pola arus

6
KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA PERAIRAN TELUK INDRAMAYU (Wave Characteristic in Indramayu Bay) Degen E. Kalay 1) , I Wayan Nurjaya 2) dan Nyoman M. N. Nattih 2) 1) Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK-Universitas Pattimura Jl. Chr. Soplanit, Poka-Ambon. 2) Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK IPB Diterima 5 Mei 2009/Disetujui 20 Juni 2009 ABSTRACT The aim of this research is identification the characteristics of wave and know wave propagation modeling as well as coastline in Indramayu Bay. Sampling method purpose the mooring method. Analysis wind date for wave prediction purpose of SMB (Sverdrup Munk Bretschneider) methode. Results of the research are maximum wave height (H) ranged from 0,181–1,179 m occured on the west season with period (T) of 1,73-3,76 second, wave length (L 0 ) 4,65-22,05 m, propagation velocity (C 0 ) 2,69-5,86 m/s and wave energy 41,10-1745,40 Joule. To wave propagation modeling, wave higth range from 0,14-0,53 m and period 3,03-3,33 second. Keywords: wave, propagation modeling, coastline PENDAHULUAN Gelombang merupakan faktor utama yang mengakibatkan ketidakstabilan pantai. Di laut, gelombang dapat dibedakan berdasarkan faktor pembangkit, diantaranya angin (tekanan atmosfer), pasang surut dan gempa bumi (Sorensen 1991 dan Komar 1998). Angin merupakan faktor pembangkit yang dominan (Triatmodjo, 1999). Menurut Davis (1991), gelombang akibat angin ditentukan oleh lamanya angin bertiup, kecepatan angin dan panjang fetch (jarak yang ditempuh oleh angin dari arah pembangkitan gelombang). Semakin lama angin bertiup, maka jumlah energi yang dihasilkan dalam perkembangan gelombang akan bertambah. Demikian juga fetch, bila luasannya besar maka energi yang dihasilkan oleh gelombang akan lebih besar (Komar, 1983). Ketika mencapai pantai, gelombang akan mengalami perubahan yang diakibatkan oleh proses pendangkalan (shoaling), refraksi, difraksi dan pada akhirnya gelombang pecah. Perubahan yang dimaksudkan terjadi secara bertahap diawali dengan penurunan ketinggian gelombang saat memasuki perairan dangkal, kemudian meningkat secara bertahap dan bagian muka gelombang tetap simetris Pratikto dkk (1997). Kedalaman perairan yang semakin menurun menyebabkan ketinggian gelombang meningkat secara cepat yang menyebabkan profil gelombang tidak simetris dan akhirnya pecah (Horikawa, 1988). Menurut CERC (1984) refraksi dan shoaling menentukan ketinggian gelombang pada kedalaman tertentu dan distribusi energi gelombang sepanjang pantai. Selain itu, gelombang akan menimbulkan arus yang bergerak tegak lurus garis pantai (rip current) dan arus menyusur pantai (longshore current), yang kemudian menyebabkan terjadinya transpor sedimen di perairan pantai. Menurut Direktorat Bina Pesisir, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Dirjen P3K) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) tercatat pada tahun 2001 lalu terdapat 122 daerah pantai di 15 provinsi yang terkena erosi pantai parah dan memerlukan perhatian serta penanganan segera, salah satu yang dinilai sangat parah adalah kawasan pesisir Indramayu yang terdapat di bagian Utara Pulau Jawa (http://www.kompas.com ). Oleh karena gelombang sangat mempengaruhi dinamika pantai, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji karakteristik gelombang di Teluk Indramayu yang kemungkinan berpengaruhi terhadap abrasi pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik gelombang dan mengetahui model perambatan gelombang sepanjang pantai Teluk Indramayu. Informasinya dapat digunakan sebagai data dasar

Upload: yudha-arie-wibowo

Post on 22-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Inderamayu

TRANSCRIPT

Page 1: Pola Arus

KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA PERAIRAN TELUK INDRAMAYU

(Wave Characteristic in Indramayu Bay)

Degen E. Kalay1), I Wayan Nurjaya2) dan Nyoman M. N. Nattih2)

1)Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK-Universitas Pattimura Jl. Chr. Soplanit, Poka-Ambon.

2) Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK IPB

Diterima 5 Mei 2009/Disetujui 20 Juni 2009

ABSTRACT The aim of this research is identification the characteristics of wave and know wave

propagation modeling as well as coastline in Indramayu Bay. Sampling method purpose the mooring method. Analysis wind date for wave prediction purpose of SMB (Sverdrup Munk Bretschneider) methode. Results of the research are maximum wave height (H) ranged from 0,181–1,179 m occured on the west season with period (T) of 1,73-3,76 second, wave length (L0) 4,65-22,05 m, propagation velocity (C0) 2,69-5,86 m/s and wave energy 41,10-1745,40 Joule. To wave propagation modeling, wave higth range from 0,14-0,53 m and period 3,03-3,33 second. Keywords: wave, propagation modeling, coastline

PENDAHULUAN

Gelombang merupakan faktor utama yang mengakibatkan ketidakstabilan pantai. Di laut, gelombang dapat dibedakan berdasarkan faktor pembangkit, diantaranya angin (tekanan atmosfer), pasang surut dan gempa bumi (Sorensen 1991 dan Komar 1998). Angin merupakan faktor pembangkit yang dominan (Triatmodjo, 1999). Menurut Davis (1991), gelombang akibat angin ditentukan oleh lamanya angin bertiup, kecepatan angin dan panjang fetch (jarak yang ditempuh oleh angin dari arah pembangkitan gelombang). Semakin lama angin bertiup, maka jumlah energi yang dihasilkan dalam perkembangan gelombang akan bertambah. Demikian juga fetch, bila luasannya besar maka energi yang dihasilkan oleh gelombang akan lebih besar (Komar, 1983).

Ketika mencapai pantai, gelombang akan mengalami perubahan yang diakibatkan oleh proses pendangkalan (shoaling), refraksi, difraksi dan pada akhirnya gelombang pecah. Perubahan yang dimaksudkan terjadi secara bertahap diawali dengan penurunan ketinggian gelombang saat memasuki perairan dangkal, kemudian meningkat secara bertahap dan bagian muka gelombang tetap simetris Pratikto dkk (1997). Kedalaman perairan yang semakin menurun menyebabkan ketinggian gelombang meningkat secara cepat yang menyebabkan profil

gelombang tidak simetris dan akhirnya pecah (Horikawa, 1988). Menurut CERC (1984) refraksi dan shoaling menentukan ketinggian gelombang pada kedalaman tertentu dan distribusi energi gelombang sepanjang pantai. Selain itu, gelombang akan menimbulkan arus yang bergerak tegak lurus garis pantai (rip current) dan arus menyusur pantai (longshore current), yang kemudian menyebabkan terjadinya transpor sedimen di perairan pantai.

Menurut Direktorat Bina Pesisir, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Dirjen P3K) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) tercatat pada tahun 2001 lalu terdapat 122 daerah pantai di 15 provinsi yang terkena erosi pantai parah dan memerlukan perhatian serta penanganan segera, salah satu yang dinilai sangat parah adalah kawasan pesisir Indramayu yang terdapat di bagian Utara Pulau Jawa (http://www.kompas.com).

Oleh karena gelombang sangat mempengaruhi dinamika pantai, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji karakteristik gelombang di Teluk Indramayu yang kemungkinan berpengaruhi terhadap abrasi pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik gelombang dan mengetahui model perambatan gelombang sepanjang pantai Teluk Indramayu. Informasinya dapat digunakan sebagai data dasar

Page 2: Pola Arus

Ichthyos, Vol. 8 No. 2, Juli 2009: 81-86 82

bagi kegiatan manajemen pantai dan acuan bagi kegiatan penelitian gelombang selanjutnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret dan Juli 2007 di perairan pesisir Pantai Indramayu Jawa Barat khususnya pada posisi 06015’00”–06018’00” LS dan 107000’45”-108015’30” BT. Peralatan yang digunakan adalah Tide Gauge, Global Positioning system (GPS), alat tulis, komputer dan program SMS (surface water modeling system).

Pengukuran gelombang menggunakan metode mooring dengan alat Tide Guage. Data gelombang diukur per 5 menit dan interval waktu pengukuran per 3 jam, Lama waktu pengukuran di lapangan adalah selama 6 hari. Selain data lapangan digunakan juga data sekunder yaitu data kecepatan angin maksimum tiap bulan selama 15 tahun (Tahun 1993–2007) dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi–Cirebon untuk meramalkan karakteristk gelombang selama 15 tahun terakhir.

Data angin untuk peramalan gelombang mengacu pada metode SMB (Sverdrup Munk Bretschneider) yang didasarkan pada CHL (2002) dan (Latief, 1996 dalam Baharudin, 2006). Parameter tinggi dan periode serta durasi angin bertiup (USACE, 2002). Tinggi gelombang dihtiung menggunakan persamaan berikut:

21

22

2 10314

/

*

-

* U

gX x .

U

gHmo

= ........ (1)

Periode gelombang dihitung menggunakan persamaan berikut:

Tmo = 0,2857X1/3U*/g ……........ (2) dimana :

g = Gravitasi Hmo = Tinggi gelombang (meter) Tmo =Periode gelombang (detik) X = Panjang fetch (m) U* = Kecepatan angin (m/det)

Energi gelombang merupakan fungsi dari energi kinetik dan energi potensial yang dihitung berdasarkan persamaan berikut (Horikawa, 1988 dan Triatmodjo, 1999).

8

2LρgH Ep Ek =+ .................. (3)

dimana : g = Gravitasi H = Tinggi gelombang (meter) L = Panjang gelombang (meter)

ρ = Panjang fetch (m) Ek = Energi kinetik Ep = Energi potensial

Sedangkan model perambatan

gelombang menggunakan program STWave (STWave (Steady-State Spectral Wave Model) bagian dari program SMS (surface water modeling system). Hal ini merupakan solusi numerik untuk menganalis transformasi gelombang di perairan dengan menggunakan algoritma yang ada (Jonsson et al., 1990 dalam Smith et al., 2001). Komponen yang dibutuhkan dalam membangun model gelombang ini adalah sudut datang, tinggi dan periode gelombang. Selain itu juga dibutuhkan kecepatan dan sudut datang angin serta tinggi tunggang air (tidal range) dan kedalaman perairan. Beberapa asumsi yang digunakan dalam membangun model gelombang adalah kondisi perairan Steady-State; tekanan atmosfer konstan, arah perambatan gelombang mengakibatkan pola gerakan longshore, arah datang gelombang sama dengan arah angin.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Wilayah Kabupaten Indramayu memiliki panjang garis pantai 114 km yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang. Perairan pantai Indramayu sangat dipengaruhi oleh dinamika Laut Jawa. Kedalaman perairan landai, tapi memiliki pantai dengan ketinggian yang berbeda-beda. Bagian tepi pantai sepanjang Teluk Indramayu merupakan kawasan yang rentan terhadap perubahan sebagai akibat dari tekanan dari alam dan aktivitas masyarakat. Di sepanjang teluk terdapat beberapa muara sungai dan menjadi pemasok utama sedimen dari daratan yang mengakibatkan perairan ini tergolong sebagai perairan dangkal. Angin

Hasil analisis data angin menunjukkan bahwa kecepatan angin berkisar antara 1,50–15,00 m/det. Secara musiman, kecepatan angin tertinggi (2,00-15,00 m/det) terjadi pada musim timur dan terendah pada peralihan pertama 1,50-9,00 m/det. Frekuensi dan persentase kecepatan dan arah angin maksimum menunjukkan bahwa ada tiga arah angin yang dominan, yaitu arah timur sebesar 46,12%, utara (22,24%) dan selatan (20%). Bila diklasifikasikan, maka kecepatanangin dengan interval 3,00-5,00 m/det sebesar 40,01%, 5,00-7,00 m/det sebesar 28,34%

Page 3: Pola Arus

Karakteristik Gelombang ... (Degen Kalay, I Wayan Nurjana dan Nyoman M.N. Nattih) 83

dan 18,90. Untuk interval 1,00-3,00 m/det dan 9,00-11,00 m/det berada pada kisaran 5% dan interval >11,00 m/det merupakan persentase terkecil yaitu sebesar 2,22 %. Jika persentase di atas dikaitkan dengan skala beaufort, maka dikatakan kisaran angin bertiup adalah Calm atau tidak berangin sampai Strong Breeze atau sepoi kencang (WMO, 1998 dan Wibisono, 2005).

Gambar 1. Wind Rose Teluk Indramayu Tahun 1993–

2007 berdasarkan hasil pengamatan pada Stasiun Jatiwangi–Cirebon,

Hasil perhitungan panjang fetch efektif,

terpanjang dari arah utara (42844,9 m) dan arah timur laut (38528,03 m). Perbedaan tersebut disebabkan karena letak pantai yang terbuka menghadap ke utara. Berbeda dengan arah timur dan barat, arah datangnya angin akan mengalami hambatan oleh tanjung yang berada pada kedua sisi teluk sehingga tidak semua sisinya dapat dimanfaatkan untuk menghitung nilai fetch, hal yang sama juga berlaku untuk arah barat laut dan timur. Sedangkan arah selatan, tenggara, timur laut dan barat laut tidak ada sebab terhalangi daratan Pulau Jawa (diasumsikan arah angin yang dari darat tidak menyebabkan pembentukan gelombang). Karakteristik Gelombang

Gelombang mencapai kondisi kondisi maksimum selama musim barat (Desember) dengan tinggi gelombangnya berkisar antara 0,18-1,18 m, kemudian awal musim peralihan pertama (Maret) dengan tinggi gelombangnya berkisar antara 0,18-1,09 m. Memasuki fase berikutnya tinggi gelombang mengalami penurunan hingga mencapai kisaran 0,22-0,59 m (Juli), setelah itu pada akhir musim timur hingga akhir peraihan kedua agak meningkat mencapai kisaran 0,22-0,80 m (November).

Sama seperti tinggi gelombang, hasil prediksi periode gelombang (T) menunjukkan

kondisi maksimum terjadi selama musim barat dengan kisaran 1,73-3,76 det, panjang gelombangnya (L0) antara 4,65-22,05 m, kecepatan rambat gelombang (C0) 2,69-5,86 m/det dan energinya 41,10-1745,40 Joule/m, Kondisi tersebut masih terjadi sampai awal peralihan pertama dimana periode gelombangnya 2,05-3,66 det, panjang gelombang 6,55-20,91 m, kecepatan rambatnya 3,20-5,71 m/det dan energinya 114,5-1487,6 Joule/m. Fase berikutnya pada pertengahan dan akhir peralihan pertama sampai dengan musim timur kondisi gelombang menurun, dimana periode gelombangnya berkisar antara 1,85-2,77 det; panjang gelombang 5,36-10,33 m, cepat rambat gelombang 2,89-4,32 m/det dan energinya 62,8-449,9 Joule/m. Pada peralihan kedua terjadi peningkatan, dimana periode gelombang berkisar antara 1,85-3,31 detik; panjang gelombang 5,36-17,06 m, cepat rambatnya 2,90-5,16 m/det dan energinya 62,8-807,7 Joule/m.

Bila ditinjau berdasarkan arah angin, hasil prediksi karakteristik gelombang selama 15 tahun (1993-2007) yang terlihat pada Tabel 1, menunjukkan bahwa kondisi maksimum terjadi saat angin bergerak dari arah utara dengan tinggi gelombang berkisar antara 0,42-1,18 m; periodenya 2,66-3,76 det; cepat rambat gelombang 4,15-5,86 m/det. Sedangkan kondisi minimumnya pada saat angin bergerak dari arah barat, karakteristik gelombang yang terbentuk menunjukkan tinggi gelombang berkisar antara 0,284-0,432 m; periodenya 1,83-2,10 det; panjang gelombang 5,23-6,91 m dan cepat rambat gelombang 2,86-3,28 m/det.

Dari hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa periode, panjang dan cepat rambat serta energi gelombang berbanding lurus dengan tinggi gelombang yang terjadi. Selain itu hasil yang diperoleh juga menunjukan bahwa periode gelombang sangat mempengaruhi panjang gelombang dan kecepatan rambat gelombang.

Berdasarkan Tabel 1, kisaran durasi angin maksimum terjadi pada saat arah angin bergerak dari timur yaitu 194,29-1100,97 det dan minimumnya 300,27-366,99 det dengan arah timur laut. Hal ini berbeda jika dikaitkan dengan kisaran nilai tinggi, periode, panjang dan cepat rambat gelombang. Perbedaan yang terjadi menunjukkan bahwa paramater-parameter tersebut tidak terkait secara langsung dengan durasi angin sebagai salah satu faktor pembangkit gelombang dilaut, sebab walaupun angin bertiup dengan durasi yang panjang tapi kecepatannya kecil maka gelombang yang dibangkitkan juga memiliki kisaran yang kecil.

Page 4: Pola Arus

Ichthyos, Vol. 8 No. 2, Juli 2009: 81-86 84

Tabel 1 Karakteristik gelombang berdasarkan arah angin

Keterangan : U= Utara; BL= Barat Laut; B= Barat; T= Timur; TL= Timur Laut; UA= Kec. Angin; Feff= Fetch efektif; Hs= Tinggi Gelombang; Ts= Perioda Geombangl; t = Durasi Gelombang; Co = Cepat Rambatan Gelombang dan Lo = Panjang Gelombang

Pada Tabel 1 juga menunjukkan adanya

perbedaan antara faktor tegangan angin (UA) dan panjang fetch efektif (Feff) yang mempengaruhi tinggi dan periode gelombang signifikan. Hal ini terlihat dari kisaran nilai tinggi gelombang maksimum 0,418-1,179 m dan panjang fetchnya 42844,943 m arah utara, sedangkan kisaran gelombang minimum 0,284-0,432 m dengan panjang fetch 9838,93 m arah barat.

Kajian yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Indramyau pada tahun 1996 dengan metode SMB menunjukkan bahwa umumnya gelombang sesuai dengan arah angin yaitu dari arah barat laut, utara dan timur laut masing-masing sebanyak 22,25 %, 10,88 % dan 20,10 % (BAPPEDA Jawa Barat, 2007). Secara keseluruhan yaitu sebanyak 28,40 % tinggi gelombang mencapai antara 0,5-0,8 m, sedang gelombang teduh dengan ketinggian <0,3 m sebanyak 28,40 %. Secara rinci ketinggian gelombang musiman adalah sebagai berikut: pada musim barat gelombang dari barat dengan ketinggian >1,7 m (45%), sedangkan gelombang teduh antara 30 - 50 %; musim peralihan I gelombang tetap dari barat namun ketinggian dan frekuensinya semakin kecil, gelombang dari timur makin dominan (40 %); musim timur gelombang dari timur (40 %); sedangkan musim peralihan II walaupun masih terdapat gelombang dari arah timur, namun masih didominasi oleh gelombang dari arah barat.

Hasil pengukuran lapangan pada 26 – 30 Maret 2008 (Gambar 1) menunjukkan bahwa tinggi gelombang terukur adalah <0,1-0,64 m. Kisaran tersebut masih berada pada kisaran hasil dari data angin.

Karakteristik gelombang pecah berdasarkan peramalan gelombang menunjukkan adanya proses transformasi gelombang. Hasil perhitungan yang dilakukan (Tabel 2) menunjukkan bahwa tinggi gelombang (Hmo) setelah gelombang pecah mengalami fluktuasi. Semakin besar nilai tersebut maka tinggi gelombang pecah mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya jika nilainya kecil maka

tinggi gelombang pecah mengalami penurunan. Nilai indeks semi empiris tersebut sangat dipengaruhi oleh besar panjang gelombang dan tinggi gelombang ekuivalen. Namun begitu perubahan tinggi gelombang saat merambat menuju pantai dan kemudian pecah nilainya kecil, sehingga perubahan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Dari kisaran nilai yang ada boleh dikatakan bahwa tipe gelombang pecah yang terjadi di perairan Teluk Indramayu adalah tipe plunging dan spiling.

Kisaran nilai panjang gelombang dan kecepatan rambat gelombang juga menunjukkan perbedaan kisaran pada setiap musim. Perbedaan yang terjadi disebabkan oleh kedua komponen panjang dan cepat rambat gelombang merupakan fungsi dari gelombang. Kondisi tersebut juga berkaitan dengan kisaran kedalaman gelombang pecah. Dari hasil perhitungan yang dilakukan kisaran kedalaman gelombang pecah adalah 0,24-1,50 m dengan kedalaman tertinggi terjadi pada musim barat yaitu 1,50 m. Dari perubahan nilai kisaran pada Tabel 2 terlihat bahwa perubahan nilai yang ada sama seperti perubahan kisaran nilai tinggi gelombang pada setiap musim.

Perbedaan kisaran parameter-parameter gelombang pecah secara langsung menunjukkan dinamika perairan pantai khususnya dinamika gelombang yang terjadi setiap musim. Secara menyeluruh nilai-nilai yang memberikan gambaran bahwa dinamika gelombang sangat besar pada perairan Pesisir Teluk Indramayu sangat tinggi pada musim barat sampai dengan musim pancaroba I.

Model Perambatan Gelombang

Wilayah yang dimodelkan berada pada posisi 107,9289°–108,0493° BT; 6,2556°– 6,3177° LS dan 107,9568°–108,0802° BT; 6,1931°–6,2481° LS, dengan jumlah grid 134 dan luasnya 13,74 Km2, panjang garis pantainya 14,74 km dan kedalaman perairan antara 0 – 14 meter.

αo UA

(m/det) Feff

(m) Hs

(m) Ts

(det) t

(det) Co

(m/det) Lo

(m)

U 4,30-13,83 42844,943 0,418-1,179 2,66-3,76 165,15-660,58 4,15-5,86 11,05-22,05

B 6,43-10,29 9838,93 0,284-0,432 1,83-2,10 235,92-412,86 2,86-3,28 5,23-6,91

BL 2,77-12,09 29809,238 0,239-0,869 2,08-2,65 194,29-1100,97 3,24-4,99 6,74-15,95

T 2,77-13,83 17067,761 0,181-0,744 1,73-2,77 165,15-1100,97 2,69-4,32 4,65-11,94

TL 7,10-8,41 38528,03 0,613-0,713 2,97-3,12 300,27-366,99 4,63-4,87 13,77-15,21

Page 5: Pola Arus

Karakteristik Gelombang ... (Degen Kalay, I Wayan Nurjana dan Nyoman M.N. Nattih) 85

Tabel 2. Karakteristik gelombang pecah

Musim Hmo (m)

T (s) Kr Ho' (m) Lo (m) Ω Hb (m) γb db (m) Co (m/det)

Barat 0,18-1,18 1,73-3,76 0,98 0,18-1,16 4,65-22,05 1,0-1,1 0,19-1,17 0,78 0,24-1,50 2,69-5,86

Pan, 1 0,18-1,09 1,73-3,66 0,98 0,18-1,07 4,56-20,91 0,98-1,08 0,19-1,08 0,78 0,24-1,39 2,69-5,71

Timur 0,22-0,74 1,85-2,77 0,98 0,22-0,73 5,36-11,94 0,98-1,06 0,23-0,71 0,78 0,30-0,92 2,89-4,32

