pompa teco

16
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007 ISSN 0854 – 5561 328 RANCANGAN SISTIM SALURAN GAS BUANG MELTING FURNACE K2/H NABERTERM di IEBE Hadijaya Dahlan ABSTRAK RANCANGAN SISTIM SALURAN GAS BUANG MELTING FURNACE K2/H NABERTHERM DI IEBE. PTBN memiliki satu buah melting furnace tipe K2/H Naberterm yang ditempatkan di gedung B3N (di HR-15) dilingkungan udara yang sistim VAC-nya terkendali. Sementara itu penggunaan bahan additif (Flux) pada pengecoran logam AlMg2 menyebabkan pelepasan gas atau asap ke lingkungan yang relatif banyak dan dapat membahayakan, oleh sebab itu tungku peleburan logam tersebut perlu dibuatkan sistim saluran gas buang yang memadai dan memenuhi standar keselamatan kerja. Rancangan saluran gas buang disesuaikan dengan fasilitas yang sebagian besar sudah tersedia. Fasilitas yang masih perlu dilengkapi antara lain cungkup input gas (exhaust) yang akan ditempatkan diatas Melting Furnace K2/H Nabertherm dan pipa saluran dari bahan galvanis sebagai penghubung cungkup (FFL) dengan horisontal skruber. Asap yang berasal dari chamber furnace nantinya akan tersedot masuk ke cungkup, lalu mengalir melalui pipa menuju horisontal skruber, masuk ke prefilter dan filter untuk selanjutnya melewati Blower kemudian dihembuskan ke stack bersama-sama gas buang yang berasal dari ruang PCP dan ruang Beryllium. Udara yang dikeluarkan dari exhaust stack diharapkan telah bersih dari cemaran. Mengingat bahwa fasilitas utama 90% sudah tersedia, maka dalam rancangan ini hanya diperlukan tambahan 1 buah cungkup dengan dimensi standar yaitu 41,4 Cm x 82,8 Cm x 82,8 Cm yang akan dipasang pada ketinggian 2 meter. Dimensi pipa galvanis : 6 meter, tebal 0,5 inchi dan diameternya 12 inchi. Siku-siku penyanggah pipa dibutuhkan sebanyak 5 buah dan 2 batang besi behel panjang 4 meter dengan diameter 1 inchi. Cungkup dibuat dari plat aluminium setebal 0,5 inchi dengan kebutuhan 1 x 2 meter dalam bentuk sebuah piramida. Kata kunci : Gas buang, Exhaust, Melting Furnace, AlMg2, Fluxing. PENDAHULUAN Serpihan-serpihan atau skrap logam AlMg2 dari bahan struktur elemen bakar reaktor riset masih bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan kembali melalui daur ulang dengan metode Casting (pengecoran) menggunakan Melting Furnace (Tungku Peleburan Logam Non-Fero). Namun pada percobaan pengecoran sering dijumpai porositas yang cukup tinggi sehingga kualitas logam tuang AlMg2 tersebut kurang begitu baik. Porositas logam AlMg2 terjadi sebagai akibat adanya kontak antara logam cair (pada suhu diatas 660 °C) dengan gas-gas yang berasal dari atmosfir sekitarnya. Selain itu olie, minyak gemuk, debu-pasir, uap air dan lain lain (termasuk peralatan cor) yang mengotori skrap dapat pula menjadi penyebab porositas. Untuk menghilangkan pengotor- pengotor dari gas-gas yang terlarut dalam logam cair, maka pada pengecoran perlu diberikan flux

Upload: ronny-wisanggeni

Post on 13-Jan-2017

201 views

Category:

