plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · microsoft word - halaman cantik-chz perpus.doc author:...

133
UJI ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KEPEL (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) PADA MENCIT PUTIH JANTAN SWISS DENGAN METODE RANGSANG KIMIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Indra Perdana NIM: 048114066 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • UJI ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KEPEL (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) PADA MENCIT PUTIH JANTAN SWISS

    DENGAN METODE RANGSANG KIMIA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

    Oleh: Indra Perdana

    NIM: 048114066

    FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA 2008

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaku menjadi sempurna

    ( II Korintus 12:9)

    I dedicated this work for: Jesus Christ

    All generous and kind persons, who give their blood for them who need it

    My Father and My Mother, who gave me life and love

    My little sister, Yipi for all the inspiration when I was confused

    for all you gave to me My honor Almamater

    And everybody who ever entered my life

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PRAKATA

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya

    sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Uji Analgetik

    Ekstrak Etanol 70% Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th)

    pada Mencit Putih Jantan Swiss dengan Metode Rangsang Kimia”, sebagai salah

    satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu.

    Dalam menyusun skripsi ini penyusun banyak mendapat bantuan berupa

    bimbingan, dorongan, sarana, maupun finansial dari berbagai pihak. Untuk itu

    penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada

    1. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata

    Dharma, Yogyakarta.

    2. Arief Rahman Hakim, M.Si, Apt., selaku Dosen Pembimbing Utama atas

    bimbingan, pengarahan, dan dukungannya selama penelitian sampai penyusunan

    skripsi ini.

    3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

    masukan, kritik,dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

    4. dr. Fenty, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan, kritik,dan

    saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

    5. Segenap dosen yang telah memberikan waktu dan bimbingan yang sangat

    bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

    6. Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat dan Mas Ottok yang telah membantu dalam

    terlaksananya penelitian ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    7. Teman-teman seperjuanganku di Laboratorium, Anggi, Mei, Siska dan Filisia,

    yang banyak membantu saat penelitian.

    8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

    penyelesaian skripsi ini.

    Penyusun menyadari bahwa penelitian yang telah dilakukan untuk

    penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Walaupun demikian penyusun

    berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan

    ilmu pengetahuan.

    Yogyakarta, Juni 2008

    Penyusun

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    INTISARI

    Tanaman kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook. f. & Th.) sering digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk menurunkan kadar kolesterol, memperlancar air seni (diuretik), pengobatan asam urat, alat pencegah kehamilan tradisional, dan juga sebagai deodoran alami.

    Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola satu arah. Metode yang digunakan adalah metode induksi kimia. Empat puluh dua ekor mencit jantan, galur Swiss, berat badan antara 20-30 gram, umur 2-3 bulan, dibagi secara acak yaitu kelompok kontrol negatif yang diberi CMC-Na 0,5%, kelompok kontrol positif yang diberi parasetamol dosis 91 mg/kgBB, dan kelompok yang diberi perlakuan ekstrak etanol daun kepel per oral dalam 4 peringkat dosis berturut-turut sebesar 35 mg/kgBB; 140 mg/kgBB; 560 mg/kgBB; dan 2240 mg/kgBB. Limabelas menit kemudian mencit diinduksi asam asetat dosis 100 mg/kgBB secara intraperitonial. Geliat yang timbul diamati dan dicatat tiap 5 menit selama 60 menit. Jumlah kumulatif geliat diubah ke dalam bentuk persen penghambatan terhadap geliat. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan One-way ANOVA dilanjutkan dengan uji LSD dengan taraf kepercayaan 95%.

    Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun kepel mempunyai efek analgetik. Persen penghambatan terhadap geliat untuk parasetamol dosis 91 mg/kgBB sebesar 55,71 % dan ekstrak etanol daun kepel dosis 35 mg/kgBB; 140 mg/kgBB; 560 mg/kgBB; dan 2240 mg/kgBB berturut-turut sebesar 38,04%; 58,21%; 77,75%; dan 43,24%.

    Kata kunci: analgetik, ekstrak etanol daun kepel

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    ABSTRACT

    Kepel plants (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook. f. & Th.) often used by Indonesian people to decrease cholesterol level, diuretic, nerve acid therapy, prevent pregnancy traditionally, and natural deodorant.

    The genre of this research is pure experimental in which the program of this research is random research plan, complete, and one-direction pattern. The method used in this research is chemical induction method. The research uses 42 male mice of Swiss groove, it weights 20-30 grams, and the age is 2-3 months. The 42 mices are divided into 6 groups based on its treatment, are the group of negative control is given CMC-Na 0,5%, the group of positive control is given paracetamol dosage 91 mg/kgBB, and the group of treatment is given extract ethanol of kepel leaves per orally in four different various dosage respectively, i.e.: 35 mg/kgBW; 140 mg/kgBW; 560 mg/kgBW; and 2240 mg/kgBW. Fifteen minutes after the treatment, the mice is induced by acetate acid with dosage 100 mg/kgBB intra peritoneally. The writhes are watched closely and booked every 5 minutes in 60 minutes. The accumulation numbers of the writhes are transferred into the form of resistance percentage toward the writhes. The data which is got from the calculation, later, is analyzed statistically with one-way ANOVA test, then, the step is continued with LSD with interval 95%.

    The result showing that ethanolic extract of kepel’s leaves has analgetic effect. Analgetic effect paracetamol at 91 mg/kgBW respectively, 55.71% and ethanolic extract of kepel’s leaves at 35 mg/kgBW; 140 mg/kgBW; 560 mg/kgBW; and 2240 mg/kgBW, respectively, 38.04%; 58.21%; 77.75%; and 43.24%. Key words : analgetic, ethanolic exstract of kepel’s leaves

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... v

    PERSETUJUAN PUBLIKASI........................................................................ vi

    PRAKATA ..................................................................................................... vii

    INTISARI ...................................................................................................... ix

    ABSTRACT ..................................................................................................... x

    DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx

    BAB I. PENGANTAR .................................................................................. 1

    A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    B. Permasalahan ............................................................................................. 2

    C. Keaslian Penelitian .................................................................................... 3

    D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

    1. Manfaat teoritis .................................................................................. 7

    2. Manfaat praktis .................................................................................. 7

    E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .......................................................... 8

    A. Tanaman Kepel ........................................................................................ 8

    1. Keterangan Botani............................................................................. 8

    2. Deskripsi ........................................................................................... 8

    3. Kandungan kimia .............................................................................. 9

    4. Khasiat .............................................................................................. 10

    B. Flavonoid ................................................................................................. 10

    1. Sifat kelarutan dan isolasi ................................................................. 11

    2. Karakterisasi ..................................................................................... 12

    3. Kegunaan .......................................................................................... 12

    C. Metode Penyarian ..................................................................................... 13

    1. Infudasi ............................................................................................. 13

    2. Maserasi ............................................................................................ 14

    3. Perkolasi ............................................................................................ 14

    D. Radikal Bebas dan Antioksidan ................................................................ 15

    1. Radikal bebas .................................................................................... 15

    2. Antioksidan ....................................................................................... 17

    E. Nyeri ......................................................................................................... 18

    F. Analgetika ................................................................................................. 23

    1. Analgetika narkotik ........................................................................... 23

    2. Analgetika non narkotik .................................................................... 24

    G. Parasetamol .............................................................................................. 25

    H. Metode Pengujian Efek Analgetik ........................................................... 26

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    1. Golongan analgetika narkotika ......................................................... 26

    2. Golongan analgetika nonnarkotika ................................................... 29

    I. Landasan Teori ......................................................................................... 30

    J. Hipotesis .................................................................................................. 31

    BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 32

    A. Jenis Rancangan Penelitian ...................................................................... 32

    B. Variabel dan Definisi Operasional ........................................................... 32

    1. Variabel utama .................................................................................. 32

    2. Variabel pengacau ............................................................................ 32

    3. Definisi operasional ......................................................................... 33

    C. Bahan Penelitian ...................................................................................... 34

    D. Alat atau Instrumen Penelitian ................................................................ 35

    E. Tata Cara Penelitian ................................................................................. 36

    1. Pembuatan sediaan uji ...................................................................... 36

    2. Pemilihan hewan uji ......................................................................... 40

    3. Penetapan kriteria geliat ................................................................... 40

    4. Uji pendahuluan ............................................................................... 41

    5. Pengujian efek analgetik kelompok perlakuan ................................. 45

    6. Analisis data ...................................................................................... 47

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 49

    A. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Serbuk …………………………... 49

    B. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kepel ................................................... 50

