plagiat merupakan tindakan tidak …€œmenanam air” sebagai satu bentuk kegiatan pastoral...
TRANSCRIPT
i
“MENANAM AIR” SEBAGAI SATU BENTUK KEGIATAN PASTORAL
LINGKUNGAN HIDUP DI PAROKI SANTO YUSUP
BATURETNO WONOGIRI
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Putri Kenanga Arum Wulandari
NIM: 121124022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus
Yang terkasih:
Christoforus Suprapto dan Catarina Sundari
Andrian Restu Suprapto, Yovet Putra Sakti Suprapto, Ira Susanti, Yohana Ika
Dewanti
Keyla Diah Pramesti, Gisela Aine Oktavia, Bagaskara Riung Samudra
dan para sahabat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Saat kau mulai lelah untuk mendaki, ingatlah akan jalan yang kau lalui di
belakangmu
(Ranger)
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan
bersorak-sorai
(Mazmur 126: 5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “MENANAM AIR” SEBAGAI SATU BENTUK
KEGIATAN PASTORAL LINGKUNGAN HIDUP DI PAROKI SANTO YUSUP
BATURETNO WONOGIRI. Judul ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis
akan gerakan “menanam air” yang dilakukan di Paroki Santo Yusup Baturetno
Wonogiri. Penulis mengangkat judul tersebut karena lingkungan hidup merupakan
permasalahan yang dekat dengan keadaan kita saat ini. Bapa Paus Fransiskus juga
menyerukan mengenai lingkungan hidup dalam Ensiklik Laudato Si yang mengajak
dan mengingatkan kita untuk peduli terhadap alam semesta. Saat ini banyak orang
yang tidak peduli dengan lingkungan, mereka hanya ingin menguasai alam semesta,
tanpa berpikir akan dampak ke depannya. Melihat keprihatinan tersebut, maka
penulis berusaha mencari bentuk kepedulian Umat Allah dalam menanggapi
permasalahan lingkungan yang marak terjadi, khususnya masalah air bersih.
Gerakan “menanam air” merupakan gerakan menanam pohon beringin.
Pohon beringin dipilih karena pohon beringin mampu hidup di daerah yang tandus
dan mampu mengikat air serta tanah. Dalam skripsi ini penulis juga membahas
mengenai pastoral lingkungan hidup. Pastoral lingkungan hidup merupakan suatu
upaya atau cara untuk menghadirkan Kerajaan Allah di tengah-tengah manusia
lewat pelestarian alam ciptaan sehingga mampu membantu umat untuk semakin
memperkembangkan imannya lewat alam semesta.
Penulis mengumpulkan data berdasarkan pendekatan deskriptif analitis
dengan penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui studi dokumen, dokumentasi,
observasi dan wawancara kepada para responden. Hasil akhir menunjukkan bahwa
“menanam air” merupakan suatu gerakan pastoral lingkungan hidup sebagai bentuk
keprihatinan Gereja akan keadaan alam di daerah Wonogiri, khususnya masalah air
bersih.
Guna meningkatkan kesadaran umat akan lingkungan dan untuk mengajak
umat merefleksikan imannya, maka penulis menawarkan program sarasehan bagi
para pemuka umat, agar mereka mampu merefleksikan imannya dan dapat berbagi
pengalaman dan keprihatinan kepada umat yang lain, agar gerakan ini dapat lebih
berjalan dengan baik. Tema “Iman Seperti Pohon Beringin Membawa Kesejukan
dan Kesejahteraan” dipilih karena dengan bercermin dari pohon beringin kita bisa
belajar bahwa iman merupakan proses pertumbuhan yang membutuhkan waktu dan
hendaknya kita mampu memberi kedamaian bagi orang-orang di sekitar kita.
Dalam bagian akhir skripsi, penulis memberikan kesimpulan dari
tulisannya dan memberikan saran kepada Pastor Paroki dan umat di Paroki Santo
Yusup Baturetno Wonogiri, agar semakin mampu menjalankan gerakan ini dengan
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of this small thesis is “PLANTING WATER” AS A FORM OF
ECO-PASTORAL ACTIVITY AT SANTO YUSUP BATURETNO PARISH
WONOGIRI. This title is chosen, based on the author’s curiosity to “planting
water” movement which is done at Santo Yusup Baturetno Parish Wonogiri. The
author took up this title because living environment is the issue which is close to
our situation right now. Pope Francis also called our attention to the living
environment in Encyclical Laudato Si which invites and reminds us to care for the
nature. At this moment there are many people who do not care for the environment,
they just want to rule the nature without thinking of the impact in the future.
Looking at this concern, the author try to look for the forms of the God’s People
compassion in responding to environment issue which is happening nowadays,
especially the clean water issue.
“Planting Water” movement is a beringin tree planting. Beringin tree
selected as the beringin tree is able to live in an area that is barren and able to bind
water and soil. In this paper the author also discusses the pastoral environment.
Pastoral environment is an attempt or a way to bring the kingdom of God in the
midst of human beings through the preservation of creation so as to help pople
develop their faith even through the universe.
Therfore, the author collected data based on descriptive analysis approach
with qualitative method. Data were obtained by documents study, documentation,
observation, and interview to the respondents. The final result shows that “planting
water” is an eco-pastoral movement as a form of the concern of the Church to
environment in Wonogiri, especially the clean water issue.
In improving the people awareness of the environment and inviting the
people to reflect their faith, the author proposes an informal discussion program for
the community leaders, so they can reflect on their faith, share the experience and
concern to the other people, and then this movement will go in a better way. The
theme of “Faith Like Beringin Trees Brings Coolness and Welfare” was chosen
because the reflection of the beringin tree we can learn that faith is a growth process
that takes time and we should be able to give peace to the people around us.
In the letter part of the thesis, the author gives the conclusion of his work
and gives advices to the parish priest and parishioners in the Santo Yusup Baturetno
parish Wonogiri, to be more capable of running this movement well.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Bapa karena kasih-Nya yang begitu besar,
penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “MENANAM AIR” SEBAGAI
SATU BENTUK KEGIATAN PASTORAL LINGKUNGAN HIDUP DI
PAROKI SANTO YUSUP BATURETNO WONOGIRI.
Skripsi ini disusun berdasarkan keprihatinan penulis akan masalah
lingkungan hidup yang sedang marak saat ini dan bagaimana Gereja ingin
menanggapi permasalahan tersebut. Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri
berupaya untuk mengajak umat terlibat dalam gerakan “menanam air” yang dapat
membantu memunculkan sumber-sumber air bersih beberapa tahun ke depan.
Gerakan yang dilaksanakan sebagai salah satu wujud kepedulian Gereja akan
keadaan alam dan keberlangsungan alam semesta khususnya menyangkut masalah
air dan udara bersih.
Selama proses penulisan dan penyusunan karya ini, penulis mendapatkan
banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan tulus
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J, M.Ed, selaku Kaprodi PAK
Universitas Sanata Dharma yang telah memberi dukungan kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi.
2. Dr. C. Putranto, S.J., selaku dosen utama sekaligus dosen pembimbing
akademik yang dengan sabar dan penuh perhatian mendampingi penulis dalam
meyelesaikan skripsi.
3. Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd selaku dosen penguji kedua dan dosen
penelitian yang dengan penuh kesabaran dan ketelatenan membimbing dan
menyediakan waktunya bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.
4. Bapak P. Banyu Dewa H.S., S.Ag., M.Si. selaku dosen penguji ketiga yang
telah membantu penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.
5. Romo Justinus Muji Santara, S.J. selaku pastor kepala Paroki Santo Yusup
Baturetno Wonogiri, Romo Bagus S.J. selaku pastor pembantu dan Suster Diah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
OSU yang telah memberi tempat dan banyak membantu selama penelitian
berlangsung.
6. Bapak F.X. Mudiharso, Mas Waluyo, Mas Theo, Ibu Joko, Bapak Agus
Winarso dan Bapak Sutrisna selaku narasumber yang bersedia diwawancarai
dan membantu selama penelitian berlangsung.
7. Segenap staf dosen dan seluruh karyawan prodi PAK Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan dukungan dan bantuannya selama penyusunan
skripsi.
8. Ayah Suprapto, Ibu Sundari, Kakak Restu, Yovet, Yohana dan Ira, serta ketiga
keponakan Keyla, Gisela dan Riung yang telah memberikan dukungan dan
cintanya kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat terbaik Mas Suryo, Mas Dimas, Ade, Mas Adit, Deta, Setio,
Dewi, Ningrum dan sahabat-sahabat dari DPMU Sanata Dharma yang selalu
memberikan dukungan dan semangatnya bagi penulis.
10. Keluarga besar angkatan 2012 yang dengan caranya masing-masing selalu
mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi dan studinya.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang dengan tulus
hati memberikan dukungannya sampai selesainya penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih jauh dari sempurna,
maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 3 Oktober 2016
Penulis
Putri Kenanga Arum Wulandari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
PERSEMBAHAN iv
MOTTO v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
DAFTAR SINGKATAN xvi
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penulisan 8
D. Manfaat Penulisan 8
1. Bagi Penulis 8
2. Bagi Umat di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri 9
3. Bagi Pembaca 9
E. Metode Penulisan 9
F. Sistematika Penulisan 10
BAB II. “MENANAM AIR” SEBAGAI SATU BENTUK KEGIATAN
PASTORAL LINGKUNGAN HIDUP 12
A. Pastoral 12
1. Pengertian Pastoral Secara Umum 13
2. Sumber Pelayanan Patoral 14
3. Gerakan Pastoral 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
B. Lingkungan Hidup 18
1. Pengertian Lingkungan Hidup 18
2. Ruang Lingkup Lingkungan Hidup 19
3. Masalah Lingkungan Hidup 20
a. Kerusakan Lingkungan Hidup 21
b. Pencemaran Lingkungan Hidup 23
c. Kepunahan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 24
d. Kekacauan Iklim Global 26
4. Pelestarian Lingkungan Hidup 28
C. Pastoral Lingkungan Hidup 31
1. Pengertian Pastoral Lingkungan Hidup (Eko-Pastoral) 32
2. Bentuk-Bentuk Pelayanan Pastoral Lingkungan Hidup 33
BAB III. KEGIATAN PAROKI SANTO YUSUP BATURETNO
WONOGIRI DALAM UPAYA MENJAGA KEUTUHAN ALAM
CIPTAAN 36
A. Gambaran Umum Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri 37
1. Keadaan Geografis 37
a. Wilayah Teritorial 37
b. Kondisi Alam 38
2. Keadaan Demografis (Kependudukan) 39
3. Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi 40
a. Kondisi Sosial 40
b. Kondisi Ekonomi 41
4. Visi dan Misi Paroki 43
a. Visi 43
b. Misi 44
5. Gerakan “Menanam Air” Sebagai Bentuk Kepedulian
Gereja 44 a. Pengertian “Menanam Air” 44
b. Latar Belakang “Menanam Air” 46
c. Pelaku Gerakan “Menanam Air” 48
d. Faktor yang Mendukung dan Menghambat Gerakan 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
e. Jenis-jenis Pohon yang Ditanam dan Manfaatnya 51
1) Beringin 51
2) Gayam 52
6. Tata Penggembalaan Paroki 53
B. Penelitian tentang Pastoral Lingkungan Hidup dan Keterlibatan
Umat di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri 54 1. Permasalahan Penelitian 54
2. Tujuan Penelitian 55
3. Jenis Penelitian 55
4. Tempat dan Waktu Penelitian 56
5. Subjek Penelitian 56
6. Teknik Pengumpulan Data 57
a. Observasi 57
b. Wawancara 58
c. Analisis Dokumen (Studi Dokumen) 58
d. Dokumentasi 59
7. Variabel Penelitian 59
8. Teknik Analisis Data 60
C. Laporan Hasil Penelitian “Menanam Air” Sebagai Satu Bentuk
Kegiatan Pastoral Lingkungan Hidup di Paroki Santo Yusup
Baturetno Wonogiri 61 1. Hasil Penelitian dan Pembahasan 62
a. Kondisi Alam di Wonogiri 62
1) Hasil Penelitian 62
2) Pembahasan 64
b. Gerakan “Menanam Air” 65
1) Hasil Penelitian 65
2) Pembahasan 68
c. Faktor Pendukung dan Penghambat Gerakan 69
1) Hasil Penelitian 69
2) Pembahasan 71
d. Arah Pastoral 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1) Hasil Penelitian 72
2) Pembahasan 74
2. Rangkuman Hasil Penelitian dan Permasalahan yang
Ditemukan 75
BAB IV. USULAN PROGRAM KEGIATAN PENINGKATAN
KESADARAN UMAT PAROKI SANTO YUSUP BATURETNO
WONOGIRI DALAM GERAKAN “MENANAM AIR” DAN
MELESTARIKAN KEUTUHAN CIPTAAN 78
A. Latar Belakang Program
B. Tujuan Program
C. Usulan dan Bentuk Program
D. Matriks Program
E. Satuan Persiapan Program
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1: Transkrip Hasil Wawancara
Lampiran 2: Foto Hasil Penelitian
Lampiran 3: Data Penerima Bibit Pohon
Lampiran 4: Teks Misa
Lampiran 5: Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 6: Surat Keterangan Selesai Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab
Indonesia.
B. Singkatan Lain
ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
CFC : Chlorofluorocarbons
CH4 : Metana
CO2 : Carbon Dioksida
GBHN : Garis Besar Haluan Negara
Ha : Hektare
HUT : Hari Ulang Tahun
IPCC : The Intergovernmental Panel on Climate Change
IQ : Intelligence Quotient
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KK : Kepala Keluarga
KKN : Kuliah Kerja Nyata
KNLH : Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
N2 : Nitroksida
OMK : Orang Muda Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Perhutani : Perusahaan Hutan Negara Indonesia
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome
TEPAS : Temu Pastoral
TNI : Tentara Negara Indonesia
UU : Undang-Undang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab I, penulis akan menjelaskan mengenai latar belakang penulisan,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan
sistematika dalam penulisan.
A. Latar Belakang
“Bumi semakin panas” itulah ungkapan yang sering kita dengar saat ini.
Banyak orang yang mengeluh karena cuaca yang begitu panas di manapun kita
berada. Akhir-akhir ini warga Indonesia sering dipusingkan dengan masalah
lingkungan. Setiap tahun saat musim kemarau sering terjadi bencana kabut asap
yang melanda daerah Kalimantan dan Sumatra. Banyak orang yang merasa
dirugikan akan bencana tersebut, banyak negara yang mengajukan protes kepada
pemerintah Indonesia dan banyak pula korban bencana kabut asap yang tidak bisa
menikmati udara dengan bebas karena di beberapa tempat hanya ada 5% udara
bersih yang tersisa (Kompas: 2015).
Di pulau Jawa sendiri tidak lepas dari kebakaran hutan yang bahkan
sampai merenggut nyawa. Hal tersebut sangat disayangkan, mengingat semakin
sedikitnya hutan di pulau Jawa dan padatnya pemukiman penduduk sehingga akan
menimbulkan rasa tidak aman dan mengganggu kesehatan bagi lebih banyak
orang. Di beberapa daerah sering terjadi kekeringan, krisis air bersih dan bahkan
gagal panen karena hujan tak kunjung datang. Saat musim penghujan mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
datang dan curah hujan sangat tinggi, banyak terdapat kasus banjir bandang serta
tanah longsor yang melanda sebagian wilayah di Indonesia. Jakarta sebagai Ibu
kota negara juga tidak luput dari banjir yang terjadi setiap tahunnya (Kompas:
2015).
Bumi terasa semakin tua, dimana bumi semakin panas. Banyak orang
yang merasa tidak lagi nyaman hidup di bumi karena keadaannya yang semakin
tidak menentu, kadang terasa sangat panas, namun tiba-tiba hujan mengguyur
dengan derasnya. Keadaan semacam ini disebabkan oleh adanya pemanasan
global, akibat dari efek rumah kaca yang menyebabkan suhu bumi meningkat dan
menyebabkan bumi terasa sangat panas. Pemanasan global yang terjadi saat ini
disebabkan oleh meningkatnya emisi gas buang dari kendaraan bermotor, asap
pabrik dan penebangan pohon secara besar-besaran.
Kerusakan alam dan pemanasan global yang terjadi juga disebabkan
karena kebutuhan manusia yang semakin meningkat, sehingga manusia semakin
banyak mengeksploitasi alam untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kesalahan
perilaku manusia dalam mengeksploitasi alam termanifestasi dalam berbagai
bentuk seperti kesalahan kebijakan mengenai paradigma pembangunan,
industrialisasi yang tidak ramah lingkungan, lemahnya komitmen bersama untuk
mengelola lingkungan hidup dan lemahnya penegakan hukum di bidang
lingkungan hidup. Berbagai hal tersebut menyebabkan munculnya kerusakan
lingkungan baik hutan, lahan, terumbu karang, lapisan ozon, pencemaran udara,
air, laut dan sampah, serta berbagai macam kepunahan keanekaragaman hayati,
Sumber Daya Alam dan kepunahan mata air (Sonny Keraf, 2010: 16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Kepunahan sumber mata air merupakan sebuah krisis lingkungan hidup
yang sangat serius, mengingat manusia tidak bisa hidup tanpa air. Krisis air bersih
melanda sebagian besar negara di dunia seperti negara-negara di Afrika, negara-
negara di Timur Tengah, India, Amerika, Cina, bahkan di Indonesia. Krisis air
tersebut terjadi karena adanya pendangkalan sungai, pencemaran, kerusakan hutan
sebagai penyimpan air, eksploitasi gunung kapur atau kars secara besar-besaran
dan hilangnya sungai-sungai karena erosi. “Bank Dunia memperkirakan pada
tahun 2025 dua pertiga penduduk dunia kan kesulitan memperoleh air bersih dan
air minum” (Sonny Keraf, 2010: 49-50).
Kelangkaan air mampu menyebabkan banyak konflik apabila hal tersebut
tidak segera dicarikan solusinya. Konflik tersebut bisa terjadi tidak hanya antar
daerah sekitar namun juga antar negara. Indonesia sendiri menghabiskan dana
sebesar Rp. 37 trilyun untuk menyediakan air bersih. Minimnya air bersih di
Indonesia juga diperparah dengan adanya pencemaran air yang dapat menurunkan
kualitas air hingga ke tingkat yang membahayakan sehingga tidak dapat
digunakan. Nota Pastoral KWI tahun 2013 tentang Keterlibatan Gereja Dalam
Melestarikan Keutuhan Ciptaan no 8.6 (Nota Pastoral KWI) mengungkapkan jika
“Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan mencatat bahwa pada tahun
2011 dari 51 sungai besar di Indonesia, 32 di antaranya tercemar berat. Instalasi
pengolah air limbah baru terdapat di 11 kota di Indonesia dan hanya mampu
melayani 2,5 juta jiwa”.
Bencana dan krisis yang terjadi menandakan bahwa bumi kita sedang
menjerit kesakitan karena dosa yang kita timpakan kepadanya. Kita telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menggunakan dan menyalahgunakan kekayaan yang telah diberikan Allah kepada
kita dengan semena-mena dan serakah. Ensiklik Laudato Si yang dikeluarkan oleh
Paus Fransiskus mengajak kita untuk mengingat akan ajakan Santo Fransiskus
Asisi bahwa kita harus menjaga alam ciptaan karena alam ciptaan bagaikan rumah
kita bersama dan bagaikan saudara dan ibu yang senantiasa mengasuh dan
memberi kita berbagai kebutuhan di dalam hidup kita. Kita hendaknya
berterimakasih kepada alam dan lingkungan hidup di sekitar kita, tidak malah
merusaknya demi memenuhi hasrat kita semata, karena alam telah menumbuhkan
buah-buahan, beserta bunga dan rerumputan (Ensiklik Laudato Si, 2015:1). Salah
satu seruan Bapa Paus Fransiskus mengenai bumi yang mengalami kerusakan bisa
kita baca dalam kutipan di bawah ini:
Saudari ini sekarang menjerit karena segala kerusakan yang telah kita
timpakan kepadanya, karena tanpa tanggungjawab kita menggunakan dan
menyalahgunakan kekayaan yang telah diletakkan Allah di dalamnya.
Kita bahkan berpikir bahwa kitalah pemilik dan penguasanya yang
berhak menjarahnya. Kekerasan yang ada dalam hati kita yang terluka
oleh dosa, tercermin dalam gejala-gejala penyakit yang kita lihat pada
tanah, air, udara dan pada semua bentuk kehidupan. Oleh karena itu bumi
terbebani dan hancur termasuk kaum miskin yang paling ditinggalkan
dan dilecehkan oleh kita. Ia ”mengeluh dalam rasa sakit bersalin” (Rom
8:22). Kita lupa bahwa kita sendiri dibentuk dari debu tanah (Kej 2:7);
tubuh kita tersusun dari partikel-partikel bumi, kita menghirup udaranya
dan dihidupkan serta disegarkan oleh airnya (Ensiklik Laudato Si, 2015:
1).
Jauh sebelum dikeluarkannya Ensiklik Laudato Si, Allah juga mengajak
manusia untuk menjaga dan merawat alam ciptaan-Nya (bdk. Kej). Kehadiran
Allah di dalam diri Yesus juga menyatakan bahwa kasih-Nya amat besar terhadap
manusia dan alam ciptaan-Nya sehingga Ia tidak hanya mencipta namun juga
melindungi dan memelihara. “Allah adalah Kasih (bdk. 1 Yoh 4:16) dan kasih itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
tidak hanya ditujukan kepada manusia tetapi kepada semua makhluk yang telah
Ia ciptakan. Solidaritas dan kepedulian Allah terhadap ciptaan-Nya dalam
peristiwa penjelmaan, menjadi pegangan manusia untuk memperlakukan ciptaan
yang lain secara baik. Sehubungan dengan hal itu, manusia harus melepaskan diri
dari berbagai kelekatan seperti kekayaan dan kekuasaan (bdk. Mat 6:19-21), yang
sering dicapai dengan mengorbankan sesamanya atau makhluk ciptaan Tuhan
yang lain” (Nota Pastoral KWI, 2012: no 11).
Melihat keprihatinan yang terjadi pada alam sekitar, sudah ada beberapa
Gereja yang telah melakukan berbagai gerakan bagi kelestarian lingkungan hidup.
Ditambah saat ini sudah muncul berbagai macam ajakan dari Gereja seperti
adanya Nota Pastoral KWI, Arah Dasar KAS tahun 2011-2015 yang salah satu
pilarnya berisikan tentang lingkungan hidup, serta seruan Bapa Paus Fransiskus
yang mengeluarkan Ensiklik Laudato Si.
Salah satu paroki yang mengupayakan gerakan untuk lingkungan hidup
ialah Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri. Paroki Santo Yusup Baturetno
Wonogiri merupakan salah satu paroki yang ada di Keuskupan Agung Semarang
(KAS) dan terletak di wilayah selatan Kabupaten Wonogiri. Keadaan alam di
wilayah paroki ini merupakan bukit-bukit berbatu yang sangat tandus pada saat
kemarau, sedangkan pada musim penghujan terdapat cukup air untuk bercocok
tanam. Daerah Wonogiri akan terasa hijau saat musim penghujan karena banyak
orang yang akan menanam padi, namun pada saat musim kemarau datang
beberapa daerah di Wonogiri mengalami krisis air bersih sehingga air yang ada di
sana tidak mampu mencukupi kebutuhan warga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Melihat keprihatinan tersebut, umat Paroki Baturetno mulai
meningkatkan kepeduliannya akan lingkungan hidup khususnya mengenai
masalah air sejak lima tahun yang lalu. Gerakan ini mulai muncul saat salah
seorang umat yang baru pulang dari pertemuan di Klaten, mensharingkan
mengenai krisis air yang terjadi. Beliau mengungkapkan bahwa untuk bisa
memanen air maka kita harus menanam air. Cara yang digunakan untuk menanam
air ialah dengan menanam pohon-pohon besar yang akarnya mampu mengikat air
tanah yang cukup dalam dan membawanya ke permukaan. Jenis-jenis pohon yang
diusulkan untuk ditaman adalah pohon yang serumpun dengan beringin seperti
gayam, bereh dan tanaman-tanaman kuat yang mampu bertahan pada kondisi alam
Wonogiri yang berbatu-batu. Gerakan menanam pohon ini dinamakan dengan
gerakan “menanam air” karena manfaat yang didapatkan dari gerakan ini tidak
langsung kita rasakan, namun baru kita rasakan setelah beberapa puluh tahun lagi.
Beberapa usaha pastoral yang sudah dikembangkan untuk meningkatkan
kesadaran umat dan masyarakat ialah dengan pemutaran video mengenai sumber
air dan lingkungan di daerah Wonogiri, bekerjasama dengan perangkat desa untuk
saling memberi informasi dan mensosialisasikan gerakan “menanam air”,
membuat tema-tema perayaan natal, paskah dan HUT paroki yang bernafaskan
lingkungan hidup, serta mencari orang tua asuh untuk bibit pohon-pohon beringin
yang akan ditanam.
Usaha-usaha yang dilakukan mengalami banyak sekali kendala sehingga
gerakan ini tidak bisa berjalan mulus. Beberapa kendala yang dihadapi
diantaranya: kurangnya pemahaman dan kesadaran umat akan pentingnya pohon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dalam kehidupan, ada beberapa bibit yang malah dijadikan bonsai, terbakar atau
mungkin sengaja dibakar dan belum adanya data untuk orang tua asuh.
Dari uraian yang telah disampaikan di atas mengenai keprihatinan akan
keadaan saudara bersama kita yang sedang sakit yaitu bumi ini dan dengan
dikeluarkannya ensiklik dari Paus Fransiskus serta menanggapi gerakan yang
sedang dilakukan oleh umat di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri maka
penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi sebagai berikut: “MENANAM
AIR” SEBAGAI SATU BENTUK KEGIATAN PASTORAL
LINGKUNGAN HIDUP DI PAROKI SANTO YUSUP BATURETNO
WONOGIRI. Penulis ingin mengajak pembaca untuk lebih peduli dengan alam
sekitar dengan gerakan-gerakan peduli lingkungan yang dapat meringankan beban
bumi kita yang semakin tua serta mampu menjaganya untuk anak cucu kita.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini akan dirumuskan
sebagai berikut:
1. Sejauh mana kepedulian umat di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri
terhadap keberadaan air bersih?
2. Kegiatan pastoral lingkungan hidup seperti apa yang tepat sasaran bagi
gerakan “mananam air”?
3. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran umat akan pentingnya gerakan
“menanam air?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam karya tulis ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat kepedulian umat di Paroki Santo Yusup Baturetno
Wonogiri akan keberadaan air bersih.
2. Mengetahui kegiatan pastoral lingkungan hidup yang tepat sasaran guna
semakin mendukung gerakan “menanam air” di Paroki Santo Yusup
Baturetno Wonogiri.
3. Mengetahui cara meningkatkan kesadaran umat akan pentingnya gerakan
“menanam air”.
D. Manfaat Penulisan
Melihat berbagai permasalahan yang terjadi sehubungan dengan
lingkungan hidup, maka tulisan ini memberikan sedikit sumbangan bagi pihak-
pihak yang terkait. Adapun manfaat penulisan karya tulis ini bagi pihak-pihak
yang tekait ialah:
1. Bagi Penulis
Melalui karya tulis ini penulis belajar untuk semakin menyadari akan
keadaan alam yang semakin memprihatinkan dan mengajak penulis untuk
semakin menyadari akan pentingnya menghargai, mencintai, menjaga serta
melestarikan lingkungan hidup yang ada di sekitar. Melalui tulisan ini penulis
juga belajar untuk mencari bentuk-bentuk pastoral lingkungan hidup yang sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dengan keadaan yang ada di lapangan dan mengaplikasikannya di dalam tugas
pastoral saya nantinya.
2. Bagi Umat di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri
Diharapkan dengan adanya karya tulis ini, umat semakin sadar akan
lingkungannya dan mau terlibat aktif untuk mendukung gerakan “menanam air”
serta memahami dan menghayati peran serta mereka dalam gerakan tersebut,
sehingga mereka semakin menyadari pentingnya menghargai, mencintai, menjaga
dan melestarikan alam sebagai sesama ciptaan Allah.
3. Bagi Pembaca
Diharapkan pembaca dapat mengetahui mengenai kerusakan dan betapa
menderitanya alam sekitar kita. Mampu mengerakkan pembaca untuk berani
melakukan suatu gerakan bagi pelestarian lingkungan hidup. Diharapkan pula
pembaca dapat mengetahui mengenai gerakan pastoral lingkungan hidup
“menanam air” dan semakin terinspirasi untuk membuat gerakan yang serupa.
Selain itu agar pembaca semakin menghargai keberadaan alam ciptaan sebagai
sesama ciptaan Allah.
E. Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode penelitian deskripsi analisis
berdasarkan penelitian empirik dan kajian pustaka yang didukung dengan data
penelitian kualitatif. Data diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pastor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
paroki, penggagas gerakan, orang tua asuh (penanggungjawab penanaman dan
perawatan pohon beringin), serta tokoh masyarakat yang terlibat dalam gerakan
ini. Melalui data yang diperoleh, penulis akan menganalisis dan merumuskan
sumbangan pemikiran pastoral yang sesuai untuk mendukung gerakan ini.
F. Sistematika Penulisan
Demi memperoleh gambaran yang jelas, penulis membagi pokok-pokok
sistematika penulisan sebagai berikut:
Pada bab I, penulis akan menguraikan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
Bab II akan membahas mengenai gerakan pastoral “menanam air”
sebagai upaya pelestarian lingkungan dengan membahas dua pokok besar
mengenai pastoral dan lingkungan hidup.
Bab III terdiri dari tiga bagian yaitu gambaran umum mengenai Paroki
Santo Yusup Baturetno Wonogiri. Bagian kedua membahas mengenai penelitian
yang dilakukan. Bagian ketiga berisi mengenai laporan hasil penelitian,
pembahasan dan kesimpulan.
Bab IV membahas mengenai usulan program yang mampu mendukung
kegiatan pastoral lingkungan hidup di paroki Santo Yusup Baturetno dan
diharapkan agar program yang diusulkan semakin mampu mengajak umat untuk
peduli akan gerakan “menanam air”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian yaitu mengenai
kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah dengan didukung data hasil
penelitian dan bagian kedua berisikan saran yang ditujukan kepada petugas
pastoral di paroki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
“MENANAM AIR” SEBAGAI SATU BENTUK KEGIATAN PASTORAL
LINGKUNGAN HIDUP
Pada bab II, penulis akan menguraikan mengenai kajian pustaka yang
dipakai dari berbagai sumber. Bab ini akan membahas mengenai pastoral dan
lingkungan hidup yang akan membantu pembaca untuk lebih memahami
mengenai pastoral lingkungan hidup. Uraian mengenai pastoral terdiri dari
pengertian pastoral secara umum, sumber pelayanan pastoral dan gerakan
pastoral. Uraian yang kedua tentang lingkungan hidup yang berisi mengenai
pengertian lingkungan hidup, ruang lingkup lingkungan hidup, masalah
lingkungan hidup dan pelestarian lingkungan hidup. Pada bagian yang ketiga akan
dibahas secara singkat mengenai pengertian pastoral lingkungan hidup dan
bentuk-bentuk pelayanan pastoral lingkungan hidup demi pelestarian lingkungan.
