tiara Wacana. Keraf, A. Sonny, 2010, Etika Lingkungan Hidup, Jakarta: PT. Kompas Media

Nusantara Khairuddin, H, (2008), Sosiologi Keluarga, Yogyakarta: Liberty. Kurniawan, K.

(2008).

Paradigma Baru Pendidikan Moral. http://groups.google.co.id, [27 Agustus 2013]. Lanur,

A., (1983). Logika Selayang Pandang. Yogyakarta : Kanisius Latif, Abdulah., (2009).

Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, Bandung: PT. Refika Aditama. Lickona, T.

(2012). Educating For Character Mendidik Untuk Membentuk Karakter Bagaimana

Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan tentang Sikap Hormat dan Tanggung Jawab.

Jakarta: Bumi Aksara.

Lickona, T. (2012). Character Matters Persoalan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara Lickona, T.

(2004). Character Matters How To Help Our Childrn Develop Good Judgment, Integrity

and Other Esestial Virtues. New York: Touchstone. Lickona, T. (1992). Educating for

Character, How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantan

Page 79: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Books. Maisyaroh. (2003).

Manajemen Keterlibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Dalam, Imron,

A., Maisyaroh, dan Burhanuddin (Eds.), Manajemen Pendidikan: Analisis Substansi dan

Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan (hlm.121-128). Malang: UM Press. McMillan, J.H.

Dan Sally S. (2001). Research in Education A Conceptual Introduction. US: Addison

Wesley Longman Inc. Moleong, L.J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Miffen Frank & Miffen Sydney. (1986). Sosiologi Pendidikan. Bandung: Tarsito. Milles.

Mattew B dan Huberman A. Michael, 1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press.

Mulyana, R.(2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Mulyana,

Enceng. (2008). Model Tukar Belajar. Bandung: Alfabeta. Nasution, S. (1995), Bumi

Aksara, Jakarta: Bumi Aksara. Na-Ayudhya, Art-Ong Jumsai. (2008).

Model Pembelajaran Nilai Kemanusian Terpadu (Human Values Integrated Intructional

Model). Yayasan Pendidikan Sathya Sai Indonesia. Jakarta. Olivia. Peter. F. (1992).

Developing the Curriculum. Third Edition. United States of America: HarperCollins

Publishers Parsons, T. (1995). Sistem Sosial: Kerangka Konseptual untuk Menganalisis

Struktur Masyarakat (Terjemahan Soemardi dan Editor Akhli Sudardja Adiwikarta), Jawa

Barat: Ikatan Sosiologi Indonesia. Phenix, P. (1964), Realm of Meaning, A Philosphy of

the Curriculum For General Education, New York:Mc Graw Hill Rook Campany. Pudja,

Gede. (1991).

Wedaparikrama, Jakarta, Hanuman Sakti Pudja, Gede. (1984). Pengantar Agama Hindu

untuk Perguruan Tinggi, Mayasari, Jakarta Purpel,.D & Giroux. H (tt). The Hidden

Curriculum and Moral Education. California: Mr Qutchan Publising Coorporation.

Purwanto, M.N. (2002). Ilmu Pendidikan, Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya. Rangkuti, Freddy.

(2009), Analisis SWOT TeknikMembedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan

Strategis Untuk Menghadapi Abad 21), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Ritzer,

Goerge Douglas, (2012), Teori Sosiologi, Yogyakarta: Kreasi Wacana. Robandi, B. dkk

(2007). Pedagogik, Bandung: Cipta Utama Rogers, Everett M. (1983). Diffusion of

Innovations. London: The Free Press. Rogers, Everett M. (1995). Diffusions of Innovations,

Forth Edition. New York: Tree Press. Sanusi, Ahmad. (2015).

Sistem Nilai, Bandung: Nuansa Cendikia. Syarief, A. Hamid, (1995), Pengenalan

Kurikulum Sekolah dan Madrasah, Bandung: Citra Umbara Bandung. Schunk, D. H.

(2012). LearningTheories an Education Perspective (Teori-teori Pembelajaran: Perspektif

Page 80: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Pendidikan).Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sharma. Yogendra. K. (2003). Foundations In

Sociolgy of Education. New Delhi: Kanishka Publhisers. Simamora.Bilson. (2002).

Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Singarimbun M & Effendi Sofian, (2011), Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES.

Soelaeman.M.I (1988), Suatu Telaah tentang Manusia-relegi-Pendidikan, Jakarta: Proyek

Pengembangan LPTK Dirjen Dikti. Sommers, M. (1992). Logika. Bandung : Alumni

Subroto B. Suryo. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.

Suriasumantri, J.S. (2009). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.

Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sukardi Dewa Ketut & Desak Made Sumiati,

(1990), Bimbingan Dan Penyuluhan, Jakarta: Rineka Cipta. Sukmadinata, N. S. (2007).

Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Kerjasama UPI dengan PT. Rosdakarya.

Sumantri, E. (2009). Pendidikan Umum, Bandung: Prodi PU, SPS UPI. Susilo D. R.K. (2008).

Sosiologi Lingkungan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sudjana (2005). Metode

Statistik, Bandung: Tarsiti. Sudjana, Djudju. (2001). Metode dan Teknik Pembelajaran

Partisipatif. Bandung: Falah Production. Sudjana, Djudju. (2000). Pendidikan Luar Sekolah

(Wawasan Sejarah Perkembangan Falsafag Teori Pendukung Asas), Bandung: Falah

Production. Sudjana, Djudju. (1989).

Pendidikan Luar Sekolah Kebutuhan Pendidikan Sepanjang Hayat, Relevansi dengan

Pembangunan Masyarakat dan Wawasan ke Masa Depan, Bandung: Krida Nusantara.

Suharyo, Toto, (2005), Konsep Pendidikan Berbasis Masyarakat, Jurnal Cakrawala

Pendidikan Th. XXIV. No.3. Suyoto, Bagong. (2008). Fenomena Gerakan Mengelola

Sampah, PT Prima Infosarana Media, Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tanggal 8 Juli 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78

dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301). Unruh, A. & Willer,

R.A. (1974). Public Relations for School. Belmont California: Liar Siagler Inc./ Fearon

Publishers. UNESCO (1993). Strategies and Methods for Teaching Values in the Context

of Science and Technology.

Bangkok: Principal Regional Office Asia an the Pasific. Usman. Moh, & Lilis Setyowati,

(1993), Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: Rosdakarya. Walgito,

Bimo, (2003), Psikologi Sosial, Yogyakarta: CV. Andi Ofset. Wiana, I Ketut. (1999), Tri Hita

Karana Menurut Konsep Hindu, Surabaya: Paramitha. William, Monier (1990). Sanskrit

English Dictionary. Delhi: Motilal Banarsiddash. Winecoff, L.H, (1987),Concepts in Values

Page 81: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

Education.

Handout pada FPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan B. Jurnal Budimansyah, Dasim, (2008).

Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Penguatan Partisipasi Masyarakat” tulisan dalam

jurnal Eucationist yang diterbitkan oleh UPI bekerjasama dengan Assosiasi Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan Indonesia (Vol. II No. 1 Januari 2008). Ghufron Anik

(2010) Integrasi Nilai-nilai Karakter Bangsa pada Kegiatan Pembelajaran.

