pmp proto luminal.docx

10
DITA YULIANINGSIH 135130100111021 B/2013 AMOEBIASIS Dari amoeba yang bersifat zoonosis, E. histolitica tidak diragukan sebagai amoeba yang paling memberikan gejala klinis yang signifikan dan dikategorikan oleh pihak berwenang sebagai satu-satunya parasit amoeba yang ada di usus manusia. Namun, resiko kesehatan masyarkat dari penularan penyakit zoonosis E. histolitica tampak minimal. Anjing dapat menjadi sumber potensi dari infeksi manusia setelah memakan feses manusia, meskipun demikian zoonosis terbalik ini tidak akan menghasilkan kontaminasi lingkungan secara signifikan karena E. histolytica jarang bertelur di dalam tubuh anjing. E. histolityca juga ditemukan pada kasus primata non-manusia, namun resiko terhadap kesehatan masyarakat pun minimal. Beberapa spesies entamoeba lain yang berpotensi bersifat zoonosis telah dilaporkan di kasus manusia meliputi E. coli, E. polecki dan E. hartmanni. Spesies amoeba tersebut dianggap sebagai protozoa non pathogen dan komensal, namun peningkatan penyebaran dan kejadian umum terutama pada infeksi sekunder dari protozoa luminal lain dan helmin akan menyebabkan potensi klinis yang signifikan. Dari keriga spesies, E. coli merupakan protozoa luminal yang paling banyak dilaporkan pada survey di kasus manusia, dan selain dari primata non-human telah ditemukan pada anjing dan marsupial. Penelitian molekuler terbaru menunjukkan bahwa spesie E. polecki terbatas hanya pada manusia sedangkan E. hartmanni

Upload: dita-julia-ningsih

Post on 28-Jan-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PMP PROTO LUMINAL.docx

DITA YULIANINGSIH

135130100111021

B/2013

AMOEBIASIS

Dari amoeba yang bersifat zoonosis, E. histolitica tidak diragukan sebagai amoeba yang

paling memberikan gejala klinis yang signifikan dan dikategorikan oleh pihak berwenang

sebagai satu-satunya parasit amoeba yang ada di usus manusia.

Namun, resiko kesehatan masyarkat dari penularan penyakit zoonosis E. histolitica

tampak minimal. Anjing dapat menjadi sumber potensi dari infeksi manusia setelah memakan

feses manusia, meskipun demikian zoonosis terbalik ini tidak akan menghasilkan kontaminasi

lingkungan secara signifikan karena E. histolytica jarang bertelur di dalam tubuh anjing. E.

histolityca juga ditemukan pada kasus primata non-manusia, namun resiko terhadap kesehatan

masyarakat pun minimal.

Beberapa spesies entamoeba lain yang berpotensi bersifat zoonosis telah dilaporkan di

kasus manusia meliputi E. coli, E. polecki dan E. hartmanni. Spesies amoeba tersebut dianggap

sebagai protozoa non pathogen dan komensal, namun peningkatan penyebaran dan kejadian

umum terutama pada infeksi sekunder dari protozoa luminal lain dan helmin akan menyebabkan

potensi klinis yang signifikan. Dari keriga spesies, E. coli merupakan protozoa luminal yang

paling banyak dilaporkan pada survey di kasus manusia, dan selain dari primata non-human telah

ditemukan pada anjing dan marsupial. Penelitian molekuler terbaru menunjukkan bahwa spesie

E. polecki terbatas hanya pada manusia sedangkan E. hartmanni berpotensi zoonosis dengan

infeksi yang dilaporkan pada primata non-manusia.

DAUR HIDUP

Daur hidup E. histolytica sangat sederhana, dimana parasit ini didalam usus besar akan

memperbanyak diri. Dari sebuah kista akan terbentuk 8 tropozoit yang apabila tinja dalam usus

besar konsistensinya padat maka, tropozoit langsung akan terbentuk menjadi kista dan

dikeluarkan bersama tinja, sementara apabila konsistensinya cair maka, pembentukan kista

terjadi diluar tubuh. (Brotowidjoyo, 1987).

