plagiat merupakan tindakan tidak terpuji evaluasi ... fileintisari bedah sesar (section caesarea)...
TRANSCRIPT
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PASCA BEDAH SESAR
DI BANGSAL BAKUNG TIMUR RUMAH SAKIT SANGLAH DENPASAR PERIODE FEBRUARI 2007
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Ni Komang Trisna Dewi NIM : 038114051
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cinta membuat kita bersayap dan membuat tubuh menjadi lebih ringan, sehingga memungkinkan kita untuk mencapai
tempat-tempat yang lebih tinggi (Gede Prama).
Doa-doa tanpa ketulusan adalah surat-surat tanpa perangko
Doa-doa tanpa bakti dan cinta kasih adalah surat-surat tanpa alamat
Doa-doa dengan ketulusan, bhakti, cinta kasih dan kerinduan seperti
telegram (Satya Narayana Swami).
Pengetahuan yang sejati berkembang dari sifat kebaikan,
Loba berkembang dari sifat nafsu dan kegiatan yang bukan-bukan,
Sifat gila dan khayalan berkembang dari sifat kebodohan
(Bhagavad gita, sloka 14.17)
I dedicated this to:
Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala kehidupan, berkah, perlindungan,
tuntunan dan kasih sayangNya.
Ayahanda I Wayan Menyan & Ibunda Ni Nyoman Jelih atas semua kasih sayang,
doa, pendidikan, perjuangan dan pengorbanannya.
MY ALMAMATER
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Bedah sesar (section caesarea) adalah sayatan melalui dinding abdomen dan uterus untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007.
Pasien terbanyak pada usia 30-34 tahun (44,5%), dengan indikasi terbanyak ketuban pecah dini (37%). Tingkat pendidikan pasien terutama lulusan SLTA (55,6%) dengan jenis pekerjaan terbanyak sebagai ibu rumah tangga (44,5%). Pasien sebagian besar (92,6%) dirawat di Bangsal kelas III.
Golongan obat yang paling banyak diberikan adalah golongan antibakteri, oksitoksik, analgesik non opioid antiinflamasi non steroid, serta obat yang mempengaruhi darah dan gizi masing-masing sebanyak 100%. Jenis obat yang paling banyak diberikan adalah amoksisilin, metilergometrin, dan asam mefenamat masing-masing sebanyak 100%.
Jumlah kasus drug related problems (DRPs), yaitu: dosage too low sebanyak 17 kasus. Pasien menjalani rawat inap selama 3-6 hari. Semua pasien pulang dengan kondisi klinis yang membaik.
Kata kunci: bedah sesar, obat, drug related problems (DRPs)
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Section caesarea is a surgery through abdomen wall and uterus to give birth an infant from the womb. This research was aimed to evaluate the use of drugs to the patients of post section caesarea in East Bakung Ward Sanglah Hospital Denpasar in the period of February 2007. The most patients are at the age of 30-34 years old (44,5%), with the most indication of early fetal membrane hatched out (37%). Patient’s educational status are Senior High School (55,6%) with the most profession as the wife house(44,5%). Most of the patients (92,6%) are hospitalized in the third class ward. The most given drugs types are antibacterial type, oksitoksic, analgetic non opioid antiinflamasi non steroid, and also drugs which can affect blood and nutrition each is 100%. The drugs types that mostly given are amoxicillin, methylergometrin, and mefenamic acid each is 100%. Number of drug related problems (DRPs) cases, i.e. dosage too low is 17 cases and dosage too high 1 cases. The patients are hospitalized for about 3-6 days. All of the patients are home with a better clinic condition. Keywords: section caesarea, drugs, drug related problems (DRPs)
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya dengan rahmat serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca
Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar
Periode Februari 2007”.
Penulisan skripasi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan
Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang
mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Direktur Rumah Sakit Sanglah Denpasar yang telah memberikan ijin bagi
penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Sanglah Denpasar.
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini, serta selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, saran, semangat dan
masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan
skripsi ini.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Aris Widayati, M.Si., Apt. atas kesediaan menguji serta memberikan saran dan
masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Staf, karyawan di Diklat, Litbang dan Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit
Sanglah Denpasar atas bantuan, saran dan waktu yang diberikan selama
penulis melakukan pengambilan data untuk penelitian.
6. Ayahanda I Wayan Menyan, Ibunda Ni Nyoman Jelih, dan Nenek Metua
Tubreg yang telah membesarkan dan mendidik penulis, selalu memberikan
semangat, kasih sayang, pengorbanan serta doa yang tulus untuk kesuksesan
penulis. I Love My Family.
7. My Brothers and my sisters: I Putu Karyana, I Kadek Artana, Mbok Tut Sukri
dan Mbak Rina yang selalu memberikan semangat, kasih sayang dan doanya
untuk penulis.
8. Kepit, Dek Iting, Mank Divi dan Tata yang selalu menghadirkan keceriaan di
hati penulis.
9. Ely atas semua cinta, sayang, semangat, doa, keceriaan dan kesabarannya pada
penulis. I Love U.
10. Mbok Ade Sri sekeluarga, Mbok Kar, Bli Tut De, Bli Made Danya, Iwe Suar
dan Iwe Car atas semua nasihat dan semangat yang diberikan pada penulis.
11. Ibu Putu Aryani dan Bapak, atas semua bantuan, bimbingan dan semangat
yang diberikan pada penulis. Yandi sekeluarga atas kesetiaannya menemani
penulis selama satu bulan dalam pengambilan data penelitian.
12. Devi, Titien, Ocha, Ratna, Timur, Simon, Madya, Mega and Juleha atas
kebersamaan dan kekompakkannya selama ini. Devi and Titien terima kasih
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pinjaman bukunya. Temen-temen kelompok praktikum C atas kebersamaan
dalam suka dan duka melewati praktikum.
13. Kamizo terima kasih atas doa dan semangatnya untuk penulis. Dek Sanjaya,
Oming and Adi yang selalu menghibur lewat sms saat penulis lagi stres dan
jenuh.
14. Oe2s, Meta, Vi2, Mbak Wiwit yang selalu menghibur, memberi semangat,
membantu dan menemani penulis.
15. Santra, Sukerta, Kawi, Bli Ngurah and Dode atas kebersamaan dan
bantuannya selama ini. Vina, Suster Fidelis, Rani, Puguh, Fajar, Gayung and
Printa buat semua bantuan dan kebersamaannya selama KKN, terima kasih
buat keceriaannya.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini
bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 1 Agustus 2007
Penulis
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………... v
INTISARI ………………………………………………………………. vi
ABSTRACT ……………………………………………………………... vii
KATA PENGANTAR …………………………………………………. viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
1. Rumusan masalah ……………………………………………….. 4
2. Keaslian penelitian ………………………………………………. 5
3. Manfaat penelitian ………………………………………………. 5
B. Tujuan Penelitian …………………………………………………. 6
1. Tujuan umum …………………………………………………… 6
2. Tujuan khusus …………………………………………………... 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Fisiologi Kehamilan ……………………………………………… 7
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Bedah Sesar …………………………………………………….. 8
1. Istilah-istilah dalam bedah sesar ……………………………… 9
2. Jenis-jenis operasi bedah sesar ……………………………….. 10
3. Indikasi-indikasi bedah sesar ………………………………… 11
C. Komplikasi-komplikasi Bedah Sesar dan Terapinya ………….. 13
1. Infeksi ………………………………………………………… 13
a) Definisi ……………………………………………………... 13
b) Penyebab …………………………………………………… 14
c) Terapi ………………………………………………………. 14
d) Penggolongan antibiotika ………………………………...... 15
2. Nyeri ………………………………………………………….. 27
a) Definisi ……………………………………………………… 27
b) Penyebab …………………………………………………… 27
c) Terapi ………………………………………………………. 29
d) Penggolongan analgesik …………………………………… 29
3. Anemia ……………………………………………………….. 31
a) Definisi …………………………………………………….. 31
b) Penyebab …………………………………………………… 31
c) Terapi ………………………………………………………. 31
d) Penggolongan vitamin ……………………………………… 32
4. Komplikasi-komplikasi Lain Bedah Sesar dan Terapinya ……. 33
a) Oksitosin ……………………………………………………. 33
b) Cairan Elektrolit ………………………………………….. 35
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Penggunaan Obat yang Rasional ………………………………. 37
E. Drug Related Problems (DRPs) ……………………………….. 38
F. Keterangan Empiris ……………………………………………. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………….. 41
B. Definisi Operasional …………………………………………… 41
C. Subyek Penelitian ……………………………………………… 43
D. Bahan Penelitian dan Lokasi Penelitian ……………………….. 43
E. Jalannya Penelitian ……………………………………………... 43
1. Analisis situasi dan penentuan masalah ………………………. 43
2. Tahap penelusuran data ………………………………………. 44
3. Tahap pengambilan data ……………………………………… 44
4. Tahap analisis data ……………………………………………. 45
F. Tata Cara Analisis Data …………………………………………. 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pasien Bedah Sesar ……………………………….. 48
B. Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Bedah Sesar …………… 53
1. Kelas Terapi ……………………………………………………. 53
2. Jenis Obat ………………………………………………………. 53
a. Antiinfeksi …………………………………………………… 53
b. Obat Obstetrik dan Ginekologi ………………………………. 58
c. Analgesik …………………………………………………….. 61
d. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah …………………….. 62
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Cairan Elektrolit dan Tranfusi Darah ………………………. 65
f. Obat lain ……………………………………………………. 68
C. Drug Related Problems (DPRs) …………………………………. 69
D. Kondisi Pasien dan Lama Rawat Inap …………………………... 71
E. Rangkuman Pembahasan ………………………………………… 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 77
B. Saran ……………………………………………………………… 78
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..... 79
LAMPIRAN ………………………………………………………….... 82
BIOGRAFI …………………………………………………………….. 130
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I Usia pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS
Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………………….. 48
Tabel II Pasien dengan satu indikasi bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………. 49
Tabel III Pasien dengan lebih dari satu indikasi bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 … 49
Tabel IV Data tingkat pendidikan pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 .... 51
Tabel V Pekerjaan pasien bedah sesar yang dirawat di Bangsal Bakung
Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007…………... 52
Tabel VI Data kelas bangsal pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ………….. 52
Tabel VII Kelas terapi pada pasien bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ………….. 53
Tabel VIII Antiinfeksi yang diterima pasien bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………… 57
Tabel IX Obat Obstetrik dan Ginekologi yang diterima pasien bedah
sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode
Februari 2007 …………………………………………………… 59
Tabel X Analgesik yang diterima pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari
2007 …………………………………………………………… 62
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XI Obat yang mempengaruhi gizi dan darah yang diterima pasien
pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah
Denpasar Periode Februari 2007 ………………………………. 65
Tabel XII Cairan elektrolit yang diterima pasien bedah
sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode
Februari 2007 ………………………………………………….. 67
Tabel XIII Golongan dan jenis obat lain yang diterima pasien bedah
sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode
Februari 2007 …………………………………………………. 69
Tabel XIV Drug Related Problems (DRPs) ………………………………. 70
Tabel XV Kondisi pasien pasca bedah sesar saat pulang dari Bangsal
Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 … 71
Tabel XVI Lama rawat inap pasien bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………. 72
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Anatomi pada wanita ……………………………………… 7
Gambar 2 Anatomi organ reproduksi dalam pada wanita ……………. 7
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data rekam medis pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari
2007………………………………………………………….. 82
Lampiran 2 Penggolongan obat pasien bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari
2007 …………………………………………………………. 120
Lampiran 3 Komposisi Obat Brand Name yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007…………………………….. 130
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bedah sesar (section caesarea) akhir-akhir ini sangat marak dilakukan
oleh wanita yang akan melahirkan. Sebagian besar dari mereka beranggapan,
bahwa vagina mereka akan “molor” ketika melahirkan secara normal. Akibatnya,
berkembanglah mitos bahwa vagina yang molor akan membuat hubungan kelamin
menjadi tidak nikmat, sehingga menyebabkan suami mereka akan berpaling ke
pelukan wanita lain. Tindak lanjutnya, sebagian wanita muda atau calon ibu yang
mewarisi perspektif ini akan memilih bedah sesar untuk menyelamatkan elastisitas
alat vitalnya itu. Tindakan yang diyakini sebagai langkah “penyelamatan” ini
sebenarnya justru lebih berisiko daripada persalinan normal melalui vagina.
Risiko yang sering muncul pada kasus bedah sesar adalah risiko infeksi dan
pendarahan. Dari data statistik disebutkan insidennya mencapai 10% (Abu Bakar,
2002).
Seiring dengan perkembangan informasi di bidang kesehatan, akses untuk
mendapatkan infomasi, berita, laporan, penemuan, tinjauan ilmiah dari berbagai
topik terutama mengenai bedah sesar banyak dijumpai di internet. Akibat dari
banyaknya informasi yang ada, maka munculah konsep baru yang lahir di seputar
bedah sesar. Terbukanya sumber informasi dalam tahun-tahun terakhir ini,
menyebabkan kaum wanita di Amerika Serikat (AS) menjadi semakin sadar,
semakin paham akan bahaya dan risiko dari tindakan bedah sesar, sehingga
insidennya pun menjadi berkurang di AS (21%). Di Indonesia angka ini justru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
meluncur ke atas. Data rumah sakit swasta dari kota-kota besar di Indonesia
menunjukkan kekerapannya berkisar antara 30-80%. Hal ini disebabkan sumber
informasi di negeri kita belum terbuka lebar, jumlah penduduk kita yang mampu
mengakses informasi yang bertebaran di internet sangat kecil dan diperkuat juga
oleh minat baca bangsa kita yang sangat rendah (Abu Bakar, 2002). Akan tetapi
dilain pihak, perluasan indikasi untuk melakukan bedah sesar dan kemajuan dalam
teknik operasi dan anestesi serta obat-obat menyebabkan angka kejadian bedah
sesar dari periode ke periode meningkat (Mochtar, 1998).
Bedah sesar adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar, 1998).
Bedah sesar bertujuan untuk menjamin turunnya tingkat morbiditas dan mortalitas
sehingga sumber daya manusia dapat ditingkatkan dan untuk mengeluarkan janin
dari dalam rahim pada ibu-ibu yang meninggal. Dulu angka morbiditas dan
mortalitas untuk ibu dan janin sangat tinggi. Pada masa sekarang, oleh karena
kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah,
indikasi dan obat-obatan angka tersebut menjadi sangat menurun (Mochtar, 1998).
Di Indonesia pada saat ini belum ada angka nasional yang tepat tentang
kematian maternal dan perinatal, baik untuk suatu daerah, wilayah dan secara
nasional. Hal ini disebabkan belum adanya sistem pencatatan, pelaporan dan
pendaftaran wajib bagi kelahiran dan kematian. Secara umum, angka kematian
maternal dari rumah-rumah sakit di Indonesia berkisar antara 51,6 sampai 206,3
per 10.000 persalinan, sedangkan angka kematian perinatal berkisar antara 77,3
sampai 142,2 per 1000. Bila dibandingkan dengan negara-negara maju, angka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi. Di negara maju angka
kematian maternal berkisar antara 1,5-3,0 per kelahiran hidup, sedangkan angka
kematian perinatal berkisar antara 13,0 sampai 30,0 per 1000 kelahiran. Tingginya
angka kematian maternal dan perinatal di Indonesia ditemukan pada rumah-rumah
sakit yang menerima banyak kasus patologik dengan penderita sering kali dalam
keadaan buruk (Mochtar,1998).
Dalam suatu proses bedah sesar, kemungkinan terjadinya suatu infeksi
sangat besar, hal ini disebabkan adanya pembukaan jaringan tubuh sehingga
mempermudah mikroorganisme untuk masuk ke tubuh pasien. Infeksi adalah
proses masuknya mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, mikroplasma dan
protozoa ke dalam tubuh manusia. Untuk mencegah dan mengobati infeksi maka
pasien memerlukan terapi antiinfeksi, salah satunya adalah antibiotika.
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri (Anonim, 2006b). Prinsip
penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan utama, yaitu penyebab
infeksi dan faktor pasien (Anonim, 2000a).
Keluhan yang secara umum dirasakan oleh pasien pasca bedah salah
satunya adalah timbulnya rasa nyeri di daerah bekas sayatan operasi. Rasa nyeri
hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya
gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot.
Untuk menghilangkan rasa nyeri biasanya digunakan suatu analgesik. Analgesik
adalah obat untuk mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
kesadaran (Anief, 2003). Obat-obatan yang diberikan untuk pasien bedah sesar
kemungkinan dapat mengalami Drugs Related Problems (DRPs), dan seiring
dengan adanya peningkatan kejadian bedah sesar yang terjadi di Indonesia,
membuat peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai evaluasi
penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah
Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007. Rumah Sakit Sanglah Denpasar
merupakan rumah sakit rujukan di propinsi Bali.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. seperti apakah karakteristik pasien pasca bedah sesar yang meliputi: usia
pasien, indikasi, tingkat pendidikan pasien, jenis pekerjaan pasien, dan kelas
bangsal pasien di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar
periode Februari 2007?
2. seperti apakah pola peresepan obat yang terkait dengan golongan dan jenis
obat yang digunakan dalam pengobatan pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007?
3. apakah pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit
Sanglah Denpasar periode Februari 2007 terjadi Drugs Related Problems
(DRPs) yang terkait dengan penggunaan obat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
4. seperti apakah dampak yang terjadi pada pasien pasca bedah sesar yang
berhubungan dengan penggunaan obat, yang meliputi: sembuh, meninggal,
dan lama rawat inap di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah
Denpasar periode Februari 2007?
2. Keaslian penelitian
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya adalah mengenai
“Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari – Juni 2002” yang
dilakukan oleh Wikaningtyas (2004).
Sejauh yang penulis ketahui penelitian mengenai “Evaluasi Penggunaan
Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit
Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 belum pernah dilakukan. Penelitian ini
berbeda dari penelitian Wikaningtyas (2004) yang bersifat retrospektif.
Perbedaannya terletak pada metode pengambilan data yang bersifat prospektif,
lokasi penelitian, periode penelitian dan pada penelitian Wikaningtyas tidak
terdapat analisis drug related problems.
3. Manfaat penelitian
Manfaat teoritis penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi bagi Rumah Sakit Sanglah Denpasar, terutama di Bangsal Bakung
Timur mengenai penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar. Manfaat praktis
penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai pendukung proses terapi
pada pasien pasca bedah sesar oleh dokter maupun pelaksanaan praktek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
farmasi klinik oleh farmasis di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah
Denpasar, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan pengobatan bagi pasien
pasca bedah sesar.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan obat
pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah
Denpasar periode Februari 2007. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, antara
lain untuk mengetahui:
1. karakteristik pasien pasca bedah sesar yang meliputi: usia pasien, indikasi,
tingkat pendidikan pasien, jenis pekerjaan pasien, dan kelas bangsal pasien
di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari
2007.
2. pola peresepan obat yang terkait dengan golongan dan jenis obat yang
digunakan dalam pengobatan pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007.
3. drugs related problems (DRPs) yang terkait dengan penggunaan obat.yang
terjadi pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit
Sanglah Denpasar periode Februari 2007.
4. dampak yang terjadi pada pasien pasca bedah sesar yang berhubungan
dengan penggunaan obat, yang meliputi: sembuh, meninggal, dan lama
rawat inap di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar
periode Februari 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Fisiologi Kehamilan
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau
fetus di dalam tubuhnya (Anonim, 2007a). Kehamilan terjadi karena adanya
proses ovulasi sel telur ke dalam tuba fallopi, dimana jika sel telur tersebut
dibuahi oleh sperma, sel telur akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan
berkembang menjadi sebuah proses kehamilan. Jika pembuahan tidak terjadi di
tuba fallopi, maka dapat terjadi kehamilan entopik, dimana kehamilan tidak terjadi
di rahim, tapi terjadi di bibir rahim atau bahkan di ovarium (Anonim, 2007b).
Gambar 1. Anatomi pada wanita Gambar 2. Anatomi organ reproduksi dalam pada wanita
(Anonim, 2007b). (Anonim, 2007b)
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi
terakhir dan kelahiran yaitu 38 minggu dari pembuahan. Istilah medis untuk
wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pada minggu-minggu awal kehamilan dan kemudian menjadi janin sampai masa
kelahiran. Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida
atau gravida 1 (G1), sedangkan wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai
gravida 0 (G0) (Anonim, 2007a). Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dikenal dengan istilah
partus (P).
Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280
hari atau 40 minggu, dan tidak lebih dari 300 hari atau 43 minggu. Kehamilan 40
minggu disebut kehamilan matur atau cukup bulan, kehamilan lebih dari 43
minggu disebut kehamilan postmatur, sedangkan kehamilan antara 28-36 minggu
disebut kehamilan prematur. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi
dalam tiga bagian, yaitu kehamilan triwulan pertama yaitu antara 0 sampai 12
minggu, kehamilan triwulan kedua antara 12-28 minggu, dan kehamilan triwulan
terakhir antara 28 sampai 40 minggu (Wiknjosastro, 1991).
B. Bedah Sesar
Istilah bedah sesar (section caesarea) berasal dari perkataan latin caedere
yang artinya memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex
Regia) dan Emperor’s Law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang
menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus
dikeluarkan dari dalam rahim (Mochtar, 1998).
Tindakan bedah sesar pertama kali dilakukan untuk menolong kelahiran
Julius Caesar yaitu kaisar Roma pada tahun 700 sebelum masehi. Namun, dalam
sejarah kedokteran, bedah sesar baru disebut sebagai cara melahirkan bayi setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
tahun 1974, yaitu ketika seorang dokter di Virginia Amerika Serikat melakukan
operasi pada istrinya (Kasdu, 2003). Bedah sesar adalah suatu cara melahirkan
janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
atau vagina; atau bedah sesar adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin
dari dalam rahim (Mochtar, 1998). Persalinan bedah sesar adalah persalinan
melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat
janin >1,000 gram atau umur kehamilan >28 minggu (Manuaba, 1999).
Secara umum bedah sesar adalah sayatan melalui dinding abdomen dan
uterus untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Tujuan bedah sesar adalah untuk
menjamin turunnya tingkat morbiditas dan mortalitas sehingga sumber daya
manusia dapat ditingkatkan dan untuk mengeluarkan janin dari dalam rahim pada
ibu-ibu yang meninggal (Mochtar,1998). Keuntungan bedah sesar adalah waktu
pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan persiapan
dapat dilakukan dengan baik. Kerugiannya adalah karena persalinan belum mulai,
segmen bawah uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan
pembedahan dan akan lebih mudah terjadinya antonia arteria dengan perdarahan
karena uterus belum mulai dengan kontraksinya (Prawirohardjo, 1981).