Journal Cakrawala Pendidikan Esisi Khusus Dies Natalis UNY Tahun 2010. Ida

Rochmawati, (2012), Optimalisasi Peran Madrasah Dalam Pengembangan Sistem Nilai

Masyarakat tulisan dalam Jurnal Pedagogia Vol I no 2 Juni 2012. Kama, H.A.. (2011),

Pengembangan Model Pembudayaan Nilai-Moral dalam Pendidikan Dasar di Indonesia:

Studi Kasus di Sekolah dasar Negeri Bandungrejosari 1 Kota Malang, Bandung: Jurnal

Sosiohumanikan Larijani Maryam. Assesment of Enviromental Awarness among Higher

PrimarySchool Teachers. Journal Hum Ecol. 31 (2): 121-124. Lunenburg. Fred.

C. (2010). Extracurricular Activities. Journal Schooling Volume 1. Number 1. 2010.

Mahbub Rashid, Kent Spreckelmeyer, Neal J Angrisano (2012). Green Buildings,

Environmental Awareness And Organizational Image. Journal of Corporate Real Estate.

Vol. 14 Iss: 1 pp hal- 21-49. Newton, Robert. R (tt). Tensions and Models In General

Education Planning diterjemahkan oleh Kama Abdul Hakam Universitas Pendidikan

Indonesia. Prashant Kumar Astalin.

Environmental Awarness in Relation to Awarness towards Socia; Duty and Some

Educational Factors Affecting it Among Higher Secondary Students. Journal of Education

and Practice Vol 2 No. 3. Prashant Kumar Astalin. A Study Of Enviromental Awareness

Among Higher Secondary Students and Some Educational Factors Affecting It.

Journal of Multidisicplin Research Vol 1 Issue 7, November 2011. ISSN 2231 5780. Hal

90-98 Rachma Triwardani dan Sarmini (2013), Pembudayaan Karakter Peduli Lingkungan

Melalui Kegiatan Bank Sampah di Desa Duwet Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan,

jurnal Ilmiah Kajian Moral dan Kewarganegaraan Vol 3 No 1 Tahun 2013. Schmidt. Julie.

E. (2007).

From Intentions to Actions: The Role of Enviromental Awarness on College Students.

Journal of Undergraduated Research X.hal. 1-4. Sharma Neeraj Kumar. A Study On

Enviromental Awarness of College Students in Relations to Sex, Rural-Urban Background

and Academic Stream Wise. The Online Journal of New Horizons in Educatioan. Vol 4.

Issue 2. Selvam. V. and Abdul Nazar. (2011).

Page 82: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

An Analysis of Enviromental Awarness and Responsibility Among University Students.

International Journal of Current Research Vol 3, Issue, 11hal. 202-205 Oktober 2011.

Skulmoski, G J., et al. (2007). Journal of Information Technology Education “The Delphi

Method for Graduate Research”. Journal of Information Technology Education. (2), 1 -

21. Suwito. Anton. (2012).

Integrasi Nilai pendidikan Karakter ke Dalam Mata Pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di Sekolah Melalui RPP> Jurnal CIVIS Volume II no 2 Juli. Michael

Molenda. (2003). Cone of Experience. Submitted for publication in A. Kovalchick & K.

Dawson, Ed's, Educational Technology Encyclopedia. Copyright ABC-Clio, Santa Barbara,

CA, 2003. C. Thesis/Disertasi Ahmad S.R.(2012).

Disertasi “Model Pendidikan Nilai Integratif Dalam Tradisi Pesantren Modern Yang

Merupakan (Penelitian Interpretatif Hermeneutis Terhadap Fenomena Pendidikan Di PP

AL-Basyariah)”. Bandung: UPI. Dinny Mardiana (2014). Disertasi “Internalisasi Etika

Lingkungan di Sekolah (Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri Sukawangi Bandung)”.

Bandung: UPI Januariawan, I Gede. (2004) Thesis “Sastra Suci Hindu dan Kelestarian

Lingkungan” Denpasar: IHDN Denpasar. Kama, H.A. (2011).

Disertasi “Pengembangan Model Pembudayaan Nilai-Moral di Sekolah Dasar: Studi

Kasus pada Sekolah Dasar (SD) Negeri Bandungrejosari 1 Kota Malang Provinsi Jawa

Timur)” Bandung: UPI. Sulthoni (2010). Disertasi “Pendidikan Budi Pekerti Dalam

Keluarga Sekolah dan Masyarakat (Studi Kasus Pengembangan Model Pendidikan Budi

Pekerti Terintegrasi pada Sekolah Dasar di Kota Malang)”. Bandung: UPI Sutrisna W.

(2012).

Disertasi “Pengembangan Model Kontekstual Rumah Belajar Lingkungan Hidup (Eco

Learning Camp) Sebagai Model Pendidikan Nilai”. Bandung: UPI Somad, M.A. (2007).

Pengembangan Model Pembinaan Nilai-nilai Keimanan dan Keberagamaan Siswa di

Sekolah (Studi Kasus di SMAN 2 Bandung). Disertasi Doktor pada SPs UPI: tidak

diterbitkan. D. Sumber Internet Akbar. S.

(2011), Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar, Pidato Pengukuhan Guru Besar

Dalam Bidang Ilmu Pendidikan/Pendidikan Dasar Disampaikan Pada Sidang Terbuka

Senat Universitas Malang Tanggal 8 Juni 2011 Kementrian Pendidikan Nasional

Universitas Malang (UM); http:// <http://library.um.ac.id/> [12 September 2013]

Mustadji, (2014). Teori, Model dan Penelitian Pengembangan Dalam Perspektif

Teknologi Pembelajaran [online] Tersedia: <http://pasca.tp.ac.i> [14 November 2014].

Sudrajat, A. (2008) Konsep, Ruang Lingkup dan Sasaran Pendidikan Umum. [Online].

Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/08/

Page 83: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

konsep-ruang-lingkup-dan-sasaran-pendidikan-umum.

[11 Sep 2013] Tanpa Nama (2012). Extracurricular in Elementary School.

(<http://jgibbons.ca/>, diakses tgl 1 November 2013, pukul 23.00 Wita). Tiweng, T.

(2008). Penanaman Pendidikan Nilai. [Online]. Tersedia: http://www.

freelists.org/archives/ppi/09-2005/msg00225.html. [11 Sep 2013] Trimo. (2007).

Pendekatan Penanaman Nilai dalam Pendidikan. [Online]. Tersedia:

http://re-searchengines.com/0807trimo.html.

[16 Sept 2013] Widhiarso, W (2011), SKALO Program Analisis Skala Guttman, (diakses

tanggal 14 Agutus 2014). Zakaria, T.R. (2008) Pendekatan-pendekatan Pendidikan Nilai

dan Implementasi dalam Pendidikan Budi Pekerti. [Online]. Tersedia:

http://groups.yahoo. com /group/pakguruonline/message/131. [11 Sep 2013). Data

pendukung kelurahan Padangsambian diperoleh dengan melakukan akses secara

regular pada alamat web. <http://padangsambian.denpasarkota.go.id/> E.

