polip nasi print
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 Polip Nasi Print
1/15
Polip Nasi
POLIP NASI
PENDAHULUANPolip nasi sudah di kenal sejak 4000 tahun yang lalu, melalui pengetahuan
dari prasasti yang ditemukan pada makam raja-raja Mesir. Polip nasi digambarkan
sebagai buah anggur yang turun melalui hidung (grapes coming down from the
nose).Istilah polip berasal dari kata Yunani poly-pous yang berarti berkaki banyak.
Pada awal perkernbangannya polip nasi sering dihubungkan dengan neoplasma,
baru pada tahun 1882 Zuckerkandl menyatakan bahwa polip nasi merupakan suatu
proses inflamasi. Polip nasi ditemukan 1-4 % dari populasi, 36 % penderita dengan
intoleransi aspirin, 20% pada penderita fibrosis kistik, 7% pada penderita asma.
Polip nasi lebih banyak ditemukan pada penderita asma non alergi (13%) dibanding
penderita asma alergi (5%). Polip nasi terutama ditemukan pada usia dewasa, hanya
kurang lebih 0.1% ditemukan pada anak-anak, lebih sering ditemukan pada laki-
laki dibanding dengan wanita dengan rasio 2:1 atau 3:1 dan dapat ditemukan pada
seluruh kelompok ras.1
ANATOMI HIDUNG
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian
lebih dari biasanya karena merupakan salah satu organ pelindung tubuh yang
terpenting terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.
Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dengan
perdarahan serta persyarafannya. Hidung bagian luar berbentuk piramid dengan
bagian-bagiannya dari atas kebawah :
1. Pangkal Hidung
2. Dorsum Nasi
3. Puncak Hidung
4. Ala Nasi
5. Kolumela
6. Lubang Hidung ( Nares Anterior )
1
-
7/27/2019 Polip Nasi Print
2/15
Polip Nasi
Hidung luar dibentuk pada kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan dan
menyempitkan hidung.
Kerangka tulang terdiri dari :
1. Tulang Hidung ( Os. Nasalis )
2. Prosesus Frontaris ( Os. Maksila )
3. Prosesus Nasalis ( Os. Frontalis )
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang
terletak dibagian hidung :
1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior
2. Sepsang kartilago nasalis lateralis inferior
3. Kartilago ala minor
4. Sepasang kartilago lateralis inferior
5. Kartilago ala minor
6. Tepi anterior kartilago septum
Pada hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang. Dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi
kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi dibagian depan disebut nares
anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (khoana) yang
menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.
Septum nasi di bentuk oleh tulang dan tulang rawan. Septum dilapisi oleh
perikondrium pada bagian tulang rawan. Bagian luar dilapisi mukosa hidung.
Bagian depan dinding hidung licin yang disebut alat nasi dan dibelakangnya
terdapat konka-konka yang mengisi sebagian besar dinding lateral hidung. Padadinding lateral terdapat 4 konka, dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu
konka inferior, konka media, konka superior dan konka supreme. Diantara konka-
konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit disebut meatus yang
terdiri dari meatus inferior, meatus media dan meatus superior. Pada meatus
inferior terdapat muara (astum) duktus nasolakrimalis, pada meatus medua
terdapat muara sinus frontalis, sinus maksilaris dan sinus etmoid anterior.
Sedangkan pada meatus superior bermuara sinus etmoid posterior dan
2
-
7/27/2019 Polip Nasi Print
3/15
Polip Nasi
sinus sfenoid. Dinding inferior merupakan dasar hidung yang dibentuk oleh os.
Maksila dan os. Palatum, dinding superior atau atap hidung dibentuk lamina
kribriformis.2,3
VASKULARISASI HIDUNG
Bagian bawah rongga hidung mendapat perdarahan dari cabang a.maksila
interna diantaranya adalah ujung a.palatina mayor dan a.sfenopalatina yang
keluar dari foramen sfenopalatina bersama n.sfenopalatina memasuki rongga
hidung dibelakang ujung posterior konka media.
Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang-cabang arteri
fasialis. Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang
a.sfenopalatina, a.etmoidalis anterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor
yang disebut pleksus Kiessel bach (little area).