Business


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pompa teco

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007 ISSN 0854 – 5561

328

RANCANGAN SISTIM SALURAN GAS BUANG MELTING FURNACE K2/H NABERTERM di IEBE

Hadijaya Dahlan

ABSTRAK

RANCANGAN SISTIM SALURAN GAS BUANG MELTING FURNACE K2/H NABERTHERM DI IEBE. PTBN memiliki satu buah melting furnace tipe K2/H Naberterm yang ditempatkan di gedung B3N (di HR-15) dilingkungan udara yang sistim VAC-nya terkendali. Sementara itu penggunaan bahan additif (Flux) pada pengecoran logam AlMg2 menyebabkan pelepasan gas atau asap ke lingkungan yang relatif banyak dan dapat membahayakan, oleh sebab itu tungku peleburan logam tersebut perlu dibuatkan sistim saluran gas buang yang memadai dan memenuhi standar keselamatan kerja. Rancangan saluran gas buang disesuaikan dengan fasilitas yang sebagian besar sudah tersedia. Fasilitas yang masih perlu dilengkapi antara lain cungkup input gas (exhaust) yang akan ditempatkan diatas Melting Furnace K2/H Nabertherm dan pipa saluran dari bahan galvanis sebagai penghubung cungkup (FFL) dengan horisontal skruber. Asap yang berasal dari chamber furnace nantinya akan tersedot masuk ke cungkup, lalu mengalir melalui pipa menuju horisontal skruber, masuk ke prefilter dan filter untuk selanjutnya melewati Blower kemudian dihembuskan ke stack bersama-sama gas buang yang berasal dari ruang PCP dan ruang Beryllium. Udara yang dikeluarkan dari exhaust stack diharapkan telah bersih dari cemaran. Mengingat bahwa fasilitas utama 90% sudah tersedia, maka dalam rancangan ini hanya diperlukan tambahan 1 buah cungkup dengan dimensi standar yaitu 41,4 Cm x 82,8 Cm x 82,8 Cm yang akan dipasang pada ketinggian 2 meter. Dimensi pipa galvanis : 6 meter, tebal 0,5 inchi dan diameternya 12 inchi. Siku-siku penyanggah pipa dibutuhkan sebanyak 5 buah dan 2 batang besi behel panjang 4 meter dengan diameter 1 inchi. Cungkup dibuat dari plat aluminium setebal 0,5 inchi dengan kebutuhan 1 x 2 meter dalam bentuk sebuah piramida.

Kata kunci : Gas buang, Exhaust, Melting Furnace, AlMg2, Fluxing.

PENDAHULUAN

Serpihan-serpihan atau skrap logam AlMg2 dari bahan struktur elemen bakar reaktor riset masih bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan kembali melalui daur ulang dengan metode Casting (pengecoran) menggunakan Melting Furnace (Tungku Peleburan Logam Non-Fero). Namun pada percobaan pengecoran sering dijumpai porositas yang cukup tinggi sehingga kualitas logam tuang AlMg2 tersebut kurang begitu baik. Porositas logam AlMg2 terjadi sebagai akibat adanya kontak antara logam cair (pada suhu diatas 660 °C) dengan gas-gas yang berasal dari atmosfir sekitarnya. Selain itu olie, minyak gemuk, debu-pasir, uap air dan lain lain (termasuk peralatan cor) yang mengotori skrap dapat pula menjadi penyebab porositas. Untuk menghilangkan pengotor-pengotor dari gas-gas yang terlarut dalam logam cair, maka pada pengecoran perlu diberikan flux

Page 2: Pompa teco

ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007

329

guna mencegah porositas sekaligus memperbaiki sifat-sifat fisis dan mekanis dari produk tuang yang dihasilkan. Penggunaan bahan additif (flux) pada pengecoran logam AlMg2 akan menyebabkan pelepasan asap atau gas nitrida ke lingkungan yang relatif banyak yang dapat menyebabkan mata perih serta membahayakan pernapasan.

Flux yang digunakan untuk berbagai paduan Aluminium pada umumnya memiliki perbe-daan mendasar dalam laju oksidasi. Komposisi paduan, temperatur peleburan dan penuangan serta dapur peleburan yang digunakan merupakan beberapa faktor yang akan menentukan jenis flux yang sesuai untuk logam paduan. Penggunaan flux disamping untuk memperbaiki porositas logam tuang juga dapat menurunkan tingkat kehilangan logam tuang aluminium yang terbawa terak dari sekitar 85% menjadi 15%. Degassing Flux misalnya, adalah bahan additif padat yang terdiri dari unsur-unsur gas yang reaktif dan campuran dari gas-gas tersebut digunakan untuk menghilangkan hidrogen dan oksida-oksida yang tersuspensi dalam logam cair Aluminium. Jenis lain yaitu Covering Flux, digunakan untuk mencegah terserapnya gas-gas dari atmosfir kedalam logam cair. Pada praktek casting gas-gas yang terlarut dalam cairan aluminium akan dilepaskan ke udara, oleh sebab itu penggunaan flux pada proses casting memerlukan ruang tersendiri yang dilengkapi dengan sistim saluran gas buang yang proporsional.

Perhatian tentang sistem keselamatan ini diperlukan karena tugas-tugas yang dilaksanakan personil dalam mendukung operasional instalasi nuklir untuk penelitian tidak hanya berhadapan dengan resiko bahaya nuklir (radiasi dan kontaminasi bahan-bahan radioaktif) namun juga ada bahaya non-nuklir gangguan kesehatan fisik akibat dari bahan kimia B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) sehingga lingkungan kerja juga perlu terus disempurnakan agar personil yang bertugas tetap terjamin keselamatannya.

PTBN memiliki satu buah melting furnace type K2/H Naberterm yang ditempatkan bersama furnace lainnya di gedung B3N (HR-15) dengan lingkungan udara yang sistim VAC-nya terkendali. Guna mendukung terlaksananya percobaan peleburan AlMg2 dengan tetap mempertahankan kondisi udara ruang laboratorium HR-15 tetap segar maka Melting furnace tersebut perlu dilengkapi sistim saluran gas buang yang memadai.