Sumber Kitab Suci Kitab Sarasamuscaya Kitab Manawadharmasastra Reg Weda Samhita

Transkrip Lontar Purana Bali

INTERNET SOURCES:

-------------------------------------------------------------------------------------------

<1% -

https://watawasoubilhaqqi.blogspot.com/2017/11/pengembangan-kurikulum-pendidika

n-agama.html

<1% -

https://gurukujos.blogspot.com/2016/03/makalah-peran-strategis-guru-dalam.html

<1% -

https://reviewbukumu.blogspot.com/2018/12/katalog-buku-dv-bookstore-3801-3900.ht

ml

<1% -

http://www.maarif-nu.or.id/Opini/tabid/157/ID/13493/Pendidikan-Karakter-Landasan-Pe

mbangunan-Bangsa.aspx

<1% -

http://repository.iainpurwokerto.ac.id/2771/2/MELLY%20KUMALA%20PUTRI%20%20W_I

MPLEMENTASI%20PENDIDIKAN.pdf

<1% -

https://id.123dok.com/document/q0eo4wly-bab-6-memperkukuh-persatuan-dan-kesat

uan-bangsa-dalam-negara-kesatuan-republik-indonesia-nkri.html

<1% - https://annisacicha1205.blogspot.com/2016/11/keluarga-sebagai-sistem.html

<1% -

Page 84: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

https://radityapenton.blogspot.com/2012/11/pendidikan-formal-informal-dan-nonform

al.html

<1% -

http://www.ahmadfauzipls.com/2016/03/satuan-dan-program-pendidikan-nonformal.ht

ml

<1% -

https://tarbiyahstaidarussalam.blogspot.com/2014/06/makalah-ilmu-pendidikan-pendid

ikan.html

<1% - https://www.pelajaran.co.id/2019/20/pendidikan-non-formal.html

<1% -

https://ilmukitanih.blogspot.com/2010/04/makalah-konsep-dan-jenis-lingkungan.html

<1% - https://ssbputraintan.blogspot.com/2013/01/program-kerja.html

<1% - https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/4220/UU%20NO%202%20TH%201989.pdf

<1% -

https://fkippgsd265-unpak.blogspot.com/2013/07/perkembangan-biologis-dan-persept

ual.html

<1% - https://jagokata.com/kata-bijak/kata-pergerakan.html

<1% - https://sukardjoskmmkes.blogspot.com/2010/10/

<1% -

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64031/Chapter%20II.pdf?seque

nce=4&isAllowed=y

<1% -

https://mydreamend.blogspot.com/2017/12/apa-pengertian-individu-keluarga-dan.html

<1% - https://amisisiliasari.blogspot.com/2012/11/keluarga-dan-sosialisasi_20.html

<1% -

https://kuliahkependidikan.blogspot.com/2018/03/manajemen-pengelolaan-bimbingan.

html

<1% -

https://sdnpekauman3kotategal.blogspot.com/2011/10/pendidikan-budaya-dan-karakt

er-bangsa.html

<1% -

https://www.kompasiana.com/fontannaofirafeodora/5837b9465193730505e2962c/penti

ngnya-pendidikan-dalam-masyarakat-bagi-kemajuan-negara

<1% - https://helidasari.blogspot.com/2013/05/pendidikan_1819.html

<1% - https://bintacecilia.blogspot.com/2014/09/aksiologi-ilmu-pengetahuan-dan.html

<1% - https://ml.scribd.com/doc/88726739/Kelas-XII-SMA-IPS-Sosiologi-3-Aman

<1% - https://www.ganipramudyo.web.id/2017/05/perubahan-organisasi.html

<1% - https://annisaauliya.wordpress.com/tag/pendidikan/

<1% -

https://muhsinpamungkas.wordpress.com/2011/07/03/pendidikan-berkarakter-bagian-

Page 85: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

4/

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/271729532_Sekolah_Islam_Terpadu_Filsafat_Id

eologi_dan_Tren_Baru_Pendidikan_Islam_di_Indonesia

<1% - https://www.dosenpendidikan.co.id/manajemen-sumber-daya-manusia/

<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/144126253.pdf

<1% -

https://febrinaprimarani.blogspot.com/2013/06/makalah-kelompok-7-pengelolaan.html

<1% -

https://www.belajarsejarah.web.id/2018/07/faktor-pendorong-pergerakan-nasional-indo

nesia.html

<1% - https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1119251012-3-BAB%202.pdf

<1% -

https://www.edunews.id/edunews/kampus/pendidikan-vokasi-dukungan-pemerintah-m

asih-kurang

<1% - https://islami.co/perempuan-muslimah-memelihara-anjing-bolehkah/

<1% -

https://www.kompasiana.com/asronyfaslah/55004ff9a333115d6f510821/kebijakan-dala

m-bidang-pendidikan-dan-kesehatan

<1% -

https://kang-lukman.blogspot.com/2011/11/permasalahan-lingkungan-dampaknya-dan

.html

<1% - https://dr-suparyanto.blogspot.com/2014/07/sampah-masalah-dan-solusi.html

<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/1564/12/11410005_Ringkasan.pdf

<1% -

https://www.kompasiana.com/paulodenoven/5a667237cbe5237e6c208d03/peran-orang

-tua-dalam-pendidikan-anak

<1% -

https://uyunkachmed.blogspot.com/2011/10/peran-serta-masyarakat-dalam-mbs.html

<1% - http://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nadwa/article/download/589/535

<1% -

https://4me4u389.blogspot.com/2009/01/faktor-psikologi-yang-mempengaruhi_13.html

<1% - https://muhdahlanthalib.blogspot.com/#!

<1% - http://repository.ump.ac.id/7495/3/BAB%20II_BELA%20PUJA_PAI%2718.pdf

<1% - https://gunawansantosopkn.blogspot.com/

<1% -

https://hanivie.wordpress.com/2013/05/17/istilah-nilai-karakter-akhak-moral-budi-peke

rti-dan-etika/

<1% - https://www.e-akuntansi.com/teori-legitimasi/

1% -

Page 86: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

https://suksespend.blogspot.com/2009/06/konsep-dasar-dan-filosofi-pendidikan.html

<1% -

https://khairulazharsaragih.blogspot.com/2014/01/fakta-sosial-menurut-emile-durkhei

m.html

<1% -

http://www.braindilogsociology.or.id/2017/07/teori-konstruksi-sosial-sebagai.html

<1% - https://susahkal.blogspot.com/2016/03/interelasi-agama-dan-masyarakat.html

<1% - https://bakultinta.blogspot.com/2011/

<1% - https://www.gurupendidikan.co.id/lembaga-pendidikan/

<1% -

https://www.kompasiana.com/gustiayuoktaviani9853/5e8563edb9c234799d6cabd2/pan

casila-sebagai-ideologi-negara

<1% -

https://www.wawasanpendidikan.com/2013/09/Makalah-Sosiologi-tentang-Agama-dan

-Masyarakat.html

<1% -

https://id.123dok.com/document/q7wv42oz-pendidikan-agama-hindu-dan-budi-pekerti

-kelas-xi.html

<1% - https://ayudwimelati.blogspot.com/2015/07/ajaran-tatasusila-dalam-kitab.html

<1% - https://materiagamahindu.blogspot.com/2014/12/tat-twam-asi.html

<1% -

https://hamdanixxxx.blogspot.com/2015/07/skripsi-kesusastraan-analisis-nilai.html

<1% - http://digilib.unila.ac.id/1157/8/bab%202.pdf

<1% - http://journal.unhas.ac.id/index.php/jupiter/article/download/25/23

<1% - http://journal2.um.ac.id/index.php/jmsp/article/download/4084/3007

<1% - http://repository.unpas.ac.id/13808/4/BAB%20II.pdf

<1% -

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/integrasi%20nilai-nilai%20karakter%20bangsa%2