Vena-vena di hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan
berdampingan dengaan arterinya. Vena di vestibulum daan struktur luar hidung
bermuara ke v.oftalmikus yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena di
hidung tidak memiliki katub sehingga merupakan faktor predisposisi untuk
muahnya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.2
PERSYARAFAN HIDUNG
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persyarafan sensoris dari
n.ethmoidalis anterior yang merupakan percabangan dari n. Oftalmikus. rongga
hidung lainnya, sebagian besar mandapat persyarafan sensoris dari n.maksila
melalui gaanglion sfenopalatinum. Ganglion sfenopalatinum juga memberi
persyaarafan vasomotor dan atonom untuk mukosa hidung. Nervus olfaktoriusturun melalui lamina kribrosa dan berakir pada sel-sel reseptor penghidu pada
mukosa olfaktorius di daerah sepertiga hidung.2
FISIOLOGI HIDUNG
Hidung adalah organ yaang dipakai untuk menghangatkan, mengatur
kelembaban udara pernafasan, untuk penciuman, marasakan makanan yang akan
dimakan, juga menambah resonansi suara, turut membantu proes bicara dan
3
-
7/27/2019 Polip Nasi Print
4/15
Polip Nasi
ferleks nasal. Jika fungsi hidung terganggu oleh suatu penyakit dapat berakibat
gangguan lokal maupun umum.
Sebagai jalan nafas baik untuk respirasi dan ekspirasi digunakan naras
anterior, nasofaring, khoana sebagaisaluran nafas yang dilalui. Sebagai pengatur
kelembaban udara dilakukan oleh selaput lendir, pengatur suhu dimungkinkan
karena banyaknya pembuluh darah di bawah epirel dan adanya permukaan konka
dan septum yang luas sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal.
Sebagai penyaring dilakukan oleh :
Rambut (vibrissae) dan vestibulunb nasi
Silia
Palut lendir
Enzim penghancur bakteri (lysozime)
Sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa olfaktorius. Resonansi
suara penting untuk kualitas suara ketika berbicara da menyanyi. Pada proses
bicara, kata dibentuk oleh lidah, bibir dan palatum mole pada pembentukan
konsonan nasal (m, n, ng ) rogga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole
turun untuk aliran udara. Refleksi nasal, mukosa hidung merupakan reseptor
reflek yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan.2
4
-
7/27/2019 Polip Nasi Print
5/15
Polip Nasi
Gambar 1. Anatomi Hidung
DEFINISI
Polip nasi merupakan massa yang lunak, berwarna putih atau keabu-abuan
yang terdapat dalam rongga hidung. Pollip berasal dari pembengkakan mukosa
hidung yang berisi banyak cairan interseluler dan kemudian terdorong kedalam
rongga hidung oleh gaya berat. Polip dapat timbul dari tiap bagian mukosa hidung
atau sinus paranasal dan seringkali bilateral.1,3,4,5
EPIDEMIOLOGI
Sebuah studi epidemiologi menunjukkan bahwa perbandingan antara polip
yang menyerang pria 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita. Dengan
prevalensi sekitar 0.2%-4,3%. Tumor jinak ini yang acapkali bisa bersifat multipel
atau tumbuh lebih dari satu, sejarah pertama kali mengindentifikasi 4.000 tahun
yang lalu di Mesir Kuno. Multipel polip biasanya berawal dari cellulae
ethmoidalis yang kemudian akan memenuhi rongga hidung. Dalam frekuensi yang
5
-
7/27/2019 Polip Nasi Print
6/15
Polip Nasi
jauh lebih kecil, massa putih yang tidak mengandung pembuluh darah itu juga
dapat tumbuh tunggal. Biasanya berasal dari sinus maxillaris yang kemudian akan
masuk ke dalam choane atau choanal polip.6
KLASIFIKASI
Dilihat dari bentuknya, polip terbagi menjadi tiga macam yaitu :
polip bertangkai (biasanya berubah menjadi ganas)
polip tidak bertangkai
campuran dari keduanya.
Sementara ukurannya, bisa mencapai 1-2 cm, atau lebih dari 2 cm. Polip
yang ukurannya sudah lebih dari 2 cm, dianggap berbahaya apalagi bila terjadi
displasia, yaitu perubahan ke arah ganas secara histologis.7
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Polip nasi biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau
reaksi alergi pada mukosa hidung. Penyebab pasti dan mekanisme perkembangan
polip nasi masih belum diketahui.
Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan
pasti tetapi tidak ada keragu-raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus
paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip.
Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak-anak.
Pada anak-anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis
(mucoviscidosis).
Polip nasi terjadi pada orang yang mempunyai riwayat rhinitis alergika
atau vasomotor yang berulang-ulang, maka terjadilah perubahan pada mukosa
hidung, perubahan pembuluh darah, dan juga pembuluh limfe. Keadaan ini akan
berkembang terjadinya hambatan balik cairan interstitial. Cairan yang terkumpul
selanjutnya akan menimbulkan semacam bendungan yang bersifat pasif. Dari
keadaan ini, berkembang menjadi pembengkakan di mukosa hidung. Pada tingkat
permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terdapat di daerah meatus
medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga mukosa
yang sembab menjadi polipoid. Makin lama proses ini berlangsung, penonjolan
6
-
7/27/2019 Polip Nasi Print
7/15
Polip Nasi
mukosa hidung akan bertambah panjang, sampai pada akhirnya terbentuk tangkai,
Keadaan ini akan berkembang terjadinya hambatan balik cairan interstitial. Cairan
yang terkumpul selanjutnya akan menimbulkan semacam bendungan yang bersifat
pasif. Dari keadaan ini, berkembang menjadi pembengkakan di mukosa hidung.
Gejala utama berhubungan dengan obstruksi saluran pernapasan hidung. Bila
proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan
turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk
polip.1,3,4,5
Gambar 1. Beberapa hipotesis terbentuknya edema pada polip nasi
GEJALA KLINIS
Gejala utama yang ditimbulkan polip hidung ialah rasa sumbatan di
hidung. Sumbatan ini menetap, tidak hilang timbul dan makin lama semakin berat
7
-
7/27/2019 Polip Nasi Print
8/15
Polip Nasi
keluhannya. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia atau
anosmia. Bila polip ini menyumbat ostium sinus paranasal, maka sebagai
komplikasinya akan terjadi sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rinore.1,3,4,5
MAKROSKOPIS
Secara makroskopik polip merupakan massa bertangkai dengan
permukaan licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan, agak
bening, lobular, dapat tunggal atau multipel dan tidak sensitif (bila ditekan atau
ditususk tidak terasa sakit). Warna polip yang pucat tersebut disebabkan karena
mengandung banyak cairan dan sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi iritasi
kronis atau proses peradangan warna polip dapat berubah menjadi kemerah-
merahan dan polip yang sudah menahun warnanya bisa menjadi kekuning-
kuningan karena banyak mengandung jaringan ikat.
Tempat asal tumbuh polip terutama dari kompleks ostio-meatal di meatus
medius dan sinus etmoid. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan endoskop,
mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat. Ada polip yang tumbuh ke arah
belakang dan membesar di nasofaring, disebut polip koana. Polip koana
kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila dan disebut juga polip antro-koana.
Ada juga sebagian kecil polip koana yang berasal dari sinus etmoid.
MIKROSKOPIS
Secara mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa
hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang
sembab. Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan
makrofag. Mukaosa mengandung sel-sel goblet. Pembuluh darah, saraf dankelenjar sangat sedikit. Polip yang sudah lama dapat mengalami metaplasia epitel
karena sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik atau gepeng
berlapis tanpa keratinisasi. Berdasarkan jenis selperadangannya itu polip
dikelompokkan menjadi 2, yaitu polip tipe eosinofilik dan tipe neutrofilik.
8
-
7/27/2019 Polip Nasi Print
9/15
Polip Nasi
DIAGNOSIS
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, penting
melakukan dekongesti hidung dan juga melihat kedalam nasofaring untuk
mengobservasi daerah koana dan ujung posterior konka inferior. Polip nasi
benigna, merupakan massa berwarna kuning sampai abu-abu, transulen, seperti
anggur di dalam hidung.
