pokok bahasan 2

12
Pokok Bahasan 2 IDENTITAS NASIONAL Oleh: Aprillia Hardiyani Tanto 051311133066 Kelas A

Upload: preprelle

Post on 17-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Pokok Bahasan 2IDENTITAS NASIONAL

Oleh:Aprillia Hardiyani Tanto051311133066Kelas A

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS AIRLANGGASURABAYA2013POKOK BAHASAN 2IDENTITAS NASIONAL

1. Jelaskan tentang konsep identitas atau jatidiri.Dilihat dari segi bahasanya, Identitas berasal dari bahasa Inggris Identity yang dapat diartikan sebagai ciri-ciri, tanda, atau jati diri yang menandai suatu benda atau orang, baik secara fisik maupun non fisik. Identitas dalam arti luas dapat diartikan pengenalan atau pengakuan terhadap seseorang yang dianggap termasuk dalam suatu golongan yang dilakukan berdasarkan atas serangkaian ciri-cirinya yang merupakan suatu satuan bulat dan menyeluruh, serta menandainya sehingga ia dapat dimasukkan dalam golongan tersebut (Parsudi Suparlan:1999). Secara garis besar, identitas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu identitas individu dan identitas kolektif. Identitas Individu artinya identitas/jati diri yang dimiliki oleh seseorang yang ia dapat sejak ia lahir maupun melalui proses interaksi sosial yang umumnya antara individu satu dengan yang lain berbeda. Baik dari segi jumlah maupun maupun identitasnya sendiri. Sedangkan Identitas Kolektif adalah identitas yang dimiliki oleh anggota kelompok yang mereka bangun melalui interaksi antar sesama anggota kelompok dan untuk kepentingan bersama atau untuk kepentingan kelompok dalam konsep bagaimana setiap individu dapat menjalin kerjasama yang baik dan mempertahankan kerekatan hubungan antar sesama anggota kelompok.

2. Jelaskan tentang Identitas Nasional.Identitas nasional (national identity) adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lain (Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, 2011: 66). Ada dua faktor penting dalam pembentukan identitas yaitu faktor primordial dan faktor kondisional. Faktor primordial adalah faktor bawaan yang bersifat alamiah yang melekat pada bangsa tersebut, seperti geografi, ekologi dan demografi, sedangan faktor kondisional adalah keadaan yang mempengaruhi terbentuknya identitas tersebut (sejarah, kebudayaan, dan watak masyarakat). Identitas Nasional dalam konteks bangsa (masyarakat Indonesia) cenderung mengacu pada kebudayaan atau kharakter khas. Sedangkan identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam sombol-simbol kenegaraan.

3. Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa.Karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharassein atau kharax, dalam bahasa Prancis caractere dalam bahasa Inggris character. Dalam arti luas karakter berarti sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti, tabiat, watak yang membedakan seseorang dengan orang lain (Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, 2011: 67). Sehingga karakter bangsa dapat diartikan tabiat atau watak khas bangsa Indonesia yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Sistem makna yang membangun identitas Indonesia adalah nilai-nilai sebagaimana termaktub dalam Pancasila. Nilai-nilai Pancasila mengandung nilai-nilai yang merupakan sistem makna yang mampu menyatukan keragaman bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut hidup dalam sendi kehidupan di seluruh wilayah Indonesia. Dari penjelasan ini dapatlah dikatakan bahwa identitas bangsa Indonesia adalah Pancasila itu sendiri. Karena Pancasila digali dari pandangan hidup bangsa maka dapat pula dikatakan bahwa Pancasila adalah karakter bangsa.

4. Proses berbangsa dan bernegara. Proses berbangsaDapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang penting bagi pembentukan bangsa Indonesia antara lain:1. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun.2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka dan lepas dari penjajah.3. Adanya kesatuan wilayah dan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang dari Sabang sampai Merauke.4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan.

Proses bernegaraProses bernegara merupakan kehendak untuk melepaskan diri dari penjajahan, mengandung upaya memiliki kemerdekaan untuk mengatur negaranya sendiri secara berdaulat tidak dibawah cengkeraman dan kendali bangsa lain. Dua peristiwa penting dalam proses bernegara adalah sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan sidang-sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

5. Politik Identitas Politik identitas adalah nama untuk menjelaskan situasi yang ditandai dengan kebangkitan kelompok-kelompok identitas sebagai tanggapan untuk represi yang memarjinalisasikan mereka di masa lalu. Identitas berubah menjadi politik identitas ketika menjadi basis perjuangan aspirasi kelompok (Bagir, 2011: 18). Politik identitas bisa bersifat positif maupun negatif. Bersifat positif berarti menjadi dorongan untuk mengakui dan mengakomodasi adanya perbedaan, bahkan sampai pada tingkat mengakui predikat keistimewaan suatu daerah terhadap daerah lain karena alasan yang dapat dipahami secara historis dan logis. Bersifat negatif ketika terjadi diskriminasi antar kelompok satu dengan yang lain, misalnya dominasi mayoritas atas minoritas.

