pra registrasi sirup

Upload: puetz-azlan

Post on 08-Jul-2015

892 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

PRA-REGISTRASI: AMBROXOL SYRUP I. INFORMASI PRODUK Nama Obat Jadi : AMBROXOL Bentuk sediaan Kemasan PT. Indikasi : Sirup : Dus, botol @ 60 ml : Tri Farma : Gangguan saluran napas akut & kronik sehubungan dengan sekresi bronkial yang abnormal khususnya pada keadaan eksaserbasi dari bronkitis kronis, bronkitis asmatis, asma bronkial. II. PERSYARATAN MUTU II.1 Spesifikasi Mutu Obat Jadi Komposisi : Tiap botol mengandung : Bahan aktif : AMBROXOL HCl Bahan tambahan : NIPAGIN NIPASOL ASPARTAME SACCHARIN SAKAROSA SODIUM SIKLAMATE GLYCERINE SODIUM CITRATE MENTHOL PONCEAU 4R TITANIUM OXIDE Alkohol 96% Air Murni ad. Pemerian Identifikasi Kekuatan Volume Rata - rata Berat Jenis pH Viskositas Kadar Jumlah 180.00 mg 75.00 mg 12.00 mg 40.00 mg 40.00 mg 10.00 g 280.00 mg 6.00 ml 20.00 mg 6.00 mg 6.00 mg 1.50 mg 3.00 ml 60.00 ml

: Sirup berwarna merah jambu jernih, rasa manis dengan aroma mint : Ambroxol HCl positif : Tiap 5 ml Syrup mengandung Ambroxol HCl 15 mg : 60 ml 2 ml (58.0 62.0 ml) : 1.0 1.2 g/ml : 4.0 6.0 : 2 20 cps : Ambroxol HCl 95.0% - 105.0% (171 189 mg)

CARA PEMBUATAN Semua bahan ditimbang sesuai dengan kebutuhan Syrup symplex dibuat dengan cara melarutkan nipagin, nipasol ke dalam air murni (100C) dan kemudian ditambahkan secara berurutan Saccharin Crystal, Gula Pasir, dan Sodium Siklamate (Larutan I). Ambroxol HCl dan menthol dicampur dengan alcohol, ditambahkan Larutan I kemudian diaduk hingga rata (Larutan II). Larutan II dicampur dengan Aspartame, Sodium Sitrat, Glyserin, Ponceau 4R dan Titanium dioxide, dan dicukupkan dengan Air murni (27 - 30C) Campuran diisi ke dalam botol dan ditutup Pengemasan akhir berupa etiket, brosur, dan dus.

II.2 Spesifikasi Mutu Bahan Baku II.2.1Spesifikasi Zat Aktif Ambroxol HCl (BP 2009, Hal. 265-268)

Rumus Molekul Bobot Molekul Khasiat : Mukolitik

: C13H18Br2N2O.HCl : 414,6

Defenisi : trans-4-[(2-Amino-3,5-dibromobenzyl)amino]cyclohexanol hydrochloride Kadar: 99,0 101,0 % (terhadap zat yang dikeringkan) Pemerian: Serbuk kristal berwarna putih atau putih kekuningan, praktis tidak berbau. Kelarutan : Larut dalam metanol, sedikit larut dalam etanol, tidak larut dalam metilen klorida. Identifikasi :1. Larutkan 20,0 mg Ambroxol HCl dalam 100 ml H2SO4 0.05 M.

Encerkan 2.0 ml dari larutan ini sampai 10.0 ml dengan H2SO4 0.05 M.Periksa serapannya antara 200 nm and 350 nm, larutan menunjukkan dua puncak serapan maksimum pada 245 nm and 310 nm. 2. Spektroskopi Inframerah (2.2.24) 3. Larutkan 25.0 mg Ambroxol HCl dalam 2.5 ml air, campur dengan 1.0 ml amonia encer dan biarkan selama 5 menit. Saring dan asamkan dengan HNO3(e). Filtrat memberikan reaksi yang positif terhadap klorida. Uji Larutan Larutkan 0,75 g Ambroxol HCl dalam 15 ml metanol P, dan larutan yang terbentuk tidak lebih keruh dari larutan pembanding (metode 2.2.2) pH 4,5 - 6,0 Larutkan 0,2 g dengan aqua bebas CO2 dan encerkan sampai 20 ml dengan pelarut yang sama

Logam Berat Maksimum 20 ppm 1,0 g menurut batas tes C. Siapkan larutan standar menggunakan 2 ml larutan baku timbal (10 ppm Pb) P Susut Pengeringan Maksimum 0,5%, ditentukan dengan memanaskan 1,000 g sampel di oven pada 105 C. Abu SO4 Maksimum 0,1%, ditentukan dengan 1,0 g. Penetapan Kadar Larutkan 0.300 g Ambroxol HCl dalam 70 ml alkohol P dan tambahkan 5 ml 0.01 M HCl. Laksanakan titrasi potensiometri (2.2.20), menggunakan 0.1 M NaOH. Baca volume yang terbaca diantara dua titik infleksi. 1 ml 0.1 M NaOH setara dengan 41.46 mg C13H19Br2ClN2O.II.2.2 Spesifikasi Bahan Tambahan 1. Nipagin (F.I. Ed. IV hal. : 551)

= Metilparaben; Metil p-hidroksibenzoat Rumus Bangun: :

Rumus Molekul Bobot molekul Khasiat : Pengawet

: C8H8O3 : 152,15

Pemerian: Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar. Kelarutan: Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter. Baku pembanding: Metilparaben BPFI; lakukan pengeringan di atas silica gel P selama 5 jam sebelum digunakan. Identifikasi:

Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada metilparaben BPFI. Jarak lebur: Antara 125o dan 128o Syarat lain: Memenuhi syarat uji keasaman, susut pengeringan dan sisa pemijaran seperti pada butilparaben. Keasaman: Panaskan 750 mg dalam 15 ml air pada suhu 80o selama 1 menit, dinginkan dan saring; filtrat bereaksi netral atau asam terhadap lakmus P. Pada 10 ml filtrat, tambahkan 0,2 ml natrium hidroksida 0,1 N dan 2 tetes merah metal LP: larutan berwarna kuning. Susut pengeringan: Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan di atas silica gel P selama 5 jam. Sisa pemijaran: Tidak lebih dari 0,05%. Penetapan kadar: Timbang seksama lebih kurang 2 g, masukkan ke dalam labu, tambahkan 40 ml natrium hidroksida 1 N LV dan bilas dinding labu, refluks selama 1 jam dan dinginkan. Tambahkan 5 tetes biru bromtimol LP dan titrasi kelebihan natrium hidroksida dengan asam sulfat 1 N LV sampai pH 6,6 dengan membandingkan warna dapar fosfat pH 6,6 yang mengandung indikator dengan perbandingan sama. Lakukan penetapan blangko. 1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 152,2 mg C8H8O3 Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik2. Nipasol (F.I. Ed. IV hal. : 713)

= Propilparaben; Propylis Parabenum; Propil p-hidroksibenzoat Rumus Bangun:

Rumus Molekul Bobot Molekul Khasiat : Pengawet

: C10H12O3 : 180,20

Pemerian: Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.

Kelarutan: Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan dalam eter; sukar larut dalam air mendidih. Identifikasi: Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral, menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada propilparaben BPFI. Jarak lebur: Antara 95o dan 98o Keasaman: Panaskan 750 mg dalam 15 ml air pada suhu 80o selama 1 menit, dinginkan dan saring; filtrat bereaksi netral atau asam terhadap lakmus P. Pada 10 ml filtrat, tambahkan 0,2 ml natrium hidroksida 0,1 N dan 2 tetes merah metal LP: larutan berwarna kuning. Susut pengeringan: Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan di atas silica gel P selama 5 jam. Sisa pemijaran: Tidak lebih dari 0,05%. Penetapan kadar: Timbang seksama lebih kurang 2 g, masukkan ke dalam labu, tambahkan 40 ml natrium hidroksida 1 N LV dan bilas dinding labu, refluks selama 1 jam dan dinginkan. Tambahkan 5 tetes biru bromtimol LP dan titrasi kelebihan natrium hidroksida dengan asam sulfat 1 N LV sampai pH 6,6 dengan membandingkan warna dapar fosfat pH 6,6 yang mengandung indikator dengan perbandingan sama. Lakukan penetapan blangko. 1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 180,2 mg C10H12O3 Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik 3. Aspartam