1. Istilah-istilah dalam bedah sesar:
a. bedah sesar primer (efektif)
dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara bedah
sesar, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit
atau cervicalix (CV) <8 cm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
b. bedah sesar sekunder
dalam hal ini kita bersikap menunggu kelahiran biasa (partus percobaan),
bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru
dilakukan bedah sesar.
c. bedah sesar ulang (repeat caesarean section)
ibu pada kehamilan yang lalu mengalami bedah sesar (previous caesarea
section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan bedah sesar ulang.
d. bedah sesar histerektomi (caesarean section hysterectomy)
adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan bedah sesar,
langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
e. operasi Porro (Porro operation)
adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri dan
tentunya janin sudah mati, dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya
pada keadaan infeksi rahim yang berat (Mochtar, 1998).
2. Jenis-jenis operasi bedah sesar:
a. abdomen (Section Caesarean Abdomenalis)
1) bedah sesar transperitonealis:
a) bedah sesar klasik atau korporal
dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira sepanjang 10 cm. Kelebihan dari bedah sesar dengan cara ini, antara
lain pengeluaran janin menjadi lebih cepat, tidak mengakibatkan
komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bias diperpanjang
proksimal atau distal. Adapun kekurangannya adalah infeksi mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang
baik dan untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan.
b) bedah sesar ismika atau profunda atau low cervical
dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari bedah
sesar dengan cara ini adalah penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka
dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari peritoneal flap
baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum,
perdarahan kurang, dan jika dibandingkan dengan cara klasik
kemungkinan ruptura uteri spontan kurang/lebih kecil. Kekurangannya
ialah luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan atonia uterina putus sehingga mengakibatkan perdarahan
yang banyak dan keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi.
2) bedah sesar ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis,
dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
b. vagina atau section caesarean vaginalis (Mochtar, 1998).
3. Indikasi-indikasi bedah sesar
Indikasi bedah sesar biasanya merupakan indikasi absolut atau relatif. Setiap
keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana,
merupakan indikasi absolut untuk section abdominal. Diantaranya adalah
kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan
lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana dengan keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat bedah sesar akan lebih aman bagi ibu,
anak ataupun keduanya (Oxorn, 1990). Adapun indikasi yang sering muncul pada
bedah sesar adalah plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior); bayi letak
sungsang; ruptura uteri mengancam; panggul sempit dimana batas terendah untuk
melahirkan janin vias normalis ialah cervicalix (CV) = 8 cm (Mochtar, 1998).
Panggul dengan CV < 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin
secara normal, harus diselesaikan dengan bedah sesar. Jika CV antara 8-10 cm
boleh dicoba dengan partus percobaan, baru setelah gagal kemudian dilakukan
bedah sesar sekunder (Mochtar,1998). Persalinan yang sulit, yang meliputi proses
persalinan yang tidak maju-maju alias jalan di tempat (obstructed labor),
persalinan yang lama (prolonged labor), dan cephalopelvic disproportion (CPD)
yaitu ukuran bayi yang terlampau besar untuk melalui rongga panggul (Abu
Bakar, 2002).
Malposisi dan malpresentasi dapat menyebabkan perlunya bedah sesar
pada bayi yang dalam posisi normal dapat dilahirkan per vaginam. Bagian
terbesar dari peningkatan insidensi bedah sesar dalam kelompok ini berkaitan
dengan presentasi pantat. Disfungsi uterus mencakup kerja uterus yang tidak
terkoordinasi, dan ketidakmampuan dilatasi serviks. Persalinan menjadi lama dan
kemajuannya mungkin terhenti sama sekali. Keadaan ini sering disertai disposisi
dan malpresentasi (Oxorn, 1990). Problem serius yang terkait dengan kesehatan
ibunya juga perlu dipertimbangkan, seperti infeksi, kencing manis, sampai
tekanan darah tinggi (Abu Bakar, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
C. Komplikasi-komplikasi Bedah Sesar dan Terapinya
1. Infeksi
a. Definisi
Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme seperti bakteri, jamur,
virus, mikroplasma dan protozoa ke dalam tubuh manusia. Mikroorganisme
tersebut mempunyai kemampuan untuk menimbulkan penyakit (patogen), tetapi
tidak selalu hal ini akan menyebabkan seseorang menjadi sakit secara klinis.
Terdapat berbagai faktor yang akan menentukan apakah seseorang yang
dimasuki oleh mikroorganisme akan menjadi sakit, antara lain jumlah
mikroorganisme yang masuk, virulensi atau keganasan mikroorganisme, dan
daya tahan tubuh manusia sendiri (Anonim, 2006b).
Pada pasien bedah sesar infeksi yang sering terjadi adalah infeksi nifas.
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas.
Infeksi nifas ringan ditandai dengan kenaikan suhu beberapa hari, infeksi nifas
sedang ditandai dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi dan disertai dehidrasi,
dan infeksi berat dengan peritonitis, dan sepsis. Infeksi berat biasanya sering
dijumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartal karena ketuban yang pecah terlalu lama. Secara umum gejala infeksi,
antara lain timbulnya rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi, suhu tubuh
sekitar 38oC, dan bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan serta getah radang
tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40oC dengan kadang-kadang
disertai menggigil (Prawirohardjo, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
b. Penyebab
Pada kasus-kasus bedah, terutama bedah sesar, kemungkinan terjadinya
infeksi sangat besar yang disebabkan oleh adanya perobekan jaringan sehingga
memudahkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu,
penggunaan antiinfeksi untuk tindakan profilaksis atau terapi sangat penting
untuk mengatasi infeksi.
c. Terapi
Infeksi dapat diterapi dengan menggunakan antiinfeksi. Antiinfeksi yang
sering digunakan dalam bedah sesar adalah antibiotika. Antibiotika yang sering
digunakan dalam bedah sesar meliputi antibiotika profilaksis (preventif) dan
antibiotika kuratif. Antibiotika profilaksis (preventif) digunakan untuk
pencegahan terjadinya manisfestasi infeksi yang diduga akan terjadi, sedangkan
antibiotika kuratif adalah antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi.
Tindakan kuratif diberikan bila bakteri sudah masuk ke dalam tubuh manusia
dan menimbulkan infeksi, maka dilakukan pengobatan dengan jalan membunuh
atau mencegah perkembangbiakan bakteri, yaitu dengan menggunakan
antibiotika, misalnya penisilin (Manuaba, 1999).
Pemberian antibiotika profilaksis diberikan 30 menit sebelum prosedur
bedah. Antibiotika juga diberikan setelah kelahiran bayi. Dosis antibiotika
profilaksis diberikan melalui tiga dosis terbagi selama 24 jam untuk pencegahan
infeksi. Jika bedah sesar lebih dari 6 jam ataupun jika kehilangan darah lebih
dari 1500 mL, diberikan dosis kedua antibiotika profilaksis. Kombinasi
antibiotika yang sering digunakan adalah ampisilin 2 gram secara interavena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
(i.v.) setiap 6 jam, gentamisin 5 mg/kg BB secara i.v. setiap 24 jam,
metronidazol 500 mg secara i.v. setiap 8 jam. Jika infeksi tidak terlalu berat,
dapat diberikan amoksisilin 500 mg secara oral setiap 8 jam sebagai pengganti
ampisilin dan metronodazol secara i.v. (Anonim, 2000c). Selain menggunakan
antibiotika profilaksis, tindakan pencegahan juga dapat dilakukan dengan
menjaga sanitasi lingkungan dan meningkatkan kekebalan tubuh (Anonim,
2005), makanan yang bergizi, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut,
menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, mencegah terjadinya
pendarahan banyak, dan semua petugas kamar bersalin harus menggunakan
masker penutup hidung dan mulut (Prawirohardjo, 1991).
d. Penggolongan antibiotika
Sifat antimikroba dapat berbeda satu dengan lainnya. Berdasarkan
perbedaan sifat ini, antibimikroba dibagi menjadi dua kelompok yaitu
antimikroba berspektrum sempit (narrow spectrum), yang berguna untuk
membunuh jenis-jenis bakteri secara spesifik, dan antibmikroba berspektrum
luas (broad spectrum) yang berguna untuk membunuh semua jenis bakteri di
dalam tubuh (Joris, 2004).
Antimikroba dapat melakukan aktivitasnya lewat beberapa mekanisme,
terutama dengan penghambatan sintesa materi penting dari bakteri, misalnya
dari:
1) dinding sel, sintesanya terganggu sehingga dinding menjadi kurang
sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan osmotik dari plasma dengan
akibat pecah. Contohnya: kelompok penisilin dan sefalosporin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2) membran sel, molekul lipoprotein dari membran plasma yang terdapat di
dalam dinding sel dikacaukan sintesanya, hingga menjadi lebih permeabel.
Hasilnya, zat-zat penting dari isi sel dapat merembas keluar. Contohnya:
polipeptida dan polyen (nistatin, amfoterisin) dan imidazol (mikonazol,
ketokonazol).
3) protein sel, sintesanya terganggu, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin,
aminoglikosida, dan makrolida.
4) asam-asam inti seperti DNA dan RNA, contohnya rifamisin (RNA), asam
nalidiksat dan kinolon, dan asiklovir (DNA).
5) antagonis saingan, obat menyaingi zat-zat yang penting untuk metabolisme
kuman hingga pertukaran zatnya terhenti, antara lain sulfonamida,
trimetoprim, dan INH (Tjay, 2002).
Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimianya dapat dibagi
menjadi:
a) β-laktam
(1) penisilin (β-laktam I). Penisilin diperoleh dari jamur Penicillium
chrysogenum, dari berbagai macam jenis yang dihasilkan, perbedaannya
hanya terletak pada gugus samping R saja. Benzilpenisilin (pen-G) ternyata
paling aktif. Penisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terutama
terhadap kuman gram-positif khususnya cocci dan hanya beberapa kuman
gram-negatif. Semua penisilin dianggap aman bagi wanita hamil dan yang
menyusui, walaupun dalam jumlah kecil terdapat dalam darah janin dan air
susu ibu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Penisilin dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut aktivitas dan
resistensinya terhadap laktamase sebagai berikut:
(a) zat-zat spektrum sempit: benzilpenisilin, penisilin-V, dan fenetisilin. Zat-
zat ini terutama aktif terhadap kuman gram-positif dan diuraikan oleh
penisilinase.
(b) zat-zat tahan laktamase: metisilin, kloksasilin, flukloksasilin. Zat ini
hanya aktif terhadap Staphylococcus dan Streptococcus. Asam
klavulanat, sulbaktam, dan tazobaktam memblokir laktamase dan dengan
demikian menjamin aktivitas penisilin yang diberikan bersamaan.
(c) zat-zat spektrum luas: ampisilin dan amoksisilin, aktif terhadap kuman-
kuman gram-positif dan sejumlah kuman gram-negatif, kecuali
Pseudomonas, Klebsiella, dan B. fragilis. Tidak tahan laktamase, maka
sering digunakan terkombinasi dengan suatu laktamase blocker.
(d) zat-zat anti-Pseudomonas: tikarsilin dan piperasilin. Antibiotika
spektrum luas ini meliputi lebih banyak kuman gram-negatif, termasuk
Pseudomonas, Proteus, Klebsiella, dan Bacteroides fragilis. Tidak tahan
laktamase dan umumnya digunakan bersamaan dengan laktamase
blocker.
(2) sefalosporin (β-laktam II). Sefalosporin diperoleh secara semisintetis dari
sefalosporin-C yang dihasilkan jamur Cephalosporium acremonium.
Struktur, khasiat dan sifat sefalosporin mirip dengan penisilin. Spektrum
kerjanya luas dan meliputi banyak kuman gram-positif dan gram-negatif,
termasuk E.coli, Klebsiella, dan Proteus. Berkhasiat bakterisid dalam fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pertumbuhan kuman, berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang
diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Sefalosporin dapat
dengan mudah melintasi plasenta, tetapi kadarnya dalam darah janin lebih
rendah daripada di ibunya. Sefalotin dan sefaleksin telah digunakan selama
kehamilan tanpa adanya laporan efek buruk bagi bayi.
Klasifikasi sefalosporin berdasarkan generasinya dapat dibagi menjadi:
i. generasi pertama: sefalozin, sefalotin, sefradin, sefaleksin, dan
sefadroksil. Zat-zat ini terutama aktif terhadap cocci gram-positif,
Bacteroides, dan Pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan terhadap
laktamase.
ii. generasi kedua: sefaklor, sefamandol, sefmetazol, dan sefuroksim lebih
aktif terhadap kuman gram-negatif dan kuman-kuman yang resisten
terhadap amoksisilin. Obat-obat ini agak kuat tahan laktamase.
Khasiatnya terhadap kuman gram-positif lebih kurang sama.
iii. generasi ketiga: sefoperazon, sefotaksim, seftizoksim, seftriakson,
sefotiam, sefiksim, dan sefprozil. Aktivitasnya terhadap gram-negatif
lebih kuat dan lebih luas lagi. Resistensinya terhadap laktamase juga
lebih kuat.
iv. generasi keempat: sefepim dan sefpirom. Sangat resisten terhadap
laktamase dan sefepim juga aktif sekali terhadap Pseudomonas.
b) aminoglikosida. Antibiotika yang dihasilkan oleh fungi Streptomyces dan
Micromonospora. Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak bacilli gram-
negatif, aktif juga terhadap gonococci dan sejumlah kuman gram-positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gentamisin khasiatnya lebih ringan. Tidak efektif terhadap kuman anaerob.
Aktivitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi
dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Aminoglikosida
dapat melintasi plasenta dan merusak ginjal serta menimbulkan ketulian pada
bayi, tidak dianjurkan selama kehamilan, tapi dapat diberikan selama laktasi
karena mencapai air susu ibu dalam jumlah kecil.
Atas dasar rumus kimianya, aminoglikosida dapat dibagi menjadi:
(1) streptomisin mengandung satu molekul gula amino dalam molekulnya.
(2) kanamisin dengan turunannya amikasin dan dibekasin, gentamisin dan
turunannya netilmisin dan tobramisin, yang semuanya memiliki dua
molekul gula yang dihubungi oleh sikloheksan.
(3) neomisin, framisetin, dan paromomisin dengan tiga gula amino.
c) tetrasiklin. Senyawa tetrasiklin semula diperoleh dari Streptomyces
aureofaciens yaitu klortetrasiklin dan Streptomyces rimosus yaitu
oksitetrasiklin, tetapi sekarang telah dibuat secara sintetis seluruhnya.
Senyawa long-acting dari tetrasiklin terdiri dari doksisiklin dan minosiklin.
Khasiatnya bersifat bakteriostatis, hanya melalui injeksi intravena dapat
dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah. Mekanisme kerjanya berdasarkan
diganggunya sintesa protein kuman. Spektrum kerjanya luas dan meliputi
banyak cocci gram-positif dan gram-negatif serta kebanyakan bacilli. Semua
tetrasiklin tidak boleh diberikan setelah bulan keempat dari kehamilan dan
pada anak-anak sampai usia 8 tahun karena penghambatan pembentukan
tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lebih rapuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
d) makrolida dan linkomisin. Kelompok ini terdiri dari eritromisin dengan
derivatnya yaitu klaritromisin, roxitromisin, azitromisin dan diritromisin.
Spiromisin dianggap termasuk kelompok ini karena rumus bangunnya yang
serupa. Linkomisin dan klindamisin secara kimiawi berbeda dengan
eritromisin, tetapi mirip sekali mengenai aktivitas, mekanisme kerja, dan pola
resistensinya, bahkan terdapat resistensi silang dan antagonisme dengannya.
Eritromisin dan linkomisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri
gram-positif, dan spektrum kerjanya mirip penisilin-G. mekanisme kerjanya
melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesis
proteinnya dirintangi. Eritromisin dapat diberikan dengan aman saat
kehamilan dan laktasi, sedangkan derivatnya belum ada kepastian.
e) polipeptida. Kelompok ini terdiri dari polimiksin B dan polimiksin E
(kolistin), basitrasin dan gramisidin. Antibiotika ini dihasilkan oleh jenis
bakteri. Polimiksin hanya aktif terhadap kuman gram-negatif termasuk
Pseudomonas, sedangkan basitrasin dan gramisidin terutama kuman gram-
positif. Khasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan
kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga
permeabilitas sel meningkat dan akhirnya sel meletus. Antibiotika ini sangat
toksik bagi ginjal, polimiksin juga bagi organ pendengaran.
f) antibiotika lainnya
(1) kloramfenikol. Diperoleh dari jenis Streptomyces, kini dibuat secara
sintesis. Antibiotika ini berspektrum luas, berkhasiat terhadap hampir
semua kuman gram-positif dan sejumlah kuman gram-negatif. Tidak aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
terhadap kebanyakan suku Pseudomonas, Proteus, dan Enterobacter.
Khasiatnya bersifat bakteriostatis terhadap Enterobacter dan Staph. aerius
berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman. Kloramfenikol bekerja
bakterisid terhadap Str. pneumoniae, Neiss. Meningitides, dan H.
influenzae. Pada kehamilan dan laktasi penggunaannya tidak dianjurkan,
khususnya selama minggu-minggu terakhir kehamilan, karena dapat
menimbulkan cyanosis dan hypothermia pada neonati dan menyebabkan
grey baby syndrome, serta dapat melintasi plasenta dan mencapai air susu
ibu. Larangan tersebut juga berlaku pada tiamfenikol.
(2) vankomisin. Diperoleh dari jenis Streptomyces orientalis. Berkhasiat
bakterisid terhadap kuman gram-positif aerob dan anaerob, termasuk
Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin. Penting sekali sebagai
antibiotika terakhir pada infeksi parah oleh kuman, jika obat-obat lain
tidak ampuh lagi. Digunakan juga bila terjadi alergi terhadap
penisilin/sefalosporin. Vankomisin dapat mencapai air susu ibu.
(3) asam fusidat. Dihasilkan oleh jamur Fusidium coccineum. Spektrum
kerjanya sempit dan terbatas pada kuman gram-positif, terutama
staphylococcus, juga yang membentuk penisilinase. Khasiatnya bersifat
bakteriostatis berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman.
Penggunaan pada akhir kehamilan dapat mengakibatkan penyakit kuning
(icterus) pada bayi. Zat ini melintasi plasenta dan terdapat dalam air susu
ibu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(4) mupirosin. Dihasilkan oleh Pseudomonas fluorecens. Berdaya khusus
terhadap kuman gram-positif, tetapi tidak aktif terhadap kuman gram-
negatif. Khasiatnya bersifat bakterisid berdasarkan penghambatan RNA-
sintetase yang berakibat penghentian sintesa protein kuman.
(5) spektinomisin. Dihasilkan oleh Streptomycin spectabilis. Antibiotika
berspektrum luas ini berkhasiat bakterisid terhadap kuman gram-positif
dan gram-negatif. Khususnya digunakan sebagai obat pilihan ketiga pada
gonore akut seperti urethritis, proctitis, cervicitis. Penggunaan selama
kehamilan dan laktasi tidak ada data (Tjay, 2002).
Berdasarkan penggunaannya terapi antibiotika dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
i. terapi empirik atau pendahuluan, antibiotika yang dipakai harus mencapai
semua kuman patogen yang diperkirakan menjadi penyebab penyakit.
Biasanya dipakai kombinasi beberapa antibiotika atau satu jenis antibiotika
yang mempunyai spektrum luas (broad-spectrum).
ii. terapi definitif atau tetap, diberikan bila kuman penyebab penyakit dapat
ditentukan. Dipilih antibiotika yang berspektrum sempit (narrow-spectrum)
dan daya toksisitas rendah (Anonim, 2006b).
Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan utama,
yaitu:
i) penyebab infeksi. Pemberian antibiotika yang paling ideal adalah berdasarkan
hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam
praktek sehari-hari, tidak mungkin melakukan pemeriksaan mikro-biologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
untuk setiap pasien yang dicurigai menderita suatu infeksi. Di samping itu,
untuk infeksi berat yang memerlukan penanganan segera, pemberian
antibiotika dapat segera dimulai setelah pengambilan sampel bahan biologik
untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman. Pemberian antibiotika tanpa
pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educated guess.
ii) faktor pasien. Diantara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian
antibiotika antara lain fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan
terhadap infeksi (status imunologis), daya tahan terhadap obat, beratnya
infeksi, usia, untuk wanita apakah sedang hamil atau menyusui (Anonim,
2000a).
Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada
manusia harus mempunyai sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat
tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik
untuk hospes. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat
menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan
ada yang bersifat pembunuh mikroba yang dikenal sebagai aktivitas bakterisid
(Ganiswara, Setiabudy, dan Gan, 2001). Aktivitas bakteriostatik antibiotika
tergantung pada daya tahan tubuh seseorang atau hospesnya (Sumarsono, 2002).
Zat-zat bakterisid pada dosis biasa dapat mematikan kuman. Obat-obat ini
dapat dibagi pula dalam dua kelompok yakni zat-zat yang bekerja pada fase
tumbuh misalnya, penisilin dan sefalosporin, polipeptida (polimiksin, basitrasin),
rifamisin, asam nalidiksat, dan kinolon. Kurang efektif terhadap kuman dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
fase istirahat; zat-zat yang bekerja terhadap fase istirahat misalnya,
aminoglikosida, nitrofurantoin, INH, kotrimoksazol, dan juga polipeptida,
contohnya polimiksin dan basitrasin (Tjay, 2002)
Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal
(KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya
dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya
ditingkatkan melebihi KHM (Ganiswara, Setiabudy, dan Gan, 2001). Dosis
antimikroba selalu dipilih sedemikian tinggi hingga kadar obat di tempat infeksi
melampaui MIC (minimum inhibitory concentration). Guna mencapai kadar
puncak dalam darah dan jaringan sering kali perlu dimulai dengan dosis berganda
(loading dose) misalnya dengan sulfonamida, doksisiklin, dan kloroquin; atau
juga dimulai dengan injeksi pada infeksi parah dan selanjutnya diteruskan secara
oral, misalnya penisilin-G, tetrasiklin atau kinin (Tjay, 2002).
Penggunaan antibiotika yang sembarangan atau tidak tepat penakarannya
dapat menggagalkan terapi. Di samping itu juga dapat menimbulkan bahaya,
seperti sensitasi, resistensi, dan suprainfeksi. Setelah digunakan secara topikal,
banyak obat dapat menimbulkan kepekaan berlebihan atau sensitasi, pemakai
menjadi hipersensitif. Bila kemudian obat yang sama digunakan secara sistemis,
misalnya melalui oral atau parenteral, maka ada kemungkinan terjadinya suatu
reaksi alergi. Gejalanya berupa gatal-gatal, kemerah-merahan dan bentol-bentol,
tetapi kadang-kadang juga lebih hebat, seperti demam, kelainan darah, bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
syok anafilaksis fatal. Oleh karena itu, untuk menghindari sensitasi sebaiknya
jangan menggunakan obat-obat demikian dalam sediaan topikal, seperti salep,
krem, lotion dan sebagainya (Tjay, 2002).