    C. Uji Pendahuluan ....................................................................................... 51

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    1. Penetapan dosis asam asetat ............................................................. 51

    2. Penetapan kontrol negatif ................................................................. 53

    3. Penetapan dosis parasetamol dan dosis ekstrak etanol daun

    kepel .................................................................................................. 55

    4. Penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap

    parasetamol ....................................................................................... 59

    5. Penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap

    ekstrak etanol daun kepel ................................................................. 61

    D. Pengujian Efek Analgetik Kelompok Perlakuan ...................................... 64

    E. Perbandingan Daya Analgetik Ekstrak Etanol Daun Kepel Antara

    Mencit Jantan dan Mencit Betina ............................................................. 70

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 73

    A. Kesimpulan .............................................................................................. 73

    B. Saran ......................................................................................................... 73

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 74

    LAMPIRAN .................................................................................................. 78

    BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 112

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Jumlah kumulatif geliat pada penetapan dosis asam asetat .......... 52

    Tabel 2. Jumlah kumulatif geliat pada penetapan kontrol negatif .............. 54

    Tabel 3. Jumlah kumulatif geliat dan % penghambatan terhadap geliat

    pada penetapan dosis parasetamol dan ekstrak etanol daun

    kepel .............................................................................................. 57

    Tabel 4. Hasil analisis uji LSD % penghambatan terhadap geliat pada

    penetapan dosis parasetamol dan ekstrak etanol daun kepel ........ 58

    Tabel 5. Jumlah kumulatif geliat dan % penghambatan terhadap geliat

    pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap

    parasetamol .................................................................................... 59

    Tabel 6. Hasil analisis uji LSD % penghambatan terhadap geliat pada

    penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap

    parasetamol .................................................................................... 61

    Tabel 7. Jumlah kumulatif geliat dan % penghambatan terhadap geliat

    pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap

    ekstrak ............................................................................................ 62

    Tabel 8. Hasil analisis uji LSD % penghambatan terhadap geliat pada

    penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap ekstrak

    etanol daun kepel ........................................................................... 63

    Tabel 9. Jumlah kumulatif geliat dan % penghambatan terhadap geliat

    pada seluruh kelompok perlakuan ................................................. 65

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    Tabel 10. Hasil analisis uji LSD % penghambatan terhadap geliat pada

    seluruh kelompok perlakuan ......................................................... 67

    Tabel 11. Persen penghambatan terhadap geliat seluruh kelompok

    perlakuan pada mencit jantan dan mencit betina .......................... 70

    Tabel 12. Data jumlah geliat mencit pada penetapan dosis asam asetat ....... 83

    Tabel 13. Data jumlah geliat mencit pada penetapan kontrol negatif ........... 85

    Tabel 14. Data jumlah geliat mencit pada penetapan dosis parasetamol

    dan ekstrak etanol daun kepel ....................................................... 87

    Tabel 15. Data % penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis

    parasetamol dan ekstrak etanol daun kepel ................................... 89

    Tabel 16. Data jumlah geliat mencit pada penetapan selang waktu

    pemberian asam asetat terhadap parasetamol ............................... 91

    Tabel 17. Data % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang

    waktu pemberian asam asetat terhadap parasetamol .................... 94

    Tabel 18. Data jumlah geliat mencit pada penetapan selang waktu

    pemberian asam asetat ekstrak etanol daun kepel ........................ 96

    Tabel 19. Data % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang

    waktu pemberian asam asetat terhadap ekstrak etanol daun

    kepel ............................................................................................. 98

    Tabel 20. Data jumlah kumulatif geliat mencit pada pengujian efek

    analgetik seluruh kelompok perlakuan ........................................ 100

    Tabel 21. Data % penghambatan terhadap geliat pada pengujian efek

    analgetik seluruh kelompok perlakuan ........................................ 106

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    Tabel 22. Data potensi relatif ekstrak terhadap parasetamol pada pengujian

    efek analgetik................................................................................ 109

    Tabel 23. Data % penghambatan terhadap geliat seluruh kelompok

    perlakuan pada mencit jantan dan mencit betina ......................... 110

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Struktur kimia isolat ekstrak etanol daun kepel ........................ 9

    Gambar 2. Kerangka dasar tipe-tipe flavonoid ........................................... 11

    Gambar 3. Perombakan asam arakhidonat ................................................. 21

    Gambar 4. Mekanisme Nyeri ...................................................................... 22

    Gambar 5. Struktur molekul Parasetamol ................................................... 25

    Gambar 6. Skema kerja penelitian .............................................................. 48

    Gambar 7. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada

    penetapan dosis asam asetat ...................................................... 52

    Gambar 8. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada

    penetapan kontrol negatif .......................................................... 54

    Gambar 9. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat,

    (b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat

    pada penetapan dosis parasetamol dan ekstrak etanol

    daun kepel ……………........................................................ 57

    Gambar 10. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat,

    (b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat

    pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat

    terhadap parasetamol …………………………................... 60

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xix

    Gambar 11. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat,

    (b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat

    pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat

    terhadap ekstrak .................................................................. 62

    Gambar 12. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat,

    (b) Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat

    pada seluruh kelompok perlakuan ...................................... 66

    Gambar 13. Diagram batang perbandingan efek analgetik seluruh kelompok

    perlakuan antara mencit jantan dan mencit betina ................... 71

    Gambar 14. Tanaman kepel .......................................................................... 80

    Gambar 15. Buah kepel................................................................................. 80

    Gambar 16. Serbuk daun kepel ..................................................................... 81

    Gambar 17. Ekstrak etanol daun kepel ......................................................... 81

    Gambar 18. Empat peringkat dosis ekstrak etanol daun kepel ..................... 82

    Gambar 19. Geliat mencit ............................................................................. 82

    Gambar 20. Plot penyebaran vs tingkat geliat terhadap perlakuan ............... 103

    Gambar 21. Plot penyebaran vs tingkat geliat terhadap jenis kelamin ......... 103

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xx

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Surat determinasi tanaman kepel............................................ 78

    Lampiran 2. Foto tanaman, buah, serbuk daun kepel, ekstrak etanol

    daun kepel, empat peringkat dosis ekstrak etanol daun

    kepel, dan geliat mencit.......................................................... 80

    Lampiran 3. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis

    statistik pada penetapan dosis asam asetat ............................. 83

    Lampiran 4. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis

    statistik pada penetapan kontrol negatif ................................. 85

    Lampiran 5. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis

    statistik pada penetapan dosis parasetamol dan ekstrak etanol

    daun kepel ............................................................................... 87

    Lampiran 6. Data % penghambatan terhadap geliat dan hasil analisis

    statistik pada penetapan dosis parasetamol dan ekstrak etanol

    daun kepel ............................................................................... 89

    Lampiran 7. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik

    pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap

    parasetamol ............................................................................. 91

    Lampiran 8. Data % penghambatan terhadap geliat dan hasil analisis

    statistik pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat

    terhadap parasetamol .............................................................. 94

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xxi

    Lampiran 9. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik

    pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat terhadap

    ekstrak etanol daun kepel ....................................................... 96

    Lampiran 10. Data % penghambatan terhadap geliat dan hasil analisis

    statistik pada penetapan selang waktu pemberian asam asetat

    terhadap ekstrak etanol daun kepel ........................................ 98

    Lampiran 11. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik

    pada pengujian efek analgetik seluruh kelompok perlakuan .. 100

    Lampiran 12. Data % penghambatan terhadap geliat dan hasil analisis

    statistik pada pengujian efek analgetik seluruh kelompok

    perlakuan ................................................................................. 106

    Lampiran 13. Data potensi relatif ekstrak terhadap parasetamol pada

    pengujian efek analgetik ......................................................... 109

    Lampiran 14. Hasil analisis statistik % penghambatan terhadap geliat antara

    mencit jantan dan betina pada pengujian efek analgetik seluruh

    kelompok perlakuan ............................................................... 110

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENGANTAR

    A. Latar Belakang

    Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan obat tradisional

    sejak dahulu kala. Obat tradisional merupakan salah satu alternatif yang digunakan

    sebagai sarana perawatan kesehatan dan untuk menanggulangi berbagai macam

    penyakit diantaranya sebagai antiinflamasi dan nyeri. Penggunaan obat tradisional

    oleh masyarakat indonesia dilakukan karena obat tradisional dianggap relatif lebih

    aman, praktis dan mudah untuk dibuat.

