pokok pikiran iskindo -...

14

Upload: truongdang

Post on 10-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

POKOK PIKIRAN ISKINDOEvaluasi dan Akselerasi Poros Maritim Dunia

POKOK PIKIRAN ISKINDOEvaluasi dan Akselerasi Poros Maritim Dunia

©ISKINDO, 2018

Tim Editor & Tim TeknisVerrianto MadjowaKamaruddin AzisSuhanaJanuar

Layout & graphic:Darmadi Tariah

ISBN 978-602-72359-3-9

Cetakan I, Januari 2018hal xii+148, 24 cm x 17 cm

Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO)Sekretariat:Jalan Rawajati Timur IX, Nomor 13, Kelurahan Rawajati, Pancoran, jakarta Selatan email: [email protected]

Penerbit:Destructive Fishing watch Indonesia (DFW-Indonesia)Gedung SME Tower Lantai 10Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 94Jakarta Selatan, 12780IndonesiaPhone: 021-79818872/79181105Fax: 021-7981409Website: www.dfw.or.idEmail: [email protected]

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang

vii

PENGANTAR(Ketua Umum ISKINDO)

Menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia merupakan cita-cita luhur dan visi bernegara yang sangat penting untuk diwujudkan. Kita ketahui bahwa wilayah kepulauan Indonesia sangat luas, lebih luas dari daratan Amerika Serikat dan daratan Eropa sebagai keseluruhan, ter-masuk Inggris. Bangsa Indonesia sudah menguasai lautan dan teknolo-gi perkapalan, dari cadik bergeladak tunggal hingga ke cadik bergela-dak banyak. Di samping itu, sejak dulu pelaut-pelaut Indonesia sudah menjelajahi lautan sejauh Madagaskar, dan lautan Austronesia.

Namun oleh satu dan lain hal, dalam perkembangan sejarah yang sa-ngat kompleks, bangsa Indonesia kehilangan semangat kebaharinya dan mundur ke darat menjadi bangsa agraris. Kewajiban generasi Indo-nesia dewasa ini adalah mengembalikan arus sejarah tersebut dari ma-nusia agraris menjadi manusia bahari karena +70% dari wilayah kekua-saan Republik Indonesia terdiri dari lautan. Perlu gerakan bersama untuk mengubah “mindset” bangsa Indonesia menjadi bangsa bahari.

Kini memasuki era milenia di mana pengetahuan dan teknologi menjadi semakin penting maka pembangunan maritim negara ini mesti diletakan dalam konteks yang lebih luas. Artinya kita mesti meletakkan dasar-dasar pembangunan maritim bangsa pada setiap dimensi kehidupan baik sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan. Isu dan agenda pemba-ngunan nasional bidang kemaritiman ke depan akan diwarnai dengan meningkatnya traffic transportasi laut nasional, menurunnya kemam-puan Indonesia dalam memproduksi minyak dan gas, efisiensi logis-tik pelabuhan, trend peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara sebagai pemasok devisa terbesar, tumbuhnya PDB sektor perikanan seiring dengan reformasi tata kelola perikanan yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir serta kemiskinan yang masih tinggi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Tantangan dan peluang tersebut membu-tuhkan kerja kolaborasi multipihak. Pembangunan maritim membutuh-kan kerja kolaborasi sektor negara, private sector dan NGO, termasuk organisasi profesi dan kepakaran bidang maritim.

viii

Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO) sebagai organisasi profesi dan kesarjanaan berkomitmen dan bertekad untuk mengawal pemba-ngunan maritim bangsa Indonesia. Bentuk pengawalan tersebut diwu-judkan dengan senantiasa mengambil peran strategis dan berkontribusi memberikan pemikiran, sumbangan ide dan gagasan serta aksi nyata di tengah-tengah masyarakat. Buku ini salah satunya adalah merefleksikan pengalaman dan pandangan ISKINDO terhadap berbagai isu-isu pem-bangunan maritim.