Pembahasan secara lengkap mengenai kajian pustaka yang digunakan oleh penulis
akan diuraikan dalam pokok-pokok sebagai berikut, yang akan memudahkan
pembaca untuk lebih memahami mengenai kegiatan pastoral lingkungan hidup.
A. Pastoral
Adapun yang akan didalami dalam pokok-pokok bahasan ini ialah:
pengertian pastoral secara umum, sumber pelayanan pastoral dan gerakan
pastoral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1. Pengertian Pastoral Secara Umum
Pastoral sering diartikan hanya terbatas pada tugas dan karya seorang
imam atau pastor, namun sebenarnya pastoral memiliki arti yang lebih luas.
Pastoral berasal dari kata “pastor” dari bahasa Latin yang artinya gembala. Kata
pastor mendapat akhiran “al” yang dalam bahasa Indonesia berarti menunjuk pada
kata sifat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pastoral berarti yang
berhubungan dengan pastor, pendeta, gembala dan penghidupannya. Gembala
mengandaikan adanya suatu hubungan atau komunikasi antara yang
menggembalakan (pastor) dan yang digembalakan (umat) seperti yang kita lihat
dalam Yoh 10:14. Hubungan gembala dan dombanya ini didasari oleh cinta kasih
dan bukan sikap ingin menguasai yang digembalakan.
Kata pastoral diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seorang
pastor dalam hal memimpin ibadat, memberikan sakramen-sakramen,
mengunjungi orang sakit dan mengunjungi orang jompo. Namun pastoral bisa
pula diartikan sebagai seluruh kegiatan Gereja yang ditujukan kepada umatnya
demi memperkembangkan imannya dan tidak terbatas pada umat katolik saja
namun juga terbuka bagi seluruh umat. Semua orang bisa melaksanakan
pelayanan pastoral dan tidak terbatas pada pastor saja (Johanes Baptista, 2010: 7-
8).
Dalam Konsili Vatikan II, pastoral terutama dikaitkan dengan tindakan
penggembalaan Allah; Allah yang mewahyukan diri untuk menyelamatkan dan
menggembalakan umat-Nya. Dokumen Gaudium et Spes disebut sebagai
konstitusi pastoral karena Konsili Vatikan II ingin menguraikan hubungan Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dengan dunia dan umat manusia zaman sekarang serta ingin menanggapi situasi
konkret yang dihadapi oleh umat manusia pada zamannya (Madya Utama, 2011:
56).
Pemahaman yang diberikan oleh Konsili Vatikan II mengenai pastoral
menerangkan bahwa pelayanan pastoral tidak boleh dan tidak dapat lagi dikaitkan
secara eksklusif dengan tugas seorang imam. Pelayanan pastoral mencakup segala
hal yang berkaitan dengan penggembalaan Tuhan. Kegembalaan Tuhan tampak
dan perlu ditampakkan dalam kehidupan bersama/Gereja. Jadi pastoral berarti
segala usaha untuk membantu hidup iman bersama, sehingga Sang Gembala Ilahi
terasa tampil, hadir, menemani dan berkarya bagi semua manusia. Pelayanan
pastoral adalah pelayanan keselamatan bagi semua orang sebagai tugas dasar
Gereja, oleh semua anggota Gereja, selaras dengan bentuk, cara hidup dan
jabatannya (Madya Utama, 2011: 57).
Sang Gembala Ilahi yang tampil, hadir, menemani dan berkarya bagi
semua manusia bisa kita lihat dan rasakan secara langsung lewat orang-orang di
sekitar serta lewat alam sekitar. Allah hadir dan menemani manusia lewat udara
yang Ia berikan, lewat tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar kita serta lewat
segala ciptaan yang ada di bumi. Melihat kebaikan Allah tersebut hendaknya kita
menanggapinya dengan melakukan pelayanan pastoral.
2. Sumber Pelayanan Pastoral
Pelayanan pastoral yang dilakukan oleh Gereja mengalir dari dua buah
sumber utama, yakni Allah dan Yesus Kristus. Allah merupakan sumber yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pertama dan utama karena Allah masih terus bekerja dan memberikan diri-Nya
untuk menyelamatkan seluruh umat manusia dan semua ciptaan lainnya (bdk. Yoh
5:7; 9:4). Allah senantiasa bekerja tanpa henti untuk menyelamatkan semua
ciptaan-Nya karena cinta-Nya yang begitu besar. Cinta Allah yang begitu besar
ditunjukkan dengan mengutus putra-Nya Yesus Kristus untuk menyelamatkan
umat manusia. Yesus Kristus melalui hidup dan karya-Nya menampakkan
kehadiran Allah yang menyelamatkan manusia yang dilakukan lewat pewartaan-
Nya, tindakan-Nya, pergulatan-Nya, keberpihakan-Nya, cara hidup-Nya, serta
relasi-Nya (Madya Utama, 2011: 58).
Pewartaan Kristus berpusat pada Kerajaan Allah yang sudah dekat (Mrk
1: 15). Tindakan-Nya mengumpulkan murid dalam sebuah komunitas yang para
anggotanya saling memperlakukan sebagai saudara dan saudari yang setara (bdk.
Mrk 10: 28-30; Mat 23: 8-11). Pergaulan-Nya dengan kalangan luas mengundang
ke dalam persaudaraan yang inklusif, rela berbagi, menjadi saudara satu sama
lain (bdk. Mat 14:13-21; Yoh 6:1-13). Keberpihakan Yesus pada orang yang
tersingkirkan dari masyarakat (para pendosa, orang-orang miskin, orang sakit,
pemungut cukai). Cara hidup-Nya yang taat dan kritis terhadap peraturan (bdk.
Luk 13:10-17). Relasi Yesus yang begitu dekat dengan Allah yang Ia panggil
Bapa, mengajak kita untuk berelasi dengan Allah seperti yang telah Ia lakukan
(bdk. Mat 6:9-14; Luk 11: 2-4) (Madya Utama, 2011: 59).
Sikap Yesus Kristus menjadi suatu simbol pelayanan pastoral yang Ia
lakukan bagi umat manusia dimanapun mereka berada. Allah dan Yesus Kristus
merupakan sumber pelayanan pastoral yang pertama dan patut menjadi teladan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kita dalam menjalankan pelayanan pastoral di tengah-tengah masyarakat. Dengan
mengingat kedua sumber tersebut, maka dapat diartikan berpastoral merupakan
tindakan dan komitmen untuk bekerjasama dengan Allah dan Yesus Kristus guna
mewujudkan kehadiran Kerajaan Allah di tengah masyarakat sebagai komitmen
yang mengalir dari perjumpaan secara personal dan intim dengan Allah dalam
Yesus Kristus.
3. Gerakan Pastoral
Dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang tahun 2011-2015
disebutkan bahwa langkah pastoral yang akan ditempuh ialah pengembangan
umat Allah terutama optimalisasi peran kaum awam, secara berkesinambungan
dan terpadu dalam perwujudan iman di tengah masyarakat, pemberdayaan Kaum
Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel (KLMTD), serta pelestarian keutuhan
ciptaan.
Pada bagian pertama alinea ketiga dari arah dasar Keuskupan Agung
Semarang telah dijabarkan mengenai fokus pelestarian lingkungan seperti berikut:
Fokus pelestarian menunjuk pada keutuhan ciptaan. Ardas menegaskan
komitmen umat Allah untuk menghadirkan Kerajaan Allah yang
mencakup pemulihan keadaan alam semesta sehingga terciptalah "langit
baru dan bumi baru" (ARDAS KAS, 2011-2015: alinea 3)
Dalam hal ini, Keuskupan Agung Semarang tidak hanya ingin mengajak
umat Allah untuk menghargai sesama, namun juga ingin mengajak umat agar
lebih peduli pada alam ciptaan, sehingga gerakan pastoral yang ada tidak hanya
terbatas pada sesama manusia namun juga pada sesama ciptaan Allah yaitu alam
semesta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gerakan Pastoral di Keuskupan Agung Semarang tersebut sudah banyak
diikuti oleh Gereja-Gereja yang ada di KAS. Beberapa paroki telah melakukan
gerakan hijau di parokinya masing-masing seperti di Paroki Salam yang mulai
memanfaatkan air hujan sebagai air minum, Paroki Kelor yang sedang giat-
giatnya membudidayakan tanaman kelor dan membuat lahan di sekitar paroki
menjadi lahan hijau. Paroki Baturetno juga telah melakukan gerakan pastoral
lingkungan hidup dengan menanam pohon beringin yang merupakan sumber
penyerap air tanah.
Gerakan yang dilakukan oleh umat di Paroki Baturetno berawal dari
keprihatinan mereka akan air bersih yang semakin berkurang dan semakin sulit
didapatkan. Umat akhirnya mengusulkan kepada romo paroki untuk membuat
suatu gerakan “menanam air”. Dalam gerakan ini umat terlibat aktif dan ikut
berpartisipasi menjadi orang tua asuh bagi pohon beringin yang mereka bawa
pulang. Melihat gerakan ini berasal dari umat, oleh umat dan untuk umat serta
masyarakat maka penulis ingin mengupas lebih dalam mengenai gerakan
“menanam air” dari narasumber sehingga semakin memahami kesulitan yang
mereka hadapi serta mampu mengusahakan solusi bagi permasalahan yang ada.
Gerakan-gerakan pastoral yang dilakukan di setiap paroki selain untuk
mendukung gerakan ARDAS KAS 2011-2015 juga untuk ikut serta menghadirkan
Kerajaan Allah di tengah-tengah umat dan masyarakat. Sekecil apapun gerakan
pastoral yang berpusat pada lingkungan menjadi sarana untuk mewujudnyatakan
Kerajaan Allah di tengah-tengah kita. Gerakan-gerakan itu mampu membuat
sekitar kita menjadi tempat yang asri, aman dan nyaman untuk ditempati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
B. Lingkungan Hidup
Uraian yang kedua berisi mengenai pengertian lingkungan hidup, ruang
lingkup lingkungan hidup, masalah lingkungan hidup dan pelestarian lingkungan
hidup.
1. Pengertian Lingkungan Hidup
Menurut Piet Go pengertian lingkungan hidup secara umum ialah
keseluruhan persyaratan kehidupan, khususnya bagi manusia, tetapi dilihat pula
dari keterjalinan serta ketergantungan timbal balik antara makhluk-makhluk yang
lain dengan ruang hidupnya. Untuk mengungkapkan lingkungan hidup yang
dipahami sebagai pemukiman itu dipakailah istilah Yunani “oikos” yang berarti
rumah atau rumah tangga dan untuk ilmu yang membahas mengenai lingkungan
hidup dipakailah istilah “ekologi”, yang merupakan ilmu yang mempelajari
hubungan-hubungan makhluk-makhluk terhadap lingkungannya (Piet Go, 1989:
1).
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 2009, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (UU
Lingkungan Hidup, 2009: pasal 1 ayat 1). Merujuk pada definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa lingkungan hidup Indonesia merupakan kawasan Nusantara,
yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim
tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dengan peranan strategis yang tinggi nilainya tempat bangsa Indonesia
menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya (Wikipedia, 18
Agustus 2015).
Lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk
hidup, termasuk manusia, berupa benda, daya dan keadaan yang mempengaruhi
kelangsungan makhluk hidup, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam
lingkungan hidup terdapat ekosistem yaitu unsur-unsur lingkungan hidup, baik
yang hidup (biotik) seperti manusia, tumbuhan, hewan, maupun yang tidak hidup
(abiotik) seperti tanah, air dan udara yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Manusia bersama dengan ciptaan yang lain merupakan bagian
dari lingkungan hidup dan keduanya mempunyai hubungan timbal balik yang
amat erat (Nota Pastoral KWI, 2013: alinea 4). Dari beberapa pernyataan
mengenai lingkungan hidup di atas bisa kita simpulkan bahwa lingkungan hidup
merupakan semua aspek kehidupan yang ada di sekitar kita baik berupa benda
hidup dan tidak hidup, keadaan alam yang mempengaruhi kelangsungan hidup
secara langsung maupun tidak langsung.
2. Ruang Lingkup Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup memiliki ruang lingkup tersendiri yang terdiri dalam
ekosistem yaitu unsur-unsur lingkungan hidup, baik yang hidup (biotik) seperti
manusia, tumbuhan, hewan, maupun yang tidak hidup (abiotik) seperti tanah, air
dan udara yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu dengan yang
lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 1997, ruang lingkup
lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak
berdaulat, dan yurisdiksinya. Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu
tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan
saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan
produktivitas lingkungan hidup.
Menurut Piet Go satuan lingkungan hidup disebut “ekosistem”.
Ekosistem manusia bukanlah melulu “alam murni”, melainkan sudah diolah
menjadi kebudayaan dan peradaban. Ekosistem manusia dibagi dalam dua lingkup
yaitu lingkungan primer (biosper) yang terdiri dari udara, air, gas, mineral, flora
dan fauna. Sedangakan lingkungan sekunder (technosphere) terdiri dari bangunan,
mesin, industri, sistem informasi, lalu lintas dan sebagainya (Piet Go, 1989: 15).
3. Masalah Lingkungan Hidup
Kerusakan dan masalah lingkungan hidup dapat terjadi karena adanya
bencana alam (gunung meletus, gempa bumi, tsunami) ataupun akibat dari ulah
manusia yang dapat menyebabkan kerusakan ekologis yang tidak dapat dipulihkan
oleh alam serta dapat membahayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Masalah lingkungan hidup atau krisis ekologi sebenarnya lebih banyak
disebabkan karena adanya kehancuran, kerusakan dan pencemaran lingkungan
yang disebabkan oleh ulah manusia yang ingin menguasai alam semesta (Sonny
Keraf, 2010: 26).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Menurut Sonny Keraf krisis dan bencana lingkungan hidup global dapat
dibedakan ke dalam empat macam krisis dan bencana yaitu: pencemaran,
kerusakan, kepunahan dan kekacauan iklim global. Maka untuk memperjelasnya
kita akan membahasnya satu persatu.
a. Kerusakan Lingkungan Hidup
Yang termasuk dalam kerusakan lingkungan hidup ialah kerusakan
hutan, kerusakan lapisan tanah, kerusakan terumbu karang dan kerusakan lapisan
ozon. Kerusakan hutan yang terjadi di dunia awal abad ke-20 mencapai 5 milyar
ha. Namun karena semakin luas hamparan hutan yang dirusak di berbagai belahan
dunia maka diperkirakan luas hamparan hutan hanya tinggal 5 milyar ha, dengan
perkiraan laju kerusakan mencapai 7 juta ha per tahun. Di Indonesia laju
kerusakan hutan berkisar antara 2-3 juta ha per tahun yang disebabkan karena
pembukaan hutan baik secara legal maupun ilegal yang terus meningkat sejak 20
tahun terakhir. Kerusakan hutan menyebabkan rusaknya lapisan tanah yang subur,
hilang dan punahnya flora dan fauna, munculnya bencana banjir dan tanah
longsor, hilangnya sumber mata air, serta kerusakan dan ganggunan ekosistem.
Kerusakan terumbu karang juga meningkat dari tahun ke tahun yang
disebabkan karena praktek pengeboman ikan, sedimentasi, pencemaran akibat
limbah dari daratan, penambangan karang dan pencemaran laut oleh tumpahan
minyak dari kapal. Ancaman terhadap terumbu karang juga terjadi akibat dari
semakin tingginya suhu atau temperatur permukaan air laut yang merupakan
gejala perubahan iklim global. Berdasar laporan Loke Ming Chou sekitar 40%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan dan mengalami penurunan
kualitas terumbu karang. Henning Steffen, tahun 2001 menyatakan terumbu
karang Indonesia mengalami kerusakan hingga 90% dalam 5 tahun terakhir akibat
penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Dampak utama kerusakan
terumbu karang adalah menurunnya populasi biota laut, menurunnya daya tarik
wilayah objek wisata bahari, berkurangnya sumber mata pencaharian penduduk,
hilangnya habitat ikan terumbu karang, selain itu hilangnya terumbu karang juga
menyebabkan hilangnya peredam peningkatan suhu.
Kerusakan lahan terjadi akibat rusaknya permukaan tanah, hal ini terjadi
karena pola pertanian intensif dengan menggunakan pupuk kimia yang merusak
lapisan tanah. Degradasi tanah yang terjadi di dunia mengalami peningkatan yang
sangat pesat setiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan akan mengalami
penggurunan di beberapa wilayah di Sumatra dan Jawa apabila degradasi tanah,
penggunaan pupuk kimia semakin meningkat pesat. Sumatra dan Jawa merupakan
dua pulau yang mengalami krisis lahan yang cukup tinggi akibat dari
pertambangan dan pembukaan lahan yang dibiarkan begitu saja tanpa adanya
pengembalian lahan seperti semula.
Kerusakan lapisan ozon disebabkan oleh zat perusak berupa bahan kimia
CFC dari media pendingin dan pendorong spray aerosol, bromin halocarbon, dan
nitrogen oksida dari pupuk kimia. Rusaknya lapisan ozon menyebabkan
timbulnya berbagai macam penyakit, kerusakan flora dan fauna, gagal panen dan
ancaman terhadap terhadap plankton sebagai makanan berbagai biota laut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
b. Pencemaran Lingkungan Hidup
Ada lima macam pencemaran lingkungan hidup yaitu pencemaran udara,
pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran laut dan sampah. Pencemaran
udara terjadi akibat dari sumber yang tidak bergerak yaitu aktivitas industri,
kebakaran hutan dan sampah maupun sumber yang bergerak yaitu dari alat
transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil. Pencemaran udara
mengakibatkan berbagai jenis penyakit kronis seperti gangguan saluran
pernafasan, penurunan IQ, impotensi dan gangguan syaraf, adanya perubahan
iklim dan pemanasan global. Pencemaran udara yang terjadi di Indonesia sangat
memperihatinkan karena parameter kualitas udaranya telah melampaui baku mutu
ambiven, serta telah terjadi hujan asam di kota-kota besar. Salah satu penyebab
pencemaran udara yang terbesar ialah pembakaran dan kebakaran hutan.
Pencemaran air merupakan krisis lingkungan hidup yang sangat serius.
Hal ini terjadi karena pembuangan limbah yang berbahaya dan beracun (B3), erosi
dan pendangkalan sungai dan danau akibat kerusakan hutan. Menurut KNLH
debit air di 34 sungai pada tahun 2006 menunjukkan 14 sungai memiliki kondisi
hidrologis yang buruk akibat dari kerusakan dan pendangkalan daerah aliran
sungai. Pulau Jawa dan Bali sudah mengalami defisit air khususnya di musim
kemarau. Saat ini banyak orang yang tidak berani mengonsumsi air alamiah dari
sumber alami karena sumber mata air tidak lagi bebas dari pencemaran dan tidak
aman dikonsumsi. Pencemaran air terbesar disebabkan oleh limbah industri yang
pengolahan limbahnya tidak ramah lingkungan selain itu juga karena penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan. Hal tersebut menyebabkan sungai-
sungai di Indonesia memiliki status mutu yang tercemar berat.
Pencemaran laut terjadi karena pembuangan limbah cair berupa minyak,
pencemaran dan kecelakaan aktivitas tambang minyak lepas pantai. Dampak dari
pencemaran laut dan pesisir adalah mati dan punahnya berbagai biota laut serta
rusaknya terumbu karang sebagai habitat berkembangnya biota laut.
Sampah rumah tangga khususnya di kota besar menjadi masalah serius.
Akibat gaya hidup membuat orang semakin konsumtif dan meninggalkan banyak
sekali limbah padat yang sulit untuk terurai seperti botol air dan berbagai jenis
bungkus makanan dari plastik. Sampah menjadi persoalan besar karena
membutuhkan area pengolahan yang luas, sampah menimbulkan berbagai macam
pencemaran udara, air dan membutuhkan biaya yang besar dalam pengolahannya.
Semakin besar jumlah penduduk, semakin besar pula produksi sampah setiap
harinya selain itu budaya membuang sampah sembarangan semakin memperparah
pencemaran. Peraturan yang ada tidak menjamin kesadaran dari masyarakat
sendiri untuk membuang dan memanfaatkan sampah dengan baik.
c. Kepunahan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Kepunahan yang terjadi telah menyerang keanekaragaman hayati,
punahnya sumber daya alam dan sumber mata air. Kepunahan keanekaragaman
hayati atau berkurangnya jumlah keanekaragaman hayati telah menjadi perhatian
dunia karena keadaannya yang semakin memperihatinkan. Dari 1.000 spesies
burung 21% diantaranya terancam dan berkurang populasinya, 20% dari 5.416
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
spesies mamalia terancam dan 39% ikan ikut terancam. Hal ini disebabkan oleh
proses alam dan bencana selain itu disebabkan juga oleh perilaku manusia yang
menimbulkan terjadinya kerusakan dan kebakaran, aktivitas ilegal seperti jual beli
flora dan fauna langka juga turut serta mengurangi keanekaragaman hayati.
Pembabatan hutan dan alih fungsi hutan, kerusakan ekosistem akibat pola
pertanian yang tidak ramah lingkungan ikut ambil bagian merusak
keanekaragaman hayati. Pengeboman ikan, degradasi habitat dan pemanasan
global merupakan sebab-sebab lain dari punahnya keanekaragaman hayati.
Banyak spesies hewan yang benar-benar terancam punah karena habitatnya
dirusak atau mengalami perubahan.
Kepunahan sumber mata air adalah sebuah krisis lingkungan hidup yang
serius karena air merupakan sumber kehidupan baik untuk minum maupun untuk
aktivitas produktif seperti pertanian dan industri, kepentingan sanitasi dan
kesehatan. Tanpa air tidak akan ada kehidupan. Bank Dunia memperkirakan pada
tahun 2025 dua pertiga penduduk dunia akan kesulitan memperoleh air bersih dan
minum. Hilangnya sumber mata air terjadi karena kerusakan hutan sebagai tempat
penyimpanan air, eksploitasi besar-besaran terhadap gunung kapur (kars) sebagai
tempat penampungan air, perubahan iklim juga turut memperparah berkurangnya
pasokan air karena semakin besarnya proses evaporasi yang menyebabkan sungai
dan sumber mata air semakin berkurang. Pendangkalan sungai akibat erosi,
berkurangnya debit air juga termasuk masalah serius yang dialami di Indonesia
yang mampu mengancam kebutuhan air bagi manusia, flora dan fauna. Banyak
sungai dan danau yang mulai hilang akibat pendangkalan di berbagai negara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Krisis air karena kekurangan sumber mata air, pencemaran, kekeringan dan banjir
diprediksi akan menjadi salah satu sumber pertikaian dan konflik sosial di masa
yang akan datang. Krisis air juga mampu mempengaruhi krisis pangan karena
semakin banyak areal pertanian yang tidak teraliri air yang memadahi.
Kepunahan sumber daya alam adalah isu yang tidak kalah penting.
Kepunahan ini hendaknya menjadi perhatian serius khusunya kepunahan energi
yang tidak dapat terbarukan. Kesalahan dalam mengelola dan dalam kebijakan
pembangunan di masa lalu, menyebabkan penurunan dan terancam punahnya
sumber daya alam di Indonesia. Hutan, ikan dan sumber daya laut, mineral, batu
bara, minyak bumi telah mengalami penurunan dan terancam punah. Kepunahan
sumber daya ini merugikan dari segi ekonomi dan juga rusak dan tercemarnya
ekosistem lingkungan hidup di sekitarnya. Hal itu menyebabkan menurunnya
kesejahteraan anak cucu kita dan kualitas hidup yang buruk karena rusaknya
lingkungan hidup.
d. Kekacauan Iklim Global
Kekacauan iklim global atau yang lebih dikenal dengan perubahan iklim
merupakan masalah yang sudah sering dibahas. Kekacauan iklim ini disebabkan
karena sinar matahari yang dipantulkan ke bumi dipantulkan kembali oleh gas
rumah kaca yang ada di atmosfer dan tertahan disana sehingga semakin menebal
dan menyebabkan sinar matahari yang akan masuk ke bumi, terperangkap dan
kembali memanasi permukaan bumi, sehingga menyebabkan suhu di permukaan
bumi semakin meningkat dan menyebabkan kekacauan iklim global. Gas rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
kaca terdiri dari beberapa jenis yaitu: karbondioksida (CO2), metana (CH4) dan
Nitroksida (N2). CO2 memiliki andil yang besar dalam menyebabkan efek rumah
kaca yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang berasal dari
industri, transportasi, kebakaran hutan, pembakaran sampah dan sumbangan gas
metana dari pembusukan sampah dan pertanian.
Peningkatan emisi gas rumah kaca juga disebabkan karena penggundulan
hutan yang terjadi di seluruh dunia. Beberapa contoh perubahan iklim yang terjadi
diantaranya ialah adanya anomali cuaca atau perubahan musim yang
menyebabkan hujan turun tidak pada waktunya dan kemarau yang semakin
panjang, hal tersebut mempengaruhi pertanian yang ada di Indonesia, kelangkaan
air, kebakaran hutan, bencana alam seperti angin kencang, laut bergelombang dan
hujan lebat yang menyebabkan banjir. Terjadinya badai tropis yang terjadi di
seluruh belahan dunia yang merengut korban jiwa dan harta benda. Badai juga
menganggu aktivitas manusia seperti kecelakaan pesawat, nelayan tidak bisa
melaut karena gelombang besar, tidak normalnya perkembangan tanaman yang
dapat menyebabkan jebakan pangan dan kelaparan di berbagai dunia.
Saat ini fenomena mencairnya es di Kutub mengalami kemajuan yang
mengejutkan. Para pakar terkejut karena hilangnya bongkahan es hampir dua kali
lipat daratan Inggris. Menurut Robert Corell, es yang meleleh memiliki kecepatan
2 meter per jam sepanjang 5 kilometer dengan kedalaman 1.500 meter. Fenomena
mengapungnya gunung es di sekitar Selandia Baru dan Australia merupakan
sebuah peringatan serius akan mencairnya es di Kutub akibat perubahan iklim.
Akibat mencairnya es di Kutub menyebabkan naiknya permukaan laut sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
banyak pulau kecil akan tenggelam dan banyak kota besar akan terendam air. The
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memprediksikan pada abad
ini akan terjadi kenaikan permukaan laut sebesar 18-59 sentimeter dan menurut
data baru, kenaikan bisa mencapai 2-12 meter. Dampak besar kenaikan
permukaan air laut akan sangat dirasakan oleh negara-negara kepulauan seperti
Indonesia karena akan banyak pulau yang tenggelam dan akan terjadi migrasi
besar-besaran (Sonny Keraf, 2010: 62).
Anomali cuaca juga menyebabkan berbagai jenis penyakit menular yang
baru seperti flu burung, flu babi, SARS dan penyakit lainnya yang diperkirakan
ada sebanyak 30 penyakit baru dalam kurun waktu 25-30 tahun terakhir.
Kekacauan iklim juga menyebabkan banyak spesies flora dan fauna yang
terancam punah. Hal tersebut dikarenakan rusaknya ekosistem akibat
terganggunya kelembaban dan kekeringan yang tidak normal. Menurut pakar
biologi, kepunahan ini terjadi 100 kali lebih banyak daripada yang normal terjadi.
Selain flora dan fauna, terumbu karang juga terancam rusak dan punah karena
suhu udara yang semakin naik.
4. Pelestarian Lingkungan Hidup
Pelestarian Lingkungan Hidup menurut Macy, hendaknya menekankan
pentingnya kesadaran akan diri manusia sebagai pribadi dan bagian alam semesta.
Manusia berada dengan makhluk ciptaan lain dan bukan penghuni tunggal di
dalam jagad raya, sehingga diharapkan manusia mengenal garis batas akan
kepentingan diri (William Chang, 2005: 79).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Nota Pastoral KWI yang dikeluarkan pada tahun 2013 menyatakan
bahwa:
Di antara segala ciptaan, manusia adalah satu-satunya makhluk yang
secitra dengan Allah (bdk. Kej 1:27). Sebagai citra Allah, manusia
mempunyai martabat sebagai pribadi yang mampu mengenali dirinya
sendiri, menyadari kebersamaan dirinya dengan orang lain, dan
bertanggung jawab atas makhluk ciptaan yang lain. Manusia adalah
rekan kerja Allah dalam menata, menjaga, memelihara dan
mengembangkan seluruh alam semesta ini. Allah memberikan
kepercayaan kepada manusia untuk memelihara dan mengolah dengan
bijaksana alam semesta ini serta berupaya menciptakan hubungan yang
harmonis di antara semua ciptaan (bdk. Kej 2:15). Oleh karena itu,
manusia harus mengelola bumi dengan segala isinya ini dalam kesucian
dan keadilan. Manusia tidak berhak memboroskan dan merusak alam
serta sumber-sumbernya dengan alasan apapun.
Kutipan dari Nota Pastoral KWI 2013 di atas ingin mengajak manusia
untuk peduli dengan lingkungan sekitar dan menjaga kelestariannya karena
manusia dipanggil untuk bertanggungjawab atas ciptaan yang lain. KWI
menyatakan bahwa Allah adalah kasih maka Ia telah menciptakan dan menjaga
seluruh ciptaan-Nya dan dengan kasih-Nya pula Ia mengajak manusia untuk
mencintai alam ciptaan-Nya serta menjaga tanpa adanya keinginan untuk
menguasai (Nota Pastoral KWI, 2013: no 11).
Gereja juga diajak untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah-
masalah lingkungan hidup seperti yang terdapat dalam kutipan di bawah ini:
Kepedulian Gereja tersebut tampak dalam pemikiran dan pandangan para
Bapa Gereja. Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Pastoral Gaudium et
Spes No. 69 menyatakan “Allah menghendaki, supaya bumi beserta
segala isinya digunakan oleh semua orang dan sekalian bangsa, sehingga
harta–benda yang tercipta dengan cara yang wajar harus mencapai semua
orang, berpedoman pada keadilan, diiringi dengan cinta kasih”. Para
Bapa Konsili meyakini bahwa Allah telah menganugerahkan bumi
dengan segala kekayaannya sebagai rumah bersama semua manusia dan
semua makhluk. Semua manusia, tanpa kecuali, berhak menikmati dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
mendapatkan sumber penghidupan dari kekayaan alam semesta ini (Nota
Pastoral KWI, 2013: no 13).
