plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · masyarakat dan metode bahan visual video...
TRANSCRIPT
LOMPAT BATU SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS
BUDAYA LOKAL PADA POKOK BAHASAN GERAK PARABOLA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
WILHELMINA JELFAN GEA
NIM : 131424039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
LOMPAT BATU SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS
BUDAYA LOKAL PADA POKOK BAHASAN GERAK PARABOLA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
WILHELMINA JELFAN GEA
NIM : 131424039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
LOMPAT BATU SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS
BUDAYA LOKAL PADA POKOK BAHASAN GERAK PARABOLA
Disusun oleh:
WILHELMINA JELFAN GEA
131424039
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Rohandi, Ph.D Tanggal: 26 Juli 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
LOMPAT BATU SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS
BUDAYA LOKAL PADA POKOK BAHASAN GERAK PARABOLA
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Wilhelmina Jelfan Gea
NIM : 131424039
Telah dipertahankan di depan panitia penguji
pada tanggal 1 Agustus 2017
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd
Sekretaris : Dr. Ignatius Edi Santosa. M.S.
Anggota : Rohandi, Ph.D.
Anggota : Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si.
Anggota : Drs. Domi Severinus, M.Si.
Yogyakarta, 1 Agustus 2017
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Rohandi, Ph. D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Ayah saya Johny Elfis Gea & Ibu saya Anaria Waruwu, Kakek saya tercinta,
saudara saya Abang Karol, Daniel, Lidwina, Dikta dan si bungsu Apong yang
selalu memberikan kasih sayang dan dukungan.
Seluruh keluarga saya yang saya sayangi di Nias, Siantar, Medan, Jakarta, Toraja,
yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk saya dalam
menyelesaikan studi.
Teman-teman saya yang selalu membantu saya dalam menyusun skripsi ini.
Sponsor/Donatur yang telah membantu saya kuliah di Universitas Sanata Dharma.
Keluarga besar Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Juli 2017
Penulis
Wilhelmina Jelfan Gea
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Wilhelmina Jelfan Gea
NIM : 131424039
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan karya ilmiah saya
yang berjudul:
“LOMPAT BATU SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS
BUDAYA LOKAL PADA POKOK BAHASAN GERAK PARABOLA”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas,
dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 26 Juli 2017
Yang menyatakan
Wilhelmina Jelfan Gea
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
LOMPAT BATU SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS
BUDAYA LOKAL PADA POKOK BAHASAN GERAK PARABOLA
Wilhelmina Jelfan Gea (2017) “Lompat Batu sebagai Media Pembelajaran
Sains Berbasis Budaya Lokal pada Pokok Bahasan Gerak Parabola”.
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi budaya lokal yang
dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sains, (2) Mendesain model
pembelajaran sains yang melibatkan budaya lokal.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sampel pada
penelitian ini adalah 2 responden penduduk asli Nias dan 1 buah video lompat
batu. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara kepada dua tokoh
masyarakat dan metode bahan visual video lompat batu. Wawancara digunakan
untuk mengetahui kaitan aspek budaya lokal dan pengetahuan lokal yang nantinya
dapat diintegrasikan ke pembelajaran sains sedangkan metode bahan visual video
lompat batu digunakan untuk mengetahui besaran-besaran fisis yang terkandung
dalam budaya lompat batu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penelitian tentang budaya Nias
memiliki banyak konsep tentang sains yang layak diintegrasikan ke dalam
pembelajaran, (2) tradisi lompat batu memiliki relevansi dengan konsep gerak
parabola, (3) dapat dirancang model pembelajaran sains berbasis budaya lokal
pada kasus lompat batu.
Kata kunci: lompat batu, media pembelajaran sains berbasis budaya lokal, gerak
parabola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
STONE JUMP AS A MEDIA OF LEARNING SCIENCE BASED LOCAL
CULTURE ON SUBJECT PARABOLA MOTION
Wilhelmina Jelfan Gea (2017) "Stone Jump as a Media of Learning Science
Based Local Culture on Subject Parabola Motion". Physics Education Study
Program, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty
of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta
2017.
This research has purpose as following: (1) To identify local culture that
can be integrated in science learning, (2) Designing science learning model
involving local culture.
This research is descriptive qualitative research. The sample of this
research were 2 Nias indigenous respondents and 1 stone jump video. The
research instruments used were interviews to two community leaders and the
method of visual material of stone jumping video. Interviewing is used to find out
the correlation between local cultural aspects and local knowledge which then
can be integrated to science learning meanwhile the method of visual video stone
jump was used to know the physical quantities contained in stone jumping culture.
The results of the research indicate that (1) research on Nias culture has
many concepts about decent science integrated into learning, (2) stone jumping
tradition has relevance to the concept of parabola motion, (3) can be designed
local science-based science learning model in case of jump stone.
Keywords: stone jump, science media based on local culture, parabola motion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat segala kasih dan
karuniaNya yang berlimpah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:
“Lompat Batu sebagai Media Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal
pada Pokok Bahasan Gerak Parabola”.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan sampai penyelesaian
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik
berupa pengetahuan, bimbingan dan dorongan maupun kemudahan yang lainnya.
Oleh karena itu, melalui skripsi ini dan dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan masukan, arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam
menyusun skripsi ini.
2. Bapak Dr. Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
dan Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed. Ph.D selaku Dosen Pendamping Akademik
yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan motivasi kepada peneliti.
3. Ibu Tari, Bapak Sugeng, Mas Arif, selaku Sekretariat JPMIPA yang telah
membantu saya dalam pengurusan administrasi perkuliahan dan skripsi.
4. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Mahasiswa
Kerjasama Prodi Pendidikan Fisika yang telah memberikan bimbingan, ilmu
dan dukungan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Fisika USD yang telah
memberikan ilmu dan pengalaman belajar yang sangat berguna bagi masa
depan penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
6. Antonia Meldiana Danus dan Kristina Novitasari Juur yang telah
mengenalkan peneliti cara kerja/menggunakan software Logger Pro.
7. Maria Tefa dan Yasintus Andreas Siga yang telah membantu dan mendukung
peneliti dalam menyelesaikan skripsi dan mengurus administrasi skripsi
peneliti.
8. Partner kerja di bawah bimbingan Pak Rohandi yang telah mendukung dan
memotivasi peneliti untuk menyelesaikan skripsi.
9. Teman-teman Pendidikan Fisika 2013 yang telah memberi dukungan dan
semangat belajar kepada peneliti selama perkuliahan.
10. Orang tua peneliti yang telah bersedia menjadi narasumber penelitian.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu peneliti selama penulisan skripsi.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi
ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan
lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan arahan dan saran yang
membangun dari pembaca untuk mendukung perbaikan penulisan skripsi
selanjutnya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 1 Agustus 2017
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………....……..… iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA -
ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS.............................. vi
ABSTRAK…………………………………………………………. vii
ABSTRACT……………………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR…………………………………………….. ix
DAFTAR ISI……………………………………………………..... xi
DAFTAR TABEL………………………………..………………... xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………..... xv
DAFTAR GAMBAR…………………………….………………... xvi
BAB I PENDAHULUAN……….………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah………...……………..…….…... 1
B. Rumusan Masalah………………………………….....….. 4
C. Tujuan Penelitian……………………………………….. 5
D. Manfaat Penelitian………………………………………. 5
BAB II LANDASAN TEORI.…………………………………..... 7
A. Pengertian Budaya dan Sains………………….……………… 7
B. Hakikat Pembelajaran Kontekstual…………………………… 8
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual…..…………………. 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual...……...………… 10
C. Pembelajaran Berbasis Budaya……………………………....... 13
1. Belajar dengan Budaya……………………...……….…. 13
2. Belajar melalui budaya…………………………………. 14
D. Media Pembelajaran………………………………………...... 16
E. Budaya Lompat Batu sebagai Media Belajar Gerak
Parabola…..........................................................................…… 18
F. Gerak Parabola……………......…………………………...... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………….. 23
A. Jenis Penelitian………………………………………..... 23
B. Desain Penelitian…………………………………………….. 23
C. Sampel Penelitian…………………………………………..... 29
D. Waktu Penelitian………………....………………………....... 29
E. Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan
Data…………..................................................................…..... 30
F. Metode Analisis Data……………………………………….... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.……………... 33
A. Deskripsi Penelitian…………………………………............... 33
B. Gambaran Masyarakat Nias berdasarkan Tradisi
Lompat Batu................................................................................ 34
1. Sejarah Lompat Batu……………………………..............….. 34
2. Berlatih Lompat Batu………...…………………..............….. 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
C. Analisis Data dan Pembahasan…........………….……….. 38
1. Diagram Tradisi Lompat Batu……..........………….……..... 38
2. Analisis Konseptual Kegiatan Budaya Lompat Batu……..... 42
3. Hubungan antara Budaya dan Sains……………………….. 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….. 60
A. Kesimpulan………………………………………………….... 60
B. Saran……………………………………….……………….... 62
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………............ 63
LAMPIRAN………………...............……………………………............ 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Table 3.1 : Tabel hipotesis “If-Then”.............………………………… 32
Tabel 4.1 : Data percobaan analisis video lompat batu
Menggunakan logger pro, titik acuannya yaitu titik
pusat badan pelompat........................................................... 45
Tabel 4.2 : Konseptual pada Teknik Lompat Batu……………………. 54
Tabel 4.3 : Tabel hipotesis “If-Then”…...........………………………... 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara........………………….... 65
Lampiran 2 Foto Penelitian...............................…………………… 66
Lampiran 3 Perhitungan........….....…...............…………………… 68
Lampiran 4 Tabel 5. Contoh Skenario Pembelajaran Sains
Berbasis Budaya Lokal...…............................................ 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2a : Foto Lompat Batu...…..................................................... 19
Gambar 2b : Lintasan Gerak Peluru..................................................... 20
Bagan 3.1 : Tahapan Penelitian…....................................................... 24
Gambar 4a : Diagram Batu Hombo...................................................... 39
Gambar 4b : Pelompat batu memberi tolakan pada batu
tara hӧsӧ.......................................................................... 43
Gambar 4c : Pelompat batu bergerak vertikal ke atas.......................... 44
Gambar 4d : Lintasan gerak pelompat batu.......................................... 44
Grafik 4.1 : Grafik hubungan antara posisi y terhadap posisi x........... 47
Grafik 4.2 : Grafik hubungan antara posisi y terhadap posisi t............. 48
Grafik 4.3 : Grafik hubungan antara posisi x terhadap posisi t............. 48
Gambar 4e : Resultan Kecepatan Awal.................................................. 52
Gambar 4f : Sketsa pelompat melompati batu hombo........................... 53
Bagan 4.1 : Skenario Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal
(Kasus Lompat Batu).......................................................... 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara dengan beragam kebudayaan yang
sangat khas. Namun, budaya itu tidak cukup hanya sekedar dikoleksi tetapi
harus diperkenalkan untuk diwariskan kepada anak-anak Indonesia, sebagai
langkah awal masyarakat, orang tua dan pendidik untuk melestarikan budaya
Indonesia sekaligus dimaknai sebagai pengetahuan yang diperoleh dari proses
belajar artinya sebaiknya kebudayaan tidak hanya dimanfaatkan dalam bidang
pariwisata dan seni tetapi dapat diintegrasikan dan dimanfaatkan dalam
bidang pendidikan. Indonesia memiliki budaya yang unik yang dapat
diperkenalkan/diwariskan kepada anak di sekolah melalui pelajaran sains
(fisika), khususnya pada materi gerak parabola yaitu budaya Hombo Batu
(lompat batu). Lompat batu merupakan salah satu budaya lokal yang tumbuh
dan berkembang di Kepulauan Nias. Gerakan lompatan yang dihasilkan
ketika melompati batu hombo (batu lompatan) sangat relevan dengan konsep
gerak parabola karena lintasan si pelompat ketika melompati/melewati batu
lompatan membentuk kurva.