Amoebiasis terdapat diseluruh dunia (kosmopolit) terutama didaerah tropik dan daerah

beriklim sedang. Dalam daur hidupya Entamoeba histolytica memiliki 3 stadium yaitu:

Page 2: PMP PROTO LUMINAL.docx

1. Bentuk histolitika.

2. Bentuk minuta

3. bentuk kista

Bentuk histolitika dan bentuk minuta adalah bentuk rofozoit. Perbedaan antarakedua

bentuk tropozoit tersebut adalah bahwa bentuk histolytika bersifat patogen dan mempunyai

ukuran yang lebih besar dari bentuk minuta. Bentuk histolitika berukuran 20-40 mikron,

mempunyai inti entamoeba yang terdapat di endoplasma. Ektoplasma bening homogen terdapat

di bagian tepi sel, dapat dilihat dengan nyata. Pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma,

besar dan lebih seperti daun, di bentuk dengan mendadak, pergerakannya cepat. Endoplasma

berbutir halus, biasanya tidak mengandung bakteri atau sisa makanan, tetapi mengandung sel

darah merah. Bentuk histolytica ini patogen dan dapat hidup dijaringan usus besar, hati, paru,

otak, kulit dan vagina. Bentuk ini berkembang biak secara belah pasang di jaringan dan dapat

merusak jaringan tersebut sesuai dengan nama spesiesnya Entomoeba histolitica (histo= jaringan,

lysis = hancur).

Bentuk minuta adalah bentuk pokok esensial, tanpa bentuk minuta daur hidup tidak dapat

berlangsung, besamya 10-20 mikron. Inti entamoeba terdapat di endoplasma yang berbutir-butir.

Endoplasma tidak mengandung sel darah merah tetapi mengandung bakteri dan sisa makanan.

Ektoplasma tidak nyata, hanya tampak bila membentuk pseudopodium. Pseudopodium dibentuk

perlahan-lahan sehingga pergerakannya lambat. Bentuk minuta berkembang biak secara belah

pasang dan hidup sebagai komensal di rongga usus besar, tetapi dapat berubah menjadi bentuk

histolitika yang patogen. Bentuk kista dibentuk di rongga usus besar, besamya 10 -20 mikron,

berbentuk bulat lonjong, mempunyai dinding kista dan ada inti entamoeba. Dalam tinja bentuk

ini biasanya berinti 1 atau 2, kadang-kadang terdapat yang berinti 2. Di endoplasma terdapat

benda kromatoid yang besar, menyerupai lisong dan terdapat juga vakuol glikogen. Benda

kromatoid dan vakuol glikogen dianggap sebagai makanan cadangan, karena itu terdapat pada

kista muda. Pada kista matang, benda kromatoid dan vakuol glikogen biasanya tidak ada lagi.

Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan bentuk infektif.

Entamoeba histolytica biasanya hidup sebagai bentuk minuta di rongga usus besar

manusia, berkembang biak secara belah pasang, kemudian dapat membentuk dinding dan

Page 3: PMP PROTO LUMINAL.docx

berubah menjadi bentuk kista. Kista dikeluarkan bersama tinja. Dengan adanya dinding kista,

bentuk kista dapat bertahan terhadap pengaruh buruk di luar tubuh manusia.

GEJALA KLINIS

Gejala-gejala klinik dari amoebiasis tergantung daripada lokalisasi dan beratnya infeksi.

Penyakit disentri yang ditimbulkannya hanya dijumpai pada sebagian kecil penderita tanpa

gejala dan tanpa disadari merupakan sumber infeksi yang penting yang kita kenal sebagai

"carrier", terutama didaerah dingin, yang dapat mengeluarkan berjuta-juta kista sehari. Penderita

amoebiasis intestinalis sering dijumpai tanpa gejala atau adanya perasaan tidak enak diperut yang

samar-samar, dengan adanya konstipasi, lemah dan neurastenia. Infeksi menahun dengan gejala

subklinis dan terkadang dengan eksaserbasi kadang-kadang menimbulkan terjadinya kolon yang

"irritable" sakit perut berupa kolik yang tidak teratur. Amoebiasis yang akut mempunyai masa

tunas 1-14 minggu. Dengan adanya sindrom disentri berupa diare yang berdarah dengan mukus

atau lendir yang disertai dengan perasaan sakit perut dan tenesmusani yang juga sering disertai

dengan adanya demam. Amoebiasis yang menahun dengan serangan disentri berulang terdapat

nyeri tekan setempat pada abdomen dan terkadang disertai pembesaran hati. Penyakit menahun

yang melemahkan ini mengakibatkan menurunnya berat badan.

