potensi imunostimulan dari taurin, ekstrak …digilib.unila.ac.id/30373/2/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
i
POTENSI IMUNOSTIMULAN DARI TAURIN, EKSTRAK
ETANOL MENIRAN (Phyllanthus niruri), DAN JAMUR TIRAM
(Pleurotus ostreatus) PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.)
(Skripsi)
Oleh
AULIA ROZANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2018
ii
ABSTRACT
IMMUNOSTIMULANT POTENTIAL FROM TAURINE,
ETHANOL EXCTRACT OF MENIRAN (Phyllanthus niruri), AND
OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) ON MALE MICE
(Mus musculus L.)
By
AULIA ROZANA
The high of rainy season and weather fluctuation in some areas in
Indonesia make impacts of health condition on society. One of solution to keep
body immune system is using some natural substances. The compound and plants
that could be used are taurine, meniran (Phyllanthus niruri), and oyster mushroom
(Pleurotus ostreatus). Taurine, meniran, and oyster mushroom could be used as
immunostimulator. Immunostimulator is an agent which could react with immune
system and could increase body immune response. The contens that are used in
oyster mushroom is β-Glukan, meniran is flavonoid, while taurine substance has
been proved in the research before that it contains a substance which could be
used as anticancer.
This research was purposed to test the characteristic of immunostimulant
on taurine, meniran, and oyster mushroom by using male mice (Mus musculus).
Parameters used in this study were antibody titer, the number of leucosyts and
erytrosites. This research used complete random design with 4 treatment groups
and 7 repetitions on each group. They were K1 group (used taurine), K2 (used
meniran extract), K3 (used oyster mushroom extract), and K4 (as control). The
result was analyzed by One Way ANOVA and followed by LSD at 5% which
showed that taurine affected much higher than meniran and oyster mushroom
extract in an increase in immune response of male mice induced by antigen (red
blood cell of sheep).
Keywords : immunostimulant, taurine, Phyllanthus niruri, Pleurotus ostreatus,
Mus musculus L.
iii
ABSTRAK
POTENSI IMUNOSTIMULAN DARI TAURIN, EKSTRAK
ETANOL MENIRAN (Phyllanthus niruri), DAN JAMUR TIRAM
(Pleurotus ostreatus) PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.)
Oleh
AULIA ROZANA
Tingginya curah hujan dan fluktuasi cuaca di beberapa daerah di Indonesia
berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat. Salah satu solusi untuk menjaga
sistem imun tubuh adalah dengan memanfaatkan beberapa bahan alami. Senyawa
dan tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah taurin, meniran (Phyllanthus niruri),
dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Taurin, meniran, dan jamur tiram dapat
dimanfaatkan sebagai imunostimulator. Imunostimulator adalah suatu agen yang
dapat bereaksi dengan sistem imun dan dapat meningkatkan respon imun tubuh.
Kandungan yang dimanfaatkan dalam jamur tiram adalah β-Glukan, dalam
meniran adalah flavonoid, sedangkan senyawa taurin telah terbukti pada penelitian
sebelumnya mengandung senyawa yang dapat dijadikan sebagai anti kanker.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji sifat imunostimulan pada senyawa
taurin, meniran, dan jamur tiram dengan menggunakan hewan uji mencit jantan
(Mus musculus). Parameter yang diuji adalah titer antibodi, jumlah leukosit, dan
jumlah eritrosit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang terbagi dalam 4 kelompok perlakuan dengan masing-masing 7 ulangan.
Kelompok perlakuan adalah K1 (pemberian taurin), K2 (pemberian ekstrak
meniran), K3 (pemberian ekstrak jamur tiram) dan K4 (kontrol perlakuan). Hasil
analisis dengan One Way ANOVA dan dilanjutkan BNT pada taraf nyata 5%
menunjukkan bahwa pemberian taurin lebih baik dibandingkan ekstrak meniran
dan ekstrak jamur tiram dalam meningkatkan respon imun mencit jantan yang
telah diinduksi dengan antigen berupa sel darah merah domba.
Kata kunci : imunostimulan, taurin, Phyllanthus niruri, Pleurotus ostreatus,
Mus musculus L.
iv
POTENSI IMUNOSTIMULAN DARI TAURIN, EKSTRAK
ETANOL MENIRAN (Phyllanthus niruri), DAN JAMUR TIRAM
(Pleurotus ostreatus) PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.)
Oleh
AULIA ROZANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2018
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 25 Januari 1997. Penulis
merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Ibroni Sinaga dan Ibu Siti Aniza.
Penulis memiliki satu adik kandung laki-laki yang bernama Akmal Midzan
Alkhoiri.
Penulis menempuh pendidikan pertamanya di Taman Kanak-Kanak Muslimat
Metro pada tahun 2001, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar
Negeri 2 Metro pada tahun 2002. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Metro. Kemudian, pada
tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Metro.
Pada tahun 2014, penulis tercatat sebagai salah satu mahasiswa Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Lampung
melalui Jalur Seleksi Bersama Masuk Pergururuan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa di Jurusan Biologi FMIPA Unila, Penulis pernah
menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum Jurusan Agribisnis dan
Jurusan Biologi. Penulis pernah mengikuti kegiatan ON-MIPA PT di Sumatera
Selatan pada tahun 2015 dan penulis pernah mendapatkan dana hibah Program
Kegiatan Mahasiswa bidang penelitian pada tahun 2017.
viii
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Padang Rejo,
Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah pada Januari-Februari 2017 dan
melaksanakan Kerja Praktik di Balai Veteriner (B-Vet) Lampung pada Juli-
Agustus 2017 dengan judul “ Uji Kandungan Formalin pada Bakso di Balai
Veteriner Lampung Tahun 2017. ”
ix
MOTTO
Ma fi Qalbi Ghairullah (Tiada di hatiku Melainkan Allah)
Hasbi Rabbi Jalallah (Cukup Allah Bagiku)
La Tahzan Innalahha ma’ana
(Jangan bersedih sesungguhnya Allah bersama kita)
“Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah
sangat mencemburui hati yang berharap selain kepada DIA. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya.”
(Imam As-syafi’i)
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?” (Ar-Rahman)
“La hawla walaquwwata illabillah”
(Tiada pertolongan kecuali pertolongan Allah)
“La yukallifullahunafsan illa wus’aha” (Bukankah Allah tak akan membebani setiap hamba-Nya melebihi batas
kemampuannya?”)
“Semua impian kita bisa terwujud jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya.”
x
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala
atas segala limpahan Rahmat, Ridho, dan Karunia-Nya yang begitu
besar, kupersembahkan karya kecilku ini untuk :
Mama dan Papaku tercinta yang senantiasa mengucap namaku
dalam do’a, mencurahkan kasih dan sayangnya untukku, serta
selalu mendukung dan memotivasi dalam setiap langkahku, serta
adikku tersayang yang senantiasa memberikan do’a dan warna
dalam kehidupanku.
Bapak dan Ibu Dosen yang selalu memberikanku ilmu yang bermanfaat,
yang membuat diriku memahami akan kebesaran Allah
Subhanahuwata’ala dan membantuku dalam menggapai kesuksesan.
Teman-teman seperjuangan, kakak-kakak, dan adik-adik yang selalu
memberikanku pengalaman berharga, motivasi, dan semangat, serta
Almamaterku tercinta.
xi
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin,
Puji dan syukur Penulis haturkan kepada Allah Subhanahuwata’ala , Dzat
yang Maha Besar, Maha Memiliki Ilmu, Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Lantunan sholawat beriring salam menjadi persembahan
penuh kerinduan pada suri tauladan kita, Rasulullah Muhammad SAW.
Penulis telah menyelesaikan skripsi dengan judul “POTENSI
IMUNOSTIMULAN DARI TAURIN, EKSTRAK ETANOL
MENIRAN (Phyllanthus niruri), DAN EKSTRAK ETANOL JAMUR
TIRAM (Pleurotus ostreatus) PADA MENCIT JANTAN (Mus
musculus L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains di Universitas Lampung.
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua
pihak yang telah berperan dalam proses perkuliahan penulis dari awal
hingga akhir penyelesaian skripsi, yaitu kepada :
1. Mama dan Papaku tercinta atas segala kasih sayang yang telah
diberikan, do’a yang terus dipanjatkan, pengorbanan yang tiada henti-
xii
hentinya, kesabaran, keikhlasan, serta semangat dan dukungan
hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga mendapatkan
gelar sarjana. Penulis sangat menyayangi kalian dan sangat berterima
kasih atas segala hal yang kalian ajarkan dan kalian berikan kepada
penulis.
2. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D. selaku Pembimbing 1 yang telah
memberikan ilmu, bantuan, bimbingan, nasihat, dan saran baik selama
perkuliahan, penyusunan proposal PKM, penelitian, hingga
penyelesaian skripsi penulis.
3. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku selaku Ketua Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Lampung sekaligus Pembimbing 2 atas
semua ilmu, bantuan, bimbingan, nasihat, dan saran baik selama
perkuliahan maupun penyusunan skripsi.
4. Bapak Dr. Hendri Busman, M.Biomed., selaku Pembahas atas semua
ilmu, bantuan, bimbingan, nasihat, dan saran baik selama perkuliahan
maupun penyusunan skripsi.
5. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed., selaku Kepala Laboratorium
Biologi Molekuler serta Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan selama perkuliahan dan penyusunan skripsi.
6. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D., selaku Kepala Laboratorium Zoologi.
7. Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
xiii
8. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas
Lampung.
9. Laboran di laboratorium Biologi Molekuler yaitu Mba Nunung
Cahyawati, A.Md., dan laboran di Laboratorium Zoologi yaitu
Bapak Ali atas segala bimbingan, dan nasihat kepada penulis.
10. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Lampung, terima kasih telah banyak memberikan ilmu pengetahuan
selama perkuliahan.
11. Mba Iffa Afiqa Khairani, S.Si., yang telah membantu penulis dalam
proses penelitian dan menjadi tempat penulis dalam berkonsultasi
dalam segala hal terkait penelitian dan perkuliahan.
12. Sahabat seperjuangan dari SMP hingga akhir kuliah dan semoga
hingga Jannah yaitu Agustin Mauliya Safitri yang telah menemani,
serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi, terima kasih atas
waktu, kesabaran dan pengertiannya selama ini.
13. Titin Aprilia saudara seperjuangan dari zaman mahasiswa baru hingga
Jannah InsyaAllah, partner dalam memperbaiki diri, partner dalam
penyusunan PKM hingga penelitian, partner kerja praktik, partner
bermimpi, serta partner berkeluh kesah. Beserta anggota tim PKM
lainnya yaitu fatimah dan zarkoni terima kasih atas kerjasama dan
kebersamaannya.
xiv
14. Adik dan kakakku tersayang yaitu Adek Akmal Midzan Alkhoiri, Ayuk
Mila Sari, Ayuk Lisa Fella, Ayuk Decia Citra, Kak Fadhel Muhammad
Alim, beserta seluruh keluargaku yang menjadi tempat berkeluh kesah
tentang proses perkuliahan dan keseharian, terima kasih atas motivasi,
canda, tawa, dan pelajaran kehidupan yang diberikan.
15. Teman-teman Biologi angkatan 2014 atas keakraban, canda tawa,
dukungan, dan kebersamaan yang telah kalian berikan. Serta seluruh
kakak dan adik tingkat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terima
kasih atas kebersamaannya.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu
yang telah memberikan penulis dukungan, berbagai kritik, dan
saran.
17. Serta almamater Universitas Lampung yang tercinta.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan memberikan pengetahuan baru kepada yang
membacanya.
Bandar Lampung, 25 Januari 2018
Penulis,
Aulia Rozana
xv
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ..................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................. iii
HALAMAN JUDUL DALAM ................................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vii
MOTTO ..................................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... x
SANWACANA .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
E. Kerangka Pikir ............................................................................ 5
F. Hipotesis ..................................................................................... 7
xvi
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8
A. Sistem Imun ................................................................................ 8
B. Taurin .......................................................................................... 11
C. Meniran ....................................................................................... 12
D. Jamur Tiram ............................................................................... 15
E. Leukosit ...................................................................................... 17
F. Eritrosit ........................................................................................ 19
G. Mencit ......................................................................................... 21
III. METODE PENELITIAN ................................................................. 23
A. Waktu dan Tempat .................................................................... 23
B. Alat dan Bahan .......................................................................... 23
C. Metode Penelitian ...................................................................... 25
D. Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 26
E. Diagram Alir Penelitian ............................................................ 29
F. Parameter Penelitian .................................................................. 31
G. Analisis Data. ............................................................................ 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 36
A. Hasil Pembacaan Titer Antibodi Mencit Jantan........................ 36
B. Hasil Perhitungan Leukosit Mencit Jantan ............................... 39
C. Hasil Perhitungan Eritrosit Mencit Jantan ................................ 44
V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 47
A. Simpulan ..................................................................................... 47
B. Saran ........................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 48
LAMPIRAN ............................................................................................... 52
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Mekanisme Pertemuan Antara Hospes dan Antigen ...................... 10
Gambar 2. Taurin ..................................................................................... 11
Gambar 3. Meniran .................................................................................. 13
Gambar 4. Jamur Tiram ........................................................................... 16
Gambar 5. Leukosit .................................................................................. 19
Gambar 6. Eritrosit ................................................................................... 20
Gambar 7. Mencit..................................................................................... 21
Gambar 8. Proses Ekstraksi Meniran..................................................... .. 27
Gambar 9. Proses Ekstraksi Jamur Tiram ................................................ 28
Gambar 10. Diagram Alir Penelitian ....................................................... 30
Gambar 11. Diagram Alir Uji Titer Antibodi.................................... ........ 32
Gambar 12. Kamar Hitung Leukosit dan Eritrosit................................. ... 35
Gambar 13. Titer antibodi mencit jantan yang telah diberi perlakuan ekstrak
taurin, ekstrak meniran, ekstrak jamur tiram, dan kontrol .... 36
Gambar 14. Jumlah leukosit pada mencit jantan yang telah diberi perlakuan
ekstrak taurin, ekstrak meniran, ekstrak jamur tiram, dan
kontrol .................................................................................... 40
Gambar 15. Jumlah eritrosit pada mencit jantan yang telah diberi perlakuan
ekstrak taurin, ekstrak meniran, ekstrak jamur tiram, dan
kontrol ........................................................................................ 44
Gambar 16. Uji Normalitas titer antibodi mencit jantan ................................ 52
Gambar 17. Uji Homogenitas titer antibodi mencit jantan ............................ 52
Gambar 18. Histogram titer antibodi mencit jantan ....................................... 53
Gambar 19. Boxplot titer antibodi mencit jantan ........................................... 53
Gambar 20. Uji Normalitas rerata jumlah leukosit mencit jantan ................. 54
Gambar 21. Uji Homogenitas rerata jumlah leukosit mencit jantan .............. 55
Gambar 22. Histogram rerata jumlah leukosit mencit jantan ........................ 55
Gambar 23. Boxplot rerata jumlah leukosit mencit jantan ............................ 56
Gambar 24. Uji Normalitas rerata jumlah eritrosit mencit jantan .................. 57
Gambar 25. Uji Homogenitas rerata jumlah eritrosit mencit jantan .............. 57
Gambar 26. Histogram rerata jumlah eritrosit mencit jantan ......................... 58
Gambar 27. Boxplot rerata jumlah eritrosit mencit jantan ............................. 58
Gambar 28. Tanaman meniran (Phyllantus niruri) ........................................ 64
Gambar 29. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) .............................................. 64
Gambar 30. Taurin ......................................................................................... 64
Gambar 31. Proses pembersihan dan pengeringan meniran .......................... 65
Gambar 32. Proses mengeringkan meniran dengan oven .............................. 65
Gambar 33. Proses penggilingan dan penyaringan jamur tiram .................... 65
Gambar 34. Proses penimbangan meniran ..................................................... 66
Gambar 35. Proses maserasi meniran ............................................................ 66
Gambar 36. Proses maserasi jamur tiram ....................................................... 66
Gambar 37. Proses filtrasi meniran ................................................................ 66
Gambar 38. Proses filtrasi jamur tiram .......................................................... 66
Gambar 39. Proses evaporasi meniran dan jamur tiram ................................ 67
Gambar 40. Penimbangan meniran dan jamur tiram yang telah dievaporasi 67
Gambar 41. Proses oven ekstrak meniran dan jamur tiram untuk menjadikan
pasta ........................................................................................... 67
Gambar 42. Proses autoklaf antikoagulan alsever ......................................... 68
Gambar 43. Proses aklimatisasi mencit ......................................................... 68
Gambar 44. Proses pemberian taurin, ekstrak etanol meniran dan jamur
tiram pada mencit jantan ........................................................... 68
Gambar 45. Proses pengambilan sel darah merah domba (DMD) di Balai
Veteriner Lampung .................................................................... 69
Gambar 46. Penyuntikan suspensi sel DMD pada mencit secara
intraperitonial .............................................................................. 69
Gambar 47. Pengambilan darah mencit melalui cardiac puncture ................ 69
Gambar 48. Pengambilan darah mencit melalui pembedahan ....................... 70
Gambar 49. Perhitungan jumlah leukosit dan eritrosit pada mencit jantan ... 70
Gambar 50. Kotak perhitungan leukosit ........................................................ 70
Gambar 51. Kotak perhitungan eritrosit......................................................... 70
Gambar 52. Uji titer antibodi ......................................................................... 71
Gambar 53.Timbangan ................................................................................... 71
Gambar 54. Shaker ......................................................................................... 71
Gambar 55. Tabung EDTA ............................................................................ 71
Gambar 56. Alat bedah .................................................................................. 71
Gambar 57. Autoklaf ...................................................................................... 71
Gambar 58. Waterbath ................................................................................... 71
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini perubahan musim di Indonesia tidak menentu. Musim hujan
terjadi berkepanjangan, sehingga dapat mengakibatkan terhambatnya aktivitas
masyarakat. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan banjir khususnya di kota-
kota besar, bahkan kondisi tersebut berdampak kepada kesehatan masyarakat.