Sejak dulu seorang manusia tidak lepas dari peradaban/budaya yang
tumbuh/hidup di sekitar alam dan lingkungannya. Manusia dengan tuntutan
kebutuhan hidup yang ditempuhnya mencurahkan akal dan budinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
menciptakan kebudayaan/peradaban dan hidup dalam dunia kebudayaan.
Untuk hidup dalam dunia kebudayaan tadi manusia harus dilengkapi dengan
nilai-nilai atau norma kebudayaan yang harus disampaikan melalui
pendidikan. Jadi dari segi kebudayaan ini pendidikan adalah merupakan
usaha untuk menyampaikan norma kebudayaan kepada generasi muda atau
untuk mengangkat manusia dari alam (the world of nature) ke dunia
kebudayaan (the world of culture) (Suwarno, 1985: 41). Pendidikan berfungsi
memberdayakan potensi manusia untuk mewariskan, mengembangkan serta
membangun kebudayaan dan peradaban masa depan. Di satu sisi, pendidikan
berfungsi untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang positif, di sisi lain
pendidikan berfungsi untuk menciptakan perubahan ke arah kehidupan yang
lebih inovatif. Oleh karena itu, pendidikan memiliki fungsi kembar
(Budhisantoso, 1992; Pelly, 1992 dalam Suastra, 2010). Dengan fungsi
kembar itu, sistem pendidikan asli di suatu daerah memiliki peran penting
dalam perkembangan pendidikan dan kebudayaan.
Sekolah merupakan tempat kebudayaan karena pada dasarnya proses
belajar merupakan proses pembudayaan (Suprayekti, 2008: 4.3). Sekolah-
sekolah di Indonesia umumnya mempunyai mata pelajaran khusus budaya
misalnya mata pelajaran seni budaya, kesenian dan kerajinan tangan, seni
musik, seni tari, seni lukis, dan lain-lain untuk mempelajari pelajaran budaya.
Proses belajar tentang budaya ini berlangsung hanya untuk menambah
pengetahuan seputar budaya, tidak terintegrasi dengan mata pelajaran lain dan
tidak berhubungan satu sama lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Materi fisika yang diajarkan di sekolah-sekolah Indonesia khususnya
di Nias, biasanya mengacu pada buku cetak. Buku-buku cetak tersebut
memuat beberapa unsur produk sains seperti fakta, konsep, prinsip/hukum,
teori dan rumus beserta contoh-contohnya untuk masing-masing unsur.
Contoh-contoh yang dimuat dalam buku tersebut sangat bagus tetapi ada
beberapa contoh/pendekatan yang tidak relevan dengan lingkungan anak,
sehingga anak merasa asing dengan pelajaran yang diterimanya secara tidak
langsung mengadopsi budaya Barat atau luar dan mengubah sosial-budaya
anak. Dengan demikian, pembelajaran sains tersebut bukan merupakan proses
bagi anak dan pembelajaran sains menjadi kurang bermakna bagi anak.
Zamroni (2000: 1 dalam Suastra, 2010) mengemukakan bahwa pendidikan di
Indonesia cenderung hanya menjadi sarana “stratifikasi sosial” dan sistem
persekolahan yang hanya “mentransfer” kepada peserta didik, apa yang
disebut sebagai dead knowledge, yaitu pengetahuan yang terlalu berpusat
pada buku (textbookish), sehingga bagaikan sudah diceraikan dari akar
sumbernya dan aplikasinya. Lebih lanjut Suastra (2010) mengatakan bahwa
nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat asli yang penuh dengan nilai-nilai
kearifan (local genius) diabaikan dalam pembelajaran khususnya dalam
pembelajaran sains di sekolah. Oleh karena itu, sebagai pendidik yang
berkualitas baik perlu mencari metode atau strategi dan pendekatan yang
cocok untuk anak agar dapat menghasilkan berbagai macam inovasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Berdasarkan hal di atas, peneliti menyadari bahwa perlunya
mengintegrasikan aspek budaya lokal ke dalam pembelajaran sains agar anak
menyadari bahwa mereka tidak hanya dapat belajar sains dari adopsi dunia
Barat tetapi mereka bisa belajar sains dari budaya yang berasal dari
lingkungan mereka sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
sains berbasis budaya lokal di sekolah-sekolah di Kepulauan Nias dengan
menggunakan budaya yang sudah ada dan berkembang dalam masyarakat
tersebut. Peneliti juga memiliki pertimbangan untuk pengembangan sains
yang berkaitan dengan budaya/tradisi masyarakat Kepulauan Nias, yang
masih diwarnai permasalahan antara lain kurangnya fasilitas untuk proses
belajar-mengajar, kurikulum tidak sesuai, tidak memperhatikan lingkungan
sosial-budaya anak dan ketidaksesuaian menggunakan metode belajar-
mengajar.
B. Rumusan Masalah
1. Sejauh mana tradisi lompat batu memiliki relevansi dengan konsep
gerak?
2. Bagaimana merancang pembelajaran sains yang diintegrasikan dalam
budaya lokal?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi budaya lokal yang dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran sains
2. Mendesain model pembelajaran sains yang melibatkan budaya lokal
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi guru dan calon guru
Dapat memperoleh wawasan untuk memperbaiki, meningkatkan
dan mengembangkan kualitas pembelajaran sains dengan
memperhatikan lingkungan sosial budaya anak. Pelatih lompat batu
juga memperoleh pengetahuan sains dalam budaya lompat batu
untuk meneruskan, meningkatkan dan mengembangkan latihan
tradisi lompat batu.
Menyediakan alternatif pembelajaran sains dengan memperhatikan
aspek budaya dan mengintegrasikannya dalam pembelajaran sains
dan sebaliknya, menyediakan pula alternatif olahraga lompat batu
dengan memperhatikan konsep fisika yang terkandung di
dalamnya.
Sebagai referensi bagi guru dan calon guru agar nantinya dalam
merencanakan pembelajaran sains hendaknya juga memperhatikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
budaya lokal anak. Referensi bagi guru/pelatih lompat batu untuk
membantu anak/para pelompat batu melompati batu dengan baik.
b. Bagi siswa
Siswa dapat belajar sains, baik dari Barat maupun dari
lokal/lingkungan siswa sendiri.
Siswa akan lebih dapat menghargai budaya lokalnya sendiri dan
mengkaji pengetahuan lokal.
c. Bagi peneliti
Dapat mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian sains
berbasis budaya lokal yang lain atau di daerah yang berbeda
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan
memperkenalkan budaya lokal pada lokal dan di luar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Budaya dan Sains
Istilah budaya berasal dari bahasa Sanskerta, buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi. Kata ini sering diucapkan dalam
bahasa Indonesia budi, yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia. Sementara itu, istilah budaya jika diambil dari bahasa Inggris
culture berasal dari bahasa Latin cultura yang berasal dari kata dasar colere
yang artinya mengolah atau mengerjakan (to cultivate). Ketika konsep
tersebut muncul di abad 18 dan 19 di Eropa, kata itu mengandung arti sebuah
proses pemeliharaan (pengolahan) atau pengembangan sebagaimana terjadi
dalam pertanian. Kemudian, pada abad ke-19, ia pertama kalinya mengacu
pada perbaikan dan kemajuan individu, terutama melalui proses pendidikan,
lalu juga dipenuhinya aspirasi dan cita-cita manusia (Hasan, 2016: 14).
Sains merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin ‘Scientia’
artinya ‘tahu’. John Woodbum dan E. O. Obourn (dalam Isabel Gedgrave,
2009: 1) menganggap sains sebagai upaya manusia yang berusaha untuk
mencari penjelasan bahkan meningkatkan akurasi, peristiwa dan kenyataan
yang terjadi atau hidup dalam lingkungan alam kita. Dalam aspek
kebudayaan, Aikenhead dan Cobern (1998 dalam Enita, 2013: 9),
memaparkan bahwa sains sendiri adalah merupakan sub-budaya dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
23
kebudayaan Barat. Selanjutnya dalam pandangan antropologi budaya,
pembelajaran sains dapat dianggap sebagai transmisi budaya (Wollcot dalam
Aikenhead dan Cobern, 1998).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa sains merupakan bagian
proses dari budaya, yaitu pada sistem pengetahuan yang dimiliki manusia
melalui proses belajar. Dan proses belajar merupakan proses pembudayaan
yang tidak dapat dipisahkan dari aksi (aktivitas) dan interaksi karena persepsi
dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa budaya berperan
penting dalam pembelajaran sains yang memungkinkan anak belajar banyak
pengetahuan tentang pelajaran fisika dan pengetahuan sains ini dapat menjadi
alat yang sangat berharga baginya dalam kemahiran pada pengetahuan baru.
Dalam proses pembelajaran, budaya digunakan oleh guru sains untuk
menyampaikan sains yang berkaitan dengan produk dan proses.
B. Hakikat Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Blancard (2001: 1), Berns dan Erickson (2001: 2) dalam
Komalasari, 2010: 6 mengemukakan bahwa: Contextual teaching and
learning is a conception of teaching and learning that helps teachers
relate subject matter content to real world situations; and motivates
students to make connections between knowledge and its applications to
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
their lives as family members, citizen, and workers and engage in the
hard work that learning requires. Dengan demikian pembelajaran
kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.
Johnson (2002: 24 dalam Komalasari, 2010: 6-7)
mendefinisikan: “Contextual teaching and learning enable students to
connect the content of academic subjects with the immediate context of
their daily lives to discover meaning”. Hal ini berarti pembelajaran
kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi materi dengan
konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. Berdasarkan
definisi-definisi pembelajaran kontekstual tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa
sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat
maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi
tersebut bagi kehidupannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang
khas yang membedakannya dengan pendekatan lain. Blancard (2001: 2-8
dalam Komalasari, 2010: 7) mengidentifikasikan beberapa karakteristik
pendekatan kontekstual (contextual intruction) sebagai berikut: (1) relies
on spatial memory (bersandar pada memori mengenai ruang), (2)
typically integrated multiple subjects (mengintegrasikan berbagai subjek
materi/displin), (3) value of information is based on individual need (nilai
informasi didasarkan pada kebutuhan siswa), (4) relates information with
prior knowledge (menghubungkan informasi dengan pengetahuan awal
siswa), dan (5) authentic assessment throught practical application or
solving of realistic problem (penilaian sebenarnya melalui aplikasi
praktis atau pemecahan masalah nyata). Bern dan Erickson (2001: 2)
mengemukakan karakteristik pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
a) interdisciplinary learning; b) problem-based learning; c) external
contexts for learning.
Sounders (1995: 5-10 dalam Komalasari, 2010: 8) menjelaskan
bahwa pembelajaran kontekstual difokuskan pada REACT (Relating:
belajar dalam konteks pengalaman hidup; Experiencing: belajar dalam
konteks pencarian dan penemuan; Applying: belajar ketika pengetahuan
diperkenalkan dalam konteks penggunaannya; Cooperating: belajar
melalui konteks komunikasi interpersonal dan saling berbagi;
Transfering: belajar penggunaan pengetahuan dalam suatu konteks atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
situasi baru. Penjelasan masing-masing prinsip pembelajaran kontekstual
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Keterkaitan, relevansi (relating)
Proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan dengan bekal
pengetahuan yang telah ada pada diri siswa dan dengan konteks
pengalaman dalam kehidupan dunia nyata seperti manfaat untuk
bekal bekerja di kemudian hari.
b. Pengalaman langsung (experiencing)
Dalam proses pembelajaran, siswa perlu mendapatkan pengalaman
langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan (discovery),
inventori, investigasi, penelitian, dan sebagainya. Experiencing
dipandang berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk
memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber belajar, dan
melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian yang lain secara aktif.