Antibiotika yang terkenal dapat menimbulkan sensitasi antara lain
penisilin, kloramfenikol, dan sulfonamida. Sebaliknya fremisetin, fusidat, dan
juga tetrasiklin jarang sekali mensensitasikan, oleh kerena itu, banyak digunakan
topikal. Neomisin dan basitrasin semakin banyak dilaporkan menimbulkan alergi
kontak. Jika antibiotika digunakan dengan dosis terlalu rendah atau masa terapi
kurang lama, maka hal ini dapat mempercepat terbentuknya suku-suku yang
resisten, atau mengalami resistensi (Tjay, 2002).
Resistensi adalah suatu sifat terganggunya kehidupan sel mikroba oleh
antimikroba. Bakteri bisa resisten karena obat tidak mencapai target tempat obat
harus bekerja, contoh membran atau dinding sel bakteri yang sulit ditembus obat
(impermeabel); obat dibuat menjadi tidak aktif, contohnya karena bakteri bisa
menghasilkan enzim yang menyebabkan obat menjadi tidak aktif; dan
target/tempat obat harus bekerja berubah, contoh saluran pada dinding sel bakteri
sebagai tempat masuknya obat tidak ada, dan transport sistem yang kurang
(Anonim, 2006b). Oleh karena itu, selalu perlu menggunakan dosis cukup tinggi
untuk waktu yang cukup lama. Cara lain untuk mencegah resistensi adalah
menggunakan kombinasi dari dua atau tiga obat (Anonim, 2006).
Supra-infeksi adalah infeksi sekunder dengan parasit berlainan yang
timbul di atas infeksi primer. Infeksi terutama terjadi pada penggunaan antibiotika
broad-spectrum yang sering kali mengganggu keseimbangan antar-bakteri di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dalam usus, saluran nafas, dan kemih. Suku mikroorganisme yang lebih kuat dan
resisten hilang saingannya, menjadi dominan dan menimbulkan infeksi baru.
Contoh supra-infeksi antara lain disebabkan oleh suku Staphylococcus resisten,
Proteus, Pseudomonas, dan Candida serta fungi lain. Obat-obat yang dapat
menimbulkan supra-infeksi adalah ampisilin, kloramfenikol, dan tetrasiklin (Tjay,
2002). Pada umumnya, penggunaan kombinasi dari dua/lebih antibiotika (multiple
drug therapy/MDT) tidak dianjurkan, apa lagi kombinasi dengan dosis tetap (fixed
dose).
Terapi terarah mungkin lebih disukai, tetapi beberapa kombinasi dapatlah
bermanfaat yaitu:
(i) pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan
antifungi, atau dua antibiotika dengan spektrum sempit, contohnya
antibiotika untuk gram-positif ditambah antibiotika untuk gram-negatif,
yang bertujuan untuk memperluas aktivitas terapi, misalnya basitrasin
ditambah polimiksin dalam sediaan topikal.
(ii) untuk memperoleh potensiasi, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim
(kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi dengan
Pseudomonas.
(iii) untuk mengatasi resistensi, misalnya amoksisilin ditambah asam klavulanat
yang menginaktivasi enzim penisilinase.
(iv) untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti
tuberkulosa diberikan rifampisin ditambah INH dan pirazinamida, dan kusta
diberikan dapson ditambah klofazimin dan/atau rifampisin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(v) untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis
masing-masing komponen dapat dikurangi (Tjay, 2002).
2. Nyeri
a. Definisi
Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Nyeri
sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi, serta sering untuk
mempermudah diagnosis. Akan tetapi, dengan adanya nyeri, pasien merasakan
hal yang tidak mengenakan, kebanyakan menyiksa dan kerena itu berusaha
untuk bebas darinya (Mutschler, 1991). Nyeri merupakan salah satu keluhan
yang sering dirasakan oleh pasien pasca bedah sesar, nyeri yang timbul terutama
pada daerah bekas sayatan operasi (Mutschler, 1991). Rasa nyeri hanya
merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguan-
gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot (Anief,
2003).
b. Penyebab
Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik
melampaui suatu nilai ambang tertentu, yaitu nilai ambang nyeri, yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan senyawa yang disebut
mediator nyeri (Mutschler, 1991). Mediator nyeri meliputi histamin, serotonin,
plasmokinin contohnya bradikinin, prostaglandin, dan ion kalium. Zat ini
merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung saraf bebas di kulit, selaput
lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
sensoris ke susunan saraf pusat, melalui sumsum tulang belakang ke talamus
(optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, di mana rangsangan terasa
sebagai nyeri (Anief, 2003).
Kualitas nyeri menurut tempat terjadinya dibagi atas:
1) nyeri somatik
a) nyeri permukaan, apabila rangsang bertempat dalam kulit. Nyeri
permukaan yang terbentuk kira-kira setelah tertusuk dengan jarum pada
kulit, mempunyai karakter yang ringan, dapat dilokalisasi dengan baik dan
hilang cepat setelah berakhirnya rangsang.
b) nyeri dalam, apabila rangsang berasal dari otot, persendian, tulang, dan
jaringan ikat. Nyeri dalam dirasakan sebagai tekanan, sukar dilokalisasi
dan kebanyakan menyebar kesekitarnya, dan biasanya sering diikuti oleh
reaksi vegetatif seperti tidak bergairah, mual, berkeringat dan menurunnya
tekanan darah, contohnya yaitu nyeri sakit kepala.
2) nyeri dalaman (viseral), sifatnya menekan dan disertai reaksi vegetatif.
Nyeri ini terjadi antara lain pada tegangan organ perut, kejang otot polos,
aliran darah kurang dan penyakit yang disertai radang (Mutschler, 1991).
Reseptor nyeri (nosiseptor), secara fungsional dibedakan menjadi dua
jenis reseptor, yang dapat menyusun dua sistem serabut berbeda, yaitu:
a) mekanoreseptor, yang meneruskan nyeri permukaan melalui serabut A-delta
bermielin.
b) termoreseptor, yang meneruskan nyeri kedua melalui serabut-serabut C yang
tak bermielin (Mutschler, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
c. Terapi
Untuk menghilangkan rasa nyeri pasca bedah sesar, pasien umumnya
diberikan suatu analgesik. Analgesik umumnya mempengaruhi nyeri melalui
kemungkinan-kemungkinan berikut:
1) mencegah sensibilisasi reseptor nyeri dengan cara penghambatan sintesis
prostaglandin dengan analgetika yang bekerja perifer.
2) mencegah pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri dengan memakai
anestetika infiltrasi.
3) menghambat penerusan rangsang dalam serabut saraf sensorik dengan
anestetika konduksi.
4) meringankan nyeri atau meniadakan nyeri melalui kerja dalam sistem saraf
pusat dengan anagetika yang bekerja pada pusat atau obat narkosis.
5) mempengaruhi pengalaman nyeri dengan psikofarmaka, seperti
trankuilansia, neuroleptika, antidepresiva (Mutschler, 1991).
d. Penggolongan analgesik
Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek samping analgesik
dibedakan dalam dua kelompok, yaitu:
1) analgesik yang berkhasiat kuat, bekerja pada pusat (hipoanalgesik atau
kelompok opiat). Kerjanya pada pusat hipoanalgesik, antara lain:
menurunkan rasa nyeri dengan cara stimulasi reseptor opiat sebagai kerja
analgesik; sebaliknya tidak mempengaruhi kualitas indra lain pada dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
terapi; mengurangi aktivitas kejiwaan sebagai kerja sedasi; meniadakan
rasa takut dan rasa bermasalah sebagai kerja trankuilasia; menghambat
pusat pernafasan dan pusat batuk sebagai kerja depresi pernafasan dan
kerja antitusif; seringkali mula-mula menyebabkan mual dan muntah
akibat stimulasi pusat muntah sebagai kerja emetika, selanjutnya
menyebabkan inhibisi pusat muntah sebagai kerja antiemetika;
menimbulkan miosis sebagai kerja miotika; dan meningkatkan
pembebasan anti diuretik hormon (ADH) sebagai kerja antidiuretika
Kerjanya pada perifer, antara lain: memperlambat pengosongan
lambung dengan mengkontriksi pilorus; mengurangi motilitas dan
meningkatkan tonus saluran cerna atau obstipasi spastik; mengkontraksi
sfinkter dalam saluran empedu; meningkatkan tonus otot kandung kemih
dan juga otot sfinkter kandung kemih; mengurangi tonus pembuluh darah
dengan bahaya reaksi ortostatik; dan menimbulkan pemerahan kulit,
urtikaria, rangsang gatal, serta pada penderita asma suatu bronkospasmus,
akibat pembebasan histamin.
2) analgesik yang berkhasiat lemah sampai sedang, bekerja terutama pada
perifer dengan sifat antipiretik dan kebanyakan juga mempunyai sifat
antiinflamasi dan antireumatik. Analgesik lemah tidak mempunyai sifat-
sifat psikotropik dan sedasi dari hipoanalgesiknya, akan tetapi mempunyai
indikasi pada nyeri ringan sampai sedang (Mutschler, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3. Anemia
a. Definisi
Anemia merupakan kelainan sel darah merah yang paling umum dan
merupakan masalah yang sering dijumpai pada pelayanan klinis. Anemia
didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin <12 gram/dl atau nilai hematokrit
<36 % pada wanita dan konsentrasi hemoglobin <14 gram/dl atau nilai
hematokrit <42 % pada pria. Gejala dan tanda non-spesifik yang berkaitan
mencakup rasa lemah, letih, pucat, dispnea, palpitasi dan terkadang angina
pektoris atau gagal jantung kongestif (Skoch, Daley, dan Forsmark, 1996).
b. Penyebab
Kemungkinan terjadinya anemia pada kasus bedah sesar disebabkan oleh
adanya pendarahan antepartum maupun postpartum yang tidak segera diatasi.
Jumlah perdarahan sebanyak 25-30% dari volume darah dalam waktu singkat
dapat menimbulkan keadaan syok dan dapat menyebabkan kematian. Keadaan-
keadaan yang mungkin timbul adalah tekanan darah akan menurun, nadi
meningkat, pernapasan cepat dan dangkal, tekanan darah sentral menurun, dan
produksi urin semakin menurun (Manuaba,1999). Selain disebabkan oleh
pendarahan, anemia pada pasien bedah sesar dapat juga disebabkan adanya
kekurangan gizi selama ibu mengandung.
c. Terapi
Transfusi darah tidak dapat dipisahkan dari bagian obstetrik dan
ginekologi, karena komplikasi pendarahan dapat menjadi penyebab kematian
utama. Untuk menolong jiwa penderita dapat diberikan cairan pengganti berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tranfusi darah untuk mengembalikan volume darah (Manuaba, 1999). Selain
dengan tranfusi darah, anemia karena adanya kekurangan gizi pada ibu hamil
dapat diatasi dengan pemberian vitamin dan beberapa mineral yang penting
untuk metabolisme. Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan
tubuh dalam jumlah kecil untuk mempertahankan kesehatan dan seringkali
bekerja sebagai kofaktor untuk enzim metabolisme (Ganiswara, Rosmiati, dan
Wardhini, 2001). Vitamin adalah zat organik yang dalam jumlah kecil sekali
essensial guna memelihara fungsi pertukaran zat yang normal dalam tubuh
(Anief, 2003). Mineral merupakan senyawa anorganik yang merupakan bagian
penting dari enzim, mengatur berbagai fungsi fisiologis, dan dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan termasuk tulang (Ganiswara, Rosmiati,
dan Wardhini, 2001).
Sumber vitamin dan mineral yang paling baik ialah makanan, sehingga
orang sehat yang makanannya bermutu baik, sudah mendapat jumlah vitamin
dan mineral yang cukup. Akan tetapi individu dengan diet rendah kalori, yaitu
kurang dari 1200 kalori/hari seringkali asupan vitaminnya kurang dan
memerlukan tambahan. Selain terdapat dalam makanan, vitamin juga dapat
diberikan dalam bentuk murni sebagai sediaan tunggal atau kombinasi. Sediaan
untuk tujuan profilaksis harus dibedakan dari sediaan untuk tujuan pengobatan
defisiensi (Ganiswara, Rosmiati, dan Wardhini, 2001).
d. Penggolongan vitamin
Vitamin larut air disimpan dalam tubuh hanya dalam jumlah terbatas dan
sisanya dibuang, sehingga untuk mempertahankan saturasi jaringan maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
vitamin larut air perlu sering dikonsumsi. Meskipun demikian, pemberian
vitamin larut air dalam jumlah berlebihan selain merupakan pemborosan, juga
mungkin menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebaliknya vitamin larut
lemak dapat disimpan dalam jumlah banyak, sehingga kemungkinan terjadinya
toksisitas jauh lebih besar daripada vitamin larut air (Ganiswara, Rosmiati, dan
Wardhini, 2001).
Penggolongan vitamin berdasarkan kelarutannya, yaitu:
1) vitamin yang larut dalam air: tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2),
piridoksin (vitamin B6), nikotinamida, asam folat, asam pantotenat, asam
para-aminobenzoat, biotin (vitamin H), rutin, sianokobalamin (vitamin
BB12), asam askorbat (vitamin C).
2) vitamin yang larut dalam lemak: vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan
vitamin K (Anief, 2003).
Sediaan vitamin untuk pengobatan hanya diperlukan untuk terapi
penyakit defisiensi vitamin dan terapi suportif pada keadaan patologik di mana
kebutuhan makanan sangat meningkat misalnya pada alkoholisme dan kaheksia
pasca bedah (Ganiswara, Rosmiati, dan Wardhini, 2001)
4. Komplikasi-komplikasi Lain Bedah Sesar dan Terapinya
a. Oksitosin
Oksitosik adalah obat yang merangsang kontraksi uterus (Ganiswara,
Syarif, dan Muchtar, 2001). Oksitosik adalah obat yang digunakan untuk
merangsang otot polos uterus dan kelenjar susu (mamae). Khasiatnya adalah
kontraksi uterus dan stimulasi mulainya laktasi. Penggunaan oksitoksik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
obstetrika atau ilmu kebidanan antara lain menstimulir mulai his, bila ada
kelemahan his; dan setelah bersalin untuk mencegah perdarahan yang banyak
(Anief, 2003).
Banyak obat memperlihatkan efek oksitosik, tetapi hanya beberapa saja
yang kerjanya cukup selektif dan dapat berguna dalam praktek kebidanan. Obat
yang bermanfaat itu adalah oksitosin dan derivatnya, alkaloid ergot dan
derivatnya, dan beberapa prostaglandin semisintetik. Obat-obat tersebut
memperlihatkan respon bertingkat (graded response) pada kehamilan, mulai
dari kontraksi uterus spontan, ritmis sampai kontraksi tetani (Ganiswara, Syarif,
dan Mucthar, 2001).
Kepekaan pasien terhadap oksitosin sangat berbeda dan bergantung pada
banyak faktor, akan tetapi terutama bergantung pada perbandingan kadar
estrogen dan gestagen. Estrogen meningkatkan keterangsangan dan aktivitas
spontan uterus. Gestogen menyebabkan uterus lebih tidak peka terhadap
oksitosin. Khasiat oksitosin rendah pada awal kehamilan karena nisbah
estrogen-gestagen rendah. Menjelang akhir kehamilan estrogen diproduksi
dalam jumlah yang lebih besar oleh plasenta, yang mensensibilisasi otot uterus
terhadap oksitosin. Di samping itu ketegangan dinding uterus akibat
pertumbuhan fetus yang cepat secara refleks menyebabkan meningkatnya
pembebasan oksitosin (Mutschler, 1991).
Oksitosin tidak hanya menyebabkan kontaksi otot uterus, melainkan juga
otot polos kelenjar buah dada. Dengan demikian air susu ditekan dari ujung
saluran menuju ke saluran pengeluaran. Pembebasan oksitosin dari hipofisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
terjadi secara refleks ketika bayi menyusu, karena itu oksitosin juga
diindikasikan untuk meningkatkan pengosongan air susu, misalnya pada
penyumbatan air susu atau pada mastitis puerperalis (Mutschler, 1991).
Secara menyeluruh indikasi oksitosin, antara lain:
1) membantu memulai proses melahirkan pada pecah ketuban sebelum
waktunya, keluar plasenta sebelum waktunya, preeklamsia, eklamsia serta
pada transfusi.
2) selama proses melahirkan pada kelemahan kontraksi.
3) untuk kontaksi uterus setelah operasi sesar.
4) dalam periode setelah melahirkan untuk mengeluarkan plasenta, untuk
mengurangi hilangnya darah dan untuk profilaksis dan juga mengatasi toni
uterus (Mutschler, 1991).
Selain indikasi oksitosin, terdapat pula beberapa indikasi utama dari
alkaloid ergot terutama pada periode setelah melahirkan, seperti pada keluarnya
plasenta yang diperlambat; pendarahan setelah plasenta keluar; pembendungan
pengeluaran darah pada waktu haid; dan kurangnya pembentukan kembali
uterus pada nifas (Mutschler, 1991).
b. Cairan Elektrolit
Dalam keadaan normal, tubuh akan selalu kehilangan air berikut
elektrolit melalui urin, feses dan perspiratio insensibilis atau paru-paru serta
kulit, dan digantikan dengan air yang didapat tubuh melalui makanan, minuman
dan hasil oksidasi proses metabolisme (Manuaba, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Menurut Manuaba (1999), cairan tubuh manusia terbagi dalam:
1) cairan ektraseluler (CES), 20%, dengan perincian cairan plasma 5% BB dan
cairan interstitial 15% BB.
2) cairan intraseluler (CIS), 40%.
3) cairan transeluler (CTS), 1-3% BB.
Banyaknya cairan tubuh pada pria dewasa yaitu 60-65% BB, pada wanita
dewasa 55-60% BB dan pada anak-anak 65-80% BB.
Pendarahan yang cukup banyak akan menimbulkan perubahan cairan
tubuh dan metabolismenya, sehingga dapat mengganggu sistem tubuh secara
keseluruhan. Dalam bidang Obstetri dan Ginekologi, kehilangan cairan tubuh
disebabkan oleh:
a) dehidrasi, karena intake yang kurang pada saat persalinan yang berlangsung
lama atau pada persalinan terlantar dan hiperemesis gravidarum karena
kurang minum dan makan. Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh,
diperlukan intake cairan sebanyak 2.000 cc per hari, sehingga fungsi organ
dapat berlangsung dengan baik. Cairan yang diberikan adalah kombinasi
Ringer laktat, Ringer dextrosa, dextrosa atau chloret.
b) pendarahan karena abortus atau keguguran, mola hidatidosa, kehamilan
ektopik terganggu, perdarahan antepartum, trauma persalinan, perdarahan
postpartum, dan tindakan bedah. Pendarahan menyebabkan hilangnya
sejumlah darah yang berfungsi dalam pembuluh darah, menyebabkan
penurunan tekanan darah vena sentral dan perifer, dan meningkatnya nadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sebagai kompensasi. Dalam keadaan yang lebih serius, produksi urin
semakin berkurang. Bila keadaan ini tidak segera diatasi, maka akan
menarik cairan interstitial (Manuaba, 1999).
Larutan elektrolit diberikan intravena untuk memenuhi kebutuhan normal
akan cairan dan elektrolit atau untuk menggantikan kekurangan yang cukup besar
atau kehilangan yang berkelanjutan, untuk penderita yang mual dan muntah dan
tidak dapat memenuhi kebutuhannya melalui mulut (Anonim, 2000a).
D. Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional, mensyaratkan bahwa pasien menerima
obat-obatan yang sesuai pada kebutuhan klinik mereka, dalam dosis yang
memenuhi kebutuhan individu mereka sendiri, untuk suatu periode waktu yang
memadai, dan pada harga terendah untuk mereka dan masyarakat (Siregar, 2006).
Istilah penggunaan obat yang rasional dalam konteks biomedis mencakup
kriteria berikut:
1. obat yang benar.
2. indikasi yang tepat, yaitu alasan menulis resep didasarkan pada pertimbangan
medis yang baik.
3. obat yang tepat, mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kecocokan bagi
pasien, dan harga.
4. dosis pemberian dan durasi pengobatan yang tepat.
5. pasien yang tepat, yaitu tidak ada kontraindikasi dan kemungkinan reaksi
merugikan adalah minimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
6. dispensing yang benar, termasuk informasi yang tepat bagi pasien tentang obat
yang ditulis.
7. kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Siregar, 2006).
E. Drug Related Problems (DRPs)
Permasalahan dalam farmasi klinis terutama muncul karena pemakaian
obat. Drug realated problem (DRPs) atau sering diistilahkan dengan Drug therapy
problem (DTP) adalah kejadian atau efek yang tidak diharapkan yang dialami
pasien dalam proses terapi dengan obat dan secara aktual atau potensial
bersamaan dengan outcome yang diharapkan pada saat mendapat perawatan akibat
dari suatu penyakit (Cipolle, 2004).
Masalah-masalah yang terkait dengan DRPs antara lain:
1. butuh terapi obat tambahan (need for additional drug therapy), yang meliputi
kondisi medis yang membutuhkan terapi obat baru, keadaan kronis yang
membutuhkan kelanjutan terapi, kondisi yang membutuhkan kombinasi obat
untuk mendapatkan efek sinergis atau potensiasi, kondisi dengan resiko dan
butuh obat untuk mencegahnya.
2. salah obat (wrong drug), yang meliputi kondisi yang menyebabkan obat tidak
efektif, alergi obat tertentu, obat yang bukan paling efektif untuk indikasi,
faktor risiko yang kontraindikasi dengan obat, efektif tetapi bukan yang paling
murah, efektif tetapi bukan yang paling aman, antibiotika resisten terhadap
infeksi pasien, kombinasi yang tidak perlu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3. dosis terlalu rendah (dosage too low), meliputi terlalu rendah untuk
memberikan respon, konsentrasi obat di bawah therapeutic range yang
menyangkut obat, dosis, rute, atau konversi formulasi obat tidak cukup,
pemberian terlalu awal.
4. dosis terlalu tinggi (dosage too high), meliputi dosis terlalu tinggi, kadar
serum terlalu tinggi, dosis terlalu cepat dinaikkan, akumulasi obat karena
penyakit kronis, obat, dosis, rute, konversi formula tidak sesuai bagi pasien.
5. adverse drug reaction (ADR), yang meliputi diberikan dengan kecepatan yang
terlalu tinggi, alergi, faktor risiko, interaksi obat-obat atau makanan, hasil
laboratorium berubah akibat obat.
6. obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), yang meliputi tidak ada
indikasi pada saat itu, menelan obat dengan jumlah yang toksik, kondisi akibat
penyalahgunaan obat, lebih baik disembuhkan dengan terapi non drug,
pemakaian dosis ganda yang seharusnya cukup dengan terapi dosis tunggal,
minum obat untuk mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat
dihindarkan.
7. ketidaktaan pasien dalam menggunakan obat (uncomplience), meliputi tidak
menerima obat sesuai regimen karena medication error, tidak taat intruksi,
harga obat mahal dan tidak memahami aturan penggunaan obat.