Berangkat dari permasalahan tersebut maka tungku peleburan logam non-fero perlu dibuatkan rancangan sistim saluran gas buang yang memadai dengan tujuan agar pelaksanaan litbang peleburan logam paduan AlMg2 menggunakan bahan aditif (flux) dapat dilanjutkan dengan aman dan nyaman serta tanpa gangguan gas/ asap.

Untuk melaksanakan perancangan tersebut maka sebelumnya telah dipelajari berbagai fenomena peleburan logam dan sistim keselamatan kerja. Selain itu, telah dihimpun beberapa data percobaan peleburan AlMg2 tanpa fluxing (Kegiatan Daur ulang AlMg2 dengan metode Casting pada Bidang BBSP 1992-2000) yang kemudian dirangkum dengan data operasi sarana dukung khususnya untuk sistim Tata Udara gedung B3N (IEBE).

Adapun pelaksanaan disain sistim saluran gas buang meliputi penentuan model/ bentuk, dimensi dan penyelesaian gambar sistim saluran gas buang tungku peleburan logam non-fero yang proporsional serta memenuhi standar keselamatan.

1. Mempelajari berbagai fenomena peleburan logam dan sistim keselamatan kerja melalui kegiatan pengumpulan data percobaan peleburan AlMg2 tanpa fluxing (Kegiatan Daur ulang AlMg2 dengan metode Casting Bidang BBSP 1992-2000)

2. Pengumpulan data operasi sarana dukung khususnya untuk sistim Tata Udara gedung B3N dikonfirmasikan dengan Bidang terkait (Bid. Keselamatan dan BOSP).

Page 3: Pompa teco

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007 ISSN 0854 - 5561

330

3. Pelaksanaan disain sistim saluran gas buang meliputi penentuan model fisik saluran gas buang (bentuk serta dimensi), penentuan macam komponen-komponen yang diperlukan dan penyelesaian gambar.

STATUS SISTIM VENTILASI DI LAB B3N (IEBE) SAAT INI

1. Supplay Udara dan Exhaust pada Hot dan Cold Area

Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) didesain dengan sistem ventilasi khusus, baik untuk ruangan kerja maupun peralatan seperti glovebox dan fumehood. Ruangan kerja di IEBE dibedakan antara area perkantoran, Hot Area dan Cold Area.

Hot Area yang diberi tanda HR (Hot Room), merupakan daerah kerja untuk menangani U terbuka mulai dari penanganan yellow cake sampai menjadi pelet yang telah memenuhi persyaratan kualitas. Beberapa bagian dari proses dilaksanakan dalam glove box dan fume hood, bahaya radiasi dan kontaminasi sangat diperhatikan di daerah ini.

Cold Area yang diberi kode CR (Cold Room), adalah daerah kerja untuk menangani bahan struktur (kelonsong) dan pin elemen bahan bakar nuklir sampai menjadi bundle, kemungkinan adanya bahaya radiasi eksterna juga tetap diwaspasai.

Demikian pula halnya yang harus dilakukan terhadap dispersi aerosol yang berasal dari Hot Area dimana Melting Furnace ditempatkan (HR-16). Termasuk juga perlunya dilakukan pemantauan udara buang dari instalasi ke lingkungan melalui cerobong (stack monitor), udara yang berasal dari zona hijau dan dari zona kuning (service area).

Operasional instalasi nuklir IEBE PTBN untuk kegiatan penelitian dan pengembangan bahan bakar nuklir sangat tergantung pada ketersediaan sarana dukung instalasi yang memadai untuk menjamin bahwa kegiatan di dalam instalasi nuklir berlangsung dengan aman dan selamat. Instalasi nuklir yang menangani sumber terbuka operasionalnya tidak akan aman dan selamat jika tidak tersedia sarana dukung sistem ventilasi yang baik untuk mengalirkan kontaminan ke sistem filter HEPA dan kemudian udaranya dilepas melalui cerobong. Hal yang sama juga terjadi terhadap personil yang terkait langsung dengan penanganan bahan radioaktif maupun bahan B3, mereka tidak terjamin keselamatannya terhadap bahaya (interna dan eksterna) bilamana sistem sarana dukung keselamatan (peralatan pengukur radiasi/ kontaminasi, prosedur keselamatan dan lainnya) tidak memadai. Untuk maksud keselamatan terhadap tempat kerja (instalasi), personil dan bahan-bahan B3 yang ditangani, maka sistem dukung keselamatan yang tersedia harus diaplikasikan.

Guna menjamin keandalan struktur yang menjamin aliran udara terkendali dan berkesinambungan, maka udara di area tersebut dipertahankan tetap bertekanan negatif dengan mengoperasikan sistem suplai maupun sistem exhaust fan yang masing-masing berjumlah dua unit dan dioperasikan secara bergantian sehingga dapat beroperasi secara berkesinambungan.