Untuk mendorong daya tarik dan motivasi, sangatlah bermanfaat
penggunaan strategi pembelajaran dan media seperti audio, video,
membaca dan menelaah buku teks, dan sebagainya.
c. Aplikasi (applying)
Menerapkan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang dipelajari
dalam situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran tingkat
tinggi, lebih dari sekedar hafal. Kemampuan siswa untuk menerapkan
materi yang telah dipelajari untuk diterapkan atau digunakan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
situasi lain yang berbeda merupakan penggunaan (use) fakta, konsep,
prinsip atau prosedur atau pencapaian tujuan “pencapaian tujuan
pembelajaran dalam bentuk menggunakan (use)” (Reigeluth dan
Merril, 1987: 17 dalam Komalasari, 2010: 9).
d. Kerja sama (cooperating)
Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan
menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antarsesama siswa,
antarsiswa dengan guru, antarsiswa dengan nara sumber,
memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan
strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual.
Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar
menguasai materi pembelajaran, tetapi juga sekaligus memberikan
wawasan pada dunia nyata bahwa untuk menyelesaikan suatu tugas
akan lebih berhasil jika dilakukan secara bersama-sama atau kerja
sama dalam bentuk tim kerja.
e. Alih pengetahuan (transfering)
Pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki tidak sekedar
untuk dihafal, tetapi dapat digunakan atau dialihkan pada situasi dan
kondisi lain. Kemampuan siswa untuk menrapkan materi yang telah
dipelajari untuk memecahkan masalah-masalah baru merupakan
penguasaan strategi kognitif (Gagne, 1988: 19 dalam Komalasari,
2010: 10) atau “pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
menemukan (finding)” (Reigeluth dan Merril, 1987: 17 dalam
Komalasari, 2010: 10).
C. Pembelajaran Berbasis Budaya
Suprayekti, dkk. (2008: 4.12) mengatakan bahwa pembelajaran
berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan
perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai
bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis budaya dilandaskan
pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental
(mendasar dan penting) bagi pendidikan, ekspresi dan komunikasi suatu
gagasan, dan perkembangan pengetahuan. Pembelajaran berbasis budaya
dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu belajar tentang budaya, belajar
dengan budaya, dan belajar melalui budaya. Pada topik ini dibahas integrasi
budaya dalam pembelajaran sains, sehingga difokuskan pada dua macam
pembelajaran berbasis budaya, yaitu belajar dengan budaya dan belajar
melalui budaya.
1. Belajar dengan budaya
Terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa sebagai cara atau
metode untuk mempelajari suatu mata pelajaran tertentu. Belajar dengan
budaya meliputi pemanfaatan beragam bentuk perwujudan budaya.
Dalam belajar dengan budaya dan perwujudannya menjadi media
pembelajaran dalam proses belajar, menjadi konteks dari contoh-contoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
tentang konsep atau prinsip dalam suatu mata pelajaran, menjadi konteks
penerapan prinsip atau prosedur dalam suatu mata pelajaran.
2. Belajar melalui budaya
Belajar melalui budaya merupakan metode yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pencapaian pemahaman
atau makna yang diciptakannya dalam suatu mata pelajaran melalui
ragam perwujudan budaya. Belajar melalui budaya merupakan salah satu
bentuk multiple representation of learning assessment atau bentuk
penilaian pemahaman dalam beragam bentuk. Belajar melalui budaya
memungkinkan siswa untuk memperlihatkan kedalaman pemikirannya,
penjiwaannya terhadap konsep atau prinsip yang dipelajari dalam suatu
mata pelajaran, serta imajinasi kreatifnya dalam mengekspresikan
pemahamannya. Belajar melalui budaya dapat dilakukan di sekolah
dasar, sekolah menengah ataupun perguruan tinggi, dan dalam mata
pelajaran apapun.
Pembelajaran berbasis budaya merupakan salah satu cara yang
dipersepsikan dapat:
1. menjadikan pembelajaran bermakna dan kontekstual yang sangat terkait
dengan komunitas budaya, di mana suatu bidang ilmu dipelajari dan akan
diterapkan nantinya, dengan komunitas budaya dari mana Anda berasal;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2. menjadikan pembelajaran menarik dan menyenangkan. Kondisi belajar
yang memungkinkan terjadinya penciptaan makna secara kontekstual
berdasarkan pada pengalaman awal Anda sebagai seorang anggota suatu
masyarakat budaya merupakan salah satu prinsip dasar dari teori
konstruktivisme.
Teori konstruktivisme dalam pendidikan terutama berkembang dari
hasil pemikiran Vygotsky (Social and Emancipator Constructivism), yang
menyimpulkan bahwa siswa mengkonstruksikan pengetahuan atau
menciptakan makna sebagai hasil dari pemikiran dan berinteraksi dalam suatu
konteks sosial.
Penciptaan makna dapat terjadi pada dua jenjang, yaitu pemahaman
mendalam (inert understanding) dan pemahaman terpadu (integrated
understanding). Pemahaman mendalam merupakan hasil belajar siswa
berdasarkan informasi yang diterimanya melalui proses belajar, dan disimpan
di dalam ingatannya. Sementara itu, pemahaman terpadu merupakan
penciptaan makna yang menunjukkan kemampuan siswa untuk menciptakan
hubungan bermakna antara beragam ide dan konsep dalam bidang ilmu,
antara pengalaman dan konteks pribadi dengan konsep dan prinsip ilmiah
dalam bidang ilmu. Pemahaman terpadu merupakan pengetahuan yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah dalam berbagai konteks dan situasi.
Pemahaman terpadu membuat anak mampu untuk bertindak secara mandiri
berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya dalam konteks komunitas budaya, dan mendorong siswa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kreatif terus mencari dan menemukan gagasan berdasarkan konsep dan
prinsip ilmiah.
D. Media Pembelajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium
dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi
dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim
et.al., 2001 dalam Daryanto, 2010: 4). Media merupakan salah satu
komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa peran dari komunikator
menuju komunikan (Criticos, 1996 dalam Daryanto, 2010: 4-5). Berdasarkan
definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan
proses komunikasi.
Secara umum dapat dikatakan media mempunyai kegunaan, antara
lain:
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera.
3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan
sumber belajar.
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori dan kinestiknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.
6. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru
(komunikator), bahan pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan
pembelajaran. Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga
dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Selain itu, Kemp and Dayton (1985 dalam Daryanto, 2010: 6)
menjabarkan kontribusi media pembelajaran sebagai berikut.
1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih berstandar
2. Pembelajaran dapat lebih menarik
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun
diperlukan
7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan
8. Peran guru mengalami perubahan ke arah yang positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem
pembelajaran (Daryanto, 2010: 7). Pengembangan media pembelajaran
hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan
yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Fungsi media dalam
proses pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut (Daryanto, 2010: 10).
1. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa
lampau. Dengan perantara gambar, potret, slide, film, video, atau media
yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang
benda/peristiwa sejarah.
2. Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya
jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan
harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan
sebagainya.
E. Budaya Lompat Batu sebagai Media Belajar Gerak Parabola
Lompat batu adalah tradisi Nias yang bertujuan untuk melompati
batu setinggi 2,1 m atau 2 m yang hanya dilakukan oleh pria. Lompat batu
berkembang di Kepulauan Nias, Sumatera Utara sebagai sarana latihan
prajurit untuk persiapan perang pada zaman dahulu. Seiring perubahan
zaman, peperanganpun sudah tidak pernah terjadi, tetapi latihan ini selalu ada
sebagai salah satu warisan budaya yang dijadikan sebagai media untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
menentukan kedewasaan seorang pria, membentuk karakter pemuda yang
kuat dan tangkas dalam menjalani kehidupan. Tidak jarang masyarakat Nias
menyebut lompat batu ini sebagai olahraga. Oleh karena lintasan yang dilalui
si pelompat batu ini berbentuk lengkungan parabola maka, budaya ini akan
dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran sains dengan materi pokok gerak
parabola. Dengan pengintegrasian ini, diharapkan dapat dimanfaatkan oleh
pendidik untuk melestarikan budaya yang sudah ada dan menjelaskan aplikasi
fisika dalam fenomena budaya.
Gambar 2a. Foto Lompat Batu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
F. Gerak Parabola
Gerak parabola merupakan perpaduan Gerak Lurus Beraturan (GLB)
dengan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Gerak parabola adalah
gerak yang membentuk sudut tertentu terhadap bidang horizontal. Pada
pembahasan ini kita mengabaikan gesekan udara dan tidak akan
memperhitungkan dengan proses bagaimana benda dilemparkan, tetapi hanya
memperhatikan geraknya setelah dilempar dan bergerak bebas di udara
dengan pengaruh gravitasi semata. Percepatan benda disini disebabkan oleh
percepatan gravitasi (g) yang arahnya ke bawah (menuju pusat bumi).
Perhatikan gambar di atas, sebuah benda mula-mula berada di pusat
koordinat, dilemparkan ke atas dengan kecepatan v0 dan sudut elevasi α. Pada
sumbu x, benda bergerak dengan kecepatan konstan, atau percepatan nol
(a=0), sehingga komponen kecepatan vx mempunyai besar yang sama pada
setiap titik lintasan tersebut, yaitu sama dengan nilai awalnya v0x pada sumbu
Gambar 2b. Lintasan Gerak Parabola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
y, dengan percepatan gravitasi g yang arahnya ke bawah (menuju pusat
bumi).
a. Vektor kecepatan awal (titik A)
Komponen vektor kecepatan awal pada sumbu x dan y adalah:
v0x = v0 cos α dan v0y = v0 sin α
b. Kecepatan benda pada setiap titik (titik B)
Pada sumbu x (GLB) vx = v0x = v0 cos α dan pada sumbu y (GLBB) vy =
voy – gt = vo sin α – gt
Besarnya kecepatan adalah: v = √𝒗𝒙𝟐 + 𝒗𝒚
𝟐
c. Posisi benda setiap saat
Pada arah sumbu x
x = v0x.t = v0 cos α.t
Pada arah sumbu y
y = v0y.t – 1
2gt
2
y = v0 sin α .t – 1
2gt
2..........(1)
d. Tinggi maksimum benda (h)
Pada saat benda mencapai ketinggian maksimum, misalnya, dititiknya C
kecepatan arah vertikal sama dengan 0.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
vy = 0
v0 sin α – gt = 0
v0 sin α = gt
t = 𝑣0 𝑠𝑖𝑛 𝛼
𝑔
Dengan t adalah waktu untuk mencapai ketinggian maksimum. Jika t
disubsitusikan ke persamaan (1), maka:
y = v0 sin α (𝑣0 𝑠𝑖𝑛 𝛼
𝑔) –
1
2 g (
𝑣0 𝑠𝑖𝑛 𝛼
𝑔)
2
y = 𝑣0
2.𝑠𝑖𝑛2𝛼
𝑔 –
𝑣02.𝑠𝑖𝑛2𝛼
2𝑔 =
𝑣02.𝑠𝑖𝑛2𝛼
2𝑔
h = 𝑣0
2.𝑠𝑖𝑛2𝛼
2𝑔 =
(𝑣0.sin 𝛼)2
2𝑔
h = tinggi maksimum (Zulhija, 2013).
