potensi keterdapatan gua karst formasi bentang dan ... · gua-gua yang banyak ditemukan di pulau...
TRANSCRIPT
Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Potensi Keterdapatan Gua Karst Formasi Bentang dan Hubungan Stratigrafidengan Batupasir Formasi Jampang di Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Tasikmalaya
Bernhard J. Silitonga1, Johanes Hutabarat2, dan Agung Mulyo3
1 Mahasiswa S1 Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknis Geologi, Universitas Padjadjaran2 Departemen Geologi Sains, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
3Departemen Geologi Terapan, Fakultas Teknik Geologi, Universitas PadjadjaranEmail : [email protected]
Abstrak
Kawasan karst di Indonesia mencakup luas sekitar 15,4 juta hektar dan tersebar hampir di seluruhIndonesia. Perkiraan umur dimulai sejak 470 juta tahun lalu sampai yang terbaru sekitar 700.000 tahun.Keberadaan kawasan ini menunjukkan bahwa pulau-pulau Indonesia banyak yang pernah menjadi dasarlaut, namun kemudian terangkat dan mengalami pengerasan. Di kawasan karst banyak dijumpai guadan sungai bawah tanah. Gua-gua yang banyak ditemukan di Pulau Jawa sebagian besar adalah gua batugamping atau gua karst. Secara regional, tatanan stratigrafi daerah penelitian mengacu pada peta geologilembar Tasikmalaya, yaitu Formasi Jampang (Tomj), Intrusi Dasit (Tmda), Formasi Bentang (Tmpb),dan Anggota Sukaraja Formasi Bentang (Tmbs). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian iniadalah menggunakan metode pemetaan geologi yaitu penelitian deskriptif terhadap objek atau subjekyang diteliti secara tepat. Potensi kawasan karst di daerah Sukaraja masih kurang disadari olehmasyarakat, karena hanya dikenal sebagai kawasan yang memiliki potensi untuk bahan bangunan, ataubahan baku semen. Secara stratigrafi, gua karst yang merupakan batugamping Formasi Bentang berumurmiosen yang lebih muda dari batupasir Formasi Jampang yang berumur Oligo-Miosen Bawah.
Kata kunci : potensi, karst, stratigrafi, sukaraja
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Ditemukannya gua karst yang tersusundari litologi batugamping yang oleh masyarakat
setempat disebut Gua Pawon. Kawasan karstdapat menjadi objek kajian yang menarik bagiberbagai disiplin ilmu antara lain: geologi,geomorfologi, hidrologi, biologi, arkeologi dankarstologi. Masing-masing disiplin ilmu tersebutmempunyai ketertarikan terhadap kawasan karstkarena kandungan fenomenanya sangat berbeda
dengan kawasan lain di permukaan bumi ini.Fenomena abiotik, biotik di atas permukaan dandi bawah permukaan kawasan karst masih belumbanyak yang terungkap. Kawasan karst masihmengandung berbagai tantangan ilmiah dariberbagai sudut ilmu pengetahuan.
Kawasan karst di Jawa Barat tersebar disekitar 11 Kabupaten dimana Tasikmalayamerupakan kabupaten dengan kawasan yangpaling luas. Gua-gua di Jawa Barat juga cukupbanyak. Berdasarkan hasil inventarisasi Dinas
Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Kebudayaan dan Pariwisata KabupatenTasikmalaya, ditemukan sekitar 318 gua denganberbagai potensi yang ada di dalamnya,misalnya saja ornamen-ornamen gua (gourdam,stalaktit, stalakmit, dan lain sebagainya), fauna
gua seperti kelelawar, dan lain sebagainya.Kekayaan alam tersebut, baik hayati maupunnon hayati, yang terdapat di dalam gua, selaindapat dijadikan sebagai objek wisata, juga dapatdijadikan sebagai sumber pembelajaran (bahanilmu pengetahuan dan penelitian).
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui potensi keterdapatan gua yangterbentuk akibat terjadinya peristiwa pelarutanbeberapa jenis batuan akibat aktivitas air hujandan air tanah dan juga untuk mengetahuihubungan stratigrafi batuan pembentuk guayaitu batugamping Formasi Bentang denganbatuan yang ada di sekitarnya yaitu batupasirFormasi Jampang.
1.3 Lokasi Penelitian
Kabupaten Tasikmalaya terletak disebelah selatan bagian timur Jawa Barat.Kabupaten Tasikmalaya secara administratifterbagi menjadi 28 kecamatan, dimanaKecamatan Sukaraja merupakan daerah yangditeliti. Secara geografis lokasi penelitianterletak diantara garis bujur 108º 3' 50.5" BTsampai 108º 6' 35" BT dan garis lintang 7º 22'56" LS sampai 7º 28' 50" LS.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah menggunakan metodepemetaan geologi yaitu penelitian deskriptifterhadap objek atau subjek yang diteliti secara
tepat. Objek penelitian yang terdapat di lapanganadalah berupa singkapan-singkapan batuan yangbiasanya ditemukan di tepi sungai, dasar sungai,tebing dan tepi jalan. Singkapan tersebutkemudian dideskripsi sifat-sifat batuannya serta
arah jurus dan kemiringan batuannya, selain itudilakukan pengambilan sampel untuk penelitianlebih lanjut di laboratorium.
Pada batugamping Formasi Bentangdilakukan penyayatan dan selanjutnya diteliti dilaboratorium, sedangkan pada batupasir FormasiJampang dilakukan analisis mikrofosilforaminifera untuk mengetahui umur relaifbatuan. Dengan metode tersebut dapat diketahuihubungan stratigrafi antar satuan batuantersebut.
3. Pembahasan3.1 Potensi Gua Karst
Gua Karst ditemukan di KecamatanSukaraja tepatnya di Dusun Cibariluk, DesaMekarjaya, Kecamatan Sukaraja, KabupatenTasikmalaya. Masyarakat setempatmenyebutnya dengan Gua Pawon. Gua tersebutmemiliki ornamen-ornamen seperti yangterdapat pada gua-gua pada umumnya yaitustalaktit dan stalakmit. Panjang gua kira-kira 20meter, lebar gua 5 meter, dan tinggi gua hampirmencapai 4 meter. Ukuran gua yang cukup besarsangat memungkinkan untuk dikembangkanmenjadi salah satu tempat ekowisata yang dapatmendatangkan devisa bagi masyarakat. Tetapimasyarakat dan pemerintah setempat belummenyadari potensi yang terdapat di dalamnya.
Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Gambar 1. Kenampakan Gua Karst
Gambar 2. Kenampakan Stalakmit
Gambar 3. Kenampakan Stalaktit
Gua ini tersusun dari litologi batugampingyang secara geologi regional termasuk dalamFormasi Bentang Anggota Sukaraja (Tmpb).Formasi ini terdiri dari batugamping terumbudan batugamping pasiran. Penyebaran
batugamping ini cukup luas dan memilikicadangan yang sangat banyak. DinasPertambangan dan Energi KabupatenTasikmalaya mencatat bahwa cadanganbatugamping di Kecamatan Sukaraja mencapai120.000.000 m3. Sehingga batugamping inidapat dimanfaatkan untuk berbagai macamkeperluan seperti :
a. Bahan bangunan
Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapuryang dipergunakan untuk plester,adukanpasangan bata, pembuatan semen tras ataupunsemen merah.
b. Bahan penstabilan jalan raya
Pemaklaian kapur dalam bidang pemantapanfondasi jalan raya termasuk rawa yangdilaluinya. Kapur ini berfungsi untukmengurangi plastisitas, mengurangi penyusutandan pemuaian fondasi jalan raya
c. Penjernihan air
Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri
, kapur dipergunakan bersama-sama dengansoda abu dalam proses yang dinamakan denganproses kapur soda.
d. Batu Gamping (Caco3) sebagai pupukalternatif penetralisir keasaman tanah
Semua material yang mengandung senyawa Cadapat digunakan sebagai bahan pengkapuran
untuk menetralisir keasaman tanah, yaitumeningkatkan pH tanah yang pada dasarnyamenambahkan Ca dan menurunkan Al.
Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
e. Batugamping sebagai bahan baku semen.
Tabel 1. Tabel Data Potensi Bahan Galian Industri di Kabupaten Tasikmalaya
No. Jenis Bahan
Galian
Genesa Lokasi Pemanfaatan Sumberdaya/
Cadangan
1. BatuGamping
( CaCO3)
Terbentuk karena akumulasikoral pada lingkungan lautdangkal yang membentuk
terumbu karang (gampingterumbu)
Kec. Sukaraja
Kec. Parungponteng
Kec. Cibalong
Kec.Karangnunggal
Kec. Bantarkalong
Kec. Sodonghilir
Kec. Cikatomas
Kec. Cikalong
Kec. Taraju
Kec. Pancatengah
Bahan pembuatsemen
Bahan pembuat cat
Bahan pembuat
kertas
Industri farmasi
Industri kosmetik
Pembuatn pastagigi
Bahan pembuatan
kapur tohor
Bahan pembuatankapur padam
- 120.000.000 m3
- Belum diketahui
- Belum diketahui
- Belum diketahui
- Belum diketahui
- Belum diketahui
- Belum diketahui
- Belum diketahui
- 80.000.000 m3
- Belum diketahui
3.2 Hubungan Stratigrafi
Hubungan stratigrafi berdasarkankesebandingan dengan peneliti terdahulu(Budhitrisna, 1996), menyatakan bahwa guakarst dengan litologi batugamping ini termasuk
Formasi Bentang yang menindih secara tidakselaras batupasir Formasi Jampang. Setelahdilakukan analisis mikrofosil di laboratorium,pada batugamping Formasi Bentang ditemukanfosil foraminera seperti amphistegina,cycloclypeus, dan operculina .
Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Tabel 2. Tabel Hasil Analisis Mikrofosil pada Batugamping Formasi Bentang
Amphistegina sp. D’ORBIGNYSayatan vertikal; terdapat acute margin pada kamar lateral; terdapat marginalchord; pada setengah bagian dari kamar lateral terlihat bagian yang terkena erosi.Lingkungan : Epifaunal; 0-130 m; coral reef; lagoons.Perbesaran : 10 x 10Umur : Tc –Resen (Oligosen Awal - Resen)
Cycloclypeus sp. CARPERTER
Sayatan vertikal; tidak terdapat kamar lateral; berbentuk keping; sangat datar;menonjol pada bagian pusat.Lingkungan : 60 – 100 m; Shelf.Perbesaran : 10 x 4Umur : Lower Tf – Upper Tf (Miosen Tengah – Miosen Akhir)
Operculina sp.Sayatan horizontal; evolute; tersusun atas tiga putaran; kamar pada putaran terakhirtidak terlihat.Perbesaran : 10 x 4Umur : Td – Resen (Oligosen Akhir – Resen)
Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Tabel 3. Tabel Kisaran Umur Fosil pada Batugamping Formasi Bentang
Sedangkan pada batupasir FormasiJampang ditemukan fosil foraminiferaplanktonik seperti :
Tabel 4. Tabel Hasil Analisis Mikrofosil pada Batupasir Formasi Jampang
Globigerinoides subquadratus (BRONNIMANN)
No Plate 10 Komposisi dinding cangkang gampingan, berpori, cangkang trochospiral, berpori,
kamar spherical, tersusun oleh tiga setengah putaran sampai empat putaran, tigakamar pada putaran terakhir ukurannya meningkat, apertur interiomarginal.
Umur : N5 – N13 (Miosen Awal – Miosen Tengah) (Postuma, 1971)
Globigerinoides primordius (BLOW and BANNER)
No Plate 11 Cangkang trochospiral, bikonveks tidak rata, equatorial periphery lobulate, sumbuperiphery membulat, cangkang perforate,permukaan berbintik-bintik,kamar
menggembung, subglobular, disusun oleh dua sampai tiga putaran, dengan empat
kamar pada putaran terakhir, dan meningkat dalam ukurannya.sutura spiral, dan
pada bagian umbilical radial sampai subradial, aperture interiomarginal, umbilical,dengan lengkungan rendah sampai medium.
Umur : N5-N7 (Oligosen Akhir – Miosen Awal) (Postuma, 1971)
Globigerinoides immaturus (LEROY)
AKHIR AKHIR
Tc Td
Amphistegina sp. D’ORBIGNY
Cycloclypeus sp. CARPERTER
Operculina sp.
Lower TeTa3Ta2
AKHIR
Tb
AWAL TENGAH
EOSEN
AWAL
OLIGOSEN
NAMA FOSIL AWAL TENGAH
PALEOSEN
Ta1
Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
No Plate 12 Cangkang trochospiral, bikonveks tidak sama, equatorial peripheral membulat,
sumbu pheriperal melingkar lebar, dinding berpori, permukaannya berbintik,kamar spherical, tersusun oleh 3,5 putaran, 3 – 4 kamar pada putaran terakhir
ukurannya bertambah secara medium, sutura pada sisi spiral melengkung, tertekan,
umbilicus menyempit, apertur utama interiormarginal, umbilical dengan busurrendah–medium dibatasi oleh lingkaran, beberapa kamar terakhir memperlihatkan
satu sutura apertur sekunder yang berlawanan dengan apertur primer.
Umur : N5-N23 (Miosen Awal – Resen) (Postuma, 1971)
Tabel 5. Tabel Kisaran Umur Fosil pada Batupasir Formasi Jampang
4. Kesimpulan dan Saran4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, maka hasilpenelitian ini dapat disimpulkan bahwa gua karstyang terdapat di Dusun Cibariluk, DesaMekarjaya, Kabupaten Tasikmalaya memilikipotensi yang cukup besar. Selain memiliki
potensi untuk bahan bangunan, karena memilikicadangan yang banyak, Berdasarkan hasilanalisis mikropaleontologi batugampingFormasi Bentang berumur Miosen Tengah –Miosen Akhir yang menindih secara tidakselaras batupasir Formasi Jampang yangberumur Oligosen Akhir – Miosen Tengah.
4.2 SaranDi Kabupaten Tasikmalaya terutama di
Kecamatan Sukaraja perlu ditingkatkanmengenai kesadaran masyarakat akan potensikekayaan alam yang terdapat di daerahnya danusaha untuk mengembangkan potensi tersebut.
Selain dapat mendatangkan devisa bagikehidupan masyarakat, juga dapat menjadisarana untuk mengenal dan melestarikankekayaan alam yang terdapat di daerah tersebut.
Daftar Pustaka
Budhitrisna, T., (1986). Geologi LembarTasikmalaya, Jawa Barat. Dirjen Geologidan Sumberdaya Mineral, Bandung
Postuma, J.A., 1971. Manual of PlanktonicForaminifera, Elsevier PublishingCompany, Amsterdam-London-Newyork,420p.
Phleger and Parker, 1951, Ecology ofForaminifera Northwest Gulf of Mexico,Part II Foraminifera Species, Printed byWaverly Press. Inc, Baltimore, Maryland
N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N20 N21
Globigerinoides subquadratus (BRONNIMANN)
Globigerinoides primordius (BLOW and BANNER)
Globigerinoides immaturus (LEROY)
MIOSENPLIOSEN
AWAL TENGAH AKHIROLIGOSEN
NAMA FOSIL
Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Rachmawati, dkk. (2012), PengembanganEkowisata Gua di Jawa Barat, InstitutPertanian Bogor.
Sudarmadji, dkk. (2013), Ekologi LingkunganKawasan Karst Indonesia. Yogyakarta :Deepublish.
Dinas Pertambangan dan Energi KabupatenTasikmalaya, Data Potensi Bahan Galian,http://distamben.tasikmalayakab.go.id/index.php/2014-12-09-12-58-21/bidang-pertambangan/data-potensi, 10 April 2016