2. Fasilitas pendukung tata udara yang sudah ada

Sistem Ventilasi/ Tata udara di IEBE terdiri dari 4 subsistem yakni:

1. Subsistem suplai udara atau udara masuk : CDT

2. Subsistem udara buang (exhaust): CFE

3. Subsistem air dingin (chilled water}

4. Subsistem tata udara perkantoran.

Page 4: Pompa teco

ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007

331

Pada subsistem udara masuk, udara dari luar (outdoor air) dimasukkan lewat intake air unit. Unit ini terdiri dari grill (lapisan kasar), filter medium, supply fan dan koil pending. Grill berfungsi sebagai penahan terbangan seperti kertas serangga dedaunan kering dan sejenisnya dalam udara masuk, sedang filter menyaring debu/ partikel kecil agar ruangan laboratorium lebih bersih. Filter udara disusun paralel dalam filter bank/ rak filter yang dipasang di subsistem udara buang.

Selanjutnya udara didistribusikan ke ruangan-mangan tertentu melalui ducting. Peralatan pada jalur udara buang terdiri dari 2 lapis filter yang dipasang pada rumah filter (plenum), exhaust fans dan cerobong. Dua lapis filter dipasang untuk mengantisipasi kegagalan filtrasi pada filter pertama. Khusus dari ruang PCP udara buang yang mengandung limbah kimia, dilewatkan actso filter yang dipasang setelah filter. Guna menarik udara dari ruangan laboratorium dan terjaminnya tekanan negatif dalam gedung, dipasang 2 unit exhaust fans atau exhaust air unit dengan model operasi : satu dioperasikan dan satu standby. Ruang-ruang yang tidak berhubungan dengan keselamatan nuklir hanya dipasang satu buah exhaust fan. Kelima jalur utama dari exhaust air unit dikumpulkan menjadi satu jalur tunggal ke cerobong. Hubungan antara subsistem suplai dan udara buang dapat dilihat pada pembagian intake air unit dan exhaust air unit serta area fungsionalnya seperti pada tabeI-1 terlampir.

Subsistem air dingin terdiri dan 3 buah chiller, pompa sirkulasi yang terdiri dan pompa primer dan pompa sekunder, koil pendingin dan pengumpul (header) serta menara pendingin (cooling tower). Chiller untuk sistem tata udara IEBE adalah tipe hermetic (tersungkup) dan dengan demikian diperlukan menara pendingin dan pompa air tambahan. Chiller adalah sistem mesin pendingin yang berfungsi untuk melakukan pengkondisian udara diruangan tertentu. Sistem Chiller dinyatakan benar bila dihasilkan air pendingin sesuai dengan yang diinginkan (outlet 10 0 C).

Kapasitas masing-masing chiller adalah 380 TR (ton refrrigerasi) atau kira-kira 50 dari beban pendinginan total, sehingga moda operasinya adalah dua beroperasi dan satu standby. Air dingin dari chiller ditarik oleh 4 buah pompa primer, masing-masing berkapasitas 3.155 liter per menit atau 50 dari debit air yang harus disirkulasikan. Dua pompa primer beroperasi mensirkulasikan air dingin; melalui pipa-pipa berisolasi, ke koil pendingin di intake air unit, kembali lagi ke chiller setelah melalui pompa sekunder. Jumlah dan kapasitas pompa sekunder sama dengan pompa primernya.

Terdapat 4 buah cooling tower berkapasitas 4.700 liter per menit digunakan untuk mendinginkan air kondensor dari chiller, perbedaan suhu air masuk dan air keluar sekitar 5 °C. Model operasi cooling tower ini juga 2 beroperasi dan 2 standby.

Subsistem tata udara perkantoran terdiri dari mesin fan coil unit (FCU) di tiap lantai. FCU 1 untuk lantai dasar/ lantai I, FCU 2 untuk lantai II dan FCU 3 untuk lantai III. Keperluan air dingin untuk FCU disadap dari pipa dalam subsistem air dingin (Tabel-1).

Di beberapa ruangan laboratorium. seperti ruang kendali kualitas, yang tidak mensyaratkan adanya once through air circulation, dipasang AC split guna lebih menjamin suhu dan humiditas udaranya. Gedung IEBE dibagi menjadi beberapa zona berdasarkan tingkat potensi radiasi dan kontaminasinya.

Di dalam hot area, kontaminan aerosol radioaktif maupun non radioaktif yang berasal dari proses dalam laboratorium di antaranya adalah debu uranium, debu berillium dan uap kimia. Kontaminan ini disaring dengan dua tingkat filtrasi sebelum dibuang ke udara luar. Filter tingkat/ lapis pertama disebut prettier dan tingkat keduanya disebut after filter. Filtrasi aerosol, baik tingkat pertama maupun kedua, menggunakan filter HEPA (High Efficiency Particulate Air) yang mempunyai efisisensi minimal sebesar 99,97 untuk partikel berukuran 0,3 um.

Page 5: Pompa teco

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007 ISSN 0854 - 5561

332

Filtrasi udara oleh filter HEPA tidak mampu memisahkan uap reaksi kimia, misalnya pada subsistem Pilot Conversion Plant (PCP). Untuk mengatasi hal ini uap kimia dilewatkan adsorber sebelum di alirkan ke sistem udara buang.