a. Anamnesa
Pada anamnesa, keluhan utama penderita polip nasi adalah hidung rasa
tersumbat dari yang ringan sampai berat, rinore mulai jernih sampai purulen,
hiposmia atau anosmia. Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri pada hidung
disertai sakit kepala di daerah frontal. Bila disertai infeksi sekunder mungkin
didapati post nasal drip dan rinore purulen. Gejala sekunder yang dapat timbul
ailah bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan
penurunan kualitas hidup. Gejala pada SNB berupa batuk kronik dan mengi,
terutama pada penderita polip nasi dengan asma. Dan harus ditanyakan riwayat
rhinitis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainnya serta
alergi makanan.
b. Pemeriksaan Fisik
Polip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung luar
sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada rhinoskopi
anterior polip hidung seringkali harus dibedakan dari konkha hidung yang
menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaan antara polip dan konka polipoid
adalah, polip bertangkai mudah digerakkan, konsistensinya lunak, tidak nyeri bila
ditekan, tidak mudah berdarah dan pada pemakaian vasokonstriktor (kapas
adrenalin) tidak mengecil. Sebaliknya, konka polipoid tidak bertangkai sehingga
sukar digerakkan, konsistensinya keras, nyeri bila ditekan dengan pinset, mudah
berdarah dan dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor.(Gambar 2,3)1,3,4,5,10
9
-
7/27/2019 Polip Nasi Print
10/15
Polip Nasi
Gambar 2. Polip hidung tampak pada Rhinoskopi anterior
Gambar 3. Polip hidung dengan tangkainya
Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997) :
Stadium 1 : polip masih terbatas dimeatus medius
Stadium 2 : polip sudah keluar dari meatus medius, tampak dirongga hidung tapi
belum memenuhi rongga hidung
Stadium 3: polip yang massif
Naso-Endoskopi
Adanya fasilitas endoskop akan sangat membantu diagnosis kasus polip
yang baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan
rhinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi. Pada kasus
10
-
7/27/2019 Polip Nasi Print
11/15
Polip Nasi
polip koanal sering dapat dilihat tangkai polip yang bersal dari ostium assesorius
sinus maksila.
Pemeriksaan Radiologi
Poto polos sinus paranasal (posisi waters, AP, Cadwell dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan didalam sinus,
tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi komputer (TK,
CT scan). Sangat bermanfaatuntuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan
sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan
pada kompleks ostiomeatal. TK terutama diidentifikasikan pada kasus polip yang
gagal diobatai dengan terapi medikamentosa. Bila terjadi komplikasi dari sinusitis
dan pada perencanaan tindakan bedah terutama bedah endoskopi.
DIAGNOSIS BANDING
1. Rhinitis alergi
2. Juvenile Tumor nasofaring
3. Tumor ganas rongga hidung
4. Disfungsi Turbinate (11)
5. Konka Polipoid (13)
KOMPLIKASI
Intranasal Intranasal
o Recurrent sinusitis Berulang sinusitis
o Chronic sinusitis Sinusitis kronis
o Acquired nasal deformity Acquired deformitas hidung
Orbital Orbital
o Proptosis Proptosis
o Diplopia Diplopia
Intracranial Intrakranial
o Meningitis Radang selaput
o Encephalitis Radang otak(12)
PROGNOSA
11
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/834281-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhg2qRpgtgj4TsBB8mZzFca3JwqMKQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/872580-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhc_VNQarjXCch30SNsFn4ByISEMQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/872580-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhc_VNQarjXCch30SNsFn4ByISEMQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/846995-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhivrJx9jpra6Rd4UI474lmeuPztcAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/846995-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhivrJx9jpra6Rd4UI474lmeuPztcAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/877872-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgWObCKGCCJRyIl6u5F4GIh6rH5rwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/872580-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhc_VNQarjXCch30SNsFn4ByISEMQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/846995-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhivrJx9jpra6Rd4UI474lmeuPztcAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/877872-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgWObCKGCCJRyIl6u5F4GIh6rH5rwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/834281-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhg2qRpgtgj4TsBB8mZzFca3JwqMKQ -
7/27/2019 Polip Nasi Print
12/15
Polip Nasi
Cenderung berulang (13)
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan
keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.
