postmodernisme dalam pendidikan islam …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/pdf.pdf ·...

104
i

Upload: doancong

Post on 12-May-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

i

Page 2: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

ii

POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM

PERSPEKTIF NURCHOLIS MADJID

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Annilta Manzilah ‘Adlimah

NIM. 11113004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

Page 3: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian
Page 4: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian
Page 5: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian
Page 6: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

vi

MOTTO

The Best Plan is No Plan.

Page 7: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan izin Allah Swt. skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah

membantu mewujudkan mimpiku:

1. Ayahanda Sumardi dan Ibunda Kismatun yang telah memberikan mahkota

kasih sayangnya kepadaku sejak diriku kecil tak mengerti apa-apa hingga kini

aku mengerti makna hidup.

2. Adik-adikku tercinta Sofi Adha Mubaroka dan Azzada Ahmadul ‘Ibaad yang

selalu mendukung dan memberikan semangat.

3. Guru-guruku yang telah membagikan ilmunya kepadaku sehingga aku menjadi

manusia yang mengerti banyak hal.

4. Sahabat-sahabat PP. Salafiyah Pulutan yang senantiasa menemaniku selama di

bangku perkuliahan, semoga Allah Swt. menjadikan kalian sebagai generasi

penerus Bangsa yang sholeh-sholehah.

5. Sahabat-sahabat PAI angkatan 2013. Semoga dimanapun kalian berada, selalu

mengamalkan ilmunya dengan tulus dan ikhlas.

6. Sahabat-sabahat PMII Kota Salatiga, UKM JQH, DEMA FTIK, DEMA

Institut, Gusdurian Salatiga, dsb. yang telah mengajari dan memberikan banyak

pengalamannya dalam berorganisasi sehingga aku tidak menjadi mahasiswa

yang hanya aktif di bidang akademik namun juga dapat aktif di organisasi.

7. Orang yang senantiasa menemani, memberikan semangat, dan senyuman di

setiap hari-hariku.

Page 8: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

ix

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur

kehadirat Allah Swt. atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang

tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan junjungan kita Nabi

Muhammad Saw., beliaulah suri tauladan bagi seluruh umat manusia,

penyempurna akhlak yang mulia, dan pemimpin yang bijaksana bagi seluruh alam

semesta.

Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa

ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait,

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang

dibutuhkan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga harus penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

4. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang

senantiasa memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama

menyelesaikan skripsi.

Page 9: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

ix

5. Bapak Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag., selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan nasehatnya selama penulis menjadi mahasiswanya.

6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen IAIN Salatiga yang tidak bisa saya sebutkan

satu-satu yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menjadi

mahasiswanya.

7. Keluarga tercinta yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih

sayang dan memberikan bantuan moril dan materil maupun spiritual.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, semoga segala bantuan yang

diberikan mendapat balasan dan Ridho Allah Swt. serta tercatat dalam bentuk

amalan ibadah. amin.

Semoga jasa baik yang diberikan pada penulis akan mendapatkan balasan

yang lebih berarti dari Allah Swt. penulis menyadari masih terdapat banyak

kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karenanya kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua

kalangan terutama bagi penulis sendiri. Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Salatiga, 14 Maret 2017

Penulis

Annilta Manzilah ‘Adlimah

NIM. 111-13-004

Page 10: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

x

ABSTRAK

Adlimah, Annilta Manzilah. 2017. 11113004. Postmodernisme dalam Pendidikan

Islam Perspektif Nurcholish madjid. Skripsi. Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama

Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Miftahuddin, M.Ag.

Kata kunci: Postmodernisme, Konsep Pendidikan Islam, dan Nurcholish Madjid.

Penulisan skripsi ini merupakan sebuah upaya untuk mengupas lebih

dalam tentang sosok pemikir Muslim modernis, atau lebih tepatnya,

postmodernisme, yakni Nurcholish Madjid. Tujuan penelitian dalam skripsi ini

ada dua hal, yaitu: (1) Mengetahui konsep pemikiran postmodernisme pendidikan

Islam menurut Nurcholish Madjid; (2) Mengetahui relevansi postmodernisme

terhadap pendidikan Islam menurut Nurcholish Madjid.

Data penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut penulis

peroleh dari membaca artikel, jurnal, buku-buku karya Nurcholish Madjid, dan

buku-buku penunjang lainnya. Sehingga dapat dipastikan bahwa penelitian ini

termasuk penelitian library research.

Hasil dari penelitian dalam skripsi ini dapat diketahui bahwa Nurcholish

Madjid atau yang biasa dikenal sebagai Cak Nur adalah seseorang yang terkenal

dengan gerakan pembaharuan Islamnya di Indonesia. Adapun ide pokok

pemikirannya, antara lain: (1) Sekularisasi; (2) Desakralisasi; (3) Inklusifisme;

dan (4) Islam dan Ideologi. Sedangkan konsep postmodernisme pendidikan

Islamnya, yaitu: (1) Ketuhanan; (2) Kemanusiaan; dan (3) Keadilan. Relevansi

postmodernisme terhadap pendidikan Islam menurut Nurcholish Madjid bahwa

pendidikan Islam tersebut mengarahkan dalam pembentukan kepribadian yang

mencerminkan ajaran Islam. Kemudian secara logis kemampuan pribadi anak

didik yang telah tertanam dalam dirinya nilai-nilai ajaran agama akan melahirkan

konsekuensi yang mewujud dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, sehingga

kemudian akan mewujudkan tatanan hidup masyarakat yang bernuansakan

ketuhanan yang penuh dengan kedamaian dan sikap kebersamaan terhadap

sesama.

Page 11: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO .............................................................................. i

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................. v

HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi

KATA PERSEMBAHAN ............................................................................. vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

ABSTRAK ..................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

BAB. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

E. Telaah Pustaka ............................................................................ 6

F. Landasan Teori ............................................................................ 11

G. Metode Penelitian ....................................................................... 14

H. Sistematika Pembahasan ............................................................. 16

BAB. II. BIOGRAFI NURCHOLISH MADJID

A. Sejarah Kehidupan Nurcholish Madjid ....................................... 18

B. Pendidikan Nurcholish Madjid ................................................... 22

Page 12: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

xii

C. Karya-Karya ................................................................................ 41

BAB. III. PENEGASAN ISTILAH

A. Definisi Postmodernisme ............................................................ 45

B. Sejarah Postmodernisme ............................................................. 55

C. Definisi Pendidikan Islam ........................................................... 59

BAB. IV. PEMBAHASAN

A. Ide Pokok Pemikiran Nurcholish Madjid ................................... 73

B. Konsep Pendidikan Islam Menurut Nurcholish Madjid ............. 77

C. Analisis Relevansi Postmodernisme terhadap Pendidikan

Islam Menurut Nurcholish Madjid .............................................. 80

BAB. V. PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 83

B. Saran-Saran ................................................................................. 84

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup Penulis

Nota Pembimbing Skripsi

Lembar Konsultasi

SKK

Page 13: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan ini.

Allah Swt. telah menciptakan manusia sebagai khalifah-Nya di dunia ini juga

tidak bisa lepas dari pendidikan. Karena pendidikanlah yang menjadi tolak ukur

dari keberhasilan atau tidaknya peran manusia dalam menjadi khalifah di dunia

ini. Allah telah menganugerahkan manusia berupa akal dan pikiran inilah yang

menjadikan pendidikan sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari

diri manusia. Karena adanya pendidikan juga dikarenakan adanya daya pikir oleh

akal manusia.

Pendidikan Islam merupakan wahana bagi para peserta didik yang

mengenyam pendidikan di bawah naungan pondok pesantren atau yang biasa

disebut sebagai santri untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya

dalam kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut merupakan proses transformasi

untuk mempersiapkan generasi muda yang mempunyai bekal ilmu pengetahuan.

Bekal ilmu pengetahuan tersebut berguna sebagai implementasi dalam menjalani

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, peran dan

fungsi pendidikan Islam adalah sebagai pencetak manusia menjadi makhluk yang

humanisme yaitu manusia yang dapat memanusiakan manusia lain.

Hal tersebut perlu ditelaah kembali mengingat proses pendidikan yang

cepat atau lambat dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Karena

Page 14: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

2

kehidupan yang ada akan terus berputar secara kontinu. Kemudian agar

pendidikan Islam dapat bersaing di tengah berkembangan zaman, tentu saja

pendidikan Islam harus sanggup menghadapi tantangan modernisasi ini saat ini.

Namun, kesadaran akan hal itu belum ada dalam benak pendidikan Islam.

Pembaharuan pemikiran pendidikan Islam yang selaras dan sesuai denga kondisi

zaman perlu ditelaah. Sehingga muncullah metode baru terhadap pendidikan

Islam dalam angka untuk mempertahankan dan memperjuangkan nilai-nilai ajaran

Islam di era modernis ini.

Pendidikan Islam mempunyai peran, fungsi, dan tujuan membentuk

manusia yang berkembang menjadi manusia yang sempurna, yaitu manusia yang

mampu menyeimbangkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual.

Dalam konteks inilah, kiranya umat Islam harus selalu berupaya menggali dasar-

dasar dalam doktrin Islam (Al-Qur‟an dan Sunnah) sebagai landasan memecahkan

setiap dilema historis-empiris yang terjadi. Dengan cara pembaharuan, atau lebih

konkritnya upaya interpretasi teks-teks kitab suci, akan menjadikan Islam selalu

sesuai selera zaman dan tidak usang tertutupi perkembangannya.

Memperbincangkan gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa

dilepaskan dari sosok Nurcholish Madjid (Cak Nur) karena ia adalah tokoh

sekaligus pemain utamanya. Dalam pandangan Cak Nur, yang akan penulis bahas

lebih jauh dalam penelitian ini, bahwa pembaharuan harus dimulai dari dua hal

yang saling erat hubungannya, yaitu melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional,

dan mencari nilai-nilai yang berorientasi ke masa depan. Dorongan melakukan

pembaruan inilah menurut Cak Nur, bahwa kaum muslim Indonesia sekarang ini

Page 15: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

3

telah mengalami kejumudan kembali dalam pemikiran dan pengembangan ajaran-

ajaran Islam, dan kehilangan kekuatan psikologis perjuangannya.

Nurcholish Madjid adalah sosok pemikir Islam yang mempunyai pengaruh

kuat dan luas dalam sejarah intelektualisme di Indonesia. Pemikirannya membawa

dampak yang amat luas dalam kehidupan keagamaan umat Islam. Dalam

pendidikan Islam ada sebuah wacana untuk mencari formulasi ideal seiring

perkembangan IPTEK, metodologi dan permasalahan sosial-budaya yang perlu

mendapat pencerahan dari dunia pendidikan Islam khususnya. Konsep ini tentu

akan menjumpai hambatan-hambatan karena peristilahan pendidikan Islam yang

masih umum. Adanya tarik menarik antara aspek filsafat dan teologi yang sulit

dilepaskan dari Pendidikan Islam. Dimensi filsafat mungkin koheren dengan nilai-

nilai Islam, sedangkan teologi lebih bersifat ekslusif, hanya menjustifikasikan hal-

hal yang tekstual bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadits (Widodo, 2007: 25).

Secara umum dasar filsafat membawa konsekuensi bahwa rumusan pendidikan

Islam harus beranjak dari ontologi, epistemologi, dan aksiologi yang digali dari

pemikiran manusia muslim dan sepenuhnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai

asasi ajaran Islam (Nizar, 2002: 58).

Tak sulit disepakati bahwa Nurcholish Madjid adalah seorang pemikir-

Muslim modernis atau lebih tepatnya, postmodernisme, menggunakan

peristilahannya yang sering ia sendiri lontarkan. Maka, melanjutkan para

perambah modernisme (klasik) di masa-masa lampau, Nurcholish Madjid

berpendapat bahwa Islam harus dilibatkan dalam pergulatan-pergulatan

modernistik. Namun, berbeda dengan para pendahulunya, kesemuanya itu tetap

Page 16: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

4

harus didasarkan atas kekayaan khazanah pemikiran keislaman tradisional yang

telah mapan.

Dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis

berkonsentrasi dalam penelitian ini dengan judul “Postmodernisme dalam

Pendidikan Islam Perspektif Nurcholish Madjid”.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis fokus pada beberapa pokok pembahasan, di

antaranya:

1. Apa ide pokok pemikiran Nurcholish Madjid?

2. Bagaimana konsep pemikiran postmodernisme pendidikan Islam menurut

Nurcholish Madjid?

3. Bagaimana relevansi postmodernisme terhadap pendidikan Islam menurut

Nurcholish Madjid?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka penulis dalam penulisan

penelitian ini mempunyai beberapa tujuan, di antaranya:

1. Untuk mengetahui apa ide pokok pemikiran Nurcholish Madjid.

2. Untuk mengetahui bagaimana konsep pemikiran pendidikan Islam

menurut Nurcholish Madjid.

3. Untuk mengetahui Bagaimana relevansi postmodernisme dengan

pendidikan Islam menurut Nurcholish Madjid.

Page 17: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

5

D. Manfaat Penelitian

Selanjutnya penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat

teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini merupakan sumbangsih khasanah keilmuan pendidikan

Indonesia secara umum dan pendidikan Islam.

b. Sebagai referensi yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain yang tertarik

meneliti suatu konsep pendidikan Islam.

c. Bagi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan secara umum, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan tambahan koleksi

kepustakaan.

2. Manfaat Praktis

Segala perbuatan yang dilakukan diharapkan mengandung menafaat

baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Oleh sebab itu, berdasarkan tujuan

penelitian yang dilakukan penulis, maka penelitian ini diharapkan mempunyai

manfaat, sebagai berikut:

a. Manfaat bagi Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Sebagai bahan

dokumentasi bagi pengembangan konsep pendidikan Islam, dan menjadi

masukan untuk lembaga agar mempunyai pandangan yang luas terhadap

ilmu pengetahuan.

b. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Sebagai sarana yang bisa dibaca dan bisa menjadi sumber rujukan untuk

memperoleh informasi yang terkait dengan konsep pendidikan Islam

Page 18: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

6

tokoh pembaharuan Islam. Sehingga dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

c. Manfaat bagi peneliti

Menambah wawasan keilmuan tentang konsep pendidikan Islam tokoh

pembaharuan Islam, sehingga mampu menerapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

E. Telaah Pustaka

Kajian tentang postmodernisme pendidikan Islam memang bukan yang

pertama kali dilakukan oleh para penulis, terutama penelitian jurnal maupun

skripsi. Sejauh penelusuran yang dilakukan, penulis menjumpai hasil penelitian

yang memiliki titik singgung dengan judul yang diangkat dalam penelitian skripsi

ini, berikut beberapa literatur yang menjadi acuan pustaka sebagai komparasi akan

keontetikan penelitian ini:

Penelitian yang berkaitan dengan postmodernisme pendidikan Islam,

penulis merujuk penelitian jurnal yang ditulis oleh Mukalam pada Intertextual

Studies for Civilization (ISC) Yogyakarta pada tahun 2013 yang berjudul

“Postmodernisme dan Filsafat Pendidikan Islam”. Pada penelitian ini dikupas

mengenai perspektif menarik dari logika postmodernisme bila ditarik ke dalam

logika filsafat pendidikan Islam. Dengan logika postmodernisme, filsafat

pendidikan Islam akan menjadi ruang untuk mendiskusikan kembali konsep-

konsep lama seperti pengetahuan, manusia, dan sejarah di dalam sinaran konsep

relasi pengetahuan dan kekuasaan, multi-identitas dan instabilitas subyek,

Page 19: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

7

lokalotas pengetahuan dan sebagainya. Ide-ide postmodernisme mungkin terasa

mencemaskan, terkesan menihilkan segala sesuatu, meragukan semua konsep dan

merelatifkan semua pandangan. Namun satu hal perlu dicatat, gal tersebut bukan

satu alasan untuk cepat-cepat menolak dan meninggalkannya (Mukalam, 2013:

288). Skripsi penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

saudara Mukalam yakni sama-sama membahas tentang postmodernisme dengan

pendidikan Islam. Namun ada pula yang membedakannya yakni terletak pada

subjek penelitian penulis adalah perspektif Nurkholish Madjid, sedangkan pada

jurnal saudara Mukalam tidak terdapat fokus subjeknya.

Kajian yang kedua penulis merujuk pada skripsi Khusnul Itsariyati,

Mahasiswi jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2010 yang berjudul “Konsep

Pembaharuan Pendidikan Islam Nurcholis Madjid (Tinjauan Filosofis dan

Metodologis)”. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembaharuan

pendidikan Islam menurut Nurcholis Madjid yaitu pendidikan yang menuju pada

progressivisme dan dinamika, dengan pemahaman agama menjadi dasar

pemikiran Nurcholis Madjid yaitu dengan rasionalisasi yang diikuti dengan

pandangan sikap terbuka dan berpikir kritis terhadap segala hal, maka

pembaharuan pendidikan Islam Nurcholis Madjid perlu dimulai dengan

dihapusnya garis pemisah antara pendidikan umum dan pendidikan agama,

sehingga tidak ada dikotomi, dari keterpaduan itu diharapkan dapat menjadi pintu

gerbang pendidikan Islam pada masa yang akan datang. Sehingga pendidikan

Islam akan dapat mengikuti perkembangan zaman (Itsariyati, 2010). Skripsi

Page 20: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

8

penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh saudari

Khusnul Itsariyati yakni sama-sama membahas tentang pendidikan Islam menurut

Nurcholis Madjid. Metode yang digunakan juga sama yakni dengan menggunakan

metode literatur. Namun yang membedakannya terletak pada konsep pendidikan

Nurcholis Madjid yang menuju progessivisme dan dinamika. Sedangkan pada

penelitian penulis, konsep pendidikan Nurcholis Madjid dalam postmodernisme.

Kajian ketiga, penulis merujuk pada skripsi saudara Ahmad Nadhif,

Mahasiswa Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Sunan Kalijaga pada tahun 2012 yang berjudul “Prinsip-Prinsip Postmodern dan

Relevansinya dengan Pendidikan Islam”. Hasil dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa konseptual pendidikan Islam dapat diinkorporasikan dengan

prinsip-prinsip postmodern.

1. Konseptual pendidikan islam yang terkesan normatif dan etis harus

didekonstruksi dengan pengkajian kritis dan inklusif, karena jika pendidikan

Islam masih menggunakan konseptual serupa maka pendidikan akan

menjadi penjara yang bertopeng keagamaan.

2. Ragam epistemologi yang terdapat dalam keilmuan pendidikan Islam dapat

dipadukan dengan konsep integrasi-interkoneksi, karena disadari bahwa

masing epistemologis mempunyai bahasa tersendiri.

3. Konseptual pendidikan Islam yang normatif-etis, bisa jadi atas dasar

romantisme sejarah yang pernah dimiliki oleh Islam. Oleh karena itu,

sejarah harus dikaji secara kritis dan reflektif (Nadhif, 2012).

Page 21: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

9

Skripsi penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

saudara Ahmad Nadhif yakni sama-sama membahasa tentang hubungannya

postmodernisme dengan pendidikan Islam. Namun yang membedakan adalah

penelitian dari saudara Ahmad Nadhif lebih membicarakan prinsip-prinsip

postmodernisme, sedangkan penelitian penulis yakni tentang pandangan

Nurcholis Madjid tentang postmodernisme pendidikan Islam.