Sebagai Farmasis diharapkan dapat mengidentifikasi DRPs, kemudian
membuat solusi terhadap DRPs tersebut, sehingga tercapai obat yang diharapkan
yaitu: tepat indikasi, efektif, aman, dan ditaati pasien (Cipolle, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
F. Keterangan Empiris
Penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca Bedah
Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar Periode Februari
2007 dapat meningkatkan kerasionalan penggunaan obat yang digunakan untuk
terapi pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah
Denpasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca Bedah
Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar Periode Februari
2007 merupakan penelitian non eksperimental karena tidak ada perlakuan pada
subyek uji. Rancangan penelitiannya ialah deskritif evaluatif, karena data yang
telah diperoleh dari lembar rekam medik kemudian dievaluasi, dan dideskripsikan
dengan memaparkan fenomena apa yang terjadi, yang ditampilkan dalam bentuk
persentase, distribusi, frekuensi dan gambar. Pengambilan datanya dilakukan
secara prospektif, artinya data yang diambil adalah data mulai dari pasien masuk
sampai pulang (Sastroasmoro dan Ismael, 1995).
B. Definisi Operasional
1. Obat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua obat yang diberikan
untuk terapi pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah
Denpasar periode Februari 2007.
2. Antibiotika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah antibiotika yang
digunakan untuk pasien bedah sesar, yang meliputi antibiotika profilaksis
dan antibiotika empirik.
3. Antibiotika profilaksis adalah antibiotika yang digunakan sebelum ada tanda
dan gejala infeksi, untuk mencegah manisfestasi klinik infeksi tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
4. Antibiotika empirik adalah antibiotika yang digunakan sebelum diketahui
jenis bakteri yang menginfeksi pasien.
5. Evaluasi penggunaan obat adalah melihat serta mengevaluasi obat-obatan
yang diberikan pada pasien bedah sesar yang meliputi: golongan dan jenis
obat, dosis obat, serta drug related problems yang terjadi.
6. Golongan obat yang diterima pasien bedah sesar contohnya: antimikroba,
oksitosik, alkaloid ergot, analgesik non opioid antiinflamasi non steroid,
obat yang mempengaruhi darah, obat yang mempengaruhi gizi,
kortikosteroid, dan analog prostaglandin.
7. Jenis obat yang diterima pasien bedah sesar contohnya: amoksisilin,
ampisilin, sulbenisilin, sefotaksim, oksitosin, metilergometrin, asam
mefenamat, fero sulfat, vitamin C, vitamin B1, vitamin B12, deksametason,
dan misoprostol.
8. Dosis obat yang dimaksud adalah dosis yang diberikan pada pasien bedah
sesar untuk satu kali pemberian.
9. Drug Related Problems (DPRs) yang dimaksudkan adalah permasalahan
yang muncul berhubungan dengan penggunaan obat, yang meliputi: butuh
terapi obat tambahan, salah obat, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi,
efek samping obat, obat tanpa indikasi dan ketidaktaatan pasien.
10. Waktu pengamatan adalah waktu mulai dari pasien bedah sesar masuk
sampai keluar dari Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar
pada periode Februari 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
11. Sembuh yang dimaksud dalam penelitian ini yang berhubungan dengan
penggunaan obat adalah kondisi klinis pasien membaik setelah pemberian
obat dan tidak terdapat keluhan terhadap obat yang diberikan.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian berjumlah 27 pasien, yang meliputi seluruh pasien pasca
bedah sesar yang dirawat di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah
Denpasar Periode Februari 2007, mulai pasien masuk sampai pulang. Data dari
pasien yang pindah ke ruang perawatan lain, tidak diambil sebagai data untuk
penelitian ini.
D. Bahan Penelitian dan Lokasi Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah berupa lembar rekam medik
pasien pasca bedah sesar sepanjang bulan Februari 2007 yang berisi data klinis
dan peresepan obat untuk pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah
Sakit Sanglah Denpasar. Lokasi penelitian ini yaitu di Bangsal Bakung Timur
Rumah Sakit Sanglah Denpasar, yang terletak di Jalan Diponogoro Denpasar,
Bali.
E. Jalannya Penelitian
1. Analisis situasi dan penentuan masalah
Dimulai dengan melihat pola pasien bedah sesar yang ada di Bangsal
Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah sepanjang bulan Februari 2007, yang
diperoleh langsung dari lembar rekam medik dokter setelah pemeriksaan rutin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
pada pasien. Laporan tersaji dalam bentuk catatan terdistribusi pola pasien bedah
sesar tiap hari sepanjang bulan Februari, sehingga dapat diketahui angka kejadian
pasien bedah sesar periode Februari 2007.
Penelitian mengenai pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur
Rumah Sakit Sanglah Denpasar belum pernah dilakukan sebelumnya, maka
masalah tentang penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007 ini dipilih
oleh peneliti untuk dijadikan bahan penelitian.
2. Tahap penelusuran data
Tahap penelusuran data dilakukan dengan melihat lembar rekam medik
yang berupa catatan yang terkait dengan pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007.
Berdasarkan catatan tersebut dapat dicatat nomor rekam medik, nama, usia pasien,
indikasi, diagnosa masuk dan diagnosa keluar, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
kelas bangsal, obat-obat yang diterima pasien, serta lama rawat inap yang dijalani
pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar.
3. Tahap pengambilan data
Pengambilan data dilakukan di bagian penyimpanan sementara lembar
rekam medik pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah
Denpasar. Pengambilan data dilakukan secara prospektif, karena data yang
diambil adalah data pasien bedah sesar mulai dari pasien masuk sampai pulang,
selama satu bulan kedepan, yaitu sepanjang bulan Februari 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Dalam proses ini data diperoleh dengan mengambil data dari lembar
rekam medik yang didasarkan pada nomor rekam medik pasien bedah sesar di
Bangsal Bakung Timur. Data yang diambil meliputi nomor rekam medik; usia
pasien; indikasi; diagnosis masuk dan diagnosis keluar; tingkat pendidikan; jenis
pekerjaan; kelas bangsal; obat-obat yang diberikan meliputi golongan, jenis, dosis,
jumlah yang diberikan, dan cara pemberiannya; serta lama rawat inap yang
dijalani pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007.
4. Tahap analisis data
Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan usia pasien, indikasi
pasien, tingkat pendidikan pasien, jenis pekerjaan pasien, kelas bangsal,
presentase golongan dan jenis obat yang diterima pasien, lama rawat inap, serta
kondisi pasien saat pulang dari Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007.
Semua ini disampaikan dalam bentuk tabel, kemudian data tersebut akan diberi
keterangan berupa narasi dan penjelasannya. Tahap terakhir yang dilakukan
adalah membahas dan mengevaluasi mengenai penggunaan obat berdasarkan
DRPs khususnya pada pasien kasus pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur
sepanjang bulan Februari 2007.
F. Tata Cara Analisis Hasil
Analisis hasil dalam penelitian ini dikelompokkan menurut usia pasien,
indikasi pasien, tingkat pendidikan pasien, jenis pekerjaan pasien, kelas bangsal,
presentase golongan dan jenis obat yang diterima pasien, lama rawat inap, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
kondisi pasien saat pulang dari Bangsal Bakung Timur RS Sanglah periode
Februari 2007. Data dibahas secara evaluatif dengan bantuan visualisasi tabel,
yang meliputi:
1. distribusi usia pasien pada pasien pasca bedah sesar dikelompokkan menjadi 6
kelompok usia, yaitu ≤ 19 tahun, 20-24 tahun, 25-29 tahun, 30-34 tahun, 35-
39 tahun, dan ≥ 40 tahun.
2. presentase usia pasien, indikasi, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan pasien,
kelas bangsal, lama rawat inap dan kondisi pasien saat pulang dihitung dengan
cara menghitung jumlah tiap kasus kemudian dibagi dengan jumlah kasus
keseluruhan dikalikan 100%.
3. presentase golongan dan jenis obat yang digunakan dihitung dengan cara
menjumlahkan berapa kali golongan dan jenis obat yang digunakan pada
setiap kasus, kemudian dibagi jumlah kasus bedah sesar dikalikan 100%.
4. evaluasi penggunaan obat pada pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur
RS Sanglah periode Februari 2007, dengan cara mengidentifikasi DRPs yang
terjadi terkait dengan penggunaan obat, antara lain:
a. butuh obat, yaitu ada indikasi penyakit tapi tidak diberi obat.
b. tidak perlu obat, yaitu terjadinya pemborosan biaya akibat penggunaan
obat yang berlebihan pada kasus-kasus yang sebenarnya tidak memerlukan
obat.
c. obat yang diberikan salah/tidak sesuai, yaitu pemberian obat yang tidak
sesuai dapat menyebabkan tidak tercapainya manfaat klinik yang optimal
dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
d. pasien mendapat dosis obat yang kurang.
e. munculnya efek samping akibat penggunaan obat.
f. adanya interaksi antara obat dengan obat lain akibat penggunaan secara
bersamaan
g. pasien mendapat dosis yang berlebih
Identifikasi DRPs dilakukan dengan menggunakan metode SOAP (subyek,
obyek, assessement, plan) termodifikasi, dimana bagian plan diganti dengan
rekomendasi. Standar terapi yang digunakan adalah WHO tahun 2000, dan
untuk melihat dosis obat serta bentuk sediaan obat digunakan Informatorium
Obat Nasional Indonesia (IONI) tahun 2000, MIMS tahun 2006, Informasi
Spesialite Obat (ISO) Indonesia tahun 2002, AHFS Drug Handbook tahun
2003, serta Physicians Drug Handbook tahun 2003.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pasien Bedah Sesar
Karakteristik pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit
Sanglah Denpasar periode Februari 2007, berdasarkan data yang diperoleh,
terdapat 27 kasus. Data yang diperoleh diambil mulai dari pasien datang sampai
pasien pulang. Pengelompokan pasien bedah sesar berdasarkan usianya dapat
dilihat pada tabel I.
Tabel I. Usia Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No Usia pasien Jumlah pasien (n=27) Presentase jumlah (%)
1. ≤19 1 3,7 2. 20-24 2 7,4 3. 25-29 9 33,3 4. 30-34 12 44,5 5. 35-39 2 7,4 6. ≥40 1 3,7 Jumlah 27 100
Dari hasil penelitian, pasien dengan usia termuda atau dibawah 19 tahun
sebanyak 1 pasien, yaitu usia 18 tahun, sedangkan usia pasien tertua adalah usia
41 tahun. Pada pasien dengan usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35 tahun,
sama-sama mempunyai risiko yang lebih besar dalam kehamilan dan dalam proses
persalinan, karena dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin.
Pasien yang menjalani bedah sesar mempunyai indikasi yang berbeda-
beda. Akan tetapi, pada penelitian ini, semua pasien memiliki indikasi bedah sesar
karena kehamilan dengan risiko tinggi. Persalinan dengan keadaan risiko tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
memerlukan perhatian yang serius, karena pertolongan yang dilakukan akan
menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan neonatus (perinatal). Pasien
dengan satu indikasi dapat dilihat pada tabel II, sedangkan pasien dengan lebih
dari satu indikasi dapat dilihat pada tabel III.
Tabel II. Pasien dengan Satu Indikasi Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No Indikasi Bedah Sesar Jumlah Pasien (n=27)
Presentase jumlah (%)
1. Malposisi 4 14,8 2. Ketuban pecah dini (KPD) 2 7,4 3. Preeklamsia ringan 1 3,7 4. Mioma uteri 1 3,7 5. Blood slym 3 11,1 6. Lokus Minoris Resisten
(LMR) 5 18,6
7. Oligohidramnion 1 3,7 Jumlah 17 63
Tabel III. Pasien dengan Lebih dari Satu Indikasi Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Indikasi Bedah Sesar Jumlah pasien
(n=27) Presentase jumlah (%)
1. LMR + KPD 2 7,4 2. LMR + KPD + Febris 1 3,7 3. Malposisi + KPD 3 11,1 4. Malposisi + Plasenta previa +
Pendarahan aktif 1 3,7
5. Plasenta previa + Pendarahan aktif 1 3,7 6. KPD + Preeklamsia 1 3,7 7. Primipara tua + Malposisi + KPD 1 3,7 Jumlah 10 37
Keterangan: KPD = Ketuban Pecah Dini LMR = Lokus Minoris Resisten
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Dari tabel II dan III dapat dilihat bahwa pasien dengan indikasi ketuban
pecah dini (KPD) atau robeknya kantung ketuban sebelum waktunya, menduduki
peringkat pertama, baik pada pasien dengan satu indikasi atau lebih dari satu
indikasi, yaitu sebanyak 10 pasien atau 37%. Peringkat kedua adalah pasien
dengan indikasi malposisi sebanyak 9 pasien atau 33,3%. Peringkat ketiga yaitu
pasien dengan indikasi LMR atau luka sesudah bedah sesar sebelumnya yang
resisten untuk robek, sebanyak 8 pasien atau 29,6%.
Pada kasus preeklamsia ringan, pasien harus dikontrol dengan teratur dan
ketat, karena keadaan dapat tiba-tiba memburuk yang dapat berakibat kurangnya
sirkulasi utero-plasenta, terjadinya gangguan pertumbuhan pada bayi, hipoksemia,
asidosis, bayi prematur dan kematian bayi. Bagi pasien dengan indikasi
preeklamsia ringan disarankan untuk istirahat yang cukup dan diet rendah garam.
Pemberian antihipertensi sebaiknya dihindari, untuk mencegah sekecil mungkin
timbulnya kelainan yang tidak diharapkan pada bayi akibat antihipertensi, karena
obat antihipertensi dapat melewati plasenta dan disekresi ke air susu ibu (ASI).
Pasien dengan indikasi ketuban pecah dini perlu mendapatkan perawatan
unit gawat darurat. Dengan keluarnya sebagian air ketuban dapat menyebabkan
terjadinya aspirasi air ketuban pada saluran pernapasan bayi. Hal ini bisa
berakibat fatal (kematian) pada bayi, karena dengan adanya air ketuban dalam
saluran pernapasan, bayi akan mengalami kesulitan dalam bernapas.
Berdasarkan data tingkat pendidikan pasien, seperti yang disajikan dalam
tabel IV, dapat dikatakan bahwa pendidikan pasien bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur masih cukup rendah. Hal tersebut terlihat dari masih adanya pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
yang tidak lulus SD dan hanya sedikit sekali pasien yang mengenyam tingkat
pendidikan sampai perguruan tinggi. Terkait dengan indikasi pasien melakukan
bedah sesar, dalam hal ini tingkat pendidikan pasien di Bangsal Bakung Timur
periode Februari 2007 tidak dapat dihubungkan dengan indikasi mereka untuk
melakukan bedah sesar. Hal tersebut, disebabkan setiap pasien mempunyai
indikasi yang tepat untuk dilakukan persalinan melalui bedah sesar, yaitu
kehamilan dengan risiko tinggi, seperti disebutkan pada tabel I dan II di atas.
Tabel IV. Data Tingkat Pendidikan Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Tingkat pendidikan Jumlah pasien
(n=27) Presentase jumlah
(%)
1. Tidak Lulus SD 2 7,4 2. SD 3 11,1 3. SLTP 4 14,8 4. SLTA 15 55,6 5. Perguruan Tinggi 2 7,4 6. Tidak Jelas 1 3,7 Jumlah 27 100
Keterangan: SD = Sekolah Dasar SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Pasien yang dirawat di Bangsal Bakung Timur memiliki pekerjaan yang
berbeda-beda. Akan tetapi, sebagian besar dari mereka adalah Ibu Rumah Tangga
(IRT). Berdasarkan jenis pekerjaan pasien, tidak dapat dihubungkan dengan
indikasi pasien melakukan bedah sesar. Hal tersebut, disebabkan oleh tidak
adanya indikasi sosial yang melatarbelakangi pasien untuk melakukan bedah
sesar. Data tersebut tersaji dalam tabel V.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel V. Pekerjaan Pasien Bedah Sesar yang Dirawat di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Pekerjaan Jumlah pasien
(n=27) Presentase jumlah
(%)
1. Pegawai Negeri Sipil 1 3,7 2. Pegawai Swasta 7 25,9 3. Wiraswata 1 3,7 4. Petani 1 3,7 5. Nelayan 3 11,1 6. Buruh 1 3,7 7. Ibu Rumah Tangga 12 44,5 8. Lain-lain 1 3,7 Jumlah 27 100
Dari hasil penelitian, Bangsal Bakung Timur hanya menyediakan ruang
perawatan (bangsal) kelas II dan kelas III saja. Pasien yang menempati bangsal di
kelas III jauh lebih banyak daripada di kelas II, karena sebagian besar pasien
yang dirawat berasal dari keluarga miskin dan sebagian lagi dengan asuransi
kesehatan.
Tabel VI. Data Kelas Bangsal Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Kelas Bangsal Jumlah pasien
(n=27) Presentase jumlah
(%) 1. Bangsal kelas II 2 7,4 2. Bangsal kelas III 25 92,6 Jumlah 27 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
B. Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode
Februari 2007.
1. Kelas Terapi
Obat-obat yang diterima oleh pasien bedah sesar selama perawatan sangat
bervariasi, tergantung dari keadaan klinis masing-masing pasien. Akan tetapi,
pada umumnya kelas terapi yang diterima adalah kelas terapi antiinfeksi, obat
Obstetrik dan Ginekologi, obat gizi dan darah, analgesik, cairan elektrolit, serta
transfusi darah. Kelas terapi pada pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur
periode Februari 2007 diperlihatkan pada tabel VII.
Tabel VII. Kelas Terapi pada Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Kelas Terapi Jumlah pasien
(n=27) Presentase jumlah (%)
1. Antiinfeksi 27 100 2. Obat Obstetrik dan Ginekologi 27 100 3. Analgesik 27 100 4. Obat yang mempengaruhi gizi dan
darah 27 100
5. Cairan elektrolit dan karbohidrat 26 96,3 6. Transfusi darah 14 51,9
2. Jenis Obat
a. Antiinfeksi
Pada kasus bedah, antiinfeksi profilaksis diberikan untuk tindakan bedah
tertentu yang sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila
terjadi infeksi pasca bedah. Pemberian antiinfeksi sesudah bedah sesar dianjurkan
untuk tindakan profilaksis terhadap bahaya infeksi. Dengan semakin luasnya sifat
resistensi mikroba terhadap antibiotika, maka untuk tindakan profilaksis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
digunakan antibiotika berspektrum luas, berdasarkan pengalaman. Akan tetapi,
pada kasus bedah sesar, terutama dengan indikasi ketuban pecah dini, antibiotika
untuk tindakan profilaksis perlu diberikan. Tujuannya yaitu untuk mencegah
terjadinya infeksi yang timbul akibat adanya cairan yang keluar melalui vagina,
yang juga merupakan jalan masuk bagi mikroba, terutama mikroba yang bersifat
patogen. Walaupun bedah sesar merupakan jenis operasi bersih, yang tidak
memerlukan antibiotika profilaksis sebelum dilaksanakannya operasi, akan tetapi
pada kasus-kasus tertentu seperti ketuban pecah dini dan pendarahan antepartum,
antibiotika dirasa sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya infeksi sebelum
operasi.
Antibiotika profilaksis yang diterima oleh pasien bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur, yang operasinya dilakukan secara terencana adalah injeksi
ampisilin atau sulbenisilin atau kedacilin 1-2 gram yang diberikan 1 jam sebelum
operasi, atau untuk pasien kiriman yaitu 30 menit sebelum operasi atau selama
menunggu persiapan ruang operasi. Pemberian antibiotika dilanjutkan kembali
setelah operasi selesai atau setelah bayi lahir, umumnya dengan antibiotika
amoksisilin atau kedacilin yang diberikan secara oral selama 3-7 hari.
Pemberian antibiotika profilaksis selama bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur telah sesuai dengan pedoman terapi antibiotika untuk profilaksis pada
kasus bedah sesar, yaitu antibiotika diberikan 30 menit sebelum operasi, dan
setelah kelahiran bayi. Antibiotika yang sering digunakan berdasarkan pedoman
(Anonim, 2000c) adalah kombinasi ampisilin 2 gram secara intravena (i.v.) setiap
6 jam, gentamisin 5 mg/kg BB secara i.v. dan metronidazol 500 mg secara i.v.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
setiap 8 jam, sedangkan untuk infeksi yang tidak terlalu berat dapat diberikan
amoksisilin 500 mg secara oral. Dari hasil penelitian, antibiotika yang diberikan
pada pasien pasca bedah tidak dalam bentuk kombinasi, hal tersebut disebabkan
karena pemberian antibiotika lebih pada tindakan profilaksis, dan kemungkinan
terjadinya infeksi pasca bedah sesar sangat kecil, yaitu 2-4% karena termasuk
operasi bersih. Selain itu, pemberian antibiotika yang berlebih akan meningkatkan
biaya yang harus ditanggung pasien bedah sesar, mengingat sebagian besar pasien
berasal dari masyarakat miskin dan asuransi kesehatan. Antibiotika sebelum
operasi diberikan melalui injeksi supaya antibiotika yang bersangkutan cepat
mencapai konsentrasi dalam darah, sehingga lebih cepat memberikan efek
pencegahan terhadap infeksi sebelum operasi.
Pemberian antibiotika kuratif diberikan pada pasien bedah sesar dengan
tujuan untuk pengobatan infeksi yang telah terjadi. Salah satu tanda yang paling
mudah untuk mencurigai telah terjadinya suatu infeksi oleh bakteri adalah adanya
kenaikan suhu tubuh sekitar 38oC. Dari hasil penelitian, terdapat satu pasien yang
mengalami kenaikan suhu tubuh yaitu 38oC. Pasien tersebut dicurigai mengalami
infeksi, sehingga diberikan terapi antibiotika golongan penisilin, yaitu ampisilin
3x1 gram, melalui injeksi intravena.
Pemberian antiinfeksi haruslah hati-hati dan dengan dosis yang tepat,
karena dapat menyebabkan resistensi terhadap obat antiinfeksi itu sendiri.
Antiinfeksi yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.
Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif
tidak toksik untuk hospes.
Penggunaan obat dengan interval yang tidak konstan dapat menyebabkan
kadar obat dalam jaringan berfluktuasi tidak teratur. Pada interval yang pendek,
kadar obat dalam jaringan dapat sangat meningkat, sedangkan pada interval yang
panjang, kadar obat menjadi rendah. Perhatian utama dalam terapi, khususnya
terapi dengan antimikroba adalah mempertahankan konsentrasi efektif obat pada
tempat mikroba berkembangbiak dalam jaringan untuk waktu yang lama,
sehingga dapat memusnahkan mikroba. Supaya dapat mempertahankan
konsentrasi obat yang cukup untuk waktu yang lama, maka hubungan antara dosis
dan waktu haruslah diperhatikan. Selain itu, mempertahankan konsentrasi obat
supaya tetap tinggi merupakan salah satu cara untuk mengurangi terjadinya
resistensi, karena dapat menghambat populasi bakteri asli dan mutan turunan
pertama.
