pola imbibisi fase i dan viabilitas benih pada tiga …digilib.unila.ac.id/59922/3/3. skripsi full...
TRANSCRIPT
POLA IMBIBISI FASE I DAN VIABILITAS BENIH PADA TIGAVARIETAS KEDELAI (Glycine max L.)
PASCASIMPAN 12 BULAN
(Skripsi)
Oleh
Robin Afia Hidayat
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
POLA IMBIBISI FASE I DAN VIABILITAS BENIH PADA TIGAVARIETAS KEDELAI (Glycine max L.)
PASCASIMPAN 12 BULAN
Oleh
ROBIN AFIA HIDAYAT
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola imbibisi fase I dan viabilitas tiga
varietas kedelai pascasimpan 12 bulan. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada
Oktober sampai November 2018. Perlakuan adalah faktor tunggal tiga varietas
kedelai yaitu Varietas Anjasmoro (V1), Varietas Grobogan (V2), dan Varietas
Burangrang (V3) yang masing-masing diimbibisikan selama 0, 4, 8, dan 12 jam
untuk mengetahui pola imbibisi fase I. Perlakuan diterapkan dalam rancangan
acak lengkap (RAL) yang diulang 5 kali. Homogenitas ragam diuji dengan uji
Bartlett dan pemisahan nilai tengah diuji dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada
taraf nyata 5 %. Pengujian viabilitas menggunakan metode uji kertas digulung
dan dilapisi plastik (UKDdp). Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih ketiga
varietas menghasilkan pola imbibisi yang berbeda. Varietas Grobogan menyerap
air 3,03 g air lebih banyak dibandingkan dengan Varietas Burangrang dan
Anjasmoro yaitu 2,35 dan 1,92 g air. Viabilitas Varietas Grobogan lebih tinggi
daripada Varietas Burangrang dan Anjasmoro berdasarkan variabel daya
Robin Afia Hidayatberkecambah, indeks vigor, kecepatan perkecambahan, potensi tumbuh
maksimum, bobot basah, dan bobot kering kecambah normal. Nilai daya hantar
listrik Varietas Grobogan lebih rendah dibandingkan dengan Varietas Burangrang
dan Anjasmoro sedangkan Varietas Burangrang dan Anjasmoro memiliki daya
hantar listrik yang relatif sama.
Kata kunci: imbibisi, kedelai, viabilitas
POLA IMBIBISI FASE I DAN VIABILITAS BENIH PADA TIGAVARIETAS KEDELAI (Glycine max L.)
PASCASIMPAN 12 BULAN
Oleh
Robin Afia Hidayat
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Braja Kencana, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten
Lampung Timur pada 24 April 1995. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara dari pasangan Bapak Nirta dan Ibu Indarwati.
Pendidikan penulis diawali dari pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK)
PERTIWI pada tahun 2000, SDN Braja Kencana lulus pada tahun 2007, SMPN 1
Way Jepara lulus tahun 2010, SMAN 1 Way Jepara lulus pada 2013, dan pada
tahun yang sama penulis diterima di Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) dan terdaftar sebagai penerima beasiswa Bidik Misi Angkatan
IV.
Penulis memilih bidang konsentrasi Agronomi yang merupakan bagian dari
Jurusan Agroteknologi dan Penulis memilih Ilmu Benih sebagai fokus penelitian.
Pada Juli 2016 penulis melakukan praktik umum di Balai Besar Pengembangan
Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, Tapos Depok. Pada
Januari 2017 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sumberejo,
Kecamatan Kota Gajah, Kabupaten Lampung Tengah.
Penulis aktif berorganisasi di Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (Perma Agt)
sebagai anggota bidang Kaderisasi periode 2014-2015, anggota bidang Kaderisasi
periode 2015-2016 serta sebagai Ketua Umum Perma Agt periode 2016-2017.
SANWACANA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari
bahwa selama penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan saran dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. selaku Ketua Bidang Agronomi
dan Hortikultura.
4. Ibu Ir. Rugayah, M.S. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat.
5. Ibu Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S. selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan, arahan, nasehat, dan saran selama penulis
melaksanakan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Agustiansyah, S.P., M.Si. selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, arahan, nasehat, dan saran selama penulis
melaksanakan penelitian hingga selesai penulisan skripsi ini.
7. Ibu Ir. Niar Nurmali, M.S. selaku penguji yang telah memberikan saran,
kritik, nasehat, dan bimbingan yang diberikan dalam perbaikan dan
penyempurnaan skripsi ini.
8. Kedua orang tua ku tercinta Ibu Indarwati, Bapak Nirta, dan kakak tercinta
Ririn Neliati yang telah memberikan dukungan, doa, dan semangat kepada
penulis.
9. Rizki Afriliyanti yang selalu menemani dalam keadaan suka maupun duka
serta motivasi dan perhatian kepada penulis.
10. Gesut Family (Fadil Fajarindo, Febry Kurniawan, Febri Arianto, Rio Aji
Sindapati, Ilham Yoditama, Ichwan Surya Nugraha, Rully Yosita, Nia
Fatmawati, dan Era Puspita) yang selalu ada saat suka maupun duka.
11. Kawan-kawan presidium Perma Agt periode 2016/2017, Alifia Rahma
Andarini, Suci Amalia, M. Hendra Wijaya, Nia Fatmawati, Hendi
Pamungkas, Resti Puspa Kartika, Dodi Maulana, Rizki Afriliyanti, Febri
Arianto, Marledyana Fitri, Ahmad Shan Kemala Jaya, Dwi Arianti, Eko
Supriyadi, Renita Sari, dan Rio Anugrah Putra.
Bandar Lampung, 28 Agustus 2019Penulis,
Robin Afia Hidayat
Bismillaahirrohmaanirohiim
Dengan segala kerendahan hati dan mengucapkan rasa syukurkepada Allah SWT
Ku persembahkan karya ini untukKedua orang tua ku tercinta atas segala doa, kasih sayang, dukungan dan
motivasi.
Keluarga dan sahabat yang selalu memberikan dukungan dan selalu adadalam suka maupun duka.
Serta Almamater ku tercinta, Universitas Lampung.
“Sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan.”(Qs. Al-Insyirah : 6)
“Ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran, kelapanganbersama kesempitan, dan kesulitan bersama kemudahan.”
(HR. Tirmidzi)
“Jadilah seperti bunga yang memberikan keharumanbahkan kepada tangan yang telah merusaknya.”
(Ali bin Abi Thalib)
“Pahami dengan cinta dan mulai lah dengan segitiga cinta.”(Robin Afia Hidayat)
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI ............................................................................................ i
DAFTAR TABEL ................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.3 Kerangka Pemikiran .................................................................... 4
1.4 Hipotesis ..................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
2.1 Imbibisi pada Benih .................................................................... 7
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih .................. 10
III. BAHAN DAN METODE ................................................................. 15
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 15
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 15
3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data .................................... 16
3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 16
3.4.1 Persiapan Benih ................................................................. 16
3.4.2 Pengukuran Variabel Pengamatan ..................................... 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 23
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 23
4.2 Pembahasan ................................................................................. 34
iiV. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 38
5.1 Simpulan ..................................................................................... 38
5.2 Saran ........................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 40
LAMPIRAN ............................................................................................. 43
Tabel 5-107 ........................................................................................ 44-80
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Rekapitulasi hasil analisis ragam viabilitas benih tiga varietas
kedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selamaperiode imbibisi ............................................................................... 24
2. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengujian kadar air,bobot 100 butir, dan daya hantar listrik tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan ......................................................... 25
3. Data imbibisi periode 4 jam tiga varietas kedelai pascasimpan12 bulan ........................................................................................... 44
4. Uji Bartlett untuk data imbibisi periode 4 jam tiga varietas kedelaiPascasimpan 12 bulan ...................................................................... 44
5. Analisis ragam data imbibisi periode 4 jam tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan ...................................................................... 44
6. Data imbibisi periode 8 jam tiga varietas kedelai pascasimpan12 bulan ........................................................................................... 45
7. Uji Bartlett untuk data imbibisi periode 8 jam tiga varietaskedelai pasca simpan 12 bulan ........................................................ 45
8. Analisis ragam data imbibisi periode 8 jam tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan ...................................................................... 45
9. Data imbibisi periode 12 jam tiga varietas kedelai pascasimpanpascasimpan 12 bulan ...................................................................... 46
10. Uji Bartlett untuk data imbibisi periode 12 jam tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan ......................................................... 46
11. Analisis ragam data imbibisi periode 12 jam tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan ...................................................................... 46
12. Data daya berkecambah tiga varietas kedelai pascasimpan12 bulan tanpa imbibisi .................................................................... 47
iv13. Uji Bartlett untuk daya berkecambah tiga varietas kedelai
pascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .............................................. 47
14. Analisis ragam daya berkecambah tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .............................................. 47
15. Data daya berkecambah tiga varietas kedelai pascasimpan12 bulan yang diimbibisikan selama 4 jam ..................................... 48
16. Uji Bartlett untuk daya berkecambah tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 4 jam ................ 48
17. Analisis ragam data daya berkecambah tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 4 jam ................ 48
18. Data daya berkecambah tiga varietas kedelai pascasimpan12 bulan yang diimbibisikan selama 8 jam ...................................... 49
19. Uji Bartlett untuk daya berkecambah tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 8 jam ................ 49
20. Analisis ragam data daya berkecambah tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 8 jam ................ 49
21. Data daya berkecambah tiga varietas kedelai pascasimpan12 bulan yang diimbibisikan selama 12 jam .................................... 50
22. Uji Bartlett untuk daya berkecambah tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 12 jam .............. 50
23. Analisis ragam data daya berkecambah tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 12 jam .............. 50
24. Data indeks vigor tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulantanpa imbibisi ................................................................................... 51
25. Uji Bartlett untuk data indeks vigor tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .............................................. 51
26. Analisis ragam data indeks vigor tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .............................................. 51
27. Data indeks vigor tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulanyang diimbibisikan selama 4 jam .................................................... 52
28. Uji barlett untuk data indeks vigor tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 4 jam ................ 52
v29. Analisis ragam indeks vigor tiga varietas kedelai pascasimpan
12 bulan yang diimbibisikan selama 4 jam ...................................... 52
30. Data indeks vigor tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulanyang diimbibisikan selama 8 jam .................................................... 53
31. Uji barlett untuk data indeks vigor tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 8 jam ................ 53
32. Analisis ragam indeks vigor tiga varietas kedelai pascasimpan12 bulan yang diimbibisikan selama 8 jam ...................................... 53
33. Data indeks vigor tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulanyang diimbibisikan selama 12 jam .................................................. 54
34. Uji barlett untuk data indeks vigor tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 12 jam .............. 54
35. Analisis ragam indeks vigor tiga varietas kedelai pascasimpan12 bulan yang diimbibisikan selama 12 jam .................................... 54
36. Data kecepatan perkecambahan tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .............................................. 55
37. Uji Bartlett untuk data kecepatan perkecambahan tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .................................. 55
38. Analisis ragam data kecepatan perkecambahan tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .................................. 55
39. Data kecepatan perkecambahan tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 4 jam .................................................................................... 56
40. Uji Bartlett untuk data kecepatan perkecambahan tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 4 jam .................................................................................... 56
41. Analisis ragam data kecepatan perkecambahan tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 4 jam .................................................................................... 56
42. Data kecepatan perkecambahan tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 8 jam .................................................................................... 57
vi43. Uji Bartlett untuk data kecepatan perkecambahan tiga varietas
kedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 8 jam .................................................................................... 57
44. Analisis ragam data kecepatan perkecambahan tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 8 jam .................................................................................... 57
45. Data kecepatan perkecambahan tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 12 jam......................... 58
46. Uji Bartlett untuk data kecepatan perkecambahan tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 12 jam .................................................................................. 58
47. Analisis ragam data kecepatan perkecambahan tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 12 jam .................................................................................. 58
48. Data potensi tumbuh maksimum tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi ....................................................... 59
49. Uji Bartlett untuk data potensi tumbuh maksimum tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .................................. 59
50. Analisis ragam data potensi tumbuh maksimum tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .................................. 59
51. Data potensi tumbuh maksimum tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 4 jam ......................... 60
52. Uji Bartlett untuk data potensi tumbuh maksimum tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 4 jam .................................................................................... 60
53. Analisis ragam data potensi tumbuh maksimum tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 4 jam ...................................................................................... 60
54. Data potensi tumbuh maksimum tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 8 jam ......................... 61
55. Uji Bartlett untuk data potensi tumbuh maksimum tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 8 jam ... 61
vii56. Analisis ragam data potensi tumbuh maksimum tiga varietas
kedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 8 jam .................................................................................... 61
57. Data potensi tumbuh maksimum tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 12 jam .................................................................................. 62
58. Uji Bartlett untuk data potensi tumbuh maksimum tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 12 jam .................................................................................. 62
59. Analisis ragam data potensi tumbuh maksimum tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 12 jam ................................................................................... 62
60. Data panjang kecambah normal tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .............................................. 63
61. Uji Bartlett untuk data panjang kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .................................. 63
62. Analisis ragam data panjang kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi ................................... 63
63. Data panjang kecambah normal tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 4 jam ................ 64
64. Uji Bartlett untuk data panjang kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 4 jam .................................................................................... 64
65. Analisi ragam data panjang kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 4 jam .................................................................................... 64
66. Data panjang kecambah normal tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 8 jam .................................................................................... 65
67. Uji Bartlett untuk data panjang kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 8 jam .................................................................................... 65
68. Analisis ragam data panjang kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 8 jam .................................................................................... 65
viii69. Data panjang kecambah normal tiga varietas kedelai
pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 12 jam .................................................................................. 66
70. Uji Bartlett untuk data panjang kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 12 jam .................................................................................. 66
71. Analisis ragam data panjang kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 12 jam .................................................................................. 66
72. Data bobot basah kecambah normal tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .............................................. 67
73. Uji Bartlett untuk data bobot basah kecambah normal tigavarietas kedelai pascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .................... 67
74. Analisis ragam data bobot basah kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .................................. 67
75. Data bobot basah kecambah normal tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 4 jam ................ 68
76. Uji Bartlett untuk data bobot basah kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 4 jam ... 68
77. Analisis ragam data basah kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 4 jam .................................................................................... 68
78. Data bobot basah kecambah normal tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 8 jam ................ 69
79. Uji Bartlett untuk data bobot basah kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 8 jam .................................................................................... 69
80. Analisis ragam data bobot basah kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 8 jam .................................................................................... 69
81. Data bobot basah kecambah normal tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 12 jam ....................... 70
82. Uji Bartlett untuk data bobot basah kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 12 jam . 70
ix83. Analisis ragam data bobot basah kecambah normal tiga varietas
kedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 12 jam .................................................................................. 70
84. Data bobot kering kecambah normal tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi .............................................. 71
85. Uji Bartlett untuk data bobot kering kecambah normaltiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulantanpa imbibisi ................................................................................... 71
86. Analisis ragam data bobot kering kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan tanpa imbibisi ................................. 71
87. Data bobot kering kecambah normal tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 4 jam ................ 72
88. Uji Bartlett untuk data bobot kering kecambah normal tigavarietas kedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 4 jam .................................................................................... 72
89. Analisis ragam data bobot kering kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 4 jam .................................................................................... 72
90. Data bobot kering kecambah normal tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 8 jam ................ 73
91. Uji Bartlett untuk data bobot kering kecambah normal tigavarietas kedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 8 jam .................................................................................... 73
92. Analisis ragam data bobot kering kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 8 jam .................................................................................... 73
93. Data bobot kering kecambah normal tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan yang diimbibisikan selama 12 jam .............. 74
94. Uji Bartlett untuk data bobot kering kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 12 jam .................................................................................. 74
95. Analisis ragam data bobot kering kecambah normal tiga varietaskedelai pascasimpan 12 bulan yang diimbibisikanselama 12 jam .................................................................................. 74
x96. Data kadar air tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan ............. 75
97. Uji Bartlett untuk data kadar air tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan ...................................................................... 75
98. Analisis ragam data kadar air tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan ...................................................................... 75
99. Data bobot 100 butir tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan ... 76
100. Uji Bartlett untuk data bobot 100 butir tiga varietas kedelaiPascasimpan 12 bulan ...................................................................... 76
101. Analisis ragam bobot 100 butir tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan ...................................................................... 76
102. Data daya hantar listrik tiga varietas kedelai pascasimpan12 bulan ........................................................................................... 77
103. Uji Bartlett untuk data daya hantar listrik tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan ...................................................................... 77
104. Analisis ragam data daya hantar listrik tiga varietas kedelaipascasimpan 12 bulan ...................................................................... 77
105. Deskripsi Varietas Anjasmoro ......................................................... 78
106. Deskripsi Varietas Grobogan ........................................................... 79
107. Deskripsi Varietas Burangrang ........................................................ 80
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Pola imbibisi benih kedelai ............................................................... 9
2. Pola imbibisi benih saga ................................................................... 9
3. Tata letak percobaan ......................................................................... 16
4. Pola imbibisi tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan ............... 23
5. Daya berkecambah tiga varietas kedelai pascasimpan12 bulan dengan empat periode ....................................................... 26
6. Indeks vigor tiga varietas kedelai pascasimpan12 bulan dengan empat periode imbibisi ......................................... 27
7. Kecepatan perkecambahan tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan dengan empat periode imbibisi ............................ 28
8. Potensi tumbuh maksimum tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan dengan empat periode imbibisi ............................ 29
9. Panjang kecambah normal tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan dengan empat periode imbibisi ............................ 30
10. Bobot basah kecambah normal tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan dengan empat periode imbibisi ............................ 31
11. Bobot kering kecambah normal tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan dengan empat periode imbibisi ............................ 32
12. Kadar air benih tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan ........... 33
13. Bobot 100 butir benih tiga varietas kedelai pascasimpan12 bulan ........................................................................................... 33
14. Daya hantar listrik benih tiga varietas kedelai pascasimpan12 bulan ........................................................................................... 34
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kedelai merupakan komoditas pangan dengan kandungan protein nabati tinggi.
Di Indonesia, kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku produk olahan
seperti susu kedelai, tempe, tahu, kecap, dan lain sebagainya. Peningkatan jumlah
penduduk dan kesadaran akan pentingnya hidup sehat berdampak pada
peningkatan kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun (Krisnawati, 2017).
Peningkatan kebutuhan kedelai belum diimbangi dengan produksi yang cukup, hal
ini ditandai oleh meningkatnya impor kedelai tiap tahunnya. Data FAO (2019)
menunjukkan bahwa Indonesia melakukan impor kedelai dengan jumlah yang
cenderung meningkat tiap tahunnya hingga mencapai 2.538.073 ton pada 2017.
Ketersediaan benih bermutu yang masih rendah merupakan salah satu penyebab
rendahnya produksi kedelai hingga saat ini. Benih kedelai cepat mengalami
deteriorasi/kemunduran selama penyimpanan sehingga menyebabkan turunnya
daya berkecambah atau viabilitas benih. Penurunan viabilitas benih tersebut
disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Menurut (Copeland dan McDonald,
2001), faktor internal mencakup sifat genetik (perbedaan spesies tanaman serta
varietas), viabilitas awal, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal
antara lain kemasan benih, suhu dan kelembaban ruang simpan. Selama periode
2simpan yang sama, benih varietas berbeda mempunyai viabilitas yang berbeda.
Takbir (2016) menguji Varietas Gepak Kuning setelah 6 bulan penyimpanan lebih
tinggi daya berkecambahnya dibandingan dengan Varietas Dering-1, Detam-2,
dan Mallika. Kedelai Varietas Anjasmoro, Grobogan, dan Burangrang termasuk
ke dalam varietas unggul nasional yang berbiji besar.
Perkecambahan benih diawali oleh proses penyerapan air oleh benih atau imbibisi.
Bewley et al. (2012) menyatakan bahwa pada kondisi optimal, pola imbibisi
mengikuti tiga fase (trifase). Fase I diawali oleh penyerapan air secara cepat yang
terjadi sebagai akibat dari potensial matriks dinding sel dan isi sel. Fase II
penyerapan air berlangsung lebih lambat dari fase I sedangkan fase III laju
penyerapan air kembali naik.
Imbibisi oleh benih dapat dipengaruhi oleh perbedaan varietas. Menurut Rasyid
(2013), benih Varietas Detam-1 yang merupakan varietas berbiji besar memiliki
permukaan yang lebih luas dibandingkan dengan varietas berbiji kecil yaitu
Cikurai. Luas permukaan yang lebih besar pada benih ukuran besar menyebabkan
imbibisi semakin besar dibandingkan dengan luas permukaan benih yang kecil.
Viabilitas benih yang tinggi akan menghasilkan pertumbuhan bibit yang seragam
sehingga pertanaman akan memiliki pertumbuhan yang relatif seragam di lapang.
Variabel pengujian viabilitas benih meliputi pengukuran daya berkecambah,
indeks vigor, kecepatan perkecambahan, potensi tumbuh maksimum, panjang
kecambah normal, bobot basah kecambah normal, bobot kering kecambah normal,
kadar air benih, bobot 100 butir, dan daya hantar listrik. Menurut ISTA (2010),
daya berkecambah di dalam pengujian laboratorium adalah muncul dan
3berkembangnya kecambah sampai suatu tahap yaitu struktur esensialnya
mengindikasikan dapat atau tidak berkembang lebih lanjut menjadi tanaman yang
normal pada kondisi tanah yang sesuai.
Benih yang diuji dalam penelitian ini adalah tiga varietas kedelai, yaitu
Anjasmoro, Grobogan, dan Burangrang. Sebelum disimpan atau saat setelah
panen, benih Grobogan memiliki bobot 100 butir sebesar 17,91 gram; sedangkan
Anjasmoro 10,00 gram, dan Burangrang 10,20 gram dengan daya berkecambah
yang masih relatif sama, yaitu Grobogan 98,53% , Ajasmoro sebesar 97,73%, dan
Burangrang 97,53% (Wibowo, 2018). Perbedaan bobot 100 butir
mengindikasikan adanya perbedaan ukuran benih. Perbedaan ukuran benih
sebelum disimpan belum menyebabkan perbedaan pada variabel daya
berkecambah.
Setelah disimpan selama 6 bulan pada suhu rendah, ketiga varietas masih
memiliki mutu tinggi (16,42-19,58oC) dan kelembaban terkontrol (50,2-69,2 %)
berdasarkan daya berkecambah (88,0-94,7 %) dan kecepatan perkecambahan
(37,5-39,2 %) (Putri, 2018). Penelitian ini menguji pola imbibisi dan viabilitas
benih tiga varietas kedelai pascasimpan 12 bulan.
Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini dilakukan untuk menjawab
masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan pola imbibisi fase I pada tiga varietas kedelai
pascasimpan 12 bulan pada periode imbibisi 0, 4, 8, dan 12 jam?
2. Apakah terdapat perbedaan viabilitas benih pada tiga varietas kedelai
pascasimpan 12 bulan pada periode imbibisi 0, 4, 8, dan 12 jam?
41.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang diuraikan makan tujuan penelitian
ini adalah
1. Mengetahui perbedaan pola imbibisi fase I pada tiga benih varietas kedelai
pascasimpan 12 bulan pada periode imbibisi 0, 4, 8, dan 12 jam.
2. Mengetahui perbedaan viabilitas benih pada tiga varietas kedelai pascasimpan
12 bulan pada periode imbibisi 0, 4, 8, dan 12 jam.
1.3 Kerangka Pemikiran
Penyerapan air saat awal perkecambahan menyebabkan perubahan pada fisik
benih seperti struktur kulit dan ukuran benih. Penyerapan air ke dalam benih
tembakau dan jagung dalam jumlah banyak melalui daerah mikropilar sedangkan
benih legum penyerapan air terjadi melalui mikropil. Bewley et al. (2012)
menyatakan bahwa imbibisi benih pada kondisi lingkungan optimal terjadi dalam
tiga fase. Fase I diawali oleh penyerapan air secara cepat akibat perbedaan
potensial dinding sel dan isi sel. Dinding sel memiliki potensial matriks yang
lebih tinggi dibandingkan dengan isi sel sehingga air bergerak meresap dari
daerah luar sel ke daerah isi sel benih.
Hasil penelitian Juhanda (2013) yang menguji benih saga (benih dorman) fase I
imbibisi mulai dari 0–24 jam jika benih diskarifikasi. Fase II terjadi dari 25-68
jam dan pertambahan bobotnya konstan. Lama waktu imbibisi fase I benih
kedelai menurut Li-bao et al. (2009) adalah mulai dari 0–12 jam. Fase II dari 12–
40 jam sedangkan fase III dimulai ketika waktu imbibisi lebih dari 40 jam.
5Imbibisi atau penyerapan air oleh benih dapat dipengaruhi oleh varietas. Hasil
penelitian Rasyid (2013) menunjukkan bahwa benih kedelai Varietas Detam-1
memiliki daya serap air sebesar 178,25 % sedangkan benih varietas Cikurai
143,98 %. Benih Varietas Detam-1 yang merupakan varietas berbiji besar
memiliki permukaan yang lebih luas dibandingkan dengan varietas berbiji kecil
yaitu Cikurai. Luas permukaan yang lebih besar menyebabkan imbibisi semakin
besar dibandingkan dengan luas permukaan benih yang kecil.
Hasil penelitian Vu et al (2014) juga menunjukkan bahwa perbedaan varietas
menyebabkan perbedaan penyerapan air benih atau imbibisi. Setelah 12 jam
imbibisi, dua varietas budidaya Chungja dan Pungsan memiliki serapan air
sebesar 1.534 mg dan 1.497 mg/1.000 mg benih yang lebih tinggi dibandingkan
dengan varietas liar YWS16 dan YWS136 yang memiliki serapan air sebesar
1.174 mg dan 1.242 mg/1.000 mg benih. Berdasarkan bobot 100 butir Varietas
Anjasmoro termasuk ke dalam benih berukuran kecil yaitu 14,8-15,3 g sedangkan
Varietas Grobogan dan Burangrang termasuk ke dalam benih berukuran besar
yaitu 18 g dan 17 g. Peningkatan nilai imbibisi benih diukur berdasarkan
pertambahan bobot benih setelah berimbibisi.
Faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan yaitu faktor
internal dan eksternal. Menurut Copeland dan McDonald (2001), faktor internal
tersebut di antaranya adalah faktor genetik yaitu perbedaan spesies tanaman serta
perbedaan varietas atau kultivar. Faktor eksternal yang mempengaruhi viabilitas
benih selama penyimpanan di antaranya kondisi ruang simpan yaitu suhu dan
kelembaban. Kolo dan Tefa (2016) menyatakan bahwa kondisi lingkungan ruang
6simpan seperti suhu berpengaruh pada viabilitas benih. Benih yang disimpan
pada suhu rendah dan kelembaban relatif terkontrol dapat dihindarkan dari
penurunan viabilitas benih secara cepat. Takbir (2016) menyimpan benih kedelai
selama 6 bulan yaitu Varietas Gepak Kuning yang memiliki ukuran kecil lebih
kuat dalam mempertahankan daya berkecambahnya (60 %) dibandingan dengan
varietas yang berukuran lebih besar, yaitu Dering-1 (52,22 %), Detam-2 (42 %)
dan Mallika (27 %).
Pola imbibisi fase I dan viabilitas benih pascasimpan 12 bulan diduga terdapat
perbedaan karena varietas yang digunakan berbeda bobot 100 butir di samping itu
jenis varietasnya juga berbeda. Pola imbibisi selama 12 jam diukur bobot benih
berdasarkan pertambahan bobot benih. Variabel pengujian viabilitas benih
meliputi pengukuran daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan perkecambahan,
potensi tumbuh maksimum, panjang kecambah normal, bobot basah kecambah
normal, bobot kering kecambah normal, kadar air benih, bobot 100 butir, dan daya
hantar listrik.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan dasar teori dapat ditarik hipotesis yaitu
1. Terdapat perbedaan pola imbibisi fase I pada benih tiga varietas kedelai
pascasimpan 12 bulan pada periode imbibisi 0, 4, 8, dan 12 jam.
2. Terdapat perbedaan viabilitas benih pada tiga varietas kedelai pascasimpan 12
bulan pada periode imbibisi 0, 4, 8, dan 12 jam.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Imbibisi pada Benih
Imbibisi adalah kondisi awal proses metabolisme yang mengarah pada
penyelesaian perkecambahan. Bewley et al. (2012) menyatakan bahwa pada
kondisi lingkungan yang optimal, penyerapan air oleh benih mengikuti tiga fase
(trifase). Fase I diawali oleh penyerapan air secara cepat yang terjadi akibat dari
perbedaan potensial matriks dinding sel dan isi sel. Dinding sel memiliki
potensial matriks lebih tinggi dibandingkan dengan isi sel sehingga air bergerak
meresap dari daerah berpotensial tinggi ke daerah yang berpotensial rendah.
Dalam hal ini air bergerak meresap dari daerah luar sel benih ke daerah isi sel
benih. Imbibisi fase I sebagian besar merupakan konsekuensi dari kekuatan
matriks, penyerapan air terjadi pada semua benih, baik benih dorman atau
nondorman, viabel atau tidak viabel. Penyerapan air awal (imbibisi) tergantung
dari jenis benih, terjadi di lokasi tertentu atau melalui bagian struktural yang
melekat dalam jaringan di sekeliling permukaan benih. Sebagai contoh adalah
benih tembakau dan jagung, air masuk mula-mula melalui daerah mikropilaris.
Jenis legum tertentu (misalnya Vicia dan Phaseolus spp.), serapan air terjadi
terutama melalui mikropil. Setelah benih mulai menyerap air, sering terjadi
kebocoran zat terlarut seperti gula, asam organik, ion, asam amino, dan protein.
8Imbibisi fase II (lag fase), nilai komponen matrik menjadi kurang negatif karena
komponen seluler dan dinding sel terhidrasi dan gradien potensial air menjadi
kecil sehingga laju penyerapan air berkurang. Selama fase II, meskipun laju
penyerapan air benih pada kondisi minimum, metabolisme utama masih terjadi
baik benih dorman maupun tidak dorman. Beberapa proses yang terjadi selama
fase II adalah reformasi sitoskeleton sel dan perbaikan kerusakan pada DNA
selama penyimpanan benih. Benih yang nondorman dan dorman dapat mencapai
fase II, akan tetapi hanya benih yang nondorman yang dapat menyelesaikan
perkecambahan atau memasuki imbibisi fase III. Fase III terjadi karena ekspansi
seluler yang terkait dengan pemunculan radikula. Ketika sel-sel tanaman
berkembang akibat menyerap air dan meregangkan dinding sel, fase III terjadi
peningkatan penyerapan air yang menunjukkan inisiasi pertumbuhan embrio
menjadi bibit (Bewley et al., 2012).
Li-bao et al. (2009) menyatakan bahwa imbibisi fase I benih kedelai adalah dari
0–12 jam, fase II dari 12–40 jam, dan fase III dimulai lebih dari 40 jam. Menurut
Rasyid (2013), perbedaan ukuran benih menyebabkan perbedaan daya serap air
atau imbibisi benih kedelai. Semakin besar ukuran benih kedelai maka semakin
luas permukaannya sehingga daya serap air atau imbibisi semakin besar
dibandingkan dengan benih berukuran lebih kecil yang memiliki luas permukaan
lebih kecil.
Benih yang telah mengalami kerusakan membran sel akibat proses penurunan
mutu benih (deteriorasi) akan mengalami kebocoran pada saat imbibisi fase I.
Kerusakan membran tersebut mempengaruhi metabolisme yang terjadi pada fase
9II. Akumulasi kerusakan membran menyebabkan kegagalan benih untuk
berkecambah atau berkecambah abnormal (Ruliyansyah, 2011).
Gambar 1. Pola imbibisi benih kedelai (non-dorman) (Li-Bao et al., 2009).
Gambar 2. Pola imbibisi benih saga (dorman) (Juhanda, 2013).
Pola imbibisi benih non dorman ditunjukkan oleh Gambar 1. Benih kedelai
sebagai benih non dorman memiliki pola imbibisi fase I, II, dan III, sesuai dengan
yang dinyatakan oleh Bewley et al. (2012). Gambar 2 menunjukkan pola imbibisi
benih saga (dorman) yang merupakan hasil dari penelitian Juhanda (2013).
10Pola imbibisi benih dorman dengan perlakuan pematahan dormansi ditunjukkan
oleh garis merah. Laju imbibisi terus mengalami peningkatan secara linier sampai
pelembaban selama 24 jam (Fase I), selanjutnya imbibisi mulai konstan (Fase II)
sampai 68 jam. Hal tersebut sesuai dengan Bewley et al. (2012), yang
menyatakan bahwa benih dorman atau mati dapat secara normal menyerap air dan
mengalami fase I dan II imbibisi tanpa menyebabkan perkecambahan atau tanpa
mengalami fase III imbibisi.
Kedelai memiliki berbagai ukuran dan warna kulit biji. Kulit biji kedelai yang
matang menjadi keras, tahan air, sehingga melindungi kotiledon dan hipokotil dari
kerusakan. Bekas luka yang terlihat pada mantel biji disebut hilum dan di salah
satu ujung hilum dinamakan mikropil atau lubang kecil yang terdapat pada mantel
biji yang memungkinkan penyerapan air pada benih. Biji kedelai memilki kadar
protein yang sangat tinggi dan dapat mengalami pengeringan, namun bertahan dan
hidup kembali setelah penyerapan air (imbibisi) (Singh et al., 2016).
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih
Benih bermutu tinggi memiliki viabilitas atau daya berkecambah yang tinggi.
Viabilitas benih yang baik akan menghasiilkan pertumbuhan bibit yang seragam
sehingga pertanaman akan memiliki pertumbuhan yang relatif seragam di lapang.
Menurut Copeland dan McDonald (2001), perkecambahan didefinisikan sebagai
muncul dan berkembangnya struktur-struktur esensial embrio benih yang
menunjukkan kemampuan untuk membentuk tanaman normal pada keadaan yang
menguntungkan.
11Kerusakan benih merupakan masalah utama dalam produksi pertanian.
Diperkirakan sekitar 25% benih dalam persediaan hilang setiap tahunnya karena
kualitas benih yang buruk. Penyimpanan benih bertujuan untuk mempertahankan
stok benih dari satu musim ke musim berikutnya. Dalam beberapa kasus
(misalnya perusahaan benih), tujuan penyimpanan benih adalah menjaga kualitas
benih untuk jangka waktu yang lama. Selain itu, penyimpanan benih
memungkinkan pemeliharaan plasma nutfah untuk meningkatkan program
pemuliaan tanaman (Copeland dan McDonald, 2001).
Faktor yang mempengaruhi viabilitas benih pascasimpan yaitu faktor internal dan
eksternal. Menurut Copeland dan McDonald (2001), faktor internal diantaranya
adalah faktor genetik, yaitu perbedaan spesies tanaman serta perbedaan varietas
atau kultivar. Faktor eksternal yang mempengaruhi viabilitas benih selama
penyimpanan diantaranya adalah suhu dan kelembaban. Kolo dan Tefa (2016)
juga menyatakan bahwa kondisi lingkungan ruang simpan seperti suhu
berpengaruh terhadap viabilitas benih. Benih yang disimpan pada suhu rendah
dan kelembaban relatif terkontrol dapat menekan aktifitas metabolisme benih
sehingga benih dapat dihindarkan dari tingginya penurunan viabilitas selama
penyimpanan.
Viabilitas benih adalah kemampuan embrio untuk berkecambah, dan dipengaruhi
oleh sejumlah kondisi yang berbeda. Berbagai faktor dapat mempengaruhi
viabilitas benih diantaranya kemampuan tanaman untuk menghasilkan benih yang
bermutu, kerusakan yang disebabkan oleh patogen, dan kondisi lingkungan.
Umur benih juga memengaruhi kesehatan dan kemampuan berkecambah.
12Beberapa benih dapat tetap hidup dalam kondisi optimal selama bertahun-tahun.
Kelangsungan hidup benih sangat penting bagi industri seperti pertanian dan
kehutanan karena bergantung pada benih bermutu dengan daya berkecambah yang
tinggi (Shaban, 2013).
Penelitian tentang pengeringan dan masa simpan benih kedelai yang dilakukan
oleh Shaumiyah et al. (2014) mengacu kepada viabilitas dan vigor benih dengan
pemberian perlakuan suhu pengeringan dan masa simpan yang berbeda-beda
untuk beberapa varietas benih kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
benih kedelai Varietas Wilis yang dikeringkan dengan suhu tinggi (oven suhu
55°C) mengalami kemunduran sejak 4 bulan penyimpanan. Sedangkan Varietas
Anjasmoro mengalami kemunduran sejak awal sebelum disimpan. Varietas
Anjasmoro lebih peka terhadap suhu pengeringan yang tinggi dan masa simpan
yang lebih lama karena kandungan proteinnya lebih tinggi serta memiliki ukuran
benih yang lebih besar dari Varietas Wilis.
Benih dikatakan bermutu tinggi bila memiliki viabilitas dan vigor yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas dari benih adalah viabilitas awal
benih, tingkat kemasakan benih saat panen, lingkungan sebelum panen, dan
lingkungan selama periode penyimpanan benih. Benih yang disimpan pada suhu
kamar dapat meningkatkan kadar air benih sehingga berdampak pada penurunkan
viabilitas serta vigor benih. Benih yang disimpan pada suhu rendah dapat
menurunkan kadar air benih sehingga dapat meningkatkan viabilitas serta vigor
benih. Hal ini berkaitan dengan respirasi benih, pada suhu tinggi laju respirasi
akan naik sehingga mempercepat proses perombakan cadangan makanan pada
13benih dan menurunkan viabilitas serta vigor benih, dan sebaliknya (Kolo dan
Tefa, 2016).
Daya berkecambah benih dapat dipengaruhi oleh penurunan aktivitas mitokondria
yang berupa penurunan aktivitas enzim. Mitokondria merupakan organel sel
tempat terjadinya proses respirasi, yaitu proses yang menghasilkan energi.
Penurunan aktivitas enzim pada mitokondria menyebabkan penurunan respirasi,
sehingga energi yang dihasilkan untuk sintesis senyawa baru, metabolisme, dan
perkecambahan benih juga menurun dan berdampak pada penurunan viabilitas
benih (Tatipata, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Takbir (2016), perbedaan ukuran
benih menyebabkan perbedaan daya berkecambah. Varietas Gepak Kuning
memiliki daya berkecambah yang lebih tinggi dibanding varietas lainnya setelah
disimpan selama 6 bulan. Benih varietas Gepak Kuning lebih kecil dibandingkan
dengan varietas yang lain, sehingga hal tersebut diduga menjadi faktor ketahanan
varietas ini dalam mempertahankan daya berkecambahnya.
Menurut Adie dan Krisnawati (2016), biji kedelai dari varietas yang telah
dibudidayakan umumnya mampu melakukan imbibisi setelah biji ditanam pada
kondisi tanah yang lembab. Air berimbibisi melalui keseluruhan permukaan biji,
termasuk daerah hilum dan mikrofil. Setelah kulit biji dan embrio berimbibisi
maksimal, biji akan kehilangan bentuk ovalnya dan berubah bentuk menyerupai
bentuk ginjal. Bila kondisi kelembaban dan suhu sesuai, calon akar akan muncul
dari kulit biji yang retak di daerah mikrofil dalam 1-2 hari. Pertumbuhan calon
akar ke dalam tanah terjadi sangat cepat dan ketika mencapai panjang 2-3 cm,
14cabang akar pertama akan muncul. Kotiledon terangkat ke atas tanah akibat
pertumbuhan hipokotil, selanjutnya bagian atas hipokotil mencapai permukaan
tanah terlebih dahulu dan mendorong kotiledon dari dalam tanah, sekaligus kulit
bijinya. Pertumbuhan hipokotil mengangkat kotiledon yang kemudian menjadi
hijau. Selama tahapan awal pertumbuhan kecambah, kotiledon membawa hasil
fotosintesis sebagai tambahan untuk memasok mineral tersimpan dan cadangan
makanan pada proses perkecambahan hingga daun dan akar terbentuk sempurna.
Akhirnya, kotiledon menguning dan rontok dari tanaman.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Teknologi
Benih Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada Oktober sampai dengan
November 2018.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih Varietas Anjasmoro,
Grobogan, dan Burangrang yang diproduksi dengan menggunakan pupuk P
rekomendasi (SP36 150 kg/ha) pascasimpan 12 bulan (benih disimpan pada suhu
rendah antara16,42-19,58oC dan kelembaban relatif terkontrol antara 50,2-69,2%),
kertas CD, kertas label, plastik pelapis, amplop kecil, dan aquades.
Alat-alat yang digunakan adalah alat pengukur kadar air dengan cara metode tidak
langsung (moisture tester) tipe GMK 303 RS, alat penghitung benih, timbangan
elektrik merek Scout TM Pro 200 g, alat tulis, pengkur waktu, alat pengecambah
benih tipe IPB 73-2B, gelas plastik transparan 240 ml, label, penggaris, gunting,
plastik transparan, alat pengempa kertas, dan alat pengukur daya hantar listrik
(electroconductivity meter) TDS EC Meter.
163.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang diulang
sebanyak lima kali. Rancangan perlakuan tunggal, yaitu perbedaan varietas yang
terdiri dari Varietas Anjasmoro (V1), Grobogan (V2), dan Burangrang (V3).
Ketiga varietas tersebut akan dilihat pola imbibisinya melalui metode pelembaban
dalam waktu 0, 4, 8, dan 12 jam. Terdapat 3 perlakuan yang diulang sebanyak 5
kali sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Berikut adalah tata letak percobaan:
V3 I V3 II V2 IIIV2 II V3 IV V3 VV1 II V2 I V1 VV2 IV V2 V V3 IIIV1 III V1 I V1 IV
Gambar 3. Tata letak percobaan
Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan uji Bartlett sebagai asumsi
analisis untuk rancangan acak lengkap. Jika asumsi analisis ragam terpenuhi
maka pemisahan nilai tengah diuji dengan uji beda nyata jujur (BNJ) dengan
taraf α 5 %.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Benih
Benih yang digunakan adalah benih kedelai Varietas Anjasmoro, Grobogan, dan
Burangrang yang telah disimpan selama 12 bulan di dalam plastik kedap udara.
Benih tersebut disimpan di dalam ruangan tertutup yang dilengkapi dengan
17pendingin (Air Conditioner). Benih yang dibutuhkan pada per kombinasi
perlakuan untuk pengujian yaitu pengujian kadar air (25 butir), bobot 100 butir
(500 butir), dan daya hantar listrik (125 butir). Pada pengujian daya berkecambah
dan kecepatan perkecambahan terdapat 4 pengujian, sehingga benih yang
dibutuhkan daya berkecambah (500 butir) dan kecepatan perkecambahan (500
butir). Total benih yang dibutuhkan pada penelitian ini sebanyak 1.650 butir.
3.4.2 Imbibisi
Benih kedelai ditimbang bobot awal (m0) dan ditempatkan di nampan plastik di
antara kertas lembab selama 12 jam. Setiap 4 jam, benih dikeluarkan dari nampan
dan ditimbang (m1). Percobaan dilakukan dengan 25 butir setiap perlakuan dan
diulang sebanyak 5 kali.
3.4.3 Pengujian Viabilitas Benih
Pengujian viabilitas benih dilakukan dengan uji daya berkecambah (UDB) dan uji
kecepatan perkecambahan (UKP). Uji daya berkecambah dan uji kecepatan
perkecambahan dibuat dengan metode uji kertas digulung kemudian dilapisi
plastik (UKDdP). Pada setiap gulungan untuk setiap satuan percobaan ditanam 25
butir benih kedelai yang disusun secara zigzag. Uji daya berkecambah diukur
dengan daya berkecambah (% DB), indeks vigor (IV), potensi tumbuh maksimum
(PTM), panjang kecambah normal (PKN), bobot basah kecambah normal
(BBKN), dan bobot kering kecambah normal (BKKN). Uji kecepatan
perkecambahan diukur dengan kecepatan perkecambahan (%/hari KP). Bahan uji
UDB dan UKP diletakkan dalam Germinator tipe IPB 73-2A. Pengamatan
18kecambah UDB dilakukan pada 5 HST dan 8 HST. Pengamatan kecambah UKP
dilakukan setiap hari setelah 2 HST sampai dengan 7 HST.
3.5 Pengukuran Variabel Pengamatan
a. Imbibisi
Pengukuran imbibisi ditandai dengan pertambahan bobot benih sebagai aktifitas
penyerapan air. Periode imbibisi 0, 4, 8, dan 12 jam digunakan untuk
mempelajari kecenderungan penyerapan air (imbibisi). Pola imbibisi mewakili
ketergantungan waktu penyerapan air rata-rata yang didasarkan oleh selisih bobot
setelah imbibisi (m1) dengan bobot sebelum imbibisi (m0). Penyerapan air
(imbibisi) dihitung untuk setiap periode imbibisi.
Imbibisi (g) = m1-m0
Keterangan: m0 = bobot benih sebelum imbibisim1 = bobot benih setelah imbibisi
b. Daya Berkecambah
Pengujian daya berkecambah dilakukan terhadap benih tiga varietas kedelai tanpa
periode imbibisi, serta benih dengan periode imbibisi 4, 8, dan 12 jam. Uji daya
berkecambah dilakukan dengan Metode Uji Kertas Digulung dengan Plastik
(UKDdP). Nilai daya kecambah merupakan nilai rata-rata dari persentase
kecambah normal yang terdapat pada setiap perlakuan.
19Pengamatan dilakukan pada hari ke-5 dan ke-8 menurut aturan ISTA
(International Seed Testing Association).
DB (%) = x 100 %
c. Indeks Vigor
Benih yang digunakan pada pengujian indeks vigor adalah benih yang sama
dengan pengujian daya berkecambah. Pengamatan untuk perhitungan indeks
vigor dilakukan pada pengamatan ke-1 (hari ke-5) dengan menghitung jumlah
kecambah normal. Rumus menghitung indeks vigor:
IV =
Keterangan : IV : Indeks vigorKN1 : Kecambah normal pengamatan ke-1 (hari ke-5)
d. Kecepatan Perkecambahan
Pengujian kecepatan pekecambahan dilakukan terhadap benih yang diimbibisikan
selama 4, 8, dan 12 jam, serta benih tanpa tanpa diimbibisikan (imbibisi 0 jam).
Pengamatan kecepatan perkecambahan yaitu benih diamati dari hari ke-2 sampai
hari ke-7 dengan menghitung jumlah kecambah normal. Penilaian dilakukan
dengan cara yang digunakan Throne berry dan Smith dalam Sadjad (1972), atau
rumus penetapan Sadjad tahun 1999. Rumus untuk menghitung kecepatan
perkecambahan adalah:
20
KP (%/hari) =
Keterangan : I : Hari pengamatan∆KNi : Selisih kecambah normal pada hari ke-i (%)Wi : Waktu pada hari ke-i
e. Potensi Tumbuh Maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum (PTM) merupakan gambaran dari parameter
viabilitas total yang dihitung berdasarkan persentase benih yang menunjukkan
gejala hidup selama waktu pengamatan. Gejala benih hidup yang digunakan pada
penelitian ini adalah benih yang mampu berkecambah, baik itu normal maupun
abnormal. Pengamatan potensi tumbuh maksimum dilakukan pada hari ke-8.
PTM (%) = x 100 %
f. Panjang Kecambah Normal
Panjang kecambah normal diukur dari ujung akar hingga ujung tajuk. Pengukuran
dilakukan pada kecambah normal hasil uji daya berkecambah pada hari ke-8.
Satuan pengamatan panjang kecambah normal adalah sentimeter (cm).
g. Bobot Basah Kecambah Normal
Bobot basah kecambah normal adalah bobot dari hasil timbangan kecambah
normal pada hari terakhir pengamatan. Bobot basah kecambah normal adalah
rata-rata bobot basah dari semua kecambah normal tanpa kotiledon pada masing-
masing ulangan. Pengukuran dilakukan pada kecambah normal hasil dari uji daya
21berkecambah pada hari ke-8. Satuan pengamatan bobot basah kecambah normal
adalah gram.
BBKN (g) =
h. Bobot Kering Kecambah Normal
Bobot kering kecambah normal adalah bobot dari hasil timbangan kecambah
normal yang telah dikeringkan tanpa kotiledon. Kecambah tersebut dimasukkan
dalam amplop kertas dan dioven pada suhu 80 ºC dalam waktu 3 x 24 jam.
Kecambah normal yang telah di oven kemudian dimasukkan ke dalam desikator ±
30 menit lalu ditimbang menggunakan timbangan analitik.
Bobot kering kecambah normal dilihat dengan rumus:
BKKN (g) =
i. Kadar Air Benih
Pengukuran variabel kadar air benih dilakukan secara tidak langsung dengan
menggunakan alat moisture tester tipe GMK 7. Pengukuran dengan alat moisture
tester dilakukan dengan cara menghidupkan alat lalu atur untuk pengukuran benih
kedelai, kemudian memasukkan benih kedelai ke dalam alat, lalu dipecahkan
dalam alat tersebut kemudian ditekan“measure” hingga nilai kadar air muncul
pada layar.
22j. Bobot 100 Butir
Bobot 100 butir diukur dengan menimbang 100 butir benih kedelai dari tiap
perlakuan dengan menggunakan neraca analitik dengan satuan gram. Pengukuran
bobot 100 butir tiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali.
k. Daya Hantar Listrik
Daya hantar listrik merupakan metode pengujian yang digunakan untuk mengukur
tingkat kebocoran membran sel. Pengukuran nilai daya hantar listrik dilakukan
dengan cara merendam 25 butir benih kedelai kedalam 75 ml aquades selama 24
jam. Dilakukan pengukuran nilai DHL dengan cara memasukan alat tersebut ke
dalam gelas yang berisi rendaman benih. Pada pengukuran DHL diukur juga nilai
konduktivitas aquades sebagai blanko. Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat
dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
DHL (µs/cm.g) =
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah:
1. Terdapat perbedaan pola imbibisi fase I pada tiga varietas kedelai
pascasimpan 12 bulan, Varietas Grobogan memiliki rata-rata imbibisi
tertinggi yaitu 3,03 g air, sedangkan benih Varietas Burangrang sebesar 2,35
g air, dan penyerapan air paling rendah dimiliki oleh Varietas Anjasmoro
yaitu sebesar 1,92 g air.