    Nyeri merupakan suatu gejala yang umum dan sering terjadi mengikuti

    salah satu atau lebih penyakit. Hampir sebagian besar penyakit memberi gejala nyeri

    yang dimanifestasikan dalam bentuk rasa sakit pada organ atau jaringan pada tubuh

    (Anonim, 1991).

    Tanaman kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook. f. & Th.) biasanya

    digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Secara ilmiah, telah dilakukan

    banyak penelitian mengenai tanaman kepel. Pada pemberian infusa daun kepel

    memiliki aktivitas anti inflamasi (Sriwidodo, 2004). Mekanisme terjadinya inflamasi

    mirip dengan nyeri dimana terjadi pelepasan mediator-mediator penyebab

    peradangan seperti serotonin, bradikinin, prostaglandin, dll. Oleh karena itu apabila

    suatu zat memiliki antiinflamasi dimungkinkan zat tersebut juga memiliki efek

    analgetik. Sutomo (2003) dan Supriyatna (2007) melaporkan adanya kandungan

    senyawa flavonoid pada daun kepel. Hal ini berhubungan dengan senyawa flavonoid

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    pada daun kepel yang dapat menetralkan radikal bebas. Apabila radikal bebas di

    dalam tubuh jumlahnya berlebih maka dapat menyebabkan kerusakan jaringan.

    Adanya flavonoid dapat menetralkan radikal bebas sehingga jumlahnya akan

    berkurang dan rasa nyeri dapat dicegah.

    Seberapa besar daya analgetik tanaman kepel sampai sekarang belum

    diketahui, sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan uji efek analgetik dari

    ekstrak etanol daun kepel pada mencit putih jantan dan akan dibandingkan pengaruh

    jenis kelamin mencit terhadap besarnya daya analgetik ekstrak etanol daun kepel.

    Pengujian efek analgetik yang dilakukan terhadap ekstrak etanol daun kepel

    menggunakan metode rangsang kimia. Hal ini dikarenakan metode rangsang kimia

    dapat digunakan sebagai langkah pengujian awal untuk mengetahui apakah suatu

    senyawa memiliki efek analgetik atau tidak, selain itu metode ini sederhana dan

    mudah dilakukan. Hewan uji yang digunakan dalam metode uji rangsang kimia

    adalah mencit sebagaimana tercantum dalam acuan (Turner, 1965).

    B. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang timbul antara

    lain adalah :

    1. Apakah ekstrak etanol daun kepel memiliki efek analgetik terhadap mencit putih

    jantan melalui metode rangsang kimia?

    2. Berapa besar persen daya analgetik yang dimiliki ekstrak etanol daun kepel

    terhadap mencit putih jantan melalui metode rangsang kimia?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    C. Keaslian Penelitian

    Penelitian mengenai Uji Analgetik Ekstrak Etanol 70% Daun Kepel pada

    Mencit Putih Jantan Swiss dengan Metode Rangsang Kimia belum pernah dilakukan

    sebelumnya. Adapun penelitian tentang tanaman kepel yang pernah dilakukan

    adalah:

    1. Toksisitas Akut Ekstrak Metanol dan Ekstrak Kloroform Daun Kepel

    (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Terhadap Larva Artemia salina

    Leach (Widiastuti, 2000). Hasil menunjukkan bahwa ekstrak metanol

    menunjukkan efek toksik dengan LC50 257 μg/ml, sedangkan ekstrak kloroform

    tidak toksik dengan LC50 1053 μg/ml.

    2. Pengaruh Infusa Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th)

    Terhadap Kadar Asam Urat Serum Darah Ayam Terinduksi Hati (Hening, 2002).

    Hasil menunjukkan bahwa infusa daun kepel dengan dosis 0,98 g/kgBB; 1,47

    g/kgBB; dan 2,205 g/kgBB terbukti mampu menurunkan kadar asam urat dalam

    serum darah ayam. Makin tinggi dosis maka kemampuan menurunkan kadar

    asam urat semakin besar.

    3. Skrining Fitokimia dan Penentuan Identitas Makroskopik dan Mikroskopik Daun

    Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) (Oktaviani, 2002). Hasil

    pemisahan KLT menunjukkan bahwa daun kepel mengandung senyawa kimia

    golongan antrakinon, flavonoid, dan kumarin.

    4. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl)

    Hook. f. & Th) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Sel HELA (Aryuni, 2002).

    Hasil menunjukkan ekstrak metanol daun kepel bersifat sitotoksik terhadap sel

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    HELA secara in vitro dengan LC50 setelah inkubasi selama 72 jam sebesar

    334,10 μg/ml.

    5. Penurunan Asam Urat Darah Ayam Jantan Braille Hiperurisemia Oleh Fraksi

    Ekstrak Metanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th)

    (Sutomo, 2003). Hasil menunjukkan bahwa fraksi larut petroleum eter dosis 100

    mg/kgBB dan fraksi tidak larut petroleum eter dosis 50; 100; dan 150 mg/kgBB

    mampu menurunkan kadar asam urat darah ayam hiperurisemia.

    6. Pembuatan Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th)

    Secara Kempa Langsung Dengan Kombinasi Avicel pH 102® dan Di-Cafos®

    Sebagai Bahan Pengisi-Pengikat (Restiyaningsih, 2004). Hasil menunjukkan

    bahwa ekstrak daun kepel dapat dibuat jadi sediaan tablet dengan sifat fisik yang

    memenuhi persyaratan tablet dengan menggunakan kombinasi Avicel pH 102®

    dan Di-Cafos® sebagai bahan pengisi-pengikat.

    7. Toksisitas Akut-Oral Ekstrak Etanolik Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl)

    Hook. f. & Th) pada Mencit (Ariningsih, 2004). Hasil menunjukkan bahwa

    potensi ketoksikan akut-oral ekstrak etanolik daun kepel pada mencit tergolong

    hampir tidak toksik dan tidak menyebabkan kematian dengan harga LD-50 semu

    sebesar > 5635,7 mg/kgBB.

    8. Variasi Kadar Amprotab Sebagai Bahan Penghancur Dalam Pembuatan Tablet

    Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) Secara

    Granulasi Kering (Ardanie, 2004). Hasil menunjukkan bahwa variasi kadar

    Amprotab antara 5-15% sebagai bahan penghancur berpengaruh terhadap daya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    serap dan waktu hancur tablet. Semakin besar kadar Amprotab maka semakin

    besar daya serap tablet dan semakin cepat waktu hancur tablet.

    9. Uji Aktivitas Anti Inflamasi Infusa Daun Kepel Pada Tikus Jantan Wistar

    Dengan Metode Udema Kaki Belakang (Sriwidodo, 2004). Hasil menunjukkan

    bahwa sediaan infusa daun kepel yang diberikan per oral mempunyai daya anti

    inflamasi pada tikus yang diinduksi karagenin 1% secara subplanar. Daya anti

    inflamasi pada dosis 0,5; 1,0; 2,0; dan 3 g/kgBB masing-masing sebesar 44,33;

    67,00; 71,29; dan 50,91%.

    10. Toksisitas Akut Infusa Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th)

    pada Mencit Jantan (Maspa, 2005). Hasil menunjukkan bahwa potensi ketoksikan

    akut infusa daun kepel pada mencit tergolong dalam kategori toksik ringan dan

    dengan harga LD50 semu sebesar > 8190 mg/kgBB.

    11. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Antioksidan Penangkap Radikal

    Bebas Dari Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) (Sunarni,

    2006). Hasil menunjukkan bahwa peneliti berhasil mengisolasi dan

    mengindetifikasi senyawa flavonoid golongan flavon dalam fraksi etanol infusa

    daun kepel.