Obat antiinfeksi yang diberikan kepada pasien bedah sesar adalah
antibiotika, yang diperlihatkan pada tabel VIII. Dari hasil penelitian, antibiotika
golongan penisilin, yaitu amoksisilin dan ampisilin merupakan antibakteri yang
paling banyak digunakan dan merupakan pilihan pertama untuk terapi pasien
pasca bedah sesar. Terapi dengan antibiotika golongan penisilin sering kali
mengalami kegagalan karena adanya resistensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Amoksisilin dan ampisilin merupakan antibiotika time-dependent yang
kadarnya dalam serum tergantung pada interval pemberian, supaya tidak terjadi
resistensi pada pasien. Penggunaan amoksisilin lebih banyak daripada jenis
lainnya, karena mempunyai absorbsi yang lebih baik bila dibandingkan dengan
ampisilin dan menghasilkan kadar yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan.
Hal ini disebabkan amoksisilin tidak terganggu absorbsinya oleh makanan.
Amoksisilin diberikan secara oral dan aman diberikan selama laktasi, karena
mencapai air susu ibu dalam jumlah yang sedikit, yaitu <10% dari jumlah yang
diberikan.
Tabel VIII. Antiinfeksi yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No. Gol. Obat Jenis obat Jumlah pasien (n=27)
Presentase jumlah
(%)
Dosis
Dosis acuan
Ket.
1. penisilin amoksisilin 27 100 3x500mg (tiap 8 jam)
250-500 mg tiap 8 jam
Tepat dosis
ampisilin 19 70,4 4x500mg (tiap 6 jam) 3x1 gram (tiap 8 jam)
0,25-1 gram tiap 6 jam, 30 menit sebelum makan
Tepat dosis, tidak tepat interval untuk tiap 8 jam
penisilin anti-Pseudomonas
sulbenisilin (Kedacilin®)
11 40,7 3x1 gram (tiap 8 jam)
2-4 gram dibagi dalam 2-4 kali pemberian
Tepat dosis
sefalosporin generasi ketiga
sefotaksim 3 11,1 3x1 gram (tiap 8 jam)
1 g tiap 12 jam, dapat ditingkatkan sampai 12 g/ hari dalam 3-4 kali pemberian
Tepat dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Sulbenisilin merupakan kelompok antibiotika β-laktam, turunan dari
penisilin anti-Pseudomonas, yaitu Pseudomonas aeruginosa. Seperti β-laktam
yang lainnya, sulbenisilin juga memiliki aktivitas bekterisid yang bersifat time-
dependent. Sulbenisilin diberikan secara injeksi intravena (i.v.) karena aktivitas
antimikrobanya berkurang dalam suasana asam, misalnya adanya asam lambung
bila diberikan secara oral.
Sefotaksim merupakan antibiotika golongan sefalosporin generasi ketiga.
Sefotaksim efektif pada Enterobacteriaceae dan Pseudomonas, serta sering
digunakan untuk tindakan profilaksis pada pembedahan. Sefotaksim mengalami
metabolisme di dalam hati dan menjadi desasetilsefotaksim, yang merupakan
metabolit aktif, untuk kemudian diekskresi ke dalam urin tanpa mengalami
perubahan bentuk. Sefotaksim merupakan obat yang relatif mahal, karena
termasuk antibiotika baru, namun cenderung untuk diresepkan karena efektif pada
kuman gram-positif dan gram-negatif.
b. Obat Obstetrik dan Ginekologi
Pasien pasca bedah sasar mempunyai kemungkinan yang sangat besar
untuk mengalami pendarahan pasca bedah. Pendarahan pasca bedah terjadi setelah
bayi lahir, dimana darah yang keluar melebihi 400-500 cc. Pendarahan pasca
bedah sesar atau pendarahan postpartum dapat terjadi karena antonia uteri akibat
persalinan pada partus kasep, hidramnion, dan janin besar atau berat janin lebih
dari 4.000 gram; trauma jalan lahir akibat ruptura uteri, robekan serviks,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
robekan vagina, robekan perineum, hematoma dinding vagina, dan hematoma
parametrium; retensio plasenta; dan hipofibrinogenemia akibat solusio plasenta,
kematian janin intrauteri, dan emboli air ketuban.
Jenis pendarahan postpartum ada dua, yaitu pendarahan primer yang
terjadi dalam 24 jam pertama dan pendarahan sekunder yang terjadi setelah 24
jam. Gejala klinis yang muncul pada pendarahan postpartum yang melebihi 25%
dari volume darah, antara lain: menurunnya tingkat kesadaran; frekuensi nadi dan
pernapasan meningkat; tekanan darah menurun; daerah ujung ekstremitas terasa
dingin, pucat dan anemia; pada keadaan yang serius dapat disertai gejala syok.
Dampak yang paling berbahaya dari pendarahan postpartum adalah kematian.
Akan tetapi, dengan tersedianya fasilitas dan tenaga ahli yang menunjang serta
obat-obatan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya pendarahan postpartum,
maka semua hal tersebut di atas dapat kita dihindari. Beberapa obat yang sering
digunakan untuk pencegahan pendarahan postpartum adalah oksitosik dan
alkaloid ergot seperti tersaji pada tabel IX.
Tabel IX. Obat Obstetrik dan Ginekologi yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No. Golongan obat Jenis obat Jumlah pasien (n=27)
Presentase jumlah (%)
1. oksitosik oksitosin 24 88,8
2. alkaloid ergot metilergometrin (Methergin®)
27 100
Oksitosik adalah obat yang bekerja dengan cara merangsang pengeluaran
prostaglandin yang banyak dijumpai dalam jaringan tubuh, sehingga terjadi
kontraksi uterus yang berada dalam kehamilan. Kerja dari oksitosik tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
digunakan untuk memulai persalinan, baik pada kehamilan muda maupun lanjut
dan mencegah atau menghentikan pendarahan pascasalin. Oksitosik dianggap
memberikan kemudahan dalam persalinan dan memegang peranan penting dalam
refleks ejeksi susu, serta mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan.
Oksitosin memberikan hasil yang baik pada pemberian parenteral, karena
jika diberikan injeksi oksitosin tunggal, kadang-kadang tidak berhasil. Hal
tersebut disebabkan oleh penguraian dengan cepat oksitosin oleh oksigenase.
Oksitosin dapat diberikan dalam bentuk infus tetes lama secara intravena (i.v)
bersama dengan 5% glukosa. Keuntungan pemberian oksitosin dengan infus tetes
lama adalah dapat mengatur dengan tepat kegiatan kontraksi.
Metilergometrin merupakan derivat dari alkaloid ergot. Metilergometrin
maleat digunakan untuk penanganan aktif kala 3 persalinan; terapi pendarahan
uterus yang terjadi selama dan setelah kala 3 persalinan, yang berhubungan
dengan bedah sesar atau setelah terjadinya aborsi; terapi subinvolusi uterus;
lokiometra; dan pendarahan pada masa nifas.
Dalam pertolongan proses melahirkan lebih disukai menggunakan
metilergometrin. Hal ini disebabkan oleh khasiatnya terhadap uterus lebih cepat
dan lebih kuat, serta tidak menunjukkan efek vasokontriksi dan efek simpatolitik.
Akan tetapi, penggunaan alkaloid ergot jenis metilergometrin memiliki bahaya
kontraksi yang lama, lebih berarti daripada setelah pemberian oksitosin, karena
khasiatnya yang lebih kuat. Pada pasien bedah sesar dengan indikasi letak
sungsang (malposisi) obat baru dapat diberikan setelah bayi dilahirkan, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dapat menyebabkan takikardi dan bradikardi. Pemberian metilergometrin maleat
kontraindikasi pada bedah sesar dengan indikasi preeklamsia dan eklamsia, karena
dapat memperparah hipertensi.
Oksitosin untuk tindakan pencegahan pendarahan pascasalin diberikan
secara i.v lambat sebesar 5 unit setelah keluar plasenta. Bila terjadi pendarahan
pascasalin maka oksitosin dapat diberikan secara i.v dengan dosis 5 unit, diikuti
dengan infus 5-20 unit dalam 500 ml glukosa 5% untuk antonia uterus, sedangkan
untuk abortus inkomplit atau missed abortus infus diberikan 20-40 miliunit/menit.
Dari data yang diperoleh, dosis oksitosin yang diberikan pada pasien pasca bedah
sesar di Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007 yaitu 1 ampul atau 10 IU
(International Unit) dan 20 IU yang diberikan bersama dengan 5% dextrosa dalam
bentuk infus i.v. 20 dan 28 tetes/menit. Hal tersebut telah sesuai dengan dosis
yang seharusnya diberikan pada pasien pasca bedah sesar karena masih dalam
rentang 20-40 miliunit/menit.
Metilergometrin pada terapi subinvolusi, lokiometra dan pendarahan masa
nifas diberikan dalam dosis 0,125-0,250 mg, 1-2 tablet sampai dengan 3 kali
perhari pada wanita menyusui ≤ 3 hari. Dari hasil penelitian, obat metilergometrin
maleat atau methergin telah diberikan dengan dosis yang tepat yaitu 3 kali 1 tablet
(0,125 mg) per hari.
c. Analgesik
Analgesik pada pasien pasca bedah sesar diberikan dengan tujuan untuk
mengurangi nyeri pasca operasi, karena keluhan utama bagi pasien pasca bedah
sesar adalah rasa nyeri yang timbul setelah operasi. Analgesik yang diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur adalah analgesik non
opioid, yaitu asam mefenamat. Asam mefenamat adalah analgesik kelompok anti
inflamasi non steroid (AINS), tetapi sifat antiinflamasinya rendah. Penggunaan
analgesik non opioid mempunyai keuntungan karena tidak bersifat adiktif,
walaupun sedikit atau tidak sama sekali mempunyai efek antiinflamasi. Semua
pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur menerima analgesik jenis ini.
Asam mefenamat yang diberikan umumnya selama 2-4 hari setelah
operasi, tergantung pada lama timbulnya gejala nyeri. Asam mefenamat tidak
boleh diberikan lebih dari 7 hari karena dapat menyebabkan kerusakan hati. Asam
mefenamat sebaiknya diberikan setelah makan, karena dapat menimbulkan
perangsangan lambung yang berakibat timbulnya nyeri pada lambung. Data
mengenai persentase analgesik yang diberikan disajikan dalam tabel X.
Tabel X. Analgesik yang Diterima Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Periode Februari 2007.
No. Golongan obat Jenis obat Jumlah pasien (n=27)
Presentase jumlah
(%)
Dosis Dosis acuan
Ket.
1. analgesik non opioid antiinflamasi non steroid
asam mefenamat
27 100% 3x500 mg
3x500 mg
Tepat dosis
d. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah
Malnutrisi dengan berbagai tingkatan sering terjadi pada pasien pasca
bedah di Rumah Sakit, terutama pada wanita hamil. Hal tersebut disebabkan oleh
volume distribusi pada wanita hamil lebih besar dari wanita yang tidak hamil.
Adanya fetus akan memperluas ruang lingkup sirkulasi darah pada ibu, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
darah yang berfungsi mengangkut nutrisi, selain diedarkan pada tubuh ibu juga
harus diedarkan pada fetus. Malnutris dapat menekan kekebalan, mempermudah
terinfeksi, dan mengganggu proses kesembuhan pasien yang bersangkutan. Oleh
karena itu, pasien perlu mendapat terapi dengan obat yang dapat mempengaruhi
gizi dan darah, sehingga dapat mempercepat kesembuhan pasien.
Penggunaan obat yang mempengaruhi gizi dan darah haruslah sesuai
dengan kebutuhan tubuh, jangan terlalu berlebihan, terutama penggunaan obat gizi
dan darah dari golongan multivitamin. Penggunaan vitamin yang berlebihan dapat
menimbulkan gejala keracunan. Sebaliknya, bila kekurangan vitamin, dapat
mengakibatkan gejala defisiensi. Pengobatan dengan sediaan besi oral hanya
dibenarkan bila terdapat defisiensi besi. Tindakan profilaksis hanya dibenarkan
pada wanita hamil yang mempunyai faktor risiko lain untuk terjadinya defisiensi
besi, misalnya pada pasien yang mengalami menoragi.
Garam besi diberikan secara oral. Walaupun penyerapannya lebih baik
saat perut kosong, akan tetapi untuk menghindari efek yang tidak diinginkan pada
gastrointestinal dan perubahan warna tinja, maka sediaan besi dapat diberikan
setelah makan. Sediaan oral biasa diberikan sebagai fero sulfat. Terapi dengan
fero sulfat sering dikombinasikan dengan vitamin C, karena dengan adanya
vitamin C menyebabkan pH lambung menurun, sehingga fero sulfat tidak larut di
lambung yang bersuasana asam, tetapi larut di usus yang mempunyai sifat basa.
Hal tersebut akan menyebabkan absorpsi fero sulfat di usus meningkat dengan
adanya vitamin C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Dari hasil penelitian, seperti yang disajikan pada tabel IX, hampir seluruh
pasien menerima terapi obat yang mempengaruhi gizi. Vitamin C diberikan untuk
terapi pasien pasca bedah sesar karena tubuh akan membutuhkan vitamin C yang
lebih banyak pada pasca bedah, dimana vitamin C sangat penting untuk
pembentukan kolagen dan bahan interseluler lain dalam jaringan, sehingga dapat
mempercepat penyembuhan dan untuk masa laktasi. Kebutuhan akan vitamin C
akan meningkat 300%-500% pada penyakit infeksi, pasca bedah atau trauma,
kehamilan dan laktasi.
Vitamin BB1 (tiamin) oleh tubuh dibutuhkan untuk metabolisme energi,
terutama karbohidrat, sehingga kebutuhan vitamin B1 umumnya sebanding dengan
asupan kalori. Setelah pemberian parenteral absorpsinya akan berlangsung cepat
dan sempurna. Absorpsi per oral berlangsung dalam usus halus dan duodenum.
Vitamin B1 tidak menimbulkan efek toksik bila diberikan per oral, karena bila
terjadi kelebihan vitamin B1 dalam tubuh akan cepat diekskresi melalui urin
sebagai tiamin atau piridin. Vitamin B1 digunakan untuk pengobatan radang saraf
(neuritis) yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B1, misalnya wanita hamil yang
kurang gizi, penderita muntah saat hamil (emesis gravidarum) atau pada penyakit
infeksi yang kadang-kadang membutuhkan vitamin B1 untuk memperbaiki kondisi
tubuh pasien.
Vitamin B12 (sianokobalamin) diabsorbsi dengan lambat di usus halus.
Pada bedah sesar, terapi suportif dengan vitamin B12 diberikan pada pasien karena
kebutuhannya menjadi sangat meningkat pasca bedah. Pemberian vitamin B12
berguna dalam pembelahan sel, sehingga dapat mempercepat perbaikan sel yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
rusak akibat adanya sayatan pada saat pembedahan. Selain itu, vitamin B12 juga
berguna dalam pembentukan dan perkembangan sel-sel darah, sehingga dapat
mempercepat pengembalian darah ke kondisi normal setelah terjadi pendarahan
saat persalinan.
Tabel XI. Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah yang Diterima Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Periode Februari 2007.
No. Golongan obat Jenis obat Jumlah
pasien
(n=27)
Presentase
Jumlah
(%)
Dosis Dosis acuan Ket.
1. mempengaruhi
darah
fero sulfat (FS) 19 70,4 2x1
tablet
1 tablet per
hari
(profilaksis)
atau
2-3x1 tablet
(terapeutik)
Tepat
dosis
terapeutik
2. mempengaruhi
gizi
vitamin C 27 100 2x1
gram
(dalam
dosis
terbagi)
≥250 mg
tiap hari
dalam dosis
terbagi
(terapeutik),
25-75 mg
tiap hari
(profilaksis)
Tepat
dosis
terapeutik
vitamin B1
(Alinamin
fursultiamine®)
27 100 2-3x1
ampul
1-2x1
ampul atau
200-300 mg
per hari
Tepat
dosis
vitamin B12
(roborantia)
10 37 1-2x1
tablet
50-150 mcg
per hari
Tepat
dosis
e. Cairan Elektrolit dan Tranfusi Darah
Pada setiap ruangan tubuh terdapat konsentrasi elektrolit yang dominan.
Pada cairan intraseluler yang dominan adalah kalium (K+) dan fosfat (PO4-),
sedangkan pada cairan ekstraseluler (plasma dan cairan interstitiel) adalah natrium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(Na+) dan kalsium (Cl-). Pertukaran ion ini didominasi oleh pompa natrium, yang
mendapat energi dari perubahan adenotrifosfat menjadi adenodifosfat dengan
katalisator enzim Na-K adenotrifosfatase.
Tubuh dalam mempetahankan keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolitnya, dengan mengalami mekanisme homeostasis. Bila tubuh mengalami
dehidrasi atau syok hipovolemik, dapat menyebabkan volume cairan tubuh
menurun, sehingga terjadi stres. Kondisi stres akan merangsang ginjal dan
kelenjar anak ginjal. Ginjal melalui mekanisme renin-angiostensin akan
mempengaruhi tekanan darah. Sedangkan kelenjar anak ginjal, melalui
mekanisme aldosteron akan mempengaruhi reabsorpsi air, termasuk natrium.
Dengan adanya peningkatan reabsorpsi natrium akan berakibat pada naiknya
osmolaritas, yang selanjutnya merangsang kelenjar hipofisis.
Kelenjar hipofisis melalui mekanisme anti diuretic hormone (ADH) dapat
mempengaruhi reabsorpsi air di tubuli distal. Jika ADH meningkat maka
reabsorpsi air juga akan meningkat. Demikian pula sebaliknya, bila volume cairan
tubuh bertambah, maka osmolaritas akan menurun, ADH menurun, selanjutnya
produksi urin akan meningkat, sehingga volume cairan tubuh akan berkurang dan
tubuh menjadi kehilangan cairan dan elektrolitnya. Bila keadaan ini tidak segera
diatasi, maka akan menarik cairan interstitial tubuh, yang dapat menyebabkan
keadaan syok yang irreversible. Oleh karena itu, pemberian cairan pengganti,
contohnya cairan elektrolit merupakan tindakan yang vital.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel XII. Cairan Elektrolit yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Golongan obat Jenis obat Jumlah
pasien (n=27)
Presentase jumlah
(%)
1. larutan elektrolit dan karbohidrat
dextrosa 5% dalam Ringer laktat
26 96,3
Pemberian cairan elektrolit bertujuan untuk mangganti cairan tubuh yang
hilang akibat dehidrasi dan pendarahan saat bedah sesar, sehingga dapat
mengembalikan pasien pada kondisi normal. Berkurangnya cairan tubuh akibat
pendarahan yang terjadi pada pasien bedah sesar dapat menyebabkan pasien
mengalami hipotensi. Pemberian cairan elektrolit pada pasien pasca bedah sesar
tergantung pada keadaan klinis pasien tersebut. Akan tetapi secara umum, cairan
elektrolit diberikan sebagai terapi suportif, dengan tujuan memenuhi kebutuhan
tubuh akan elektrolit yang sulit didapatkan selama sakit.
Cairan elektrolit yang sering digunakan untuk terapi suportif adalah Ringer
dektrosa dan Ringer laktat yang bersifat sementara, karena cepat menghilang dari
peredaran darah. Selain terapi dengan cairan elektrolit dan karbohidrat, pasien
juga menerima tranfusi darah untuk mengganti darah yang hilang akibat
pendarahan saat persalinan. Jumlah pasien yang menerima terapi tranfusi darah
sebanyak 14 pasien atau 51,9%. Penentuan pemberian transfusi darah tidak hanya
ditentukan oleh banyaknya darah yang hilang, tetapi juga oleh kecepatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
hilangnya darah dan kondisi fisik pasien. Pasien dengan kondisi kesehatan yang
baik akan lebih mampu mengatasi kehilangan darah dibandingkan pasien dengan
kondisi kesehatan yang kurang/tidak baik.
f. Obat lain
Pemberian kelompok terapi obat lain, di sini mungkin dimaksudkan untuk
menyembuhkan penyakit komplikasi atau gejala yang menyertai penyakit
tersebut. Pemberian terapi obat lain ini akan meningkatkan jumlah obat yang
diterima pasien. Semakin banyak obat yang dikonsumsi pasien akan semakin
meningkatkan kemungkinan timbulnya efek samping obat, interaksi obat dan
biaya pengobatannya. Hal ini dapat merugikan pasien, oleh karena itu diperlukan
pengurangan jumlah obat menjadi seminimal mungkin sesuai dengan kebutuhan
klinik.
Deksametason merupakan jenis obat kortikosteroid yang berkhasiat
menekan reaksi radang dan reaksi alergi atau sebagai antihistamin. Deksametason
mempunyai efek samping sedatif atau dapat membuat kantuk, sehingga dalam
penggunaannya sebaiknya tidak menjalankan kendaraan bermotor. Selain sebagai
anti radang dan anti alergi, deksametason juga digunakan dalam kasus persalinan,
terutama pada bayi yang harus dilahirkan prematur, yaitu untuk mempercepat
pematangan paru-paru bayi, sehingga sistem pernafasan bayi menjadi lebih
sempurna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel XIII. Golongan dan Jenis Obat Lain yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No. Golongan obat Jenis obat Jumlah pasien (n=27)
Presentase jumlah
(%)
Dosis Dosis acuan
Ket.
1. kortikosteroid deksametason 1 3,7 1x12 mg (selama 2 hari)
0,5-20 mg per hari
Tepat dosis
2. analog prostaglandin)
misoprostol (Cytotec®)
1 3,7 4 tablet (1 tablet = 200 mcg)
800 mcg sehari (dalam 2-4 dosis terbagi)
Tepat dosis
Misoprostol merupakan suatu analog prostaglandin sintetik yang memiliki
sifat antisekresi dan proteksi. Misoprostol diindikasikan untuk mempercepat
penyembuhan tukak lambung, tukak duodenum dan tukak karena antiinflamasi
non steroid (AINS). Selain sebagai antitukak, misoprostol juga digunakan untuk
meningkatkan kontraksi uterus yang berada dalam kehamilan dan mengobati
pendarahan postpartum berat yang diakibatkan oleh atonia uteri. Misoprostol
diabsorpsi dengan cepat bila diberikan secara oral.