Pan, 2 0,22-0,80 1,85-3,31 0,98 0,22-0,79 5,36-17,06 0,98-1,07 0,23-0,82 0,78 0,30-1,04 2,90-5,16

Gambar 2. Tinggi gelombang rata-rata selama pengukuran lapangan pada Bulan Maret 2007 Berdasarkan hasil pemodelan diperoleh

karakter gelombang secara musiman. Karakter-karakter tersebut adalah:

Tinggi Gelombang

Secara menyeluruh model tinggi gelombang yang ada menunjukkan bahwa pada wilayah yang dimodelkan tinggi gelombang hampir homogen, dimana tinggi gelombang dominan berkisar antara 0,09-0,20 m. Nilai maksimum tinggi gelombang yang pada perairan dengan kedalaman terendah menunjukkan bahwa tinggi gelombang akan meningkat bahkan pecah ketika memasuki perairan dangkal. Perbedaan yang nyata adalah distribusi titik-titik tinggi gelombang yang agak besar, hal ini sangat dipengaruhi oleh sudut datang gelombang yang mengakibatkan arah rambatan menuju pantai berbeda. Karena itu pada saat musim barat, peralihan I dan peralihan II, tinggi gelombang mengalami perubahan saat gelombang mencapai wilayah bagian timur. Berbeda dengan musim timur walaupun titik maksimum gelombang pecah sama dengan musim yang lain tapi di bagian barat terlihat bahwa tinggi gelombang meningkat. Hal ini disebabkan karena gelombang

bergerak dari arah timur ke barat. Perbedaan kisaran tinggi gelombang permusim diduga sebagai akibat dari perbedaan panjang fetch efektif terhadap garis pantai dan perbedaan tekanan angin untuk semua musim.

Hasil analitik dengan model memperlihatkan bahwa pada musim barat tinggi gelombang berkisar antara 0,01-1,18 m dan wilayah yang dimodelkan antara 0,14–0,53 m. Musim peralihan I kisaran tinggi gelombangnya antara 0,10-1,00 m, sedangkan wilayah yang dimodelkan 0,20-0,40 m. Musim timur tinggi gelombang antara 0,09-0,72 m dan wilayah yang dimodelkan antara 0,16-0,30 m. Kisaran tinggi gelombang keseluruhan pada musim peralihan II adalah 0,13-0,76 m, sedangkan untuk wilayah yang dimodelkan berkisar antara 0,13-0,48 m dengan tinggi maksimum berada dekat garis pantai.

Periode Gelombang

Pada musim barat periode gelombang berkisar antara 3,01 – 3,20 det sama dengan daerah yang dimodelkan. Titik dimana periode gelombang berubah terjadi pada perubahan tinggi gelombang (dekat dengan pantai) nilai

0.33

0.64

0.28

0.2

0.14 0.12

0.160.16

0.18

0.150.16

0.16

0.23

0.14

0.18

0.28

0.33

0.130.085

0.18

0.42

0.27

0.43

0.28

0.32

0.070.09

0.15 0.15

0.09

0.070.08

0.10.09

0.19

0.050.07

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

Tin

gg

i G

el. R

ata

-Ra

ta (m

)

Waktu Pengukuran (hari)

26 Mon 27 Tus 28 Wen 29 Thus 30 Fri

Page 6: Pola Arus

Ichthyos, Vol. 8 No. 2, Juli 2009: 81-86 86

maksimumnya 3,20 det. Musim peralihan I kisaran nilai periode memiliki pola yang sama dengan musim barat, periode gelombang homogon pada sebagian besar wilayah teluk tapi mengalami perubahan menjadi semakin lama pada titik terjadinya perubahan tinggi gelombang. Untuk musim timur periode gelombang terlihat homogen untuk semua wilayah yang dimodelkan dengan kisaran nilai antara 3,5-4,5 det. Selanjutnya musim peralihan II periode gelombang berkisar antara 3,03–3,57 det, sedangkan pada wilayah model antara 3,03-3,33 det. Dari ke empat model yang terlihat bahwa periode gelombang sangat terkait dengan tinggi gelombang pada daerah tersebut. Selain itu faktor lain yang sangat menentukan adalah kecepatan angin.