Dalam dunia yang semakin modern dengan keadaan bumi yang semakin
memprihatinkan, Gereja diajak untuk semakin meningkatkan kepeduliannya akan
lingkungan hidup seperti yang telah diserukan oleh Bapa Paus Fransiskus dalam
ensiklik Laudato Si dan Nota Pastoral KWI tahun 2013. Seruan dalam Nota
Pastoral tersebut bisa kita simak pada kutipan yang ada di bawah ini.
Kepedulian Gereja terhadap usaha-usaha untuk melestarikan keutuhan
ciptaan perlu ditingkatkan. Salah satu hal penting dan mendesak untuk
dilakukan adalah membangun dan mengembangkan pertobatan ekologis
demi terwujudnya rekonsiliasi atau pendamaian antara manusia dengan
seluruh ciptaan. Pertobatan ini tidak hanya berhenti pada lahirnya kesa-
daran baru, bahwa lingkungan hidup penting untuk kehidupan manusia,
melainkan adanya perubahan positif yang signifikan dalam memandang
dan memperlakukan alam semesta (Nota Patoral KWI, 2013: no 21).
Gereja juga mengajak manusia sebagai individu untuk merubah cara
pandang yang “egosentris” menjadi “biosentris” yaitu dengan memanfaatkan
sumber daya alam secara bijaksana didasari oleh kebutuhan hidup yang
berkelanjutan tanpa adanya keinginan untuk menguasai. Pembangunan yang ada
hendaknya dilaksanakan sesuai dengan pembangunan berwawasan lingkungan
serta menempatkan alam sebagai mitra kehidupan manusia dan rumah bagi segala
makhluk. Pastoral Lingkungan hidup hendaknya juga dilakukan secara
menyeluruh dan berkesinambungan yang mengajak semua lapisan masyarakat
untuk berjalan secara teratur, terarah dan terus menerus.
Pelestarian lingkungan hidup harus terus digalakkan dan menjadi
prioritas utama karena bila tidak diprioritaskan maka lingkungan hidup akan
rusak. Menurut GBHN 1988 bab IV no. 13 “Sumber Alam dan lingkungan hidup”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dalam rangka pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup”. Salah satu
upaya yang bisa kita lakukan adalah menumbuhkan wawasan lingkungan hidup
dalam setiap pembangunan kehidupan.
Cara lain yang bisa dilakukan untuk melestarikan lingkungan hidup ialah
dengan membuat peraturan hukum yang ketat dengan sanksi yang berat serta
diberlakukan dengan adil dan benar kepada siapa saja yang melanggar peraturan
itu, agar memberikan efek jera kepada pelaku pengerusakan lingkungan.
Setelah membahas mengenai pastoral dan mengenai lingkungan hidup
dan keprihatinannya maka penulis akan menguraikan mengenai pastoral
lingkungan hidup dan unsur-unsur yang ada di dalamnya. Lewat tulisan ini
diharapkan umat dan pembaca semakin memahami mengenai pastoral lingkungan
hidup serta semakin memudahkan mereka untuk menghargai alam ciptaan lewat
gerakan pastoral yang mereka ikuti.
C. Pastoral Lingkungan Hidup
Salah satu bidang pelayanan pastoral yang bisa kita lakukan ialah
pelayanan pastoral lingkungan hidup. Hal tersebut untuk menanggapi keprihatinan
dunia akan rusaknya rumah kita bersama yaitu bumi kita, seperti yang diserukan
oleh Bapa Paus Fransiskus. Kita bisa menghadirkan Allah secara nyata dengan
membantu sesama kita lewat gerakan-gerakan pastoral lingkungan hidup seperti
yang sudah dilakukan oleh beberapa paroki untuk melestarikan keutuhan ciptaan
dengan gerakan-gerakan menanam atau mengolah sampah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
1. Pengertian Pastoral Lingkungan Hidup (Eko-Pastoral)
Pastoral lingkungan hidup atau yang sering disebut sebagai eko-pastoral
sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pastoral ini sudah sering digadang-gadangkan
sejak lama mengingat kondisi bumi yang semakin memperihatinkan. Agar lebih
memahami mengenai pastoral lingkungan hidup atau eko-pastoral maka kita akan
mengupas arti kata eko-pastoral itu sendiri.
Eko-pastoral berasal dari kata ekologi dan pastoral. Ekologi berasal dari
dua kata dasar Yunani yaitu oikos (rumah, tempat tinggal) dan logos (kata,
uraian). Dengan kata lain ekologi merupakan ilmu tentang hubungan antar
organisme yang hidup dengan lingkungannya. Ekologi bertujuan untuk
memperoleh pemahaman menyeluruh tentang keadaan jagat raya (William Chang,
2005: 1-2). Sedangkan arti pastoral menurut Konsili Vatikan II pastoral berarti
segala usaha untuk membantu hidup iman bersama, sehingga Sang Gembala Ilahi
terasa tampil, hadir, menemani, dan berkarya bagi semua manusia (Madya Utama,
2011: 56-57). Jadi Eko-pastoral merupakan sebuah usaha bersama untuk semakin
meningkatkan iman bersama sehingga Sang Gembala Ilahi terasa hadir dan
berkarya yang kemudian dikhususkan dalam hal lingkungan hidup dan pelestarian
lingkungan hidup dengan meningkatkan kesadaran mengenai permasalahan
lingkungan yang ada.
Menurut tulisan Romo Bagus Kusuwanta, Pr dalam sesawi.net eko-
pastoral dapat dipahami sebagai suatu kesadaran pastoral gerejani yang bermuara
pada pembangunan yang berkelanjutan. Pernyataan Romo Bagus dapat kita simak
dalam kutipan di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Eco-pastoral merupakan sebuah simptom kesadaran pastoral gerejani
yang berasal dari perubahan baru yang berlangsung dalam cara
memandang pembangunan (development) dalam dunia ekonomi dan
politik global sejak dasawarsa 1970-an (misalnya dokumen “Limits to
Growth” yang dikeluarkan oleh The Club of Rome, 1972) (Bagus
Kusuwanta Pr, 2012: Sesawi.net).
Eko-pastoral dicanangkan karena adanya pola pembangunan yang
semakin mengabaikan keberlanjutan ekosistem di bumi yang menyebabkan
kerusakan lingkungan, budaya dan masa depan generasi yang akan datang.
Melihat keprihatinan tersebut banyak pihak yang mulai mencanangkan
pembangunan berkelanjutan, tidak terkecuali dari pihak Gereja sendiri. Beberapa
dokumen Gereja Katolik juga menyuarakan tentang keprihatinannya akan
lingkungan hidup. Melalui segala keprihatinan tersebut muncullah istilah
“keutuhan ciptaan” yang kemudian menjadi suatu gerakan pastoral di dalam
Gereja katolik yang semakin menumbuhkan kesadaran ekologis di antara anggota
Gereja sehingga memunculkan istilah eko-pastoral dikalangan Gereja katolik.
2. Bentuk-Bentuk Pelayanan Pastoral Lingkungan Hidup
Ada berbagai macam pelayanan pastoral yang ada di sekitar kita yang
ditujukan kepada bidang-bidang kehidupan manusia. Pada bagian ini kita akan
mencari lebih dalam mengenai bentuk pelayanan pastoral yang sudah berjalan dan
dapat kita lakukan khususnya demi pelestarian lingkungan hidup. Majalah Hidup
edisi 44 tahun ke 69 yang terbit pada 1 November 2015, dalam artikel-artikelnya
membahas mengenai lingkungan hidup. Maka kita bisa melihat bentuk-bentuk
pelayanan pastoral mengenai lingkungan hidup yang sudah terlaksana dan bisa
kita lakukan antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
a. Membangun habitus peduli lingkungan hidup dengan membentuk seksi
lingkungan hidup di paroki. Habitus peduli lingkungan bisa diwujudkan
dengan membuat Kebun Sadar Lingkungan seperti yang dilakukan oleh
paroki-paroki di Keuskupan Agung Jakarta. Kegiatan yang sudah dilakukan
ialah memilah sampah organik dan anorganik untuk dimanfaatkan lebih lanjut
baik untuk pupuk kompos untuk sampah-sampah organik dan membuat
kerajinan untuk sampah-sampah anorganik.
b. Berusaha mengajak umat untuk menanam tumbuh-tumbuhan baik pohon
maupun tanaman sayur-mayur di sekitar pekarangan mereka.
c. Membuat gerakan paroki go green seperti yang dilakukan oleh Keuskupan
Bogor dengan membuat biopori, menanam pohon dan mengajak umat untuk
dapat mewujudkan imannya dalam kegiatan bersama yang berorientasi pada
lingkungan.
d. Melakukan pertobatan ekologis dengan menyadarkan umat akan tindakan
mereka yang terlalu sering mengeksploitasi bumi tanpa memikirkan dampak
ke depan.
Melihat berbagai keprihatinan yang terjadi di sekitar kita serta
menanggapi adanya seruan Gereja mengenai lingkungan hidup maka diharapkan
gereja khususnya Paroki Santo Yusup Baturetno dapat menemukan cara yang
tepat sasaran untuk mendukung gerakan pastoral lingkungan hidup yang sudah
berjalan. Cara-cara yang digunakan dalam mendukung gerakan pastoral
lingkungan hidup hendaknya mampu mendorong umat di Paroki Baturetno dan
warga sekitar untuk semakin sadar akan gerakan ini dan terlibat aktif di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
menjalankannya. Dalam tulisan ini diharapkan umat Paroki Baturetno mampu
menyadari akan peran mereka dan menghayatinya serta mampu membawa
Kerajaan Allah di tengah-tengah mereka. Inilah fokus yang akan didalami lebih
lanjut dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Penelitian tersebut akan
dijabarkan dalam bab berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
KEGIATAN PAROKI SANTO YUSUP BATURETNO WONOGIRI
DALAM UPAYA MENJAGA KEUTUHAN ALAM CIPTAAN
Dalam bab ini, penulis akan membagi pokok bahasan dalam tiga bagian.
Pertama penulis akan memaparkan gambaran umum Paroki Santo Yusup
Baturetno Wonogiri dari segi geografis, keadaan demografis, keadaan sosial
budaya dan ekonomi, visi misi paroki, gerakan peduli lingkungan hidup dan tata
penggembalaan di paroki. Bagian kedua penulis akan memaparkan mengenai
metode penelitian pastoral lingkungan hidup di paroki dan keterlibatan umat di
dalamnya. Penelitian dan metode penelitian dalam bab ini terdiri atas:
permasalahan penelitian, tujuan penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan
teknik analisis data. Pada bagian yang ketiga akan dibahas mengenai hasil
penelitian, pembahasan hasil penelitian, rangkuman hasil penelitian dan
permasalahan yang ditemukan dalam penelitian.
Gambaran umum mengenai Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri
diperoleh dari buku profil paroki tahun 2013 yang dibuat berdasarkan pendataan
umat pada tahun 2011. Dalam buku ini dipaparkan secara jelas mengenai keadaan
di Paroki Santo Yusup Baturetno termasuk keadaan alam yang ada disana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
A. Gambaran Umum Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri
1. Keadaan Geografis
a. Wilayah Teritorial
Wilayah Paroki Baturetno berada di kawasan kaki Pegunungan Seribu di
bagian selatan Kabupaten Wonogiri. Paroki Baturetno mencakup lima kecamatan,
yaitu Kecamatan Baturetno, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo dan
Nguntoronadi. Wilayah selatan, berbatasan dengan Paroki Danan, sebelah utara
dan barat berbatasan dengan Paroki Wonogiri, sedangkan sebelah timur
berbatasan dengan Paroki Ponorogo (Jawa Timur).
Paroki Baturetno memiliki 9 wilayah yang dibagi dalam 38 lingkungan.
Wilayah Batu Selatan yang berjarak kurang lebih 3 km di selatan pusat paroki,
terdiri atas 5 lingkungan. Sedangkan Wilayah Batu Utara merupakan wilayah di
pusat paroki yang terdiri atas 4 lingkungan. Wilayah Patuk, berjarak kurang 1 km
di sebelah barat pusat paroki, terdiri atas 4 lingkungan. Wilayah Jamprit, kurang
lebih 3 km dari pusat paroki, terdiri atas 5 lingkungan. Wilayah Selopuro, kurang
lebih 10 km sebelah timur pusat paroki, terdiri atas 4 lingkungan. Wilayah Boto,
berjarak kurang lebih 5 km sebelah utara pusat paroki terdiri atas 4 lingkungan.
Wilayah Kedungrejo, kurang lebih 8 km dari pusat paroki, terdiri atas 4
lingkungan. Wilayah Ngadiroyo, kurang lebih 13 km utara dari pusat paroki
terdiri atas 2 lingkungan. Sedangkan wilayah Tirtomoyo, berjarak kurang lebih 12
km utara pusat paroki, terdiri atas 4 lingkungan. Data lebih lengkap mengenai
daftar lingkungan yang ada di setiap wilayah dapat dilihat di dalam tabel di bawah
ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 2.1. Daftar Wilayah dan Lingkungan Paroki Baturetno
No Wilayah Lingkungan Keterangan
1. Batu Selatan Watuagung, Balepanjang, Sambeng,
Batu Tengah, Batu Kidul 5 lingkungan
2. Batu Utara Batu Rosari, Batu Asisi, Talun, Duren 4 lingkungan
3. Patuk
Patuk Yakubus, Patuk Paulus,
Gambiranom Maria, Gambiranom
Carolus
4 lingkungan
4. Jamprit Jamprit Daniel, Jamprit Samuel,
Jamprit Elias, Klerong, Saradan 5 lingkungan
5. Selopuro Melikan, Diaspora, Wates, Selopuro 4 lingkungan
6. Boto Boto, Kedungombo, Sendangrejo,
Ngawu 4 lingkungan
7. Kedungrejo Kedungrejo Gregorius, Kedungrejo
Stephanus, Kwangen Mateus, Gebang 4 lingkungan
8. Ngadiroyo Ngadiroyo, Ngadipiro 2 lingkungan
9. Tirtomoyo
Banyakprodo, Tirtomoyo Stephanus,
Ngampel, Sendangmulyo, Tirtomoyo
Agustinus, Ngrejo
6 lingkungan
Jumlah 38 lingkungan
b. Kondisi Alam
Baturetno memiliki suhu harian antara 26°-30°C, terletak di 7o59’ LS dan
110o56'0"BT, dengan 2 musim yaitu penghujan dan kemarau. Kontur wilayahnya
relatif datar dibandingkan wilayah kecamatan lain dalam Kabupaten Wonogiri.
Sebagian besar daerahnya tandus, kering, dan berbatu seperti desa-desa lainnya di
wilayah selatan Kabupaten Wonogiri, meskipun juga ada lahan yang bisa ditanami
tanaman pangan, tetapi tidak luas dan hasilnya juga tidak cukup untuk memenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kebutuhan keluarga. Topografi desa adalah perbukitan dengan struktur tanah yang
didominasi batuan gamping sebagai ciri khasnya. Kondisi geografis dan struktur
geologis dengan batuan kapur berlapis-lapis memberikan kesan bahwa daerah ini
tampak sebagai kawasan batu bertanah. Tanah hanya sedikit terlihat di celah-celah
batu.
Dengan kondisi demikian tidak mengherankan kalau daerah ini
dikategorikan daerah tandus dan banyak masyarakat khususnya generasi muda
bermigrasi dan bekerja di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang,
Sala, dan sebagainya.
Daerah Wonogiri memiliki sumber air yang cukup dalam karena rata-rata
daerahnya merupakan perbukitan kapur. Sebagian besar pertanian yang ada di
daerah Baturetno mengandalkan air hujan untuk bertani atau yang sering disebut
sawah tadah hujan.
2. Keadaan Demografis (Kependudukan)
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Wonogiri tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri pada tahun 2011
mencapai 1.252.930 jiwa dengan komposisi 629.432 penduduk laki-laki dan
623.498 jiwa penduduk perempuan dan laju pertumbuhan penduduk 0,56%.
Sementara itu jika dilihat dari tingkat kepadatan bruto penduduk, pada
tahun 2011 mencapai 688 jiwa/km2 dengan rentang kepadatan bruto penduduk per
kecamatan antara 369 jiwa/km2 hingga 1.481jiwa/km2. Kepadatan tertinggi masih
terkonsentrasi pada ibu kota kabupaten dan mengelompok di sekitar jalan provinsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dari arah Kecamatan Selogiri sampai ke arah Kecamatan Purwantoro. Sedangkan
jumlah Kepala Keluarga (KK) mencapai 375.701 KK sehingga rata-rata jumlah
jiwa dalam 1 (satu) KK sebanyak 3-5 jiwa/KK.
Dari data penduduk berdasarkan jenis pekerjaan, dari total jumlah
penduduk sebagian besar adalah petani yaitu sebanyak 29,31% dan sebanyak
23,33% bekerja pada bidang lain di antaranya: jasa-jasa (tukang cukur, tukang
batu, tukang jahit, penata rambut, tukang kayu, dan lain-lain); buruh harian (buruh
harian lepas, buruh tani, buruh perkebunan, buruh nelayan, buruh peternakan, dan
lain-lain); pembantu rumah tangga; seniman; tabib, dan lain-lain.
3. Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi
a. Kondisi Sosial
Secara sosial kemasyarakatan, penduduk di sekitar Paroki Baturetno
adalah masyarakat yang heterogen, baik secara etnis maupun agama. Etnis Jawa
merupakan etnis mayoritas di sekitar Paroki Baturetno, sedangkan agama Islam
merupakan agama yang lebih dominan dalam hal jumlah. Keberagaman ini
dipandang sebagai suatu kekayaan yang memperindah kehidupan sosial. Situasi
kehidupan masyarakatnya masih kental dengan pola hidup orang desa yang belum
banyak terkontaminasi oleh gaya hidup orang kota/metropolitan. Semangat hidup
gotong-royong, kebersamaan, kerukunan, dan lain-lain masih sangat lekat dalam
kehidupan sehari-harinya. Jadi meskipun masyarakat di sekitar Paroki Baturetno
beragam, akan tetapi keberagaman itu tidak dianggap sebagai perbedaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
mengancam. Toleransi terhadap umat Katolik sebagai kelompok minoritas cukup
baik. Tidak pernah terjadi gangguan terhadap peribadatan Katolik.
Secara politis, peran umat Katolik dalam tata pemerintahan sangat minim
terkecuali mereka yang bekerja sebagai PNS bila dibandingkan dengan adanya
keterwakilan orang Katolik baik pada lembaga legislatif maupun di lembaga
yudikatif. Faktor mendasar yang melatarbelakangi hal tersebut adalah faktor
minoritas umat Katolik.
b. Kondisi Ekonomi
Mata pencaharian mayoritas penduduk kecamatan ini adalah petani
sawah tadah hujan, buruh bangunan, buruh tani, pedagang, wiraswasta, dan
sebagainya. Gambaran jenis mata pencaharian tersebut menggambarkan
masyarakat berpenghasilan rendah dengan kondisi ekonomi rumah tangga yang
miskin.
Di Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur untuk
pertanian, tanah bebatuan dan kering membuat penduduknya lebih banyak
merantau, karena mengandalkan hasil pertanian saja masyarakat sekitar Baturetno
tidak bisa mencukupi kebutuhan rumah tangganya, sehingga mencari tambahan
penghasilan sebagai buruh ke kota merupakan cara untuk mencukupi kebutuhan
tersebut.
Beberapa produk makanan khas Baturetno adalah tempe keripik, sate
kambing, dan gudeg terik, yang dapat dijumpai di sekitar pasar dan terminal bus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Sementara memelihara ternak (sapi, kambing, ayam) adalah usaha sampingan
untuk menambah pendapatan keluarga bagi masyarakat pedesaan.
Tabel 2.2 Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Wonogiri
No Jenis Komoditi Produksi Lokasi (kecamatan)
1. Pertanian
1. Ubi kayu
2. Padi
3. Jagung
798.782 ton
365.083 ton
299.810 ton
25 kecamatan
24 kecamatan
25 kecamatan
2. Tanaman Buah-buahan
1. Mangga
2. Pisang
72.899 kw
62.975 kw
25 kecamatan
25 kecamatan
3. Peternakan
1. Sapi potong
2. Ayam buras
3. Ayam ras pedaging
183.678 ekor
2.227.550 ekor
1.332.954 ekor
25 kecamatan
25 kecamatan
16 kecamatan
4. Perkebunan
1. Jambu mete
2. Janggelan
3. Kelapa dalam
18.164 ton
13.614 ton
15.729 ton
25 kecamatan
Bulukerto
Paranggupito
5. Bahan Galian Nonlogam
1. Batu gamping
2. Tanah liat
3. Batu ½ permata
> 3.599 juta m3
(luas 4.130 ha)
275.878.050 m3
1.800 m3
Pracimantoro, Eromoko,
Giritontro, Giriwoyo,
Paranggupito,
Baturetno, Batuwarno
dan Puhpelem.
Tirtomoyo, Puhpelem,
Bulukerto
Giriwoyo, Karangtengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
6. Industri Pengolahan
1. Anyaman bambu
2. Kerajinan akar wangi
3. Patung kayu antik
4. Batik tulis
5. Genteng
6. Batu bata
7. Terompet
8. Tempe
9. Gerabah
10. Batu split
11. Jamu gendong
12. Tepung mocca
13. Tepung tapioka
4.164.050 buah
1.200 pcs
48.000 buah
13.500 potong
85.362.000 buah
47.145.000 buah
153.840.000 buah
7.069.725 kg
465.000 buah
43.975 m3
959.451.955 liter
108 ton
4.788 ton
25 kecamatan
Bulukerto
Purwantoro
Tirtomoyo, Wonogiri
Tirtomoyo, Girimarto,
Giriwoyo, Purwantoro,
Slogohimo, Kismantoro
Baturetno, Giriwoyo,
Purwantoro, Jatiroto,
Selogiri
Bulukerto
25 kecamatan
Purwantoro
Baturetno, Purwantoro,
Ngadirojo, Wonogiri
25 kecamatan
Girimarto
Nguntoronadi, Selogiri
Sumber: Wonogiri Dalam Angka 2011, Disbudparpora tahun 2011.
4. Visi dan Misi Paroki
Paroki Baturetno merupakan bagian dari KAS dan bagian dari
spiritualitas Yesuit, maka dirumuskan Visi dan Misi Paroki sebagai berikut.
a. Visi
Dalam terang Roh Kudus, menjadi Umat Allah yang relevan dan
signifikan dengan beriman yang tangguh dan tahan uji, mengakar pada budaya
setempat dan melestarikan keutuhan ciptaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
b. Misi
1. Membangun pribadi dan hidup kristiani yang tangguh dengan meneladan
Santo Yusup yang rendah hati dan tahan uji.
2. Membangun keluarga beriman berdasarkan semangat Injil supaya
terbuka dan setia pada sabda Kristus.
3. Menumbuhkembangkan Gereja yang dewasa dan tangguh dalam
melayani sesama terutama kaum KLMTD demi mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
4. Menumbuhkembangkan Gereja berdasarkan semangat Kristus yang
mengakar pada budaya setempat dan melestarikan keutuhan ciptaan.
5. Gerakan “Menanam Air” Sebagai Bentuk Kepedulian Gereja
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengertian gerakan “menanam
air”, latar belakang gerakan, pelaku gerakan, faktor yang mendukung dan
menghambat gerakan dan jenis-jenis pohon yang ditanam dalam gerakan ini.
Data-data mengenai gerakan “menanam air” diperoleh dari wawancara singkat
dengan Pastor Paroki Baturetno yaitu Romo J. Muji Santara, SJ.
a. Pengertian “Menanam Air”
“Menanam air” merupakan sebuah istilah baru dan terasa asing di telinga
banyak orang. Namun bagi aktivis gerakan dan bagi sebagian umat di Paroki
Santo Yusup Baturetno Wonogiri, “menanam air” bukanlah istilah yang baru dan
sudah sering mereka dengar di dalam kotbah Romo atau di dalam kegiatan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
kegiatan paroki yang mereka ikuti. “Menanam air” merupakan sebuah istilah yang
muncul kurang lebih pada tahun 2010 dimana ada seorang teman, sepulang dari
pertemuan di Klaten membawa istilah itu [(Lampiran 1: (1)]. Istilah “menanam
air” digunakan oleh umat di Paroki Santo Yusup Baturetno untuk menamai
gerakan yang mereka lakukan untuk melestarikan dan memunculkan sumber air
yang ada di daerah mereka.
Gerakan “menanam air” merupakan suatu gerakan menanam pohon
beringin dan pohon gayam, khususnya di daerah-daerah yang tidak banyak
menjadi tempat hunian manusia. Istilah menanam air sendiri dipilih karena hasil
yang diperoleh saat menanam pohon besar semacam beringin tidak akan segera
didapatkan, sumber air yang mereka lestarikan juga tidak langsung mereka petik,
namun akan berbuah setelah pohon itu besar dan mampu menyerap air tanah yang
agak sulit didapatkan di daerah Wonogiri. Sama seperti halnya menanam pohon
buah, kita harus bersabar untuk menikmati buahnya, maka menanam pohon
beringin juga seperti itu, kita harus bersabar memetik buah air kehidupan yang
tentunya akan semakin sulit kita dapatkan di masa yang akan datang [Lampiran 1:
(2)-(4)].
Program “menanam air” ini merupakan suatu gerakan bersama yang
dilakukan oleh umat di Paroki Baturetno dalam memunculkan sumber air bersih
dan dapat dikonsumsi di daerah mereka yang gersang dan merupakan daerah yang
berbatu serta sulit untuk menemukan sumber air karena kedalaman sumber air di
sana sangat dalam dan agak sulit untuk dibor sementara kebutuhan akan air bersih
terus meningkat setiap tahunnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Kurang tersedianya sumber air bersih bagi warga sekitar paroki
Baturetno, membuat Pastor dan umat di Paroki Baturetno memikirkan suatu
gerakan yang mampu memunculkan air bersih di lingkungan sekitar, sehingga
muncullah gagasan untuk menanam pohon beringin dan sejenisnya yang mampu
mengikat air di dalam tanah. Jenis pohon beringin sengaja dipilih karena mampu
hidup di daerah yang gersang, mampu bertahan lama dan dapat mengikat air tanah
yang cukup dalam. Hal tersebut ditegaskan oleh Pastor Paroki sebagai berikut:
Prioritas yang dibidik adalah tanah yang tidak bisa ditanami. Berdasarkan
kontur tanah, beringin cocok ditanam karena bisa hidup di daerah yang
tidak produktif dan bisa hidup dimana saja. Namun tantangan yang terjadi
adalah menanam beringin sama dengan menanam demit dan sekarang
tantangannya daun beringin untuk pakan ternak [Lampiran 1: (4)].
Melihat dari pemilihan pohon yang kurang bermanfaat secara ekonomi
namun memiliki manfaat yang baik dalam memunculkan air dan oksigen, maka
gerakan ini dinamakan gerakan menanam air.
b. Latar Belakang “Menanam Air”
Gerakan ini awalnya bermula dari keprihatinan Romo Muji selaku Pastor
Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri yang melihat hiasan altar yang
digunakan oleh umat di paroki menggunakan hiasan dari bunga plastik. Melihat
keprihatinan tersebut Romo mulai memunculkan suatu keindahan dari rumput
yang ada di pinggir jalan, kemudian beliau mengajak umat untuk menanam bunga
di sekitar gereja dan di sekitar rumah mereka masing-masing. Bunga yang
ditanam beragam dan termasuk ke dalam bunga yang sederhana yang sering
ditemui di pinggir jalan atau yang sering ditanam di rumah-rumah warga. Gerakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
ini berjalan dengan baik dan membuat umat bisa menghias altar dengan bunga
hidup dan tidak menggunakan bunga plastik.
Kegiatan ini bertahan sampai saat ini dimana umat tidak lagi bergantung
untuk membeli bunga potong yang dijual dengan harga yang cukup mahal dan
memerlukan biaya untuk membelinya di kota Wonogiri. Umat bisa menghias altar
dengan indah menggunakan bunga-bunga dari sekitar gereja dan dari sekitar
rumah mereka.
Pada suatu kesempatan ada seorang umat yang mengikuti pertemuan di
Klaten dan sepulang dari sana beliau mulai memunculkan istilah “menanam air”,
“menanam oksigen” atau “menghirup udara segar” [Lampiran 1: (2)]. Umat
tersebut mulai memunculkan gagasan mengenai gerakan “menanam air” yaitu
gerakan menanam pohon besar yang mampu menahan air dan memunculkannya,
mengingat keadaan di daerah mereka yang cukup gersang dan agak sulit
mendapatkan air.
Gerakan baru ini didukung oleh Pastor Paroki dan Dewan Paroki
sehingga para aktivis berusaha untuk mencari jenis pohon yang sesuai untuk tanah
di daerah Wonogiri yang berbatu dan memiliki sumber mata air yang sangat
dalam. Setelah berunding mereka memutuskan untuk menanam beringin dan
beberapa jenis kerabat beringin yang mampu bertahan di daerah yang cukup
ekstrim seperti di daerah Wonogiri yang berbatu dan memiliki sumber air yang
dalam [Lampiran 1: (4)]. Kemudian umat menamai gerakan ini sebagai gerakan
“menanam air” karena hasil yang mereka petik dalam gerakan ini tidak bisa
langsung mereka nikmati, atau mungkin malah tidak bisa mereka nikmati dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
harapan mereka anak cucu mereka yang dapat menikmati apa yang telah mereka
tanam.
c. Pelaku Gerakan “Menanam Air”
Banyak orang yang telibat di dalam gerakan “menanam air”. Orang-
orang yang terlibat atau pelaku dari gerakan “menanam air” ini sebenarnya ialah
umat di Paroki Santo Yusup Baturetno, Wonogiri. Mereka adalah yang
mencanangkan gerakan ini dan menamai gerakan ini. Umat di paroki Baturetno
diajak untuk bergabung dalam gerakan ini dan menjadi pelaku gerakan ini tanpa
terkecuali, namun tidak semua orang mampu menjadi pelaku gerakan ini secara
langsung karena ketiadaan lahan yang digunakan untuk menanam pohon beringin
di pekarangan mereka, namun setiap orang tetap diajak untuk ikut ambil bagian
dalam gerakan ini.
Orang-orang yang terlibat langsung dalam gerakan ini dan melibatkan
diri untuk menanam dan membawa bibit beringin diberi julukan sebagai orang
tua asuh. Mereka diberi nama orang tua asuh karena mereka yang nantinya akan
bertanggungjawab atas pohon-pohon beringin yang mereka bawa pulang dan yang
bertanggungjawab memberikan laporan serta merawat pohon-pohon tersebut.