C. Drug Related Problems (DRPs)
Evaluasi penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007 didasarkan
pada DRPs yang dialami pasien. Dari hasil penelitian diketahui bahwa drug
related problems yang terjadi pada pasien bedah sesar adalah dosage too low,
yaitu sebanyak 17 kasus, seperti terlihat pada tabel XIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel XIV. Kasus 1 Subyektif: Ny. S, No. RM 01090462, umur 34 tahun dirawat di RS selama 4 hari, ada keluhan keluar air sejak pukul 03.30 (5-2-2007), sakit perut (-), gerak anak (+), G2P1001, 39-40 minggu, ketuban pecah dini. riwayat penyakit terdahulu (-) riwayat pengobatan penyakit terdahulu (-) pasien menerima terapi:
- ampisilin 3x1 gram setiap 8 jam melalui injeksi intravena - D5% Ringer laktat + oksitosin 10 IU (28 tetes/menit sampai 12 jam) secara
intravena - ampisilin 3x1 gram secara intravena - alinamin F 3x1 ampul secara intravena - vitamin C 2x1 ampul secara intravena - amoksisilin 3x500 mg secara oral - asam mefenamat 3x500 mg secara oral - fero sulfat 2x1 tablet secara oral - methergin 3x1 tablet secara oral -
Obyektif: Nilai Normal: keadaan umum : baik keadaan umum : baik tingkat kesadaran : E4 M6 V5 = 15 tingkat kesadaran : E4 M6 V5 = 15 tekanan darah : 110/70 mmHg tekanan darah : <120/<80
mmHg nadi : 80 kali/menit nadi : 70-90 kali/menit suhu : 36,8oC suhu : 36,5o-37,5oC respirasi : 18 kali/menit respirasi : 12-25 kali/menit Assessement:
a. interval pemberian ampisilin kurang tepat yaitu tiap 8 jam, seharusnya diberikan dengan interval tiap 6 jam (dosage too low). Interval yang tidak tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehingga potensial menyebabkan resistensi mikroba terhadap obat yang bersangkutan. Ampisilin merupakan antibiotika β-Laktam, yang termasuk turunan penisilin spektrum luas. Ampisilin bekerja dengan mengganggu sintesa dinding sel kuman, dan aktivitas bakterisidnya termasuk kelompok time-dependent, sehingga interval pemberiannya harus tepat.
Rekomendasi:
a. interval pemberian diperbaiki menjadi tiap 6 jam.
Keterangan: kasus serupa terjadi pula pada pasien dengan nomer kasus 3, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 16, 18,
19, 21, 22, 23, dan 24 G2P1001 = Gravida( kehamilan yang ke dua) Partus(yang telah lahir satu ), (abortus tidak ada), (prematur tidak ada), (hidup satu)E4,V6,M5 = eyes open spontan, verbal oriented and controversed, motor response to verbal command
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
D. Kondisi Pasien dan Lama Rawat Inap yang Dijalani oleh Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode
Februari 2007
Ditinjau dari sudut penderita, tidak ada yang lebih penting selain
perawatan pasca bedah, karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap kondisi
pasien pada saat diijinkan pulang oleh pihak rumah sakit. Kondisi pasien sendiri
dapat menentukan keberhasilan suatu terapi untuk pasien bedah sesar di rumah
sakit yang bersangkutan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa
setelah menjalani pembedahan dan perawatan, semua pasien bedah sesar yang
dirawat di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar pulang dengan kondisi
klinis yang membaik, yaitu sebanyak 27 pasien atau 100%. Sepanjang Februari
2007, tidak ditemukan data pasien yang meninggal pasca bedah sesar. Data
kondisi pasien pasca bedah sesar saat pulang dari Bangsal Bakung Timur RS
Sanglah diperlihatkan pada tabel XV.
Tabel XV. Kondisi Pasien Pasca Bedah Sesar Saat Pulang dari Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Kondisi saat pasien pulang Jumlah pasien
(n=27) Presentase jumlah
(%)
1. Membaik 27 100
Setelah selesai operasi, pasien akan diperiksa secara rutin (chek-up) oleh
dokter atau paramedik jaga. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan
dan pengukuran rutin diantaranya adalah tekanan darah, jumlah nadi permenit,
frekuensi pernapasan permenit, jumlah cairan masuk dan keluar atau urin, dan
suhu tubuh. Pemeriksaan dan pengukuran tersebut sekurang-kurangnya dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita. Dari hasil penelitian, semua
hal yang harus diperiksa dan diukur sesuai ketentuan di atas, telah dilakukan oleh
pihak Rumah Sakit Sanglah terutama Bangsal Bakung Timur, hanya saja waktu
pemeriksaan dan pengukuran rutin tidak dilakukan setiap 4 jam, tetapi tiap 8 jam,
bersamaan dengan waktu pemberian obat.
Pasien bedah sesar yang dirawat di Bangsal Bakung RS Sanglah periode
Februari 2007 umumnya menjalani rawat inap selama 4 hari sebelum mereka
diijinkan pulang. Akan tetapi ada juga yang menjalani rawat inap pasca bedah
sesar selama 3 hari, 5 hari atau 6 hari. Pasien yang menjalani rawat inap selama 3
hari sudah diijinkan pulang, karena secara klinis kondisinya sudah membaik.
Pasien yang menjalani rawat inap lebih lama, umumnya karena harus menjalani
perawatan pre-operasi terlebih dahulu atau karena alasan keluarga, misalnya
dirumah pasien sedang ada kematian, sehingga mengajak ibu dan bayi yang baru
dilahirkan untuk pulang, bagi sebagian besar masyarakat Bali merupakan hal yang
tabu untuk dilakukan.
Tabel XVI. Lama Rawat Inap Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. Lama pasien dirawat Jumlah pasien
(n=27) Presentase jumlah
(%)
1. 3 hari 5 18,5 2. 4 hari 14 51,9 3. 5 hari 7 25,9 4. 6 hari 1 3,7 Jumlah 27 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
E. Rangkuman Pembahasan
Karakteristik pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit
Sanglah Denpasar periode Februari 2007, berdasarkan data yang diperoleh,
terdapat 27 kasus. Pasien dengan usia termuda atau dibawah 19 tahun sebanyak 1
pasien, yaitu usia 18 tahun, sedangkan usia pasien tertua adalah usia 41 tahun,
pasien terbanyak terdapat pada kelompok usia 30-34 tahun. Setiap pasien
memiliki indikasi yang berbeda-beda, dimana indikasi ketuban pecah dini (KPD)
menduduki peringkat pertama, baik pada pasien dengan satu indikasi atau lebih
dari satu indikasi, yaitu sebanyak 10 pasien atau 37%. Peringkat kedua adalah
pasien dengan indikasi malposisi sebanyak 9 pasien atau 33,3%. Peringkat ketiga
yaitu pasien dengan indikasi lokus minoris resisten (LMR) sebanyak 8 pasien atau
29,6%.
Berdasarkan data tingkat pendidikan pasien, dapat dikatakan bahwa
pendidikan pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur masih cukup rendah. Hal
tersebut terlihat dari masih adanya pasien yang tidak lulus SD dan hanya sedikit
sekali pasien yang mengenyam tingkat pendidikan sampai perguruan tinggi.
Terkait dengan indikasi pasien melakukan bedah sesar, dalam hal ini tingkat
pendidikan pasien di Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007 tidak dapat
dihubungkan dengan indikasi mereka untuk melakukan bedah sesar.
Pasien yang dirawat di Bangsal Bakung Timur memiliki pekerjaan yang
berbeda-beda, sebagian besar dari mereka adalah Ibu Rumah Tangga (IRT).
Berdasarkan jenis pekerjaan pasien, tidak dapat dihubungkan dengan indikasi
pasien melakukan bedah sesar. Pasien di Bangsal Bakung Timur dirawat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dua kelas bangsal, yaitu kelas II dan III. Pasien yang menempati bangsal di kelas
III jauh lebih banyak (92,6%) daripada di kelas II, karena sebagian besar pasien
yang dirawat berasal dari keluarga miskin dan sebagian lagi dengan asuransi
kesehatan.
Pada umumnya kelas terapi yang diterima adalah kelas terapi antiinfeksi,
obat Obstetrik dan Ginekologi, obat gizi dan darah, analgetik, cairan elektrolit,
serta transfusi darah. Pada kasus bedah, antiinfeksi profilaksis diberikan untuk
tindakan bedah tertentu yang sering disertai infeksi pasca bedah atau yang
berakibat berat bila terjadi infeksi pasca bedah. Pemberian antiinfeksi sesudah
bedah sesar dianjurkan untuk tindakan profilaksis terhadap bahaya infeksi.
Antiinfeksi yang diterima oleh pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur adalah antibiotika yang terdiri dari ampisilin, amoksisilin,
sulbenisilin dan sefotaksim. Antibiotika profilaksis yang diterima oleh pasien
bedah sesar di Bangsal Bakung Timur, yang operasinya dilakukan secara
terencana adalah injeksi ampisilin atau sulbenisilin atau kedacilin 1-2 gram yang
diberikan 1 jam sebelum operasi, atau untuk pasien kiriman yaitu 30 menit
sebelum operasi atau selama menunggu persiapan ruang operasi. Pemberian
antibiotika dilanjutkan kembali setelah operasi selesai atau setelah bayi lahir,
umumnya dengan antibiotika amoksisilin atau kedacilin yang diberikan secara
oral selama 3-7 hari.
Obat golongan oksitosik dianggap memberikan kemudahan dalam
persalinan dan memegang peranan penting dalam refleks ejeksi susu, serta
mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan. Contoh obat oksitoksik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
yang diterima oleh pasien di Bangsal Bakung Timur antara lain oksitosin dan
metilergometrin. Analgesik pada pasien pasca bedah sesar diberikan dengan
tujuan untuk mengurangi nyeri pasca operasi, karena keluhan utama bagi pasien
pasca bedah sesar adalah rasa nyeri yang timbul setelah operasi. Analgesik yang
diberikan pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur adalah
analgesik non opioid, yaitu asam mefenamat. Selain dapat mengalami nyeri pasca
bedah, pasien juga dapat mengalami malnutrisi dengan berbagai tingkatan,
terutama pada wanita hamil. Hal tersebut disebabkan oleh volume distribusi pada
wanita hamil lebih besar dari wanita yang tidak hamil. Adanya fetus akan
memperluas ruang lingkup sirkulasi darah pada ibu, karena darah yang berfungsi
mengangkut nutrisi, selain diedarkan pada tubuh ibu juga harus diedarkan pada
fetus.
Malnutrisi dapat menekan kekebalan, mempermudah terinfeksi, dan
mengganggu proses kesembuhan pasien yang bersangkutan. Oleh karena itu,
pasien perlu mendapat terapi dengan obat yang dapat mempengaruhi gizi,
contohnya vitamin C, vitamin B1 dan vitamin B12, serta yang dapat mempengaruhi
darah, contohnya fero sulfat, sehingga dapat mempercepat kesembuhan pasien.
Pemberian cairan elektrolit bertujuan untuk mangganti cairan tubuh yang hilang
akibat dehidrasi dan pendarahan saat bedah sesar, sehingga dapat mengembalikan
pasien pada kondisi normal. Pemberian cairan elektrolit pada pasien pasca bedah
sesar tergantung pada keadaan klinis pasien tersebut. Akan tetapi secara umum,
cairan elektrolit diberikan sebagai terapi suportif, dengan tujuan memenuhi
kebutuhan tubuh akan elektrolit yang sulit didapatkan selama sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Cairan elektrolit yang sering digunakan untuk terapi suportif adalah ringer
dektrosa dan ringer laktat yang bersifat sementara, karena cepat menghilang dari
peredaran darah. Penentuan pemberian transfusi darah tidak hanya ditentukan oleh
banyaknya darah yang hilang, tetapi juga oleh kecepatan hilangnya darah dan
kondisi fisik pasien. Pasien dengan kondisi kesehatan yang baik akan lebih
mampu mengatasi kehilangan darah dibandingkan pasien dengan kondisi
kesehatan yang kurang/tidak baik.
Pemberian kelompok terapi obat lain, di sini mungkin dimaksudkan untuk
menyembuhkan penyakit komplikasi atau gejala yang menyertai penyakit
tersebut. Golongan obat lain yang diterima oleh pasien pasca bedah sesar di
Bangsal Bakung Timur terdiri dari obat golongan kortikosteroid contohnya
deksametason dan analog prostaglandin contohnya misoprostol. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa drug related problems yang terjadi pada pasien bedah
sesar di bangsal Bakung Timur adalah dosage too low, yaitu sebanyak 17 kasus.
Kondisi pasien dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu
terapi untuk pasien bedah sesar di rumah sakit yang bersangkutan. Berdasarkan
hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa setelah menjalani pembedahan dan
perawatan, semua pasien bedah sesar yang dirawat di Bangsal Bakung Timur RS
Sanglah Denpasar pulang dengan kondisi klinis yang membaik yaitu sebanyak 27
pasien atau 100%. Sepanjang Februari 2007, tidak ditemukan data pasien yang
meninggal pasca bedah sesar. Mereka umumnya menjalani rawat inap selama 4
hari sebelum mereka diijinkan pulang. Akan tetapi ada juga yang menjalani rawat
inap pasca bedah sesar selama 3 hari, 5 hari atau 6 hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian evaluasi penggunaan obat pada pasien pasca
bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode
Februari 2007, maka dapat diambil beberapa kesimpulan:
1. pasien terbanyak pada usia 30-34 tahun, dengan indikasi terbanyak ketuban
pecah dini. Tingkat pendidikan pasien terutama lulusan SLTA dengan jenis
pekerjaan terbanyak sebagai ibu rumah tangga. Pasien sebagian besar (92,6%)
dirawat di Bangsal kelas III.
2. golongan obat yang paling banyak diberikan adalah golongan antibakteri,
oksitoksik, analgesik non opioid antiinflamasi non steroid, serta obat yang
mempengaruhi darah dan gizi masing-masing sebanyak 100%. Jenis obat yang
paling banyak diberikan adalah amoksisilin, metilergometrin, dan asam
mefenamat masing-masing sebanyak 100%.
3. jumlah kasus drug related problems (DRPs), yaitu: dosage too low sebanyak
17 kasus.
4. pasien menjalani rawat inap selama 3-6 hari. Semua pasien pulang dengan
kondisi klinis yang membaik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah:
1. untuk penelitian berikutnya, dalam pengambilan data penelitian perlu
dilakukan wawancara langsung dengan pasien, untuk memperoleh
kelengkapan data rekam medik pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, I., 2002, Menimbang Sejumlah Resiko Jika Ibu Pilih Bedah Sesar, http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2002/3/3/kl.html. Diakses pada 30 Oktober 2006.
Adityarini, D., 1996, Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui, Terapi Medis,
415-417, 484-489, PT. Gramedia, Jakarta. Anief, Moch, 2003, Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan,
9-10, 15-17, 52, 65-62, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Anonim, 2000a, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 199-233, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2000b, The Controversy Over Clarithromycin: Concentration-
Dependent or Time-Dependent, http://www.medscape.com/viewarticle. Diakses pada 24 April 2007.
Anonim, 2000c, Managing Complications in Pregnancy and a Guide for
Midwives and Doctor Chilbrith, 10-15, 34-44, Departement of Reproduction Health and Research WHO, Geneva.
Anonim, 2002, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Edisi XXXVI, 381,
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta. Anonim, 2004, A to Z Drug Facts, Edisi V, 1677-1683, Walthers Kluvwer Health,
Inc, USA. Anonim, 2005a, Nursing Drug Handbook, Edisi XXV, 1332-1333, Lippincott
William & Wilkins, Wolters Klower Company, USA. Anonim, 2005b, Bakteri, http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.htm. Diakses pada
27 Mei 2007. Anonim, 2006a, Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia,
Antibiotika, http://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotika. Diakses pada 3 November 2006.
Anonim, 2006b, Antibiotika, Corporate Training & Development New Medical
Representative, 8-9, 13-29, PT. SOHO Industri Pharmasi, Bandung. Anonim, 2007a, Kehamilan, http://id.wikipedia.org/wiki/kehamilan. Diakses pada
11 Mei 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Anonim, 2007b, Ovarium, http://id.wikipedia.org/wiki/Ovarium. Diakses pada 11 Mei 2007.
Cipolle, R. J., Strand, L. M., dan Morley, P. C., 2004, Pharmaceutical Care
Practise, Edisi II, 75-83, 173-175, McGraw-Hill Companies, Inc, USA. Cowl, C.T., 2003, Physicians Drug Handbook, Edisi X, 129-130, 141-142, 274-
275, 819-821, 933-935, Lippincott William & Wilkins, Bethlehem, Springhouse.
DiPiro, J.T., 2003, AHFS Drug Handbook, Edisi II, 144-146,575-577, 1251-1257,
1286-1287, Lippincott William & Wilkins, Bethlehem, Springhouse. Eisenhaver L., Nicholas L.W., dan Spencer T., 1998, Clinical Pharmacology &
Nursing Management, Edisi V, 143-169, 479-483, 779-781, Lippincott, Philadelphia, New York.
Ganiswara, S.G., dkk, 2001, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, 189-196, 571-578,
714-737, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Han, T. T., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Samping, Edisi V, Cetakan I, 54-89, PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.
Joris, K.D., 2004, Penggunaan Antibiotika & Jenis Antibiotika (1),
hhtp://www.mail-archive.com/[email protected]/msg46195.html. Diakses pada 3 November 20006.
Katzung, dan Trevor, 1990, Katzung & Trevor’s Pharmacology Examination &
Board Review, Edisi VI, 296-298, 374-410, 447-455, McGraw-Hill Companies, Inc, USA.
Lacy C.F., Armstrong, Gold, M.P., 2003, Drug Information Handbook, Edisi XI,
1751-1753, Lexicomp, Inc. Lutfi, B., 2003, Analgesik, http://www.suaramerdeka/lambungkosong-jangan
minumobat.htm. Diakses pada 31 Maret 2007. Manuaba, I.B.G., 1999, Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Dokter Umum, 228-253, Penerbit ECG, Jakarta. Memmler, R.L, 1962, The Human Body in Health and Disease, Edisi II, 111-
113,190-193, 318-321, Lippincott Company, USA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi II, Cetakan I, 117-132, Penerbit ECG, Jakarta.
Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Edisi V, 177-207, 377-378, 380, 594-606,
Penerbit ITB, Bandung. Oxorn, H., 1990, Human Labor & Birth, diterjemahkan oleh Mohamad Hakimi,
Edisi I, 551-553, 635-649, Enssencia Medika, Jakarta. Pratiknya, A. W., 1993, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, Cetakan II, 189-202, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sastroasmoro, S., dan Ismael S., 1995, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis, 53-65, 67-77. Penerbit ITB, Bandung. Siregar, C. J. P., 2006, Farmasi Klinik Teori & Penerapan, Cetakan I, 88-95,
Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta. Skoch, W., Daley, C.L., dan Forsmark, C.E., 1996, Penuntun Terapi Medis, Edisi
XVIII, 787-792, 795-799, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta. Sumarsono, T., 2002, Seputar Masalah Resistensi Antibiotika,
hhtp://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0702/28/0802.htm. Diakses pada 3 November 2006.
Walsh, T. D., 1997, Kapita Selekta Penyakit dan Terapi, Cetakan I, 359-364,
Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta. Wikaningtyas, M., 2004, Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Pasca Bedah
Sesar di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2002, 14, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Wiknjosastro, H., 1991, Ilmu Kebidanan, Edisi III, 125, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data Rekam Medis Pasien Pasca Bedah Sesar Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007
No. No. RM Data Diri TM, TO,
TP, TK
Anamnesa Riwayat Sakit dan Riwayat Obat
Diagnosa dan Tindakan
Obat Cara Pemberian
Keterangan
010897561. 1-2-2007
Ny. Y Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 12.00 (1-2-2007), keluar air (-), gerak anak (+) baik, blood slym (+).
Asma (-) Diagnosa: D5%:Ringer Laktat + Oksitosin 10 IU (28 tetes/menit s/d 12 jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit.
Umur: 21 thn Diabetes Mellitus (-) G
TB: 157 cm BB: 67 kg Pendidikan: SLTP Pekerjaan: IRT Kelas Bangsal: III
Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,5oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
1P0000 40-41 minggu T/H, blood slym.
Kedacilin (2x1 gram) Injeksi i.v Alinamin F (2x1 ampul) Injeksi i.v
Vitamin C (2x200 mg) Tindakan: Injeksi i.v SC. Cito, injeksi i.v
Kedacilin 2 gram (test dulu). P1001 Post SC hari 0
2-2-2007
P Flatus (-), ASI (-), vagina Lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik, luka op. terawat baik. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit
1001 Post SC hari I Kedacilin (3x1gram) Oral Aff infus i.v dan DC, bubur saring
Alinamin F (3x1 ampul) Oral Vitamin C (2x1ampul) Oral
3-2-2007
Flatus (+), ASI (+), Pvagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik, luka op. terawat baik.
1001 Post SC hari II Amoksisilin (3x500mg) Oral Bubur saring As. Mefenamat (3x500mg) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral Methergin (3x1 tab) Oral
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit
4-2-2007
P Flatus (+), ASI (+), vagina Lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik Luka op. terawat baik TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 70oC Respirasi: 20 kali/menit
1001 Post SC hari III Amoksisilin (3x500mg) Oral Pulang, Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x500mg) Oral kontrol poli selama 1 minggu
Fero Sulfat (2x1 tab) Oral Methergin (3x1 tab) Oral
Ny. S 5-2-2007
Keluar air sejak pkl. O3.30 (5-2-2007), sakit perut (-), gerak anak (+) baik.
Asma (-) Diagnosa: 2. 01090462 D5%:Ringer Laktat + Oksitosin 10 IU (28 tetes/menit s/d 12 jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit.
Umur: 34 thn Diabetes Mellitus (-) G
TB: - BB: - Pendidikan: Universitas Pekerjaan: PNS Kelas Bangsal: III
Keadaan umum: baik TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,8oC Respirasi: 18 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
2P1001 39-40 minggu T/H, KPD.
Ampisilin (3x 1 gram) Injeksi i.v Tindakan: Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v SC. Cito, Antibiotika pre operasi, Persiapan darah.
Vitamin C (2x1 ampul) Injeksi i.v
P2002 Post SC hari 0
6-2-2007
Nyeri luka operasi, flatus (-), vagina lochia (+) rubra,
P
2002 Post SC hari 1 Amoksisilin (3x500mg) Oral Aff infus i.v dan DC, Bubur saring
As. Mefenamat (3x500mg) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kontraksi (+) baik, luka op. terawat baik
Methergin (3x1 tab) Oral TD: 110/65 mmHg
Nadi: 82 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit
7-2-2007
Flatus (+) Vagina Lochia (+) rubra Kontraksi baik Luka op. terawat baik TD: 110/65 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,5oC Respirasi: 20 kali/menit
P2002 Post SC hari 2 Amoksisilin (3x500mg) Oral Bubur saring As. Mefenamat (3x500mg) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral Methergin (3x1 tab) Oral
8-2-2007
Flatus (+) Kontraksi baik Luka op. terawat baik TD: 110/65 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,5oC Respirasi: 20 kali/menit
P2002 Post SC hari 3 Amoksisilin (3x500mg) Oral Pulang, kontrol poli selama 1 minggu
Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x500mg) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral Methergin (3x1 tab) Oral
3. 01096552 Ny. S 7-2-2007
Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 10.00 (7-2-2007), keluar air (-), gerak anak (+) baik
Asma (-) Diagnosa: Perawatan pre op. Umur: 30 thn Diabetes Mellitus (-) G
TB: 150 cm BB: 64 kg Pendidikan: SLTA Pekerjaan:
Keadaan umum: baik TD: 110/70 mmHg
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
2P1001 40-41 minggu T/H, LMR (bekas SC).
