prakarya kelas 10- kain tradisional indonesia (kepri, papua barat, kaltim, yogyakarta)

5
Kain Tradisional Indonesia X-I Bagas Arya Putra Verlando

Upload: cara-anzara

Post on 13-Feb-2017

1.401 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Kain Tradisional Indonesia

X-IBagas Arya Putra

Verlando

Kep.Riau Nama Kain: Kain CualCiri Khas : Tenun cual merupakan perpaduan antara tekhnik songket dan tenun ikat, namun yang menjadi ciri khasnya adalah susunan motif menggunakan tekhnik tenun ikat. Jenis motif tenun cual antara lain susunan motif bercorak penuh (Pengantek Bekecak), dan motif ruang kosong Jande Bekecak). Cual Bangka dahulu dikenal dengan nama Limar Muntok. Sekilas motif kain tenun cual nampak seperti songket palembang. Yang membedakan adalah jika pada Songket palembang motif diambil dari bentuk-bentuk bunga seperti cempaka atau bunga cengkeh, maka cual mengambil motif bentuk-bentuk alam dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, seperti motif kucing atau bebek, bunga mawar, dan lain-lain yang jika dilihat dari jauh akan timbul motifnya

Keterangan : Fungsi sosial dari tenun cual adalah sebagai pakaian kebesaran lingkungan Muntok, pakaian pengantin dan pakaian pada hari-hari kebesaran Islam dan adat lainnya, sebagai hantaran pengantin ataupun mahar yang langsung menggambarkan status sosial (pangkat dan kedudukan) seseorang pada masa itu. Dahulu, kehalusan tenunan, tingkat kerumitan motif dan warna pada tenun cual mengandung filosofi hidup sebagai hasil perjalanan religius penenunnya.

Nama Kain : Kain Ikat FloresCiri Khas : Dalam mewarnai benang, pengrajin tenun ikat tradisional masih menggunakan pewarna tradisional yang didapatkan dari alam. Misalnya dengan menggunakan beberapa jenis tumbuhan, seperti daun dan akar mengkudu (warna merah), daun nira (warna biru), kayu pohon hepang, kunyit (warna kuning), loba, kulit pohon mangga, kulit pohon cokelat, serbuk kayu mahoni tarum, zopha, kemiri, dan masih banyak lagi. Pewarnaan dapat dilakukan berulang-ulang guna menghasilkan warna yang khas. Setidaknya ada 11 warna tercipta dari bahan alami yang ramah lingkungan. Warna dari bahan alami dan benang dari kapas membuat warnanya memang tidak secerah benang modern tetapi justru lebih tahan lama dan menguak warna yang makin lama makin indah.

Keterangan : Kain tenun ikat sendiri biasa dipakai masyarakat berbagai suku di Flores sebagai pelengkap busana, selain sebagai selendang atau sarung. Anak perempuan Flores yang beranjak remaja tidak boleh telanjang lagi. Wanita Flores yang beranjak dewasa ditandai dengan datang bulan dan mereka diwajibkan mengenakan kain serta memanjangkan rambutnya agar dapat dikonde. Saat mereka hendak menikah maka haruslah mampu membuat kain ikatnya sendiri untuk keperluan pernikahan atau untuk diberikan kepada calon mempelai pria—sebagaimana aturan adat dahulu kala. Seiring perkembangan zaman, sepertinya budaya menenun sendiri kain ikat sudah mulai pudar. Remaja dan generasi muda yang mampu menenun kain ikat tradisional tak sebanyak dahulu. Hal ini tentu menjadi salah satu tantangan bagi keberlangsungan produksi kain tenun ikat.

Papua Barat

Nama Kain : Kain Tenun DoyoCiri Khas : Bahan baku yang dipakai untuk membuat kain tenun doyo diambil dari serat daun tanaman doyo, sehingga dinamakan tenun doyo. Serat daun doyo diperoleh dengan cara memotong daun doyo sepanjang 1 hingga 1,5 meter, lalu direndam ke dalam air sungai hingga daging daun hancur. Setelah itu, daun yang sudah hancur dikerik dengan menggunakan sebilah pisau bambu untuk memisahkan tulang tengah daun doyo sehingga yang tersisa seratnya. Serat itulah yang dibuat benang oleh perempuan suku Dayak Benuaq untuk ditenun dan kemudian diolah menjadi destar, baju atau kemeja, celana pendek, dompet, kopiah, tas, hiasan dinding , dll. Tenun doyo memiliki warna dan motif yang beragam. Warna yang paling menonjol pada tenun ini adalah warna merah, hitam dan coklat muda. Sementara itu, motif yang sering digunakan adalah motif flora, fauna, dan alam mitologi. Bahkan bahan baku pewarna motif tenun doyo di ambil dari biji buah glinggam, daun putri malu, umbi kunyit dan getah kayu oter. Salah satu ciri khas tenun doyo dan yang membedakan dengan tenun ikat di daerah-daerah lain adalah adanya titik-titik hitam yang muncul pada bidang yang berwarna terang.

Keterangan : Tenun doyo dapat dipakai oleh kaum laki-laki maupun perempuan suku Dayak Benuaq dalam kegiatan seperti upacara-upacara adat, tari-tarian, dan untuk pakaian sehari-hari. Kain tenun doyo yang dikenakan sehari-hari biasanya berwarna hitam, sedangkan pada upacara-upacara adat kain tenun diberi hiasan berwarna-warni yang bermotif bunga dan dedaunan.

Kalimantan Timur

Nama Kain : LurikCiri Khas : Pada awalnya, motif lurik masih sangat sederhana dan warnanya pun masih hitam dan putih atau kedua warna ini dikombinasikan. Pada zaman dahulu pembuatan kain lurik ini dengan cara mempersiapkan benang terlebih dahulu. Benang ini berasal dari tumbuhan perdu dengan warna hitam dan putih.

DIY

Keterangan : Sebutan lurik berasal dari kata lorek yang berarti garis yang melambangkan kesederhanaan. Dahulu kain lurik ini banyak digunakan masyarakat sebagai pakaian sehari-hari. Untuk wanita biasanya dibuat kebaya, sedangkan untuk pria biasanya hanya sebagai bahan baju pria seperti sorjan. Di sisi lain kain lurik juga dibuat sebagai bahan selendang yang berfungsi untuk menggendong tenggok. Selain untuk itu, lurik juga digunakan dalam upacara yang berkaitan dengan kepercayaan misalnya seperti labuhan, mitoni, dll.