RM : C14H18N2O5 BM : 294.3 Kegunaan : Pemanis Nama

(3S)-3-Amino-4-[[(1S)-1-benzil-2-metoksi-2-oxoethyl] amino] asam-4 oxobutanoic. Isi 98,0 % menjadi 102,0 % (bahan kering). Pemerian Putih atau hampir putih, agak higroskopis, serbuk kristal. Kelarutan Kurang larut atau sedikit larut dalam air dan dalam etanol (96 %), praktis tidak larut dalam heksana dan metilen klorida. Identifikasi Identifikasi Pertama B. Identifikasi Kedua A, C, D. A. Spektrofotometri Serapan Ultraviolet dan Visibel Uji Kelarutan Larutkan 0,1 g dalam etanol (96 %) R dan encerkan sampai 100 ml dengan pelarut yang sama. Panjang gelombang : 230-300 nm. Penyerapan maximal pada 247 nm, 252 nm, 258 nm dan 264 nm. B. Spektrofotometri Serapan Inframerah Preparasi Disk. Pembanding Aspartam CRS. C. Kromatografi Lapis Tipis Uji Kelarutan : Larutkan 15 mg zat yang akan diperiksa dalam 2,5 ml air R dan encerkan hingga 10 ml dengan asam asetat R. Larutan Acuan : Larutkan 15 mg aspartam CRS dalam 2,5 ml air R dan encerkan sampai 10 ml dengan asam asetat R. Plat : Plat R Silika gel G TLC Fase Gerak : air R, asam formiat anhidrat R, metanol R, metilen klorida R (2:4:30:64 V / V / V / V). Aplikasi : 20 l. Pengembangan : sepanjang 15 cm. Pengeringan : di udara Deteksi : Semprot dengan larutan ninhidrin R dan panaskan pada 100-105 C selama 15 menit. Hasil : Tempat di kromatogram diperoleh dengan larutan uji yang mirip dalam posisi, warna dan ukuran untuk tempat di kromatogram yang diperoleh dengan larutan pembanding. D. Larutkan sekitar 20 mg dalam 5 ml metanol R dan tambahkan 1 ml larutan hidroksilamina basa R1. Panaskan pada penangas air selama 15 menit. Biarkan dingin dan menyesuaikan diri sekitar pH 2 dengan cairan asam klorida R. Tambahkan 0,1 ml larutan besi klorida R1. Warna merah kecoklatan dihasilkan.

Uji Larutan S Larutkan 0,8 g dalam karbon dioksida bebas air R dan encerkan sampai 100 ml dengan pelarut yang sama. Penampilan Larutan Larutan S jernih dan tidak lebih sangat berwarna daripada larutan pembanding GY6 (Metode II). Konduktivitas Maximum 30 Scm-1. Larutkan 0,80 g dalam karbon dioksida bebas air R dibuat dari air suling R dan encerkan sampai 100 ml dengan pelarut yang sama. Ukur konduktivitas larutan (C1) dan bahwa dari air yang digunakan untuk menyiapkan larutan (C2). Pembacaan harus stabil dalam waktu 1 % di atas jangka waktu 30 detik. Hitung konduktivitas larutan zat yang akan diperiksa dengan menggunakan halhal berikut : C1 0.992 C2 Rotasi Optik Khusus + 14,5 hingga + 16,5 (bahan kering). Larutkan 2,00 g dalam 690 g / l larutan asam formiat anhidrat R dan encer kan sampai 50,0 ml dengan pelarut yang sama. Ukur dalam waktu 30 menit dari persiapan. Terkait Zat Kromatografi Cair Uji Kelarutan : Larutkan 0,60 g zat yang akan diperiksa dalam campuran 1,5 volume asam asetat glasial R dan 98,5 volume air dan encerkan sampai 100.0 ml dengan campuran pelarut yang sama. Larutan Acuan (a) Larutkan 4,5 mg aspartam tidak murni A CRS dalam campuran 1,5 volume asam asetat glasial R dan 98,5 volume air R dan encerkan sampai 50,0 ml dengan campuran pelarut yang sama. Larutan Acuan (b) Larutkan 30,0 mg fenilalanin R (pengotor C) dalam campuran 15 volume asam asetat glasial R dan 85 volume air R dan encerkan sampai 100.0 ml dengan campuran pelarut yang sama. Encerkan 1,0 ml larutan ini sampai 10,0 ml dengan air R. Larutan Acuan (c) Larutkan 5,0 ml larutan uji sampai 10,0 ml dengan air R. Encerkan 3,0 ml larutan ini sampai 100.0 ml dengan air R. Larutan Acuan (d) Larutkan 30,0 mg L-Aspartyl-L-fenilalanin R (pengotor B) dalam 15 volume campuran asam asetat glasial R dan 85 volume air R dan encerkan sampai 100,0 ml dengan campuran pelarut yang sama. Encerkan 1,0

ml larutan sampai 10,0 ml dengan air R. Campurkan 1,0 ml larutan ini dengan 1,0 ml larutan acuan (b). Kolom : - Ukuran = 0,25 m, = 4,0 mm; - Fase Diam : silika gel octadecylsilyl untuk kromatografi R (5-10 m). Fase Gerak : Campurkan 10 volume asetonitril R dan 90 volume 6,8 g / l larutan kalium dihidrogen fosfat R sebelumnya disesuaikan dengan pH 3,7 dengan asam fosfat R. Laju Aliran : 1 ml / menit. Deteksi : Spektrofotometer pada 220 nm. Injeksi : 20 l. Waktu rambat : Dua kali waktu retensi aspartam. Kesesuaian Sistem : Larutan acuan (d): - Resolusi: minimal 3,5 antara puncak karena kotoran B dan C. Batas: - Pengotor A : tidak lebih dari area puncak utama dalam kromatogram yang diperoleh dengan larutan acuan (a) (1,5 %); - Pengotor C : tidak lebih dari area puncak utama dalam kromatogram yang diperoleh dengan larutan acuan (b) (0,5 %); - Jumlah pengotor lainnya dari A dan C : tidak lebih dari area puncak utama dalam kromatogram yang diperoleh dengan larutan acuan (c) (1,5 %); - Mengabaikan batas : mengabaikan salah satu puncak karena pelarut.. Logam Berat : Maksimum 10 ppm. 1,0 g sesuai dengan uji C. Siapkan larutan acuan menggunakan 1 ml larutan standar timbal (Pb 10 ppm) R. Susut Pengeringan Maksimum 4,5 %, 1.000 g ditentukan oleh pengeringan dalam oven pada 105C. Abu Sulfat Maksimum 0,2 %, ditentukan 1,0 g. Uji Larutkan 0.250 g dalam 1,5 ml asam formiat anhidrat R dan 60 ml asam asetat anhidrat R. Titrasi segera dengan 0,1 M asam perklorat, menentukan titik akhir perubahan potensial. 1 ml asam perklorat 0,1 M setara dengan 29,43 mg C14H18N2O.. Penyimpanan Dalam wadah kedap udara.

Pengotoran Pengotoran tertentu A, C. Pengotoran terdeteksi lain (zat berikut akan, jika ada pada tingkat yang memadai, akan dideteksi dengan satu atau lain dari tes dalam monografi. Mereka dibatasi oleh kriteria penerimaan umum untuk pengotoran lain / tidak ditentukan dan / atau oleh monografi umum. Zat untuk keperluan farmasi. Oleh karena itu tidak diperlukan untuk mengidentifikasi pengotor untuk demonstrasi kepatuhan. Pengendalian zat pengotor di dalam zat untuk keperluan farmasi. A. 2 - (5-benzil-3,6-dioxopiperazin-2-il), asam asetat (diketopiperazine), B. L-Aspartyl-L-fenilalanin, C. fenilalanin4. Sakarin (F.I. Ed. IV hal. : 748) = 1,2-benzisotiazolin-3-on-1,1-dioksida

Rumus bangun:

Rumus molekul Bobot molekul Kegunaan : Pemanis

: C7H5NO3S : 183,18

Pemerian: Serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau aromatic lemah. Larutan encer sangat manis. Larutan bereaksi asam terhadap lakmus. Kelarutan: Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter; larut dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol. Mudah larut dalam larutan ammonia encer, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam alkali karbonat dengan pembentukan karbondioksida. Baku Pembanding: o-toluenasulfonamida BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat. P-toluenasulfonamida BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat. Identifikasi: A. Larutkan lebih kurang 100 mg dalam 5 ml larutan natrium hidroksida P (1 dalam 20), uapkan larutan hingga kering dan lelehkan hati-hati di atas nyala api kecil hingga dingin, larutkan dalam 20 ml air, netralkan larutan ini dengan asam klorida 3 N dan saring, tambahkan setetes besi(III)klorida LP ke dalam filtrate; terjadi warna ungu. B. Campur 20 mg dengan 40 mg resorsinol P. tambahkan 10 tetes asam sulfat P, dan panaskan campuran dalam tangas cair yang sesuai pada suhu 200o selama 3 menit. Diamkan. Hingga dingin,

tambahkan 10 ml air dan natrium hidroksida 1 N berlebih: cairan berfluoresensi hijau. Jarak lebur: Antara 226o dan 230o Susut pengeringan: Tidak lebih dari 1%; lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 2 jam. Sisa pemijaran: Tidak lebih dari 0,2% Arsen: Tidak lebih dari 5 bpj Selenium: Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan penetapan menggunakan 100 mg magnesium oksida Logam berat: Tidak lebih dari 10 bpj Zat yang mudah terarangkan: Larutkan 200 mg dalam 5 ml asam sulfat LP dan pertahankan pada suhu 48o sampai 50o selama 10 menit. Larutan tidak lebih berwarna dari larutan padanan A Asam benzoat dan asam salisilat: Ke dalam 10 ml larutan jenuh panas tambahkan tetes demi tetes larutan besi(III)klorida LP: tidak terbentuk endapan atau warna ungu. Penetapan kadar: Timbang seksama lebih kurang 500 mg, larutkan dalam 40 ml etanol P, tambahkan 40 ml air, campur. Tambahkan fenolftalein LP, titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV. Lakukan titrasi blangko. 1 ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 18,32 mg C7H5NO3S Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik5. Sakarosa (F.I. Ed. IV hal. : 762)

= Sukrosa Rumus bangun:

Rumus molekul Bobot molekul Kegunaan : Pemanis

: C12H22O11 : 342,30

Pemerian: Hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa manis, stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. Rotasi jenis: Tidak kurang dari +65,9o, lakukan penetapan menggunakan larutan 2,6 g dalam 10 ml, zat sebelumnya dikeringkan pada suhu 105oC selama 2 jam. Sisa pemijaran: Tidak lebih dari 0,05%; lakukan penetapan menggunakan 5,0 g. Klorida: Tidak lebih dari 35 bpj; lakukan penetapan menggunakan 2,0 g dan tidak lebih keruh dari 0,10 ml asam klorida 0,020 N yang diperlakukan sama. Sulfat: Tidak lebih dari 60 bpj; lakukan penetapan menggunakan 5,0 g dan tidak lebih keruh dari 0,30 ml asam sulfat 0,020 N yang diperlakukan sama. Kalsium: Pada 10 ml larutan (1 dalam 10) tambahkan 1 ml amonium oksalat LP: larutan tetap jernih selama minimum 1 menit. Logam berat: Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan penetapan dengan melarutkan 4,0 g dalam 15 ml air, tambahkan 1 ml asam klorida 0,12 N dan encerkan dengan air hingga 25 ml. Gula invert: Larutkan 20 g dalam air hingga 100 ml dan saring bila perlu. Masukkan 50 ml cairan jernih tersebut ke dalam gelas piala 250 ml, tambahkan 50 ml tembaga (II) tartrat alkali LP, tutup gelas piala dengan kaca arloji dan panaskan campuran dengan kecepatan tertentu sehingga mulai mendidih setelah lebih kurang 4 menit dan didihkan tepat selama 2 menit. Tambahkan segera 100 ml air yang baru dididihkan dan didinginkan, dan kumpulkan segera endapan tembaga (I) oksida ke dalam penyaring kaca masir yang sudah ditara dengan ukuran pori sedang atau yang sesuai. Cuci sisa pada penyaring dengan air panas, kemudian dengan 10 ml etanol P dan terakhir dengan 10 ml eter P dan

keringkan pada suhu 105oC selama 1 jam: bobot tembaga (I) oksida tidak lebih dari 112 mg. Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik 6. Natrium Siklamat Informasi Umum (Ph Eur monografi 0774)

C6H12NNaO3S 201.2 139-05-9 Kegunaan : Pemanis Nama Sodium N-cyclohexylsulphamate. Kandungan 98,5 persen menjadi 101,0 persen (bahan kering). Pemerian Putih atau hampir putih bubuk, kristal atau kristal berwarna. Kelarutan Bebas larut dalam air, sedikit larut dalam etanol (96 persen). Identifikasi Pertama identification A, E. Kedua identification B, C, D, E. A.Serapan spektrofotometri Inframerah (2.2.24). ComparisonSodium siklamat CRS. B.Memeriksa kromatogram yang diperoleh di uji untuk kemurnian A. Hasil dari titik utama dalam kromatogram memperoleh dengan larutan uji (b) mirip di posisi, warna dan ukuran ke tempat utama dalam kromatogram yang diperoleh dengan referensi larutan (a). C.Untuk 1 ml larutan S (lihat Tes), tambahkan 1 ml air R dan 2 ml larutan perak nitrat R1, lalu kocok. endapan, terbentuk endapan kristal putih D.Untuk 1 ml larutan S menambahkan 5 ml air R, 2 ml asam klorida encer R dan 4 ml barium klorida solusi R1 dan campuran. Larutannya jernih. Tambahkan 2 ml natrium nitrit solusi R. Sebuah endapan putih tebal terbentuk dan gas dilepaskan.

E.Sebuah campuran 1 ml larutan S dan 1 ml air R memberikan reaksi (a) natrium (2.3.1). Tes Larutan S Larutkan 5 g dalam R karbon dioksida bebas air dibuat dari R air suling dan encerkan dengan 50 ml dengan pelarut yang sama. Penampilan larutan Solusi S jelas (2.2.1) dan berwarna (2.2.2, Metode II). pH (2.2.3) 5,5-7,5 untuk solusi S. Absorbansi (2.2.25) Maksimum 0,10, ditentukan pada 270 nm pada solusi S. Kemurnian A Kromatografi lapis tipis (2.2.27). Uji larutan (a) Solution S. larutan uji (b) larutkan 1 ml larutan uji (a) 10 ml dengan air R. larutan referensi (a) larutkan 0,10 g natrium siklamat CRS dalam R air dan encer sampai 10 ml dengan pelarut yang sama. larutan referensi (b) larutkan 10 mg R asam sulphamat (pengotor A) dalam R air dan encer sampai 100 ml dengan pelarut yang sama. Plat TLC silika gel G plat R. Koncentrasi fase gerak amonia R, air R, etil asetat R, propanol R (10:10:20:70 V / V / V / V). Application 2 l Development Over jalan 12 cm. Pengeringan pada arus udara hangat, lalu panas pada 105 C selama 5 menit. Deteksi semprot pelat panas dengan larutan sodium hipoklorit R kuat diencerkan ke konsentrasi 5 g / l klorin aktif. Tempatkan dalam arus udara dingin sampai seluas lapisan di bawah titik aplikasi paling banyak memberikan warna biru samar dengan setetes kalium iodida dan larutan pati R; hindari kontak yang terlalu lama untuk udara dingin. Spray dengan kalium iodida dan larutan pati R dan memeriksa kromatogram dalam waktu 5 menit. Limit larutan uji (a): Ketidakmurnian A: setiap tempat karena pengotor A tidak lebih intens dari tempat yang sesuai di kromatogram diperoleh dengan larutan acuan (b) (0,1 persen). Ketidakmurnian B, C dan D Kromatografi gas (2.2.28). standar internal solutionDissolve 2 l R tetradecane di metilen klorida R dan encer sampai 100 ml dengan pelarut yang sama. Uji solutionDissolve 2,00 g zat yang akan diperiksa dalam 20 ml air R, tambahkan 0,5 ml larutan natrium hidroksida yang kuat R dan kocok dengan 30 ml toluena ml Kocok R. 20 dari lapisan atas dengan 4 ml dari campuran volume sama encer R asam asetat dan air R. Pisahkan lapisan bawah, tambahkan 0,5 ml larutan

natrium hidroksida yang kuat R dan 0,5 ml internal standar solusi dan kocok. Gunakan lapisan bawah segera setelah pemisahan. Referensi solution. Dissolve 10.0 mg (sekitar 12 l) dari cyclohexylamine R (kenajisan C), 1,0 mg (Sekitar 1.1 l) dari dicyclohexylamine (ketidakmurnian D) dan mg R 1.0 (sekitar 1 l) R anilin (Pengotor B) dalam air R, kemudian encerkan dengan 1000 ml dengan pelarut yang sama. Encer 10,0 ml ini solusi untuk 100.0 ml dengan air R (larutan A). Untuk 20,0 ml Solusi, tambahkan 0,5 ml kuat R larutan sodium hidroksida dan ekstrak dengan 30 ml toluen 20 ml Kocok R. dari atas layer dengan 4 ml dari campuran volume sama encer R asam asetat dan air R. Pisahkan lapisan bawah, tambahkan 0,5 ml larutan natrium hidroksida yang kuat R dan 0,5 ml internal standar solusi dan kocok. Gunakan lapisan bawah segera setelah pemisahan. Kolom: S - Bahan: leburan silika; - Size: l = 25 m, = 0,32 mm; - Fase diam: poli (dimetil) (difenil) siloxane R (film ketebalan 0,51 pM). Carrier gashelium untuk kromatografi R. Arus rate 1.8 ml / menit. Suhu:

Detection Flame ionisasi. Injection 1.5 l, penggunaan split ventilasi pada laju alir 20 ml / menit. Relatif retention dengan referensi untuk kotoran C (retensi waktu = sekitar 2,3 menit): B kenajisan = sekitar 1,4; tetradecane = sekitar 4,3; pengotor D = sekitar 4,5. Batas: -pengotor C: maksimum 10 ppm; -kotoran B, D: untuk setiap kenajisan, maksimum 1 ppm. Sulfat (2.4.13) Maksimum 0,1 persen. Encer 1,5 ml larutan S untuk 15 ml dengan air suling R. Logam berat (2.4.8) Maksimum 10 ppm. 12 ml larutan S sesuai dengan uji A. Siapkan larutan standar timbal referensi menggunakan solusi (1 ppm Pb) R. Kerugian pengeringan (2.2.32)

Maksimum 1,0 persen, 1.000 g ditentukan oleh pengeringan dalam oven pada 105 C selama 4 jam UJI Larutkan tanpa pemanasan 0,150 g dalam 60 ml asam anhidrat asetat R. Titrasi dengan 0,1 M asam perklorat, menentukan titik akhir perubahan potensial (2.2.20). 1 ml asam perklorat 0,1 M setara dengan 20,12 mg C6H12NNaO3S. Kotoran Tertentu impuritiesA, B, C, D. A. sulphamic asam, B. anilin (Fenilamin), C. cyclohexanamine,7. Gliserin (F.I. Ed. IV hal. : 413)

= Gliserol Rumus bangun:

Rumus Molekul Bobot Molekul

: C3H8O3 : 92,09

Pemerian: Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopis; netral terhadap lakmus. Kelarutan: Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam mionyak menguap. Identifikasi: Spektrum serapan inframerah lapisan tipis menunjukkan pita yang lebar dan kuat pada 2,7 m sam pai 3,3 m, puncak kembar kuat pada lebih kurang 3,4 m, maksimum pada lebih kurang 7,1 m, 7,6 m dan 8,2 m, dan serapan yang sangat kuat pada daerah pita lebih kurang 9,0 m, 9,6 m, 10,1 m, 10,9 m, 10,9 m dan 11,8 m. Bobot jenis: Tidak kurang dari 1,249 Warna: Bandingkan warna zat dengan warna larutan yang dibuat dengan mengencerkan 0,4 ml besi (III) klorida dengan air hingga 50 ml dalam tabung pembanding warna dengan diameter sama dan amati dari atas terhadap latar belakang putih: tidak labih gelap dari larutan pembanding.

Sisa pemijaran: Tidak lebih dari 0,01%; lakukan penetapan sebagai berikut: panaskan 50 g dalam cawan porselen 100 ml terbuka, pijarkan dan biarkan sampai pijar. Dinginkan, basahkan residu dengan 0,5 ml asam sulfatP, dan pijarkan hingga bobot tetap: bobot residu tidak lebih dari 5 mg.

Penetapan kadar: Larutkan natrium periodat. Larutkan 60 g natrium metaperiodat P dalam air yang mengandung 120 ml asam sulfat 0,1 N hingga volume 1000 ml. Tidak boleh dipanaskan. Jika larutan tidak jernih, daring melalui kaca masir. Simpan larutan dalam wadah tidak tembus cahaya, bersumbat kaca. Lakukan uji kesesuaian larutan sebagai berikut: Larutan periodat encer: pipet 10 ml ke dalam labu tentukur 250 ml, encerkan dengan air sampai tanda. Pada lebih kurang 550 mg gliserin larutkan dalam 50 ml air, tambahkan 50 ml larutan periodat encer. Sebagai blangko, pipet 50 ml Larutan periodat encer ke dalam labu berisi 50 ml air. Biarkan lautan selama 30 menit, kemudian pada masingmasing larutan tambahkan 5 ml asam klorida P dan 10 ml kalium iodide LP, kocok memutar. Biarkan selama 5 menit, tambahkan 100 ml air dan titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N kocok terus-menerusdn tambahkan 3 ml kanji menjelang titik akhir. Perbandingan volume natrium tiosulfat 0,1 N yang diperlukan untuk campuran gliserin periodat dan yang diperlukan untuk blangko antara 0,75 dan o,765. Prosedur Timbang saksama lebih kurang 400 mg, masukkan ke dalam gelas piala 600 ml, encerkan dengan 50 ml air, tambahkan biru bromtimol dan asamkan dengan asam sulfat 0,2 N sampai terjadi warna hijau mantap atau kuning kehijauan. Netralkan dengan natrium hidroksida 0,05 N hingga titik akhir berwarna biru mantap, tanpa warna hijau. Buat blangko yang berisi 50 ml air dan netralkan dengan cara yang sama. Pipet 50 ml larutan natrium periodat ke dalam masing-masing gelas piala, campur dengan menggoyangkan hati-hati, tutup dengan kaca arloji, dan biarkan selama 30 menit pada suhu kamar (tidak labih dari 35o) ditempat gelap atau dengan pengurangan cahaya. Tambahkan 10 ml campuran etilen glikol P dan air dengan volume sama, biarkan selama 20 menit. Encerkan masing-masing larutan dengan air hingga lebih kurang 300 ml, titrasi dengan natium hidroksida 0,1 N hingga pH 8,1 0,1 untuk laritan uji dan pH 6,5 0,1 untuk blangko, mengunakan pH meter. 1 ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 9,210 mg C3H8O3 Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.8. Natrium Sitrat (F.I. Ed. IV hal. : 588) = Natrium citras, Trinatrium sitrat

Rumus bangun:

Rumus Molekul Bobot Molekul

: C6H5Na3O7 : 294,10

Kegunaan : Pengatur pH Pemerian: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur, putih. Kelarutan: Dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih; tidak larut dalam etanol Identifikasi:A. Larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi natrium dan sitrat

seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum.B. Pada pemijaran, menghasilkan residu alkali, yang mengeluarkan

gelembung gas bila ditambah asam klorida 3 N. Kebasaan: Larutan 1,0 g dalam 20 ml air bereaksi basa terhadap kertas lakmus P, tambahkan 0,20 ml asam sulfat 0,1 N, kemudian tambahkan 1 tetes fenolftalein LP; tidak terjadi warna merah muda. Air: Antara 10,0% dan 13,0% untuk bentuk hidrat; lakukan pengeringan pada suhu 180o selama 18 jam. Tartrat: Pada larutan 1 g dalam 2 ml air, tambahkan 1 ml kalium asetat LP dan 1 ml asam asetat 6 N. Gores dinding tabung dengan batang kaca: tidak terbentuk endapan kristal. Logam berat: Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan penetapan dengan melarutkan 2,0 g dalam 25 ml air dan larutkan seperti yang tertera pada larutan uji, kecuali untuk mengatur pH, gunakan asam asetat glasial P. Penetapan kadar: Timbang seksama lebih kurang 350 mg zat yang telah dikeringkan pada suhu 180o selama 18 jam, masukkan ke dalam gelas piala 250 ml, tambahkan 100 ml asam asetat glasial P, aduk sampai larut sempurna dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, tentukan titik akhir secara potensiometrik. Lakukan penetapan blangko dan koreksi bila perlu. 1 ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 8,602 mg C6H5 Na3O7 Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.

9. Menthol (F.I. Ed. IV hal. : 529)

= Mentholum Rumus bangun:

Rumus kimia Rumus molekul Bobot molekul

: 5-metil-2-(1-metiletil)-sikloheksanol : C10H20O : 156,27

Kegunaan : Pemberi aroma Pemerian: Hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak berwarna, biasanya berbentuk jarum, atau massa yang melebur; bau enak seperti minyak permen. Kelarutan: Sukar larut dalam air; sangat mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter, dan dalam heksana; mudah larut dalam asam asetat glacial, dalam minyak mineral dan dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri. Identifikasi: Bila digerus dengan kamfer, atau kloral hidrat atau fenol sama berat, campuran akan mencair. Jarak lebur: 1-mentol antara 41o dan 44o Jarak beku di mentol: Lakukan penetapan sebaiknya dalam ruangan dengan suhu di bawah 30o dan kelembaban relative di bawah 50%. Masukkan labih kurang 10 g mentol rasemik, yang sebelumnya telah dikeringkan dalam desikator di atas silika gel selama 24 jam, ke dalam tabung reaksi kering dengan diameter dalam 18 mm hingga 20 mm, dan lelehkan isinya pada suhu lebih kurang 40o. Masukkan tabung reaksi dalam air dengan suhu antara 23o dan 25o, dan aduk isi tabung terus menerus dengan termometer, atur ujung termometer tetap terendam dalam cairan. Mentol rasemik membeku pada suhu antara 27o dan 28o. Setelah suhu

beku stabil, tambahkan beberapa mg mentol rasemik yang telah dikeringkan, dan lanjutkan pengadukan; setelah beberapa menit suhu naik dengan cepat menjadi 30,5o hingga 32o.

Rotasi jenis: Antara -45o dan -51o untuk 1-mentol; antara -2o dan +2o untuk dl-mentol; lakukan penetapan dalam larutan yang mengandung 1 g per 10 ml dalam etanol P. Sisa tidak mudah menguap: Tidak lebih dari 0,05%. Timbang saksama lebih kurang 2 g zat, uapkan dalam cawan porselen terbuka yang telah ditara di atas tangas uap, dan keringkan sisa pada suhu 105o selama 1 jam. Senyawa mudah teroksidasi dalam d1-mentol Masukkan 500 mg ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering, tambahkan 10 ml larutan kalium permanganate P, yang dibuat dengan mengencerkan 3 ml kalium permanganate 0,1 N dengan air hingga 100 ml, dan tempatkan tabung reaksi dalam gelas piala yang berisi air dengan suhu antara 45o dan 50o. Angkat tabung dari tangas air pada selang waktu 30 detik, campur cepat dengan pengocokan: warna ungu kalium permanganate masih tampak setelah 5 menit. Kemurnian kromatografi Larutkan kesesuaian sistem: Larutan dekanol dan mentol dalam eter P hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per ml. Larutan uji: larutkan 10 mg mentol dalam 50 ml eter P dan campur. Encerkan 25 ml larutan ini dengan eter P hingga 100 ml. Sistem kromatografi: Lakukan seperti yang tertera pada kromatografi. Kromatograf gas dilengkapkan dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 2 mm x 1,8 m berisi bahan pengisi 10% fase diam G16 pada partikel penyangga S1AB. Pertahankan suhu injektor, detector dan kolom masing-masing lebih kurang pada 260o, 240o dan 170o. Gunakan helium P kering sebagai gas pembawa dengan laju aliran lebih kurang 50 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap larutan kesesuaian system. Rekam respons puncak seperti yang tertera pada prosedur. Waktu retensi relative mentol terhadap dekanol lebih kurang 0,7: resolusi, R, antara kedua puncak tersebut tidak kurang dari 2,5 dan simpangan baku relative dari perbandingan respons puncak tidak lebih dari 2%. Prosedur Suntikkan 2l larutan uji ke dalam kromatografi gas, ukur respons puncak. Respons puncak mentol tidak kurang dari 97% dari jumlah semua puncak respons, kecuali respons puncak eter. Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu kamar terkendali. 10. Ponceau 4R

Disiapkan pada JECFA 28 (1984), diterbitkan di FNP 31 / 1 (1984) dan di FNP 52 (1992). Logam dan spesifikasi arsen direvisi pada 59 JECFA (2002). Sebuah ADI 0-4 mg / kg bb didirikan pada tanggal 27 JECFA (1983) Sinonim CI Food Red 7, cochineal Merah A coccinea, Baru, CI (1975) 16255 No; INS No 124 Definisi Terdiri terutama dari trisodium d-2-hidroksi-1-(4-sulfonato-1- naphthylazo) 6,8-naphthalenedisulfonate, dan sebagai pewarna tambahan bersama-sama dengan natrium klorida dan / atau natrium sulfat sebagai komponen utama. Nama kimia Trisodium-2-hidroksi-1-(4-sulfonato-1-naphthylazo) -6,8-naphthalenedisulfonate C.A.S. nomor : 2611-82-7 Rumus kimia : C20H11N2Na3O10S3 1.5 H2O Rumus bangun :

Berat molekul Uraian Pemerian Kegunaan

: 631,51 : Tidak kurang dari 85% total pewarna : Serbuk atau granul berwarna kemerahan : Sebagai pewarna

Kakarteristik Identifikasi Kelarutan : Larut dalam air; Identifikasi pewarna : Lulus uji hal

sedikit

larut

dalam

etanol

Kemurnian Kehilangan selama pengeringan pada 135 : Tidak lebih dari 20% bersamasama dengan klorida dan sulfat dihitung sebagai garam natrium Kelarutan dalam air : Tidak lebih dari 0,2% Timbal : Tidak lebih dari 2 mg / kg

ditentukan menggunakan teknik serapan atom sesuai dengan tingkat yang ditentukan. Pemilihan ukuran sampel dan metode persiapan sampel mungkin didasarkan pada prinsip-prinsip "Metode Instrumental." Sebagai pewarna dalam hal-hal : tidak lebih dari 1 % Gunakan kondisi berikut: Mengembangkan pelarut: No 3 Tinggi pendakian pelarut depan: 17 cm, kemudian 1 jam Pengembang lebih lanjut Senyawa organik selain pewarnaan (Vol.4) : Tidak lebih dari 0,5% dari jumlah: asam 4-amino-1-naphthalenesulfonic, 7hidroksi-1,3-naphthalenedisulfonic asam, 3-hidroksi-2,7-naphthalenesulfonic asam, asam 6-hydroxy-2-naphthalenesulfonic, 7-hidroksi-1,3,6 naphthalenetrisulfonic asam Gunakan kromatografi cair dibawah kondisi sebagai berikut: HPLC elusi gradien: 2 sampai 100% pada 2% per menit (linear) Non sulfonated amina aromatik primer (Vol. 4) Ekstraksi dengan eter : Tidak lebih dari 0,01% dihitung sebagai anilin : Tidak lebih dari 0,2%

Uraian Metode Secara langsung di bawah Total Konten dengan Titrasi dengan menggunakan Titanous khlorida dalam Volume 4, dengan menggunakan: Berat sampel: 0,7-0,8 g Buffer: 10 g natrium sitrat Berat (D) dari mewarnai hal-hal setara dengan 1,00 ml 0,1 N TiCl3: 15,78 mg11. Titanium Dioksida (Handbook of Pharmaceutical Excipients,

Sixth edition, 741) Nonproprietary Name BP : Titanium Dioxide JP : Titanium Oxide PhEur : Titanium Dioxide USP : Titanium Dioxide Sinonim Anatase titanium dioksida; Brookite titanium dioksida; Indeks warna nomor 77891; E171; Hombitan FF-Pharma, Kemira AFDC; Kronos 1171; pigmen putih 6; Pretiox AV-01-FG; rutil titanium dioksida, Tioxide, TiPure, titanic anhidrida, titanii dioxidum; Tronox. Nama Kimia dan Nomor Registrasi Dioxotitanium [13463-67-7] Rumus Empiris dan Berat Molekul TiO2 79,88

Rumus Struktur

Kategori Fungsional Pewarna Dalam formulasi farmasi, titanium dioksida digunakan sebagai pigmen putih pada suspensi film-coating, tablet berlapis gula, dan kapsul gelatin. Titanium dioksida juga dapat dicampur dengan pigmen lainnya. Titanium dioksida juga digunakan dalam dermatologis dan kosmetik, seperti tabir surya Deskripsi Putih, amorf, tidak berbau, tidak berasa dan nonhigroskopik. Meskipun ratarata ukuran partikel serbuk titanium dioksida kurang dari 1 mm, namun titanium dioksida komersial umumnya terjadi sebagai partikel agregat sekitar 100 mm diameter. Titanium dioksida memiliki beberapa bentuk kristal yang berbeda yaitu: rutil, anatase, dan brookite. Dari jumlah tersebut, rutil dan anatase adalah bentuk komersial. Rutil adalah bentuk kristal yang lebih stabil, tetapi anatase adalah bentuk yang paling sering digunakan dalam aplikasi farmasi. Pharmacopeial Spesifikasi

Sifat Khas Density (bulk) 0.4 - 0,62 g/cm3 Density (tapped) 0.625 - 0,830 g/cm3 Density (true)

3.8 - 4,1 g/cm3 untuk anatase; 3,9 g/cm3 untuk Hombitan FF-Farmasi; 3.9 - 4,2 g/cm3 untuk rutil. Konstanta dielektrik 48 untuk anatase; 114 untuk rutil. Kekerasan 5 - 6 untuk anatase; 6 - 7 untuk rutil. Titik lebur 18558 oC Kadar air 0,44% Spektrum NIR

Distribusi ukuran partikel ukuran partikel rata-rata = 1,05 mm; 0,3 mm untuk Hombitan-Pharma FF. Indeks bias 2,55 untuk anatase; 2,5 untuk Hombitan-Pharma FF; 2,76 untuk rutil. Panas spesifik 0,71 J / g (0,17 kal / g) untuk anatase; 0,71 J / g (0,17 kal / g) untuk rutil. Spesifik luas permukaan 9.90 - 10.77 m2 / g; 10.0m2 / g untuk Hombitan-Pharma FF. Kelarutan Praktis tidak larut dalam cairan asam sulfat, klorida asam, asam nitrat, pelarut organik, dan air. Larut dalam hidrofluorat asam dan asam sulfat pekat panas. Kelarutan tergantung pada perlakuan panas sebelumnya; pemanasan berkepanjangan menghasilkan bahan kurang-larut.

Kekuatan warna 1200-1300 untuk anatase; 1650-1900 untuk rutil. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan Titanium dioksida sangat stabil pada suhu tinggi. Ini adalah karena ikatan yang kuat antara ion titanium tetravalen dan bivalen ion oksigen. Oksigen ini dapat dengan mudah bergabung kembali lagi sebagai bagian dari reaksi fotokimia reversibel, terutama jika tidak ada tersedia oxidizable material. Titanium dioksida harus disimpan dalam wadah tertutup baik, dilindungi dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. Incompatibilitas Karena efek fotokatalis, titanium dioksida mungkin berinteraksi dengan zat aktif tertentu, misalnya famotidin. Dalam penelitian menunjukkan bahwa titanium dioksida monatonically menurunkan sifat mekanis film dan meningkatkan permeabilitas uap air polivinil coating alkohol bila digunakan sebagai pengisi inert dan pemutih. Titanium dioksida dapat mendorong fotooksidasi lipid jenuh.12. Alkohol (F.I. Ed. IV hal. : 63)

= Etanol, Etil alcohol Rumus molekul Bobot molekul Kegunaan : Pelarut Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3% b/b dan tidak lebih dari 93,8% b/b, setara dengan tidak kurang dari 94,9% v/v dan tidak lebih dari 96% v/v, C2H5OH pada suhu 15,56o. Pemerian: Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78o. Mudah terbakar. Kelarutan: Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organic. Identifikasi: A. Campur 5 tetes dalam gelas piala kecil dengan 1 ml larutan kalium permanganate P (1 dalam 100) dan 5 tetes asam sulfat 2 N, tutup segera gelas piala dengan kertas saring yang dibasahi dengan larutan segar 100 mg natrium nitroferisianida P dan 250 : C2H6O : 46,07

mg piperazina P dalam 5 ml air: terjadi warna biru intensif pada kertas saring, warna akan memucat setelah beberapa menit. B. Pada 5 ml larutan (1 dalam 10) tambahkan 1 ml natrium hidroksida 1 N dan perlahan-lahan (setelah 3 menit) tambahkan 2 ml iodium 0,1 N: timbul bau iodoform dan terbentuk endapan kuning dalam waktu 30 menit. Bobot jenis: Antara 0,812 dan 0,816; lakukan penetapan pada suhu 15,56o: menunjukkan antara 92,3% b/b dan 93,8%b/b atau antara 94,9% v/v dan 96% v/v C2H5OH. Keasaman: Pada 50 ml dalam labu bersumbat kaca, tambahkan 50 ml air yang baru dididihkan. Tambahkan fenolftalein LP dan tritrasi dengan natrium hidroksida 0,02 N sampai terjadi warna merah muda yang stabil selam 30 detik: diperlukan tidak lebih dari o,9 ml natrium hidroksida 0,02 N untuk menetralkan. Sisa penguapan: Tidak lebih dari 1 mg; lakukan penetapan sebagai berikut: uapkan 40 ml dalam cawan penguap yang telah ditara di atas tangas air dan keringkan pada suhu 105o selama 1 jam. Zat tidak larut dalam air: Encerkan dengan air volume sama: campuran jernih dan tetap jernih selama 30 menit, setelah didinginkan pada suhu 10o. Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.13. Air Murni (F.I. Ed. IV hal. : 112)

= Aqua Purificata Rumus molekul Bobot molekul Kegunaan : Pembawa Pemerian: Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau. pH: Antara 5,0 dan 7,0. Lakukan penetapan secara potensiometrik pada larutan yang ditambahkan 0,30 ml larutan kalium klorida P jenuh pada 100 ml zat uji. Klorida: Pada 100 ml tambahkan 5 tetes asam nitrat P dan 1 ml perak nitrat LP: tidak terjadi opalesensi. Sulfat: Pada 100 ml tambahkan 1 ml barium klorida LP: tidak terjadi kekeruhan. : H2O : 18,02

Amonia: Tidak lebih dari 0,3 bpj; lakukan penetapan dengan menambahkan 2 ml kalium raksa (II) iodida alkalis P pada 100 ml segera terbentuk warna kuning yang tidak lebih gelap dari air dengan kemurnian tinggi seperti tertera pada Pereaksi dalam Wadah yang ditambahkan 30 g NH3. Kalsium: Pada 100 ml tambahkan 2 ml amonium oksalat P: tidak terjadi kekeruhan. Karbon dioksida: Pada 25 ml tambahkan 25 ml kalsium hidroksida LP: cairan tetap jernih. Logam berat: Pada 40 ml aqua murni atur pH antara 3,0 dan 4,0 dengan penambahan asam asetat 1 N (gunakan kertas indikator dengan rentang pH pendek), tambahkan 10 mg hidrogen sulfida LP yang dibuat segar, dan diamkan selama 10 menit; jika diamati dengan arah tegak lurus dengan dasar putih, warna cairan tidak lebih lebih tua dari warna campuran 50 ml air murni dengan asam asetat 1 N dalam jumlah yang sama Zat mudah teroksidasi: Pada 100 ml tambahkan 10 ml asam sulfat 2 N, panaskan hingga mendidih. Tambahkan 0,1 ml kalium permanganat 0,1 N, didihkan selama 10 menit: warna merah muda tidak hilang sempurna Zat padat total: Tidak lebih dari 0,001%; uapkan 100 ml di atas tangas uap hingga kering, keringkan residu pada suhu 105o selama 1 jam. Kemurnian bakteiologi: Memenuhi syarat air minum. Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat

2.3 Protap Metoda Analisa Zat Aktif No. Dok PROTAP PEMERIKSAAN BAHAN AKTIF AMBROXOL HCl Berlaku Disusun Oleh Disetujui Oleh Hal 1 dari 2 Mengganti No. : Tanggal : DEPARTEMEN QC 20.21/MPZA/QB/08 APRIL 2008

SUPERVISOR QC

MANAGER QC

1. SPESIFIKASI BAHAN Syarat Kadar : Tidak kurang dari 99.0% dan tidak lebih dari 101.0% terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian : Serbuk kristal berwarna putih atau putih kekuningan, praktis tidak berbau. Kelarutan : Larut dalam metanol, sedikit larut dalam etanol, tidak larut dalam metilen klorida. 1. PENGUJIAN IDENTIFIKASI AMBROXOL HCl 1. Larutkan 20,0 mg Ambroxol HCl dalam 100 ml H2SO4 0.05 M. Encerkan 2.0 ml dari larutan ini sampai 10.0 ml dengan H2SO4 0.05 M.Periksa serapannya antara 200 nm and 350 nm, larutan menunjukkan dua puncak serapan maksimum pada 245 nm and 310 nm. 2. Memberi reaksi seperti pada klorida A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan tidak terbentuk endapan. Tambahkan asam sulfit P maka akan terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi larut dalam amonium hidroksida 6 N sedikit berlebih. B. Pada pengujian alkaloida hidroklorida, tambahkan amonium hidroksida 6 N, saring, asamkan filtrat dengan asam nitrat P, dan lakukan seperti pada uji A. C. Campur senyawa klorida kering dengan mangan oksida P bobot sama, basahi dengan asam sulfat P dan panaskan perlahan lahan : terbentuk klor yang menghasilkan warna biru pada kertas kanji iodida P basah. 2. PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN 2.1 Alat Neraca Oven Botol timbang Desikator 2.2 Prosedur Lakukan penetapan menggunakan 1 gram hingga 2 gram. Apabila zat uji berupa hablur besar, gerus secara cepat hingga ukuran partikel 2 mm. Tara botol timbang kaca bersumbat kaca, yang telah dikeringkan selama 30 menit pada kondisi yang seperti akan digunakan dalam penetapan. Masukkan zat uji ke dalam botol timbang tersebut dan timbang seksama botol beserta isinya. Perlahan lahan dengan menggoyang, ratakan zat uji sampai setinggi 5 mm dan dalam zat ruahan tidak lebih dari 10 mm. Masukkan ke dalam oven, buka sumbat dan biarkan sumbat ini dalam oven. Panaskan zat uji pada suhu dan waktu tertentu seperti yang tertera pada monografi.

Pada waktu oven dibuka, botol segera ditutup dan biarkan dalam desikator sampai suhunya mencapai suhu kamar sebelum ditimbang.

No. Dok PROTAP PEMERIKSAAN BAHAN AKTIF AMBROXOL HCl Berlaku Disusun Oleh Disetujui Oleh Hal 2 dari 2

20.21/MPZA/QB/08 APRIL 2008

SUPERVISOR QC 2.3 2.4

MANAGER QC

Mengganti No. : Tanggal : DEPARTEMEN QC

Persyaratan Tidak lebih dari 0.5%. Lakukan pengeringan hingga konstan pada suhu 105oC. Pustaka USP, NF, Volume II, 2008, Hal.: 1400

3. PENETAPAN KADAR AMBROXOL HCl 3.1 Pereaksi HCl 0,01 M NaOH 0,1 M 3.2 3.3 Alat Potensiometer Neraca analitik Buret 50 ml Gelas ukur 5 ml Gelas ukur 100 ml Erlenmeyer 250 ml Mortir dan alu Pipet tetes Corong Prosedur Larutkan 0.300 g Ambroxol HCl dalam 70 ml alkohol P dan tambahkan 5 ml 0.01 M HCl. Laksanakan titrasi potensiometri (2.2.20), menggunakan 0.1 M NaOH. Baca volume yang terbaca diantara dua titik infleksi. 1 ml 0.1 M NaOH setara dengan 41.46 mg C13H19Br2ClN2O. Persyaratan Tidak kurang dari 99.0% dan tidak lebih dari 101.0% terhadap zat yang telah dikeringkan.

3.4

3.5

Pustaka British Pharmacopoeia, Volume 1, 2009, Hal. 265 II.3 Protap Metoda Analisa Obat Jadi No. PROSEDUR TETAP PENGUJIAN Dok OBAT JADI AMBROXOL SYRUP Berlaku Disusun Oleh Disetujui Oleh 09.90/MPOJ/QB Mei 2007 Hal 30 dari 4 Mengganti No. : Tanggal : DEPARTEMEN QC

SUPERVISOR QC

MANAGER QC

1. PEMERIAN Sirup berwarna merah jambu jernih, rasa manis dengan aroma mint 2. PENGUJIAN IDENTIFIKASI AMBROXOL HCl 1. Larutkan 20,0 mg Ambroxol HCl dalam 100 ml H2SO4 0.05 M. Encerkan 2.0 ml dari larutan ini sampai 10.0 ml dengan H2SO4 0.05 M.Periksa serapannya antara 200 nm and 350 nm, larutan menunjukkan dua puncak serapan maksimum pada 245 nm and 310 nm. 2. Memberi reaksi seperti pada klorida A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan tidak terbentuk endapan. Tambahkan asam sulfit P maka akan terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi larut dalam amonium hidroksida 6 N sedikit berlebih. B. Pada pengujian alkaloida hidroklorida, tambahkan amonium hidroksida 6 N, saring, asamkan filtrat dengan asam nitrat P, dan lakukan seperti pada uji A. C. Campur senyawa klorida kering dengan mangan oksida P bobot sama, basahi dengan asam sulfat P dan panaskan perlahan lahan : terbentuk klor yang menghasilkan warna biru pada kertas kanji iodida P basah. 3. PENETAPAN KADAR AMBROXOL HCl 3.1 Pereaksi HCl 0,1 N Metanol Asetonitril Air 3.2 Alat Seperangkat alat HPLC Neraca analitik Labu tentukur 100 ml Labu tentukur 50 ml Gelas ukur 10 ml Gelas ukur 50 ml Maat pipet 5 ml Beaker glass 100 ml Mortir dan alu

Pipet tetes Corong

No. PROSEDUR TETAP PENGUJIAN Dok OBAT JADI AMBROXOL SYRUP Berlaku Disusun Oleh Disetujui Oleh Hal 2 dari 4

09.90/MPOJ/QB Mei 2007

SUPERVISOR QC 3.3

MANAGER QC

Mengganti No. : Tanggal : DEPARTEMEN QC

Prosedur 3.3.1 Pembuatan Larutan Baku Timbang seksama sejumlah 30,0 mg Ambroxol HCl baku pembanding Masukan kedalam labu tentukur 100 ml. Tambahkan 10 ml metanol P, kocok sampai larut. Tambahkan larutan metanol P sampai garis tanda, kocok. Pipet 5,0 ml larutan, masukan ke labu tentukur 50 ml. Encerkan dengan fase gerak (asetonitril P : air = 1:3) sampai garis tanda, kocok, saring (kons.+ 30,0 g/ml). 3.3.2 Pembuatan Larutan Uji Pipet setara 100.0 mg Syrup Ambroxol HCl. Masukan kedalam labu tentukur 100 ml. Tambahkan 10 ml metanol P, kocok sampai larut. Tambahkan larutan metanol P sampai garis tanda, kocok. Pipet 5,0 ml larutan, masukan ke labu tentukur 50 ml. Encerkan dengan fase gerak (asetonitril P : air = 1:3) sampai garis tanda, kocok, saring 3.3.3 Cara Penetapan Suntikan secara terpisah masing-masing lebih kurang 10 l larutan baku dan larutan uji ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama 3.6 Perhitungan Kadar Ambroxol HCl bahan aktif : (%)

Keterangan : Ru : Luas area larutan uji Rb : Luas area larutan baku Mb : Berat baku pembanding yang ditimbang (mg) Msp : Berat sampel yang ditimbang (mg) 3.7 Persyaratan Tidak kurang dari 99.0% dan tidak lebih dari 110.0% terhadap zat yang telah dikeringkan.

3.8

Pustaka British Pharmacopoeia, Volume 1, 2009, Hal. 265 Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, Volume 23, Halaman 469-475

No. PROSEDUR TETAP PENGUJIAN Dok OBAT JADI AMBROXOL SYRUP Berlaku Disusun Oleh Disetujui Oleh Hal 3 dari 4

09.90/MPOJ/QB Mei 2007

SUPERVISOR QC

MANAGER QC

Mengganti No. : Tanggal : DEPARTEMEN QC

4. PENGUJIAN BERAT JENIS 4.1 Alat Piknometer 25 ml 4.2 Prosedur 1. Siapkan alat piknometer yang akan dipakai untuk pengujian 2. Lakukan pengujian dengan cara : I. Timbang piknometer kosong (bertutup) hingga dicapai berat konstan. Selingi dengan mengeringkan Piknometer (bertutup) pada oven suhu 60C. II. Timbang Piknometer (bertutup) tambah Aquadest, (Isikan Aquadest hingga kapasitas maksimum, tutup piknometer, pastikan tidak ada gelembung udara). III. Timbang Piknometer (bertutup) tambah Sampel. (Isikan Sampel hingga kapasitas maksimum, tutup piknometer, pastikan tidak ada gelembung udara). 3. Perhitungan Berat jenis adalah hasil bagi antara Selisih Bobot dari Piknometer tambah sampel (III) dengan Piknometer kosong (I) dan selisih Bobot dari Piknometer tambah Aquadest (II) dengan Piknometer kosong (I) 4. Sesuaikan hasil pengujian berat jenis dengan Spesifikasi berat jenis masing masing sampel. 4.3 Persyaratan 1.0 1.2 g/ml 4.4 Pustaka Sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995, hal. 1030 5. PENGUJIAN pH 5.1 Alat pHmeter 5.2 Prosedur Siapkan alat pH meter yang akan dipakai untuk pengujian Lakukan kalibrasi dengan menggunakan larutan kalibrator pH 4.0 dan pH 7.0 sesuai Protap Kalibrasi pHmeter. Lakukan pengujian pH cairan dengan cara : o Ambil lebih kurang 15 ml sirup masukkan dalam beaker glass 25 ml o Celupkan ujung Katoda pada sampel tsb. o Operasikan pHmeter o Catat hasil pH dari monitor. 5.3 Persyaratan

pH 4.5 6.0 5.4 Pustaka Sesuai dengan Farmakope Indonesia Ed. IV, 1995, hal. 1039

No. PROSEDUR TETAP PENGUJIAN Dok OBAT JADI AMBROXOL SYRUP Berlaku Disusun Oleh Disetujui Oleh Hal 4 dari 4

09.90/MPOJ/QB Mei 2007

SUPERVISOR QC 6. PENGUJIAN VISKOSITAS 6.1 Alat Viskometer Brookfield

MANAGER QC

Mengganti No. : Tanggal : DEPARTEMEN QC

6.2 Prosedur Siapkan alat viskometer yang akan dipakai untuk pengujian Lakukan pengujian kekentalan sirup dengan cara : o Ambil lebih kurang 60 ml sirup masukkan ke dalam beaker glass 100 ml. Celupkan stick dari viskometer pada sirup hingga batas tanda yang ada pada stick tsb. o Operasikan Viskometer sesuai Protap Pengoperasian Viskometer. o Catat Hasil Kekentalan pada Catatan Pengujian. 6.3 Persyaratan 2 20 cps 6.4 Pustaka Sesuai dengan Farmakope Indonesia Ed. IV, 1995, hal. 1038 7. PENGUJIAN VOLUME TERPINDAHKAN 7.1 Alat Gelas ukur 100 ml 7.2 Prosedur Sesuaikan kapasitas Gelas Ukur terhadap volume sediaan yang akan dipindahkan Selama proses pengisian lakukan pengujian volume terpindahkan dengan cara : o Tuang/ pindahkan isi perlahan lahan dari tiap botol ke dalam gelas ukur bersih dan kering, hindarkan pembentukan gelembung dan busa, diamkan selama tidak lebih dari 5 menit, ukur volume rata rata sirup dari 10 botol. 7.3 Persyaratan 60 2 ml 7.4 Pustaka

Sesuai dengan Farmakope Indonesia Ed. IV, 1995, hal. 1089

II.4 Protokol Uji Stabilitas PROTOKOL UJI STABILITAS AMBROXOL SYRUP No. Dok 031.00/PSSP/QC/07 Maret 2007 Hal 1 dari 3 Mengganti No. : Tanggal : DEPARTEMEN QC

Disusun Oleh

Disetujui Oleh

SUPERVISOR QC

MANAGER QC

1. TUJUAN Sebagai petunjuk untuk menentukan masa kadaluarsa suatu produk baru atau produk existing yang mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang diperkirakan akan mempengaruhi kualitas produk misalnya perubahan formula atau proses perubahan jenis bahan kemasan primer. 2. RUANG LINGKUP Uji stabilitas ini dilakukan terhadap produk baru maupun produk yang sudah dipasarkan. Uji stabilitas mencakup uji stabilitas dipercepat (40o 2oC/75% 5% RH) dan uji stabilitas jangka panjang (30o 2oC/75% 5% RH) 3. TANGGUNG JAWAB 3.1 Departemen R&D bertanggung jawab untuk melaksanakan studi stabilitas produk yang akan didaftarkan ke badan POM dan bertanggung jawab untuk mengusulkan masa kadaluarsa suatu produk berdasarkan penelitian dan analisa statistik terhadap hasil penelitiannya. 3.2 Departemen R&D bertanggung jawab melaksanakan studi stabilitas untuk produk existing yang mengalami perubahan dan mengajukan perubahan registrasi produk yang bersangkutan ke badan POM. 4. INFORMASI PRODUK 4.1 INFORMASI UMUM Nama Produk : Ambroxol Bentuk Sediaan : Sirup Kemasan : Dus, botol @ 60 ml Besar Bets : 10.000 botol 4.2 FORMULANama Bahan AMBROKSOL HCl NIPAGIN NIPASOL ASPARTAME SACCHARIN SAKAROSA SODIUM SIKLAMATE GLYCERINE SODIUM CITRATE MENTHOL PONCEAU 4R Jumlah per botol 180.00 mg 75.00 mg 12.00 mg 40.00 mg 40.00 mg 10.00 g 280.00 mg 6.00 ml 20.00 mg 6.00 mg 6.00 mg Jumlah per bets 1.800 kg 0.750 kg 0.120 kg 0.400 kg 0.400 kg 100.000 kg 2.800 kg 60.000 L 0.200 kg 0.060 kg 0.060 kg

TITANIUM DIOXIDE Alkohol 96% Air murni ad.

1.50 mg 3.00 ml 60.00 ml

0.015 kg 30.000 L 600.000 L

PROTOKOL UJI STABILITAS AMBROXOL SYRUPHal 2 dari 3

031.00/PSSP/QC/07 Mei 2007

Disusun Oleh

Disetujui Oleh

Mengganti No. Tanggal : SUPERVISOR QC MANAGER QC

:

DEPARTEMEN QC

4. PARAMETER UJI & SPESIFIKASI 4.1 Pemerian Sirup berwarna merah jambu jernih, rasa manis dengan aroma mint. 4.2 Volume rata rata 60 ml 2 ml (58.0 ml 62.0 ml) 4.3 Berat Jenis 1.0 1.2 g/ml 4.4 pH 4.0 6.0 4.5 Viskositas 2 20 cps 4.6 Kadar 95.0 105.0% 6. JUMLAH SAMPEL 6.1. Uji Dipercepat Pemerian* : 0 botol Viskositas : 3 botol pH : 3 botol Berat Jenis : 1 Volume terpindahkan : 10 Kadar: 10 botol

botol botol

6.2.

27 botol Keterangan : *Pengamatan dilakukan terhadap botol yang dialokasikan untuk pengujian lainnya. Banyaknya pengujian : 5 kali Jumlah total sampel : 2 x 5 x 27 botol = 270 botol Uji Jangka Panjang Pemerian* : 0 botol Viskositas : 3 botol pH : 3 botol Berat Jenis : 1 botol Volume terpindahkan : 10 botol Kadar: 10 botolbotol Keterangan :

27

*Pengamatan dilakukan terhadap botol yang dialokasikan untuk pengujian lainnya. Banyaknya pengujian : 9 kali Jumlah total sampel : 2 x 9 x 27 botol = 486 botol

PROTOKOL UJI STABILITAS AMBROXOL SYRUP

No. Dok Berlaku

031.00/PSSP/QC/07 Maret 2007 Hal 3 dari 3 Mengganti No. : Tanggal : DEPARTEMEN QC

Disusun Oleh

Disetujui Oleh

SUPERVISOR QC

MANAGER QC

7. WAKTU PENGAMBILAN CONTOH Kondisi Penyimpanan/waktu Jangka Panjang 30o 2oC/75% 5% RH Dipercepat 40o 2oC/75% 5% RH Jarak Pengambilan Contoh 0, 3, 6, 9, 12, 18, 24, 36 bulan 0, 1, 2, 3, 6 bulan

8. LAPORAN 1. Penanggung Jawab 2. Ringkasan 3. Tujuan 4. Bahan yang diuji 5. Komposisi 6. Pengemasan 7. Kondisi penyimpanan dan pengambilan contoh (jadwal) 8. Prosedur analisis 9. Baku pembanding 10. Hasil 10.1. Stabilitas Fisika 10.2. Stabilitas Kimia 10.2.1. Stabilitas pada kondisi penyimpanan uji jangka panjang. 10.2.2. Stabilitas pada kondisi penyimpanan uji dipercepat. 11. Evaluasi / diskusi / kesimpulan 12. Hasil pengujian dalam tabel.