Namun keberadaan orang tua asuh masih jauh dari harapan karena pohon beringin
yang mereka tanam ada yang kurang terawat dengan baik. Hal tersebut dapat kita
simak dalam kutipan di bawah ini.
Orang yang merawat tidak asal disebut begitu saja, namun diberi nama
orang tua asuh. Ada orang tua asuh yang kurang sadar dan kurang
memahami karena saat saya kunjungan ke salah satu orang tua asuh,
daun dan cabang-cabangnya dipotong dengan alasan biar bagus padahal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
itu mengganggu pertumbuhan. Prioritas yang dibidik adalah tanah yang
tidak bisa ditanami. Berdasarkan kontur tanah, beringin cocok ditanam
karena bisa hidup di daerah yang tidak produktif dan bisa hidup dimana
saja. Namun tantangan yang terjadi adalah menanam beringin sama
dengan menanam demit dan sekarang tantangannya daun beringin untuk
pakan ternak [Lampiran 1: (4)].
Selain orang katolik yang terlibat dalam gerakan ini, ada juga warga non
katolik yang ikut terlibat dan ikut ambil bagian dalam gerakan ini. Gerakan ini
juga didukung oleh perangkat desa setempat yang ikut ambil bagian sebagai
corong Gereja atau perpanjangan tangan Gereja untuk mengajak masyarakat di
luar Gereja untuk terlibat aktif mengikuti gerakan ini.
Umat katolik dan masyarakat tidak hanya berperan sebagai orang tua
asuh saja, namun mereka juga berperan dalam menyediakan bibit tanaman atau
membantu mencarikan bibit pohon beringin dan gayam yang dapat ditemukan
dengan mudah di pinggir jalan atau dengan melakukan pembibitan sendiri.
Kesadaran umat untuk terlibat aktif dalam gerakan “menanam air” dapat
dilihat dari usaha mereka untuk mengusahakan bibit yang nantinya akan diberkati
dan dibawa pulang oleh orang tua asuh. Berusaha untuk menjadi orang tua asuh
dengan menanam dan menjaga bibit yang telah mereka bawa. Selain itu mereka
juga mengajak warga sekitar untuk terlibat dalam gerakan ini dan membuat tema-
tema kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Tidak lupa mereka
juga mulai memunculkan di dalam pendalaman iman dan dalam doa-doa Gereja
mengenai harapan dan keinginan mereka dalam melanjutkan dan melestarikan
gerakan ini [Lampiran 1: (3)-(5)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
d. Faktor yang Mendukung dan Menghambat Gerakan
Dalam melaksanakan gerakan “menanam air” banyak terdapat faktor
pendukung dan penghambat gerakan. Semuanya itu dialami sejak awal gagasan
ini dimunculkan. Faktor-faktor yang mendukung gerakan ini bisa dilihat dari
tanggapan awal beberapa umat dan Dewan Paroki yang mulai ikut menggagas
gerakan, ada yang membuatkan video tentang keadaan air di daerah Baturetno dan
ada pula yang bersedia menjadi orang tua asuh bagi bibit beringin dan gayam
yang rencananya akan ditanam. Umat di Gereja yang menjadi pengurus RT, RT,
pegawai Kelurahan juga mulai menjadi corong Gereja untuk mengajak pihak luar
terlibat di dalam gerakan ini [Lampiran 1: (3)-(4)].
Selain faktor pendukung, muncul pula faktor yang menghambat gerakan
di antaranya: masih kuatnya budaya lokal yang mengakar pada kepercayaan umat
akan adanya danyangan di sekitar pohon besar, sehingga mereka menganggap
bahwa bila menanam pohon beringin pasti menanam setan. Kurangnya lahan
untuk menanam, karena untuk menanam pohon beringin diperlukan tempat yang
luas dan sebisa mungkin yang kurang produktif, karena akar beringin yang kuat
bisa merusak apa yang ada di dekatnya [Lampiran 1: (2)]. Kesadaran umat yang
kurang tentang keberadaan pohon, sehingga ada pohon yang tidak terawat,
tercabut, terbakar dan ada yang menjadi pakan ternak [Lampiran 1: (3)-(4)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
e. Jenis-jenis Pohon yang Ditanam dan Manfaatnya
1) Beringin
Pohon beringin atau dalam bahasa latin bernama Ficus sp. merupakan
tanaman dari famili Moraceae. Tanaman jenis ini banyak dijumpai di Indonesia,
baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah, serta bisa mencapai tinggi 35
meter. Beringin memiliki batang tegak, bulat, dengan permukaan kasar. Pada
bagian batang ini keluar akar gantung (akar udara). Pohon yang disebut juga
waringin oleh masyarakat Jawa dan Sumatera, memiliki bentuk daun tunggal,
bertangkai pendek, dengan letak bersilang berhadapan. Bunganya tunggal, keluar
dari ketiak daun, sementara buahnya bewarna hijau saat masih muda dan merah
setelah tua (Setijati, 1984: 30-31).
Beringin merupakan tanaman yang memiliki kemampuan hidup dan
beradaptasi dengan bagus pada berbagai kondisi lingkungan. Selain itu
keberadaan tanaman beringin pada kawasan hutan bisa dijadikan sebagai indikator
proses terjadinya suksesi hutan. Beringin juga merupakan tanaman yang memiliki
umur sangat tua, tanaman tersebut dapat hidup dalam waktu hingga ratusan tahun.
Tanaman beringin memiliki kemampuan sebagai tanaman konservasi
mata air dan penguat lereng alami. Hal tersebut dapat dilihat dari struktur akarnya
yang dalam dan akar lateralnya yang mampu mencengkeram tanah dengan baik.
Beringin juga memiliki kemampuan yang tinggi untuk menyerap polusi dalam
hal ini CO2 dan timbal hitam di udara. Beringin juga memiliki peranan yang
cukup penting dalam proses pembangunan kawasan hutan lindung, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
beringin memiliki nilai hidrologis, ekologis, budaya, religi dan keamanan
kawasan hutan.
Sebelum maraknya pembangunan, pohon beringin banyak tumbuh di
sekitar aliran sungai dan sumber mata air. Keberadaaan pohon beringin di kedua
tempat tersebut mampu mencegah erosi serta dapat memunculkan mata air dan
menjernihkannya. Tidak jarang pula tempat-tempat yang ditumbuhi pohon
beringin yang berusia hingga ratusan tahun diberi sesajen, karena dipercaya ada
penunggunya. Namun saat kebiasaan memberi sesajen mulai luntur dan banyak
orang yang melakukan pembangunan, maka pohon beringin banyak yang ditebang
dan menyebabkan hilangnya sumber mata air di sekitarnya.
2) Gayam
Gayam (Inocarpus fagifer) adalah pohon yang mampu tumbuh setinggi
20 meter dengan garis tengah batang bisa mencapai 65 cm. Gayam biasanya
tumbuh liar di daerah rawa-rawa atau tepi sungai. Tanaman ini tumbuh di daerah
dataran rendah tropis yang lembab hingga ketinggian 500 meter dpl, serta mampu
tumbuh di tanah yang miskin zat hara. Batang pohon Gayam beralur tidak teratur,
kadang-kadang berakar banir, dengan percabangan merunduk. Pada kulit batang
bagian dalamnya mengandung cairan berwarna merah. Sistem akarnya yang kuat
dan batang yang beralur sangat cocok digunakan sebagai tanaman pencegah erosi.
Daun Gayam berseling, tunggal, dan kaku menyerupai kulit. Bentuknya lonjong,
dan berwarna pink ketika muda. Buah Gayam berjenis polong berbentuk ginjal
dengan kulit buah yang keras. Buah Gayam mempunyai biji berbentuk gepeng.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Kulit biji keras dengan endosperm putih. Ketika mentah buah berwarna hijau dan
menjadi kuning atau kecoklatan ketika masak.
Pohon gayam biasanya ditanam sebagai peneduh pekarangan dan
kuburan, selain itu pohon ini seringkali tumbuh berdekatan dengan kolam
atau mata air sehingga diduga memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan
air sehingga mudah menemukan mata air di sekitar pohon gayam. Kemampuan
pohon gayam dalam menyerap air membuat pohon gayam menjadi salah satu
pilihan sebagai tumbuhan yang digunakan untuk penghijauan.
Pohon gayam juga dipercaya membawa ketentraman karena pohonnya
yang rindang dan mampu membawa kesejukan. Tidak jarang masyarakat di
pedesaan juga memberikan sesajen di bawah pohon gayam karena dipercaya ada
penunggunya. Saat ini pohon gayam sudah agak sulit ditemui, karena di samping
sisi ekonominya kurang memuaskan, penampilan angker dari pohon ini juga
banyak ditakuti oleh orang, sehingga tidak banyak orang yang menanam tanaman
ini.
6. Tata Penggembalaan Paroki
Tata penggembalaan paroki meliputi: (1) Bidang Liturgi dan Peribadatan,
(2) Bidang Pewartaan dan Evangelisasi, (3) Bidang Pelayanan Kemasyarakatan,
(4) Bidang Paguyuban, (5) Kepengurusan PGPM, (6) Kepemimpinan Komunitas
Pastoran. Dari data yang terkait dengan keenam bidang tata penggembalaan
tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk rekomendasi pastoral guna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
menciptakan pembaruan, pemberdayaan, dan peningkatan mutu pelayanan
sehingga membuahkan kesaksian hidup kristiani kepada masyarakat.
Dalam melaksanakan tata penggembalaan paroki sudah cukup banyak
kegiatan yang dilakukan baik sosial kemasyarakan, pewartaan, liturgi dan lain-
lain. Namun hal tersebut masih perlu banyak diperbaiki dan semakin ditingkatkan
karena banyak terdapat catatan-catatan yang sekiranya harus diperbaiki.
B. Penelitian tentang Pastoral Lingkungan Hidup dan Keterlibatan Umat di
Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri
Melihat keprihatinan yang terjadi berkaitan dengan masalah air di daerah
Baturetno Wonogiri yang memiliki sumber air yang dalam dan penduduk hanya
mengandalkan air hujan untuk mengaliri sawahnya maka peneliti berusaha untuk
mencari tahu mengenai kepedulian Gereja akan adanya permasalahan tersebut.
Maka untuk lebih mengetahui mengenai kepedulian Gereja terhadap masalah
tersebut serta kegiatan pastoral lingkungan hidup semacam apa yang ada di Paroki
Santo Yusup Baturetno maka peneliti akan mengadakan penelitian. Adapun
metodologi penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan Penelitian
a. Bagaimana kondisi alam di Wonogiri khusunya di Baturetno yang
berkaitan dengan masalah air?
b. Apa yang dimaksud sebagai gerakan “Menanam Air” sebagai tanggapan
Gereja atas krisis air yang terjadi di daerah Baturetno?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
c. Apa saja faktor-faktor yang mendukung dan menghambat gerakan
“Menanam Air” yang sudah berjalan?
d. Arah pastoral semacam apa yang ingin dicapai oleh Gereja untuk
menanggapi gerakan “Menanam Air” yang sudah mereka lakukan?
2. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui kondisi alam di Wonogiri khususnya di Baturetno yang
berkaitan dengan masalah air
b. Mengetahui mengenai gerakan “Menanam Air” sebagai tanggapan Gereja
atas krisis air yang terjadi di Baturetno
c. Menemukan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat gerakan
“Menanam Air”
d. Mengetahui arah pastoal yang ingin dicapai oleh Gereja untuk
menanggapi gerakan “Menanam Air”
3. Jenis Penelitian
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah masalah sosial
yang dinamis serta mengangkat suatu fenomena. Oleh karena itu, peneliti
menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang digunakan untuk memahami fenomena yang dialami subjek penelitian secara
holistik dengan cara mendeskripsikannya melalui kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus yang alami dan memanfaatkan metode alamiah (Moleong, 2008:
6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode
analisis deskriptif, berdasarkan penelitian yang dilakukan, dengan didukung data
berupa kata-kata yang berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian laporan (Moleong, 2008: 11). Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
digunakan untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data.
Proses pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, studi
dokumen dan dokumentasi yang dilaksanakan di Paroki Santo Yusup Baturetno
Wonogiri.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai gerakan “Menanam Air” dilaksanakan di Paroki
Santo Yusup Baturetno Wonogiri. Penelitian dilaksanakan pada 11-14 Juli 2016.
5. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya
sesuai dengan masalah penelitian. Adapun yang dimaksud sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Suharsini, Arikunto, 2002:
107). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposiv
sampling karena peneliti ingin mencari responden yang pas yang dianggap
mengenal dan mengerti betul mengenai gerakan menanam air. Kriteria memilih
subjek penelitian karena narasumber atau subjek penelitian dianggap mengetahui
apa yang diharapkan peneliti sehingga memudahkan peneliti menjelajahi
objek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2014: 54).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Dalam penelitian ini subjek penelitian yang akan diteliti adalah orang-
orang yang menjadi pionir gerakan menanam air dan umat yang ada di Paroki
Santo Yusup Baturetno Wonogiri. Secara khusus responden yang akan
diwawancarai ialah:
1. Pastor Paroki
2. Penggagas gerakan
3. Orang tua asuh (penanggungjawab penanaman dan perawatan pohon
beringin)
4. Tokoh masyarakat yang terlibat dalam gerakan ini
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan strategi atau cara yang digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitiannya,
yang digunakan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-
kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya. Eko Putro (2015: 33) menjelaskan
bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari penyebaran angket, observasi,
wawancara, tes dan analisis dokumen. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, analisis dokumen
dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian (Eko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Putro, 2015: 46). Dengan menggunakan metode observasi maka kita dapat
mengamati secara visual gejala yang ada dan dapat mengimplementasikannya ke
dalam catatan. Maka sebelum melakukan wawancara, peneliti akan melakukan
observasi terlebih dahulu, selain itu peneliti akan melakukan observasi lanjutan
selama wawancara dan setelah wawancara dilakukan.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak yakni pewawancara dan yang diwawancarai (Moleong, 2007: 186).
Peneliti menggunakan teknik wawancara karena wawancara memiliki beberapa
kelebihan diantaranya pewawancara dapat melakukan kontak langsung dengan
yang diwawancarai dan data yang diperoleh bisa lebih mendalam. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara mendalam yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat,
sikap dan pengalaman pribadi.
c. Analisis Dokumen (Studi Dokumen)
Analisis dokumen merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan
dengan menganalisis isi dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti
(Eko Putro, 2015: 49-50). Dokumen yang diteliti bisa berupa buku-buku, majalah,
peraturan-peraturan, catatan harian, video dan catatan kegiatan. Dokumen-
dokumen yang dipelajari dalam penelitian ini berupa data-data orang yang terlibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
di dalam gerakan menanam air serta kegiatan-kegiatan pastoral lainnya yang
berkaitan dengan gerakan “Menanam Air”.
d. Dokumentasi
Dalam penelitian ini juga akan digunakan pengumpulan data dengan
dokumentasi dimana peneliti akan merekam wawancara yang akan dilakukan dan
akan memotret keadaan yang ada di tempat penelitian. Hal tersebut dilakukan agar
peneliti tidak kehilangan informasi yang dibutuhkan.
7. Variabel Penelitian
Berdasarkan judul skripsi yang telah diambil, peneliti akan
mengelompokkan variabel yang tercakup di dalam tabel berikut:
No Variabel Indikator No Item
1. Kondisi alam
Wonogiri
Mampu menjelaskan keadaan alam
yang ada di Wonogiri secara umum
Mampu menjelaskan keadaan air di
daerah Wonogiri khususnya di daerah
Baturetno
1
2
2. Gerakan
“Menanam Air”
Mampu menjelaskan latar belakang
munculnya gerakan “Menanam Air”
Mampu menjelaskan mengenai gerakan
“menanam air”
Mampu menjelaskan fokus gerakan
“Menanam Air”
Mampu menjelaskan manfaat dari
gerakan ini
4
5
6
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Mampu menunjukkan bentuk gerakan
ini dan beberapa hasil yang telah
didapat
8
3. Faktor
pendukung dan
penghambat
gerakan
Mampu menyebutkan faktor pendukung
dan penghambat gerakan
Mampu menemukan permasalahan
yang dihadapi selama melakukan
gerakan
9
10
4. Arah Pastoral Mengetahui bentuk pastoral yang
digunakan untuk memulai gerakan
Mampu menjelaskan alasan pastoral
yang diberikan kepada umat untuk
mengajak mereka terlibat dalam
gerakan
Mampu menjelaskan bentuk pastoral
yang sudah dilakukan untuk
menggerakkan umat
11
12
13
8. Teknik Analisis Data
Pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti ialah dengan
melakukan observasi, wawancara secara mendalam, analisis dokumen dan
dokumentasi. Setelah melakukan wawancara, maka akan dibuat transkrip hasil
wawancara dengan cara memutar hasil rekaman wawancara. Setelah ditulis dalam
bentuk transkrip selanjutnya peneliti akan membacanya dengan cermat dan
menarik kesimpulan yang kemudian kesimpulan tersebut dikonsultasikan kepada
dosen pembimbing serta melakukan verivikasi di lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Analisis data menurut Bogdan & Bilken (Moleong, 2007: 248) adalah
upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan yang dipelajari serta memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain. Berdasarkan definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan data
yang ada, menyusun secara sistematis kemudian mempresentasikan hasil
penelitiannya kepada orang lain.
Analisis data yang digunakan ialah dengan melakukan identifikasi data
yang sesuai dengan fokus masalah yang diteliti. Setelah malakukan identifikasi
maka akan dilakukan ketegorisasi dimana peneliti akan memilah-milah data yang
memiliki kesamaan dengan variabel yang sudah dibuat di dalam penelitian.
Setelah itu peneliti akan melakukan sintesis data atau mencari kaitan antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain.
C. Laporan Hasil Penelitian “Menanam Air” Sebagai Satu Bentuk Kegiatan
Pastoral Lingkungan Hidup di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri
Penulis melakukan penelitian dengan wawancara, studi dokumen,
dokumentasi dan observasi pada tanggal 11-14 Juli 2016. Keragaman latar
belakang dan tugas dari setiap responden membuat penulis mendapatkan
keragaman informasi dan data sesuai yang diharapkan terkait dengan variabel
yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Wawancara dilakukan di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri.
Waktu pelaksanaan wawancara sangat bervariasi, tergantung kesediaan dari
responden. Dalam bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian
berdasarkan variabel yang diteliti, yang terdiri dari: kondisi alam di Wonogiri,
gerakan “menanam air”, faktor pendukung dan penghambat gerakan dan arah
pastoralnya.
1. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Kondisi Alam di Wonogiri
1) Hasil Penelitian
Melalui wawancara dengan responden diperoleh pengetahuan mengenai
kondisi alam di Wonogiri sebagai berikut:
Keadaan alam di daerah Wonogiri bagian selatan merupakan pegunungan
yang gersang dan tandus, sumber air kedalamannya rata-rata di bawah 50 meter
dan udaranya panas. Pada musim kemarau orang-orang akan kesulitan air dan
kadang harus membeli. Struktur tanah yang berbatu membuat sumber air sulit
untuk didapatkan. Selain itu Waduk Gajah Mungkur juga mengalami
pendangkalan yang menyebabkan air meluap saat musim penghujan sedangkan
pada musim kemarau, air susah didapatkan [Lampiran 1: (7), (9)]. R2 menyatakan
bahwa daerah Wonogiri merupakan daerah yang berbatu dan sumber air di daerah
ini sangat dalam. Pernyataan tersebut bisa kita baca pada kutipan di bawah ini:
Nama-nama wilayah di di sini terdapat unsur batu, seperti Baturetno,
Batuwarno, Watuagung. Hal tersebut menunjukkan kontur tanahnya
berbatuan dan yang datar serta produktif hanya ada sedikit [Lampiran 1:
(6)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Menurut R3, keadaan air di daerah Wonogiri yang dekat waduk cukup
subur karena air waduk bisa mengairi sawah. Sumber air juga mencukupi untuk
kebutuhan hidup warga sekitar hanya saja saat ini debit air menurun bila
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Keadaan waduk-waduk kecil
seperti waduk Ngancar yang ada di daerah Wonogiri juga mengalami
pendangkalan yang cukup parah, sehingga tidak mampu menampung air secara
maksimal [Lampiran 1: (14)].
R4 mengatakan beberapa sumber air yang ada di desa-desa dapat
memenuhi kebutuhan warga sekitar namun sekarang sudah mulai surut kadang
terjadi perebutan air yang menyebabkan konflik kecil antar paguyuban desa,
selain itu beberapa sumber air sudah tidak mengeluarkan air seperti dulu dan ada
sumber air yang mendapat eksploitasi berlebih dengan memasang banyak pipa di
dalam sumber air tersebut [Lampiran 1: (16)]. R5 dan R6 mengatakan bahwa air
tidak terlalu sulit didapatkan dan masih bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-
hari, sedangkan daerah mereka cukup subur untuk ditanami sepanjang tahun
[Lampiran 1: (18), (22)]. R7 menyatakan bahwa dulu sumber air sempat sangat
sulit didapatkan karena kedalaman air yang mencapai 75 meter di bawah tanah,
ditambah beberapa daerah merupakan daerah batu padas yang sulit bila harus
dibor. Saat ini pemerintah desa mulai mengupayakan air bersih dengan mengebor
beberapa sumber dan membuat pompa yang dapat mengalirkan air ke rumah-
rumah [Lampiran 1: (24)].
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan fakta-
fakta yang sesuai dengan yang dipaparkan oleh para responden. Wonogiri di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
bagian selatan, khususnya di kecamatan Giriwoyo sudah mengalami kekeringan
karena sumber air tidak mengalir. Daerah itu merupakan daerah yang gersang dan
berbatu-batu sehingga sangat sulit mendapatkan air. Di kecamatan Baturetno,
orang-orang masih bisa mendapatkan air bersih dan bisa mendapatkannya dengan
cukup mudah karena banyaknya sumber-sumber air. Semakin ke arah utara
keadaan Wonogiri semakin subur dan banyak lahan pertanian. Struktur tanah di
daerah Wonogiri khususnya di daerah Selatan sebagian besar terdiri dari tanah
yang berbatu.
2) Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alam di daerah Wonogiri
khususnya yang ada di wilayah selatan merupakan wilayah yang gersang dan
tandus, apalagi bila musim kemarau. Bila musim penghujan keadaan disana cukup
hijau dan dapat ditanami berbagai macam tanaman dan sebagaian besar dari
mereka merupakan petani tadah hujan. Disana juga terdapat beberapa waduk yang
mengalami pendangkalan akibat dari erosi dan sedimentasi yang terjadi di sekitar
waduk karena gerakan Green Belt dari pemerintah yang kurang berhasil. Sumber-
sumber air yang ada di daerah sekitar kecamatan Baturetno juga mengalami
pengurangan debit air yang menyebabkan kesulitan mendapatkan air bersih di
beberapa tempat, khususnya pada musim kemarau.
Menurut buku profil paroki (2013: 25) Baturetno sebagian besar
daerahnya tandus, kering dan berbatu meski ada lahan yang bisa ditanami
tanaman pangan. Topografi desa adalah perbukitan dengan struktur tanah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
didominasi batuan gamping sebagai ciri khasnya. Daerah ini lebih dikenal dengan
kawasan batu yang bertanah dan bukan tanah yang berbatu. Dari jawaban yang
diberikan oleh responden dapat disimpulkan bahwa mereka mengetahui keadaan
di daerah Wonogiri secara garis besar.
b. Gerakan “Menanam Air”
1) Hasil Penelitian
Melalui wawancara yang dilakukan dengan reponden didapatkan hasil
mengenai gerakan “menanam air” yang dilakukan oleh umat, romo dan
masyarakat di sekitar Baturetno. Adapun hasil wawancara yang dipaparkan oleh
responden sebagai berikut:
R1 mengungkapkan bahwa latar belakang adanya gerakan ini
dikarenakan keprihatinan akan keadaan alam khususnya keadaan air yang ada di
Wonogiri, sehingga muncul gagasan untuk mengadakan suatu gerakan “menanam
air”. Gagasan itu muncul awalnya dari pertemuan yang ada di Klaten yang
kebetulan membahas mengenai ekologi. Kemudian diangkat dan dimunculkan
pada saat rapat dewan harian bersama dengan ketua wilayah dan lingkungan.
Dalam gerakan ini orang-orang diajak untuk menanam tanaman yang dapat
mengikat air seperti beringin dan kerabatnya, gayam dan bereh. Gerakan ini
bertujuan untuk mengajak umat lebih mencintai alam dan kembali pada alam
khususnya dengan menanam pohon yang mampu mengikat sumber air pada
sumber-sumber air atau di tempat-tempat yang agak jauh dari pemukiman
penduduk. Selain untuk mengahsilkan air, gerakan ini juga bertujuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
menghijaukan sekitar wilayah Baturetno dan menghasilkan oksigen agar udara
terasa lebih segar. Saat ini sudah lebih dari 500 bibit pohon yang tersebar di
beberapa daerah, walau tidak semuanya bisa hidup dengan baik. Hasil yang
didapatkan dari gerakan ini memang belum kelihatan secara nyata, hanya saja
warga sekitar sudah merasakan pentingnya gerakan ini serta adanya manfaat dari
pohon beringin yang membuat rindang wilayah sekitar [Lampiran 1: (7)-(9)]. Hal
tersebut juga disetujui oleh R2 [Lampiran 1: (1)-(3)].
R3 mengatakan bahwa gerakan ini merupakan gerakan yang sangat baik
dan memiliki visi ke depan dimana penting adanya gerakan semacam ini. Gerakan
ini juga mampu mempererat kerjasama antara Gereja dengan pihak pemerintahan.
Saat ini pohon beringin yang ditanam di sekitar waduk memang belum
menghasilkan karena baru satu tahun, namun diharapkan dengan adanya pohon
beringin di sekitar waduk, bisa menjadi Green Belt yang dapat menahan erosi dan
mengikat tanah untuk mengurangi adanya pendangkalan waduk. Tanaman
beringin dan gayam yang telah ditanam di sekitar waduk ada 40 tanaman dan
diusahakan untuk ditambah lagi dengan meminta kerjasama dari pemerintah
daerah untuk memberikan sedikit lahannya agar bisa ditanami [Lampiran 1: (14)-
(15)].
Menurut R4 gerakan ini perlu untuk dilanjutkan mengingat keadaan air di
beberapa daerah mengalami penurunan debit air. Adanya pohon beringin mampu
mengikat air yang ada di tanah dan saat digali mampu dimunculkan ke
permukaan. Gerakan ini ingin mengajak orang-orang untuk lebih terlibat dalam
melestarikan lingkungan dan menyadari pentingnya keberadaan pohon penahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
air. Saat ini gerakan ini memang belum dirasakan manfaatnya namun diharapkan
beberapa tahun ke depan sudah ada manfaat yang didapatkan baik dari segi
kualitas udara maupun adanya air yang terikat di sekitar pohon [Lampiran 1: (16)-
(17)]. R6 menyebutkan bahwa bisa mengajak masyarakat atau umat yang lain dan
mulai menggeser mitos yang ada merupakan salah satu keberhasilan yang dicapai
[Lampiran 1: (22)].
R5 dan R7 yang berperan sebagai orang tua asuh berpendapat bahwa
gerakan ini cukup baik untuk memunculkan sumber air, mengingat keadaan air
saat ini sudah mulai berkurang. Gerakan ini ingin mengajak umat untuk lebih
memikirkan anak cucu ke depannya. Selain itu pohon yang ditanam juga tumbuh
dengan baik [Lampiran 1: (19), (25)].
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan bahwa
pohon-pohon yang ditanam sudah tumbuh dengan baik, walau ada beberapa
pohon yang memang diambil daunnya untuk pakan ternak, sehingga agak gundul.
Selain itu kebanyakan pohon yang tumbuh masih berusia sekitar 1-2 tahun
mengingat gerakan ini baru dilaksanakan, namun ada juga pohon yang ditanam
sejak awal dan berusia sekitar 5 tahun serta sudah menunjukkan adanya
pertumbuhan yang baik. Secara nyata keberhasilan gerakan ini bisa dilihat dari
kesadaran umat untuk terlibat dan merawat pohon-pohon yang dipercayakan
kepada mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
2) Pembahasan
Gerakan “menanam air” merupakan suatu gerakan baru yang dicetuskan
oleh umat di Paroki Santo Yusup Baturetno. Gerakan ini bermula dari
keprihatinan umat dan Pastor Paroki dengan keadaan alam khususnya keadaan air
di daerah Baturetno yang semakin lama semakin sulit untuk didapatkan. Gagasan
untuk menamai gerakan ini muncul dari pertemuan yang dilakukan di Sangkal
Putung Klaten dan mengingat hasil utama yang ingin didapatkan dari gerakan ini
ialah untuk mendapatkan air, maka gerakan ini dinamakan gerakan menanam air.
Gerakan ini ingin mengajak umat untuk kembali ke alam dan menghargai
alam ciptaan dengan menumbuhkan kembali pohon-pohonan. Pohon-pohonan
yang ditanam antara lain beringin dan kerabatnya, gayam, bereh dan beberapa
tanaman buah untuk menarik minat dari umat. Diharapkan dengan menanam
pohon-pohonan tersebut umat semakin tergerak untuk mencintai dan menghargai
alam, selain itu masyarakat juga bisa mengambil manfaat dari pohon-pohonan
tersebut yang mampu mengikat air di dalam tanah, menghasilkan oksigen dan
mengikat tanah agar tidak mudah longsor.
Beringin dipilih karena memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik
pada berbagai kondisi lingkungan. Tanaman beringin mampu menjadi penguat
lereng alami dan tanaman konservasi mata air, karena struktur akarnya yang
mampu mencengkeram tanah dengan baik. Kemampuan beringin untuk menyerap
polusi sangat tinggi, selain itu beringin juga memiliki nilai hidrologi, ekologis,
budaya, religi dan keamanan kawasan hutan. Keberadaan pohon beringin pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
aliran sungai dan sumber air mampu mencegah erosi dan dapat memunculkan air
serta menjernihkannya (Setijati, 1984: 30).
c. Faktor Pendukung dan Penghambat Gerakan
1) Hasil Penelitian
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan para responden, maka
ditemukan berbagai faktor pendukung dan penghambat dalam gerakan “menanam
air”. Faktor-faktor yang mendukung antara lain: kerjasama antara pihak gereja,
masyarakat dan pihak pemerintah yang saling bahu membahu mendukung
keberlangsungan gerakan ini. Adanya gerakan ABRI masuk desa yang mulai
melirik beringin untuk digunakan sebagai tanaman Green Belt. Umat juga mulai
sadar akan pentingnya menanam pohon, sehingga lebih memudahkan sosialisasi
gerakan ini. Mudahnya mendapat bibit beringin juga menjadi salah satu faktor
pendukung [Lampiran 1: (8), (21), (25)].