Arah datang

Arah perambatan gelombang pada musim barat dan peralihan I relatif sama yaitu membentuk sudut 350o-80o atau gelombang bergerak dari arah utara. Juga terlihat adanya pembelokan arah perambatan gelombang khususnya pada bagian barat wilayah pantai. Ketika mendekati pantai juga terjadi pembelokan arah perambatan. Persentase terbesar gelombang yang tiba di pantai membentuk sudut 80o atau 10o terhadap pantai.

Pada musim timur gelombang yang datang dari arah timur dengan besar sudut yang dibentuk 119-137o. Dari pola yang terlihat menunjukan dinamika perubahan arah rambatan sangat tinggi jika dibandingkan dengan musim lain. Selain itu arah perambatan akan membentuk sudut yang kecil ketika mendekati garis pantai. Untuk musim peralihan II arah datang gelombang dari barat membentuk sudut 8-47o untuk semua wilayah model atau disebut arah datang gelombang homogen. Keseragaman yang terjadi diduga terkait dengan bentuk garis pantai yang miring dan arah datang angin dari barat laut serta kontur kedalaman yang juga miring seperti garis pantai. Perubahan arah rambatan gelombang ketika mendekati garis pantai terjadi karena pengaruh kontur topografi dasar perairan dan juga bentuk garis pantai.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Karakteristik gelombang (tinggi,

periode, panjang, kecepatan rambat dan energi) pada Teluk Indramayu mencapai nilai maksimum pada musim barat, kemudian menurun secara perlahan pada musim peralihan I

dan mencapai nilai terendah pada musim timur lalu kemudian meningkat lagi pada musim peralihan II. Perubahan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh daerah medan angin dari teluk yang lebih terbuka terhadap angin dari arah utara yang dominan terbentuk pada saat musim barat. Untuk permodelan tinggi gelombangnya berkisar antara 0,14-0,53 m, periodenya 3,03-3,33 det dan besar arah rambatan gelombang sangat dipengaruhi oleh besar sudut arah angin terhadap pantai yaitu antara 8 – 119o.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang karakter gelombang sebagai hasil pengukuran lapangan pada 4 musim (barat, peralihan I, timur dan peralihan II) sehingga bisa dibandingkan dengan hasil peramalan.

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin, 2006. Model Pengaruh Gelombang Terhadap Pantai Bau-Bau, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 1997 – 2005. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, 175 hal.

[CERC] Coastal Engineering Research Center, 1984. Shore Protection Manual. Fourth Edition Volume I, , Washington: U,S, Army Coastal Engineering Research Center.

[CHL] Coastal Hydraulic Laboratory, 2002. Coastal Engineering Manual. Part I-VI. Washington DC: Department of the Army, US Army Corp of Engineers.

Davis R. A.Jr., 1991. Oceanography; An Introduction to the Marine Environment. New Jersey: WCB Publisher International Published.

Horikawa K, 1988. Nearshore Dynamics and Coastal Procesess.

Komar P. D., 1983. Beach Proses And Erosion – An introduction, CRC Hanbook of Coastal Processes and Erosion, CRC Press, Inc, boca Raton, Florida, Chapter I : 1-33.

Komar P. D., 1998. Beach Processes and Sedimentation. Second Edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc, Englewood Cliffs.

Smith J. M., A. R. Sherlock and D. T. Resio, 2001. STWAVE, Steady-State Spectral Wave Model User’s Manual For STWave. Version 3.0. US Army Corps of Engineers, Engineer Research and Development Center.

Sorensen R. M., 1991. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley & Sons, Ltd.

Triastmodjo B., 1999. Teknik Pantai. Beta offset, Jogjakarta.

USACE, 2002. Coastal Engineering Manual. Part III. US Army Corps Of Engineering Dept. Of The Army Washington DC.