Dalam penelitian ini, budaya lompat batu digunakan sebagai media
belajar pada pokok bahasan gerak parabola. Oleh karena itu, budaya lompat
batu ini perlu dianalisis besaran-besaran fisisnya terlebih dahulu untuk
diidentifikasi sejauh mana tradisi lompat batu memiliki relevansi dengan
konsep Gerak Parabola.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif
kualitatif yaitu dengan menggunakan data wawancara dan analisis deskriptif
video. Wawancara dilakukan kepada masyarakat di sekitar Desa
Bawӧmataluo dan orang tua di Nias. Sedangkan analisis deskriptif dilakukan
dengan eksperimen menganalisis video lompat batu nias yang dapat diakses
lewat internet (youtube).
B. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, tahap-tahap
penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Bagan 3.1 Tahapan Penelitian
Menganalisis video
budaya lompat batu
menggunakan software
LoggerPro 3.6.8.1
Memilih Informasi yang
Relevan terhadap
Pembelajaran Sains
Menkonfirmasi Hasil
Eksperimen dengan
Mengintegrasikan Budaya
dan Sains
Menganalisis Besaran-
besaran Lompat Batu
ditinjau dari Pandangan
Masyarakat
Pengumpulan Informasi
tentang Budaya Nias
Perumusan Hasil Kajian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Adapun penjelasan tahap-tahap pada penelitian ini yaitu:
1. Pengumpulan Informasi tentang Budaya Nias
Untuk mengetahui informasi tentang budaya Nias, peneliti
mencari literatur yang menggambarkan tentang budaya Nias. Selain
mencari literatur, peneliti juga telah melakukan wawancara via Whats App
(chat) dengan 2 tokoh masyarakat yang mengenal budaya setempat untuk
melengkapi informasi yang terdokumentasi.
Peneliti memilih partisipan di daerah sekitar yang dapat menjadi
informan dan dapat memberikan informasi yang tepat tentang aspek
budaya lokal yang ada di masyarakat serta kaitannya dengan pengetahuan
lokal. Wawancara dengan warga dilakukan guna mendapatkan data
tentang pengetahuan lokal yang ada dan terdapat di lingkungan
masyarakat tersebut.
2. Memilih Informasi yang Relevan terhadap Pembelajaran Sains
Setelah mendapatkan data dari masyarakat, maka peneliti
mengolah data hasil wawancara, guna mengetahui budaya lokal yang ada
di masyarakat. Selanjutnya peneliti memilih data yang relevan terhadap
sains. Kemudian, peneliti mengidentifikasi dan memilih tradisi lompat
batu sebagai budaya lokal yang memiliki kaitan dengan pembelajaran
sains karena gerakan si pelompat batu ketika melakukan lompatan
berbentuk lintasan kurva, maka diduga bahwa pada budaya lompat batu
terdapat konsep gerak parabola dan mengandung fenomena fisika yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
sangat kaya. Lompat batu adalah salah satu budaya lokal yang tumbuh dan
berkembang di Kepulauan Nias. Oleh karena itu, peneliti menggunakan
video lompat batu yang telah diunduh di internet sebagai objek penelitian.
3. Menganalisis Video Budaya Lompat Batu Menggunakan Software
Logger Pro 3.6.8.1
a. Software Logger Pro
Bryan (2015) mengatakan bahwa Vernier baru saja
menambahkan kemampuan analisis video ke perangkat lunak Logger
Pro. Program tersebut berfungsi sama dengan program analisis video
lainnya seperti VideoPoint, Physics ToolKit (sebelumnya dikenal
sebagai World-in-Motion) dan Measurement in Motion, namun tidak
mengandung banyak fitur. Pengguna dapat menganalisis klip video
mereka sendiri dan fitur analisis grafis dari program ini sangat bagus.
Ada 6 keuntungan penting dari teknologi analisis video dalam banyak
penyelidikan adalah sebagai berikut:
1) Tidak ada batasan jarak yang terlibat dalam analisis video
2) Analisis video memungkinkan studi gerakan dua dimensi, seperti
benda berputar dan parabola
3) Analisis video dapat dilakukan tanpa kabel dan beberapa sensor yang
tidak praktis. Semua yang dibutuhkan untuk analisis video adalah
komputer, perangkat lunak dan klip video.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
4) Sebagian besar program analisis video memungkinkan pengguna
untuk memeriksa banyak representasi fenomena (grafik, tabel data,
persamaan, gambar) ‘berdampingan’ di layar tampilan.
5) Perangkat lunak analisis video lebih murah. Dengan asumsi bahwa
fasilitas komputer tersedia.
b. Penggunaan Logger Pro 3.6.8.1
1) Video budaya lompat batu yang telah diseleksi, dianalisis
menggunakan software Logger Pro pada laptop dengan cara
menekan ikon insert movie pada software Logger Pro
2) Memberi jarak dengan menggunakan patokan parameter yang sudah
terpasang dengan menekan ikon “set scale” (tarik garis sesuai
parameter)
3) Setelah itu menandai jejak lintasan si pelompat dengan menekan
tombol “add point”. Titik acuan yang digunakan peneliti adalah
perut si pelompat atau pusat badan si pelompat
4) Kemudian klik kiri sumbu vertikal untuk memilih variabel terikat
dan klik kiri sumbu horizontal untuk variabel bebas. Misalkan dipilih
variabel terikat pada sumbu vertikal adalah posisi y dan variabel
bebas pada sumbu horizontal adalah posisi x. Sehingga, diperoleh
grafik posisi y terhadap posisi x yang tampil pada layar/lembaran
Logger Pro secara otomatis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
5) Selanjutnya dapat juga diplot grafik posisi y terhadap waktu t dan
grafik posisi x terhadap waktu t dengan menggunakan langkah yang
sama dengan langkah ke 4
6) Meng-klik salah satu ikon yang terdapat pada layar atas agar dapat
memperoleh persamaan pada masing-masing grafik, misalkan untuk
persamaan kuadrat diklik ikon “Curve Fit”, pilih “Quadratic” pada
layar “General Equation”, lalu klik “Try Fit” yang terdapat di tengah
di bagian bawah layar Curve Fit dan tekan OK. Sedangkan untuk
persamaan linear diklik ikon “Linear Fit” lalu akan muncul di layar
kerja Logger Pro
7) Untuk mengetahui nilai y dan x pada jejak yang telah ditandai, dapat
diklik ikon “Examine”
8) Jika titik koordinat pada lintasan gerak lompat batu sebagai gerak
parabola tidak sama dengan nol, maka perlu dikoreksi yaitu dengan
mengklik ikon “Set Origin” yang berada di bawah ikon “Add Point”
sebelah kanan layar kerja Logger Pro “video”
9) Di layar logger pro juga terdapat tampilan tabel data hasil analisis
video tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
4. Menganalisis Besaran-besaran Lompat Batu ditinjau dari Pandangan
Masyarakat
Teori ini berasal dari pengetahuan lokal yang sudah ada di
masyarakat Nias. Pengetahuan lokal ini meliputi beberapa besaran fisika
yang dapat dijadikan sebuah data pendukung penelitian ini, kemudian
dianalisis.
5. Menkonfirmasi Hasil Eksperimen dengan Mengintegrasikan Budaya
dan Sains.
Setelah menganalisis data-data yang diperoleh dari beberapa
metode tersebut, hasil ini perlu dikonfimasi untuk mengembangkan media
pembelajaran sains berbasis budaya lokal di sekolah khususnya pada
pokok bahasan gerak parabola dengan menguji hasil eksperimen
menggunakan perbandingan antara sains terhadap budaya dan sebaliknya.
C. Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah 2 responden penduduk asli Nias
dan 1 buah video lompat batu.
D. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dimulai Mei – Juli 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
E. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan beberapa cara untuk pengumpulan
data, yaitu:
1. Wawancara
Pengumpulan data dengan menggunakan wawancara digunakan
untuk mengetahui kaitan aspek budaya lokal dan pengetahuan lokal yang
nantinya dapat diintegrasikan ke pembelajaran Sains. Agar dapat
mengetahui budaya lokal dan pengetahuan lokal tentang alam sekitar,
maka peneliti melakukan wawancara kepada 2 orang narasumber yang
terpercaya untuk memperoleh informasi mengenai budaya lokal dan
pengetahuan lokal yang ada di masyarakat Nias melalui chat pada media
sosial WhatsApp. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
wawancara bebas. Peneliti menanyakan kepada narasumber mengenai
aspek budaya dan pengetahuan lokal yang ada dan masih digunakan oleh
masyarakat di sekitar daerah tersebut. Agar dapat mengetahui informasi
yang dibutuhkan, maka pertanyaan hanya menyangkut aspek budaya yang
ada kaitannya dengan pengetahuan lokal dan pertanyaan dapat
dikembangkan saat wawancara.
2. Metode Bahan Visual Video Lompat Batu
Sumber berupa video yang telah diunduh dari internet yaitu video
lompat batu: https://www.youtube.com/watch?v=H_aVr1tW80c&t=45s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dan telah diedit menggunakan aplikasi Wondershare Filmora untuk
memperkecil durasi dan mendapatkan rekaman visual yang jelas. Peneliti
memotong video yang berdurasi 7 menit 6 detik dari detik 0 sampai detik
ke-42 dan dari detik 46 sampai selesai (423,6 detik), jadi video lompat
batu yang digunakan adalah dari detik ke-43 sampai detik ke-45 sehingga
videonya berdurasi 2 detik.
F. Metode Analisis Data
1. Analisis hasil wawancara dari masyarakat untuk mengetahui budaya lokal
a. Dianalisis hasil wawancara tentang budaya lokal yang ada di daerah
sekitar
b. Kemudian diidentifikasi budaya lokal yang dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran sains
c. Dari hasil identifikasi, dipilih budaya lokal yang berhubungan dengan
konsep fisika, yang dapat digunakan dalam penelitian terhadap
perancangan media pembelajaran sains di sekolah.
2. Analisis bahan visual video lompat batu untuk mengetahui besaran-
besaran fisis yang terkandung dalam budaya lompat batu.
a. Dipilih video budaya lompat batu dari youtube yang sesuai, jelas dan
mudah diakses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b. Kemudian video tersebut diunduh lalu diedit menggunakan aplikasi
Wondershare Filmora,
c. Video yang telah diedit tersebut selanjutnya akan dianalisis
menggunakan software LoggerPro 3.8.6.1
3. Untuk menganalisis besaran-besaran fisika yaitu dengan tujuan untuk
mengetahui konsep fisika yang terdapat pada realitas latihan (lokal) yakni
lompat batu sebagai media pembelajaran sains berbasis budaya lokal pada
pokok bahasan gerak parabola, diperlukan bentuk proposisi "If-Then"
untuk mensimulasikan budaya lompat batu. Simulasi tersebut berbunyi
bahwa ”Jika kecepatan awal adalah v0 dan sudut elevasi sama dengan α,
maka posisi hs bagaimana?” dan seterusnya serta menggunakan syarat
bahwa hs≥h, simulasi tersebut akan digambarkan dan dijabarkan seperti
pada tabel berikut.
Tabel 3.1. Tabel hipotesis "If-Then"
No.
Kecepatan
awal pelompat
v0 (m/s)
Sudut
elevasi α (°)
Tinggi
maksimum
pelompat ymax
(m)
Kesimpulan
1. v0a < v0 α = α .... ....