R2 mengatakan, adanya umat yang menyediakan doa spontan untuk alam
merupakan bukti yang baik untuk perkembangan iman, adanya pertobatan
ekologis walau kadang masih membuang sampah sembarangan. Hal tersebut
termasuk di dalam faktor yang mendukung gerakan [Lampiran 1: (5)]. R3
mengungkapkan adanya lahan kosong di sekitar waduk dan dukungan dari
pemerintah setempat merupakan faktor pendukung keberhasilan gerakan ini
[Lampiran 1: (15)]. Sementara itu R4 berpendapat bahwa dukungan dari warga
sekitar sangat penting, apalagi bila tinggal di daerah yang heterogen [Lampiran 1:
(17)]. R6 mengatakan bahwa keberadaan umat katolik sebagai mayoritas di desa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
itu lebih memudahkan dalam mengkoordinasi dan mengajak mereka untuk terlibat
dalam menanam dan memelihara pohon yang ditanam. Memiliki relasi dengan
orang atas atau pegawai pemerintahan juga menjadi salah satu faktor pendukung
yang sangat baik. Hal tersebut ditegaskan oleh R6 sebagai berikut:
Kebetulan saya dekat dengan Bapak Bupati dan Pak Bupati tertarik
dengan gerakan ini, saat kami ngobrol-ngobrol ternyata Bupati memiliki
misi yang sama dengan Gereja. Beliau melihat di daerah utara, banyak
beringin, berhasil memunculkan air, sehingga Bupati ikut mencanangkan
kegiatan menanam beringin untuk daerah selatan. Karena saya juga akrab
dengan pihak perhutani maka saya mengajak orang perhutani. Kita
bekerjasama dan yang menanam adalah Perhutani dan TNI. Anak-anak
KKN juga ikut mendukung untuk terlibat dalam penanamanan. Ada dua
tempat yang dikerjakan untuk penanaman yaitu milik pengurus
Bengawan Solo yang ditanami oleh OMK dan Perhutani yang ada
instruksi dari Bupati, kaduanya ada di sekitar waduk Ngancar [Lampiran
1: (22)].
Faktor-faktor yang menghambat gerakan menurut para responden antara
lain: semua responden berpendapat tantangan terbesar adalah masih kentalnya
mitos adanya danyangan (setan penunggu pohon besar) yang beredar di beberapa
wilayah di Baturetno, sulitnya meyakinkan warga sekitar akan manfaat menanam
beringin yang dianggap tidak menghasilkan nilai ekonomis namun malah
menghasilkan setan. Selain itu R1 mengatakan menanam pohon beringin
diidentikkan dengan keberadaan partai politik. Pernyataan dari R1 tersebut bisa
kita simak dalam kutipan di bawah ini:
Tantangan yang dihadapi juga sangat banyak dimana masyarakat masih
percaya bahwa pohon beringin memiliki danyangan atau beringin sebagai
rumah setan. Masyarakat kurang tertarik menanam beringin karena tidak
tahu mengenai manfaat menanam pohon beringin karena pohon beringin
itu tidak produktif padahal manfaatnya untuk menyimpan air dan
menghasilkan udara segar. Ada yang mengaitkan beringinisasi sama
dengan mengajak menghidupkan lagi partai yang sempat booming pada
masa orde baru [Lampiran 1: (8)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
R2 berpendapat kurang pedulinya orang tua asuh terhadap keberadaan
pohon beringin yang mereka tanam menjadi salah satu faktor yang menghambat
karena banyak pohon beringin yang mati padahal baru ditanam, menjadikan
pohon beringin yang baru ditanam sebagai tanaman bonsai dan menjadi pakan
ternak [Lampiran 1: (2), (4)]. Pohon beringin yang membutuhkan perawatan yang
sedikit ekstra selama tahun awal sampai tahun ketiga membuat orang tua asuh
kadang sedikit kesulitan [Lampiran 1: (15)]. Menurut R7 kesulitan yang dihadapi
ialah kurangnya pengetahuan dari masyarakat, sehingga daun-daun beringin yang
sudah tumbuh subur malah dibabat dan digunakan sebagai pakan ternak
[Lampiran 1: (25)].
Sementara itu ada yang berpendapat bahwa tidak adanya lahan untuk
menanam menjadi salah satu faktor penghambat untuk gerakan ini, karena ada
kemauan dari orang yang bersangkutan namun tidak ada lahan yang bisa ditanami
[Lampiran 1: (17), (18), (25)].
2) Pembahasan
Keberadaan lahan kosong merupakan faktor pendukung dari gerakan ini,
karena pohon beringin, gayam dan sejenisnya membutuhkan tempat yang luas
untuk bertumbuh, mengingat akar pohon beringin merupakan akar yang kuat dan
mampu menjalar kemana-mana. Dukungan dan kerjasama antara orang yang
menanam beringin, warga sekitar dan pemerintah daerah juga menjadi faktor
penting, karena dengan kerjasama akan lebih memudahkan untuk mengkoordinir
dan saling mendukung satu dengan yang lain. Mudahnya mendapat bibit beringin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
tanpa harus membeli juga menjadi faktor pendukung gerakan mengingat gerakan
ini merupakan gerakan swadaya umat di Gereja dan tidak ada anggaran khusus
untuk gerakan ini. Pemahaman umat akan manfaat pohon beringin juga akan
semakin memudahkan pihak Gereja untuk mengajak mereka terlibat aktif di
dalamnya.
Masih kentalnya kepercayaan akan adanya danyang membuat para
penggerak mengalami tantangan untuk mengajak orang-orang terlibat dalam
gerakan ini karna bagi mereka menanam beringin akan membawa kesialan.
Adanya kesediaan umat untuk menanam pohon beringin namun kurang didukung
dengan kepemilikan lahan juga menjadi faktor yang menghambat karena untuk
menanam pohon beringin sendiri membutuhkan tempat yang cukup luas.
Kesadaran umat yang masih kurang akan manfaat menanam beringin membuat
mereka melakukan berbagai cara untuk membunuh pohon beringin yang ditanam,
entah menanam dengan cara yang tidak baik, membakar bibit yang didapat atau
menjadikan bibit tersebut sebagai bonsai tanaman yang mengurangi manfaat dari
menanam pohon beringin itu sendiri.
d. Arah Pastoral
1) Hasil Penelitian
Pendekatan pastoral yang dilakukan oleh Pastor Paroki dan segenap
responden yang ada, berdasarkan wawancara ialah sebagai berikut: Menyadarkan
umat untuk kembali ke alam dengan menanam pohon dan merubah sesuatu yang
menakutkan menjadi menakjubkan, menggemakan gerakan ini dalam setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kesempatan yang ada termasuk dalam perayaan ekaristi, membuat tema-tema
yang berkenaan dengan ekologi pada acara-acara besar seperti Natal, Paskah dan
HUT Paroki, mengajak segenap lapisan masyarakat seperti RT, RW dan pegawai
pemerintahan untuk sharing bersama mengenai keadaan di masing-masing tempat
tinggal mereka khususnya mengenai keberadaan air, memunculkan doa-doa untuk
ekologi dalam berbagai kesempatan, melakukan pemberkatan pada bibit-bibit
yang telah disediakan, memutar video mengenai gerakan “menanam air” dalam
berbagai kesempatan, melakukan jalan salib ekologis dan rosario ekologis
[Lampiran 1: (8)-(9)]. R4 menambahkan, dengan melakukan pendekatan personal
dan mengajak mereka mengingat kembali keadaan air yang semakin sedikit, serta
tetap menghargai adanya danyangan merupakan cara untuk mendekati orang-
orang yang non katolik di daerahnya. Pernyataan R4 tersebut bisa kita baca dalam
kutipan di bawah ini:
Iya saya mengajak mereka, walau sangat sulit untuk mengajak mereka
menanam, karena mereka masih memiliki kepercayaan akan adanya
danyangan bahkan di sendang masih ada yang memberikan sesaji,
namun saya tetap menghargai itu karena itu merupakan salah satu cara
menjaga tempat itu agar tidak dirusak oleh orang lain. Saya mengajak
mereka pelan-pelan dengan melakukan pendekatan personal dan
mengingatkan mereka akan keadaan di sumber-sumber air yang sudah
mati. Pendekatan personal yang saya lakukan berhasil, walau
memerlukan proses yang lama, namun sekarang sudah ada yang
menanam beringin di sekitar Sendang. Ada 7 beringin dan gayam yang
ditanam di sekitar Sendang, yang nantinya bisa menggantikan pohon
yang sudah tua [Lampiran 1: (16)-(17)].
R2 berpendapat membuat liturgi yang kontekstual dan adanya tim kerja
yang sinergis menjadi langkah pastoral yang harus diambil. Hal tersebut bisa kita
simak dalam pernyataan di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Dengan menanamkan adanya penghayatan dalam hal liturgi sehingga
diperlukan adanya liturgi yang kontekstual dan adanya tim kerja yang
sinergis dengan membuat teks-teks liturgi dengan tambahan mengenai
ekologi. Selama ini teks misa tentang lingkungan dibuat oleh paroki
namun kadang teks liturgi dibuat oleh keuskupan sehingga tidak ada
tambahan mengenai ekologi. Dibutuhkan pula tokoh-tokoh yang belajar
mengenai liturgi kontekstual [Lampiran 1: (11)].
Selain itu ada pula masalah dalam melaksanakan pastoral lingkungan
hidup yaitu: berkaitan dengan hasil yang didapat yang tidak bisa langsung
dinikmati sehingga perlu adanya penafsiran panen dari segi yang berbeda, kedua
perlunya penjernihan antara teologi lokal dan teologi Gereja, yang ketiga
membuka cakrawala baru untuk memikirkan generasi masa depan [Lampiran 1:
(11)]. R6 mengajak Orang Muda Katolik (OMK) untuk ikut melakukan
penanaman demi melawan mitos yang masih kental. Dengan melakukan hal
tersebut beliau ingin membuktikan bahwa mitos itu tidak benar adanya dan
masyarakat juga diajari mengenai sakramen dan sakramentali agar tidak lagi
percaya dengan takhayul [Lampiran 1:(22)].
2) Pembahasan
Bermacam-macam kegiatan pastoral yang telah dilakukan oleh pihak
Gereja membuktikan adanya kepedulian akan keadaan lingkungan hidup di sekitar
mereka. Kegiatan-kegiatan pastoral yang mereka lakukan seperti membawa
permasalahan ekologis di dalam kotbah di Gereja mampu menggerakkan umat
untuk mau terlibat aktif di dalam gerakan. Membuat jalan salib dan rosario
mengenai ekologi mampu membuat umat tersentuh untuk lebih merawat alam
ciptaan. Membuat tema-tema ekologis dalam perayaan-perayaan Gereja juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
menjadi salah satu nilai yang semakin menyadarkan umat. Memberkati bibit-bibit
yang akan disebar dimaksudkan untuk meluruskan pemikiran orang-orang tentang
adanya danyangan.
Sharing dan memberikan kesaksian hidup mengenai keadaan air dan
pentingnya air, membuat orang merasa didekati dan tergerak melakukan hal yang
sama, yaitu menanam pohon. Menyebarluaskan keprihatinan akan keadaan
lingkungan membuat orang sadar bahwa alam merupakan tempat yang penting
untuk berlindung. Membuat liturgi yang kontekstual juga telah dilakukan oleh
pihak Gereja dengan menambahkan sedikit uraian mengenai ekologi di dalam
janji baptis. Mengajak OMK untuk ikut terlibat menjadi poin plus karena pada
akhirnya generasi mudalah yang harus meneruskan perjuangan para penggerak
yang dengan getol berjuang demi terwujudnya gerakan ini. Hanya saja masih
diperlukan tenaga yang mampu menyusun teks-teks liturgi atau panduan
pendalaman iman agar kegiatan berkatekese sinergis dengan kegiatan liturgi.
2. Rangkuman Hasil Penelitian dan Permasalahan yang Ditemukan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “menanam air” sebagai satu bentuk
kegiatan pastoral lingkungan hidup di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri,
penulis menemukan beberapa permasalahan di antaranya:
a. Melalui penelitian yang dilakukan, kondisi alam di daerah Wonogiri
khususnya di Baturetno merupakan daerah yang kering dan tanahnya
mengandung banyak batuan, atau warga setempat menyebutnya batu yang
bertanah, hal tersebut bisa dilihat dari nama-nama desa dan kecamatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
ada di sana. Keadaan air memang masih tercukupi di beberapa tempat, namun
debit air di setiap sumber air sudah mulai berkurang dan ada yang sudah tidak
mengalir lagi. Keadaan air yang semakin berkurang menjadi suatu
permasalahan tersendiri bagi masyarakat, apa lagi bila kemarau
berkepanjangan, maka mereka tidak bisa bercocok tanam dan harus mencari
air ke tempat yang sumbernya masih mengalir.
b. Gerakan “menanam air” merupakan suatu gerakan yang muncul dari
keprihatinan umat Gereja akan keadaan air di daerah Baturetno yang semakin
berkurang dari tahun ke tahun. Melihat hal tersebut, Gereja ingin membuat
suatu gerakan menanam pohon yang mampu menahan air di dalam tanah dan
memunculkannya di permukaan. Maka Gereja memilih menanam pohon
beringin dan gayam sebagai salah satu cara Gereja kembali kepada alam dan
menghargainnya. Gerakan ini sudah berjalan dengan cukup baik dan sudah
cukup banyak umat yang terlibat hanya saja masih dijumpai berbagai
permasalahan dan dibutuhkan cara-cara baru untuk mengajak masyarakat lain
terlibat.
c. Dalam melaksanakan gerakan “menanam air” banyak sekali faktor yang
mendukung dan menghambat. Faktor pendukung yang ada diantaranya
adanya kerjasama antara pihak Gereja dan pihak luar untuk menanam
bersama, umat sudah mulai banyak yang mau ikut menanam. Faktor yang
menghambat antara lain, masih kentalnya mitos adanya danyangan pada
pohon-pohon seperti beringin dan gayam, kurang adanya lahan untuk
menanam karena untuk menanam dibutuhkan lahan yang luas, kurangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
pemahaman umat akan pentingnya pohon sehingga mereka menggunakan
daun dari pohon tersebut untuk pakan ternak.
d. Arah pastoral yang ingin dicapai oleh Gereja ialah adanya liturgi kontekstual
dan tim kerja yang sinergis, agar ada kesinambungan antara liturgi, katekese
dan apa yang sudah dilaksanakan. Diharapkan adanya tenaga yang mampu
membuat teks pendalaman iman, atau teks liturgi yang sesuai dengan keadaan
setempat dan sesuai dengan ajaran Gereja, Kitab Suci dan Tradisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
USULAN PROGRAM KEGIATAN PENINGKATAN KESADARAN UMAT
PAROKI SANTO YUSUP BATURETNO WONOGIRI DALAM GERAKAN
“MENANAM AIR” DAN MELESTARIKAN KEUTUHAN CIPTAAN
Pada bab IV penulis akan menjabarkan sumbangan pemikiran berupa
usulan program kegiatan peningkatan kesadaran umat dalam mengikuti gerakan
“menanam air” dan melestarikan keutuhan ciptaan. Usulan program tersebut
merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian pada bab III dan akan dirinci sebagai
berikut: latar belakang program, tujuan program, usulan program, bentuk
program, matriks program dan satuan persiapan program.
A. Latar Belakang Program
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan selama empat hari di
Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri maka diperoleh beberapa permasalahan
dan harapan yang ingin dicapai ke depannya. Gerakan ini telah berjalan dengan
baik dan semakin menunjukkan kemajuan baik dari segi jumlah umat yang
tergerak maupun dari pertumbuhan pohon yang mereka tanam. Pelayanan-
pelayanan pastoral yang dilakukan oleh Gereja untuk mendukung gerakan ini juga
sudah dilakukan dengan cukup baik. Melalui gerakan ini diharapkan lingkungan
sekitar semakin asri dan muncul sumber-sumber air baru serta dapat
meningkatkan kesadaran umat akan alam dan bagaimana cara melestarikannya
sebagai salah satu perwujudan iman yang mereka alami [Lampiran 2: (26)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
7
9
Berbagai macam cara telah ditempuh oleh Gereja untuk meningkatkan
kesadaran, kepedulian dan menggerakkan umat untuk melakukan tindakan nyata
sebagai buah iman. Beberapa hal yang telah dilakukan oleh Gereja untuk semakin
mendalami panggilan mereka dalam melestarikan alam antara lain: mengangkat
tema-tema mengenai lingkungan hidup dalam perayaan-perayaan Gereja, jalan
salib ekologis, rosario ekologis, memutar video, serta berkatekese dengan
mengangkat tema-tema mengenai ekologi. Namun sejauh ini katekese ekologis
baru diserukan oleh Pastor Paroki dalam kotbah-kotbah yang dibawakannya dan
belum mencakup katekese yang ada di lingkungan. Hal tersebut dikarenakan
kurang adanya tenaga katekis maupun pemimpin pendalaman iman yang dapat
membuat tema-tema mengenai ekologi dan mengkaitkan antara bacaan Injil
dengan tema ekologi.
Melihat keprihatinan tersebut maka penulis ingin memberikan usulan
program yang dapat dilaksanakan di Paroki Santo Yusuf Baturetno Wonogiri.
Penulis mengusulkan untuk membuat program rekoleksi. Rekoleksi yang akan
dilaksanakan ingin menggali mengenai pengalaman iman umat yang berkaitan
dengan program yang sudah dilaksanakan Gereja yaitu “mananam air”. Kegiatan
ini dilakukan agar umat semakin menyadari imannya dan bergerak
mewujudkannya dengan menanam, merawat dan mengajak orang lain terlibat
dalam gerakan “menanam air”, sehingga mampu mewujudkan Kerajaan Allah di
tengah masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
8
0
B. Tujuan Program
Untuk lebih memahami isi dan maksud dilaksanakannya program,
penulis akan menjabarkan tujuan dari program ini. Adapun tujuan dari program
ini sebagai berikut:
1. Mengajak umat untuk semakin menyadari iman yang dimiliki dengan
menggali pengalaman hidup mereka sehari-hari.
2. Membatu umat untuk memahami pentingnya menanam pohon beringin
sebagai bentuk perwujudan iman.
3. Mengajak umat mewujudkan iman yang dimiliki dengan mencintai dan
merawat alam ciptaan-Nya.
C. Usulan dan Bentuk Program
Penulis akan memberikan usulan program sebagai tindak lanjut dari
kebutuhan Gereja berdasarkan hasil penelitian. Program yang diusulkan oleh
penulis yaitu rekoleksi yang ditujukan khususnya bagi para pemuka umat seperti:
pemandu pendalaman iman, dewan paroki, prodiakon dan katekis yang ada di
Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri. Para pemuka umat diajak untuk saling
membagi pengalaman mereka satu dengan yang lain. Diharapkan setelah
mengikuti rekoleksi ini mereka dapat membagikan apa yang mereka dapatkan
kepada umat yang ada di lingkungan dan wilayah mereka masing-masing.
Tema yang diambil dalam sarasehan ini ialah “Iman Seperti Pohon
Beringin Membawa Kesejukan Dan Kesejahteraan”. Tema ini diambil agar umat
dapat memahami dengan sederhana iman mereka sesuai dengan filosofi pohon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
8
1
beringin yang mampu membawa kesejukan dan kesejahteraan. Diharapkan
mereka mampu mengkaitkan iman yang mereka miliki dengan apa yang mereka
lihat, alami dan rasakan di dalam kehidupan sehari-hari sehingga iman mereka
dapat berakar dalam dan diwujudnyatakan di dalam kehidupan. Secara umum
program ini akan dilaksanakan selama satu hari. Gambaran secara umum
mengenai program yang akan terlaksana bisa dilihat di dalam matriks kegiatan
yang telah disusun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Matriks Program
Tema Umum : Iman Seperti Pohon Beringin Membawa Kesejukan Dan Kesejahteraan
Penjelasan Tema : Bercermin dari pohon beringin, kita bisa belajar bahwa iman itu merupakan proses pertumbuhan yang
membutuhkan waktu, kita juga belajar bahwa menjadi pohon yang kokoh juga memerlukan waktu. Kita harus
memiliki iman yang berakar dalam. Berakar dalam Tradisi Gereja dan budaya masyarakat kita, sehingga iman kita
yang kokoh dapat memberi kesejukan kepada banyak orang dan masyarakat pada umumnya.
Tujuan : Dengan sarasehan ini, diharapkan peserta semakin menyadari iman mereka, sehingga iman mereka dapat tumbuh
dan berakar yang dalam seperti filosofi pohon beringin yang kokoh, berakar dalam, mampu memberi kesejukan
dan kesejahteraan bagi siapa saja yang singgah di bawahnya.
No Pelaksanaan Judul
Pertemuan
Tujuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber
Bahan
Waktu
1. 09.30-09.45 Pembukaan
(Perkenalan
dan
Pengantar)
- Membantu peserta untuk
mengenal pendamping
dan pendamping
mengenal peserta.
- Perkenalan
- Penjelasan latar
belakang dan
- Informasi
- Tanya
jawab
- Viewer
- Laptop
- Mic
- Wireless
15 menit
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- Mengetahui tujuan dari
pertemuan, sehingga
proses dapat berjalan
dengan lancar.
tujuan
rekoleksi
2. 09.45-11.15 Sesi I:
Pertumbuhan
Imanku
- Membantu peserta
mengungkapkan
pengalaman iman
mereka, mengenai
pertumbuhan iman
mereka masing-masing
- Menunjukkan kepada
peserta mengenai dasar
iman yang harus mereka
miliki
- Menyadari pertumbuhan
iman mereka agar iman
peserta semakin
berkembang
- Pengalaman
iman peserta
- Dasar iman
yang harus
dimiliki oleh
orang kristiani
- Sharing
- Tanya
Jawab
- Informasi
- Mic
- Viewer
- Laptop
- Wireless
- Iman
Katolik
- Kerabat
Beringin
90 menit
3. 11.15-12.45 Sesi II: Iman
yang
mengakar
dalam
- Membantu peserta agar
dapat menghayati iman
mereka dan mampu
mengkaitkan dengan
filosofi beringin
- Semakin menyadari
imannya yang
mendalam sehingga bisa
dibagikan kepada
sesama dalam pelayanan
- Pengalaman
hidup peserta
- Pentingnya
iman yang
mendalam dan
tangguh
seperti pohon
beringin
- Sharing
- Tanya
jawab
- Informasi
- Mic
- Viewer
- Laptop
- Wireless
- Iman
Katolik
- Kerabat
Beringin
- Ensiklik
Laudato
Si
90 menit
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. 12.45-13.30 Makan Siang Peserta dan pendamping bersantap siang bersama 45 menit
5. 13.30-15.00 Sesi III:
Sudahkan
imanku
membawa
kesejukan
dan
kesejahteraan
bagi sesama?
- Peserta menyadari iman
dan mampu
mewujudkannya di
dalam kehidupan sehari-
hari khususnya dalam
pelayanan
- Mengenal iman mereka
masing-masing sehingga
mereka bisa saling
membagikan
pengalaman iman yang
mereka alami kepada
sesama di tempat
pelayanan masing-
masing
- Pengalaman
hidup peserta
- Pentingnya
iman yang
membawa
kesejukan
- Membuat
rencana aksi
- Sharing
- Tanya
jawab
- Informasi
- Mic
- Viewer
- Laptop
- Wireless
- Iman
Katolik
- Kerabat
Beringin
- Ensiklik
Laudato
Si
90 menit
6. 15.00-15.15 Penutup - Pengumuman
- Informasi
- Mic
- Viewer
- Laptop
- Wireless
15 menit
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Satuan Persiapan Program
SATUAN PENDAMPINGAN PEMBUKAAN
1. IDENTITAS
a. Judul Pertemuan : Perkenalan dan Pengantar
b. Tujuan Pertemuan : Membantu peserta untuk saling mengenal baik dari
pihak pendamping dan para peserta serta mengetahui
tujuan dari pertemuan, sehingga proses kaderisasi
yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar.
c. Peserta : Pemuka Umat di Paroki Santo Yusuf Baturetno
Wonogiri
d. Tempat : Gereja Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri
e. Hari / Tanggal : Minggu, 23 Oktober 2016
f. Waktu : 09.30-09.45 WIB
2. PEMIKIRAN DASAR
Dalam kehidupan menggereja, tentunya ada harapan kepada seluruh
anggota Gereja untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan kerohanian, baik itu
dalam bidang pewartaan, pelayanan, liturgi dan berbagai bidang yang lain. Dalam
kegiatan kerohanian tersebut tentunya dibutuhkan orang-orang yang mau terlibat
dalam kegiatan pendampingan iman tersebut. Pemuka jemaat seperti katekis,
ketua wilayah, ketua lingkungan dan prodiakon merupakan salah satu wadah
dalam bidang pewartaan yang ikut membantu umat dalam mengembangkan iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
8
6
mereka. Melihat betapa pentingnya peran mereka dalam mengembangkan iman
umat, maka mereka perlu mendapatkan penyegaran iman berupa rekoleksi agar
mereka semakin mampu untuk mengingat kembali pengalaman iman mereka dan
dapat mendampingi para umat dalam mendalami iman mereka.
Sebelum proses rekoleksi dimulai hendaknya peserta dan pendamping
saling mengenal satu sama lain. Hal ini dilakukan supaya proses rekoleksi dapat
berjalan dengan lancar. Pada sesi pembukaan ini, pendamping juga
menyampaikan maksud dan tujuan dari kegiatan ini, agar peserta menyadari
bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang penting bagi mereka, bagi umat
yang lain dan perkembangan Gereja. Dengan saling mengenal dan tahu maksud
dari diadakannya rekoleksi ini, maka kegiatan ini dapat terlaksana dan tertata
dengan baik sehingga tidak terjadi kebingungan antara yang satu dengan yang
lain.
3. MATERI
a. Perkenalan
b. Penjelasan tujuan rekoleksi
4. METODE
a. Informasi
b. Tanya Jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
8
7
5. SARANA
a. Mic
b. Wireless
c. Laptop
d. Viewer
6. PROSES PENDAMPINGAN
a. Pembuka
1) Salam Pembuka
Selamat pagi bapak dan ibu yang terkasih, berkah dalem. Marilah
sebelum kita memulai kegiatan ini, kita bersama-sama berdoa memohon berkat
dari Tuhan supaya kegiatan rekoleksi pada hari ini dapat berjalan dengan baik.
2) Doa Pembukaan
Tuhan yang Mahakasih, kami mengucap syukur dan terimakasih kepada-
Mu, atas segala berkat yang telah kami terima sampai saat ini. Tuhan, pada hari
ini kami berkumpul di tempat ini ingin menimba pengalaman iman kami dan
melihat serta menghayati iman yang kami miliki agar iman yang kami miliki
dapat bertumbuh, mengakar dalam dan memberi kesejukan bagi sesama kami.
Seperti pohon beringin yang senantiasa memberi kesejukan dan rasa aman,
semoga iman kami mampu bertumbuh dan berkembang dalam pengalaman iman
dan pelayanan kami kepada-Mu. Kami juga memohon kepada-Mu semoga
kegiatan hari ini dapat berjalan dengan lancar. Semua doa dan harapan kami ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
8
8
kami haturkan ke dalam tangan-Mu dengan perantaraan putra-Mu Tuhan kami
Yesus Kristus. Amin.
b. Uraian Materi
1) Perkenalan
Pendamping memperkenalkan diri kepada peserta, kemudian
memberikan kesempatan kepada peserta untuk memperkenalkan diri. Peserta
diberikan kesempatan untuk menyebutkan nama dan lingkungan tempat tinggal.
2) Penjelasan Latar Belakang dan Tujuan Pendampingan
Pada kesempatan hari ini kita akan mengikuti rekoleksi. Rekoleksi
berasal dari kata re dan collected yang artinya mengumpulkan kembali
pengalaman-pengalaman hidup di masa lalu untuk direnungkan kembali dan
dijadikan suatu pembelajaran untuk pengalaman di masa yang akan datang. Maka
pada kesempatan hari ini kita akan mencoba menggali pengalaman-pengalaman
yang kita miliki sehubungan dengan alam di sekitar kita, dengan keadaan sumber-
sumber air yang kita miliki, pohon-pohon beringin yang kita tanam bersama yang
kemudian akan kita lihat dalam kacamata iman kita, lewat pengalaman iman yang
kita miliki. Dalam rekoleksi ini kita akan diajak untuk semakin menghayati iman
kita akan Allah lewat ciptaan yang ada di sekeliling kita dan bagaimana kita bisa
menjaga alam ciptaan kita dari segala kerusakan. Pengalaman iman yang kita
miliki akan kita analogikan sebagai pohon beringin yang kita tanam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
8
9
Pohon beringin mampu bertumbuh dengan baik dalam kondisi apapun, ia
juga memiliki akar yang kuat dan masuk ke dalam, serta dapat memberi kesejukan
bagi siapa saja yang berteduh di bawahnya. Diharapakan nantinya bila kita
memiliki iman semacam itu, kita dapat menaungi saudara-saudara kita yang
membutuhkan sapaan, agar iman yang kita miliki juga membawa kesejukan dan
membawa kebahagiaan bagi mereka yang mengalami kesesakan. Selain itu
diharapkan kita juga semakin menyadari peran kita kepada alam semesta,
khususnya dalam menjalankan program “menanam air” agar dapat berjalan
dengan baik dan menghasilkan kebaikan bagi sesama dan alam sekitar.
(Pendamping kemudian mengajak peserta untuk masuk ke dalam sesi I,
bia dirasa perlu peserta diajak untuk semakin mengakrabkan diri dengan game
keakraban)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
9
0
SATUAN PENDAMPINGAN SESI I
1. IDENTITAS
a. Judul Pertemuan : Pertumbuhan Imanku
b. Tujuan Pertemuan : 1. Peserta dapat mengungkapkan pengalaman iman
yang mereka miliki, sehingga bisa saling berbagi
pengalaman satu dengan yang lain.
2. Peserta mampu menyadari pertumbuhan iman
mereka agar iman mereka semakin berkembang
dan menjadi berkat bagi sesama.
3. Pendamping membantu peserta untuk mengetahui
dasar iman yang harus mereka miliki agar iman
yang mereka miliki mampu mereka aplikasikan ke
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Peserta : Pemuka Umat di Paroki Santo Yusuf Baturetno
Wonogiri
d. Tempat : Gereja Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri
e. Hari / Tanggal : Minggu, 23 Oktober 2016
f. Waktu : 09.45-11.15 IB
2. PEMIKIRAN DASAR
Dewasa ini banyak orang yang mengalami krisis iman. Mereka merasa
ditinggalkan dan sendirian tanpa adanya pegangan hidup. Hidup yang mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
9
1
jalani terasa seperti daun yang tertiup angin, terombang-ambing kesana kemari
tanpa kepastian dan harapan. Di sisi lain, ada sebagian orang yang
menagatasnamakan dirinya dan kempoknya sebagai orang yang beriman. Mereka
banyak melakukan hal-hal yang mereka anggap sebagai perjuangan iman dengan
melarang orang lain beribadah, meledakkan bom, mengharuskan orang lain
berpakaian serba tertutup dan lain sebagainya.