    12. Standarisasi Simplisia dan Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl)

    Hook. f. & Th) (Purwantiningsih, 2005). Hasil menunjukkan bahwa dalam fraksi

    n-heksana daun kepel terdapat senyawa golongan terpenoid, flavonoid dan

    senyawa yang belum dapat diidentifikasi dengan menggunakan KLT.

    13. Uji Aktivitas Hiperurikemia Ekstrak Etanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol

    (Bl) Hook. f. & Th) Pada Tikus Putih Jantan Sprague Dawley Serta Penentuan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    Kandungan Senyawa Fenolik dan Flavonoid Totalnya (Supriyatna, 2007). Hasil

    menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kepel mampu menurunkan kadar asam

    urat serum hingga 77,78% pada hari ke-19 setelah pemberian ekstrak etanol daun

    kepel dosis 400 mg/kgBB per oral.

    14. Uji Ekstrak Etanol Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th)

    Terhadap Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Secara In Vitro (Aryadi, 2007). Hasil

    menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kepel mempunyai potensi dalam

    menghambat aktivitas xantin oksidase sebesar 17,78 ± 2,69% pada konsentrasi

    500 μg/ml.

    15. Uji Fraksi n-heksana Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th)

    Terhadap Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Secara In Vitro (Kurniawati, 2007).

    Hasil menunjukkan bahwa fraksi n-heksana daun kepel pada konsentrasi 0,5 dan

    5 μg/ml dapat menghambat aktivitas enzim xantin oksidase dengan presentasi

    penghambatan yang signifikan dibanding blanko, sedang pada konsentrasi 500

    μg/ml menyebabkan pengikatan aktivitas enzim xantin oksidase sebesar 15,00 ±

    1,41%.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut :

    1. Manfaat teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna tentang

    penggunaan tanaman obat tradisional sebagai analgetika.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    2. Manfaat praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

    tentang kegunaan daun kepel sebagai analgetika.

    E. Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui adanya efek analgetik ekstrak etanol daun kepel terhadap mencit

    putih jantan.

    2. Mengetahui besarnya daya analgetik ekstrak etanol daun kepel terhadap mencit

    putih jantan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Tanaman Kepel

    1. Keterangan Botani

    Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f. & Th) termasuk kedalam

    familia Annonaceae (Backer dan Bakhuizen, 1963). Dikenal denga beberapa nama

    daerah sebagai berikut :

    Sunda : burahol, turalak

    Jawa : kepel, kecindul, simpul, cindul (Hutapea, 1994)

    2. Deskripsi

    Habitat : pohon, tinggi ± 12 m

    Batang : tegak, bulat, berkayu, percabangan monodial, coklat.

    Daun : tunggal, lonjong, panjang 8-20 cm, lebar 4-6 cm, ujung dan pangkal

    meruncing, halus, pertulangan bawah menonjol mengkilat, hijau.

    Bunga : majemuk, bentuk tandan, tersebar di batang dan cabang, tangkai

    silindris, panjang 4 cm, benang sari dan putik halus kuning, mahkota

    lonjong, kuning.

    Buah : buni, bulat, kulit kasar, diameter 5 cm, coklat.

    Biji : bentuk ginjal, halus, hitam, mengkilat

    Akar : tunggang, putih kotor (Hutapea, 1994)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    3. Kandungan kimia

    Daging buah, biji, dan akar Stelechocarpus burahol, mengandung saponin,

    flavonoid, dan polifenol, disamping itu bijinya juga mengandung alkaloida dan

    daunnya juga mengandung flavonoid dan polifenol (Hutapea, 1994). Sutomo (2003)

    dan Supriyatna (2007) melaporkan adanya flavonoid pada daun kepel. Sunarni

    (2006) berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa flavonoid golongan

    flavon pada fraksi etanol ekstrak air daun kepel yaitu :

    - Isolat A1 : 7,3’,4-trihidroksi-5-0-gula-flavon

    - Isolat B2 : 5,4’-dihidroksi-7-0-tersubtitusi-3-0-gula flavon

    - Isolat B3 : 5,7,4’-trihidroksi-3-0-gula flavon

    - Isolat B4a : 3,7,4’-trihidroksi flavon

    - Isolat B4b : 3,7,3’,4’-tetrahidroksi-5-metilflavon

    Dari kelima isolat tersebut, isolat B4b memiliki aktivitas antioksidan paling

    tinggi dibanding isolat lain. Hal ini mungkin dikarenakan isolat B4b mempunyai

    gugus o-diOH dan 3-OH bebas. Struktur kimia untuk kelima isolat di atas dapat

    dilihat pada gambar 1.

    O

    O

    OH

    Gula O

    OH

    OH

    O

    OH

    OH

    O

    OH

    O Gula

    Isolat A1 Isolat B3

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    O

    OH

    RO

    O

    OH

    O Gula

    OOH

    O

    OH

    OH

    Isolat B2 Isolat B4a

    O

    CH3

    OH

    O

    OH

    OH

    OH

    Isolat B4b

    Gambar 1. Struktur kimia isolat ekstrak etanol daun kepel (Sunarni, 2006)

    4. Khasiat

    Daging buah kepel berkhasiat sebagai obat radang ginjal dan peluruh air

    seni (Hutapea, 1994). Dalam masyarakat buah kepel juga bermanfaat sebagai

    deodoran alami dan alat pencegah kehamilan tradisional (Siswono, 2002). Khasiat

    daun kepel antara lain sebagai pengobatan asam urat (Sutomo, 2003), menurunkan

    kadar kolesterol (Siswono, 2002) dan sebagai antiinflamasi (Sriwidodo, 2004).

    B. Flavonoid

    Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dan sebenarnya

    terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepungsari,

    nektar, bunga, buah buni, dan biji (Markham, 1988). Kerangka dasar flavonoid dan

    sistem penomoran untuk turunan flavonoid terlihat pada gambar 2.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    C C C

    O

    AB

    1

    2

    345

    6

    7

    81'

    2' 3'

    4'

    5'6'

    1a 1b

    Gambar 2. Kerangka flavonoid (1a) dan sistem penomoran turunan flavonoid (1b) (Robinson, 1995)

    1. Sifat kelarutan dan isolasi

    Secara individual, kelarutan senyawa flavonoid sangat bermacam-macam

    sesuai dengan golongan dan substitusi yang terjadi. Flavonoid terdapat dalam bentuk

    bebas sebagai aglikon maupun terikat dengan gula sebagai glikosida. Adanya gula

    yang terikat flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam

    air. Dengan demikian glikosida flavonoid juga larut dalam pelarut polar seperti

    etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfida, dimetilformamida dan air.

    Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, flavon, serta

    flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut nonpolar

    seperti eter, etil asetat, dan kloroform (Markham, 1988).

    Metode yang banyak dikembangkan untuk pemisahan dan karakterisasi

    flavonoid adalah kromatografi kertas. Sejumlah kecil sampel dapat dipisahkan

    dengan efisien dengan metode tersebut. Kromatografi lapis tipis (KLT) juga

    merupakan cara analisis cepat yang memerlukan bahan yang sangat sedikit. Penjerap

    dan pengembang yang digunakan pada umumnya sama dengan penjerap dan

    pengembang untuk kromatografi kertas (Markham, 1988).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    2. Karakterisasi

    Pencirian golongan flavonoid dapat dilakukan berdasarkan reaksi warna dan

    sifat kelarutannya. Jika tidak ada pigmen yang mengganggu, flavonoid dapat

    dideteksi dengan diberi uap amonia dan akan memberikan warna-warna yang

    spesifik. Flavon dan flavonol menunjukkan warna kuning, kalkon dan auron

    menunjukkan warna lembayung sampai merah (Robinson, 1995).

    Flavonoid dengan alumunium klorida (AlCl3) membentuk senyawa

    kompleks berwarna kuning. Reaksi yang terjadi antara AlCl3 dengan gugus hidroksi

    dan karbonil yang bertetangga membentuk kompleks yang tahan asam, sedangkan

    reaksi yang terbentuk antara AlCl3 dengan gugus o-dihidroksi membentuk kompleks

    yang tak stabil dalam suasana asam (Markham, 1988).