6. Dalam tulisan M. Sastrapratedja bagaimana posisi Pancasila dalam menghadapi pendapat-pendapat: Daniel Bell tentang Akhir Ideologi; Francis Fukuyama tentang Akhir Sejarah; dan Samuel P. Huntington tentang Benturan Peradaban untuk negara Indonesia ke masa depan.a. Pendapat terhadap Daniel Bell tentang Akhir IdeologiDalam pidatonya, bung karno menghadapkan ideologi pancasila denga ideologi besar lain seperti liberalisme dan komunisme. Ideologi pancasila merupakan sintesis politik yang mengambil kebaikan dari kedua ideologi tersebut dan membuang sisi buruknya. Ideologi pancasila berbeda dengan ideologi lengkap dan monopolitik yang memiliki 2 sifat tersebut. Sifat yang pertama adalah bukan lagi merupakan ideologi yang tertutup, sempurna pada diri sendiri, dan menerima berbagai kritik dari berbagai sifat lain. Sedangkan sifat yang kedua adalah bersifat suatu kepercayaan yang berusaha menanamkan gagasan ke dalam kenyataan yang rumit.b. Pendapat terhadap Francis Fukuyama tentang Akhir SejarahFukuyama beranggapan bahwa ideologi liberal merupakan sumber munculnya akhir sejarah dimana tidak ada lagi kemajuan dalam perkembangan prinsip dan intuisi yang mendasari, karena semua petanyaan terjawab oleh ideologi liberal. Namun sejatinya, ideologi liberal hanya memenuhi kebutuhan manusia dalam bentuk sandang, pangan, papan, namun tidak memenuhi keinginan untuk memperoleh pengakuan, harga diri, status, maupun martabat. Pandangan Fukuyama terhadap akhir sejarah bersifat ambivalen karena si satu sisi dapat memuaskan keinginan manusia, namun di sisi lain juga merupakan hal yang membosankan karena segalanya telah tepenuhi.c. Tanggapan terhadap Samuel P. Huntington tentang Benturan PeradabanIstilah benturan kebudayaan yang diungkapkan oleh Huntington hanya mendekati kebudayaan secara ekstrinsik, yaitu budaya sebagai suatu hal yang tidak dapat berubah, bukan bukan sebagai realitas yang di konstruksikan. Pancasila pun juga memperoleh masukan dari budaya budaya modern. Jadi tidak benar bahwa budaya pancasila tidak mengalami pengaruh dari barat.

7. Bagaimana pendapat M. Sastrapratedja tentang Politik Identitas Nasional dan Politik Ilmu Pengetahuan.a. Politik Identitas NasionalMembangun suatu bangsa adalah membangun suatu komunitas politik yang disebut bangsa. Sejauh mana pancasila menjadi identitas suatu bangsa Indonesia merupakan suatu proses konstruksi budaya yang melibatkan berbagai bahan bangunan seperti: sejarah, ingatan kolektif, bahasa, hukum, dll. Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme politik/civic nasionalism yang didasarkan pada keikatannya sebagai warganegara. Politik identitas nasional yang pertama adalah dengan memberi wujud pada status kewarganegaraannya dengan mempersamakan hak dan kewajibannya agar menjadi pengikat persatuan dan kesatuan.b. Politik Ilmu PengetahuanPancasila berperan dalam ilmu pengetahuan sebagai landasan dari kebanyakan ilmu pengetahuan, sekaligus landasan dari etika ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan ilmu pengetahuan didasarkan pada sila sila dalam pancasila. Khusus sebagai orientasi sience politics , Pancasila berperan sebagai dasar perkembangan etika ilmu pengetahuan dan teknologi karena tiap sila dalam pancasila menjadi prinsip etis perkembangan iptek. Pancasila sebagai sumber nilai menjadi paradigma ilmu pengetahuan manakala pancasila menjadi asumsi suatu ilmu dan menjadi kosensus sekelompok ilmuan yang mempengaruhi cara kerja kelompok tersebut.

Daftar PustakaBuku Modul Kewarganegaraan, Dirjen Dikti, Kemendikbud, 2013; Salim, Arshal, GP, at al., 2000, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, IAIN Jakarta Press, Jakarta.Nasikun, Prof. Dr., at al., 2006 Pancasila Sebagai paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa, Pusat Studi Pancasila UGM, Yogyakarta.0 Buku Modul Kuliah Kewarganegaraan.pdfhttp://www.slideshare.net/RRSafitriDamayanti/identitas-nasional-proses-berbangsa-dan-bernegara, diakses pada 1 Oktober 2013 pukul 22.00 WIB