Sebagai orang katolik dan sebagai orang yang beriman, hendaknya kita
tahu apakah itu iman agar kita tidak salah dalam mewujudkan iman kita di tengah
kehidupan kita. Kita diharapkan memiliki iman yang teguh, tidak hanya berpaku
pada kuantitas namun lebih pada kualitas iman yang kita miliki. Pertumbuhan
iman kita hendaknya menjadi ukuran yang penting dalam kehidupan menggereja
dan bermasyarakat. Iman tidak hanya menjadi suatu ungkapan saja namun juga
harus bertumbuh, mampu mengayomi dan dapat berbuah. Pertumbuhan iman
bagaikan pertumbuhan pohon yang harus melewati proses yang panjang dan
penuh perjuangan, maka diharapkan dalam kegiatan ini iman umat semakin
bertumbuh dan menghasilkan buah kebaikan seperti pohon beringin.
3. MATERI
a. Pengalaman peserta
b. Dasar iman yang harus dimiliki orang kristiani
4. METODE
a. Sharing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
9
2
b. Informasi
c. Tanya Jawab
5. SARANA
a. Mic
b. Laptop
c. Viewer
d. Wireless
6. PROSES PENDAMPINGAN
a. Pengantar
Bapak, ibu dan saudara/i yang terkasih, setelah kita saling mengenal dan
mengetahui maksud dan tujuan diadakan rekoleksi hari ini, sekarang kita akan
bersama-saling membagikan pengalaman iman kita agar kita mampu saling
memperkembangkan satu dengan yang lain. Semoga dengan saling berbagi
pengalaman kita bisa saling menguatkan dan mendukung satu dengan yang lain
dalam pelayanan kita kepada Tuhan, Gereja dan masyarakat.
b. Panduan Pertanyaan untuk Sharing Pengalaman
(Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman
imannya dengan panduan pertanyaan)
Apakah bapak, ibu, saudara/i pernah memiliki pengalaman iman?
Pengalaman iman semacam apa yang pernah bapak, ibu saudara/i alami?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
9
3
Menurut bapak, ibu, saudara/i iman itu apa?
Menurut bapak, ibu, saudara/i semenjak di baptis sampai saat ini, apakah
iman kalian semakin berkembang dan semakin mantap mengikuti Yesus?
c. Uraian Materi
(Setelah peserta memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut,
pemandu menulis jawaban umat dan memberikan pengetahuan mengenai
pertumbuhan iman)
Saat ini banyak orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai orang
yang beriman. Mereka melakukan banyak hal agar orang lain tahu apa yang
mereka lakukan, baik dengan meneriakkan nama Tuhan atau kadang ada yang
melakukan tindakan-tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama dan
iman mereka. Melihat hal tersebut, sebenarnya apa yang dimaksud dengan iman?
Dan bagaimana dengan pertumbuhan iman kita masing-masing?
Iman adalah penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak
dengan terpaksa namun dengan sukarela. Walaupun tidak setingkat namun
hubungan tersebut merupakan hubungan persahabatan sebagaimana Allah dalam
kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia dan manusia menjawabnya dengan
tulus ikhlas. Iman bersifat bebas merdeka karena memecahkan belenggu
ketakutan dan kecurigaan. Dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa
Allah yang tak terbatas berkenan memasuki hidup manusia yang serba terbatas,
menyapa dan memanggilnya. Iman berarti jawaban atas panggilan Allah,
penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi juga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
9
4
Pengalaman religius merupakan pengalaman dasar kendati hal tersebut belum
berarti pertemuan dengan Allah secara penuh (Iman Katolik, 1996: 128-129).
Di dalam Kitab Suci, iman kadang diumpamakan sebagai sebuah benih.
Buah ara juga bisa digambarkan sebagai iman yang kita miliki, bila ia tidak
berbuah maka ia akan ditebang (Mat 24: 19-21). Disini saya ingin
menganalogikan iman itu seperti sebuah pohon beringin. Mengapa saya memakai
pohon beringin? Bagi saya pohon beringin yang digunakan untuk gerakan
“menanam air” yang dilakukan oleh umat di Paroki Baturetno ini cukup menarik
dan memiliki filosofi yang cukup mendalam.
Pohon beringin merupakan tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia
baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Ia memiliki kemampuan hidup dan
beradaptasi dengan baik pada berbagai kondisi lingkungan. Beringin juga
memiliki umur yang sangat tua dan dapat hidup hingga ratusan tahun. Banyak
orang yang masih meyakini bahwa pohon beringin yang besar ada penunggunya
dan harus diberi sesaji (Setijati, 1984: 30-31).
Bagi saya hal tersebut sangat menarik, sebagai orang katolik, kita
tersebar di semua daerah di Indonesia baik dalam jumlah yang besar maupun
dalam jumlah yang kecil di setiap daerahnya. Kita bisa hidup dengan baik dengan
masyarakat di sekitar kita walaupun kita ini minoritas, dan kita bisa menunjukkan
iman kita dengan berbuat kasih kepada sesama dan alam. Sebagai minoritas tidak
jarang kita mengalami berbagai tantangan, yang kadang membuat iman kita
goyah, hal tersebut juga seperti pohon beringin yang ingin bertumbuh, dimana ia
harus menghadapi tantangan untuk menancapkan akar-akarnya di tempat-tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
9
5
yang berbatu. Begitu juga pertumbuhan iman kita, kita harus bersusah payah
mengolah iman kita, terkadang kita merasa kering dan goyah saat mengahadapi
tantangan, namun terkadang iman kita membuat kita semangat. Beringin dianggap
sebagai pohon yang mistis, iman juga demikian, kita tidak bisa menggunakan
pikiran kita untuk menjelaskan mengenai iman, namun kita percaya akan hal
tersebut. Iman juga harus diberi “sesajen” harus dipupuk dengan doa, dengan
perbuatan nyata kepada sesama dan alam di sekitar kita.
(Pendamping mengajak peserta untuk sedikit bersukaria dengan
menyanyikan lagu “Laudato Si” kemudian dilanjutkan ke sesi II)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
9
6
SATUAN PENDAMPINGAN SESI II
1. IDENTITAS
a. Judul Pertemuan : Iman yang Mengakar Dalam
b. Tujuan Pertemuan : 1. Peserta dapat menghayati iman mereka dan mampu
mengkaitkan dengan filosofi pohon beringin yang
mereka tanam.
2. Peserta semakin menyadari imannya yang
mendalam sehingga bisa dibagikan kepada sesama
khususnya dalam pelayanan
c. Peserta : Pemuka Umat di Paroki Santo Yusuf Baturetno
Wonogiri
d. Tempat : Gereja Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri
e. Hari / Tanggal : Minggu, 23 Oktober 2016
f. Waktu : 11.15-12.45 WIB
2. PEMIKIRAN DASAR
Iman yang tumbuh dan mengakar kuat di dalam hidup kita mampu
menghasilkan buah-buah iman. Seperti pohon beringin yang ditanam, ia akan
tumbuh di tempat yang mungkin tidak nyaman, di tanah yang berbatu-batu dan
tandus, namun ia mampu menancapkan akarnya dengan kuat serta dapat tumbuh
dengan baik, sehingga menghasilkan kesejukan dan membawa kebahagiaan bagi
yang bernaung di bawah kerindangan dahannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
9
7
Sebagai murid Kristus kita diharapkan memiliki iman yang kokoh dan
mendalam. Iman kita yang kokoh dan mendalam mampu membuat kita semakin
percaya dan tidak mudah goyah dalam menghadapi cobaan. Dalam kehidupan kita
sehari-hari, kita diajak untuk mewujudkan sikap iman kita. Sikap iman kita dapat
kita wujudkan dengan menghadirkan Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup kita,
sesama kita dan alam sekitar kita.
3. MATERI
a. Pengalaman peserta
b. Pentingnya iman yang mendalam dan tangguh seperti pohon beringin
4. METODE
a. Sharing
b. Informasi
c. Tanya Jawab
5. SARANA
a. Mic
b. Laptop
c. Viewer
d. Wireless
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
9
8
6. PROSES PENDAMPINGAN
a. Pengantar
Pada sesi yang pertama tadi kita telah membahas mengenai pertumbuhan
iman kita. Bagaimana pengalaman-pengalaman iman yang kita alami mampu
semakin menguatkan iman kepada Tuhan. Lewat peristiwa senang maupun sedih
kita bisa merasakan kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita dan kita bisa
merasakan penyelenggaraan Allah di dalam hidup kita.
b. Panduan Pertanyaan untuk Sharing Pengalaman
(Pada slide ditayangkan gambar pohon kecil namun memiliki akar yang
kuat dan gambar pohon yang batangnya besar namun akarnya hanya sedikit di
dalam tanah. Kemudian pendamping memberi pertanyaan kepada peserta)
Apa perbedaan kedua gambar tersebut?
Bila kedua gambar dianalogikan sebagai iman, manakah iman yang lebih
tangguh?
Seperti apakah iman yang kita miliki saat ini?
c. Uraian Materi
Kedua gambar di atas menggambarkan gambaran iman kita. Ada
sebagian dari kita yang memiliki iman yang kokoh ke dalam, kita melakukan
pelayanan tanpa banyak berbicara namun memiliki hasil yang nyata. Namun
sebagian dari kita kadang memiliki iman yang dangkal, tidak kokoh ke dalam,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
9
9
sehingga bila ada sedikit godaan atau permasalahan, iman kita sering goyah dan
bahkan bisa tumbang.
Pengalaman-pengalaman religius, iman dan pengetahuan merupakan
aspek penting dalam hidup orang beriman. Orang beriman tahu mengenai Allah
justru dalam penyerahan imannya, karena tidak mungkin kita mengenal orang
tanpa mengetahui apa-apa mengenai dirinya. Manusia tidak bisa menyerahkan diri
kepada Allah kalau ia tidak mengetahui siapa Allah itu. Agar dapat beriman
dengan sungguh, manusia harus mengetahui kepada siapa ia menyerahkan diri
(Iman Katolik, 1996: 130).
Iman yang mengakar dalam berarti harus menyerahkan dirinya kepada
Allah. Tidak mungkin kita bisa memiliki iman yang mendalam bila kita tidak
mengenal Allah dan menyerahkan diri kita kepada Allah. Kita diajak untuk
mengenal Allah secara lebih dekat dan menyelami setiap rencananya. Allah begitu
baik kepada manusia, lalu apa yang akan dilakukan manusia? Hendaknya manusia
bisa membalas kebaikan Allah juga dengan berbuat baik. Berbuat baik tidak
terbatas pada orang-orang yang kita senangi saja, namun juga kepada semua orang
termasuk musuh-musuh kita dan alam semesta. Mengapa alam juga harus ikut kita
rawat? Karena Allah menciptakan bumi beserta isinya bagi kita, itu merupakan
bukti cinta Allah kepada manusia, sehingga kita juga harus bisa membalas
kebaikan Allah dengan menjaganya.
Seperti yang sudah saya katakan di dalam sesi awal tadi, bahwa saya
akan menganalogikan iman seperti pohon beringin, karena pohon beringin sangat
dekat dengan kita sekarang ini. Pohon beringin memiliki struktur akar yang dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
1
0
0
dan kuat. Akar lateralnya mampu mencengkeram tanah dengan baik. Akar
gantungnya bisa dimanfaatkan untuk tali dan bisa kuat untuk mengikat sesuatu.
Akar beringin yang kuat membuat ia mampu bertahan di tanah yang berbatu dan
bisa menahan air tanah. Selain itu bisa juga sebagai penguat lereng alami agar
tidak mudah longsor (Setijati, 1984: 30-31).
Iman kita hendaknya juga kuat dan mengakar dalam seperti pohon
beringin. Bila iman kita kuat dan mengakar dalam maka kita tidak akan mudah
goyah akan godaaan-godaan dan tantangan-tantangan yang mampu
menggoyahkan iman kita. Sekencang apapun angin yang bertiup atau masalah
yang menghampiri, bila kita memiliki akar yang kuat, maka kita tidak akan mudah
terombang-ambing dan tumbang begitu saja. Akar atau dasar iman yang kuat akan
membuat kita mampu bertahan dalam menghadapi setiap permasalahan, seperti
pohon beringin yang akar-akarnya dapat menembus batu. Dasar iman yang kuat
akan menghasilkan sesuatu di dalam hidup kita. Kita bisa menjadi tempat
bersandar bagi orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
1
0
1
SATUAN PENDAMPINGAN SESI III
1. IDENTITAS
a. Judul Pertemuan : Sudahkah Imanku Membawa Kesejukan dan
Kesejahteraan Bagi Sesama?
b. Tujuan Pertemuan : 1. Umat dapat menyadari iman mereka dan mampu
mewujudkannya di dalam kehidupan sehari-hari
khususnya dalam menjalankan program “menanam
air”
2. Pembina mengajak peserta untuk mengenal iman
mereka sehingga mereka bisa membagikan
pengalaman iman yang mereka alami kepada
sesama
c. Peserta : Pemuka Umat di Paroki Santo Yusuf Baturetno
Wonogiri
d. Tempat : Gereja Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri
e. Hari / Tanggal : Minggu, 23 Oktober 2016
f. Waktu : 13.30-15.00 WIB
2. PEMIKIRAN DASAR
Kadang kala kita merasa bosan dengan hidup kita. Kita tidak tahu apa
yang harus kita perbuat saat kita mengalami masalah. Merasa putus asa dan ingin
mengakhiri semuanya dengan cepat dan serba instan sehingga kita terkadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
1
0
2
menghalalkan berbagai macam cara untuk menyelesaikan masalah kita atau untuk
mendapatkan apa yang kita inginkan. Sebagai orang beriman hendaknya kita
mampu melihat segala peristiwa ataupun segala yang kita cita-citakan dalam
kacamata iman. Kita juga sudah belajar mengenai iman dan bagaimana iman yang
mengakar kokoh ke dalam sehingga kita tidak mudah digoyahkan.
Iman yang kokoh dan mendalam hendaknya dibarengi dengan suatu
tindakan nyata di dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga iman yang kita
miliki tidak berhenti pada pengalamannya dan teorinya saja namun dapat
diaplikasikan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Suatu pertanyaan bagi kita
bersama: apakah imanku sudah mampu membawa kesejukan bagi sesamaku?
Akankan iman kita mampu membawa kedamaian, kerukunan, cinta kasih dan
perhatian kepada sesama? atau iman kita justru membawa mala petaka bagi
sesama kita? Perlu pula di ingat, bahwa sesama kita tidak hanya terbatas pada
manusia saja namun juga pada alam sekitar. Kita diajak untuk peduli terhadap
sesama kita manusia maupun sesama kita alam ciptaan-Nya.
3. MATERI
a. Pengalaman peserta
b. Pentingnya iman yang membawa kesejukan
c. Membuat rencana aksi
4. METODE
a. Sharing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
1
0
3
b. Informasi
c. Tanya Jawab
5. SARANA
a. Mic
b. Laptop
c. Viewer
d. Wireless
6. PROSES PENDAMPINGAN
a. Pengantar
Setelah mendalami mengenai pertumbuhan iman dan bagaimana iman
kita dapat mengakar ke dalam maka pada kesempatan ini kita akan lebih
mendalami mengenai iman kita yang berguna bagi sesama. Bagaimana iman kita
bisa berguna bagi sesama? Agar iman kita berguna bagi sesama hendaknya kita
mau saling membagikan pengalaman iman yang kita miliki lewat pelayanan kita
yang penuh cinta kasih, baik kepada sesama maupun pada alam ciptaan-Nya.
Maka pada kesempatan ini kita juga akan melihat bagaimana kita bisa
memberikan kasih kita kepada alam yang ada di sekitar kita dan kepada orang-
orang miskin yang memerlukan uluran tangan kita. Gereja senantiasa mengajak
kita untuk peduli pada orang yang papa miskin dan kepada keutuhan ciptaan,
maka kita akan melihat sejauh mana kepedulian kita sebagai umat beriman
terhadap permasalahan-permasalahan di sekitar kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
1
0
4
b. Panduan Pertanyaan untuk Sharing Pengalaman
(Pendamping mengajak peserta untuk melihat video mengenai alam yang
rusak dan orang-orang yang kelaparan. Kemudian pendamping memberikan
pertanyaan sehubungan dengan video yang diputar)
Apa yang bapak, ibu, saudara/i rasakan setelah melihat tayangan video
tadi?
Apakah bapak, ibu, saudara/i melihat kehadiran Allah di dalam
tanyangan video tersebut?
Apa yang akan bapak, ibu, saudara/i lakukan bila itu terjadi di sekitar
kalian?
Apa yang akan kalian lakukan bila hal tersebut terjadi pada kalian?
(Setelah peserta memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut,
pemandu menulis jawaban umat dan memberikan pengetahuan mengenai iman
yang membawa kesejukan dan kesejahteraan)
c. Uraian Materi
Melihat penderitaan yang terjadi di sekitar kita terkadang kita merasa
miris. Melihat kerusakan alam yang luar bisa parahnya, melihat orang-orang yang
kelaparan dan menderita. Terkadang sebagai manusia biasa kita merasa Tuhan
tidak adil dan Tuhan tidak menyayangi kita anak-anak-Nya. Kalau Tuhan
menyayangi kita mengapa Tuhan membiarkan kita menderita? Sebagian dari kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
1
0
5
tetap merasakan kehadiran Allah di dalam peristiwa sedih yang terjadi, namun
sebagian lagi merasa Tuhan tidak adil.
Orang yang beriman adalah orang yang mengenal Allah. Iman adalah
penyerahan diri kita secara total kepada Allah. Bila kita merasa sebagai orang
yang beriman, kita akan mengenal Allah yang Maha Baik, Maha Pengasih, Maha
Pemurah dan lain sebagainya. Kita juga akan mengalami kasih Allah yang luar
biasa, dimana Ia memberikan kita hidup dan segala kebutuhan hidup kita lewat
alam dan orang-orang di sekitar kita. Bila kita merasakan kebaikan Allah yang
luar biasa itu, maka kita diajak untuk tidak tinggal diam begitu saja. Kita diajak
untuk bisa seperti Allah, dalam arti mampu memberi kesejukan dan kesejahteraan
kepada sekeliling kita.
Kesejukan dan kesejahteraan semacam apa yang bisa kita lakukan?
Sekali lagi, seperti pohon beringin yang memberikan kehidupan dan kesejukan
serta kesejahteraan kita juga diajak mampu menjadi seperti itu. Kesejukan disini
bisa kita artikan sebagai hati yang damai, menjadi tempat yang nyaman bagi
orang-orang yang memerlukan pertolongan, seperti pohon beringin yang menjadi
tempat yang nyaman bagi burung-burung yang bersarang di dahannya yang sejuk.
Kesejahteraan disini bisa kita artikan bukan sebagai pemenuhan kebutuhan akan
materi yang melimpah, namun kesejahteraan disini bisa kita artikan sebagai
kebahagiaan yang kita rasakan saat berada di bawah pohon beringin, yang
membawa rasa aman dan nyaman. Yang menjadi pertanyaan saya, apakah kita
sudah menjadi orang yang membawa kesejukan dan kesejahteraan bagi sesama
kita? Bila belum apa yang akan kita lakukan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
1
0
6
Berkaca dari Ensiklik Laudato Si yang dikeluarkan oleh Bapa Paus
Fransiskus mengenai lingkungan hidup, kita bisa menunjukkan bentuk solidaritas
kita dan mewujudkan iman kita dengan merawat alam yang sedang sakit. Seperti
yang diungkapkan dalam Laudato Si no 2 yang mengatakan bahwa ibu bumi
sedang mengalami sakit akibat dari kesalahan yang kita lakukan. Kita tidak cukup
bertanggungjawab untuk menggunakan kekayaan alam yang ada di sekitar kita.
Sebagai perwujudan iman kita diajak untuk merawat ibu bumi yang sedang sakit.
Laudato Si juga mengajak kita peduli pada orang-orang yang paling
menderita. Dalam Laudato Si no 158 berisi mengenai kondisi masyarakat global
saat ini, di mana banyak terjadi ketidakadilan, sehingga kepentingan umum
menjadi panggilan solidaritas kita, khususnya terhadap orang-orang yang miskin.
Melihat banyaknya ajakan untuk mewujudnyatakan iman kita dengan membantu
mereka yang membutuhkan, maka kita hendaknya mampu mengulurkan tangan,
memberi kesejukan dan kedamaian bagi orang-orang dan alam di sekitar kita.
(Kemudian pendamping mengajak peserta untuk membuat niat bersama,
yang bisa dilakukan, khususnya untuk mendukung gerakan “menanam air” agar
semakin banyak orang yang terlibat di dalamnya).
d. Penutup
Bapak/ibu/saudara/i terkasih demikianlah rekoleksi kita hari ini. Kita
telah belajar bersama dari pengalaman-pengalaman yang kita dengar dari sharing
bapak/ibu/saudara/i dan mendengar beberapa penjelasan mengenai iman seperti
pohon beringin yang membawa kesejukan dan kesejahteraan. Semoga uraian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
1
0
7
saya sampaikan tadi dapat memberikan penyegaran bagi kita semua sehingga kita
semakin memiliki iman yang berakar dalam seperti pohon beringin dan kita dapat
melaksanakan niat-niat kita dengan baik.
e. Doa Penutup
Allah Bapa Maharahim terimakasih atas penyertaan-Mu sepanjang
rekoleksi kami hari ini. Terimakasih atas penyertaan Roh Kudus-Mu di dalam diri
kami, sehingga kami bisa saling berbagi pengalaman iman dan saling melengkapi
satu dengan yang lain. Bapa semoga apa yang kami dapatkan hari ini dapat
berguna bagi kehidupan kami masing-masing, bagi pelayanan kami di Gereja dan
masyarakat serta demi Kemuliaan nama-Mu yang kudus. Bapa seluruh doa dan
harapan kami ini kami haturkan kepada-Mu dengan pengantaraan putra-Mu Tuhan
kami Yesus Kristus. Amin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menyampaikan kesimpulan dari tulisan ini
beserta saran yang berkaitan dengan gerakan “Menanam Air” Sebagai Satu
Bentuk Kegiatan Pastoral Lingkungan Hidup Di Paroki Santo Yusup Baturetno
Wonogiri. Pada bagian kesimpulan berisi mengenai gagasan pokok dari
keseluruhan tulisan skripsi ini dan pada bagian saran berisikan gagasan yang
bermaksud untuk meningkatkan kesadaran umat di Paroki Santo Yusup Baturetno
dalam menjaga keutuhan alam ciptaan.
A. Kesimpulan
Pastoral berarti segala usaha untuk membantu hidup iman bersama,
sehingga Sang Gembala Ilahi terasa tampil, hadir, menemani dan berkarya bagi
semua manusia. Kegiatan-kegiatan yang mencerminkan kehadiran Allah di
tengah-tengah manusia dan dapat membantu kehidupan iman bersama merupakan
kegiatan-kegiatan pastoral. Lingkungan hidup sendiri merupakan semua aspek
kehidupan yang ada di sekitar kita, baik berupa benda hidup maupun tak hidup
dan keadaan alam yang mempengaruhi secara langsung dan tidak langsung.
Berangkat dari kedua pengertian tersebut maka eko-pastoral atau yang dikenal
dengan pastoral lingkungan hidup merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
pelestarian lingkungan hidup yang dapat mencerminkan kehadiran Allah di
tengah-tengah manusia lewat alam ciptaan-Nya.
Saat ini banyak terjadi eksploitasi terhadap kekayaan alam secara besar-
besaran yang menyebabkan banyaknya kerusakan alam. Di berbagai daerah telah
mengalami bencana alam, baik longsor, banjir, badai, mencairnya es di kutub dan
lain sebagainya. Bencana tersebut terjadi akibat dari eksploitasi kekayaan alam
secara besar-besaran. Di berbagai negara dan daerah banyak yang mengalami
penurunan jumlah air bersih. Hal tersebut juga dialami oleh Indonesia, khususnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
di daerah-daerah yang gersang dan berbatu seperti Gunung Kidul, Wonogiri dan
lain sebagainya.
Melihat keprihatinan tersebut, beberapa Gereja mulai mencanangkan
program pastoral lingkungan hidup yang dapat meningkatkan kesadaran umat dan
masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup dan bagaimana menghargai alam
semesta. Pastoral mengenai lingkungan hidup juga dijalankan oleh umat di Paroki
Santo Yusup Baturetno Wonogiri yang mencanangkan gerakan “menanam air”.
Gerakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran umat akan pentingnya
air bersih dan pentingnya menanam pohon sebagai pengikat air.
Pada masa awal gerakan ini dimunculkan banyak sekali terdapat pro dan
kontra. Tantangan tersebut berasal dari pohon yang digunakan untuk penanaman,
yakni pohon beringin, yang oleh sebagian besar penduduk dianggap sebagai
pohon yang ada penunggunya. Seiring dengan berjalannya waktu dan dengan
pendekatan-pendekatan yang dilakukan maka gerakan ini dapat berjalan. Gerakan
“menanam air” sudah berjalan sekitar 6 tahun dan sudah mulai banyak umat dan
masyarakat yang ikut terlibat di dalamnya.
Melihat hasil penelitian yang didapatkan, penulis merasa bahwa umat
masih perlu memiliki iman yang mendalam dan tangguh seperti pohon beringin
yang mereka tanam, agar mereka dapat membawa damai dan sukacita bagi orang-
orang di sekeliling mereka. Melihat kebutuhan tersebut maka penulis membuat
suatu program rekoleksi, agar umat menyadari akan peran mereka dan pentingnya
memiliki iman yang tangguh dan mendalam seperti pohon beringin. Tema yang
diambil untuk rekoleksi ini ialah “Iman Seperti Pohon Beringin Membawa
Kesejukan dan Kesejahteraan”. Tema ini dipilih karena bila kita bercermin pada
pohon beringin, kita bisa belajar bahwa menjadi pohon yang kokoh juga
memerlukan waktu, iman yang kita miliki harus berakar dalam sehingga mampu
memberi kesejukan bagi sesama kita.
B. Saran
Saran berikut ditujukan kepada Pastor dan umat di Paroki Santo Yusup
Baturetno Wonogiri. Secara umum umat telah memiliki kesadaran untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
mengikuti gerakan “menanam air” dengan segala upaya yang bisa mereka
lakukan, maka untuk semakin meningkatkan semangat dan kesadaran umat untuk
menjaga keutuhan alam ciptaan, penulis menyampaikan beberapa hal berikut:
1. Pastor, dewan paroki dan katekis diharapkan terus menggalakkan ketekese
mengenai lingkungan hidup secara berkesinambungan agar gerakan
“menanam air” bisa terus berjalan seiring dengan perkembangan iman umat.
2. Para katekis, pengurus dewan dan pemandu pendalaman iman diharapkan
melaksanakan usulan program yang dibuat oleh penulis, sehingga diharapkan
para tonggak Gereja tersebut semakin memiliki iman yang kokoh, tangguh
dan mendalam.
3. Diharapkan umat dapat semakin memahami mengenai lingkungan dan
permasalahan yang dialami, agar tercipta kesadaran untuk dapat menghargai
alam ciptaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
DAFTAR PUSTAKA
Abineno, Ch. (1993). Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Baptista, Johanes. (2010). Katekese Ekologi Sebagai Upaya Meningkatkan
Penghayatan Spiritualitas Ekologis Bagi Para Fransiskan Di Yogyakarta
Dalam Rangka Gerakan Pelestarian Lingkungan Hidup. Yogyakarta.
Chang, William. (2000). Moral Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisius.
Dewan Paroki Santo Yusup Baturetno. (2013). Profil Paroki Santo Yusup
Baturetno, Berdasarkan Pendataan Umat Tahun 2011. Wonogiri: Litbang
Santo Yusup Batureno.
. (2013). Nota Pastoral Konferensi Wali Gereja Tahun 2013
“Keterlibatan Gereja Dalam Melestarikan Keutuhan Ciptaan”. Jakarta.
Eko Putro. (2015). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Fransiskus, Paus. (2015). Ensiklik Laudato Si. Jakarta: Obor.
Go, Piet. (1989). Etika Lingkungan Hidup. Malang: Dioma.
Keraf, Sonny. (2010). Krisis dan Bancana Lingkungan Hidup Global.
Yogyakarta: Kanisius.
Konferensi Wali Gereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan
referensi. Yogyakarta: Kanisius.
Madya Utama, I.L (2011). Diktat Kuliah: Berpastoral Seluas Realitas Kehidupan
Dengan Penuh Integritas. Yogyakarta.
Moleong, Lexy. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Rosdakaya.
Setijati Sastrapradja dan Afriastini. (1984). Kerabat Beringin. Bogor: Seri Pustaka
Kuntara.
Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Suharsini, Arikunto. (2013). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Dari Internet
http://agrobisnisinfo.com/2015/07/akar-dan-daun-pohon-beringin-manfaat.html
Pukul 09.30 WIB
http://choicesemarang.or.id/ardas-kas.html Pukul 11.25 WIB
http://flora-faunaindonesia.blogspot.co.id/2011/06/gayam-yang-bikin-ayem-
damai-orang-jawa.html Pukul 09.20 WIB
http://kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&dn=20100107095715 Pukul 10.15
WIB
http://sesawi.net/Hari-Studi-Ekopastoral-Sidang-Sinodal-KWI-2012-Gereja-
Lestarikan-Keutuhan-Ciptaan.html Pukul 21.25 WIB
http://wikipedia.org/wikipedia-bahasa-indonesia-ensiklopedia-bebas.html Pukul
20.05 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1: Transkrip Hasil Wawancara
Wawancara Awal (Observasi Awal)
Nama : Romo J. Muji Santara SJ (R2)
Tanggal : 8 November 2015
Status : Pastor Kepala Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri
Q : Bagaimana awal gerakan ini muncul?