Tingkat kejenuhan filter dapat dibaca pada pressure gauge yang mengukur perbedaan tekanan atas angin (upstream) dan bawah angin (downstream) filternya. Filter yang telah jenuh diperlakukan sebagai limbah radioaktif padat.

Agar dapat dilakukan penggantian filter tanpa mengganggu operasi sistem VAC, plenum yang mengungkung filter dipasang paralel. Penggantian filter HEPA di sini menggunakan metode bag in bag out (BIBO), yang sampai saat ini masih merupakan cara penggantian filter yang paling aman dan andal.

Filter udara buang juga dikungkung dalam rumah filter yang terbuat dari baja nirkarat, dipasang di ruang yang tersekat dari alat-alat listrik yang berpotensi menimbulkan ledakan/ kebakaran.

Ducting untuk filter ini juga dibuat dari baja dengan lapisan decontaminable paint. Sambungan elastis ducting jauh dari posisi rumah filter. Apabila terjadi kegagalan catu daya (PLN padam) maka genset akan beroperasi secara otomatis atau manual maka sistem VAC tetap berfungsi. Sistem VAC memiliki redudansi sehingga apabila terjadi kerusakan salah satu peralatan dapat dilakukan perbaikan, sementara lainnya tetap beroperasi.

3. Komponen Utama dan Sistem Operasi.

Guna memasok udara tekan untuk proses maupun instrumentasi, dipasang dua buah kompresor masing-masing berkapasitas 630 Nm/jam (no.6 -Lampiran). Model operasinya adalah satu kompresor beroperasi, dan kompresor lainnya standby. Udara tekan yang dihasilkan oleh kompresor dilewatkan penyerap air berupa dryer (tipe refrigerasi dan tipe absorbsi). Dalam dryer tipe refrigerasi udara tekan didinginkan dan air yang terkandung di dalamnya diembunkan. Dengan demikian udara keluar dryer menjadi lebih kering.

Udara tekan yang keluar dari dryer refrigerasi ini sudah cukup memenuhi syarat sebagai pasokan udara proses, namun belum mencukupi untuk udara instrumen Jadi udara tekan untuk instrumentasi perlu dikeringkan lebih lanjut dengan dyer tipe absorbsi.

Guna menyelenggarakan kesinambungan operasi udara tekan, dipasang dua buah dryer tipe refrigerasi, dengan model satu beroperasi dan satu standby. Demikian juga dengan dryer tipe absorbsi.

Sepasang kompresor yang dioperasikan adalah dari tipe sekerup oil free. Kompresor tipe ini mengeluarkan banyak kalor dan perlu didinginkan dengan air pendingin dari cooling tower. Tiap kompresor dilengkapi dengan satu cooling tower dan pompa sirkulasinya.

Sebelum sampai ke konsumen, udara tekan ditampung lebih dahulu di bejana tekan. Dipasang dua bejana tekan masing-masing sebuah untuk jalur instrumentasi dan proses.

Kesinambungan operasi pasokan udara dijamin dengan moda operasi satu kompresor beroperasi, dan satu standby. Demikian juga dalam hal kualitas udara tekan yang dihasilkan dijamin oleh dua buah dryer. Dryer ini dioperasikan dengan moda satu operasi dan satu stanby.

Guna menjamin keselamatan selama operasi, kompresor utama dilengkapi dengan sistem instrumentasi antara lain Pressure relief valves, Air discharge check valve dan High temperature shutdown.

Page 6: Pompa teco

ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007

333

Pengoperasiaan furnace (Gambar-1) tak terlepas dari antisipasi terhadap bahaya api. Melting furnace dapat melebur skrap AlMg2 (paduan Aluminium Magnesium) yang memiliki titik cair > 680oC. Kapasitas crusibelnya 3 liter logam cair dan mampu beroperasi hingga suhu 1200oC. Mengingat bahwa furnace tersebut bekerja pada suhu tinggi maka antisipasi akan bahaya api juga perlu mendapatkan perhatian.

Bangunan IEBE didesain berdasarkan risiko kebakaran yang diperhitungkan dengan suatu besaran "beban api" pada ruangan tertentu. Desain dasar bangunan IEBE juga mempertimbangkan adanya proteksi terhadap kemungkinan kebakaran atau api, baik secara pasif maupun aktif. Desain proteksi api secara pasif adalah bahwa IEBE dibangun dari bahan-bahan dan prasarana yang dapat mencegah atau mengurangi dampak bahaya kebakaran. Desain proteksi secara aktif adalah bahwa IEBE dilengkapi dengan sistem deteksi kebakaran dan zonanya, alarm dan perlengkapan pemadam api jinjing/ dorong atau APAR (alat pemadam api ringan) yang dapat dibawa ke sumber api (mobile). Sistem deteksi kebakaran di IEBE merupakan integrasi atau jaringan sistem dari AFC (Automatic Fire Control), alat deteksi kebakaran berupa detektor panas dan asap, panel indikator zona kebakaran, tombol alarm (smash glass) dan suara (sirine).

AFC yang berada di ruang kontrol yang merupakan pusat kontrol dari sistem ini untuk menyampaikan sinyal kebakaran dari detektor ke panel indikator zona kebakaran dan membangkitkan indikator kebakaran (LED dari sirine) secara otomatis. Detektor asap dan panas merupakan "mata" dari sistem ini untuk mendeteksi sumber kebakaran yang sensitif terhadap asap dan panas.

4. Penempatan Melting Furnace di HR-15

Pada awalnya Melting Furnace K2/H Nabertherm berada di CR-04 (Bengkel IEBE). Sistim udara di ruang tersebut dikondisikan sirkulasi. Udara yang masuk berasal dari CDT yang berada diatap gedung.

Gambar -1. Melting Furnace K2/H Nabertherm

Aliran udara masuk berlangsung karena tarikan supply fan, yang berfunqsi mendinginkan dan mengurangi kelembaban relatifnya dan udara masuk dilewatkan koil Pendingin. Pada koil pendingin ini uap air dalam udara terembunkan, dan air embunan dipisahkan dari udara masuk. Koil

Page 7: Pompa teco

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007 ISSN 0854 - 5561

334

pendingin mendapat catu air dingin dari chiller. Di ruangan CR-04 ini disediakan sepasang intake air unit agar catu udara dapat masuk melalui celah-celah ketika unit ini mengalami kerusakan dengan cara ini aliran udara masuk bukan ditarik oleh supply fan tetapi oleh tekanan negatif dari dalam ruangan.

Ketika itu desain gas buang direncanakan lengkap dengan pompa isap dan gas-gas dari furnace disalurkan melalui pintu besi yang akan dilubangi untuk pipa saluran keluar. Namun penanggungjawab instalasi IEBE berinisiatif memindahkan Melting Furnace K2/H Naberterm dan beberapa furnace lainnya ke ruang khusus furnace yaitu HR-15 dengan mempertimbangkan bahwa udara di CR-04 dalam kondisi sirkulasi sehingga penempatan furnace diruang tersebut dianggap tidak layak. CDT (Gambar-8) didesain tanpa dilengkapi filter sehingga gas buang dari furnace diperkirakan akan masuk lagi.

DISAIN EXHAUST (CUNGKUP) GAS BUANG

Sistim saluran gas buang untuk Furnace di HR-15 (Gambar-1, 7 dan 10) juga belum tersedia. Akan tetapi pada ruang tersebut tersedia beberapa intake dan exhaust (yang terpasang sampai lantai) yang berhubungan dengan filter gas buang (Gambar-16), sehingga pemasangan saluran gas buang furnace amat memungkinkan bahkan tidak diperlukan pompa isap lagi karena sudah tersedia horisontal scrubber (Gambar-13), prefilter, filter (Gambar-14), dan blower yang memungkinkan untuk dilalui gas buang yang akan mengalir menuju stack dan dilepas kelingkungan sudah dalam keadaan aman (Gambar-7, 8 dan 9).

Berdasarkan kondisi demikian maka untuk membuat saluran gas buang hanya memerlukan cungkup (exhaust) dan pipa-pipa (Gambar-5, -6 dan -8) untuk menghubungkannya ke pipa saluran utama (Gambar-9) pada ruang HR-15 (Gambar-10).

Mengingat bahwa fasilitas utama 90% sudah tersedia, maka dalam perancangan ini hanya memerlukan tambahan 1 buah cungkup dengan dimensi berdasarkan perhitungan Goneometri atau Trigonometri.

Gambar-2. Pola sebaran asap dan model cungkup diilhami model sudut bawah pada layang-layang.

Penentuan bentuk dan dimensi cungkup serta posisi ketinggiannya diilhami pola sudut ujung bawah pada layang-layang seperti pada gambar-2. Kita maklumi bahwa asap yang terbang ke udara (tanpa pengaruh angin) makin keatas makin menyebar (melebar) sehingga seakan-akan membentuk

Page 8: Pompa teco

ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007

335

suatu kerucut terbalik. Dengan mengacu pada pola tersebut diasumsikan bahwa < E merupakan sudut sebaran awal asap keluar dari dalam chamber furnace yang diasumsikan = 45o. Permukaan chamber furnace berada sekitar 1 meter dari lantai. Sedangkan ketinggian cungkup terpasang idealnya berada sedikit diatas kepala orang dewasa yang sedang berdiri (± 2 meter), sehingga jarak antara titik asap dengan cungkup (DE) adalah : 2 meter – 1 meter = 1 meter. Pada perancangan ini diasumsikan pula bahwa sudut atas cungkup (< C ) = 90o (pada gambar-3).

Gambar-3. ∆ EDA dapat digunakan untuk menghitung sisi AD (½ lebar Cungkup).