2. v0a > v0 α = α .... ....
3. v0a = v0 α < α .... ....
4. v0a = v0 α > α .... ....
Keterangan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian
Wawancara kepada masyarakat dilaksanakan mulai tanggal 11-14
Juni 2017, via telepon (chat media sosial WhatsApp).
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara
kepada masyarakat yaitu orang tua di Nias (penduduk asli Nias) yang berada
dekat dengan tugu fahombo batu yaitu di desa Bawӧmataluo, Teluk Dalam-
Nias Selatan. Setelah peneliti selesai mengadakan wawancara kepada
masyarakat dan mencari data dan nara sumber lainnya pada buku-buku dan
internet, peneliti melakukan percobaan sederhana yaitu dengan
memanfaatkan sumber berupa video lompat batu dari internet hasil editan
untuk memperkecil durasi dan mendapatkan rekaman visual yang jelas dan
baik untuk diteliti. Kemudian video tersebut dianalisa menggunakan software
LoggerPro 3.8.6.1 sehingga didapatlah data-data yang sesuai untuk analisis
Gerak Parabola. Lalu, peneliti mendesain skenario pembelajaran yang
berkaitan dengan pokok bahasan gerak parabola menggunakan tradisi lompat
batu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
B. Gambaran Masyarakat Nias Berdasarkan Tradisi Lompat Batu
1. Sejarah Lompat Batu
Ono Niha adalah sebutan untuk masyarakat Nias yang tinggal di
Kepulauan Nias, yang berarti anak manusia. Suku Nias memiliki banyak
tradisi/budaya yang sangat unik dan menarik. Dan keindahan pulaunya
yang membuat para pelancong sangat penasaran untuk melihat/berkreasi di
pulau ini.
Budaya lompat batu adalah salah satu budaya yang berkembang
di Kepulauan Nias. Keterampilan lompat batu pada masa kerajaan dahulu
di Bawӧmataluo-Kabupaten Nias Selatan adalah keharusan khususnya
bagi pria level pemuda karena pria wajib ambil bagian menjadi prajurit
kerajaan agar mampu menghadang musuh dari kerajaan lain. Pelaksanaan
latihannya adalah inisiatif masing-masing, biasanya mereka berlatih
melompati pagar bambu yang terpasang di rumah masing-masing,
kemudian berlatih di batu lompatan. Bila sudah mampu maka mereka
dinobatkan menjadi prajurit yang siap diturunkan jika kerajaan melakukan
peperangan.
Zebua (2010: 138) mengatakan bahwa konon lompat batu
(fahombo batu) merupakan sarana latihan perang bagi para pemuda, dan
ritual kedewasaan (initiation ritual). Keberhasilan melompat batu menjadi
syarat mutlak bagi anggota tim ekspedisi pengayauan: mangani binu;
namun banyak orang Nias mengenalnya mӧi ba danӧ alias mofanӧ ba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
danӧ alias mangai hӧgӧ. Istilah lainnya fa’emali, memenggal kepala
(mangai hӧgӧ) antara yang tidak sepuak. Bahkan menjadi salah satu ritus
dalam fondrakӧ wamunu niha (kesepakatan mengayau). Praktik mangai
hӧgӧ terjadi zaman Nias kuno, berlangsung hingga kedatangan misionaris
Jerman ke Nias. Namun menurut Manhart (dalam Zebua, 2010: 131),
masih ada laporan satu kasus mangai hӧgӧ pada awal tahun 1940-an.
Praktik mangai hӧgӧ dilakukan para pihak yang kuat secara finansial,
karena berkaitan dengan pesta owasa yang mahal. Besar kemungkinan,
kebiasaan ‘lompat-melompat’ telah ada pada jaman pengayauan dan
perang masih marak, ketimbang bangunan batu yang didirikan di sejumlah
kampung.
Umur bangunan batu untuk fahombo batu belum begitu tua.
Bangunan tersebut ditemukan Thomsen di lima kampung di kawasan
Selatan Nias: Hilisimaetanӧ, Bawӧmataluo, Lahusa, Onohondrӧ,
Botohilitanӧ. Di Hilisimaetanӧ bangunan fahombo didirikan oleh Maera
empat generasi lalu (per tahun 1976). Di Bawӧmataluo didirikan oleh
Laowӧziduhu empat generasi lalu. Di Lahusa didirikan oleh Fasagӧ empat
generasi lalu. Di Onohondrӧ didirikan oleh Nifae’ӧ tiga generasi lalu.
Sedangkan di Botohilitanӧ didirikan oleh Tuhasitӧra (tidak diketahui masa
pendiriannya). Dengan demikian, bangunan batu untuk fahombo batu
didirikan sekitar 4-5 generasi lalu (per tahun 2010), atau usianya sekitar
125 tahun. Meskipun umur fisiknya belum begitu lampau, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
eksistensinya eksklusif dan eksotik, lompat batu menjadi salah satu ikon
Nias, khususnya di kawasan selatan.
2. Berlatih Lompat Batu
Orang Nias beranggapan bahwa laki-laki adalah tenaga kerja yang
kuat, kasar dan berani sedangkan perempuan adalah makhluk lemah,
lembut, penyayang dan pemalu. Secara teori, laki-laki menanggung segala
kerja berat dan membela anggota keluarga dari mara-bahaya sedangkan
perempuan terikat kepada kerja yang ringan dan mengasuh anaknya
(Laiya, 1980: 59).
Pada umumnya setiap laki-laki/pemuda di Nias Selatan yang
merupakan keturunan prajurit perang masa dahulu sudah memiliki
kemampuan lompat batu yang hanya dilatih biasa dan langsung mahir
melompati batu. Akan tetapi, bagi pemuda yang baru belajar harus perlu
lebih intensif melakukan latihan lompat batu. Biasanya, mereka dilatih
oleh pemuda/orang tua yang merupakan keturunan prajurit perang masa
dahulu. Agar mampu/mahir melompat dan menyeimbangkan tubuh tanpa
jatuh ketika berlatih lompat batu, diperlukan beberapa latihan fisik, yaitu:
1) Fisik yang kuat. Pada dasarnya pelompat telah mahir bela diri atau
pencak silat baik dengan alat berupa pedang, tombak dan perisai,
maupun dengan tangan kosong. Oleh karena itu, diperlukan latihan fisik
untuk membentuk fisik yang kuat dan sehat dengan sering berolahraga
lompat dan bela diri, tentunya dalam melakukan lompat batu yang
sangat berbahaya ini sangat diperlukan ketangkasan, kemahiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
melompat, dan kelenturan badan. Jadi, diperlukan energi yang sangat
besar pula dari dalam tubuh, misal penghasil energi dalam tubuh yaitu
asupan makanan.
2) Badan yang lentur. Sangat diperlukan kelenturan badan, lutut dan kaki
agar dapat dilipat secara fleksibel dan reflektif saat melompat batu,
sesuai teknik masing-masing pelompat. Biasanya sebelum melakukan
lompat batu, si pelompat melakukan pemanasan untuk menghindari
cedera otot, meningkatkan performa, dan mempersiapkan mental,
dengan cara berlari, meregangkan semua bagian tubuh, dan melewati
atau bisa juga melompati batu lompatan tanpa menggunakan teknik
lompat batu yang sesungguhnya.
3) Otot kaki. Setiap laki-laki di Nias telah dilatih sejak kecil untuk bisa
melompati tembok batu setinggi 2 meter. Dahulu kala, mereka berlatih
melompati batu setinggi setengah meter, kemudian 1 meter. Setelah
mampu melompati batu setinggi 1,5 meter, mereka bisa mencoba
dengan batu dengan tinggi yang sesungguhnya, yaitu 2 meter. Pada
zaman sekarang, otot kaki dilatih dengan permainan lompat karet dan
lompat bambu. Caranya, dengan berlari kencang lalu melompati tali
karet/bambu yang dibentangkan horizontal yang dipegangi dua orang
atau disangga di antara tiang kayu yang memiliki skala tinggi mulai dari
0,5 meter sampai 2 meter, kemudian mendarat di tempat bebatuan.
Secara bertahap, tinggi tali karet/bambu ditingkatkan seiring
kemampuan si anak. Permainan ini sangat rawan cedera kaki karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
pelompat tidak menggunakan pelindung kaki atau alas kaki dan
dilakukan di halaman desa yang dilapisi bebatuan.
4) Lengan dan tangan dilatih juga untuk memberikan kekuatan besar pada
badan ketika berlari, melakukan take off atau tolakan sebelum terbang
melewati batu, dan tangan juga digunakan sebagai penyeimbang badan
ketika si pelompat batu melayang/berjalan di udara. Selain itu, jika
ditinjau dari zaman dulu, dimana lompat batu sebagai sarana latihan
para prajurit perang, otot lengan dan tangan tidak hanya dilatih sebagai
penyeimbang badan, tetapi lengan dan tangan dilatih membawa beban
berupa perisai dan tombak untuk kepentingan perang sambil melompati
pagar batu yang tinggi.
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Diagram Tradisi Lompat Batu
Pada pelaksanaan lompat batu yang tingginya 2 m, pelompat
harus berlari kencang dari jarak 18 m atau menyesuaikan dan sesaat
sebelum melompat, si pelompat harus menginjak batu pijakan/tolakan atau
dalam bahasa Nias disebut tara hӧsӧ, agar dapat menghempaskan badan
ke atas melampaui batu lompatan tanpa bersentuhan dengan bagian puncak
batu lompatan, kemudian mendarat di balik batu lompatan tersebut. Batu
pijakan berukuran alas 30 cm (IJ) × 30 cm (HI), tinggi batu pijakan adalah
50 cm (dekat sisi hombo batu) dan 35 cm (yang menghadap garis start),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dan jarak antara sisi belakang batu pijakan ke sisi depan batu lompatan 90
cm (GH). Luas alas batu lompatan adalah 90 cm (EF) × 60 cm (DE) yang
semakin ke puncak semakin mengecil luas batunya sehingga luas puncak
batu adalah 80 cm (AB) × 40 cm (BC). Ukuran-ukuran tersebut
digambarkan sebagai berikut:
Latihan awal, mereka melompati pagar rumah si Ulu (Ketua
Adat), yang tingginya 2 m hingga lancar kemudian dilanjutkan berlatih
Gambar 4a. Diagram Batu Hombo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
melompat di batu hombo beberapa kali sampai bisa dilompati dengan baik
dan mahir. Lompat batu merupakan latihan secara kolektif yang diikuti
semua prajurit perang sebagai pemanasan yang diiringi pemukulan gong
dan mengenakan atribut perang yaitu seragam baju, celana dan kain
pengikat, pedang dan tombak menjelang berangkat pada peperangan. Saat
yang sama semua warga berkumpul di depan rumah raja sambil melakukan
tarian dan yel-yel penyemangat bagi prajurit yang akan berperang.
Konon, latihan lompat batu ditujukan bagi calon prajurit perang
yang telah ditentukan. Pada fase dasar setiap prajurit telah mahir bela
diri/silat baik dengan alat berupa pedang, tombak dan perisai maupun
dengan tangan kosong, dan setelah itu adalah fase hombo batu, setiap
prajurit diwajibkan juga mampu/mahir melompat batu hombo. Seiring
perubahan zaman, peperanganpun sudah tidak pernah terjadi, tetapi latihan
ini selalu ada sebagai salah satu warisan budaya yang dijadikan sebagai
media untuk menentukan kedewasaan seorang pria, membentuk karakter
pemuda yang kuat dan tangkas dalam menjalani kehidupan. Tidak jarang
masyarakat Nias menyebut lompat batu sebagai olahraga. Untuk mencapai
kemahiran melompat batu dibutuhkan latihan fisik dan teknik lompat.