0pada%20pembelajaran%2001.pdf

<1% -

https://zainabzilullah.wordpress.com/2013/01/20/ontologi-epistemologi-dan-aksiologi-

sebagai-landasan-penelaahan-ilmu/

<1% - https://syafrinamaula.wordpress.com/2014/05/05/komponen-karakter/

<1% - https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/didaktika/article/view/123/116

<1% - http://repository.upy.ac.id/1271/1/34.%20Beny%20Dwi%20Lukitoaji.pdf

<1% - https://intenpratiwii.wordpress.com/2015/06/12/moral-yang-baik/

<1% - https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/1101989116

<1% -

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-00029-PS%20Bab2001.pdf

<1% -

Page 87: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

https://blog.uad.ac.id/fatimatuz1300001275/2015/01/09/makalah-bimbingan-dan-kons

eling-sosial-empati/

<1% - http://repository.radenintan.ac.id/2236/4/Bab_II.pdf

<1% - https://syafrinamaula.wordpress.com/category/materi/

<1% -

https://mayangs027.wordpress.com/2014/04/21/strategi-pembelajar-dan-jenis-kegiatan

-pengembangan-yang-di-gunakan-di-tk/

<1% -

http://pasca.um.ac.id/repository/index.php/2017/01/23/profil-moralitas-anak-bmi-buru

h-migran-indonesia-di-kabupaten-tulungagung-dan-implikasi-bimbingan-dan-konselin

gnya/

<1% - https://vivipatriah04.blogspot.com/

<1% -

https://vivipatriah04.blogspot.com/2016/03/menumbuhkan-rasa-kepedulian-terhadap.h

tml

<1% -

https://nay-hyukvie.blogspot.com/2016/06/hambatan-hambatan-guru-dalam-mendidik.

html

<1% -

http://blog.unnes.ac.id/oktaviamulyatikaw/2015/11/20/pengembangan-karakter-pada-a

nak-sejak-usia-dini/

<1% - http://repository.upy.ac.id/379/1/FK14_Subardiyono%2088-94.pdf

<1% -

https://id.123dok.com/document/zwv4mmlq-kelas-07-smp-pendidikan-agama-hindu-d

an-budi-pekerti-guru.html

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/313104898_THE_IMPLEMENTATION_OF_SAD_

KERTIH_TEACHING_IN_ACTUALIZING_ENVIRONMENT_CULTURED_PRIMARY_SCHOOL

<1% -

https://bali.kemenag.go.id/opini/merusak-alam-berarti-menghancurkan-kehidupan-um

at-manusia

<1% -

https://aniafitriah.wordpress.com/2016/01/25/makalah-keragaman-individual-manusia/

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/290440087_Pendidikan_Karakter_Strategi_Me

mbangun_Karakter_Bangsa_Berperadaban

<1% - https://ayatykasury26.blogspot.com/2013/05/

<1% - http://repository.radenintan.ac.id/158/3/Bab_II.pdf

<1% -

Page 88: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/2020/02/pengaruh-teknologi-terhadap-pend

idikan.html

<1% -

https://www.gurupendidikan.co.id/14-peran-pendidikan-bagi-kehidupan-manusia/

<1% -

https://bacapikiran.com/pengertian-pendidikan-inklusi-masyarakat-inklusi-dan-lingkung

an-inklusi-lengkap/

<1% -

http://repository.unika.ac.id/4903/3/04.40.0107%20Veronica%20Widiaryanti%20BAB%20

II.pdf

<1% -

https://kumpulanmakalah94.blogspot.com/2016/01/teori-dan-konsep-pendidikan.html

<1% -

http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_14-Oktober_2010/PE

NDIDIKAN_NILAI_DI_SEKOLAH_DASAR.pdf

<1% - https://sofyanpu.blogspot.com/2009/

<1% -

https://dosenmuslim.com/filsafat-pendidikan/pengertian-nilai-dalam-filsafat-pendidikan

/

<1% -

http://sejarah.fkip.unej.ac.id/wp-content/uploads/sites/15/2018/04/Proposal-Satria-Janis

ar-140210302043.pdf

<1% - https://mutiaraislam.net/ayat-alquran-tentang-perkataan-baik/

<1% -

https://ainamulyana.blogspot.com/2016/08/keragaman-suku-bangsa-dan-budaya-di_19

.html

<1% -

https://ferryrosstar.wordpress.com/2015/02/21/pendidikan-berbasis-masyarakat-kapita-

selekta/

<1% -

https://jumatinsus.blogspot.com/2010/03/desain-pembelajaran-berbasis-masyarakat.ht

ml

<1% -

https://rezaadiputranto.blogspot.com/2009/05/pendidikan-nonformal-berbasis.html

<1% -

https://sihwikaningtyas.blogspot.com/2012/02/pendidikan-berbasis-masyarakat.html

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/314047367_Strategi_Peningkatan_IPM_Pendid

ikan_Berbasis_Community_Learning_di_Kabupaten_Kotabaru

<1% -

Page 89: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

https://duniapendidikanilmu.blogspot.com/2011/06/uu-no-20-tahun-2003-tentang-sist

em.html

<1% -

https://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_20_Tahun_2

003

<1% -

https://visiuniversal.blogspot.com/2018/01/pemahaman-tentang-pendidikan-nonformal

.html

<1% -

https://amaliyahnasrudin.blogspot.com/2017/05/pendidikan-berbasis-masyarakat.html

<1% -

https://arifyogapratama.blogspot.com/2013/11/penerapan-blended-learning-berbasis.h

tml

<1% - https://wahyuhidaryani.blogspot.com/2018/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html

<1% -

https://catatankuliahs2ku.blogspot.com/2010/11/manfaat-perencanaan-ruang-lingkup.h

tml

<1% - http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2019/PM_12_TAHUN_2019.pdf

<1% - http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/assets/article/download/684/616

<1% -

http://www.lppm.serambimekkah.ac.id/jurnal/PeranankepemimpinandanPartisipasiMasy

arakat.pdf

<1% -

https://www.kompasiana.com/mindasay/551b71eea333119920b65ee7/asasasas-dan-su

mber-peraturan-perundangundangan

<1% - http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_guru_dosen.htm

<1% - https://m-mahbubi.blogspot.com/2013/04/

<1% - https://www.dosenpendidikan.co.id/pendidikan-non-formal/

<1% -

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195908261986031-JAJAT_S

_ARDIWINATA/Options.pdf

<1% - http://repository.upi.edu/6751/6/T_PD_1101578_Chapter3.pdf

<1% -

https://ujisem2muklas.blogspot.com/2012/06/pendidikan-non-formal-berbasis.html

<1% -

http://www.aman.or.id/2018/11/pendidikan-alternatif-solusi-pengorganisasian-di-maren

a/

<1% -

https://teguhgoonerfirmansyah.wordpress.com/2014/09/04/contoh-makalah-pkn-tenta

ng-masyarakat-madani/

Page 90: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

<1% - https://akhryandodi.blogspot.com/2012/06/makalah-masyarakat-madani.html

<1% - http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma/article/download/908/915

<1% -

https://rofanikotilawati.blogspot.com/2015/11/pengertian-peran-dan-fungsi-kurikulum.