Tindakan: SC. Cito (8-2-2007)
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Petani Nadi: 84 kali/menit Kedacilin/Ampisilin 2 gram (test dulu)
Kelas Bangsal: III
Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit
Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
8-2-2007
Nyeri luka operasi Flatus (-) Vagina Lochia (+) rubra Kontraksi baik Luka op. terawat baik TD: 110/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit
P2002 Post SC hari 0 D5%:Ringer Laktat + oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12 jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit.
Injeksi i.v
Ampisilin (3x1 gram) Injeksi i.v Vitamin C (2x1 ampul) Injeksi i.v Alinamin F (3x1 ampul)
Oral Aff infus i.v dan DC, Bubur saring
P 9-2-2007
Flatus (-)
Vagina Lochia (+) rubra Kontraksi baik Luka op. terawat baik TD: 130/90 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit
2002 Post SC hari 1 Amoksisilin (3x500mg) Oral As. Mefenamat (3x500mg) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral Methergin (3x1 tab)
10-9-2007
Flatus (+), ASI (+) PVagina Lochia (+) rubra Kontraksi baik
2002 Post SC hari 2 Amoksisilin (3x500mg) Oral Bubur saring As. Mefenamat (3x500mg) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral Methergin (3x1 tab) Oral
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Luka op. terawat baik TD: 120/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit
11-2-2007
Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra Kontraksi baik Luka op. terawat baik TD: 120/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC hari 3 Amoksisilin (3x500mg) Oral Pulang, kontrol poli selama 1 minggu
Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x500mg) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral Methergin (3x1 tab) Oral
8-2-2007
Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 18.00 (7-2-2007), keluar air (-), gerak anak (+) baik.
Asma (-) Diagnosa: 4. 00882648 Ny. A D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 10 IU (32 tetes/menit s/d 12jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit.
Diabetes Mellitus (-) GUmur: 28 thn TB: 155 cm BB: 57 kg Pendidikan: SLTA Pekerjaan: Pegawai Swasta Kelas Bangsal: III
Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
1P0000 41-42 minggu T/H, mioma uteri
Sulbenisilin (3x1gram) Injeksi i.v Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Tindakan: Vitamin C (2x1ampul) Injeksi i.v SC. Cito. P1001 Post SC hari 0 + mioma uteri
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Flatus (-) 9-2-2007
Vagina Lochia (+) rubra. TD: 120/80 mmHg Nadi: 88 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P1001 Post SC hari I + mioma uteri
D5%:Ringer Laktat (3:1) 28 tetes/menit
Infus i.v Minum sedikit-sedikit, bubur saring
Ampisilin (3x1 gram) Injeksi i.v Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x1 ampul) Injeksi i.v
10-2-2007
Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra, kontraksi baik TD: 100/70 mmHg Nadi: 88 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P1001 Post SC hari II + mioma uteri
Amoksisilin (3x500 mg) Oral Aff infus i.v dan DC, bubur saring
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
P 11-2-2007
Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra, kontraksi baik, luka op. terawat baik TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
1001 Post SC hari III + mioma uteri
Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli
selama 1 minggu
Pulang dengan membaik
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
5. 01099601 Ny. K 8-2-2007
Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 03.00 (8-2-2007), keluar air (-), gerak anak (+) baik.
Asma (-) Diagnosa: D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 1 ampul (32 tetes/menit s/d 12 jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Umur: 32 thn Diabetes Mellitus (-) GTB: - BB: - Pendidikan: tidak lulus SD Keadaan umum: baik
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
2P1001 41-42 minggu T/H, Preeklamsia ringan
Sulbenisilin (3x1gram) Injeksi i.v Alinamin F (2x1 ampul) Injeksi i.v
Injeksi i.v
Vitamin C (2x1ampul)
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pekerjaan: - TD: 130/90 mmHg Tindakan: Kelas Bangsal: III
Nadi: 84 kali/menit SC. Cito. Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit
P2002 Post SC hari 0 + Preeklamsia ringan Tingkat kesadaran:
E4M6V5=15
9-2-2007
Flatus (-) Vagina Lochia (+) rubra. TD: 120/90 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC hari I + Preeklamsia ringan
D5%:Ringer Laktat (28 tetes/menit)
Infus i.v Minum sedikit-sedikit, bubur saring
Ampisilin (3x1 gram) Injeksi i.v Alinamin F (3x1ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x1ampul) Injeksi i.v
10-2-2007
Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra, kontraksi baik TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC hari II + Preeklamsia ringan
Amoksisilin (3x500 mg) Oral Aff infus i.v dan DC As. Mefenamat (3x500 mg) Oral
Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
11-2-2007
Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra, kontraksi baik, luka op. terawat baik TD: 100/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC hari III + Preeklamsia ringan
Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, kontrol poli selama 1 minggu
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
Pulang dengan membaik
Methergin (3x1 tab) Oral
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8-2-2007
Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 21.00 (7-2-2007), keluar air (-), gerak anak (+) baik.
Asma (-) Diagnosa: 6. 00954622 Ny. I D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 1 ampul (32 tetes/menit s/d 12 jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Diabetes Mellitus (-) GUmur: 28 thn TB: 147 cm BB: 56 kg Pendidikan: SLTA Pekerjaan: Pegawai Swasta Kelas Bangsal: III
Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
2P1001 39-40 minggu T/H, LMR (bekas SC).
Sulbenisilin (3x1gram) Injeksi i.v Alinamin F (2x1 ampul) Injeksi i.v Tindakan: Vitamin C (2x1ampul) Injeksi i.v SC. Cito (8-2-2007) P2002 Post SC hari 0
9-2-2007
Flatus (-), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC hari I Ampisilin (3x1 gram) Injeksi i.v Bubur saring, Aff infus i.v dan DC
Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x1 ampul) Injeksi i.v
10-2-2007
Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC hari II Amoksisilin (3x500 mg) Oral As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
11-2-2007
Flatus (+), ASI (+) PVagina Lochia (+) rubra, luka op. terawat
2002 Post SC hari III Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, kontrol selama 1
Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Methergin (3x1 tab) Oral
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
baik Fero Sulfat (2x1 tab) Oral minggu TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
Asma (-) Diagnosa: 7. 01100109 Ny. A 10-2-2007
Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 03.00 (10-2-2007), keluar air (+), gerak anak (+) baik.
Amoksisilin (3x500 mg) Oral Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Diabetes Mellitus (-) GUmur: 31 thn TB: - BB: - Pendidikan: SLTP Pekerjaan: IRT Kelas Bangsal: III
Keadaan umum: baik TD: 100/60 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 22 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
2P1001 40-41 minggu T/H, letak sungsang
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
Tindakan: SC. Cito (10-2-2007) P2002 Post SC hari 0
11-2-2007
Flatus (-), Vagina Lochia (+) rubra. TD: 100/60 mmHg Nadi: 88 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 22kali/menit
P2002 Post SC hari I Amoksisilin (3x500 mg) Oral Bubur saring As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
12-2-2007
Flatus (+), ASI (sedikit)
P
Vagina Lochia (+) rubra, luka op. terawat baik
2002 Post SC hari II Amoksisilin (3x500 mg) Oral Bubur saring As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TD: 100/60 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
13-2-2007
Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra, luka op. terawat baik TD: 100/60 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC hari III Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli selama 1 minggu
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
10-2-2007
Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 13.30 (10-2-2007), keluar air (-), gerak anak (+) baik, blood slym (+).
Asma (-) Diagnosa: Ampisilin (3x1 gram) Injeksi i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
8. 01100319 Ny. S Diabetes Mellitus (-) G Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Umur: 18 thn 1P0000 41-42
minggu T/H, blood slym
Hipertensi (-) Vitamin C (2x200 mg) Injeksi i.v TB: 146 cm Penyakit Jantung (-) BB: 46 kg Pendidikan:
SD
Keadaan umum: baik Obat (-) Tindakan: TD: - Pekerjaan:
Nelayan SC. Cito (10-2-2007), siapkan darah, injeksi i.v sulbinisilin 2 gr (test dulu)
Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,8oKelas
Bangsal: III C
Respirasi: 20 kali/menit
Tingkat kesadaran: E P4M6V5=15 1001 Post SC hari 0
11-2-2007
Flatus (-), ASI (+). TD: 100/60 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P1001 Post SC hari I Ampisilin (3x1 gram) Injeksi i.v Bubur saring Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x1 ampul) Injeksi i.v
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12-2-2007
Flatus (+), ASI (+), luka op. terawat baik. TD: 110/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P1001 Post SC hari II Amoksisilin (3x1 tab) Oral As. Mefenamat (3x1 tab) Oral Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
13-2-2007
Flatus (+), ASI (+), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik. TD: 110/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P1001 Post SC hari III Amoksisilin (3x1 tab) Oral As. Mefenamat (3x1 tab) Oral
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
P 14-2-2007
Flatus (+), ASI (+), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik. TD: 110/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
1001 Post SC hari IV Amoksisilin (3x1 tab) Oral Pulang, Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x1 tab) Oral kontrol poli selama 1 minggu
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
9. 01100326 Ny. A 10-2-2007
Sakit perut (-), keluar air sejak pkl. 18.00 (10-2-2007), gerak anak (+) baik.
Asma (-) Diagnosa: D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Umur: 35 thn Diabetes Mellitus (-) GTB: - BB: - Pendidikan: Keadaan umum: baik
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-)
2P1001 40-41 minggu T/H, LMR (bekas SC), ketuban pecah dini.
Kedacilin (3x1gram) Injeksi i.v Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SLTA TD: 110/70 mmHg Obat (-) Tindakan: Vitamin C (2x1ampul) Injeksi i.v Pekerjaan: Pegawai Swasta
Nadi: 80 kali/menit SC. Cito (10-2-2007), siapkan darah, antibiotika (test dulu)
Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Kelas
Bangsal: II Tingkat kesadaran: E
4M6V5=15 P2002 Post SC + steril
hari 0
11-2-2007
Flatus (-) TD: 80/50 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC + steril hari I
Kedacilin (3x1gram) Injeksi i.v Infus i.v dan DC lanjut, bubur saring
Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x1ampul) Injeksi i.v
12-2-2007
Flatus (+), ASI (+) TD: 100/60 mmHg Nadi: 92 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC + steril hari II
Amoksisilin (3x500 mg) Oral As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
13-2-2007
Flatus (+), ASI (+), luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC + steril hari III
Amoksisilin (3x1 tab) Oral Pulang, As. Mefenamat (3x1 tab) Oral kontrol poli
selama 1 minggu
Pulang dengan membaik
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
10. 01100090 Ny. A 11-2-2007
Keluar air pervaginam sejak pkl. 06.00 (11-2-2007), sakit perut
Asma (-) Diagnosa: D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (30 tetes/menit s/d 12jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-
Umur: 25 thn Diabetes Mellitus (-) GTB: 147 cm Hipertensi (-)
1P0000 40-41 minggu T/H, keluar
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penyakit Jantung (-) air BB: 52 kg hilang timbul (+) sejak pkl. 05.00 (11-2-2007), blood slym (+), gerak anak (+) baik.
Ampisilin (3x1gram) Injeksi i.v sedikit Tindakan: Pendidikan:
SLTA Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v
Obat (-) SC. Cito (11-2-2007), Ampisilin 4x500 mg
Vitamin C (2x1ampul Injeksi i.v Pekerjaan: Wiraswasta Keadaan umum: baik
Kelas Bangsal: III
TD: 120/70 mmHg PNadi: 80 kali/menit 1001 Post SC hari 0
Suhu: 36,5oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
12-2-2007
Flatus (+), ASI (+), BAB (-), BAK (-), minum (-). TD: 100/60 mmHg Nadi: 64 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P1001 Post SC hari I Sulbenisilin (3x1gram) Injeksi i.v Aff infus i.v dan DC Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v
Vitamin C (2x1 ampul) Injeksi i.v
P 13-2-2007
Neri perut, flatus (+), ASI (-), BAB (+), BAK (+), minum (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 100/60 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
1001 Post SC hari II Amoksisilin (3x1 tab) Oral As. Mefenamat (3x1 tab) Oral
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
P 14-2-2007
Neri perut, flatus (+), ASI (+), BAB (+), BAK (+), minum (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
1001 Post SC hari III Amoksisilin (3x1 tab) Oral Pulang, Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x1 tab) Oral kontrol poli selama 1 minggu
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
11-2-2007
Sakit perut (-), gerak anak (+) baik, keluar air (-).
Asma (-) Diagnosa: 11. 00650341 Ny. S Diabetes Mellitus (-) GUmur: 31 thn
TB: - BB: - Pendidikan: SLTA Pekerjaan: Pegawai Swasta Kelas Bangsal: III
Keadaan umum: baik TD: 110/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
3P2002 37-38 minggu T/H, LMR (bekas SC)
Tindakan: SC. Primer + tubektomi (12-2-2007).
12-2-2007
TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,5oC Respirasi: 20 kali/menit
P3003 Post SC + steril hari 0
D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam)
Infus i.v DC, puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Sefotaksim (3x1gram) Injeksi i.v Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x1ampul) Injeksi i.v
13-2-
2007 Nyeri perut, luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagia lochia (+) rubra.
P3003 Post SC + steril hari I
Amoksisilin (3x1 tab) Oral Aff infus i.v dan DC As. Mefenamat (3x1 tab) Oral
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
14-2-2007
Flatus (+), ASI (-), vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P3003 Post SC + steril hari II
Amoksisilin (3x1 tab) Oral As. Mefenamat (3x1 tab) Oral
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
P 15-2-2007
Flatus (+), ASI+), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik, BAB (+), BAK (+). TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
3003 Post SC + steril hari III
Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli
selama 1 minggu
Pulang dengan membaik
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
12. 01100963 Ny. S 13-2-2007
Keluar air pervaginam sejak pkl. 08.00 (13-2-2007), sakit perut (-), gerak anak (+) baik.
Asma (-) Diagnosa: D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (30 tetes/menit s/d 12jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Umur: 41 thn Diabetes Mellitus (-) GTB: - BB: - Pendidikan: SLTA Pekerjaan:
Keadaan umum: baik TD: 110/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
1P0000 38-39 minggu T/H, primitua, letak sungsang, ketuban pecah dini.
Ampisilin (3x1gram) Injeksi i.v Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x1ampul) Injeksi i.v
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pegawai Swasta
Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit
Tindakan: Kelas Bangsal: II
SC. Cito (13-2-2007), antibiotika (test dulu), siapkan darah
Tingkat kesadaran: E 4M6V5=15
P1001 Post SC hari 0
P 14-2-2007
Flatus (-), ASI (+), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik. TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
1001 Post SC hari I Ampisilin (3x1 gram) Injeksi i.v Minum sedikit-sedikit, bubur saring, Aff infus i.v dan DC
Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x1 ampul) Injeksi i.v
15-2-2007
Flatus (+), ASI (-), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik, BAK (-). TD: 110/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P1001 Post SC hari II Amoksisilin (3x1 tab) Oral As. Mefenamat (3x1 tab) Oral
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
16-2-2007
Flatus (+), ASI (-), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+)
P1001 Post SC hari III Amoksisilin (3x1 tab) Oral Pulang, Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x1 tab) Oral kontrol poli selama 1 minggu
Metilergometrin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
baik, BAB (+), BAK (+).
TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam)
Infus i.v Puasa 6 jam Asma (-) Diagnosa: 13. 01099226 Ny. S 14-2-2007
Keluar air pervaginam sejak pkl. 12.00 (14-2-2007), sakit perut hilang timbul (-), gerak anak (+) baik, keluhan keluar lendir darah (-).
Diabetes Mellitus (-) GUmur: 27 thn 2P1001 37-38 minggu T/H, LMR (bekas SC).
Hipertensi (-) TB: 131,5 cm Ampisilin (3x1gram) Injeksi i.v Penyakit Jantung (-) BB: 47 kg Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Pendidikan:
SD Tindakan:
Vitamin C (2x1ampul) Injeksi i.v Obat (-) SC. Cito (14-2-2007), injeksi i.v Kedacilin 2 gram (test dulu), siapkan darah
Pekerjaan: IRT Keadaan umum: baik Kelas Bangsal: III
TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit
Suhu: 36,8o C PRespirasi: 20
kali/menit 2002 Post SC hari 0
Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
15-2-2007
Nyeri luka op., flatus (-), ASI (+), luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik. TD: 100/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC hari I Ampisilin (3x1 gram) Injeksi i.v Minum sedikit-sedikit, bubur saring, Aff infus i.v dan DC
Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x1 ampul) Injeksi i.v
16-2-2007
Nyeri luka op., luka op. terawat baik,
P2002 Post SC hari II Amoksisilin (3x500 mg) Oral As. Mefenamat (3x500 mg) Oral
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra.
Metilergometrin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P 17-2-2007
Nyeri luka op. berkurang, luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
2002 Post SC hari III Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli selama 1 minggu
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
Asma (-) Diagnosa: D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 1 ampul (32 tetes/menit s/d 12jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
14. 01096732 Ny. I 15-2-2007
Keluar air pervaginam sejak pkl. 09.00 (15-2-2007), sakit perut (-), gerak anak (+) baik.
Diabetes Mellitus (-) G Umur: 32 thn 2P1001 39-40 minggu T/H, LMR (bekas SC), ketuban pecah dini lebih dari 12 jam, febris.
Hipertensi (-) TB: 150 cm Penyakit Jantung (-) Ampisilin (3x1gram) Injeksi i.v BB: 54 kg Alinamin F (2x1 ampul) Injeksi i.v Pendidikan: - Keadaan umum: baik Obat (-) Vitamin C (2x1ampul) Injeksi i.v Pekerjaan:
Petani TD: 120/80 mmHg
Nadi: 92 kali/menit Tindakan: Kelas Bangsal: III
Suhu: 38o SC. Cito (15-2-2007), injeksi i.v Kedacilin 2 gram (test dulu), siapkan darah
C Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
P2002 Post SC hari 0
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16-2-2007
ASI (sedikit), vagina lochia (+) rubra. TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37,5oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC hari I D5%:Ringer Laktat (3:1) 28 tetes/menit
Infus i.v Minum sedikit-sedikit, bubur saring
Ampisilin (3x1 gram) Injeksi i.v Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x1 ampul) Injeksi i.v
17-2-2007
Sakit kepala (-), ASI (+), luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 76 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC hari II Amoksisilin (3x500 mg) Oral Bubur saring, Aff infus i.v dan DC
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
P ASI (+), luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 76 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
2002 Post SC hari III Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli selama 1 minggu
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
15. 01099853 Ny. E 15-2-2007
Keluar air pervaginam sejak pkl. 04.00 (15-2-2007), sakit perut (-), gerak anak (+) baik.
Asma (-) Diagnosa: D5%:Ringer Laktat (4:1) 20 tetes/menit s/d 12jam
Infus i.v Minum sedikit-sedikit s/d 6 jam post op.
Umur: 24 thn Diabetes Mellitus (-) GTB: - BB: - Pendidikan: SLTA
Keadaan umum: baik TD: 110/70 mmHg
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
3P1011 40-41 minggu T/H, letak sungsang, ketuban pecah dini.
Kedacilin (3x1ampul) Injeksi i.v Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x80 mg) Injeksi i.v
Tindakan:
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pekerjaan: IRT
Nadi: 80 kali/menit SC. Cito (15-2-2007), injeksi i.v Kedacilin 2 gram (test dulu), siapkan darah
Suhu: 36,9oC Kelas Bangsal: III
Respirasi: 20 kali/menit
Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
P2012 Post SC hari 0
16-2-2007
Nyeri luka op. berkurang, luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2012 Post SC hari I Kedacilin (3x1gram) Injeksi i.v Bubur saring, minum sedikit-sedikit, Aff infus i.v dan DC
Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x1 ampul) Injeksi i.v
P 17-2-2007
Flatus (+), ASI (+), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik. TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
2012 Post SC hari II Amoksisilin (3x500 mg) Oral Bubur saring As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
18-2-2007
ASI (+), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik.
P
TD: 110/70 mmHg
2012 Post SC hari III Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli selama 1 minggu
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nadi: 76 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
Asma (-) Diagnosa: D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 10 IU (20 tetes/menit s/d 12jam)
Infuse i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
16. 01101758 Ny. S 16-2-2007
Pendarahan aktif sejak pkl. 16.00 (16-2-2007) dan sudah terpasang infus set, sakit perut
Diabetes Mellitus (-) G Umur: 37 thn 4P3003 40 minggu T/H, letak lintang, suspect plasenta previa, pendarahan aktif.
Hipertensi (-) TB: - Penyakit Jantung (-) Ampisilin (3x1gram) Injeksi i.v BB: - Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Pendidikan:
SLTA (-), gerak anak (+) baik. Obat (-) Vitamin C (2x200 mg) Injeksi i.v
Pekerjaan: IRT
Keadaan umum: baik Tindakan: TD: 110/70 mmHg SC. Cito (16-2-
2007), injeksi i.v Ampisilin 2 gram (test dulu), siapkan darah
Kelas Bangsal: III
Nadi: 120 kali/menit Suhu: 37oC
Respirasi: 20 kali/menit
Tingkat kesadaran: E P4M6V5=15 4004 Post SC + steril
hari 0
17-2-2007
Nyeri luka op., flatus (-), luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 100/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P4004 Post SC + steril hari I
D5%:Ringer Laktat (3:1) 28 tetes/menit
infus i.v Aff infus i.v dan DC, habis injeksi ganti oral, minum sedikit-sedikit, bubur saring
Ampisilin (3x1gram) Injeksi i.v Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x1 ampul) Injeksi i.v
18-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra.
P4004 Post SC + steril hari II
Amoksisilin (3x1 tab) Oral Bubur saring As. Mefenamat (3x1 tab) Oral Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TD: 110/60 mmHg Nadi: 108 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 18kali/menit
19-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 120/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P4004 Post SC + steril hari III
Amoksisilin (3x500 mg) Oral As. Mefenamat (3x500 mg) Oral
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
P 20-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 100/60 mmHg Nadi: 72 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
4004 Post SC + steril hari IV
Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli
selama 1 minggu
Pulang dengan membaik
Methergin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
17. 01102399 Ny. B 20-2-2007
Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 02.00 (20-2-2007), gerak anak (+) baik, keluar air (-), blood slym (+).
Asma (-) Diagnosa: D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam)
infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Umur: 30 thn Diabetes Mellitus (-) GTB: - BB: - Pendidikan: SD Pekerjaan: IRT
Keadaan umum: - TD: - Nadi: 84 kali/menit
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
3P2002 40-41 minggu T/H, letak sungsang.
Kedacilin (3x1gram) Injeksi i.v Tindakan: Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v SC. Cito (20-2-2007), injeksi i.v Subenisilin 2 gram
Vitamin C (2x200 mg) Injeksi i.v
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kelas Bangsal: III
Suhu: 37oC (test dulu), siapkan darah Respirasi: 20
kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
P3003 Post SC hari 0
21-2-2007
Flatus (+), vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik. TD: 120/80 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P3003 Post SC hari I Amoksisilin (3x500 mg) Oral Bubur saring As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
22-2-2007
Vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik, pendarahan (-). TD: 100/60 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P3003 Post SC hari II Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli selama 1 minggu
Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
18. 01101767 Ny. E 20-2-2007
Keluar air pervaginam sejak pkl. 08.00 (16-2-2007), sakit perut (-), gerak anak (+) baik.
Ampisilin 4x500 mg, Deksametason 1x12 mg
Injeksi i.v Perawatan pre op.
Asma (-) Diagnosa: Umur: 25 thn TB: 156 cm BB: 72 kg Pendidikan: Universitas Pekerjaan: Pegawai Swasta Kelas Bangsal: III
Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 18 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
G1P0000 33-34 minggu T/H, letak sungsang, ketuban pecah dini lebih dari 12 jam.
Injeksi i.v
Tindakan: SC. Cito (22-2-2007).
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21-2-2007
TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
Diagnosa: Ampisilin 4x500 mg, Deksametason 1x12 mg
Injeksi i.v Perawatan pre op. Injeksi i.v G1P0000 33-34
minggu T/H, letak sungsang, ketuban pecah dini lebih dari 12 jam.
Tindakan: SC. Cito (22-2-2007).
22-2-2007
Vagina lochia (+) rubra, BAB (-), BAK (-). TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P0101 Post SC hari 0 D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (20 tetes/menit s/d 12jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Ampisilin (3x1gram) Injeksi i.v Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x1 ampul) Injeksi i.v
P 23-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAB (-), BAK (+) dengan kateter. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
0101 Post SC hari I Amoksisilin (3x500 mg) Oral Aff infus i.v dan DC, bubur saring
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
24-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (+).
P
TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit
0101 Post SC hari II Amoksisilin (3x500 mg) Oral Bubur saring As. Mefenamat (3x500 mg) Oral
Roborantia (1x1 tab) Oral
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
25-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (+). TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC
P0101 Post SC hari III Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli
selama 1 minggu
Roborantia (1x1 tab) Oral
D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Asma (-) Diagnosa: 19. 01102661 Ny. S 21-2-2007
Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 00.30 (21-2-2007), gerak anak (+) baik, keluar air (-), blood slym (+).
Diabetes Mellitus (-) GUmur: 33 thn 2P1001 38 minggu T/H, LMR (bekas SC).
Hipertensi (-) TB: 157 cm Ampisilin (3x1gram) Injeksi i.v Penyakit Jantung (-) BB: 68 kg Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Pendidikan:
SLTA Tindakan:
Vitamin C (2x1 ampul) Injeksi i.v Obat (-) Keadaan umum: baik SC. Cito (21-2-2007) Pekerjaan:
Lain-lain TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit
Kelas Bangsal: III
Suhu: 36,6o PC 2002 Post SC + tubektomi bilateral hari 0
Respirasi: 20kali/menit Tingkat kesadaran: E
4M6V5=15
22-2-
2007 Luka op. terasa sakit, luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC + tubektomi bilateral hari I
Amoksisilin (3x500 mg) Oral Aff infus i.v dan DC, bubur saring
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral
Roborantia (1x1 tab) Oral
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
P 23-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAB (-), BAK (+). TD: 95/50 mmHg Nadi: 76 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
2002 Post SC + tubektomi bilateral hari II
Amoksisilin (3x500 mg) Oral As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
24-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 100/60 mmHg Nadi: 74 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P2002 Post SC + tubektomi bilateral hari III
Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli
selama 1 minggu
Metilergometrin (3x1 tab) Oral Pulang dengan membaik
Roborantia (2x1 tab) Oral
22-2-2007
Pendarahan pervaginam warna merah segar sejak pkl. 23.00 (21-2-2007), sakit perut (-), gerak anak (+) baik, keluar air (-), pendarahan sebanyak 1 gelas.
Asma (-) Diagnosa: 20. 01102877 Ny. S Diabetes Mellitus (-) GUmur: 33 thn 4P0000 38-39
minggu T/H, plasenta previa, pendarahan aktif.
Hipertensi (-) TB: 153 cm Penyakit Jantung (-) BB: 63 kg Pendidikan:
SLTA Obat (-) Tindakan: Pekerjaan:
IRT SC. Cito (22-2-2007), antibiotika (test dulu), siapkan darah.
Keadaan umum: baik Kelas
Bangsal: III TD: 120/80 mmHg Nadi: 88 kali/menit
Suhu: 36,8o C Respirasi: 24
kali/menit
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tingkat kesadaran: E
4M6V5=15 Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit, bubur saring
Infus i.v PLuka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, nyeri (-), pendarahan (-). TD: 120/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,7oC Respirasi: 20 kali/menit
1001 Post SC hari 0 D5%:Ringer Laktat (3:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam)
Injeksi i.v Sulbenisilin (3x1gram) Injeksi i.v Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x1 ampul) Injeksi i.v Cytotec (3x1 ampul)
P 23-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAB (-), BAK (+), pendarahan (-). TD: 110/80 mmHg Nadi: 76 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
1001 Post SC hari I Amoksisilin (3x500 mg) Oral Aff infus i.v dan DC, bubur saring
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
24-2-2007
Sakit luka op.,luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, flatus (+),
P
BAB (-) BAK (+), ASI (+). TD: 110/60 mmHg
1001 Post SC hari II Amoksisilin (3x500 mg) Oral As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nadi: 76 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P 25-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, nyeri (-), BAB (+), BAK (+), flatus (+), pendarahan (-). TD: 110/60 mmHg Nadi: 75 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
1001 Post SC hari III Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli selama 1 minggu
Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
22-2-2007
Sakit perut (-), gerak anak (+) baik, keluar air (-), letak lintang.
Asma (-) Diagnosa: 21. 01102916 Ny. C Diabetes Mellitus (-) GUmur: 38 thn 3P2002 T/H, letak
lintang Hipertensi (-) TB: 153 cm Keadaan umum: baik Penyakit Jantung (-) BB: 65 kg Tindakan: TD: 100/60 mmHg Pendidikan:
Tidak tamat SD
SC. Primer + steril (22-2-2007), injeksi i.v Sefotaksim 2 gram (test dulu) atau injeksi i.v Ampisilin 2 gram, 1 jam sebelum op.
Nadi: 88 kali/menit Obat (-) Suhu: 36,8oC
Pekerjaan: IRT
Respirasi: 24 kali/menit
Kelas Bangsal: III
Tingkat kesadaran: E
4M6V5=15
23-2-
2007 Gerak anak (+) baik, keluar air (-), letak lintang. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC
P3003 Post SC + tubektomi bilateral hari 0
D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam)
Injeksi i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Ampisilin (3x1gram) Injeksi i.v Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x200 gram) Injeksi i.v
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Respirasi: 20 kali/menit
Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
24-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, flatus (+), vagina lochia (+) rubra. TD: 100/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P3003 Post SC + tubektomi bilateral hari I
Amoksisilin (3x500 mg) Oral Aff infus i.v dan DC, bubur saring
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
P 25-2-2007
Luka op. terawat baik, nyeri luka op., kontraksi (+) baik, flatus (+), vagina lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
3003 Post SC + tubektomi bilateral hari II
Amoksisilin (3x500 mg) Oral As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
26-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, ASI (+), vagina lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P3003 Post SC + tubektomi bilateral hari III
Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli
selama 1 minggu
Metilergometrin (3x1 tab) Oral Pulang dengan membaik
Roborantia (2x1 tab) Oral
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22-2-2007
Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 18.00 (21-2-2007), gerak anak (+) baik, keluar air (+) sejak pkl. 10.00 (21-2-2007), keluar lendir darah.
D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Asma (-) Diagnosa: 22. 01102876 Ny. L Diabetes Mellitus (-) GUmur: 32 thn 2P1001 41-42
minggu T/H, LMR (bekas SC), keluar air.
Hipertensi (-) TB: 152 cm Ampisilin (3x1gram) Injeksi i.v Penyakit Jantung (-) BB: 66,5 kg Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Pendidikan:
SLTA Vitamin C (2x200 gram) Injeksi i.v Obat (-) Tindakan: Pekerjaan:
IRT SC. Injeksi i.v Sulbenisilin 2 gram (test dulu).
Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Kelas
Bangsal: III Nadi: 88 kali/menit Suhu: 37o C
PRespirasi: 20 kali/menit
1001 Post SC hari 0
Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
P 23-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAB (-), BAK (+) dengan kateter, flatus (+). TD: 110/70 mmHg Nadi: 72 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
1001 Post SC hari I Amoksisilin (3x500 mg) Oral Bubur saring, Aff infus i.v dan DC
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
24-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAB (-), BAK (+).
P
TD: 110/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit
1001 Post SC hari II Amoksisilin (3x500 mg) Oral Bubur saring As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
25-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAB (+), BAK (+). TD: 110/70 mmHg Nadi: 76 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P1001 Post SC hari III Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli selama 1 minggu
Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
23-2-2007
Sakit perut (-), gerak anak (+) baik, keluar air (-), blood slym (-).
Asma (-) Diagnosa: 23. 01103113 Ny. R D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Diabetes Mellitus (-) GUmur: 31 thn TB: 152,5 cm BB: 56,2 kg Pendidikan: SLTA Pekerjaan: IRT Kelas Bangsal: III
Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
1P0000 41minggu T/H, oligohidramnion-anhidrosis.
Sefotaksim (3x1 ampul) Injeksi i.v Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v
Tindakan: Vitamin C (2x200 gram) Injeksi i.v SC. Cito. P1001 Post SC hari 0
24-2-2007
Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAB (-), BAK (+) dengan kateter, ASI
P
(-), flatus (+).
1001 Post SC hari I Ampisilin (3x1 gram) Injeksi i.v Aff infus i.v dan DC, bubur saring
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TD: 120/80 mmHg Nadi: 72 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
25-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (sedikit). TD: 120/80 mmHg Nadi: 70 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P1001 Post SC hari II Amoksisilin (3x500 mg) Oral Bubur saring As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Roborantia (1x1 tab) Oral
P 26-2-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (+). TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
1001 Post SC hari III Amoksisilin (3x500 mg) Oral Rawat luka, Pulang, Pulang dengan
membaik As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral kontrol poli
selama 1 minggu
Roborantia (2x1 tab) Oral
24. 01103108 Ny. S 23-2-2007
Sakit perut jarang-jarang sejak pkl. 04.00 (23-2-2007), gerak anak (+) baik, keluar air (-), keluar lendir darah (+).
Asma (-) Diagnosa: D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Umur: 29 thn Diabetes Mellitus (-) GTB: - BB: 63 kg Pendidikan: SLTA Pekerjaan: Pegawai Swasta
Keadaan umum: baik TD: 110/60 mmHg Nadi: 84 kali/menit
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
1P0000 39minggu T/H, letak sungsang, belum impartus.
Ampisilin (3x1 gram) Injeksi i.v Tindakan: Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v SC. Cito, antibiotika 2 gram (test dulu), siapkan darah.
Vitamin C (2x200 gram) Injeksi i.v
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kelas Bangsal: III
Suhu: 37,1oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
P0101 Post SC hari 0
24-2-2007
Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, flatus (+). TD: 120/80 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P0101 Post SC hari I Amoksisilin (3x500 mg) Oral Aff infus iv dan DC, bubur saring
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
P 25-2-2007
Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (sedikit), flatus (+). TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 18kali/menit
0101 Post SC hari II Amoksisilin (3x500 mg) Oral As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
26-2-2007
Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (sedikit), flatus (+).
P
TD: 120/80 mmHg
0101 Post SC hari III Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli selama 1 minggu
Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 18kali/menit
Asma (-) Diagnosa: 25. 01102817 Ny. S 23-2-2007
Nyeri perut hilang timbul sejak pkl. 16.00 (23-2-2007), gerak anak (+) baik, keluar air (-), blood slym (+).
Perawatan pre op. Diabetes Mellitus (-) GUmur: 26 thn 1P0000 41-42
minggu T/H, blood slym.
Hipertensi (-) TB: 158 cm Penyakit Jantung (-) BB: 62 kg Pendidikan:
SLTP Tindakan:
Obat (-) Keadaan umum: baik SC. Cito (24-2-2007), injeksi i.v Kedacilin 2 gram (test dulu).
Pekerjaan: Buruh
TD: 120/80 mmHg Nadi: 88 kali/menit
Kelas Bangsal: III
Suhu: 36,8oC Respirasi: 20
kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
24-2-2007
Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 86 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
P1001 Post SC hari 0 D5%:Ringer Laktat (4:1) 28 tetes/menit s/d 12jam
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Sulbenisilin (3x1 gram) Injeksi i.v Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Vitamin C (2x200 gram) Injeksi i.v
25-2-2007
Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAK (+),
P
ASI (-). TD: 120/80 mmHg
1001 Post SC hari I Amoksisilin (3x500 mg) Oral Aff infus i.v dan DC, bubur saring
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P 26-2-2007
Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAK (+), ASI (+), flatus (+). TD: 120/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 18kali/menit
1001 Post SC hari II Amoksisilin (3x500 mg) Oral Bubur saring As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
P 27-2-2007
Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAK (+), ASI (+). TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36oC Respirasi: 18kali/menit
1001 Post SC hari III Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli selama 1 minggu
Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
26. 01103682 Ny. D 26-2-2007
Sakit perut sejak pkl. 01.00 (26-2-2007), keluar air ketuban sejak pkl 06.00 (26-2-2007), teraba bagian kecil.
Asma (-) Diagnosa: D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Umur: 25 thn Diabetes Mellitus (-) GTB: - BB: - Pendidikan: SLTA
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)
1P0000 39-40 minggu T/H, letak sungsang, keluar air.
Sefotaksim (3x1 gram) Injeksi i.v Tindakan: Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v SC. Cito (24-2- Vitamin C (2x200 gram) Injeksi i.v
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pekerjaan: IRT
Keadaan umum: baik 2007), injeksi antibiotika 2 gram (test dulu), siapkan darah.
TD: 110/70 mmHg Kelas Bangsal: III
Nadi: 88 kali/menit Suhu: 36,3oC
Respirasi: 20 kali/menit
Tingkat kesadaran: E4M6V5=15
P1001 Post SC hari 0
P 27-2-2007
Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (-). TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
1001 Post SC hari I Amoksisilin (3x500 mg) Oral Aff infus i.v dan DC, bubur saring
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
28-2-2007
Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (+). TD: 120/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P1001 Post SC hari II Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, Pulang dengan membaik
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli selama 1 minggu
Metilergometrin (3x1 tab) Oral Roborantia (2x1 tab) Oral
27. 01104107 Ny. M 27-2-2007
Keluar air pervaginam sejak 2 hari yang lalu (25-2-2007), sakit perut (-), gerak anak
Diabetes Mellitus (-) GUmur: 28 thn TB: 150 cm BB: 61,5 kg
Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-)
1P0000 38-39 minggu T/H, ketuban pecah dini lebih dari 12 jam.
D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam)
Infus i.v Puasa 6 jam, minum sedikit-sedikit
Kedacilin (3x1 gram) Injeksi i.v
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pendidikan: SLTP
(+) baik. Obat (-) Tindakan: Alinamin F (3x1 ampul) Injeksi i.v Keadaan umum: baik SC. Cito (27-2-
2007), injeksi i.v Sulbenisilin 2 gram (test dulu), siapkan darah.
Vitamin C (2x200 gram) Injeksi i.v Pekerjaan: IRT
TD: 120/80 mmHg Nadi: 84 kali/menit
Kelas Bangsal: III
Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E
P1001 Post SC hari 0 4M6V5=15
P 28-2-2007
Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, flatus (+). TD: 120/70 mmHg Nadi: 82 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
1001 Post SC hari I Amoksisilin (3x500 mg) Oral Bubur saring, Aff infus i.v dan DC
As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
1-3-2007
Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 120/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
P1001 Post SC hari II Amoksisilin (3x500 mg) Oral Bubur saring As. Mefenamat (3x500 mg) Oral Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
2-3-2007
Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (+).
P1001 Post SC hari III Amoksisilin (3x500 mg) Oral Pulang, As. Mefenamat (3x500 mg) Oral kontrol poli
selama 1 minggu
Fero Sulfat (2x1 tab) Oral
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit
Keterangan: No. RM = nomer rekam medik s/d = sampai dengan TM = tanggal masuk i.v = interavena TO = tanggal operasi SC. Cito = section caesarea (bedah sesar) yang harus segera dilakukan TP = tanggal pemeriksaan ASI = air susu ibu TK = tanggal keluar KPD = ketuban pecah dini TB = tinggi badan DC = Dauer Chateter (kateter tetap) BB = berat badan BAB = buang air besar op. = operasi BAK = buang air kecil T/H = tunggal/hidup LMR = Lokus Minoris Resisten TD = tekanan darah G0P = Gravida0000 ( kehamilan yang keberapa) Partus(yang telah lahir), (abortus), (prematur), (hidup)
IU = international unit E4,V6,M5 = eyes open spontan, verbal oriented and controversed, motor response to verbal command D5% = Dextrosa 5%
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Penggolongan Obat Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No. Nama obat Golongan obat Nama Generik
Kelas terapi obat
1. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Kedacilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Pinisilin Anti-Pseudomonas Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik
Oxytocin Natrium intravena Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi
2. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi
3. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi
4. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Sulbenisilin Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin anti Pseudomonas Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Antiinfeksi (antibakteri) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Fero Sulfat Methergin
Mempengaruhi darah Oksitosik
Fero Sulfat Methylergometrin
Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi
5. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Sulbenisilin Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin anti Pseudomonas Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Antiinfeksi (antibakteri) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi
6. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Sulbenisilin Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin anti Pseudomonas Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Antiinfeksi (antibakteri) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi
7. Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Metilergometrin Methergin
Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik Oksitosik
Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin Methylergometrin
Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obsterik & Ginekologi Obat Obstetrik & Ginekologi
8. Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin
Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik
Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
Antiinfeksi (antibakteri) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi
9. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Kedacilin Ampisilin Alinamin F Vitamin C
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin anti Pseudomonas Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Antiinfeksi (antibakteri) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin
Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik
Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi
10. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Ampisilin Alinamin F Vitamin C Sulbenisilin Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin anti Pseudomonas Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi
11. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Sefotaksim Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Sefalosporin generasi ketiga Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik
Oxytocin Natrium intravena Cefotaxime Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi
12. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin Metilergometrin
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik Oksitosik
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi Obat Obstetrik & Ginekologi
13. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Fero Sulfat Methergin Metilergometrin
antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik Oksitosik
Fero Sulfat Methylergometrin Methylergometrin
Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi Obat Obstetrik & Ginekologi
14. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi
15. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Kedacilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin anti Pseudomonas Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik
Oxytocin Natrium intravena Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi
16. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi
17. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Kedacilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Metilergometrin Roborantia
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin anti Pseudomonas Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Oksitosik Mempengaruhi gizi
Oxytocin Natrium intravena Amoksisilin Asam mefenamat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
18. Ampisilin Deksametason Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Metilergometrin Roborantia
Penisilin Antihistamin & antialergi Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik Mempengaruhi gizi
Ampicilin Dexamethason Oxytocin Natrium intravena Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
Antiinfeksi (antibakteri) Obat lain Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi
19. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Metilergometrin Roborantia
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik Mempengaruhi gizi
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi
20. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Sulbenisilin Alinamin F Vitamin C Cytotec Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin anti Pseudomonas Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Sistem saluran cerna (analog prostaglandin) Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi gizi
Oxytocin Natrium intravena Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Obat lain Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah
21. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Metilergometrin Roborantia
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Oksitosik Mempengaruhi gizi
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
22. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Metilergometrin Roborantia
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Oksitosik Mempengaruhi gizi
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi
23. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Sefotaksim Alinamin F Vitamin C Ampisilin Amoksisilin Asam mefenamat Metilergometrin Roborantia
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Sefalosporin generasi ketiga Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Oksitosik Mempengaruhi gizi
Oxytocin Natrium intravena Cefotaxime Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi
24. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Metilergometrin Roborantia
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Oksitosik Mempengaruhi gizi
Oxytocin Natrium intravena Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Methylergometrin
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi
25. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Sulbenisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Metilergometrin Fero Sulfat Roborantia
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin anti Pseudomonas Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Oksitosik Mempengaruhi darah Mempengaruhi gizi
Oxytocin Natrium intravena Amoksisilin Asam mefenamat Methylergometrin Fero Sulfat
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi darah Mempengaruhi gizi
26. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat
Oxytocin Natrium intravena
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Sefotaksim Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Metilergometrin Roborantia
Sefalosporin generasi ketiga Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Oksitosik Mempengaruhi gizi
Cefotaxime Amoksisilin Asam mefenamat Methylergometrin
&karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi
27. Oksitosin Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Kedacilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat
Oksitosik Larutan elektrolit & karbohidrat Penisilin anti Pseudomonas Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah
Oxytocin Natrium intravena Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat
Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Penggolongan Obat Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
Obat Antiinfeksi No. Golongan obat Jenis obat Nama obat
1. Pinisilin Amoksisilin Amoksisilin Ampisilin Ampisilin Penisilin anti-Pseudomonas Sulbenisilin Kedacilin®
Sefalosporin generasi ketiga Sefotaksim Cefotaxime Obat Obstetrik dan Ginekologi No. Golongan obat Jenis obat Nama obat
1. Oksitosik Oksitosin Oxytocin 2. Alkaloid ergot Metilergometrin Methergin®
Obat Analgesik No. Golongan obat Jenis obat Nama obat
1. Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid
Asam mefenamat Asam Mefenamat
Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah
No. Golongan obat Jenis obat Nama obat
1. Mempengaruhi darah Fero Sulfat Fero Sulfat 2. Mempengaruhi Gizi Vitamin C Vitamin C Vitamin BB1 Alinamin Fursultiamine®
Vitamin BB12 Roborantia Cairan Elektrolit dan Tranfusi Darah No. Golongan obat Jenis obat Nama Obat
1. Larutan elektrolit dan karbohidrat
Dextrosa 5% dalam Ringer laktat
Dextrosa 5% dalam Ringer laktat
2 Tranfusi darah Darah Darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Obat Lain No. Golongan obat Jenis obat Nama obat
1. Antihistamin dan antialergi Deksamethason Deksamethason 2. Obat saluran cerna (analog
Prostaglandin) Misoprostol Cytotec*
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Komposisi Obat Brand Name yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari
2007. No. Brand Name Komposisi 1. Alinamin fursultiamine® Alinamin fursultiamine 2. Cytotec® Misoprostol 3. Kedacilin® Sulbenisilin disodium 4. Methergin® Metilergometrin hidrogen maleat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
BIOGRAFI PENULIS
Ni Komang Trisna Dewi merupakan anak ketiga dari
pasangan I Wayan Menyan dan Ni Nyoman Jelih, Lahir
di Kintamani, Bali pada tanggal 27 November 1984.
Pendidikan awal dimulai di Sekolah Dasar Negeri 1
Sekaan, Kintamani pada tahun 1991-1997. Dilanjutkan
ke jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri 1 Singaraja pada tahun 1997-2000.
Kemudian naik ke jenjang Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bangli pada tahun
2000-2003. Selanjutnya pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke jenjang
Perguruan Tinggi di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta dan
menyelesaikan masa studi pada tahun 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI