pola pikir permasalahan

3

Click here to load reader

Upload: -rahmawan-deprazz-

Post on 31-Jul-2015

55 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pola Pikir Permasalahan

INDIVIDU PASIENRAWAT INAP

Ps r

Interio

Kondisi Fisiologis

KERANGKA PERMASALAHAN RISET DISERTASIDesain interior Ruang Rawat Inap Rumah Sakit: sebuah kajian grounded theory terhadappengalaman pemakai ruang:: Rahmawan D. Prasetya ::

PENJELASANTujuan utamafaktor dapat blain adalah kotreatment ataFaktor kondisi(bawaan). Fakinterior (sepehalaman, penmenyimpulkandipengaruhi o

Lingkungan NON Fisikikologis, Sosiologis, Kultu

Lingkungan Fisikr & Eksterior Ruang Rawat Inap

PengobatanT

RISETBARAT

Theory Supportive DesignDesain lingkungan rumah sakity a n g m e n d u k u n g p r o s e s

RISET BARA

KESEMBUHAN

Obat-obatan

Tindakan MedisPerawatan/Treatment

seorang pasien menjalani rawat inap di rumah sakit adalaherpengaruh dalam proses menuju kesembuhan tersebut. Faktndisi fisik pasien, faktor lingkungan, baik fisik maupun non

u tindakan medis.fisiologis berkaitan dengan daya tahan tubuh pasien dan kem

tor lingkungan fisik lebih terkait dengan ruang di mana pasierti lay out, furnitur, tata kondisional, dan sebagainya) maupataan tempat parkir, dan sebagainya). Riset yang dila

bahwa ada hubungan yang kuat antara faktor psikologleh lingkungan fisik terhadap tingkat kesembuhan pasie

penyembuhan dutama kepada

(Patient-center

R I S E TB A R A TP s i k o l o g i sS o s i o l o g i sK u l t u r a l ?

engan orientasiindividu pasien

ed Orientation)

P e r t a n y a a n p e n e l i t i a n

1. Bagaimanakah pengalamanpemakai ruang rawat inapr u m a h s a k i t ?

2. Bagaimanakah ruang rawat inapyang sesuai dengan preferensibudaya pasien sebagai pemakairuang rawat inap rumah sakit?

3. B a g a i m a n a k a h p o l a - p o l aperilaku pasien ketika berada didalam ruang rawat inap rumahs a k i t t e r s e b u t ?

kesembuhan. Berbagaior-faktor tersebut antara

fisik, obat-obatan, dan

ungkinan faktor genetisn tersebut dirawat, baikun eksteriornya (taman,kukan di dunia Baratis dan sosiologis yangn (Nanda, dkk, 2008;

Page 2: Pola Pikir Permasalahan

Chaudhury, dkk, 2005; Daykin, dkk, 2008; Cockram & Colmns, 1974; Blumberg & Devlin, 2006; Coad& Coad, 2008). Oleh karenanya muncul Theory Supportive Design yang dikemukakan oleh Roger S.Ulrich yang menyatakan bahwa desain lingkungan rumah sakit harus selalu mendukung prosespenyembuhan dengan orientasi utama kepada individu pasien (Patient-centered Orientation)(Ulrich, 2001). Teori tersebut menentang pendapat lama yang berpandangan bahwa desainlingkungan rumah sakit yang baik adalah desain yang berorientasi pada efisiensi dan efektifitastindakan medis yang dilakukan oleh para ahli medis, seperti dokter, terapis, dan perawat. Akantetapi, meskipun berbeda orientasi, tujuan utama keduanya tetap pada kesembuhan pasien.Kemunculan Teori Supportive Design tersebut mendorong para ahli untuk melakukan berbagai risetuntuk menyelidiki lebih dalam tentang hubungan antara berbagai variabel psikologis dan sosiologispasien dengan faktor lingkungan fisik baik interior maupun eksterior ruang rawat inap.Dalam perkembangannya, ada gap yang muncul ketika hasil riset yang melibatkan variabel-variabelpsikologis tersebut digeneralisasikan di seluruh dunia, yang terdiri dari berbagai bangsa, danberbagai budaya. Budaya atau kultur akhirnya menjadi faktor yang terbukti ikut mempengaruhikondisi psikologis seseorang, termasuk pasien yang dirawat inap di rumah sakit.Sebagai contohnya adalah faktor konsep diri seseorang yang sangat berbeda karena latar belakangbudaya yang berbeda. Dalam bukunya yang berjudul Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasinya,John W. Berry dan rekan-rekannya menulis bahwa menurut Shweder dan Bourne, konsepsi tentangdiri sangat bervariasi secara lintas-budaya (Berry, dkk, 1992:188). Penelitian mereka di negarabagian Orissa terhadap orang-orang Indian menghasilkan simpulan bahwa konsep diri munculkarena adanya relasi sosial. Suatu lingkungan sosial akan menghasilkan konsep diri yang berbedadengan lingkungan sosial yang lain. Hal tersebut didukung oleh temuan hasil riset yang dilakukanoleh Markus dan Kitayama pada tahun 1991 (Berry, dkk, 1992:189) yang mengatakan bahwakonsepsi Barat tentang diri berkisar pada seorang individu yang terpisah, otonom, dan atomis(terbentuk dari seperangkat sifat, kemampuan, nilai, dan motif yang pilah), dengan mencariketerpisahan dan ketergantungan dari yang lain. Konsep diri dalam budaya Barat tersebut sangatberbeda dengan konsep diri dalam budaya-budaya Timur. Konsep individu tentang dirinya, dalambudaya Timur lebih menunjukkan kebertalian (relatedness), kesalingsinambungan (connectedness),dan kesalingtergantungan dengan landasan suatu konsep mengenai diri yang bukan sebuah satuanterpisah, tetapi selalu terkait dengan orang lain. Pribadi diperlakukan secara “keseluruhan” hanyaketika disituasikan dalam ruang seseorang di suatu unit sosial.Perbedaan konsepsi tersebut tentunya mempengaruhi pandangan individu pasien yang sedangmenjalani rawat inap di rumah sakit terhadap kebutuhan akan dukungan sosial dari lingkungannya.Pasien yang berasal dari budaya Barat yang dikenal individualitasnya, tidak akan membutuhkanbanyak dukungan sosial dari keluarga, relasi, maupun teman-temannya. Hal tersebut mungkin akanberbeda dengan pasien yang terbiasa dengan lingkungan budaya Timur, khususnya Indonesia, yangdikenal memiliki budaya kolektivisme yang dominan. Dengan konsep diri dalam budaya lokal yangberlandaskan kebertalian (relatedness), kesalingsinambungan (connectedness), dankesalingtergantungan, muncul pertanyaan,1. Bagaimanakah pengalaman pemakai ruang rawat inap rumah sakit?2. Bagaimanakah ruang rawat inap yang sesuai dengan preferensi budaya pasien sebagai pemakai

ruang rawat inap rumah sakit?3. Bagaimanakah pola-pola perilaku pasien ketika berada di dalam ruang rawat inap rumah sakit

tersebut?

Page 3: Pola Pikir Permasalahan

PustakaBellou P., & Gerogianni K.G. 2005. The Contribution of Family in The Care of Patient in The Hospital.

Health Science Journal (3). http://www.hsj.grBerry, John W., Poortinga, Ype H., Segall, Marshall H., & Dasen, Pierre R. 1992. Cross-Cultural

Psychology: Research and Applications atau Psikologi Lintas-Budaya: Riset dan Aplikasi.Terjemahan Edi Suhardono. (1999). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Blumberg, Rachel & Devlin, Ann S. 2006. Design Issues in Hospitals: The Adolescent Client.Environmentand Behavior. 38 (3) 293-317

Chaudhury, H., Mahmood, A., & Valente, M. 2005. Advantages and Disadvantages of Single-VersusMultiple-Occupancy Rooms in Acute Care Environments: A Review and Analysis of theLiterature. Environment and Behavior. 37 (6) 760-786

Coad, Jane & Coad, Nigel. 2008. Children and Young People’s Preference of Thematic Design andColour for Their Hospital Environment. Journal of Child Health Care. 12 (1) 33-48

Cockram, A.H. & Colmns, J.B. 1974. Ligthing of Hospital Circulation Spaces Which Are Open to BedBays. Lighting Research and Tehcnology. 6 (2). 69-78

Cohen, S. & Syme, S.L. (Eds.). 1985. Social Support and Health. New York: Academy PressDaykin, N., Byrne, E., Soteriou, T., & O’Connor, S. 2005. The Impact of Art, Design, and Environment

in Mental Healthcare: A Systematic Review of The Literature. The Journal of The RoyalSociety for the Promotion of Health. 128 (2) 85-94

Harris, D.D., Shepley, M.M., White, R.D., Kolberg, K.J.S., & Harrel, J.W. 2006. The Impact of SingleFamily Room Design On Patients and Caregivers: Executive Summary. Journal ofPerinatalogy. (26) 538-548

Kim, U., Yang, Kuo-Shu, Hwang, Kwang-Kuo. 2010. Indigenous and Cultural Psychology. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Malkin, J. 1992. Hospital Interior Architecture: Creating Healing Environments for Special PatientPopulations. New York: John Wiley & Sons.

Marshall, C. & Rossman, Gretchen B. 2006. Designing Qualitative Research 4th Eds. California: SagePublication Inc.

Matsumoto, David. 2008. People: Psychology from a Cultural Perspective atau Psikologi LintasBudaya. Terjemahan Anindito Aditomo. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

McKahn, D. 1993. Healing by Design: Therapeutic Environments for Healthcare. Journal ofHealthcare Design. (5) 1993

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. 2006. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalamBerbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nanda, U., Eisen, S.L., Baladandayuthapani, V. 2008. Undertaking an Art Survey to Compare PatientVersus Student Art Preferences. Environment and Behavior. 40 (2) 269-301

Phiri, M. 2004. One Patient One Room – Theory & Practice: An evaluation of The Leeds NuffieldHospital. A Study Report. School of Architecture, Sheffield: University of Sheffield

Ryan, J.L. 1975. The Single Room: A Right for Every Patient’s Privacy. Nursing Diggest. September-Oktober 1975. 46-47.

Sarason, I.G. & Sarason, B.R. (Eds.).1985. Social Support: Theory, Research, and Applications. TheHague: Nijhoff

Shumaker, S.A. & Reizenstein, J.E. !982. Environmental Factors Affecting Inpatient Stress in AcuteCare Hospitals. Evans, G. (Ed). Environmental Stress. New York: Cambridge University Press.

Spear, Meredith. 2996. Space Diagnostics. Makalah dipresentasikan pada The 9th Symposium onHealthcare Design. November 1996

Surrenti, S. 2009. Hospital Design and Cultural Diversity. Makalah disampaikan dalam InternationalConference on Globalism and Urban Change “City Future ‘90” 4-6 Juni 2009 di Madrid,Spanyol

Ulrich, R.S. 1991. Effects of Interior Design on Wellness: Theory and Recent Scientific Research.Journal of Healthcare Design. (3) 97-109