Teknik melakukan lompat batu adalah sebagai berikut:
a. Pelompat berada dengan sikap berdiri pada garis start yaitu 18 m dari
batu lompatan atau menyesuaikan dan siap-siap berlari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
b. Berlari kencang dimulai dengan langkah kaki yang pertama yakni
kanan/kiri (bebas sesuai kebiasaan). Pada saat berlari, kedua lengan
diayunkan terus tetapi setelah memijakkan kaki pada batu pijakan
sampai mendarat, pelompat hanya mengayunkan lengan sekali dan
masing-masing tangan dikepal
c. Langkah lari terakhir yaitu memberi tolakan dengan kaki kiri/kanan
pada batu tolakan tara hӧsӧ dan menghempaskan badan ke atas batu
lompatan untuk melewati puncak batu (posisi badan menyamping ke
kiri/kanan dan membungkuk) tanpa tersentuh batu, lalu mendarat di
tanah di sisi belakang batu lompatan dengan posisi kaki bersamaan
jatuh tetapi salah satu kaki (kiri/kanan) agak ke depan dari posisi kaki
yang lain, awalnya badan bersikap jongkok kemudian berdiri tegap.
Nilai-nilai dalam tradisi lompat batu adalah komitmen
kekompakan, kesetiaan/loyalitas kepada raja, kesatuan/persatuan,
kesatriaan/keberanian dan rasa tanggungjawab membela kerajaan. Tradisi
ini tidak ada hal mistis atau pantangan. Sekarang, tradisi lompat batu ini
menjadi salah satu olahraga anak muda di Nias.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2. Analisis Konseptual Kegiatan Budaya Lompat Batu
a. Proses Pembentukan Model
Dapat ditelaah kejadian-kejadian yang mungkin terjadi saat
seorang pelompat hombo batu dari lingkup ilmu Fisika dengan terlebih
dahulu menentukan formulasi masalah dan asumsi model
matematikanya.
1) Formulasi masalah
Adapun formulasi masalah dalam model ini meliputi besaran-
besaran yaitu t, x, y, v0, v, α dan g. Dimana :
t = waktu (s)
x = posisi horizontal (m)
y = posisi vertikal (m)
v0 = kecepatan pelompat sebelum melakukan tolakan (m/s)
v = kecepatan pada waktu tertentu (m/s)
α = sudut elevasi pelompat pada saat tolakan (derajat)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
2) Asumsi model matematika
a) Tidak ada pengaruh lokasi
b) Ada pengaruh cuaca (misal angin ribut)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
c) Pelompat hombo batu mampu menentukan sudut loncatannya
baik saat lepas landas maupun saat mendarat
d) Abaikan gesekan udara dan kecepatan angin adalah nol
e) Kecepatan awal atlit konstan (percepatan maksimum)
f) Pelompat memulai lompatan di batu tara hӧsӧ
g) Pelompat mendarat dengan kaki
b. Analisa model matematika
1) Menganalisa Gerak Lompat Batu
Karena lompat batu diidentifikasi menjadi salah satu contoh
aplikasi dari gerak parabola, maka perlu terlebih dahulu merunutnya
secara kinematika. Tahap analisis gerak parabola, terlebih dahulu
meninjau gerak pada sumbu x dan y. Berikut adalah hasil analisis
video lompat batu menggunakan Logger Pro 3.8.6.1.
Gambar 4b. Pelompat batu memberi tolakan pada
batu tara hӧsӧ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Gambar 4d. Lintasan gerak Pelompat batu
Melalui analisis video loggerpro, diperoleh data seperti
pada tabel berikut.
Gambar 4c. Pelompat batu bergerak vertikal ke atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 4.1. Data percobaan analisis video lompat batu menggunakan
Logger Pro, titik acuannya yaitu titik pusat badan pelompat
No t (s) x (m) y (m) vx (m/s) vy (m/s)
1 0,067 0 0,013 5,421 1,957
2 0,101 0,189 0,063 5,074 2,572
3 0,134 0,366 0,164 4,371 3,309
4 0,167 0,492 0,29 3,358 3,84
5 0,201 0,567 0,429 2,96 4,144
6 0,234 0,668 0,567 3,195 4,346
7 0,267 0,782 0,731 3,417 4,057
8 0,301 0,908 0,845 3,38 3,558
9 0,334 1,009 0,971 3,318 3,014
10 0,368 1,122 1,047 3,459 2,475
11 0,401 1,236 1,122 3,765 2,3
12 0,434 1,375 1,211 3,997 1,825
13 0,468 1,501 1,248 4,207 1,27
14 0,501 1,665 1,286 4,126 0,928
15 0,534 1,803 1,312 3,285 0,567
16 0,568 1,866 1,324 2,939 0,262
17 0,601 1,967 1,324 3,46 0,094
18 0,634 2,106 1,324 3,815 0,063
19 0,668 2,232 1,337 4,019 -0,19
20 0,701 2,358 1,324 4,552 -0,75
21 0,735 2,535 1,274 5,135 -1,08
22 0,768 2,736 1,248 4,859 -1,36
23 0,801 2,837 1,211 4,952 -2,31
24 0,835 3,064 1,085 5,003 -2,97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
No t (s) x (m) y (m) vx (m/s) vy (m/s)
25 0,868 3,203 0,996 4,26 -3,15
26 0,901 3,354 0,858 3,39 -2,79
27 0,935 3,405 0,807 3,202 -2,32
28 0,968 3,518 0,731 4,359 -2,61
29 1,001 3,733 0,618 4,559 -2,61
30 1,035 3,846 0,567 4,249 -2,99
31 1,068 3,985 0,454 4,636 -4,24
32 1,102 4,149 0,252 5,219 -4,73
33 1,135 4,363 0,113 5,135 -4,59
34 1,168 4,489 -0,025 4,981 -4,99
35 1,202 4,679 -0,227 5,233 -5,46
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diperoleh grafik hubungan
antara posisi y (arah vertikal) dan posisi x (arah horizontal)
pelompat, grafik hubungan antara posisi y pelompat terhadap waktu
yang diperlukan pelompat melakukan lompat batu, dan grafik
hubungan antara posisi x pelompat terhadap waktu yang diperlukan
pelompat melakukan lompat batu.
Hasil plotting grafik melalui Logger Pro dapat dilihat dalam
grafik 4.1 yaitu grafik untuk mengetahui hubungan antara posisi
horizontal x terhadap posisi vertikal y si pelompat. Grafik 4.2 yaitu
grafik untuk mengetahui hubungan antara posisi vertikal y si
pelompat terhadap waktu tertentu. Sedangkan grafik 4.3 yaitu grafik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
untuk mengetahui hubungan antara posisi horizontal x si pelompat
terhadap waktu yang diperlukan si pelompat melakukan lompat batu.
Grafik 4.1. Grafik hubungan antara posisi y terhadap posisi x
Grafik 4.2. Grafik hubungan antara posisi y terhadap waktu t
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Grafik 4.3. Grafik hubungan antara posisi x terhadap waktu t
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
2) Output yang dihasilkan dari analisis video pelompat batu melewati
Hombo Batu
Tradisi hombo batu dapat digunakan untuk mengeksplorasi
beberapa konsep gerak parabola. Output yang pertama dihasilkan
dari analisis video pelompat melewati batu lompatan, yaitu gambar
4b yaitu gambar yang dapat menunjukkan si pelompat batu memberi
tolakan pada batu tara hӧsӧ, gambar 4c yaitu gambar yang dapat
menunjukkan si pelompat batu bergerak vertikal ke atas dan gambar
4d yaitu gambar yang menggambarkan lintasan gerak pelompat batu.
Berdasarkan analisis video dan diagram batu hombo,
diperoleh sebuah sketsa/gambar untuk mengetahui titik acuan awal
pelompat sebagai ketinggian awal pelompat yang ditentukan oleh
peneliti yaitu diperkirakan dari pusat badan pelompat tersebut yaitu
posisi y0 pelompat adalah 0,01261 meter atau sama dengan 0,013
meter (hasil pembulatan di Ms. Excel). Oleh karena ketinggian awal
y0 pelompat terhadap titik koordinat memiliki nilai yang sangat kecil,
maka dapat diabaikan. Sedangkan posisi awal h0 si pelompat adalah
0,5 m yang diukur dari puncak batu tara hӧsӧ ke tanah. Diketahui
bahwa tinggi batu hombo ybatu hombo = 2 m terhadap tanah. Dan juga
dapat menunjukkan posisi pelompat batu hombo, yaitu posisi x dan y
pelompat ketika melewati batu hombo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Berdasarkan pembahasan di atas, diperoleh 3 simpulan umum
yakni bahwa:
1) Grafik y = f(x) dapat menggambarkan Gerak Parabola seperti yang
terlihat pada grafik 4.1
2) Grafik y = f(t) dapat menggambarkan gerak dalam arah vertikal dengan
percepatan gravitasi (GLBB) seperti yang terlihat pada grafik 4.2
3) Grafik x = f(t) dapat menggambarkan gerak dalam arah horizontal tanpa
percepatan gravitasi (GLB) yang arahnya ke bawah seperti yang terlihat
pada grafik 4.3
Tabel 4.1 juga dapat menampilkan data saat pelompat pada posisi
tertentu dengan kecepatan tertentu. Semua jenis data tersebut tersedia
dalam tabel 4.1 sesuai dengan judul pada kolom tabel yang dapat dibuat
selama proses analisis/pemplotan data. Kemudian, konsep-konsep seperti
penurunan kecepatan dalam arah y karena percepatan g dan kecepatan
dalam arah x juga dapat ditampilkan pada tabel.
Selanjutnya, berdasarkan analisis gerak Lompat Batu sebagai
Gerak Parabola dengan Logger Pro diperoleh tiga persamaan gerak dari
masing-masing grafik yaitu: a) gerak pada sumbu x dan y (grafik 4.1)
diperoleh persamaan kuadrat yaitu y = -0,2820x2 + 1,264x – 0,1019; b)
gerak pada sumbu t dan y (grafik 4.2) diperoleh persamaan kuadrat yaitu y
= -4,649t2 + 5,783t – 0,4726 dan c) gerak pada sumbu t dan x (grafik 4.3)
diperoleh persamaan linear, yaitu x = 4,016t – 0,3163. Walaupun pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
hasil setiap persamaan gerak parabola yang diperoleh memiliki nilai
konstanta, tetapi peneliti dapat mengatakan bahwa untuk sebuah
pembelajaran di dalam kelas baik berupa model, simulasi dan analisis
semacam ini sudah memadai untuk melakukan pendekatan dalam Proses
Belajar dan Mengajar model pembelajaran sains berbasis budaya lokal
pada kasus budaya lompat batu pada pokok bahasan gerak parabola.
Sebuah benda dikatakan memiliki gerak parabola adalah jika
benda bergerak melalui jalur kurva, yaitu parabola dan tidak ada gaya lain
yang bekerja pada benda tersebut selain gaya tarik bumi. Lintasan ini
terjadi akibat dari pemilihan titik data pertunjukan. Dalam tahap ini, jejak
lintasan si pelompat ditandai yaitu bagian pusat badan pelompatnya
dijiplak dengan meletakkan titik di jalur yang dilaluinya sehingga
dihasilkan lintasan. Dari gambar 4d dan grafik 4.1, dapat dilihat bahwa
pelompat batu bergerak melalui jalur parabola. Ini berarti bahwa pelompat
itu bergerak dari posisi awal saat memijak batu tolakan tara hӧsӧ, terhadap
tanah memiliki gerakan parabola. Hal ini dapat dimengerti karena
pelompat membuat sudut tertentu terhadap sumbu horizontal ketika
meninggalkan batu tolakan. Konsep berikutnya yang dapat dipelajari dari
output adalah bahwa gerak parabola adalah gerak dua dimensi, superposisi
dari dua gerakan.