html

<1% - http://anzwild.com/wp-content/uploads/2018/12/sn18.pdf

<1% - https://tutorialkhen.blogspot.com/

<1% -

https://nala-indra-dewa.blogspot.com/2011/05/pengelolaan-kelas-yang-baik.html

<1% - https://myblogekaapriliani.blogspot.com/2017/01/hidden-curriculum_2.html

<1% -

https://rumahradhen.wordpress.com/2018/03/30/makna-tanggung-jawaban-legitimasi-

pemerintahan/

<1% - http://e-journal.upstegal.ac.id/index.php/Cakrawala/article/download/60/69

<1% -

https://sheismariyati.blogspot.com/2015/05/nakalah-konsep-diri-manusia-sebagai.html

<1% - https://melapurnamamediabki.wordpress.com/konseling/teman-sebaya/

<1% -

https://hendraprijatna68.files.wordpress.com/2012/06/pengembangan-budaya.docx

<1% -

https://johannessimatupang.wordpress.com/2009/04/16/membangun-strategy-yang-be

rdaya-saing/

<1% -

https://text-id.123dok.com/document/oz11kjez-komunikasi-interpersonal-guru-dengan

-siswa-tunarungu-di-sekolah-luar-biasa-idayu-a-pakis.html

<1% -

https://darmawan95.blogspot.com/2016/04/pendekatan-dan-strategi-pembelajaran.ht

ml

<1% - https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-sosialisasi/

<1% -

https://annisawally0208.blogspot.com/2016/06/contoh-makalah-filsafat-hukum-tentang

_52.html

<1% - https://repository.unja.ac.id/2190/1/ARTIKEL%20SKRIPSI.pdf

<1% - https://novalitamp07.blogspot.com/feeds/posts/default

<1% - https://kedaididik.blogspot.com/2011/06/landasan-pendidikan.html

<1% - https://geograpik.blogspot.com/2020/03/sosiologi-x-bab-1-fungsi-sosiologi.html

<1% -

https://islamiceducation001.blogspot.com/2019/02/faktor-faktor-pendukung-pendidika

n.html

<1% - https://keajaibanikhlas.blogspot.com/2013/02/pengertian-nilai.html

Page 91: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

1% - https://novinasuprobo.wordpress.com/2008/06/18/teori-perkembangan-moral/

<1% - https://alfallahu.blogspot.com/2013/04/kajian-etika-moral-dan-nilai.html

<1% - https://lastrimegaw.blogspot.com/

<1% -

https://udahkuganti.blogspot.com/2013/05/implementasi-teori-perkembangan-dalam.h

tml

<1% - https://primaajis.blogspot.com/2017/02/perkembangan-moral-dan-spiritual.html

<1% - https://abdiplizz.wordpress.com/2011/04/19/perkembangan-moral/

<1% - https://syukronalvi.blogspot.com/2014/

<1% -

https://syukronalvi.blogspot.com/2014/03/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget.ht

ml

<1% -

https://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-karakteristik-perke

mbangan-anak.html

<1% -

https://www.kompasiana.com/lailatulistiqomah71298/58399e355293736214cb5619/per

kembangan-anak-usia-612-tahun

<1% - https://konselingperkembangan.blogspot.com/2011/03/belajar-pada-anak.html

<1% -

https://ekapawitmartiana.blogspot.com/2013/01/perkembangan-fisik-motorikkognitif-d

an.html

<1% -

https://taofiqtn07.blogspot.com/2009/05/menu-pembelajaran-anak-usia-dini.html

<1% - https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pendidikan/

<1% - https://hardiynti22.blogspot.com/2016/11/dimensi-pendidikan-ips.html

<1% - https://qoidul.blogspot.com/2013/06/pendidikan-islam-dan-karakter.html#!

<1% -

https://imadeyudhaasmara.wordpress.com/2015/04/01/pendekatan-pembelajaran-dan-i

mplementasinya-dalam-proses-belajar-mengajar/

<1% - http://repository.uin-malang.ac.id/1328/2/1328.pdf

<1% - https://imroatuljannah.blogspot.com/2013/11/

<1% - https://aguswuryanto.wordpress.com/2011/03/

<1% -

https://seruni.id/15-contoh-poster-pendidikan-beserta-pengertian-dan-cara-membuatn

ya/

<1% - https://www.dosenpendidikan.co.id/pendidikan-karakter/

<1% -

https://www.pediapendidikan.com/2016/07/prinsip-dan-pendekatan-pengembangan.ht

ml

Page 92: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

<1% - https://ojs.unm.ac.id/index.php/iap/article/download/1762/776

<1% -

http://10604714.siap-sekolah.com/2011/06/02/peran-pesantren-dalam-pendidikan-kara

kter/

<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/2114/4/63111059-Bab3.pdf

<1% -

https://jumapologreensch.blogspot.com/2015/11/membangun-karakter-peduli-lingkun

gan-di.html

<1% -

https://likemakalah.blogspot.com/2016/10/makalah-kurikulum-2013-di-sekolah-dasar.h

tml

<1% - http://journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/download/454/408

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/307088520_Membangun_Karakter_Siswa_Mel

alui_Kegiatan_Intrakurikuler_Ekstrakurikuler_dan_Hidden_Curriculum_di_SD_Budi_Mulia_

Dua_Pandeansari_Yogyakarta

<1% -

https://forumoperator.blogspot.com/2016/03/alokasi-jam-mengajar-jadwal-mingguan-

di-simpatika-sesuai-kma-207.html

<1% -

https://www.kompasiana.com/aloevera/5528bf00f17e6144028b45bc/penilaian-ranah-ps

ikomotorik

<1% - https://nuansa-pendikar.blogspot.com/2012/02/kerangka-acuan-pendikar.html

<1% -

https://pustakailmiah78.blogspot.com/2016/04/implementasi-konsep-pendidikan-karak

ter.html

<1% -

https://kamaabdulhakam.wordpress.com/2015/02/21/pendidikan-karakter-di-sekolah-d

asar-indonesia/

<1% -

https://rijalamirudin.blogspot.com/2013/06/manajemen-sarana-dan-prasarana-lembaga

_7.html

<1% - http://sobatkeren.site/extracurricular-activities/

<1% -

https://id.123dok.com/document/qvlkxxdy-layanan-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekol

ah-penyelenggara-pendidikan-inklusif-sppi-sekolah-dasar-wilayah-kecamatan-lendah-k

abupaten-kulon-progo.html

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/328634125_Implementasi_Pendidikan_Karakte

r_Dalam_Pembelajaran_Matematika_Melalui_Pendekatan_Konstektual

Page 93: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

<1% - https://yayamasri.wordpress.com/2019/05/26/desain-pendidikan-karakter/

<1% -

https://saluranpengetahuan.blogspot.com/2013/10/pendidikan-karakter-strategi.html

<1% - https://asharikeren.wordpress.com/tag/pendidikan/

<1% -

https://simba-corp.blogspot.com/2018/10/makalah-manajemen-berbasis-sekolah.html

<1% -

https://izafaqih.blogspot.com/2011/04/manajemen-hubungan-lembaga-pendidikan.htm

l

<1% -

https://gudangmakalah.blogspot.com/2009/09/tesis-perencanaan-pembangunan.html

<1% -

https://id.123dok.com/document/yj8j26kq-evaluasi-program-gerakan-pembangunan-m

asyarakat-pantai-gerbang-mapan-di-kabupaten-tangerang-fisip-untirta-repository.html

<1% -

https://189selalutersenyum.blogspot.com/2011/04/pengembangan-pendidikan-budaya

-dan.html

<1% - https://juonorp.blogspot.com/2014/10/konsep-integrasi-nilai-nilai-islam.html

<1% -

https://alkhafy.blogspot.com/2008/11/perencanaan-pelaksanaan-dan-evaluasi.html

<1% -

https://chrismamuaja.blogspot.com/2015/01/pengertian-proyeksi-bisnis-dan-ruang.htm

l

<1% -

https://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/mimpi-tentang-das-ci

liwung/

<1% -

https://udinwahyudin388.blogspot.com/2013/01/kemampuan-guru-dalam-merencanak

an.html

<1% -

https://paudfip.wordpress.com/2009/06/17/peranan-keluargasekolah-dan-masyarakat-d

alam-pendidikan-anak/

<1% - https://gloriasuter.wordpress.com/2011/07/29/pendidikan-karakter/

<1% -

https://desimulyani85.blogspot.com/2012/11/makalah-keterlibatan-keluarga-orang-tua.

html

<1% -

https://renkeu.bppt.go.id/index.php/berita/98-rekonsiliasi-tiga-pihak-antara-bppt-bpk-

dan-kementrian-keuangan

<1% - https://wirasojiro.blogspot.com/2014/03/penulisan-karya-ilmiah.html

Page 94: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

<1% -

http://repository.iainpurwokerto.ac.id/282/1/COVER_BAB%20I_BAB%20V_DAFTAR%20P

USTAKA.PDF

<1% -

https://tkatpaayyatuliman.blogspot.com/2010/06/program-unggulan-dan-ekstrakurikul

er.html

<1% - https://abdisyaifullah96.blogspot.com/2013/11/i-pendahuluan-a.html

<1% - https://ariefyuri.blogspot.com/2009/03/pentingnya-kegiatan-ekstrakurikuler.html

<1% -

https://paksisgendut.files.wordpress.com/2007/08/pendidikan-nilai-dalam-kegiatan-ekst

rakurikuler.doc

<1% - https://12entinfujirahayu.wordpress.com/2011/05/04/ekstrakurikuler/

<1% - https://mafiadoc.com/pengembangan-diri_5a2b64a31723dde25710a47a.html

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/328740926_PERAN_ORANG_TUA_DALAM_ME

NINGKATKAN_MOTIVASI_BELAJAR_SISWA_KELAS_V_DI_SEKOLAH_DASAR_INPRES_ILIGE

TANG

<1% -

http://www.bandungkab.go.id/uploads/20190624090914-peraturan-persampahan-gabu

ng.pdf

<1% -

https://regional.kompas.com/read/2017/12/21/08172151/di-daerah-ini-sampah-diolah-j

adi-pupuk-gas-hingga-bio-solar

<1% -

https://sdntw.blogspot.com/2016/11/pengembangan-minat-dan-bakat-siswa.html

<1% -

https://oriharayuzuru.blogspot.com/2014/03/pengelolaan-sampah-di-sekolah.html

<1% - https://ekanurastiningrum.blogspot.com/2013/02/kebersihan-sekolah.html

<1% -

https://disdikpora.bulelengkab.go.id/artikel/menjaga-lingkungan-sekolah-yang-sehat-5

8

<1% - https://putrisritanjungunior.wordpress.com/2016/11/25/gerskan-literasi-sekolah/

<1% - https://fathanrahman.blogspot.com/2013/11/kliping-lingkungan-hidup_24.html

<1% -

https://www.kompasiana.com/faqih_hindami/552fe6bd6ea83422628b45bb/pendidikan-

karakter-berbasis-kearifan-budaya-lokal

<1% - https://imansoenhadji.wordpress.com/2014/03/

<1% -

https://chabiboktafianjati.blogspot.com/2016/11/makalah-jenis-evaluasi-program-bk-g

oal.html

Page 95: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

<1% -

https://andriew.blogspot.com/2011/03/ujian-pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html

<1% - http://digilib.unila.ac.id/14806/17/BAB%20III.pdf

<1% -

http://repository.iainpurwokerto.ac.id/740/1/COVER_DAFTAR%20ISI_BAB%20I_BAB%20V

_DAFTAR%20PUSTAKA_LAMPIRAN.pdf

<1% -

https://novretman.blogspot.com/2016/05/makalah-lingkungan-perkembangan-anak.ht

ml

<1% -

https://www.kampusgurucikal.com/wp-content/uploads/2019/12/SKGB-23-Literasi-Untu

k-Berdaya.pdf

<1% - https://issuu.com/beritapagi/docs/rabu__8_maret_2017

<1% - https://setiyawati.blogspot.com/2010/09/rpp-memahami-prinsip-prinsip.html

<1% -

https://suaidinmath.files.wordpress.com/2014/09/1d-silabus-agama-hindu-sd_garuda.d

oc

<1% - https://imadeyudhaasmara.wordpress.com/page/2/

<1% - https://id.scribd.com/doc/229472481/KD-SD-2013

<1% -

https://id.123dok.com/document/zgr56mnq-5-ki-dan-kd-kurikulum-2013-sd-kelas-1-6-

1.html

<1% - https://lenikusmiati.blogspot.com/2013/11/contoh-rpp.html

<1% -

https://text-id.123dok.com/document/7qv7wpplq-tujuan-metode-media-dan-sumber-b

elajar.html

<1% -

https://muriadinyoman.blogspot.com/2012/12/bahan-ajar-pendidikan-budi-pekerti.html

<1% -

https://suardeyasa.wordpress.com/2014/06/26/contoh-rpp-agama-hindu-dan-budi-pek

erti-kurikulum-2013/

<1% -

https://imadeyudhaasmara.wordpress.com/2016/04/22/implementasi-ajaran-sad-parami

ta-dalam-menanamkan-sikap-spiritual-siswa-smk-negeri-3-tabanan/

<1% -

https://faizalnizbah.blogspot.com/2013/11/rpp-ips-tentang-perjuangan-melawan.html

<1% -

https://sekolahharapanbatam.blogspot.com/2016/01/43-model-pembelajaran-untuk.ht

ml

<1% - https://shinnola44.blogspot.com/2013/09/rpp-bahasa-inggris-smk.html

Page 96: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

<1% - https://www.slideshare.net/teacherObsession/buku-siswa-kls-5-tema-3

<1% -

https://lioneletus.blogspot.com/2014/07/rencanapelaksanaan-pembelajaran-rpp-06.htm

l

<1% -

http://repository.ump.ac.id/3621/4/DIAN%20ZAHRAH%20ROFIQOH%20-%20BAB%20III.

pdf

<1% - http://fliphtml5.com/cbqs/xtyg/basic/301-336

<1% - https://issuu.com/epaper-kmb/docs/bpo_01112009i

<1% -

https://barangbekas-blog.blogspot.com/2018/03/daftar-harga-rongsok-plastik-bekas-2

018.html

<1% - https://rinastkip.wordpress.com/tag/pengantar/

<1% -

https://www.kompasiana.com/inthand/552a86e76ea8346218552d34/konsep-perubahan

-sosial-budaya-dalam-masyarakat

<1% -

https://www.abihamid.com/2010/06/pengaruh-lingkungan-keluarga-terhadap.html

<1% - https://www.gurupendidikan.co.id/ekonomi-makro-dan-mikro/

<1% -

https://makalahilmupendidikandanperpustakaan.blogspot.com/feeds/posts/default

1% -

https://evynurhidayah.wordpress.com/2012/06/01/upaya-penanganan-sampah-di-masy

arakat-dengan-prinsip-re-use/

<1% - https://febriandhy.blogspot.com/2014/04/tpa-tamangapa-antang.html

<1% -

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30773/Chapter%20II.pdf;sequen

ce=4

<1% -

https://ilmuusekolah.blogspot.com/2017/07/mari-kenali-jenis-jenis-sampah-di.html

<1% -

http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id/kamu/kurmod/pengelolaansampah/mi-

5c%20modul%20pembuatan%20kompos%20metode%20takakura.pdf

<1% - http://repository.upi.edu/32453/4/FPIPS_S_SOS_1301669_Chapter1.pdf

<1% -

https://economy.okezone.com/read/2017/04/28/320/1678868/pengusaha-limbah-plasti

k-miliki-nilai-ekonomis-tinggi

<1% - https://nendikesmas2013.blogspot.com/2016/05/makalah-tentang-sampah.html

<1% - https://hanierous.blogspot.com/

<1% -

Page 97: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

https://manfaatmatoa.blogspot.com/2020/02/sampah-organik-pengertian-jenis.html

<1% - https://www.finansialku.com/13-perilaku-yang-dimiliki-entrepreneur-sukses/

<1% - https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/konsep-kesehatan-lingkungan

<1% -

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309678/pengabdian/PPM+PEMILAHAN+SAMPAH.p

df

<1% -

https://www.ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2015/08/Jurnal%20ak

hmad%20fadillah%20mantap%20(08-24-15-09-22-47).pdf

<1% -

https://banksampahjakarta.blogspot.com/2013/07/konsep-pengelolaan-sampah.html

<1% - https://www.scribd.com/document/363304535/implentasi

<1% -

https://www.tintapendidikanindonesia.com/2016/12/konsep-3-r-4-r-atau-5-r-dalam.htm

l

<1% - https://pt.scribd.com/doc/310389390/definisi-sampah

<1% -

https://id.123dok.com/document/ynernejy-kelasxii-hindu-bs-www-divapendidikan-com.

html

<1% -

https://artayahonest.wordpress.com/2012/09/22/tri-hita-karana-makalah-lingkungan/

<1% -

http://repository.unika.ac.id/14649/6/10.11.0111%20Sony%20Tri%20Laksono%20-%20B

AB%20V.pdf

<1% -

https://www.erincoodi.web.id/2019/09/contoh-interaksi-manusia-dengan-lingkunganny

a.html

<1% - http://www.cilacapkab.go.id/v2/files/2014_09_hut_kopri_ida.pdf

<1% - https://id.scribd.com/doc/155232793/Lestarikan-Tradisi-Kelola-Komunikasi

<1% -

https://zainulmuchlas.files.wordpress.com/2012/10/kecerdasan-sosial-untuk-membangu

n-organisasi-yang-efektif.pdf

<1% - http://makalahme02.blogspot.co.id/feeds/posts/default

<1% -

https://tunashijau.id/2020/03/mengenal-reduce-pada-prinsip-3r-atau-reduce-reuse-rec

ycle-olah-sampah/

<1% - https://ericksebelasipsempat.blogspot.com/

<1% - https://afniatyzetria.wordpress.com/

<1% -

http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-08/S43970-Adhi%20Kurniawan%20Poer%20Utom

Page 98: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

o

<1% -

https://sempurnaselalu.blogspot.com/2010/05/tips-persiapan-memulai-sebuah-bisnis.ht

ml

<1% -

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/16132/Chapter%20II.pdf;sequen

ce=4

<1% -

https://merryhardilah.blogspot.com/2014/07/dampak-teknologi-bagi-kehidupan-manus

ia.html

<1% - https://niwayanmariaseh.blogspot.com/feeds/posts/default

<1% - https://issuu.com/epaper-kmb/docs/bpo_29082010

<1% -

https://id.123dok.com/document/yngjjdkz-kelas-10-sma-pendidikan-agama-buddha-da

n-budi-pekerti-bs-2016.html

<1% -

https://sibage.blogspot.com/2016/01/analisis-daya-tampung-beban-pencemaran.html

<1% - https://rumahlia.com/tips-trik/info-dasar/cara-pengolahan-limbah-rumah-tangga

<1% -

https://ceritanyalisa.blogspot.com/2013/12/pengelolaan-lingkungan-berbasis.html

<1% -

https://buku-rahma-detail.blogspot.com/2013/03/character-matters-persoalan-karakter.

html

<1% -

https://nurernawatii.blogspot.com/2013/12/penanaman-karakter-nasionalisme.html

<1% -

https://sang-aktor.blogspot.com/2013/07/prinsip-pendidikan-karakter-islami-di_9704.ht

ml

<1% -

https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_4sd/siswa/Kelas_04_SD_Tematik_4_Berbagai_

Pekerjaan_Siswa_2017.pdf

<1% - http://lib.unnes.ac.id/21784/1/3201411147-S.pdf

<1% -

https://ayu-maha.blogspot.com/2013/07/permasalahan-pernikahan-beda-kasta-dan.ht

ml

<1% - https://binekasnetwork.blogspot.com/2008/

<1% - http://digilib.unila.ac.id/19872/3/0713032018-pendahuluan.pdf

<1% - https://buelok.blogspot.com/2011/11/penerapan-pendidikan-karakter-di.html

<1% - https://tutiimagine.blogspot.com/2008/02/arti-organisasi-bagi-kegiatan.html

<1% -

Page 99: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

https://id.123dok.com/document/y95x6gjz-pelaksanaan-pendidikan-karakter-melalui-p

endidikan-agama-islam-dan-implementasinya-pada-perilaku-siswa-kelas-viii-r2-di-smp

n-3-mentaya-hilir-utara-digital-library-iain-palangka-raya-1.html

<1% -

https://andicvantastic.blogspot.com/2013/11/makalah-peran-serta-orang-tua-dalam.ht

ml

<1% -

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/sigit-dwi-kusrahmadi-drs-msi/PKn%20M

KU%202008%201.doc

<1% - https://www.slideshare.net/alfilatifah/makalah-peran-guru-dalam-pembelajaran

<1% -

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/15414/05.2%20bab%202.pdf?sequ

ence=6&isAllowed=y

<1% - http://seminar.uad.ac.id/index.php/snk/article/download/1509/pdf

<1% - https://bagawanabiyasa.wordpress.com/category/kebahasaan/

<1% - https://www.scribd.com/document/374918896/10710042

<1% -

https://fpmhdunud28.blogspot.com/2013/03/pembentukan-karakter-melalui-pendidika

n.html

<1% -

https://komunitasgurupkn.blogspot.com/2014/08/pengertian-norma-macam-macam-n

orma-dan.html

<1% -

https://matapelajaranagama.blogspot.com/2017/08/penjelasan-bagian-dari-catur-asma

ra.html

<1% - https://sitihajarr28.blogspot.com/2016/01/makalah-teknologi-pendidikan.html

<1% - https://id.scribd.com/doc/9246363/Kumpulan-Artikel-Hindu

<1% - http://gamabali.com/upacara-dan-upakara/

<1% -

https://bayusatrya007.blogspot.com/2013/06/pengertian-yadnya-tujuan-dan-jenis.html

<1% -

https://ekacrudhgeograf.blogspot.com/2011/07/kerucut-pengalaman-dale-dan-belajar.