R : Berawal dari fakta bahwa tahun 2009 saya datang kemari, hiasan Gereja
ada yang berasal dari bunga potong dan bunga plastik. Saya mulai
bertanya-tanya, kemudian ada pembahasan mengenai hal tersebut dimana
kita itu orang desa, banyak tanaman, banyak keagungan yang kita dapat
di sekitar yang bisa dimanfaatkan, kenapa tidak dimanfaatkan. Kemudian
saya membawa rumput dan tanaman hidup ke dalam Gereja, awalnya
umat tidak peduli, namun lama-lama muncul pernyataan mengenai
keindahan dari ciptaan Tuhan. Saya mengajak umat untuk menanam
tanaman hias yang bisa diambil keindahannya dan digunakan untuk
menghias altar. Titik tolaknya dari rumput yang diinjak orang kemudian
dibawa masuk ke dalam Gereja kemudian dikembangkan menanam
tanaman hias. Sekarang ini menghias altar menggunakan tanaman hias,
karena yang penting adalah keindahan. Adanya tanaman hias membuat
biaya untuk menghias altar jadi lebih irit karena tidak perlu membeli
bunga potong. Sekitar 1,5 tahun sejak kedatangan saya, bunga plastik
berganti dengan tanaman hias, dan umat tidak perlu membeli bunga
potong di Wonogiri kota. Seiring berjalannya waktu banyak Gereja mulai
memunculkan kekayaan alam di tengah Gereja dan di dalam Gereja. Lalu
muncullah gagasan pastoral untuk menggerakkan umat mencintai alam
lewat perayaan liturgi dengan melihat makna dan simbol dalam perayaan
natal seperti malaikat, pohon natal dan gemericik air yang
menggambarkan keindahan dan keagungan. Pada waktu ke lingkungan-
lingkungan saya prihatin dengan keadaan air yang mulai sulit didapat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Kemudian saya meminta mas Theo pegawai sekretariat untuk membuat
video singkat mengenai sumber air dan lingkungan, baik dari sumber air
yang masih ada maupun yang sudah mati, yang kemudian dikaitkan
dengan keadaan kita sebagai orang gunung yang mulai mengalami krisis
air. Kemudian ada teman yang mengikuti pertemuan di Klaten, setelah
pulang dari pertemuan ada yang membawa istilah “menanam air”,
“menanam oksigen” atau “menghirup udara segar”. Saya kemudian
memutar video yang dibuat oleh mas Theo di kapel-kapel wilayah.
Awalnya banyak tantangan karena kalau menanam beringin tidak bisa
memetik hasil tapi ditekankan menanam beringin sama dengan menanam
oksigen dan sumber air yang bisa membawa kesejukan. Setiap ada pohon
besar pasti ada sumber air, bila pohonnya ditebang sumber airnya hilang.
Tanaman-tanaman yang ditanam dalam gerakan ini adalah beringin dan
serumpun beringin seperti bereh, gayam dan tanaman yang tahan.
Program mulai berjalan namun ada tantangan dimana pohon-pohon yang
besar bisa terawat namun mereka menganggap pohonnya ada danyangan.
Sedangkan pohon yang kecil ada yang hilang dan dalam tanda petik
kebakaran. Saya memiliki pandangan bagaimana cara mengagumi dan
menghargai alam. Semuanya berawal dari bunga altar, kekaguman dan
gagasan menanam oksigen. Ada seorang bapak, ketua Dewan II yaitu
bapak FX. Mudiharso yang keranjingan ikut gerakan ini dan beliau
bahkan sampai menjual gergaji mesin miliknya.
Q : Selama ini sudah menanam di daerah mana saja?
R : Bukan lokasi tertentu, tapi umat yang menanam, karena tidak ada tanah
khusus. Umat diajak untuk menatap masa depan yang tidak kekurangan
air karena mereka telah menanam air. Diharapkan ditanam di tempat
yang tidak ada air, sehingga muncul air, di tempat yang sudah ada air
semoga airnya bertambah. Pandangan akan pohon besar yang
menakutkan masih ada pada agama lokal yang memandang adanya
danyang dalam pohon-pohon besar. Sehingga Gereja berusaha
memunculkan gagasan yang menakutkan bisa menjadi mengagumkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
Bila ada setan ya kita ajak setan untuk mengagungkan Tuhan. Saya
berusaha memunculkan teologi lokal pada teologi Gereja karena dan
Hyang dalam ilmu pewayangan adalah seorang dewa sehingga saya
berusaha membuat tanda salib dengan rumusan “dan Hyang Romo, dan
Hyang Putro, dan Hyang Roh Suci. Menurut saya itu tidak salah, tapi bila
itu saya pakai maka akan terjadi keributan.
Q : Munculnya Gagasan untuk menanam pohon beringin itu dari siapa?
R : Gagasan bukan muncul dari saya, saya hanya memiliki gagasan untuk
mengganti bunga plastik dengan bunga hias. Munculnya gagasan dan
gerakan ini ialah dari umat, khususnya dari umat yang sampai
keranjingan menjual alat penggergaji kayu miliknya.
Q : Berapa banyak pohon yang sudah tersebar?
R : Kurang lebih Sudah ada sekitar 200 yang tersebar namun itu yang hidup,
yang sudah tercabut atau terbakar ada cukup banyak. Cara menanamnya
sebaiknya di tempat atau di tanah yang kurang produktif dengan harapan
ada buah yang bisa dipanen dari tanah yang produktif.
Q Penyebarannya bibitnya selama ini bagaimana? Hanya daerah tertentu
atau ke seluruh wilayah paroki?
R Ke seluruh paroki dan bibit itu diberkati kemudian dipersilahkan diambil
dan ditanam. Orang yang merawat tidak asal disebut begitu saja, namun
diberi nama orang tua asuh. Ada orang tua asuh yang kurang sadar dan
kurang memahami karena saat saya kunjungan ke salah satu orang tua
asuh, daun dan cabang-cabangnya dipotong dengan alasan biar bagus
padahal itu mengganggu pertumbuhan. Ada yang mengatakan kegiatan
ini merupakan kegiatan visioner karena bila sudah panen, air akan terus
mengalir.
Q : Apakah ada data mengenai orang tua asuh yang menanam bibit beringin?
R : Selama ini masih bisa diingat dan belum didata secara pasti. Ada orang
tua asuh yang mengingatkan untuk mengunjungi anak asuhnya. Saya
memiliki harapan pada petugas waduk yang tergerak dan menerima
program ini dan untuk sementara ada 14 bibit yang dibawa untuk di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
tanam. Harapannya agar muncul sumber air di sekitar waduk dan bisa
menahan tanah yang ada di sekitar waduk. Ada program rayon untuk
menanam tanaman buah namun tanah yang ada di Wonogiri adalah batu
yang ada tanahnya sehingga agak sulit untuk menanam pohon buah-
buahan.
Q : Pemilihan pohon berdasarkan apa?
R : Prioritas yang dibidik adalah tanah yang tidak bisa ditanami. Berdasarkan
kontur tanah, beringin cocok ditanam karena bisa hidup di daerah yang
tidak produktif dan bisa hidup dimana saja. Namun tantangan yang
terjadi adalah menanam beringin sama dengan menanam demit dan
sekarang tantangannya daun beringin untuk pakan ternak.
Q : Bagaimana cara mensosialisasikannya?
R : Dengan membuat dan memutarkan video singkat ke kapel-kapel.
Kemudian ada usulan dari perangkat desa untuk menanam beringin di
lapangan desa sehingga bisa masuk ke ranah yang lebih luas. Ada umat
juga yang menjadi perangkat desa, ketua RT, RW, kepala desa sehingga
cakupan lebih luas dan mereka bisa menjadi corong Gereja. Saat ini
pembibitan baru ada di paroki saja. Bila ada umat yang menyumbang
bibit maka akan diterima, bila ada yang menginginkan boleh mengambil.
Pembibitan cukup mudah bisa dengan stek tapi saya lebih memilih
mencari “tukulan” agar akarnya lebih kuat.
Q : Apakah ada daerah khusus yang menjadi proritas?
R : Tidak ada karena tidak ada tempat atau lahan terbuka yang tersedia.
Q : Berapa jumlah orang tua asuh saat ini?
R : Ada lebih dari 50 orang, kadang satu komunitas tidak hanya satu orang
tua asuh. Tapi tidak semuanya baik karena beratnya menanamkan
pemahaman untuk mencintai tanaman dan masih ada tantangan dari
agama lokal. Yang banyak menanam adalah pengurus waduk dan pihak
TNI serta Perhutani.
Q : Apakah tujuan dari gerakan ini sudah terasa?
R : Bila dilihat dan dirasakan ketika ada pertemuan di lingkungan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
wilayah yang menyediakan doa spontan maka mulai muncul doa untuk
alam dari umat, entah itu kemunculannya dari hati atau bukan namun
kemunculan doa dari umat merupakan bukti yang baik bagi
perkembangan iman. Dosa ekologi mulai muncul namun belum terlalu
dipahami, muncul pula adanya jalan salib ekologis. Namun masih belum
terlalu muncul kesadaran, karena di Gereja masih buang sampah
sembarangan dan teks misa masih ditingga begitu saja.
Q : Mengapa memilih tema-tema ekologi dalam perayaan?
R : Sejak 2009 dicoba memunculkan tema ini karena orang tidak peduli pada
lingkungan, selain itu sebagai upaya untuk memunculkan corong dan
mendorong kesadaran umat untuk menanam air dan tidak merusak daerah
sekitar, dengan harapan gerakan ini bisa berjalan dengan baik.
Q : Sejak kapan mengangkat tema-tema mengenai lingkungan hidup?
R : Penggunaan tema-tema tersebut dimulai sejak adanya gerakan mengganti
bunga plastik menjadi bunga hias. Saya memasukkan kegiatan liturgis
yang dialami oleh umat untuk menggerakkan mereka. Namun masih
harus memikirkan liturgi yang sinergis dan dimasukkan dalam Gereja.
Q : Darimana Romo mendapatkan bibit beringin?
R : Mencari di pinggir-pinggir jalan, rumah-rumah yang rusak, pagar-pagar,
bila keliling atau pergi-pergi selalu melihat-lihat dan membawa bibit-
bibit itu pulang. Saya tidak mau menggunakan yang stek karena yang
dikejar untuk program ini adalah akarnya. Pernah ada romo yang
mengatakan bahwa panjang akar gayam adalah 20 kali panjang
pohonnya.
Q : Mengapa romo tertarik dengan lingkungan hidup?
R : Karena situasi setempat, saat kemarau sangat kering dan ternyata Gereja
menggebu-gebu untuk melestarikan alam. Namun saya lebih suka dengan
esensinya dimana orang tidak keberatan membeli oksigen yang mahal,
tapi bila diajak menanam pohon sangat sulit, padahal oksigen yang di
dapat dari pohon itu gratis dan bisa dihirup sampai kita bosan. Kemudian
saya mencoba menggali pengalaman pribadi mereka mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
keberadaan pohon-pohon yang ada dan mengajak mereka menanam dan
menjadi pelopor, karena bila bukan kita siapa lagi.
Q : Apa ada kaitannya kesejahteraan umat dengan program ini?
R : Ada. Di sini orang-orang mendapatkan air dengan mengalirkannya
melalui pipa-pipa. Sekarang bila tanaman kena air, pasti tumbuh dan
kebutuhan mereka tercukupi. Ada air itu merupakan kesejahteraan,
karena bila keadaan air buruk manusia akan kena tulahnya, tidak bisa
panen. Air sangat dekat dengan kesejahteraan. Menanam pohon juga
kesejahteraan kita bisa menikmati berteduh di bawah pohon dan
menghirup udara segar.
Q : Apa ada sosialisasi masalah perawatan?
R : Tidak ada, namun yang dibutuhkan adanya pengamanan dari pihak-pihak
yang merawat. Beringin ditanam pasti hidup, namun kadang hilang
kadang jadi makanan kambing. Yang jelas jangan ditanam di dekat
rumah karena bisa merusak rumah karena akarnya sangat kuat.
Q : Dari segi pastoral apa yang dilakukan untuk menarik minat umat?
R : Yang pertama menunjukkan bahaya bila kita tidak menanam, ancaman
yang kita alami dan kerugian yang diderita. Kedua manusia terkadang
merasa bahwa mereka memiliki segala sesuatu secara pribadi sehingga
memiliki pemikiran kepemilikan Allah adalah kemilikannya. Pemikiran
semacam itu harus diubah. Ketiga umat harus memiliki kesadaran akan
adanya persaudaraan antar makhluk hidup.
Q : Struktur tanah yang ada di daerah sini seperti apa?
R : Nama-nama wilayah di di sini terdapat unsur batu, seperti Baturetno,
Batuwarno, Watuagung. Hal tersebut menunjukkan kontur tanahnya
berbatuan dan yang datar serta produktif hanya ada sedikit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
Wawancara I
Nama : F.X. Mudiharso (R1)
Tanggal : 11 Juli 2016
Status : Wakil II Dewan Paroki dan Tokoh Penggagas Gerakan
Q : Bagaimana awal gerakan ini bisa muncul?
R : Melatarbelakangi program ekologi, Wonogiri bagian selatan merupakan
daerah yang gersang dan tandus. Ada air tapi hanya sedikit dan jarang, rata-
rata kedalamannya diatas 50 meter. Udara di daerah Wonogiri panas,
sementara polusi tidak hanya berasal dari asap kendaraan saja namun juga
dari hutan yang gundul karena banyak yang ditebang khususnya pada
waktu reformasi. Pemikiran dasar orang yang beriman akan kembali ke
alam dengan menanam pohon terutama pohon air dan oksigen seperti
beringin dan rasnya dan juga gayam. Untuk memancing minat umat maka
disediakan pula pohon buah-buahan dan bukan pohon yang produktif
kayunya, karena bila produktif kayunya maka 5-10 tahun lagi akan
ditebang. Maka dewan paroki mengajak umat untuk kembali ke alam
dengan merawat alam. Program visioner menanam air dimulai pada 2010
dimana ada temu pastoral. Saat bertemu dengan teman-teman pada waktu
makan dalam satu meja maka diadakan perbincangan mengenai ekologi.
Setiap orang membicarakan mengenai keadaan di daerahnya. Di Baturetno
pada pertengahan musim kemarau sudah kesulitan air, bahkan sampai harus
membeli karena struktur tanahnya yang berbatu, sementara di daerah lain
berlimpah ruah. Kemudian ada romo yang bertanya kalau mau memanen
air maka kita harus menanam apa? dan bagaimana caranya? Maka harus
menanam air kalau menanam air harus menanam apa? Menanam pohon-
pohon yang keras dan besar. Saat rapat Dewan harian, ketua wilayah dan
ketua lingkungan maka dipaparkan hasil diskusi tersebut kepada mereka
dan mereka merespon. Romo Muji mengatakan pohon yang bagus untuk
menanam air adalah beringin. Maka saya (responden) flashback
pengalaman pada jaman dulu dimana ada sumber air disitu pasti ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
beringin dan gayam. Saat pohon-pohon tersebut ditebang maka sumber air
itu akan mati. Kemudian ingatan itu disharingkan bersama dan muncullah
program menanam air dan oksigen dan program itu masih berjalan.
Q : Cara apa saja yang dilakukan untuk mengajak umat terlibat di dalamnya?
R : Program ini tergolong sangat berat, dan digunakan pula cara-cara untuk
menyadarkan umat dengan merawat alam dengan menanam pohon air.
Dalam perayaan ekaristi romo menggemakan bagaimana kegiatan
menanam air di gereja-gereja di wilayah Paroki Baturetno. Paroki membuat
tema-tema yang berhubungan dengan ekologi dalam perayaan-perayaan
besar. Mensosialisasikan dan sharing-sharing pengalaman dengan
masyarakat dalam RT, RW dan kelurahan. Tantangan yang dihadapi juga
sangat banyak dimana masyarakat masih percaya bahwa pohon beringin
memiliki danyangan atau beringin sebagai rumah setan. Masyarakat kurang
tertarik menanam beringin karena tidak tahu mengenai manfaat menanam
pohon beringin karena pohon beringin itu tidak produktif padalah
manfaatnya untuk menyimpan air dan menghasilkan udara segar. Ada yang
mengaitkan beringinisasi sama dengan mengajak menghidupkan lagi partai
yang sempat booming pada masa orde baru. Berusaha menganggulangi
tantangan tersebut khususnya dalam perayaan ekaristi selalu diadakan doa
mengenai ekologi, menyadarkan umat kalau hal yang menakutkan bisa
menjadi hal yang menakjubkan, danyangan itu menakjubkan bila dikelola
dengan baik, karena menghasilkan air dan oksigen. Dalam sharing rapat
dewan harian selalu disertakan topik mengenai ekologi, memberkati bibit-
bibit dalam perayaan ekaristi sebelum dibawa kembali oleh umat agar bibit
tidak ada setannya, menyediakan bibit secara gratis, program rayon selatan
dalam TEPAS menggencarkan program ekologi, sehingga semua rayon
ikut memperhatikan mengenai air karena di daerah-daerah lain mulai
kekurangan air. Menurut salah seorang romo, 10-20 tahun lagi orang-orang
akan berebut air karena mengalami krisis air. Bekerjasama dengan
masyarakat dengan mengadakan penyuluhan, ABRI masuk desa membuat
sabuk hijau dengan menggunakan pohon beringin karena bila pohon yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
produktif maka akan ditebang oleh masyarakat. Waduk Gajah Mungkur
juga mengalami pendangkalan karena sabuk hijau di sekitar waduk
ditebang, bila menggunakan beringin dan gayam kemungkinan untuk
ditebang sangat kecil. Paroki membuat orang tua asuh dengan meyediakan
bibit dan memberikan kepada mereka untuk dirawat, tahun ini
diprogramkan akan diadakan perlombaan bagi orang tua asuh yang
merawat beringin-beringin yang tersebar. Awal perjalanan sangat pesimis
karena umat belum begitu tertarik. Setelah melakukan sosialisasi terus umat
dan masyarakat ikut mendukung, seperti yang dilakukan oleh Mbah
Sadiman di Wonogiri yang menanam beringin seluas 4 ha dan itu menjadi
penyemangat. Saya mengalami pertobatan ekologis karena dulu saya
bekerja di perusahaan penggergajian kayu dan merasa bersalah karena
disamping itu saya juga menjadi aktivis penggalakan penanaman pohon
sehingga terjadi pergolakan batin, sehingga akhirnya memilih untuk pelan-
pelan menutup perusahaan itu karena perusahaan juga mulai bangkrut.
Q : Apa saja manfaat dari gerakan ini?
R : Agar di daerah Baturetno tidak kekurangan air dan untuk menekan polusi
karena semakin lama polusi semakin banyak. Karena oksigen selama ini
diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan.
Q : Separah apa pendangkalan yang terjadi di Waduk Gajah Mungkur?
R : Waduk Gajah Mungkur diperkirakan berumur seratus tahun namun baru 40
tahun waduk tersebut sudah mengalami pendangkalan, dan saat musim
penghujan kadang terjadi banjir sampai melewati area sabuk hijau, padahal
dulu hal tersebut tidak pernah terjadi. Pengerukan pun tidak terlalu berhasil
yang ditekankan adalah sabuk hijau namun sabuk hijaunya tidak berhasil
karena ditebang.
Q : Apakah ada permasalahan lain setelah pendistribusian bibit kepada orang
tua asuh?
R : Ada beberapa masalah, karena menanamnya tidak benar-benar dalam
sehingga mudah dicabut dan mati, ada yang tidak setuju dan dibakar.
Perawatan bibit membutuhkan dana, namun dana tidak ada karena ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
kegiatan swadaya. Ada penanaman secara terorganisir oleh rayon selatan di
Gua Maria Ratu Kenya dan diperhatikan perawatannya secara bersama oleh
tiga paroki. Di masyarakat ada yang hidup ada juga yang mati. Namun
sekarang sudah ada yang peduli, dulu pagi ditanam malam dicabut. Ada
belik di daerah Jamprit dan romo ingin mengadakan misa di daerah tersebut
namun masyarakat tidak setuju karena takut setannya mengamuk.
Menaman pohon beringin untuk 1-3 tahun perlu penanganan yang cukup
intensif namun setelah 3 tahun bisa hidup sendiri.
Q : Apakah ada data mengenai jumalah bibit yang dikeluarkan oleh Gereja?
Dan berapa yang hidup?
R : Datanya belum begitu diperbaharui, karena siapa yang mau akan diberi
bibit dan didistribusikan. Ada pembibitan beringin dan gayam. Di daerah
Ngawu untuk Gayam dan di Baturetno untuk beringin. Di daerah Ngawu
kebanyakan orang katolik sehingga lebih mudah dalam mengkoordinasi
dan mendukung untuk pembibitan. Bibit yang dikeluarkan kurang lebih
sekitar 500 dan diharapkan dalam yubelium teragung 2033 sudah dirasakan
kesejukan dan munculnya sumber air. Dari bibit yang tersebar diperkirakan
sekitar 75% yang hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
Wawancara II
Nama : Romo J. Muji Santara SJ (R2)
Tanggal : 12 Juli 2016
Status : Pastor Kepala Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri
Q : Cara pastoral apa yang dilakukan oleh Gereja untuk menggerakkan umat?
R : Dengan menanamkan adanya penghayatan dalam hal liturgi sehingga
diperlukan adanya liturgi yang kontekstual dan adanya tim kerja yang
sinergis dengan membuat teks-teks liturgi dengan tambahan mengenai
ekologi. Selama ini teks misa tentang lingkungan dibuat oleh paroki namun
kadang teks liturgi dibuat oleh keuskupan sehingga tidak ada tambahan
mengenai ekologi. Dibutuhkan pula tokoh-tokoh yang belajar mengenai
liturgi kontekstual.
Q : Masalah apa saja yang dialami dalam melaksanakan pastoral lingkungan
hidup?
R : Permasalahan itu pertama dari segi yang paling kelihatan yaitu berkaitan
dengan hasil yang dipanen dari gerakan ini. Karena setiap orang bila
menanam pasti ingin memanen, bila menanam beringin kita dapat apa?
Setiap orang diajak untuk menghayati arti panen dari gerakan ini.
Menghirup udara segar dan air yang mengalir adalah produk alam yang
kita panen. Yang kedua berkaitan dengan kawasan cakupan yang lebih luas
mengenai teologi lokal dan teologi Gereja. Teologi lokal menganggap
pohon besar pasti ada danyangan. Gereja memiliki tantangan untuk bisa
mengembalikan danyang pada posisinya, siapa yang memiliki danyang?
sehingga butuh penjernihan lewat kacamata teologi Gereja. Yang ketiga
mengenai cakupan cakrawala yang lebih luas untuk memikirkan masa
depan. Saya mencoba memikirkan cakrawala yang jauh ke depan. Ketiga
hal tersebut merupakan hambatan yang didapatkan. Manusia harus
membumi dan titik pijaknya dari situasi setempat. Saya mengalami
keprihatinan yang menurut saya harus disebarluaskan. Sekurang-kurangnya
dari keprihatinan itu sudah muncul doa spontan mengenai lingkungan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
anak cucu, ada pertanda yang mengalir karena doa-doa bisa menjadi
petunjuk dan indikator kesadaran umat.
Q : Apakah sudah ada katekese di lingkungan tentang lingkungan hidup?
R : Saya meminta hal tersebut menjadi muatan dimana kita berpastoran yang
sinergis agar liturgi dan katekesenya sesuai, namun juga harus ada porsi
dan pos-pos tertentu. Sebisa mungkin keprihatinan mengenai kegiatan
ditumpangkan pada bidang apapun.
Q : Apakah secara khusus pernah diadakan katekese atau pendalaman iman
khusus di lingkungan-lingkungan?
R : Pendalamanan iman dengan tema khusus pernah dicoba namun kurang
adanya tenaga yang mampu menyusun bahan pertemuan. Pernah juga
dilakukan jalan salib ekologis dan rosario ekologis.
Q : Bagaimana proses berjalannya jalan salib ekologis dan rosario ekologis?
R : Gagasan jalan salib ekologis, pohon itu memberi kehidupan, kenapa bisa
digunakan untuk memukul dan membunuh orang? Prosesnya sama namun
dikemas berbeda. Situasi alam yang kacau balau, Yesus mengatakan pesan
ekologis dan sebelum Yesus meninggal Dia menitipkan bibit tanaman pada
manusia. Jalan salib ini cukup menggerakkan umat, mereka merasa
tersentuh. Namun membuat teks ini juga tidak mudah. Rosario ekologis
prosesnya sama saja hanya saja dalam setiap pemberhentian didoakan doa
tentang ekologi.
Q : Sejauh apa video yang diputar mampu menggerakkan umat?
R : Video itu hanyalah langkah awal saja, namun kemudian umat ada yang
melihat mengenai tayangan orang yang menanam beringin dan mereka
menamai video menanam air, padahal tidak ada keterangan menanam air.
Diharapkan adanya penghayatan iman kita, mampu memberi kesaksian
yang lebih mendalam untuk mengajak umat terlibat dalam gerakan ini
Q : Saya mendengar pernah ada gagasan misa di sumber air, namun kenapa
tidak jadi dilaksanakan?
R : Menunjukkan ada pertentangan dimana agama lokal masih mengakar dan
cukup mendominasi. Saya juga memahami hal tersebut, sehingga tidak bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
memaksa dan lebih baik dibatalkan. Saya dan Pak Murdiharso pernah
mencari bibit, berkeliling namun tidak menemukan sama sekali, lalu kami
menemukan rumah yang rusak di situ kami menemukan bibit secara tidak
sengaja, dan sebelum sebelum mengambil, kami membuat tanda salib
sebagai tanda menghargai. Misa yang direncanakan lebih baik dihentikan
agar tidak terjadi keributan. Karena bila ada yang tiba-tiba geleng-geleng
nanti malah Gereja yang dipersalahkan, jadi lebih baik mundur saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
Wawancara III
Nama : Mas Waluyo (R3)
Tanggal : 12 Juli 2016
Status : Pegawai Waduk Ngancar
Q : Bagaimana kondisi alam khususnya keadaan air di sekitar daerah sini?
R : Kondisi di daerah sini cukup subur, air waduk mampu mengairi sawah-
sawah sehingga sawah tetap hijau dan bila waduk mulai habis airnya pada
musim kemarau, maka akan ditanami tumbuh-tumbuhan. Air sumber yang
ada di dekat waduk juga mempu menghidupi 4 dusun dengan jumlah KK
sekitar 80 KK, walau di musim kemarau debit air berkurang namun hal
tersebut tidak mempengaruhi, karena semua masih kebagian air. Saat
musim seperti ini pun air menglir dengan deras dan malah sebagian
terbuang. Maksudnya terbuang tidak digunakan untuk rumah tangga tapi
mengalir di sawah-sawah. Hanya saja yang menjadi keprihatinan saya
adalah adanya pendangkalan dari waduk Ngancar yang semakin parah,
akibat dari erosi dan sedimentasi. Pengelolaan dari Waduk ini dipegang
oleh dua pengurus yaitu dari Bengawan Solo dan dari Perhutani, jadi ada
dua perintah yang berbeda. Di satu sisi waduk pingir-pingirnya dibuat
untuk penghijauan, di sisi lain dikomersilkan untuk ladang. Yang dibuat
ladang itu yang membuat erosi, karena tidak ada pohon yang menahan
tanah.
Q : Apakah Anda terlibat dalam gerakan menanam air atau menanam pohon
beringin?
R : Iya saya terlibat, saya telah menanam sekitar 40 batang pohon di sekitar
waduk seperti yang bisa dilihat dan rencananya saya ingin meminta lahan
kepada Perhutani untuk menanam pohon beringin lagi yang akan saya
gunakan untuk menahan tanah agar tidak mudah longsor dan masuk ke
dalam waduk serta untuk mengurangi pendangkalan. Rencananya saya
ingin meminta sekitar 100 m2 setidaknya dengan luas segitu saya bisa
menanam sekitar 100 pohon, itu gambaran saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
Q : Apakah sudah ada hasil yang didapatkan dari gerakan ini?
R : Untuk hasil yang didapatkan baru sebatas pertumbuhan pohon yang sudah
cukup tinggi, karena usia pohon masih sekitar satu tahun. Memang saat ini
belum dirasakan manfaat yang diharapkan oleh Gereja, namun sudah ada
pihak-pihak yang tertarik untuk ikut menanam pohon sebagai cara untuk
penghijauan. Diharapkan nanti ke depannya pohon-pohon ini bisa tumbuh
tinggi dan bisa mengikat tanah di sekitar waduk agar tidak longsor, selain
itu untuk memunculkan air di sekitar sumber air.
Q : Apakah ada hal-hal yang menghambat dalam menanam pohon beringin?
R : Sejauh ini tidak ada hambatan, karena saya menanam di sekitar waduk dan
malah didukung, selain itu mayoritas orang disini adalah katolik sehingga
lebih mudah mengkoordinasi. Hanya saja saat ini saya sedang mengajukan
proposal untuk meminta lahan untuk menanam pohon beringin yang baru,
entah akan disetujui atau tidak.
Q : Apakah ada kesulitan dalam merawat pohon tersebut?
R : Sejauh ini kesulitannya hanya pada waktu tanaman masih kecil harus
diberi pagar disekitarnya agar tidak dirid oleh orang yang mencari pakan
ternak, selain itu dari segi perawatannya saya hanya menyirami sesekali
dan membersihkan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya kemudian ditaruh di
dekat akar, agar bisa menjadi kompos. Karena usia tumbuhan sudah sekitar
satu tahun jadi saya hanya membersihkan rumput di sekitarnya agar tidak
menutupi pertumbuhan gayam dan beringin yang saya tanam.
Q : Dari 40 pohon yang ditanam apakah semuanya tumbuh?
R : Iya semuanya tumbuh, dan masih lengkap sampai sekarang.
Q : Lalu apakah ada ijin khusus untuk menanam di sekitar waduk ini?
R : Sejauh ini, wewenang mengenai apa yang ditanam oleh pegawai waduk
adalah tanggungjawab pegawai, sejauh itu tidak merugikan keberadaan
waduk, maka boleh ditanami apa saja, namun bila ada apa apa-apa saya
tetap dipanggil, apa lagi saya yang katolik sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
Wawancara IV
Nama : Mas Theo (R4)
Tanggal : 12 Juli 2016
Status : Pegawai Sekretariat Paroki dan orang yang membuat video awal
Q : Bagaimana keadaan di sekitar tempat tinggal Anda, khususnya keadaan
airnya?
R : Di sekitar tempat tinggal saya ada sendang yang bisa memenuhi kebutuhan
dari tiga desa yang ada di sekitar, dan selalu mengalir. Hanya saja saat ini
karena eksploitasi yang dilakukan sumber airnya sudah mulai surut. Dulu
sumber airnya banyak sampat lebih-lebih, namun sekarang debitnya
semakin kecil. Sempat ada perebutan masalah pemasangan pipa air di
Sendang tersebut, namun akhirnya kami membuat perkumpulan yang
bertugas mengelola air, dan sekarang sudah ada sumur bor yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan air orang-orang di desa saya. Keadaan
tanahnya sangat berbatu dan sedikit tanahnya, sehingga sumber air sangat
dalam. Sumber-sumber air yang ada di sini itu sebenarnya banyak, namun
ada beberapa yang sudah tidak muncul airnya, karena dulu waktu ada
program ABRI masuk desa, mereka mengatur sumber air tersebut dan
malah menyebabkan sumber air semakin sedikit keluar.