Amoebiasis ekstra intestinalis memberikan gejala sangat tergantung kepada lokasi

absesnya. Yang paling sering dijumpai adalah amoebiasis hati disebabkan metastasis dari

mukosa usus melalui aliran sistem portal. Sering dijumpai pada orang-orang dewasa muda dan

lebih sering pada pria daripada wanita dengan gejala berupa demam berulang, kadang-kadang

disertai menggigil, icterus ringan, bagian kanan diafragma sedikit meninggi, sering ada rasa sakit

sekali pada bahu kanan dan hepatomegali. Abses ini dapat meluas ke paru-paru disertai batuk

dan nyeri tekan intercostal, pleural effusion dengan demam disertai dengan menggigil. Pada

pemeriksaan darah dijumpai lekositosis kadang-kadang amoebiasis hati sudah lama diderita

tanpa tanda-tanda dan gejalanya khas yang sukar didiagnosa. Infeksi amoeba di otak

menunjukkan berbagai tanda dan gejala seperti abses atau tumor otak. Sayang sekali infeksi

seperti ini baru didiagnosa pada autopsi otak. Amoebiasis ekstra intestinalis ini dapat juga

dijumpai di penis, vulva, perineum, kulit setentang hati atau kulit setentang colon atau di tempat

lain dengan tanda-tanda suatu ulkus dengan pinggirnya yang tegas, sangat sakit dan mudah

berdarah.

Page 4: PMP PROTO LUMINAL.docx

DIAGNOSIS

Diagnosis pasti penderita amoebiasis adalah menemukan parasit didalam tinja atau

jaringan. Diagnosis laboratorium dapat dibuat dengan pemeriksaan mikroskopis atau

menemukan parasit dalam biakan tinja sering dijumpai Entamoeba histolytica bersama-sama

dengan kristal Charcot-Leyden. Diagnosis tidak selalu mudah, maka perlu dilakukan

pemeriksaan berulang teristimewa pada kasus menahun. Kegagalan dapat terjadi dengan teknik

yang salah, mencari parasit tidak cukup teliti atau sering dikacaukan dengan protozoa lain dan

sel-sel artefak.

Pemeriksaan tinja dengan sediaan langsung dengan memakai air garam faal, atau lugol,

dengan pengecatan trichrom, hematoksilin (sediaan permanen) atau dengan metode konsentrasi.

Pada umumnya pada tinja encer akan di jumpai bentuk tropozoit disertai gejala klinik nyata,

sedangkan pada tinja padat pada penderita tanpa gejala terutama pada penderita menahun

"carrier" akan dijumpai terutama bentuk kista.

Bentuk trophozoit dapat dikenal karena gerakannya aktif, ektoplasma yang berbatas jelas,

nukleus dan adanya sel darah merah, cristal Charcot–Letden, yang dicernakan dan kista-kista

dapat dikenali dari bentuknya yang bulat dimana jumlah inti 1 - 4 dan benda chromatoidnya.

Pemeriksaan serologis, test haemaglutinasi, test presipitin, pemeriksaan radiologis atau

scalhing berperan pada penderita ekstra intestinal amoebiasis. Aspirasi abses dapat dilakukan

dengan menemukan cairan warna coklat dan pada akhir aspirasi akan ditemukan bentuk

tropozoit.

Pada amoebiasis kolon akut biasanya diagnosis klinis ditetapkan bila terdapat sindrom

disentri disertai sakit perut (mules). Biasanya gejala diare berlangsung tidak lebih dari 10 kali

sehari.

Gejala tersebut dapat dibedakan dari gejala penyakit disentri basilaris. Pada disentri

basilaris terdapat sindrom disentri dengan diare yang lebih sering, kadangkadang sampai lebih

dari 10 kali sehari, terdapat juga demam dan lekositosis. Diagnosis laboratorium ditegakkan

dengan menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolytica dalam tinja.