    Larutan asam borat dan natrium asetat akan membentuk senyawa kompleks

    dengan gugus o-dihidroksi pada senyawa flavonoid baik pada cincin A atau B dari

    inti flavonoid. Efek dari pereaksi ini akan memberikan pergeseran panjang

    gelombang dan berguna pada analisis golongan flavonoid (Mabry dkk,1970).

    3. Kegunaan

    Flavonoid berkhasiat sebagai antiinflamasi, antialergi, antithrombolik,

    vasoprotektif sebagai penghambat promotor tumor dan untuk proteksi pada mukosa

    saluran cerna atau gastrik. Efek-efek tersebut berhubungan dengan pengaruh

    flavonoid pada metabolisme asam arakhidonat (Evans, 2002).

    Di antara senyawa flavonoid yang telah lama dikenal dan merupakan suatu

    kelompok antioksidan yakni, kelompok polifenol memiliki kemampuan sebagai

    scavenger superoksida, oksigen singlet, dan radikal peroksi lipid (Sitompul, 2003).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Beberapa penelitian melaporkan bahwa aktivitas antioksidan flavonoid ditentukan

    oleh gugus tertentu dalam struktur flavonoid tersebut. Karakteristik struktur

    flavonoid yang mampu memberikan efek antioksidan antara lain karena adanya (1)

    gugus katekol (o-dihidroksi) pada cincin B yang mempunyai sifat sebagai donor

    proton, (2) gugus pirogalol (trihidroksi) pada cincin B, (3) gugus 4-oxo pada cincin

    heterosiklik, (4) gugus 3-OH pada cincin heterosiklik, serta (5) gugus 5-OH dan 7-

    OH yang potensial pada keadaan tertentu (Middleton dkk, 2000 cit Ladoangin,

    2004). Cos dkk (1998) melaporkan aktivitas flavonoid sebagai penurun kadar asam

    urat melalui penghambatan enzim xantin oksidase.

    C. Metode Penyarian

    Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang semula

    berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari, sehingga terjadi larutan zat aktif

    dalam cairan penyari tersebut. Secara umum penyarian dapat dibedakan menjadi

    infudasi, maserasi, dan perkolasi (Anonim, 1986).

    Infudasi merupakan proses penyarian yang umumnya digunakan untuk

    menyari zat kandungan aktif larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian

    dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah terserang oleh kuman

    dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24

    jam. Cara ini sangat sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat

    tradisional. Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia

    nabati dengan air pada suhu 90° C selama 15 menit (Anonim, 1986).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Maserasi merupakan cara penyarian sederhana. Maserasi dilakukan dengan

    cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan

    menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,

    zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif

    di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar.

    Peristiwa tersebut berulang, sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan

    di luar sel dan di dalam sel. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang

    mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari yang

    digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain (Anonim, 1986).

    Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan

    penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah

    sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang

    bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah

    melalui serbuk tersebut, sehingga cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel

    yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh (Anonim, 1986).

    Cara perkolasi lebih baik daripada dengan cara maserasi karena:

    1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi

    dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat

    perbedaan konsentrasi,

    2. Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat

    mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut maka kecepatan

    pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas sehingga dapat meningkatkan

    perbedaan konsentrasi (Anonim,1986).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode perkolasi.

    Cairan penyari yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%. Etanol

    digunakan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang atau kuman sulit tumbuh

    dalam etanol di atas 20%, tidak beracun, bersifat netral, absorpsinya baik, dapat

    bercampur dengan air, panas yang digunakan untuk pemekatan lebih sedikit, dan

    mudah didapat (Anonim, 1986).

    D. Radikal Bebas dan Antioksidan

    1. Radikal Bebas

    Radikal bebas adalah suatu spesies yang mempunyai jumlah elektron ganjil

    atau elektron yang tidak berpasangan tunggal pada lingkaran luarnya. Elektron tidak

    berpasangan tersebut menyebabkan instabilasi dan bersifat reaktif. Radikal bebas

    akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut sehingga

    menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Molekul

    utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas yaitu DNA, lemak, dan

    protein (Setiati, 2003).

    Radikal bebas dalam tubuh diproduksi baik secara eksogen dan secara

    endogen. Secara endogen, radikal bebas diproduksi oleh mitokondria, membran

    plasma, lisosom, retikulum endoplasma, dan intisel. Secara eksogen, radikal bebas

    berasal dari asap rokok, polutan radiasi, obat-obatan, dan pestisida (Setiati, 2003).

    Radikal bebas yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan sehingga

    menimbulkan nyeri. Dalam proses peradangan, radikal bebas terbentuk ketika asam

    arakhidonat dikonversikan menjadi peroksida baik melalui jalur siklooksigenase

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    maupun lipoksigenase. Ketika terjadi kerusakan jaringan organ, jumlah radikal bebas

    meningkat seiring dengan peningkatan produksi peroksida, padahal tubuh

    memproduksi antioksidan endogen yang terbatas. Apabila jumlah radikal bebas

    makin banyak, antioksidan endogen tak mampu lagi melumpuhkannya secara efektif

    sehingga harus ada tambahan antioksidan dari luar (eksogen) yang berasal dari bahan

    makanan (Sibuea, 2004).

    Berikut ini adalah jenis-jenis dari radikal bebas :

    a. Radikal superoksida (O2⎯ )

    Radikal ini merupakan jenis radikal yang paling banyak dan terbentuk bila 1

    molekul O2 menerima 1 elektron.

    O2 → O2⎯

    Superoksidan bersifat reaktif atau reduktan dapat bereaksi dengan substansi

    biologik. Reaktivitas O2⎯ sangat terbatas karena adanya dismutasi spontan yang

    dapat terjadi pada pH fisiologik, membentuk H2O2 dan O2. Tetapi dengan

    terbatasnya reaktivitas O2⎯ menyebabkan radikal ini dapat berdifusi dan bereaksi

    dengan substratnya dalam jarak yang relatif lebih jauh dari tempat asalnya.

    b. Hidrogen peroksida

    Penambahan 1 elektron pada radikal O2⎯ menghasilkan ion peroksida O2 2- yang

    tidak besifat radikal, dan pada pH fisiologik akan segera mengalami protonasi

    membentuk H2O2. Meskipun bukan radikal bebas, akumulasi H2O2 dapat

    berbahaya bila terdapat bersama-sama dengan logam (Fe, Cu) atau zat-zat kelator

    karena akan bereaksi membentuk radikal hidroksil yang sangat reaktif.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    c. Radikal hidroksil

    Radikal fisi homolitik O-O akan menghasilkan 2 molekul radikal hidroksil, OH⎯.

    Reaksi homolitik ini dapat terjadi karena pengaruh panas atau radiasi ionisasi.

    Selain itu, radikal hidroksil juga dapat terbentuk dari H2O2 dengan adanya ion-

    ion logam (Fe2+, Cu+), menurut reaksi Fenton, dan dengan adanya kelator melalui

    reaksi Haber-Weiss:

    Fe2+ + H2O2 → Fe3+ + OH. + OH¯

    Cu+ + H2O2 → Cu2+ + OH. + OH¯

    Radikal hidroksil adalah oksidan yang sangat reaktif dan tidak stabil. Radikal

    bebas dapat bereaksi dengan hampir semua substrat biologik. Karena sangat

    reaktif efek radikal ini hanya berlangsung di daerah dengan tempat terbentuknya,

    dan dalam kondisi fisiologik normal tidak ditemukan radikal hidroksil dalam

    kadar besar (Gitawati, 1995).

    Dengan bertambahnya usia, radikal bebas yang terbentuk selama

    metabolisme normal dapat merusak DNA dan makromolekul lain sehingga terjadi

    penyakit-penyakit degeneratif, keganasan kematian sel-sel vital tertentu, yang pada

    akhirnya akan menyebabkan proses penuaan dan kematian bagi individu tersebut

    (Gitawati, 1995).