Berbagai hal yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam konteks upa-ya mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, dalam buku ini mendapat respon dan apresiasi dari anggota ISKINDO. Berbagai hal seperti soal pengelolaan konservasi laut, pulau-pulau kecil, wisata ba-hari, industri perikanan, kenelayanan, keamanan laut serta praktik ilegal dan destructive fishing. Buku ini berisi pengalaman lapangan dan pem-belajaran dari berbagai kegiatan pembangunan di mana rekan-rekan IS-KINDO ikut terlibat secara aktif.

Kami menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tinggi- nya kepada rekan-rekan anggota ISKINDO yang telah meluangkan wak-tu menuliskan pengalaman dan pandangannya terhadap masalah-ma-salah kemaritiman. Dedikasi dan karya rekan-tekan ISKINDO di berbagai bidang profesi dan pekerjaan sejatinya telah memperkaya khasanah dan cakrawala berpikir kita tentang apa sesungguhnya makna maritim bagi bangsa ini. Buku ini kami dedikasikan kepada bangsa dan masyarakat Indonesia yang hingga saat ini masih terus mencari jati diri dan meraba arah perjalananan bangsa.

Ketika semua pihak masih ragu melangkah, melalui buku ini ISKINDO telah memberikan petunjuk bahwa negara kita sejatinya adalah negara maritim. Negara yang sejak lahir dinasbihkan sebagai bangsa maritim, sempat hilang dan kini menemukan jati dirinya kembali.

Muh Zulficar Mochtar, ST, M.Sc Ketua Umum ISKINDO 2015-2017

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARDAFTAR ISI

BAB I KESADARAN MARITIM • Mewujudkan Kesadaran Maritim Indonesia melalui Ma-

ritime Domain Awareness oleh Rahmat Eko Rahardjo• Memperkokoh Industri Perkapalan Nasional oleh M.

Badrus Zaman• Harmonisasi dan Koordinasi Tatakelola Menuju Pemba-

ngunan Kelautan Berkelanjutan di Indonesia oleh Aryan- to Husain

BAB II URGENSI KONSERVASI DAN TATA RUANG LAUT • Konservasi Perairan dan Keanekaragaman Hayati Laut

oleh Ikram M. Sangadji• Prioritasi Spasial Kawasan Konservasi Laut Indonesia

oleh Irawan Asaad• Mengawal Pengelolaan Secara Efektif Kawasan Konser-

vasi Perairan di Indonesia oleh Muhammad Erdi Lazuar-di

• Urgensi Konservasi dalam Tata Ruang Pesisir dan Laut Terpadu oleh Joshian N. W. Schaduw

BAB III REHABILITASI DAN MUSEUM TERUMBU KARANG • Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Konservasi Laut

Dunia oleh Firdaus• Artificial Patch Reef (APR) untuk rehabilitasi Terumbu

karang di Indonesia oleh Munasik• Indonesia perlu Museum TerumbuKarang oleh Muham-

mad Erdi Lazuardi• Kerusakan Terumbu Karang di Ujung Indonesia Mem-

butuhkan Perhatian Ekstra untuk Rehabilitasi oleh Ulung Jantama Wisha

viiix

1

2

7

10

15

16

24

26

30

37

38

43

48

51

x

BAB IV EKO-ARKEOLOGI DAN PEMANFAATAN EKS ANJUN-GAN MINYAK

• Urgensi Pembentukan Kawasan Konservasi Maritim Be-rupa Taman Eko-Arkeologi Bawah Laut (Marine Eco-Ar-chaeological Park) Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia oleh Baru Sadarun

• Memanfaatkan Bangkai Anjungan Minyak Lepas Pantai Untuk Menjaga Kelestarian Laut oleh I Gusti Suarnaya Sidemen