html

<1% -

https://id.123dok.com/document/ky66g24y-pengembangan-bahan-ajar-al-islam-berori

entasi-perdamaian-studi-kasus-di-sekolah-madrasah-muhammadiyah-di-yogyakarta-ta

hun-kedua.html

<1% - http://repository.unpas.ac.id/11912/4/9.%20%20BAB%20II.pdf

<1% -

https://www.astra-honda.com/ahm-siapkan-generasi-muda-peduli-melalui-ahmbs-2015

Page 100: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

<1% -

https://manajemenpendidikan.net/adiwiyata/panduan-adiwiyata-sekolah-peduli-dan-be

rbudaya-lingkungan/

<1% -

https://www.misjuli.com/2015/02/macam-macam-strategi-pembelajaran-dan.html

<1% -

https://chandraandani.blogspot.com/2015/05/pengertian-dan-macam-macam-norma.ht

ml

<1% -

https://smaddimasalembusmart.blogspot.com/2013/12/teori-teori-belajar-dan-model-

model.html

<1% -

https://docplayer.info/140992354-Pengaruh-pola-asuh-orang-tua-terhadap-perilaku-bu

llying-melalui-interaksi-teman-sebaya-pada-siswa-kelas-v-sekolah-dasar-di-kota-malan

g-tesis.html

<1% -

https://www.slideshare.net/yesintabella/laporan-pbl-i-desa-rempoah-kecamatan-baturr

aden-kabupaten-banyumas-2015

<1% - https://www.slideshare.net/EndinSalahudin/rks-sd-pmy-2014-2018

<1% - https://pratiwikalit.blogspot.com/2011/03/peran-perawat-keluarga.html

<1% -

https://simpulanilmu.blogspot.com/2018/02/pengertian-nilai-moral-dan-norma-serta.ht

ml

<1% - https://kelaspkn.blogspot.com/2017/09/nilaimoralnormadlmpancasila.html

<1% - https://obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/download/28/26

<1% -

https://nananghidayat17.blogspot.com/2009/10/pengertian-konsep-nilai-moral-norma.

html

<1% - http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jinop/article/download/2450/2658

<1% - https://rahajengyuandak.blogspot.com/

<1% - http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309073/penelitian/SEMINAR%20AP3KNI.pdf

1% -

http://library.um.ac.id/images/stories/pidatogurubesar/2011/REVITALISASI%20PENDIDI

KAN%20KARAKTER%20DI%20SEKOLAH%20DASAR%20Prof%20Sa%20dun%20Akbar.pdf

<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/80117375.pdf

<1% -

https://cecepkustandi.wordpress.com/2015/06/29/kerucut-pengalaman-edgar-dale/

<1% - http://repository.upi.edu/24150/

<1% - http://repository.upi.edu/8358/7/d_adp_0707201_bibliography.pdf

<1% - https://eprints.umk.ac.id/6127/7/DAFTAR_PUSTAKA.pdf

Page 101: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

<1% - http://repository.upi.edu/8749/7/d_mtk_009804_bibliography.pdf

<1% - https://www.jstor.org/stable/4049252

<1% - http://repository.upi.edu/10006/8/t_pkn_0907646_bibliography.pdf

<1% - https://en.wikipedia.org/wiki/Pennsylvania%27s_21st_congressional_district

<1% - https://scholar.google.co.id/citations?user=QR7eG44AAAAJ&hl=en

<1% - https://psychology.wikia.org/wiki/Introduction_to_education

<1% - https://www.uh.edu/~irothman/rothman_cv.html

<1% - https://psycnet.apa.org/psycinfo/2003-88183-000

<1% -

https://saylordotorg.github.io/text_sociology-understanding-and-changing-the-social-w

orld-comprehensive-edition/s06-02-the-elements-of-culture.html

<1% -

https://kamiluszaman.blogspot.com/2017/07/penjamin-pengembangan-budaya-agama

-di.html

<1% - http://scholar.unand.ac.id/31290/4/compressed_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

<1% - https://jurnal.konselingindonesia.com/index.php/jkp/article/view/120

<1% - http://repository.upi.edu/3077/9/T_SEJ_1104007_Bibliography.pdf

<1% - http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/idaarah/article/download/4273/3935

<1% - http://repository.upi.edu/28638/9/T_PAUD_1302252_Bibliography.pdf

<1% - http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/IJHSRS/article/view/157

<1% - https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/educan/article/view/3987

<1% - http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/etika-perkantoran.pdf

<1% - http://repository.upi.edu/24260/9/D_ADPEND_1102604_Bibliography.pdf

<1% - http://repository.upi.edu/15310/9/T_IPS_1201253_Bibliography.pdf

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/315598796_MODEL_PROSES_PEWARISAN_NIL

AI-NILAI_BUDAYA_LOKAL_DALAM_TRADISI_MASYARAKAT_BUTON

<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/1145/7/081311023_Bibliografi.pdf

<1% - http://repository.upi.edu/28973/10/S_MIK_1303481_Bibliography.pdf

<1% - http://repository.upi.edu/10845/7/s_mat_1007000_bibliography%281%29.pdf

<1% -

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/40882/Reference.pdf;sequence

=1

<1% - https://ooyblog.wordpress.com/2014/03/

<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/2113/1/63111058-Bibliografi.pdf

<1% - https://issuu.com/setyodimarrizal/docs/prosiding_seminar_csr_cover_dan_isi

<1% - https://cancerjantan.wordpress.com/2014/05/12/mitosisasi-penididkan/

<1% - http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_20_03.htm

<1% -

https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Salinan%20Permendikbud%20Nomor%2020%20Tahu

Page 102: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-052005101518-69.pdf · rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. ... pertama. Berkaitan

n%202020.pdf

<1% -

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195902251985031-ABD_MAJID/ARTIKEL/SIL

ABI_SEMPEN_NILAI_S3.pdf

<1% - http://repository.upi.edu/8331/7/d_pu_0706992_bibliography.pdf

<1% - http://docshare.tips/research-report-2005_58930d16b6d87f3aa68b49b4.html

<1% - https://www.iiste.org/Journals/index.php/JEP/article/viewFile/200/85

<1% - https://www.iiste.org/Journals/index.php/JEP/article/download/200/85

<1% - https://www.scirp.org/journal/PaperInformation.aspx?PaperID=84468

<1% -

http://www.yieldopedia.com/paneladmin/reports/1fe3a32897b58999c1485ab3441951f6.

pdf

<1% -

https://mafiadoc.com/pembudayaan-karakter-peduli-lingkungan-melalui-_5a1dec01172

3dd00a6362e01.html

<1% - https://bircu-journal.com/index.php/birci/article/view/711

<1% - http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/7060/7/07_chapter%202.pdf

<1% - https://www.journalcra.com/

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/328327496_The_Heidelberg_VR_Score_develo

pment_and_validation_of_a_composite_score_for_laparoscopic_virtual_reality_training

<1% - https://www.informingscience.org/Journals/JITEIIP/Articles

<1% - https://www.maxwell.vrac.puc-rio.br/20583/20583_9.PDF

<1% - http://repository.upi.edu/12855/9/T_PKN_1201280_Bibliography.pdf

<1% - http://repository.upi.edu/20577/9/D_PU_0908650_Bibliography.pdf

<1% -

https://carijudulindonesia.blogspot.com/2015/03/pengembangan-kurikulum-3.html