Page 5: PMP PROTO LUMINAL.docx

Amoebiasis kolon menahun biasanya terdapat gejala diare yang ringan diselingi dengan

obstipasi. Dapat juga terjadi suatu eksaserbasi akut dengan sindrom disentri. Diagnosis

laboratorium ditegakkan dengan menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolytica dalam

tinja.

Bila amoeba tidak ditemukan, pemeriksaan tinja perlu diulangi 3 hari berturut-turut.

Reaksi serologi perlu dilakukan untuk menunjang disgnosis. Proktoskop dapat digunakan untuk

melihat luka yang terdapat di rektum dan untuk melihat kelainan di sigmoid digunakan

sigmoidoskop.

Sedangkan pada amoebiasis hati secara klinis dapat dibuat diagnosis bila terdapat gejala

berat badan menurun, badan terasa lemah, demam, tidak nafsu makan disertai pembesaran hati

yang nyeri tekan. Pada pemeriksaan radiologi biasanya didapatkan peninggian diafragma.

Pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis.

Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan Entamoeba histolytica bentuk

histolytica dalam biopsi dinding abses atau dalam aspirasi nanah abses. Bila amoeba tidak

ditemukan, dilakukan pemeriksaan serologik, antara lain tes hemaglutinasi tidak langsung atau

tes imunodifusi.

PENGOBATAN

Beberapa obat amoebiasis yang penting adalah:

Emetin Hidroklorida

Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Pemberian emetin ini hanya efektif bila

diberikan secara parenteral karena pada pemberian secara oral absorpsinya tidak sempurna.

Toksisitasnya relatif tinggi, terutama terhadap otot jantung. Dosis maksimum untuk orang

dewasa adalah 65 mg sehari. Lama pengobatan 4 sampai 6 hari. Pada orang tua dan orang yang

sakit berat, dosis harus dikurangi. Pemberian emetin tidak dianjurkan pada wanita hamil, pada

penderita dengan gangguan jantung dan ginjal. Dehidroemetin relatif kurang toksik

dibandingkan dengan emetin dan dapat diberikan secara oral. Dosis maksimum adalah 0,1 gram

sehari, diberikan selama 4–6 hari. Emetin dan dehidroemetin efektif untuk pengobatan abses hati

(amoebiasis hati).

Page 6: PMP PROTO LUMINAL.docx

Klorokuin

Obat ini merupakan amoebisid jaringan, berkhasiat terhadap bentuk histolytica. Efek

samping dan efek toksiknya bersifat ringan antara lain, mual, muntah, diare, sakit kepala. Dosis

untuk orang dewasa adalah 1 gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 2

sampai 3 minggu.

Anti Biotik

Tetrasiklin dan eritomisin bekerja secara tidak langsung sebagai amebisid dengan

mempengaruhi flora usus. Peromomisin bekerja langsung pada amoeba. Dosis yang dianjurkan

adalah 25 mg/kg bb/hari selama 5 hari, diberikan secara terbagi.

Metronidazol (Nitraomidazol)

Metronidazol merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk histolytica dan

bentuk kista. Efek samping ringan, antara lain, mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang

dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari berturut-turut dan diberikan secara terbagi.

PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit amoebiasis terutama ditujukan kepada kebersihan perorangan

(personal hygiene) dan kebersihan lingkungan (environmental hygiene). Kebersihan perorangan

antara lain adalah mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan.

Kebersihan lingkungan meliputi: memasak air minum, mencuci sayuran sampai bersih atau

memasaknya sebelum dimakan, buang air besar dijamban, tidak menggunakan tinja manusia

untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi

oleh lalat dan lipas, membuang sampah ditempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat.

Untuk menurunkan angka sakit, maka perlu diadakan usaha jangka panjang berupa pendidikan

kesehatan dan perbaikan sanitasi lingkungan dan usaha jangka pendek berupa penyuluhan

kesehatan dan pembersihan kampung halaman secara serentak (gotong royong) dan juga dengan

pengobatan massal ataupun individual.