    2. Antioksidan

    Antioksidan adalah senyawa yang dalam kadar lebih rendah dibanding

    bahan yang dapat dioksidasi, sangat memperlambat atau menghambat oksidasi dari

    bahan tersebut (Setiati, 2003). Secara alamiah tubuh memproduksi antioksidan yang

    mampu melindungi sel dari radikal bebas (Sibuea, 2004).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Menurut Setiati (2003), antioksidan dibedakan menjadi antioksidan eksogen

    dan antioksidan endogen. Antioksidan endogen atau sering disebut antioksidan

    primer terdiri atas enzim-enzim dan berbagai senyawa yang disintesis dalam tubuh

    yang bekerja dengan cara mencegah pembentukan radikal bebas baru. Contoh enzim

    yang merupakan antioksidan endogen yaitu superoksida dismutase (SOD), katalase,

    dan glutation peroksidase (GSH Px). Antioksidan eksogen atau yang dikenal juga

    sebagai antioksidan sekunder karena menangkap radikal dan mencegah reaksi

    berantai. Contohnya adalah vitamin E (tokoferol), vitamin C (askorbat), karoten,

    asam urat bilirubin, dan albumin.

    Menurut tempat aksinya pada fase air ataupun lipofil dari membran,

    antioksidan dibagi menjadi water-soluble dan lipid-soluble. Vitamin C dan urate

    termasuk dalam antioksidan hidrofil. Sedangkan retinoid, karotenoid, flavonoid, dan

    vitamin A termasuk dalam antioksidan lipofil (Middleton dkk, 2000 cit Ladoangin,

    2004).

    Flavonoid telah dikenal dan merupakan suatu kelompok antioksidan

    polifenol yang banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan, dan beberapa minuman

    seperti teh hijau dan anggur merah. Di dalam keluarga polifenol, flavonoid ternyata

    mempunyai sifat antioksidan yang amat kuat yang mencapai 20 kali sifat antioksidan

    vitamin E (Sitompul, 2003).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    E. Nyeri

    Nyeri merupakan respon langsung terhadap kejadian atau peristiwa yang

    tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, seperti, luka,

    inflamasi, atau kanker (Rang dkk, 2003). Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi

    dan memiliki ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang (Tjay dan

    Rahardja, 2002).

    Nyeri dapat dibedakan berdasarkan waktu timbulnya nyeri yaitu: nyeri akut

    dan nyeri kronik (Anonim, 2001). Nyeri akut dengan kecepatan penjalaran antara 6-

    30 meter per detik biasanya memiliki sebuah penyebab yang dapat ditegaskan. Nyeri

    kronik dengan kecepatan penjalaran antara 0,5-2 meter per detik sering kali tidak

    menandakan bahaya yang segera menimbulkan pencegahan dan pasien mungkin

    tidak mengartikan nyeri tersebut sebagai penyakit serius (Greene dan Harris, 2000).

    Nyeri berdasarkan sumbernya dapat dikategorikan menjadi nyeri somatik

    dan nyeri viseral. Jika nyeri somatik muncul dari kulit, dinamakan nyeri superfisial.

    Jika nyeri itu berasal dari otot, sendi, organ dalam atau jaringan connective, disebut

    nyeri dalam (Anonim, 2001).

    Tiga kelompok utama reseptor kulit yang telah diidentifikasi adalah :

    1. Mekanoreseptor (mendeteksi sentuhan ringan)

    2. Termoreseptor (mendeteksi panas)

    3. Nosiseptor (mendeteksi luka dan rangsang bahaya) (Greene dan Harris, 2000).

    Sebagian besar reseptor pada kulit memiliki struktur khusus yang

    merupakan ujung saraf bebas yang sederhana di perifer. Tiga tipe serabut saraf

    perifer (aferen) yang terlibat dalam transmisi nyeri :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    1. Serabut A-β : berukuran besar, bermielin, cepat dalam menyalurkan impuls (30-

    100 meter/detik), memiliki ambang nyeri yang rendah dan merespon terhadap

    sentuhan ringan.

    2. Serabut A-δ : berukuran kecil, bermielin tipis, dan memiliki kecapatan konduksi

    yang lebih rendah (6-30 meter/detik). Serabut ini merespon terhadap tekanan,

    panas, zat kimia, dan memberi reaksi terhadap nyeri yang tajam, serta

    menimbulkan refleks penarikan diri atau gerakan cepat lainnya.

    3. Serabut C : berukuran kecil, tidak bermielin, dan memiliki kecepatan konduksi

    yang lambat (1-1,25 meter/detik). Serabut ini merespon terhadap seluruh jenis

    rangsang bahaya dan mentransmisikan nyeri yang lambat dan tumpul (Greene

    dan Harris, 2000).

    Ketika membran sel mengalami kerusakan, enzim fosfolipase akan

    mengubah fosfolipid menjadi asam arakhidonat. Asam arakhidonat ini akan

    menghasilkan peroksida. Peroksida yang terbentuk akan menghasilkan prostaglandin

    dan leukotrien yang bertanggungjawab atas sebagian besar gejala peradangan yang

    meliputi calor, rubor, tumor, dolor, dan fungtio laesa. Rasa nyeri akan timbul

    bersamaan dengan reaksi peradangan, karena mediator yang memperantarai

    peradangan (prostaglandin, bradikinin, leukotrien, dll) akan mengaktivasi reseptor

    nyeri, sehingga rangsangan (mekanis, kimia atau fisis) yang diterima reseptor nyeri

    akan disalurkan ke pusat nyeri di otak besar, impuls itu kemudian dirasakan sebagai

    nyeri (Tjay dan Rahardja, 2002).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Fosfolipid (membran sel)

    Fosfolipase

    Siklooksigenase Lipooksigenase

    O2-

    Radikal bebas

    COX-1 COX-2

    - vasokonstriksi - proteksi - peradangan - agregasi lambung - peradangan - vasokonstriksi - vasodilatasi - permeabilitas

    - antiagregasi

    Gambar 3. Perombakan asam arakhidonat (Tjay dan Rahardja, 2002).

    Keterangan : COX-1 = siklooksigenase 1 COX-2 = siklooksigenase 2

    Radikal bebas dalam tubuh yang melebihi jumlah normal juga dapat

    menyebabkan nyeri. Radikal bebas dalam jumlah normal tidak berbahaya karena

    tubuh memiliki antioksidan alamiah (glutathion-peroxydase, superoxide-dismutase,

    katalase) yang mampu menangkap radikal bebas tersebut. Dalam proses peradangan

    radikal bebas terbentuk ketika asam arakhidonat dikonversikan menjadi peroksida

    baik melalui jalur siklooksigenase ataupun lipooksigenase. Ketika terjadi kerusakan

    sel atau organ, produksi peroksida meningkat seiring dengan peningkatan jumlah

    Asam arakhidonat

    Endoperoksida Asam hidroperoksida

    Tromboksan TXA2

    Prostasiklin PGI2

    Prostaglandin PGE2/PGIF2

    Leukotrien LTA4

    LTC4-LTD4-LTE4LBT4

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    radikal bebas, padahal di dalam tubuh jumlah antioksidan alamiah terbatas, kondisi

    ini akan menimbulkan kerusakan sel atau organ. Apabila sel atau organ sudah rusak,

    maka mediator nyeri akan keluar dan mengaktivasi reseptor nyeri sehingga seseorang

    bisa merasakan nyeri (Tjay dan Rahardja, 2002).

    Noksius atau rangsang bahaya yang melewati ambang batas nyeri

    menimbulkan aktivasi dalam serabut nosiseptor. Nosiseptor banyak terdapat dalam

    serabut C. Aktivitas yang berupa impuls diteruskan menuju sistem saraf pusat dan

    menyebabkan eksitasi neuron sehingga menimbulkan nyeri. Aktivasi serabut C

    memicu pelepasan Calcitonin gene-related peptide (CGRP). Pada jaringan inflamasi

    akan dilepaskan Neuron Growth Factor (NGF) dan mediator lain seperti bradikinin,

    serotonin, prostaglandin, dan lain-lain. Analgetika opioid, enkefalin, dan GABA

    menghambat eksitasi neuron, sedangkan analgetika perifer dan NSAID bekerja

    menghambat pada pelepasan mediator (Rang dkk, 2003).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Gambar 4. Mekanisme Nyeri (Rang dkk, 2003)

    Keterangan :

    = menginduksi

    = menghambat BK = Bradikinin 5-HT = 5-Hidroksi triptamin (serotonin) SP = Substansi P PG = Prostaglandin NGF = Neuron Growth Factor (faktor pertumbuhan neuron) CGRP = Calcitonin gene-related peptide NA = Nor Adrenalin GABA = asam γ-aminobutirat

    F. Analgetika

    Analgetika adalah obat atau senyawa yang bertujuan untuk mengurangi atau

    melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Secara umum analgetika

    dibagi menjadi dua golongan besar yaitu analgetika opioid (narkotik) dan analgetika

    non-opioid (nonnarkotik). Obat-obat non-opioid seperti parasetamol dan asetosal

    (dan NSAID lainnya), khususnya cocok untuk nyeri musculoskeletal, sedangkan

    analgetika opioid lebih cocok untuk nyeri visceral yang berat (Anonim, 2000). Efek

    +__

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    analgetik dari NSAID merupakan hasil penghambatan dari sintesis prostaglandin

    (Rang dkk., 2003).

    1. Analgetika narkotik

    Analgetika narkotik digunakan untuk menghalangi nyeri yang sangat kuat

    dengan titik kerja yang terletak pada sistem saraf pusat. Analgetika golongan ini

    bekerja di pusat dengan cara menempati reseptor khas pada susunan saraf pusat dan

    mempunyai efek mengurangi kesadaran (bersifat meredakan dan menidurkan),

    menimbulkan perasaan nyaman, menyebabkan toleransi, kebiasaan (habituasi),

    ketergantungan fisik dan psikis (ketagihan) bila pengobatan dirutinkan (Tjay dan

    Rahardja, 2002). Kelebihan dosis dapat mengakibatkan kematian karena terjadi

    depresi pernafasan (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Golongan ini secara kimia

    dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

    a. Alkaloida candu alamiah dan sintesis : morfin dan kodein, heroin dan

    hidromorfon, hidrokodon dan dionin

    b. Pengganti-pengganti morfin : petidin dan turunannya (fentanil dan sulfotanil),

    metadon dan turunannya (dekstromeramida, bezitramida, piritramida, dan d-

    propoksifen) (Tjay dan Rahardja, 2002)

    2. Analgetika nonnarkotik

    Analgetika narkotik disebut juga analgetika perifer, karena efeknya tidak

    mempengaruhi sistem saraf pusat, tidak menurunkan kesadaran serta tidak

    menyebabkan ketagihan. Obat ini banyak digunakan untuk nyeri ringan sampai

    sedang (Tjay dan Rahardja, 2002). Golongan ini juga digunakan untuk menurunkan

    suhu badan dalam keadaan panas yang tinggi dan sebagai anti radang. Analgetika

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    golongan ini bekerja dengan cara menghambat secara langsung dan selektif enzim-

    enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin seperti

    siklooksigenase, sehingga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator-

    mediator rasa sakit (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Tjay dan Rahardja (2002)

    membagi golongan analgetik ini menjadi 4 kelompok :

    a. Golongan Salisilat : natrium salisilat, asetosal, salisil amida dan benorilat

    b. Turunan p-aminofenol : fanasetin dan parasetamol

    c. Turunan Pirozolon : antipirin, aminofenazon, dipiron, fenilbutazon

    d. Turunan Antranilat : glafini, asam mefenamat, dan asam diflumiaat

    G. Parasetamol

    OH

    NHCOCH3

    Gambar 5. Struktur molekul Parasetamol (Anonim, 1995)

    Parasetamol mempunyai efek sebagai analgetika dengan mengurangi atau

    menghilangkan nyeri ringan sampai sedang. Mekanisme kerja parasetamol sebagai

    inhibitor sintesis prostaglandin pada enzim siklooksigenase tiga di hipotalamus

    menyebabkan konversi asam arakhidonat menjadi PGE2 terganggu sehingga

    menghasilkan efek analgetik (Chandrasekaran, Dai, and Evanson, 2002).

    Parasetamol berbentuk hablur putih; tidak berbau; dan rasa agak pahit. Larut

    dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1N. Selain itu parasetamol mudah

    larut dalam etanol (Anonim, 1995).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Parasetamol berkhasiat sebagai analgetika dan antipiretik, tetapi tidak

    antiradang. Dewasa ini parasetamol dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling

    aman, juga untuk swamedikasi. Parasetamol diberikan per oral dengan dosis dewasa

    0,5-1,0 gram, maksimum 4 gram/hari, pada penggunaan kronis maksimal 2,5

    gram/hari. Resorpsinya dari usus cepat dan tuntas. Dalam hati diuraikan menjadi

    metabolit-metabolit toksis yang diekskresikan kemih dengan konjugat glukuronida

    dan sulfat. Waktu paruh parasetamol adalah 1-4 jam (Tjay dan Rahardja, 2002).

    Efek sampingnya antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah.

    Pada penggunaan kronis dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 gram

    mengakibatkan nekrosis hati yang tidak reversibel (Tjay dan Rahardja, 2002). Gejala

    awal dari kerusakan hati meliputi mual, muntah, diare, dan nyeri perut (Katzung,

    2002).

    H. Metode Pengujian Efek Analgetik

    Pengujian daya analgetik oleh Turner (1965), dikelompokkan berdasarkan

    golongan analgetika narkotika dan nonnarkotika.

    1. Golongan analgetika narkotika

    a. Metode jepitan ekor

    Sekelompok mencit disuntik dengan senyawa uji dengan dosis tertentu secara

    subkutan (s.c.) atau intravena (i.v.). Tiga puluh menit kemudian jepitan

    dipasang pada pangkal ekor mencit selama 30 detik. Mencit yang tidak diberi

    senyawa uji akan berusaha untuk melepaskan diri dari kekangan tersebut,

    tetapi mencit yang diberi analgetika akan mengabaikan kekangan tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Dalam rentang waktu tertentu jepitan dipasang kembali. Respon positif yang

    menunjukkan adanya efek analgetik, apabila tidak ada usaha melepaskan

    jepitan selama 15 detik pada tiga kali pengamatan.

    b. Metode rangsang panas

    Hewan percobaan ditempatkan di atas lempeng panas dengan suhu 50° C

    sampai 55° C sebagai stimulus nyeri. Mencit yang sudah diberi larutan uji,

    diletakkan pada hot plate yang sudah disiapkan. Reaksi mencit adalah

    menjilat telapak kaki depan, belakang lalu meloncat. Selang waktu antara

    pemberian stimulus nyeri dan terjadinya respon, disebut waktu reaksi, dapat

    diperpanjang oleh pengaruh obat-obat analgetika. Perpanjangan waktu reaksi

    selanjutnya dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi aktivitas

    analgetik.

    c. Metode pengukuran tekanan

    Metode ini menggunakan suatu alat untuk mengukur tekanan yang diberikan

    pada ekor tikus secara seragam. Alat tersebut terdiri dari 2 syringe yang

    dihubungkan pada kedua ujungnya, bersifat elastis, fleksibel, serta terdapat

    pipa plastik yang diisi dengan cairan. Sisi dari pipa dihubungkan dengan

    manometer. Syringe yang pertama diletakkan dengan posisi vertikal dengan

    ujungnya menghadap ke atas. Ekor tikus diletakkan di bawah penghisap

    syringe. Ketika tekanan diberikan pada syringe kedua, maka tekanan akan

    terhubung pada sistem hidrolik pada syringe yang pertama kemudian pada

    ekor tikus. Tekanan yang sama pada syringe kedua akan meningkatkan

    tekanan pada ekor tikus, sehingga akan menimbulkan respon dan akan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    terbaca pada manometer. Respon tikus yang pertama adalah meronta-ronta

    kemudian akan mengeluarkan suara (mencicit) sebagai tanda kesakitan.

    d. Metode potensi petidin

    Metode ini kurang baik, karena dibutuhkan hewan uji dalam jumlah besar,

    tapi dapat digunakan untuk uji sedatif. Tiap kelompok tikus terdiri dari 20

    ekor, setengah kelompok dibagi menjadi 3 kelompok kecil dan diberi petidin

    dengan dosis berturut-turut 2, 4, dan 8 mg/kg. Setengah kelompok dibagi

    menjadi dua yaitu kelompok petidin dan senyawa uji dengan dosis 25% dari

    LD50. Persen analgetik dihitung dengan bantuan metode rangsang panas.

    e. Metode antagonis nalorfin

    Uji analgetik dengan metode ini bertujuan untuk menunjukkan aksi obat-obat

    seperti morfin. Nalorfin memiliki kemampuan untuk meniadakan aksi dari

    morfin. Hewan uji yang biasa digunakan dalam metode ini adalah tikus,

    mencit, dan anjing. Hewan uji diberi obat dengan dosis toksik kemudian

    segera diikuti pemberian nalorfin (0,5-10,0 mg/kg BB) secara intravena.