Dalam arah x percepatan pelompat adalah nol, sedangkan dalam
arah y, percepatannya adalah ay = -g konstan. Besarnya percepatan
gravitasi yang diperoleh dari hasil perhitungan yaitu 9,298 m/s2 yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
hasilnya mendekati besar percepatan gravitasi teori yakni 9,81 m/s2
dengan
perbedaan sebesar 0,512 m/s2. Pada persamaan di atas diperoleh besarnya
kecepatan awal pelompat dapat dianalisis dari 2 persamaan yaitu y = -
4,649t2 + 5,783t – 0,4726 dan x = 4,016t – 0,3163. Pada sumbu y
kecepatan awal pelompat yaitu: v0y = B = 5,783 m/s (lih. Grafik 4.2)
sedangkan kecepatan awal pelompat pada sumbu x yaitu v0x = m = 4,016
m/s (lih. Grafik 4.3) sehingga didapat besar kecepatan awal pelompat yaitu
v0 = 7,04 m/s dan sudut elevasi (arah) lompatan α yaitu 55,22° yang dapat
ditunjukkan pada gambar 4e berikut.
Dari besaran-besaran yang diperoleh di atas dapat diketahui
ketinggian maksimum pelompat yaitu hmax pelompat = 1,8 m (hasil
perhitungan lihat pada lampiran 3) dimana, pada saat benda mencapai
ketinggian maksimum, kecepatan arah vertikal sama dengan nol. Jadi
dapat disimpulkan bahwa si pelompat mampu melompat dari lompatan
setinggi h = (1,8 + 0,5) m = 2,3 m terhadap tanah. Ketika tinggi batu
lompatan = 2 m, maka si pelompat dapat melewati batu. Jika ditinjau dari
Gambar 4e. Resultan Kecepatan Awal
v0y = 5,783 m/s
v0x = 4,016 m/s
v0 = 7,04 m/s
α = 55,22°
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
gambar 4f dapat diketahui tinggi antara puncak batu hombo dengan h (Δh)
adalah 0,3 m = 30 cm.
3. Hubungan antara Budaya dan Sains
a. Hubungan antara Teknik Lompat Batu dan Konsep Fisika
Berdasarkan kepercayaan masyarakat terhadap asal-usul tradisi
lompat batu, realitas latihan lompat batu dan analisis video Logger Pro,
dapat dianalisis konsep-konsep fisika yang terkandung di dalam tradisi
lompat batu, yaitu saat mulai berlari diperlukan kecepatan yang sangat
besar untuk melompat dari titik tumpu supaya si pelompat dapat
membawa dan mengarahkan badan ke atas depan, kemudian mendarat
kembali ke posisi semula yaitu di tanah dengan keadaan baik. Si
hmax pelompat = 1,8 m
ybatu hombo
= 2 m
h0 = 0,5 m
Gambar 4f. Sketsa pelompat melompati batu hombo
Δh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
pelompat tidak tersandung batu atau mengalami cedera fisik. Berikut
adalah tabel data yang menjelaskan konseptual pada teknik lompat batu.
Tabel 4.2. Konseptual pada Teknik Lompat Batu
No. Teknik Lompat Batu Penjelasan Konseptual
1 Berlari kencang 1.1. Berlari kencang suatu gerakan dalam lompat
batu yang dilakukan dengan lari secepat-
cepatnya untuk mendapatkan kecepatan
setinggi-tingginya sebelum melakukan tolakan.
Kegiatan berlari ini adalah kegiatan gerak.
Dalam kegiatan gerak berlaku daya tarik bumi,
gesekan, dan tahanan udara. Berlari dilakukan
untuk menambah kekuatan sebesar-besarnya
yang digunakan untuk melakukan gaya tolakan.
Perubahan posisi dalam selang waktu tertentu
menyebabkan adanya kecepatan.
2 Menginjak dan menolak
batu pijakan dengan salah
satu kaki kiri/kanan. Saat
memijakkan kaki pada batu
pijakan, pelompat
mengayunkan lengan
(tangan diayunkan dari
belakang badan ke arah
atas) dan masing-masing
tangan dikepal agar
mendapat tambahan
dorongan dari tolakan kaki.
Tolakan terkuat dengan kaki
dibantu dengan ayunan kaki
dan ayunan kedua lengan
tangan ke depan ke arah
atas.
2.1. Tolakan adalah perpindahan dari kecepatan
horizontal ke kecepatan vertikal yang dilakukan
dengan cepat dan kuat untuk mengangkat tubuh
ke atas melayang di udara. Jika si pelompat
dapat menggabungkan kecepatan awal yang
besar dengan kekuatan tolakan kaki, ia dapat
membawa seluruh tubuhnya ke atas melayang
di udara. Si pelompat dapat membawa titik
berat badan ke atas, melayang di udara ke arah
atas dalam waktu lama/tertentu.
2.2. Seperti yang telah dijabarkan pada gambar 4b,
4c, 4d dan 4f di atas, bahwa pelompat batu
dapat memberikan gaya momentumnya (FΔt =
mv0) untuk menghasilkan tolakan yang besar
pada batu tara hӧsӧ agar bisa bergerak vertikal
ke arah atas/depan melewati batu hombo dan
lintasan ini mengikuti pola lengkungan (kurva)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
yang dapat menjelaskan gerak parabola. Walau
harus diingat juga bahwa sebelum pelompat
melalukan tolakan, ia harus berlari untuk
memperoleh kekuatan yang besar untuk
melakukan tolakan dan perlu kemiringan yang
tepat. Semakin besar kecepatan awal si
pelompat, semakin besar pula gaya
momentumnya yaitu besarnya gaya tolakan si
pelompat untuk memindahkan seluruh tubuhnya
ke arah atas.
3 Melampaui batu lompatan
tanpa bersentuhan badan di
bagian atas batu lompatan
dengan berjalan di udara
lalu mendarat di balik batu
lompatan.
3.1. Pada gerakan ini si pelompat menumpukan
seluruh massanya di sekitar pinggang dan paha.
Pada saat si pelompat mencapai titik tertinggi,
sikap badan menyamping kiri/kanan dan
membungkuk yaitu tangan ke badan. Saat
bergerak turun kedua kaki dijulurkan ke depan,
badan cenderung ke atas ke arah depan dan kaki
dilipat di samping depan dan perhatian tertuju
pada pendaratan.
3.2. Sebuah benda dikatakan memiliki gerak
parabola adalah jika benda bergerak melalui
jalur kurva, yaitu parabola dan tidak ada gaya
lain yang bekerja padanya selain gaya tarik
bumi. Gerak parabola adalah gerak yang
membentuk sudut tertentu terhadap bidang
horizontal. Lintasan yang dilalui oleh pelompat
batu hombo ketika mengudara adalah
membentuk sebuah kurva. Akan tetapi, perlu
diketahui bahwa si pelompat batu merupakan
tubuh manusia tidak seperti sebuah peluru
ataupun panah yang ditembakkan akan bergerak
mengikuti lintasan parabola dan hanya memiliki
gaya tarik bumi tanpa sebuah gaya lain yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
b. Simulasi Gerak Lompat Batu (Hasil Analisis)
Simulasi dimaksudkan untuk melihat kemungkinan pelompat
melewati atau tidak dapat melewati batu bila beberapa kondisi awal dari
contoh lompatan (yang berhasil) yang telah dianalisis (v0 = 7,04 m/s
dan α = 55,22°). Hasil simulasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3. Tabel hipotesis "If-Then"
No.
Kecepatan awal
pelompat v0 (m/s) Sudut elevasi α (°)
hmax
pelomp
at (m)
hmax
pelompa
t
terhada
p tanah
( + 0,5
m)
Kesim
pulan
Keadaan
v0
simulasi
(m/s) Keadaan
α simulasi
(°) hs≥h
1. v0s < v0 6,04 αs = α 55,22 1,32 1,82 ×
2. v0s > v0 8,04 αs = α 55,22 2,34 2,84 √
3. v0s = v0 7,04 αs < α 50,22 1,57 2,07 ×
4. v0s = v0 7,04 αs > α 60,22 2 2,5 √
Keterangan:
[×] : tidak lewat dan [√ ] : lewat
v0 = kecepatan awal [m/s]
v0s = kecepatan awal simulasi [m/s]
ada gaya lain yang terdapat pada gaya yang
dilakukan oleh si pelompat batu saat melakukan
lompat batu yaitu gaya pergeseran titik berat
atau perubahan pusat massa seperti yang telah
dijelaskan pada bagian 3.1 di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
No. Kecepatan awal
pelompat v0 (m/s) Sudut elevasi α (°)
hmax
pelomp
at (m)
hmax
pelompa
t
terhada
p tanah
( + 0,5
m)
Kesim
pulan
α = sudut elevasi [°] dan αs = sudut elevasi simulasi [°]
h = hmax pelompat terhadap tanah = 2,3 m
hs = hmax pelompat terhadap tanah hasil simulasi [m]
Rumus : h = (𝑣0.sin 𝛼)2
2𝑔 (perhitungan terlampir pada lampiran 3)
Berdasarkan hasil simulasi pada tabel 4.3 di atas, dapat
dirumuskan saran pada pemuda yang berlatih lompat batu supaya bisa
melewati batu antara lain:
1) Memiliki kecepatan awal yang besar saat bertumpu yang akan
menghantar pelompat bisa melewati batu, hal ini sejalan dengan
kebiasaan berlatih yang meminta peserta untuk berlari kencang.
2) Mengatur arah lompat agar dapat melewati batu.
a) Dari hasil simulasi maka tidak disarankan melompat dengan α
yang kecil. Walaupun, hasil wawancara (tabel 4.2) tidak diperoleh
informasi terkait pelatihan peserta lompat batu yang melompat
pada aspek kemiringan. Dengan demikian, dari hasil ini dapat
dikatakan bahwa kemiringan dapat berpengaruh terhadap
pelompat batu yakni apakah pelompat bisa melewati batu saat
memiliki v0 tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
b) Dapat disarankan bahwa jika berlatih perlu ditekankan bahwa
penting secara eksplisit memperhitungkan arah badan saat
melakukan tolakan.
c. Skenario Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal (Kasus
Lompat Batu)
Berikut ini adalah bagan contoh skenario aktivitas belajar
siswa dalam kelas pembelajaran sains berbasis budaya lokal pada pokok
bahasan gerak parabola.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Bagan 4.1 dapat dipakai sebagai skenario merancang RPP sesuai
dengan tuntutan kurikulum. Contoh kegiatan pembelajaran terlampir pada
lampiran 4.
luas, dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Tradisi lompat batu merupakan gerak parabola meskipun ada gaya lain
yang bekerja yaitu gaya pergeseran titik berat/pusat massa pelompat
batu. Tetapi dalam hal ini, kasus budaya lompat batu cocok untuk
dijadikan pendekatan/model dalam pembelajaran sains berbasis budaya
lokal pada pokok bahasan gerak parabola. Berdasarkan analisis gerak
Lompat Batu sebagai Gerak Parabola dengan Logger Pro diperoleh tiga
persamaan gerak dari masing-masing grafik yaitu:
a) Persamaan gerak dalam diagram y vs x adalah y = -0,2820x2 +
1,264x – 0,1019
b) Persamaan gerak dalam diagram y vs t adalah y = -4,649t2 + 5,783t –
0,4726 dengan besarnya a = (-g) = 9,298 m/s2
c) Persamaan gerak dalam diagram x vs t adalah x = 4,016t – 0,3163
d) Dengan besarnya v0 pelompat = 7,04 m/s dan α pelompat = 55,22°.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Walaupun ketiga persamaan di atas terdapat konstanta yang tidak sesuai
dengan persamaan gerak parabola dan nilai percepatan gravitasinya
berbeda 0,512 m/s2 tetapi data-data ini dapat digunakan sebagai bagian
dalam PBM di kelas dan dapat dikatakan bahwa penelitian ini sudah
cocok untuk dijadikan sebagai pendekatan/model dalam pembelajaran
sains berbasis budaya lokal pada pokok bahasan gerak parabola.