Penatalaksanaan untuk polip yang masih kecil, dapat diobati secara
konservatif dengan korticosteroid sistemik atau oral, misalnya prednisone 50
mg/hari atau deksametason selama 10 hari kemudian diturunkan perlahan. Secara
local dapat disuntikkan kedalam polip, misalnya triamsinolon asetonid atau
prednisolon 0,5 ml tiap 5-7 hari sekali sampai hilang. Dapat dipakai secara topical
sebagai semprot hidung, misalnya beklometason dipropionat. Pemberian
korticosteroid ini disebut juga dengan polipektomi medikamentosa.
Bila polip sudah besar atau kasus polip tidak membaik dengan terapi
medikamentosa serta polip yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi
bedah,dapat dilakukan ekstraksi polip ( polipektomi ) dengan senar polip atau
cunam dengan anestesi lokal. Bila berulang-ulang dapat dirujuk untuk operasi
etmoidektomi intranasal atau ekstranasal untuk polip etmoid, operasi Caldwell-luc
untuk sinus maksila. Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka
dapat dilakukan tindakan BSEF ( Bedah Sinus Endoskopi Fungsional ) (Gambar
4). Semua polipus nasalis harus dikirim untuk pemeriksaan patologi mikroskopik
guna menilai tingkat keganasannya. 2,3,4,5,8,9,10
Pasien harus diberitahukan bahwa kelainan ini dapat kambuh dan bahwamungkin diperlukan selanjutnya pada periode yang lebih lama, oleh karena itu
pada pengobatan perlu pula ditujukan pada penyebabnya, misalnya alergi.
12
-
7/27/2019 Polip Nasi Print
13/15
Polip Nasi
Gambar 4. endoscopic polipectomi
KESIMPULAN
Polip hidung merupakan tumor jinak yang dapat rekuren. Sehingga, setelah
tindakan operasi pengangkatan polip menjadi kewajiban kita untuk mencari
faktor predisposisi yang mendasarinya.
Polip akan tampak sebagai benjolan lunak berwarna putih atau keabu-abuan
yang tidak disertai nyeri. Benjolan berasal dari pembengkakan selaput lendir
(mukosa) yang berisi cairan interseluler (antarsel) yang terdorong ke dalam
hidung. Biasanya terbentuk akibat reaksi hipersensitif (alergi). Sering terjadi
pada masa dewasa.
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, penting
melakukan dekongesti hidung dan juga melihat kedalam nasofaring untuk
mengobservasi daerah koana dan ujung posterior konka inferior.
Bila polip masih kecil akan diberikan obat-obatan kortikosteroid yang
diminum atau topikal (semprot). Bila ukuran polip besar maka dilakukan
pengangkatan polip.
13
-
7/27/2019 Polip Nasi Print
14/15
Polip Nasi
DAFTAR REFERENSI
1. Punagi Abdul Qadar, Peranan Sitokin Pada Polip Nasi, available from
http://www.j_med_nus.com
2. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sumbatan Hidung. Dalam: Soepardi EA,
Iskadar N, Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok. Edisi
ke-4. Jakarta. Gaya Baru-FKUI. 2001; 89-96.
3. Adams GL, Boies LR, Hilger PA. Alih bahasa Wijaya, Caroline. Buku Ajar
Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6. Jakarta. EGC. 1994; 95-116.
4. Nizar NW, Mangunkusumo E. Polip Hidung. Dalam: Soepardi EA, Iskadar N,
Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok. Edisi ke-4.
Jakarta. Gaya Baru-FKUI. 2001; 97-99.
5. Cody DTR, Kern EB, Pearson BW. Alih Bahasa Andrianto P, Samsudin S.
Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. Jakarta. EGC. 1993; 204-05.
6. Polip Hidung, http://www.bali_post.com
7. Polip, http:// www_republika_co_id.htm
8. Polip, http://www_proctolog_ru-images-polip_01 jpg.htm
9. Seputar Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, http:// Nakita - Panduan
Tumbuh Kembang Balita.htm10. Polip Hidung, http:// medicastore.com
11. http://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-
rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEw
AQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client
%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official
12. http://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-
rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEw
14
http://www.j_med_nus.com/http://www.bali_post.com/http://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://www.j_med_nus.com/http://www.bali_post.com/http://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official -
7/27/2019 Polip Nasi Print
15/15
Polip Nasi
AQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client
%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official
13. Mansjoer A, Triyanti K, Safitri R. kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3.
Jakarta. Media aesculapius-FKUI. 2001.
15
http://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official