    Teori menyebutkan bahwa nalorfin dapat menggantikan ikatan morfin dengan

    reseptornya.

    f. Metode kejang oksitosin

    Oksitosin merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitori

    posterior, yang dapat menyebabkan kontraksi uterin sehingga menimbulkan

    kejang pada tikus. Hewan uji yang digunakan yaitu tikus betina dengan berat

    badan 120-140 mg, diberi estrogen dengan pemberian 15 mg dietilstilbestrol

    secara subkutan pada paha hewan uji. Setelah 10 minggu, hewan uji siap

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    untuk tes efek analgetik. Senyawa yang akan diuji diberikan secara subkutan

    15 menit sebelum pemberian secara intraperitonial 2 unit oksitosin (dosis

    ED50). Persen penurunan kejang dideterminasi dan ED50 dapat diperkirakan.

    g. Metode pencelupan pada air panas

    Sepuluh ekor tikus disuntik intraperitonial dengan senyawa uji, kemudian

    ekor tikus dicelupkan dalam air panas (suhu 58° C). Respon tikus terlihat dari

    hentakan ekornya dari air panas.

    2. Golongan analgetika nonnarkotika

    a. Metode induksi kimia

    Metode ini menggunakan zat kimia yang diinjeksikan pada hewan uji secara

    intraperitonial pada mencit yang sudah diberi senyawa uji secara oral pada

    selang waktu tertentu, sehingga akan menimbulkan rasa nyeri. Beberapa zat

    kimia yang biasa digunakan antara lain asam asetat dan fenil kuinon. Respon

    nyeri pada mencit adalah geliat berupa kontraksi perut disertai tarikan kedua

    kaki belakang dan perut menempel pada lantai. Geliat diamati setiap 5 menit

    selama 1 jam. Pemberian analgetik akan mengurangi rasa nyeri sehingga

    jumlah geliat yang terjadi berkurang. Penelitian ini menggunakan metode

    rangsang kimia sebagai metode pengujian efek analgetik karena metode ini

    sederhana, mudah dilakukan, dan cukup peka untuk pengujian senyawa-

    senyawa yang memiliki efek analgetik lemah. Efek analgetik dapat dievaluasi

    menggunakan persen penghambatan terhadap geliat, yaitu:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    % penghambatan terhadap geliat = 100 – [(P/K) x 100]

    Keterangan: P = jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah pemberian obat yang ditetapkan K = jumlah rata-rata geliat hewan uji kelompok kontrol negatif

    b. Metode pedodolorimetri

    Hewan uji diletakkan pada kandang yang bagian alasnya terbuat dari

    kepingan metal sehingga bisa dialiri arus listrik. Respon yang timbul yaitu

    ketika hewan uji mengeluarkan teriakan dengan pengukuran yang dilakukan

    setiap 10 menit selama 1 jam.

    c. Metode rektodolometri

    Tikus diletakkan dalam kandang yang dibuat khusus dengan alas tembaga

    yang kemudian dihubungkan dengan sebuah gulungan yang berfungsi sebagai

    penginduksi. Ujung lain dari gulungan tersebut kemudian dihubungkan

    dengan silinder elektroda tembaga. Pada gulungan bagian atas terdapat suatu

    konduktor yang dihubungkan dengan suatu voltmeter yang sensitif untuk

    dapat mengubah 0,1 volt. Respon berupa suara teriakan tikus dapat

    ditimbulkan dengan pemberian tegangan sebesar 1 sampai 2 volt.

    I. Landasan Teori

    Sutomo (2003) dan Supriyatna (2007) melaporkan adanya flavonoid pada

    daun kepel. Sunarni (2006) berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa

    flavonoid golongan flavon pada fraksi etanol ekstrak air daun kepel yaitu :

    - Isolat A1 : 7,3’,4-trihidroksi-5-0-gula-flavon

    - Isolat B2 : 5,4’-dihidroksi-7-0-tersubtitusi-3-0-gula flavon

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    - Isolat B3 : 5,7,4’-trihidroksi-3-0-gula flavon

    - Isolat B4a : 3,7,4’-trihidroksi flavon

    - Isolat B4b : 3,7,3’,4’-tetrahidroksi-5-metilflavon

    Dari kelima isolat tersebut, isolat B4b memiliki aktivitas antioksidan paling

    tinggi dibanding isolat lain, hal ini mungkin dikarenakan isolat B4b mempunyai

    gugus o-diOH dan 3-OH bebas. Maka dengan adanya ekstrak etanol daun kepel,

    diharapkan kandungan antioksidannya mampu menangkap radikal bebas berlebih

    sehingga tidak akan terjadi kerusakan jaringan yang dapat menimbulkan nyeri.

    Sriwidodo (2004) juga melaporkan bahwa daun kepel memiliki efek

    antiinflamasi. Mekanisme terjadinya inflamasi mirip dengan nyeri dimana terjadi

    pelepasan mediator-mediator penyebab peradangan seperti serotonin, bradikinin,

    prostaglandin, dll. Berdasarkan hasil tersebut, maka diharapkan ekstrak etanol daun

    kepel juga memiliki efek sebagai analgetika. Adanya flavonoid pada daun kepel

    diduga menghambat enzim lipooksigenase dan siklooksigenase sehingga

    menyebabkan perombakan asam arakhidonat terganggu yang mengakibatkan

    pelepasan mediator penyebab peradangan menjadi terganggu dan peradangan akan

    dihambat.

    J. Hipotesis

    Pemberian ekstrak etanol daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl) Hook. f.

    & Th) pada mencit putih jantan per oral memiliki efek analgetik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan

    menggunakan rancangan acak lengkap pola satu arah.

    B. Variabel dan Definisi Operasional

    1. Variabel utama

    a. Variabel bebas

    Variabel bebas dari penelitian ini adalah kelompok perlakuan yang meliputi

    kelompok kontrol negatif yang diberi CMC Na 0,5%, kelompok kontrol

    positif yang diberi suspensi parasetamol, dan kelompok perlakuan suspensi

    ekstrak etanol daun kepel dengan menggunakan 4 peringkat dosis.

    b. Variabel tergantung

    Variabel tergantung dari penelitian ini adalah daya analgetik. Daya analgetik

    adalah angka dalam persen yang menunjukkan persentase jumlah mencit

    yang tahan terhadap rangsang setelah pemberian ekstrak etanol daun kepel.

    2. Variabel pengacau

    a. Variabel pengacau terkendali

    1) Galur hewan uji, yaitu mencit dengan galur Swiss

    2) Jenis kelamin hewan uji, yaitu mencit jantan

    3) Umur hewan uji, yaitu antara 2-3 bulan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    4) Berat badan hewan uji, yaitu antara 20-30 gram

    5) Cara pemberian bahan uji, yaitu per oral

    6) Asal bahan uji, yaitu dari Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan

    Tanaman Obat Dan Obat Tradisional, Tawangmangu, Solo, Jawa Tengah

    b. Variabel pengacau tak terkendali

    1) Suhu ekstraksi adalah temperatur lingkungan selama proses ekstraksi

    berlangsung

    2) Ketahanan mencit adalah kemampuan mencit dalam menahan rasa sakit

    3) Kemampuan absorpsi mencit adalah kemampuan absorpsi ekstrak etanol

    daun kepel oleh mencit

    3. Definisi operasional

    a. Efek analgetik

    Efek analgetik merupakan kemampuan suatu zat dalam menghambat rasa

    nyeri baik dengan mengurangi atau menghilangkan kesadaran, yang

    ditunjukkan dengan berkurangnya respon nyeri.

    b. Daya analgetik

    Daya analgetik menunjukkan seberapa besar suatu zat tertentu dalam

    memberi efek analgetik, yang ditunjukkan dengan besarnya nilai persen

    penghambatan terhadap respon (geliat).

    c. Uji efek analgetik

    Uji efek analgetik menggunakan metode rangsang kimia yaitu suatu

    metode uji analge