BAB V PETA JALAN PERIKANAN• Peta Jalan Industri Perikanan Nasional oleh M. Riza Da-

manik• Mewujudkan Keadilan Pesisir dan Kesejahteraan Ne-

layan oleh Riyono• Keberlanjutan Perdagangan Ikan Indonesia di Era MEA

oleh Suhana

BAB VI EKONOMI KREATIF DAN DIGITAL• Optimalisasi Industri Pengolahan Ikan untuk Peningka-

tan Konsumsi Ikan Rakyat Indonesia oleh M. “Ciput” Putrawidjaya, ST, MSc

• Optimalisasi Produksi Mutiara Laut Selatan Dalam Menguasai Pasar Mutiara Global oleh N. Gustaf F. Mamangkey

• Peran Ekonomi Digital dalam Revolusi Industri Kelautan Perikanan oleh Ismawan Amir

BAB VII PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGU NAN PESISIR DAN LAUT

• Membangun Maritim, Membangun Ribuan Pulau dan Pesisir Responsif oleh Andi Muhammad Jufri

• Menjahit Kearifan Lokal dan Kebudayaan Maritim oleh Verrianto Madjowa

BAB VIII MASA DEPAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR• Pengembangan Pulau-Pulau Kecil Terluar Lewat Pem-

bangunan SDM Menuju Poros Maritim Dunia oleh In-driati Sari Kusmayani

55

56

61

65

66

70

75

81

82

85

89

95

96

105

109

110

xi

• Tantangan Pembangunan Pulau Kecil Terluar oleh Moh Abdi Suhufan

• Yang Belum Beres di Pesisir Laut Kita oleh Kamaruddin Azis

BAB IX RISET DAN DATA KELAUTAN • Permasalahan dan Riset Prioritas untuk Kelautan In-

donesia pada Era Poros Maritim oleh Noir Primadona Purba

• Menuju Era Ketelanjangan Lautan Nusantara oleh Wido-do S. Pranowo

• Arah One Map Kelautan dan Perikanan oleh Suwardi, ST, M.Si.

• Indonesia Sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan Laut Tropis Dunia oleh Nur Fadli

• Kerja Tepat, Cerdas, Cepat (Angin Laut Tidak Menung-gu Layarmu Terbuka Bung!) oleh Jensi Sartin

117

120

125

126

130

133

139

142

125

RISET DAN DATA KELAUTAN

BAB IXRISET DAN

DATA KELAUTAN

130

Menuju Era Ketelanjangan Lautan Nusantara

Oleh: Widodo S. Pranowo, Peneliti Oseanografi Terapan Kementerian Kelautan

dan Perikanan, dan Dosen Teknik Hidrografi STT Angkatan Laut. http://widodopranowo.id

Sejak era 1980 hingga sekarang, yang selalu dipermasalahkan di repub-lik ini adalah permasalahan data hidro-oseanografi. Permasalahan yang muncul tidak hanya karena keterbatasan peralatan pengukuran, namun juga terkait kualitas sumber daya manusia yang paham akan survei yang baik dan benar. Belum lagi, ditambah dengan luasnya lautan teritorial Indonesia yang bakalan membutuhkan dana yang sangat besar unuk melaksanakan survei secara berkala. Kemunculan teknologi satelit, perkembangan komputer, diiringi pula berbagai inovasi alat pengukuran hidro-oseanografi yang mulai pesat pada era tahun 1990an, merupakan angin segar bagi dunia kelautan nasional Indonesia.

Namun hingga saat ini, di tahun 2017, jumlah kapal riset kelautan masih- lah sangat terbatas sementara yang telah kita miliki pun usianya semakin tua.

131

Baru saja di tahun 2014, kita telah memiliki Sistem Operasional Oseano- grafi yang diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, namun hanya 3 (tiga) tahun umurnya, sistem di-shutdown karena alasan klasik tentang dana riset. Padahal Sistem operasional tersebut menyediakan data kelautan dan perikanan untuk masyarakat, akademik dan pengemban ke-bijakan.