Q : Saya dengar Anda berperan untuk membuat video untuk gerakan menanam
air ini?
R : Iya, saya membuatkan video sumber-sumber air yang ada di sekitar
Baturetno, karena memang keadaannya itu sangat memprihatinkan. Di
setiap sumber air, pasti ada pohon besar yang menaunginya, bila pohon
tersebut di tebang maka sumber airnya juga ikut hilang. Saat ini banyak
sekali sumber air yang dieksploitasi untuk kepentingan pribadi.
Q : Apakah Anda juga mengajak orang di sekitar Anda untuk menanam pohon
beringin?
R : Iya saya mengajak mereka, walau sangat sulit untuk mengajak mereka
menanam, karena mereka masih memiliki kepercayaan akan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
danyangan bahkan di sendang masih ada yang memberikan sesaji, namun
saya tetap menghargai itu karena itu merupakan salah satu cara menjaga
tempat itu agar tidak dirusak oleh orang lain. Saya mengajak mereka pelan-
pelan dengan melakukan pendekatan personal dan mengingatkan mereka
akan keadaan di sumber-sumber air yang sudah mati. Pendekatan personal
yang saya lakukan berhasil, walau memerlukan proses yang lama, namun
sekarang sudah ada yang menanam beringin di sekitar Sendang. Ada 7
beringin dan gayam yang ditanam di sekitar Sendang, yang nantinya bisa
menggantikan pohon yang sudah tua.
Q : Mengapa menanam beringin? Bukan yang lain?
R : Karena pohon beringin itu mampu mengikat tanah, akar beringin itu masuk
ke dalam tanah dengan sangat kuat dan mendesak apa saja yang ada di
dalamnya, sehingga batu-batupun lama-lama akan terdesak dan akar
beringin akan tetap masuk ke dalam. Sebenarnya beringin itu tidak
memunculkan air, tapi akarnya mampu mengikat air di dalam tanah agar
tidak kemana-mana.
Q : Tantangan apa yang dialami dalam menajalankan gerakan ini?
R : Tantangannya dari orang-orang sekitar yang masih memegang agama lokal
sehingga kita harus masuk secara pelan-pelan dan tidak bisa memaksakan.
Kebetulan di daerah saya masyarakatnya heterogen, sehingga harus
mendekati satu persatu. Selain itu untuk menanam beringin diperlukan
tempat yang luas dan sebisa mungkin lahan yang kurang produktif. Bila
menanam di dekat rumah, nanti bisa saja rumah itu malah rusak karena
terdesak akar beringin. Ketiadaan lahan yang semacam itu yang membuat
program ini juga sulit untuk berjalan. Sebenarnya gerakan ini lebih cocok
dilakukan di paroki Ndanan yang kering, tandus dan berbatu, bila daerah
Baturetno itu sudah lumayan hijau bila dibandingkan dengan Paroki atau
daerah Ndanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
Wawancara V
Nama : Bu Joko (R5)
Tanggal : 13 Juli 2016
Status : Orang tua asuh
Q : Apakah ibu sebagai orang tua asuh?
R : Iya, saya menanam beringin, kalau gayam ada di Gereja dan ketua
lingkungan Ngawu yang banyak. Pohon beringin ini dulu juga dipagari.
Pohon beringin ini bila sudah besar sulur-sulurnya akan menjadi pohon
baru
Q : Apakah ada kendala dalam menanam pohon beringin?
R : Tidak, mudah sekali menanam pohon beringin, karena dia bisa hidup
disegala situasi dan cuaca. Sangat mudah asalkan ada kemauan, saya mau
menanam karena saya tahu fungsinya, walaupun ada yang bilang untuk
rumah setan, tapi bagi saya setannya yang membuat air tidak pernah
kering. Pohon beringin membawa keteduhan jadi siapa saja bisa berteduh
di bawahnya
Q : Pohon beringin sering dianggap sebagai rumah setan, lalu gimana cara ibu
merawat agar tidak menyeramkan?
R : Dengan dibersihkan, disapu agar tidak menakutkan. Biasanya di bawah
pohon beringin ada belik yang sepanjang tahun airnya mengalir. Di dekat
sini juga ada belik atau sumber air, saat musim kemarau masih sering
didatangi orang-orang untuk mencari air. Sumber air disini dalam, banyak
yang mengebor sumur-sumur sehingga sumber air semakin dalam. Kalau
yang di dekat sawah sumber airnya cukup dangkal, namun karena banyak
yang mengebor untuk pengairan sawah, jadinya yang di rumah-rumah
malah sumber airnya semakin dalam.
Q : Apakah di lingkungan ini banyak yang menanam beringin?
R : Belum, karena menanam beringin memerlukan lahan yang cukup luas agar
tidak merusak lingkungan sekitar, tapi di kapel Boto sudah ada gayam dan
saya menanam pohon beringin, gelodok dan pohon buah-buahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(19)
Q : Kenapa ibu bersedia menanam pohon beringin?
R : Kalau saya nalar, menanam pohon beringin itu memberi manfaat dengan
memunculkan air yang kadang tidak ada habis-habisnya, karena di sekitar
beringin pasti ada air.
Q : Apakah warga sekitar menentang gerakan ini?
R : Tidak, karena sebagaian besar warga sini adalah orang katolik, yang
sebagian kecil adalah pendatang. Jadi mereka setuju dengan gerakan ini
dan mendukung, walau yang menanam cuma sedikit karena tidak ada
lahan.
Q : Saya dengar ada yang dirusak itu disebelah mana?
R : Di dekat green belt dimana banyak orang yang menebang pohon-pohon
yang sudah ditanam. Hal tersebut bertentangan dengan pihak Gereja,
karena orang Gereja menanam mereka malah menebang. Sekarang
digunakan untuk menanam palawija. Perkembangan beringin ini cepat
karena diberi pupuk kandang dan sampah-sampah daun yang ada di
sekitarnya dikumpulkan di dekat akar, agar bisa dijadikan pupuk alami.
Q : Saya mendengar ada pohon beringin yang ditanam malah diambil daunnya
untuk dijadikan pakan ternak, apakah itu ada?
R : Ada di wilayah lain, kebanyakan dari luar Gereja yang melakukan itu,
karena mereka tidak memikirkan anak cucu mereka. Cara pikir mereka,
saat ini saya ada air, tapi mereka tidak memikirkan sumber air lama-lama
akan habis, kecuali sumber cinta kasih. Sekarang kita juga harus
memikirkan anak cucu, agar mereka tidak bertanya-tanya beringin itu
seperti apa?
Q : Darimana bibit pohon beringin ini berasal? Apakah dari Gereja?
R : Dari Gereja ada satu, yang satunya saya menemukan di dekat tembok
sumur. Romo dulu juga menawarkan, siapa yang ingin menanam pohon
beringin, dan umat banyak yang mengajukan diri.
Q : Apakah ibu juga mengajak umat sekitar untuk menanam?
R : Iya, pada ibadat lingkungan seminggu sekali pasti ditawarkan siapa yang
ingin menanam. Saya juga menanam pohon gelodok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
Q : Apakah di daerah sini bila kemarau datang juga gersang?
R : Tidak terlalu, paling hanya pohon jati saja yang daun-daunnya rontok.
Pohon lain tidak terlalu terpengaruh. Sawah di sini merupakan sawah tadah
hujan, dan sawah pasang surut, bila air waduk surut maka akan ditanami
tanaman. Selain pohon-pohon keras, saya juga menanam durian, cabe,
terong, sawi dan tanaman yang lain. Saya memiliki prinsip, kita tidak jual
tapi tidak juga membeli. Sawah saya juga mengurangi penggunaan pupuk
kimia, sebisa mungkin malah tidak menggunakan. Menanamkan untuk
mencintai tanah dan alam itu sulit, karena orang ingin cepat, murah dan
untung banyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(21)
Wawancara VI
Nama : Winarso (R6)
Tanggal : 13 Juli 2016
Status : Penggerak, Ketua RT dan orang tua asuh
Q : Dalam gerakan ini bapak berperan sebagai apa?
R : Dalam gerakan ini saya hanya sebagai motivator gerakan karena yang
melaksanakan adalah teman-teman OMK dan masyarakat
Q : Apakah bapak juga ikut menanam?
R : Sebagai penggerak saya juga ikut menanam beberapa pohon, namun yang
banyak menanam adalah anak-anak OMK yang aktif dan kebetulan ada
anak OMK yang bekerja sebagai mandor waduk, mas Waluyo yang
banyak menanam. Sebagai ketua RT saya juga dekat dengan pihak
perhutani, mereka ikut terlibat dan saya bisa mengajak mereka
Q : Bagaimana cara mengajak orang perhutani?
R : Kebetulan saya dekat dengan Bapak Bupati dan Pak Bupati tertarik dengan
gerakan ini, saat kami ngobrol-ngobrol ternyata Bupati memiliki misi yang
sama dengan Gereja. Beliau melihat di daerah utara, banyak beringi,
berhasil memunculkan air, sehingga Bupati ikut mencanangkan kegiatan
menanam beringin untuk daerah selatan. Karena saya juga akrab dengan
pihak perhutani maka saya mengajak orang perhutani. Kita bekerjasama
dan yang menanam adalah Perhutani dan TNI. Anak-anak KKN juga ikut
mendukung untuk terlibat dalam penanamanan. Ada dua tempat yang
dikerjakan untuk penanaman yaitu milik pengurus Bengawan Solo yang
ditanami oleh OMK dan Perhutani yang ada instruksi dari Bupati,
kaduanya ada di sekitar waduk Ngancar. Di daerah waduk yang
menseponsori adalah romo Muji dan di sekitar sumber air juga ditanami.
Orang-orang Gereja memberi contoh menanam dan masyarakat mulai
tertarik untuk ikut-ikutan. Awalnya tidak mudah dan banyak kendala.
Mitos mengenai danyang sangat kental di daerah saya, untuk menanam 2
pohon beringin saja memerlukan waktu yang lama. Mencari tempat tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(22)
ada. Tapi di desa saya yang masih sangat kental adalah larangan menanam
sukun, tapi saya tetap menanam dan kebetulan setelah menanam istri saya
mengalami musibah akhirnya sukun yang saya tanam di tebang. Saat ini
sudah mulai untuk menanam beringin dan di daerah sumber air sudah
cukup tinggi. Saya itu bila ada program akan memberi contoh dulu baru
mengajak mereka. Sumber air yang ada bisa menghidupi 4 dusun. Walau
lepas dari mitos yang ada, bila menanam pohon yang tidak ada hasilnya
cukup sulit untuk meyakinkan masyarakat namun sekarang masyarakat
sudah mulai merasakan manfaatnya. Dulu Perhutani tidak mendukung bila
menanam beringin, namun sekarang Perhutani malah mulai
menggalakkan. Dan yang ditanam di sekitar waduk diawasi oleh
Perhutani, dulu yang membersihkan adalah masyarakat sekarang dari
Perhutani langsung dengan instruksi dari Bapak Bupati.
Q : Bagaimana cara mangajak para warga yang masih kental dengan mitos
untuk terlibat dalam penanaman?
R : Kebetulan dalam satu dusun yang saya tempati banyak yang katolik jadi
sedikit lebih mudah untuk bicara mitos dan sebagainya. Namun jangan
dikira orang katolik tidak percaya pada mitos, 75% orang katolik masih
percaya mitos dan sebagai orang muda saya ingin membuktikan dan
memecahkan mitos. Tidak cuma ngomong tapi juga berbuat dengan
menanam beringin sehingga mitos-mitos sudah mulai buyar, yang belum
berhasil adalah menanam sukun. Hal-hal tersebut saya lakukan demi air
dan saat ini banyak yang mulai ikut menanam pohon beringin. Saya beri
motivasi terus, cara lain yang saya lakukan dengan mengadakan doa dan
mengajak mereka lepas dari pikiran takhayul. Kebetulan kami katekis dan
kami menanamkan mengenai sakramen-sakramen dan sakramentali. Akan
sangat sulit bila kita tidak memiliki semangat tinggi dan pengalaman serta
ikut di dalamnya. Berani mengatakan, terlibat dan menyuarakan.
Q : Pada musim kemarau apakah di desa kalian mengalami kesulitan air atau
tidak?
R : Tidak pernah mengalami kesulitan air, hanya saja debit airnya berkurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(23)
pada musim kemarau, namun tidak pernah kekurangan air sampai saat ini
karena sumber air di desa kami masih terjaga.
Q : Sampai saat ini ada berapa pohon yang sudah ditanam?
R : Sampai saat ini yang sudah ditanam dengan pihak Perhutani ada sekitar 30
batang pohon, yang ditanam oleh OMK saya kurang tahu.
Q : Apa harapan untuk gerakan ini?
R : Harapnya agar muncul sumber air baru, dan agar pohon yang ditanam
mampu menahan tanah agar tidak longsor, selain itu untuk menghasilkan
oksigen. Harapan untuk desa Melikan yaitu karena Melikan ikut gerakan
awal maka diharapkan mampu menjaga apa yang sudah ditanam dapat
tumbuh dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(24)
Wawancara VII
Nama : Sutrisna (R7)
Tanggal : 14 Juli 2016
Status : Pegawai kelurahan, ketua wilayah dan orang tua asuh
Q : Bagaimana keadaan alam di sekitar daerah sini khususnya masalah air?
R : Keadaan tanah di sekitar daerah sini itu kebanyakan adalah bebatuan, ada
bebatuan padas dan ada yang hitam, pada bebatuan yang padas sangat sulit
mendapatkan air. Sebenarnya orang-orang sini itu adalah pindahan dari
desa yang digunakan untuk area green belt waduk Gajah Mungkur,
kemudian kami diminta untuk pindah karena rumah-rumah kami tergenang
air. Dulu sangat sulit mencari air karena sumber airnya sangat dalam,
sekitar 75 meter di bawah permukaan tanah, namun sekarang sudah ada
sumur bor yang bisa mengalirkan air lewat pipa-pipa ke rumah-rumah
warga. Sumur bor tersebut sebagai upaya dari pemerintah untuk
menyediakan air bersih.
Q : Apakah bapak terlibat dalam gerakan menanam air?
R : Iya saya terlibat sebagai orang tua asuh, walau saya tidak menanam secara
langsung karena tidak memiliki lahan. Saya menanam pohon beringin di
depan gereja dan saat ini saya membawa 40 bibit gayam yang siap
ditanam, pesanan dari warga sekitar, gayamnya sengaja tidak saya sebar
dulu, karena menunggu musim penghujan benar-benar datang, agar tidak
mati bila di tanam karena takutnya saya berikan, kemudian ditanam begitu
saja dan tidak dirawat akhirnya mati.
Q : Sampai saat ini sudah ada berapa pohon yang ditanam?
R : Sampai saat ini di wilayah kami sudah ada 30 pohon gayam yang ditanam,
saya memilih pohon gayam karena buah dari gayam bisa dimanfaatkan dan
bisa dimakan. Saya berharap semoga tanaman tersebut bisa tumbuh dengan
baik dan bisa memunculkan air dan udara segar.
Q : Apakah sudah ada hasil yang dicapai dari gerakan ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(25)
R : Saat ini hasil yang dirasakan baru sebatas pohonnya tumbuh dengan baik
dan ada orang-orang baru yang tertarik untuk ikut menanam.
Q : Apakah ada hambatan dalam menjalankan gerakan ini?
R : Hambatannya adalah masalah lahan yang tidak kami miliki, kami
menanam di depan gereja, namun itu juga tanah milik bersama, hibah dari
pemerintah, sertifikatnya pun masih milik pemerintah jadi masih sulit dan
ada kendala. Selain itu tanaman yang ada di depan gereja itu di rid
daunnya untuk pakan ternak, kemarin sampai agak gundul, lha kami tidak
tau jadinya tidak bisa menegur yang mencari pakan.
Q : Selain hambatan, apa faktor yang mendukung gerakan ini?
R : Yang mendukung adalah penerimaan dari masyarakat yang cukup baik,
dan sudah banyak orang yang ikut serta, dan dari ajakan-ajakan romo yang
dikatakan dalam kotbahnya mampu menyentuh umat untuk terlibat. Saat
ini ada yang memesan 40 pohon gayam untuk ditanam, oleh orang-orang
yang memesannya, dan bibitnya sudah disediakan oleh romo dan sudah ada
di samping rumah saya, namun belum saya berikan karena saya ingin
menunggu musim penghujan, agar tidak mati pohon gayamnya bila
dipindah.
Q : Bagaimana cara mengajak umat untuk terlibat?
R : Saya mengajak mereka dengan mengingat mengenai pengalaman mereka
dengan adanya belik dulu belik itu airnya banyak sekarang ini airnya
sedikit, itu karena orang-orang sudah mulai mengubah struktur tanahnya
dan menebang pohonnya, sehingga beberapa belik sudah tidak muncul
airnya, sementara yang ada pohon besarnya, masih bisa mengalirkan air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(26)
Lampiran 2: Foto Hasil Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(27)
Bibit Pohon Beringin Pembibitan Pohon Beringin
Pohon Beringin di Sumber Air Sumber Air yang Masih Ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(28)
Lampiran 3: Data Penerima Bibit Pohon
Beringin
Gagasan muncul ketika rapat Panitia Paskah. Telah semakin ditangkap perayaan
liturgi sebagaijalan pendasaran dan pendalaman iman, tidak cukup hanya berhenti
di situ. Perayaan liturgi menampilkan maknanya dalam buahnya. Buah inilah yang
diupayakan dalani gerak kegiatan nonliturgi. Kecuali kegiatan sosial yang muncul
dan seorang umat sebagai penggerak dan pengontak para penyumbang yang
kemudian pelaksanaannya ditangani oleh Sosek Paroki, dipilihjuga kegiatan yang
berkaitan dengan ekologi. Yang dipilih adalah menanam pohon beringin dan
serumpunnya. Penanaman bibit mi diberi judul “menanam air”.
Sosialisasilkonsientisasinya dilakukan dengan membuat video beringin dan
sumber air (dibuat oleh Mas Theo), dan pada kesempatan PE di lingkungan.
Video sudah diperlihatkan di gereja, di Lingkungan Melikan, di Lingkungan
Gebang, di Lingkungan Ngampel (8 Juni, menyerahkan 4 bibit, kemudian minta
supaya disediakan 2 batang lagi). Hambatan: diordebarukan, tidak bisa dipanen,
mengundang setan/danyangan, diambil untuk makanan ternak.
Penyumbang bibit:
1. Bapak ….., Lingkungan Balepanjang, 1 batang
2. Bapak Suryatno, Lingkungan Watuagung, 4 batang, pot yang sudah
dipelihara, membibit sendiri
3. Ibu ………, Lingkungan Wates, 4 batang, membibit sendiri, barn mulai
tunas
4. Bapak Maryono, Ngadiroyo, 1 batang, pot yang sudah dipelihara,
membibit sendiri
5. Bapak Tukino, Ngawu, I batang, barn dipindah dan cabutan
6. Bapak Gananto, 4 batang, pot yang sudah dipelihara, membibit sendiri
7. dr. Gardo, 20 batang, kumpulan dan teman-temannya, dan dijadikan
persembahan pada perayaan Komuni I (sebagai Ketua Panitia)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(29)
8. Bapak …….., Lingkungan Balepanjang, 2 batang
9. Pembibitan sendiri: bibit dicari di Gebang, Selopuro (oleh Eko), Wates,
seputar lapangan Baturetno, 1 bibit dibawa dan Gua Gong Punung
Pacitan)
Ibu Erna, Ketua Lingkungan Saradan berkomentar bahwa Saradan sudah banyak
air. Banyak cerita belik mati karena pohon beringinnya dimusnahkan.
Distribusi bibit: dipersembahkan bersama persembahan dalam Perayaan Ekanisti,
ditawarkan kepada umat, diberkati, diserabkan ke orang tua asuhnya.
Beringin
4 batang, Klerong, bapak asuhnya: Bapak Budi Darmanto, ditanam di
tempat umum, dekat sumber air, untuk menjamin kelestanian sumber air,
hilang 1 di tempat penanaman
2 batang, Melikan, bapak asuhnya: Bapak Winarso, ditanam di …..
2 batang, Sendangrejo, bapak asuhnya: Bapak Agus, ditanam di lahan
pribadi.
3 batang, Boto, bapak asuhnya: Bapak Narno, ditanam di lahan gereja.
Minta tanibahan 4 batang lagi, untuk lahan di seberang jalan
3 batang, Lingkungan Gambiranom Kulon, bapak asuhnya: Bapak
Suyadi, ditanam di pinggir jalan umum (diserahkan Minggu 9 Juni ‘13).
2 batang, Gambiranom Wetan, Tenggar, bapak asuhnya: Bapak Andreas
Paiman, akan ditanam di pemakaman. (minta 2 batang lagi)
4 batang, Ngampel, bapak asuhnya: Bapak Nardi, ditanam di lahan
pribadi, untuk melestarikan sumber air yang sudah ada. Setelah PE Bu
Atmo pesan 2 batang.
20 batang, Bapak Solihadi, Tirtomoyo, akan ditanam di lahan kritis
miliknya (diantar ke rumahnya, Krendetan, Minggu 10-11-13, setelah PE
sore di Tirtomoyo.
1 batang, Lingkungan Batu Kidul, bapak asuhnya: Bapak Soegiman.
Membibit sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(30)
8 batang, Sosek Paroki, bapak asuhnya: Bapak Sarono, ditanam di tanah
PGPM, Talun
4 batang, Bapak Sukino, Ngrejo, 4 batang Pak Gino. Pak Sukiman pesan 3
batang, 1 batangtidak ditanam dan diambil kembali dirawat di pastoran.
Ngrejo (Bpk. Sukino) dibawakan lagi 2 batang ringin sungsang.
4 batang di halaman kapel Ngadiroyo, bibit dan Pak Sagimin.
1 batang, Bapak Anton Purwani, Talun.
1 batang, Ibu Yatni, Patuk.
3 batang, Kedungrejo, setelah PE Minggu 9 Juni pukul 16.00, akan
ditanam di kawasan kapel Kedungrejo. Saling memberi saran supaya yang
di dekat mata air yang sudah ada ditanami, agar tidak ‘kantu’. Diskusi
setelah PE rame. Ada pendukung dengan menyumbang Rp l00.000,00
Sabtu, 22 April 2016, terima kiriman 4 gambar foto dan Bapak Wirid
Andriyadi, Kepala Desa Genenghanjo, penanaman bibit ringin, 14 April
2016, disertal tanda tangan dan stempel desa: 1. Menyebut lokasi:
perbatasan Hutan Rakyat dan Perhutani, objek menghadap kaniera,
jongkok, berbaju dan celana panjang biru, memegang polibek berisi bibit
ringin dimasukkan ke lubang; 2. Menyebutjenis tanaman: beringin,
objekjongkok menyamping, berbaju batik bercelani biru, bersepatu boot,
bertutup kepala, memegang polibek yang sudah dimasukkan di lubang
sambil mengurukkan tanah dengan tangan; 3. Menyebut sematangat
Perangkat Desa Genengharjo, objek agak membelakangi kamera, berbaju
batik bercelana biru telur digulung sedikit bagian bawahnya, agak
mernbungkuk sambil mengurug dengan cangkul lubang yang sudah diisi
bibit; 4. Menyebut lokasi: di lereng bukit menghadap lembah, objek agak
membelakangi kamera, bertutup kepala, berbaju putih lengan panjang,
bercelana panjang olahraga dengan garis merah putih memanjang,
menungging sambil memasukkan polibek berisi bibit ke dalam lubang.
Judul yang diberikan: Foto Dokumentasi Penanaman Pohon Purba di
Wilayah Desa Genenghaijo, Kec. Tertomoyo Kab. Wonogiri. Disusul di
antara tanda kurung: Konservasi Tanaman Purba, sebagai langkah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(31)
melindungi alam sebagai upaya penanggulangan dampak kekeringan dan
menjaga kestabilan debit mata air. Bibit disediakan oleh paroki, diantar
bersama Pak Budidarmanto dengan mobil Pak Budi.
Minggu, 23 April 2016: Pak Purwani bersama dua anggota Karang
Taruna, untuk Desa Saradan: 27 Glodog Pecut, 2 Glodog Payung, 1
Kenani, 2 Nyamplung, I Beringin Sungsang, 3 Beringin Biasa, I Gayam, 2
Bulu.
25 April 2016 membawa 60 bibit Gayam dari Sangkalputung, dan Br.
Hadi Prayitno, untuk Baturetno. Baturetno menyerahkannya ke Danak,
supaya ditanam di Danan.
29 April 2016, 60 bibit Gayam itu diserahkan ke Danan supaya ditanam di
Danan. Ditambah infonnasi bahwa ada umat katolik Bath (Pak Kasdi, Pak
Sardi dan Bu Sardi), sedang menyiapkan bibit ringin untuk Danan. Bila
sudah jadi akan disampaikan ke Danan. Bibit yang sekarang sudah bisa
ditanam, dan info disampaikan ke Pak Anton Purwani (081 548 332 551)
bersama Karang Taruna yang mengadakan penghijauan di lahan
pemerintah.
02 Mei 2016, 5 bibit beringin diserahkan ke Bapak Bendu atas mandat
Bpk. Supri, Ketua Lingkungan Boto, akan ditanam di sabuk hijau Kedung
Gajah Mungkur, ditanam di dekat Jabon. Orang tua asuh: Bapak Supri.
21 Mei 2016, Pak Anton Purwani bersama Karang Taruna, ambil 60 bibit,
dan Bpk. Kasdi, Patuk Paulus
22 Mei. 2016, rapat di Tirtomoyo. OMK dalam kesempatan kemping
rohani, berencana melakukan kegiatan sosial menanam ringin di sabuk
hijau Kedung (Jajah Mungkur. Telah berkoordinasi dengan Ketua RT,
Ketua RW, Kepala Desa. Fr. Benny dan Bu Martinah (Sanibeng)
mengungkapkan bahwa dirinya sudah ketularan.
04 Juni 2016, 16 bibit beningin didrop di depan rumah Bapak Sukino.
12 Juni 2016, Laudato Si’ untuk para katekis. Fokus: bukan menambah
pengetahuan, tetapi mendengarkanjeritan alam, menggerakkan kehendak,
dan ikut bertindak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(32)
24 Juni 2016, pembukaan Kemping Rohani OMK, di Ngawu: mengisi
“Menggetarkan Hati” terlibat menanam air, mengubah pandangan dani
“menakutkan” menjadi “mengagumkan”; menyerahkan 1 bibit beringin
sebagai simbol penggiat.
26 Juni 2016, OMK menanam 50 bibit beringin; lokasi di kawasan Ngawu
29 Juni 2016, pesta pelindung Wilayah Boto, Santo Paulus. “Paulus
sebagai rasul bangsa-bangsa” diterjemahkan dengan “menanam air” yang
tak bersekat-sekat; kegiatan menanam 10 bibit beringin di kawasan sabuk
hijau; dibentuk Tim Kenja Lingkungan Hidup, diketuai Pak Nasib.
03 Juli 2016 Pak Anton Purwani menyampaikan, 3 bibi yang sudah
ditanam dirusak orang
03 Juli 2016, Kedungrejo, berita “menyedihkan”, “pohon air” dipanen
untuk ternak.
03 Juli 2016, ada warga masyarakat (nonkatolik) ingin menanami
lahannya yang tandus dengan pohon beringing. Tahap pertama pesan 5
bibit beringin.
05 Juli 2016, 5 bibit beringin ke Pak Katino, Tirtomoyo. Bibit dari Pak
Kasdi, Patuk, diantar oleh Pak Budi Darmanto.
11 Juli 2016 visitasi Pnovinsial, antara lain ingin mengetahul seberapajauh
“menanam air” sudah mendarat/menjadi milik umat.
11 Juli 2016, Putri, seorang mahasiswi IPAK, Yogya, sekitar pukul 18.00
datang bermotor, mengadakan penelitian tentang “mananam air” untuk
karya tulisnya. Judul karya tulis “menanam air”. Pukul 19.00 diantar ke
Pak Murdiharso untuk berwawancara dengannya.
Coklat
-- batang, Pak Katmo, Selopuro, (belum)
Gaharu
2 batang, PWL, (belum)
1 batang, Boto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(33)
Gayam
2 bibit, Bapak Budi Darmanto, Kierong
3 batang, Bapak , warga Kierong
1 bibit, Agus, Bath Selatan
3 bibit, Sr. Elise, BKIA
9 bibit, Ngrejo
4 bibit, Ngadirayo
2 bibit, Kedungrejo
Glodog
4 batang, Sendangmulya.
12 batang, SMPK, Patuk.
32 batang, Lapangan, Patuk.
2 batang, Pak Joko, Boto (belum)
60 batang, Boto
130 batang, Ngawu, (belum)
40 batang, Ngadiroyo, (belum)
15 batang, Bath Asisi, (belum)
Jabon
-- batang, Gambiranom
Nangka Genjah
1 batang, Pak Istanto, Wates.
1 batang, Pak Tris, Pathuk.
1 batang, Pak Joko Prodiakon, Bath Kidul (belum).
Sawo Kecik
1 batang, Pak Wondo, Bath Kidul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(34)
Sirsak
1 batang, Pak Joko, Boto
1 batang Sawo Kecik, Pak Wondo, Bath Kidul
Sukun
1 bibit, thu Tukino, Duren (diserahkan Kamis, 26 September 2013)
1 bibit, Bapak Benediktus Sugimin, Duren (diserahkan Karnis, 26
September 2013)
1 batang, Pak Parino, Kedungombo
1 batang, Bu un, Kedungombo
1 batang, Elis, Banyakprodo
2 batang, Pak Warno, Boto
1 batang, Anto, Gambiranom Kulon (belum)
1 batang, Bu Yatni, Patuk (belum)
1 batang, Pak Kardi, Kedungrejo
1 batang, Pak Tukino, Kedungrejo
1 batang, Pak Dikan, Kedungrejo
1 batang, Bu Narti, Kedungrejo
1 batang, Pak Kasido, Kedungrejo
1 batang, Pak Rukino, Kedungrejo
1 batang, Pak Anton Purwani, Talun.
1 batang, Bu Tarman, Jamprit
1 batang, PakAtmo, Ngampel
1 batang, Pak Trianto, Ngampel
1 batang, Bu Tutik Batu Ros
1 batang, Pak Winarso, Melikan
1 batang, Bu Supriyanti, Barn Kidul (belum)
1 batang, Pak Yanto (kakak Pak Swyadi),Gambiranom
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(35)
Lampiran 4: Teks Misa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(36)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(37)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(38)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(39)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(40)
Lampiran 5: Surat Permohonan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(41)
Lampiran 6: Surat Keterangan Selesai Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI