pola pembiayaan usaha kecil - bi.go.id · pdf fileii pola pembiayaan usaha kecil ... sama dan...
TRANSCRIPT
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PERDAGANGAN
SUKU CADANG MOBIL
BANK INDONESIA
iBANK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional
memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki
kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan
usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami
kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis,
misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya
keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku
UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk
komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi
tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi
perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan
informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan
usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan
untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas
(lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 88 judul buku pola
pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan
konvensional dan 21 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan
lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah
dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK)
yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses
melalui internet di alamat www.bi.go.id.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
bersedia membantu dan bekerjasama serta memberikan masukan selama penyusunan
ii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
buku lending model. Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan
bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku
ini dapat menghubungi:
Direktorat Kredit, BPR dan UMKMBiro Pengembangan UMKMTim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKMJl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta PusatTelp. (021) 381.8922 atau 381.7794Fax. (021) 351.8951
Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola
pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi
pembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut.
Jakarta, Desember 2008
iiiBANK INDONESIA
RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECILPERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
No Unsur Pembiayaan Uraian1 Jenis usaha Perdagangan Suku Cadang Mobil2 Lokasi usaha Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta3 Dana yang digunakan Investasi : Rp. 83.440.000,-
Modal Kerja : Rp.119.080.000,-Total : Rp. 202.520.000,-
4 Sumber danaa. Modal Sendiri Rp. 81.008.000,-b. Kredit : Rp. 121.512.000,- (1) Kredit Investasi : Plafond : Rp. 50.064.000,- Suku Bunga : 14%
Jangka Waktu : 5 tahun (2) Kredit Modal Kerja Plafond : Rp. 71.448.000,-
Suku Bunga : 14%Jangka Waktu : 5 tahun
5 Periode pembayaran kreditAngsuran pokok dan bunga dibayarkan setiap tahun
6 Kelayakan usahaA Periode proyek 5 tahunB Produk Perdagangan Suku Cadang Mobil
C Skala proyekNilai Penjualan (basis) : Rp 600.000.000 / tahun
D Teknologi Dukungan Sistem Informasi Sederhana
E Pemasaran ProdukKonsumen langsung, bengkel, pedagang suku cadang lain
7 Kriteria kelayakan usahaNPV Rp. 47.309.464IRR 22.85 %Net B/C Ratio 1,35Pay Back Period 40 bulan (4 tahun 4 bulan)BEP Penjualan rata-rata (Rp) Rp. 613.167.232BEP Penjualan rarta-rata (%)
78,10%
Penilaian Layak dilaksanakan
iv POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
No Unsur Pembiayaan Uraian8 Analisis sensitivitas
(1) Pendapatan Pendapatan turun 2,33 %NPV Rp. 113.060IRR 14,02%Net B/C Ratio 1,00Pay Back Period 4 tahun 8 bulan Penilaian Layak (batas)
(2) Biaya Operasional Biaya Operasional non Suku Cadang naik 17,76 %NPV Rp. 18.482IRR 14%Net B/C Ratio 1,00Pay Back Period 4 tahun 7 bulanPenilaian Layak (batas)
vBANK INDONESIA
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.................................................................................. iRINGKASAN............................................................................................ iiiDAFTAR ISI.............................................................................................. vDAFTAR GAMBAR ................................................................................. viiDAFTAR PHOTO...................................................................................... viiDAFTAR TABEL........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1 Profil Pengusaha ....................................................... 32.2 Profil Usaha............................................................... 32.3 Pola Pembiayaan........................................................ 6
2.3.1. Pembiayaan Awal........................................... 62.3.2. Pembiayaan Operasional................................. 7
BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN3.1 Permintaan................................................................ 93.2 Penawaran ............................................................... 103.3 Harga........................................................................ 113.4 Promosi dan Persaingan ............................................ 123.5 Rantai Pasokan ......................................................... 133.6 Permasalahan Pemasaran .......................................... 14
BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI4.1 Persyaratan Lokasi dan Tempat Usaha........................ 174.2 Fasilitas Usaha dan Tenaga Penjualan ........................ 214.3 Proses Pelaksanaan Usaha ......................................... 224.4 Hambatan dan Kendala............................................. 23
vi POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1 Pemilihan Pola Usaha................................................. 255.2 Asumsi-Asumsi........................................................... 265.3 Komponen dan Struktur Biaya.................................... 27
5.3.1 Biaya Investasi .................................................. 275.3.2 Biaya Operasional ............................................. 28
5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ............... 295.5 Penjualan dan Pendapatan ........................................ 305.6 Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point (BEP).. 325.7 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha ..................... 335.8 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha ......................... 345.9 Hambatan dan Kendala ............................................. 36
BAB VI ASPEK EKONOMI DAN LINGKUNGAN6.1 Aspek Ekonomi.......................................................... 376.2 Dampak Lingkungan.................................................. 37
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan................................................................ 397.2 Saran......................................................................... 40
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………....... 44
viiBANK INDONESIA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
3.1 Rantai Pasokan Perdagangan Suku Cadang mobil.......................... 134.1 Tata Letak Tempat Usaha Perdagangan Suku cadang..................... 184.2 Tata Letak Fasilitas di Kios Perdagangan Suku Cadang .................. 19
DAFTAR PHOTO
Photo Hal
2.1 Penjualan Suku Cadang Merek dari Negara yang Sama................... 42.2 Penjualan Suku Cadang Satu Merek................................................ 52.3 Penjualan Suku Cadang dan Asesoris.............................................. 52.4 Penjualan Suku Cadang Campuran Merek...................................... 54.1 Selasar Lebar................................................................................... 184.2 Selasar Sempit (gang)...................................................................... 194.3 Tata Letak Fasilitas didalam Kios (pintu depan geser) ...................... 204.4 Tata Letak Fasilitas di dalam Kios (pintu samping) ........................... 20
viii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
5.1 Asumsi untuk Setiap Parameter....................................................... 265.2 Biaya Investasi Usaha Perdagangan Suku Cadang........................... 285.3 Biaya Operasional Tahunan Usaha Perdagangan Suku Cadang ....... 285.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja.................................... 295.5 Rencana Angsuran Pokok dan Bunga Kredit................................... 305.6 Rencana Penjualan/Pendapatan per Tahun...................................... 315.7 Rata-rata Laba Rugi Usaha dan BEP................................................. 335.8 Hasil Analisa Kelayakan Finansial.................................................... 345.9 Hasil Analisis Sensitivitas Menggunakan Dua Uji ........................... 36
1BANK INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN
Suku cadang (spare parts) adalah bagian dari alat, mesin atau kendaraan
yang disediakan untuk penggantian. Penggantian bagian tersebut perlu atau harus
dilakukan karena terjadinya keausan, kerusakan oleh sebab dari luar atau tidak
berfungsinya komponen tersebut sesuai dengan standar kinerja yang diharapkan.
Penyediaan suku cadang adalah suatu keharusan, untuk menjamin bahwa alat, mesin,
atau kendaraan dapat tetap bisa berdayaguna setidaknya selama umur ekonomisnya.
Di Indonesia banyak alat, mesin atau kendaraan digunakan jauh lebih lama dari umur
ekonomisnya, sehingga suku cadang yang harus disediakan juga mencakup tipe alat,
mesin dan kendaraan yang masih banyak digunakan oleh masyarakat.
Jenis dan ragam suku cadang yang dianalisis dalam tulisan ini adalah yang
hanya terkait dengan jenis kendaraan penumpang dan lebih khusus kendaraan
penumpang umum. Berbeda dengan jenis kendaraan penumpang, yang suku
cadangnya bisa disediakan oleh banyak pihak, baik dengan lisensi maupun tidak.
Kendaraan khusus atau kendaraan angkutan barang suku cadangnya disediakan oleh
beberapa perusahaan yang mendapat lisensi dan hanya satu agen yang mendapat
lisensi dalam suatu wilayah.
Kendaraan penumpang dijual dalam jumlah yang jauh lebih banyak untuk
setiap tipenya dan tersebar luas di berbagai wilayah, sehingga suku cadang yang
harus disediakan juga cukup banyak. Dengan demikian pertumbuhan bisnis yang
diduga dari permintaan suku cadang kendaraan penumpang umum dapat diprediksi
dari besarnya permintaan atau penjualan kendaraan penumpang. Pertumbuhan
penjualan kendaraan penumpang, terutama di kota-kota besar, bisa mencapai rata-
rata 17% per tahun dalam lima tahun terakhir. Besarnya pertumbuhan penjualan
kendaraan penumpang didukung oleh skema pembiayaan yang beragam dan mudah
diakses oleh masyarakat yang berminat memiliki kendaraan tersebut.
2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Permintaan suku cadang juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, pada saat daya
beli menurun, pemilik kendaraan cenderung menunda penggantian suku cadangnya,
sepanjang masih bisa berfungsi, walaupun petunjuk pemeliharaan kendaraan sudah
merekomendasikan penggantian. Namun demikian perkiraan pertumbuhan bisnis
yang diduga dari permintaan suku cadang kendaraan penumpang dalam keadaan
ekonomi normal adalah sebesar 13 - 17% per tahun.
Laporan kajian ini menyajikan profil usaha dan pola pembiayaan (bab 2), sedang
aspek pemasaran di wilayah penelitian yang disertai dengan prediksi permintaan
dan penawaraan di tingkat nasional disajikan pada bab 3. Aspek teknis penjualan
suku cadang disajikan pada bab 4 dan aspek keuangan usaha penjualan suku cadang
kendaraan penumpang pada bab 5. Aspek ekonomi dan sosial diuraikan pada bab
6 dan akhirnya kesimpulan dan saran terkait usaha penjualan suku cadang disajikan
pada bab 7.
PENDAHULUAN
3BANK INDONESIA
BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profil Pengusaha
Pengusaha suku cadang kendaraan penumpang khususnya yang berdagang
di Jakarta Pusat, sebagai daerah lokasi kajian, rata-rata telah menjalankan usahanya
lebih dari 15 tahun dan sejumlah pengusaha terutama yang berdagang di lokasi
perdagangan suku cadang yang relatif baru sebelumnya pernah berdagang di tempat
lain. Umur pedagang berkisar antara 35 sampai dengan 60 tahun, dimana pedagang
berusia muda pada umumnya melanjutkan usaha orang tua. Jika pemilik sebelumnya
memiliki lebih dari satu anak yang berminat untuk berdagang suku cadang maka
jika memungkinkan diusahakan untuk membuka usaha yang sama di lokasi yang
sama dan jika tidak akan membuka usaha di tempat perdagangan suku cadang yang
baru dibuka dan lokasinya relatif berdekatan. Pengetahuan yang telah dimiliki dari
sejak kecil dan prospek usaha yang cukup baik menjadi alasan utama mengapa usaha
perdagangan suku cadang ini cenderung dilanjutkan secara turun temurun.
2.2. Profil Usaha
Usaha perdagangan suku cadang seperti telah dikemukakan adalah usaha
yang banyak dilakukan secara turun temurun pada tempat-tempat tertentu yang
selama ini dikenal sebagai pusat-pusat perdagangan suku cadang. Beberapa lokasi
sudah dikenal sebagai tempat penjualan suku cadang itu, seperti Pasar Senen, Atrium
Plaza, Sawah Besar, Pasar Cipete dan sebagainya. Namun saat ini ada kecenderungan
pusat-pusat itu menyebar di berbagai wilayah seiring dengan pembangunan pusat-
pusat perdagangan baru yang lebih mendekati konsumen.