2. Cara merancang pembelajaran sains yang diintegrasikan dalam budaya
lokal kasus lompat batu dapat dilakukan melalui proses sebagai berikut:
a. Mengumpulkan informasi tentang budaya Nias
b. Memilih informasi yang relevan terhadap pembelajaran sains dengan
menggunakan software logger pro 3.8.6.1 dan dengan percobaan
sederhana
c. Menganalisis besaran-besaran lompat batu berdasarkan pandangan
masyarakat Nias
d. Menganalisis hubungan antara teknik lompat batu dengan konsep
fisika menggunakan persepsi atau pandangan masyarakat dan
persepsi sains asli serta
e. Merumuskan hasil kajian penelitian.
sehingga dapat dirancang model skenario pembelajaran sains berbasis
budaya lokal seperti yang telah dijabarkan pada lampiran 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
B. Saran
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi para
guru dan calon guru untuk mengajar fisika/sains menggunakan model
pembelajaran sains berbasis budaya lokal.
2. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan mengujicobakan skenario
pembelajaran yang telah dirancang dan menyelidiki variabel-variabel
yang terkait misalnya minat, motivasi, pemahaman konsep, efektivitas
proses belajar-mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
DAFTAR PUSTAKA
Aikenhead, G. S. & Cobern, W. W. 1998. Cultural Aspects of Learning Science In
B.J Frayer and K. G Tolon (Eds.). International Handbook Of Science
Education (39-52); Kluwr Akademic Publisher.
Aurora Nias Channel. 2017. LOMPAT BATU NIAS.
https://www.youtube.com/watch?v=H_aVr1tW80c&t=45sDiunduh24/05/
2017
Berns, Robert G. and Patricia M. Erickson. 2001. Contextual Teaching and
Learning: Preparing Students for the New Economy. www.nccte.com
Bryan, Joel A. 2015. Physics Instruction Using Video Analysis Technology. Texas
A&M University College Station: collegeboard.com, Inc.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting Dalam
Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Enita. 2013. Pengetahuan Lokal Sebagai Bagian dalam Pembelajaran Sains pada
Pokok Bahasan Fase-Fase Bulan Kelas VIII SMP Negeri 32 Sendawar
Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur. Skripsi: Universitas Sanata
Dharma.
Gedgrave, Isabel. 2009. Teaching Modern Of Physics. New Delhi: Global Media.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi.
Bandung: PT. Refika Aditama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Laiya, Bambowo. 1980. Solidaritas Kekeluargaan: dalam Salah Satu Masyarakat
Desa di Nias – Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suastra, I Wayan. 2010. Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal untuk
Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di
SMP.
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPP/article/view/1697/1484Diun
duh18/05/2017
Suprayekti, dkk. 2008. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Suwarno.1985. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru.
Zebua, Victor. 2010. JEJAK CERITA RAKYAT NIAS. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Zulhija, Nandas. 2013. Kinematika Lompat Jauh Yang Fantastis. University
student. https://www.slideshare.net/superdiaz/makalah-
nandazDiakses13/05/17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 1
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Apa saja budaya atau tradisi yang masih dijalankan masyarakat Nias?
2. Bagaimana cara berpikir masyarakat di daerah ini dalam memandang alam
dan budaya lompat batu?
3. Ritual apa saja yang dilakukan saat peperangan pada zaman dulu?
4. Apa itu tradisi lompat batu (hombo batu)?
5. Nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam tradisi lompat batu?
6. Bagaimana teknik/cara pemuda Nias melakukan atraksi lompat batu yang
berbahaya ini?
7. Apa saja yang perlu dilatih dalam tradisi lompat batu?
8. Berapakah ukuran batu hombo dan batu tara hӧsӧ?
9. Berapa jarak antara batu hombo dan batu tara hӧsӧ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 2
FOTO PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 3
Perhitungan
1. Percepatan gravitasi
Jika diketahui persamaan kuadrat: y = -4,649t2 + 5,783t – 0,4726 maka,
dapat dihitung percepatan gravitasi yakni y = v0y.t – 1
2gt
2.
– 1
2gt
2 = -4,649t
2
g = 4,649 × 2
g = 9,298 m/s2
2. Kecepatan awal
Jika diketahui persamaan kuadrat: y = -4,649t2 + 5,783t – 0,4726 dan x =
4,016t – 0,3163 maka dapat diperoleh vektor kecepatan awal yaitu:
Sumbu y
v0y = B = 5,783 m/s (lih. Grafik 4.2)
Sumbu x
v0x = m = 4,016 m/s (lih. Grafik 4.3)
sehingga, besarnya kecepatan awal adalah
v0 = √𝑣0𝑥2 + 𝑣0𝑦
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
v0 =√(4,016𝑚
𝑠)
2
+ (5,783𝑚
𝑠)
2
v0 = 7,04 𝑚/𝑠
3. Arah lompatan
Oleh karena v0y dan v0x telah didapatkan maka, dapat dipastikan bahwa tan
α = v0y/ v0x
α = arc tan 5,783 𝑚/𝑠
4,016 𝑚/𝑠 = 55,22°
4. Tinggi maksimum benda
Pada saat benda mencapai ketinggian maksimum, kecepatan arah vertikal
sama dengan 0. Dalam hal ini, kecepatan arah vertikal saat pelompat
mencapai ketinggian maksimum hasil analisis data adalah
vy = -0,19 m/s
v0 sin α – gt = -0,19 m/s
v0 sin α +0,19 m/s = gt
t = 𝑣0 𝑠𝑖𝑛 𝛼+0,19 m/s
𝑔 =
(5,783+0,19)𝑚/𝑠
9,298 𝑚/𝑠2 = 0,64s.
Dengan t adalah waktu untuk mencapai ketinggian maksimum. Jika t
disubsitusikan ke persamaan (1), maka:
y = v0y.t – 1
2gt
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
y = (5,783 m/s × 0,64 s) – (1/2 . 9,298 m/s2 × (0,64 s)
2)
dengan y = hmax pelompat (ketinggian maksimum pelompat) maka,
hmax pelompat = 1,8 m
Berdasarkan analisis, diketahui tinggi batu hombo yaitu ybatu hombo
= 2 m. Jadi dapat disimpulkan bahwa si pelompat mampu melompat dari
lompatan setinggi h = (1,8 + 0,5) m = 2,3 m terhadap tanah. Ketika tinggi
batu lompatan = 2 m, maka si pelompat dapat melewati batu. Jika ditinjau
dari gambar 4f dapat diketahui tinggi antara puncak batu hombo dengan
hmax pelompat (Δh) adalah 0,3 m = 30 cm.
5. Misalkan diambil contoh pada tabel 4.3 data percobaan ke-4. Jika
diketahui v0s = v0 = 7,04 m/s dan αs > α yaitu 60,22° dengan g hasil
analisis, maka hs adalah
hmax = (𝑣0.sin 𝛼)2
2𝑔
= 7,04 m/s . sin 60,22°)2
2 (9,298 m
s
2)
= 2 m
hs = hmax + h0 = (2 + 0,5) m = 2,5 m
** untuk perhitungan data percobaan 1, 2 dan 3 sama dengan
perhitungan No. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 4
Tabel 5. Contoh Skenario Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal
Kegiatan Rencana Kegiatan
Pertemuan I
Pendahuluan Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan dengan
bertanya: apa itu gerak parabola?
Siswa diminta untuk mengungkapkan ide awal dan
keyakinannya terhadap materi yang diajarkan
Guru tidak membenarkan atau menyalahkan gagasan
siswa
Inti Siswa menyaksikan dan memperhatikan video singkat
tentang budaya lompat batu.
Guru memberikan kepada siswa untuk membentuk
kelompok kecil (3-5 orang) untuk melakukan
penyelidikan dari berbagai perspektif, seperti sejarah,
sains asli, dan ilmiah.
Guru memfasilitasi siswa melakukan penyelidikan
Siswa disarankan membuat laporan hasil penyelidikan
siswa
Siswa melaporkan hasil penyelidikan di papan tulis
Siswa menyampaikan hasil penyelidikannya di depan
kelas dan siswa lain diberi kesempatan menyanggah atau
memberi komentar
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
terbuka untuk mengecek kompetensi dasar siswa
maupun budaya lokal terkait dengan topik yang telah
dipelajarinya.
Guru memfasilitasi siswa untuk berkomentar,
mengajukan pertanyaan, mengklarifikasi topik yang
dipelajari serta melakukan refleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Kegiatan Rencana Kegiatan
Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil
penyelidikan siswa
Guru memberikan umpan balik positif dalam bentuk
pujian tertulis ataupun lisan terhadap keberhasilan siswa
Guru melakukan penilaian selama proses berlangsung
Akhir Guru menyarankan siswa menyimpulkan materi/hasil
pembelajaran yang telah dipelajari (catatan rangkuman
siswa)
Guru memberikan tugas-tugas pengayaan
Menyampaikan doa bersama dan salam untuk menutup
pelajaran
Pertemuan II
Pendahuluan Guru mengenalkan software logger pro kepada siswa
Siswa diminta untuk mengungkapkan ide awal terhadap
materi
Inti Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan penyelidikan
(obeservasi di luar kelas) dengan menyediakan
kamera/siswa diminta membawa kamera (hp kamera).
Siswa (dalam kelompok) diminta merekam peristiwa
atraksi lompat batu
Siswa diminta untuk mengungkapkan ide, keyakinan
awal terhadap rekaman video yang mereka dapat dari
perspektif sains asli
Siswa diminta untuk menganalisis video menggunakan
software logger pro dan menggunakan ‘simulasi’ seperti
pada tabel 4.3.
Siswa disarankan membuat laporan hasil penyelidikan
mereka
Siswa melaporkan hasil penyelidikan di papan tulis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Kegiatan Rencana Kegiatan
siswa lain diberi kesempatan menyanggah atau
berkomentar
Guru memfasilitasi siswa untuk berkomentar,
mengajukan pertanyaan, mengklarifikasi topik yang
dipelajari serta melakukan refleksi
Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil
penyelidikan siswa
Guru memberikan umpan balik positif dalam bentuk
pujian tertulis ataupun lisan terhadap keberhasilan siswa
Guru melakukan penilaian selama proses berlangsung
Akhir Guru menyarankan siswa menyimpulkan materi/hasil
pembelajaran yang telah dipelajari (catatan rangkuman
siswa)
Guru memberikan tugas-tugas pengayaan
Menyampaikan doa bersama dan salam untuk menutup
pelajaran
Catatan: Pertemuan dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI