pr ujian

24
1. Disentri Definisi Disentri adalah diare yang disertai darah, terutama disebabkan oleh Shigella sp., dan memerlukan antibiotik untuk pengobatan. Disentri dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti gangguan pertumbuhan dan resiko kematian. Etiologi Sebagian besar kasus disebabkan oleh Shigella, khususnya S. flexneri dan S. dysentriae tipe 1. Manifestasi klinis BAB cair, frekuensi sering, dan disertai darah yang dapat dilihat dengan jelas. Pada beberapa episode, pertama-tama tinja cair kemudian menjadi berdarah setelah 1-2 hari. Selanjutnya dapat timbul gejala dan tanda komplikasi diare akut, seperti dehidrasi, gangguan pencernaan, dan kekurangan zat gizi. Tata laksana Terapi Medikamentosa o Antibiotik, semua diare berdarah diobati sebagai shigellosis dan diberikan kontrimoksazol (trimethoprim 4 mg/kgbb dan sulfametoksasol 20 mg/kgbb Po dua kali sehari), jika dalam 2 hari tidak membaik ganti antibiotik , yang sensitive terhadap Shigella sp, antara lain sefiksim ( 8 mg/kgbb PO selama 5 hari dosis tunggal) dan asam

Upload: auliya-syifa

Post on 07-Jul-2016

217 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tht

TRANSCRIPT

Page 1: PR UJIAN

1. Disentri

Definisi

Disentri adalah diare yang disertai darah, terutama disebabkan oleh Shigella sp.,

dan memerlukan antibiotik untuk pengobatan. Disentri dapat menyebabkan

komplikasi serius, seperti gangguan pertumbuhan dan resiko kematian.

Etiologi

Sebagian besar kasus disebabkan oleh Shigella, khususnya S. flexneri dan S.

dysentriae tipe 1.

Manifestasi klinis

BAB cair, frekuensi sering, dan disertai darah yang dapat dilihat dengan jelas.

Pada beberapa episode, pertama-tama tinja cair kemudian menjadi berdarah

setelah 1-2 hari. Selanjutnya dapat timbul gejala dan tanda komplikasi diare akut,

seperti dehidrasi, gangguan pencernaan, dan kekurangan zat gizi.

Tata laksana

Terapi Medikamentosa

o Antibiotik, semua diare berdarah diobati sebagai shigellosis dan diberikan

kontrimoksazol (trimethoprim 4 mg/kgbb dan sulfametoksasol 20

mg/kgbb Po dua kali sehari), jika dalam 2 hari tidak membaik ganti

antibiotik , yang sensitive terhadap Shigella sp, antara lain sefiksim ( 8

mg/kgbb PO selama 5 hari dosis tunggal) dan asam nalidiksat (55

mg/Kgbb/hari terbagi 4 dosis untuk dosis awal, dilanjutkan 33 mg/kgbb

terbagi 4 dosis lanjutan)

o Apabila terdapat amuba vegetatif pada pemeriksaan tinja, berikan

metronidaazol dengan dosis 50 mg/kgbb dibagi 3 dosis selama 5 hari

Terapi Non-medikamentosa

Lanjutkan pemberian makan. Pada anak usia <6 bulan, pemberian ASI lebih dari

frekuensi biasanya, bila memungkinkan. Pada anak usia ≥6bulan, berikan

makanan yang biasa diberikan.

2. Diuresis normal

1 ml/kgbb/jam

3. Diferential diagnosis demam < 3 hari

Page 2: PR UJIAN

DBD

ISPA

Morbilli

Malaria

4. Cairan maintenance

Dosis maintenance

o 10 kg pertama = 100 kkal/kg/hari

o 10 kg kedua = 50 kkal/kg/hari

o Sisanya = 20 kkal/kg/hari

Setiap kenaikan 1ºC = 12%

5. Ensefalopati

Definisi

Ensefalopati adalah istilah yang luas digunakan untuk menggambarkan fungsi

otak abnormal atau struktur otak. (Encephalo = otak + simpati = gangguan).

Kelainan mungkin sementara, berulang, atau permanen. Hilangnya fungsi otak

mungkin reversibel, statis dan stabil, atau progresif dengan peningkatan hilangnya

aktivitas otak dari waktu ke waktu.

Penyebab

Fungsi otak yang abnormal dapat terjadi karena banyak kondisi yang berbeda;

misalnya, kekurangan nutrisi, keracunan, infeksi, perubahan struktural, atau

anoksia (kurangnya pengiriman oksigen ke otak).

Encephalopathy alcohol

Alkohol adalah contoh klasik dari konsumsi akut dan kronis yang menyebabkan

perubahan fungsi otak. Ketika seseorang minum alkohol secara berlebihan, itu

mengubah aktivitas otak. Orang akut mabuk menunjukkan kurangnya penilaian

dan penurunan refleks dan koordinasi. Jika cukup alkohol tertelan, bagian dari

otak yang mengontrol terjaga dan pernapasan dapat menjadi tertekan ke titik

bahwa orang tersebut dapat menjadi koma. Efek ini berumur pendek dan

sementara sebagai hati memetabolisme alkohol dan menghapusnya dari tubuh.

Ketika alkohol itu hilang, individu kembali ke fungsi normal. Namun, ketika

Page 3: PR UJIAN

alkohol berulang kali disalahgunakan, dapat menyebabkan penyakit hati

meningkatkan kadar amonia dan ensefalopati atau bisa ada kerusakan langsung ke

otak dengan hilangnya jaringan otak.

Anoxic / hipoksia ensefalopati

Anoxic (an = tidak ada + oxia = oksigen) atau hipoksia (hypo = kurang + oxia =

oksigen) ensefalopati adalah suatu kondisi di mana jaringan otak kekurangan

oksigen dan ada kerugian global fungsi otak. Sel-sel otak kekurangan oksigen

lagi, semakin banyak kerusakan terjadi.

Ensefalopati hipertensif

Ensefalopati hipertensi terjadi bila tekanan darah naik ke tingkat yang cukup

tinggi untuk mempengaruhi fungsi otak. Sakit kepala, mual dan muntah,

perubahan visi, dan penurunan tingkat kesadaran mungkin karena nyata

meningkat tekanan. Kondisi ini juga dikenal sebagai krisis hipertensi (hipertensi

darurat), di mana pembacaan tekanan darah tinggi berhubungan dengan kegagalan

organ. Selain ensefalopati, ada juga dapat gejala nyeri dada, sesak napas, dan

gagal ginjal. Hipotensi (tekanan darah rendah) karena banyak faktor (misalnya,

perdarahan, infeksi utama, atau obat tekanan darah) dapat menyebabkan

ensefalopati dengan gejala pingsan, kelemahan, dan perubahan status mental.

Infeksi encephalopathy

Infeksi adalah penyebab ensefalopati. Banyak jenis bakteri, virus, dan jamur dapat

menyebabkan ensefalitis oleh infeksi dan peradangan pada jaringan otak atau dari

meninges (meningitis) yang melapisi otak dan sumsum tulang belakang.

Ensefalopati iskemik

Ensefalopati iskemik terjadi karena pembuluh darah kecil yang memasok darah ke

jaringan otak secara bertahap sempit dan menyebabkan penurunan umum dalam

aliran darah ke otak. Hal ini menyebabkan hilangnya progresif jaringan otak

dengan hilangnya terkait fungsi. Faktor risiko penyempitan pembuluh darah di

otak yang sama seperti penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah perifer dan

termasuk merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes.

Gejala ensefalopati

Page 4: PR UJIAN

Ensefalopati menjelaskan fungsi otak yang abnormal karena masalah dengan

jaringan otak. Gejala ensefalopati dapat digeneralisasi menyebabkan penurunan

tingkat kesadaran dari kelesuan minimal untuk koma. Ensefalopati dapat

menyebabkan proses berpikir yang abnormal termasuk kebingungan, memori

miskin, halusinasi, dan bahkan berpikir psikotik.

Gejala-gejala mungkin jelas karena bagian tubuh yang kontrol otak tidak dapat

bekerja dengan tepat. Mungkin ada inkoordinasi dan kesulitan berjalan (ataksia)

atau mungkin ada kelainan dengan visi dan gerakan mata. Encephalopathy dapat

meniru langkah dengan kelemahan dan mati rasa dari salah satu sisi tubuh,

termasuk terkulai dan masalah wajah. Kelainan mungkin tidak hanya

mempengaruhi fungsi motorik tetapi juga sensasi. Itu semua tergantung pada apa

bagian dari otak tidak berfungsi.

Pada beberapa pasien, ensefalopati yang begitu mendalam sehingga

mempengaruhi fungsi otak dasar yang mengendalikan terjaga, pernapasan, detak

jantung, dan suhu.

Gejala tergantung pada penyebab dasar dari ensefalopati dan potensi pembalikan

penyebabnya.

Ensefalopati Pengobatan

Pengobatan untuk ensefalopati bervariasi sesuai dengan penyebab dasar;

misalnya, anoksia jangka pendek hanya mungkin memerlukan terapi oksigen,

sedangkan keracunan uremik mungkin memerlukan dialisis dan transplantasi

ginjal. Akibatnya, obat tertentu dan program pengobatan akan ditentukan

berdasarkan penyakit yang mendasarinya. Episode pertama dari encephalopathy

harus dievaluasi segera oleh dokter untuk berpotensi mendiagnosa dan mengobati

penyebab dasar; tindakan tersebut dapat membalikkan atau membatasi gejala dan

mempengaruhi prognosis untuk ensefalopati.

Pencegahan ensefalopati

Beberapa ensefalopati dapat dicegah dengan pilihan gaya hidup yang positif.

Misalnya, ensefalopati hepatik dari kegagalan hati karena kecanduan alkohol

dapat dicegah dengan komitmen pasien untuk pantang dari alkohol dan

penggunaan perawatan medis dan dukungan masyarakat untuk mencegah atau

Page 5: PR UJIAN

meminimalkan risiko kambuh. Gagal hati dari penyakit lain dan trauma bawaan

atau kecelakaan yang mengakibatkan encephalopathy mungkin tidak dicegah

Encephalopathy Prognosis

Beberapa ensefalopati mungkin mudah reversibel, sementara yang lain dapat

berkembang dan menyebabkan perubahan struktural permanen di otak dan bahkan

kematian; prospek tergantung pada penyebab yang mendasari encephalopathy dan

potensinya untuk pengobatan

6. Imunisasi

Definisi

Imunisasi merupakan proses induksi imunitas secara buatan baik melalui vaksinasi atau

pemberian antibody. Vaksinasi adalah pemberian vaksin atau toksoid untuk mencegah

terjadinya penyakit.

Jenis-Jenis Immunisasi Yang Wajib

1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC

yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat

terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. Imunisasi BCG ini merupakan

vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi

pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan pemberian imunisasi BCG pada

umur 0-11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau 3

bulan, kemudian cara pemberian imunisasi BCG melalui intradermal, efek

samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi

limfadenitis regional, dan reaksi panas.

Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkn dengan 4 cc NaCl 0,9%.

Setelah dilarutkan harus segera diapakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang.

Penyimpana pada suhu < 5ºC terhidar dari sinar matahari.

Jumlah Pemberian

Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi

kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda

dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.

Page 6: PR UJIAN

Usia Pemberian

Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes

Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah

kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi

dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal

serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil

diimunisasi BCG

Lokasi Penyuntikan

Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis

yang melakukan penyuntikan di paha.

Efek Samping

Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan

kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di

selangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh

sendiri.

Tanda Keberhasilan

Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6

minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan

sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.

Indikasi Kontra

Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau

menunjukkan Mantoux positif.

Cara penyuntikan BCG

o Bersihkan lengan dengan kapas air

o Letakkan jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan ujung

jarum yang berluban menghadap keatas.

o Suntikan 0,05 ml intra kutan

2. Imunisasi DPT (Dipteri, Pertusis, dan Tetanus)

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin yang melindungi terhadap difteri,

pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri yang menyerang

temggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.

Page 7: PR UJIAN

Penyakit ini mudah menular melalui batuk atau bersin. Pertusis (batuk

rejan) adalah infeksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan

batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.

Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti peneumonia,

kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa

menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Vaksin ini diberikan 5

kali pada usia 2,4,6,18, bulan dan 5 tahun.

Cara pemberian imunisasi DPT melalui intramuscular. Efek samping pada

DPT mempunyai efek ringan dan efek berat, efek ringan seperti

pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam. Sedangkan

efek berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran

menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock.

Usia & Jumlah Pemberian

Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan,

dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan

imunisasi TT

Efek Samping

Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas.

Indikasi Kontra

Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu

penyakit seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat

atau habis dirawat karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP.

Mereka hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah

yang menyebabkan panas.

3. POLIO

Imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Penykit ini

disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang terinfeksi. Anak

yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layu. Vaksin polio ada dua jenis, yakni :

o Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV)

Di Indonesia, meskipun sudah tersedia tetapi Vaksin Polio Inactivated atau

Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV) belum banyak digunakan. IPV

Page 8: PR UJIAN

dihasilkan dengan cara membiakkan virus dalam media pembiakkan,

kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan pemanasan atau bahan

kimia. Karena IPV tidak hidup dan tidak dapat replikasi maka vaksin ini

tidak dapat menyebabkan penyakit polio walaupun diberikan pada anak

dengan daya tahan tubuh yang lemah. Vaksin yang dibuat oleh Aventis

Pasteur ini berisi tipe 1,2,3 dibiakkan pada sel-sel VERO ginjal kera dan

dibuat tidak aktif dengan formadehid.

Selain itu dalam jumlah sedikit terdapat neomisin, streptomisin dan

polimiksin B. IPV harus disimpan pada suhu 2 – 8 C dan tidak boleh

dibekukan. Pemberian vaksin tersebut dengan cara suntikan subkutan

dengan dosis 0,5 ml diberikan dalam 4 kali berturut-turut dalam jarak 2

bulan.

Untuk orang yang mempunyai kontraindikasi atau tidak diperbolehkan

mendapatkan OPV maka dapat menggunakan IPV. Demikian pula bila ada

seorang kontak yang mempunyai daya tahan tubuh yang lemah maka bayi

dianjurkan untuk menggunakan IPV.

o Oral Polio Vaccine (OPV)

Jenis vaksin Virus Polio Oral atau Oral Polio Vaccine (OPV) ini paling

sering dipakai di Indonesia. Vaksin OPV pemberiannya dengan cara

meneteskan cairan melalui mulut. Vaksin ini terbuat dari virus liar (wild)

hidup yang dilemahkan. OPV di Indonesia dibuat oleh PT Biofarma

Bandung. Komposisi vaksin tersebut terdiri dari virus Polio tipe 1, 2 dan 3

adalah suku Sabin yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan (attenuated).

Vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dalam

sucrosa. Tiap dosis sebanyak 2 tetes mengandung virus tipe 1, tipe 2, dan

tipe 3 serta antibiotika eritromisin tidak lebih dari 2 mcg dan kanamisin

tidak lebih dari 10 mcg.

Vaksin yang berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet.

Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml) Vaksin polio diberikan 4 kali,

interval 4 minggu

o Ada dua jenis vaksin :

Page 9: PR UJIAN

o IPV

o OPV

o Penyimpana pada suhu 2-8ºC

o Jumlah Pemberian:

Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi

polio massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak

buruk.

o Usia Pemberian:

Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada

usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio

selalu dibarengi dengan vaksin DTP.

o Cara Pemberian:

Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat

mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan

adalah OPV.

o Efek Samping:

Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare

ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.

o Indikasi Kontra:

Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam

tinggi (di atas 380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan;

HIV/AIDS; sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi

umum; serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.

4. Imunisasi Campak

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin ini

adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah

satu kali. Waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9 – 11 bulan. Cara

Page 10: PR UJIAN

pemberian imunisasi campak melalui subkutan kemudian efek sampingnya adalah

dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas.

Imunisasi campak diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit campak

secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah

dilemahkan. Vaksin campak diberikan pada umur sembilan bulan, dalam satu

dosis 0,5 ml subkutan dalam (IDAI, 2001)

Vaksin campak harus didinginkan. pada suhu yang sesuai (dua sampai delapan

derajat celcius) karena sinar matahari atau panas dapat membunuh virus vaksin

campak. Bila virus vaksin mati sebelum disuntikkan, vaksin tersebut tidak akan

mampu menginduksi respon imun (Wahab dan Julia, 2002).

o Kontra indikasi

Pemberian imunisasi campak adalah anak yang sakit parah, menderita TBC

tanpa pengobatan, defisiensi gizi, penyakit gangguan kekebalan, riwayat

kejang demam, panas lebih dari 38ºC (Markum, 2002).

o Usia & Jumlah Pemberian:

Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan,

pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah

menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia

balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka

pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).

o Efek Samping:

Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan

diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu.

Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.

5. Imunisasi Hepatitis B

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinyha penyakit

hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair, HBsAg (hepatitis

B surface antigen) adalah protein yang dilepaskan oleh virus hepatitis B yang

sedang menginfeksi tubuh. Karena itu, protein ini dapat digunakan sebagai

penanda atau marker terjadinya infeksi hepatitis B Frekuensi pemberian imunisasi

Page 11: PR UJIAN

hepatitis 3 kali, waktu pemberian hepatitis B pada umur 0-11 bulan. Cara

pemberian imunisasi hepatitis ini adalah intra muskular.

o Jumlah Pemberian:

Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan

kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.

o Usia Pemberian

Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi

stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada

usia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu

pengidap VHB, selain imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam

setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin

antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam.

o Lokasi Penyuntikan

Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di

paha lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot

bagian luar). Penyuntikan di bokong tak dianjurkan karena bisa

mengurangi efektivitas vaksin.

o Efek Samping

berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan

pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.

o Indikasi Kontra

Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.

o Vaksin berisi HBsAg murni

o Diberikn sedini mungkin setelah lahir

o Suntikan secara intramuscular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.

o Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8ºC

o Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan immunoglobulin hepatitis B 12

jam setelah lahir + hepatitis B

Umur Vaksin Keterangan

Saat Hepatitis HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan

Page 12: PR UJIAN

lahir B-1 pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif,

dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan

dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak

diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui

bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml

sebelum bayi berumur 7 hari.

Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di

RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk

menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain)

1 bulan Hepatitis

B-2

Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah

1 bulan.

0-2

bulan

BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada

umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu

dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

2 bulan DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat

dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi

dengan Hib-1 (PRP-T)

Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1

dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-

1.

Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

4 bulan DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau

dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).

Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2

Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

6 bulan DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3

(PRP-T).

Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak

perlu diberikan

Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3

Hepatitis HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun

Page 13: PR UJIAN

B-3 optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 bulan Campak-1 Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan

program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah

mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu

diberikan.

15-18

bulan

MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi

campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.

Hib-4 Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).

18

bulan

DTP-4 DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.

Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.

2 tahun Hepatitis A Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan

dua kali dengan interval 6-12 bulan.

2-3

tahun

Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >

2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3

tahun.

5 tahun DTP-5 DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)

Polio-5 Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.

6

tahun.

MMR Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum

mendapatkan MMR-1.

10

tahun

dT/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan

untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun.

Varisela Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

7. Tatalaksana Diare

lintas diare :

1. Cairan

o Tanpa dehidrasi

Cairan rehidrasi ORALIT deberikan 5-10 mL/kgbb setiap diare

<1 tahun = 50-100 ml.

1-5 tahun = 100-200 ml

>5 tahun = semaunya

Page 14: PR UJIAN

Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain

(tidak mau minum, muntah terus menerus)

o Dehidrasi ringan sedang

CRO = 75 mL/kgBB dalam 3 jam

IV diberikan bila anak muntah setiap diberi minum walaupun telah

diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastric.

Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau

NaCL dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan

BB 3-10 kg = 200 mL/kgBB/hari

BB 10-15 kg = 175 mL/kgBB/hari

BB >15 kg= 135 mL/kgBB/hari

o Dehidrasi berat

Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat asetat 100

mL/kgBB dengan cara pemberian

Usia < 1 tahun = 30 ml/kgbb dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70

ml/kgbb dalam 5 jam berikutnya

Usia > 1 tahun = 30 ml/kgbb dalam ½ jam, dilanjutkan 70 ml/kgbb dalam

2,5 jam berikutnya

Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat

minum, dimulai dengan 5 ml/kgbb selama proses rehidrasi

2. Zink

Zink dibeikan 10 – 14 hari meskipun anak sudah tidak mengalami diare dengan

dosis :

o Umur < 6 bulan : 10 mg/hari

o Umur > 6 bulan : 20 mg/hari

3. Nutrisi

ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap

diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi

yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak

tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering ( lebih

kurang 6 x sehari), rendah serat, buah-buahab diberikan terutama pisang

Page 15: PR UJIAN

4. Medikamentosa

Tidak boleh di berikan obat anti diare

Antibiotic

Antibiotic diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri atau kolera. Untuk

disentri basiler, antibiotic diberikan sesuai dengan data publikasi yang dipakai

saat ini, yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama, bila antibiotic tersebut sudah

resisten diberikan sefiksim.

Antiparasit

Metrodiazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan amuba

vegetative

5. Edukasi

Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan

Kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut : demam, tinja berdarah, makan,

minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3

hari, orang tua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.

Langkah promotif/preventif :

i. Asi tetap diberikan

ii. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan,

iii. Kebersihan lingkungan, buang air besar dijamban

iv. Memberikan makanan penyapihan yang benar

v. Penyediaan air minum yang bersih

vi. Selalu memasak makanan