Gambar-4. ∆ ADC dapat digunakan untuk menghi- hitung sisi AC = BC serta tingggi Cungkup (sisi CD).

Selanjutnya dengan memperhatikan pola sebaran asap seperti diilustrasikan pada Gambar-1, 2 dan 3 maka dimensi cungkup dapat ditentukan melalui beberapa perhitungan trigonometri.

Pada gambar-3, kita dapat menghitung sisi AD yang merupakan ½ lebar Cungkup sebagai berikut :

AD = DE tan ½(45o)

= (1 meter) tan (22,5o) = (1 meter) (0,414)

= 0,414 meter, atau = 41,4 Cm.

Dengan demikian maka dapat ditentukan lebar Cungkup (AB ) yaitu :

AB = 2 AD = 2 (0,414 meter)

AB = 0,828 meter atau = 82,8 Cm

Kemudian untuk menghitung sisi AC = BC berdasarkan gambar-4 dapat dihitung sebagai berikut :

AD = AC sin ½ (90o)

= AC sin 45o

= AC (0,707)

AC = AD / (0,707)

= (0,414 meter) / (0,707)

Page 9: Pompa teco

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007 ISSN 0854 - 5561

336

= 0,586 meter atau = 58,6 Cm

Selanjutnya untuk mengetahui tinggi sisi CD = sisi AD, mengingat bahwa ∆ ACD merupakan segitiga sama kaki, sehingga tinggi sisi CD = sisi AD = 0,414 meter atau = 41,4 Cm.

Gambar-5. Model Cungkup Gas Buang Gambar-6. Penampang Cungkup

Berdasarkan perhitungan-perhitungan tersebut, maka diperoleh dimensi Cungkup piramida, tinggi x panjang x lebar yaitu 41,4 Cm x 82,8 Cm x 82,8 Cm. Cungkup ini akan dipasang pada ketinggian 2 meter. Dimensi pipa pralon : panjang 6 meter, tebal 0,5 inchi dan diameternya 12 inchi. Siku-siku penyanggah pipa dibutuhkan sebanyak 5 buah dan 2 batang besi behel panjang 4 meter dengan diameter 1 inchi. Cungkup dibuat dari plat aluminium setebal 0,5 inchi dengan kebutuhan 1 x 2 meter.

KESIMPULAN

Setelah mempertimbangkan kondisi ruang HR-15 IEBE (fasilitas tata udara 90% sudah tersedia), maka untuk membuat saluran gas buang hanya diperlukan cungkup dan pipa galvanis.

1. Dimensi cungkup : 41,4 Cm x 82,8 Cm x 82,8 Cm (akan dipasang pada ketinggian 2 meter). Dimensi pipa pralon : 6 meter, tebal 0,5 inchi dan diameternya 12 inchi. Siku-siku penyanggah pipa dibutuhkan 5 buah dan 2 batang besi behel panjang 4 meter dengan diameter 1 inchi.

2. Cungkup dibuat dari plat aluminium, tebal 0,5 inchi dibutuhkan 1 x 2 meter. Rancangan sistim saluran gas buang untuk Furnace di HR-15 belum tersedia tapi pada ruang tersebut tersedia intake dan exhaust (yang terpasang sampai lantai) yang terhubung dengan filter gas buang.

3. Pemasangan saluran gas buang furnace tidak memerlukan pompa isap lagi karena sudah tersedia horisontal scrubber, prefilter, filter, dan fan yang memungkinkan untuk dilalui gas buang yang akan mengalir menuju exhaust stack dan dilepas kelingkungan sudah dalam keadaan aman.

Page 10: Pompa teco

ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007

337

DAFTAR PUSTAKA

[1] W.Arismunandar, H. Saito, “Penyegaran Udara”, PT. Pradnya Paramita, Cet. 2, Jakarta, 1981

[2] CHRISTIE J. GEANKOPLIS, “ Transport Processes and Unit Operations”, Second Edition, USA, 1983

[3] HARJONO DJOJODIHARJO, “Mekanika Fluida”, Dep. Mesin ITB, Penerbit Erlangga, Jakarta 83

[4] KENJI OHJIWA Prof. DR, TATA SURDIA MS.Met.E.Ir, “Teknik Pengecoran Logam”, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1980

[5] ANDREAS PINITOYO, ”Sistem Udara Tekan”, Pelatihan Operasi Sarana Dukung Penelitian, Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta 2004

[6] ERI TRI MUNTIYATNO, ”Sarana Dukung Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE)”, PTBN, BATAN, 2004.