Di dalam sistem tersebut terdapat basis data hidro-oseanografi peramalan 14 hari kedepan berdasarkan data satelit dan pemodelan numerik. Citra satelit radar secara berkala menyediakan data pemantauan kapal pelaku Illegal, Unregulated and Unreported (IUU) Fishing dan sekaligus meman-tau adanya tumpahan minyak di laut. Citra satelit optis menyediakan data khlorofil sebagai input pemodelan untuk peramalan fishing ground bebe- rapa jenis ikan tuna komersial.

Sementara itu, pengembangan satelit kebumian oleh Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) pun kurang mendapatkan duku-ngan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Ada yang berpendapat cukuplah menggunakan Global Fishing Watch yang dikembangkan oleh Google untuk memantau IUU Fishing. Saya rasa hal tersebut kurang benar, kare-na ketersediaan data untuk publik yang terbatas, dan tidak melingkupi pemantauan tumpahan minyak. Sehingga saat ini, kita sedang buta, entah sampai kapan.

Lautan Nusantara yang diapit oleh Samudera Hindia dan Samudera Pa-sifik, hingga tahun 2025 akan menjadi lokasi keroyokan peneliti kelau-tan dan meteorologi maritim. Sudah sejak 2015, negara-negara terdepan di bidang teknologi kelautan seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, Tiongkok, Korea, bahkan juga India, berlomba-lomba melakukan survei pengukuran di kedua samudera tersebut.

Mereka tidak hanya mengerahkan kapal riset saja, melainkan mengerah-kan robot-robot pengukur hidro-oseanografi, seperti drone bawah air dan juga argo float. Terdeteksi bahwa argo float sudah masuk ke Selat Makas-sar dan Laut Banda, milik Jepang sejak 2012, Amerika masuk sejak 2013, disusul oleh Tiongkok di 2015, dan yang terkini mulai Agustus 2017 ada-

132

lah argo float milik Perancis.

Data tersebut memang di-share ke publik melalui internet, namun kita tidak pernah tahu apakah argo float tersebut hanya dipasangi alat standar pengukuran massa air, tidak dipasangi sensor lainnya untuk mendeteksi kekayaan alam bawah/dasar laut. Data massa air pun, pada kolom air, se-benarnya sangat sensitif bagi keamanan nasional. Jalur penyelaman kapal selam yang aman dapat dimodelkan dan dideteksi berdasarkan data terse-but. Kapal selam asing pun dapat saja mengarungi Selat Makassar dan Laut Banda tanpa ketahuan oleh patroli TNI Angkatan Laut.

Kita secara nasional punya kementerian dan lembaga (penelitian) yang menangani kelautan, juga banyak perguruan tinggi kelautan, bahkan kita memiliki kementerian koordinasi bidang maritim, dan komisi nasional Inter-governmental Oceanographic Commission (IOC) Indonesia. Na-mun sepertinya, melaksanakan koordinasi secara integratif-pun masih sulit, terutama dalam mengawasi secara sadar kemitraan secara seimbang dengan asing untuk riset kelautan.

Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi melalui Tim Koordinasi Pem-berian Izin Peneliti (TKPIPA) telah berupaya sebaik mungkin dalam mengawal secara ketat para peneliti asing yang berminat melakukan pe-nelitian di Indonesia. TKPIPA senantiasa selalu mengingatkan kepada se-tiap mitra penelitian Indonesia agar selalu mengedepankan kepentingan nasional melalui kemitraan yang seimbang.

Kemitraan yang seimbang adalah di mana peneliti kita bukanlah seke-dar berperan seperti event organizer atau agen biro travel yang hanya me- nemani para peneliti asing melakukan riset/survei ke laut/pesisir. Namun apabila peneliti kita juga tidak didukung oleh dana riset (dan fasilitas) yang memadai, akan sulit untuk berdiri tegak berwibawa mengontrol data hasil riset bersama tersebut.

Bila semua hal yang tersebut di seluruh paragraf di atas berlangsung terus hingga tahun 2025, niscaya Lautan Indonesia akan telanjang total.

148