Kajian keempat, penulis merujuk pada jurnal Achmad Reyadi AR,

mahasiswa pascasarjana IAIN Sunan Ampel pada tahun 2011 yang berjudul

“Postmodernisme; Perspektif Ajaran Islam dan Implikasinya Terhadap

Pendidikan Islam”. Pada penelitian ini akan dikupas mengenai eksistensi

postmodernisme sebagai sebuah aliran pemikiran yang mengkritisi terhadap

modernisme. Munculnya postmodernisme membawa harapan baru sekaligus

menjadi tantangan bagi pendidikan Islam. Harapan bagi pendidikan Islam adalah

bahwa di era postmodern akan terjadi kesemarakan kehidupan keagamaan. Akibat

pengaruh kehidupan masa kini yang penuh dengan suasana kesibukan dengan

memunculkan situasi kompetitif, pengejaran prestasi secara progresif

menyebabkan manusia menjadi letih (Reyadi AR, 2011: 82). Jurnal penulis

memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh saudara Achmad

Reyadi AR yakni sama-sama membahas tentang postmodernisme dengan

pendidikan Islam. Namun ada pula yang membedakannya yakni relevansi

postmodernisme dengan pendidikan Islam, sedangkan jurnal milik saudara

Achmad Reyadi AR lebih terfokus pada implikasi postmodernisme terhadap

pendidikan Islam.

Page 22: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

10

Kajian kelima, penulis merujuk pada skripsi Moh. Zainal Muhtar,

mahasiswa jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2015 yang berjudul “Aktualisasi

Pendidikan Agama Islam di Era Postmodernisme dan Relevansinya dengan

Tujuan Pendidikan Islam (Telaah Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti SMA Kelas X Kurikulum 2013)”. Hasil dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa:

1. Postmodernisme muncul memberikan koreksi-koreksi sistematis terhadap

era modern. Postmodern menawarkan alternatif lain yang selama ini sering

diabaikan oleh manusia, yakni nilai-nilai sosial, adat istiadat, dan nilai-nilai

keagamaan.

2. Sebagai sebuah pemikiran, postmodern memberikan kritik dan menolak atas

segala bentuk ketunggalan, fondasional, linier, otoriter, dan universalisme

yang menjadi postulat kebenaran modenisme.

3. Aktualisasi Pendidikan Agama Islam di sekolah menjadi suatu hal mutlak

dilakukan sebagai salah satu upaya penyegaran dan pembaharuan nilai-nilai

Islam dan kehidupan peserta didik dewasa ini dengan berbagai macam

tantangan kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya, politik, dan sebagainya.

4. Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum 2013 saat ini, menunjukkan

bahwa tidak lagi menekankan pada aspek kognitif (pengetahuan) semata,

melainkan juga telah menekankan pada aspek afektif (pembentukan sikap)

dan psikomotorik (tingkah laku) pada peserta didik, sehingga pada ranah

konkritnya, peserta didik tidak hanya dituntut untuk sekedar mengetahui

Page 23: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

11

tentang ajaran Islam, melainkan juga meyakini dan menghayati serta

mempraktikkan ajaran Islam tesebut dalam kehidupan sehari-hari (Muhtar,

2015: 160-161).

Skripsi penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

saudara postmodernisme dengan pendidikan. Namun yang membedakan adalah

penelitian dari saudara Moh. Zainal Muhtar lebih membicarakan relevansi

postmodernisme dengan tujuan pendidikan Islam bagi peserta didik, sedangkan

penulis lebih fokus dalam relevansi postmodernisme dengan pendidikan Islam itu

sendiri.

F. Landasan Teori

Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas dalam skripsi ini, perlu penulis

batasi ruang ligkup istilah yang berkaitan dengan skripsi ini. Terutama yang

berkaitan dengan istilah konsep, relevansi, postmodernisme, pendidikan Islam,

dan Nurcholish Madjid.

1. Konsep

Konsep adalah rancangan atau ide yang diabstrakkan dari peristiwa

konkrit, gambaran, mental dari objek, proses ataupun yang dari luar bahasa

yang digunakan akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 2005: 588).

Dalam bahasa Inggris, konsep ditulis concept, yang berarti pokok pertama yang

mendasari keseluruhan pemikiran atau concept is a general nation or idea od

something formed by mentally combining all characteristic or particulars,

artinya konsep adalah suatu paham atau ide umum, yaitu pemikiran tentang

Page 24: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

12

sesuatu yang terbentuk secara mental yang menggabungkan seluruh

karakteristik dan kekhususan.

2. Relevansi

Relevansi adalah hubungan, keterkaitan, kesesuaian (KBBI, 1989:

377). Sesuatu adalah relevan dengan tugas jika kemungkinan dapat

meningkatkan dan mencapai tujuan. Sebuah hal yang mungkin relevan,

dokumen atau sepotong informasi mungkin relevan. Pemahaman dasar

relevansi tidak tergantung pada apakah kita berbicara tentang sesuatu atau

informasi (www.wikipedia.org). jadi menurut pemahaman ini, relevansi

mempunyai keterkaitan atau kesesuaian antara dua premis yang berbeda.

3. Postmodernisme

Menurut Bambang Sugiharto (Sugiharto, 2016: 30), terdapat tiga

konsepsi tentang postmodern yang dapat digolongkan sebagai berikut. Pertama,

pemikiran yang hendak merevisi kemodernan dan cenderung kembali ke pra-

modern. Corak pemikiran yang mistiko-mitis dan semboyan khas pemikiran ini

adalah holisme. Kedua, pemikiran yang erat pada dunia sastra dan banyak pada

persoalan linguistik. Kata kunci yang populer adalah dekonstruksi, yaitu

kecenderungan untuk mengatasi gambaran-gambaran dunia modern melalui

gagasan anti gambaran dunia sama sekali. Semangat membongkar segala

unsuur yang penting dalam sebuah gambaran dunia, seperti diri, tuhan, tujuan,

dunia nyata dan lain-lain. Tokoh yang berperan dalam teori-teori tersebut

adalah J.F. Lyotard, M. Foucauld, Jean Baudrillard, Jacques Derrida. Ketiga,

pemikiran yang hendak merevisi modernisme, tidak dengan menolak

Page 25: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

13

modernisme secara total, namun dengan memperbaharuinya premis-premis

modern di sana-sini saja. Singkat kata, kritik terhadap imanen terhadap

modernisme dalam rangka mengatasi berbagai konsekuensi negatifnya.

A.Toynbee menjelaskan bahwa sejarah baru telah dimulai sejak

berakhirnya dominasi barat, yaitu pada tahun 1875, yang ditandai surutnya

individualisme, kapitalisme, dan kristianitas, serta bangkitnya kekuatan non-

Barat (Sugiharto, 2016: 21). Kecenderungan ini juga ditandai oleh zaman yang

terkomputasi dan ambiguitasnya semua klaim kebenaran yang dihasilkan oleh

rasional-empirik memunculkan beragam gerakan untuk mencari alternatif baru

dalam peradaban.

4. Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang sarat dengan nilai-nilai

ajaran agama Islam. Pendidikan Islam secara bahasa berasal dari kosa kata

Arab, yaitu Rabba-Yurobbi, yang mempunyai arti mendidik, merawat,

melindungi, mengajari, dan lain sebagainya. Namun, dalam perkembangannya,

kosa kata tersebut mempunyai tiga makna yang berbeda, yaitu tarbiyah, ta‟lim,

dan ta‟dzib, dan mempunyai konsepsi yang berbeda pula. Oelh karena itu,

pemaknaan ketiga kosa kata tersebut dapat dijadikan acuan prinsip dalam

pendidikan islam, emskipun dalam tataran teoritis maupun praktis masih

sebagai pendidikan yang bersifat normatif dan teologis.

5. Nurcholish Madjid

urcholish Madjid dilahirkan di sudut kampung kecil di Desa

Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur. Ia lahir pada tanggal 17 Maret 1939, dari

Page 26: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

14

kalangan keluarga pesantren. Ayahnya bernama H. Abdul Madjid, seorang

alim jebolan Pesantren Tebuireng, dan murid kesayangan Hadratus Syekh K.H.

Hasyim Asy‟ari, Ra‟is Akbar dan pendiri NU.

Aktif dalam gerakan kemahasiswaan. Ketua Umum PB HMI, 1966-1969

dan 1969-1971; Presiden (pertama) PEMIAT (Persatuan Mahasiswa Islam Asia

Tenggara), 1967-1969; Wakil Sekjen IIFO (International Islamic Federation of

Students Organizations), 1969-1971 (Barton, 1999: 75).

G. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode, di

antaranya:

1. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dari buku-buku yang berhubungan langsung

dengan topik pembahasan. Sumber data di bagi menjadi dua, yaitu:

a. Sumber data primer, yaitu data yang diambil dari sumber utamanya. Di

sini penulis cantumkan beberapa sumber primernya, antara lain:

1) Madjid, Nurcholish. 1987. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan.

Bandung: Mizan.

2) Madjid, Nurcholish. 1992. Islam, Doktrin, dan Peradaban; Sebuah

Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan

Kemodernan. Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina.

3) Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina.

Page 27: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

15

4) Madjid, Nurcholish. 2007. Khazanah Intelektual Islam. Jakarta: PT.

Bulan Bintang.

b. Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang diambil dari sumber data

kedua. Yang berfungsi untuk penguat dari sumber data yang utama.

Antara lain:

1) Aziz, Ahmad Amir. 1999. Neo-Modernisme Islam di Indonesia;

Gagasan Sentral Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

2) Soyomukti, Nurani. 2016. Teori-Teori Pendidikan dari Tradisional,

(Neo) Liberal, Marxis-Sosiolis, Hingga Postmodern. Yogyakarta: Ar-

Ruz Media.

3) Vattimo, Gianni. 2016. Akhir Modernitas; Nihilisme dan

Hermeneutika dalam Budaya Postmodern. Yogyakarta: Nusantara

Press.

4) Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholish Madjid

terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press.

5) Dll.

2. Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan data dengan

membaca buku-buku, karya ilmiah, jurnal, dan artikel yang berkaitan

dengan pembahasan Nurcholish Madjid, kemudian hasil membaca tersebut

diolah menjadi pembahasan yang mudah dipahami.

Page 28: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

16

3. Analisis Data

Penulisan skripsi ini termasuk penelitian library research. Yaitu

penelitian yang objek utamanya adalah buku-buku dan literatur lainnya.

Teknik penelitian yang menekankan sumber informasi pada bahan

kepustakaan, baik berupa buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan lain

sebagainya, yang sesuai dengan obyek pembahasan penelitian (Sugiyono,

2006: 3).

H. Sistematika Pembahasan

Guna memperoleh gambaran yang jelas, dan mudah dalam memahami isi

pembahasan dari skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan; latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka,

kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan.

BAB II Berisi tentang biografi Nurcholish Madjid.

BAB III Berisi pembahasan tentang definisi dan peristilahan

postmodernisme, gambaran atau sejarah kemunculan

postmodernisme, dan definisi pendidikan Islam.

BAB IV Berisi ide pokok pemikiran Nurcholish Madjid, konsep

postmodernisme dalam pendidikan Islam menurut Nurcholish

Page 29: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

17

Madjid, dan analisis relevansi postmodernisme terhadap

pendidikan Islam menurut Nurcholish Madjid.

BAB V Berisi kesimpulan dan saran.

Page 30: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

18

BAB II

BIOGRAFI

A. Sejarah Kehidupan Nurcholish Madjid

Nama pertama yang diberikan pasangan H. Abdul Madjid dan Hj.

Fathonah kepada putra sulungnya adalah Abdul Malik, yang berarti “hamba

Allah” (Malik merupakan nama sebutan untuk Allah dalam deretan ketiga Asmaul

Husna, nama-nama Allah yang Indah) (Gaus AF, 2010: 1). Abdul malik lahir di

Mojoanyar Jombang pada tanggal 17 Maret 1939 yaitu bertepatan dengan tanggal

26 Muharram 1358. Ayah Abdul Malik adalah seorang ayah yang rajin dan ulet

dalam mendidik putranya dia adalah seorang figur ayah yang alim. Dia

merupakan Kiai alim alumni pesantren Tebuireng dan termasuk dalam keluarga

besar Nahdlatul Ulama (NU), yang secara personal memiliki hubungan khusus

dengan K.H Hasyim Asy‟ari, salah seorang founding father Nahdlatul Ulama. H.

Abdul Madjid inilah yang menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada Abdul

Malik semenjak dirinya masih berusia 6 tahun (Barton, 1999: 74).

Perubahan nama menjadi Nurcholish Madjid terjadi pada usia 6 tahun

karena Abdul Malik kecil sering sakit-sakitan. Dalam tradisi Jawa, anak yang

sering menderita sakit dianggap “kabotan jeneng” (keberatan nama), dan karena

itu perlu ganti nama. Alasan lain perubahan nama itu adalah keinginan dari Abdul

Malik sendiri. Sewaktu mulai diajari mengaji oleh ibunya, dan membaca surat al-

Fatihah, ia selalu minta agar kata „maliki‟ (yawmiddin) dalam surat itu diloncati

saja: “Mak, nggak atik maliki-maliki mak!” (Mak, tidak usah pakai „maliki-

Page 31: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

19

maliki‟ Mak). Pemberian nama Nurcholish sendiri tidak terlalu jelas asal-

muasalnya, kecuali bahwa nama itu dari kata Arab, nur berarti “cahaya” dan

cholish berarti “murni” atau “bersih”. Sementara itu nama belakangnya, Madjid,

diambil dari nama belakang sang ayah. Nurcholish Madjid populer dipanggil

dengan sebutan Cak Nur (Cahyo, 2014: 210).

Nurcholish lahir di lingkungan keluarga pesantren. Ayahnya, H. Abdul

Madjid, adalah santri dari tokoh pendiri NU (Nahdlatul Ulama), Hadratusy Syaikh

Hasyim Asy‟ari di Pesantren Tebu Ireng, Jombang. Lebih dari sekadar santri,

Abdul Madjid adalah santri yang sangat dipercaya oleh Kiai Hasyim lantaran

prestasi belajarnya, terutama di bidang tata bahasa Arab (nahwu-sharaf) dan ilmu

hisab atau ilmu hitung. Ketika menjadi santri Tebu Ireng, Kiai Hasyim

memberinya nama Muhammad Thahir. Nama Abdul Madjid digunakan setelah

pulang menunaikan ibadah haji pada 1927. Hubungan keduanya memang seperti

anak dan bapak. Abdul Madjid, misalnya, kerap diminta oleh Kiai Hasyim untuk

mengambilkan uang dari kantung jas di kamar sang Kiai. Ini hal yang tidak biasa,

terutama bagi orang Jawa, dan hanya bisa terjadi karena kedekatan pribadi. Di lain

waktu, Abdul Madjid juga sering terlihat sedang memijat tubuh sang Kiai.

Karena kedekatan itu pula, Kiai Hasyim menjodohkan Abdul Madjid

dengan cucunya sendiri, Halimah. Ikatan perkawinan itu berlangsung selama dua

belas tahun, namun tidak dikaruniai anak. Akhirnya mereka berpisah. Kiai

Hasyim lalu menjodohkan Abdul Madjid dengan Fathonanh, putri Kiai Abdullah

Sajad, pendiri Pesantren Gringging, Kediri, Jawa Timur. Fathonah adalah adik

Page 32: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

20

dari Imam Bahri, santri Kiai Hasyim di Pesantren Tebu Ireng. Melalui Imam

Bahri inilah Kiai Hasyim mengatur perjodohan Abdul Madjid dan Fathonah.

Menginjak tahun kedua pernikahan Abdul Madjid dan Fathonah, lahirlah

Nurcholish. Belum genap berusia dua tahun Nurcholish memiliki adik perempuan

yang bernama Radliyah atau Mukhlishah. Setelah itu menyusul adik

perempuannya yang lain yang bernama Qoni‟ah (meninggal pada usia 15 tahun

akibat penyakit malaria tropika), kemudian berturut-turut lahir Saifullah Madjid

dan Muhammad Adnan. Seperti halnya Nurcholish, kedua adik laki-lakinya ini

juga disekolahkan di pesantren Gontor. Hanya saja, berbeda dengan Nurcholish

yang menapaki jalur keilmuwan, atau Mukhlishah yang menjadi guru, Saifullah

Madjid dan Muhammad Adnan memilih jalur bisnis setelah lulus kuliah (Gaus

AF, 2010: 2-3).

Meski terdidik secara santri, keluarga H.Abdul Madjid tidak tinggal di

lingkungan pesantren. Ketika Nurcholish lahir di Mojoanyar, Kecamatan Bareng,

Kabupaten Jombang, kawasan ini masih didominasi kaum abangan (kaum muslim

yang tidak menjalankan syariat Islam). Pada 1946, H. Abdul Madjid mendirikan

Madrasah Diniyah al-Wathaniyah sekolah Islam pertama di desa ini. al-

Wathaniyah secara harfiah berarti “patriotisme”, karena didirikan pada masa

revolusi. Madrasah inilah yang mengawali terbentuknya tradisi pendidikan Islam

di Kecamatan Bareng.

Di daerah-daerah lain di Jombang, tradisi pendidikan Islam saat itu telah

tumbuh subur dengan adanya empat pesantren besar: Pesantren Bahrul Ulum di

Tambak Beras, Kecamatan Jombang (didirikan pada 1838), Pesantren Darul Ulum

Page 33: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

21

di Rejoso, Kecamatan Peterongan (didirikan pada 1885), Pesantren Tebu Ireng,

Kecamatan Diwek (didirikan pada 1899), Pesantren Mambaul Maarif di

Denanyar, Kecamatan Jombang (didirikan pada 1917). Keterlambatan wilayah

Bareng dalam mengadopsi sistem pendidikan Islam disebabkan oleh kenyataan

bahwa kultur keislaman di wilayah ini dan tidak terlalu dominan. Kendatipun

Islam dipeluk oleh mayoritas penduduk Bareng, namun sebagian besar mereka

adalah abangan. Selain itu, agama-agama Kristen, Hindu, Buddha, dan secara

lebih luas, Jombang, dengan latar belakang sejarah yang panjang, yaitu

kolonialisme (Kristen), kerajaan Majapahit (Hindu-Buddha), dan gelombang

kedatangan orang-orang dari daratan China pada abad ke-16 (Konghucu) (Gaus

AF, 2010: 7).

Nurcholish kecil adalah pribadi pendiam. Jika tidak sedang berhasrat

untuk bermain, ia duduk di bawah pohon dan mengeluarkan secarik kertas

berisikan catatan pelajaran. Ketika teman-temannya satu persatu

mengerubunginya, ia menciptakan suasana belajar dengan menanyakan kepada

mereka satu orang satu pertanyaan, dan membetulkannya jika ada yang salah.

Setelah itu mereka berlarian ke tepi sungai untuk menabur dedak di sekitar wuwu

(alat penjaring ikan yang terbuat dari bambu). Esok harinya, sehabis subuh,

mereka kembali ke tepi sungai untuk mengangkut ikan yang tersangkut pada

wuwu (Gaus AF, 2010: 9).

Page 34: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

22

B. Pendidikan Nurcholish Madjid

1. Madrasah Al-Wathoniyah dan Sekolah Rakyat (SR) Mojoanyar

Jombang

Pendidikan awal Nurcholish Madjid dimulai tahun 1952 yaitu pada

madrasah diniyah milik keluarga. Nurcholish Madjid masuk juga pada sekolah

rakyat (SR) di kampungnya. Dalam mempersepsikan tatanan pendidikan yang

diberikan oleh ayahnya, Nurcholish Madjid mencatat:

Meskipun pendidikan resmi Abdul Madjid hanya tamatan Sekolah

Rakyat (SR), tetapi ia memiliki pengetahuan yang luas. Fasih dalam bahasa

Arab dan mengakar dalam tradisi pesantren. Abdul Madjid sering dipanggil

“kiai haji”, sebagai penghormatan atas ketinggian ilmu keislaman yang

dimilikinya, walaupun ia sendiri secara pribadi tidak pernah menyebut diri

sebagai kiai dan tidak pernah secara resmi bergabung dengan kalangan ulama.

Dan meskipun ia tetap menyebut diri sebagai orang biasa, namun hal itu

tidaklah membendung keinginannya untuk mendirikan sebuah madrasah.

Bahkan ia menjadi pengelola utama pada pembangunan madrasah yang ia

kelola sendiri dan juga yang paling berperan dalam membesarkan madrasah

al-Wathoniyah di Mojoanyar Jombang.

Penanaman nilai-nilai keagamaan yang ditanamkan oleh H. Abdul

Madjid kepada Nurcholish Madjid, bukan saja melalui penanaman aqidah,

moral, etika, atau pun dengan pembelajaran membaca al-Qur‟an saja, akan

tetapi juga dengan arah pendidikan formal bagi Nurcholish Madjid.

Pendidikan dasar yang ditempuhnya pada dua sekolah tingkat dasar, yaitu di

Page 35: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

23

Madrasah al-Wathoniyah dikelola oleh ayahnya sendiri dan di Sekolah Rakyat

(SR) di Mojoanyar, Jombang (Barton, 1999: 72).

Madrasah al-Wathaniyah didirikan oleh H. Abdul Madjid untuk

mengimbangi pendidikan sekuler (Sekolah Rakyat/SR). Ketiadaan lembaga

pendidikan agama menjadi alasan anak-anak muda di sini mewarisi kebiasaan

mabuk dan berjudi. H. Abdul Madjid mengambil tanggung jawab pendidikan

anak-anak Islam ke pundaknya. Mula-mula, pendidikan agama dilakukan

secara semiformal di dalam mushola yang masih berupa papan dan anyaman

bambu. Baru pada 1947 ia mendirikan bangunan al-Wathaniyah di atas lahan

kosong miliknya, di bawah naungan Yayasan Wakaf Umat Sejahtera yang

juga ia didirikan bersama Kiai Abdul Mukti.

Madrasah al-Wathaniyah pada awalnya merupakan sekolah pelengkap

untuk membekali anak-anak dengan pendidikan agama yang memadai, yang

tidak didapat di SR. untuk tujuan itu, Nurcholish Madjid mengenyam

pendidikan rangkap. Pagi hari ia sekolah di SR, dan sore harinya belajar di

Madrasah al-Wathaniyah. Guru-guru di SR semuanya beragama Kristen.

Karena itu salah seorang pamannya pernah melarang Nurcholish belajar di SR.

tetapi itu tidak memberikan solusi. Arus pendidikan sekular berusaha

diimbangi dengan mendirikan al-Wathaniyah, tanpa berusaha untuk

menyainginya (Gaus AF, 2010: 7).

Atas pertimbangan itu, H. Abdul Madjid tetap membiarkan Nurcholish

belajar di SR. bagaimanapun, ia menganggap pengetahuan umum tetap

penting. Ia juga tidak melihat anaknya kesulitan menerima pelajaran pagi dan

Page 36: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

24

sore hari. Ini terlihat dari nilai-nilainya yang rata-rata baik, terutama ilmu

hitung dari nilai-nilainya yang rata-rata baik, terutama ilmu hitung atau aljabar

yang selalu mendapat nilai tinggi. Pada saat yang sama, Nurcholish juga

mampu dengan mudah menguasai pelajaran di madrasah seperti tata bahasa

Arab (nahwu-sharaf). Di SR Nurcholish diajari ilmu bumi, dan ia mampu

menggambar peta Jawa Timur lengkap dengan letak kota-kotanya tanpa

melihat atlas. Dan pada saat yang sama, ia juga tidak kesulitan menghapal

beberapa kitab berbahasa Arab seperti „Aqidah al-„Awwam dan „Imriti (Gaus

AF, 2010: 8).

Pemikiran Nurcholish Madjid yang sedemikian rupa tentu tidak lepas

dari pengaruh lingkungan rumah dan eksistensi keluarga serta pengaruh

terbesarnya terletak pada asuhan yang diberikan oleh sang ayah. Jadi, sejak

tingkat dasar, Nurcholish Madjid telah mengenal dua model pendidikan.

Pertama, pendidikan dengan pola madrasah, yang sarat dengan penggunaan

kitab kuning sebagai bahan rujukannya. Kedua, Nurcholish Madjid juga

memperoleh pendidikan umum secara memadai, sekaligus berkenalan dengan

metode pengajaran modern. Pada masa pendidikan dasar ini, khususnya di

Madrasah Wathoniyah, Nurcolish Madjid sudah menampakkan kecerdasannya

dengan berkali-kali menerima penghargaan atas prestasinya (Nadroh, 1999:

21).

2. Pondok Pesantren Darul „Ulum Rejoso Jombang

Selepas menamatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat (SR) dan

Madrasah Ibtidaiyah (MI), Nurcholish Madjid melanjutkan pendidikannya

Page 37: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

25

pada jenjang yang lebih tinggi. Pesantren Darul „Ulum Jombang menjadi

pilihan ayahnya dan dipatuhi oleh Nurcholish Madjid. Pesantren Darul „Ulum

yang lebih dikenal dengan nama Pesantren Rejoso, karena terletak di Desa

Rejoso, Kecamatan Peterongan. Ia tidak dikirim ke Pesantren Tebu Ireng,

almamater ayahnya dulu, karena pengasuh pesantren tersebut, KH. Hasyim

Asy‟ari, telah wafat.

Ketika masuk ke Pesantren Rejoso atau Darul „Ulum, Nurcholish

diterima di kelas enam tingkat Ibtidaiyah. Ia melompati kelas lima karena

semua mata pelajarannya telahia kuasai semenjak duduk di bangku madrasah

milik ayahnya, al-Wathaniyah. Pelajaran di eklas enam pun pada dasarnya

hanya mengulang pelajaran di al-Wathaniyah, sehingga ia dengan mudah

menamatkan belajarnya, dan kemudian melanjutkan ke tingkat Tsanawiyah

pada 1954, di pesantren yang sama. Hal yang baru bagi Nurcholish ialah

bahwa ia menetap di asrama dan menghirup tradisi pesantren secara penuh

(Gaus AF, 2010: 12).

Pada tahun pertama, Nurcholish sangat menikmati kegiatan belajar.

Sebagian besar karena ia telah dibekali pengetahuan dasar di Madrasah al-

Wathaniyah dengan kitab-kitab standar seperti Jurumiyah, Imrithi, Tuhfatul

Athfal, dan Aqidatu Awwam. Karena itu, ia relatif tidak mendapat kesulitan

ketika harus berhadapan dengan kitab-kitab lanjutan seperti Alfiyah, Bad‟ul

Mal, Jauharatut Tauhid, dan lain-lain. Nurcholish juga aktif dalam kegiatan-

kegiatan ekstrakurikuler, bahkan pernah menjadi juara satu lomba pidato

bahasa Indonesia saat duduk di bangku kelas satu Tsanawiyah. Pergaulan

Page 38: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

26

dengan teman-teman baru pada umumnya tidak ada masalah. Yang sangat

mengganggunya ialah kondidi kamar. Ia tidak cukup kerasan untuk tidur di

kamar pondokan yang kecil, yang satu kamarnya diisi sampai lima belas orang

santri. Maka, hampir setiap malam ia membawa bantal dan selimut ke masjid

untuk tidur karena di kamar tidak kebagian tempat (Gaus AF, 2010: 13).

Mendekati pelaksanaan pemilu, pertentangan politik antara NU dan

Masyumi kian memanas di kalangan masyarakat bawah. Retorika kampanye

muncul dalam bentuk sindiran dan ejekan. Forum-forum keagamaan

dimanfaatkan oleh aktivis-aktivis NU untuk menyerang Masyumi. Begitu juga

sebaliknya. Sindiran terhadap Nurcholish pun makin sering dilakukan oleh

anak-anak NU di Pesantren Rejoso, sehingga ia mulai merasa tidak betah.

Suatu ketika ia pulang kampung, dan menceritakan semua kejadian itu kepada

ayahnya (Gaus AF, 2010: 14).

H. Abdul Madjid menganngapi apa yang dialami Nurcholish sebagai

sesuatu yang serius, sehingga ia memutuskan untuk menarik anaknya dari

Pesantren Rejoso. Ketika keputusan itu disetujui oleh istrinya, ia lalu

memindahkan Nurcholish ke Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.

Keputusan H. Abdul Madjid itu membuat heran banyak orang di kampungnya,

sebab di mata mereka (dan di mata kaum Nahdliyin Jombang pada umumnya)

saat itu Pesantren Gontor memiliki citra “setengah kafir”. Setidaknya, ia

dianggap bukan pesantren NU, melainkan pesantren Masyumi. Belakangan,

setelah belajar dan tinggal di Gontor, Nurcholish tahu bahwa pesantren ini

bukan pesantren Masyumi. Para guru dan siswanya datang dari berbagai latar

Page 39: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

27

belakang kultur keagamaan. Bahkan para pendirinya pun (KH. Ahmad Sahal,

KH. Imam Zarkasyi, dan KH. Zainuddin Fanani) bukan orang-orang Masyumi

(Gaus AF, 2010: 15).

3. Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo

Karena ayah Nurcholish tetap di Masyumi meskipun NU menyatakan

keluar, maka ia pun memindahkan Nurcholis Madjid dari basis tradisional ke

pesantren modern terkenal Darussalam Gontor Ponorogo, KMI (Kulliyat

Mu‟alimien al Islamiah) pada tahun 1955. Hal ini disebabkan penderitaan

yang dialami Nurcholish Madjid karena ejekan yang datang dari teman-

temannya, terkait dengan pendirian politik ayahnya yang terlibat di Masyumi

(Barton, 1999: 75). Menurut Nurcholis Madjid sendiri, di sinilah masa paling

menentukan pembentukan sikap keagamaannya (Aziz, 1999: 22).

Pesantren Gontor (didirikan pada 1926) adalah pesantren bercorak

modern. Salah satu indikasinya ialah penggunaan bahasa asing selain bahasa

Arab yang diwajibkan, yakni bahasa Inggris. Bahkan di masa kolonial, bahasa

Belanda dan Jepang juga menjadi mata pelajaran wajib. Kiai Zarkasyi sendiri,

salah seorang pendiri Pesantren Gonor, pernah belajar di Pesantren Tegalsari,

Ponorogo, yang melahirkan pujangga kenamaan Ronggowarsito. Namun,

pandangan-pandangan Kiai Zarkasyi lebih banyak dibentuk ketika ia belajar

kepada Mahmud Yunus di Sekolah Noormal Islam, Padang Panjang, Sumatera

Barat (Gaus AF, 2010: 16).

Di Gontor, Nurcholish Madjid selalu menunjukkan prestasi yang baik,

sehingga dari kelas 1 ia langsung bisa loncat ke kelas 3. Di pesantren ini, ia

Page 40: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

28

banyak mempelajari bahasa asing terutama Bahasa Arab. Santri yang masuk di

pesantren Gontor selama enam bulan wajib bercakap-cakap menggunakan

Bahasa Arab atau bahasa asing lainnya. Baru ketika duduk di kelas dua,

seorang santri mulai diperbolehkan untuk belajar nahwu dan Sarraf. Demikian

juga di kelas tiga, empat, lima dan enam. Sehubungan dengan kemampuan

berbahasa Arab ini, terdapat suatu cerita menarik dari Nurcholish Madjid

(untuk selanjutnya ditulis dengan nama akrabnya, Cak Nur):

Kurikulum yang diberikan Gontor menghadirkan perpaduan yang

liberal, yakni tradisi belajar klasik dengan gaya modern Barat. Para santri

diwajibkan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris secara aktif dalam

berkomunikasi antar santri di lingkungan pesantren. Pelajaran agama yang

diajarkan dengan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya di

semua kelas kecuali kelas tahun pertama. Tujuan Penekanan pada santri-santri

dalam menggunakan kedua bahasa tersebut sebagai bahasa pengantar sehari-

hari, yakni mengantarkan para santrinya ke dalam cakrawala pengetahuan

yang lebih luas.

Semboyan Gontor yang berbunyi “berbudi tinggi, berbadan sehat,

berpengetahuan luas dan berfikiran bebas” memberikan penekanan

keseimbangan antara kesehatan jasmani dan rohani, menciptakan iklim yang

kondusif bagi santrinya untuk pemikiran kritis dan maju secara intelektual. Di

pesantren inilah Nurcholish Madjid masuk ke KMI (Kulliyatul Mu‟alimien al-

Islamiah) selama enam tahun. Pada tahun 1960 Nurcholish Madjid

menyelesaikan studi di Gontor dan untuk beberapa tahun ia mengajar di bekas

Page 41: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

29

almamaternya. Kurikulum Gontor ditempuh untuk jangka waktu 6 tahun

dengan tiga tahun yang terakhir mempelajari metode-metode pengajaran.

Maka sangat lazim bahwa alumni Gontor masih menetap di pesantren paling

tidak untuk satu tahun lagi mengajar. Adapun kelangsungan ekonomi para

guru di pesantren ini sepenuhnya bergantung kepada pesantren, bahwa guru-

guru mendapat jatah makan dan rumah pondokan, tidak lebih. Pondok

pesantren Gontor dan orang tuanyalah yang merupakan unsur yang cukup

berpengaruh dalam perkembangan intelektual Nurcholish Madjid (Barton,

1999: 36).

4. IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perkembangan intelektual Nurcholish Madjid di Gontor berjalan

seiring dengan besarnya perhatian orang tuanya H. Abdul Madjid dalam

mendidik. Untuk itulah akselerasi belajar yang diperolehnya tersebut

menghantarkannya sebagai santri berprestasi. Prestasi belajar Nurcholish

yang fenomenal itu, diperhatikan oleh KH. Zarkasyi, salah satu pengasuh

pesantren Gontor, dan ketika tamat pada tahun 1960, sang guru bermaksud

mengirimkannya ke Universitas al-Azhar, Kairo Mesir. Karena waktu itu di

Mesir terjadi krisis politik akibat problem Terusan Suez, keberangkatan

Nurcholish ke Mesir tertunda, dan untuk sementara waktu Nurcholish

mengajar di almamaternya. Ketika terbetik kabar bahwa di Mesir sulit

memperoleh visa, sang guru tahu bahwa Nurcholish sangat kecewa dan untuk

menghiburnya, KH. Zarkasyi mengirim surat ke IAIN Jakarta meminta agar

murid kesayangannya itu dapat diterima, dan dengan bantuan alumni Gontor

Page 42: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

30

di IAIN tersebut, Nurcholish bisa diterima, meski tanpa ijazah negeri. Ijazah

Gontor waktu itu secara resmi tidak diakui oleh pemerintah Indonesia

(Barton, 1999: 77).

Atas petunjuk gurunya KH. Zarkasyi inilah Nurcholish Madjid

meneguhkan pilihannya untuk melanjutkan studi di IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Pada awal tahun 1961, Nurcholish masuk ke Fakultas Adab (Sastra

Arab), karena minatnya sangat besar di bidang ini. selain karena soal minat,

pilihan ke fakultas ini juga karena pertimbangan bahwa di situ ada dosen

alumnus Gontor, Abdurrahman Partosentono, yang memudahkan jalan

Nurcholish masuk IAIN (Gaus AF, 2010: 26).

Pilihannya terhadap IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta berkaitan erat

dengan minatnya yang besar terhadap pemikiran keislaman. Pemikirannya

yang kritis dan keberanian pengembaraan intelektualitasnya ditunjukkan

ketika ia menulis skripsi yang berjudul Al-Qur‟an „Arabiyun Lughatan Wa

„Alamiyun Ma‟nan (Al-Qur‟an secara Bahasa adalah Bahasa Arab, secara

Makna adalah Universal). Tema skripsi yang diangkat oleh Nurcholish

Madjid tersebut setidaknya telah menyiratkan kekritisan dan corak berfikir

keislaman yang inklusif. Kuliahnya diselesaikan pada tahun 1968 dengan

prediket cumlaude. Kemampuan berbahasa Asing Nurcholish, bukan hanya

berbahasa Arab, tetapi ia juga fasih dalam berbahasa Inggris, Perancis dan

fasih pula dalam berbahasa Persia. Untuk kursus Bahasa Perancis, Nurcholish

kursus di Alliance Francaise yang selesai pada tahun 1962.

Page 43: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

31

Ketika di Jakarta, sembari kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah,

Nurcholish Madjid tinggal di Masjid Agung al-Azhar, Kebayoran Baru dan

sedemikian Akrab dengan Buya Hamka dan ia sedemikian kagum terhadap

dakwah Buya yang mampu mempertemukan pandangan kesufian, wawasan

budaya dan semangat al-Qur‟an sehingga paham keislaman yang ditawarkan

Buya sangat menyentuh dan efektif untuk masyarakat Islam kota (Hidayat,

1995: vii).

Minat Nurcholis Madjid terhadap kajian keislaman semakin

mengkristal dengan keterlibatannya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Dia terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar HMI selama dua periode

berturut-turut dari tahun 1966-1969 hingga 1969-1971. Pada saat Nurcholish

Madjid masih aktif dalam Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI), satu

periode di mana Republik Indonesia sedang bergejolak dan merupakan masa

transisi dari rezim lama ke rezim baru yang membawa paradigma baru,

termasuk paradigma dalam membangun Indonesia ke depan saat itu yang

kemudian menjadi “latar belakang” yang sedikit banyak menjadi variabel

signifikan bagi lahirnya gagasan dan pemikiran keislaman Nurcholish Madjid

yang relatif “asing” bagi umat Islam saat itu (Sofyan dan Madjid, 2003: 73).

Nurcholish sebagai Ketua Umum HMI Cabang Ciputat ternyata

menyampaikan pandangan yang keras menentang kebijakan PB HMI.

Alasannya, tidak perlu menjilat penguasa, katanya. Tentu saja para koleganya

di HMI Ciputat tersentak. Fatwa yang lebih senior di HMI langsung menegur

Nurcholish. Bagaimanapun, itu adalah beleid PB yang harus dihargai, setelah

Page 44: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

32

kasus itu tetap baik. Fatwa menghormati Nurcholish karena

intelektualitasnya; sementara Nurcholish menghargai Fatwa karena

ketokohannya yang cemerlang di organisasi PII dan HMI (Gaus AF, 2010:

31).

Ia pun menjadi presiden Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara

(PERMIAT) periode 1967-1969 (Barton, 1999: 78). Organisasi ini

merupakan gabungan dari HMI, PKPIM (Persatuan Kebangsaan Pelajar-

Pelajar Islam Malaysia), dan USMS (University ot the Singapore Moslem

Society). Permiat dibentuk di Umiversiti Malaya, Petaling Jaya, dan

menunjuk Nurcholish menjadi Ketua Umumnya yang pertama dengan Wakil

Ketuanya Islami Daud, Ketua Umum PKPIM. Sedangkan dari USMS

diwakili oleh Muhammad bin Abdullah yang duduk di jajaran kepengurusan.

Kegiatan Permiat yang paling penting adalah menyelenggarakan training-

training perkaderan, yang dalam praktiknya lebih sering diadakan di

Indonesia. Training-training itu diselenggarakan secara aksidental, tidak

periodik, di mana para pemberi materinya kebanyakan adalah para aktivis

Indonesia, termasuk Nurcholish sendiri. Salah seorang peserta yang kemudian

menjadi tokoh di Malaysia dalam training-training itu adalah Anwar Ibrahim,

yang pernah mengikuti training di Pekalongan, Jawa tengah (Gaus AF, 2010:

42).

Kesadaran politik Nurcholish terpicu oleh kegiatan orang tuanya yang

sangat aktif dalam urusan pemilu. Pengalamannya bertambah saat ia menjadi

salah satu calon Ketua Umum Pengurus Besar HMI. Meskipun memimpin

Page 45: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

33

organisasi mahasiswa ekstrakurikuler yang disegani pada awal zaman Orde

Baru, Nurcholish Madjid tidak menonjol di lapangan yang tajam, ia menilai

ada yang kurang dalam sistem pengkaderan di HMI, yaitu segi materi

keislaman. Masa itu yang menarik adalah gagasan Islam dan sosialisme,

namun argumen pembahasannya banyak yang dilakukan dengan gaya

apologetis. Berangkat dari situlah Nurcholish Madjid merasa tepanggil

merumuskan dasar-dasar sebagai pijakan pengkaderan HMI (Aziz, 1999: 22).

Ketika Nurcholish terpilih sebagai Ketua Umum PB HMI pada tahun

1966, para pemimpin Masyumi menaruh harapan baru kepada HMI,

walaupun Nurcholish terpilih antara lain dengan mengalahkan calon yang

mereka jagokan, yang bernama Farid Wajni. Harapan mereka pertama-tama

didasarkan pada kenyataan bahwa Nurcholish berasal dari sebuah keluarga

anggota Masyumi yang sangat taat kepada agama. Dan yang mungkin lebih

penting lagi, ia adalah calon sarjana dari sebuah lembaga pendidikan agama,

yakni IAIN Jakarta. Harapan mereka itu memang tidak sama sekali meleset.

Nurcholish sangat condong kepada para pemimpin Masyumi, dan berusaha

untuk memasukkan sebanyak mungkin gagasan dan aspirasi mereka ke dalam

tubuh HMI. Tidak heran bahwa pada mulanya Nurcholish pun mendukung

upaya mereka untuk menghidupkan kembali partai Masyumi (Gaus AF, 2010:

49).

Kepemimpinan Nurcholish Madjid pada organisasi mahasiswa tingkat

nasional tersebut merupakan hal amat penting dalam jalur intelektualisme

kehidupannya. Pada sisi lain, keterlibatannya pada kegiatan internasional

Page 46: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

34

yakni kunjungannya ke Timur Tengah. Di Timur Tengah, tepatnya di Irak,

Nurcholish bertemu dengan Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang waktu itu

kuliah di Baghdad University, setelah mrotol dari al-Azhar yang dinilai oleh

Gus Dur sangat tradisional dan konservatif, dan sejak itu keduanya

sedemikian akrab dan sama-sama memiliki tendensi pemikiran yang liberal

neo-modernis.

Nurcholish Madjid juga melakukan kunjungan ke Amerika Serikat.

Lawatan ke Amerika Serikat Nurcholish Madjid terjadi karena diundang

USIS (United State of Islamic Student). Di AS, Nurcholish belajar lebih

banyak tentang gagasan-gagasan Barat seperti Liberalisme, Sekularisme dan

Demokrasi, sehingga sejak itu Nurcholish mengalami perubahan dan

perkembangan pemikiran. Kunjungan tersebut semakin mematangkan

petualangan intelektualitasnya. Pada saat-saat itulah, Nurcholish Madjid

melontarkan gagasan kontroversial, yang sangat menyengat kalangan

Masyumi yang waktu itu sedemikian getol memperjuangkan visi Islam

Politik, yakni jargon Islam Yes, Partai Islam No. Yang dimaksud dengan

Islam Politik adalah upaya penyaluran nilai-nilai Islam melalui pendekatan,

aspirasi dan representasi partai politik Islam, yang waktu itu sedemikian

kental untuk konteks Indonesia disuarakan oleh eks tokoh-tokoh Masyumi

semisal M. Natsir. Visi ini acapkali diidentifikasi sebagai Islam struktural

yang dalam perspektif para ahli dikontraskan dengan pendekatan kultural.

Untuk kasus Indonesia, gerakan struktural diwakili oleh Masyumi, Parmusi

(pada masa Orde lama dan awal Orde Baru), gerakan Islam kontemporer

Page 47: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

35

semisal Front Pembela Islam, Laskar Islam Ahlussunnah wal Jama‟ah dan

partai-partai politik Islam (pada zaman Reformasi). Sedangkan gerakan

kultural acapkali diidentifikasi sebagai gerakan yang ditempuh oleh NU

dengan tokoh kentalnya KH. Abdurrahman Wahid dan pemikiran Nurcholish

Madjid.

Kunjungan Nurcholish ke Amerika disponsori oleh Council on

Leaders and Specialists (CLS) yang berpusat di Washington. Waktu

kunjungan yang hanya sekitar satu setengah bulan itu dimanfaatkan dengan

baik oleh Nurcholish untuk menemui tokoh-tokoh penting, berdiskusi dengan

kalangan kampus dan mendatangi komunitas-komunitas religius. Hampir

seluruh penjuru negeri itu ia kunjungi. Kendati demikian pikirannya tetap saja

ke Timur Tengah. Karena itu, selama di Amerika, ia menjalin hubungan cepat

dengan orang-orang dari Timur Tengah dan mengatakan kepada mereka

bahwa ia akan menemui mereka di sana dalam waktu dekat.

Banyak reaksi keras yang dialamatkan kepadanya, namun dia tak

bergeming, bahkan semakin aktif dengan gagasan-gagasannya, dengan

mendirikan Yayasan Samanhudi dan ia menjadi direkturnya selama tahun

1974-1976 (Nadroh, 1999: 36-37). Di Yayasan inilah Cak Nur terlibat

intensif berdiskusi dengan Djohan Effendi, M. Dawam Rahardjo, Syu‟bah

Asa dan Abdurrahman Wahid. Ketika itu pula, bersama-sama kawan-

kawannya tersebut Nurcholish menerbitkan majalah Islam yang sedemikian

provokatif dalam menyebarkan gagasan pembaruan yakni Mimbar Jakarta.

Tulisan-tulisannya di majalah ini menjadikannya dikritisi oleh orang-orang

Page 48: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

36

yang tidak sepaham dengannya. Atas dasar itu, dalam perspektif Majalah

Tempo hingga batas tertentu pemikiran Nurcholish Madjid telah

menyebabkan ormas-ormas Islam yang telah menerima asas tunggal

(Pancasila) merasa lebih damai karena telah menemukan kebenaran (Barton,

1999: 83-84).

Kelincahan Nurcholish Madjid di dunia organisasi selama menjadi

mahasiswa tidak terlepas dari pengaruh sosiologis dan ideologis KMI Gontor,

tempat ia mengenyam pendidikan keagamaan. KMI Gontor bukan saja

berbentuk pesantren yang semata-mata menyuguhi para santrinya materi

keagamaan klasik an sich, tidak hanya menyuguhi para santrinya untuk

menguasai materi pelajaran di kelas, tetapi lebih dari itu semua, Gontor

merupakan pesantren modern yang mengajarkan mereka bagaimana cara

berorganisasi dengan baik. Hal itulah yang dirasakan oleh Nurcholish Madjid.

Selama di KMI Gontor, Nurcholish Madjid sudah terbiasa dengan

dinamika keilmuan, aktivitas keorganisasian, yang karenanya, ia begitu

berwujud sebagai mediator kepemimpinan tatkala terjun di HMI (Himpunan

Mahasiswa Islam) selama berkiprah di dunia kampus. Dalam menjalankan

roda organisasi Nurcholish Madjid banyak menerapkan komitmen ke-

KMIannya yang memang diajarkan oleh para pengasuhnya. Seperti sikap

disiplin, kejujuran, keuletan, kreatif dan persiapan (Al- I‟dal Wal Isti‟dad),

ketegasan dalam bertindak (Barton, 1999: 65).

Dasawarsa 1960-an merupakan periode penting dan menentukan bagi

perjalanan karier Nurcholish sebagai intelektual dan aktivis. Pada tahun 1965

Page 49: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

37

ia meraih gelar sarjana muda (BA) bidang Sastra Arab di Institut Agama Islam

Negeri (IAIN), Jakarta. Tiga tahun kemudian (1968), ia menuntaskan studi

strata satu (S1)-nya dengan menyandang gelar doktorandus di bidang Sastra

Arab di lembaga yang sama (Gaus AF, 2010: 79).

Masa kepemimpinan Nurcholish di PB HMI akan berakhir pada bulan

Mei 1969. Setelah nanti tidak lagi menjadi Ketua Umum HMI, pikirnya, ia

akan menunaikan tugas hidupnya yang lain: menikah. Saat itu Nurcholish

genap 30 tahun-usia yang cukup untuk membina hidup berumah tangga. yiga

tahun sebelumnya, pada 1966, ia pernah meminta kepada gurunya di Gontor,

Abdullah Mahmud, untuk dicarikan teman hidup. Abdullah Mahmud saat itu

tinggal di rumah seorang aktivis pergerakan Syarikat Islam dan pengusaha

bioskop di Madiun. Namanya H. Kasim. Dia juga menjadi donatur PII, karena

itu sebagai aktivis PII Nurcholish sudah sangat akrab dengan nama H. Kasim.

Dan memang, pesan Nurcholish itu segera ia sampaikan kepada H. Kasim

yang ditindak-lanjuti dengan mengirimkan pasfoto seorang putrinya bernama

Qomarijah kepada Nurcholish (Gaus AF, 2010: 55).

Tahun itu juga Nurcholish berkunjung ke Madiun untuk melihat orang

yang ada di foto itu. Namun, di mata Nurcholish, anak perempuan itu terlalu

muda (17 tahun), sehingga ia mengatakan kepada H. Kasim untuk menunda

lamaran, dan ia akan berjuang dulu, H. Kasim menyetujuinya. Dua tahun

kemudian. Pada akhir tahun 1968, Nurcholish kembali menghubungi ustadz

Gontornya, Abdullah Mahmud, melalui surat untuk melanjutkan proses

lamaran yang dulu tertunda. Isi surat itu pendek saja, bahwa ia ingin melamar

Page 50: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

38

Qomarijah. Pada saat itu Qomarijah sedang berada di Solo, karena ia sudah

kuliah Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (sekarang Universitas

Sebelas Maret). Akhirnya Qomarijah pun menerima lamaran Nurcholish. Ada

dua alasan mengapa Qomarijah menerima lamaran orang yang belum ia kenal

itu. Pertama, untuk menyenangkan orang tua sebagai balas budi kepada

mereka yang telah melahirkan dan mendidiknya. Kedua, ia teringat kejadian

seminggu yang lalu, yang ia yakini sebagai petunjuk Tuhan, yaitu setelah

sembahyang istikharah ia bermimpi melihat bintang-bintang turun di atas

kepalanya, dan ada satu bintang yang meluncur dengan cepatnya ke arah Barat

(Gaus AF, 2010: 56).

Setelah memperoleh kepastian tentang kesediaan anaknya, H. Kasim

kemudian menjawab positif lamaran Nurcholish. Ia juga memberitahu

keberadaan putrinya di Solo. Maka Nurcholish segera menuju ke Solo. Tetapi

ia lupa dengan wajah Qomarijah, sehingga meminta bantuan temannya yang

saat itu menjadi Ketua Umum HMI Cabang Solo, Miftah Faridl. Kemudian

mereka bertemu di sebuah apotek dan mengajak Qomarijah untuk jalan-jalan.

Di tengah perjalanan, Miftah pamit pulang karena masih ada keperluan.

Sehingga tinggal berdua, Nurcholish dan Qomarijah. Nurcholish menyebut

semua proses yang dilaluinya dari awal hingga bertemu Qomarijah di Solo

dengan istilah “santri connection” (Gaus AF, 2010: 57).

PB HMI menggelar kongresnya yang ke-9 di kota Malang pada

tanggal 3019 Mei 1969. Sebagai Ketua Umum PB HMI, Nurcholish

menyampaikan pidato pertanggungjawaban. Setelah itu, ia akan merasa lega

Page 51: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

39

dan berkonsentrasi mengurus rencana pernikahannya dengan Qomarijah.

Namun, tanggung jawab tampaknya belum akan berakhir. Kongres memberi

mandat kepadanya untuk menyempurnakan naskah Nilai-Nilai Dasar

Perjuangan (NDP) yang ua rumuskan. Bukan hanya itu, Kongres ternyata

memilih kembali Nurcholish Madjid sebagai Ketua Umum PB HMI untuk

periode 1969-1971 (Gaus AF, 2010: 58).

Setelah Kongres Malang itu Nucholish ke Madiun menemui

Qomarijah. Kendatipun kesibukan sebagai Ketua Umum PB HMI kembali

menyita waktu, Nurcholish rupanya tidak ingin menunda lagi rencananya

menikahi Qomarijah. Pada 30 Agustus 1969, mereka menuju pelaminan

diiringi suatu pesta di gedung bioskop milik H. Kasim. Setelah itu, Nurcholish

pergi ke Jakarta sendirian. Ia baru memboyong Qomarijah ke Jakarta ketika

istrinya itu hamil lima bulan (Gaus AF, 2010: 59).

5. Universitas Chicago Amerika Serikat

Pada tahun 1984, ia berhasil menyandang gelar philosophy Doctoral

(Ph.D) di Universitas Chicago dengan nilai cumlaude. Adapun disertasinya ia

mengangkat pemikiran Ibnu Taymiah dengan judul Ibn Taymiyah dalam ilmu

kalam dan filsafat: masalah akal dan wahyu dalam Islam (Ibn Taymiyah in

Kalam and Falsafah: a Problem of Reason and Revelation in Islam). Disertasi

doktoral yang dilakukan ini menunjukkan atas kekaguman dirinya terhadap

tokoh tersebut. Kekaguman ini pun menjadi pengakuan yang

disampaikannya.

Page 52: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

40

Pada saat Nurcholish Madjid melaksanakan pendidikan di Chicago,

Amerika Serikat, beliau menjadi murid seorang ilmuan muslim ternama neo-

modernisme dari Pakistan yaitu Fazlur Rahman. Di perguruan inilah Fazlur

Rahman mengotak-atik pemikiran Nurcholish Madjid untuk dibawa ke

bidang kajian keislaman. Pengaruh Fazlur Rahman terhadap gerakan

intelektual Nurcholish Madjid bukan untuk mengubah pola pemikiran

Nurcholish Madjid. Hanya saja, bukan mengatakan sama sekali, Fazlur

Rahman telah begitu berpengaruh dalam mengantarkan pemikiran Nurcholish

Madjid untuk kembali kepada warisan klasik kesarjanaan Islam.

Nurcolish Madjid bukan hanya memiliki prestasi akademik yang

menakjubkan, tapi sebagai seorang aktivis-pun ia dipercaya untuk menempati

posisi penting pada berbagai organisasi kepemudaan. Ini menyiratkan

dedikasinya dalam me-manage waktu antara aktivitas akademik dengan

aktivitas organisasinya, hal mana sulit dilakukan oleh rekan-rekan aktivis

lainnya. Pada saat yang bersamaan Nurcholish Madjid telah mampu

membuktikan integritasnya sebagai intelektual yang produktif.

Dunia formal yang ia jalani selama kurun waktu 36 tahun sejak tahun

1984, penuh dengan segudang pengalaman dan prestasi akademik yang

sanggat memuaskan. Hal tersebut dibuktikan oleh Nurcholish Madjid dengan

prediket cumlaude yang setidaknya dapat dijadikan tolak ukur dari kapasitas

intelektualnya. Karir Nurcholish Madjid semakin sempurna tatkala ia

dinobatkan sebagai Guru besar IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai rasa

penghargaan pihak kampus baginya yang begitu lama menggeluti dunia

Page 53: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

41

keilmuan pada tangggl 10 Agustus 1998. Adapun pidato pengukuhannya

sebagai guru besar berjudul “Kalam Kekhalifahan Manusia Reformasi: Suatu

Percobaan Pendekatan Sistematis Terhadap Konsep Antropologis Islam”

(Barton, 1999: 66-67)

C. Karya-Karya

Nurcholish Madjid dapat dikelompokkan pada penulis yang produktif.

Sekembalinya dari studi, bersama kawan dan koleganya pada tahun 1986

mendirikan Yayasan Wakaf Paramadina. Nama Paramadina menurut Nurcholish,

berasal dari Parama (Paramount) artinya Unggul atau ekselen, sedangkan Dina

maksudnya adalah din al-Islam, sehingga makna filosofi nama yayasan tersebut

adalah bahwa Islam merupakan agama yang unggul dan keunggulannya harus bisa

dirasakan oleh bangsa Indonesia sebagai pembawa rahmat (Cahyo, 2014: 224).

Beberapa karyanya antara lain adalah sebagai berikut:

1. Khazanah Intelektual Islam (Madjid, 1984). Karya ini menurut penulisnya

dimaksudkan untuk memperkenalkan salah satu aspek kekayaan Islam

dalam bidang pemikiran, khususnya yang berkaitan dengan filsafat dan

teologi. Dalam buku ini dibahas pemikiran al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, al-

Ghazali, Ibn Rusyd, Ibn Taimiyah, Ibn Khaldun, Jamal al-Din al-Afghani,

dan Muhammad Abduh.

2. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan (Madjid, 1987). Dalam buku ini,

yang merupakan kumpulan tulisan selama dua dasawarsa melontarkan

gagasan Nurcholish Madjid tentang korelasi kemodernan, keislaman, dan

Page 54: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

42

keindonesiaan, sebagai respon terhadap persoalan dan isu-isu yang

berkembanga di saat itu.

3. Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah

Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan (Madjid, 1992). Buku ini

merupakan karya monumentalnya pasca studi di Chicago. Dalam buku ini,

Nurcholish berusaha mengungkapkan ajaran Islam yang menekankan sikap

adil, inklusif, dan kosmopolit.

4. Islam Kerakyatan dan Keindonesiaan: Pikiran-Pikiran Nurcholish Madjid

“Muda” (Madjid, 1994).

5. Pintu-Pintu Menuju Tuhan (Madjid, 1994). Buku ini merupakan kumpulan

sebagian besar tulisan Nurcholish di harian Pelita dan Tempo. Menurut

penulisnya, buku ini merupakan penjelasan lebih sederhana dan “ringan”

(populer) dari gagasan Islam inklusif dan Universal yang menjadi tema

besar buku Islam Doktrin dan Peradaban.

6. Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam

dan Sejarah (Madjid, 1995). Dalam buku ini pemikian Nurcholish lebih

terarah pada makna dan implikasi penghayatan Iman terhadap perilaku

sosial yang senantiasa mendatangkan dampak positif bagi kemajuan

peradaban kemanusiaan.

7. Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam

Indonesia (Madjid, 1995). Buku ini sama dengan karya monumentalnya,

hanya saja, Nurcholish menyajikannya dengan wawasan yang lebih

Page 55: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

43

kosmopolit dan universal sekaligus mempertimbangkan aspek parsial dan

kultural paham-paham keagamaan yang berkembang.

8. Masyarakat Religius (Madjid, 1997). Buku ini mengetengahkan konsep

Islam tentang kemasyarakatan, antara komitmen pribadi dan komitmen

sosial serta konsep tentang eskatologi dan kekuatan adialami.

9. Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia

(Madjid, 1997). Dalam buku ini Nurcholish mengetengahkan tentang peran

dan fungsi Pancasila, organisasi politik, demokratisasi, demokrasi, dan

konsep oposisi loyal.

10. Kaki Langit Peradaban Islam (Madjid, 1997), mengetengahkan tentang

wawasan peradaban Islam, kontribusi tokoh intelektual Islam semisal al-

Shafi‟I dalam bidang hukum, al-Ghazali dalam bidang tasawuf, Ibn Rusyd

dalam filsafat, Ibn Khaldun dalam filsafat sejarah dan sosiologi.

11. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (Madjid, 1997), yang

membahas tentang dinamika pesantren serta kontribusinya dalam peradaban

Islam di Indonesia.

12. Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik

Kontemporer (Madjid, 1997). Buku yang merupakan transkip wawancara

yang pernah dilakukan oleh Nurcholish memiliki mainstream bagaimana

nilai-nilai universal dan kosmopolit Islam diaktualisasikan dalam praktik

politik kontemporer.

13. Cendekiawan dan Religiusitas Masyarakat: Kolom-Kolom di Tabloid

“Tekad” (Madjid, 1999). Dalam buku ini Nurcholish Madjid berusaha

Page 56: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

44

menjelaskan pemikiran-pemikirannya tentang keterkaitan antara dimensi

keislaman dengan dimensi keindonesiaan dan kemodernan sekaligus. Buku

ini merupakan kumpulan tulisan Nurcholish di Tabloid Tekad yang

merupakan suplemen dalam harian Republika, sebuah koran harian yang

diterbitkan oleh ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia).

14. Cita-Cita Politik Islam di Era Reformasi (Madjid, 1999). Buku ini

merupakan perjalanan panjang politik Nurcholish Madjid dalam wacana

perpolitikan di Indonesia. Dalam buku ini prototype negara Madinah yang

telah didirikan Nabi Muhammad sedemikian ditekankan oleh Nurcholish

sebagai sesuatu yang sangat cocok untuk diterapkan kini, mengingat nilai-

nilainya sedemikian modern bahkan terlalu modern untuk masanya

sehingga tidak bertahan lama.

15. Indonesia Kita (Madjid, 2003). Dalam buku yang merupakan karya tulis

terakhirnya, Nurcholish Madjid berusaha memahami secara lebih luas dan

mendalam tentang hakikat dan persoalan bangsa dan negara Republik

Indonesia sejak dari masa lampau sampai sekarang yang menantang.

Dalam buku ini dimuat pokok pemikiran Nurcholish Madjid ketika

mencalonkan diri sebagai Presiden RI yang meskipun kandas melalui

konvensi Partai Golkar yang terkenal dengan Sepuluh Platform

Membangun Kembali Indonesia.

Page 57: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

45

BAB III

PENEGASAN ISTILAH

A. Definisi Postmodernisme

Postmodernisme adalah gerakan pemikiran dan filsafat baru yang

pengaruhnya dalam teori dan praktik pendidikan cukup besar.

Postmodernisme (postmodernism) berasal dari dua kata “post” dan

”modernism”. Istilah “post” bisa diartikan “pasca” atau “setelah”, bisa juga

diartikan “tidak”. Sementara modernisme merujuk pada filsafat dan gaya berpikir

modern yang bercirikan rasionalisme dan logisme atau oleh kaum postmodernis

dicurigai bergaya pikir “positivisme”. Jika “post” diartikan “setelah” (pasca),

maka postmodernisme merupakan gaya berpikir yang lahir sebagai reaksi

terhadap pikiran modernisme yang dianggap mengalami banyak kekurangan dan

menyebabkan berbagai masalah kemanusiaan.

Sementara, jika kata “post” diartikan tidak, maka postmodern mengandung

arti yang lebih luas. Jika mengingat tahapan masyarakat linear seperti tradisional,

modern, postmodern, maka yang tidak postmodern bisa saja tradisional maupun

modern. Jadi, postmodernisme bukanlah tradisionalisme maupun modernisme.

Meskipun demikian, tampaknya benar jika ada yang mencurigai bahwa

postmodernisme adalah kebangkitan lagi tradisionalisme, yakni membangkitkan

lagi cara-cara tradisional untuk mereaksi modernisme (Soyomukti, 2015: 321-

322).

Page 58: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

46

Awalan “post” pada istilah ini banyak menimbulkan perbedaan arti.

Lyotard mengartikan “post” berarti pemutusan hubungan pemikiran total dari

segala pola kemodernan. David Griffin, mengartikannya sekadar koreksi atas

aspek-aspek tertentu saja dari kemodernan. Anthony Giddens, mengartikannya

sebagai wajah arif kemodernan yang telah sadar diri. Sementara Habermas, satu

tahap dari proyek modernisme yang memang belum selesai. Menurut Tony Cliff,

psotmodernisme berarti suatu teori yang menolak teori. Akhiran “isme” berarti

gambaran dunia, epistemologi, dan ideologi modern (Maksum, 2016: 262).

Yang mengakibatkan kekaburan makna istilah “postmodern” itu kiranya

terutama adalah akhiran “isme” dan awalan “post”-nya. Sehubungan dengan

akhiran „isme‟ itu, postmodernisme biasanya dibedakan dari postmodernitas.

Yang pertama menunjuk pada kritik-kritik filosofis atas gambaran dunia (world

view), epistemologi dan idologi-ideologi modern. Yang kedua menunjuk pada

situasi dan tata sosial produk teknologi informasi, globalisasi, fragmentasi gaya

hidup, konsumerisme yang berlebihan, deregulasi pasar uang dan sarana publik,

usangnya negara bangsa dan penggalian kembali inspirasi-inspirasi tradisi. Dalam

banyak pembicaraan tentang gejala postmodernisme dan postmodernitas sering

bercampur baur. Tentu saja sebenarnya antara kedua hal itu terdapat saling

keterkaitan erat, namun justru keterkaitan itulah yang mengakibatkan pembicaraan

tentangnya kadang menjadi kabur. Betapa pun juga dimensi teoritis memiliki

sosok yang lebih jelas ketimbang tatanan praksis sosial yang serba ambigu.

Catatan lain, akhiran “isme” itu juga memberi kesan seolah ia adalah sistem

pemikiran tunggal tertentu, sementara nyatanya istilah yang bertebaran di segala

Page 59: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

47

bidang itu merupakan label untuk bermacam-macam pemikiran yang kadang

saling bertabrakan (Sugiharto, 2016: 24).

Postmodernisme adalah “pemberontakan” terhadap –isme sebelumnya.

Apabila modernisme menekankan kesadaran subjek sebagai referensi makna

realitas, maka postmodernisme menekankan bahwa makna tidak hanya ditentukan

oleh kesadaran dan subjek, tetapi oleh ketidaksadaran dan intersubjektivitas.

Makna berada di luar kehendak subjektif pada individu atau sebuah kelompok

yang berkuasa. Dengan kata lain, makna berada di luar dominasi sebuah sistem

rasional. Dengan kata lain, rasionalitas postmodernisme bersifat plural, bukan

tunggal, maka menjadikan kesadaran subjek dalam arti Kantian ditolak

(Poespowardojo & Alexander, 2016: 214).

Jika kita mencari istilah postmodernisme melalui internet, maka akan

ditemukan berbagai bidang ilmu pengetahuan yang menggunakan istilah

postmodern itu seperti: postmodern art, postmodern anthropology, postmodern

architecture, postmodern archeology, postmodern dance, postmodern film,

postmodern philosophy, postmodern political science, postmodern school, dan

lain-lain. Berbagai istilah yang digunakan dalam bidang ilmiah ini membuktikan

bahwa penggunaan postmodern bukan hanya menjadi pembahasan di bidang ilmu

pengetahuan (terutama ilmu sosial-budaya) (Lubis, 2016: 2).

Munculnya pasca-modernisme tidak dapat dilepaskan dari modernisme itu

sendiri. Kata modernisme mengandung makna serbamaju, gemerlap, dan

progresif. Pengertian ini tidak berlebihan, karena modernisme berkaitan dengan

bentuk-bentuk kebudayaan yang ditandai dengan rasionalisme, positivisme,

Page 60: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

48

empirisme, industri dan kecanggihan teknologi. Dengan ciri-cirinya tersebut,

modernisme menyuguhkan suatu keadaan yang selalu berubah dan tidak pasti.

Modernisme selalu menjanjikan pada kita untuk membawa perubahan ke dunia

yang lebih mapan di mana urusan materi atau kebutuhan jasmani akan terpenuhi,

tidak akan ada lagi kelaparan atau kekurangan material, itulah janjinya. Teknologi

akan membawa kita ke kehidupan yang serbamudah, cepat, dan lebih baik.

Teknologi berikrar akan membuat kehidupan menjadi lebih baik, membuat kita

lebih pintar, meningkatkan kinerja kita, dan membuat kita bahagia (Maksum,

2016: 265).

Namun demikian, modernisme mempunyai sisi gelap yang menyebabkan

kehidupan manusia kehilangan disorientasi. Para pemikir, seperti Max

Horkheimer, Adorno, dan Herbert Marcuse yang tergabung dalam Madzhab

Frankfurt, mengkritik bahwa pencerahan bukannya melahirkan kemajuan, tetapi

justru memunculkan penindasan dan dominasi. Akal mengarah bukan pada

pemenuhan kebutuhan material atau pencerahan filosofis, melainkan pada kontrol

dan perusakan. Teori kritis ingin membebaskan manusia dari pemanipulasian para

teknokrat modern (Maksum, 2016: 266).

Modernisme dan postmodernisme, tidak sekedar sebagai aliran filsafat dan

teori sosial yang hanya berorientasi pada konsep, sistem, dan metode saja. Bukan

juga sekedar strukturalisme dan postrukturalisme dalam pengertian Strauss dan

Foucault. Lebih dari itu, menurut Habermas, modernisme atau modernitas telah

mulai dikembangkan oleh Hegel (1770-1831) karenanya ia menganjurkan kita

kembali kepada Hegel jika ingin memahami lebih jauh hubungan internal antara

Page 61: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

49

modernitas dan rasionalitas. Para pemikir modernisme kontemporer seperti Karl

Popper, Houston Smith, dan Habermas, tidak menganggap penting soal timbulnya

gerakan postmodernisme. Mereka tetap yakin akan kehidupan kontemporer

sampai jangka waktu yang tidak bisa ditentukan. Lebih dari itu, modernisme

mempunyai akar filosofis yang lebih jelas (Maksum, 2016: 297).

Dalam filsafat Barat modernisme diacukan pada pemikiran yang

berkembang setelah Renaisans dan Pencerahan (Rene Descartes dan Immanuel

Kant). Modernisme adalah peningkatan kesadaran tentang aspirasi kemajuan, dan

rasionalitas yang dipahami dalam konteks modern itu adalah sebagai salah satu

wujud penerapan rasionalitas tersebut. Descartes dijuluki sebagai Bapak Filsafat

Modern karena posisinya yang penting dengan pandangan dunianya yang mekanis

serta menempatkan “rasio” atau “subjek” sebagai dasar bagi ilmu pengetahuan

dan kebenaran. Kant adalah tokoh penting era Pencerahan dan filsuf terkemuka di

era Modern yang membahas masalah: etika, metafisika, epistemologi, yang

pemikirannya memengaruhi berbagai bidang ilmu pengetahuan modern.

Meskipun Kant disebut sebagai pemikir besar era Modern, beberapa gagasannya

cukup mewanai pemikiran postmodern seperti ia dianggap orang pertama yang

membicarakan masalah persaudaraan global umat manusia yang sekarang menjadi

pembicaraan dalam ilmu pengetahuan dengan munculnya era Informasi dan

globalisasi yang mnenyertainya. Sementara itu, tokoh eksistensialis dan

fenomologi seperti Husserl memperkuat dukungannya pada peran rasio (aspek

rasionalitas) manusia dan cenderung mengabaikan yang lain. Pemikir modern

sepertinya sangat yakin bahwa teori (ilmu pengetahuan) yang ditemukan

Page 62: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

50

merupakan gambaran objektif-universal dari objek yang diteliti. Dalam perspektif

ini, teori dianggap sebagai copy realitas atau penggambaran esensi realitas

(esensialisme). Rasionalitas dan subjek (kesadaran) dalam pemikiran modern

dilihat sebagai substansi transendental-ahistoris sehingga dianggap sama di mana

saja.

Pemikir postmodernis (seperti Derrida) justru mengkritik pemikiran

modern itu sebagai satu bentuk nostalgia. Bagi para pemikir postmodernis tidak

ada rasio murni, tidak ada subjek universal dan transendental, karena rasio dan

subjek sendiri dikonstruksi oleh faktor sosial-budaya. Karena itu, tidak

mengherankan, jika Derrida menyatakan bahwa pemikir modern menerima

logosentrisme dan metafisika kehadiran dan Derrida tidak memercayainya dan

mendekonstruksi cara berpikir logosentris itu. Atau dengan menggunakan istilah

Francois Lyotard, filsuf dan ilmuwan modern itu memercayai metanarasi untuk

menjelaskan berbagai permasalahan tanpa membedakan perbedaan ruang dan

waktu (Lubis, 2014: 16).

Postmodernisme tidak mempunyai pandangan fundasionalisme keilmiahan

(seperti paradigma positivisme) yang dominan pada era Modern. Paradigma

positivisme menuntut adanya kesatuan metode ilmu pengetahuan, kesatuan bahasa

ilmiah serta kepercayaan bahwa teori merupakan penggambaran realitas (mirror

of nature) secara objektif. Masyarakat postmodern tidak lagi percaya pada model

penjelasan dan pemahaman totalitas dan universal seperti itu, yang dalam bahasa

Lyotard itu disebut cerita agung (grand-narrative). Masyarakat postmodern lebih

Page 63: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

51

memercayai penjelasan narasi-narasi kecil, penjelasan yang konteks lokal,

sehingga bersifat plural dan kontekstual (Lubis, 2016: 19).

Sementara itu pada postmodernisme, seperti yang diungkapkan Jean

Baudrillard, terjadinya perubahan besar dari model mekanis dan produksi

metalurgi ke suatu industri informasi dan dari produksi ke konsumsi sebagai fokus

utama ekonomi. Era postmodernisme adalah era dimana berbagai perspektif

media baru cenderung mengaburkan perbedaan tajam antara realitas dan fantasi

(simulacra) sehingga meruntuhkan suatu keyakinan pada suatu realitas objektif.

Dikotomi modern tentang realitas objektif versus citra (images) atau citra-citra

subjektif misalnya, di era postmodernisme digantikan dengan suatu hiperialitas

(“self-referential signs”/tanda-tanda referensi diri). Di sini tampak bahwa pemikir

postmodern menggantikan konsepsi tentang adanya suatu realitas independen dari

pengamat (observer) dengan gagasan keterkaitan subjek dengan dunia (subjek

dengan objek) (Lubis, 2016: 20).

Lalu bahasa. Pada postmodernisme bahasa dilihat bukan sekadar bersifat

denotatif, bahasa tidak hanya penting dengan fungsi logis/epistemologisnya saja.

Postmodern menempatkan persoalan bahasa pada titik pusat (linguistic turn)

seperti pada pergeseran pemikiran Wittgenstein dari “picture theory” ke filsafat

bahasa sehari-hari (language games) atau teori “speech-act” dan pendekatan

pragmatis pada Austin, Grice, dan Searle, dan dekonstruksi pada Derrida.

Pembahasan bahasa ini berkaitan dengan pertanyaan: apakah bahasa hanya

pernyataan tentang/realitas? Apakah bahasa merupakan sistem dan struktur tanda

dan makna yang statis (strukturalisme)? Ataukah bahasa merupakan struktur tanda

Page 64: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

52

yang dinamis (post-strukturalisme)? Apakah bahasa memiliki keanekaragaman

sesuai dengan berbagai tujuan dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari?

Pembahasan tentang bahasa juga berkaitan dengan bagaimana hubungan antara

penalaran, makna, kebenaran, dan bahasa. Adapun Derrida dan Roland Barthes

sebagai tokoh postmodernisme dan post-strukturalisme melihat bahasa sebagai

sistem tanda yang sangat dinamis, sementara Richard Rorty, yang juga tokoh

postmodernisme, melihat peran bahasa yang sifatnya kontingen. Bahasa dan

strukturnya adalah hasil konstuksi sosial, karenanya tidak ada kesamaan antara

bahasa, pikiran, dan realitas (Lubis, 2016: 20).

Jika dilihat, postmodernisme menunjuk pada paham berupa kritik-kritik

filosofis atas gambaran dunia, epistemologi dan ideologi modern.

Postmodernisme sebagai suatu ekspresi kultural mencakup karya seni instalasi

(collage) dan pastiche karya pop art, gaya arsitektur Las Vegas, pengaburan batas

realitas dengan citraan (images) lewat media. Collage, parody, dan pastiche

adalah istilah yang akrab dalam seni postmodern. Collage adalah membuat satu

karya dengan menggabungkan potongan-potongan bagian-bagian dari berbagai

karya, mode (klasik, modern, postmodern) menjadi satu karya baru. Parodi adalah

sebuah komposisi sei atau sastra yang mempermainkan dan memplesetkan gaya,

gagasan atau ungkapan khas seorang tokoh/seniman sehingga tampaknya menjadi

absurd. Sedangkan pastiche adalah parodi yang kosong, netral, dan tanpa norma,

seperti berbicara tanpa bahasa, sejarah tanpa periode historis. Tidak ada lagi

realitas yang representatif (parodi yang ditiru); dalam pastiche yang ditiru adalah

imajinasi kita sendiri. Kebudayaan postmodern meninggalkan rasionlitas,

Page 65: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

53

universalitas, kepastian dan keangkuhan kebudayaan modern. Unsur-unsur lain

yang ditolak adalah menolak ilmu pengetahuan sebagai filsafat utama dan

pengetahuan sebagai keseluruhan dari apa yang kita ketahui. Tidak ada paradigma

mutlak sebab ia akan berubah dan berganti. Postmodern juga merupakan reaksi

atas filsafat “subjektivitas” atau „kesadaran ahistoris” dan transendental model

Cartesian dan Husserlian. Dalam pandangan kaum postmodernis “subjek” dan

“rasio” tidak terbebas dari pengaruh lingkungan sosial-budaya dan historis.

Karena subjek dan rasionalitas itu terkait dengan faktor sosial budaya, maka

postmodernis mengakui bahwa subjek dan rasionalitas itu tidak satu/seragam.

Subjek dan rasionalitas dalam pandangan modern merupakan kostruksi manusia

yang mengandaikan kehadiran objek dan dunia lingkungannya, tidak ada subjek

tanpa objek dan demikian pula sebaliknya. Jadi, ada keterkaitan antara

perkembangan sosial-budaya dengan cara berpikir manusia (Lubis, 2016: 21).

Jadi, kesimpulan pengertian postmodernisme bahwa postmodern (isme)

adalah perubahan budaya (mulai dari gaya hidup hingga paradigma berpikir) yang

terjadi akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.

Konsekuensi perubahan yang luar biasa itu adalah (salah satu) paradigma modern

tidak cukup relevan atau memadai lagi untuk memahami dan menjelaskan

kebudayaan yang tengah tumbuh (postmodern). Karena itu, berbagai kritik

terhadap aspek-aspek kebudayaan dan paradigma modern bermunculan dan itu

menggunakan pemikiran baru yang disebut dengan postmodernisme.

Postmodernisme, lewat para tokoh dan pemikirannya misalnya, menurut

perubahan dalam aktivitas keilmuan, dengan mempertimbangkan aspek

Page 66: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

54

subjektivitas, objektivitas, aspek sosial-historis (budaya), aspek bahasa,

paradigma dan kerangka konseptual (yang semuanya berperan dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan). Postmodernisme juga mengkritik contohnya

pendekatan strukturalisme yang mendambakan makna objektif teks dalam analisis

teks. Untuk ini, postmodernisme meninggalkan pendekatan strukturalisme

tersebut dan menggantinya dengan pendekatan post-strukturalisme dan

hermeneutika yang lebih memberikan kebebasan penafsiran.

Salah satu ciri yang terpenting dari postmodernisme adalah penolakan

terhadap fundasionalisme. Pandangan fundasionalisme ini tampak salah satunya

misalnya dari pandangan kaum positivisme logis dengan unifierd science-nya.

Postmodernisme juga menolak ilmu pengetahuan yang dianggap bebas nilai, ilmu

pengetahuan yang tidak mengakui keterlibatan subjek dalam penemuan dan

pengembangannya, dan anggapan bahwa bahasa adalah cermin realitas.

Postmodernisme sebaliknya mengakui keterlibatan objek dan subjek dalam

penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan (partisipasi/diakletis), mengakui

pengaruh faktor sosial-historis pada subjek, mengakui “kekayaan kosakata”

seseorang dalam memahami dan menafsirkan berbagai fenomena kehidupan

manusia dan sosial-budaya (teks) dan menerima keanekaragaman (pluralitas)

paradigma ilmiah. Dan ketika postmodernisme menerima keanekaragaman

paradigma (perspektif dalam mengobservasi realitas), maka kebenaran ilmu

pengetahuan pun tidak lagi tunggal, tidak tetap, akan tetapi plural dan berubah,

serta berkembang sejalan dengan perkembangan budaya manusia. Dan ini juga

Page 67: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

55

berarti bahwa dalam postmodernisme, berbagai paradigma dan perspektif dapat

tampil dengan ciri-ciri atau “aturan permainan” mereka masing-masing.

B. Sejarah Postmodernisme

Awal mula tumbangnya modernisme dan munculnya postmodernisme

sebenarnya dapat dilacak pada filsafatnya Soren Kierkegaard (1813-1855), yang

menentang rekontruksi-rekontruksi rasional dan masuk akal yang menentukan

keabsahan kebenaran ilmu. Kriteria kebenaran yang berlaku bagi dunia modern

adalah yang rasional dan objektif. Kierkegaard justru berpendapat sebaliknya,

bahwa kebenaran itu bersifat subjektif, “truth is subjectivity”. Pendapat tentang

“kebenaran subjektif‟ ini menekankan pentingnya pengalaman dan relativitas,

yang dialami oleh individu-individu (Maksum, 2016: 269).

Istilah postmodernisme kali pertama digunakan oleh Frederico de Onis

pada 1930-an untuk menyebut gerakan kritik di bidang sastra, khususnya sastra

Pranscis dan Amerika Latin. Onis menyebut tahap modernisme awal antara tahun

1896-1905 dan tahap postmodernisme antara tahun 1905-1914 yang ia sebut

“periode intermezzo” atau pertengahan, dan modernitas yang lebih tinggi

kualitasnya dalam tahap ultramodern antara tahun 1914-1932. Kemudian pada

1947, sejarawan Arnold Toynbee memakai kata postmodern dalam buku A Study

of History. Bagi Toynbee, pengertian postmodern adalah masa yang ditandai

perang, gejolak sosial, evolusi yang menimbulkan anarki, runtuhnya rasionalisme

dan pencerahan. Pada tahun yang sama, Rudolf Panwitz menggunakan istilah

postmodern dalam bukunya Die Krisis de Europaischen Kultur. Dalam buku ini

Page 68: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

56

Panwitz menyebut “manusia postmodern” sebagai manusia sehat, kuat, nasionalis,

dan religius yang muncul dari nihilisme Eropa. Dan postmodernisme adalah

puncak modernisme (Maksum, 2016: 262).

Pada 1957, Peter Dricker menulis subjudul Laporan tentang Dunia

Pascamodern dalam bukunya The Landmarks of Tomorrow. Drucker

memperkenalkan istilah postmodern untuk menyebut perkembangan baru dalam

bidang ekonomi yang sudah memasuki zaman pasca industri/pascakapitalis, dan

revolusi gelombang ketiga.

Tahun 1960-an, Irving Hole menulis Mass Society and Postmodern

Fiction. Hole menyebut sastra kontemporer/postmodern berbeda dengan sastra

modern. Menurutnya, sastra postmodern menunjukkan kemerosotan disebabkan

lemahnya para pembaru dan kekuatan penerobosnya. Baginya, sastra postmodern

harus meninggalkan model modern-klasik, dan orang bebas menangkap dan

mengapresiasikan kualitas-kualitas khas dari sastra baru. Kemudian sastra

postmodernisme baru menunjukkan prestasinya yang penting yaitu saat berhasil

menjembatani perbedaan antara kebudayaan elite (high culture) dengan

kebudayaan massa (pop culture) (Maksum, 2016: 263).

Tahun 1970-an, di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan, postmodernisme

diperkenalkan oleh Jean Francois Lyotard dalam bukunya The Postmodern

Condition: A Report on Knowledge (1979). Lyotard mengartikan

“postmodernisme” sebagai “ketidakpercayaan terhadap segala bentuk narasi

besar; penolakan filsafat metafisis, filsafat sejarah, dan segala bentuk pemikiran

yang mentotalisasi seperti Hegelianisme, Liberalisme, Marxisme, dan isme-isme

Page 69: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

57

lainnya. Postmodernisme, sambil menolak pemikiran yang totaliter, juga

“menghaluskan kepekaan terhadap perbedaan dan memperkuat kemampuan

toleransi terhadap kenyataan yang tak terukur. Prinsipnya lalu bukanlah homologi

para ahli, melainkan paralogi para pencipta.

Pemikiran Lyotard berkisar tentang posisi pengetahuan di abad ilmiah kita,

khususnya tentang cara ilmu dilegitimasikan melalui yang disebutnya “narasi

besar” seperti kebebasan, kemajuan, emansipasi, kaum proletar, dan sebagainya.

Metanarasi itu, menurut Lyotard, telah mengalami nasib yang sama dengan

narasi-narasi besar sebelumnya seperti religi, negara-kebangsaan, keunggulan

Barat, dan sebagainya, yang sulit dipercaya. Dengan katalain, dalam abad ilmiah

ini narasi-narasi besar menjadi tidak mungkin, khususnya narasi tentang peranan

dan kesalihan ilmu itu sendiri. Maka nihilisme, anarkisme, dan pluralisme

“permainan bahasa” pun merajalela. Yang perlu ditunjukkan sekarang adalah

kepekaan baru terhadap perbedaan-perbedaan dan keberanian melawan segala

bentuk totaliterisme (Maksum, 2016: 264).

Dengan pandangan macam itulah, Lyotard membawa istilah

“postmodernisme‟ ke dalam medan diskusi filsafat lebih luas. Sejak saat itu segala

kritik atas pengetahuan universal, atas tradisi metafisik, fondasionalisme maupun

atas modernisme, diidentikkan dengan “postmodern”. Oleh sebab itu, istilah

“postmodernisme” di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan memang ambigu; ia

menjadi sekadar istilah yang memayungi hampir segala bentuk kritik atas

modernisme, meskipun satu sama lain berbeda. Dengan demikian, istilah

Page 70: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

58

postmodernisme dipahami sebagai “segala bentuk refleksi kritis atas paradigma-

paradigma modern dan atas metafisika pada umumnya” (Maksum, 2016: 265).

Bila kita bicara dari sudut filsafat, maka karakter yang khas dalam

modernisme adalah, bahwa ia selalu berusaha mencari dasar segala pengetahuan

tentang “apa”nya realitas, dengan cara kembali ke subjek yang mengetahui itu

sendiri (dipahami secara psikologis maupun transendental). Di sana diharap

ditemukan kepastian mendasar bagi pengetahuan kita tentang realitas itu, realitas

yang biasanya dibayangkan sebagai “realitas luar”. Kepastian itu persisnya

terdapat dalam hukum logika (Sugiharto, 2016: 33).

Demikian maka klaim-klaim dari kaum postmodernisme tentang

“berakhirnya Modernisme “biasanya dimaksudkan untuk menunjukkan

berakhirnya anggapan modern tentang “subjek” dan “dunia objektif” tadi, dunia

yang seolah sepenuhnya mandiri menanti subjek yang akan membuat representasi

mental tentangnya saja. Lalu postmodernisme dimengerti sebagai upaya-upaya

untuk mengungkapkan segala konsekuensi dari berakhirnya modernisme itu

beserta metafisika tentang fondasionalisme dan representasionalismenya

(Sugiharto, 2016: 33).

Tentang kapan persisnya awal dari tumbangnya modernisme di bidang

filsafat itu ada banyak versi cerita. Dari sudut poststrukturalis, misalnya,

modernisme sudah berakhir sejak serangan-serangan awal atas fenomenologi

(yang dianggap semacam titik kulminasi dari Humanisme). Sedangkan di dunia

yang berbahasa Inggris, modernisme baru tumbang bersama dengan munculnya

„filsafat Post-analitik”. Tapi di wilayah Eropa kontinental modernisme berakhir

Page 71: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

59

lebih awal, yaitu konon sudah sejak Nietzsche mengadakan kritik dekonstruktif

atas tradisi metafisik-platonik. Namun gagasan-gagasannya itu memang kurang

membawa efek pada zamannya, sehingga kalau pun ia dianggap sebagai salah

seorang perintis postmodernisme tentu bukanlah dalam artian kronologis,

melainkan dalam „sejarah efektif”nya (bila meminjam istilah Gadamer), yaitu

dalam inspirasi-inspirasi yang dicetuskannya bagi pemikiran-pemikiran abad

keduapuluh ini. Dan sebetulnya pengaruh Nietzsche ini pun baru tampil kuat

lewat penafsiran Heidegger atas Nietzsche, yang problematis itu, lalu juga

diperkuat oleh kultus terhadapnya di kalangan kaum Nietzschean Perancis.

Sedangkan versi lain seperti dianggap awal tumbangnya modernisme. Sayang

awalan ini tak membawa gema panjang (Sugiharto, 2016: 34).

C. Definisi Pendidikan Islam

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan

“pe‟ dan akhiran “an” yang mengandung arti “perbuatan” (hal, cara, dan

sebagainya). Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu

“paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini

kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang

berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab, istilah ini sering

diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan (Ramayulis, 2015:

111).

Ahmad D. Marimba dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam yang sering

dikutip dalam berbagai pembahasan pendidikan Islam menyatakan bahwa

Page 72: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

60

“Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum

agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran

Islam. Dari definisi ini jelas pendidikan Islam diartikan bimbingan jasmani-rohani

menurut hukum agaman Islam menuju terbentuknya kepribadian yang utama

menurut Islam, yang berarti menitikberatkan kepada bimbingan jasmani-rohani

berdasarkan ajaran Islam dalam membentuk akhlak mulia. Dalam definisi ini

tercermin unsur bimbingan jasmani-rohani, berdasarkan hukum-hukum agama

Islam, dan terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam (Abdullah,

2001: 34).

Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan

secara umum dapat dinyatakan bahwa pendidikan Islam itu adalah pembentukan

kepribadian muslim. Selanjutnya digambarkan pengertian pendidikan Islam

dengan pernyataan syariat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau

hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan. Nabi telah

mengajak kaumnya untuk beriman dan beramal serta berakhlak sesuai dengan

ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Dari satu segi, pendidikan

Islam lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang terwujud dalam

amal perbuatan bagi diri sendiri maupun orang lain. Di segi lain pendidikan Islam

tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan

iman dan amal saleh, karenanya pendidikan Islam adalah pendidikan iman dan

amal sekaligus. Ajaran Islam berisi ajaran sikap dan tingkah laku pribadi

masyarakat, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan masyarakat

(Abdullah, 2001: 38).

Page 73: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

61

Dari berbagai definisi pendidikan Islam yang dikemukakan nampak sekali

persoalan usaha membimbing ke arah pembentukan kepribadian, dalam arti

akhlak menjadi perhatian utama, di samping ke arah perkembangan diri dan

berbagai definisi yang ditawarkan, dan hampir sebagian besar terutama pada

bagian awal umumnya lebih bersifat normatif dalam memberikan pengertian,

sehingga sangat terkesan kurang problematis, kurang strategis dan antisipatif

terhadap berbagai masalah pokok yang dihadapi dalam perkembangan kehidupan

manusia dalam rangka menunaikan tugas hidupnya dan sekaligus menjadikannya

mampu menjawab berbagai tantangan dalam kehidupan serta mampu

membuktikan dirinya sebagai insan yang berkualitas dari hasil proses pendidikan

yang dijalaninya (Abdullah, 2001: 40).

Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau

pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang

dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan

berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk

memengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau

mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi (mental). Dengan

demikian pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan

anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaan. Dalam konteks ini, orang dewasa yang dimaksud bukan berarti pada

kedewasaan fisik belaka, akan tetapi bisa pula dipahami kepada kedewasaan

psikis (Ramayulis, 2015: 111). Di dalam sistem pendidikan Nasional dijelaskan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Page 74: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

62

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Ramayulis, 2006: 13).

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu

kepada term al-Tarbiyah, al-Ta‟dib, al-Ta‟lim (Ramayulis, 2016: 112). Yang

masing-masing memiliki karakteristik makna di samping mempunyai

kesesuaian dalam pengertian pendidikan. Meskipun sesungguhnya terdapat

beberapa istilah lain yang memiliki makna serupa seperti kata tabyin, tadris,

dan riyadhah, akan tetapi ketiga istilah di atas dianggap cukup representatif dan

memang sangat sering digunakan dalam rangka mempelajari makna dasar

pendidikan Islam (Abdullah, 2001: 21).

1. Dalam Al-Qur‟an tidak ditemukan kata al-Tarbiyah, namun terdapat istilah

seakar dengannya, yaitu al-Rabb, rabbayani, murabbiy, yurbiy, dan rabbaniy.

Sedangkan dalam hadist hanya ditemukan kata rabbaniy. Menurut Abdul Mujib

masing-masing tersebut sebenarnya memiliki kesamaan makna, walaupun

dalam konteks tertentu memiliki perbedaan (Ramayulis, 2006: 14).

Menurut Mu‟jam (kamus) kebahasaan, kata al-Tarbiyah memiliki tiga

akar kebahasaan, yaitu:

ربا : يربيو : تربية : .1

Yang memiliki arti tambah (zad) dan berkembang (nama).

Pengertian ini didasarkan atas QS. Ar-Rum: 39.

Page 75: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

63

: تربية .2 ربي : يربيو :

Yang memiliki arti tumbuh (nasya‟) dan menjadi besar (tara‟ra‟a).

: تربية .3 :رب يرب :

Yang memiliki arti memperbaiki (ashlaha), menguasai urusan,

memelihara, merawat, menunaikan.

Menurut Abul A‟la al-Maududi kata rabbun (رب) terdiri dari dua huruf

“ra” dan “ba” tasydid yang merupakan pecahan dari kata tarbiyah yang berarti

“pendidikan, pengasuhan, dan sebagainya. Selain itu kata ini mencakup banyak

arti seperti “kekuasaan, perlengkapan pertanggungjawaban, perbaikan,

penyempurnaan, dan lain-lain. Kata ini juga merupakan predikat bagi suatu

kebesaran, keagungan, kekuasaan, dan kepemimpinan (Ramayulis, 2006: 14).

Menurut Khalid al-„Amir menyatakan bahwa menurut ilmu bahasa,

Tarbiyah berasal dari tiga pengertian kata yaitu masing-masing “Rabbaba-

Rabba-Yurabbi” yang artinya “memperbaiki sesuatu dan meluruskan”. Kata

“Rabba” berasal dari suku kata “Ghatha-Yughathi” dan “Halla-Yuhalli” dan

yang artinya “menutupi”. Dari fi‟il “Rabba-Yurabbi” kata “Ar-rabbu-

Tarbiyatan” ditujukan kepada Allah Swt. yang artinya Tuhan segala sesuatu,

raja, dan pemiliknya. Ar-Rabb “Tuhan yang ditaati”, Tuhan yang

memperbaiki”. Juga ditegaskan Ar-Rabbu merupakan masdar yang bermakna

tarbiyah yaitu menyampaikan sesuatu sampai menuju titik kesempurnaan

sedikit demi sedikit (Abdullah, 2001: 23).

MenurutM. Quraish Shihab kata Rabbika disebut dalam Al-Qur‟an

sebanyak 224 kali. Kata tersebut bisa diterjemahkan dengan Tuhanmu. Kata

Page 76: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

64

Rabb berasal dari kata Tarbiyah yang berarti Pendidikan. Kata yang bersumber

dari akar kata ini memiliki arti yang berbeda-beda, namun pada akhirnya arti-

arti itu mengacu kepada arti pengembangan, peningkatan, ketinggian,

kelebihan serta perbaikan.

Menurut Zakiah Darajad, kata kerja Rabb yang berarti mendidik sudah

dipergunakan sejak zaman Nabi Muhammad Saw. seperti di dalam Al-Qur‟an

dan hadist. Dalam bentuk kata benda “Rabba” ini digunakan juga untuk

„Tuhan” mungkin karena juga bersifat mendidik, mengasuh, memlihara, dan

mencipta

Dengan demikian kata Tarbiyah itu mempunyai arti yang sangat luas

dan bermacam-macam dalam penggunaannya, dan dapat diartikan menjadi

makna “pendidikan, pemeliharaan, perbaikan, peningkatan, pengembangan,

penciptaan, dan keagungan yang kesemuanya ini menuju dalam rangka

kesempurnaan sesuatu sesuai dengan kedudukannya” (Abdullah, 2001: 25).

Penggunaan term al-Tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan Islam

dapat dipahami dengan merujuk firman Allah Swt.:

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,

Page 77: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

65

sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".” (QS. Al-

Isra‟:24)

Dengan demikian, term al-Tarbiyah mengandung arti

pemeliharaan/penjagaan atau pengaturan terhadap segala sesuatu secara luas.

Hal ini menunjukkan bahwa term al-Tarbiyah tersebut mengandung makna

yang melebihi tuntutan dari kata pendidikan tersebut (Ramayulis, 2016: 115).

2. Istilah lain pendidikan adalah Ta‟lim, merupakan masdar dari kata „allama

yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,

pengetahuan, dan ketrampilan (Ramayulis, 2006: 14). Jadi, makna ta‟lim dapat

diartikan “pengajaran” seperti dalam bahasa Arab dinyatakan Tarbiyah wa

Ta‟lim berarti “Pendidikan dan Pengajaran”, sedangkan Pendidikan Islam

dalam bahasa Arabnya “at-Tarbiyah al-Islamiyah”. Kata ta‟lim dengan kata

kerja “allama” juga sudah digunakan pada zaman Nabi baik di dalam Al-

Qur‟an maupun hadist serta pemakaian sehari-hari pada masa dulu lebih sering

digunakan daripada Tarbiyah. Kata “allama” memberi pengertian sekadar

memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan

kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan ke arah pembentukan

kepribadian yang disebabkan pemberian pengetahuan (Abdullah, 2001: 27).

Penunjukan kata ta‟lim pada pengertian pendidikan, sesuai dengan

firman Allah Swt.:

Page 78: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

66

Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu

berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang

benar orang-orang yang benar!". (QS. Al-Baqarah: 31)

Berdasarkan pengertian yang ditawarkan dari kata ta‟lim dan ayat di

atas, terlihat pengertian pendidikan yang dimaksudkan mengandung makna

yang terlalu sempit. Pengertian ta‟lim hanya sebatas proses pentransferan

seperangkat nilai antar manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai nilai yang

ditransfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada

domain afektif. Ia hanya sekedar memberi tahu atau memberi pengetahuan,

tidak mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali

kemungkinan ke arah pembentukan kepribadian yang disebabkan pemberian

pengetahuan (Ramayulis, 2006: 15).

Seperti halnya istilah al-Tarbiyah, term ta‟lim-pun memiliki cakupan

makna yang luas seperti yang tertera di berbagai tempat dalam Al-Qur‟an. Di

antaranya ada yang bermakna informasi pengetahuan yang belum diketahui

manusia sebagai sebuah keutamaan baik melalui lisan maupun tulisan, seperti

yang terdapat dalam QS. Al-Kahfi: 65-66:

Page 79: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

67

Artinya: “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-

hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan

yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami (65). Musa berkata

kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan

kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan

kepadamu?" (66).” (QS. Al-Kahfi:65-66)

Pada ayat di atas, potongan ayat “‟allama” dengan arti

memberitahukan informasi yang belum diketahui sebelumnya.

Menurut Al-Qur‟an, ta‟lim dengan arti pengajaran telah dimulai

sejak manusia keluar dari perut ibunya masing-masing (sejak kelahiran). Pada

saat manusia muncul pertama kali di alam dunia, mereka tidak tahu apa-apa,

lalu Allah anugerahi mereka dengan berbagai fasilitas kehidupan dan sarana

untuk memperoleh pengetahuan seperti pendengaran, mata, hati, dan lain-

lainnya. Hal ini secara tegas Allah nyatakan dalam Al-Qur‟an (Ramayulis,

2016: 116).

Term “ta‟lim” yang berasal dari akar kata “allama yu‟allimu-ta‟lim”

sebagaimana halnya istilah tarbiyah adalah sama, bersifat transitif (mut‟addiy),

menunjukkan perbuatan secara sengaja dan dilakukan secara berulang-ulang.

Sedangkan kata benda aktifnya (isim fa‟il) adalah “mu‟allim” dengan arti guru.

Dengan demikian, term al-Ta‟lim dengan arti pengajaran merupakan transmisi

pengetahuan. Menurut pandangan Ibrahim „Abdullah al-Thakhis dibatasi oleh

waktu, umur, dan tempat. Sedangkan tarbiyah dimulai sejak kelahiran dan

Page 80: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

68

berakhir dengan kematian. Oleh karena itulah, term tarbiyah lebih luas

jangkauannya dibanding dengan term ta‟lim.

Di samping itu, apabila diamati potongan ayat dengan term al-Ta‟lim

dengan berbagai bentuknya, berasal dari kata “alima” dengan arti mengetahui

atau punya ilmu, menunjukkan bahwa, seseorang yang berkiprah dalam

pengajaran itu haruslah menguasai ilmu dalam bidang keahliannya secara

mendalam dan mempunyai wawasan dan ilmu yang luas, dalam bidang ilmu

lainnya.

Berdasarkan analisis kebahasaan dari kata “alima” sebagai asal kata

“al-Ta‟lim” menunjukkan/mengandung konsekuensi bahwa seorang mu‟allim

(guru) dalam pendidikan Islam adalah ilmuan merupakan refleksi dari orang-

orang yang punya kompetensi keahlian (punya skill) dalam bidang ilmu yang

diajarkannya, dan mempunyai wawasan yang luas dalam bidang ilmu lainnya,

terutama yang berkaitan dengan keahliannya (Ramayulis, 2016: 118).

Kata ta‟lim menurut bahasa mempunyai asal kata dan dasar makna

sebagai berikut:

1. Berasal dari kata dasar “allama-ya lamu” yang berarti mengecap atau

memberi tanda.

2. Berasal dari kata dasar “alima-ya lamu” yang berarti mengerti atau

memberi tanda.

Dari kedua makna di atas, Tadjab menyimpulkan makna istilah Ta‟lim

mempunyai pengertian “usaha untuk menjadikan seseorang (anak) mengenal

tanda-tanda yang membedakan sesuatu dari lainnya, dan mempunyai

Page 81: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

69

pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang sesuatu”. Kata ta‟lim

mempunyai konotasi khusus dan merujuk kepada “ilmu”, sehingga konsep

ta‟lim itu mempunyai pengertian sebagai “pengajaran ilmu” menjadi seseorang

berilmu.

3. Kemudian salah satu konsep kunci utama lain yang merujuk kepada hakikat

dari inti makna pendidikan adalah istilah ta‟dib yang berasal dari kata adab.

Istilah adab dianggap mewakili makna utama pendidikan Islam. Istilah ini

menurut Naquib al-Attas sangat penting dalam rangka memberi arti pendidikan

Islam. Adab adalah disiplin tubuh, jiwa dan ruh; disiplin yang menegaskan

pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat hubungannya dengan

kemampuan dan potensi jasmaniah, intelektual dan ruhaniah; pengenalan dan

pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hierarkis sesuai

dengan tingkat (maratib) dan derajatnya (darajat). Dalam adab akan tercermin

keadilan (adil), kearifan (hikmah). Adab meliputi kehidupan material dan

spiritual. Adab juga bermakna undangan kepada perjamuan yang bisa

membawa kenikmatan ruhaniah, adab melibatkan disiplin pikiran dan jiwa,

tindakan yang betul dan aspek kehormatan. Penekanan adab mencakup amal

dan ilmu sehingga mengkombinasikan ilmu dan amal serta adab secara

harmonis, ketiganya sebagai pendidikan. Pendidikan dalam kenyataannya

adalah ta‟dib karena adab sebagaimana didefinisikan mencakup ilmu dan amal

sekaligus (Abdullah, 2001: 30).

Adapun kata ta‟dib secara bahasa merupakan bentuk masdar dari kata

“addaba” yang berarti memberi adab, mendidik. Adab dalam kehidupan sering

Page 82: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

70

diartikan sopan santun yang mencerminkan kepribadian. Istilah ini dalam

kaitan dengan arti pendidikan Islam telah dikemukakan oleh Syed Muhammad

Naquib al-Attas yang menyatakan bahwa istilah ta‟dib merupakan istilah yang

dianggap tepat untuk menunjuk arti Pendidikan Islam. Pengertian ini

didasarkan bahwa arti pendidikan adalah meresapkan dan menanamkan adab

pada manusia, di samping alasan makna kebahasaan lainnya.

Dikemukakan oleh al-Attas bahwa pendidikan dalam kenyataannya

adalah ta‟dib karena adab sebagaimana didefinisikan di sini sudah mencakup

ilmu dan amal. Dalam hadist berbunyi:

(بي مسعودأرواه المسعان عه ) ي ب ي د أ ت ه س ح أ ف ي ن ب د أ

Artinya: Tuhan telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku (HR.

Ibnu Mas‟an dari Abi Mas‟ud).

Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan

pendidikan Islam adalah al-Ta‟dib. Konsep ini didasarkan pada hadis Nabi

seperti di atas.

Kata addaba dalam hadist di atas dimaknai al-Attas sebagai

“mendidik”. Selanjutnya ia mengemukakan, bahwa hadist tersebut bisa

dimaknai kepada “Tuhanku telah membuatku mengenali dan mengakui dengan

adab yang dilakukan secara berangsur-angsur ditanamkan-Nya dalam diriku,

tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam penciptaan, sehingga

hal itu membimbingku ke arah pengenalan dan pengakuan tempat-Nya yang

Page 83: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

71

tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian, serta sebagai akibatnya Ia telah

membuat pendidikanku yang paling baik.

Berdasarkan batasan tersebut, maka al-Ta‟dib berarti pengenalan dan

pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia

(peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam

tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai

pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat

dalam tatanan wujud dan kepribadiannya (Ramayulis, 2016: 119).

Istilah al-Ta‟dib, menurut kamus Bahasa Arab “Al-Mu‟jam al-Wasith”

bisa diterjemahkan dengan “pelatihan atau pembiasaan” mempunyai kata dan

makna dasar sebagai berikut:

1) Ta‟dib berasal dari kata dasar “adaba-yu‟adubu” yang berarti melatih,

untuk berperilaku yang baik dan sopan santun.

2) Ta‟dib berasal dari kata “adaba ya‟dibu” yang berarti mengadakan pesta

atau perjamuan yang berarti berbuat dan berperilaku sopan.

3) Kata “addaba” sebagai bentuk kata kerja ta‟dib mengandung pengertian

mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin, dan memberi tindakan.

Kata addaba ( د ب أ ) yang berarti mendidik menurut Ibnu Manzhur

merupakan padanan kata “allama” (علم) dan oleh Az-Zajjaz dikatakan sebagai

cara Tuhan mengajar Nabi-Nya. Masdar addaba yakni ta‟dib yang telah

diterjemahkan sebagai pendidikan yang mempunyai arti sama, dan kita dapat

rekanan konseptualnya di dalam istilah ta‟lim (Ramayulis, 2006: 15).

Page 84: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

72

Istilah al-Ta‟dib sama halnya dengan istilah-istilah sebelumnya tidak

ditemukan di dalam Al-Qur‟an secara eksplisit, namun ada sejumlah hadist

yang memakai term “ta‟dib” dengan bentuk kata kerja (addaba) yang berasal

dari akar kata tsulatsiy mujarrad (addaba) dengan arti „allamhu al-adab

mengajarinya sopan santun atau kebudayaan. Sedangkan istilah “taaddabi”

berarti belajar sopan santun.

Penggunaan istilah al-Tarbiyah terlalu luas untuk mengungkap hakikat

dan operasionalisasi pendidikan Islam. Sebab kata al-Tarbiyah yang memiliki

arti pengasuhan, pemeliharaan, dan kasih sayang tidak hanya digunakan untuk

manusia, akan tetapi uga digunakan untuk melatih dan memelihara binatang

dan makhluk Allah lainnya. Oleh karenanya, penggunaan istilah al-Tarbiyah

tidak memiliki akar yang kuat dalam Khazanah bahasa Arab. Timbulnya istilah

ini dalam dunia Islam merupakan terjemahan dari bahasa Latin “educatio” atau

bahasa Inggris „education”. Kedua kata tersebut dalam batasan pendidikan

Barat lebih banyak menekankan pada aspek fisik dan material. Sementara

pendidikan Islam, penekanannya tidak hanya aspek tersebut, akan tetapi juga

pada aspek psikis dan immaterial. Dengan demikian, istilah al-Ta‟dib

merupakan term yang paling tepat dalam khazanah bahasa Arab karena

mengandung arti ilmu, kearifan, keadilan, kebijaksanaan, pengajaran, dan

pengasuhan yang baik sehingga makna al-Tarbiyah dan al-Ta‟lim sudah

tercakup dalam term al-Ta‟dib (Ramayulis, 2016: 120).

Page 85: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

73

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Ide Pokok Pemikiran Nurcholish Madjid

Pemikiran Nurcholish Madjid yang sempat menggegerkan kalangan umat

Islam adalah menganjurkan suatu keharusan sekularisme dalam Islam.

Menurutnya, sekularisme berarti pembebasan manusia dari kungkungan cultural,

pemikiran keagamaan yang membelenggu dan mengahalangi manusia untuk

berpikir kritis dalam memahami realitas (Taufik, 2005: 155).

1. Sekularisasi

Nurcholish Madjid pertama kali melontarkan ide yang disebut

sekularisasi. Ide ini dicetuskannya pada waktu memberikan ceramah tahun 70-

an. Menurut Nurcholish Madjid, dengan sekularisasi tidaklah dimaksudkan

penerapan sekularisme dan mengubah kaum muslimin menjadi kaum sekularis,

tetapi dimaksudkan untuk menduniakan nilai-nilai yang sudah semestinya

bersifat duniawi dan melepaskan umat Islam dari kecenderungan untuk

mengukhrowikannya (Saefuddin, 2003: 225).

Menurut Nurcholish, penerapan sekularisme dengan konsekuensi

penghapusan kepercayaan kepada adanya tuhan, jelas dilarang. Agama Islam,

bila diteliti benar-benar, dimulai dengan proses sekularisasi lebih dahulu.

Agama Islam, bila diteliti benar-benar, dimulai dengan proses sekularisasi

lebih dahulu. Justru ajaran Tauhid itu merupakan pangkal tolak proses

sekularisasi secara besar-besaran (Nafis, 2005: 184).

Page 86: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

74

Sekularisasi mempunyai hubungan erat dengan sekularisme, karena

berarti pengetrapan sekularisme. Nurcholish Madjid melukiskan seolah-olah

Islam memerintahkan sekularisasi dalam arti tauhid. Kalua soalnya seperti

yang dituturkan Nurcholish, segala sesuatu menjadi arbitrair atau semau gue.

Secara ekstrim boleh saja kata sekularisasi tersebut diganti dengan pisang

goreng, atau kopi jahe atau es jahe dan sebagainya dengan tidak ada

konsekuensi apa-apa. Apabila dikatakan, yang dimaksud dengan pisang goreng

adalah manusia yang mengesakan Tuhan dan menganggap benda-benda lain

yang tidak layak dipuja, maka tak seorangpun yang berhak melarang seseorang

berbuat demikian. Mereka hanya tertawa dalam hati mereka, karena keanehan

istilah tersebut.

Sebenarnya, substansi pemikiran Nurcholish Madjid adalah ia ingin

menempatkan hal-hal yang sifatnya dunia yang profan pada tempatnya dan

sifatnya keakhiratan atau kaitannya dengan masalah teologis juga pada

tempatnya. Namun, tampaknya ia kesulitan dalam menemukan istilah yang

tepat sehingga menimbulkan reaksi yang bertubi-tubi (Saefuddin, 2003: 225).

Gagasan sekularisasi Nurcholish Madjid yang merupakan respon terhadap

fenomena sosial politik yang berkembang ketika itu (pada awal rezim orde

baru) merupakan implementasi gagasan dan pemikiran Nurcholish Madjid

terhadap Islam sebagai agama terbuka dan menganjurkan idea of progrees.

Pada saat yang sama merupakan jawaban Nurcholish Madjid terhadap ajakan

untuk senantiasa berani melakukan ijtihad, termasuk dalam menghadapi dan

merespon persoalan-persoalan Indonesia kontemporer (Azra, 1986: 26).

Page 87: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

75

2. Desakralisasi

Desakralisasi, dilihat dari segi bahasa, berasal dari kata Inggris “sacral”,

yang berarti suci, keramat atau angker (Poerwadarminto, 1980: 29). Kata ini

sepadan dengan istilah “demitologisasi”, artinya proses pembuangan nilai-nilai

mitologis. Jadi bila demikian kata „desakralisasi” yang dimaksud adalah suatu

proses pembebasan masyarakat dari belenggu takhayul dari beberapa aspek

kehidupannya, hal ini tidak dimaksudkan penghapusan orientasi keagamaan

dalam norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan (Madjid, 1992: xxv).

Dengan desakralisasi, Nurcholish Madjid menyerukan kaum Muslim

untuk berhenti menyucikan sesuatu yang memnag tidak suci. Pada masa lalu,

wilayah suci itu relatif terbatas pada objek-objek fisikal yang dikenal

masyarakat awam, sekarang wilayah suci itu berkembang lebih luas dalam

wujud organisasi dan partai. Menurutnya, kalau umat Islam konsekuen dengan

konsep tauhid yang dianutnya, seharusnya terjadi desakralisasi pandangan

terhadap semua yang selain Tuhan, karena tauhid merupakan pemutlakan

transenden semata-mata kepada Tuhan. Sakralisasi kepada semua objek selain

Tuhan, ujarnya, tidak lain adalah bentuk kemusyrikan, lawan dari tauhid (Gaus

AF, 2010: 92).

3. Inklusifisme

Inklusifisme merupakan pemikiran yang memberikan formulasi bahwa

Islam merupakan agama terbuka. Sebagai agama terbuka, Islam menolak

eksklusifisme dan absolutisme dan memberikan apresiasi tinggi terhadap

pluralisme. Di dalam kerangka ini, umat islam harus menjadi golongan

Page 88: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

76

terbuka, yang bisa tampil dengan rasa percaya diri dan bersikap ngemong

terhadap golongan lain. Sedangkan penolakan terhadap absolutisme

mengandung makna bahwa Islam memberikan tempat yang tinggi terhadap ide

pertumbuhan dan perkembangan, yakni tentang etos gerak yang dinamis dalam

ajaran Islam (Sofyan & Roychan Madjid: 106).

Apa yang hendak disampaikan oleh Nurcholish Madjid dengan teologi

inklusif ini adalah bahwa Islam merupakan satu sistem yang memberikan

kepedulian terhadap semua orang; termasuk bagi mereka yang bukan muslim.

Di sinilah sebenarnya titik temu antara teologi inklusif dengan pluralisme.

Dengan berpijak pada pemikiran (teologi) Islam inklusif, maka seseorang akan

merasa nyaman dengan pluralisme (Sofyan & Roychan Madjid: 107).

4. Islam dan Ideologi

Menurut Nurcholish Madjid, Islam tidak identik dengan ideology.

Ideology Islam yang berlangsung selama ini dalam masyarakat telah

merelatifasikan Islam sebagai ajaran yang universal. Ideologi, kata Nurcholish

Madjid sangat terikat oelh ruang dan waktu (Saefuddin, 2003: 228).

Nurcholish Madjid berargumentasi bahwa Islam tidak identik dengan

ideologi. Ideologisasi Islam yang berlangsung selama ini dalam masyarakat

telah merelatifkan Islam sebagai ajaran yang universal. Dari pemikiran itu

terlontarlah suatu ungkapan yang amat terkenal yaitu “Islam, yes! Partai Islam,

no!” dari ungkapan itu tampaknya ia berpesan bahwa tidak perlu bahkan tidak

wajib setiap orang masuk partai Islam. Yang paling penting adalah

menjalankan ajaran Islam itu sendiri. Sampai kini pandangan Islam jangan

Page 89: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

77

dijadikan asas partai masih dipegang kuat oleh Nurcholish Madjid (Saefuddin,

2003: 230).

B. Konsep Pendidikan Islam Menurut Nurcholish Madjid

Perubahan orientasi pendidikan Islam sudah menjadi keniscayaan dan

tuntutan zaman, terlebih di era globalisasi dewasa ini. namun, sayangnya lembaga

pendidikan Islam kita tertalu lambat menyadari ketertinggalan ini dan tokoh

pendidikan kita terlalu berfikir konservatif dan terjebak pada dikotomi antara

pendidikan agama dan pendidikan umum.

Perubahan pendidikan dari segala aspek pendidikan mejadi koreksi awal

untuk perbaikan aspek nilai yang akan dicapai pada setiap tujuan pendidikan.

Sehingga, dalam implementasinya membutuhkan ketepatan dan kedewasaan

sebagai sistem yang akan dijalankan. Berpangkal pada teologi inklusif, bahwa

Islam adalah agama terbuka, menolak eksklusifisme, absolutisme, serta

memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pluralisme

(Fathurkamal.staff.umy.ac.id).

Menempatkan prinsip keagamaan sebagai prinsip kehidupan yaitu

menegaskan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan keadilan di dalamnya.

Nurcholish Madjid mengasumsikan ketiganya sebagai nilai-nilai dasar perjuangan

keagamaan dan kehidupan untuk memahami Islam secara komprehensif. Ketiga

asaa tersebut dapat digeneralkan sebagai berikut:

Page 90: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

78

1. Ketuhanan

Ketuhanan sebagai bentuk kepercayaan manusia terhadap suatu zat.

Kepercayaan itu melahirkan tata nilai guna menopang hidup budayanya.

Ketuhanan merupakan manifestasi suasana batin dan kondisi spiritual

seseorang dalam mencapai kesadaran dan kebenaran hakiki tentang adanya

tuhan. Namun, kecendurang eksklusif tentang kepercayaan, akhlak, ritual, dan

hubungan sosial dipahami dari perspektif hukum syariah masih teramat kaku,

beku, dan mati (Mulkhan, 2002: 3).

Bentuk morfologi dalam segi kepercayaan dan implementasi terhadap

nilai-nilai ketuhanan dan diramu dalam sifat-sifat kemanusiaan, maka sifat-

sifat tersebut merupakan cerminan ketuhanan dan eksistensi ketuhanan Yang

Maha Esa. Suatu ajaran agama (Al-Qur‟an dan Hadits sebagai landasan

beragama) akan memainkan peran masa depan jika bersedia memberi peluang

partisipasi seluruh manusia dalam penafsiran ajaran agama sesuai kapasitas

intelektual yang terus tumbuh dan berkembang dalam wadah sejarah dan

budaya (Mulkhan, 1995: 83).

2. Kemanusiaan

Manusia memiliki potensi sebagai khalifah fil „ardl untuk memelihara

dan memanfaatkan dunia dan seisinya untuk kemakmurannya dan manusia

memiliki suatu fitrah yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, yaitu berkeinginan

suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran (hanif). Bekerja dengan

ikhlas yang memancar dalam hati nurani yang suci untuk memperoleh

kebahagiaan.

Page 91: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

79

Dalam masyarakat manusia cenderung ingin mendapat kemerdekaan

pribadi, namun terkadang kemerdekaan pribadi menimbulkan perbedaan

dengan pribadi lain, meskipun itu untuk kebaikannya. Peningkatan

kemanusiaan dapat terjadi jika ada keleluasan untuk mengembangkan

kecakapannya melalui aktifitas dan kerja yang sesuai dengan kecenderungan

dan bakatnya (Mulkhan, 1995: 84). Bahwa inti dari kemanusiaan yang suci

adalah iman dan kerja kemanusiaan atau amal saleh.

Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan

kebenaran dengan intelegensi dan bimbingan hati nuraninyanya. Meskipun

kebenaran itu relatif tetapi merupakan perjalanan untuk menuju kebenaran

mutlak. Jadi, ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal saleh. Hanya

mereka yang dibimbing ilmu pengetahuan dapat berjalan di atas kebenaran dan

menyampaikannya dengan kepatuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan

iman dan keluasan ilmu pengetahuanlah manusia dapat mencapai puncak yang

tertinggi (Mulkhan, 1995: 85).

3. Keadilan

Nurcholish Madjid memandang adanya bentuk keadilan yang menjadi

bentuk sirkulasi mendasar antara kemanusiaan dan berketuhanan. Merupakan

sifat dasar dan keniscayaan manusia dalam hal kekhalifahannya untuk menjadi

manusia yang mulia. Ada beberapa indikator dalam mewujudkan keadilan yang

merata (www.UliParulianSihombing.com):

a. Adanya distribusi yanga dil atas sumber daya ekonomi, sosial, hukum,

dan sebagainya.

Page 92: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

80

b. Adanya tindakan afirmatif (diskriminatif positif) untuk masyarakat

marjinal/miskin demi mewujudkan keadilan sosial.

c. Keadilan sosial menekankan kepada kebutuhan masyarakat

marjinal/miskin.

d. Keadilan sosial diimplementasikan atas dasar non diskriminasi dan

persamaan.

e. Keadilan sosial adalah hak konstitusional dan hak azasi.

Menurut Subahar, manusia diberikan unsur „aql dan qalb yang

mempunyai fungsi secara spesifik. Manusia diberikan kebebasan untuk

mengembangkan sekaligus menggunakannya menurut dirinya sendiri di dalam

konteks pendidikan.

C. Analisis Relevansi Postmodernisme Terhadap Pendidikan Islam

Menurut Nurcholish Madjid

Problem paling mendasar pada pendidikan Islam adalah kurangnya

penghayatan terhadap pandangan-pandangan filosofis bagi penyelenggaraan

pendidikan Islam. Sehingga berorientasikan kepada yang tidak idealis atau

pragmatis, ketidakmampuan peserta didik menghadapi tantangan hidupnya, serta

membentuk paradigma yang salah bahwa pendidikan Islam sebagai pecetak

pekerja. Dalam hal ini, Nurcholish madjid menekankan pada proses perenungan

secara mendalam yang tentunya dengan mengarahkan pendidikan Islam tersebut

dalam pembentukan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang seluruh aspek-

aspek merealisasikan atau mencerminkan ajaran Islam. Realisasi ajaran-ajaran

Page 93: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

81

Islam yang pada dasarnya bukan hanya dalam segi ubudiyah saja pendidikan

Islam itu berjalan, melainkan juga dalam segi asasi. Kemudian secara logis

kemampuan pribadi anak didik yang telah tertanam dalam dirinya nilai-nilai

ajaran agama secara ubudiyah dan asasi, akan melahirkan konsekuensi yang

mewujud dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, sehingga kemudian akan

mewujudkan tatanan hidup masyarakat yang bernuansakan ketuhanan yang penuh

dengan kedamaian dan sikap kebersamaan terhadap sesama yang berujung pada

sikap-sikap pasrah kepada Allah sebagai wujudal-Islam, sikap penuh dengan

kedamaian dan kerelaan yang merupakan wujud dan sikap salam dan sikap

perubahan diri ke arah perbaikan dalam kehidupan masyarakat dengan wujud

Islam di dalamnya.

Dengan ketiga asas dasar nilai-nilai kehidupan dan keagamaan yaitu

ketuhanan, kemanusiaan, dan keadilan, Nurcholish Madjid berharap ada

perubahan ke depan pada pendidikan Islam. Karena dari pendidikanlah umat

Islam ini akan berubah. Mengesampingkan sesuatu yang kecil ataupun besar dan

menghilangkan sikap diskriminatif pada pribadi tertentu, akan membuat

kebenaran dan keyakinan menuju pada kebahagiaan. Penulis memandang sikap-

sikap pribadi yang ekstrem dan fundamental seiring perkembangan zaman

semestinya mereka sadari dan diubah. Bahwa pemahaman agama tidaklah statis

namun haruslah dinamis, agar landasan agama selalu berguna dan sesuai dengan

zamannya. Bukan berarti meragukan keontetikan firman-firman Tuhan, tetapi

perlu adanya pendekatan kritis-progresif terhadap wacana-wacana permasalahan

Page 94: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

82

umat kontemporer. Dan itu bisa dilakukan jika umat Islam bisa berfikir modernis,

sekularis, dan inklusif dengan landasan ketuhanan, kemanusiaan, dan keadilan.

Page 95: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis relevansi postmodernisme terhadap

pendidikan Islam menurut Nurcholish Madjid, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Ide pokok pemikiran Nurcholish Madjid, yaitu:

a. Sekularisasi

Dengan sekularisasi tidaklah dimaksudkan penerapan sekularisme

dan mengubah kaum muslimin menjadi kaum sekularis, tetapi dimaksudkan

untuk menduniakan nilai-nilai yang sudah semestinya bersifat duniawi dan

melepaskan umat Islam dari kecenderungan untuk mengukhrowikannya.

b. Desakralisasi

Suatu proses pembebasan masyarakat dari belenggu tahayul dari

beberapa aspek kehidupannya, hal ini tidak dimaksudkan penghapusan

orientasi keagamaan dalam norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan.

c. Inklusifisme

Umat Islam harus menjadi golongan yang terbuka, yang bisa tampil

dengan rasa percaya diri dan bersikap ngemong terhadap golongan lain.

d. Islam dan Ideologi

Bahwa Islam tidak identik dengan ideologi. Ideologisasi Islam yang

berlangsung selama ini dalam masyarakat telah merelatifkan Islam sebagai

ajaran yang universal.

Page 96: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

84

2. Konsep pemikiran postmodernisme dalam pendidikan Islam menurut

Nurcholish Madjid adalah sebagai berikut:

a. Ketuhanan

Bentuk morfologi dalam segi kepercayaan dan implementasi terhadap

nilai-nilai ketuhanan dan diramu dalam sifat-sifat kemusiaan, maka sifat-sifat

tersebut merupakan cerminan ketuhanan dan eksistensi ketuhanan Yang Maha

Esa.

b. Kemanusiaan

Inti dari kemanusiaan yang suci adalah iman dan kerja kemanusiaan

atau amal saleh.

c. Keadilan

Merupakan bentuk sirkulasi mendasar antara kemanusiaan dan

berketuhanan. Manusia diberikan unsur „aql dan qalb sehingga diberi

kebebasan untuk mengembangkan sekaligus menggunakannya.

3. Relevansi postmodernisme terhadap pendidikan Islam menurut Nurcholish

Madjid yaitu bahwa pendidikan Islam tersebut mengarahkan dalam pembentukan

kepribadian yang mencerminkan ajaran Islam. Kemudian secara logis kemampuan

pribadi anak didik yang telah tertanam dalam dirinya nilai-nilai ajaran agama akan

melahirkan konsekuensi yang mewujud dalam kehidupan sosial kemasyarakatan,

sehingga kemudian akan mewujudkan tatanan hidup masyarakat yang

bernuansakan ketuhanan yang penuh dengan kedamaian dan sikap kebersamaan

terhadap sesama.

Page 97: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

85

B. Saran-Saran

1. Jika ide-ide pokok mengenai postmodernisme dan hendak diaplikasikan

dalam kehidupan masyarakat, maka perlu upaya pencerahan intelektual dan

moral keagamaan yang memadai bagi pengembangan pendidikan Islam

khususnya dan masyarakat luas secara umum, berkenaan dengan pendekatan

baru dalam keilmuan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar di satu sisi peserta

didik kian menyadari kebebasan dan haknya untuk berpartisipasi aktif dalam

kehidupan masyarakat.

2. Studi ini hanya terbatas pada persoalan relevansi postmodernisme terhadap

pendidikan Islam, masih perlu dilakukan studi lebih lanjut dan lebih

mendalam mengenai konsep postmodernisme. Oleh karena itu, penulis

mengharap pengembangan budaya produktifitas, kreatifitas karya dan kritis

pada generasi selanjutnya untuk peka terhadap persoalan mendasar dalam

pemikiran kontemporer.

Page 98: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

86

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. 2010. Ideologi Pendidikan Islam; Paradigma Humanisme

Teosentris.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

AF, Ahmad Gaus. 2010. API ISLAM Nurcholish Madjid. Jakarta: PT. Kompas

Media Nusantara: Media Nusantara.

AR, Achmad Reyadi. 2011. Postmodernisme; Perspektif Ajaran Islam dan

Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam. Jurnal Tadris, Vol. 6 No. 1,

Juni.

Aziz, Ahmad Amir. 1999. Neo-Modernisme Islam di Indonesia; Gagasan Sentral

Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Barton, Greg. 1999. Gagasan Islam Liberal di Indonesia, Pemikiran Neo-

Modernisme Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahid, dan

Abdurrahman Wahid, terj., Nanang Tahqiq. Jakarta: Paramadina.

Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Fajar, A. Malik. 1999. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Dunia.

Hidayat, Komaruddin. 1995. “Kata Pengantar”, dalam Nurcholish Madjid, Islam

Agama Kemanusiaan; Membangun Makna dan Relevansi Islam dalam

Sejarah. Jakarta: Paramadina.

http://Fathurkamal.staff.umy.ac.id. diakses tanggal 29 Maret 2017.

Page 99: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

87

http://muhamadqbl.blogspot.com/2010/04.definisi-pendidikan-perbandingan.html

diakses tanggal 29 Maret 2017.

http://UliParulianSihombing.blogspot.com diakses pada tanggal 29 Maret 2017.

Itsariyati, Khusnul. 2010. Konsep Pembaharuan Pendidikan Islam Nurcholish

Madjid; Tinjauan Filosofis dan Metodologis, Skripsi Jurusan

Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan

Kalijaga.

Lubis, Akhyar Yusuf. 2015. Pemikiran Kritis Kontemporer; Dari Teori Kritis,

Culture Studies, Feminisme, Postkolonial hingga Multikulturalisme.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Madjid, Nurcholish. 1987. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung:

Mizan.

Madjid, Nurcholish. 1992. Islam, Doktrin, dan Peradaban; Sebuah Telaah Kritis

tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan. Jakarta:

Yayasan Wakaf Paramadina.

Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina.

Madjid, Nurcholish. 2007. Khazanah Intelektual Islam. Jakarta: PT. Bulan

Bintang.

Madjid, Nurcholish. 2016. 32 Khotbah Jum‟at Cak Nur; Menghayati Akhlak

Allah dan Khutbah-Khutbah Pilihan Lainnya. Jakarta Selatan: PT.

Mizan Publika.

Page 100: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

88

Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat dari Masa Klasik Hingga

Postmodernisme. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

Muhtar, Moh. Zainal. 2015. Aktualisasi Pendidikan Agama Islam di Era

Postmodernisme dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam.

Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Mukalam. 2013. Postmodernisme dan Filsafat Pendidikan Islam, Jurnal

Pendidikan Islam. Vol. 2 No. 2.

Mulkhan, Abdul Munir. 1995. Teologi Kebudayaan dan Demokrasi Modernitas.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulkhan, Abdul Munir. 2002. Nalar Spiritual Pendidikan; Solusi Problem

Filosofis Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nadhif, Ahmad. 2012. Prinsip-Prinsip Postmodern dan Relevansinya dengan

Pendidikan Islam, Skripsi Jurusan Kependidikan islam Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga.

Nadroh, Siti. 1999. Wacana Keagamaan dan Politik Nurcholish Madjid. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Nafis, Muhammad Wahyuni. 2005. Kesaksian Intelektual. Jakarta Selatan:

Paramadina.

Nata, Abuddin. 2005. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Page 101: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

89

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis,

dan Praktis. Jakarta: Ciputat Press.

Poespowardojo, Soerjanto & Alexander Seran. 2016. Diskursus Teori-Teori

Kritis; Kritik atas Kapitalisme, Modern, dan Kontemporer. Jakarta:

PT. Kompas Media Nusantara.

Qomar, Mujamil. 2005. Pesantren; dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Ramayulis. 2015. Filsafat Pendidikan Islam; Analisis Filosofis Sistem Pendidikan

Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Ratna, Nyoman Khuta. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Saefuddin, Didin. 2003. Pemikiran Modern dan Postmodern Islam. Jakarta: PT.

Grasindo.

Siswanto. 2013. Pendidikan Islam Kontekstual. Surabaya: Pena Salsabila.

Sofyan, Ahmad dan Roychan Madjid. 2003. Gagasan Cak Nur tentang Negara

dan Islam. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.

Soyomukti, Nurani. 2016. Teori-Teori Pendidikan dari Tradisional, (Neo)

Liberal, Marxis-Sosiolis, Hingga Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruz

Media.

Page 102: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

90

Sugiharto, I. Bambang. 2016. Postmodernisme; Tantangan Bagi

Filsafat.Yogyakarta: PT. KANISIUS.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, R &

D). Bandung: Alfabeta.

Taufik, Akhmad. 2005. Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisasi Islam. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Vattimo, Gianni. 2016. Akhir Modernitas; Nihilisme dan Hermeneutika dalam

Budaya Postmodern. Yogyakarta: Nusantara Press.

Widodo, Sembodo Ardi. 2007. Problematika Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan

dari Aspek Epistemologi) dalam buku Pendidikan Islam di Indonesia

oleh Dr. Abdur Rahman Assegaf, MA., dkk. Yogyakarta: SUKA

Press.

www.wikipedia.org diakses pada tanggal 29 Maret 2017.

Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholish Madjid terhadap

Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press.

Page 103: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian
Page 104: POSTMODERNISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1747/1/PDF.pdf · teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama : Annilta Manzilah ‘Adlimah

2. NIM : 111-13-004

3. Fakultas/Jurusan : FTIK/PAI

4. Tempat/Tanggal Lahir : Batang/22 Juli 1995

5. Alamat : Gowok RT. 02 RW. 05, Kel. Pungangan,

Kec. Limpung, Kab. Batang

6. Nama Ayah : Sumardi, S.Pd

7. Nama Ibu : Dra. Kismatun

8. Agama : Islam

B. Pendidikan

1. TK Al-Masyitoh lulus tahun 2001

2. SD N 1 Pungangan lulus tahun 2007

3. SMP N 1 Limpung lulus tahun 2010

4. MAPK MAN 1 Surakarta lulus tahun 2013

Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.

Batang, 14 Maret 2017

Penulis,

Annilta Manzilah ‘Adlimah