2. Pada akhir periode simpan 12 bulan, varietas Grobogan memiliki viabilitas
yang lebih tinggi daripada varietas Burangrang dan Anjasmoro berdasarkan
variabel daya berkecambah dengan rata-rata 89,4 %, indeks vigor 0,83,
kecepatan perkecambahan 27,24 %/hari, potensi tumbuh maksimum 96,2 %,
dan bobot basah 0,5601 g serta bobot kering kecambah normal 0,0339 g
sedangkan Varietas Burangrang dan Anjamoro memiliki viabilitas paling
rendah berdasarkan daya berkecambah dengan rata-rata 79,9 %, indeks vigor
0,73, kecepatan perkecambahan 23,95 %/hari, potensi tumbuh maksimum
87,2 %, dan bobot basah 0,4137 g serta bobot kering kecambah normal
0,0239 g.
395.2 Saran
Berdasarkan hasil pengujian viabilitas benih, Varietas Grobogan masih memiliki
viabilitas tinggi sehngga varietas tersebut dapat disarankan sebagai pilihan dalam
seleksi varetas terkait dengan sifat lama penyimpanan benih.
DAFTAR PUSTAKA
Adie, M.M. dan A. Krisnawati. 2016. Biologi Tanaman Kedelai.http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele_3.muchlish-1.pdf. Diakses pada Rabu, 2 Januari 2019.
Al-Karaki, G.N. 1988. Seed Size and Water Potential Effects on Water Uptake,Germination and Growth of Lentil. J. Agronomy & Crop Science.181: 237-242.
Artika, S., D. Fitriani,dan F. Podesta. 2017. Pengaruh Ukuran Benih danVarietas terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kacang Kedelai (Glycine maxL. Merrill). Jurnal Agriculture. 11 (4): 1421–1444.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2017. DeskripsiVarietas Kedelai. http://balitkabi.litbang.deptan.gp.id/deskripsi_kedelai.pdf.Diakses pada 19 November 2017.
Bewley, J.D., K. Bradford, and H. Hilhorst. 2012. Seeds: Physiology ofDevelopment, Germination and Dormancy, 3rd Edition. Springer Science& Business Media. 381 hlm.
Calero E., S.H. West and K. Hinson. 1981. Water Absorbtion of Soybean Seedand Associated Causal Factors. Crop Sci. 21: 926–933.
Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principles of Seeds Science andTechnology. Kluwer Academic Publisher. 467 p.
FAO. 2019. FAOSTAT Database. http://faostat.fao.org/site/339/default.aspx.Diakses pada Sabtu, 26 Oktober 2019 pukul 08:32 WIB.
International Seed Testing Association (ISTA). 2010. Seed Science andTechnology. International Rules for Seed Testing. International SeedTesting Association. Zurich.
Juhanda, Y. Nurmiaty dan Ermawati. 2013. Pengaruh Skarifikasi pada PolaImbibisi dan Perkecambahan Benih Saga Manis (Abrusprecatorius L.).J. Agrotek Tropika. 1 (1): 45–49.
41Kolo, E. dan A. Tefa. 2016. Pengaruh Kondisi Simpan Terhadap Viabilitas dan
Vigor Benih Tomat (Lycopersicum esculentum, Mill). Savana Cendana.1 (3): 112-115.
Krisnawati, A. 2017. Kedelai sebagai Sumber Pangan Fungsional. IptekTanaman Pangan. 12 (1): 57-65.
Li-bao, C., L. Shu-yan, and H. Guang-yuan. 2009. Isolation and ExpressionProfile Analysis of Genes Relevant to Chilling Stress During SeedImbibition in Soybean (Glycine max (L.) Meer.). Agricultural Sciences inChina. 8 (5): 521–528.
Meyer, C.J., E. Steudle and C.A. Peterson. 2007. Patterns and Kinetics of WaterUptake by Soybean Seeds. Journal of Experimental Botany.58 (3):717–732.
Purwanti, S. 2004. Kajian Suhu Ruang Terhadap Kualitas Benih Kedelai HitamDan Kuning. Jurnal Ilmu Pertanian. 11 (1): 22–31.
Putri, A. S. 2018. Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycne max L.) yangDisimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda. Skripsi. UniversitasLampung.
Rasyid, H. 2013. Peningkatan Produksi dan Mutu Benih Kedelai Varietas HitamUnggul Nasional Sebagai Fungsi Jarak Tanam dan Pemberian Dosis PupukP. Jurnal Gamma. 8 (2): 46-63.
Ruliyansyah, A. 2011. Peningkatan Performansi Benih Kacangandengan Perlakuan Invigorasi. J. Perkebunan & Lahan Tropika. 1: 13-18.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia. Jakarta.
Salisbury, F.B., dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan D.R.Lukman & Sumaryono. ITB. Bandung
Shaban, M. 2013. Study on some aspects of seed viability and vigor. Int. J. AdvBiol Biom Res. 1 (12): 1692-1697.
Shaumiyah, F., Damanhuri, dan N. Basuki. 2014. Pengaruh Pengeringanterhadap Kualitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr). Jurnal ProduksiTanaman. 2 (5): 388-394.
Singh, J., S. Paroha, and R. P. Mishra. 2016. Effect of Storage on Germinationand Viability of Soybean (Glycine max) and Niger (Guizotiaabyssinica)Seeds. Int. J. Curr Microbiol App. Sci. 5 (7): 484-491.
Subantoro, R. 2014. Studi Pengujian Deteriorasi (Kemunduran) Pada BenihKedelai. Mediagro. 10 (1): 23-30.
42Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Penerbit Rajawali. Jakarta.
Takbir, M. 2016. Penyimpanan Benih Empat Varietas Kedelai (Glycine max (L.)Merr) pada Berbagai Tingkat Vigor Awal. Skripsi. Departemen Agronomidan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tatipata, A., P. Yudono, A. Purwantoro, dan W. Mangoendidjojo. 2004. KajianAspek Fisiologi dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai dalamPenyimpanan. Ilmu Pertanian. 11 (2): 76-87.
Tatipata, A. 2010. Perubahan Asam Lemak Selama Penyimpanan Benih Kedelai(Glycine max L. Merr) dan Hubungannya dengan Viabilitas Benih.J. Agron. Indonesia. 38 (1): 30–35.
Umar, S. 2012. Pengaruh Pemberian Bahan Organik terhadap Daya SimpanBenih Kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Berita Biologi. 11(3): 401–410.
Vu, D.T., V. Velusamy, and E. Park. 2014. Structure and Chemical Compositionof Wild Soybean Seed Coat Related to Its Permeability. Pak. J. Bot.46 (5): 1847-1857.
Wibowo, A. T. 2019. Pengaruh Pupuk Fosfat terhadap Pertumbuhan, Produksi,dan Mutu Benih Tiga Varietas Kedelai (Glycne max L. Merrill) pada LahanSawah Musim Kemarau. Skripsi. Universitas Lampung.
Yuanasari, B. S., N. Kendarini, dan D. Saptadi. 2015. Peningkatan ViabilitasBenih Kedelai Hitam (Glycine max L. Merr) Melalui InvigorasiOsmoconditioning. Jurnal Produksi Tanaman. 3 (6):518–527.