Masyarakat lebih mudah terserang penyakit seperti demam, batuk, dan flu.
Hal ini disebabkan oleh menurunnya sistem imun baik pada anak-anak,
remaja bahkan dewasa. Tubuh kita perlu perlindungan terhadap cuaca dingin
seperti ini karena ketika lingkungan lembab, bakteri dan virus lebih mudah
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Ditambah lagi dengan pola tidur
atau istirahat yang tidak teratur, serta pola makan masyarakat yang tidak sehat
dapat mendukung penurunan sistem imun. Oleh karena itu, upaya
meningkatkan sistem imun menjadi penting dilakukan, salah satunya dengan
imunomodulator.
Imunomodulator adalah substansi atau obat yang dapat memodulasi fungsi
dan aktivitas sistem imun. Imunomodulator terbagi menjadi 3 kelompok yaitu
imunostimulator, imunoregulator, dan imunosupresor. Imunostimulator
berfungsi untuk meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem imun,
2
imunoregulator berfungsi dalam meregulasi sistem imun, sedangkan
imunosupresor berfungsi dalam menghambat atau menekan aktivitas sistem
imun. Kebanyakan tanaman obat yang telah diteliti membuktikan adanya
kerja imunostimulator. Pemakaian tanaman obat sebagai imunostimulator
bermaksud menekan atau mengurangi efek virus dan bakteri intraseluler,
mengatasi imunodefisiensi, serta merangsang pertumbuhan sel-sel pertahanan
tubuh dalam sistem imunitas (Block dan Mead, 2003).
Sistem imunitas tubuh memiliki beberapa fungsi yaitu membantu perbaikan
DNA manusia, mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri dan
jamur, serta menghasilkan antibodi yang disebut imunoglobulin yang berguna
untuk memerangi serangan bakteri dan virus asing yang masuk ke dalam
tubuh. Mencari dan merusak invader (penyerbu) yang dapat membahayakan
tubuh manusia adalah salah satu tugas dari sistem imun. Kemampuan imunitas
(immunocompetence ) dan kecepatan respon imun tubuh dalam melawan
infeksi akan menurun seiring peningkatan usia (Fatma, 2006).
Adapun suatu senyawa yang dapat dimanfaatkan sebagai imunostimulator
adalah senyawa taurin, sedangkan tanaman yang dapat berperan sebagai
imunostimulator adalah meniran (Phyllanthus niruri), dan jamur tiram
(Pleurotus ostreatus). Untuk meningkatkan efek terapetik dan untuk
meminimalisir timbulnya efek samping, maka kombinasi obat herbal
dilakukan dengan menggabungkan beberapa tanaman dengan dosis yang
lebih kecil dari dosis optimumnya.
3
Taurin (2-aminoethanesulfonic acid) adalah asam organik turunan dari asam
amino sistein yang mengandung sulfur (sulfihidril). Taurin bermanfaat dalam
membantu penyerapan lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, membantu
perkembangan sel-sel tubuh (terutama otot), membantu pendistribusian
nutrisi ke seluruh tubuh, membantu mengatur detakan jantung, menstabilkan
membran sel, dan memelihara kelangsungan sel-sel otak. Taurin juga
bermanfaat untuk mengontrol berbagai perubahan biokimia yang terjadi
selama proses penuaan dan kerusakan sel oleh radikal bebas (Redmon,
Stapkleton, dan David,1983). Oleh karena berbagai manfaat yang terdapat
pada taurin, maka penelitian ini menguji taurin sebagai imunostimulator.
Meniran (Phyllanthus niruri) adalah tumbuhan semak yang mudah tumbuh di
daerah tropis seperti Indonesia. Meniran sangat mudah dijumpai dan tidak
membutuhkan waktu lama untuk tumbuh menjadi tanaman yang siap
dikonsumsi. Tumbuhan ini biasa dianggap rumput liar, padahal tumbuhan
meniran dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal tradisional karena memiliki
kandungan flavonoid yang berfungsi sebagai imunomodulator yang bersifat
imunostimulan yang berarti dapat memperbaiki gangguan fungsi imunitas,
seperti yang terdapat pada kasus HIV/AIDS, malnutrisi, alergi, dan lain-lain
(Sjahrurachman, Sukmana, Setiati, Munazir, Rubiana, Nelwan, dan Dianiati,
2004).
Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) kaya akan manfaat karena mengandung
senyawa imunostimulator yaitu β-glukan. β-glukan adalah suatu komponen
utama polisakarida yang terdapat pada dinding sel jamur tiram dan
4
dihubungkan dengan β-glikosidik, sehingga ikatan polimer yang berat
molekulnya bervariasi, berukuran besar dan kompleks akan terbentuk. β-
glukan dapat merangsang sistem kekebalan tubuh. Dengan demikian, β-
glukan dapat melawan infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. β-glukan
juga menunjukkan sifat hipokolesterolemik dan sifat antikoagulan. Akhir–
akhir ini β-glukan telah terbukti sebagai senyawa anti- sitotoksik, anti-
mutagenik dan anti-tumorgenik, sehingga dapat dikembangkan dalam bidang
farmakologi (Mantovani, Linde, dan Colauto, 2007). Oleh karena kedua
tanaman ini sangat bermanfaat dan tanaman ini tersedia dalam jumlah banyak
di Indonesia, maka penelitian ini memanfaatkan meniran dan jamur tiram
sebagai imunostimulator.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang akan
dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana respon pemberian taurin,
ekstrak etanol meniran (Phyllanthus niruri), dan ekstrak etanol jamur tiram
(Pleurotus ostreatus) terhadap titer immunoglobulin M (IgM) sebagai
parameter imun spesifik pada mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi
sel darah merah domba (DMD).
5
C. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan untuk :
1. Melakukan pengujian sifat imunostimulan dari perlakuan taurin, ekstrak
etanol meniran (Phyllanthus niruri), ekstrak etanol jamur tiram (Pleurotus
ostreatus), dan kontrol perlakuan terhadap mencit jantan (Mus musculus
L.) yang telah diinduksi oleh sel darah merah domba sebagai antigen.
2. Menguji tingkatan sifat imunostimulan dari keempat perlakuan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi sebagai sumber informasi
ilmiah mengenai kemampuan taurin, ekstrak etanol meniran (Phyllanthus
niruri), dan ekstrak etanol jamur tiram (Pleurotus ostreatus) yang berpotensi
sebagai imunostimulator.
E. Kerangka Pikir
Sistem imun merupakan serangkaian sistem pertahanan tubuh yang
berfungsi sebagai benteng dalam mencegah benda asing (antigen) masuk ke
dalam tubuh. Sistem imun bertugas untuk melawan mikromolekul seperti
virus, bakteri, jamur dan parasit. Sistem imun erat kaitannya dengan sel
darah putih karena melibatkan limfosit T dan limfosit B. Sistem imun
memberikan respon seluler dan respon humoral. Dalam sistem imun atau
sistem pertahanan tubuh, dikenal istilah imunoglobulin. Imunoglobulin (Ig)
6
adalah sebuah antibodi (protein plasma) yang terbentuk akibat respon tubuh
melawan antigen.
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian titer antibodi untuk melihat IgM
(imunoglobulin M) yang menjadi respon awal tubuh dalam menyerang
antigen, IgM berfungsi dalam mengaglutinasi antigen. Secara garis besar,
respon imun terbagi menjadi respon imun spesifik dan non spesifik. Respon
imun spesifik adalah respon imun yang disebabkan oleh paparan antigen,
Sedangkan respon imun non spesifik adalah respon imun alamiah yang
dibawa oleh tubuh tanpa adanya stimulus dari antigen. Dalam sistem imun,
dikenal istilah imunostimulator. Imunostimulator adalah suatu senyawa yang
memiliki sifat untuk bereaksi dengan sistem imun dan meningkatkan respon
imun tubuh. Penelitian ini menggunakan taurin, meniran (Phyllanthus
niruri), dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) untuk membuktikan apakah
ketiganya dapat dijadikan sebagai imunostimulator.
Taurin adalah suatu senyawa yang berpotensi untuk dijadikan
imunostimulator pada sistem imun tubuh. Taurin telah terbukti dalam
beberapa penelitian dapat dijadikan sebagai antikanker. Oleh karena itu,
penelitian ini akan menguji apakah taurin juga berperan sebagai
imunostimulator.
Meniran adalah salah satu tanaman yang dapat pula dimanfaatkan sebagai
imunostimulator karena memiliki senyawa flavonoid. Selain flavonoid,
meniran juga mengandung alkaloid, dan triterpenoid. Meniran banyak
dijumpai di Indonesia. Oleh karena itu, sangat tepat dalam memanfaatkan
7
keberadaannya yang melimpah untuk dijadikan imunostimulator pada sistem
imun tubuh.
Jamur tiram kaya akan manfaat, kandungan jamur tiram yang dimanfaatkan
sebagai imunostimuator adalah β-glukan. Selain β-glukan, kandungan
lainnya pada jamur tiram adalah senyawa pleuran, protein (19-30%),
karbohidrat (50-60%), asam amino, vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B3
(Niacin), B5 (asam panthotenat), B7 (biotin), vitamin C, mineral, kalsium,
zat besi, fosfor, Mg, K, P, S, dan Zn.
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Pemberian taurin, ekstrak etanol meniran (Phyllanthus niruri), dan
jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dapat meningkatkan respon imun
mencit jantan (Mus musculus L.) yang telah diinduksi antigen berupa
sel darah merah domba.
2. Taurin memiliki tingkat imunostimulan lebih tinggi dibandingkan
ekstrak etanol meniran dan jamur tiram.
8
II. TINJUAN PUSTAKA
A. Sistem Imun
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah suatu sistem pertahanan manusia
sebagai perlindungan terhadap infeksi dari zat asing, termasuk virus, bakteri,
protozoa, dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan
terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada
autoimunitas, dan melawan sel yang bertransformasi menjadi tumor.
Sistem imun bekerja secara spesifik, respon-respon tersebut sebagian besar di
perantarai oleh sel darah putih terutama limfosit (limfosit-T dan limfosit-B).
Sel limfosit tersebut berasal dari sel-sel limfositik di sumsum tulang. Secara
garis besar, respon imun dibedakan menjadi dua, yaitu respon imun yang
diperantarai sel dan respon humoral. Respon humoral atau imunitas humoral
mengacu kepada keberadaan antibodi. Antibodi adalah protein yang
dihasilkan sebagai akibat dari masuknya penyerang berupa zat asing (antigen)
ke dalam tubuh (Spector, 1993).
Antibodi yang terbentuk oleh antigen adalah protein plasma yang dikenal
sebagai imunoglobulin. Antibodi meningkatkan pelepasan substansi
9
vasoaktif, seperti histamin dan slow reacting subtance (SRS). Kedua
substansi ini adalah mediator kimia dalam respon inflamasi. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi sistem imun, diantaranya adalah usia, jenis
kelamin, nutrisi, kanker, kelainan organ, faktor psikoneuro-imunologik, obat-
obatan, dan radiasi. Semua molekul antibodi terdiri dari dua untaian peptida
pendek yang sama yang dikenal dengan light chain, kappa dan lambda yang
terdiri dari 230 asam amino, sedangkan yang terdiri dari untaian peptida yang
panjang disebut heavy chain (imunoglobulin) yang terdiri dari lima jenis yaitu
IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE (Baratawidjaja, 2004). Perbedaan dari ke lima
kelompok tersebut bahwa Imunoglobulin G (IgG) berperan sebagai respon
atibodi yang telah matang, akan tetapi merupakan kontak antibodi kedua
(sekunder) dengan antigen setelah IgM. IgG merupakan antibodi yang mudah
dijumpai pada sirkulasi, sedangkan IgM adalah antibodi pertama yang
bersirkulasi sebagai respon awal terhadap pemaparan antigen. IgM berfungsi
dalam mengaglutinasi antigen. Imunoglobulin A (IgA) banyak ditemui pada
membran mukosa dan kolostrum. Imunoglobulin D (IgD) merupakan reseptor
antigen yang terdapat pada permukaan limfosit B. Pada imunoglobulin E
(IgE) ketika terjadi kontak dengan antigen, akan terjadi keadaan dimana sel
membebaskan histamin dan beberapa zat kimia yang menyebabkan alergi
(Desmawati, 2013).
Respon imun ada dua macam yaitu, respon imun nonspesifik dan respon imun
spesifik. Respon imun nonspesifik adalah imunitas alami, dimana respon
imun dapat terjadi walaupun tubuh belum pernah terpapar zat asing tersebut,
sedangkan respon imun spesifik (acquired immunity) adalah respon yang
10
diperoleh dari stimulasi antigen (zat asing) dan dapat meningkat pada
paparan berikutnya. Antigen bereaksi dengan T-cell Reseptor (TCR) dan
antibodi. Ada tiga tipe sel yang terlibat dalam respon imun spesifik yaitu sel
T, sel B, dan Antigen-Presenting Cell (APC). Respon imun spesifik terdiri
dari respon imun seluler dan respon imun humoral. Respon imun seluler
merupakan sistem pertahanan ketiga dan berfungsi untuk melawan mikroba
intraseluler seperti virus dan bakteri, sedangkan respon imun humoral berada
pada darah dan cairan ekskresi seperti mukosa, air mata, saliva, dan ASI.
Respon imun humoral merupakan sistem pertahanan kedua, sedangkan sistem
pertahanan pertama adalah respon imun fagositik yaitu meliputi sel darah
putih (granulosit dan makrofag) yang dapat memakan partikel asing dengan
cara menghancurkan mikroorganisme penyerang (Desmawati, 2013).
Berikut adalah mekanisme pertemuan antara hospes dan antigen (zat asing)
yang disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Mekanisme pertemuan antara hospes dan antigen (Bellanti,1985)
Benda Asing
Respon Imun Tolerans
Nonspesifik
(fagositosis, respon
inflateoris)
Spesifik
Humoral Seluler
11
B. Taurin
Taurin (2-aminoethanesulfonic acid) merupakan asam organik turunan
dari asam amino sistein yang mengandung sulfur (sulfihidril). Taurin tidak
digolongkan sebagai asam amino karena tidak memiliki gugus karboksil.
Namun, taurin memiliki gugus sulfonat sehingga disebut asam sulfonat
amino (Burhan, 2004). Struktur kimiawi taurin terdapat pada Gambar 2.
Gambar 2. Taurin (Strange dan Jackson, 1997)
Taurin dapat ditemukan pada otot rangka, jantung, sel darah putih, dan
sistem saraf pusat manusia. Senyawa ini juga ditemukan pada beberapa
sayuran, kacang-kacangan, telur, ikan, daging, dan susu. Selain itu, taurin
juga dapat kita temukan dalam keju, cokelat, dan alpukat. Burhan (2004)
menjelaskan, pada mamalia sintesis taurin terjadi dalam pankreas melalui
jalur asam sistein sulfinik. Kelompok sulfhidril dari sistein dioksidasi
pertama kali oleh enzim sistein dioksigenase menjadi asam sistein sulfinik.
Selanjutnya sistein asam sulfinik akan didekarboksilasi oleh enzim
dekarboksilase sulfinoalanin untuk membentuk hypotaurine.
Berbeda dengan asam amino, taurin (khususnya L-taurin), tidak digunakan
sebagai protein blok pembangun. Taurin digunakan untuk membantu
penyerapan lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, membantu
perkembangan sel-sel tubuh (terutama otot), membantu pendistribusian nutrisi
12
ke seluruh tubuh, membantu mengatur detakan jantung, menstabilkan
membran sel, dan memelihara kelangsungan sel-sel otak. Tidak hanya itu,
senyawa yang biasa digunakan dalam suplemen dan minuman berenergi ini
juga berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai obat antikanker karena
memiliki kemampuan sebagai inhibitor proteosome (Zhang, Fan, Cui, Chen,
Xiao, dan Dou, 2008). Taurin berfungsi sebagai antikarsinogenik dengan cara
melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Taurin juga dianggap sebagai faktor penting untuk mengontrol berbagai
perubahan biokimia yang terjadi selama proses penuaan dan kerusakan sel
oleh radikal bebas (Tabassum, Rehman, Banerjee, Raisuddin dan Parvez,
2006 ; Redmon, dkk., 1983). Pemberian taurin terbukti memiliki efek
penghambatan yang signifikan terhadap proliferasi sel, dan mampu
menginduksi apoptosis pada sel human hepatocellular carcinoma (HHCC)
HepG2 (Shuo, Zhang, Luo, Liu, Yang, Wan, Yu, Li, dan Wan, 2015).
C. Meniran (Phyllanthus niruri)
1. Klasifikasi Meniran
Berdasarkan taksonominya, meniran diklasifikasikan sebagai berikut :
(Backer and Van der Brink, 1965).
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Euphorbiales
13
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Phyllanthus
Jenis : Phyllanthus niruri L.
2. Morfologi Meniran
Meniran (Phyllanthus niruri) adalah tanaman semusim yang tumbuh tegak,
bercabang-cabang, dan tingginya antara 30cm-50cm. Tanaman ini
memiliki daun majemuk, daunnya termasuk pada tipe daun yang tidak
lengkap. Tanaman meniran memiliki bunga tunggal yang terdapat pada
ketiak daun yang menghadap ke arah bawah, menggantung dan berwarna
putih. Tanaman ini memiliki daun kelopak yang berbentuk bintang, benang
sari dan putik tidak terlihat jelas, mahkota bunga kecil dan berwarna putih.
Tanaman ini memiliki buah yang berbentuk kotak, bulat pipih, dan licin,
diameter ± 2mm dan berwarna hijau. Berikut adalah gambar morfologi
dari tanaman meniran yang disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
14
3. Kandungan Kimia Meniran
Tumbuhan meniran memiliki kandungan senyawa turunan lignan,
alkaloid, flavonoid, dan triterpenoid. Lignan berupa zat padat hablur
tanpa warna yang menyerupai senyawa aromatik sederhana yang lain
dalam sifat kimianya. Lignan tersebar luas di dunia tumbuhan, terdapat
dalam kayu, daun, eksudat, damar, dan bagian tumbuhan lain. Lignan
terkadang dijumpai sebagai glikosida. Lignan digunakan sebagai
antioksida dalam makanan. Selain itu lignan juga merupakan
kandungan kimia yang aktif dalam tumbuhan obat tertentu. Lignan
dapat diekstraksi dengan aseton atau etanol dan seringkali diendapkan
sebagai garam kalium yang sukar larut (Robinson, 1995).
Salah satu senyawa utama dari golongan lignan adalah filantin. Filantin
merupakan salah satu komponen utama Phylanthus niruri Linn yang
memiliki aktivitas melindungi hati dari zat toksik (antihepatotoksik) baik
berupa parasit, obat-obatan, virus maupun bakteri (Houghton,
Woldemariam, O’Shea, dan Thyagarajan, 1996).
Kandungan kimia yang bermanfaat dari meniran dan bersifat
imunostimulator adalah flavonoid yang merupakan senyawa fenol.
Flavonoid terikat pada gula sebagai glikosida. Flavonoid yang
merupakan bentuk kombinasi glikosida berada dalam semua tumbuhan
yang berpembuluh (Harborne, 1987). Flavonoid merupakan senyawa
larutan dalam air yang dapat diekstraksi menggunakan etanol 70%. Oleh
karena kandungan kimia yang dimilikinya, tumbuhan ini dapat digunakan
15
sebagai imunomodulator yang tidak hanya berpengaruh meningkatkan
sistem imun, namun juga menekan sistem imun apabila aktivitasnya
berlebihan.
D. Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
1. Klasifikasi Jamur Tiram
Berdasarkan taksonominya, jamur tiram diklasifikasikan sebagai
berikut (Kummer, 1871) :
Kerajaan : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Bangsa : Agaricales
Suku : Pleurotaceae
Marga : Pleurotus
Jenis : Pleurotus ostreatus
2. Morfologi Jamur Tiram
Jamur tiram banyak dikenal oleh masyarakat, bentuk tudungnya agak
membulat dan lonjong. Permukaannya licin dan agak berminyak ketika
lembab dan memiliki tepi yang bergelombang. Jamur tiram berukuran
diameter yaitu 3-15 cm, tangkainya tidak tepat berada di tengah
tudungnya, tetapi berada di pinggir. Jika sudah tua daging buahnya akan
16
menjadi liat dan keras, serta berwarna putih kekuningan. Tubuh buah
jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping. Bagian tudung
dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga
putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5–20 cm yang
bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga
memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4 μm serta berwarna
putih yang bisa tumbuh dengan cepat. Jamur tiram berhabitat di potongan-
potongan kayu. Jamur tiram biasanya tumbuh dengan tubuh bertumpuk di
batang pohon yang sudah melapuk atau batang pohon yang sudah
ditebang. Umumnya media yang digunakan untuk budidaya jamur
tiram adalah serbuk gergaji (Sunarsih, 2009). Morfologi jamur tiram terdapat
pada Gambar 4.
Gambar 4. Jamur Tiram (wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram diakses pada
tanggal 25 Agustus 2017 pukul 09.00 WIB)
3. Kandungan Kimia Jamur Tiram
Jamur tiram mengandung senyawa imunomodulator yaitu β-glukan. β-
glukan adalah suatu polisakarida yang dihubungkan dengan β-glikosidik
sehingga membentuk ikatan polimer yang berat molekulnya bervariasi,
17
berukuran besar dan kompleks. Sifat imunomodulator dari β-glukan
dipengaruhi sifat fisika dan kimiawi seperti kelarutan dalam air, serta
ukuran molekul. β-glukan pada jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah
pleuran. Pleuran (β-1,3 D-glukan) adalah derivat dari poliglukosa yang
diisolasi dari jamur tiram (Pleurotus ostreatus), pleuran tidak larut dalam
air dan pelarut anorganik. Pleuran dilindungi oleh dinding sel dari
Pleurotus ostreatus yang mengandung lipid dan protein (Sunarsih, 2009).
Berdasarkan Hasil penelitian dari Beta Glucan Health Center
menyebutkan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus) juga
mengandung senyawa pleuran, protein (19-30%), karbohidrat (50-60%),
asam amino, vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B3 (Niacin), B5
(asam panthotenat), B7 (biotin), vitamin C, mineral, kalsium, zat besi,
Mg, fosfor, K, P, S, dan Zn. Jamur tiram juga mengandung folic acid
yang cukup tinggi yang juga mampu menyembuhkan anemia (Sunarsih,
2009).
E. Leukosit
1. Karateristik Leukosit
Leukosit (sel darah putih) memiliki bentuk dan sifat yang berlainan
dengan eritrosit. Leukosit memiliki bermacam-macam inti sel.
Leukosit berwarna bening. Jumlah leukosit dalam 1 mm3
darah ±
4000-11.000. Leukosit berfungsi dalam menyerang penyakit atau
bakteri yang masuk ke dalam jaringan. Leukosit berada dalam
18
kelenjar limfe dan digunakan dalam pengangkutan lemak dari
dinding usus melalui limpa yang kemudian menuju pembuluh darah.
Beberapa sifat leukosit diantaranya yang bersifat diapedesis (dapat
menembus pori-pori membran kapiler dan masuk ke dalam jaringan.
Leukosit diproduksi oleh sumsum tulang, leukosit bertahan ± satu
hari dalam sirkulasi sebelum masuk ke dalam jaringan dan
kemudian menetap dalam jaringan (Desmawati, 2013).
2. Klasifikasi Leukosit
Dalam sirkulasi darah, terdapat lima jenis leukosit yang dibedakan
berdasarkan ukuran, bentuk inti sel, dan keberadaan granula
sitoplasma. Sel yang memiliki granula disebut granulosit, sedangkan
sel tanpa granula disebut agranulosit.
Granulosit terbagi menjadi neutrofil, eusinofil, dan basofil. Adapun
fungsinya adalah sebagai berikut :
neutrofil mencapai 60% dari leukosit dan fungsinya sebagai
fagositik dan sangat aktif. Eosinofil mencapai 1-3% jumlah leukosit.
Fungsinya sebagai fagositik lemah dan jumlahnya akan meningkat
saat terjadi alergi, tetapi berkurang saat stres berkepanjangan.
Kemudian basofil jumlahnya <1% dalam leukosit. Sel ini
mengandung histamin untuk meningkatkan aliran darah ke dalam
jaringan yang cedera.
19
Agranulosit terbagi menjadi dua yaitu limfosit dan monosit. Limfosit
mencapai 30% total leukosit, terdapat pada jaringan limfatik dan
berasal dari sel-sel batang sumsum tulang merah. Sel limfosit
berfungsi dalam reaksi imunologi. Monosit jumlahnya mencapai 3-8
% jumlah total leukosit. Monosit sangat fagositik dan sangat aktif.
Sel ini siap bermigrasi melalui pembuluh darah. Monosit akan
menjadi makrofag tetap apabila telah meninggalkan aliran darah
(Desmawati, 2013). Jenis leukosit terdapat pada Gambar 5.
Gambar 5. Leukosit (sumber : www.delherbal.com/leukosit-rendah)
F. Eritrosit
Eritrosit (sel darah merah) berfungsi mengangkut oksigen dari paru-
paru ke seluruh jaringan tubuh. Sel darah merah berbentuk bikonkaf.
Bentuk sel darah merah berubah-ubah ketika melewati kapiler karena
dibutuhkan sifat yang fleksibel dalam menembus kapiler yang
berukuran kecil. Sel darah merah dibentuk dalam sumsum merah tulang
20
pipih. Selanjutnya, darah beredar ke seluruh bagian tubuh melalui
pembuluh darah. Sel darah merah bertahan kira-kira 120 hari (Williams,
2007).
Sel darah merah tua akan dibongkar oleh hati dan limpa. Di dalam hati,
hemoglobin diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin) yang
kemudian ditampung dalam kantong empedu. Bilibirun ini berfungsi
memberi warna kepada feses. Zat besi ada pada hemoglobin kemudian
dilepas dan digunakan untuk membentuk sel darah merah baru. Pada
kondisi yang normal, jumlah sel darah merah dalam tubuh manusia
berkisar antara 4 juta – 11 juta mm3 (milimeter kubik) darah.
Lingkungan juga memengaruhi jumlah sel darah dalam tubuh
seseorang. Makin tinggi suatu tempat, kadar oksigen di atmosfer makin
berkurang. Orang yang hidup di dataran tinggi mengadakan adaptasi
dengan cara memperbanyak jumlah sel darah merah agar kebutuhan
oksigen tubuh tetap tercukupi. Morfologi sel darah merah terdapat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Eritrosit ( http://interactive-biology.com )
21
G. Mencit
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mencit (Mus
musculus L.). Berdasarkan taksonominya, klasifikasi mencit putih
menurut Pramono dan Malole (1989) adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Bangsa :Rodentia
Suku : Muridae
Marga : Mus
Jenis : Mus musculus L.
Morfologi mencit jantan terdapat pada Gambar 7.
Gambar 7. Mencit (Khairani, 2017)
Karakteristik umum mencit menurut Thrall (2004) dan Suckow (2006) yaitu
memiliki panjang tubuh 7,5-10 cm, dengan luas permukaan tubuh 36 cm2.
Lama hidup 1-3 tahun, dan pada usia 35 hari mencit telah dikategorikan
dewasa. Berat mencit jantan dewasa berkisar antara 20-40 g sementara berat
betina berkisar antara 18-35 g. Mencit memiliki siklus estrus 4-5 hari dengan
22
lama bunting antara 19-21 hari. Selain itu, mencit memiliki jumlah sel darah
merah 6,5-10,1x106
sel/µl dan sel darah putih sebanyak 2,61-10,05x103
sel/µl. Denyut jantung mencit berkisar 325-800 denyut/menit dengan laju
respirasi 95-165 tarikan nafas/menit.
Sejak abad ke-19, mencit banyak digunakan sebagai hewan uji dalam
penelitian. Mencit banyak digunakan karena memiliki gen yang relatif
mirip dengan manusia. Mencit merupakan hewan yang mudah dipelihara,
dikarenakan morfologinya kecil, jinak, lemah, mudah ditangani,
mengonsumsi makanan relatif sedikit dan memiliki harga yang relatif
murah. Mencit juga memiliki daya reproduksi yang tinggi dengan masa
kebuntingan yang singkat (Soegijanto, 2003 ; Yuwono, 2009).
23
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017 – Oktober 2017.
Pemeliharaan hewan uji, pemberian taurin, ekstrak etanol meniran
(Phyllanthus niruri) dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus), pemberian
antigen berupa sel darah merah domba kepada hewan uji dilakukan di
Laboratorium Biologi Molekuler, Gedung MIPA Terpadu, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Proses perhitungan leukosit dan eritrosit dilakukan di Laboratorium
Zoologi Fakultas MIPA, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain set peralatan
pemeliharaan mencit (bak berbahan plastik berukuran 20x30cm
dilengkapi dengan penutup berbahan kawat, wadah pakan, dan
wadah minuman sebanyak 28 buah), neraca analitik untuk
menimbang bahan dan mengukur berat badan mencit, jarum suntik
untuk menginduksi antigen yaitu DMD, sonde lambung untuk
mencekokkan taurin, dan ekstrak meniran dan jamur tiram pada
24
mencit, beaker glass, erlenmeyer, set alat ekstraksi (blender, oven,
kertas saring, corong buchner, dan rotary evaporator), set alat
keselamatan kerja (sarung tangan dan masker), set alat pembuatan
antikoagulan alsever (autoklaf dan sentrifuge), set alat untuk
melakukan uji titer antibodi (sentrifuge,waterbath, micro plate
bottom V, shaker, micro pipet untuk pengenceran), set alat
perhitungan jumlah leukosit dan eritrosit (mikroskop, kertas tisu,
haemocytometer, object glass, dan cover glass) dan kamera untuk
dokumentasi.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain hewan uji
berupa 28 mencit jantan (Mus musculus L.) berumur 3 bulan dengan
berat badan + 30-40 g yang terbagi dalam 4 kelompok, pelet pakan
mencit, air minum, taurin, darah merah domba (DMD) sebagai
antigen, meniran (Phyllanthus niruri), jamur tiram (Pleurotus
ostreatus), etanol 96% digunakan untuk ekstraksi meniran dan jamur
tiram, larutan PZ (Physiological Zalt) 0,9% untuk pengenceran pada
uji titer antibodi dan pengenceran pada sel darah domba,
antikoagulan alsever sebagai media pencegah penggumpalan pada
DMD dan darah mencit, Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
digunakan dalam pelarutan ekstrak, serum darah mencit yang telah
diuji, larutan hayem untuk menghitung jumlah eritrosit, larutan turk
digunakan untuk menghitung jumlah leukosit.
25
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan empat kelompok perlakukan, dimana
masing-masing perlakuan berisi tujuh ulangan. Kelompok tersebut
yaitu sebagai berikut :
1. Kelompok 1: Kelompok yang diberikan taurin dengan dosis 15,7
mg/bb/hari selama 8 hari, kemudian pada hari ke-8
diinduksi sel DMD 2% melalui intra peritonial dan
selanjutnya diberi taurin kembali selama 10 hari.
2. Kelompok 2: Kelompok yang diberikan ekstrak etanol meniran
dengan dosis 20 mg/bb/hari selama 8 hari, kemudian
pada hari ke-8 diinduksi sel DMD 2% melalui intra
peritonial dan selanjutnya diberi ekstrak kembali
selama 10 hari.
3. Kelompok 3: Kelompok yang diberikan ekstrak etanol jamur
tiram dengan dosis 20 mg/bb/hari selama 8 hari,
kemudian pada hari ke-8 diinduksi sel DMD 2%
melalui intra peritonial dan selanjutnya diberi ekstrak
kembali selama 10 hari.
4. Kelompok 4: Kelompok yang diberi pakan standar hingga akhir
penelitian dan diinduksi sel DMD (Sebagai kontrol
perlakuan).
26
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Hewan Uji
Hewan uji berupa mencit jantan (Mus musculus L.) berjumlah
28 ekor berumur 3 bulan dengan berat badan + 30-40 g. Mencit
diperoleh dari Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner
(BPPV) Regional III Bandar Lampung. Mencit dipelihara pada
lingkungan homogen secara individu di dalam bak berbahan
plastik berukuran 20x30 cm dengan penutup berbahan kawat
yang dilengkapi wadah pakan, dan wadah air minum.
Aklimatisasi mencit dilakukan selama 7 hari sebelum
perlakuan, hal ini bertujuan agar mencit dapat beradaptasi
dengan kondisi kandang. Selama proses aklimatisasi, mencit
diberi pakan standar (pelet), dan air minum secukupnya.
2. Persiapan Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan yaitu ekstrak taurin, ekstrak meniran,
dan ekstrak jamur tiram dengan uraian sebagai berikut :
2.1. Persiapan Taurin
Menurut tabel konversi Nugraha (2011), nilai konversi
dari manusia ke mencit yaitu 0,0026. Dosis normal
pemberian taurin yang biasa diberikan pada manusia
adalah sebesar 3 g/70 kg berat badan (Shao dan Hathcock,
27
2008). Jika dihitung berdasarkan hasil konversi, dosis
normal taurin yang diberikan kepada mencit yaitu 3000
mg dikalikan dengan 0,0026 adalah sebesar 7,8
mg/bb/hari.
2.2. Persiapan Ekstrak Etanol Meniran
Tahapan ekstraksi meniran (Phyllanthus niruri) disajikan
pada Gambar 8.
Gambar 8. Proses ekstraksi meniran
Maserat disaring menggunakan kertas saring
Filtrat dari maserat dipekatkan dengan rotary evaporator
pada suhu 50˚C hingga didapat ekstrak kental, kemudian
dimasukkan ke dalam oven hingga diperoleh ekstrak
dalam bentuk pasta
Daun meniran dipilih yang terbaik dan dicuci dengan air mengalir
Daun meniran dikeringanginkan dalam suhu ruang
selama 2x24 jam, kemudian dikeringkan
menggunakan oven dengan suhu 40˚C selama 2x24
jam
Meniran yang telah kering digiling menggunakan mesin
giling kemudian dihaluskan kembali menggunakan blender
Meniran yang telah halus, dimaserasi selama 3x24 jam
dengan pelarut etanol 96% hingga diperoleh maserat
Maserat disaring menggunakan corong buchner
28
2.3. Persiapan Ekstrak Etanol Jamur Tiram
Tahapan ekstraksi Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Proses ekstraksi jamur tiram
Filtrat dari maserat dipekatkan dengan rotary evaporator
pada suhu 50˚C hingga didapat ekstrak kental, kemudian
di masukkan ke dalam oven hingga diperoleh ekstrak
dalam bentuk pasta
Jamur Tiram dipilih yang terbaik dan dicuci dengan air
mengalir
Jamur tiram dikeringanginkan dalam suhu ruang
selama 1x24 jam
Jamur tiram yang telah dikeringkan dihaluskan
menggunakan blender
Jamur tiram yang telah halus dimaserasi selama
3x24 jam dengan pelarut etanol 96% hingga
diperoleh maserat
Maserat disaring menggunakan corong Buchner dan kertas saring
29
3. Pemberian Bahan Uji Taurin, Ekstrak Etanol Meniran, dan
Jamur Tiram
Dalam penelitian ini, digunakan dosis taurin untuk pengujian
yaitu 15,7 mg/bb/hari (dua kali dosis normal). Dosis ekstrak
etanol meniran dan jamur tiram yang diberikan untuk mencit
dengan berat 30-40 g yaitu sebesar 72 mg x 0,14 x 2 = 20,2
mg/bb/hari.
E. Diagram Alir Penelitian
Keseluruhan tahapan penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir
penelitian pada Gambar 10.
30
Gambar 10. Diagram alir penelitian
7 ekor
mencit
(Taurin)
7 ekor
mencit
(Kontrol)
Pakan standar
dan air minum
serta taurin dosis
15,7 mg/hari
hingga akhir
penelitian.
Pakan standar
dan air minum
hingga akhir
penelitian
28 ekor mencit umur 3 bulan dengan bobot badan ± 30-40 g
24 ekor mencit umur 3 bulan dengan bobot badan ± 30-40 g
24 ekor mencit umur 3 bulan dengan bobot badan ± 30-40 g
Aklimatisasi selama 7 hari (diberi pakan standar dan air minum)
7 ekor
mencit
(Meniran)
7 ekor mencit
(Jamur
tiram)
Diinduksi suspensi sel darah merah domba (DMD) 2% intra peritonial pada hari ke-8 dan dilanjutkan pemberian
pakan, minum dan ekstrak hingga hari ke-18
Pengambilan sampel darah mencit, pengujian titer antibodi, perhitungan jumlah leukosit dan eritrosit
Analisis Data
Pakan standar
dan air minum
serta ekstrak
meniran dosis 20
mg/hari hingga
akhir penelitian.,
Pakan standar dan
air minum serta
ekstrak jamur
tiram dosis 20
mg/hari hingga
akhir penelitian.,
31
F. Parameter Penelitian
Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu :
1. Titer Antibodi
Pengujian titer antibodi dilakukan setelah pengambilan sampel
darah mencit yang telah diberi perlakuan selama 18 hari. Titer
adalah nilai maksimun suatu tubuh untuk menolak penyakit.
Hasil tes titer antibodi digunakan untuk mendeteksi IgM karena
ukuran IgM yang memudahkan untuk aglutinasi. Adapun cara
kerja dari uji HA tes dapat dilihat pada Gambar 11.
32
Gambar 11. Diagram alir uji titer antibodi (Sulistyowati, 2006)
2. Perhitungan Leukosit
Pada perhitungan leukosit digunakan darah mencit yang telah
diambil. Pengenceran darah untuk menghitung jumlah leukosit
menggunakan larutan Turk. Larutan Turk menyebabkan eritrosit
Disiapkan microplate bottom V sebagai
tempat pengujian titer antibodi
Semua lubang (12 lubang) pada microplate
diisi dengan larutan PZ 0,025 ml
Pada lubang pertama microplate ditambahkan
serum mencit 0,025 ml, dan kemudian
diencerkan ½,1/4,1/8.1/16,1/32 dan seterusnya
hingga lubang ke 10. Lubang ke 11 dan 12
sebagai kontrol
Semua lubang (12 lubang) ditambahkan sel
DMD 1,5% sebanyak 0,025 ml
Microplate digoyang dalam microshaker
selama 1 jam dan dibiarkan pada suhu kamar
selama 24 jam.
Analisis data hasil uji titer antibodi, apabila
terjadi aglutinasi hasil positif, apabila tidak
terjadi aglutinasi hasil negatif.
33
lisis. Darah diencerkan 20 kali dan sel eritrosit dihitung
menggunakan kamar hitung Improved Neubauer. Adapun
prosedurnya adalah sebagai berikut :
Darah dihisap menggunakan pipet leukosit hingga tanda 0,5.
Bekas darah di ujung pipet dibersihkan menggunakan tisu.
Kemudian diisap larutan pengencer (larutan Turk) hingga
tanda 11. Pengenceran yang digunakan adalah pengenceran
20. Kemudian pipet leukosit dihomogenkan selama ± 1
menit. Darah dalam leukosit yang telah homogen dibuang 4-
5 tetes pertama. Untuk menghitung jumlah leukosit
digunakan kamar hitung dan kaca penutup (cover glass).
Darah diletakkan pada kamar hitung tepatnya pada sudut 30°
di batas cover glas, kemudian dilakukan proses perhitungan.
Adapun cara menghitung jumlah leukosit adalah sebagai
berikut, diamati 4 kotak besar di tepi dengan perbesaran 10
kali dengan kriteria yaitu sel yang menyinggung garis kiri
dan atas dihitung. Selanjutnya sel yang menyinggung garis
kanan dan bawah tidak dihitung (Muslim, 2006).
2. Perhitungan Eritrosit
Pengenceran darah untuk menghitung jumlah eritrosit
menggunakan larutan Hayem. Larutan Hayem menyebabkan
leukosit dan trombosit lisis. Darah diencerkan 200 kali dan sel
34
eritrosit dihitung pada 5 bidang sedang ditengah pada kamar hitung
Improved Neubauer. Adapun prosedur perhitungan eritrosit sebagai
berikut :
Darah mencit dihisap hingga tanda 0,5 pada pipet eritrosit
dan kemudian ujung pipet dibersihkan menggunakan tisu.
Setelah itu, larutan Hayem dihisap hingga tanda 101 dengan
tidak membentuk gelembung udara. Kedua ujung pipet
ditutup dengan ujung jari. Pipet dihomogenkan selama ±1
menit. Darah dalam pipet eritrosit yang telah homogen
dibuang 4-5 tetes pertama. Kamar hitung dan kaca penutup
(cover glass) disiapkan untuk menghitung jumlah eritrosit.
Darah diletakkan pada kamar hitung tepatnya pada sudut 30°
di batas cover glass dan dilakukan proses perhitungan.
Cara menghitung eritrosit adalah dengan kamar hitung yang
diletakkan pada meja mikroskop dan digunakan lensa
objektif perbesaran 40 kali. Kemudian diamati penyebaran
sel eritrosit yang terlihat pada 5 bidang sedang yang berada
di tengah (Muslim, 2006).
Kamar hitung untuk perhitungan leukosit dan eritrosit
disajikan pada Gambar 12.
35
Gambar 12. Kamar hitung leukosit dan eritrosit (sumber: http://medlab.id/
diakses pada tanggal 28 Agustus 2017 pukul 22.00 WIB)
G. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan metode
statistik ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf nyata 5% untuk
melihat perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan, kemudian
jika terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata
Terkecil) pada taraf nyata 5%.
47
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
a. Taurin, ekstrak etanol meniran (Phyllanthus niruri), dan
ekstrak etanol jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mengandung
senyawa yang dapat dijadikan sebagai imunostimulan.
b. Tingkatan sifat imunostimulan yang terbaik berturut-turut
adalah taurin, ekstrak etanol meniran, ekstrak etanol jamur
tiram, kemudian kontrol perlakuan.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jumlah dari
masing-masing jenis leukosit setelah penginduksian antigen, serta
perlu dilakukan pengukuran jumlah eritrosit dan leukosit hewan
uji sebelum dan sesudah perlakuan sebagai perbandingan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Aboderin, F. I., and V.O. Oyetayo. 2006. Haematological Studies of Rats Fed
Different Doses of Probiotic, Lactobacillus plantarum, Isolated from
Fermenting Corn Slurry. Pakistan J. Nutrition. 5:102-105.
Anonim. 2017. Morfologi Jamur Tiram. wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram, diakses
pada tanggal 25 Agustus 2017 pukul 09.00 WIB.
Anonim. 2017. Leukosit. www.delherbal.com/leukosit-rendah , diakses pada
tanggal 28 Agustus 2017 pukul 20.00 WIB.
Anonim. 2017. Eritrosit. http://interactive-biology.com, diakses pada tanggal 27
Agustus 2017 pukul 08.00 WIB.
Anonim. 2017. Kamar Hitung. http://medlab.id, diakses pada tanggal 28 Agustus
2017 pukul 20.00 WIB.
Aldous, E.W., and D.J. Alexander. 2001. Detection and Differentiation of
Newscastle Disease Virus (Avian Paramyxovirus. Iraqi J.Vet. Sci. 23
(2):143-146.
Backer, A., and B. Van Den Brink. 1965. Flora of Java (Spermatophytes Only).
Volume I, N.V.P. The Nederlands, Noordhoff-Groningen.
Baratawidjaja, K. G. 2004. Imunologi Dasar, edisi ke-5. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Bellanti, J. A. 1985. Imunology III. Georetown University School of Medicine.
Washington.
Block, K. I., and M.N. Mead. 2003. Immune system effects of Echinaceae,
Ginseng and Astragalus: A review. Integrative cancer therapies. 2(3) : 247
– 267.
49
Burhan, E. 2004. Angka Tahan Hidup Penderita Kanker Paru Jenis Karsinoma
Bukan Sel Kecil yang Layak Dibedah. (Tesis). Departemen Pulmonologi
dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI. Jakarta.
Desmawati. 2013. Sistem Hematologi dan Imunologi. In Media. Jakarta.
Effendi, N., dan H. Widiastuti. 2014. Identifikasi Aktivitas Immunoglobulin M
(IgM) Ekstrak Etanolik Daun Ceplukan Pada Mencit. Jurnal Kesehatan
vol. VII nomor 2.Universitas Muslim. Indonesia. Makassar.
Ernawati, R., A.P. Rahardjo., N. Sianita., J. Rahmahani., F.A. Rantam., W.
Tjahjaningsih, dan Suwarno. 2004. Petunjuk Praktikum Pemeriksaan Virologik
dan Serologik. Laboratorium Virologi dan Imunologi Bagian Mikrobiologi
Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.
Fatma. 2006. Respon Imunitas yang Rendah pada Tubuh Manusia Usia Lanjut.
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia. Jakarta.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. ITB. Bandung (diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan
Iwang Soedirto).
Houghton, P.I., T. Z. Woldemariam, S. O’Shea, dan S.P. Thyagarajan. 1996. Two
Securinega-Type Alkaloids from Phyllanthus amarus. Phytochemistry, 43(3),
715-717.
Jiang, N., N.S. Tan, B. Ho, J.L. Ding. 2007. Respiratory Protein-Generated
Reactive Oxygen Species as an Antimicrobial Strategy. Nature
Immunology.
Junqueira, L. Carloz, Jose, dan Carneiro. 2007. Histologi Dasar ; Teks & Atlas
Edisi-10. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Khairani, I. A. 2017. Efektivitas Antikanker Ekstrak Etanol Daun Kenikir
dan Taurin Terhadap Respon Histopatologi Hepar Mencit Jantan yang
Diinduksi Benzo(α)piren. Skripsi Biologi FMIPA UNILA. Bandar
Lampung.
Kummer, P. 1871. https://en.wikipedia.org/wiki/Pleurotus_ostreatus, diakses
pada tanggal 31 Januari 2017 pukul 09.00 WIB.
Mantovani, T., G.A. Linde, N.B. Colauto. 2007. Effect of addition of nitrogen
source to cassava fiber and carbon-to-nitrogen ratios on Agaricus
brasiliensis growth. Can J Microbiol 53: 139-143.
Miale, J .B. 1972. Laboratory Medicina Hematology: The C.V. Mosby
Companya. St. Louis.
50
Muslim, A. 2006. Buku Penuntun Praktikum Hematologi. Poltekkes.
Tanjung Karang.
Nugraha, L.S.A. 2011. Cara dan Rute Pemberian Obat Pada Hewan Percobaan
Mencit. Akademi Farmasi Theresiana. Semarang.
Porth, C. M. 2011. Essential of Pathophysiology Concepts of Altered Health
States, 3th edition, Wolters Kluwer Health, Lippincott Williams & Wilkins,
486-510.
Pramono, dan Malole. 1989. Pengantar Hewan-Hewan Percobaan di
Laboratorium. Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor.
Redmon, H., P. Stapkleton, dan David. 1983. Immunustrition The Ple of Taurine.
Nutrition 14: 559-604.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi (Edisi Keenam)
Penerjemah : K. Padmawinata. ITB. Bandung.
Shao, A., dan J.N. Hathcock. 2008. Risk Assessment for the Amino Acids
Taurine, L-Glutamine and L-Arginine. Regul Toxicol Pharmacol 50(3) :
376-397. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia. Editor Beatricia I-Santoso Edisi-2
EGC. Jakarta.
Shuo, Tu, X. Zhang, D. Luo, Z. Liu, X. Yang, H. Wan, L. Yu, H. Li dan F. Wan.
2015. Effect Of Taurine On The Proliferation And Apoptosis Of Human
Hepatocellular Carcinoma Hepg2 Cells. Exp Ther Med, 10(1): 193–200.
Sjahrurachman, A., N. Sukmana, S. Setiati, Z. Munazir, H. Rubiana, L. Nelwan,
dan Dianiati. 2004. Pemberian Terapi Imunomodulator Herbal. Jurnal HTA
Indonesia, 37-40.
Soegijanto, S. 2003.Uji Coba Vaksin Dengue Rekombinan pada Hewan Coba
Mencit, Tikus, Kelinci dan Monyet. Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2,
September 2003: 64 – 71.
Spector, W.G. 1993. Pengantar Patologi Umum Edisi Ketiga. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Strange, W., dan Jackson, 1997. Penaeid Shrimp Nutrition for the Comercial Feed
Industry. In Proceeding of the Aquaqulture Feed.
Suckow, M. A. 2006. Rats As Laboratory Animals. Elsevier Inc. London.
51
Sulistiyowati. 2006. Pemanfaatan Ekstrak Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
Sebagai Bahan Menimbulkan Kekebalan Tubuh Mencit. Journal of
Science, Vol. 1, No.2.
Sunarsih. 2009. Pengaruh Pemberian Jamur Tiram Pada Mencit Putih Jantan.
FK UNDIP. Semarang.
Tabassum, H., H. Rehman, B.D. Banerjee, S. Raisuddin, dan S. Parvez. 2006.
Attenuation Of Tamoxifen-Induced Hepatotoxicity By Taurine In
Mice.Clinica Chimica Acta, 370:129–136.
Thrall, M. A. 2004. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry.
Maryland: Lippincott Williams dan Wilkins. hal 3-11; 20; 69-77; 212
217.
Tizard, I.R. 2002. Immunology, an introduction. Edisike-4. Saunder Collage.
USA.
Wayan, T.A., B, Nariono., dan S. Mangkuwidjojo. 1981. Perubahan
Hematologik Kelinci yang diinfeksi dengan Trypanosoma evansi.
Prosiding Seminar Nasional II. Jakarta.
Williams. 2007. Eritrosit dan Hemoglobin. On line at
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37522/chapter%20ll.pdf,
diakses pada tanggal 28 Agustus 2017 pukul 07.00 WIB.
Yuwono. 2009. Mencit strain CBR Swiss Derived. Pusat Penelitian Penyakit
Menular Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.
Zhang, X., C. Bi., Y. Fan., Q. Cui., D. Chen., Y. Xiao, dan Q. P. Dou. 2008.
Induction Of Tumor Cell Apoptosis By Taurine Schiff Base Copper
Complex Is Associated The With Inhibition Of Proteasomal Activity. Int J
Mol Med, 22(5): 677–682.