Sebagian besar tempat usaha perdagangan suku cadang kendaraan
penumpang berupa kios pada pusat-pusat perbelanjaan tertentu dan hanya lebih
4 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
kurang 10% yang berupa toko di tepi jalan. Data pasti mengenai hal tersebut tidak
diperoleh dan informasi tentang hal tersebut berasal dari pedagang. Berdasarkan data
yang diperoleh dari pengelola, di pusat perbelanjaan Atrium Plaza Senen terdapat
473 kios pedagang suku cadang kendaraan penumpang yang berukuran 4 x 4 m2,
dan 2 x 4 m2.
Jenis barang yang dijual pada umumnya terdiri atas 2 atau 3 merek (brand)
kendaraan penumpang umum, sebagian ada yang lebih dan sebagian yang lain ada
yang hanya satu merek. Penetapan suku cadang untuk merek kendaraan penumpang
tertentu pada umumnya didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
Merek-merek dari negara yang sama (Jepang, Jerman, Korea, Amerika, Perancis - dan sebagainya)
Merek-merek yang dikuasai oleh perusahaan yang sama (Astra, Indomobil dan - sebagainya)
Merek - (brand) kelas atas (Mercedes Benz, BMW, Rover dan lainnya)
Menjual suku cadang dan asesories- Tidak berpola (campuran merek)-
Photo 2.1. Penjualan Suku Cadang Merek dari Negara yang Sama
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
5BANK INDONESIA
Photo 2.2. Penjualan Suku Cadang Satu Merek
Photo 2.3. Penjualan Suku Cadang dan Asesories
Photo 2.4. Penjualan Suku Cadang Campuran Merek
6 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Selain penjual suku cadang, sebagian penjual juga menyediakan komponen
pelengkap tambahan kendaraan (asesories), termasuk untuk audio dan video, dan
komponen yang bersifat umum seperti mur, baut, clamp dan lainnya yang bisa
digunakan pada berbagai jenis kendaraan. Namun pedagang suku cadang yang
sekaligus juga menjual asesories jumlahnya tidak terlalu banyak. Sebagian besar
pedagang mengkhususkan diri pada penjualan suku cadang saja.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem manajemen yang diterapkan
oleh pedagang suku cadang kendaraan penumpang yang menjadi obyek kajian
masih sangat sederhana. Catatan penjualan dan pembelian barang lebih ditekankan
pada aspek nilainya, tetapi persediaan barang masuk dan keluar (terjual) tidak dicatat
dan dikelola dengan baik. Pemeriksaan ada tidaknya stok suku cadang baru diketahui
pada saat konsumen hendak membeli atau menanyakan terlebih dahulu (men-cek)
harga.
Pola Pembiayaan1.3.
Pembiayaan awal 1.3.1.
Pembiayaan awal adalah yang berkaitan dengan booking fee dan deposit
sewa kios, yang biasanya 20% sampai 30% dari harga sewa untuk masa dua atau
tiga tahun dan ditambah biaya penataan kios (lemari, dll), serta biaya pengadaan
suku cadang awal (deposit) untuk 2 bulan, terutama apabila belum dikenal dengan
baik oleh pemasok.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, dana yang digunakan untuk
pembiayaan awal ini berasal dari pedagang sendiri, meminjam dari keluarga, atau
meminjam dari pihak lain. Diperoleh informasi bahwa ada beberapa pedagang yang
juga menggunakan pinjaman perbankan untuk pembiayaan awal.
Alasan mengapa pembiayaan awal lebih banyak yang diperoleh bukan dari
perbankan, antara lain karena kemudahan persyaratan dan kecepatan prosesnya
serta tiadanya agunan. Disamping itu pada umumnya bank tidak bisa memberikan
kredit pada usaha yang baru berjalan. Adanya bukti tentang usaha lain sebelumnya
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
7BANK INDONESIA
yang sudah dijalankan dengan baik oleh calon debitur atau memiliki track record
yang baik berupa kelancaran pengembalian pada pinjaman yang pernah diberikan
sebelumnya, seringkali juga menjadi pertimbangan penting bagi perbankan untuk
menyalurkan pinjamannya. Hal ini sering kali sulit untuk bisa dipenuhi oleh usaha
perdagangan suku cadang yang baru. Namun demikian pihak perbankan menyatakan
minatnya untuk memberikan pinjaman pada jenis usaha perdagangan suku cadang
ini, mengingat prospeknya yang cukup baik.
Pengembalian pinjaman dari keluarga ada yang disertai persyaratan pembagian
sebagian keuntungan atau bunga dalam jangka 2 sampai dengan 4 tahun, namun
ada pula yang tidak mensyaratkan apapun kecuali pengembalian pokoknya dalam
jangka waktu 1 sampai dengan 2 tahun. Persyaratan pembayaran bunga selain pokok
juga diberlakukan apabila pinjaman untuk pembiayaan awal berasal dari pihak lain
yang bukan keluarga.
Pembiayaan Operasional1.3.2.
Pembiayaan operasional ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pengadaan
suku cadang, membayar tenaga kerja dan kebersihan dan keamanan. Untuk
pengadaan suku cadang pembiayaan berasal dari dana sendiri (penerimaan) dan
sebagian yang lain dari pembayaran tunda kepada pemasok, yang rata-rata untuk
setiap jenis suku cadang adalah dua bulan. Dalam situasi dimana penjualan suku
cadang secara umum agak tersendat, antara lain karena faktor penurunan daya beli
(makro ekonomi), seringkali pemasok memberikan kelonggaran pembayaran yang
lebih lama.
Untuk membayar tenaga kerja dan pemeliharaan kebersihan serta keamanan
lingkungan pedagang harus menyisihkan sebagian dari penerimaan yang diperolehnya,
sehingga tidak memerlukan pembiayaan khusus. Sesekali memang diperlukan
tambahan dana, terutama pada saat penjualan merosot tajam, misalnya pada
tahun ajaran baru, dimana prioritas pengeluaran keluarga adalah pada kebutuhan
pendidikan anak bersekolah.
8 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Tidak diperoleh informasi adanya peran perbankan dalam penyediaan modal
kerja atau pembiayaan operasional, baik sebagai pembiayaan operasional awal deposit
maupun untuk perluasan usaha (jangka menengah). Kebutuhan akan pembiayaan
untuk dua hal tersebut ada dan peran perbankan sebagai sumber pembiayaan sangat
diharapkan oleh penjual. Namun ada keraguan untuk menggunakan dana kredit dari
perbankan untuk pengembangan usahanya, terutama terkait dengan persyaratan
dan prosedur untuk mendapatkan kredit (agunan dan kecepatan pencairan).
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
9BANK INDONESIA
BAB IIIASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Kajian atau pembahasan aspek pasar difokuskan pada permintaan dan
penawaran, sedang pembahasan aspek pemasaran mencakup hal yang lebih luas,
yaitu tentang harga, persaingan, distribusi atau rantai pasok dan permasalahan
penting yang dihadapi.
3.1. Permintaan
Permintaan terhadap suku cadang kendaraan penumpang atau kendaraan
jenis lainnya sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah kendaraan yang ada.
Berdasarkan data dari Direktorat Lalu Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ) Departemen
Perhubungan, pertumbuhan jumlah kendaraan penumpang (passenger cars), antara
tahun 2001 sampai dengan 2005, rata-rata sebesar 22,94%. Adapun jumlah kendaraan
penumpang dari tahun 2001-2005 secara nasional adalah sebagai berikut:
Tahun 2001 : 3.261.807 unit
Tahun 2002 : 3.862.579 unit
Tahun 2003 : 5.133.746 unit
Tahun 2004 : 6.748.762 unit
Tahun 2005 : 7.355.154 unit
Memasuki tahun-tahun berikutnya terjadi perlambatan pertumbuhan,
diperkirakan rata-rata hanya berkisar 17%, sehingga pada tahun 2008 ini jumlah
kendaraan penumpang diperkirakan telah mencapai setidaknya 11,5 juta unit dan jika
dikurangi dengan yang sudah tidak beroperasi lagi jumlahnya diperkirakan sebesar
10,5 juta unit. Jika setidaknya setiap pemilik kendaraan mengeluarkan sekurang-
kurangnya Rp 400.000 saja per tahun untuk berbagai jenis suku cadang, maka nilai
permintaan terhadap suku cadang pertahunnya mencapai Rp 4,2 trilyun, dengan
pertumbuhan Rp 714 milyar pertahun.
10 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Banyak pakar otomotif yang memperkirakan bisnis suku cadang dan asesories
ini per tahunnya mencapai nilai Rp 10 sampai dengan Rp 15 trilyun pertahun, hal
ini didasarkan pada kondisi lalu lintas di Indonesia ditinjau dari kualitas sarana dan
prasarana, yang menyebabkan keausan komponen yang lebih cepat dan maraknya
modifikasi kendaraan penumpang. Pengeluaran untuk suku cadang, menurut
perkiraan pakar otomotif dapat mencapai Rp 1 juta pertahun.
Permintaan suku cadang dari bulan ke bulan lainnya dalam satu tahun
bervariasi, dimana pada bulan Juli-Agustus biasanya terjadi penurunan penjualan
yang cukup besar (15 s/d 20%) karena pada masa tersebut kebutuhan untuk biaya
pendidikan anak sekolah sangat tinggi. Namun sebaliknya pada minggu-minggu
menjelang Iedul Fitri dan Tahun Baru terjadi peningkatan penjualan suku cadang yang
cukup besar.
Pada tahun 2005 dan sebelumnya, peningkatan penjualan pada hari besar
tersebut mencapai 25 s/d 40%, namun pada tahun 2006 dan seterusnya peningkatan
itu hanya mencapai 15%. Berbagai hal dapat menjadi penyebab semakin kecilnya
peningkatan permintaan suku cadang pada hari raya dan tahun baru beberapa tahun
terakhir, antara lain; kenaikan harga BBM, daya beli konsumen menurun dan semakin
banyaknya kegiatan promosi yang dilakukan oleh dealer dengan memberikan
potongan harga suku cadang atau ongkos penggantian suku cadang secara gratis.
3.2. Penawaran
Sebagian besar suku cadang yang diperdagangkan ditinjau dari jumlah dan
jenisnya, lebih dari 90% masih diimpor dari berbagai negara produsen kendaraan
dan Taiwan yang memproduksi suku cadang dengan kualitas lebih rendah. Suku
cadang produksi dalam negeri lebih banyak pada perlengkapan dan yang sifatnya
cepat diganti (fast moving), seperti busi, accu, karet-karet bantalan kaki kendaraan,
knalpot dan sebagainya.
Suku cadang kendaraan penumpang adalah barang yang bersifat tidak
mudah rusak, oleh karena itu stok dalam jangka panjang tidak menjadi masalah dan
hanya sedikit menghambat kelancaran arus kas. Dengan demikian penyediaan suku
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
11BANK INDONESIA
cadang untuk berbagai jenis kendaraan dengan tahun produksi yang berbeda-beda
bisa dilakukan. Penawaran suku cadang kepada pemilik kendaraan penumpang yang
membutuhkan pada umumnya terdiri atas tiga tingkatan kualitas:
kualitas asli - (genuine), diproduksi oleh produsen kendaraan atau pemasok
resmi produsen kendaraan.
kualitas satu (kw-1), diproduksi oleh produsen yang berasal dari negara - dimana merek kendaraan tersebut berasal, dengan lisensi.
kualitas dua (kw-2), diproduksi oleh negara lain, seperti Taiwan, China, Brasil, - Spanyol dan lainnya (termasuk dari dalam negeri).
Jumlah suku cadang asli yang dijual adalah 40 s/d 50% dari total suku cadang,
sedangkan untuk suku cadang kw-1 sebanyak 30 s/d 40% dan kw-2 sebanyak 20
s/d 30%. Komposisi tersebut ditetapkan berdasarkan kecenderungan permintaan
konsumen dan hal ini seringkali terkait dengan perkembangan tingkat daya beli
konsumen.
Selain produk-produk tersebut, beberapa pedagang suku cadang, ada yang
juga menawarkan suku cadang bekas (second) namun asli (genuine) yang berasal
dari penguraian mesin-mesin kendaraan bekas yang diimpor dari Singapura. Namun
impor mesin kendaraan bekas baik secara utuh maupun terurai saat ini secara resmi
telah dilarang pemerintah.
3.3. Harga
Harga suku cadang mengikuti perubahan kurs rupiah terhadap dollar, namun
seringkali pada saat nilai tukar rupiah menguat harga suku cadang seringkali tidak
kembali ke posisi semula, sehingga harga suku cadang dari waktu ke waktu cenderung
terus meningkat. Terdapat perbedaan harga untuk setiap tingkatan kualitas dari suku
cadang dengan rumusan sebagai berikut:
Harga suku cadang asli - (genuine) adalah 100% atau 1 kali (Pg)
Harga suku cadang kualitas satu (kw-1) adalah 60 s/d 70% atau 0,6 s/d 0,7 x Pg- Harga suku cadang kualitas dua (kw-2) adalah 40 s/d 50% atau 0,4 s/d 0,5 x Pg-
12 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Penetapan tingkat harga jual suku cadang kepada konsumen untuk suku
cadang asli dan kw-1 dilakukan berdasarkan daftar harga (price list) yang dikeluarkan
oleh pemasok (importir) dengan diskon yang bisa dinikmati penjual sebesar 5 s/d
10% dari harga yang ditetapkan. Pada kondisi tertentu penjual memberikan sebagian
diskon harga tersebut kepada konsumen sebesar 2 s/d 2,5%, terutama pada situasi
dimana daya beli konsumen sedang menurun. Hal ini ditunjukkan oleh perilaku
konsumen yang membanding-bandingkan harga secara intensif dari toko ke toko.
3.4. Promosi dan Persaingan
Penjual suku cadang bisa dikatakan tidak pernah melakukan promosi secara
khusus, baik yang dilakukan sendiri atau maupun bersama pemasok maupun
produsen pemegang lisensi merek kendaraan tertentu. Justru promosi yang dilakukan
oleh dealer pada berbagai kesempatan, seperti menjelang libur dalam rangka
memperingati hari-hari besar keagamaan dan diselenggarakannya Pekan Raya Jakarta
(PRJ), berdampak negatif terhadap peningkatan permintaan suku cadang (tertahan)
di pusat perdagangan suku cadang.
Promosi bagi penjual dipandang sebagai sesuatu yang tidak perlu dan tidak
akan meningkatkan penjualan. Hal ini dapat dipahami karena suku cadang adalah
barang teknis dan bukan consumer goods, dimana kebutuhan suku cadang untuk
merek dan tipe kendaraan tertentu harus dipenuhi dengan menggunakan suku cadang
yang sesuai untuk merek dan tipe tersebut. Namun peningkatan penjualan tetap
harus diupayakan dengan memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen.
Persaingan diantara penjual suku cadang di suatu lokasi tertentu masih bisa
dirasakan oleh penjual sebagai sesuatu yang wajar dan nilai penjualan yang berhasil
diperoleh itulah dipandang rejeki yang diberikan Tuhan. Namun dengan dibukanya
pusat-pusat penjualan suku cadang baru di berbagai wilayah, tidak dapat dihindari
bahwa dalam jangka pendek akan mengurangi jumlah pengunjung ke pusat-pusat
penjualan suku cadang yang telah terlebih dahulu beroperasi. Setelah beberapa
waktu, jika sikap penjual selama ini terhadap konsumen baik, konsumen biasanya
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
13BANK INDONESIA
akan kembali pada penjual tempat dimana ia selama ini bisa memenuhi kebutuhan
suku cadang bagi kendaraannya.
Persaingan yang semakin ketat akan menyebabkan harga suku cadang lebih
menguntungkan bagi konsumen, namun hal ini bisa memberikan tekanan pada penjual.
Importir yang juga pemasok suku cadang impor kepada penjual, bisa dikatakan tidak
terpengaruh oleh adanya pembukaan pusat-pusat penjualan suku cadang baru di
berbagai wilayah tersebut, bahkan dalam jangka menengah menguntungkan mereka.
Dalam jangka panjang akan terjadi keseimbangan baru, sehingga semua pihak akan
mendapatkan alokasi yang adil (fair) dan cenderung untuk mempertahankan aktivitas
bisnisnya dan tidak membiarkan usaha partnernya terhenti.
3.5. Rantai Pasokan
Rantai pasokan suku cadang yang kemudian di jual di berbagai pusat-pusat
penjualan suku cadang secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Rantai Pasokan Perdagangan Suku Cadang Mobil
Dari gambaran di atas tampak bahwa disamping menjual suku cadang langsung
kepada konsumen (75%). Penjual suku cadang juga menjual kepada bengkel dan
kemudian bengkel menjual kepada konsumen (20%). Disamping itu jika konsumen
menghendaki suatu jenis suku cadang tertentu tetapi penjual tidak mempunyai stok
Produsen SC Asli
Produsen SC kw-1
Produsen SC kw-2
Produsen lokal
Exportir
Importir
Importir/Pemasok
Pemasok
Penjual SC
Penjual SC
Konsumen
Bengkel
14 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
(persediaan), maka ia dapat meminjamnya dari penjual lain (5%) dengan pembagian
keuntungan atau murni sebagai pinjaman. Penjual tidak dapat mengidentifikasi asal
usul konsumen, apakah berasal dari wilayah terdekat sekitar lokasi penjualan atau
dari tempat lain yang lebih jauh.
3.6. Permasalahan Pemasaran
Ketergantungan penjual pada pemasok yang juga bisa sekaligus sebagai
importir suku cadang sangatlah besar. Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa
lebih dari 90% suku cadang yang diperdagangkan masih diimpor dari berbagai
negara. Hal ini akan menyulitkan posisi penjual jika mereka harus berhadapan secara
sendiri-sendiri dengan pemasok/importir. Oleh karenanya adanya asosiasi pedagang
suku cadang sangatlah penting, untuk meningkatkan posisi tawar pedagang, bahkan
jika mungkin asosiasi ini bisa membentuk badan usaha dan mengimpor suku cadang
sendiri sebagai alternatif.
Persaingan penjualan suku cadang meningkat karena dibukanya pusat-
pusat penjualan baru suku cadang di berbagai lokasi dalam rangka memenuhi
kebutuhan konsumen untuk bisa mendapatkan suku cadang dengan lebih mudah,
harus diantisipasi dengan baik oleh para penjual suku cadang yang sudah lebih lama
berada pada bisnis ini. Pertumbuhan bisnis suku cadang yang cukup tinggi (17-23%
pertahun) merangsang enterpreneur untuk memasuki bisnis ini, persaingan menjadi
semakin ketat.
Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh penjual suku cadang antara lain
adalah:
melihat penjualan suku cadang sebagai usaha jasa.- membangun keintiman dan mengembangkan hubungan baik dengan konsumen - (mengubah konsumen menjadi pelanggan).
membuat - data base pelanggan.
berlaku jujur kepada konsumen dan membangun kepercayaan.-
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
15BANK INDONESIA
membantu konsumen mengatasi kesulitan yang dihadapi (peduli konsumen).- mengembangkan sistem jasa penjualan yang inovatif: pesan lewat telepon, sistem - pembayaran transfer, sistem penyerahan produk (delivery).
memperbaiki sistem inventory yang - on line untuk mempercepat pelayanan.
memperbaiki kemampuan tenaga penjual, khususnya dalam hal-hal teknis - otomotif.
Ancaman yang signifikan justru berasal dari kondisi makro ekonomi terutama
yang bisa menyebabkan harga suku cadang melonjak tinggi atau harga barang-barang
secara umum melonjak, sehingga daya beli konsumen menurun. Dalam keadaan ini
konsumen akan lebih memprioritaskan kebutuhan pokok seperti pendidikan, sandang-
pangan dan kesehatan. Turunnya kurs rupiah terhadap dollar, pemberian pajak atau
bea masuk yang lebih tinggi akan menyebabkan harga suku cadang meningkat
dan hal ini dapat mengakibatkan lesunya perdagangan suku cadang terutama yang
berasal dari impor. Sebagian besar suku cadang yang diperdagangkan saat ini masih
diimpor (sekitar 90%) dari berbagai negara, yang terdiri atas asli (genuine), buatan
negara produsen, maupun buatan Taiwan (tiruan).
16 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
17BANK INDONESIA
BAB IVASPEK TEKNIS PRODUKSI
Usaha perdagangan suku cadang, sebagaimana usaha perdagangan lain
umumnya, secara teknis bisa dikatakan cukup sederhana, tidak banyak membutuhkan
sarana dan prasarana yang beragam dan investasi yang mahal. Dalam kajian ini usaha
perdagangan suku cadang dilakukan di pusat pembelanjaan modern atau pusat
perdagangan khusus suku cadang.
4.1. Persyaratan Lokasi dan Tempat Usaha
Perdagangan suku cadang sebaiknya dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan
modern atau tempat-tempat yang dirancang khusus untuk perdagangan suku cadang
dan memiliki beberapa karakter sebagai berikut :
akses menuju lokasi dari banyak arah mudah. - terdapat areal parkir yang cukup luas di sekitar tempat penjualan.- beberapa lantai atau seluruh gedung diperuntukkan bagi perdagangan suku - cadang dan asesories.
dimungkinkan konsumen melakukan penggantian suku cadang yang relatif - mudah dilakukan.
lingkungan bersih dan nyaman.-
Luasan tempat usaha (kios) pada umumnya berukuran 4 x 4 m2 dan 2 x 4 m2,
atau 4 x 3 m2 dan 2 x 3 m2. Pada pusat-pusat perdagangan yang baru kios dengan
ukuran yang kedualah yang banyak disediakan, untuk menekan biaya sewa bagi
pedagang suku cadang. Tata letak bangunan kios dapat digambarkan sebagaimana
disajikan pada Gambar 4.1 berikut ini:
18 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Gambar 4.1 Tata Letak Tempat Perdagangan Suku Cadang Mobil
Photo 4.1. Selasar Lebar
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
19BANK INDONESIA
Photo 4.2. Selasar Sempit (gang)
Tata letak fasilitas di dalam kios relatif sederhana, karena fasilitas yang
dibutuhkan hanya terdiri atas rak suku cadang yang diletakkan menempel di bagian
dinding dan rak kaca atau rak yang diletakkan di bawah meja, kursi untuk penjual
dan konsumen. Secara skematik tata letak fasilitas dalam dan sekitar kios disajikan
berikut ini.
Rak
Mej a dan rak di bawahnya
Kursi
Pintu
Gambar 4.2 Tata Letak Fasilitas di Kios Perdagangan Suku Cadang
20 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Photo 4.3. Tata Letak Fasilitas di dalam Kios
(pintu depan geser)
Photo 4.4. Tata Letak Fasilitas di dalam Kios (pintu samping)
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
21BANK INDONESIA
Gambar 4.2 di atas menunjukkan tata letak fasilitas apabila kios atau tempat
usaha berada di bagian sudut. Hal ini dicirikan dengan posisi pintu yang berada di
samping kios. Jika tempat usaha berada di antara dua tempat usaha lain, maka posisi
pintu akan berada di depan.
4.2. Fasilitas Usaha dan Tenaga Penjualan
Fasilitas fisik dan bahan yang diperlukan dalam menjalankan usaha perdagangan
suku cadang ini, seperti telah dikemukakan sebelumnya, relatif sederhana, yaitu :
rak suku cadang: ukuran 2,5 m x 0,5 m x 3 m (tinggi, lebar, panjang) dan ukuran - 2,5 m x 0,5 m x 1,5 m.
meja kaca atau kayu yang merangkap rak suku cadang di bawahnya, berukuran - 1,1 m x 0,6 m x 2,5 m.
kursi kayu bulat sebanyak 3 atau 4 buah.- kalkulator.- komputer.- daftar harga suku cadang.- buku kwitansi/bukti transaksi.- kantong dan tali plastik. - pesawat telepon/hand phone (optional).-
Sangat disarankan pada usaha perdagangan suku cadang ini dilengkapi
dengan perangkat komputer disertai software database persediaan, database
pelanggan, catatan untuk setiap transaksi dan sebagainya. Hal ini penting untuk
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dan akurasi data - informasi untuk
mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik, terutama yang terkait dengan
persediaan.
Tenaga penjualan yang diperlukan untuk mendukung usaha ini seringkali
dipandang sebagai sesuatu yang tidak menentukan dalam suksesnya usaha
perdagangan suku cadang karena selama ini dimanjakan oleh situasi persaingan yang
tidak ketat. Dengan semakin meningkatnya persaingan pada usaha perdagangan suku
22 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
cadang ini, kedudukan tenaga penjualan menjadi semakin penting dan menentukan.
Oleh karenanya pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga penjualan harus
dipersiapkan dengan baik.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan pada seorang tenaga penjualan, yaitu :
pengetahuan teknis tentang merek kendaraan dan suku cadangnya.- pengetahuan tentang teknis klasifikasi suku cadang (bagian, waktu penggantian, - keaslian dan sebagainya).
keterampilan dalam menentukan harga dan mencari suku cadang yang diperlukan - konsumen.
keterampilan pengoperasian komputer.- kejujuran, kerapihan dan disiplin.- keramahtamahan, pendekatan pribadi dan empaty pada pelanggan.- Selain tenaga penjual, pemilik usaha perdagangan suku cadang kendaraan
penumpang harus inovatif, tidak berhenti berpikir untuk terus memperbaiki atau
meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan.
4.3. Proses Pelaksanaan Usaha
Pedagang melakukan pemesanan suku cadang kepada pemasok, yang bisa
juga sebagai importir suku cadang, berdasarkan data persediaan suku cadang,
informasi penjualan dan pertimbangan kondisi eksternal. Setelah barang pesanan
datang, diklasifikasi berdasarkan jenis komponen dan kualitas, diberi kode harga dan
rentang diskon yang bisa diberikan serta kode kualitas, atau kode lain yang bersifat
spesifik yang ditujukan untuk memudahkan tenaga penjual melakukan transaksi selain
menggunakan daftar harga (price list). Setelah itu suku cadang diletakkan di rak atau
disimpan dalam gudang di luar kios jika rak penuh, atau suku cadang berukuran
sangat besar yang berpotensi mengambil ruang terlalu banyak pada kios (rak).
Transaksi penjualan dilakukan dengan menggunakan pedoman harga berupa
daftar harga (price list) atau berdasarkan kode yang tertera pada kemasan suku
cadang dan data ketersediaan barang, yang seringkali didasarkan pada ingatan
pemilik. Jika barang yang dibutuhkan tidak ada di kios tetapi ada di gudang, maka
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
23BANK INDONESIA
konsumen diminta kesabarannya untuk menunggu. Namun jika diketahui bahwa di
gudang juga tidak ada stok dan konsumen tidak banyak waktu untuk menunggu,
maka penjual akan mencari pinjaman atau membeli dari penjual lain yang memiliki
barang dengan merek dan kualitas yang diinginkan pembeli. Dalam hal ini seringkali
penjual bertindak menjualkan barang orang lain tanpa imbalan apapun dan tindakan
sebaliknya akan dilakukan oleh penjual yang telah dijualkan barangnya.
Pencatatan hasil penjualan dilakukan secara rutin dalam satu buku transaksi
harian yang berbeda dengan buku transaksi pembelian dari pemasok secara manual.
Pengolahan data akan menjadi lebih mudah apabila data transaksi ditransfer ke
komputer, sehingga proses pengambilan keputusan yang menyangkut pembelian
suku cadang dari pemasok didasarkan pada jumlah dan jenis barang yang terjual
dalam periode waktu tertentu secara lebih akurat.
4.4. Hambatan dan Kendala
Secara internal tidak ada hal-hal yang sangat mengancam keberlangsungan
usaha perdagangan suku cadang, kecuali hal-hal yang terkait dengan kemampuan
tenaga penjual, termasuk pemilik, dalam memberikan pelayanan kepada konsumen.
Kemampuan untuk mengubah konsumen menjadi pelanggan, dengan melakukan
kedekatan (intimacy) yang lebih total kepada konsumen adalah sesuatu yang harus
namun belum dimiliki oleh sebagian besar pedagang suku cadang. Konsumen masih
dianggap sekedar orang yang membutuhkan barang yang dijual oleh pedagang suku
cadang dan bukan partner yang perlu diberi pilihan dan pengetahuan atas dasar
kejujuran. Kebijakan untuk memperluas pemasaran suku cadang ke berbagai wilayah
memberi kemudahan dan pilihan yang lebih banyak kepada pemilik kendaraan
penumpang umum untuk mendapatkan suku cadang yang dibutuhkan, oleh karena
itu situasi seperti ini harus di antisipasi dengan meningkatkan kemampuan menjual
dari pedagang suku cadang.
24 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
25BANK INDONESIA
BAB VASPEK KEUANGAN
5.1. Pemilihan Pola Usaha
Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab IV bahwa terdapat dua jenis ukuran
kios yang ditawarkan oleh pusat-pusat penjualan suku cadang, yaitu yang berukuran
besar berdimensi 4 x 4 m2 atau 4 x 3 m2, dan yang berukuran kecil dengan dimensi
2 x 4 m2 atau 2 x 3 m2. Ukuran kios, walaupun tidak bisa sepenuhnya bisa digunakan
untuk menggambarkan kapasitas usaha, dianggap bisa menjadi alternatif atau pilihan
untuk memulai suatu usaha perdagangan suku cadang.
Dalam kajian ini pilihan dijatuhkan pada usaha perdagangan suku cadang
dengan kios kecil, dengan pertimbangan bahwa; (1) Kios adalah sebagai salah satu
titik kontak antara penjual dan pembeli, bukan prasyarat bagi sebuah transaksi dan
juga bukan tempat penyimpan persediaan suku cadang. Kontak dengan pelanggan
bisa diperluas dengan penggunaan sarana teknologi informasi dan komunikasi,
dan persediaan suku cadang bisa di simpan di gudang yang terpisah; (2) Biaya awal
(investasi) untuk sewa kios menjadi beban yang bisa mengganggu kinerja keuangan
(jangka waktu pengembalian); (3) Jika ternyata usaha perdagangan suku cadang
di suatu lokasi sudah cukup baik, maka peningkatan usaha lebih baik dilakukan di
lokasi baru, yang lebih dekat ke konsentrasi konsumen berada. Kondisi inilah yang
diinginkan konsumen suku cadang, lebih mudah dijangkau, lebih cepat (dekat) dan
lebih baik pelayanannya.
Ditinjau dari kapasitas, yang diukur dari besarnya penjualan (omzet), maka
besarnya omzet dari usaha perdagangan suku cadang kendaraan penumpang ini
rata-rata adalah sebesar Rp 50 juta per bulan. Omzet sebesar itu diperkirakan baru
bisa dicapai pada tahun kedua, setelah masa belajar selama satu tahun. Berdasarkan
hasil survei pendapatan dari penjualan suku cadang sebesar itu tergolong kecil.
26 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
5.2. Asumsi-asumsi
Usaha perdagangan suku cadang dalam prakteknya dilaksanakan dengan
berbagai keragamannya dan berdasarkan keragaman yang ada maka dalam kajian
aspek keuangan ini perlu ditetapkan asumsi-asumsi untuk setiap parameter penting
sebagaimana dapat disimak pada Tabel 4.1.
Asumsi-asumsi yang digunakan ditetapkan berdasarkan informasi yang
diperoleh dari berbagai sumber. Sumber informasi utama tentunya adalah pelaku
usaha perdagangan suku cadang sendiri dan lainnya adalah dari perbankan dan
sumber-sumber lain yang layak dipertimbangkan.
Tabel 5.1 Asumsi untuk Setiap Parameter
No Parameter Satuan Asumsi Keterangan
1 Periode Analisa tahun 5
2 Skala Usaha:
- ukuran kios m2 2 x 3 Ukuran kecil (bisnis baru)
- omzet bulanan juta Rp 50 Rataan
3Pertumbuhan penjualan tahun ke-3 dst
%/tahun 15Terkait dengan pertumbuhan kendaraan penumpang
4Pertumbuhan Harga Pembelian dan Penjualan
persen 0 fixed
5 Sumber pembiayaan :
- investasi persen 60 kredit perbankan
- modal kerja persen 60 kredit perbankan
- jangka waktu tahun 5 Investasi & modal kerja
- bunga pinjaman %/tahun 14 Investasi & modal kerja
6 Komposisi dan kontribusi
- Suku cadang asli (45%) persen 7,5 Harga : Pg
- Suku cadang kw-2 (30 %) persen 15 Harga : 0,65 Pg
- Suku cadang kw-3 (25%) persen 17,5 Harga : 0,50 Pg
ASPEK KEUANGAN
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
27BANK INDONESIA
7Rataan Mark Up (tambahan terhadap harga pembelian)
persen 12,5Marjin komposit dari tiga kua-litas suku cadang
8 Penjualan tahun ke-1 persen 60 dari rataan 50 juta perbulan
9 Deposit:
- sewa kios persen 2520 – 30% dari harga sewa 3 thn @ Rp 110.000/m2
- pengadaan suku cadang bulan 2
Pertumbuhan penjualan sebesar 15% didekati dari pertumbuhan penjualan
kendaraan penumpang (passenger cars) yang sebenarnya bisa mencapai 17 s/d
20%. Sedangkan untuk pertumbuhan harga pembelian dan penjualan diasumsikan
sama, oleh karena itu dalam kajian aspek keuangan ini digunakan pendekatan fixed
price. Pinjaman investasi dikenakan bunga yang sama besarnya dengan suku bunga
pinjaman untuk modal kerja dan demikian pula dengan jangka waktu pinjaman.
Hal ini bisa diberlakukan bagi kredit dari perbankan, terutama apabila kebutuhan
pinjaman dana untuk modal kerja lebih besar dari pada dana untuk investasi.
5.3. Komponen dan Struktur Biaya
5.3.1. Biaya Investasi
Biaya investasi terbesar adalah deposit suku cadang kepada pemasok untuk
2 bulan dan diikuti dengan penataan tempat usaha atau disebut pula sebagai kios.
Secara lengkap biaya investasi untuk usaha ini disajikan pada Tabel 5.2.
28 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Perdagangan Suku Cadang (tahun-0)
No Jenis Biaya Volume Harga (Rp) Nilai (Rp) Keterangan
1 Persiapan (perijinan dll) 1 5.000.000 5.000.000 Paket
2 Penataan tempat usaha 1 15.000.000 15.000.000 Paket
3 Fasilitas: komputer 1 5.000.000 5.000.000 PC
4 Sewa Tempat usaha (bulan) 36 165.000 *) 5.940.000 Deposit 25%, 6 m2
5 Suku Cadang 2 26.250.000 52.500.000 Deposit 2 bulan
Total Biaya Investasi 83.440.000
Keterangan : *) 25% dari harga sewa x 6 m2 = 0.25 x Rp 110.000 x 6 = Rp 165.000
5.3.2. Biaya Operasional
Perhitungan biaya operasional diperlukan untuk menentukan besarnya modal
kerja yang dibutuhkan bagi pelaksanaan investasi pada usaha perdagangan suku
cadang ini. Kebutuhan biaya opersional yang terbesar adalah untuk pengadaan suku
cadang, yang diikuti dengan biaya untuk upah tenaga penjual sebanyak 2 orang, serta
biaya listrik, kebersihan dan keamanan (service charge). Gambaran lengkap mengenai
biaya operasional ini disajikan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Biaya Operasional Tahunan Usaha Perdagangan Suku Cadang
(tahun-1 dst)
No Jenis Biaya Volume Harga (Rp/bln) Nilai (Rp) Ket.
Biaya Variabel
1 Pengadaan suku cadang 12 26.250.000 315.000.000
Biaya Tetap
1 Sewa tempat Usaha 12 660.000 7.920.000 6 m2
2 Service charge 12 360.000 4.320.000 6 m2
3 Upah tenaga penjual – 2 org 12 2.000.000 24.000.000 2
ASPEK KEUANGAN
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
29BANK INDONESIA
4 Komunikasi 12 300.000 3.600.000
5 Lain-lain 12 200.000 2.400.000
Jumlah Biaya Tetap 42.240.000
Total Biaya Operasional 357.240.000
5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja
Berdasarkan gambaran biaya investasi dan biaya operasional pada Tabel
5.2 dan Tabel 5.3 dapat dihitung kebutuhan pinjaman dan dana sendiri yang perlu
dipersiapkan, baik untuk investasi maupun modal kerja, untuk mewujudkan usaha
perdagangan suku cadang. Modal kerja dihitung berdasarkan kebutuhan biaya
operasional untuk 2 bulan pertama pada tahun pertama usaha perdagangan suku
cadang dijalankan, yang diasumsikan kapasitasnya baru mencapai 60% dari kapasitas
penuhnya.
Seperti telah dikemukakan dalam asumsi bahwa 60% kebutuhan dana
bisa diperoleh dari kredit perbankan, sedang sisanya harus bisa disediakan sendiri
oleh pengusaha yang akan berdagang suku cadang. Dana sendiri bisa berasal dari
pinjaman keluarga atau sumber lain yang tidak disertai dengan bunga atau kewajiban
bagi hasil.
Tabel 5.4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja
No Rincian Biaya Total Biaya (Rp)
1 Kebutuhan Dana Investasi 83.440.000
a. Kredit Perbankan 50.064.000
b. Dana Sendiri 33.376.000
2 Kebutuhan Dana Modal Kerja (4 bln) 119.080.000
a. Kredit Perbankan 71.448.000
b. Dana Sendiri 47.632.000
3 Total Kebutuhan Dana 202.520.000
a. Kredit Perbankan 121.512.000
b. Dana Sendiri 81.008.000
30 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Berdasarkan asumsi bunga pinjaman, masa pinjaman dan besarnya kredit
yang dibutuhkan baik untuk investasi maupun modal kerja, disusunlah rencana
pembayaran angsuran pokok dan bunganya untuk setiap tahun, sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 5.5. Angsuran pokok untuk setiap jenis dana pinjaman (kredit)
sama besarnya setiap tahun, sedang pembayaran bunga menurun sesuai besarnya
sisa pinjaman yang dihitung berdasarkan rata-rata nilai pinjaman di awal tahun dan
sisa pinjaman di akhir tahun.
Tabel 5.5. Rencana Angsuran Pokok dan Bunga Kredit (ribu Rp)
No Uraian Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
1 Kredit Investasi
Nilai pinjaman awal tahun
50.064.000 40.051.200 30.038.400 20.025.600 10.012.800
Angsuran Pokok (5 tahun)
10.012.800 10.012.800 10.012.800 10.012.800 10.012.800
Nilai pinjaman akhir tahun
40.051.200 30.038.400 20.025.600 10.012.800 0
Bunga (14) 6.308.064 4.906.272 3.504.480 2.102.688 700.896
2 Kredit Modal Kerja
Nilai pinjaman awal tahun
71.448.000 57.158.400 42.868.800 28.579.200 14.289.600
Angsuran Pokok (5 tahun)
14.289.600 14.289.600 14.289.600 14.289.600 14.289.600
Nilai pinjaman akhir tahun
57.158.400 42.868.800 28.579.200 14.289.600 0
Bunga (14) 9.002.448 7.001.904 5.001.360 3.000.816 1.000.272
3 Total Angsuran Pokok 24.302.400 24.302.400 24.302.400 24.302.400 24.302.400
4 Total Bunga Kredit 15.310.512 11.908176 8.505.840 5.103.504 1.701.168
5 Total Kewajiban Kredit 39.612.912 36.210.576 32.808.240 29.405.904 26.003.568
5.5. Penjualan dan Pendapatan
Penjualan suku cadang sebagaimana telah diasumsikan meningkat setiap
tahunnya sebesar 15% pada tahun ke-3 dan seterusnya, dan pada tahun pertama
ASPEK KEUANGAN
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
31BANK INDONESIA
kemampuan penjualan baru 60% dari tingkat penjualan hasil survei, yaitu antara
Rp 50 juta sampai Rp 70 juta per bulan. Pada tahun kedua tingkat penjualan sudah
mencapai nilai penjualan sesuai asumsi Rp 50 juta per bulan. Mengingat banyaknya
jenis suku cadang yang diperdagangkan dan dengan harga yang beragam pula, maka
penjualan dihitung berdasarkan nilai totalnya saja dan tidak per jenis suku cadang.
Pendapatan bersih dihitung berdasarkan besarnya mark up secara komposit,
mengingat yang dijual adalah barang dengan kualitas dan tingkat harga yang
berbeda-beda. Rata-rata marjin (composite margin) adalah sebesar 12,5% dari nilai
barang yang dibeli. Berdasarkan hal tersebut maka tingkat penjualan dan pendapatan
setiap tahunnya dapat dihitung dan hasilnya disajikan pada Tabel 5.6.
Pendapatan tahun pertama baru mencapai Rp.360 juta dan tahun-tahun
berikutnya terjadi peningkatan dan pada akhirnya pada tahun ke-5 pendapatan
diharapkan mencapai lebih kurang Rp 912,5 juta. Peningkatan pendapatan seperti
itu bisa dicapai dengan usaha keras melalui pengembangan inovasi dalam penjualan,
dan mengembangkan hubungan yang bersifat personal dengan pelanggan, untuk
meningkatkan daya saing dan loyalitas pelanggan.
Tabel 5.6. Rencana Penjualan / Pendapatan per Tahun
No Uraian Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
1 Kapasitas 60% 100% 100% 100% 100%
2Pertumbuhan Penjualan
0% 0% 15% 15% 15%
3Basis Penjualan (survei)
600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000
4Penjualan/ Pendapatan
360.000.000 600.000.000 690.000.000 793.500.000 912.525.000
5 Mark-up 12,50% 12,50% 12,50% 12,50% 12,50%
6Pembelian Suku Cadang
315.000.000 525.000.000 603.750.000 694.312.500 798.459.375
32 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
5.6. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point (BEP)
Gambaran proyeksi laba-rugi usaha perdagangan suku cadang dengan
menggunakan asumsi-asumsi yang telah dikemukakan sebelumnya, menunjukkan
bahwa usaha ini ditinjau dari marjin keuntungan terhadap penjualan relatif kecil, dan
bernilai positif setelah tahun ketiga. Seiring dengan kondisi tersebut, titik impas (break
even point) baru bisa dicapai pada tingkat penjualan di atas 90% pada tahun tersebut.
Namun titik impas tersebut membaik pada tahun-tahun berikutnya, sehingga rata-
rata titik impasnya selama tiga tahun terakhir berada pada tingkat 78,10% dari total
nilai penjualan.
Pada tahun pertama, usaha perdagangan suku cadang ini belum bisa
membukukan laba. Kondisi ini lebih banyak disebabkan oleh masih relatif rendahnya
pendapatan yang bisa diperoleh, sementara kewajiban terhadap pinjaman berupa
bunga dan angsuran pokok sudah harus dipenuhi Untuk mengatasi hal tersebut
diperlukan usaha yang lebih gigih dalam rangka meraih tingkat penjualan yang tinggi.
Keuntungan bisa diperoleh dari nilai penjualan (omzet) yang besar. Hasil perhitungan
proyeksi laba-rugi usaha perdagangan suku cadang disajikan pada Tabel 5.7.
Keuntungan dapat diperoleh seiring dengan peningkatan pendapatan, sehingga
usaha keras untuk meningkatkan pendapatan merupakan suatu keniscayaan. Namun
faktor eksternal, faktor yang tidak bisa dikontrol, bisa menghambat usaha untuk
meningkatkan pendapatan tersebut. Oleh karena itu usaha untuk menekan biaya,
terutama biaya pengadaan suku cadang harus senantiasa diupayakan, dalam hal ini,
importir yang sekaligus pemasok suku cadang bagi pedagang, harus ikut serta.
ASPEK KEUANGAN
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
33BANK INDONESIA
Tabel 5.7. Proyeksi Laba-Rugi Usaha
No Uraian Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
1 Pendapatan 360.000.000 600.000.000 690.000.000 793.500.000 912.525.000
2 Pengeluaran
a. Biaya Operasional
- variabel 315.000.000 525.000.000 603.750.000 694.312.500 798.459.375
- tetap 34.320.000 34.320.000 34.320.000 34.320.000 34.320.000
b. Penyusutan & Amortisasi
5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
c. Sewa kios 7.920.000 7.920.000 7.920.000 7.920.000 7.920.000
d. Angsuran pokok 24.302.400 24.302.400 24.302.400 24.302.400 24.302.400
e. Bunga pinjaman/ kredit
15.310.512 11.908.176 8.505.840 5.103.504 1.701.168
Jumlah Pengeluaran 401.852.912 608.450.576 683.798.240 770.958.404 871.702.943
3 Laba sebelum Pajak -41.852.912 -8.450.576 6.201.760 22.541.596 40.822.057
4 Pajak (15 %) 0 0 930.264 3.381.239 6.123.309
5 Laba-rugi setelah pajak -41.852.912 -8.450.576 5.271.496 19.160.357 34.698.748
6 Marjin Keuntungan (%) 0,00 0,00 0,76 2,41 3,80
BEP (nilai penjualan) 694.823.296 667.604.608 640.385.920 613.167.232 585.948.544
BEP (% penjualan) 193,01 111,27 92,81 77,27 64,21
Rataan BEP 3 tahun terakhir
BEP (nilai penjualan) (Rp)
613.167.232
BEP (% penjualan) 78,10
5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha
Hasil analisis kinerja keuangan ditinjau dari arus kas dan terutama kelayakan
finansial dari usaha perdagangan suku cadang dapat dilihat pada Tabel 5.8. Pada
tabel tersebut tergambar bahwa secara finansial usaha perdagangan suku cadang
34 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
passenger cars skala kecil ini layak untuk dijalankan dan mendapat dukungan dari
perbankan. Semua kriteria penting yang biasa digunakan untuk melihat kelayakan
suatu usaha, menunjukkan secara cukup meyakinkan berada di atas batas untuk bisa
dikatakan bahwa usaha ini layak dijalankan.
Arus kas setelah pajak sepanjang masa analisa menunjukkan angka positif,
dimana diawali dengan angka yang cukup tinggi di tahun pertama, yaitu sebesar
lebih kurang Rp 30 juta, yang kemudian menurun, bahkan menjadi negatif sebesar
Rp 3,5 juta. Pada tahun terakhir total arus kas mencapai angka lebih kurang Rp 98
juta. Arus kas yang positif ini setelah didiskonto masih bisa menutup beban tahun
ke-0, sehingga menghasilkan Net Present Value (NPV) yang positif, Net B/C yang lebih
dari satu, Internal Rate of Return (IRR) yang lebih besar dari bunga pinjaman dan masa
pengembalian yang kurang dari periode analisa. Gambaran arus kas secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 5.8.
Tabel 5.8 Hasil Analisa Kelayakan Finansial
Kriteria Hasil Kelayakan
NPV (DF 14%) - Rp 47.309.464 > 0
Net B/C (DF 14.%) 1,35 > 1
IRR (%) 22,85% > 14%
PBP (tahun) 4 tahun 4 bulan < 5 tahun
5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha
Kajian ini dibangun berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan, namun situasi
bisnis penuh dengan ketidakpastian. Ada banyak parameter dugaan yang bisa
berubah dan berlawanan dengan apa yang diharapkan dalam perencanaan. Namun
perlu dicari parameter yang dari sejak awal memiliki kemungkinan cukup besar untuk
berubah. Dalam bisnis perdagangan suku cadang ada dua hal yang diduga paling
mungkin terjadi, yaitu; target penjualan tidak tercapai sehingga pendapatan turun;
ASPEK KEUANGAN
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
35BANK INDONESIA
dan naiknya biaya operasional sebagai akibat naiknya biaya komponen-komponen di
luar suku cadang. Mengapa harga suku cadang tidak dimasukkan sebagai sesuatu
yang kritis, adalah karena berdasarkan survei, kenaikan harga beli suku cadang akan
segera diikuti dengan kenaikan harga jualnya kepada konsumen. Namun tingginya
harga jual pada akhirnya bisa berakibat pada penurunan penjualan.
Analisis sensitivitas digunakan untuk menguji sampai seberapa besar pengaruh
guncangan dalam dua hal tersebut di atas terhadap kelayakan usaha perdagangan
suku cadang kendaraan penumpang. Disebut sensitif jika adanya gangguan kecil saja
sudah bisa mengakibatkan ketidaklayakan suatu usaha secara finansial dan sebaliknya.
Analisis sensitivitas dalam prakteknya seringkali digunakan untuk menentukan
langkah yang bersifat antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan. Menyiapkan sesuatu yang mungkin dimasa mendatang akan menjadi
ancaman utama terhadap upaya-upaya untuk mencapai keberhasilan.
Analisis sensitivitas untuk usaha perdagangan suku cadang ini dilakukan
dengan dua uji yaitu :
Uji A : Turunnya pendapatan karena penjualan tidak mencapai target,
Uji B : Naiknya biaya-biaya di luar biaya pembelian suku cadang.
Perubahan yang relatif kecil, diatas 2,33%, akan menyebabkan usaha
perdagangan suku cadang skala kecil ini menjadi tidak layak. Hal ini sudah diindikasikan
oleh hasil analisis laba-rugi sebelumnya, dimana keuntungan hanya bisa diperoleh
dari pendapatan yang besar dan pengeluaran yang terkendali, tidak melebihi dari
yang direncanakan.
Sebaliknya, perubahan yang cukup besar, sampai dengan 17,76% pada semua
komponen biaya, diluar biaya pembelian suku cadang, belum mengubah kelayakannya.
Secara lengkap hasil analisis sensitivitas dengan dua skenario guncangan tersebut
dapat disimak pada Tabel 5.9.
36 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Tabel 5.9. Hasil Analisis Sensitivitas Menggunakan Dua Uji
Kriteria Kelayakan
Kondisi AwalBatas
Kelayakan Uji A (- 2,33%)
Batas Kelayakan Uji B
(+ 17,76%)
NPV (DF 14%) 47.309.464 layak 113.060 layak 18.482 layak
Net B/C (DF 14.%) 1,35 layak 1,00 layak 1,00 layak
IRR (%) 22,85 % layak 14,02% layak 14,00% layak
PBP (tahun) 4 tahun 4 bulan layak 4 tahun 8 bulan layak 4 tahun 7 bulan layak
Secara keseluruhan tergambar bahwa usaha ini sangat sensitif terhadap
perubahan pendapatan, namun mempunyai daya tahan yang cukup kuat terhadap
perubahan yang besar pada peningkatan biaya operasional diluar biaya pengadaan
suku cadang.
5.9. Hambatan dan Kendala
Beberapa hambatan yang terkait dengan keuangan antara lain adalah:
lembaga pembiayaan, terutama perbankan belum mengenal banyak usaha - perdagangan suku cadang.
pemasok/importir berperan sangat besar dalam menentukan harga suku - cadang.
sewa tempat usaha dan biaya - service charge yang cenderung terus meningkat.
Adapun beberapa kendala yang dihadapi oleh pedagang suku cadang khususnya
yang berkaitan dengan keuangan antara lain adalah:
kemampuan pengusaha untuk memenuhi syarat perbankan - (bankability) terutama
dalam hal agunan.
kemampuan dan kreativitas pengusaha untuk mengelola dengan baik usahanya, - sehingga produktivitasnya meningkat, perlu terus ditingkatkan.
ASPEK KEUANGAN
37BANK INDONESIA
BAB VIASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN
DAMPAK LINGKUNGAN
6.1 Aspek Ekonomi
Secara ekonomi, setiap 2 x 3 m2 atau 2 x 4 m2 dibutuhkan dua orang tenaga
kerja, sehingga untuk Atrium Senen saja setidaknya terserap antara 950 sampai 1.000
tenaga penjual. Diperkirakan untuk seluruh DKI tenaga kerja langsung yang terserap
pada usaha penjualan suku cadang ini mencapai 15.000 orang dan jika memasukkan
juga tenaga kerja tidak langsung, seperti montir yang beroperasi di sekitar lokasi
penjualan suku cadang, kurir dan sebagainya, maka jumlah keseluruhannya di
DKI Jakarta diperkirakan dapat mencapai 25.000 orang. Jika setiap bulan seorang
tenaga kerja dan montir berpenghasilan Rp 2 juta, maka setidaknya ada Rp 50 milyar
perbulan atau Rp 600 milyar per tahun mengalir ke keluarga mereka dan kemudian
bisa menggerakkan ekonomi di sekitarnya.
6.2. Dampak Lingkungan
Proses penjualan suku cadang adalah sesuatu yang sangat sederhana dan
oleh karenanya tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan fisik. Hal ini
berbeda dengan proses produksi suku cadang itu sendiri yang berpeluang lebih besar
untuk menghasilkan pencemaran dan gangguan bagi lingkungan. Barang dipasok
oleh rekanan supplier, ditata dalam gudang atau langsung ke rak-rak penjualan dan
akhirnya diserahkan kepada pembeli yang membutuhkan. Penyediaan suku cadang
yang baik justru memberi dukungan bagi kinerja mesin kendaraan penumpang umum,
sehingga antara lain mengurangi pencemaran gas buang yang berlebihan.
38 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
39BANK INDONESIA
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Usaha perdagangan suku cadang mobil terkait erat dengan bisnis otomotif, 1.
khususnya untuk kendaraan penumpang, yang tumbuh dengan kisaran 17
sampai dengan 23% per tahun.
Usaha perdagangan suku cadang mobil (kendaraan penumpang) memiliki 2.
prospek yang baik karena bisnisnya masih terus tumbuh berkembang dengan
laju pertumbuhan rata-rata 15% per tahun.
Persaingan dalam bisnis perdagangan suku cadang menjadi semakin ketat 3.
dengan dibukanya pusat-pusat perdagangan suku cadang baru di berbagai
wilayah, yang cenderung lebih mendekati konsumen.
Peran perbankan dalam pembiayaan usaha perdagangan suku cadang relatif 4.
masih kecil. Hal ini dibuktikan dengan sangat sulitnya mencari pedagang suku
cadang yang mendapat pembiayaan dari bank.
Pedagang suku cadang pada umumnya masih menjalankan bisnisnya secara 5.
konvensional, tidak mengembangkan hubungan personal dengan pelanggan,
mengembangkan database pelanggan, menggunakan bantuan komputer
dalam pengelolaan usahanya dan belum mengembangkan inovasi-inovasi baru
dalam memasarkan produk dan melakukan transaksi.
Tempat-tempat penjualan yang terkonsentrasi, terdapat cukup banyak pedagang 6.
suku cadang dalam suatu kawasan dengan areal parkir cukup luas, mudah
dijangkau dari berbagai arah, akan menjadi tempat berusaha yang prospektif.
40 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Peran pemasok, yang seringkali juga merangkap sebagai importir suku cadang 7.
dari berbagai negara, sangat dominan. Disatu sisi berpotensi merugikan
pedagang karena posisi tawarnya yang kuat dalam penentuan harga suku
cadang, sehingga menyulitkan posisi pedagang saat berhadapan dengan
konsumen, khususnya pada saat daya beli sedang menurun. Disisi lain, kesediaan
pemasok untuk menerima pembayaran tunda hingga dua bulan atau lebih,
sangat membantu pedagang secara finansial.
Usaha perdagangan suku cadang kendaraan penumpang adalah usaha yang 8.
layak dijalankan baik secara teknis maupun finansial. Marjin keuntungan terhadap
penjualan yang relatif kecil, mengharuskan pedagang untuk memperbesar
omzetnya dengan meningkatkan volume penjualan suku cadangnya.
Usaha perdagangan suku cadang ini cukup sensitif terhadap adanya penurunan 9.
penjualan (> 2,33%), yang secara langsung pasti akan berakibat pada turunnya
pendapatan. Namun terhadap kenaikan biaya operasional terutama yang
disebabkan oleh naiknya biaya selain pembelian suku cadang, bahkan hingga
17,76%, tidak mengakibatkan perubahan status kelayakannya.
Biaya investasi yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis perdagangan suku 10.
cadang dalam skala kecil lebih kurang sebesar Rp 83,4 juta, sedangkan untuk
modal kerja dibutuhkan dana berkisar Rp 119 juta.
7.2. Saran
Untuk mendukung kesuksesan usaha perdagangan suku cadang, pemilik usaha 1.
(pengusaha) harus membekali tenaga penjualnya dengan pengetahuan teknis
otomotif terkait dengan merek kendaraan tertentu yang dijual suku cadangnya,
keramahtamahan dan empaty pada konsumen. Konsumen tidak dipandang
sebagai sekedar orang yang membutuhkan suku cadang saja.
KESIMPULAN DAN SARAN
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
41BANK INDONESIA
Pengusaha harus terus menerus mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam 2.
penjualan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Para pedagang perlu mengintensifkan komunikasi dan mengorganisir diri, untuk 3.
memperkuat posisi tawarnya kepada pemasok, mencari jalan secara bersama
untuk mengatasi masalah pembiayaan dan peningkatan kapasitas pedagang
dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kepada konsumen.
Untuk mencegah penurunan penjualan secara drastis, terutama pada waktu-4.
waktu tertentu, seperti memasuki tahun ajaran baru dan lainnya, perlu dipikirkan
kegiatan promosi bersama, dengan memberi potongan harga, pemasangan suku
cadang secara gratis, mengantar (delivery) suku cadang ke rumah konsumen,
atau bentuk-bentuk promosi lainnya.
Perlu dicari berbagai model pembiayaan untuk mendukung pengembangan 5.
usaha perdagangan suku cadang, mengingat prospek yang baik pada bisnis
ini, yang akan tetap terus berkembang seiring dengan berkembangnya industri
otomotif.
42 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
43BANK INDONESIA
LAMPIRAN
44 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1 Biaya Operasional Selama 5 Tahun ....................................................... 45
2 Proyeksi Laba Rugi Perdagangan Suku Cadang..................................... 46
3 Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Usaha .................................. 47
4 Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Usaha Jika Penjualan Tidak Memenuhi Target (Pendapatan Turun) (%) .......................................... 49
5 Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Usaha (Biaya non SukuCadang naik) ....................................................................................... 51
6 Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan ............. 52
LAMPIRAN
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
45BANK INDONESIA
Lampiran 1. Biaya Operasional Selama 5 Tahun
No Jenis Biaya Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
1Pengadaan suku cadang
315.000.000 525.000.000 603.750.000 694.312.500 798.459.375
2 Sewa tempat usaha 7.920.000 7.920.000 7.920.000 7.920.000 7.920.000
3 Service charge 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000
4Upah tenaga penjual (2 org)
24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
5 Komunikasi 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
6 Lain-lain 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Total Biaya Operasional 357.240.000 567.240.000 645.990.000 736.552.500 840.699.375
46 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
LAMPIRAN
Lam
pira
n 2.
Pro
yeks
i Lab
a Ru
gi P
erda
gang
an S
uku
Cad
ang
No
Ura
ian
Tah
un
-1Ta
hu
n-2
Tah
un
-3Ta
hu
n-4
Tah
un
-5
1Pe
ndap
atan
360.
000.
000
600.
000.
000
690.
000.
000
793.
500.
000
912.
525.
000
2Pe
ngel
uara
n
a. B
iaya
Ope
rasi
onal
-
var
iabe
l31
5.00
0.00
052
5.00
0.00
060
3.75
0.00
069
4.31
2.50
079
8.45
9.37
5
-
tet
ap34
.320
.000
34.3
20.0
0034
.320
.000
34.3
20.0
0034
.320
.000
b. P
enyu
suta
n &
Am
ortis
asi
5.00
0.00
05.
000.
000
5.00
0.00
05.
000.
000
5.00
0.00
0
c. S
ewa
kios
7.92
0.00
07.
920.
000
7.92
0.00
07.
920.
000
7.92
0.00
0
d. A
ngsu
ran
poko
k24
.302
.400
24.3
02.4
0024
.302
.400
24.3
02.4
0024
.302
.400
e. B
unga
pin
jam
an/k
redi
t15
.310
.512
11.9
08.1
768.
505.
840
5.10
3.50
41.
701.
168
Jum
lah
Peng
elua
ran
401.
852.
912
608.
450.
576
683.
798.
240
770.
958.
404
871.
702.
943
3La
ba s
ebel
um P
ajak
-41.
852.
912
-8.4
50.5
766.
201.
760
22.5
41.5
9640
.822
.057
4Pa
jak
(15
%)
00
930.
264
3.38
1.23
96.
123.
309
5La
ba-r
ugi s
etel
ah p
ajak
-41.
852.
912
-8.4
50.5
765.
271.
496
19.1
60.3
5734
.698
.748
6M
arjin
Keu
ntun
gan
(%)
0,00
0,00
0,76
2,41
3,80
BE
P (n
ilai p
enju
alan
)69
4.82
3.29
666
7.60
4.60
864
0.38
5.92
061
3.16
7.23
258
5.94
8.54
4
BE
P (%
pen
jual
an)
193,
0111
1,27
92,8
177
,27
64,2
1
R
ataa
n B
EP 3
tah
un
te
rakh
ir
BE
P (n
ilai p
enju
alan
) (R
p)61
3.16
7.23
2
BE
P (%
pen
jual
an)
78,1
0
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
47BANK INDONESIA
Lam
pira
n 3.
Pro
yeks
i Aru
s K
as d
an A
nalis
is K
elay
akan
Usa
ha
Ura
ian
Tah
un
ke-
01
23
45
Infl
ow
a. P
enda
pata
n0
360.
000.
000
600.
000.
000
690.
000.
000
793.
500.
000
912.
525.
000
b. D
ana
send
iri33
.376
.000
47.6
32.0
000
00
0
c. K
redi
t In
vest
asi
50.0
64.0
000
00
00
d. K
redi
t m
odal
ker
ja52
.500
.000
18.9
48.0
000
00
e. N
ilai s
isa
(dep
osit)
00
00
058
.440
.000
Ju
mla
h13
5.94
0.00
042
6.58
0.00
060
0.00
0.00
069
0.00
0.00
079
3.50
0.00
097
0.96
5.00
0
Inflo
w u
ntuk
IRR
036
0.00
0.00
060
0.00
0.00
069
0.00
0.00
079
3.50
0.00
01.
029.
405.
000
Ou
tflo
w
a. B
iaya
Inve
stas
i83
.440
.000
00
00
0
b. B
iaya
mod
al k
erja
52.5
00.0
000
00
00
c. B
iaya
ope
rasi
onal
35
7.24
0.00
056
7.24
0.00
064
5.99
0.00
073
6.55
2.50
084
0.69
9.37
5
d. A
ngsu
ran
poko
k
24.3
02.4
0024
.302
.400
24.3
02.4
0024
.302
.400
24.3
02.4
00
e. B
iaya
bun
ga b
ank
15
.310
.512
11.9
08.1
768.
505.
840
5.10
3.50
41.
701.
168
f. P
ajak
(15%
)
00
930.
264
3.38
1.23
96.
123.
309
Ju
mla
h13
5.94
0.00
039
6.85
2.91
260
3.45
0.57
667
9.72
8.50
476
9.33
9.64
387
2.82
6.25
2
Out
flow
unt
uk IR
R13
5.94
0.00
035
7.24
0.00
056
7.24
0.00
064
6.92
0.26
473
9.93
3.73
984
6.82
2.68
4
Tota
l Cas
h flo
w0
29.7
27.0
88-3
.450
.576
10.2
71.4
9624
.160
.357
98.1
38.7
48,5
Kum
ulat
if C
ash
flow
029
.727
.088
26.2
76.5
1236
.548
.008
60.7
08.3
6515
8.84
7.11
3
Cas
h flo
w u
ntuk
IRR
-135
.940
.000
2.76
0.00
032
.760
.000
43.0
79.7
3653
.566
.261
182.
582.
316
48 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
LAMPIRAN
Ura
ian
Tah
un
ke-
01
23
45
Perh
itung
an IR
R, B
/C, N
PV,
PBP
DF
22.8
5%1
0,81
400,
6626
0,53
930,
4390
0,35
73
Dis
coun
ted
cash
flow
-135
.940
.000
2.24
6.57
321
.705
.356
23.2
33.1
2223
.514
.588
65.2
40.3
48
DF1
4%1
0,87
720,
7695
0,67
500,
5921
0,51
94
Dis
coun
ted
cash
flow
-135
.940
.000
2.42
1.05
325
.207
.756
29.0
77.5
9531
.715
.526
94.8
27.5
34
NPV
(D
F 14
%)
(Rp
)47
.309
.464
Net
B/C
(D
F 14
.%)
1,35
IRR
(%
)22
,85%
PBP
(tah
un
)4
tah
un
4 b
ula
n
Lam
pira
n 3.
Pro
yeks
i Aru
s K
as d
an A
nalis
is K
elay
akan
Usa
ha (L
anju
tan)
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
49BANK INDONESIA
Lam
pira
n 4.
Pro
yeks
i Aru
s K
as d
an A
nalis
is K
elay
akan
Usa
ha J
ika
Penj
uala
n Ti
dak
Mem
enuh
i
Targ
et (P
enda
pata
n Tu
run)
Ura
ian
Tah
un
ke
-
01
23
45
Infl
ow
a. P
enda
pata
n0
351.
612.
000
586.
020.
000
673.
923.
000
775.
011.
450
891.
263.
168
b. D
ana
send
iri33
.376
.000
47.6
32.0
000
00
0
c. K
redi
t In
vest
asi
50.0
64.0
00
d. K
redi
t m
odal
ker
ja52
.500
.000
18.9
48.0
000
00
0
e. N
ilai s
isa
(dep
osit)
58
.440
.000
Ju
mla
h13
5.94
0.00
041
8.19
2.00
058
6.02
0.00
067
3.92
3.00
077
5.01
1.45
094
9.70
3.16
8
Inflo
w u
ntuk
IRR
035
1.61
2.00
058
6.02
0.00
067
3.92
3.00
077
5.01
1.45
01.
008.
143.
168
Ou
tflo
w
a. B
iaya
Inve
stas
i83
.440
.000
00
00
b. B
iaya
mod
al k
erja
52.5
00.0
00
c. B
iaya
ope
rasi
onal
35
7.24
0.00
056
7.24
0.00
064
5.99
0.00
073
6.55
2.50
084
0.69
9.37
5
d. A
ngsu
ran
poko
k
24.3
02.4
0024
.302
.400
24.3
02.4
0024
.302
.400
24.3
02.4
00
e. B
iaya
bun
ga b
ank
15
.310
.512
11.9
08.1
768.
505.
840
5.10
3.50
41.
701.
168
f. P
ajak
(15%
)
0
075
7.95
73.
084.
034
Ju
mla
h13
5.94
0.00
039
6.85
2.91
260
3.45
0.57
667
8.79
8.24
076
6.71
6.36
186
9.78
6.97
7
Out
flow
unt
uk IR
R13
5.94
0.00
035
7.24
0.00
056
7.24
0.00
064
5.99
0.00
073
7.31
0.45
784
3.78
3.40
9
Tota
l Cas
h flo
w0
21.3
39.0
88-1
7.43
0.57
6-4
.875
.240
8.29
5.08
9,1
79.9
16.1
90,8
Kum
ulat
if C
ash
flow
021
.339
.088
3.90
8.51
2-9
66.7
287.
328.
361,
187
.244
.551
,9
Cas
h flo
w u
ntuk
IRR
-135
.940
.000
-5.6
28.0
0018
.780
.000
27.9
33.0
0037
.700
.993
164.
359.
759
50 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Ura
ian
Tah
un
ke
-
01
23
45
Perh
itung
an IR
R, B
/C,
NPV
, PBP
DF
14,0
2162
%1
0,87
700,
7692
0,67
460,
5916
0,51
89
Dis
coun
ted
cash
flow
-135
.940
.000
-4.9
35.9
0614
.445
.121
18.8
43.2
5722
.305
.089
85.2
82.4
09
DF1
4%1
0,87
720,
7695
0,67
500,
5921
0,51
94
Dis
coun
ted
cash
flow
-135
.940
.000
-4.9
36.8
4214
.450
.600
18.8
53.9
7922
.322
.014
85.3
63.3
08
NPV
(D
F 14
%)
113.
060
Net
B/C
(D
F 14
.%)
1,00
IRR
(%
)14
,02%
PBP
(tah
un
)4
tah
un
8 b
ula
n
Bat
as p
enu
run
an p
end
apat
an2,
33%
(di b
awah
tar
get
pen
dap
atan
)
LAMPIRAN
Lam
pira
n 4.
Pro
yeks
i Aru
s K
as d
an A
nalis
is K
elay
akan
Usa
ha J
ika
Penj
uala
n Ti
dak
Mem
enuh
i
Targ
et (P
enda
pata
n Tu
run)
(Lan
juta
n)
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
51BANK INDONESIA
Lampiran 5. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Usaha
(Biaya non Suku Cadang naik)
UraianTahun ke-
0 1 2 3 4 5
Inflow
a. Pendapatan 0 360.000.000 600.000.000 690.000.000 793.500.000 91.252.5000
b. Dana sendiri 33.376.000 47.632.000
c. Kredit Investasi 50.064.000
d. Kredit modal kerja 52.500.000 18.948.000
e. Nilai sisa 5.844.0000
Jumlah 135.940.000 426.580.000 600.000.000 690.000.000 793.500.000 97.096.5000
Inflow untuk IRR 0 360.000.000 600.000.000 690.000.000 793.500.000 102.940.5000
Outflow
a. Biaya Investasi 83.440.000 0 0 0 0 0
b. Biaya modal kerja 52.500.000 0 0 0 0 0
c. Biaya operasional
Biaya variabel 315.000.000 525.000.000 603.750.000 694.312.500 79.845.9375
Biaya tetap 42.240.000 49.741.824 58.575.971,9 68..979.064,6 81.229.746.4
d. Angsuran pokok 24.302.400 24.302.400 24.302.400 24.302.400 24.302.400
e. Biaya bunga bank 15.310.512 11.908.176 8.505.840 5.103.504 170.1168
f. Pajak (15%) 0 0 0 424847
Jumlah 135.940.000 396.852.912 610.952.400 695.134.212 792.697.469 90.611.7536
Outflow untuk IRR 135.940.000 357.240.000 574.741.824 662.325.972 763.291.565 88.011.3968
Total Cash flow 0 29.727.088 -10.952.400 -5.134.211,94 802.531,441 6.484.7464
Kumulatif Cash flow 0 29.727.088 18.774.688 13.640.476,1 14.443.007,5 79.290.471.5
Cash flow untuk IRR -135.940.000 2.760.000 25.258.176 27.674.028,1 30.208.435,4 14.929.1032
Perhitungan IRR,B/C, NPV, PBP
DF 14,0038% 1 0.8771637 0.7694162 0.67490402 0.59200134 0.51928211
Discounted cash flow -135.940.000 2.420.972 19.434.051 18.677.313 17.883.434 7.752.4162
DF14% 1 0,877193 0,7694675 0,67497152 0,59208028 0,51936866
Discounted cash flow -135.940.000 2.421.053 19.435.346 18.679.181 17.885.819 7.753.7084
NPV (DF 14%) 184,82
Net B/C (DF 14.%) 1,00
IRR (%) 14,00%
PBP (tahun) 4 tahun 7 bulan
Batas kenaikan biaya non suku cadang 17,76%
(Biaya tetap)
52 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Lampiran 6. Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan
1. Menghitung Jumlah Angsuran.
Angsuran kredit terdiri dari angsuran pokok ditambah dengan pembayaran bunga
pada periode angsuran. Jumlah angsuran pokok tetap setiap bulannya. Periode
angsuran (n) adalah selama 36 bulan untuk kredit investasi dan 12 bulan untuk
kredit modal kerja.
Cicilan pokok = Jumlah Pinjaman dibagi periode angsuran (n).
Bunga = i% x jumlah (sisa) pinjaman.
Jumlah angsuran = Cicilan Pokok + Bunga.
2. Menghitung Jumlah Penyusutan/Depresiasi dengan Metode Garis Lurus
dengan Nilai Sisa 0 (nol).
Penyusutan = Nilai Investasi /Umur Ekonomis.
3. Menghitung Net Present Value (NPV).
NPV merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari
biaya. Adapun rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:
n B1 – Ct
NPV = ∑ –––––––––
t = 1 (1 + i)t
Keterangan :
Bt = Benefit atau manfaat (keuntungan) proyek yang diperoleh pada tahun
ke-t.
Ct = Biaya atau ongkos yang dikeluarkan dari adanya proyek pada tahun ke-t,
tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap merupakan modal atau
dana rutin/operasional.
i = Tingkat suku bunga atau merupakan social opportunity cost of capital.
n = Umur Proyek.
LAMPIRAN
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
53BANK INDONESIA
Untuk menginterpretasikan kelayakan suatu proyek, dapat dilihat dari hasil
perhitungan NPV sebagai berikut:
a. Apabila NPV > 0 berarti proyek layak untuk dilaksanakan secara finansial;
b. Apabila NPV = nol berarti proyek mengembalikan dananya persis sama besar
dengan tingkat suku bunganya (Social Opportunity of Capital-nya).
c. Apabila NPV < 0 berarti proyek tidak layak untuk dilanjutkan karena proyek
tidak dapat menutupi social opportunity cost of capital yang digunakan.
4. Menghitung Internal Rate of Return (IRR).
IRR merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan
0 (nol). IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi
bersih dari suatu proyek, sepanjang setiap benefit bersih yang diperoleh secara
otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat
keuntungan i yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek. Cara
perhitungan IRR dapat didekati dengan rumus dibawah ini :
NPV1
IRR = i1 + (i2 – i1) X –––––––––––––
(NPV1 – NPV2)
Keterangan :
IRR = Nilai Internal Rate of Return, dinyatakan dalam %.
NPV1 = Net Present Value pertama pada DF terkecil.
NPV2 = Net Present Value kedua pada DF terbesar.
i1 = Tingkat suku bunga /discount rate pertama.
i2 = Tingkat suku bunga /discount rate kedua.
Kelayakan suatu proyek dapat didekati dengan mempertimbangkan nilai IRR
sebagai berikut:
a. Apabila nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunganya maka
proyek tersebut layak untuk dikerjakan.
54 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
b. Apabila nilai IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku bunganya maka
proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dikerjakan.
5. Menghitung Net B/C.
Net benefit-cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya bersih suatu proyek
adalah perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri atas present
value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit bersih itu bersifat
positif, sedangkan penyebut terdiri atas present value total dari benefit bersih
dalam tahun di mana benefit itu bersifat negatif.
Cara menghitung Net B/C dapat menggunakan rumus dibawah ini:
NPV B-C Positif
Net B/C = ––––––––––
NPV B-C Negatif
Keterangan :
Net BC = Nilai benefit-cost ratio.
NPV B-C Positif = Net present value positif.
NPV B-C Negatif = Net present value negatif.
Hasil perhitungan Net B/C dapat diterjemahkan sebagai berikut:
a. Apabila nilai Net B/C > 1 maka proyek layak dilaksanakan.
b. Apabila nilai Net B/C < 1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
6. Menghitung Titik Impas (Break Even Point).
Titik impas atau titik pulang pokok atau Break Even Point (BEP) adalah suatu
keadaan dimana tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan
besarnya pengeluaran pada suatu proyek, sehingga pada keadaan tersebut
proyek tidak mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
LAMPIRAN
PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL
55BANK INDONESIA
Terdapat beberapa rumus untuk menghitung titik impas yang dapat dipilih,
namun dalam buku ini digunakan rumus pada huruf a, b dan c di bawah ini :
Biaya Tetap
a. Titik Impas (Rp.) = —————————————
Total Biaya Variabel
1 - —————————
Hasil Penjualan
Titik Impas (Rp)
b. Titik Impas (satuan) = ——–———————
Harga satuan Produk
c. Jika biaya variabel dan biaya tetap tidak dipisahkan maka pencarian titik
impas dapat menggunakan prinsip total pendapatan = total pengeluaran
Total Pendapatan = Harga x Jumlah produk yang dihasilkan
Total Pengeluaran = Jumlah semua biaya yang diperlukan proyek
Jadi harga produk x jumlah produk yang dihasilkan = Total Pengeluaran
Titik Impas (Rp.)
d. Titik Impas (n) = —————————— X Total Produksi
Hasil Penjualan (Rp.)
7. Menghitung PBP (Pay Back Period atau Lama Pengembalian Modal).
PBP digunakan untuk memperkirakan lama waktu yang dibutuhkan proyek untuk
mengembalikan investasi dan modal kerja yang ditanam.
56 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Cara menterjemahkan PBP untuk menetapkan kelayakan suatu proyek adalah
sebagai berikut:
a. Apabila nilai PBP lebih pendek dari jangka waktu proyek yang ditetapkan
maka suatu proyek dinyatakan layak.
b. Apabila nilai PBP lebih lama dari jangka waktu proyek maka suatu proyek
dinyatakan tidak layak.
8. Menghitung Discount Factor (DF).
DF dapat didefinisikan sebagai: “Faktor yang dipergunakan untuk
memperhitungkan nilai sekarang dari suatu jumlah yang diterima di masa dengan
mempertimbangkan tingkat bunga yang berlaku atau disebut juga faktor nilai
sekarang (present worth factors)” DF diperhitungkan apabila suatu proyek
bersifat multi-period atau periode lebih dari satu kali. Dalam hal ini periode lazim
diperhitungkan dengan semester atau tahun. Nilai dari DF berkisar dari 0 sampai
dengan 1.
Cara memperhitungkan DF adalah dengan rumus sebagai berikut :
1
Rumus DF per tahun = ———— , dimana
(1+ r) n
r = suku bunga
n = tahun 0, 1, ……….. n ; sesuai dengan tahun proyek
LAMPIRAN