Page 11: Pompa teco

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007 ISSN 0854 - 5561

338

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar-7. Cerobong Gas Buang IEBE

Gambar-8. Bagan Rancangan Arah Aliran Gas Buang di ruang HR-15

Page 12: Pompa teco

ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007

339

Gambar-9. Sistim Ventilasi Gedung IEBE

Gambar-10. Denah ruang laboratorium di IEBE

Page 13: Pompa teco

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007 ISSN 0854 - 5561

340

Gambar-11. AHU (CDT) Gambar-12. AHU (Externa air)

Gambar-13. Horizontal Scrubber Gambar-14. Rumah Filter

Gambar-15. Defuser (Ducting) HR-15 Gambar-16. Exhaust HR-15 di IEBE

Page 14: Pompa teco

ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007

341

LAMPIRAN

DAFTAR SPESIFIKASI ALAT UTAMA

PADA SISTIM TATA UDARA GEDUNG IEBE

1. Chiller

Lokasi : MES IEBE (Gedung 64)

Jumlah : 4 buah

Nomor Alat : Chiller VI, Chiller VII, Chiller VIII dan Chiller IX

Merk : Carrier

Type/Model : 19 DM 654 – 06 CN Hermetic

19 DM deskripsi model

654 ukuran unishell atau heat exchanger

06 ukuran kompresor CN ukuran motor.

2. Cooling Tower

Lokasi : MES IEBE luar Gd.64

Nomor Alat : CT 6, CT 7, CT 8 dan CT 9.

Merk : Liang Chi

Type/Model : LBC-500

Kapasitas : 4730 l/m

Suhu Air Masuk : 37 °C

Suhu Air Keluar : 32 °C

Putaran Motor Kipas: 1500 RPM,

Arus Motor : 60 A

3. Pompa Kondensor

Lokasi : MES IEBE, Jumlah : 4 buah

Nomor Alat : Kondensor 6, Kondensor 7, Kondensor 8 dan Kondensor 9.

Merk : Torishima - Guna, GAE.

Type/Model : ETA N 125 x 125-315

Kapasitas : 283,8 m3/jam

Tekanan Total : 28 m

Daya Pompa : 50 HP

Putaran Motor : 1450 RPM

Arus Motor : 60 A

Page 15: Pompa teco

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007 ISSN 0854 - 5561

342

4. Pompa Primer

Lokasi : MES IEBE Gd. 64

Jumlah : 4 buah

Nomor Alat : Primer 6, Primer 7, Primer 8, dan Primer 9.

Merk : Torishima - Guna, GAE.

Type/Model : ETA N 125 x 100-315

Kapasitas : 190 m3/jam

Tekanan Total : 25 m

Daya Pompa : 30 HP

Putaran Motor : 1450 RPM

Arus Motor : 38,5 A

5. Pompa Sekunder

Lokasi : MES IEBE Gd 64

Jumlah : 4 buah

Nomor Alat : Sekunder 6, Sekunder 7, Sekunder 8, dan Sekunder 9.

Merk : Torishima - Guna, GAE.

Type/Model : ETA N 125 x 100-315

Kapasitas : 190 m3/jam

Tekanan Total : 32 m

Daya Pompa : 40 HP

Putaran Motor : 1450 RPM

Arus Motor : 50 A

Data Bearing : SKF 6309 ZC 3

6. Kompresor

Jenis Kompresor : Screw Compressor, water cooled.

Manufacturer : ATLAS COPCO

Type : ZR 275-10

Air flow rate : 630 Nm/jam

Motor penggerak : 90 kW (30, 380V)

Cooling tower : Liang Chi LBC 30

Motor Fan : 1 HP; 30.6 poles; TECO; direct drive

Page 16: Pompa teco

ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2007

343

Tabel -1. Intake Unit dan Exhaust Air Unit

Intake Air Unit Unit Area Fungsional

CDT1 (2 unit) CFE 1 (2 unit) CPE 2 (2 unit)

Pilot Convertion Plant (PCP) Glove Box Yellow Cake Area

CDT2 (2unit) CFE 3 (2 unit) CFE 4 (2 unit) Scb 1 (1 unit)

Fuel fabrication Laboratory Area Glove t3ox Fuel Fabrication Laboratory Area Scrubber Fuel Fabrication Laboratory Area

CDT 3 (2 unit) CFE 5 (2 unit) Beryllium Area

CDT 4 (1 unit) Resirkulasi Workshop

CDT 5 (1 unit) Resirkulasi Metrology Area

CFE I B Basement Area

CFE II B Basement Area

CFE III B Basement Area

FCU1 Resirkulasi Office Area

FCU2 Resirkulasi Office Area

FCU3 Resirkulasi Office Area

Tabel-2 Spesifikasi Exhaust Fan (CFE) Sistem Buang Udara (Ekshaust Fan) SARANA DUKUNG IEBE

KODE DAYA, HP m³/jam Static Pressure (Pa)

CFE.1 125 HP 84.000 2.600

CFE.2 5 HP 3.250 2.200

CFE.3 150 HP 115.700 2.750

CFE.4 15 HP 8.500 2.400

CFE.5 50 HP 26.500 2.450

Scb.1 7,5 HP 6.900 1.500

CFE.I B 3,74 kW 14.000 300

CFE.II B 11 kW 35.000 350

CFE.III B 5,5 kW 18.000 300